Katarak

44
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia, sampai saat ini penyebab kebutaan yang utama adalah akibat katarak, yaitu sebesar 0,78 %. Katarak termasuk salah satu penyakit degeneratif pada usia lanjut, namun 10% - 20% buta katarak telah dialami oleh penduduk Indonesia usia 40 – 54 tahun, yang termasuk dalam kelompok usia produktif. Di Indonesia, pada tahun 2000 diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut sebanyak 15.3 juta jiwa dan 22% diantaranya menjalani operasi katarak dibawah usia 55 tahun. Besarnya jumlah penderita katarak di Indonesia saat ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia lanjut dan masalah gizi masyarakat. Penderita katarak akan merasakan berbagai gejala seperti melihat hanya nuansa abu-abu, gangguan penglihatan, penglihatan kabur, distorsi, silau, diplopia, dan perubahan persepsi warna dan gejala-gejala tersebut akan bervariasi sesuai dengan jenis spesifik dari katarak. I.2 RUMUSAN MASALAH

description

katarak adalah suatu kekeruhan pada lensa

Transcript of Katarak

Page 1: Katarak

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Di Indonesia, sampai saat ini penyebab kebutaan yang utama adalah

akibat katarak, yaitu sebesar 0,78 %. Katarak termasuk salah satu penyakit

degeneratif pada usia lanjut, namun 10% - 20% buta katarak telah dialami

oleh penduduk Indonesia usia 40 – 54 tahun, yang termasuk dalam

kelompok usia produktif.

Di Indonesia, pada tahun 2000 diperkirakan jumlah penduduk usia

lanjut sebanyak 15.3 juta jiwa dan 22% diantaranya menjalani operasi

katarak dibawah usia 55 tahun. Besarnya jumlah penderita katarak di

Indonesia saat ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia lanjut dan

masalah gizi masyarakat.

Penderita katarak akan merasakan berbagai gejala seperti melihat

hanya nuansa abu-abu, gangguan penglihatan, penglihatan kabur, distorsi,

silau, diplopia, dan perubahan persepsi warna dan gejala-gejala tersebut

akan bervariasi sesuai dengan jenis spesifik dari katarak.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan katarak?

I.3 TUJUAN

Mengetahui etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan katarak.

I.4 MANFAAT

I.4.1 Menambah wawasan mengenai penyakit mata khususnya katarak.

I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang

mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.

Page 2: Katarak

2

BAB II

STATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R

Jenis Kelamin : Laki laki

Umur : 80 Tahun

Alamat : Kromengan

Pekerjaan : Petani

Status : Menikah

Suku Bangsa : Jawa

Tanggal Periksa : 6 Februari 2013

2.2 ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Mata kanan tidak bisa melihat sejak 5 bulan yang

lalu

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poli mata dengan keluhan mata kanan tidak bisa

melihat sejak 5 bulan yang lalu. 1 tahun yang lalu pasien merasa

pengelihatan mata kanannya mulai kabur. Awalnya Penglihatannya

seperti berasap dan terasa silau pada siang hari, namun lama-

kelamaan semakin memburuk hingga tidak bisa melihat. Pasien juga

mengeluh 3 bulan terakhir ini pengelihatan mata kiri mulai kabur,

sehingga pasien memutuskan untuk berobat kepuskesmas, oleh

puskesmas pasien dirujuk ke RSUD kanjuruhan. Pasien tidak merasa

nyeri pada matanya dan tidak sakit kepala atau cekot-cekot. Pasien

juga tidak merasa matanya merah, gatal, keluar kotoran, atau keluar

air mata terus menerus.

3. Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi (-), DM (-),

4. Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal

5. Riwayat Pengobatan : tidak pernah mengobati keluhan

Page 3: Katarak

3

6. Riwayat Kebiasaan : merokok (-)

2.3 STATUS GENERALIS

Kesadaran : compos mentis (GCS 456)

Vital sign :

• TD : 120/80mmHg

• Nadi : tidak diperiksa

• RR : tidak diperiksa

• Suhu : tidak diperiksa

2.4 STATUS OFTALMOLOGIS

OD Pemeriksaan Mata OS

1/300

-

Visus

Dengan koreksi

5/60

-

6/5.5 TIO 6/5.5

Ortophoria Kedudukan Ortophoria

Pergerakan

Hiperemi (-),Sikatriks (-),

edema (-)Palpebra

Hiperemi (-), Sikatriks (-),

edema (-)

Hiperemi (-) CI (–), PCI

(–), jaringan fibrovaskular

(-)

Konjungtiva

Hiperemi (-)CI (–), PCI

(–), jaringan fibrovaskular

(-)

Jernih, Edema(-), infiltrate

(-), arkus senilis (+)Kornea

Jernih, Edema (-), infiltrate

(-), arkus senilis (+)

cukup COA Cukup

Normal Iris Normal

Sentral, round, 3 mm

Reflek cahaya (+)Pupil

Sentral, round, 3 mm

Reflek cahaya (+)

Keruh merata (padat) Lensa Keruh sebagian

Page 4: Katarak

4

Tidak dilakukan Vitreus Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Retina Tidak dilakukan

2.5 DIAGNOSIS

Working diagnosis : OD Katarak senilis matur

OS Katarak senilis imatur

2.6 PENATALAKSANAAN

Planning Therapy :

Informed consent

Pro OD ECCE (SICS) + IOL

KIE :

Menjelaskan pada penderita bahwa pandangan kedua mata

kabur disebabkan katarak pada lensa mata.

