Katarak

186
SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM) DAERAH PERKOTAAN DI INDONESIA TAHUN 2007 (ANALISIS DATA SEKUNDER RISKESDAS 2007) OLEH: SRI WAHYUNI 106101003357 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M

description

bahan lapsus katarak

Transcript of Katarak

  • SKRIPSI

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT DIABETES

    MELITUS (DM) DAERAH PERKOTAAN DI INDONESIA TAHUN 2007

    (ANALISIS DATA SEKUNDER RISKESDAS 2007)

    OLEH:

    SRI WAHYUNI

    106101003357

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA 1431 H/ 2010 M

  • i

    LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu

    persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    (FKIK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

    dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan

    jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 24 September 2010

    Sri Wahyuni

  • ii

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    Skripsi, 24 September 2010

    Sri Wahyuni, NIM:106101003357

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT DIABETES

    MELITUS (DM) DAERAH PERKOTAAN DI INDONESIA TAHUN 2007

    (ANALISIS DATA SEKUNDER RISKESDAS 2007)

    xix + 136 halaman, 31 tabel, 2 bagan, 3 gambar, 3 lampiran

    ABSTRAK

    Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala

    yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan atau

    resistensi insulin. DM dapat menimbulkan komplikasi seperti hipertensi, infark miokard,

    insufiensi koroner, retinopati diabetika, katarak, neropati diabetika dll. Faktor-faktor yang

    berhubungan dengan penyakit diabetes melitus adalah umur, jenis kelamin, pendidikan,

    pekerjaan, obesitas, aktivitas fisik, hipertensi, konsumsi lemak, merokok, konsumsi alkohol,

    konsumsi kafein dan kurang konsumsi buah dan sayur.

    Hasil penelitian menunjukkan 4,5% penduduk daerah perkotaan di Indonesia

    mengalami diabetes melitus dan 95,5% yang tidak mengalami diabetes melitus. Berdasarkan

    hasil uji statistik diperoleh bahwa umur, jenis kelamin, pekerjaan, obesitas, hipertensi,

    konsumsi lemak, merokok, konsumsi alkohol dan konsumsi kafein berhubungan dengan

    penyakit diabetes melitus (Pvalue 0,005). Sedangkan pendidikan, aktivitas fisik, dan

    konsumsi buah dan sayur tidak berhubungan dengan penyakit diabetes melitus.

    Berdasarkan hasil uji multivariat diketahui bahwa faktor yang paling dominan

    berhubungan dengan penyakit diabetes melitus pada penduduk daerah perkotaan di Indonesia

    secara berturut adalah obesitas, pendidikan, hipertensi, umur, konsumsi kafein dan konsumsi

    alkohol. Disarankan bagi bagian JIPP Kemetrian Kesehatan agar melakukan penyebaran

    informasi kesehatan terkait penyakit degeneratif khususnya diabetes melitus melalui

    penyuluhan kesekolah-sekolah dan orang tua, media cetak dan elektronik seperti di majalah,

    koran, televisi (TV) dan internet sedini mungkin, mempromosikan dan melakukan pendidikan

    kesehatan terkait dengan gaya hidup sehat, dan membuat program jumat sehat pada penduduk

    perkotaan. Bagi para peneliti selanjutnya agar meneliti variabel-variabel yang tidak diteliti

    seperti riwayat keluarga, diabetes gestasional (kehamilan) dan dislipidemia, serta penelitian

    diabetes melitus selanjutnya menggunakan disain case control atau kohort untuk melihat

    apakah faktor risiko benar-benar memiliki korelasi dengan faktor efek dan untuk melihat

    hubungan sebab akibat secara jelas.

    Daftar Bacaan: (1983 - 2010)

  • iii

    SYARIEF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

    PUBLIC HEALTH DEPARTMENT

    Undergraduate Thesis, September 24th

    2010

    Sri Wahyuni, NIM 106101003357

    THE FACTORS RELATED WITH DIABETES MELLITUS (DM) URBAN AREA IN

    INDONESIA YEAR 2007

    (ANALYSIS OF SECONDARY DATA RISKESDAS 2007)

    xix+ 136 pages, 31 tables, 2 charts, 3 pictures, 3 attachments

    ABSTRACT

    Diabetes Mellitus (DM) is a collection of health disorders symptoms caused by

    elevated levels of sugar (glucose), blood deficiency or insulin resistance. DM can cause

    complications such as hypertency, myocardial infarction, coronary incipiency, diabetic

    retinopathy, cataracts, diabetic neuropathy etc. Factors related with diabetes mellitus are age,

    sex, education, occupation, obesity, physical activity, hypertency, fat intake, smoking,

    alcohol consumption, caffeine consumption and concluded less consumption of fruits and

    vegetables.

    The research showed 4.5% of urban population in Indonesia suffers diabetes mellitus

    and 95.5% havent diabetes mellitus. Based on a statistical test showed that age, sex,

    occupation, obesity, hypertency, fat intake, smoking, alcohol and caffeine consumption is

    related with diabetes mellitus (p value 0.005). While the fruits and vegetables consumption,

    education, and physical activity isnt related with diabetes mellitus.

    Based on the results of multivariate test, its known that the most dominant factor

    related to diabetes mellitus in population of urban areas in Indonesia respectively are obesity,

    education, hypertency, age, caffeine and alcohol consumption. Its suggested to the JIPP of

    Health Ministry (MenKes) for dissemination of health information related to degenerative

    diseases, especially diabetes mellitus through counseling to schools and parents, printed

    media and electric media such as magazines, newspapers, radio, television (TV) and Internet

    as soon as possible, promoting and doing health education related to healthy lifestyles, and

    making healthy Friday program on urban population. For the next researchers to observe the

    variables that had not been examined such as family history, gestational diabetes (pregnancy)

    and dyslipidemia, and diabetes mellitus, further research using case control or cohort design

    to see whether risk factors really have a correlation with the factor effects and to see truth

    causal relationship.

    References: (1983 - 2010)

  • iv

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

    Judul Skripsi

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT DIABETES

    MELITUS (DM) DAERAH PERKOTAAN DI INDONESIA TAHUN 2007

    (ANALISIS DATA SEKUNDER RISKESDAS 2007)

    Telah diperiksa, disetujui, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

    Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Jakarta, 24 September 2010

    Mengetahui

    Raihana Nadra Alkaff, M.MA

    Pembimbing Skripsi I

    Febrianti, M.Si

    Pembimbing Skripsi II

  • v

    PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Jakarta, 24 September 2010

    Penguji I

    Raihana Nadra Alkaff, M.MA

    Penguji II

    Febrianti, M.Si

    Penguji III

    Meilani Anwar, M.Epid

  • vi

    Lembar Persembahan

    Puji Syukur Ku Panjatkan Kepada Mu Ya Rob Tuhan

    Semeseta Alam, Atas Rahmat Mu Yang Tak Terhingga

    Aku Dapat Menyelesaikan Skripsi Ini.

    Allah Engkau Membalas Segala Jerih Payah Hamba

    Mu. Engkau Mengabulkan Doa Orang-Orang Yang

    Berusaha. Kau Berikan Aku Kekuatan Untuk Tetap

    Bersabar.

    Tak Kusangka Kerja Keras Selama Ini Berujung Kepada

    Kebahagian Yang Tak Ternilai Harganya.

    Tak Mampu Ku Ucapkan Kata Yang Pantas Untuk

    Menggambarkan Kebahagian Yang Ku Rasa.

    Semoga Ilmu Yang Aku Dapat Menjadi Ilmu Yang

    Bermanfaat.

    Skripsi Ini Ku Persembahkan Kepada

    Mama, Papa, Ayah, Bunda, Kakak, Adik,

    Dan Semua Orang Yang Menyayangi Ku

    I Love You..

  • vii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama Lengkap : Sri Wahyuni

    Tempat, Tanggal Lahir : Lampung, 26 April 1987

    Alamat : Komp. Kedaung Rindang No.38 Bambu Apus Ciputat

    Tangerang

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Kewarganeraan : Indonesia

    Agama : Islam

    Email : [email protected]

    Telepon : 0852 791 21 820

    Riwayat Pendidikan

    1992 1993 TK Mukti Tama Bandar Lampung

    1993 1999 SDN 04 Pardasuka Lampung Selatan

    1999 2002 SMP Al-Kautsar Bandar Lampung

    2002 2006 SMA Pondok Pesantren La-Tansa

    2006 sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    mailto:[email protected]

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT yang maha segalanya, syukur penulis

    ucapkan karena akhirnya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam

    penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang membawa umatnya dari alam

    kejahiliyaan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Dengan penuh kesadaran

    penulis yakin bahwa masih banyak yang harus diperbaiki dalam penyusunan skripsi yang

    berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diabetes Melitus (DM)

    Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2007).

    Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk,

    bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis

    mengucap rasa syukur sebagai implementasi dari rasa terima kasih kepada :

    1. Kedua orang tua saya tercinta, H. Herman Agusli yang telah memberikan bantuan

    moril maupun materil yang tak terhingga serta ibunda terkasih Hj. Netty Herawati

    yang selalu menjadi sumber inspirasi dan kekuatan.

    2. Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. dr Yuli Prapanca, MARS selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf serta segenap Bapak/Ibu Dosen Jurusan

    Kesehatan Masyarakat, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat

    berguna bagi penulis.

  • ix

    4. Ibu Raihana N. Alkaff M.MA dan ibu Febrianti, M.Si selaku dosen pembimbing yang

    telah memberikan waktu, pikiran, dan arahan kepada penyusun dalam menyelesaikan

    penyusunan skripsi.

