kel. 1 sejarah BUMN

download kel. 1 sejarah BUMN

of 41

Transcript of kel. 1 sejarah BUMN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sejak Indonesia memproklamirkan kemerdekaan hingga sekarang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah memainkan peranan yang penting dalam pembangunan dan perekonomian Negara. Negara melakukan kegiatan ekonomi dalam bentuk perusahaan dalam rangka pelaksanaan Pasal 33 UUD 1945.1 Dalam konteks pengelolaan BUMN beberapa kebijakan publik yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan kajian legalitas dan kajian historis pengelolaan BUMN dari satu pemerintahan ke pemerintahan lainnya. Perkembangan masalah publik dari waktu ke waktu yang dihadapi oleh pemerintah (sebagai salah satu aktor kebijakan) harus disikapi secara positif (dengan mengeluarkan kebijakan yang konstruktif) , sehingga mampu memberikan kemanfaatan publik yang optimal (implikasi positif bagi kehidupan masyarakat) sesuai dengan amanah Undang-undang Dasar 1945 dan seperangkat aturan pelaksanaanya. Artinya bahwa kesejahteraan dan kemakmuran rakyat-lah yang menjadi titik kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Beberapa contoh

1

Moch. Faisal Salam, Pemberdayaan BUMN di Indonesia, Pustaka, Bandung, 2005, hlm. 1

1

2

kebijakan pengelolaan BUMN yang yang akan dijelaskan dibawah ini merupakan sebagian implementasi kebijakan publik seperti:1. Kebijakan

nasionalisasi

perusahaan-perusahaan

peninggalan

Belanda;2. Kebijakan sektor perbankan; 3. Kebijakan restukturisasi usaha;dan 4. Kebijakan privatisasi BUMN. Secara prinsip orientasi kebijakan publik

adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dalam bentuk pemberian layanan publik yang berkualitas dan terjangkau. Cita-cita bangsa Indonesia yang mendasar tertuang dalam

Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 Alenia 4 secara eksplisit cita-cita bangsa Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,.

3

Cita-cita ini secara lebih eksplisit dituangkan dalam Pasal 33 UUD 1945 yang menggariskan makna sejahtera sebagai sejahtera secara merata, artinya bahwa setiap individu bangsa Indonesia berhak menikmati hidup yang sejahtera. Dalam Pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi: Ayat 1 : Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Ayat 2 : Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Ayat 3 : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dalam Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD 1945, secara jelas menerangkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting yang menguasai hajat hidup orang banyak serta bumi air dan kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dalam bentuk Badan Usaha Milik Negara, dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam pengertian diatas, secara jelas Indonesia menyatakan dirinya sebagai negara

kesejahteraan (welfare state), oleh karena itu kesejahteraan rakyat merupakan tujuan utama dari pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara.

4

Perusahaan negara atau Badan Usaha Milik Negara telah lama dikenal, sejak masuknya Belanda di Indonesia, adanya VOC (Verenigde Dost lndische Companie) dapat dijadikan bukti, keterlibatan negara dalam kegiatan ekonomi. VOC adalah suatu Trust yang dibentuk pemerintah Belanda untuk melaksanakan usaha dagang di Indonesia.2 Jadi sejak zaman penjajahan Belanda, Badan Usaha Milik Negara sebenarnya sudah ada hanya saja yang menguasai badan usaha tersebut adalah Pemerintah Kolonial Belanda. Kemudian setelah kemerdekan Indonesia, pemerintah Indonesia menguasai beberapa badan usaha yang dimiliki oleh Pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia dengan melakukan nasionalisasi terhadap badan usaha tersebut. Pemerintah Indonesia juga membentuk Badan Usaha Milik Negara lainnya demi mendorong perekonomian nasional berdasarkan Pasal 33 Undangundang Dasar 1945. Beberapa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong perekonomian nasional paska merdeka adalah dengan mendirikan

perusahaan negara dalam bidang infrastruktur yang bersifat monopoli alamiah (natural monopolies) dengan melakukan nasionalisasi. Pemerintah menasionalisasi beberapa perusahaan Belanda dalam bidang infrastruktur vital seperti KLM dinasionalisasi menjadi Garuda Indonesia Airways, Batavie Verkeers Mij dan Deli Spoorweg Mij dinasionalisasi menjadi Djawatan Kereta2

Syamsul Rizal, Analisis Juridis dari Badan Usaha Milik diunduh pada tanggal 15 Juli 2011, pukul 13.23 WIB.

Negara,

5

Api (DKA) untuk sektor transportasi dan Post, Telegraph en Telephone Dienst/PTT dinasionalisasi menjadi Jawatan Pos, Telegraph dan Telepon yang pada tahun 1961 dirubah menjadi Perusahaan Negara Pos Giro dan Telekomunikasi.3 Posisi dan peranan negara dalam perekonomian nasional pasca kemerdekaan sangatlah dominan. Argumentasi paling mendasar

diperlukannya dominasi dan intervensi pemerintah adalah:1. Situasi negara yang baru lepas dari penjajahan tidak memiliki social

overhead capital (SOC) sebagai modal pembangunan;2. Besarnya kerugian dan kerusakan public utilities sebagai akibat

perang; dan3. Terpinggirkannya pengusaha pribumi sebagai kelas ketiga (setalah

Eropa dan Keturunan Arab dan China). Pada saat ini Badan Usaha Milik Negara sudah semakin berkembang, dan mengalami pergeseran fungsi hanya mencari keuntungan saja (profit oriented) yang sangat berbeda dari fungsi awal pemerintah mendirikan BUMN. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari berbagai perubahan yang

Roziq M Kaelani, Landasan Hukum dan Sejarah BUMN Indonesia, Buletin KAHMI FE UNIBRAW,, pada tanggal 15 Juli 2011, pukul 14.24 WIB.

