KELAS 3 TUMKEM

download KELAS 3 TUMKEM

of 16

description

pembahasan relasi kelas III

Transcript of KELAS 3 TUMKEM

1. Oklusi NormalMerupakan hal yang sangat penting bagi dokter gigi untuk mengenal pola lengkung rahang dan gigi yang menyimpang dari normal. Pemahaman klinis tentang hubungan relasi oklusi dan klasifikasi, menegakkan diagnosa kemudian merencanakan perawatan secara integratif akan menghasilkan suatu oklusi fungsi yang ideal ( functional occlusion) senyum yang menawan (full and bright smile), serta proses tumbuh kembang system stomatognatik berualan sebagaiamana harusnya.Oklusi adalah hubungan antara gigi geligi bawah dengan gigi geligi atas waktu mulut ditutup. Oklusi dikatakan normal, jika susunan gigi dalam lengkung geligi teratur baik serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi atas dengan gigi gigi bawah, seimbang antara gigi dan tulang rahang terhadapa tulang tengkorak dan otot-otot di sekitarnya, serta ada keseimbangan fungsional sehingga memberikan estetika yang baik.Oklusi mencakup hubungan lengkung gigi dimana lengkung gigi terdiri dari superior dan inferior dimana masing-masing dikenal sebagai maksila dan mandibula. Lengkung gigi berbeda pada setiap individu, tidak ada seorangpun mempunyai lengkung gigi yang sama meskipun mereka adalah saudara kembar, hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan, nutrisi, generik, ras, dan jenis kelamin.Lengkung gigi atau dental arch merupakan suatu garis lengkung yang menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah. Selama periode tumbuh kembang geligi terjadi perubahan dan karateristik dimensi lengkung gigi. Hal ini mengikuti perubahan garis pertumbuhan, perbedaan ukuran gigi sulung dan gigi permanen, perkembangan oklusi, serta fungsi rongga mulut. Dimensi lengkung gigi adalah lebar interkaninus, lebar intermolar, panjang dan sekeliling lengkung gigi.2. MaloklusiPerkembangan dentofaisal tergantung antara lain pada fungsi normal otot sekitar mulut. Keseimbangan antara otot bibir, pipi, lidah perlu dipelihara. Adanya ketidakseimbangan antara ketiga otot orofasial tersebut akan mempengaruhi perkembangan struktur dentofasial. Definisi Maloklusi adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan ketidaksesuaian hubungan rahang yang dapat disebabkan karena faktor skeletal dan jaringan lunak, kondisi yang mengakibatkan hubungan bonjol tidak harmonis.Klasifikasi Edward Angle :Kelas 1 : hubungan ideal gigi dalam posisi normal dalam lengkung rahang, ujung kaninus berada pada bidang vertikal yang sama seperti ujung kaninus bawah. Gigi premolar atas berinterdigitasi dengan gigi premolar bawah. Gigi insisivus berada pada inklinasi yang tepat, dimana overjet insisal adalah 2 mm.

Kelas 2 : lengkung gigi bawah lebih posterior daripada lengkung gigi atas dibandingkan hubungan kelasi 1 pada kelas 2 ini profil wajah berbentuk cembung.

Tipe kelas 2 terdiri dari :a. Kelas 2 divisi 1, gigi insisivus atas mengalami proklinasi dan overjet lebih besar. Gigi insisivus lateral juga proklinasi.

Kelas 2 divis 1

b. Kelas 2 divisi 2, gigi insisivus atas mengalami proklinasi, sedangkan gigi insisivus lateral mengalami proklinasi dan retroklinassi.

Kelas 2 divisi 2kelas 3 : lengkung gigi bawah terletak lebih ke anterior terhadap lengkung gigi atas. Pada lengkung kelass 3 profil wajah berbentuk cekung.

Maloklusi Kelas 3

Klasifikasi Maloklusi Modifikasi Sistem Dewey AndersonBerikut adalah jenis klasifikasi maloklusi modifikasi sistem Dewey-AndersonKelas I, Type 1, ditandai dengan adanya gigi berjejal dan rotasi dari insisivusKelas I, Tipe 2, gigi anterior rahang atass mempunyai ciri menonjol ke arah labialKelas I, Tipe 3, maloklusi gigi anterior atas terdapat crossbite melibatkan gigi insisivus atas tetap.Kelas I, Tipe 4, maloklusi yang menunjukkan crossbite posterior yang melibatkan molar pertama sulung, molar pertama permanen.Kelas I, Tipe 5, maloklusi yang melibatkan hilangnya ruang di bagian posterior.