    5. Kedua adikku M. Nur Chaniago dan Hervina Novitasari serta saudara-saudara ku

    yang selalu memberikan motivasi, dukungan moril sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini, I love u all.

    6. Ayah dan Bunda Dasmin yang selalu memberikan motivasi moril yang sangat berarti

    bagi penulis selama proses penyusunan skripsi.

    7. Sahabat-sahabat terbaikku TOA Duma , Syifa, Keke, Alin, Yosi dan Yunci, yang

    telah memberikan motivasi, semangat selama proses penyusunan skripsi.

    8. Seluruh teman-teman seperjuangan ku angkatan 2006 yang tidak bisa disebutkan

    namanya satu persatu. Tetapi sungguh aku sayang kalian, sukses untuk kita semua.

    9. Dan seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan mengenai

    penyakit diabetes melitus baik bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Penulis mohon

    maaf apabila dalam penyusunan laporan ini terdapat kekurangan dan kesalahan baik sengaja

    maupun tidak disengaja.

    Jakarta, 24 September 2010

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. i

    ABSTRAK ............................................................................................................ ii

    ABSTRACT.......................................................................................................... iii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................................... iv

    LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................... vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. vii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xviii

    DAFTAR BAGAN ................................................................................................ xix

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xx

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

    A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4

    C. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 5

    D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6

    1. Tujuan umum .................................................................................... 6

    2. Tujuan khusus ................................................................................... 6

    E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7

    F. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 9

    A. Diabetes Melitus (DM) ........................................................................... 9

    1. Definisi .............................................................................................. 9

    2. Patofisiologi ....................................................................................... 10

    3. Tipe Diabetes Melitus ........................................................................ 13

    4. Pemeriksaan Diabetes ......................................................................... 15

    B. Gejala dan Tanda-Tanda Awal DM ........................................................ 17

  • xi

    C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diabetes Melitus

    (DM) ...................................................................................................... 18

    1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi ........................................ 18

    a. Usia/Umur > 45 tahun .................................................................... 18

    b. Riwayat keluarga diabetes melitus (DM) ........................................ 20

    c. Riwayat pernah menderita diabetes gestasional .............................. 20

    d. Jenis kelamin ................................................................................. 21

    e. Pendidikan .................................................................................... 22

    f. Pekerjaan ........................................................................................ 23

    2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi ................................................. 25

    a. Kegemukan/Obesitas ...................................................................... 25

    d. Aktivitas fisik ................................................................................ 28

    e. Hipertensi, tekanan darah diatas 140/90 mmHg .............................. 31

    f. Dislipidemia ................................................................................... 33

    g. Pola Hidup tidak sehat ................................................................... 36

    1) Merokok .................................................................................... 36

    2) Konsumsi alkohol ...................................................................... 38

    3) Konsumsi kafein ........................................................................ 39

    4) Konsumsi buah dan sayur .......................................................... 42

    D. Komplikasi Diabetes Melitus (DM) ........................................................ 44

    E. Pencegahan Diabetes Melitus (DM) ....................................................... 45

    F. Teori Tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit

    Diabetes Melitus (DM) .......................................................................... 47

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .............. 48

    A. Kerangka Konsep ......................................................................................... 48

    B. Definisi Operasional ..................................................................................... 50

    C. Hipotesis ........................................................................................................ 55

    BAB IV METODELOGI PENELITIAN .......................................................... 56

    A. Jenis dan Disain Penelitian ..................................................................... 56

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 56

    C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 56

  • xii

    1. Populasi.............................................................................................. 56

    2. Sampel ............................................................................................... 57

    D. Instrumen Penelitian ............................................................................... 61

    1. Scoring (Penilaian) ............................................................................. 62

    E. Pengumpulan Data Biomedis dan Tekanan Darah .................................. 66

    1. Pengumpulan Data Biomedia Diabetes Melitus .................................. 66

    2. Pengumpulan Data Tekanan Darah Hipertensi .................................... 67

    F. Pengolahan Data .................................................................................... 68

    G. Analisis Data .......................................................................................... 68

    BAB V Hasil ....................................................................................................... 71

    A. Gambaran Umum Daerah Perkotaan di Indonesia ................................... 71

    B. Gambaran Penyakit Diabetes Melitus (DM) ........................................... 72

    C. Gambaran Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus (DM) ..................... 73

    1. Gambaran Umur ................................................................................ 73

    2. Gambaran Jenis Kelamin ................................................................... 73

    3. Gambaran Pendidikan ....................................................................... 74

    4. Gambaran Pekerjaan .......................................................................... 74

    5. Gambaran Obesitas............................................................................ 75

    6. Gambaran Aktivitas Fisik .................................................................. 76

    7. Gambaran Hipertensi ......................................................................... 76

    8. Gambaran Konsumsi Lemak.............................................................. 77

    9. Gambaran Merokok ........................................................................... 78

    10. Gambaran Konsumsi Alkohol ........................................................... 78

    11. Gambaran Konsumsi Kafein ............................................................. 79

    12. Gambaran Konsumsi Buah dan Sayur ............................................... 80

    D. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diabetes Melitus (DM) 81

    1. Hubungan Antara Umur dengan Penyakit DM ................................... 81

    2. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Penyakit DM ....................... 81

    3. Hubungan Antara Pendidikan dengan Penyakit DM ........................... 82

    4. Hubungan Antara Pekerjaan dengan Penyakit DM.............................. 83

    5. Hubungan Antara Obesitas dengan Penyakit DM ............................... 84

  • xiii

    6. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Penyakit DM ..................... 85

    7. Hubungan Antara Hipertensi dengan Penyakit DM ............................ 86

    8. Hubungan Antara Konsumsi Lemak dengan Penyakit DM ................ 87

    9. Hubungan Antara Merokok dengan Penyakit DM .............................. 88

    10. Hubungan Antara Konsumsi Alkohol dengan Penyakit DM.............. 89

    11. Hubungan Antara Konsumsi Kafein dengan Penyakit DM ................ 90

    12.Hubungan Antara Konsumsi Buah dan Sayur dengan Penyakit DM... 91

    E. Faktor yang Paling Dominan Mempengaruhi Kejadian Penyakit DM ..... 91

    1. Model Akhir Multivariat .................................................................... 93

    BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................... 98

    A. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 98

    B. Analisis Univariat................................................................................... 100

    1. Gambaran Penyakit DM Daerah Perkotaan di Indonesia ..................... 100

    C. Analisis Bivariat ..................................................................................... 102

    1. Analisis Hubungan Umur dengan Penyakit DM.................................. 102

    2. Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Penyakit DM ..................... 104

    3. Analisis Hubungan Pendidikan dengan Penyakit DM ......................... 105

    4. Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Penyakit DM ........................... 107

    5. Analisis Hubungan Obesitas dengan Penyakit DM ............................. 109

    6. Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Penyakit DM .................... 111

    7. Analisis Hubungan Hipertensi dengan Penyakit DM .......................... 113

    8. Analisis Hubungan Konsumsi Lemak dengan Penyakit DM ............... 114

    9. Analisis Hubungan Merokok dengan Penyakit DM ............................ 117

    10. Analisis Hubungan Konsumsi Alkohol dengan Penyakit DM ........... 119

    11. Analisis Hubungan Konsumsi Kafein dengan Penyakit DM.............. 120

    12. Analisis Hubungan Konsumsi Buah dan Sayur dengan Penyakit (DM) 123

    BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 127

    A. Simpulan ................................................................................................ 127

    B. Saran ...................................................................................................... 129

  • xiv

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 132

    LAMPIRAN ......................................................................................................... 137

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia ................................. 26

    Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................... 50

    Tabel 4.1 Variabel Penelitian dan Instrumen Penelitian ................................... 61

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Penyakit Diabetes Melitus (DM)

    Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 72

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Pada Penduduk Daerah Perkotaan

    di Indonesia Tahun 2007 ................................................................. 73

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pada Penduduk Daerah Perkotaan

    di Indonesia Tahun 2007 .................................................................. 73

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Penduduk

    Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007...................................... 74

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pekerjaan Pada Penduduk

    Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007...................................... 75

    Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Obesitas Pada Penduduk Daerah Perkotaan

    di Indonesia Tahun 2007 .................................................................. 75

    Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Pada Penduduk Daerah Perkotaan

    di Indonesia Tahun 2007 .................................................................. 76

    Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Hipertensi Pada Penduduk Daerah Perkotaan

    di Indonesia Tahun 2007 .................................................................. 77

    Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Konsumsi Lemak Pada Penduduk

    Derah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ....................................... 77

    Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Perokok Pada Penduduk Daerah Perkotaan

    di Indonesia Tahun 2007 .................................................................. 78

    Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Konsumsi Alkohol Pada Penduduk

    Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007...................................... 79

  • xvi

    Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Tingkat Konsumsi Kafein Pada Penduduk

    Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007...................................... 79

    Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Tingkat Konsumsi Buah dan Sayur

    Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 80

    Tabel 5.14 Rata-rata Umur dengan Penyakit Diabetes Melitus (DM)

    Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 81

    Tabel 5.15 Distribusi Jenis Kelamin dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)

    Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 82

    Tabel 5.16 Distribusi Pendidikan dengan Penyakit Diabtes Melitus(DM)

    Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 83

    Tabel 5.17 Distribusi Pekerjaan dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)

    Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 83

    Tabel 5.18 Distribusi Obesitas dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)

    Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 84

    Tabel 5.19 Distribusi Aktivitas Fisik dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)

    Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 85

    Tabel 5.20 Distribusi Hipertensi dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)

    Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 86

    Tabel 5.21 Distribusi Konsumsi Lemak dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)

    Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 87

    Tabel 5.22 Distribusi Perokok dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)

    Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 88

    Tabel 5.23 Distribusi Konsumsi Alkohol dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)

    Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 89

    Tabel 5.24 Distribusi Konsumsi Kafein dengan Penyakit Diabtes Melitus (DM)

    Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 90

    Tabel 5.25 Distribusi Konsumsi Buah dan Sayur dengan Penyakit Diabtes Melitus

    Pada Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 ............. 91

  • xvii

    Tabel 5.26 Variabel-variabel yang Menjadi Kandidat Model ............................. 92

    Tabel 5.27 Model Prediksi Multivariat .............................................................. 93

    Tabel 5.28 Model Prediksi Diabetes Melitus (DM) Pada Penduduk

    Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007...................................... 93

  • xviii

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    Gambar 2.1 Kerangka Teori ......................................................................... 47

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 49

    Gambar 4.1 Alur Pengambilan Sampel Biomedis Pemeriksaan Gula Darah

    Riskesdas 2007.58

  • xix

    DAFTAR BAGAN

    Nomor Halaman

    Bagan 2.1 Pemeriksaan Gula Darah Puasa ................................................. 15

    Bagan 2.2 Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu ............................................. 16

  • xx

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor

    Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Skripsi

    Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

    Lampiran 3 Analisis Data

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Transisi epidemiologi penyakit saat ini dan masa yang akan datang di

    masyarakat cenderung beralih dari penyakit menular ke penyakit tidak

    menular. Menurut WHO tahun 2000 bahwa dari statistik kematian di dunia,

    57 juta kematian yang terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit tidak

    menular (Non Communicable Disease).1

    Penyakit tidak menular (PTM) tersebut adalah penyakit jantung,

    stroke, diabetes melitus (DM) dan penyakit metabolik. Menurut WHO

    tahun 2005 bahwa Diabetes melitus menduduki peringkat ke 7 dari total

    kematian penyakit tidak menular, dan angka kesakitan diabetes melitus telah

    mencapai 171 juta di dunia dan diperkirakan akan mencapai 366 juta pada

    tahun 2030. Menurut International Diabetes Federation (IDF) bahwa pada

    tahun 2005 di dunia terdapat 200 juta (5,1%) orang dengan diabetes

    (diabetesi) dan diduga 20 tahun kemudian yaitu tahun 2025 akan meningkat

    menjadi 333 juta (6,3%) orang. Peningkatan kasus ini akan melebihi 40% di

    Negara maju dan 170% di Negara berkembang.1,2

    Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang mengalami

    peningkatan kasus diabetes melitus yang cukup tinggi seperti laporan hasil

    survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2004 bahwa penderita diabetes

  • 2

    di Indonesia sebesar 0,4%, dari data tersebut penderita diabetes lebih banyak

    ditemukan di daerah perkotaan yaitu sebesar 0,6% dibanding di daerah

    pedesaan yang hanya sebesar 0,2%. Sedangkan pada RISKESDAS tahun

    2007 prevalensi DM pada penduduk usia 15 tahun di Indonesia sebesar

    1,1% dan pada penduduk perkotaan sebesar 5,7%. Berdasarkan Penelitian

    DM pada Riskesdas tahun 2007 dipilih ibukota/ kabupaten kota hal ini terkait

    dengan kecenderungan beberapa penyakit menular dan tidak menular yang

    semakin meningkat di daerah perkotaan. Dari data Penyakit tidak menular

    penyebab kematian terbesar diabetes menempati urutan kedua sebesar (9,7%)

    setelah stroke yang menempati urutan pertama (19,4%) di susul hipertensi

    sebesar (7,5%).3,4

    Banyak sejumlah kasus diabetes di dunia ditemukan di daerah

    perkotaan, sebagaimana halnya yang dikemukakan oleh Mohan dkk tahun

    2008, dalam penelitiannya mengenai Urban rural differences in prevalence of

    self-reported diabetes in IndiaThe WHOICMR Indian NCD risk factor

    surveillance di wilayah utara, selatan, timur dan barat India, mengatakan

    bahwa kasus diabetes tertinggi ditemukan di daerah perkotaan yaitu sebesar

    7,3% dan terendah di daerah pedesaan sebesar 3,1%. Beliau juga mengatakan

    bahwa ada hubungan antara daerah perkotaan dengan kasus diabetes melitus

    dengan OR sebesar 2,48. Penduduk perkotaan, obesitas abdominal dan

    kurang aktivitas merupakan faktor risiko penyakit diabetes melitus. 5

  • 3

    Menurut Aditama tahun 2010 Dirjen Pengendalian Penyakit dan

    Penyehatan Lingkungan yang dikutip dari Menteri Kesehatan, bahwa makin

    lama akan semakin banyak masyarakat tinggal di perkotaan. Hal itu akan

    berpengaruh pada status kesehatan masyarakat, khususnya masalah polusi dan

    limbah, juga pada ketersediaan air minum. Jika polusi makin tinggi, maka

    berbagai penyakit menular dan tidak menular akan mudah timbul.

    Dibandingkan dengan masyarakat pedesaan, penyebab utama kematian pada

    masyarakat perkotaan banyak disebabkan oleh penyakit tidak menular

    (degeneratif) salah satunya adalah penyakit diabetes melitus. Faktor risiko

    yang mempermudah seseorang terkena diabetes melitus antara lain keturunan,

    stres kronis, usia di atas 40 tahun, obesitas, hipertensi, perilaku (kebiasaan)

    merokok dan minum alkohol, pola aktivitas fisik yang cenderung jauh dari

    olahraga, pola makan yang tinggi lemak dan rendah serat. 6, 7

    Diabetes Melitus atau disingkat (DM) adalah gangguan kesehatan

    yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula

    (glukosa) darah akibat kekurangan atau resistensi insulin. Adapun keluhan

    khas DM menurut drvegan (2010) adalah poliuria, polidipsi, polifagia, dan

    penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Dan keluhan tidak khas

    DM adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria,

    dan pruritus vulvae pada wanita. 8

    DM dapat menimbulkan komplikasi hampir pada seluruh sistem tubuh

    manusia, mulai dari kulit sampai jantung. Bentuk-bentuk komplikasi tersebut

  • 4

    yaitu komplikasi pada sistem kardiovaskuler seperti hipertensi, infark

    miokard, dan insufiensi koroner, komplikasi pada mata seperti retinopati

    diabetika dan katarak, komplikasi pada saraf seperti neropati diabetika,

    komplikasi pada paru-paru seperti TBC, komplikasi pada ginjal seperti

    pielonefritis dan glomeruloskelrosis, komplikasi pada hati seperti sirosis

    hepatitis dan komplikasi pada kulit seperti gangren, ulkus dan furunkel. 8

    Tingginya peningkatan kasus DM dari tahun 2004 sampai 2007

    khususnya daerah perkotaan di Indonesia serta komplikasi yang ditimbulkan

    oleh penyakit diabetes melitus yang cukup mengkhawatirkan merupakan

    masalah kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

    meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit diabetes melitus

    (DM) daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007 sehingga kasus DM dapat

    dicegah sejak dini.

    B. Rumusan Masalah

    Penyakit diabetes melitus adalah suatu penyakit menahun, tidak dapat

    disembuhkan, bermasalah karena penyakit ini tidak dirasakan oleh seseorang

    pada stadium awal sehingga tidak diketahui lebih dini dan baru terdiagnosa

    setelah timbul komplikasi. Prevalensi nasional penyakit diabetes melitus di

    Indonesia adalah 1,1%. Tetapi pada faktanya prevalensi diabetes melitus

    daerah perkotaan melebihi prevalensi nasional yaitu sebesar 5,7%. Oleh

    karena itu, dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

  • 5

    penyakit DM diharapkan dapat menurunkan bahkan mencegah peningkatan

    kasus melalui interversi terhadap faktor risiko diabetes melitus di Indonesia.

    C. Pertanyaan Penelitian

    1. Bagaimanakah gambaran penyakit DM daerah perkotaan di Indonesia

    tahun 2007 ?

    2. Bagaimanakah gambaran faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

    (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) daerah perkotaan di

    Indonesia tahun 2007?

    3. Bagaimanakah gambaran faktor risiko yang dapat dimodifikasi (obesitas,

    aktivitas fisik, hipertensi, konsumsi lemak, merokok, konsumsi alkohol,

    konsumsi kafein dan kurang konsumsi buah dan sayur) daerah perkotaan

    di Indonesia tahun 2007?

    4. Apakah ada hubungan antara faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

    (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) dengan penyakit DM

    daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007?

    5. Apakah ada hubungan antara faktor risiko yang dapat dimodifikasi

    (obesitas, aktivitas fisik, hipertensi, konsumsi lemak, merokok, konsumsi

    alkohol, konsumsi kafein dan kurang konsumsi buah dan sayur) dengan

    penyakit DM daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007?

    6. Faktor apakah yang paling dominan mempengaruhi kejadian penyakit

    diabetes melitus (DM) daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007?

  • 6

    D. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan umum

    Mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit

    diabetes melitus (DM) daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007.

    2. Tujuan khusus

    a. Untuk mengetahui gambaran penyakit DM daerah perkotaan di

    Indonesia tahun 2007.

    b. Untuk mengetahui gambaran faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

    (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) daerah perkotaan di

    Indonesia tahun 2007.

    c. Untuk mengetahui gambaran faktor risiko yang dapat dimodifikasi

    (obesitas, aktivitas fisik, hipertensi, konsumsi lemak, merokok,

    konsumsi alkohol, konsumsi kafein dan kurang konsumsi buah dan

    sayur) daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007.

    d. Untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko yang tidak dapat

    dimodifikasi (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) dengan

    penyakit DM daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007.

    e. Untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko yang dapat

    dimodifikasi (obesitas, aktivitas fisik, hipertensi, konsumsi lemak,

    merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein dan kurang konsumsi

    buah dan sayur) dengan penyakit DM daerah perkotaan di Indonesia

    tahun 2007.

