kebutuhan cairan, nutrisi

11
Dr. Frida Page 1 of 11 JC KESEIMBANGAN AIR DAN ELEKTROLIT Dewasa : air ± 60% BB Bayi : air ± 80% BB rawan dehidrasi rentan keseimbangan air dan elektrolit Air tubuh: - Cairan intrasel (30 – 40%) - Cairan transeluler (1 – 3%) - Cairan ekstrasel (20 – 25%) o 15% interstitiel (limfe, cairan jaringan) o 5% intravaskuler (plasma) Cairan transeluler: rongga sendi, rongga pleura, LCS, cairan dlm bola mata, cairan peritoneum Bayi CES > CIS Volume CIS ditentukan oleh tekanan osmotik ekstrasel melalui membran sel yg bebas dilalui air Tekanan osmotik ↑ - air keluar dari sel (sel mengkerut) Tekanan osmotik ↓ - air masuk ke dalam sel Tekanan osmotik dipengaruhi oleh ion Na dan K Transport K + ke dalam sel dan Na + keluar sel terjadi secara aktif (perlu energi) Volume cairan intravaskuler (plasma) dipertahankan oleh keseimbangan antara filtrasi dan tekanan onkotik pada sistem kapiler Tekanan onkotik ditentukan oleh albumin. Misalnya pada sindroma nefrotik, protein ↓ tek onkotik intravaskuler ↓ vol cairan interstitial ↑, akibatnya terjadi udem jaringan Pengaturan cairan tubuh 1. Masukan air - Ada rangsang haus (pusat di hipothalamus) - Haus timbul bila: i. Cairan tubuh ↓ ii. Osmolalitas plasma ↑ (1 – 2%) 2. Absorbsi air - terjadi di GIT secara difusi pasif - transport Na dr lumen usus ke sel (tjd scr aktif) absorbsi Na diikuti absorbsi air 3. Kehilangan cairan normal

description

cairan

Transcript of kebutuhan cairan, nutrisi

KESEIMBANGAN AIR DAN ELEKTROLIT

Dr. Frida

Page 1 of 8JC

KESEIMBANGAN AIR DAN ELEKTROLIT

Dewasa: air 60% BB

Bayi: air 80% BB rawan dehidrasi

rentan keseimbangan air dan elektrolit

Air tubuh:

Cairan intrasel (30 40%)

Cairan transeluler (1 3%)

Cairan ekstrasel (20 25%)

15% interstitiel (limfe, cairan jaringan)

5% intravaskuler (plasma)

Cairan transeluler: rongga sendi, rongga pleura, LCS, cairan dlm bola mata, cairan peritoneum

Bayi CES > CIS

Volume CIS ditentukan oleh tekanan osmotik ekstrasel melalui membran sel yg bebas dilalui air

Tekanan osmotik - air keluar dari sel (sel mengkerut)

Tekanan osmotik - air masuk ke dalam sel

Tekanan osmotik dipengaruhi oleh ion Na dan K

Transport K+ ke dalam sel dan Na+ keluar sel terjadi secara aktif (perlu energi)

Volume cairan intravaskuler (plasma) dipertahankan oleh keseimbangan antara filtrasi dan tekanan onkotik pada sistem kapiler

Tekanan onkotik ditentukan oleh albumin.

Misalnya pada sindroma nefrotik, protein ( tek onkotik intravaskuler ( vol cairan interstitial , akibatnya terjadi udem jaringan

Pengaturan cairan tubuh

1. Masukan air

Ada rangsang haus (pusat di hipothalamus)

Haus timbul bila:

i. Cairan tubuh

ii. Osmolalitas plasma (1 2%)

2. Absorbsi air

terjadi di GIT secara difusi pasif

transport Na dr lumen usus ke sel (tjd scr aktif)

absorbsi Na diikuti absorbsi air3. Kehilangan cairan normal

4. Mekanisme regulasi ginjal

Mengatur:

keseimbangan cairan

osmolalitas cairan dengan mengatur ekskresi air

mengatur distribusi air melalui retensi Na+ dan ekskresi Na+Kehilangan air abnormal:

Hiperventilasi (pd penumoni)

Suhu lingkungan ; Kelembaban

Hilang melalui GIT (diare)

Hilang melalui urin (DI, DM juga bisa)

Edema (bukan hilang tp pindah ke jar interstitiel)

