Kekuasaan Dan Kepemimpinan (Sosio)

15
BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN KEKUASAAN DAN SUMBERNYA 2.1.1 Pengertian Kekuasaan Menurut Max Weber, kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu. 2.1.2 Sumber-sumber Kekuasaan Kekuasaan dapat bersumber pada bermacam-macam factor. Apabila sumber-sumber kekuasaan tersebut dikaitkan dengan kegunaannya, maka dapat diperoleh gambarannya sebagai berikut : Sumber Kegunaan a. Militer/Polisi/Krim inal a. Pengendalian Kekerasan b. Ekonomi b. Mengendalikan tanah, buruh, kekayaan material, produksi c. Politik c. Pengambilan Keputusan d. Hukum d. Mempertahankan, mengubah, 1

description

intro to socio

Transcript of Kekuasaan Dan Kepemimpinan (Sosio)

Page 1: Kekuasaan Dan Kepemimpinan (Sosio)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEKUASAAN DAN SUMBERNYA

2.1.1 Pengertian Kekuasaan

Menurut Max Weber, kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau

sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-

kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-

tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.

2.1.2 Sumber-sumber Kekuasaan

Kekuasaan dapat bersumber pada bermacam-macam factor. Apabila sumber-

sumber kekuasaan tersebut dikaitkan dengan kegunaannya, maka dapat

diperoleh gambarannya sebagai berikut :

Sumber Kegunaan

a. Militer/Polisi/Kriminal a. Pengendalian Kekerasan

b. Ekonomib. Mengendalikan tanah, buruh, kekayaan

material, produksi

c. Politik c. Pengambilan Keputusan

d. Hukumd. Mempertahankan, mengubah,

melancarkan interaksi

e. Tradisi e. Sistem kepercayaan nilai-nilai

f. Ideologi f. Pandangan hidup, integrasi

g. Diversionary power g. Kepentingan rekreatif

2.2 UNSUR-UNSUR DAN SALURAN KEKUASAAN

2.2.1 Unsur-unsur Kekuasaan

Kekuasaan yang dapat dijumpai pada interaksi social antara manusia maupun

antar kelompok mempunyai beberapa unsur pokok, yaitu :

1

Page 2: Kekuasaan Dan Kepemimpinan (Sosio)

Rasa Takut

Perasaan takut pada seseorang (yang merupakan penguasa, misalnya)

menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan

orang yang ditakuti tadi. Rasa takut merupakan perasaan negative, karena

seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan terpaksa. Orang yang

mempunyai rasa takut akan berbuat segala sesuatu yang sesuai dengan

keinginan orang yang ditakutinya, agar terhindar dari kesukaran-kesukaran

yang akan menimpa dirinya, seandainya ita tidak patuh. Rasa takut juga

menyebabkan orang yang bersangkutan meniru tindakan-tindakan orang

yang ditakutinya. Gejala ini yang dinamakan matched dependent

behaviour, dimana gejala tersebut tidak mempunyai tujuan konkrit bagi

yang melakukannya. Rasa takut merupakan gejala universal yang terdapat

dimana-mana dan biasanya dipergunakan sebaik-baiknya dalam

masyarakat yang mempunyai pemerintahan otoriter.

Rasa Cinta

Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif.

Orang-orang lain bertindak sesuai dengan kehendak pihak yang berkuasa,

untuk menyenangkan semua pihak. Artinya ada titik pertemuan antara

pihak-pihak yang bersangkutan. Rasa cinta biasanya telah mendarah

daging (internalized) dalam diri seseorang atau sekelompok orang. Rasa

cinta yang efisien seharusnya dimulai dari pihak penguasa. Apabila ada

suatu reaksi positif dari masyarakat yang dikuasai, maka system kekuasaan

akan dapat berjalan dengan baik dan teratur.

Kepercayaan

Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua

orang atau lebih yang bersifat asosiatif. Misalnya, si B sebagai orang yang

dikuasai mengadakan hubungan langsung dengan si A sebagai pemegang

kekuasaan. B percaya sepenuhnya terhadap A, kalau A akan selalu

bertindak dan berlaku baik. Dengan demikian, maka setiap keinginan A

akan selalu dilaksanakan oleh B. kemungkinan sekali bahwa B sama sekali

tidak mengetahui kegunaan tindakan-tindakannya itu. Akan tetapi, karena

dia telah menaruh kepercayaan kepada A, maka dia akan berbuat hal-hal

2

Page 3: Kekuasaan Dan Kepemimpinan (Sosio)

yang sesuai dengan kemauan A yang merupakan penguasa, agar tambah

mempercayai. Pada contoh tersebut, hubungan yang terjadi bersifat

pribadi, akan tetapi, mungkin saja bahwa hubungan demikian akan

berkembang di dalam suatu organisasi atau masyarakat secara luas. Soal

kepercayaan memang sangat penting demi berjalannya suatu kekuasaan.

