Kegiatan i
-
Upload
sitti-warsia -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
description
Transcript of Kegiatan i
KEGIATAN I
GOLONGAN DARAH
1. Dasar Teori
Golongan darah merupakan pengklasifikasian darah dari suatu individu
berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen warisan yang terdapat pada permukaan
membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis
karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Dua
jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan
Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain
antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari
golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis
yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian (Kimball,
1993).
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi
yang terkandung dalam darahnya.Individu dengan golongan darah A memiliki sel
darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan
antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan
golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah A-negatif atau O-negatif (Pearce, 2002).
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel
darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
(Pearce, 2002).
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.
Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari
orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal.
Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah
kecuali pada sesama AB-positif (Pearce, 2002).
Kegiatan I – Golongan Darah
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan
golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif
(Pearce, 2002).
2. Cara Kerja
a. Diusap ujung jari dengan menggunakan kapas yang telah direndam dalam alkohol 70%
b. Ditusuk jari tersebut dengan menggunakan blood lancet sterilc. Dihapus tetesan darah pertama dengan menggunakan kapas beralkohol hingga
bersihd. Kemudian dipijit jari tersebut dengan perlahan hingga keluar darah dari luka
tadi, kemudian diteteskan darah yang keluar pada gelas objek didua tempat yang berbeda.
e. Diteteskan satu tetes antisera A pada salah satu sisi dari tetesan darah tersebut, dengan cara yang sama teteskan satu tetes antisera B pada tetesan darah yang satunya lagi.
f. Diaduk tetesan masing-masing antisera dengan darah tersebut dengan menggunakan ujung tusuk gigi secara terpisah.
g. Setelah diaduk biarkan beberapa saat, diperhatikan apa yang terjadi pada masing-masing campuran darah dan antisera tersebut, campuran mana yang terjadi penggumpalan dan mana yang tidak terjadi penggumpalan.
3. Hasil Pengamatan
Sistem ABO
No Nama Anti a Anti b Anti AB Keterangan
1. Sitti Warsiah A.S. Hunowu - + + B
2. Mega Agustiwi Mohi - + + B
3. Lana R. Daud - - - O
4. Rahmat Panigoro - - O
5. Irnawati Kango - + + B
4. Pembahasan
Kegiatan I – Golongan Darah
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi
yang terkandung dalam darahnya.Individu dengan golongan darah A memiliki sel
darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan
antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan
golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah A-negatif atau O-negatif (Pearce, 2002).
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel
darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
(Pearce, 2002).
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.
Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari
orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal.
Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah
kecuali pada sesama AB-positif (Pearce, 2002).
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan
golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif
(Pearce, 2002).
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan penggolongan darah dari
beberapa sampel darah dari setiap anggota kelompok. Sebelum melihat
penggolongan darah dari setiap anggota kelompok, terlebih dahulu dibersihkan
alat dengan alkohol 70%. Tujuannya untuk untuk mencegah tumbuhnya
mikroorganisme yang tidak dibutuhkan dan agar ujung jari dari praktikan menjadi
steril dan tidak infeksi ketika di suntik dengan jarum (Hidayati,2006).
Selanjutnya tetesi darah pada kaca objek pada tiga bagian dan ditetesi
dengan larutan antisera A, B, dan AB. Sehingga dari hasil pengamatan
Kegiatan I – Golongan Darah
berdasarkan masing-masing sampel darah anggota kelompok memperlihatkan ada
sampel darah yang menggumpal jika diberi antisera B, menggumpal jika diberi
antisera A, menggumpal jika diberi antisera AB dan ada anggota kelompok yang
darahnya tidak menggumpal pada antisera A, B maupun AB. Sehingga pada hasil
pengamatan hanya diperoleh dua golongan darah yaitu B dan O.
5. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa dalam penentuan golongan
darah dapat dilakukan dengan penggunaan larutan antisera A, B, dan AB. Dimana
untuk golongan darah A, darahnya akan menggumpal apabila ditetesi antisera A
dan antisera AB. Golongan darah B, darahnya akan menggumpal apabila ditetesi
antisera B dan antisera AB. Golongan darah AB, darahnya akan menggumpal
apabila ditetesi antisera A, B, dan AB. Serta untuk golongan darah O, darahnya
tidak menggumpal saat ditetesi antisera A, B, maupun AB.
