KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2)...

177
KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005

Transcript of KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2)...

Page 1: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN

SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS

SUWANDI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2005

Page 2: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Keberlanjutan Usaha Tani Pola Padi

Sawah-Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Sragen: Pendekatan Rap-CLS adalah karya

saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana

pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar

Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Desember 2005

Suwandi

NRP P.026010201

Page 3: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

ABSTRAK

SUWANDI. Keberlanjutan Usaha Tani Pola Padi Sawah-Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Sragen: Pendekatan Rap-CLS. Dibimbing oleh KOOSWARDHONO MUDIKDJO, BUNASOR SANIM, ANANTO K. SETA.

Tujuan penelitian: Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan keuntungan usaha tani padi pola Crops Livestock System (CLS), kelayakan ekonomi usaha tani, peran kelembagaan dan status keberlanjutan usahatani pola CLS serta merumuskan rekomendasi pengembangan di masa mendatang.

Faktor yang mempengaruhi produksi usaha tani padi sawah adalah penggunaan benih, pupuk urea, KCl, tenaga kerja, pola usaha tani, skala luas lahan. Variabel luas lahan dan pola usaha tani mempengaruhi produksi. Sedangkan keuntungan usaha tani padi sawah selain dipengaruhi oleh variabel yang mempengaruhi produksi juga dipengaruhi oleh faktor harga input dan harga output.

Fungsi produksi berada pada constants return to scale dan petani telah menggunakan faktor produksi secara optimal. Usaha tani pola CLS memberikan harapan bagi petani lahan sempit untuk meningkatkan produksi usaha taninya dan diperlukan insentif untuk mendorong usaha tani pola CLS. Usaha tani padi sawah pola CLS meningkatkan produksi padi sebesar 23,6% dan keuntungan sebesar 14,7% lebih tinggi dibandingkan pola non CLS. Penggunaan pupuk kandang meningkatkan produksi padi dengan koefisien sebesar +0,125 dan keuntungan usaha tani sebesar +0,134. Perbaikan aplikasi pupuk kandang sesuai standar teknis mampu meningkatkan produksi dan pendapatan petani.

Pengelolaan usaha tani dalam skala yang lebih luas dapat menghemat penggunaan input dan meningkatkan produksi padi sebesar 17,7% serta keuntungan sebesar 15,6%. Semakin lama menerapkan pola CLS semakin meningkatkan produksi dan keuntungan. Peran kelembagaan petani dalam usaha tani pola CLS sangat penting terutama dalam rangka mempercepat alih teknologi, efisiensi pengelolaan usaha tani, mempermudah akses terhadap berbagai sumberdaya, serta menjalin kerjasama, kemitraan dan pemasaran.

Kelayakan finansial dan ekonomi usaha tani pola CLS lebih tinggi dibandingkan pola non CLS. Kelayakan ekonomi usaha tani pola CLS jauh lebih tinggi dibandingkan kelayakan finansial yang diperoleh petani. Pola CLS turut memperbaiki kesuburan lahan, kualitas air dan udara serta menciptakan keserasian lingkungan sosial budaya masyarakat setempat.

Status keberlanjutan usaha tani pola CLS di Kabupaten Sragen berada dalam kategori cukup berkelanjutan dan ada empat faktor kunci yang memiliki pengaruh tinggi dan ketergantungan yang rendah, yaitu: (1) kelembagaan/kelompok tani, (2) subsidi, (3). tingkat penggunaan pupuk/pestisida, dan (4) pemanfaatan jerami untuk pakan ternak dan terdapat lima empat variabel yang berpengaruh tinggi dan tingkat ketergantungan yang tinggi adalah: (1) sistem pemeliharaan ternak sapi, (2) lembaga keuangan, (3) frekuensi penyuluhan dan pelatihan, (4) pemanfaatan limbah ternak, dan (5) kelayakan finansial dan ekonomi.

Diperlukan kebijakan dan gerakan nasional yang mampu mendorong pembangunan pertanian secara berkelanjutan melalui penerapan pola-pola CLS spesifik lokasi dengan memperhatikan faktor-faktor kunci. Kata kunci: Crop-Livestock System (CLS), produksi padi, ekonomi, keberlanjutan.

Page 4: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

SUSTAINABILITY OF INTEGRATED WETLAND PADDY-LIVESTOCK AT SRAGEN DISTRICT: A RAP CLS APPROACH

Suwandi, Kooswardhono Mudikdjo2), Bunasor Sanim2), Ananto K Seta2)

Abstract Objectives of the research: to analyze factors affecting production and profit of rice farming under Crop-Livestock System (CLS), farming economic feasibility, the role of farmers institution and sustainability of CLS, and to formulate future development recommendation.

Factors affecting the production of wetland paddy farming are numbers of seeds, Urea (N-source fertilizer), Potassium Chlorida (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern. Number of farming production was influenced by farm size and farming pattern, while wetland paddy farming profit were influenced by both production and prices of inputs and outputs.

Analysis of production function model indicated that CLS was in constants return to scale. This informed that a farmer used optimum of production factors. CLS should be prospective to be applied by small scale farmers to increase their production. To broaden of CLS pattern it is necessary to support farmers with some of incentives.

Data showed that yield of wetland paddy farming increased up to 23.6% and farming profit increased up to 14.7% in CLS, compared with non CLS. In CLS, farming management in larger scale saved the inputs, and increased wetland paddy production up to 17.7%, and farming profit up to 15.6%. The CLS increased the yield and farming profit in the long term application. Application of manure increased wetland paddy production with coefficient value at +0.125, while farming profit coefficient value at +0.134. This information mean that revitalization of manure application as a technical standard/ requirement increased farmer income.

The financial and economic feasibility of CLS application is higher than non CLS. The economic feasibility of CLS is much higher than financial feasibility received by farmers. The CLS potentially increased land fertilization, water and air quality, and also created environmentally sound the socio-culture for its community. Farmer got multiple revenues comes from paddy farming, cattle fattening and manure processing.

Sustainability of CLS at Sragen District could be categorized in “sustainable status”. There are 4 key factors which have stated as high affected and lower dependant level and should be considered in the development of CLS i.e: (1) farmer group/institution, (2) subsidiary/credit scheme, (3) fertilizers and pesticide application level, and (4) use of paddy straw as livestock feed. There are 5 variables which have stated as high influence and high dependant level, i.e: (1) cattle husbandry system, (2) rural micro finance institution, (3) extension and training frequency, (4) the use of livestock by product and (5) financial and economic feasibility.

It is necessary to formulate policy and national movement, toward sustainable agriculture development by adapting of local specific CLS. Key words: Crop-Livestock System (CLS), paddy production, economic, sustainability.

Page 5: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI

SAWAH- SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS

SUWANDI

Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2005

Page 6: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Judul Disertasi: Keberlanjutan Usaha Tani Pola Padi Sawah-Sapi Potong Terpadu di

Kabupaten Sragen: Metode Rap-CLS Nama : Suwandi NRP : P026010201

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudikdjo, MSc

Ketua

Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, MSc Dr. Ir. Ananto K. Seta, MSc Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Ilmu Dekan Sekolah Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dr.Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. Prof.Dr.Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

Page 7: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

DRAFT DISERTASI Judul : Keberlanjutan Usaha Tani Pola Padi Sawah-Sapi Potong Terpadu di

Kabupaten Sragen: Pendekatan Rap-CLS. Nama : Suwandi

NRP : P026010201

Program : PSL

Telah disetujui dan layak untuk digunakan sebagai bahan Ujian Terbuka Program Doktor pada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2005

Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudikdjo, MSc

Ketua

Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, MSc Dr. Ir. Ananto K. Seta, MSc Anggota Anggota

Page 8: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

PRAKATA

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga disertasi berhasil diselesaikan. Disertasi dengan judul “Keberlanjutan Usaha

Tani Pola Padi Sawah-Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Sragen: Pendekatan Rap-CLS

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi

Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Kooswardhono Mudikdjo, MSc (sebagai ketua komisi pembimbing),

Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, MSc (sebagai anggota) dan Dr. Ir. Ananto K. Seta

(sebagai anggota) yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam

penyelesaian disertasi;

2. Bapak Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS selaku Ketua Program Studi Ilmu Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana IPB;

3. Bapak Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sragen dan

Bapak Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen beserta

jajarannya yang telah membantu selama pengumpulan data;

4. Bapak Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian, Bapak Kepala Biro Perencanaan

dan Keuangan serta Bapak Kepala Bagian Perencanaan Anggaran yang telah

memberikan ijin dan mendorong menyelesaikan studi; serta

5. Rekan-rekan di kantor Departemen Pertanian dan di kampus IPB serta semua pihak

yang turut membantu memberikan data dan informasi dalam menyelesaikan

disertasi.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, istri dan anak-anak

tercinta serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

Akhirnya, semoga disertasi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan.

Bogor, Desember 2005

Suwandi

Page 9: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bantul pada tanggal 23 Maret 1967 sebagai anak kedua dari

tiga bersaudara pasangan Noto Darminto dan Anjariah. Pendidikan sarjana ditempuh di

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB Bogor, lulus pada tahun 1991.

Pada tahun 1998, penulis diterima di Program Magister Perencanaan dan Kebijakan

Publik pada Pascasarjana Universitas Indonesia dan menamatkannya pada tahun 2000.

Pada tahun 2001 penulis melanjutkan kuliah S3 Program Studi Ilmu Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB Bogor.

Pada tahun 1992 penulis menikah dengan Ir. Heni Aswiatin, dan pada tahun 1993

mendapat karunia seorang anak laki-laki Hendi Nur Wicaksono dan pada tahun 1997

seorang anak perempuan Nindya Dendrania Fitra.

Penulis sejak tahun 1992 bekerja sebagai PNS di Departemen Pertanian, pada

tahun 1997 sampai tahun 2002 menjadi pemimpin proyek, dan pada tahun 2003 sampai 1

Desember 2005 menjabat sebagai Kepala Subbagian Perencanaan Anggaran

Pembangunan II, dan mulai Desember 2005 menjabat sebagai Kepala Subbagian Analisis

Anggaran, di Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal, Departemen Pertanian.

Page 10: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR TABEL ………….………………………………………….........…… v DAFTAR GAMBAR …………….……………………………………….........…… vi DAFTAR LAMPIRAN ………..……………………………………………............… viii I. PENDAHULUAN …………….……………………………………………........ 1

1.1. Latar Belakang …..……………………………………………………........ 1 1.2. Tujuan Penelitian .......................……………………………………....... 4 1.3. Kerangka Pemikiran ……………..……………………………………....... 5 1.4. Perumusan Permasalahan ……………………………………………...... 9 1.5. Manfaat Penelitian .......................…………………………………….....

11 1.6. Hipotesis ……………..…………..……………………………………........

11 1.7. Novelty Penelitian ................................................................................

11 II. TINJAUAN PUSTAKA …......……………………….…………………….......... 12

2.1. Pertanian Berkelanjutan …...............……..…….……………………....... 12

2.2. Landasan Teori ….........……….……..….…………………...................... 14 2.2.1. Pendekatan Fungsi Produksi ………………………………... .....

14 2.2.2. Pendekatan Ekonomi Lingkungan ………………………….. .....

17 2.2.3. Pendekatan Analisis Kelembagaan Petani................................

20 2.2.4. Pendekatan Analisis Keberlanjutan dan Prospektif...................

20 2.2.5. Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya ……………………..............

23 III. METODE PENELITIAN …………………………………..……….................... 25

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian …...........………………………………….. 25

3.2. Rancangan Penelitian …......................………………………………….. 25 3.2.1. Analisis Fungsi Produksi dan Keuntungan Usahatani Padi Sawah

25 3.2.2. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi, dan Analisis Peran

Kelembagaan Petani ..…..................................……................... 31

3.2.3. Analisis Status Keberlanjutan Usahatani Pola CLS .................. 35

Page 11: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

3.2.4. Analisis Prospektif ...................................................................... 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keragaan Lokasi Penelitian …......…………………………..…… ............. 46

4.1.1. Keadaan Umum Kabupaten Sragen …..………………………… . 46 4.1.2. Keragaan Usahatani Padi ........................................................... 47 4.1.3. Keragaan Usaha Ternak Sapi Potong......................................... 51 4.1.4. Karakteristik Responden .........…………………………………… .. 53

4.2. Analisis Fungsi Produksi Dan Keuntungan Usahatani ........................... 60

4.2.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Padi Sawah………………… 60 4.2.2. Pendugaan Model Fungsi Keuntungan Padi Sawah .………..… .. 68 4.2.3. Tingkat Produksi dan Keuntungan Usahatani Padi Sawah .…… .. 72 4.2.4. Dampak Penggunaan Pupuk Kandang Terhadap Produksi Padi.. 74

4.3. Kelayakan Finansial dan Ekonomi Usahatani ........................................... 77

4.3.1. Kelayakan Finansial Usaha tani Pola CLS dan Non CLS.….......... . 77 4.3.2. Kelayakan Ekonomi Usahatani Pola CLS dan Non CLS ............... 79

4.4. Peran Kelembagaan Petani Usahatani Pola Cls ........................................

83 4.4.1. Keragaan Kelompoktani Usahatani Pola CLS.................................

83 4.4.2. Pengembangan Kelembagaan Petani Usahatani Pola CLS............

88

4.5 Tingkat Keberlanjutan Usahatani Pola Cls dan Strategi Pengembangannya 89 4.5.1. Indek dan Status Keberlanjutan Usahatani Pola CLS........................

89 4.5.2. Perumusan Strategi Pengembangan Usahatani Pola CLS ...............

105 V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI.................................….....……..…… ............ 115

Page 12: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

5.1. Simpulan ........................................................………………………....... .... 115

5.2. Rekomendasi ..................................................………….……………..... .... 116

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….......... ....... 118 LAMPIRAN …………………………………......................…………………… ....... 125

Page 13: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perbedaan Analisis Finansial dan Ekonomi ................................................... 34

2. Atribut dan Skor Keberlanjutan Usahatani Pola CLS di Kabupaten Sragen

39 3. Pengaruh Langsung antar Faktor dalam Pertanian Berkelanjutan Pola CLS

43 4. Penggunaan Sarana Usahatani Padi di Lokasi Penelitian ………………… ...

59 5. Pendugaan Model Fungsi Produksi Padi Sawah.............................................

61 6. Pendugaan Model Fungsi Produksi Padi Sawah Pola CLS.............................. 64

7. Pendugaan Model Fungsi Produksi Padi Sawah Pola Non CLS...................... 66

8. Pendugaan Model Fungsi Keuntungan Usahatani Padi Sawah ...................... 68

9. Pendugaan Model Fungsi Keuntungan Usahatani Padi Sawah Pola CLS....... 69 10. Pendugaan Model Fungsi Keuntungan Usahatani Padi Sawah Pola Non CLS 71 11. Tingkat Produksi dan Keuntungan Usahatani Padi Pola CLS dan Non CLS...... 73 12. Keragaan Kelembagaan Kelompoktani di Lokasi Penelitian.............................. 84 13. Peran Kelompoktani pada Setiap Jenis Kegiatan Usahatani ............................. 85 . 14. Hasil Analisis Rap-CLS untuk Beberapa Parameter Statistik Usahatani Pola CLS 102 15. Hasil Analisis Monte Carlo untuk nilai IkB-CLS dan masing-masing Dimensi Usahatani Pola CLS pada Selang Kepercayaan 95% di Kabupaten Sragen .... 105

Page 14: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

16. Kondisi Skor 10 dari 26 Atribut Sensitif yang Mempengaruhi IkB-CLS ............... 107 17. Prospektif Faktor-faktor Kunci Pengembangan Usahatani Pola CLS ................... 110 18. Skenario Strategi Pengembangan Usahatani Pola CLS di Kabupaten Sragen..... 110

Page 15: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pemikiran Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Pola CLS .......... 6 2. Hubungan-hubungan Diamond Triangle Pembangunan Berkelanjutan………… 8 3. Pemilihan Teknik Valuasi Ekonomi Kualitas Lingkungan ……............................

18 4. Ilustrasi Indeks Keberlanjutan Usahatani Pola CLS di Kabupaten Sragen ........

39 5. Ilustrasi Indeks Keberlanjutan Setiap Dimensi Usahatani Pola CLS ....................

39 6. Tahapan Analisis Rap-CLS Menggunakan MDS dengan Modifikasi Rapfish .....

41 7. Tingkat Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor dalam Sistem ................

44 8. Diagram Alir Tahapan Penelitian Pengembangan Pertanian Berkelanjutan

Pola CLS di Kabupaten Sragen ......................................................................... 45

9. Pola Tanam yang Dilakukan Petani di Lokasi Penelitian ……………….............

50 10. Mata Rantai Perdagangan Gabah………………………………………..…...........

51 11. Mata Rantai Perdagangan Gabah dengan Fasilitasi Pemerintah ……………….

51 12. Sistem Pemasaran Ternak sapi Potong Kabupaten Sragen...............................

54 13. Prosentase Umur Responden.............................................................................

56 14. Tingkat Pendidikan Responden...........................................................................

56 15. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden.........................................................

57

Page 16: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

16. Pendugaan Produktivitas Padi Sawah................................................................. 63

17. Pendugaan Produktivitas Padi Sawah Pola CLS.................................................

66

18. Pendugaan Produktivitas Padi Sawah Pola Non CLS......................................... 67

19. Kurva Pengaruh Pupuk Kandang terhadap Produksi Padi..................................

76

20. Model Keterkaitan Kelembagaan Petani Pola CLS.............................................. 86 21. Analisis Rap-CLS yang Menunjukkan nilai Keberlanjutan Pengelolaan Usahatani Pola CLS di Kabupaten Sragen 53,21 ............................................... 90 22. Analisis Rap-CLS yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekologi sebesar 49,55 .............................................................................. 91 23. Peran masing-masing Atribut Dimensi Ekologi yang Dinyatakan dalam Bentuk Perubahan Nilai RMS .............................................................................. 95 24. Analisis Rap-CLS yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekonomi sebesar 56,23 ............................................................................ 97 25. Peran masing-masing Atribut Dimensi Ekonomi yang Dinyatakan dalam Bentuk Perubahan Nilai RMS .............................................................................. 97 26. Analisis Rap-CLS yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Sosial Budaya sebesar 67,4 ..................................................................... 98 27. Peran masing-masing Atribut Dimensi Sosial Budaya yang Dinyatakan dalam Bentuk Perubahan Nilai RMS .............................................................................. 100 28. Diagram Layang (kite diagram) Nilai Indeks Keberlanjutan Pengelolaan Usahatani Pola CLS di Kabupaten Sragen .......................................................... 101 29. Analisis Monte Carlo pada Selang Kepercayaan 95 persen yang Menunjukkan

Page 17: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekologi 49,95 ................................................. 103 30. Analisis Monte Carlo pada Selang Kepercayaan 95 Persen yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekonomi 54,99 ...............................................

104 31. Analisis Monte Carlo pada Selang Kepercayaan 95 Persen yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Sosial 67,49 ...................................................

104 32. Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Diuji ... 109

Page 18: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Keragaan Penggunaan Pupuk, Produksi dan Produktivitas Beras 1968-1991 126 2. Peta Lokasi Rencana Penelitian …………………………………………… ..

127 3. Unit Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel…………………………... ...........

128 4. Nama Kecamatan, Desa dan kelompoktani Lokasi Penelitian............................

128 5. Jenis, Sumber Data dan Kegunaan Data yang Dikumpulkan......................... .... 128 6. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Sragen............................. 129 7. Data Fisik Tanah di Lokasi Penelitian.................................................................. 130 9. Persyaratan Tumbuh Tanaman Padi Sawah........................................................ 131 8. Klas Kesesuaian Lahan di Lokasi Penelitian........................................................ 131 10. Data sampel Air di Lokasi Penelitian....................................................................

133 11. Luas Panen dan Produksi Padi Kabupaten Sragen............................................. 134 12. Populasi Ternak Kabupaten Sragen tahun 2003................................................. 135

13. Uji Beda Nyata Produksi Usahatani Pola CLS dan Non CLS...............................

136

14. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Pola CLS................................................ 138 15. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Pola Non CLS........................................ 138

Page 19: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

16. Analisis Kelayakan Ekonomi Usahatani Pola Non CLS........................................ 139 17. Analisis Kelayakan Ekonomi Usahatani Pola CLS................................................ 139

18. Ringkasan Kelayakan Finansial dan Ekonomi Usahatani Pola CLS dan Non CLS 140 19. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usahatani CLS dengan Kenaikan

Harga Input (Pupuk dan Pakan) sebesar 10 %...................................................... 140

20. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usahatani CLS dengan Penurunan Harga Output (Beras dan Daging Sapi) sebesar 10 %........................................... 140

21. Hasil Pendugaan Model Fungsi Produksi Padi Sawah........................................... 141

22. Hasil Pendugaan Model Fungsi Produksi Padi Sawah Pola CLS........................... 142

23. Hasil Pendugaan Model Fungsi Produksi Padi Sawah Pola Non CLS...................

143 24. Hasil Pendugaan Model Fungsi Keuntungan Padi Sawah ...................................

144

25. Hasil Pendugaan Model Fungsi Keuntungan Padi Sawah Pola CLS .................... 145

26. Hasil Pendugaan Model Fungsi Keuntungan Padi Sawah Pola Non CLS ............ 146

27. Atribut, Skor dan Hasil Pengukuran Skor Keberlanjutan Usahatani Pola CLS di Kabupaten Sragen .............................................................................................. 147

Page 20: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Berbagai teori pembangunan dan pengalaman empiris di banyak negara

membuktikan kemampuan pertanian sebagai satu sektor strategis dalam pembangunan

ekonomi suatu negara. Peran sektor pertanian diwujudkan dalam bentuk penyediaan

pangan bagi seluruh penduduk, bahan baku industri, sebagai pasar bagi barang-barang

produksi dan konsumsi, penciptaan lapangan kerja sekaligus pemasok lapangan kerja,

serta penghasil devisa.

Pembangunan pertanian terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam terutama

lahan dan perairan pada suatu wilayah. Pemanfaatan sumberdaya alam berlebihan tanpa

memperhatikan kelestarian lingkungan dapat berdampak negatif yang lebih besar

dibanding manfaat yang diperoleh. Sejalan dengan semakin intensifnya pembangunan

pertanian, terdapat kecenderungan penggunaan pupuk kimia dan pestisida per hektar

meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut terlihat dari program intensifikasi yang

dilakukan oleh Pemerintah sejak tahun 1963 dalam rangka meningkatkan produksi gabah.

Laju peningkatan produktivitas gabah Indonesia tahun 1961 sampai 1991 rata-rata 3,15%

per tahun sedangkan penggunaan pupuk meningkat rata-rata 13,44% per tahun (IRRI,

2003).

Rintisan usaha intensifikasi telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian dalam

program Rencana Kesejahteraan Istimewa (RKI) pada tahun 1950 sampai 1960 melalui

peningkatan pengadaan benih padi unggul, penggunaan pupuk dan insektisida, perbaikan

pengairan rakyat, penyuluhan dan konservasi tanah. Pada tahun 1958 dikembangkan

padi sentra di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, dimana petani diberi kredit natura

(benih dan pupuk) serta uang. Pada tahun 1963 kegiatan tersebut dihentikan karena

dinilai kurang berhasil akibat kendala manajemen kurang baik, sistem perkreditan kurang

tepat dan harga jual padi sentra lebih rendah dibandingkan dengan harga pasaran umum.

Walaupun demikian produktivitas padi pada pada tahun 1960-an dapat ditingkatkan dari

1,1 ton/ha menjadi 1,9 ton/ha. Pada periode tersebut juga dikembangkan ternak dan

diproyeksikan populasi ternak sapi dapat meningkat 4% pertahun (Anonim, 2002a).

Pada Musim Tanam (MT) 1963/1964 Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama instansi

terkait mengadakan ‘action research” untuk menemukan cara penyuluhan yang tepat,

dimulai dengan proyek percontohan 100 hektar di Karawang, dilanjutkan dengan Proyek

Page 21: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Demontrasi Massal (Demas) seluas 110.000 hektar. Pada tahun 1965 proyek Demas

ditingkatkan menjadi program Bimbingan Massal (Bimas). Kegiatan pada Program Bimas

meliputi pelayanan penyuluhan, penyaluran kredit oleh BRI, pupuk dan insektisida oleh

PT. Pertani, dan penyaluran bibit oleh Dinas Pertanian. Kegiatan tersebut disalurkan

melalui kelompoktani yang terorganisir dalam koperasi desa. Program Bimas

dikembangkan menjadi Program Intensifikasi Massal (Inmas) dengan maksud agar para

petani peserta Bimas mampu membeli sarana produksi sendiri secara tunai. Program

Bimas diarahkan kepada praktek-praktek better farming yaitu praktek usaha tani yang

baik, better business yaitu berusaha tani yang menguntungkan, better living yaitu

berkehidupan yang layak dan better community yaitu tata kehidupan masyarakat yang

sejahtera. Pada masa tersebut produksi beras meningkat rata-rata 4,7% pertahun yang

berarti di atas rata-rata pertumbuhan penduduk (Deptan, 2002a).

Pada Pelita II karena terjadi gejala “leveling off” pada produksi padi maka pada tahun

1976 dilakukan uji coba dem-area dengan hasil yang baik, selanjutnya mulai tahun 1979

diterapkan Program Intensifikasi Khusus (Insus) yang lebih menekankan pada kerjasama

di dalam dan antar kelompok dalam satu area. Program Insus berhasil meningkatkan

produksi padi dan pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada beras.

Prestasi tersebut dipuji oleh FAO. Namun stabilitas swasembada beras tersebut sangat

rendah karena faktor perubahan iklim, serangan hama dan penyakit serta gejolak pasar.

Selanjutnya pada MT 1987 Program Insus diperluas menjadi Supra Insus dengan

mengembangkan kerjasama antar kelompok dalam penyelenggaraan intensifikasi dalam

Unit Hamparan Supra Insus (UHSI). Hal ini dilakukan untuk menerapkan pola tanam

sehingga terwujud keserempakan panen dan keseragaman varietas dalam hamparan

usaha tani se Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) atau sehamparan irigasi

tersier di bawah kepemimpinan kelompok kontak tani se-WKPP. Memasuki Pelita V

diadakan reorientasi pola pendekatan pembangunan pertanian dari peningkatan produksi

menjadi peningkatan pendapatan dengan mengintroduksi pendekatan agribisnis yang

mengharuskan keterpaduan dalam berusaha tani mulai dari aspek hulu sampai hilir.

Dengan adanya penggunaan input pupuk kimia dan pestisida semakin intensif, ternyata

tidak diikuti dengan peningkatan produktivitas padi secara proporsional sehingga produksi

padi tidak meningkat secara proporsional. Hal ini karena tanah sawah kekurangan unsur

hara akibat terkurasnya bahan organik tanah dan unsur-unsur mikro sehingga produksi

tidak dapat meningkat seperti yang diharapkan. Gejala levelling off produksi padi dapat

Page 22: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

dilihat dari besarnya produktivitas padi di Jawa dari tahun 1980, tahun 1990 dan tahun

1999 berturut-turut 3,8 ton/ha, 5,1 ton/ha dan 4,8 ton/ha, sedangkan dosis penggunaan

pupuk per hektar berturut-turut 268 kg/hektar, 403 kg/hektar dan ditunjukkan secara grafik

laju penggunaan pupuk kimia, produksi dan produktivitas gabah nasional dari tahun 1968-

1991 disajikan pada Lampiran 1.

Potensi lahan di Indonesia yang dapat digunakan untuk kegiatan pertanian terdiri

atas (a) lahan basah seluas 9,6 juta hektar meliputi lahan irigasi seluas 7,3 juta hektar dan

lahan rawa seluas 2,3 juta hektar dan (b) lahan kering seluas 23,5 juta hektar meliputi

sawah tadah hujan seluas 2,1 juta hektar, lahan tegal/ kebun seluas 8,5 hektar, lahan

ladang/huma seluas 3,2 juta hektar, lahan penggembalaan/padang rumput seluas 2,0 juta

hektar dan lahan sementara tidak diusahakan selua 7,7 juta hektar. Potensi lahan

tersebut belum dimanfaatkan secara optimal bahkan cenderung mengalami penurunan

kualitas dan terjadi konversi lahan. Kualitas lahan mengalami penurunan dimana terdapat

lahan kritis pada lahan budi daya pertanian seluas 21,9 juta hektar (Deptan, 2002a).

Terdapat kecenderungan lahan pertanian mengalami fragmentasi akibat sempitnya

kepemilikan dan penguasaan lahan oleh petani sehingga mengakibatkan in-efisiensi

dalam usaha tani. Sensus pertanian tahun 1993 menunjukkan bahwa jumlah petani

dengan kepemilikan lahan kurang dari 0,5 hektar meningkat dari 9,5 juta orang pada tahun

1983 menjadi 10,9 juta orang pada tahun 1993. Berkembangnya sektor industri,

pemukiman dan sektor lainnya mengakibatkan terjadinya alih fungsi (konversi) lahan

pertanian subur untuk kepentingan non pertanian. Dalam periode 10 tahun (1983-1993)

rata-rata seluas 47.000 hektar pertahun lahan sawah beralih fungsi ke non sawah

(Deptan, 2002a). Penurunan luas lahan pertanian terjadi terutama di Pulau Jawa yang

mempunyai implikasi serius dalam produksi beras karena pangsa Pulau Jawa dalam

produksi beras nasional lebih dari 50,0%. Laju konversi lahan juga diikuti dengan

penurunan kualitas lahan dan air akibat pola pemanfaatan lahan dan perkembangan

sektor non pertanian yang kurang memperhatikan aspek lingkungan (Deptan, 2001).

Peranan sektor pertanian terhadap ekonomi nasional sangat penting dilihat dari

kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian menyumbang produk

domestik bruto pada tahun 2003 sebesar 15,20%, yang diantaranya berasal dari

subsektor tanaman pangan sebesar 7,39% (Deptan, 2004). Struktur pendapatan rumah

tangga tahun 1999 menunjukkan kontribusi usaha tani (on-farm) sebesar 54,35% dan luar

usaha tani (off-farm) 6,10% (Deptan,200b). Kesempatan kerja di sektor pertanian masih

Page 23: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

cukup tinggi yaitu pada tahun 1992 sebesar 44% (Deptan,2002a). Sebab-sebab

kemiskinan antara lain: keterbatasan aksesibilitas pada aset produktif, ketersediaan dan

jangkuan serta ketersediaan teknologi maju yang sangat terbatas, miskinnya prasarana

sosial dan perekonomian, kualitas SDM yang minim, ketersediaan lapangan usaha yang

terbatas, jangkauan pada pembiayaan usaha terbatas, pola pembangunan yang tidak

sesuai dengan keunggulan komparatif wilayah, sangat lemahnya dukungan politik, dan

belum mantapnya desentralisasi manajemen pembangunan dan otonomi daerah masih

lemah.

Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani serta

meningkatkan kualitas lingkungan, dikembangkan integrasi antara usaha tanaman dengan

peternakan, usaha tanaman dengan perikanan, maupun usaha perkebunan dengan

peternakan dan lain sebagainya. Dengan harapan bahwa pola integrasi ini merupakan

salah satu terobosan yang tepat untuk menjawab permasalahan terjadinya leveling 0ff

produksi padi dan kualitas lingkungan, maka diperlukan pengkajian lebih jauh mengenai

manfaatnya terhadap perbaikan lingkungan, peningkatan produksi padi dan tingkat

keberlanjutan dari pola integrasi tersebut.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah melakukan analisis keberlanjutan usaha tani pola padi

sawah-sapi potong terpadu dengan pendekatan Rapid Appraisal Crop-Livestock System

(Rap-CLS) di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah serta memberikan rekomendasi

pengembangan di masa mendatang. Secara rinci tujuan penelitian adalah:

(1) Menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi produksi dan keuntungan

usaha tani berkelanjutan pola CLS dibandingkan dengan usaha tani pola non CLS.

(2) Menganalisis kelayakan finansial dan ekonomi usaha tani pola CLS dan non CLS

serta peran kelembagaan usaha tani pola CLS.

(3) Menilai keberlanjutan melalui penyusunan indeks dan status keberlanjutan usaha

tani pola CLS serta mengidentifikasi faktor-faktor strategis masa depan dalam

pengembangan pertanian berkelanjutan pola CLS, serta

(4) Merumuskan rekomendasi kebijakan dan strategi pengembangan usaha tani pola

CLS di masa mendatang.

1.3. Kerangka Pemikiran

Page 24: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Pembangunan pertanian sangat terkait dengan pemanfaatan sumberdaya lahan dan

air. Upaya peningkatan produktivitas hasil pertanian melalui pola usaha tani konvensional

dengan menggunakan input pupuk kimia dan pestisida secara intensif telah menyebabkan

terjadinya kerusakan lingkungan, produksi tidak meningkat secara proporsional, bahkan

cenderung menurun. Hal ini diperkirakan karena banyak tanah sawah yang kekurangan

unsur hara akibat terkurasnya bahan organik tanah dan unsur-unsur mikro (Abdurahman,

2001 dalam Ella, 2001). Pada sisi lain, terjadi peningkatan harga sarana produksi

sementara kemampuan petani membeli pupuk kimia dan pestisida semakin rendah,

sehingga petani melakukan pemupukan semampunya. Penurunan produksi berakibat

menurunnya pendapatan petani yang dalam jangka panjang berdampak meningkatnya

kemiskinan. Terdapat hubungan timbal balik antara kemiskinan dan kerusakan

lingkungan, dimana kerusakan lingkungan mengakibatkan kemiskinan dan sebaliknya

peningkatan kemiskinan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.

Salah satu terobosan upaya peningkatan produksi melalui pembangunan pertanian

berkelanjutan yang mampu melestarikan lingkungan serta mengurangi ketergantungan

penggunaan pupuk kimia dan pestisida dengan biaya relatif murah adalah sistem

pertanian pola padi-ternak terpadu atau dikenal dengan nama Crop-Livestock System

(CLS). Pembangunan pertanian berkelanjutan pola CLS adalah integrasi usaha tani yang

memadukan antara usaha tani tanaman pangan dengan ternak. Dalam penelitian ini pola

CLS yang dimaksud adalah usaha tani pola padi sawah – penggemukan ternak sapi

potong secara terpadu.

Di samping dapat memperbaiki kerusakan lingkungan, usaha tani pola CLS juga

mampu meningkatkan produksi dan pendapatan petani, sehingga pola CLS ini dapat

memutus mata rantai kemiskinan. Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada

Gambar 1.

Page 25: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

ProduksiUsahatani

KualitasLingkunganUsahatani

Pola CLS

Kemiskinan

-/+

-/+

pendapatan

-/+

-/+

-+

+/-

Usahatani PolaKonvensional

+

Gamba

r 1. Kerangka Pemikiran Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Pola CLS

Upaya-upaya peningkatan produksi pangan dan pengentasan kemiskinan ini sejalan

dengan komitmen internasional pada dalam pertemuan World Food Summit (WFS) 2002

yang dikenal Millenium Development Goals sebagai tekad komitmen global sebagai tidank

lanjut dari Deklarasi Roma 1996. Pada WFS tersebut menghasilkan kesepakatan untuk

mewujudkan ketahanan pangan bagi setiap orang dan menghapuskan penduduk yang

kelaparan di seluruh negara dengan meningkatkan sasaran pengurangan penduduk

rawan pangan sejak tahun 2002 menjadi rata-rata sekitar 22 juta jiwa per tahun. Deklarasi

Roma 2002 menegaskan pentingnya pembangunan pertanian dan perdesaan dalam

mengurangi kelaparan dan kemiskinan.

Pembangunan pertanian dan perdesaan mempunyai peran kunci dalam pemantapan

ketahanan pangan, karena 70 persen penduduk miskin dunia hidup di perdesaan dan

mengandalkan sumber penghidupannya dari sektor pertanian. Data Badan Pusat Statistik

(BPS) menunjukkan bahwa pada puncak krisis ekonomi tahun 1998, jumlah penduduk

miskin hampir mencapai 50 juta jiwa dan sekitar 64,4 persen tinggal di perdesaan. Pada

tahun 1999, saat ekonomi menuju pemulihan, jumlah penduduk miskin turun menjadi

sekitar 37 juta jiwa dan sekitar 66,8 persen tinggal di perdesaan. Sesuai Renstra

Page 26: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Pembangunan Pertanian tahun 2005-2009, dimana sasaran penduduk miskin di

perdesaan menurun dari 18,90% pada tahun menjadi 15,02% pada tahun 2009 (Deptan,

2005). Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa pengentasan kemiskinan hanya dapat

dilakukan melalui pembangunan pertanian dan perdesaan yang berkelanjutan, yang dapat

meningkatkan produktivitas pertanian, produksi pangan dan daya beli masyarakat.

Munasinghe (1993) mengembangkan konsep Diamond Triangle yang

menghubungkan antara aspek ekonomi, sosial dan ekologi dalam kerangka mewujudkan

pembangunan berkelanjutan. Pembangunan dikatakan berkelanjutan jika memenuhi

aspek, yaitu: secara ekonomi dapat efisien serta layak, secara sosial berkeadilan, dan

secara ekologis lestari (ramah lingkungan). Keterkaitan tiga aspek tersebut seperti

disajikan pada Gambar 2, dimana hubungan antara sosial-ekonomi didekati dengan

ukuran seperti pemerataan dan kesempatan kerja, hubungan ekonomi-ekologi didekati

dengan penilaian lingkungan, valuasi ekonomi dan internalisasi biaya eksternal, serta

hubungan sosial-ekologi didekati dengan tingkat partisipasi, pluralisme dan lainnya.

Valuasi ekonomi sumber daya alam pada dasarnya berlandaskan tujuan umum agar

sumber daya alam dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat

(economic welfare). Ekonomi kemakmuran berusaha mencari kriteria mengenai alokasi

faktor produksi antara berbagai penggunaan dan distribusi hasil antar individu, yang

mendasarkan pada analisis manfaat/ kepuasan.

Di samping teori Munasinghe yang mengembangkan pembangunan berkelanjutan

dilihat dari aspek ekonomi, sosial dan ekologi, OECD (1993) juga menyatakan bahwa

pembangunan berkelanjutan pada prinsipnya menyangkut dimensi ekologi, ekonomi,

sosial-budaya yang didalamnya termasuk dimensi kelembagaan. Beberapa literatur lain

menambahkan dimensi teknologi dan dimensi hukum, namun dalam pembahasan

selanjutnya penulis menggunakan dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya untuk menilai

status keberlanjutan dengan pertimbangan bahwa bukan sekedar pengelompokan dimensi

besar tersebut yang penting tetapi atribut atau kriteria pada setiap dimensi tersebut yang

lebih penting, sehingga mencakup kriteria yang lebih luas untuk menilai status

keberlanjutan usaha tani pola CLS.

Page 27: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Gambar 2. Hubungan-hubungan Diamond Triangle Pembangunan Berkelanjutan (Munasinghe, 1993)

Dalam penelitian ini sebelum dilakukan analisis status keberlanjutan usaha tani pola

CLS, terlebih dahulu dilakukan analisis model fungsi produksi usaha tani padi pola CLS,

analisis finansial dan ekonomi, serta analisis sosial budaya dengan fokus pada peran

kelembagaan petani. Pendugaan model fungsi produksi dan kelayakan finansial dan

ekonomi usaha tani padi pola CLS penting dilakukan untuk menganalisis pengaruh usaha

tani pola CLS terhadap produksi padi dan pendapatan petani.

Guna menilai status keberlanjutan dari usaha tani pola CLS secara cepat (rapid

appraisal) digunakan metode multi variabel non-parametrik yang disebut multidimensional

scaling (MDS). Metode ini belum pernah dilakukan untuk mengevaluasi pembangunan

pertanian berkelanjutan pola CLS. Metode serupa pernah digunakan untuk mengevaluasi

pembangunan perikanan yang dikenal dengan nama RAPFISH (The Rapid Appraisal of

the Status of Fisheries) dan pernah dimodifikasi untuk melihat status keberlanjutan pada

sistem budidaya sapi potong. Metode multidimensional scaling akan digunakan untuk

menghitung indeks sustainabilitas pengembangan pertanian pola CLS dan selanjutnya

disebut sebagai Rap-CLS (Rapid Appraisal Corps-Livestock System).

Pemerataan Tenaga Kerja Target Asistensi

Partisipasi Pluralisme Konsultasi

Tujuan Ekonomi: Pertumbuhan dan Efisiensi

Tujuan Ekologi: Pelestarian SDAL dan Berkelanjutan.

Tujuan Sosial: Kesejahteraan, Persamaan Hak

Penilaian LH Valuasi Internalisasi

Page 28: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Pada tahapan selanjutnya, hasil penilaian status keberlanjutan usaha tani pola CLS

ini digunakan untuk menganalisis keterkaitan dan ketergantungan antar faktor, sehingga

dapat diketahui faktor-faktor yang dominan sebagai dasar menyusun strategi

pengembangan usaha tani pola CLS dan merumuskan kebijakan pengembangan dimasa

mendatang dengan menggunakan analisis prospektif.

Dengan demikian, diharapkan dapat dirumuskan kebijakan dan strategi

pengembangan pertanian berkelanjutan pola CLS dalam rangka peningkatan produksi

pangan dan pengentasan kemiskinan menunjang Millenium Development Goals.

1.4. Perumusan Permasalahan

Objek yang diteliti adalah usaha tani pola CLS khususnya usaha tani pola padi

sawah dan penggemukan ternak sapi potong secara terpadu. Potensi pengembangan

usaha tani pola CLS di Pulau Jawa sangat besar namun belum dapat dikembangkan

secara luas dan sebagian petani kesulitan menerapkan usaha tani pola CLS karena

diperlukan pengetahuan dan ketrampilan yang cukup serta diperlukan sarana pendukung

dan kelembagaan yang memadai. Dalam melaksanakan usaha tani, petani membutuhkan

kelompok tani sebagai wadah yang menampung seluruh kepentingan dan aktivitas petani.

Dengan adanya kelompok tani maka pengelolaan usah tani dapat dilakukan dengan relatif

mudah. Untuk itu perlu dilakukan analisis diskriptif keragaan dan peran kelompok tani

dalam usaha tani CLS.

Usaha tani pola CLS menggunakan input pupuk kimia dan pestisida sangat rendah

serta lebih banyak menggunakan input dari pupuk organik hasil dari proses pengolahan

limbah pertanian. Hal ini berbeda dengan usaha tani konvensional yang cenderung

menggunakan input pupuk kimia dan pestisida tinggi. Dengan adanya perbedaan

perlakuan tersebut sangat dimungkinkan produktivitas usaha tani pola CLS dan usaha tani

non CLS akan berbeda. Selain kondisi lahan pertanian, sarana produksi, tenaga keja,

modal dan manajemen, faktor sosial ekonomi lainnya turut mempengaruhi tingkat produksi

usaha tani. Untuk itu perlu dianalisis variabel-variabel yang mempengaruhi produksi usaha

tani pola CLS dibandingkan dengan usaha tani non CLS.

Sampai saat ini keuntungan finansial usaha tani pola CLS merupakan satu-satunya

kriteria kelayakan usaha tani, dimana keuntungan finansial belum memasukkan komponen

manfaat dan biaya lingkungan seperti peningkatan kesuburan lahan, perbaikan kualitas air

dan lainnya. Hasil-hasil penelitian kelayakan finansial usaha tani pola CLS telah dilakukan

Page 29: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

pada tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan kelayakan ekonomi yang mengukur manfaat

dan biaya bagi masyarakat secara keseluruhan termasuk memasukkan unsur kualitas

lingkungan belum banyak dilakukan. Mengingat strategisnya sektor pertanian dalam

pembangunan nasional, kiranya sangat diperlukan penelitian mengenai analisis ekonomi

usaha tani pola CLS.

