KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH.docx

18
DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH A. Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Pendidikan Di dalam GBHN dicantumkan bahwa tujuan penyelenggaraan pndidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Penyelenggaraan pendidikan tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Agar tujuan penyelenggaraan pendidikan dap at tercapai, sekolah harus mengadakan hubungan dengan masyarakat karena sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang menunjang perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat bertanggung jawab atas pembinaan dan pengembangan sekolah. Hal itu didasarkan atas pemikiran bahwa masyarakat sangat rnexnbutuhkan sekolah. Partisipasi masyarakat adalah satu bentuk kerja sama yang dapat dilaksanakan sekolah dengan masyarakat. Partisipasi tersebut, antara lain berupa bantuan dalam administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan adalah kegiatan administrasi yang secara langsung atau tidak langsung mendukung kegiatan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Administrasi pendidikan meliputi administrasi siswa, administrasi personal, administrasi tata usaha, administrasi sarana dan prasarana, administrasi kurikulum, administrasi keuangan dan pembiayaan pendidikan, serta supervisi pendidikan. Salah satu wadah kerja sama yang dapat dilakukan masyarakat dan sekolah adalah melalui Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3), seperti tercantum di dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1959 (Sutedjo Brodjonagoro, 1956:174). Pasal 28 UndangUndang No. 4 menyatakan bahwa: 1. Hubungan sekolah dengan orang tua murid harus dipelihara sebaik-baiknya;

description

No Description

Transcript of KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH.docx

Page 1: KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH.docx

DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH

A. Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Pendidikan

Di dalam GBHN dicantumkan bahwa tujuan penyelenggaraan pndidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Penyelenggaraan pendidikan tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Agar tujuan penyelenggaraan pendidikan dap at tercapai, sekolah harus mengadakan hubungan dengan masyarakat karena sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang menunjang perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat bertanggung jawab atas pembinaan dan pengembangan sekolah. Hal itu didasarkan atas pemikiran bahwa masyarakat sangat rnexnbutuhkan sekolah.

Partisipasi masyarakat adalah satu bentuk kerja sama yang dapat dilaksanakan sekolah dengan masyarakat. Partisipasi tersebut, antara lain berupa bantuan dalam administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan adalah kegiatan administrasi yang secara langsung atau tidak

langsung mendukung kegiatan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Administrasi pendidikan meliputi administrasi siswa, administrasi personal, administrasi tata usaha, administrasi sarana dan prasarana, administrasi kurikulum, administrasi keuangan dan pembiayaan pendidikan, serta supervisi pendidikan.

Salah satu wadah kerja sama yang dapat dilakukan masyarakat dan sekolah adalah melalui Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3), seperti tercantum di dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1959 (Sutedjo Brodjonagoro, 1956:174). Pasal 28 UndangUndang No. 4 menyatakan bahwa:

1. Hubungan sekolah dengan orang tua murid harus dipelihara sebaik-baiknya;

2. Untuk mewujudkan hubungan tersebut, perlu dibentuk satu panitia pemeliharaan sekolah, yang terdiri atas beberapa orang tua mqrid;

3. Susunan dan kewajiban panitia pembantu pemeliharaan sekolah ditetapkan dlend.kbud.

Menurut Hendyat Sutopo (1992:238), BE3 adalah organisasi nonstruktural yang ada di sek4ah dan lebih bersifat konsultatif. Anggota BP3 terdiri atàs orang tua murid, guru, dan tokoh masyarakat.

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Soegarda Poerbakawatja (1981:286). Ia menyatakan bahwa BP3 adalah perkumpulan orang tua murid yang bertujuan untuk ikut memelihara sekolah sehingga sekolah hidup subur dan lebih sanggup memelihara tugasnya.

Dan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa BP3 adalah organisasi nonstruktural yang lebih bersifat konsultatif, anggotanya terdiri atas orang tua murid, guru, dan tokoh masyarakat, serta membantu

Page 2: KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH.docx

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah agar sekolah hidup lebih subur dan Iebih sanggup memelihara tugasnya.

