Kebijakan Garuda Indonesia
-
Upload
nurulita-aulia-sari -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
description
Transcript of Kebijakan Garuda Indonesia
Tentang Kami
Garuda Indonesia berkomitmen untuk menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance - GCG), dalam upaya mewujudkan Garuda Indonesia yang berkinerja tinggi
dengan tetap patuh pada peraturan dan perundang-undangan, serta mempraktekan bisnis yang bersih
dan menjunjung tinggi etika.
Untuk mewujudkan hal itu, maka pendekatan yang dilakukan oleh Garuda Indonesia adalah dengan
membangun 3 (tiga) aspek utama yaitu kepemimpinan, sistem dan partisipasi / keterlibatan semua
pihak. Whistle Blowing System (WBS) merupakan salah satu sistem penting yang diterapkan oleh
Garuda Indonesia.
WBS adalah system pelaporan pelanggaran yang memungkinkan setiap orang untuk melaporkan
adanya dugaan kecurangan, pelanggaran hukum dan etika serta misconduct lainnya yang dilakukan
oleh Insan Garuda Indonesia. Perusahaan menjamin kerahasian indentitas serta memberikan
perlindungan kepada pelapor.
Laporan yang telah didukung dengan bukti awal yang memadai akan ditindaklanjuti untuk dilakukan
investigasi lebih mendalam untuk menetapkan apakah suatu laporan terbukti atau tidak. Hasil
investigasi menjadi dasar bagi Manajemen untuk menjatuhkan sangsi terhadap terlapor. WBS
menjamin setiap pelapor dapat mengetahui status perkembangan dan tindaklanjut atas laporannya.
Melalui WBS maka akan muncul persepsi yang kuat bahwa apabila melakukan kecurangan, maka
potensi untuk dapat terdeteksi dan dilaporkan akan semakin besar dan bila terbukti penjatuhan sangsi
merupakan suatu hal yang pasti, maka akan dapat mencegah Insan Garuda Indonesia untuk
melakukannya. Dan apabila hal ini dilakukan secara konsisten dan tegas, maka upaya untuk
mewujudkan Garuda Indonesia yang berkinerja tinggi, taat hukum , bersih dan beretika akan menjadi
kenyataan.
Penanganan Laporan
Pendahuluan
Tujuan proses penanganan laporan adalah untuk menjamin penanganan yang memenuhi ketentuan
dan persyaratan yang ditetapkan oleh perusahaan, pemerintah, aparat berwajib dan standar
International. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu dirumuskan kebijakan, sistem dan prosedur
penanganan laporan yang selaras dengan kebijakan perusahaan yang tertuang dalam Pedoman
Kebijakan Perusahaan (PKP). PKP berisi kebijakan-kebijakan pokok perusahaan yang disahkan oleh
Direktur Utama dan Komisaris Utama Perusahaan.
Sistim Penanganan Laporan dibangun dengan menggunakan pendekatan proses bisnis. Proses bisnis
sistem penanagan laporan adalah pemetaan proses-proses utama pelaporan pelanggaran mencakup
identifikasi hubungan antar proses serta input dan output dari setiap proses serta deskripsi mengenai
penaggungjawab utama dan Indikator Kinerja Utama dari setiap proses.
Proses penanganan pelaporan pelanggaran dapat berfungsi dengan baik bila didukung dengan
sumberdaya yang memadai, baik berupa orang, material maupun pendanaan (finance).
Pegawai Pimpinan bersama-sama seluruh pegawai bertanggungjawab untuk mengelola dan
mengimplementasikan proses penanganan pelaporan ini.
Kebijakan
Perusahaan menunjuk tim khusus yang menagani pelaporan terhadap pelanggaran yang disebut Tim
WBS. Laporan kepada Tim WBS bisa melalui website www.garuda-wbs.com atau email khusus
dengan alamat laporan report at garuda-wbs.com atau melalui kotak pos 747.
Dalam Sistem Laporan Dugaan Pelanggaran ini, Tim WBS bertugas untuk:
1. Menerima pelaporan dugaan pelanggaran;
2. Menilai dan menyeleksi laporan dugaan pelanggaran untuk diproses lebih lanjut oleh Investigator;
3. Menjaga kerahasiaan identitas pelapor;
4. Menangani keluhan ataupun pengaduan dari pelapor yang mendapat tekanan atau perlakuan
ancaman dari terlapor;
5. Melakukan komunikasi dengan pelapor;
6. Menyampaikan laporan kepada Direksi dan Dewan Komisaris atas setiap laporan dugaan
pelanggaran yang diterima;
7. Mendokumentasikan setiap laporan dugaan pelanggaran yang diterima.
Perlindungan bagi pelapor memiliki manfaat atas kepastian perlakuan terhadap pelapor serta jaminan
atas kerahasian pelapor, bagi perusahaan perlindungan pelapor akan menimbulkan rasa percaya bagi
karyawan yang akan melakukan pelaporan dan meningkatkan kesadaran karyawan terhadap peraturan
dan kebijakan perusahaan
Kebijakan perlindungan pelapor dimaksudkan untuk mendorong terjadinya pelaporan pelanggaran
dan menjamin keamanan si pelapor maupun keluarganya.
1. Pelanggaran berkaitan dengan akuntansi dan audit
o Akuntansi dan pengendalian internal atas laporan keuangan dievaluasi berdasarkan atas
dampak dari potensial misstatement atas laporan keuangan;
o Independen Audit : isu berkenaan dengan Independency;
2. Pelanggaran terhadap hukum dan perundang-undangan;
o Yang applicable dan relevan dengan bisnis perusahaan;
o Ketentuan internal perusahaan.
3. Fraud dan atau ada indikasi adanya fraud;
4. Pelanggaran atas Pedoman perilaku/etika Insan garuda Indonesia;
5. Perbuatan yang membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja, atau membahayakan keamanan
perusahaan.
Perusahaan akan memberikan sanksi bagi pelaporan pelanggaran yang tidak sesuai dengan maksud
dan tujuan kebijakan ini; misalnya fitnah atau pelaporan palsu.
Semua laporan pelanggaran akan dijamin kerahasiaan dan keamanannya oleh perusahaan. Bila
pelapor menyertakan identitasnya secara jelas ia juga dijamin haknya untuk memperoleh informasi
mengenai tindak lanjut atas laporannya.
Perlindungan Pelapor
Perlindungan pelapor dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas kerahasian identitas pelapor dan
perlindungan dari tindakan yang merugikan pelapor. Bagi perusahaan, perlindungan pelapor akan
menumbuhkan rasa aman bagi Insan Garuda Indonesia dan pelapor lainnya.
Kebijakan perlindungan pelapor dimaksudkan pula untuk mendorong setiap Insan Garuda Indonesia
dan Pelapor lainnya untuk berani melaporkan pelanggaran.
Perusahaan berkomitmen untuk melindungi pelapor yang beriktikad baik dan perusahaan akan patuh
terhadap segala peraturan perundangan yang terkait serta best practices yang berlaku dalam
penyelenggaraan sistem penyelenggaraan perlindungan pelapor.
Perusahaan akan memberikan sanksi bagi pelaporan pelanggaran yang tidak sesuai dengan maksud
dan tujuan kebijakan ini; misalnya fitnah atau pelaporan palsu.
Semua laporan pelanggaran akan dijamin kerahasiaan dan keamanannya oleh perusahaan dan pelapor
dijamin haknya untuk memperoleh informasi mengenai tindak lanjut atas laporannya.
Pelapor dapat mengadukan bila mendapatkan balasan berupa tekanan atau ancaman atau tindakan
pembalasan lain yang dialaminya. Pengaduan harus disampaikan kepada TIM WBS perusahaan
melalui mekanisme yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam hal masalah ini tidak dapat dipecahkan
secara internal, pelapor dijamin haknya untuk membawa ke lembaga independen di luar perusahaan,
seperti misalnya mediator, lembaga perlindungan saksi dan korban atas biaya perusahaan.
Perusahaan memberikan perlindungan kepada pelapor sebagai berikut :
Pemecatan yang tidak adil;
Penurunan jabatan atau pangkat;
Pelecehan atau diskriminasi dalam segala bentuknya;
Catatan yang merugikan dalam file data pribadinya (personal file record).
Selain perlindungan di atas, untuk pelapor yang beriktikad baik, perusahaan juga akan menyediakan
perlindungan hukum, sejalan dengan yang diatur pada pasal 43 UU No.15 tahun 2002 jo UU No.25
tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan pasal 13 UU No.13 tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban, dan pasal 5 PP No.57 tahun 2003 tentang Tata Cara Perlindungan
Khusus bagi Pelapor dan Saksi dalam Tindak Pidana Pencucian Uang yaitu:
Perlindungan dari tuntutan pidana dan/atau perdata;
Perlindungan atas keamanan pribadi, dan/atau keluarga Pelapor dari ancaman fisik dan/atau
mental;
Perlindungan terhadap harta Pelapor;
Perahasiaan dan penyamaran identitas Pelapor; dan/atau
Pemberian keterangan tanpa bertatap muka dengan terlapor, pada setiap tingkat pemeriksaan
perkara dalam hal pelanggaran tersebut masuk pada sengketa pengadilan.
Dalam hal pelapor merasa perlu, ia juga dapat meminta bantuan pada Lembaga Perlindungan Saksi
dan Korban (LPSK), sesuai UU No.13 tahun 2006.
Investigasi
Semua laporan mengenai pelanggaran yang masuk akan dilakukan verifikasi, dengan tujuan untuk
sedapat mungkin mengumpulkan bukti awal yang cukup memadai, sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan apakah laporan pelanggaran tersebut benar adanya atau bahkan sebaliknya ditemukan
tidak cukup bukti untuk diteruskan pada tahap investigasi.
Proses investigasi atas suatu laporan harus dilakukan dengan tetap memegang azas praduga tidak
bersalah dan objektifitas. Hasil dari proses investigasi berupa laporan hasil investigasi yang disertai
beberapa bukti pendukung yang merupakan bukti fisik serta bukti non fisik. Hasil laporan investigasi
tidak berupa opini atau pendapat tapi berupa kesimpulan akhir mengenai hasil investigasi yang akan
digunakan sebagai dasar putusan pengambilan tindakan.
Investigasi dapat dilakukan baik oleh Independent Investigator (eksternal) maupun oleh Tim
Investigasi internal. Tim investigasi internal mencakup namun tidak terbatas pada Unit Internal
Audit/Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan Unit Corporate Security. Independent Investigator adalah
Kantor Akuntan Publik yang dipilih untuk mengaudit Garuda Indonesia.
Independent investigator akan ditunjuk untuk melakukan investigasi apabila terlapor adalah Direksi
dan Pegawai Pimpinan satu tingkat di bawah Direksi atau laporan bersifat materials dan
mempengaruhi citra perusahaan. Di luar kriteria tersebut, maka Investigasi akan dilakukan oleh Tim
Investigasi internal.
Perusahaan harus dapat memilih dan menyediakan Auditor / investigator yang berintegritas untuk
menjaga objectifitas hasil investigasi sehingga kepercayaan terhadap WBS dapat dijaga.
Proses investigasi harus bebas dari bias dan dilakukan tidak tergantung dari siapa yang melaporkan
ataupun siapa yang terlapor.
Terlapor harus diberi kesempatan penuh untuk memberikan penjelasan atas bukti-bukti yang ditemui,
termasuk pembelaan bila diperlukan.