KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN ...
Transcript of KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN ...
KECAKAPAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENDESAIN PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 10 KOTA JAMBI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu persyaratan Memperoleh Gelar Megister Pendidikan Islam dalam Konsentrasi Pendidikan Agama Islam
Oleh
AL-KAWAWIRI NIM: MPA.14.2.2216
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019M/1440H
i
ii
iii
iv
v
MOTTO
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS; Al-Israa: 36).2
2Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI,
2007), hal. 429.
(٦٣׃)الإسراء
vi
PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan kepada:
1. Yang mulia ibunda Sumrah.
2. Yang mulia ayahanda, Ismail.
3. Teman-Teman Konsentrasi Pendidikan Agama Islam
di Pascasarjana UIN STS Jambi
vii
ABSTRAK
Al-Kawawiri. Kecakapan Guru Pendidikan Agama Islam Mendesain Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Kota Jambi. Tesis. Pascasarjana UIN STS Jambi, 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kecakapan guru Pendidikan
Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi yang masih rendah. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah mengapa kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif analitis. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan serta verifikasi keterpercayaan hasil penelitian diperoleh dengan teknik perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi data dan konsultasi pembimbing.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 10 Kota Jambi belum memperhatikan unsur-unsur desain pembelajaran yaitu kebutuhan siswa dan penilaian yang menjadi landasan yang kuat dalam mendesain pembelajaran, meskipun aspek tujuan dan metode sudah desain diperhatikan guru dalam program tahunan, semester, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Kesimpulan penelitian ini adalah kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi belum optimal karena guru belum memperhatikan unsur-unsur desain pembelajaran secara keseluruhan.
Kata Kunci: Kecakapan Guru, Desain Pembelajaran
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang
mengatur sekalian alam, yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-
Nya, serta telah memberikan kekuatan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Karya tulis dalam bentuk
tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam pada
Pascasarjana UIN STS Jambi. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
laporan hasil penelitian tesis ini belum sempurna, baik secara metodologi
maupun secara analisis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
konstruktif dari pembaca.
Selama proses penyelesaian karya tulis ini, banyak pihak yang telah
memberikan konstribusi baik langsung maupun tidak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka. Ucapan terima
kasih terutama penulis khususkan kepada Yth:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, sebagai Rektor UIN STS Jambi,
2. Bapak Prof. Dr. H. Mukhtar, M.Pd, sebagai Direktur Program
Pascasarjana UIN STS Jambi sebagai pimpinan lembaga tempat
penulis menimba ilmu.
3. Ibu Dr. Hj. Fadlilah, M.Pd, sebagai pembimbing I.
4. Bapak Dr. H.M. Yusuf, M.Ed, sebagai pembimbing II.
5. Para dosen dan segenap civitas akademik Pascasarjana UIN STS
Jambi yang telah menjadi pembimbing dan pengampu mata kuliah dan
membantu dalam birokrasi pengurus selama penulis studi di
Pascasarjana UIN STS Jambi.
ix
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................... i LEMBAR LOGO ............................................................................... ii NOTA DINAS ................................................................................... iii LEMBARAN PERSETUJUAN .......................................................... iv SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS .............................. v HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. vi HALAMAN MOTTO .......................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... viii ABSTRAK ........................................................................................ ix ABSTRACT ...................................................................................... x KATA PENGANTAR ........................................................................ xi DAFTAR ISI ..................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .............................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................... 11 C. Fokus Penelitian .......................................................... 12 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................. 12
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori ........................................................... 14 1. Kecakapan Guru dalam Mendesain Pembelajaran . 14 2. Peningkatan Mutu Pembelajaran ........................... 26
B. Penelitian yang Relevan .............................................. 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ................................................. 39 B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian ............................ 41 C. Jenis dan Sumber Data ............................................... 42 D. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 44 E. Teknik Analisis Data .................................................... 48 F. Uji Keterpercayaan Data.............................................. 51 G. Rencana dan Waktu Penelitian.................................... 54
BAB IV DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................... 55 B. Hasil Penelitian ............................................................ 67
1. Kecakapan Guru Pendidikan Agama Islam Mendesain Pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi 67
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam Mendesain Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi .................. 82
xi
3. Upaya Peningkatan Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam Mendesain Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi ............................................................. 98
C. Analisis Hasil Penelitian .................................................... 111
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................... 118 B. Implikasi ......................................................................... 119 C. Rekomendasi ................................................................. 122 D. Kata Penutup ................................................................. 125
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Jadwal Penelitian .................................................................. 54
Tabel 2. Keadaan Guru SMAN 10 Kota Jambi ................................... 63
Tabel 3. Keadaan Pegawai SMAN 10 Kota Jambi .............................. 64
Tabel 4. Keadaan Siswa SMAN 10 Kota Jambi .................................. 65
Tabel 5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMAN 10 Kota Jambi ........ 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang Masalah
Guru merupakan faktor penting dalam pendidikan. Guru berperan
dalam mendidik siswa menjadi pribadi yang unggul dan berilmu. Sebagai
tenaga profesional di bidang pendidikan, guru setidaknya memiliki tugas
sebagai pengajar, pembimbing, administrator kelas, pengembang
kurikulum, pengembang profesi, dan pembina hubungan dengan
masyarakat.3
Di era modern ini, pendidikan seyogyanya merupakan kawah
pembelajaran bagi anak didik, yang diandaikan mampu menjawab
tantangan perubahan zaman baik dalam segi kognitif, afektif, dan
psikomotoriknya. Karena pendidikan merupakan masalah yang penting
dalam kehidupan. Bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan
itu sama sekali tidak dipisahkan dari kehidupan, baik kehidupan keluarga,
bangsa, dan negara. Untuk itu sekolah sebagai lembaga formal
pembelajaran dituntut agar lebih inovatif dan sensitif terhadap persoalan-
persoalan kekinian. Penambahan fasilitas belajar saja tidaklah cukup,
lebih dari itu semua adalah bagaimana membuat anak didik kita mencintai
belajar sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya. Maka
pembenahan kurikulum dan manajemen pendidikan merupakan sebuah
keniscayaan, begitu juga dengan kegiatan-kegiatan di luar jam belajar
yang dilakukan sekolah untuk menunjang visi pembelajaran menjadi
penting.
Guru dalam Islam membawa peran ganda dalam waktu yang
bersamaan, yaitu misi pendidikan agama Islam dan misi ilmu
pengetahuan. Untuk mewujudkan misi ini guru harus memiliki seperangkat
kecakapan, sikap dan keterampilan berikut: 1) Landasan moral yang
kukuh untuk melaksanakan jihad dan mengemban amanah, 2) Kecakapan
3Udin Syaefuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 32.
2
mengembangkan jaringan-jaringan kerjasama dan silaturrahmi, 3)
Membentuk team work yang kompak dan d) Mencintai kualitas yang
tinggi.4
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, media, perlengkapan, dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.”5 Proses
pembelajaran harus melalui tiga tahap: 1) Tahap pra intruksional yaitu
persiapan sebelum mengajar, 2) Tahap intruksional, yaitu saat mengajar
dimana guru melaksanakan semua rencana dalam mengajar dan 3)
Tahap evaluasi yaitu penilaian hasil belajar. Untuk mengetahui
keberhasilan belajar, maka dilakukan penilaian terhadap kegiatan belajar.6
Peranan serta posisi yang besar ini dimiliki oleh semua guru dalam
semua mata pelajaran atau bidang studi, termasuk mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di berbagai jenjang pendidikan. Jabatan sebagai
guru Pendidikan Agama Islam di lembaga pendidikan merupakan
pekerjaan profesional, yang dalam pelaksanaannya memerlukan suatu
keahlian khusus. Dalam pengertian tersebut, guru Pendidikan Agama
Islam bukan hanya sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk
menyampaikan materi pengetahuan (mata pelajaran) Pendidikan Agama
Islam, akan tetapi sebagai fasilitator dalam mentransformasikan ilmu
pengetahuan serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak
didiknya untuk menjadi individu yang dibutuhkan dalam masyarakat. Agar
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan profesional, maka guru
Pendidikan Agama Islam harus memiliki beberapa kompetensi atau
kemampuan, baik secara akademis maupun non-akademis.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu
mata pelajaran (subject matter) yang dikemas dalam sebuah kurikulum
4Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008),
hal. 158. 5Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hal. 57.
6Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), hal. 217.
3
dan harus diikuti oleh peserta didik yang beragama Islam. Mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam berfungsi sebagai pengajaran agama Islam,
proses sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai agama Islam, rekonstruksi
sosial dan sumber nilai dalam kehidupan masyarakat, dalam rangka
membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT, serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan
kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama.7
Secara yuridis, posisi pendidikan agama (Islam) berada pada posisi
yang sangat strategis, baik pada Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003. Dalam UU Sisdiknas 2003
dinyatakan pada pasal 1 ayat 5 bahwa: “Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan
Perubahannya yang bersumber pada ajaran agama, keanekaragaman
budaya Indonesia, serta tanggap terhadap perubahan zaman.”8
Sedangkan pada pasal 4 UU Sisdiknas 2003, disebutkan bahwa
pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, berbudi mulia, seha, berilmu, kompeten, terampil, kreatif,
mandiri, estetis, demokratis, dan memiliki rasa kemasyarakatan dan
kebangsaan.”9
Kompetensi dalam perspektif pendidikan Islam merupakan sebuah
keniscayaan, karena sebuah pekerjaan profesional, dalam hal ini guru,
harus didasari oleh pengetahuan di bidangnya. Allah SWT berfirman:
7Minnah El-Widdah, Problematika Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Pertama (SMP), (Jurnal At-Ta’lim, Vol. 4 Tahun 2013), hal. 80. 8UU Sisdiknas 2003 dinyatakan pada pasal 1 ayat 2
9Ibid. pasal 3 Meskipun hanya merupakan tujuan pendidikan secara umum, namun
secara implisit mencerminkan tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan Islam.
(٦٣׃)الإسراء
4
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS; Al-Israa: 36).10
Dalam ayat tersebut Allah SWT melarang mengucapkan atau
melakukan perbuatan yang tidak diketahui kebenarannya. Dalam konteks
kecakapan guru, maka seorang guru Pendidikan Agama Islam harus
memiliki kompetensi, atau pengetahuan, sehingga memahami hal-hal
yang seharusnya dilakukan dalam menjalankan profesinya dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Sejalan dengan ayat tersebut di atas,
Rasulullah SAW memberikan isyarat kepada umatnya untuk memberikan
pekerjaan kepada orang lain berdasarkan kepada kompetensi yang
dimiliki. Jika tidak, maka akan mengakibatkan kerusakan dan kehancuran
yang berdampak luas. Rasulullah SAW bersabda:
د الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة )رواه البخاري(اإذ وس Artinya: “Apabila perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya,
maka tunggulah saat (kehancurannya)”. (HR. Bukhori).11 Kompetensi dalam profesi guru merupakan perpaduan dari
penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan
tugas atau pekerjaannya.12
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen menjelaskan bahwa “Kompetensi atau kecakapan guru
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan.”13 Indikator kecakapan guru adalah sebagai berikut
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2007), hal. 429. 11
Hadis dan maknanya diambil dari Lidwa Pustaka i-Software – Kitab 9 Imam Hadits. 12
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 23. 13
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI Nomor 14 Tahun 2005), (Jakarta: Asa Mandiri, Cet.1, 2008), h. 3.
5
menguasai materi pelajaran, merencanakan program belajar mengajar,
melaksanakan proses belajar mengajar, melaksanakan evaluasi,
mendiagnosa kesulitan belajar siswa,melaksanakan administrasi
kurikulum atau administrasi guru.14
Seorang guru harus memiliki kecakapan merancang pembelajaran,
mampu dalam mengelola pembelajaran yang cocok dan relevan dengan
minat dan bakat, serta tahap perkembangan siswa dengan menggunakan
atau memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk
menjamin efektifitas pembelajaran tersebut. Dengan demikian, seorang
guru perlu memiliki kecakapan khusus yaitu kecakapan yang tidak
mungkin dimiliki oleh orang-orang yang bukan guru. Guru masa depan
harus orang-orang yang berkompetensi pada bidangnya masing-masing.
“Desain pembelajaran adalah tata cara yang dipakai guru untuk
melaksanakan proses pembelajaran.”15 desain pembelajaran adalah tata
cara yang dipakai untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan
memperhatikan siswa, metode, tujuan dan evaluasi.”16
Bisa dikatakan setiap orang harus memiliki rencana untuk masa
mendatang. Demikian juga dengan pembelajaran di sekolah perlu
dilakukan dengan perencanaan yang matang dan tepat untuk mencapai
tujuan pendidikan dan pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu
sistem, karenanya setiap aktivitas mengajar harus direncanakan terlebih
dahulu alternatif pilihan dalam menentukan metode ataupun media
pembelajaran yang akan digunakan. Hal ini berarti bahwa seorang guru
harus benar-benar memperhatikan serta dapat menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan kepada siswa, sehingga hasil belajar siswa dapat dicapai
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Guru sebagai
14
Sunarvo, “Peningkatan Kemampuan Dan Kreativitas Guru Dalam Proses Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas”, Mimbar Pendidikan, (No.2/XX V 111/2009), hal. 119. 15
Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Referensi, Cet. I, 2013), hal. 10. 16
Ibid., hal. 10-11.
6
perancang pengajaran perlu memiliki profesionalitas dalam menyusun
rencana pengajaran. Desain pengajaran merupakan alat yang dapat
membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran secara
efektif. Profesionalitas cara menyusun desain pengajaran tidak secara
otomatis dapat menjamin guru menjadi terampil dalam menyusun desain
pelajaran. Hal demikian memerlukan latihan dan kerja sama guru dengan
guru lain (terutama mengajar mata pelajaran yang sama). Dengan
mengkomunikasikan desain pengajaran yang dibuat kepada guru yang
lain diharapkan guru tersebut akan memberikan umpan balik tentang
desain pengajaran itu. Umpan balik itu dapat digunakan untuk
menyempurnakan desain pengajaran berikutnya.
Guru seyogyanya memiliki perilaku profesional untuk
mengembangkan siswanya secara utuh, guru perlu menguasai berbagai
hal sebagai kompetensi yang dimilikinya. Di sisi lain, guru harus
memahami dan menghayati para siswa yang dibinanya karena wujud
siswa pada setiap saat tidak akan sama sebab perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memberikan dampak serta nilai-nilai
budaya masyarakat Indonesia sangat mempengaruhi gambaran para
lulusan suatu sekolah yang diharapkan. Oleh sebab itu, gambaran
profesionalitas guru yang diharapkan sangat mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh keadaan itu sehingga dalam melaksanakan proses
belajar mengajar, guru diharapkan mampu mengantisipasi perkembangan
keadaan dan tuntutan masyarakat pada masa yang akan datang.
Demikian juga guru dalam proses belajar-mengajar harus memiliki
profesionalitas guna mencapai harapan yang di cita-citakan dalam
melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses belajar-mengajar
pada khususnya. Untuk memiliki kecakapan tersebut guru perlu membina
diri secara baik karena fungsi guru itu sendiri adalah membina dan
mengembangkan kecakapan siswa secara profesional di dalam proses
pembelajaran.
7
Salah satu tugas guru untuk dapat mewujudkan kinerja guru secara
efektif, adalah komitmen terhadap budaya mutu. Karakter ini dapat
terlaksana jika sekolah sebagai sistem sosial menerapkan reward dan
punisment secara tegas, arif dan bijaksana. Sebagai sistem sosial, maka
aspek yang amat stratejik pula harus dipahami pegawas, kepala sekolah
dan guru-guru dalam menjalankan tugas-tugasnya adalah kemampuan
memahami. Menganalisis dan mengelola berbagai kegiatan guna
terwujudnya proses pembelajaran yang mendukung iklim dan budaya
sekolah secara efektif.17
Mutu pembelajaran merupakan salah satu tujuan terpenting dalam
kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam. Hal ini dapat terlihat dari
efektif tidaknya proses pembelajaran dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh
dua faktor utama yakni faktor dari lingkungan dan faktor dari diri peserta
didik seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan
belajar, ketekunan, sosial, ekonomi dan faktor fisik dan psikis serta faktor
utama yaitu kecakapan yang dimiliki peserta didik untuk cepat memahami
segala sesuatu. Selain itu, terdapat tiga unsur yang sangat mempengaruhi
kualitas pembelajaran adalah kompetensi guru, karakteristik kelas dan
karakteristik sekolah. Kompetensi guru yang dimaksud sudah jelas ialah
kompetensi pedagogik guru yang terdiri dari beberapa sub dimulai dari
landasan kependidikan sampai pada evaluasi pembelajaran. Karena
berhasil atau tidaknya siswa dalam proses pembelajaran akan terlihat
dalam evaluasi atau penilaian yang dilakukan terhadap materi yang telah
disajikan dalam proses pembelajaran.
Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab
semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, salah satu masalah yang
dihadapi dunia pendidikan kita diantaranya masalah lemahnya
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
17
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru: Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 202.
8
mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di dalam
kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi,
otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi
tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingat itu untuk
menghubungkannya dengan kehidupan ehari-hari. Akibatnya, ketika anak
didik kita dari sekolah mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin
aplikasi.
Islam memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada pendidik
atau guru. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya
adalah “Sebaik-baik orang yang berjalan di muka bumi adalah guru”.
Dalam redaksi lain, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya “Para
ulama itu adalah pewaris para Nabi”. Sungguh kedudukan guru dan
orang-orang yang berilmu sangat mulia dan tinggi. Mereka adalah orang-
orang yang istimewa di muka bumi ini di sisi Allah dan Rasul-Nya, Allah
SWT berfirman sebagai berikut:
Artinya: “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS; 39: 9).18
Ayat ini jelas memberikan petunjuk bahwa tidaklah sama antara
orang yang berilmu pengetahuan dengan orang yang tidak mempunyai
pengetahuan. Walaupun ayat tersebut berbentuk pertanyaan, tetapi pada
intinya dijawab (hanya orang yang berakhlaklah yang mampu menerima
18
Anonim, Al-Qur’an...op. cit., hal. 747.
(۹׃الزمر)
9
pelajaran), kualitas ilmu pengetahuan seseorang berimplikasi terhadap
pekerjaannya. Bagaimana seseorang mengerjakan suatu pekerjaan bila
tidak memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan memadai? Bila
pekerjaan itu dilkukannya juga, maka tidak akan membuahkan hasil
maksimal yang ingin dicapai. Dalam hal ini nabi Muhammad SAW
bersabda yang artinya: Apabila pekerjaan itu diserahkan kepada yang
bukan ahlinya maka tunggulah saat kegagalan (HR. Bukhari).
Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui
berbagai macam cara, antara lain peningkatan awal bekal siswa baru,
peningkatan kompetensi guru, peningkatan isi kurikulum, peningkatan
kualitas pembelajaran yang memadai, dan penyajian sarana belajar. Dari
semua cara tersebut peningkatan kualitas pembelajaran melalui
peningkatan kualitas guru memiliki posisi yang sangat strategis dan akan
berdampak positif. Guru merupakan komponen yang sangat menentukan
dalam implementasi suatu model pembelajaran. Tanpa guru,
bagaimanapun bagus dan idealnya suatu model, maka model itu tidak
mengkin dapat diaplikasikan.
Kedudukan guru dalam kegiatan pembelajaran sangat strategis dan
menentukan. Strategis karena guru akan menentukan kedalaman dan
keluasan materi pelajaran, sedangkan bersifat menentukan karena guru
yang membuat siswa mengerti bahan pelajaran yang akan disajikan
kepada mereka. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar
mengajar yang efektif, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menyimak pelajaran dan
menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Guru
sebagai pendidik merupakan tokoh yang paling banyak bergaul dan
berinteraksi dengan para peserta didik dibandingkan dengan komponen
lainnya di sekolah. Guru bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pelatihan
dan pengkajian, dan membuka komunikasi dengan masyarakat.
10
Tujuan dasar pembelajaran pendidikan agama Islam adalah
bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan secara efektif dan menyeluruh
(totality), artinya proses pembelajaran dituntut untuk membentuk pola
berpikir dalam konsep pengetahuan yang lengkap dan detail, sehingga
perlu model yang efektif pula dalam mencapain proses tersebut. Dalam
pengaruhnya lebih lanjut dapat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan keperibadian anak. Perlu adanya terobosan-terobosan baru
dan upaya berkelanjutan dalam sistem pendidikan sehingga mampu
meningkatkan mutu pendidikan melalui perbaikan dan pembenahan yang
terus menerus dilakukan. Satu di antaranya adalah dengan melakukan
reorientasi penyelenggaraan pendidikan seperti kurikulum pendidikan
berkarakter.
Usaha mewujudkan capaian tingkat tinggi dari sebuah sekolah,
bukanlah pekerjaan mudah. Untuk memenuhi capaian di atas, ada
beberapa hal yang harus menjadi perhatian kepala sekolah, guru-guru,
dan staf sekolah lainnya: penetapan kriteria yang ketat untuk setiap
perilaku mengajar guru; penetapan kriteria yang ketat untuk setiap
perilaku belajar siswa; penetapan kriteria yang ketat untuk setiap kegiatan
interaksi antara guru dan siswa; penyediaan buku-buku pembelajaran dan
buku pelengkap; pemetaan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler yang
mendukung program inti sekolah; evaluasi keefektifan pembelajaran
secara kontinyu; pelembagaan program-program yang bersifat kompetitif;
pelibatan orang tua atau wali siswa dalam mengontrol perilaku belajar
anak di rumah; pengembangan budaya belajar; mendatangkan nara
sumber sebagai kelompok teladan, dan kegiatan lain yang relevan.19
Guru sebagai perancang pengajaran perlu memiliki profesionalitas
dalam menyusun rencana pengajaran. Desain pengajaran merupakan alat
yang dapat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
secara efektif. Profesionalitas cara menyusun desain pengajaran tidak
secara otomatis dapat menjamin guru menjadi terampil dalam menyusun
19
Sudarwan Danim, Otonomi Manajemen Sekolah. (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 149.
11
desain pelajaran. Hal demikian memerlukan latihan dan kerja sama guru
dengan guru lain (terutama mengajar mata pelajaran yang sama). Dengan
mengkomunikasikan desain pengajaran yang dibuat kepada guru yang
lain diharapkan guru tersebut akan memberikan umpan balik tentang
desain pengajaran itu. Umpan balik itu dapat digunakan untuk
menyempurnakan desain pengajaran berikutnya.
Berdasarkan grand tour di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Kota
Jambi menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam sudah
mendesain pembelajaran sesuai tagihan kurikulum, khususnya pada
perangkat pembelajaran. Hanya saja dalam mendesain pembelajaran,
masih ditemukan beberapa permasalahan: Pertama, guru Pendidikan
Agama Islam belum terampil dalam melaksanakan administrasi kurikulum
dalam bentuk program tahunan, program semester, silabus, RPP dan kisi-
kisi soal). Waktu pengerjaan program yang ada ini tidak tepat waktu dan
tidak banyak revisi, sama seperti tahun-tahun sebelum. Kedua, guru
Pendidikan Agama Islam belum terampil dalam memilih metode, media,
sumber belajar dan strategi mengajar tidak beragam. Guru belum
menyiapkan instrumen untuk mendiagnosa kesulitan belajar siswa. Ketiga,
Guru Pendidikan Agama Islam belum terampil dalam melaksanakan
mendesain evaluasi pembelajaran, misalnya belum ada penggunaan
portopolio, proyek, tugas mandiri dan unjuk kerja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pertanyaan
pokok dalam penelitian. Ini adalah: Mengapa kecakapan guru Pendidikan
Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi belum optimal? Berdasarkan latar
belakang dan pertanyaan pokok di atas, dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain
pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?
12
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat kecakapan guru
Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?
3. Apa saja upaya peningkatan kecakapan guru Pendidikan Agama Islam
mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di
SMAN 10 Kota Jambi?
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti
kemukakan, maka fokus penelitian ini adalah kecakapan guru Pendidikan
Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran SMAN 10 Kota Jambi tahun 2017/2018.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mendeskripsikan kecakapan guru Pendidikan Agama Islam
mendesain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.
b. Ingin mengetahui faktor pendukung dan penghambat kecakapan guru
Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.
c. Ingin mengekplorasi upaya peningkatan kecakapan guru Pendidikan
Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna baik secara teoritis dan akademis
maupun secara praktis.
a. Kegunaan Secara Teoritis dan Akademis
Secara teoritis, penelitian ini dapat memperkaya pemahaman
peneliti tentang konsep kompetensi pedagogik guru secara umum dan
guru Pendidikan Agama Islam secara khusus dan kaitannya terhadap
kemampuan mendesain pembelajaran. Secara akademis, temuan
penelitian dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya yang berminat
13
untuk meneliti seputar permasalahan kompetensi guru. Selain itu,
penelitian ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
studi pada Program Magister Pendidikan Agama Islam (PAI) di
pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin
(STS) Jambi.
b. Kegunaan Secara Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bemanfaat bagi
seluruh pembaca, khusus para guru dalam rangka meningkatkan
kompetensi pedagogiknya, sehingga akan menambah keprofesionalan
dalam mendidik peserta didik.
14
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
1. Kecakapan Guru dalam Mendesain Pembelajaran
Menurut Stepen P. Robbins, dikutip Wibowo20, kemampuan atau
ability menunjukkan kapasitas individu untuk mewujudkan berbagai tugas
dalam pekerjaan. Dengan demikian, kemampuan adalah kapasitas
intelektual, emosional dan fisik untuk melakukan berbagai aktivitas
sehingga menunjukkan apa yang dapat dlakukan untuk mencapai
tujuannya.21
Supaya semua dilakukan dengan benar oleh guru, maka
dibutuhkan kemampuan. Kemampuan seseorang mencakup:
a. Kemampuan intelektual, kapasitas untuk melakukan aktivitas mental.
Dalam pekerjaan yang menuntut lebih banyak proses informasi,
semakin banyak kecerdasan umum dan kemampuan verbal
diperlukan untuk mewujudkan keberhasilan pekerjaan.
b. Kemampuan kognitif, menunjukkan kemampuan yang berkaitkan
dengan akuisi dan aplikasi pengetahuan dalam pemecahan masalah.
c. Kemampuan emosional, terhadap kemampuan manusia
mempengaruhi fungsi sosial dengan mengenai dan memahami emosi
diri dan orang lain untuk perbaikan diri dan kesempatan perbaikan diri
dan pekerjannya.
d. Kemampuan Fisik, menurut Robbins, yaitu sebagai kapasitas untuk
melakukan tugas menuntut stamina, ketangkasan, kekuatan dan
karakteristik yang semacamnya.22
Parameter kemajuan belajar anak dapat diukur dengan kecakapan
guru. Kecakapan guru sesungguhnya lebih banyak ditentukan oleh
kualitas ilmu yang diberikan dalam pelayanan pendidikan pada sebuah
20
Wibowo, Perilaku dalam Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 93. 21
Ibid., hal. 94. 22
Ibid., hal. 94-102.
15
satuan pendidikan, dengan kata lain terangkum pada
kompetensi/kecakapan yang dimilikinya. Hal ini sangat beralasan karena
guru adalah orang yang paling sering bersentuhan langsung dengan
peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam menangani gejala-gejala
ketertinggalan dalam bidang pendidikan diperlukan tenaga pengajar
(dosen dan guru) dan memiliki kompetensi pedagogik. Kompetensi
pengajar berkorelasi dengan kualitas pendidikan. Tenaga pengajar yang
profesional dan memiliki kompetensi pedagogik menjadikan pendidikan
pun berkualitas. Sebaliknya tenaga pengajar yang tidak memiliki
kompetensi pedagogik bisa menjadikan pendidikan yang tidak berkualitas.
Perubahan pendidikan tergantung pada apa yang dilakukan guru
dan berpikir-itu sederhana dan serumit itu. Itu semua akan sangat mudah
jika bisa perubahan legislatif dalam berpikir. Ruang kelas dan sekolah
menjadi efektif bila (1) kualitas orang direkrut untuk mengajar, dan (2)
tempat kerja diselenggarakan untuk memberi energi guru dan
penghargaan prestasi. Keduanya berhubungan erat. Profesional kondisi
tempat kerja yang bermanfaat menarik dan mempertahankan orang-orang
baik.23
Masalahnya tidak semua guru mempunyai kemauan dan
kemampuan untuk memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas
kepada peserta didiknya. Allah SWT menganjurkan kepada manusia agar
bekerja sesuai dengan apa yang ada pada dirinya atau kemampuan
(kompetensi) dirinya melalui firman-Nya:
Artinya: “Katakanlah (Muhammad) hai kaumku bekerjalah sesuai dengan
keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula) maka kelak
kamu akan mengetahui” (Q.S. 39: 39).24
23
Michael Fullan, The New Meaning of Educational Change: Fourth Edition, (New York and London: Teachers College, Columbia University, 2007), hal. 129. 24
Departemen Agama RI, Op. Cit., hal. 751.
(٦٩׃)الزمر
16
Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad meminta
kaumnya untuk bekerja sesuai keadaan masing-masing, salah satu
keadaan tersebut adalah kompetensi yang dimiliki umatnya dalam bekerja.
Diminta Guru haruslah orang yang bertanggung jawab memberikan
pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan
memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu memenuhi tugasnya sebagai
hamba Allah dan khalifah Allah SWT, makhluk sosial dan sebagai makhluk
hidup yang mandiri. Allah SWT juga berfirman pada srat lainnya yang
berbunyi sebagai berikut:
Artinya: "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap" (Q.S. 94: 7-8).25
Maksud dari ayat ini adalah setiap orang harus bekerja dengan
sungguh-sungguh atau profesional, yaitu terpenuhinya unsur kompetensi
dan tanggung jawabnya dalam bekerja dengan kemauan yang tinggi.
Orang yang mempunyai kemauanlah yang bisa untuk melayani anak
didiknya dengan baik karena dengan kemaun itu pulalah dia mau
meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu sebanyak-
banyaknya, untuk meningkatkan kualitas, penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, serta mewujudkan masyarakat yang beradab. Hal ini
menunjukkan bahwa guru dituntut untuk selalu menambah ilmu
pengetahuannya agar bisa meningkatkan penguasaan kompetensinya
yang memadai.
Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bila
ia menguasai dan mampu menggunakan keterampilan mengajar dengan
menggunakan metode yang sesuai dengan pelajaran, tujuan dan pokok
bahasan yang diajarkan. Bahan ajar yang telah dikuasai belum tentu
25
Ibid., hal. 478.
( ٨ـ٧׃ الانثراح )
17
dapat dicerna oleh siswa bila tidak disampaikan dengan baik. Proses
penyampaian ini memerlukan kemampuan khusus. Dengan demikian
perlu penguasaan guru terhadap metode penyampaian agar para siswa
tidak pasif, melainkan terlibat secara aktif dalam proses belajar
mengajar.26
Tugas yang harus dilaksanakan oleh guru ialah memberikan
pelayanan kepada para peserta didik yang selaras dengan tujuan
pembelajaran. Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan
faktor utama yang bertugas mendidik, guru memegang berbagai jenis
peranan mau tidak mau harus dilaksanakannya sebagai seorang guru.
Dan guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak
melalui interaksi belajar mengajar, guru merupakan faktor yang
mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan karenanya guru harus
menguasai prinsip-prinsip belajar. Di samping menguasai materi yang
akan di ajarkan, dengan kata lain guru harus mampu menciptakan situasi
kondisi belajar yang sebaik-baiknya.
Kompetensi guru menyangkut seluruh kemampuan yang dilakukan
oleh seorang guru dalam mengembangkan amanat dan tanggung
jawabnya dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan dan
memandu peserta didik untuk mencapai tingkat kedewasaan dan
kematangannya yang dilakukan secara ahli. Kompetensi guru dapat
diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan
profesi keguruannya. Guru yang kompeten adalah guru piawai dalam
melaksanakan profesinya. Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru
dapat didefinisikan sebagai penguasaan terhadap pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir
dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.
Martinis Yamin sudah menjelaskan pada bagian sebelumnya,
bahwa desain pembelajaran adalah tata cara yang dipakai untuk
26
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal.119.
18
melaksanakan proses pembelajaran.27 Implementasi desain sistem
pembelajaran di sekolah dapat dilakukan pada semua jenjang pendidikan.
Pelaksanaan desain sistem pembelajaran di sekolah dapat mencerminkan
kesiapan guru dan tenaga pendidikan untuk melakukan tugas dalam
menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
Untuk dapat menciptkan proses aktivitas pembelajaran yang efektif dan
menarik, guru perlu memiliki penguasan substansi atau materi pelajaran.
Di samping itu, guru juga perlu memiliki pengetahuan yang mendalam
tentang desain dan pengembangan proses pembelajaran serta strategi
penyampainnya. Guru perlu memiliki pemahaman tentang langkah-
langkah analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi
proses pembelajaran agar dapat mendesain dan mengembangkan
program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.28
Dari beberapa pengertian di atas, desain pembelajaran dapat
dimaknai dari berbagai sudut pandang, yaitu sebagai disiplin, sebagai
ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain
pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi
serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai
ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi
pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang
memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan
mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan
kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan
pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya, sarana
serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran
sebagai proses merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi
pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar
untuk menjamin mutu pembelajaran.
27
Martinis Yamin, Desain...Op. Cit., hal. 10. 28
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Dian Rakyat, 2010), hal. 183-184.
19
Guru sebagai desainer pembelajaran perlu memiliki kompetensi
dalam menyusun desain pengajaran. Desain pengajaran merupakan alat
yang dapat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
secara efektif. Kompetensi guru tentang cara menyusun desain
pengajaran tidak secara otomatis dapat menjamin guru menjadi terampil
dalam menyusun desain pelajaran. Hal demikian memerlukan latihan dan
kerja sama guru dengan guru lain (terutama mengajarkan mata pelajaran
yang sama). Dengan mengkomunikasikan desain pengajaran yang dibuat
kepada guru yang lain diharapkan guru tersebut akan memberikan umpan
balik tentang desain pengajaran itu. Umpan balik itu dapat digunakan
untuk menyempurnakan desain pengajaran berikutnya. Menurut Emma
O’Brien, et.al., akumulasi pengetahuan tidak terlihat ketika tidak
digunakan untuk menghasilkan kegiatan yang berguna yang dapat
meningkatkan fungsi organisasi.29
Terkait dengan itu, maka kompetensi guru sangat dibutuhkan
dalam memahami unsur-unsur desain pembelajaran sebagai berikut:
a. Siswa
Menurut Jerrold E. Kemp, dikutip Yamin, dalam mendesain
pembelajaran, guru perlu mendesain latar belakang siswa dari segi
akademis dan sosial. Kedua latar belakang akan menjadi
pertimbangan dalam mendesain pembelajaran karena siswa sebagai
subjek belajar, selanjutnya akan dapat ditentukan sasaran, metode
dan tingkat evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan.30
Kegiatan pembelajaran merupakan suatu interaksi antara guru
dan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
pembelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dari interaksi itu pada
dasarnya adalah bertambahnya pengalaman siswa baik teori maupun
praktek dan perubahan tingkah laku siswa. Proses pembelajaran
29
Emma O’Brien, et.al., Knowledge Management for Process, Organizational and Marketing Innovation: Tools and Methods. (Hershey, New York: Information Science Reference (an Imprint of IGI Global, 2011), hal. 120. 30
Martinis Yamin, Desain...Op. Cit., hal. 12.
20
membutuhkan adanya kegiatan komunikasi. Komunikasi tersebut
timbul karena adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa
yang tujuan hubungan itu akan mempengaruhi perubahan intelek,
watak serta sosial dan hubungan tersebut didasarkan pada hubungan
yang bersifat mendidik. Dalam proses pembelajaran, diperlukan
adanya aksi dan reaksi yang menjadi interaksi antara guru dan siswa
mempunyai fungsi berbeda, yaitu guru berfungsi sebagai pengajar dan
siswa berfungsi sebagai pelajar. Dalam proses pembelajaran, siswa
sering dihadapkan dengan berbagai hambatan dalam menerima
pelajaran yang diajarkan. Untuk itu diperlukan adanya motivasi
(dorongan) dari guru dan siswa.
b. Tujuan
Langkah-langkah dalam pembelajaran perlu direncanakan agar
tujuan pelajaran dapat tercapai, hal ini juga untuk mempermudah
pemahaman peserta didik dalam memahami materi yang sedang
diajarkan. Umumnya langkah-langkah mengajarkan didasarkan dari
yang muydah ke yang sukar dan dari yang bersifat ingatan sampai ke
evaluasi atau modifikasi. Dalam langkah mengajarkan perlu dianjurkan
terlebih dahulu konsep dasar atau dasar teori sebelum memasuki
pemecahan masalah.
Setelah melakukan identifikasi karakteristik siswa, guru perlu
menerapkan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang harus dicapai,
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan pembelajaran
yang dirumuskan dapat dijadiukan sebagai pedoman untuk memiliki
metode, media, dan strategis pembelajaran yang akan digunakan.
Ketiga komponen ini perlu di aplikasikan dalam menyelenggarakan
proses pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajaran akan memberikan kontibusi positif bagi terciptakan proses
21
belajar yang optimal. Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui
pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran.31
Desain pembelajaran berguna dalam proses belajar-
mengajarkan sehingga mengantarkan keberhasilan lulusan melalui
proses belajar yang di lakukan. Setelah merumuskan tujuan
pembelajaran langkah berikutnya adalah memilih dan menentukan
cara menyampaikan materi atau strategi yang tepat. Hal ini agar materi
dapat di sampaikan dan selaras dengan tujuan yang di tetapkan.
Tujuan pembelajaran itu sangat berkaitan erat dengan strategi atau
desain pembelajaran. penetapan desain strategi yang relevan
merupakan suatu keharusan.
Desain pembelajaran pembelajaran adalah suatu persiapan
pemikiran yang sistematis berupa prinsip-prinsip mengajarkan yang
akan diterapkan dalam situasi khusus dalam pembelajaran di kelas,
semakin baik desain pembelajaran pengajaran semakin baik pula hasil
yang diperoleh atau dicapai.
c. Metode
Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi
instruksional. Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk
menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan
kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.32 Guru perlu memiliki
kompetensi melakukan analisis masalah pembelajaran yang dihadapi
dan mendesain solusi yang sesuai dengan masalaha tersebut. Guru
perlu memiliki kemampuan mengembangkan media, metode, dan
strategi pembelajaran serta mengimplementasikannya sesuai dengan
karakteristik siswa. Selain hal diatas, pengetahuan dan keterampilan
evaluasi juga diperlukan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab profesional. Kreativitas guru sangat diperlukan untuk
menciptkan kegiatan pembelajaran yang menarik. Pemahaman dan
31
Benny A. Pribadi, Op. Cit., hal. 186-187. 32
Martinis Yamin, Desain...Op. Cit., hal. 145.
22
keterampilan dalam mengkombinasikan metode, media, dan strategi
pembelajaran emrupakan hal yang bersifat kreatif untuk dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.33
d. Penilaian
Penilaian dilakukan berkenaan dengan kemampuan siswa
selama menempuh pembelajaran. Jika dalam konteks pembelajaran,
maka penilaian hasil belajar adalah serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk mengukur prestasi belajar (achievement) siswa
sebagai hasil dari suatu program kompetensi.
Pelaksanaan penilaian dalam hal ini ingin mengetahui hasil
belajar siswa mestinya berlangsung terus menerus setiap kali selesai
memberikan materi pelajaran dan di akhir pertemuan dalam satu waktu
tertentu. Berangkat penjelasan ini, pertanyaannya adalah apakah
semua guru profesional dalam mengajarkan dan mendidik ? atau lebih
jelasnya lagi adalah apakah semua guru mengerti dan memiliki
pengetahuan yang jelas tentang penilai hasil belajar. Sebab,
berdasarkan karakretistik manusia, setiap manusia (guru termasuk di
dalamnya) itu sendiri memiliki tingkat penguasaan terhadap sesuatu
berbeda-beda, hal ini berlaku juga pada pengetahuan mereka tentang
sistem penilaian hasil belajar siswa berbasis kompetensi yang baik.
Penjelasan tentang kecakapan guru dalam mendesain pembelajaran
dapat dirumuskan bahwa dalam mendesain pembelajaran, guru
hendaknya memahami tentang beberapa hal sebagai berikut:
a. Memahami tentang karakteristik dan latar belakang siswa agar metode
dan hal-hal terkait pembelajaran relevan dengan kondisi siswa.
b. Memahami tentang tujuan pembelajaran.
c. Memahami metode yang sesuai dengan tujuan, kondisi dan situasi
sekitar agar tujuan pembelajaran tercapai efisien dan efektif.
33
Benny A. Pribadi, Op. Cit., hal. 184.
23
d. Pemakaian metode penilaian yang dapat mengukur kemampuan dan
pemahaman siswa dan memastikan pembelajaran berhasil dari segi
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Model desain pembelajaran menurut Gustafson dan Branch, dikutip
Pribadi34, dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Pembagian
klasifikasi ini didasarkan pada orientasi penggunaan model, yaitu:
a. Model Desain Sistem Pembelajaran yang Berorientasi Kelas
(Classroom Oriented Model)
Model desain sistem pembelajara yang berorientasi kelas
ditujukkan untuk memenuhi kebutuan para guru dan siswa akan
aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien. Model-model desain
sistem pembelajaran yang termasuk klasifikasi ini dapat diaplikasi
mulai dari jenjang sekolah dasar sampai jenjang pendidikan tingi. Guru
instruktur, dan dodes perlu memiliki pemahaman yang baik tentang
desain sistem pembelaaran agar dapat menciptakan program
pembelajaran yang efektrif, efisien dan menarik. Penggunaan model
berorientasi kelas ini didasarkan pada asumsi adanya sejumlah
aktivitas pembelajaran yang akan diselenggarakan di dalam kelas
dengan waktu belajar ang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Model Desaian Sistem Pembelajaran yang Berorientasi Produk
(Product Oriented Model)
Model-model yang tergolong model desain sistem pembelajaran
yang berorientasi pada produk, pada ummnya didasarkan pada asumsi
adanya program pebelajaran yang dikembangkan dalam kurun waktu
tertentu. Model-model desain sistem pembelajaran ini menerapkan
proses analisis kebutuhan yang sangat ketat. Model-model yang
terolong sebagai model yang berorientasi pada produk biasanya
ditandai dengan empat asumsi pokok, yaitu; a) produk atau program
pembelajaran memang sangat diperlukan, b) Produk atau program
pembelajaran baru memang perlu diproduksi, c) Produk atau program
34
Ibid., hal. 87-91.
24
pembelajaran memerlukan proses uji coba dan revisi, dan d) Produk
atau program pembelajaran dapat digunakan walaupun hanya dengan
bimbinan dari fasilitator.
c. Model Desain Sistem Pembelajaran yang Berorientasi Sistem (System
Oriented Model)
Model ini dasarkan pada asumsi penggunaan perangkat
teknologi untuk mewujudkan sasaran. Oleh arena itu, langkah analisis
kebutuhan dan front end analysis secara intensif perlu dilakukan.
Sama seperti model des ayang berorientasi pada produk, model-model
yang terolong berorientasi sistem senantiasa menerapkan proses
evaluasi formatif dan proses uji coba yang intensif. Model desain
sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem dimulai dari tahap
pengumpulan data untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan
implementasi soluisi yang diperlkan ntuk mengatasi masalah yang
terdapat dalam suatu sistem pembelajaran. Analisis kebutuhan dan
front end analysis dilakuakn secara intensif untuk mencari solusi yang
akurat. Perbedaan pokok antara model yang berorientasi sistem
dengan mode yang berorientasi produk terletak pada tahap ata fade
desian, penembangan, dan evaluasi. Ketiga fase ini dilakukan dalam
skaa yang lebih besar dan model desa sistem pembelajaran yang
berorinetasi pada sistem.
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi
sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini salah satunya adalah
kompetensi pedagogik.35 Pengalaman menunjukkan profil guru yang tidak
menggunakan pendekatan pedagogik antara lain 1) guru lebih banyak
ceramah dan interaksi pembelajaran searah; 2) media belum
35
Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005..op. cit., hal. 17-18.
25
dimanfaatkan; 3) pengelolaan belajar cenderung klasikal dan kegiatan
belajara kurang bervariasi; 4) tentutan pendidikan terhadap hasil belajar
dan produktifitas rendah; 5) tidak ada hasil karya peserta didik yang layak
untuk ditampilkan; 6) pendidik dan buku sebagai sumber belajar; 7) semua
peserta didik dianggap sama; 8) penilaian hanya berupa test; dan 9)
latihan dan tugas-tugas kurang dan tidak menantang. Pengalaman ini
tentu saja tidak dapat dibiarkan terus berlanjut. Pembelajaran yang
selama ini berpusat pda guru, hrus diubah menjadi berpusat peda peserta
didik. Pendidik mengedepankan metode metode pemahaman dan sebagai
syarat untuk memenuhi kompetesi. Oleh karena itu kemampuan
profesional pendidik perlu ditingkatkan dengan memantapkan kemampuan
pedagogis.36
Inilah perilaku yang utama dimiliki seorang pemimpin yaitu
mendekati perilaku ulama atau guru. pada pondok pesantren. seorang
kiyai merupakan ulama itu sendiri yang mengabdikan dirinya untuk
berdakwah di jalan Allah SWT. Az-Zarnujiy berpendapat bahwa perilaku
yang dimiliki seorang pemimpin sebagai guru adalah mempunyai
kelebihan ilmu maksudnya menguasai ilmu dan wara’ yaitu kesanggupan
menjaga diri dari perbuatan/tingkah laku yang terlarang.37 Pendidik guru
yang baik sangat penting untuk memastikan bahwa peserta yang terlatih.
Mereka harus tahu dan model metode yang berpusat pada anak, dapat
menanamkan praktek ICT yang baik dalam metode pedagogis, baik di
adaptasi kurikulum dan efektif dalam mendukung pelatihan.38
Pengalaman pendidikan bermanfaat bagi mereka yang bekerja dan
yang diperlukan untuk secara bertahap dilengkapi untuk posisi lainnya
dalam organisasi. Dengan demikian, komponen pendidikan sumber daya
manusia yang berorientasi ke masa depan untuk posisi pekerjaan
diidentifikasi. Sejak investasi dari pendidikan tidak jelas, sangat sedikit
36
Syaiful Sagala, Op. Cit., hal. 159. 37
Zarnujiy, Syaikh, Ta’lim Muta’alim, Terj. Aliy As’ad (Menara Kudus, 1978). 38
International Labour Organization, Handbook of Good Human Resource Practices in the Teaching Profession, (Geneva: International Labour Office (ILO), 2012), hal. 242.
26
organisasi siap untuk berinvestasi pada program pendidikan karyawan
kecuali kebutuhan masa depan.39
Kinerja karyawan meningkat secara signifikan ketika mereka
diberikan tujuan spesifik untuk melakukan daripada ketika mereka
meninggalkan tanpa tujuan yang tidak jelas. Tujuan jelas atau 'melakukan
yang terbaik' menghambat kreativitas dan usaha sehingga menjadi tidak
termotivasi sedangkan penetapan tujuan yang menantang dan spesifik
sangat penting untuk meningkatkan kinerja.40 Sumber daya manusia atau
karyawan yang paling dinamis dan biasanya yang paling baik dari semua
sumber daya organisasi. Mereka perlu didukung dan dipelihara jika
mereka untuk mencapai potensi penuh mereka, baik bagi dirinya dan bagi
organisasi. Sebagai manajer/administrator bertanggung jawab atas kinerja
semua stafnya dan dia harus terlibat secara aktif dalam proses
mengidentifikasi dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pelatihan
mereka.41
Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kecakapan guru dalam mendesain pembelajaran adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru dalam mendesain pembelajaran. Indikator kecakapan
guru adalah seperangkat penguasaan guru secara ahli terhadap
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
2. Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur
yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia
terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga
39
Madhurima Lall & Sakina Qasim Zaidi, Human Resource Management, (New Delhi, Excel Books Private Limited, 2012), hal. 177. 40
Cynthia Eshun & Frank K. Duah, Rewards as a Motivation Tool for Employee Performance, (Ghana: Blekinge Tekniska Hokskola, 2011), hal. 35. 41
Josephat Stephen Itika, Fundamentals of Human Resource Management Emerging Experiences From Africa, (RB Leiden: African Studies Centre, 2011), hal. 127.
27
lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan
tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas
dan perlengkapan, terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual,
juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode informasi, praktek,
belajar, ujian dan sebagainya.42
Melalui proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu
membimbing dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat memahami
kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, untuk selanjutnya
memberikan motivasi agar siswa terdorong untuk bekerja atau belajar
sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan
kemampuan yang mereka miliki.43
Di antara usaha guru untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah ialah dengan cara melalui perbaikan proses pembelajaran.
Beberapa konsep dan wawasan baru tentang proses pembelajaran di
sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Keseluruhan proses pendidikan, proses
pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok. Guru dalam proses
pembelajaran harus membimbing siswa kearah kedewasaannya dan ini
merupakan tanggung jawab dalam mengembangkan dan memandukan
siswa ke arah kedewasaan baik mental maupun spritual.
Merupakan tugas bagi guru untuk mendorong, membimbing, dan
memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Secara lebih
terperinci tugas guru berpusat pada mendidik dengan titik berat
memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek
maupun jangka panjang, memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui
pengalaman belajar yang memadai, membantu perkembangan aspek-
aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri. Demikianlah,
dalam hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan guru tidak
42
Oemar Hamalik, Op. Cit., hal. 57. 43
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 13.
28
terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia
bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa.
Para guru yang baik dan kompeten diharapkan selalu mengaitkan
berbagai kecakapan hidup tersebut dalam berbagai aspek pedagogiknya.
Tantangan pendidikan saat ini terutama memang bagaimana mengaitkan
kecakapan-kecakapan hidup tersebut dengan seluruh kegiatan sekolah,
secara sungguh-sungguh, secara strategis dan meluas penerapannya,
tidak hanya pada satu daerah, atau satu wilayah, atau satu negara, tetapi
di sekolah-sekolah di seluruh dunia.44
Pendidik merupakan orang yang berwenang dan bertanggung
jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual
maupun secara klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah. Kepercayaan
yang diberikan masyarakat kepada guru merupakan tugas dan tanggung
jawab yang berat. Tanggung jawabnya tidak hanya sebatas mendidik di
sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Pembinaan yang harus dia berikan
pun tidak hanya sebatas kelompok (klasikal), tetapi juga secara individual.
Hal ini mau tak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap,
tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan
sekolah tetapi juga di luar sekolah sekalipun.
Segi kegiatan, kualitas itu bisa dukur dari segi jenis-jenis kegiatan,
keseriusan dalam menangani dan mengikuti kegiatan, dan hasil-hasil riil
dari suatu kegiatan.45 Eksplisit, masalah peningkatan mutu pendidikan
merupakan hal mendesak yang perlu diatasi, terlebih lagi mengingat
situasi global yang ditandai dengan iklim kompetitif antarbangsa di dunia
yang semakin tajam dalam memperebutkan sumber daya yang terbatas.
Berbagai unsur yang terkait dengan penyelenggaraan sistem pendidikan
nasional di segenap tingkatan, memerlukan pengembangannya untuk
mendukung upaya peningkatan mutu tersebut, salah satunya adalah
pendidik/guru. Peran guru teramat penting dalam mencapai peningkatan
44
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 39. 45
Mujamil Qomar, Strategi Pendidikan Islam. (Jakarta: Erlangga, 2013), hal. 128.
29
mutu pendidikan nasional, sehingga perhatian dan analisis pun perlu
diarahkan kepada guru ini dalam melaksanakan tugas pembelajarannya.
Mengingat kedudukan dan peran strategis pendidik/guru, maka upaya
mutu pendidikan pun langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki pendidik/guru.46
Di era modern ini, pendidikan seyogyanya merupakan kawah
pembelajaran bagi anak didik, yang diandaikan mampu menjawab
tantangan perubahan zaman baik dalam segi kognitif, afektif, dan
psikomotoriknya. Karena pendidikan merupakan masalah yang penting
dalam kehidupan. Bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan
itu sama sekali tidak dipisahkan dari kehidupan, baik kehidupan keluarga,
bangsa, dan negara. Untuk itu sekolah sebagai lembaga formal
pembelajaran dituntut agar lebih inovatif dan sensitif terhadap persoalan-
persoalan kekinian. Penambahan fasilitas belajar saja tidaklah cukup,
lebih dari itu semua adalah bagaimana membuat anak didik kita mencintai
belajar sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya. Maka
pembenahan kurikulum dan manajemen pendidikan merupakan sebuah
keniscayaan, begitu juga dengan kegiatan-kegiatan di luar jam belajar
yang dilakukan sekolah untuk menunjang visi pembelajaran menjadi
penting.
Berikut ini dikemukakan beberapa sumbangan sekolah bagi
pendidikan anak 1) Sekolah melaksanakan tugas mendidik maupun
mengajar anak, serta memperbaiki, memperluas tingkah laku si anak didik
yang dibawa dari keluarga, 2) Sekolah mendidik maupun mengajar anak
didik menjadi pribadi dewasa susila, sekaligus warga negara dewasa
susila, 3) Sekolah mendidik maupun mengajar anak didik menerima dan
memiliki kebudayaan bangsa, 4) Lewat bidang pembelajaran, sekolah
membantu anak didik mengambangkan kemampuan intelektual dan
46
Iskandar Agung dan Yufridawati. Pengembangan Pola Kerja Harmonis dan Sinergis Antara Guru, Kepala Sekolah da Pengawas (Jakarta: Bestari Buana Murni. 2013), hal. 10-11.
30
keterempilan kerja, sehingga anak didik memiliki keahlian untuk bekerja
dan ikut membangun bangsa dan negara.47
Dari beberapa pengertian pembelajaran tersebut, dapat
disimpulkan bahwa inti dari pembelajaran itu adalah segala upaya yang
dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada siswa.
Dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat
kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk
mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih
menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan
bagaimana cara mengorganisasikan materi pembelajaran, menyampaikan
materi pelajaran, dan mengelola pelajaran.
Pembelajaran tidak diartikan sebagai suatu yang statis, melainkan
suatu konsep yang bisa berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan
hasil pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang
melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Dengan dimikian, pengertian pembelajaran yang terkait dengan sekolah
ialah “kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efisien
terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan pembelajaran,
sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut
menurut norma/standar yang berlaku”. Adapun komponen yang berkaitan
dengan sekolah dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran, antara
lain adalah guru, siswa, Pembina sekolah, sarana/prasarana dan proses
pembelajaran.48
Pembelajaran merupakan suatu sistem, karenanya setiap aktivitas
mengajarkan harus didesain terlebih dahulu alternatif pilihan dalam
menentukan metode ataupun media pembelajaran yang akan digunakan.
Hal ini berarti bahwa seorang guru harus benar-benar memperhatikan
serta dapat menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dan tepat
47
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 54-55. 48
Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal. 164.
31
dengan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga
hasil belajar siswa dapat dicapai sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ditetapkan.
Kualitas pembelajaran sangat tergantung pada kualitas tenaga
pendidiknya (guru) sebagai pihak yang paling bertanggung jawab
terhadap implementasi kurikulum di sekolah, sebab apabila tenaga
pendidik (guru) tidak profesional dalam menjalankan tugasnya profesinya
maka tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan tidak akan
tercapai secara maksimal bahkan akan bertambah buruk, buruk,
sebagaimana ditegaskan dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad SAW
berikut ini:
وسد إذا عن ابى هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
ه فا نتظرالساعة. )رواه البخاري(الامر إلى غير أهل
Artinya: “Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya” (H.R. Bukhari).49
Hadits di atas memberi pemahaman bahwa apabila suatu pekerjaan
dikerjakan oleh orang yang tidak kompeten atau tidak ahli (profesional)
dalam bidang tersebut maka tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal
begitu juga dalam hal pendidikan sebaik apapun perencanaan, kebijakan,
maupun kurikulum disiapkan, jika dalam tahap implementasinya tidak
berjalan sebagaimana mestinya, maka semuanya itu tidak akan efektif dan
tidak akan mencapai hasil yang maksimal.
Kualitas pembelajaran adalah terpenuhinya kriteria yang
diharapkan dalam mendesain perencanaan pembelajaran dan
pelaksanaan pembelajaran, yaitu bentuk penyajian berlangsungnya
kegiatan interaksi positif antara guru dan peserta didik. Kemudian
mendesain pelaksanaan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk
49
Al-Imam Muhammad ibn Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari. (Al-Makhtab Al-Syamilah tt, Edisi II), hal. 19.
32
mengetahui pencapaian peserta didik terhadap materi pembelajaran yang
disampaikan pada waktu kegiatan proses pembelajaranm yag dikemas
sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan standar yang diharapkan.