Pemujaan

System kepercayaan mungkin masih dapat disangkal oleh orang lain. Akan

tetapi di dalam system pemujaan, seseorang atau sekelompok orang-orang

yang memegang kekuasaan, mempunyai dasar pemujaan dari orang lain.

Akibatnya adalah segala tindakan penguasa dibenarkan atau setidak-

tidaknya dianggap benar.

Keempat unsur tersebut merupakan sarana yang biasanya digunakan oleh

penguasa untuk dapat menjalankan kekuasaan yang ada di tangannya. Apabila

seseorang hendak menjalankan kekuasaan, biasanya dilakukan secara

langsung tanpa perantaraan. Keadaan semacam itu pada umumnya dapat

dijumpai pada masyarakat-masyarakat kecil yang bersahaja, dimana para

warganya saling mengenal dan belum dikenalnya diferensiasi. Namun di

dalam masyarakat yang sudah rumit, hubungan antara penguasa dengan yang

dikuasai, mungkin terpaksa dilaksanakan secara tidak langsung. Misalnya di

Indonesia, tak akan mungkin Presiden setiap kali berhubungan langsung

dengan rakyatnya yang berjuta-juta dan tersebar tempat kediamannya.

2.2.2 Saluran Kekuasaan

Apabila dilihat dalam masyarakat, maka kekuasaan di dalam pelaksanaannya

dijalankan melalui saluran-saluran tertentu. Saluran-saluran tersebut banyak

sekali, akan tetapi kita hanya akan membatasi diri pada saluran-saluran

sebagai berikut :

Saluran Militer

3

Page 4: Kekuasaan Dan Kepemimpinan (Sosio)

Apabila saluran ini yang dipergunakan, maka penguasa akan lebih banyak

mempergunakan paksaan (coercion) serta kekuatan militer (military force)

di dalam melaksanakan kekuasaannya. Tujuan utama adalah untuk

menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat, sehingga mereka tunduk

kepada kemauan penguasa atau sekelompok orang-orang yang dianggap

sebagai penguasa. Untuk keperluan tersebut, seringkali dibentuk organisai-

organisasi atau pasukan-pasukan khusus yang bertindak sebagai dinas

rahasia. Hal ini banyak dijumpai pada negara-negara totaliter.

Saluran Ekonomi

Dengan menggunakan saluran-saluran di bidang ekonomi, penguasa

berusaha untuk menguasai kehidupan masyarakat. Dengan jalan

menguasai ekonomi serta kehidupan rakyat tersebut, penguasa dapat

melaksanakan peraturan-peraturannya serta akan menyalurkan perintah-

perintahnya dengan dikenakan saksi-saksi yang tertentu.

Saluran Politik

Melalui saluran politik, penguasa dan pemerintah berusaha untuk membuat

peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat. Caranya adalah

antara lain, dengan meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk menaati

peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh badan-badan yang berwenang

dan yang sah.

Saluran Tradisional

Saluran tradisional biasanya merupakan saluran yang paling dikuasai.

Dengan cara menyesuaikan tradisi pemegang kekuasaan dengan tradisi

yang dikenal di dalam sesuatu masyarakat, maka pelaksanaan kekuasaan

dapat berjalan dengan lebih lancar.

Caranya adalah dengan jalan menguji tradisi pemegang kekuasaan dengan

tradisi yang dikenal di dalam masyarakatnya, yang sudah meresap di

dalam jiwa masyarakat yang bersangkutan. Dengan cara demikian,

diharapkan akan dapat diketemukan suatu titik temu antara tradisi-tradisi

tersebut. Sehingga pemerintahan akan dapat berjalan dengan lancer, yang

berarti mencegah atau mengatasi reaksi negatif.

4

Page 5: Kekuasaan Dan Kepemimpinan (Sosio)

Saluran Ideologi

Penguasa-penguasa dalam masyarakat, biasanya mengemukakan

serangkaian ajaran-ajaran atau doktrin-doktrin, yang bertujuan untuk

menerangkan dan sekaligus memberi dasar pembenaran bagi pelaksanaan

kekuasaannya. Hal itu dilakukan supaya kekuasaan dapat menjelma

menjadi wewenang. Setiap penguasa akan berusaha untuk dapat

menerangkan ideologinya tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga

institutionalized dan bahkan internalized dalam diri warga masyarakat.

Saluran-saluran lainnya

Saluran-saluran lain disamping yang telah disebutkan diatas, ada pula yang

dapat dipergunakan penguasa, misalnya alat-alat komunikasi massa surat

kabar, radio, televise dan lain-lainnya. Kecuali itu dapat pula dipergunakan

saluran rekreasi yang biasa digunakan masyarakat mengisi waktu

senggangnya, seperti sandiwara rakyat. Kemajuan yang sangat pesat di

bidang teknologi alat-alat komunikasi massa, menyebabkan bahwa saluran

tersebut pada akhir-akhir ini mendapatkan tempat yang penting sebagai

saluran pelaksanaan kekuasaan yang dipegang oleh seorang penguasa.

