Kebijakan Disaster Plan

8
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA ( DISASTER PLAN ) KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA ( DISASTER PLAN ) DI INSTALASI GAWAT DARURAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS RS U ST. GABRIEL KEWAPANTE U ST. GABRIEL KEWAPANTE A. PENDAHULUAN Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai pusat pelayanan kesehatan yang melayani selama 24 jam penuh seharusnya berfungsi untuk melayani kesehatan pada pasien yang bersifat gawat dan darurat serta membutuhkan pertolongan segera untuk menghindari perkembangan penyakit yang lebih parah dan dapat mengancam jiwa pasien. Keberhasilan pelayanan kegawatdaruratan ini membutuhkan berbagai hal pendukung, diantaranya tenaga medis yang profesional, sistem kerja yang baik dengan dukungan fasilitas yang baik. Kasus – kasus massal atau bencana massal yang sering terjadi di masyarakat memerlukan penanganan khusus dari Tim Medis dan masyarakat sendiri.Untuk memudahkan pelayanan dan pertolongan pada kasus massal tersebut diperlukan keterampilan dari Tim Medis serta masyarakat. Oleh sebab itu Program Disaster Plan sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam penanggulangan bencana massal. Untuk itu diperlukan tata laksana penanggulangan bencana massal yang lebih baik sehingga pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat yang terjadi di Masyarakat dapat ditanggulangi dengan baik. B. TUJUAN 1. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan bagi seluruh petugas IGD dalam memberikan pertolongan apabila terjadi bencana massal.

description

plan

Transcript of Kebijakan Disaster Plan

Page 1: Kebijakan Disaster Plan

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA ( DISASTER PLAN )KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA ( DISASTER PLAN )DI INSTALASI GAWAT DARURATDI INSTALASI GAWAT DARURATRSRSU ST. GABRIEL KEWAPANTE U ST. GABRIEL KEWAPANTE

A. PENDAHULUANInstalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai pusat pelayanan kesehatan yang

melayani selama 24 jam penuh seharusnya berfungsi untuk melayani kesehatan pada pasien yang bersifat gawat dan darurat serta membutuhkan pertolongan segera untuk menghindari perkembangan penyakit yang lebih parah dan dapat mengancam jiwa pasien. Keberhasilan pelayanan kegawatdaruratan ini membutuhkan berbagai hal pendukung, diantaranya tenaga medis yang profesional, sistem kerja yang baik dengan dukungan fasilitas yang baik.

Kasus – kasus massal atau bencana massal yang sering terjadi di masyarakat memerlukan penanganan khusus dari Tim Medis dan masyarakat sendiri.Untuk memudahkan pelayanan dan pertolongan pada kasus massal tersebut diperlukan keterampilan dari Tim Medis serta masyarakat. Oleh sebab itu Program Disaster Plan sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam penanggulangan bencana massal.

Untuk itu diperlukan tata laksana penanggulangan bencana massal yang lebih baik sehingga pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat yang terjadi di Masyarakat dapat ditanggulangi dengan baik.

B. TUJUAN1. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan bagi seluruh petugas IGD dalam

memberikan pertolongan apabila terjadi bencana massal.2. Mempermudah dan mempercepat tindakan yang dilakukan pada penanganan

bencana massal.3. Untuk menyelamatkan jiwa, pencegahan cacat dalam melakukan

penanggulangan bencana massal.4. Memberikan pelayanan terbaik kepada pasien dengan kasus kegawatan pada

bencana massal.5. Memberikan hasil yang optimal dari penanganan pasien pada bencana massal.

C. PENGERTIANa. Pasien gawat darurat

Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam jiwanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.

Page 2: Kebijakan Disaster Plan

b. Pasien gawat tidak daruratPasien dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat (misalnya pasien dalam kondisi kanker stadium terminal).

c. Pasien darurat tidak gawatPasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya (misalnya pasien dengan luka sayat yang dangkal).

d. Pasien tidak gawat tidak darurat Pasien yang tidak memerlukan pertolongan segera (Misalnya pasien dengan

ulcus tropicum, TBC kulit, dan sebagainya).e. Penanggulangan Bencana ( Disaster Plan )

Suatu program terpadu bagi tenaga kesehatan dan masyarakat untuk melakukan tindakan dan cara-cara menghadapi bencana baik sebelum, sedang atau sesudah terjadi bencana.

D. PRINSIP DASAR PELAKSANAANPetugas Medis dan Paramedis harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan

kegawatannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien sesuai dengan ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang berlaku dan tidak berdasarkan urutan kedatangan pasien.

Adapun jenis keadaan triase dapat terjadi dalam berbagai kemungkinan, di antaranya adalah sebagai berikut :1. Apabila jumlah penderita dan/atau jenis tindakan belum melampaui kemampuan

rumah sakit, maka yang dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan masalah gawat darurat dan/atau dalam kondisi multitrauma

2. Apabila jumlah penderita dan/atau jenis tindakan sudah melampaui kemampuan rumah sakit, maka yang dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan kemungkinan hidup terbesar dan/atau yang membutuhkan waktu, perlengkapan, dan tenaga yang paling sedikit

Prioritas penanganan pasien di IGD adalah pasien dengan kategori I, II, III, IV, dan V dengan memperhatikan kondisi sebagai berikut :I : GawatII : Keadaan yang mengancam jiwaIII : Mengalami perlukaan organ yang multipelIV : Mempunyai prognosis yang baikV : Pasien tidak gawat tidak darurat (false emergency)

Page 3: Kebijakan Disaster Plan

Semua Tim Disaster untuk Medis dan Paramedis harus mampu menangani kegawatdaruratan, dan semua Tim yang terkait baik Medis, Paramedis, keamanan, humas dan lain-lain harus siap bila sewaktu-waktu ada kejadian nyata.

