Kebudayaan Toraja

5
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan dan kematian merupakan dua hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia termasuk orang Toraja, karena ini merupakan hukum kehidupan menurut adat Toraja. Sebagai orang Toraja yang sangat menjunjung tinggi adat istiadat maka kedua peristiwa tersebut harus dilaksanakan dalam upacara adat yang merupakan upacara besar dalam masyarakat Toraja yaitu 1 : 1. Aluk Rambu Tuka’ atau Aluk Rampe Matallo (upacara keselamatan dan kehidupan). 2. Aluk Rambu Solo’ atau Aluk Rampe Matampu’ (upacara kematian atau pemakaman manusia). Upacara-upacara yang ada di masyarakat Toraja diatur dalam agama atau kepercayaan yang kini dinamakan Aluk Todolo (Aluk : agama, aturan ; Todolo : leluhur) jadi Aluk Todolo artinya Agama Leluhur atau Agama Purba. 2 Dikatakan Aluk Todolo karena sebelum melakukan upacara pemujaan atau kegiatan, terlebih dahulu dilakukan upacara persaksian dengan sajian kurban persembahan kepada leluhur yang dikatakan Ma’ todolo atau Ma’ pakande to matua (todolo). 3 Aluk adalah aturan-aturan yang harus dilaksanakan dan dipatuhi dalam kehidupan sehari-hari, karena jika tidak dipatuhi maka Puang Matua (sang pencipta segala isi bumi), Deata-Deata (sang pemelihara seluruh ciptaan Puang Matua), Tomembali Puang/Todolo (sang pengawas dan memperhatikan gerak-gerik serta memberi berkat kepada manusia turunannya), sebagai 3 oknum yang dipuja dan disembah dalam Aluk Todolo 4 , akan marah dan mendatangkan malapetaka bagi kehidupan manusia. Contohnya sebelum membangun rumah terlebih dahulu dilakukan upacara Mangrara Banua atau upacara pemberkatan rumah baru. Ini seperti upacara pengucapan syukur yang sering dilakukan orang Kristen sebelum memasuki rumah baru, namun upacara ini ditujukan kepada Deata (sang pemelihara seluruh ciptaan Puang Matua). Upacara ini dilakukan dengan tujuan agar rumah yang dibangun terhindar dari gangguan-gangguan dari luar sehingga rumah tersebut bisa mendatangkan kedamaian dan berkat bagi penghuninya. 1 L.T. Tangdilintin, Toraja dan Kebudayaannya, Toraja, Yayasan Lepongan Bulan, 1981, p.104. 2 L.T. Tangdilintin, Toraja dan Kebudayaannya, p.72. 3 L.T. Tangdilintin, Toraja dan Kebudayaannya, p.72. 4 L.T. Tangdilintin, Toraja dan Kebudayaannya, p.79.

Transcript of Kebudayaan Toraja

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehidupan dan kematian merupakan dua hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia termasuk

orang Toraja, karena ini merupakan hukum kehidupan menurut adat Toraja. Sebagai orang

Toraja yang sangat menjunjung tinggi adat istiadat maka kedua peristiwa tersebut harus

dilaksanakan dalam upacara adat yang merupakan upacara besar dalam masyarakat Toraja

yaitu1:

1. Aluk Rambu Tuka’ atau Aluk Rampe Matallo (upacara keselamatan dan kehidupan).

2. Aluk Rambu Solo’ atau Aluk Rampe Matampu’ (upacara kematian atau pemakaman

manusia).

Upacara-upacara yang ada di masyarakat Toraja diatur dalam agama atau kepercayaan yang kini

dinamakan Aluk Todolo (Aluk : agama, aturan ; Todolo : leluhur) jadi Aluk Todolo artinya

Agama Leluhur atau Agama Purba.2 Dikatakan Aluk Todolo karena sebelum melakukan upacara

pemujaan atau kegiatan, terlebih dahulu dilakukan upacara persaksian dengan sajian kurban

persembahan kepada leluhur yang dikatakan Ma’ todolo atau Ma’ pakande to matua (todolo).3

Aluk adalah aturan-aturan yang harus dilaksanakan dan dipatuhi dalam kehidupan sehari-hari,

karena jika tidak dipatuhi maka Puang Matua (sang pencipta segala isi bumi), Deata-Deata

(sang pemelihara seluruh ciptaan Puang Matua), Tomembali Puang/Todolo (sang pengawas dan

memperhatikan gerak-gerik serta memberi berkat kepada manusia turunannya), sebagai 3 oknum

yang dipuja dan disembah dalam Aluk Todolo4, akan marah dan mendatangkan malapetaka bagi

kehidupan manusia. Contohnya sebelum membangun rumah terlebih dahulu dilakukan upacara

Mangrara Banua atau upacara pemberkatan rumah baru. Ini seperti upacara pengucapan syukur

yang sering dilakukan orang Kristen sebelum memasuki rumah baru, namun upacara ini

ditujukan kepada Deata (sang pemelihara seluruh ciptaan Puang Matua). Upacara ini dilakukan

dengan tujuan agar rumah yang dibangun terhindar dari gangguan-gangguan dari luar sehingga

rumah tersebut bisa mendatangkan kedamaian dan berkat bagi penghuninya.