Menjelaskan tentang pentingnya operasi ekstraksi katarak,

persiapan, jenis tindakan, kelebihan dan kekurangan.

Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi bila tidak

dioperasi.

2.7 PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad Functionam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad bonam

2.8 PERSIAPAN OPERASI

Pemeriksaan Biometri A-Scan (OS) :

Power IOL : + 23.00 D

Pemeriksaan Tekanan Darah :

TD : 120/80 mmHg

2.9 LAPORAN OPERASI

Tanggal operasi : 6 Februari 2013

Pukul operasi : 10.30-11.OO WIB

Page 5: Katarak

5

Lama operasi : 30 menit

Diagnosis pre-op : OD Katarak senilis matur

Diagnosis post-op : OD Pseudofakia

Jenis anastesi : Lokal Anastesi

Tindakan operasi : OD ECCE (SICS) + IOL

Prosedur operasi :

1. Pasien terlentang di meja operasi

2. Desinfeksi mata kiri dengan betadine 10%

3. Penutupan mata dengan duk steril berlubang

4. Dipasang eye speculum

5. Dilakukan anestesi lokal sub konjungtiva dengan lidokain

6. Incisi kornea dan sklera ± 8 mm

7. Masukkan cairan viscoelastin

8. Dilakukan kapsulektomi anterior

9. Hidroseksi

10. Mengangkat nukleus ke BMD

11. Masukkan viscoelastin pada atas & bawah nukleus

12. Nukleus lensa dikeluarkan

13. Irigasi/aspirasi sisa korteks

14. Injeksi cairan viscoelastin

15. Masukkan IOL

16. Irigasi/aspirasi sisa viscoelastin

17. Memberi salep antibiotik pada konjungtiva

18. Mata ditutup dengan kasa steril

Instruksi post-op :

1. Ciprofloxacin 2x500 mg

2. Asam mefenamat 3x500 mg

3. Gentamicin ED 6x1 tetes OD

4. Kasa hidrofil steril

5. Plester kecil 1 cm

6. Pro MRS

Page 6: Katarak

6

2.9. FOLLOW UP (7 Februari 2013)

Anamnesis : mata kanan terasa ngganjel

Status oftalmologis :

OD Pemeriksaan Mata OS

1/60 (ruangan)

-

Visus

Dengan koreksi

1/60 (ruangan)

-

N/P TIO N/P

Ortophoria Kedudukan Ortophoria

Pergerakan

Hiperemi (-),Sikatriks (-),

edema (-)Palpebra

Hiperemi (-), Sikatriks (-),

edema (-)

Hiperemi (+) CI (–), PCI

(–), jaringan fibrovaskular

(-)

Konjungtiva

Hiperemi (-)CI (–), PCI

(–), jaringan fibrovaskular

(-)

Keruh, Edema(+), infiltrate

(-), arkus senilis (+)Kornea

Jernih, Edema (-), infiltrate

(-), arkus senilis (+)

Cukup COA Cukup

Normal Iris Normal

Sentral, round, midriasis

Reflek cahaya (+)Pupil

Sentral, round, 3 mm

Reflek cahaya (+)

Terdapat pantulan cahaya

(IOL di sentral) LensaKeruh sebagian

Tidak dilakukan Vitreus Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Retina Tidak dilakukan

Diagnosis : OD Pseudofakia post operasi katarak

Penatalaksanaan :

1. Ciprofloxacin 2x500 mg

2. Asam mefenamat 3x500 mg

Page 7: Katarak

7

3. Gentamicin ED 6x1 tetes OD

4. KIE :

Mata yang telah dioperasi, ditutup dengan kasa dan tidak boleh

terkena air selama 4 minggu, tidak boleh terpukul, atau

digosok.

Jaga kebersihan mata, cuci tangan sebelum menyentuh mata,

dan minum obat-obatan atau menggunakan obat tetes mata

steroid dan antibiotik sesuai dengan petunjuk dokter untuk

mengurangi resiko terjadinya infeksi.

Untuk melindungi mata dari cedera, pasien sebaiknya

menggunakan kacamata atau pelindung mata minimal selama 1

(satu) minggu setelah operasi.