Usaha tani pola CLS di tingkat lapangan sangat beragam dan dihadapkan pada

berbagai kendala, serta belum dapat diukur sejauh mana tingkat keberlanjutannya,

sedangkan konsepsi pembangunan pertanian berkelanjutan belum dijabarkan secara lebih

operasional dan implementatif, sehingga terjadi kesenjangan antara konsepsi ideal

dengan aktual di lapangan. Dengan demikian penelitian ini berupaya menjembatani

kesenjangan tersebut dengan mengembangkan konsep pembangunan pertanian

berkelanjutan usaha tani pola CLS ke arah yang lebih kuantitatif dan implementatif dengan

mengukur indeks dan status keberlanjutan usaha tani pola CLS dan faktor-faktor dominan

yang mempengaruhi keberlanjutan usaha tani pola CLS. Dengan memperhatikan berbagai

permasalahan dan potensi pengembangan usaha tani pola CLS, maka perumusan

masalahnya adalah:

(1) Apakah usaha tani pola CLS mampu meningkatkan produksi padi. Variabel apa

saja yang mempengaruhi produksi usaha tani padi sawah pola CLS? Dan

sejauhmana variabel tersebut mempengaruhi produksi dan keuntungan usaha tani

padi sawah pola CLS? Apakah produksi usaha tani padi sawah pola CLS lebih

tinggi dibandingkan dengan non CLS?

(2) Sejauhmana kelayakan finansial dan ekonomi usaha tani pola CLS dibandingkan

non CLS? serta bagaimana peran kelembagaan petani dalam usaha tani pola

CLS?

(3) Seberapa besar nilai keberlanjutan usaha tani pola CLS di Kabupaten Sragen

pada saat ini dan apa faktor-faktor strategis dalam pengembangan pertanian

berkelanjutan pola CLS, serta

(4) Bagaimana rekomendasi kebijakan dan strategi pengembangan pertanian

berkelanjutan pola CLS di masa mendatang?.

1.5. Manfaat Penelitian

Page 30: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

pengembangan pertanian, berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut:

(1) Pemerintah, sebagai bahan masukan dalam penentuan kebijakan pengembangan

pertanian di masa mendatang.

(2) Akademisi dan Peneliti, penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan penelitian di

tempat yang lain maupun penelitian-penelitian lanjutannya.

(3) Swasta, LSM dan masyarakat, penelitian ini dapat menunjukkan kepada

masyarakat mengenai salah satu upaya pelestarian sumberdaya alam dan

lingkungan serta manfaat yang akan dinikmatinya.

(4) Penulis, bermanfaat untuk mengasah kemampuan riset dan penyelesaian tugas

akhir Program Pascasarjana di IPB.

1.6. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian dan kerangka pemikiran yang telah disusun, maka

hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

(1) Diduga produksi dan keuntungan usaha tani padi sawah pola CLS lebih tinggi

dibandingkan usaha tani padi sawah non CLS.

(2) Diduga tingkat kelayakan baik secara finansial dan ekonomi usaha tani pola CLS

lebih tinggi dibandingkan dengan kelayakan usaha tani non CLS. Diduga pada

usaha tani pola CLS tingkat kelayakan secara ekonomi lebih tinggi dibandingkan

dengan tingkat kelayakan secara finansial.

1.7. Novelty Penelitian

Mengembangkan konsep pembangunan pertanian berkelanjutan usaha tani pola

CLS menjadi konsep yang lebih kuantitatif dan implementatif. Metode Rap-CLS yang

dibuat dari modifikasi Rapfish telah teruji bisa dikembangkan untuk mengukur indeks dan

status keberlanjutan usaha tani pola CLS.

Page 31: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Berkelanjutan

FAO mendefinisikan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) sebagai suatu

praktek pertanian yang melibatkan pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi

kebutuhan manusia bersamaan dengan upaya mempertahankan atau meningkatkan

kualitas lingkungan dan mengkonservasi sumbcrdaya alam.

Secara lebih luas pembangunan pertanian berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai

upaya pengelolaan dan konservasi sumberdaya pertanian (lahan, air dan sumberdaya

genetik) melalui orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan sedemikian rupa

sehingga menjamin tercapainya kebutuhan yang diperlukan secara berkesinambungan

baik dari waktu ke waktu maupun dari generasi ke generasi. Pertanian berkelanjutan

(sustainable agriculture) juga diartikan sebagai pengelolaan sumberdaya pertanian untuk

memenuhi perubahan kebutuhan manusia sambil mempertahankan atau meningkatkan

kualitas lingkungan dan melestarikan SDA. (Reijntjes, et al. 1999). Pertanian

berkelanjutan yang rendah input luar (low external input and sustainable agriculture)

sebagian besar input usaha tani yang dimanfaatkan berasal dari lahan, desa, wilayah atau

negara sendiri dan diupayakan tindakan tepat untuk menjamin dan menjaga

keberlanjutan. (Reijntjes, et al. 1999).

Pembangunan pertanian berkelanjutan dapat diartikan sebagai upaya pengelolaan

sumberdaya dan usaha pertanian melalui penerapan teknologi pertanian dan

kelembagaan secara berkesinambungan bagi generasi kini dan masa depan.

Kesinambungan usaha dapat diartikan bahwa usaha tani tersebut dapat memberikan

kontribusi ekonomi bagi petani dan keluarganya, sehingga pemilihan jenis komoditas dan

usaha harus yang bernilai ekonomis, pasar tersedia dan produksi kontinyu (Departemen

Pertanian, 2005).

Aktivitas kegiatan ekonomi yang mencerminkan pembangunan berkelanjutan dapat

dilihat kualitas lingkungan yang ada. Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

lingkungan adalah: (1) struktur: jenis barang dan jasa yang diproduksi dalam lingkungan,

(2) efisiensi: input yang digunakan untuk menghasilkan per unit output dalam

perekonomian, (3) substitusi: kemampuan substitusi sumberdaya langka dengan bahan

lain, dan (4) teknologi bersih lingkungan: kemampuan mempengaruhi kerusakan

lingkungan per unit dari penggunaan input atau output yang dihasilkan.

Page 32: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Sistem usaha pertanian dikatakan berwawasan lingkungan apabila dalam

pengelolaannya menerapkan teknologi maju yang sesuai dengan potensi sumberdaya dan

tidak menimbulkan eksternalitas negatif kepada lingkungan biofisik maupun sosial

ekonomi pada tingkat mikro dan makro (Kasryno, 1998). Selanjutnya dikatakan pertanian

berkelanjutan mengandung arti bahwa dalam jangka panjang secara simultan harus

mampu: (1) mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan, (2) mampu

menyiapkan insentif sosial dan ekonomi bagi semua pelaku dalam sistem produksi, (3)

mampu memproduksi pangan secara cukup dan setiap penduduk memiliki akses terhadap

pasokan pangan. Strategi untuk mewujudkan pertanian bekelanjutan tergantung dari tipe

permasalahan. Konsep pertanian berkelanjutan dikembangkan sebagai payung yang

mewadahi pemikiran dan ideologi tentang pendekatan pembangunan pertanian meliputi:

usaha tani organik, pertanian biologis, pertanian ekologis, LEISA, pertanian biodinamis,

maupun pertanian regeneratif.

Sistem pertanian (farming system) adalah pengaturan usaha tani yang stabil, unik

dan layak yang dikelola menurut praktek yang dijabarkan sesuai lingkungan fisik, biologis

dan sosioekonomi menurut tujuan, preferensi dan sumber daya rumahtangga (Shanner, et

al 1982 dalam Reijntjes, 1999). Usaha tani dapat berupa usaha bercocok tanam atau

memelihara ternak. Usaha tani yang baik adalah bersifat produktif dan efisien yaitu

memiliki produktivitas atau produksi per satuan lahan yang tinggi (Mubyarto, 1994).

Menurut Sutanto, (2002) dikenal tiga farming system yaitu (1) pertanian tunggal

(monocropping), (2) sistem tumpangsari dan tumpang gilir, serta (3) sistem usaha tani

terpadu. Kelemahan monocropping tanpa penambahan bahan organik menyebabkan

degradasi lahan, sementara kelemahan sistem tumpangsari dan tumpang gilir adalah

apabila dieksplotasi berlebihan berakibat sama dengan pola monocropping yaitu

kemunduran aktivitas biologi dan kehilangan hara serta kesuburan lahan.

Menurut Arifin (2001) bahwa dalam sistem usaha tani, faktor-faktor yang

mempengaruhi degradasi lahan antara lain: intensifikasi penggunaan lahan, tekanan

penduduk, pendapatan perkapita, dan tingkat keterjaminan hak-hak atas tanah. Lebih

lanjut dikatakan dikatakan faktor ekonomi (tingkat keuntungan usaha tani) mempengaruhi

keputusan petani menerapkan teknologi pengelolaan lahan. Mubyarto (1994)

mengemukakan pada umumnya tidak ada petani yang menggantungkan hidupnya dari

satu macam pertanian. Petani dalam mengurangi resiko pertaniannya dengan menanam

Page 33: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

berbagai macam tanaman di sawah, pekarangan, disamping memelihara ternak, bekerja

sebagai buruh, tukang dan sebagainya.

Kelemahan-kelemahan monocropping diatasi dengan sistem usaha tani terpadu,

dimana sistem ini memerlukan pendekatan holistik dengan menitikberatkan

keanekaragaman produksi dan produk pasca panen akan banyak menghasilkan residu

yang mudah didekomposisi (Sutanto, 2002b). Pola usaha tani monocropping pada

tanaman padi dan ternak sapi potong dapat diatasi secara simultan melalui penerapan

pola integrasi dengan pendekatan zero waste (Diwyanto et al 2001). Pola integrasi ini

sebenarnya sudah lama dikenal petani dan telah dikembangkan beberapa Negara Asia

seperti Thailand, Filipina, Vietnam, RRC dan lainnya. Di Indonesia mulai tahun 1970 telah

dikenal sistem usaha tani terpadu dan muncul istilah pola tanam (cropping pattern),

kemudian muncul pola usaha tani (cropping system), sistem usaha tani (farming system)

dan akhirnya sistem tanaman ternak (crop-livestock system CLS). Selain pola CLS masih

ada beberapa pola sejenis antara lain padi-ikan-itik, mina-padi dan lain sebagainya.

Sistem usaha tani terpadu dikembangkan dengan prinsip pertanian organik untuk

melestarikan hasil tanaman dan produktivitas keseluruhan sistem. Sedangkan yang

dimaksud dengan pertanian organik (organic farming) adalah suatu sistem pertanian yang

mendorong kesehatan tanah dan tanaman melalui praktek seperti pendaur-ulangan unsur

hara bahan organik (seperti kompos dan sampah tanaman), rotasi tanaman, pengolahan

yang tepat dan menghindari pupuk sintetis dan pestisida (IASA, 1990 dalam Reijntjes,

1999). Pertanian organik ini merupakan upaya-upaya dalam kerangka pemanfaatan

teknologi bersih lingkungan. Beberapa pola usaha tani terpadu antara lain pengembangan

pertanian terpadu yang melibatkan tanaman dengan ternak, pertanian dengan perikanan,

dan lainnya yang memerlukan perencanaan dengan baik.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pendekatan Fungsi Produksi

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi usaha tani didekati dengan fungsi

produksi. Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan/dependent variable (Y) biasanya berupa output dan variabel yang

menjelaskan/independent variable (X) biasanya berupa input. Dengan demikian dapat

diketahui hubungan antara variabel Y dan X serta sekaligus mengetahui hubungan antar

Page 34: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

variabel yang menjelaskan. Secara matematis hubungan variabel Y dan X dapat ditulis

peserti pada persamaan (1).

Y= f (X1, X2, ………… , Xn) …………..……………………… ..…… (1)

Dalam proses produksi pertanian, variabel Y dapat berupa produksi pertanian dan

variabel X dapat berupa lahan pertanian, tenaga kerja, modal dan manajemen. Namun

demikian dalam praktek, keempat faktor produksi tersebut belum cukup untuk dapat

menjelaskan Y. Faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, seperti tingkat pendidikan, tingkat

pendapatan, tingkat ketrampilan dan lain-lain juga berperan dalam mempengaruhi tingkat

produksi.

Berbagai macam bentuk fungsi produksi yaitu fungsi produksi linier, kuadratik,

polinom, dan lainnya, namun ada fungsi produksi yang sering digunakan adalah fungsi

produksi Cobb-Douglas (Soekartawi, 1994). Penyelesaian hubungan antara variabel X

dan Y biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi

dari X. Dengan demikian kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam

penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Secara matematis fungsi produksi Cobb-Douglas

dapat dituliskan seperti pada persamaan (2).

Y = a X1bl X2

b2.... Xibi….. X n

bn eu ……………………………………… ..... (2)

Keterangan Y : Variabel yang dijelaskan X : Variabel yang menjelaskan a,b : Besaran yang akan diduga µ : Kesalahan (disturbance term) e : logaritma natural =2,718.

Pendugaan terhadap koefisien a dan b dapat dilakukan dengan metode Ordinary

Least Square (OLS), tetapi sebelum dilakukan pendugaan, fungsi produksi Cobb-Douglas

diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan

persamaan (2) menjadi persamaan (3).

log Y = log a + bl log X1 + b2 log X2 +…..... + b n log Xn + u ……………… .... (3)

Ada tiga alasan mengapa fungsi produksi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai untuk

menganalisis oleh para peneliti (Soekartawi, 1994), yaitu:

Page 35: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

1. Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas lebih mudah dianalisis dibandingkan

dengan fungsi yang lain, seperti fungsi kuadratik. Fungsi produksi Cobb-Douglas

mudah ditransfer ke bentuk linear.

2. Hasil pendugaan garis dari fungsi Cobb-Douglas menghasilkan koefisien regresi

yang menunjukkan besaran elastisitas. Jadi besaran b pada persamaan (3) adalah

angka elastisitas.

3. Besaran elastisitas tersebut menunjukkan tingkat besaran Return to Scale. Dengan

demikian terdapat tiga kemungkinan, yaitu:

a. Decreasing Return to Scale, bila bl +b2+ ... + bn < 1, berarti bahwa proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.

b. Constant Return to Scale, bila bl +b2+ ... + bn = 1, berarti bahwa penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.

c. Increasing Return to Scale, bila bl +b2+ ... + bn > 1, berarti bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

Kelemahan model fungsi produksi Cobb-Douglas adalah tidak pernah dicapai

tingkat produksi maksimum, sulit menghindari multicolinearity dan karena fungsi produksi

Cobb-Douglas menggunakan bentuk logaritma, maka data tidak boleh bernilai nol atau

negatif. Cara memperbaiki pendugaan yang menggunakan data nol atau negatif adalah

(1) besaran dari variabel yang bernilai nol atau negatif tersebut diubah nilainya menjadi

variabel Dummy, misalnya pengamatan yang bernilai nol atau negatif diberi penimbang

nol dan yang bernilai bukan nol atau bukan negatif diberi penimbang satu, (2)

menambahkan suatu bilangan yang sama untuk setiap nilai X, sehingga pengamatan yang

bernilai nol atau negatif tidak akan menjadi nol atau negatif, dan (3) mengganti

pengamatan yang bernilai nol dengan bilangan yang kecil sekali. Cara ini menurut

Johnson dan Rausser (1971) adalah cara yang lebih baik bila dibandingkan dengan kedua

cara diatas (Soekartawi, 1994).

Pendugaan model dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas

yang dimodifikasi ke dalam bentuk logaritma. Kelemahan dari model ini adalah pendugaan

fungsi produksi dapat dilakukan dengan baik bila logika dan mekanisme proses produksi

diketahui sebelumnya. Variabel manajemen dapat mempengaruhi pendugaan elastisitas

produksi terhadap faktor produksi akan bias ke atas, sedangkan penduga terhadap skala

Page 36: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

usaha akan bias ke bawah, sehingga variabel manajemen sering dimsukkan sebagai

variabel boneka (dummy variabel).

Uji t dilakukan untuk melihat signifikasi dari perbedaan dua pengamatan yang

dibandingkan. Model uji t yang digunakan seperti persamaan (4).

_ _ • X iA - XiB • T hitung = ----------------------------- ……….………………. (4) • S 2 ( 1/NA + 1/NB ) _ XiA rata-rata dari nilai pengamatan yang diperoleh dari petani yang menerapkan usaha

tani pola CLS. _ XiB rata-rata dari nilai pengamatan yang diperoleh dari petani yang tidak menerapkan

usaha tani pola CLS. NA jumlah petani sampel yang menerapkan usaha tani pola CLS NB jumlah petani sampel yang tidak menerapkan usaha tani pola CLS S2

varian gabungan yang dihitung dengan rumus persamaan (5): (NA – 1) S2

A + (NB – 1) S2B

S2 = --------------------------------- ……………………………………….. (5) ( NA + NB -2 ) S2

A varian dari sampel petani yang menerapkan usaha tani pola CLS S2

B varian dari sampel petani yang menerapkan usaha tani pola CLS _ _ H0 = XiA = XiB _ _ H1 = XiA > XiB á = 0,05 ttabel = t á %; (NA + NB - 2)

Jika thitung < ttabel, H0 diterima artinya tidak beda nyata antara dua pengamatan yang

dibandingkan. Jika thitung > ttabel, H0 ditolak artinya ada beda nyata antara dua pengamatan

yang dibandingkan.

2.2.2. Pendekatan Ekonomi Lingkungan

Pemberian nilai (valuation) terhadap manfaat dan biaya lingkungan menunjukkan

bahwa lingkungan dalam memberikan pelayanan tidak cuma-cuma, namun mempunyai

nilai dan harga yang sering tidak tersirat oleh mekanisme pasar.

Lingkungan mempunyai nilai sebagai bahan baku untuk kegiatan ekonomi, kegiatan

rekreasi, sumber kenikmatan, keselarasan yang menentukan kualitas hidup, sebagai

Page 37: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

pelimbahan dan asimilator atau pendaur ulang limbah dan aktivitas ekonomi, sumber

pengetahuan untuk pendidikan dan penelitian ilmiah, keanekaragaman hayati dan asset

yang dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang. Valuasi ekonomi merupakan

komponen penting dalam perencanaan dan pengelolaan sumberdaya, dimana valuasi

ekonomi mengaitkan dimensi-dimensi ekonomi dengan ekologi secara integratif

(Hufschmidt, et al, 1983).

Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam valuasi ekonomi dimulai dari identifikasi

biaya dan manfaat pengelolaan pertanian pola CLS, melakukan penilaian biaya dan

manfaat dari masing-masing komponen baik yang dapat dinilai dengan harga pasar

maupun non pasar, menghitung nilai kelayakan sesuai kriteria investasi serta melakukan

analisis biaya manfaat dan kesimpulan.

Beberapa kajian komparasi antara beberapa metode valuasi ekonomi disimpulkan

bahwa (1) tidak ada satu teknikpun yang superior dibandingkan teknik yang lain, (2)

masing-masing teknik adalah cocok bagi beberapa kasus tertentu tetapi tidak cocok untuk

kasus yang lain, dan (3) penentuan teknik yang akan digunakan bergantung pada

masalah yang akan dinilai serta sumberdaya pendukung studi (Ramdan et al 2003).

Pemilihan teknik benefit cost analysis (BCA) valuasi kualitas lingkungan berdasarkan

Askary (2001) dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pemilihan Teknik Valuasi Ekonomi Kualitas Lingkungan (sumber : Askary, 2001)

Page 38: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Metode analisis biaya dan manfaat merupakan metode yang cukup penting dalam

analisis dampak lingkungan. Dengan metode ini dapat dibandingkan antara besarnya

pendapatan dengan komponen biaya. Metode ini digunakan untuk menilai proyek

pembangunan berskala mikro dengan menggunakan teknik penilaian Benefit Cost Ratio

(B/C R). Penilaian suatu proyek yang dilakukan dengan mengadakan analisis finansial

atau analisis ekonomi biasa disebut dengan kelayakan finansial atau ekonomi. Penilaian

finansial meliputi perhitungan semua pengeluaran untuk investasi sampai jangka waktu

tertentu dibandingkan dengan semua pendapatan yang timbul sebagai akibat adanya

proyek tersebut. Baik pengeluaran dan penerimaan diperhitungkan pada standar harga

pasar yang berlaku.

Usaha tani tanaman pangan dan usaha ternak sapi potong mengandung unsur

resiko dan ketidakpastian. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk

mengetahui prospek pengembangan usaha di masa yang akan datang. Kepekaan atau

Habitat Kualitas udara & air Rekreasi Estetika,Ya Biodiversitas,

Budaya,Sejarah,

Biaya Efektifitas Biaya Sakit Kematian Biaya Hak milik/Kesempatan Pencegahan perjalanan aset

Hilangnya BiayaBiaya Pengeluaran pendapatan pencegahan Valuasi Valuasi

Ya Pengganti Preventif kontingen kontingen

Biaya ModalGunakan Nilai tanah Biaya relokasi/ pengobatan manusia

Pendekatan penggantiPasar Proksi,Aplikasikan Valuasi

harga kontingenbayanganterhadap

perubahanproduksi

Efek kesehatan

Produktivitas

Perubahan kualitaslingkungan

pasar non-distorsi ?

Tidak

GunakanPerubahan

Perubahan ProduksiTerhitung

Tidak

Tersediakah harga

Dampak Lingkungan

Page 39: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

sensitivitas adalah sifat responsif terhadap variabel atau parameter yang mengalami

perubahan baik kualitas atau kuantitas. Manfaat dan biaya pada umumnya bersifat peka

atau responsif terhadap berbagai macam variabel sehingga penerimaan dan pengeluaran

itu sendiri juga mengalami perubahan. Perubahan tersebut pada umumnya dikatagorikan

dari sikap penganalisis menjadi tiga sikap yaitu sikap optimis, moderat, dan pesimis. Untuk

mengatasi perubahan maka digunakan alat analisis sensitivitas atau analisis kepekaan.

Analisis sensitivitas merupakan analisis untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil

analisis proyek jika ada sesuatu perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau

benefit.

Kadariah (1988) mengatakan bahwa analisis sensitivitas perlu sekali diperhitungkan

karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak

ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Yang perlu

diperhatikan dalam analisis sensitivitas antara lain: (1) terdapatnya kenaikan dalam biaya

konstruksi, (2) perubahan harga produksi dan (3) mundurnya waktu implementasi.

Perubahan harga berupa penurunan harga jual produksi (gabah dan daging sapi)

serta kenaikan biaya produksi (terutama pupuk dan pakan ternak) diperkirakan

berpengaruh terhadap NPV, net B/C ratio dan IRR karena komponen tersebut merupakan

bagian yang terbesar dari arus manfaat dan biaya dalam usaha tani pola CLS.

2.2.3. Pendekatan Analisis Kelembagaan Petani

Dalam analisis aspek sosial budaya difokuskan dengan pendekatan kelembagaan

petani yang menempatkan sumberdaya manusia (SDM) sebagai motor penggerak

pembangunan. Pendekatan ini secara konsepsional sesuai dengan kondisi di negara

sedang berkembang yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi (Tonny, 1988).

Aspek manajemen dan kelembagaan petani perlu mendapat perhatian. Perbaikan kinerja

kelembagaan perlu dilakukan secara terus-menerus dan menyeluruh sehingga

kelembagaan petani mampu melayani anggotanya secara optimal. Pendekatan kelompok

merupakan wadah penting sebagai penunjang keberhasilan, dengan berkelompok dapat

dilakukan tindakan kolektif sehingga tercapainya efisiensi. Menurut Norman Uphoff 1986

dalam Syahyuti (2003) keberhasilan pengembangan kelembagaan akan bergantung pada

kapasitas pelaksanaannya dan kelembagaan yang sudah terbentuk (existing condition).

Pendekatan pengembangan kelembagaan dapat dilakukan secara individual dengan

introduksi pengetahuan, kesadaran dan perilaku, maupun melalui pengorganisasian

dengan fokus pada aspek peran-peran, struktur dan prosedur. Dalam usaha tani pola

Page 40: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

CLS terdapat beberapa jenis kegiatan yang akan lebih efisien apabila dilaksanakan secara

berkelompok seperti kegiatan pengandangan ternak, pengelolaan kompos dan lainnya.

2.2.4. Pendekatan Analisis Status Keberlanjutan dan Analisis Prospektif

Konsep pembangunan berkelanjutan bersifat multi disiplin karena banyak dimensi

pembangunan yang harus dipertimbangkan, antara lain dimensi ekologi, ekonomi, sosial-

budaya, hukum dan kelembagaan. Walaupun banyak pendapat ahli memberikan

persyaratan pembangunan berkelanjutan dengan aspek-aspek yang hampir sama tetapi

dengan cara dan pendekatan yang berbeda.

Di bidang pertanian menurut Suryana et al. (1998), konsep berkelanjutan

mengandung pengertian, bahwa pengembangan produk pertanian harus tetap memelihara

kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna menjaga keberlanjutan

pertanian dalam jangka panjang lintas generasi (inter-generational sustainability).

Pembangunan pertanian juga harus mengindahkan aspek kelestarian lingkungan

sehingga pemilihan teknologi dan pengelolaannya tidak hanya didasarkan pada

keuntungan sesaat (jangka pendek). Teknologi ramah lingkungan yang sudah banyak

dikembangkan dan telah digunakan, antara lain Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Pembangunan pertanian berkelanjutan

memerlukan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) yang pada dasarnya

menekankan pada penggunaan low external input.

Pola CLS merupakan salah satu kegiatan pertanian organik dengan sistem usaha

tani terpadu dimana dilakukan masukan teknologi rendah dan memanfaatkan sumber

daya lokal didaur ulang secara efektif (Sutanto, 2002a). Pertanian pola CLS diharapkan

dapat menjamin suatu pola usaha tani stabil dan lestari karena mengembangkan

keterkaitan antara limbah padi diolah menjadi pakan ternak dan kotoran ternak diolah

menjadi pupuk organik (kompos) sebagai siklus utama meningkatkan produktivitas padi

dan ternak. Upaya peningkatan produktivitas lahan dan efisiensi usaha tani melalui pola

CLS dilakukan melalui penerapan teknologi inovatif, optimalisasi sumber daya lahan dan

tenaga kerja, serta mebangun kelembagaan usaha bersama (Wein Simei, 1998 dalam

Prasetyo, et al 2001).

Integrasi pola CLS mencakup tiga jenis kegiatan usaha tani yang saling berkaitan

yaitu (1) budidaya ternak, (2) budidaya padi serta (3) pengelolaan jerami dan kompos.

Inovasi yang dikembangkan dalam budidaya ternak mencakup pengandangan ternak

Page 41: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

secara berkelompok, aplikasi budidaya ternak termasuk strategi pemberian pakan,

pengelolaan dan pemanfaatan kotoran ternak menjadi kompos tanaman padi.

Pengembangan budidaya padi sawah irigasi melalui teknologi pengelolaan, penyimpanan

dan peningkatan kualitas jerami sebagai pakan ternak.

Pengomposan adalah proses mengubah limbah organik menjadi pupuk organik

melalui kegiatan biologi pada kondisi yang terkontrol (Sutanto, 2001a). Tujuan

pengomposan adalah mengurai bahan organik yang dikandung bahan limbah, menekan

timbulnya bau busuk, membunuh benih gulma dan organisme yang bersifat pathogen dan

sebagai produknya berupa pupuk organik yang sesuai untuk diaplikasikan di lahan

pertanian.

Manfaat penggunaan pupuk kompos/pupuk organik memperbaiki kesuburan tanah,

sedangkan kelemahan pupuk organik adalah diperlukan jumlah yang banyak untuk

memenuhi kebutuhan unsur hara pertanaman, bersifat ruah dalam pengangkutan maupun

aplikasi di lapangan, dan dapat menimbulkan kekahatan unsur hara bila bahan organik

yang diberikan belum cukup matang (Sutanto, 2001a).

Penerapan konsep pembangunan berkelanjutan dalam suatu kegiatan

pembangunan menjadi lebih komprehensif untuk menilai status/tingkat keberlanjutan.

Dengan demikian usaha tani pola CLS dapat dikatakan berkelanjutan jika memenuhi

kriteria dari masing-masing dimensi dari konsep pembangunan berkelanjutan yaitu

dimensi ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya.

Suatu usaha tani pola CLS disebut memenuhi syarat berkelanjutan dilihat dari

dimensi ekologi jika pola CLS dapat meminimalisir penggunaan input kimia dari luar,

memanfaatkan sumberdaya yang ada dengan mengolah limbah ternak menjadi kompos

dan mengolah limbah jerami menjadi pakan ternak. Dengan demikian, atribut yang dapat

digunakan untuk mencerminkan keberlanjutan dimensi ini adalah tingkat pemanfaatan

limbah peternakan untuk pupuk organik dan limbah pertanian untuk pakan ternak, instalasi

pengelolaan limbah di rumah potong hewan (RPH) dan lain-lain.

Usaha tani pola CLS dikatakan memenuhi dimensi ekonomi dalam konsep

pembangunan berkelanjutan bila mampu menghasilkan produksi secara

berkesinambungan, meningkatkan pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja dan

tumbuhnya berbagai kegiatan usaha pendukung. Dengan demikian, atribut ekonomi yang

dapat mencerminkan keberlanjutan dari dimensi ini adalah kelayakan usaha dari aspek

Page 42: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

finansial dan ekonomi, tingkat penerimaan petani, kontribusi terhadap pendapatan asli

daerah (PAD), dan lain-lain.

Usaha tani pola CLS dikatakan memenuhi dimensi sosial-budaya, bila pola tersebut

dapat mendukung pemenuhan kebutuhan dasar (pangan, sandang, perumahan,

kesehatan, dan pendidikan), terjadi pemerataan pendapatan, terbukanya kesempatan

berusaha secara adil, serta terdapat akuntabilitas serta partisipasi masyarakat. Dengan

demikian atribut sosial-budaya yang dapat mencerminkan keberlanjutan dari dimensi ini

antara lain adalah pemahaman masyarakat yang tinggi terhadap lingkungan, bekerja

dalam kelompok, frekuensi penyuluhan dan pelatihan dan lain-lain. Karena kondisi yang

demikian akan mampu mendorong ke arah keadilan sosial dan mencegah terjadinya

konflik kepentingan. Oleh karena itu pengelolaan sumberdaya yang berbasis pada

masyarakat lokal harus dapat dipertahankan.

Dari uraian sebelumnya, semakin jelas bahwa tujuan pembangunan pertanian

berkelanjutan pola CLS bersifat multidimensi (multiobjective) yaitu mewujudkan

kelestarian (sustainability) baik secara ekologis, ekonomi, dan sosial-budaya. Implikasinya

memang menjadi kompleks jika dibandingkan dengan usaha tani pola monokultur yang

hanya mengejar produksi pertanian. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari

pertanian terpadu pola CLS ini antara lain: meningkatkan produktivitas gabah dan daging,

meningkatkan populasi ternak sapi, meningkatkan pendapatan petani dan pendapatan

daerah, meningkatkan produktivitas dan kelestarian lahan, meningkatkan lapangan kerja

baru dengan mengolah kompos, meningkatkan keharmonisan kehidupan sosial dan

menyehatkan lingkungan.

2.2.5. Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya

Beberapa hasil penelitian usaha tani pola CLS yang telah dilakukan masih terbatas

melakukan analisis kelayakan secara finansial. Pertama kali penelitian pola CLS

dilakukan di Batumarta, Sumatera Selatan tahun 1985 dimana penerapan model tanaman-

ternak selama tiga tahun meningkatkan pendapatan petani sebesar US$1.500 /KK/tahun,

dimana tiap KK memiliki lahan 2 hektar tanaman pangan dan satu ekor sapi (Puslitbang

Pangan dan Puslitbang Peternakan, dalam Diwyanto et al 2001). Kontribusi hasil ternak

terhadap total pendapatan masih rendah yaitu 10% sedangkan dari tanaman pangan

71,7% dan sisanya berasal dari pendapatan lainnya, dibandingkan dengan pola

Page 43: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

konvensial maka pola CLS mampu meningkatkan pendapatan bersih petani sebesar 36%

(CRIFC, 1995 dalam Devendra, et al, 1997).

Hasil penelitian Pramono et al (2001) pola integrasi padi - sapi potong pembibitan

dengan hasil pendapatan usaha tani padi lahan irigasi di Kabupaten Banyumas,

Purworejo, Pati, Boyolali dan Grobogan per tahun rata-rata Rp. 2,455 juta/ha dan

pendapatan dari usaha tani sapi potong pembibitan dengan pola introduksi sebesar

Rp.1,183 juta per periode (13 bulan). Dengan demikian penerapan integrasi padi – sapi

potong mampu memberikan tambahan pendapatan petani.

Hasil penelitian di Philipina menunjukkan bahwa dengan menerapkan CLS, maka

usaha dari ternak sapi mampu memberikan kontribusi lebih dari 50% terhadap

pendapatan usaha tani dan lebih dari 20% terhadap pendapatan keluarga. Pola CLS di

lahan irigasi di Mindanao meningkatkan pendapatan per tahun dari US$ 570/hektar

menjadi US$ 767/hektar (Guy, 1995 dalam Devendra, et al, 1997). Hasil penelitian di

Pulau Luzon tahun 1986-1988 pola CLS pada lahan kering dengan pemberian pakan

konsentrat untuk ternak sapi mampu meningkatkan pendapatan petani dari US$

935/hektar menjadi US$ 1.232/hektar.

Hasil penelitian di Thailand menunjukkan usaha ternak pada lahan kering mampu

meningkatkan pendapatan usaha tani dari US$ 518 pada tahun 1983 menjadi US$ 715

pada tahun 1986 (Devendra, et al, 1997). Sedangkan penelitian di Ban Donpondaeng

Thailand usaha tani pola CLS dengan kepemilikan rata-rata 4,8 ekor sapi menunjukkan

hasil pada tahun kedua mampu meningkatkan pendapatan petani sebesar 18.151 baht/KK

dari 12.728 baht/KK dan kepemilikan rata-rata 7,5 ekor sapi pada tahun kedua mampu

meningkatkan pendapatan 39.982 baht/KK dari 24.972 baht/KK, dimana US$1= 26.5 Bath

(Bromani, 1985 dalam IRRI, 1986).

Mersyah. R. (2005) melakukan penelitian di Kabupaten Bengkulu Selatan

menggunakan pendekatan konsep pembangunan berkelanjutan sistem budidaya sapi

potong, yang bersangkutan menyusun nilai indeks keberlanjutan dengan metode MDS

disimpulkan bahwa pengembangan sapi potong di Bengkulu Selatan termasuk dalam

kategori “kurang” berkelanjutan.

Page 44: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Waktu penelitian

selama 13 bulan bulan mulai bulan Februari 2003 sampai Maret 2004 dan sebagian data

dikumpulkan sampai Juli 2005. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja

dengan pertimbangan bahwa kabupaten tersebut telah tumbuh kegiatan usaha tani pola

CLS integrasi usaha tani padi sawah dengan ternak sapi potong dan pihak Pemda

mendukung pengembangan pertanian pola CLS sebagai transisi menuju pertanian

organik. Peta lokasi penelitian seperti pada Lampiran-2.

3.2. Rancangan Penelitian

3.2.1. Analisis Fungsi Produksi dan Keuntungan Usahatani Padi Sawah

A. Penentuan Sampel Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey yaitu penelitian yang

mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data. Penentuan sampel sebanyak lima kecamatan dan tujuh desa dipilih

secara (purposive) dengan pertimbangan petani pada kecamatan dan desa tersebut telah

menerapkan kegiatan usaha tani pola CLS secara rinci disajikan pada Lampiran 3 dan 4.

Pada masing-masing desa dipilih satu kelompoktani secara sengaja (purposive) dan

sepuluh responden petani per kelompoktani secara sampling acak distratifikasi (stratified

random sampling) berdasarkan lama berusaha tani pola CLS dan luas lahan, sehingga

jumlah responden yang menerapkan CLS sebanyak 70 orang. Disamping itu juga pada

desa tersebut dipilih secara acak sederhana sebanyak 40 responden petani yang tidak

menerapkan pola CLS sebagai responden pembandingnya. Petugas PPL, tokoh

masyarakat dan petugas instansi terkait dijadikan sumber informasi.

B. Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

(a) Teknik Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan

pengamatan di lapangan.

(b) Teknik wawancara, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara

mengadakan komunikasi langsung dengan responden dan informan yang

Page 45: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

diambil sebagai sampel penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan

yang telah disiapkan.

(c) Teknik pencatatan, yaitu mencatat semua data sekunder dari dinas atau

instansi yang berkaitan dengan penelitian.

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer berupa

data pola usahatani, sarana produksi, produksi, struktur ongkos usahatani padi, ternak,

pengolahan kompos dan jerami diperoleh dari hasil wawancara/ interview kepada

responden dan informan dengan kuesioner yang telah disiapkan, pengamatan langsung di

lapang. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait baik di tingkat pusat, Provinsi,

Kabupaten, Kecamatan dan tingkat desa antara lain dari Kantor Statistik Kabupaten,

Dinas Pertanian dan Dinas Peternakan Provinsi dan Kabupaten, Kantor Kecamatan,

Kantor Desa, Puskesmas dan instansi terkait lainnya. Data sekunder mencakup keadaan

umum daerah, keragaan usaha tani padi, usaha tani ternak sapi potong, pengelolaan

limbah, luas areal, produksi dan produktivitas usaha tani, populasi ternak, kelompok tani,

harga, dan lainnya.

C. Definisi, Pengukuran Variabel dan Asumsi-Asumsi

Definisi dan pengukuran variabel sebagai berikut:

(1) Usaha tani terpadu adalah suatu kegiatan petani dalam memanfaatkan secara

optimal secara terpadu dengan lebih dari satu komoditas pertanian, baik komponen

usaha tani pangan, palawija, hortikultura, ternak, dan ikan selama setahun.

Sedangkan usaha tani tidak terpadu hanya dengan satu komoditas selama setahun.

(2) Manajemen dan kelembagaan petani, yang diukur adalah kinerja kelompoktani.

Bagaimana kelompoktani mampu melayani kebutuhan anggotanya. Jenis-jenis

aktivitas usaha tani yang dilakukan bersama dan perorangan, penyediaan sarana

produksi dan fasilitas lain, pengelolaan tenaga kerja, kepemimpinan, keuangan

kelompok, maupun permasalahan-permasalahan dalam kelompoktani.

(3) Lahan sawah adalah tanah pertanian yang hampir sepanjang tahun terdapat irigasi

secara permanen, sebaliknya disebut lahan kering bila sepanjang tahun tidak

tergenang air (mengandalkan air hujan).

(4) Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan yang sesuai dengan kondisi iklim

dan komoditas pada suatu areal dalam kurun waktu tertentu.

Page 46: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

(5) Produktivitas adalah kemampuan berproduksi dari usaha tani dalam setahun.

(6) Luas lahan. Luas lahan diukur dalam satuan hektar. Pada tingkat usaha tani luas

lahan yang digunakan adalah rata-rata pemilikan lahan oleh petani. Untuk tingkat

kabupaten luas lahan yang digunakan adalah luas lahan pertanian baik berupa lahan

sawah maupun lahan kering.

(7) Tenaga kerja. Tenaga kerja diukur dalam satuan HOK, dimana satu HOK adalah 6

jam. Pada tingkat usaha tani tenaga kerja dibedakan antara laki-laki dan

perempuan. Pada tingkat kabupaten tenaga kerja laki-laki dan perempuan disatukan,

dimana 1 HOK tenaga kerja perempuan = 0.8 HOK laki-laki. Tingkat upah yang

dipakai adalah rata-rata tingkat upah yang pernah dibayarkan petani atau tingkat

upah yang pernah diterima petani bila bekerja di luar pertanian.

(8) Produksi. Untuk tingkat usaha tani produksi dinilai dalam satuan fisik (untuk

gabah/beras: ton, ternak sapi: ekor, pupuk kompos: ton) yang mana produksi

tersebut merupakan nilai rata-rata yang dihasilkan oleh petani. Sedangkan tingkat

kabupaten karena beragamnya komoditas maka berupa Rp/hektar yang merupakan

perkalian antara produksi yang nyata di lapangan dengan harga jualnya.

(9) Harga. Harga yang terjadi pada tingkat usaha tani, dimana harga output usaha tani

merupakan harga jual yang diterima petani, sedangkan harga input merupakan

harga beli input yang dibayar oleh petani. Pada tingat kabupaten harga yang dipakai

adalah rata-rata harga yang terjadi pada daerah tersebut.

(10) Keuntungan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dari usaha tani dengan

biaya yang dikeluarkan dalam satu tahun (dalam rupiah). Penerimaan usaha tani

adalah hasil kali produk total dikalikan dengan harga output per satuan volume.

Sedangkan total biaya produksi usaha tani adalah jumlah input yang digunakan

selama proses usaha tani dikalikan dengan harga input per satuan volume.

Asumsi yang digunakan dalam pemakaian fungsi Cobb-Douglas antara lain: (a)

petani dianggap rasional dalam melakukan usaha tani untuk memperoleh keuntungan

yang maksimum, (b) harga-harga faktor produksi dan output usaha tani selama penelitian

dianggap tetap dan dihitung berdasaran harga yang dibayarkan dan diterima petani,

dimana masing-masing individu sampel memperlakukan harga input bervariasi, (c) untuk

menduga fungsi Cobb-Douglas diasumsikan pasar dalam kondisi persaingan sempurna,

(d) teknologi dianggap netral yang berarti intercept boleh berbeda tetapi slope garis

Page 47: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

penduga Cobb-Douglas dianggap sama, dan (e) fungsi keuntungan adalah menurun

bersamaan dengan bertambahnya jumlah faktor produksi tetap.

D. Pengolahan dan Analisis Data

Fungsi Produksi Usaha tani Pola CLS dan Non CLS

Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

usaha tani padi pola CLS digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Yang

membedakan usaha tani padi sawah CLS dan non CLS adalah pada usaha tani padi pola

CLS menggunakan input pupuk organik dan biasanya sedikit atau bahkan tidak

menggunakan pupuk kimia maupun pestisida, dan sebaliknya untuk usaha tani non CLS.

Dengan adanya perbedaan tindakan usaha tani padi pola CLS dan non CLS yang

dilakukan oleh petani maka dapat diduga adanya perbedaan produksi diantara dua pola

usaha tani tersebut. Langkah pertama dilakukan uji-t untuk melihat signifikasi dari

perbedaan produksi antara usaha tani pol CLS dan non CLS, selanjutnya dilakukan

pendugaan model.

Untuk mempermudah pendugaan fungsi produksi padi sawah, persamaan Cobb-

Douglas diubah dalam bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan menjadi

persamaan (6).

ln Qp = ln a + b1 ln Pb + b2 ln Pu + b3 ln Pt + b4 ln Pc + b5 ln Pk + b6 ln Ppc + b7 ln Ppp + b8 ln

Tk + b9 ln Pdd + bl0 ln Pum + bl1 ln Pgl + b12 ln Tx + b13 ln Ps + b14 ln D1 + b15 ln D2 + u. …......…............................................................ (6)

Keterangan : Qp = produksi (kg) Pb = bibit/benih (kg/ha) Pu = Urea (kg/ha) Pt = TSP (kg/ha) Pc = KCl (kg/ha) Pk = pupuk kompos (kg/ha) Ppc = pestisida cair (liter/ha) Ppp = pestisida padat (kg/ha) Tk = tenaga kerja (HOK/ha) Pdd = pendidikan petani (tahun) Pum = umur petani (tahun) Pgl = pengalaman bertani (tahun) Tx = pajak/sewa lahan Ps = sewa alat dan mesin D1 = dummy luas lahan D2 = variable pola usaha tani D1 = 1 Luas lahan > 0,5 hektar D2 = 1 pola usaha tani CLS D1 = 0 Luas lahan < 0,5 hektar D2 = 0 pola usaha tani non CLS a = intersep/konstanta bi = koefisien regresi variabel independen ke-i u = kesalahan pengganggu

Page 48: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Dengan memasukkan variabel dummy (D2) pola usaha tani CLS dengan non CLS ke

dalam model, maka dapat diketahui ada tidaknya perbedaan nyata antara produksi usaha

tani pola CLS dengan non CLS. Ddalam pendugaan model fungsi produksi dipilih model

yang paling baik dari berbagai variabel yang ada. Pengujian model dilakukan dengan

menghitung koefisien determinasi majemuk (R2) yaitu nilai yang menyatakan besarnya

proporsi atau persentase variasi total dari variabel tak bebas/yang dijelaskan (Y) oleh

variabel yang menjelaskan (X) secara bersama-sama.

Untuk menguji hubungan keseluruhan dari variabel independen terhadap variabel

dependen maka dilakukan uji F (over all test) sedangkan pengujian masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen maka dilakukan uji t (individual test).

