Kebijakan dan Program Nasional Penanganan Permukiman Kumuh 2015-2019

13
KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH 2015-2019 Jakarta, 22 Desember 2014

description

disampaikan pada Peluncuran Program NasionalPenanganan Permukiman Kumuh 2015 2019, Jakarta 22 Desember 2014

Transcript of Kebijakan dan Program Nasional Penanganan Permukiman Kumuh 2015-2019

PowerPoint Presentation

KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONALPENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH2015-2019

Jakarta, 22 Desember 2014Kondisi dan Tantangan Permukiman Kumuh Urbanisasi yang pesat memberikan implikasi terhadap perumahan dan permukimanUrbanisasi dan implikasinya terhadap perumahan dan permukiman:Ketidaksiapan kota menghadapi urbanisasi berpotensi menyebabkan semakin pesatnya pertumbuhan permukiman kumuh perkotaanLuas Kawasan Kumuh: 38.431 Ha*Rumah Tangga Kumuh Perkotaan: 12,1% atau 9,6 juta rumah tangga (Susenas, 2013) 35-40% Pertumbuhan Penduduk Alami30-40% Reklasifikasi Desa ke Kota25-30%-Migrasi Desa ke KotaMeningkatnya kepadatan permukiman dan perubahan kebutuhan rumah untuk rumah tangga di perkotaanMeningkatnya kebutuhan pelayanan dasar dan sistem pengelolaan permukimanMeningkatnya kebutuhan rumah layak dan terjangkau serta rumah sewa*) Data Bangkim PU (2014) + BPS DKI (2013)Laju urbanisasi yang pesat akan berimplikasi pada meningkatnya kepadatan penduduk perkotaan yang sekaligus meningkatkan kebutuhan akan pelayanan dasar dan sistem permukiman. Jika tidak diimbangi dengan kesiapan kota, maka urbanisasi akan berpotensi menyebabkan semakin pesatnya pertumbuhan permukiman kumuh di perkotaan.Hingga tahun 2014, Hasil Quick Count Permukiman Kumuh yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Perhitungan Kawasan Kumuh DKI Jakarta yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta menyebutkan bahwa terdapat 38.431 Ha kawasan permukiman kumuh di Indonesia. Data BPS juga menyebutkan bahwa hingga tahun 2013 terdapat 9,6 juta rumah tangga yang hidup di kawasan permukiman kumuh di Indonesia. 2Mimpi ke Depan: Kota Tanpa Kumuh?Tren 2011-2013: - 0,23% per tahunTren 2014-2019: - 1,73% per tahunProyeksi Penanganan Kumuh Perkotaan Menjadi 0%Sumber: Pengolahan Pencapaian Data MDGs, 2014Kriteria Rumah Tangga Kumuh BPS:

Air minumtidak layak (15%)Sanitasitidak layak (15%)Sufficient living area 7,2 m2 (35%)Durability of housing 2 kriteria (35%)Teratasinya kekumuhan sesuai kriteria BPSTarget:100-0-100Diperlukan akselerasi 8x lebih cepatTarget universal access Air Minum dan Sanitasi sebesar 100% dan Kota Tanpa Kumuh (0%) merupakan mimpi besar yang harus dicapai di akhir tahun 2019. Data MDGs menyebutkan bahwa hingga tahun 2014 (prognosa), terdapat 10,10% rumah tangga yang tinggal di rumah tidak layak huni. Target 0% di tahun 2019 hanya akan tercapai jika pemerintah melakukan percepatan penanganan sebesar 8x lipat selama 5 tahun ke depan dibandingkan dari tahun 2010-2014. 0% kumuh diukur dari telah teratasinya seluruh kriteria rumah tangga tidak layak huni di Badan Pusat Statistik, yaitu:Durability of HousingSufficient Living AreaAir Minum Sanitasi3Arah Kebijakan dan Strategi Penanganan KumuhARAH KEBIJAKANMenciptakan lingkungan yang memampukan (enabling environment)Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman kumuhMencegah pembentukan kumuh baruSTRATEGI POKOKMenyediakan lahan perumahan untuk MBRMeningkatkan kapasitas Pemerintah DaerahFasilitasi pembangunan perumahan swadayaMenangani permukiman kumuh yang komprehensif dan terpadu dengan Rencana KotaMemperluas akses pembiayaan perumahan bagi MBRMenyediakan pelayanan dasar yang terpadu dengan sistem kota

Slum Alleviation Policy and Action Plan (SAPOLA) telah merumuskan arah kebijakan dan strategi pokok dalam menangani dan mencegah permukiman kumuh, antara lain sebagai berikut:Arah Kebijakan:Mencipatakan lingkungan yang memampukan (enabling environment), dalam konsep tersebut, pemerintah harus berperan sebagai pemberdaya dan katalisator pembangunan yang mencipatakan pasar perumahan dan iklim pembangunan yang kondusif;Meningkatka kualitas lingkungan permukiman kumuh;Mencegah pembentukan permukiman kumuh baru;