  • 7

    f. Untuk mengetahui faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi

    kejadian penyakit diabetes melitus (DM) daerah perkotaan di Indonesia

    tahun 2007.

    E. Manfaat Penelitian

    1. Menjadi informasi untuk bagian Jaringan Informasi dan Publikasi

    Penelitian (JIPP) di Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengenai

    penyakit DM di Indonesia tahun 2007, yang berkaitan dengan faktor-faktor

    yang berhubungan dengan penyakit diabetes melitus (DM) daerah

    perkotaan di Indonesia .

    2. Dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.

    3. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti khusus mengenai

    penyakit DM maupun faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah

    tersebut.

    F. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

    penyakit diabetes melitus daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007,

    dilakukan oleh Mahasiswa Kesehatan Masayarakat Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Mei 2010. Populasi penelitian ini

    adalah masyarakat Indonesia yang berusia 15 tahun keatas, dengan sampel

    penelitian yang berjumlah 17.641 orang. Alasan penelitian ini adalah

  • 8

    tingginya kasus DM daerah perkotaan di Indonesia sebesar 5,7% yang

    melebihi prevalensi nasional sebesar 1,1%.

    Penelitan ini menggunakan disain cross sectional. Jenis data yang

    digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Riset Kesehatan Dasar

    (RISKESDAS) Puslitbang Pemberantasan Penyakit Kementrian Kesehatan

    RI.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Diabetes Melitus (DM)

    1. Definisi

    Diabetes Melitus (DM) atau disingkat Diabetes adalah gangguan

    kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan

    kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan atau resistensi insulin.8

    Menurut Sustrani dkk (2006) Diabetes adalah suatu penyakit,

    dimana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan

    tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Pada tubuh yang sehat, pankreas

    melepas hormon insulin yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke

    otot-otot dan jaringan lain untuk memasok energi. 9

    Sedangkan menurut Depkes (2007) Diabetes melitus adalah

    Penyakit dengan kadar gula darah yang melebihi normal dan menunjukan

    gejala cepat lapar, cepat haus, sering buang air kecil terutama di malam

    hari. 1

    Dapat ditarik kesimpulan dari definisi diatas bahwa penyakit

    diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit degeneratif akibat

    peningkatan kadar glukosa darah yang melebihi batas normal atau ambang

    batas yang dianjurkan. Peningkatan kadar glukosa dalam darah dakibatkan

    resistensi insulin.

  • 10

    Pada penderita diabetes, terjadi gangguan keseimbangan antara

    glukosa ke dalam sel, glukosa yang disimpan di hati, dan glukosa yang

    dikeluarkan dari hati. Keadaan ini menyebabkan kadar glukosa dalam

    darah meningkat dan kelebihannya akan keluar melalui urin. Jumlah urin

    banyak dan mengandung gula. Penyebab keadaan ini hanya dua. Pertama,

    pankreas tidak mampu lagi membuat insulin. Kedua, sel tubuh tidak

    memberi respons terhadap kerja insulin sebagai kunci untuk membuka

    pintu sel sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. 7

    2. Patofisiologi

    Gula dari makanan yang masuk melalui mulut dicerna di usus,

    kemudian diserap ke dalam aliran darah. Glukosa ini merupakan sumber

    energi utama bagi sel tubuh di otot dan jaringan. Agar dapat melakukan

    fungsinya, glukosa membutuhkan teman yang disebut insulin. Hormon

    insulin ini diproduksi oleh sel beta di pulau Langerhans (islets of

    Langerhans) dalam pankreas. Setiap kali kita makan, pankreas memberi

    respon dengan mengeluarkan insulin ke dalam aliran darah. Ibarat kunci,

    insulin membuka pintu sel agar glukosa masuk. Dengan demikian, kadar

    glukosa dalam darah menjadi turun. 7

    Hati merupakan tempat penyimpanan sekaligus pusat pengolahan

    glukosa. Pada saat kadar insulin meningkat seiring dengan makanan yang

  • 11

    masuk ke dalam tubuh, hati akan menimbun glukosa, yang nantinya

    dialirkan ke sel-sel tubuh bilamana dibutuhkan. 7

    a. Fisiologi sekresi insulin

    Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam

    amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar pakreas, dalam keadaan

    normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan

    kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk

    keperluan regulasi glukosa darah. Sintesis insulin dimulai dalam

    bentuk preproinsulin (precursor hormon insulin) pada reticulum

    endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin

    mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian

    dihimpun dalam gelembung-gelembung (secretory vesicles) dalam sel

    tersebut. Di sini, dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai

    menjadi insulin dan peptida- C (C- peptide) yang keduanya sudah siap

    untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel. Insulin

    berperan penting pada berbagai proses biologis dalam tubuh terutama

    menyangkut metabolisme karbohidrat. 10

    b. Efek metabolisme insulin

    Pada orang normal, setiap hari insulin dikeluarkan oleh sel beta

    pankreas sebanyak 20-60 unit. Bila kebutuhan insulin sehari melebihi

    60 unit maka ada kemungkinan terjadi resistensi insulin. Beberapa

  • 12

    penyebab terjadinya resistensi insulin antara lain menurunnya jumlah

    reseptor insulin, adanya anti-insulin, perusakan yang cepat di jaringan

    yang membutuhkan, dan sebagainya.11

    Apabila ada gangguan pada

    mekanisme kerja insulin, menimbulkan hambatan dalam utilisasi

    glukosa serta peningkatan kadar glukosa darah. Secara klinis,

    gangguan tersebut dikenal sebagai diabetes melitus. Khusus pada

    diabetes melitus tipe 2 (DMT2), yakni jenis diabetes yang paling

    sering ditemukan, gangguan metabolisme glukosa disebabkan oleh dua

    faktor: tidak adekuatnya sekresi insulin secara kuantitatif (defisiensi

    insulin) dan kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin

    (resistensi insulin). Sedangkan pada diabetes tipe 1 (DMT1), gangguan

    tersebut mutlak hanya disebabkan defisiensi insulin. 10

    Efek dari metabolisme insulin juga dapat menyebabkan

    hiperglikemia, hal ini terjadi akibat gangguan kinerja insulin

    (defisiensi dan resistensi), selanjutnya memberi berbagai dampak

    metabolisme dan kerusakan jaringan lainnya secara langsung atau

    tidak langsung. Hiperglikemia terjadi tidak hanya disebabkan oleh

    gangguan sekresi insulin (defisiensi insulin), tapi pada saat bersamaan

    juga oleh rendahnya respons jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi

    insulin). Gangguan metabolisme glukosa akan berlanjut pada

    gangguan metabolisme lemak dan protein serta proses kerusakan

    berbagai jaringan tubuh. 10

  • 13

    3. Tipe Diabetes Melitus

    a. Diabetes Melitus Tipe I, Tergantung pada Insulin

    Kebanyakan diabetes tipe 1 adalah anak-anak dan remaja yang

    pada umumnya tidak gemuk. Setelah penyakitnya diketahui mereka

    harus langsung menggunakan insulin. Pankreas sangat sedikit atau

    bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin. 9

    b. Diabetes Melitus Tipe II, Tidak Tergantung pada Insulin

    Diabetes tipe II terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak

    cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin,

    sehingga terjadilah gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Diabetes

    tipe II ini merupakan tipe diabetes yang paling umum dijumpai, juga

    sering disebut diabetes yang dimulai pada masa dewasa, dikenal sebagai

    NIDDM (Non Insulin Dependent Diebetes Mellitus). 9

    Diabetes tipe II ini dapat menurun dari orang tua yang penderita

    diabetes. Tetapi risiko terkena penyakit ini akan semakin tinggi jika

    memiliki kelebihan berat badan dan memiliki gaya hidup yang

    membuat anda kurang bergerak. Dahulu umumnya penderita diabetes

    tipe ini berusia 40 tahun ke atas atau usia lanjut. Namun dari diagnosa

    akhir-akhir ini menunjukkan bahwa anak-anak pun sudah banyak yang

    menderita Diabetes tipe II ini. 9

  • 14

    Diabetes tipe II terbagi menjadi dua yaitu penderita tidak gemuk

    (non-obese) dan penderita gemuk (obese). 11

    sekitar 80% penderita

    diabetes tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk. 9

    Diabetes tipe II ini yang terjadi pada lansia karena faktor

    resistensi insulin yang bertambah dan faktor hidup yang lebih santai

    pada lansia. 12

    c. Diabetes Melitus Tipe Lain

    Kelainan pada diabetes tipe lain ini adalah akibat kerusakan atau

    kelainan fungsi kelenjar pankreas yang dapat disebabkan oleh bahan

    kimia, obat-obatan atau penyakit pada kelenjar tersebut. 12

    Penyebab

    diabetes tipe lain ditambahkan dengan penyakit hormonal, kelainan

    insulin atau reseptornya, sindrom genetik tertentu dan lain-lain yang

    belum diketahui. 11

    d. Diabetes Gestasional (Kehamilan)

    Diabetes hanya terjadi pada saat kehamilan dan menjadi normal

    kembali setelah persalinan. Karena lebih dari 95% diabetisi adalah

    diabetes tipe II maka selanjutnya yang diperluas bahasannya adalah:

    Diabetes Mellitus tipe II. 12

  • 15

    4. Pemeriksaan Diabetes

    a. Pemeriksaan gula darah puasa

    Bagan 2.1

    Pemeriksaan Gula Darah Puasa

    Sumber: Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit

    Diabetes Melitus.13

    Keluhan DM (-)

    Keluhan Klasik (-)

    GDP*

    126

  • 16

    b. Pemeriksaan gula darah sewaktu

    Bagan 2.2

    Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu

    Sumber: Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit

    Diabetes Melitus. 13

    Keluhan DM (-)

    GDS*

    200

  • 17

    Kategori diabetes melitus menurut WHO (1999), (ADA 2003) 4

    yang digunakan adalah sebagai berikut:

    a. Normal (Non DM) < 140 mg/dl.

    b. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) 140 - < 200 mg/dl.

    c. Diabetes Melitus (DM) 200 mg/dl.

    B. Gejala dan Tanda-Tanda Awal DM

    Gejala diabetes melitus muncul secara perlahan-lahan sampai

    menjadi gangguan yang jelas, yaitu:

    1. Penurunan berat badan (BB)

    2. Cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit.

    3. Sering buang air kecil

    4. Terus-menerus lapar dan haus

    5. Kelehan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya

    6. Mudah sakit yang berkepanjangan

    7. Gangguan saraf tepi/ kesemutan

    8. Gangguan penglihatan

    9. Gatal/ bisul

    10. Luka yang lama sembuh

    11. Keputihan pada wanita

    12. Impotensi pada pria

    13. Biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40. 9

  • 18

    C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diabetes Melitus (DM)

    1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

    a. Usia/Umur > 45 tahun

    Menurut Depkes (2007) umur adalah Masa hidup responden dalam

    tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun

    yang terakhir.14

    Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam

    penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan

    maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan

    hubungan dengan umur. 15

    Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara

    drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering

    muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama

    setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih,

    sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.9 Menurut Waspadji

    tahun 2008 dibandingkan dengan usia yang lebih muda, usia lanjut

    mengalami peningkatan produksi insulin glukosa dari hati (hepatic

    glucose production), cenderung mengalami resistensi insulin, dan

    gangguan sekresi insulin akibat penuaan dan apoptosis sel beta

    pankreas. Bagi usia lanjut dengan indeks massa tubuh normal,

    gangguan lebih banyak pada sekresi insulin di sel beta pankreas,

    sementara pada usia lanjut dengan obesitas, gangguan lebih banyak

  • 19

    pada resistensi insulin di jaringan perifer seperti sel otot, sel hati, dan

    sel lemak (adiposit). 16

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bener dkk pada tahun

    2007-2008 mengenai Prevalence of Diagnosed and Undiagnosed

    Diabetes Mellitus and Its Risk Factors in a Population-Based Study of

    Qatar pada populasi orang dewasa di Qatar menyatakan bahwa kasus

    DM lebih tinggi ditemukan pada usia 40-49 tahun sebesar 31.2%.17

    Menurut Harding et al dalam jurnal penelitiannya tentang Diet

    Lemak dan Risiko Klinik Pada Diabetes Tipe 2, bahwa umur

    mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan

    memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 84 kali. 18

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adi, dkk dalam

    Buletin Kesihatan Masyarakat tentang Prevalens Diabetes Melitus dan

    Faktor-Faktor yang Berkaitan Dikalangan Penduduk Bukit Badong,

    Kuala Selangor di Malaysia, bahwa umur mempunyai hubungan yang

    signifikan dengan kejadian diabetes melitus, semakin tinggi umur

    seseorang maka orang tersebut berisiko untuk terkena diabetes

    melitus.19

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lely S dan Indrawati T

    dalam Media Litbang Kesehatan (2004) menyebutkan bahwa penderita

    diabetes tertinggi pada usia 61-65 tahun yaitu sebesar 32.5% dan

    terendah pada usia kurang dari 40 tahun yaitu sebesar 4%.

  • 20

    b. Riwayat keluarga diabetes melitus (DM)

    Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap

    diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat

    menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi risikonya terkena diabetes

    juga tergantung pada faktor kelebihan berat badan, stress, dan kurang

    bergerak.9

    Riwayat keluarga memiliki hubungan yang signifikan dengan

    kejadian diabetes melitus. 17

    c. Riwayat pernah menderita diabetes gestasional

    Diabetes melitus pada kehamilan atau gestasional diabetes melitus

    adalah seseorang yang baru menderita penyakit diabetes melitus setelah

    ia menjadi hamil. Sebelumnya, kadar glukosa darah selalu normal.11

    Menurut Damayanti wanita yang sedang hamil terjadi

    ketidakseimbangan hormonal, progesteron tinggi, sehingga

    meningkatkan sistem kerja tubuh untuk merangsang sel-sel berkembang

    (termasuk pada janin), tubuh akan mamberikan sinyal lapar dan pada

    puncaknya menyebabkan sistem metabolisme tubuh tidak bisa

    menerima langsung asupan kalori dan menggunakannya secara total

    sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah saat kehamilan. 20

  • 21

    d. Jenis kelamin

    Jenis kelamin adalah Perbedaan seks yang di dapat sejak lahir yang

    dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Baik pria maupun wanita

    memiliki risiko yang sama besar untuk mengidap diabetes sampai usia

    dewasa awal. Setelah usia 30 tahun, wanita memiliki risiko yang lebih

    tinggi dibanding pria. 14,21

    Menurut Damayanti wanita lebih berisiko mengidap diabetes

    karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa

    tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual

    syndrome), pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh

    menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga

    wanita berisiko menderita diabetes melitus tipe 2. 20

    Proporsi DM lebih

    tinggi pada wanita sebesar 53.2% dibanding laki-laki sebesar 46.8%.17

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lely S dan Indrawati T

    dalam Media Litbang Kesehatan (2004) menyebutkan bahwa penderita

    diabetes tertinggi pada perempuan yaitu sebesar 62% dan terendah pada

    laki-laki yaitu sebesar 38%. Jenis kelamin mempunyai hubungan yang

    signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko kejadian

    DM tipe 2 sebesar 0. 87 kali. 18

  • 22

    e. Pendidikan

    Pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecepatan seseorang

    secara intelektual dan emosional kearah dalam sesama manusia.

    Pendidikan juga diartikan sebagai suatu usaha sendiri untuk

    mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar

    sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan seseorang

    merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi

    pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat-tempat pelayanan

    kesehatan semakin diperhitungkan. 15

    Menurut azwar (1983), pendidikan merupakan suatu faktor yang

    mempengaruhi perilaku seseorang dan pendidikan dapat mendewasakan

    seseorang serta berprilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat

    keputusan dengan lebih tepat.22

    Dengan pendidikan yang tinggi

    seseorang diharapkan dapat berprilaku sehat yaitu mencegah penyakit

    diabetes melitus pada dirinya dan menghindari faktor-faktor risiko

    diabetes melitus. Orang yang memiliki pendidikan tinggi mempunyai

    hubungan yang signifikan untuk tidak mengalami kejadian diabetes

    melitus dibanding orang yang berpendidikan rendah. Hal ini disebabkan

    karena orang yang berpendidikan tinggi lebih mengetahui faktor-faktor

    risiko diabetes sehingga dapat berjaga-jaga untuk tidak terkena diabetes

    melitus. 19

  • 23

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lely S dan Indrawati T

    dalam Media Litbang Kesehatan (2004) menyebutkan bahwa penderita

    diabetes tertinggi pada pendidikan SMA yaitu sebesar 29.7% dan

    terendah pada pendidikan tidak sekolah yaitu sebesar 1.3%.

    f. Pekerjaan

    Menurut Arikunto tahun 2000 dalam tawi (2008) pekerjaan adalah

    aktivitas yang dilakukan seseorang tiap hari dalam kehidupannya.

    Seseorang yang bekerja dapat terjadi sesuatu kesakitan, misalnya dari

    situasi lingkungan dan juga dapat menimbulkan stres dalam bekerja

    sehingga kondisi pekerjaannya pada umumnya diperlukan adanya

    hubungan sosial yang baik dengan orang lain, setiap orang harus dapat

    bergaul dengan teman sejawat.

    Jenis pekerjaan dapat berperan di dalama timbulnya penyakit

    melalui beberapa jalan yakni: 15

    1) Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan

    kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi,

    benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan

    sebagainya.

    2) Situasi pekerjaan yang penuh dengan stres (yang telah dikenal

    sebagai faktor yang berperan dalam timbulnya hipertensi, ulcus

    lambung).

  • 24

    3) Ada tidaknya gerak badan di dalam pekerjaan; di Amerika Serikat

    ditunjukan bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di

    kalangan mereka yang mempunyai pekerjaan di mana kurang adanya

    gerak badan.

    4) Karena berkerumun dalam satu tempat yang relatif sempit, makan

    dapat terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja.

    5) Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan

    pekerjaan di tambang. 15

    Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan

    banyak dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya

    penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker. 15

    Jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan penyakit diabetes

    melitus seperti dalam Penelitian yang dilakukan oleh Nyenwe dkk

    tahun 2003 di Port Harcourt, Nigeria mendapatkan 44,2% orang yang

    pekerjaannya berat menderita diabetes melitus dan 55,8% orang yang

    pekerjaannya ringan menderita diabetes melitus. 16

    Penelitian lain oleh

    Yusmayanti tahun 2008 mendapatkan 66,0% orang yang bekerja

    menderita diabetes dan 34% orang yang tidak bekerja menderita

    diabetes, namun tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara

    pekerjaan dengan kejadian diabetes melitus. 20

  • 25

    2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

    a. Kegemukan/Obesitas

    Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu masalah kelebihan

    gizi yang penting, masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang

    dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masalah penting, karena

    selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat

    mempengaruhi produktivitas kerja. 23

    Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk

    memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan

    kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat

    badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan

    hidup lebih panjang. 23

    Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

    IMT = Berat badan (kg)

    Tinggi badan(m) X Tinggi badan(m)

  • 26

    Tabel. 2.1

    Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

    Kategori IMT

    Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17, 0

    Kekurangan berat badan tingkat ringan 17, 0 18,5

    Normal > 18,5- 25,0

    Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0-27,0

    Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

    Sumber: Depkes, 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi

    orang Dewasa, Jakarta. hlm 4. 23

    Untuk menentukan seseorang obesitas atau normal dilakukan

    dengan cara menghitung IMT, seseorang disebut normal jika IMT < 25

    dan disebut obesitas jika IMT 25.24

    Gemuk atau obesitas akan menyebabkan resistensi insulin sehingga

    insulin tidak dapat bekerja dengan baik dan kadar gula darah bisa naik.