Apabila setelah dilakukan analisis diketahui koefisien regresi dari Dummy variable

hasilnya berbeda nyata dan positif, maka dikatakan bahwa ada pengaruh perbedaan

antara usaha tani pola CLS dengan non CLS terhadap produksi usaha tani. Besarnya

nilai intersep dan koefisien regresi dari masing-masing variabel independen antara usaha

tani pola CLS dibandingkan dengan nilai intersep dan koefisien regresi usaha tani pola

non CLS. Dikatakan usaha tani pola CLS lebih baik bila nilai intersep dan koefisien

regresinya lebih besar dibandingkan dengan usaha tani non CLS. Model estimasi fungsi

produksi usaha tani padi sawah pola CLS seperti persamaan (7).

ln Qpc = ln a + bl ln Pb + b2 ln Pu + b3 ln Pt + b4 ln Pc + b5 ln Pk + b6 ln Tk + b9 ln D1 + u. ..........................................…............…...............…. (7)

Keterangan: Qpc produksi padi sawah pola CLS.

Sedangkan model estimasi fungsi produksi usaha tani padi sawah pola non CLS

seperti persamaan (8).

ln Qpn = ln á + âl lnPb + â2 lnPu + â3 lnPt + â4 lnPc + â5 lnTk + â6 ln D1 + u ..... (8) Keterangan: Qpn produksi padi sawah pola non CLS

Setelah diperoleh nilai intersept dan koefisien regresi dari kedua pola usaha tani

tersebut, masing-masing model diuji signifikansi perbedaannya dengan Uji t. Demikian

pula untuk menguji signifikansi dari perbedaan penggunaan input (pupuk kimia, pestisida,

pupuk kompos) terhadap produksi di antara kedua pola usaha tani juga digunakan Uji t .

Fungsi Keuntungan Usaha tani Pola CLS dan non CLS

Page 49: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat efisiensi harga (ekonomi) pada usaha

tani padi pola CLS dan non CLS dilakukan dengan cara menurunkan model fungsi

produksi Cobb-Douglas dengan teknik Unit-Output Price Cobb-Douglas Profit Function.

Untuk mempermudah pendugaan, pada kondisi model fungsi produksi yang optimal, harga

faktor produksi dan harga produksi “dinormalkan” dengan harga tertentu, artinya besaran

keuntungan dan variabel lain dibagi dengan besarnya harga produksi. Persamaan

keuntungan yang diturunkan dari fungsi produksi Cobb-Douglas seperti pada persamaan

(9).

m n ð = ApF (X l ,…… X m ; Zi ,…, Z n ) - • c j Xj - • f j Zj …………….… ........… (9)

j=1 j=1 dimana : ð = besarnya keuntungan (rp/ha) A = besaran efisiensi teknik p = harga produksi (rp/ton) Xj = variabel faktor produksi, dimana j= 1,…,n Zj = variabel faktor produksi tetap (fixed variable), dimana j= 1,…,n cj = harga faktor produksi per satuan fj = harga faktor produksi tetap per satuan

Bentuk logaritma dari persamaan (9) menjadi persamaan (10).

m n ln ð* = lnA* + • â j ln cj * + • áj ln Zj ……………………………..…… ......... (10) j=1 j=1

dimana : ð*= keuntungan yang telah “dinormalkan” dengan harga produks i. âj= koefisien variabel faktor produksi “dinormalkan” dengan harga produksi. áj= koefisien variabel faktor produksi tetap “dinormalkan” dengan harga produksi. cj*= variabel faktor produksi yang telah “dinormalkan” dengan harga produksi.

Pendugaan fungsi keuntungan usaha tani padi sawah, usaha tani padi pola CLS dan

non CLS seperti pada persamaan (11).

ln ðp = ln a + b1 ln Wb + b2 ln Wu + b3 ln Wt + b4 ln Wc + b5 ln Wp + b6 ln Ws + b7 ln Wh + b8 ln Wx + b9 ln Lu + bl0 ln Wk + bl1 ln D1 + b12 ln D2 + b13 ln D3 + + u. …................................... ............................................ (11) Keterangan: ðp keuntungan padi sawah, ðpc keuntungan padi sawah CLS , ðpn keuntungan padi sawah non CLS, harga benih (Wb), harga urea (Wu), harga pupuk TSP (Wt), hargaKCl (Wc), harga pestisida (Wp), sewa/ pemeliharaan alsin (Ws), upah kerja (Wh), pajak (Wx), lahan

Page 50: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

usaha (Lu), harga pupuk kandang (Wk), dummy luas lahan (D1), dummy pola usaha tani (D2), dan dummy lama usaha tani CLS (D3), a=intersep/konstanta, bi= koefisien regresi variabel independen ke-i, u= kesalahan pengganggu. 3.2.2. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi, serta Analisis Peran Kelembagaan Petani

A. Penentuan Sampel Penelitian

Metode penentuan sampel penelitian yang digunakan pada analisis kelayakan

finansial dan ekonomi sama dengan metode penentuan sampel penelitian pada analisis

fungsi produksi dan fungsi keuntungan usaha tani padi sawah seperti yang telah diuraikan

pada sub bab 3.2.1.

B. Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data

Teknik pengumpulan data dilakukan analisis kelayakan finansial dan ekonomi sama

dengan metode penentuan sampel penelitian pada analisis fungsi produksi dan fungsi

keuntungan usaha tani padi sawah seperti yang telah diuraikan pada sub bab 3.2.1.

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer berupa

data pola usahatani, sarana produksi, produksi, struktur ongkos usahatani padi, ternak,

pengolahan kompos dan jerami, kegiatan hulu dan hilir usahatani, valuasi ekonomi

lingkungan, manajemen dan kelembagaan petani diperoleh dari hasil wawancara/

interview kepada responden dan informan dengan kuesioner yang telah disiapkan,

pengamatan langsung di lapang. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait baik di

tingkat pusat, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan tingkat desa antara lain dari Kantor

Statistik Kabupaten, Dinas Pertanian dan Dinas Peternakan Provinsi dan Kabupaten,

Kantor Kecamatan, Kantor Desa, Puskesmas dan instansi terkait lainnya. Data sekunder

mencakup keadaan umum daerah, keragaan usaha tani padi, usaha tani ternak sapi

potong, pengelolaan limbah, luas areal, produksi dan produktivitas usaha tani, populasi

ternak, kelompok tani, harga, dan lainnya.

C. Definisi, Pengukuran Variabel dan Asumsi-Asumsi

Definisi dan pengukuran variabel sebagai berikut:

Page 51: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

(1) Total biaya produksi meliputi biaya investasi, biaya produksi/operasional dan biaya

sosial dalam satuan rupiah. Biaya investasi meliputi biaya pembuatan kandang,

bangunan kompos, pembelian bakalan ternak serta pembelian/pengadaan lahan

dalam satuan rupiah. Biaya operasional meliputi biaya tetap dan biaya variabel

dalam satuan rupiah. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak habis sekali pakai

dalam proses produksi meliputi penyusutan alat dan mesin pertanian, kandang,

bangunan kompos, dan bunga modal dalam satuan rupiah, sedangkan biaya

variabel merupakan biaya yang habis pakai dalam proses produksi meliputi biaya

pembelian bibit, pupuk, pakan ternak, biaya obat, transport dan biaya upah tenaga

kerja.

(2) Analisis biaya dan manfaat yang dilakukan tidak hanya mencakup analisis

kelayakan finansial tetapi juga analisis kelayakan secara ekonomi/sosial.

(3) Valuasi ekonomi lingkungan merupakan penilaian manfaat dan biaya yang

berhubungan dengan perbaikan maupun pencegahan kerusakan lingkungan

meliputi penanganan limbah, penanganan bau, gangguan kesehatan dan

tanggungjawab sosial (berbagai sumbangan dan iuran) dalam satuan rupiah.

(4) Identifikasi manfaat lingkungan mencakup seluruh manfaat yang bersifat langsung

dan tidak langsung dinikmati oleh petani maupun masyarakat serta manfaat yang

dapat dinilai dengan uang maupun tidak dapat dinilai dengan uang. Manfaat

usaha tani pola CLS yang bersifat langsung dan dapat dinilai dengan uang diukur

melalui harga pasar, seperti peningkatan produksi gabah, daging ternak maupun

kompos. Sedangkan manfaat yang bersifat tidak langsung dan tidak dapat dinilai

dengan harga pasar, dilakukan penyesuaian (adjusted) terlebih dahulu. Manfaat

bersifat tidak langsung dari usaha tani pola CLS, misalnya seperti: perbaikan

kesuburan lahan dan kualitas air, berkurangnya bau limbah ternak maupun

berkurangnya gangguan kesehatan.

(5) Identifikasi biaya lingkungan mencakup seluruh biaya yang bersifat langsung dan

tidak langsung dikeluarkan oleh petani maupun masyarakat maupun biaya yang

dapat dinilai dengan uang maupun tidak dapat dinilai dengan uang. Biaya usaha

tani pola CLS yang bersifat langsung dan dapat dinilai dengan uang diukur melalui

harga pasar, seperti biaya pakan, bibit, pupuk, pestisida dan lainnya. Sedangkan

biaya yang bersifat tidak langsung dan tidak dapat dinilai dengan harga pasar,

dilakukan penyesuaian (adjusted) terlebih dahulu. Biaya bersifat tidak langsung

Page 52: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

dari usaha tani pola CLS, misalnya seperti: penanganan limbah, penanganan bau,

gangguan kesehatan dan tanggungjawab sosial (berbagai sumbangan dan iuran)

dalam satuan rupiah.

Asumsi-asumsi dalam analisis kelayakan antara finansial dan ekonomi lain: (a)

tingkat discount rate sebesar tingkat suku bunga pinjaman pada waktu penelitian, (b)

economics life of the capital selama lima tahun dengan pertimbangan alat dan mesin/aset-

aset produksi sudah memerlukan penggantian, (c) straigth line depreciation method, dan

(d) tidak ada nilai sisa barang dan modal dalam proses produksi.

D. Pengolahan dan Analisis Data

Kelayakan Finansial dan Ekonomi

Perbedaan penilaian antara analisis finansial dan analisis ekonomi adalah pada

kelayakan finansial yang dianalisis adalah besarnya penerimaan dan pengeluaran riil

suatu unit usaha tani, sedangkan kelayakan ekonomi menggunakan pendekatan biaya

dan manfaat sosial atau ditinjau secara ekonomi agregat. Metode analisis finansial lebih

menekankan kepada analisis biaya-manfaat terhadap individu atau privat, sedangkan

analisis ekonomi lebih menekankan kepada analisis biaya-manfaat terhadap masyarakat.

Dalam analisis finansial menggunakan tingkat bunga sebenarnya yang harus

dibayarkan misalnya melalui kredit bank, sedangkan analisis ekonomi menggunakan

tingkat bunga umum yang berlaku. Dalam analisis finansial menggunakan harga pasar

(market prices) sedangkan dalam analisis ekonomi menggunakan shadow price yang

menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomi yang sesungguhnya dari unsur-unsur

biaya maupun manfaat. Dalam analisis ekonomi menggunakan asumsi, misalnya shadow

untuk tenaga kerja kasar = 0,5 (tidak memerlukan keahlian khusus) sedangkan tenaga ahli

= 1,0 untuk tenaga terlatih dan berpendidikan.

Dalam analisis ekonomi, faktor-faktor yang supply-nya sudah tetap seperti tanah,

tempat bangunan mungkin menghasilkan sewa yang mencerminkan kelangkaannya. Oleh

karena itu nilai kandang diperhitungkan sewanya sebagai nilai opportunity cost bagi

perekonomian yang berlaku. Semua perhitungan secara finansial dan ekonomis

menggunakan cara diskonto dalam bentuk cash flow dimana pengeluaran dan pemasukan

setiap tahun dinilai sekarang (present value) dengan tingkat bunga (discount rate) tertentu.

Perbedaan antara analisis finansial dan ekonomi secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 53: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Tabel 1. Perbedaan Analisis Finansial dan Ekonomi

No. Uraian Analisis Finansial Analisis Ekonomi

1. Objek Private/orang/badan (petani)

Publik/perekonomian keseluruhan

2. Harga yang digunakan Harga pasar Harga bayangan 3. Manfaat Private return, manfaat riil

yang diterima oleh petani The social/economic return (termasuk manfaat tidak langsung, manfaat intangible seperti perbaikan lingkungan dan lainnya.

4. Biaya Biaya riil yang dikeluarkan petani

Manfaat yang hilang, opportunity cost, termasuk biaya pencegahan kerusakan lingkungan

5. Pajak Diperhitungkan Tidak diperhitungkan 6. Subsidi Diperhitungkan Tidak diperhitungkan 7. Bunga atas Modal Dibayarkan karena

dianggap sebagai biaya Tidak dianggap sebagai biaya sebab merupakan transfer payment.

8. Tenaga kerja Harga pasar shadow price tenaga kerja skill=1 dan unskill labour=0.5.

9.

Alat dan bahan Harga pasar Harga yang tidak terdistorsi

Sumber: Kadariah (1988).

Metode yang digunakan dalam analisis finansial dan ekonomi dengan menggunakan

metode “with and without” yaitu membandingkan antara usaha tani pola CLS dan non

CLS. Satuan analisis kelayakan adalah skala usaha tani dalam satu hektar dengan

penggemukan dua ekor ternak sapi potong. Dalam hal ini yang diukur secara finansial

adalah penerimaan dari usaha tani pola CLS, sedangkan pengeluarannya berupa biaya

investasi (bangunan, instalasi dan alat dan mesin) serta biaya operasional. Indikator

kelayakan investasi diukur dari nilai kini dari manfaat bersih investasi (net present value

atau NPV), rasio manfaat dan biaya (benefit and cost rasio atau B/C Rasio) dan internal

rate of return (IRR). Rumus NPV, gross B/C rasio dan IRR adalah seperti pada

persamaan (12), (13) dan (14).

n B ti - C ti

NPV = ∑ …………….……………… .........… (12) t=1 ( 1 + i ) t

n B ti

∑ B/C R= t=1 ( 1 + i ) t ……………………...........…. (13)

Gross n C ti ∑

Page 54: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

t=1 ( 1 + i ) t

NPV’ IRR = i’ (i” – i’) ……….…………… ...… (14)

NPV’ – NPV”

Nilai NPV pada persamaan (12) pada tingkat discount faktor pada periode tertentu

bila bernilai positif berarti investasi layak, bernilai negatif berarti tidak layak, bernilai 0

berarti titik impas. Gross B/C rasio pada persamaan (13) menilai seberapa besar manfaat

yang dapat dihasilkan dari satu satuan unit biaya yang dikeluarkan. Investasi disebut

layak bila B/C rasio lebih besar dari satu, tidak layak bila B/C rasio lebih kecil dari satu,

bernilai 1 berarti titik impas. Nilai IRR pada persamaan (14) menunjukkan tingkat suku

bunga yang diperoleh bila dibandingkan dengan nilai bunga investasinya. Untuk itu

investasi suatu kegiatan disebut layak bila memiliki nilai IRR lebih besar dari tingkat

discount ratenya. Nilai IRR ini biasa untuk menilai berbagai alternatif-alternatif pilihan

investasi yang paling menguntungkan secara finansial maupun ekonomi.

Peran Kelembagaan Petani

Analisis kelembagaan petani pada usaha tani pola CLS dilakukan secara kualitatif

dan dipaparkan secara diskriptif mengenai keragaan kelompok tani dan analisis fungsional

dengan melihat hubungan antar bagian di dalamnya dan antar lembaga lainnya

(Soekanto, 1999). Dalam penelitian juga dianalisis secara diskriptif peran kelembagaan

petani dalam usaha tani pola CLS yang ditunjukkan oleh jenis-jenis kegiatan yang

dilakukan secara kolektif dalam kelompok dan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan secara

perorangan/rumah tangga serta pengembangannya.

3.2.3. Analisis Status Keberlanjutan Usaha Tani Pola CLS

A. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara diskusi, wawancara, pengisian

kuesioner, dan pengamatan langsung terhadap usaha tani pola CLS di lokasi penelitian.

Dipilih expert/pakar yang mewakili pemerintah daerah (dinas pertanian dan ketahanan

pangan), perguruan tinggi, KTNA, petani, swasta. Data sekunder diperoleh dari berbagai

sumber, seperti hasil penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, dan laporan serta

dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan bidang penelitian.

Page 55: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

B. Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer. Data

sekunder mencakup keadaan umum daerah, keragaan usaha tani padi, usaha tani ternak

sapi potong, pengelolaan limbah, keberadaan RPH, aspek kelembagaan, permodalan,

persepsi masyarakat, dan lainnya yang berkaitan dengan atribut pada setiap dimensi

ekologi, ekonomi dan sosial.

C. Penentuan Atribut dan Pengukuran Skor

Berdasarkan data yang ada, maka setiap atribut diberikan skor atau peringkat yang

mencerminkan keberlanjutan dari dimensi pembangunan yang bersangkutan. Skor ini

menunjukkan skala dari nilai yang “buruk” sampai pada nilai ”baik”. Nilai “buruk”

mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi pengembangan pertanian

berkelanjutan. Sebaliknya nilai “baik” mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan.

Di antara dua ekstrem nilai ini terdapat satu atau lebih nilai antara tergantung dari jumlah

peringkat pada setiap atribut.

Jumlah peringkat pada setiap atribut akan ditentukan oleh tersedia tidaknya literatur

yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah peringkat. Sebagai contoh untuk

menentukan tingkat pemanfataan limbah ternak sapi potong masih belum jelas kriteria

yang dapat digunakan sebagai acuan, oleh karena itu akan ditentukan berdasarkan

“scientific judgement” dari pembuat skor. Dalam penelitian ini dibuat empat peringkat yaitu

tidak dimanfaatkan, sedikit dimanfaatkan, sebagian besar dimanfaatkan, dan seluruhnya

dimanfaatkan. Pada dimensi ekonomi, misalnya atribut kelayakan finansial terdiri dari

empat peringkat yaitu: sangat layak, layak, impas, dan tidak layak. Pada Tabel 2 disajikan

atribut-atribut dan skor yang akan digunakan untuk menilai keberlanjutan pengembangan

pertanian usaha tani pola CLS pada setiap dimensi.

Tabel 2. Atribut dan Skor Keberlanjutan Usaha tani Pola CLS di Kabupaten Sragen.

Dimensi dan Atribut Skor Baik Buruk Keterangan

I. Dimensi ekologi

1. Kesesuaian lahan untuk padi

0; 1; 2;3 3 0 (0) tanah tidak sesuai; (1) kurang sesuai S3; (2) sesuai S2; (3) sangat sesuai S1

2. Tingkat pemanfaatan lahan untuk padi

0; 1; 2;3 0 3 (3) melebihi kapasitas; (2) tinggi (1) sedang; (0) rendah

3. Tingkat penggunaan pupuk/ 0; 1; 2;3 0 3 (3) melebihi standar; (2) tinggi (1) sedang; (0)

Page 56: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

pestisida rendah 4. Pemanfaatan limbah ternak

sapi untuk pupuk kandang 0; 1; 2; 3 3 0 (0) tidk dimanfaatkan; (1) sebagian kecil

dimanfaatkan; (2) sebagian besar dimanfaatkan; (3) seluruhnya dimanfaatkan

5. Pemanfaatan limbah jerami untuk pakan ternak sapi

0; 1; 2; 3 3 0 (0) tidak dimanfaatkan; (1) sebagian kecil dimanfaatkan; (2) sebagian besar dimanfaatkan; (3) seluruhnya dimanfaatkan

6. Sistem Pemeliharaan ternak sapi

0; 1; 2; 3 0 3 (3) >50 % diumbar/liar; (2) 25 % -50% diumbar/liar (1) 10%-25 % diumbar/liar; (0) <10% yang diumbar/liar

7. Kepadatan ternak (ekor ternak/ 1000 orang)

0; 1; 2; 3 3

0 Mengacu pada APWPPP Deptan: (0) sangat padat (300-500); (1) padat (100-300); (2) sedang (50-100); (3) jarang (<50)

8. Ketersediaan Rumah Potong Hewan (RPH)

0; 1; 2; 3 3 0 Mengacu pada Ditjen Peternakan; (0) tidak ada, (1) type C; (2) type B; (3) type A

9. Pemotongan sapi betina produktif

0; 1; 2; 3 0 3 (3 > 50%; (2) 25 - <50%; (1) 10 - < 25%; (0) < 10%;

II. Dimensi Ekonomi 1. Kelayakan finansial dan

ekonomi 0; 1; 2; 3 3 0 Mengacu analisis kelayakan: (0) rugi/tidak layak;

(1) impas/kembali modal; (2) untung/layak; (3) sangat untung/layak

2. Kontribusi terhadap PDRB 0; 1; 2;3 3 0 (0) tidak ada, (1) rendah; (2) sedang; (3) tinggi 3. Rata-rata penghasilan

petani CLS relatif dibanding non CLS

0; 1; 2; 3 3 0 (0) di bawah ; (1) sama; (2) lebih tinggi; (3) jauh lebih tinggi

4. Rata-rata penghasilan petani CLS relatif terhadap UMR (upah minimum regional) Jawa Tengah.

0; 1; 2; 3 3

0 (0) di bawah; (1) sama; (2) lebih tinggi; (3) jauh lebih tinggi

5. Lembaga keuangan (bank/kredit)

0; 1; 2 ; 3

3 0 (0) tidak ada; (1) ada tapi menjangkau sebagian kecil petani; (2) ada dan menjangkau sebagai besar petani; (3) menjangkau seluruh petani

6. Transfer keuntungan 0; 1; 2;3 3 0 (0) sebagian besar dinikmati penduduk luar daerah; (1) seimbang antara penduduk lokal dengan penduduk luar daerah; (2) sebagian besar penduduk lokal; (3) seluruhnya penduduk lokal;

7. Besarnya pasar 0; 1; 2;3 3 0 (0) pasar lokal; (1) pasar provinsi, (2) pasar nasional; (3) pasar internasional

8. Besarnya subsidi 0; 1; 2; 3 0 3 (3) mutlak 100% subsidi; (2) besar; (1) sedikit; (0) tidak ada subsidi

III. Dimensi Sosial-Budaya

1. Sosialisasi pekerjaan (individual atau kelompok)

0; 1; 2;3 3 0 (0) pekerjaan dilakukan secara individual; (1) kerjasama satu keluarga; (2) sebagian kerjasama kelompok; (3) seluruhnya kerjasama kelompok

2. Jumlah rumah tangga petani CLS

0; 1; 2;3 3 0 (0) <10%; (1) 10-25%; (2) 25-50%; (3) >50%dari total jumlah rumah tangga di Sragen

3. Pengetahuan terhadap lingkungan

0; 1; 2;3 3

0 (0) tidak ada (1) sedikit; (2) cukup; (3) banyak/luas

4. Frekwensi konflik 0; 1; 2;3 3 0 (0) banyak/sering; (1) ada sedikit; (2) jarang sekali; (3) tidak ada

5. Persepsi/peran masyarakat dalam usaha tani CLS

0; 1; 2; 3 3 0 (0) negatif; (1) netral; (2) positif; (3) sangat positif

6. Frekwensi penyuluhan dan pelatihan

0; 1; 2; 3 3 0 (0) tidak pernah ada; (1) sekali dalam 5 tahun; (2) sekali dalam setahun; (3) dua kali atau lebih dalam setahun

7. Kelembagaan/Kelompok tani 0; 1; 2; 3 3 0 (0) <25% punya; (1) 25-50% punya; (2) 50-75% punya; (3) >75% punya

8. Kelembagaan/badan usaha/jasa di bidang input dan output

0; 1; 2; 3 3 0 Badan usaha/jasa (perusahaan, kios, KUD): (0) ada tapi semuanya belum dapat diakses petani; (1) ada, tapi hanya sebagian kecil yang dapat diakses; (2) sebagian besar dapat diakses; (3) semuanya dapat diakses

9. Lembaga layanan pemerintah (layanan

0; 1; 2; 3 3 0 Kelembagaan pemerintah: memberi akses penyuluhan, pengolahan dan pemasaran produk:

Page 57: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

penyuluhan, teknologi, informasi saprodi, informasi pengolahan dan pemasaran hasil)

(0) ada tapi semuanya belum dapat diakses petani; (1) hanya sebagian kecil yang dapat diakses; (2) sebagian besar dapat diakses; (3) semuanya dapat diakses.

Jika diperhatikan pada Tabel 2, pembuatan peringkat disusun berdasarkan urutan

terkecil ke nilai terbesar baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan berdasarkan urutan

nilai dari yang terburuk ke nilai yang terbaik. Untuk selanjutnya nilai skor dari masing-

masing atribut dianalisis secara multidisiplin untuk menentukan satu atau beberapa titik

yang mencerminkan posisi keberlanjutan usaha tani pola CLS yang dikaji relatif terhadap

dua titik acuan yaitu titik “baik” (“good’) dan titik “buruk”(“bad”). Untuk memudahkan

visualisasi posisi ini digunakan analisis ordinasi.

D. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahapan penentuan atribut usaha

tani pola CLS secara berkelanjutan yang mencakup tiga dimensi (dimensi ekologi,

ekonomi, sosial-budaya), tahap penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan

kriteria keberlanjutan pada setiap dimensi, analisis ordinasi “Rap-CLS” yang berbasis

metode “Multidimensional Scaling” (MDS), penyusunan indeks dan status keberlanjutan

yang dikaji.

Proses ordinasi Rap-CLS ini menggunakan perangkat lunak modifikasi Rapfish

(Kavanagh, 2001). Perangkat lunak Rapfish ini merupakan pengembangan MDS yang ada

di dalam perangkat lunak SPSS, untuk proses rotasi, kebaikan posisi (flipping), dan

beberapa analisis sensitivitas telah dipadukan menjadi satu perangkat lunak. Melalui MDS

ini maka posisi titik keberlanjutan tersebut dapat divisualisasikan dalam dua dimensi

(sumbu horizontal dan vertikal). Untuk memproyeksikan titik-titik tersebut pada garis

mendatar dilakukan proses rotasi, dengan titik ekstrem “buruk” diberi nilai skor 0% dan titik

ekstrem “baik” diberi skor nila 100%. Posisi keberlanjutan sistem yang dikaji akan berada

diantara dua titik ekstrem tersebut. Nilai ini merupakan nilai indeks keberlanjutan usaha

tani pola CLS yang dilakukan oleh petani di Kabupaten Sragen. Ilustrasi hasil ordinasi

yang menunjukkan nilai indeks keberlanjutan dari sistem yang dikaji disajikan pada

Gambar 4.

0 % 71 % 100 %

Page 58: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Gambar 4. Ilustrasi Indeks Keberlanjutan Usaha tani Pola CLS di Kabupaten Sragen sebesar 71 %.

Analisis ordinasi ini juga dapat digunakan hanya untuk satu dimensi saja dengan

memasukkan semua atribut dari dimensi yang dimaksud. Hasil analisis akan

mencerminkan seberapa jauh status keberlanjutan dimensi tersebut, misalnya dimensi

ekologi. Jika analisis setiap dimensi telah dilakukan maka analisis perbandingan

keberlanjutan antar dimensi dapat dilakukan dan divisualisasikan dlam bentuk diagram

disajikan pada Gambar 5.

Ekonomi 100%

0%

Sosial Budaya Ekologi

100% 100%

Gambar 5. Ilustrasi Indeks Keberlanjutan Setiap Dimensi Usaha tani Pola CLS di Kabupaten Sragen.

Skala indeks keberlanjutan usaha tani pola CLS mempunyai selang 0%-100%, jika

sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks lebih dari 50% (>50%) maka sistem tersebut

sustainable, dan sebaliknya jika kurang atau sama dengan 50% (•50%) ma ka sistem

tersebut belum sustainable. Namun demikian dalam penelitian ini penulis mencoba

membuat empat kategori status keberlanjutan berdasarkan skala dasar tersebut yaitu:

Skala Indek 75% - 100% Kategori: baik Skala Indek 50% - 75% Kategori: cukup Skala Indek 25% - 50% Kategori: kurang

Page 59: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Skala Indek 0% - 25% Kategori: buruk

Untuk selanjutnya indeks keberlanjutan usaha tani pola CLS ini akan disebut

sebagai IkB-CLS, yang merupakan singkatan dari Indeks Keberlanjutan Usaha tani Pola

CLS.

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat atribut yang paling sensitif memberikan

kontribusi terhadap IkB-CLS di lokasi penelitian. Pengaruh dari setiap atribut dilihat dalam

bentuk perubahan “root mean square” (RMS) ordinasi, khususnya pada sumbu-x atau

skala sustainabilitas. Semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya suatu atribut

tertentu maka semakin besar pula peranan atribut dalam pembentukan nilai IkB-CLS pada

skala sustainabilitas atau dengan kata lain semakin sensitif atribut tersebut dalam

keberlanjutan usaha tani pola CLS di lokasi penelitian. Untuk mengevaluasi pengaruh

galat (error) acak pada proses pendugaan nilai ordinsi usaha tani pola CLS digunakan

analisis “Monte Carlo”. Menurut Kavanagh (2001) dan Fauzi dan Anna (2002) analisis

“Monte Carlo” juga berguna untuk mempelajari hal-hal berikut ini.

1. Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman

kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemahaman terhadap

atribut atau cara pembuatan skor atribut;

2. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti

yang berbeda;

3. Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang (iterasi);

4. Kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang (missing date);

5. Tingginya nilai “stress’ hasil analisis Rap-CLS menggunakan metode MDS maksimal

25%. Tahapan dengan aplikasi Rapfish disajikan pada Gambar 6.

Page 60: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Gambar 6. Tahapan Analisis Rap-CLS Menggunakan MDS dengan Aplikasi Modifikasi

Rapfish.

3.2.4. Analisis Prospektif

A. Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara diskusi, wawancara, pengisian

kuesioner, dan pengamatan langsung terhadap usaha tani pola CLS di lokasi penelitian.

Dipilih expert/pakar yang mewakili pemerintah daerah (dinas pertanian dan ketahanan

pangan), perguruan tinggi, KTNA, petani, swasta. Teknik pengambilan contoh dalam

rangka menggali informasi dan pengetahuannya (akuisisi pendapat pakar)

ditentukan/dipilih secara sengaja (purposive sampling). Dasar pertimbangan dalam

penentuan atau pemilihan pakar untuk dijadikan sebagai responden menggunakan

kriteria keberadaan dan kesediaan menjadi responden, memiliki reputasi dan kedudukan,

kredibel dan memiliki pengalaman di bidangnya. Jenis data primer berupa data sosial-

ekonomi, tujuan sistem, identifikasi faktor strategis, tingkat kepentingan faktro strategis,

perumusan skenario sistem dan prioritas jenis kegiatan.

Mulai

Kondisi Usaha tani pola CLS saat ini

Penetuan Atribut sebagai Kriteria Penilaian

Penilaian (skor) setiap dimensi Variabel

MDS (ordinasi setiap dimensi) variabel)

Analisis Keberlanjutan

Analisis Monte Carlo Analsis Sensitivitas

Page 61: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, seperti hasil penelitian terdahulu,

hasil studi pustaka, dan laporan serta dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan

dengan bidang penelitian.

B. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis prospektif merupakan suatu upaya untuk mengeksplorasi kemungkinan di

masa yang akan datang. Dari analisis ini akan didapatkan informasi mengenai faktor

kunci dan tujuan strategis apa saja yang berperan dalam pengembangan pertanian

berkelanjutan pola CLS sesuai dengan kebutuhan dari para pelaku (stakeholders) yang

terlibat dalam sistem ini. Selanjutnya faktor kunci tersebut akan digunakan untuk

mendeskripsikan kemungkinan perubahan di masa depan. Menurut Hartrisari (2002),

tahapan dalam melakukan analisis prospektif adalah sebagai berikut.

1. Menentukan faktor kunci untuk masa depan dari sistem yang dikaji.

Pada tahap ini dilakukan identifikasi seluruh faktor penting, menganalisis pengaruh

dan ketergantungan seluruh faktor dengan melihat pengaruh timbal balik dengan

menggunakan matriks, dan menggambarkan pengaruh dan ketergantungan dari

masing-masing faktor ke dalam 4 (empat) kuadran utama, sebagaimana disajikan

pada Gambar 10 (Trayer-POLAGAWAT 2000). Dalam hal ini faktor kunci diperoleh

dari atribut yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan dari hasil analisis RMS pada

Rap-CLS.

2. Menentukan tujuan strategis.

3. Mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan.

Pada tahap ini dilakukan identifikasi bagaimana faktor kunci dapat berubah dengan

menentukan keadaan (state) pada setiap faktor, memeriksa perubahan mana yang

dapat terjadi bersamaan, dan menggambarkan skenario dengan memasangkan

perubahan yang akan terjadi dengan cara mendiskusikan skenario dan implikasinya

terhadap sistem.

Untuk melihat pengaruh langsung antar faktor dalam sistem, yang dilakukan pada

tahap pertama analisis prospektif digunakan matriks, sebagaimana disajikan pada Tabel

3.

Page 62: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Tabel 3. Pengaruh Langsung antar Faktor dalam Pertanian Berkelanjutan Pola CLS. Dari • Tehadap •

A B C D E F G H I J

A B C D E F G H I J

Sumber: Godet 1999. Keterangan : A – J = faktor penting dalam sistem

Pedoman pengisian :

1. Dilihat dahulu apakah faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain, jika

tidak ada pengaruh beri nilai 0.

2. Jika ada pengaruh, selanjutnya dilihat apakah pengaruhnya sangat kuat, jika ya beri

nilai 3.

3. Jika ada pengaruh, baru dilihat apakah pengaruhnya kecil = 1, atau berpengaruh

sedang = 2.

Pedoman penilaian : Skor : Keterangan: 0 Tidak ada pengaruh 1 Berpengaruh kecil 2 Berpengaruh sedang 3 Berpengaruh sangat kuat.

Page 63: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Untuk menentukan faktor kunci digunakan software analisis prospektif yang akan

memperlihatkan tingkat pengaruh dan kertergantungan antar faktor di dalam sistem

dengan tampilan hasil pada Gambar 7.

Gambar 7. Tingkat Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor dalam Sistem (Sumber : Byl et al. 2002).

C. Tahapan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan kebijakan dan strategi

pengembagan pertanian berkelanjutan pola CLS. Pada Gambar 8, disajikan tahapan

penelitian dari mulai sampai selesai.

Ketergantungan

Pengaruh

Faktor Penentu INPUT

Faktor Penghubung STAKE

Faktor Bebas UNUSED

Faktor Terikat OUPUT

Page 64: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Gambar 8. Diagram Alir Tahapan Penelitian

MULAI

• Studi Pustaka • Survey lapang • Transformasi model

cobb-douglas • TEV, NPV, B/C R • Analisis diskriptif.

• Pendugaan Model Fungsi Produksi/Produktivitas Padi

• Analisis Finansial & Ekonomi • Peran Kelembagaan Petani

Tahap Kedua

Rap-CLS (status keberlanjutan usaha tani pola CLS)

Multidimensional Scaling (MSD)

Faktor Strategis Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Pola CLS

Tahap Ketiga Kebijakan dan Strategi Pengembangan

Pertanian Berkelanjutan Pola CLS

Selesai

Analisis Prospektif

Tahap Pertama

Page 65: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keragaan Lokasi Penelitian

4.1.1. Keadaan Umum Kabupaten Sragen

Luas Kabupaten Sragen sebesar 941,55 km2 secara astronomis terletak pada 110

45’ dan 111 10’ BT serta 7 15’ dan 7 30, LS. Secara administrasi pemerintahan

Kabupaten Sragen dengan nama ibukotanya Sragen mempunyai batas-batas sebelah

utara berbatasan Kabupaten Grobogan, sebelah timur berbatasan Kabupaten Ngawi,

Jawa Timur, sebelah selatan berbatasan Kabupaten Karanganyar dan sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Boyolali.

Kabupaten Sragen memiliki topografi bervariasi dari dataran rendah sampai dataran

tinggi, dimana sebesr 53,63% wilayah termasuk klas lereng 1 (0-2%) dan 43,30%

wilayahnya termasuk klas lereng 2 (2-15%). Wilayah Sragen mempunyai ketinggian rata-

rata 109 m di atas permukaan laut dengan standar deviasi 50 m. Tekstur tanah pada

lokasi penelitian sebagian besar bertekstur halus sampai sedang, kedalaman efektif tanah

berkisar 30-90 cm dan jenis tanah yang dominan adalah tanah Grumusol, Aluvial dan

Latosol. Iklim termasuk beriklim tropik dan temperatur sedang. Curah hujan rata-rata di

bawah 2.438 mm pertahun dan hari hujan dengan rata-rata di bawah 106 hari pertahun.

Bulan basah berkisar antara 4-8 bulan, bulan lembab berkisar antara 2-5 bulan dan bulan

kering berkisar antara 2-4 bulan.

Kabupaten Sragen dibelah menjadi dua bagian oleh Sungai Bengawan Solo, dimana

Sragen bagian selatan merupakan sentra pertanian tanaman pangan karena kondisi tanah

subur dan berpengairan yang lebih baik, sedangkan di bagian utara tanahnya kering dan

berkapur sehingga sebagian besar penduduk bekerja berkebun, berdagang dan industri

pengolahan. Kegiatan pertanian selain mengandalkan irigasi dari sungai bengawan solo,

juga memperoleh air dari Waduk Botok, Kembangan, Brambang, Gebyar, Blimbing,

Gembong, Kreto dan Terban.

Kabupaten Sragen terdiri atas 20 kecamatan, 204 desa dan 3 kelurahan. Jumlah

penduduk Kabupaten Sragen pada tahun 2003 sebanyak 853.711 jiwa dengan tingkat

kepadatan penduduk 907 jiwa/km2. Secara rinci terlihat pada Lampiran 6.

Sebagian besar penduduk di Kabuapaten Sragen bekerja di sektor pertanian

(58,40%), jasa (17,22%), perdagangan (13,04%), dan industri (5,21%) , selebihnya

bekerja di sektor lainnya.

Page 66: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Dilihat dari struktur PDRB, maka di Kabupaten Sragen kontribusi sektor pertanian

mencapai 41,09%, industri pengolahan 16,17%, perdagangan, hotel dan restoran 14,60%,

jasa-jasa 12,40%, pengangkutan dan komunikasi 4,43%, keuangan 4,18%, bangunan

4,16%, pertambangan dan galian 1,70% serta listrik, serta gas dan air bersih 1,27%.

Kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan asli daerah (PAD) pada tahun 2002

sebesar Rp. 1 milyar.

Sarana jalan darat dan kereta api melintasi Kabupaten Sragen menjadikan akses ke

kota-kota lain menjadi mudah. Akses ke Bandar Udara Adi Sumarmo Solo dapat

ditempuh dalam waktu satu jam dan ke pelabuhan Tanjung Mas Semarang dapat

ditempuh sekitar tiga jam.

Kabupaten Sragen berdekatan langsung dengan kota Solo. Sarana perekonomian

yang ada antara lain terdapat pasar desa 42 buah, 46 pasar pemda. Pasar hewan 9 buah.

Jumlah koperasi pada tahun 2003 sebanyak 770 terdiri atas non KUD 741 buah dan KUD

29 buah dengan anggota 120.750 orang, serta jumlah kios saprodi 149 unit.

4.1.2. Keragaan Usaha tani Padi

Hasil pengamatan dan pengecekan lapangan, lahan yang digunakan budi daya padi

sawah umumnya jenis tanah aluvial (vertisol) yaitu tanah lempung liat berwarna hitam dan

retak-retak jika kering. Hasil analisis contoh tanah di Laboratprium Jurusan Tanah

Fakultas Pertanian IPB menunjukkan sifat tanah dapat dilihat pada Lampiran 7. Tanah

aluvial umumnya terbentuk dari sedimen sungai yang berupa sedimen liat, tidak

menemukan adanya perkembangan penampang, tekstur liat sampai liat berdebu, struktur

pejal, konsistensi teguh (lembab) lekat dan plastis (basah), reaksi tanah (pH) 5,75 – 7,85

dan kandungan bahan organik 0,76 – 6,91 %. Apabila dibandingkan dengan persyaratan

tumbuh tanaman padi pada Lampiran 9, maka tanah yang ada di daerah penelitian

memiliki kelas kesesuaian lahan antara Sesuai Marjinal (S3) sampai Sangat Sesuai (S1)

seperti yang ada pada Lampiran 8. Berdasarkan data tersebut, tanah yang tergolong

pada kelas S1 ada pada Kecamatan Sambungmacan, Masaran, dan Gondong; yang

tergolong Cukup Sesuai (S2) ada pada Kecamatan Sambunganmacan, Masaran,

Karangmalang dan Gondong; sedangkan yang tergolong pada Sesuai Marginal (S3) ada

pada Kecamatan Karangmalang.

Kelas kesesuaian tanah pada golongan Cukup Sesuai (S2) pada daerah penelitian

adalah tanah yang mempunyai pembatas-pembatas agak berat (karena kandungan C-

Page 67: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

organiknya antara 0,8 – 1,5 %) untuk penggunaan lahan sawah yang lestari. Pembatas C-

organik yang lebih tinggi. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka tanah yang ada di

daerah penelitian dapat ditingkatkan menjadi kelas kesesuaian golongan S1 apabila

dilakukan penambahan C-organik yang cukup, akan memiliki produktivitas yang tinggi

sesuai dengan potensi lahannya.

Hasil pengamatan dan pengecekan di lapangan, air yang digunakan untuk budi

daya padi swah pada umumnya dari air hujan dan air irigasi. Sampel Air dianalisis di

Laboratorium Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB menunjukkan sifat air, kandungan pH

antara 6,0 – 9,0; kandungan N antara 7,76 – 10,40 mg/l; P antara 0,2 – 0,7 mg/l; K antara

1,0 – 7,0 mg/l; Ca antara 10,2 – 30,1 mg/l; Mg antara 1,6 – 7,4 mg/l; Fe antara 0,1 – 3.7

mg/l; dan Mn tak terukur sampai 0,05 mg/l. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.

82/2001 tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, maka

sampel air yang berada di lokasi penelitian termasuk dalam batas toleransi untuk

golongan IV yaitu golongan air untuk irigasi pertanian. Sedangkan sampel air limbah

ternak tidak dapat langsung digunakan untuk air irigasi pertanian dan untuk dapat

digunakan sebagai air irigasi harus melalui proses pelarutan ke dalam air sungai terlebih

dahulu. Hasil sampel air sebagaimana Lampiran 10.

Kabupaten Sragen merupakan salah satu lumbung padi di Jawa Tengah, Luas

lahan pertanian 94.649 hektar berupa (1) lahan sawah 40.193 hektar terdiri irigasi teknis

18.957 hektar, setengah teknis 3.475 hektar, sederhana 1.527 hektar, pengairan desa/non

PU 1.282 hektar, tadah hujan 14.341 hektar, lebak dan lainnya 611 hektar dan (2) lahan

kering seluas 54.456 hektar terdiri atas bangunan/pekarangan 23.054 hektar, tegal/kebun

19.545 hektar, ladang/huma/padang rumput 72 hektar dan sisanya berupa hutan Negara,

hutan rakyat dan lainnya (Jawa Tengah dalam Angka 1999). Lahan sawah dapat ditanami

2-3 kali setahun dengan produksi hingga 450.000 ton gabah pertahun. Produksi padi

pada tahun 2002 sebanyak 451.337 ton, dengan kebutuhan beras penduduk Sragen

113.180 ton berarti kabupaten Sragen termasuk surplus besar dan mampu mensuplai di

daerah lain terutama kota Solo. Perkembangan luas panen dan produksi padi di

Kabupaten Sragen disajikan pada Lampiran 11.

Pada tahun 2002, seluas 1.000 hektar lebih ditanami padi organik dengan produksi

gabah GKG 6.441 ton. Jumlah ini meningkat lima kali lipat dibanding pada tahun

sebelumnya. Penanaman padi organik dilakukan oleh sekitar 72 kelompoktani di sembilan

kecamatan di Sragen sebelah selatan.

