KEBIJAKAN FISKAL : Sekarang dan Selanjutnya Boediono
description
Transcript of KEBIJAKAN FISKAL : Sekarang dan Selanjutnya Boediono
KEBIJAKAN FISKAL : Sekarang dan Selanjutnya
Boediono
PENDAHULUAN
“Selangkah demi selangkah kita mulai keluar dari krisis yang berawal lebih dari 6tahun yang lalu. Tetapi ekonomi kita belum sepenuhnya pulih, kegiatan di sejumlah sector
masih di bawah kapasitas, pertumbuhan ekonomi belum cukup untuk menyerap pengangguran dan ekonomi kita masih rentan terhadap shocks.”
KEUANGAN NEGARA DAN KRISIS
Beban Utang Meningkat
Pertengahan tahun 1997, ketika krisis melanda Indonesia kondisi keuangan negara tidak terlalu buruk . Surplus sebesar
1,8 % dari PDB, Hutang pemerintah dengan luar negeri
sebesar USD 55,3 miliar
Tahun 1998, Indonesia mengalami kombinasi dua
penyakit ekonomi yang paling fatal : sector riil yang macet
dan hiperinflasi. (PDB anjlok sekitar 13%, inflasi
78%, dan defisit 1,7%).
Tahun 2000, utang pemerintah baik utang luar negeri maupun
dalam negeri melonjak mencapai sekitar 96% dari PDB.
Jumlah utang dalam negeri sebesar Rp 643 T (biaya timbul
akibat Kebijakan BLBI, Penjaminan Bank, dan
Rekapitulasi Bank).
lanjutan
KEBIJAKAN POKOK UNTUK MENOPANG
PERBANKAN NASIONAL SELAMA KRISIS
KEBIJAKAN BLBI
KEBIJAKAN REKAPITULSI
BANK
KEBIJAKAN PENJAMINAN
BANK
1
2 3
lanjutan
Kebijakan yang pertama adalah untuk mengatasi situasi darurat berupa kelangkaan likuiditas/alat tukar/uang yang akut sebagai akibat dari arus dana keluar yang tidak
terbendung dan makin membesar dari system perekonomian kita. Ini semua menimbulkan tekanan yang luar biasa terhadap perbankan nasional yang dapat
dipastikan akan ambruk total apabila tidak ada dukungan likuiditas.
1 KEBIJAKAN BLBI (BANTUAN LANGSUNG BANK INDONESIA)
lanjutan
Kebijakan pokok yang kedua mulai dilaksanakan sekitar bulan Maret 1998, yaitu kebijakan yang dimaksudkan untuk mengatasi situasi perbankan kita yang sudah
benar-benar kehilangan kepercayaan dari para nasabahnya. Pemerintah pada waktu itu menyimpulkan bahwa satu-satunya jalan untuk menghentikan
keruntuhan sector perbankan adalah dengan memberikan jaminan penuh kepada nasabah dan kepada mereka yang bertransaksi dengan bank.
2 KEBIJAKAN PENJAMINAN BANK
lanjutan
Kebijakan yang dapat membuat agar bank-bank yang tersisa setelah gelombang proses penutupan pada tahun 1998-1999 dapat beroperasi secara normal. Pulihnya kembali fungsi perbankan pada waktu itu dipandang sebagai prasyarat penting bagi
pemulihan ekonomi dan oleh sebab itu proses penyehatan melalui program rekapitalisasi perbankan tidak boleh ditunda-tunda. Untuk itu, pemerintah
bertindak proaktif termasuk menyediakan sebagian dari dana rekapitalisasi. Bank-bank diwajibkan memenuhi rasio kecukupan modal minimal (4% pada akhir tahun
1998) dan apabila ada kekurangan maka pemilik lama diminta menyetor paling tidak seperlimanya dan sisanya ditutup oleh pemerintah dalam bentuk obligasi
pemerintah ditempatkan pada bank-bank tersebut.
3 KEBIJAKAN REKAPITALISASI BANK
lanjutan
Kebijakan Divestasi, dalam rangka “menormalisasi” sector perbankan, telah terjadi penumpukan kepemilikan di tangan negara atau :nasionalisasi” perbankan.
Pengelolaannya sebaiknya diserahkan kepada masyarakat dan dunia usaha dan tugas pokok pemerintah adalah merumuskan aturan-aturan main bagi mereka dan
mengawasi agar aturan-aturan main itu dipatuhi sehingga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi rakyat. Kebijakan diventasi ini harus merupakan bagian integral dari strategi penataan sector perbankan nasional dan pelaksanaannya tidak
boleh ditunda-tunda.
KEBIJAKAN DIVESTASI
APA YANG TELAH KITA LAKUKAN ??
Konsolidasi Fiskal untuk Memulihkan Kepercayaan
KEPERCAYAAN Krisis Kepercayaan
Pada kemampuan dunia usaha kita untuk membayar utang, pada
perbankan nasional, pada rupiah, dan pada
pemrintah, hingga gejolak politik yang
nyaris menghilangkan keprcayaan pada diri
sendiri
KRISIS EKONOMI
“Bagaimana cara menyeimbangkan buku fiskal dengan cara cara yang tidak merusak kepercayaan para pelaku ekonomi dan kalau dapat justru mendorong
pulihnya kepercayaan itu ?”
Tidak membayar atau membatasi pembayaran utang.
Tidak membayar atau membatasi pembayara bunga utang.
Argumen mengenai utang haram
Argumen Mengenai posisi politik
lanjutan
Mengelola Utang Kita dalam Rangka Konsolidasi Fiskal
Langkah Sepihak untuk Mengurangi Beban Utang
Diplomasi Agresif Terhadap Para Kreditur
lanjutan
Usulan utnuk tidak membayar utang lua negeri yang jatuh waktu atau membatasi pembayarannya sesuai dengan apa yang kita anggap sebagai kemampuan kita untuk membayar setiap tahunnya. Tindakan semacam ini tentunya kan mengundang reaksi balik dari para kreditur yang sangat merugikan kita, temasuk terhentinya arus msuk dana dan penyitaan dan pembekuan aset kita di luar negeri.
SepihakTIDAK MEMBAYAR ATAU MEMBATASI
PEMBAYARAN UTANG
Usulan untuk tidak membayar sma sekali atau tiak membayar sebagaian bunga (atau mungkin juga pokok) yang jatuh waktu bagi obligasi rekap pada bank-bank yang direkapitalisasi. Alasannya adalah karena bank-bank itu dianggap memperoleh keuntungan besar hanya dengan ongkang-ongkang. Resikonya akan menimbulkan biaya yang lebih mahal daripada penghematan pembayaran bunga dan poko yang semula diinginkan, dan juga menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan para pelaku ekonomi.
TIDAK MEMBAYAR ATAU MEMBATASI PEMBAYARAN BUNGA UTANG
lanjutan
Argumen utang harap punya unsur-unsur kebenaran, tetapi dalam konstelasi alur dan peuang diplomasi yang tersedia sekarang, alasan itu lebih pas dan lebih efektif apabila disuarakan oleh para LSM daripada sebagai posisi resmi pemerintah.
Diplomasi ARGUMEN TENTANG UTANG HARAM
Argumen tentang Indonesia memiliki posisi politik yang strategis dan berhak memperoleh perlakuan khusus barangkali akan sulit untuk digunakan dalam perundingan daam bentuk argumen umum seperti itu. Argumen itu akan menjadi kartu bargaining yang efektif hanya apabila diterjemahkan menjadi tawaran atau konsesi politik yang konkrit. Resikonya yang munkin muncul adlah konsesi-konsesi yang mereka minta kemungkinan besar tidak akseptabel bagi kita secara politis.
ARGUMEN TENTANG POSISI POLITIK
lanjutan
Risiko Kebangkrutan Pasar Menurun
Salah satu sumber kekhawatiran pasar menganai keuangan negara kita dalah besarnya jumlah utang (terutama utang dalam negeri) yang
jatuh mulai 2004 dan seterusnya.
Obligasi yang jatuh tempo periode 2004-2009 sebesar Rp 379 T.Utang dengan Bank Indonesia periode 2004-2009 sebesar Rp 137 T.
Solusi
REPOFILING
NEGOSIASI UTANG
PEMERINTAH DENGAN BI
1 2
lanjutan
Repofiling yaitu menggeser pola jatuh waktu obligasi tersebut supaya tidak terkonsentrasi pada 2004-9 tetapi sebagian digeser ke tahun tahun sesudah itu.
