KEBEBASAN BERAGAMA DALAM AL-QUR`AN (Tafsir Surat...
Transcript of KEBEBASAN BERAGAMA DALAM AL-QUR`AN (Tafsir Surat...
KEBEBASAN BERAGAMA DALAM AL-QUR`AN
(Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 256 Menurut Ibnu Katsîr, Wahbah
Zuhailî dan Quraish Shihâb)
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Lu`luatul Ma`muroh
NIM. 13210525
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1438 H/ 2017 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Kebebasan Beragama dalam Al-Qur`an (Tafsir
Surat Al-Baqarah Ayat 256 Menurut Ibnu Katsîr, Wahbah Zuhailî dan
Quraish Shihab) yang disusun oleh Lu`luatul Ma`muroh dengan Nomor
Induk Mahasiswa 13210525 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan
disetujui untuk diujikan pada sidang munaqosyah.
Jakarta, 14 Agustus 2017
Pembimbing,
Ali Mursyid, M. Ag
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Kebebasan Beragama dalam Al-Qur`an ( Tafsir
Surat Al-Baqarah Ayat 256 Menurut Ibnu Katsîr, Wahbah Zuhailî dan
Quraish Shihâb)” oleh Lu`luatul Ma`muroh dengan NIM 13210525 telah
diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-
Qur`an (IIQ) Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2017. Skripsi ini diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag).
Jakarta, 18 Agustus 2017
Dekan Fakultas Ushuluddin
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
Dra. Hj. Maria Ulfah, MA
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dra. Hj. Maria Ulfah, MA Dra. Suci Rahayuningsih
Penguji I, Penguji II,
Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc, MA Dr. Hj. Romlah widayati, M.Ag
Pembimbing,
Ali Mursyid, M. Ag
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lu`luatul Ma`muroh
NIM : 13210525
Tempat/ Tgl. Lahir : Mekkah, 17 Februari 1995
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Kebebasan Beragama dalam Al-
Qur`an (Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 256 Menurut Ibnu Katsîr,
Wahbah Zuhailî dan Quraish Shihab)” adalah benar-benar asli karya saya
kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di
dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 14 Agustus 2017
Lu`luatul Ma`muroh
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Kupersembahkan Kepada:
Bapak Solihin dan Ibu Qomariyah yang selalu
mendukung dengan doa dan restu
Saudara-saudara tersayang yang selalu memberi
motivasi
Sahabat-sahabatku yang senasib dan seperjuangan
yang selalu memberikan semangat.
Dan Semoga Kita Tetap Optimis Untuk Tegar Menapaki
Jalan Kehidupan Nanti
v
MOTTO
بى للاغرباء با فطوا د كما بدأ غري ا با وسي عوا لام غري ا سا بدأ الا
)رواه مسلم(
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam
keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan
itu”. (HR. Muslim)
vi
انسحيى بسى الله انسح
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang Maha Kuasa hanya dengan izin-
Nya terlaksana kebijakan dan kesuksesan. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw. Sahabat serta
para pengikutnya.
Dalam penulisan skripsi ini, Alhamdulillah skripsi ini dapat
terselesaikan berkat adanya dorongan, nasehat serta bimbingan dari semua
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. di
antaranya kepada:
1. Allah SWT, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas setiap
kemudahan dan kelancaran-Nya selama penulis mengerjakan skripsi
ini.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Khuzaemah Tahido Yanggo, Lc, MA Ibunda kita
semua, Rektor Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
3. Ibu Dr. Hj. Maria Ulfa, MA dekan fakultas Ushuluddin IIQ
Jakarta,atas segala kebaikan dan bimbingannya.
4. Bapak Ali Mursyid M. Ag selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya guna memberikan bimbingan dan pengarahan
yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini.
5. Segenap dosen pengajar IIQ terutama Fakultas Ushuluddin jurusan
Tafsir Hadis yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan,
sehingga penulis mampu memahami banyak hal terkait ilmu-ilmu Al-
Qur`an.
6. Segenap instruktur tahfidz atas ilmu dan semangat yang telah
diberikan kepada penulis. Kak A‟yuna, Ibu Mahmmudah, Ibu Atiqoh,
vii
Ibu Muthmainnah, Ibu Arbiyah, Ibu Amila dan Ibu Istiqomah serta
Bapak Fathoni.
7. Seluruh staf Fakultas Ushuluddin yang telah membantu apapun yang
dibutuhkan penulis selama menjadi mahasiswa.
8. Pimpinan dan staf perpustakaan IIQ Jakarta, perpustakaan Fakulats
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, perpustakaan Umum UIN
Syarif Hidayatulah Jakarta, perpustakaan Iman Jama‟ dan
perpustakaan Pusat Studi Al-Qur`an (PSQ) terimakasih atas
kesempatannya untuk penulis dalam mencari bahan yang diperlukan
dalam penyusunan skripsi.
9. Terima kasih kepada orangtua tercinta Bapak H. Solihin dan Ibu Hj.
Qomariyah. Tidak ada kata yang dapat penulis sampaikan selain
terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala kasih sayang, doa,
pengorbanan, dukungan, dan bimbingan yang kalian berikan dengan
ikhlas dan kesabaran yang tak terhingga. Hanya do‟a yang dapat
penulis persembahkan untuk keduanya. Allahummaghfir lî wa
liwâlidayya warhamhumâ kamâ rabbayânî shaghîrâ.
10. Saudara-saudara tercinta, Adung Abdurrahman. Lc, Nur Hidayah M.
Pd, Agus Fikri S.Kom, Fitroh Ardini Fikri S.pd, Milhatul Maula S.pd,
Niammillah, Humaidah dan Zahrotun Nisa yang selalu memberikan
support dan doa dalam setiap perjuangan.
11. Terkhusus Sahabat Nurazizah Fatiati, Nurwahyu Dhieni, Nur
Hasanah, Hana Andriana, Galuh Fathatul Maula, Siti Nurhalimah,
Ilma Zidna Walyatalattovic dan Dita Fiki Farhanti yang telah
menularkan semangat luar biasa kepada penulis.
12. Teman-teman angkatan 2013 terkhusus untuk teman-teman
Ushuluddin, atas kebersamaan dan supportnya selama masa
perkuliahan hingga sekarang.
viii
13. Ahmad Mubarok S.pd terima kasih banyak atas kebaikan yang telah
diberikan kepada penulis, motivasi dan doa.
14. Semua pihak yag tidak dapat disebutkan namanya satu persatu dalam
kata pengantar yang terbatas ini.
Dalam penulisan skripsi ini berbagai upaya telah penulis lakukan
untuk memaksimalkan skripsi ini menjadi karya ilmiah yang baik, Namun,
karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, maka skripsi ini
tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari para
pembaca demi karya yang lebih baik lagi.
Akhirnya, semoga hasil jerih payah penulis ini dapat menjadi buah
karya yang bermanfaat dan menjadi amal shalih yang mendapatkan ridha dari
Allah swt di akhirat kelak, Amin.