Page 68: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Tanaman padi sebagai salah satu produser energi dalam rantai makanan

membutuhkan input antara lain energi matahari dan unsur hara berupa bahan-bahan

organik, unsur N, P, K dan unsur mineral dan vitamin lainnya. Penggunaan pupuk alami

(organik) merupakan salah satu usaha yang digunakan untuk mengembalikan kesuburan

tanah serta meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Petani di Sragen sudah sejak

lama menggunakan pupuk kompos yang dibuat dari kotoran ternak dan tumbuh-

tumbuhan, namun tidak dapat langsung digunakan untuk pertanian organik, karena harus

mencampur pupuk urea dengan komposisi yang seimbang. Misal bila menggunakan

pupuk kimia dibutuhkan 300 kg/ha, maka dengan aplikasi pupuk organik hanya dibutuhkan

pupuk kimia sekitar 100-150 kg/ha. Pemda Kabupaten Sragen menghimbau agar tidak

menggunakan pestisida, karena dapat mengganggu kesehatan petani dan merusak hasil

pertanian.

Produksi jagung pada tahun 2001 sebanyak 16.574 ton dengan luas panen 4.398

hektar, ubi kayu produksi 102.281 ton dengan luas panen 6.884 hektar, kacang tanah

produksi 16.760 ton luas panen 13.800 hektar, kedelai produksi 2.213 ton luas panen

1.492 hektar dan kacang hijau produksi 3.118 ton luas panen 3.124 hektar. Jenis buah-

buahan yang dominan mangga, pisang, jambu dan pepaya.

Jumlah penyuluh yang dikerahkan untuk pembangunan pertanian sebanyak 140

penyuluh yang membina 1.400 kelompok tani di 20 Kecamatan. Sarana alat dan mesin

pertanian yang dimiliki petani pada tahun 2003 berupa hand-traktor 1.224 unit, pompa air

8.947 unit, hand-spayer 12.420 unit, tresher perontoh sebanyak 11.684 unit, power tresher

14 unit, polisher 684 unit, RMU 684 unit dan huller 684 unit.

Usaha tani padi merupakan salah satu komoditas prioritas petani sebagai sumber

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Dalam hal pola tanam, usaha yang

dilakukan oleh para petani masih bersifat sangat luwes dan dinamis. Untuk meningkatkan

pendapatan, petani memilih jenis tanaman disesuaikan dengan kondisi lingkungan,

ketersediaan air irigasi dan kepastian hasilnya. Pola tanam yang dilakukan oleh petani di

lokasi penelitian Gambar 9.

Gambar 9. Pola Tanam yang Dilakukan Petani di Lokasi Penelitian.

Musim Hujan M a r e n g a n K e m a r a u

Page 69: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

N D J F M A M J J A S O

Padi Padi Padi

ternak sapi

Pola tanam model II

Musim Hujan M a r e n g a n K e m a r a u

N D J F M A M J J A S O

Padi Padi Palawija

ternak sapi

Kebiasaan petani pada musim hujam pertama sekitar bulan November sudah

melakukan tanam benih padi selanjutnya pada bulan Februari menanam benih padi lagi

setelah panen padi pada musim hujan (MH). Pada daerah-daerah yang air irigasinya

tersedia sepanjang musim, maka musim kering (MK) dilakukan penanaman padi lagi (Pola

Tanam Model I), sedangkan pada daerah yang air irigasinya terbatas dilakukan

penanaman palawija seperti jagung, kedelai, kacang tanah dan lainnya maupun tumpang

sari tanaman palawija (Pola Tanam Model II).

Teknologi budi daya padi telah dikuasai petani dengan menerapkan penggunaan

benih unggul varietas IR64 dan sebagian kecil menggunakan varietas Ciherang dan

Mentik. Kegiatan pengolahan tanah menggunakan traktor dan sebagian menggunakan

ternak sapi. Demikian juga teknik pemupukan, telah menggunakan pupuk lengkap urea,

TSP dan KCL, sedangkan untuk pola CLS disamping menggunakan pupuk kimia juga

menggunakan pupuk kandang.

Mata rantai pemasaran gabah pada Gambar 10 tidak menguntungkan bagi petani,

sehingga Pemda Kabupaten Sragen melakukan intervensi bekerja sama dengan Sub

Dolog Surakarta, PT. Kurnia Wijayakusuma Abadi, PD Pelopor Alam Lestari (PD. PAL)

untuk memotong mata rantai gabah organik yang panjang sehingga petani/kelompok tani

dapat langsung memasarkan hasilnya langsung ke Dolog/Sub Dolog maupun ke pasar

seperti Gambar 11. Pemda Sragen juga melakukan kerjasama kemitraan dengan PT.

Page 70: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Pusri untuk pengembangan padi organik, melakukan pemasaran beras bagi konsumen

PNS, dan menjalin jaringan pasar di kota-kota besar.

P

Gambar 10. Mata Tantai Perdagangan Gabah di Kabupaten Sragen.

Gambar 11. Mata Rantai Perdagangan Gabah dengan Fasilitasi Pemerintah.

4.1.3. Keragaan Usaha Ternak Sapi Potong

Populasi sapi potong tahun 2003 sebanyak 75.113 ekor. Sentra penggemukan sapi

potong terletak di Kecamatan gemolong, Plupuh, Masaran, Tanon, Karangmalang,

Gondang, dan Kalijambe. Jenis penyakit ternak yang ditemukan di RPH tahun 2003

fasciolosis 172 ekor sapi, sedangkan penyakit pada tahun 2001 berupa fasciolosis 297

ekor, kelumpuhan 6 ekor sapi, patah tulang 10 ekor dan penyakit lain 3 ekor.

Pemberantasan dan pencegahan penyakit ternak menular yang dilakukan adalah ND dan

SE tahun 1997-2000, dan tahun 2001 penyakit cacing. Tingkat pemotongan ternak sapi di

RPH tahun 2003 ada 2.332 sapi jantan dan 319 sapi betina, lebih tinggi dibanding dengan

tahun 2000 2.613 sapi jantan dan 26 sapi betina. Perkembangan populasi ternak menurut

Kecamatan di Kabupaten Sragen disajikan pada Lampiran 12.

Usaha peternakan sapi yang biasa dilakukan petani berupa penggemukan sapi dan

pembibitan. Usaha penggemukan sapi lebih diminati petani karena lebih menguntungkan

dan siklus produksi lebih pendek sekitar enam bulan, sedangkan pembibitan memerlukan

waktu sekitar 16 bulan. Keberadaan ternak telah menyatu dengan sistem usaha tani,

namun usaha ternak biasanya masih dianggap sebagai usaha sampingan. Teknik

Petani Penebas Pengepul

Pedangang Pasar

Broker Dolog

Petani Pemda Sragen memfasilitasi + kerjasama dengan Swasta

Pasar

Dolog

Page 71: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

pemeliharaan ternak bervariasi dari yang tradisional sampai pengelolaan dengan

manajemen yang lebih baik.

Dalam usaha tani pola CLS, limbah jerami dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Pada saat musim penghujan kesediaan pakan selain jerami berlimpah sehingga sistem

budi daya ternak sapi potong tidak mengalami hambatan. Pada musim kemarau ternak

hanya diberikan pakan jerami padi. Petani telah terbiasa menyimpan jerami dalam bentuk

kering dan difermentasi dengan probiotik biasanya berupa starbio untuk dijadikan sebagai

pakan ternaknya.

Pengolahan limbah jerami secara biologi dilakukan dengan perlakuan fermentasi

dengan probiotik yang dikombinasi amoniasi mampu delignifikasi dan menaikkan

kandungan protein jerami padi. Fermentasi aerobik terhadap jerami padi dengan

menggunakan probiotik dan urea masing-masing (6 kg probiotik + 6 kg urea untuk 1000 kg

jerami padi) dengan kadar air sekitar 50-60 % untuk perbaikan kualitas pakan. Proses

pembuatan jerami fermentasi secar umum dilakukan sebagai berikut :

1. Membuat tumpukan jerami segar (kadar air 65 %) dengan ketebalan setinggi 20 cm

(lapisan pertama).

2. Taburkan Urea dan Probiotik secara merata di lapisan atas tumpukan tersebut. Dosis

Urea dan Probiotik masing-masing 2,5 kg/ton jerami segar.

3. Buat tumpukan jerami lapisan ke 2 diatas lapisan pertama, taburkan kembali urea +

probiotik, demikian seterusnya hingga ketinggian jerami sekitar 1-2 m.

4. Biarkan selama 21 hari agar proses fermentasi berlangsung sempurna.

5. Tumpukan jerami padi yang telah terfermentasi dijemur dan dianginkan selama 3 hari,

selanjutnya dapat disimpang di tempat yang tersedia.

6. Jerami padi dapat diberikan pada ternak sebagai pakan pengganti rumput segar.

Jenis pakan ternak yang biasa diberikan yaitu terdiri dari hijuan dan konsentrat.

Hijauan pakan dibedakan menjadi dua yaitu hijauan kering dan hijauan segar. Untuk

hijauan kering yang dominan sebagian besar dari limbah jerami padai dan kadangkala

jerami kacang tanah maupun kedelai, sedangkan hijauan segar dalam jumlah sedikit

berupa rumput kolonjono, daun jagung, daun ubi kayu, rambanan, tebon dan lainnya.

Pakan yang diberikan disesuaikan dengan ketersediaan pakan hijauan yang ada di

sekitarnya.

Pakan komboran yang biasa diberikan pada ternak dibeli dalam bentuk konsentrat.

Pemberian konsentrat per hari sekitar 1,0% dari berat badan ternak dengan harga

Page 72: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

konsentrat sekitar Rp. 7.00/kg. Pemberian pakan jerami yang sudah difermentasi dengan

starbio per hari sebanyak 10% dari berat badan ternak. Sampai saat ini belum ada

petani/kelompok tani yang membuat pakan konsentrat dari bahan lokal. Padahal

pemberian konsentrat yang disusun dari bahan pakan lokal mampu meningkatkan bobot

badan per hari ternak sapi potong sebanyak 1,5 % berat badan.

Masih terbuka peluang untuk memanfaatkan potensi limbah jerami pada saat ini

belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak, karena masih ada sebagian

limbah yang ditumpuk di pinggir sawah ataupun dibakar. Salah satu yang dapat

ditumbuhkan untuk mengoptimalisasi pemanfaatan limbah jerami dan limbah pertanian

lainnya sebagai pakan ternak dapat dilakukan dengan pembuatan pakan lengkap

(Complete feed).

Pengelolaan kesehatan ternak ditujukan untuk mengendalikan parasit-parasit dan

kesehatan secara umum. Jenis penyakit yang biasa terjadi yaitu rabies dan kembung,

namun sudah bisa diatasi sendiri oleh petani atau memanggil petugas kesehatan hewan.

Pada awal pemeliharaan, biasanya ternak sapi diberi obat cacing dan vitamin B komplek

serta menjaga kebersihan lingkungan untuk mendapatkan kondisi optimum bagi

kesehatan ternak. Pencegahan kemungkinan timbulnya infeksi penyakit baik yang bersifat

ektoparasit maupun endoparasit. Namun demikian masih dijumpai kondisi tumpukan sisa

pakan bercampur dengan kotoran terletak dipinggir-pinggir kandang dan tidak dikelola

secara baik, sehingga lingkungan kandang menjadi kotor dan akan menimbulkan berbagai

macam penyakit ternak. Kondisi ini menunjukkan perlunya prioritas pengelolaan limbah

kandang, pengelolaan pakan dan penanganan kesehatan ternak. Permasalahan umum

dalam budi daya ternak yaitu petani kesulitan modal untuk penggemukan ternak, harga

ternak tidak stabil, dan terbatasnya pedet yang berkualitas.

Pasar merupakan salah satu aspek penting dalam proses produksi. Ketersediaan

pasar dapat memacu berkembangnya program CLS dalam menerapkan teknologi.

Keterpaduan sistem usaha tani pola CLS ini akan mempunyai dampak terhadap

perubahan ekonomi petani bila pengelolaan usaha tani berorientasi pasar. Bila selama ini

usaha ternak dianggap sebagai usaha sampingan, maka dalam pola CLS ternak sapi

mempunyai peluang pasar sama dengan komoditas tanaman pangan.

Pasar ternak yang relatif besar dan berdekatan dengan lokasi penelitian yaitu pasar

hewan Nglangon di Kecamatan Sragen dan pasar hewan Sumber Lawang, sedangkan

pasar hewan yang sedang berada di Kecamatan Gondang dan Sukodono. Biasanya

Page 73: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

peternak tidak menjual sapi langsung ke pasar melainkan ke pedagang penghubung

(blantik). Peran blantik pertama membawa ternak yang mau dijual ke pasar selanjutnya

diterima oleh blantik kedua di pasar, baru masuk ke pedagang besar atau ke jagal. Sistem

pemasaran ternak sapi potong ditunjukkan pada Gambar 12.

Secara mikro tingkat regional pelaku pasar sapi potong terdiri atas: peternak,

blantik, jagal, rumah makan, pedagang daging dan konsumen. Pemasaran ternak sapi

potong membentuk jaringan tataniaga yang sangat komplek. Jaringan tataniaga ini

terbentuk mulai tingkat desa (peternak) sampai konsumen. Yang berperan langsung

adalah keberadaan blantik. Blantik merupakan pedagang perantara yang wilayah kerjanya

meliputi tingkat dusun, desa sampai lintas kabupaten. Penguasaan pasar hewan didominsi

oleh keberadaan blantik yang lebih mempunyai posisi tawar, walaupun dengan modal

yang terbatas.

Gambar 12. Sistem pemasaran ternak sapi potong di Kabupaten Sragen.

Petani dalam melakukan penjualan ternak biasa dilakukan di rumah masing-masing.

Blantik dusun/desa diundang untuk melakukan penawaran. Cara pembayaran bisa kontan

atau dengan uang muka dan sisanya dibayarkan setelah sapi terjual di pasar hewan.

Tingkat harga ternak sapi potong didasarkan atas tipenya yaitu: pedet, bakalan

digemukkan dan sapi siap potong. Pedet dan bakalan jantan segmen pasarnya adalah

peternak di perdesaan dan pengusaha penggemukan. Sapi siap potong mempunyai

segmen tersendiri yaitu pedagang besar atau jagal. Besarnya harga tergantung dengan

jenis ternak (ternak hasil persilangan lebih tinggi dibanding dengan ternak lokal), jenis

Rumah tangga

Blantik

Pedagang Pengumpul Lintas Kabupaten

Jagal

RPH. Regional Cirebon

Pedangan daging

PASAR HEWAN

Rumah tangga

Konsumen

Page 74: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

kelamin, umur dan kondisi ternak. Mekanisme penentuan harga dilakukan dengan sistem

taksiran.

Pemasaran ternak sapi berlangsung secar dinamis, harga selalu berfluktuatif.

Kondisi ini berkaitan langsung dengan permintaan dan penawaran. Harga tinggi biasa

terjadi pada saat menjelang hari raya Idul Adha, namun sebaliknya harga turun ketika

kebutuhan sangat mendesak dan harus menjual ternak misal kebutuhan biaya sekolah,

paceklik, pakan, hajatan dan lain-lain.

4.1.5. Karakteristik Responden

Karakteristik petani responden menurut pola usaha tani CLS dan non CLS yang

meliputi umur petani, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, mata pencaharian

utama, lama berusaha tani dan struktur penguasaan lahan.

Umur dan Pendidikan Responden

Karakteristik umur responden yang tercakup dalam penelitian ini rata-rata berumur

45 tahun. Berarti dapat dikatakan bahwa petani yang tercakup dalam penelitian ini

mayoritas masih didominasi oleh petani usia produktif. Hal ini bisa dibenarkan, bahwa

kriteria umur produktif adalah berkisar antara 15-60 tahun. Pada pola usaha tani CLS

responden yang berusia produktif sebesar 94,55 %, sedangkan yang berusia lanjut

sebesar 5,45 responden. Petani dengan katagori usia produkstif tersebut akan lebih

mendorong dalam keberhasilan usaha taninya. Sedangkan bila dilihat lebih rinci, sebagian

besar responden berumur pada kisaran antara 40-44 tahun sebesar 29 orang atau 26,36

% dan 50-54 tahun sekitar 21,82 % (Gambar 13).

Gambar 13. Prosentase Tingat Umur Responden

Page 75: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Selain kategori petani produktif atau non produktif sangat menentukan keberhasilan

usaha taninya, faktor pendidikan juga mempengaruhi petni dalam mengelola usaha

taninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka wawasannya semakin meningkat,

dengan demikian akan semakin mudah menerima inovasi teknologi. Responden pada

penelitian ini masih didominasi oleh petani dengan pendidikan SD, yakni sebanyak 51

orang atau 46,36 %. Dominasi ke dua oleh petani dengan tingkat pendidikan SMA hanya

31 orang atau 28,18 %, sedangkan petani dengan tingkat pendidikan SMP hanya 17

orang atau 15,45 %. Petani dengan tingkat pendidikan sarjana hanya sebanyak 2 orang

atau 1,82 %. Walaupun secara keseluruhan, petani yang masuk sebagai responden pada

penelitian ini pernah mengenyam pendidikan, namun ada sekitar 9 petani atau 8,18 %

tidak mengenyam pendidikan. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya kualitas sumber

daya manusia petani yang mengakibatkan rendahnya adopsi teknologi sebagai ukuran

respon petani terhadap perubahan teknologi tersebut. Rincian jumlah petani responden

berdasarkan kelompok tingkat pendidikan disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14. Prosentase Tingkat Pendidikan Responden

0 5

10 15 20 25 30 35 40 45 50

25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-60 +60 Kelompok Umur

(%)

0 5

10 15 20 25 30 35 40 45 50

Tidak sekolah SD SLTP SLTA Sarjana Pendidikan

(%)

Page 76: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Tanggungan Keluarga Responden

Beban yang ditanggung oleh kepla keluarga seringkali dicerminkan oleh

banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggungannya. Walaupun usaha tani dari

keluarga petani dikatagorikan menguntungkan, namun bila jumlah keluarga yang

ditanggungnya cukup besar maka tingkat kesejahteraannyapun dapat terganggu.

Responden dalam termasuk katagori keluarga sedang, dimana pada pola CLS rata-rata

jumlah anggota keluarga responden sebanyak 5 orang dan non CLS sebanyak 4 orang.

Prosentase terbanyak keluarga seluruh responden memiliki jumlah keluarga sebanyak

empat orang yakni sebesar 38,18 %, kemudian diikuti jumlah keluarga lima orang sebesar

24,55 % dan tiga keluarga sebesar 20,91 %.

Gambar 15. Prosentase Jumlah Tanggungan Keluarga Responden

Anggota keluarga sangat penting artinya sebagai faktor produksi (tenaga kerja)

dalam berusaha tani, sehingga tidak perlu mengeluarkan uang tunai untuk membayar

upah tenaga kerja. Rata-rata kontribusi tenaga kerja keluarga dalam kegiatan usaha tani,

baik yang berpola CLS maupun non CLS mencapai 96,50 %. Ini salah satu indikasi masih

tingginya oeran sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja, yang tidak terserap

pada sektor non pertanian.

Jenis Pekerjaan dan Lama Berusaha Tani

Walaupun umumnya responden di wilayah kajian bekerja sebagai petani (rata-rata

sekitar 89,02 %), akan tetapi ada juga yang memiliki kegiatan kerja lainnya seperti swasta,

PNS dan buruh masing-masing sekitar 2,81 %, 5,85 % dan 2,33 %. Hal ini menunjukkan

0 5

10 15 20 25 30 35 40 45 50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah anggota (orang)

(%)

Page 77: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

makin pentingnya sektor pertanian sabagai lapangan kerja di luar sektor industri dan jasa.

Jika dikaji menurut komposisinya, maka kegiatan responden pada usaha tani pola CLS

disamping bertani adalah swasta dan buruh berturut-turut 3,44 % dan 0,32 %, serta

responden pola non CLS adalah swasta 2,17 % dan buruh 4,34 %.

Pengalaman berusaha tani juga nerupakan satu faktor penentu produktivita. Rata-

rata responden di wilayah kajian telah berusaha tanu cukup lama yaitu sekitar 17,05

tahun. Akan tetapi, jika ditinjau berdasarkan distribusinya, pengalaman responden pada

pola CLS telah berpengalaman berusaha tani cukup lama (22,25 tahun) dibandingkan

dengan non CLS yang hanya sekitar 11,85 tahun. Fenomena ini mengindikasikan bahwa

respon petani terhadap pola usaha tani CLS cukup bagus, sehingga pola ini akan bisa

dijadikan alternatif pengembangan pertanian berkelanjutan di masa mendatang. Rata-rata

responden pada pola CLS telah mengusahakan usaha tani pola CLS berkisar antara

tahun 1999-2003, namun ada enam responden telah menerapkan CLS antara tahun 1980-

1990 an.

Status Penguasaan Lahan

Sebagian studi yang dilakukan selama ini sering tidak mengkaji lebih dalam

mengenai status penguasaan lahan pertanian. Padahal isu penting pembangunan

pertanian saat ini adalah menciutnya lahan pertanian akibat tekanan pembangunan sektor

lain yang membutuhkan lahan. Oleh karena itu, dalam studi ini ditinjau status penguasaan

lahan bagi petani, baik usaha tani pola CLS maupun Non CLS.

Pemilikan lahan yang diidentifikasi dalam kajian ini adalah lahan milik dan lahan

sewa. Jika dilihat dari banyaknya responden pola CLS yang mengelola lahan milik sendiri

(73,33%), lahan milik sendiri sekaligus menyewa lahan (11,11%), dan menyewa lahan

(15,56%). Sebagian besar responden (75,0%) yang menyewa lahan dengan lahan lebih

luas adri 0,5 hektar dan sisanya 25,0 % responden dengan luas ≤0,5 hektar. Bila ditelusuri

lebih jauh luas lahan sewa tersebut berkisar 0,3 – 0,5 hektar dan tidak ada yang menyewa

lahan ≤ 0,3 hektar, yang berarti petani melakukan efisiensi produksi dengan tidak

menyewa lahan yang kurang dari 0,3 hektar.

Keragaan usaha tani di lokasi penelitian terlihat penggunaan benih padai bervariasi

antara pola CLS dan non CLS dengan kisaran antar 27,33 kg/ha sampai 36,84 kg/ha.

Penggunaan benih tersebut lebih tinggi dibanding standar teknis benih yang

Page 78: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

direkomendasikan yaitu 25 kg/ha. Penggunaan pupuk urea pada pola non CLS cukup

tinggi dengan kisaran 324,56-424,43 kg/ha hampir sama untuk pola serupa berdasarkan

hasil penelitian Puslitanak di Jawa lainnya. Penggunaan pupuk urea yang

direkomendasikan untuk Kabupaten Sragen sebesar 250 kg/ha. Pada pola CLS

penggunaan pupuk urea lebih rendah dibandingkan dengan pola CLS yaitu berkisar

antara 268,70 kg/ha samapai 366,18 kg/ha, namun diikuti dengan pemanfaatan pupuk

kandang berkisar antara 1,25 ton/ha sampai 1,89 ton/ha. Pada sisi yang lain penggunaan

pupuk TSP pada pola CLS sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan non CLS dan

keduanya masih diatas standar penggunaan TSP sebesar 150 kg/ha, sedangkan

penggunaan pupuk kimia (KCL, ZA, dan lainnya) berkisar antara 71,12 kg/ha sampai

126,88 kg/ha.

Dilihat dari produktivitas rata-rata untuk pola CLS yaitu 6,28 ton/ha lebih tinggi 9,27

% di atas produktivitas pola non CLS. Secara rinci penggunaan sarana usaha tani dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penggunaan Sarana Produksi dan Produksi Usaha tani Pola CLS

Keragaan Usaha tani pola CLS dan Non CLS

Rerata CLS Rerata Non CLS

CLS <0.5ha >0.5ha Non CLS <0.5ha >0.5ha

bibit (kg/ha) 31.66 27.33 35.98 34.83 36.84 32.82

Urea (kg/ha) 317.44 366.18 268.70 374.50 424.43 324.56

TSP (kg/ha) 178.84 189.10 168.58 164.85 154.87 174.82

pupuk kimia lain (kg/ha) 85.29 99.45 71.12 123.67 126.88 120.45

Pupuk kandang (kg/ha) 1,570.10 1,253.70 1,886.50 - - -

Pestisida (lt/ha) 1.20 1.12 1.27 1.29 1.29 1.28

Produksi (kg/ha) 6,284.62 6,047.17 6,522.07 5,751.64 5,637.63 5,865.64

Page 79: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

4.2. Analisis Fungsi Produksi Dan Keuntungan Usaha Tani Padi Sawah

4.2.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Padi Sawah

Langkah pertama yang dilakukan guna memperoleh model fungsi produksi adalah

melakukan uji beda nyata untuk mengetahui perbedaan rata-rata tingkat produksi dari

usaha tani padi pola CLS dan non CLS dengan hasil disajikan pada Lampiran 13.

Berdasarkan uji-t tingkat produksi dengan asumsi variannya sama diketahui bahwa nilai t-

hitung sebesar 4.186 signifikan pada taraf keyakinan 1% yang berarti terdapat perbedaan

nyata antara tingkat produksi padi pola CLS dan non CLS. Demikian pula berdasarkan uji-t

tingkat produktivitas diketahui bahwa nilai t-hitung sebesar 4.632 signifikan pada taraf

keyakinan 1 % yang berarti terdapat perbedaan nyata antara produktivitas usaha tani padi

pola CLS dan non CLS.

Pendugaan model fungsi produksi padi dilakukan dengan menggunakan

pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas yang dimodifikasi ke dalam bentuk logaritma.

Variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap produksi padi adalah penggunaan

benih, pupuk urea, TSP, KCL, pupuk kandang, pestisida, tenaga kerja, tingkat pendidikan

petani, umur petani, pengalaman bertani, sewa alsin, pajak/sewa lahan, dummy luas lahan

(≤0,5 hektar atau >0,5 hektar) dan dummy pola usaha tani (CLS atau non CLS),

sedangkan variabel terikatnya adalah produksi padi.

Setelah dilakukan pengolahan data dengan Statistical Product and Service

Solution (SPSS) ternyata tidak semua variabel bebas mampu menghasilkan model yang

terbaik. Setelah dilakukan eksplorasi masing-masing variabel bebas terhadap variabel

terikat, penapisan variabel bebas dengan step-wise, maka variabel bebas penggunaan

benih, pupuk urea, KCL, sewa/penyusutan alsin, tenaga kerja, pajak/sewa lahan, dummy

luas lahan dan dummy pola usaha tani menghasilkan pendugaan model fungsi produksi

padi yang terbaik. Perhatian utma pendugaan fungsi produksi padi adalah melihat

pengaruh dummy pola usaha tani terhadap intercep fungsi produksi padi sawah yang

dicerminkan dari nilai kepekaan produksi padi terhadap perbedaan pola usaha tani. Hasil

pendugaan fungsi padi sawah disajikan pada Tabel 5.

Page 80: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Tabel 5. Pendugaan Model Fungsi Produksi Padi Sawah (Gabungan) No Variabel Bebas Koefisien β Nilai uji t Prob. T 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Konstanta (á) Penggunaan Benih (Pb) Penggunaan Urea (Pu) Penggunaan KCl (Pc) Sewa/penyusutan alsin (Ps) Upak kerja (Uk) Pajak (Tx) Dummy luas lahan (D1) Dummy pola usaha tani (D2)

7,688 0,295 -0,119 0,246 -0,114 0,164 0,140 0,177 0,236

8,404 4,055 -2,173 3,742 -2,292 2,261 4,818 3,286 4,259

0,000 0,000 0,033 0,000 0,024 0,026 0,000 0,001 0,000

Keterangan: Variabel terikat Produksi Padi (Qp) R2 = 0,801 F hit = 42,208 Sumber: Olahan data primer.

Dari semua data-data pada variabel bebas telah diolah dengan program SPSS,

ternyata variabel-variabel bebas tersebut memiliki koefisien dengan tanda benar (+/-),

berada dalam batas yang masuk akal dan memenuhi persyaratan asumsi-asumsi statistik.

Selanjutnya, hasil pendugaan fungsi produksi padi harus memenuhi sifat Best Linier

Unbiased Estimator (BLUE). Pengujian terhadap validitas asumsi klasik dilakukan apakah

terjadi pelanggaran asumsi berupa multikolinearitas dan keteroskedastisitas. Mengingat

data yang dikumpulkan berupa data cross section dan bukan data time series, maka tidak

dilakukan uji statistik Durbin Watson (DW) untuk meluhat apakah terjadi autokorelasi.

Heteroskedastisitas terjadi bila variabel gangguan tidak mempunyai varians yang sama

untuk semua observasi, akibatnya penaksir OLS tetap tidak bias tetapi tidak efisien.

Multikolinearitas adalah keadaan dimana satu atau lebih variabel bebas dapat

dinyatakan sebagai kombinasi linier dari varibale bebas lainnya (saling mempengaruhi).

Untuk mendeteksi dilihat dari nilai adjusted R2 dan F. Uji F dilakukan untuk melihat

pengaruh variabel bebas terhadap penggunaan benih secara keseluruhan. Bila nilai F > 0

berarti variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi penggunaan benih. Jika R2

dan F tinggi sedangkan nilai t-statistik banyak yang tidak signifikan berarti terjadi

multikolinearitas. Kejadian multikolinier yang tinggi mempengaruhi ketepatan pendugaan

parameter secara individu, namun pendugaan kombinasi linier dari parameter-parameter

dapt diduga dengan tepat. Keberadaan multikolinier antar variabel bebas di dalam model

fungsi produksi tidak melanggar asumsi kekonsistenan suatu parameter dugaan. Model

pendugaan fungsi produksi padi sawah pada persamaan (15).

log Qp = 7,688 + 0,295 log Pb - 0,119 log Pu + 0,246 log Pc - 0,114 log Ps +

Page 81: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

0,164 log Tk + 0,140 log Tx + 0,177 D1 + 0,236 D2 .......................... (15) R2 = 0,801 F hit = 42,208

Model produksi padi sawah pola CLS menunjukkan bahwa model baik dengan nilai

koefisien R2 0,801. Model mampu bekerja dengan baik apabila nilai R2 cukup tinggi yang

berarti keragaman variabel bebas mampu menjelaskan perilaku variabel terikat (produksi

padi), dengan demikian model ini mampu menjelaskan garis regresi secara baik. Hal ini

berarti bahwa variasi besar kecilnya perubahan variabel produksi padi dapat dijelaskan

oleh variasi perubahan variabel-variabel bebas sebesar 80,10 %. Sedangkan sisanya

sebesar 19,90% dari variasi perubahan variabel terikat tidak dapat diterangkan oleh

variabel bebas dalam model.

Untuk melihat pengaruh variabel bebas secara bersama-sama dalam mempengaruhi

variabel terikat dapat dilihat dari nilai uji F. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai F-

hitung diperoleh sebesar 42,208 Nilai F tersebut pada taraf keyakinan 1% menunjukkan

hasil signifikan yang berarti minimal ada satu variabel bebas mempengaruhi variabel

terikat produksi padi swah. Untuk mengetahui masing-masing variabel bebas

mempengaruhi variabel terikat analisi dengan uji t.

Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh suatu variabel bebas terhadap

variabel terikat, dengan menganggap variabel bebas yang lain tetap. Uji t dengan

signifikansi sebesar <10% menunjukkan bahwa variabel dummy pola usaha tani CLS atau

non CLS (D2) dengan koefisien sebesar 0,236 berpengaruh positif dan nyata terhadap

produksi padi (Qp) yang berarti penerapan pola CLS petani responden menggeser intercep

fungsi produksi rata-rata sebesar 0,236 unit ke atas dari fungsi produksi rata-rata petani

responden yang tidak menerapkan pola CLS. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang

lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Suretno (2002) di Lampung Tengah yang

nyata bahwa penggunaan kompos dapat meningkatkan produksi padi 15,06 %

dibandingkan pola konvensional.

Variabel bebas penggunaan benih, KCL, tenaga kerja dan pajak/sewa lahan

berpengaruh positif secara signifikan terhadap produksi padi. Variabel pajak/sewa lahan

mengindikasikan bahwa petani penggarap/penyewa mengusahakan lahannya untuk

memperoleh produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani pemilik. Sedangkan

variabel bebas penggunaan pupuk urea dan sewa/penyusutan alat dan mesin pertanian

secara signifikan berpengaruh negatif terhadap produksi, hal ini dimungkinkan akibat

Page 82: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

penggunaan pupuk urea per hektar sudah terlampau tinggi yaitu rata-rata 345,97 kg/ha.

Demikian pula besarnya sewa alat dan mesin pertanian menyebabkan petani mengolah

lahannya sendiri dengan sekedarnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan

produksi.

Pendugaan produktivitas padi berdasarkan model fungsi produksi padi sawah pola

gabungan terlihat bahwa model pendugaan produktivitas padi tanpa menggunakan

variabel dummy variabel luas lahan (D1=0) hasilnya mendekati keragaan kondisi nyata di

lapangan dimana antara garis pendugaan dan garis aktual saling berhimpitan. Sedangkan

pendugaan dengan menggunakan variabel dummy luas lahan (D1 =1) terlihat bahwa garis

pendugaan jauh di atas garis aktual yang berarti produktivitas usaha tani padi sawah baik

pola CLS maupun non CLS akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya skala

luas usaha tani. Besarnya koefisien elastisitas D1 = 0,177 menunjukkan penerapan usaha

tani dengan skala lahan yang luas meningkatkan produksi 17,7 %. Pendugaan

produktivitas usaha tani padi sawah pada Gambar 16.

Gambar 16. Pendugaan Produktivitas Padi Sawah

Apabila dirinci dengan membedakan model fungsi produksi padi sawah menurut

usaha tani, maka model fungsi produksi padi dari usaha tani pola CLS dapat dilihat pada

Tabel 6 dan usaha tani non CLS pada Tabel 7.

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 93

Produktivitas (ton/ha)

Aktual D1 = 1 D1 = 0

Page 83: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Tabel 6. Model Fungsi Produksi Padi Sawah Pola CLS No Variabel Bebas Koefisien ββ Nilai uji t Prob. T 1 2 3 4 5 6 7 8

Konstanta (á) Penggunaan Benih (Pb) Penggunaan Urea (Pu) Penggunaan TSP (Pt) Penggunaan KCl (Pc) Pupuk Kandang (Pk) Upah Kerja (Uk) Dummy Luas Lahan (D1)

5,396 0,488 -0,109 0,098 0,131 0,125 0,113 0,171

6,006 5,484 -1,161 0,993 2,081 2,633 1,676 3,470

0,000 0,000 0,251 0,325 0,042 0,011 0,099 0,001

Keterangan: Variabel terikat Produksi Padi (Qpc) R2 = 0,831 F hit = 39,302 Sumber: Olahan data primer

Berdasarkan hasil analisis model fungsi produksi padi pola CLS diperoleh nilai R2

sebesar 0,831 yang berarti variasi besar kecilnya perubahan variabel produksi padi pola

CLS dapat dijelaskan oleh variasi perubahan penggunaan benih, urea, TSP, KCL, pupuk

kandang, upah dan dummy luas lahan sebesar 83,10 %, sedangkan sisanya sebesar

16,90 % dari variasi perubahan variabel terikat tidak dapat diterangkan oleh variabel

bebas. Hasil uji F sebesar 39,302 menunjukkan nyata pada taraf keyakinan sebesar 1%

yang berarti minimal ada satu variabel bebas mempengaruhi produksi padi pola CLS.

Model pendugaan fungsi produksi padi sawah pola CLS seperti pada persamaan (16).

log Qpc = 5,396 + 0,488 log Pb - 0,109 log Pu + 0,098 log Pt + 0,131 log Pc + 0,125 log Pk + 0,113 log Tk + 0,171 D1 ......................................(16)

R2 = 0,831 F hit = 39,302

Berdasarkan hasil uji-t pada taraf keyakinan 5 % variabel bebas penggunaan benih,

KCL, pupuk kandang dan dummy luas lahan secara signifikan mempengaruhi produksi

padi pola CLS, variabel bebas upah kerja signifikan pada taraf keyakinan 10 %,

sedangkan variabel penggunaan pupuk urea dan TSP tidak nyata mempengaruhi produksi

padi.

Peningkatan penggunaan benih berdampak positif terhadap produksi padi, dengan

demikian walaupun harga benih meningkat, petani tetap menggunakan benih. Tingkat

penggunaan benih di lokasi penelitian sudah relatif tinggi yaitu rata-rata 33,24 kg/ha.

Jumlah ini 32,97 % lebih tinggi dari dosis yang dianjurkan 25 kg/ha. Tingginya dosis

penggunaan benih ini kemungkinan disebabkan petani kawatir bahwa dosis anjuran tidak

mencukupi kebutuhan, daya tumbuhnya kurang, atau menginginkan kepadatan tanaman

Page 84: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

padi yang lebih tinggi. Acuan rekomendasi takaran pemupukan di areal sistem usaha

pertanian padi sawah irigasi di Jawa Tengah adalah 215 kg/ha urea, SP36 75 kg/ha, KCL

50 kg/ha, dan tidak menggunakan ZA (kasryno, 1998), sedangkan acuan penggunaan

pupuk di Sragen 250 kg/ha urea, TSP 150 kg/ha, KCL 75 kg/ha.

Nilai elastisitas penggunaan faktor produksi benih, pupuk, tenaga kerja pada

penelitian ini ternyata tidak jauh berbeda engan hasil penelitian Basri, et al (1993) di

Sumatera Barat menunjukkan bahwa faktor produksi bibit dan pupuk berperan besar

terhadap produksi gabah, dimana nilai elastisitas bibit terhadap produksi gabah berkisar

antara 0,12 sampai 0,99; elastisitas pupuk antara 0,27 sampai 0,52; elastisitas pestisida –

0,10; elastisitas tenaga kerja antara –0,10 sampai 0,33; dan elastisitas luas lahan

terhadap produksi gabah antara –0,54 samapai 0,66. Dengan menggunakan gambar

kurva produksi, posisi penggunaan variabel benih, KCL, pupuk kandang dan tenaga kerja

berada pada daerah rasional penggunaan input produksi.

Pendugaan produktivitas padi berdasarkan model fungsi produksi padi sawah pola

CLS terlihat bahwa model pendugaan produktivitas padi tanpa menggunakan variabel

dummy luas lahan (D1 = 0) hasil pendugaan mendekati kondisi aktual di lapangan dimana

antara garis pendugaan dan garis aktual saling berhimpitan. Sedangkan pendugaan

dengan menggunakan variabel dummy luas lahan (D1 = 1) terlihat garis pengudaan

berada sedikit di atas garis aktual yang berarti produktivitas usaha tani padi sawah pola

CLS memberikan harapan bagi petani berlahan sempit dapat meningkatkan produktivitas

padi dengan memperbaiki manajemen usaha tani berdasarkan skala luas usaha tani.

Guna mencapai skala ekonomi kemungkinan dapat dilakukan dengan pendekatan

kelompok, konsolidasi lahan petani, pemberian pinjaman untuk menyewa lahan, maupun

perluasan lahan. Pendugaan produktivitas usaha tani padi sawah pola CLS pada Gambar

17.

Page 85: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Gambar 17. Pendugaan Produktivitas Padi Sawah Pola CLS

Pada model fungsi produksi pola non CLS seperti pada Tabel 7 diperoleh nilai R2

sebesar 0,792 yang berarti bahwa variasi besar kecilnya perubahan variabel produksi padi

pola non CLS dapat dijelaskan oleh variasi perubahan variabel penggunaan pestisida,

urea, TSP, KCL, upah kerja dan dummy luas lahan sebesar 79,20 %, sedangkan sisanya

sebesar 10,80 % dari variasi perubahan variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh

variabel bebas dalam model. Hasil uji F diperoleh sebesar 13.936 menunjukkan nyata

pada taraf keyakinan sebesar 1 % berarti minimal ada satu variabel bebas mempengaruhi

produksi padi pola CLS.

Tabel 7. Model Fungsi Produksi Padi Sawah Pola non CLS

No Variabel Bebas Koefisien ββ Nilai uji t Prob. T 1 2 3 4 5 6 7

Konstanta (á) Penggunaan Benih (Pb) Penggunaan Urea (Pu) Penggunaan TSP (Pt) Penggunaan KCl (Pc) Upah Kerja (Uk) Dummy Luas Lahan (D1)

9,187 0,115 -0,146 -0,386 1,048 -0,103 0,419

4,088 0,715 -0,787 -2,096 4,002 -0,460 2,619

0,000 0,482 0,440 0,048 0,001 0,650 0,016

Keterangan: Variabel terikat Produksi Padi (Qpn) R2 = 0,792 F hit = 13,936 Sumber: Olahan data primer

0.00 1.00

2.00 3.00

4.00 5.00

6.00 7.00

8.00 9.00

10.00

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58 61 64

Produktivitas (ton/ha)

Aktual D1 = 1 D1 = 0

Page 86: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Berdasarkan hasil uji-t pada taraf keyakinan 5% variabel bebas penggunaan TSP,

KCl, dummy luas lahan secara signifikan mempengaruhi produksi padi non CLS,

sedangkan variabel penggunaan pestisida, pupuk urea dan tenaga kerja tidak nyata

mempengaruhi produksi padi dimana nilai probability untuk masing-masing perubah

berada dibawah probability nilai kritis 5%. Model pendugaan fungsi produksi usaha tani

non CLS pada persamaan (17)

log Qpn = 9,187 + 0,115 log Pb - 0,146 log Pu - 0,386 log Pt + 1,048 log Pc – 0,103 log Tk + 0,419 D1 ................................................................(17) R2 =0,792 F-hit=13,936

Pendugaan produktivitas padi berdasarkan model fungsi produksi padi sawah pola

non CLS terlihat bahwa model pendugaan produktivitas padi tanpa menggunakan variabel

dummy variabel luas lahan (D1 = 0) hasilnya mendekati keragaan kondisi nyata di

lapangan dimana antara garis pendugaan dan garis aktual saling berhimpitan. Sedangkan

pendugaan dengan menggunakan variabel dummy (D1 = 1) terlihat garis pendugaan

berada jauh di atas garis aktual yang berarti produktivitas usaha tani padi sawah non CLS

akan semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya skala usaha tani. Kondisi

demikian memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dengan teori maupun penelitian-

penelitian pada umumnya. Pendugaan produktivitas usaha tani padi sawah pola non CLS

pada Gambar 18.

Gambar 18. Pendugaan Produktivitas Padi sawah Pola Non CLS

Page 87: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

4.2.2. Pendugaan Model Fungsi Keuntungan Padi Sawah

Guna memperkuat analisis efisiensi alokasi penggunaan faktor produksi tidak hanya

dilihat dari tingkat efisiensi teknis yang dicerminkan dari model fungsi produksi, melainkan

dilihat pula tingkat efisiensi ekonomis yang dicerminkan dari model fungsi keuntungan.

Model fungsi keuntungan dapat digunakan untuk menelaah masalah efisiensi harga dan

ekonomis, dimana variabel yang diamati adalah variabel harga output dan input. Hasil

analisis fungsi keuntungan usaha tani padi sawah (Gabungan) disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Model Fungsi Keuntungan Padi Sawah No Variabel Bebas Koefisien ββ Nilai uji t Prob. T 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Konstanta (á) Benih (Wb) Urea (Wu) KCl (Wc) Sewa/pmeliharn alsin (Ws) Upah kerja (Wh) Pajak (Wx) Dummy pola usaha tani (D2) Dummy luas lahan (D1)

5,425 0,414 -0,308 -0,051 0,398 -0,097 0,134 0,147 0,156

12,990 3,980 -2,887 -0,440 4,751 -1,418 3,276 1,765 2,055

0,000 0,000 0,005 0,661 0,000 0,160 0,002 0,081 0,043

Ket.: Variabel terikat Keuntungan Padi CL S (ð p) R2 = 0,681 F hit = 22,190 Sumber: Olahan data primer

0 1000

2000 3000

4000 5000 6000

7000 8000

9000 10000

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Produktivitas Padi (ton/ha)

Aktual D1 = 1 D1 = 0

Page 88: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Model keuntungan padi sawah menunjukkan bahwa model baik dengan nilai

koefisien R2 0,681 yang berarti bahwa variasi besar kecilnya perubahan variabel

keuntungan padi dapat dijelaskan oleh variasi perubahan variabel-variabel bebas sebesar

68,10 %. Sedangkan sisanya sebesar 31,90% dari variasi perubahan variabel terikat tidak

dapat diterangkan oleh variabel bebas dalam model.

