Kecerdasan nurani dan spiritual
-
Upload
sukses-pertama -
Category
Spiritual
-
view
1.508 -
download
6
Transcript of Kecerdasan nurani dan spiritual
KECERDASAN
NURANI
DAN
SPIRITUAL
Oleh
M. Shobrie H.W., SE, CPHR, CPTr.
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 1
KECERDASAN NURANI DAN SPIRITUAL
Di dalam diri setiap manusia selalu ada suara hati yang yang
ingin menyeimbangkan antara kepentingan dunia dengan
kepentingan akhirat karena suara hati datang dari Allah
secara given (sudah ada sejak awal). Suara hati itu tentunya
timbul dari hati nurani manusia yang paling dalam yang
berperan sebagai fitrah manusia itu sendiri. Hati nurani selalu
ingin menyeimbangkan antara spiritualisme dengan
materialisme, dan antara faktor insaniyah (kemanusiaan)
dengan faktor illahiyah (ketuhanan).
Selama ini orang biasanya hanya mengenal berbagai jenis
kecerdasan konvensional yang sudah ada, yang di antaranya
adalah : kecerdasan intelegensi (IQ), kecerdasan emosi (EQ),
dan kecerdasan spiritual (SQ), sementara kecerdasan daya
juang (AQ) belum banyak diketahui orang. Begitu juga
dengan kecerdasan nurani (Qolb Quotient - QQ), masih
sangat sedikit sekali orang yang mengenalnya apalagi
memahaminya. Padahal, kecerdasan nurani ini adalah
kecerdasan yang sama tuanya dengan kecerdasan intelegensi
(IQ). Kecerdasan nurani (QQ) telah dianugerahkan Allah
kepada manusia sejak pertama kali manusia berada dalam
kandungan ibu, yang disebut dengan af-idah. Af-idah ini
adalah kecerdasan yang berpasangan antara IQ (akal) dan QQ
(budi), oleh karena itu sering disebut dengan akal-budi. Budi
itulah sebenarnya yang disebut dengan hati nurani. Hati
nurani ini merupakan salah satu unsur paling utama dari
fitrah diri manusia.
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 2
Perhatikan Gambar berikut ini :
Kecerdasan Nurani (QQ) adalah sesuai dengan prinsip-
prinsip keseimbangan di antara : Manusia dengan manusia
(hablum minan naas), Manusia dengan lingkungannya
(hablum minal makhluq), dan Manusia dengan Tuhannya
(hablum minallah). Orientasi hubungan antar manusia
(hablum minan naas) bersifat horisontal, begitu juga orientasi
hubungan manusia dengan lingkungannya (hablum minal
makhluq). Sedangkan orientasi hubungan manusia dengan
Allah (hablum minallah) bersifat vertikal, yakni hubungan
antara manusia sebagai makhluq (inferior) dan Allah sebagai
kholiqnya (superior).
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 3
Mekanisme hubungan antara manusia dengan lingkungannya
(hablum minal makhluq) adalah dengan menggerakkan
segenap kecerdasan konvensional (IQ, EQ, dan AQ) bersama
dengan kecerdasan nurani (QQ) sebagai inisiator dan
mediatornya. Kecerdasan nurani inilah yang sepatutnya
meng-inisiasi, mengatur dan menggerakkan IQ, EQ, dan AQ
sebelum ketiga kecerdasan ini bergerak, yakni dalam hal
hubungan antar manusia dan hubungan antar makhluq.
Sedangkan dalam hubungan antar manusia dengan Allah
(hablum minallah) peran QQ adalah sebagai inisiator dan
sekaligus sebagai trigger (pemicu) bagi kecerdasan spiritual
(SQ) untuk mulai bergerak. Oleh sebab itu, kecerdasan nurani
yang dapat berfungsi dengan baik secara otomatis juga akan
meningkatkan kecerdasan spiritual seseorang.
Kecerdasan spiritual ini merupakan kecerdasan yang
“berkedudukan paling tinggi” sesudah kecerdasan hati
nurani, karena hanya dengan kecerdasan spiritual-lah
seseorang akan mampu memahami dan menangkap sinyal-
sinyal Ilahiyah yang maujud (ada tetapi tak nampak) dengan
hati nuraninya, bukan dengan panca inderanya. Kecerdasan
spiritual juga bersifat transendental dan hollistik sedangkan
kecerdasan nurani bersifat inherent (bawaan sejak lahir)
sebagai fitrah manusia. Kecerdasan nurani yang pada gambar
di atas letak posisinya berada di tengah-tengah (pusat)
“segitiga sama sisi” menunjukkan bahwa ia mempunyai
kedudukan (posisi) penting dan strategis sebagai inisiator,
mediator dan bahkan sebagai pemicu (trigger) untuk
menggerakkan kecerdasan-kecerdasan lainnya yakni : IQ,
EQ, AQ, dan SQ yang terdapat pada diri setiap manusia.
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 4
Oleh karena (pada gambar) posisi SQ berada paling atas dan
paling dekat dengan “posisi” Allah sebagai kholiq, maka SQ
mampu memaksimalkan probabilitas ketercapaian keinginan
manusia lewat doa-doa yang dipanjatkan, berkat campur
tangan Tuhan (Allah SWT) dalam hidup. SQ juga merupakan
sarana bagi manusia untuk mencapai Keridhoan Allah
(Mardhotillah). SQ mampu menimbulkan hal-hal positif
seperti : ketenangan jiwa, ketentraman bathin, perasaan
relaksasi yang mendalam, bahkan suatu keadaan perasaan
kenyamanan bathin yang tiada tara pada sebagian orang yang
tingkat spiritualnya sudah sangat tinggi seperti : Para Nabi,
Thabi’in, Wali, Ulama’ serta orang-orang Sholeh.
Sudut-sudut segitiga sama sisi tersebut yang besarnya sama
60o antara IQ+EQ+AQ dengan SQ adalah menunjukkan
“keharusan diterapkannya skala prioritas yang sama” antara
kepentingan duniawi (yang tercermin dalam IQ, EQ, dan AQ)
dan kepentingan ukhrowi (yang tercermin dalam SQ),
disinilah tercapainya suatu keselarasan dan kesetimbangan
(tawazun) atau “balance” dalam kehidupan.
Mengenai Hati ini Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Ketahuilah bahwasannya di dalam tubuh
manusia terdapat segumpal daging, yang
mana jika ia baik maka akan baik pulalah
tubuh itu, dan jika ia rusak maka akan rusak
pulalah seluruh tubuh itu. Segumpal daging
itu ialah Hati”. (H.R. Bukhari & Muslim)
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 5
Dan Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan HATI, semuanya itu akan dimintakan
pertanggung-jawabannya”
(Q.S. Al-Isra’: 36)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Para
Ilmuwan di seluruh dunia mengenai Brain Hemisphere
(Belahan Otak pada Manusia), maka telah ditemukan,
diketahui dan disepakati bahwasannya pada Otak Kiri
manusia terletak Rational Intelligence (kecerdasan rasio),
sedangkan pada Otak Kanan manusia terdapat Emotional
Intelligence (kecerdasan emosi).
Begitu pula setelah Penulis mempelajari dari berbagai
literatur kajian mengenai Hati Nurani dari Para Ilmuwan dan
Pakar Manajemen Qolbu, baik lokal maupun internasional
maka Penulis mendapati bahwasannya perbandingan antara
Hati Nurani (Hati) dengan Akal (Otak) pada Manusia
dapatlah ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
“Left Brain is working on The System,
while Right Brain is working in The
System, but Only HEART is working in
The Entire of The System of Our Life” (Otak Kiri manusia bekerjanya di atas
sistem, sedangkan Otak Kanan bekerjanya
di dalam sistem, namun hanya HATI yang
berkerja pada seluruh sistem di dalam
sistem kehidupan manusia)
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 6
Berikut ini adalah beberapa lagi kutipan Firman Allah, Hadits
Nabi, maupun Para Pakar berkaitan dengan Hati Nurani :
“Bencana besarlah bagi mereka yang HATI
nya telah mengeras”. (Q.S. Az-Zumar : 22)
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang
Ahlul Kitab sebelum kamu yang diturunkan
Kitab kepadanya kemudian berlalulah waktu
yang panjang kepada mereka, lalu hati
mereka menjadi keras”. (Q.S. Al-Hadid: 16)
“Sesungguhnya Langit dan Bumi tak dapat
Menjangkau KU, tapi AKU dapat dijangkau
oleh HATI Orang yang Beriman”.
(Hadits Qudsi)
“Wahai Washibah, Mintalah Nasehat
(fatwa) pada HATI mu !”. (H.R. Ahmad)
“Janganlah terlalu banyak tertawa karena
terlalu banyak tertawa akan mengeraskan
HATI !”. (Al-Hadits)
“Pleasure without CONSCIENCE is A
Deadly Sin”. (Kesenangan tanpa HATI
NURANI adalah Dosa yang amat Fatal).
(Mahatma Gandhi)
“Seringkali Hatimu mengetahui sesuatu
jauh sebelum Pikiranmu !”. (Polly Adler)
“Management is Tangible, Leadership is
Intangible, but only CONSCIENCE is
Feelable !”. (Manajemen kasat mata,
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 7
Kepemimpinan tak kasat mata, tetapi hanya
HATI NURANI yang dapat Anda rasakan !).
(Hard-Hi Smart Consulting)
“The Balance between The Left and The
Right Brain lies at The HEART”.
(Keseimbangan antara Otak Kiri dan Otak
Kanan adalah terletak pada HATI).
(Hard-Hi Smart Consulting)
“Manage from the Left Brain, Lead from
the Right Brain, but Command and
Execute only from the HEART !”.
(Menatalah dari Otak Kiri, Memimpinlah
dari Otak Kanan, namun Memerintah dan
Melaksanakan dengan baik hanyalah
dimungkinkan melalui HATI).
(Hard-Hi Smart Consulting)
Menurut Kitab terkenal Al-Maraghi bahwasannya Hati
merupakan salah satu Hidayah (petunjuk) yang Allah berikan
kepada manusia. Ada 5 (lima) macam Hidayah yang Allah
berikan kepada Manusia bersama dengan Hati, yaitu :
1). Ghorizah (naluri/insting)
2). Hawasi (indera)
3). „Aqli (akal)
4). Qolbi (hati)
5). Diin (agama)
6). Taufiq (pertolongan Allah yang menggerakkan
hati manusia untuk berbuat kebajikan)
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 8
Manusia yang memiliki Kecerdasan Nurani (QQ) dan
Kecerdasan Spiritual (SQ) akan selalu berusaha keras untuk
mecapai hal-hal berikut ini :
1). Hati yang Bersih.
2). Jujur dan Ber-Akhlaq Mulia.
3). Taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
4). Memperbanyak Ilmu yang Bermanfaat.
5). Bersabar terhadap Ujian dan Cobaan.
6). Memiliki Jiwa yang Tenang dan Ikhlas.
7). Menjadi Manusia Pewaris Syurga Firdaus.
8). Menjauhkan Diri dari Dosa-dosa yang Fatal.
9). Menjauhkan Diri dari Sifat-sifat orang Munafiq.
10). Menerapkan Strategi Hidup yang Baik dan Benar.
Kesepuluh hal tersebut akan penulis bahas satu per-satu
dengan lebih rinci agar pemahaman para pembaca lebih
komprehensif dan lebih mendalam atas hal-hal yang ingin
dibahas pada bagian ini.
1. HATI YANG BERSIH
Sebagai manusia yang dikatakan memiliki Kecerdasan Hati
Nurani dan Kecerdasan Spiritual maka kita harus berusaha
agar Hati kita mencapai status “Qolbun Salim”, yakni hati
yang bersih dari segala macam penyakit hati, baik yang kecil
maupun yang besar, apalagi yang dahsyat.