Demi terpeliharanya kepercayaan pasar terhadap bank dan terhadap obligasi negara, pemerintah memilih untuk mengikuti cara yang ramah pasar (market
friendly), yaitu didasarkan atas prinsip kesetaraan antara pihak pihak yang bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Prinsip reprofilling yang disepakati adalah mempertahankan net present value obligasi yang re proflie jatuh waktunya. Reprofilling secara bilateral seperti ini berhasil
menggeser skeitar Rp 178 triliun yang semula akan jatuh waktu dalam 2004-9 ke tahun sesudah itu. Kebijakan reprofilling akan dilanjutkan terutama “melalui
pasar”, yaitu dengan mekanisme membeli di pasar obligasi yang akan jatuh waktu di tahun-tahun rawan dan sebagai gantinya menerbitkan obligasi baru dengan
jatuh tempo di luar tahun tahun rawan.
1 REPOFILING
lanjutan
Langkah penting kedua untuk mengurangi beban pembayaran utang adalah dengan menegosiasikan utang pemerintah dengan Bank Indonesia, juga dengan prinsip win
win solution yang meringankan beban anggaran negara tetapi sekaligus tetap menjaga kesehatan keuangan Bank Indonesia. Pokok pokok restrukturisasi ini
adalah sebagai berikut. Jatah waktu utang digeser 30 tahun dan dibebani bunga minimal (0,1%) sehingga mengurangi beban pembayaran pokok pada tahun tahun
rawan dan meringankan beban pembayaran bunganya bagi APBN. Sebagai imbalannya, pemerintah menjamin kecukupan modal Bank Indonesia dengan
memberikan tambahan dana apabila modal Bank Indonesia turun di bawah 3% dari kewajiban moneternya.
2 NEGOISASI UTANG PEMERINTAH DENGAN BANK INDONESIA
lanjutan
Reprofiling obligasi rekap dan retrukturisasi utang BLBI sangat mengurangi resiko gagal bayar (default risk) pemerintah di tahun tahun mendatang dan tampaknya telah dapat mengurangi kekhawatiran pasar mengenai keuanagn negara kita, seperti tercermin pada terus menurunnya premi resiko Indonesia dan makin meningkatnya peringkat kredit ini.
Proses spiral menuju perbaikan (virtous cycle) dengan titik sentral pemulihan kepercayaan pelaku saat ini sedang berjalan dan momentumnya harus tetap dipelihara agar terus bergulir.
LANGKAH SELANJUTNYA
Reformasi Fiskal yang Lebih Mengakar
TIGA BIDANG FOKUS REFORMASI FISKAL
PERPAJAKAN KEPABEANAN ANGGARAN
1 2 3
lanjutan
Pendekatan yang diambil dalam reformasi dan modernisasi administrasi perpajakan adalah dengan membentuk kantor percontohan (dimulai dengan 200 wajib pajak terbesar) dengan tata kerja baru yang didukung dengan sistem tekhnologi informasi baru termasi otomatisasi proses administrasi, personalia yang diseleksi dan dilatih khusus, sistem penalti dn insentif baru dan sistem pengawasan eksternal baru.
Sasarannya adalah menuju sistem perpajakan nasional yang lebih sederhana, lebih efisien, lebih adil dan lebih kompetitif.
1 BIDANG PERPAJAKAN
lanjutan
Fokus utama dalam reformasi bidang kepabeanan adalah pada penyederhanaan prosedur impor dan ekspor untuk mengurangi biaya usaha dan menekan penyelundupan.
Importir diregistrasi kembali untuk mengurangi importir ‘fiktif” , proses administrasi, pembayaran, dan verifikasi disederhanakan dan sejauh mungkin secara elektronis, dan bersamaan dengan itu fasilitas jalur cepat bagi importir dengan track record yang baik diperluas.
2 BIDANG KEPABEANAN
lanjutan
Arah pembaharuan di bidang anggaran ditentukan oleh ketentuan-ketentuan pokok yang tercantum dalam UU Keuangan Negara yang baru (UU/17/2003) seperti angaran terpadu yang tidak membedakan antara anggaran rutin dan pembangunan, klasifikasu menurut GFS, pengangran berdasarkan kinerja (performance basd budgeting), rencana jangka menengah (medium term expenditure framework), pelaporan keuangan negara yang komprehensif, dsb.
Reformai dan modernissasi keuangan akan membagi secara tegas fungsi analisis dan perumusan kebijakan, fungsi perencanaan anggaran dan fungsi perbendaharaan (termasuk di sini fungsi pengelolaan utang)
3 BIDANG ANGGARAN