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai F-hitung diperoleh sebesar 22,190 nyata

pada taraf keyakinan sebesar 1%. Hal ini menunjukkan minimal ada satu variabel bebas

mempengaruhi variabel terikat keuntungan padi sawah. Berdasarkan uji t pada taraf

keyakinan 5% variabel harga input bibit, urea, sewa/pemeliharaan alat dan mesin

pertanian, pajak dan dummy luas lahan berpengaruh nyata terhadap keuntungan usaha

tani padi sawah, sedangkan dummy pola usaha tani nyata pada tarap keyakinan 10%,

sedangkan variabel harga TSP dan sewa/pemeliharaan alat dan mesin pertanian tidak

nyata mempengaruhi keuntungan usaha tani padi sawah. Pendugaan model fungsi

keuntungan usaha tani padi sawah seperti pada persamaan (18).

log ðP =5,425 + 0,414 log Wb - 0,308 log Wu - 0,0518 log Wc + 0,398 log Ws – 0,097 log Wh + 0,134 log Wx + 0,171 D2 + 0,156 D1 .......................... (18) R2 = 0,681 Fhit = 22,190

Koefisien variabel harga urea, KCL dan upah kerja bertanda negatif menunjukkan

hubungan terbalik antara harga input dengan tingkat keuntungan yang berarti bahwa

makin tinggi harga urea dan KCL serta upah kerja, maka makin kecil keuntungan yang

diperoleh. Sedangkan koefisien harga benih, dan sewa/pemeliharaan alat dan mesin

pertanian, serta pajak bertanda positif menunjukkan walaupun terjadi kenaikan harga

benih, dan sewa/pemeliharaan alat dan mesin, petani tetap menggunakan input tersebut

untuk mencapai keuntungan maksimum. Dummy pola usaha tani menunjukkan tanda

positif yang berarti penerapan usaha tani pola CLS akan meningkatkan keuntungan usaha

tani dengan menggeser ke atas intersep fungsi keuntungan, demikian pula untuk dummy

luas lahan yang berarti semakin luas lahan yang dikelola akan semakin meningkatkan

keuntungan.

Guna melihat lebih mendalam lagi dari variabel dummy pola usaha tani berpengaruh

terhadap keuntungan usaha tani padi, maka model fungsi keuntungan padi sawah

dibedakan lebih lanjut menurut pola usaha tani, dimana model fungsi keuntungan usaha

tani pola CLS pada Tabel 9.

Page 89: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Tabel 9. Model Fungsi Keuntungan Padi Sawah Pola CLS No Variabel Bebas Koefisien ββ Nilai uji t Prob. T 1 2 3 4 5 6 7 8

Konstanta (α) Luas Lahan (Lu) Benih (Bb) Pestisida (Wp) Pupuk Urea (Wu) Pupuk kandang (Wk) Upah kerja (Wh) Dummy lama ustan (D3)

0,704 0,924 0,397 -0,022 -0,479 0,134 -0,148 0,173

0,588 3,742 2,511 -0,237 -5,005 1,640 -1,222 2,024

0,559 0,000 0,015 0,814 0,000 0,107 0,227 0,048

Keterangan: Variabel terikat Produksi Padi (ðpc) R2 = 0,743 F hit = 23,072 Sumber: Olahan data primer

Seperti halnya fungsi keuntungan padi sawah keseluruhan, maka untuk melihat

ketepatan model fungsi keuntungan pola CLS dilihat dari nilai R2 sebesar 0,743 yang

berarti variasi besar kecilnya perubahan variabel keuntungan padi pola CLS dapat

dijelaskan oleh variasi perubahan variabel harga benih, pestisida, urea, pupuk kandang,

upah kerja, dummy lama usaha tani CLS sebesar 74,30 %, sedangkan sisanya sebesar

15,70 % dari variasi perubahan variabel terikat tidak dapat diterangkan oleh variabel

bebas dalam model. Hasil uji-F diperoleh sebesar 23.072 menujukkan nyata pad taraf

keyakinan sebesar 1 % yang berarti minimal ada satu variabel bebas mempengaruhi

keuntungan usaha tani padi pola CLS.

Berdasarkan hasil uji-t varibel luas lahan, harga benih, pupuk urea dan dummy lama

lahan secara signifikan pada taraf keyakinan 5 % mempengaruhi keuntungan usaha tani

padi pola CLS, sedangkan variabel harga pestisida dan upah kerja tidak nyata

mempengaruhi keuntungan. Pendugaan model fungsi keuntungan usaha tani padi sawah

pola CLS seperti pada persamaan (19).

log ðpc= 0,704 + 0,924 log Lu + 0,397 log Wb - 0,022 log Wp - 0,479 log Wu + 0,134 log Wk - 0,148 log Wh + 0,173 D3 ........................................ (19) R2 = 0,743 F hit = 23,072

Koefisien variabel harga pestisida, pupuk urea, dan upah kerja bertanda negatif

menunjukkan hubungan terbalik antara harga input dan tingkat keuntungan yang berarti

bahwa makin tinggi harga pestisida, urea, serta upah kerja, maka makin kecil keuntungan

yang diperoleh. Hal ini relevan dengan prinsip-prinsip usaha tani pola CLS, di mana petani

mengurangi penggunaan input pupuk buatan dan pestisida, digantikan dengan pupuk

Page 90: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

kandang dan bio-pestisida yang dapat disediakan sendiri oleh petani. Koefisien variabel

luas lahan bertanda positif yang berarti semakin luas lahan yang dikelola maka

keuntungan akan semakin meningkat. Koefisien variabel harga benih dan harga pupuk

kandang, petani tetap menggunakan input benih untuk mencapai keuntungan maksimum,

serta menggunakan pupuk kandang yang dapat disediakan sendiri. Dummy luas lahan

menunjukkan tanda positif yang berarti semakin luas lahan usaha tani akan meningkatkan

keuntungan dengan menggeser ke atas intersep fungsi keuntungan.

Usaha tani pola CLS dipengaruhi lahan usaha tani dimana nilai lahan secara

signifikan mempengaruhi keuntungan usaha tani dengan nilai elastisitas sebesar 0,924.

Demikian pula dummy lamanya berusaha tani CLS turut mempengaruhi keuntungan

dengan elastisitas 0,713 yang berarti bahwa penerapan CLS lebih dari dua tahun

meningkatkan keuntungan sebesar 17,3 % lebih tinggi dibandingkan penerapan CLS

kurang dari dua tahun. Hal ini dimungkinkan karena pada tahap-tahap awal

mengusahakan pola CLS, dampak penggunaan pupuk kandang masih dalam taraf

memperbaiki kesuburan tanah yang selama ini menjadi tandus akibat penggunaan pupuk

kimia dan pestisida yang intensif pada tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan pengusahaan

CLS lebih dari dua tahun kesuburan tanah mulai pulih sehingga penggunaan pupuk

kandang berdampak lebih tinggi terhadap produksi padi dan pada akhirnya mempengaruhi

keuntungan petani. Penggunaan pupuk kandang rata-rata petani responden sekitar

1.570,1 kg/hektar dan produksi padi mencapai 6.28 ton/hektar.

Tabel 10. Model Fungsi Keuntungan Padi Sawah Pola non CLS No Variabel Bebas Koefisien ββ Nilai uji t Prob. T 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Konstanta (á) Luas Lahan (Lu) Benih (Wb) Pestisida (Wp) Pupuk urea (Wu) Pupuk TSP (Wt) Pupuk KCl (Wc) Upah Kerja (Wh) Pajak (Wx)

-3,363 1,404 0,027 0,052 -0,241 0,403 -0,019 -0,117 -0,290

-2,362 4,957 0,376 0,510 -1,836 2,699 -0,139 -1,464 -2,958

0,029 0,000 0,711 0,616 0,082 0,014 0,891 0,159 0,008

Keterangan: Variabel terikat Produks i Padi (ðpn) R2 = 0,959 F-hit = 56,170 Sumber: Olahan data primer

Page 91: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Pada model fungsi keuntungan usaha tani padi pola non CLS dilihat dari nilai R2

sebesar 0,959, yang berati bahwa variasi besar kecilnya perubahan variabel keuntungan

usaha tani padi pola non CLS dapat dijelaskan oleh variasi perubahan varial bebas

sebesar 95,90 %, sedangkan sisanya sebesar 4,10 % dari variasi perubahan variabel

terikat tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas dalam model. Hasil uji F diperoleh

sebesar 56.170 menunjukkan nyata pada taraf keyakinan sebesar 1% yang berarti

minimal ada satu variabel bebas mempengaruhi keuntungan usaha tani padi pola non

CLS. Pendugaan model fungsi keuntungan usaha tani padi sawah non CLS seperti pada

persamaan (20).

log ðpn= -3,363 + 1,404 log Lu + 0,027 log Wb + 0,052 log Wp - 0,241 log Wu + 0,403 log Wt - 0,019 log Wc - 0,117 log Wh - 0,290 log Wx ........ (20)

R2 = 0,959 F-hit = 56,170

Berdasarkan hasil uji-t variabel bebas harga benih, urea, pupuk kandang dan luas

lahan secara signifikan pada taraf keyakinan 5% mempengaruhi keuntungan padi,

sedangkan variabel bebas lainnya tidak signifikan. Koefisien variabel harga urea, KCL,

upah kerja dan pajak bertanda negatif menunjukkan hubungan terbalik dengan tingkat

keuntungan yang berarti bahwa makin tinggi harga urea, KCL, upah kerja maupun pajak,

maka makin kecil keuntungan yang akan diperoleh. Sedangkan koefisien variabel luas

lahan, harga benih, pestisida dan pupuk TSP bertanda positif menunjukkan semakin luas

lahan yang diusahakan akan semakin meningkatkan keuntungan. Walaupun terjadi

kenaikan harga benih, pestisida dan pupuk TSP, petani non CLS sangat bergantung pada

input tersebut untuk mencapai keuntungan maksimum.

4.2.3. Tingkat Produksi dan Keuntungan Usaha Tani Padi Sawah Berdasarkan hasil pendugaan model fungsi produksi dapat diketahui bahwa

elastisitas fungsi produksi pola usaha tani berada diantara nol dan satu yang berarti

berada dalam kondisi produksi yang rasional dan petani telah menggunakan faktor

produksi secara optimal. Konsep koefisien fungsi adalah konsep jangka panjang,

sedangkan elastisitas produksi parsial adalah konsep jangka pendek. Mengingat data

yang dikumpulkan berupa data cross-section, sehingga koefisien fungsi produksi lebih

mencerminkan fungsi produksi jangka pendek. Namun mengingat keragaman dan

keterwakilan responden dalam penerapan teknologi usaha tani, maka fungsi produksi

Page 92: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

jangka pndek dapat dijadikan sebagai proksi ke dalam fungsi produksi jangka panjang

walaupun tidak akurat sekali. Pengujian secara statistik dapat dilakukan untuk melihat

tingkat kepercayaan terhadap besaran koefisien fungsi produksi total. Pada fungsi

produksi jangka panjang, koefisien fungsinya mencerminkan nilai return to scale apabila

semua inputnya berupa variabel, koefisien tersebut dapat berada pada berbagai titik

alternatif return to scale dalam ruang produksi. Oleh karena itu, koefisien fungsi dapat

diperluakan sebagai elastisitas produksi total. Elastisitas produksi total adalah

penjumlahan perubahan output bila variabel input X1 berubah (variabel input lainnya tetap)

sampai variabel input Xn berubah (variabel input lainnya tetap). nilai koefisien fungsi

produksi berkisar atau mendekati nilai satu untuk pola CLS maupun non CLS

menunjukkan elastistas produksi total pada posisi constant return to scale bahwa alokasi

sumber daya sudah dilakukan secara optimal dalam arti peningkatan penggunaan semua

input akan meningkatkan produksi secara proporsional.

Berdasarkan fungsi keuntungan, usaha tani pola non CLS menunjukkan kondisi

increasing return to scale yang berarti ada hubungan berbanding terbalik, peningkatan

harga input akan menurunkan keuntungan yang lebih besar dan peningkatan harga

produk akan meningkatkan keuntungan yang lebih besar. Hal ini berbeda dengan pola

padi sawah (gabungan) dalam kondisi decreasing return to scale yang berarti peningkatan

harga input akan menurunkan keuntungan yang lebih kecil dan peningkatan harga produk

akan meningkatkan keuntungan yang lebih kecil (tidak proporsional).

Pada usaha tani pola CLS tingkat efisiensi fungsi keuntungan berada dalam kondisi

constant return to scale atau optimum berarti keuntungan meningkat secara proporsial

seiring dengan penurunan harga input atau peningkatan harga output. Namun demikian,

dalam kondisi tersebut masih diperlukan pemberian insentif harga dan kemudahan yang

dapat mendorong gairah usaha tani pola CLS. Tingkat produksi dan keuntungan usaha

tani padi di lokasi penelitian disajikan Tabel 11.

Tabel 11. Tingkat Produksi dan Keuntungan Usaha tani Padi Pola CLS dan non CLS

No Uraian Fungsi Produksi Fungsi Keuntungan (UOP)

1 2 3

Pola CLS Pola Non CLS Pola Gabungan

1,017 constant RTS 0,947 constant RTS 1,025 constant RTS

0,979 constant RTS 1,219 increasing RTS 0,793 decreasing RTS

Keterangan: RTS = return to scale

Page 93: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Berdasarkan analisis fungsi keuntungan diperoleh hasil bahwa usaha tani padi pola

CLS telah memberikan keuntungan maksimum bagi petani, yang berarti pertimbangan

harga input secara keseluruhan telah dialokasikan secara optimal. Pencapaian tingkat

keuntungan maksimum tidak hanya ditentukan oleh tingkat produksi, tetapi juga harga

input dan output. Dalam kaitannya dengan harga input dan output, selama ini pemerintah

melakukan intervensi penetapan harga input-output guna melindungi petani karena

posisinya yang lemah dalam pasar input dan output. Hal ini sejalan dengan pedapat

Anthony Giddens (2000) bahwa kita membutuhkan mekanisme pasar, tetapi juga kita

masih memerlukan peran pemerintah.

Dengan demikian diketahui bahwa antara model fungsi produksi padi sawah dan

model fungsi keuntungan memberikan hasil yang tidak jauh berbeda, dimana variabel

input benih, urea, sewa/perawatan alat dan mesin, serta pajak mempengaruhi produksi,

demikian pula harga input benih, urea dan pajak mempengaruhi keuntungan usaha tani

padi sawah. Variabel dummy luas lahan dan pola usaha tani mempengaruhi produksi dan

keuntungan usaha tani padi sawah. Berdasarkan pendugaan model fungsi produksi padi

pola CLS terlihat bahwa usaha tani pola CLS memberikan harapan bagi petani lahan

sempit untuk meningkatkan produktivitas usaha taninya.

4.2.4. Dampak Penggunaan Pupuk Kandang Terhadap Produksi Padi Perbedaan utama antara usaha tani pola CLS dan non CLS adalah penggunaan

pupuk kandang. Sebagai indikasi awal adanya perbedaan nyata antara usaha tani pola

CLS dan non CLS dapat dilihat dari model fungsi produksi padi sawah gabungan, dimana

variabel dummy pola usaha tani (D2) dengan nilai koefisien sebesar 0,236 memberikan

isyarat bahwa dengan menerapkan usaha tani pola CLS menyebabkan tingkat teknologi

petani meningkat dan dapat meningkatkan produksi padi sebesar 23,6 % dibandingkan

produksi padi dari pola non CLS.

Fokus perhatian analisis pada model fungsi produksi padi pola CLS adalah melihat

pengaruh penggunaan pupuk kandang yang ditunjukkan oleh nilai koefisien/elastisitas dari

model fungsi produksi padi sawah pola CLS seperti pada persamaan (16) dengan nilai

koefisien penggunaan pupuk kandang (Pk) terhadap produksi padi (Qpc) sebesar +0,125

yang berarti bahwa peningkatan penggunaan input pupuk kandang sebesar 10 % dengan

asumsi variabel lain konstan, akan meningkatkan produksi padi sebesar 1,25 %.

Page 94: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Beberapa manfaat penggunaan kompos dalam jangka panjang mampu

meningkatkan N, P, K dan Si tanah, disamping itu juga mampu meningkatkan aktivitas

mikrobia penyemat nitrogen melalui peningkatan kandungan bahan organik tanah yang

mudah terdekomposisi, meningkatkan pembentukan agregat yang stabil dan pertukaran

kation (Wada, 1981 dalam Sutanto, 2002a). Pemberian pupuk kandang dapat

meningkatkan dan mempertahankan keanekaragaman dan kehidupan organisme tanah.

Bahan organik merupakan sumber energi bagi kehidupan organisme tanah. Pemberian

pupuk pada tanah dapat meningkatkan cacing tanah dari 13.000 ekor/hektar menjadi 1

juta ekor/hektar (Poniman, et al, 2003).

Meskipun pupuk kandang banyak memberikan keuntungan, tetapi pemakaiannya di

lapangan juga harus memperhatikan kondisi setiap jenis bahan orgnik yang

dikandungnya. Penggunaan pupuk organik yang tidak tepat juga bisa mencemari

lingkungan. Dengan demikian harus diketahui jenis bahan organik, jumlah yang harus

diberikan, kapan pupuk kandang digunakan secara tepat melalui teknologi diperlukan

untuk men-treatment limbah organik pertanian. Menurut Rochayati, Sri, at al ((2003)

penggunaan pupuk organik di Korea Selatan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.

Persentase agregat berukuran 1 mm atau lebih, prositas, permeabilitas, pH, kandungan

bahan organik dan KTK meningkat, sebaliknya bulk density dan kekerasan tanah

berkurang dengan pemberian pupuk organik. Selanjutnya dikatakan efisiensi penggunaan

pupuk di lahan sawah perlu terus ditingkatkan sehingga penggunaan pupuk dapat lebih

rasional dan efisien berdasarkan analisis tanah, sifat-sifat tanah dan kebutuhan tanaman

serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya.

Perimbangan pupuk organik dan pupuk nonorganik yang tepat menyebabkan

tanaman tumbuh optimal dan produksi meningkat. Berdasarkan penelitian Sutardi et al

(2002) jumlah pupuk anorganik yang tinggi tidak berpengaruh terhadap peningkatan

produksi, namun yang menentukan tingkat produksi adalah perimbangan pupuk organik

dan anorganik dengan perlakuan kurang 30 % atau 105 kg/ha Urea, 45 kg/ha SP-36, dan

30 kg/ha KCL dengan perimbangan pupuk organik 2,5 ton/ha. Faktor genetik juga

menentukan berat gabah pertanaman. Keseimbangan pupuk dengan perbandingan <30

persen pupuk kimia merupakan sistem usaha tani dengan teknologi akrab lingkungan

yang berdampak terhadap peningkatan keamanan produk pertanian serta menghasilkan

produk organik. Pemanfaatan pupuk kandang akan mampu mengurangi kandungan logam

Page 95: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

berat Cadmium dalam tanah melalui mekanisme penghelatan sehingga mudah diserap

oleh tanaman.

Penelitian di Maharassta dan Bihar dimana penggunaan pupuk kandang dan

kompos sebanyak 1,26 ton.ha dapat meningkatkan hasil gabah 100 kg/ha dan di Orissa

meningkatkan hasil 216 kg/ha (Grag et al., 1971 dalam Sutanto, 2002a) serta

pemanfaatan berbagai jenis kompos untuk tanaman kacang dan jagung ternyata

memperoleh hasil yang lebih tinggi daripada menggunakan pupuk kimiawi sesuai dengan

dosis anjuran. Menurut Juanda, et-al (2003) perbaikan rekomendasi teknologi pemupukan

melalui pemetaan status har P dan K lahan sawah mutlak diperlukan, karena merupakan

kunci dalam upaya menciptakan swasembada pangan. Lebih lanjut dikatakan dengan

melakukan pemupukan sesuai hasil analisis tanah, maka dapat dihemat biaya sebesar

Rp. 242.884.600-Rp. 315.715.500,-/musim untuk pembelian pupuk SP-36 dan Rp.

337.115.100,-/musim tanam untuk pembelian pupuk KCL.

Simulasi hubungan antara penggunan pupuk kandang dan besarnya penambahan

produksi padi dilakukan dengan asumsi ceteris paribus ditampilkan dalam bentuk kurva

pengaruh penggunaan pupuk kandang terhadap penambahan produksi padi sawah pola

CLS seperti Gambar 19.

Gambar 19. Pendugaan Produktivitas Padi sawah Pola Non CLS Terhadap Peningkatan Produksi Padi

0 50

100 150 200 250 300 350 400

0.25 0.75 1.25 1.75 2.25 2.75 3.25 3.75 4.25 4.75 5.25 5.75 6.25 6.75 7.25 7.75 8.25 8.75

Penggunaan pupuk kandang (ton/ha)

Peningkatan produksi padi (kg)

Page 96: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Berdasarkan Gambar 19 dapat diketahui bahwa peningkatan pupuk kandang

sampai dengan 6,75 ton/ha masih mampu meningkatkan produksi padi secara signifikan.

Namun demikian penggunaan pupuk kandang yang berlebihan berakibat tidak

berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi padi. Hal ini sejalan dengan pendapat

Pakpahan (1980) bahwa faktor produksi yang memberikan respon terpenting terhadap

produksi padi adalah luas garapan dan pupuk organik. Hasil penelitian Puslitanak (2004)

menyatakan penggunaan pupuk kandang sampai 5.000 kg/hektar masih mampu

meningkatkan produksi padi. Dengan demikian, dapat direkomendasikan agar

penggunaan pupuk kandang per satuan luas dapat ditingkatkan dengan memperhatikan

standar teknis kebutuhan hara dan luas pengusahaan pola CLS dalam skala ekonomi.

Guna menentukan besarnya kebutuhan hara menurut wilayah, maka diperlukan pemetaan

kondisi unsur hara menurut wilayah/agro-ecosystem.

Pemakaian pupuk kandang sebagai pupuk organik bukan merupakan hal baru

dalam sistem usaha tani, namun penggunaan pupuk kandang untuk memupuk tanaman

dan menjaga kesuburan tanah secar besar-besaran di kalangan petani masih sangat

terbatas. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat pengguna pupuk kandang adalah masih

terbatasnya persediaan pupuk kandang, proses pengomposan memakan waktu dan

masih sedikitnya instalasi pengomposan baik milik pemerintah maupun masyarakat.

Dengan memperhatikan trend dunia dalam mengurangi pemakaian pupuk kimia dan

lebih mengedepankan kesuburan berkelanjutan yang ramah lingkungan serta

ketersediaan bahan baku limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai pupuk

melimpah, maka perlu ditingkatkan gerakan sosialisasi dan penyuluhan pemanfaatan

pupuk organik dan mengembangkan usaha tani pola integrasi spesifik lokasi.

4.3. Kelayakan Finansial Dan Ekonomi Usaha Tani

4.3.1. Kelayakan Finansial Usaha tani Pola CLS dan Non CLS

Dalam analisis tingkat kelayakan finansial usaha tani pola CLS maupun non CLS

menggunakan kriteria kelayakan nilai NPV, B/C rasio dan IRR. Berdasarkan analisis

finansial usaha tani pola CLS nilai NPV sebesar Rp. 24,6 juta, nilai IRR pada OCC 12%

sebesar 28,86% dan B/C rasio sebesar 1,45. Sedangkan analisis finansial usaha tani non

CLS nilai NPV sebesar Rp. 8,4 juta, nilai IRR sebesar 19,38% dan B/C rasio sebesar 1,22.

Baik usaha tani pola CLS maupun non CLS layak dilihat dari nilai NPV, IRR B/C rasio,

Page 97: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

namun tingkat kelayakan usaha tani pola CLS lebih tinggi dibandingkan dengan non CLS.

Sehingga dari ke tiga kriteria investasi tersebut dalam analisis finansial dapat disimpulkan

bahwa usaha tersebut adalah layak secara finansial seperti terlihat pada Lampiran 14

dan 15.

Sebagai perbandingan beberapa penelitian mengenai kelayakan finansial adalah

penelitian pola padi-ternak di Laos pada lahan dataran rendah dengan kepemilikan rata-

rata 4,4 ekor sapi/KK dan dataran tinggi dengan 7,2 sapi/KK, diperoleh hasil bahwa

pendapatan dari usaha ternak mampu memberikan kontribusi terhadap total pendapatan

usaha tani masing-masing sebesar 46% dan 56% (DLVS 1993dalam Devendra,et al,

1997). Pola integrasi usaha tani yang dilakukan di Malaysia sebagian besar berupa

integrasi antara tanaman perkebunan (karet dan kelapa sawit) dan ternak domba dengan

hasil mampu memberikan keuntungan sebesar Rp.2,56 juta per farm (Devendra, et al,

1997). Demikian pula berdasarkan hasil penelitian dari BPTP LitbangDepartemen

Pertanian pada usaha tani padi-ikan-itik di Subang secara finansial memberi keuntungan

Rp.889.000 – Rp.1,16 juta per musim. Sementara penelitian integrasi ternak-padi dengan

pola tanam IP-300 di Yogyakarta tahun1999/2000 meningkat pendapatan petani 100%

bila dibandingkan dengan padi tanpa ternak, dimana sekitar 40% dari hasil tersebut

diperoleh dari pupuk organik. Hasil-hasil penelitian tersebut secara keseluruhan

menyatakan bahwa pola integrasi dapat meningkatkan pendapatan petani dengan kisaran

antara 40% samapai dengan 100% dari usaha tani pola konvensional.

Hasil penelitian Litbang Departemen Pertanian tahun 2002 yang dilakukan pada

beberapa Provinsi menunjukkan bahwa produksi usaha tani pola padi-ternak meningkat

berkisar antara 0,20 – 0,55 ton per hektar. Pendapatan dari usaha tani padi pada pola

integrasi padi-ternak di Grobogan pertahun sebesar Rp. 2,45 juta/hektar dengan B/C rasio

2,2 ( Prasetyo, et al 2001).

Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan penerimaan dari usaha penggemukan

lebih tinggi dibandingkan dengan hasil studi ternak sapi potong di Provinsi Jawa Timur

dimana tingkat penerimaan per bulan berkisar Rp.38.124/ekor ternak, di Lampung berkisar

antara Rp.29.466 sampai Rp.68.808/ekor ternak (Adnyana, et al 1999). Hal yang

membedakan besarnya penerimaan diduga adalah jenis ternak sapi yang dikembangkan,

teknik pengolahan ternak dan sistem pemasarannya. Penelitian Umiyasih, et al (2002) di

Jawa Timur dimana diperoleh nilai R/C rasio berkisar antara 2,17 samapi 3,30

Page 98: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Selain ternak, usaha alternatif yang menguntungkan petani adalah pembuatan

kompos. Dilihat dari tingkat teknologi proses pembuatan kompos dan pemasarannya

kompos cukup bervariasi diantara para petani pola CLS. Ada petani yang mengolah

kompos dan dikemas dengan baik dan masih ada dengan ala kadarnya saja, sehingga

terdapat perbedaan tingkat pendapatan dari kompos yang dihasilkan dan kemampuan

memasarkan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa selain usaha tani padi, guna

meningkatkan penerimaan petani dilakukan dengan mengembangkan usaha ternak sapi

potong dan usaha pengolahan limbah ternak menjadi pupuk kandang/ kompos.

Hasil Pengalaman empiris menunjukkan bahwa integrsai padi-ternak merupakan

satu alternatif mengatasi masalah usaha sapi potong dalam menghasilkan bakalan

sekaligus membantu meningkatkan efisiensi dan pendapatan petani padi. Bila

pengembangan diarahkan kepada perbaikan sistem agribisnis maka integrasi ini lebih

relevan, namun perlu dikaji sistem dan jenis ternak yang cocok di suatu wilayah. Dari hasil

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara finansial usaha tani pola CLS lebih

menguntungkan dibandingkan dengan usaha tani pola konvensional atau monokultur.

4.3.2. Kelayakan Ekonomi Usaha tani Pola CLS dan Non CLS

Komponen input usaha tani pola CLS meliputi komponen usaha tani padi,

penggemukan sapi dan pengolahan kompos. Komponen usaha tani padi meliputi pupuk,

benih/bibit, pestisida, tenaga kerja, alat dan mesin pertanian, modal, manajemen, dan

lainnya. Komponen input penggemukan sapi antara lain pakan, bibit sapi bakalan, obat-

obatan, kandang, tenaga kerja, dan sarana lainnya. Komponen input pembuatan kompos

berupa limbah kotoran ternak, abu dapur, bahan lainnya, bak jerami dan merang serta

bahan fermentasi. Komponen output antara lain padi/gabah, daging sapi, kompos, jerami

pakan ternak. Output yang tidak dikehendaki antara lain limbah padi dan limbah ternak.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pertanian terpadu pola CLS ini antara

lain: meningkat pendapatan petani dan pendapatan daerah, meningkatkan produktivitas

dan kelestarian lahan, meningkatkan lapangan kerja baru dengan mengolah kompos,

meningkatkan keharmonisan kehidupan sosial dan menyehatkan lingkungan. Dalam

kaitannya dengan perbaikan kualitas lingkungan, usaha tani pola CLS turut mengurangi

emisi Gas Rumah Kaca karena jerami tidak dibakar tetapi diolah menjadi kompos. Namun

Page 99: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

demikian sampai saat ini belum ada penelitian mengenai dampak kenaikan Gas Rumah

Kaca akibat pembakaran limbah padi.

Ditinjau manfaatnya bagi perbaikan kualitas lingkungan, usaha tani pola CLS mampu

meningkatan kesuburan lahan dan mengurangi efek gas rumah kaca. Pada budi daya padi

pola non CLS, limbah jerami dibakar dapat menghasilkan polusi. Berdasarkan data FAO

tahun 1998 disebutkan bahwa pembakaran jerami dan jagung menghasilkan gas methan

(CH4) 31,35 ribu ton, carbonmonoksida (CO) 658,3 ribu ton, N20 sebanyak 5 ribu ton dan

NOx 19 ribu ton, gas-gas tersebut berkontribusi terhadap meningkatnya emisi gas rumah

kaca (GRK). Gas CH4, CO, NOx CH4 juga turut menyebabkan panas bumi dan NOx turut

menyebabkan menipisnya lapisan ozon, walaupun penyebab utamanya adalah CFC. Gas

CO berpengaruh bagi kesehatan yaitu merintangi darah mengangkut oksigen.

Hasil penelitian Setyanto et aI (1997), di Pati Jawa Tengah dimana emisi gas methan

pada padi sawah tanpa dipupuk organik pada MH 1995/96 sebesar 55,6 kg CH4/ha dan

ebolusi methan 24,1 kg CH4/ha, pada MK 1996 emisi methan sebesar 153,8 kg CH4/ha

dan ebolusi methan 61,7 kg CH4/ha. Penelitian pada lahan tadah hujan tanpa perlakuan

pupuk organik, dengan perlakuan 5 ton jerami per hektar dan perlakuan 5 ton pupuk

kandang/ha pada MH 1995/96 besamya emisi methan masing-masing 51,8; 73,3 dan 52,3

kg CH4/ha dan ebolusi methan sebesar 8,9; 13,8 dan 16,1 kg CH4/ha, sedangkan pada

MK 1996 dengan besamya emisi methan masing-masing 50,0; 67,9 dan 85,2 kg CH4/ha

dan ebolusi methan masing-masing sebesar 6,6; 18,5 dan 40,5 kg CH4/ha. Jika rasio C/N

di dalam tanah rendah, maka peningkatan pemupukan tidak berpengaruh terhadap emisi

methan.

Guna mengurangi efek GRK, hasil penelitian Puslitnak (2002) menyebutkan pola

usaha tani dengan cara: 1) substitusi penggunaan urea dengan ammonium sulfat, (2)

usaha tani pola tanpa olah tanah, (3) dan penyemaian benih dengan sebar benih langsung

dapat mengurangi efek GRK sampai dengan 62%.

Limbah dari usaha tani padi dapat diolah dan dimanfaatkan untuk memenuhi

kebutuhan pangan, energi dan pupuk/pakan sehingga meningkatkan pendapatan petani

serta turut menurunkan emisi GRK dan memperbaiki kualitas lingkungan. Usaha tani

ternak sapi potong berdampak terhadap efek gas rumah kaca maupun kualitas

lingkungan. Berdasar data FAO tahun 1998 disebutkan bahwa kotoran ternak

menghasilkan gas methan (CH4) 848,4 ribu ton yang dapat meningkatkan emisi GRK.

Namun demikian kotoran ternak dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai penghasil gasbio,

Page 100: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

bahan bakar, pupuk kandang sehingga meningkatkan pendapatan petani serta turut

menurunkan emisi GRK dan memperbaiki lingkungan.

Biaya dan Manfaat Usaha tani Pola CLS

Usaha tani pola CLS merupakan salah satu upaya memperbaiki kualitas lingkungan

terutama kesuburan lahan sekaligus meningkatkan pendapatan petani.

1. Identifikasi manfaat usaha tani pola CLS bagi perbaikan kualitas lingkungan dan

peningkatan pendapatan petani yang dihitung dengan rincian sebagai berikut :

a. terjadinya peningkatan kesuburan lahan dengan bertambahnya unsur hara di

dalam lahan akibat pemakaian kompos. Perbaikan produktivitas lahan dari

adopsi pupuk kompos, dimana valuasi ekonomi didekati dengan menghitung

effect on product on Production yaitu terjadi peningkatan produksi gabah

permusim sekitar 0,10 ton/ha x Rp.1.450.000/ton = Rp.145.000/ha dan

meningkatnya produktivitas pakan ternak yang dihitung dari nilai penghematan

dari konsentrat sebesar Rp1.500. 000 per tahun. Adanya lapangan kerja baru

dengan mengelola limbah sebesar 100 HOK atau Rp.1000.000/tahun.

b. meningkatnya kesehatan masyarakat akibat berkurangnya aplikasi pestisida

kimia yang diukur dari penghematan biaya berobat akibat limbah gas dan udara

bila dilakukan pembakaran jerami maupun pemakaian pestisida kimia (non CLS)

dihitung dengan pendekatan cost illness method dengan biaya sekali berobat ke

Puskesmas sebesar Rp. 10.000,-, dengan adanya po1a CLS maka kejadian

penyakit ISPA berkurang.

c. meningkatnya kualitas udara, terutama karena berkurangnya buangan gas

methan dari limbah ternak dengan nilai US$5 per ton methan.

d. bertambahnya keanekaragaman hayati akibat berkurangnya penggunaan

pestisida kimia, dimana valuasi ekonomi didekati dengan menghitung selisih

antara besamya biaya pemakaian pestisida kimia dengan bio pestisida yaitu rata-

rata sekitar Rp.30.000/ha dengan upah kerja yang relatif sama.

e. meningkatnya biodata air akibat tidak ada limbah pertanian yang dibuang ke

sungai dihitung berdasarkan effect on production dimana produksi ikan

meningkat diduga sebesar 0,05 ton/tahun atau setara Rp 250.000/tahun.

Sedangkan manfaat untuk MCK, pemanfaatan air bersih, maupun dampak pada

ekosistem sungai tidak dapat dikuantifikasi.

Page 101: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

2. Identifikasi biaya dari untuk pengendalian dampak dari usaha tani pola CLS secara

rinci sebagai berikut:

a. Proses pengomposan dan fermentasi jerami dan merang tetap menghasilkan

limbah padat dan cair yang perlu dilakukan penampungan dan pengelolaan

sebelum dibuang ke sungai dengan biaya tenaga kerja 15 HOK/musim x

Rp.l0.000/HOK Rp.150.000/musim.

b. Proses pengomposan dan fermentasi jerami dan merang juga menghasilkan

aroma bau tidak sedap dan mengganggu estetika, namun tidak bisa

dikuantifikasi, sehingga didekati dengan pemberian gamping agar tidak terlalu

becek dengan biaya pertahun bervariasi antara Rp. 20.000 sampai Rp. 180.000,-

atau rata-rata sebesar Rp. 44.500,-

c. Pembuatan gudang skala satu kelompoktani untuk pengolahan limbah ternak

dan pengepakan dengan rata-rata biaya pertahun sebesar Rp. 1.408.333,-

Pembuatan bak penampung limbah/septictank rata-rata sebesar

Rp.612.500,-. Penyedotan limbah cair dan perbaikan saluran pembuangan

limbah skala satu kelompoktani rata-rata biaya pertahun sebesar Rp. 300.000,-

d. Biaya-biaya pengelolaan lingkungan masyarakat dan sosial budaya dalam satu

tahun meliputi: sumbangan lampu neon/penerangan lain Rp. 50.000,-

sumbangan semen/conblok/perbaikan jalan Rp. 1.492.826,- sumbangan

hajatan/duka Rp. 44.342,- sumbangan acara perayaan/hari besar Rp. 13.409,-

maupun sumbangan ronda ronda Rp.11.333,-.

Kelayakan Ekonomi Usaha tani Pola CLS dan Non CLS.

Berdasarkan analisis ekonomi dengan memasukan unsur perbaikan kualitas

lingkungan, maka usaha tani pola CLS memiliki nilai NPV sebesar Rp. 42,9 juta memiliki

nilai positif (layak), nilai IRR dengan OCC 12 % sebesar 38,05% lebih besar dari 12 %

(layak), dan nilai B/C rasio sebesar 1,54 berarti memiliki nilai lebih dari satu (layak).

Sedangkan kelayakan ekonomi dari usaha tani pola non CLS memberikan hasil layak

tetapi jauh lebih rendah dibandingkan dengn pola CLS, yaitu NPV sebesar Rp.3,07 juta,

IRR sebesar 14,14% dan B/C rasio 1.15. Rincian analisis kelayakan ekonomi terlihat

pada tabel Lampiran 16 dan 17. Apabila dibandingkan antara hasil kelayakan finansial

dengan ekonomi, dapat disimpulkan bahwa kelayakan ekonomi usaha tani pola CLS lebih

Page 102: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

tinggi dibandingkan kelayakan secara finansial.

Pada analisis dengan uji sensitivitas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

kenaikan biaya bahan input pertanian (pupuk dan pakan ternak) sebesar 10% baik usaha

tani CLS maupun non CLS masih layak namun kelayakan ekonomi usaha tani pola CLS

lebih tinggi daripada non CLS, yaitu nilai IRR usaha tani pola CLS sebesar 37,45% dan

B/C rasio 1,54 sedangkan nilai IRR usaha tani non CLS sebesar 12,75 % dan B/C rasio

1,13 secara rinci seperti terlihat pada Lampiran 19.

Pada analisis dengan uji sensitivitas dengan adanya penurunan harga jual output

yaitu harga gabah dan sapi sebesar 10 % usaha tani CLS masih layak dilaksanakan,

sedangkan usaha tani non CLS secara ekonomi tidak layak dilaksanakan. Tingkat

kelayakan ekonomi usaha tani CLS untuk nilai IRR usaha tani pola CLS sebesar 29,95 %

dan B/C rasio 1,41, sedangkan nilai IRR usaha tani non CLS sebesar 3,63% da B/C rasio

1,03 dengan rincian seperti terlihat pada Lampiran 20.

Dampak penurunan harga jual output ternyata lebih sensitif dibandingkan dengan

kenaikan harga bahan baku (input pertanian). Dengan demikian guna melindungi petani

terhadap perubahan harga output diperlukan regulasi pada aspek harga dan pemasaran

hasil pertanian.

4.4. Peran Kelembagaan Petani Dalam Usaha Tani Cls

4.4.1. Keragaan Kelompok Usaha tani Pola CLS

Kelembagaan berfungsi untuk: (1) memberikan pedoman dalam bersikap dan

berperilaku dalam menghadapi masalah, (2) menjaga keutuhan masyarakat, dan (3)

memberikan pegangan masyarakat dalam pengendalian sosial (Soekanto, 1999).

Kelembagaan juga berperan dalam pengelolaan sumberdaya, mobilisasi, dan wadah

untuk berkomunikasi. Jenis-jenis kelembagaan yang terkait dengan usaha pertanian di

lokasi penelitian diantaranya Kelompoktani-ternak, Koperasi Unit Desa (KUD), Toko/Kios

Saprotan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas Peternakan dan Perikanan,

Perbankan (BRI, BPD, dan lainnya) dan Swasta. Beberapa manfaat adanya kelompok tani

yang dapat dinikmati oleh anggotanya antara lain :

¬ Kemudahan untuk mendapatkan sarana produksi.

¬ Kemudahan untuk pemasaran hasil.

¬ Meningkatkan keahlian dan ketrampilan di bidang teknis dan manajemen kelompok

secara bersama-sama.

Page 103: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

¬ Inisiatif dalam melaksanakan kegiatan pembangunan desa dan menciptakan

kesadaran mobilisasi sumberdaya secara optimal.

¬ Mendukung satu sama lain sebagai anggota kelompok.

¬ Memudahkan komunikasi dan alih teknologi di bidang pertanian dan peternakan.

¬ Menciptakan hubungan dan jaringan dengan lembaga lain.

Jenis-jenis usaha yang dilakukan oleh kelompoktani bervariasi antar kelompoktani

yang mengusahakan pola CLS, namun secara umum kelompoktani tersebut melakukan

usaha pengolahan kompos maupun usaha simpan-pinjam. Kelompoktani Tani Mulyo

telah mampu memberikan pelayanan jasa IB dan kesehatan hewan, penyewaan jasa alat

dan mesin pertanian berupa hand traktor dan memiliki laboratorium mini pengelolaan

enzim/mikroba. Keragaan usaha kelompoktani disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Keragaan Kelembagaan Kelompoktani di Lokasi Penelitian

No. Kelompoktani Tahun Berdiri

Anggota (orang)

Usaha kelompoktani

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Sari Mulyo Dewi Sri Tani Mulyo Eko Upoyo Tani Mulyo VI Ngudi Makmur Tani Manunggal

1984 1978 1981 1979 1982 1978 1992

33 85 70 102 82 87 24

Usaha saprodi & kompos, pelayanan jasa IB/ Keswan, dan simpan pinjam. Usaha saprodi & kompos, simpan pinjam. Usaha saprodi & kompos, pelayanan jasa IB/Keswan, jasa alsin, lab mini, simpan pinjam. Usaha saprodi & kompos, pelayanan jasa IB/ Keswan, simpan pinjam. Usaha kompos, pelayanan jasa IB/Keswan, simpan pinjam. Usaha kompos, pelayanan jasa IB/Keswan, simpan pinjam. Usaha kompos, pelayanan jasa IB/Keswan, simpan pinjam.

Sumber : data primer, 2004.

Selain mengembangkan usaha kelompok, kegiatan lain yang dilakukan

kelompoktani antara lain pelayanan kegiatan yang bersifat kelompok seperti penyampaian

informasi, pengaturan rencana tanam, pengandangan ternak, iuran kelompok, arisan dan

lainnya. Dalam hal penguasaan teknologi yang melestarikan lingkungan, kelompoktani

pola CLS relatif lebih maju dibandingkan dengan kelompoktani pola

monokultur/konvensional, namun keberadaan dan peran kelompok masih dapat

ditingkatkan, seperti menjalin kerjasama dengan pihak-pihak penyedia input, sebagai agen

Page 104: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

untuk memperoleh permodalan dan meningkatkan jaringan pemasaran. Berdasarkan

wawancara terlihat bahwa kelompoktani masih mengalami kesulitan akses permodalan

maupun pasar. Posisi tawar petani dalam pemasaran lemah, dan peran pemasaran

dikendalikan oleh keberadaan pedagang dan blantik. Kondisi tersebut sejalan dengan

hasil penelitian Setiani, C, at al (2003) dimana tingkat pemanfaatan kelompok belum

menjangkau aspek pasca panen dan pemasaran, masih diperlukan pinjaman modal bagi

pengembangan uasaha tani tanaman-ternak, serta pendekatan organisasi kelompok tani

dalam penerapan teknologi usaha tani tanaman ternak perlu dilakukan berdasarkan

agroekosistem. Pada Tabel 13 disajikan jenis-jenis kegiatan usaha tani yang bisa

dilakukan secara perorangan maupun secara berkelompok.

