Kebijakan akuntansi pemerintahan persediaan
-
Upload
sumbawa-region -
Category
Economy & Finance
-
view
4.376 -
download
8
Transcript of Kebijakan akuntansi pemerintahan persediaan
Kebijakan Akuntansi PersediaanSumber:Undang -undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelola Barang Milik Daerah
Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
Definisi Aset
PERATURAN PEMERINTAH NO 24 TAHUN 2005Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Klasifikasi AsetAset Lancar
Non Lancar
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria tersebut diklasifikasikan sebagai aset nonlancar.
Sedangkan aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan pemerintah daerah atau yang digunakan masyarakat umum.
Tidak termasuk : aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah serta aset yang tidak dinilai seperti sungai, laut dll.
Persediaanadalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Definisi
Pengakuan
Pengukuran
Pengungkapan
PENGAKUAN1. Persediaan diakui pada saat potensi manfaat
ekonomi masa depan diperoleh pemerintah daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
2. Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.
3. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik (stock opname).
4. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek kontruksi dalam pengerjaan, tidak dimasukkan sebagai persediaan.
PENGUKURAN
Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan apabila dibeli dengan harga pembelian; biaya standar apabila diperoleh dengan memperoduksi sendiri dan nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
Biaya Perolehan Persediaan diperoleh dengan harga pembelian Terakhir =
Harga pembelian + biaya pengangkutan + biaya penanganan - potongan harga -
rabat
Biaya Standar Persediaan diperoleh dengan memproduksi sendiri = Biaya langsung + biaya tidak langsung
Nilai WajarPersediaan diperoleh dengan cara lain, misalnya donasi/rampasan
= Nilai tukar aset secara wajar
PENGUKURAN1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
pengukuran persediaan;2. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau
perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
3. Kondisi persediaan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan; dan
4. Hal-hal lain yang perlu diungkapkan berkaitan dengan persediaan, misalnya persediaan yang diperoleh melalui hibah atau rampasan.
Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah:
Persediaan alat tulis kantor;
Persediaan alat listrik;
Persediaan material/bahan;
Persediaan benda pos;
Persediaan bahan bakar; dan
Persediaan bahan makanan pokok.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan:
Barang konsumsi;
Amunisi;
Bahan untuk pemeliharaan;
Suku cadang;
Persediaan untuk tujuan strategis/ berjaga-jaga;
Materai atau leges;
Bahan baku ;
Barang dalam proses/setengah jadi;
Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
STUDI KASUS (1)
Pada tanggal 14 Februari 20X0 Dinas Pariwisata Pemerintah Kota X membeli barang pakai habis kantor berupa ATK sebesar Rp.950.000
Jurnalnya:
Belanja ATK 950.000 Kas di bend. Pengeluaran 950.000
STUDI KASUS (2)
Pada tanggal 31 Desember 20x0 Pemda XYZ melakukan inventarisasi fisik atas persediaan ATK yang dimiliki berupa kertas sebanyak 100 rim. Kertas tersebut terdiri dari :70 rim dari pembelian tanggal 1 Juni 20x0 dengan harga @ Rp25.000,0030 rim dari pembelian tanggal 1 Desember 20x0 dengan harga @
Rp30.000,00
Jawaban:Nilai persediaan tersebut akan dicantumkan dalam neraca sebesar Rp3.000.000 [100 X Rp30.000 (harga pembelian terakhir)]. Jurnal untuk mencatat saldo akhir Persediaan:
31 Desember 20x0
Persediaan 3.000.000 Cadangan Persediaan 3.000.000
CONTOH KASUS (3)Pada tanggal 31 Desember 2004 Pemerintah Daerah membeli buku cetak 3.000 eksemplar dengan tujuan untuk diserahkan kepada masyarakat dan 2.000 eksemplar untuk tujuan koleksi perpustakaan
Jawaban:Penyajian perolehan buku dimaksud dalam neraca adalah buku cetak 3.000 eksemplar disajikan sebagai Persediaan, sedangkan buku cetak 2.000 eksemplar disajikan sebagai Aset Tetap Lainnya.
PersediaanBuku
Pengadaan
Barang
BukuPenerimaan
Barang
BukuPengeluaran
Barang
BukuPakai Habis
PejabatPengelolaPersediaan
Akuntansi Pelaporan
PemeriksaanFisikPersediaan(stock opname)
Persediaan
Pejabat Pengelolaan Barang Milik Daerah:
• Bupati Sumbawa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah;
• Kepala Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset selaku pengelola barang milik daerah selaku pembantu pengelola barang milik daerah;
• Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna barang milik daerah;
• Penyimpan dan Pengurus barang milik daerah; dan• Tim Pemeriksa Persediaan barang milik daerah.
Penatausahaan: