Progress Report Penelitian Slow Release Fertilizer (Nano) Eko

download Progress Report Penelitian Slow Release Fertilizer (Nano) Eko

of 41

description

Nanotechnology

Transcript of Progress Report Penelitian Slow Release Fertilizer (Nano) Eko

PROGRESS REPORT PENELITIAN SLOW RELEASE FERTILIZERPERIODE 11 AGUSTUS 2014 2 SEPTEMBER 2014

NOTANGGAL & JAMJENIS KEGIATANCATATAN KEMAJUAN

111 Agustus 2014(13.00 WIB)Brefieng dan pengarahan penelitian1. Mengetahui proses singkat penelitian2. Membuat bagan alir dari penelitian3. Studi literatur secara umum (Slow release fertilizer)

22. 12 Agustus 2014(09.50 WIB)

(10.00 -15.30 WIB)Mengecek ketersediaan bahan dan alat penelitian

Studi Literatur mengenai bahanKetersediaan bahan:1. Pupuk NPK2. Pupuk Urea3. Pupuk SP364. Pupuk KCl5. Zeolit6. Pasir Silika

Alat:4. Shaker Mill5. Disc Mill6. Thumbler Mill

Sub-materi yang harus dipelajari :7. Kebutuhan tanaman pangan terhadap unsur-unsur hara yang dimiliki oleh pupuk NPK8. Rasio komposisi pupuk N,P, dan K dalam %9. Survey harga pupuk SRF komersial di pasaran10. Studi literatur mengenai Enkapsulasi

313 Agustus 2014(09.15 WIB)

(10.30 15.30)Mengambil alat dan bahan

Melanjutkan studi literaturBahan-bahan yang telah datang dipindahkan ke ruang lab agar mudah untuk digunakan.

Finishing dari studi literatur hari sebelumnya

A. Kebuthan tanaman pangan terhadap unsur hara yang dimiliki oleh pupuk NPK

Nitrogen (N) adalah unsur hara yang paling penting untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu penambahan pupuk N yang diperlukan untuk produksi tanaman yang baik. Untuk mempertahankan hasil panen yang baik, prinsip umum untuk penambahan nutrisi setara dengan apa yang dihapus oleh tanaman.. Sebab, unsur nitrogen (N) ini sangat menentukan pembukaan batang, cabang, dan daun tanaman terutama pada masa pertumbuhan.Fosfor (P) adalah unsur hara yang paling penting kedua. Selain itu, efisiensi pupuk fosfat di tanah adalah 20-30% tersedia pupuk fosfat yang digunakan adalah granular, memiliki tinggi P konten dan kelarutan air di atas 80%. Ketersediaan P untuk tanaman mungkin masih lebih rendah jika kondisi ini tidak terpenuhi. Dengan demikian penggunaan pupuk fosfat pada tanaman tampaknya tidak memadai dan dalam kaitannya dengan fosfor sebagai aplikasi pupuk fosfat jauh lebih sedikit dari apa yang dikeluarkan dari tanah oleh tanaman.Kalium (K) adalah elemen lain nutrisi penting dan diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang hampir sama dengan nitrogen Jika tanah kekurangan K atau pada tingkat marjinal, produksi tanaman yang baik tidak mungkin. Untuk menghindari kerugian ini dan untuk mencapai produksi tanaman yang optimal, kita harus mengetahui tingkat K tanah melalui analisis tanah, dan pupuk K harus digunakan jika tingkat K tersedia rendah. Menipisnya cadangan K dapat menyebabkan situasi drastis dan kerugian dapat menjadi irrepairable. Oleh karena itu, kita perlu memonitor menipisnya cadangan K dalam tanah dan kita harus memikirkan mekanisme untuk mempertahankan tingkat K dalam batas-batas yang diinginkan.