Dalam merencanakan pembelajaran, guru harus mampun menyusun
program pembelajaran, menyusun rencana pembelajaran, menyusun
program bimbingan dan konseling mampu menyusun progran intra dan
ekstra kurikuler. Disamping itu, dalam pelaksanaan proses pembelajaran,
guru juga harus mampu melaksanakan kegiatan proses pembelajaran
tersebut sesuai dengan perencanaan pembelajaran dan harus memiliki
kompetensi dalam menutup kegiatan pembelajaran. Pada waktu
menyajikan bahan untuk mengevaluasi sesuai dengan perencanaan
pembelajaran dan mampu menggunakan hasil evaluasi itu untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.50 Indikator kualitas pembelajaran
adalah terbentuknya kemandirian guru dalam menciptakan suasana
belajar yang kondusif, agar peserta didik dalam mengembangkan aktivitas
dan kreativitas belajarnya secara optimal, sesuai dengan kemampuannya
masing-masing.51
Mengacu pada ketiga daerah binaan itu sekurang-kurangnya
ditemukan jenis-jenis pembelajaran sebagai berikut.
1. Pembelajaran keterampilan. Ini dapat dianalogikan dengan pembinaan
psikomotornya Bloom. Apa keterampilan itu? Pengertian mendasar
tentang keterampilan adalah respons otot yang terjadi secara otomatis.
Oleh karena itu, latihan keterampilan haruslah berupa latihan otot
untuk menguasai gerak tertentu secara otomatis. Gerak itu kadang-
kadang amat rumit, contohnya keterampilan mengemudikan pesawat
terbang; kadang-kadang tidak rumit (kelihatannya), seperti
keterampilan menendang bola kaki. Pada mulanyan ketermpilan itu
tidak secara sadar otomatis; tetapi; karena dilatih terus, gerakan itu
50
Dedi Permadi dan Daeng Arifin, Panduan Menjadi Guru Profesional. (Bandung: Nuansa Aulia, 2013), hal. 65. 51
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 187-188.
33
dikuasai secara otomatis. Urutan latihan keterampilan itulah yang
menjadi persoalan pembelajaran; urutan itu kita sebelum langkah-
langkah mengajar.
2. Pembelajaran yang tercakup dalam ranah kognitif. Di sini ada tiga jenis
pembelajaran, yaitu pembelajaran verbal, pembelajaran konsep, dan
pembelajaran prinsip. Pembelajaran-pembelajaran ini masing-masing
mempunyai urutan langkah tersendiri. Pembelajaran verbal adalah
pembelajaran bahasa; di sini terdapat banyak prosedur mengajar,
biasanya dikembangkan oleh ahli pembelajaran bahasa. Pembelajaran
konsep dan prinsip mempunyai banyak teori tentang urutan (langkah-
langkah) mengajarnya.
3. Pembinaan afektif. Teori ini ternyata kurang berkembang.
Pembelajaran seni, agama; semua pembelajaran yang dimaksudkan
sebagai pengambangan aspek afektif amat sulit dijelaskan urutan
langkah pembelajarannya. Dalam hal ini ia amat berbeda bila
dibandingkan dengan pembelajaran keterampilan, verbal, konsep, dan
prinsip.
4. Evaluasi di sini adalah tes akhir (pos-test). Ini adalah tes yang
dilakukan setiap selesai mengajar atau setiap kita selesai mengajarkan
satu unit bahan pembelajaran.52
Sistem sekolah merupakan suatu tujuan organisasi yang para
anggotanya mencoba melalui usaha bersama untuk mencapai tujuan,
kemudian hal itu menjadi jelas bahwa strategi jangka panjang dan
administrasi personil membantu sistem sekolah untuk menarik, memakai
dan mengembangkan jenis-jenis SDM yang dibutuhkan untuk meraih
keseluruhan tujuannya. Tujuan pendidikan nasional di atas bisa tercapai,
jika pembelajaran dilakukan secara efektif di mana guru bisa mengajar
sesuai dengan target pembelajaran, siswa bisa belajar secara efektif.
Efektivitas pembelajaran tercapai bisa guru bisa bekerja dengan kinerja
optimal sesuai tagihan kurikulum yang sedang dilaksanakan.
52
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 200.
34
Sejak awal kepala sekolah harus bisa menggerakkan guru agar bisa
menyelenggarakan administrasi pendidikan, termasuk administrasi kelas.
Guru merupakan orang yang paling penting statusnya dan bertanggung
jawab atas semua proses pembelajaran, terutama mengelola kelas dan
menguasai kelas. Karena guru memegang tugas yang amat penting yaitu
mengatur dan mengelola kelas, serta membina siswa dengan baik
sehingga dalam suasana di kelas. Guru dapat menguasai kelas dalam
memberikan pelajaran kepada siswa dengan hasil yang baik secara
efektif.
Kinerja guru merupakan proses komunikasi yang berlangsung terus
menerus, yang dilaksanakan kemitraan, antara seorang guru dengan
siswa. Dengan terjalinnya proses komunikasi yang baik antara kepala
sekolah dengan guru, dan guru dengan siswa dalam proses pembelajaran
dapat lebih mempercepatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan oleh guru, dan ini merupakan suatu sistem kinerja yang
memberi nilai tambah bagi sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas
siswa dalam belajar.
Guru sebagai komponen yang bertanggung jawab dalam proses dan
misi pendidikan secara umum serta proses pembelajaran secara khusus,
sangat rentan dengan berbagai persoalan yang mungkin muncul apabila
rencana awal proses pembelajaran ini tidak direncanakan secara kreatif
dan bijak, hal ini akan berimplikasi pada gagalnya proses pembelajaran.
Sejak awal guru harus mampu berperan sebagai pelaku pendidikan,
sekaligus sebagai kreator dalam proses. Efektivitas dan mutu dalam
proses pembelajaran haruslah mencapai tujuan pendidikan sebagaimana
yang ditetapkan. Hal ini sudah barang tentu akan menimbulkan masalah
dalam proses pendidikan secara umum maupun dalam proses
pembelajaran secara khusus.
Guru dalam pelaksanaan pembelajaran tidak terlepas dari strategi
yang efektif untuk mempermudah pemahaman siswa menerima materi
yang diajarkan. Pelaksanaan strategi pendidikan dilakukan dalam bentuk
35
kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan. Bimbingan pada hakekatnya
adalah pemberian bantuan, arahan, motivasi dan nasehat dan penyuluhan
agar siswa mampu mengatasi masalah. Sedangkan pembelajaran
merupakan bentuk kegiatan dimana terjalin interaksi antara tenaga
pengajar dan siswa guna mengembangkan prilaku sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran pembelajaan yang berkualitas menjadi pendukung
terlaksanakannya aktivitas pendidikan yang sebenarnya. Pendidikan
sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk
membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan, pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup
baik yang bersifat manual individual dan sosial.53
Pelaksanaan administrasi kerja guru yang berkaitan dengan
pembelajaran yaitu:
1. Pengembangan program tahunan. Program tahunan merupakan
program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang
dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
2. Program Semester. Program semester berisikan garis-garis besar
mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam
semester tersebut.
3. Program modul. Program modul adalah program yang dikembangkan
dari setiap kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan
yang merupakan penjabaran dari program semester.
4. Program mingguan dan harian. Program ini merupakan penjabaran
dari program semester dan program modul.
5. Program pengayaan dan remedial. Program ini merupakan pelengkap
dan penjabaran dari program mingguan dan harian.
6. Program bimbingan dan konseling. Dalam pelaksanaan kurikulum,
sekolah kewajiban memberikan program pengembangan diri melalui
53
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer. (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 1.
36
bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang menyangkut
pribadi, sosial, belajar, dan karir.54
Metode dan teknik yang bervariasi, pemilihan metode dan teknik
tidak dapat begitu saja ditentukan oleh selera dan kemauan seorang guru.
Pemilihan tersebut juga tergantung pada pokok bahasan, tujuan belajar
yang harus dicapai, disisi lain bakat, minat dan usia kemampuan siswa
juga ikut mempengaruhi.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas
pembelajaran adalah tercapainya pengelolaan pembelajaran yang
memenuhi kriteria yang diharapkan dalam mendesain perencanaan
pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran, yaitu bentuk penyajian
berlangsungnya kegiatan interaksi positif antara guru dan peserta didik.
Indikatornya adalah perencanaan pembelajaran sesuai standar,
pelaksanaan pembelajaran sesuai standar dan evaluasi pembelajaran
sesuai standar.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang kecakapan guru di sekolah umum, khusus
jenjang SMP telah dilakukan oleh banyak peneliti terdahulu dalam
berbagai bentuk, baik dalam bentuk penelitian akademis (skripsi, tesis,
desertasi), jurnal ilmiah, prosiding, maupun dalam bentuk buku.
Pertama, Zaidir dengan tesis yang berjudul: Kompetensi
Profesional Guru dalam Penerapan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Muara Bungo. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru dalam penerapan
kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Muara Bungo belum
memuhi standarisasi yang ditetapkan hal ini dikarenakan keterbatasan
wawasan guru mengenai KSTP belum memadai dalam
mengimplementasikan kompetensinya pada mata pelajaran Pendidikan
54
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Sertifikasi Guru (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 236-241.
37
Agama Islam dalam proses pembelajaran. Faktor pendukung yang
mempengaruhi kompetensi profesional guru dalam penerapan kurikulum
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Muara Bungo adalah wadah
pelatihan guru dan adanya rapat/musyawarah serta kegiatan konsultasi
antara warga sekolah dan disiplin guru dalam mengajar sudah baik. Faktor
penghambatnya adalah profesionalitas guru dalam mengajar sesuai
KTSP, di samping kurangnya fasilitas pendukung dan pelatihan guru
dalam upaya menciptakan pembelajaran yang lebih baik yang lebih
dominan menghambat kompetensi profesional guru. Upaya pihak terkait
untuk meningkatkan kompetensi profesional guru dalam penerapan
kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Muara Bungo dengan
meningkatkan keahlian guru dalam menenerapkan kurikulum, tetap
mengikuti pelatihan dan penataran terkait KTSP dan diklat peningkatan
kompetensi profesional guru meskipun tidak terus menerus serta
mengikuti sertifikasi sebagai kewajiban pendidik profesional sebagai
upaya untuk mendapatkan legalitas resmi sebagai tenaga pendidik
profesional.55
Kedua, Ahmad Darlis melakukan penelitian dengan judul
Kompetensi Pedagogik Guru di Madrasah Aliyah Swasta Ridho Allah
Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka tugas akhir dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komponen
kompetensi pedagogik guru di Madrasah Aliyah Swasta Ridho Allah
Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan hanya
terpenuhi enam komponen dari delapan komponen yang ditetapkan oleh
peraturan pemerintah, dan kompetensi pedagogik guru masih tergolong
rendah.56
55
Zaidir, Kompetensi Profesional Guru dalam Penerapan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Muara Bungo. Tesis. (Pascasarjana IAIN STS Jambi. 2012). 56
Ahmad Darlis, Kompetensi Pedagogik Guru di Madrasah Aliyah Swasta Ridho Allah Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Tesis, (Program Pascasarjana Institut Agama Islam Sumatera Utara, 2014).
38
Ketiga, M. Natsir meneliti: Kompetensi Guru Agama dalam
Merancang Pembelajaran di MA dan MTs Al-Aziziyah Gunung Sari Lobar.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan fokus
pada guru-guru pendidikan agama Islam (fikih, akidah akhlak, Alquran
Hadis, Sejarah Kebudayaan Islam, dan bahasa Arab). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kecakapan guru-guru Pendidikan Agama Islam di MA
dan MTs Al-Aziziyah Lobar dalam merancang pembelajaran masih
kurang, demikian juga halnya dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Namun telah dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan
tersebut.57
Keempat, Fitri Yulianti melakukan penelitian dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif di SMPN Kota Indramayu dengan judul Hubungan
Kecakapan guru dengan Prestasi Belajar pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kecakapan guru di
SMPN Kota Indaramayu tergolong tinggi/kompeten dalam semua indikator
dan terdapat hubungan yang signifikan antara kecakapan guru di Kota
Indramayu dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.58
Sebagaimana terlihat dalam beberapa penelitian terdahulu yang
relevan, belum ada di antara kajian ini yang secara spesifik membahas
tentang kecakapan guru terkait dengan kemampuannya dalam mendesain
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu peneliti
mengangkat tema tersebut dalam penelitian ini, sehingga akan menjadi
sumbangan ilmu pengetahuan bagi seluruh pembaca kelak, khususnya
bagi yang ingin mengetahui tentang permasalahan tersebut lebih
mendalam.
57
M. Natsir, Kompetensi Guru Agama dalam Merancang Pembelajaran di MA dan MTs Al-Aziziyah Gunung Sari Lobar, (Jurnal Penelitian Keislaman Vol. 10, No. 2 2014). 58
Fitri Yulianti, Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru PAI dengan Prestasi Belajar pada Mata Pelajaran PAI (Studi Deskriptif pada Guru PAI di SMPN Kota Indramayu), (Jurnal Tarbawi, Vol. 1 Nomor. 2 2012).
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mengakji kecakapan guru Pendidikan Agama Islam
mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di
SMAN 10 Kota Jambi dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami
bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.59 Menurut
penjelasan lain, pendekatan kualitatif digunakan karena permasalahan
dalam penelitian ini belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh
makna. Selain itu, penelitian ini bermaksud untuk memahami situasi sosial
secara mendalam, menemukan pola, dan teori.60 Terakhir bermanfaat
untuk dapat lebih memahami setiap fenomena yang sampai sekarang
belum banyak diketahui.61
Peneliti memilih pendekatan kualitatif dengan memperhatikan
karakter-karakternya seperti yang dijelaskan Bogdan, Biklen, Lincoln dan
Guba, yaitu:
1. Latar ilmiah. Penelitian kualitatif memiliki latar yang ilmiah, karena
ontologi alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai
keutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari konteksnya, sehingga
peneliti harus mengambil tempat dalam objek penelitian demi
memperoleh pemahaman di lapangan penelitian.
2. Manusia sebagai alat. Artinya bahwa peneliti dan orang-orang yang
membantu peneliti merupakan alat pengumpul data utama, karena
manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berinteraksi dengan
59
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2007), hal. 205. 60
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif , dan R & D (Bandung: CV. Alfabeta, 2013), hal. 399. 61
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. XXV, hal. 7.
39
40
lingkungan objek penelitian dan dengan demikian peneliti harus
berperan serta dalam lingkungan objek penelitian.
3. Metode kualitatif. Karena metode kualitatif lebih mudah apabila
berhadapan dengan kenyataan ganda, menyajikan langsung
hubungan antara peneliti dengan responden, dan dengan
menggunakan metode ini peneliti akan peka dan dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan penelitian.
4. Analisis data secara induktif. Analisis ini digunakan untuk menemukan
kenyataan-kenyataan ganda dalam data, membuat hubungan peneliti
dengan responden menjadi eksplisit, lebih jelas dan dapat membuat
keputusan-keputusan pada latar, dan menjalin hubungan-hubungan
serta dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit.
5. Teori dari dasar. Artinya bahwa penelitian kualitatif menghendaki arah
bimbingan penyusunan teori yang berasal dari data.
6. Deskriptif. Maksudnya penelitian kualitatif mengumpulkan data berupa
kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, sehingga dalam
penjabarannya data tersebut dijelaskan dengan sedemikian rupa yang
sangat erat kaitannya dengan data tersebut.
7. Lebih mementingkan proses daripada hasil. Karena dalam proses
penelitian kualitatif terdapat beberapa hubungan-hubungan dan
penjelasan-penjelasan.
8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus. Karena batas menentukan
kenyataan ganda yang kemudian mempertajam fokus, sehingga
penelitian yang dilakukan tidak keluar dari fokus penelitian.
9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data.
10. Desain yang bersifat sementara. Maksudnya bahwa desain penelitian
kualitatif tidak baku, dan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan
kebutuhan penelitian.
11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.62
62
Ibid., hal. 4-8.
41
Pemunculan karakter penelitian kualitatif di atas menjadi pedoman
peneliti yang nantinya mengarahkan terbentuknya pola penelitian yang
global mengenai kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain
pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10
Kota Jambi. Permasalahan, peristiwa, dan fenomena yang akan
dideskripsikan secara mendalam dalam penelitian ini adalah kecakapan
guru di SMAN 10 Kota Jambi dan kaitannya dengan kemampuan
mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sedangkan orang dan
lingkungan yang akan diamati adalah guru-guru Pendidikan Agama Islam
di SMAN 10 Kota Jambi. Selain mengamati, peneliti juga akan berinteraksi
langsung serta berusaha memahami obyek penelitian secara rinci dan
mendalam. Melalui pendekatan kualitatif ini, maka data yang didapat akan
lebih lengkap, mendalam, kredibel dan bermakna, sehingga tujuan
penelitian akan tercapai.
B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian
1. Situasi Sosial
Situasi sosial dalam penelitian pada kajian ilmiah ini adalah SMAN
10 Kota Jambi. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada
pertimbangan; pertama, SMAN 10 Kota Jambi masih dihadapkan pada
permasalahan kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain
pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. kedua, SMAN
10 Kota Jambi ini mempunyai siswa lebih banyak, ketiga, kemudahan
akses data.
2. Setting Penelitian
Setting penelitian ini di SMAN 10 Kota Jambi. Pemilihan setting
didasarkan pada keputusan tentang penentuan sampel, besarnya dan
strategi sampling begitu, pada dasarnya bergantung pada penetapan
satuan kajian. Kadang-kadang satuan kajian itu bersifat perseorangan
seperti siswa, klien, pasien yang menjadi satuan kajian. Bila seseorang itu
sudah ditetapkan sebagai satuan kajian, maka pengumpulan data di
42
pusatkan di sekitarnya, yang dikumpul ialah apa yang terjadi di dalam
kegiatannya, apa yang mempengaruhinya, bagaimana sikapnya dan
sebagainya. Jika penelitian menghendaki adanya perbandingan antar
sekelompok orang tertentu dengan kelompok lainnya, maka satuan
kajiannya jelas bukan lagi perseorangan, melainkan kelompok.63
Pemilihan setting penelitian di SMAN 10 Kota Jambi dengan alasan
kecakapan guru masih rendah, yang disebabkan oleh beberapa faktor,
baik internal maupun eksternal, dengan melihat kepada beberapa
indikator kecakapan guru. Penelitian ini dilakukan pada dua subjek,
pertama, pada literatur-literatur yang membahas tentang kecakapan guru
dan desain pembelajaran. Kedua, kecakapan guru dan kemampuannya
dalam mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang diungkapkan dalam penelitian ini bersifat skematik,
narasi, dan uraian, serta bersifat penjelasan data dari informan baik lisan
maupun tertulis. Selain itu, prilaku subjek yang diamati di lapangan juga
menjadi data sebagai hasil dari penelitian. Ada dua jenis data dalam
penelitian ini, yakni data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer ini diperoleh langsung di lapangan pada waktu penelitian
sedang berlangsung yang berupa informasi tentang kecakapan guru
Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran
keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. Data sekunder dapat
berupa dokumentasi tertulis yang terdapat di lapangan yang meliputi
program kerja, pedoman penyelenggaraan, pengumuman, notulen rapat,
63
Ibid., hal. 225.
43
surat keputusan, laporan bulanan, triwulan, tahunan, yang ada di SMAN
10 Kota Jambi. Biasanya data ini terlebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang di luar penyelidik itu sendiri secara tidak langsung
meskipun data tersebut adalah data yang asli, jika diperoleh secara tidak
langsung dari sumbernya, maka data tersebut adalah data sekunder atau
data pendukung penelitian.
2. Sumber Data
Sumber data terdiri atas jenis-jenis informasi yang diperoleh peneliti
dari subjek penelitiannya dan dijadikan sebagai responden atau informan,
yang menjadi responden adalah guru Pendidikan Agama Islam,
informannya adalah siswa. Guru Pendidikan Agama Islam sebagai sumber
data ini guna menghimpun data yang berhubungan dengan kecakapan
guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua unsur,
yaitu:
a. Unsur manusia sebagai instrumen kunci yaitu peneliti yang terlibat
langsung dalam observasi serta partisipasi, dan unsur informan lain
yang terdiri atas guru Pendidikan Agama Islam SMAN 10 Kota Jambi,
kepala sekolah, dan siswa yang dipilih secara purposif.
b. Unsur non manusia sebagai data pendukung lainnya, baik berupa buku
maupun situasi atau objek penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif melalui empat teknik
utama, yaitu observasi partisipatif, wawancara mendalam, studi
dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau trianggulasi.64 Adapun teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
64
Sugiyono, Metode...Op. Cit., hal. 309.
44
1. Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini penulis tidak terlibat langsung dalam kehidupan
orang yang diobservasi dan berkedudukan sebagai pengamat. Observasi
mempunyai banyak macamnya. Untuk memperdalam kajian kecakapan
guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi, maka
penulis memilih observasi terus terang. Dalam observasi jenis ini peneliti
menyatakan keterusterangannya kepada narasumber bahwa ia sedang
melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus
terang atau tersamar kepada narasumber untuk memperoleh data yang
sifatnya rahasia. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang,
maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.65
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan observasi dengan
berinteraksi guru Pendidikan Agama Islam dan siswa di SMAN 10 Kota
Jambi, untuk mengetahui sejauhmana kecakapan guru Pendidikan Agama
Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi. Selain itu, peneliti juga akan
melakukan observasi terhadap lingkungan penelitian yang dapat
mendukung objektivitas data penelitian, khususnya mengenai:
a. Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam menyusun program silabus
dan RPP di SMAN 10 Kota Jambi.
b. Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.
c. Faktor-faktor pendukung dan penghambat kecakapan guru Pendidikan
Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.
d. Upaya apa yang dilakukan dalam mengoptimalkan kecakapan guru
Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.
65
Sugiyono, Op. Cit., hal. 310-317.
45
2. Wawancara Mendalam
Peneliti juga menggunakan wawancara untuk mendukung kajian
tentang kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain
pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10
Kota Jambi. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal semacam
percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi. Wawancara
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Dialog dilakukan pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer).
Artinya bahwa wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik terhadap
responden, maupun terhadap informan.66
Materi wawancara adalah tema yang ditanyakan kepada informan,
berkisar antara masalah atau tujuan penelitian. Materi wawancara yang
baik terdiri dari: pembukaan, isi dan penutup. Pembukaan wawancara
adalah kata-kata tegur sapa, seperti nama ibu siapa, alamatnya dimana,
berapa anaknya, umurnya berapa dsb. Isi wawancara sudah jelas, yaitu
pokok pembahasan yang menjadi masalah atau tujuan penelitian.
Sedangkan, penutup adalah bagian akhir dari suatu wawancara. Bagian
ini dihiasa dengan kalimat-kalimat penutup pembicaraan, antara lain: saya
kira cukup sampai disini wawancara kita, terimakasih atas bantuan bapak,
bapak sudah banyak membantu saya, dsb. Bagian penutup biasanya
dihiasi dengan janji untuk ketemu lagi pada waktu lain. Metode
wawancara mendalam (in-depth interview) adalah sama seperti metode
wawancara lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran
informan, dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan
wawancara pada umumnya. Wawancara mendalam dilakukukan berkali-
kali dan membutuhkan waktu yang lam bersama informan di lokasi
66
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hal. 155.
46
penelitian, hal mana kondisi ini tidak terjadi pada wawancara pada
umumnya.67
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap informan
berdasarkan sampel yang dipilih melalui teknik purposive sampling untuk
mendapatkan data tentang kecakapan guru Pendidikan Agama Islam
mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di
SMAN 10 Kota Jambi, khususnya mengenai:
a. Bagaimana guru Pendidikan Agama Islam memahami dan
melaksanakan kompetensi pedagogiknya dalam mendesain
pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?
b. Bagaiman desain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?
c. Bagaimana realitas kecakapan guru Pendidikan Agama Islam
mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
di SMAN 10 Kota Jambi?
d. Bagaimana kecakapan guru dalam menyusun program tahunan dan
semester di SMAN 10 Kota Jambi?
e. Bagaimana kecakapan guru dalam menyusun silabus di SMAN 10
Kota Jambi?
f. Bagaimana kecakapan guru dalam menyusun RPP di SMAN 10 Kota
Jambi?
g. Bagaimana kecakapan guru dalam menyusun kisi-kisi soal di SMAN 10
Kota Jambi?
h. Apa Prinsip-prinsip dalam desain pembelajaran pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi?
i. Apa kesulitan dalam desain pembelajaran pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi?
j. Bagaimana kecakapan guru dalam merencanakan desain
pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?
67
Sugiyono, Op. Cit., hal. 138-140.
47
k. Bagaimana kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain
pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10
Kota Jambi?
l. Bagaimana kecakapan guru melakukan evaluasi desain pembelajaran
di SMAN 10 Kota Jambi?
m. Apa faktor pendukung dan penghambat kecakapan guru Pendidikan
Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?
n. Upaya apa yang dilakukan dalam mengoptimalkan kecakapan guru
mendesain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi tidak begitu sulit, karena jika ada kekeliruan
sumber datanya masih tetap, belum berubah. Studi dokumentasi peneliti
lakukan terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan langsung dengan
subjek penelitian berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi non
manusia, sumber informasi (data) non manusia ini berupa catatan-catatan,
pengumuman, instruksi, aturan-aturan, laporan, keputusan atau surat-
surat lainnya, catatan-catatan dan arsip-arsip yang ada kaitannya dengan
fokus penelitian. Data yang dikumpulkan mengenai teknik tersebut berupa
kata-kata, tindakan dan dokumen tertulis lainnya, dicatat dengan
menggunakan catatan-catatan. Dokumentasi penulis gunakan sebagai
intrumen utama untuk memperoleh semua data-data yang berhubungan
dengan gambaran umum lokasi. Data yang diperoleh melalui dokumentasi
adalah data-data utama tentang masalah historis dan geografis, struktur
organisasi, program pembelajaran Pendidikan Agama Islam serta
dokumen lain yang berkaitan dengan itu.
48
E. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis data mengalir, yang menurut Miles dan Huberman yang pada
prinsipnya kegiatan analisis data ini dilakukan sepanjang kegiatan
penelitian (during data collection), dan kegiatan yang paling inti mencakup
menyederhanaan data (data reduction), penyajian data (data display)
serta menarik kesimpulan (making conclusion). Reduksi data merupakan
serangkaian kegiatan pengorganisasian data sehingga dapat membantu
serta memudahkan peneliti dalam melakukan analisis selanjutnya.
Tumpukan data yang didapatkan di lapangan akan direduksi dengan cara
merangkum, meresume, kemudian mengklasifikasikannya sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Sajian data merupakan upaya peneliti untuk
mendapatkan gambaran dari data yang telah diperoleh serta
hubungannya dengan fokus penelitian yang dilaksanakan, untuk itu sajian
data dapat dibuat dalam bentuk bagan, tabel dan lain-lain sebagainya.
Menarik kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari proses analisis data,
yaitu dengan cara merumuskan kesimpulan penelitian, baik kesimpulan
sementara maupun kesimpulan akhir. Kesimpulan sementara dapat dibuat
terhadap setiap data yang ditemukan pada saat penelitian sedang
berlangsung, dan kesimpulan akhir dapat dibuat setelah seluruh data
dianalisis.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis data mengalir, yang menurut Miles dan Huberman yang pada
prinsipnya kegiatan analisis data ini dilakukan sepanjang kegiatan
penelitian (during data collection), dan kegiatan yang paling inti mencakup
menyederhanaan data (data reduction), penyajian data (data display)
serta menarik kesimpulan (making conclusion).68 Hal ini dijabarkan
sebagai berikut:
68
Matthew B. Miles dan Michael A. Huberman, Analisis Data Kualitatif. Terj. Tjetjep Rohedi Rohidi, (Jakarta: UI Press, 2007), hal. 16.
49
1. Reduksi Data
Dengan “reduksi data” peneliti tidak perlu mengartikannya sebagai
kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan transformasikan
dalam aneka macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui
ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan-nya dalam satu pola yang
lebih luas, dsb. Kadangkala dapat juga mengubah data ke dalam angka-
angka atau peringkat-peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana.
Proses analisis data mestinya dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikaji, langkah berikutnya
adalah membuat rangkuman untuk setiap kontak atau pertemuan dengan
informan. Dalam merangkum data biasanya ada satu unsur yang tidak
dapat dipisahkan dengan kegiatan tersebut. Kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan ini disebut membuat abstraksi, yaitu membuat ringkasan yang
inti, proses, dan persyaratan yang berasal dari responden tetap dijaga.