Jangan menunduk atau membungkukkan badan (kepala lebih

rendah dari dada) untuk mengangkat benda dari lantai. Jangan

mengangkat barang yang berat dan tidur tengkurap.

Page 8: Katarak

8

BAB III

TELAAH KASUS

3.1 ANATOMI, DAN FISIOLOGI LENSA

3.1.1 Anatomi Lensa

Lensa kristalin adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak

berwarna dan transparan.

Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan pada lensplate. Tebal

sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung

oleh zonula (zonula Zinnii) yang menghubungkan dengan korpus

siliare. Disebelah anterior lensa terdapat humour aquos dan disebelah

posterior terdapat vitreus.

Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan

sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya.

Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan

jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk

teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah

atau pun saraf di lensa.

Page 9: Katarak

9

Gambar 1. Anatomi Lensa

Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat

lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa

terus menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di

bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral

lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat

lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan

nukleus embrional, fetal dan dewasa. Nukleus ini bersifat lembek yang

berangsur-angsur mengeras dengan bertambahnya usia. Di bagian luar

nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut korteks

lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut

sebagai korteks anterior, sedang di belakangnya korteks posterior.

Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks

lensa yang lebih muda. Dibagian peifer kapsul lensa terdapat zonula

Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan

siliar.

3.1.2 Fisiologi Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.

Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris

relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter

anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi

lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina.

Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi

Page 10: Katarak

10

sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik

kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh

peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus

siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina

dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia,

kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga

terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata

untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0-

Dioptri.

3.2 DEFINISI

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, bahasa

Inggris Cataract, dan LatinCataracta yang berarti air terjun. Dalam

bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air

terjun akibat lensa yang keruh.

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat

terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa

atau akibat kedua-duanya.

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa.

Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya

jernih dan bening menjadi keruh.

Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan

tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa

melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit

mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.

3.3 ETIOLOGI

Etiologi katarak adalah :

a. degeneratif (usia)

b. kongenital

Page 11: Katarak

11

c. penyakit sistemik (misal DM, hipertensi, hipoparatiroidisme)

d. penyakit lokal pada mata (misal uveitis, glaukoma dll)

e. trauma

f. bahan toksik (kimia & fisik)

g. keracunan obat-obat tertentu (kortikosteroid, ergot, dll)

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau

bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia

lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di

atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 55% orang berusia 75— 85 tahun

daya penglihatannya berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya

dapat diobati, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia.

3.4 PATOFISIOLOGI

Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori

hidrasi dan sklerosis:

1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel

lensa yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat

dikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini akan menimbulkan

bertambahnya tekanan osmotik yangmenyebabkan kekeruhan lensa.

2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut

kolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen

di tengah. Makin lama serabut tersebut semakin bertambah banyak

sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.

Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum

sepenuhnya diketahui. Diduga adanya interaksi antara berbagai proses

fisiologis berperan dalam terjadinya katarak senilis dan belum sepenuhnya

diketahui.

Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan

menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan

menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi padat di bagian tengahnya,

sehingga kemampuan fokus untuk melihat benda dekat berkurang. Pada

usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada lensa’

yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras (sklerosis

Page 12: Katarak

12

nuklear). Pada saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu terbentukanya

protein dengan berat molekul yang tinggi dan mengakibatkan perubahan

indeks refraksi lensa sehingga memantulkan sinar masuk dan mengurangi

transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan pembentukan

pigmen pada nuklear lensa.

Ada banyak mekanisme yang memberi kontribusi dalam

progresifitas kekeruhan lensa. Epitel lensa berubah seiring bertambahnya

usia, terutama dalam hal penurunan densitas (kepadatan) sel epitelial dan

penyimpangan diferensiasi sel serat lensa (lens fiber cells). Walaupun

epitel lensa yang mengalami katarak menunjukkan angka kematian

apoptotik yang rendah, akumulasi akumulasi dari serpihan-serpihan kecil

epitelial dapat menyebabkan gangguan pembentukan serat lensa dan

homeostasis dan akhirnya mengakibatkan hilangnya kejernihan lensa.

Lebih jauh lagi, dengan bertambahnya usia lensa, penurunan rasio air dan

mungkin metabolit larut air dengan berat molekul rendah dapat memasuki

sel pada nukleus lensa melalui epitelium dan korteks yang terjadi dengan

penurunan transport air, nutrien dan antioksidan. Kemudian, kerusakan

oksidatif pada lensa akibat pertambahan usia mengarahkan pada terjadinya

katarak senilis. Mekanisme lainnya yang terlibat adalah konversi

sitoplasmik lensa dengan berat molekul rendah yang larut air menjadi

agregat berat molekul tinggi larut air, fase tak larut air dan matriks protein

membran tak larut air. Hasil perubahan protein menyebabkan fluktuasi

yang tiba-tiba pada indeks refraksi lensa, menyebarkan jaras-jaras cahaya

dan menurunkan kejernihan. Area lain yang sedang diteliti meliputi peran

dari nutrisi pada perkembangan katarak secara khusus keterlibatan dari

glukosa dan mineral serta vitamin.

Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan

pertambahan usia lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi

kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan

penglihatan (pandangan kabur/buram) pada seseorang.

Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga

pupil berwarna putih dan abu-abu. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan

Page 13: Katarak

13

pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli

menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan

lensa bahkan reaksi fundus bisa hilang sama sekali.

3.5 GEJALA

Gejala umum gangguan katarak meliputi :

• Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

• Peka terhadap sinar atau cahaya.

• Dapat melihat dobel pada satu mata.

• Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

• Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :

1. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar

lensa.

2. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.

3. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum.

3.6 JENIS-JENIS KATARAK

Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :

• Katarak perkembangan (developmental) dan degeneratif

• Katarak kongenital, juvenvil, dan senil.

• Katarak komplikata

• Katarak traumatik.

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :

• Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun

• Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas1 tahun dan di

bawah 40 tahun

•Katarak presenil, katarak sesudah usia 30-40 tahun

• Katarak senil, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun

3.6.1 KATARAK SENILIS

Page 14: Katarak

14

Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terjadi pada usia

lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun yang mengakibatkan gangguan

penglihatan dengan gejala karakteristik penebalan lensa secara perlahan

dan progresif.

3.6.2 ETIOLOGI

Penyebab katarak senil sampai sekarang belum diketahui secara

pasti. Penyebab katarak senil sampai sekarang belum diketahui secara

pasti. Namun beberapa sumber mengatakan bahwa katarak senil ini terkait

dengan konsep penuaan manusia seperti teori putaran biologik, teori

mutasi spontan, teori “a free radical” serta teori “A cross link”, yang pada

akhirnya mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan pada lensa.

Perubahan lensa pada usia lanjut :

1. Terjadi penebalan dan kurang elastisnya kapsul, mulai terjadi

presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur, dan terlihat

bahan granular.

2. Epitel makin tipis, sel epitel pada ekuator bertambah besar dan berat.,

dan terjadi pembengkakan dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.

3. Serat lensa lebih ireguler, pada korteks jelas terjadi kerusakan serat

sel, dan terjadi brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama

kelamaan merubah protein nukleus (histidin, triptofan, metionin,

sistein, dan tirosin). protein lensa dirubah oleh modifikasi dan

agregasi bahan kimia menjadi molekul protein. Hasil dari terjadinya

agregasi protein ini menyebabkan berfluktuasinya indeks refraksi,

penghamburan cahaya, serta lensa menjadi kurang transparan.

3.6.3 KLASIFIKASI

Secara klinis, katarak senil dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:

Katarak Insipien

Stadium paling dini yang belum menimbulkan gangguan visus. Dengan

koreksi, visus masih dapat 5/5 atau 5/6. Kekeruhan mulai dari bagian

perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda), terutama

Page 15: Katarak

15

mengenai korteks anterior sedangkan aksis relatif masih jernih. Gambaran

ini disebut “Spokes of a wheel” yang nyata bila pupi dilebarkan.

Katarak I matur

Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi

tidak atau belum mengenai seluruh lensa. Kekeruhan itu terutama terdapat

dibagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Pada stadium ini

terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah

cembung sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah

dan mata akan menjadi mioptik. Keadaan ini disebut intumesensi.

Pencembungan lensa mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga

bilik mata depan akan lebih sempit yang dapat menimbulkan glaukoma

sekunder (glaukoma fakomorfik). Pada pemeriksaan diperoleh uji

bayangan iris positif.

Katarak M atur

Terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul

sehingga lensa akan berukuran normal dan sudut bilik mata depan ormal

kembali. Pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih seperti

mutiara akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ). Bila

dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif dengan syarat harus

diperiksa lebih lanjut dengan midriatika. Penglihatan pasien sangat turun

(1/300 – 1/~), pasien hanya dapat membedakan gelap dan terang.

Katarak H ipermatur

Proses katarak berlanjut disertai dengan kerusakan kapsul lensa yang

menjadi lebih permeabel, sehingga korteks yang berdegenerasi dan

mencair dapat keluar dan lensa menjadi kempis. Lensa memperlihatkan

bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang “tenggelam”

didalam korteks lensa kearah bawah (jam 6) karena daya beratnya, dengan

warna yang lain daripada bagian atasnya yaitu kecoklatan. Keadaan ini

disebut katarak morgagni.

Pada pemeriksaan didapatkan iris tremulans dan sudut bilik mata depan

menjadi dalam sekali. Massa lensa yang masuk kedalam bilik mata depan

Page 16: Katarak

16

dapat menimbulkan penyulit glaukoma (proses fakolitik) dan uveitis

(proses fakotoksik).