6. Jawaban Pertanyaan
1. Buatlah diagram hubungan antara golongan darah ABO, mana yang dimaksud
donor universal dan resifien universal ?
Jawab:
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun
B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah
dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal.
Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan
darah kecuali pada sesama AB-positif.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang
dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-
negatif.
Tabel kecocokan RBC
Kegiatan I – Golongan Darah
Gol. darah resipien Donor harus
AB+ Golongan darah manapun
AB- O- A- B- AB-
A+ O- O+ A- A+
A- O- A-
B+ O- O+ B- B+
B- O- B-
O+ O- O+
O- O-
Tabel kecocokan plasma
Resipien Donor harus
AB AB manapun
A A atau AB manapun
B B atau AB manapun
O O, A, B atau AB manapun
Diagram hubungan antara golongan darah
Kegiatan I – Golongan Darah
O
α + β
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan antigen, natibody, aglutinogen, dan
aglutinin serta Rh+ jelaskan hubungannya dengan transfusi darah !
Jawab:
Antigen adalah zat yang dapat memicu respon imun yang menyebabkan
produksi antibodi sebagai bagian dari pertahanan tubuh terhadap infeksi dan
penyakit. Aglutinogen adalah protein darah yang terdapat dalam eritrositdan
berfungsi sebagai antigen. Aglutinin merupakan protein darah yang terdapat
dalam plasma darah sebagai anti bodi. Rhesus adalah protein (antigen) yang
terdapat pada permukaan sel darah merah.
Membran sel darah merah berisi sedikitnya 300 faktor penentu antigenik
berbeda. Sedikitnya 20 antigen golongan darah terpisah dapat dikenal tanda
dari masing-masing adalah di bawah control genetic dari chromosom loci.
Kebetulan hanya ABO dan Rh sistem yang penting pada transfusi darah.
Setiap orang biasanya menghasilkan antibodi (alloantibodies). Antibodi
bertanggung jawab untuk reaksi-reaksi dari transfusi. Antibodi dapat menjadi
alami atau sebagai respon atas sensitisasi dari suatu kehamilan atau transfusi
Kegiatan I – Golongan Darah
A
β dan A
B
α dan B
AB
A + B
sebelumnya. Sistem Rh ditandai oleh dua gen yang menempati chromosome.
Ada sekitar 46 Rh-berhubungan dengan antigens, tetapi secara klinis, ada lima
antigen utama ( D, C, c, E, dan e) dan menyesuaikan dengan antibodi.
Biasanya ada atau tidak allele yang paling immunogenic dan umum, D
antigen, dipertimbangkan. Kira-Kira 80-85% tentang populasi orang kulit putih
mempunyai antigen D. Individu yang kekurangan allele ini disebut Rh-
Negative dan biasanya antibodi akan melawan antigen D hanya setelah terpapar
oleh (Rh-Positive) transfuse sebelumnya atau kehamilan.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan erythoblastosis fetalis ?
Jawab:
eritroblastosis fetalis adalah kondisi aloimun yang berkembang di janin,
ketika IgG molekul (salah satu dari lima jenis utama antibodi) yang diproduksi
oleh ibu melewati plasenta. Di antara antibodi ini adalah beberapa yang
menyerang sel-sel darah merah dalam sirkulasi janin, sel darah merah dipecah
dan janin dapat mengembangkan retikulositosis dan anemia. Penyakit janin ini
berkisar dari ringan sampai sangat parah, dan kematian janin akibat gagal
jantung (hydrops fetalis) dapat terjadi. Bila penyakit ini sedang atau berat,
banyak erythroblasts yang hadir dalam darah janin sehingga bentuk-bentuk
penyakit dapat disebut eritroblastosis fetalis (atau foetalis eritroblastosis).
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Dewi. 2006. Modul Ajar Fisiologi Hewan. Surabaya: Program Studi
Biologi FMIPA-ITS
Kegiatan I – Golongan Darah
Kimball, Jhon W. 1993. Biologi, Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
LAMPIRAN
Kegiatan I – Golongan Darah