Kebijakan Dalam Pelayanan Kesehatan Dan Keperawatan Hardiyono

16

description

oke

Transcript of Kebijakan Dalam Pelayanan Kesehatan Dan Keperawatan Hardiyono

Page 1: Kebijakan Dalam Pelayanan Kesehatan Dan Keperawatan Hardiyono
Page 2: Kebijakan Dalam Pelayanan Kesehatan Dan Keperawatan Hardiyono

KEBIJAKAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN DAN

KEPERAWATAN

A. PENGERTIAN

Pembangunan Kesehatan Adalah suatu sistem pelayanan kesehatan yang penting dalam

meningkatkan derajat kesehatan. Kebijakan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai

komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan diantara perawat dokter atau tim kesehatan

lain yang satu dengan yang lain saling menunjang.

B. TUJUAN

Tujuan pembangunan kesehatan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang.

C. KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

Adalah perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran

serta aktif masyarakat, mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara

berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyuluh dan

terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk ikut

meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri dalam upaya

kesehatannya masyarakat, terpadu, individu, keluarga.

D. TINGKAT PELAYANAN KESEHATAN

1. Health promotion ( promosi kesehatan )

Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan

pelayanan melalui peningkatan kesehatan. Pelaksanaan ini bertujuan untuk meningkatkan status

kesehatan agar masyarakat atau sasarannya tidak terjadi gangguan kesehatan. Tingkat pelayanan

ini dapat meliputi, kebersihan perseorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan

kesehatan berkala, penigkatan status gizi, kebiasaan hidup sehat, layanan prenatal, layanan

lansia, dan semua kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan status kesehatan.

Page 3: Kebijakan Dalam Pelayanan Kesehatan Dan Keperawatan Hardiyono

2. Specific protection ( perlindungan khusus )

Perlindungan khusus ini dilakukan dalam melindungi masyarakat dari bahaya yang akan

menyebabkan penurunan status kesehatan, atau bentuk perlindungan terhadap penyakit-penyakit

tertentu, ancaman kesehatan, yang termasuk dalam tingkat pelayanan kesehatan ini adalah

pemberian imunisasi yang digunakan untuk perlindungan pada penyakit tertentu seperti

imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, campak dan lain-lain. Pelayanan perlindungan keselamatan

kerja dimana pelayanan kesehatan yang diberikan pada seseorang yang bekerja di tempat risiko

kecelakaan tinggi seperti kerja di bagian produksi bahan kimia, bentuk perlindungan khusus

berupa pelayanan pemakaian alat pelindung diri dan lain sebagainya.

3. Early diagnosis and prompt treatment ( diagnosis dini dan pengobatan segera )

Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk ke dalam tingkat dimulainya atau

timbulnya gejala dari suatu penyakit. Tingkat pelayanan ini dilaksanakan dalam mencegah

meluasnya penyakit yang lebih lanjut serta dampak dari timbulnya penyakit sehingga tidak

terjadi penyebaran. Bentuk tingkat pelayanan kesehatan ini dapat berupa kegiatan dalam rangka

survei pencarian kasus baik secara individu maupun masyarakat, survei penyaringan kasus serta

pencegahan terhadap meluasnya kasus.

4. Disability limitation ( pembatasan cacat )

Pembatasan kecacatan ini dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak

mengalami dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan. Tingkat ini dilaksanakan pada

kasus atau penyakit yang memiliki potensi kecacatan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan

dapat berupa perawatan untuk menghentikan penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut,

pemberian segala fasilitas untuk mengatasi kecacatan dan mencegah kematian.

5. Rehabilitation ( rehabilitasi )

Tingkat pelayanan ini dilaksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh. Sering pada tahap

ini dijumpai pada fase pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana program latihan-latihan yang

diberikan pada pasien, kemudian memberikan fasilitas agar pasien memiliki keyakinan kembali

atau gairah hidup kembali ke masyarakat dan masyarakat mau menerima dengan senang hati

karena kesadaran yang dimilikinya.

Page 4: Kebijakan Dalam Pelayanan Kesehatan Dan Keperawatan Hardiyono

E. LEMBAGA PELAYANAN KESEHATAN

1. Rawat Jalan

Lembaga pelayanan kesehatan ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan pada

tingkat pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau mendadak dan

kronis yang dimungkinkan tidak terjadi rawat inap. Lembaga ini dapat dilaksanakan pada klinik

– klinik kesehatan, seperti klinik dokter spesialis, klinik perawatan spesialis dan lain – lain.

