`KEJANG DEMAM 2
-
Upload
kiky-daeng-koro -
Category
Documents
-
view
709 -
download
6
Transcript of `KEJANG DEMAM 2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An “E” DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSARAFAN ( KEJANG DEMAM )
DI RUANG PERAWATAN BAJI BAJI MINASA
BPRSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
TGL 1 JULI S/D 3 2008
Karya tulis Ilmiah
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan
Pada Program D III Keperawatan Gunung Sari Makassar
OLEH
ROVINA YENI
06.0205
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIKPER) GUNUNG SARI
M A K A S S A R
2 O O 9
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan Judul:
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An “E” DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSARAFAN ( KEJANG DEMAM )
DI RUANG PERAWATAN BAJI BAJI MINASA
BPRSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
Tanggal Agustus 2009
Telah di terima dan disetujui untuk diujikan :
Makassar, 2009
Pembimbing
Karya Tulis Ilmiah
HJ. RASNIN PALARI, SKM., M. Kes.
HALAMAN PENGESAHAN
TELAH DI PERTAHANKAN DAN DISETUJUI TIM PENGUJI
KARYA TULIS ILMIAH STIKPER GUNUNG SARI
MAKASSAR
Tanggal Juli 2009
Tim Penguji
1. Hj. Rasnin Palari, Skm.,M. Kes. ( ………………………..)
2. Dra. Yustina Suhada, S.Kep.NS ( ………………………..)
3. Fitriani, S.kep. ( ………………………..)
Mengetahui:
Direktur STIKPER GUNUNG SARI
Pius Nalang, S.St, M.Kes
NID: 0910016002
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
Nama : ROVINA YENI
Tempat/Tanggal : Benteng Selayar, 28 Juli 1986
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Jl. Malengkeri Luar Lorong I. No 8
II. PENDIDIKAN
1. Tamat TK Kumala Bhayangkari Selayar Tahun 1993
2. Tamat SD Center Inpres II Selayar tahun 1996
3. Tamat SMP Negeri I Selayar Tahun 1999
4. Tamat D III Keperawatan STIKER Gunung Sari Makassar Tahun 2008
5. Tamat MAN 1 Selayar Tahun 2005
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini. Karya Tulis Ilmiah ini berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An “E”
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN (KEJANG DEMAM) DIRUANG
PERAWATAN BAJI MINASA BPRSUD LABUANG BAJI MAKASSAR yang penulis
susun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program D III
Keperawatan STIKPER Gunung Sari Makassar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kekeliruan dan kekhilafan di dalamnya. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menemukan
banyak kesulitan dan hambatan, namun bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
serta kemauan, ketekunan, kesabaran serta kerja keras penulis akhirnya, Karya Tulis
Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Oleh sebab itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Bapak H. Syamsul Alam BA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Gunung Sari
Makassar, yang telah memberikan sarana dan pra sarana untuk mengikuti
pendidikan D III Keperawatan di STIKPER Labuang Baji Gunung Sari
Makassar.
2. Bapak Pius Nalang S.St, M. Kes, selaku direktur STIKPER Labuang Baji
Makassar.
3. Bapak Dr. H. Muh. Talib Sayuti, M.Kes, selaku direktur BPRSUD Labuang Baji
Makassar serta para staf yang telah berkenan memberikan izin, menyediakan
sarana untuk mengikuti praktek Keperawatan dan ujian akhir program.
4. Bapak Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan yang telah
memberikan surat ijin dan keputusan untuk melaksanakan ujian di BPRSUD
Labuang Baji Makassar tanggal 1 juli s/d 3 juli 2009
5. Ibu Hj. Rasnin Palari, Skm.,M. Kes, selaku penguji yang yang telah memberikan
masukan dan dorongan serta meluangkan waktu tenaga dan pikiran.
6. Dra. Yustina Suhada S.kep.NS, selaku penguji yang telah memberikan masukan
dan dorongan serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran.
7. Ibu Fitri,S.Kep selaku pembimbing dan penguji lahan yang banyak membantu
penulis dalam penyusunan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Labuang Baji
Makassar
8. Bapak Ismail.S,COM, selaku pembimbing II yang telah memberikan masukan
dan dorongan yang amat membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini
9. Segenap para Dosen dan staf pengajar yang telah memberikan pengetahuan dan
bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan di STIKPER Gunung Sari
Makassar.
10. Terkhusus kepada orang tuaku yang tercinta yang telah berkorban. Segalanya
baik moril maupun material tanpa mengenal lelah dan balasan serta senantiasa
mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di STIKPER
Gunung Sari Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.
11. adik-adikku yang tersayang Heni, Doni dan Afri yang selalu memberikan
motifasi dan semangat kepada saya sehingga dapat menyelesaikan pendidikan
Diploma-III di STIKPER Gunung Sari Makassar
12. Kepada sahabat-sahabatku Eisy, Duan, Melan, Merlyn, Liany, Oy Ganar, Diana,
Enjel, Mince, Nana, Kika dan Aken yang selalu senantiasa mendampingi penulis
disaat suka maupun duka. Terima kasih atas persahabatan doa dan bantuan
berupa masukan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
13. Kepada Teman-teman seperjuanganku di Baji Minasa selama stidi kasus di
rumah sakit Labuang Baji Makassar, Hesty, Felly, Fonna, Anca, Adi, Van, Yuni,
Melan, Ina, Yeni, Acin, Selin,dll yang selalu memberikan motifasi dan inspirasi
serta bantuan berupa masukan dan saran dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini.
14. Semua rekan-rekan mahasiswa (Angkatan III /2006 ) STIKPER Gunung Sari
Makassar dalam mengikuti pendidikan, sukses untuk semua serta semua pihak
yang selalu membantu penulis.
15. Kepada Klien dan keluarga yang telah banyak membantu penulis memberikan
informasi dalam penyusunan asuhan Keperawatan di BPRSUD Labuang Baji
Makassar.
Tiada yang berharga yang dapat penulis sampaikan sebagai rasa terima kasih
penulis atas segala bantuan yang diberikan selain mendoakan kiranyaTuhan Yang
Maha Esa, melimpahkan Rahmat-Nya untuk kita semua.
Akhir kata dengan kerendahan hati penulis menyampikan Karya Tulis Ilmiah
ini dengan harapan dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin
Makassar, 2009
Penulis
ROVINA YENI
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pada dasarnya anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga.
Selain sebagai penerus keturunan.Anak juga sebagai generasi penerus cita – cita
bangsa sehingga seorang anak haruslah emiliki kualitas. Hal ini dapat di wujudkan
apabila di tunjang oleh derajat kesehatan yang optimal dengan demikian anak
tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang sehat jasmani maipun rohani serta
bertanggung jawab.
Kesehatan anak, termasuk dalam kesehatan terpenting dan tidak dapat diabaikan
dalam tercapainya tujuan pembangunan nasional. Oleh karena itu tidak satipun
orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lbih – lebih bila anaknya
mengalami kejang demam.
Salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada anak adalah kejang demam. Kejang
demam merupakan kelainan neorologis akut yang paling sering di jumpai pasda
anak - anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh di atas
38o C yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak
adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul olef infeksi pencernaan
(Nagastiyah, 1997; 229).
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan sel-sel otak
terutama cacat baik secara fisik, mental maupun social yang mengganggu
pertumbuhan anak.
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.
Diagnosa secara dini pengelolaan yang tepa sangat diperlukan untuk memghindari
cacat yang parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu para
media dituntut berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut.
Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah mencegah aktifitas kejang,
melindungi pasien dari trauma dan mempertehankan jalan nafas.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di BPRSUD Labunag baji Makassar angka
kejadian penyakit kejang demam yang dirawat di rumah sakit selama dua tahun
terakhir adalah :
Umur Tahun 2007 Tahun 2008
0-28 hari 3 9
28 hari-< 1 tahun 29 11
1-4 tahun 77 32
5-14 tahun 19 3
Jumlah laki-laki 228 20
Jumlah perempuan 130 27
Berdasarkan data tersebut, penulis mencoba memilih kasus ini untuk di jadikan studi
kasus dengan judul “Asuhan keperawatan pada klien An “E”dengan penyakit kejang
demam di ruang Baji Minasa BPRSUD Labuang Baji Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka penuylis berupaya
mengasumsikan ilmu keperawatan pada penderita yang mengalami gangguan
pensyarafan kejang demam. Dengan adanya peningkatan penderita kejang demam
dari tahun 2007 sampai 2008 maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus kejang
demam dengan judul Asuhan Keperawatan pada An” E “ dengan gangguan system
pensyarafan kejang demam di ruang perawatan anak Baji Minasa BPRSUD Labuang
BAji Makassar dari tanggal 31 juli sampai 2 agustus 2009
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam penarapan Asuhan Keperawatn pada
anak dengan Gangguan Sistem Pensyarafan Gejang Demam di Ruang Perawatan
Baji Minasa Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Manfaat gambaran nyata dan pengkajian, analisa data dan merumuskan diagnosa
keperawatan yang terjadi pada klien An” E “ dengan gangguan system pensyarafan
kejang demam di ruang perawatan anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji
Makassar.
b. Memperoleh gambaran nyata dalam merumuskan asuhan keperawatan pada klien
An” E “ dengan gangguan system pensyarafan kejang demam di ruang perawatan
anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji Makassar.
c. Memperoleh gambaran nyata dalam melaksanakan rencana asuhan keperawatan
pada klien An” E “ dengan gangguan system pensyarafan kejang demam di ruang
perawatan anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji Makassar.
d. memperoleh gambaran nyata dalam rencana asuhan keperawatan pada klien An”
E “ dengan gangguan system pensyarafan kejang demam di ruang perawatan anak
Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji Makassar.
e. Memperoleh gambaran nyata dalam mendokumentasikan rencana asuhan
keperawatan pada klien An” E “ dengan gangguan system pensyarafan kejang
demam di ruang perawatan anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji Makassar.
f. Menganalisa perbedaan yang yang terjadi antara teori dan kasus nyata pada klien
An” E “ dengan gangguan system pensyarafan kejang demam di ruang perawatan
anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji Makassar.
D. Manfaat Penulisan
1. Akademik
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan bagi institusi dalam meningkatkan
mutu pendidikan masa yang akan dating.
2. Instansi kesehatan
Sebagai masukan perawat pelaksana di rumah sakit dalam rangka mutu peningkatan
pelayanan kesehatan khususnya pada kasus kejang demam.
3. Klien / keluarga
Dapat memperoleh informasi dan pengetahuan tentang cara perawatan dan
pencegahan penyakit kejang demam.
4. Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis menerapkan ilmu yang
telah didapat selama pendidikan.
E. Metode Penulisan
Dalam penyusunan / penulisan karya tulis ini penulis menggunakan beberapa
metode antara lain :
1. Studi kepustakaan
Menggunakan sumber-sumber bacaan seperti buku paket yang berhubungan dengan
penyakit kejang demam.
2. Studi kasus
Untuk melengkapi data dalam pengkajian digunakan teknik :
a. Observasi
Mengadakan pengamatan langsung terhadap klien dengan cara melakukan
pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan keadaan klien.
b. Wawancara
Mengadakan wawancara dengan klien dengan keluarga klien serta mengajukan
pertanyaan langsung.
c. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada klien: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
d. Dokumentasi
Menggunakan catatan / dokumen dari rumah sakit yang berhubungan dengan klien.
f. Sitematika Penulisan
Penulisan karya tulis ini dibagi dalam 5 bab dimana setiap bab akan diuraikan
kedalam sub-sub dengan susunan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan dan
sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan pustaka
Meliputi pengertian, etiologi, patafisiologi, gejala klinis, tes diagnoktis,
penatalaksanaan dan pencegahan, proses keperawatan (pengkajian diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi / tindakan keperawatan dan evaluasi).
Bab III : Tinjauan kasus :
Menguraikan laporan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian data, analisa data,
dignosa keperawatan yang muncul, rencana tindakan, pelaksanaan tindakan
keperawatan, serta evaluasi tindakan (SOAP).
Bab IV Pembahasan : Menguraikan kesenjangan antara teori dan praktek serta
pemecahan masalahnya (pengkajian diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi).
Bab V penutup :
Terdiri dari kesimpulan dan saran
Lampiran
SAP
Materi penyuluhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang
mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak sensasi atau memori yang bersifat
sementara. (Hudak and Gallo, 1996).
Kijang demam adalah kejang yang terkjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstra kranium.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang berulang atau kejang yang lama yang
mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari,
terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau social yang mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 2002 : 858).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang tejadi dari kumpulan gejala dengan
demam (Walley and Wong’s Edisi III, 1996).
A. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis termasuk tumor otak,
trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan eloktrolit, dan
gangguan pututs alcohol, obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksitk
subcutan dan anoksiaselebral. Sebagaian kejang disebabkan oleh adanya suatu
awitan hipertemiayang timbul mendadak pada infeksi atau firus. Sebagian kejang
merupakan idiopti (tidak diketahui etiologinya).
1. Intra kranial
Asfiksia : Ensevolopati hipoksis – iskemik
Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoit, subdural, intraventrikular
Infeksi : bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan : disgenesis korteks selebri, sindrong zelluarge, sindrom smith
Lemli- opitz.
2. Ekstra klaniel
Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan
elektrolit (Na dan K)
Toksit : Intoksikasi anestesi lokal, sindrong putus obat
Kelainan yang diturunkan: gangguan metabolik asam amino ketergantungan dan
kekurangan produksi kernikterus.
3. Idiopatik
Gejang neo natus fancilie benigna, kejang hari kelima ke-5 (the fith day fits).
A. Patofisiologi
Untuk mempertahankan hidup sel / organ otak diperlukan bahan baku /
energi terpenting yang didapat dari hasil metabolisme (glukosa) yang
prosesnya bersifat oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan
diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler.
Energi otak/ glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan
air.
Sel dikelilingi oleh membran dari permukaan dalam (lipoid) dan permukaan
luar (ionik).
Normal membran sel neoron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K
+ ) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolik lainnya,
kecuali ion klorida (Cl), akibatnya konsentrasi K + dalam sel neoron tinggi
dan kosentrasi Na + rendah, sedang diluar sel neoron terdapat keadaan
sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka
terdapat potensial membaran yang disebut potensial membran dari neoron,
dan untuk keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan
bantuan enzim Na – K ATP - ase yang terdapat pada permukaan sel, dan
keseimbangan potensial memberan ini dapat diubah oleh :
o Perubahan konsetrasi ion diruang ekstaseluler
o Ransangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, atau aliran
listrik dari sekitarnya.
o Perubahan patofisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1o C saja akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10 – 15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada umur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibanding orang dewasa yang hanya 15%, oleh karena itu kenaikan suhu
tubuh dapat merubah keseimbangan membran sel neoron, dalam waktu
singkat terjadi difusi ion kalsium / natrium melalui membran akibat
terjadinya lepas muatan listrik yang besar dan dapat meluas leseluruh sel /
memberan sekitarnya dengan bantuan bahan (neurotransmiterr) dan
terjadilah kejang.
Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda sesuai tinggi rendahnya
atau kejang pada suhu tertentu, misalnya:
o Anak dengan ambang kejang rendah, telah terjadi kejang pada suhu
38o C.
o Anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi bila suhu
mencapai 40oC atau lebih
Dengan demikian berulangnya kejang demam sering pada anak dengan
ambang kejang rendah, sehingga penaggulangannya perlu diperhatikan
pada tingkah laku suhu berapa anak yang menderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak
berbahaya / tidak meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai :
o Apenia
o Hipoksemia (meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi
skelet)
o Hiperkapnia
o Asidosis laktat akibat metabolisme anaerobik
o Hipotensi arterial disertai denyut jantung tidak tertaur/suhu tubuh meningkat
oleh meningkatnya aktivitas otot → metabolisme otak meningkat
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab kerusakan neuron otak selama
berlangsungnya kejang lama
o Gangguan peredaran darah/hipoksia (faktor penting) sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler → metabolisme otak meningkat
Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab kerusakan neuron otak
selama berlangsungnya kejang lama
o Gangguan peredaran darah / hipoksia (faktor penting) sehingga
meninggikan permiabilitas kapiler → timbul edema otak → kerusakan
neoron otak
o Kerusakan daerah medial lobus temporalis jadi matang di kemudian hari,
sehingga terjadi serangan epilepsi spontan oleh sebab kelainan anatomis
otak akibat kejang demam yang berlangsung lama
D.Prognosis
Baik / tidak menyebabkan kematian apabila penanggulangan cepat dan tepat
Angka kejadian epilepsi berbeda – beda tergantung penelitian, misalnya :
o Lumban tobin (1975) : 6 %
o Livingston (1954) / golongan kejang demam sederhana : 2,9 %
o Provakasi oleh demam : 97 %
Resiko yang dihadapi anak setelah kejang demam tergantung dari beberapa
faktor, sebagai berikut :
o Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam kelurga
o Kelainan dalam perkembangan / saraf sebelum anak menderita kejang
demam
o Kejang yng berlangsung lama / kejang fokal
Bila terdapat sedikitnya 2 atau 3 faktor diatas, kemudian hari sekitar 13 % akan
mengalami serangan tanpa demam, dibanding 1 atau tidak ada sama sekali faktor
diatas dengan serangan tanpa demam hanya 2 %- 3 % saja.
Hemiparese terjadi pada kejang demam lama ( lebih dari 30 menit ) baik
umum / fokal, dan kelumpuhannya sesuai kejang fokal, mula – mula bersifat
flaksid dan setelah 2 minggu timbul spastis.
Tidak terdapat kelainan IQ bila kejang sederhana, tetapi kejang demam
dengan kelainan neorologis sebelumnya IQ akan lebih rendah dibanding
saudaranya, dan jika kejang diikuti dengan kejang berulang tanpa demam
maka akan terjadi retardasi mental 5 kali lebih besar.
E.Klasifikasi kejang
Kejang yang merupakan pergerakan yang abnormal atau perubahan tonus badan
dan tungkai dapat di klasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang tonik, kejang
klonik, kejang mioklonik.
a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah
dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi
prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu beropa pergerakan tonok satu
ekstremitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai
yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah
dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi
harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang si sebabkan oleh rangsang
meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus.
b. Kejang Klonik
Kejang klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan permulaan
fokal dan multifokal yang berpindah – pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal
berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan
kesadaran dan biasanya tidak diikuti fase tonik. Bentuj kejang ini dapat di
sebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup
bulan atau oleh ensepalopati metabolik.
c. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau
keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut
menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan
saraf pusat yang luasa dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada
bayi tidak spesifik.
F. Manifestasi klinik
Modivikasi livingston yang di pakai sebagai pedoman diagnosis kejang
demam sederhana adalah :
Umur ketika kejang 6 bulan sampai 4 tahun
Kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit
Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
Frekwensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
Kejang demam yang tidak memiliki ke tujuh atau salah satu dari kriteria di
atas ( modifikasi livingston ) maka di golongkan pada epilepsi yang di
provokasi oleh demam, di mana memiliki sati dasar kelainan yang
menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya faktor pencetus.