Biasanya penguasa tidak hanya menggunakan salah satu saluran. Akan

tetapi tergantung pada struktur masyarakat yang bersangkutan. Misalnya,

pada masyarakat tradisonal saluran tradisi akan lebih berhasil dalam

meyakinkan masyarakat daripada misalnya saluran militer.

2.3 PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk

mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya). Sehingga

orang lain tersebut betingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.

Kadangkala dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan

sebagai suatu proses social. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu

kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang

atau suatu badan. Sebagai suatu proses social, kepemimpinan meliputi segala tindakan

yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang menyebabkan gerak dari warga

masyarakat.

5

Page 6: Kekuasaan Dan Kepemimpinan (Sosio)

2.4 KRITERIA DAN SIFAT PEMIMPIN

2.4.1 Sifat Pemimpin Menurut Asta Brata (dalam seloka Ramayana)

Menurut Asta Brata, pada diri seseorang raja/pemimpin terkumpul sifat-sifat

dari delapan Dewa yang masing-masing mempunyai kepribadian sendiri.

Kedelapan sifat dan kepribadian itulah yang harus dijalankan oleh seseorang

raja/pemimpin yang baik. Asta Brata dalam kakawin Ramayana, terdiri dari

sepuluh seloka, dimana seloka pertama dan kedua, pada pokoknya berisikan

hal-hal sebagai berikut :

a. Bahwa Asta Brata merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat dipisah-

pisahkan.

b. Asta Brata memberikan kepastian bahwa seorang pemimpin yang

menjalankannya akan mempunyai kekuasaan dan kewibawaan sehingga

akan dapat menggerakkan bawahannya. Keadaan demikian dapat

menghindari terjadinya krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan akan

terjadi oleh karena pemimpin tidak berani mengambil keputusan, bertindak

dan tidak jujur.

Menurut Asta Brata tersebut, kepemimpinan yang akan berhasil, harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Indra-brata, yang memberi kesenangan dalam jasmani.

b. Yama-brata, yang menunjuk pada keahlian dan kepastian hokum.

c. Surya-brata, yang menggerakkan bawahan dengan mengajak mereka untuk

bekerja persuasion.

d. Caci-brata, yang memberi kesenangan rohaniah.

e. Bayu-brata, yang menunjukkan keteguhan pendidikan dan rasa tidak segan

untuk turut merasakan kesukaran pengikut-pengikutnya.

f. Dhana-brata, menunjukkan pada suatu sikap yang patut dihormati.

g. Paca-brata, menunjukkan kelebihan di dalam ilmu pengetahuan,

kepandaian dan keterampilan.

h. Agni-brata, sifat memberikan semangat kepada anak buah.

Demikianlah beberapa sifat atau syarat yang harus dimiliki oleh seseorang pemimpin

yang baik menurut mitologi Indonesia. Sifat-sifat tersebut dengan perubahan disana-

sini dapat diterapkan pula dalam kepemimpinan yang modern.

6

Page 7: Kekuasaan Dan Kepemimpinan (Sosio)

2.4.2 Sifat Pemimpin Menurut Ki Hajar Dewantoro

Menurut Ki Hajar Dewantara, tugas dan sifat seorang pemimpin adalah

sebagai berikut :

Ing ngarsa sung tulada

Ing madya mangun karsa

Tut wuri handayani

Apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia kurang lebih adalah sebagai

berikut :

Di muka memberi tauladan

Di tengah-tengah membangun semangat

Dari belakang memberikan pengaruh

Maksudnya adalah seorang pemimpin dimukan, harus memiliki idealisme

kuat, serta kedudukan tersebut. Akan tetapi, menurut watak dan

kecakapannya, seorang pemimpin dapat dikatakan sebagai pemimpin di muka,

di tengah dan di belakang (front leader, social leader, dan rear leader).

Seorang pemimpin di muka, harus memiliki idealisme kuat, serta dia harus

dapat menjelaskan cita-citanya kepada masyarakat dengan cara-cara sejelas

mungkin. Karena dia harus mampu menentukan suatu tujuan bagi masyarakat

yang dipimpinnya, serta merintis kearah tujuan tersebut dengan

menghilangkan segala hambatan, antara lain dengan menghapuskan lembaga-

lembaga kemasyarakatan yang telah usang. Bahayanya bagi pemimpin di

muka adalah kemungkinan berjalannya terlalu cepat, sehingga masyarakat

yang dipimpinnya tertinggal jauh.

