Kelembagaan

17
Penyusunan RTRW Kabupaten Kayong Utara Propinsi Kalimantan Barat 8.1. KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG DAN PEMBANGUNAN Persoalan terbesar dalam penataan ruang adalah pengendalian pemanfaatan ruang. Sebaik apapun rencana tata ruang dan program pemanfaatan ruang yang disusun, tanpa disertai dengan pengendalian pemanfaatan ruang yang tegas, konsisten dan berkelanjutan, maka tujuan penataan ruang tidak akan terwujud dengan efektif. Penyimpangan pemanfaatan ruang sebagian besar adalah karena lemahnya pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh sebab itu, pedoman pemanfaatan ruang merupakan bagian yang amat penting dalam penataan ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan perijinan, pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang kota. UU Penataan Ruang No 26 tahun 2007 telah mengatur adanya koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang yang telah diselenggarakan oleh suatu lembaga yang mengurusi koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang yang akan bekerjasama dengan aparat pemerintah di tingkat kecamatan disertai dengan melibatkan peran serta masyarakat. Pedoman pengendalian Pemanfaaatan Ruang Kabupaten Kayong Utara adalah sebagai berikut : a) Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang didasarkan pada arahan-arahan yang tercantum dalam rencana struktur tata ruang dan pemanfaatan ruang Kabupaten kayong Utara, b) Pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan terhadap kawasan lindung dan kawasan budidaya yang meliputi sistem pusat kegiatan, pemanfaatan ruang publik dan privat, ketentuan teknis bangunan, berbagai sektor kegiatan, sistem prasarana wilayah serta fasilitas dan utilitas kota; c) Pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui penetapan peraturan zonasi (zoning regulations) yang menjadi acuan untuk kegiatan perijinan, pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang; d) Sesuai dengan arahan di dalam UU Penataan Ruang No 26 Tahun 2007, koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan oleh suatu lembaga yang ditetapkan oleh kepala daerah; e) Untuk rujukan pengendalian yang lebih teknis, RTRW harus dijabarkan dalam : 1) RDTR Wilayah Kabupaten 2) Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan Rencana Tata Rinci (RTR); 3) Perangkat pengendalian, seperti peraturan zonasi, kajian rancangan, Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Panduan Rancang Kota (design guidelines) dan standart teknis yang ditetapkan; 4) Perubahan tersebut dapat diberikan oleh dinas yang diberi kewenangan menangani penataan kota, perancangan kota, atau bangunan; 5) Perubahan besar harus melalui persetujuan lembaga perencanaan dan dikenai denda dan biaya dampak pembangunan; 6) Kegiatan yang sudah ada tetapi tidak sesuai dengan rencana tata ruang dikenakan aturan peralihan berdasarkan prinsip pemanfaatan bersyarat, yaitu dapat dilanjutkan/dipertahankan asalkan tidak 8 - 1 BAB VIII KELEMBAGAAN

description

kelembagaan untuk perencanaan tata ruang

Transcript of Kelembagaan

Page 1: Kelembagaan

Penyusunan RTRW Kabupaten Kayong Utara Propinsi Kalimantan Barat

8.1. KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG DAN PEMBANGUNAN

Persoalan terbesar dalam penataan ruang adalah pengendalian pemanfaatan ruang. Sebaik apapun

rencana tata ruang dan program pemanfaatan ruang yang disusun, tanpa disertai dengan

pengendalian pemanfaatan ruang yang tegas, konsisten dan berkelanjutan, maka tujuan penataan

ruang tidak akan terwujud dengan efektif. Penyimpangan pemanfaatan ruang sebagian besar adalah

karena lemahnya pengendalian pemanfaatan ruang.

Oleh sebab itu, pedoman pemanfaatan ruang merupakan bagian yang amat penting dalam penataan

ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan perijinan, pengawasan dan

penertiban terhadap pemanfaatan ruang kota.

UU Penataan Ruang No 26 tahun 2007 telah mengatur adanya koordinasi pengendalian pemanfaatan

ruang yang telah diselenggarakan oleh suatu lembaga yang mengurusi koordinasi pengendalian

pemanfaatan ruang yang akan bekerjasama dengan aparat pemerintah di tingkat kecamatan disertai

dengan melibatkan peran serta masyarakat.

Pedoman pengendalian Pemanfaaatan Ruang Kabupaten Kayong Utara adalah sebagai berikut :

a) Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang didasarkan pada arahan-arahan yang tercantum

dalam rencana struktur tata ruang dan pemanfaatan ruang Kabupaten kayong Utara,

b) Pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan terhadap kawasan lindung dan kawasan

budidaya yang meliputi sistem pusat kegiatan, pemanfaatan ruang publik dan privat, ketentuan

teknis bangunan, berbagai sektor kegiatan, sistem prasarana wilayah serta fasilitas dan utilitas

kota;

c) Pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui penetapan peraturan zonasi (zoning

regulations) yang menjadi acuan untuk kegiatan perijinan, pengawasan dan penertiban

terhadap pemanfaatan ruang;

d) Sesuai dengan arahan di dalam UU Penataan Ruang No 26 Tahun 2007, koordinasi

pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan oleh suatu lembaga yang ditetapkan oleh kepala

daerah;

e) Untuk rujukan pengendalian yang lebih teknis, RTRW harus dijabarkan dalam :

1) RDTR Wilayah Kabupaten

2) Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan Rencana Tata Rinci (RTR);

3) Perangkat pengendalian, seperti peraturan zonasi, kajian rancangan, Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Panduan Rancang Kota (design guidelines) dan

standart teknis yang ditetapkan;

4) Perubahan tersebut dapat diberikan oleh dinas yang diberi kewenangan menangani

penataan kota, perancangan kota, atau bangunan;

5) Perubahan besar harus melalui persetujuan lembaga perencanaan dan dikenai denda

dan biaya dampak pembangunan;

6) Kegiatan yang sudah ada tetapi tidak sesuai dengan rencana tata ruang dikenakan

aturan peralihan berdasarkan prinsip pemanfaatan bersyarat, yaitu dapat

dilanjutkan/dipertahankan asalkan tidak mengubah fungsi dan bentuk fisik; atau dibatasi

sampai dengan waktu tertentu (dalam tenggang waktu);

7) Pemanfaatan ruang yang sesuai aturan tapi tidak berijin, harus segera mengurus ijin

(pemutihan), dengan dikenai denda;

8) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai tapi telah memiliki ijin dapat tetap dipertahankan

asal tidak ada perubahan fisik bangunan (dikenakan prinsip pemanfaatan bersyarat);

9) Perubahan fisik bangunan pada pemanfaatan ruang yang tidak sesuai tapi telah

memiliki ijin, harus mengacu pada aturan dan ketentuan teknis yang berlaku.

Pemanfaatan yang tidak sesuai aturan dan tidak mempunyai ijin dapat ditertibkan dengan :

pembongkaran bangunan, perlengkapan perijinan dengan dikenai denda dan biaya dampak

pembangunan, denda atau kurungan.

8 - 1

BAB VIIIKELEMBAGAAN

Page 2: Kelembagaan

Penyusunan RTRW Kabupaten Kayong Utara Propinsi Kalimantan Barat

8.2. PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Secara administratif, untuk melakukan pengawasan dan pengendalian pembangunan di Kabupaten

Kayong Utara perlu adanya dialog dan kontrol antara instansi yang berwenang. Dialog dan kontrol

tersebut dilakukan melalui kepala daerah yang berwenang agar memudahkan dalam koordinasi

masalah prosedur administrasinya. Selain itu, juga perlu dilakukan dialog dengan DPRD melalui

kepala daerah, untuk memberikan rekomendasi/hasil tembusan kembali kepada instansi yang

berwenang melalui kepala daerah tersebut.