G. Penatalaksanaan
Medik :
Ada beberapa faktor yang perlu di lakukan, yaitu :
1. Memberantas kejang secepat mungkin :
Berikan diazepam i.v untuk menekan kejang ( 80-90 %)
dengan efek teraupetik ± 30 detik -5 menit dan efek toksik
serius hampir tidak di jumpai bila di beri perlahan dan dosis
tidak melebihi 50 mg / injeksi. Dosis di beri sesuai BB, bila
BB kurang dari 10 kg : 0,5 – 0,75 mg / kg BB (minimal
dalam spoit 7,5 mg ), dan BB diatas 20 kg : 0,5 mg / kg BB.
Dosis yang rata – rata biasa dipakai 0,3 mg / kg BB / kali
dengan maksimum 5 mg untuk umur kurang dari 5 tahun
dan 10 mg pada anak lebih besar.
Setelah suntika pertama tidak berhasil selama 15 menit, di
ulang dengan dosis yang sama, setelah 15 menit belum
berhasil juga di ulang lagi dosis sama secara intramuskuler,
dan bila tidak berhasil juga dapat di beri fenobarbital
paraldehid 4 % antra vena.
Efek dizepam adalah mengantuk, laringospasme, henti
jantung, hipotensi dan penekanan pusat pernafasan, kedua
terakhir ini terjadi apabila sebelumnya anak telah di beri
fenobarbital.
Diazepam di beri tanpa pelarut perlahan kira – kira 1 ml /
menit, bayi 1 mg dalam satu menit
Diazepam bisa efektif diberi melalui rektum bila pemberian
intra vena sulit pada anak yang kejang, dapat diberi oleh
siapa saja asalkan mengetahui dosisnya. Dosis sesuai adalah
: BB kurang 10 kg : 5 mg dan BB, kemasan 5 mg / 10 mg
dalam rektiol.
Bila dosis awal belum berhasil setelah 15 menit dapat di
beri lagi i.v dengan dosis 0,3 mg / kg BB
Cara pemberian rektiol sebagai berikut : sebelumnya diolesi
vaselin / minyak pada ujungnya, masukkan dalam rektum
sepanjang 3 – 5 cm ( pasien dalam sikap miring ) di pijit
hingga kosong, setelah di tarik lubang anus di tutup / di
rapatkan ke dua muskulus gluteus
Fenobarbital diberi ( i.m) bila diazepam tidak ada dengan
dosis awal : bayi baru lahir : 30 mg / kg. BB/ kali, umur 1
bulan – 1 tahun. 50 mg / kg. BB / kali, 1 tahun ke atas : 75
mg /kg. BB / kali kemudian di tunggu selama 15 menit, bila
belum berhasil dapat di ulang dengan dosis : neonatus 15
mg, 1 bulan 30 mg dan di atas 1 tahun 50 mg i.m. untuk
pemberian i.v dosisnya : 5 mg / kg. BB dalam infus,
Kecepatan tidak lebih dari 50 mg / menit, kadar teraupetik
dalam darah akan menetap dalam 24 jam.
Bila dengan obat – obat di atas kejang tidak dapat di
hentika, maka pasien segera di rujuk ke ruang ICU untuk di
beri anestesi umum teopental oleh ahli anestesi
2. Pemeriksaan penunjang :
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya
pengobatan penunjang sebagai berikut :
Semua pakaian ketat di buka
Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi
isi lambung
Usahakan agar jalan nafas bebas untuk manjamin
kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi
trakeotomi
Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan
diberikan oksigen
Fungsi vital seperti : kesadaran, suhu, tekanan
darah, pernapasan dan fungsi jantung ediawasi ketat
Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan
monitoring kelainan metabolik dan elektrolit
Tidak boleh diberi cairan dengan kadar natrium
tinggi bila ada tekanan intra kranial
Hibernasi dengan kompres alkohol dan es untuk
suhu yang meningkat/hipereksia dan pemberian hibernasi seperti
klorpromazin 2 – 4 mg/kg. BB/hari dibagi dalam 3 dosis,
prometazon 4 – 6 mg/kg.BB/hari dibagi dalam 3 dosis injeksi
Edoma otak dicegah dengan kortikosteroid dasis
20 -30 mg/kg.BB/hari dibagi dalam 4 dosis, sebaiknya
glukokortikoid seperti deksametazon 0,5 – 1 ampul setiap 6 jam
sampai keadaan membaik
3. Memberikan pengobatan rumat:
Oleh karena diazepan daya kerjanya sangat singkat yaitu berkisar 45 – 60
menit sesudah injeksi, maka harus diberikan obat antiepileptik daya kerja
lama seperti:
o Fenobarbital, langsung setelah kejang berhenti dengan diazepam,
dosis awal neonatur 30 mg, umur 1 bulan – 1 tahun 50 mg, umur 1
tahun keatas 75 mgi.m, kemudian diberikan sebagai dosis rumit
o Karena metabolisme dalam tubuh lambat maka pada anak cukup
diberi 2 dosis/hari, kadar maksimal dalam darah dicapai setelah 4
jam, untuk mencapai kadar terapeutik cepat diberi dosis lebih tinggi
dari biasanya, dengan dosis ganda 8 -10 mg/kg.Bbhari maka kadar
10 – 20 mokrogram/ml merupakan kadar efektif dalam darah dicapai
dalam 48 – 75 jam
o Sebagai dosis maintenance, diberikan sstlh dosis awal 8 – 10
mg/kg.BB/hari dibagi dalam 2 dosis untuk hari pertama dan kedua,
diteruskan hari berikutnya dengan dosis biasa (4-5 mg/kg.BB/hari)
dibagi dalam 2 dosis.
Selama keadaan belum membaik, diberi antikonvulsan
injeksi, setelah membaik dilanjutkan peroral.
Lanjutan pengobatan rumat dibagi dalam 2 bagian yaitu :
Profilaksis Intermitten
o Untuk kejang demam sederhana campuran
antikonvelsulan dan anti piretik diberikan bila ada
demam untuk mencegah berulangnya tegang misalnya
: fenobarbital 4 -5 mg/kg.BB/hari dan aspirin 60
mg/tahun/kali/ hari diberikan 3 kali untuk bayi
dibawah 6 bulan 10 mg/bulan/kali, sekali diberikan 3
kali
o Pemberian per orang kurang efektif karena kadar
maksimal baru dalam darah tercapai setelah 2 jam
pemberian, (walaupun dapat mencegah gejang
dianggap kurang berhasi) sedang utuk keberhasilan
lebih tinggi/ besar diperlukan fenobarbital, tetapi
mempunyai mempunyai akibat : mengantuk,
penekanan pusat pernafasan dan sebagainya.
o Pemberian diazepam : obat yang tepat menceghah
terulangnya kejang demam sederhana sebagi
profilaksis intermitten diberikan sampai kemungkinan
sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana
yaitu kira-kira sampai anak usia 4 tahun, baik
diberikan secara rektal atau oral.
o Obat-obat yang lain seperti :
Klorahidrat
Lominal (fenobarbital)
Antipirektik
Profilaksis jangka panjang :
Berguna untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang stabil dan cukup dalam
darah pasien untuk mencegah terulangnya kejang di kemudia hari : diberikan pada
keadaan :
1. Epilepsi yang diprofokasi oleh demam
2. pada semua kejang dema yang mempunyai ciri :
a. terdapat gangguan perkembangan saraf : serebral palsi, retardasi
perkembangan, dan mikrosefali
b. Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, fsifatnya fokal atau diikuti
kerlainan saraf sementara atau menetap
c. Terdapat riwayat kejang pada demam yang bersifat genetik pada orang tua
atau saudara kandung
d. Kasus tertentu yang dianggap perlu seperti ; bila kadang-kadang terdapat
kejang berulang/ demam pada bayi usia di bawah 12 bulan
Obat-obat yang digunakan untuk profilaksis jangka panjang :
o Fenobarbital :
Dosis 4 – 5 mg/ kg.BB/ hari
Efek jangka panjang pemakaian :
Perubahan sifat menjadi hiper aktif
Perubahan pola tidur ( sukar tidur )
Kadang gangguan kognitif/ fungsi luhur
o Sodium valporat / asam valporat ( Epilin, Depakene ):
Dapat menurungkan frekwensi kejang /
terulangnya kejang dengan memuaskan.
Lebih baik dari fenobarbital
Dosis : 20 – 30 mg /kg. BB / dibagi 3 dosis
Dapat timbul gejala toksik berupa : kerusakan
hepar dan pankreatis
o Feniton ( Dilantin ) :
Diberikan pada anak yang sudah menunjukan gangguan sifat
hiperaktif
Pengganti fenobarbital
Hasilnya kurang memuaskan
Pemberiannya dilanjutkan sekurang – kurangnya sampai 3 tahun
seperti pengobatan epilepsi
Untuk menghentikannya harus perlahan – lahan / berangsur
dengan mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan
3. Mencari dan mengobati penyebab :
o Biasanya infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media akut, perlu
anti biotik adekuat
o Pasien yang pertama kali kejang demam sebaiknya dilakukan punksi
lumbal untuk menghindari kemungkinan faktor infeksi otak
misalnya : meningitis
o Pasien dengan kejang lama dilakukan pemeriksaan intensif
pemeriksaan intensif seperti : punksi lumbal, darah lengkap, gula
darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium, dan fungsi hati, bila
perlu rontgen foto tengkorak, EEG, ensefalografi dan lain – lain.
Cara Memberantas Kejang :
Segera beri diazepam i.v. dosis rata – rata 0,3 mg/kg. BB atau
diazepam rektal dosis berat kurang 10 kg : 5 mg, lgh dari 10 kg :
10 mg. Tunggu 15 menit kejang tidak berhenti di ulang dengan
dosis dan cara sama. Kejang berhenti di beri dosis awal
fenobarital sebagai berikut :
o Neonatus : 30 mg i. m
o 1 bulan – 1 tahun : 50 mg i.m
o Lebih dari 1 tahun : 75 mg i.m
hari ke – 1 + ke- 2 fenobarbital 9 – mg / kg BB, dibagi dalam
2 dosis. Hari berikutnya fenobarbital 4 – 5 mg / kg. BB dibagi
dalam 2 dosis
Bila diazepam tidak tersedia, langsung dengan
fenobarbital dosis awal dan selanjutnya di teruskan
dengan pengobatan rumal.
H. Proses keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
yang berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat.
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan dasar utama dari proses keperawatan
pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan klien serta merumuskan diagnosa
keperawatan. Pengkajian sebagai berikut :
1. Biodata
- Identitas klien ( nama, tempat tinggal, usia, agama, alamat )
- Identitas orang tua ( ayah dan ibu )
- Identitas saudara kandung ( nama, umur, hubungan dan status
kesehatan )
2. Keluhan Utama
Biasa anak masuk dengan keluhan demam mendadak suhu tubuh ( 39 –
40 0 C ), sanagat gelisah dan kejang.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat Kesehatan sekarang
Pada saat di kaji ( 31-07-2009) pasien sedang baring di tempat tidur
dan kaki bagian kanannya di pasang infus dengan cairan Glukosa 5 %
serta kondisi tubuh klien sangat lemah untuk melakukan aktifitas.
a. Riwayat kesehatan masa lalu :
Untuk usia 0 – 5 tahun :
- Pre natal
- Natal
- Post natal
4. Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi klien lengkap yaitu : BCG, DPT I, II, III, IV, hepatitis
I, II, III, IV, dan campak
5. Riwayat tumbuh kembang
1. Perkembangan fisik
1. BB( berat badan )
- BB : 2800 gram – 4000 gram
- 4 – 6 bulan : 2 x BBL ( berat badan
lahir)
- 6 bulan – 1 tahun : 3 x BBL ( berat badan
lahir)
- 1 – 5 tahun : n + 8
- Diatas 5 tahun : 2n + 8
2. TBL ( tinggi badan lahir )
- TBL : 50 CM
- Rumus TBL : 2n + 80
- Waktu tumbuh gigi : 8 – 9 bulan
b. Perkembangan tiap tahap usia
- Berguling: 3-6 bulan
- Duduk : 6-9 bulan
- Merankak : 9-10 bulan
- Berdiri : 9-12 bulan
- jalan : 12-18 bulan
- Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan
- bicara : 2-3 tahun
6. Riwayat nutrisi
a. Klien diberikan ASI sejak lahir
b. Klien diberkan susu formula, karena ASI tidak mencukupi kebutuhan
sejak umur 6 tahun
c. Klien sudah diberikan makanan tambahan sejak usia 4 bulan yaitu susu
SUN
7. Riwayat psikologis
Lingkungan rumah klien berda di tengah kota dan kota jauh dari sekolah
maupun dari tempat ibadah, hubungan anggota keluarga harmonis, serta klien diasuh
oleh ibunya.
8. Riwyat spiritual
Tentang support syistem dalam keluarga dan bagaimana kegiatan
keaagamaan
9. Riwayat hospitalisasi
a. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
b. Pemahaman klien tentang sakit dan rawat inap
c. Respon
- Perilaku : klien menangis pada saat disuntik dan diinfus ]
- perpisahan : klien merasa sedih karena perpisahan dengan keluarga
10. Aktivitas sehari-hari meliputi:
a. Nutrisi
b. Cairan
c. Istirahat tidur
d. eliminasi (BAB dan BAK)
e. Personal hgiene rekreasi atau olahraga
f. Aktifitas / mobilitas fisik
11. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Tanda – tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
S : 37,7 0C
N : 102 x/i
P : 30 x/i
c. Antropometri :
BB sekarang : 8 kg
TB sekarang : 82 cm
Lingkar kepala : 46 cm
Lingkar lengan atas : 13 cm
Lingkar dada : 49 cm
Lingkar perut : 48 cm
b.Sistem Pernafasan
Gejala yang baisanya timbul yaitu takipnea, infeksi saluran pernafasan
dan apabila terjadi kenaikan suhu tubuh akan terjadi bangkitan kejang yang
disebabkan oleh ekstra kranium
-
c.Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis, bibir kering, cardial output menurun
d.Sistem pencernaan
Bibir kering nafsu makan menurun
e.Sistem perkemihan
Produksi urine kurang, fitrasi menurun
f. Muskulokletal
Kelemahan, kelelahan, massa otot menurun
g.Integumen
Kulit kotor,torgor kulit jelek,kuku panjang dan kotor
b. Diagnosa keperawatan
1. Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
2. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya
koordinasi otot
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya metabolisme
tubuh akibat hipertermi
c. Patofisiologi dan penyimpangan KDM pada Kejang Demam
d. Perencanaan
NDX 1 : Potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
Tujuan : klien tidak mengalami kejang
Kriteria hasil : tidak terjadi serangan kejang ulang, suhu 36 – 37,5 0 C,nadi 100 –
110 x / I, kesadaran compus mentis
No Intervensi Rasional
1 Longgarkan pakaian, berikan
pakaian tipis yang mudah
menyerap keringat
Proses konveksi akan
terhalang oleh pakaian
yang ketat dan tidak
menyerap keringat
2 Berikan kompres dingin Perpindahan panas
secara konduksi
3 Berikan ekstra cairan ( susu, sari
buah dll)
Saat demam kebutuhan
akan cairan tubuh
meningkat
4 Obserfasi TTV tiap 4 jam Pemantauan yang
teratur menentukan
tindakan yang akan
dilakukan
5 Batasi aktifitas selama anak panas Aktifitas dapat
meningkatkan panas
6 Berikan antipiretik dan
pengobatan sesuai medis
Menurunkan panas
pada pusat hipotalamus
dan sebagai propilaksis
NDX 2: Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya
koordinasi otot
Tujuan : tidak terjadi trauma fisik selama perawatan
Kriteria hasil : tidak terjadi trauma fisik pada perawatan, mempertahankan
tindakan yang mengontro aktifitas kejang, mengidentifikasi tindakan yang
harus di berikan ketika terjadi kejang.
No Intervensi Rasional
1 Beri pengaman pada sisi tempat tidur
dan penggunaan tempat tidur yang
rendah
Meminimalkan injuri saat
kejang
2 Tinggalah bersama klien selama fase
kejang
Menigkatkan keamanan
klien
3 Berikan tongue spatel di antara gigi
atas dan bawa
Menurunkan resiko
trauma pada mulut
4 Letakkan klien di tempat yang lembut Membantu menurunkan
resiko injuri fisik
ekstremitan ketika
kontrol otot volumter
berkurang
5 Catat tipe kejang ( lokasi, lama ) dan
frekwensi kejang
Membantu menurunkan
lokasi area serebral yang
terganggu
6 Catat TTV sesudah fase kejang Mendeteksi secara dini
keadaan yang abnormal
NDX 3 : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
Tujuan : rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil : suhu tubuh 36 – 37,50 C, nadi : 100 – 110 x /i , RR : 24 – 28 x
/i , kesadaran compusmentis, anak tidak rewel
No Intervensi Rasional
1 Kaji faktor – faktor
hipertermi
Mengetahui penyebab
terjadinya hipertermi
karena penambahan
pakaian atau selimut
dapat menghambat
penurunan suhu tubuh
2 Observasi TTV tiap 4
jam sekali
Pemantauan TTV yang
teratur dapat menentukan
perkembangan
keperawatan yang
selanjutnya
3 Pertahankan suhu tubuh
normal
Suhu tubuh yang dapat
di pengaruhi oleh tingkat
aktifitas, suhu
lingkungan, kelembaban
yang tinggi akan
mempengaruhi panas /
dinginnya tubuh
4 Ajarkan kepada keluarga
memberikan kompres
dingin pada kepala /
ketiak
Proses konduktif /
perpindahan panas
dengan suatu bahan
perantara
5 Anjurkan untuk
menggunakan baju tipis
dan terbuat dari kain
katun
Proses hilangnya akan
terhalangi pakaian tebal
dan tidak dapat
menyerap keringat
6 Atur sirkulasi udara Penyediaan udara bersih
ruangan
7 Beri ekstra cairan dengan
menganjurkan pasien
banyak minum
Kebutuhan cairan
meningkat karena
penguapan tubuh
meningkat
8 Batasi aktifitas fisik Aktifitas meningkatkan
metabolisme dab
meningkatkan panas
NDX 4 : Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan
informasi
Tujuan : Pengetahuan bertambah tentang penyakit anaknya
Kriteri hasil : keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya,
keluarga mampu diikut sertakan dalam proses keperawatan, keluarga
mentaati setiap proses keperawatan.