ANTI DIURETIK HORMON (ADH) Merupakan hormon vasopresin arginin (di hipofise posterior)

Mekanisme kerja (di ginjal)

permeabilitas tubulus ginjal dan ductus kolektivus terhadap air

ADH (+) urin pekat

ADH (-) urin encer

Sekresi ADH diatur oleh

Tekanan osmotik CES (konsentrasi Na+ & Cl-)

Emosi

ADH : rasa sakit, trauma, tindakan bedah

ADH : anestesia, alkohol, obat (morfin, difenilhidantoin, barbiturat, glukokortikoid)

NATRIUM

Terbanyak dlm CES, mengatur volume CES

Volume CIS tergantung volume CES

Na ( kunci dari kontrol volume cairan tubuh

Konsentrasi intrasel 10 mEq/ L

Konsentrasi ekstrasel (plasma) = 135 140 mEq/ L

1 mEq Na+ = 23 mg

1 g garam NaCl = 18 mEq Na+

Kebutuhan Na+: 1 3 mEq/ kgBB/ hari

Perubahan kadar Na ( kadar Na ekstrasel berubah

Perubahan kadar Na di serum ( perubahan Na+ di cairan interstitiel

Absorbsi

Pada GIT (jejunum) melalui enzim Na K ATP ase, hormon aldosteron, hormon desoksi kortikosteron acetat

Ekskresi

t.u melalui ginjal, sebagian kecil melalui tinja, keringat, air mata

Konsentrasi Na dalam keringat: 5 40 mEq/ L

Dipengaruhi oleh:

perubahan volume ekstraseluler

hormon ADH rasa haus

Bila ADH ( Na banyak keluar Pengaturan keseimbangan Na:Perfusi ginjal ( renin ( angiotensin II ( aldosteron

Angiotensin dan aldosteron meningkatkan tekanan darah ( terjadi retensi Na + air shg menimbulkan oedema

Retensi Na terdapat pada: Glomerulonefritis dengan GFR menurun

Tekanan onkotik plasma (sindroma nefrotik)

Volume arteri (gagal jantung kongestif)

Pemberian kortikosteroid dg efek retensi Na

Kehilangan Na+ terjadi pada:

DM ( glukosa dlm tubulus ( menghambat reabsorbsi air + Na ( natriuresis Penyakit Addison

Diare

Hiponatremia (Na+ serum < 135 mEq/ L)Disebabkan oleh karena:

Kehilangan Na+ (diare)

Air dalam ruang ekstraseluler (sering)

Misal SiADH, intake air

Gejala: kejang, kesadaran menurun (edema)

Hipernatermia (Na+ serum > 150 mEq/ L) Retensi Na+ Diarekehilangan air

Diabetes InsipidusKALIUM

95% di intrasel

konsentrasi plasma 3.4 5.5 mEq/ L

kebutuhan K+ 1 3 mEq/ kgBB/ hari

Fungsi: mengatur tonisitas intrasel

resting potential membran sel

Ekskresi: 90% melalui urin, diatur oleh aldosteron

Asidosis K+ keluar sel

Alkalosis K+ masuk sel

Hipokalemia Intake K+ kurang (malnutrisi, puasa, diare, muntah)

Ekskresi (obat diuretik, gangguan keseimbangan asam basa)

Kehilangan (diare)

Gejalanya:

Otot-otot lemah (paralisis)

Refleks menurun

ileus paralitik, dilatasi lambung (kembung)

letargi, kesadaran menurun

EKG:

T wave kecil

Ada gelombang U

Q T interval memanjang

Hiperkalemia Kelainan ekskresi ginjal (GGA, GGK, insufisiensi adrenal, hipoaldosteronisme, diuretik)

Intake

Penghancuran jaringan akut (trauma, hemolisis, nekrosis, operasi, luka bakar)

Redistribusi K+ transeluler: asidosis metabolik

Gejala (terutama jantung):

Gelombang T tinggi, runcing

Interval PR memanjang

QRS melebar

ST segmen depresi

Atrioventrikular/ intraventrikular heart block

K+ > 7.5 mEq/ L bahaya: V.flutter, V.fibrilasi, blok

KEBUTUHAN CAIRAN TUBUH

Cairan tubuh hilang melalui:

1. Urin 50% dari kehilangan cairan

Normal: 50 ml/ kgBB/ 24 jam

2. Insensible Water Loss (50%)

Respirasi (15%)

Kulit (30%)

Feses (5%)

CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN CAIRAN1. Luas permukaan tubuh (BSA = Body Surface Area)

= mL/ m2/ 24 jam

Paling tepat untuk BB > 10 kg

Normal: 1500 ml/ m2/ 24 jam (kebutuhan maintenance/ kebutuhan rumatan)

2. Kebutuhan kalori

100 150 cc/ 100 KAL

3. Berat badan

Rumus umum:

100 ml/ kg 10 kg pertama

50 ml/ kg 10 kg kedua

20 ml/ kg berat > 20 kg

Misalnya ( anak dengan BB 25 kg, memerlukan:

100 ml/ kg x 10 kg = 1000 cc 10 kg (I)

50 ml/ kg x 10 kg = 500 cc 10 kg (II)

20 ml/ kg x 5 kg= 100 cc 5 kg (sisa)Total = 25 kg = 1600 cc/ 24 jam

Keadaan yang Meningkatkan/ Menurunkan Kebutuhan Cairan

1. Meningkatkan metabolisme

Demam - H2O: 12%/ C

2. Menurunkan metabolisme

Hipotermi H2O 12%/ C

3. Kelembaban lingkungan tinggi

Insensible water loss menurun 0 15 cc/ 100 KAL

4. Hiperventilasi IWL meningkat 50 60 cc/ 100 KAL

5. Keringat >> - H2O meningkat 10 25 cc/ 100 KAL

Kebutuhan Elektrolit

2 4 mEq Na+/ 100 cc cairan

2 4 mEq K+/ 100 cairan

SUBTITLE:

KESEIMBANGAN ASAM BASA

Gangguan keseimbangan air elektrolit ( gangguan keseimbangan asam basa

Sistem Buffer: zat yang dapat mencegah perubahan kadar ion hidrogen bebas dlm larutan, bila mendapat tambahan asam/ basa

Istilah

Asidemia= pH darah < 7.35

Alkalemia= pH darah > 7.45

Asidosis= kadar bikarbonat serum

Alkalosis= kadar bikarbonat serum

Tubuh melindungi diri dari perubahan pH dengan:

1. Mengencerkan produk asam

2. Sistem buffer3. Regulasi pernapasan mengatur kadar pCO2 plasma4. Reabsorbsi bikarbonat yang difiltrasi di ginjal, ekskresi H+ & NH4+

HCO3-pH = 6.1 + log ------------

H2CO3

H2O CO2 pengeluarannya diatur oleh pernapasan

Metabolic acidosis ( CO2 keluar >>>, sehingga H2CO3

GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA

pH darah adalah resultan 2 komponen: komponen metabolik dan komponen respiratorik

pH normal: 7.35 7.45

BE (base akses) merupakan komponen metabolik yaitu jumlah basa yg perlu dikoreksi

Normal = 2.3 mEq/ L

BE (+) ( kelebihan basa

BE () ( kekurangan basa/ kelebihan asam

pCO2 = merupakan komponen respiratorik status asam basa

Normal = 35 45 mmHg

Klasifikasi gangguan asam basa:

1. Asidosis metabolik

2. Asidosis respiratorik

3. Alkalosis metabolik

4. Asidosis respiratorik

Asidosis (pH 6.8 7.35):

Metabolik: BE (-)

Respiratorik: pCO2 45 mmHg

Alkalosis (pH 7.45 7.8):

Metabolik: BE (+)

Respiratorik pCO2 35 mmHg

Asidosis Metabolik

pH , bikarbonat , BE (-)

pCO2 ( bukti tubuh menetralisir racun

Sebab:

1. Produksi ion H+ berlebihan, misalnya:

Meningkatkan metabolisme (demam, distress pernapasan, kejang, dll)

Meningkatkan asam organik (dehidrasi, hipoxia, hipoperfusi)

Ketosis (DM, kelaparan)

2. Kehilangan bikarbonat berlebihan, misalnya: diare, drainase ileostomi

3. Pemberian asam (HCl, asam amino)

4. Kegagalan ginjal untuk mengeluarkan asam yg berlebihan

Derajat beratnya asidosis metabolic ditentukan oleh turunnya base akses

Kompensasi: hiperventilasi... CO2 keluar (napas cepat, dalam = kussmaul respiration)

Komplikasi: hipotensi, edema paru, hipoksia jaringan, depresi SSP, koma, kejang

Alkalosis Metabolik

Konsentrasi H+ turun

Sebab:

1. Muntah (HCl, K+ hilang)

2. K+ hilang berlebihan (melalui urin, GIT)

3. Penambahan HCO3 ke dalam CES (misalnya th/ iv)

4. reabsorbsi HCO3. Misalnya: sindroma Cushing, Bartter, Hipoaldosteronisme primer

Kompensasi: hipoventilasi ( hipoksemia

Lab: pH , CO , BE (+), pO2 , HCO3

Asidosis Respiratorik

Akibat dr hipoventilasi alveolar sehingga produksi CO2 > ekskresi CO2 Terjadi pada:

Penyakit paru berat: membran hialin, bronchopneumonia, edema paru

Penyakit neuromuskuler: sindroma Guillian Barre, overdosis obat sedatif

Obstruksi jalan napas: bronchospasme

Kompensasi

Ginjal ( membentuk dan meningkatkan reabsorbsi bikarbonat

Gejala klinik:

Hipoksia

Vasodilatasi (karena CO2 )

Laboratorium: pH - pCO2 - HCO3 - BE (+)

Alkalosis Respiratorik Ekskresi CO2 melalui paru-paru berlebihan sehingga pCO2

Sebab:

hiperventilasi (kerusakan otak, emosi); keracunan salisilat

Lab: pH - pCO2 bikarbonat - BE (-)

Mekanisme kompensasi

Gangguan respiratorik dikompensasi oleh ginjal

Gangguan metabolik dikompensasi oleh mekanisme respirasi

Tingkat kompensasi dibagi dalam:

Tidak dikompensasi (mekanisme kompensasi tidak bekerja)

Kompensasi partial (pH tidak sampai normal)

Kompensasi penuh (pH kembali normal)

Kompensasi berlebihan

Perkiraan gangguan asam basa dpt diketahui dg memeriksa darah arteri (pemeriksaan ASTRUP = Analisa Gas Darah)

Yang dinilai adalah: pH, pCO2, HCO3, BE

Selain itu ada faktor penting lain: pO2, O2 saturation

Koreksi kelainan asam basa

1. Asidosis metabolik

Tujuan koreksi mengganti defisit basa

Dipakai Na bikarbonat/ natrium laktat

Rumus: BE x BB x 0.3 = jumlah mEq bikarbonat yg diperlukan

2 4 mEq/ kgBB

Cara: diencerkan dengan D 5 % - berikan perlahan-lahan

2. Alkalosis metabolik

Koreksi jarang diperlukan

Pemberian K+ (KCl) memperbaiki alkalosis (max 40 mEq K+/ L)

3. Alkalosis Respiratorik

Akut ( rebreathing system ( inspirasi CO2)

Kronik ( kontra indikasi untuk rebreathing system

4. Asidosis respiratorik

ventilasi ( ventilator

Cara Menghitung Kebutuhan Kalori, Karbohidrat, Protein Pada AnakBalita

Posted on November 17, 2012

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menentukan kebutuhan nutrisi anak balita :

Menentukan Desirable Body Weight (DBW) atau Berat Badan Ideal Penentuan berat badan ideal untuk anak balita (1-5 tahn) secara sederhana dapat menggunakan rumus BBI = (usia dalam tahun x 2) + 8

Menentukan Estimasi Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Total Per Hari1. Kebutuhan energi/kalori pada anak balita dapat dilakukan dengan rumus :a. Keb. energi = 1000 + (100 x usia dalam tahun)b. Keb energi usia 1-3 tahun = 100 kalori/kg BBIKeb energi usia 4-5 tahun = 90 kalori/kg BBI

2. Kebutuhan protein adalah sebesar 10% dari total kebutuhan energi sehari, dapat dihitung : (10% x Total Energi Harian) : 4 = x gram

3. Kebutuhan Lemak yaitu sebesar 20% dari total energi harian yaitu : (20% x Total Energi Harian) : 9 = x gram

4. Kebutuhan Karbohidrat adalah sisa dari total energi harian dikurangi prosentase protein dan lemak

Contoh :Balita kita berusia3 tahun, maka BBI nya adalah: (3 thn x2)+8 =12kg

Kebutuhan kalori :100 kal/kg BBI, yaitu 10013 kg = 1300 kal/hari atau menggunakan rumus pertama : 1000 + (100 x usia dalam tahun ), yaitu 1000 + (100 x 2 thn) = 1300 kal/hari

Kebutuhan zat gizi : Protein 10% dari total kalori = (10% x 1300 kal) : 4 = 40 gram

Lemak 20% dari total kalori = (20% x 1300 kal) : 9 =35 gram

Karbohidrat, sisa dari total kalori dikurangi prosentase protein dan lemak =(70% x 1200 kal) : 4 = 290 gram

Pembagian Makanan Sehari Diet 1300 kalori 35 gram Protein : Nasi 3P = 300 gram (2 1/2 gelas)

Protein hewani 3P = 150 gram ( 31/2 potong sedang)

Protein nabati 2,5P =90 gram tempe/30 gram kacang hijau (1,5 potong tempe/2,5 sendok makan kc.hijau)

Sayuran 1,5P = 150 gram (1 1/2 gelas sayuran masak)

Buah 3P = +/- 350 gram

Minyak 2,5P = 12,5 gram (3 sendok teh)

. Rumus Rumpleed testRumpleed test biasanya dilakukan untuk mengetahui tanda gejala awal adanya ptekee (bintik merah pada penderita DBD), ptekee muncul akibat pecahnya pembuluh darah kapiler, sehingga pada fase awal tidak akan langsung muncul, oleh karena itu tujuan rumpled test adalah untuk mengetahui lebih awal adanya ptekee. Rumus yang dipakai adalah (Sistole + Diastole) / 2, lalu tahan 5 10 menit. jika terdapat sepuluh atau lebih bintik merah, maka dikatakan rumpled test positif, jika kurang maka disebut rumpled test negative. Misal kita melakukan tensi darah hasilnya 120/80 mmHg (systole : 120, Diastole: 80), maka (120 + 80)/2 = 100 mmHg, maka kita pompa hingga alat tensi darah menunjukkan angka 100 mmHg, kita tutup tepat di angka 100 dan tahan selama 5 10 menit, lepaskan baru kita hitung jumlah bintik merahnya. Rumpleed test merupakan uji awal adanya gangguan trombosit pada penderita DBD, namun bukanlah hal untuk menegakkan diagnose DBD.

3. Rumus Kebutuhan CairanKebutuhan cairan pada tubuh data dihitung sebagai berikut:Pada anak < 10 Kg , maka 10 Kg maka dihitung 100 ml/ BB. Missal BB 8 kg maka kebutuhan cairan adalah 8 x 100 = 800 ml/hari. Pada anak dengan BB 10 20 Kg, maka 1000 ml pada 10 kg pertama dan ditambah 50 ml per Kg penambahan berat badannya. Missal BB = 15 kg, maka 1000 ml ditambah 5 x 50 ml maka menjadi 1250 ml/ hari kebutuhan cairannya Pada seorang dengan berat badan > 20 Kg maka rumusnya adalah 1500 ml pada 20 kg pertama dan ditambah 20 ml/Kg sisanya, missal seseorang dengan BB 40 Kg, maka 20 kg pertama adalah 1500 ml, sedangkan 20 kg sisanya x 20 ml = 400 ml sehingga kebutuhan cairan seseorang dengan berat 40 kg adalah 1500 + 400 ml = 1900 ml/hari

PERHITUNGAN BB,TB DAN KEBUTUHAN CAIRAN (BERDASARKAN IWL DANSWL)Posted on Maret 9, 2008 by harnawatiaj

1. Berat BadanBB klien = 7,1 kgBB normal untuk usia klien (9 bulan)adalah : Umur (bulan) + 9 = 18/22= 9 kgPersentase BB klien = 7,1 x 100%9= 79 % (Malnutrisi ringan) (75 90 % Grade I).

2. Tinggi BadanTB = 70,5 cmTB normal (0 1 thn) = 75 cmPersentase TB Klien = 70, 5 x 100 %70= 94% (Malnutrisi Ringan) (90 95%)

3. Kebutuhan cairanKebutuhan cairan maintenance = 7,1 x 100 cc/hari = 710 cc/hariIWL = 30 x 7,1 Total IWL + SWL = 333 + 1041= 213 .(A) = 1374 cc= A + 200 (37,4 36,8 0C)= 213 + 200 (0,6)= 213 + 120= 333 ccSWL = 1. Out put urine = 2 cc/kg BB/jam= 2 x 7.1= 14,2 cc/jam= 341 cc/hari2. Feses (3 kali) = 3 x 200 cc= 600 cc3. Muntah (1 kali) = 100 cc