PENGARUH KEGAGALAN STRUKTUR TERHADAP KERUSAKAN BANGUNAN SIPIL DI JEPANG SETELAH TERJADINYA GEMPA
KEGAGALAN STRUKTUR
-
Upload
raimundo-suherdin -
Category
Documents
-
view
20 -
download
3
description
Transcript of KEGAGALAN STRUKTUR
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan, di mana kebutuhan akan transportasi antar
pulau merupakan salah satu kebutuhan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan perekonomian
antar pulau. Oleh karena sebab-sebab tersebut perlu dibuat suatu tannspotasi penghubung
antar pulau seperti kapal laut dan jembatan penghubung. Hubungan transportasi antar daerah
yang terpisah oleh sungai atau danau juga perlu dibuatkan alat penghubung seperti jembatan
agar dapat meningkatkan kebutuhan perekonomian dari kedua daerah yang terpisah tersebut.
Apalagi di era globalisasi yang semakin pesatnya perkembangan zaman, kebutuhan
masyarakat akan transportasi dan perhubungan akan semakin tinggi. Hal ini didasarkan pada
kebutuhan masyarakat akan kegiatan perekonomian yang mengglobal, yang mengakibatkan
masyarakat harus saling berinteraksi satu sama lain walaupun terhalangi oleh sungai, bahkan
laut.
Sebagai alat penghubung, jembatan harus mempunyai stuktur yang kuat yang dapat
memberikan keselamatan bagi masyarakat pengguna. Akan tetapi, tidak semua pembangunan
jembatan sesuai dengan standar perencanaan, hal ini dikarenakan oleh kondisi, dana, keahlian
pekerja, kualitas bahan yang digunakan, dan sebagainya.
Akibat dari pembangunan jembatan yang tidak sesuai standar perencanaan, maka
terjadi kegagalan konstruksi yang dapat merugikan masyarakat dan pemerintah.
Salah satu contoh kegagalan konstruksi jembatan terjadi pada jembatan Kartanegara
atau tenggarong atau jembatan Mahakam II, di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan
Timur, disebabkan oleh faktor kegagalan struktur. Sejak dioperasikan tahun 2001. Kegagalan
konstruksi ini mengakibatkan kurang lebih 20 orang tewas, dan puluhan orang lainya luka-
luka.
Untuk mengetahui lebih dalam sebab terjadinya keruntuhan jembatan Tenggorong,
maka dibuatlah makalah ini. Permasalahan konstruksi jembatan tersebut diperoleh dari hasil
penelitian ahli-ahli konstruksi jembatan. Selanjutnya dapat dijadikan pedoman dalam
pembangunan selanjutnya.
1
Berdasarkan latar belakang tersebut, sehingga saya tertarik untuk mengetahui tentang
Jembatan Kutai Kartanegara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab terjadinya keruntuhan Jembatan Kartanegara tersebut?
2. Apa akibat yang ditimbulkan dari keruntuntuhan jembatan tersebut?
3. Solusi apa yang harus diberikan agar kejadian ini tidak akan terulang kembali?
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah
1. Memberikan pembelajaran melalui peristiwa keruntuhan jembatan Kartanegara.
2. Mengetahui akibat yang ditimbukan dari runtuhannya jembatan Kartanegara.
3. Mendapatkan solusi yang agar peristiwa naas ini tidak akan terjadi kembali.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jembatan Kartanegara
Jembatan berlokasi di Kalimantan: Lokasi, yang mana dalam zona gempa Indonesia
ada dalam kategori zona aman. Jadi, tipis kemungkinan seperti Peace River Bridge yang
kolaps karena pergeseran tanah dibawah konstruksi.
Jembatan baru berumur 10 tahun: Biasanya sebuah jembatan didesain untuk umur 30-50
tahun, kecuali ada perubahan beban diatasnya maka perlu ditinjau. Maksudnya, semisal desai
awal jembatan adalah untuk dilewati beban bergerak (kendaraan) sekitar 100 kendaraan per
hari kemudian dikenyataannya adalah 200, tentu sudah tidak memenuhi syarat rencana awal
desain. Hal ini secara langsung berhubungan dengan umur jembatan.
