Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

15
! "# $$ $$ $ !"#$#! $ %& ’%

Transcript of Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

Page 1: Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

1

Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah

Brahma HemeraPembimbing : Hendro Prabowo, S.Psi

ABSTRAKSI

Lingkungan baru sering sekali dikaitkan dengan sosialisasi, sehingga terdapat ketergantungan terhadap orang lain pada lingkungan baru tersebut. Seperti halnya pindah rumah yang tanpa disadari terkadang dapat menyulitkan proses sosialisasi dengan lingkungan baru. Dalam kehidupan nyata, masih terdapat masyarakat kita yang sering sekali pindah rumah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena harus mengikuti dinas kerja, mengikuti keluarga, kontrak rumah habis, rumah lama digusur, dan lain sebagainya. Sering pindah rumah juga akan menimbulkan dampak yang berakibat pada keadaan psikis individu. Dampak yang akan timbul diantaranya dapat menyebabkan frustrasi, stres, kecemasan, ketakutan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kecemasan karena sering berpindah-pindah rumah menjadi problem masyarakat.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran tentang kecemasan remaja saat menghadapi lingkungan baru karena sering pindah rumah dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kecemasan remaja yang sering pindah rumah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif berupa studi kasus, karena dalam penelitian ini pengambilan sampelnya dengan kriteria tertentu. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah seorang remaja pria berusia 20 tahun. Teknik pengumpulan data yang dipakai oleh peneliti adalah metode wawancara terbuka dan catatan lapangan. Sedangkan alat bantu pengumpulan data penelitian menggunakan pedoman wawancara, catatan lapangan, alat perekam, dan alat tulis.

Setelah dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa gambaran kecemasan remaja saat menghadapi lingkungan baru karena sering pindah rumah dan faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan remaja yang sering pindah rumah adalah subjek merasakan gejala-gejala seperti cemas dan takut jika seandainya subjek tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya, tidak menyukai suasana di rumah barunya, dan juga merasa tidak betah di rumah barunya. Subjek juga seorang yang sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, sehingga subjek sulit untuk bersosialisasi.

Kata Kunci : Kecemasan, Remaja, Sering Pindah Rumah.

PENDAHULUANLatar belakang Masalah

Lingkungan baru sering

sekali dikaitkan dengan sosialisasi,

sehingga terdapat ketergantungan

terhadap orang lain pada lingkungan

baru tersebut. Seperti halnya pindah

rumah yang tanpa disadari

terkadang dapat menyulitkan proses

sosialisasi dengan lingkungan baru.

Dalam kehidupan nyata, masih

terdapat masyarakat kita yang sering

Page 2: Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

2

sekali pindah rumah. Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal,

diantaranya karena harus mengikuti

dinas kerja, mengikuti keluarga,

kontrak rumah habis, rumah lama

digusur, dan lain sebagainya. Sering

pindah rumah juga akan

menimbulkan dampak yang

berakibat pada keadaan psikis

individu. Dampak yang akan timbul

diantaranya dapat menyebabkan

frustrasi, stres, kecemasan,

ketakutan, dan lain sebagainya

(Conley, 2003). Kecemasan

merupakan suatu kondisi atau

keadaan emosional seseorang yang

kurang menyenangkan. Kecemasan

dapat sangat mempengaruhi kondisi

seseorang dalam menjalani

kehidupannya sehari-hari. Dalam

kondisi cemas, seseorang akan

merasakan beberapa hal di dalam

dirinya, antara lain: ragu-ragu dalam

mengambil suatu keputusan, ada

perasaan tidak tenang, was-was,

sering kali curiga, dan sulit untuk

melakukan suatu tindakan. Seperti

contoh kasus seorang pelukis

ternama asal Belanda, Van Gogh,

yang kerap kali harus berpindah

tempat tinggal karena harus

mengikuti keluarga dan menjalani

studi di berbagai negara. Ia merasa

cemas akan kesendirian dalam

kehidupannya dan tidak menetap,

karena terus dibayang-bayangi oleh

perasaan cemas itulah, sehingga ia

memilih untuk mengakhiri hidupnya

dengan cara bunuh diri.