Kelas 1 tipe 2

Kelas I tipe 3

Kelas 1 tipe 4

Kelas I tipe 5

Maloklusi Kelas 3Karakteristik Maloklusi Kelas 3 Angle pertama kali mempublikasikan klasifikasi maloklusi berdasarkan hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi apabila tonjol mesio bukal molar pertama permanen atas beroklusi dengan groove bukal dari molar pertama permanen bawah.5,30 Maloklusi Klas III ditandai dengan groove bukal molar pertama permanen mandibula berada di sebelah anterior dari tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila sebagai hubungan yang mesio-oklusi.15 Jika mandibula sekurang-kurangnya setengah cusp lebih ke depan dalam hubungannya dengan maksila, maka sudah dapat digolongkan sebagai maloklusi Klas III Angle.Tweed membagi maloklusi Klas III dalam 2 kategori. Pertama, pseudo Klas III dengan mandibula normal dan maksila yang kurang berkembang. Kedua, maloklusi Klas III sejati (true Class III) dengan ukuran mandibula yang besar. Cara untuk membedakan keduanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan pola penutupan mandibula pada relasi sentrik normal dan habitual. Pada Pseudo Klas III, saat relasi sentrik diperoleh overjet yang normal atau posisi insisivus yang edge to edge. Maloklusi pseudo Klas III dapat ditandai dengan terjadinya gigitan terbalik habitual dari seluruh gigi anterior, tanpa kelainan skeletal, dan dihasilkan dari pergeseran fungsional mandibula saat menutup. Hal tersebut menjadi kunci dalam diagnosa untuk membedakan antara pseudo dan true pada maloklusi Klas III.Maloklusi kelas 3 merupakan masalah ortodontik yang kompleks untuk didiagnosis dan dirawat. Maloklusi kelas 3 dapat disebabkan oleh defisiensi maksila, pertumbuhan mandibula yang berlebih atau kombinasi keduanya. Sebagian besar pasien dengan maloklusi kelas 3 menunjukkan kombinasi komponen skeletal dan dentoalveolar.Karakteristik maloklusi kelas 3 yaitu basis kranial anterior pendek, basis kranial posterior panjang, maksila pendek dan retrusif, mandibula panjang dan prognatik, Gigi insisivus dalam hubungan edge to edge atau dapat juga terjadi crossbite anterior. Insisivus maksila proklinasi serta profil muka cekung dan panjang, terutama di anterior bawah. Gigi-geligi pada maksila sering berjejal sedangkan gigi-geligi pada mandibula sering diastema. Mandibula prognatik merupakan ciri yang menonjol pada sebagian besar kasus maloklusi kelas 3. Mendibula mempunyai bentuk karakteristik sehingga memungkinkan tumbuh secara abnormal ke arah vertikal dan anteroposterior. Pertumbuhan rahang bawah yang berlebihan ke arah vertikal menyebabkan terjadinya malrelasi open bite anterior.Maloklusi kelas 3 dengan open bite menunjukkan overjet dan overbite negatif, infraklusi gigi anterior pada kedua rahang, supraklusi gigi posterior, lengkung gigi maksila sempit, bidang oklual dan bidang palatal miring ke bawah dan ke belakang, sudut bidang mandibula dan sudut gonial besar, serta tinggi muka anterior bawah berlebihan. Maloklusi skeletal open bite menunjukkan komponen sagital yang berbeda-beda dan dapat terjadi pada kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 skeletal. Etiologi open bite yaitu pola pertumbuhan muka arah vertikal lebih besar daripada horisontal, sehingga mandibula berotasi ke arah bawah dan ke belakang. Pada maloklusi pseudo Klas III ditandai dengan oklusi yang prematur akibat kebiasaan menempatkan mandibula ke depan.

2.2 Etiologi Moyers membagi maloklusi Klas III berdasarkan faktor etiologi, yaitu: skeletal, dental, dan muskular. Beberapa faktor yang berhubungan dengan maloklusi Klas III akan diuraikan sebagai berikut: 2.2.1 Faktor Dental Pada maloklusi Klas III, hubungan dentoalveolar tidak menunjukkan kelainan sagital-skeletal yang jelas. Sudut ANB tidak melebihi ukuran yang normal. Masalah utama biasanya karena insisivus maksila miring (tipping) ke lingual dan insisivus mandibula miring ke labial. Gigi-geligi mandibula biasanya tidak berjejal karena umumnya mandibula berukuran lebih besar dari maksila, sehingga gigi-geligi cenderung tersusun lebih jarang (spacing) dibandingkan dengan gigi-geligi maksila yang cenderung berjejal. Pada mandibula dijumpai hubungan insisivus Klas III seperti insisal edge yang terletak di depan lereng singulum insisivus maksila. Hal tersebut bertentangan dengan prinsip oklusi yang ideal seperti pada Klas I Angle.Overbite sangat bervariasi antara satu kasus dengan kasus yang lain. Overbite dipengaruhi oleh tinggi ruang intermaksilaris di bagian anterior. Apabila ruang intermaksilaris anterior besar, maka akan terjadi open bite anterior. Sebaliknya jika ruang intermaksilaris kecil, maka akan dijumpai overbite yang dalam.Gigitan silang (crossbite) juga sering terjadi pada maloklusi Klas III khususnya pada segmen bukal. Gigitan silang dapat terjadi baik secara unilateral maupun bilateral. Gigitan silang unilateral biasanya berhubungan dengan

pergeseran lateral mandibula untuk mendapat interkuspal maksimal. Gigitan silang dapat disebabkan karena maksila lebih sempit daripada mandibula atau karena terdapat hubungan oklusi Klas III. Selain itu akibat adanya tekanan oklusal yang dihasilkan oleh erupsi abnormal dapat juga menghasilkan penuntun insisal yang tidak menguntungkan dan mendorong hubungan kelas III. Pergeseran anterior mandibula oleh penuntun insisal menghasilkan apa yang kita sebut sebagai suatu maloklusi pseudo-kelas III atau fungsional. Jika hasil ini dibiarkan, maka pada kebanyakan kasus hal ini dapat menjadi suatu maloklusi kelas III asli secara fungsional dan skeletal pada tahap perkembangan dentofasial selanjutnya. Gigi molar sulung yang tanggal sebelum waktunya juga dapat menyebabkan pergeseran mandibula dengan penuntun oklusal dari gigi yang maloklusi atau gigi insisif maksila yang kelingual. Jika mandibula kehilangan dukungan propioseptif posterior atau dukungan fungsionalnya dalam oklusi habitual, maka pergerakan mandibula dapat meluas keanterior dalam suatu usaha untuk menegakan kontak oklusal sepenuhnya saat mengunyah. Kompensasi neuromuskular seperti itu dapat mengakibatkan suatu posisi mandibular prognatik yang permanen dan berikutnya erupsi gigi kedalam posisi yang mendukung hubungan yang salah ini (yaitu, insisif bawah yang condong kelabial, insisif maksila yang condong kelingual, gangguan erupsi penuh gigi-gigi maksila). Tentu saja, kekurangan erupsi segmen bukalis maksila, suatu fenomena yang kadang disebabkan oleh tounge thrusting atau aktifitas postural, membuat mandibula menutup lewat ruangan interoklusal yang berlebihan, berubah menjadi suatu maloklusi kelas III karena abnormalitas perkembangan vertikal. Pada masalah open-bite, manuver autorotasional ini kadang dibuat untuk menutup gigitan dengan membuang gigi, membuat mandibula menutup lebih dalam dan menurunkan kecenderungan kelas II. Jadi, overclosure dapat menonjolkan maloklusi kelas III bahkan juga dapat meningkatkan masalah kelas II dengan penuntun gigi. Tinggi vertikal maksila biasanya kurang pada kasus-kasus kelas III. 2.2.2 Faktor Skeletal

Berdasarkan dari faktor skeletal, penyebab terjadinya maloklusi Klas III biasanya karena terdapat pertumbuhan abnormal yang dilihat dari segi ukuran, bentuk atau karena terdapat prognasi tulang kraniofasial. Apabila bagian tulang wajah tumbuh tidak normal karena terlambat, terlalu cepat atau karena tidak seimbang, maka bentuk penyimpangan ini dapat menyebabkan masalah ortodonti. Penyebab lain dari maloklusi Klas III adalah pertumbuhan mandibula yang berlebihan. Hal ini tercermin pada kasus prognasi mandibula atau maloklusi Klas III skeletal yang hingga kini diakui sebagai salah satu kelainan fasial yang paling nyata.Pada pasien Klas III skeletal biasanya sudut ANB negatif dengan sudut SNA yang lebih kecil dari normal. Namun, dapat pula terjadi karena sudut SNB yang lebih besar dari normal. Maloklusi Klas III skeletal jarang disebabkan oleh satu faktor kelainan saja. Biasanya keadaan tersebut berhubungan dengan kombinasi beberapa faktor seperti ukuran dan posisi mandibula, maksila, tulang alveolar, dasar kranial, dan pertumbuhan vertikal yang walaupun masing-masing masih dalam batas normal, namun dapat bergabung membentuk pola skeletal Klas III. Ada tiga aspek penting bentuk skeletal yang mempengaruhi hubungan oklusi: a. Hubungan skeletal antero-posterior Sebagian besar maloklusi Klas III berhubungan dengan pola skeletal Klas III. Meskipun demikian, maloklusi Klas III juga dapat berhubungan dengan pola skeletal Klas I. Pada keadaan tersebut, inklinasi gigi-geligi atau letak dasar skeletal sangat berpengaruh dalam membentuk malrelasi antero-posterior.Penyimpangan skeletal secara antero-posterior umumnya berpengaruh terhadap hubungan oklusal Klas III dan overjet yang terbalik. Pada beberapa kasus, penyimpangan skeletal ini berhubungan dengan gigitan yang terbalik pada gigi-geligi bukal. Analisa sefalometri dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antero-posterior dari maksila dan mandibula.c. Lebar relatif dari rahang atas dan bawah