Pada Hari Sabtu, tanggal 26 November 2011, sekitar pukul 16.20 WITA terjadi
keruntuhan Jembatan Mahakam II yang terletak di Tenggarong, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur. Runtuhnya jembatan ini mengakibatkan
terputusnya jalur penghubung antara Kota Tenggarong dengan Tenggarong Seberang yang
menuju Samarinda.
Jembatan ini mulai dibangun pada Tahun 1995 dan diresmikan pada Tahun 2001
Kontraktor Pelaksana : PT Hutama Karya
Konsultan Perencana : PT Perencana Djaja
Konsultan Pengawas : PT PCI Consultant.
Biaya konstruksi : 120 M
Pendanaan berasal dari :
APBD Kabupaten, APBD Propinsi.
APBN SPL OECF, APBN 1999/2000, Bantuan kabel dan rangka baja.
DAK Pemeliharaan : 2005, 2008, 2011
Pelaksana Pemeliharaan 2011 : PT Bukaka
3
A. DATA TEKNIS JEMBATAN
Tipe Jembatan : Gantung (Suspension Bridge)
Panjang total Jembatan : 710 m
Main span : 270 m
Side span : 100 m
Approach span : 120 m
Navigation clearance : 15 m
Tinggi portal pylon : 53 m
Lebar jalur lalu lintas : 7 m
Lebar trotoar : 1 m
Lebar total jembatan : 9 m
Vehicle clearance : 5 m
STRUKTUR BAWAH :
Jenis fondasi : Tiang pancang baja diameter 600 mm dan 1000 mm.
Pilecap dan kolom portal dengan mutu beton K-225.
STRUKTUR ATAS :
Data struktur atas jembatan adalah sebagai berikut :
Rangka baja : Truss type 45 A Bukaka setara dengan rangka baja Austria.
Length of truss : 470 m
Jumlah strands kabel utama : 2 x 19 strands.
Number of clamps and hanger : 2 x 44 bh.
Kabel utama produksi luar negeri yang dipesan dari Kanada.
Kabel penggantung (hanger) produksi luar negeri yang dipesan dari Austria.
Alat penggantung (unit sadel dan klem) produksi dalam negeri.
Lantai jembatan komposit baja beton dengan span deck.
Portal (Pylon) terdiri dari Portal Beton (tinggi 15 m) pada bagian bawah dan Portal
Baja (tinggi 38 m) pada bagian atas yang dihubungkan dengan baseplate dan angkur.
Penyebab utama kegagalan konstruksi tidak mencapai umur awal rencana:
4
1) Kesalahan Desain Awal (Pihak Perencana)
Untuk perencanaan Jembatan, tentu ada standar yang mesti kita ikuti, misalnya, kalau
merencanakan Jembatan harus berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), ikutilah
ketentuan desain dan parameternya, bagaimana perhitungan pembebanan (pertimbangan
beban mati/berat konstruksi, beban bergerak (beban yang bergerak diatasnya), beban angin,
gempa dsb.). Sehingga kekuatan rencana awal Jembatan bisa direalisasikan, dan kesalahan
dalam hal pemilihan material (tulangan, baut, bantalan elastomer, kabel untuk jembatan tipe
suspense, dlsbg.) bisa dihindari.
2) Penyimpangan Pelaksanaan di Lapangan (Tim Pengawas Lapangan)
Penyimpangan pelaksanaan berarti: ketidaksesuaian spesifikasi teknik dan material.
Maksudnya, kesalahan pemasangan atau kesalahan pada material tidak seperti rencana.
Kesalahan pemasangan terjadi jika pelaksana lapangan lalai, atau mungkin tidak mengerti
membaca gambar (kerja di lapangan tapi tidak mengerti gambar?). Kemudian, kesalahan
penggunaan bahan: tentu berbeda menggunakan tulangan ukuran 10 dengan 8 apalagi kalau
sampai mengurangi jumlahnya, juga kualitas dari merek satu dengan yang lain.
3) Perawatan (Pihak Maintenance)
Semua ada umurnya, dan untuk itu perlu perawatan berkala untuk tetap
mengantisipasi kerusakan atau perubahan berkala yang terjadi pada konstruksi (misalnya,
retak karena beban yang diterima jembatan meningkat atau karena umur material, dsb).
Walau pada kenyataannya, bagian perawatan ini masih sering diabaikan, tapi justru tidak
kalah penting bila dibanding desain awal.
BAB III
5
PEMBAHASAN
3.1 Analisis penyebab kegagalan konstruksi
Jembatan Kutai Kartanegara adalah salah satu Jembatan yang dirancang dengan
menggunakan Cable-Suspension sebagai konstruksi utamanya. Cable-Suspension berfungsi
sebagai penahan sekaligus penyalur tegangan-tegangan yang terjadi yang diakibatkan beban-
beban statis ataupun juga beban-beban dinamis. Dimana dalam perhitungan konstruksi
jembatan biasanya diistilahkan dengan Beban Mati (Dead Load) dan beban hidup (live Load)
Selain kedua istilah beban tersebut masih ada istilah lain untuk beban-beban yang
biasa terjadi dan harus diperhitungkan antara lain beban angin (Wind Load) dan beban yang
disebabkan oleh gempa (Seismic Load) serta masih adalagi tetapi jarang diperhitungkan yaitu
Resonansi Load yang disebabkan pengaruh dari suatu bunyi yang cukup keras dan bisa
menimbulkan getaran pada kontruksi jembatan, terjadi pada tempat-tempat tertentu yang
sering dilanda angin kencang atau badai. Dalam analisis perhitungannya beban-beban
tersebut harus dikombinasikan antara satu dengan yang lain berdasarkan aturan-aturan yang
sudah baku dan telah ditetapkan sebagai peraturan-peraturan yang harus diikuti dan
dilaksanakan.
Adapun yang dimaksud beban mati di atas adalah semua bagian komponen atau
material konstruksi yang bersifat tetap dan terus menerus membebani keberadaan konstruksi
tersebut. Untuk beban hidup umumnya merupakan beban segala macam kandaraan yang
melintas dan mempengruhi konstruksi tersebut sewaktu pada saat berada diatasnya.
Sedangkan beban angin dan beban gempa sifatnya temporary tetapi tetap harus ada dalam
analisisnya.
Mengamati dan mencermati dari insiden kagagalan konstruksi pada jembatan kutai
Kartanegara yang terjadi pada hari sabtu tiga hari yang lalu berdasarkan keterangan saksi-
saksi pada saat terjadinya insiden kegagalan konstruksi, secara teoritis ada dua hal yang dapat
menyebabkan hal tersebut
1. Pertama, akibat adanya pengaruh maitenance atau pemeliharaan (saat insiden terjadi
maitenence/pemeliharaan sedang berlangsung).
2. Kedua adanya peningkatan beban hidup yang bisa menjadikan terjadinya kelebihan
beban (over load). Untuk alasan pertama kemungkinannya sangat kecil karena umumnya
6
maintenance atau pemeliharaan dilakukan dengan tidak mengganti atau merubah konstruksi
utama jembatan.
Bagaimana dengan kemungkinan kedua hal ini terjadi secara tidak langsung akibat
dari adanya maintence/pemeliharaan dikarenakan adanya buka tutup salah satu sisi jalan pada
jembatan sehingga menyebabkan perlambatan dan bahkan bisa kemacetan kendaraan yang
berpengaruh pada peningkatan beban pada salah satu sisi yang lain hal ini bisa membuat
lantai jembatan miring tegak lurus sisi arah jalan pada jembatan ini sesuai dengan keterangan
salah seorang saksi yang melihat terjadinya kemiringan sisi jembatan pada saat insiden.
Mungkin hal ini penyebabnya?
Jika dilihat dari kontruksinya yang terbagi menjadi beberapa macam kontruksi yaitu
Kontruksi utamanya, pertama adalah pondasi atau pilar, pada jembatan Kartanegara ini
meskipun ada sedikit cacat, tetapi tetap kokoh berdiri, dalam hal ini tentunya bukan menjadi
penyebab kegagalan kontruksi pada jembatan Kartanegara ini. Kedua blok beton penahan
angkur kabel tetap ada serta masih kokoh dan demikian pula kabel suspensionya tetap
menempel serta tergantung pada pilar utama, sekalipun ada informasi block beton sedikit ada
keretakan dan pergeseran tetapi hal itu sudah terjadi beberapa waktu sebelumnya, indikasi itu
bisa dicermati pernah adanya pelebaran pada perletakan girder salah satu sisi yang terletak di
Tenggarongnya.
Kalaupun hal tersebut terjadi karena kegagalan end blok ternyata konstruksi rangka
tetap tergantung pada tempatnya dan tidak secepat hitungan detik jatuhnya bersamaan ke
sungai serta adanya bekas dari pergeseran tersebut. Dalam suatu kesempatan sertfikasi
konstruksi pada 2004 di kota Samarinda, salah satu mentornya yang cukup mengetahui
dalam perancangan jembatan tersebut menyebutkan secara teknis bahwa untuk sistem
pembagian distribusi pembebanan pada jembatan kutai Kartanegara, terbagi 2, yaitu: rangka
baja dengan bentang 270 meter tersebut merupakan konstruksi penahan untuk semua beban
mati yang disalurkan ke pilar utama dan selanjutnya ke pondasi. Dan cable suspension utama
sebagai penahan konstruksi semua beban hidup untuk disalurkanke pilar dan seterusnya ke
pondasi.
Pada saat sebelum terjadinya keruntuhan adanya peningkatan jumlah kendaraan yang
melintas dalam ini merupakan beban hidup. Tentunya akan diterima calbe suspension-nya
sebagai penyalur utama tegangan yang timbul dari akibat hal itu. Yang sangat menarik
kiranya untuk dicermati adalah semua beban hidup dari kendaraan yang akan disalurkan ke
7
cable suspension harus melewati kontruksi yang biasa disebut tie-rod/hanger atau
penggantung. Titik terlemah pada konstuksi tie-rod/hanger ini terletak pada derat bautnya dan
pada clampnya. Jika kita mengamati keruntuhan dilokasi insiden, hampir-hampir tidak
tampak dari sisa-sia kontruksi tie-rod/hanger atupun penggantung tersebut, jika disebabkan
derat bautnya dapat dipastikan sekurang-kurangnya masih tetap tergantung dan berada pada
tempat terkoneksinya di cable-suspension, sementara clamp-clampnya juga tidak tersisa.
Sangatlah sayang jika hal ini dikesampingkan begitu saja, terutama pada kekuatan material
clamp-nya yang pantas untuk dicurigai sebagai penyebabnya.
Dugaan lain, Kolapsnya jembatan yang sedang dalam tahap perawatan ini, menurut
mas Eko dalam tulisannya bahwa, “pertama tali yang putus dari tengah kemudian secara
beruntun tali-tali di sisi lainnya mengikuti putus dan runtuh”. Dari pernyataan ini juga
dibuktikan oleh foto-foto yang bisa didapati di google, kalau kabel vertikal nya memang
terputus dari kabel utama. Dalam arti, dugaan sementara bahwa kegagalan konstruksinya ada
pada clamp cable hanger nyayang tidak lagi sanggup menahan perubahan beban. Perubahan
beban bisa disebabkan: saat adanya perawatan yang disebut, pengalihan beban pada sisi
tertentu jembatan membuatnya tidak imbang (terpusat), sementara, kondisi tekanan angin
mungkin menambah tekanan pada kabel, dan dalam kondisi itu, ada baut yang aus, lalu putus.
Disisi lain, ada yang menduga bahwa tiang utama penyangga bergeser dari pondasi,
pemikiran ini tentu juga memungkinkan kearah kabel vertikal tertarik dan kemudian putus.
Selain itu Analisis lain dikemukakan secara terpisah oleh dua ahli konstruksi
jembatan, Hidajat Sugihardjo dari Institut Teknologi Surabaya dan Bambang Suhendro dari
Universitas Gadjah Mada, di Tenggarong. Menurut Hidajat, pylon jembatan bergeser karena
blok angkur juga tergeser dari tempatnya, yang menyebabkan gelagar jembatan melengkung
ke bawah hingga 72 sentimeter. Proses ini berakumulasi selama bertahun-tahun.
Penurunan inilah yang ingin dikoreksi atau diperbaiki Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Kutai Kartanegara agar bentang jembatan berada pada level normal kembali.
Dugaan sementara, jembatan runtuh saat hendak dikoreksi. Perlu diselidiki prosedur
pengerjaan perbaikan tersebut,” kata Hidajat.
Pylon ialah tiang tinggi yang berfungsi menopang kabel utama pada jembatan
gantung. Menurut data Dinas Pekerjaan Umum Kutai Kartanegara, pada tahun 2001
pergeseran jembatan 8-10 cm, kemudian terus melebar menjadi 15-18 cm pada 2006.
8
Tentang kegagalan pada sistem sambungan kabel utama dengan kabel penggantung,
Bambang Suhendro mengatakan, banyak faktor penyebabnya, misalnya karena retakan pada
sistem sambungan akibat korosi (karat). Jembatan Kartanegara dibangun pada 1995 dan
diresmikan tahun 2001 dengan total biaya Rp 150 miliar.
Wakil Kepala Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Malang Zamzami Septiropa menilai runtuhnya jembatan itu karena
ketidaktegasan terhadap kepatuhan prosedur yang harus dilaksanakan petugas perawatan.
Pegawai Teknis Direktorat Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Iwan Zarkasi
mengaku, Kementerian PU telah menyarankan ke Dinas PU Kutai Kartanegara tahun 2006
berupa empat butir rekomendasi untuk pemeliharaan. Isinya, pemasangan sambungan siar
(expansion joint), pengisian pasir di angkur, pengencangan baut klem, dan pembentukan
gelagar (chamber) tetapi belum semua dipatuhi.
3.2 Akibat yang ditimbulkan dari keruntuhan jembatan Kartanegara
Ambruknya Jembatan Tenggarong di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan
Timur, Kegagalan konstruksi ini mengakibatkan kurang lebih 20 orang tewas, dan puluhan
orang lainya luka-luka. Serta membawa kecemasan atas rencana pembangunan Jembatan
Selat Sunda (JSS).Ahli konstruksi harus menutup kemungkinan kegagalan untuk
pembangunan jembatan penghubung Pulau Jawa dan Sumatera ini.
Direktur Bangungraha Sejahtera Mulia (BSM) Agung R. Prabowo memastikan
pihaknya akan ikut membangun JSS dengan prinsip kehati-hatian. Anak perusahaan Artha
Graha Network ini hampir dipastikan menjadi ketua konsorsium pembangunan JSS.
Sebelumnya, PT BSM telah melakukan prastudi kelayakan JSS bersama Pemprov Lampung
dan Banten. ’’Pasti kami harus melakukan yang bagus, mulai desain dan lain-lain. Ini
jembatan besar sekali. Studi yang dilakukan ke depan akan sebaik mungkin, lebih fokus,’’
ujar Agung kepada Radar Lampung.
Dengan tidak mengecilkan konstruksi Jembatan Tenggarong, Agung menyatakan
bahwa JSS direncanakan lebih matang dengan standar mutu tinggi. Ditegaskan, mekanisme
pembangunan jembatan tidak dapat dipisahkan. Mulai rancangan, desain, konstruksi, hingga
pemeliharaan menjadi satu paket yang tidak terlepas. ’’Semua tahap harus dilakukan dengan
cermat,’’ ujarnya.
9
Dijelaskan, desain dan material untuk JSS dipilih yang mampu bertahan lama.
Pemeliharaan jembatan sepanjang kira-kira 30 kilometer ini juga tidak dapat dilakukan
sembarangan. Jika JSS telah beroperasi, akan diberlakukan structural hold monitoring system
atau sistem pemantauan struktural yang berkelanjutan. ’’Itu nantinya computerize. Jadi bisa
mendeteksi yang akan terjadi. Terutama terkait peringatan dini, di mana tingkat korosi yang
tinggi akibat kadar garam air laut. Jadi nanti juga maintenance (perawatan) antikarat,’’ papar
dia.
Pemeliharaan yang akan dilakukan, imbuhnya, akan dilaksanakan setiap tahun.
Teknisnya, sepanjang tahun akan dilakukan perawatan jembatan sepanjang 30 kilometer
dengan bolak-balik dari Lampung ke Banten dan sebaliknya. ’’Jadi pemeliharaan akan
dilakukan secara terus-menerus,” pungkasnya.
BAB IV
PENUTUP
10
4.1 Kesimpulan
1. Terdapat empat beban yang harus diperhitungan konstruksi :
a) Beban Mati (Dead Load)
b) Beban Hidup (Live Load)
c) Beban Angin (Wind Load)
d) Gempa (Seismic Load)
2. Penyebab–penyebab kegagalan konstruksi
a) akibat adanya pengruh maitenance atau pemeliharaan (saat insiden terjadi
maitenence/pemeliharaan sedang berlangsung).
b) adanya peningkatan beban hidup yang bisa menjadikan terjadinya kelebihan beban
(over load). Yang mengakibatkan kabel vertikal terputus dari kabel utama.
3.Akibat yang ditimbulkan
a) kurang lebih 20 orang tewas, dan puluhan orang lainya luka-luka.
b) membawa kecemasan atas rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS).
4.2 Solusi
Solusi yang dapat saya berikan :
1. Untuk menyeimbangkan volume kendaraan Sebaiknya pada saat perawatan jembatan,
volume kendaraan dibatasi dati titik awal jembatan dan menutup semua jalur yang
sedang dilakukan perawatan mulai dari tepi awal jembatan sampai tepi akhir
jembatan, hal ini memungkinkan kendaraan melintasi satu jalur yang terdiri dari dua
lajur yang belum dilakukan perawatan. Gunakan lajur kiri sebagai pengganti jalur kiri
dan lajur kanan pengganti pengganti jalur kanan, dengan hal ini keseimbangan beban
kendaraan akan tercapai.
2. Sebaiknya Diadakan Pembatasan volume kendaraan terutama pada saat diadakan
perawatan. Pada saat perawatan, maka ada penutupan jalur yang megakibatkan
kemacetan pada kendaraan, kemacetan kendaraan ini dapat berakibat buruk jika
ditambah beban angin, serta beban kendaraan berat pekerja perawatan Jembatan.
11
3. Dalam perawatan jembatan perlu juga memperhatikan kondisi cable, baut dan pondasi
tiyang penyangga. Artinya perawatan tidak hanya pada jalan atau kondisi baloknya
saja, tetapi juga memperhatikan kondisi yang mendasar dari jembatan.
4.3 Saran
Dalam pembangunan, tidak hanya melihat desain secara tampaknya saja, melainkan
perlu dilihat dari kualitas bahan yang digunakan. Selain itu, perlu diadakan pengecekan saat
pekerja membaca gambar desain.
12