Jakarta, 18 Agustus 2017
Lu`luatul Ma`muroh
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
PERNYATAAN PENULIS .......................................................................... iii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. xii
ABSTRAKSI ................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi, Pembatasan Dan Perumusan Masalah .................... 7
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .................................................. 8
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 9
E. Metodologi Penelitian ............................................................... 12
F. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 13
G. Metode Analisis Data ................................................................ 13
H. Teknik Dan Sistematika Penulisan............................................ 14
BAB II KEBEBASAN BERAGAMA MENURUT
PANDANGAN UMUM DAN PANDANGAN ISLAM
A. Definisi Kebebasan Beragama .................................................... 15
B. Sejarah Kebebasan Beragama ................................................... 18
C. Kebebasan Beragama Menurut HAM ......................................... 21
1. Hak Asasi Manusia (HAM) PBB ......................................... 24
2. HAM OKI ............................................................................ 33
x
D. Kebebasan Beragama Menurut Para Ulama Islam ...................... 35
BAB III BIOGRAFI PENULIS DAN PROFIL KITAB TAFSIR
A. Mufassir Klasik Ibnu Katsîr ..................................................... 49
1. Biografi Ibnu Katsîr ........................................................... 49
2. Karya-karya Ibnu Katsîr ...................................................... 53
3. Komentar Para Ulama Menurut Ibnu Katsîr ....................... 55
B. Tinjauan Umum Kitab Tafsir Al-Qur`an al-Azhim .................. 56
1. Profil Kitab Tafsir Al-Qur`an al-Azhim ............................. 56
2. Metode Penafsiran Tafsir Al-Qur`an al-Azhim ................... 58
3. Sistematika Tafsir Al-Qur`an al-Azhim ............................... 60
4. Karakteristik Tafsir Al-Qur`an al-Azhim ............................ 60
C. Mufassir Kontemporer Wahbah Zuhailî ................................. 60
1. Biografi Wahbah Zuhailî ...................................................... 60
2. Karya-Karya Wahbah Zuhailî ............................................. 63
D. Tinjauan Umum Tafsir al-Munir ............................................... 65
1. Profil Kitab Tafsir al-Munir ......................................... 65
2. Sumber penafsiran Kitab Tafsir al-Munîr .................... 66
3. Metode dan Corak Penafsiran ....................................... 68
4. Karakteristik Tafsir al-Munîr ........................................ 71
5. Sistematika Penulisan Tafsir al-Munîr .......................... 71
E. Mufassir Indonesia M. Quraish Shihab
1. Biografi Quraish Shihab ...................................................... 72
2. Aktifitas dan Jabatan ........................................................... 80
3. Karya-karya Quraish Shihab ............................................... 82
4. Sistematika Penulisan Tafsir al-Munîr ................................ 71
5. Sistematika Penulisan Tafsir al-Munîr ................................ 71
F. Tinjauan Umum Tafsir al-Mishbâh ........................................... 85
1. Profil Tafsir al-Mishbâh ...................................................... 85
xi
2. Metode Penafsiran ............................................................... 86
3. Corak Penafsiran ................................................................. 91
BAB IV TAFSIR AL-BAQARAH AYAR 256 KAITANNYA DENGAN
KEBEBASAN BERAGAMA
A. Tafsir Al-Baqarah Ayat 256 Menurut Tafsir Ibnu Katsîr, al-
Munir dan al-Mishbah ............................................................... 93
1. Tafsir Al-Baqarah Ayat 256 Menurut Tafsir Ibnu Katsîr ... 93
2. Tafsir Al-Baqarah Ayat 256 Menurut Tafsir al-Munîr ....... 98
3. Tafsir Al-Baqarah Ayat 256 Menurut Tafsir al-Mishbâh . 107
B. Analisa Perbedaan dan Persamaan .......................................... 111
C. Keterkaitan surat Al-Baqarah Ayat 256 dengan Kebebasan
Beragama…………………………………………………… 114
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 117
B. Saran ................................................................................................. 118
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 121
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
Huruf
Arab Nama
Huruf
Latin Keterangan
alif - Tidak dilambangkan أ
”bā` b Huruf “be ة
”tā` t Huruf “te ث
”tsā` ts Huruf “te” dan “es ث
jim j Huruf je ج
hā` h Huruf “ha” dengan garis bawah ح
”khā` kh Huruf “ka” dan “ha خ
”dal d Huruf “de د
”dzal dz Huruf “de” dan “zet ذ
”rā` r Huruf “er ز
”Zai z Huruf “zet ش
”Sin s Huruf “es س
”Syin sy Huruf “es” dan “ye ش
”Shād sh Huruf “es” dan “ha ص
”Dhād dh Huruf “de” dan “ha ض
”thā` th Huruf “te” dan “ha ط
”zhā` zh Huruf “zet” dan “ha ظ
„ ain„ عKoma terbalik di atas hadap
kanan
”ghain gh Huruf “ge” dan “ha غ
”fā` f Huruf “ef ف
”Qāf q Huruf “qi ق
”Kāf k Huruf “ka ك
”Lām l Huruf “el ل
”Mim m Huruf “em و
Nun n Huruf “en”
”wāwu w Huruf “we و
”hā` h Huruf “ha ھ
hamzah ` Apostrof ء
”yā` y Huruf “ye ي
xiii
B. Vokal
Vokal Tunggal
Tanda Vocal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
____ A Harakat Fathah
____ I Harakat Kasrah
____ U Harakat Dhammah
Vokal Panjang
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
ȃ ____ اHuruf “a” dengan topi di
atas
î ____ يا Huruf “i” dengan topi di
atas
û ____ وا Huruf “u” dengan topi di
atas
Vokal Rangkap
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
يا ____ Ai Huruf “a” dan “i”
وا ____ Au Huruf “a” dan “u”
C. Kata Sandang
1) Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyyah
ditransliterasi sesuai dengan bunyinya. Contohnya:
al-Madînah :انديت al-Baqarah :انبقسة
2) Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyyah
ditransliterasi sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan
sesuai bunyinya. Contoh:
xiv
as-Sayyidah : انسيدة ar-rajul : انسجم
ad-Dȃrimî : اندازيى asy-syams : انشس
3) Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan dengan
lambang (__), sedangkan untuk alih aksara dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd.
Aturan ini berlaku umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di
akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyyah. Contoh:
فهبء Âmannȃ billȃhi : أيب ببلل انس Âmana as-Sufahȃ’u : أي
انري كع Inna al-ladzîna : إ wa ar-rukka’i : وانس
4) Ta Marbuthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.
Contoh:
al-Af`idah : الأفئدة
al-Jȃmi’ah al-Islȃmiyyah : انجبيعت الإسلييت
Sedangkan ta marbuthah yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (isim), maka dialih aksarakan menjadi
huruf “t”. Contoh:
Âmilatun Nashibah’: عبيهت بصبت
al-Âyat al-Kubrȃ : الٱيت انك بسى
xv
ABSTRAKSI
Lu`luatul Ma`muroh (13210525), Judul Skripsi: “Kebebasan
Beragama dalam Al-Qur`an (Studi Tafsir Al-Baqarah Ayat 256)”, diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana (Strata-1),
Fakultas Ushuluddin, Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta.