Table 3Nutrient Removal by Crops in Kg/acre (Production of 1 ton)

CropNitrogenPhosphorusPotassium

Wheat25933

Rice201130

Cotton621460

Sugarcane1.20.51.4

Maize20820

Selain mempunyai unsur Makro N, P, dan K. Pupuk NPK juga memiliki beberapa unsur mikro yaitu : Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, Cl1.Fe : Fe SO4.7H2O2.Mn : MnSO4.H2O3.Zn : Zn SO4.H2O4.Cu : CuSO4.H2O5.B : Na2B4O7.10H2O atau 5 H2O6.Mo : Na2MoO4 atau (NH4)2MoO4

Sumber : (INCREASING CROP PRODUCTION THRU NPK FERTILIZER. Fertilizer use in Pakistan is grossly imbalance and more skewed towards nitrogen use By Dr. B. Y. Khalid, Engro Chemical Pakistan Ltd Nov 17 - 23, 20B. Survey Harga PupukDAFTAR HARGA PUPUK

NoJenis pupukHarga

1Harga pupuk Subsidi

UreaRp.1.600/kg

NPKRp.2.300/kg

OrganikRp.700/kg

ZARp.1.400/kg

Sp-36Rp.2.000/kg

2 Harga pupuk non subsidi

2.1Data pengadaan oleh pemerintah

aPengadaan NPK oleh PT. Sang Hyang SriRp. 6.328/kg

bPengadaan NPK oleh PT. PertaniRp. 6.455/kg

cPengadaan NPK oleh PT. BerdikariRp. 6.508/kg

2.2Data Pupuk Kaltim

Urea ( Oktober 2011)Rp. 4.600/kg

2.3Harga retail

aCV Mulia Anugerah, Gresik ( 18 Januari 2011 )

Urea ex Pusri Non PPnRp.2.950/kg

NPK Kebomas es Petrogres

(12-12-17-2)Rp.3.500/kg

NPK Kebomas es Petrogres

(15-15-6-4)Rp.3.450/kg

bCV Kresna Etam Sejahtera (21 Maret 2011)