E. TATA CARA KERJAFASE – FASE PENANGGULANGAN KORBAN MASSAL.

A. FASE INFORMASI

1. Bencana korban massal yang terjadi di luar RS, informasi dapat datang dari Polisi / PMI atau Dinas Kesehatan.

2. Bencana korban massal terjadi di dalam RS, informasi dapat datang dari dokter,perawat, awam.

3. Informasi bencana masuk ke sentral RSU St. Gabriel Kewapante dibagian informasi dengan nomor3546040, maka petugas yang menerima informasi harus meneruskan kepada kepala IGD apabila musibah terjadi pada jam dians, apabila musibah terjadi di luar jam dinas, maka petugas penerima informasi meneruskan kepada kepala Petugas Jaga di IGD.

4. Kepala Jaga petugas IGD meneruskan informasi kepada kepala IGD dan selanjutnya kepla IGD meneruskan kepada Direktur RSU St. Gabriel Kewapante ".

5. Komunikasi yang dipergunakan :-Di dalam RS ( intern ) : telepon / aiphone.-Di luar RS ( ekstern ) : telepon

B. FASE SIAGA.

Tim Pengumpul dijabat oleh :1.1 Kepala Petugas Jaga:

Tugas :a. Melakukan uji kebenaran informasi adanya musibah massal.b. Melakukan kordinasi dengan matrik Satpam guna mengamankan

lokasi lokasi penanganan di IGD dan Rs dan IBS, mengatur lalu lintas kendaraan masuk dan keluar.

c. Mengarahkan anggota untuk mengambil brankas yang akan dipergunakan menuju lokasi penanganan bencana.

1.2 Kasie Perawatan / Perawat supervisi.Tugas :a. Menyiapkan lokasi penampungan pertama.b. Merekut perawat off duty untuk membantu :

- Resusitasi- Evalusi / tansportasi.

Page 4: Kebijakan Disaster Plan

c. Melakukan kordinasi dengan kepla ruang, Bedah, untuk mempersiapkan ruangan untuk menerima korban termasuk mempersiapkan lokasi cadangan.

1.3 Kepala PerawatanTugas :a. Menyiapkan ruangan masing – masing.b. Menyiapkan relokasi ruangan.

1.4 Kepala IGD.Tugas :a. Melakukan koordinasi dan merekrut dokter jaga off duty, dokter

konsulen.b. Menentukan tingkat bencana yang terjadi ( Brncana tingkat I, II, III, IV ).c. Melaporkan kepada Direktur RSU St. Gabriel Kewapante mengenai

tingkat bencana yang terjadi dan jenis bencana serta lokasi.

C. FASE TRIASE DAN PELAYANAN.

1. Triase : Dilakukan oleh Dokter Jaga dan Dokter Bedah.Tugas :

a. Bertanggung jawab atas pemeriksaan pertama.b. Mengelompokkan korban sesuai dengan berat ringannya perlukaan.c. Menentukan prioritas pertolongan dengan pemberian label.

Label Hijau Penderita tidak luka. Ruang tunggu untuk di pulangkan.

Label Kuning Penderita hanya luka ringan Kamar bedah Minor.

Label Merah Penderita dengan cidera berat. Resusitasi dan kamar opeasri. Label Putih Penderita dalam keadaan berat / shock. resusitasi observasi. Label Hitam Penderita yang sudah meninggal kamar Jenasah

2. Tim Medis.

Terdiri dari : Tim Medis Inti dan Tim Penunjang, antara lain : Laboratorium, Bank Darah Radiologi.Tugas :a. Bertanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan kesehatan dan tindakan

yang diberikan kepada korban.b. Merawat korban yang memerlukan perawatan, dapat dimasukkan ke :

- Ruang perawatan biasa.

Page 5: Kebijakan Disaster Plan

3. Logistik.Dijabat oleh Kepala farmasi.

Tugas :a. Menyiapkan kebutuhan obat – obat Askes.b. Mengadakan koordinsi dengan kepala Instalsi Gizi guna menyiapkan makanan

untukmpesonil dan korban.

4. Administrasi.a. Rekam Medis

Tugasnya :- Melaksanakan admisnitrasi psien, antara lain : Identifikasi, Registrasi,

Status korban.- Mencatat jumlah pasien dan tempat perawatannya.

b. Keuangan.Tugasnya :

- Melaksanakan administrasi keuangan korban ( Askes , Umum )

5. Penerangan / Informasi.Tugasnya : Kordinasi dengan kepala jaga untuk :

a. Mengetahui / mencatat administrasi pasien global dengan baik.b. Mencatat kondisi pasien yang meninggal.

F. EVALUASIPelaksanaan evaluasi dilakukan dalam jangka waktu setiap 3 (tiga) tahun

sekali atau sewaktu-waktu jika diperlukan untuk dapat ditindaklanjuti.

G. PENUTUPDemikian kebijakan tata laksana penanggulangan bencana massal atau disaster

plan ini disusun dengan tujuan agar dapat menjadi acuan dalam pelaksanaannya.

Kewapante , 20 Desember 2010 RSU St. Gabriel Kewapante

Dr. Y ustina Wela Direktur

Page 6: Kebijakan Disaster Plan