BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

18
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan Studi Lapang Terintegrasi (SLT) adalah matakuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa sebagai salah satu prasyarat untuk menyelesaikan studi. Studi Lapang Terintegrasi (SLT) diharapkan berbasis 2 hal yaitu keilmuan biologi dengan rumpun rumpunnya dan pendidikan atau pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan mahasiswa sebagai calon guru biologi. Selain itu, kegiatan SLT ini digunakan sebagai sarana pembentukan sikap/mental mahasiswa agar mampu dan berani menghadapi tantangan dunia kerja serta dapat menambah link/ jaringan mahasiswa dalam membuka wawasan terkait dunia kerja. Perlunya dilakukan kegiatan SLT ini untuk penguatan pembelajaran biologi dengan dunia nyata. Pada intinya dalam kegiatan SLT ini menggabungkan beberapa matakuliah yang sudah dipelajari oleh Mahasiswa Biologi dengan mengadakan suatu kunjungan ke daerah yang sudah ditentukan. Kota yang kami kunjungi adalah Yogyakarta dengan tujuan kunjungan antara lain yaitu; 1) Jogja green school 2)Laboratorium Biologi UGM (Laboratorium biologi umum, genetika dan pemuliaan), 3) Wildlife Rescue Center Jogja, 4) Desa Sukunan Jogja. Destinasi- destinasi tersebut berhubungan dengan materi perkuliahan yang telah dipelajari sebelumnya oleh mahasiswa. Jogja green school merupakan sekolah yang berbasis alam dimana mahasiswa akan diajarkan tentang sistem pembelajaran yang berbasis alam. Destinasi ini berhubungan dengan materi perkuliahan yaitu matakuliah strategi pembelajaran. Dalam materi strategi pembelajaran, seorang guru dianjurkan untuk mendesain pembelajaran agar siswa mampu menerima materi. Salah satu yang harus didesain oleh guru adalah model pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat mengenalkan siswa dengan lingkungannya yaitu melalui pembelajaran eksperiensial (Kolb, 2005 dalam Istikomayanti, 2016). Pembelajaran eksperiensial adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengutamakan interaksi siswa dengan lingkungan atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman. Berikut ini pengalaman belajar eksperiensial oleh Kolb yang terdiri dari pengalaman belajar memperoleh pengalaman (concrete experience),

Transcript of BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

Page 1: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kegiatan

Studi Lapang Terintegrasi (SLT) adalah matakuliah wajib yang harus

ditempuh oleh mahasiswa sebagai salah satu prasyarat untuk menyelesaikan studi.

Studi Lapang Terintegrasi (SLT) diharapkan berbasis 2 hal yaitu keilmuan biologi

dengan rumpun rumpunnya dan pendidikan atau pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan

mahasiswa sebagai calon guru biologi. Selain itu, kegiatan SLT ini digunakan

sebagai sarana pembentukan sikap/mental mahasiswa agar mampu dan berani

menghadapi tantangan dunia kerja serta dapat menambah link/ jaringan mahasiswa

dalam membuka wawasan terkait dunia kerja.

Perlunya dilakukan kegiatan SLT ini untuk penguatan pembelajaran biologi

dengan dunia nyata. Pada intinya dalam kegiatan SLT ini menggabungkan beberapa

matakuliah yang sudah dipelajari oleh Mahasiswa Biologi dengan mengadakan

suatu kunjungan ke daerah yang sudah ditentukan. Kota yang kami kunjungi adalah

Yogyakarta dengan tujuan kunjungan antara lain yaitu; 1) Jogja green school

2)Laboratorium Biologi UGM (Laboratorium biologi umum, genetika dan

pemuliaan), 3) Wildlife Rescue Center Jogja, 4) Desa Sukunan Jogja. Destinasi-

destinasi tersebut berhubungan dengan materi perkuliahan yang telah dipelajari

sebelumnya oleh mahasiswa.

Jogja green school merupakan sekolah yang berbasis alam dimana

mahasiswa akan diajarkan tentang sistem pembelajaran yang berbasis alam.

Destinasi ini berhubungan dengan materi perkuliahan yaitu matakuliah strategi

pembelajaran. Dalam materi strategi pembelajaran, seorang guru dianjurkan untuk

mendesain pembelajaran agar siswa mampu menerima materi. Salah satu yang

harus didesain oleh guru adalah model pembelajaran. Model pembelajaran yang

dapat mengenalkan siswa dengan lingkungannya yaitu melalui pembelajaran

eksperiensial (Kolb, 2005 dalam Istikomayanti, 2016). Pembelajaran eksperiensial

adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengutamakan interaksi siswa dengan

lingkungan atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh

pengalaman. Berikut ini pengalaman belajar eksperiensial oleh Kolb yang terdiri

dari pengalaman belajar memperoleh pengalaman (concrete experience),

Page 2: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

2

pengalaman belajar melakukan refleksi diri (reflective observation), pengalaman

belajar melakukan abstraksi konsep (abstract conceptualization), dan pengalaman

belajar melakukan tindakan nyata (active experimentation) (Istikomayanti, 2016).

