Kecelakaan Lalu Lintas

download Kecelakaan Lalu Lintas

of 10

Transcript of Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan Lalu LintasDefinisiKecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian-kejadian yang tidak terduga sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan pada benda, luka atau kematian.Kecelakaan lalu lintas dibagi atas A motor-vehicle traffic accident dan Non motor-vehicletraffic accident. A motor-vehicle traffic accident adalah setiap kecelakaan kendaraan bermotor di jalanraya. Non motor-vehicle traffic accident, adalah setiap kecelakaan yang terjadi di jalan raya, yang melibatkan pemakai jalan untuk transportasi atau untuk mengadakan perjalanan,dengan kendaraan yang bukan kendaraan bermotor.Berdasarkan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Tahun1993 Bab XI :- Pasal 93 Ayat (1), kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau pemakai jalan lainnya,mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.- Pasal 93 ayat (2), korban kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),dapat berupa korban mati, koban luka berat dan korban luka ringan.Peraturan Pelaksanaan LaluLintas dan Angkutan Jalan. Jakarta: CV Eko Jaya. 1993.Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Dalam : Kecelakaan Transportasi . Jakarta: Bina Rupa Aksara. 1997.Jenis dan Pola Kelainan pada Pejalan kakiHasil pemeriksaan pada pejalan kaki (pedestrian), khususnya jika korban ditabrak oleh mobil, tergantung dari berbagai faktor, diantaranya (Idries & Tjiptomartono 2008) :1. Faktor dari korban sendiri : posisi, keadaan fisik, pakaian yang dikenakan2. Faktor dari kendaraan : jenis, kecepatan, jarak3. Faktor keadaan jalan (permukaan jalan)Pada pejalan kaki terdapat kelainan yang menurut mekanisme terjadinya dibagi dalam (Idries 1997; & Idries & Tjiptomartono 2008) :1. Luka karena impak primer (Primary Impak Injuries), yaitu benturan yang pertama kali terjadi antara korban dengan kendaraan.2. Luka karena impak sekunder (Secondary Impak Injuries), yaitu benturan korban yangkedua kalinya dengan kendaraan (misalnya : impak primer adalah tungkai, korban terdorong sehingga terjatuh ke belakang terkena pada bagian kaca mobil.)3. Luka yang sekunder (Secondary Injuries), yaitu luka yang terjadi setelah korban jatuhkeatas jalan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Lalu LintasAda empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, antara lain:1. Faktor manusiaFaktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar,ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu.2. Faktor kendaraanFaktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidakberfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan teknologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraandiperlukan, di samping itu adanya kewajiban untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara teratur.3. Faktor jalanFaktor jalan terkait dengan perencanaan jalan, geometrik jalan, pagar pengaman di daerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarakpandang dan kondisi permukaan jalan. Jalan yang rusak/berlubang sangatmembahayakan pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda motor.4. Faktor lingkunganHari hujan juga mempengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarakpengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek.Asap dankabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan

Perdarahan

Perdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur, dan kompresi. Kehilangan 1/10 volume darah tidak menyebabkan gangguan yang bermakna. Kehilangan volume darah dapat menyebabkan pingsan meskipun dalam kondisi berbaring. Kehilangan volume darah dan mendadak dapat menyebabkan syok yang berakhir pada kematian. Kecepatan perdarahan yang terjadi tergantung pada ukuran dari pembuluh darah yang terpotong dan jenis perlukaan yang mengakibatkan terjadinya perdarahan. Pada arteri besar yang terpotong, akan terjadi perdarahan banyak yang sulit dikontrol oleh tubuh sendiri.Apabila luka pada arteri besar berupa sayatan, seperti luka yang disebabkan oleh pisau, perdarahan akan berlangsung lambat dan mungkin intermiten. Luka pada arteri besar yang disebabkan oleh tembakan akan mengakibatkan luka yang sulit untuk dihentikan oleh mekanisme penghentian darah dari dinding pembuluh darah sendiri. Hal ini sesuai dengan prinsip yang telah diketahui, yaitu perdarahan yang berasal dari arteri lebih berisiko dibandingkan perdarahan yang berasal dari vena.

Hipertensi dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat apabila terjadi perlukaan pada arteri. Adanya gangguan pembekuan darah juga dapat menyebabkan perdarahan yang lama. Kondisi ini terdapat pada orang-orang dengan penyakit hemofili dan gangguan pembekuan darah, serta orang-orang yang mendapat terapi antikoagulan. Pecandu alcohol biasanya tidak memiliki mekanisme pembekuan darah yang normal, sehingga cenderung memiliki perdarahan yang berisiko. Investigasi terhadap kematian yang diakibatkan oleh perdarahan memerlukan pemeriksaan lengkap seluruh tubuh untuk mencari penyakit atau kondisi lain yang turut berperan dalam menciptakan atau memperberat situasi perdarahan

Cedera Kepala

Cedera Kepala pada Penutup Otak

Jaringan otak dilindungi oleh 3 lapisan jaringan. Lapisan paling luar disebut duramater, atau sering dikenal sebagai dura. Lapisan ini tebal dan lebih dekat berhubungan dengan tengkorak kepala dibandingakan otak. Antara tengkorak dan dura terdapat ruang yang disebut ruang epidural atau ekstradural. Ruang ini penting dalam bidang forensik.