3

6

terjadi di Indonesia dari masa ke masa sehingga membentuk sistem Badan Usaha Milik Negara seperti yang ada pada saat ini. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengakaji mengenai sejarah perkembangan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia dan menelaahnya dalam karya tulis yang berjudul : Perkembangan Bentuk-Bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia dari sejak Zaman Hindia Belanda. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas adapun yang menjadi identifikasi masalah yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia ditinjau dari pengaturannya yang mengakibatkan

perubahan bentuk Badan Usaha Milik Negara ? 2. Apakah bentuk Badan Usaha Milik Negara yang sekarang yaitu perum dan persero sudah cukup mengakomodir seluruh kebutuhan masyarakat dikaitkan dengan UUD 1945 Pasal 33 ayat (2) dan (3) ?

7

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) A. Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Badan Usaha Milik Negara, selanjutnya disingkat BUMN, diatur dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara ( Lembaran Negara No. 70 Tahun 2003) yang diundangkan serta mulai berlaku pada 19 Juni 2003. Kehadiran undang-undang ini

menggantikan tiga undang-undang sebelumnya yang sudah dinyatakan dicabut ( tidak berlaku lagi), yaitu sebagai berikut.1. Indonesia

Bedrijvenwet

(Staatsblad

Tahun

1927

No.

419)

sebagaimana telah beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-undang No. 12 Tahun 1955 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 No. 49, Tambahan Lembaran Negara No. 850) 2. Undang-Undang No.19 Tahun Prp Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 No. 59, Tambahan Lembaran Negara No.1989)

8

3. Undang-undang No. 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Penggantian Undang-Undang No. 1 Tahun 1969

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 No. 16, Tambahan Lembaran Negara No. 2890) tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 No. 40, Tambahan Lembaran Negara No. 2904) Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.4 Kekayaan Negara yang dipisahkan adalah pemisahan kekayaan Negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk dijadikan penyertaan modal Negara pada BUMN (Persero dan Perum serta perseroan terbatas lainnya).5 Selanjutnya, pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.B. Perkembangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Di Indonesia

Rice, Robert C., 1983. The origin of Basic Economic Ideas and their Impact on New Order Policies , Bulletin of Indonesia Economic Studies, dalam http://jakarta45.wordpress.com/2009/06/30/sejarah-bumn-imf-wb-dan-privatisasi-diindonesia/. 5 Ibid.

4

9

Semenjak

Indonesia

memproklamirkan

kemerdekaan

hingga

sekarang Badan Usaha telah memainkan peran yang penting dalam pembangunan dan perekonomian Negara. Negara melakukan kegiatan ekonomi dalam bentuk perusahaan dalam rangka pelaksanaan Pasal 33 UUD 1945. Badan Usaha Milik Negara di Indonesia dapat dibagi dalam 5 periode yaitu : 1. Periode Sebelum Kemerdekaan Pada waktu zaman penjajah Belanda, pemerintah Hindia Belanda melakukan usaha-usaha yang bertujuan mendapatkan penghasilan yang diusahakan oleh perusahaan-perusahaan pemerintah arau Negara.6a.

Perusahaan Negara yang di atur dengan Indonesische Bedrijvenwent Stb 1927 No. 419 yang diubanh dengan Stb 1936 No. 445 (Perusahaan IBW). Ciri- cirri PN IBW yang biasa diidentifikasi, antara lain sebagai berikut. 1) Tiap-tiap memperoleh pinjaman dari Negara, dan tiap tahun harus dibayar bunga.

Mulhadi, S.H., M.HUM, Hukum Perusahaan Bentuk-bentuk usaha di Indonesia, Bogor, 2010.

6

10

2) Jumlah pinjaman selalu diperhitungkan di dalam Anggaran Belanda Negara (APBN) 3) Merupakan perusahaan-perusahaan yang diusahakan oleh

jawatan-jawatan Pemerintah. 4) Semua hasil dan beban dari perusahaan IBW harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga beban dan hasil perusahaan dapat mempengaruhi APBN.b. Perusahaan

Negra

yang

di

atur

berdasarkan

Indonesische

Comptabiliteitswet Stb 1925 No 448 (Perusahaan Negara ICW). Contoh Perusahaan antara lain sebagai berikut. 1) Modal diperoleh dan APBN 2) Tidak diharuskan mengadakan perhitungan yang cermat mengenai beban-beban dan hasil yang diperoleh perusahaan Terjadi suatu pelaksanaan administrasi mengenai jumlah uang yang diperoleh dari Kas Negara dan hasil-hasil yang diterima, harus juga disetorkan kepada Kas Negara 2. Periode 1945-1960