Laboratorium Biologi UGM (Laboratorium biologi umum, genetika dan

pemuliaan) merupakan laboratorium di jurusan biologi UGM yang sudah

terakreditasi. Pada destinasi ini mahasiswa biologi akan mempelajari secara detail

laboratorium yang lebih lengkap dan mengetahui secara langsung laboratorium

genetika dan pemuliaan yang belum pernah di temui di UMM. Destinasi ini

berhubungan dengan matakuliah pengelolaan laboratorium biologi.

Wildlife Rescue Center Jogja merupakan tempat konservasi satwa liar

dimana mahasiswa akan diajarkan mengenai penyelamatan satwa liar, rehabilitasi

satwa liar, dan sosialisasi satwa liar. Destinasi ini berhubungan dengan matakuliah

ekologi hewan. Dalam matakuliah ekologi hewan dipelajari mengenai morfologi

hingga fisiologi hewan.

Desa Sukunan Jogja merupakan desa yang berbasis lingkungan dimana

mahasiswa akan mempelajari cara pengelolaan limbah atau sampah menjadi

kerajinan maupun produk yang bermanfaat. Destinasi tersebut berhubungan dengan

matakuliah pengetuan lingkungan yang telah ditempuh sebelumnya. Dalam

matakuliah tersebut dipelajari mengenai pengelolaan limbah. Salah satu

pengelolaan limbah yaitu dengan metode keranjang takakura. Keranjang takakura

merupakan tempat sampah yang dilengkapi dengan bahan pengurai sampah organik

(Setiawan dan Arifendi, 2016). Keranjang takakura ini dapat digunakan sebagai

pengolah limbah rumah tangga secara mandiri. Selain itu pengelolaan limbah cair

seperti limbah cair deterjen dapat diatasi dengan fitoremidiasi. Dalam fitoremidiasi

tumbhan akan memanfaatkan bahan kimia dalam limbah sebagai nutrisi untuk

kehidupannya (Siswandari, dkk, 2016).

1.2 Rumusan Kegiatan

1. Apakah aspek lingkungan yang ditonjolkan di Jogja Green School?

2. Apakah kurikulum yang diterapkan atau digunakan di Jogja Green School?

3. Bagaimana managemen pengelolaan Jogja Green School?

4. Bagaimana managemen pengelolaan museum biologi UGM?

5. Bagaimana museum biologi UGM dimanfaatkan sebagai sumber belajar?

Page 3: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

3

6. Bagaimana pemanfaatan museum biologi UGM dalam bidang pendidikan?

7. Bagaimana managemen pengelolaan Wildlife Rescue Center Jogja?

8. Apakah fokus kegiatan dari Wildlife Rescue Center Jogja?

9. Bagaimana peran Wildlife Rescue Center Jogja dalam pemanfaatannya

sebagai sumber belajar?

10. Bagaimana pengelolaan sampah di desa sukunan?

11. Bagaimana manajemen kegiatan di desa sukunan?

12. Bagaimana desa sukunan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam

pendidikan?

1.3 Tujuan Kegiatan

1. Untuk mengetahui aspek lingkungan yang ditonjolkan di Jogja Green

School

2. Untuk mengetahui kurikulum yang diterapkan atau digunakan di Jogja

Green School

3. Untuk mengetahui managemen pengelolaan Jogja Green School

4. Untuk mengetahui managemen pengelolaan museum biologi UGM

5. Untuk mengetahuipemanfaatan museum biologi UGM sebagai sumber

belajar

6. Untuk mengetahui pemanfaatan museum biologi UGM dalam bidang

pendidikan

7. Untuk mengetahui managemen pengelolaan Wildlife Rescue Center Jogja

8. Untuk mengetahui fokus kegiatan dari Wildlife Rescue Center Jogja

9. Untuk mengetahui peran Wildlife Rescue Center Jogja dalam

pemanfaatannya sebagai sumber belajar

10. Untuk mengetahui pengelolaan sampah di desa sukunan

11. Untuk mengetahui manajemen kegiatan di desa sukunan

12. Untuk mengetahuipemanfaatan desa sukunan sebagai sumber belajar dalam

pendidikan

1.4 Manfaat Kegiatan

Page 4: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

4

1. Mampu memberikan bekal atau kemampuan dasar berupa knowledge, skill,

dan attitude kepada mahasiswa biologi dalam menghadapi persaingan

global.

2. Memberikan pengalaman dan pengetahuan melalui obyek, situasi, dan

kondisi lingkungan yang nyata, yang mana tidak ditemukan dalam

pembelajaran di dalam kelas.