Crossbite unilateral maupun bilateral bisa disebabkan karena ada penyimpangan pada lebar rahang. Crossbite bilateral biasanya disebabkan oleh sempitnya tulang basal atau karena terdapat hubungan skeletal Klas III yang simetris dengan lintasan sentral dari penutupan mandibula. Sedangkan pada crossbite unilateral, ciri asimetris biasanya berhubungan dengan penyimpangan lateral pada lintasan penutupan mandibula.d. Dimensi vertikal dari wajah Tinggi wajah bagian bawah dibentuk dari tinggi rahang dan gigi-geligi. Tinggi wajah juga dipengaruhi oleh sudut gonial mandibula. Sudut gonial yang besar cenderung menimbulkan wajah yang panjang, sedangkan sudut gonial yang kecil cenderung menghasilkan wajah yang pendek pada dimensi vertikal. Keadaan ini tercermin pada hubungan oklusi karena terdapat variasi pada overbite insisal. Wajah pendek cenderung memiliki overbite yang dalam, sedangkan wajah yang panjang cenderung membentuk gigitan terbuka anterior. 2.2.3 Faktor Muskular Faktor muskular pada maloklusi Klas III menimbulkan masalah yang bervariasi, seperti pada bentuk dan fungsi bibir akan sedikit berpengaruh terhadap oklusi. Kecenderungan bagi insisivus mandibula untuk lebih retroklinasi diduga karena ada hubungan antara fungsi bibir bawah dengan penyimpangan-penyimpangan skeletal yang ada. Apabila tinggi intermaksilaris anterior besar, maka fungsi bibir sering kurang sempurna. Pada kasus seperti ini sering terjadi openbite anterior yang bersifat skeletal dan terjadi variasi adaptasi dari cara menelan yang ditandai dengan letak lidah lebih anterior dari celah antara gigi-geligi seri. Faktor fungsional dan jaringan lunak juga dapat mempengaruhi pola-pola maloklusi yang tidak bisa ditawar ini. Lidah yang datar yang ditempatkan ke anterior yang terletak rendah pada mulut dianggap oleh van Limbourg dkk. sebagai suatu faktor epigenetik lokal dalam maloklusi kelas III. Faktor ini sebaiknya dihilangkan selama terapi, jika memungkinkan. Apakah postur lidah adalah suatu kompensasi, ataukah fenomena adaptif atau suatu faktor etiologis primer, yang diwarisi dalam suatu cara yang sama seperti pada ukuran dan bentuk tulang, hal ini bersifat kontroversial. Sebagian pasien mempunyai kebiasaan kompulsif memajukan mandibula, yang sepertinya mendukung perkembangan prognathism mandibula. Fenomena ini telah teramati bersamaan dengan sebagian tipe penyakit mental. Seperti yang telah ditunjukan oleh Moyers dkk, tonsil yang membesar dan gangguan nasorespiratori juga dapat menyebabkan postur lidah ke anterior, dengan lidah menurun kebawah dan mendatar saat aksi refleks yang kuat ini mempertahankan suatu jalur udara yang jelas. Linder-Aronson telah menyinggung kompensasi perubahan posisi lidah dengan jaringan limfoid epifaringeal yang berlebihan dan perbaikan autonomous yang teramati selama periode 5 tahun setelah pembuangan massa yang menghalangi. Peneliti lain telah menyatakan temuan yang sama. Lidah yang melekat pada tepi bagian dalam mandibula, biasanya sesuai dengan ukuran lengkung gigi mandibula. Jika lengkung maksila lebih kecil daripada lengkung mandibula, ukuran lidah dan fungsinya akan berpengaruh hingga terbentuk gigitan terbuka anterior.Pemeriksaan CephalometrikTujuan pemeriksaan cephalometrik sama seperti untuk tiap maloklusi skeletal: untuk mengevaluasi tipe wajah, hubungan basis rahang, pola pertumbuhan, hubungan dentoalveolar, lokalisasi maloklusi, jaringan lunak dan hubungannya terhadap pertimbangan etiologi dan prognostic, hubungan fungsional, dan kemungkinan terapeutik. Tipe wajah sepenuhnya berbeda pada pasien dengan suatu maloklusi kelas III dibandingkan dengan yang terlihat pada pasien dengan masalah kelas I atau kelas II. Pada suatu penelitian oleh Rakosi (1982b), maloklusi kelas II dan III dibandingkan. Pada kasus kelas III pola prognatik dimulai pada area basis cranial. Lokalisasi maloklusi kelas III pada satu area kraniofasial tidak mungkin terjadi. Sudut sella dan sudut artikular lebih kecil pada masalah kelas III, menggerakan mandibula ke anterior dalam hubungan terhadap basis kranial. Sudut gonial tidak besar pada semua maloklusi kelas III. Penelitian tersebut juga menunjukan bahwa basis mandibula pada kedua kelas maloklusi lebih besar dibanding normal3 mm pada kelompok kelas II dan 9 mm pada sampel kelas III. Digabungkan dengan posisi anterior mandibula, panjang yang berlebih ini mengakibatkan ketidaksesuaian sagital. Perubahan jaringan lunak juga berbeda. Perubahan-perubahan ini sesuai dengan perubahan signifikan setelah intervensi bedah orthognatik, baik secara klinis dan cephalometrik. Perubahan yang kecil pada proporsi jaringan lunak mampu untuk mengubah gambaran wajah secara keseluruhan dari pandangan pengamat. Pada pasien yang bedah orthognatiknya telah dilakukan pada ramus ascenden untuk mengkoreksi prognathism, wajahnya terlihat lebih besar. Meskipun demikian, pengukuran menunjukan bahwa wajah tidak membesar setelah bedah kelas III; hanya panjang wajah memendek. Pemendekan ini rata-rata hanya 2% dan terjadi sebagian besar pada sepertiga bawah wajah. Jika osteotomy dilakukan pada regio mental, jarak antara subnasion dan oral commisure terlihat membesar. Hal ini mungkin dikarenakan pemanjangan bibir setelah rotasi keatas mandibula. Jika bedah orthognatik melibatkan seting maksila kedepan, pandangan visual juga berbeda, tergantung pada tiap prosedur yang dilakukan pada mandibula. Dokter sebaiknya meneliti secara hati-hati potensi perubahan ini pada profilenya sebelum memilih suatu teknik bedah tertentu.

Klasifikasi Cephalometrik Maloklusi kelas IIIRuang lingkup dan kemungkinan perawatan tergantung pada lokalisasi maloklusi dan karakteristik area skeletal dan dentoalveolar. Perbedaan berikut dapat digunakan dalam mengkategorikan hubungan sagital kelas III:1. Maloklusi kelas III disebabkan oleh suatu hubungan dentoalveolar yang salah.2. Maloklusi kelas III dengan basis mandibula yang panjang.3. Maloklusi kelas III dengan maksila yang kurang berkembang.4. Maloklusi kelas III skeletal dengan kombinasi maksila yang kurang berkembang dan mandibula yang menonjol.5. Maloklusi kelas III skeletal dengan penuntun gigi atau gigitan pseudo-forced.

