Katarak

33
I. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA Anatomi dan fisiologi mata sangat rumit dan mengaggumkan. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak. 3,7,8 Mata memiliki struktur sebagai berikut : Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang bewarna putih dan relatif kuat. Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian sclera. Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. Pupil : daerah hitam ditengah-tengah iris. Iris : jaringan bewarna yag berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa, berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil. Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aquos dan vitreus, berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina. Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak dibagian belakang bola mata, berfungsi mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak.

description

fisiologi mata normal, anatomi mata, katarak, operasi katarak

Transcript of Katarak

Page 1: Katarak

I. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Anatomi dan fisiologi mata sangat rumit dan mengaggumkan. Secara konstan

mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada

objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang

dengan segera dihantarkan ke otak.3,7,8

Mata memiliki struktur sebagai berikut :

Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang bewarna

putih dan relatif kuat.

Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan

bagian sclera.

Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan

pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu

memfokuskan cahaya.

Pupil : daerah hitam ditengah-tengah iris.

Iris : jaringan bewarna yag berbentuk cincin, menggantung di belakang

kornea dan di depan lensa, berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk

ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.

Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aquos

dan vitreus, berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.

Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak dibagian belakang bola

mata, berfungsi mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak.

Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual ke

otak.

Humor aqueus : caian jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan

kornea (mengisi segmen anterior bola mata) serta merupakan sumber

makanan bagi lensa dan kornea, dihasilkan oleh processus ciliaris.

Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di

depan retina (mengisi segmen posterior mata)

Page 2: Katarak

Gambar 1.

A. ANATOMI LENSA

Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah

(avaskular), tembus pandang, dengan diameter 9 mm dan tebal 5 mm yang

memiliki fungsi untuk mempertahankan kejernihan, refraksi cahaya, dan

memberikan akomodasi.. Ke depan berhubungan dengan cairan bilik mata, ke

belakang berhubungan dengan badan kaca. Digantung oleh Zunula zinii

(Ligamentum suspensorium lentis), yang menghubungkannya dengan korpus

siliaris. Permukaan posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Lensa

diliputi oleh kapsula lentis, yang bekerja sebagai membran yang sempermiabel,

yang akan memperoleh air dan elektrolit untuk masuk.3,7,8

Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras

daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar

subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan

kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dengan persambungan lamellae ini

ujung ke ujung berbentuk ( Y ) bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk ( Y ) ini tegak

di anterior dan terbalik di posterior. Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamen yang

Page 3: Katarak

dikenal zonula zinii, yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus

siliaris dan menyisip ke dalam ekuator lensa.3,7,8

Lensa terdiri atas 65% air dan 35% protein (kandungan tertinggi diantara

jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa berada di dalam

jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada

dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk

teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau saraf di

lensa.3,7,8

Gambar 2.

B. PEMERIKSAAN LENSA

Pemeriksaan yang dilakukan pada enyakit lensa adalah pemeriksaan tajam

penglihatan dan dengan melihat lensa melalui slit lamp, oftalmoskop, penlight,

loop, sebaiknya dengan pupil dilatasi.8

C. METABOLISME LENSA NORMAL

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium

dan kalium). Kedua kation berasal dari humor aqueus dan vitreus. Kadar kalium

Page 4: Katarak

dibagian anterior lensa lebih tinggi dibandingkan posterior, sedangkan kadar

Natrium lebih tinggi dibagian posterior lensa. Ion kalium bergerak ke bagian

posterior dan keluar ke humor aqueus, dari luar ion natrium masuk secara difusi

bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion kalium dan keluar melalui

pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan didalam

oleh Ca-ATPase.7

Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%).

Jalur HMP-shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose,

juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase

adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah

menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol dehidrogenase.7

II. DEFINISI

Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa

yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering

dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh

dunia. Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga

factor lain yang mungkin terlibat, antara lain : trauma, toksin, penyakit sistemik

(mis; diabetes), merokok, dan herediter. Kata katarak berasal dari Yunani

“katarraktes” yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular

dimana seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak sendiri

sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi, denaturasi protein,

dan proses penuaan.sehingga memberikan gambaran area berawan atau putih.3,8

Kekeuruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina,

sehingga penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek

terlihat kabur. Mereka mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah

mengalami gangguan katarak apabila kekeruhan tidak terletak dibagian tengah

lensanya.3,8

Page 5: Katarak

Gambar 3.

Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak terjadi

secara instan, melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga penglihatan

penderita terganggu secara tetap atau penderita mengalami kebutaan. Katarak

tidak menular dari satu mata ke mata yang lain, namun dapat terjadi pada

kedua mata secara bersamaan.3,8

Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasen

mungkin meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan

pembedahan maka pengangkatan lensa akan memperbaii ketajaman penglihtan

pada > 90% kasus.sisanya mungkin mengalami kerusakan retina atau

mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasio retina,

atau infesi yang menghambat pemulihan daya pandang.3,8

Gambar 4.