    Gemuk juga mempermudah munculnya hipertensi dan lemak darah

    yang tinggi. Hal ini akan memicu gangguan ginjal, sakit jantung, dan

    stroke. Orang gemuk yang menderita diabetes lebih mudah terkena

    komplikasi. 7

    Hampir 80% orang yang terkena diabetes melitus pada

    usia lanjut biasanya kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan

    meningkatkan kebutuhan tubuh akan insulin. Orang dewasa yang

    kegemukan memiliki sel-sel lemak yang lebih besar pada tubuh mereka.

  • 27

    Diyakini bahwa sel-sel lemak yang lebih besar tidak merespon insulin

    dengan baik. 21

    Kegemukan dapat menyebabkan insulin yang beredar di dalam

    darah menjadi tidak efektif. Insulin yang ada tidak dapat lagi

    menghantar seluruh glukosa darah masuk ke dalam sel. Mungkin

    sebagian lubang kunci pada sel jaringan berubah, sehingga tidak cocok

    lagi dengan kunci insulin. Keadaan ini disebut resistensi insulin.

    Adanya resistensi insulin menyebabkan kelenjar pankreas terpacu untuk

    menghasilkan lebih banyak lagi insulin, dengan maksud menurunkan

    kadar glukosa darah. Akibatnya, kadar insulin di dalam darah menjadi

    berlebihan. Keadaan ini disebut hiperinsulinemia, dan ini berbahaya.

    Dengan mengukur kadar insulin darah dalam keadaan puasa, maka

    kadar yang melebihi 30 mU/ml atau lebih 20 mU/ml menunjukkan

    adanya hiperinsulinemia. Keadaan hiperinsulinemia akan menimbulkan

    penyakit diabetes melitus, gangguan kadar lemak darah (dislipidemia),

    atau tekanan dara tinggi (hipertensi), tergantung pada gen yang dimiliki

    penderita. Kesemua penyakit yang timbul ini akhirnya akan merusak

    lapisan dalam pembuluh darah (endothelium) dengan berbagai

    akibatnya. 11

    Obeitas mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian

    diabetes melitus, 80-85% penderita diabetes tipe 2 mengidap

    kegemukan. Tentu saja tidak semua orang yang kegemukan menderita

  • 28

    diabetes, tetapi penyakit ini mungkin muncul 10-20 tahun kemudian.

    Dikatakan obesitas jika seseorang kelebihan 20% dari berat badan

    normal. Pada usia lebih tua (41- 64 tahun), obesitas ditemukan sebagai

    faktor yang mempercepat peningkatan laju insidensi DM tipe 2.17, 12, 25

    Orang yang memiliki lemak berlebihan pada batang tubuh,

    terutama jika itu berada pada bagian perut, lebih mungkin terkena

    diabetes yang tidak tergantung pada insulin. Ini karena lemak pada

    organ-organ perut tampaknya lebih mudah diolah untuk memperoleh

    energi. Ketika lemak diolah untuk memperoleh energi, kadar asam

    lemak di dalam darah meningkat. Tingginya asam lemak di dalam darah

    meningkatkan resistensi terhadap insulin melalui aksinya terhadap hati

    dan otot-otot tubuh. 21

    b. Aktivitas fisik

    Menurut Almatsier aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan

    oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya,26

    dan menurut Tandra

    Aktivitas fisik adalah semua gerakan tubuh yang membakar kalori,

    misalnya menyapu, naik turun tangga, menyetrika, berkebun, dan

    berolahraga tentunya. Olahraga aerobik yang mengikuti serangkaian

    gerak berurutan akan menguatkan dan mengembangkan otot dan semua

    bagian tubuh. Termasuk didalamnya adalah jalan, berenang, bersepeda,

  • 29

    jogging, atau senam. Semua aktivitas dan olahraga berguna untuk

    kesehatan Anda.7

    Olahraga teratur akan lebih banyak memberi keuntungan, yaitu:

    1) Memperbaiki kontrol glukosa darah, pada saat berolahraga

    2) Mengurangi risiko sakit jantung

    3) Menurunkan berat badan.7

    Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat

    badan dan menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah.

    Dikumpulkan data frekuensi beraktivitas fisik dalam seminggu terakhir

    untuk penduduk 10 tahun ke atas. Kegiatan aktivitas fisik dikategorikan

    cukup apabila kegiatan dilakukan terus-menerus sekurangnya 10 menit

    dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama

    lima hari dalam satu minggu, dan kategori kurang apabila kegiatan

    dilakukan terus-menerus kurang dari 10 menit dalam satu kegiatan

    tanpa henti dan secara kumulatif tidak mencapai 150 menit selama lima

    hari dalam satu minggu.4

    Segala aktivitas fisik yang dilakukan terus-menerus selama 10

    menit atau lebih dalam setiap kali kegiatan baik yang berkaitan dengan

    pekerjaan, waktu segang dan perjalanan . Kategori aktivitas fisik adalah

    aktivitas berat dan sedang yang dilakukan dalam 30 menit setiap hari.

    Contoh aktivitas berat adalah mengangkut/memikul kayu, beras, batu,

    pasir, mencangkul, angkat besi. Tenis tunggal, bulutangkis tunggal, lari

  • 30

    cepat, maraton, mengayuh becak, mendaki gunung, bersepeda

    membawa beban, dll. Contoh aktivitas sedang adalah menyapu

    halaman, mengepel, mencuci baju, menimba air, bercocok tanam,

    membersihkan, kamar mandi/kolom, tenis ganda, bulutangkis ganda,

    senam aerobik, senam tera, renang, basket, bola voli, jogging, sepak

    bola, dll (Depkes, 2007).27

    Beberapa penelitian dewasa ini telah menunjukkan bahwa orang

    yang memiliki gaya hidup kurang aktif lebih mungkin terkena diabetes

    dibandingkan mereka yang hidupnya aktif. Diyakini bahwa olahraga

    dan akitivitas fisik meningkatkan pengaruh insulin atas sel-sel. 21

    Latihan jasmani pada diabetesi akan menimbulkan perubahan

    metabolik, yang dipengaruhi selain oleh lama, berat latihan dan tingkat

    kebugaran, juga oleh kadar insulin plasma, kadar glukosa darah, kadar

    benda keton dan imbangan cairan tubuh. Pada diabetisi dengan gula

    darah tak terkontrol, latihan jasmani akan menyebabkan terjadi

    peningkatan kadar glukosa darah dan benda keton yang dapat berakibat

    fatal. Satu penelitian mendapati bahwa pada kadar glukosa darah sekitar

    332 mg/dl, bila tetap melakukan latihan jasmani, akan berbahaya bagi

    yang bersangkutan. Jadi sebaliknya, bila ingin melakukan latihan

    jasmani, seorang diabetisi harus mempunyai kadar glukosa darah tak

    lebih 250 mg/dl. 28

  • 31

    Prinsip latihan jasmani bagi diabetisi, persis sama dengan prinsip

    latihan jasmani secara umum, yaitu memenuhi beberapa hal, seperti :

    frekuensi, intensitas, durasi dan jenis.

    1) Frekuensi : jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan

    dengan teratur 3-5 kali per minggu.

    2) Intensitas : ringan dan sedang (60-70% Maximum Heart Rate)

    3) Durasi : 30-60 menit.

    4) Jenis : latihan jasmani endurans (aerobik) untuk meningkatkan

    kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging,

    berenang dan bersepeda. 28

    Aktivitas fisik mempunyai hubungan yang signifikan dengan

    kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar

    0. 89 kali.18

    Aktivitas fisik dengan indeks aktivitas 120 menit lebih per

    hari mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2

    dan ditemukan dapat mencegah DM sebesar 0,15-0,22 kali. 25

    c. Hipertensi, tekanan darah diatas 140/90 mmHg

    Telah dibuktikan pada penyelidikan Framingham bahwa hipertensi

    merupakan suatu faktor risiko penting pada diabetes melitus. Hipertensi

    merupakan suatu acceleration pada komplikasi kardiovaskular dan

    mempunyai pengaruh buruk pada mikroangiopati (retina, ginjal).

    Prevalensi hipertensi pada DM dua kali lebih banyak daripada

  • 32

    penduduk umum.

