Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

23

Transcript of Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

Page 1: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015
Page 2: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN

Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya ASEAN  bersama keamanan (security community) dan sosio-budaya (culture-socio community). Ekonomi dipandang sebagai sektor yang mampu membangun integritas dan kemajuan negara anggota ASEAN dengan mengikatkan diri pada sebuah identitas bersama – identitas ASEAN. Semakin mendesaknya pengembangan kerjasama ekonomi ASEAN mulai dirasakan pada tahun 1992 yang semakin mendorong pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas (ASEAN Free Trade Area) dengan menitik beratkan pada sektor produksi lokal di seluruh negara ASEAN. 

Page 3: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

ASEAN Free Trade Area (AFTA)

ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. AFTA dibentuk pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992.

Page 4: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

Asean economic community 2015 AEC 2015 merupakan realisasi tujuan akhir dari integrasi

ekonomi yang sesuai denggan visi ASEAN 2020 yang secara tidak langsung merupakan turunan dari AFTA ( ASEAN FREE TRADE AREA ) yang di canangkan pada Konferensi Tingkat Tinggi IX ASEAN di Bali tahun 2003 lalu dan menjadi sejarah baru bagi solidaritas kawasan Asia Tenggara dengan tercapainya kesepakatan Bali Concord II, karena mengusung tiga pilar kerjasama yaitu :

1. ASEAN Economic Community (AEC)2. ASEAN Security Community3. ASEAN Socio-Cultural Community

Page 5: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) di Kuala Lumpur bulan Agustus 2006 menyetujui untuk membuat suatu cetak biru (blueprint) untuk menindak lanjuti pembentukan AEC dengan mengindentifikasi sifat-sifat dan elemen-elemen AEC pada tahun 2015 yang konsisten dengan Bali Concord II.

Pertemuan itu menghasilkan blue print AEC yang intinya bahwa ASEAN sebagai pusat perdagangan regional yang terintegrasi dan dapat disejajarkan dengan Masyarakat Uni Eropa. Dalam blue print tersebut terdapat empat prioritas dalam kerangka AEC yaitu:

1. Adanya arus barang dan jasa yang bebas (free flow good services)2. Ekonomi regional yang kompetitif (competitive economic region)3. Perkembangan ekuitas ekonomi (equitable economic development)4. Integrasi memasuki ekonomi global (full integration into global

economy)

Page 6: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

SISTEM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 AEC bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis

produksi yang ditandai dengan bebasnya aliran barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan perpindahan barang modal secara lebih bebas. KTT juga menetapkan sektor-sektor prioritas yang akan diintegrasikan,yaitu:

1. produk-produk pertanian 2. otomotif3. elektronik 4. perikanan5. produk-produk turunan dari karet6. tekstil dan pakaian7. produk-produk turunan dari kayu 8. transportasi udara9. e-ASEAN (ITC) 10. kesehatan11. Pariwisata 12. jasa logistik ( 2006 )

Page 7: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

peluang indonesia untuk aec 2015

1. Indonesia merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk ASEAN). Hal ini dapat menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan dengan kesempatan penguasaan pasar dan investasi.

2. Indonesia merupakan negara tujuan investor ASEAN. Proporsi investasi negara ASEAN di Indonesia mencapai 43% atau hampir tiga kali lebih tinggi dari rata-rata proporsi investasi negara-negara ASEAN di ASEAN yang hanya sebesar 15%.

3. Indonesia berpeluang menjadi negara pengekspor, dimana nilai ekspor Indonesia ke intra-ASEAN hanya 18-19% sedangkan ke luar ASEAN berkisar 80-82% dari total ekspornya, Hal ini berarti peluang untuk meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN masih harus ditingkatkan agar laju peningkatan ekspor ke intra-ASEAN berimbang dengan laju peningkatan impor dari intra-ASEAN.

Page 8: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

4. liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus barang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan non-tarif sudah tidak ada lagi. Kondisi pasar yang sudah bebas di kawasan dengan sendirinya akan mendorong pihak produsen dan pelaku usaha lainnya untuk memproduksi dan mendistribusikan barang yang berkualitas secara efisien sehingga mampu bersaing dengan produk-produk dari negara lain. Di sisi lain, para konsumen juga mempunyai alternatif pilihan yang beragam yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, dari yang paling murah sampai yang paling mahal. Indonesia sebagai salah satu negara besar yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada sektor berbasis sumber daya alam, berpeluang besar untuk mengembangkan industri di sektor-sektor tersebut di dalam negeri

5. Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar akan memperoleh keunggulan tersendiri, yang disebut dengan bonus demografi. Perbandingan jumlah penduduk produktif Indonesia dengan negara-negara ASEAN lain adalah 38:100, yang artinya bahwa setiap 100 penduduk ASEAN, 38 adalah warga negara Indonesia. Bonus ini diperkirakan masih bisa dinikmati setidaknya sampai dengan 2035, yang diharapkan dengan jumlah penduduk yang produktif akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia.