Latar belakang penulisan skripsi ini adalah keterkaitan penulis
terhadap pokok pembahasan mengenai kebebasan beragama dalam Al-
Qur`an dalam tafsir surat al-Baqarah ayat 256. Karena ayat al-Baqarah ayat
256 ini sering menjadi landasan adanya kebebasan beragama. Dengan ini
penulis ingin meneliti apa yang mendasar adanya kebebasan beragama,
namun demikian ayat ini sering disalahpahami sebagai dasar untuk
mengatakan adanya kebebasan mutlak dalam beragama, padahal menurut
para ulama ayat tersebut memang bicara tentang kebebasan beragama akan
tetapi bukan kebebasan pindah agama, sedangkan menurut para ulama tidak
ada kebebasan mutlak untuk pindah agama. Untuk pembahasan penelitian
ini merujuk kepada Al-Qur`an melalui tiga mufassir, yaitu Ibnu Katsir,
Wahbah Zuhaili dan Quraish Shihab. Bagaimana pendapat ketiganya makna
mengenai kebebasan beragama dalam tafsiran surat al-Baqarah ayat 256
dalam tafsir Ibnu Katsir, al-Munir dan al-Misbah.
Pada skripsi ini terdapat 2 rumusan yang akan dibahas, pertama
yaitu kebebasan beragama menurut pandangan umum dan pandangan Islam
(HAM PBB dan HAM OKI)? Yang kedua kebebasan beragama menurut
para mufassir yaitu Ibnu Katsir dalam tafsirnya A-Quran al-Adzim, Wahbah
Zuhaili dalam tafsirnya al-Munir dan Quraish Shihab dalam tafsir al-
Misbah.?
Metode penenlitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan
(Library Research) maka penulis merujuk kepada Tafsir Al-Qur`an Al-
Azhîm, Al-Munir dan Al- Mishbah. Kemudian didukung oleh data dari
literature yang berkaitan dengan penelitian ini. Selanjutnya pengumpulan
data yang digunakan adalah dokumentasi. Data-data tersebut dikumpulkan
kemudian mencari titik persamaan dan perbedaannya.
Hasil penelitian ini adalah: Pertama, kebebasan Bergama secara
umum (inetrnasional) mengacu dalam pasal 18 Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia (DUHAM) bahwa setiap orang berhak atas kebebasan
pikiran, hati nurani, dan agama. Dalam hal ini termasuk kebebasan berganti
agama atau kepercayaan dengan cara mengajarkannya melakukannya
beribadah dan mentaatinya, baik sendiri maupun bersama-sama dengan
orang lain di muka umum maupun sendiri
xvi
Kedua, tafsiran surat Al-Baqarah ayat 256 menurut ketiga tafsir
tersebut mengatakan kebebasan beragama memang ada dalam Islam tetapi
hanya terkait dengan kebebasan memeluk agama atau berkeyakinan, orang
memeluk Islam atau memeluk agama apapun tidak boleh atas dasar karena
paksaan. Sehingga tidak boleh berdakwah kepada non muslim untuk
memaksa supaya masuk Islam. Tetapi ketiga ulama tafsir tersebut tidak
menjelaskan kebebasan berganti agama. Jadi tidk ada hak berganti agama,
atau hak murtad dalam Islam. Ini berrbeda dengan konsep secara umum
pasal 18 DUHAM (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia), yang
menyatakan adanya hak berganti agama.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya, kebebasan beragama dan berkeyakinan mendapat
jaminan yang jelas dan pasti dalam Islam. Dalam perspektif Islam, “Lâ
Ikrâha fi al-dîn” (Tidak ada paksaan untuk memasuki agam Islam). Disini
Islam melarang secara tegas bentuk-bentuk pemaksaan untuk menganut
agama tertentu.
Agama sebagai salah satu sumber kebaikan yang bersifat absolut
karena bersumber dari wahyu Allah, semestinya meletakkan rambu-rambu
yang dapat menuntun para penganutnya pada kebaikan. Diantara rambu
tersebut yaitu keniscayaan tidak diperkenankannya tindakan pemaksaan
dalam agama. Artinya, praktik memaksa orang lain agar mengikuti
pemahamannya atau memaksa orang lain agar mengikuti agamanya
merupakan praktik yang tidak diperbolehkan. Ayat ke-256 dalam surat al-
Baqarah dapat mempertimbangkan aspek toleransi dan kasih sayang yang
telah digariskan oleh Allah SWT dan Rasulullah saw. tidak diperkenankan
adanya paksaan karena sesungguhnya antara kebaikan dan kedzaliman
sudah jelas, memaksakan kehendak bukanlah hak manusia.1
Tidak ada ayat Al-Qur`an yang paling sering dikutip ketika bicara
tentang kebebasan beragama dalam Islam selain ayat dalam QS. al-
Baqarah[2]:256. Jika diterjemahkan ayat itu akan berbunyi seperti “Tidak
ada paksaan dalam agama. Sungguh telah nyata (berbeda) kebenaran dan
kesesatan. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah SWT. sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali
1 Zuhairi Misrawi, Al-Qur‟an Kitab Toleransi, (Jakarta: Pustaka Oais, 2010) , h.
224.
2
yang amat kuat yang tidak akan putus. Allah maha mendengar. Bertumpu
kepada pengertian ayat tersebut, tidak sedikit pemikir progresif Islam yang
berkesimpulan bahwa Islam adalah agama yang mendukung penuh
kebebasan beragama. Mereka menampik sekiranya Islam dianggap
menegasikan ide kebebasan beragama. Kebebasan beragama dan
berkeyakinan mendapat jaminan yang jelas dan pasti dalam Islam. Dalam
perspektif Islam, Al-Qur`an telah secara jelas dan tegas menyatakan, “Lâ
ikrâha fi al-din (tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam). Islam
melarang secara tegas bentuk-bentuk pemaksaan untuk menganut agama
tertentu. Kebebasan manusia dalam memilih agama dan keimanan
merupakan prinsip paling fundamental dari ajaran akidah Islam. Dengan
demikian, penegasan Al-Qur`an tentang kebebasan manusia untuk beriman
atau kufur tanpa paksaan merupakan prinsip yang tidak lagi dapat ditawar.
“Maka barangsiapa yang ingin (beriman), hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.”demikian pernyataan Al-
Qur‟an. 2
Dengan adanya kebebasan beragama penulis mengambil ayat al-
Qur‟an yang terdapat dalam surat al-Baqarah yaitu ayat 256. Surat al-
Baqarah ayat 256 ini sering kali menjadi landasan bagi wacana kebebasan
di Indonesia namun demikian ayat ini sering disalahpahamkan sebagai
dasar untuk dinyatakan bahwa ada kebebasan mutlak baik kebebasan
beragama atau tidak kebebasan beragama, kebebasan memeluk agama baik
pindah agama atau tidak pindah agama. Dan dipahami secara berbeda oleh
para pemikir progresif dan jumhur ulama pada umumnya. Kelompok
progresif memahami bahwa dasar kebebasan beragama itu semutlak-
mutlaknya.