    80% pasien diabetes menderita hipertensi, di

    Indonesia diketemukan 12-26.8% penderita hipertensi oleh karena

    diabetes. 29

    Christlieb membagi hipertensi dalam 3 kategori:

    a. Hipertensi yang dapat disembuhkan dengan pembedahan: Renal

    artery stenosis, coarctatio Aorta, pheochromocytoma, Syndrome

    Cushing, Hiperaldosteronism primer.

    b. Hipertensi tanpa nefropati: Essential, sistolik, kalau ada neuropati,

    Supine Hypertension dengan ortostatik Hypertansion.

    c. Hipertensi dengan nefropati (Diabetic Hypertension). 29

    Hipertensi tanpa nefropati lebih umum ditemukan pada diabetes

    tipe 2 sebelum atau sesudah didiagnosis diabetes. Hipertensi dapat

    dikaitkan dengan aktivitas plasma renin yang normal, tinggi atau rendah

    seperti pada hipertensi esensial. Hipertensi diabetes merupakan

    komplikasi berat bagi Diabetes tipe 1 (30-35%) dan juga untuk diabetes

    tipe 2. 25% diantaranya meninggal karena nefropati. 29

    Menurut Sandeep tahun 2009 menyatakan bahwa hipertensi

    merupakan komorbiditas penting dalam diabetes, hipertensi dapat

    menjadi penyulit maupun sebagai faktor prediksi diabetes. Hal ini

    disebabkan perannya yang sangat penting dalam proses perkembangan

    sindrom metabolik. Chuang dkk tahun 2004 menyebutkan bahwa

  • 33

    hipertensi sebagai bagian dari sindrom metabolik merupakan faktor

    risiko penting bagi penyakit diabetes melitus tipe 2.16

    Hipertensi memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian

    diabetes melitus.17

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adi,

    dkk dalam Buletin Kesihatan Masyarakat tentang Prevalens Diabetes

    Melitus dan Faktor-Faktor yang Berkaitan Dikalangan penduduk Bukit

    Badong, Kuala Selangor di Malaysia, bahwa hipertensi mempunyai

    hubungan yang signifikan dengan kejadian diabetes melitus, dan

    prevalensi diabetes melitus ditemukan lebih tinggi dikalangan penderita

    hipertensi dibanding tidak hipertensi, dan hasil ini di dukung dengan

    penelitian sebelumnya bahwa hipertensi menyumbang kejadian diabetes

    melitus sebesar 20%.19

    d. Dislipidemia, kadar lipid (Kolesterol HDL = 35 mg/dl dan atau

    Trigliserida 250 mg/dl)

    Konsumsi lemak adalah mengkonsumsi makanan yang lebih

    dominan kandungan lemak seperti sop buntut, sate, pizza, burger,

    makanan gorengan dll.14

    Sumber utama lemak adalah mentega, margarin, lemak hewan

    (lemak daging, dan ayam), dan minyak tumbuh-tumbuhan (minyak

    kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan

    sebagainya). Sumber lemak lain adalah kekacangan, bebijian, daging

  • 34

    dan ayam gemuk, krim, susu, keju, dan kuning telur, serta makanan

    yang dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan buah (kecuali

    alpukat) sangat sedikit mengandung lemak. 25

    Lemak mempunyai kandungan energi sebesar 9 kilokalori

    pergramnya. Bahan makanan ini sangat penting untuk membawa

    vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K.

    berdasarkan ikatan rantai karbonnya, lemak dikelompokan menjadi

    lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Pembatasan asupan lemak jenuh

    dan kolesterol sangat disarankan bagi diabetes karena terbukti dapat

    memperbaiki profil lipid tidak normal yang sering dijumpai pada

    diabetes. Asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (monounsaturated fatty

    acid = MUFA), merupakan salah satu asam lemak yang dapat

    memperbaiki kadar glukosa darah dan profil lipid. Pemberian MUFA

    pada diet diabetisi dapat menurunkan kadar trigliserida, kolesterol total,

    kolesterol VLDL, dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Sedangkan

    asam lemak tidak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acid =

    PUFA) dapat melindungi jantung, menurunkan kadar trigliserida,

    memperbaiki agregasi trombosit. PIFA mengandung asam lemak omega

    3 yang dapat menurunkan sintesi VLDL di dalam hati dan

    meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase yang dapat

    menurunkan kadar VLDL di jaringan perifer, sehingga dapat

    menurunkan kadar kolesterol. 28

  • 35

    Rekomendasi pemberian lemak :

    1) Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlah

    maksimal 10% dari total kebutuhan kalori per hari.

    2) Jika kadar kolesterol LDL 100 mg/dl, asupan asam lemak jenuh

    diturunkan sampai maksimal 7% dari total kalori per hari.

    3) Konsumsi kolesterol maksimal 300 mg/hari, jika kadar kolesterol

    LDL 100 mg/dl, maka maksimal kolesterol yang dapat

    dikonsumsi 200 mg/hari.

    4) Batasi asupan asam lemak bentuk trans.

    5) Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan asam

    lemak tidak jenuh rantai panjang.

    6) Asupan asam lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10% dari

    asupan kalori per hari. 28

    Konsumsi saturated fat yang tinggi menyebabkan timbulnya

    resistensi insulin dan dislipidemia. Saturated fat dapat menyebabkan

    resistensi insulin karena perubahan komposisi phospholipid dalam

    membran sel, perubahan sinyal insulin dapat menghambat sintesis

    glikogen, atau mekanisme lainnya.30

    Orang yang memiliki lemak

    berlebihan pada batang tubuh, terutama bagian perut lebih

    memungkinkan terkena diabetes yang tidak tergantung pada insulin. Ini

    karena lemak pada organ-organ perut tampaknya lebih mudah diolah

    untuk memperoleh energi. Ketika lemak diolah untuk memperoleh

  • 36

    energi, kadar asam lemak di dalam darah meningkatkan resistensi

    terhadap insulin melalui aksinya terhadap hati dan otot-otot tubuh. 21

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bener dkk bahwa ada

    hubungan yang signifikan antara trigliserida dan HDL dengan kejadian

    diabetes melitus.17

    Orang yang mengkonsumsi lemak jenuh mempunyai

    hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan

    risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 88 kali.18

    dan orang yang

    mengkonsumsi lemak 40 gr per hari mempunyai hubungan yang

    signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko kejadian

    DM tipe 2 sebesar 2,07 kali, dan dengan menggunakan analisis

    multinominal logistik bahwa mengkonsumsi lemak 40 gr per hari

    memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 4,43 kali. 25

    e. Pola hidup tidak sehat

    1) Merokok

    Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui

    dalam kehidupan sehari- hari. Gaya hidup/ life style ini menarik

    sebagai suatu masalah kesehatan masyarakat, minimal dianggap

    sebagai faktor risiko dari berbagai macam penyakit.15

    Merokok

    merupakan salah satu kegiatan yang akan memberikan banyak

    dampak negatif terhadap kesehatan. Merokok adalah faktor risiko

  • 37

    dari beberapa penyakit, diantaranya kanker, jantung koroner,

    diabetes melitus, hipertensi, katarak, dan lain sebagainya.31

    Menurut Tsiara kebiasaan merokok secara mekanisme

    biologi dapat meningkatkan radikal bebas dalam tubuh yang

    menyebabkan kerusakan fungsi sel endotel dan merusak sel beta di

    pankreas.16

    Menurut Bustan tahun 1997 jumlah rokok yang dihisap dapat

    dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat

    dibagi atas 3 kelompok yaitu:

    a) Perokok ringan, jika merokok kurang dari 10 batang perhari.

    b) Perokok sedang, jika merokok 10-20 batang perhari.

    c) Perokok berat, jika merokok lebih dari 20 batang perhari.32

    Menurut Bustan tahun 1997 merokok dimulai sejak umur <

    10 tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang

    merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya

    dose-response effect, artinya semakin muda usia merokok, akan

    semakin besar pengaruhnya. Apabila perilaku merokok dimulai

    sejak usia remaja, merokok sigaret dapat berhubungan dengan

    tingkat arterosclerosis. Risiko kematian bertambah sehubungan

    dengan banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih

    dini. 32

  • 38

    Ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok

    dengan kejadian diabetes melitus.17

    dan merokok memberikan

    risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 89 kali.18

    2) Konsumsi alkohol

    Alkohol mengandung banyak karbohidrat dan kalori.

    Pengaturan glukosa darah menjadi labih sulit apabila

    mengkonsumsi alkohol. Pecandu alkohol yang berhenti minum bisa

    mengalami hipoglikemia. Alkohol menghambat hati melepaskan

    glukosa ke darah sehingga kadar glukosa darah bisa turun. Bila

    seseorang mengkonsumsi obat diabetes atau melakukan suntik

    insulin, hipoglikemia bisa timbul bila seseorang peminum alkohol.

    Oleh karena itu, batasi minum alkohol atau jangan minum alkohol

    pada saat perut kosong dan glukosa darah sedang turun.7

    Menurut Suyanto alkohol dapat menghambat proses oksidasi

    lemak dalam tubuh, yang menyebabkan proses pembakaran kalori

    dari lemak dan gula terhambat dan akhirnya berat badan akan

    bertambah. Menurut Rahatta dalam juga alkohol dapat

    mempengaruhi kelenjar endokrin, dengan melepaskan epinefrin

    yang mengarah kepada hiperglikemia transient dan hiperlipidemia

    sehingga konsumsi alkohol kotraindikasi dengan diabetes.20

    Orang

    yang mengkonsumsi alkohol mempunyai hubungan yang

  • 39

    signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko

    kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 88 kali.18

    3) Konsumsi kafein

    Kafein merupakan stimulan ringan, termasuk zat psikoaktif

    yang paling banyak digunakan di dunia. Kafein terdapat di dalam

    kopi, teh, minuman ringan, kokoa, cokelat, serta berbagai resep dan

    obat-obat yang dijual bebas. Kafein meningkatkan sekresi

    norepinefrin dan meningkatkan aktifitas syaraf pada berbagai area

    di otak. Kafein diabsorbsi dari traktus digestivus, dan segera

    didistribusikan ke seluruh jaringan kafein mempunyai efek

    antagonis kompetitif terhadap reseptor adenosin. Adenosin

    merupakan neuromodulator yang mempengaruhi sejumlah fungsi

    pada susunan syaraf pusat.33

    Kafein diduga dapat meningkatkan

    kadar gula darah, sehingga perlu diwaspadai untuk para penderita

    diabetes melitus (kencing manis).