Dari rangkuman yang dibuat ini kemudian peneliti melakukan reduksi data
yang kegiatannya mencakup unsur-unsur spesifik termasuk (1) proses
pemilihan data atas dasar tingkat relevansi dan kaitannya dengan setiap
kelompok data, (2) menyusun data dalam satuan-satuan sejenis.
Pengelompokkan data dalam satuan yang sejenis ini juga dapat
diekuivalenkan sebagai kegiatan kategorisasi/variable, (3) membuat
koding data sesuai dengan kisi-kisi kerja penelitian. Kegiatan lain yang
masih termasuk dalam mereduksi data yaitu kegiatan memfokuskan,
menyederhanakan dan mentransfer dari data kasar ke catatan lapangan.
Dalam penelitian kualitatif-naturalistik, ini merupakan kegiatan kontinu dan
oleh karena itu peneliti perlu sering memeriksa dengan cermat hasil
catatan yang diperoleh dari setiap terjadi kontak antara peneliti dengan
informan.
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan,
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data-
data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan.
Tumpukan data yang didapatkan di lapangan akan direduksi dengan cara
50
merangkum, meresume, kemudian mengklasifikasikannya sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Masalah kecakapan guru Pendidikan Agama Islam
mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di
SMAN 10 Kota Jambi.
2. Penyajian Data
Setelah melakukan reduksi data, langkah berikutnya adalah
penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti
melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data yang umum
dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang mencerikan
secara panjang lebar temuan penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada skema di bawah ini:
Masa pengumpulan data
--------------------------------------
antisipasi selama pasca
penyajian data Analisis
selama pasca
penarikan kesimpulan/verifikasi
selama pasca
Skema Flow Model
Skema tersebut ada tiga alur utama pada penelitian kualitatif yaitu
reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/kesimpulan. Sebagai suatu
jalin menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data
dalam bentuk sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut
analisis, dan kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan siklus dan
interaktif. Di sini penelitian harus siap bergerak di antara empat (4)
“sumbu” kumparan itu selama pengumpulan data. Selamanya bergerak
bolak-balik di antara kegiatan reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan/verifikasi selama waktu penelitian. Penyajian data mengenai
kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam
51
meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi yang telah
direduksi melalui bab-bab yang sudah tersedia.
3. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan sebagian dan suatu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
dalam pikiran penganalisis dengan menulis suatu tinjauan ulang pada
catatan. Menarik kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari proses
analisis data, yaitu dengan cara merumuskan kesimpulan penelitian, baik
kesimpulan sementara maupun kesimpulan akhir. Kesimpulan sementara
dapat dibuat terhadap setiap data yang ditemukan pada saat penelitian
sedang berlangsung, dan kesimpulan akhir dapat dibuat setelah seluruh
data dianalisis.
F. Uji Keterpercayaan Data
Adapun tingkat kepercayaan data (trustworthiness) dalam
penelitian dilakukan suatu teknik pemeriksaan data antara lain; melakukan
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi dan
diskusi sejawat.
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan ini menuntut peneliti untuk terjun
langsung ke dalam lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang untuk
mendeteksi dan memperhitungkan distorsi (penyimpangan) yang mungkin
akan merusak data, baik distorsi peneliti secara pribadi, maupun distorsi
yang ditimbulkan oleh responden; baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Dengan demikian, melalui perpanjangan keikutsertaan ini
diharapkan peneliti dapat menentukan distorsi yang terjadi dalam
penelitian sehingga peneliti dapat mengatasi hal ini. Berdasarkan pada
hal-hal tersebut di atas dan sebagaimana diketahui bahwa penelitian yang
direncanakan dilaksanakan tiga bulan, dan dikarenakan peneliti khawatir
akan terjadinya distorsi baik yang berasal dari peneliti sendiri maupun
52
yang distorsi yang berasal dari responden, maka dianggap perlu
menambah masa penelitian secara tidak resmi.
2. Ketelitian Pengamatan
Ketelitian pengamatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasikan
karakteristik dan elemen dalam suatu situasi yang sangat relevan dengan
permasalahan atau isu yang sedang diteliti dan memfokuskannya secara
terperinci. Peneliti berupaya mengadakan observasi atau pengamatan
secara teliti dan rinci secara terus-menerus terhadap faktor-faktor yang
menonjol, dan kemudian peneliti menelaahnya secara terinci sampai pada
suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal akan kelihatan salah
satu atau keseluruhan faktor yang telah dipahami.
3. Trianggulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu.69 Jadi dalam
hal ini mengecek sumber data yang diperoleh di lapangan berkenaan
dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan triangulasi dengan
sumber yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan
apa yang dikatakannya secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya, pemerintah.
69
Lexy J. Moleong, Op. Cit., hal. 330.
53
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.70
Triangulasi dengan metode menurut Moleong adalah: Pertama,
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi dengan
penyidik memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data atau dengan cara
membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analisis lainnya.
Sedangkan, triangglasi dengan teori dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara induktif dan secara logika.71
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka dimaksud untuk
mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di
lapangan tentang kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain
pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10
Kota Jambi dari sumber hasil observasi, wawancara maupun melalui
dokumentasi, sehingga dapat dipertanggung jawab keseluruhan data yang
diperoleh di lapangan dalam penelitian tersebut.
4. Konsultasi Pembimbing
Teknik ini juga digunakan untuk membangun keterpercayaan atau
keabsahan yang merupakan suatu proses di mana seorang peneliti
mengekspos serta mengkonsultasikan hasil penelitian yang diperolehnya
kepada dosen pembimbing, dengan melakukan suatu diskusi dan
konsultasi secara analitis dengan tujuan untuk menelaah aspek-aspek
penemuan yang mungkin masih bersifat implisit. Melalui teknik ini,
diharapkan peneliti dapat memperoleh pertanyaan dan saran konstruktif,
serta dapat memberikan kesempatan kepeda peneliti untuk
mengembangkan dan menguji langkah-langkah selanjutnya dalam suatu
desain metodologis yang muncul.
70
Ibid., hal. 330-331. 71
Ibid., hal. 331-332.
54
G. Rencana dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan. Penelitian dilakukan
dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan
hasil seminar, pengesahan judul dan izin riset, pengumpulan data,
verifikasi dan analisis data dalam waktu yang berurutan. Hasilnya penulis
melakukan konsultasi dengan pembimbing sebelum diajukan kepada
sidang munaqasah. Hasil sidang munaqasah dilanjutkan dengan
perbaikan dan penggandaan laporan penelitian Tesis. Adapun jadwal
kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Jadwal Penelitian No Kegiatan
2017
Juni Juli Agustus Sept Oktober November
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Pembuatan Proposal
x x x
2. Seminar dan Perbaikan Hasil Seminar
x
3. Pengumpulan Data
x x x x x x x x x x x x x
4. Verifikasi dan Analisa Data
x x x x x x x x x x x
5. Konsultasi pembimbing
x x
6. Perbaikan Munaqasah
x x x
7. Penggandaan Laporan
x x
55
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 10 Kota Jambi berdiri tahun
1996 yang terletak di Jalan Depati Parbo RT. 44 Kelurahan Simpang IV
Sipin Kotamadya Jambi. Namun, sejalan dengan bergulirnya otonomi
daerah yang menyebabkan terjadinya pemekaran daerah telah membuat
alamat SMAN 10 Kota Jambi berubah menjadi Jalan Depati Parbo RT. 16
Kelurahan Pematang Sulur Kota Jambi. SMAN 10 Kota Jambi berjarak
lebih kurang 2 km dari pusat perkantoran Provinsi Jambi, berada di atas
areal 10.000 m2 yang dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk. Di sisi Timur
terdapat kompleks perumahan penduduk dan di sisi Barat terdapat jalan
raya yang menghubungkan sekolah ke berbagai tujuan. Lingkungan
SMAN 10 Kota Jambi sangat kondusif di tengah masyarakat yang
heterogen. Berada di pinggiran kota, bukan berarti SMAN 10 Kota Jambi
terisolir dalam hal transportasi. Letaknya strategis dan selalu dilalui oleh
masyarakat Kota Jambi. Akses jalan yang menghubungkan SMAN 10
Kota Jambi dengan pusat perkantoran Provinsi Jambi dan pusat Kota
Jambi cukup baik, beraspal yang lancar digunakan untuk kendaraan
dalam berbagai jenis dan bentuk.72
Bila dilihat dari segi sosial penduduk yang berada di sekeliling
sekolah, SMAN 10 Kota Jambi mendapat dukungan penuh dari
masyarakat lingkungan. Hal ini terlihat dari peran serta masyarakat untuk
mengawasi dan menginformasikan hal-hal penting berkaitan kemajuan
sekolah yang terjadi dan terlihat di sekitar lingkungan sekolah, misalnya
menginformasikan tempat persembunyian siswa yang minggat, tidak
menjual barang-barang yang tidak pantas dikonsumsi oleh siswa.
72
Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017
55
56
Sedangkan mengenai penggunaan lahan dan instalasi umum SMAN 10
Kota Jambi adalah:
a. Luas Tanah Seluruhnya : 10.000 m2
b. Luas Bangunan : 2030 m2
c. Tanah Terpakai Semuanya : 6100 m2
d. Tanah Kosong : 3900 m2
e. Status Tanah : Hak Milik Negara
f. Listrik : 1300 watt
g. Telepon : ada
h. Ledeng : ada.73
2. Visi dan Misi Sekolah
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama, SMAN 10
Kota Jambi mempunyai Visi dan Misi. Misinya adalah “Cerdas dalam
Intelegensi (IQ), Emosi (EQ) dan Spritual (SQ) agar dapat bersaing di era
globalisasi melalui pendidikan bermutu serta lingkungan yang kondusif
dan asri.” Sedangkan visi ini dijabarkan dalam indikator-indikator sebagai
berikut:
a. Mewujudkan lulusan yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
b. Mewujudkan pendidikan dengan lulusan yang cerdas, terampil serta
memiliki keunggulan kompetitif di era globalisasi.
c. Melakukan pendidikan kewirausahaan/ekonomi kreatif untuk
mewujudkan lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja
sendiri.
d. Meningkatkan budaya gemar membaca, menulis dan penelitian ilmiah
serta inovatif dalam menyongsong perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK).
73
Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017
57
e. Mendorong terwujudkan lingkungan sekolah yang kondusif, sehat dan
berwawasan lingkungan guna mendukung proses pembelajaran.74
Untuk mewujudkan visi sebagaimana terdapat di atas, SMAN 10
Kota Jambi menetapkan misi sebagai berikut:
a. Memberikan layanan pendidikan yang maksimal terhadap siswa yang
berorientasi keunggulan.
b. Memperbaiki pola sikap guru dan TU terhadap siswa sehingga terlihat
kepribadian pendidikan yang sejati.
c. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
d. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk
ikut dalam ekstrakurikuler dan kurikuler yang bersifat keunggulan.
e. Menumbuhkembangkan kesadaran dan kecintaan untuk
melaksanakan ajaran agama yang dianut dalam kehidupan sehari-hari
di masyarakat.
f. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mempelajari seni
dan budaya daerah Jambi sebagai acuan kehidupan bermasyarakat.
g. Melengkapi sarana dan prasarana pendukung.
h. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan belajar secara intensif
sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar.75
3. Struktur Organisasi
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki berbagai
kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Untuk mengatur
dan menyusun program kegiatan sekolah agar dapat berjalan dengan
lancar dan terorganisir, diperlukan suatu organisasi untuk pembagian
tugas secara merata dan profesional pengurus sekolah yang sesuai
dengan jabatannya masing-masing. Struktur sangat berperan penting
dalam setiap sekolah, untuk mencapai segala macam tujuan dan
perencanaan, maupun menyusun bersama-sama masalah pendidikan,
74
Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017 75
Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017
58
maka dalam menjalankan tugas, kepala sekolah selalu dibantu oleh para
wakil kepala dan staf yang ada di sekolah tersebut.
Dengan adanya organisasi sekolah, maka kegiatan-kegiatan dalam
suatu sekolah dapat berbentuk, sehingga personil dapat memangku
jabatannya pada setiap program kegiatan penyelenggaraan di sekolah
dengan lancar dan terbentuk tata kerja yang baik menurut tugasnya
masing-masing serta penempatan dan pengaturan orang-orang dalam
kelompok dengan tepat. Berdasarkan tugas pokok, visi, misi, dan
program, SMAN 10 Kota Jambi dalam pelaksanaannya dipimpin oleh
seorang kepala sekolah dan empat orang wakil dengan bentuk stuktur
sebagai berikut:
59
STRUKTUR ORGANISASI SMAN 10 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018
(Sumber data: dokumentasi)76
76
Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017
Drs.Saifullah, MM Kepala Sekolah
Kepala TU
Badriah Hanim
SISWA-SISWI
Keterangan:
___________ : Garis Komando
----------- : Garis Koordinasi
Komite Sekolah
Guru
Mata Pelajaran
Zulmaleni, S.Pd Mutu
Wali Kelas Guru
Pembina
Eti Erawati.S.Pd.
Kurikulum Saparhadi, S.Pd
Humas
Irpantoni, S.Sos Sarana
60
Berdasarkan skema struktur organisasi di atas, maka jelas bahwa
dalam suatu organisasi sekolah, peranan kepala sekolah sangat penting
dan menentukan dimana setiap kegiatan yang menyangkut sekolah tidak
terlepas dari pengawasan kepala sekolah. Pembagian tugas struktur
SMAN 10 Kota Jambi adalah:
1. Kepala sekolah
a. Merencanakan pengembangan sarana dan prasarana.
b. Menyelenggarakan administrasi sekolah.
c. Membuat laporan berkala.
d. Mengkoordinator penerimaan siswa baru.
2. Wakil Kepala sekolah Urusan Kurikulum:
a. Menyusun program pengajaran.
b. Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.
c. Menyusun jadwal dan pelaksanaan ulangan dan jadwal ujian akhir
d. Menerapkan krietria persyaratan naik/ tidak naik dan kriteria kelulusan.
e. Mengatur jadwal penerimaan buku laporan penilain hasil belajar dan
STTB.
f. Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan satuan pelajaran.
g. Menyusun laporan pelaksaan pelajaran.
h. Membina kegiatan MGMP.
i. Membina kegiatan sanggar PKG/MGMP/Media.
j. Menyusun laporan pendayagunaan sanggar PKG/MGMP/Media
k. Melaksanakan pemilihan guru teladan.
3. Wakil Kepala sekolah Urusan Mutu
a. Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengedalian kegiatan
mutu pendidikan.
b. Membina organisasi berbasis mutu pendidikan.
c. Menyusun program dan jadwal manajemen kesiswaan berbasis mutu
pendidikan.
61
4. Wakil Kepala sekolah Urusan Sarana Prasarana
a. Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana
b. Mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana
c. Pengelola pembiayaaan alat-alat pengajaran
d. Menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara
berkala.
5. Wakil Kepala sekolah Urusan Hubungan Masyarakat
a. Menyusun rencana hubungan masyarakat
b. Mengkoordinasikan hubungan masyarakat
c. Pengelola pembiayaaan hubungan masyarakat
d. Menyusun laporan pelaksanaan urusan hubungan masyarakat secara
berkala.
6. Wali Kelas
a. Membuat daftar kelas.
b. Menyusun piket kelas
c. Menentukan peringkat kelas
d. Mengisi raport pada tiap semester
e. Membuat struktur kelas.
6. Tata Usaha:
a. Menyusun keuangan sekolah.
b. Mengelola keuangan sekolah.
c. Mengurus administrasi ketenagaan dan siswa.
d. Membina dan pengembangan karir pengawai tata usaha sekolah.
e. Menyusun adminitrasi perlengkapan sekolah.
7. Bagian Tenaga Pengajar (Guru). Tenaga pengajar bertugas
melaksanakan pendidikan atau pengajaran di sekolah meliputi:
a. Menyusun satuan pembelajaran yang akan diberikan
62
b. Membimbing siswa dalam belajar
c. Memberikan pelajaran kepada siswa dengan baik dan ikhlas
d. Mencari bakat yang ada pada diri siswa.
8. Tugas Siswa. Siswa bertanggung jawab untuk menerima pelajaran
yang diberikan oleh guru, mentaati aturan-aturan yang telah ditetapkan
di sekolah.77
Kelancaran pelaksanaan kegiatan yang ada di sekolah itu, harus
ada kerja sama dengan baik, baik antara kepala sekolah dengan guru,
kepala sekolah dengan siswa bahkan kepala sekolah dengan wali siswa di
SMAN 10 Kota Jambi.
4. Guru, Tenaga Administrasi dan Siswa
Peranan guru sebagai tenaga pengajar atau pendidik sangatlah
penting didalam memupuk minat dan menumbuhkan semangat siswa
dalam memberikan bekal ilmu pengetahuan melalui program
pembelajaran. Keberhasilan dalam setiap mata pelajaran tentunya
didukung oleh semangat guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
Guru yang baik adalah guru yang memberikan pelajaran kepada siswanya
secara efektif dan efesien senantiasa membuat pelajaran, baik jangka
pendek maupun jangka panjang serta berusaha untuk menanamkan,
memupuk dan mengembangkan sikap cinta kepada pelajaran, serta
memberikan semangat dalam setiap proses pembelajaran. Untuk lebih
jelas mengenai data guru dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
77
Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017
63
Tabel 2 Keadaan Guru SMAN 10 Kota Jambi78
No Nama Pendidikan Tugas
1 2 3 4
1. Drs.Saifullah, MM S1/A.IV -
2. Zulmaleni, S.Pd S1/A.IV BK
3. Etti Maria, S.Pd S1/A.IV PPKN
4. Dra. Anna Fauziah S1/A.IV Sejarah
5. Lestari Puji Astuti, S.Pd S1/A.IV Kimia
6. Tiarma Silalahi, S.Pd S1/A.IV Matematika
7. Saparhadi, S.Pd S1/A.IV Biologi
8. Efendi, S.Pd S1/A.IV Matematika
9. Deswalman, S.Pd S1/A.IV IPA
10. Rosana Nasution, S.Pd S1 Biologi
11. Dra. Yulia Rasmi S1/A.IV IPA
12. Dra. Noni Desta Azrida S1/A.IV EKDP
13. Dra. Misparni S1/A.IV Komperasi
14. Mahdi, S.Ag S1/A.IV PAI
15. Dra. Nurseha S1/A.IV Bahasa Indonesia
16. Sinur Simanullang, S.Pd S1/A.IV Geografi
17. Surniati, S.Pd S1/A.IV Matematika
18. Cutranike, S.Pd S1/A.IV Akuntansi
19. Jon Khalid, S.Pd S1/A.IV Porkes
20. Evi Rahma Farni, S.Pd S1/A.IV Fisika
21. Jeki Candra, S.Pd S1/A.IV Penjas
22. Dra. Marwiyah S1/A.IV Bahasa Indonesia
23. Indrawati, S.Pd S1/A.IV Kimia
24. Juni Normalina, S.Pd S1/A.IV Bahasa Indonesia
25. Eti Erawati, S.Pd S1/A.IV Kimia
26. Elviza, S.Pd S1/A.IV Bahasa Indonesia
27. Ermiwati, S.Pd S1/A.IV Geografi
28. Hirim Rosmerita, S.Pd S1/A.IV Bahasa Inggris
29. Rogayah, S.Pd S1/A.IV Bahasa Inggris
30. Dra. Rayuna, M.Pd.I S2 Koperasi
31. Saini, S.Pd S1/A.IV BK
32. Sri Dian WW., S.P S1/A.IV Biologi
33. Rita Eryana, S.Pd S1/A.IV Bahasa Inggris
34. Irpantoni, S.Sos S1/A.IV Sosiologi
35. Rosidin, S.Ag S1/A.IV PAI
36. Yantri Sri Rejeki, S.Sos S1/A.IV Sosiologi
37. Jompi Sariandi, S.Sn S1/A.IV Seni
38. Lela, M.Pd.Kons S2 BP
39. Jhony Heryanto M, S.Pd S1/A.IV Bahasa Jerman
78
Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017
64
1 2 3 4
40. Srf. Ermawati, S.Kom S1/A.IV Komputer
41. Ridni Eliza, S.Pd S1/A.IV BK
42. Lidiya Afdina, S.Pd S1 Sejarah
43. Andri Susilo, S.Pd S1/A.IV Penjas
44. Siti Rahmah, SP S1/A.IV Biologi
45. Ernawati Suryani, SH S1/A.IV Hukum Tata Negara
46. Mhike Suryawati, S.Sn S1/A.IV
47. Yusna Zen, S.Pt S1/A.IV
48. Abdul Muis, S.Ag S1/A.IV
49. Barmi Hartati, S.Pd S1/A.IV
50. Sarida Hertati, S.Pd.K S1/A.IV
Berdasarkan tabel 2 menjelaskan bahwa di SMAN 10 Kota Jambi
dimana semua guru yang mengajar di sekolah ini berjumlah 50 orang dan
guru yang mengajar di sesuai pendidikan mereka. Kemudian SMAN 10
Kota Jambi dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan
pembelajaran sangat membutuhkan tenaga non pengajar yang mengurus
semua kegiatan administrasi sekolah. Kondisi pegawai administrasi
Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Kota Jambi pada tahun pelajaran
2017/2018 seperti tabel 3:
Tabel 3 Keadaan Pegawai SMAN 10 Kota Jambi79
No Nama Pendidikan Tugas
1. Badriah Hanim SMA Tata Usaha
2. Novi Susilawati SMA Tata Usaha
3. Jumiati SMA Tata Usaha
4. Santriani SMA Tata Usaha
5. Asna SMP Kebersihan
6. Nugroho SD Kebersihan
7. Ahmad Zulyaden SMA Satpam
8. M. Rusli SMA Satpam
Tabel di atas menjelaskan bahwa semua pegawai administrasi di
SMAN 10 Kota Jambi berpendidikan rendah, atau hanya tamatan Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP),
dan sekolah dasar (SD). Kemudian keseluruhan proses pendidikan di
79
Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017
65
sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini
berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
tergantung pada proses yang dialami siswa sebagai anak didik dalam
belajar. Meskipun banyak hal yang mempengaruhi dalam keberhasilan
belajar siswa, namun yang jelas keberhasilan siswa merupakan bagian
utama dari penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Jumlah siswa SMAN 10 Kota Jambi berjumlah 745 orang siswa.
Selengkapnya mengenai keadaan siswa lihat tabel 4:
Tabel 4 Keadaan Siswa SMAN 10 Kota Jambi80
No Nama Rombel Tingkat Kelas
Jumlah Siswa
L P Total
1 X IPS 1 10 18 18 36
2 X IPS 2 10 21 15 36
3 X IPS 3 10 24 12 36
4 X MIPA 1 10 10 26 36
5 X MIPA 2 10 10 26 36
6 X MIPA 3 10 14 22 36
7 X MIPA 4 10 13 23 36
8 XI IPS 1 11 20 13 33
9 XI IPS 2 11 22 11 33
10 XI IPS 3 11 17 16 33
11 XI IPS 4 11 17 17 34
12 XI MIPA 1 11 14 19 33
13 XI MIPA 2 11 16 19 35
14 XI MIPA 3 11 16 19 35
15 XI MIPA 4 11 14 20 34
16 XII IPS 1 12 15 15 30
17 XII IPS 2 12 15 16 31
18 XII IPS 3 12 16 15 31
19 XII MIPA 1 12 10 16 26
20 XII MIPA 2 12 8 18 26
21 XII MIPA 3 12 11 15 26
22 XII MIPA 4 12 6 20 26
23 XII MIPA 5 12 14 13 27
341 404 745
80
Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017
66
Tabel 4 di atas menjelaskan bahwa SMAN 10 Kota Jambi dilihat
dari jumlah siswanya yang banyak atau tepatnya sebanyak 655 orang
siswa. Jumlah siswa selalu berubah-ubah/berfluktasi setiap semester dan
setiap tahun pelajaran. Hal ini dikarenakan adanya beberapa orang siswa
yang mengajukan pindah sekolah lain. Disisi lain ada beberapa siswa
yang mengajukan permohonan untuk diterima menjadi siswa SMAN 10
Kota Jambi.
5. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang vital dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Keadaan sarana dan
prasarana di SMPN 10 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2017/2018 seperti
tabel 5:
Tabel 5
Keadaan Sarana dan Prasarana SMAN 10 Kota Jambi81
No Jenis Jumlah Keterangan
1. Ruang Kelas 21 unit Baik
2. Ruang perpustakaan 1 unit Baik
3. Laboratorium IPA 1 unit Baik
4. Laboratorium Komputer 1 unit Baik
5. Laboratorium Bahasa 1 unit Baik
6. Ruang Jaga 1 unit Baik
7. Ruang guru 1 unit Baik
8. Ruang Kepala Sekolah 1 unit Baik
9. Ruang Tata Usaha 1 unit Baik
10. Aula 1 unit Baik
11. Papan Tulis 21 papan Baik
12. Meja Guru 50 meja Baik
13. Kursi Guru 50 kursi Baik
14. Meja Siswa 655 meja Baik
15. Kursi Siswa 655 kursi Baik
16. Parkir 1 unit Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh SMAN 10 Kota Jambi telah cukup memadai.
Dengan kondisi ini diharapkan guru bisa mengajar dengan maksimal di
81
Sumber Data: Dokumen SMAN 10 Kota Jambi, 2017
67
sekolah dan siswa bisa belajar dengan optimal di kelas. Sarana dan
prasarana yang dimaksud di sini adalah alat-alat yang dipergunakan atau
diperlukan dalam memperlancar jalannya proses pembelajaran di SMAN
10 Kota Jambi, baik itu berupa gedung ataupun alat-alat lainnya yang
menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Tanpa sarana dan prasarana
yang lengkap maka tujuan pendidikan yang hendak diinginkan tidak akan
terlaksana dengan baik. SMAN 10 Kota Jambi sebagai lembaga
pendidikan formal tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang dimiliki
sebagai pusat pendidikan dan pembelajaran.
B. Temuan Penelitian
1. Kecakapan Guru Pendidikan Agama Islam Mendesain Pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi
Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi
meliputi:
a. Kecakapan Mendesain dalam Program Pembelajaran
Kecakapan guru dalam mendesain pembelajaran bisa dilihat pada
program tahunan, program semester, silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Kecakapan guru dalam mendesain pembelajaran di
antaranya kecakapan guru dalam membuat program tahunan dan
program semester. Pada hakekatnya proses pembelajaran merupakan
interaksi edukatif yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam situasi
tertentu. Mengajar adalah suatu tugas yang membutuhkan penampilan
maksimal guru agar menghasilkan output yang maksimal pula. Hasil
wawancara penulis dengan SF, kepala sekolah yang mengatakan bahwa
setiap pembelajaran bidang studi apapun di sekolah ini maka diharuskan
setiap guru untuk membuat program tahunan dan program semester
sebagai bagian dari mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam.82
82
Wawancara, 21 Juli 2017
68
Program semester dapat dijadikan pegangan bagi pelaksanaan
belajar selama satu semester untuk pegangan mengajar di kelas. Dari
program semester ini masih perlu dijabarkan bagi program-program untuk
jangka waktu yang pendek misalnya silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pengajaran (RPP).83
Senada dengan hal tersebut maka peneliti mewawancarai RS, guru
Pendidikan Agama Islam dan kutipan wawancaranya adalah sebagai
berikut bahwa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka guru
yang memegang mata pelajaran tersebut ditekankan untuk membuat
program pembelajaran baik program tahunan dan program semester.84
Masih wawancara dengan SF, kepala sekolah yang mengatakan
bahwa salah satu faktornya adalah adanya keinginan bersama untuk
membangun sekolah ini menjadi sekolah terbaik, dan salah satu usahanya
adalah membuat lulusan dari sekolah ini menjadi yang terbaik pula di
tingkat sekolah yang sama dan hal itu bisa terwujud salah satunya adalah
jika guru tersebut membuat perencanaan yang sistematis dan kontinu
dalam proses pembelajaran itu sendiri.85
Setelah diobservasi terlihat bahwa pembuatan perencanaan
program pembelajaran yang merupakan landasan utama bagi seorang
guru dalam pengajaran jangka waktu yang agak panjang nampaknya
direalisasikan sebagaimana mestinya. Program perencanaan
pembelajaran tersebut meliputi program tahunan dan program semester.86
Perencanaan mengajar pada hakekatnya merupakan perencanaan pada
jangka waktu memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang
akan dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan upaya
untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran.
83
Observasi, 21 Juli 2017 84
Wawancara, 21 Juli 2017 85
Wawancara, 21 Juli 2017 86
Observasi, 21 Juli 2017
69
Silabus dan RPP juga bagian terpenting dalam mendesain
pembelajaran. Desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam perlu
diakukan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran dari silabus,
seperti standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan
pembeajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian
pembelajaran. Hal ini berfungsi mengembangkan potensi peserta didik.
Wawancara dengan RS, guru Pendidikan Agama Islam yang mengatakan
sebagai berikut untuk melakukan pembelajaran di kelas, maka terlebih
dahulu guru menyiapkan beberapa hal tentang pembelajaran itu sendiri.
Hal itu meliputi mempersiapkan silabus dengan memperhatikan standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran,
alat dan sumber pembelajaran serta penilaian pembelajaran dalam suatu
materi yang diajarkan nantinya di kelas.87
Observasi penulis sebagai berikut bahwa guru yang mengajar di
kelas XII mempersiapkan silabus yang mengkoordinasikan standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran,
alat dan sumber pembelajaran serta penilaian pembelajaran dalam silabus
tersebut. Guru dalam melakukan hal tersebut banyak mengambil dari
format yang sudah ada pada buku-buku pelajaran Pendidikan Agama
Islam.88 Dalam menyukseskan desain pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, idealnya peserta didik dilibatkan dalam membuat silabus, untuk
mengidentifikasi standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran,
kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian
pembelajaran. Dalam pada itu, mereka dapat menentukan jenis evaluasi
untuk melihat keberhasilan dan kemajuan belajarnya, pelibatan peserta
didik tersebut antara lain dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok,
dan curah pendapat.
Pada dasarnya yang menjadi isi dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah apa yang tercantum dalam KTSP, tetapi
87
Wawancara, 24 Juli 2017 88
Observasi, 24 Juli 2017
70
beberapa pengaturan kembali dilakukan untuk perluasan dan
kelengkapan sehingga membentuk suatu program pengajaran.
Wawancara dengan HS, guru Pendidikan Agama Islam yang mengatakan
bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dalam
pembelajaran bidang studi apapun di sekolah ini telah selesai saat
pembelajaran semester akan berlangsung sehingga, sehinggga guru
Pendidikan Agama Islam memiliki waktu untuk melihat kesalahan yang
terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang kami
buat tersebut, walaupun tidak banyak.89
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini pada dasarnya
merupakan program harian. Isi dan alokasi waktu setiap satuan pelajaran
tergantung pada luas atau sempitnya pokok bahasan yang dicakupnya.
Suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) biasanya meliputi
rencana-rencana pengajaran yang dipersiapkan untuk satu kali pertemuan
di kelas. Sebagai pembanding informasi, maka penulis mewawancari guru
mata pelajaran lainnya yaitu RS, guru Pendidikan Agama Islam yang
mengatakan bahwa termasuk di dalamnya pembuatan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di tiap-tiap pokok bahasan yang akan
diajarkan dalam proses pembelajaran telah dibuat dengan baik serta
belajar dari pengalaman kesalahan yang lalu.90
Pengamatan penulis dimana tahapan perencanaan pembelajaran
mata pelajaran Al-Qur’an Hadist mempertimbangkan beberapa hal pokok
seperti psikologis anak didik, pemilihan metode sesuai dengan pembuatan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).91 Tahapan perencanaan
pembelajaran telah memperhatikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), maksudnya adalah tetap mengacu kepada tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Jadi pelajaran yang telah diajarkan sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), misalnya tentang ibadah,
maka yang dipelajari adalah tentang semua bentuk ibadah.
89
Wawancara, 24 Juli 2017 90
Wawancara, 24 Juli 2017 91
Observasi, 24 Juli 2017
71
Implementasi Kurikulum 2013 menuntut semua orang yang terlibat
di dalamnya, baik di pusat maupun di daerah, khususnya guru dan kepala
sekolah sebagai ujung tombak pembelajaran, untuk senantiasa berijtihad
dalam mewujudkan visi dan misi pendidikan, baik secara global, nasional,
maupun lokal. Dalam implementasi kurikulum pemerintah memberikan
kesempatan kepada guru untuk melakukan improvisasi terhadap
kurikulum yang akan diterapkannya.
Seorang guru dengan kecakapannya untuk menyiapkan
pembelajaran secara kreatif dan menarik siswa untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, dibutuhkan rencana guru
mendesain pembelajaran dengan memperhatikan beberapa aspek. Di
antaranya:
b. Kecakapan Mendesain dalam Melaksanakan Pembelajaran
Kecakapan mendesain guru dalam Melaksanakan Pembelajaran
pendidikan agama Islam meliputi:
1) Menganalisis Latar Belakang Siswa
Desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan adalah
dengan pengembangan program tahunan, semester, satuan pelajaran dan
rencana pengajaran yang dibuat sebelum guru mengajar. Perencanaan
pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan pada jangka
waktu tertetu yang berisi tentang apa yang akan dilakukan guru dalam
mengajar. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan upaya untuk
memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran. Hasil wawancara penulis dengan SF, kepala sekolah yang
mengatakan bahwa setiap pembelajaran mata pelajaran apapun di
sekolah ini maka diharuskan setiap guru untuk membuat perencanaan
pembelajaran yang meliputi program jangka penjang maupun program
jangka pendek.92
Wawancara tersebut menjelaskan bahwa perencanaan
pembelajaran yang dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen
92
Wawancara, 27 Juli 2017
72
pembelajaran seperti standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta
penilaian pembelajaran. Hal ini berfungsi mengembangkan potensi
peserta didik. Wawancara dengan RS, guru Pendidikan Agama Islam
yang mengatakan bahwa untuk mendesain pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, maka terlebih dahulu guru menyiapkan beberapa hal
tentang kondisi siswa dalam pembelajaran itu sendiri. Hal itu meliputi
mempersiapkan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran,
kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian
pembelajaran dalam suatu materi yang akan diajarkan nantinya di kelas.93
Observasi penulis sebagai berikut bahwa guru Pendidikan Agama
Islam mempersiapkan desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan pertimbangan siswa yaitu membuat silabus dan RPP yang
memperhatikan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran,
kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian
pembelajaran dalam Silabus dan RPP tersebut. Guru dalam melakukan
hal tersebut banyak mengambil dari format yang sudah ada pada buku-
buku pelajaran Pendidikan Agama Islam.94
Wawancara dengan HS, guru Pendidikan Agama Islam
mengatakan bahwa desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam
nampaknya direalisasikan sebagaimana mestinya. Program perencanaan
pembelajaran tersebut meliputi program tahunan, semester, satuan
pembelajaran dan rencana pembelajaran. Pada dasarnya yang menjadi isi
dari program semester adalah apa yang tercantum dalam perencanaan
selama satu semester, tetapi beberapa penilaian kembali dilakukan untuk
perluasan dan kelengkapan sehingga membentuk suatu program
pembelajaran.95
Wawancara dengan EE, waka kurikulum mengatakan bahwa
pembuatan perencanaan program pembelajaran nampaknya
93
Wawancara, 27 Juli 2017 94
Observasi, 27 Juli 2017 95
Wawancara, 27 Juli 2017
73
direalisasikan sebagaimana mestinya. Program perencanaan
pembelajaran tersebut meliputi program tahunan, semester, satuan
pembelajaran dan rencana pembelajaran. Pada dasarnya yang menjadi isi
dari program semester pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
adalah apa yang tercantum dalam kurikulum, tetapi beberapa pengaturan
kembali dilakukan untuk perluasan dan kelengkapan sehingga
membentuk suatu program pembelajaran. 96
Dalam menyukseskan desain pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, idealnya peserta didik dilibatkan dalam perencanaan pembelajaran,
untuk mengidentifikasi standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta
penilaian pembelajaran. Dalam pada itu, mereka dapat menentukan jenis
evaluasi untuk melihat keberhasilan dan kemajuan belajarnya, pelibatan
peserta didik tersebut antara lain dapat dilakukan dengan cara diskusi
kelompok, dan curah pendapat. Hasil wawancara penulis dengan SF,
kepala sekolah yang mengatakan bahwa salah satunya wujud
peningkatan mutu pembelajaran adalah membuat desain pembelajaran
dengan membuat perencanaan yang sistematis dan kontinu dalam
proses pembelajaran itu sendiri. Hanya saja siswa tidak dilibatkan dalam
hal ini.97
Untuk mensukseskan implementasi kurikulum perlu ditunjang oleh
guru yang berkualitas yang mampu menganalisis, menafsirkan, dan
mengaktualisasikan pesan-pesan kurikulum kedalam pribadi peserta didik.
Di samping itu, perlu ditunjang pula oleh kepala sekolah yang profesional,
demokratis dan transparan. Setelah diobservasi terlihat bahwa pembuatan
perencanaan program pembelajaran yang merupakan landasan utama
bagi seorang guru, meskipun tidak melibatkan siswa secara tidak
langsung. Program mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam
tersebut meliputi program tahunan, semester, satuan pembelajaran dan
96
Wawancara, 27 Juli 2017 97
Wawancara, 28 Juli 2017
74
rencana pengajaran. Pada dasarnya yang menjadi isi dari program
semester pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah apa yang
tercantum dalam silabus, tetapi beberapa pengaturan kembali dilakukan
untuk perluasan dan kelengkapan sehingga membentuk suatu program
pengajaran.98
Guru merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam
mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam, sebab bagaimanapun
baiknya suatu kurikulum jika tidak ditunjang oleh pemahaman dan
kompetensi guru maka dalam implementasinya di sekolah akan
menemukan kegagalan. Hasil wawancara penulis dengan DY, kepala
sekolah yang mengatakan bahwa tahapan mendesain pembelajaran
Pendidikan Agama Islam hendaknya memperhatikan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar, maksudnya adalah harus tetap mengacu kepada
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jadi pelajaran yang telah
diajarkan harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar, misalnya tentang sholat.99
Hasil wawancara penulis dengan waka kurikulum yang mengatakan
bahwa dalam menyukseskan suatu kurikulum, idealnya peserta didik
dilibatkan dalam perencanaan pembelajaran, untuk mengidentifikasi
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan
pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian
pembelajaran. Dalam pada itu, mereka dapat menentukan jenis evaluasi
untuk melihat keberhasilan dan kemajuan belajarnya, pelibatan peserta
didik tersebut antara lain dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok,
dan curah pendapat.100
Setiap pembelajaran bidang studi apapun di SMA Negeri 10 Kota
Jambi ini maka diwajibakn setiap guru untuk membuat mendesain
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang meliputi program jangka
penjang maupun program jangka pendek. Hal ini dikarenakan salah satu
98
Observasi, 28 Juli 2017 99
Wawancara, 28 Juli 2017 100
Wawancara, 28 Juli 2017
75
faktornya adalah adanya keinginan bersama untuk membangun sekolah
ini menjadi sekolah terbaik, dan salah satu usahanya adalah membuat
lulusan dari sekolah ini menjadi yang terbaik pula di tingkat sekolah yang
sama. Hal itu bisa terwujud salah satunya adalah jika guru tersebut
membuat perencanaan yang sistematis dan kontinu dalam proses
pembelajaran itu sendiri.
Kurikulum saat ini juga menuntut kemandirian guru untuk membina
hasrat belajar peserta didik. Membina hasrat belajar dapat dilakukan
melalui berbagai cara, antara lain dengan mendayagunakan fasilitas dan
sumber belajar secara optimal agar kurikulum yang sudah dirancang
dapat dilaksanakan secara optimal pula. Karena melalui kurikulum sekolah
dan satuan pendidikan perlu dikembangkan menjadi lembaga yang diberi
kewenangan dan tanggung jawab secara luas untuk mandiri, maju, dan
berkembang berdasarkan strategi kebijakan manajemen pendidikan yang
ditetapkan pemerintah. Dalam implementasi kurikulum guru juga harus
mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang baik, logis dan
sistematis sehingga guru dapat mempertanggung jawabkan apa yang
dilakukannya dalam menyukseskan implementasi kurikulum tingkat satuan
pendidikan.
2) Menganalisis dan Memahami Tujuan
Realisasi desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam
membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Keterlibatan Kementerian
Agama dalam hal ini telah banyak memberikan bantuan kepada SMA
Negeri 10 Kota Jambi dalam pembinaan kurikulum. Secara formal,
tuntutan SMA Negeri 10 Kota Jambi terhadap pendidikan juga
diterjemahkan dalam bentuk rencana pembangunan pemerintah. Rencana
besar pemerintah untuk kehidupan bangsa di masa depan seperti
transformasi dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, reformasi
dari sistem pemerintahan sentralistis ke sistem pemerintahan
disentralisasi, pengembangan berbagai kualitas bangsa seperti sikap dan
tindakan demokratis, produktif, toleran, cinta damai, semangat
76
kebangsaan tinggi, memiliki daya saing, memiliki kebiasaan membaca,
sikap senang dan kemampuan mengembangkan ilmu, teknologi dan seni,
hidup sehat dan fisik sehat, dan sebagainya. Tuntutan formal seperti ini
harus dapat diterjemahkan menjadi tujuan setiap jenjang pendidikan,
lembaga pendidikan, dan pada gilirannya menjadi tujuan kurikulum.
Berikut keterangan RS, guru Pendidikan Agama Islam yang
mengatakan bahwa kecakapan guru memahami tujuan yang didesain
sudah baik yang diwujudkan dalam bentuk silabus yang memperhatikan
standar kompetensi dan kompetensi dasar, guru mengembangkan silabus
sebagai penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam
materi standar, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian.101
Setiap pembelajaran mata pelajaran apapun di SMA Negeri 10
Kota Jambi ini maka kepada sekolah mewajibkan setiap guru untuk
membuat perencanaan pembelajaran yang meliputi program jangka
penjang maupun program jangka pendek. Hal ini dikarenakan salah satu
faktornya adalah adanya keinginan bersama untuk membangun sekolah
ini menjadi sekolah terbaik, dan salah satu usahanya adalah membuat
lulusan dari sekolah ini menjadi yang terbaik pula di tingkat sekolah yang
sama. Hal itu bisa terwujud salah satunya adalah jika guru tersebut
membuat perencanaan yang sistematis dan kontinu dalam proses
pembelajaran itu sendiri.
Dengan perkataan lain, dia telah memperhitungkan kemungkinan
dampak jangka panjang dari keputusan dan tindakannya, yang mana
setiap tindakan tersebut berlandaskan pendidikan, sebagai perwujudan
dari ketanggapan yang beralaskan kearifan dan seorang guru
keilmuannya akan lebih nampak jika guru tersebut mengembangkan
kinerjanya sebagai petugas pelayanan ahli. Dengan demikian juga
diharapkan munculnya sosok guru yang ideal dan profesional dalam
menjalankan tugasnya.
101
Wawancara, 28 Juli 2017
77
Hal ini dijelaskan juga oleh SF, kepada sekolah sebagai berikut
bahwa desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu kepada
sekolah merencanakan pengembangan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, guru mengembangkan silabus sebagai penjabaran
standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi standar,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian. Dalam implementasinya silabus dijabarkan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kemudian dilaksanakan, dievaluasi,
dan ditindak lanjuti oleh masing-masing guru.102
Guru dengan kempetensinya senantiasa mendesain pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan menyiapkan materi, penguasaan dan
pemahaman yang mumpuni, sehingga ia mampu untuk menjawab
kebutuhan peserta didik dalam interaksi pembelajaran. Dengan demikian
guru telah mampu menyiapkan materi ajar sesuai dengan standar yang
ada, dan kualitas pembelajaran terwujud sebagaimana yang diharapkan.
Guru menguasai bahan ajar dengan baik, ini menandakan ia telah
memahami dan menguasai kurikulum yang ada, dan kaitannya dengan
bidang studi yang diajarkannya. Ketika kondisi ini yang terjadi maka
dapatlah dikatakan sebagai barometer awal seorang guru tersebut telah
memiliki kompetensi dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.103
Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi belum
memahami dengan baik KTSP sesuai kompetensinya. Penguasaan
bidang layanan dalam bidang keguruan berarti kemampuan merancang
dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memahami taktik dan
prosedur yang baik dalam evaluasi sekaligus mencapai sasaran dan
pencapaian tujuan-tujuan yang berkaitan dengan bidang studi yang
diajarkan. Wawancara dengan RS, guru Pendidikan Agama Islam yang
mengatakan bahwa kepala sekolah mengintruksi kepada semua guru
untuk membuat perangkat pembelajaran, tapi hanya instruksi tanpa
102
Wawancara, 31 Juli 2017 103
Observasi, 31 Juli 2017
78
adanya kontrol sehingga guru-guru hanya membuat perangkat
pembelajaran sesuai dengan kemampuan masing-masing.104
Sumber yang digunakan guru dalam menunjang proses
pembelajaran yang dimaksudkan di sini adalah buku-buku rujukan, seperti
referensi atau literatur-literatur, baik yang digunakan untuk menyusun
silabus dalam mengajarkan ataupun bahan ajar yang disampaikan ketika
pembelajaran berlansung belum memadai. Di sisi lain bahan yang
dimaksud bisa juga berarti sesuatu perangkat yang dibutuhkan dalam
menunjang pembelajaran sesuai dengan karakteristik pelajaran yang
dimaksud.
Guru kesulitan mengembangkan desain pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Kemudian, silabus dijabarkan dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan ditindaklanjuti oleh guru Pendidikan Agama
Islam.105 Dengan demikian, tujuan perencanaan pembelajaran perlu
dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen silabus yaitu identifikasi,
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar,
indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber/bahan/ alat.
Guru yang baik akan meningkatkan desain pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, menekuni kewajibannya dengan penuh loyal
dan konsisten. Mereka tidak menganggap pekerjaan guru sebagai
sambilan atau sementara, apabila ada pekerjaan yang lebih tinggi gajinya,
maka statusnya sebagai guru akan ditinggalkan, sedangkan anak didiknya
dibiarkan terlantar.
Mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan
perwujudan nyata bagi pencapaian tujuan utuh Kurikulum 2013. Ini berarti
seorang guru yang profesional memahami apa yang diajarkannya dan
tidak kalah pentingnya menyadari benar mengapa mereka menempatkan
pilihan terhadap sesuatu kegiatan pembelajaran.
104
Wawancara, 31 Juli 2017 105
Observasi, 31 Juli 2017
79
3) Pemilihan Metode yang Tepat
Kurikulum 2013 juga menuntut kemandirian guru untuk membina
hasrat belajar peserta didik. Membina hasrat belajar dapat dilakukan
melalui berbagai cara, antara lain dengan mendayagunakan fasilitas dan
sumber belajar secara optimal agar kurikulum yang sudah dirancang
dapat dilaksanakan secara optimal pula. Karena melalui Kurikulum 2013
sekolah dan satuan pendidikan perlu dikembangkan menjadi lembaga
yang diberi kewenangan dan tanggung jawab secara luas untuk mandiri,
maju, dan berkembang berdasarkan strategi kebijakan manajemen
pendidikan yang ditetapkan pemerintah. Hal ini dijelaskan juga oleh
kepada sekolah sebagai berikut bahwa dalam mendesain pembelajaran
Pendidikan Agama Islam guru juga harus mampu mengembangkan
metode pembelajaran yang baik, logis dan sistematis sehingga guru dapat
mempertanggung jawabkan apa yang dilakukannya dalam menyukseskan
implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan.106
Dalam mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dibutuhkan berbagai cara atau strategi dan metode yang dapat digunakan
dalam mencapai target atau orientasi pembelajaran yang diinginkan.
Seorang guru dapat memilih metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
demonstrasi, percobaan atau eksprimen, latihan atau simulasi, kerja
kelompok, karya wisata dan sosio drama atau bermain peran. Metodae ini
juga dapat dipilih sesuai dengan topik dan materi atau karakteristik dari
bidang studi yang diasuh oleh guru yang bersangkutan. Sementara untuk
menunjang pembelajaran juga di butuhkan media pembelajaran, seperti:
media televisi, OHP,VCD, dan lain-lain. Metode dan media ini akan
memberikan kemudahan kepada guru yang akan mengajar.107
Wawancara dengan RS, guru Pendidikan Agama Islam bahwa
untuk melaksanakan pembelajaran di kelas ada beberapa yang
dipersiapkan sebagaiman instruksi kepala sekolah, yaitu menyusun
106
Wawancara, 31 Juli 2017 107
Observasi, 31 Juli 2017
80
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), agar RPP yang disusun lebih
efektif dan efesien dilakukan pemetaan kompetensi dasar per unit,
melakukan analisis waktu, menyusun program tahunan atau program
semester dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, termasuk
mempertimbangkan variasi metode yang digunakan.108
Hasil observasi terhadap aktivitas guru dijelaskan bahwa desain
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dipersiapkan guru dengan
membuat rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dipersiapkan
meliputi hala-hal sebagai berikut yaitu mengidentifikasi dengan mengisi
kolom identitas, menentukan alokasi waktu, menentukan standar
kompetensi, kompetensi dasar serta indikator, merumuskan tujuan
pembelajaran, mengidentifikasi materi pokok, menentukan metode
pembelajaran, merumuskan langkah-langkah pembelajaran kegiatan awal,
kegiatan inti, kegiatan akhir, menyusun kriteria penilaian, lembar
pengamatan, contoh soal dan teknik penskoran.109
Hal ini dijelaskan juga oleh SF, kepada sekolah mengatakan bahwa
strategi yang ditempuh guru dalam mendesain pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran dimana guru
dalam pembelajaran di SMA Negeri 10 Kota Jambi diwajibkan
mewujudkan pendekatan student centered bagi guru dengan melakukan
variasi metode dalam pembelajaran.110
Temuan di atas dapat dijelaskan bahwa pendekatan student
centered adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa,
artinya pemilihan metode pembelajaran yang bisa memberikan peluang
siswa aktif dalam pembelajaran seperti diskusi, praktikum, tanya jawab,
kerja kelompok, tugas mandiri dan lainnnya. guru juga berusaha
menghindari dari metode yang berpusat pada guru seperti ceramah dan
demonstrasi.
108
Wawancara, 1 Agustus 2017 109
Observasi, 1 Agustus 2017 110
Wawancara, 1 Agustus 2017
81
Guru sebagai perancang pengajaran perlu memiliki pengetahuan
dan keterampilan dalam menyusun desain pengajaran. Desain pengajaran
merupakan alat yang dapat membantu guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran secara efektif.
c. Kecakapan Mendesain Guru dalam Evaluasi Pembelajaran
Pengetahuan guru tentang cara menyusun desain pengajaran
memang tidak secara otomatis dapat menjamin guru menjadi terampil
dalam menyusun desain pelajaran. Hal ini dijelaskan juga oleh SF, kepada
sekolah mengatakan bahwa hal demikian memerlukan latihan dan kerja
sama antara kepala sekolah dan guru (terutama mengajar mata pelajaran
yang sama). Dengan mengkomunikasikan desain pengajaran yang dibuat
kepada guru yang lain diharapkan guru tersebut akan memberikan umpan
balik tentang desain pengajaran itu. Umpan balik itu dapat digunakan
untuk menyempurnakan desain pengajaran berikutnya.111
Berdasarkan pengamatan penulis di atas bahwa desain
pembelajaran Pendidikan Agama Islam oleh kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu guru mengendaki guru membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun secara sistematis, utuh dan
menyeluruh dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi
pembelajaran yang aktual. Dengan demikian, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran
sesuatu apa yang direncanakan.112
Penilaian dalam desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam
sebagai alat ukur untuk melihat sejauh mana kemampuan atau
kompetensi yang telah didapat atau dimiliki oleh siswa dala topik
pembelajaran tertentu. Ada banyak teknik evaluasi yang dapat
diguanakan sebagai instrumen untuk mengukur kemampuan anak didik.
Adapun bentuk instrumen yang dipilih guru dalam desain pembelajaran
Pendidikan Agama Islam antara lain bentuk pilihan ganda, uraian objektif,
111
Wawancara, 1 Agustus 2017 112
Observasi, 1 Agustus 2017
82
uraian bebas, jawaban singkat, menjodohkan, unjuk kerja dan
portofolio.113
Hal ini dijelaskan juga oleh SF, kepada sekolah mengatakan bahwa
Ada banyak teknik evaluasi yang dapat dipilih sebagai instrumen untuk
mengukur kemampuan anak didik misalnya bentuk pilihan ganda, uraian
objektif, uraian bebas, jawaban singkat, menjodohkan, unjuk kerja dan
portofolio.114 Maksud yang ingin dicapai oleh guru tentang tingkat
kemampuan siswa dalam belajar dapat diketahui melalui pos tes yang
diberikan, itu artinya untuk mengetahui keberhasilan guru selama
pembelajaran dapat dijelaskan atau dinilai melalui pos tes yang dilakukan.
Hal ini juga sebagai barometer untuk mengetahui daya tangkap dan
ketercapaian siswa dalam suatu mata pelajaran tertentu.
Pelaksanaan penilaian dalam hal ini ingin mengetahui hasil belajar
siswa mestinya berlangsung terus menerus setiap kali selesai
memberikan materi pelajaran dan di akhir pertemuan dalam satu waktu
tertentu. Berangkat penjelasan ini, pertanyaannya adalah apakah semua
guru profesional dalam mengajar dan mendidik? atau lebih jelasnya lagi
adalah apakah semua guru mengerti dan memiliki pengetahuan yang
jelas tentang penilai hasil belajar, terutama berdasarkan Kurikulum 2013.
Sebab, berdasarkan karakretistik manusia, setiap manusia (guru termasuk
di dalamnya) itu sendiri memiliki tingkat penguasaan terhadap sesuatu
berbeda-beda, hal ini berlaku juga pada pengetahuan mereka tentang
sistem penilaian hasil belajar siswa berbasis kompetensi yang baik.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Kecakapan guru Pendidikan
Agama Islam Mendesain Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi
Faktor yang mempengaruhi kecakapan guru Pendidikan Agama
Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi adalah:
113
Observasi, 1 Agustus 2017 114
Wawancara, 1 Agustus 2017
83
a. Faktor Pendukung
Faktor Penyelenggaraan Pelatihan Guru. Upaya yang dilakukan
untuk mengatasi kurangnya koordinasi dengan instansi terkait yakni
mengadakan kerjasama dengan semua pihak. Hasil wawancara dengan
HR menegaskan bahwa kurangnya koordinasi dengan instansi terkait
memang berpengaruh terhadap pembelajaran. Upaya pihak sekolah
mengatasi hal ini dengan melakukan kerja sama dengan semua pihak.115
Pihak sekolah segera melakukan koordinasi dengan Dinas
Pendidikan Provinsi Jambi. Melalui koordinasi ini, pihak sekolah dapat
mengikuti organisasi guru yaitu Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) dan Kelompok Kerja Guru (KKG). Kegiatan ini dilakukan di
bawah koordinasi Dinas Pengawas Sekolah, dan untuk setiap mata
pelajaran dipimpin langsung oleh guru senior yang ditunjuk oleh kepala
sekolah. Guru juga dapat mengikuti pelatihan Kurikulum 2013, seminar
maupun lokakarya.
Hal ini ditegaskan oleh RS, guru Pendidikan Agama Islam yang
mengatakan bahwa Melalui organisasi guru MGMP dan KKG, guru untuk
setiap mata pelajaran bisa melakukan kegiatan rutin bertemu satu kali
setiap minggu guna menyusun strategi pembelajaran dan mengatasi
masalah yang muncul. Di samping itu, MGMP dan KKG bisa mengundang
para ahli pendidikan di luar, baik ahli subtansi mata pelajaran untuk
membantu guru dalam memahami materi yang masih dianggap sulit atau
membantu memecahkan masalah yang muncul di kelas, maupun berbagai
metode pembelajaran untuk menemukan cara yang paling sesuai dalam
membentuk kompetensi tertentu. Guru juga dapat mengikuti pelatihan,
seminar maupun lokarya untuk meningkatkan pemahaman terhadap
mendesain pembelajaran berbasis Kurikulum 2013.116
Wawancara dengan RS, guru Pendidikan Agama Islam mengatakan
bahwa ia pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan. Hal ini sangat
115
Wawancara, 3 Agustus 2017 116
Wawancara, 3 Agustus 2017
84
bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan penulis dalam
mengajar.117 Berdasarkan hal di atas dapat dipahami bahwa upaya yang
dilakukan dalam mengatasi kurangnya koordinasi dengan instansi terkait
yaitu pihak sekolah melakukan kerja sama dengan semua pihak dan
segera melakukan koordinasi dengan Depertemen Agama Kabupaten
Sarolangun. Melalui koordinasi ini pihak sekolah dapat mengikuti MGMP
dan KKG maupun pelatihan Kurikulum 2013, seminar dan lokakarya.
Kepala sekolah memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pimpinan untuk memberikan
pengayoman kepada setiap guru untuk bisa melaksanakan peningkatan
kualitas guru secara layak dan maksimal. RS, guru Pendidikan Agama
Islam mengatakan bahwa guru memperoleh manfaat dari pelatihan-
penataran yang diadakan oleh sekolah tersebut, terutama dalam
peningkatan inovasi-inovasi pembelajaran berbasis kurikulum saat ini
serta mengikuti perkembangan media dan metode pembelajaran modern.
Hal ini sejalan dengan pernyataan salah seorang guru yang mengikuti
pelatihan mengatakan dengan adanya pelatihan guru mendapat informasi
baru dan perkembangan dunia pendidikan luar, guru tahu bahwa dunia
pendidikan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, jadi
dengan adanya pelatihan guru akan mampu berinovasi dalam
mengajar.118
Masih menurut RS, pengiriman guru untuk mengikuti sejumlah
penataran dan pelatihan tersebut juga merupakan salah satu tindak lanjut
dari penilaian kinerja. Hanya saja tidak semua guru memperoleh
kesempatan untuk dikirim keluar, tergantung permintaan dari pihak yang
mengundang.119
Temuan di lapangan menunjukkan bahwa pengiriman peserta untuk
mengikuti pelatihan keluar baik nasional maupun lokal tidak didasarkan
pada kebutuhan sekolah, tetapi lebih didasarkan pada program
117
Wawancara, 3 Agustus 2017 118
Wawancara, 3 Agustus 2017 119
Wawancara, 7 Agustus 2017
85
dinas/instansi pelaksanaan sehingga tema-tema pelatihan yang
ditawarkan juga adalah tema-tema umum, jika ada tema pelatihan seperti
penataran guru mata pelajaran jumlahnya pun sangat terbatas sehingga
tidak menyentuh kebutuhan guru Pendidikan Agama Islam.
Pengiriman peserta untuk mengikuti program pelatihan keluar adalah
positif untuk meningkatan mutu guru, hal ini dapat dilihat dari adanya
kemajuan yang dirasakan oleh peserta yang telah mengikuti pelatihan.
Hanya saja ketergantungan terhadap program yang dilaksanakan di luar
tersebut menyebabkan manajemen sekolah tidak memiliki inisiatif untuk
melaksanakan pelatihan sendiri dengan tema-tema yang lebih membumi
sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan mutu guru. Di samping
melakukan kebijakan pengiriman peserta untuk mengikuti program
pengingkatan di luar, manajemen sekolah juga harus memiliki kebijakan
program peningkatan ke dalam.
Peningkatan mutu pendidikan mutlak dilakukan oleh kepala sekolah
sebagai agent of change perubahan melalui kegiatan pembenahan
kompetensi guru dengan wadah pembinaan sosial yang tepat. Kenyataan
menunjukkan bahwa tingkat kemajuan sekolah sangat ditentukan oleh
sejauhmana tingkat kemajuan kepemimpinan kepala sekolah di dalam
mengembangkan kualitas guru dalam menerapkan kurikulum.
Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengajar di
SMA Negeri 10 Kota Jambi di mana guru Pendidikan Agama Islam juga
menyusun silabus dalam mengajar pada mata pelajaran tersebut.
Sebelum mengajar, terlihat guru membuat sejumlah acuan atau persiapan
mengajar. Pengamatan terhadap guru Pendidikan Agama Islam yang
mengajar di SMA Negeri 10 Kota Jambi telah menyusun silabus dalam
mengajar pada mata pelajaran tersebut. Guru mengajar di kelas dengan
persiapan sebelum masuk kelas untuk memberikan materi pelajaran.120
Berdasarkan pengamatan terhadap guru Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri 10 Kota Jambi di atas dapat dipahami bahwa guru membuat
120
Observasi, 7 Agustus 2017
86
sejumlah perencanaan dalam mengajar. Mengenai sosialisasi kurikulum
saat ini, berikut wawancara dengan RS, guru Pendidikan Agama Islam
yang mengatakan bahwa sosialisasi kurikulum saat ini di SMA Negeri 10
Kota Jambi dilakukan dengan melakukan membentuk kerja kelompok
rekan sejawat. Dengan adanya kelompok ini guru dapat berdiskusi dan
bertukar informasi mengenai kondisi pembelajaran dan kondisi belajar
siswa di kelas. Dengan demikian, guru memiliki wadah untuk mengenal
kurikulum lebih jauh dan lebih mendalam.121
Upaya guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi
dalam usaha peningkatan kompetensi mengajarnya yaitu meliputi ikutserta
dalam pertemuan ilmiah. Dalam hal ini 1 orang guru telah mengikuti
kegiatan pelatihan. Hal ini agar guru memiliki profesionalitas dalam
mengajar seperti keharusan dalam membuat perencanaan, lebih
memberhatikan prinsip-prinsip belajar siswa seperti motivasi dan masalah
lain pada siswa
Guru di SMA Negeri 10 Kota Jambi melakukan upaya secara terus-
menerus untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran di sekolah
melalui peningkatan profesionalitas guru. Kondisi ini mempermudah upaya
peningkatan perancangan rencana pembelajaran pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi.
Faktor Kepemimpinan Kepala Sekolah. Manajemen Kurikulum
2013 yang dilakukan kepala sekolah dalam upaya peningkatan mutu guru
dapat diimplementasikan secara efektif serta dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran. Wawancara dengan SF, kepala sekolah mengatakan
dalam kurikulum, peran guru yang didukung kepala sekolah hanyalah
sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator guru dituntut mempunyai tujuh sikap
yaitu tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya,
dapat lebih mendengarkan peserta didik, mau dan mampu menerima ide
peserta didik yang inovatif dan kreatif, lebih meningkatkan perhatiannya
terhadap hubungan dan peserta didik, dapat menerima balikan (feedback)
121
Wawancara, 7 Agustus 2017
87
baik yang positif maupun yang negatif, toleransi terhadap kesalahan yang
diperbuat peserta didik.122
Kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 10 Kota Jambi tidak
selamanya berjalan lancar. Berbagai faktor pendukung tetap membuat
guru terbantu saat mengajar. Dari hasil wawancara dengan kepala
sekolah, SF, mengatakan bahwa selaku kepala sekolah memberikan
dukungan sepenuhnya kepada seluruh guru termasuk guru untuk bisa
mendesain pembelajaran secara memadai, meskipun masalah koordinasi
masih dirasakan kurang sekali.123
Lebih lanjut penulis kemukakan dari hasil wawancara dengan guru,
RS, mengatakan bahwa sebagai guru khususnya guru sangat menyadari
bahwa dalam penerapan Kurikulum 2013 ini sangat dibutuhkan kerja
keras sehingga lebih meningkatkan kualitas dalam mendesain
pembelajaran. Dorongan dan semangat dari seluruh lingkungan sekolah,
khususnya kepala sekolah yang selalu siap untuk berbagi informasi dalam
penyusunan kurikulum.124
Setiap perbuatan, termasuk perbuatan belajar didorong oleh satu
atau beberapa motif yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu
tujuan belajar. Guru selalu bekerja sama dengan kepala sekolah dalam
mendesain pembelajaran, hal itu sudah dilakukan sejak awal tahun
pelajaran yang akan dihadapi pihak sekolah. Kepala sekolah memang
selama ini telah memberikan dukungan sepenuhnya kepada seluruh guru
termasuk guru untuk meningkatkan kemampuan dalam mengajar. Salah
satu dukungan tersebut seperti kewajiban guru membuat silabus/RPP.
Dengan membuat rencana pembelajaran seperti ini, maka guru mengajar
menjadi terarah dan terukur sesuai rencana yang ada.
Berdasarkan hasil observasi, beberapa faktor pendukung dalam
mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena adanya
dukungan kepala sekolah, dukungan internal yang datang dari dalam diri
122
Wawancara, 7 Agustus 2017 123
Wawancara, 10 Agustus 2017 124
Wawancara, 10 Agustus 2017
88
guru itu sendiri. Faktor yang mendukung mendesain pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dalam setiap mata pelajaran di SMA Negeri 10
Kota Jambi ini sangat membantu peningkatan mutu guru selama ini.125
Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kemajuan sekolah sangat
ditentukan oleh sejauhmana tingkat kemajuan kepemimpinan kepala
sekolah di dalam meningkatkan kompetensi guru. Keberhasilan sekolah
ditunjukkan dengan kinerja kepala sekolah. Oleh sebab itu, kepala
sekolah harus memahami dan mengembangkan keterampilan dalam
melaksanakan perubahan melalui kesiapan guru dalam mengajar, apabila
kepala sekolah ingin sekolah yang dipimpinnya menjadi lebih efektif.
b. Faktor Penghambat
Faktor Kreativitas Guru. Setiap orang yang menerima pengaruh
dari seorang atau kelompok yang menjalankan kegiatan pendidikan.
Sebagai objek pendidikan, kepala sekolah memiliki kedudukan yang
menempati posisi yang menentukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak
mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran kepala sekolah sebagai
pembina. Berdasarkan hasil observasi penulis sebagai berikut bahwa
kondisi disiplin guru masih rendah dalam menyiapkan perangkat mengajar
sesuai Kurikulum 2013, sehingga masih ditemukan guru yang tidak sesuai
jadwal dalam membuat perangkat mengajar atau kelengkapan perangkat
mengajar yang masih banyak kurangnnya.126
Wawancara dengan SF, kepala sekolah yang mengatakan bahwa
Kondisi lain yang membuat penghambat mendesain pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi terkesan kurang
efektif adalah disiplin pada diri guru Pendidikan Agama Islam.127
Ada guru yang tidak disiplin karena guru tersebut masih banyak
yang dikerjakan selain aktivitas di sekolah. Kondisi ini menjadikan
kegiatan mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
dilakukan kepala sekolah terhambat.
125
Observasi, 10 Agustus 2017 126
Observasi, 10 Agustus 2017 127
Wawancara, 10 Agustus 2017
89
Hasil observasi penulis dimana bahwa disiplin guru di sekolah
memang masih rendah, dimana ada guru yang tidak guru yang tidak
membuat perangkat mengajar tepat waktu.128 Berdasarkan semua itu,
maka dapatlah dipahami bahwa yang menjadi hambatan dalam aktifitas
belajar adalah kurang/tidak adanya minat dan motivasi belajar. Untuk itu
guru perlu menemukan formula yang baik dalam memecahkan masalah ini
dengan terus meningkatkan pengetahuan secara personal.
Pengalaman mengajarkan di sini adalah lamanya masa kerja atau
pengabdian yang telah dilalui oleh seorang guru dalam menjalani
profesinya sebagai seorang guru dalam dunia pendidikan di sekolah.
Pengalaman mengajarkan atau masa kerja guru merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan dalam pembelajaran. Sebab semakin lama
seseorang bergelut dalam suatu bidang kerja, itu akan mempengaruhi
kompetensi yang akan dimilikinya, hal ini sebagai suatu pertanda
kematangan dalam jam kerja dan lamabya waktu pengabdian kerja akan
berimplikasi terhadap kemampuan mengajarkan seorang guru.
Wawancara dengan SF, Kepala SMA Negeri 10 Kota Jambi sebagai
berikut bahwa pengalaman mmengajar atau masa kerja sangat
mendukung terlaksananya desain pembelajaran, karena guru tersebut
sudah lama yang namanya mendidik dan memberi pembelajaran bagi
peserta didik. Meskipun demikian, problematika mutu selama ini adalah
kurangnya pengalaman guru dalam pembelajaran, karena kurang
pelatihan yang diikuti guru. Karena pengalaman itu pula, maka sehingga
tidak banyak alternatif model desain pembelajaran Pendidikan Agama
Islam yang dibuat guru.129
Berdasarkan temuan di lapangan, ada beberapa hal yang menjadi
faktor mendesain pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu guru tidak
dijalankannya konsep kurikulum secara benar, yaitu kurangnya evaluasi
terhadap desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam oleh kepaa
128
Observasi, 10 Agustus 2017 129
Wawancara, 14 Agustus 2017
90
sekolah dan pengawas dalam melakukan tugasnya memberikan
bimbingan teknis terhadap elemen sekolah yang kurang intensip karena
pengawas terkadang tidak pernah melaksanakan hal itu.
Permasalahan lain adalah kurangnya pemberdayaan MGMP. Faktor
yang memperngaruhi belum efektifnya peningkatan kompetensi guru
adalah bahwa MGMP sebagai forum musyawarah para guru untuk
berbagai pengetahuan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang
ditentukan dalam proses pembelajaran belum adanya kontribusi yang
dapat diberikan oleh forum demi kemajuan sekolah, sehingga terkesan
bahwa forum MGMP hanya sekedar papan nama belaka. Hasil
penelusuran di lapangan menunjukkan bahwa kondisi ini terjadi karena
kurangnya motivasi dari pihak manajemen sekolah agar forum tersebut
diberdayakan. Kurangnya peran kepala sekolah dalam memberlakukan
pemberdayaan kurikulum melakukan pelatihan interen sekolah.130
Kurikulum sebagai salah satu subtansi pendidikan perlu
didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan
pelaksanaannya yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan siswa
pada sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian, desain
pembelajaran dengan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (Kurikulum 2013) diharapkan merupakan perangkat rencana
dan pengaturan yang dicapai siswa, penilaian belajar mengajar dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan di dalam pengembangan
kurikulum sekolah.
Profil dan sosok guru yang baik adalah guru yang memahami dan
menyadari bahwa kemampuan intelektual daya tangkap dan keterampilan
semua anak tidaklah sama, dengan difahami kondisi ini maka guru akan
selalu memberikan bimbingan kepada anak-anak yang punya nalar
rendah dengan penuh kasih sayang agar mereka secara perlahan mampu
memahami pembelajaran tersebut. Ini bisa dilakukan dengan
memeberikan arahan secara langsung sehingga siswa merasa bahwa
130
Observasi, 14 Agustus 2017
91
dirinya tidak dibiarkan larut dalam kebodohan, namun sosok guru yang
dikaguminya sedang memperhatikannya. Namun pada kenyataannya
banyak guru yang hari ini menganggap bahwa anak-anak kurang mampu
pemikirannya itu sebagai suatu masalah besar, sehingga ia disisihkan dan
selalu diabaikan. Wawancara dengan SF, masalah-masalah yang ada di
lapangan terkait desain pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu
guru adalah desain pembelajaran yang kurangnya tepat, kurang kreatifitas
guru dalam mendesain pembelajaran dan tanggung jawab masih rendah
dalam membuat perangkat mengajar secara lengkap.131
Faktor penghambat mendesain pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi karena beratnya guru
membuat/menyusun kurikulum sendiri, tidak seperti kurikulum sebelumnya
yang sudah disediakan untuk langsung diadopsi dan diterapkan di
sekolah, karena guru belum memahami secara memadai mengenai
standar isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) secara substantif
khususnya dalam manajemen Kurikulum 2013.
Sebagian besar guru masih kurang memahami standar isi yang
harus dijabarkan dalam pengembangan kurikulum tingkat intruksional,
operasional dan eksperensial. Kemudian masih banyak guru-guru yang
berpersepsi sebagai penerima pasif pengambilan keputusan kurikulum,
dan kurangnya sumber daya manusia yang diharapkan mampu
mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sebagian besar guru
belum bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide
kreatif untuk menjabarkan panduan kurikulum itu (Kurikulum 2013), biak di
atas kertas maupun di depan kelas. Selain disebabkan oleh
kekurangpahaman, juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur
mengekang kreativitas guru.
Mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena
merupakan kewajiban bagi guru Pendidikan Agama Islam namun
pelaksanaannya tidak dapat diterapkan secara utuh karena ada sisi lain
131
Wawancara, 14 Agustus 2017
92
yang sifatnya situasional. Seorang guru yang bersikukuh menerapkan
seluruh rencana pembelajaran secara utuh dengan mempertimbangan
kebutuhan siswa. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa di samping
seorang pendidik itu menguasai ilmu kependidikan, ia juga mesti dibekali
dengan pendalaman ilmu jiwa perkembangan khususnya perkembangan
siswa-siwa pada tingkat menengah pertama. Penerapan Kurikulum 2013
diharapkan dapat meningkatkan kompetenti pedagogik guru melalui
pengembangan peserta didik dengan hidup secara mandiri, cerdas, kritis,
rasional dan krertif melalui belajar. Jika seluruh komponen pendidikan
dan pengajaran tersebut direncanakan guru sebaik-baiknya, maka
pengembangan pendidikan di sekolah dengan sendirinya akan meningkat.
Faktor Disiplin Kerja Guru. Kondisi lain yang membuat
penghambat mendesain pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi terkesan kurang efektif adalah
disiplin guru. Selanjutnya SF, kepala SMA Negeri 10 Kota Jambi juga
mengatakan bahwa ada guru yang tidak disiplin karena guru tersebut tidak
membuat RPP selama sat tahun pembelajaran tepat waktu. Kondisi ini
menjadikan kegiatan pembelajaran terhambat seperti guru yang terlambat
datang dan cepat pulang dari jadwal yang ada atau yang ditentukan
sekolah.132
Hasil wawancara penulis dengan RS, guru Pendidikan Agama Islam
yang mengatakan bahwa disiplin guru di sekolah memang masih rendah,
di mana ada guru yang tidak datang mengajar dengan alasan yang tidak
bisa diterima, meskipun sudah diperingatkan, namun guru tersebut masih
juga melakukannya.133 Berdasarkan informasi tersebut, maka dapatlah
dipahami bahwa yang menjadi hambatan dalam aktifitas belajar adalah
kurang/tidak adanya minat dan motivasi belajar. Untuk itu guru harus
menemukan formula yang baik dalam memecahkan masalah ini dengan
terus meningkatkan pengetahuan secara personal.
132
Wawancara, 14 Agustus 2017 133
Wawancara, 21 Agustus 2017
93
Disiplin adalah prilaku atau tingkah laku yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku baik yang ditetapkan secara individu ataupun
kelompok sejak aturan itu diterapkan atau diberlakukan. Menegakkan
disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kekebasan dan kemerdekaan
peserta didik akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang
lebih besar kepada peserta didik dalam batas-batas kemampuannya. Di
sekolah, banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku guru dan
peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan
dengan optimal.
Faktor Pengalaman Mengajar. Kecakapan guru ditentukan oleh
pengalaman mengajar. Pengalaman mengajar di sini adalah lamanya
masa kerja atau pengabdian yang telah dilalui oleh seorang guru dalam
menjalani profesinya sebagai seorang guru dalam dunia pendidikan di
sekolah. Pengalaman mengajar atau masa kerja guru merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan dalam mengajar. Sebab semakin lama
seseorang bergelut dalam suatu bidang kerja, itu akan mempengaruhi
kompetensi yang akan dimilikinya, hal ini sebagai suatu pertanda
kematangan dalam jam kerja dan lamabya waktu pengabdian kerja akan
berimplikasi terhadap kemampuan mengajar seorang guru.
Wawancara dengan Kepala SMA Negeri 10 Kota Jambi sebagai
berikut bahwa pengalaman mengajar atau masa kerja sangat mendukung
terlaksananya mendesain pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam, karena guru tersebut sudah lama yang namanya mendidik
dan memberi pembelajaran bagi peserta didik. Meskipun demikian,
problematika pendidikan selama ini adalah kurangnya pengalaman guru
dalam mengajar, karena kurang pelatihan yang di ikuti guru. Karena
pengalaman itu pula, maka sehingga tidak banyak media yang digunakan
saat mengajar.134
Salah satu alat bantu yang dibutuhkan dalam mendesain
pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan
134
Wawancara, 21 Agustus 2017
94
Agama Islam adalah ketersedian media pembelajaran yang memadai.
Keberadaan media bagi guru tidak dapat dihindari. Media dapat
membantu guru dalam menyampaikan informasi tentang materi pelajaran
kepada siswa. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan
pelajaran sukar dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama
bahan pelajaran yang rumit. Namun di SMA Negeri 10 Kota Jambi hasil
wawancara di atas diketahui bahwa guru kurang menyadari pentingnya
penggunaan media dalam pembelajaran. Padahal dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam berbasis kurikulum saat ini membutuhkan
gambaran yang konkrit terhadap objek yang dipaparkan, maka peranan
media pembelajaran juga sangat penting, hal ini hendaknya didukung oleh
pengalaman dan keterampilan seorang guru dalam menggunakan media
tersebut.
Guru membuat rencana pembelajaran karena merupakan kewajiban
bagi setiap guru namun pelaksanaannya tidak dapat diterapkan secara
utuh karena ada sisi lain yang sifatnya situasional, menurut hemat penulis
sangat tepat, karena pada siswa-siswa aliyah mengalami berbagai
perkembangan jiwa di mana mereka perlu berbagai pendekatan dalam
proses pembelajaran. Seorang guru yang bersikukuh menerapkan seluruh
rencana pembelajaran Kurikulum 2013 secara utuh dengan mengabaikan
kondisi yang ada, sehingga siswa tidak akan mampu mengikutinya, proses
pembelajaran jalan sebelah. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa
di samping seorang pendidik itu menguasai ilmu kependidikan, ia juga
mesti dibekali dengan pendalaman ilmu jiwa perkembangan khususnya
perkembangan siswa-siwa pada tingkat menengah pertama seperti SMA
Negeri 10 Kota Jambi ini.
Faktor Pengawasan Terhadap Kinerja Guru. Pada pelaksanaan
supervisi pengelolaan kelas dibutuhkan kemampuan kepala sekolah
menggerakkan semua guru untuk menyelesaikan tugas-tugas
kependidikan, meningkatkan hubungan kerja antar guru, membina kerja
sama, menggerakkan guru, dan memberi motivasi kerja bagi guru agar
95
bisa bisa mendesain pembelajaran. Berdasarkan temuan di lapangan, ada
beberapa hal yang menjadi faktor penghambat RPP berbasis berbasis
Kurikulum 2013 menurut RS, yaitu pengawas melakukan tugasnya
memberikan bimbingan teknis terhadap elemen sekolah yang kurang
intensif karena pengawas terkadang tidak pernah melaksanakan hal itu.
Faktor lainnya adalah kurangnya pemberdayaan MGMP. Faktor yang
memperngaruhi belum efektifnya peningkatan kompetensi guru adalah
bahwa MGMP sebagai forum musyawarah para guru untuk berbagai
pengetahuan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ditentukan
dalam proses pembelajaran belum adanya kontribusi yang dapat
diberikan oleh forum demi kemajuan sekolah, sehingga terkesan bahwa
forum MGMP hanya sekedar papan nama belaka. Hasil penelusuran di
lapangan menunjukkan bahwa kondisi ini terjadi karena kurangnya
motivasi dari pihak manajemen sekolah agar forum tersebut
diberdayakan. Kurangnya peran kepala sekolah dalam memberlakukan
pemberdayaan kurikulum melakukan pelatihan interen sekolah.135
Menurut waka kurikulum yang menjelaskan bahwa faktor
penghambat mendesain pembelajaran adalah kurangnya peran kepala
sekolah dalam memberlakukan pengawasan terhadap hasil kerja
mendesain pembelajaran.136 Berdasarkan keterangan ini dapat diketahui
bahwa kepala sekolah telah berusaha untuk melaksanakan supervisi
kurikulum sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan melakukan
pemeriksaan catatan hasil supervisi yang lampau, tentang nama-nama
guru yang masih memiliki kelemahan kecil, demi pencapaian tujuan agar
setiap guru bisa mengembangkan kompetensi profesionalnya secara
layak dan profesional.
Prinsip yang dijadikan pegangan adalah bahwa manajer atau
seorang pemimpin tugas utamanya adalah bagaimana memperoleh
manfaat sebesar-besarnya dari siapa dan apapun yang ada, yang tersedia
135
Wawancara, 21 Agustus 2017 136
Wawancara, 21 Agustus 2017
96
dan yang dipercayakan kepada mereka, mereka tidak boleh berpikir
mengenai yang tidak ada, apalagi yang memang tidak mungkin untuk
diadakan. Supervisi kurikulum sangat memerlukan kepala sekolah yang
mandiri dan profesional dengan kemampuan manajemen serta
kepemimpinan yang tangguh, agar mampu mengambil keputusan dan
prakarsa untuk meningkatkan mutu guru. Kemandirian kepala sekolah
diperlukan, terutama untuk supervisi kurikulum dengan memeriksa
catatan hasil supervisi yang lampau, tentang nama-nama guru yang masih
memiliki kelemahan kecil.
Faktor Sarana dan Prasarana Sekolah. Berbicara masalah sarana
dalam proses belajar mengajar memang merupakan salah satu faktor
yang penting dalam keberhasilan suatu pengajaran, tanpa adanya sarana
yang memadai tentunya seorang guru sulit untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Selama ini faktor yang mendesain dalam setiap mata
pelajaran di SMA Negeri 10 Kota Jambi adalah kurangnya sarana
pembelajaran.
Dari hasil pengamatan penulis bahwa di SMA Negeri 10 Kota Jambi
kekurangan sarana yaitu pengadaan buku teks pembelajaran dan masih
ada buku teks kurikulum lama sehingga sulit menyesuaikan dengan
silabus. Sedangkan bagi siswa belum adanya buku Lemaran Kerja Siswa
ditambah terbatasnya media pembelajaran. Kemudian kompetensi guru
yang mengajarkan masih sangat kurang. Banyak pilihan-pilihan guru
tersebut yang menunjukkan hal itu, seperti kurangnya rencana
penggunaan fasilitas yang beragam dan pemanfaatan sarana
laboratorium Pendidikan Agama Islam yang terbatas untuk membantu
guru dalam pembelajaran.137
Berdasarkan hasil wawancara dengan RS, guru Pendidikan Agama
Islam yang mengatakan bahwa faktor penghambat dalam desain
pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah keterbatasan pengadaan
buku teks pembelajaran, sehingga sulit untuk menyesuaikan dengan
137
Observasi, 21 Agustus 2017
97
silabus. Sedangkan bagi siswa belum adanya buku bagi mereka. Selain
hal tersebut media pembelajaran masih sangat terbatas seperti media
elektronik.138
Perpustakaan juga merupakan sumber belajar yang penting dalam
mendesain pembelajaran. Perpustakaan merupakan salah satu sumber
belajar sebagai faktor penunjang mendesain pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Namun perpustakaan yang tidak dilengkapi dengan fasilitas
buku-buku yang memadai tentu mengambat guru dan siswa
mengembangkan kemampuan untuk berkreasi, berimprovisasi, berinisiatif
dan inovatif baik dalam proses pembelajaran maupun lingkungan sekolah.
Dalam kaitan dengan setiap mata pelajaran, guru kekurangan referensi
seperti buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan dan buku
penunjang lainnya, sehingga dalam pembuatan perencanaan
pembelajaran, aktivitas pembelajaran dan penilaian pembelajaran kurang
optimal.
Wawancara penulis dengan kepala sekolah yang mengatakan
bahwa mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam memang masih
merupakan pekerjaan yang sulit. Permasalahan kepala sekolah dan guru
di sekolah ini adalah sulitnya memahami berbagai persoalan sehubungan
dengan desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena tidak
adanya buku pedoman dari pemerintah, ditambah lagi tidak adanya
referensi di perpustakaan yang berkaitan dengan setiap mata pelajaran
dan ketersediaan media elektronik yang ada untuk mengajar. Hal ini
menyebabkan pembuatan perencanaan pembelajaran, aktivitas
pembelajaran dan penilaian pembelajaran kurang optimal.139
Fasilitas pembelajaran merupakan hal yang mempengaruhi
pemilihan dan menentukan metode mengajar. Alat adalah kelengkapan
yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya alat
belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar. Faktor fasilitas
138
Wawancara, 24 Agustus 2017 139
Wawancara, 24 Agustus 2017
98
merupakan kendala menuju sekolah prestasi selama ini di SMA Negeri 10
Kota Jambi. Sarana dan prasarana (fasilitas) merupakan kebutuhan
lainnya yang mendukung manajemen kompetensi guru. Kebijakan kepala
sekolah dalam manajemen kompetensi guru banyak terbantu dengan
kehadiran sarana dan prasarana yang memadai dan lengkap, hanya saja
kondisi ini tidak terjadi di SMA Negeri 10 Kota Jambi, di mana sejumlah
sarana dan prasarana yang diharapkan masih terbatas yang sangat
dibutuhkan guru Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan
kemampuannya sesuai dengan fungsi manajemen yang dilaksanakan
kepala sekolah.
Untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran di sekolah,
maka keberadaan fasilitas pendidikan tidak dapat diabaikan, melainkan
harus dipikirkan untuk meningkatkan eksistensinya di sekolah. Sarana
pembelajaran seperti sumber belajar merupakan hal yang mempengaruhi
proses pembelajaran. Sumber yang kelengkapan yang menunjang belajar
anak didik di sekolah. Tidak banyak yang dapat dilakukan pihak SMA
Negeri 10 Kota Jambi untuk melengkapi siswa dengan sejumlah media
agar mereka terbantu dalam mengikuti proses pembelajaran. Keadaan ini
semua sepertinya di sinyalir dengan keterbatasan anggaran yang dimiliki.
Kendala dana ini menyebabkan pihak SMA Negeri 10 Kota Jambi
menghadapi keterbatasan fasilitas pembelajaran salah satunya. Fasilitas
pembelajaran tersebut meliputi kurangnya buku-buku di perpustakaan dan
fasilitas laboratorium. Padahal kebutuhan ideal buku dan alat-alat
laboratorium dengan rasio 1:1 dengan jumlah murid.
3. Upaya Peningkatan Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam
Mendesain Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi
Upaya peningkatan kecakapan guru Pendidikan Agama Islam
mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di
SMAN 10 Kota Jambi adalah:
99
a. Guru Berkonsultasi dengan Kepala Sekolah
Desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dirancang
guru SMA Negeri 10 Kota Jambi perlu dimaksimalkan wujudkan dengan
berkonsultasi kepada kepala sekolah. Sebelum mengajar, terlihat guru
membuat sejumlah acuan atau persiapan mengajar. Pengamatan
terhadap guru yang mengajar di SMA Negeri 10 Kota Jambi telah
menyusun silabus dalam mengajar pada mata pelajaran tersebut.140
Berdasarkan pengamatan terhadap guru di SMA Negeri 10 Kota
Jambi di atas dapat dipahami bahwa guru membuat sejumlah
perencanaan dalam mengajar. Mengenai sosialisasi Kurikulum 2013,
berikut wawancara dengan SF, Kepala sekolah yang mengatakan bahwa
mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan
membentuk kerja kelompok rekan sejawat. Dengan adanya kelompok ini
guru dapat berdiskusi dan bertukar informasi mengenai kondisi
pembelajaran dan kondisi belajar siswa di kelas. Dengan demikian, guru
memiliki wadah untuk mengenal teknik mendesain pembelajaran
Pendidikan Agama Islam lebih jauh dan lebih mendalam.141
Peningkatan mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dalam upaya peningkatan mutu guru dilaksanakan kepala sekolah dengan
cara sosialisasi mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri 10 Kota Jambi yang dilakukan kepala sekolah dengan
membentuk kerja kelompok rekan sejawat bagi guru Pendidikan Agama
Islam. Dengan demikian, guru memiliki wadah untuk mengenal mendesain
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan rekannya yang lebih
memahami itu.
Konsultasi dan komunikasi yang intensif dilakukan kepala sekolah
dengan guru diharapkan mampu memberikan gagasan baru bagi
pelaksanaan evaluasi hasil belajar, karena adanya pola saling mendukung
antara dua pihak yang berkepentingan dalam pembelajaran. Wawancara
140
Observasi, 24 Agustus 2017 141
Wawancara, 24 Agustus 2017
100
dengan SF, Kepala SMA Negeri 10 Kota Jambi yang mengatakan
berbagai permasalahan yang timbul dalam mengajar selalu diselesaikan
melalui rapat berkala dengan majelis guru yang diselenggarakan setiap 1
bulan sekali, diskusi dengan guru setiap guru dan lain sebagainya. Melalui
upaya ini, guru bisa menuangkan gagasan yang bisa meningkatkan
mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam.142
Selanjutnya RS, guru Pendidikan Agama Islam memberikan
keterangan lebih lanjut tentang permasalahan tersebut, dimana
mengatakan guru mengajar di SMA Negeri 10 Kota Jambi cukup lama,
namun pengalaman mengajar yang saya miliki belum sepenuhnya baik,
sehingga dalam mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam itu
sendiri sering mendapat kendala dan hasil yang kurang memuaskan atau
baik sebagaimana mestinya. Untuk itu saya berusaha melakukan dialog
dengan kepala sekolah bagaimana melakukan pelaksanaan evaluasi hasil
belajar yang lebih baik lagi. 143
Berbagai permasalahan sering ditemui guru dalam mendesain
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Untuk memecahkan masalah itu
maka guru dan kepala sekolah melakukan kerja sama dalam mendesain
pembelajaran Pendidikan Agama Islam secara maksimal. Saat
diobservasi mengenai kerja sama menyangkut hal ini maka terlihat guru
sering melakukan diskusi tentang permasalahan proses pembelajaran di
SMA Negeri 10 Kota Jambi. Hal ini meliputi, diskusi tentang bagaimana
mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam, memberikan materi
pelajaran yang kondusif terhadap siswa, tentang bentuk evaluasi yang
baik, penegakan disiplin waktu dalam belajar dan lain sebagainya.144
Upaya peningkatan dalam mendesain pembelajaran, maka guru
berusaha meminta saran dari kepala sekolah mengenai kinerja saya
selama ini mengajar di SMA Negeri 10 Kota Jambi. Kepala sekolah
banyak memberikan masukan kepada guru tentang bagaimana
142
Wawancara, 24 Agustus 2017 143
Wawancara, 28 Agustus 2017 144
Observasi, 28 Agustus 2017
101
mendesain pembelajaran sesuai dengan tujuan pencapaian prestasi
belajar siswa.
Keadaan ini menjadi pendukung percepatan upaya peningkatan
kompetensi guru di SMA Negeri 10 Kota Jambi. Kegiatan kerja sama
dengan kepala sekolah guna mencari solusi pemecahan masalah untuk
kemajuan mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA
Negeri 10 Kota Jambi. Dari hasil pengamatan penulis terhadap kepala
sekolah di mana selaku kepala sekolah tetap memberikan dukungan
sepenuhnya kepada seluruh guru termasuk guru untuk mengikuti wadah
pelatihan yang bisa mendukung kecakapan guru mendesain
pembelajaran, seminar maupun lokakarya dalam meningkatkan mutu
pembelajaran.145
Lebih lanjut penulis kemukakan dari hasil wawancara dengan RS,
guru Pendidikan Agama Islam mengatakan guru berusaha menyadari
bahwa dalam mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat
dibutuhkan kerja keras sehingga saya harus lebih meningkatkan kualitas
dalam pembelajaran, termasuk kompetensi pedagogik saya. Dorongan
dan semangat dari seluruh lingkungan sekolah, serta minat dan semangat
siswa untuk aktif dalam pembelajaran memotivasi untuk lebih
profesional.146
Kepala sekolah memang selama ini telah memberikan dukungan
sepenuhnya kepada seluruh guru termasuk guru untuk meningkatkan
kemampuan dalam mendesain pembelajaran. Salah satu faktor
pendukungnya adalah adanya wadah bagi pengembangan guru seperti
lokakarya yang berhubungan dengan desain pembelajaran.
Upaya peningkatan kecakapan guru dalam mendesain
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan menyediakan
waktu sebanyak mungkin bagi guru untuk bisa berkonsultasi dengan
kepala sekolah, dukungan eksternal yang datang dari pihak lain yang
145
Observasi, 28 Agustus 2017 146
Wawancara, 28 Agustus 2017
102
menyelenggarakan pelatihan dan penataran. Tugas-tugas kepala sekolah
di atas dijabarkan melalui aktivitas-aktivitas di sekolah. Upaya
berkesinambungan perlu dilakukan kepada sekolah agar hasil dalam
peningkatan kecakapan guru.
Kepala sekolah bisa menggunakan pedoman ini untuk
meningkatkan kompetensi guru di sekolah. Upaya ini merupakan langkah
yang tepat untuk membangkitkan kompetensi guru agar berhasil selama
mengajarkan dan mendidik di sekolah. Dalam hal ini maka faktor
leadership adalah merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
motivasi guru dalam meningkatkan Motivasinya. Keapla sekolah sebagai
pimpinan mampu memberikan masukan dan motivasi kepada para
pendidik, tentunya dengan bahasa yang menyejukkan dan dapat di terima.
b. Peningkatan Disiplin Kerja Guru
Disiplin guru apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik,
konsisten dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan
kualitas guru. Disiplin dapat mendorong mereka mengajar dengan kongkrit
dan praktik hidup di sekolah tentang hal-hal positif: melakukan hal-hal
yang lurus dan benar, menjauhi hal-hal yang negatif. Dengan
memberlakukan disiplin, guru dapat mengajar dengan lingkungan yang
baik, sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan orang
lain. Jadi, disiplin menata perilaku seseorang dalam hubungannya di
tengah-tengah lingkungannya. Upaya kepala SMA Negeri 10 Kota Jambi
dalam melakukan pengawasan disiplin guru adalah sebagai berikut kepala
sekolah melakukan pengawasan terhadap guru dalam mendesain
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Tujuan dilakukan hal ini adalah
melihat disiplin guru dalam membuat perangkat mengajar sesuai
persiapan yag ada.147
Wawancara dengan SF, kepala sekolah mengatakan bahwa upaya
guru meningkatkan mutunya dengan meningkatkan disiplin dalam
membuat perangkat mengajar. Untuk menegakkan disiplin tidak
147
Observasi, 28 Agustus 2017
103
selamanya harus melibatkan orang lain, tetapi melibatkan diri sendiri juga
bisa. Artinya menegakkan disiplin dari diri sendiri. Upaya inilah yang telah
dibudayakan di SMA Negeri 10 Kota Jambi. Kepala sekolah bersama
dengan majelis guru menyusun perangkat mengajar di awal tahun baru,
untuk meningkatkan disiplin guru dalam manajemen Kurikulum 2013 di
SMA Negeri 10 Kota Jambi ini.148
Dalam mengajar disiplin sangat diperlukan. Disiplin dapat
melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu
berlalu dalam kehampaan. Wawancara dengan RS, guru Pendidikan
Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi juga mengatakan kepala
sekolah selalu memperhatikan kondisi disiplin kami sebagai guru. Hal ini
dimaksudkan untuk melihat perilaku guru dalam mematuhi peraturan
sekolah yang ada. Dengan adanya pengawasan ini, saya menjadi
termotivasi untuk lebih profesional dalam membuat perangkat mengajar
tepat waktu.149
Wawancara dengan kepala sekolah mengatakan bahwa disiplin
juga menjadi media untuk meningkatkan kualitas guru secara
berkesinambungan. Dalam mendidik disiplin berperan mempengaruhi,
mendorong, mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk
perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan,
diajarkan dan diteladankan. Karena itu, perubahan perilaku seseorang,
termasuk kualitas guru dalam desain pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.150
Observasi penulis dimana kepala sekolah yang berusaha
meningkatkan kinerja guru secara efektif. Kelemahan di bidang ini terletak
pada kurangnya pemberian motivasi, bimbingan dan penerapan disiplin,
baik yang dilakukan oleh kepala sekolah dan para wakilnya, serta kepada
guru Pendidikan Agama Islam itu sendiri.151
148
Wawancara, 28 Agustus 2017 149
Wawancara, 28 Agustus 2017 150
Wawancara, 31 Agustus 2017 151
Observasi, 31 Agustus 2017
104
Salah satu budaya sekolah yang harus dikembangkan adalah
kedisiplinan. Kedisiplinan bagi guru sedikit banyak akan mempengaruhi
hasil mengajarnya dan kedisiplinan ini harus dimulai dari guru sebagai
teladan yang utama. Dilihat dari fakta di atas menunjukkan kurangnya
disiplin guru dalam membuat perangkat mengajar. Untuk menumbuhkan
disiplin guru ini, seyogyanya kepala sekolah senantiasa memberikan
motivasi bimbingan serta menegakkan disiplin dan memberikan teguran
kepada para guru untuk giat mengikuti aktivitas mengajar yang dipandang
bermanfaat dan mampu membantu terwujudkanya tujuan sekolah.
Pengembangan guru yang bertujuan antara lain untuk menutupi
jarak antara kecakapan guru dengan permintaan jabatan, selain itu juga
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja tenaga kependidikan
dalam mencapai sasaran kerja. Peningkatan mutu melalui penataran
tersebut meskipun terbilang intensif, namun masih terdapat beberapa guru
mengeluhkan, karena tidak adanya tindak lanjut dari guru-guru yang
mengikuti pelatihan untuk mendesain pembelajaran.
Upaya kepala sekolah pada SMA Negeri 10 Kota Jambi dalam
meningkatkan kecakapan guru. Adalah pengiriman guru-guru untuk
mengikuti penataran/pelatihan yang dilaksanakan Dinas Pendidikan.
Menurut keterangan SF, kepala sekolah yang mengatakan, program
pengiriman guru untuk mengikuti sejumlah penataran dan pelatihan
tersebut juga merupakan salah satu tindak lanjut dari penilaian kinerja.
Hanya saja tidak semua guru memperoleh kesempatan untuk dikirim
keluar, tergantung permintaan dari pihak yang mengundang.152
Kepala sekolah memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pimpinan untuk memberikan
pengayoman kepada setiap guru untuk bisa melaksanakan peningkatan
kualitas guru secara layak dan maksimal. RS, guru Pendidikan Agama
Islam mengatakan bahwa guru memperoleh manfaat dari pelatihan-
penataran yang diadakan oleh sekolah tersebut, terutama dalam
152
Wawancara, 31 Agustus 2017
105
peningkatan inovasi-inovasi mendesain pembelajaran Pendidikan Agama
Islam serta mengikuti perkembangan media dan metode pembelajaran
modern. Hal ini sejalan dengan pernyataan salah seorang guru yang
mengikuti pelatihan mengatakan dengan adanya pelatihan guru mendapat
informasi baru dan perkembangan dunia pendidikan luar, guru tahu
bahwa dunia pendidikan berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman, jadi dengan adanya pelatihan guru akan mampu berinovasi dalam
mengajar.153
Menurut waka humas bahwa program pengiriman guru untuk
mengikuti sejumlah penataran dan pelatihan tersebut juga merupakan
salah satu tindak lanjut dari penilaian kinerja. Hanya saja tidak semua
guru memperoleh kesempatan untuk dikirim keluar, tergantung permintaan
dari pihak yang mengundang.154 Untuk meningkatkan kecakapan guru
dalam desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 10
Kota Jambi tersebut, maka pihak sekolah melakukan pelatihan bagi guru.
Prinsip yang dijadikan pegangan adalah bahwa manajer atau seorang
pemimpin tugas utamanya adalah bagaimana memperoleh manfaat
sebesar-besarnya dari siapa dan apapun yang ada, yang tersedia dan
yang dipercayakan kepada mereka.
Wawancara dengan kepala SMA Negeri 10 Kota Jambi dimana
mengatakan telah mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
untuk kebutuhan efektivitas pencapaian tujuan pendidikan dan
pembelajaran yang sudah direncanakan sejak awal tahun. Kepala sekolah
selaku manajer telah memiliki program kerja sekolah yang bertujuan untuk
melakukan pembinaan kecakapan guru. Pertimbangan ini dilakukan
antara lain kebijakan kepala sekolah melaksanakan pembinaan
kompetensi guru, untuk kemajuan sekolah ke depan. Hasil pengawasan
yang saya lakukan mengendaki adanya pembinaan kompetensi guru,
karena guru-guru masih belum banyak mengikuti pelatihan dan sertifikasi
153
Wawancara, 4 September 2017 154
Wawancara, 4 September 2017
106
dan ini merupakan kebutuhan masa depan, untuk mempersipakan masa
depan yang baik ataupun untuk mencegah hambatan-hambatan dari
rintangan-rintangan guna mengatasi persoalan-persoalan yang akan
timbul. Pembinaan kompetensi guru merupakan prakarsa dari dalam, yaitu
suatu planning yang dibuat akibat dari inisiatif atau usul-usul atau saran-
saran dari sejumlah guru, di samping juga prakarsa dari luar adanya
himbauan dari Dinas Pendidikan Provinsi Jambi untuk meningkatkan
pembinaan kecakapan guru.155
Peningkatan kecakapan guru melalui penataran tersebut meskipun
terbilang intensif, namun masih terdapat beberapa guru mengeluhkan,
karena tidak adanya tindak lanjut dari guru-guru yang mengikuti pelatihan
untuk mengembangkan sekolah. Upaya kepala sekolah pada SMA Negeri
10 Kota Jambi dalam meningkatkan mutu guru. Adalah pengiriman guru-
guru untuk mengikuti penataran/pelatihan yang dilaksanakan Dinas
Pendidikan. Menurut keterangan SF, kepala sekolah yang mengatakan,
program pengiriman guru untuk mengikuti sejumlah penataran dan
pelatihan tersebut juga merupakan salah satu tindak lanjut dari penilaian
kinerja. Hanya saja tidak semua guru memperoleh kesempatan untuk
dikirim keluar, tergantung permintaan dari pihak yang mengundang.156
Model peningkatan kecakapan guru yang dilaksanakan pada SMA
Negeri 10 Kota Jambi adalah mengandakan pelatihan pengembangan
sumber daya manusia (guru) khususnya yang terkait dengan administrasi
pengajaran. Pengamatan dan data dokumentasi di lapangan,
pelatihan/penataran internal tersebut belum cukup intens dilakukan oleh
sekolah, sehingga tidak semua guru mendapat kesempatan untuk
mengembangkan diri melalui jalur tersebut guna mengasah kemampuan
mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Di samping itu, materi
yang diberikan masih terlalu umum dan belum difokuskan pada tema-tema
yang mengarah kepada peningkatan kualitas pengajaran guru itu sendiri,
155
Wawancara, 4 September 2017 156
Wawancara, 4 September 2017
107
dan lagi guru-guru yang mendapat kesempatan mengikuti pelatihan belum
didasari pada hasil penilaian kinerja. Sehingga peningkatan kualitas guru
masih belum merata, khususnya terhadap guru yang ditemukan dalam
memiliki kinerja yang maksimal.157
Peningkatan kecakapan guru mutlak dilakukan oleh kepala sekolah
sebagai agen of change perubahan melalui kegiatan pembenahan
kompetensi guru dengan wadah pembinaan sosial yang tepat. Kenyataan
menunjukkan bahwa tingkat kemajuan sekolah sangat ditentukan oleh
sejauhmana tingkat kemajuan kepemimpinan kepala sekolah di dalam
mengembangkan kualitas guru dalam mendesain pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
c. Melengkapi Sarana dan Prasarana
Upaya guru meningkatkan mendesain pembelajaran Pendidikan
Agama Islam diawali dari pemanfaatan perpustakaan secara maksimal
sebagai bagian dari sarana dan prasarana yang mendukung pendidikan.
Perpustakaan adalah suatu istilah yang tidak asing lagi bagi setiap orang,
terutama bagi pelajar. Hampir semua orang tahu apa itu perpustakaan,
kecuali mereka yang tidak pernah duduk di bangku sekolah. Di SMA
Negeri 10 Kota Jambi ditemukan guru Pendidikan Agama Islam
memanfaatkan pustaka secara acuan mendesain pembelajaran, meskipun
buku yang ada di perpustakaan itu pun sangat terbatas.158
Wawancara dengan RS, guru Pendidikan Agama Islam
mengatakan bahwa pihak sekolah melakukan pengadaan buku-buku teks
pembelajaran yang sesuai silabus dan pengadaan buku LKS bagi siswa.
Dari segi media pembelajaran mengupayakan agar tersedianya media
sehingga bisa digunakan dalam pembelajaran.159
Wawancara dengan guru, RS, mengatakan bahwa pihak sekolah
melakukan pengadaan buku-buku teks pembelajaran yang sesuai dengan
silabus dan pengadaan buku LKS bagi siswa. Sedangkan dari segi media
157
Observasi, 4 September 2017 158
Observasi, 4 September 2017 159
Wawancara, 11 September 2017
108
pembelajaran, mengupayakan agar tersedianya media pembelajaran.160
Untuk menghindari kekurangan sumber belajar siswa, tentu sangat
dibutuhkan keberadaan pustaka sebagai wadah untuk mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan bagi siswa. Untuk itu di SMA Negeri 10 Kota
Jambi kepala sekolah menganjurkan kepada siswa untuk selalu
menyempatkan diri membaca buku di pustaka di sekolah ini. Melalui
anjuran guru, diharapkan siswa tetap bisa memanfaatkan perpustakaan
sebagai sumber belajar pendukung di samping belajar di kelas dengan
guru. Dengan upaya ini, kepala SMA Negeri 10 Kota Jambi telah
berupaya menghasilkan kondisi pembelajaran yang efektif.161
Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam mengatasi
perpustakaan yang kurang memadai dengan melakukan pengadaan
koleksi perpustakaan. Pihak sekolah melakukan identifikasi buku yang
diperlukan oleh guru dan siswa serta mencatat buku-buku yang tidak ada
atau tidak mencukupi kebutuhan sekolah. Pihak sekolah mengadakan
kerjasama dengan perpustakaan pada instansi terkait yang mempunyai
potensi untuk membantu pengadaan buku perpustakaan.162
Observasi penulis dimana upaya yang dilakukan kepala sekolah
dalam mengatasi perpustakaan yang kurang memadai adalah dengan
melakukan pengadaan koleksi perpustakaan. Diadakan buku-buku
pegangan guru dari sumber yang relevan. Sedangkan untuk mendukung
belajar siswa diadakan buku-buku yang diperlukan untuk
mengembangkan potensi dan pendalaman materi. Hal ini diarahkan untuk
kinerja guru dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.163
Dari hal di atas dapat diketahui bahwa upaya yang dilakukan dalam
mengatasi perpustakaan yang kurang memadai dengan pengadaan
koleksi perpustakaan serta mengadakan kerjasama dengan perpustakaan
pada instansi terkait yang mempunyai potensi untuk membantu
160
Wawancara, 11 September 2017 161
Wawancara, 11 September 2017 162
Wawancara, 12 September 2017 163
Observasi, 12 September 2017
109
pengadaan buku perpustakaan, meskipun hal ini belum terlaksana secara
maksimal.
Dengan kata lain tanpa sumber belajar, maka pembelajaran tidak
mungkin dapat dilaksanakan dengan optimal, karena proses pembelajaran
akan terwujud bila terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik.
Peran pendidik sangat diperlukan dalam memberikan motivasi, arahan,
bimbingan, konseling, dan kemudahan (fasilitas) bagi berlangsungnya
proses belajar dan pembelajaran yang dialami oleh peserta didik dalam
keseluruhan proses belajarnya. Sedang sumber belajar berperan dalam
menyediakan berbagai informasi dan pengetahuan yang diperlukan dalam
mengembangkan berbagai kompetensi yang diinginkan pada bidang studi
atau mata pelajaran yang dipelajarinya. Oleh karena itu sumber belajar
yang beraneka ragam, diantaranya berupa bahan (media) pembelajaran
memberikan sumbangan yang positif dalam peningkatan mutu pendidikan
dan pembelajaran.
Dari berbagai sumber belajar yang ada dan mungkin
didayagunakan dalam pembelajaran sedikitnya dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1) Manusia (people), yaitu orang yang menyampaikan pesan pengajaran
secara langsung; seperti guru, konselor administrasi, yang diniati
secara khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar (by design). Di
samping itu ada pula orang yang tidak diniati untuk kepentingan
pembelajaran tetapi memiliki suatu keahlian yang bisa dimanfaatkan
untuk kepentingan pembelajaran, misalnya penyuluh kesehatan, polisi,
pemimpin perusahaan, dan pengurus koperasi. Orang-orang tersebut
tidak diniati, tetapi sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan pembelajaran (learning resources by utilization).
2) Bahan (material), yaitu sesuatu yang mengandung pesan
pembelajaran; baik yang diniati secara khusus seperti film pendidikan,
peta, grafik, buku paket, dan sebagainya, yang biasanya disebut media
pembelajaran (instruktional media), maupun bahan bersifat umum;
110
seperti film dokumentasi pemilihan presiden bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan pembelajaran.
3) Lingkungan (setting), yaitu ruangan dan tempat ketika sumber-sumber
data berinteraksi dengan para peserta didik. Ruangan dan tempat
yang diniati secara sengaja untuk kepentingan pembelajaran, misalnya
ruangan perpustakaan, ruangan kelas, laboratorium, dan rungan mikro
teaching. Di samping itu ada pula ruangan dan tempat yang tidak
diniati untuk kepentingan belajar, namun bisa dimanfaatkan; misalnya
museum, kebun binatang, kebun raya, candi, dan tempat-tempat
beribadat.
4) Aktivitas (activities), yaitu sumber belajar yang merupakan kombinasi
antara suatu teknik dengan sumber lain untuk memudahkan
(facilitates) belajar, misalnya pembelajaran berprogram merupakan
kombinasi antara teknik penyajian bahan dengan buku; contoh lainnya
seperti simulasi dan karyawisata.
5) Alat dan peralatan (tools and equipment), yaitu sumber belajar untuk
produksi dan memainkan sumber-sumber lain. Alat dan peralatan
untuk produksi misalnya kamera untuk produksi foto, dan tape recorder
untuk rekaman. Sedang alat dan peralatan yang digunakan untuk
memainkan sumber lain, misalnya proyektor film, pesawat televisi, dan
pesawat radio. Alat dan perlengkapan untuk produksi, reproduksi
pameran, peragaan, simulasi dan sebagainya. Biasanya berbentuk
peralatan seperti proyektor slide, overhead projector (OHP), proyektor
film, computer, video tape/ cassette recorder, pesawat radio, pesawat
televisi (TV), internet, CD Rom dan sebagainya.
Sumber belajar meliputi apa saja dan siapa saja yang
memungkinkan peserta didik dapat belajar. Setiap sumber belajar harus
memuat pesan pembelajaran dan harus ada interaksi timbal balik antara
peserta didik dengan sumber belajar tersebut. Dengan demikian, sumber
belajar adalah segala sesuatu baik yang sengaja dirancang (by design)
maupun yang telah tersedia (by utilization) yang dapat dimanfaatkan baik
111
secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk membuat atau
membantu peserta didik belajar.
C. Analisis Hasil Penelitian
Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengajar di
SMA Negeri 10 Kota Jambi mempersiapkan program tahunan, program
semester, silabus maupun satuan acara pembelajaran. Dalam
menyukseskan suatu kurikulum, idealnya guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi membuat perencanaan
pembelajaran sesuai kurikulum, untuk mengidentifikasi kompetensi dasar
dan standar kompetensi, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat
dan sumber pembelajaran serta penilaian pembelajaran. Dalam pada itu,
mereka dapat menentukan jenis evaluasi untuk melihat keberhasilan dan
kemajuan belajarnya, pelibatan peserta didik tersebut antara lain dapat
dilakukan dengan cara diskusi kelompok, dan curah pendapat.
Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu di
desentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan
pelaksanaannya yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan siswa
pada sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian, kurikulum
diharapkan merupakan perangkat rencana dan pengaturan yang dicapai
siswa, penilaian belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan di dalam pengembangan kurikulum sekolah.
Menurut Dadang Suhardan, dkk., tahapan pelaksanaan kurikulum di
sekolah melalui empat tahap yaitu sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan. Pada tahap ini dijabarkan menjadi rencana
pembelajaran (RP). Dalam tahap perencaan ini pula perlu dipahami
hal-hal sebagai berikut : (a) menjabarkan GBPP menjadi Analisis Mata
Pelajaran (AMP), (b) memiliki kalender akademik, (c) menyusun
Program Tahunan (Prota), (d) Program Satuan Pembelajaran (PSP),
dan (f) Rencana Pengajaran (RP).
112
b. Tahap Pengorganisasian dan Koordinasi. Pada tahap perencaan
seluruh aspek yang berkaitan dengan proses pembelajaran disiapkan
secara matang dan menyeluruh agara pada tahap pengorganisasian
akan koordinasi dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kepala
sekolah berkewajiban untuk mengelola dan mengatur:
1) Kelender akademik disusun berdasarkan rencana program kegiatan
yang akan berlangsung di sekolah salam satu tahun ke depan.
Kelender akademik yang telah disusun ini disosialisasikan kepada
seluruh guru, siswa, orang tua siswa dan masyarakat.
2) Penyusunan jadwal pelajaran didasarkan kepada kewajiban
mengajar guru 5 hari/minggu. Jadwal pelajaran disusun
berdasarkan hasil musyawarah bersama, antara kepala sekolah
dan guru. Dengan demikian guru akan bertanggung jawab dalam
menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk meningkatkan mutu
pembelajaran diharapkan guru mengikuti kegiatan dalam MGMP.
3) Pengaturan tugas dan kewajiban guru dilandasi oleh kebersamaan,
keadilan, dan tidak menimbulkan permasalahan. Pembagian tugas
dan kewajiban guru ini disesuaikan dengan bidang keahlian dan
minat guru tersebut. Pembagian tugas didasarkan kepada beban
tugas minimal dan keahliannya. Dengan demikian pada setiap guru
diharapkn akan tumbuh motivasi untuk berprestasi, kebersamaan
dalam merealisasik program sekolah, sinerjik antara pimpinan, guru
staf TU, dan orang tua dalam upaya meningkatkan mutu sekolah.
4) Program kegiatan sekolah disusun berdasarkan kebutuhan nyata
untuk meningkatkan, mengembangkan dan memajukan sekolah.
Tujuan yang akan diwujudkan dalam kepemimpinan kepala sekolah
bersama-sama seluruh komponen sekolah. Program kegiatan
sekolah meliputi program internal sekolah dan program eksternal
yang akan dilaksanakan sekolah. Program yang berkaitan dengan
peningkatan mutu pembelajaran, pengembangan profesionalisme
pengeloaan sarana dan prasarana sekolah, program pengelolaan
113
keuangan sekolah, program pengembangan hubungan sekolah
dengan masyarakat. Berbagai program kegiatan sekolah 1 tahun
sampai dengan 5 tahun ke depan perlu diorganisir dan
dikordinasikan secara cermat dan transparan.
c. Tahap Pelaksanaan. Pada tahap ini merupakan tahap yang paling
menentukan apakah sekolah di bawah kepemimpinan kepala skeolah
dapat mewujudkan program sekolah atau tidak. Proses belajar
mengajar akan berjalan secara efektif apabila guru dan kepala sekolah
memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran.
d. Tahap Evaluasi dan pengendalian. Evaluasi ini penting dilakukan
secara benar karena bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan
pembelajaran yang dilakukan berjalan. Guru perlu menemtapkan jenis
evaluasi apa yang digunakan dan hasil evaluasi diharapkan akan
memiliki pengaruh dan dampak terhadap perbaikan dan peningkatan
mutu pembelajaran selanjutnya.164
Fungsi perencanaan persiapan mengajar adalah bahwa persiapan
mengajar hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan
kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam perkembangan persiapan mengajar
sebagai berikut:
a. Kompetensi yang harus dirumuskan dalam persiapan mengajar harus
jelas.
b. Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel, serta dapat
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi peserta didik.
c. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan
mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang
telah ditetapkan.
164
Dadang Suhardan, et. al, Manajemen Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 196-199.
114
d. Persiapan mengajar yang harus dikembangkan harus utuh dan
menyeluruh serta jelas pencapaiannya.
e. Harus ada koordinasi antara komponen pelaksanaan program di
sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim.165
Untuk meningkatkan profesionalitas guru dibutuhkan dukungan dari
berbagai pihak. Bukan hanya pihak sekolah saja akan tetapi semua pihak
yang terkait. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
a. Merancang secara terus menerus berbagai tujuan pengembangan
siswa, pengawai dan layanan pendidikan.
b. Guru harus menyediakan pengalaman pembelajaran yang
mengahasilkan kualitas kerja.
c. Menjalin kerja sama dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
d. Para guru dan stap lainnya dan murid harus dilatih dan dilatih kembali
dalam pengembangan mutu dan kepemimpinan lembaga.
e. Menghilangkan penghalang kerja sama diantara staf, guru, dan murid,
atau antar ketiganya dan hapus slogan, desakan atau target yang
bernuansa pemaksaan.
f. Kurangi angka-angka kuota, ganti dengan penerapan kepemimpinan,
karena penempatan kuota justru akan mengurang peningkatan
kulalitas dan produktivitas.
g. Hilangkan perintang-perintang yang dapat menghilangkan
kebanggaan guru atau para siswa.166
Perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam di SMA
Negeri 10 Kota Jambi pada hakekatnya merupakan perencanaan pada
jangka waktu tertentu yang berisi tentang apa yang akan dilakukan guru
dalam mengajar. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan
upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam
165
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 81. 166
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 198-199.
115
kegiatan pembelajaran. Untuk melakukan pembelajaran pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas, maka menyiapkan
perencanaan pembelajaran seperti program tahunan, program semester,
silabus maupun satuan acara pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran mencakup berbagai langkah yang perlu
ditempuh oleh peserta didik dan guru sebagai fasilisator untuk
mewujudkan kompetensi siswa dalam belajar. Hal ini ditempuh melalui
berbagai cara, bergantung kepada situasi. Kondisi dan kebutuhan serta
kemampuan siswa. Variasi metode bisa membuat kondisi pembelajaran
menjadi kondusif dan siswa lebih banyak mengetahui tentang ilmu
pengetahuan yang sedang mereka pelajari di sekolah seperti kesediaan
guru dan siswa dalam tanya jawab dan diskusi.
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh guru tersebut bahwa media
pendidikan memiliki arti yang sangat penting bagi seorang guru, karena
dengan media pendidikan yang memadai, maka kegiatan mengajar yang
dilakukan bisa berlangsung secara efektif dan efesien. Kondisi seperti
inilah yang diharapkan setiap guru dalam mengajar, meskipun di SMA
Negeri 10 Kota Jambi media pendidikan belum sepenuhnya memadai.
Guru yang baik akan meningkatkan kemampuannya secara profesional.
Guru harus memahami dengan baik bidang keguruan yang ditekuninya.
Guru senantiasa menegakkan prinsip profesionalitasnya, termasuk dalam
pengelolaan kelas. Dengan pengelolaan kelas, maka suasana
pembelajaran diharapkan menjadi kondusif karena terkontrol melalui
pengawasan guru terhadap kelas secara fisik maupun non fisik (siswa).
Ruangan fisik kelas merupakan tempat berlangsungnya sebagian besar
aktivitas warga yang ada di sekolah. Karena itu, agar aktivitas tersebut
berjalan dengan nyaman dan tentram, ruangan harus terhindar dari hal-
hal yang dapat menggangu kesehatan dan pemandangan serta terjaga
kebersihannya.
Guru belum memiliki pemahaman terhadap peserta didik dalam
mendesain pembelajaran. Guru memperhatikan akan kemajuan siswa-
116
siswi, dan mampu menelaah materi pelajaran, sehingga guru tidak hanya
terpaku pada satu buku saja. Dalam kegiatan pembelajaran tidak semua
siswa mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama pada satu
metode. Daya serap siswa terhadap bahan yang diberikan juga
bermacam-macam; ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang
lambat. Cepat lambatnya penerimaan siswa terhadap bahan pelajaran
yang diberikan menghendaki pemberian metode yang bervariasi,
sehingga penguasaan penuh dapat tercapai. Guru mengajar di kelas
masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab tentang mata
pelajaran pendidikan agama Islam, siswa hanya mendengarkan
penjelasan guru, meskipun hal ini sangat membosankan.
Meningkatkan kecakapan guru dilakukan kepala sekolah secara
mandiri dan profesional dengan kemampuan manajemen serta
kepemimpinan yang tangguh, mampu mengambil keputusan dan prakarsa
untuk meningkatkan mutu guru. Kemandirian kepala sekolah diperlukan,
terutama untuk memobilisasi sumber daya sekolah seperti guru dalam
kaitannya dengan perencanaan, bagi program pembinaan kompetensi
pedagogik guru.
Setiap proses pengajaran, pemahaman terhadap peserta didik
direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat
terhindar dari kondisi yang merugikan dan merusak yang disebabkan oleh
tingkah laku siswa di dalam kelas. Sebelum pembelajaran di mulai, maka
guru tidak melakukan pemahaman terhadap peserta didik, sehingga anak
didik dibiarkan fisik kelas di SMA Negeri 10 Kota Jambi tidak teratur dan
kondusif seperti tempat duduk siswa yang tidak tertata. Pemahaman
terhadap peserta didik di kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi
dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang
memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian,
dengan pengelolaan kelas produknya harus sesuai dengan tujuan-tujuan
yang hendak dicapai.
117
Masalahnya siswa yang masih duduk di bangku SMA Negeri 10
Kota Jambi adalah mereka yang masih remaja. Oleh karena itu, pola
tingkat laku dari masing-masing siswa tersebut sangat berbeda
karakternya. Dengan demikian, guru membuat tata tertib kelas. Selain itu
guru membuat berbagai macam strategi dalam merancang pemahaman
terhadap peserta didik seperti pengelolaan kelas, dan penguasaan bahan
pelajaran.
Banyak anak punya pantasi ideal ingin menjadi apa mereka ketika
dewasa nanti.167 Pemahaman terhadap peserta didik sangat dibutuhkan
pemahaman terhadap sikap disiplin siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar. Disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan
menyia-nyiakan waktu berlalu dalam kehampaan. Budaya jam karet
adalah musuh besar bagi guru dan bagi mereka yang menerapkan disiplin
dalam belajar. Siswa harus menghindari perbuatan yang menunda-nunda
waktu. Tiap jam bahkan tiap detik sangat berarti bagi siswa yang menuntut
ilmu dimana dan kapanpun juga.
167
John. W. Santrock, Life Span Development, Terj. Benedictine Widyasinta, (Jakarta: Erlangga, 2012), hal. 28.
118
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil temuan di lapangan tentang kecakapan guru
Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi belum optimal karena guru
belum memperhatikan unsur-unsur desain pembelajaran secara
keseluruhan. Dapat diambil sub-sub kesimpulan dari hal ini dimana:
1. Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 10 Kota
Jambi yaitu: a) Agama Islam belum terampil dalam melaksanakan
administrasi kurikulum dalam bentuk program tahunan, program
semester, silabus, RPP dan kisi-kisi soal). Waktu pengerjaan program
yang ada ini tidak tepat waktu dan tidak banyak revisi, sama seperti
tahun-tahun sebelum, b) guru Pendidikan Agama Islam belum terampil
dalam memilih metode, media, sumber belajar dan strategi mengajar
tidak beragam. Guru belum menyiapkan instrumen untuk mendiagnosa
kesulitan belajar siswa, 3) guru Pendidikan Agama Islam belum
terampil dalam melaksanakan mendesain evaluasi pembelajaran,
misalnya belum ada penggunaan portopolio, proyek, tugas mandiri dan
unjuk kerja.
2. Faktor yang mempengaruhi kecakapan guru Pendidikan Agama Islam
mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
di SMA Negeri 10 Kota Jambi adalah kepemimpinan kepala sekolah
yang belum tegas menindak guru yang lemah dalam mendesain
pembelajaran, disiplin dan profesionalitas guru mendesain yang masih
dihadapi masalah minimnya pengalaman, di samping keterbatasan
sarana dan prasarasana yang dibutuhkan dalam mendesain
pembelajaran Pendidikan Agama Islam secara ideal.
118
119
3. Upaya peningkatan kecakapan guru Pendidikan Agama Islam
mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
dengan mengikutsertakan guru dalam pelatihan dan penataran,
menuntut konsistensi guru untuk profesional dalam mengajar,
mengkoordinasikan segala permasalahan mendesain pembelajaran
dengan kepala sekolah dan melengkapi sarana dan prasarana yang
terbatas untuk digunakan dalam pembelajaran.
B. Rekomendasi
Implikasi dalam penelitian ini mengenai kecakapan guru Pendidikan
Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di SMA Negeri 10 Kota Jambi adalah:
Pertama, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
mengajar di SMA Negeri 10 Kota Jambi mempersiapkan program
tahunan, program semester, silabus maupun satuan acara pembelajaran.
Dalam menyukseskan suatu kurikulum, idealnya guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi membuat
perencanaan pembelajaran sesuai kurikulum, untuk mengidentifikasi
kompetensi dasar dan standar kompetensi, materi pelajaran, kegiatan
pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian
pembelajaran. Dalam pada itu, mereka dapat menentukan jenis evaluasi
untuk melihat keberhasilan dan kemajuan belajarnya, pelibatan peserta
didik tersebut antara lain dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok,
dan curah pendapat.
Pengetahuan guru tentang cara menyusun rencana pembelajaran
memang tidak secara otomatis dapat menjamin guru menjadi terampil
dalam menyusun desain pelajaran. Hal demikian memerlukan latihan dan
kerja sama guru dengan guru lain (terutama mengajar bidang studi yang
sama). Dengan mengkomunikasikan desain pengajaran yang dibuat
kepada guru yang lain diharapkan guru tersebut akan memberikan umpan
balik tentang desain pengajaran itu. Umpan balik itu dapat digunakan
untuk menyempurnakan desain pengajaran berikutnya. Aspek-aspek yang
120
dikuasai guru Pendidikan Agama Islam dalam penyusunan rencana
pembelajaran adalah:
Perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam di SMA
Negeri 10 Kota Jambi pada hakekatnya merupakan perencanaan pada
jangka waktu tertentu yang berisi tentang apa yang akan dilakukan guru
dalam mengajar. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan
upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran. Untuk melakukan pembelajaran pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas, maka menyiapkan
perencanaan pembelajaran seperti program tahunan, program semester,
silabus maupun satuan acara pembelajaran.
Kedua, berdasarkan upaya mencerdaskan siswa, maka
peningkatan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam
Pembelajaran diarahkan pada pembenahan wawasan kependidikan guru.
Peningkatan kualitas pendidikan dipenuhi melalui kompetensi pedagogik
guru yang menguasai landasan pendidikan. Sehubungan dengan
kompetensi pedagogik guru sebagai tenaga profesional, maka guru
bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang
kondusif. Berdasarkan keterangan melalui informasi di atas dapat
diketahui bahwa aktivitas belajar siswa tidak kondusif karena guru
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 10 Kota Jambi menggunakan
metode yang belum bervariasi.
Pada hakekatnya proses pembelajaran merupakan interaksi
edukatif yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam situasi tertentu.
Mengajar adalah suatu tugas yang membutuhkan penampilan maksimal
guru agar menghasilkan output yang maksimal pula. Penampilan
pembelajaran maksimal yang dilakukan oleh seorang guru harus
memperhatikan banyak hal, di antaranya profesionalitas guru dalam
membuat program tahunan dan program semester.
121
Pemahaman terhadap peserta didik sangat dibutuhkan
pemahaman terhadap sikap disiplin siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar. Disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan
menyia-nyiakan waktu berlalu dalam kehampaan. Budaya jam karet
adalah musuh besar bagi guru dan bagi mereka yang menerapkan disiplin
dalam belajar. Siswa harus menghindari perbuatan yang menunda-nunda
waktu. Tiap jam bahkan tiap detik sangat berarti bagi siswa yang menuntut
ilmu dimana dan kapanpun juga.
Guru Pendidikan Agama Islam telah menyadari bahwa metode
yang dipakai mempengaruhi pembelajaran yang berlangsung, sehingga
dengan demikian guru mengevaluasi metode yang digunakan dalam
pembelajaran, apakah sesuai dengan anak didik atau tidak. Jadi di
samping interaksi, guru juga telah memilih metode yang tepat sehingga
membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti pelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran mencakup berbagai langkah yang perlu
ditempuh oleh peserta didik dan guru sebagai fasilisator untuk
mewujudkan kompetensi siswa dalam belajar. Hal ini ditempuh melalui
berbagai cara, bergantung kepada situasi. Kondisi dan kebutuhan serta
kemampuan siswa. Variasi metode bisa membuat kondisi pembelajaran
menjadi kondusif dan siswa lebih banyak mengetahui tentang ilmu
pengetahuan yang sedang mereka pelajari di sekolah seperti kesediaan
guru dan siswa dalam tanya jawab dan diskusi.
Pemberian tugas dan penyelesaiannya dengan baik adalah suatu
hal yang sangat penting. Ini akan bermanfaat untuk menguji kemampuan
siswa yang telah diberikan materi dalam pembelajaran. Tindak lanjut dari
hal ini adalah perbaikan pembelajaran. Dengan adanya perbaikan
pembelajaran, maka nilai-nilai siswa dapat diperbaiki dan dibenahi sesuai
dengan tujuan pendidikan.
Di samping tuntutan kurikulum yang bersifat desentralistik tersebut,
kurikulum standar yang ditentukan secara nasional juga harus tetap
dipelihara. Dalam hal ini sekolah bertanggungjawab untuk
122
mengembangkan kurikulum, baik standar materi maupun proses
penyampaiannya. Melalui penjelasan bahwa materi tersebut ada manfaat
dan relevansinya terhadap siswa, sekolah harus menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan serta menciptakan tantangan agar siswa
tumbuh dan berkembang secara intelektual dengan ilmu pengetahaun,
terampil, memiliki sikap arif bijaksana, karakter dan memiliki kematangan
emosional.
Ketiga, meningkatkan kecakapan guru dilakukan kepala sekolah
secara mandiri dan profesional dengan kemampuan manajemen serta
kepemimpinan yang tangguh, mampu mengambil keputusan dan prakarsa
untuk meningkatkan mutu guru. Kemandirian kepala sekolah diperlukan,
terutama untuk memobilisasi sumber daya sekolah seperti guru dalam
kaitannya dengan perencanaan, bagi program pembinaan kompetensi
pedagogik guru.
Guru perlu memperhatikan kondisi siswa yang menjadi bosan
mengikuti kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena setiap
mengajar, guru hanya mengajak siswa untuk mencatat dan menjelaskan
materi pelajaran dengan ceramah secara terus menerus. Kondisi
mengantuk untuk belajar dan tidak bisa berkonsentrasi mengikuti kegiatan
pembelajaran menjadi permasalahan. Bentuk interaksi yang terjadipun
hanya satu arah di mana guru yang aktif dan siswa pasif menerima materi
pelajaran. Guru belum menggunakan variasi dalam mengajar. Di mana
sangat dibutuhkan kesesuaian antara metode dengan semua komponen
pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. Konsentrasi
guru untuk selalu bisa menyelesaikan materi pelajaran tepat pada
waktunya tentu merupakan hal yang baik, namun bukan berarti
melupakan kewajibannya untuk memperhatikan kondisi siswa yang
menerima materi pelajaran itu. Bisa saja siswa kesulitan dalam
menghadapi gaya mengajar yang guru lakukan.
123
C. Rekomendasi
Merujuk pada temuan penelitian ini, maka saran yang penulis
sampaikan mengenai kecakapan guru Pendidikan Agama Islam
mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di
SMA Negeri 10 Kota Jambi adalah:
1. Manajemen Sekolah
Kepada pihak pengelola sekolah, terutama kepala sekolah yang
bertindak sebagai pengambil keputusan, untuk meningkatkan kompetensi
pedagogik guru di SMA Negeri 10 Kota Jambi memperhatikan pemerataan
dan pemeliharaan tema-tema kerja sama yang sesuai dengan kebutuhan
guru di sekolah.
Pihak sekolah harus memahami bahwa guru yang baik akan
menerapkan kompetensi pedagogiknya agar lebih profesional, menekuni
kewajibannya dengan penuh loyal dan konsisten. Mereka tidak
menganggap pekerjaan guru sebagai sambilan atau sementara, apabila
ada pekerjaan yang lebih tinggi gajinya, maka statusnya sebagai guru
akan ditinggalkan, sedangkan anak didiknya dibiarkan terlantar. Guru
memahami dengan baik bidang keguruan yang ditekuninya. Penguasaan
bidang layanan dalam bidang keguruan berarti kemampuan merancang
dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memahami taktik dan
prosedur yang baik dalam evaluasi sekaligus mencapai sasaran dan
pencapaian tujuan-tujuan yang berkaitan dengan bidang studi yang
diajarkan.
2. Pengawas Sekolah
Pengawas sekolah untuk senantiasa mengontrol efektivitas
pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh
kepala sekolah serta ikut mengevaluasi tindak lanjutnya. Pelaksanaan
pengawasan dalam pendidikan jelas dimaksudkan sebagai usaha untuk
mendapatkan informasi (monitoring) mengenai pekerjaan yang sedang
berlangsung dalam organisasi atau instansi tersebut, apakah sudah
mencapai sasaran atau ada kendala-kendala dalam prosesnya. Oleh
124
karena itulah pengawasan sangat diperlukan guna mendeteksi kesalahan
sekecil mungkin (zero defect).
Ketika perencanaan pendidikan dikerjakan dan struktur organisasi
persekolahannyapun disusun guna memfasilitasi perwujudan tujuan
pendidikan, serta para anggota organisasi, pegawai atau karyawan
dipimpin dan dimotivasi untuk mensukseskan pencapaian tujuan, tidak
dijamin selamanya bahwa semua kegiatan akan berlangsung
sebagaimana yang direncanakan. Pengawasan sekolah itu penting karena
merupakan mata rantai terakhir dan kunci dari proses manajemen. Kunci
penting dari proses manajemen sekolah yaitu nilai fungsi pengawasan
sekolah terletak terutama pada hubungannya terhadap perencanaan dan
kegiatan-kegiatan yang didelegasikan.
Pengawasan dalam Islam dilakukan untuk meluruskan yang
bengkok, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.
Pengawasan (control) di dalam ajaran Islam (hukum syariah), paling tidak
terbagi kepada 2 (dua) hal: Pertama, Kontrol yang berasal dari diri, yang
bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah SWT. Orang yang
yakin bahwa Allah pasti mengawasi hamba-Nya, maka orang itu akan
bertindak hati-hati. Ketika sendiri, dia yakin Allah yang kedua, dan ketika
berdua dia yakin Allah yang ketiga. Kedua, tujuan lainnya adalah agar
kualitas kehidupan terus meningkat. Inilah yang dimaksud dengan
tausiyah, dan bukan untuk menjatuhkan. Ternyata metode bil marhamah
ini sangat dashyat pengaruhnya.
3. Guru
Segenap guru Pendidikan Agama Islam untuk selalu memacu kerja
sama dengan pihak terkait seperti Kementerian Pendidikan Kabupaten
Sarolangun dan Provinsi Jambi untuk meningkatkan kompetensi
pedagogiknya sebagai tenaga profesional. Guru yang baik akan
meningkatkan kompetensi pedagogiknya agar lebih profesional, menekuni
kewajibannya dengan penuh loyal dan konsisten. Mereka tidak
menganggap pekerjaan guru sebagai sambilan atau sementara, apabila
125
ada pekerjaan yang lebih tinggi gajinya, maka statusnya sebagai guru
akan ditinggalkan, sedangkan anak didiknya dibiarkan terlantar. Guru
memahami dengan baik bidang keguruan yang ditekuninya, termasuk
meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan warga sekolah.
D. Kata Penutup
Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah (tesis). Selanjutnya penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah (tesis) ini.
Hanya do’alah yang dapat penulis kirimkan semoga segala
pengorbanan yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT.
Selanjutnya harapan saya semua pihak dapat memberikan sumbang
saran demi untuk kesempurnaan penulisan dan isi dari tesis ini, semoga
Allah selalu memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya kepada kita semua
Amin Yarobbal’alamin. Wassalamu’alaikum, Wr. Wb
Jambi, 29 April 2019
Penulis
Al Kawawiri
NIM. MPA.14.2.2216
126
DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen
Agama RI, 2007. Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan
Kapasitas Guru: Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, Bandung: Alfabeta, 2012.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta, 2008. Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Dian
Rakyat, 2010. Dadang Suhardan, et. al, Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta,
2008. Dedi Permadi dan Daeng Arifin, Panduan Menjadi Guru Profesional.
Bandung: Nuansa Aulia, 2013. Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU
RI Nomor 14 Tahun 2005), Jakarta: Asa Mandiri, Cet.1, 2008. E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara, 2013. Eshun, Cynthia & Frank K. Duah, Rewards as a Motivation Tool for
Employee Performance, Ghana: Blekinge Tekniska Hokskola, 2011.
Fullan, Michael, The New Meaning of Educational Change: Fourth Edition,
New York and London: Teachers College, Columbia University, 2007.
International Labour Organization, Handbook of Good Human Resource
Practices in the Teaching Profession, Geneva: International Labour Office (ILO), 2012.
127
Iskandar Agung dan Yufridawati. Pengembangan Pola Kerja Harmonis dan Sinergis Antara Guru, Kepala Sekolah da Pengawas Jakarta: Bestari Buana Murni. 2013.
Itika, Josephat Stephen, Fundamentals of Human Resource Management
Emerging Experiences From Africa, RB Leiden: African Studies Centre, 2011.
John. W. Santrock, Life Span Development, Terj. Benedictine Widyasinta,
Jakarta: Erlangga, 2012. Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses Sertifikasi Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.
Lall, Madhurima & Sakina Qasim Zaidi, Human Resource Management,
New Delhi, Excel Books Private Limited, 2012. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008, Cet. XXV. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan
Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press, 2009. _______, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan,
Jakarta: Referensi, Cet. I, 2013. Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif. Terj.
Tjetjep Rohedi Rohidi, Jakarta: UI Press, 2007. Minnah El-Widdah, Problematika Proses Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP), Jurnal At-Ta’lim, Vol. 4 Tahun 2013.
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2008. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008. Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013. O’Brien, Emma, et.al., Knowledge Management for Process,
Organizational and Marketing Innovation: Tools and Methods.
128
Hershey, New York: Information Science Reference (an Imprint of IGI Global, 2011.
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,
2001. Sudarwan Danim, Otonomi Manajemen Sekolah. Bandung: Alfabeta,
2010. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta, 2007. _______, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D, Bandung: CV. Alfabeta, 2013. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2011. Sunaryo, “Peningkatan Kemampuan Dan Kreativitas Guru Dalam Proses
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas”, Mimbar Pendidikan, No.2/XX V 111/2009.
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta,
2008. _______, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan
Bandung: Alfabeta, 2011. Syaikh Zarnujiy. Ta’lim Muta’alim, Terj. Aliy As’ad. Menara Kudus, 1978. Udin Syaefuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru Bandung: Alfabeta,
2011. Wibowo, Perilaku dalam Organisasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
129
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)
Judul: Kecakapan Guru Pendidikan Agama Islam Mendesain Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi
A. Pedoman Wawancara
1. Kepala Sekolah a. Bagaimana kecakapan guru Pendidikan Agama Islam
mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?
b. Bagaimana dukungan sumber belajar dalam mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi?
c. Bagaimana ketersediaan fasilitas dalam desain pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi?
d. Upaya apa yang dilakukan dalam meningkatkan dan mengoptimalkan kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?
2. Guru Pendidikan Agama Islam a. Bagaimana guru Pendidikan Agama Islam memahami dan
melaksanakan kompetensi pedagogiknya dalam mendesain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?
b. Bagaiman desain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi? c. Bagaimana realitas kecakapan guru Pendidikan Agama Islam
mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?
d. Bagaimana kecakapan guru dalam menyusun program tahunan dan semester di SMAN 10 Kota Jambi?
e. Bagaimana kecakapan guru dalam menyusun silabus di SMAN 10 Kota Jambi?
f. Bagaimana kecakapan guru dalam menyusun RPP di SMAN 10 Kota Jambi?
g. Bagaimana kecakapan guru dalam menyusun kisi-kisi soal di SMAN 10 Kota Jambi?
h. Apa Prinsip-prinsip dalam desain pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi?
i. Apa kesulitan dalam desain pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi?
j. Bagaimana kecakapan guru dalam merencanakan desain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?
k. Bagaimana kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?
130
l. Bagaimana kecakapan guru melakukan evaluasi desain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?
m. Apa faktor pendukung dan penghambat kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?
n. Upaya apa yang dilakukan dalam mengoptimalkan kecakapan guru mendesain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi?
B. Pedoman Observasi 1. Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain
pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.
2. Alokasi waktu guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.
3. Ketersediaan fasilitas bagi guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi.
4. Bentuk program pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi
5. Pemilihan media pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi
6. Ketersediaan buku dalam mendesain pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 10 Kota Jambi
7. Kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi
8. Faktor-faktor pendukung dan penghambat guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi
9. Upaya mengoptimalkan kecakapan guru Pendidikan Agama Islam mendesain pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 10 Kota Jambi
C. Pedoman Dokumentasi 1. Historis dan georrafis SMAN 10 Kota Jambi 2. Struktur organisasi SMAN 10 Kota Jambi 3. Keadaan sarana dan prasarana SMAN 10 Kota Jambi 4. Kualifikasi akademik guru di SMAN 10 Kota Jambi 5. Status kerja guru di SMAN 10 Kota Jambi 6. Pelatihan/penataran/MGMP guru di SMAN 10 Kota Jambi
131
DAFTAR INFORMAN
No. Inisial Nama Keterangan
1. SF Drs.Saifullah, MM Kepala SMAN 10 Kota Jambi
2. RS Rosidin,S.Ag Guru Pendidikan Agama Islam
3. SP Saparhadi,S.Pd Waka Humas
4. EE Eti Erawati,S.Pd Waka Kurikulum