Lapisan yang melekat langsung ke otak disebut piamater. Lapisan ini sangat rapuh, melekat pada otak dan meluas masuk ke dalam sulkus-sulkus otak. Lapisan ini tidak terlalu penting dalam bidang forensik.

Lapisan berikutnya yang terletak antara dura mater dan pia mater disebut arakhnoid. Ruang yang dibentuk antara lapisan dura mater dan arakhnoid ini disebut ruang subdural. Kedalaman ruang ini bervariasi di beberapa tempat. Perlu diingat, cairan otak terdapat pada ruang subarakhnoid, bukan di ruang subdural.

Perdarahan kepala dapat terjadi pada ketiga ruang yaitu ruang epidural, subdural atau ruang subarakhnoid, atau pada otak itu sendiri.

Perdarahan Epidural (Hematoma)

Perdarahan jenis ini berhubungan erat dengan fraktur pada tulang tengkorak. Apabila fraktur mengenai jalinan pembuluh darah kecil yang dekat dengan bagian dalam tengkorak, umumnya arteri meningea media, dapat menyebabkan arteri terkoyak dan terjadi perdarahan yang cepat. Kumpulan darah akhirnya mendorong lapisan dura menjauh dari tengkorak dan ruang epidural menjadi lebih luas. Akibat dari lapisan dura yang terdorong ke dalam, otak mendapatkan kompresi atau tekanan yang akhirnya menimbulkan gejala-gejala seperti nyeri kepala, penurunan kesadaran bertahap mulai dari letargi, stupor dan akhirnya koma. Kematian akan terjadi bila tidak dilakukan terapi dekompresi segera. Waktu antara timbulnya cedera kepala sampai munculnya gejala-gejala yang diakibatkan perdarahan epidural disebut sebagai lucid interval

Perdarahan Subdural (Hematoma)

Perdarahan ini timbul apabila terjadi bridging vein yang pecah dan darah berkumpul di ruang subdural. Perdarahan ini juga dapat menyebabkan kompresi pada otak yang terletak di bawahnya. Karena perdarahan yang timbul berlangsung perlahan, maka lucid interval juga lebih lama dibandingkan perdarahan epidural, berkisar dari beberapa jam sampai beberapa hari. Jumlah perdarahan pada ruang ini berkisar dibawah 120 cc, sehingga tidak menyebabkan perdarahan subdural yang fatal.

Tidak semua perdarahan epidural atau subdural bersifat letal. Pada beberapa kasus, perdarahan tidak berlanjut mencapai ukuran yang dapat menyebabkan kompresi pada otak, sehingga hanya menimbulkan gejala-gejala yang ringan. Pada beberapa kasus yang lain, memerlukan tindakan operatif segera untuk dekompresi otak.

Penyembuhan pada perdarahan subdural dimulai dengan terjadinya pembekuan pada perdarahan. Pembentukan skar dimulai dari sisi dura dan secara bertahap meluas ke seluruh permukaan bekuan. Pada waktu yang bersamaan, darah mengalami degradasi. Hasil akhir dari penyembuhan tersebut adalah terbentuknya jaringan skar yang lunak dan tipis yang menempel pada dura. Sering kali, pembuluh dara besar menetap pada skar, sehingga membuat skar tersebut rentan terhadap perlukaan berikutnya yang dapat menimbulkan perdarahan kembali. Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan pada perdarahan subdural ini bervariasi antar individu, tergantung pada kemampuan reparasi tubuh setiap individu sendiri.

Hampir semua kasus perdarahan subdural berhubungan dengan trauma, meskipun dapat tidak berhubungan dengan trauma. Perdarahan ini dapat terjadi pada orang-orang dengan gangguan mekanisme pembekuan darah atau pada pecandu alcohol kronik, meskipun tidak menyebabkan perdarahan yang besar dan berbahaya. Pada kasus-kasus perdarahan subdural akibat trauma, dapat timbul persarahan kecil yang tidak berisiko apabila terjadi pada orang normal. Akan tetapi, pada orang-orang yang memiliki gangguan pada mekanisme pembekuan darah, dapat bersifat fatal.

Adakalanya juga perdarahan subdural terjadi akibat perluasan dari perdarahan di tempat lain. Salah satu contohnya adalah perdarahan intraserebral yang keluar dari substansi otak melewati pia mater, kemudian masuk dan menembus lapisan arakhnoid dan mencapai ruang subdural.