Sebenarnya, tujuan pembentukan BP3 adalah memeljhara hubungan yang erat dan serasi serta meningkatkan kerja sama dan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah untuk menyempurnakan kegiatan pendidikan di sekolah. Sementara itu, tugas dan wewenang BP3 seperti dirumuskan tim dosen Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendiclikan, IKIP Malang (1988:244) adalah sebagai berikut:

1. Mendorong dan meningkatkan hubungan yang baik antara masyarakat, sekolah, dan pemerintah.

2. Membantu kelancaran kegiatan pendidikan dan tidak mencampuri urusan teknik pengajaran di sekolah,

Yang menjadi wewenang kepala sekolah, guru, dan Pengawas.

3. Mengusahakan bantüan dan masyarakat, baik berupa benda, uang, maupun jasa, dengan tidak menambah kewajiban pembayaran denda.

4. Membenjkan pertimbangan kepada kepala sekolah dan kep ala perwakilan Depdikbud tentang keuangan

atas pembayaran SPP.

Hubungan sekolah dengan masyarakat serta hubungan sekolah dengan orang tua murid, pada hakikatnya adalah suatu sarana yang cukup mempunyai peran menentukan dalam usaha pembinaan, penumbuhan, dan pengembangan munid-inurid di sekolah. Oleh sebab itu, hubungan tersebut perlu dibina, (libangun, dan dipelihara sebaik-baiknya karena merupakan satu jembatan salingpengertian sehingga mereka dapat berpartisipasi secarapositif dan dapat membenikan dukungan moral dan materiil secara ikhlas.

Dasar kerja sama yang sebaiknya dilaksanakan sekolah dengan masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Kesamaan tanggung jawab

Di dalam GBHN ditegaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua murid, dan masyarakat.

2. Kesamaan tujuan

Para orang tua menghcndaki putra-putri mereka menjadi warga masyarakat atau menjadi manusia yang baik dan berguna bagi negara dan bangsa. Demilcianjuga dengan para guru, yang

Page 3: KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH.docx

menghendaki siswa-siswi mereka menjadi manusia yang sehat jasmani dan rohani, terampil, demokratis, serta berguna bagi bangsa dan negara.

Menurut pemikiran penulis, tujuan kerja sama sekolah dengan masyarakat dan orang tua murid adalah untuk:

1. Membantu dan mengisi kegiátan’ anak di. sekolah, yang hanya berkisar tujuh jam %$snentara eisa waktunya dihabiskan di rumah dan df masyarakat;

2. Memberikan sumbangan keuangan dan barang;

3. Mencegah perbuatan dan tingkah lakü’yang kurang baik.

Pendapat lainnya yang tidak banyak berheda dengan pendapat penulis dikemukakan oleh Jones, sepérti dikutip Made Pidarta (1986:352). Jones menyatakan bahwa tujuan humas di sekolah adalah agar:

1. Masyarakat mengetahui hal-hal tentang persekolahan dan inovasinya;

2. Memudahkan masyarakat untuk memperbaiki situasi dan kondisi pendidikan di sekolah;

3. Meningkatkan profesi para staf sekolah sehingga hubungan mereka dengan masyarakat menjadi baik;

4. Masyarakat mengetahui konsep yang benar tentang guru;

5. Mendapatkan koreksi dan kelompok-kelompok masyarakat.

Sementara itu, Sutjipto dan Bashon (1992:122) mengutarakan bahwa tujuan utama yang ingin dicapai dengan mengembangkan kegiatan humas di sekolah adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang tujuan dan sasaran yang ingin direalisasikan sekolah.

2. Meningkatkan pemahaman sekolah tentang keadaan dan aspirasi masyarakat terhadap sekolah.

3. Menggalang usaha orang tua dan guru dalam memenuhi kebjituhan anak didik serta meningkatkan kualitas dan kuantitas bantuan orang tua murid dalam kegiatan pendidikan di sekolah.

4. Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peranan pendidikan di sekolah dalam era pembangunan.

5. Membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sekolah.

6. Memberi tahu masyarakat tentang pertanggungjawaban sekolah atas harapan yang dibebankan masyarakat serta memberi tahu semua kegiatan yang dilakukan sekolah.

Page 4: KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH.docx

7. Mencari dukungan dan bantuan dan masyarakat dalam memperoleh sumber-sumber yang diperlukan untuk meneruskan dan meningkatkan program sekolah.

Dan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan penyelenggaraan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah:

1. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang tujuan dan sasaran yang ingin dicapai sekolah;

2. Meningkatkan pemahaman sekolah tentang keadaan dan aspirasi masyarakat terhadap sekolah;

3. Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peranan pendidikan dalam era pembangunan;

4. Menjalin kerja sama untuk memenuhi kebutuhan anak didik dalam setiap kegiatan pendidikan di sekolah.

Terjadinya hubungan yang baik antara sekolah dan orang tua murid serta masyarakat, akan bermanfaat bagi sekolah, masyarakat, orang tüh murid,, dan anak didik sendiri.

1. Manfaat bagi sekolah

a. Memudahkan sekolah untuk mèmpbrbaiki konclisi pendidikan.

b. Memperbesar usaha untuk meningkatkan profesi staf sekolah, terutama guru.

c. Menjaga kepercayaan masyarakaf terhadap sekolah sehingga sekolah mendapat b’antuan dan dukungan masyarakat serta memperoleh sumbersumber yang diperlukan untuk meneruskan dan meningkatkan prog-ram sekolah.

2. Manfaat bagi masyarakat dan orang tua murid

a. Masyarakat akan mengetahui semua hal tentang persekolahan beserta inovasinya.

b. Masyarakatkan mengetahui semua kegiatan yang dilakukan sekolah dalam melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan masyarakat.

c. Masyarakat dapat menyalurkan partisipasinya.

3. Manfaat bagi anak didik

a. Pengetahuan yang belum diperoleh di sekolah dapat diperoleh dan masyarakat dan orang tua.

b. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di sekolah dapat diaplikasikan di masyarakat.

c. Anak didik akan belajar di masyarakat, mengingat waktu yang disediakan di sekolah berkisar tujuh jam.

Page 5: KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH.docx

Seperti kita ketahui bahwa masalah pelaksanaan pendidikan apa pun wujudnya adalah mengusahakan agar para anggota masyarakat menjadi lebih maju, terutamabagi masa depan anak didik. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila para orang tua murid dan warga masyarakat ikut memikirkan dan berpartisipasi terhadap berbagai persoalan pendidikan.

B. Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam

Penyelenggaraan Pendidikan

1. Konsep Partisipasi Masyarakat

Hingga kini belum terdapat satu kesepakatan pengertian, indikator, maupun ukuran yang digunakan para ahli atau peneliti tentang konsep partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Memang salah satu pengertian yang banyak diacu ádalah konsep partisipasi masyarakat dalam pembangunan pedesaan (Mubyarto, 1994:32).

Partisipasi masyarakat sering diartikan sebagai sumbangan tenaga, uaig, atau barang dalam rangka menyukseskan program atau proyek pembangunan.

b. Pegawai pemerintah

1) Pegawai pemerintah setempat.

2) Pegawai pemerintah lainnya.

C. Instansi swasta

1) Pegawai swasta seternpat.

2) Pegawai swasta lainnya.

d. Kelornpok-kelompok yang mewakili masycirakat.

Sementara itu, Kohen, seperti dikutip Subandiyah (1989:8), mengklasifikasikan masyarakat yang ikut melaksanakan program muatan lokal berdasarkan latar belakang dan tanggung jawabnya, yaitu:

a. Penduduk setempat;

b. Pemimpin masyarakat; Pegawai pemerintah;

Pegawai asing, yang mungkih’dapat dipertimbangkan apabila mempunyai êndil dalarn suatu aktivitas.

Page 6: KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH.docx

Atas dasar dim pendapat di atas, mayarakat yang terlibat dalam pelaksanaan program muatan lokal adalab sebagai berikut:

a. Orang tua murid

1) Anggota BP3, antara lain penduduk setempat yang duduk dalam sistem persekolahan.

