Kebijakan Garuda Indonesia

7
Tentang Kami Garuda Indonesia berkomitmen untuk menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance - GCG), dalam upaya mewujudkan Garuda Indonesia yang berkinerja tinggi dengan tetap patuh pada peraturan dan perundang-undangan, serta mempraktekan bisnis yang bersih dan menjunjung tinggi etika. Untuk mewujudkan hal itu, maka pendekatan yang dilakukan oleh Garuda Indonesia adalah dengan membangun 3 (tiga) aspek utama yaitu kepemimpinan, sistem dan partisipasi / keterlibatan semua pihak. Whistle Blowing System (WBS) merupakan salah satu sistem penting yang diterapkan oleh Garuda Indonesia. WBS adalah system pelaporan pelanggaran yang memungkinkan setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan kecurangan, pelanggaran hukum dan etika serta misconduct lainnya yang dilakukan oleh Insan Garuda Indonesia. Perusahaan menjamin kerahasian indentitas serta memberikan perlindungan kepada pelapor. Laporan yang telah didukung dengan bukti awal yang memadai akan ditindaklanjuti untuk dilakukan investigasi lebih mendalam untuk menetapkan apakah suatu laporan terbukti atau tidak. Hasil investigasi menjadi dasar bagi Manajemen untuk menjatuhkan sangsi terhadap terlapor. WBS menjamin setiap pelapor dapat mengetahui status perkembangan dan tindaklanjut atas laporannya. Melalui WBS maka akan muncul persepsi yang kuat bahwa apabila melakukan kecurangan, maka potensi untuk dapat terdeteksi dan dilaporkan akan semakin besar dan bila terbukti penjatuhan sangsi merupakan suatu hal yang pasti, maka akan dapat mencegah Insan Garuda Indonesia untuk melakukannya. Dan apabila hal ini dilakukan secara konsisten dan tegas, maka upaya untuk mewujudkan Garuda Indonesia yang berkinerja tinggi, taat hukum , bersih dan beretika akan menjadi kenyataan.

description

Tugas

Transcript of Kebijakan Garuda Indonesia

Page 1: Kebijakan Garuda Indonesia

Tentang Kami

Garuda Indonesia berkomitmen untuk menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good

Corporate Governance - GCG), dalam upaya mewujudkan Garuda Indonesia yang berkinerja tinggi

dengan tetap patuh pada peraturan dan perundang-undangan, serta mempraktekan bisnis yang bersih

dan menjunjung tinggi etika.

Untuk mewujudkan hal itu, maka pendekatan yang dilakukan oleh Garuda Indonesia adalah dengan

membangun 3 (tiga) aspek utama yaitu kepemimpinan, sistem dan partisipasi / keterlibatan semua

pihak. Whistle Blowing System (WBS) merupakan salah satu sistem penting yang diterapkan oleh

Garuda Indonesia.

WBS adalah system pelaporan pelanggaran yang memungkinkan setiap orang untuk melaporkan

adanya dugaan kecurangan, pelanggaran hukum dan etika serta misconduct lainnya yang dilakukan

oleh Insan Garuda Indonesia. Perusahaan menjamin kerahasian indentitas serta memberikan

perlindungan kepada pelapor.

Laporan yang telah didukung dengan bukti awal yang memadai akan ditindaklanjuti untuk dilakukan

investigasi lebih mendalam untuk menetapkan apakah suatu laporan terbukti atau tidak. Hasil

investigasi menjadi dasar bagi Manajemen untuk menjatuhkan sangsi terhadap terlapor. WBS

menjamin setiap pelapor dapat mengetahui status perkembangan dan tindaklanjut atas laporannya.

Melalui WBS maka akan muncul persepsi yang kuat bahwa apabila melakukan kecurangan, maka

potensi untuk dapat terdeteksi dan dilaporkan akan semakin besar dan bila terbukti penjatuhan sangsi

merupakan suatu hal yang pasti, maka akan dapat mencegah Insan Garuda Indonesia untuk

melakukannya. Dan apabila hal ini dilakukan secara konsisten dan tegas, maka upaya untuk

mewujudkan Garuda Indonesia yang berkinerja tinggi, taat hukum , bersih dan beretika akan menjadi

kenyataan.

Penanganan Laporan

Pendahuluan

Tujuan proses penanganan laporan adalah untuk menjamin penanganan yang memenuhi ketentuan

dan persyaratan yang ditetapkan oleh perusahaan, pemerintah, aparat berwajib dan standar

International. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu dirumuskan kebijakan, sistem dan prosedur

penanganan laporan yang selaras dengan kebijakan perusahaan yang tertuang dalam Pedoman

Kebijakan Perusahaan (PKP). PKP berisi kebijakan-kebijakan pokok perusahaan yang disahkan oleh

Direktur Utama dan Komisaris Utama Perusahaan.