No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat pengetahuan keluarga Mengetahui sejauh mana
pengetahuan yang di
miliki keluarga dan
kebenaran informasi yang
di dapat
2 Beri penjelasan kepada keluarga
sebab dan akibat kejang demam
Penjelasan tentatang
kondisi yang dialami
dapat menambah
wawasan keluarga
3 Jelaskan setiap tindakan perawatan
yang akan di lakukan
Agar keluarga mengetahui
tujuan setiap tindakan
keperawatan
4 Berikan HE tentang cara melong anak
kejang dan mencegah kejang demam
Sebagai upaya ahli
informasi dan mendidik
keluarga agar mandiri
dalam mengatasi masalah
kesehatan
5 Berikan HE agar selalu sedia obat
penurun panas bila anak panas
Mencegah peningkatan
suhu lebih tinggi dan
serangan kejang ulang
6 Jika anak sembuh, jaga anak tidak
terkena penyakit infeksi dengan
menghindari orang atau teman yang
menderita penyakit menular sehingg
tidak mencetuskan kenaikan suhu
Sebagai upaya prefentif
serangan ulang
7 Beri tahukan keluarga jika anak akan
mendapatkan imunisasi agar memberi
tahukan kepada petugas imunisasi
bahwa anaknya pernah menderita
kejang demam
Imunisasi pertusis
memberikan reaksi panas
yang akan dapat
menyebabkan kejang
demam
NDX 5 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya
metabolisme tubuh akibat hipertermi
Tujuan : Akan menunjukan pola tidur yang nyaman
Kriteria hasil : konjungtiva tidak anemis, TTV dalam keadaan normal, suhu
tubuh 36 – 37,50 C, nadi : 100 – 110 x /i , RR : 24 – 28 x /i
No Intervensi Rasional
1 Akan menunjukan pola tidur
yang nyaman
Supaya klien dapat
beristirahat dengan nyaman.
Kriteria hasil : konjungtiva tidak
anemis, TTV dalam keadaan
normal, suhu tubuh 36 – 37,50
C, nadi : 100 – 110 x /i , RR : 24
– 28 x /i
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama Mahasiswa : Rovina Yuni
Tempat Praktek Ruangan : perawatan anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji
Makassar.
Tanggal :31 – 07 – 2009
I. BIODATA
2. Identitas Klien
Nama : An “ E”
Umur : 1 tahun 2 bulan
Agama : Katolik
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat : Baji pamai 2. No. 12
Tanggal masuk : 26 – 07 – 2009
Tanggal pengkajian : 31 – 07 – 2009
3. Identitas orang tua klien
1. Ayah
Nama : Yulius
Umur : 44 tahun
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : D- III
Alamat : Baji pamai 2. No.12
2. Ibu
Nama : Fani
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
Alamat : Baji pamai 2. No.12
4. Identitas Saudara Kandung
No Nama Usia Hubungan Status kesehatan
1 Etan 12 Saudara kandung Sehat
2 Eksal 9 Saudara kandung Sehat
II. Keluhan Utama : Kejang demam
Riwayat Keluhan : Ibu klien mengatakan anaknya
panas tinggi, dan kalau malam hari mulai kejang
dengan mata melotot, sehingga pada malam senin
keluarganya mengantar klien ke rumah sakit.
III. Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang :
Pada saat pengkajian pasien sedang terbaring di
tempat tidur, kaki sebelah kanannya di pasangi infus
dengan cairan Glukosa 5 % dan kondisi tubuh klien
sangat lemah untuk melakukan aktifitas .
Riwayat kesehatan masa lalu :
Khusus untuk anak di bawah 0 – 5 tahun
1. Prenatal Care
Pemeriksaan kehamilan : ibu selalu ke
puskesmas
Keluhan selama hamil : sering mual –
mual
Imunisasi TT : di beri 2 kali
pada kehamilan 4 bulan dan 6 bulan
2. Natal
Tempat persalinan : rumah sakit
Persalinannya : tidak ada sobekan
pada perineum
Penolong persalinan : Dokter
3. Post natal
Kondisi bayi sehat dengan BB 3,2 kg,
PB 54 cm
Masalah pada saat anak lahir : tidak
ada masalah
Untuk semua usia
Klien tidak pernah
mengalami penyakit yang sangat berat
Klien tidak pernah di
operasi
Klien tidak pernah
mengalami kecelakaan
Perkembangan anak
dengan saudara – saudaranya : pertumbuhan
saudara – saudaranya lebih baik di
bandingkan dengan lien sekarang
IV. Riwayat kesehatan keluarga
1. Ibu klien mengatakan tidak ada penyakit
keturunan
2. Genogram
Keterangan :
: Garis perwkilan
: Garis keturunan
: Jenis kelamin laki – laki
: Jenis kelamin perempuan
: Klien
: Sudah meninggal
? : Tidak di ketahui umurnya
- - - - - - - - - : Tinggal serumah
Keterangan :
G1 : - Kakek dan nenek dari klien sudah meninggal karena faktor usia
- Kakek dari klien sudah meninggal karena faktor usia sedangkan
nenek dari klien masih hidup
G. II : - Ayah klien anak ke dua dari 1 bersaudara
- Ibu klien anak ke tiga dari lima bersaudara
G. III : - klien anak bungsu dari dua bersaudara
V. Riwayat Imunisasi
N0 Jenis imunisai Waktu
pemberian
Reaksi setelah
pemberian
1 BCG lupa demam
2 DPT (1,2,3,) lupa demam
3 Polio (1,2,3) lupa tidak ada
4 campak lupa demam
5 Hepatitis lupa Demam
VI. Riwayat tumbuh kembang
A. Pertumbuhan fisik
1. Berat badan : 8 kg
2. Tinggi badan : 82 cm
3. Waktu tumbuh gigi : 6 bulan
B. Perkembangan tiap tahap
1. Berguling : 6 bulan
2. Duduk : lupa
3. Merangkak : lupa
4. Berdiri : 11 bulan
5. berjalan : 1 tahun tapi masih dibantu
6. Senyum kepada orang lain : lupa
7. Bicara pertama kali : lupa
8. Berpakaian tanpa banuan :masih dibantu
VII. Riwayat nutrisi
A. pemberian asi
1. pertama kali disusui : pada saat bayi belum lahir
2. cara pemberian :menete
3. lama pemberian :sampai umur 9 bulan
B. Pemberian susu formula
1. Lama pemberian :tida ada pemberian susu formula
2. Jumlah pemberian : tidak ada
3. Cara pemberian : tidak ada
C. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
No Usia Jenis nutrisi Cara
pemberian
1 0 - 4 Asi Di tete
2 4 - 6 Bubu,asi Disuap dan di
tete
3 6 - sekarang Nasi, biskuit,
lauk pauk
Di suao
VIII. Riwayat Psikososial
Klien tinggal bersama dengan orang tuanya, klien dengan anggota
keluarganya terutama ibunya sangat harmonis dan klien di asih oleh orang tunya
IX. Riwayat spritual
Hubungan antara anggota keluarga sangat baik dan klien belum bisa melakukan
ibadah sendiri
X. Reaksi hositalisasi
Pemahaman keluarga tentang penyakit dan rawat inap orang tua klien membawa
anaknya ke umah sakit karen demam tinggi di sertai kejang – kejang dan keluarga
klien percaya dengan pengobatan di rumah sakit
Klien belum memahami tentang penyakitnya
XI. Aktifitas sehari – hari
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi Tidak
Selera makan
Menu makan
Frekwensi makan
Makanan yang di sukai
Makanan pantangan
Cara makan
Dapat
menghabiskan I
porsi
Nasi, sayur dan
lauk
mandiri
3X sehari
dihabiskan
(3/4 saja
dihabiskan
Bubur dan
telur
3X sehari
Tidak ada
disuap
2 Cairan
Jenis minuman
Frekewnsi minum
Kebutuhan cairan
Cara pemenuhan
Air putih, susu
dan the
1500/ 2500 cc/
hari
Air putih
4-5 x / hari
Terpasang
infus D5%
16 tts /i
3 Eliminasi
1. BAB
Tempat pembuangan
frekwensi
kesulitan
2. BAK
Tempat pembuangan
Frekwensi
Bau
WC
1X / hari
Tidak ada
WC
3-4X / hari
Omoniak
WC
Belum
pernah
Tidak ada
WC
2-3X / hari
Warna
kuning Amoniak
kuning
4 Istirahat tidur
1. jam tidur
siang
malam
2. pola tidur
3. kebiasaan sebelum tidur
14.00 – 16.00
21.00-06.00
Teratur
Berdoa
Tidur sering
terjaga
Tidur sering
terjaga
Tidak ada
5 Personal Hygiene
1. Mandi
cara
frekwensi
alat mandi
2. Cuci rambut
frekwensi
cara
3.Guting kuku
frekwensi
alat
cara
2. Gosok gigi
frekwensi
cara
alat
Diguyur
2 x sehari
Sabun
3 x seminggu
Cuci rambut
sendiri
1 x seminggu
Menggunakan
gunting kuku
Di potong
sendiri
2X sehari
Mengosok
sendiri
Sikat gigi dan
Belum
mandi
Badan kotor
dan berbau
keringat
Tidak mandi
Di lap
Tidak dicuci
Rambut
kotor
Tidak
pernah
Tidak
pernah
Tidak
pernah
odol
Tidak
pernah
Tidak ada
6 Aktifitas / mobilitas fisik
kegiatan sehari – hari
penggunaan alat bantu aktifitas
kesulitan pergerakan tubuh
Pergi ke
sekolah
Pada kaki
Tidak ada
Tidak pergi
Tidak ada
Tidak ada
7 Rekreasi
perasaan setelah bermain
kegiatan waktu luang
kegiatan hari libur
Senang
Nonton TV
Hanya d rumah
Tidak
Tidak
pernah
Tidak
XII. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum : demam dam lemah
B. Tanda – tanda vital
TD : 100/60 mmHg
S : 37,7 0C
N : 102 x/i
P : 30 x/i
C. Antropometri
BB sekarang : 8 kg
TB sekarang : 82 cm
Lingkar kepala : 46 cm
Lingkar lengan atas : 13 cm
Lingkar dada : 49 cm
Lingkar perut : 48 cm
C. Sistem pernafasan
Hidung
- simetris kiri dan kanan
- tidak ada sekret
- tidak ada cuping hidung
- tidak ada benjolan
- tidak ada nyeri tekan
Leher
- tidak ada pembesaran kelenjar pada kelenjar tiroid
- arteri karoris teraba kuat]
- tidak ada nyeri tekan
- simetris kiri dan kanan
Dada
- bentuk dada simetris kiri dan kanan
- gerakan dada mengikuti pola nafas
- tidak ada nyeri tekan
D. Sistem cardiovaskuler
- konjungtifa tidak anemi
- bibir lembab
- suara jantung 1 (lub) dan 2 (dup)
E. Sistem pencernaan
Mulut
- kemampuan menelan baik
- lidah tampak bersih
- tidak ada stomatitis ( sariawan )
Abdomen
- bentuk perut datar dan ikut gerakan nafas
- tidak ada benjolan
- tidak ada nyeri tekan
Anuas
- tidak ada lecet
- tidak ada hemoroid / wasir
F. sistem indra
Mata
- bentuk mata simetris kiri dan kanan
- bulu mata tidak mudah rontok
- alis mata simetris kiri dan kanan
Hidung
- simetris kiri dan kanan
- tidak ada polip
- tidak ada cuping hidung
Telinga
- Bentuknya simetris kiri dan kanan
- Tidak ada serumen
G. Sistem pensyarafan
Fungsi kranial
- N I .(olfaktorius ) : klien dapat membedakan bau pada kedua
hidungnya
- N II. (optikus ) : klien mampu melihat
- N II. (okulomotorius ) : bola mata dapat bergerak ke segala
arah
- N IV (troklearis ) : klien mampu melirik kekanan dan kekiri
- N VI. (abdusen ) : klien mampu melirik ke atas dan ke bawah
- N V. ( trigeminus) : klien mampuh merasakan sentuhan kain
basah di pipinya,dan pada saat mengunyah terlihat gerakan
temporalis
- N VII. (fasialis) : otot wajah, kulit dan kulit dan pengecap
motorik : wajah klien simetris kiri
dan kanan pada saat tersenyum dan dapat
menggerakan kening
- Sensorik : klien mampu membedakan rasa manis, asam, asin
dan pahit
- N VIII (akusilkus ) : klien mampu mendengar dengan baik
dengan menggelingkan kepala kearah suara
- N IX . (glassofaringeus) : kliem mampu menelan dengan baik
- N X ( vagus) : adanya rangsangan muntah bila ujung lidah di
masukkan tangan
- N XI (aksesoris) : klien mampu memutar kepala atau
menundukan keatas dab ke bawa dan menahan
- N XII (hipoglessus) : klien dapat menjulurkan lidahnya ke kiri
dan kekanan
Fungsi kranial
Bereaksi dengan otot misalnya : dapat mengkerutkan
kening
Fungsi sensorik : bereaksi dengan sentuhan dan suhu,
misalnya : bila di sentuh oleh air dingin pada pipinya dia
kaget
Refleks biceps : berupa reaksi dari siku dan adanya
kontraksi otot biceps
Refleks miceps : responnya ekstensi dari siku dan adanya
kontraksi oto biceps
Refleks patella : gerakan ekstensi dan tungkai bawah
Refleks babinski : penekanan dari jari – jari
G. Sistem muskuloskletal
Kepala : bentik kepala bulat
Lutut :
- simetris kiri dan kanan
- tidak ada benjolan
Kaki :
- simetris kiri dan kanan
- tidak ada udem
Tangan :
- tidak ada udem
- jari tangan lengkap
H. Sistem imun
- klien tidak ada riwayat alergi dengan bulu binatang, dengan
obat, dan cuaca
I. Sistem integumen :
Rambut : tidak mudah rontok
Kulit : kulitb sawo matang, dan tampak bersih
Kuku : kuku tampak bersih
J.Sistem endokrin :
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid
Suhu tubuh panas
K. Sistem perkemihan
Tidak ada riwayat kencing batu
L. Sistem reproduksi
Srotus kiri dan kanan simetris
Tidak ada udema
XIII. Tes Diagnostik
- WBC 7.8 X X10 ^ 3/ul 3.0 10.0
- KBC 3.50 L X10 ^ 6/ul 4.00 6.00
- MCV 85.0 FL 82.0 92.0
- MCT 29.8 L % 35.0 65.0
- MCH 27.6 P9 27.0 31.0
- MCHC 32.5 L 9 /dl 32.0 37.0
- Hb 9.7 L 9 / dl 12.0 16.0
- PLT 220 X10^3/ul 150 450
KLASIFIKASI DATA
Nama : An “ E” Ruangan : Baji minasa
Umur : 1 tahun 2 bulan pengkajian : 31 – 07 – 2009
Jenis Kelamin : Laki – laki DX medik : Kejang demam
Data subjektif Data objektif
-Ibu klien mengatakan anaknya
kejangnya hilang timbul
Ibu klien mengatakan anaknya sakit
demam
- Ibu klien
mengatakan saat
kejang mata
klien melotot,
tangan dan kaki
juga mengejang
- Ibu klien
mengatakan
anaknya belum
mandi
- Ibu klien
mengatakan
sangat cemas
dengan keadaan
anaknya dan
kapan anaknya
bisa pulang
- klien lemah
- badan klien teraba panas
- rambut kotor dan
kulit kepala kotor
- badan klien kotor
dan bau keringat
- kuku panjang dan
kotor
- ibu klien
selalu
bertanya
tentang
penyakit
anaknya
- Tanda – tanda vital
TD : 100/60 mmHg
S : 38,4 0C
N : 100 x/i
P : 32 x/i
ANALISA DATA
Nama : An “ E” Ruangan : Baji minasa
Umur : 1 tahun 2 bulan pengkajian : 31 – 07 – 2009
Jenis Kelamin : Laki – laki DX medik : Kejang demam
No Data Etiologi Masalah
1 DS :
Ibu klien mengatakan anaknya
kejangnya hilang timbul
Ibu klien mengatakan anaknya
sakit demam
DO :
- klien lemah
- badan klien teraba panas
Kelainan proses
ekstrakranium
Merangsang hipotalamus
Terjadi peningkatan suhu
tubuh
Hipertermi
Resiko
kejang
berulang
Resiko kejang
berulang
2 DS :
Ibu klien mengatakan anaknya
selama di rumah sakit belum
pernah mandi
DO :
rambut kotor dan kulit kepala
kotor
badan klien kotor dan bau
keringat
kuku panjang dan kotor
Proses penyakit
Kurangnya
perawatan diri
Personal hygiene
menurun
Gangguan personal
hygiene
Gangguan
personal
hygiene
3 DS :
-Ibu klien mengatakan sangat
cemas dengan keadaan anaknya
- Ibu klien selalu bertanya kapan
anaknya bisa pulang
DO :
- ibu
klien
selalu
bertanya
tentang
penyakit
anaknya
Proses penyakit
Kurangnya informasi
tentang kesehatan
Kurangnya pengetahuan
keluarga
mengenai
penyakit klien
anceitas
- TTV
TD : 100/60 mmHg
S : 38,4 0C
N : 100 x/i
P :
32
x/i
Koping keluarga
tidak efektif
anceitas
DIAGNOSA KEPERAWTAN
Nama : An “ E” Ruangan : Baji minasa
Umur : 1 tahun 2 bulan pengkajian : 31 – 07 – 2009
Jenis Kelamin : Laki – laki DX medik : Kejang demam
No Diagnosa keperawatan Tanggal di
temukan
Tanggal teratasi
1 Potensial terjadi kejang ulng
berhubungan dengan
hipertermi
2 Gangguan rasa nyaman
berhubungan dengan
hipertermi
3 Kurangnya pengetahuan
keluarga berhubungan
dengan keterbatasannya
informasi
RENCANA KEPERAWATAN
Nama : An “ E” Ruangan : Baji minasa
Umur : 1 tahun 2 bulan pengkajian : 31 – 07 – 2009
Jenis Kelamin : Laki – laki DX medik : Kejang demam
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Potensial terjadi
kejang ulng
berhubungan
dengan
hipertermi di
tandai dengan :
DS :
Ibu klien
mengatakan
klien tidak
mengalami
kejang selama
berhubungan
dengan
hipertermi
dengan kriteria
:
- tidak terjadi
- Longgarkan
pakaian, berikan
pakaian tipis
yang mudah
menyerap
keringat
- Berikan
kompres dingin
- Berikan ekstra
- proses
konveksi akan
terhalang oleh
pakaian yang
ketat dan tidak
menyerap
keringat
- perpindahan
panas secara
anaknya
kejangnya hilang
timbul
Ibu klien
mengatakan
anaknya sakit
demam
DO :
- klien lemah
- badan klien
teraba
panas
serangan
kejang ulang,
TTV
TD : 100/60
mmHg
S : 38,4 0C
N : 100 x/i
P : 32 x /i
cairan ( susu, sari
buah dll)
- obserpasi
kejang dan TTV
tiap 4 jam
- Batasi aktifitas
selama anak
panas
- Berikan anti
piretik dan
pengobatan
sesuai medis
koduktif
-saat demam
kebutuhan
akan cairan
tubuh akan
meningkat
- pemantauan
yang teratur
menentukan
tindakan yang
akan di
lakukan
- aktifitas dapat
meningkatkan
metabolisme
dan
meningkatkan
panas
- menurungkan
panas pada
pusat
hipotalamus
dan sebagai
propilaksis
2 Gangguan rasa
nyaman
berhubungan
dengan
hipertermi di
tandai dengan :
DS :
Kebutuhan
personal
hygiene
terpenuhi
dengan kriteria
:
- mulut klien
1. kaji pola
kebutuha
n
personal
hygiene
2. bantu
klien
sebagai dat
dasar untuk
melakukan
intervensi
selanjutnya
agar klien
merasa
Ibu klien
mengatakan
anaknya selama di
rumah sakit
belum pernah
mandi
DO :
rambut kotor dan
kulit kepala kotor
badan klien kotor
dan bau keringat
kuku panjang dan
kotor
tampak bersih
dan gigi tidak
kotor
dalam
members
ihkan
badan
3. anjurkan
pada
klien
untuk
selalu
menyikat
gigi 2 x
sehari