Tabel 13. Peran Kelompoktani pada Setiap Jenis Kegiatan Usaha tani

No Jenis Kegiatan % Responden dalam Melaksanakan Kegiatan 1. 2.

Usaha tani padi : - Pengolahan lahan - Penanaman - Pemupukan - Pengendalian hama/penyakit - Pemanenan - Pemasaran hasil - Pengolahan jerami

Usaha Penggemukan Ternak - Pengandangan ternak - Pengadaan pakan - Pengolahan kompos - Pengendalian penyakit - Pemasaran hasil

Secara individu (57,14%), berkelompok (42,86%) Secara individu (91,43%), berkelompok (8,57%) Secara individu (100,00%), Secara individu (100,00%), Secara individu (71,43%), berkelompok (28,57%) Secara individu (71,43%), berkelompok (28,57%) Secara individu (78,57%), berkelompok (21,43%) Secara individu (57,14%), berkelompok (42,86%) Secara individu (71,43%), berkelompok (28,57%) Secara individu (62,14%), berkelompok (37,86%) Secara individu (85,71%), berkelompok (14,29%) Secara individu (75,00%), berkelompok (25,00%)

Sumber : olahan data primer, 2004.

Berdasarkan peran kelompoktani dalam berusaha tani, terdapat beberapa kegiatan

usaha tani yang dilakukan secara perorangan seperti penanaman, pemupukan,

pengendalian hama penyakit tanaman maupun pemasaran hasil, namun ada peran

kelompoktani yang dominan melaksanakan beberapa kegiatan secara kolektif dengan

pertimbangan lebih efisien seperti pengolahan lahan, pengandangan ternak, dan

pengolahan kompos, di samping itu sudah terlihat peran kelompok dalam pemanenan,

pendagaan pakan dan pemasaran hasil.

Page 105: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Pelaksanaan kegiatan CLS didukung oleh berbagai lembaga baik di tingkat pusat,

daerah bahkan sampai tingkat petani. Kegiatan CLS melibatkan berbagai pihak antara lain

penyedia saprodi, peternak, pedagang, dokter hewan, poskeswan, alat mesin pertanian

dan sebagainya. Diperlukan pengorganisasian yang baik serta kejelasan fungsi

kelompoktani sebagai wadah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan

tersebut. Dalam rangka menunjang kegiatan CLS ditumbuhkan lembaga pelayanan

permodalan/ keuangan dari perbankan. Disamping itu diperlukan kerja sama dengan

swasta ataupun koperasi. Lingkup kegitan layanan permodalan/keuangan meliputi

penyaluran kredit serta memobilisasi dana dari masyarakat. Sedangkan lingkup kegiatan

swasta ataupun koperasi meliputi kerja sama dalam penyaluran sprodi bibit, benih obat

dan ternak serta pemasaran hasil pertanian. Namun demikian, pada saat dilakukan

penelitian terlihat bahwa koperasi dalam hal ini KUD belum berperan dalam penyediaan

pupuk kandang, bahan fermentasi dan pemasaran produk hasil usaha tani pola CLS.

Peran asosiasi petani organik disamping menyediakan kebutuhan pupuk kandang bagi

anggotanya, juga merupakan wadah dalam proses pembelajaran dan pemasaran hasil.

Beberapa hal yang terkait dengan pengembangan dan pemberdayaan kelompoktani

adalah mengenai: kondisi dan kinerja kelompoktani, pemanfaatan potensi dan

pengembangan peluang usaha serta pemenuhan jenis-jenis pelayanan yang dapat

dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan anggota. Penumbuhan kelembagaan untuk

mendukung kegiatan CLS dilakukan dengan pendekatan partisipatif petani dalam

mengembangkan usaha bersama.

Pemerintah Daerah; Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan, Dinas Peternakan dan Perikanan

Lembaga Permodalan

Swasta/Koperasi

Kelompoktani/Asosiasi kelompok tani

Produksi Padi Kompos dan jerami Sapi Potong

Page 106: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Gambar 20. Model Keterkaitan Kelembagaan Petani Pola CLS di Lokasi Penelitian

Berdasarkan model keterkaitan kelembagaan petani pada Gambar 20 dapat

dijelaskan bahwa dalam rangka pengembangan usaha tani pola CLS, terdapat keterkaitan

antara kelompoktani/Asosiasi kelompoktani dan pihak pemerintah daerah. Pemerintah

Daerah berperan sebagai regulator dan fasilitator agar kegiatan CLS dapat berjalan.

Bupati beserta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sragen (sampai

dengan tahun 2004) dan mulai tahun 2005 bersama Dinas Peternakan dan Perikanan

proaktif mendorong pengembangan CLS. Beberapa kegiatan yang dilakukan dinas

beserta jajarannya yaitu Kantor Cabang Dinas di Kecamatan dan PPL antara lain

merancang rencana tanam dan target produksi usaha tani pola CLS dan padi organik,

inventarisasi kelompoktani, pembinaan, penyuluhan dan pemantauan di lapangan.

Kegiatan-kegitan yang dilakukan oleh instansi terkait tersebut terlihat lebih bersifat

satu arah dan top-down, serta belum dilakukan kegiatan yang bersifat penjaringan

masukan dari petani/kelompoktani (konsultasi publik). Kegiatan konsultasi publik sangat

penting untuk dilakukan guna memperoleh masukan dalam menentukan kebijakan yang

terkait dengan pengembangan CLS. Demikian pula agar pembinaan kelompoktani dapat

lebih intensif, maka perlu dilakukan kegiatan pendampingan. Dinas beserta intansi terkait

lain menjalin kerjasama dengan pihak swasta yang bergerak dalam bidang penyedia

sarana produksi dan pemasaran hasil. Pendampingan dilakukan secara terpadu guna

pemecahan masalah yang dihadapi petani dalam memperoleh perrmodalan, pengadaan

dan distribusi sarana produksi serta pemasaran, manajemen usaha serta meningkatkan

skala usaha.

Perlu dibangun kerja sama yang sinergis antara kelompoktani dan pihak

swasta/pengusaha maupun dengan koperasi mengingat masing-masing pihak memiliki

potensi dan kekuatan yang bisa dipadukan. Kelompoktani memiliki potensi dan kekuatan

dalam penyediaan bahan baku, tenaga kerja, sumber pakan dan lainnya, namun memiliki

Pasar

Page 107: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

kelemahan dalam hal manajemen, teknologi/inovasi dan pemasaran ternaknya, sementara

pihak swasta/pengusaha memiliki modal, kemampuan manajemen dan akses pasar dari

produk padi dan ternak, sehingga apabila kedua kekuatan tersebut digabungkan akan

memiliki senergi yang signifkan bagi pengembangan usaha tani pola CLS. Hal yang perlu

dibenahi dalam rangka menjajagi kerjasama antara kelompoktani dengan

swasta/pengusaha adalah detail komponen kegiatan yang dapat dikerjasamakan.

Misalnya untuk usaha tani padi, pihak swasta berperan dalam penyediaan sarana

produksi dan menampung hasil produksi padi, untuk itu sejak awal telah disepakati

besarnya saprodi, produksi dan harga jualnya. Untuk usaha penggemukan sapi potong

perlu ada pengaturan penjualan melalui pengaturan produksi. Pengaturan produksi dapat

membantu dalam perencanaan penjualan maupun pembelian bakalan dan perkiraan

kebutuhan modal. Produksi dapat diatur dengan memperhatikan lamanya proses produksi

dengan permintaan pasar.

4.4.2. Pengembangan Kelembagaan Usaha tani Pola CLS

Keberadaan kelompoktani terlihat cenderung hanya memperkuat hubungan secara

horisontal dengan jenis-jenis aktivitas anggotanya relatif sama yaitu usaha tani padi dan

penggemukan ternak sapi potong dengan asumsi dapat meningkatkan posisi tawar

kelompok bila anggotanya banyak, namun belum dibangun struktur kelompok yan lebih

konprehenship yang menyatukan antara mereka secara vertikal sehingga lemah dalam

menjalin kerja sama pihak terkait. Dengan demikian terlihat jelas dalam kelompoktani,

dimana penyedia input atau bakalan ternak serta yang memasarkan hasil (gabah maupun

sapi potong) adalah bukan kelompoktani malinkan pihak pedagang/blantik.

Upaya pengembangan usaha tani pola CLS lebih tepat dilakukan dengan

pendekatan kelembagaan melalui kelompoktani daripada pendekatan individu. Hal ini

beralasan mengingat setiap individu secara sosial akan memilih satu kelembagaan

sebagai wadah kegiatannya dan tidak ada satu kegiatan yang dapat dilakukan secara

bebas sama sekali. Walaupun disadari bahwa pendekatan individu melalui kontaktani atau

petani yang sukses jauh lebih murah dan mudah, namun dapat melemahkan proses

belajar anggota untuk memajukan kelompok. Pengembangan kelompoktani selama ini

dominan perhatian pada aspek-aspek struktural dan kurang perhatian pada aspek kultural.

Membangun kelembagaan tidaklah mudah dan membutuhkan waktu lama, hal ini

berbeda dengan introduksi suatu teknologi yang dapat langsung diterapkan dan kelihatan

Page 108: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

hasilnya. Pada usaha tani pola CLS diperlukan pola pengandangan secara kelompok atau

sering disebut “kandang komunal”, ternyata terdapat beberapa kelompok yang belum

mengelola ternak secara komunal dengan alasan belum fahamnya maksud dan tujuan

pengandangan secara komunal, rasa nyaman apabila ternaknya menyatu dengan

rumah/pekarangannya kerena persepsi sapi sebagai harta “rojo koyo” disamping kendala

dana dan keterbatasan lahan untuk membangun kandang komunal. Kondisi demikian

menunjukkan banyak pertimbangan petani untuk mengubah perilakunya.

Sebagai teknologi yang relatif baru, penggunaan kandang kelompok memerlukan

proses sosialisasi agar dapat diterimah sepenuhnya oleh petani. Salah satu persyaratan

penting agar suatu inovasi dan diadopsi oleh petani adalah manfaat ekonomi. Menurut

Yuwono, DM, (2003, teknik pengandangan kelompok bermanfaat dari aspek lingkungan,

antara lain: mengurangi pencemaran udara (bau), meningkatnya estetika lingkungan

pemukiman dikarenakan kandang sapi tidak menyatu lagi dengan rumah penduduk,

nyamuk menjadi berkurang, sehingga berdampak positif terhadap kesehatan petani,

sedangkan dari aspek non lingkungan, penggunaan kandang kelompok menyebabkan

peluang petani untuk berkomunikasi dan bertukar pikiran tentang budi daya sapi potong

lebih besar, di samping nafsu makan sapi cenderung meningkat karena saling berdekatan.

Dengan demikian introduksi teknologi pengandangan ternak komunal perlu pendekatan

kelembagaan yang berisi nilai, norma dan kondisi sosial ekonomi lainnya.

Perlu kehati-hatian dalam pengembangan kemitraan dalam kelompoktani, diperlukan

skenario rancangan yang memadai, mengingat kesulitan memadukan dunia petani yang

cenderung bersifat sosial dengan dunia pasar yang berorientasi bisnis. Prinsip utama

kemitraan adalah adanya kemudahan akses dan kesejajaran yang adil antara satu pihak

dengan yang lain.

4.5. Tingkat Keberlanjutan dan Strategi Pengembangan Usaha tani CLS 4.5.1 Indeks dan Status Keberlanjutan Usaha tani Pola CLS Hasil analisis Rap-CLS dengan menggunakan metode MDS menghasilkan nilai

Indeks Keberlanjutan Pengelolaan Usaha tani Pola CLS (IkB-CLS) di Kabupaten Sragen

adalah sebesar 53,21 pada skala sustainabilitas 0 – 100 (Gambar 21). Nilai IkB-CLS

sebesar 53,21 yang diperoleh berdasarkan penilaian terhadap 26 atribut yang tercakup

dalam tiga dimensi (ekologi, ekonomi, dan sosial) termasuk ke dalam kategori cukup

Page 109: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

berkelanjutan, mengingat nilai IkB-CLS-nya berada pada selang nilai 50 – 75 (0< Nilai

indeks •25 = buruk; 25< Nilai indeks• 50 = kurang; 50< Nilai indeks•75 = cukup; dan

75< Nilai indeks •100 = baik). Untuk mengetahui aspek pembangunan apa yang mas ih

lemah dan memerlukan perbaikan maka perlu dilakukan analisis Rap-CLS pada setiap

dimensi.

D OW N

U P

BAD GOOD

-6 0

-4 0

-2 0

0

2 0

4 0

6 0

0 2 0 4 0 6 0 8 0 1 0 0 1 2 0

Sum bu X Stelah Rotasi: Indeks Keberlanjutan

Su

mb

u Y

Se

tela

h R

ota

si

In de ks Ke be rlan ju ta n Usah a tan i CLS Re fe ren ces Anch ors

Gambar 21. Analisis Rap-CLS yang Menunjukkan nilai Keberlanjutan Pengelolaan Usaha

tani Pola CLS di Kabupaten Sragen 53,21.

Pada Gambar 21 memperlihatkan bahwa nilai indeks keberlanjutan untuk setiap

dimensi berbeda-beda. Dalam konsep pembangunan berkelanjutan bukan berarti semua

nilai indeks dari setiap dimensi harus memiliki nilai yang sama besar akan tetapi dalam

berbagai kondisi daerah/negara tentu memiliki prioritas dimensi apa yang lebih dominan

untuk menjadi perhatian, namun prinsipnya adalah bagaimana supaya setiap dimensi

tersebut berada pada kategori “baik” atau paling tidak “cukup” status keberlanjutannya.

Berdasarkan Gambar 22 nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi ekologi adalah

sebesar 49,55 pada skala sustainabilitas 0–100. Jika dibandingkan dengan nilai IkB-CLS

Page 110: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

yang bersifat multi dimensi maka nilai indeks dimensi ekologi berada di bawah nilai IkB-

CLS dan termasuk ke dalam kategori kurang berkelanjutan (kurang: 25< Nilai indeks •50)

DO W N

UP

B A D G O O D

-60

-40

-20

0

20

40

60

0 20 40 60 80 100 120

S um bu X S e ta lh Rota si: Inde ks Ke be rla njuta n

Su

mb

u Y

set

elah

Ro

tasi

Indek s K eberlanjutan A s pek E k ologi Referenc es A nc hors

Gambar 22. Analisis Rap-CLS yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekologi sebesar 49,55.

Analisis leverage dilakukan bertujuan untuk melihat atribut yang sensitif

memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi. Berdasarkan

Gambar 23, ada lima atribut yang sensitif mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan

dimensi ekologi, yaitu: (1) sistem pemeliharaan ternak sapi potong, (2) kepadatan ternak,

(3) tingkat pemanfaatan pupuk dan pestisida, (4) tingkat pemanfaatan jerami untuk pakan,

dan (5) pemanfaatan limbah ternak.

Sistem pemeliharaan ternak terutama dapat dilihat dari teknik pengandangan

ternak. Pengadangan ternak yang dilakukan oleh petani sangat beragam, sebagian besar

ternak dipelihara dengan sistem pengandangan dan hanya sebagian kecil petani

mengumbar ternak sapi di kebun/ladang dan di waktu sore hari dikandangkan. Sistem

Page 111: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

pengandangan yang ada adalah sistem kandang ternak perorangan yang ditempatkan di

sekitar atau bahkan menyatu dengan rumahnya, tetapi ada juga sistem kandang

berkelompok. Guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan ternak pada usaha

tani pola CLS diperlukan sistem pengandangan kelompok. Sistem perkandangan yang

diterapkan dalam pola CLS menyesuaikan sistem perkandangan yang telah diterapkan

oleh anggota kelompok. Pengandangan ternak yang dibangun oleh kelompoktani yang

lebih maju adalah pengandangan ternak dalam satu kandang yang luas (kandang

komunal) agar kotoran ternak terkonsentrasi dan mudah dikumpulkan dalam satu tempat,

bermanfaat dalam menjaga kesehatan ternak dan kebersihan lingkungan serta

meningkatkan komunikasi dan hubungan sosial antar peternak. Pengandangan ternak

secara komunal juga merupakan solusi kendala keterbatasan lahan yang dimiliki petani.

Populasi ternak di Kabupaten Sragen termasuk dalam katerogi sangat padat. Tingkat

kepadatan populasi ternak juga menunjukkan besarnya minat petani beternak sapi potong.

Banyaknya populasi ternak di Kabupaten Sragen memerlukan pengelolaan ternak sapi

potong secara intensif.

Kegiatan pertanian tanaman padi yang menggunakan bahan kimia (pupuk dan

pestisida) tidak tepat dapat berdampak pada pencemaran air dan tanah. Jenis pestisida

kimia pada umumnya berupa golongan (1) organokhlorin, antara lain endrin, aldrin,

dieldrin, DDT), (2) organophospat, antara lain diazinon, feninthrothion, parathion,

malathion dan (3) karbamat contohnya sevin. Jenis organokhlorin sudah jarang digunakan

karena tingkat bahayanya tinggi, residunya persisten sekali di dalam tanah, hewan, dan

jaringan tumbuhan, dan cenderung terakumulasi kedalam tubuh makhluk hidup dalam

jangka waktu lama. Jenis organophospat dan karbamat bersifat mudah larut dalam air

dan mudah terurai dalam lingkungan, akan tetapi jenis organophospat daya racunnya

sangat tinggi dan walaupun dengan kadar yang rendahpun dapat berakibat gangguan

pada organisme di dalam perairan.

Pada dasarya pupuk kimia terdiri unsur nitrogen, phospor, dan potasium. Sebagian

pupuk yang tidak terserap tanaman akan larut ke dalam air tanah, sungai, danau dan air

laut. Senyawa nitrogen dan phospor menyebabkan eutrofikasi yaitu proses pertumbuhan

tanaman/gulma air berkembang pesat. Senyawa nitrogen dari limbah pemupukan yang

berada di dalam tanah dapat meningkatkan kadar nitrat dan nitrat di dalam tanah da air

tanah. Sedangkan pupuk organik tidak mengandung bahan kimia beracun. Pencemaran

air dan tanah berdampak bahaya baik bagi tanaman, hewan dan bagi manusia.

Page 112: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Limbah pertanian yang tidak diolah dapat menurunkan kualitas lingkungan air, tanah

dan udara serta berdampak bagi kesehatan manusia. Limbah pestisida dapat

mengganggu kesehatan manusia yaitu syaraf otak dan menurunkan sel darah merah.

Gejala keracunan pestisida antara lain pusing, sakit kepala, lemah, kejang dan lainnya.

Tumpukan bahan organik berupa limbah dapat merusak estetika juga menimbulkan bau

tidak sedap dan menjadi tempat berkembangnya vektor penyakit perut. Limbah yang larut

dalam air menyebabkan air berwama, menjadi keruh dan dapat menurunkan pH air. Air

yang mengandung nitrit dapat menyebabkan penyakit metaemoglobin, sedangkan air

yang mengandung limbah organik secara tidak langsung dapat menyebabkan kenaikan

BOD dan COD. Tingkat kekeruhan air yang aman adalah antara 5-25 silika, tingkat pH air

yang aman untuk diminum adalah antara 6,5 sampai 9,2 sedangkan tingkat kadar nitrat

dalam air tidak boleh melampaui 20 ppm (Tugaswati et al, 1985).

Usaha tani pola CLS juga turut mengurangi pencemaran air dan tanah, karena

berkurangnya penggunaan pupuk kimia dan pestisida untuk input usaha tani. Usaha tani

pola CLS mampu meningkatkan kesuburan tanah dengan cara memperkaya unsur luar

dalam tanah dan menambah ketebalan humus sehingga produktivitas lahan untuk usaha

tani padi dapat ditingkatkan dari tahun ke tahun. Sebaliknya bila dilakukan usaha tani non

CLS dimana penggunaan pupuk kimia dan pestisida tinggi maka mengakibatkan

produktivitas lahan semakin menurun.

Seperti halnya usaha pertanian lainnya, penggemukan sapi potong juga berdampak

terhadap lingkungan baik berupa pencemaran udara maupun pencemaran air dan tanah.

Sapi potong merupakan hewan herbivora yang memanfaatkan produser/hasil fotosintesa

untuk proses biologinya kemudian menghasilkan biomasa antara lain daging, kulit, tulang,

isi rumen, tanduk, kotoran dan air kencing ternak. Manfaat kotoran ternak sapi disamping

dapat digunakan sebagai pupuk kandang, juga dapat digunakan sebagai bahan bakar

pengganti kayu bakar dan sekam, gas bio, pakan ternak unggas (Wiryosuhanto, 1985).

Secara umum manfaat pupuk kandang adalah memperbaiki keadaan fisik, kimia dan

biologi tanah, berupa memudahkan penyerapan air hujan, memperbaiki daya mengikat air,

mengurangi erosi, memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi kecambah biji dan akar,

serta sebagai pemasok unsur hara tanaman. Dibandingkan dengan pupuk organik yang

lain, pupuk kandang lebih banyak mengandung unsur N jantan berat sekitar 450 kg

menghasilkan 10 ton kotoran kering sekitar 1-2 ton kotoran pertahun yang didalamnya

mengandung pupuk dan air kencing sedangkan urine sapi mengandung nitrogen (Ditjen

Page 113: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Peternakan, 1996). Menurut Diwyanto et al (2001) produksi limbah ternak sapi yang dapat

digunakan pupuk kandang per tahun sekitar 3 ton/ekor apabila diolah menjadi kompos

cukup untuk memenuhi kebutuhan kompos satu musim sekitar 1,2 sampai 2 ton

kompos/ha.

Pemanfaatan pupuk dan pestisida kimia di lokasi penelitian masih relatif tinggi dan

melebihi standar yang direkomendasikan. Guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas

usaha tani padi, penggunaan pupuk dan pestisida kimia harus dikurangi. Penggunaan

pestisida kimia dapat digantikan dengan bio-pestisida yang bermanfaat ganda bagi

peningkatan produksi sekaligus memperbaiki kualitas lingkungan. Penggunaan pupuk

kandang di lokasi penelitian rata-rata 1.570 kg/ha masih dapat ditingkatkan menjadi

sekitar 4000 kg/ha sampai dengan 6000 kg/ha. Berdasarkan pendugaan model fungsi

produksi usaha tani pola CLS diketahui dampak penggunaan pupuk kandang terhadap

produksi padi sebesar +0,125, sehingga penggunaan pupuk kandang per satuan luas

masih dapat ditingkatkan dengan memperhatikan standar teknis kebutuhan hara.

Jenis limbah usaha tani padi berupa sekam, dedak, bekatul, merang dan jerami

masing-masing mempunyai manfaat tersendiri. Komposisi biomasa tanaman padi

disebutkan bahwa dari 100 kg tanaman padi kering hanya diperoleh 28,9 kg beras,

sisanya berupa limbah jerami 55,6 kg, sekam 8,9 kg, dan bekatul 3,6 kg (Abbas et al,

1985). Sedangkan berdasarkan (data Vademekum 1980 dalam Kantor Meneg.

Peningkatan Produksi Pangan, 1985) bahwa besarnya produksi sekam adalah sebesar 4

% dari produksi gabah, dedak kasar 4 %, dedak halus 2,5 %, bekatul 1,5 % dari produksi

gabah dan tergantung dari peralatan penggilingan padi, besarnya jerami dan merang

sekitar 150 % dari produksi gabah. Sekam dapat dimanfaatkan sebagai bahan energi

alternatif, bahan baku industri kimia, industri bangunan dan industri karet, dan tahan

isolasi. Dedak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk atau bahan bakar namun kandungan

N,P dan K relatif rendah, bahan farmasi penyedia konsentrat vitamin B, dan sebagai

makanan ternak. Merang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kertas,

bahan baku shampoo/mencuci rambut dan pakan ternak, sedangkan jerami banyak

mengandung silika dapat dimanfaatkan strawboard/bahan bangunan (Abbas et al, 1985).

Saat ini jerami dengan ditambahkan bahan organik (jerami fermentasi) dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Potensi jerami sebagai pakan ternak sapi potong di Kabupaten Sragen cukup

tinggi, namun belum dimanfaatkan secara optimal, hanya petani dengan usaha tani pola

Page 114: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

CLS yang memanfaatkan limbah jerami sebagai pakan ternak, sedangkan petani pola

konvensional tidak memanfaatkan jerami, limbah jerami dibakar atau hanya ditumpuk di

pinggiran sawah. Menurut Diwyanto et al (2001) produksi jerami dari usaha tani padi per

musim sekitar 6 ton/ha mampu mencukupi kebutuhan pakan ternak 4 – 5 ekor sapi

dewasa sepanjang tahun.

Gambar 23. Peran masing-masing Atribut Dimensi Ekologi yang Dinyatakan dalam

Bentuk Perubahan Nilai RMS.

Pada Gambar 24 menunjukkan nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi sebesar

56,23. Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi sedikit lebih besar daripada nilai indeks

keberlanjutan dimensi ekologi, namun tetap masih termasuk ke dalam kategori cukup

berkelanjutan. Hal ini mengandung pengertian bahwa pengelolaan usaha tani pola CLS

Kabupaten Sragen lebih berkelanjutan (memberikan manfaat) dari dimensi ekonomi

daripada dimensi ekologi. Agar nilai indeks dimensi ini di masa yang akan datang semakin

meningkat perlu dilakukan perbaikan terhadap atribut yang sensitif terhadap nilai indeks

dimensi tersebut.

0.55

2.01

4.28

2.19

2.88

6.13

4.36

1.06

0.31

0 1 2 3 4 5 6 7

Kesesuaian lahan

Tingkat pemanfaatan lahan

Tingkat penggunaan pupuk/pestisida

Pemanfaatan limbah ternak sapi

Pemanfaatan jerami untuk pakan ternak sapi

Sistem pemeliharaan ternak sapi

Kepadatan ternak

Ketersediaan RPH

Pemotongan sapi betina produktif

Variabel

Peran masing-masing variabel dimensi ekologi dalam bentuk perubahan nilai RMS

Page 115: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Berdasarkan hasil analisis leverage sebagaimana pada Gambar 25 ada tiga atribut

yang sensitif mempengaruhi besarnya nilai indeks keberlanjutan pada dimensi ekonomi,

yaitu: (1) ketersediaan lembaga keuangan dan kemudahan untuk mengaksesnya, (2)

tingkat kelayakan usaha tani pola CLS, serta (3) jenis subsidi dari pemerintah yang

dibutuhkan petani pola CLS.

Permodalan merupakan unsur yang sangat penting dalam kegiatan usaha tani.

Sumber-sumber permodalan petani/kelompoktani dapat diperoleh dari swadaya anggota,

bantuan pemerintah, kerjasama/pinjaman dari swasta, maupun kredit dari perbankan.

Keberadaan lembaga keuangan sangat penting guna mendukung permodalan petani,

kendala umum yang dihadapi adalah sulitnya mengakses ke lembaga keuangan

(perbankan) karena dibutuhkan agunan, persyaratan administrasi yang rumit dan lainnya,

padahal petani pada umumnya tidak memiliki aset sebagai agunan kecuali lahannya dan

menginginkan prosedur memperoleh kredit secara sederhana. Apabila kelayakan

finansial usaha tani merupakan persyaratan untuk memperoleh kredit dari bank, maka

petani belum terbiasa menyusun proposal kelayakan usaha tani maupun membukukan

keuangan usaha tani, sehingga pihak perbankan kesulitan menilai kelayakan usaha dan

pemantauan perkembangan usahanya. Secara umum tingkat kelayakan di sektor

pertanian lebih rendah dibandingkan dengan sektor industri dan resiko faktor alamnya

lebih tinggi.

Untuk dapat menerapkan usaha tani pola CLS secara sempurna setidaknya harus

tersedia sekitar 2-4 ekor per hektar sawah. Namun petani tidak memiliki modal yang cukup

untuk membeli bakalan sapi, sehingga dibutuhkan modal dari pinjaman. Lembaga

keuangan yang biasa diakses petani di Kabupaten Sragen adalah BRI dan BPD,

kerjasama/kemitraan dengan swasta dan perusahaan daerah. Sedangkan KUD dan

koperasi simpan pinjam belum berkembang. Dalam rangka pengembangan usaha tani

pola CLS mesti disediakan lembaga keuangan dan kemudahan untuk mengakses

permodalan atau setidaknya pemerintah menjembatani antara pihak pemberi modal dan

petani/kelompoktani, sehingga petani dapat dengan mudah mengakses modal. Guna

mengurangi ketergantungan petani kepada pemerintah, maka pola-pola pemberian

bantuan cuma-cuma dari pemerintah agar dikurangi digantikan dengan kredit program.

Page 116: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

DO W N

UP

B A D G O O D

-60

-40

-20

0

20

40

60

0 20 40 60 80 100 120

Sum bu X se te la h Rota si: Inde ks Ke be rla njuta n

Su

mb

u Y

set

elah

Ro

tasi

Indeks keber lan ju tan A s pek Ekonomi Ref erenc es A nc hors

Gambar 24. Analisis Rap-CLS yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekonomi sebesar 56,23.

Page 117: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Gambar 25. Peran masing-masing Atribut Dimensi Ekonomi yang Dinyatakan dalam

Bentuk Perubahan Nilai RMS.

Pada Gambar 26 menunjukkan nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial sebesar

67,44. Nilai indeks tersebut berada di atas indeks keberlanjutan dimensi ekologi maupun

ekonomi namun masih termasuk ke dalam kategori cukup berkelanjutan. Untuk

meningkatkan status nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial, perlu dilakukan perbaikan

terhadap beberapa atribut yang sensitif mempengaruhi nilai indeks tersebut.

1.36

0.67

0.34

0.67

2.66

0.47

0.11

1.17

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Kelayakan finansial/ ekonomi

Kontribusi terhadap PDRB

Rata-rata penghasilan petani CLS-non CLS

Rata-rata penghasilan petani CLS-UMR

Lembaga keuangan

Transfer keuntungan

Besarnya pasar

Besarnya subsidi

variabel

Peran masing-masing variabel dimensi ekonomi dalam bentuk perubahan nilai RMS

Page 118: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

DOWN

UP

BAD GOOD

-60

-40

-20

0

20

40

60

0 20 40 60 80 100 120

Sumbu X setelah Rotasi: Indeks Keberlanjutan

Sum

bu Y

set

elah

Rot

asi

Indeks Keberlanjutan Aspek Sosial References Anchors

Gambar 26. Analisis Rap-CLS yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Sosial-Budaya sebesar 67,44.

Berdasarkan hasil analisis leverage sebagaimana Gambar 27, ada lima atribut

yang sensitif mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial. Dengan demikian

atribut tersebut perlu mendapat perhatian dan dikelola dengan baik agar nilai indeks

dimensi ini meningkat di masa yang akan datang. Atribut-atribut yang sensitif

mempengaruhi indeks keberlanjutan dimensi sosial adalah sebagai berikut: (1) frekuensi

konflik, (2) kelembagaan/kelompok tani (3) jumlah rumahtangga CLS, (4) persepsi

masyarakat terhadap CLS, dan (5) frekwensi penyuluhan dan pelatihan.

Di dalam kehidupan masyarakat petani di Kabupaten Sragen tidak dijumpai adanya

konflik yang berarti dan tidak terlihat adanya potensi konflik yang berarti. Tidak terjadinya

konflik terkait dengan sistem budaya dan adat istiadat yang bersifat kekeluargaan dan

adanya tokoh informal maupun formal sebagai panutan. Dengan diterapkan usaha tani

pola CLS dapat meningkatkan gotong royong dan kerukunan antar petani, mengingat

Page 119: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

beberapa jenis kegiatan usaha tani pola CLS dikalukan secara bersama-sama dalam

kelompoktani.

Jumlah anggota rumahtangga petani pola CLS yang turut terlibat membantu

mengelola usaha tani turut mempengaruhi keberhasilan usaha tani, mengingat diperlukan

curahan waktu dan jumlah tenaga kerja yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan

usaha tani pola konvensional. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam

usaha tani berkisar antara 2-3 orang per keluarga. Keterlibatan anggota keluarga dalam

usaha tani turut menghemat biaya upah tenaga kerja dari luar keluarga.

Persepsi masyarakat turut mempengaruhi keberlanjutan usaha tani pola CLS,

apabila masyarakat mempunyai persepsi yang positif diharapkan dapat mendukung

pengembangan usaha tani CLS, dan sebaliknya apabila persepsi nya negatif. Intensitas

penyuluhan dan pelatihan akan berpengaruh terhadap laju adopsi teknologi, sehingga

semakin intensifnya penyuluhan akan mempercepat tumbuh berkembangknya usaha tani

pola CLS.

Peran kelembagaan/kelompok tani dalam usaha tani pola CLS sangat penting,

mengingat beberapa jenis kegiatan harus dilakukan secara berkelompok, antara lain

seperti pengolahan kompos, pengandangan ternak, pemasaran hasil dan sebagainya.

Page 120: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Gambar 27. Peran masing-masing Atribut Dimensi Sosial Budaya yang Dinyatakan dalam

Bentuk Perubahan Nilai RMS

Analisis Rap-CLS pada setiap dimensi (ekologi, ekonomi, dan sosial)

sebagaimana disajikan pada Gambar 22, 24, dan 26 memperlihatkan, bahwa dari ketiga

dimensi yang dianalisis ternyata dimensi sosial memiliki indeks keberlanjutan paling tinggi,

kemudian disusul oleh dimensi ekonomi, dan yang paling rendah adalah dimensi ekologi.

Dari nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi hasil analisis Rap-CLS dapat disimpulkan

bahwa tidak ada satupun dimensi pengelolaan usaha tani pola CLS di Kabupaten Sragen

yang termasuk kategori “baik” dan sebaliknya juga tidak ada satupun dimensi yang

termasuk kategori “buruk”.

Pada Gambar 28 memperlihatkan bahwa nilai indeks keberlanjutan untuk setiap

dimensi berbeda-beda. Secara proporsional, terlihat indek keberlanjutan dimensi ekologi

termasuk dalam kategori kurang keberlanjutan, sedangkan dimensi lainnya cukup

berkelanjutan. Indek keberlanjutan dari masing-masing dimensi ini saling berinteraksi

sehingga menjadi satu kesatuan indeks keberlanjutan. Dengan demikian perubahan pada

satu dimensi akan mempengaruhi dimensi lain secara kohesif dan berpengaruh terhadap

total indek keberlanjutan. Perhatian tidak hanya dilihat dari besaran masing-masing

0.47

3.02

1.74

4.26

2.39

2.37

3.73

2.00

2.19

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Sosialisasi pekerjaan

Jumlah rumahtangga CLS

Pengetahuan tentang lingkungan

Frekuensi konflik

Persepsi/peran masyarakat dalam usaha tani CLS

Frekuensi penyuluhan dan pelatihan

Kelembagaan/kelompok tani

Kelembagaan/badan usaha/jasa

Lembaga layanan pemerintah

Variabel

Peran masing-masing variabel dimensi sosial dalam bentuk perubahan nilai RMS

Page 121: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

dimensi, melainkan juga besarnya permasalahan pada atribut di setiap dimensi. Skor

indek keberlanjutan dapat ditingkatkan dengan memperhatikan masing-masing atribut

pada setiap dimensi yang dapat ditingkatkan kinerjanya. Dalam konsep pembangunan

berkelanjutan bukan berarti semua nilai indeks dari setiap dimensi harus memiliki nilai

yang sama besar akan tetapi dalam berbagai kondisi daerah tentu memiliki prioritas

dimensi yang lebih dominan untuk menjadi perhatian, namun prinsipnya adalah

mengupayakan agar setiap dimensi tersebut berada pada kategori “baik” atau paling tidak

“cukup” status keberlanjutannya.

Gambar 28. Diagram Layang (kite diagram) Nilai Indeks Keberlanjutan Pengelolaan

Usaha tani Pola CLS di Kabupaten Sragen Beberapa parameter statistik yang diperoleh dari analisis Rap-CLS dengan

menggunakan metode MDS berfungsi sebagai standar untuk menentukan kelayakan

terhadap hasil kajian yang dilakukan di wilayah studi. Tabel 14 menyajikan nilai “stress”

dan R2 (koefisien determinasi) untuk setiap dimensi maupun multi-dimensi. Nilai tersebut

berfungsi untuk menentukan perlu tidaknya penambahan atribut untuk mencerminkan

dimensi yang dikaji secara akurat (mendekati kondisi sebenarnya).

56.23

49.55 67.44

0

20

40

60

80

100 Ekonomi

Ekologi Sosial

Page 122: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Tabel 14. Hasil Analisis Rap-CLS untuk Beberapa Parameter Statistik Usaha tani Pola CLS.

Nilai Statistik Multi Dimensi Ekologi Ekonomi Sosial Stress 0.15 0.13 0.16 0.14 R2 0.96 0.95 0.94 0.95 Jumlah iterasi 2 2 2 2

Sumber : Hasil analisis, 2005. Berdasarkan Tabel 14 setiap dimensi maupun multi dimensi memiliki nilai “stress”

yang jauh lebih kecil dari ketetapan yang menyatakan bahwa nilai “stress” pada analisis

dengan metode MDS sudah cukup memadai jika diperoleh nilai 25% (Fisheries. Com,

1999). Karena semakin kecil nilai “stress” yang diperoleh berarti semakin baik kualitas

hasil analisis yang dilakukan. Berbeda dengan nilai koefisien determinasi (R2), kualitas

hasil analisis semakin baik jika nilai koefisien determinasi semakin besar (mendekati 1).

Dengan demikian dari kedua parameter (nilai “stress” dan R2) menunjukkan bahwa

seluruh atribut yang digunakan pada analisis keberlanjutan pengelolaan usaha tani Pola

CLS Kabupaten Sragen sudah cukup baik dalam menerangkan ketiga dimensi

pembangunan yang dianalisis (ekologi, ekonomi, dan sosial).

Untuk menguji tingkat kepercayaan nilai indeks total maupun masing-masing

dimensi digunakan analisis Monte Carlo. Analisis ini merupakan analisis yang berbasis

komputer yang dikembangkan pada tahun 1994 dengan menggunakan teknik random

number berdasarkan teori statistika untuk mendapatkan dugaan peluang suatu solusi

persamaan atau model matematis (EPA 1997). Mekanisme untuk mendapatkan solusi

tersebut mencakup perhitungan yang berulang-ulang. Oleh karena itu menurut Bielajew

(2001) proses perhitungan akan lebih cepat dan efisien jika menggunakan komputer.

Nama “Monte Carlo” diambil dari nama kota “Monte Carlo” karena analisis Monte Carlo

pada prinsipnya mirip dengan permainan rolet (roullet) di Monte Carlo. Permainan Rolet ini

dapat berfungsi sebagai pembangkit bilangan acak yang sederhana.

Analisis Monte Carlo sangat membantu di dalam analisis Rap-CLS untuk melihat

pengaruh kesalahan pembuatan skor pada setiap atribut pada masing-masing dimensi

yang disebabkan oleh kesalahan prosedur atau pemahaman terhadap atribut, variasi

pemberian skor karena perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda,

Page 123: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

stabilitas proses analisis MDS, kesalahan memasukan data atau ada data yang hilang

(missing data), dan nilai “stress” yang terlalu tinggi.

Pemberian skor pada analisis Rap-CLS hanya menunjukkan kondisi sesaat,

sehingga dinamika yang terjadi di dalam sistem itu sendiri tidak dapat digambarkan secara

detail. Oleh karena itu penilaian (pemberian skor) dapat didasarkan pada perkembangan

atribut dalam kurun waktu tertentu dan atau perlu ada analisis tambahan yang dapat

memberikan gambaran dinamika sistem yang berkelanjutan.

Hasil analisis Monte Carlo dilakukan dengan beberapa kali pengulangan ternyata

mengandung kesalahan yang tidak banyak mengubah nilai indeks total maupun masing-

masing dimensi. Berdasarkan Tabel 15 dan Gambar 29, 30 dan 31 dapat dilihat bahwa

nilai status indeks keberlanjutan pengelolaan usaha tani Pola CLS di Kabupaten Sragen

pada selang kepercayaan 95% diperoleh hasil yang tidak banyak mengalami perbedaan

antara hasil analisis MDS dengan analisis Monte Carlo. Kecilnya perbedaan nilai indeks

keberlanjutan antara hasil analisis metode MDS dengan analisis Monte Carlo

mengindikasikan hal-hal sebagai berikut: (1) kesalahan dalam pembuatan skor setiap

atribut relatif kecil; (2) variasi pemberian skor akibat perbedaan opini relatif kecil; (3)

proses analisis yang dilakukan secara berulang-ulang stabil; (4) kesalahan pemasukan

data dan data yang hilang dapat dihindari.

-60

-40

-20

0

20

40

60

0 20 40 60 80 100 120

Sum bu X s e te lah Rotas i: Inde k s k e be r lanjutan.

Su

mb

u Y

ste

lah

Ro

tasi

Page 124: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Gambar 29. Analisis Monte Carlo pada Selang Kepercayaan 95 persen yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekologi 49,95.

-60

-40

-20

0

20

40

60

0 20 40 60 80 100 120

S um bu X se te la h Rota si: Inde ks Ke be rla njuta n

Su

mb

u Y

se

tela

h R

ota

si

Gambar 30. Analisis Monte Carlo pada Selang Kepercayaan 95 Persen yang

Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekonomi 54,99.

Page 125: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

-60

-40

-20

0

20

40

60

0 20 40 60 80 100 120

Sum bu X se te la h Rota si: Inde ks Ke be rla njuta n

Su

mb

u Y

se

tela

h R

ota

si

Gambar 31. Analisis Monte Carlo pada Selang Kepercayaan 95 Persen yang

Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Sosial 67,49.

Tabel 15.Hasil Analisis Monte Carlo untuk nilai IkB-CLS dan masing-masing Dimensi Usaha tani Pola CLS pada Selang Kepercayaan 95% di Kabupaten Sragen.

Status Indeks Hasil MDS Hasil Monte Carlo Perbedaan

IkB-CLS 53,21 54,01 0,80 Dimensi Ekologi 49,55 49,95 0,40 Dimensi Ekonomi 56,23 54,99 1,24 Dimensi Sosial-Budaya 67,44 67,49 0.05

Sumber: Hasil Analisis, 2005.

Perbedaan hasil analisis yang relatif kecil sebagaimana disajikan pada Tabel 15

menunjukkan bahwa analisis Rap-CLS dengan menggunakan metode MDS untuk

menentukan keberlanjutan usaha tani pola CLS yang dikaji memiliki tingkat kepercayaan

yang tinggi, dan sekaligus dapat disimpulkan bahwa metode analisis Rap-CLS yang

dilakukan dalam kajian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu alat evaluasi untuk

menilai secara cepat (rapid appraisal) keberlanjutan dari kegiatan usaha tani di suatu

wilayah/daerah.

Page 126: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

4.5.2. Perumusan Strategi Pengembangan Usaha tani CLS

Berdasarkan hasil analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan usaha tani padi,

analisis kelayakan finansial dan ekonomi, analisis peran kelembagaan petani dapat

diketahui bahwa usaha tani pola CLS merupakan pola alternatif dalam penerapan

pembangunan pertanian secara berkelanjutan. Usaha tani pola CLS mampu

meningkatkan produksi dan produktivitas usaha tani, meningkatkan pendapatan dan

melestarikan sumber daya alam dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan pendapat Salikin

K.A. (2003) bahwa sistem pertanian masa depan adalah sistem pertanian berkelanjutan

yang diindikasikan dengan tingkat produksi yang terus meningkat dengan biaya yang

konstan atau menurun.