Mengapa kita harus mencapai Hati yang Qolbun Salim ?
Bila Hati kita termasuk ke dalam “Qolbun Maridh“ (Hati
yang Berpenyakit), apalagi bila termasuk ke dalam “Qolbun
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 9
Mayyit” (Hati yang Mati/Beku) maka pemiliknya juga akan
tergolong orang-orang yang dikategorikan oleh Allah SWT
sebagai “Pembuat Kerusakan di muka Bumi (Mufsidin)”.
Adapun jenis-jenis penyakit hati ini berdasarkan tingkat
kronisnya diklasifikasikan sebagai berikut :
Ringan : iri, riya‟, ujub, sum‟ah, ghibah.
Berat : sombong, dengki, hasad, menentang Allah.
Dahsyat : mempersekutukan Allah (syirik).
Penyakit-penyakit hati yang ringan dan berat tersebut akan
menghapus pahala-pahala amal ibadah yang telah kita
kerjakan laksana air hujan mengguyur bumi (bersih tanpa
sisa). Sedangkan penyakit hati yang paling berat (dahsyat)
merupakan Dosa yang Teramat Besar yang akan
menyebabkan para pelakunya dilemparkan oleh Allah SWT
ke dalam Api Neraka dengan kekal di dalamnya selama-
lamanya. Na‟udzubillaahi Min Dzalik…
Bahaya Syirik itu sendiri telah dijelaskan oleh Allah SWT
dengan Firman-Nya di dalam Al-Qur’an, di antara Firman-
Nya adalah sebagai berikut :
1). Syirik adalah Dosa yang Amat Besar :
“Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni dosa selain syirik bagi siapa
saja yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah (syirik) maka
sesungguhnya ia telah berbuat dosa yang
teramat besar”. (Q.S. An-Nisa’: 48)
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 10
2). Syirik adalah Kesesatan yang Amat Jauh :
“Barangsiapa yang mempersekutukan Allah
(syirik) maka sesungguhnya ia telah tersesat
dengan kesesatan yang teramat jauhnya”.
(Q.S. An-Nisa’: 116)
3). Syirik adalah Kejahatan yang Amat Dahsyat :
“Janganlah kamu mempersekutukan Allah
(syirik), sesungguhnya mempersekutukan
Allah itu adalah kejahatan yang sangat
teramat dahsyat”. (Q.S. Luqman : 13)
Kita mungkin semua sudah tahu bahwa sebenarnya Iblis
adalah makhluq Allah yang paling ta’at dan berbakti kepada
Allah SWT sebelum ia diperintahkan untuk bersujud kepada
Adam. Namun karena Iblis mempunyai penyakit hati, maka
Allah mengkategorikan Iblis tersesat dan termasuk ke dalam
golongan yang Kafir, sebagaimana yang telah dijelaskan Al-
Qur’an tentang Hukuman Allah terhadap Iblis tersebut.
Marilah kita lihat penyakit-penyakit hati apa sajakah yang
menghinggapi Iblis sehingga ia dikategorikan oleh Allah
sebagai golongan yang Kafir :
1). Membangkang, Sombong / Arogan / Takabbur :
“Dan ketika Kami katakan kepada Para
Malaikat : „Sujudlah kalian kepada Adam‟,
maka bersujudlah mereka (para malaikat)
kecuali Iblis, ia Enggan (=membangkang)
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 11
dan Takabbur (=sombong / arogan), maka
ia termasuk golongan yang Kafir”.
(Q.S. Al-Baqarah : 34)
2). Merasa Diri lebih Hebat :
“Allah berfirman (kepada Iblis) : „Apakah
yang menghalangimu untuk bersujud
(kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?‟.
Berkatalah Iblis : „Aku lebih baik daripada
dia, Engkau ciptakan aku dari api
sedangkan dia Engkau ciptakan dari
tanah‟“. (Q.S. Al-A’raf : 12)
3). Iri, Dengki, Dendam Kesumat dan Hasad :
“Iblis berkata : „Karena Engkau telah
menghukumiku tersesat maka aku akan
benar-benar menghalang-halangi mereka
(manusia) dari Jalan Engkau yang lurus“.
(Q.S. Al-A’raf : 16)
Lalu perhatikan pula kutipan Hadits Nabi SAW tentang Hati
di bawah ini :
“Wahai Washibah, tanyalah pada Hatimu !
Mintalah pendapat pada Hatimu !”.
(Kalimat itu diucapkan Nabi sebanyak 3x)
Lalu Rasulullah melanjutkan Sabdanya :
“Kebaikan adalah sesuatu yang Hati
merasa tenang ketika mengerjakannya, dan
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 12
Dosa adalah sesuatu yang membuat
perasaan gelisah (tidak tenteram) dan Hati
ragu ketika melakukannya, meskipun semua
orang sepakat mengatakan bahwa yang
engkau lakukan itu adalah baik dan benar”.
(H.R. Ahmad)
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwasannya bila
Hati kita merasa tenang dan mantap dalam melakukannya
maka tandanya perbuatan itu benar dan halal untuk
dilakukan. Tetapi bila Hati kita merasa ragu-ragu (atau
bahkan menentangnya) maka tandanya perbuatan itu adalah
salah (tidak dibenarkan oleh Allah) dan haram serta berdosa
bila kita tetap meakukannya.
Agar Hati kita senantiasa tenteram dan damai maka jalan
satu-satunya bagi kita adalah dengan memperbanyak
Dzikirullah (mengingat Allah) baik di kala susah maupun
senang, dan di kala sempit maupun lapang, karena hanya
dengan berdzikirlah Hati kita menjadi tenang, sebagaimana
yang dijanjikan Allah SWT dalam Surat Ar-Ra’d ayat 28 :
“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah (Dzikir) sajalah
yang membuat Hatimu menjadi tenang dan tenteram”.
Allah SWT menghendaki kita untuk senantiasa menjadi
orang yang “Mufariddun”, yakni orang yang selalu
mengingat Allah SWT di manapun, kapanpun dan di
manapun kita berada dan dalam keadaan apapun.
Allah SWT telah berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-
Ahzab ayat 41-42 :
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 13
"Wahai orang-orang yang beriman,
ingatlah kepada Allah dengan Dzikir yang
sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah
kepadaNya setiap pagi dan petang".
Kemudian Rasulullah SAW juga bersabda di dalam Hadits
Beliau sebagai berikut :
"Maukah aku beritahukan kepada kalian
amalan yang paling baik dan paling suci di
mata Raja (=Allah) kalian, dan lebih baik
daripada menginfakkan emas dan uang
serta lebih baik daripada berperang di
Jalan Allah? Yaitu, Dzikir kepada Allah".
Lebih lanjut di dalam Hadits-hadits Rasulullah SAW
diterangkan beberapa Bacaan Dzikir dan Faedahnya bagi kita
sebagai orang yang beriman, yakni di antara bacaan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Barangsiapa yang membaca : "Subhanallah,
Walhamdulillah, Walaailaahaillallah, Wallahu Akbar",
maka orang itu akan ditanamkan oleh Allah SWT pohon
buah-buahan yang banyak di dalam Syurga.
2. Barangsiapa yang membaca : "Subhanallah
Wabihamdih" sebanyak 100 kali, maka orang itu akan
dihapuskan dosa-dosanya walaupun dosa-dosanya
sebanyak buih yang ada di lautan.
3. Barangsiapa yang membaca : "Asyhadu An-
Laailaahaillallah, Wahdahu Lasyariikalah Wa-asyhadu
anna Muhammadan 'Abduhu Warosuuluh", maka
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 14
orang itu akan dibukakan 8 (delapan) Pintu Syurga,
sehingga ia dapat masuk Syurga dari pintu manapun yang
ia kehendaki.
4. Barangsiapa yang membaca : "Laa Haula Walaa
Quwwata Illa Billah", maka orang itu dibukakan salah
satu pintu Syurga untuknya.
5. Barangsiapa yang membaca : "Asyhadu An-
Laailaahaillallah", maka orang itu diberikan Kunci
Syurga oleh Allah SWT.
6. Barangsiapa yang membaca : "Laa Ilaaha Illallah Al-
Malikul Haqqul Mubiin", maka orang itu apabila
meninggal dunia ia tidak akan merasa seram di dalam
kubur (=alam barzakh), sehingga ia aman dan sentosa di
dalam kubur.
7. Barangsiapa yang membaca : Sayyidul Istighfar yaitu
"Allahumma Anta Robbi Laailahailla Anta Kholaqtani
Wa ana 'Abduka Wa ana 'Ala 'Ahdika Wawa'dika
Mastatho'tu A'udzubika Min Syarrima Shona'tu Abu
ulaka Bini'matika 'Alaiyya Wa abu-u Bidzambi
Faghfirli Fainnahu Laa Yaghfirudz Dzunuba Illa
Anta", maka :
a. Jika dibaca siang hari (sesudah Subuh), kemudian ia
meninggal dunia sebelum Sore (sebelum 'Ashar),
maka ia pasti akan termasuk "Ahli Syurga".
b. Jika dibaca pada malam hari (sesudah Maghrib),
kemudian ia meninggal dunia sebelum pagi (sebelum
Subuh), maka ia pasti akan termasuk "Ahli Syurga".
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 15
8. Barangsiapa yang membaca : "Alhamdulillah", maka
akan dipenuhi timbangan Amal Solehnya.
9. Barangsiapa yang membaca : "Allahumma Sholli 'Ala
Muhammad Wa 'Ala Aali Muhammad Wa 'Ala Ahli
Baitihi" sebanyak 100 kali setiap harinya, maka akan
didatangkan/dikabulkan Allah SWT kepada orang itu
sebanyak 70 “Hajatnya” (= maksud/niat/do'a mengenai
hal-hal dunia) dengan cepat di Dunia ini, dan akan
didatangkan serta dikabulkan kepada orang itu sebanyak
30 Hajatnya untuk Urusan di Akhirat kelak.
10. Barangsiapa yang membaca : Sholawat Nariyah
sebanyak 11 kali setiap hari sesudah Sholat 'Ashar, maka
akan dimudahkan, dilapangkan dan dilimpahkan
Rezekinya di dunia ini dengan tiada putus-putusnya, serta
diberikan Rezeki yang berlimpah pula di Akhirat kelak.
Rasulullah SAW juga menerangkan bahwasannya ada 5
(lima) Perkara yang menjadikan sebagai Obat bagi Hati yang
kotor atau berpenyakit, obat tersebut adalah :
1). Membaca Al-Qur’an dan menghayati maknanya.
2). Sholat Malam (mis: Tahajud atau Sholat Hajat).
3). Berpuasa Sunnah (mis: Senin-Kamis, atau Puasa Daud).
4). Memperbanyak Dzikir (mengingat) kepada Allah.
5). Bergaul hanya dengan orang-orang yang Baik (Sholeh).
Itulah 5 (lima) hal/perkara yang dapat membersihkan Hati
kita dari kotoran-kotoran atau penyakit yang mungkin saja
bercokol di dalam hati tanpa kita ketahui dan kita sadari.
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 16
2. KEJUJURAN DAN AKHLAQ MULIA
Kejujuran merupakan salah satu simbol dari Akhlaq Mulia,
sehingga kita mungkin pernah mendengar ada kata mutiara
dari orang-orang tua kita dahulu bahwasannya “Kejujuran
adalah Mata Uang yang Berlaku di mana saja”, bahkan di
dunia kejahatan seperti “MAFIA” (Mafioso – dari Italia) pun
masih tetap dibutuhkan adanya sifat kejujuran. Mengapa
demikian? Karena untuk menjalankan organisasi mafia
mereka tersebut tentunya dibutuhkan orang yang akan
diserahi tugas untuk mengurusi keuangan organisasi mereka,
dan yang pasti akan dipilih tentulah orang-orang yang jujur
dalam hal mengelola dan mengurusi keuangan organisasi
mereka, karena jika tidak, mereka akan berlaku sangat kejam
dan sadis terhadap orang-orang yang berusaha membohongi
dan menipu mereka, meskipun sebenarnya mereka juga
adalah kumpulan para penipu, pembohong, perampok dan
bahkan pembunuh. Betul ?
