kejang

18
I. Identitas Pasien Nama : An. A Tempat/tgl lahir : Jakarta 25/05/2010 Umur : 17 bulan Nama Ayah : Tn. A Pekerjaan : Karyawan swasta Alamat : Cakung Masuk RS tgl : 03/11/2014 II. Anamnesis a. Keluhan Utama Kejang b. Riwayat penyakit sekarang 6 jam sebelum masuk rumah sakit pasien terjatuh saat sedang bermain. Kepala bagian depan pasien terbentur lantai. Saat terjatuh pasien langsung menangis, tidak ada perdarahan pada kepala, tidak ada muntah. Setelah 6 jam kemudian pasien mengalami kejang seluruh tubuh dengan mata mendelik ke atas, mulut tidak berbusa, pasien tidak sadar, kejang hanya kurang dari 5 menit. Lalu dibawa kerumah sakit, saat pasien di rumah sakit pasien mengalami kejang lagi sebanyak 2 kali dengan jarak waktu selama 5 jam. Pasien tidak ada demam. Buang air kecil dan besar normal c. Riwayat penyakit dahulu

description

nbj

Transcript of kejang

I. Identitas PasienNama: An. ATempat/tgl lahir: Jakarta 25/05/2010Umur: 17 bulanNama Ayah : Tn. APekerjaan: Karyawan swastaAlamat : CakungMasuk RS tgl: 03/11/2014

II. Anamnesisa. Keluhan UtamaKejang

b. Riwayat penyakit sekarang6 jam sebelum masuk rumah sakit pasien terjatuh saat sedang bermain. Kepala bagian depan pasien terbentur lantai. Saat terjatuh pasien langsung menangis, tidak ada perdarahan pada kepala, tidak ada muntah. Setelah 6 jam kemudian pasien mengalami kejang seluruh tubuh dengan mata mendelik ke atas, mulut tidak berbusa, pasien tidak sadar, kejang hanya kurang dari 5 menit. Lalu dibawa kerumah sakit, saat pasien di rumah sakit pasien mengalami kejang lagi sebanyak 2 kali dengan jarak waktu selama 5 jam. Pasien tidak ada demam. Buang air kecil dan besar normal

c. Riwayat penyakit dahuluPasien tidak memiliki riwayat kejang dan trauma kepala sebelumnya

d. Riwayat penyakit keluargaTidak ada riwayat kejang pada keluargae. Riwayat pengobatanBelum pernah berobat sebelumnyaf. Riwayat kehamilan dan persalinanSaat masa kehamilan ibu pasien memeriksa kehamilan dibidan, selama kehamilan dinyatakan sehat. Pasien lahir spontan di bidan dengan berat badan lahir 2650 gram, langsung menangis, usia kehamilan cukup bulan

g. Riwayat tumbuh kembang Motorik kasar: mengangkat kepala, berdiri dan berjalan sendiri Motorik halus: memegang benda Bicara: berkata-kata, bersuara Sosial: tersenyum, mulai makan, tepuk tanganKesan : pertumbuhan dan perkembangan baik

h. Riwayat imunisasiRiwayat imunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Hepatitis B, Campak)

III. Pemeriksaan FisikKeadaan umum: tampak sakit sedangKesadaran: GCS 15 (E4, V5, M6)Pernapasan: 28 x/menitTekanan darah: -Nadi: 100 x/menitSuhu: 36,5 CBB: 9 kgKepala: Bentuk kepala normocephal, rambut hitam sukar dicabut, distribusi merata, ubun-ubun menutup Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil bulat isokor +/+,diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+, Telinga : normotia, otoragi (-), beatle sign (-) Hidung : normotia, rhinoragi (-) Tenggorokaan : tonsil hiperemis (-), faring hiperemis (-) Mulut : anemis (-), lembab