2 Mahmoud Hamdi Zaqzouq, Islam Dihujat Islam Menjawab, (tangerang
Selatan: Lentera Hati 2008) h. 169
3
Terdapat perdebatan antara jumhur ulama dan pemikir progresif,
dari sudut pendapat jumhur ulama ada yang berpendapat antara lain;
pertama, Menurut Ibn Âshûr, ayat lâ ikrâh fî al-dîn ini turun setelah
terjadinya penaklukan kota Makkah, setelah orang-orang Arab berduyun-
duyun masuk Islam dan setelah Ka‟bah bersih dari simbol-simbol
kemusyrikan. Setelah itu semua terjadi, Allah membatalkan peperangan
atas dasar agama. Dengan perkataan lain, ayat lâ ikrâh fî al-dîn telah
membatalkan ayat-ayat perang dalam al-Qur`an. Dengan demikian,
masuknya seseorang ke dalam Islam harus didasarkan pada pilihan bebas
tanpa paksaan (dûn jabr wa lâ ikrâh).3 Lebih lanjut, Muhammad Abd al-
Mun‟im al-Jamâl berkata bahwa lâ ikrâh fî al-dîn artinya lâ ikrâh fî dukhûl
al-Islâm wa lâ yuqhar al-nâs „alâ i„tinâqih (tidak ada paksaan untuk
masuk Islam dan manusia tidak boleh dipaksa untuk memeluk Islam).4
Kedua, Al-Sha‟rawî mengartikan ayat lâ ikrâh fî al-dîn ini dengan
anna Allâh lam yakrah khalqah wa huwa khâliquhum „alâ dîn (Allah tidak
memaksa makhluk yang diciptakan-Nya untuk memeluk suatu agama).
Menurut al-Sha‟rawî, alasan tidak adanya paksaan dalam Islam itu karena
sudah cukup jelas perbedaan antara jalan keselamatan (tharîq al-najâh, al-
rushd) dan jalan kebinasaan (tharîq al-halâk, al-ghayy). Menurut al-
Sha‟rawî, seorang rasul diutus untuk menyampaikan ajaran bukan untuk
memaksakan ajaran. Namun, kata al-Sha‟rawî sekiranya seseorang telah
menetapkan diri untuk masuk Islam, maka yang bersangkutan terikat untuk
mengamalkan ajaran Islam. Tidak bisa orang Islam dengan alasan lâ ikrâh
fî al-dîn tidak mengerjakan salat. Begitu seseorang menetapkan masuk
3 Muhammad Ibn Âshûr, al-Tâhir al-Tahrîr wa al-Tanwîr, (Tunis: Dâr Suhnun li al-
Nashr wa al-Tawzî) Vol. 3, Vol. 5, h. 25-26. 4 Muhammad Abd al-Mun‟im Al-Jamâl, al-Tafsîr al-Farîd i al-Qur‟ân al-Majîd. (Kairo:
Majma‟ al-Buhûth al-Islâmîyah, 1970), h. 256
4
Islam, demikian al-Sha‟rawî, maka ia terikat untuk mengamalkan ajaran
Islam.5
Mengikuti al-Sha‟rawî, M. Quraish Shihab berkata, jika seseorang
telah memilih satu aqidah, aqidah Islam misalnya, maka dia terikat dengan
segala tuntunan-Nya dan berkewajiban melaksanakan perintah-perintah-
Nya. Dia terancam sanksi bila melanggarnya. Shihab menegaskan,
seseorang tidak boleh berkata, “Allah telah memberi saya kebebasan untuk
salat atau tidak, berzina atau nikah”. Sebab, demikian Shihab, bila
seseorang telah menerima aqidah Islam, maka dia harus melaksanakan
tuntunannya. Dengan ini, Quraish Shihab mungkin hendak menegaskan
bahwa kebebasan yang dimaksudkan dalam ayat lâ ikrâh fî al-dîn itu tidak
mencakup kebebasan untuk melaksanakan dan tidak melaksanakan ajaran
Islam bagi orang Islam. Dengan perkataan lain, begitu seseorang
menetapkan dan memilih Islam sebagai agamanya, maka ia terikat dengan
seluruh ketentuan dan ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw.6
Berbagai tafsir ayat lâ ikrâh fî al-dîn yang diajukan para mufassir
di atas berujung pada kesimpulan bahwa menurut mereka tidak boleh ada
paksaan bagi seseorang untuk masuk Islam. Sebab, keimanan dan
keislaman yang dibangun di atas fondasi pemaksaan tidak akan berdiri
kokoh sehingga mudah rapuh dan hancur. Itu sebabnya, berdasarkan sabâb
al-nuzûl ayat tersebut, orang tua pun tidak dibolehkan melakukan
pemaksaan agar agama anak mengikuti agama orang tuanya. Tidak hanya
orang tua, seorang kepala negara seperti Khalifah Umar bin al-Khattâb pun
tidak diberi kewenangan untuk memaksa seseorang memeluk Islam.
Sebagaimana Nabi Muhammad saw, para ulama hanya diberi kewenangan
5 Muhammad Mutawallî al-Sha‟rawî, Tafsîr al-Sha„rawî, (Mesir: Majmaal-Buhûth al-
Islâmîyah, 1991), Vol. 2, h. 1126-1128. 6 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an
(Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 668.
5
untuk menyampaikan kebenaran ajaran Islam bukan untuk memaksa orang
lain untuk masuk Islam.
Sedangkan menurut pendapat pemikir progresif misalnya, Jawdat
Sa‟id. Menurut beliau yang dimaksud dengan pemaksaan (al-ikrâh) adalah
al-ghayy dan ini adalah jalan salah (al-tharîq al-khâthi‟). Sedangkan yang
dimaksud dengan tanpa paksaan (al-lâ ikrâh) adalah al-rushd dan ini
adalah jalan benar (al-tharîq al-shahîh). Pengertian ayat itu adalah “tidak
ada paksaan dalam agama”. Sungguh sudah jelas (perbedaan) antara tanpa
paksaan dan pemaksaan”. Berbeda dengan kebanyakan para mufassir,
Sa‟îd menafsirkan kata “thâghût” dalam lanjutan ayat itu sebagai orang
yang memaksakan pemikiran dan keyakinannya kepada orang lain, dan
membunuh orang yang berbeda keyakinan dengan dirinya.7
Perihal ayat tersebut, Sa‟îd mengemukakan pandangannya. ayat itu
bisa dipahami sebagai kalimat perintah (kalâm insyâ‟î) dan sebagai
kalimat informatif (kalâm ikhbârî). Sebagai kalimat perintah, ia menyuruh
seseorang untuk tidak melakukan pemaksaan kepada orang lain. Sebagai
kalâm ikhbârî, ayat itu memberitahukan bahwa seseorang yang dipaksa
masuk pada suatu agama sementara hatinya menolak, maka orang itu tidak
bisa dikatakan telah memeluk agama itu. Ini karena agama ada di dalam
kemantapan hati, bukan dalam ungkapan lisan. Selain itu Sa‟id
berpendapat ayat ini turun untuk melarang pemaksaan dalam soal agama.
Satu tarikan nafas dengan itu, ayat ini dengan sendirinya melarang
membunuh orang yang pindah agama (murtad).