Begitu juga, banyak sekali di antara orang-orang yang bukan
beragama Islam yang tidak pernah tahu dan tidak mengerti
tentang Islam namun sangat menjunjung tinggi kejujuran dan
akhlaq mulia tersebut. Marilah kita coba simak beberapa
kutipan sebagian dari kata-kata mutiara yang sempat mereka
lontarkan dan kemukakan :
“Honesty is the first chapter in the book of
wisdom” (Kejujuran adalah bab pertama
dalam buku kebajikan). (Thomas Jefferson)
“It is not about aptitude but your attitude
that will determine your altitude”
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 17
(Bukanlah kepandaian otakmu, akan tetapi
akhlaqmu yang akan menyebabkan kamu
mempunyai kedudukan yang amat tinggi dan
terhormat). (Jessie Jackson)
Urusan akhlaq bukanlah urusan yang hanya sepele saja akan
tetapi merupakan “Perkara Besar” yang bisa menyebabkan
suatu bangsa menjadi berantakan dan porak-poranda
disebabkan oleh dampak kejahatan dan kebiabadan manusia
itu sendiri. Lihat saja contohnya, betapa korupsi dan
manipulasi sudah menjadi budaya dan merajalela di mana-
mana di negeri ini yang notabene sebagian besar rakyatnya
adalah beragama Islam. Bukanlah salah ajaran Agamanya
akan tetapi oknum-oknum (orang-orang) nya-lah yang tidak
memiliki Kejujuran dan Akhlaq yang Karimah. Kemudian,
dampak dari akhlaq yang buruk juga dapat menyebabkan
suatu ummat terperosok ke jurang kenistaan, dan bahkan
yang paling buruk, dapat menyebabkan seseorang pelakunya
mengalami Suul Khotimah (akhir hidup yang buruk – Bad
Ending of Life) pada saat kematiannya (misalnya: bunuh
diri, saling bunuh, dsb). Naudzubillahi Min Dzalik semoga
kita tidak termasuk golongan orang-orang yang demikian.
Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi SAW yang berbunyi :
“Sesungguhnya aku (Muhammad) ini diutus
Allah SWT untuk kalian, terutamanya
adalah untuk memperbaiki dan memuliakan
Akhlaq”. (Al-Hadits)
Perhatikan pula beberapa kutipan Hadits Beliau berikut ini :
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 18
“Sesungguhnya orang yang paling baik di
antara kalian adalah orang yang paling
baik akhlaqnya”. (H.R. Bukhari - Muslim)
“Makhluq (manusia) yang terbaik adalah
yang terbaik akhlaqnya”. (Al-Hadits)
“Apabila kalian berakhlaq hendaklah
seperti Akhlaqnya Para Nabi”. (Al-Hadits)
Adalah seorang Pakar Ilmu Manajemen dari Amerika Serikat
yang bernama Stephen R. Covey yang mengutip tentang
Kejujuran dan Integritas dengan demikian indah dan bagus di
dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People
(Tujuh Kebiasaan Orang-orang yang sangat Berhasil-guna).
Di dalam bukunya tersebut ia mendefinisikan “Kejujuran”
dan “Integritas” sebagai berikut :
HONESTY (Kejujuran) : is conforming our words to
reality (adalah kesesuaian kata-kata kita dengan
kenyataan).
Jadi, Kejujuran berarti : Bisa Dipercaya (Trustable)
INTEGRITY (Integritas) : is conforming reality to our
words (adalah kesesuaian kenyataan atas kata-kata kita)
Maksud dari definisi Integritas di atas adalah : “adanya
kesesuaian antara kata-kata yang kita ucapkan dengan
setiap perbuatan yang kita lakukan”. Dengan kata lain juga
dapat diartikan sebagai : “tidak munafiq (unhypocrite)”.
Jadi, Integritas berarti : Bisa Diandalkan (Reliable)
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 19
Menurut Stephen R. Covey, untuk menjadi Manusia yang
Berhasil-guna maka seseorang haruslah memiliki sifat kedua-
duanya, yakni “Kejujuran” dan sekaligus “Integritas”.
Namun, bila seseorang hanya memiliki Kejujuran tetapi tidak
memiliki Integritas, berarti ia “Bisa Dipercaya tetapi Tidak
Bisa Diandalkan”. Sebaliknya, apabila seseorang hanya
memiliki Integritas saja, maka berarti ia “Hanya Bisa
Diandalkan tetapi Tidak Bisa Dipercaya”.
Pada tahun 2002 lalu tepatnya tanggal 11-12 April 2002, Para
Top Executive (CEO) dari berbagai Perusahaan Internasional
datang berbondong-bondong untuk menghadiri sebuah
Leadership Discussion Forum (Forum Diskusi tentang
Kepemimpinan) yang diadakan oleh Lembaga Pendidikan
Harvard Business School yang mengambil Tema “Does
Spirituality Drive Success?” (Apakah Spiritualitas mampu
menghasilkan Kesuksesan?). Mereka berdiskusi membahas
bagaimana nilai-nilai spiritualitas tersebut dapat membantu
mereka menjadi pemimpin perusahaan yang berpengaruh di
tengah-tengah lingkungan bisnis yang mereka jalankan.
Diskusi berjalan dengan hangat selama dua hari di lembaga
pendidikan bisnis paling bergengsi di Amerika Serikat
tersebut. Pada akhir Forum Diskusi mereka seluruhnya
sepakat menyatakan bahwasannya Nilai-nilai Spiritualitas
mampu menghasilkan 5 (lima) hal, yaitu :
1. Integritas dan Kejujuran.
2. Energi dan Semangat.
3. Inspirasi, Ide dan Inisiatif.
4. Wisdom (Kebajikan/Kebijaksanaan)
5. Keberanian dalam Mengambil Keputusan.
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 20
Kemudian lagi, pada Tahun 1987, 1995 dan 2002 yang lalu
secara berturut-turut sebuah leadership institution (lembaga
kepemimpinan) internasional yang bernama The Leadership
Challenge melakukan Survey mengenai “karakteristik” para
pemimpin (CEO) perusahaan dari 5 (lima) Benua yakni :
Amerika, Australia, Asia, Eropah dan Afrika. Dalam survey
tersebut masing-masing responden diminta untuk memilih
sebanyak 7 dari 20 karakter yang menurut mereka Paling
Ideal bagi CEO pilihan perusahaan mereka.
Ke-20 karakter yang harus dipilih tersebut adalah sbb :
1. Honest (jujur)
2. Forward Looking (berpikiran maju)
3. Competent (kompeten/mampu)
4. Inspiring (memberi inspirasi)
5. Intelligent (cerdas)
6. Fair-minded (adil)
7. Broad-minded (berwawasan luas)
8. Supportive (mendukung)
9. Straight Forward (berterus terang)
10. Dependable (bisa diandalkan)
11. Cooperative (dapat bekerjasama)
12. Determined (tegas)
13. Imaginative (berdaya-imajinasi)
14. Ambitious (berambisi)
15. Courageous (mendorong/berani)
16. Caring (peduli)
17. Mature (matang/dewasa)
18. Loyal (setia)
19. Self-controlled (menguasai diri)
20. Independent (mandiri)
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 21
Maka Hasilnya mencatat bahwa dari seluruh ke-3 Event
Survey (1987, 1995 dan 2002) tersebut Karakter/sifat
“Honest (Jujur)” selalu berada pada “Urutan (ranking)
Pertama” secara berturut-turut selama tiga kali diadakan
survey tersebut, sementara jenis karakter-karakter yang lain
selalu berubah-ubah posisi urutan (ranking) nya. Hal ini
berarti para pebisnis itupun sangat menyadari dan
mengetahui bahwa kejujuran adalah faktor yang sangat
penting dalam menjalankan bisnis mereka. Disamping itu,
sekaligus membuktikan kita bahwasannya “Kejujuran”
merupan faktor yang amat sangat dibutuhkan oleh siapapun
dalam kehidupannya di dunia ini, tak peduli apakah mereka
seorang spiritualis, penulis, negarawan, moralis atau bahkan
seorang pebisnis sekalipun sangatlah membutuhkan yang
namanya “Kejujuran”.
Namun kita mungkin sering atau pernah mendengar
setidaknya bahwa di dalam “Dunia Bisnis” ada suatu
Ungkapan yang sangat populer sekali, yang berbunyi kurang
lebih demikian :
“If you only talk about honesty, nobody
will come to you talking about business”
(Jika anda banyak bicara tentang kejujuran,
maka tak akan ada orang yang datang
kepada anda untuk bicara tentang bisnis).
Pernyataan dalam ungkapan tersebut di atas sangatlah
“Berbau SEKULER” dan “PARADOXAL” sekali dengan
Hasil Survey The Leadership Challenge serta dengan
banyak Tokoh-tokoh Spiritual, Negarawan dan Pebisnis Jujur
yang sangat tidak setuju atau tidak sepaham bahkan
menentang dengan keras ungkapan tersebut.
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 22
Beberapa Tokoh dan Organisasi yang tidak setuju/sepaham
(bertentangan) dengan ungkapan tersebut, di antaranya :
Mahatma Gandhi, seorang Spiritualis dari India, yang
membuat statement (pernyataan) di dalam bukunya yang
berjudul The Seven Deadly Sins bahwasannya
“Commerce without Morality is A Deadly Sin” (Bisnis
tanpa disertai Akhlaq adalah Dosa yang Amat Fatal).
Thomas Jefferson, seorang Negarawan dan salah satu
mantan Presiden Amerika Serikat yang pernyataannya
banyak dikutip oleh Tokoh-tokoh Politik dan Negarawan
dari berbagai Negara juga mengatakan “Honesty is the
first chapter in the book of wisdom” (Kejujuran adalah
Bab pertama di dalam Buku Kebajikan/Kebijaksanaan).
Yang maksudnya adalah apabila kita ingin berbuat
kebaikan atau kebajikan maka tanamkan terlebih dahulu
kejujuran di dalam diri kita, tanpa itu niscaya kita tidak
akan bisa dikatakan telah berbuat kebaikan dan kebajikan.
American Business Concern, sebuah Organisasi Media
Perkumpulan Bisnis terkemuka di Amerika Serikat pernah
menerbitkan Hasil Poling dan Survey yang diadakan bagi
Para Pebisnis Dunia (CEO Perusahaan) dari sebanyak 500
Perusahaan Multinational Besar Dunia Paling Sukses
yang disebut sebagai “Fortune 500” yang isinya
menyatakan bahwa sebanyak 94% Para Pemimpin (CEO)
perusahaan-perusahaan besar tersebut berhasil mencapai
kesuksesan bisnis pada bidang-bidang usahanya berkat
diterapkannya Faktor “Kejujuran” dan “Perilaku/Akhlaq
yang Terpuji” di dalam menjalankan bisnis mereka.
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 23
Harvard Business School pernah mengadakan Penelitian
pada Tahun 1993 mengenai faktor-faktor Penentu
Keberhasilan dan Kesuksesan atas diri sesorang, yang
kemudian ditemukan dalam penelitian tersebut
bahwasannya sebesar 85% Penyebab Keberhasilan dan
Kesuksesan seseorang adalah Faktor “Akhlaq”.
3. TAAT KEPADA PERINTAH ALLAH DAN RASUL
Di dalam suatu organisasi, apapun namanya, di manapun
adanya serta di bidang apapun kegiatannya, pastilah selalu
ada yang namanya : “Perintah” (Command – dalam Bahasa
Inggrisnya). Perintah ini sangat diperlukan guna menjalankan
sistem yang ada di dalam organisasi tersebut. Perintah sangat
mutlak diperlukan bagi kelancaran suatu organisasi untuk
mempermudah dan memperjelas hal-hal yang berkaitan
dengan :
Stratata/Tingkatan (Level) Jabatan para anggotanya.
Satuan Komando/Perintah (Unity of Command); dan
Jenjang Tingkatan Komando/Perintah (Hierarchy of
Command) dalam organisasi.
Hanya dengan ke-3 hal tersebut di atas itulah suatu organisasi
dapat dimungkinkan berjalan dengan baik dan lancar tanpa
adanya saling “Tumpang-tindih (Overlapping)” dan saling
“Langgar (Outbreaking)” terhadap Otoritas masing-masing
jabatan yang ada di antara para anggota organisasi di
dalamnya.
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 24
Begitu juga halnya dengan “Sistem” (Manhaj) yang ada di
dalam Agama Allah (cq. Islam), terdapat juga yang namanya
“Perintah” (Am‟r – dalam Bahasa Arabnya). Di dalam
Agama Islam, ketiga hal yang telah disebutkan di atas telah
dicanangkan oleh Allah SWT dengan Urutan Prioritas dan
Kedudukannya sebagai berikut :
Perintah Allah SWT Paling Utama (Top Urgent)
Perintah Rasulullah SAW Utama/Tinggi (Urgent)
Perintah Pemimpin Penting (Important)
Adapun Kedudukan Hukum (Legal Standing) dari Skala
Prioritas tersebut di atas telah ditetapkan oleh Allah SWT
yang tertuang di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 59 :
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taati pula Rasul, serta Para
Pemimpin di antara kamu. Kemudian jika
kamu berbeda pendapat tentang segala
sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah
(cq. Al-Qur‟an) dan Rasul (cq.Hadits) bila
kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
baik bagimu dan baik pula akibatnya”.
(Q.S. An-Nisa’ : 59)
Taat kepada Allah SWT merupakan suatu kewajiban yang
tidak dapat kita ganggu-gugat karena ketika seseorang telah
mengucapkan Dua Kalimat Syahadat atau telah berada di
dalam naungan Agama Islam, maka wajib baginya untuk taat
kepada segala bentuk perintah dan larangan dari Allah SWT.
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 25
Lalu, apakah dengan taat kepada Allah SWT berarti kita tidak
boleh taat kepada yang lain selain Allah ?
Satu-satunya hamba Allah yang wajib untuk ditaati pula oleh
Umat Islam adalah Rasulullah Muhammad SAW. Beliau
adalah suri teladan bagai seluruh umat hingga akhir zaman.
Hanya Beliaulah yang memiliki hak untuk ditaati oleh
seluruh umat manusia, khususnya umat Islam. Perintah untuk
taat kepada Rasulullah SAW ini merupakan salah satu bentuk
ketaatan kita kepada Allah SWT, karena perintah tersebut
terdapat di dalam Al-Qur’an :
“Wahai orang-orang yang beriman, taatlah
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah
kamu berpaling dari pada-Nya, sedangkan
kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)”.
(Q.S. Al-Anfal : 20)
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taati pula Rasul…”.
(Q.S. An-Nisa’ : 59)
Adapun orang-orang, golongan, atau aliran-aliran yang tidak
percaya kepada Rasulullah SAW atau tidak mau mematuhi
sunnah-sunnahnya, maka mereka sama saja dengan tidak
mentaati perintah Allah SWT. Orang-orang yang semacam
inilah yang disebut dengan orang-orang yang ingkar, durhaka
(fasiq) atau kafir.
Taat kepada Allah SWT berarti harus pula diiringi dengan
ketaatan kepada Rasulullah SAW. Perintah tersebut banyak
sekali terdapat di dalam Al-Qur’an dan senantiasa selalu
berpasangan dan berdampingan.
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 26
Jika seseorang tidak mau mentaati perintah dan larangan
Rasul, maka sudah bisa dipastikan bahwasannya ia juga sama
saja dengan tidak mentaati perintah dan larangan Allah SWT.
Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa setiap muslim
harus taat kepada Rasulullah SAW, bukan hanya kepada
Allah SWT saja :
1. Perintah untuk taat kepada Rasulullah merupakan perintah
dari Allah SWT.
2. Rahmat Allah hanya akan diberikan kepada orang-orang
yang bertaqwa dan beriman kepada Allah dan mentaati
Rasul-Nya.
3. Ketaatan kita kepada Rasulullah SAW merupakan sebuah
jalan untuk mendapatkan Taufiq (pertolongan) dan
Hidayah (petunjuk) dari Allah SWT.
4. Allah SWT akan menimpakan adzab yang sangat pedih
kepada mereka yang menentang atau menyalahi perintah
Allah. Menentang atau menyalahi perintah Rasulullah
merupakan salah satu bentuk pengingkaran terhadap
perintah Allah SWT.
5. Ketaatan dan kepatuhan seseorang terhadap ketetapan
Rasulullah SAW merupakan salah satu syarat syahnya
iman seseorang kepada Allah SWT.
6. Hanya dengan mengikuti atau mentaati Allah SWT dan
Rasul-Nya sajalah maka kita akan memperoleh limpahan
kasih sayang dan ampunan dari Allah SWT.