Urea ( include PPn)Rp. 4.395/kg

NPK Kebomas Eks Petro

(12-12-7-2)Rp. 4.250/kg

(15-15-6-4)Rp.4.200/kg

KCLRp.4.800/kg

2.4HPP Urea

aHPP Urea ( PIM )Rp. 4.246/kg

bHPP Urea ( PUSRI )Rp. 2.000/kg

cHPP Urea ( PKT )Rp .4.500/kg

Sumber : Harga pupuk tahun 2011C. Teknologi EnkapsulasiDefinisi EnkapsulasiEnkapsulasi adalah proses atau teknik untukmenyalut inti yang berupa suatu senyawa aktif baik itu padat, cair, gas,ataupun sel dengan suatu bahan pelindung tertentu yang dapat mengurangikerusakan senyawa aktif tersebut. Enkapsulasi membantu memisahkan material intidengan lingkungannya hingga material tersebut terlepas (release) kelingkungan. Material inti yang dilindungi disebut core dan struktur yang dibentuk oleh bahan pelindung yang menyelimuti inti disebut sebagai dinding,membran, atau kapsul (Kailasapathy 2002, Krasaekoopt et al. 2003).Kapsul merupakan bahan semipermeabel, tipis, berbentuk bulat dan kuat dengandiameter bervariasi dari beberapa mikrometer hingga millimeter (Anal dan Singh2007).Enkapsulasi banyak digunakan dalam produksi flavor kering,padahal sebagian besar senyawa flavor yang digunakan dalam industri berbentukcair (pada suhu kamar). Untuk produk makanan dan minuman seperti campuran kuedan sup, kristal jelly, campuran minuman kering, dan minuman sarapan pagiinstan, penggunaan bumbu cair tidak dapat diterapkan. Oleh karena itu, perlu adanyapenyajian komponen penyedap dalam bentuk bubuk kering yang free-flowing. Hal ini dapat diatasi dengan teknologi enkapsulasi.Bahan Pelapis untuk EnkapsulasiBahan pelapis untuk enkapsulasiadalah bahan polimer yang alami ataupun sintetis, tergantung pada bahan yang akan dilapisi dan karakteristikyang diinginkan dari hasil akhir mikrokapsulnya. Komposisi pelapis adalahpenentu utama sifat fungsional mikrokapsul dan metode yang akan digunakan untukmeningkatkan kinerja bahan tertentu. Bahan pelapis yang efektif harus memilikisifat reologi yang baik pada konsentrasi tinggi dan mudah direkayasa selamaproses enkapsulasi. Jadi bahannya harus diseleksi terlebih dahulu agar emulsidan dispersinya stabil dengan bahan aktif, dan tidak bereaksi ataupun mendegradasibahan aktif selama pengolahan dan penyimpanan. Selain itu, harus ditentukan sifatkelarutan kapsul dan pelepasan bahan aktifnya.Bahan pelapis untuk enkapsulasi bahan makanandapat dibagi menjadi karbohidrat, selulosa, gum, lipid, dan protein. Misalnya,enkapsulasi dengan metode spray drying dan ekstrusi terutama bergantung padakarbohidrat yang digunakan untuk susunan enkapsulasi. Gum, biasanya digunakansebagai pembentuk tekstur bahan, menstabilkan emulsi, mengontrol kristalisasi,dan menghambat sineresis (pelepasan air dari makanan yang dibuat), dengan demikianmeningkatkan sifat coating. Lipid umumnya digunakan untuk enkapsulasi bahanlarut air. Bahan Protein juga efektif dalam encapsulasi bahan makanan. Secarakhusus, gelatin digunakan dalam coacervation.Jenis bahan makanan yang dapat dienkapsulasia.Penyedapb.Asam, basa, bufferc.Lipidd.Zat redoks (pemutihan,pematangan)e.Enzim dan mikroorganismef.Pemanisbuatang.Ragih.Pengaweti.Pewarnaj.Cross-linking dan settingagentsk.Bahan dengan rasa dan aromayang tidak diinginkanl.Minyak atsiri, asam amino,vitamin, mineralGambar bahan dan alat :

Gambar 1. Pupuk N Gambar 2. Pupuk K Gambar 3. Pupuk P

Gambar 4. Pupuk NPK Gambar 5. Zeolit Gambar 6. Silika

Gambar 7. Disc Mill Gambar 8. Shaker Mill

Gambar 9. Thumbler Mill Gambar 10. Trolley

4. 14 15 Agustus 2014BreakPersiapan acara ICAMPN Nano Summit 2014

518 Agustus 2014(10.30 WIB)Mengecek Bahan pupuk dan tahapan MillingMengecek ukuran dari berbagai bahan pupuk seperti: NPK, N, P, dan K agar tau bagaimanakah tindakan selanjutnya, apakah perlu proses milling atau tidak. Dan didapatkan bahwa,Bahan : Zeolit, Pupuk P, dan Pupuk NPK diperlukan tindakan Milling karena ukurannya masih terlalu besar. Proses milling menggunakan Disc Mill

Sementara untuk bahan : Pupuk N dan Pupuk K tidak diperlukan tindakan milling karena ukurannya sudah cukup kecil.

Gambar 11. Sampel NPK, Silika Gambar 12. Sampel N, P dan K Dan Zeolit

Kemudian setelah melalui proses Disc Mill, akan diteruskan dengan formulasi dan proses Thumbler Mill.

620 Agustus 2014(08.30-12.30 WIB)Melalukan Proses Disc Milling pada Zeolit dan NPKProses Disc Mill ini memerlukan 100-150 gram sampel tiap percobaannya dan dilakukan selama kurang lebih 5 menit. Hasil akhir untuk mendapatkan 500 gram tiap sampelnya.Sampel yang diuji : Pupuk NPK. Zeolit dan Pupuk P