Sebenarnya, kecemasan dalam

menghadapi lingkungan baru seperti

sering pindah rumah ini adalah

gejala yang normal bila masih dalam

batas-batas yang kewajaran. Hanya

saja, bila gejala ini muncul dalam

kadar yang berlebihan, maka dapat

dipastikan hal itu akan menimbulkan

gangguan jiwa. Karena kecemasan

akan cenderung menimbulkan reaksi

yang mengarah pada reaksi yang

negatif bagi kesehatan jiwa individu

(Morgan, 1986).

Kecemasan yang timbul

akibat proses pindah rumah ini

sering sekali dirasakan oleh seorang

anak. Anak yang apabila memasuki

usia remaja akan lebih mudah

merasa cemas karena mereka

masih labil dalam mengungkapkan

emosinya (Hurlock, 1980). Ketika

sudah menginjak remaja, setiap

individu akan memiliki pergaulan

yang lebih luas, yaitu teman sebaya,

teman tetangga, dan teman sekolah.

Oleh karena itu, mereka akan lebih

menghabiskan waktunya untuk

bermain bersama dengan teman-

temannya. Perkembangan remaja

Page 3: Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

3

menuju kedewasaan tidaklah selalu

berjalan dengan lancar, tetapi

banyak mengalami rintangan baik

dari dirinya sendiri maupun

lingkungannya. Tugas

perkembangan yang tidak

terselesaikan dimasa sebelum

remaja merupakan penyebab utama

timbulnya kelainan pada tingkah laku

remaja (Sadli, dalam Willis, 1994).

Perkembangan sosial remaja dapat

dilihat dari adanya dua macam

kekuatan gerak, satu yaitu berusaha

memisahkan diri dari pengaruh

orang tua dan yang lainnya adalah

menuju kearah teman-teman

sebayanya. Secara umum, remaja

yang sedang mengalami kecemasan

akan kehilangan kepercayaan diri,

kecenderungan untuk melakukan

segala sesuatu secara berulang-

ulang, keraguan dan ketakutan yang

mengganggu terus menerus dengan

cara memeriksa segala sesuatu

yang sudah dilakukan, dan serangan

panik dalam mengekpresikan

perasaan kecemasan. Masing-

masing remaja akan menampakkan

cara yang berbeda-beda tergantung

kondisi tubuh secara fisik dan psikis

yang dapat menimbulkan

kecemasan (Monks, Knoers, &

Haditono, 2002).

Remaja adalah masa

peralihan dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa yang ditandai

dengan adanya perubahan aspek

fisik, psikis, dan psikososial. Secara

kronologis yang tergolong remaja

berkisar antara usia 13-21 tahun

(Dariyo, 2004). Menurut Daradjat

(dalam Willis, 1994) remaja adalah

usia transisi dimana seorang individu

telah meninggalkan usia kanak-

kanak yang lemah dan penuh

ketergantungan, menjadi penuh

tanggung jawab baik terhadap

dirinya maupun terhadap keluarga

dan masyarakat. Remaja akan

sangat takut jika harus pindah

tempat tinggal dan meninggalkan

teman-teman lamanya, karena ia

memang lebih sering menghabiskan

waktu untuk bermain bersama

teman-temannya. Lingkungan

sangatlah penting baginya, karena

mereka akan berkembang menjadi

yang terbaik, jika lingkungannya pun

mendukung untuk itu. Sebaliknya,

jika selalu dihadapkan dengan

lingkungan-lingkungan yang baru,

hal positif dari remaja ini adalah

pengalaman hidup yang didapat

akan banyak, remaja ini pun akan

banyak mendapat pelajaran dari

alam, namun hal negatifnya adalah

kekhawatiran atau kecemasan yang

Page 4: Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

4

ada di dalam dirinya akan terus

membayangi (Santrock, 2002).

Berdasarkan uraian di

atas dan kejadian yang banyak

terjadi di masyarakat mengenai

kecemasan remaja yang sering

pindah rumah, pada umumnya

cemas. Dan hal ini sangat

mempengaruhi perilakunya.