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 27
Demikian di antaranya beberapa alasan mengapa kita selaku
Umat Islam harus juga berlaku taat kepada Rasulullah SAW
karena ketaatan kepada Allah SWT dan ketaatan kepada
Rasulullah SAW adalah bukti Cinta kita kepada Allah SWT
dan Rasul-Nya yang merupakan suatu keharusan bagi setiap
pemeluk Islam (Muslim) yang senantiasa selalu beriringan
dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
Berikut ini adalah beberapa keterangan tambahan lagi dari
Allah SWT yang berkaitan dengan perintah taat dan cinta
kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, yang terdapat di dalam
Al-Qur’anul Karim :
“Patuhilah olehmu Allah dan Rasul agar
supaya kamu diberi rahmat (disayang)”.
(Q.S. Ali Imran : 132)
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah
seruan Allah dan seruan Rasul apabila
Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang
memberikan kehidupan kepada kamu,
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
membatasi antara manusia dan hatinya dan
sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan
dikumpulkan”. (Qs. Al Anfaal : 24)
“Barangsiapa yang mentaati Allah dan
Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah
mendapatkan kemenangan yang besar”.
(Q.S. Al-Ahzab : 71)
“Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di
dunia ini dan di akhirat, sesungguhnya kami
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 28
kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah
berfirman: „Siksa-Ku akan Kutimpahkan
kepada siapa yang Aku kehendaki dan
rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka
akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-
orang yang bertaqwa, yang menunaikan
zakat dan orang-orang yang beriman
kepada ayat-ayat Kami‟".
(Q.S. Al-A’raf : 156)
“Katakanlah : „Hai manusia sesungguhnya
aku adalah utusan Allah kepadamu semua,
yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit
dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, Yang menghidupkan
dan mematikan, maka berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang
“ummi” yang beriman kepada Allah dan
kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-
Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu
mendapat petunjuk‟”. (Q.S. Al-A’raf : 158)
“Katakanlah : „Taatlah kepada Allah dan
taatlah kepada Rasul; dan jika kamu
berpaling maka sesungguhnya kewajiban
rasul itu adalah apa yang dibebankan
kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian
adalah semata-mata apa yang dibebankan
kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya,
niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak
lain kewajiban Rasul adalah menyampaikan
(amanat Allah) dengan jelas".
(Q.S. An-Nur : 54)
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 29
”Janganlah kamu jadikan sebutan kepada
Rasul diantara kamu seperti sebutan
sebagian kamu kepada sebagian (yang lain).
Sesungguhnya Allah telah mengetahui
orang-orang yang berangsur- angsur pergi
di antara kamu dengan berlindung (kepada
kawannya), maka hendaklah orang-orang
yang melanggar perintah-Nya takut akan
ditimpah cobaan atau ditimpah adzab yang
amat pedih”. (Q.S. An-Nur : 63)
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada
hakikatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara
yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa keberatan sama sekali
dalam hati mereka terhadap keputusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuh hati”. (Q.S. An-Nisa’ : 65)
“Katakanlah : „Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu‟;
Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (Q.S. Ali Imran : 31)
Adapun Dalil (Nash) yang memerintahkan taat kepada Para
Pemimpin di antara manusia, adalah sebagai berikut :
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taati pula Rasul, serta Para
Pemimpin di antara kalian”.
(Q.S. An-Nisa’ : 59)
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 30
“Patuhilah olehmu, walaupun yang
memimpin di antara kalian adalah seorang
budak Ethiopia yang bentuk kepalanya
seperti biji kurma”. (H.R. Bukhari)
Lalu, bagaimana bila seandainya ada perintah dari para
pemimpin (atasan) kita yang tidak sesuai atau bahkan
melanggar sama sekali Perintah Allah dan Rasul-Nya ?
Bila hal itu terjadi, berarti perintah pemimpin tersebut
mempunyai status sebagai yang : “Important BUT NOT
Urgent!” (Penting tetapi Sangat Tidak Utama/Mendesak) dan
perintah tersebut hanya memiliki Jenjang Tingkatan Perintah
(Hierarchy of Command) yang “Paling Bawah” (prioritas
terakhir) dalam Skala Urutan Prioritas Perintah yang telah
dicanangkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat An-
Nisa’ ayat 59. Jadi dalam hal ini perintah pemimpin (atasan)
tersebut haruslah dikaji ulang dengan lebih seksama lewat
pertimbangan Hati Nurani kita yang mendalam. Bila memang
perintah tersebut sangat melanggar Perintah Allah dan Rasul-
Nya maka perintah pemimpin (atasan) tersebut HARUS
“diabaikan” dan “tidak boleh sama sekali kita patuhi”.
Adapun Kedudukan Hukumnya sangat lengkap sekali, yakni
terdapat di dalam Al-Qur’anul Karim dan juga di dalam Al-
Hadits Rasulullah SAW, di antaranya sebagai berikut :
“Katakanlah : „Sesungguhnya aku hanya
diperintahkan untuk berbakti kepada Allah
dengan Ikhlas”. (Q.S. Az-Zumar : 11)
“Janganlah kalian mematuhi perintah
orang-orang yang melampaui batas. Yaitu
Kecerdasan Nurani dan Spiritual
Muhammad Shobrie Hardhi Wibawa, SE, CPHR, CPTr. Page 31
orang-orang yang berbuat kerusakan di
muka bumi”. (Q.S. Asy-Syu’ara : 151-152)
“Mendengarkan serta patuh kepada
pemimpin adalah wajib selama tidak
diperintah untuk berbuat maksiat. Bila
pemimpin menyuruh berbuat maksiat maka
janganlah kamu patuhi”. (H.R. Bukhari)
“Tak ada kewajiban mengikuti suatu
perintah yang dalam perintah itu berisikan
kemaksiatan/kedurhakaan kepada Allah”.
(H.R. Bukhari)
Demikianlah Allah SWT telah memberikan bimbingannya
yang jelas kepada kita selaku umat manusia khususnya Umat
Islam untuk senantiasa taat kepada-Nya dan juga taat kepada
Rasulullah karena taat kepada Allah SWT dan juga taat
kepada Rasulullah SAW merupakan perintah yang harus
dilaksanakan secara “kaffah” (menyeluruh).