4. anjurkan
klien
untuk
menggan
ti baju
yang
bersih
gunting kuku
klien
nyaman
mulut klien
kelihatan
bersih dan
sehat
pakaian yang
bersihkan
meningkatkan
personal
hygiene klien
kuku yang
panjang dan
kotor akan
menyebabkan
infasi kuman
dalam tubuh
3 Kurangnya
pengetahuan
keluarga
berhubungan
dengan
keterbatasannya
informasi
Kurangnya
pengetahuan
keluarga
Pengetahuan
bertambah
tentang
penyakit
anaknya
dengan
Kriteria hasil :
- keluarga
tidak sering
bertanya
Kaji tingkat
penge tahuan
keluarga
5. Beri
penjelasan
kepada
keluarga
sebab dan
akibat kejang
demam
Mengetahui
sejauh mana
pengetahuan
yang di miliki
keluarga dan
kebenaran
informasi yang
di dapat
Penjelasan
tentatang
berhubungan
dengan
keterbatasannya
informasi di
tandai dengan :
DS :
-Ibu klien
mengatakan
sangat cemas
dengan keadaan
anaknya
- Ibu klien selalu
bertanya kapan
anaknya bisa
pulang
DO :ibu klien
selalu bertanya
tentang penyakit
anaknya
- Tanda –
tanda vital
TD : 100/60
mmHg
S : 38,4 0C
N : 100 x/i
P
:
3
2
x
/i
tentang
penyakit
anaknya
- keluarga
mampu diikut
sertakan dalam
proses
keperawatan
- keluarga
mentaati setiap
proses
keperawatan
6. Jelaskan
setiap
tindakan
perawatan
yang akan di
lakukan
7. Berikan
HE tentang
caramelong anak
kejang dan
mencegah kejang
demam, antara
lain :
1. jangan panik
saat kejang
2. baringkan
anak ditempat
rata dan lembut
3. kepala
dimirinkan
4. pasang
gagang sendok
yang telah di
ungkus kain
yang basah,
lalu dimasukan
di mulut.
5. setelah
kejang berhenti
dan pasien
sadar segera
kondisi yang
dialami dapat
menambah
wawasan
keluarga
Agar keluarga
mengetahui
tujuan setiap
tindakan
keperawatan
Sebagai upaya
ahli informasi
dan mendidik
keluarga agar
mandiri dalam
mengatasi
masalah
kesehatan
Mencegah
peningkatan
suhu lebih
tinggi dan
serangan
kejang ulang
Sebagai upaya
prefentif
serangan ulang
Imunisasi
pertusis
memberikan
reaksi panas
minum obat
tunggu sampai
dengang
6. jika suhu
tinggi saat
kejang
lakukan
kompres
dingin
dan beri
banyakmi
num
yang akan
dapat
menyebabkan
kejang demam
IMPLEMENTASI
Nama : An “ E” Ruangan : Baji minasa
Umur : 1 tahun 2 bulan pengkajian : 31 – 07 – 2009
Jenis Kelamin : Laki – laki DX medik : Kejang demam
No Hari/Tgal NoDX Jam Implementasi Paraf
1. Jumat 31-
07-09
1 . Melonggarkan pakaian
Hasil: Klien mau melongarkan
pakaianya
2. berikan pakaian tipis yang mudah
menyerap keringat
Hasil : Klien mau memakai
pakaian tipis yang mudah
menyerap keringat
3. Berikan kompres hangat
Hasil : ibu klien mau melakukan
kompres hangat
4. Berikan ekstra cairan ( susu, sari
buah dll)
Hasil : ibu klien mau memberikan
susu, sari buah dan dll
5. Obserfasi TTV tiap 4 jam
Hasil :
6. Batasi aktifitas selama anak
panas
Hasil :
1. Berikan anti piretik dan
pengobatan sesuai medis
2 Jumat 31-
07-09
2 1. kaji pola kebutuhan personal
hygiene
Hasil : personal hygiene
sudah dilakukan seperti
klien sudah kelihatan segar
2. bantu klien dalam
membersihkan badan
Hasil : klien sudah
membersihkan badannya
3. anjurkan pada klien untuk
selalu menyikat gigi 2 x
sehari
Hasil klien sudah mau
melakukan gosok gigi 2 x
sehari
4. anjurkan klien untuk
mengganti baju yang bersih
Hasil : klien sudah
menggunakan baju yang
bersih
5. gunting kuku klien
Hasil : klien sudah menggunting
kuku
3 Jumat 31-
07-09
1.Kaji tingkat penge tahuan
keluarga
Hasil : keluarga klien telah
banyak mengetahui tentang
penyakit yang diderita klien
2.Beri penjelasan kepada keluarga
sebab dan akibat kejang demam
Hasil : keluarga klien sudah
mengerti tentang penjelasan
3.perawat mengenai penyebb dan
akibat penyakit klien
Jelaskan setiap tindakan perawatan
yang akan di lakukan
4. Berikan HE tentang cara melong
anak kejang dan mencegah kejang
demam.
Hasil : keluarga klien sudah
mengerti tentang penjelasan
perawat mengenai
cara menolong anak kejang dan
mencegah kejang demam.
EVALUASI
Nama : An “ E” Ruangan : Baji minasa
Umur : 1 tahun 2 bulan pengkajian : 31 – 07 – 2009
Jenis Kelamin : Laki – laki DX medik : Kejang demam
No Hari/Tgl NDX Jam Evaluasi Paraf
Sabtu 1 08.00 S : Ibu klien mengatakan anaknya tidak
1. 1-07-09 kejang lagi
O : Klien tidak kejang lagi
A : Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi :
Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis
yang mudah menyerap keringat
- Berikan kompres dingin
- Berikan ekstra cairan ( susu, sari buah dll)
- obserpasi kejang dan TTV tiap 4 jam
- Batasi aktifitas selama anak panas
- Berikan anti piretik dan pengobatan sesuai
medis
2. Sabtu 1-
07-09
2 S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah
melakukan personal hygiene
O : klien bersih dan segar
A : masalah teratasi
Pertahankan intervensi :
1. kaji pola kebutuhan personal hygiene
1. bantu klien dalam membersihkan
badan
2. anjurkan pada klien untuk selalu
menyikat gigi 2 x sehari
3. anjurkan klien untuk mengganti
baju yang bersih
4. gunting kuku klien
3. Sabtu 1-
07-09
3 S : Keluarga klien mengatakan sudah
mengerti apa yang sudah di jelaskan oleh
perawat
O : klien dan keluarganya mengerti
A : Masalah terata
P : Pertahankan intervensi
1. Kaji tingkat penge tahuan keluarga
2. Beri penjelasan kepada keluarga sebab
dan akibat kejang demam
8. Jelaskan setiap tindakan perawatan
yang akan di lakukan
Berikan HE tentang cara melong anak
kejang dan mencegah kejang demam.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan selama 3 (tiga) hari pada klien
dengan Kejang demam diruang perawatan Baji minasa Badan Pengelola Rumah
sakit daerah labuang Baji Propinsi sulawesi Selatan, penulis mendapat beberapa
adanya kesenjangan antara tinjauan teori dan studi kasus yang dilaksanakan.
Untuk lebih jelasnya mengenai kesenjangan yang terjadi antara teori yang
ada dengan kenyataan pada studi kasus pembahasan ini penulis menguraikan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan pengkajian, perencanaan, dan
evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dalam proses keperawatan, pengumpulan
data akut yang sistematis dan membantu dalam menentukan status kesehatan klien
dan merumuskan diagnosa keperawatan, berdasarkan hal tersebut, penulis
mengadakan pengkajian pada anak “M” yang di rawat di ruang baji minasa
BPRSUD Labuang baji makassar, pada tanggal 31 juli 2009
Pola pengkajian tidak terlalu banyak ditemukan adanya kesenjangan antara
teori dengan kasus. Adapun menurut teori Potensial terjadi trauma fisik
berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot
Sedangkan pada kasus ditemukan kejang demam dengan gejala Potensial
terjadi kejang ulang dan demam
Berdasarkan kasus di atas jika di bandingkan antara teori dan kasus yang ada
masih terdapat beberapa kesenjangan sebagai berikut : pada teori di temukan
Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot
sedangkan pada kasus di temukan kejang demam dengan gejala Potensial terjadi
kejang ulang dan demam
B. Diagnosa keperawatan
Untuk diagnosa keperawatan pada klien berdasarkan teori terdapat 5
diagnosa :
1.Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
2.Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi
otot
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
4.Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya metabolisme tubuh
akibat hipertermi
Sedangkan diagnosa keperawatan yang di temukan pada pasien An “ M” yaitu :
1. Resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan
menurun
3. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kurangnya
perawatandiri
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
mengenai penyakit klien
Hal ini menunjukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus pada
anak “M”. Kasus ini dapat terjadi di sebabkan karena respon manusia
yang berbeda dalam beradaptasi dengan adanya gangguan dalam tubuh
C. Perencanaan
Pada tahap perencanaan penulis membuat suatu rencana keperawatan
yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang muncul.
1. Resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi
Tujuanya : klien tidak mengalami kejang selama berhubungan
dengan hipertermi
Intervensi :
a. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat
b. Berikan kompres dingin
c. Berikan ekstra cairan ( susu, sari buah dll)
d. obserpasi kejang dan TTV tiap 4 jam
e.Batasi aktifitas selama anak panas
c. Berikan anti piretik dan pengobatan sesuai medis
2. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya
koordinasi otot
Tujuan :
1. tidak terjadi trauma fisik selama perawatan
Intervensi :
1. Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan
penggunaan tempat tidur yang rendah
2. Tinggalah bersama klien selama fase kejang
3. Berikan tongue spatel di antara gigi atas dan bawa
4. Letakkan klien di tempat yang lembut
5. Catat tipe kejang ( lokasi, lama ) dan frekwensi
kejang
6. Catat TTV sesudah fase kejang
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
Tujuan :
Ranya nyaman terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji faktor – faktor terjadinya hipertermi
b. Observasi TTV 4 jam sekali
c. Pertahankan suhu tubuh normal
d. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada
kepala / ketiak
e. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain
katun
f. Atur sirkulasi udara ruangan
g. Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak
minum]
h. Batasi aktivitas fisik
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya
Intervensi :
a. kaji tingkat pengetahuan keluarga
b. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam
c. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan di lakukan
d. Berikan HE tentang cara menolong anak kejang dan mencegah
kejang demam
e. Berika HE agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas
f. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi
dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit
menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu
g. Beri tahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar
memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah
menderita kejang demam
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya
metabolisme tubuh akibat hipertermi
Tujuan : Akan menunjukan pola tidur yang nyaman
Intervensi :
Akan menunjukan pola tidur yang nyaman
Kriteria hasil : TTV :
TD :100/60 mmHg
S : 37,6 0C
N : 120 x/i
P : 32 x/i
D. Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis melakukan tindakan keperawatan ini
berdasarkan hal baik yang di rencanakan.
1. Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
Tindakan keperawatan :
- Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat
- Berikan kompres dingin
- Berikan ekstra cairan ( susu, sari buah dll)
- obserpasi kejang dan TTV tiap 4 jam
- Batasi aktifitas selama anak panas
- Berikan anti piretik dan pengobatan sesuai medis
2. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot
-Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan
penggunaan tempat tidur yang rendah
-Tinggalah bersama klien selama fase kejang
-Berikan tongue spatel di antara gigi atas dan bawa
-Letakkan klien di tempat yang lembut
-Catat tipe kejang ( lokasi, lama ) dan frekwensi
kejang
-Catat TTV sesudah fase kejang
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
Tindakan keperawatan :
- Kaji faktor – faktor terjadinya hipertermi
- Observasi TTV 4 jam sekali
- Pertahankan suhu tubuh normal
- Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala /
ketiak
- Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain
katun
- Atur sirkulasi udara ruangan
- Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum]
- Batasi aktivitas fisik
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
Tindakan keperawatan
- kaji tingkat pengetahuan keluarga
- Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam
-Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan di lakukan
-Berikan HE tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang
demam
-Berika HE agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas
h. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi
dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit
menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu
i. Beri tahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar
memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah
menderita kejang demam
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya metabolisme tubuh
akibat hipertermi
Tindakan keperawatan
Akan menunjukan pola tidur yang nyaman
Kriteria hasil :
TTV :TD :100/60 mmHg
S : 37,6 0C
N : 120 x/i
P : 32 x/i
E. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, evaluasi untuk menilai apakah
keperawatan tercapai atau tidak yang di lakukan selama 3 hari
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan klien An “M”, adapun alasan
yang teratasi adalah resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi,
Gangguan pemenuhan nutrisi tidak adekuat berhubungan dengan nafsu makan
menurun, gangguan personal higiene berhubungan dengan perawatan diri, ansietas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit klien.
Semua teratasi karena pasien sudah pulang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang di lakukan maka penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang berulang atau kejang
yang lama yang mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang
menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara
fisik, mental atau social yang mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada An “M” adalah :
a. Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan
hipertermi
b. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan
kurangnya koordinasi otot
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
d.Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya metabolisme tubuh
akibat hipertermi
2. Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diperoleh diagnosa yang
teratasi adalh
a. Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan
hipertermi
b. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan
kurangnya koordinasi otot
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
d.Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya metabolisme tubuh
akibat hipertermi
B. Saran
Dengan melihat kenyataan yang ada pada pelaksanaan studi kasus An
“M” diruang perawatan baji minasa BPRSUD Labuang Baji propinsi
sulawesi selatan, maka penulis mengajukan beberapa saran yang kiranya
dapat diterima atau paling tidak dijadikan sebagai bahan pertimbangan:
1. Pola pengkajian dapat dilaksanakan secara komprehensif dengan
tehnik sistem tubuh
2. Tenaga kesehatan tidak hanya berfokus pada teori tetapi juga
mengacu pada kondisi klien dan kondisi rumah sakit
3. Kepada petugas rumah sakit ( perawat dan tenaga kesehatan) yang
ada senantiasa dapat melakukan kerja sama yang baik dalam hal
perawatan dan pengobatan sehingga apa yang diharapkan dapat
dilaksanakan
4. Kepala perawt ruangan dan anggota kesehatan lainya agar
melanjutkan rencana keperawtan dan masalah yang belum teratasi
dengan memodifikasi sesuai kondisi klien
5. Bagi Klien diharapkan untuk menerapkan apa yang menjadi anjuara
perawat dan tenaga kesehatan lainya dengan mempercepat dengan
penyembuhan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Lumbantobin SM, 1989, Penata laksanaan mutakhir Kejang pada anak, Gaya Baru,
Jakarta
Lynda JuallC, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa 1 Made,
EGC, Jakarta.
Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis pada anak, Edisis ke 2, PT. sagung
Seto : Jakarta
Ngastiyah, 1997, perawatan Anak Sakit. EGC< Jakarta.
Rendlen John, 1994, Ikhitisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta
Santosa, NI, 1989, Perawatan 1 ( Dasar-dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.
Santosa NI, 1993, Asuhan Keperawatan Dalam Konsep Keluarga, Depkes RI,
Jakarta…
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh kembang anak, EGC jakarta
Suharso Darto, 2994,Pedoman diagnosis dan terapi, F.K. Unifersitas erlanga,
surabaya
Sumijati M.E, dkk 2000, Asuhan keperawatan pada kasus penyakit yang lazim
Terjadi pada anak, PERKANI: surabaya.
Wahidiyat iskandar, 1985, Ilmu kesehatan anak, Edisi 2, Info medika, Jakarta
SATUAN ACARA PENYULUHAN
( SAP )
DEMAM
Demama dalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu tubuh hingga 38 o C
atau lebih. Ada juga yang mengambil batasan lebih dari 37,8o c sedangkan suhu
tubuh lebih dari 40o C disebut demam tinggi ( hiperperaksia ) dan bila suhu tubuh
kurang dari36 o C disebut hipertermi
2. Penyebab
Demam biasanya terjadiakibat tubuh terpapar infeksi makro organisme
( firus, bakteri, parasit ). Demam juga bisa juga disebabkan oleh faktor non
infeksi seperti kompleks imun, atau inflamasi ( peradangan ) lainya. Ketika
firus atau bakteri masuk kedalam tubuh, berbagai jenis darah putih atau
leukosit melepaskan zat penyebab demam ( pirogen endogen )
3. Tanda dan gejala
1. Peningkatan jantung
2. Badan lemah, perasaan tidak enak, kurang nafsu makan, tidak
bisa tidur, gelisah dan kejan
3. Pengeluaran panas melalui paru dan kulit berupa nafas cepat
dan keringat banyak
4. Kekurangan cairan dan elektrolit
5. Penatalaksanaan
1. Kenakan pakaian tipis
2. minum air putih, susu, jus buah biar sedikit tapi
sering
3. Hindari makanan yang berlemak dan makanan
yang sulit dicerna
4. Istirahat yang cukup
RESUME
Identitas Klien
Nama : An “ E”
Umur : 1 tahun 2 bulan
Agama : Katolik
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat : Baji pamai 2. No. 12
Tanggal masuk : 26 – 07 – 2009
Tanggal pengkajian : 31 – 07 – 2009
A.diagnosa keperawatan pada saat klien di rawat di rumah sakit
1.Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
2. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya metabolisme
tubuh akibat hipertermi
B.Tindakan keperawatan selama di rumah sakit
.
- Kaji faktor – faktor terjadinya hipertermi
- Observasi TTV 4 jam sekali
- Pertahankan suhu tubuh normal
- Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak
- Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
- Atur sirkulasi udara ruangan
- Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum]
- Batasi aktivitas fisik
LEMBAR ASISTENSI UJIAN KTI
Nama : ROVINA YENI
NIM : 06.0205
Nama Penguji : Hj. Rasnin Palari, SKM, M,Kes
Judul KTI : Kejang Demam