`KEJANG DEMAM 2

118
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An “E” DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN ( KEJANG DEMAM ) DI RUANG PERAWATAN BAJI BAJI MINASA BPRSUD LABUANG BAJI MAKASSAR TGL 1 JULI S/D 3 2008 Karya tulis Ilmiah Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Pada Program D III Keperawatan Gunung Sari Makassar OLEH ROVINA YENI 06.0205

Transcript of `KEJANG DEMAM 2

Page 1: `KEJANG DEMAM 2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An “E” DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERSARAFAN ( KEJANG DEMAM )

DI RUANG PERAWATAN BAJI BAJI MINASA

BPRSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

TGL 1 JULI S/D 3 2008

Karya tulis Ilmiah

Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan

Pada Program D III Keperawatan Gunung Sari Makassar

OLEH

ROVINA YENI

06.0205

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIKPER) GUNUNG SARI

M A K A S S A R

2 O O 9

Page 2: `KEJANG DEMAM 2

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An “E” DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERSARAFAN ( KEJANG DEMAM )

DI RUANG PERAWATAN BAJI BAJI MINASA

BPRSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Tanggal Agustus 2009

Telah di terima dan disetujui untuk diujikan :

Makassar, 2009

Pembimbing

Karya Tulis Ilmiah

HJ. RASNIN PALARI, SKM., M. Kes.

Page 3: `KEJANG DEMAM 2

HALAMAN PENGESAHAN

TELAH DI PERTAHANKAN DAN DISETUJUI TIM PENGUJI

KARYA TULIS ILMIAH STIKPER GUNUNG SARI

MAKASSAR

Tanggal Juli 2009

Tim Penguji

1. Hj. Rasnin Palari, Skm.,M. Kes. ( ………………………..)

2. Dra. Yustina Suhada, S.Kep.NS ( ………………………..)

3. Fitriani, S.kep. ( ………………………..)

Mengetahui:

Direktur STIKPER GUNUNG SARI

Pius Nalang, S.St, M.Kes

NID: 0910016002

Page 4: `KEJANG DEMAM 2

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

Nama : ROVINA YENI

Tempat/Tanggal : Benteng Selayar, 28 Juli 1986

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Jl. Malengkeri Luar Lorong I. No 8

II. PENDIDIKAN

1. Tamat TK Kumala Bhayangkari Selayar Tahun 1993

2. Tamat SD Center Inpres II Selayar tahun 1996

3. Tamat SMP Negeri I Selayar Tahun 1999

4. Tamat D III Keperawatan STIKER Gunung Sari Makassar Tahun 2008

5. Tamat MAN 1 Selayar Tahun 2005

Page 5: `KEJANG DEMAM 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini. Karya Tulis Ilmiah ini berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An “E”

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN (KEJANG DEMAM) DIRUANG

PERAWATAN BAJI MINASA BPRSUD LABUANG BAJI MAKASSAR yang penulis

susun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program D III

Keperawatan STIKPER Gunung Sari Makassar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih terdapat kekeliruan dan kekhilafan di dalamnya. Oleh

karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan dan saran

yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah

ini.

Dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menemukan

banyak kesulitan dan hambatan, namun bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak

serta kemauan, ketekunan, kesabaran serta kerja keras penulis akhirnya, Karya Tulis

Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Oleh sebab itu penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada:

1. Bapak H. Syamsul Alam BA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Gunung Sari

Makassar, yang telah memberikan sarana dan pra sarana untuk mengikuti

pendidikan D III Keperawatan di STIKPER Labuang Baji Gunung Sari

Makassar.

2. Bapak Pius Nalang S.St, M. Kes, selaku direktur STIKPER Labuang Baji

Makassar.

3. Bapak Dr. H. Muh. Talib Sayuti, M.Kes, selaku direktur BPRSUD Labuang Baji

Makassar serta para staf yang telah berkenan memberikan izin, menyediakan

sarana untuk mengikuti praktek Keperawatan dan ujian akhir program.

4. Bapak Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan yang telah

memberikan surat ijin dan keputusan untuk melaksanakan ujian di BPRSUD

Labuang Baji Makassar tanggal 1 juli s/d 3 juli 2009

Page 6: `KEJANG DEMAM 2

5. Ibu Hj. Rasnin Palari, Skm.,M. Kes, selaku penguji yang yang telah memberikan

masukan dan dorongan serta meluangkan waktu tenaga dan pikiran.

6. Dra. Yustina Suhada S.kep.NS, selaku penguji yang telah memberikan masukan

dan dorongan serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran.

7. Ibu Fitri,S.Kep selaku pembimbing dan penguji lahan yang banyak membantu

penulis dalam penyusunan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Labuang Baji

Makassar

8. Bapak Ismail.S,COM, selaku pembimbing II yang telah memberikan masukan

dan dorongan yang amat membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini

9. Segenap para Dosen dan staf pengajar yang telah memberikan pengetahuan dan

bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan di STIKPER Gunung Sari

Makassar.

10. Terkhusus kepada orang tuaku yang tercinta yang telah berkorban. Segalanya

baik moril maupun material tanpa mengenal lelah dan balasan serta senantiasa

mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di STIKPER

Gunung Sari Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.

11. adik-adikku yang tersayang Heni, Doni dan Afri yang selalu memberikan

motifasi dan semangat kepada saya sehingga dapat menyelesaikan pendidikan

Diploma-III di STIKPER Gunung Sari Makassar

12. Kepada sahabat-sahabatku Eisy, Duan, Melan, Merlyn, Liany, Oy Ganar, Diana,

Enjel, Mince, Nana, Kika dan Aken yang selalu senantiasa mendampingi penulis

disaat suka maupun duka. Terima kasih atas persahabatan doa dan bantuan

berupa masukan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

13. Kepada Teman-teman seperjuanganku di Baji Minasa selama stidi kasus di

rumah sakit Labuang Baji Makassar, Hesty, Felly, Fonna, Anca, Adi, Van, Yuni,

Melan, Ina, Yeni, Acin, Selin,dll yang selalu memberikan motifasi dan inspirasi

serta bantuan berupa masukan dan saran dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah

ini.

14. Semua rekan-rekan mahasiswa (Angkatan III /2006 ) STIKPER Gunung Sari

Makassar dalam mengikuti pendidikan, sukses untuk semua serta semua pihak

yang selalu membantu penulis.

Page 7: `KEJANG DEMAM 2

15. Kepada Klien dan keluarga yang telah banyak membantu penulis memberikan

informasi dalam penyusunan asuhan Keperawatan di BPRSUD Labuang Baji

Makassar.

Tiada yang berharga yang dapat penulis sampaikan sebagai rasa terima kasih

penulis atas segala bantuan yang diberikan selain mendoakan kiranyaTuhan Yang

Maha Esa, melimpahkan Rahmat-Nya untuk kita semua.

Akhir kata dengan kerendahan hati penulis menyampikan Karya Tulis Ilmiah

ini dengan harapan dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin

Makassar, 2009

Penulis

ROVINA YENI

Page 8: `KEJANG DEMAM 2

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pada dasarnya anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga.

Selain sebagai penerus keturunan.Anak juga sebagai generasi penerus cita – cita

bangsa sehingga seorang anak haruslah emiliki kualitas. Hal ini dapat di wujudkan

apabila di tunjang oleh derajat kesehatan yang optimal dengan demikian anak

tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang sehat jasmani maipun rohani serta

bertanggung jawab.

Kesehatan anak, termasuk dalam kesehatan terpenting dan tidak dapat diabaikan

dalam tercapainya tujuan pembangunan nasional. Oleh karena itu tidak satipun

orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lbih – lebih bila anaknya

mengalami kejang demam.

Salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada anak adalah kejang demam. Kejang

demam merupakan kelainan neorologis akut yang paling sering di jumpai pasda

anak - anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh di atas

38o C yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak

adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul olef infeksi pencernaan

(Nagastiyah, 1997; 229).

Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan sel-sel otak

terutama cacat baik secara fisik, mental maupun social yang mengganggu

pertumbuhan anak.

Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.

Diagnosa secara dini pengelolaan yang tepa sangat diperlukan untuk memghindari

cacat yang parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu para

media dituntut berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut.

Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah mencegah aktifitas kejang,

melindungi pasien dari trauma dan mempertehankan jalan nafas.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis di BPRSUD Labunag baji Makassar angka

kejadian penyakit kejang demam yang dirawat di rumah sakit selama dua tahun

terakhir adalah :

Page 9: `KEJANG DEMAM 2

Umur Tahun 2007 Tahun 2008

0-28 hari 3 9

28 hari-< 1 tahun 29 11

1-4 tahun 77 32

5-14 tahun 19 3

Jumlah laki-laki 228 20

Jumlah perempuan 130 27

Berdasarkan data tersebut, penulis mencoba memilih kasus ini untuk di jadikan studi

kasus dengan judul “Asuhan keperawatan pada klien An “E”dengan penyakit kejang

demam di ruang Baji Minasa BPRSUD Labuang Baji Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka penuylis berupaya

mengasumsikan ilmu keperawatan pada penderita yang mengalami gangguan

pensyarafan kejang demam. Dengan adanya peningkatan penderita kejang demam

dari tahun 2007 sampai 2008 maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus kejang

demam dengan judul Asuhan Keperawatan pada An” E “ dengan gangguan system

pensyarafan kejang demam di ruang perawatan anak Baji Minasa BPRSUD Labuang

BAji Makassar dari tanggal 31 juli sampai 2 agustus 2009

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam penarapan Asuhan Keperawatn pada

anak dengan Gangguan Sistem Pensyarafan Gejang Demam di Ruang Perawatan

Baji Minasa Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Manfaat gambaran nyata dan pengkajian, analisa data dan merumuskan diagnosa

keperawatan yang terjadi pada klien An” E “ dengan gangguan system pensyarafan

Page 10: `KEJANG DEMAM 2

kejang demam di ruang perawatan anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji

Makassar.

b. Memperoleh gambaran nyata dalam merumuskan asuhan keperawatan pada klien

An” E “ dengan gangguan system pensyarafan kejang demam di ruang perawatan

anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji Makassar.

c. Memperoleh gambaran nyata dalam melaksanakan rencana asuhan keperawatan

pada klien An” E “ dengan gangguan system pensyarafan kejang demam di ruang

perawatan anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji Makassar.

d. memperoleh gambaran nyata dalam rencana asuhan keperawatan pada klien An”

E “ dengan gangguan system pensyarafan kejang demam di ruang perawatan anak

Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji Makassar.

e. Memperoleh gambaran nyata dalam mendokumentasikan rencana asuhan

keperawatan pada klien An” E “ dengan gangguan system pensyarafan kejang

demam di ruang perawatan anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji Makassar.

f. Menganalisa perbedaan yang yang terjadi antara teori dan kasus nyata pada klien

An” E “ dengan gangguan system pensyarafan kejang demam di ruang perawatan

anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji Makassar.