Page 9: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

Tantangan indonesia dalam aec 2015 1. Laju Peningkatan Ekspor & Impor

tantangan yang dihadapi oleh Indonesia memasuki integrasi ekonomi ASEAN tidak hanya yang bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan negara sesama ASEAN dan negaral ain di luar ASEAN seperti China dan India

2. Laju Inflasi tantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang masih tergolong tinggi bila

dibandingkan denganNegara lain di kawasan ASEAN 3. Dampak Negatif Arus Modal yang bebas Arus modal yang lebih bebasuntuk mendukung transaksi keuangan yang lebih

efisien, merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan, memfasilitasi perdagangan internasional, mendukung pengembangan sektor keuangan dan akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara

4. Kesamaan Produk hal lain yang perlu dicermati adalah kesamaan keunggulan komparatif kawasan

ASEAN, khususnya disektor pertanian, perikanan, produk karet, produk berbasis kayu, dan elektronik

Page 10: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

Anggota ASEAN dalam persetujuan AFTA

Ketika persetujuan AFTA ditandatangani resmi, Anggota ASEAN ialah :

1. Brunei Darussalam 2. Indonesia3. Malaysia4. Singapura5. Thailand6. Filiphina 7. Vietnam 8. Laos9. Myanmar 10.Kamboja

Bergabung pada tahun 1992

Bergabung pada tahun 1995

Bergabung pada tahun 1997

Bergabung pada tahun 1999

Page 11: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

Mata Uang RI

Page 12: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

Tujuan AFTA

Menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global (melalui penghapusan bea dan halangan non-bea dalam ASEAN).

Menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI).

Meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade).

Page 13: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

Persiapan/ Kebijakan Pemerintah dalam menempuh ASEAN Economic comunnity (AEC)

Pertama, produk industri yang berdaya saing lebih tinggi daripada negara Asean.

Kedua, kategori produk yang berdaya saing setara dengan negara Asean.

Ketiga, kelompok produk yang mempunyai daya saing sedang.

Keempat, kategori produk yang memiliki daya saing lemah.

Kelima, kelompok produk yang berdaya saing sangat lemah.

Sumber: http://koran.bisnis.com/read/20130703/251/148451/pasar-bebas-asean-mengintip-kesiapan-indonesia

Page 14: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

4 Hal Yang Harus Diantisipasi Dalam ASEAN Economic Community :

Pertama, implementasi AEC berpotensi menjadikan Indonesia sekedar pemasok energi dan bahan baku bagi industrilasasi di kawasan ASEAN, sehingga manfaat yang diperoleh dari kekayaan sumber daya alam mininal.

Kedua, melebarnya defisit perdagangan jasa seiring peningkatan perdagangan barang.

Ketiga, implementasi AEC juga akan membebaskan aliran tenaga kerja sehingga harus mengantisipasi dengan menyiapkan strategi karena potensi membanjirnya Tenaga Kerja Asing (TKA) akan berdampak pada naiknya remitansi TKA yang saat ini pertumbuhannya lebih tinggi daripada remitansi TKI. Akibatnya, ada beban tambahan yaitu dalam menjaga neraca transaksi berjalan dan mengatasi masalah pengangguran.

Keempat, implementasi AEC akan mendorong masuknya investasi ke Indonesia dari dalam dan luar ASEAN

Page 15: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

Indonesia

Page 16: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

STRATEGI INDONESIA UNTUK AEC 2015 1. Penyesuaian, persiapan dan perbaikan regulasi baik secara kolektif maupun individual (reformasi

regulasi); 2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia baik dalam birokrasi maupun dunia usaha ataupun

profesional; 3. Penguatan posisi usaha skala menegah, kecil, dan usaha pada umumnya; 4. Penguatan kemitraan antara sektor publik dan swasta; 5. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mengurangi ekonomi biaya tinggi, yang juga

merupakan tujuan utama pemerintah dalam program reformasi komprehensif di berbagai bidang seperti perpajakan, kepabeanan, dan birokrasi;

6 .Pengembangan sektor-sektor prioritas yang berdampak luas dan komoditi unggulan; 7. Peningkatan partisipasi institusi pemerintah maupun swasta untuk mengimplementasikan AEC

Blueprint; 8. Reformasi kelembagaan dan kepemerintahan. Pada hakikatnya AEC Blueprint juga merupakan

program reformasi bersama yang dapat dijadikan referensi bagi reformasi di Negara Anggota ASEAN termasuk Indonesia;

9. Penyediaan kelembagaan dan permodalan yang mudah diakses oleh pelaku usaha dari berbagai skala;

10. Perbaikan infrastruktur fisik melalui pembangunan atau perbaikan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, jalan tol, pelabuhan, revitalisasi, dan restrukturisasi industri.

Page 17: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

Regulasi hukum indonesia untuk aec 2015

Jika di kaji Dalam hal pembentukan peraturan perundang-undangan di Indonesia yang mendukung terhadap terlaksananya AEC ini, pembentukan produk hukum tersebut harus sejalan dengan arah pembangunan hukum nasional sebagai dasar dalam menciptakan dan membentuk peraturan perundang-undangan yang di maksud.

Melihat pendapat dari Prof. Romli Atmasasmita yang menyatakan bahwa pembangunan hukum nasional secara implisit mencerminkan bahwa sampai saat ini di Indonesia masih terjadi proses perubahan sosial menuju ke arah modernisasi yang dikemas dalam proses legislasi yang teratur dan berkesinambungan dengan memasukkan aspek sosiokultural yang mendukung arah perubahan tersebut, Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan hukum nasional kita terus mengalami perubahan ke arah modernisasi dengan catatan tetapmemasukkan aspek sosiokulturalnya.

Page 18: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

Walapun di lihat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007, belum terlihat secara konkret dukungan pembangunan hukum nasional dalam menghadapi perubahan perdagangan internasional yang salah satunya dalam bentuk AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Namun memang kaitannya dengan akan berlakunya AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Sudah seharusnya Arah Pembangunan Hukum Nasional, yang secara tersirat sebelumnya dalam RPJPN,diarahkan untuk mendukung dimulainya AEC tersebut. Hal ini menjadi penting agar pelaksanaan forum AEC ini khususnya bagi Indonesia dapat implementasikan bagi setiap pemangku kepentingan yang terlibat. Namun demikian arah pembangunan hukum tersebut tetap harus dengan berpedoman kepada koridor arah Pembangunan Nasional secara umum dengan memasukkan aspek sosiokultural yang mendukung arah perubahan tersebut.

Page 19: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

karena jika melihat pilar blueprint AEC 2015, terdapat beberapa pengaturan di bidang hukum yang perlu untuk segera ada penyesuaian ( adjustment ). setidaknya terdapat 14 (empat belas) bidang pengaturan peraturan perundang-undangan yang perlu untuk disesuaikan dengan akan berlakunya AEC tersebut yaitu :

1. Perdagangan 2. Perindustrian 3. Investasi 4. Tenaga Kerja 5. Ketahanan Pangan 6. Pertanian 7. Kehutanan 8. Perpajakan 9. Perlindungan Konsumen 10. Hak Kekayaan Intelektual 11. Transportasi Udara 12. Pariwisata 13. Kesehatan 14. Usaha Kecil & Menengah

Page 20: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

Sehingga menurut seorang Ahli terdapat 2 (dua) hal yang perlu dilakukan dalam menyesuaikan arah pembangunan hukum nasional dengan akan diselenggarakannya AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Pertama, perlunya membuat tema guna menetukan arah pembangunan hukum nasional yang mengadopsi nilai dan tujuan AEC atau pun forum internasional lainnya yang dapat mempengaruhi pembangunan hukum nasional Indonesia. Kedua, menyesuaikan substansi atau muatan yang terdapat dalam 14 (empat belas) bidang peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan AEC. Dalam membuat tema pun arah pembangunan hukum nasional serta penyesuaian peraturan perundang-undangan dimaksud harus sejalan dengan semangat dan tujuan yang terdapat dalam AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan tetap mengedepankan koridor dalam RPJPN dan kondisi sosiokultural masyarakat Indonesia.

Page 21: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI INDONESIA DALAM MENGHADAPI PERDAGANGAN BEBAS –

ASEAN 2015 :

Dari sisi produksi dan integrasi ekonomi, terdapat kelemahan mendasar dalam kemampuan produksi barang jadi, setengah jadi dan komponen yang menandakan kerapuhan struktur industri dalam negeri.

Dari sisi perdagangan kita masih mengalami defisit neraca perdagangan yang menunjukkan bahwa perekonomian kita kurang kompetitif dalam pasar ekspor.

Dari sisi perdagangan sektor jasa, Indonesia menghadapi daya saing tenaga kerja Singapura dan Malaysia

Dari sisi produk pertanian akan menghadapi produk pertanian hortikultura China dan Thailand.

Page 22: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015

• Mengambil atau merevisi kembali kebijakan proteksi dan pemberian

fasilitas pinjaman atau kredit dengan bunga rendah atau sama sekali

tanpa bunga kepada khususnya pemilik usaha kecil menengah (UMKM) Kemudahan untuk mengakses serta tepat sasaran untuk fasilitas pinjam-

meminjam Memangkas punggutan-punggutan liar,baik yang dilakukan atas nama

dinas terkait dipemerintahan ataupun punggutan liar yang dilakukan oleh masyarakat

Penyediaan sarana,prasarana dan infrastruktur penunjang kegiatan industri

WAWASAN NUSANTARA EKONOMI PERDANGANGAN BEBAS 2015

Page 23: Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015