Instansi yang berwenang melakukan dialog dan kontrol meliputi instansi penyelenggara pembangunan,

para pelaku pembangunan, serta masyarakat/kelompok masyarakat. Selanjutnya instansi yang

berwenang memberikan interpretasi wawasan dan keinginan pimpinan daerah kepada instansi terkait

penyelenggara pembangunan.

8.2.1. Mekanisme penetapan zonasi

Menurut UU No 26. Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mekanisme penetapaan peraturan

zonasi merupakan mekanisme terdepan dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Mekanisme-

mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang yang lain akan mengacu pada peraturan zonasi yang

berbeda-beda sesuai dengan potensi dan permasalahan masing-masing kawasan.

8.2.2. Mekanisme perijinan

Menurut UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, mekanisme perijinan sesuai dengan

peraturan zonasi di tiap-tiap kawasan merupakan mekanisme penting dalam pengendalian

pemanfaatan ruang. Kinerja perijinan merupakan mekanisme penting dalam pengendalian

pemanfaatan ruang. Kinerja perijinan pada suatu daerah mempunyai peran yang penting dalam

menarik atau menghambat investasi. Peyelenggaraan mekanisme perijinan yang efektif akan

mempermudah pengendalian pembangunan dan penertiban pelanggaran rencana tata ruang. Bila

mekanisme perijinan tidak diselenggarakan dengan baik, maka akan menimbulkan penyimpangan

pemanfaatan ruang secara legal. Penyimpangan semacam ini akan sulit dikendalikan dan ditertibkan.

Mekanisme perijinan juga dapat dimanfaatkan sebagai perangkat insentif untuk mendorong

pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang, atau perangkat disinsentif untuk menghambat

pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Prinsip dasar penetapan mekanisme perijinan dalam pemanfaatan ruang adalah sebagi berikut :

Setiap kegiatan dan pembangunan yang berpeluang menimbulkan gangguan bagi kepentingan

umum, pada dasarnya dilarang kecuali dengan ijin dari pemerintah setempat.

Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon ijin dari pemerintah setempat yang akan

memeriksa kesesuaiannya dengan rencana, serta standart administrasi legal.

Setiap permohonan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang harus melalui

pengkajian mendalam untuk menjamin bahwa manfaatnya jauh lebih besar dari kerugiannya.

Pelaksanaan perijinan tersebut di atas didasarkan atas pertimbangan dan tujuan sebagi berikut :

Melindungi kepentingan umum;

Menghindari eksternalitas negatif;

Menjamin pembangunan sesuai dengan rencana, serta standart dan kualitas minimum yang

ditetapkan pemerintah setempat.

Perijinan yang dikenakan pada kegiatan dan pembangunan terdiri dari 5 jenis, yaitu

Perijinan kegiatan/lisensi (SIUP, TDP, dll);

Perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan (Ijin lokasi, Ijin peruntukan Penggunaan Tanah

atau IPPT, Ijin Penggunaan Bangunan atau IMB);

Perijinan konstruksi (Ijin Mendirikan Bangunan atau IMB);

Perijinan Lingkungan (AMDAL, yang terdiri dari Analisis Dampak Lingkungan, Rencana

Pemantauan Lingkungan dan Rencana Pengelolaan Lingkungan, Ijin Gangguan atau HO);

Perijinan khusus (pengambilan air tanah, dll) bagi semua pihak terkait sebelum dapat

mengeluarkan ijin.

Permohonan perubahan pemanfaatan ruang yang disetujui harus dikenai disinsentif berupa :

Dengan sesuai jenis pelanggaran rencana tata ruang;

Pengenaan biaya dampak pembangunan sesuai dengan eksternalitas yang harus diatasi dan

upaya mengembalikannya ke kualitas sebelum proyek tersebut dibangun.

Jenis perijinan yang harus dimiliki ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Lembaga/dinas yang

menertibkan perijinan harus sesuai dengan pemberian kerja dan kompetensinya, dan tidak boleh

tumpang tindih. Ketentuan lembaga/dinas pemberi ijin adalah sebagai berikut :

Perijinan kegiatan menjadi kewenangan dinas sektoral yang sesuai dengan kegiatan yang

dimohon;

Perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan menjadi kewengan dinas yang menangani

perencanaan, perancangan, penataan dan lingkungan kota;

Perijinan konstruksi menjadi kewenangan dinas yang menangani bangunan;

Perijinan lingkungan menjadi kewenangan dinas/badan yang menangai lingkungan hidup;

8 - 2

Page 3: Kelembagaan

Penyusunan RTRW Kabupaten Kayong Utara Propinsi Kalimantan Barat

Perijinan kegiatan khusus menjadi kewenangan dinas sektoral yang sesuai dengan kegiatan

yang dimohon;

Kegiatan yang memerlukan kombinasi ijin di atas dikoordinasikan oleh kepala daerah melalui

lembaga yang mengurusi penataan ruang;

Untuk efisiensi perijinan, pemerintah setempat perlu mengefektifkan pelayanan perijinan

terpadu satu atap.

Mekanisme perijinan, merupakan bagian dari prosedur pelaksanaan pemanfaatan ruang dan

pembangunan. Mekanisme perijinan terdiri atas arahan yang bersifat teknis dan administrasi. Arahan

teknis berkaitan dengan ketentuan arahan teknis pedoman pelaksanaan pembangunan seperti KDB,

KLB, garis sempadan bangunan (sempadan bangunan : muka bangunan, pagar, samping bangunan),

klarifikasi persil, desain bangunan dan bahan, dsb. Sedangkan arahan administrasi berkaitan dengan

arahan status kepemilikan, sewa-menyewa, kontrak dan alih kepemilikan serta pengelolaan. Sebelum

melakukan pembangunan maupun perubahan ruang, maka harus melalui prosedur teknis maupun

administrasi.

Perubahan pemanfaatan ruang dapat diajukan oleh :

1) Masyarakat termasuk perorangan, badan hukum, maupun badan usaha.

2) Pemerintah kota/kabupaten dan

3) DPRD Kota/Kabupaten.

Perubahan pemanfaatan ruang terdiri atas dua macam prosedur perubahan yaitu perubahan

sementara dan perubahan tetap (perubahan kecil dan perubahan besar). Rincian perubahan

sementara dan tetap tersebut adalah sebagai berikut :

a) Perubahan sementara, mencakup prosedur :

1) Pemohon mengajukan usulan kepada kepala daerah;

2) Bidang PU, Perumahan dan tata ruang atau dinas terkait yang berwenang

dalam penataan ruang melakukan kajian terhadap usulan pemohon;

3) Hasil kajian dibahas ditingkat pimpinan;

4) Hasil kajian ditindaklanjuti dengan melakukan dengan pendapat publik;

5) Apabila disepakati, hasil dengar pendapat diberikan kepada kepala daerah

agar ditindaklanjuti;

b) Perubahan tetap, mencakup dua prosedur yaitu untuk perubahan kecil dan perubahan besar.