D. Manfaat Penulisan

1. Akademik

Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan bagi institusi dalam meningkatkan

mutu pendidikan masa yang akan dating.

2. Instansi kesehatan

Sebagai masukan perawat pelaksana di rumah sakit dalam rangka mutu peningkatan

pelayanan kesehatan khususnya pada kasus kejang demam.

3. Klien / keluarga

Dapat memperoleh informasi dan pengetahuan tentang cara perawatan dan

pencegahan penyakit kejang demam.

4. Penulis

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis menerapkan ilmu yang

telah didapat selama pendidikan.

Page 11: `KEJANG DEMAM 2

E. Metode Penulisan

Dalam penyusunan / penulisan karya tulis ini penulis menggunakan beberapa

metode antara lain :

1. Studi kepustakaan

Menggunakan sumber-sumber bacaan seperti buku paket yang berhubungan dengan

penyakit kejang demam.

2. Studi kasus

Untuk melengkapi data dalam pengkajian digunakan teknik :

a. Observasi

Mengadakan pengamatan langsung terhadap klien dengan cara melakukan

pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan keadaan klien.

b. Wawancara

Mengadakan wawancara dengan klien dengan keluarga klien serta mengajukan

pertanyaan langsung.

c. Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan fisik pada klien: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

d. Dokumentasi

Menggunakan catatan / dokumen dari rumah sakit yang berhubungan dengan klien.

f. Sitematika Penulisan

Penulisan karya tulis ini dibagi dalam 5 bab dimana setiap bab akan diuraikan

kedalam sub-sub dengan susunan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan dan

sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan pustaka

Meliputi pengertian, etiologi, patafisiologi, gejala klinis, tes diagnoktis,

penatalaksanaan dan pencegahan, proses keperawatan (pengkajian diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi / tindakan keperawatan dan evaluasi).

Bab III : Tinjauan kasus :

Page 12: `KEJANG DEMAM 2

Menguraikan laporan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian data, analisa data,

dignosa keperawatan yang muncul, rencana tindakan, pelaksanaan tindakan

keperawatan, serta evaluasi tindakan (SOAP).

Bab IV Pembahasan : Menguraikan kesenjangan antara teori dan praktek serta

pemecahan masalahnya (pengkajian diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi

dan evaluasi).

Bab V penutup :

Terdiri dari kesimpulan dan saran

Lampiran

SAP

Materi penyuluhan

Page 13: `KEJANG DEMAM 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang

mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak sensasi atau memori yang bersifat

sementara. (Hudak and Gallo, 1996).

Kijang demam adalah kejang yang terkjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal

diatas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstra kranium.

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang berulang atau kejang yang lama yang

mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari,

terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau social yang mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 2002 : 858).

Kejang demam adalah serangan pada anak yang tejadi dari kumpulan gejala dengan

demam (Walley and Wong’s Edisi III, 1996).

A. Etiologi

Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis termasuk tumor otak,

trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan eloktrolit, dan

gangguan pututs alcohol, obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksitk

subcutan dan anoksiaselebral. Sebagaian kejang disebabkan oleh adanya suatu

awitan hipertemiayang timbul mendadak pada infeksi atau firus. Sebagian kejang

merupakan idiopti (tidak diketahui etiologinya).

1. Intra kranial

Asfiksia : Ensevolopati hipoksis – iskemik

Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoit, subdural, intraventrikular

Infeksi : bakteri, virus, parasit

Kelainan bawaan : disgenesis korteks selebri, sindrong zelluarge, sindrom smith

Lemli- opitz.

2. Ekstra klaniel

Page 14: `KEJANG DEMAM 2

Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan

elektrolit (Na dan K)

Toksit : Intoksikasi anestesi lokal, sindrong putus obat

Kelainan yang diturunkan: gangguan metabolik asam amino ketergantungan dan

kekurangan produksi kernikterus.

3. Idiopatik

Gejang neo natus fancilie benigna, kejang hari kelima ke-5 (the fith day fits).

A. Patofisiologi

Untuk mempertahankan hidup sel / organ otak diperlukan bahan baku /

energi terpenting yang didapat dari hasil metabolisme (glukosa) yang

prosesnya bersifat oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan

diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler.

Energi otak/ glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan

air.

Sel dikelilingi oleh membran dari permukaan dalam (lipoid) dan permukaan

luar (ionik).

Normal membran sel neoron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K

+ ) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolik lainnya,

kecuali ion klorida (Cl), akibatnya konsentrasi K + dalam sel neoron tinggi

dan kosentrasi Na + rendah, sedang diluar sel neoron terdapat keadaan

sebaliknya.

Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka

terdapat potensial membaran yang disebut potensial membran dari neoron,

dan untuk keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan

bantuan enzim Na – K ATP - ase yang terdapat pada permukaan sel, dan

keseimbangan potensial memberan ini dapat diubah oleh :

o Perubahan konsetrasi ion diruang ekstaseluler

o Ransangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, atau aliran

listrik dari sekitarnya.

Page 15: `KEJANG DEMAM 2

o Perubahan patofisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau

keturunan

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1o C saja akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10 – 15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.

Pada umur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh

dibanding orang dewasa yang hanya 15%, oleh karena itu kenaikan suhu

tubuh dapat merubah keseimbangan membran sel neoron, dalam waktu

singkat terjadi difusi ion kalsium / natrium melalui membran akibat

terjadinya lepas muatan listrik yang besar dan dapat meluas leseluruh sel /

memberan sekitarnya dengan bantuan bahan (neurotransmiterr) dan

terjadilah kejang.

Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda sesuai tinggi rendahnya

atau kejang pada suhu tertentu, misalnya:

o Anak dengan ambang kejang rendah, telah terjadi kejang pada suhu

38o C.

o Anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi bila suhu

mencapai 40oC atau lebih

Dengan demikian berulangnya kejang demam sering pada anak dengan

ambang kejang rendah, sehingga penaggulangannya perlu diperhatikan

pada tingkah laku suhu berapa anak yang menderita kejang.

Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak

berbahaya / tidak meninggalkan gejala sisa.

Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai :

o Apenia

o Hipoksemia (meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi

skelet)

o Hiperkapnia

o Asidosis laktat akibat metabolisme anaerobik

o Hipotensi arterial disertai denyut jantung tidak tertaur/suhu tubuh meningkat

oleh meningkatnya aktivitas otot → metabolisme otak meningkat

Page 16: `KEJANG DEMAM 2

Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab kerusakan neuron otak selama

berlangsungnya kejang lama

o Gangguan peredaran darah/hipoksia (faktor penting) sehingga

meninggikan permeabilitas kapiler → metabolisme otak meningkat

Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab kerusakan neuron otak

selama berlangsungnya kejang lama

o Gangguan peredaran darah / hipoksia (faktor penting) sehingga

meninggikan permiabilitas kapiler → timbul edema otak → kerusakan

neoron otak

o Kerusakan daerah medial lobus temporalis jadi matang di kemudian hari,

sehingga terjadi serangan epilepsi spontan oleh sebab kelainan anatomis

otak akibat kejang demam yang berlangsung lama

D.Prognosis

Baik / tidak menyebabkan kematian apabila penanggulangan cepat dan tepat

Angka kejadian epilepsi berbeda – beda tergantung penelitian, misalnya :

o Lumban tobin (1975) : 6 %

o Livingston (1954) / golongan kejang demam sederhana : 2,9 %

o Provakasi oleh demam : 97 %

Resiko yang dihadapi anak setelah kejang demam tergantung dari beberapa

faktor, sebagai berikut :

o Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam kelurga

o Kelainan dalam perkembangan / saraf sebelum anak menderita kejang

demam

o Kejang yng berlangsung lama / kejang fokal

Page 17: `KEJANG DEMAM 2

Bila terdapat sedikitnya 2 atau 3 faktor diatas, kemudian hari sekitar 13 % akan

mengalami serangan tanpa demam, dibanding 1 atau tidak ada sama sekali faktor

diatas dengan serangan tanpa demam hanya 2 %- 3 % saja.

Hemiparese terjadi pada kejang demam lama ( lebih dari 30 menit ) baik

umum / fokal, dan kelumpuhannya sesuai kejang fokal, mula – mula bersifat

flaksid dan setelah 2 minggu timbul spastis.

Tidak terdapat kelainan IQ bila kejang sederhana, tetapi kejang demam

dengan kelainan neorologis sebelumnya IQ akan lebih rendah dibanding

saudaranya, dan jika kejang diikuti dengan kejang berulang tanpa demam

maka akan terjadi retardasi mental 5 kali lebih besar.

E.Klasifikasi kejang

Kejang yang merupakan pergerakan yang abnormal atau perubahan tonus badan

dan tungkai dapat di klasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang tonik, kejang

klonik, kejang mioklonik.

a. Kejang Tonik

Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah

dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi

prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu beropa pergerakan tonok satu

ekstremitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai

yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah

dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi

harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang si sebabkan oleh rangsang

meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus.

b. Kejang Klonik

Kejang klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan permulaan

fokal dan multifokal yang berpindah – pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal

berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan

Page 18: `KEJANG DEMAM 2

kesadaran dan biasanya tidak diikuti fase tonik. Bentuj kejang ini dapat di

sebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup

bulan atau oleh ensepalopati metabolik.

c. Kejang Mioklonik

Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau

keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut

menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan

saraf pusat yang luasa dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada

bayi tidak spesifik.

F. Manifestasi klinik

Modivikasi livingston yang di pakai sebagai pedoman diagnosis kejang

demam sederhana adalah :

Umur ketika kejang 6 bulan sampai 4 tahun

Kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit

Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

Frekwensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali

Kejang demam yang tidak memiliki ke tujuh atau salah satu dari kriteria di

atas ( modifikasi livingston ) maka di golongkan pada epilepsi yang di

provokasi oleh demam, di mana memiliki sati dasar kelainan yang

menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya faktor pencetus.

G. Penatalaksanaan

Medik :

Ada beberapa faktor yang perlu di lakukan, yaitu :

1. Memberantas kejang secepat mungkin :

Page 19: `KEJANG DEMAM 2

Berikan diazepam i.v untuk menekan kejang ( 80-90 %)

dengan efek teraupetik ± 30 detik -5 menit dan efek toksik

serius hampir tidak di jumpai bila di beri perlahan dan dosis

tidak melebihi 50 mg / injeksi. Dosis di beri sesuai BB, bila

BB kurang dari 10 kg : 0,5 – 0,75 mg / kg BB (minimal

dalam spoit 7,5 mg ), dan BB diatas 20 kg : 0,5 mg / kg BB.

Dosis yang rata – rata biasa dipakai 0,3 mg / kg BB / kali

dengan maksimum 5 mg untuk umur kurang dari 5 tahun

dan 10 mg pada anak lebih besar.

Setelah suntika pertama tidak berhasil selama 15 menit, di

ulang dengan dosis yang sama, setelah 15 menit belum

berhasil juga di ulang lagi dosis sama secara intramuskuler,

dan bila tidak berhasil juga dapat di beri fenobarbital

paraldehid 4 % antra vena.

Efek dizepam adalah mengantuk, laringospasme, henti

jantung, hipotensi dan penekanan pusat pernafasan, kedua

terakhir ini terjadi apabila sebelumnya anak telah di beri

fenobarbital.

Diazepam di beri tanpa pelarut perlahan kira – kira 1 ml /

menit, bayi 1 mg dalam satu menit

Diazepam bisa efektif diberi melalui rektum bila pemberian

intra vena sulit pada anak yang kejang, dapat diberi oleh

siapa saja asalkan mengetahui dosisnya. Dosis sesuai adalah

: BB kurang 10 kg : 5 mg dan BB, kemasan 5 mg / 10 mg

dalam rektiol.

Bila dosis awal belum berhasil setelah 15 menit dapat di

beri lagi i.v dengan dosis 0,3 mg / kg BB

Cara pemberian rektiol sebagai berikut : sebelumnya diolesi

vaselin / minyak pada ujungnya, masukkan dalam rektum

sepanjang 3 – 5 cm ( pasien dalam sikap miring ) di pijit

Page 20: `KEJANG DEMAM 2

hingga kosong, setelah di tarik lubang anus di tutup / di

rapatkan ke dua muskulus gluteus

Fenobarbital diberi ( i.m) bila diazepam tidak ada dengan

dosis awal : bayi baru lahir : 30 mg / kg. BB/ kali, umur 1

bulan – 1 tahun. 50 mg / kg. BB / kali, 1 tahun ke atas : 75

mg /kg. BB / kali kemudian di tunggu selama 15 menit, bila

belum berhasil dapat di ulang dengan dosis : neonatus 15

mg, 1 bulan 30 mg dan di atas 1 tahun 50 mg i.m. untuk

pemberian i.v dosisnya : 5 mg / kg. BB dalam infus,

Kecepatan tidak lebih dari 50 mg / menit, kadar teraupetik

dalam darah akan menetap dalam 24 jam.

Bila dengan obat – obat di atas kejang tidak dapat di

hentika, maka pasien segera di rujuk ke ruang ICU untuk di

beri anestesi umum teopental oleh ahli anestesi

2. Pemeriksaan penunjang :

Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya

pengobatan penunjang sebagai berikut :

Semua pakaian ketat di buka

Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi

isi lambung

Usahakan agar jalan nafas bebas untuk manjamin

kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi

trakeotomi

Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan

diberikan oksigen

Fungsi vital seperti : kesadaran, suhu, tekanan

darah, pernapasan dan fungsi jantung ediawasi ketat

Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan

monitoring kelainan metabolik dan elektrolit

Page 21: `KEJANG DEMAM 2

Tidak boleh diberi cairan dengan kadar natrium

tinggi bila ada tekanan intra kranial

Hibernasi dengan kompres alkohol dan es untuk

suhu yang meningkat/hipereksia dan pemberian hibernasi seperti

klorpromazin 2 – 4 mg/kg. BB/hari dibagi dalam 3 dosis,

prometazon 4 – 6 mg/kg.BB/hari dibagi dalam 3 dosis injeksi

Edoma otak dicegah dengan kortikosteroid dasis

20 -30 mg/kg.BB/hari dibagi dalam 4 dosis, sebaiknya

glukokortikoid seperti deksametazon 0,5 – 1 ampul setiap 6 jam

sampai keadaan membaik

3. Memberikan pengobatan rumat:

Oleh karena diazepan daya kerjanya sangat singkat yaitu berkisar 45 – 60

menit sesudah injeksi, maka harus diberikan obat antiepileptik daya kerja

lama seperti:

o Fenobarbital, langsung setelah kejang berhenti dengan diazepam,

dosis awal neonatur 30 mg, umur 1 bulan – 1 tahun 50 mg, umur 1

tahun keatas 75 mgi.m, kemudian diberikan sebagai dosis rumit

o Karena metabolisme dalam tubuh lambat maka pada anak cukup

diberi 2 dosis/hari, kadar maksimal dalam darah dicapai setelah 4

jam, untuk mencapai kadar terapeutik cepat diberi dosis lebih tinggi

dari biasanya, dengan dosis ganda 8 -10 mg/kg.Bbhari maka kadar

10 – 20 mokrogram/ml merupakan kadar efektif dalam darah dicapai

dalam 48 – 75 jam

o Sebagai dosis maintenance, diberikan sstlh dosis awal 8 – 10

mg/kg.BB/hari dibagi dalam 2 dosis untuk hari pertama dan kedua,

diteruskan hari berikutnya dengan dosis biasa (4-5 mg/kg.BB/hari)

dibagi dalam 2 dosis.

Selama keadaan belum membaik, diberi antikonvulsan

injeksi, setelah membaik dilanjutkan peroral.

Lanjutan pengobatan rumat dibagi dalam 2 bagian yaitu :

Profilaksis Intermitten

Page 22: `KEJANG DEMAM 2

o Untuk kejang demam sederhana campuran

antikonvelsulan dan anti piretik diberikan bila ada

demam untuk mencegah berulangnya tegang misalnya

: fenobarbital 4 -5 mg/kg.BB/hari dan aspirin 60

mg/tahun/kali/ hari diberikan 3 kali untuk bayi

dibawah 6 bulan 10 mg/bulan/kali, sekali diberikan 3

kali

o Pemberian per orang kurang efektif karena kadar

maksimal baru dalam darah tercapai setelah 2 jam

pemberian, (walaupun dapat mencegah gejang

dianggap kurang berhasi) sedang utuk keberhasilan

lebih tinggi/ besar diperlukan fenobarbital, tetapi

mempunyai mempunyai akibat : mengantuk,

penekanan pusat pernafasan dan sebagainya.

o Pemberian diazepam : obat yang tepat menceghah

terulangnya kejang demam sederhana sebagi

profilaksis intermitten diberikan sampai kemungkinan

sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana

yaitu kira-kira sampai anak usia 4 tahun, baik

diberikan secara rektal atau oral.

o Obat-obat yang lain seperti :

Klorahidrat

Lominal (fenobarbital)

Antipirektik

Profilaksis jangka panjang :

Berguna untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang stabil dan cukup dalam

darah pasien untuk mencegah terulangnya kejang di kemudia hari : diberikan pada

keadaan :

1. Epilepsi yang diprofokasi oleh demam

2. pada semua kejang dema yang mempunyai ciri :

Page 23: `KEJANG DEMAM 2

a. terdapat gangguan perkembangan saraf : serebral palsi, retardasi

perkembangan, dan mikrosefali

b. Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, fsifatnya fokal atau diikuti

kerlainan saraf sementara atau menetap

c. Terdapat riwayat kejang pada demam yang bersifat genetik pada orang tua

atau saudara kandung

d. Kasus tertentu yang dianggap perlu seperti ; bila kadang-kadang terdapat

kejang berulang/ demam pada bayi usia di bawah 12 bulan

Obat-obat yang digunakan untuk profilaksis jangka panjang :

o Fenobarbital :

Dosis 4 – 5 mg/ kg.BB/ hari

Efek jangka panjang pemakaian :

Perubahan sifat menjadi hiper aktif

Perubahan pola tidur ( sukar tidur )

Kadang gangguan kognitif/ fungsi luhur

o Sodium valporat / asam valporat ( Epilin, Depakene ):

Dapat menurungkan frekwensi kejang /

terulangnya kejang dengan memuaskan.

Lebih baik dari fenobarbital

Dosis : 20 – 30 mg /kg. BB / dibagi 3 dosis

Dapat timbul gejala toksik berupa : kerusakan

hepar dan pankreatis

o Feniton ( Dilantin ) :

Page 24: `KEJANG DEMAM 2

Diberikan pada anak yang sudah menunjukan gangguan sifat

hiperaktif

Pengganti fenobarbital

Hasilnya kurang memuaskan

Pemberiannya dilanjutkan sekurang – kurangnya sampai 3 tahun

seperti pengobatan epilepsi

Untuk menghentikannya harus perlahan – lahan / berangsur

dengan mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan

3. Mencari dan mengobati penyebab :

o Biasanya infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media akut, perlu

anti biotik adekuat

o Pasien yang pertama kali kejang demam sebaiknya dilakukan punksi

lumbal untuk menghindari kemungkinan faktor infeksi otak

misalnya : meningitis

o Pasien dengan kejang lama dilakukan pemeriksaan intensif

pemeriksaan intensif seperti : punksi lumbal, darah lengkap, gula

darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium, dan fungsi hati, bila

perlu rontgen foto tengkorak, EEG, ensefalografi dan lain – lain.