Leher : tidak ada curiga fraktur cervival, tidak ada pembesaran Kelenjar getah bening Thorak: Inspeksi :bentuk thotak normochest, pergerakn dada simetris kanan dan kiri, ictus cordis (-) Palpasi : vocal fremitus sama dikedua lapang paru, ictus cordis teraba di lnea V midclavicularis Perkusi : sonor dikedua lapang paru Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-), suara paru vesikuler kanan dan kiri, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen: Inspeksi : distensi abdomen (-) Auskultasi : Bising usus (+) Perkusi : Timpani diseluruh kuadran abdomen Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)Ekstremitas: ektremitas superior dan inferior sianosis (-), RCT , 2detik, Akral hangatPemeriksaan neurologis : Motorik : koordinasi baik, Sensorik: belum dapat dinilai Refleks fisiologis: Refleks biceps: + Refleks triceps: + Refleks patella: + Refleks achilles: + Refleks patologis: Refleks babinski: - Refleks chaddok: - Refleks oppenheim: - Meningeal sign: Kaku kuduk: - Brudzinsky I: - Brudzinsk II: - Kernig sign: -

IV. ResumeAn. A 17 bulan datang ke rumah sakit dengan keluhan kejang seluruh badan. Sebelumnya pasien mengalami jatuh saat bermain. Kepala pasien terbentur, saat terjatuh pasien langsung menangis Saat terjatuh pasien langsung menangis, tidak ada perdarahan pada kepala, tidak ada muntah. Setelah 6 jam kemudian pasien mengalami kejang seluruh tubuh dengan mata mendelik ke atas, mulut tidak berbusa, pasien tidak sadar, kejang hanya kurang dari 5 menit. Lalu dibawa kerumah sakit, saat pasien di rumah sakit pasien mengalami kejang lagi sebanyak 2 kali waktu kejang kurang dari 5 menit. Pasien tidak ada demam. Buang air kecil dan besar normal. Tidak riwayat kejang dan trauma sebelumnya. Tidak riwayat kejang pada keluarga. Riwayat imunisasi lengkap. Riwayat kehamilan dan kelahiran baik. Riwayat tumbuh kembang baik.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, GCS 15, BB 9 kg, nadi 100 x/menit, suhu 36,5 C. Kepala,leher, thoraks, abdomen dan ekstremitas dalam batas normal.

Status neurologis : , pupil mata bulat isokor, refleks cahaya +/+, diameter 3mm/3mm, motorik baik, refleks fisiologis (+), refleks patologis (-),

V. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan darah lengkap Hb: 11,0 mg/dl Leukosit: 11.2 10^3/uL Hematokrit: 34 Trombosit: 441 10^3/uL Na: 134 mmol/L Kalium:4.03 mmol/L Chlorida: 112 mmol/L

Ct Scan :Interpretasi hasil : Tidak tampak lesi hiperdens di epidural, subdural, sub arachnoid maupun intraparenkim cerebri/cerebeli, Ventrikel lateralis baik Tidak tampak midline shift Meesenfalon, pons baik Sinus paranasal dan air cell mastoid baik Terdapat fraktur linear os frontoparietal kananKesan : Tidak tampak epidural, subdural hematom maupun perdarahan sub arachnois Intraprenkim cerebri/cerebella Fraktur os frontoparietal kanan. EEG

VI. DiagnosisDiagnosis klinis : KejangDiagnosis topical: fraktur frontoparietal kananDiagnosis etiologi: cedera kepala ringan

VII. Penatalaksanaan O2 nasal 2L Inj Diazepam bila kejang Depaken syr 2 x 1,5 cc Sporetic Syr 2 x cth

Cedera KepalaA. DefinisiCedera kepala kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma atau bahwa cedera kepala adalah trauma pada kulit kepala, tengkorak, dan otak yang terjadi baik secara langsung ataupun tidak langsung pada kepala yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran bahkan dapat menyebabkan kematiaan.

