KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM...

77
KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Stusi Analisis Kasus Pembunuhan Yang Menewaskan Pemuda Dayak) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) Disusunoleh : Adam Rohili (111204300005) PROGRAM PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM...

Page 1: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA

MENURUT PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM

POSITIF

(Stusi Analisis Kasus Pembunuhan Yang Menewaskan Pemuda Dayak)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H)

Disusunoleh :

Adam Rohili (111204300005)

PROGRAM PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah
Page 3: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah
Page 4: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah
Page 5: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

ABSTRAK

Adam Rohili , NIM 1112043200006, Kedudukan Islah Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Menurut Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif (Studi Analisis Kasus Pembunuhan Yang Menewaskan Pemuda Dayak), Strata Satu (S-1), Jurusan Perbandingan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1439 H/2017 M, 60 halaman.

Penelitian ini berjudul “Kedudukan Islah Dalam Menyelesaikan Tindak Pidana Menurut Perspektif Hukum Pidana dan Hukum Pidana Positif (Studi Analisis Kasus Pembunuhan Yang Menewaskan Pemuda Dayak). Tujuan penulisan ini untuk memberikan gambaran tentang kedudukan islah dalam penyelesaian perkara pidana di Indonesia dan dalam hukum pidana Islam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa penelitian pustaka (library research). Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari KUHP, Undang-undang, serta kitab fiqih. Dan data sekunder diperoleh dari buku-buku hukum yang ditulis oleh para ahli hukum yang berkaitan dengan objek penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa islah dalam penyelesaian tindak pidana dapat dilakukan sebagai jalan keluar yang baik, tanpa melalui proses persidangan dan menguntungkan para pihak yang terlibat baik korban maupun pelaku kejahatan. Secara spesifik islah tidak diatur dalam hukum positif Indonesia, namun proses penyelesaian islah sudah lama dikenal sebagai keadilan restoratif (restoratif justice), proses islah dalam hukum positif hendaknya diketahui penyidik agar dapat menghentikan proses peradilan ke pengadilan. Dalam hukum pidana Islam, islah dapat dilakukan atas jarimah Qisash, Diyat dan Ta’zir.Kesimpulanya adalah islah merupakan salah satu jalan keluar yang dianggap baik karena menguntungkan para pihak serta dapat memperbaiki keadaan sosial suatu masyarakat

Kata kunci : Islah, Kedudukan Islah, Islah Dalam Penyelesaian Tindak Pidana. Pembimbing : 1. Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag

2. Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si

Page 6: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

vi

KATA PENGANTAR

بسم اللھ الرحمن الرحیم

Puji dan syukur yang tiada hentinya dipanjatkan kepada sang Penguasa

alam Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, karunia dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “KEDUDUKAN

ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM POSITIF (STUDI ANALISIS KASUS

PEMBUNUHAN YANG MENEWASKAN PEMUDA DAYAK”. Shalawat serta

salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan

umatnya dari kegelapan dunia ke zaman pencerahan ilmu pengetahuan seperti saat

sekarang ini.

Selama penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak mengalami

kesulitan dan hambatan untuk mendapatkan data dari referensi. Namun berkat

kesungguhan hati dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga kesulitan itu dapat

diselesaikan. Untuk ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Fahmi Muhammad Ahmadi, M. Si, dan Hj. Siti Hanna, S. Ag, Lc, MA,

Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan Sekretaris Program Studi

Perbandingan Mazhab Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

vii

4. Pembimbing Akademik Dr. Fuad Thohari, MA, dan seluruh Dosen Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dosen pembimbing Skripsi, Dr. M. Nurul Irfan, M.Ag. Fahmi Muhammad

Ahmadi, M. Si yang selalu memberi pengarahan, pembelajaran yang baru

bagi saya dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan keistiqomahan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Khusus kepada kedua orang tua penulis yang sangat penulis cintai dan

sayangi. Ayahanda tercinta H. Ahfas dan ibunda tercinta Hj. Zurkoh yang

selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini, serta telah mengorbankan seluruh hidupnya untuk

membahagiakan dan membesarkan penulis sampai saat ini. Tidak akan

pernah dan mustahil penulis mampu membalas kebaikan yang telah

diberikan selama ini. Kedua orang tua selalu menjadi sumber teladan bagi

penulis dalam mengarungi kehidupan dan menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada kakak dan adik penulis yang selalu memberikan semangat serta

mendoakan penulis dalam perjalanan studi penulis dan penyelesaian skripsi

ini.

8. Kepada guru ngaji penulis, Abang Aziz Muslim,MA H. Mahbub

Marzuki,MA . Terimakasih telah membantu penulis dalam perjalanan studi

baik dalam bentuk materil maupun moril.

9. Kepada teman-teman seperjuangan mahasiswa PH (Perbandingan Hukum)

angkatan 2012, khususnya Muhammad Aryo Purwanto, Andi Permana,

Suhadi Yazid, Achmad Furqon, Zaki Mubarok, Nova Sandy Prasetyo,

Page 8: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

viii

Ahmad Fajri, Nurhilaluddin, Miladiyah, Mawaddah, Ronni Johan, Bukhori

Muslim,Fatima Wati, serta teman-teman lain yang selalu memberikan

semangat, dukungan, dan saran kepada penulis. Terimakasih teman-teman,

dengan kebersamaan kita selama ini dalam suka dan duka. Penulis

menyadari itu semua sebagai pengalaman berharga yang tidak akan pernah

terlupakan.

10. Kepada sahabat-sahabat terbaikku khususnya Syifa Fauziah,Riyan Ali, Siti

Humairoh, Eva Farida, Syukrina, Samala, Ainul Yakin, Fuziah Zahra, Febry

Hastuti,Agy Sapta Pamungkas, Farhan Qorib KKN MAWAR, Grup

Marawsi AL-JADID Grup Hadroh AL-Mukhlisin Grup Gambus EL-ASL.

Terimakasih atas semangat dan dukungannya kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi ini. Terimakasih telah membuat cerita dalam hidup

penulis baik berupa canda tawa, tangis dan pengorbanan. Tetaplah selalu

menjadi sahabat yang terbaik bagi penulis.

11. Seluruh pihak yang terkait dengan penyusunan skripsi ini yang mana

penulis tidak bisa sebutkan satu persatu. Semoga Allah senantiasa

memberkati langkah kita. Semoga Allah membalas amal baik kalian semua

dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian. Amin.

Jakarta, 22 Mei 2018

Penulis

Page 9: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ....................................................... iii

LEMBARPERNYATAAN ......................................................................... iv

ABSTRAK .... ............................................................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI ………. ............................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................... 6

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ............. 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 7

E. Studi Pustaka Terdahulu ............................................... 7

F. Metodelogi Penelitian ................................................... 8

G. Sistematika Penelitian ................................................... 10

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG HUKUM PIDANA ISLAM

A. Pengertian Hukum Pidana Islam..................................... 11

B. Islah Menurut Pidana Islam .......................................... .. 16

C. Urgensi Islah Dalam Hukum Pidana Islam .................. 18

D. Penyelesaian Tindak Pidana Secara Islah Dalam

Hukum Pidana Islam .................................................... 22

Page 10: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

E. Efektifitas Islah Dalam Hukum Pidana Islam .............. 30

BAB III TINDAK PIDANA DAN KEDUDUKAN ISLAH DALAM

HUKUM POSITIF

A. Pengertian Tindak Pidana ............................................. 33

B. Kategori Tindak Pidana ................................................ 36

C. Unsur-unsur Tindak Pidana .......................................... 38

D. Tujuan Pemidanaan ...................................................... 40

E. Efektifitas Islah dan Perdamaian Dalam Penyelesaian

Tindak Pidana ............................................................... 43

BAB IV : PENYELESAIAN KASUS PIDANA MELALUI ISLAH

A. Kasus Pembunuhan Yang Menewaskan Pemuda Dayak

dan Sidang Damai Suku Madura .................................. 47

B. Efektifitas Islah Kasus Pembunuhan Yang mene-

waskan Pemuda Dayak dalam Hukum Pidana Islam ... 49

C. Efektifitas Islah Kasus Pembunuhan Yang mene-

waskan Pemuda Dayak dalam Hukum Pidana Positif .. 53

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................... 59

B. Saran ............................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 61

LAMPIRAN

Page 11: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

masyarakat agar terciptanya ketertiban. Pengertian hukum itu sendiri menurut E.

Utrecht, bahwa hukum adalah kumpulan petunjuk-petunjuk hidup tata tertib suatu

masyarakat dan ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.1Berbicara

tentang hukum, maka kita berbicara pula tentang sebuah sistem. Dewey

memandang, bahwa hukum sebagai sebuah sistem adalah serangkaian komponen-

kompenen yang saling terhubung satu sama lain baik secara langsung maupun

tidak langsung dan membentuk suatu pola.

Fungsi hukum adalah untuk melindungi kepentingan manusia dengan cara

mengatur kegiatan manusia. Sedangkan kepentingan manusia sangatlah banyak

dan tidak terhitung jumlah dan jenisnya. Disamping itu kepentingan manusia akan

berkembang sepanjang masa. Oleh karena itu peraturan hukum yang kurang jelas

harus dijelaskan, yang kurang lengkap harus dilengkapi dengan jalan menemukan

hukum agar aturan hukum dapat diterapkan terhadap peristiwanya. Sehingga

dapat mewujudkan putusan hukum yang diidam-idamkan, yaitu yang

mengandung aspek keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan.2

Penggunaan upaya hukum, termasuk hukum pidana, sebagai salah satu

upaya untuk mengatasi masalah sosial termasuk dalam kebijakan penegak hukum.

Disamping itu, karena tujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada

umumnya, maka kebijakan penegak hukum inipun termasuk kedalam kebijakan

sosial, yaitu segala usaha yang rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

Sebagai suatu masalah yang termasuk masalah kebijakan, penggunaan hukum

pidana sebenarnya bukan merupakan suatu keharusan. Tidak ada kemutlakan

dalam bidang kebijakan, karena pada hakikatnya dalam masalah kebijakan

penilaian dan pemilihan dari berbagai macam alternatif. Dengan demikian,

1 R. Soeroso, pengantar ilmu hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, h.35. 2 Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum Upaya Menemukan Hukum Yang Pasti

dan Berkeadilan, Yogyakarta:UII Pers,2006, hlm 28

Page 12: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

2

masalah pengendalian atau penanggulangan kejahatan dengan menggunakan

hukum pidana bukan hanya merupakan problem sosial, tetapi juga masalah

kebijakan (the problem of policy).

Peradilan merupakan salah satu subsistem dalam sistem hukum positif

Indonesia. Dalam menyelesaikan perkara pidana dilakukan dalam sistem peradilan

pidana. Sistem peradilan pidana atau Criminal Justice System kini telah menjadi

suatu istilah yang menunjukkan mekanisme kerja dalam penanggulan kejahatan

dengan menggunakan dasar pendekatan sistem.Penjatuhan pidana terhadap tindak

pidana tidak dapat membuat pelaku tindak pidana jera. Banyak para tindak pidana

yang telah dijatuhkan putusan namun ia melakukan kembali tindak pidana.

Disamping itu korbannya juga tidak mendapatkan penggantian, keseimbangan

juga tidak dapat dikembalikan dan rasa aman terhadap masyarakat menjadi

terganggu. Dalam situasi seperti ini dapatlah dikatakan tujuan pemidanaan tidak

tercapai.

Dengan sistem pemidanaan seperti sekarang ini banyak kepentingan

korban yang terabaikan padahal korban (victim) adalah pihak yang sesungguhnya

dirugikan dengan adanya tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa (offender).

Salah satu tujuan sistem pemidanaan sekarang ini untuk menjadikan jera pelaku

agar tidak berbuat pidana lagi tidak tercapai, justru sebaliknya menjadikan pelaku

lebih ahli dalam bertindak karena bertukar pengalaman sesama nara pidana di

dalam penjara, sehingga ketika ia keluar dari penjara akan melakukan tindak

pidana lagi dan tidak tertutup kemungkinan lebih besar dan lebih sadis lagi.

Hal ini yang dapat membuat masyarakat resah karena adanya tindak

pidana yang dilakukan berulang-ulang, yang menjadikan kepentingan masyarakat

tidak terayomi oleh sistem pemidanaan sekarang ini.Dalam kehidupan sehari-hari

tidak selamanya manusia menjalani kehidupanyang wajar. Pada tempat dan masa

tertentu dia bisa mengalami hal yang di luar kemampuannya untuk menolak,

terhindar dan menguasainya. Maksudnya keadaan yang membahayakan hidupnya,

seperti ada hasutan dan ajakan dari orang lain, dalam keikutsertaannya untuk

melakukan tindak pidana atau kejahatan lainnya.

Page 13: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

3

Adapun dampak-dampak negatif yang akan terjadi telah adanya

pelanggaran tindak pidana seperti merugikan pihak lain baik dalam material

maupun non material, merugikan masyarakat secara keseluruhan, merugikan

negara, mengganggu kestabilan dan keamanan dalam masyarakat.Dalam kondisi

masyarakat yang sedang membangun, fungsi hukum menjadi sangat penting,

karena berarti harus ada perubahan secara berencana. Untuk menciptakan

perubahan dalam masyarakat, pemerintah berusaha untuk memperbesar

pengaruhnya terhadap masyarakat dengan berbagai alat yang ada padanya. Salah

satu alat itu adalah “hukum pidana”. Dengan hukum pidana, pemerintah

menetapkan perbuatan-perbuatan tertentu sebagai tindak pidana baru.

Hukum sebenarnya hadir untuk menyelesaikan conflict of human interest

dan melalui pendekatan hukum inilah konflik yang tidak selesai melalui

perdamaian dapat diperkarakan melalui jalur peradilan. Perdamaian mengakhiri

pertikaian ditandai oleh tercapainya keadilan dengan saling memaafkan,

sedangkan peradilan mengakhiri perseteruan dengan ditandai oleh tercapainya

keadilan yuridisindividualis yakni ditentukan terbukti-tidaknya dan benar-

salahnya suatu perbuatan oleh hakim. Dalam memecahkan masalah hukum, secara

keperdataan, setiap orang akan lebih puas dan terpenuhi rasa keadilannya bila

mampu menyelesaikannya melalui lembaga perdamaian. Karena perdamaian

merupakan jalan yang menguntungkan para pihak dan bukan menguntungkan

salah satu pihak semata. Perdamaian merupakan win-win solution bagi setiap

konflik yang dialami manusia.3

Konsep hukum pidana positif dalam penyelesaian kasus pidana, pada

umumnya diselesaikan melalui jalur formal, yaitu lembaga peradilan (litigasi).

Jalur ini terkenal dengan istilah in court system. Dalam tataran teori, ada tiga hal

yang ingin dicapai dari hasil final yang akan dikeluarkan suatu lembaga peradilan

tersebut, yaitu : keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Meskipun demikian,

dalam tataran prakteknya, sangat sulit ketiganya dapat terpenuhi sekaligus.

Adapaun hasil yang akan tercipta dari proses penyelesaian dikenal dengan

3 Moh Rifqi, Islah Para Tokok Politik Sebagai Upaya Penyelesaian Konflik Dalam

Perspektif Sosiologi Hukum. Jogjga: 2008

Page 14: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

4

istilahwin lose solution, dimana akan terdapat pihak yang menang dan ada pihak

yang kalah. Dengan kenyataan seperti ini, penyelesaian suatu perkara umumnya

kerap menimbulkan suatu rasa “tidak enak” dibenak pihak yang kalah, sehingga

berupaya untuk mencari “keadilan” ke tingkat peradilan lebih lanjut. Hal ini pada

umumnya dicap sebagai salah satu kelemahan bagi suatu lembaga litigasi yang

tidak dapat dihindari walaupun sudah menjadi ketentuan.4

Pilihan Penyelesaian Sengketa atau disebut juga dengan Alternatif

Penyelesaian Sengketa yang dalam istilah asingnya disebut Alternative Dispute

Resolution (disingkat ADR) adalah sebuah konsep yang mencakup berbagai

bentuk penyelesaian sengketa selain dari pada proses peradilan melalui cara-cara

yang sah menurut hukum, baik berdasarkan pendekatan konsensus, seperti

negosiasi, mediasi dan konsiliasi atau tidak berdasarkan pendekatan konsensus,

seperti arbitrasi. ADR ini bertitik tolak dari hak-hak asasi (hak dasar manusia)

untuk dapat menentukan pilihan mana yang paling cocok bagi dirinya, yaitu hak

asasi setiap orang dalam masyarakat untuk dapat menuntut dan mengharapkan

putusan yang tepat atau memuaskan. Harapan-harapan lain itu nyatanya sampai

sekarang tidak selalu demikian, lebih-lebih masalah itu ditangani melalui

adversarial (pertikaian) atau badan-badan peradilan seperti Pengadilan atau

Arbitrase itu memakan waktu yang panjang, biaya yang tidak kecil, penyelesaian

yang rumit, dan kadang-kadang selalu sering tidak dapat memuaskan pihak-pihak

yang bersengketa.5

Dalam kenyataanya di masyarakat, praktek perdamaian antara korban dan

pelaku tindak pidana banyak dilakukan tidak hanya dalam pelanggaran terharap

ketentuan adat tetapi dalam tindak pidana pada umumnya. Penyelesaian konflik

dengan jalan damai merupakan nilai kultural yang dimiliki masyarakat Indonesia

seperti dinyatakan oleh Daniel S. Lev yang dikutip oleh Wukir Prayitno bahwa

budaya hukum di Indonesia dalam menyelesaikan konflik mempunyai

4Joni Emerzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa diluar Pengadilan, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2001, hlm. 3 5 Misna Mistiyah, Mediasi Dalam Tindak Pidana Penganiayaan Pespektif Hukum Islam

dan Hukum Positif, samuderailmu.blogspot.com, Blog ini diakes pada 19 Desember pukul 02.30 WIB

Page 15: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

5

karakteristik tersendiri disebabkan oleh nilai-nilai tertentu. Kompromi dan

perdamaian merupakan nilai-nilai yang mendapat dukungan kuat dari masyakarat,

mempertahankan perdamaian merupakan suatu usaha terpuji sehingga dalam

menyelesaikan konflik terwujud dalam bentuk pemilihan kompromi, terutama

dalam masyarakat Jawa dan Bali.6

Islah memiliki landasan filosofis dan teologis yang mengarah pada

pemulihan harkat dan martabat semua pihak yang terlibat, mengganti suasana

konflik dengan perdamaian, menghapus hujat menghujat dengan pemaafan,

menghentikan tuntut menuntut dan salah menyalahkan. Klarifikasi yang

diinginkan adalah tidak melalui meja pengadilan, melainkan melalui perdamaian

dan perundingan. Islah adalah pilihan yang secara sadar ditempuh oleh korban dan

pelaku untuk mencapai cara-cara terbaik sesuai dengan keyakinannya terhadap

kejahatan yang terjadi. Dalam hal ini, Islah merupakan pilihan yang menjadi hak

prerogratif dari korban maupun ahli warisnya.7

Proses islah terjadi karena adanya perspektif yang berubah dari korban

dalam menyikapi peristiwa yang terjadi. Perubahan perspektif ini menyebabkan

cara penyelesaian yang ditempuh pun berubah tergantung kondisi dan keinginan

korban. Tetapi perubahan perspektif ini berpengaruh terhadap proses pemeriksaan

kesaksian di pengadilan, dimana dalam beberapa keterangannya saksi-saksi

cenderung mengubah “perspektifnya” atas peristiwa yang terjadi. Selama proses

pemeriksaan saksi, alasan yang dikemukakan untuk mengubah keterangan atau

mencabut keterangan dalam BAP adalah karena alasan emosional saksi yang

disebabkan oleh situasi psikologis saksi sebelum melakukan islah dan setelah

melakukan islah. islah dapat kita lihat dalam sidang damai suku dayak atas kasus

pembunuhan yang menewaskan pemuda dayak, pelaku melakukan pembunuhan

terhadap korban yang bernama Eki Persia Rianda. Hasil dari sidang damai yang di

adakan antara kedua suku pelaku di jatuhkan denda membayar sebanyak 500

6 Wukir Prayitno, Modernisme Hukum Berwawasan Indonesia, CV. Agung, Semarang,

1991, hal. 21 7 Tim Penyusun Artikel dari lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) berjudul

Monitoring pengadilan HAM AD HOC Tanjung Priok. Artikel ini didapat memalui akses internet pada tanggal 21 Desember 2017

Page 16: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

6

katigram emasdenganhargaemassekarangsekitarRp 564.000 atau total sekitar

RP282.000.000 kepada orang tua korban. dan dendaharus di bayar paling telat 14

harisetelahputusan di bacakan. Dan selesainya persidangan kedua belah pihak

tidak ada yang merasa di beratkan melaikan bertukar cenderamata senjata khas

masing-masing.

B. Identifikasi Masalah

Supaya pembahasan masalah ini tidak rancu, maka perlu adanya

identifikasi masalah, berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penyelesaian tindak pidana melalui Islah dalam pandangan

hukum Pidana Islam?

2. Bagaimana penyelesaian tindak pidana melalui Islah dalam pandangan

hukum Pidana positif?

3. Bagaimana penerapan Islah dalam tindak Pidana?

4. Bagaimana keefektifan Islah bila di terapkan dalam suatu tindak

Pidana?

5. Bagaimana hak pelaku penyelesaian tindak Pidana Melalui Islah?

C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

Dari masalah pokok di atas dapat di uraikan menjadi 3 (tiga) sub-masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana kedudukan Islah dalam kasuspembunuhan yang

menewaskanpemuda Dayak ?

2. Bagaimana penyelesaian tindak pidana melalui Islah dalam

pandangan hukum Pidana Islam?

3. Bagaimana penyelesaian tindak pidana melalui Islah dalam

pandangan hukum Pidana positif?

Page 17: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum, studi ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai,

yaitu:

1. Untuk mengetahui Bagaimana kedudukan Islah dalam

kasuspembunuhan yang menewaskanpemuda Dayak.

2. Untuk mengetahui mengenai pengertian dan prosedur Islah dalam

menyelesaikan tindak pidana menurut perspektif Hukum Islam.

3. Untuk mengetahui secara utuh mengenai pengertian dan prosedur Islah

dalam menyelesaikan tindak pidana menurut perspektif Hukum Islam.

4. Untuk mengetahui mengenai pengertian dan prosedur Islah dalam

menyelesaikan tindak pidana menurut perspektif Hukum positif

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dapat di kemukakan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dan menambah wawasan keilmuan yang secara

spesifik mengenai penyelesaian tindak pidana secara Islah menurut

Pidana Islam dan Pidana Positif.

b. Mengetahui dalam tindak pidana seperti apa saja islah dapat

diterapkan menurut Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif.

c. Diharapkan penelitian ini bisa menjadi studi koperatif dalam penelitian

selanjutnya yang membahas mengenai Islah.

E. Studi Pustaka Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian ini, Penulis melakukan kajian pustaka dan

menemukan beberapa penelitian yang telah dilakukan yang berkaitan erat dengan

topik yang akan diteliti oleh Penulis.

1. Ahmad Ramzy dengan judul “Perdamaian Dalam Hukum Pidana Islam dan

Penerapan Restorative Justice Dikaitkan dengan Pembaharuan Hukum

Pidana di Indonesia”. Dalam Tesisnya beliau mengatakan bahwa terdapat

Page 18: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

8

perbedaan yang sangat besar antara penyelesaian perkara pidana menurut

hukum pidana Islam dan Restorative Justice mengenai tindak-pidana.8

2. Karya Ilmiah ditulis oleh Alef yang berjudul “Kedudukan Perdamaian

Antara Korban Dengan Pelaku Tindak Pidana Dalam Sistem Pemidanaan.”

Dalam penelitianya beliau mengatakan bahwa dalam praktek pengadilan,

perdamaian yang dilakukan anatara korban dengan pelaku tindak pidana

menjadi bahan pertimbangan meringankan yang digunakan oleh sebagian

besar hakim dalam menjatuhkan putusanya. Perdamaian yang dilakukan

antara korban dan pelaku tindak pidana tidak dapat mengahapuskan

pertanggung jawabanan atau perbuatan yang telah dilakukan oleh terdakwa

meskipun sudah memaafkan terdakwa dan tidak menuntut terdakwa atas

perbuatanya, bahkan meminta petugas untuk membebaskan terdakwa dari

pemidanaan.9

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, maka penulis bermaksud untuk

menulis skripsi mengenai islah, yang menitik beratkan tentang bagaimana

kedudukan islah dalam penyelesaian perkara pidana, apakah islah dapat

berpengaruh terhadap putusan hakim baik dalam persidangan hukum positif di

Indonesia maupun hukum pidana Islam.

F. Metedologi Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penulisan

skripsi ini, karena metode penelitian dapat menentukan langkah-langkah dari

suatu penulisan. Adapun metode penelitian yang digunakan sebagai dasar

penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Secara tipologis, penelitian penulisan ini merupakan model penelitian

dengan pendekatan Kualitatif sehingga metode yang diterapkan ialah metode

8 Ahmad Ramzy, Tesis, Perdamaian Dalam Hukum Pidana Islam dan Penerapan

Restorative Justice Dikaitkan dengan Pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia. Universitas Indonesia, 2012.

9 Alef Musyahadah , Tesis, Kedudukan Perdamaian Antara Korban Dengan Pelaku Tindak Pidana Dalam Sistem Pemidanaan. Universitas Diponogoro, 2005.

Page 19: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

9

kualitatif. Dalam penelitian kualitatif menurut Noeng Muhadjir diterapkan model

logika reflektif, yang di dalamnya proses berfikir membuat abstraksi dan proses

berfikir membuat penjabaran berlangsung cepat.10

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penulis melakukan

penelitian kualitatif berupa penelitian pustaka (Library Research), yaitu penelitian

yang dilakukan dengan cara menelaah atau mengkaji sumber kepustakaan berupa

data-data primer dan sumber data sekunder yang relevan dengan pembahasan.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data kualitatif, yaitu

data yang umumnya berbentuk narasi atau gambar-gambar. Dalam data kualitatif,

datadata yang berupa bahan hukum terdiri dari:

1. Bahan Primer adalah bahan-bahan yang mempunyai kekuatan hukum yang

mengikat mencakup, norma atau kaedah dasar, peraturan dasar, peraturan

perundang-undangan bahan hukum yang tidak dikodifikasi, yurispudensi

dan traktat.11

2. Bahan skunder adalah bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer, seperti berupa buku-buku, disertasi, laporan

penelitian, makalah atau bahan” lain semacamnya.

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.12

Bahan hukum tersier adalah semua bahan yang mendukung bahan primer

dan sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia, artikel, dan lain-lain.

3. Tehnik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan oleh penyusun adalah dengan menggunakan

penelitian kulitatif. Dalam penyajianya, penelitian kualitatif yang khas

adalah dalam teks naratif. Dalam melakukan analisis terhdapa sumber dan

materi hukum pidana islam diterapkan pendekatan teoritis-filosofis.

10 Pengantar contoh proposal yang disusun oleh Asmawi. 11Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2001),,hlm.52. 12

Soejono Soekanto, Sri Mudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta:IND HILLCO, 2001), Cet V, hlm.13.

Page 20: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

10

Sedangkan dalam melakukan analisis terhadap materi perundang-undangan

pidana khusus dan doktrin hukum pidana, diterapkan pendekatan normative-

doktrin dengan memanfaatkan model-model interpretasi hukum.

G. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan yang menggambarkan penulisan ini, dibagi menjadi

5 (lima) Bab sebagi berikut:

BAB I :Merupakan bab pendahuluan. Pada bab ini, memuat tentang latar

belakang penulisan, pokok permasalahan, studi pustaka terdahulu, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Pada bab ini, diuraikan mengenai pandangan pandangan teoritis yang

berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti, sebagai landasan dalam

menganalisis masalah.

BAB III : Pada bab ini, menguraikan pengertian tindak pidana, katergorisasi

tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana, tujuan tindak pidana, dan efektifitas

islah dalam penyelesaian tindak pidana.

BAB IV : Pada bab ini, menguraikan bagaimana penyelesaian tindak pidana

melalui islah, yaitu penyelesaian tindak pidana memlalui islah menurut hukum

Islam dan hukum positif, dan juga persamaan dan perbedaan penyelesaian tindak

pidana melalui islah menurut hukum Islam dan hukum positif.

BAB V : Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari apa yang sudah dibahas

dari bab satu sampai bab empat, keterbatasan penelitian dan disertai saran saran

yang dapat bermanfaat dan berguna bagi perbaikan di masa yang akan datang.

Page 21: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

11

BAB II

ISLAH DALAM HUKUM PIDANA ISLAM

A. Pengertian Hukum Pidana Islam

Hukum Pidana Islam sering disebut dalam fiqih dengan istilah jinayat atau

jarimah. Jinayat dalam istilah Hukum Islam sering disebut dengan delik atau

tindak pidana. Jinahah merupakan bentuk verbal noun (mashdar) dari kata jana.

Secara etimologi jana berarti berbuat dosa atau salah, sedangkan jinayah diartikan

perbuatan dosa atau perbuatan salah. Secara terminologi kata jinayat mempunyai

beberapa pengertian, seperti yang diungkapkan oleh Abd al Qodir Awdah

bahwajinayat adalah perbuatan yang dilarang oleh syara’ baik perbuatan itu

mengenai jiwa, harta benda, atau lainnya.

Yang dimaksud dengan jinayat meliputi beberapa hukum, yaitu

membunuh orang, melukai, memotong anggota tubuh, dan meghilangkan manfaat

badan, misalnya menghilangkan salah satu panca indera. Dalam Jinayah (Pidana

Islam) dibicarakan Pula Upaya-upaya prefentif, rehabilitative, edukatif, serta

upaya-upaya represif dalam menanggulangi kejahatan disertai tentang toeri-teori

tentang hukuman.

Menurut A. Jazuli, pada dasarnya pengertian dari istilah Jinayah mengacu

kepada hasil perbuatan seseorang. Biasanya pengertian tersebut terbatas pada

perbuatan yang dilarang. Di kalangan fuqoha’, perkataan Jinayat berarti perbuatan

perbuatan yang dilarang oleh syara’. Meskipun demikian, pada umunya fuqoha’

menggunakan istilah tersebut hanya untuk perbuatan perbuatan yang terlarang

menurut syara’. Meskipun demikian, pada umumnya fuqoha’ menggunakan istilah

tersebut hanya untuk perbuatan perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa,

seperti pemukulan, pembunuhan dan sebagainya. Selain itu, terdapat fuqoha’ yang

membatasi istilah Jinayat kepada perbuatan perbuatan yang diancam dengan

hukuman hudud dan qishash, tidak temasuk perbuatan yang diancam dengan

ta’zir. Istilah lain yang sepadan dengan istilah jinayat adalah jarimah, yaitu

Page 22: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

12

larangan larangan syara’ yang diancam Allah SWT dengan hukuman had atau

ta’zir.1

Secara umum, pengertian Jinayat sama dengan hukum Pidana pada hukum

positif, yaitu hukum yang mengatur perbuatan yang yang berkaitan dengan jiwa

atau anggota badan, seperti membunuh, melukai dan lain sebagainya.

Jinayah adalah perbuatan yang diharamkan atau dilarang karena dapat

menimbulkan kerugian atau kerusakan agama, jiwa, akal atau harta benda.

Kata jinayah berasal dari kata jana-yajni yang berarti akhaza(mengambil) atau

sering pula diartikan kejahatan, pidana atau kriminal. Jinayah dalam pengertian ini

sama artinya dengan kata jarimah yang sering digunakan oleh para fukaha (ahli

fikih) di dalam kitab-kitab fikih.

Pada dasarnya, pengertian dari istilah jinayah mengacu pada hasil

perbuatan seseorang. Biasanya, pengertian tersebut terbatas pada perbuatan yang

dilarang. Dikalangan fuqoha’, kata jinayah berarti perbuatan perbuatan yang

dilarang menurut syara’. Meskipun demikian,pada umumnya, fuqoha’

menggunakan istilah tersebut hanya untuk perbuatan-perbuatan yang mengancam

keselamatan jiwa, seperti pemukulan, pembunuhan, dan sebagainya. Selain itu,

terdapat foqoha’yang membatasi istilah jinyah pada perbuatan-perbuatan yang

diancam dengan hukuman hudud dan qishash, tidak termasuk perbuatan-

perbuatan yang diancam dengan hukuman ta’zir.

Hukum qishahsh, yaitu hukum pembalasan yang sepadan terhadap suatu

kelakuan kadar kejahatan yang betu-betul disengaja dan direncanakan. Baik

qishash pada jiwa atau qishash pada anggota-anggota badan. Firman Aallah

Ta’ala: surat al-Baqarah 179:

لعلكم تتقون ولكم في القصاص حياة يا أولي اللباب

Artinya: Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai

orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.

Qishash di bagi menjadi 2 macam pertama Qishash jiwa, yaitu qishash

yang berhubungan dengan jiwa seseorang atau hak hidup seperti pembunuhan.

Pembicaraan pada masalah ini berpangkal pada pembicaraan tentang sifat

1 Rasyid, Sulaiman. 1988. Fiqih Islam. Bandung:PT. Sinar Baru Algensindo, h.173

Page 23: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

13

pembunuhan dan pembunuh yang karena berkumpulnya sifat-sifat tersebut

bersama korban mengharuskan adanya qisasMengenai pembunuhan yang dapat

dikenai qisas haruslah sesuai dengan aturan tertentu dan syarat tertentu kedua

Qishash anggota badan (pelakuan) yaitu hukum qishash atau tindak pidana

melukai, merusakkan anggota badan, atau menghilangkan manfaat anggota

badan.Sedangkan pelukaan itu ada dua macam yaitu pelukaan yang dikenai

qishash dan pelukaan yang dikenai diyat atau pemaafan.

Hudud adalah bentuk jamak dari kata “Had” yang artinya sesuatu yang

membatasi dua benda. Dan pada asalnya perkataan had ialah sesuatu yang

memisahkan antara dua perkara dan digunakan atas sesuatu yang membedakan

sesuatu yang lain.

Menurut syar’I, hudud adalah hukuman-hukuman kejahatan yang telah

ditetapkan oleh syara untuk mencegah dari terjerumusnya seseorang kepada

kejahatan yang sama. Oleh karena itu tidak termasuk ta’zir kerena ta’zir tidak ada

ketentuan hukumnya dan tidak termasuk pula qisas karena qisas adalah hak anak

adam. Kesalahan dalam jinayah hudud dianggap sebagai kesalahan terhadap hak

Allah, karena perbuatan itu menyentuh kepentingan masyarakat umum yaitu

menjelaskan ketenteraman dan keselamatan orang ramai dan hukumannya pula

memberi kebaikan kepada mereka.Kesalahan ini tidak boleh diampunkan oleh

manusia pada mangsa jinayah itu sendiri, warisnya, ataupun masyarakat umum.

Hukuman hudud wajib dikenakan pada orang yang melanggar larangan-

larangan tertentu dalam agama, misalnya zina, menuduh zina, qadzab, dan lain-

lain.Mereka yang melanggar ketetapan hukum Allah yang telah ditentukan oleh

Allah dan Rasul-Nya adalah termasuk dalam golongan orang yang zalim. Firman

Allah SWT Q.S.Al-Baqarah (2) 229:

ئك هم الظالمون فأول ومن يتعد حدود للا

Dan siapa yang melanggar aturan-aturan hukum Allah maka mereka

itulah orang-orang yang zalim”.(Q.S.Al-Baqarah (2) : 229). 2

2 Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’I, (Jakarta : Almahira, 2010), h.259.

Page 24: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

14

Istilah lain yang sepadan dengan istilah jinayah adalah jarimah, yaitu

larangan-laragan syara’ yang diancam Allah dengan hukuman had atau ta’zir.

صلى هللا عليه وسلم ) ل يحل دم امرئ مسلم; عن ابن مسعود رضي هللا عنه قال: قال رسول للا

, إل , وأني رسول للا بإحدى ثلث: الثيب يشهد أن ل إله إل للا اني, والنفس بالنفس, والتارك الز

لدينه; المفارق للجماعة ( متفق عليه

“Dari Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah

Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak halal darah seorang

muslim yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa aku

adalah Utusan Allah, kecuali salah satu dari tiga orang: janda yang

berzina, pembunuh orang dan orang yang meninggalkan agamanya

berpisah dari jama'ah." Muttafaq Alaihi.”

Menurut bahasa, lafaz ta’zir berasal dari kata “azzara” yang berarti

menolak dan mencegah, juga berarti mendidik, mengagungkan dan menghormati,

membantunya, menguatkan, dan menolong.3 Dari pengertian tersebut yang paling

relevan adalah pengertian pertama yaitu mencegah dan menolak, dan pengertian

kedua yaitu mendidik. Karena ia dapat mencegah pelaku agar tidak mengulangi

lagi perbuatannya. Ta’zir diartikan mendidik, karena ta’zir dimaksudkan untuk

mendidik dan memperbaiki pelaku agar ia menyadari perbuatan jarimahnya

kemudian meninggalkan dan menghentikannya. Pengertian ini sesuai dengan apa

yang di kemukakan oleh Abdul Qadir Audah4 dan Wahbah Zuhaili.5

Menurut istilah, ta’zir didefinisikan oleh Al-Mawardi sebagai berikut :

والتعزير تأ د ب على ذنوب لم تشرع فيها الحدود

“Ta’zir adalah hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatan dosa yang

hukumannya belum ditetapkan oleh syara”6

3 Ibrahim Unais, et. al., Al-Mu’jam Al-Wasith, Juz II, Dar Ihya’ At-Turats Al-‘Arabi,

tanpa tahun, h. 598. 4 Abd Al-Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islamiy, Juz I, Dar Al-Kitab Al-A’rabi,

Beirut, tanpa tahun, h. 81. 5 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Juz VI, Dar Al-Fikr, Damaskus,

1989, h. 197. 6 Abu Al-Hasan Ali Al-Mawardi, Kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah, Dar Al-Fikr, Beirut,

1996, h. 236.

Page 25: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

15

Dari definisi yang dikemukakan diatas, jelaslah bahwa ta’zir adalah suatu

istilah untuk hukuman atas jarimah-jarimah yang hukumannya belum ditetapkan

oleh syara’. Dikalangan Fuqaha, jarimah-jarimah yang hukumannya belum

ditetapkan oleh syara’ dinamakan jarimah ta’zir. Jadi, istilah ta’zir bisa digunakan

untuk hukuman dan bisa juga untuk jarimah (tindak pidana).

Ta’zir sering juga dapat dipahami bahwa jarimah ta’zir terdiri atas

perbuatan-perbuatan maksiat yang tidak dikenakan hukuman had atau kaffarat.

Hukumannya diserahkan sepenuhnya kepada penguasa atau hakim. Hukuman

dalam jarimah ta'zir tidak ditentukan ukurannya atau kadarnya, artinya untuk

menentukan batas terendah dan tertinggi diserahkan sepenuhnya kepada hakim

(penguasa). Dengan demikian, syari'ah mendelegasikan kepada hakim untuk

menentukan bentuk-bentuk dan hukuman kepada pelaku jarimah.

Dari berbagai batasan mengenai istilah jinayah diatas, maka pengertian

jinayah dapat dibagi kedalam dua jenis pengertian, yaitu : pengertian luas dan

sempit. Klasifikasi ini terlihat dari sanksi yang dapat dikenakan terhadap jinayah.

1. Dalam pengertian luas, jinayah merupakan perbuatan perbuatan yang dilarang

oleh syara’, dan dapat menagkibatkan hukum hadatau ta’zir.

2. Dalam pengertian yang sempit, jinayh merupakan perbuatan perbuatan yang

dilarang oleh syara’, dan dapat menimbulakn hukuman had bukan ta’zir. Jarimah

ta’zi

صلى هللا عليه وسلم قال: ) ل يحل قتل مسلم إل عنها, عن رسول للا في إحدى وعن عائشة رضي للا

جل يقتل مسلم ثلث خصال: زان محصن فيرجم, ور سلم فيحارب للا ا فيقتل, ورجل يخرج من ال د ا متعم

حه , وصح الحاكم ورسوله, فيقتل, أو يصلب, أو ينفى من الرض . ( رواه أبو داود, والنسائي

Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi

wa Sallam bersabda: "Tidak halal membunuh seorang muslim kecuali salah satu

dari tiga hal: Orang yang telah kawin yang berzina, ia dirajam; orang yang

membunuh orang Islam dengan sengaja, ia dibunuh; dan orang yang keluar dari

Page 26: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

16

agama Islam lalu memerangi Allah dan Rasul-Nya, ia dibunuh atau disalib atau

dibuang jauh dari negerinya." Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i. Hadits shahih 7

B. Islah Menurut Pidana Islam

Dalam Islam perdamaian dikenal dengan kata al-islah yang artinya

memperbaiki, mendamaikan dan menghilangkan sengketa atau kerusakan,

berusaha mewujudkan perdamaian, membawa keharmonisan, menganjurkan

orang untuk berdamai antara satu dengan lainnya, dan melakukan perbuatan

baik berperilaku sebagai orang suci.8

Secara bahasa, akar kata islah berasal dari lafazh (sholaha-yusholihu-

solahan) - صلل حلا yang berarti “baik”, yang mengalami perubahan صلل - يصلل

bentuk. Kata islah merupakan bentuk mashdar dari wazan yang berarti إقمللال

memperbaiki, memperbagus, dan mendamaikan, (penyelesaian pertikaian). Kata

إ صللل Sementara kata .(rusak) فسللبد س سلليئة merupakan lawan kata dari صللل

biasanya secara khusus digunakan untuk menghilangkan persengketaan yang

terjadi di kalangan manusia.9

Islah ialah suatu akad dengan maksud untuk mengakhiri suatu

persengketaan antara dua pihak yang sedang saling berperkara. Islah merupakan

sebab untuk mencegah suatu perselisihan dan memutuskan suatu pertentangan dan

pertikaian. Pertentangan itu apabila berkepanjangan akan mendatangkan

kehancuran, maka dari itu islah mencegah hal-hal yang menyebabkan kehancuran,

menghilangkan hal-hal yang membangkitkan fitnah dan pertentangan, serta yang

menimbulkan sebab-sebab yang menguatkan, yakni persatuan dan persetujuan, hal

itu merupakan suatu kebaikan yang dianjurkan oleh syara.10

Konsep islah dikatakan banyak terjadi kemiripan dengan al ’afwu, bahkan

ada beberapa ulama yang menyamakan antara islah dan al ‘afwu. Namun, dari

Islah dan al ’afwu berbeda secara definisi maupun konsep. Secara ringkas dapat

7 Rasyid, Sulaiman. 1988. Fiqih Islam.h176 8 Tim Penyusun, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Intermansa, 1997, h. 740. 9 Arif Hamzah, Tesis, Konsep Ishlah Dalam Perspektif Fikih. UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2008, h.13. 10 Umar At-Tamimi, Jurnal Hukum, Pemaafan Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara

Pidana Perspektif Hukum Islam, Jurnal Diskursus Islam Volume 1 Nomor 3, Desember 2013, h.

455

Page 27: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

17

disimpulkan bahwa ishlah merupakan satu proses penyelesaian perkara antar

pihak yang dipilih oleh masing-masing pihak tanpa paksaan atau diusahakan oleh

pihak ketiga dan berakhir dengan kesepakatan, sehingga tercipta perdamaian di

antara kedua belah pihak. Sedangkan al ’afwu adalah media penyelesaian perkara

kejahatan qisash dengan melepaskan hak qisash dari korban kepada pelaku, yang

masih memungkinkan dilakukan qisash. Dalam konteks jinayat dan lebih khusus

lagi persoalan pembunuhan, secara implisit menarik satu garis pembeda antara al

’afwu dan ishlah dengan melihat arti makna inisiatif kompensasi itu berasal.

Jikalau inisiatif pemberian kompensasi terhadap hukuman qisas tersebut berasal

dari kedua belah pihak, maka itu dikatakan ishlah (perdamaian). Sedangkan jika

inisiatif pemberian kompensasi itu hanya berasal dari satu pihak saja (tepatnya

pihak korban), maka yang demikian itu masuk dalam kategori al ‘afwu

(pemaafan).11

Pembedaan antara islah dan al‟afwu tersebut dapat dikatakan hanya

terdapat pada tataran konsep saja, sedangkan dalam praktik, sangat mungkinkan

terjadi persamaan teknis dalam pelaksanaannya sebagai satu metode penyelesaian

suatu jarimah. Bahwa islah merupakan konsep perdamaian secara umum untuk

masalah keluarga sampai pada masalah politik kenegaraan, dan mencakup pula

dalam bidang hukum pidana dengan menekankan pada hasil kesepakatan para

pihak. Sedangkan al ‘afwu merupakan satu konsep penyelesaian perkara praktis

berupa pemaafan dengan membebaskan pelaku dari tuntutan hukuman dengan

konsekuensi korban memiliki pilihan untuk meminta diyat (kompensasi) atau

tanpa kompensasi.12

Secara istilah, islah bisa diartikan sebagai perbuatan terpuji dalam

kaitannya dengan perilaku manusia. Karena itu, dalam terminologi Islam secara

umum, islah dapat diartikan sebagai suatu aktifitas yang ingin membawa

11 Ahmad Ramzy, Tesis, Perdamaian Dalam Hukum Islam dan Penerapan Restoratif

Justice Dikaitkan Dengan Pembaharuan Hukum Pidana Di Indonesia, Universitas Indonesia

2012, h. 27-28. 12 Ahmad Ramzy, Tesis, Perdamaian Dalam Hukum Islam dan Penerapan Restoratif

Justice Dikaitkan Dengan Pembaharuan Hukum Pidana Di Indonesia, h. 27-28.

Page 28: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

18

perubahan dari keadaan yang buruk menjadi keadaan yang baik. Dengan kata lain,

perbuatan baik lawan dari perbuatan tidak baik.13

Abd Salam menyatakan bahwa makna shalaha yaitu memperbaiki semua

amal perbuatannya dan segala urusannya. Dalam perspektif tafsir, al-Thabarsi dan

al-Zamakhsyari dalam tafsirnya berpendapat, bahwa kata islah mempunyai arti

mengondisikan sesuatu pada keadaan yang lurus serta mengembalikan fungsinya

untuk dimanfaatkan.14

M. Quraish Shihab berpendapat bahwa, ada puluhan ayat dalam Al-Qur’an

berbicara tentang kewajiban melakukan salah dan islah. Dalam kamus-kamus

bahasa Arab, kata salah diartikan sebagai antonim dari kata fasad (kerusakan),

yang juga dapat diartikan sebagai yang bermanfaat. Sedangkan kata islah

digunakan oleh Al-Qur’an dalam dua bentuk: Pertama islah yang selalu

membutuhkan objek; dan kedua adalah salah yang digunakan sebagai bentuk kata

sifat. Sehingga, salah dapat diartikan terhimpunnya sejumlah nilai tertentu pada

sesuatu agar bermanfaat dan berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuan

kehadirannya. Apabila pada sesuatu ada satu nilai yang tidak menyertainya hingga

tujuan yang dimaksudkan tidak tercapai, maka manusia dituntut untuk

menghadirkan nilai tersebut dan hal yang dilakukannya itu dinamai islah.15

C. Urgensi Islah Dalam Hukum Pidana Islam

Setiap sengketa yang timbul dalam masyarakat dapat mengganggu

keseimbangan tatanan masyarakat. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar setiap

sengketa dapat diselesaikan sehingga keseimbangan tatanan masyarakat dapat

dipulihkan. Dalam setiap masyarakat telah berkembang berbagai tradisi mengenai

bagaimana sengketa ditangani. Sengketa dapat diselesaikan melalui berbagai cara,

13 Ahmad Ramzy, Tesis, Perdamaian Dalam Hukum Islam dan Penerapan Restoratif

Justice Dikaitkan Dengan Pembaharuan Hukum Pidana Di Indonesia, h. 27-28 14 Ahmad Ramzy, Tesis, Perdamaian Dalam Hukum Islam dan Penerapan Restoratif

Justice Dikaitkan Dengan Pembaharuan Hukum Pidana Di Indonesiah. 27-28 15 Umar At-Tamimi, Jurnal Hukum, Pemaafan Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara

Pidana Perspektif Hukum Islam, h. 464

Page 29: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

19

baik melalui forum formal yang disediakan oleh Negara, maupun melalui forum-

forum lain yang tidak resmi disediakan oleh negara.16

Islah dalam Islam merupakan satu konsep yang utuh dalam penyelesaian

suatu perkara. Secara mendasar terdapat prinsip-prinsip yang harus ada dalam

proses islah, yang pertama adalah pengungkapan kebenaran. Kedua, adanya para

pihak, yaitu pihak yang berkonflik dalam hal kejahatan dan harus ada korban serta

pelaku, sedangkan pihak yang lain adalah mediator. Ketiga, islah merupakan

proses sukarela tanpa paksaan, dan keempat adalah keseimbangan antara hak dan

kewajiban.17 Terdapat anggapan selama ini bahwa dalam suatu perkara atau kasus

hukum, terutama pada kasus-kasus pidana, pilihan penyelesaian perkara melalui

peradilan menjadi pilihan utama, karena itulah satu-satunya penyelesaian perkara

yang dianggap legal di negeri ini. Namun demikian, salah satu alternatif

penyelesaian perkara yang dianggap lebih mudah sehingga tidak memerlukan

waktu yang panjang untuk selesainya sebuah perkara, yaitu dibuatnya lembaga

pemaafan. Lembaga pemaafan dapat menangani segala jenis jarimah dalam Islam,

maka dapat dikatakan bahwa ditetapkannya lembaga pemaafan dalam sistem

hukum pidana nasional menjadi sangat urgen, bukan saja karena lembaga ini

diakui dalam hukum tetapi juga karena keberadaan lembaga pemaafan ini akan

mengurangi masalah yang dihadapi oleh para pihak yang bertikai.18

Pandangan bahwa Islam sangat menekankan penyelesaian perkara di luar

mekanisme peradilan, juga dapat ditelusuri dari berbagai konsep dalam Al-

Qur’an. Yakni konsep islah19 (perdamaian), sebagaimana ditegaskan dalam QS Al

Hujurat/49 : 9.

16 Eman Suparman, Pilihan Forum Arbitrase dalam Sengketa Komersial untuk

Penegakan Keadilan, Jakarta : Tata Nusa, 2004, h. 18. 17 Ahmad Ramzy, Tesis, Perdamaian Dalam Hukum Islam dan Penerapan Restoratif

Justice Dikaitkan Dengan Pembaharuan Hukum Pidana Di Indonesia, Universitas Indonesia

2012, h.31. 18 Umar At-Tamimi, Jurnal Hukum, Pemaafan Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara

Pidana Perspektif Hukum Islam, h.450 19 Umar At-Tamimi, Jurnal Hukum, Pemaafan Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara

Pidana Perspektif Hukum Islam, Jurnal Diskursus Islam Volume 1 Nomor 3, Desember 2013,

h.450

Page 30: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

20

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang

hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar

Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu

perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut,

damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku

adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil.(a-

Hujrat[49]: 9)

Ayat di atas menggunakan kata ( إن ). Kata ini untuk menunjukan bahwa

pertikaian antar kelompok orang beriman sebenarnya diragukan atau jarang

terjadi. Karena orang-orang itu adalah orang yang beriman juga dan memiliki

tujuan yang sama. Kata iqtatalu ( إ قتتللوا ) terambil dari kata qatala ( قتلل ). Ia dapat

berarti membunuh atau berkelahi atau mengutuk. Dengan demikian, perintah fa

qatilu pada ayat di atas tidak tepat bila langsung diartikan perangilah, karena

memerangi mereka boleh jadi merupakan tindakan yang terlalu besar dan jauh.

Terjemahan yang lebih netral untuk kata tersebut lebih-lebih dalam konteks ayat

ini adalah tindaklah. Dengan demikian, ayat di atas menuntun kaum beriman agar

segera turun tangan melakukan perdamaian begitu tanda-tanda perselisihan

tampak. Jangan tunggu sampai rumah terbakar, tetapi padamkanlah api sebelum

menjalar.20

Kata iqtatalu ( إقتتللوا ) berbentuk jamak, sedang thaaifatani (طللبتفتبن)

berbentuk dual. Sepintas mestinya kata iqtatalu berbentuk dual juga. Tetapi tidak

demikian kenyataannya. Hal tersebut karena – menurut sementara pakar – di

sebabkan karena jika terjadi peperangan atau perkelahian antara dua kelompok,

yang akhirnya menjadi lebih dari dua orang, tetapi tetap itu menjadi dua pihak.

20 Quraish Sihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Volume 13,

Jakarta: Lentera Hati, 2007, h. 244.

Page 31: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

21

Kata ashlihu (أصللحوا) terambil dari kata ashlaha ( أصلل ) yang asalnya adalah

shaluha ( صلل ). Dalam kamus-kamus bahasa, kata ini dimaknai dengan anonim

kata fasada ( فسلد ) yang artinya rusak. Ia diartikan juga dengan manfaat. Dengan

demikian shaluha berarti tiadanya atau terhentinya kerusakan atau diraihnya

manfaat, sedang ishlah ( إصللل) adalah upaya menghentikan kerusakan atau

meningkatkan kualitas sesuatu sehingga manfaatnya lebih banyak lagi. Dalam

konteks hubungan antar manusia, maka nilai-nilai itu tercermin dalam

keharmonisan. Apabila terjadi kerusakan, maka hal ini menuntut adanya islah

yakni perbaikan agar keharmonisan pulih, dan sebagai dampaknya akan lahir

aneka manfaat dan kemaslahatan.21

Ayat di atas merupakan landasan hukum untuk memaafkan tindak pidana

Al Baghyu (pemerontakan). Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan untuk

mendamaikan. Namun jika salah satu kelompok dari dua golongan masih

memberontak dan melampaui batas maka diperbolehkan untuk memerangi mereka

hingga mereka kembali jalan yang benar. Namun, pemberontakan yang dimaksud

ialah bahwa pemberontakan hanya dilakukan kepada kepala negara yang sah dan

berdaulat. Apabila dilakukan oleh sekelompok orang ketika hukum di suatu

negara tidak berjalan dan terjadi kekosongan kepemimpinan resmi, maka itu tidak

disebut pemberontakan.22

Selain dasar hukum perdamaian dan pemaafaan di atas, dasar hukum

perdamaian juga tertera dalam hadis Nabi SAW dari Sahl bin Sa'ad ra : “bahwa

sesungguhnya penduduk Quba berperang-perangan (berkelahi) sampai mereka

berlempar-lemparan dengan batu. Lalu hal itu dikabarkan kepada Rasulullah saw,

Beliau bersabda: "marilah kita pergi ke sana dan kita damaikan mereka".