3. Menjadi saarana pembelajaransecara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan.

Page 5: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

5

BAB II. GAMBARAN UMUM INSTANSI/TEMPAT KUNJUNGAN SLT

2.1 Jogja Green School

2.1.1 Sejarah

Jogja Green School didirikan atas inisiatif kerjasama antara Bapak

Suhardiono dengan Ibu Eny Krisnawati pada tahun 2009. Tujuan atas pendirian

sekolah ini yaitu pentingnya membangun nilai-nilai universal dalam masa

pendidikan dasar seorang anak, sehingga ke depannya muncul para generasi bangsa

yang berpribadi baik hati, sayang sesama, semangat berkarya, mandiri dan cinta

lingkungan. Atas harapan-harapan itu, pendidikan dasar mulai diinisiasi pada Juli

2012.

2.2.2 Struktur Organisasi

Pendiri : Suhardiono

Eny Krisnawati

2.2.3Profil instansi, Visi dan Misi

Jogja Green School merupakan sekolah berbasis alam dan lingkungan serta

pendidikan budi pekerti. Sekolah ini menerapkan model pendidikan berbasiskan

sistem belajar dengan alam sebagai laboratorium utamanya yang bernuansa

menyenangkan bagi siswa dan guru. Laboratorium kehidupan dimana hubungan

keterkaitan manusia dengan alam dijalin dan dirangkai dalam kenyataan kehidupan

(keseharian). Hal ini menjadikannya sebagai tempat yang dapat memperkaya

kesadaran dan rasa cinta pada alam bagi semua insane yang terlibat di dalamnya.

Visi : Mendidik Pribadi Berkarakter Cinta Keluarga, Sesama dan Lingkungan

Misi :

Memfasilitasi model pembelajaran inklusif, yang memberi ruang bagi pendidik,

anak didik dan keluarganya dari berbagai latar belakang (agama, suku, status

ekonomi, kewarganegaraan, kapasitas diri).

Memfasilitasi model pembelajaran yang menekankan pengembangan nilai-nilai

universal pada pendidik, anak didik dan keluarganya, sebagai pondasi

pembentukan budi pekerti luhur.

Page 6: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

6

Memfasilitasi model pembelajaran emansipatoris, yang memberi ruang bagi

pendidik, anak didik dan keluarganya untuk aktif terlibat, berpendapat,

berkontribusi positif serta kreatif berkarya.

Memfasilitasi model pembelajaran yang proaktif dalam pelestarian lingkungan

hidup dan produk lokal Indonesia

2.1.4 Fasilitas Yang Dimiliki

1. Rumah pintar (jenjang sekolah dasar)

2. Daycare - playgroup – kindergarten

3. Kelas Minat-Potensi

2.1.5 Kegiatan Jogja Green School

Jogja green school memiliki beberapa kegiatan, yaitu: Kegiatan Bersama Rumah

Pintar Jogja Green School, yang meliputi:

1) Masa Orientasi Siswa (MOS)

Kegiatan ini diperuntukkan bagi seluruh siswa, terutama siswa yang baru.

Kegiatan yang diselenggarakan di awal tahun ajaran ini supaya siswa-siswi yang

baru masuk (Level 1) mengenal lingkungan sekolah dan sekitar sekolah. Selain

itu memperkenalkan budaya sekolah dan membangun iklim kekeluargaan.

2) Mendongeng

Kegiatan ini dilakukan untuk seluruh siswa. Tiap dua minggu sekali,

bergabung dengan adik-adik KB-TK. Lewat baca cerita atau mendongeng, ada

berbagai pesan positif yang bisa ditanamkan dalam hidup keseharian anak didik.

3) Outdoor Class

Kegiatan ini diperuntukkan untuk memperkaya pembelajaran tematik.

Suatu kelas atau gabungan beberapa kelas beraktivitas di luar lingkungan

sekolah. Foto di atas adalah anak-anak L1 dan L2 bermain belajar di Museum

Anak Kolong Tangga - Taman Budaya Yogyakarta

4) Kelas Minat-Potensi

Kelas ini diselenggarakan seminggu sekali, tiap Kamis. Masing-masing

siswa diperkenankan untuk bergabung di kelas yang diminatinya atau yang

sesuai potensi dirinya. Kelas ini terdiri dari kelas Bercerita,

Musik, Memasak, Seni Rupa dan Berkebun. Pilihan kelas yang diminati boleh

Page 7: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

7

berubah, sampai menemukan manakah yang paling cocok dan tepat. Beberapa

anak telah setia dengan pilihan kelasnya.

5) Kemah Cinta Alam

Kegiatan ini diselenggarakan untuk melatih kemandirian peserta didik.

Siswa membaur dari berbagai kelas melakukan perkemahan selama 2 hari 1

malam. Siswa tidak didampingi oleh orangtuanya. Sehingga belajar untuk

memfasilitasi dirinya sendiri dan bekerjasama dengan teman-teman. Siswa

juga belajar untuk dekat serta menghormati alam sekitar.