Page 6: Katarak

III. EPIDEMIOLOGI

Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang

usia 60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat

kekeruhan lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-

80%. Prevalensi katarak kongenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000

kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh

dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.5

IV. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan

lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh

faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit

E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang

mengandung timbal.3,8

Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi,

dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti

katarak.8

Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak

kongenital. Katarak kongenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika

hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi

penyakit infeksi dan metabolik lainnya seperti diabetes mellitus.3

V. PATOFISIOLOGI

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. 

Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan

siliar ke sekitar daerah di luar lensa.  Perubahan kimia dalam protein lensa dapat

menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan

menghambat jalannya cahaya ke retina.  Salah satu teori menyebutkan terputusnya

Page 7: Katarak

protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan

serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.  Teori lain

mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari

degenerasi.  Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada

pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.3,8

 Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan

sklerosis:

1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa yang

berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan dari lensa.

Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik

yangmenyebabkan kekeruhan lensa.6

2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabutkolagen

terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagendi tengah. Makin

lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis

nukleus lensa.6

Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:8

1. Kapsula

  a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)

b. Mulai presbiopiac

c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur 

d. Terlihat bahan granular 

2. Epitel-makin tipis

a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)

b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa

a. Serat irregular 

b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel

Page 8: Katarak

c. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah

proteinnukelus lensa, sedang warna coklat protein lensa

nucleusmengandung histidin dan triptofan disbanding normal

d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan

menghalangi foto oksidasi.

Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan

kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan

pada serabut halus multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar

daerah di luar lensa, misalnya menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.

Pada protein lensa menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan

pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke retina.8

Gambar 5. Perbandingan penglihatan normal dan penglihatan katarak

VI. KLASIFIKASI

Page 9: Katarak

KATARAK SENILIS

1. Definisi dan Epidimiologi

Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses

degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun,

lebih dair 90% individu mengalami katarak senilis. Umumnya mengenai kedua

mata dengan salah satu mata terkena lebih dulu.3

Faktor-faktor yang mempengaruhi onset, tipe, dan maturasi katarak senilis antara

lain:3

1. Herediter

2. Radiasi sinar UV

3. Faktor makanan

4. Krisis dehidrasional

5. Merokok

2. Patofisiologi

Morfologi Maturitas Onset

Kapsular Insipien Kongenital

Subkapsular Intumesen Infantile

Kortikal Immatur Juvenile

Supranuklear Matur Presenile

Nuklear Hipermatur Senile

Polar Morgagni

Page 10: Katarak

Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin. Kristalin α

dan β adalah chaperon, yang merupakan heat shock protein. Heat shock protein

berguna untuk menjaga keadaan normal dan mempertahankan molekul protein agar

tetap inaktif sehingga lensa tetap jernih. Lensa orang dewasa tidak dapat lagi

mensintesis kristalin untuk menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat

menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.6,8

Mekanisme terjadi kekeruhan lensa

pada katarak senilis yaitu:

1. Katarak senilis kortikal

Terjadi proses dimana jumlah

protein total berkurang, diikuti

dengan penurunan asam amino dan

kalium, yang mengakibatkan kadar

natrium meningkat. Hal ini

menyebabkan lensa memasuki

keadaan hidrasi yang diikuti oleh

koagulasi protein.5

Pada katarak senilis kortikal terjadi derajat maturasi sebagai berikut:

- Derajat separasi lamelar

Terjadi demarkasi dari serat kortikal akibat hidrasi. Tahap ini hanya dapat

diperhatikan menggunakan slitlamp dan masih bersifat reversibel.8

- Katarak insipien

Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi dengan adanya

area yang jernih diantaranya. Kekeruhan dapat dimulai dari ekuator ke arah

sentral (kuneiform) atau dapat dimulai dari sentral (kupuliform).

Page 11: Katarak

- Katarak imatur

Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa.

Volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik, bahan

lensa yang degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.

- Katarak matur

Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian lensa.

Deposisi ion Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada derajat

maturasi ini. Bila terus berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi lensa.

Gambar 6

- Katarak hipermatur

Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair.

Cairan keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi mengerut.3,5

Page 12: Katarak

Gambar 7

- Katarak Morgagni

Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa

menggenang bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat berjalan

terus dan menyebabkan hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.3,5

Perbedaan stadium katarak

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah

(air masuk)

Normal Berkurang

(air keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test - + - Pseudops

Penyulit - Glaukoma - Uveitis +

Glaukoma

2. Katarak senilis nuklear

Page 13: Katarak

Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa menjadi

keras dan kehilangan daya akomodasi.