Gambar 13. Zeolit sebelum Disc Mill

Gambar 14. Zeolit setelah Disc Mill

Gambar 15. NPK sebelum Disc Mill Gambar 16. NPK Setelah Disc Mill

Gambar 17. Pupuk P sebelum Gambar 18. Pupuk P Setelah Disc Mill Disc Mill

Penjelasan :1. Pada proses milling bahan zeolit, tidak terdapat banyak kendala. Sehingga untuk mendapatkan 500 gram zeolit yang telah di milling tidak memakan waktu yang lama.1. Sementara, pada proses milling bahan NPK, ada sedikit kendala dimana pupuk NPK yang berada di dalam Disc menempel dan membentuk seperti kerak (gambar 19). Sehingga perlu dibersihkan terlebih dengan bahan pembersih (gambar 20). Sehingga diperlukan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan 500 gram NPK.

Gambar 19. Kerak NPK yang Gambar 20. Bahan Pembersih Disc Menempel di Disc

Penyebab Kerak:1. Bahan NPK mengandung banyak kandungan air sehingga banyak menempel pada disc, karena seperti yang diketahui sebelumnya bahwa pada proses disc mill, bahan dan alat yang digunakan tidak boleh basah/mengandung air karena akan menghambat proses. 1. Coating yang terdapat pada permukaan butir NPK, sehingga itulah yang menyebabkan banyak pupuk NPK yang menempel pada disc mill

Solusi yang ditawarkan:1. Dilakukan proses pengovenan NPK selama 45 menit untuk menghilangkan kandungan air didalamnya (Gambar 21 & 22)1. Sementara untuk Coating tidak ada proses tambahan hanya dibersihkan saja dengan bahan pembersih.

Gambar 21. Proses pengovenan Gambar 22. Hasil Setelah di Oven NPK

Hasilnya:1. Setelah di oven, NPK kemudian kembali di milling namun hasilnya kerak masih juga menempel di disc (tidak ada perubahan) sehingga dipastikan bukan kandungan air lah yang menyebabkan NPK menempel pada disc (Gambar 23)1. Dugaan sementara bahan coating nya lah yang menyebabkan NPK tersebut menempel, karena panas yang ditimbulkan pada alat tersebut sehingga menyebabkan sebagian NPK menempel pada disc mill.

Gambar 23. Kerak yang masih menempel setelah pengovenan

721 Agustus 2014(08.30-16.00 WIB)Formulasi pembuatan pupuk NPK dan proses Thumbler MillingProses Thumbler Milling

1. Pada proses ini, kita menggunakan alat yaitu Thumbler mill, Bola milling, nerasa, dan 3 buah Jar. (Gambar 24, 25, 26, dan 27)1. Sampel yang dibuat dalam proses ini antara lain:1. NPK dan Bola dengan perbandingan 1:22. NPK, Zeolit dan Bola dengan perbandingan massa 1:2:63. (N-P-K), Zeolit, dan Bola dengan perbandingan massa 1:2:61. Hanya 70% volume maksimal Jar yang boleh terisi oleh bahan sementara 30% nya dibiarkan kosong untuk ruang udara1. Proses milling dilakukan selama 4 jam untuk masing-masing sampel