B. Klasifikasia. Menurut mekanisme Cedera kepala tumpul, biasanya berkaitan dengan kecelakaan mobil-motor, jatuh, atau pukulan benda tumpul. Cedera kepala tembus, disebabkan oleh peluru atau tusukan.

b. Menurut morfologi1). Laserasi kulit kepala Laserasi kulit kepala sering didapatkan pada pasien cedera kepala. Kulit kepala/scalp terdiri dari lima lapisan (SCALP) yaitu skin, connective tissue dan perikranii. Diantara galea aponeurosis dan periosteum terdapat jaringan ikat longgar yang memungkinkan kulit bergerak terhadap tulang. Pada fraktur tulang kepala, sering terjadi robekan pada lapisan ini. Lapisan ini banyak mengandung pembuluh darah dan jaringan ikat longgar, maka perlukaan yang terjadi dapat mengakibatkan perdarahan yang cukup banyak.

2). Fraktur tulang kepala Fraktur tulang tengkorak berdasarkan pada garis fraktur dibagi menjadi a). Fraktur linier Fraktur linier merupakan fraktur dengan bentuk garis tunggal atau stellata pada tulang tengkorak yang mengenai seluruh ketebalan tulang kepala. Fraktur lenier dapat terjadi jika gaya langsung yang bekerja pada tulang kepala cukup besar tetapi tidak menyebabkan tulang kepala bending dan tidak terdapat fragmen fraktur yang masuk kedalam rongga intrakranial.

b). Fraktur diastasis Fraktur diastasis adalah jenis fraktur yang terjadi pada sutura tulamg tengkorak yang menyebabkan pelebaran sutura-sutura tulang kepala. Jenis fraktur ini sering terjadi pada bayi dan balita karena sutura-sutura belum menyatu dengan erat. Fraktur diastasis pada usia dewasa sering terjadi pada sutura lambdoid dan dapat mengakibatkan terjadinya hematum epidural.

c). Fraktur kominutif Fraktur kominutif adalah jenis fraktur tulang kepala yang meiliki lebih dari satu fragmen dalam satu area fraktur.

d). Fraktur impresi Fraktur impresi tulang kepala terjadi akibat benturan dengan tenaga besar yang langsung mengenai tulang kepala dan pada area yang kecal. Fraktur impresi pada tulang kepala dapat menyebabkan penekanan atau laserasi pada duremater dan jaringan otak, fraktur impresi dianggap bermakna terjadi, jika tabula eksterna segmen yang impresi masuk dibawah tabula interna segmen tulang yang sehat.

e). Fraktur basis kranii Fraktur basis kranii adalah suatu fraktur linier yang terjadi pada dasar tulang tengkorak, fraktur ini seringkali diertai dengan robekan pada durameter yang merekat erat pada dasar tengkorak. Terjadi fraktur daerah basis dapat menyebabkan robekan durameter. Hal ini dapat menyebabkan kebocoran cairan cerebrospinal yang menimbulkan resiko terjadinya infeksi selaput otak (meningitis). Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan rhinorrhea dan raccon eyes sign (fraktur basis kranii fossa anterior), atau ottorhea dan batles sign (fraktur basis kranii fossa media).

c. Menurut GCS GCS digunakan secara umum dalam deskripsi beratnya cedera penderita kepala. Penderita dengan GCS 14-15 diklasifikasikan ke dalam cedera kepala ringan, GCS 9-13 termasuk cedera kepala sedang, dan GCS 3-8 termasuk cedera kepala berat.Lesi intracranialLesi ini diklasifikasikan dalam lesi local dan lesi difus, walaupun kedua jenis lesi sering terjadi bersamaan. Termasuk lesi lesi local ; Perdarahan Epidural Perdarahan Subdural Kontusio (perdarahan intra cerebral) Cedera otak difus umumnya menunjukkan gambaran CT Scan yang normal, namun keadaan klinis neurologis penderita sangat buruk bahkan dapat dalam keadaan koma. Berdasarkan pada dalamnya koma dan lamanya koma, maka cedera otak difus dikelompokkan menurut kontusio \ringan, , kontusio klasik, dan Cedera Aksona Difus ( CAD).1) PerdarahanEpidural Hematoma epidural terletak diantara dura dan calvaria. Umumnya terjadi pada regon temporal atau temporopariental akibat pecahnya arteri meningea media .Manifestasi klinik berupa gangguan kesadaran sebentar dan dengan bekas gejala (interval lucid) beberapa jam. Keadaan ini disusul oleh gangguan kesadaran progresif disertai kelainan neurologist unilateral. Kemudian gejala neurology timbul secara progresif berupa pupil anisokor, hemiparese, papil edema dan gejala herniasi transcentorial. Perdarahan epidural difossa posterior dengan perdarahan berasal dari sinus lateral, jika terjadi dioksiput akan menimbulkan gangguan kesadaran, nyeri kepala, muntah ataksia serebral dan paresis nervi kranialis. Ciri perdarahan epidural berbentuk bikonveks atau menyerupai lensa cembung