Cara Memberantas Kejang :

Segera beri diazepam i.v. dosis rata – rata 0,3 mg/kg. BB atau

diazepam rektal dosis berat kurang 10 kg : 5 mg, lgh dari 10 kg :

10 mg. Tunggu 15 menit kejang tidak berhenti di ulang dengan

dosis dan cara sama. Kejang berhenti di beri dosis awal

fenobarital sebagai berikut :

Page 25: `KEJANG DEMAM 2

o Neonatus : 30 mg i. m

o 1 bulan – 1 tahun : 50 mg i.m

o Lebih dari 1 tahun : 75 mg i.m

hari ke – 1 + ke- 2 fenobarbital 9 – mg / kg BB, dibagi dalam

2 dosis. Hari berikutnya fenobarbital 4 – 5 mg / kg. BB dibagi

dalam 2 dosis

Bila diazepam tidak tersedia, langsung dengan

fenobarbital dosis awal dan selanjutnya di teruskan

dengan pengobatan rumal.

H. Proses keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan yang di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan

yang berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang ditujukan kepada

individu, keluarga dan masyarakat.

a. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan dasar utama dari proses keperawatan

pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan

status kesehatan dan pola pertahanan klien serta merumuskan diagnosa

keperawatan. Pengkajian sebagai berikut :

1. Biodata

- Identitas klien ( nama, tempat tinggal, usia, agama, alamat )

- Identitas orang tua ( ayah dan ibu )

- Identitas saudara kandung ( nama, umur, hubungan dan status

kesehatan )

Page 26: `KEJANG DEMAM 2

2. Keluhan Utama

Biasa anak masuk dengan keluhan demam mendadak suhu tubuh ( 39 –

40 0 C ), sanagat gelisah dan kejang.

3. Riwayat kesehatan

Riwayat Kesehatan sekarang

Pada saat di kaji ( 31-07-2009) pasien sedang baring di tempat tidur

dan kaki bagian kanannya di pasang infus dengan cairan Glukosa 5 %

serta kondisi tubuh klien sangat lemah untuk melakukan aktifitas.

a. Riwayat kesehatan masa lalu :

Untuk usia 0 – 5 tahun :

- Pre natal

- Natal

- Post natal

4. Riwayat imunisasi

Riwayat imunisasi klien lengkap yaitu : BCG, DPT I, II, III, IV, hepatitis

I, II, III, IV, dan campak

5. Riwayat tumbuh kembang

1. Perkembangan fisik

1. BB( berat badan )

- BB : 2800 gram – 4000 gram

- 4 – 6 bulan : 2 x BBL ( berat badan

lahir)

- 6 bulan – 1 tahun : 3 x BBL ( berat badan

lahir)

- 1 – 5 tahun : n + 8

- Diatas 5 tahun : 2n + 8

2. TBL ( tinggi badan lahir )

- TBL : 50 CM

- Rumus TBL : 2n + 80

Page 27: `KEJANG DEMAM 2

- Waktu tumbuh gigi : 8 – 9 bulan

b. Perkembangan tiap tahap usia

- Berguling: 3-6 bulan

- Duduk : 6-9 bulan

- Merankak : 9-10 bulan

- Berdiri : 9-12 bulan

- jalan : 12-18 bulan

- Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan

- bicara : 2-3 tahun

6. Riwayat nutrisi

a. Klien diberikan ASI sejak lahir

b. Klien diberkan susu formula, karena ASI tidak mencukupi kebutuhan

sejak umur 6 tahun

c. Klien sudah diberikan makanan tambahan sejak usia 4 bulan yaitu susu

SUN

7. Riwayat psikologis

Lingkungan rumah klien berda di tengah kota dan kota jauh dari sekolah

maupun dari tempat ibadah, hubungan anggota keluarga harmonis, serta klien diasuh

oleh ibunya.

8. Riwyat spiritual

Tentang support syistem dalam keluarga dan bagaimana kegiatan

keaagamaan

9. Riwayat hospitalisasi

a. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

b. Pemahaman klien tentang sakit dan rawat inap

c. Respon

- Perilaku : klien menangis pada saat disuntik dan diinfus ]

- perpisahan : klien merasa sedih karena perpisahan dengan keluarga

Page 28: `KEJANG DEMAM 2

10. Aktivitas sehari-hari meliputi:

a. Nutrisi

b. Cairan

c. Istirahat tidur

d. eliminasi (BAB dan BAK)

e. Personal hgiene rekreasi atau olahraga

f. Aktifitas / mobilitas fisik

11. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : lemah

b. Tanda – tanda vital :

TD : 100/60 mmHg

S : 37,7 0C

N : 102 x/i

P : 30 x/i

c. Antropometri :

BB sekarang : 8 kg

TB sekarang : 82 cm

Lingkar kepala : 46 cm

Lingkar lengan atas : 13 cm

Lingkar dada : 49 cm

Lingkar perut : 48 cm

b.Sistem Pernafasan

Gejala yang baisanya timbul yaitu takipnea, infeksi saluran pernafasan

dan apabila terjadi kenaikan suhu tubuh akan terjadi bangkitan kejang yang

disebabkan oleh ekstra kranium

-

Page 29: `KEJANG DEMAM 2

c.Sistem cardiovaskuler

Konjungtiva anemis, bibir kering, cardial output menurun

d.Sistem pencernaan

Bibir kering nafsu makan menurun

e.Sistem perkemihan

Produksi urine kurang, fitrasi menurun

f. Muskulokletal

Kelemahan, kelelahan, massa otot menurun

g.Integumen

Kulit kotor,torgor kulit jelek,kuku panjang dan kotor

b. Diagnosa keperawatan

1. Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi

2. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya

koordinasi otot

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya metabolisme

tubuh akibat hipertermi

c. Patofisiologi dan penyimpangan KDM pada Kejang Demam

d. Perencanaan

NDX 1 : Potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hipertermi

Tujuan : klien tidak mengalami kejang

Kriteria hasil : tidak terjadi serangan kejang ulang, suhu 36 – 37,5 0 C,nadi 100 –

110 x / I, kesadaran compus mentis

Page 30: `KEJANG DEMAM 2

No Intervensi Rasional

1 Longgarkan pakaian, berikan

pakaian tipis yang mudah

menyerap keringat

Proses konveksi akan

terhalang oleh pakaian

yang ketat dan tidak

menyerap keringat

2 Berikan kompres dingin Perpindahan panas

secara konduksi

3 Berikan ekstra cairan ( susu, sari

buah dll)

Saat demam kebutuhan

akan cairan tubuh

meningkat

4 Obserfasi TTV tiap 4 jam Pemantauan yang

teratur menentukan

tindakan yang akan

dilakukan

5 Batasi aktifitas selama anak panas Aktifitas dapat

meningkatkan panas

6 Berikan antipiretik dan

pengobatan sesuai medis

Menurunkan panas

pada pusat hipotalamus

dan sebagai propilaksis

NDX 2: Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya

koordinasi otot

Tujuan : tidak terjadi trauma fisik selama perawatan

Page 31: `KEJANG DEMAM 2

Kriteria hasil : tidak terjadi trauma fisik pada perawatan, mempertahankan

tindakan yang mengontro aktifitas kejang, mengidentifikasi tindakan yang

harus di berikan ketika terjadi kejang.

No Intervensi Rasional

1 Beri pengaman pada sisi tempat tidur

dan penggunaan tempat tidur yang

rendah

Meminimalkan injuri saat

kejang

2 Tinggalah bersama klien selama fase

kejang

Menigkatkan keamanan

klien

3 Berikan tongue spatel di antara gigi

atas dan bawa

Menurunkan resiko

trauma pada mulut

4 Letakkan klien di tempat yang lembut Membantu menurunkan

resiko injuri fisik

ekstremitan ketika

kontrol otot volumter

berkurang

5 Catat tipe kejang ( lokasi, lama ) dan

frekwensi kejang

Membantu menurunkan

lokasi area serebral yang

terganggu

6 Catat TTV sesudah fase kejang Mendeteksi secara dini

keadaan yang abnormal

NDX 3 : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi

Tujuan : rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil : suhu tubuh 36 – 37,50 C, nadi : 100 – 110 x /i , RR : 24 – 28 x

/i , kesadaran compusmentis, anak tidak rewel

Page 32: `KEJANG DEMAM 2

No Intervensi Rasional

1 Kaji faktor – faktor

hipertermi

Mengetahui penyebab

terjadinya hipertermi

karena penambahan

pakaian atau selimut

dapat menghambat

penurunan suhu tubuh

2 Observasi TTV tiap 4

jam sekali

Pemantauan TTV yang

teratur dapat menentukan

perkembangan

keperawatan yang

selanjutnya

3 Pertahankan suhu tubuh

normal

Suhu tubuh yang dapat

di pengaruhi oleh tingkat

aktifitas, suhu

lingkungan, kelembaban

yang tinggi akan

mempengaruhi panas /

dinginnya tubuh

4 Ajarkan kepada keluarga

memberikan kompres

dingin pada kepala /

ketiak

Proses konduktif /

perpindahan panas

dengan suatu bahan

perantara

5 Anjurkan untuk

menggunakan baju tipis

dan terbuat dari kain

katun

Proses hilangnya akan

terhalangi pakaian tebal

dan tidak dapat

menyerap keringat

6 Atur sirkulasi udara Penyediaan udara bersih

Page 33: `KEJANG DEMAM 2

ruangan

7 Beri ekstra cairan dengan

menganjurkan pasien

banyak minum

Kebutuhan cairan

meningkat karena

penguapan tubuh

meningkat

8 Batasi aktifitas fisik Aktifitas meningkatkan

metabolisme dab

meningkatkan panas

NDX 4 : Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan

informasi

Tujuan : Pengetahuan bertambah tentang penyakit anaknya

Kriteri hasil : keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya,

keluarga mampu diikut sertakan dalam proses keperawatan, keluarga

mentaati setiap proses keperawatan.

No Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat pengetahuan keluarga Mengetahui sejauh mana

pengetahuan yang di

miliki keluarga dan

kebenaran informasi yang

di dapat

2 Beri penjelasan kepada keluarga

sebab dan akibat kejang demam

Penjelasan tentatang

kondisi yang dialami

dapat menambah

wawasan keluarga

3 Jelaskan setiap tindakan perawatan

yang akan di lakukan

Agar keluarga mengetahui

tujuan setiap tindakan

Page 34: `KEJANG DEMAM 2

keperawatan

4 Berikan HE tentang cara melong anak

kejang dan mencegah kejang demam

Sebagai upaya ahli

informasi dan mendidik

keluarga agar mandiri

dalam mengatasi masalah

kesehatan

5 Berikan HE agar selalu sedia obat

penurun panas bila anak panas

Mencegah peningkatan

suhu lebih tinggi dan

serangan kejang ulang

6 Jika anak sembuh, jaga anak tidak

terkena penyakit infeksi dengan

menghindari orang atau teman yang

menderita penyakit menular sehingg

tidak mencetuskan kenaikan suhu

Sebagai upaya prefentif

serangan ulang

7 Beri tahukan keluarga jika anak akan

mendapatkan imunisasi agar memberi

tahukan kepada petugas imunisasi

bahwa anaknya pernah menderita

kejang demam

Imunisasi pertusis

memberikan reaksi panas

yang akan dapat

menyebabkan kejang

demam

NDX 5 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya

metabolisme tubuh akibat hipertermi

Tujuan : Akan menunjukan pola tidur yang nyaman

Kriteria hasil : konjungtiva tidak anemis, TTV dalam keadaan normal, suhu

tubuh 36 – 37,50 C, nadi : 100 – 110 x /i , RR : 24 – 28 x /i

No Intervensi Rasional

1 Akan menunjukan pola tidur

yang nyaman

Supaya klien dapat

beristirahat dengan nyaman.

Page 35: `KEJANG DEMAM 2

Kriteria hasil : konjungtiva tidak

anemis, TTV dalam keadaan

normal, suhu tubuh 36 – 37,50

C, nadi : 100 – 110 x /i , RR : 24

– 28 x /i

BAB III

Page 36: `KEJANG DEMAM 2

TINJAUAN KASUS

Nama Mahasiswa : Rovina Yuni

Tempat Praktek Ruangan : perawatan anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji

Makassar.

Tanggal :31 – 07 – 2009

I. BIODATA

2. Identitas Klien

Nama : An “ E”

Umur : 1 tahun 2 bulan

Agama : Katolik

Jenis Kelamin : Laki – laki

Alamat : Baji pamai 2. No. 12

Tanggal masuk : 26 – 07 – 2009

Tanggal pengkajian : 31 – 07 – 2009

3. Identitas orang tua klien

1. Ayah

Nama : Yulius

Umur : 44 tahun

Pekerjaan : Pegawai swasta

Pendidikan : D- III

Alamat : Baji pamai 2. No.12

2. Ibu

Nama : Fani

Umur : 36 tahun

Page 37: `KEJANG DEMAM 2

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMP

Alamat : Baji pamai 2. No.12

4. Identitas Saudara Kandung

No Nama Usia Hubungan Status kesehatan

1 Etan 12 Saudara kandung Sehat

2 Eksal 9 Saudara kandung Sehat

II. Keluhan Utama : Kejang demam

Riwayat Keluhan : Ibu klien mengatakan anaknya

panas tinggi, dan kalau malam hari mulai kejang

dengan mata melotot, sehingga pada malam senin

keluarganya mengantar klien ke rumah sakit.

III. Riwayat Kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang :

Pada saat pengkajian pasien sedang terbaring di

tempat tidur, kaki sebelah kanannya di pasangi infus

dengan cairan Glukosa 5 % dan kondisi tubuh klien

sangat lemah untuk melakukan aktifitas .

Riwayat kesehatan masa lalu :

Khusus untuk anak di bawah 0 – 5 tahun

1. Prenatal Care

Pemeriksaan kehamilan : ibu selalu ke

puskesmas

Page 38: `KEJANG DEMAM 2

Keluhan selama hamil : sering mual –

mual

Imunisasi TT : di beri 2 kali

pada kehamilan 4 bulan dan 6 bulan

2. Natal

Tempat persalinan : rumah sakit

Persalinannya : tidak ada sobekan

pada perineum

Penolong persalinan : Dokter

3. Post natal

Kondisi bayi sehat dengan BB 3,2 kg,

PB 54 cm

Masalah pada saat anak lahir : tidak

ada masalah

Untuk semua usia

Klien tidak pernah

mengalami penyakit yang sangat berat

Klien tidak pernah di

operasi

Klien tidak pernah

mengalami kecelakaan

Perkembangan anak

dengan saudara – saudaranya : pertumbuhan

saudara – saudaranya lebih baik di

bandingkan dengan lien sekarang

IV. Riwayat kesehatan keluarga

Page 39: `KEJANG DEMAM 2

1. Ibu klien mengatakan tidak ada penyakit

keturunan

2. Genogram

Keterangan :

: Garis perwkilan

: Garis keturunan

Page 40: `KEJANG DEMAM 2

: Jenis kelamin laki – laki

: Jenis kelamin perempuan

: Klien

: Sudah meninggal

? : Tidak di ketahui umurnya

- - - - - - - - - : Tinggal serumah

Keterangan :

G1 : - Kakek dan nenek dari klien sudah meninggal karena faktor usia

- Kakek dari klien sudah meninggal karena faktor usia sedangkan

nenek dari klien masih hidup

G. II : - Ayah klien anak ke dua dari 1 bersaudara

- Ibu klien anak ke tiga dari lima bersaudara

G. III : - klien anak bungsu dari dua bersaudara

V. Riwayat Imunisasi

N0 Jenis imunisai Waktu

pemberian

Reaksi setelah

pemberian

1 BCG lupa demam

Page 41: `KEJANG DEMAM 2

2 DPT (1,2,3,) lupa demam

3 Polio (1,2,3) lupa tidak ada

4 campak lupa demam

5 Hepatitis lupa Demam

VI. Riwayat tumbuh kembang

A. Pertumbuhan fisik

1. Berat badan : 8 kg

2. Tinggi badan : 82 cm

3. Waktu tumbuh gigi : 6 bulan

B. Perkembangan tiap tahap

1. Berguling : 6 bulan

2. Duduk : lupa

3. Merangkak : lupa

4. Berdiri : 11 bulan

5. berjalan : 1 tahun tapi masih dibantu

6. Senyum kepada orang lain : lupa

7. Bicara pertama kali : lupa

8. Berpakaian tanpa banuan :masih dibantu

VII. Riwayat nutrisi

A. pemberian asi

1. pertama kali disusui : pada saat bayi belum lahir

2. cara pemberian :menete

3. lama pemberian :sampai umur 9 bulan

B. Pemberian susu formula

Page 42: `KEJANG DEMAM 2

1. Lama pemberian :tida ada pemberian susu formula

2. Jumlah pemberian : tidak ada

3. Cara pemberian : tidak ada

C. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini

No Usia Jenis nutrisi Cara

pemberian

1 0 - 4 Asi Di tete

2 4 - 6 Bubu,asi Disuap dan di

tete

3 6 - sekarang Nasi, biskuit,

lauk pauk

Di suao

VIII. Riwayat Psikososial

Klien tinggal bersama dengan orang tuanya, klien dengan anggota

keluarganya terutama ibunya sangat harmonis dan klien di asih oleh orang tunya

IX. Riwayat spritual

Hubungan antara anggota keluarga sangat baik dan klien belum bisa melakukan

ibadah sendiri

X. Reaksi hositalisasi

Pemahaman keluarga tentang penyakit dan rawat inap orang tua klien membawa

anaknya ke umah sakit karen demam tinggi di sertai kejang – kejang dan keluarga

klien percaya dengan pengobatan di rumah sakit

Klien belum memahami tentang penyakitnya

XI. Aktifitas sehari – hari

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1 Nutrisi Tidak

Page 43: `KEJANG DEMAM 2

Selera makan

Menu makan

Frekwensi makan

Makanan yang di sukai

Makanan pantangan

Cara makan

Dapat

menghabiskan I

porsi

Nasi, sayur dan

lauk

mandiri

3X sehari

dihabiskan

(3/4 saja

dihabiskan

Bubur dan

telur

3X sehari

Tidak ada

disuap

2 Cairan

Jenis minuman

Frekewnsi minum

Kebutuhan cairan

Cara pemenuhan

Air putih, susu

dan the

1500/ 2500 cc/

hari

Air putih

4-5 x / hari

Terpasang

infus D5%

16 tts /i

3 Eliminasi

1. BAB

Tempat pembuangan

frekwensi

kesulitan

2. BAK

Tempat pembuangan

Frekwensi

Bau

WC

1X / hari

Tidak ada

WC

3-4X / hari

Omoniak

WC

Belum

pernah

Tidak ada

WC

2-3X / hari

Page 44: `KEJANG DEMAM 2

Warna

kuning Amoniak

kuning

4 Istirahat tidur

1. jam tidur

siang

malam

2. pola tidur

3. kebiasaan sebelum tidur

14.00 – 16.00

21.00-06.00

Teratur

Berdoa

Tidur sering

terjaga

Tidur sering

terjaga

Tidak ada

5 Personal Hygiene

1. Mandi

cara

frekwensi

alat mandi

2. Cuci rambut

frekwensi

cara

3.Guting kuku

frekwensi

alat

cara

2. Gosok gigi

frekwensi

cara

alat

Diguyur

2 x sehari

Sabun

3 x seminggu

Cuci rambut

sendiri

1 x seminggu

Menggunakan

gunting kuku

Di potong

sendiri

2X sehari

Mengosok

sendiri

Sikat gigi dan

Belum

mandi

Badan kotor

dan berbau

keringat

Tidak mandi

Di lap

Tidak dicuci

Rambut

kotor

Tidak

pernah

Tidak

pernah

Tidak

pernah

Page 45: `KEJANG DEMAM 2

odol

Tidak

pernah

Tidak ada

6 Aktifitas / mobilitas fisik

kegiatan sehari – hari

penggunaan alat bantu aktifitas

kesulitan pergerakan tubuh

Pergi ke

sekolah

Pada kaki

Tidak ada

Tidak pergi

Tidak ada

Tidak ada

7 Rekreasi

perasaan setelah bermain

kegiatan waktu luang

kegiatan hari libur

Senang

Nonton TV

Hanya d rumah

Tidak

Tidak

pernah

Tidak

XII. Pemeriksaan fisik

A. Keadaan umum : demam dam lemah

B. Tanda – tanda vital

TD : 100/60 mmHg

S : 37,7 0C

N : 102 x/i

P : 30 x/i

C. Antropometri

BB sekarang : 8 kg

TB sekarang : 82 cm

Lingkar kepala : 46 cm

Lingkar lengan atas : 13 cm

Page 46: `KEJANG DEMAM 2

Lingkar dada : 49 cm

Lingkar perut : 48 cm

C. Sistem pernafasan

Hidung

- simetris kiri dan kanan

- tidak ada sekret

- tidak ada cuping hidung

- tidak ada benjolan

- tidak ada nyeri tekan

Leher

- tidak ada pembesaran kelenjar pada kelenjar tiroid

- arteri karoris teraba kuat]

- tidak ada nyeri tekan

- simetris kiri dan kanan

Dada

- bentuk dada simetris kiri dan kanan

- gerakan dada mengikuti pola nafas

- tidak ada nyeri tekan

D. Sistem cardiovaskuler

- konjungtifa tidak anemi

- bibir lembab

- suara jantung 1 (lub) dan 2 (dup)

E. Sistem pencernaan

Mulut

- kemampuan menelan baik

- lidah tampak bersih

- tidak ada stomatitis ( sariawan )

Abdomen

- bentuk perut datar dan ikut gerakan nafas

Page 47: `KEJANG DEMAM 2

- tidak ada benjolan

- tidak ada nyeri tekan

Anuas

- tidak ada lecet

- tidak ada hemoroid / wasir

F. sistem indra

Mata

- bentuk mata simetris kiri dan kanan

- bulu mata tidak mudah rontok

- alis mata simetris kiri dan kanan

Hidung

- simetris kiri dan kanan

- tidak ada polip

- tidak ada cuping hidung

Telinga

- Bentuknya simetris kiri dan kanan

- Tidak ada serumen

G. Sistem pensyarafan

Fungsi kranial

- N I .(olfaktorius ) : klien dapat membedakan bau pada kedua

hidungnya

- N II. (optikus ) : klien mampu melihat

- N II. (okulomotorius ) : bola mata dapat bergerak ke segala

arah

- N IV (troklearis ) : klien mampu melirik kekanan dan kekiri

- N VI. (abdusen ) : klien mampu melirik ke atas dan ke bawah

- N V. ( trigeminus) : klien mampuh merasakan sentuhan kain

basah di pipinya,dan pada saat mengunyah terlihat gerakan

temporalis

- N VII. (fasialis) : otot wajah, kulit dan kulit dan pengecap

Page 48: `KEJANG DEMAM 2

motorik : wajah klien simetris kiri

dan kanan pada saat tersenyum dan dapat

menggerakan kening

- Sensorik : klien mampu membedakan rasa manis, asam, asin

dan pahit

- N VIII (akusilkus ) : klien mampu mendengar dengan baik

dengan menggelingkan kepala kearah suara

- N IX . (glassofaringeus) : kliem mampu menelan dengan baik

- N X ( vagus) : adanya rangsangan muntah bila ujung lidah di

masukkan tangan

- N XI (aksesoris) : klien mampu memutar kepala atau

menundukan keatas dab ke bawa dan menahan

- N XII (hipoglessus) : klien dapat menjulurkan lidahnya ke kiri

dan kekanan

Fungsi kranial

Bereaksi dengan otot misalnya : dapat mengkerutkan

kening

Fungsi sensorik : bereaksi dengan sentuhan dan suhu,

misalnya : bila di sentuh oleh air dingin pada pipinya dia

kaget

Refleks biceps : berupa reaksi dari siku dan adanya

kontraksi otot biceps

Refleks miceps : responnya ekstensi dari siku dan adanya

kontraksi oto biceps

Refleks patella : gerakan ekstensi dan tungkai bawah

Refleks babinski : penekanan dari jari – jari

G. Sistem muskuloskletal

Kepala : bentik kepala bulat

Lutut :

Page 49: `KEJANG DEMAM 2

- simetris kiri dan kanan

- tidak ada benjolan

Kaki :

- simetris kiri dan kanan

- tidak ada udem

Tangan :

- tidak ada udem

- jari tangan lengkap

H. Sistem imun

- klien tidak ada riwayat alergi dengan bulu binatang, dengan

obat, dan cuaca

I. Sistem integumen :

Rambut : tidak mudah rontok

Kulit : kulitb sawo matang, dan tampak bersih

Kuku : kuku tampak bersih

J.Sistem endokrin :

Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid

Suhu tubuh panas

K. Sistem perkemihan

Tidak ada riwayat kencing batu

L. Sistem reproduksi

Srotus kiri dan kanan simetris

Tidak ada udema

XIII. Tes Diagnostik

- WBC 7.8 X X10 ^ 3/ul 3.0 10.0

- KBC 3.50 L X10 ^ 6/ul 4.00 6.00

- MCV 85.0 FL 82.0 92.0

Page 50: `KEJANG DEMAM 2

- MCT 29.8 L % 35.0 65.0

- MCH 27.6 P9 27.0 31.0

- MCHC 32.5 L 9 /dl 32.0 37.0

- Hb 9.7 L 9 / dl 12.0 16.0

- PLT 220 X10^3/ul 150 450

KLASIFIKASI DATA

Page 51: `KEJANG DEMAM 2

Nama : An “ E” Ruangan : Baji minasa

Umur : 1 tahun 2 bulan pengkajian : 31 – 07 – 2009

Jenis Kelamin : Laki – laki DX medik : Kejang demam

Data subjektif Data objektif

-Ibu klien mengatakan anaknya

kejangnya hilang timbul

Ibu klien mengatakan anaknya sakit

demam

- Ibu klien

mengatakan saat

kejang mata

klien melotot,

tangan dan kaki

juga mengejang

- Ibu klien

mengatakan

anaknya belum

mandi

- Ibu klien

mengatakan

sangat cemas

dengan keadaan

anaknya dan

kapan anaknya

bisa pulang

- klien lemah

- badan klien teraba panas

- rambut kotor dan

kulit kepala kotor

- badan klien kotor

dan bau keringat

- kuku panjang dan

kotor

- ibu klien

selalu

bertanya

tentang

penyakit

anaknya

- Tanda – tanda vital

TD : 100/60 mmHg

S : 38,4 0C

N : 100 x/i

P : 32 x/i

Page 52: `KEJANG DEMAM 2

ANALISA DATA

Nama : An “ E” Ruangan : Baji minasa

Umur : 1 tahun 2 bulan pengkajian : 31 – 07 – 2009

Jenis Kelamin : Laki – laki DX medik : Kejang demam

No Data Etiologi Masalah

1 DS :

Ibu klien mengatakan anaknya

kejangnya hilang timbul

Ibu klien mengatakan anaknya

sakit demam

DO :

- klien lemah

- badan klien teraba panas

Kelainan proses

ekstrakranium

Merangsang hipotalamus

Terjadi peningkatan suhu

tubuh

Hipertermi

Resiko

kejang

berulang

Page 53: `KEJANG DEMAM 2

Resiko kejang

berulang

2 DS :

Ibu klien mengatakan anaknya

selama di rumah sakit belum

pernah mandi

DO :

rambut kotor dan kulit kepala

kotor

badan klien kotor dan bau

keringat

kuku panjang dan kotor

Proses penyakit

Kurangnya

perawatan diri

Personal hygiene

menurun

Gangguan personal

hygiene

Gangguan

personal

hygiene

3 DS :

-Ibu klien mengatakan sangat

cemas dengan keadaan anaknya

- Ibu klien selalu bertanya kapan

anaknya bisa pulang

DO :

- ibu

klien

selalu

bertanya

tentang

penyakit

anaknya

Proses penyakit

Kurangnya informasi

tentang kesehatan

Kurangnya pengetahuan

keluarga

mengenai

penyakit klien

anceitas

Page 54: `KEJANG DEMAM 2

- TTV

TD : 100/60 mmHg

S : 38,4 0C

N : 100 x/i

P :

32

x/i

Koping keluarga

tidak efektif

anceitas

Page 55: `KEJANG DEMAM 2

DIAGNOSA KEPERAWTAN

Nama : An “ E” Ruangan : Baji minasa

Umur : 1 tahun 2 bulan pengkajian : 31 – 07 – 2009

Jenis Kelamin : Laki – laki DX medik : Kejang demam

No Diagnosa keperawatan Tanggal di

temukan

Tanggal teratasi

1 Potensial terjadi kejang ulng

berhubungan dengan

hipertermi

2 Gangguan rasa nyaman

berhubungan dengan

hipertermi

3 Kurangnya pengetahuan

keluarga berhubungan

dengan keterbatasannya

informasi

Page 56: `KEJANG DEMAM 2

RENCANA KEPERAWATAN

Nama : An “ E” Ruangan : Baji minasa

Umur : 1 tahun 2 bulan pengkajian : 31 – 07 – 2009

Jenis Kelamin : Laki – laki DX medik : Kejang demam

No Diagnosa

keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

1 Potensial terjadi

kejang ulng

berhubungan

dengan

hipertermi di

tandai dengan :

DS :

Ibu klien

mengatakan

klien tidak

mengalami

kejang selama

berhubungan

dengan

hipertermi

dengan kriteria

:

- tidak terjadi

- Longgarkan

pakaian, berikan

pakaian tipis

yang mudah

menyerap

keringat

- Berikan

kompres dingin

- Berikan ekstra

- proses

konveksi akan

terhalang oleh

pakaian yang

ketat dan tidak

menyerap

keringat

- perpindahan

panas secara

Page 57: `KEJANG DEMAM 2

anaknya

kejangnya hilang

timbul

Ibu klien

mengatakan

anaknya sakit

demam

DO :

- klien lemah

- badan klien

teraba

panas

serangan

kejang ulang,

TTV

TD : 100/60

mmHg

S : 38,4 0C

N : 100 x/i

P : 32 x /i

cairan ( susu, sari

buah dll)

- obserpasi

kejang dan TTV

tiap 4 jam

- Batasi aktifitas

selama anak

panas

- Berikan anti

piretik dan

pengobatan

sesuai medis

koduktif

-saat demam

kebutuhan

akan cairan

tubuh akan

meningkat

- pemantauan

yang teratur

menentukan

tindakan yang

akan di

lakukan

- aktifitas dapat

meningkatkan

metabolisme

dan

meningkatkan

panas

- menurungkan

panas pada

pusat

hipotalamus

dan sebagai

propilaksis

2 Gangguan rasa

nyaman

berhubungan

dengan

hipertermi di

tandai dengan :

DS :

Kebutuhan

personal

hygiene

terpenuhi

dengan kriteria

:

- mulut klien

1. kaji pola

kebutuha

n

personal

hygiene

2. bantu

klien

sebagai dat

dasar untuk

melakukan

intervensi

selanjutnya

agar klien

merasa

Page 58: `KEJANG DEMAM 2

Ibu klien

mengatakan

anaknya selama di

rumah sakit

belum pernah

mandi

DO :

rambut kotor dan

kulit kepala kotor

badan klien kotor

dan bau keringat

kuku panjang dan

kotor

tampak bersih

dan gigi tidak

kotor

dalam

members

ihkan

badan

3. anjurkan

pada

klien

untuk

selalu

menyikat

gigi 2 x

sehari

4. anjurkan

klien

untuk

menggan

ti baju

yang

bersih

gunting kuku

klien

nyaman

mulut klien

kelihatan

bersih dan

sehat

pakaian yang

bersihkan

meningkatkan

personal

hygiene klien

kuku yang

panjang dan

kotor akan

menyebabkan

infasi kuman

dalam tubuh

3 Kurangnya

pengetahuan

keluarga

berhubungan

dengan

keterbatasannya

informasi

Kurangnya

pengetahuan

keluarga

Pengetahuan

bertambah

tentang

penyakit

anaknya

dengan

Kriteria hasil :

- keluarga

tidak sering

bertanya

Kaji tingkat

penge tahuan

keluarga

5. Beri

penjelasan

kepada

keluarga

sebab dan

akibat kejang

demam

Mengetahui

sejauh mana

pengetahuan

yang di miliki

keluarga dan

kebenaran

informasi yang

di dapat

Penjelasan

tentatang

Page 59: `KEJANG DEMAM 2

berhubungan

dengan

keterbatasannya

informasi di

tandai dengan :

DS :

-Ibu klien

mengatakan

sangat cemas

dengan keadaan

anaknya

- Ibu klien selalu

bertanya kapan

anaknya bisa

pulang

DO :ibu klien

selalu bertanya

tentang penyakit

anaknya

- Tanda –

tanda vital

TD : 100/60

mmHg

S : 38,4 0C

N : 100 x/i

P

:

3

2

x

/i

tentang

penyakit

anaknya

- keluarga

mampu diikut

sertakan dalam

proses

keperawatan

- keluarga

mentaati setiap

proses

keperawatan

6. Jelaskan

setiap

tindakan

perawatan

yang akan di

lakukan

7. Berikan

HE tentang

caramelong anak

kejang dan

mencegah kejang

demam, antara

lain :

1. jangan panik

saat kejang

2. baringkan

anak ditempat

rata dan lembut

3. kepala

dimirinkan

4. pasang

gagang sendok

yang telah di

ungkus kain

yang basah,

lalu dimasukan

di mulut.

5. setelah

kejang berhenti

dan pasien

sadar segera

kondisi yang

dialami dapat

menambah

wawasan

keluarga

Agar keluarga

mengetahui

tujuan setiap

tindakan

keperawatan

Sebagai upaya

ahli informasi

dan mendidik

keluarga agar

mandiri dalam

mengatasi

masalah

kesehatan

Mencegah

peningkatan

suhu lebih

tinggi dan

serangan

kejang ulang

Sebagai upaya

prefentif

serangan ulang

Imunisasi

pertusis

memberikan

reaksi panas

Page 60: `KEJANG DEMAM 2

minum obat

tunggu sampai

dengang

6. jika suhu

tinggi saat

kejang

lakukan

kompres

dingin

dan beri

banyakmi

num

yang akan

dapat

menyebabkan

kejang demam

IMPLEMENTASI

Nama : An “ E” Ruangan : Baji minasa

Umur : 1 tahun 2 bulan pengkajian : 31 – 07 – 2009

Jenis Kelamin : Laki – laki DX medik : Kejang demam

Page 61: `KEJANG DEMAM 2

No Hari/Tgal NoDX Jam Implementasi Paraf

1. Jumat 31-

07-09

1 . Melonggarkan pakaian

Hasil: Klien mau melongarkan

pakaianya

2. berikan pakaian tipis yang mudah

menyerap keringat

Hasil : Klien mau memakai

pakaian tipis yang mudah

menyerap keringat

3. Berikan kompres hangat

Hasil : ibu klien mau melakukan

kompres hangat

4. Berikan ekstra cairan ( susu, sari

buah dll)

Hasil : ibu klien mau memberikan

susu, sari buah dan dll

5. Obserfasi TTV tiap 4 jam

Hasil :

6. Batasi aktifitas selama anak

panas

Hasil :

1. Berikan anti piretik dan

pengobatan sesuai medis

2 Jumat 31-

07-09

2 1. kaji pola kebutuhan personal

hygiene

Hasil : personal hygiene

sudah dilakukan seperti

klien sudah kelihatan segar

2. bantu klien dalam

membersihkan badan

Page 62: `KEJANG DEMAM 2

Hasil : klien sudah

membersihkan badannya

3. anjurkan pada klien untuk

selalu menyikat gigi 2 x

sehari

Hasil klien sudah mau

melakukan gosok gigi 2 x

sehari

4. anjurkan klien untuk

mengganti baju yang bersih

Hasil : klien sudah

menggunakan baju yang

bersih

5. gunting kuku klien

Hasil : klien sudah menggunting

kuku

3 Jumat 31-

07-09

1.Kaji tingkat penge tahuan

keluarga

Hasil : keluarga klien telah

banyak mengetahui tentang

penyakit yang diderita klien

2.Beri penjelasan kepada keluarga

sebab dan akibat kejang demam

Hasil : keluarga klien sudah

mengerti tentang penjelasan

3.perawat mengenai penyebb dan

akibat penyakit klien

Jelaskan setiap tindakan perawatan

yang akan di lakukan

4. Berikan HE tentang cara melong

anak kejang dan mencegah kejang

Page 63: `KEJANG DEMAM 2

demam.

Hasil : keluarga klien sudah

mengerti tentang penjelasan

perawat mengenai

cara menolong anak kejang dan

mencegah kejang demam.

EVALUASI

Nama : An “ E” Ruangan : Baji minasa

Umur : 1 tahun 2 bulan pengkajian : 31 – 07 – 2009

Jenis Kelamin : Laki – laki DX medik : Kejang demam

No Hari/Tgl NDX Jam Evaluasi Paraf

Sabtu 1 08.00 S : Ibu klien mengatakan anaknya tidak

Page 64: `KEJANG DEMAM 2

1. 1-07-09 kejang lagi

O : Klien tidak kejang lagi

A : Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi :

Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis

yang mudah menyerap keringat

- Berikan kompres dingin

- Berikan ekstra cairan ( susu, sari buah dll)

- obserpasi kejang dan TTV tiap 4 jam

- Batasi aktifitas selama anak panas

- Berikan anti piretik dan pengobatan sesuai

medis

2. Sabtu 1-

07-09

2 S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah

melakukan personal hygiene

O : klien bersih dan segar

A : masalah teratasi

Pertahankan intervensi :

1. kaji pola kebutuhan personal hygiene

1. bantu klien dalam membersihkan

badan

2. anjurkan pada klien untuk selalu

menyikat gigi 2 x sehari

3. anjurkan klien untuk mengganti

baju yang bersih

4. gunting kuku klien

3. Sabtu 1-

07-09

3 S : Keluarga klien mengatakan sudah

mengerti apa yang sudah di jelaskan oleh

perawat

O : klien dan keluarganya mengerti

A : Masalah terata

P : Pertahankan intervensi

Page 65: `KEJANG DEMAM 2

1. Kaji tingkat penge tahuan keluarga

2. Beri penjelasan kepada keluarga sebab

dan akibat kejang demam

8. Jelaskan setiap tindakan perawatan

yang akan di lakukan

Berikan HE tentang cara melong anak

kejang dan mencegah kejang demam.

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan selama 3 (tiga) hari pada klien

dengan Kejang demam diruang perawatan Baji minasa Badan Pengelola Rumah

sakit daerah labuang Baji Propinsi sulawesi Selatan, penulis mendapat beberapa

adanya kesenjangan antara tinjauan teori dan studi kasus yang dilaksanakan.

Untuk lebih jelasnya mengenai kesenjangan yang terjadi antara teori yang

ada dengan kenyataan pada studi kasus pembahasan ini penulis menguraikan dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan pengkajian, perencanaan, dan

evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama dalam proses keperawatan, pengumpulan

data akut yang sistematis dan membantu dalam menentukan status kesehatan klien

dan merumuskan diagnosa keperawatan, berdasarkan hal tersebut, penulis

mengadakan pengkajian pada anak “M” yang di rawat di ruang baji minasa

BPRSUD Labuang baji makassar, pada tanggal 31 juli 2009

Pola pengkajian tidak terlalu banyak ditemukan adanya kesenjangan antara

teori dengan kasus. Adapun menurut teori Potensial terjadi trauma fisik

berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot

Sedangkan pada kasus ditemukan kejang demam dengan gejala Potensial

terjadi kejang ulang dan demam

Page 66: `KEJANG DEMAM 2

Berdasarkan kasus di atas jika di bandingkan antara teori dan kasus yang ada

masih terdapat beberapa kesenjangan sebagai berikut : pada teori di temukan

Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot

sedangkan pada kasus di temukan kejang demam dengan gejala Potensial terjadi

kejang ulang dan demam

B. Diagnosa keperawatan

Untuk diagnosa keperawatan pada klien berdasarkan teori terdapat 5

diagnosa :

1.Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi

2.Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi

otot

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi

4.Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya metabolisme tubuh

akibat hipertermi

Sedangkan diagnosa keperawatan yang di temukan pada pasien An “ M” yaitu :

1. Resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan

menurun

3. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kurangnya

perawatandiri

4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga

mengenai penyakit klien

Hal ini menunjukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus pada

anak “M”. Kasus ini dapat terjadi di sebabkan karena respon manusia

yang berbeda dalam beradaptasi dengan adanya gangguan dalam tubuh

C. Perencanaan

Pada tahap perencanaan penulis membuat suatu rencana keperawatan

yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang muncul.

Page 67: `KEJANG DEMAM 2

1. Resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi

Tujuanya : klien tidak mengalami kejang selama berhubungan

dengan hipertermi

Intervensi :

a. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat

b. Berikan kompres dingin

c. Berikan ekstra cairan ( susu, sari buah dll)

d. obserpasi kejang dan TTV tiap 4 jam

e.Batasi aktifitas selama anak panas

c. Berikan anti piretik dan pengobatan sesuai medis

2. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya

koordinasi otot

Tujuan :

1. tidak terjadi trauma fisik selama perawatan

Intervensi :

1. Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan

penggunaan tempat tidur yang rendah

2. Tinggalah bersama klien selama fase kejang

3. Berikan tongue spatel di antara gigi atas dan bawa

4. Letakkan klien di tempat yang lembut

5. Catat tipe kejang ( lokasi, lama ) dan frekwensi

kejang

6. Catat TTV sesudah fase kejang

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi

Tujuan :

Ranya nyaman terpenuhi

Intervensi :

a. Kaji faktor – faktor terjadinya hipertermi

b. Observasi TTV 4 jam sekali

Page 68: `KEJANG DEMAM 2

c. Pertahankan suhu tubuh normal

d. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada

kepala / ketiak

e. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain

katun

f. Atur sirkulasi udara ruangan

g. Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak

minum]

h. Batasi aktivitas fisik

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi

Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya

Intervensi :

a. kaji tingkat pengetahuan keluarga

b. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam

c. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan di lakukan

d. Berikan HE tentang cara menolong anak kejang dan mencegah

kejang demam

e. Berika HE agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas

f. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi

dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit

menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu

g. Beri tahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar

memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah

menderita kejang demam

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya

metabolisme tubuh akibat hipertermi

Tujuan : Akan menunjukan pola tidur yang nyaman

Intervensi :

Page 69: `KEJANG DEMAM 2

Akan menunjukan pola tidur yang nyaman

Kriteria hasil : TTV :

TD :100/60 mmHg

S : 37,6 0C

N : 120 x/i

P : 32 x/i

D. Implementasi

Pada tahap implementasi, penulis melakukan tindakan keperawatan ini

berdasarkan hal baik yang di rencanakan.

1. Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi

Tindakan keperawatan :

- Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat

- Berikan kompres dingin

- Berikan ekstra cairan ( susu, sari buah dll)

- obserpasi kejang dan TTV tiap 4 jam

- Batasi aktifitas selama anak panas

- Berikan anti piretik dan pengobatan sesuai medis

2. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot

-Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan

penggunaan tempat tidur yang rendah

-Tinggalah bersama klien selama fase kejang

-Berikan tongue spatel di antara gigi atas dan bawa

-Letakkan klien di tempat yang lembut

-Catat tipe kejang ( lokasi, lama ) dan frekwensi

kejang

-Catat TTV sesudah fase kejang

Page 70: `KEJANG DEMAM 2

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi

Tindakan keperawatan :

- Kaji faktor – faktor terjadinya hipertermi

- Observasi TTV 4 jam sekali

- Pertahankan suhu tubuh normal

- Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala /

ketiak

- Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain

katun

- Atur sirkulasi udara ruangan

- Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum]

- Batasi aktivitas fisik

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi

Tindakan keperawatan

- kaji tingkat pengetahuan keluarga

- Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam

-Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan di lakukan

-Berikan HE tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang

demam

-Berika HE agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas

h. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi

dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit

menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu

i. Beri tahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar

memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah

menderita kejang demam

Page 71: `KEJANG DEMAM 2

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya metabolisme tubuh

akibat hipertermi

Tindakan keperawatan

Akan menunjukan pola tidur yang nyaman

Kriteria hasil :

TTV :TD :100/60 mmHg

S : 37,6 0C

N : 120 x/i

P : 32 x/i

E. Evaluasi

Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, evaluasi untuk menilai apakah

keperawatan tercapai atau tidak yang di lakukan selama 3 hari

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan klien An “M”, adapun alasan

yang teratasi adalah resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi,

Gangguan pemenuhan nutrisi tidak adekuat berhubungan dengan nafsu makan

menurun, gangguan personal higiene berhubungan dengan perawatan diri, ansietas

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit klien.

Semua teratasi karena pasien sudah pulang.

Page 72: `KEJANG DEMAM 2

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang di lakukan maka penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang berulang atau kejang

yang lama yang mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang

menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara

fisik, mental atau social yang mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan anak.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada An “M” adalah :

a. Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan

hipertermi

b. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan

kurangnya koordinasi otot

c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi

Page 73: `KEJANG DEMAM 2

d.Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi

e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya metabolisme tubuh

akibat hipertermi

2. Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diperoleh diagnosa yang

teratasi adalh

a. Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan

hipertermi

b. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan

kurangnya koordinasi otot

c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi

d.Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya metabolisme tubuh

akibat hipertermi

B. Saran

Dengan melihat kenyataan yang ada pada pelaksanaan studi kasus An

“M” diruang perawatan baji minasa BPRSUD Labuang Baji propinsi

sulawesi selatan, maka penulis mengajukan beberapa saran yang kiranya

dapat diterima atau paling tidak dijadikan sebagai bahan pertimbangan:

1. Pola pengkajian dapat dilaksanakan secara komprehensif dengan

tehnik sistem tubuh

2. Tenaga kesehatan tidak hanya berfokus pada teori tetapi juga

mengacu pada kondisi klien dan kondisi rumah sakit

3. Kepada petugas rumah sakit ( perawat dan tenaga kesehatan) yang

ada senantiasa dapat melakukan kerja sama yang baik dalam hal

Page 74: `KEJANG DEMAM 2

perawatan dan pengobatan sehingga apa yang diharapkan dapat

dilaksanakan

4. Kepala perawt ruangan dan anggota kesehatan lainya agar

melanjutkan rencana keperawtan dan masalah yang belum teratasi

dengan memodifikasi sesuai kondisi klien

5. Bagi Klien diharapkan untuk menerapkan apa yang menjadi anjuara

perawat dan tenaga kesehatan lainya dengan mempercepat dengan

penyembuhan pasien

Page 75: `KEJANG DEMAM 2

DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobin SM, 1989, Penata laksanaan mutakhir Kejang pada anak, Gaya Baru,

Jakarta

Lynda JuallC, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa 1 Made,

EGC, Jakarta.

Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis pada anak, Edisis ke 2, PT. sagung

Seto : Jakarta

Ngastiyah, 1997, perawatan Anak Sakit. EGC< Jakarta.

Rendlen John, 1994, Ikhitisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta

Santosa, NI, 1989, Perawatan 1 ( Dasar-dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.

Santosa NI, 1993, Asuhan Keperawatan Dalam Konsep Keluarga, Depkes RI,

Jakarta…

Soetjiningsih, 1995, Tumbuh kembang anak, EGC jakarta

Suharso Darto, 2994,Pedoman diagnosis dan terapi, F.K. Unifersitas erlanga,

surabaya

Sumijati M.E, dkk 2000, Asuhan keperawatan pada kasus penyakit yang lazim

Terjadi pada anak, PERKANI: surabaya.

Wahidiyat iskandar, 1985, Ilmu kesehatan anak, Edisi 2, Info medika, Jakarta

Page 76: `KEJANG DEMAM 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN

( SAP )

DEMAM

Demama dalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu tubuh hingga 38 o C

atau lebih. Ada juga yang mengambil batasan lebih dari 37,8o c sedangkan suhu

tubuh lebih dari 40o C disebut demam tinggi ( hiperperaksia ) dan bila suhu tubuh

kurang dari36 o C disebut hipertermi

2. Penyebab

Demam biasanya terjadiakibat tubuh terpapar infeksi makro organisme

( firus, bakteri, parasit ). Demam juga bisa juga disebabkan oleh faktor non

infeksi seperti kompleks imun, atau inflamasi ( peradangan ) lainya. Ketika

firus atau bakteri masuk kedalam tubuh, berbagai jenis darah putih atau

leukosit melepaskan zat penyebab demam ( pirogen endogen )

3. Tanda dan gejala

Page 77: `KEJANG DEMAM 2

1. Peningkatan jantung

2. Badan lemah, perasaan tidak enak, kurang nafsu makan, tidak

bisa tidur, gelisah dan kejan

3. Pengeluaran panas melalui paru dan kulit berupa nafas cepat

dan keringat banyak

4. Kekurangan cairan dan elektrolit

5. Penatalaksanaan

1. Kenakan pakaian tipis

2. minum air putih, susu, jus buah biar sedikit tapi

sering

3. Hindari makanan yang berlemak dan makanan

yang sulit dicerna

4. Istirahat yang cukup

RESUME

Identitas Klien

Nama : An “ E”

Umur : 1 tahun 2 bulan

Agama : Katolik

Jenis Kelamin : Laki – laki

Alamat : Baji pamai 2. No. 12

Tanggal masuk : 26 – 07 – 2009

Tanggal pengkajian : 31 – 07 – 2009

A.diagnosa keperawatan pada saat klien di rawat di rumah sakit

1.Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi

2. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi

Page 78: `KEJANG DEMAM 2

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya metabolisme

tubuh akibat hipertermi

B.Tindakan keperawatan selama di rumah sakit

.

- Kaji faktor – faktor terjadinya hipertermi

- Observasi TTV 4 jam sekali

- Pertahankan suhu tubuh normal

- Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak

- Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun

- Atur sirkulasi udara ruangan

- Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum]

- Batasi aktivitas fisik

Page 79: `KEJANG DEMAM 2

LEMBAR ASISTENSI UJIAN KTI

Nama : ROVINA YENI

NIM : 06.0205

Nama Penguji : Hj. Rasnin Palari, SKM, M,Kes

Judul KTI : Kejang Demam

Page 80: `KEJANG DEMAM 2
Page 81: `KEJANG DEMAM 2
Page 82: `KEJANG DEMAM 2