Strategi Pokok:Menyediakan lahan perumahan untuk MBRMeningkatkan kapasitas Pemerintah DaerahFasilitasi pembangunan perumahan swadayaMenangani permukiman kumuh yang komprehensif dan terpadu dengan Rencana KotaMemperluas akses pembiayaan perumahan bagi MBRMenyediakan pelayanan dasar yang terpadu dengan sistem kota

4Komponen Penanganan Permukiman KumuhPembangunan EkonomiPembangunan Fisik-LingkunganPembangunan SosialCapacity Building

RusunawaAir dan SanitasiSertifikasi LahanPendidikanKesehatanPelatihan KewirausahaanPinjaman Modal UsahaPembinaan Pengelolaan SaranaPelatihan Pemetaan SwadayaBentuk penanganan permukiman kumuh harus dilakukan secara komprehensif dan menyentuh seluruh komponen, bukan hanya melalui pembangunan fisik. Aspek peningkatan kapasitas masyasrakat, pengembangan ekonomi, dan pembangunan sosial adalah hal mendasar yang perlu ditangani dan menjadi kunci keberlanjutan pembangunan. 5Visi vs Kondisi Penanganan Permukiman KumuhBelum ada Program Nasional Penanganan Permukiman KumuhInisiatif Daerah:Berskala kecil dan sebagian besar cukup efektif namun cenderung terpencarInisiatif Pusat:Berskala besar namun tidak terpadu antar sektor dan daerahPemda harus mampu memobilisasi sumber dayaPenanganan belum efektif karena belum adanya sinergi antar sektor dan sumber dayaMemiliki rencana penanganan kumuh yang komprehensifKolaborasi Pusat dan Daerah dengan Pemda sebagai PanglimaKondisi Penanganan Saat IniHarapan Penanganan Ideal

VISIKota Tanpa Permukiman KumuhMewujudkan Kota Tanpa Permukiman Kumuh merupakan sebuah tantangan besar, terutama mengingat hingga saat ini belum ada program nasional penanganan permukiman kumuh yang menjadi acuan seluruh pihak terkait. Meskipun telah banyak inisiatif-inisiatif yang muncul baik dari pemerintah pusat ataupun daerah, namun penanganan masih belum efektif karena belum adanya sinergi antar sektor dan sumber daya yang ada. Inisiatif dari pemerintah daerah biasanya berskala kecil dan sebagian besar cukup efektif, namun cenderung masih terpencar. Sedangkan, inisiatif pemerintah pusat rata-rata berskala besar, namun cenderung tidak terpadu antara sektor dan daerah. Di satu sisi, keterpaduan antar sektor dan keterpaduan antara pemerintah pusat-daerah merupakan hal mutlak yang menjamin keberhasilan dan keberlanjutan program penanganan dalam mencapai penanganan kumuh tuntas 0% di tahun 2019. Dalam mencapai 0% di tahun 2019, dibutuhkan adanya sebuah kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah dengan Pemerintah sebagai Panglima. Pemerintah Daerah diharapkan dapat berperan sebagai pelaku utama pembangunan, baik dari perencanaan hingga proses monitoring dan evaluasi dengan menyusun sebuah rencana penanganan kumuh yang komprehensif dan dapat digunakan untuk memobilisasi sumber daya.

6Prinsip Dasar Penanganan KumuhPEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PANGLIMAPemda bertanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan program penanganan permukiman kumuhPemerintah Pusat berperan sebagai pendamping Daerah dan menciptakan kondisi yang kondusif2.PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN PROGRAMPelibatan masyarakat melalui proses partisipatif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses pengawasan3.KOLABORASI DAN KOMPREHENSIFMenyelesaikan berbagai persoalan kumuh dari berbagai sektor, baik fisik maupun non-fisik melalui kolaborasi antar para pemangku kepentingan dalam perencanaan yang terpaduTERINTEGRASI DENGAN SISTEM KOTAKeterpaduan rencana penanganan kumuh dengan rencana pembangunan kotaKeterpaduan prasarana kota dan kawasan permukiman5.MENJAMIN KEAMANAN BERMUKIMPerumahan merupakan hak dasar manusia, dan penduduk yang tinggal dan menghuni rumah, baik legal maupun ilegal, memperoleh perlindungan dari penggusuran yang sewenang-wenang