2) Perdarahan subdural

Perdarahan subdural lebih sering terjadi daripada perdarahan epidural( kira-kira 30 % dari cedera kepala berat). Perdarahan ini sering terjadi akibat robeknya vena-vena jembatan yang terletak antara kortek cerebri dan sinus venous tempat vena tadi bermuara, namun dapat terjadi juga akibat laserasi pembuluh arteri pada permukaan otak. Perdarahan subdural biasanya menutupi seluruh permukaan hemisfer otak dan kerusakan otak dibawahnya lebih berat dan prognosisnya jauh lebih buruk daripada perdarahan epidural.3) Kontusio dan perdarahan intracerebral Kontusio cerebral sangat sering terjadi di frontal dan lobus temporal, walau terjadi juga pada setiap bagian otak, termasuk batang otak dan cerebellum. Kontusio cerebri dapat saja terjadi dalam waktu beberapa hari atau jam mengalami evolusi membentuk perdarahan intracerebral. Apabila lesi meluas dan terjadi penyimpangan neurologis lebih lanjut

KejangA. DefinisiKejang atau bangkitan didefinisikan sebagai kejadian mendadak yang berupa kesadaran terganggu, bingung, gerakan otot abnormal yang sifatnya involunter. Definisi dari epilepsi mengacu pada kejang terus menerus atau berulang yang berlangsung lebih dari 30 menit tanpa pemulihan kesadaran. Kejang dapat disebabkan oleh beberapa keadaan seperti cedera kepala, radang otak, radang selaput otak, gangguan elektrolit tubuh, kadar gula yang tinggi, stroke, hipoksia.

B. KalsifikasiMenurutInternationalLeagueagainstEpilepsy, kejang dapat diklasifikasikan menjadi :1. Kejang parsialKejang parsial adalah kejang yang berhubungan dengan keterlibatan satu hemisfer serebri. Kejang parsial dapat berkembang menjadi kejang umum pada 30% anak yang mengalami kejang. Pada umumnya kejang ini ditemukan pada anak berusia 3 hingga 13 tahun.Kejang parsial dapat dikelompokkan menjadi :a. Kejang parsial simpleksKejang parsial simpleks adalah bentuk kejang parsial yang tanpa disertai dengan perubahan status mental. Kejang ini sering ditandai denganperubahanaktivitasmotorikyangabnormal,seringterlihatpolaaktivitas motorik yang tetap pada wajah dan ekstremitas atas saat episode kejang terjadi. Walaupun kejang parsial simpleks sering ditandai dengan perubahan abnormal dari aktivitas motorik, perubahan abnormal dari sensorik,autonom, dan psikis.b. Kejang parsial kompleksKejang parsial kompleks ditandai dengan perubahan abnormal daripersepsidansensasi,dandisertaidenganperubahankesadaran.Padasaat kejang, pandangan mata anak tampak linglung, mulut anak seperti mengecapngecap, jatuhnya air liur keluar dari mulut, dan seringkali disertai mual danmuntah.c. Kejang parsial dengan kejang umum sekunderKejang parsial dapat melibatkan kedua hemisfer serebri dan menimbulkan gejala seperti kejang umum. Kejang parsial dengan kejangumum sekunder biasanya menimbulkan gejala seperti kejang tonik klonik.Hal ini sulitdibedakan dengan kejang tonikklonik.