2. Institusi

Institusi merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam

memberikan berbagai tingkat pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, pusat rehabilitasi dan

lain – lain.

3. Hospice

Lembaga ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan yang difokuskan pada klien

yang sakit terminal agar lebih tenang dan dapat melewati masa – masa terminalnya dengan

tenang. Lembaga ini biasanya digunakan dalam home care.

4. Community Based Agency

Merupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien pada

keluarganya sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek perawat keluarga dan

lain – lain.

F. LINGKUP SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

1. Primary health care ( pelayanan kesehatan tingkat pertama )

Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki

masalah kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat tetapi ingin mendapatkan peningkatan

kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga sifat pelayanan kesehatan adalah

pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan ini dapat dilaksanakan oleh puskesmas atau

balai kesehatan masyarakat dan lain – lain.

Page 5: Kebijakan Dalam Pelayanan Kesehatan Dan Keperawatan Hardiyono

2. Secondary health care ( pelayanan kesehatan tingkat kedua )

Bentuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat atau klien yang

membutuhkan perawatan di rumah sakit atau rawat inap dan tidak dilaksanakan di pelayanan

kesehatan utama. Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan di rumah sakit yang tersedia tenaga

spesialis atau sejenisnya.

3. Tertiary health services ( pelayanan kesehatan tingkat ketiga )

Pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi di mana tingkat

pelayanan ini apabila tidak lagi dibutuhkan pelayanan pada tingkat pertama dan kedua. Biasanya

pelayanan ini membutuhkan tenaga – tenaga yang ahli atau subspesialis dan sebagai rujukan

utuma seperti rumah sakit yang tipe A atau B.

G. PELAYANAN KEPERAWATAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN

Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi

pelayanan dasar dan pelayanan rujukan. Semuanya dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan

dalam meningkatkan derajat kesehatan. Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, maka

pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh tenaga perawat dalam pelayanannya memiliki tugas,

di antaranya memberikan asuhan keperawatan keluarga, komunitas dalam pelayanan kesehatan

dasar dan akan memberikan asuhan keperawatan secara umum pada pelayanan rujukan.

H. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAYANAN KESEHATAN

1. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru

Pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan

teknologi baru, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan diikuti

oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai dampaknya pelayanan kesehatan jelas

lebih mengikuti perkembangan dan teknologi seperti dalam pelayanan kesehatan untuk

mengatasi masalah penyakit – penyakit yang sulit dapat digunakan penggunaan alat seperti laser,

terapi perubahan gen dan lain – lain. Berdasarkan itu maka pelayanan kesehatan membutuhkan

biaya yang cukup mahal dan pelayanan akan lebih professional dan butuh tenaga – tenaga yang

ahli dalam bidang tertentu.

Page 6: Kebijakan Dalam Pelayanan Kesehatan Dan Keperawatan Hardiyono

2. Pergeseran nilai masyarakat

Berlangsungnya sistem pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh nilai yang ada

di masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan, dimana dengan beragamnya masyarakat, maka

dapat menimbulkan pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang

sudah maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih dalam

penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya pada masyarakat

yang memiliki pengetahuan yang kurang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap

pelayanan kesehatan, sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem pelayanan

kesehatan.

3. Aspek legal dan etik

Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau pemanfaatan jasa

pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan hukum dan etik dalam pelayanan

kesehatan, sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan

pelayanan kesehatan secara profesional dengan memperhatikan nilai – nilai hukum dan etika

yang ada di masyarakat.

4. Ekonomi

Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di masyarakat.

Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah

dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat ekonomi seseorang rendah, maka sangat

sulit menjangkau pelayanan kesehatan mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan

membutuhkan biaya yang cukup mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi

dalam sistem pelayanan kesehatan.

5. Politik

Page 7: Kebijakan Dalam Pelayanan Kesehatan Dan Keperawatan Hardiyono

Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat berpengaruh sekali

dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan – kebijakan yang ada dapat

memberikan pola dalam sistem pelayanan.