Maturasi pada katarak senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana

lensa kehilangan daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya

kemampuan akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati

lensa mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna

terjadi akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat gambaran nukleus

berwarna coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit

pigmen dan jarang berwarna merah (katarak rubra).5,6

Gambar 10. (a) katarak brunesens (b) katarak nigra (c) katarak rubra

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi secara

progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi,

tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.3,5

Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:

1. Penurunan visus

2. Silau

3. Perubahan miopik

4. Diplopia monocular

Page 14: Katarak

5. Halo bewarna

6. Bintik hitam di depan mata

Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:3

1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya

2. Pemeriksaan iluminasi oblik

3. Shadow test

4. Oftalmoskopi direk

5. Pemeriksaan sit lamp

Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.

4. Diagnosa

Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya

penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.6,8

Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui

kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior

dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur

intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis

penglihatannya.6

Page 15: Katarak

Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi

dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata

depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus

dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan

intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat

mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau

katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium

pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek

dalam evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.8

5. Diagnosis Banding

Katarak kongenital yang bermanifestasi sebagai leukokoria perlu dibedakan

dengan kondisi lain yang menyebabkan leukokoria, seperti retinoblastoma,

retinopathy of prematurity, atau persistent hyperplastic primary vitreus (PHPV).5

6. Tatalaksana

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Bergantung

pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler

cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE).8

Indikasi

Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi

visus,medis, dan kosmetik.8

1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada

tiap individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak

terhadap aktivitas sehari-harinya.

2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan

pada lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak

seperti glaukoma imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis

fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina misalnya retiopati diabetik atau

ablasio retina.

Page 16: Katarak

3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta

ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk

memperoleh pupil yang hitam.

Persiapan Pre-Operasi6

1. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit semalam sebelum operasi

2. Pemberian informed consent

3. Bulu mata dipotong dan mata dibersihkan dengan larutan Povidone-Iodine

5%

4. Pemberian tetes antibiotik tiap 6 jam

5. Pemberian sedatif ringan (Diazepam 5 mg) pada malam harinya bila pasien

cemas

6. Pada hari operasi, pasien dipuasakan.

7. Pupil dilebarkan dengan midriatika tetes sekitar 2 jam sebelum operasi.

Tetesan diberikan tiap 15 menit

8. Obat-obat yang diperlukan dapat diberikan, misalnya obat asma,

antihipertensi, atau anti glaukoma. Tetapi untuk pemberian obat antidiabetik

sebaiknya tidak diberikan pada hari operasi untuk mencegah hipoglikemia,

dan obat antidiabetik dapat diteruskan sehari setelah operasi.

Anestesi8

1. Anestesi Umum

Digunakan pada orang dengan kecemasan yang tinggi, tuna rungu, atau

retardasi mental, juga diindikasikan pada pasien dengan penyakit Parkinson,

dan reumatik yang tidak mampu berbaring tanpa rasa nyeri.

2. Anestesi Lokal :

Peribulbar block

Paling sering digunakan. Diberikan melalui kulit atau konjungtiva

dengan jarum 25 mm. Efek : analgesia, akinesia, midriasis, peningkatan

TIO, hilangnya refleks Oculo-cardiac (stimulasi pada n.vagus yang

diakibatkan stimulus rasa sakit pada bola mata, yang mengakibatkan

bradikardia dan bisa menyebabkan cardiac arrest)

Komplikasi :

o Perdarahan retrobulbar

Page 17: Katarak

o Rusaknya saraf optik

o Perforasi bola mata

o Injeksi nervus opticus

o Infeksi

Subtenon Block

Memasukkan kanula tumpul melalui insisi pada konjungtiva dan kapsul

tenon 5 mm dari limbus dan sepanjang area subtenon. Anestesi

diinjeksikan diantar ekuator bola mata.

Topical-intracameral anesthesia

Anestesi permukaan dengan obat tetes atau gel (proxymetacaine 0.5%,

lidocaine 2%) yang dapat ditambah dengan injeksi intrakamera atau

infusa larutan lidokain 1%, biasanya selama hidrodiseksi.

Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada

ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan

phacoemulsifikasi, SICS.

1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.

Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan

depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang

metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi.

Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan

pembedahan yang sangat lama populer.ICCE tidak boleh dilakukan atau

kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai

Page 18: Katarak

ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini

astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.3,6,8

Gambar 11. Teknik ICCE

2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi

lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa

lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan

pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa

intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,

kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk

terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan

kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema,

pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan

katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada

pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.3,6,8

Page 19: Katarak

Gambar 12. Teknik ECCE

Gamabar 13. ECCE dengan pemasangan IOL

3. Phacoemulsification

Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik

untuk membongkar dan memindahkan

kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan

irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di

kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan

untuk menghancurkan katarak, selanjutnya

mesin PHACO akan menyedot massa

katarak yang telah hancur sampai bersih.

Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat

dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak

diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien

Page 20: Katarak

dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.Tehnik ini

bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak

senilis.3,6,8

4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)

Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm.

Namun tetap dikatakan SICS  sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan

luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat

dilakukan pada stadium katarak immature, mature, dan hypermature. Teknik

ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat

dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.6

Jenis tehnik

bedah katarak

Keuntungan Kerugian

Extra capsular

cataract

extraction

(ECCE)

Incisi kecil

Tidak ada komplikasi vitreus

Kejadian endophtalmodonesis

lebih sedikit

Edema sistoid makula lebih

jarang

Trauma terhadap endotelium

kornea lebih sedikit

Retinal detachment lebih

sedikit

Lebih mudah dilakukan

Kekeruhan pada kapsul

posterior

Dapat terjadi

perlengketan iris dengan

kapsul

Intra capsular

cataract

Semua komponen lensa Incisi lebih besar

Page 21: Katarak

extraction

(ICCE)

diangkat Edema cistoid pada

makula

Komplikasi pada vitreus

Sulit pada usia < 40 tahun

Endopthalmitis

Fakoemulsifikasi Incisi paling kecil

Astigmatisma jarang

terjadi

Pendarahan lebih sedikit

Teknik paling cepat

Memerlukan dilatasi

pupil yang baik

Pelebaran luka jika ada

IOL

KOMPLIKASI

Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif

awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular

(intra ocular lens, IOL).6

A. Komplikasi preoperatif

a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat

ketakutan akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat

memperbaiki keadaan.

b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid

dan/atau gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida

oral untuk mengurangi gejala.

c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical

preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.

d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan

menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep

Page 22: Katarak

antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2

hari.

B. Komplikasi intraoperatif

a) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.

b) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau

selama insisi ke bilik mata depan.

c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat

terjadi akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.

d) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)

e) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi

akibat ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.

C. Komplikasi postoperatif awal

Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps

iris, keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial.

D. Komplikasi postoperatif lanjut

Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative

endophtalmitis, Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina, dan

katarak sekunder merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa

waktu post operasi.

E. Komplikasi yang berkaitan dengan IOL

Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucoma-

hyphema syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa

toksik (toxic lens syndrome).

PREVENTIF DAN PROMOTIF

Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis

ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal

Page 23: Katarak

yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan

langsung terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap dan

sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara

teori bermanfaat.5

Bagi perokok, diusahakan berhenti merokok, karena rokok memproduksi

radikal bebas yang meningkatkan risiko katarak. Selanjutnya, juga dapat

mengkonsumsi makanan bergizi yang seimbang. Memperbanyak porsi buah dan

sayuran. Lindungilah mata dari sinar ultraviolet. Selalu menggunakan kaca mata gelap

ketika berada di bawah sinar matahari. Lindungi juga diri dari penyakit seperti

diabetes.6

PROGNOSIS

Tindakan pembedahan secara defenitif pada katarak senilis dapat memperbaiki

ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sedangkan prognosis penglihatan

untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk

pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus

atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini.

Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada

katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral

inkomplit yang proresif lambat.4

BAB II

KESIMPULAN

Katarak adalah abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang

menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak merupakan penyebab

kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Hal ini didukung oleh factor usia, radiasi dari

sinar ultraviolet, kurangnya gizi dan vitamin serta factor tingkat kesehatan dan

Page 24: Katarak

penyakit yang diderita. Penderita katarak akan mengalami gejala-gejala umum seperti

penglihatan mulai kabur, kurang peka dalam menangkap cahaya (fotofobia) sehingga

cahaya yang dilihat hanya berbentuk lingkaran semu, lambut laun akan terlihat seperti

noda keruh berwarna putih di bagian tengah lensa kemudian penderita katarak akan

sulit menerima cahaya untuk mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang

kabur pada retina.

Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yautu katarak senile,

congenital, traumatic, toksis, asosiasi, dan komplikata. Katarak hanya dapat diatasi

melalui prosedur operasi. Ada 4 jenis teknik operasi katarak yaitu ICCE, ECCE,

Phacoemulsification, SICS. Akan tetapi jika gejala tidak mengganggu tindakan

operasi tidak diperlukan, kadang kala hanya dengan mengganti/menggunakan

kacamata. Karena kekeruhan (opasitas) sering terjadi akibat bertambahnya usia

sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering

terjadi.