(HR.Imam Bukhari, Kitab Shahihul Bukhari, Terjemah, Juz III, hal 76, no

1248).23

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui doktrin Islam tentang penyelesaian

perkara adalah penyelesaian secara damai dan musyawarah di antara pihak-pihak

21 Quraish Sihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Volume

13,h. 244 -245. 22 Irfan, Nurul, dan Masyrofah, Fiqih Jinayah, Cet.I, Jakarta: Amzah, 2013, h.66-67 23 Misnawati Mistiah, Samudrailmu.blogspot.com, blog ini diakses pada 29 Desember

2017 pukul 19.30 WIB

Page 32: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

22

yang berperkara tanpa harus melalui proses hukum di depan hakim pengadilan.

Hal-hal yang saat ini baru muncul dan menunjukkan kekurangan dari sistem

peradilan konvensional, sebenarnya telah disadari dalam Islam sehingga

dianjurkan untuk tidak terburu-buru membawa setiap perkara ke pengadilan.

Karena jiwa yang telah didoktrin dengan ajaran pemaafan merupakan jiwa yang

menjadi tujuan setiap muslim untuk mencapai ketaqwaan, maka diyakini perkara

itu dapat diselesaikan di antara pihak-pihak berperkara. Doktrin Islam tentang

lembaga alternatif penyelesaian perkara pidana bahkan telah merupakan hukum

postif yang berlaku dalam negara dan masyarakat Islam mendahului doktrin

sistem hukum manapun. Lembaga itulah yang dikenal sebagai lembaga pemaafan

yang terukir dalam sejarah awal Islam.24

D. Penyelesaian Tindak Pidana Secara Islah Dalam Hukum Pidana Islam

Salah satu ketentuan mengenai hubungan antar orang perorang adalah

mekanisme penyelesaian konflik ketika manusia menghadapi sengketa hukum.

Al-Quran mengatur proses penyelesaian sengketa ini melalui jalur pengadilan

maupun di luar pengadilan. Proses penyelesaian sengketa melalui jalur non

pengadilan dapat dilakukan di antaranya oleh seorang hakam (Pihak ketiga).25

Ḥakam ini berfungsi sebagai penengah (pendamai) dari dua atau lebih pihak yang

sedang berperkara. Istilah teknis penyelesaian perkara non-litigasi, Hakam sejajar

dengan mediator atau arbitrator. Menurut Amin Suma, salah seorang anggota tim

revisi KUHP, beliau pernah menyatakan bahwa salah satu konsep pertanggung

jawaban pidana dalam fikih jinayah yang bisa diadopsi KUHP adalah lembaga

pemaafan. Seorang terdakwa bisa saja terbebas dari sanksi pidana jika ia

dimaafkan oleh korban atau keluarga korban. Ketika diwawancarai oleh Nanang

Shaikhu dari UIN Online, Amin Suma mengatakan “Saya pernah menjadi tim

perumus RUU KUHP. Saya memaparkan bahwa salah satu institusi dalam pidana

Islam terdapat “pemaafan”. Institusi ini setahu saya adalah khas milik hukum

24 Umar At-Tamimi, Jurnal Hukum, Pemaafan Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara

Pidana Perspektif Hukum Islam, h. 460. 25 Ramdhani Wahyu, Pelaksanaan Hukam dan Mediasi Pengadilan Agama, Artikel FSH

UIN Sunan Gunung Djati, 2012, artikel ini di akses pada 2 Januari 2018 Pukul 13.05.WIB.

Page 33: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

23

pidana Islam, dalam hukum pidana lain tidak ada. Dalam pidana Islam, seseorang

yang melakukan pembunuhan tetapi jika pihak keluarga korban memaafkan, maka

ia bebas sama sekali dari hukum, Kalau dalam hukum pidana lain tidak demikian,

tetap perbuatannya harus diproses.26

Penyelesaian perkara pidana dalam hukum pidana Islam dapat dilakukan

melalui lembaga “pemaafan” dengan menghadirkan Hakam di antara pihak yang

sedang berperkara. Dalam kamus Munjid disebutkan bahwa, “arbitrase” dapat

disepadankan dengan istilah “tahkim”. Tahkim sendiri berasal dari kata

“hakkama”. Secara etimologi, tahkim berarti menjadikan seseorang sebagai

pencegah suatu sengketa. Secara umum, tahkim memiliki pengertian yang sama

dengan arbitrase yang dikenal dewasa ini, yaitu pengangkatan seseorang atau

lebih sebagai wasit oleh dua orang yang berperkara atau lebih, guna

menyelesaikan perselisihan perkara mereka secara damai, orang yang

menyelesaikan disebut dengan “hakam”.27

Menurut Abu al-Ainain Fatah Muhammad, pengertian tahkim menurut

istilah fiqih adalah sebagai bersandarnya dua orang yang bertikai kepada

seseorang yang mereka ridhai keputusannya untuk menyelesaikan perkara para

pihak yang bersengketa. Sedangkan menurut Said Agil Husein al Munawar

pengertian “tahkim” menurut kelompok ahli hukum Islam mazhab Hanafiyah

adalah memisahkan persengketaan atau menetapkan hukum di antara manusia

dengan ucapan yang mengikat kedua belah pihak. Sedangkan pengertian “tahkim”

menurut ahli hukum dari kelompok Syafi’iyah, yaitu memisahkan pertikaian

antara pihak yang bertikai atau lebih dengan hukum Allah atau menyatakan dan

menetapkan hukum syara’ terhadap suatu peristiwa yang wajib dilakukannya.28

26 Umar At-Tamimi, Jurnal Hukum, Pemaafan Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara

Pidana Perspektif Hukum Islam, h. 450. 27 Ramdhani Wahyu, Pelaksanaan Hakam dan Mediasi Pengadilan Agama, Artikel FSH

UIN Sunan Gunung Djati, 2012, artikel ini di akses pada 2 Januari 2018 Pukul 14.15.WIB 28 Ramdhani Wahyu, Pelaksanaan Hakam dan Mediasi Pengadilan Agama, Artikel FSH

UIN Sunan Gunung Djati, 2012, artikel ini di akses pada 2 Januari 2018 Pukul 14.45.WIB

Page 34: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

24

Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 178 :

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qisash berkenaan

dengan orang-orang yang dibunuh, orang merdeka dengan orang merdeka,

hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang

mendapatkan suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)

mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar

diat kepada yang member maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu

adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang

melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.”\

Menurut Quraish Sihab dalam Tafsir Al-Misbah, ayat ini menjelaskan

bahwa Allah mewajibkan qisash jika - wahai keluarga terbunuh- menghendakinya

sebagai sanksi akibat pembunuhan. Tetapi pembalasan itu harus melalui pihak

yang berwenang dengan ketetapan bahwa, orang merdeka dengan orang merdeka,

hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Jangan menuntut seperti adat

Jahiliah, membunuh orang merdeka walau yang terbunuh adalah hamba sahaya,

jangan juga menuntut balas terhadap dua atau banyak orang kalau yang terbunuh

secara tidak sah hanya seorang, karena makna qisash adalah “persamaan”. Tetapi

jika keluarga teraniaya (korban) ingin memaafkan dengan menggugurkan sanksi

itu, dan menggantinya dengan tebusan, maka itu dapat dibenarkan.29

Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya

sekemanusiaan, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang baik,

dan hendaklah yang diberi maaf membayar diyat yakni tebusan kepada yang

memberi maaf dengan cara yang baik pula. Jangan sekali-kali yang memaafkan

29 Quraish Sihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an Volume 1,

h. 393

Page 35: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

25

menuntut tebusan yang tak wajar. Yang demikian itu, adalah ketetapan hukum

tersebut, yakni suatu keringanan dari Tuhan kamu agar tidak timbul dendam atau

pembunuhan beruntun, ia juga merupakan rahmat bagi keluarga korban dan

pembunuh.30

Jarimah qisash dalam fiqih jinayah ada 2, yaitu qisash karena melakukan

jarimah pembunuhan, dan qisash karena melakukan jarimah penganiayaan.

Adapun jarimah pembunuhan menurut ulama fiqih terbagi dalam 3 kategori, yaitu

pembunuhan sengaja, pembunuhan semi-sengaja dan tersalah.31

Adapun sanksi hukuman qisash hanya berlaku bagi tindak pidana

pembunuhan yang pertama, yakni pembunuhan sengaja. Adapun dua jenis

pembunuhan yang lain sanksinya adalah diyat. Demikian juga sanksi pembunuhan

sengaja yang dimaafkan oleh keluarga korban, sanski hukumanya juga berupa

diyat. Mengenai jumlah diyat yang harus dibayar oleh pelaku tindak pidana adalah

berupa diyat berat, ataupun diyat ringan. Perbedaan kedua diyat tersebut terletak

pada jenis dan umur unta, tetapi jumlah untanya tetap sama baik diyat ringan

maupun diyat berat, yakni sama-sama 100 ekor unta. Untuk diyat ringan, hanya

terdiri dari 20 ekor unta umur 0-1 tahun, 20 ekor yang lain berumur 1-2 tahun, 20

ekor yang lain umurnya 2-3 tahun, 20 ekor yang lain umur 3-4 tahun, dan 20 ekor

lagi berumur 4-5 tahun. Sedangkan diyat berat terdiri dari tiga kategori terakhir di

atas ditambah 40 ekor unta yang sedang mengandung atau bunting.32

Kasus pidana yang secara jelas dapat diserahkan kepada lembaga

pemaafan ini, adalah jarimah pembunuhan, sebab kasus itulah yang disebutkan

secara tegas dan langsung dalam Al-Qur’an, yang memberikan hak kepada

keluarga korban untuk menentukan jenis hukuman apa yang diberikan kepada

pelaku tindak pidana. Namun, ada hadis Nabi SAW yang menunjukkan bahwa

kasus-kasus pidana yang lain pun dapat diselesaikan melalui mekanisme lembaga

pemaafan ini.33

30 Quraish Sihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an Volume 1,

h. 393 31 Irfan, Nurul, dan Masyrofah, Fiqih Jinayah, cet.I, h.5-7. 32 Irfan, Nurul, dan Masyrofah, Fiqih Jinayah, cet.I, h .5-7. 33 Umar At-Tamimi, Jurnal Hukum, Pemaafan Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara

Pidana Perspektif Hukum Islam, h. 456.

Page 36: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

26

Dalam wewenangnya sebagai lembaga pemaafan, hendaknya melihat

jarimah apa yang menjadi pertikaian di antara para pihak. Dalam hukum pidana

Islam, dikenal tiga macam jarimah (tindak pidana), yaitu jarimah Hudud, Qisash,

dan Ta’zir. Jarimah sendiri menurut bahasa, berasal dari kata Jarama yang artinya

berusaha dan bekerja. Sedangkan menurut istilah, seperti dikemukakan oleh Imam

al-Mawardi, Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang yang bersifat syari

(mahzurat syar’iyyah), yang diancam oleh Allah SWT dengan sanksi had atau

ta’zir.34

Menurut Abdul Qadir Audah, yang dapat menyebabkan gugurnya

‘uqubah’ (hukuman) dalam syari’at yaitu, Pertama, pelaku kejahatan (jani)

meninggal dunia. Akan tetapi jika hukuman itu adalah hukuman maliyah seperti

diyat, tentu saja tidak dapat menggugurkan hukumanya, seperti dalam kasus

tindak pidana ‘qatl alkhata’ (pembunuhan tidak sengaja) maka hukuman terhadap

hartanya tetap harus dijalankan. Kedua, qisash dan diyat menjadi gugur apabila

kedua belah pihak melakukan islah. Fuqaha sepakat bahwa qisash menjadi gugur

jika para pihak melakukan islah. Untuk perkara qisash, jika terjadi islah, maka

kadar pelaksanaan islah boleh melebihi diyat ataupun boleh juga lebih ringan dari

pada diyat, karena ia tidak ada sangkut pautnya dengan harta. Namun, islah dalam

perkara diyat tidak boleh dilakukan melebihi dari yang telah diwajibkan diyat,

karena kelebihan terhadap diyat dihitung sebagai riba. Ketiga, hukuman dapat

gugur jika pelaku mendapat maaf (afw) dari korban atau walinya. Adapun dalam

perkara hudud tidak boleh ada maaf, karena ia menyangkut hak Allah. Maaf yang

diberikan, baik itu diberikan oleh korban ataupun wali al-amr adalah tidak sah.35

Secara bahasa, lafal hadd atau hudud berarti pencegahan, dan yang

dimaksud dengan hudud Allah adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah karena

dilarang. Jarimah Qisash dan Diyat adalah jarimah yang diancam dengan

hukuman Qisash atau diyat. Baik Qisash maupun diyat keduanya adalah hukuman

yang sudah ditentukan oleh syara. Perbedaan qisash dengan hukuman hadd adalah

34 Umar At-Tamimi, Jurnal Hukum, Pemaafan Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara

Pidana Perspektif Hukum Islam, h. 456.

35 Arif Hamzah, Tesis, Konsep Ishlah Dalam Perspektif Fikih, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2008. Hlm. 63.

Page 37: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

27

bahwa hadd merupakan hak Allah (masyarakat), sedangkan qisash dan diyat

adalah hak manusia (individu). Adapun yang dimaksud dengan hak manusia

sebagaimana dikemukakan oleh Mahmud Syaltut adalah “suatu hak yang

manfaatnya kembali kepada orang tertentu”. Pengertian hak manusia di sini

adalah bahwa hukuman tersebut bisa dihapuskan atau dimaafkan oleh korban atau

keluarganya. Sedangkan, jarimah ta’zir adalah jarimah yang di ancam dengan

hukuman ta’zir. Pengertian ta’zir menurut bahasa ialah ta’dib atau memberi

pelajaran atau menolak dan mencegah, akan tetapi menurut istilah, sebagaimana

dikemukakan oleh imam Al-Mawardi bahwa “Ta’zir itu adalah hukuman

pendidikan atas dosa (tindak pidana) yang belum ditentukan hukumannya oleh

syara’.36

Ta’zir adalah bentuk masdar dari kata ر -عز يعز yang secara etimologis

berarti ز الن د yaitu menolak dan mencegah. Kata ini juga memiliki arti , الز

ه نصز menolong dan menguatkan. Hal ini serupa dalam firman Allah SWT dalam

Q.S Al-Fath : 9 berikut :

Artinya : “Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,

menguatkan (agama)-Nya, membersarkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya di

waktu pagi dan petang.” (Q.S. Al-Fath : 9).37

Kata ta’zir dalam ayat diatas juga memiliki arti وزا عنز ه نز عظد

yaitu membersarkan, memperhatikan, membantu, dan menguatkan (Agama

Allah). Sementara itu Al-Fayyumi dalam Al-Misbah Al-Munir mengatakan bahwa

ta‟zir adalah pengajaran dan tidak termasuk ke dalam kelompok had.38

36 Umar At-Tamimi, Jurnal Hukum, Pemaafan Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara

Pidana Perspektif Hukum Islam, Jurnal Diskursus Islam Volume 1 Nomor 3, Desember 2013, hlm.

465-467. 37 M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqih Jinayah, Jakarta : Amzah, 2013, hlm.136. 38 M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqih Jinayah, Jakarta : Amzah, 2013, hlm.136.

Page 38: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

28

Menurut Nurul Irfan dalam buku fiqih Jinayah, ta’zir ialah sanksi yang

diberlakukan kepada pelaku jarimah yang melakukan pelanggaran, baik berkaitan

dengan hak Allah maupun hak manusia, dan tidak termasuk dalam kategori

hukuman hudud ataupun kafarat. Karena ta’zir tidak ditentukan secara langsung

oleh Alqur’an dan hadis. Dalam memutuskan jenis dan ukuran sanksi ta’zir, harus

tetap memperhatikan petunjuk nash secara teliti karena menyangkut kepentingan

umum.39 Ta’zir memang tidak termasuk dalam kategori hukuman hudud. Namun,

bukan berarti tidak boleh lebih keras dari hudud, bahkan sangat dimungkinkan di

antara sekian banyak jenis dan bentuk ta’zir berupa hukuman mati.40 Berbeda

dengan hudud, menurut Makhrus Munajat, jarimah hudud umumnya diartikan

sebagai tindak pidana yang macam dan sanksinya ditetapkan secara mutlak oleh

Allah SWT, sehingga manusia tidak berhak untuk menetapkan hukuman selain

hukum yang ditetapkan Allah. Alasan para fuqaha mengklasifikasikan jarimah

hudud sebagai hak Allah, pertama, karena perbuatan yang disebut secara rinci

oleh Al-Qur’an sangat mendatangkan kemaslahatan baik perorangan maupun

kolektif. Kedua, jenis pidana dan sanksinya secara definitif disebut secara

langsung oleh lafal yang ada dalam Al-Qur’an, sementara pidana lain tidak.41

Jika mengacu pada hadis-hadis Nabi SAW yang telah dikemukakan.

"Saling memaafkanlah kalian dalam kasus-kasus hukum sebelum datang kepada

saya (untuk mendapatkan putusan), sebab kasus hukum apa saja yang sampai

kepada saya, maka saya wajib menegakkan hadd". Hadis ini mengindikasikan

bahwa kasus-kasus hukum apa pun dapat diselesaikan melalui mekanisme

Lembaga Pemaafan.42

Rasulullah bersabda dari Abu Syuraih al-Khaza‟iy berkata, “Saya

mendengar Rasulullah SAW berkata, "Barangsiapa ditimpa pembunuhan atau

penganiayaan (al-khubl adalah al-jarah, yakni penganiayaan badan), maka ia

39 M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqih Jinayah, Jakarta : Amzah, 2013, hlm.136. 40 M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, Edisi Kedua, Jakarta : Amzah,

2012, hlm. 147 41 Umar At-Tamimi, Jurnal Hukum, Pemaafan Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara

Pidana Perspektif Hukum Islam, h.462 42 Umar At-Tamimi, Jurnal Hukum, Pemaafan Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara

Pidana Perspektif Hukum Islam, h.465

Page 39: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

29

berhak memilih salah satu dari tiga hal; menjatuhkan haknya, mengambil diyat,

atau memaafkan, maka jika berkehendak yang keempat ambillah dari kedua

tangannya.”43 Dalam hadis lain pun yang diriwayatkan oleh al-Tirmizi dari Amr

bin Syuaib dari Bapak dari Kakeknya, Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:

“Barang siapa dengan sengaja membunuh, maka si pembunuh diserahkan kepada

wali korbannya. Jika wali ingin melakukan pembalasan yang setimpal (qisash),

mereka dapat membunuhnya. Jika mereka tidak ingin membunuhnya, mereka

dapat mengambil diyat (denda). Dan bila mereka berdamai, itu terserah kepada

wali mereka.” Kasus-kasus hukum sebaiknya diusahakan untuk diselesaikan

melalui jalur non litigasi sebelum dibawa ke pengadilan. Maka, lembaga

pemaafan dapat berfungsi sebagai alternatif penyelesaian perkara sebelum kasus

itu diajukan ke pengadilan. Jika perkara-perkara yang tergolong jarimah hudud

masih diperdebatkan menjadi kewenangan Lembaga Pemaafan, maka perkara-

perkara lainnya yang termasuk jarimah qisash/ diyat dan jarimah ta’zir, sama

sekali tidak ada masalah jika menjadi kewenangan Lembaga Pemaafan.44

Orang yang berhak memiliki dan memberikan pengampunan atau

perdamaian adalah orang yang memiliki hak qishash. Jumhur ulama yang terdiri

atas Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad berpendapat bahwa

pemilik qishash adalah semua ahli waris, baik zawil furudh maupun ashabah,

laki-laki maupun perempuan dengan syarat mereka itu akil dan baligh. Lain

halnya dengan Imam Malik, menurutnya pemilik hak qishash adalah ashabah laki-

laki yang paling dekat derajatnya dengan korban dan perempuan yang mewarisi

dengan syarat-syarat tertentu mereka adalah mustahik (ahli waris) qishash.45

Sedangkan, untuk jarimah qisash para ulama telah sepakat tentang

dibolehkannya perdamaian, sehingga dengan demikian qishash menjadi gugur.

Perdamaian dalam qishash ini boleh dengan meminta imbalan yang lebih besar

43 Misnawati, Mediasi Dalam Tindak Pidana Penganiayaan Perspektif Hukum Islam dan

Hukum Positif. Samudera ilmu.blogspot.com. Artikel ini di akses pada 7 Januari 2018 pukul 19.00

WIB 44 Umar At-Tamimi, Jurnal Hukum, Pemaafan Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara

Pidana Perspektif Hukum Islam, h.466 45 Ahmad Ramzy, Tesis, Perdamaian Dalam Hukum Islam dan Penerapan Restoratif

Justice Dikaitkan Dengan Pembaharuan Hukum Pidana Di Indonesia, Universitas Indonesia

2012, hlm.30.

Page 40: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

30

dari pada diyat, sama dengan diyat, atau lebih kecil dari diyat. Boleh juga dengan

cara tunai atau utang (angsuran), dengan jenis diyat atau selain jenis diyat dengan

syarat disetujui (diterima) oleh pelaku jarimah. Akan tetapi, dalam hukum qishash

itu terkandung dua hak, yaitu hak Allah (masyarakat) dan hak manusia (individu),

penguasa (negara) masih berwenang untuk menjatuhkan hukuman ta’zir. Pendapat

ini dikemukakan oleh Hanafiyah dan Malikiyah. Hukuman ta’zir menurut

Malikiyah adalah penjara selama satu tahun dan jilid (dera) sebanyak seratus kali,

akan tetapi menurut Syafi’iyah, Hanabilah, Ishak, dan Abu Tsaur, pelaku tidak

perlu dikenakan hukuman ta’zir.

Adapun dasar pelaksanaan islah menurut Abd al-Qadir Audah selain QS.

Al-Baqarah (2):178, adalah Hadis Rasulullah SAW yang artinya “Barang siapa

melakukan pembunuhan sengaja (qatl al-amd), maka terserah kepada wali si

terbunuh apakah akan menuntut qisash atau akan mengambil diyat, hak islah

sepenuhnya diserahkan kepadanya.” (HR. Abu Daud dan al-Turmuzi). Menurut

Wahbah al-Zuhaily, hukum yang ada pada islah sama dengan hukum yang ada

pada ‘afw. Siapa yang memberi maaf maka dia telah melakukan islah. Apa yang

terjadi pada islah juga sama dengan yang terjadi pada ‘afw, yakni sama-sama

menggugurkan qisash. Maaf dalam perkara ta’zir dapat dilakukan oleh wali al-

amr. Karena ia yang mempunyai hak untuk memberi maaf secara sempurna dalam

tindak pidana ta’zir.46

E. Efektifitas Islah Dalam Hukum Pidana Islam

Islah atau sulh adalah suatu proses penyelesaian perkara ketika para pihak

bersepakat mengakhiri perkara mereka secara damai. Islah/ sulh memberikan

kesempatan para pihak untuk memikirkan jalan terbaik dalam menyelesaikan

perkara. Para pihak memperoleh kebebasan mencari jalan keluar agar perkara

mereka dapat diakhiri. Al-Qur’an menganjurkan memilih sulh sebagai sarana

penyelesaian perkara yang didasarkan pada pertimbangan bahwa sulh dapat

memuaskan para pihak, dan tidak ada pihak yang merasa menang dan kalah dalam

46 Arif Hamzah, Tesis, Konsep Ishlah Dalam Perspektif Fikih., h.65

Page 41: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

31

penyelesaian perkara mereka. Sulh mengantarkan pada ketentraman hati,

kepuasan dan memperkuat tali silaturahmi para pihak.47

Masyarakat memiliki tata nilai dan norma yang dijadikan acuan bersama

dalam menata hubungan sosial. Islah sebagai salah satu nilai hidup, dapat

memberikan identitas pada masyarakat, yaitu masyarakat yang mengutamakan

perdamaian dan kebaikan bersama demi terciptanya persatuan dan kesatuan serta

kekompakan di antara individu dalam masyarakat.48

Islah dinilai mampu mengobati luka hati rakyat. Islah dapat mencegah

masyarakat membuka luka masa lampau dengan melakukan pembalasan dendam,

melainkan menutup luka itu dengan pemulihan hak korban atau keluarga korban

sehingga tercipta perdamaian dalam kehidupan masyarakat dan bangsa.

Dengan demikian, islah lebih bermakna psikologi sosial-politik, demi

menjaga agar masyarakat terhindar dari kekerasan berdimensi apa pun secara

berkelanjutan. Untuk tujuan akhir tersebut, berarti individu, kelompok, dan negara

“harus menanggung ketidakadilan yang memilukan” dan membuka pintu maaf

untuk pelaku. Dengan demikian, islah adalah kesediaan memaafkan atau

melupakan sejarah pahit demi penciptaan tatanan hidup yang lebih baik di masa

depan. Singkatnya, islah lebih menekankan pencapaian tujuan akhir itu daripada

penuntutan pidana.

Formula islah sejalan dengan ajaran agama. Sebab, agama memandang

semua manusia dan muslim bersaudara, maka perbaikilah persaudaraan

antarsesama. Islam membolehkan peristiwa pidana diselesaikan melalui qisas-

diyat, tetapi memaafkan lebih baik dan lebih dekat kepada taqwa.49

Memahami dan mengaplikasikan islah dalam kehidupan masyarakat tidak

selalu hanya dapat diterapkan dalam kalangan muslim. Islah dapat diaplikasikan

dalam masyarakat manapun. Sebab secara esensial, islah merupakan nilai yang

bersifat universal. Kendatipun dapat dipahami bahwa islah yang hakiki hanya

dirujukkan kepada konsep Islam, tetapi dampak sosial yang lahir dari ishlah dapat

47 Umar At-Tamimi, Jurnal Hukum, Pemaafan Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara

Pidana Perspektif Hukum Islam, h.465 48 Arif Hamzah, Tesis, Konsep Ishlah Dalam Perspektif Fikih.,h.51 49 Dhenny, Islah Sebagai Hukum Positif Banjar, artikel Komisi Kepolisian Indonesia,

November 2013. Artikel ini diakses pada 7 Februari 2018 pukul 12.58 WIB

Page 42: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

32

digunakan dan dirasakan oleh manusia secara keseluruhan. Termasuk dalam

konteks kehidupan antar bangsa, nilai islah sangat relevan untuk dijadikan nilai

universal guna menyatukan umat manusia dalam suatu kesatuan kebenaran dan

keadilan.50

Islah dalam hukum pidana Islam secara konsep sudah diatur dalam Al-

Qur’an dan hadis, hal ini tentunya menjadikan Islam sebagai agama yang sangat

toleran dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dengan tidak melupakan

kepentingan umum. Adapun islah dapat dilakukan atas jarimah-jarimah selain

jarimah hudud. Hal ini berdasarkan hukum, bahwa jarimah hudud merupakan hak

Allah yang ketentuannya sudah secara jelas tertulis di dalam Nash. Islah

diharapkan dapat membawa kedamaian para pihak tanpa meninggalkan rasa

dendam maupun penyesalan, yang akhirnya keadaan sosial masyarakat kembali

rukun.

50 Arif Hamzah, Tesis, Konsep Ishlah Dalam Perspektif Fikih., h. 53

Page 43: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

33

BAB III

TINDAK PIDANA DAN KEDUDUKAN ISLAH DALAM HUKUM

POSITIF

A. Pengertian Tindak Pidana

Mendefinisikan tentang pengertian hukum tindak pidana tidaklah mudah.

Hal itu disebabkan para ahli memberikan pengertian hukum tindak pidana akan

berkaitan dengan cara pandang, batasan, dan ruang lingkup dari pengertian

tersebut.Seorang ahli hukum pidana yang memberikan pengertian tentang hukum

pidana tentu akan berimplikasi pada batasan dan ruang lingkup hukum pidana, hal

itu tentu saja akan berbeda dengan ahli hukum yang lainnya. Tidak mengherankan

apabila dijumpai banyak sekali pengertian hukum pidana yang dikemukakan oleh

para ahli hukum pidana yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainya.1

Tindak pidana adalah perbuatan yang melanggar suatu larangan yang

diatur oleh aturan hukum yang diancam dengan sanksi pidana.2 Kata tindak

pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda, yaitu

strafbaar feit, terkadang juga menggunakan istilah delict, yang berasal dari bahasa

latin delictum. Sedangkan hukum pidana negara-negara anglo-saxon

menggunakan istilah offense atau criminal act untuk maksud yang sama.3

Pada dasarnya istilah strafbaar feit diuraikan secara harfiah yang terdiri

dari tiga kata, yaitu Straf yang diterjemahkan dengan pidana dan hukum, lalu

Baar yang diterjemahkan dengan dapat dan boleh, serta kata feit yang

diterjemahkan dengan kata tindak, peristiwa, pelanggaran, dan perbuatan. Jadi

istilah strafbaar feit secara singkat bisa diartikan perbuatan yang boleh dihukum.

Namun, dalam kajian selanjutnya tidak sesederhana ini karena yang bisa dihukum

1 Ali Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h.1 2Suharto, Hukum Pidana Materiil, Unsur-Unsur Objektif sebagai Dasar Dakwaan, cet I

Jakarta: Sinar Grafika, 2002, h. 28 3Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, cet I, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, h. 86

Page 44: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

34

bukan perbuatannya melainkan orang yang melakukan suatu perbuatan yang

melanggar aturan hukum.4

Tindak pidana menurut undang-undang diartikan sebagai perbuatan

melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh perturan perundang-undangan

dinyatakan sebagai suatu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana.

Dengan demikian perbuatan yang dituduhkan haruslah perbuatan yang dilarang

dan diancam dengan pidana oleh suatu perturan perundang-undangan.5

Adapun istilah yang dipakai dalam hukum pidana sebagaimana yang

ditulis dalam buku Moeljatno, yaitu ‘tindak pidana’. Istilah ini muncul dari pihak

kementerian Kehakiman, istilah ini sering dipakai dalam perundang-undangan.

Meskipun kata ‘tindak’ lebih pendek dari ‘perbuatan’ tapi ‘tindak’ tidak

menunjukkan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan, tetapi hanya menyatakan

keadaan konkrit, sebagaimana hanya dengan peristiwa dengan perbedaan bahwa

tindak adalah kelakukan, tingkah-laku, gerak-gerik, atau sikap jasmani seseorang.6

Oleh karena tindak sebagai kata tidak terlalu dikenal, maka di dalam perundang-

undangan yang menggunakan istilah tindak pidana baik dalam pasal-pasalnya,

maupun dalam penjelasan undang-undang tersebut, hampir selalu dipakai pula

kata perbuatan.7

Selanjutnya, berikut adalah pengertian tindak pidana menurut beberapa

ahli hukum. Menurut Moeljatno mengartikan hukum tindak pidana adalah bagian

dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu Negara, yang mengadakan dasar-

dasar dan aturan-aturan untuk :

1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan,

yang dilarang, dengan disertai acaman maupun sanksi pidana tertentu

bagi siapa saja yang melanggarnya.`

4Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, h. 87 5Koesparmono, Hukum Pidana 2, Jakarta: Ubhara Jaya, 2005, h .1

6Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana Cet.VI, Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2000,

h.55. 7Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana Cet.VI, h.55.

Page 45: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

35

2. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada seseorang yang telah

melakukan larangan-larangan, sehingga dapat dijatuhi atau dikenakan

pidana sebagaimana yang telah diancamkan.

3. Menentukan bagaimana cara pemidanaan itu dapat dilakukan apabila

orang yang diduga telah melanggar ketentuan yang berlaku.8

A.Z. Abidin mengusulkan pemakaian istilah “perbuatan kriminal”, karena

“perbuatan pidana” yang dipakai Moeljatno itu juga kurang tepat.9 Ia

menambahkan bahwa lebih baik dipakai istilah yang padanan saja, yang umum

dipakai sarjana, yaitu delik (dari bahasa latin Delictum). Memang jika kita

perhatikan hampir semua penulis hukum juga menggunakan istilah delik di

samping istilahnya sendiri seperti Roeslan Saleh di samping menggunakan

“perbuatan pidana” juga menggunakan istilah “delik”, begitu pula Oemar Seno

Adji, di samping menggunakan istilah “perbuatan pidana” juga menggunakan

istilah “delik”.10

Menurut ahli hukum pidana yang lain yaitu Simons, sebagaimana yang

dikutip oleh Andi Hamzah, strafbaar feit atau tindak pidana adalah kelakuan yang

diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum yang berhubungan dengan

kesalahan dan kelakuan orang yang mampu bertanggung jawab.11

Menurut Moeljatno sebagaimana yang ditulis oleh Prof. Andi Hamzah

dalam bukunya Asas-asas Hukum Pidana, ia mengatakan bahwa perbuatan pidana

itu dapat dipersamakan dengan criminal act, jadi berbeda dengan strafbaar feit,

yang meliputi pula pertanggungjawaban pidana. Menurut Molejatno, criminal act

berarti kelakuan akibat, yang disebut juga actus reus.12

Dalam pengertian tindak pidana, para pakar memiliki uraian mengenai

istilah yang dapat mewakili konsep strafbaar feit atau criminal act, ada tujuh

istilah yang mewakili, yaitu 1) tindak pidana, 2) peristiwa pidana, 3) delik, 4)

pelanggaran pidana, 5) perbuatan yang boleh dihukum, 6) perbuatan yang dapat

8Ali Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidanm, h. 2 972 Andi Hamzah, Asaz-asas Hukum Pidana, hl.96 10Andi Hamzah, Asaz-asas Hukum Pidana, h.96 11

Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, h. 88 12

Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, h. 96

Page 46: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

36

dihukum, dan 7) perbuatan pidana. Menurut Nurul Irfan, istilah apapun yang

dipakai, pengertian tindak pidana ialah perbuatan yang melanggar larangan yang

diatur oleh aturan hukum dan diancam dengan sanksi pidana.13

B. Kategori Tindak Pidana

Secara teoritis tindak pidana dikategorisasikan ke dalam beberapa jenis

perbuatan pidana. Perbuatan pidana dapat dibedakan secara kualitatif atas

kejahatan dan pelanggaran.14 Perbuatan-perbuatan pidana menurut sistem KUHP

kita terbagi atas kejahatan (misdrijven) dan pelanggaran (overtredingen).

Pembagian dalam dua jenis ini, tidak ditentukan secara nyata dalam suatu pasal

KUHP tetapi sudah dianggap demikian adanya.15

Kejahatan adalah perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan keadilan,

terlepas apakah perbuatan itu diancam pidana dalam suatu undang-undang atau

tidak. Sekalipun tidak dirumuskan sebagai tindak kejahatan dalam undang-

undang, perbuatan ini benar-benar dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan

yang bertentangan dengan keadilan. Jenis perbuatan pidana ini juga disebut mala

in se, yang artinya, perbuatan tersebut merupakan perbuatan jahat karena sifat

perbuatan tesebut memang jahat.16

Sebaliknya, pelanggaran adalah “wetsdeliktern” yaitu perbuatan-

perbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah adanya wet

yang menentukan demikian. Namun, sejak sebelum Wetbook v. Strafrecht mulai

berlaku, pandangan seperti itu telah ditentang. Hal itu disebabkan bahwa adanya

pelangggaran juga sudah ada sebelum adanya ketentuan wet, yang memang sudah

dirasakan masyarakat sebagai perbuatan yang tidak patut.17

Pembagian delik atau tindak pidana atas kejahatan dan pelanggaran ini

muncul dalam WvS (KUHP Belanda) pada tahun 1886, yang kemudian turun ke

13

M.Nurul Irfan, Gratifikasi dan Kriminalitas Seksual Dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta: Amzah, 2014, hlm. 6

14Ali Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, h.101.

15Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana,h.71

16Ali Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, h.101

17Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana Cet VI, h.71

Page 47: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

37

KUHP Indonesia pada tahun 1918.18 Pembagian delik kejahatan dan delik

pelanggaran ini menimbulkan perbedaan secara teoritis. Sering disebut kejahatan

sebagai delik hukum, artinya sebelum hal itu diatur dalam undang-undang, sudah

dianggap seharusnya dipidana. Sedangkan pelanggaran sering disebut sebagai

delik undang-undang, yang artinya setelah tercantum dalam undang-undang maka

hal tersebut dapat dipandang sebagai delik.19

Manurut Moeljatno, KUHP di Indonesia hanya membagi delik kejahatan

dan pelanggaran itu didasarkan atas berat atau ringannya pidana saja. Selain

daripada sifat umum bahwa ancaman pidana bagi delik kejahatan adalah lebih

berat daripada pelanggaran, maka dapat dikatakan bahwa20 :

1. Pidana penjara hanya diancamkan pada kejahatan saja.

2. Jika menghadapi kejahatan maka bentuk kesalahan (kesengajaan atau

kealpaan) yang diperlukan disitu, harus dibuktikan oleh jaksa,

sedangkan jika menghadapi pelanggaran maka hal itu tidak perlu.

3. Percobaan untuk melakukan pelanggaran tak dapat dipidana (pasal 54).

Juga pembantuan pada pelanggaran tidak dipidana (pasal 60).

4. Perihal tenggang daluarsa, baik hak untuk menentukan maupun hak

penjalanan pidana bagi pelanggaran adalah lebih pendek daripada

kejahatan.

5. Dalam hal perbarengan (Concursus) para pemidanaan berbeda untuk

pelanggaran dan kejahatan. Kumulasi pidana yang ringan lebih mudah

daripada pidana berat (pasal 65, 66-70).

Pembagian tindak pidana pun tidak hanya terbagi dalam delik kejahatan

danpelanggaran, tindak pidana pun dikategorisasikan dalam delik materiil dan

delik formil. Yang pertama adalah perbuatan pidana yang dalam perumusannya

dititikberatkan pada perbuatan yang dilarang. Perbuatan pidana formil adalah

perbuatan pidana yang telah dianggap selesai dengan telah dilakukanya perbuatan

yang dilarang dalam undang-undang, tanpa mempersoalkan akibatnya, seperti

yang tercantum dalam pasal 362 KUHP dan pasal 160 KUHP. Sedangkan

18Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, h. 106 19Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, h. 106 20Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana Cet VI, h.72

Page 48: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

38

perbuatan pidana materiil adalah perbuatan pidana yang perumusannya

dititikberatkan pada akibat yang dilarang. Perbuatan pidana ini baru dianggaptelah

terjadi atau dianggap telah selesai apabila akibat yang dilarang itu telah terjadi.21

Selain kategorisasi di atas, pembagian tindak pidana juga dapat dibedakan

atas delik aduan dan delik biasa. Delik aduan adalah perbuatan pidana yang dalam

penuntutannya hanya dilakukan jika ada pengaduan dari pihak yang terkena atau

dirugikan. Delik biasa adalah delik yang tidak mempersyaratkan adanya

pengaduan untuk penuntutannya, seperti pembunuhan, pencurian dan

penggelapan.22

C. Unsur-unsur Tindak Pidana

Pada hakikatnya tiap-tiap perbuatan pidana harus terdiri dari atas unsur-

unsur lahir oleh karena perbuatannya, yang mengandung kelakuan dan akibat

yang ditimbulkan karena hal itu, yakni suatu kejadian dalam alam lahir (kejadian

yang nyata).23

Satochid Kartanegara mengatakan bahwa unsur-unsur delik terdiri dari dua

golongan, yaitu unsur-unsur objektif dan unsur-unsur subjektif. Unsur-unsur

objektif adalah unsur-unsur yang terdapat di luar diri manusia, yang

semuanyadilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang.24 Adapun

unsur-unsur subjektif yaitu unsur yang terdapat di dalam diri pembuat. Unsur-

unsur subjektif ini berupa hal yang dapat dipertanggungjawabkan seseorang

terhadap suatu perbuatan yang dilakukannya.25

Menurut Mahrus Ali, dalam bukunya dasar-dasar hukum pidana, ketika

dikatakan bahwa perbuatan pidana atau delik adalah perbuatan yang dilarang dan

21

Ali Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, h.102. 22

Ali Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, h.103. 23

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana Cet VI, h.58 24Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Satu, (Ttp: Balai Lektur Mahasiswa, t.th),

h. 65 25P.A.F Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-Delik Khusus Kejahatan Yang

Ditunjukan Terhadap Hak Milik, Bandung: Tarsito,1992, h. 29

Page 49: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

39

diancam dengan pidana bagi yang melakukanya, maka unsur-unsur perbuatan

pidana meliputi beberapa hal, yaitu26 :

1. Perbuatan itu berwujud suatu kelakukan, baik aktif maupun pasif, yang

mengakibatkan timbulnya suatu hal atau keadaan yang dilarang oleh

hukum.

2. Kelakukan yang timbul tersebut harus bersifat melawan hokum baik dalam

pengertianya yang formil maupun materiil.

3. Adanya hal-hal atau keadaan tertentu yang menyertai terjadinya kelakuan

dan akibat yang dilarang oleh hukum. Dalam unsur yang ketiga ini terkait

dengan beberapa hal yang wujudnya berbeda-beda sesuai dengan

ketentuan pasal hokum pidana yang ada dalam undang-undang. Misalnya,

berkaitan dengan diri pelaku delik, tempat terjadinya delik, keadaan

sebagai syarat tambahan bagi pemidanaan, dan keadaan yang

memberatkan pemidanaan.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat Moeljatno, ia mengatakan bahwa yang

merupakan unsur-unsur atau elemen perbuatan pidana adalah adanya kelakuan

dan akibat perbuatan, adanya halikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan,

adanya keadaan tambahan yang memberatkan pidana, adanya unsure melawan

hukum yang objektif maupun unsur yang melawan hokum subyektif.27

Dalam bukunya pun Moeljatno kembali menekankan, bahwa sekalipun

dalam rumusan delik tidak terdapat unsure melawan hukum, namun jangan dikira

bahwa perbuatan tersebut lalu tidak bersifat melawan hukum. Meskipun perbuatan

pidana pada umumnya adalah keadaan lahir dan terdiri atas elemen-elemen lahir,

namun ada kalanya dalam perumusan juga diperlukan elemen batinya itu sifat

melawan hukum yang subjektif.28

Dalam hokum pidana, istilah “sifat melawan hukum” adalah satu frasa yang

memiliki empat makna. Keempat makna tersebut adalah sifat melawan hokum

umum, sifat melawan hokum khusus, sifat melawan hokum formil, dan sifat

melawan hokum materiil. Sifat melawan hokum umum diartikan sebagai syarat

26Ali Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, h.100.

27Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana Cet VI, h.63

28Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana Cet VI,h.63

Page 50: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

40

umum dapat dipidana suatu perbuatan. Sedangkan sifat melawan hokum khusus

biasanya kata “melawan hukum” dicantumkan dalam rumusan delik. Sifat

melawan hokum merupakan syarat tertulis untuk dapat dipidananya suatu

perbuatan.29

Di dalam KUHP Indonesia yang berlaku sekarang, adakalanya perkataan

“melawan hukum” dirumuskan secara tegas dan eksplisit di dalam rumusan delik

dan ada kalanya tidak. Jika perkataan “melawan hukum” dirumuskan dan

dicantumkan secara tegas dalam rumusan delik, hal demikian memiliki arti

penting untuk memberikan perlindungan atau jaminan tidak dipidananya orang

yang berwenang atau berhak melakukan perbuatan-perbuatan sebagaimana yang

diatur dalam undang-undang.30

Menurut doktrin hukum pidana, ajaran sifat melawan hukum dikenal dua

jenis, yaitu sifat melawan hukum formil dan sifat melawan hukum materiil.

Sifatmelawan hukum formil adalah suatu perbuatan dikatakan bersifat melawan

hukum apabila perbuatan itu diancam pidana dan dirumuskan sebagai suatu delik

dalam undang-undang.31 Sedangkan ajaran sifat melawan hukum materiil

berpandangan bahwa sifat melawan hukumnya perbuatan itu tidak hanya

didasarkan pada undang-undang saja, atau hukum tertulis saja, tetapi harus juga

didasarkan pada asas-asas hukum yang tidak tertulis. Suatu perbuatan dikatakan

telah memenuhi unsur melawan hukum materiil apabila perbuatan itu merupakan

pelanggaran terhadap norma kesopanan yang lazim atau kepatutan yang hidup

dalam masyarakat.32

D. Tujuan Pemidanaan

Menurut Remmelink hukum pidana bukan bertujuan untuk diri sendiri tetapi

ditujukan untuk menegakkan tertib hukum, melindungi masyarakat hukum.

Penjagaan tertib sosial untuk sebagian besar sangat tergantung pada

29Ali Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, h.142. 30Tongat, Dasar-dasarHukumPidana Indonesia dalamPerspektifPembaharuan, Malang :

UUM Press, 2008, hlm. 211. 31Ali Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, h.45 32

Ali Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, h.147

Page 51: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

41

paksaan.33Teori pemidanaan yang menjelaskan tentang tujuan pemidanaan dalam

sistem hukum Eropa Kontinental, yaitu teori absolut, teori relatif, dan teori

gabungan. Sedangkan teori pemidanaan dalam sistem hukum Anglo Saxon yaitu

teori retribusi, teori inkapasitasi, teori penangkalan, dan teori rehabilitasi.34 Dalam

karya tulis ini, penulis akan lebih menjelaskan teori tujuan pemidanaan Eropa

Kontinental.

1.Teori Absolut

Teori absolut bertujuan untuk memuaskan pihak yang dendam baik

masyarakat sendiri maupun pihak yang dirugikan atau menjadi korban.35 Teori

absolut memandang bahwa pemidanaan merupakan pembalasan atas kesalahan

yang telah dilakukan sehingga berorientasi pada perbuatan dan terletak pada

terjadinya kejahatan itu sendiri. Teori ini mengedepankan bahwa sanksi dalam

hukum pidana dijatuhkan semata-mata karena orang telah melakukan sesuatu

kejahatan yang merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu

pembalasan kepada orang yang melakukan kejahatan sehingga sanksi bertujuan

untuk memuaskan tuntutan keadilan.36 Teori ini mirip dengan teori retribution

dalam Anglo Saxon.

Teori pembalasan mengatakan bahwa pidana tidaklah bertujuan untuk yang

praktis, seperti memperbaiki penjahat. Kejahatan itu sendirilah yang mengandung

unsur-unsur untuk dijatuhkanya pidana. Pidana secara mutlak ada, karena

dilakukan suatu kejahatan. Tidak perlu untuk memikirkan mamfaat menjatuhkan

pidana itu. Setiap kejahatan harus berakibat dijatuhkan pidana kepada pelanggar.

Maka drai itu, teori ini disebut teori absolut, karena penjatuhan pidana merupakan

hal yang mutlak, bukan hanya sesuatu yang perlu dijatuhkan tetapi menjadi

keharusan. Hakikat suatu pidana ialah pembalasan.37

33Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, h. 30 34

Ali Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, h.186 35

Ali Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, h.45 36Muladi, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung: PT. Alumni, 1998, hlm. 49. 37Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana,h. 33

Page 52: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

42

2.Teori Relatif

Secara prinsip teori ini mengajarkan bahwa penjatuhan pidana dan

pelaksanaanya setidaknya harus berorientasi pada upaya mencegah terpidana

(special prevention) dari kemungkinan mengulangi kejahatan lagi di masa

mendatang, serta secara umumnya bertujuan untuk mencegah masyarakat luas

(general prevention) dari kemungkinan melakukan kejahatan baik seperti

kejahatan yang telah dilakukan terpidana maupun lainnya.38

Teori ini mencari dasar hukum pidana dalam menyelenggarakan tertib

masyarakat dan akibatnya yaitu tujuan untuk prevensi terjadinya kejahatan.Wujud

pidana ini berbeda-beda, yaitu : menakutkan, memperbaiki, atau membinasakan.

Prevensi ini dibedakan menjadi dua, yaitu prevensi umum dan khusus. Prevensi

umum yaitu bertujuan untuk menghendaki agar orang-orang pada umumnya tidak

melakukan delik.39 Sedangkan prevensi khusus, yang dianut oleh van Hamel

(Belanda) dan von Liszt (Jerman) mengatakan bahwa tujuan prevensi khusus ialah

mencegah niat buruk pelaku (dader) untuk mengulangi perbuatanya, atau

mencegah bakal pelanggar melaksanakan perbuatan jahat yang

direncanakannya.40

3.Teori Gabungan

Secara teoritis, teori gabungan berusaha untuk menggabungkan pemikiran

yang terdapat dalam teroti absolut dan teori relatif. Di samping mengakui bahwa

penjatuhan sanksi pidana diadakan untuk membalas perbuatan pelaku, juga

dimaksudkan agar pelaku dapat diperbaiki sehingga bisa kembali ke masyarakat.41

Dalam rancangan KUHP nasional, telah diatur tentang tujuan penjatuhan

pidana, yaitu42 :

38

Ali Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, h.190. 39

Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, h. 34 40

Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT.Yarsif Watampoe, 2005), cet I, hlm. 37

41Ali Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, h.191.

42Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, h. 38

Page 53: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

43

1. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum

demi pengayoman masyarakat.

2. Mengadakan koreksi terhadap terpidana dan dengan demikian

menjadikannya orang yang baik dan berguna.

3. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan

keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat.

4. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana (pasal 5).

Dalam ayat 2 pasal di atas dikatakan bahwa pemidanaan tidak dimaksudkan

untuk menderitakan dan tidak diperkenankan merendahkan martabat manusia.

Dengan demikian dapat dikatan bahwa yang tercantum dalam rancangan KUHP

merupakan penjabaran teori gabungan dalam arti yang luas. Ia meliputi usaha

prevensi, koreksi, kedamaian dalam masyarakat dan pembebasan rasa bersalah

pada terpidana.43

E. Efektifitas Islah dan Perdamaian Dalam Penyelesaian Tindak Pidana

Dalam berbagaimacam wacana aktual, restorative justice atau keadilan

restoratif merupakan suatu cara khusus untuk menyelesaikan kasus pidana di

luarpengadilan. Walaupun tidak semua jenis pidana dapat diterapkan dalam sistem

ini, namun penerapan sistem ini bisa dikatakan jauh lebih efektif dibandingkan

proses peradilan pidana yang konvensional.

Ada beberapa manfaat diterapkannya retributive justice dalam

sistemperadilan suatu Negara. Manfaat pertama adalah bagi korban dan pelaku.

Konsepini berpandangan bahwa pelaku tindak pidana harus membayar

kesalahannya melalui pemenjaraan. Adapun korban sering hanya “dimanfaatkan”

sebagai saksi. Setelah proses persidangan selesai korban akan ditinggalkan sendiri

dengan segala penderitaan dan kerugiannya. Sebaliknya, restorative justice justru

akan lebih memperhatikan nasib korban. Hasil penelitian menunjukan bahwa 80%

korban merasakan proses yang lebih fair dalam restorative justice. Mereka merasa

lebih less upset about the crime, less apprehensive and less afraid of

43

Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, h.39

Page 54: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

44

revictimization (kurang tahu tentang kejahatan, kurang memprihatinkan dan

kurang takut reviktimisasi).44

Manfaat kedua adalah bagi komunitas sekitarnya. Restorative justice tidak

hanya merestorasi pelaku dan korban, tetapi juga menyembuhkan pengaruh buruk

yang dirasakan komunitas. Program perdamaian yang menjadi icon restorative

justice diharapkan akan menjamin keselamatan, keamanan, dan keharmonisan

masyarakat terdampak. Manfaat ketiga adalah mengurangi jumlah narapidana dan

residivis, dan manfaat keempat adalah menghemat biaya dan waktu.45

Realitas praktik penyelesaian perkara pidana di luar peradilan melalui

prosedur perdamaian, terlihat bahwa pola penyelesaian yang demikian dirasa lebih

sesuai dengan adat istiadat dan atau nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia.

Namun, ada hal yang perlu diperhatikan bahwa upaya penyelesaian kasus-kasus

kriminal tertentu melalui prosedur perdamaian (conciliation procedure) dan

ataupenyelesaian alternatif di luar pengadilan melalui upaya perdamaian atau

ADR, atau mediasi penal, memang dapat dibenarkan, tetapi bukan berarti dapat

dilakukan dengan serta merta, tetapi harus memperhatikan kriteria yang ada.46

Adapun kriteria yang harus diperhatikan adalah aspek yuridis dan aspek

sosiologis. Aspek yuridis yang dimaksud adalah sifat melawan hukumnya

perbuatan, sifat berbahaya perbuatan, jenis pidanaya (strafsoort), berat ringan

pidana (straftmaat), cara bagaimana pidana dilaksanakan (strafmodus), dan

kondisi-kondisi yang diakibatkan oleh tindak pidana itu. Adapun aspek sosiologis

yang harus diperhatikan adalah karakter, umur dan keadaan si pelaku, latar

belakang terjadinya perilaku tersebut, kondisi kejiwaan pelaku dan apakah pelaku

itu pemula atau bukan, pelaku memperbaiki kerugian yang ditimbulkan atas

44

Sefriani, Jurnal Hukum, Urgensi Rekonseptualisasi dan Legislasi Keadilan Restoratif di Indonesia. Jurnal RechtsVinding Media Pembinaan Hukum Nasional. Vol.2 Nomor 2. Agustus 2013, hlm.12

45Sefriani, Jurnal Hukum, Urgensi Rekonseptualisasi dan Legislasi Keadilan Restoratif di

Indonesia. h.12 46Ibnu Artadi, Jurnal Hukum, Dekonstruksi Pemahaman Penyelesaian Perkara Pidana

Melalui Prosedur Perdamaian. Jurnal Hukum Pro Justisia. Vol 25 No.1, Januari 2007, hlm. 40

Page 55: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

45

perilakunya, pelaku mengakui kesalahanya, pelaku meminta maaf kepada korban,

serta pelaku menyesali serta tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.47

Pada intinya, pelaksanaan restorative justice adalah memperbaiki kerusakan

sosial yang diakibatkan pelaku, mengembangkan pemulihan bagi korban

damasyarakat, serta mengembalikan pelaku dengan masyarakat. Restorative

justice menawarkan suatu yang berbeda karena mekanisme peradilan yang

terfokus kepada pembuktian perkara pidana diubah menjadi proses dialog dan

mediasi. Tujuan akhir dari sistem ini adalah membuktikan kesalahan pelaku dan

menjatuhi hukuman diubah menjadi upaya mencari kesepakatan atas suatu

penyelesaian perkara pidana yang menguntungkan. Ada beberapa keuntungan

dengan menjadikan keadilan restoratif sebagai jalan keluar dalam menyelesaikan

perkara pidana. Pertama, masyarakat diberikan ruang untuk menangani sendiri

permasalahan hukumannya yang dirasakan lebih adil. Kedua, beban negara

berkurang. Secara administratif, jumlah perkara yang masuk ke dalam sistem

peradilan dapat dikurangi sehingga beban institusi pengadilan menjadi berkurang.

Dengan begitu maka beban untuk menyediakan anggaran penyelenggaraan sistem

peradilan pidana utamanya dalam hal penyelenggaraan lembaga pemasyarakatan

pun akan berkurang.48

47Ibnu Artadi, Jurnal Hukum, Dekonstruksi Pemahaman Pnyelesaian Perkara Pidana

Melalui Prosedur Perdamaian., h. 40 48

Yunan Hilmy, Jurnal Hukum, Penegakan Hukum Oleh Kepolisian Melalui Pendekatan Restorative Justuice Dalam Sistem Hukum Nasional. Jurnal RechtsVinding Media Pembinaan Hukum Nasional, Vol.2 Nomor 2, Agustus 2013, hlm.05

Page 56: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

46

Jika ingin dibandingkan sistem peradilan pidana dengan restorative justice, maka

perbandingannya adalah demikian49 :

sistem peradilan pidana restorative justice

Tujuan Menanggulangidan

Mengendalikan Kejahatan

Mencari penyelesaian atas

tindak pidana yang terjadi

Tolak

ukurkeberhasilan

Jumlah perkara yang diproses

dan di pidana yang dijatuhkan

Kesepakatan para pihak dapat

dijalankan

Tujuan akhir Mengintegrasikan pelaku

kembali ke masyarakat untuk

menjadi warga yang baik

Pemulihan

Pemulihan hubungan sosial

antar stake holder

Bentuk

penyelesaian

Pembalasan, pemaksaan,

penderitaan bagi pelaku

Pemaafan sukarela, perbaikan

untuk semua

49

Yunan Hilmy, Jurnal Hukum, Penegakan Hukum Oleh Kepolisian Melalui Pendekatan Restorative Justuice Dalam Sistem Hukum Nasional, h.04

Page 57: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

47

BAB IV

PENYELESAIAN KASUS PIDANA MELALUI ISLAH

A. Kasus Pembunuhan Yang Menewaskan Pemuda Dayak dan Sidang Damai

Suku Madura

Kasus pembunuhan di zaman sekarang ini marak sering terjadi, tidak

hanya melibatkan orang dewasa, kasus pembunuhanpun sudah banyak melibatkan

anak di bawah umur. Maraknya pelanggaran tindak pidana pembunuhan harusnya

bisa di cegah karena dapat merugikan orang lain. Terjadinya pembunuhan juga

dapat mengakibatkan pelaku memiliki catatan kelam dalam hukum yang bisa

mempengaruhi masa depannya.

Salah satu pembunuhanan yang menewaskan pemuda Dayak yang

bernama Eki Persia Rianda, terjadi pada sabtu pagi (2/4), jalannya persidangan

diadakan di gedung pemko Banjarmasin bukan di pengadilan. Kenapa, karena ini

adalah sidang yang dilakukan secara adat Dayak. Lebih lengkapnya sidang

perdamaian adat Dayak atau singer sahiring yang mengadili pelaku atau keluarga

pelaku yang telah melakukan pembunuhan terhadap pemuda Dayak.

Sidang yang berlaku 4 jam ini pun di jaga ketat aparat keamanan dari

satbrimob kalsel, TNI, Polda Kalsel, Polresta Banjarmasin, Polsek Banjaemasin

tengah, tak ketinggalan di dalam persidangan hadir pula beberapa orang etnis

Madura yang tergabung dalam kerukunan warga Madura (kawama) kalsel dengan

menggunakan baju ciri khas Madura.

Page 58: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

48

48

Layaknya sidang kasus pembunuhan di pengadilan negeri, ketua sidang

atau martir pihak pelaku yang diwakili oleh ketua kawama kalsel, H Asmad dan

keluarga korban yang di wakili oleh ibunya bernama Asna Ningsih.

Menariknya, pada sidang perdamaian ini tidak ada pembelaan atau

tuntutan. Sidang perdamaian ini hanya membacakan tahapan peristiwa

pembunuhan hingga terjadinya proses perdamaian antara pelaku dengan keluarga

korban serta putusan denda pembunuhan terhadap pelaku.

Sebelumnya, ketua martir memanggil kedua belah pihak dan duduk

berada di kursi depan martir. Kemudian martir memulai sidang dengan

membacakan berita acara yang telah di ajukan kepada martir sesuai dengan

hukum adat Dayak Kalimantan berdasarkan Kapatat Tumbang Anoi 1894 yang di

buat oleh DAD kota Banjarmasin, Batamad Kapuas, dan keluarga korban.

Martir juga memanggil 4 orang saksi, dengan jeda 2 jam sidang ditutup

martir bersama 8 anggota membacakan putusan sidang perdamaian yang bersifat

final dan mengikat. Putusan yang di jatuhkan berdasarkan hukum adat Dayak

Kalimantan kepada pihak pelaku agar membayar 500 kati gram emas dengan

harga emas sekarang sekitar Rp 564.000 atau total sekitar RP282.000.000 kepada

orang tua korban. Dan denda harus di bayar paling telat 14 hari setelah putusan di

bacakan. Apabila pelaku tidak membayar akan di kenakan denda yang lebih berat,

dan tidak luput martir menanyakan kepada korban dan pelaku apakah dapat

menerima putusan yang telah dijatuhkan, Secara terpisah, dewan pertimbangan,

Dehen MH sidang perdamaian bukan mencari siapa yang salah melainkan untuk

Page 59: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

49

49

mengambil keputusan yang seadil-adilnya bagi kedua belah pihak sesuai dengan

norma adat Dayak.

Berdasarkan hukum adat Dayak denda sudah sesuai koridor, dimana dalam

hokum adat Dayak denda tersebut mulai dari 365 sampai 750 kati ramu atau

dalam Hukun Positif denda ini sama saja dengan hukuman minimal 5 tahun

penjara dan maksimal 10 tahun.

Dilihat dari tujuannya proses persidangan lebih mengutamakan perdamaian

bagi kedua belak pihak antara suku adat Dayak dan suku adat Madura, sehingga

dapat mengindari penjatuhan hukuman yang dikhawatirkan merugikan salah satu

pihak dan timbul rasa dendam. Dam hasil keputusan martir sudah dianggap adil

para pihak yang bersangkutan pun menerimanya dan saling tukar cenderamata

berupa ciri khas senjata masing-masing suku.

B. Efektifitas Islah Kasus Pembunuhan Yang menewaskan Pemuda Dayak

dalam Hukum Pidana Islam

Dalam hukum pidana Islam, islah dapat diterapkan berdasarkan landasan

hukum yang termuat dalam Al-Qur’an, antara lain adalah surat Al-Baqarah ayat

178 :

أيها ٱلذين ءامنوا كتب عليكم ٱلقصاص في ٱلقتلى ٱل بد بٱلح حر ي ى فمن عفي لهۥ من ٱلعبد وٱلنثى بٱلنث ب ر وٱلع

ل ذ ن يه بإحس بٱلمعروف وأداء إلب كم و فيف م تخ ك أخيه شيء فٱت باع فمن ٱعتدى بعد ن ر

لهۥ عذاب رحمة لك ف ذ

١٧٨أليم

Page 60: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

50

50

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qisash

berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh, orang merdeka dengan orang

merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa

yang mendapatkan suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang

memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf)

membayar diat kepada yang member maaf dengan cara yang baik (pula). Yang

demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat.

Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat

pedih.

Pada kasus, perbuatan yang ia lakukan menyebabkan orang lain meninggal

dunia. Dalam perspektif hukum Islam, perbuatan yang dilakukan oleh pelaku

dikenakan jarimah qisash. Namun para pihak bersepakat mengakhiri perkara

mereka secara damai, agar aara pihak memperoleh kebebasan mencari jalan keluar

agar perkara mereka dapat diakhiri. Al-Qur’an menganjurkan memilih islah

sebagai sarana penyelesaian perkara yang didasarkan pada pertimbangan bahwa

islah dapat memuaskan para pihak, dan tidak ada pihak yang merasa menang dan

kalah dalam penyelesaian perkara mereka. Sulh mengantarkan pada ketentraman

hati, kepuasan dan memperkuat tali silaturahmi para pihak.

Kedua adat yang bersangkutan yaitu adat Dayak dan Madura memiliki tata

nilai dan norma yang dijadikan acuan bersama dalam menata hubungan sosial.

Islah sebagai salah satu nilai hidup, dapat memberikan identitas pada masyarakat,

yaitu masyarakat yang mengutamakan perdamaian dan kebaikan bersama demi

Page 61: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

51

51

terciptanya persatuan dan kesatuan serta kekompakan di antara individu dalam

masyarakat.

Di lihat dari kasaus pembunuhan yang menewaskan pemuda Dayak, Islah

dinilai mampu mengobati luka hati. Islah dapat mencegah masyarakat membuka

luka masa lampau dengan melakukan pembalasan dendam, melainkan menutup

luka itu dengan pemulihan hak korban atau keluarga korban sehingga tercipta

perdamaian dalam kehidupan masyarakat dan bangsa.

Dengan demikian, islah lebih bermakna psikologi sosial-politik, demi

menjaga agar masyarakat terhindar dari kekerasan berdimensi apa pun secara

berkelanjutan. Untuk tujuan akhir tersebut, berarti individu, kelompok, dan negara

“harus menanggung ketidakadilan yang memilukan” dan membuka pintu maaf

untuk pelaku. Dengan demikian, islah adalah kesediaan memaafkan atau

melupakan sejarah pahit demi penciptaan tatanan hidup yang lebih baik di masa

depan. Singkatnya, islah lebih menekankan pencapaian tujuan akhir itu daripada

penuntutan pidana.

Formula islah sejalan dengan ajaran agama. Sebab, agama memandang

semua manusia dan muslim bersaudara, maka perbaikilah persaudaraan

antarsesama. Islam membolehkan peristiwa pidana diselesaikan melalui qisas-

diyat, tetapi memaafkan lebih baik dan lebih dekat kepada taqwa.

Memahami dan mengaplikasikan islah dalam kehidupan masyarakat tidak

selalu hanya dapat diterapkan dalam kalangan muslim. Islah dapat diaplikasikan

dalam masyarakat manapun. Sebab secara esensial, islah merupakan nilai yang

bersifat universal. Kendatipun dapat dipahami bahwa islah yang hakiki hanya

Page 62: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

52

52

dirujukkan kepada konsep Islam, tetapi dampak sosial yang lahir dari islah dapat

digunakan dan dirasakan oleh manusia secara keseluruhan. Termasuk dalam

konteks kehidupan antar bangsa, nilai islah sangat relevan untuk dijadikan nilai

universal guna menyatukan umat manusia dalam suatu kesatuan kebenaran dan

keadilan.

Islah dalam hukum pidana Islam secara konsep sudah diatur dalam Al-

Qur’an dan hadis, hal ini tentunya menjadikan Islam sebagai agama yang sangat

toleran dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dengan tidak melupakan

kepentingan umum. Adapun islah dapat dilakukan atas jarimah-jarimah selain

jarimah hudud. Hal ini berdasarkan hukum, bahwa jarimah hudud merupakan hak

Allah yang ketentuanya sudah secara jelas tertulis di dalam Nash. Islah

diharapkan dapat membawa kedamaian para pihak tanpa meninggalkan rasa

dendam maupun penyesalan, yang akhirnya keadaan sosial masyarakat kembali

rukun.

Islah yang dilakukan para pihak, tidaklah bertentangan dengan hukum

pidana Islam. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh

Ahmad, Abu Dawud, Al-Nasa’i dan Al-Baihaqi, dari Aisyah ra, bahwa Nabi

bersabda :

ال رسول هللا صلى هللا علىه وسلم ا قىلوا دو ى الهىىا ت عترا قالت قعن عا ىشة رضي هللا عنها

اال الحدو د ته

“Ringankanlah hukuman bagi orang-orang yang tidak pernah melakukan

kejahatan atas perubuatan mereka, kecuali dalam jarimah-jarimah hudud.”

Hal ini sejalan dengan pendapat Abdul Qadir Audah yang menyatakan

bahwa, hukuman hudud, qisash, diyat tidak boleh diubah-ubah oleh hakim,

sedangkan ta’zir dapat disesuaikan. Objek pertimbangan hakim dalam bidang

Page 63: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

53

53

hudud, qisash, diyat hanya sebatas pada tindak pidananya, bukan pelakunya.

Sedangkan pada hukuman ta’zir, untuk memaafkan atau memberatkan hukuman

dapat dilihat dari dua sisi, yakni tindak pidana yang dilakukan serta siapa pelaku

tindak pidana tersbut.

C. Efektifitas Islah Kasus Pembunuhan Yang menewaskan Pemuda Dayak

dalam Hukum Pidana Positif

Pembunuhan yang menewaskan pemuda Dayak adalah bentuk

pelanggaran tindak pidana yang dapat merugikan orang lain, yang dalam hal ini ia

dikenakan pasal 336, ayat 1-2. Kitab Undang-undang Hukum Pidana menjelaskan

bahwa sanksi pidana dapat dijatuhkan terhadap pelaku tindak pidana

pembunuhan. Lamanya pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tergantung

kepada akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana tersebut. Semakin berat akibat

tindak pidana pembunuhan yang dilakukan maka ancaman pidananya juga

semakin lama Pengaturan tersebut terdapat dalam pasal 336 KUHP.

Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan dibantu Polda Sulawesi Selatan,

berhasil menangkap seorang pelaku pembunuhan terhadap Eki Persia Rianda, 25

tahun. Polisi menangkap tersangka atas nama M. Faruk, 30 tahun, itu di Jalan

Tarakan, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu dini hari 2 Maret 2016.

Selain Faruk, tersangka Ardiansyah alias Mansyah lebih awal

menyerahkan diri ke Polresta Banjarmasin. Menurut Agung, tersangka Faruk

melarikan diri ke Makassar melalu pelabuhan di Jorong, Kabupaten Tanah

Laut. “Ditangkap pukul 02.30 WITA,Barang bukti yang turut diamankan berupa

Page 64: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

54

54

sebilah celurit, pisau, kaos, dan sepeda motor nopol DA 6110 JL.” kata Kapolda

Kalsel.

Atas kasus yang memjadi perhatian publik ini, Brigjen Agung terpaksa

langsung menjemput Faruk memakai jet pribadi milik seorang pengusaha

tambang di Kalsel. Polisi akan menjerat para tersangka menggunakan pasal 170

KUHP dengan ancaman 12 tahun penjara. Sepeti dituturkan oleh Mariana, kekasih

Eki, Eki Persia Rianda (25) tewas dibunuh 2 pemuda di dekat rumahnya. Pelaku

pembunuhan ditangkap, motifnya karena tersinggung oleh tatapan mata.

Semua berawal saat Eki dan pacarnya melaju dengan sepeda motor di

Jalan Pangeran Antasari, Banjarmasin, Sabtu (20/2) lalu. Ada 2 pemuda di dekat

lokasi tersebut, yakni Faruk (30) dan Ardiansyah. Keduanya tengah mabuk.Eki

dan Faruk bertatapan mata. Eki digertak, kemudian membalas. Cekcok terjadi,

tapi tak berlanjut karena dilerai warga sekitar. Tak sangka, Eki dibuntuti hingga

ke rumah. Di sana, pekerja showroom mobil itu ditikam dengan sebilah parang.

Nyawa pria yang hendak menikah itu tak dapat diselamatkan, meski pertolongan

medis telah dilakukan.

Kasus kriminal ini sempat memantik isu kerusuhan etnis antara Dayak dan

Madura di Banjarmasin. Lantaran Korban Eki bersuku Dayak, spanduk ancaman

dan isu serangan terhadap etnis Madura cepat menyebar lewat media sosial.

Untunglah, stakeholder lekas meredam isu ini dengan perundingan antar pihak,

demi meredam konflik terbuka.

Dalam penyelesaian tindak pidana yang menewaskan pemuda Dayak, pelaku

dan korban menggunakan peroses luar pengadilan dan membuat sidang damai

Page 65: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

55

55

antara kedua belah pihak demi mencapai suatu keadilan yang diharapkan oleh

para pihak yang terlibat dalam hukum pidana tersebut, sanksi yang diberikan

kepada pelaku tindak pidana yang menewaskan pemuda dayak adalah denda atau

sanksi yang harus di bayar sebesar membayar 500 kati gram emas dengan harga

emas sekarang sekitar Rp 564.000 atau total sekitar RP282.000.000. Membayar

sanksi dapat dikatakan satu kesempatan kepada pelaku tindak pidana

(keluarganya) untuk bertanggung jawab menebus kesalahannya dengan cara

membayar sanksi untuk mengganti kerugian akibat tindak pidana yang

dilakukannya.

Alasan polisi membolehkan adanya sidang damai antara suku dayat dan

suku madura antara lain karena dalam kasus ini telah memantik isu kerusuhan

etnis antara Dayak dan Madura di Banjarmasin, dan juga isu serangan terhadap

etnis madura. Oleh karena itu untuk meredam terjadinya kerusuan di adakannya

perundingan antara dua belah pihak yang di sebut sidang damai.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 sudah

jelas bahwasanya Peraturan Kepolisian adalah segala peraturan yang dikeluarkan

oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban

dan menjamin keamanan umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat

sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam

rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan,

ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang

mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan

Page 66: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

56

56

masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk

pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan

masyarakat. Jadi dapat dikatakan atas dasar apa polisi memperbolehkan sidang

damai sedangkan kasus yang terjadi adalah tindak pidana umum yang

menghilangkan nyawa orang lain, yaitu demi menjaga keamana kenyamanan

masyarakat dan tidak terjadi perang antar suku.

Keadilan restoratif tentu dapat dilakukan, tetapi harus tetap memperhatikan

kriteria yang ada. Adapun kriteria yang harus diperhatikan adalah aspek yuridis

dan aspek sosiologis. Aspek yuridis yang dimaksud adalah sifat melawan

hukumnya perbuatan, sifat berbahaya perbuatan, jenis pidanaya (strafsoort), berat

ringan pidana (straftmaat), cara bagaimana pidana dilaksanakan (strafmodus), dan

kondisi-kondisi yang diakibatkan oleh tindak pidana itu. Adapun askpek

sosiologis yang harus diperhatikan adalah karakter, umur dan keadaan si pelaku,

latar belakang terjadinya perilaku tersebut, kondisi kejiwaan pelaku dan apakah

pelaku itu pemula atau bukan, pelaku memperbaiki kerugian yang ditimbulkan,

Urgensi Rekonseptualisasi dan Legislasi Keadilan Restoratif di Indonesia

atas perilakunya, pelaku mengakui kesalahanya, pelaku meminta maaf kepada

korban, serta pelaku menyesali serta tidak akan mengulangi perbuatanya lagi.

dapat dikatakan mengutamakan restorative justice, yaitu ”suatu pemulihan

hubungan dan penebusan kesalahan yang ingin dilakukan oleh pelaku tindak

pidana (keluarganya) terhadap korban tindak pidana tersebut (keluarganya)

(upaya perdamaian) di luar pengadilan dengan maksud dan tujuan agar

permasalahan hukum yang timbul akibat terjadinya perbuatan pidana tersebut

Page 67: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

57

57

dapat diselesaikan dengan baik dengan tercapainya persetujuan dan kesepakatan

di antara para pihak.

Restorative justice sangat memiliki manfaat untuk menyelesaikan suatu

tindak pidana antara lain, lebih memperhatikan nasib korban. Hasil penelitian

menunjukan bahwa 80% korban merasakan proses yang lebih fair dalam

restorative justice. Restorative justice tidak hanya merestorasi pelaku dan korban,

tetapi juga menyembuhkan pengaruh buruk yang dirasakan, restorative justice

diharapkan akan menjamin keselamatan, keamanan, dan keharmonisan

masyarakat terdampak, mengurangi jumlah narapidana dan juga dapat menghemat

biaya dan waktu.

keadilan restoratif memang memiliki banyak mamfaat serta efektifitas bagi

para pihak. Mamfaat dan efektifitas yang paling dirasakan oleh para pihak adalah

bahwa pelaku tindak pidana tidak harus membayar kesalahanya melalui

pemenjaran, korban pun tidak “dimamfaatkan” sebagai saksi yang akhirnya hanya

bisa menerima takdir atas musibah yang ia terima tanpa mendapatkan ganti rugi

ataupun pemulihan, sedangkan yang pelaku kejahatan hanya membayar

kesalahanya dengan pemenjraan, meninggalkan korban tanpa memikirkan dampak

kejahatanya terhadap diri korban yang menderita, baik fisik maupun psikologis.

Dalam restorative justice, pelaku kejahatan dan korban dapat bersama-sama

menentukan jalan keluar yang menguntungkan bagi mereka.

Oleh karena itu karena pihak yang terlibat dalam kasus tindak pidana

pembunuhan yang menewaskan pemuda Dayak, maka tujuan dari sistem

restorative justice telah tercapai. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yunan

Page 68: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

58

58

Hilmi dalam jurnal hukum Rechtsvinding, bahwa tujuan akhir dari sistem ini

adalah membuktikan kesalahan pelaku dan menjatuhi hukuman diubah menjadi

upaya mencari kesepakatan atas suatu penyelesaian perkara pidana yang

menguntungkan semua pihak.

Page 69: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis paparkan tentang penyelesaian tindak pidana

melalui islah dalam hukum Islam dan hukum pidana Positif, serta analisis islah

dalam kasus tindak pidana pembunuhan yang menewaskan pemuda Dayak. Maka

banyak hal yang sebenarnya dapat ditarik kesimpulan. Berikut adalah beberapa

point penting yang menjadi inti dari pembahasan skripsi penulis.

1. Dalam hukum pidana Islam, Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa

ishlah merupakan satu proses penyelesaian perkara antar pihak yang

dipilih olehmasing-masing pihak tanpa paksaan atau diusahakan oleh

pihak ketiga dan berakhir dengan kesepakatan, sehingga tercipta

perdamaian diantara kedua belah pihak. Konsep Islah dapat dikatan

banyak kesamaan dengan Al-Afwu namun berbeda secara konsep maupun

definisi, kalua Al-Afwu yaitu media penyelesaian perkara kejahatan qisash

dengan melepaskan hak qisash dari korban kepada pelaku, yang masih

memungkinkan dilakukan qisash. Islah dalam hukum pidana Islah dapat

dilakukan melalui lembaga pemaaf, yakni dengan adanya seorang hakam

sebagai penengah/ pendamai diantara kedua pihak yang berperkara. Hak

iIslah diberikah kepada ahli waris korban maupun si korban yang masih

hidup. Dalam pelaksanaanya, islah dapat dilakukan untuk jarimah qisash,

diyat, serta jarimah ta’zir. Sedangkan untuk jarimah hudud, tidak

dibenarkan karena hudud merupakan hak Allah dan sangat jelas aturanya

dalam Nash.

2. Islah dalam hukum positif merupakan penyelesaian perkara di luar

pengadilan, dan dapat disebut sebuah konsep yang mencakup berbagai

bentuk penyelesaian sengketa selain dari pada proses peradilan melalui

cara-cara yang sah menurut hukum, baik berdasarkan pendekatan

konsensus, seperti negosiasi, mediasi dan konsiliasi atau tidak berdasarkan

Page 70: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

60

60

pendekatan konsensus, seperti arbitrasi. kebijakan ini juga dikenal dengan

keadilan restoratif (restorative justice).

3. Islah yang dilakukan dalam kasus tindak pidana pembunuhan yang

menewaskan pemuda Dayak disidangkan secara adat Dayak, persidangan

berjalan tertib, hasil putusan yang dibacakan oleh martir dapat diterima

dengan baik oleh kedua pihak, artinya Islah dapat diterapkan dan

mencapai tujuan sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.

B. Saran

Setelah penulis menarik kesimpulan dari uraian skripsi ini, penulis

memberikan saran-saran sebagai berikut.

1. Seharusnya bisa lebih memperhatikan keadaan korban dan pelaku, tidak

hanya mengedepankan sanksi tetapi melihak hak-hak korban dan pelaku

korban tidak hanya dijadikan saksi saja lalu ditinggalkan pelaku yang

menjalani hukuman, sedangkan korban harus menanggung kerugian sendiri.

2. Konsep islah dalam hukum pidana Islam seharusnya dapat menjadi

pertimbangan para penegak hukum untuk membuat undang-undang kearah

yang lebih baik, karena konsep islah jauh sudah ada terlebih dahulu di dalam

hukum Islam sebelum adanya hukum positif.

3. Dalam konsep Islah juga perlu dibuat adanya standar pelaksanaan Islah

supaya tidak terjadinya kesewenang-wenangan penegak hukum dalam

menangani suatu masalah hukum.

Page 71: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

61

DAFTAR PUSTAKA

A.Wahid, Yani, Islah, resolusi konflik untuk rekonsiliasi, Kompas, 16 Maret 2001.

A.Z. Abidin, A.Hamzah, Pengantar dalam Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: PT.

Yasrif Watampone, 2010.

Alghifarri, Aqsa, Mengawal Perlindungan Anak Berhadapan Dengan Hukum, Jakarta: LBH Jakarta, 2012.

Dirdjosisworo, Soedjono, Filasafat Peradilan Pidana dan Perbandingan Hukum, Bandung : Armico, 1984

Emerzon, Joni, Alternatif Penyelesaian Sengketa diluar Pengadilan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Hamzah, Andi, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: PT. Yasir Watampoe, 2005

Hamzah, Andi, KUHP dan KUHAP Edisi Revisi, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2011, Cet.VII.

Irfan, Nurul, dan Masyrofah, Fiqih Jinayah, Jakarta : Amzah, 2013.

Irfan, Nurul, Gratifikasi dan Kriminalitas Seksual Dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta: Amzah, 2014.

Irfan, Nurul, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, Edisi Kedua, Jakarta : Amzah, 2012.

Irsan, Koesparmono, Hukum Pidana 2, Jakarta: Ubhara Jaya, 2005.

Kamil, Ahmad, Fauzan M, Hukum Yurisprudensi, Jakarta: Kencana, 2008. Kartanegara, Satochid, Hukum Pidana Bagian Satu, (Ttp: Balai Lektur

Mahasiswa,t.th) Mahrus, Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Mertokusumo, Sudikmo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta:

Liberty, 2005. Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana Cet.VI, Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2000. Muladi, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung: PT. Alumni, 1998. Pengantar contoh proposal yang disusun oleh Dr, Asmawi, M.Ag. Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana, Jakarta : Rajawali Press, 2012.

Page 72: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

62

Prayitno, Wukir, Modernisme Hukum Berwawasan Indonesia, CV. Agung, Semarang, 1991.

Ramdhani Wahyu, Pelaksanaan Hakam dan Mediasi Pengadilan Agama, Artikel

FSH UIN Sunan Gunung Djati, 2012, artikel ini di akses pada 8 Maret 2014 Pukul 13.05.WIB

Ramzy, Ahmad, Tesis, Perdamaian Dalam Hukum Islam dan Penerapan

Restoratif Justice Dikaitkan Dengan Pembaharuan Hukum Pidana Di Indonesia, Universitas Indonesia, 2012.

Rifqi, Mohammad, Islah Para Tokok Politik Sebagai Upaya Penyelesaian

Konflik Dalam Perspektif Sosiologi Hukum. Jogjga: 2008. Sihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Volume

13, Jakarta: Lentera Hati, 2007. Soekanto, Soejono, Mudji, Sri, Penelitian Hukum Normatif, Cet.V, Jakarta :

Indhillco, 2001. Artadi, Ibnu, Jurnal Hukum, Dekonstruksi Pemahaman Penyelesaian Perkara

Pidana Melalui Prosedur Perdamaian. Jurnal Hukum Pro Justisia, Vol.25 No.1. 2007

At-Tamimi, Umar, Jurnal Hukum, Pemaafan Sebagai Alternatif Penyelesaian

Perkara Pidana Perspektif Hukum Islam, Jurnal Diskursus Islam Volume 1 Nomor 3, 2013.

Dhenny, Islah Sebagai Hukum Positif Banjar, artikel Komisi Kepolisian

Indonesia, November 2013. Artikel ini diakses pada 8 februari 2018 ukul 12.58 WIB.

Lasmadi, Sahuri, Artikel, Mediasi Penal Dalam Sistem Peradilan Pidana

Indonesia. Putri Siregar, Anistia Retenia Jurnal Hukum, Eksistensi Peraturan Mahkamah

Agung Nomor 2 tahun 2012 Tentang Penyesuaia Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP Pada Peradilan Pidana, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2013.

Raharjo, Trisno, Jurnal Hukum, Mediasi Pidana Dalam Ketentuan Pidana Adat,

Jurnal Hukum No. 3 Vol. 17, 2010.

Page 73: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

63

Sefriani, Jurnal Hukum, Urgensi Rekonseptualisasi Dan Legislasi Keadilan Restoratif Di Indonesia, Jurnal RechtsVinding Media Pembinaan Hukum Nasional, Vol.2, Nomor 2, 2013.

Tengens, Jecky, Artikel, Pendekatan Restorative Justice dalam Sistem Pidana

Indonesia, Klinik Hukum Online. Artikel ini diakses pada 15 Februari 2015 pukul 20:13 WIB.

Yunan Hilmy, Jurnal Hukum, Penegakan Hukum Oleh Kepolisian Melalui

Pendekatan Restorative Justuice Dalam Sistem Hukum Nasional. Jurnal RechtsVinding Media Pembinaan Hukum Nasional, Vol.2 Nomor 2, 2013.

Zulfa, Eva Achjani, Artikel, Keadilan restoratif di Indonesia: studi tentang

kemungkinan penerapan pendekatan keadilan restoratif dalam praktek penegakan hukum pidana), Universitas Indonesia.

Page 74: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

Kala Warga Adat Dayak Gelar Sidang Damai dengan Suku Madura Digelar Mirip Persidangan Negara, Pelaku Didenda 500 Gram Emas

PELIHARA TRADISI: Persidangan adat damai di Aula Kayuh Baimbai Pemerintah Kota Banjarmasin, kemarin (2/4) pagi.

PROKAL.CO, style="text-align: justify;"> Kebudayaan lokal ternyata juga punya prosesi penyelesaian kasus hukum sendiri. Setidaknya itulah yang tergambar di Aula Kayuh Baimbai di Kantor Pemerintah Kota Banjarmasin, kemarin (2/4) pagi.

----------------------------------------

Pagi kemarin, Aula Kayuh Baimbai Kantor Pemerintah Kota Banjarmasin terlihat ramai dengan orang berpakaian adat dayak. Beberapa orang pemuda dilengkapi mandau (senjata khas suku dayak) berjaga di dalam dan di luar ruangan gedung. Ada apa gerangan?

Ternyata ada acara yang tak biasa. Itu adalah persidangan kasus pembunuhan yang menewaskan pemuda dayak bernama Eki Persia Rianda, kemarin (2/4) pagi.

Page 75: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

Kenapa digelar di gedung pemko Banjarmasin dan bukan di pengadilan? Ternyata memang ini adalah sidang yang dilakukan secara adat dayak. Lebih lengkapnya sidang perdamaian adat dayak atau singer sahiring yang mengadili pelaku atau keluarga pelaku yang telah melakukan pembunuhan terhadap satu orang pemuda dayak.

Dari pantauan Radar Banjarmasin, sidang yang berlangsung selama 4 jam ini dijaga ketat aparat keamanan dari Satbrimob Polda Kalsel, TNI, Polda Kalsel, Polresta Banjarmasin, Polsek Banjarmasin Tengah. Dalam ruang sidang perdamaian tersebut hadir pula beberapa orang etnis Madura yang tergabung dalam Kerukunan Warga Madura (Kawama) Kalsel dengan mengenakan baju ciri khas madura.

Sidang perdamaian adat dayak ini dipimpin oleh Ketua Mantir, Alsen Bayan didampingi 8 anggota mantir serta tiga orang dewan pertimbangan kerapatan mantir perdamaian adat dayak Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah dan Dewan Adat Dayak (DAD) Kota Banjarmasin.

Layaknya sidang kasus pembunuhan yang biasa digelar di pengadilan negeri, ketua sidang atau Ketua Mantir memanggil pihak pelaku yang diwakili oleh Ketua Kawama Kalsel, H Asmad dan keluarga korban yang diwakili oleh ibu korban bernama Asna Ningsih.

Menariknya, pada sidang perdamaian ini tidak ada pembelaan atau tuntutan. Sidang perdamaian ini hanya membacakan tahapan peristiwa pembunuhan hingga terjadinya proses perdamaian antara pelaku dengan keluarga korban serta putusan denda pembunuhan terhadap pelaku.

Sebelum Ketua Mantir membacakan tahapan peristiwa hingga terjadinya proses perdamaian dari kedua belah pihak, Ketua Mantir memanggil pihak pelaku dan keluarga korban duduk di kursi yang tepat berada di depan Ketua Mantir.

Ketua Mantir kemudian memulai sidang dengan membacakan berita acara yang telah diajukan kepada kerapatan mantir sesuai dengan hukum adat dayak Kalimantan berdasarkan Kapatat Tumbang Anoi 1894 yang dibuat oleh DAD Kota Banjarmasin, Batamad Kapuas, dan keluarga korban.

Page 76: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

Setelah selesai membacakan berita acara, Ketua Mantir menanyakan kepada pihak pelaku yang diwakili H Asmad apakah peristiwa ini benar terjadi. Oleh H Asmad, ia mengatakan siap menaati semua hukum adat dayak. “Kita mentaati semua tapi kami minta seringan-ringannya,” ucapnya kepada Ketua Mantir. Ketua Mantir meminta tanggapan kepada ibu korban, yang dijawab ibu korban agar keputusan sidang ini diambil dengan seadil-adilnya. “Kalau sudah ada perdamaian jangan ada tawar menawar lagi,” katanya mengharapkan kepada Ketua Mantir yang memimpin sidang perdamaian hukum adat dayak. Usai mendengarkan keterangan pihak pelaku dan keluarga korban, Ketua Mantir juga memanggil 4 orang saksi dari pihak madura dan dayak hanya untuk mendengarkan jawaban benar atau tidak apakah mereka mengetahui peristiwa pembunuhan tersebut.

Setelah dijawab benar oleh saksi, sidang kemudian diskor selama 2 jam oleh Ketua Mantir karena akan dilaksanakan sidang tertutup untuk merapatkan putusan denda pembunuhan terhadap pelaku.

Selesai sidang tertutup, Ketua Mantir bersama dengan 8 anggota mantir dan dewan pertimbangan kembali membuka sidang perdamaian secara terbuka dengan tahapan membacakan keputusan sidang perdamaian yang bersifat final dan mengikat.

kerapatan mantir memutuskan bahwa berdasarkan hukum adat dayak kalimantan menjatuhkan denda kepada pihak pelaku agar membayar 500 kati ramu atau 500 gram emas dengan harga emas sekarang sekitar Rp564.000 atau total sekitar Rp282.000.000 kepada orang tua korban.

“Denda ini harus dibayar paling lambat 14 hari setelah putusan sidang ini. Apabila pihak pelaku tidak membayar maka akan dikenakan denda yang lebih berat,” kata Ketua Mantir.

Usai membacakan putusan, Ketua Mantir menanyakan kepada pihak pelaku dan keluarga korban apakah menerima putusan ini. H Asmad menyatakan menerima. Sementara itu, ibu korban juga menerima hasil putusan kerapatan mantir.

Page 77: KEDUDUKAN ISLAH DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43978... · 2019-02-11 · upaya untuk mengatasi masalah

Secara terpisah, dewan pertimbangan, Dehen MH mengatakan, sidang perdamaian ini bukan untuk mencari siapa yang salah. Putusan ini diambil dengan seadil-adilnya sesuai dengan norma adat dayak.

Terkait denda pembunuhan, berdasarkan hukum adat dayak denda ini sudah sesuai koridor, dimana dalam hukum adat dayak denda tersebut mulai dari 375 sampai 750 kati ramu. “Dalam hukum positif, denda ini sama dengan hukuman minimal 5 tahun dan maksimal 10 tahun,” ujarnya.

Usai sidang, DAD Kota Banjarmasin dan Kawama Kalsel mengucapkan ikrar persaudaran untuk menjaga keamanan dan kedaulatan NKRI. DAD dan Kawama juga saling tukar cinderamata berupa ciri khas senjata masing-masing suku.(hni/by/ran)

http://swiestboyz.blogspot.co.id/2016/07/kala-warga-adat-dayak-gelar-sidang.html

http://kalsel.prokal.co/read/news/2361-kala-warga-adat-dayak-gelar-sidang-damai-dengan-

suku-madura