Perbedaan Katarak Senilis

Insipien Imatur Matur HipermaturKekeruhan Ringan Sebagian Seluruh MasifCairan Lensa

Normal Bertambah (air masuk)

Normal Berkurang (air+masa lensa keluar)

Iris Normal Terdorong Normal TremulansBilik Mata Depan

Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut Bilik Mata

Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow Test

Negatif Positif Negatif Pseudopositif

Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaucoma

Berdasarkan lokasi terjadinya, katarak senilis dapat dibagi menjadi :

Katarak Inti ( Nuclear S clerosis )

Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus. Terjadi

perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi keras dan berwarna

kekuningan hingga kecoklatan. Pada kasus lanjut usia, nucleus lensa menjadi

lebih keruh dan berwarna coklat yang dinamakan katarak nulear

brunescent.

Keluhan yang biasa terjadi berupa :

- Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat, dan untuk

melihat dekat melepas kacamatanya (second sight of the aged).

- Menyetir saat malam hari silau dan sukar.

- Sukar membedakan warna biru dan ungu.

Gambar 2. Katarak Nuklear

Page 17: Katarak

17

Katarak K ortical

Mulai dengan kekeruhan putih mulai dari tepi ekuator lensa dan

berjalan ketengah menuju korteks anterior dan posterior yang

digambarkan sebagai radial spoke-like atau shield-like configuration. Pada

katarak kortikal terjadi peningkatan cairan yang masuk kedalam lensa dan

akhirnya terjadi kekeruhan seluruh korteks.

Keluhan yang biasa terjadi :

- Penglihatan jauh dan dekat terganggu.

- Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra.

Gambar 3. Katarak kortikal

Katarak Subkapsular

Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan

sinar masuk. Banyak ditemukan pada pasein diabetes, pasca radiasi,

trauma, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka

waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini.

Keluhan yang biasa terjadi:

- Mengganggu saat membaca.

- Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber cahaya.

Gambar 4. Posterior Subcapsular Cataract

Page 18: Katarak

18

Klasifikasi katarak menurut Buratto ada 5 grade yaitu :

I (nucleus lunak, visus >6/12),

II (nucleus dengan kekerasan ringan, visus 6/12),

III (nucleus dengan kekerasanmenengah, visus 6/30-3/60),

IV (nucleus keras kuning kecoklatan, visus 3/60-1/60),

V (nucleus sangat keras black katarak, visus < 1/60).

3.7 DIAGNOSA

Gejala Subyektif:

1. Pandangan kabur

Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif

atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan

dengan pin-hole.

2. Penglihatan silau

Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau,

dimana tigkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras

yang menurun dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di

siang hari atau merasa silau terhadap lampu mobil yang berlawanan

arah atau sumber cahaya lain yang mirip pada malam hari. Keluhan ini

sering kali muncul pada penderita katarak kortikal.

3. Sensitifitas terhadap kontras

Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam

mengetahui perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang

berbeda warna, penerangan dan tempat. Cara ini akan lebih

menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini diketahui lebih bagus

daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui kepastuian

fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya

penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.

4. Miopisasi

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan

dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga

Page 19: Katarak

19

sedang. Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan

berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun

setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,

rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya

katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris pada

kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat

dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.

5. Variasi Diurnal Penglihatan

Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan

penglihatan menurun pada siang hari atau keadaan terang dan membaik

pada senja hari, sebaliknya paenderita katarak kortikal perifer kadang-

kadang mengeluhkan pengelihatan lebih baik pada sinar terang

dibanding pada sinar redup.

6. Distorsi

Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi

tampak tumpul atau bergelombang.

7. Halo

Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang

terlihat disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan

dengan halo pada penderita glaucoma.

8. Diplopia monokuler

Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler

dari lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang

dibedakan dengan diplopia binocular dengan cover test dan pin hole.

9. Perubahan persepsi warna

Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan

perubahan persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih

kekuningan atau kecoklatan dibanding warna sebenarnya.

10. Bintik hitam

Page 20: Katarak

20

Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak

bergerak-gerak pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan

pada retina atau badan vitreous yang sering bergerak-gerak.

Gejala Obyektif:

1. Pada lensa tidak ada tanda-tanda inflamasi.

2. Pada pemeriksaan dengan Snellen, tes Jagger, hitung jari, lambai tangan,

senter terjadi penurunan visus.

3. Jika mata diberi sinar dari samping : Lensa tampak keruh keabuan atau

keputihan dengan latar hitam.

4. Dengan penyinaran miring (45o dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan

lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris

shadow).

5. Kamera anterior menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut

kamera anterior menyempit sehingga tekanan intraokuler meningkat,

akibatnya terjadi glaukoma.