6) Tali Kasih untuk Sesama

Kegiatan ini diselenggarakan tiap satu tahun sekali, ungkapan kasih kami

kepada sesama yang membutuhkan. Pada proses ini, pendidik dan peserta didik

belajar bersyukur dan berbagi. Berbagi dengan penuh ikhlas pada sesama hal

yang perlu dipupuk sejak dini.

7) Kelas Profesi

Kegiatan ini membuka peluang kontribusi pada orangtua/wali murid

untuk berbagi cerita tentang karya dan profesi mereka. Siswa diajak untuk

mengenal berbagai profesi dan menghargai apa yang dilakukan oleh orangtua

mereka. Selain itu, mereka belajar menghargai bahwa karya jugalah sebuah

perjalanan penuh kesungguhan, membutuhkan semangat dan berjuang

menciptakan karya-karya. Sesederhana apapun yang dilakukan, nilai di

dalamnya lah yang perlu ditanamkan pada anak didik. Sehingga, kelak mereka

bekerja dan berkarya dengan sungguh-sungguh dan dari kecintaan di dalam

hati.

2.1.6 Kurikulum yang Digunakan

Kurikulum yang digunakan di sekolah ini tetap dari pemerintah hanyasaja

dalam pemberian matarinya disesuaikan dengan kebutuhan dari pesertadidiknya.

Kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum 2013. Untuk metode,tentu saja sekolah

alam ini sedikit berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya.Metode yang biasa

digunakan oleh sekolah alam adalah Metode pembelajaranyang digunakan untuk

mendukung suasana tersebut, yaitu metode “SpiderWeb” (Tematik), dimana suatu

tema diintegrasikan dalam semua matapelajaran. Maryati (2007: 187)

menambahkan Dengan metode “spider web”,mereka belajar tidak hanya dengan

Page 8: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

8

mendengar penjelasan guru, tetapi jugadengan melihat, menyentuh, merasakan dan

mengikuti keseluruhan prosesdari setiap pembelajaran. SD Jogja Green School,

proses belajar mengajartentu saja lebih banyak dilakukan diluar ruangan. Mereka

menggunakan alamsekitar sebagai obyek belajar, peserta didik juga dibebaskan

untuk bereksplorasi untuk mendapatkan pengalamannya secara langsung dan riil.

Pengenalan lingkungan pertanian sejak usia sekolah dasar diharapkan dapat

memberikan banyak manfaat. Salah satunya adalah kemampuan siswa untuk

mengetahui potensi lingkungan sekitarnya, mampu menyikapi permasalahan yang

terjadi, dan mampu bertindak dalam usaha pelestarian lingkungan. Kemampuan ini

didefinisikan sebagai kemampuan literasi lingkungan (UNESCO, 1975 dalam

Istikomayanti, 2016). Pembelajaran yang dapat mengenalkan siswa dengan

lingkungannya yaitu melalui pembelajaran eksperiensial (Kolb, 2005 dalam

Istikomayanti, 2016). Pembelajaran eksperiensial adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang mengutamakan interaksi siswa dengan lingkungan atau

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman. Berikut ini

pengalaman belajar eksperiensial oleh Kolb yang terdiri dari pengalaman belajar

memperoleh pengalaman (concrete experience), pengalaman belajar melakukan

refleksi diri (reflective observation), pengalaman belajar melakukan abstraksi

konsep (abstract conceptualization), dan pengalaman belajar melakukan tindakan

nyata (active experimentation).

Gambar 1. Pengalaman Belajar dari Teori Experimental

Learning (Kolb, 2005 dalam Istikomayanti, 2016)

2.2 Kampung Sukunan

Page 9: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

9

2.2.1 Sejarah

Desa sukunan terletak di kelurahan Banyuraden kecamatan Gamping,

kabupaten Sleman atau sekitar 5 km dari arah barat Tugu Yogyakarta. Desa sukunan

menjadi kampung wisata lingkungan pada tanggal 19 Januari 2009. Desa sukunan

menawarkan beragam kegiatan yang berbasis lingkungan, kegiatan yang disebut

ecotourism ini sudah dilakukan sejak tahun 2003. Yakni perintisan desa ini untuk

menjadi desa berbasis lingkungan. Dikenal dengan desa berbasis lingkungan karena

desa ini telah berhasil mengolah sampah mandiri secara baik. Mulai dari tingkat

rumah tangga, hingga kelompok yang menghasilkan produk dari sampah tersebut.