I. MEMANFAATKAN HASIL PENELITIAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN

Ilmu pengetahuan di bidang kesehatan pada beberapa dekade terakhir telah mengalami

kemajuan yang sangat pesat melampaui perkembangan sebelumnya. Derivasi ilmu-ilmu

kesehatan dan pengembangannya melalui riset merupakan dinamika proses yang sangat penting

dalam pertumbuhan masing-masing profesi kesehatan. Tujuan dilakukannya riset kesehatan

adalah untuk memperkuat dasar-dasar keilmuan yang nantinya akan menjadi landasan dalam

kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan menejemen pelayanan kesehatan. (Ross, Mackenzie, &

Smith, 2003)

Sedangkan praktik pelayanan kesehatan yang berdasarkan fakta empiris (evidence based

practice) bertujuan untuk memberikan cara menurut fakta terbaik dari riset yang diaplikasikan

secara hati-hati dan bijaksana dalam tindakan preventif, pendeteksian, maupun pelayanan

kesehatan.(Cullum, 2001)

Menerapkan hasil penelitian dalam pelayanan kesehatan adalah upaya signifikan dalam

memperbaiki pelayanan kesehatan yang berorientasi pada efektifitas biaya dan manfaat (cost-

benefit effectiveness). Meningkatkan kegiatan riset kesehatan dan menerapkan hasilnya dalam

praktik pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan mendesak untuk membangun pelayanan

kesehatan yang lebih efektif dan efisien. Menurut sebuah studi meta-analysis terhadap berbagai

laporan penelitian keperawatan yang dilakukan oleh Heater, Beckker, dan Olson (1988),

menjumpai bahwa pasien yang mendapatkan intervensi keperawatan bersumber dari riset

memiliki luaran yang lebih baik bila dibandingkan dengan pasien yang hanya mendapatkan

intervensi standar.

Sudah saatnya kini, praktisi kesehatan di tingkat pelayanan primer maupun dunia

pendidikan kesehatan perlu segera mendorong pertumbuhan budaya ilmiah di lingkungannya

agar mereka dapat mempraktikan hasil berbagai penelitian. Berkaitan perihal di atas, penulis

mencoba memberikan contoh upaya pengembangan budaya pemanfaatan hasil-hasil penelitian

dalam pelayanan keperawatan terutama di dalam rumahsakit.

Page 8: Kebijakan Dalam Pelayanan Kesehatan Dan Keperawatan Hardiyono

Kegiatan yang dilakukan untuk memberdayakan organisasi keperawatan, yaitu :

(1) membentuk komite riset;

(2) menciptakan lingkungan kerja yang ilmiah;

(3) kebijakan kegiatan riset dan pemanfaatan hasilnya;

(4) pendidikan berkelanjutan.

1. Membentuk Komite Riset

Pembentukan komite riset yang terdiri dari menejer dan tenaga perawat yang

berpendidikan S1 dan S2. Komite riset bertugas untuk menentukan kebijakan kegiatan ilmiah,

perencanaan program kegiatan ilmiah, menjaring sponsor penelitian, dan bertindak sebagai peer

reviewer untuk menguji kelayakan penelitian.

2. Menciptakan lingkungan kerja yang ilmiah

Untuk menciptakan lingkungan kerja keperawatan yang ilmiah (research-based culture),

tahapan kegiatan yang perlu dilakukan adalah :

(a) peningkatan pengetahuan

(b) diseminasi informasi

(c) mengintegrasikan hasil riset dengan fakta atau pengalaman sebelumnya

(d) mengaplikasikan hasil riset dalam praktik klinik keperawatan

(e) mengevaluasi praktik klinik keperawatan

3. Kebijakan Kegiatan riset dan pemanfaatan hasilnya

Menyusun kebijakan mengenai kegiatan riset keperawatan di lingkungan rumah sakit dan

pemanfaatan hasil-hasilnya. Komite riset menyusun kebijakan dari berbagai aspek penelitian,

misalnya: pengembangan strategi riset, penyusunan buku panduan penelitian, dan mengusulkan

pembiayaan penelitian dari rumah sakit atau mengembangkan kerjasama dengan sponsor

Page 9: Kebijakan Dalam Pelayanan Kesehatan Dan Keperawatan Hardiyono

penelitian. Selanjutnya komite riset menyusun mekanisme pemanfaatan hasil riset sampai

menjadi Standard Operating Procedure(SOP).

4. Pendidikan Berkelanjutan

Pendidikan berkelanjutan terutama untuk meningkatkan pengetahuan perawat mengenai

metodologi penelitian, statistik, menejemen informasi, teknik pemanfaatan hasil riset, dan

penilaian kritis jurnal keperawatan. Dengan kemampuan tersebut diharapkan para perawat dapat

melakukan riset sesuai bidang tugasnya.

Solusi kedua adalah menyediakan fasilitas ilmiah misalnya menyediaan perpustakaan

termasuk penyediaan literatur maupun internet. Fasilitas perpustakaan tersebut merupakan faktor

lingkungan yang dapat mempengaruhi pemanfaatan hasil-hasil riset keperawatan. Penelitian

membuktikan bahwa rumah sakit yang memiliki fasilitas perpustakaan dan iklim kerja ilmiah,

perawat-perawat mereka memiliki kinerja yang lebih produktif dibandingkan rumah sakit yang

lain. (Dobbins et al., 1998; Royle et al., 1997)

Menejer atau pemimpin keperawatan perlu mempengaruhi faktor organisasi keperawatan

yang akan berdampak pada budaya pemanfaatan riset dalam praktik klinik keperawatan. Praktik

yang bersifat evidence-based harus dibuat sebagai bagian integral dari kebijakan organisatoris

pada semua tingkat agar langkah-langkah tersebut dapat diadopsi dengan sukses. (McGuire,

1990)

Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas publik, justifikasi

tindakan keperawatan, dan bahan pengambilan keputusan. Kesadaran menejer keperawatan

terhadap nilai riset yang potensial akan memberikan dampak yang menguntungkan bagi

organisasi, misalnya kinerja keperawatan yang meningkat dan out come klien yang optimal.

(Titler, Kleiber,& Steelman,1994)

J. DASAR HUKUM

Page 10: Kebijakan Dalam Pelayanan Kesehatan Dan Keperawatan Hardiyono

DASAR HUKUM SISTEM KESEHATAN NASIONAL,( DEPKES, TAHUN 2004 )

KEPMENKES NO 128/MENKES/SK/II/2004 TENTANG KEBIJAKAN DASAR PUSAT

KEBIJAKAN KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN MASYARAKAT KEPMENKES

836/2005 TENTANG PENGEMBANGAN KEPMENKES MANAJEMEN KINERJA

PERAWATAN.

PASAL KETENTUAN UMUM :

1. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh perawat dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

2. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat perawat untuk tenaga keperawatan.

3. Sertifikat perawat adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada perawat

sebagai tenaga profesional.

4. Organisasi profesi perawat adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan

diurus oleh perawat untuk mengembangkan profesionalitas perawat. PPNI sudah ada

badan hukumnya ‘’ Akta notaris ‘’.

5. Lembaga pendidikan tenaga keperawatan adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh

Pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan perawat serta untuk

menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu keperawatan.

6. Gaji adalah hak yang diterima oleh perawat atas pekerjaannya dari penyelenggara sarana

pelayanan kesehatan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

7. Penghasilan adalah hak yang diterima perawat dalam bentuk finansial sebagai imbalan

melaksanakan tugas keprofesionalan yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas

dasar prestasi dan mencerminkan martabat perawat sebagai tenaga profesional.

8. Daerah khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang; daerah dengan kondisi

masyarakat adat yang terpencil; daerah perbatasan dengan negara lain; daerah yang

mengalami bencana alam, bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat

lain.

9. Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia nonpemerintah yang mempunyai

perhatian dan peranan dalam bidang keperawatan.

10. Pemerintah adalah pemerintah pusat.

Page 11: Kebijakan Dalam Pelayanan Kesehatan Dan Keperawatan Hardiyono

11. Pemerintah daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, atau pemerintah

kota.

12. Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintahan dalam bidang kesehatan.

13. Penyelenggara pendidikan adalah Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat yang

menyelenggarakan pendidikan perawat.

14. Perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama adalah perjanjian tertulis antara perawat

dengan penyelenggara sarana pelayanan kesehatan yang memuat syarat-syarat kerja serta

hak dan kewajiban para pihak dengan prinsip kesetaraan dan kesejawatan berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

15. Pemutusan hubungan kerja atau pemberhentian kerja adalah pengakhiran perjanjian kerja

atau kesepakatan kerja bersama perawat karena sesuatu hal yang mengakibatkan

berakhirnya hak dan kewajiban antara perawat dan penyelenggara sarana pelayanan

kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

16. Kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki

oleh perawat.