6. Pada fundus reflex dengan opthalmoskop: kekeruhan tersebut tampak

hitam dengan latar oranye. Dan pada stadium matur hanya didapatkan

warna putih atau tampak kehitaman tanpa latar orange, hal ini

menunjukkan bahwa lensa sudah keruh seluruhnya.

3.8 PENATALAKSANAAN

Indikasi pembedahan:

1. Indikasi Optis

Saat terjadi gangguan pada penglihatan yang mengganggu aktivitas

normal sehari-hari, merupakan suatu indikasi operasi untuk katarak.

Kebutuhan operasi dengan indikasi optis sangat bervariasi pada tiap

orang.

2. Indikasi Medis

Dalam beberapa kondisi, katarak harus dihilangkan secepatnya

meskipun bila pasien tidak tertarik untuk memmperbaiki

penglihatannya atau prognosis visusnya tidak baik.

Page 21: Katarak

21

Kondisi tersebut antara lain:

Katarak hipermatur

Lens induced glaucoma

Lens induced uveitis

Dislokasi atau subluksasi lensa

Benda asing di lensa

Retinopati diabetik untuk fotokoagulasi laser

Retinal detachment

3. Indikasi Kosmetik

Bila penglihatan telah hilang secara permanen karena kelainan pada

retina atau saraf opticus, tetapi pupil yang putih yang diakibatkan oleh

katarak mengganggu penampilan, pembedahan dilakukan hanya

untuk membuat pupil terlihat hitam meskipun telah diketahui bahwa

penglihatan tidak lagi dapat dipulihkan.

Evaluasi Preoperatif

Selain pemeriksaan secara umum, pasien yang akan dioperasi katarak

memerlukan pemeriksaan oftalmikus yang lengkap, yaitu:

1. Ketajaman Visus

2. Cover test

Heterotrophia dapat mengindikasikan adanya suatu ambliopia yang

dapat mempengaruhi prognosis penglihatan setelah operasi, atau

kemungkinan timbulnya diplopia bila visus telah diperbaiki.

3. Refleks pupil

Karena katarak tidak pernah mengakibatkan suatu defek pada saraf

aferen. Adanya defek tersebut dapat mempengaruhi hasil akhir

penglihatan setelah operasi.

4. Adneksa Okular

Dacryocystitis, blepharitis, konjungtivitis kronis, lagophtalmus,

ektropion, entropion dapat menjadi predisposisi timbulnya

Page 22: Katarak

22

endophtalmitis, maka perlu perawatan yang efektif sebelum

pembedahan.

5. Kornea

6. Segmen anterior

COA yang dangkal dapat membuat kesulitan pada operasi katarak.

7. Lensa

8. Funduskopi

Melihat ada-tidaknya degenerasi makula yang akan mempengaruhi

visus nantinya. Bila lensa sangat keruh, dapat diperiksa dengan

USG.

Biometri

Pembedahan pada operasi katarak akan menghilangkan lensa yang

kekuatannya kira-kira 20 Dioptri dari sistem refraksi mata. Pada mata

dengan afakia akan terjadi hipermetropia berat. Saat ini, pembedahan pada

katarak juga termasuk implantasi suatu Intra Ocular Lense (IOL) yang

idealnya diletakkan pada posisi yang sama pada lokasi lensa sebelumnya.

Biometri dapat mengkalkulasi kekuatan lensa yang diperlukan untuk

koreksi refraktif post-operasi.

Biometri meliputi dua parameter :

a. Keratometer kurvatura permukaan kornea anterior yang diukur

dalam dioptri atau mm

b. Axial length dimensi anteroposterior pada mata dalam milimeter

Teknik Operasi Katarak

Saat ini tersedia beberapa macam teknik operasi yang digunakan untuk

pengobatan katarak, yaitu :

1. Intra-Capsular Cataract Extraction(ICCE)

Pengambilan lensa dilakukan secara in toto sebagai satu potongan

utuh, dimana nukleus dan korteks diangkat didalam kapsul lensa

dengan menyisakan vitreus dan membrana Hyaloidea. Kapsula

posterior juga diangkat sehingga IOL tidak dapat diletakkan di bilik

Page 23: Katarak

23

mata posterior. IOL dapat diletakkan di bilik mata anterior dengan

risiko infeksi kornea. Selain itu tidak ada lagi batasan antara segmen

anterior dan posterior yang dapat meningkatkan kemungkinan

komplikasi lainnya seperti vitreus loss, cystoid macular edema,

endophtalmitis, dll. Teknik ini digunakan dalam kasus tertentu antara

lain bila terjadi subluksasio lensa atau dislokasi lensa.