TINJAUAN PUSTAKAKecemasan

Untuk memahami lebih

jauh lagi tentang kecemasan,

sebelumnya perlu diketahui

pengertian-pengertian tentang

kecemasan itu sendiri. Sampai saat

ini, telah ada beberapa ahli psikologi

yang mendefinisikan tentang

kecemasan sebagai berikut:

Wolfman (dalam Hall &

Lindzey, 1993) menjelaskan bahwa

kecemasan adalah keadaan yang

tidak menyenangkan dan bencana

yang tidak diharapkan. Jeffrey,

Spencer, dan Beverly (2005)

mengatakan bahwa kecemasan

adalah suatu keadaan emosional

yang mempunyai ciri

keterangsangan fisiologis, perasaan

tegang yang tidak menyenangkan,

dan perasaan aprehensif bahwa

sesuatu yang buruk akan terjadi.

Evans (dalam Gunarsa, 2003)

mendefinisikan kecemasan sebagai

suatu keadaan stres tanpa

penyebab yang jelas dan hampir

selalu disertai dengan gangguan

pada susunan saraf otonom dan

gangguan pada pencernaan. Greist

(dalam Gunarsa, 2003) secara lebih

jelas merumuskan bahwa

kecemasan sebagai suatu

ketegangan mental yang biasanya

disertai dengan gangguan tubuh

yang menyebabkan individu yang

bersangkutan merasa tidak berdaya

dan mengalami kelelahan, karena

senantiasa harus berada dalan

keadaan waspada terhadap

ancaman bahaya yang tidak jelas.

Atkinson dan Hilgard

(2003) mendefinisikan kecemasan

sebagai emosi yang tidak

menyenangkan yang ditandai

dengan rasa khawatir, keprihatinan,

dan rasa takut yang kadang-kadang

dialami dalam tingkat yang berbeda-

beda. Sullivan (dalam Hall &

Lindzey, 1993) mengatakan bahwa

kecemasan adalah penghayatan

ketegangan akibat adanya ancaman

nyata dari luar yang membayangi

keamanan seseorang.

Chaplin (2001)

mengatakan kecemasan adalah

perasaan campuran berisikan

ketakutan dan keprihatinan

Page 5: Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

5

mengenai masa-masa mendatang

tanpa sebab khusus untuk ketakutan

tersebut. Freud (dalam Hall &

Lindzey, 1993) memberikan

kecemasan sebagai suatu keadaan

yang tegang yang merupakan

dorongan, seperti lapar dan seks.

Hanya saja tidak timbul dari kondisi

jaringan di dalam tubuh, melainkan

ditimbulkan oleh sebab-sebab dari

luar.

Sedangkan menurut

Kaplan, Sadock, dan Grebb (1994),

kecemasan adalah respon terhadap

situasi tertentu yang mengancam.

Pada kadar yang rendah,

kecemasan membantu individu

untuk bersiaga mengambil langkah-

langkah mencegah bahaya atau

untuk memperkecil dampak bahaya

tersebut.

Selain itu, menurut

Davidson dan Neale (dalam

Fauziah, 2003) kecemasan adalah

munculnya perasaan takut dan

kehati-hatian atau kewaspadaan

yang tidak jelas dan tidak

menyenangkan. Kecemasan

seringkali ditandai dengan gejala

fisik, seperti sakit kepala, jantung

berdebar cepat, dada terasa sesak,

dan tidak tenang.

Dari keseluruhan definisi

tentang kecemasan di atas, maka

dapat disimpulkan, pengertian

kecemasan adalah suatu keadaan

emosi yang tidak menyenangkan

yang ditandai oleh perasaan tegang,

takut, dan gelisah, sehingga

membuat seseorang menjadi sulit

untuk berkonsentrasi dan sulit untuk

mengambil suatu keputusan.

Faktor-faktor Yang Menyebabkan KecemasanMenurut Freud (dalam

Kaplan dkk, 1994) faktor-faktor yang

menyebabkan kecemasan yaitu

kecemasan eksternal yang nyata

dan kecemasan internal yang

neurotik sebagai respon terhadap

suatu situasi yang berbahaya. Freud

mengindentifikasi dua jenis situasi

yang menimbulkan (memprovokasi)

kecemasan. Satu situasi melibatkan

stimulasi instinktual yang melanda,

prototip dari ini adalah pengalaman

kelahiran. Dalam situasi varietas

tersebut, jumlah tekanan dorongan

yang berlebihan menembus barier

pelindung dari ego, menyebabkan

keadaan putus asa dan trauma.