11

Dalam periode ini perusahaan-perusahaan yang tunduk pada IBW dan ICW tetap dilanjutkan. Selama jangka waktu dari tahun 1945-1960, terdapat kurang lebih 20 perusahaan yang tunduk pada IBW, yaitu : a. Jawatan Penggadain (Stbl 1930 No. 226). b. Perusahaan Garam dan Soda (Stbl 1936 No. 711). c. Pusat Perkebunan Negara (Stbl 1930 No. 270 dan Stbl 1934 No. 410). d. Percetakan Negara (Stbl 1927 No.688). e. Jawatan PTT (Stbl 1931 No. 524). f. Pelabuhan Tanjung Priok (Stbl 1934 No.109). g. Pelabuhan Surabaya (Stbl 1934 No. 109). h. Pelabuhan Makassar (Stbl 1931 No. 947). i. Pelabuhan Semarang (Stbl 1932 No. 519).

j. Pelabuhan Belawan (Stbl 1931 No. 496). k. Pelabuhan Teluk Bayur (Stbln No. 1931 No. 497). l. Pelabuan Palembang UU Darurat No. 3 Tahun 1955 (LN No. 15 Tahun 1955). m. Jawatan Kereta Api (Stbl 1939 No. 556).

12

n. Perusahaan Reproduksi dari Jawatan Tofografi (Stbl 1930 No.262). o. Tambang Timah Bangka (Stbl 1939 No. 185). p. Perusahaan Batu Bara Ombilin (Stbl 1933 No. 315). q. Perusahaan Batu Bara Bukit Asam (Stbl 1933 No.3140. r. Pembuatan Sera dan Vaksin (Lembaga Pasteur) dengan UndangUndang No.14 tahun 1955 dan Undang-Undang No.23 tahun 1957 (LN No. 45 tahun 1957). s. Penataran Angkatan Laut (Stbl 1939 No. 80). t. Perusahaan Negara Pembangkit Tenaga Listrik (Stbl 1933 No. 324).

Disamping itu ada jenis Badan Usaha Negara lainnya yaitu : a. Perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Badan/Lembaga tertentu berdasarkan peraturan tertentu, misalnya Bank Industri Negara yang didirikan pada tahun 1952 kemudian mendirikan beberapa perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh Bank tersebut seperti PT. Natour Ltd, PT. Usindo dan lain-lain. Selain itu Bank

13

Industri

Negara

sepenuhnya

dikonsolidasi

menjadi

Bank

Pembangunan Indonesia (BAPINDO). b. Dalam rangka Pembebasan Irian Barat dari penjajahan Belanda, perusahaan-perusahaan Belanda yang ada di Indonesia

dinasionalisasi dan diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1958. Perusahaan-perusahaan tersebut beroperasi dalam hampir semua sektor perekonomian negara yang mencakup lapangan perbankan, perkebunan, perdagangan dan pelayanan jasa.c. Badan-badan Usaha Negara dalam bentuk Perseroan Terbatas. Di

samping

perusahaan-perusahaan

yang

didirikan

berdasarkan

peraturan-peraturan khusus, terdapat juga perusahaan-perusahaan yang didirikan berdasarkan Hukum Perdata (KUH Perdata).7

3. Periode 1960-1969 Adanya berbagai bentuk Badan Usaha yang diurus oleh negara menyebabkan kesulitan-kesulitan dalam pembinaannya dan pengawasannya. Dalam hubungan ini pada tahun 1960 Pemerintah mencoba menyeragamkan

7

Ibid, hlm. 3.

14

bentuk Badan Usaha menjadi bentuk Perusahaan Negara (PN) dengan landasan Undang-Undang No. 19 tahu 1960. Diperkirakan pada waktu itu terdapat sekitar 822 Perusahaan Negara yang merupakan jumlah yang sangat banyak. Seklaipun telah diadakan penyeragaman bentuk, namun masih terdapat juga beberapa penyertaan negara dalam bentuk lain, seperti dalam bentuk Perseroan Terbatas dimana sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh negara, misalnya PT. Hotel Indonesia Internasional (PT HII), PT. Sarinah, Perusahaan patungan seperti PT. Inbritex dan lain-lain. Khusus untuk Bank-bank milik negara, telah dikeluarkan UndangUndang tersendiri, yaitu : 1. Bank Indonesia (Undang-Undang No. 13 Tahun 1968). 2. Bank Negara Indonesia 1946 (Undang-Undang No.17 Tahun 1966). 3. Bank Dagang Negara (Undang-Undang No.18 Tahun 1968). 4. Bank Bumi Daya (Undang-Undang No.19 Tahun 1968). 5. Bank Tabungan Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 1968). 6. Bank Rakyat Indonesia (Undang-Undang No.21 Tahun 1968). 7. Bank Ekspor Impor Indonesia (Undang-Undang No.22 Tahun 1968).

15

Mengenai

BAPINDO

diatur

dengan

Peraturan

Pemerintah

NO.

30/Prp/1960 dan Keputusan Presidium Kabinet No. 127/U/KEP/s/1967.8 4. Periode 1969 sampai 2003 Bangkitnya Orde baru tahun 1966 dan dikeluarkannya Ketetapanketetapan MPRS yang memberikan peranan bagi pemerintah dalam bidang perekonomian nasional, yaitu TAP MPR No. 23 untuk mengarahkan dan bukan untuk memimpin perekonomian, telah memberikan dasar bagi perubahan-perubahan fundamental terhadap eksistensi Badan-badan Usaha Negara. Dengan pemerintah dikeluarkannya meletakkan Undang-Undang dasar-dasar No. 9 Tahun 1969

telah

penertiban,

pengelolaan

pembinaan dan pengawasan yang lebih baik bagi Badan-Badan Usaha Negara di Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang tersebut semua bentuk penyertaan negara harus diklasifikasikan ke dalam 3 bentuk pokok, yaitu PERJAN (Perusahaan Jawatan), PERUM (Perusahaan Umum) dan

PERSERO (Perusahaan Perseroan). Masing-masing Badan Usaha Negara, dari 3 bentuk pokok tersebut, mempunyai ciri-ciri atau karakteristik tertentu. PERJAN merupakan Badan Usaha Negara yang memberikan pelayanan kepada masyarakat, merupakan bagian dari Departemen tertentu,

8

Ibid, hlm. 3.

16

pegawai-pegawainya dianggap merupakan pegawai neger, dipimpin oleh seorang Kepala dan memperoleh fasilitas negara berupa subsidi untuk kelancaran tugas operasionalnya. PERUM merupakan Badan Usaha Negara yang bertujuan melayani masyarakat dan sekaligus memupuk keuntungan, berstatus sebagai Badan Hukum, pegawai-pegawainya merupakan pegawai perusahaan negara, semua modalnya dimiliki Negara dan pada umumnya bergerak dalam sektorsektor perekonomian yang vital. PERSERO merupakan Badan Usaha Negara berbentuk Perseroan (PT) bertujuan memupuk keuntungan, dipimpin oleh Direksi dengan pengawasan Dewan Komisaris, pegawainya dianggap sebagia pegawai perusahaan, modalnya dalam bentuk saham0saham yang sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh Negara, dapat mengadakan usaha patungan baik dengan perusahaan nasional maupun dengan perusahaan-perusahaan asing. Dalam perkembangannya Badan Usaha Negara yang bergerak dalam bidang Pertambangan dan Gas Bumi dijadikan Badan Usaha tersendiri dengan nama PERTAMINA diatur berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1971. Dengan demikian pada saat ini Badan Usaha negara di Indonesia disamping tiga bentuk usaha diatas, masih dikenal bentuk-bentuk lain yang

17

mempunyai ciri-ciri khusus dan tunduk pada Undang-Undang tersendiri, yaitu antara lain Bank-Bank Pemerintah dan Pertamina. Badan usaha Negara yang sudah ada sebelumnya, yaitu Perusahaan Negara (PN) dan PerseroanPerseroan Terbatas Milik Negara (PT.Lama) harus dialihkan dan disesuaikan bentuknya. Sedangkan pada tingkat daerah dibentuk Perusahaan Negara berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 1982, yang tidak termasuk dalam himpunan peraturan ini.9 5. Periode Tahun 2003 Dalam rangka pemberdayaan itu telah dikeluarkan berbagai Peraturan Pemerintah, namun Peraturan Pemerintah tersebut masih dirasakan kurang efektif, sehingga dianggap belum dapat memberdayakan Badan Usaha Milik Negara secara optimal. Oleh karena itu diperlukan peratura yang lebih memadai, maka untuk itu lahirnya Undang-Undang No. 19 Tahun 2003. Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) yang seluruhnya atau sebagaian besar modalnya berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan, merupakan salah satu perlaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional, di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, BUMN, swasta dan koperasi melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi.

9

Ibid, hlm. 5.

18

Pada kenyataannya, walaupun BUMN telah mencapai tujuan awal sebagai agen pembangunan dan pendorong terciptanya korporasi, namun tujuan tersebut dicapai dengan biaya relatif tinggi. Kinerja perusahaan dinilai belum memadai, seperti tampak pada rendahnya laba yang diperoleh dibandingkan dengan modal yang ditanamkan. Dikarenakan berbagai kendala, BUMN nelum sepenuhnya dpat menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau serta belum mampu berkompetisi dalam persaingan bisnis secara global. Selain itu karena keterbatasan sumber daya, fungsi BUMN bagi sebagai

pelopor/perintis maupun sebagai penyeimbang kekuatan swasta besar, juga belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Undang-Undang BUMN yang baru dirancang untuk menciptakan sistem pengelolaan dan pengawasan berlandaskan pada prinsip efisiensi dan produktivitas guna meningkatkan kinerja dan nilai ( Value ) BUMN, serta menghindarkan BUMN dari tindakan-tindakan pengeksploitasian di luar asas tata kelola perusahaan yang baik. Undang- Undang ini juga dirancang untuk menata dan mempertega peran lembaga dan posisi wakil pemerintah sebagai pemegang saham pemilik modal BUMN, serta mempertegas dan memperjelas hubungan BUMN selaku operator usaha dengan lembaga pemerintah sebagai regulator.

19

C. Penggolongan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkembangan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) digolongkan menjadi dua bentuk, antara lain: 1. Perusahaan Perseroan a. Pengertian Persero Pengertian persero dijelaskan dalam Pasal 1 butir 2 UU BUMN sebagai berikut : Perusahaan perseroan, yang selanjutnya disebut persero, adalah BUMN yang bentuknya perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikitnya 51% sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar Keuntungan. Dari pengertian persero tersebut diatas, dapat diketahui bahwa bentuk hukum badan usaha persero adalah perseroan terbatas. Hal ini berarti ketentuan tentang perseroan terbatas berlaku juga untuk persero.10 Hal ini juga dijelaskan dalam Pasal 11 UU BUMN yang mengemukakan : terhadap persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana diatur

10

Sentosa sembiring, Hukum Dagang PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 63.