Perdarahan Subarakhnoid

Penyebab perdarahan subarakhnoid yang tersering ada 5, dan terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu yang disebabkan trauma dan yang tidak berhubungan dengan trauma. Penyebabnya antara lain:1.Nontraumatik:a.Ruptur aneurisma pada arteri yang memperdarahi otakb.Perdarahan intraserebral akibat stroke yang memasuki subarakhnoid2.Traumatik:a.Trauma langsung pada daerah fokal otak yang akhirnya menyebabkan perdarahan subarakhnoidb.Trauma pada wajah atau leher dengan fraktur pada tulang servikal yang menyebabkan robeknya arteri vertebralisc.Robeknya salah satu arteri berdinding tipis pada dasar otak yang diakibatkan gerakan hiperekstensi yang tiba-tiba dari kepala.

Perlukaan dan Kematian dalam Kecelakaan Lalu Lintas8

Kematian dalam kecelakaan lalu lintas dapat terjadi sebagai akibat dari tabrakan atau benturan dari kendaraan. Secara imajinatif semua model dari sarana transportasi mempunyai kemampuan untuk menyebabkan kematian atau kecacatan.

Kematian karena kecelakaan lalu lintas dapat dibagi menjadi empat kategori tergantung dari arah terjadinya benturan pada kendaraan, antara lain :

1. Arah depanIni adalah paling umum, yang kejadiannya kira-kira mencapai 80% dari semua kecelakaan lalu lintas. Tabrakan dari arah depan terjadi bila dua kendaraan/orang bertabrakan yang mana keduanya arah kepala, atau bagiandepan dari kendaraan menabrak benda yang tidak bergerak, seperti tembok, ataupun tiang listrik. Sebagai akibat dari energi gerak, penumpang darikendaraan bermotor akan terus melaju (bila tidak memakai sabuk pengaman pada pengguna mobil). Pola dan lokasi luka akan tergantung dari posisi saat kecelakaan.2. Arah samping (lateral)Biasanya terjadi di persimpangan ketika kendaraan lain menabrak dari arah samping, ataupun mobil yang terpelintir dan sisinya menghantam benda tidak bergerak. Dapat terlihat perlukaan yang sama dengan tabrakan dari arah depan, bila benturan terjadi pada sisi kiri dari kendaraan, pengemudi akan cenderung mengalami perlukaan pada sisi kiri, dan penumpang depan akan mengalami perukaan yang lebih sedikit karena pengemudi bersifat sebagai bantalan. Bila benturan terjadi pada sisi kanan, maka yang terjadi adalah sebaliknya, demikian juga bila tidak ada penumpang.

3. TergulingKeadaan ini lebih mematikan (lethal) dibandingkan tabrakan dari samping, terutama bila tidak dipakainya pelindung kepala (helm), terguling di jalan, sabuk pengaman dan penumpang terlempar keluar mobil. Beberapa perlukaan dapat terbentuk pada saat korban mendarat pada permukaan yang keras, pada beberapa kasus, korban yang terlempar bisa ditemukan hancur atau terperangkap di bawah kendaraan. Pada kasus seperti ini penyebab kematian mungkin adalah traumatic asphyxia4. Arah belakangPada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau terserap oleh bagian bagasi dan kompartemen penumpang belakang (pada pengguna mobil), yang dengan demikian memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan yang parah dan mengancam jiwa. Pemeriksaan Forensik Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas8

Pada kematian yang berhubungan dengan sarana transportasi, pemeriksaan postmortem dilakukan untuk beberapa alasan :

- Untuk secara positif menegakkan identitas dari korban, terutama bila jenazah telah terbakar habis, atau termutilasi.

- Untuk menentukan sebab kematian dan apakah kematian disebabkan kesalahan atau kecacatan sarana transportasi. Untuk menentukan seberapa luas luka yang diterima.

- Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan yang dapat menyebabkan kecelakaan tersebut, seperti infark miokardial atau keracunan obat.

- Untuk mendokumentasikan penemuan untuk kemungkinan penggunaannya yang mengarah kepada penegakkan keadilan.

Bukti-bukti sisa dapat ditemukan pada kecelakaan kendaraan bermotor, danpada kasus-kasus tertentu harus dikumpukan sebagai barang bukti. Barang bukti inidapat menjadi penting selanjutnya bila posisi dari penumpang dari kendaraan bermotor pada waktu terjadinya benturan dipertanyakan. Bukti sisa ini dapat ditemukan di dalam kendaraan ataupun pada tubuh korban. Pencarian bukti dapatdilakukan antara lain :

a. Dalam kendaraan

Carilah rambut, darah, ataupun sobekan baju ataupun rambut dari penumpang yang tertinggal pada pecahan kaca, gagang pintu/kenop, atau permukaan yang dimana terjadi benturan.

b. Pada tubuh korban

Carilah tempelan cat, fragmen kaca, ataupun bagian dari kendaraan yang bisa tertanam pada luka.

Toksikologi juga seharusnya dilakukan baik pada pengemudi maupun penumpang pada kecelakaan lalu lintas. Analisa ini haruslah mencakup pemeriksaan untuk alkohol, karbon monoksida (CO), obat-obatan, dan narkotika. Beberapa kecelakaan lalu lintas disebabkan karena tindakan bunuh diri (suicidal action). Beberapa bukti yang menyokong (corroborating evidences) keadaan bisa ditemukan pada kasus seperti ini, seperti:

a. Korban biasanya mempunyai sejarah percobaan bunuh diri ataupun mengidap penyakit mental.b. Bukti pada tubuh korban yang menyokong dapat ditemukan, seperti luka lama maupun baru, irisan pada pergelangan, ataupun mengkonsumsi obat-obatan pada dosis letal. Dan pada beberapa kasus, individu akan menembak dirinya sendiri di dada ataupun dikepala sewaktu mengendarai kendaraan.

c. Investigasi pada tempat kejadian perkara (TKP) tidak memperlihatkan adanya bukti-bukti ataupun adanya saksi yang mendukung.

d. Kendaraan bisa sudah keluar dari jalur dan dikemudikan langsung menuju kepada benda yang tidak bergerak, ataupun sangat jarang ke arah kendaraan dari arah berlawanan.

e. Bukti lain yang dapat ditemukan seperti adanya batu ataupun objek yang besar diletakkan di bawah injakan rem kendaraaan.Bila tabrakan dari kendaraan menyebabkan kebakaran, dan bila tubuh terbakar, segala upaya haruslah dilaksanakan untuk mengidentifikasi jenazah yang terbakar.

Kecelakaan Lalu LintasII.2.1. Definisi- Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian, yang tidakdiduga sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan benda,luka, atau kematian (Undang-undang Republik Indonesia Nomor22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).- Lalu Lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintasjalan (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).- Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidakdiduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atautanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusiadan/atau kerugian harta benda (Undang-undang Republik IndonesiaNomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).II.2.2. Biomekanik KLL(Buku Acuan Kedoteran Lalu Lintas Bagi Perwira Kesehatan Polri 1995 &Knight 1996).Dengan menilai biomekanik kecelakaan lalu lintas dapat diprediksijenis cedera yang diderita korban, atau apa yang terjadi pada pengemudi,penumpang disamping pengemudi, penumpang dibelakang, pejalan kaki,pengendara sepeda motor pada saat terjadinya kecelakaan lalu lintas.Dengan memperhatikan keterangan diatas, diharapkan dapat merencanakantindakan medik apa yang terbaik pada saat korban ditolong pada kecelakaanlalu lintas. Kecelakaan lalu lintas dapat melibatkan :II.2.2.1. Korban di dalam kendaraan1. Tabrak depan8Paling umum dari ke 4 arah, kira-kira mencapai80% dari semua tabrakan kendaraan bermotor. Kecelakaanlalu lintas dengan tabrak depan atau berhenti mendadakdapat menimbulkan korban pada pengemudi, penumpangdisamping pengemudi, atau penumpang belakangA. PengemudiSecara umum pada kecelakaan lalu lintas, pengemudiakan mengalami fase, yaitu :a. Bila pengemudi tidak memakai sabuk pengaman,maka ia akan bergeser ke depan sehingga lututmengenai dashboard, dan kemungkinanmemperoleh cedera berupa patah tulangtempurung dan paha, atau dislokasi sendi panggulb. Pada fase ini pengemudi akan terlempar ke atasdan kepala mengenai bingkai kaca depan yangkeras sehingga kemungkinan memperoleh patahtulang tengkorak. Selain itu karena benturankepala, akan terjadi hiperekstensi daerah leheryang dapat menyebabkan patah tulang leher.Cedera ini juga dapat menyebabkan kerusakanotak.c. Selanjutnya pengemudi akan terlempar mengenaikemudi pada daerah dada dan terjadi patah tulangiga, pecahnya alveola paru-paru sehingga terjadigangguan atau gagal pernafasan karenaperdarahan di rongga pleura atau di dalam paruparu.d. Gerakan selanjutnya adalah keluarnya kepalapengemudi dari kaca depan kendaraan. Inimenyebabkan cedera pada daerah muka.Kemudian kepala kembali di dalam, dan ini9disertai robeknya kulit muka oleh kaca ataubingkai kaca.e. Gerakan terakhir adalah jatuhnya kembalipengamudi ke kursi. Bila kursi tidak dilengkapisenderan kepala, maka akan terjadi hiperekstensileher lagi dan memperparah patah tulang leher.Gambar