Gambar 24. Thumbler Mill Gambar 25. Bola Milling

Gambar 26. Neraca Gambar 27. Jar

Formulasi bahan

Formulasi ini dilakukan sebelum bahan dimasukkan ke Tumbler Milling.Diinginkan dengan perbandingan berat (gram) :Powder : Bola = 1 : 2(Powder adalah sejumlah bahan yang berbentuk serbuk)Adapun formulasi yang digunakan berbasis 500 gram, berat maksimal masukan ke dalam tumbler. Kemudian disajikan dalam beberapa variabel :1. Pupuk NPKBasis : 500 gramPowder : Bola = 1 : 2 (Powder = Pupuk NPK)Maka, didapatkan perbandingan :Pupuk NPK : Bola = 166,67 : 333,33 (gram)1. Pupuk NPK + ZeolitPowder : Bola = 1 : 2 (Powder = Pupuk NPK + Zeolit)Diinginkan pula, perbandingan Pupuk NPK : Zeolit = 1 : 2Maka, didapatkan perbandingan :Pupuk NPK : Zeolit : Bola = 1 : 2 : 655,55 : 111,11 : 333,33 (gram)1. Pupuk (N-P-K) + ZeolitBerdasarkan variabel (2), Pupuk NPK : Zeolit : Bola = 55,55 : 111,11 : 333,33 (gram)Pada formulasi ini, dilakukan penyetaraan jumlah kandungan pupuk NPK pada variabel (2) (55,55 gram) dengan formulasi dari 3 jenis pupuk tunggal, Pupuk Urea (N), SP-36 (P) dan KCl (K).Berikut langkah yang dilakukan untuk formulasi pupuk (N-P-K) :1. Mencari unsur yang dibutuhkanDiketahui bahwa pupuk NPK yang digunakan berbanding 16 : 16 : 16.Maka dicari jumlah unsur dibutuhkan dari jumlah pupuk NPK pada variabel (2).1. Nitrogen = 55,55 gram x 16 % = 8,88 gram1. Posfor = Kalium = Nitrogen = 8,88 gram (karena jumlah perbandingan N : P : K dalam pupuk NPK adalah sama)1. Mengetahui kandungan unsur dalam masing-masing pupuk tunggalPupuk Urea = Nitrogen 46%Pupuk SP-36 = Posfor 36%Pupuk KCl = Kalium 45%1. Menghitung banyaknya pupuk tunggal yang dibutuhkanRumus perhitungan :

Pupuk Urea = Pupuk SP-36 = Pupuk KCl = Total Pupuk (N-P-K) = 63,43 gramSetelah mengetahui formulasi pupuk (N-P-K), dilanjutkan dengan perbandingan zeolit dan bola. Dari perbandingan diatas, Pupuk NPK : Zeolit : Bola = 55,55 : 111,11 : 333,33. Jumlah dari pupuk NPK digantikan dengan jumlah pupuk (N-P-K) sebanyak 63,43 gram. Perbandingan akhir untuk Pupuk (N-P-K) : Zeolit : Bola = 63,43 : 111,11 : 333,33 (gram).

Hasil proses:

Gambar 28. NPK setelah proses Gambar 29. NPK + Zeolit setelah Thumbler Milling Proses Thumbler Milling

Gambar 30. (N-P-K) + Zeolit Setelah Thumbler Milling

825 Agustus 2014(10.00-14.45 WIB)Briefing step selanjutnya yaitu kompaksi dan karakterisasi dan pembelian alat serta bahan tambahan1. Setelah melakukan proses milling, sampel yang telah ditentukan akan menjalani proses kompaksi dimana akan dibuat dalam bentu pellet / koin. Setiap 10 gram sampel akan didapatkan 1 buah pellet.1. Proses kompaksi sendiri cukup singkat, tiap butir pellet memakan waktu sekitar 3 menit1. Selain itu, akan ditambahkan stok sampel untuk proses kompaksi. Terutama untuk sampel NPK, sehingga NPK akan milling lagi sejumlah 500 gram, Zeolit dan Silika juga akan dibuat stok lagi sejumlah yang sama.1. Pembelian bahan tambahan seperti: gelas Cup ukuran 50 ml, wadah sampel cair, kertas saring, kawat kasa, botol aquades, box sampel untuk keperluan proses selanjutnya.

926 Agustus 2014(08.30-16.00 WIB)Mengambil 20 sampel & Uji kompaksi1. Membuat 30 sampel yang terdiri dari 10 sampel NPK seberat 10 gram/sampel, lalu 10 sampel NPK + Zeolit, dan 10 sampel (N-P-K) + Zeolit dengan jumlah berat yang sama (gambar 31)1. Dilanjutkan dengan proses kompaksi untuk ke 30 sampel yang telah dibuat1. Masing-masing sampel diuji satu persatu selama 3 menit untuk menjadikannya bentuk pellet / berbentuk pipih (gambar 32)1. Uji kompaksi menggunakan alat press dengan tekanan udara kurang lebih 25.000-30.000 Kpa (gambar 33 dan 34)1. Sampel setelah berbentuk pellet akan di melalui uji karakterisasi dan setelah itu akan dilakukan uji tanah (Gambar 35-38)