2.2.2 Struktur Organisasi

Pendiri dan pengelola : Iswanto

2.2.3 Profil Instansi, Visi dan Misi

Desa Sukunan adalah desa wisata berbasis lingkungan atau disebut

ecotourism, yang memulai hal ini sejak tahun 2003. Sukunan yang berada sekitar

lima kilometer dari Tugu Yogyakarta ke arah barat itu, resmi menjadi Kampung

Wisata Lingkungan sejak 19 Januari 2009. Sebagai Kampung Wisata Lingkungan,

Sukunan menawarkan beragam kegiatan berbasis lingkungan kepada para

wisatawan. Wisatawan yang mampir ke Sukunan dapat belajar tentang cara

mengolah sampah untuk dijadikan barang kerajinan maupun produk lain yang

bermanfaat. Selain itu, wisatawan juga bisa menikmati pemandangan khas

perdesaan yang masih asri.

Desa Sukunan menjadi sebuah kampung wisata berbasis lingkungan karena

masyarakat Sukunan telah menjalankan proses pengolahan sampah secara mandiri

baik di tingkat rumah tangga hingga di tingkat kelompok. Kegiatan ini pun

menghasilkan berbagai produk olahan sampah yang memiliki nilai lebih seperti

aneka produk kerajinan dari sampah plastik, kerajinan dari kain perca serta pupuk

kompos dari sampah organik.

2.2.4 Fasilitas Yang Dimiliki

Page 10: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

10

Fasilitas yang di sediakan oleh desa wisata sukunan adalah homestay yang

berupa rumah-rumah penduduk yang dapat disewa sekaligus sebagai tempat

berinteraksi langsung dengan warga sekitar.

2.2.5 Latar Belakang Desa Sukunan Mengolah Sampah

Keluhan warganya terhadap tumpukan sampah yang mereka hasilkan

sendiri dirasa sangat mengganggu. Biasanya sampah rumah tangga mereka bawa

ke sawah atau dipekarangan belakang rumah mereka untuk di kubur. Tapi ketika

sudah tidak ada lagi lahan kosong untuk dibuat jugangan sampah, maka sampah-

sampah tersebut akan dibakar, yang mengakibatkan keluhan gangguan kesehatan.

Sehingga kemudian oleh beberapa warga yang peduli akan lingkungan dan

masyarakat kampung munculah pikiran untuk mengelola sampah mereka. Tapi

bagaimana caranya?

Melalui proses belajar panjang dari berbagai sumber baik buku maupun

mengamati langsung di tempat pembuangan akhir munculah rumus pengelolaan

sampah berbasis gerakan 3R dusun sukunan, yaitu : Reduce, Reuse, dan Reclycle.

Reduce : mengurangi timbunan sampah

Reuse : memanfaatkan barang bekas

Recycle : mendaur ulang sampah

Yang bertujuan untuk meminimalkan jumlah sampah yang dibuang ke lingkungan

(air, tanah, udara) serta memaksimalkan nilai dan potensi sampah sehingga dapat

didayagunakan kembali oleh masyarakat.

Sasarannya siapa dan apa jawabannya adalah masyarakat kampung itu

sendiri. Sampah dikelola dan diselesaikan oleh penghasil sampah sendiri

(masyarakat : skala individu dan kelompok) secara baik dan benar tanpa tergantung

pada dana pemerintah bahkan mendatangkan keuntungan untuk mereka sendiri.

2.2.6 Mekanisme Pengolahan Sampah

1. Penanganan Sampah Organik

Penanganan sampah organik ditujukan pada pembuatan kompos mandiri.

Pembuatan kompos ini dilakukan pada tiap rumah tangga dan tiap Rukun

Tetangga (RT) kampung. Prosesnya sangat mudah, murah, serta bermanfaat.

2. Sampah dapur (rumah tangga)

Page 11: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

11

Sampah dapur tiap rumah diselesaikan dirumah masing-maisng. Tiap rumah

diberikan 2 buah gentong yang tujuannya untuk dipakai bergantian tiap kali

gentong penuh. Gentong yang akan dipakai sebelumnya sudah dibolongi

bagian bawahnya.

Gambar 2. Gentong Kompos Desa Sukunan

Pada layer pertama paling bawah gentong diisi kerikil, layer berikutnya

gentong diisi sedikit kompos yang sudah jadi atau sampah yang sudah hampir

menjadi kompos. Tujuannya untuk mempercepat pembusukan. Sampah dapur

dipisahkah dan dikumpulkan didalam gentong 1. Satu atau dua kali seminggu isi

gentong diaduk agar proses pembusukan merata dan optimal. Jika diberi akselerator

pembusuk berupa inokulen maka kompos dapat dipanen dalam waktu 2-3 bulan.

Tapi jika tidak, panen kompos baru bisa dilakukan sekitar bulan ke-6. Nah, jika

gentong 1 sudah penuh maka proses pembuatan kompos pindah digentong ke-2

sambil menunggu panen kompos di gentong pertama. Begitu berselang seling

gentong satu dan dua.

Hasil kompos produk rumah tangga biasanya mereka pakai sendiri untuk

sawah mereka atau jika kelebihan mereka bisa menjualnya ke koperasi dusun yang

khusus mengurusi kompos.

3. Sampah pekarangan (RT)

Sampah pekarangan seperti (kebanyakan) dedaunan kering disatukan pada bak

besar yang ditepatkan strategis di tiap RT untuk diolah menjadi kompos juga.

Proses pengolahannya hampir sama dengan kompos dapur. Tetapi kali ini sebagai

“kompos jadi” pada layer pertama diisi oleh kotoran hewan.

Hasil kompos dijual ke dusun untuk didistribusikan ke pasar. Dan hasil

penjualannya dikembalikan pada kas RT. Hasil penjualan yang terkumpul di kas

RT digunakan lagi untuk mengolah sampah dan untuk upah angkut sampah.

Page 12: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

12

Dengan alur seperti itu, warga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengelola

sampah mereka. (mungkin iya diawal pengelolaan sampah terpadu ini).

Gambar 3. Tempat Penampungan Sampah Pekarangan

4. Penanganan Sampah Non-Organik

Tugas tiap rumah tangga yaitu memisahkan sampah plastik, logam dan kaca,

serta kertas kemudianmembuangnya ke tong-tong sampah sesuai jenis sampah yang

telah disediaan dusun untuk dikekola lebih jauh. Sampai sini tugas rumah tangga

selesai.

Sampah sampah ini akan dibawa ke tempat pengumpulan sampah sementara dusun

untuk dipilah mana yang masih dapat dijual mana yang tidak laku dijual. Hampir

semua sampah non-organik laku dijual ke pengepul kecuali : Styrofoam, bekas

pembalut/pempers, dan bungkus makanan yang berlapis alumunium foil. Jadilah

tumpukan sampah di tempat pembuangan sementara dusun susut banyak tingginya.

Sampah yang tidak laku dijual ini oleh dusun diolah menjadi ‘barang’ lagi kecuali

bekas pembalut yang sampai saat ini tim pengelola sampah dusun belum tau

bagaimana cara mengolahnya. Styrofoam dihancurkan menjadi bulk atau bubur

untuk diolah menjadi pot dan batako yang dicampurkan dengan semen dan pasir

(dengan takaran tertentu).

Gambar 4. pot bunga dari styrofoam

Page 13: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

13

Bungkus makanan yang berlapis alumunium foil (dengan syarat tertentu) disulap

menjadi pembungkus berbagai accessories dengan memberdayakan ibu-ibu PKK.

Gambar 5. Berbagai kerajinan dari "sampah"

Dengan demikian, sampah yang akhirnya terpaksa dibuang dari kampung

hanya sedikit. Paling tidak kampung ini sudah berusaha mengurangi tumpukan

sampah di TPA Piyungan (untuk wilayah DIY). Dan hasil yang sekarang didapat

dusun sukunan dari mengelola sampah tidak terlepas dari perjuangan dan kesadaran

masyarakatnya untuk bersih dan cinta lingkungan. Kata pak Suharto (warga) “butuh

kerja keras 3 bulan untuk sosialisasi kepada masyarakat untuk pekerjaan ini”, dan

“butuh setahun lebih untuk dusun ini benar-benar melaksanakan apa yang kita mau

secara perlahan”.

Beberapa prinsip yang diterapkan dalam pengelolaan sampah ala Kampung

Sukunan ialah: (a) mandiri, sampah dikelola sendiri oleh kampung; (b) produktif,

pelbagai sampah di tengah masyarakat menghasilkan sesuatu yang bernilai; (c)

komprehensif, pengelolaannya mencakup semua jenis sampah; (d) ramah

lingkungan, cara-cara yang diterapkan tidak mencemari lingkungan.

2.3 Wildlife Rescue Yogya

2.3.1 Profil Instansi, Visi dan Misi

Taman Satwa Wildlife Rescue Centre (WRC Jogja) merupakan nama

sebuah site di bawah manajemen Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta - sebuah

lembaga non-profit & non-pemerintah yang bergerak di bidang konservasi satwa

liar. Kegiatan utama di WRC Jogja adalah penyelamatan satwa, rehabilitasi satwa,

pemberdayaan masyarakat dan sosialisasi mengenai satwa liar.

Wildlife Rescue Center (WRC) atau yang lebih dikenal oleh masyarakat

dengan nama Pusat Penyelamatan Satwa Jogjakarta (PPSJ) merupakan wadah

penyelamatan satwa yang seharusnya berada di alam liar. Mereka menyelamatkan

Page 14: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

14

satwa ini dari rumah warga, atau sirkus dan sejenisnya. WRC terletak di Jl. Kawijo,

Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Untuk lebih jelasnya jika kalian dari jogja berjalan kearah barat

menuju Jl.Godean lurus ke Pasar Godean melewati jembatan sungai Progo ke Pasar

Kenteng lalu Nanggulan kemudian ikutilah papan petunjuk arah ke Wildlife Rescue

Center (WRC).

2.3.2 Bentuk layanan Jasa yang Dimiliki

Wildlife Rescue Center Jogja memiliki produk jasa yang ditawarkan bagi

masyarakat luas,yaitu: beberapa program fundraising seperti Program Donasi

Satwa, Program Adopsi Satwa, Program Volunteer, Outbound, dan Program

Pendidikan Konservasi. Selain itu pihak WRC juga mengembangkan divisi bisnis

yang dinamakan Orangutan Outdoor Camp (OOC) seperti paket-paket pendidikan

konservasi, penyewaan meeting room hingga pelaksanaan outbond.

2.3.3 Fasilitas Yang Dimiliki

1. Orangudome

Orangudome merupakan kubah (dome) untuk orang utan yang dibuat

menyerupai hutan asli layaknya tempat tinggal mereka di alam liar. Dua

orangudome berukuran kecil (14x14x8 meter) dapat menampung 8-12 orang utan.

Kubah ini berfungsi sebagai kubah introduksi yang digunakan untuk mengobservasi

orang utan hasil sitaan atau penyerahan sukarela dari masyarakat. Selain kubah

kecil, terdapat pula kubah super besar yang berdiameter hingga 125 meter dengan

ketinggian mencapai 25 meter.

Penginapan/hotel

Meeting room

Outbond center

Sarana camping ground yang memadai

Arena pendidikan lingkungan untuk anak-anak maupun dewasa.

2.3.4 Fokus Kerja Wildlife Rescue Center Jogja

Wildlife Rescue Center Jogja adalah sebuah lembaga atau yayasan non-

profit yang bergerak di bidang konservasi satwa liar yang terancam punah dan

dilindungi. Kegiatan utama di Wildlife Rescue Center Jogja (WRC Jogja) adalah

penyelamatan dan perlidungan satwa, disini para satwa akan direhabilitasi. Selain

Page 15: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

15

itu tujuan sampingan dari berdirinya WRC Jogja yakni memberdayakan masyarakat

sekitar dan bersosialisasi mengenai satwa liar.

2.3.5 Managemen dan Pengelolaan Wildlife Rescue Center Jogja

Wildlife Rescue Center Jogja merupakan yayasan non-pemerintah, maka

untuk menunjang pemasukan demi kelangsungan ratusan satwa yang ada disini

WRC memiliki produk jasa untuk ditawarkan bagi masyarakat luas seperti

penyewaan outbound, ruang meeting, high hope games dan wisata pendidikan

konservasi. Semua hasil yang didapat digunakan sepenuhnya untuk program

rehabilitasi satwa dan juga dalam pembelian makanan satwa yang harus selalu

dikontrol.

2.4 Museum Biologi UGM

2.4.1 Sejarah

Museum Biologi Fakultas Biologi UGM dirintis sejak terbentuknya Museum

Zoologicum pada tahun 1964, yang menempati salah satu rauang di Sekip, Sleman,

DIY di dalam kampus UGM, yang dipimpin oleh Prof.drg. R.G. Indrojono dan

koleksi herbarium yang menempati sebagian gedung di Jalan Sultan Agung 22

Yogykarta yang dipimpin oleh Prof.Ir. Moeso Suryowinoto.

Pengelolaan keduanya ditangani oleh Fakultas Biologi UGM, yang pada waktu

itu bertempat di nDalem Mangkubumen, Ngasem, Yogyakarta yang lebih dikenal

dengan nama Fakultas-fakultas “Kompleks Ngasem”. Koleksi hewan dan

tumbuhan pada waktu itu berasal dari Seksi Zoologi dan Anatomi Fakultas

Kedokteran UGM dan Seksi Botani Fakultas Pertanian UGM.

Atas prakarsa Dekan Fakultas Biologi UGM yang pada waktu itu dijabat oleh

Ir. Soerjo Sodo Adisemoyo pada tanggal 20 September 1969 yaitu dalam peringatan

Dies Natalis Fakultas Biologi UGM, Museum Biologi diresmikan. Museum

tersebut merupakan penggabungan dari Museum Zoologicum dan Herbarium

dengan menempati Gedung di Jalan Sultan Agung 22 Yogyakarta. Museum Biologi

memiliki koleksi spesimen hewan dan tumbuhan dalam bentuk awetan kering,

awetan basah serta fosil yang berasal dari daerah di Indonesia dan beberapa dari

luar negeri. Koleksi museum tersebut digunakan sebagai sarana studi dosen,

mahasiswa, pelajar dan umum.

Page 16: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

16

2.4.2 Struktur Organisasi

Penanggung jawab : Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc.

Pengarah : Dr. Niken Satuti Nur Handayani, M.Sc.

Kepala Museum Bilogi : Donan Satria Yudha, M.Sc.

Pengelola : Drs.Sutikno, S.U.

Teknisi : Ida Suryani, S.S.

Kepala Kantor Administrasi : Tunik Hariyanti, SIP.

2.4.3 Profil Instansi, Visi dan Misi

Museum Biologi UGM adalah museum khusus atau museum pendidikan

yang memiliki benda-benda hayati dan benda-benda lainnya yang berhubungan

dengan lingkungan hidup.

2.4.5 SDM Pengelola

Museum Biologi UGM dikelola oleh Fakultas Biologi UGM. Kepala

Museum Biologi UGM adalah Tenaga Pendidik (Dosen) Fakultas Biologi UGM

yang ditunjuk oleh Dekan Faktas Biologi UGM melalui Surat Keputusan Dekan.

Staf Museum terdiri dari: Tenaga Kependidikan (Pegawai) Fakultas Biologi,

Tenaga Kontrak Fakultas Biologi dan Tenaga Edukator dari Dinas Kebudayaan

Propinsi DIY.

2.4.6 Fasilitas Yang Dimiliki

Koleksi binatang tak bertulang belakang (invertebrate) dan binatang bertulang

belakang (vertebrata)

Koleksi tumbuh-tumbuhan yang diawetkan dalam bentuk Herbarium kering

dan basah, yaitu : Herbarium kering lebih kurang 1.672 species dari 180

familia, dan Herbarium basah lebih kurang 350 buah

Koleksi fosil, terdiri dari beberapa fosil hewan dan tumbuh-tumbuhan,

4. Aquaria, diantaranya beberapa jenis ikan dan tumbuh-tumbuhan air yang

masih hidup, dikoleksi dalam beberapa aquarium.

Beragam koleksi kerangka fauna juga akan memperkaya khasanah

pengetahuan pengunjung. Kerangka gajah Nyi Bodro yang berasal dari Kraton

Ngayogyakarta Hadiningrat, Badak Jawa, Dugong, Kuda dan Walabi merupakan

sebagian koleksi kerangka unggulan Museum Biologi UGM.

Page 17: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

17

Koleksi flora ditampilkan dalam bentuk awetan kering dan basah. Koleksi biji

dan tanaman obat yang mewakili tradisi dan budaya juga dimiliki oleh Museum

Biologi UGM.

Page 18: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan

18

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2016. Wisata Anak Museum Samudraraksa : Tempat Berlabuh Kapal di

Dekat Candi Borobudur. Online:

http://www.bocah.org/2016/05/wisata-anak-museum-

samudraraksa-tempat.html. Diakses pada tanggal 15 Oktober

2017.

Anonim, 2016. Wisata Menarik Wildlife Rescue Center Jogja. Online:

https://eksotisjogja.com/wildlife-rescue-centre-jogja/. Diakses

pada tanggal 15 Oktober 2017.

Anonim, 2015. Desa Wisata Lingkungan Sukunan Yogyakarta. Online:

https://gudeg.net/direktori/1815/desa-wisata-lingkungan-

sukunan-yogyakarta.html. Diakses pada tanggal 15 Oktober

2017.

Anonim, 2008. Menyelesaikan Sampah Ala Dusun Sukunan. Online:

https://lisaontheblog.wordpress.com/2008/09/01/menyelesaika

n-sampah-ala-dusun-sukunan/. Diakses pada tanggal 15

Oktober 2017.

Anonim, 2013. Jogja Green School. Online : https://www.yogyagreenschool.com/.

Diakses pada tanggal 15 Oktober 2017.

Rahmatika, Merry. 2016. Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Animo Calon

Peserta Didik di Sekolah Dasar (SD) Jogja Green School.

Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta Jurusan Administrasi

Pendidikan.

Husamah. (2013). PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING).

Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. http://research-report.umm.ac.id/index.php/research-report/article/view/1214/1425

Istikomayanti, Y., Suwono, H. & Irawati, M. H. (2016. EXPERENTIAL LEARNING GROUP INVESTIGATION AS EFFORT TO DEVELOPT ENVIRONMENTAL LITERACY ABILITY AT 5th GRADE STUDENTS OF MADRASAH

IBTIDAIYAH. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 2(1): 57-71.

Setiawan, R. dan Arifendi, R. F. 2016. The Aplication of Chabi (Charming Dustbin) and Takakura Basket as Effort to Increase Environment Indefferent for

Elementary School Children. Jurnal Pendidikan Biologi

Indonesia. 2(3):215-221.

Siswandari, A. M., Hindun, I. & Sukarsono. 2016. Phytoremediation of Phosphate Content In Liquid Laundry Waste by Using Echinodorus paleafolius

and Equisetum hyemale Used as Biology Learning Resource. Jurnal

Pendidikan Biologi Indonesia. 2(3):222-230.