Situasi kedua dan yang lebih sering

melibatkan kecemasan yang

berkembang dalam menghadapi

bahaya, ketimbang akibat dari

bahaya. Peringatan tersebut bagi

organisma, dikenal sebagai

Page 6: Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

6

kecemasan sinyal (signal anxiety),

bekerja pada tingkat bawah sadar

dan berperan memobilisasi kekuatan

ego untuk mengatasi bahaya.

Sumber bahaya eksternal maupun

internal dapat menghasilkan sinyal

tersebut yang menyebabkan ego

menyusun mekanisme pertahanan

spesifik atau menurunkan derajat

luapan instinktual.

Sedangkan menurut Jeffrey dkk

(2005) ada beberapa faktor-faktor

yang menyebabkan kecemasan,

yaitu

a. Faktor potensial penentu

kecemasan yang terdiri dari:

1) Pewaris genetik

Pada situasi mencemaskan

sesuatu, seseorang dengan

sejarah keluarga yang

memiliki kelainan dalam

kecemasan akan

cenderung memunculkan

kecemasannya.

2) Penyakit fisik

Walaupun secara langsung

tidak berhubungan, namun

dibutuhkan penanganan

pada penyakit fisik dan juga

simtom kecemasan, karena

penyakit fisik ini bersifat

menunjang timbulnya

kecemasan.

3) Trauma mental

Trauma mental dapat

menyebabkan individu

menjadi lebih mudah untuk

menjadi cemas pada situasi

serupa dengan pengalaman

yang menimbulkan trauma.

b. Faktor pencetus kecemasan

1) Masalah fisik

Masalah fisik dapat

menyebabkan simtom-

simtom, seperti kelelahan

atau depresi yang dapat

mempengaruhi emosi

seseorang.

2) Stresor eksternal yang

berat dan berkepanjangan

Kemunculan stresor yang

berat, seperti perginya

orang yang dicintai atau

kehilangan pekerjaan dapat

memunculkan reaksi

kecemasan. Stresor dapat

saja berlangsung terus-

menerus dalam jangka

waktu yang lama, sehingga

dapat mempengaruhi usaha

coping pada individu

menjadi lemah.

3) Kepekaan emosi

Stresor dapat menyerang

individu pada tingkat

kepekaan emosi tertentu.

Hal yang menimbulkan

Page 7: Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

7

kecemasan pada satu

individu belum tentu

berpengaruh pada individu

yang lain.

Simtom-simtom KecemasanMenurut Supratiknya

(1995) adapun simtom-simtom

dari gangguan kecemasan umum

sebagai berikut:

a. Senantiasa diliputi

ketegangan, rasa was-was

dan keresahan yang bersifat

tidak menentu.

b. Terlalu peka (mudah

tersinggung) dalam pergaulan

dan sering merasa tidak

mampu, minder, depresi, serta

sedih.

c. Sulit berkonsentrasi dan

mengambil keputusan.

d. Rasa tegang menjadikan yang

bersangkutan selalu bersikap

lamban. Bereaksi secara

berlebihan terhadap

rangsangan yang datang

secara tiba-tiba.

e. Sering mengeluh bahwa

ototnya tegang, khususnya

pada leher dan sekitar atas

bahu. Mengalami diare ringan,

sering buang air kecil, dan

menderita gangguan tidur

berupa insomnia.

f. Mengeluarkan banyak keringat

dan telapak tangannya sering

basah.

g. Sering mengalami anxiety

attack atau tiba-tiba cemas

tanpa ada sebab pemicunya

yang jelas. Gejalanya berupa

jantung berdebar-debar,

tekanan darah tinggi, sulit

untuk bernapas, berkeringat,

dan badan terasa dingin.

Sedangkan menurut

Atkinson dkk (dalam Riyanti &

Prabowo, 1998) ada beberapa

gejala kecemasan, yaitu

a. Tidak tenang

b. Tidur terganggu

c. Kelelahan

d. Sakit kepala

e. Pening

f. Jantung berdebar-debar

g. Kehabisan nafas

h. berkeringat

Remaja

Menurut Daradjat (dalam

Willis, 1994) remaja adalah usia

transisi dimana seorang individu

telah meninggalkan usia kanak-

kanak yang lemah dan penuh

ketergantungan, akan tetapi

penuh dengan tanggung jawab

baik terhadap dirinya maupun

Page 8: Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

8

terhadap keluarga dan

masyarakat. Adapun masa usia

remaja dimulai pada usia 13-21

tahun. Menurut Dariyo (2004)

remaja adalah masa peralihan

dari masa kanak-kanak menuju

masa dewasa yang ditandai

dengan adanya perubahan aspek

fisik, psikis, dan psikososial.

Secara kronologis, yang

tergolong remaja berkisar antara

usia 13-21 tahun.

Menurut Piaget (dalam Ali

& Asrori, 2005) remaja adalah

suatu usia dimana individu

menjadi terintegrasi ke dalam

masyarakat dewasa, suatu usia

dimana anak tidak merasa bahwa

dirinya berada di bawah tingkat

orang yang lebih tua melainkan

merasa sama, atau paling tidak

sejajar.

Jadi definisi remaja adalah

masa peralihan dimana individu

telah meninggalkan masa kanak-

kanak dan mulai berintegrasi

dengan masyarakat dewasa yang

berkisar antara usia 13-21 tahun.

Pindah RumahBerpindah-pindah tempat

tinggal atau pindah rumah dapat

dikatakan sebagai individu yang

nomaden. Menurut Poerwadarminta

(1988) nomaden merupakan

sekelompok orang yang tidak

mempunyai tempat tinggal tetap,

berkelana dari satu tempat ke

tempat lain, biasanya pindah dari

musim tertentu ke tempat tertentu

sesuai dengan keperluan kelompok

itu. Menurut Badrika (2006)

nomaden adalah kehidupan manusia

yang masih berpindah-pindah dari

satu tempat ke tempat lainnya yang

menyediakan kebutuhan hidupnya.

Dan menurut Mustopo (2006)

nomaden yaitu kelompok orang yang

tidak mempunyai tempat tinggal atau

tidak menetap.

METODE PENELITIANPendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu menggunakan pendekatan

kualitatif berupa studi kasus.

Menurut Heru Basuki (2006) studi

kasus adalah suatu bentuk

penelitian (inquiry) atau studi tentang

suatu masalah yang memiliki sifat

kekhususan (particularity), dapat

dilakukan baik dengan pendekatan

kualitatif maupun kuantitatif, dengan

sasaran perorangan maupun

kelompok, bahkan masyarakat luas.

Menurut Moleong (2000) studi kasus

Page 9: Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

9

adalah studi yang berusaha

memahami permasalahan yang

rumit dan dapat memperluas

pengalaman terhadap apa yang

telah dikenal melalui hasil penelitian

yang lalu. Lebih lanjut dikatakan

bahwa studi kasus menekankan

pada rincian analisis kontekstual

tentang sejumlah kecil dari suatu

kejadian. Sedangkan menurut Yin

(2002) studi kasus yaitu studi

empiris yang menyelidiki fenomena

kontemporer dalam konteks

kehidupan nyata, khususnya ketika

batasan antara fenomena dan

konteks tidak jelas.

Pada dasarnya studi

kasus adalah suatu pendekatan

yang ditujukan untuk meneliti suatu

kasus atau lebih yang dilakukan

secara mendetail dalam upaya

memahami kompleksitasnya dalam

konteks ilmiah. Dari penjelasan yang

telah dijabarkan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa studi kasus

merupakan suatu metode penelitian

yang menekankan pada suatu kasus

yang memiliki karakteristik tertentu

dan merupakan penelitian yang lebih

memberikan suatu gambaran yang

mendalam tentang suatu kasus yang

diteliti.

Karakteristik SubjekKarakteristik subjek dalam

penelitian ini yaitu seorang remaja

yang berada dalam keadaan cemas

karena baru saja pindah rumah dan

beberapa kali pindah rumah.

Jumlah SubjekPenelitian kualitatif tidak

menekankan pada upaya

generalisasi (jumlah) melalui

perolehan secara acak melainkan

berupaya memahami sudut pandang

dan konteks subjek secara

mendalam. Dengan fokusnya pada

kedalaman dan proses, penelitian

kualitatif cenderung memiliki jumlah

subjek yang sedikit.