Gambar 31. Sampel untuk uji kompaksi Gambar 32. Proses kompaksi

Gambar 33. Alat press Gambar 34. Tekanan proses

Gambar 35. Sampel setelah di kompaksi

Gambar 36. Pellet NPK Gambar 37. Pellet NPK + Zeolit

Gambar 38. Pellet (N-P-K) + Zeolit

1027 Agustus 2014(08.30-20.00 WIB)Kunjungan ke UIDimulai kunjungan ke laboraturium metalurgi UI dan dilanjutkan dengan mengunjungi salah satu dosen Teknik Kimia UI yaitu pak Sahlan untuk sharing-sharing masalah riset dan diakhiri dengan kunjujngan ke home industri pembuatan permen propolis, sabun beewax milik pak sahlan.

1128 Agustus 2014(09.00-16.00 WIB)Preparing media untuk analisa slow release1. Melakukan pembelian alat-alat untuk pembuatan media analisa slow release yaitu : Jar storage pellet pupuk, wadah penyimpanan sampel air, media pot ( gelas cup), , kertas crap.1. Prepare silika gel yang akan digunakan untuk penyimpanan pupuk1. Pembuatan media analisa slow release (gambar 39 dan 40)

Gambar 39. Media analisa SRF Gambar 40. Media analisa SRF (Tampak Samping) (Tampak Atas)

1229 Agustus 2014(09.00-16.00 WIB)Briefing untuk uji tanah dan air serta persiapan uji mikroskop optik dan densitas1. Setelah media uji tanah selesai dibuat, maka selanjutnya adalah menyiapkan 4 sampel uji tanah yaitu NPK, NPK + Z, (N-P-K) + Z, dan NPK Granul (Kontrol) kesemuanya dimasukan ke dalam wadah / pot. (Gambar 41-44). Kemudian pellet pupuk dimasukan ke pot yang ditambahkan tanah 100 gram (gambar 45 & 46) lalu disiram air sebanyak 100 ml.

Gambar 41. (N-P-K) + Z Gambar 42. NPK + Z Uji Tanah Uji Tanah

Gambar 43. NPK Uji Tanah Gambar 44. NPK Granul Uji Tanah

Gambar 45. Pengambilan sampel Gambar 46. Pemberian air 100 ml tanah

1. Kemudian untuk sampel uji air dilakukan dengan menggunakan beker gelas yang ditambahkan air 100 ml, dengan menggunakan stirer dan hot plate pellet pupuk dimasukan ke dalam beker gelas (Gambar 47-50)

Gambar 47. (N-P-K) + Z Gambar 48. NPK + Z Uji Air Uji Air

Gambar 49. NPK Granul Uji Air Gambar 50. NPK Uji Air

1. Kedua jenis uji coba ini dilakukan dengan spesifikasi waktu 24, 50, 100, 120 jam.1. Kemudian setelah semua waktu uji coba selesai seluruhnya akan diuji kromatografi1. Selain dilakukan uji kromatografi sampel pellet pupuk akan dilakukan uji mikroskop optik untuk melihat tingkat hardness dan micro identification serta uji densitas.

1330 Agustus 2014 (13.30 WIB)Pengambilang sampling uji tanah dan air 24 Jam1. Hasil sampling uji tanah dan air selama 24 jam (Gambar 51-54)

Gambar 51. (N-P-K) + Z Gambar 52. NPK + Z Uji Tanah 24 Jam Uji Tanah 24 Jam

Gambar 53. NPK Granul Gambar 54. NPK Uji tanah 24 Jam Uji Tanah 24 Jam

1. Kemudian semua sampel dimasukan kedalam tabung sampel 24 jam (gambar 55 & 56)

Gambar 55. Sampel Uji Tanah 24 Jam

Gambar 56. Sampel Uji Air 24 Jam

1. Setelah sampling pertama 24 jam, terlihat pada uji tanah pada sampel NPK dan NPK Granul air yang didapatkan berwarna ke kuningan yang diduga banyak unsur NPK yang terlarut didalam air tersebut1. Sementara pada sampel NPK + Z dan (N-P-K) + Z air masih terlihat lebih bening dibandingkan 2 sampel diatas1. Pada uji air ke 4 sampel yang dibuat sama-sama melarut di dalam air namun belum bisa dipastikan berapa kelarutannya, yang akan dianalisa lebih lanjut.

1431 Agustus 2014 (15.30 WIB)Pengambilan Sampling uji tanah dan air 50 Jam1. Pengambilan sampling untuk uji air dan tanah dan uji air pada rentang waktu 50 jam telah tercapai1. Dari tampilannya, tidak terlalu terjadi perubahan warna yang signifikan terhadap kedua jenis sampel pada tiap-tiap jenis pupuknya.1. Hasil sampel 50 jam yang didapat (Gambar 57-58)

Gambar 57. Sampling Air 50 jam

Gambar 58. Sampel Uji tanah 50 Jam

1. Setelah pengambilan sampel air sebanyak 30 ml disetiap uji, maka media disiram kembali dengan air sebanyak 50 ml. Dimana 30 ml diambil dari sisa air sampel yang ada di media dan 20 ml dari air tambahan yang baru.1. Masih ada dua periode waktu lagi yang akan diambil sampel nya yaitu 100 jam dan 120 jam.

151 September 2014 (09.00-16.00 WIB)Pengambilan sampel 72 jam uji tanah dan air, analisa uji densitas dan penambahan uji Air Demineralisasi1. Proses pengambilan sampling air pada uji tanah dan uji air pada interval 72 jam disertai dengan pengukuran nilai TDS pada semua sampel, mulai dari interval 24 jam. (Gambar 59- 64)

Gambar 59. (N-P-K) + Z Uji Tanah 72 Jam Gambar 60. NPK + Z

Gambar 61. NPK Granul Gambar 62. NPK Uji Tanah Uji Tanah 72 Jam 72 Jam

Gambar 63. Sampel Uji Air 72 Jam

Gambar 64. Uji TDS Pada Semua Sampel

1. Berdasarkan arahan dari pembimbing, maka ditambahkan 1 set analisa lagi yaitu menggunakan aqua DM (Air demineralisasi), analisa ini menggunakan sampel pupuk yang di mixing dengan menggunakan stirer dan dibuat interval sampel yang sama nantinya ( Gambar 65-67)

Gambar 65. Sampel Uji Aqua DM

Gambar 66. Proses Mixing 1

Gambar 67. Proses Mixing 2

1. Kemudian setalah didapatkan nilai TDS dari masing-masing uji dalam interval yang telah ditentukan, maka selanjutnya nilai TDS itulah yang akan menentukan proses selanjutnya yaitu Analisa Ion Kromatografi1. Analisa yang dilakukan selain itu adalah Uji Densitas menggunakan alat Neraca Archimedes (Gambar 68). Dimana pada uji densitas ini membutuhkan berat kering dan berat basah dari sampel tersebut.1. Berat kering adalah berat yang berasal dari sampel yang dalam keadaan kering (Tidak ada kandungan air)1. Berat basah adalah berat yang berasal dari sampel yang telah direndam dalam air selama 3 menit (sumber). Namun karena kondisi sampel yang merupakan bahan organik yang mudah melarut dalam air maka perendaman hanya dilakukan selama 30 detik saja untuk semua sampel.1. Dibandingkan 2 sampel lainnya NPK pellet sangat cepat melarut dibandingkan sampel NPK + Zeolit serta (N-P-K) + Zeolit. Dugaan sementara Peran Zeolit dalam menghambat proses kelarutan pupuk cukup besar namun masih harus dibuktikan dalam uji ion kromatografi.1. Selanjutnya setelah berat kering dan berat basah sampel didapatkan, maka selanjutnya dimasukan kedalam rumus.

Maka didapatkan :

Gambar 68. Proses Pengukuran Densitas dengan Neraca Archimedes

162 September 2014 (09.00-16.00 WIB)Pengabilan sampel Uji Aqua DM 24 jam, analisa TDS Uji Tanah dan air 96 Jam, serta Uji porositas1. Setelah 24 jam di stirer, maka diambilah sampel pada uji Aqua DM, kemudian di uji TDS dan temperaturnya didapatkan bahwa kandungan TD terbesar ada pada sampel NPK Granul yaitu sekitar 8804 ppm, sementara kandungan TDS terendah ada pada sampel (N-P-K) + Zeolit yaitu sekitar 2462 ppm. (Gambar 69-72)

Gambar 69. (N-P-K) + Z Gambar 70. NPK + Z

Gambar 71. NPk Granul Gambar 72. NPK Uji Aqua DM Uji Aqua DM

1. Kemudian pada uji Tanah dan Uji Air juga dianalisa TDS pada waktu 96 jam, dan didapatkan hasil bahwa sampel (N-P-K) + Zeolit masih memiliki kandungan TDS terendah sekitar 1000- 1300 ppm. (Gambar 73-74)

Gambar 73. Sampel Uji tanah 96 Jam

Gambar 74. Sampel Uji Air 96 Jam

1. Selanjutnya dilakukan juga Uji porositas pada 3 sampel yaitu: NPK, NPK + Zeolit, dan (N-P-K) + Zeolit. Dan hasil yang didapat adalah ketiga sampel rata-rata sangat cepat larut di dalam air kurang lebih dalam waktu 1 menit. Sementara, Uji porositas sendiri seharusnya sampel tersebut direndam di air selama 24 jam baru bisa ditimbang berat basahnya. Jadi percobaan Uji Porositas tidak dilanjutkan. (Gambar 75)

Gambar 75. Keadaan sampel uji porositas setelah direndam 1 menit

173 September 2014 (08.30-16.00 WIB)Pengovenan pada Sampel SEM, Pengambilan Sampel Uji tanah dan Air interval 120 Jam, serta sampel Aqua DM 48 Jam.1. Sampel pupuk yang dipersiapkan untuk uji SEM (Scanning Electron Microscope) dilakukan pengovenan terlebih dahulu agar sampel benar-benar dalam keadaan kering dan siap untuk di SEM, sampel yang di oven antara lain: NPK (hasil Milling), Zeolit (hasil Milling), NPK Kompaksi, NPK + Zeolit, dan (N-P-K) + Zeolit.

184 Sepetember 2014 (08.30-16.00 WIB)Pengukuran nilai TDS uji tanah dan air dalam interval 144 jam, dan uji aqua demineralisasi interval 72 jam1. Sampel yang diuji pada tanah, air dan aqua demineralisasi kembali diuji nilai TDS nya, dan dari uji tersebut masih didapatkan bahwa sampel (N-P-K) + Zeolit masih memiliki nilai TDS terendah dibanding yang lain, diduga karena peran zeolit yang mampu menahan pelepasan unsur pupuknya.

19.5 September 2014 (08.30-16.00 WIB)Pengambilan sampling terakhir uji tanah dan air 160 jam serta uji aqua demineralisasi 96 jam1. Pada hari terakhir diambil sampel untuk uji tanah, air dan aqua demineralisasi dan didapatkan hasil bahwa sampel (N-P-K) - Zeolit adalah sampel dengan kandungan TDS terendah untuk semua jenis uji1. Didapatkan kepastian bahwa produk SRF terbaik adalah blending zeolit dengan pupuk N, pupuk P, dan pupuk K dengan formulasi yang telah ditetapkan.1. Hasil ini masih harus diperkuat dengan analisa ion kromatografi dan analisa SEM TDS sehingga data yang diperoleh lebih akurat1. Daftar tabulasi nilai TDS terlampir.