2) Pengurus BP3, antara lain pemiinpin masyarakat dalam sistem persekolahan.

b. Tokoh inasyarakat

1) Tokoh masyarakat dan kalangan pemerintahan, seperti camat dan kepala desa.

2) Tokoh masyarakat dan swasta dan dunia usaha.

2. Prasyarat Partisipasi Masyarakat

Menurut Pariata Westra (1977:16), agar partisipasi dapat tercapai dengan baik, masyarakat harus memperhatikan beberapa prasyarat partisipasi, antara lain:

a. Persedianya waktu yang eukup untuk mengadakan partisipasi karena partisipasi sulit dilaksanakan dalam keadaan serba darurat;

b. Pembiayaan partisipasi hendaknya tidak melebihi hasil-hasil yang akan diperoleh serta memperhatikan segi-segi penghematan;

e. Pelaksana partisipasi harus memandang pentingnya keberadaan kelompok kerja yang akan dipartisipasikan;

d. Peserta partisipasi harus mempunyai kemampuan khusus sehingga efektif untuk dipartisipasikan;

e. Pelakü partisipasi harus dapat berhubungan secara timbal balilc. sehingga dapat saling bertukar ide dengan pengertian dan bahasa yang sama;

f Tidak ada pihak-pihak yang merasa bahwa posisinya terancam akibat adanya partisipasi.

g. Partisipasi akan lebih efektif jika didasarkan asas kebebasan bekerja.

Berbeda dengan pendapat Keith Davis yang menyatakan bahwa prasyarat partisipasi dapat berhasil apabila dipengaruhi oleb beberapa faktor berikut:

a. Kesempatan untuk berpartisipasi sebelum kegiatan dimulai (the must be to participate before action is required). -

Page 7: KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH.docx

b. Biaya partisipasi tidak melebihi nilai-nilai ekonomi (the financial cost of participation should not exceed value)

c. Subjek partisipasi harus relevan dengan orang yang berpartisipas dalam organisasi (the subject of participation must be relevant to the participant organization).

d. Orang yang berpartisipasi harus mempunyai kemampuan khusus, seperti kecerdasan dan pengetahuan berpartisipasi (the participant ‘s should have the ability such as intellegent and to participate).

e. Orang yang berpartisipasi harus mampu sating berkoznunikasi (the participant’s must be able mutually to communicate).

f. Think ada satu kelompok pun yang merasa bahwa posisinya terancam dengan adanya partisipasi (neither party should feet that his position is attended by participation).

g. Partisipasi untuk menentukan jalannya suatu kegiatan di dalam organisasi, hanya dapat terjadi dalam kelompok yang inemiliki kebebasan kerja yang luas (participation for deriding a :tqse of i tion in an organization can take place only with in.groups are job freedom).

Selain beberapa prasyarat yang telalidikemukakan Pariata dan Davis, Subandiyah (1989:15) njenambahkan satu prasyarat partisipasi, yaitu adanya keterikatan anggota dengan tujuan yang akan dicapai.

Dan penjelasan mengenai prasyarat pantisipasi diatas, dapat disimpulkan bahwa syarat tercapainya partisipasi adalah:

a.Tersedianya waktu untuk berpartisipasi;

b.Orang yang berpartisipasi harus menipunyai kemampuan untuk berpartisipasi;

c. Adanya komunikasi dalam berpartisipasi;

d. Tersedianya biaya yang cukup;

e. Tidak merugikan pihak lain;

f.Keterikatan anggota dengan tujuan yang akan dicapai.

Page 8: KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH.docx

Keuntungan Partigipasi Masyarakat Menurut Pariata Westra (1977:18), keuntungan

partisipasi di dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut:

a. Memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar.

b. Memungkinkan para pekerja nienggunakan kemampuan berpikir secara kreatif.

c. Mengembalikan nilai-nilai martabat manusia (hitmanity), dorongan (motivasi), serta membangun kepentingan bersama. -

d. Mendorong orang untük lebih bertanggung jawab.

e. Memperbaiki semangat kerja sama serta menimbulkan kesatuan kenja (team work).

f. Meinungkinkan untuk mengikuti perubahanperubahan.