Sistim Penanganan Laporan dibangun dengan menggunakan pendekatan proses bisnis. Proses bisnis

sistem penanagan laporan adalah pemetaan proses-proses utama pelaporan pelanggaran mencakup

identifikasi hubungan antar proses serta input dan output dari setiap proses serta deskripsi mengenai

penaggungjawab utama dan Indikator Kinerja Utama dari setiap proses.

Page 2: Kebijakan Garuda Indonesia

Proses penanganan pelaporan pelanggaran dapat berfungsi dengan baik bila didukung dengan

sumberdaya yang memadai, baik berupa orang, material maupun pendanaan (finance).

Pegawai Pimpinan bersama-sama seluruh pegawai bertanggungjawab untuk mengelola dan

mengimplementasikan proses penanganan pelaporan ini.

Kebijakan

Perusahaan menunjuk tim khusus yang menagani pelaporan terhadap pelanggaran yang disebut Tim

WBS. Laporan kepada Tim WBS bisa melalui website www.garuda-wbs.com atau email khusus

dengan alamat laporan report at garuda-wbs.com atau melalui kotak pos 747.

Dalam Sistem Laporan Dugaan Pelanggaran ini, Tim WBS bertugas untuk:

1. Menerima pelaporan dugaan pelanggaran;

2. Menilai dan menyeleksi laporan dugaan pelanggaran untuk diproses lebih lanjut oleh Investigator;

3. Menjaga kerahasiaan identitas pelapor;

4. Menangani keluhan ataupun pengaduan dari pelapor yang mendapat tekanan atau perlakuan

ancaman dari terlapor;

5. Melakukan komunikasi dengan pelapor;

6. Menyampaikan laporan kepada Direksi dan Dewan Komisaris atas setiap laporan dugaan

pelanggaran yang diterima;

7. Mendokumentasikan setiap laporan dugaan pelanggaran yang diterima.

 

Perlindungan bagi pelapor memiliki manfaat atas kepastian perlakuan terhadap pelapor serta jaminan

atas kerahasian pelapor, bagi perusahaan perlindungan pelapor akan menimbulkan rasa percaya bagi

karyawan yang akan melakukan pelaporan dan meningkatkan kesadaran karyawan terhadap peraturan

dan kebijakan perusahaan

Kebijakan perlindungan pelapor dimaksudkan untuk mendorong terjadinya pelaporan pelanggaran

dan menjamin keamanan si pelapor maupun keluarganya.

1. Pelanggaran berkaitan dengan akuntansi dan audit

o Akuntansi dan pengendalian internal atas laporan keuangan dievaluasi berdasarkan atas

dampak dari potensial misstatement atas laporan keuangan;

o Independen Audit : isu berkenaan dengan Independency;

2. Pelanggaran terhadap hukum dan perundang-undangan;

o Yang applicable dan relevan dengan bisnis perusahaan;

o Ketentuan internal perusahaan.

3. Fraud dan atau ada indikasi adanya fraud;

4. Pelanggaran atas Pedoman perilaku/etika Insan garuda Indonesia;

Page 3: Kebijakan Garuda Indonesia

5. Perbuatan yang membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja, atau membahayakan keamanan

perusahaan.

 

Perusahaan akan memberikan sanksi bagi pelaporan pelanggaran yang tidak sesuai dengan maksud

dan tujuan kebijakan ini; misalnya fitnah atau pelaporan palsu.

Semua laporan pelanggaran akan dijamin kerahasiaan dan keamanannya oleh perusahaan. Bila

pelapor menyertakan identitasnya secara jelas ia juga dijamin haknya untuk memperoleh informasi

mengenai tindak lanjut atas laporannya.

Perlindungan Pelapor

Perlindungan pelapor dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas kerahasian identitas pelapor dan

perlindungan dari tindakan yang merugikan pelapor. Bagi perusahaan, perlindungan pelapor akan

menumbuhkan rasa aman bagi Insan Garuda Indonesia dan pelapor lainnya.

Kebijakan perlindungan pelapor dimaksudkan pula untuk mendorong setiap Insan Garuda Indonesia

dan Pelapor lainnya untuk berani melaporkan pelanggaran.

Perusahaan berkomitmen untuk melindungi pelapor yang beriktikad baik dan perusahaan akan patuh

terhadap segala peraturan perundangan yang terkait serta best practices yang berlaku dalam

penyelenggaraan sistem penyelenggaraan perlindungan pelapor.