Insisi kornea dibuat cukup besar, sekitar 1800 dan dilakukan iridektomi

perifer sebelum mengangkat lensa. Teknik pengangkatan lensa yang

dilakukan antara lain :

o Cryo-extraction

o Erysiphake

o Sliding Technique

o Tumbling technique

o Lens Forceps technique

o Wire-vectic technique

2. Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Nukleus dan korteks diangkat dari kapsul dan menyisakan kapsula

posterior yang utuh, bagian perifer dari kapsula anterior, dan zonula

zinii. Teknik ini selain menyediakan lokasi untuk menempatkan IOL,

juga dapat dilakukan pencegahan prolaps vitreus dan sebagai pembatas

antara segmen anteror dan posterior. Sebagai hasilnya, teknik ECCE

dapat menurunkan kemungkinan timbulnya komplikasi seperti vitreus

loss, edem kornea, dll. Ada 3 jenis operasi ECCE, yaitu :

a. Konvensional

Pada teknik ini, insisi dilakukan di kornea dan dibuat cukup

lebar, yaitu sekitar 1200 . Hal ini mengakibatkan perubahan

kurvatura kornea yang cukuo hebat pasca-operasi dan dapat

terjadi astigmatisma irregular.

b. Small Incision

Pada teknik ini, insisi dilakukan di sclera dan dibuat sekitar 6

mm. Insisi dibuat 3 tahap seperti terowongan (tunnel

incision). Keuntungannya adalah konstruksi irisan pada sclera

Page 24: Katarak

24

kedap air sehingga membuat sistem katup dan isi bola mata

tidak mudah prolaps keluar. Dan karena insisi yang dibuat

ukurannya lebih kecil dan lebih ke posterior, kurvatura kornea

hanya sedikit berubah.

c. Phacoemulsification

Merupakan suatu teknik yang lebih canggih dibanding jenis

ECCE lainnya. Pasa teknik ini, nukleus lensa dipecah-pecah

(intraokular) dengan menggunakan frekuensi tinggi (40.000

MHz) kemudian dihisap keluar dari mata melalui suatu insisi

yang dibuat sangat kecil (3.2 mm). Kemudian sejenis IOL

yang terlipat dimasukkan ke bilik mata posterior melalui insisi

yang sama.

Keuntungan dari operasi ini adalah dapat digunakan pada

pasien yang visusnya masih baik karena insisi yang dibuat

sangat kecil tidak menimbulkan perubahan kurvatura kornea

yang besar, penyembuhannya juga jauh lebih cepat dibanding

teknik ECCE yang lain. Maka bila fasilitas tersedia, teknik ini

merupakan suatu pilihan utama dari operasi katarak.

Perbandingan Teknik Operasi ICCE dan ECCE

ICCE ECCEPengangkatan lensa

Lensa diangkat in toto

Nukleus lensa diangkat dari kapsul

Kapsula posterior dan Zonula Zinii

Diangkat Utuh

Insisi Lebih besar (10 mm)

Lebih kecil

Iridektomi perifer Dilakukan Tidak dilakukanWaktu operasi Lebih lama Lebih cepatLokasi IOL Anterior chamber Posterior

chamber Keahlian Teknik lebih

mudahTeknik lebih sulit

Page 25: Katarak

25

Biaya Lebih murah Lebih mahalKomplikasi yang muncul

Prolaps vitreus, cystoid macular edema, endophtalmitis, aphakic glaucoma

Katarak sekunder

Komplikasi yang dapat dihilangkan

Katarak sekunder Komplikasi pada ICCE

Indikasi Dislokasi lensa, subluksasi lensa, Chronic lens induced uveitis, Intra-lenticular foreign bodies

Dapat untuk semua jenis katarak kecuali dengan kontra indikasi

Kontraindikasi Pasien muda (< 35 tahun) yang vitreus dan lensa nya masih memiliki penempelan yang kuat

Dislokasi lensa, subluksasi lensa

3. Pars Plana Lensectomy

Teknik ini digunakan pada anak yang masih sangat kecil. Lensa dan

bagian anterior vitreus dijepit menggunakan alat yang disebut

Vitrectomy Probe atau VISC (Vitreuous Irrigation Suction Cutting)

yang dimasukkan ke daerah pars plana pada badan siliar kira-kira 3.5

mm di belakang limbus. Keuntungannya adalah mekanisme imun aktif

tubuh tidak terekspos sekuestrasi protein lensa sehingga mencegah

respon inflamasi.

Refraksi Post-Operasi

Emetropia adalah refraksi post-operasi yang ideal. Pada praktisnya,

kebanyakan ahli bedah menentukan miopia derajat rendah (-0.25D -

Page 26: Katarak

26

0.50D) untuk mengatasi adanya kemungkinan kesalahan pada biometri,

karena miopia ringan umumnya dapat diterima oleh kebanyakan pasien.