20152016201720182019dstTahap PersiapanTahap ImplementasiManajemen ProgramFinalisasi Basis Data KumuhFinalisasi manual, modul, tools dan website penanganan kumuhScaling up Program Penanganan Kumuh Berbasis Masyarakat sebagai program nasional (perencanaan partisipatif/makro-mikro). KebijakanSinkronisasi Menjadikan program kolaborasi sebagai platform penanganan kumuh nasionalRekrutmen konsultan dan fasilitatorMoU antara Pemerintah Pusat dan DaerahInisiasi kemitraan dengan pihak lainProporsi BLM5%15%35%65%100%Peta Jalan (Road Map) Penanganan KumuhTahap DasarTahap Lanjut Tahap DasarTahap Lanjut8Delineasi Kumuh Bangkim Cipta Karya + BPS DKI (*)SK Kumuh/Perda Kumuh oleh Daerah Delineasi Kawasan Kumuh 38.431 Ha*Pemetaan Detail Kawasan Kumuh Secara Swadaya Luas dan Lokasi Slum/Squatter Jumlah Rumah Tangga Kumuh Profil EkonomiKondisi Infrastruktur DasarSkema Program Tahap Persiapan 2015Rencana Investasi Penanganan KumuhCapacity BuildingSosialEkonomiFisikPada tahu 2015, pemerintah daerah didorong untuk menyusun sebuah Rencana Penanganan Kumuh Komprehensif yang dilakukan melalui proses pemetaan kebutuhan secara swadaya di tingkat masyarakat. Pemetaan swadaya harus dapat menunjukkan besar kebutuhan penanganan yang ada di lokasi bersangkutan, meliputi Luas dan lokasi Slum/Squatter, Jumlah Rumah Tangga Kumuh, profil ekonomi, dan profil kondisi infrastruktur dasar. Pemerintah Daerah kemudian diharapkan dapat menyusun Portofolio/Rencana Investasi Penanganan Kumuh yang meliputi aspek capacity building, sosial, ekonomi, dan fisik. 9Pembangunan FisikPembangunan EkonomiPembangunan SosialPIMPINAN DAERAHPOKJA PKPDSTRATEGI PENANGANAN KUMUH KOTAMemorandum Capacity BuildingProgram pembangunan perumahan, prasarana dan sarana dasarProgram-program capacity building KK kumuh, KSM, mental wirausaha, keterampilan, dsbProgram pengembangan institusi masyarakatHousing micro finance Pengembangan penghidupan berkelanjutanPendampingan ERT, UKM, dsbPengembangan modal sosial, pendidikan & kesehatan Visi MisiMandatPolitical SupportsTupoksiDukungan DanaRincian:KegiatanTahapan/WaktuLokasiBesaranSumber DanaMinimum requirements:Dari,oleh, dan untuk kota ybs. Berdasarkan strategi pembangunan kotaSkala kota dengan kejelasan prioritas penangananDemand responsive approach (top-down meets bottom-up)Multi sektor, multi stakeholderPortofolio/Rencana Investasi Penanganan Kumuh yang dimaksud harus disusun oleh Pokja Perumahan dan Permukiman Daerah (Pokja PKPD) dan disusun berdasarkan strategi pembangunan kota, berskala kota dengan kejelasan prioritas penanganan, demand responsive approach, dan melibatkan banyak pihak (multisektor/multistakeholder). Strategi Pembangunan Kumuh Kota tersebut harus meliputi Rencana Pembangunan Fisik, Rencana Peningkatan Kapasitas, Pembangunan Sosial, dan Pembangunan Ekonomi. Seluruhnya harus dilengkapi dengan rincian kegiatan, tahapan/waktu, lokasi, besaran, dan sumber dana yang dibutuhkan. 10Platform Kolaborasi Penanganan Permukiman KumuhPokja PKP NasionalPokja PKP ProvinsiPokja PKP Kabupaten/KotaPMU dan PIUsDukungan Manajemen PusatDukungan Manajemen WilayahDukungan Manajemen Kota/KabupatenTim FasilitatorKelurahan(Lurah/LKM/BKM/Kontributor)Ahli yang dikontrak masyarakatPerguruan Tinggi LokalAPBNAPBDPHLNCSRDana Swadaya Masy.Hibah/WakafBank/ LKNBPemerintah Pusat akan mendukung pelaksanaan di pusat dan daerah dengan membentuk tim fasilitator yang akan disebar ke seluruh daerah penanganan dengan melibatkan perguruan tinggi lokal dan tenaga ahli lokal yang dikontrak oleh masyarakat. Sumber pendanaan dilakukan dengan adanya kolaborasi berbagai sumber, baik dari APBN, APBD, CSR, Dana Swadaya Masyakarat, PHLN, Bank/LKNB, Hibah/Wakaf, dan lainnya. 11Platform Kolaborasi Penanganan Permukiman KumuhPokja PKP NasionalPokja PKP ProvinsiPokja PKP Kabupaten/KotaPMU dan PIUsDukungan Manajemen PusatDukungan Manajemen WilayahDukungan Manajeman Kota/KabupatenTim FasilitatorKelurahan(Lurah/LKM/BKM/Kontributor)Ahli yang dikontrak masyarakatPerguruan Tinggi LokalPembangunan FisikPembangunan EkonomiPembangunan SosialMemorandum Capacity BuildingPROGRAM PUSAT DAN DAERAHCSRAPBNAPBDDana Swadaya Masy.Hibah/WakafBank/ LKNBPHLNPendanaan dan program dari berbagai sumber dan sektor akan dikolaborasikan ke dalam bentuk-bentuk rencana penanganan yang diusulkan oleh pemerintah daerah, sehingga program penanganan kumuh yang terpadu dan komprehensif dapat terwujud. 12TERIMA KASIH