20

dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan terbatas. Pendirian persero diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan menteri tekhnis dan menteri Keuangan. Pelaksanaan pendirian persero dilakukan oleh Menteri dengan

memperhatikan peraturan perundang-undangan (Pasal 10 UU No.19 Tahun 2003).11 Pengkajian yang dimakssdu dalam pasal ini untuk menentukan layak atau tidaknya persero tersebut didirikan melalui kajian atas perencanaan bisnis dan

kemampuan untuk mandiri serta mengembangkan usaha dimasa mendatang.12 Pelaksanaan pendirian persero dilakukan oleh menteri mengingat menteri merupakan wakil Negara selaku pemegang saham pada persero dengan berpedoman pada peraturan perundang-Undangan.

b. Maksud dan Tujuan Persero

Abdulkadir Muhamad, Hukum Perusahaan Indonesia Cetakan Revisi Ketiga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 146. 12 Ibid, hlm. 147.

11

21

Dalam Pasal Persero adalah:

12 UU BUMN disebutkan Maksud dan Tujuan

1. Menyediakan barang dan/ atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat; 2. Mengejar perusahaan. Dalam Penjelasan Pasal 12 UU BUMN disebutkan: Persero sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional dituntut untuk dapat memenuhi permintaan pasar melalui penyediaan barang dan/ atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, baik di pasar dalam negeri maupun internasional. Dengan demikian dapat meningkatkan keuntungan dan nilai persero yang bersangkutan sehingga akan memberikan manfaat yang optimal bagi pihak-pihak yang terkait. Dari ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa persero sebagai salah satu pelaku ekonomi. Sebagai pelaku ekonomi, hal ini berarti badan Usaha ini harus mampu bersaing dengan badan usaha lainnya dalam menghasilkan produk-produknya.13 keuntungan guna meningkatkan nilai

2. Perusahaan Umum (PERUM)13

Santosa Sembiring, op. cit. hlm. 64.

22

a. Pengertian Perum Dalam Pasal 1 butir 4 UU BUMN disebutkan : Perusahaan umum yang selanjutnya disebut perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki Negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Dari pengertian Perum tersebut, tampak bahwa perum sebagai BUMN modal seluruhnya dimiliki oleh Negara modal tidak terbagi atas saham. Pendirian perum disusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri Tekhnis dan Menteri Keuangan. Perum yang didirikan tersebut memperoleh status badan hokum sejak

diundangkannya peraturan pemerintah tentang pendiriannya, ketentuan lebih lanjut mengenai pendirian, pembinaan,

pengurusan, dan pengawasan perum diatus dengan Peraturan Pemerintah Pasal 35 UU No.19 Tahun 2006. b. Maksud dan Tujuan Perum Maksud dan Tujuan didirikannya perusahaan Umum (Perum) dijelaskan dalam Pasal 36 UU BUMN, yaitu sebagai berikut :

23

Maksud dan tujuan perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.(1)

Untuk mendukung kegiatan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dengan persetujuan menteri, perum dapat melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain D. Manfaat Badan Usaha Milik Negara (BUMN): Manfaat Badan Usaha Milik Negara, antara lain: 1. Memberi kemudahan kepada masyarakat luas dalm memperoleh berbagai alat pemenuhan kebutuhan hidup yang berupa barang atau jasa. 2. Membuka dan memperluas kesempatan kerja bagi penduduk

angkatan kerja. 3. Mencegah monopoli pasar atas barang dan jasa yang merupakan kebutuhan masyrakat banyak oleh sekelompok pengusaha swasta yang bermodal kuat. 4. Meningkatan kuantitas dan kualitas produksi komoditi ekspor sebagai sumber devisa, baik migas maupun non migas.

24

5. Menghimpun dana untuk mengisi kas Negara, yang selanjutnya

dipergunakan untuk memajukan dan mengembangkan perekonomian Negara.

25

BAB III PERKEMBANGAN PENGATURAN BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG MENGAKIBATKAN PERUBAHAN BENTUK-BENTUK BADAN USAHA MILIK NEGARA

A. Perkembangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia di tinjau dari Pengaturannya yang mengakibatkan perubahan bentuk BUMN Perusahaan Negara yang pada saat ini disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berkembang sejak jaman penjajahan oleh Belanda sampai saat ini, sehingga peraturan dari Belanda yang mengatur mengenai BUMN dalam periode tertentu berlaku di Indonesia namun akhirnya dalam periode selanjutnya hingga saat ini peraturan dari Belanda tersebut tidak berlaku. Perkembangan pengaturan BUMN di Indonesia terbagi dalam beberapa pengaturan yaitu : 1. Setelah Indonesia merdeka / sebelum berlakunya UU No. 19 Tahun 1960

26

a. BUMN berdasarkan Undang-undang Perusahaan Stbl 1925 No.