Inilah kutipan pendapat Sa‟îd, “saya berpendapat bahwa ayat ini
merupakan teks yang akurat yang mengharamkan pembunuhan orang
murtad. Pendapat yang menyatakan bahwa orang murtad harus
7 Jawdat Sa‟îd, Lâ Ikrâh fî al-Dîn: Dirâsât wa Abhâth fî al-Fikr al-Islâmî (Damaskus:
Markaz al-Ilm wa al-Salâm li al-Dirâsât wa al-Nashr, 1997), h. 25-26, dan Ghazali, Argumen
Pluralisme, h. 218.
6
dibunuh memang cukup populer. Tapi, tidak berarti pendapat yang
populer itu benar. Popularitas tidak menjadi rujukun hukum.
Kekeliruan ini bermula dari hadis man baddal dînah fa uqtulûh. Jika
saya mengambil satu pendapat bahwa hadis tidak bisa me-naskh Al-
Qur`an, maka jelas dalam Al-Qur`an tidak ditemukan hukum bunuh
bagi orang murtad. Dengan demikian, orang murtad tidak boleh
dibunuh. Tambahan pula, hadis itu tidak jelas sebab kehadiran (sabab
al-wurûd)-nya. Maka kelirulah, orang yang membunuh orang lain
yang berkata bahwa orang murtad tidak dibunuh”.8
Demikian perdebatan di kalangan jumhȗr ulama. Dari semua
argument yang dikemukakan sudah sepatutnya bagi pemeluk agama
apapun di dunia, haruslah memahami esensi agamanya sendiri
dibandingkan dengan memperhatikan masalah yang ada dalam pemeluk
agama itu sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui lebih dalam
yang sebenarnya tafsiran surat al-Baqarah ayat 256 bila dikaitkan dengan
kebebasan beragama dalam Al-Qur`an. Karena itu penulis ingin meneliti
wacana kebebasan beragama dalam Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir al-Munir dan
Tafsir al-Misbah. Dalam rangka ingin mengetahui tafsiran para mufassir.
Dengan ini penulis akan mengambil tafsir Ibnu Katsir, tafsir al-Munir dan
Tafsir al-Misbah. Alasan kenapa penulis memilih ketiga tafsir tersebut,
karena tafsir Ibnu katsir merupakan tafsir berbahasa Arab dan tafsir era
klasik yang cukup populer, dan tafsir al-Munir sebagai tafsir era
kontemporer yang penjelasannya cukup luas, dan tafsir al-Misbah sebagai
Tafsir asal Indonesia yang cukup popular, karena itu penulis ingin melihat
dari segi penafsiran pada masa klasik, modern dan tafsir Indonesia.
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas penulis akan
mengambil tema skripsi yang berjudul “Kebebasan Beragama dalam Al-
8 Jawdat Sa‟îd, Lâ Ikrâh fî al-Dîn: Dirâsât wa Abhâth fî al-Fikr al-Islâmî, h. 26, 36-39;
dan Ghazali, Argumen Pluralisme, h. 219.
7
Qur`an (Tafsir Surat al-Baqarah ayat 256 Menurut Ibnu Katsir,
Wahbah Zuhaili dan Quraish Shihab)”.
B. Identifikasi, Pembatasan, Perumusan Masalah
a. Identifikasi Masalah
1. Wacana kebebasan beragama menjadi aktual untuk dibahas.
2. Dengan adanya Surat al-Baqarah ayat 256 ini karena sering kali
menjadi landasan bagi wacana kebebasan beragama, namun
demikian ayat ini sering disalahpahami sebagai dasar untuk
mengatakan adanya kebebasan mutlak dalam beragama, padahal
menurut para ulama ayat tersebut memang bicara tentang
kebebasan beragama akan tetapi bukan kebebasan pindah
agama, padahal menurut para ulama tidak ada kebebeasan
mutlak untuk pindah agama.
b. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi masalah dalam penulisan skripsi ini pada
isu kebebasan beragama terkait dengan surat QS. al-Baqarah ayat
256. Penulis di sini mengambil satu ayat yaitu surat al-Baqarah ayat
256 dalam tafsir ibnu Katsir, al-Munir dan al-Misbah. Alasan penulis
mengambil tafsir di atas, karena penulis mengambil tafsir Ibnu katsir
sebagai tafsir bahasa Arab pada masa klasik, tafsir al-Munir sebagai
tafsir bahasa Arab pada masa modern dan tafsir al-Misbah sebagai
tafsir Indonesia. Meneliti kebebasan beragama menurut surat al-
Baqarah ayat 256.
c. Perumusan Masalah
1. Bagaimana Kebebasan Beragama menurut pandangan umum
(HAM PBB) dan Pandangan Islam (HAM OKI) ?
8
2. Bagaimana penafsiran Q.S al-Baqarah ayat 256 menurut Tafsir
Ibnu Katsir, Tafsir al-Munir dan Tafsir al-Misbah.
Keterkaitannya dengan kebebasan beragama?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan yang ingin diteliti
penulis yaitu ingin mengetahui apa dan bagaimana kebebasan beragama
dalam pandangan Islam dan pandangan umum. Dan disini penulis akan
menjelaskan kebebasan beragama menurut para mufasir, yaitu dari
pandangan Ibnu Katsir, Wahbah Zuhaili dan Quraish Shihab.
D. Manfaat penenlitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat asil penelitian ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Sebagai referensi penelitian di bidang tasir kususnya tentang
kebebasan beragama dalam Al-Qur`an tafsir surata al-Baqarah ayat
256 menurut Tafsir Ibnu Katsir, tafsir al-Munir dan tafsir al-Misbah.
Sebagai referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang
berhubungan, serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.
2. Secara Praktis
a. Bagi penulis, menambah wawasan penulis secara mendalam
mengenai kebebasan beragama menurut para mufassir diatas
dan untuk mendapatkan gelar strata satu (S1)
b. Bagi penulis selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
penelitian lanjutan yang serupa dan lebih baik lagi
c. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menambah wawasan
pembaca dan menjadi rujukan bahan baca.
9
E. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari adanya persamaan pembahasan skripsi ini
dengan skripsi lain, penulis mengamati kajian-kajian yang pernah
dilakukan atau memiliki titik kesamaan. Dengan demikian penulis hanya
bisa menemukan bebrapa skripsi yang penulis temukan, di antaranya:
1. Skripsi yang ditulis oleh Sigit Riono, Fakultas Hukum Pada tahun
2015 Universitas Negeri Semarang, dengan judul Skripsi Hak
Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus
Ahmadiyah) dalam penulis skripsi ini, penulisnya membahas
bagaimana pengaturan hak kebebasan beragama di Indonesia dalam
peraturan hak asasi manusia secara hukum pada kelompok
Ahmadiyah dan Bagaimanakah implementasi Undang-Undang Nomor
39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dalam mengatasi konflik
horizontal yang ada di masyarakat terhadap kelompok Ahmadiyah.
Konsep, teori dalam dalam skripsi ini menggunakan Teori hak kodrati
perspektif Jhon Locke.9 Pada skripsi Sigit Riono ini membahas
tentang hak kebebasan beragama di Indonesia dalam kasus
Ahmadiyah, sedangkan penelitian yang akan di teliti oleh penulis
adalah tentang kebebasan beragama berdasarkan studi tafsir Surat al-
Baqarah ayat 256.