2. Kejang UmumKejang umum adalah kejang yang berhubungan dengan keterlibatan kedua hemisfer serebri. Kejang umum disertai dengan perubahan kesadaran. Kejang umum dapat dikelompokkan menjadi :1.Kejang tonik klonik (grand mal seizure)Kejang tonik klonik adalah bentuk kejang umum yang paling sering terjadi pada anak. Kebanyakan kejang ini memiliki onset yang tibatiba,namun pada beberapa anak kejang ini didahului oleh aura (motorik atausensorik). Pada awal fase tonik, anak menjadi pucat, terdapat dilatasi keduapupil,dankontraksiotototot yang disertai dengan rigiditas otot yangprogresif.Seringjugadisertaidenganinkontinensiaurinatauinkontinensia tinja. Kemudian pada fase klonik, terjadi gerakan menghentak secara ritmik dan gerakan fleksi yang disertai spasme pada ekstremitas. Terjadi perubahan kesadaran pada anak selama episode kejang berlangsung dan bisa berlanjuthingga beberapa saat setelah kejang berhenti.

2. Kejang tonikBentuk kejang ini sama seperti kejang tonik klonik pada fase tonik. Anak tibatiba terdiam dengan seluruh tubuh menjadi kaku akibat rigiditas ototyang progresif.

3. Kejang mioklonikKejang mioklonik ditandai dengan gerakan kepala seperti terjatuh secara tibatiba dan disertai dengan fleksi lengan. Kejang tipe ini dapat terjadi hingga ratusan kali per hari.4.Kejang atonikKejang atonik ditandai dengan kehilangan tonus otot secara tibatiba.5.Kejang absensKejang absens dapat dibagi menjadi kejang absens simpel (tipikal) atau disebut jugapetit mal dan kejang absens kompleks (atipikal). Kejang absens tipikal ditandai dengan berhentinya aktivitas motorik anak secara tibatiba, kehilangan kesadaran sementara secara singkat, yang disertai dengan tatapan kosong. Sering tampak kedipan mata berulang saat episode kejang terjadi. Episode kejang terjadi kurang dari 30 detik. Kejang ini jarang dijumpai padaanak berusia kurang dari 5 tahun. Kejang absens atipikal ditandai dengangerakan seperti hentakan berulang yang bisa ditemukan pada wajah dan ekstremitas, dan disertai dengan perubahan kesadaran3. Kejang tak terklasifikasiKejang ini digunakan untuk mengklasifikasikan bentuk kejang yangtidak dapat dimasukkan dalam bentuk kejang umum maupun kejang parsial. Kejang ini termasuk kejang yang terjadi pada neonatus dan anak hingga usia 1tahun.

2.3. EtiologiPenyebab kejang secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu intrakranial danekstrakranial.1.IntrakranialPenyebab intrakranial dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu primer dansekunder. Penyebab intrakranial primer disebut juga idiopatik. Sedangkansekunder dapat disebabkan karena neoplasma intrakranial, kelainan kongenitalseperti hidrosefalus, infeksi seperti meningitis dan ensefalitis, dan traumakepala.2. EkstrakranialPenyebab ekstrakranial biasa disebabkan karena gangguan metabolisme seperti hipoglikemia, hipokalsemia, hepatik ensefalopati, uremia, hiperproteinemia, hiperlipidemia, hipotiroid, dan hipoksia. Penyebab ekstrakranial dapat juga disebabkan oleh metastasiskeganasan ke otakC. Tipe Kejang Epileptik (Idiopatik)A. Tidak ada pencetusnya dan terjadi berulang ulangB. Sering terjadi pada permulaan usia 20 tahun dan jarang pada 30 tahun Non-epileptik (epilepsi sekunder)A. Ada pencetusnnya oleh kelainan atau kondisi lain yang mengiritasi otakB. Pada anak anak, demam dapat menyebabkan kejang non-epileptikC. Kejang psikogenik non-epileptik: Beberapa kelainan mental dapat menimbulkan gejala yang mirip kejang

D. Penatalaksanaan Airway,Breathing, Circulation Pemberian cairan infus

E. Komplikasi Menganggu kognitif Menurunkan kemampuan kecerdasan Perubahan prilaku ( epileptik personality)