Maloklusi kelas III disebabkan oleh hubungan dentoalveolar yang salah. Pada maloklusi kelas III dentoalveolar, tidak ada ketidaksesuaian basal sagital yang terlihat. Sudut subspinal-nasion-supramentale (ANB) terdapat dalam batas yang normal. Masalahnya adalah terutama terkonsentrasi pada hubungan insisal, dengan insisif maksila condong kelingual dan insisif mandibula condong kelabial. Semua itu biasanya yang diperlukan untuk merawat pasien-pasien ini adalah koreksi hubungan insisal yang salah. Ini merupakan prosedur yang sederhana yang dapat dilakukan pada semua umur. Sebagian besar maloklusi kelas III termasuk kategori ini pada tahap awalnya. Tetapi, saat erupsi gigi permanen, masalahnya dapat menjadi lebih parah. Sebagian pengamat merasa bahwa membiarkan hubungan yang salah ini dapat meningkatkan ketidaksesuaian sagital dengan suatu efek fungsional seperti-aktivator yang mempertinggi prognathism mandibula dan dapat menarik perkembangan horizontal maksila. Tetapi, hasil ini kemungkinan lebih terjadi pada kategori crossbite anterior atau forced bite. Oleh sebab itu, perawatan sebaiknya diberikan lebih dini, menegakkan suatu engram fungsional yang normal dan menstimulus dalam perkembangan wajah. Jika suatu maloklusi kelas III dentoalveolar ditemui pada orang dewasa, maloklusi ini masih dapat berhasil dikoreksi dengan prosedur orthodontik saja jika gejala-gejalanya sepenuhnya lokal. Prediksi pada umur dini dimana kasus akan mempertahankan ketidaksesuaian dentoalveolar primer dan akan menjadi lebih progresif, melibatkan struktur basal adalah tidak mudah. Meskipun demikian, pola herediter merupakan petunjuk yang kuat. Deteksi dini kadang mungkin dengan melihat pada cephalogram lateral. Pada sebagian kasus suatu basis mandibular yang panjang dengan ruangan antara gigi yang sedang berkembang yang belum erupsi dapat menjadi suatu petunjuk untuk prognathism dimasa datang. Maksila adalah suatu area penting pada kasus-kasus ini. Jika maksila beradaptasi terhadap pertumbuhan mandibula yang kuat, hubungannya dapat tetap harmonis; jika tidak, skeletal wajah menunjukan suatu pertumbuhan mandibula yang berlebihan. Tidak semua maloklusi kelas III merupakan kesalahan mandibula. Terutama pada sebagian pasien Asia, manifestasi wajah bagian tengan yang kurang berkembang merupakan faktor utama.

Maloklusi kelas III dengan basis mandibula yang panjang. Seperti yang ditunjukan oleh Gambar 21-13, basis mandibula dan ramus ascenden dua-duanya besar. Sudut sella-nasion-subspinale (SNA)-nya normal, tetapi sudut sella-nasion-supramentale (SNB)-nya lebih besar dari normal, mengakibatkan perbedaan A-N-B yang negatif. Sudut gonial biasanya besar, dan sudut artikular biasanya kecil, tetapi hal ini tidak selalu demikian. Mandibula tidak hanya lebih panjang tetapi juga biasanya terletak keanterior. Morfologi lidah mendatar, sedangkan lidah ditempatkan kedepan dan terletak rendah pada mulut. Seringkali cupping out pendukung tulang alveolar lingual dibawah premolar bawah terlihat berhubungan dengan adaptasi postural ini.Inklinasi aksial tipe maloklusi kelas III ini adalah terbalik dengan yang terlihat pada masalah kelas III dentoalveolar. Insisif atas condong kelabial dan insisif bawah condong kelingual. Jenis hubungan ini merupakan indikasi suatu kompensasi dentoalveolar parsial dan membatasi kemungkinan terapeutik. Pada kasus-kasus ini suatu crossbite lateral sering terlihat, dan lengkung maksila terlihat memendek. Sebenarnya, bagian dari masalahnya adalah bahwa bagian lengkung gigi mandibula yang melebar digerakan keanterior untuk berkaitan dengan dimensi lebar maksila yang memendek. Banyak maloklusi pada kelompok ini dapat dirawat hanya pada periode gigi geligi campuran awal. Perawatan kombinasi bedah orthognatik merupakan jawaban yang paling tepat untuk dysplasia yang parah atau untuk merawat pasien yang lebih tua. Tipe maloklusi ini dapat didesain sebagai satu kesatuan yang disebabkan oleh kesalahan pada mandibula.

Maloklusi kelas III dengan maksila yang kurang berkembang. Pada sebagian maloklusi kelas III, basis maksilanya kecil dan retrognatik (Gambar 21-14). Sudut S-N-A yang lebih kecil dari normal dikombinasikan dengan sudut S-N-B yang normal. Pasien dengan celah langit-langit adalah contoh bagus untuk kategori ini, sebagaimana kelompok Asia tertentu dengan defisiensi wajah bagian tengah. Perawatan dini dapat dilakukan dengan sukses menggunakan panduan pertumbuhan selama erupsi insisif maksila pada kasus dengan inklinasi lingual awal insisif rahang atas yang baik, yang memungkinkan tipping kearah labial.Stimulasi pertumbuhan sebenarnya atau perubahan pada arah pertumbuhan maksila pada wajah bagian tengah dapat dicapai dengan prosedur protraksi ortopedik ekstraoral menggunakan alat seperti masker Delaire (Gambar 21-15).

Maloklusi kelas III dengan kombinasi maksila yang kurang berkembang dan mandibula yang menonjol.Pada kombinasi maksila retrognatik-mandibula prognatik, sudut S-N-A kecil dan dasar maksila pendek (Gambar 21-16).Sudut S-N-B besar, dan dasar mandibula panjang.Ramus bisa pendek atau panjang.Tergantung pada panjang ramal, dua variasi dalam kategori ini dapat didifferensiasi.Pada pasien dengan ramus yang pendek, pola pertumbuhan vertikal dan sudut gonialnya besar. Hubungan sagittal kelas III seringkali dikombinasikan dengan gigitan terbuka. Terkadang, gigi berjejal juga muncul pada lengkung atas yang membutuhkan pencabutan selama perbaikan.Perawatan mungkin pada kasus yang lebih sedang, biasanya hanya dengan ekstraksi empat premolar pertama dan alat multiperlekatan cekat.Jika masalahnya berat, pembedahan ortognatik adalah jawaban satu-satunya.Pada pasien dengan ramus yang panjang, pola pertumbuhan horizontal, sudut gonialnya kecil, dan tampak overbite terbalik.Pada perawatan dini, koreksi overbite dan kontrol perkembangan mandibula mungkin pada banyak kasus dengan penggunaan daya oklusal.Bagaimana pun juga, maksila juga dapat menjadi prognatik jika perawatan dilakukan selama erupsi insisif. Pada kasus lain, overbitenya mungkin tetap stabil, tetapi mandibula menjadi lebih prognatik. Perkiraan lebih sulit dilakukan dengan masalah seperti ini.

Maloklusi Kelas III skeletal dengan pseudo-forced bite atau perpindahan anterior.Pseudo-forced biteatau maloklusi anterior (Gambar 21-17) sudah didiskusikan pada Bab 7. Kondisi yang dikenal sebagai Kelas III displasia skeletal sebagiannya dikompensasi oleh tipping ke labial insisif atas dan inklinasi lingual insisif bawah.Malposisi gigi ini berakibat pada penambahan panduan anterior mandibula pada jalur dari posisi istirahat ke oklusi habitual sebagai aspek lingual insisif melewati margin insisif rahang atas setelah kontak awal. Meskipun hubungan oklusal penuh memberikan penampakan bahwa mandibula lebih jauh ke depan daripada yang sebenarnya, tipe kasus ini sangatlah sulit untuk dirawat secara ortodontik karena inklinasi aksial yang tidak menguntungkan dari kedua insisif atas dan bawah dan malhubungan basal sagital nyata. Pada kasus-kasus seperti ini, terapi terdiri utamanya atas menegakkan insisif dan kemudian memulai regimen bedah ortognatik untuk memperbaiki hubungan rahang basal anteroposterior.