                                                       1 L.T. Tangdilintin, Toraja dan Kebudayaannya, Toraja, Yayasan Lepongan Bulan, 1981, p.104. 2 L.T. Tangdilintin, Toraja dan Kebudayaannya, p.72. 3 L.T. Tangdilintin, Toraja dan Kebudayaannya, p.72. 4 L.T. Tangdilintin, Toraja dan Kebudayaannya, p.79. 

2  

Aluk Todolo adalah agama yang pertama dianut oleh masyarakat Toraja sebelum masuknya

kekristenan di Tana Toraja. Namun sejak masuknya kekristenan di Tana Toraja muncul

pemikiran dan juga berbagai upaya untuk memisahkan budaya Toraja dengan orang Kristen

Toraja sendiri, karena budaya Toraja dianggap bertentangan dengan nilai-nilai kekristenan.

Contohnya dalam upacara Rambu Solo’ yang asli (tradisional) dilakukan penyembahan dan

pemujaan terhadap arwah leluhur dan jiwa orang yang telah meninggal. Ery Hutabarat-Lebang

mengatakan bahwa pada awal penyebaran agama Kristen di Tana Toraja sempat ditanamkan

bahwa kebudayaan tradisional adalah kehidupan kafir atau penuh dosa, oleh karena itu harus

dijauhi.5

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis, sampai sekarang kebudayaan tradisional ini

justru tidak bisa dilepaskan bahkan dijauhkan dari masyarakat Toraja termasuk orang Kristen

Toraja, karena sudah menjadi identitas sebagai orang Toraja, itu terlihat dari upacara Rambu

Solo’ dan Rambu Tuka’ yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Toraja sampai hari ini.

B. PERMASALAHAN

Adat istiadat sangat kental dalam kehidupan orang Toraja. Upacara-upacara yang ada dalam adat

istiadat masyarakat Toraja masih terus dilakukan, walaupun sebagian besar masyarakat Toraja

sudah memeluk agama Kristen. Misalnya saja Aluk Rambu Solo’ atau Aluk Rampe Matampu’

(upacara kematian atau pemakaman manusia) yang dilakukan oleh orang Kristen Toraja sebagai

tanda penghormatan dan penghargaan terhadap orang yang dikasihi.

Aluk Rambu Solo’ (upacara kematian atau pemakaman manusia), termasuk dalam salah satu Aluk

yang sangat penting peranannya bagi masyarakat Toraja. Penulis melihat orang Kristen Toraja

masih melakukannya baik itu karena memang sudah tradisi maupun karena penyelenggaraan

Rambu Solo’ tidak bisa dilepaskan dari sisi spiritual yang menyembah pada “Leluhur”. Sampai

sekarang kepercayaan-kepercayaan terhadap sesuatu yang gaib masih sering terdengar.

Pada saat ini pengaruh kekristenan sangat jelas terlihat dalam upacara Rambu Solo’ (upacara

pemakaman). Misalnya diselenggarakannya ibadah pada upacara Rambu Solo’. Mungkin dapat

                                                       5 Ery Hutabarat-Lebang, Identitas Komunikasi Kristen Toraja dalam Tantangan, Missiologi Kontekstual Th. Kobong dan pergulatan KeKristenan local di Indonesia-Teologi Tongkonan Apresiasi Kritis terhadap Kontekstualisasi, Toraja, Unit Publikasi dan Informasi STT Jakarta-Gereja Toraja, 2004, p.32. 

3  

diartikan bahwa kehadiran agama Kristen kini memberikan makna baru bagi orang Toraja dalam

menghayati upacara Rambu Solo’.6

Namun permasalahannya adalah bagaimana tahapan-tahapan upacara Rambu Solo’ (upacara

pemakaman), ini tetap diselenggarakan dengan makna yang “baru”. Penulis terutama ingin

meneliti bagaimana prosesi ibadah dimasukkan dalam upacara Rambu Solo’ (upacara

pemakaman). Padahal sebelumnya (sebelum datangnya kekristenan) tidak ada prosesi ibadah.

Dengan kata lain bagaimana proses inkulturasi ini bisa terjadi dan di mana letak perbedaan

makna dari upacara ini bagi orang-orang Toraja yang masih berpegang pada tradisi nenek

moyang dengan orang Kristen Toraja . Inilah yang mendorong penulis untuk meneliti dan

menggali lebih dalam proses inkulturasi yang terjadi di dalam upacara Rambu Solo’ (upacara

pemakaman), melalui prosesi ibadah. Apakah melalui prosesi ibadah terjadi transformasi dalam

kebudayaan (agama) tradisional.

C. BATASAN MASALAH

Penulis membatasi pokok permasalahan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Perbedaan-perbedaan apa saja yang ada dalam upacara Rambu Solo’ yang dilakukan oleh

orang Kristen Toraja dan upacara Rambu Solo’ yang dilakukan oleh orang Toraja

penganut agama Aluk Todolo (Hindu Alukta)?

2. Nilai-nilai kekristenan apa yang ditransformasikan lewat prosesi ibadah dan sejauh mana

nilai-nilai itu ditransformasikan dalam upacara Rambu Solo’.

3. Sejauh mana upacara Rambu Solo’ dipengaruhi oleh injil sehingga menjadi upacara

Kristen.

D. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui perbedaan upacara Rambu Solo’ yang dilakukan oleh orang Kristen

Toraja dan upacara Rambu Solo’ yang dilakukan oleh orang Toraja penganut agama Aluk

Todolo (Hindu Alukta).

2. Untuk mengetahui makna upacara Rambu Solo’ yang mentransformasikan nilai-nilai

kekristenan dalam upacara Rambu Solo’.

3. Untuk mengetahui sejauh mana Aluk Rambu Solo’ dipengaruhi oleh injil.

                                                       6 Berdasarkan hasil penelitian pada bulan September 2008 di Toraja. 

4  

E. PEMILIHAN JUDUL

Berdasarkan tujuan di atas maka penulis memilih judul :

PROSESI IBADAH DALAM UPACARA RAMBU SOLO’

(Pertemuan antara Aluk Todolo dengan Nilai-Nilai Kekristenan)

F. METODE PENELITIAN

Metode penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui wawancara langsung

dengan responden, partisipasi, dan melalui studi pustaka. Wawancara dilakukan kepada pendeta

Aluk Todolo (Tominaa), pendeta gereja Toraja, orang Toraja yang beragama Kristen melalui

pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan

untuk memperoleh informasi dan menggali pandangan dan pemahaman mereka terhadap

pelaksanaan upacara Rambu Solo’ yang dilakukan oleh orang Toraja dan orang Kristen Toraja.

Melalui partisipasi maksudnya adalah penulis ikut berpartisipasi atau mengikuti langsung

upacara Rambu Solo’ untuk melihat pemaknaan orang Kristen Toraja terhadap upacara Rambu

Solo’, yang diadakan oleh orang Kristen Toraja di Toraja. Studi pustaka dilakukan untuk

memperoleh informasi mengenai upacara Rambu Solo’ yang juga mengacu kepada keputusan-

keputusan yang ditetapkan oleh Sinode Gereja Toraja.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan hal-hal yang memperjelas permasalahan yang dibahas. Beberapa hal

tersebut adalah latar belakang permasalahan, permasalahan, batasan masalah, tujuan penulisan,

pemilihan judul, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II. UPACARA RAMBU SOLO’

Dalam bab ini penulis mendeskripsikan tahapan-tahapan dalam upacara Rambu Solo’ (upacara

pemakaman), yang dilakukan oleh orang Toraja yang memeluk agama Aluk Todolo (Hindu

Alukta) dan juga mendeskripsikan upacara Rambu Solo’ (upacara pemakaman) yang dilakukan

oleh orang-orang Toraja yang telah beragama Kristen, yang telah disertai prosesi ibadah.

5  

BAB III. PERBEDAAN UPACARA RAMBU SOLO’ ORANG KRISTEN TORAJA

DENGAN ORANG TORAJA

Dalam bab ini penulis akan menguraikan perbedaan upacara Rambu Solo’ yang asli, menurut

Aluk Todolo dengan upacara Rambu Solo’ yang dilakukan oleh orang Kristen Toraja. Kemudian

menganalisisnya.

BAB IV. ANALISIS MAKNA IBADAH DALAM UPACARA RAMBU SOLO’ DAN

REFLEKSI TEOLOGIS

Dalam Bab ini penulis akan menganalisa pemaknaan orang Kristen Toraja terhadap upacara

Rambu Solo’ (upacara kematian) yang memasukkan prosesi ibadah dalam upacara tersebut,

untuk melihat sejauhmana injil ditransformasikan dalam Aluk Rambu Solo’ (perjumpaan nilai-

nilai kekristenan dengan nilai-nilai asli dalam upacara Rambu Solo’), apakah nilai-nilai

kekristenan tersebut memberikan makna baru sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus atau hanya

menjadi bagian dari upacara sebagai formalitas, kemudian melihat pengaruhnya dalam sikap

gereja dan orang Kristen Toraja. Dan melihat upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk dapat

mentrasformasikan nilai-nilai kekristenan Aluk Rambu Solo’.

BAB V. PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Sebagai penutup penulis akan membuat kesimpulan dan

beberapa saran mengenai perjumpaan nilai-nilai kekristenan dengan upacara Rambu Solo’

(upacara pemakaman).