Seorang pemimpin di tengah-tengah, mengikuti kehendak yang dibentuk

masyarakat. Ia selalu dapat mengamati jalannya masyarakat, serta dapat

merasakan suka dukanya. Dari dia diharapkan dapat merumuskan perasaan-

perasaan serta keinginan-keinginan masyarakat dan juga menimbulkan

keinginan masyarakat untuk memperbaiki keadaan yang kurang

menguntungkan.

Seorang pemimpin di belakang, diharapkan mempunyai kemampuan untuk

mengikuti perkembangan masyarakat. Dia berkewajiban untuk menjaga agar

perkembangan masyarakat tidak menyimpang dari norma-norma dan nilai-

nilai yang pada suatu masa dihargai oleh masyarakat. Sendi-sendi

kepemimpinan adalah keutuhan dan harmoni. Pemimpin yang demikian

7

Page 8: Kekuasaan Dan Kepemimpinan (Sosio)

berkecenderungan untuk menjadi formalistis, bahkan tradisionalistis.

Kepemimpinan dibelakang masih jelas tergambar dari istilah-istilah seperti

“Pamong Praja”, “Pamong Desa” dan seterusnya, yang menggambarkan

bahwa fungsi pemimpin adalah untuk membimbing masyarakat.

Sifat kepemimpinan dibelakang tersebut dengan jelas tersirat dalam pepatah

adat asal Minangkabau yang diterjemahkan sebagai berikut :

Sebatang kayu yang besar di tengah lapang,

Tempat berlindung di waktu hujan,

Tempat bernaung di waktu panas,

Urat-uratnya tempat bersandar.

Memang kepemimpinan tradisional Indonesia, pada umumnya bersifat sebagai

kepemimpinan dibelakang, yang hingga dewasa ini masih tetap dipertahankan

terutama pada masyarakat-masyarakat tradisional yaitu masyrakat-masyarakat

hukum adat.

2.5 TUGAS DAN METODE PEMIMPIN

2.5.1 Tugas Seorang Pemimpin

Secara sosiologis, tugas-tugas pokok seorang pemimpin adalah :

a. Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan

pegangan bagi pengikut-pengikutnya. Dengan adanya kerangka pokok

tersebut, maka dapat disusun suatu skala prioritas mengenai keputusan-

keputusan yang perlu diambil untuk menaggulangi masalah-masalah yang

dihadapi (yang sifatnya potensial atau nyata). Apabila timbul pertentangan,

maka kerangka pokok tersebut dapat digunakan sebagai pedoman untuk

menyelesaikan sengketa yang terjadi.

b. Mengawasi, mengendalikan serta menyalurkan perilaku warga masyarakat

yang dipimpinnya.

c. Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia diluar kelompok yang

dipimpin.

2.5.2 Metode yang Diterapkan Seorang Pemimpin

Suatu kepemimpinan (leadership) dapat dilaksanakan atau diterapkan dengan

berbagai cara (metode). Cara-cara tersebut lazimnya dikelompokkan ke dalam

kategori-kategori, sebagai berikut :

a. Cara-cara otoriter, yang ciri-ciri pokoknya adalah sebagai berikut :

8

Page 9: Kekuasaan Dan Kepemimpinan (Sosio)

Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara sepihak.

Pengikut sama sekali tidak diajak untuk ikut serta merumuskan tujuan

kelompok dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Pemimpin terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut dalam

proses interaksi di dalam kelompok tersebut.

b. Cara-cara demokratis dengan ciri-ciri umum sebagai berikut :

Secara musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak warga atau

anggota kelompoknya untuk ikut serta merumuskan tujuan-tujuan yang

harus dicapai kelompok, serta cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan

tersebut.

Pemimpin secara aktif memberikan saran dan petunjuk-petunjuk.

Ada kritik positif, baik dari pemimpin maupun pengikut-pengikut.

Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatan

kelompok.

c. Cara-cara bebas (Laizez Faire) dengan ciri-ciri pokok, sebagai berikut :

Pemimpin menjalankan peranannya secara pasif.

Penentuan tujuan yang akan dicapai kelompok sepenuhnya diserahkan

kepada kelompok.

Pemimpin hanya menyediakan sarana yang diperlukan kelompok.

Pemimpin berada di tengah-tengah kelompok, namun dia hanya

berperan sebagai penonton.

Sebenarnya ketiga kategori cara tersebut di atas dapat berlangsung bersamaan,

karena metode mana yang terbaik senantiasa tergantung pada situasi yang

dihadapinya. Cara-cara demokratis, mungkin hanya dapat diterapkan di dalam

masyarakat yang warganya mempunyai taraf pendidikan cukup. Cara-cara

otoriter mungkin lebih tepat untuk diterapkan di dalam masyarakat yang

sangat heterogen. Cara-cara bebas (Laizez Faire), mungkin lebih cocok bagi

masyarakat yang relative homogen.

9