Guna merumuskan pengembangan usaha tani pola CLS di masa mendatang,

terlebih dahulu dilihat potensi pengembangan CLS di Indonesia. Pulau Jawa dapat

dijadikan sebagai contoh gambaran sumberdaya lahan sawah dan ternak sapi yang

sangat potensi dikembangkan CLS. Kegiatan pertanian pola CLS dengan

mengintegrasikan usaha tani padi dengan penggemukan ternak sapi potong sudah

berkembang terutama di Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur,

sedangkan di Provinsi Jawa Barat belum berkembang, tetapi memiliki potensi yang besar

untuk dikembangkan/diterapkan usaha tani pola CLS. Secara keseluruhan lahan sawah

yang berpotensi untuk dikembangkan usaha tani pola CLS di Pulau Jawa cukup tersedia,

dimana luas lahan sawah sebanyak 2,87 juta hektar. Luas panen padi sawah di Pulau

Jawa pada tahun 2003 seluas 4,70 juta hektar atau 45,24 % dari luas panen padi di

Indonesia dengan kontribusi terhadap produksi gabah nasional mencapai 25,46 juta ton

gabah atau sebesar 51,56 % (Deptan, 2004). Dilihat dari kontribusi produksi gabah dan

luas panen tersebut terlihat bahwa rata-rata produksi gabah di Pulau Jawa lebih tinggi

dibandingkan dengan daerah lainnya. Sedangkan produktivitas gabah di Pulau Jawa rata-

rata sebesar 5,23 ton/ha lebih tinggi dibangdingkan dengan rata-rata nasional sebesar

4,25 ton/ha. Bahkan di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur produktivitas gabah

mencapai lebih dari 5,35 ton/ha.

Limbah padi yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah dedak, merang

dan jerami. Bila diasumsikan produksi dedak kasar dan halus sebesar 6,5 % dari produksi

gabah, maka potensi pakan ternak dari dedak di Pulau Jawa sebanyak 1,88 juta ton dan

Page 127: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

bila produksi jerami 6 ton/ha/musim diperkirakan produksi jerami sebanyak 34,5 juta ton

pertahun, maka bahan baku jerami sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak

sapi potong di Pulau Jawa.

Demikian pula apabila dilihat potensi ternak sapi potong, dimana populasi sapi

potong di Pulau Jawa pada tahun 2003 sebanyak 4,31 juta ekor. Populasi sapi potong

tersebut mencapai 40,3 % dari populasi ternak nasional dan sebagian besar berada di

Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur (Deptan, 2004). Dari populasi ternak 5 juta ekor

akan diperoleh kotoran sekitar 136,9 ribu ton perhari, berat kering pupuk lebih dari 22,8

ribu ton perhari, sehingga produksi pupuk setiap tahunnya diperkirakan 7,9 juta ton. Bila

tanaman padi membutuhkan pupuk kandang per hektar sebesar 1,5 ton.musim tanam (2

kali musim tanam pertahun), maka produksi pupuk kandang tersebut mampu mencukupi

kebutuhan pupuk seluas 2,63 juta hektar atau sekitar 90 % dari luas lahan sawah di Pulau

Jawa.

Potensi sumberdaya pertanian tersebut sampai sekarang belum dikembangkan

secara baik, dan apabila dikembangkan secara tepat akan berdampak positif terhadap

pendapatan petani, menggerakan perekonomian dan kelestarian lingkungan. Untuk itu

diperlukan terobosan melalui gerakan nasional pembangunan pertanian berkelanjutan

melalui pemanfaatan sumberdaya lokal dan meminimalisir penggunaan input dari luar.

Berdasarkan hasil analisis indek dan status keberlanjutan usaha tani pola CLS ada

13 atribut yang sensitif mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan usaha tani pola CLS di

Kabupaten Sragen. Selanjutnya atribut-atribut tersebut dijadikan sebagai faktor penting

dalam perumusan kebijakan dan strategi pengembangan usaha tani pola CLS pada masa

yang akan datang. Atribut–atribut yang menjadi faktor penting dalam perumusan

kebijakan dan skenario strategi pengembangan usaha tani pola CLS adalah: (1) Sistem

pemeliharaan ternak sapi, (2) Kepadatan ternak sapi, (3) Tingkat penggunaan pupuk dan

pestisida, (4) Pemanfaatan jerami untuk pakan ternak sapi, (5) Pemanfaatan limbah ternak

sapi, (6) Frekuensi konflik, (7) Kelembagaan/Kelompok tani, (8) Jumlah rumahtangga

CLS, (9) Persepsi masyarakat terhadap CLS, (10) frekwensi penyuluhan dan pelatihan,

(11) Lembaga keuangan, (12) Kelayakan finansial-ekonomi dan (13) Subsidi.

Selanjutnya faktor-faktor penting tersebut didefinisikan dan dideskripsikan evolusi

kemungkinannya di masa depan. Pada Tabel 16 disajikan kondisi faktor-faktor

kunci/penentu pengembangan usaha tani pola CLS dengan berbagai keadaan (state)

untuk setiap faktor dan program atau tindakan yang perlu dilaksanakan sehingga nilai

Page 128: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

indeks keberlanjutan usaha tani pola CLS dapat ditingkatkan lebih tinggi dari kategori

sebelumnya, yaitu menjadi kategori “baik” atau “cukup” berkelanjutan.

Tabel 16. Kondisi skor 13 dari 26 atribut yang sensitif berpengaruh terhadap indeks keberlanjutan usaha tani pola CLS di Kabupaten Sragen.

Dimensi dan Atribut Kondisi Skor Program/Tindakan

I. Dimensi ekologi

1. Tingkat penggunaan pupuk/ pestisida kimia

Melebihi standar Kurangi penggunaan pupuk/ pestisida kimia

2. Pemanfaatan limbah ternak sapi untuk pupuk kandang

sebagian besar dimanfaatkan Tingkatkan dengan cara meningkatkan jumlah petani ikut menerapkan CLS

3. Pemanfaatan limbah jerami untuk pakan ternak sapi

Sebagian besar dimanfaatkan Tingkatkan dengan cara meningkatkan jumlah petani ikut menerapkan CLS

4. Sistem Pemeliharaan ternak sapi

<10% yang diumbar/liar Terapkan pengelolaan ternak secara intensif

5. Kepadatan ternak (ekor ternak/ 1000 orang)

Sangat padat Pengelolaan dengan intensif dengan sarana yang mendukung

II. Dimensi Ekonomi

6. Kelayakan finansial/ekonomi Untung /layak Pertahakan/tingkatkan kelayakannya

7. Lembaga keuangan (bank/kredit)

Ada tapi menjangkau sebagian kecil petani.

Tingkkatkan akses petani memperoleh permodalan

8. Besarnya subsidi sedikit Kurangi/hapus subsidi dengan kompensasi perbaiki infrastruktur dan regulasi

III. Dimensi Sosial-Budaya

9. Jumlah rumah tangga petani CLS

25%-50% dari total jumlah rumah tangga di Sragen

Sosialisasi kepada petani non CLS

10. Frekwensi konflik Tidak ada Pertahankan agar tidak terjadi konflik

11. Persepsi/peran masyarakat dalam usaha tani CLS

Positif Pertahankan mendukung pola CLS

12. Frekwensi penyuluhan dan pelatihan

Sekali dalam setahun Tingkatkan penyuluhan dan pelatihan

13. Kelembagaan/Kelompok tani >75% punya/menjadi anggota kelompoktani

Tingkatkan jumlah keanggotaan kelompoktani.

Hasil analisis prospektif pada Gambar 32 menunjukkan terdapat empat faktor kunci

yang perlu diperhatikan dalam pengembangan usaha tani Pola CLS, yaitu (1)

kelembagaan/kelompok tani, (2) subsidi, (3) tingkat penggunaan pupuk/ pestisida, dan (4)

pemanfaatan jerami untuk pakan ternak. Empat faktor tersebut merupakan faktor-faktor

yang memiliki pengaruh yang besar terhadap tujuan pengembangan usaha tani Pola CLS

dan ketergantungan antar faktor tersebut rendah. Disamping itu ada lima faktor

penghubung (stake), dimana faktor tersebut memiliki pengaruh dan ketergantungan yang

tinggi adalah: (1) sistem pemeliharaan, (2) lembaga keuangan, (3) frekwensi penyuluhan

dan pelatihan, (4) pemanfaatan limbah ternak, dan (5) kelayakan finansial/ekonomi.

Faktor-faktor kunci ini perlu mendapat perhatian dalam perumusan kebijakan

Page 129: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

pengembangan usaha tani Pola CLS agar keberlanjutannya pada masa yang akan datang

dapat terjamin.

Faktor bebas dengan tingkat pengaruh dan ketergantungan yang rendah antara lain

jumlah rumah tangga petani-peternak CLS, kepadatan ternak dan frekwensi konflik.

Walaupun jumlah anggota rumah tangga peternak berpengaruh terhadap penyediaan

tenaga kerja usaha tani CLS dan keberlanjutan usaha tani CLS, namun kondisi rumah

tangga yang ada di lapangan menunjukkan kondisi ideal pengelolaan usaha tani CLS

skala rumah tangga. Kepadatan ternak di lokasi penelitian termasuk sangat padat dan

pengelolaan ternak telah diusahakan secara intensif. Mengingat tidak terjadi konflik di

lapangan, sehingga frekwensi konflik menjadi faktor bebas tidak berpengaruh dan

ketergantungan dengan faktor yang lain. Persepsi masyarakat akan semakin positif atau

sebaliknya terhadap usaha tani pola CLS dengan ketergantungan yang tinggi dengan

faktor-faktor lain secara kohesif.

Gambar 32. Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Diuji

Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji

Penggunaan Pupuk/Pestisida

Subsidi

Lembaga Keuangan

Pemanfaatan Jerami

Sistem Pemeliharaan

Kelayakan Finansial/ ekonomipemanfaatan limbah ternak

Frekuensi penyuluhanKelembagaan/Kelompok Tani

Jumlah Rumahtangga CLS

persepsi masyarakatFrekwensi konflikKepadatan ternak

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

- 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80

Ketergantungan

Pen

garu

h

Dalam rangka pengembangan pertanian berkelanjutan usaha tani pola CLS,

perumusan kebijakan dan strategi yang perlu dilakukan adalah dengan memfokuskan

Page 130: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

kepada empat faktor kunci tersebut dan memperhatikan faktor penghubung. Rancangan

program dan kebijakan disusun dengan mengemas empat faktor kunci dan faktor

penghubung menjadi satu kebijakan yang memadukan faktor tersebut melalui suatu

gerakan pembangunan pertanian secara berkelanjutan.

Selanjutnya faktor kunci tersebut didefinisikan dan dideskripsikan evolusi

kemungkinannya di masa depan. Pada Tabel 17 disajikan prospektif faktor-faktor

kunci/penentu pengembangan usaha tani pola CLS dengan berbagai keadaan (state)

untuk setiap faktor. Berdasarkan keadaan (state) setiap faktor, maka dirumuskan

berbagai skenario strategi dengan cara memasangkan perubahan yang akan terjadi dan

menganalisis implikasinya. Dari hasil tersebut dirumuskan tiga skenario strategi

pengembangan usaha tani pola CLS di Kabupaten Sragen yaitu: (1) skenario konservatif-

pesimistik; (2) skenario moderat-optimistik; dan (3) skenario progresif-optimistik (Tabel

18). Jumlah skenario strategi yang dapat dirumuskan dalam rangka pengembangan usaha

tani pola CLS bisa lebih dari tiga skenario, namun keadaan (state) dari masing-masing

faktor penentu/kunci kemungkinan yang paling besar diperkirakan akan terjadi di masa

yang akan datang adalah ketiga skenario tersebut.

Tabel 17. Prospektif faktor-faktor kunci/penentu pengembangan usaha tani pola CLS di Kabupaten Sragen.

Keadaan (State) No. Faktor 1A 1B 1C

1. kelembagaan/kelompok tani Keanggoatan rendah dan kelompoktani kurang berperan

terhadap pengembangan CLS.

Berperan menerapkan konsep pembangunan

berlanjutan secara bertahap

Berperan dominan menerapkan konsep

pembangunan berkelanjutan

2A 2B 2C 2. subsidi Tetap Dikurangi secara

bertahap Tidak ada subsidi

sama sekali

3A 3B 3C 3. tingkat penggunaan pupuk/

pestisida kimia Tetap Berkurang

Berkurang mengacu standar teknis

kebutuhan hara setempat

4A 4B 4C 4. Pemanfaatan jerami untuk

pakan ternak Tetap Meningkat Meningkat/lestari

5A 5B 5C 5. Sistem pemeliharaan ternak Tetap Tetap Meningkat

6A 6B 6C 6. Lembaga keuangan Tersedia dan sedikit

menjangkau Semakin menjangkau Mudah

7A 7B 7C

Page 131: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

7. Frekwensi penyuluhan dan pelatihan

Tetap Meningkat Meningkat/intensif

8A 8B 8C 8. Pemanfaatan limbah ternak

untuk pupuk Tetap Meningkat Meningkat/lestari

9A 9B 9C 9. Kelayakan finansial dan

ekonomi Tetap Meningkat Meningkat/sangat

layak

Sumber: Hasil Analisis 2005. Tabel 18 Hasil analisis skenario strategi pengembangan usaha tani pola CLS di

Kabupaten Sragen. No. Skenario Strategi Urutan Faktor 1. Konservatif-pesimistik 1A; 2A; 3A; 4A;5A;6A;7A;8A;9A 2. Moderat-optimistik 1B; 2B; 3B; 4B; 5A;6A;7A;8A;9A 3. Progresif-optimistik 1C; 2C; 3C; 4C; 5A;6A;7A;8A;9A

Sumber: Hasil Analisis 2005. Skenario Konservatif- Pesimistik

Skenario konservatif-pesimistik dibangun atas dasar kondisi saat ini (existing

condition) dari usahatai pola CLS di wilayah Kabupaten Sragen dan tidak ada perubahan

dan tidak memiliki prospek di masa mendatang. Skenario konservatif-pesimistik dibangun

berdasarkan keadaan (state) dari faktor kunci/penentu dengan kondisi: yaitu (1) tidak ada

perkembangan jumlah kelompoktani dan anggotanya yang menerapkan pola CLS,

kelompoktani yang menerapkan pola CLS sangat pasif/statis, (2) subsidi yang diberikan

pemerintah tidak fokus sesuai kebutuhan setempat, tidak ada kredit program untuk modal

petani, bahkan tidak ada yang menjembatani petani mengakses permodalan, (3) tingkat

penggunaan pupuk/ pestisida masih melebihi standar teknis yang ada, (4) pemanfaatan

jerami untuk pakan ternak belum optimal dan sebagian petani belum mengolah jerami

untuk pakan ternak, (5) sistem pemeliharaan tetap, (6) lembaga keuangan sedikit

menjangkau masyarakat, (7) frekwensi penyuluhan dan pelatihan tetap, (8) pemanfaatan

limbah ternak untuk pupuk tetap/ tidak ada peningkatan, dan (9) tidak ada peningkatan

kelayakan finansial/ekonomi.

Penerapan skenario koservatif-pesimistik ini akan memberikan implikasi berupa:

(1) usaha tani pola CLS tidak berkembang, (2) tidak ada lagi peningkatan produktivitas

padi, ternak rendah, (3) petani kesulitan memperoleh kemudahan dan akses ke

permodalan, (4) limbah jerami tidak dimanfaatkan, sehingga mengganggu kebersihan dan

Page 132: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

keindahan lingkungan, (5) penyerapan tenaga kerja rendah, (6) produksi dan pendapatan

petani rendah.

Skenario Moderat-Optimistik

Skenario moderat-optimistik mengandung pengertian bahwa keadaan masa depan

yang mungkin terjadi diperhitungkan dengan penuh pertimbangan sesuai dengan

keadaan dan kemampuan sumberdaya yang dimiliki serta berkeyakinan pengembangan

yang dapat dilakukan. Skenario ini dibangun berdasarkan keadaan (state) dari faktor

kunci/penentu dengan kondisi sebagai berikut: (1) terdapat peningkatan peran

kelompoktani dan jumlah anggotanya dalam menerapkan pola CLS, (2) subsidi yang

diberikan pemerintah dikurangi secara bertahap dan digantikan dengan pendampingan

petani mengakses permodalan, (3) tingkat penggunaan pupuk/pestisida sesuai standar

teknis dan mulai memanfaatkan pupuk organik, (4) pemanfaatan jerami untuk pakan

ternak ditingkatkan, (5) sistem pemeliharaan tetap, (6) lembaga keuangan semakin

menjangkau masyarakat, (7) frekwensi penyuluhan dan pelatihan meningkat, (8)

meningkatnya pemanfaatan limbah ternak untuk pupuk, dan (9) meningkatnya kelayakan

finansial/ekonomi.

Penerapan skenario moderat-optimistik ini akan memberikan implikasi berupa: (1)

usaha tani pola CLS menjadi berkembang, (2) produktivitas padi dan ternak meningkat,

(3) ketergantungan petani terhadap subsidi berkurang (4) limbah pertanian dimanfaatkan

meningkat walaupun belum penuh/lestari, (5) terjadi penyerapan tenaga kerja, (6) produksi

dan pendapatan petani meningkat.

Skenario Progresif-Optimistik

Skenario progresif-optimistik mengandung pengertian bahwa keadaan masa depan

yang mungkin terjadi mendapat dukungan secara maksimal dari setiap faktor

kunci/penentu, mempunyai pemikiran yang sangat maju dan optimisme bahwa usaha tani

pola CLS merupakan solusi pengembangan pertanian di masa mendatang.

Skenario progresif-optimistik dibangun berdasarkan keadaan (state) dari faktor

kunci/penentu dengan kondisi: (1) peran kelompoktani dan anggotanya sangat dominan

dalam menerapkan pola CLS, (2) tidak ada subsidi dari pemerintah karena petani secara

mandiri mampu mengakses permodalan, (3) tingkat penggunaan pupuk/pestisida sesuai

standar teknis dan memanfaatkan pupuk organik secara penuh/lestari, (4) limbah jerami

Page 133: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

dimanfaatkan secara penuh/lestari, (5) sistem pemeliharaan sangat intensif, (6) lembaga

keuangan banyak menjangkau masyarakat, (7) meningkatnya frekwensi penyuluhan dan

pelatihan, (8) peningkatan pemanfaatan limbah ternak untuk pupuk secara lestrai, dan (9)

meningkatnya kelayakan finansial/ekonomi (sangat layak).

Penerapan skenario progresif-optimistik ini akan memberikan implikasi berupa: (1)

usaha tani pola CLS sudah berkembang, (2) produktivitas padi dan ternak meningkat, (3)

kemandirian petani terhadap permodalan dan modal mudah diperoleh, (4) tidak ada lagi

limbah yang tidak dimanfaatkan, pengelolaan lingkungan secara lestari, (5) terjadi

penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan petani.

Berdasarkan hasil analisis prospektif, strategi yang dapat digunakan untuk

pengembangan usaha tani pola CLS di Kabupaten Sragen adalah strategi moderat-

optimistik. Adapun faktor penentu/kunci untuk mengimplementasikan strategi tersebut ada

empat faktor kunci yang memiliki pengaruh yang tinggi dan ketergantungan yang rendah

adalah: (1) peran kelompoktani dan anggotanya dalam menerapkan pola CLS, (2) subsidi

pemerintah dan pendampingan petani mengakses permodalan, (3) tingkat penggunaan

pupuk/pestisida dan pemanfaatan pupuk organik, dan (4) pemanfaatan jerami untuk pakan

ternak. Sedangkan faktor kunci yang memiliki pengaruh dan ketergantungan yang tinggi

adalah: (1) sistem pemeliharaan, (2) lembaga keuangan, (3) frekwensi penyuluhan dan

pelatihan, (4) pemanfaatan limbah ternak, dan (5) kelayakan finansial/ekonomi.

Guna mempercepat gerakan pembangunan pertanian berkelanjutan perlu dilakukan

melalui pendekatan kelembagaan. Rekayasa kelembagaan dikembangkan tidak harus

membentuk organisasi yang baru dan menghilangkan kesan yang bersifat arahan top

down melainkan gerakan yang dimulai dari kesadaran bersama dengan memanfaatkan

kelembagaan yang ada. Kelembagaan petani berupa kelompoktani ditingkatkan perannya

menjadi wadah seluruh aktivitas anggota sehingga terjadi proses pembelajaran diantara

anggota. Kelompoktani-kelompoktani atas kesadaran bersama dapat membentuk

gabungan kelompoktani atau asosiasi kelompoktani guna mempermudah membangun

jaringan (networking) dengan pihak luar.

Peran kelompoktani diharapkan dapat ditingkatkan menjadi lembaga ekonomi yang

berorientasi bisnis. Di dalam program CLS sangat berpeluang untuk dibentuk unit-unit

usaha bisnis. Melalui manajemen yang baik dengan mengembangkan unit pengolahan

dan pengadaan pakan lengkap (Complete feed), unit pengolahan pupuk organik dan unit

pengadaan pemasaran hasil dapat dijadikan peluang bisnis yang menguntungkan. Secara

Page 134: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

bertahap kegiatan kelembagaan petani dikembangkan sejalan dengan semakin besarnya

skala usaha tani CLS. Untuk memperkuat posisi tawar petani maka kegiatan usaha tani

dan kelembagaan harus menunjukkan tingkat efisiensi secara finansial, kontinuitas dan

kualitas produk yang dihasilkan dapat dijamin. Dengan demikian, dalam jangka panjang

kelembagaan petani diarahkan dalam rangka peningkatan partisipasi dan kemandirian

petani serta meningkatkan berfungsinya kelembagaan agribisnis di perdesaan yang lebih

dinamis dan mandiri.

Usaha tani CLS ini merupakan pola transisi menuju padi organik atau biasa disebut

pertanian semi organik. Sehingga perlu dilakukan gerakan penggunaan pupuk alami yang

diperoleh dari limbah atau sumberdaya alam yang ada di sekitarnya serta mengurangi

penggunaan pupuk/pestisida kimia. Penggunaan pakan konsentrat untuk ternak sapi

dapat dikurangi dan digantikan dengan penggunaan jerami atau limbah apapun yang ada

di sekitar diolah untuk pakan ternak. Pada prinsipnya pertanian berkelanjutan adalah

memanfaatkan sumberdaya lokal sebagai input usaha tani dengan biaya yang relatif

minimum dan mengurangi penggunaan input kimia dari luar sehingga dapat meningkatkan

produktivitas dan menjaga kelestarian lingkungan dalam jangka panjang. Hal ini sejalan

dengan pendapat Salikin K.A (2003) yang menyatakan manajemen baru sistem pertanian

berkelanjutan adalah berorientasi bukan pada produk dan bersifat jangka pendek

melainkan berorientasi pada ekonomi dan lingkungan serta bersifat jangka panjang.

Pengembangan usaha tani pola CLS ini sangat spesifik lokasi, masing-masing

wilayah memiliki keunikan sendiri-sendiri. Jenis integrasi komoditas, sumberdaya yang

ada dan teknik pengelolaannya bervariasi bervariasi antar daerah, dengan demikian

operasionalisasi usaha tani pola CLS sesuai dikembangkan sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan setempat. Namun demikian, mengingat pembangunan pertanian dengan pola-

pola sejenis CLS mencakup aspek yang multi dimensi dan terbukti mampu menjawab

permasalahan pembangunan pertanian secara berkelanjutan, maka diperlukan kebijakan

nasional yang mampu memberikan iklim kondusif bagi pengembangan usaha tani pola-

pola integrasi baik secara vertikal maupun horisontal. Kebijakan tersebut dalam dilakukan

dalam kerangka regulasi maupun kerangka anggaran. Regulasi diperlukan untuk

penentuan standar, norma dan pedoman pengembangan pertanian berkelanjutan,

sedangkan kerangka anggaran diperlukan untuk inovasi teknologi dan diseminasi ke

masyarakat petani, anggaran untuk penyediaan sarana publik dan lainnya guna

menstimulasi investasi swasta dan masyarakat dalam usaha tani ini.

Page 135: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Guna mempercepat proses sosialisasi pola-pola integrasi, pemerintah secara

bersama-sama masyarakat pertanian perlu melakukan gerakan nasional dalam rangka

pembangunan pertanian secara berkelanjutan. Kegiatan penyuluhan dan pembinaan perlu

dilakukan guna mendorong peran aktif swasta di bidang pertanian dan masyarakat petani

untuk mengembangkan pola-pola sejenis CLS maupun pola-pola integrasi usaha

pertanian secara vertikal maupun horisontal yang spesifik lokasi.

Page 136: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Simpulan 1. Guna meningkatkan produksi padi sawah dan keuntungan usaha tani di Kabupaten

Sragen perlu memperhatikan penggunaan faktor produksi secara efisien. Faktor

produksi tersebut antara lain: benih, pupuk urea, TSP, KCl, pupuk kandang dan

lainnya. Keuntungan usaha tani disamping ditentukan oleh faktor produksi, juga

ditentukan oleh harga padi dan faktor produksi. Pengelolaan usaha tani dalam skala

yang lebih luas dapat menghemat penggunaan input dan meningkatkan produksi padi

sebesar 17,7% serta keuntungan sebesar 15,6% lebih tinggi dibandingkan dengan

lahan sempit. Penerapan usaha tani padi sawah pola CLS meningkatkan produksi padi

sebesar 23,6% dan keuntungan sebesar 14,7% lebih tinggi dibandingkan usaha tani

padi sawah pola non CLS.

2. Usaha tani pola CLS memberikan harapan bagi petani lahan sempit untuk

meningkatkan produksi dan keuntungan usaha taninya dengan memperhatikan skala

luas lahan yang dikelola bersama. Penerapan usaha tani padi sawah pola CLS lebih

dari dua tahun memberikan keuntungan 17,3% lebih tinggi dibandingkan dengan

penerapan pola CLS kurang dari dua tahun. Penggunaan pupuk kandang turut

meningkatkan produksi padi sawah pola CLS dengan koefisien sebesar +0,125 dan

keuntungan sebesar +0,134.

3. Kelayakan finansial usaha tani pola CLS lebih tinggi dari pada non CLS. Kelayakan

ekonomi usaha tani pola CLS jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelayakan

finansial. Manfaat usaha tani pola CLS meningkatkan pendapatan petani, memperbaiki

kesuburan lahan, kualitas air dan udara serta menciptakan keserasian lingkungan

sosial budaya masyarakat.

4. Peran kelembagaan kelompoktani pada usaha tani pola CLS masih terbatas pada

pengelolaan usaha secara bersama, belum mampu menyediakan kebutuhan sarana,

permodalan dan pemasaran hasil dari petani anggota.

5. Nilai Indeks Keberlanjutan Usaha tani Pola CLS (IkB-CLS) di Kabupaten Sragen

secara multidimensi sebesar 53,21 pada skala sustainabilitas 0 – 100, yang berarti

termasuk ke dalam kategori cukup berkelanjutan. Nilai paling tinggi pada dimensi

sosial-budaya sebesar 67,44 (cukup berkelanjutan), kemudian dimensi ekonomi

sebesar 56,23 (cukup berkelanjutan), dan yang paling rendah dimensi ekologi sebesar

Page 137: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

49,55 (kurang berkelanjutan). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa metode Rap-CLS

cukup baik untuk dipergunakan sebagai salah satu alat untuk mengevaluasi

keberlanjutan usaha tani pola CLS di suatu daerah/wilayah secara cepat (rapid

appraisal).

6. Terdapat 13 atribut yang menjadi faktor penting dalam perumusan kebijakan dan

strategi pengembangan usaha tani pola CLS di masa mendatang, dimana ada empat

faktor yang memiliki pengaruh tinggi dan ketergantungan yang rendah adalah: (1)

kelembagaan/kelompok tani, (2) subsidi pemerintah, (3) tingkat penggunaan pupuk/

pestisida, dan (4) pemanfaatan jerami untuk pakan ternak. Sedangkan faktor yang

berpengaruh tinggi dan tingkat ketergantungan yang tinggi adalah: (1) sistem

pemeliharaan ternak sapi, (2) lembaga keuangan, (3) frekuensi penyuluhan dan

pelatihan, (4) pemanfaatan limbah ternak, dan (5) kelayakan finansial dan ekonomi.

Penerapan skenario moderat-optimistik ini akan memberikan implikasi berupa: (1)

usaha tani pola CLS menjadi berkembang, (2) produktivitas padi dan ternak

meningkat, (3) ketergantungan petani terhadap subsidi berkurang (4) limbah pertanian

dimanfaatkan secara lestari, (5) terjadi penyerapan tenaga kerja, (6) produksi dan

pendapatan petani meningkat.

5.2. Rekomendasi

1. Peningkatan efisiensi skala ekonomi usaha tani padi sawah pola CLS dapat dilakukan

dengan pendekatan kelompok melalui perbaikan manajemen usaha tani. Efisiensi

penggunaan faktor produksi pada usaha tani pola CLS dapat dilakukan dengan

menggunakan pupuk kandang/kompos per satuan luas sesuai standar teknis

kebutuhan hara serta mengurangi penggunaan pupuk urea secara bertahap.

2. Nilai IkB-CLS di Kabupaten Sragen yang termasuk ke dalam kategori cukup

berkelanjutan perlu ditingkatkan melalui perbaikan masing-masing atribut pada setiap

dimensi pembangunan berkelanjutan berikut ini: (1) kepadatan ternak tetap

dipertahankan/ditingkatkan dengan sistem pemeliharaan ternak intensif, penggunaan

pupuk/pestisida kimia dikurangi, pemanfaatan jerami sebagai pakan ternak

ditingkatkan (dimensi ekologi); (2) kelayakan finansial-ekonomi

dipertahankan/ditingkatkan, subsidi pemerintah dikurangi digantikan dengan

kemudahan-kemudahan akses permodalan, menyediakan lembaga keuangan yang

Page 138: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

mudah diakses (dimensi ekonomi); dan (3) meningkatkan peran kelompoktani,

mempertahankan tidak terjadinya konflik (dimensi sosial)

3. Pemberian skor pada analisis Rap-CLS hanya menunjukkan kondisi sesaat, sehingga

dinamika dari atribut-atribut dalam kurun waktu tertentu belum dapat digambarkan.

Oleh karena itu penilaian (pemberian skor) dapat didasarkan pada perkembangan

atribut dalam kurun waktu tertentu dan atau perlu dilakukan analisis tambahan seperti

analisis kebutuhan pada pihak terkait yang dapat memberikan gambaran dinamika

sistem yang berkelanjutan. Selanjutnya analisis pengembangan di masa mendatang

dapat dilakukan analisis secara dinamis berdasarkan goal oreinted.

4. Diperlukan kebijakan pemerintah dan gerakan nasional guna mendorong

pengembangan pertanian secara berkelanjutan melalui penggunaan sarana produksi

yang memanfaatkan sumber daya lokal secara efisien serta mengurangi penggunaan

pupuk an-organik dan pestisida kimia. Usaha tani pola CLS sangat spesifik lokasi,

pola sejenis CLS ini dapat dikembangkan pada daerah lain dengan memperhatikan

sumberdaya dan faktor produksi spesifik lokasi. Pengembangan pola-pola sejenis CLS

disesuaikan dengan lingkungan ekologi, ekonomi serta kondisi sosial budaya

masyarakat setempat.

Page 139: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, S., A. Halim dan T. A. Subiarti. 1985. Dalam Monografi Limbah Hasil Pertanian. Kantor Menmud Urusan Peningkatan Produksi Pangan. Jakarta. p.59.

Adnyana, O. , I. Kariyana. 1999. Prospek dan Kendala Agribisnis Sapi Potong di

Indonesia Memasuki Era Globalisasi Ekonomi. Dalam Dinamika Inovasi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Pertanian. Buku III. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Arief, S. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. UI-Press. Jakarta. Askary, M. 2001. Panduan Umum Valuasi Ekonomi Dampak Lingkungan untuk

Penyusunan AMDAL. Bapedal. Jakarta. [Badan Litbang] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2002. Pedoman Umum

Kegiatan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu 2002 – 2004. Departemen Pertanian. Jakarta. P.6.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2004. Sragen Dalam Angka 2003. Kerjasama Bappeda dan

BPS Kabupaten Sragen. Jawa Tengah. Basri, I., M. Ali dan H. Nasrul. 1993. Elastisitas Produksi Padi Sawah Dataran Tinggi di

Sumatera. Dalam Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Bielajew AF. 2001. Fundamental of the Monte Carlo Method for Nuetral and Charged

Particle Transpot. Departement of Nuclear Engineering and Radiological Sciences. The University of Michingan. Ann Arbor.

Byl R, Trainmar, Guadeloupe. 2002. Strategic Planning Using Scenario. Paper to

Presented at IAME 2002 Conference. Panama City. Panama. [Deptan] Departemen Pertanian. 2005. Rencana Pembangunan Pertanian Tahun 2005-

2009. Jakarta. [Deptan] Departemen Pertanian. 2004. Statistik Pertanian Tahun 2004. Jakarta. [Deptan] Departemen Pertanian. 2002a. Profil Pembangunan Pertanian Menjelang 100

Tahun. Jakarta. p.144 dan 167. [Deptan] Departemen Pertanian. 2002b. Pembangunan Sistem Agribisnis sebagai

Penggerak Ekonomi Nasional. Jakarta. p.10-14. [Deptan] Departemen Pertanian. 2001. Program Pembangunan Pertanian Tahun 2001-

2004. Jakarta. p.9.

Page 140: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Devendra, C., Thomas D., Jabbar M.A. and Kudo H. 1997. Improvement of Livestock

Production in Crop-Animal Systems in Rainfield Agro-ecological Zones of Sounth-East Asia. International Livestock Research Institute (ILRI). Nairobi, Kenya.

[Ditjen Nak] Ditjen Peternakan kerjasama Australian Meat and Livestick Corporation

(AMLC) dan APFINDO. 1996. Petunjuk Teknis Penggemukan Sapi Australia. Jakarta. P.70.

[Disnak] Dinas Peternakan Jawa Tengah. 1998. Statistik Peternakan Jawa Tengah.

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah. Ungaran. [Dinas KP] Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sragen. 2005. Profil Padi

Organik di Kabupaten Sragen. Sragen. Jawa Tengah. Diwyanto, K., R.P. Bambang, dan L.Darwinsyah. 2001. Integrasi Tanaman-Ternak dalam

Pengembangan Agribisnis yang Berdaya Saing, Berkelanjutan dan Berkerakyatan. Dalam Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner September 2001. Bogor. Puslitbang Peternakan, Departemen Pertanian. Bogor.

Djojodipuro, M. 1991. Teori Harga. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas

Indonesia. Jakarta. D. Juanda J.S., B.R. Marhening, Samijan, dan S. Jauhari. 2003. Peluang Efisiensi

Penggunaan dan Biaya Pupuk Pada Lahan Sawah Berdasarkan Status Hara Tanah (Kasus Di Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap). Prosiding Seminar Pengelolaan Lingkungan Pertanian 21 Oktober 2003. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Dyah, A.W. 1983. Persepsi Staf Pengajar dan Tugas Pimpinan Perguruan Tinggi tentang

Pengabdian Masyarakat. [Tesis] Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Ella, A. 2001. Crop-Livestock System di Sulawesi Selatan: Suatu Tinjauan Pelaksanaan

Kegiatan. Dalam Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner September 2001. Bogor. IP2TP Gowa. Sulawesi Selatan.

EPA. 1997. Guiding Principle of Monte Carlo Analysis. EPA/630/R-97/001. Risk

Assesment Forum. US. Environmental Protection Agency. Wahsington D.C. Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. IPB Press.

Bogor. FAO. 2001. World Markets for Organic Fruit and Vegetables: Opportunity for Developing

Countries in the Production and Export of Organic Horticultural Products. Rome. Fauzi A, Anna S. 2002. Evaluasi Status Keberlanjutan Pembangunan Perikanan.

Aplikasi Pendekatan Rapfish (kasus: Perairan Pesisir DKI Jakarta). Jurnal Pesisir dan Lautan, Vol.4.

Page 141: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Fisheries.com. 1999. Rapfish Project. http:/fisheries.com/project/rapfish.htm. Giddens, A. 2000. Jalan Ketiga, Pembaharuan Demokrasi Sosial. PT. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta. Godet M. 1999. Scenarios and Strategis. A Toolbox For Scenario Planning. Librairie des

Arts et Metiers. Paris. France. Gujarati, D dan S. Zain. 1997. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta. Haeruman, H. 1979. Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup IPB. Bogor. Hartisari H. 2002. Panduan Lokakarya Analisis Propektif. Fakultas Teknologi Pertanian.

Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Hufschmidt, M.M., D.E. James, A.D. Meister, BT.Bower and J.A. Dixon. 1983.

Environment, Natural Systems, and Development – An Economic Valuation Guide. The John Hopkins University Press Baltimore and London.

Hufschmidt, M.M., and J.A. Dixon. 1986. An Economic Valuation Techniques For The

Environment: A Case Study Workbook. The John Hopkins University Press. Teknik Penilaian Ekonomi Terhadap Lingkungan: Suatu Buku Kerja Studi Kasus. Reksohadiprodjo, Soekanto. penerjemah, Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

[IRRI] International Rice Reseach Institute and The Philipine Ministry of Agricultre and

Food. 1986. The Asean Rice farming Systems Working Group. 5-11 October 1986. Bangkok. Thailand.

[IRRI] International Rice Reseach Institute. 2003.World Rice Statistics. Metro Manila.

Philippines. (http://www.irri.org/science/ricestat/index.asp). 15 April 2003 (data olahan).

Kadariah. 1988. Evaluasi Proyek: Analisa Ekonomis. Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta. Kasryno, F. 1998. Pemanfaatan dan Pengolahan Sumberdaya Pangan dan Lingkungan

Hidup serta Ketersediaan Iptek Pertanian untuk Mendukung Pembangunan Pangan dan Gizi Nasional Berkelanjutan. Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. LIPI. Jakarta.

Kavanagh P. 2001. Rapid Appraisal of Fisheries (Rapfish) Project. Rapfish Software

Discription (for Microsft Excel). University of British Columbia. Fisheries Centre. Vancouver.

Page 142: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Mersyah. R. 2005. Desain Sistem Budidaya Sapi Potong Berkelanjutan untuk Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan. (Disertasi). IPB. Bogor.

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Mulya, S,H, Ade R, Arti, D., Agus G., Triny dan Iwan J. 2003. Dampak Pengelolaan

Tanaman Terpadu Terhadap Kelestarian Lingkungan Pertanian. Prosiding Seminar Pengelolaan Lingkungan Pertanian 21 Oktober 2003. Universitas sebelas Maret. Surakarta.

Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development, World

Bank Environment Paper no.3. Washington, DC. USA. OECD. 1993. Coastal Zone Management. Integrated Policies. Organization for

Economic Co-operation and Development. Paris. Pakpahan, A. 1980. Analisis Fungsi Produksi Usahatani untuk Menunjang

Pengembangan Daerah Aliran Sungai Cimanuk. JAE Vol 1 No.2, Mei 1982. Peraturan Pemerintah. No. 28 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta. Pramono, D., U. Nuschati. B. Utomo. dan J. Susilo. 2001. Pengkajian Terintegrasi Sapi

Potong Perbibitan dan Tanaman dalam Sistem Usahatani Terpadu. BPTP Jawa Tengah. Ungaran. Jawa Tengah.

Prasetyo, T., H. Anwar., dan H. Supadmo. 2001. Integrasi Tanaman-Ternak pada

Sistem Usahatani di Lahan Irigasi. Makalah Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner September 2001 di Bogor. BPTP Jawa Tengah. Ungaran. Jawa Tengah.

[Puslitanak] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2004. Tanah

Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Departemen Pertanian. Bogor. Poniman, 2003. Upaya Peningkatan Produktivitas Lahan Melalui Pengelolaan Bahan

Organik. Prosiding Seminar Pengelolaan Lingkungan Pertanian 21 Oktober 2003. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Poniman. 2002. Pertanian Ramah Lingkungan: Kenyataan dan Harapan. Prosiding

Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Produk Pertanian, Kudus, 4 November 2002. Puslitanak, Deptan. Bogor.

Ramdan, H., Yusran, D. Darusman. 2003. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Otonomi

Daerah: Perspektif Kebijakan dan Valuasi Ekonomi. Alqaprint. Jatinangor. Bandung.

Reijntjes, C., Haver K, Bertus and Bayer A.W. 1999. Pertanian Masa Depan. Pengantar

untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Sukoco, Y.

Page 143: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

[penerjemah]. Terjemahan dari Farming For the Future: An Introduction to Low-External-Input and Sustainable Agriculture. Kanisius. Yogyakarta.

Rogers, E.M. and F.F. Shoemaker. 1971. Communication Inovation. A Cross Cultural

Approach. The Free Press. New York. Rochayati S., Mulyadi dan J.S. Adiningsih. 1990. Penelitian Efisiensi Penggunaan Pupuk

di Lahan Sawah. Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V, 12-13 November 1990. Puslitanak. Bogor.

Rozana, Y. 1998. Usaha Ternak Sapi Potong sebagai Diversifikasi Usahatani untuk

Menambah Pendapatan Petani Padi Sawah di Tasikmalaya, Jawa Barat (Skripsi). IPB. Bogor.

Salikin. K.A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Sayaka, B., Saptana, R.S. Rivai, E.L. Hastuti, H. Tarigan, dan Ashari. 2004. Strategi

Mengatasi Pelandaian dan Ketidakstabilan Produksi Padi di Lahan Sub Optimal. Dalam Seminar Hasil Penelitian Puslit Sosial Ekonomi Pertanian Tahun 2004. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Seto, A.K. 2002. Bahan Kuliah Modul Mata Kuliah Ekonomi Lingkungan dan Analisis

Kebijakan. Program Studi PSL. IPB. Bogor. Setiani, C., D. Juanda, dan T. Prasetyo. 2003. Penerapan Teknologi Sistem Usahatani

Tanaman-Ternak Melalui Pendekatan Organisasi Kelompok Tani (Suatu Model Pengelolaan Lingkungan Pertanian). Dalam Prosiding Seminar Pengelolaan Lingkungan Pertanian, Surakarta, 1 Oktober 2003. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Setyorini, D., L.R. Widowati, dan S. Rochayati. 2004. Teknologi Pengelolaan Hara Lahan

Sawah Intensifikasi. Puslitanak. Bogor. Siagian, D. dan Sugiarto. 2000. Metode Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi. PT.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Singarimbun, M. dan E. Sofian. 1985. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta. Soekanto S. 1999. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta. Soekartawi S., A. Dillon L, John. Hardaker, Brian, J. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian

untuk pengembangan Petani Kecil. UI-Press. Jakarta. Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-

Douglas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soemarwoto, O. 2001. Atur Diri Sendiri: Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Page 144: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Suharto. 2000. Integrated Farming System, Modul Pelatihan. CV. Lembah Hijau

Multifarm. Solo. Suretno, N.D., T. Kusnanto dan B. Sudaryanto. 2002. Pemanfaatan Kotoran Ternak

Sebagai Pupuk Pada Lahan Sawah Irigasi di Lampung Tengah. Dalam Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Ciawi 30 September – 1 Oktober 2002. Puslitbang Peternakan. Bogor.

Suryana A, Erwidodo, Prajogo UH. 1988. Isu Strategis dan Alternatif Kebijaksanaan

Pembangunan Pertanian Memesuki Repelita VII. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Treyer-POLAGAWAT. 2000. Prospective Analysis on Agricultural Water Use in the

Maditerranean. www.engref.fr/rgt/doc-pdf/treyer-polagawat-metodologi.PDF. Sutardi, A., Musofie, Nurhidayat, dan Soeharsono. 2002. Pengkajian Integrasi Usahatani

Tanaman Pangan dan Ternak Ruminansia di Agroekologi Lahan Sawah Tadah Hujan. Dalam seminar Nasional pada Usahatani Ramah Lingkungan di Loka Jakenan, Pati Jawa Tengah, Puslitanak Bogor, 11 Desember 2002.

Sutanto, R. 2002a. Pertanian Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan.

Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Sutanto, R. 2002b. Penerapan Pertanian Organik: Pemasyarakatan dan

Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Syahyuti. 2003, Bedah Konsep Kelembagaan: Strategi Pengembangan dan

Penerapannya dalam Penelitian Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Tonny, F. 1988. Dinamika Kelompoktani dan Partisipasi Petani dalam Program

Konservasi Tanah dan Air di DAS Citanduy (Tesis). Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Tugaswati, T. dan S. Nugroho. 1985. Dampak Limbah Pertanian terhadap Kesehatan

Masyarakat. Dalam Monografi Limbah Hasil Pertanian. Kantor Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan. Jakarta. p243.