1) Perubahan Kecail, mencakup prosedur :

Pemohon mengajukan permohonan perubahan disertai dengan persyaratan

administrasi;

Pemeriksaan kelengkapan administrasi dan pemeriksaan kesesuaian lahan dengan

rencana (RTRW dan ketentuan bawahannya meliputi RDRT, RTBL);

Rumusan rekomendasi keputusan dan besarnya biaya yang harus dikenakan;

Penentuan besarnya tarif restribusi yang harus dibayar oleh pemohon;

Pembayaran retribusi bila pemohon sesuai dengan besar yang ditentukan bila tidak

mengajukan keberatan pada tim penilai;

Pengesahan perubahan;

Penerbitan Ijin Perubahan Pemanfataan lahan;

Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan (perubahan).

2) Perubahan Besar, mencakup prosedur :

Pemohon mengajukan permohonan perubahan disertai dengan persyaratan

administrasi;

Pemeriksaan kelengkapan administrasi dan pemeriksaan kesesuaian dengan

rencana (RTRW, RDTR, RTBL);

Pemeriksaan terhadap visi dan misi pembangunan kota untuk perubahan re-zoning

yang dianjurkan dengan penilaian teknis planologis serta dampak sosial ekonomi yang

juga berlaku untuk perubahan besar, yaitu spot zoning dan penambahan intensitas >

10% dari ketentuan teknis yang ada dalam rencana;

Pelaksanaan dengar pendapat;

Perumusan rekomendasi keputusan yang didasarkan pada penilaian seluruh aspek

dari permohonan yang diajukan baik dalam dampak positif, dampak negatif maupun

pertimbangan dari masyarakat sekitarnya. Rekomendasi ini hendaknya mengikat

pengambil keputusan. Apabila rekomendasi tunggal, maka pengambil keputusan sesuai

dengan rekomendasi dan bila terdiri atas beberapa alternatif pengambil keputusan

harus mengambil keputusan salah satu dari yang telah direkomendasikan.

Pengambilan keputusan;

Penentuan besarnya retribusi;

Penarikan retribusi;

8 - 3

Page 4: Kelembagaan

Penyusunan RTRW Kabupaten Kayong Utara Propinsi Kalimantan Barat

Pembayaran retribusi

Pengesahan perubahan;

Penertiban Ijin Perubahan Pemanfaatan lahan;

Penertiban Ijin Mendirikan Bangunan (Perubahan).

Perubahan administrasi perubahan pemanfaatan ruang terdiri atas dua macam prosedur perubahan

yaitu perubahan kecil dan perubahan besar. Prosedur administrasi perubahan kecil maupun besar

mempunyai ketentuan dan pertimbangan tertentu. Berikut ini disampaikan pertimbangan dan

ketentuan setiap bentuk perubahan.

a) Perubahan Kecil, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1) Setiap pemohon perlu melakukan permohonan perubahan kepada

lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan ijin perencanaan dan mengetahui

ketentuan teknis pendirian status bangunan;

2) Pengeluaran ijin tidak harus mendapat persetujuan dari pihak DPRD,

karena tidak melibatkan perubahan pemanfaatan;

3) Lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan ijin perencanaan dapat

secara langsung memberikan keputusan apakah status permohonan dapat dikabulkan

atau tidak;

4) Permohonan ini harus dikenai sejumlah biaya/restribusi karena meskipun

dinilai kecil tetap telah melakukan penyimpangan terhadap rencana yang telah

ditetapkan.

b) Perubahan besar, harus memenuhi dan mempertimbangkan ketentuan sebagai berikut :

1) Seluruh dampak baik positif maupun negatif yang muncul akibat pembangunan;

2) Visi dan misi pengembangan wilayah serta seluruh kebijaksanaan dan program rencana

yang akan dijalankan;

3) Melibatkan pihak perwakilan rakyat dalam pengambilan keputusan atas suatu

permohonan perubahan pemanfaatan lahan mengingat dampak yang mungkin terjadi

akan melibatkan banyak pihak yang berkepentingan. Selain itu mengingat bahwa rencana

yang telah ditetapkan merupakan produk hukum yang ditetapkan dengan peraturan

daerah yang harus mendapatkan persetujuan dari DPRD.

4) Mempertimbangkan seluruh pendapat dan keberatan dari berbagai pihak dengan

mendapatkan opini dari berbagai pihak. Dengar pendapat ini dilaksanakan oleh pihak

yang berwenang yang juga menentukan hari, waktu dan tempat pelaksanaan serta

melakukan pemberitahuan kepada khalayak dan diikuti oleh masyarakat yang

diperkirakan terkena dampaknya secara langsung. Masyarakat yang berkeberatan

dengan permohonan pembangunan ataupun orang-orang yang peduli dengan masalah

permohonan ijin bangunan ini. Dengan pendapat ini dilakukan dalam rangka membantu

dalam memutuskan status permohonan pembangunan.

8.2.3. Mekanisme pemberian insentif dan disinsentif

Dalam pembangunan wilayah, pedoman pelaksanaan pembangunan dan pengarturan zonasi akan

diatur dalam produk tata ruang mulai dari RDTRK hingga RTBL dengan mengacu pada arahan yang

telah disusun dalam RTRW. Perangkat insentif yaitu pengaturan yang bertujuan memberikan

rangsangan terhadap kegiatan seiring dengan penataan ruang. Perangkat disintensif merupakan

pengaturan yang bertujuan membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan

dengan penataan ruang, termasuk kegiatan pelaksanaan pembangunan yang menyimpang/berubah

dari ketentuan :

Pemberian insentif dan disintensif didasarkan pada pertimbangan :

1. Pergeseran tatanan ruang yang terjadi tidak menyebabkan dampak yang merugikan bagi

pembangunan wilayah;

2. Pada hakekatnya tidak boleh mengurangi hak masyarakat sebagai warga negara dimana

masyarakat mempunyai hak dan martabat yang sama untuk memperoleh dan

memnpertahankan hidupnya;

3. Tetap memperhatikan partisipasi masayarakat di dalam proses pemanfaatan ruang untuk

pembangunan oleh masyarakat.

Insentif dan disinsentif didasarkan pada kriteria sebagai berikut:

a) Kriteria insentif

Pembentukan insentif diberlakukan untuk mendorong pemanfaatan ruang yang sesuai

dengan arahan-arahan dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan, yaitu dengan cara :

8 - 4

Page 5: Kelembagaan

Penyusunan RTRW Kabupaten Kayong Utara Propinsi Kalimantan Barat

1) Memberikan kemudahan-kemudahan dalam pengurusan ijin dan pengurusan

administrasi lainnya untuk pemanfaatan ruang yang sesuai dengan arahan-arahan

dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan;

2) Memberikan bantuan pada pemanfaatan lahan yang sifatnya mengkonservasi lahan

yang terdapat di kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung;

3) Mendorong pembangunan yang memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat;

4) Mendorong partisipasi masyarakat dan pengembang dalam melaksanakan

pembangunan;

b) Kriteria disinsentif

Pemberian disinsentif diberlakukan pada penyimpangan-penyimpangan pemanfaatan ruang

yang tidak sesuai dengan arahan-arahan dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan,

yaitu dengan cara :

1) Menimbulkan dampak yang cukup besar bagi masyarakat disekitarnya.

2) Menghambat/membatasi pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;

Pada kawasan-kawasan terbangun yang tidak sesuai dengan arahan dalam Rencana Detail Tata

Ruang Kawasan diberlakukan pengawasan dan pengendalian yang ketat. Jenis dan kategori

pengenaan insentif dan disinsentif dapat dikelompokan menjadi dua, meliputi :

1) Perangkat/mekanismenya, yaitu regulasi, keuangan, dan kepemilikan.

2) Obyek pengenaannya, yaitu guna lahan, pelayanan umum dan prasarana.

Prosedur pengenaan insentif dan disinsentif ditetapkan :

1) Hanya Pemerintah Daerah yang berhak memberikan insentif dan disintensif;

2) Pemerintah daerah menetapkan pemanfaatan ruang yang akan diberikan insentif dan

disinsentif pada suatu kawasan tertentu, sesuai dengan rencana tata ruang yang telah

ditetapkan dan berdasarkan kriteria pengenaan insentif dan disintensif;

3) Pemerintah menetapkan jenis insentif dan disinsentif pada jenis pemanfaatan ruang pada

kawasan tersebut diatas;

4) Pemerintah menetapkan insentif dan disinsentif tersebut pada saat permohonan pembangunan

diajukan baik oleh perorangan, kelompok masyarakat maupun badan hukum.

8.2.4. Mekanisme pemantauan dan evaluasi

Mekanisme pelaporan merupakan mekanisme pemberian informasi secara obyektif mengenai

pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan instansi yang berwenang. Mekanisme

pemantauan mencakup pengamatan, pemeriksaan dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan

lingkungan yang tidak sesuai dan dilakukan oleh instansi yang berwenang. Berikut ini

mekanisme/prosedur pelaporan oleh masyarakat dan pemantauan oleh instansi berwenang dalam

pelaksanaan pembangunan.

Prosedur penilaian pengenaan biaya atas dampak melalui mekanisme pelaporan dan pemantauan

serta evaluasi dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Masyarakat melakukan pemantauan dan melaporkan pada instansi yang berwenang dalam

penataan ruang atau pemerintah sendiri melakukan pemantauan kegiatan-kegiatan

pemanfaatan ruang yang menimbulkan banyak pengaruh negatif;

2) Pemerintah membentuk sebuah tim penilai (bidang pembangunan yang berwenang di bidang

penataan ruang terdiri dari bidang perencanaan pembangunan, Bidang PU, Perumahan dan

Tata Ruang, BPN, Pemda dan lembaga Pembuat Rekomendasi) untuk melakukan evaluasi

dan penilaian dampak serta penetapan dampak yang terjadi oleh pemanfaatan ruang tertentu;

3) Tim penilai menetapkan kategori dampak tertentu yang timbulkan;

4) Tim penilai menetapkan besarnya biaya dampak dan kompensasi pembayarannya.

8.2.5. Mekanisme penertiban dan pengenaan saksi

Penertiban pemanfaatan ruang adalah usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang

yang direncanakan dapat terwujud. Tindakan penertiban pemanfaatan ruang dilakukan oleh

Pemerintah Kab/Kota melalui pemeriksaan dan penyelidikan atas semua pelanggaran/penyimpangan

dalam pemanfaatan ruang yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan

rencana tata ruang.

8 - 5

RTRW

Page 6: Kelembagaan

Penyusunan RTRW Kabupaten Kayong Utara Propinsi Kalimantan Barat

Bentuk penetapan terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata

ruang yang telah ditetapkan sebagai Peraturan daerah didasarkan pada bentuk pelanggaran yang

dilakukan. Tindakan penertiban perlu mempertimbangkan jenis pelanggaran rencana tata ruang

sebagai berikut :

1) Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang. Dalam kaitan ini bentuk penertiban

yang dapat diterapkan antara lain adalah peringatan, penghentian kegiatan/pembangunan dan

pencabutan sementara ijin yang diterbitkan dan pencabutan sementara ijin yang telah

ditertibkan, dan pencabutan tetap ijin yang diberikan.

2) Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi intensitas ruang menyimpang.

Penyimpangan intensitas pemanfaatan ruang dan pembangunan mencakup besar luasan

yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang atau ketentuan yang lainnya yang berlaku.

Dalam kaitan ini bentuk penertiban yang dapat diterapkan adalah penghentian kegiatan, atau

pebatasan kegiatan pada luasan yang sesuai dengan rencana yang ditetapkan;

3) Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi tidak sesuai dengan ketentuan teknis.

Penyimpangan ketentuan teknis mencakup pelanggaran tinggi bangunan, besar garis

sempadan bangunan (GSB), ketentuan parkir, dan ketentuan teknis prasarana lainnya yang

ditetapkan dalam rencana tapak kawasan, atau RTBL, atau standart kota yang ditetapkan.

Dalam kaitan ini, bentuk penertiban yang dapat diterapkan adalah penghentian kegiatan dan

pemenuhan persyaratan teknis;

4) Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi bentuk, pemanfaatan ruang

menyimpang. Dalam kaitan ini penertiban yang dapat dilakukan adalah penghentian kegiatan

dan penyesuaian bentuk pemanfaatan ruang.

Bentuk penertiban yang dapat diterapkan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang antara lain :

1) Peringatan dan/atau Teguran

Peringatan diberikan kepada kegiatan yang tidak mengurus ijin. Peringatan merupakan teguran

bagi kegiatan yang baru dilaksanakan tetapi melanggar/tidak sesuai dengan rencana tata

ruang.

2) Penghentian Sementara

Penghentain sementara diberikan kepada kegiatan yang melanggar/tidakl sesuai dengan

rencana tata ruang dan tidak mengindahkan peringatan/teguran yang diberikan oleh

pemerintah kota.

3) Pencabutan ijin

Mengacu pada UU No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, setiap ijin pemanfaatan ruang

yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, dapat dinyatakan batal

atau dicabut oleh kepala daerah. Apabila dapat dilakukan bahwa ijin yang telah diperoleh

sebelumnya itu didapatkan dengan itikad baik, maka pembatalan ijin ini dimintakan

penggantian yang layak.

Ijin pemanfaatan ruang yang dibatalkan adalah ijin yang tidak sesuai, baik yang telah ada

sebelum maupun sesudah adanya Rencana Detail Tata Ruang yang ditetapkan. Pecabutan ijin

dapat pula dilakukan bila pemegang ijin melanggar ketentuan dalam ijin yang diberikan atau

lalai melaksanakan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam ijin yang telah diberikan.

4) Pemulihan Fungsi

Kegiatan yang menyebabkan peralihan fungsi dapat diminta untuk memulihkan atau

merehabilitasi fungsi ruang tersebut. Pemerintah kota juga mempunyai kewajiban memulihkan

fungsi sesuai dengan alokasi dana sebagaimana tercantum dalam program pembangunan.

5) Pembongkaran.

Pembongkaran dilakukan pada pemanfaatan ruang dan/atau bangunan yang tidak sesuai

dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, termasuk bangunan liar yang tidak mungkin

diberikan ijinnya. Pembongkaran dilakukan setelah peringatan dan perintah pembongkaran

yang diberikan tidak ditaati.

6) Pelengkapan/Pemutihan Perijinan

Pelengkapan/pemutihan perijinan dikenakan hanya pada kegiatan dan pembangunan yang

sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang dan tidak menimbulkan dampak negatif untuk yang

belum punya ijin.

7) Pengenaan Denda.

Denda dikenakan pada proses perijinan yang tidak tepat waktu, yaitu bagi kegiatan

pembangunan yang sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang tetapi belum memiliki ijin yang

diperlukan. Denda juga dikenakan pada kegiatan pembangunan yang menimbulkan dampak

negatif terhadap lingkungan dan sekitarnya.