2. Skripsi yang ditulis oleh Jaenal Abidin, Fakultas Syari‟ah tahun 2009
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan judul
Skripsi Konsep Kebebasan Beragama Dalam perspektif Kebijakan
Politik Abdurrahman Wahid dan Susilo Bambang Yudhoyono. Skripsi
ini membahas bagaimana konsep kebijakan politik Abdurrahman
9 Sigit Riono, “Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio, Legal dalam Kasus
Ahmadiyah),” Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, 2015.
10
Wahid dan Susilo Bambang Yudhoyono dalam menyikapi masalah
kebebasan Beragama.10
Pada skripsi Jaenal Abidin ini membahas
menyikapi bagaimana kebebasan beragama berdasarkan konsep
kebijakan politik menurut Abdurrahman Wahid dan Susilo Bambang
Yudhoyono. Sedangkan penelitian yang akan di teliti oleh penulis
yaitu membahas kebebasan beragama menurut Studi Tafsir surat al-
Baqarah ayat 256 dalam Tafsir Ibnu Katsir, al-Munir dan al-Misbah.
3. Tesis yang ditulis Fran Sayogie fakultas Hukum tahun 2012
Universitas Indonesia. Dengan judul Tesis Hak Kebebasan Beragama
Dalam Islam Ditinjau Dari Perspektif Perlidungan Negara Dan Hak
Asasi Manusia Universal. Di skripsi ini Penulis menjelaskan konsep
hak kebebasan beragama dalam Islam ditinjau dari perspektif
perlindungan Negara dan hak asasi universal, implementasi kebebasan
beragama dalam Islam masih memiliki permasalahan yang belum
tuntas.11
Penulis skripsi ini, Fran Sayogie ini membahas hak
kebebasan beragama di tinjau dari perspektif perlindungan Negara.
Sedangkan penelitian yang akan di teliti oleh penulis yaitu membahas
kebebasan beragama di tinjau dari tafsir dan ayat nya.
4. Skripsi yang ditulis oleh Umi Barokah fakultas Ushuluddin prodi
Tafsir Hadis tahun 1999 Institut Islam Agama Negeri Sunan Ampel
Surabaya. Dengan judul skripsi Kebebasan Beragama perspektif Al-
Qur`an Disini penulis menjelaskan Apa yang dimaksud dengan
kebebasan beragama menurut Al-Qur`an. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode tafsir maudhu‟i yaitu suatu metode
10
Jaenal Abidin, “Konsep Kebebasan Beragama dalam Perspektif Kebijakan Politik
Abdurrahman Wahid dan Susilo Bambang Yudhoyono,” Skripsi, Fakultas Syari‟ah Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009. 11
Fran Sayogie, “Hak Kebebasan Beragama Dalam Islam Ditinjau Dari Perspektif
Perlidungan Negara Dan Hak Asasi Manusia Universal,” Tesis, Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2012.
11
yang menghimpun ayat ayat Al-Qur`an yang mempunyai maksud
yang sama sama membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya
berdasar kronologi sebab turunnya ayat ayat Al-Qur`an.12
Pada skripsi
Umi Barokah penulis membahas dan mencari ayat-ayat tentang
kebebasan beragama dalam Al-Qur`an sedangkan penelitian yang
akan penulis teliti yaitu berfokus kepada surat al-Baqarah ayat 256
dalam pembahasan kebebasan beragama nya dan di tinjau dari
tafsirnya. Persamaannya sama-sama ingin menjelaskan kebebasan
dalam Al-Qur`an.
5. Skripsi yang ditulis oleh Misbahul Munir, S.Th.I fakultas studi Al-
Qur`an dan Hadis tahun 2015 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dengan judul skripsi Kebebasan Beragama perspektif tafsir Maqâsidi
Ibnu „Asyur. Disini penulis menjelaskan kebebasan beragama menurut
pandangan Ibnu „Asyur. Dalam tafsirnya al-Tahrîr wa al-Tanwîr
dengan tinjauan tafsir Maqâsidî.13
Disini persamaan perbedaannya,
Perbedaan skripsi ini dengan penulis yang akan teliti berbeda dari
perspektif tafsir dengan persamaan yang membahas kebebasan
beragama menurut mufassir. Dan berbeda pada peninjauan ayat nya.
6. Skripsi yang ditulis oleh Bahrul Haq al-Amin, fakultas Ushuluddin
dan Filsafat tahun 2009 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan
judul skripsi Kebebasan Beragama di Indonesia Dalam Perspektif M.
Dawam Rahardjo. Disini penulis menjelaskan kebebasan beragama
menurut M. Dawam Rahardjo saja.14
Persamaan perbedaan skripsi ini
12
Umi Barokah, “Kebebasan Beragama Perspektif Al-Qur`an,” Skripsi, Fakultas
Ushuluddim Prodi Tafsir Hadis, Institut Islam Agama Negeri Sunan Ampel Surabaya, 1999. 13
Misbahul Munir, “Kebebasan Beragama perspektif tafsir Maqâsidi Ibnu „Asyur,”
Skripsi, fakultas studi Al-Qur`an dan Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015. 14
Bahrul Haq al-Amin, “Kebebasan Beragama di Indonesia Dalam Perspektif M.
Dawam Rahardjo,” Skripsi, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2009.
12
dengan skripsi penulis yang akan teliti yaitu sama-sama membahas
tentang kebebasan beragama akan tetapi perbedaan disini berbeda
dalam mengambil perspektif, dalam skripsi ini mengambil pandangan
atau perspektif M. Dawam Rahardjo.
Setelah penelurusan penulis maka tidak ada penulisan yang sama
percis dengan apa yang sedang ditulis oleh penulis. tidak ada dan belom
ada yang meneliti kebebasan beragama menurut ketiga mufasir yang
penulis akan bahas, yaitu Kebebasan beragama menurut Ibnu Katsir,
Wahbah Zuhaili dan Quraish Shihab (Studi Tafsir surat al-Baqarah ayat
256). Dengan ini perbedaan dan persamaan nya sudah penulis paparkan
dalam masing-masing skripsi.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis akan lakukan merupakan
model penelitian kepustakaan (library research) yaitu suatu
rangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara
pengumpulan data yang bersumber dari literatur atau berbagai
buku-buku ilmiah yang diambil dari perpustakaan. Penelitian
pustaka ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti subjek alamiah
deskriptif, dinamis, berkembang. 15
2. Sumber data Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini,
penulis menggunakan sumber data yang relavan dengan tema
skripsi. Adapun sumber-sumber primer dalah kitab-kitab tafsir
seperti tafsir Ibnu Katsir dan tafsir Al-Munir dan tafsir al-
Misbah. Sedangkan sumber data sekunder yaitu buku-buku
15
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Erlangga, 2009), h. 24
13
atau sumber referensi tambahan sebagai pendukung dari
sumber data primer, seperti Ensiklopedia Al-Qur`an, buku
ilmiah, dan karya tulis ilmiyah yang sesuai dengan tema
skripsi dan penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan
metode dokumentatif, yaitu dengan mengumpulkan,
memeriksa dan mencatat data-data yang relavan dengan tema
yang dibahas dan bersumber dari kitab-kitab, buku-buku
kamus,jurnal,artikel, dan lain-lain.