Umiyasih, U., Aryogi dan Y. N. Anggraeny. 2002. Pengaruh Suplementasi Terhadap

Kinerja Sapi PO yang Mendapatkan Pakan Basal Jerami Padi Fermentasi. Dalam Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Ciawi 30 September – 1 Oktober 2002. Puslitbang Peternakan. Bogor.

Winarno, F, G. 1985. Penanganan Limbah Tanaman Pangan, Dalam: Monografi Limbah

Hasil Pertanian. Kantor Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan. Jakarta. p 11.

Page 145: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Winoto, J. 1997. Studi Penyusunan Pedoman Analisis Pewilayahan Komoditas Pertanian. Kerjasama Proyek Pengembangan Sumberdaya, Sarana dan Prasarana Pertanian, Deptan dengan PT. Murfa Surya Mahardhika. Jakarta.

Wiryosuhanto, S. 1985. Produksi dan Penggunaan Kotoran Ternak, Dalam Monografi

Limbah Hasil Pertanian. Kantor Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan. Jakarta. P.169.

Wiyono, U. 2005. Pengembangan Pertanian Organik sebagai Komoditas Unggulan

dalam rangka Peningkatan Pertumbuhan Perekonomian Daerah (makalah). Dalam Workshop Pengembangan Komoditas Agribisnis dan Agroindustri Unggulan Daerah, Jakarta, 16-17 Mei 2005. Departemen Pertanian. Jakarta.

Wiyono, U. 2003. Produksi dan Pemasaran Beras Organik di Kabupaten Sragen

(makalah). Dalam Diskusi Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Produk Pertanian Organik, Jakarta, 30 Juni 2003. Ditjen BP2HP, Departemen Pertanian. Jakarta.

Yuwono, D.M, dan T. Prasetyo, 2003. Pengelolaan Lingkungan di Kawasan Peternakan

Sapi Potong Rakyat. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan Pertanian 21 Oktober 2003. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Yusdja, Y., R. Sayuti, S.H. Suhartini, I. Sadikin, B. Winarso, dan C. Muslim. 2004.

Pemantapan Program dan Strategi Kebijakan Peningkatan Produksi Daging Sapi. Dalam Seminar Hasil Penelitian Puslit Sosial Ekonomi Pertanian tahun 2004. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Page 146: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

LAMPIRAN

Page 147: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 1. Grafik laju penggunaan pupuk kimia, produksi dan produktivitas gabah secara nasional dari tahun 1968-1991

Page 148: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian

PET A ST R AT EGI PEMBANGUNAN PR OPI NSI JAWA T ENGAH

Page 149: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 3. Unit Populasi Usahatani CLS dan Teknik Pengambilan Sampel

No. Unit Populasi Jumlah Populasi Jumlah Sampel Teknik Pengambilan Sampel 1. 2. 3.

Area/Daerah: a. Kecamatan b. Desa Kelompoktani Responden

16 Kecamatan 114 Desa 157 Kelompoktani 5657 petani

5 Kecamatan 7 Desa 7 Kelompoktani 70 responden

Purposive Purposive Purposive Stratified random sampling

Lampiran 4. Nama Kecamatan, Desa, dan Kelompoktani Lokasi Penelitian

No. Kecamatan Desa Kelompoktani Tahun Berdiri Kelompoktani

Jumlah Anggota Kelompoktani

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Masaran Masaran Sambungmacan Sidoarjo Sidoarjo Karangmalang Gondang

Pringanom Sidodadi Gringging Tenggak Jetak Guworejo Glonggong

Sari Mulyo Dewi Sri Tani Mulyo Eko Upoyo Tani Mulyo VI Ngudi Makmur Tani Manunggal

1984 1984 1981 1979 1982 1978 1992

33 39 70 102 82 87 24

Lampiran 5. Jenis dan Sumber Data, serta Kegunaan Data yang Dikumpulkan

No. Jenis Data Sumber Data Digunakan untuk I. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. II. 1. 2. 3.

Data Primer Karakteristik responden Manajemen/kelembagaan petani Pola Usahatani, sarana produksi, produksi Struktur Ongkos usahatani padi & ternak Kegiatan hulu dan hilir usahatani Pengelolaan limbah padi dan ternak Valuasi ekonomi lingkungan Identifikasi faktor-faktor strategis, tingkat kepentingan faktor-faktor strategis, perumusan skenario, penentuan prioritas. Data Sekunder Keadaan umum wilayah: letak geografis, topografi, jenis tanah, iklim, kependudukan, infrastruktur, dan perekonomian Usahatani padi: luas lahan, prasarana & sarana produksi, produksi, tenaga kerja, kelembagaan tani, pengelolaan jerami, upah, harga, dan lainnya. Ternak sapi potong: populasi, produksi, pakan, tenaga kerja, kelembagaan tani, RPH, pengelolaan kompos, harga, kelompok ternak dan lainnya.

Kuesioner, wwncr, observsi Kuesioner, wwncr, observsi Kuesioner, wwncr, observsi Kuesioner, wwncr, observsi Kuesioner, wwncr, observsi Kuesioner, wwncr, observsi Kuesioner, wwncr, observsi Responden (Expert/Pakar) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab, Kantor Statistik, instansi Terkait. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab,

Gambaran umum, analisis kelembagaan Analisis kelembagaan Analisis fungsi produksi, finansial dan ekonomi Analisis fungsi keuntungan, finansial dan ekonomi Analisis finansial dan ekonomi Analisis finansial dan ekonomi Analisis ekonomi Analisis keberlanjutan, analisis prospektif Gambaran umum wilayah, data dukung analisis finansial, ekonomi, indek keberlanjutan. Gambaran umum usahatani padi, data dukung analisis model fungsi produksi & keuntungan, finansial, ekonomi, kelembagaa, dan indeks keberlanjutan. Gambaran umum usaha sapi potong, data dukung analisis finansial, ekonomi, kelembagaan dan indeks keberlanjutan.

Page 150: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 6. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kab. Sragen Tahun 2003

Penduduk No Kecamatan Luas (Km2) Jumlah (jiwa) Kepadatan

(jw/km2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Kalijambe Plupuh Masaran Kedawung Sambirejo Gondang Sambungmacan Ngrampal Karangmalang Sragen Sidoharjo Tanon Gemolong Miri Sumberlawang Mondokan Sukodono Gesi Tangen Jenar

46,96 48,36 44,04 49,78 48,43 41,17 38,48 34,40 42,98 27,27 45,89 51,00 40,23 53,81 75,16 49,36 45,55 39,58 55,13 63,97

45.208 45.255 64.631 55.045 36.864 42.520 43.549 36.842 56.890 64.607 50.595 54.108 44.430 32.188 44.579 33.610 29.949 20.404 26.330 26.107

963 936

1.468 1.106

761 1.033 1.132 1.071 1.324 2.369 1.103 1.061 1.104

598 593 681 657 516 478 408

Total 941,55 853,711 907 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, 2003.

Page 151: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 7. Data Fisik Tanah di Lokasi Penelitian

No Tanaman Klas Lokasi

Drain Teks-

tur

Bh Ksr (%)

Kdl tnh

(cm)

KTK liat (cmol) KB pH C Org

(%) Salin

(ds/m) Alkalin

(%)

Kdl Sulf (cm)

Lereng (%)

BE

Genang Bt

dipr (%)

Sing Bt

(%)

A1 Padi S2 Kec Sambungmacan pakai kompos

Agak terhambat

h <3 >100 45 99,80 6,57 1,4 0 16,52 >100 <1 sr F0 <5 <5

A4 Padi S2 Kec Sambungmacan tanpa kompos

Agak terhambat

h <3 >100 63,75 82,41 6,61 1,14 0 19,37 >100 <1 sr F0 <5 <5

B1 Padi S1 Kec.Sambungmacan pakai kompos

Agak terhambat

h <3 >100 32,51 64,59 6,28 1,82 0 18,48 >100 <1 sr F0 <5 <5

B4 Padi S1 Kec.Sambungmacan tanpa kompos

Agak terhambat

h <3 >100 28,3 100,00 5,75 2,01 0 18,12 >100 <1 sr F0 <5 <5

C1 Padi S2 Kec.Sidoarjo pakai kompos

Agak terhambat

h <3 >100 30,19 100,00 7,03 1,22 0 15,24 >100 <1 sr F0 <5 <5

C4 Padi S2 Kec.Sidoarjo tanpa kompos

Agak terhambat

h <3 >100 31,73 100,00 6,90 1,36 0 17,33 >100 <1 sr F0 <5 <5

D1 Padi S1 Kec.Masaran pakai kompos

Agak terhambat

h <3 >100 37,76 98,87 6,67 2,29 0 17,42 >100 <1 sr F0 <5 <5

D4 Padi S2 Kec.Masaran tanpa kompos

Agak terhambat

h <3 >100 32,11 98,45 6,95 0,93 0 19,39 >100 <1 sr F0 <5 <5

E1 Padi S1 Kec.Masaran pakai kompos

Agak terhambat

h <3 >100 36,42 84,79 6,85 1,82 0 16,13 >100 <1 sr F0 <5 <5

E4 Padi S1 Kec.Masaran tanpa kompos

Agak terhambat

h <3 >100 31,97 98,55 6,89 1,83 0 19,23 >100 <1 sr F0 <5 <5

F Padi S1 Kec.Masaran pakai kompos

Agak terhambat

h <3 >100 31,97 98,55 6,89 1,83 0 18,95 >100 <1 sr F0 <5 <5

D Padi S1 Kec.Masaan Saat tanam

Agak terhambat

h <3 >100 32,63 100 6,77 1,77 0 16,89 >100 <1 sr F0 <5 <5

1,1 Padi S2 Kec.Karangmalang Bekas panen

Agak terhambat

h <3 >100 42,55 100 6,12 1,03 0 17,41 >100 <1 sr F0 <5 <5

1.2 Padi S2 Kec.Karangmalang Bekas panen

Agak terhambat

h <3 >100 41,53 100 6,27 1,03 0 19,55 >100 <1 sr F0 <5 <5

1.3 Padi S3 Kec.Karangmalang Bekas panen

Agak terhambat

h <3 >100 36,65 100 6,24 0,79 0 23,66 >100 <1 sr F0 <5 <5

2.1 Padi S1 Kec.Karangmalang Ada limbah ternak

Agak terhambat

h <3 >100 26,14 100

7,29 3,9 0 15,64 >100 <1 sr F0 <5 <5

2.2 Padi S1 Kec.Godang Ada limbah ternak

Agak terhambat

h <3 >100 27,43 100

7,85 2,43 0 20,07 >100 <1 sr F0 <5 <5

3.1 Padi S2 Kec.Gondang Saat tanam

Agak terhambat

h <3 >100 21,53 100

6,87 1,48 0 24,53 >100 <1 sr F0 <5 <5

Keterangan: 1. Klas kesesuaian lahan : S1 = sangat sesuai, S2= cukup sesuai, S3 = cukup marjinal 5. Kdl tnh= kedalaman tanah (cm) 9. C-org= kandungan bahan carbon organic (%) 13. BE = bahaya erosi, r=ringan, b=berat 2. Drain = drainase 6. KTK liat = kapasitas tukar kation (cmol) 10. Salin = salinitas (dS/m) 14. Genang= genangan FO <25cm 3. Tekstur = tekstur tanah (h=halus, ah=agak halus, s=sedang, ak=agak kasar,, k=kasar) 7. KB = kejenuhan basa (%) 11. Alkalin = Alkalinitas/ESP (5) 15. Bt dpr= batuan dipermukaan (%) 4. Bh ksr = bakan kasar (%) 8. pH H2O 12. Kdl Sulf = kedalaman sulfidik (cm) 16. Sing Bt=singkapan batuan (%)

Page 152: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 8. Kelas Kesesuaian Lahan di Lokasi Penelitian

No Tanam-an

Klas Lokasi

Drain Teks-tur Bh

Ksr (%)

Kdl tnh

(cm)

KTK liat (cmol)

KB

pH C Org (%) Salin

(ds/m) Alkalin

(%)

Kdl Sulf (cm)

Lereng (%)

BE

Genang Bt

dipr (%)

Sing Bt (%)

A1 Padi S2 Kec Sambungmacan pakai kompos

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

A4 Padi S2 Kec Sambungmacan tanpa kompos

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

B1 Padi S1 Kec.Sambungmacan pakai kompos

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

B4 Padi S1 Kec.Sambungmacan tanpa kompos

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

C1 Padi S2 Kec.Sidoarjo pakai kompos

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

C4 Padi S2 Kec.Sidoarjo tanpa kompos

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

D1 Padi S1 Kec.Masaran pakai kompos

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

D4 Padi S2 Kec.Masaran tanpa kompos

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

E1 Padi S1 Kec.Masaran pakai kompos

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

E4 Padi S1 Kec.Masaran tanpa kompos

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

F Padi S1 Kec.Masaran pakai kompos

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

D Padi S1 Kec.Masaan Saat tanam

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

1,1 Padi S2 Kec.Karangmalang Bekas panen

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

1.2 Padi S2 Kec.Karangmalang Bekas panen

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

1.3 Padi S3 Kec.Karangmalang Bekas panen

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

2.1 Padi S1 Kec.Gondang Ada limbah ternak

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

2.2 Padi S1 Kec.Gondang Ada limbah ternak

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

3.1 Padi S2 Kec.Gondang Saat tanam

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

Page 153: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

LAMPIRAN 9. PERSYARATAN TUMBUH TANAMAN

No

Tanaman

Klas

Suhu (oC)

Ch (mm)

Kelemb (%)

Drain

Teks-tur

Bh Ksr (%)

Kdl tnh

(cm)

KTK liat

(cmol)

KB

pH

C Org (%)

Salin (ds/m)

Alkalin (%)

Kdl Sulf (cm)

Lereng (%)

BE

Genang

Bt dipr (%)

Sing Bt

(%)

S1 24-29

33-90 Agak terhambat, agak baik

h, ah

<3 >50 >16 >50 5,5-8,2

>1,5 <2 <20 >100 <1 sr F0, F11, F12, F21, F23, F31, F32

<5 <5

S2 22-24 29-32

30-33 Terhambat, baik

s 3-15

40-50

<16 35-50

4,5-5,5 8,2-8,5

0,8-1,5

2-4 20-30 75-100

1-2 - F13, F23, F33, F41, F42, F43

5-15

5-15

S3 18-22 32-35

<30 >90

Sangat terhambat, agak cepat

ak 15-35

25-40

<35 <4,5 >8,5

<0,8 4-6 30-40 40-75

2-4 - F14, F24, F34, F44

15-40

15-25

1 Padi sawah (Oryza sativa)

N <22 >35

33-90 Cepat k >35 <25 >6 >40 <40 >4 >sd F15, F25, F35, F45

>40 >25

Page 154: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 10. Data Lapangan Sampel Air

No

Lokasi pH N (mg/l)

P (mg/l)

K (mg/l)

Ca (mg/l)

Mg (mg/l)

Fe (mg/l)

Cu (mg/l)

Zn (mg/l)

Mn (mg/l)

1 Sawah CLS 7.70 9.67 0.2 1.5 20.2 2.4 0.5 tr tr tr 2 Sawah CLS 7.90 9.00 0.3 3.0 21.7 4.0 0.4 tr tr tr

3 Sawah CLS 7.20 9.15 0.5 1.5 10.2 1.6 0.8 tr 0.03 0.04

4 Sawah Non CLS 7.20 8.64 0.3 7.0 29.3 7.4 0.1 tr tr tr

5 Sawah Non CLS 7.10 8.93 0.3 2.5 23.3 3.8 1.0 tr tr tr

6 Sawah Non CLS 6.80 8.50 0.7 1.0 28.3 5.0 1.0 tr tr 0.01

7 Sawah CLS 6.60 7.76 0.5 3.0 24.9 4.2 3.7 tr 0.02 0.01

8 Sawah CLS 7.00 9.88 0.3 2.0 30.1 5.6 0.8 tr tr 0.01

9 Sawah CLS 6.60 10.40 0.3 2.0 20.0 4.7 1.9 tr tr 0.04

10 Kandang ternak 8.30 433.97 22.8 5200.0 82.2 11.0 0.6 tr 0.05 2.17

Baku Mutu IV*) 5-9 20.0 5.0 200.0 200.0 63.0 - 0.2 2.0 0.05

Keterangan: tr = tidak terukur. *) Baku mutu golongan IV pemanfaatan air untuk pertanian (PP No.82/2001). Untuk unsure K, Ca, Mg mengacu Puslitanak Bogor. Hasil analisis: sesuai PP No.82/2001 untuk semua sample air layak digunakan untuk golongan IV pemanfaatan air irigasi pertanian, kecuali sample terakhir, (limbah ternak) yang tidak layak untuk air irigasi, karena sample air masih berupa limbah ternak yang belum tercampur dengan air sungai.

Page 155: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 11. Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Sragen 2003

Padi Sawah Padi Gogo Jumlah No Kecamatan Luas

Panen (ha)

Produksi (ton)

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Luas Panen

(ha)

Produksi (ton)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Kalijambe Plupuh Masaran Kedawung Sambirejo Gondang Sambungmacan Ngrampal Karangmalang Sragen Sidoharjo Tanon Gemolong Miri Sumberlawang Mondokan Sukodono Gesi Tangen Jenar

2.500 4.963 7.036 5.526 2.814 4.731 4.921 4.989 4.753 3.811 7.967 5.962 3.369 2.220 3.531 1.619 2.843 1.008

929 951

11.872 24.753 41.730 32.824 16.766 27.354 29.222 29.537 28.481 22.785 49.670 29.030 16.730 10.777 16.637

7.802 12.953

4.835 4.532 4.602

531 595

- - - - - - -

37 -

243 390 368 332 610

94 70

- -

1.696 2.172

- - - - - - -

121 -

726 1.134 1.145

906 1.744

281 219

- -

3.031 5.558 7.036 5.526 2.814 4.731 4.921 4.989 4.753 3.848 7.967 6.205 3.759 2.588 3.863 2.229 2.937 1.078

929 951

13.568 26.925 41.730 32.824 16.766 27.354 29.222 29.537 28.481 22.906 49.670 29.756 17.864 11.922 17.543

9.546 13.234

5.045 4.532 4.602

Total th 2003 Tahun 2002 Tahun 1001 Tahun 2000 Tahun 1999 Tahun 1998 Tahun 1997

76.443 82.952 86.528 86.852 87.989 86.190 78.529

422.892 453.959 448.945 459.748 451.548 501.876 463.575

3.270 4.002 4.692 5.163 4.920 4.709 4.658

10.144 12.741 14.439 21.184 19.454 18.206 18.674

79.713 86.954 91.220 92.015 92.909 90.899 83.187

433.036 466.700 463.384 480.932 471.002 520.082 482.249

Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sragen, 2004.

Page 156: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Tabel 12. Populasi Ternak Kabupaten Sragen Menurut Kecamatan Tahun 2003

No Kecamatan Sapi potong (ekor)

Kambing (ekor)

Domba (ekor)

Ayam kampong

(ekor)

Ayam ras (ekor)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Kalijambe Plupuh Masaran Kedawung Sambirejo Gondang Sambungmacan Ngrampal Karangmalang Sragen Sidoharjo Tanon Gemolong Miri Sumberlawang Mondokan Sukodono Gesi Tangen Jenar

3.781 6.435 4.538 2.947 3.260 3.209 3.464 3.104 3.310 2.670 3.005 3.971 3.880 3.315 3.511 4.264 3.787 3.520 4.442 4.700

4.555 2.992 3.306 2.185 4.868 2.776 2.876 4.046 2.013 3.237 2.268 4.763 2.052 1.652 4.695 4.050 4.847 3.355 4.296 2.932

4.374 3.461 2.765 5.161 5.595 2.540 3.578 3.015 4.007 2.523 1.448 5.037 3.279 5.444 5.027 3.863 2.170 2.139 1.509 1.443

52.267 47.625 79.597 66.063 55.111 16.955 43.966 38.767

105.088 72.814 38.018 74.894 32.732 33.493 58.547 59.331 32.477 27.438 30.302 32.078

140.708 49.195

123.765 252.833

44.833 6.195

52.833 -

52.833 109.833

13.195 232.471 105.033

28.883 53.195

6.195 49.195

- - -

Total th 2003 Tahun 2002 Tahun 2001 Tahun 2000 Tahun 1999 Tahun 1998 Tahun 1997

75.113 74.561 73.306 71.696 71.638 69.968 71.070

67.674 67.374 67.359 62.070 66.009 64.090 64.478

68.378 68.038 68.008 66.705 66.540 65.047 69.088

997.563 997.212 996.102 995.870 995.529 970.812 977.239

1.321.145 1.302.025 1.342.595

522.720 199.200 120.465 128.024

Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sragen, 2004.

Page 157: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 13. T-Test Uji Beda Nyata Nilai Produksi Usahatani Padi Pola CLS dengan Non CLS (Rp.)

Group Statistics

64 3473234 1368946.741 171118.329 2289534 985163.56447 182940.3

PTT1.00.00

Prod1N Mean Std. Deviation

Std. ErrorMean

Independent Samples Test

1.066 .304 4.186 91 .000 1183699.1 282795.40 621960.8 1745437

4.725 73.443 .000 1183699.1 250496.77 684510.5 1682888

Equal variancesassumedEqual variancesnot assumed

Prod1F Sig.

Levene's Test forEquality of Variances

t df Sig. (2-tailed)Mean

DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

t-test for Equality of Means

T-Test Uji Beda Nyata Produktivitas Usahatani Padi Pola CLS dan Non CLS (kg/ha)

Group Statistics

64 6505.3152 1338.92172 167.3652229 5260.8368 805.43385 149.56531

PTT1.00.00

prod/tniN Mean Std. Deviation

Std. ErrorMean

Page 158: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Independent Samples Test

9.785 .002 4.632 91 .000 1244.4784 268.68384 710.77096 1778.186

5.544 83.698 .000 1244.4784 224.45689 798.09775 1690.859

Equal variancesassumedEqual variancesnot assumed

prod/tniF Sig.

Levene's Test forEquality of Variances

t df Sig. (2-tailed)Mean

DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

t-test for Equality of Means

Page 159: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.
Page 160: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.
Page 161: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.
Page 162: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 21. Hasil Pendugaan Model Fungsi Produksi Padi Sawah Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .895(a) .801 .782 .19622

a Predictors: Konstanta (α), Penggunaan Benih (Pb), Penggunaan Urea (Pu), Pnggunaan KCl (Pc), Sewa/penyusutan alsin (Ps), Tenaga kerja (Uk), Pajak/Sewa Lahan (Tx), Dummy luas lahan (D1), Dummy pola usaha tani (D2) ANOVA(b)

Model Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 13.001 8 1.625 42.208 .000(a) Residual 3.234 84 .039 Total 16.236 92

a Predictors: Konstanta (α), Penggunaan Benih (Pb), Penggunaan Urea (Pu), Pnggunaan KCl (Pc), Sewa/penyusutan alsin (Ps), Tenaga kerja (Uk), Pajak/Sewa Lahan (Tx), Dummy luas lahan (D1), Dummy pola usaha tani (D2) b Dependent Variable: Produksi (Qp) Coefficients(a)

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 Konstanta (α) 7.688 .915 8.404 .000 Penggunaan Benih (Pb) .295 .073 .284 4.055 .000 Penggunaan Urea (Pu) -.119 .055 -.136 -2.173 .033 Pnggunaan KCl (Pc) .246 .066 .278 3.742 .000 Sewa/penyusutan alsin (Ps) -.114 .050 -.203 -2.292 .024 Tenaga kerja (Uk) .164 .072 .175 2.261 .026 Pajak/Sewa Lahan (Tx) .140 .029 .343 4.818 .000 Dummy luas lahan (D1) .177 .054 .210 3.286 .001 Dummy pola usaha tani (D2) .236 .055 .262 4.259 .000

a Dependent Variable: Produksi (Qp)

Page 163: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 22. Hasil Pendugaan Model Fungsi Produksi Padi Sawah Pola CLS Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .912(a) .831 .810 .16080

a Predictors: Konstanta (α), Penggunaan Benih (Pb),Penggunaan Urea (Pu), Penggunaan TSP (Pt), Penggunaan KCl (Pc), Pupuk Kandang (Pk), Tenaga Kerja (Uk), Dummy Luas Lahan (D1) ANOVA(b)

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 7.114 7 1.016 39.302 .000(a) Residual 1.448 56 .026 Total 8.562 63

a Predictors: Konstanta (α), Penggunaan Benih (Pb),Penggunaan Urea (Pu), Penggunaan TSP (Pt), Penggunaan KCl (Pc), Pupuk Kandang (Pk), Tenaga Kerja (Uk), Dummy Luas Lahan (D1) b Dependent Variable: Produksi (Qp) Coefficients(a)

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 Konstanta (α) 5.396 .899 6.006 .000 Penggunaan Benih (Pb) .488 .089 .495 5.484 .000 Penggunaan Urea (Pu) -.109 .094 -.149 -1.161 .251 Penggunaan TSP (Pt) .098 .099 .122 .993 .325 Penggunaan KCl (Pc) .131 .063 .168 2.081 .042 Pupuk Kandang (Pk) .125 .047 .178 2.633 .011 Tenaga Kerja (Uk) .113 .067 .140 1.676 .099 Dummy Luas Lahan (D1) .171 .049 .233 3.470 .001

a Dependent Variable: Produksi (Qp)

Page 164: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 23. Hasil Pendugaan Model Fungsi Produksi Padi Sawah Pola Non CLS Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .890(a) .792 .735 .21496

a Predictors: Konstanta (α), Penggunaan Benih (Pb),Penggunaan Urea (Pu), Penggunaan TSP (Pt), Penggunaan KCl (Pc), Tenaga Kerja (Uk), Dummy Luas Lahan (D1) ANOVA(b)

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 3.864 6 .644 13.936 .000(a) Residual 1.017 22 .046 Total 4.881 28

a Predictors: Konstanta (α), Penggunaan Benih (Pb),Penggunaan Urea (Pu), Penggunaan TSP (Pt), Penggunaan KCl (Pc), Tenaga Kerja (Uk), Dummy Luas Lahan (D1) b Dependent Variable: Produksi (Qp) Coefficients(a)

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 Konstanta (α) 9.187 2.247 4.088 .000 Penggunaan Benih (Pb) .115 .161 .141 .715 .482 Penggunaan Urea (Pu) -.146 .186 -.121 -.787 .440 Penggunaan TSP (Pt) -.386 .184 -.500 -2.096 .048 Penggunaan KCl (Pc) 1.048 .262 1.210 4.002 .001 Tenaga Kerja (Uk) -.103 .225 -.104 -.460 .650 Dummy Luas Lahan (D1) .419 .160 .385 2.619 .016

a Dependent Variable: Produksi (Qp)

Page 165: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 24. Hasil Pendugaan Model Fungsi Keuntungan Padi Sawah Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .825(a) .681 .651 .27279

a Predictors: Konstanta (α), Benih (Wb), Urea (Wu), KCl (Wc), Sewa/pemeliharaan alsin (Ws), Upah kerja (Wh), Pajak (Wx), Dummy pola usaha tani (D2), Dummy luas lahan (D1) ANOVA(b)

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 13.210 8 1.651 22.190 .000(a) Residual 6.176 83 .074 Total 19.387 91

a Predictors: Konstanta (α), Benih (Wb), Urea (Wu), KCl (Wc), Sewa/pemeliharaan alsin (Ws), Upah kerja (Wh), Pajak (Wx), Dummy pola usaha tani (D2), Dummy luas lahan (D1) b Dependent Variable: Keuntungan produksi (πp) Coefficients(a)

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 Konstanta (α) 5.425 .418 12.990 .000 Benih (Wb) .414 .104 .364 3.980 .000 Urea (Wu) -.308 .107 -.320 -2.887 .005 KCl (Wc) -.051 .115 -.054 -.440 .661 Sewa/pemeliharaan alsin (Ws) .398 .084 .409 4.751 .000 Upah kerja (Wh) -.097 .068 -.158 -1.418 .160 Pajak (Wx) .134 .041 .300 3.276 .002 Dummy pola usaha tani (D2) .147 .084 .148 1.765 .081 Dummy luas lahan (D1) .156 .076 .168 2.055 .043

a Dependent Variable: Keuntungan produksi (πp)

Page 166: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 25. Hasil Pendugaan Model Fungsi Produksi Padi Sawah Pola CLS Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .862(a) .743 .710 .23473

a Predictors: Konstanta (α), Luas Lahan (Lu), Benih (Wb), Pestisida (Wp), Pupuk Urea (Wu), Pupuk Kandang (Wk), Upah Kerja (Wh), Dummy lama usaha (D3) ANOVA(b)

Model Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 8.898 7 1.271 23.072 .000(a) Residual 3.085 56 .055 Total 11.984 63

a Predictors: Konstanta (α), Luas Lahan (Lu), Benih (Wb), Pestisida (Wp), Pupuk Urea (Wu), Pupuk Kandang (Wk), Upah Kerja (Wh), Dummy lama usaha (D3) b Dependent Variable: Keuntungan produksi (πpc) Coefficients(a)

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 Konstanta (α) .704 1.197 .588 .559 Luas Lahan (Lu) .924 .247 .663 3.742 .000 Benih (Wb) .397 .158 .341 2.511 .015 Pestisida (Wp) -.022 .093 -.028 -.237 .814 Pupuk Urea (Wu) -.479 .096 -.556 -5.005 .000 Pupuk Kandang (Wk) .134 .082 .161 1.640 .107 Upah Kerja (Wh) -.148 .121 -.156 -1.222 .227 Dummy lama usaha (D3) .173 .085 .200 2.024 .048

a Dependent Variable: Keuntungan produksi (πpc)

Page 167: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 26. Hasil Pendugaan Model Fungsi Produksi Padi Sawah Pola Non CLS Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .980(a) .959 .942 .10631

a Predictors: Konstanta (α), Luas Lahan (Lu), Benih (Wb), Pestisida (Wp), Pupuk Urea (Wu), Pupuk TSP (Wt), Pupuk KCl (Wc), Upah Kerja (Wh), Pajak (Wx) ANOVA(b)

Model Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 5.078 8 .635 56.170 .000(a) Residual .215 19 .011 Total 5.293 27

a Predictors: Konstanta (α), Luas Lahan (Lu), Benih (Wb), Pestisida (Wp), Pupuk Urea (Wu), Pupuk TSP (Wt), Pupuk KCl (Wc), Upah Kerja (Wh), Pajak (Wx) b Dependent Variable: Keuntungan produksi (πpc) Coefficients(a)

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 Konstanta (α) -3.363 1.424 -2.362 .029 Luas Lahan (Lu) 1.404 .283 1.125 4.957 .000 Benih (Wb) .027 .071 .028 .376 .711 Pestisida (Wp) .052 .102 .060 .510 .616 Pupuk urea (Wu) -.241 .131 -.187 -1.836 .082 Pupuk TSP (Wt) .403 .149 .443 2.699 .014

Page 168: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Pupuk KCl (Wc) -.019 .134 -.018 -.139 .891 Upah Kerja (Wh) -.117 .080 -.248 -1.464 .159 Pajak (Wx) -.290 .098 -.354 -2.958 .008

a Dependent Variable: Keuntungan produksi (πpn) Lampiran 27. Atribut, Skor dan Hasil Pengukuran Skor Keberlanjutan Usahatani Pola CLS di Kabupaten Sragen.

Dimensi dan Atribut Skor Baik Buruk Hasil Keterangan

I. Dimensi ekologi

1. Kesesuaian lahan untuk padi

0; 1; 2;3 3 0 2 (0) tanah tidak sesuai; (1) kurang sesuai S3; (2) sesuai S2; (3) sangat sesuai S1

2. Tingkat pemanfaatan lahan untuk padi

0; 1; 2;3 0 3 2 (3) melebihi kapasitas; (2) tinggi (1) sedang; (0) rendah

3. Tingkat penggunaan pupuk/ pestisida

0; 1; 2;3 0 3 3 (3) melebihi standar; (2) tinggi (1) sedang; (0) rendah

4. Pemanfaatan limbah ternak sapi untuk pupuk kandang

0; 1; 2; 3 3 0 2 (0) tidk dimanfaatkan; (1) sebagian kecil dimanfaatkan; (2) sebagian besar dimanfaatkan; (3) seluruhnya dimanfaatkan

5. Pemanfaatan limbah jerami untuk pakan ternak sapi

0; 1; 2; 3 3 0 2 (0) tidak dimanfaatkan; (1) sebagian kecil dimanfaatkan; (2) sebagian besar dimanfaatkan; (3) seluruhnya dimanfaatkan

6. Sistem Pemeliharaan ternak sapi

0; 1; 2; 3 0 3 0 (3) >50 % diumbar/liar; (2) 25 % -50% diumbar/liar (1) 10%-25 % diumbar/liar; (0) <10% yang diumbar/liar

7. Kepadatan ternak (ekor ternak/ 1000 orang)

0; 1; 2; 3 3

0 0 Mengacu pada APWPPP Deptan: (0) sangat padat (300-500); (1) padat (100-300); (2) sedang (50-100); (3) jarang (<50)

8. Ketersediaan Rumah Potong Hewan (RPH)

0; 1; 2; 3 3 0 1 Mengacu pada Ditjen Peternakan; (0) tidak ada, (1) type C; (2) type B; (3) type A

9. Pemotongan sapi betina produktif

0; 1; 2; 3 0 3 0 (3 > 50%; (2) 25 - <50%; (1) 10 - < 25%; (0) < 10%;

II. Dimensi Ekonomi 1. Kelayakan finansial &

ekonomi 0; 1; 2; 3 3 0 2 Mengacu analisis kelayakan: (0) rugi/tidak layak;

(1) impas/kembali modal; (2) untung/layak; (3) sangat untung/layak

2. Kontribusi terhadap PDRB 0; 1; 2;3 3 0 2 (0) tidak ada, (1) rendah; (2) sedang; (3) tinggi 3. Rata-rata penghasilan

petani CLS relatif dibanding non CLS

0; 1; 2; 3 3 0 2 (0) di bawah ; (1) sama; (2) lebih tinggi; (3) jauh lebih tinggi

4. Rata-rata penghasilan petani CLS relatif terhadap UMR Provinsi Jawa Tengah.

0; 1; 2; 3 3

0 2 (0) di bawah; (1) sama; (2) lebih tinggi; (3) jauh lebih tinggi

5. Lembaga keuangan (bank/ kredit).

0; 1; 2; 3 3

0 1 (0) tidak ada; (1) ada, tetapi menjangkau sebagian kecil petani; (2) ada dan menjangkau sebagian besar petani; (3) menjangkau seluruh petani

6. Transfer keuntungan 0; 1; 2;3 3 0 2 (0) sebagian besar dinikmati penduduk luar daerah; (1) seimbang antara penduduk lokal dengan penduduk luar daerah; (2) sebagian besar penduduk lokal; (3) seluruhnya penduduk lokal;

7. Besarnya pasar 0; 1; 2;3 3 0 2 (0) pasar lokal; (1) pasar provinsi, (2) pasar

Page 169: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

nasional; (3) pasar internasional 8. Besarnya subsidi 0; 1; 2;3 0 3 1 (3) multa 100% subsidi; (2) besar, (1) sedikit; (0)

tidak ada subsidi III. Dimensi Sosial-Budaya 1. Sosialisasi pekerjaan

(individual atau kelompok) 0; 1; 2;3 3 0 2 (0) pekerjaan dilakukan secara individual; (1)

kerjasama satu keluarga; (2) sebagian kerjasama kelompok; (3) seluruhnya kerjasama kelompok

2. Jumlah rumah tangga petani CLS

0; 1; 2;3 3 0 2 (0) <10%; (1) 10-25%; (2) 25-50%; (3) >50%dari total jumlah rumah tangga di Sragen

3. Pengetahuan terhadap lingkungan

0; 1; 2;3 3

0 2 (0) tidak ada (1) sedikit; (2) cukup; (3) banyak/luas

4. Frekwensi konflik 0; 1; 2;3 3 0 3 (0) banyak/sering; (1) ada sedikit; (2) jarang sekali; (3) tidak ada

5. Persepsi/peran masyarakat dalam usaha tani CLS

0; 1; 2; 3 3 0 2 (0) negatif; (1) netral; (2) positif; (3) sangat positif

6. Frekwensi penyuluhan dan pelatihan

0; 1; 2; 3 3 0 2 (0) tidak pernah ada; (1) sekali dalam 5 tahun; (2) sekali dalam setahun; (3) dua kali atau lebih dalam sehatun

7. Kelembagaan/Kelompok tani 0; 1; 2; 3 3 0 3 (0) <25% punya; (1) 25-50% punya; (2) 50-75% punya; (3) >75% punya

8. Kelembagaan/badan usaha/jasa di bidang input dan output

0; 1; 2; 3 3 0 3 Badan usaha/jasa (perusahaan, kios, KUD): (0) ada tapi semuanya belum dapat diakses petani; (1) ada, tapi hanya sebagian kecil yang dapat diakses; (2) sebagian besar dapat diakses; (3) semuanya dapat diakses

9. Lembaga layanan pemerintah (layanan penyuluhan, teknologi, informasi saprodi, informasi pengolahan dan pemasaran hasil)

0; 1; 2; 3 3 0 2 Kelembagaan pemerintah: memberi akses penyuluhan, pengolahan dan pemasaran produk: (0) ada tapi semuanya belum dapat diakses petani; (1) hanya sebagian kecil yang dapat diakses; (2) sebagian besar dapat diakses; (3) semuanya dapat diakses.

Page 170: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Tabel 10. Hasil Uji Validitas Berdasarkan Korelasi Pearson Product Moment

No. Item Pertanyaan Korelasi Pearson

Significant (2-tailed)

A Aspek Ekonomi 1 Usahatani CLS dapat dijadikan sebagai usaha

pokok 0,675** 0,000

2 Usahatani CLS dapat mencukupi sekolah anak sampi usia sekolah

0,661** 0,000

3 Dengan usahatani CLS penduduk bisa menabung 0,694** 0,000 4 Usahatani CLS lebih untung disbanding non CLS 0,625** 0,000 5 Banyak petani lain berpindah ke usahatani CLS 0,700** 0,000 6 Menguntungkan sewaktu-waktu ternak dapat

dijual 0,385** 0,001

7 Usahatani CLS dapat menghidupi keluarga 0,400** 0,001 8 Limbah ternak dapat dimanfaatkan sebagai

pupuk organic 0,643** 0,000

9 Limbah padi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak

0,645** 0,000

10 Limbah ternak dan padi dapat digunakan untuk lainnya

0,545** 0,000

B Aspek Sosial 1 Usahatani CLS memerlukan wadah kelompoktani -0,163 0,181 2 Sapi sebaiknya ditempatkan dalam kandang

kelompok -0,065 0,598

3 Masalah bau kandang/limbah ternak dibicarakan musyawarah

0,139 0,256

4 Sosial budaya : pemupukan padi dengan limbah tidak dilarang

0,148 0,225

5 Usahatani padi : jerami diolah menjadi pakan ternak

0,338** 0,005

6 Kerjasama dalam kelompok diperlukan untuk mengelola CLS

0,280* 0,020

7 Petani pola CLS ikut aktif kerja bakti dan kegiatan sosial lain

0,201 0,097

8 Petani aktif membantu warga yang kena musibah 0,486** 0,000 9 Petani aktif membantu perayaan/hajatan 0,374** 0,002 10 Tidak ada konflik sosial dala berusahatani pola

CLS 0,217 0,074

C Aspek Lingkungan 1 Kandang ternak kelompok terpisah dengan

rumah warga 0,462** 0,000

2 Perlu tempat/bangunan khusus mengolah limbah 0,452** 0,000

Page 171: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

ternak dan padi 3 Dalam berusahatani perlu menjaga kesuburan

tanah 0,410** 0,000

4 Pupuk kimia dan pestisida merusak lingkungan 0,302* 0,011 5 Usahatani padi : jerami tidak dibakar 0,236* 0,049 6 Limbah ternak dan jerami dimanfaatkan/diolah

sebagai input pertanian 0,325** 0,006

7 Bau ternak sapid an limbahnya menyebabkan orang berpindah dan semangat bekerja menurun

0,053 0,664

8 Bau ternak sapid an limbahnya menyebabkan warga sakit

0,326** 0,006

9 Limbah ternak mencemari sumur-sumur penduduk dan sungai sehingga berbau

0,260* 0,030

10 Selama ini penduduk tidak peduli bau limbah pertanian

0,125 0,303

Keterangan : **) Korelasi nyata pada alpha 0,01 *) Korelasi nyata pada alpha 0,05

Page 172: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Tabel 1 Luas Panen dan Produktivitas Padi sawah 1970-2000

Nomor Peningkatan Tahun Dicapai Lama Pencapaian

1. 2. 3. 4. 5.

6. 7. 8. 9.

10.

Luas Panen (juta ha) 6 – 7 7 – 8 8 – 9

9 – 10 10 – 11

Produktivitas (ton/ha) 2,5 – 3,0 3,0 – 3,5 3,5 – 4,0 4,0 – 4,5 4,5 – 5,0

1970 – 1973 1973 – 1983 1983 – 1989 1989 – 1995

1995 - ?

1970 – 1976 1976 – 1980 1980 – 1982 1982 – 1989

1989 - ?

3 tahun 10 tahun 6 tahun 6 tahun

belum tercapai

6 tahun 4 tahun 2 tahun 7 tahun

belum tercapai Sumber: Pusat Data Pertanian, 2002 diolah)

Page 173: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 3. Diagram Lingkar Pengembangan Usahatani Pola CLS.

- + - + + + - + + - + - - + + + + + + + + + + +

Usaha Ternak Sapi Potong

Usahatani Padi

Produksi Gabah

Limbah Padi

Limbah Ternak

Pakan Ternak

Kompos

Produksi Daging

Pendapatan petani

Kerusakan lingkungan

Upah Kerja

Input dari luar

Page 174: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Lampiran 3. Model Usahatani Pola CLS di Kabupaten Sragen.

+

- + + +

Ternak Sapi Padi Sawah

Limbah ternak

Kerusakan Lingkungan

Pupuk Kandang

Limbah Sawah

Benih, Pupuk Kimia, Pestisida

Pakan Ternak

Produksi Gabah Produksi Ternak

Pasar

Tenaga Kerja Ternak

Rumah Tangga

Manajemen Tenaga Kerja

Pakan Konsentrat, Obat-obatan

Page 175: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Perbandingan Pola Usahatani dengan Kesuburan Lahan, Produksi

dan Pendapatan Petani

Kriteria Pola Usahatani Lahan Produksi Usahatani Pendapatan/Kesejahteraan

CLS Subur Tinggi Tinggi Konvensional Kritis Rendah Rendah

Page 176: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Gambar 1. Model Usahatani Pola padi Sawah-Ternak Sapi Potong Terpadu di

Kabupaten Sragen

P A S A R

RUMAH TANGGA

Bibit Pupuk anorganik

Pestisida

TANAMAN PADI SAWAH

Limbah tanaman

Budidaya Sapi potong

Tenaga kerja ternak

Manajemen Tenaga kerja

Tenaga kerja non-farm Pakan Ternak,

Obat hewan

Limbah ternak

Kompos

Page 177: KEBERLANJUTAN USAHA TANI POLA PADI SAWAH- SAPI … · SRAGEN: PENDEKATAN RAP-CLS SUWANDI ... (2) subsidi, (3). ... (KCl) fertilizer, farm size, man power and farming pattern.

Usaha Tani Pola CLS

Sisi Ekonomi Sisi Lingkungan

Total Manfaat (a) Penerimaan Kotor

Total Biaya (b) 1. Biaya Investasi 2. Biaya Operasional 3. Biaya Sosial

Biaya Investasi © - pembuatan kandang/gudang - pembelian bakalan - harga lahan, dll

Biaya Operasional (d) - pembelian bibit/benih - pupuk/pakan - pestisida/obat - penyusutan - upah tenaga kerja

Biaya Sosial (e)

Persepsi penduduk

Finansial benefit (a-(c+d)

green/net benefit/ekonomis (a-(c+d+e))

Metode CVM

Metode Produktv

Kompensasi dlm bentuk - tanggung jawab sosial - penanganan limbah

Ditinjau dari 3 aspek - aspek ekonomi - aspek sosial - aspek lingkungan

Evaluasi Kelayakan usaha 3 metode analisis - B/C Ratio - NPV (Net Present Value) - IRR