Teknik Pengumpulan DataWawancara adalah

percakapan dengan maksud

tertentu, yang dilakukan oleh dua

pihak yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan (Moleong,

2000).

Sedangkan menurut

Banister (dalam Poerwandari, 2001)

wawancara adalah percakapan dan

tanya jawab yang diarahkan untuk

Page 10: Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

10

tujuan tertentu. Wawancara kualitatif

dilakukan bila peneliti bermaksud

untuk memperoleh pengetahuan

tentang makna-makna subjektif yang

dipahami individu berkenaan dengan

topik yang diteliti.

Catatan lapangan,

menurut Poerwandari (2001) adalah

catatan tertulis tentang apa yang

didengar, dilihat, dialami, dan

dipikirkan dalam rangka

pengumpulan data dan refleksi

terhadap data dalam penelitian

kualitatif. Catatan lapangan berisi

deskripsi tentang hal-hal yang

diamati, apapun yang oleh peneliti

dianggap penting. Catatan lapangan

harus deskriptif, diberi tanggal dan

waktu, dan dicatat dengan

menyertakan informasi-informasi

dasar seperti dimana observasi

dilakukan, siapa yang hadir di sana,

bagaimana setting fisik lingkungan,

interaksi sosial dan aktivitas apa

yang berlangsung, dan sebagainya.

Pada dasarnya catatan lapangan

berisi dua bagian. Pertama, bagian

deskriptif yang berisi gambaran

tentang latar pengamatan, orang,

tindakan, dan pembicaraan. Kedua,

bagian reflektif yang berisi kerangka

berpikir dan pendapat peneliti,

gagasan, dan kepeduliannya

(Moleong, 2000). Bagian deskriptif

adalah bagian terpanjang yang berisi

semua peristiwa dan pengalaman

yang didengar dan dilihat serta

dicatat selengkap dan seobjektif

mungkin. Bagian deskriptif berisi hal-

hal mengenai gambaran diri subjek,

rekonstruksi dialog, catatan tentang

peristiwa khusus, dan perilaku

pengamat. Bagian reflektif adalah

bagian yang disediakan tempat

khusus untuk menggambarkan

sesuatu yang berkaitan dengan

pengamat itu sendiri. Bagian ini

berisi spekulasi, perasaan, masalah,

ide, sesuatu yang mengarahkan,

kesan, dan prasangka. Catatan

lapangan juga berisi perasaan-

perasaan peneliti, reaksi terhadap

pengalaman yang dilalui, dan

refleksi mengenai makna personal

dan arti kejadian tersebut dari sisi

peneliti (Moleong, 2000).

Keakuratan Penelitian

Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di

luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu.

Teknik triangulasi yang paling

banyak digunakan ialah

pemeriksaan melalui sumber lainnya

Page 11: Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

11

(Moleong 2000).

Poerwandari (2001)

mengemukakan empat macam

triangulasi sebagai teknik

pemeriksaan untuk mencapai

keakuratan penelitian, yaitu:

a. Triangulasi data

Membandingkan dan

mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam

metode kualitatif. Hasil

observasi dapat digunakan

untuk memperkaya data,

sehingga dapat memperjelas

masalah yang diteliti.

b. Triangulasi pengamat

Memanfaatkan peneliti atau

pengamat lainnya untuk

keperluan pengecekan

kembali derajat kepercayaan

data. Pemanfaatan pengamat

lainnya membantu mengurangi

kesalahan dalam

pengumpulan data.

c. Triangulasi teori

Penggunaan teori yang

berlainan untuk memastikan

bahwa data yang dikumpulkan

sudah memenuhi syarat. Fakta

tertentu tidak dapat diperiksa

derajat kepercayaannya

dengan satu atau lebih teori.

Hal itu dapat dilaksanakan dan

dinamakannya penjelasan

banding. Dalam hal ini, jika

analisa telah menguraikan

pola, hubungan, dan

menyertakan penjelasan yang

muncul dari analisa, maka

penting sekali untuk mencari

tema atau penjelasan

pembanding atau penyaing.

Teori-teori yang akan

digunakan dalam penelitian ini

adalah teori kecemasan dan

remaja. Dalam teori

kecemasan, terdapat dimensi

kecemasan yang terdiri dari

kognitif yang terwujud melalui

pikiran seseorang, motorik

yang terwujud melalui perilaku

seseorang, dan somatik yang

terwujud melalui reaksi fisik

maupun biologis seseorang.

Dalam teori remaja, terdapat

faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan

remaja, antara lain: faktor

endogen yang menyatakan

bahwa perubahan fisik dan

psikis dipengaruhi oleh faktor

internal yang bersifat herediter

yaitu yang diturunkan oleh

orang tuanya. Selain itu juga

dipengaruhi oleh faktor

eksogen yang menyatakan

Page 12: Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

12

bahwa perubahan individu

sangat dipengaruhi oleh faktor-

faktor yang berasal dari luar

diri individu itu sendiri.

d. Triangulasi Metode

Pengecekan derajat

kepercayaan penemuan hasil

penelitian dengan beberapa

teknik pengumpulan data.

PEMBAHASANDari hasil penelitian di

atas dapat dijelaskan beberapa hal,

yaitu

1. Gejala-gejala kecemasan saat

menghadapi lingkungan baru

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kecemasan

saat menghadapi lingkungan baru

menimbulkan berbagai gejala-

gejala di dalam diri subjek, antara

lain: perasaan, kognitif, perilaku,

dan stres.

Hal ini sesuai dengan

pendapat Supratiknya (1995)

yaitu senantiasa diliputi perasaan

cemas, takut, minder, mudah

tersinggung, dan sedih: subjek

memiliki pemikiran tentang rasa

cemas dan takut jika seandainya

subjek tidak dapat beradaptasi

dengan lingkungan barunya, tidak

menyukai suasana di rumah

barunya, merasa tidak betah di

rumah barunya, dan tidak ingin

meninggalkan teman-teman

lamanya. Saat sosialisasi subjek

merasa minder karena subjek

merasa sebagai orang asing di

lingkungan barunya. Subjek pun

juga seorang yang sulit untuk

beradaptasi dengan lingkungan

baru. Perasaan yang dirasakan

oleh subjek ketika sering pindah

rumah, subjek merasa sedih

karena harus sering pindah

rumah. Selain itu subjek juga

merasa sulit berkonsentrasi:

subjek merasa sulit untuk

berkonsentrasi saat ia sedang

menyelesaikan suatu pekerjaan.

Terkadang subjek juga merasa

stres: subjek merasa stres saat ia

menjalani proses dalam

menempati rumah barunya,

karena subjek berpikir apakah ia

dapat mempunyai teman yang

seperti di rumah lamanya.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan

kecemasan

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kecemasan

remaja yang sering pindah rumah

disebabkan oleh berbagai faktor,

antara lain: faktor kontrak rumah,

faktor tempat kerja, faktor orang

tua, faktor lingkungan, peers,

Page 13: Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

13

adaptasi, lama adaptasi, dan

penguasaan diri.

Hal ini sesuai dengan

pendapat Jeffrey dkk (2005) yaitu

faktor internal: subjek tidak ingin

terpisah dan meninggalkan

teman-teman lamanya, meskipun

pada akhirnya subjek harus

berpisah dengan teman-teman

lamanya. Walaupun demikian,

hubungan antara subjek dengan

teman-teman sebaya yang

berada di rumah lamanya tetap

baik, tetapi subjek menyadari

frekuensi pertemuan mereka

sudah jarang. Sehingga subjek

terkadang merasakan rindu

dengan teman-teman lamanya.

Saat beradaptasi subjek

mempunyai cara sendiri dalam

menyesuaikan diri dengan

lingkungan barunya, yaitu dengan

cara mengetahui karakter-

karakter orang yang berada di

lingkungan barunya dan setelah

itu ia akan memulai berkenalan

dengan orang yang berada di

lingkungan barunya. Subjek juga

menyadari bahwa ia yang harus

menyesuaikan diri dengan

lingkungannya, bukan dari

lingkungan yang harus

menyesuaikan dirinya. Subjek

termasuk orang yang agak sulit

untuk beradaptasi dengan

lingkungan. Ia memerlukan waktu

minimal 2 bulan untuk dapat

beradaptasi dan terbiasa dengan

keadaan subjek, karena ia harus

sering pindah rumah dan

mempunyai lingkungan yang

baru. Faktor eksternal: tempat

tinggal subjek yang baru berada

jauh dengan tempat tinggal

teman-teman lamanya. Situasi

dan lingkungan baru yang tidak

sesuai dan tidak bersahabat

dengan keinginan subjek.

Menurut subjek, semua orang

yang ada di lingkungan baru

subjek tidak memiliki rasa

kekeluargaan.

SARANAda beberapa saran yang

peneliti ingin berikan:

1. Saran untuk subjek

Dalam kesempatan ini penulis

ingin memberikan saran kepada

subjek agar subjek lebih bisa

tegar dalam menjalani hidup dan

jangan pernah lari dari

kenyataan, bahwa subjek

memang harus melewati ini

semua. Subjek juga harus bisa

berpikir positif, mengendalikan

perasaan-perasaan yang ada di

dalam diri subjek, dan juga harus

Page 14: Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

14

lebih mudah dalam

menyesuaikan diri.

2. Saran untuk orang tua subjek

Bagi orang tua subjek dan orang

tua lain pada umumnya, untuk

lebih mengerti tentang anaknya.

Mereka membutuhkan orang-

orang terdekat yang dapat

membuat nyaman dirinya dan

komunikasi yang baik dengan

anak dapat membuat anak lebih

tenang dalam menghadapi setiap

permasalahan di dalam hidupnya.

3. Saran untuk peneliti berikutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat

mengembangkan penelitian yang

sudah dilakukan oleh peneliti,

seperti mencari subjek yang

mudah menyesuaikan diri dan

berjenis kelamin berbeda dengan

penelitian ini ataupun responden

yang lebih banyak lagi.

DAFTAR PUSTAKAAli, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi

remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

Atkinson, R.L. & Hilgard, E.R. (2003). Pengantar psikologi. Alih Bahasa: Nurjanah Taufik. Jakarta: Erlangga.

Badrika, W. (2006). Sejarah untuk SMA jilid 1 kelas X. Jakarta: Erlangga.

Heru Basuki, A.M. (2006). Penelitian kualitatif. Depok: Gunadarma.

Chaplin, C.P. (2001). Kamus lengkap psikologi. Penerjemah: Kartini Kartomo. Jakarta: Rajawali Pers.

Conley, G. (2003). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Dariyo, A. (2004). Psikologi perkembangan remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Gunarsa, S.D. (2003). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta: Gunung Mulya.

Hall, C.S. & Lindzey, G. (1993). Psikologi kepribadian 1 teori-teori psikodinamik (klinis). Yogyakarta: Kanisius.

Hurlock, E.B. (1996). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Jeffrey, S.N, Spencer, A.R. & Beverly, G. (2005). Psikologi abnormal. Jakarta: Erlangga.

Kaplan, H.L, Sadock, B.J. & Grebb, J.A. (1994). Sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan perilaku psikiatri klinis. Alih Bahasa: Dr. Widjaja Kusuma. Jakarta: Binapura Aksara.

Page 15: Kecemasan Remaja Yang Sering Pindah Rumah Brahma Hemera ...

15

Milles, M.B. & Huberman, A.M. (1992). Analisis data kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, L.J. (2000). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Monks, F.J. Knoers, A.M.P. & Haditono, S.R. (2002). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers.

Mustopo, H. (2006). Sejarah. Jakarta: Yudhistira.

Poerwandari, E.K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia.Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan.

Prabowo, H. (1998). Pengantar psikologi lingkungan. Depok: Universitas Gunadarma.

Ramaiah, S. (2003). Kecemasan: Bagaimana mengatasi penyebabnya. Jakarta: Pustaka Popular Obor.

Riyanti, D. & Prabowo, H. (1998). Psikologi umum 2. Depok: Universitas Gunadarma.

Santrock, J. (2002). Perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga.

Somantri, S. (2006). Psikologi anakluar biasa. Bandung: Refika Aditama.

Supratiknya. (1995). Psikologi abnormal. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Sanata Darma.

Suryabrata, S. (2003). Psikologi kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Willis, S. (1994). Problema remaja dan pemecahannya. Bandung: Angkasa.

Yin, R.K. (2005). Studi kasus desain dan metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.