    Menurut Goodman dan Gilmans tahun 1996 dari beberapa

    penelitian fisiologi diketahui bahwa, konsumsi kafein dengan

    konsentrasi yang tinggi (4 sampai 8 mg per kg berat badan)

    diketahui mempunyai efek meningkatkan FFA (free fatty acid)

    dalam plasma darah, merangsang lipolisis, meningkatkan

  • 40

    konsentrasi serum gliserol, dan mengganggu pengambilan dan

    penyimpanan Ca++

    oleh sarcoplasmic reticulum pada otot lurik.25

    Boden dan Chen tahun 2000 mengatakan bahwa peningkatan

    FFA dalam plasma diketahui merupakan penyebab resistensi

    insulin, karena penguraian jaringan adiposa atau penyerapan lemak

    yang tinggi akan melemahkan stimulasi insulin pada otot rangka

    dan liver, yang pada akhirnya akan menyebabkan gangguan

    sensitivitas insulin. Peningkatan FFA dalam plasma juga dapat

    menyebabkan perubahan pada cairan membran sel dan struktur

    membran sel, sehingga reseptor insulin mengalami perlekatan

    dengan lemak bilayer dan plasma membran, yang pada akhirnya

    akan mengganggu jalan masuk reseptor insulin, pengikatan insulin

    pada sel dan reaksi insulin. 25

    Penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng tahun 2004 bahwa

    ada hubungan antara konsumsi kopi dengan penyakit diabetes

    melitus, semakin tinggi konsumsi kopi, besarnya risiko DM tipe 2

    semakin meningkat. Semakin tinggi konsumsi kopi, laju insidensi

    DM tipe 2 semakin meningkat. Seperti penelitian yang dilakukan

    olehnya mengenai Risiko Kebiasaan Minuman Kopi pada Kasus

    Toleransi Glukosa Terganggu Terhadap Terjadinya DM Tipe 2

    ditemukan bahwa mengkonsumsi kopi tinggi (240-359,9 mg kafein

    per hari), memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 2, 31 kali,

  • 41

    dan konsumsi kopi sangat tinggi (360 mg kafein lebih perhari)

    memberikan risiko kejadian sebesar 2, 92 kali dibanding konsumsi

    kopi rendah (< 184,6 mg kafein per hari).25

    Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh rnlv7

    tahun 2004 tentang konsumsi kopi pada orang sehat yang tidak

    menderita diabetes ternyata memperlihatkan hasil yang sebaliknya.

    rnlv7 menemukan bahwa konsumsi kopi dan teh dapat

    meningkatkan sensitifitas insulin. Setelah melakukan penyesuaian

    terhadap konsumsi teh, jumlah gula dan krim yang digunakan di

    dalam kopi, kue dan biskuit yang dimakan bersamaan dengan kopi,

    konsumsi alkohol, indeks massa tubuh, beratnya aktivitas fisik, dan

    status merokok, rnlv7 menemukan bahwa peningkatan konsumsi

    1 gelas kopi sehari berhubungan dengan peningkatan sensitifitas

    insulin sebesar 0,16 unit. Dengan demikian konsumsi kopi dan teh

    secara independen berhubungan dengan peningkatan sensitifitas

    insulin. Karena kafein telah dilaporkan dapat mengganggu kerja

    insulin, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mungkin

    terdapat unsur lain dalam kopi dan teh yang berperan dalam

    meningkatkan sensitifitas insulin. Baik kopi maupun teh

    mengandung senyawa fenol yang mempunyai aktivitas antioksidan.

    Terdapat kemungkinan antioksidan di dalam kopi ini dapat

    meningkatkan sensitifitas insulin karena telah dilaporkan bahwa

  • 42

    antioksidan dapat meningkatkan sensitifitas insulin pada penderita

    diabetes melitus tipe 2.33

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tjekyan tahun

    2007 dalam jurnal Makara Kesehatan mengenai Risiko Penyakit

    Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalangan Peminum Kopi di Kotamadya

    Palembang Tahun 206-2007, bahwa terdapat hubungan

    penurunan risiko kejadian DM Tipe 2 pada kelompok peminum

    kopi dengan OR 0,75 artinya kebiasan minum kopi merupakan

    faktor protektif sebesar 0.75 kali terhadap kejadian DM Tipe 2.

    Frekuensi, kekentalan kopi, jenis kopi, lamanya minum kopi yang

    tinggi merupakan faktor protektif terhadap DM tipe 2. 33

    4) Kurang Konsumsi buah dan sayur

    Sejak tahun 1990, telah dicanangkan dalam Dietary for

    American bahwa rekomendasi minimal untuk mengkonsumsi buah

    adalah 2 porsi/hari dan 3 porsi/hari untuk konsumsi sayur atau

    setara dengan konsumsi buah dan sayur 5 porsi/hari. Menurut

    WHO/FAO (2003), yang dimaksud dengan satu porsi sayur adalah

    1 mangkuk sayur segar atau mangkuk sayur masak dan satu porsi

    buah adalah 1 potongan sedang atau 2 potongan kecil buah atau 1

    mangkuk buah irisan. Konsumsi buah dan sayur dianggap cukup

    apabila asupan buah dan sayur 5 porsi atau lebih per hari.

  • 43

    Sedangkan yang dianggap kurang apabila asupan buah dan sayur

    kurang dari 5 porsi sehari. 14

    Konsumsi buah dan sayur menurut adalah frekuensi rata-rata

    dan porsi asupan buah dan sayur responden dalam sehari selama

    seminggu.14

    buah dan sayur banyak mengandung serat yang

    berguna untuk menurunkan absorbsi lemak dan kolesterol darah.

    Pada umumnya, makanana serat tinggi mengandung energi rendah,

    dengan demikan dapat membantu menurunkan berat badan. Serat

    makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua

    makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi

    berpengaruh baik untuk kesehatan. 26

    Menurut Sukardji tahun 2007 konsumsi serat terutama

    insoluble fiber (serat tidak larut) yang terdapat biji-bijian dan

    beberapa tumbuhan, dapat membantu mencegah terjadinya diabetes

    dengan cara meningkatkan kerja hormon insulin dalam mengatur

    gula darah di dalam tubuh.20

    Serat terdiri atas dua golongan, yaitu

    serat larut air dan tidak larut air. Serat tidak larut air adalah

    selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang banyak terdapat dalam

    dedak beras, gandum, sayuran, dan buah-buahan. Serat golongan

    ini dapat melancarkan defekasi sehingga mencegah obtipasi,

    hemoroid, dan diverticulosis. Serat larut air yaitu pektin, gum, dan

    mukilase yang banyak terdapat dalam havermout, kacang-

  • 44

    kacangan, sayur, dan buah-buahan. Serat golongan ini dapat

    mengikat empedu sehingga dapat menurunkan absorbsi lemak dan

    kolesterol darah, sehingga menurunkan risiko, mencegah, atau

    meringankan penyakit jantung koroner dan dislipidemia.26

    Pada Studi yang dilakukan terhadap 84.000 perawat wanita

    yang mulai diteliti oleh peneliti Harvard pada tahun 1980

    mendapatkan hubungan antara konsumsi kekacangan dan risiko

    DM tipe 2. Jika dibandingkan dengan wanita yang jarang makan

    kacang, mereka yang makan satu sampai dengan 4 ons setiap

    minggu mempunyai pengurangan 16% insiden DM tipe 2 , dan

    mereka yang makan sedikitnya 5 ons perminggu memperlihatkan

    pengurangan 27%. Para peneliti berpendapat, bahwa meskipun

    kekacangan dapat memberikan 80% kalori lemak, lemak itu adalah

    lemak jenis unsaturated yang dapat mengontrol hormon insulin dan

    glukosa. Ditemukan bahwa mengkonsumsi serat 25 gr per hari

    mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2

    dan dapat mencegah kejadian DM tipe 2 sebesar 0,29- 0,42 kali.25

    D. Komplikasi Diabetes Melitus

    Komplikasi yang disebabkan dari penyakit diabetes adalah dehidrasi,

    napas berbau, mual, muntah, napas dalam dan semakin cepat, keadaan yang

    sangat lemah, penyakit arteri koroner, nefropati, neuropati, dan retinopati.21

  • 45

    DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai

    dari kulit sampai jantung. Bentuk-bentuk komplikasi itu bisa berupa, masing-

    masing pada sistem:

    1. Sistem kardiovaskuler : hipertensi, infark miokard, dan insufiensi koroner.

    2. Mata: retinopati diabetika dan katarak.

    3. Saraf: neropati diabetika.

    4. Paru-paru: TBC.

    5. Ginjal: pielonefritis dan glomeruloskelrosis.

    6. Hati: sirosis hepatitis.

    7. Kulit: gangren, ulkus dan furunkel.8

    E. Pencegahan Diabetes Melitus (DM)

    Pada penyakit diabetes melitus (DM) seperti juga pada penyakit lain

    usaha pencegahan terdiri dari:

    1. Pencegahan primer, yaitu mencegah agar tidak timbul penyakit DM,

    meliputi penyuluhan mengenai perlunya pengaturan gaya hidup sehat

    sedini mungkin dengan memberikan pedoman untuk mempertahankan

    pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang (meningkatkan konsumsi

    sayuran dan buah, membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat

    sederhana, melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan umur

    dan kemampuan, serta menghindari obat yang bersifat diabetogenik.11

  • 46

    2. Pencegahan sekunder, yaitu sejak awal sudah harus dicegah kemungkinan

    timbulnya komplikasi kronis sehingga penderita dapat hidup sehat dan

    wajar berdampingan dengan penyakitnya.