448 Indonesische Compatibiliteitwet atau selanjutnya biasa disingkat ICW (stbl 1925 No. 448) adalah undang-undang tentang cara pengurusan perbendaharaan/keuangan Negara yang asalnya dari pemerintah Hindia Belanda dahulu yang kemudian diberlakukan berdasarkan Peraturan Peralihan Pasal II Undang-undang Dasar 1945.14 Dalam Undang-undang ini diatur antara lain : 1) Cara pengurusan keuangan 2) Tentang pertanggungjawaban keuangan Perusahaan Negara dalam ICW tidak tegas dinyatakan secara tegas sebagai Perusahaan, karena sebenarnya perusahaanperusahaan dalam ICW hanya merupakan organisasi produksi yang diselennggarakan oleh Pemerintah.15 Seluruh Anggaran Belanja Tahunan Perusahan Negara dalam ICW termasuk dalam Anggaran Belanja Departemen yang menguasai perusahaan tersebut. Maka penggunaan keuangan perusahaan ini harus dilaksanakan menurut cara yang telah ditetapkan dalam ICW14

Moch. Faisal Salam , op. cit, hlm. 28. R.T Sutantya R. Hadhikusuma et. al, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan, Rajawali Pers, Jakarta 1991, hlm. 182.15

27

dan seluruh keuntungan yang didapat disetorkan pada Kas Negara. Oleh karena itu menurut penulis bahwa perusahaan yang dikatakan berdasarkan ICW, sebenarnya bukan perusahan, melainkan hanya cabang dinas saja dari Negara yang

menyelenggarakannya diserahkan pada suatu bagian dinas atau departemen pemerintahan. Perusahaan Negara dalam ICW tidak semata-mata mencari keuntungan (komersiil), melainkan mempunyai fungsi sebagai suatu Lembaga Pemerintahan yang menjadi bagian dari instansi atau Dinas pemerintah, yang menjalankan pelayanan masyarakat (public service).b. BUMN berdasarkan Indonesische Bedrijvenswet Stbl 1927 No.

419 Undang-undang Perusahaan Indonesia Stbl 1927 No. 419 yang selanjutnya disingkat dengan IBW lebih memberi kemungkinan untuk mengadakan pengurusan dan pembukuan dari beberapa cabang dinas Negara yang mempunyai sifat perusahaan secara komersial.

28

Cabang-cabang dinas Negara yang mempunyai sifat perusahaan yang kemudian ditunjuk dengan peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan dari IBW, dinamakan Perusahaan Negara

berdasarkan IBW. Perhitungan tahunan terdiri dari neraca perhitungan laba-rugi daftar perubahan modal dan perhitungan anggaran. Dengan sistem ini maka Perusahaan Negara berdasarkan maka Perusahaan Negara berdasarkan IBW dapat mengurus keuangan sendiri dan

Pemerintah dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang hasil dari masing-masing perusahaan. Dalam sistem perusahaan berdasarkan IBW ini kepada

perusahaan tidak diberi keleluasaan begerak dalam usaha untuk memperkembangkan pembangunannya yang sesuai dengan

kebutuhan-kebutuhan atau keadaannya, karena untuk investasi harus mendapat persetujuan Pemerintah, yang jumlahnya

tergantung dari kemampuan Negara. 2. UU No. 19 Prp Tahun 1960 Tentang Perusahaan Negara Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka untuk menyesuaikan organisasi alat-alat produksi dan distribusi sebagai

29

organisasi penyelenggaraan pasal 33 Undang-undang Dasar 1945, Pemerintah merasa perlu untuk menyeragamkan bentuk-bentuk Usaha Negara. Oleh karena itu dikeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 19 tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (Perpu Nomor 19/1960), yang kemudian dijadikan Undangundang No. 19 Prp. Tahun 1960. Menurut Undang-undang No. 19 Prp. Tahun 1960, pengertian Perusahaan Negara adalah sebagai berikut : Semua perusahaan dalam bentuk apapun yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan Negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang-undang. Perusahan Negara mempunyai tujuan untuk membangun ekonomi nasional, untuk kesejahteraan rakyat atau meningkatkan kehidupan rakyat.16 Perusahaan Negara adalah sebagai Badan Hukum di mana modalnya adalah merupakan kekayaan sendiri yang terlepas dari kekayaan negara (Kekayaan negara yang dipisahkan) dan tidak terbagi dalam saham-saham.17 Berhubung kekayaan Perusahaan Negara seluruhnya16 17

R.T Sutantya R. Hadhikusuma et. al, op. cit. hlm. 186 Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Bentuk-Bentuk Perusahan (Badan Usaha) Di Indonesia, CV. Mandar Maju, Bandung, 1997, hlm 112.

30

merupakan kekayaan Perusahaan Negara seluruhnya merupakan kekayaan Negara yang dipisahkan, maka diaturlah di dalam pasal 1 Undang-undang No. 19 Prp. Tahun 1960 ini bahwa Pegawai Perusahaan Negara berkewajiban mengganti kerugian yang diderita oleh perusahaan, yang dikarenakan kelalaian di dalam menjalankan kewajiban dan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. 3. UU No. 9 Tahun 1969 Tentang Bentuk Usaha Negara Pada tanggal 28 Desember 1967 Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Instruksi Presiden No. 17 tahun 1967 tentang penyederhanaan Perusahaan Negara kedalam tiga bentuk Usaha Negara. Perubahan bentuk usaha Negara dilakukan karena kenyataan menunjukan tidak adanya efisiensi dalam Perusahaan Negara sehingga dipandang perlu segera menertibkan kembali.18 Berdasarkan pasal 1 Undang-undang No. 9 Tahun 1969, maka sejak tanggal 1 Agustus 1969 di Indonesia hanya terkenal tiga bentuk Perusahaan Negara, yaitu Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum), dan Perusahaan Perseroan (Persero). Pasal 2 Undang-undang No. 9 Tahun 1969, menetapkan hal-hal sebagai berikut :18