Selain menggunakan metode dokumentatif penulis
menggunakan metode penelusuran pustaka. Yaitu tindakan
yang dilakukan untuk mempertajam metodologi, memperkuat
kajian teoritis, dan memperoleh informasi mengenai penelitian
sejenis yang telah dilakukan oleh penulis lain.
4. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan,
dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teknik analisis
deskriptif dengan memaparkan data yang telah tersusun
dengan melakukan kajian terhadap data-data tersebut. Yaitu
suatu pembahasan yang bertujuan untuk membuat gambaran
terhadap data-data yang telah tersusun dan terkumpul dengan
cara memberikan intepretasi terhadap data tersebut. Focus
penelitian deskriptif adalah berusaha mendeskripsikan,
membahas, dan mengkritik gagasan primer yang selanjutnya
dikonfrontasikan dengan gagasan primer yang lain dalam
upaya melakukan studi perbandingan, hubungan dan
pengembangan.
14
G. Sistematika Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi”, Tesis da Disertasi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ)
Jakarta (edisi revisi) yang diterbitkan oleh IIQ press, cetakan ke-2
tahun 2011. Selanjutnya untuk mempermudah penulisan, pembahasan
skripsi ini dibagi ke dalam beberapa bab dengan rincian sebagai
berikut:
Bab pertama berisi pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang masalah, Identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian serta
teknik dan sistematika penulisan.
Bab kedua, pada Bab ini penulis akan membahas mengenai
kebebasan beragama, menurut pandangan umum (HAM PBB) dan
pandangan Islam (HAM OKI).
Bab ketiga, merupakan penjelasan mengenai biografi Tafsir
Ibnu Katsir, Tafsir al-Munir, dan al-Misbah.
Bab keempat, bab ini akan membahas penafsiran tFasir Ibnu
Katsir, tafsir al-Munir dan tafsir al-Misbah dan keterkaitannya
kebebasan beragama saat ini.
Bab kelima, pada bab ini merupakan penutup. Berisi tentang
hasil penelitian, beberapa kesimpulan yang berisikan penengasan
jawaban terhadap masalah-masalah yang diterangkan pada bab-bab
sebelumnya.
117
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan mengenai
kebebasan beragama dalam Al-Qur`an dalam penafsiran Ibnu Katsir,
Wahbah Zuhaili dan Quraish Shihab tentang penafsiran surat al-
Baqarah ayat 256. Ayat ini menjadi landasan adanya kebebasan
beragama bukan adanya kebebasan untuk pindah agama. Berikut ini
adalah pandangan dari masing-masing yang bersangkutan dengan
kebebasan Bergama:
Pertama, bahwa Hak Asasi Manusia secara umum di dunia
internasional merujuk pada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(DUHAM) pasal 18 yaitu bahwa setiap orang berhak atas kebebasan
pikiran, hati nurani, dan agama. Dalam hal ini termasuk kebebasan
berganti agama atau kepercayaan dengan cara mengajarkannya
melakukannya beribadah dan mentaatinya, baik sendiri maupun
bersama-sama dengan orang lain di muka umum maupun sendiri.
Kedua, kebebasan beragama dalam dunia Islam mengacu pada
Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 256. Menurut para mufasir yaitu
Ibnu Katsir, Wahbah Zuhailî dan Quraish Shihab. Menurut Ibnu
Katsir menjelaskan bahwasanya tidak ada kebebasan untuk
berpindah-pindah agama, melainkan kebebasan untuk beragama
sesuai dengan kepercayaan masing masing, dan tidak ada paksaan
dalam menganut agama tertentu. tidak adanya paksaan untuk
menganut agama dan tidak ada kekerasan dalam agama. Sedangkan
menurut Wahbah Zuahiliî bahwa tidak ada seseorangpun yang dapat
memaksa seseorang untuk masuk ke dalam agama Islam, karena
sesungguhnya keimanan seseorang itu lahir dan berdiri atas hujjah
118
(alasan) atau dalil-dalil kebuktian yang telah ada. Agama selain Islam
bebas untuk memeluk agamanya tanpa ada paksaan untuk memeluk
agama Islam, dan bukan bebas untuk berpindah-pindah agama.
Sedangkan menurut Quraish Shihab bahwa tidak adanya unsur
paksaan atau kekerasan untuk masuk ke dalam agama (Islam). Sebab
iman itu esensinya tunduk dan khudu' (patuh), di mana hal itu tidak
dapat dicapai dengan pemaksaan atau kekerasan, melainkan dengan
argumen dan penjelasan yang meyakinkan. Menurut ketiga tafsir itu
tidak ada bebas untuk berpindah agama, melainkan bebas untuk
berkeyakinan.
Iniliah bedanya Hak Asasi Manusia secara umum dengan
pandangan para mufasir. (Ibnu Katsir, Wahbah Zuhailî dan Quraish
Shihab). Kalau secara umum kebebasan beragama itu mutlak, bebas
berkeyakinan dan bebas berpindah agama sementara menurut para
mufasir bebas berkeyakinan, bebas memeluk agama dan tidak ada hak
murtad atau berpindah agama.
B. Saran-Saran
Untuk hasil penelitian ini, maka penulis mengambil saran sebagai
berikut:
1. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari pembahasan
kebebasan beragama yang sekarang ini banyak yang
menganggap adanya kebebasan tersebut orang mampu
menjalankan dengan sebebas-bebasnya. Diantara bebas
tersebut orang berani untuk berpindah agama.
2. Adapun ayat yang diteliti oleh penulis, dalam surat Al-
Baqarah ayat 256 ini, bahwasanya tidak adanya paksaan untuk
menganut agama. Yang merupakan kebebasan beragama
dalam ayat ini benar tidak adanya orang memaksa non muslim
119
untuk masuk ke agama Islam. Dengan adanya ayat 256 dalam
surat Al-Baqarah ini, bisa membuktikan bahwa tidak ada
kebebasan mutlak untuk pindah agama.
3. Masyarakat Muslim supaya berhati-hati dalam menyikapi
surat al-Baqarah ayat 256. Bahwasanya ayat ini bukan
menjelaskan tidak ada kebebasan mutlak untuk pindah agama
akan tetapi kebebasan beragama untuk tidak ada paksaan atau
memaksa orang untuk masuk Islam.
121
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Amin, Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan dalam Prinsip
Kemanusiaan Universal,Agama-Agama, Dan Keindonesiaan.