Sejalan dengan pendapat Paniata Westra, Burt K. Schlani dan Rogers (1988:85) inemberikan pendapat niereka bahwa manfaat partisipasi adalah:

a. Lebih banyak terjadi komunikasi dua arah;

b. L.ebih banyak bawahan sehingga mempengaruhi keputusan;

c. Manajer dan partisipan kurang bersikap agresif,

d. Potensi untuk membenikan suinbangan yang berarti dan positif diakui dalam derajat yang lebih tinggi.

Berdasarkan dua pendapat di atas, penulis dapat

menyitupulkan bahwa dengan adanya partisipasi, organisasi akan memperoleh beberapa keuntungan dalam mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan yang diluginkan. Beberapa keuntungan tersebut, yaitu:

a. Memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan pikiran;

b. Mengembangkan kemampuan yang dimiliki anggota;

c. Membangun komunikasi yang baik di dalam organisasi karena lebih banyak terjadi komunikasi dua arah;

d. Mendorong sikap orang untuk bertanggung jawab dan membangun kepentingan bersama.

Page 9: KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH.docx

4. Tingkatan Partisipasi Masyarakat Jika dilihat dan tingkatannya, partisipasi masyarakat

dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan;

b. Partisipasi dalam proacs perencanaan dalam kaitannya dengan program 1ain; :

c. Partisipasi dalam pelaksanaan suatu program (Jumrowi dan Subandiyah, 1982:2

Pariata Westra (1977:17) berpendapat tingkatan partisipasi masyarakat dapat dibagi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Tingkatatt pengertian timbal balik

Tingkatan mi mengarahkan anggota agar mengerti terhadap fungsi masing-masing serta ‘sikap yang harus diserasikan satu sama lain.

b. Tingkatan pemberian nasihat

Pada tingkatan mi individu membantu untuk membuat suatu keputusan terhadap persoalan yang sedang dihadapi sehingga individu tersebut dapat saling tukar ide dengan individu lainnya.

c. Tingkatan yang berkewenangan

Tingkatan ini menempatkan posisi anggota pada suatu keadaan sehingga anggota tersebut dapat mengambil keputusan terhadap persoalan yang tengah dihadapi.

Pendapat lain dikemukakan Shaefer (1992), seperti dikutip Sumarno. Shaefer mengatakan bahwa peran atau partisipasi yang dilaksanakan masyarakat dapat dibagi menjadi beberapa tingkat, yaitu:

a) Sekadar memanfaatkan layanan; b) Memberikan sumbangan;c) Kehadiran dalam pertemuan; d) Konsultasi permasalahan;e) Keterlibatan dalam penyampaian layanan;f) Keterlibatan dalam implementasi program;g) Kerpéran dalam semua tahap pembuatan rencana.

Sementara itu, Luthans, seperti dikutip Wuradji (1985:103), mengatakan bahwa partisipasi dibagi menjadi dua macam, yaitu partisipasi secara penuh dan partisipasi sebagian. Ia juga mengatakan bahwa partisipasi secara penuh hanya mungkin terjadi apabila terdapat satu iklim yang memungkinkan ke arah itu.

Page 10: KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH.docx

Meskipun di antarn anggota teish terbentuk satu kesadaran untuk menyumbangkan pikiran dan tenaganya, tidak mungkin partisipasi tersebut dapat terwujud tanpa tersedianya peluang untuk melaksanakan semua itu.

Tingkatan partisipasi yang terjadi banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Paling tidak, hal itu ditentukan oleh dorongan dan kesempatan yang diatur secara kelembagaan, kompetisi, maupun atas dasar motivasi aktor atau pelaku peran serta itu sendiri. Di dalam dunia pendidikan, pelaku

utama partisipasi adalah pemerintah pusat.dan daerah, sekolah dan lembaga pendidikan, snasyarakat, organisasi nonpemerintah, serta dunia usaha (Sumarno, 1995: 16).

f. Tipe-tipe Partisipast Masyarakat

Pada prinsipnya partisipasi masyarakat dipilah dalam dua tipe yang berbeda, yaitu partisipasi yang menyangkut aktivitas bersama dalam proyek pembangunan khusus serta partisipasi sebagai individu di luar aktivitas bersama (Koentjaraningrat, 1981:78).

Pada tipe pertama, masyarakat diajak dan diperintah oleh pamong desa dan wakil dan berbagai departemen untuk berpartisipasi dan menyumbangkan tenaga dan hartanya bagi kegiatan pembangunan khusus, biasanys bersifat pembangunan sarana fisik.

Pada tipe kedua, tidak ada-aktivitas khusus, tetapi terdapat proyek pembangunan. Biasaiiy& proyek tersebut tidak bersifat fisik dan dilaksanakan oieh asyarakat atas dasar kesadarañ atau kemauaj’*ndiri. Proyek tersebut, antara lain gerakan keluarga berencana dan gerakan tabungan kesejahteraan rakyat.

Dusseldorp, seperti dikutip Subandiyah (1989:12), menyatakan bahwa kegiatan partisipasi masyarakat terdiri atas beberapa hal, yaitu:

a. Mendatangi pertemuan;

b. Melibatkan din dalam diskusi;

c. Melibatkan din dan berpartisipasi dalam segala aspek organisasi, misalnya menyelenggarakan pertemuan kelompok, mempengaruhi orang luar untuk ikut dalam kegiatan kelompok, serta memimpin diskusi kelompok;

d. Membantu untuic memperoleh bantuan tenaga, modal, fasilitas, dan kemampuan mental;

e. Mengambil bagian dalam proses penentuan keputusan, dengan cara menyatakan pendapat atas berbagai masalah penting, misalnya tujuan pengalokasian sumber yang langka, kebijakan yang hams diikuti pimpinan organisasi, pemilihan wakil kelompok, serta penilaian efektivitas, efisiensi, dan relevansi kegiatan;

Page 11: KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH.docx

f. Memanfaatkan hasil yang diraih, misalnya berperan dalam proyek irigasi atau berperan dalam pemanfaatan program ekonomi, yang merupakan hasil dan partisipasi suatu kegiatan koperasi.

Untuk mengarahkan masyarakat agar lebib berpartisipasi dalam pembangunan, Simanjuntak (1991:112) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu Aebagai herikut:

a. Memilah parfisipasi berdasarkan jenis sumbangan.

b. Mewadahi partisipasi.

c. Menyesuajkan din terhadap keadaan Iingkungan.

d. Membangkitkan adanya prakarsa.

6. Tujuan dan Fungsi Partisipasi Masyarakat

Di dalam Pasal 2 Peraturan Pemenjntah Nomor 39 Tahun 1992, disebutkan bahwa partisipasi atau peran serta masyarakat berfungsi untuk ikut memelihara, menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan pendidikan nasional.

Sementara itu, Pasal 3 menyebutkan bahwa tujuan partisipasi masyarakat adalah mendayagunakan kemampuan yang ada’ di dalam masyarakat untuk kepentingan pendidikan nasional.

7. Bentuk dan Sifat Partisipasi Masyarahat

Menurut Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1992, partisipasi masyarakat dapat berbentuk:

a. Pendirian dan penyelenggaraan pendidikan melalui jalur pendidikan sekolah ataujalur pendidikan luar sekolah di semua jenjang pendidikan, kecuali pendidikan kedinasan;

b. Pengadaan dan pemberian tenaga pendidikan;

c. Pemberian bantuan tenaga ahli;

d. Pengadaan dana dan pemberian bantuan berupa wakaf, hibah, pinjaman, beasiswa, dan bentuk-bentuk lain yang sejenis;

e. Pengadaan dan penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan atau diselenggarakan pemerintah;

Page 12: KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH.docx

f. Pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar;

g. Pemberian kesempatan untuk magang, dan atau latihan bekerja kepada anak did1k.

h. Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah untuk melaksanakan kegiatanbelajar mengajar;

i. Pemberian pelatihan manajemen bagi penyelenggara pendidikan dan pengembangan pendidikan nasional;

j. Pemberian bantuan berupa pemikiran dan pertimbangan yang berkenaan dengan’ penentuan kebijaksanaan dan atau penyelenggaraan pengembangan pendidikan;

k. Pemberian bantuan dan pelaksanaan keija sama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan pendidikan;

l. Pemberian kesempatan untuk berperan dalam program pendidikan dan atau peneitian yang diselenggarakan pemerintah di dalam dan atau di luar negeri.

Pasal 5 menyebutkan bahwa penn serta masyarakat dapat bersifat wajib atau sukarela. Peran serta yang bersifat wajib, antara lain membantu biaya penyelenggaraan pendidilcan sesuai dengan kemampuan orang tua atau wali murid untuk menyekolahkan anak-anak mereka sesuai dengan peraturan yang berlaku.

C. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal

Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri atas ribuan pulau. Setiap pulau memililci beraneka ragam adat istiadat, tata krama pergaulan, kesenian, serta kondisi sosial dan lingkungan alam yang berbeda-beda. Dengan perkataan lain, keanekaragaman setiap pulau atau daerah di Indonesia bukan hanya dalam segi kebudayaan, melainkan juga dalam kondisi alam dan lingkungan budayanya. Keanekaragaman tersebut tidak berarti akan menimbulkan berkurangnya rasa persatuan dan kesatuan, tetapi justru akan memperkaa kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, perlu diupayakan pelestariannya. Salah satu cara untuk melaksanakan usaha pelestarian adalah melalui lembaga pendidikan, terutama sekolah.

Sekolah adalah suatu wahana untuk terselenggaranya proses pendidikan secara formal dan sekolah merupakan bagian dan masyarakat. Oleh karena itu, sekolah harus dapat mengupayakan pelestarian karakteristik dan kekhasan lingkungan di sekitar sekolah atau daerah tempat sekolah itu berada. Untuk merealisasikan usaha tersebut, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada peserta didik tentang semua hal yang menjadi karakteristik atau kekhasan daerahnya, baik yang berkaitan dengan kondisi alam, kondisi lingkungan sosial, kondisi lingkungan budaya, maupun kondisi kebutuhan daerah.

Page 13: KEGIATAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH.docx

Berkaitan dengan permasalahan tersebut, pada tanggal 25 Februari 1993 Mendikbud mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 060/U/I 1993 tentang Kurikulum Pendidikan Dasar. Kakanwil Depdikbud Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 017/I.l3fMfkptsIl994, tanggal 2 Februari 1994, tentang Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal Pendiclikan Dasar.

1. Pengertian Kurikulum

Pada mulanya pengertian kurikulum hanya terbatas dalam pengertian yang sempit. Namun, sekarang pengertian tersebut berkembang menjadi satu pengertian yang komprehensif. Sejalan dengan itu, para ahli pendidikan memberikan pengertian tentang kurikulum, seperti berikut mi:

a. Menurut Finch dan Cumlalton - Kurikulum adalah sejumlah kegiatan dan pengalaman belajar yang dialami aqak didik di bawah pengarahan dan tànggung jawab seR1ah (Soekamto, 1988:4).

b. Menurut Glewys, G. Uwuh, dan Adolph Umuh Kurikulum adalah suatu uraian tentañg tujuan dan isi dan hal-hal yang akan dipelajari dan di dalam kurikulum terdapat antisipasi hasil-hasil pengajaran. Sementara itu, pengajaran adalah prosespenyampaian kurikulum dan penyediaan lingkungan belajar bagi peserta didik (Mulyani Sumantni, 1988:1).

c. Menurut Nana Sudiana Kunikulum adalah niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah (1989:3)

d. Menurut Undang-Undang Nornor 2 tahun 1989 tentang Sistern Pendidikan Nasional

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran. Kurikulum digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan batasan-batasan di atas, pada prinsipnya kurikulum diartikan suatu kegiatan belajar mengajar yang bertujuan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan anak didik dan masyarakat, serta dilaksanakan secara formal maupun informal di bawah tanggung jawab guru atau lembaga.