M. Manullang, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta, 1964, hlm. 39-40.

31

1) Perjan adalah Perusahaan Negara yang didirikan dan diatur menurut ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Indonesiche Bedrijvenswet (Stbl 1927 No. 419, sebagaimana yang telah beberapa kali dirubah dan ditambah). 2) Perum adalah Perusahaan Negara yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan yang termaktub dalam Undang-undang No. 19 Tahun 1960. 3) Persero adalah Perusahaan Negara dalam bentuk Perseroan Terbatas, seperti diatur menurut ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23) sebagaimana yang telah beberapa kali diubah dan ditambah baik yang sahamsahamnya untuk sebagiannya maupun seluruhnya dimiliki oleh Negara. 4. UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN Peraturan perundang-undangan yang mengatur Badan Usaha Milik Negara sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan perekonomian dan dunia usaha yang semakin pesat, baik secara nasional maupun internasional sehingga Peraturan yang berlaku mengenai BUMN sebelumnya diganti oleh Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003.

32

Dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 terdapat perubahan mengenai bentuk-bentuk dari BUMN, yaitu bentuk BUMN menjadi tiga bentuk yaitu Perusahaan Perseroan dan Perusahaan Umum. Jadi dalam Undang-undang ini tidak ada BUMN yang berbentuk

Perusahaan Jawatan (Perjan). Hal tersebut mungkin karena Perjan dalam prakteknya sangat membebani keuangan negara. a. Perusahaan Perseroan (Persero) Pengertian persero dijelaskan dalam Pasal 1 butir 2 UU BUMN sebagai berikut : Perusahaan perseroan, yang selanjutnya disebut persero, adalah BUMN yang bentuknya perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikitnya 51% sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar Keuntungan. Dari pengertian persero tersebut diatas, dapat diketahui bahwa bentuk hukum badan usaha persero adalah perseroan terbatas. Hal ini berarti ketentuan tentang perseroan terbatas berlaku juga untuk persero.19 Dalam Pasal Persero adalah : 12 UU BUMN disebutkan Maksud dan Tujuan

19

Sentosa sembiring, Hukum Dagang PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 63.

33

1)

Menyediakan barang dan/ atau jasa yang bermutu tinggi

dan berdaya saing kuat; 2) Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai

perusahaan. Persero yang diatur dalam Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tujuannya sebenarnya hampir sama dengan Persero yang diatur dalam Undang-undang No. 9 Tahun 1969 karena tujuannya pada intinya adalah mencari keuntungan dan tidak untuk pelayanan publik. Dalam Persero terdapat juga Perusahaan Perseroan Terbuka (Persero Terbuka). Pengertian persero terbuka dijelaskan dalam Pasal 1 butir 2 Undang-undang No. 19 Tahun 2003 (UU BUMN) sebagai berikut : Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Persero Terbuka ini sebenarnya hampir sama dengan Persero hanya saja Persero terbuka pemegang saham memenuhi kriteria tertentu atau Persero terbuka ini melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar

34

modal, dalam hal ini adalah Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dalam Pasal 1 angka 15 Undang-undang No. 8 Tahun 1995 dijelaskan tentang penawaran umum, yaitu : Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. b. Perusahaan Umum (Perum) Pengertian Perum terdapat Dalam Pasal 1 butir 4 Undang-undang No. 19 UU BUMN disebutkan : Perusahaan umum yang selanjutnya disebut perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki Negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Dari pengertian Perum tersebut, tampak bahwa perum sebagai BUMN modal seluruhnya dimiliki oleh Negara modal tidak terbagi atas saham. Perum yang didirikan berbentuk badan hukum. Tujuan didirikannya perusahaan Umum (Perum) dijelaskan dalam Pasal 36 UU BUMN, yaitu sebagai berikut :

35

(2)

Maksud dan tujuan perum adalah menyelenggarakan

usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Untuk mendukung kegiatan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dengan persetujuan menteri, perum dapat melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain.

B. Pengaruh perubahan bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dapat mengakibatkan pergeseran fungsi dan makna bidang usaha yang dianggap vital dan menyangkut hajat hidup orang banyak Perkembangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) jika ditinjau dari pengaturannya telah mengakibatkan perubahan bentuk BUMN. Berbagai

36

pengaturan mengenai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah mengalami perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan ini menyebabkan perubahan bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pula. Dengan adanya perkembangan perubahan bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari masa ke masa, maka terjadi pergeseran fungsi dan peranan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sesuai dengan Undang-undang No.9 Tahun 1969, usaha-usaha negara berbentuk Perusahaan dibedakan dalam tiga bentuk : 1. Perusahaan Jawatan (Perjan) 2. Perusahaan Umum (Perum) 3. Perusahaan Perseroan (Persero) Dengan keluarnya UU No.9 Tahun 1969 maka BUMN yang sudah ada sebelumnya, yaitu Perusahaan-perusahaan Negara dan Perseroanperseroan Terbatas Milik Negara (dikenal sebagai PT Lama) harus dialihkan dan disesuaikan bentuknya. Setelah lahirnya Undang-undang No. 19 tahun 2003 Tentang BUMN, maka terjadi perubahan lagi dalam bentuk BUMN yaitu bentuk-bentuk BUMN terbagi dalam :

37

1. Perusahaan Perseroan 2. Perusahaan Umum BUMN pada masa sebelum tahun 1960 diatur dalam ICW dan IBW. Pada pengaturan tersebut BUMN merupakan bagian dari suatu departemen atau suatu dinas tertentu sehingga pada masa itu BUMN mempunyai fungsi pelayanan publik (public service) karena dinas atau departemen pemerintah mempunyai fungsi pelayanan publik atau fungsi sosial, contohnya yaitu Jawatan Pegadaian, Jawatan Pos Telegraf dan telepon, Perusahaan kereta api, dll. Pada masa ini BUMN tidak dikelompokan pada bentuk-bentuk tertentu seperti pada masa sekarang. Namun dilihat dari fungsinya yang mempunyai fungsi pelayanan publik maka BUMN pada masa ini berbentuk Perusahaan Jawatan. BUMN pada masa setelah tahun 1960 terus mengalami

perkembangan yang sangat berpengruh terhadap fungsi dari BUMN itu sendiri. Pada tahun 1960 lahir Undang-undang No. 19 Prp. Tahun 1960. Dalam Undang-undang No. 19 Prp. Tahun 1960 tidak diatur mengenai bentuk-bentuk BUMN namun dijelaskan secara tegas dalam pasal 4 ayat (1) bahwa Perusahaan negara adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat: 1. Memberi jasa

38

2. Menyelenggarakan kemanfaatan umum 3. Memupuk pendapatan Sifat dari Perusahaan Negara (BUMN) pada masa ini terdapat sifat mencari keuntungan, jadi setelah adanya Undang-undang No. 19 Prp. Tahun 1960 fungsi BUMN menjadi dua yaitu fungsi pelayanan publik dan mencari keuntungan. BUMN yang memiliki dua fungsi tersebut pada saat ini dikenal dengan bentuk Perusahaan Umum. Pada tahun 1969 lahir Undang-undang No. 9 Tahun 1969, dalam pasal 1 Undang-undang tersebut dijelaskan secara tegas bahwa BUMN dibagai dalam tiga bentuk yaitu : 1. Perusahaan Jawatan (Perjan) Perjan ini mempunyai fungsi seperti perusahaan Negara yang diatur dalam ICW dan IBW yang mempunyai fungsi pelayanan publik (public service).

2. Perusahaan Umum (Perum) Perusahaan umum ini mempunyai fungsi untuk melakukan pelayanan publik untuk masayarakat juga mencari keuntungan.

39

3. Perusahaan Perseroan (Persero) Persero ini bentuknya seperti Perseroan Terbatas sehingga tujuannya mencari keuntungan hanya saja sebagian besar sahamnya harus milik Negara. Dalam perkembangannya dari tahun 1989 BUMN yang berbentuk Perjan sudah tidak ada lagi.20 Menurut penulis mungkin karena Perjan sangat membebani keuangan Negara dan tidak menghasilkan keuntungan yang memadai. Sehingga sudah tidak ada lagi BUMN yang hanya mempunyai fungsi untuk menyelenggarakan kepentingan publik. Selain itu mulai dari tahun 1968 sampai tahun 1994 jumlah Perum pun jauh lebih sedikit daripada jumlah Persero. Pada tahun 1994 jumlah Perum yang ada di Indonesia terdapat 19 perusahaan dan jumlah Persero terdapat 160 perusahaan.21 Pada tahun 2003 lahir Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Dalam Undang-undang tersebut bentuk Perjan sebagai salah satu BUMN dihilangkan. Bentuk BUMN yang dikenal dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara yaitu : 1. Perusahaan Perseroan

Syamsul Rizal, Analisis [07/07/2010] 21 Ibid.

20

Juridis

dari

Badan

Usaha

Milik

Negara,

40

2. Perusahaan Perseroan Terbuka 3. Perusahaan Umum Bentuk perusahaan yang mempunyai fungsi pelayanan publik adalah Perum yang selain itu juga mempunyai tujuan mencari keuntungan. Sedangkan Persero dan Persero terbuka tujuannya adalah mencari keuntungan. Mulai dari tahun 1994 sampai saat ini pun jumlah Perum jauh lebih sedikit dari jumlah Persero dan Persero terbuka. Sehingga penulis menyimpulkan fungsi BUMN yang pada awalnya hanya untuk pelayanan publik telah bergeser menjadi perusahaan yang lebih mengutamakan untuk mencari keuntungan (profit).

BAB IV SIMPULAN

41

A. Perkembangan pengaturan BUMN dimulai pada masa sebelum tahun 1960 yang masih menggunakan hukum belanda yaitu ICW dan IBW hingga saat ini yang menggunakan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2006 Tentang BUMN. Perkembangan tersebut mengakibatkan perubahan dalam bentuk BUMN yaitu dari BUMN yang memiliki tiga bentuk yaitu Perjan, Perum, dan Persero menjadi hanya dua bentuk pada saat ini yaitu hanya Persero dan Perum. B. Perubahan bentuk-bentuk BUMN yang terjadi seiring dengan

perkembangan BUMN juga mengakibatkan pergeseran fungsi BUMN. Karena yang pada awalnya BUMN yang dibentuk untuk kemakmuran rakyat dengan melaksanakan pelayanan publik bergeser menjadi perusahaan yang lebih mengutamakan keuntungan karena dalam praktek jumlah persero jauh lebih banyak daripada jumlah perum.