(Yogyakarta, 2011)
Ali Masykur Musa, Membumikan Islam Nusantara.,Respons Islam terhadap
Isu-isu Aktual, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014)
Abdullahi Ahmed An-Na‟im, Islam Dan Negara Sekular, Menegoisasikan
Masa Depan Syariah, Penerjemah Sri Murniati, (Bandung: PT. Mizan
Pustaka, 2007)
Al-Hafiz Ibnu Katsir r, Tafsir Ibnu Katsir al-Quran al-Adzim, (Qahirah: Dar
al-Hadis, 2002)
Abdurrahman Wahid, Islamku, Islam Anda, Islam Kita (Jakarta: The Wahid
Institute, 2006)
Anggi Wahyu Ari, Jihad Menurut Ibnu Katsir di Dalam Tafsir Al-Qur`anal-
Adzim, (Ciputat: Republik Sukses Indonesia, 2014)
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam 2, (Jakarta: Ichtiar
Baru van Hoeve, 1994)
Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Jembatan Merah, 1988)
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-
modern, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2011)
Fakhr al-Din al-Razi, Mafatih al-Ghaib (Beirut: Dar al-Fikr, 1993)
Guidelines of Harmonious Life of Religious Communities according to the
Protestant Point of View”, The Theological Frame of Harmonious
Life of Religious Communities in Indonesia, (Jakarta: Departemen
Agama RI, 1997)
Hasan Yunus „Abidu, Dirasat wa Mabahits fi Tarikh wa Manahij al-Tafsir
(Mesir: Markaz al-Kitab li al-Nasr, 1991)
122
Hidayat Komarudin, Agama Punya Seribu Nyawa, (Jakarta: Noura Books
2012)
Hamdi Zaqzouq Mahmoud, Islam Dihujat Islam Menjawab, (Tangerang
Selatan: Lentera Hati 2008)
Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur‟ân al-Adzîm, Vol. 1 (Beirut: Dâr al-Fikr, 1999)
Jawdat Sa‟îd, Lâ Ikrâh fî al-Dîn: Dirâsât wa Abhâth fî al-Fikr al-Islâmî
(Damaskus: Markaz al-Ilm wa al-Salâm li al-Dirâsât wa al-Nashr,
1997)
Jamâl al-Bannâ, Tafnîd Da„wâ Hadd al-Riddah (Kairo: Dâr al-Fikr al-Islâmî,
2006)
Khanif Al, Hukum dan Kebebasan Beragama Di Indonesia, (Yogyakarta:
LaksBang Mediatama,2010)
Misrawi Zuhairi, Al-Qur‟an Kitab Toleransi, (Jakarta: Pustaka Oais, 2010)
Muhammad Ibn Âshûr, al-Tâhir al-Tahrîr wa al-Tanwîr, (Tunis: Dâr
Suhnun li al-Nashr wa al-Tawzî),
Muhammad Abd al-Mun‟im Al-Jamâl, al-Tafsîr al-Farîd i al-Qur‟ân al-
Majîd. (Kairo: Majma‟ al-Buhûth al-Islâmîyah, 1970)
Muhammad Mutawallî al-Sha‟rawî, Tafsîr al-Sha„rawî, (Mesir: Majmaal-
Buhûth al-Islâmîyah, 1991)
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-
Qur‟an (Jakarta: Lentera Hati, 2009)
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Erlangga,
2009)
Mohammad Hashim Kamali, Kebebasan berpendapat dalam Islam, ( Jakarta:
Mizan, 1996)
Marbangun Hardjiwirogo, Hak-HAM, (Jakarta, Idayu, 1981)
Muhammad Nawawi al-Jawi, Marah Labid (Surabaya: Dar ihya al-Kutub al-
„Arabiyah, t.t.)
123
M. Aziz Toyibin dkk, Pendidikan Pancasila, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997).
Muhammad Husayn al-Thabâthabâî, al-Mîzân fî Tafsîr al-Qur‟ân, (Beirut:
Mu‟assasat al-Âlamî li al-Matbûât, 1991
Muhammad Ali Al-Sabuni, Studi Ilmu Al-Qur‟an, terj. Aminuddin (Bandung:
Pustaka Setia, 1999)
M. Quraish shihab, dkk, Sejarah dan Ulum Al-Qur‟an, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2008)
Muhammad Mahmud Hijazi, Fenomena Keajaiban Al-Qur‟an, (Jakarta:
Gema Insani, 2010)
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut
Anda Ketahui dalam Memahami al-Qur‟an, (Tangerang: Lentera Hati,
2013)
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, Ensiklopedia Tafsir, terj. Nabhani Idris
(Jakarta: Kalam Mulia, 2009)
Manna Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-Ilmu AL-Qur‟an, terj, Mudzakir AS,
(Bogor: Pustaka LiteraAntar Nusa, 1996)
Mauluddin Anwar, dkk, M. Quraish Shihab:Cahaya, Cinta dan Canda,
(Tangerang: Lentera Hati, 2015)
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur`anJilid 2, (Tangerang: Lentera hati,
2011)
Mustafa P, M. Quraish Shihab membumikan Kalam di Indonesia,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)
M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, (Tangerang: Lentera Hati, 2006)
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang: Lentera Hati, 2013),
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai
Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 2005)
Nurfaizin Maswan, Kajian Deskriptif Tafsir Ibnu Katsir, (Yogyakarta:
Menara Kudus, 2002)
124
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur‟an, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2000)
Nurcholish Madjid, Pinti-pintu Menuju Tuhan (Jakarta: Paramadina. 1995)
Ramdhon Naning, Cita dan Citra Hak-HAM di Indonesia, (Jakarta, LKUI,
1983)
Rahayu, Hukum HAM, (Unversitas Diponegoro Semarang, 2012)
Rhona K. M. Smith dkk, Hukum HAM, , (Yogyakarta, PUSHAM UII 2008)
Râshid Ridâ, Tafsir Al-Qur`ân al-Hakîm,. Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmîyah,
1999)
Sham al-Din Muhammad Ibnu Ali al-Dawudi, Tabaqat AlMufassirin, (Beirut:
Dar al-Kutub Al-„Ilmiyah, 1956)
Siti Musdah Mulia, “Menuju Kebebasan Beragama di Indonesia,” dalam
hakim, ed., Bayang-bayang Fanatisme; Esai-esai untuk mengenang
Nurcholish,(Jakarta: PSIK Universitas Paramadina, 2007)
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur‟an, (Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani, 2008)
Syafruddin, Penafsiran Ayat Ahkam dalam Tafsir al-Munir Disertasi Tahun
2008 Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008)
Yunus Ali al-Muhdar, Toleransi-toleransi Islam (Bandung: Penerbit Iqra‟,
1983)
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wasith Penerjemah Muhtadi, dkk. (Jakarta:
Gema Insani, 2012)
Wahbah Zuhaili, Tafsir Al-Munir juz I, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk,
(Jakarta: Gema Insani, 2013)
Zamakhsharî, al-Kashshâf „an Haqâ‟iq al-Tanzîl wa „Uyûn al-Aqâwil fî
Wujûh al-Ta‟wîl,. Mesir: Dâr Misr)
Zainul Hasan Rifa‟I, Belajar Mudah “Ulum Al-Qur‟an:Studi Khajanah Ilmu
Al-Qur‟an,(Jakarta: Lentera, 2002)
125
http://historia.id/agama/kebebasan-beragama-masa-kesultanan-islam-di-
nusantara
http://islamlib.com/agama/hukum-murtad-dalam-islam/
http://interseksi/org/report/Islam-dan-mekanisme-ham-oki/