Perusahaan akan memberikan sanksi bagi pelaporan pelanggaran yang tidak sesuai dengan maksud

dan tujuan kebijakan ini; misalnya fitnah atau pelaporan palsu.

Semua laporan pelanggaran akan dijamin kerahasiaan dan keamanannya oleh perusahaan dan pelapor

dijamin haknya untuk memperoleh informasi mengenai tindak lanjut atas laporannya.

Pelapor dapat mengadukan bila mendapatkan balasan berupa tekanan atau ancaman atau tindakan

pembalasan lain yang dialaminya. Pengaduan harus disampaikan kepada TIM WBS perusahaan

melalui mekanisme yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam hal masalah ini tidak dapat dipecahkan

secara internal, pelapor dijamin haknya untuk membawa ke lembaga independen di luar perusahaan,

seperti misalnya mediator, lembaga perlindungan saksi dan korban atas biaya perusahaan.

Perusahaan memberikan perlindungan kepada pelapor sebagai berikut :

Pemecatan yang tidak adil;

Penurunan jabatan atau pangkat;

Pelecehan atau diskriminasi dalam segala bentuknya;

Catatan yang merugikan dalam file data pribadinya (personal file record).

 

Selain perlindungan di atas, untuk pelapor yang beriktikad baik, perusahaan juga akan menyediakan

perlindungan hukum, sejalan dengan yang diatur pada pasal 43 UU No.15 tahun 2002 jo UU No.25

tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan pasal 13 UU No.13 tahun 2006 tentang

Page 4: Kebijakan Garuda Indonesia

Perlindungan Saksi dan Korban, dan pasal 5 PP No.57 tahun 2003 tentang Tata Cara Perlindungan

Khusus bagi Pelapor dan Saksi dalam Tindak Pidana Pencucian Uang yaitu:

Perlindungan dari tuntutan pidana dan/atau perdata;

Perlindungan atas keamanan pribadi, dan/atau keluarga Pelapor dari ancaman fisik dan/atau

mental;

Perlindungan terhadap harta Pelapor;

Perahasiaan dan penyamaran identitas Pelapor; dan/atau

Pemberian keterangan tanpa bertatap muka dengan terlapor, pada setiap tingkat pemeriksaan

perkara dalam hal pelanggaran tersebut masuk pada sengketa pengadilan.

Dalam hal pelapor merasa perlu, ia juga dapat meminta bantuan pada Lembaga Perlindungan Saksi

dan Korban (LPSK), sesuai UU No.13 tahun 2006.

Investigasi

Semua laporan mengenai pelanggaran yang masuk akan dilakukan verifikasi, dengan tujuan untuk

sedapat mungkin mengumpulkan bukti awal yang cukup memadai, sehingga dapat ditarik suatu

kesimpulan apakah laporan pelanggaran tersebut benar adanya atau bahkan sebaliknya ditemukan

tidak cukup bukti untuk diteruskan pada tahap investigasi.

Proses investigasi atas suatu laporan harus dilakukan dengan tetap memegang azas praduga tidak

bersalah dan objektifitas. Hasil dari proses investigasi berupa laporan hasil investigasi yang disertai

beberapa bukti pendukung yang merupakan bukti fisik serta bukti non fisik. Hasil laporan investigasi

tidak berupa opini atau pendapat tapi berupa kesimpulan akhir mengenai hasil investigasi yang akan

digunakan sebagai dasar putusan pengambilan tindakan.

Investigasi dapat dilakukan baik oleh Independent Investigator (eksternal) maupun oleh Tim

Investigasi internal. Tim investigasi internal mencakup namun tidak terbatas pada Unit Internal

Audit/Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan Unit Corporate Security. Independent Investigator adalah

Kantor Akuntan Publik yang dipilih untuk mengaudit Garuda Indonesia.

Independent investigator akan ditunjuk untuk melakukan investigasi apabila terlapor adalah Direksi

dan Pegawai Pimpinan satu tingkat di bawah Direksi atau laporan bersifat materials dan

mempengaruhi citra perusahaan. Di luar kriteria tersebut, maka Investigasi akan dilakukan oleh Tim

Investigasi internal.

Perusahaan harus dapat memilih dan menyediakan Auditor / investigator yang berintegritas untuk

menjaga objectifitas hasil investigasi sehingga kepercayaan terhadap WBS dapat dijaga.

Proses investigasi harus bebas dari bias dan dilakukan tidak tergantung dari siapa yang melaporkan

ataupun siapa yang terlapor.

Terlapor harus diberi kesempatan penuh untuk memberikan penjelasan atas bukti-bukti yang ditemui,

termasuk pembelaan bila diperlukan.