8) Pengenaan Sanksi

Selain sanksi-sanksi yang tercantum dalam Undang-Undang No 26. Tahun 2007 tentang

penataan ruang, yaitu sanksi administrasi, sanksi perdata dan sanksi pidana.

Pengendalian dalam bentuk sanksi yang dapat diterapkan antara lain dalam bentuk pidana kurungan

serta pidana denda yang akan mengacu pada dampak yang ditimbulkan oleh pelanggaran tersebut.

8 - 6

Page 7: Kelembagaan

Penyusunan RTRW Kabupaten Kayong Utara Propinsi Kalimantan Barat

Lembaga yang akan berwenang untuk mengukur dampak tersebut adalah lembaga yang mengurusi

penataan ruang daerah.

8.3. KELEMBAGAAN PENATAAN RUANG

Aspek kelembagaan dalam lingkup penataan ruang terkait secara integral dengan kegiatan penataan

ruang yang meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang. Kompleksitas lintas

kepentingan dalam proses kegiatan penataan ruang menuntut peran unsur kelembagaan untuk turut

terlibat agar dapat dicapai tujuan penataan ruang yang efektif, transparan dan partisipatif. Karena itu

dalam lingkup kegiatan penataan ruang tersebut akan tersirat kepentingan unsur kelembagaan baik

dalam tahap perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian.

Sebagaimana tercantum dalam UU No 26 tahun 2007 tentang Pemanfaatan Ruang, penataan ruang

pada hakekatnya adalah pengelolaan sumberdaya alam yang beraneka raga di daratan, lautan dan di

udara yang perlu dilakukan secara koordinasi dan terpadu dengan sumberdaya manusia. Selain itu

dalam naskah usulan perubahannya dipertimbangkan mengenai semakin berkembangnya tingkat

kesadaran dan pemahaman masyarakat dalam hal tata ruang, yang berimplikasi pada pentingnya

peran partisipatif. Adanya penekanan konteks koordinasi dan fakta peningkatan kesadaran masyarakat

akan menuntut peningkatan peran dan penguatan kelembagaan dalam penataan ruang.

Pemerintah telah menerbitkan sejumlah peraturan mengenai lembaga koordinasi penataan ruang,

misalnya diatur dalam Keppres No 62 Tahun 2000 tentang BKTRN (Badan Koordinasi Tata Ruang

Nasional) yang ditindaklanjuti dengan Kepmendragi Tahun 2004 tentang pentingnya pembentukan

BKPRD di tingkat daerah provinsi yang berfungsi sebagai wadah koordinasi penataan ruang provinsi

dan tingkat Kabupaten/Kota.

8.3.1. Definisi kelembagaan dalam tata ruang

Pengertian umum kelembagaan adalah suatu bentuk organisasi yang memiliki peran dan fungsi

tertentu dan berada dalam suatu struktur organisasi yang lebih luas. Dalam hal penataan ruang maka

pengertian kelembagaan secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yakni :

Lembaga pemerintah (eksekutif-legislatif-yudikatif);

Lembaga publik (sektor publik);

Lembaga swasta (sektor privat).

Lenbaga-lembaga tersebut masing-masing memiliki fokus kepentingan tersendiri terhadap keberadaan

produk tata ruang.

8.3.2. Fungsi dan peran kelembagaan tata ruang

Untuk menjamin fungsi dan efektivitas rencana tata ruang, sistem atau mekanisme tertentu diperlukan

untuk memperkuat aspek kelembagaan. Mekanisme atau sistem tersebut, diantaranya adalah suatu

bentuk perkuatan kegiatan lintas lembaga atau penguatan peran dan fungsi masing-masing lembaga.

Suatu lembaga yang dinamakan BKPRD (Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah), diharapkan

berperan dalam proses-proses penataan ruang di Kabupaten Kayong Utara. Yang diutamakan,

sebenarnya bukan sekedar keberadaan atau terbentuk BKPRD, akan tetapi, lebih jauh lagi, mengenai

kesiapan atau kemampuan lembaga-lembaga tertentu dalam keterlibatan adanya secara fungsional di

BKPRD. Bentuk kesiapan, dan kemampuan kelembagaan akan tercermin diantaranya dari bentuk

struktur organisasi lembaga tersebut ditambah dengan kualifikasi personil dalam struktur yang terkait

dengan aspek tata ruang dan tingkat frekuensi kegiatan pembahasan koordinasi mengenai tata ruang.

8.3.3. Identifikasi kelembagaan terkait

Identifikasi kelembagaan dalam hal ini adalah terhadap keberadaan lembaga-lembaga yang harus

ada, dikaitkan dengan lingkup proses kegiatan penataan ruang, serta hasil analisis menyangkut sektor

strategis dalam penyusunan rencana tata ruang. Unsur kelembagaan di Kabupaten Kayong Utara

perlu di indentifiikasi meliputi :

a) Identifikasi Kelembagaan eksekutif :

Adalah lembaga-lembaga dalam struktur pemerintah kota yang terkait secara langsung dengan

proses penataan ruang, dalam hal ini adalah Badan atau Dinas. Dinas merupakan lembaga

eksekutif vertikal dalam pemerintahan provinsi, sedangkan badan memiliki peran lembaga

eksekutif vertikal dalam penataan ruang.

Tabel 8.1 :Fungsi Bidang Pembangunan di Propinsi

Bidang Pembangunan Fungsi

Bidang Perencanaan Pembangunan

Koordinasi terhadap perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian.

Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan

Pengendalian dan pengawasan terhadap unsur-unsur yang menyangkut lingkungan hidup dan kelestariannya

Bidang Perindustrian dan Perdagangan

Pemanfaatan ruang untuk kegiatan investasi dan pemanfataan ruang kegiatan strategis investasi nindustri.

Bidang Perkebunan Pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya pertanian mencakup perkebunan, perternakan dan kehutanan (pemanfaatan dan pengendalian ruang fungsi hutan)

Bidang Kebudayaan Pemanfaatan ruang strategis kegiatan pariwasata

8 - 7

Page 8: Kelembagaan

Penyusunan RTRW Kabupaten Kayong Utara Propinsi Kalimantan Barat

dan budayaBidang Perhubungan Pengendalian infrastruktur perhubunganBidang PU, Perumahan dan Tata Ruang

Pemanfaatan ruang strategis kota dan pengendalian ruang.Pemanfaatan ruang budidaya permukiman, prasarana dan infrastruktur dan pemanfaatan ruang kegiatan strategis pertambangan.

Tabel 8.2 :Fungsi Lembaga Eksekutif Instansi

Lembaga Eksekutif Instansi Fungsi

Badan Pertanahan Nasional Pengendalian Penggunaan Ruang

Biro Pusat Statistik Pendataan Pemanfaatan Ruang

b) Identifikasi Kelembagaan Legislatif

Lembaga legislatif yang dimaksud adalah Lembaga DPRD Kabupaten Kayong Utara, dimana

dalam struktur kelembagaannya terdapat komisi yang terkait dengan tata ruang yakni Komisi

yang membidangi pembangunan

Tabel 8.3 :Identifikasi Lembaga Legislatif

Lembaga Legislatif Identifikasi Lingkup Fungsi Utama

Komisi bidang Pembangunan Perwakilan konsultasi publik untuk di legalitas Peraturan Daerah tentang RTRW

c) Identifikasi Kelembagaan Masyarakat

Kelembagaan masyarakat sebagai stakeholders seharusnya berperan cukup penting dalam

proses kegiatan pemanfaatan dan pengendalian ruang. Berbagai lembaga terkait yang harus

terlibat adalah lembaga-lembaga profesi masyarakat yang menempati ruangan kawasan

perkotaan secara signifikan, para kelompok pemerhati lingkungan hidup, kelompok

pemberdayaan masyarakat.

Tabel 8.4 :Identifikasi lembaga masyarakat

Lembaga Masyarakat Identifikasi Lingkup Fungsi utamaHimpunan Kerukunan Tani Indonesia

Pemanfataan ruang budidaya pertanian

LSM Lingkungan Hidup Pengendalian dan pemanfaatan ruang ekologis Partisipasi masyarakat

LSM Perkotaan Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang

perkotaanPartisipasi masyarakat

LSM Lingkungan Budaya Pengendalian dan Pemanfaatan ruang budidayaPartisipasi masyarakat

d) Identifikasi Kelembagaan Sektor swasta

Sektor swasta berperan strategis dalam hal pemanfaatan ruang ekonomi, karena

keterlibatannya membawa dampak peningkatan perekonomian kawasan-kawasan tertentu.

Sektor swasta /privat berperan dalam hal peningkatan investasi untuk pemanfaatan ruang.

Tabel 8.5 :Identifikasi lembaga sektor swasta

Lembaga Sektor Privat Identifikasi Lingkup Fungsi Utama

KADIN Daerah Pemanfaatan ruang kegiatan investasi (jasa,perdagangan,industri)

PLN Penyediaan energi listrik

TELKOM Penyediaan layanan telekomunikasi

PDAM Penyediaan layanan air bersih

8.4. POLA KELEMBAGAAN DALAM PENATAAN RUANG

Tiga kelompok kelembagaan yakni lembaga pemerintah, lembaga masyarakat dan lembaga privat

secara terpadu harus terlibat dalam proses kegiatan penataan ruang yang terdiri dari proses kegiatan

perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang. Masing-masing kelompok kelembagaan

melaksanakan peran dan fungsinya masing-masing yang pada akhirnya turut mewarnai proses

penataan ruang. Apabila proses keterlibatan lembaga-lembaga tersebut dapat berlangsung dengan

efektif maka tujuan penataan ruang akan tercapai.

Tabel 8.6 Peran dan fungsi lembaga/instansi dalam kegiatan penataan ruang kawasan Kabupaten Kayong Utara

INSTANSI LINGKUP KEGIATAN

PERENCANAAN

LINGKUP KEGIATAN

PEMANFAATAN RUANG

LINGKUP KEGIATAN

PENGENDALIAN RUANG

Bidang Perencanaan Pembangunan

Koordinasi perencanaan

Sosialisasi

Monitoring

Pengarahan RPJM

Pengara

Pelaksanaan pengendalian ruang agar sesuai dengan rencana

8 - 8

Page 9: Kelembagaan

Penyusunan RTRW Kabupaten Kayong Utara Propinsi Kalimantan Barat

INSTANSI LINGKUP KEGIATAN

PERENCANAAN

LINGKUP KEGIATAN

PEMANFAATAN RUANG

LINGKUP KEGIATAN

PENGENDALIAN RUANG

han RTRW pemanfaatan Sosialis

ai untuk pengendalian pemanfaatan ruang

Bapedalda Masukan ruang fungsi lindung dan pengendalian dampak lingkungan

Pemantauan Perumusan

aturan pembatasan Pemanfataan Ruang Fungsi Lindung

Pemantauan, Pembinaan

Ruang Fungsi lindung

Penetapan ambang kualitas lingkungan

Dinas Perdagangan

Masukan program/permintaan investasi

Masukan ruang potensi strategis perindustrian

Masukan program investasi perdagangan

Motivator pemanfaatan ruang investasi

Motivator pemanfaatan ruang strategis kegiatan perindustrian

Motivator pengembangan investasi perdagangan

Pembinaan Ruang Kegiatan Investasi

Pembinaan Ruang Kegiatan Industri

Pembinaan ruang berniali strategis ekonomi

Dinas Kimpraswil Bidang PU dan Tata Ruang

Masukan program penataan tata ruang kota

Masukan program permukiman dan infrastruktur prasarana

Masukan program pengembangan sumber daya air

Pemanfaatan ruang strategis kota

Motivator kegiatan permukiaman

Pelaksanaan pengembangan prasarana dasar perkotaan

Pelaksanaan pengembangan SDA

Pemberian rekomendasi tentang pendirian bangunan

Pembinaan Fungsi kota Permukiman Perkotaan

Pembinaan Prasarana Dasar

Pembinaan infrastruktur SDA

Bidang Pertanian Perkebunan

RTH RTH RTH

Bidang Masukan ruang Motivator Pembinaan

INSTANSI LINGKUP KEGIATAN

PERENCANAAN

LINGKUP KEGIATAN

PEMANFAATAN RUANG

LINGKUP KEGIATAN

PENGENDALIAN RUANG

Kebudayaan pembinaan kawasan lindung budaya

Masukan ruang potensi pariwisata

pemanfaatan ruang kegiatan pariwisata

Masukan pemanfaatan ruang kawasan lindung budaya

Ruang Fungsi pariwisata

Pembinaan Ruang Fungsi kawasan Budaya

Bidang Perhubungan

Masukan ruang pembinaan kawasan lindung budaya

Masukan ruang potensi pariwisata

Motivator pemanfaatan ruang kegiatan pariwisata

Masukan pemanfaatan ruang kawasan lindung budaya

Pembinaan ruang fungsi pariwisata

Pembinaan ruang fungsi kawasan budaya

Bidang Perhubungan

Masukan program pengembangan transportasi darat dan udara

Pelaksanaan pengembanganm sistem transportasi darat dan udara

Pembinaan sistem transportasi darat dan udara

BPN Masukan eksisting pemanfaatan lahan

Peta-peta acuan/baku

Pemanfaatauan dan pendataan status penguasaan dan pemanfaatan lahan

Pemantauan pendataan status penguasaan dan pemanfaatan lahan

BPS Masukan data statistik spasial untuk kawasan perkotaan

Pendataan Statistik Pemanfaatan dan Fungsi lahan Kawasan Perkotaan

Pendataan Statistik Pemanfaatan dan Fungsi lahan

PLN Masukan ketersediaan listrik dan peluang pengembangannya

Pelaksana pengembangan listrik

Pembinaan penggunaan energi listrik

TELKOM Masukan ketersediaan jaringan telekomunikasi

Pelaksana pengembangan jaringan telekomunikasi

Pembinaan penggunaan energi telekomunikasi

LSM Lingkungan dan Budaya

Masukan pemanfaatan fungsi ekologi dan

Pemantauan pemanfaatan ruang

Pelaporan dan pengaduan pelanggaran

8 - 9

Page 10: Kelembagaan

Penyusunan RTRW Kabupaten Kayong Utara Propinsi Kalimantan Barat

INSTANSI LINGKUP KEGIATAN

PERENCANAAN

LINGKUP KEGIATAN

PEMANFAATAN RUANG

LINGKUP KEGIATAN

PENGENDALIAN RUANG

budaya fungsi lindung dan dampak lingkungan

8.5. REKOMENDASI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN BKPRD (BADAN KOORDINASI

PENATAAN RUANG DAERAH)

Dalam lingkup nasional, telah ditetapkan melalui Kepres no 62 tahun 2000 bahwa dalam hal

koordinasi penataan ruang diselenggarakan oleh lembaga lintas departemen yang dinamakan

Badan Koordinasi Tata ruang Nasional (BKTRN). Sementara itu, untuk lingkup provinsi dan

kabupaten/kota telah dikeluarkan Kepmendagri No 147 tahun 2004 tentang Pedoman

Koordinasi Penataan Ruang Daerah perlu membentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang

Daerah (BKPRD). Badan Koorodinasi Penataan Ruang Dearh yabng selanjutnya disingkat

BKPRD adalah badan bersifat Ad-Hoc untuk membantu pelaksanaa tugas koordinasi

penataan ruang di daerah

Tugas BKPRD (Ps.12) adalah:

a. Merumuskan dan mengkoordinasikan berbagai kebijakan penataan ruang Nasional dan Propinsi;

b. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kayong Utara.

c. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang dan Rencana Tata Ruang Kawasan

sebagai jabaran lebih lanjut RUTRW Kabupaten Kayong Utara;

d. Mengintegrasikan dan memaduserasikan penyusunan RTRW Kabupaten Kayong Utara dengan

RTRW propinsi, RTR Kawasan yang telah ditetapkan propinsi dan RTRW kabupaten/kota yang

berbatasan;

e. Memaduserasikan rencana pembangunan jangka menengah dan tahunan yang dilakukan

Pemerintah Kabupaten Kayong Utara, masyarakat dan dunia usaha dengan rencana tata ruang;

f. Mengoptimalkan penyelenggaraan penertiban, pengawasan (pemantauan, evaluasi dan pelaporan)

dan perizinan pemanfaatan ruang;

g. Melaksanakan kegiatan pengawasan yang meliputi pelaporan, evaluasi dan pemantauan

penyelenggaran pamanfaatan ruang;

h. Memberikan rekomendasi penerbitan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan

rencana tata ruang;

i. Memberikan rekomendasi perizinan tata ruang Kabupaten Kayong Utara;

j. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan tata ruang,

dan pengendalian pamanfaatan ruang;

k. Mengembangkan data dan informasi penataan ruang kabupaten Kayong Utara untuk kepentingan

pengguna ruang jajaran pemerintah, masyarakat, dan swasta.

l. Mensosialisasikan dan menyebarluaskan informasi penataan ruang Kabupaten Kayong Utara ;

m. Mengkoordinasikan penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam penyelenggaraan

penataan ruang Kabupaten Kayong Utara dan memberikan pengarahan serta saran

pemecahannya;

n. Melaksanakan fasilitasi, supervisi kepada dinas/instansi, masyarakat dan dunia usaha berkaitan

dengan penataan ruang;

o. Mememadukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan

ruang Kabupaten Kayong Utara dengan Kabupaten/Kota yang berbatasan;

p. Melakukan evaluasi tahunan atas kinerja penataan ruang Kabupaten Kayong Utara;

q. Menjabarkan petunjuk Bupati Kayong Utara berkenaan dengan pelaksanaan fungsi dan kewajiban

koordinasi penyelenggaraan penataan ruang Kabupaten Kayong Utara;

r. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas BPKRD Kabupaten Kayong Utara secara berkala

kepada Bupati.

8.5.1. Susunan Keanggotaan BKPRD adalah sebagai berikut (Ps. 13);

Penanggungjawab : Bupati/Walikota

Ketua : Wakil Bupati/Walikota

Ketua Harian : Sekretaris daerah

Sekretaris : Kepala Bappeda

Anggota : Kepala-kepala Dinas terkait

8 - 10

Page 11: Kelembagaan

Penyusunan RTRW Kabupaten Kayong Utara Propinsi Kalimantan Barat

8.5.2. Fungsi dan Tugas TPKRD

1. Merumuskan kebijakan penataan ruang di Kabupaten dengan memperhatikan kebijakan

penataan ruang Nasional dan Propinsi;

2. Mengkoordinasikan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang;

3. Mengembangkan informasi penataan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang;

4. Memadukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang di

Kabupaten dan dalam Kabupaten/Kota yang berbatasan

5. Mengkoordinaskan penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam

penyelenggaraan penataan ruang di kabupaten dan memberikan pengarahan serta saran

pemecahan;

6. memberikan masukan kepada Bupati dalam merumuskan kebijakan penataan ruang di

kabupaten;

7. Melaporkan kegiatan kepada Bupati secara berkala.

Dalam melaksanakan tugasnya, BKPRD membentuk Sekretariat, Kelompok Kerja Perencanaan Tata

Ruang, dan Kelompok Kerja Pengendalian Tata Ruang.

Sekretariat BKPRD bertanggungjawab kepada Sekretaris BKPRD Kabupaten.

Sekretariat dipimpin oleh Kepala Bidang Sosial, Budaya dan Sumber Daya Alam.

Tugas Sekretariat BKPRD adalah :

a. Menyiapkan bahan dalam rangka kelancaran tugas BKPRD Kabupaten;

b. Memfasilitasi terselenggaranya jadwal kerja kegiatan BKPRD Kabupaten;

c. Menyiapkan dan mengembangkan informasi tata ruang Kabupaten;

d. Menerima pengaduan dari masyarakat dengan terjadinya pelanggaran dalam pennyelenggaraan

tat ruang.

Agar BLPRD dapat menjalankan tugasnya secara efektif dan efisien maka perlu dibentuk kelompok-

kelompok kerja yang ditetapkan dengan SK Bupati.

Menurut SK Mendagri N0. 147 tahun 2004 Pasal 15 dan 16 kelompok kerja yang perlu dibentuk

adalah:

8.5.3. Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang Kabupaten

Susunan Keanggotaan

Ketua : Kepala Bidang pada Bappeda yang mengurusi tata ruang

Wakil Ketua : Kepala Bagian Hukum

Sekreatais : Kepala Sub Bidang di Bappeda yang mengurusi tata ruang

Anggota : Disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan yang terkait dengan fungsi penyusunan

RTRW, Rencana Detil Tata Ruang, Rencana Teknik Ruang.

Tugas Pokok POKJA Perencanaan Tata Ruang

1. Memberikan masukan kepada BKPRD Kabupaten dalam rangka perumusan kebijakan

perencanaan tata ruang Kabupaten

2. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

3. Mengkoordinasikan Penyusunan Rencana Detil/Teknik Rencana Tata Ruang Kabupaten;

4. Melakukan evaluasi terhadap Rencana Tata Ruang di Kabupaten;

5. Menginventarisasi dan mengkaji masalah-masalah (konflik) yang timbul dalam perencanaan

serta memberikan alternatif pemecahannya;

6. Melaporkan kegiatan kepada BKPRD kabupaten dalam sidang pleno BKPRD kabupaten.

Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten

Susunan Keanggotaan

Ketua : Kepala Bagian Tata Pemerintahan

Wakil Ketua : Kepala subdinas yang mengurusi tata ruang

Sekretaris : Kepala subbidang pada dinas yang mengurusi tata ruang.

Anggota : Disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan yang terkait dengan fungsi pengawasan,

penertiban dan perizinan pemanfaatan ruang.

Tugas Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten:

8 - 11

Page 12: Kelembagaan

Penyusunan RTRW Kabupaten Kayong Utara Propinsi Kalimantan Barat

1. Memberikan masukan kepada BKPRD Kabupaten dalam rangka perumusan kebijakan

pemanfaatan dan pengendalian ruang Kabupaten;

2. Mengkoordinasikan pengawasan (Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan) terhadap rencana tata

ruang Kabupaten;

3. Mengkoordinasikan penertiban perijinan pemanfaatan ruang Kabupaten;

4. Menginventarisasi dan mengkaji masalah-msalah yang timbul dalam pemanfaatan dan

pengendalian ruang serta memberikan alternatif pemecahannya;

5. Melaporkan kegiatan kepada BKPRD Kabupaten serta menyampaikan usulan

pemecahan/kebijakan untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD Kabupaten.

Untuk kabupaten Kayong Utara telah dibentuk BKPRD dengan susunan anggota BKPRD yaitu:

Penanggung jawab : Bupati Kayong Utara

Ketua : Wakil Bupati Kayong Utara

Ketua Harian : Sekda Kabupaten Kayong Utara

Sekretaris : Kepala Bappeda Kabupaten Kayong Utara

Wakil Sekretaris : Kepala dinas PU Kabupaten Kayong Utara

Anggota :

1. Kepala Badan Kesbanglinmas Kabupaten Kayong Utara

2. Kepala Dinas Pertanahan Kabupaten Kayong Utara

3. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Kayong Utara

4. Kepala Dinas Perindag Kabupaten Kayong Utara

5. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

6. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Kayong Utara

7. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kayong Utara

8. Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kayong Utara

9. Kepala Dinas Kesejahteraan sosial Kabupaten Kayong Utara

10. Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Kayong Utara

11. Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Kayong Utara

12. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kayong Utara

13. Kepala Kantor Unit Pelayanan Umum Kabupaten Kayong Utara

14. Ka bagian Hukum dan Organisasi Setda Kabupaten Kayong Utara

15. Camat se Kabupaten Kayong Utara

Sedangkan kelompok kerja perencanaan Tata Ruang BKPRD Kabupaten Kayong Utara :

Ketua : Kabid Fisik dan Prasarana Bappeda Kabupaten Kayong Utara

Ketua Harian : Kabag Hukum Setda Kabupaten Kayong Utara

Sekretaris : Kasubbid Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Bappeda Kabupaten Kayong Utara

Anggota :

1. Unsur Dinas Pertanahan Kabupaten Kayong Utara

2. Unsur Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Kayong Utara

3. Unsur Dinas Perhubungan Kabupaten Kayong Utara

4. Unsur Dinas Pertanian Kabupaten Kayong Utara

5. Unsur Dinas Peternakan dan perikanan Kabupaten Kayong Utara

6. Unsur Dinas Kebudayaan Kabupaten Kayong Utara

7. Unsur Kantor Pertanahan Kabupaten Kayong Utara

8. Unsur Bagian Hukum dan organisasi Setda Kabupaten Kayong Utara

9. Unsur Camat se Kabupaten Kayong Utara

Kelompok kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang BKPRD Kabupaten Kayong Utara :

Ketua : Kabag Tata Pemerintahan Setda Kabupaten Kayong Utara

Ketua Harian : Kasubdin Tata Ruang dan Permukinan pada Dinas PU Kabupaten Kayong Utara

Sekretaris : Kepala Seksi Pengawasan Tata Ruang dan Permukiman pada Dinas PU Kabupaten

Kayong Utara

8 - 12

Page 13: Kelembagaan

Penyusunan RTRW Kabupaten Kayong Utara Propinsi Kalimantan Barat

Anggota :

1. Unsur Badan Kesbanglinmas Kabupaten Kayong Utara

2. Unsur Bappeda Kabupaten Kayong Utara

3. Unsur Bawasda Kabupaten Kayong Utara

4. Unsur Dinas Perindag Kabupaten Kayong Utara

5. Unsur Dinas Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

6. Unsur Dinas Perhubungan Kabupaten Kayong Utara

7. Unsur Dinas Pertanian Kabupaten Kayong Utara

8. Unsur Dinas Kesehatan Kabupaten Kayong Utara

9. Unsur Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Kayong Utara

10. Unsur Dinas UPT Kabupaten Kayong Utara

11. Unsur Bagian Pembinaan Pembangunan Setda Kabupaten Kayong Utara

12. Unsur Bagian Hukum dan Organisasi Kabupaten Kayong Utara

13. Unsur Bagian Perekonomian Setda Kabupaten Kayong Utara

14. Unsur Camat se-Kabupaten Kayong Utara

Lembaga-lembaga yang ada di Kabupaten Kayong Utara jika dilihat dengan ketentuan yang ada pada

UU. No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, kemudian dipadukan dengan Visi pembangunan

Kabupten Kayong Utara yakni terwujudnya Kayong Utara yang terbuka dan masyarakatnya maju

berbasiskan kelestarian lingkungan hidup dan adaptasi budaya leluhur yang dinamis. Visi itu kemudian

dijabarkan dalam delapan butir misi serta mencermati potensi dan kondisi sumber daya alam dan

sumber daya manusia di Kabupaten Kayong Utara untuk pengembangan di masa mendatang perlu

dilengkapi dengan lembaga-lembaga baru secara selektif yang dapat memberikan dukungan untuk

dapat tercapainya visi pembangunan Kayong Utara.

Lembaga baru yang perlu segera diadakan hadirnya lembaga kajian dan pengembangan untuk daerah

Kabupaten Kayong Utara khususnya yang terkait dengan masalah pengembangan sumber daya

alam seperti huatan, pertambangan. Demikian juga lembaga untuk mendorong peningkatan sumber

daya manusia di kabupaten Kayong Utara, hal ini sangat penting mengingat sumber daya manusia di

daerah ini masih belum berkualitas dalam hal pendidikan, baik dilihat dari ketersedian tenaga ahli dan

masih sedikitnya tenaga kerja yang memiliki kualifikasi sarjana, master, Doktor.

Dengan hadirnya UU No. 32 tahun 2004 seharusnya ada perubahan mendasar dalam pemerintahan

daerah. Perubahan tersebut bukan hanya pada perubahan system dan struktur Pemerintah Daerah,

melainkan juga perubahan dan kesiapan dan ketersedian sumber daya manusia aparatur baik secara

kuantitatif maupun kualitatiif, yang akan berperan dan berfungsi sebagai motor penggerak jalannya

roda pemerintahan daerah yang kuat, efektif, efisien dan akuntabel. Hal tersebut mengingat dengan

adanya perubahan dari UU. 19 tahun 1999 ke UU No. 32 tahun 2004 adanya prinsip-prinsip yang

berubah misalnya dari prinsip functions follow money ke prinsip money follow functions.

8.1. KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG DAN PEMBANGUNAN....................................18.2. PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.......................................................................2

8.2.1. Mekanisme penetapan zonasi..............................................................................................28.2.2. Mekanisme perijinan...........................................................................................................28.2.3. Mekanisme pemberian insentif dan disinsentif...................................................................48.2.4. Mekanisme pemantauan dan evaluasi.................................................................................58.2.5. Mekanisme penertiban dan pengenaan saksi......................................................................5

8.3. KELEMBAGAAN PENATAAN RUANG................................................................................78.3.1. Definisi kelembagaan dalam tata ruang..............................................................................78.3.2. Fungsi dan peran kelembagaan tata ruang..........................................................................78.3.3. Identifikasi kelembagaan terkait.........................................................................................7

8.4. POLA KELEMBAGAAN DALAM PENATAAN RUANG.....................................................88.5. REKOMENDASI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN BKPRD (BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH).............................................................................10

8.5.1. Susunan Keanggotaan BKPRD adalah sebagai berikut (Ps. 13);.....................................108.5.2. Fungsi dan Tugas TPKRD................................................................................................108.5.3. Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang Kabupaten.....................................................11

8 - 13