Komplikasi Pasca Bedah

Terdiri atas 3 fase :

1. Intraoperasi

Kerusakan endotel kornea

Ruptur kapsula posterior

Vitreus proplaps

Hifema

Dislokasi nukleus ke vitreus

Perdarahan ekspulsif

2. Postoperasi Awal

o Edema korrnea

o Iris prolaps

o COA dangkal atau datar

o Hyphema

o Hypotony

o Glaukoma

o Dislokasi IOL

o Endophtalmitis

3. Postoperasi Lambat

o Kekeruhan kapsula posterior (PCO)

o Cystoid macular edema

o Bullous Keratophaty

o Glaukoma

3.9 KOMPLIKASI

1. Lens induced glaucoma

Katarak dapat berubah menjadi glaukoma dalam 3 cara :

a) Phacomorphic glaucoma

Page 27: Katarak

27

Keadaan dimana lensa yang membengkak karena absorbsi cairan.

Sudut yang tertutup menghalangi jalur trabekular dan TIO

meningkat. Ini merupakan jenis glaukoma sudut tertutup sekunder.

b) Phacolytic glaucoma

Pada stadium hipermatur, protein lensa mencair ke COA dan

dimakan oleh makrofag. Makrofag yang membengkak akan

menyumbat jalur trabekular dan mengakibatkan peninggian TIO.

Jenis ini merupakan glaukoma sudut terbuka sekunder.

c) Phacotoxic Glaucoma

Lensa hipermatur dapat mengalami pencairan dan dapat

meningkatkan TIO karena menutup pupil atau sudut bilik depan.

2. Lens Induced Uveitis

Protein lensa merupakan suatu antigen yang tidak terekspos oleh

mekanisme imunitas tubuh selama perkembangannya. Saat terjadi

pencairan ke bilik depan, protein lensa akan dikenali sebagai benda

asing dan mengakibatkan terjadinya reaksi imun. Reaksi imun ini akan

mengakibatkan uveitis anterior yang ditandai dengan adanya kongesti

siliar, sel, dan fler pada humor aqueous.

3. Subluksasi atau Dislokasi Lensa

Pada stadium hipermatur, zonula zinii pada lensa dapat melemah dan

rusak. Hal ini menyebabkan subluksasi lensa, dimana sebagian zonula

zinii tetap utuh dan terdapat bagian sisa lensa, atau dislokasi, dimana

seluruh bagian zonula zinii telah rusak dan tidak ada sisa lensa.

3.10 PROGNOSIS

Katarak senilis biasanya berkembang lambat selama beberapa

tahun dan pasien mungkin meninggal sebelum timbul indikasi

pembedahan.. Namun jika katarak dapat dengan cepat terdeteksi serta

mendapatkan pengobatan dan pembedahan katarak yang tepat maka 95 %

penderita dapat melihat kembali dengan normal.

Page 28: Katarak

28

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa OD

katarak senilis matur kemudian dilakukan operasi OD SICS + IOL.

Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terjadi pada usia

lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun yang mengakibatkan gangguan

penglihatan dengan gejala karakteristik penebalan lensa secara perlahan

dan progresif.

Gejala yang dapat dikeluhkan pasien yaitu penurunan tajam

penglihatan secara berangsur-angsur tanpa rasa nyeri dan penglihatan

buram seperti berkabut. Kadang-kadang terdapat diplopia monokular,

silau, kelainan refraksi, sensitivitas penglihatan warna berkurang.

Tanda yang didapat ketika pemeriksaan yaitu penurunan visus,

kekeruhan lensa. Temuan klinis bergantung pada stadium katarak.

Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa

melalui tindakan bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra

Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE) dan

Extra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular

(ECCE).

4.2 SARAN

Page 29: Katarak

29

Pemberian KIE kepada masyarakat tentang katarak serta komplikasi

yang terjadi bila tidak ditangani dengan baik sehingga dapat menggangu

penglihatan

DAFTAR PUSTAKA

- Hutasoit, H. 2010. Prevalensi Kebutaan Akibat Katarak di kabupaten

Tapanuli. Tesis. Sumatera Utara ; FKUSU

- Ilyas, Sidarta. 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI press

- Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Jakarta : FKUI

press

- Khailullah, S.A. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak

Senilis. Diakses pada tanggal 10 Februari 2013. Available at

http://[email protected]/ patologi-pada-katarak1.pdf

- Mariannete J. 1999. Cataract and Lens Disoders. Clinical Guide to

Comprehensive Opthalmology. New York : Thieme Medical Publisher

- Ocompo, Vicente V. Senile Cataract. Diakses tanggal 10 Februari 2013.

Available at : http://www.emedicine.com/oph/TOPIC49.htm.

- Senile catacact. Akses 10 Februari 2013. Available at

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview

- Senile catacact. Akses 10 februari 2013. Available at

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview

Page 30: Katarak

30

- Soekardi, I. dan Hutahuruk, A.J. 2004. Transisi Menuju

Fakoemulsifikasi. Langkah-langkah Menguasai Tehnik &

Menghindari Komplikasi. Jakarta : Granit.

- Vaughan D. 200. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika