Katara k
-
Upload
regina-caecilia -
Category
Documents
-
view
226 -
download
4
description
Transcript of Katara k
KATARAK SENILIS
dan
GLAUKOMA FAKOLITIK
Jessica Prisscila*
*Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
10.2009.042
Kelompok D6
Alamat korespondensi:
Jalan Terusan Arjuna No.6, Jakarta 11510
E-mail: [email protected]
Skenario
Laki-laki usia 80 tahun datang ke UGD dengan keluhan mata kanan merah buram tiba-tiba
disertai rasa sakit hebat. Yang sangat dirasakan penderita adalah rasa sakit yang hebat, mata
terasa mau copot, kepala disekitar mata berdenyut hebat. Kedua mata tidak dapat melihat jelas
sejak 4 tahun lalu, mata kanan lebih berat. Pemeriksaan: TD 130/90, nadi 86x/menit, RR
22/menit, afebris. Oftalmologis: visus OD 1/300, TIO N+++/palpasi, injeksi siliar (+), kornea
agak sedikit keruh, samar-samar COA dalam dengan cairan keputihan di seluruh COA, pupil
samar-samar tampak, diameter 7 mm, lensa keputihan, oftalmoskopi tidak tembus. OS visus
4/60, lensa agak keruh, oftalmoskopi samar-samar kesan baik.
Pendahuluan
Katarak merupakan setiap kekeruhan yang terjadi pada lensa karena hidrasi lensa, denaturasi
protein lensa, ataupun kedua-duanya. Penyakit ini biasanya mengenai kedua mata dan
berjalan progresif ataupun tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak
merupakan penyakit pada usia lanjut/senilis (sesudah usia 50 tahun) namun dapat juga
congenital (terjadi sebelum usia 1 tahun) atau juvenile (terjadi sesudah usia 1 tahun), maupun
1
penyulit penyakit mata lokal menahun, dan dapat berhubungan dengan penyakit intraocular
lainnya.1 Pada makalah ini akan dibahas mengenai katarak senilis.
Sedangkan glaucoma merupakan suatu neuropati optic disertai dengan kehilangan lapangan
pandang dan peningkatan TIO sebagai salah satu faktor resiko yang penting namun tidak
mutlak, misalnya pada glaucoma normotensi di mana TIO normal namun terdapat gejala
glaucoma. Pada makalah ini juga akan dibahas mengenai glaucoma, terutama glaucoma
fakolitik yang termasuk ke dalam glaucoma sekunder sudut terbuka, di mana pembahasan
glaucoma fakolitik ini sendiri tidak terlepas dari keterlibatannya dengan katarak senilis yang
mendahuluinya.2
Pembahasan
A. Anamnesis
Pada anamnesis katarak, perlu dilakukan anamnesis secara hati-hati guna mengetahui
progresivitas dan gangguan fungsional akibat katarak dan mencari penyebab lain dari
opasitas lensa. Keluhan yang sering disampaikan pasien adalah berkurangnya
ketajaman penglihatan (paling sering), sensitive terhadap cahaya dan merasa silau,
penglihatan berkurang pada malam hari, adanya halo disekitar cahaya, perubahan
miopik (pasien miopi menjadi semakin miopi dan pasien presbiopi menjadi membaik
penglihatan dekatnya/fenomena second sight), diplopia monocular yang tidak
membaik dengan kacamata maupun lensa kontak.3
Sedangkan pada anamnesis glaucoma fakolitik, keluhan yang mungkin disampaikan
oleh pasien adalah kehilangan penglihatan yang berlangsung perlahan (bulan-tahun) di
mana sebelumnya didahului oleh nyeri dan kemerahan yang bersifat akut. Hal yang
penting diperhatikan adalah adanya riwayat katarak yang mendahului glaucoma ini.4
Pada anamnesis pasien pada scenario, diperoleh data:
OD: mata kanan merah, buram tiba-tiba, rasa sakit hebat, mata terasa mau copot,
kepala sekitar mata berdenyut hebat, tidak dapat melihat jelas sejak 4 tahun lalu
dan lebih berat dari mata kiri.
OS: tidak dapat melihat jelas sejak 4 tahun lalu.2
B. Pemeriksaan
- Fisik
Katarak
Untuk katarak, pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah:
Sistemik
Carilah kelainan sistemik yang mungkin mempengaruhi mata dan
perkembangan katarak.
Mata
Harus diketahui bahwa berdasarkan posisi anatomis kelainan opasitas,
katarak senilis dibedakan menjadi:
Kortikal (gambar 1a, b, dan c)
Dapat melibatkan korteks anterior, posterior, maupuan ekuatorial.
Opasitas dimulai sebagai celah dan vakuola diantara serat-serat lensa
akibat hidrasi korteks. Bila berlanjut dapat membentuk kuneiform
(wedge-shaped) atau spikula (radial spoke-like/club shape), yang
sering pada kuadran inferonasal. Biasanya bilateral namun dapat juga
unilateral.5 Keluhan yang sering adalah silau karena adanya divergensi
cahaya.6
Nukleus (gambar 1d)
Dimulai sebagai perubahan berlebih dari degenerasi akibat penuaan
yang biasanya, dan meliputi nukleus lensa. Sering dikaitkan dengan
myopia akibat peningkatan indeks bias nukleus serta dengan
meningkatnya aberasi sferis. Orangtua dapat mengalami fenomena
second sight. Sklerosis nukleus pada tahap awal ditandai dengan
adanya pewarnaan kuning akibat deposisi urokrom yang bila lanjut
nukleus akan berwarna coklat. Kelainan ini lebih bagus dilihat dengan
biomikroskopi slitlamp oblik dan bukan transiluminasi.
Subkapsular (gambar 1e)
3
Katarak subkapsular anterior terletak persis di belakang kapsul lensa
dan berhubungan dengan metaplasia fibrosa dari epitel lensa. Opasitas
subkapsular posterior terletah persis di depan kapsul posterior dan
memiliki gambaran vakuola, granula, atau plak pada pemeriksaan
biomikroskopi slitlamp oblik dan nampak hitam pada transiluminasi.
Opasitas subkapsular posterior memiliki efek yang lebih menonjol pada
penglihatan daripada katarak nukleus atau kortikal yang sederajat.6
Biasanya menimbulkan gangguan penglihatan pada stadium awal
karena melibatkan aksis visual.5 Gangguan penglihatan jarak dekat
lebih sering terjadi daripada jarak jauh dan biasanya pasien tidak kuat
menerima cahaya yang terang (karena menyebabkan pupil miosis)
misalnya cahaya dari lampu mobil dan sinar matahari.6 Keadaan ini
dapat disebabkan juga karena trauma, kortikosteroid (topical/sistemik),
inflamasi, atau paparan ionizing radiation.5
4
Gambar 1. Pembagian katarak senilis berdasarkan posisi anatomis kelainan opasitasSumber: Vaughan & Asbury’s general ophthalmology, 17th ed
Sedangkan berdasarkan maturitas, katarak dibagi menjadi (lihat pada
gambar 2 di lampiran halaman 24:
Insipien
Akan terlihat gambaran katarak kortikal, katarak subkapsular posterior,
korteks berisi jaringan degenerative (benda Morgagni). Kekeruhan
dapat menimbulkan poliopia karena indeks bias tak sama pada semua
bagian lensa.
Imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak, belum mengenai seluruh lapisan
lensa.1,5,6 Volume lensa meningkat dan mencembung, juga dapat
menimbulkan glaucoma sekunder.1
Intumesen
Masuknya air ke dalam celah lensa akibat pemecahan protein lensa
dapat menyebabkan pembengkakan lensa sehingga lensa mencembung
dan terjadi miopisasi, dan mendorong iris, menyebabkan COA
menyempit sehingga dapat menimbulkan glaucoma fakomorfik.
Biasanya terjadi pada katarak yang prosesnya cepat.
Matur
Seluruh lensa keruh.1,5,6 Cairan lensa bertambah sehingga lensa
membesar melebihi ukuran normal sehingga uji bayangan iris negatif.1
Meskipun visus berkurang hingga light perception, pasien masih tetap
dapat membedakan arah datangnya cahaya (light projection normal), di
mana hal ini penting dilakukan guna memberikan indikasi prognosis
visual pasca ekstraksi katarak.7
Hipermatur
Kapsul anterior mengkerut dan lensa menciut, berwarna kuning dan
kering akibat kebocoran air keluar lensa. Pada pemeriksaan terlihat
bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa.1
5
Morgagnian
Adalah katarak hipermatur di mana likuefaksi korteks menyebabkan
nukleus terbenam ke inferior.6 Dapat menyebabkan glaucoma fakolitik,
di mana proses terjadinya glaucoma fakolitik dapat dilihat pada
halaman 15.
Dan berdasarkan visus, dikatakan memiliki katarak matur bila visus pasien
tidak lebih baik dari 20/200 dan imatur bila lebih baik dari 20/200. Katarak
insipient mungkin terjadi pada pasien dengan visus 20/20 namun
ditemukan opasitas pada lensanya saat dilakukan pemeriksaan slitlamp.3
Untuk menentukan penyakit katarak. harus dilakukan pemeriksaan mata
secara lengkap
Pemeriksaan visus
Sebaiknya dilakukan paling pertama, guna menguji penglihatan jarak
dekat dan jauh serta melihat apakah kekeruhan sebanding dengan
turunnya visus. Pada katarak kortikal posterior, terjadi penurunan visus
yang akan membaik bila berada di tempat gelap.1
Pemeriksaan sinar celah (slitlamp), oblique penlight
Pemeriksaan sinar secara oblik akan terlihat pupil yang berwarna putih
atau abu-abu dan bukan hitam.7
Funduskopi pada kedua mata (bila mungkin)
Opasitas lensa akan terlihat sebagai warna hitam pada refleks fundus
(gambar 3), paling jelas terlihat pada jarak 15 cm.7 Nervus optikus dan
retina mungkin dapat ditemukan sebagai penyebab gangguan
penglihatan yang dialami pasien.
Tonometri
Pemeriksaan prabedah
6
Pemeriksaan prabedah pada kutub posterior guna menentukan adanya
patologi sangat menentukan prognosis pasca bedah (misalnya edema
macula, degenerasi macula akibat usia). Selain itu, pemeriksaan
refraksi perlu dilakukan pada kedua mata bila direncanakan akan
dipasang lensa intraocular (intraocular lense/IOL), dimana kekuatan
lensa IOL harus kompatibel dengan gangguan refraksi mata sebelahnya
guna menghindari komplikasi seperti anisometropi post-operatif.
Intergritas kornea (terutama lapisan endotel) perlu ditelusuri baik-baik
melalui pachymetry dan specular microscopy guna memperkirakan
morbiditas kornea pasca pembedahan serta untuk mempertimbangkan
untung-ruginya prosedur ekstraksi katarak.3
Glaukoma fakolitik
Sedangkan pemeriksaan yang dilakukan pada kasus glaucoma fakolitik adalah
Tonometri
TIO biasanya meningkat drastic.6,8
Slitlamp
Didapat edema kornea dengan mikrokista, dan pada COA didapat flare
yang menonjol, makrofag, agregat material putih (gambar 4) yang dapat
menjadi pseudohipopion, dan partikel-partikel iridescent atau
hyperrefringent. Dapat diperoleh kristal kalsium oksalat dan kolesterol
yang dikeluarkan dari lensa yang berdegenerasi katarak.4,6 Tidak ditemukan
adanya presipitat keratik tipikal. Juga ditemukan katarak hipermatur
dengan COA yang dalam.4 Dapat diperoleh injeksi siliar.8
7
Gambar 3. Refleks fundus pada katarak, terdapat opasitas warna hitam pada lensa
Sumber: Sumber: A clinical textbook of ophthalmology: a practical guide to disorders of the eyes and their management, 3rd ed
Pemeriksaan kapsul anterior
Kapsul anterior lensa biasanya berbintik-bintik putih yang halus (diduga
merupakan agregat sel lensa yang tak larut), di mana kapsul lensa secara
kasar tetap intak.4,8 Bintik serupa dapat ditemukan juga pada akueus.8
Gonioskopi
Pada gonioskopi dapat ditemukan sudut iridokorneal yang terbuka, di mana
dapat terlihat keseluruhan dari trabecular meshwork, sclera spur, dan
prosesus iris. Sedangkan bila yang terlihat hanya garis Schwalbe atau
hanya bagian kecil dari trabecular meshwork berarti sudutnya sempit, dan
bila garis Schwalbe pun tak terlihat berarti sudutnya tertutup.5
Funduskopi
Pada glaucoma pada umumnya, terjadi kerusakan saraf optic yang berupa
atrofi papil saraf optic, disebabkan karena berkurangnya serabut saraf optic
yang menyusun optic rim sehingga optic rim mengecil. Selain itu
didapatkan pula CD ratio 0,6 (normalnya 0,2-0,5). Kerusakan saraf optic
ini menyebabkan gangguan lapang pandang dan berjalan secara perlahan
sampai akhirnya terjadi kebutaan total.2
Perimetri
Berguna untuk mengukur lapang pandang pasien, dan bersama dengan
penampilan dari optic disc merupakan metode utama guna mengetahui
kerusakan nervus optikus akibat glaucoma guna untuk tujuan diagnosis
maupun untuk follow-up.7
8
Gambar 4 . Glaukoma fakolitik pada katarak hipermatur dengan makrofag pemakan protein lensa yang mengapung di akueus
Sumber: Clinical ophthalmology: a systematic approach. 7th ed
- Penunjang
Katarak
Untuk kasus katarak, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ini ditujukan sebagai persiapan prabedah guna melihat adanya
penyakit lain seperti DM, kelainan jantung, hipertensi, dll. Adanya
trombositopenia prabedah dapat meningkatkan resiko pendarahan saat
pembedahan sehingga harus diketahui sebelum pembedahan.
Pemeriksaan radiologi
Pencitraan mata (misalnya USG, CT, MRI) digunakan untuk mengetahui
adanya kelainan kutub posterior bola mata yang sulit dilihat pada
funduskopi akibat terhalang kekeruhan lensa. Pemeriksaan ini penting guna
mengatur perencanaan operasi dan mendapatkan gambaran prognosis pasca
pembedahan yang lebih baik.
Pemeriksaan lainnya
Uji-uji khusus lainnya dapat dilakukan saat dicurigai adanya penyakit
ocular lainnya, terutama mengidentifikasi kehilangan penglihatan prabedah
yang disebabkan oleh penyakit-penyakit tsb. Selain daripada uji visus,
fungsi visual juga dapat dilihat dari uji ketajaman cahaya dan sensitivitas
kontras serta konfrontasi visual. Pasien dengan riwayat glaucoma, penyakit
nervus optikus, atau abnormalitas retina harus menjalani uji lapang
pandang guna mengetahui kehilangan penglihatan prabedah. Pada pasien
yang dicurigai menderita kelainan macula, dapat dilakukan uji untuk
mengetahui fungsi macula: Maddox rod test, photostress recovery test,
blue-light entoptoscopy, Purkinje entoptic phenomenon, dan visual-evoked
response and electroretinography (VER-ERG).3
Glaukoma fakolitik
Sedangkan untuk kasus glaucoma fakolitik, pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan, terutama pada kasus yang masih diragukan, adalah pemeriksaan
parasentesis di mana akan didapatkan makrofag yang membengkak akibat
9
memakan material lensa (berupa sel darah merah, ghost red blood cells, dan
debris sel) menjadi makrofag dengan eritrofagositosis. Pada pemeriksaan
menggunakan mikroskop fase kontras.4,8 Flare dapat begitu parah hingga
akueus berwarna kuning.8
C. Diagnosis
- Working diagnosis
Diagnosis kerja dari pasien pada scenario ini adalah glaucoma fakolitik (et causa
katarak senilis) pada oculo dextra dan katarak imatur pada oculo sinistra, di mana
diagnosis ini dibuat berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik mata yang
ditemukan, dan tidak semata-mata terpatok oleh adanya suatu kriteria diagnosis.
Gejala serta penemuan fisik mata yang mengarah kepada diagnosis glaucoma
fakolitik pada oculo dextra adalah adanya mata merah, rasa sakit hebat serasa mau
copot, buram tiba-tiba, dan kepala sekitar mata berdenyut hebat, mata tidak dapat
melihat jelas sejak 4 tahun lalu, visus 1/300, TIO N+++, injeksi siliar, kornea agak
keruh, COA dan lensa keputihan, oftalmoskopi tidak tembus. Glaukoma fakolitik
pada kasus ini kemungkinan disebabkan oleh katarak hipermatur karena sudah
terlihat adanya kebocoran lensa yang ditandai dengan COA yang samar-samar
putih namun belum ditemukan adanya subluksasi atau doislokasi lensa. Sedangkan
pada oculo sinistra, adanya penglihatan yang tidak jelas sejak 4 tahun lalu serta
didapatnya penurunan visus dan lensa yang agak keruh menandakan bahwa lensa
belum sepenuhnya opak, sehingga kemungkinan mengarah pada diagnosis katarak
senilis imatur.
- Differential diagnosis
Diagnosis banding yang diambil pada kasus ini adalah sbb:
Oculo dextra
Lens-induced uveitis/glaukoma fakoanafilaktik
Disebabkan adanya pembentukan antibody terhadap protein lensa setelah
cairan lensa bocor ke COA, di mana keadaan ini juga mungkin merupakan
suatu komplikasi dari glaucoma fakolitik, atau terjadi setelah trauma
penetrans atau ekstraksi katarak.4,8 Secara histopatologi, terdapat inflamasi
10
granular pada lensa dengan adanya PMN, limfosit, sel epiteloid, dan sel
raksasa, di mana peradangan akan melibatkan trabecular meshwork dan
menyebabkan peningkatan TIO.8 Berbeda dengan glaucoma fakolitik, pada
glaucoma ini terdapat presipitat keratik dan kapsul lensa tidak intak.4
Terapi yang dilakukan adalah dengan mengendalikan TIO dengan diuretik
osmotic (misalnya diamox, manitol), kortikosteroid untuk menangani
uveitisnya, dan ekstraksi lensa.7
Glaukoma fakomorfik
Merupakan glaucoma sudut tertutup sekunder akut yang dicetuskan oleh
lensa yang mengalami katarak intumescent, di mana zonula Zinn sudah
melemah akibat pertumbuhan lensa secara ekuatorial (yang diakibatkan
penuaan) menyebabkan peningkatan kontak iridolentikular sehingga terjadi
blockade pupil/iris bombé.
Pemeriksaan fisik mata yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan visus,
slitlamp, tonometri, dan gonioskopi.9
Diagnosisnya adalah dengan melihat gejala klinisnya yang menyerupai
glaucoma sudut tertutup primer (dapat dilihat pada poin setelah ini) dengan
COA yang dangkal dan pupil yang berdilatasi dan ireguler, dan biasanya
juga dapat ditemukan katarak. Selain itu, pada pemeriksaan mata
sebelahnya dapat ditemukan COA yang dalam dengan sudut terbuka,
sehingga menyingkirkan kemungkinan glaucoma sudut tertutup primer,
meskipun glaucoma fakomorfik lebih banyak terjadi pada mata yang
aksisnya lebih pendek dan COA nya lebih dangkal.6 Serangan sudut
tertutup dapat dipicu oleh dilatasi pupil yang menyebabkan relaksasi dari
iris perifer sehingga dapat maju ke depan dan berkontak dengan trabecular
meshwork - menyebabkan blockade pupil, dan dapat juga karena adanya
tekanan di posterior dari lensa dan pembesaran dari lensa itu sendiri.
Terapi yang dilakukan adalah dengan menurunkan TIO, menjernihkan
kornea, dan mencegah pembentukan sinekia menggunakan beta bloker,
11
agonis alfa 2-adrenergik, dan penghambat karbonik anhidrase. Sedangkan
tindakan pembedahannya adalah dengan iridotomi laser guna
menghentikan sementara blockade, atau dengan ekstraksi katarak yang
kadang digabungkan dengan trabekulotomi.9
Glaucoma sudut tertutup primer
Glaucoma primer merupakan glaucoma yang tidak disebabkan oleh karena
penyakit mata maupun sistemik, dan kebanyakan disebabkan karena mutasi
abnormal yang diturunkan dan dapat juga dari mutasi baru yang terjadi saat
meiosis. Glaukoma primer dapat dibagi menjadi sudut terbuka dan sudut
tertutup.7 Istilah “sudut tertutup” mengarah pada oklusi trabecular
meshwork oleh iris perifer (kontak iridotrabekular) yang menyebabkan
hambatan aliran keluar dari akueus. Hal ini dapat terjadi karena adanya
pupil yang menghalangi aliran akueus sehingga terjadi perbedaan tekanan
COA dan COP, atau tanpa halangan pupil, yaitu adanya plateau iris
(prosesus siliaris yang terletak di depan) serta iris yang lebih tebal dan
terletak lebih ke depan, atau campuran keduanya.6
Gejala glaucoma sudut tertutup primer diantaranya adalah nyeri berat pada
dan sekitar mata yang sakit, dan sering disertai dengan penglihatan yang
menjadi semakin buram dengan cepat. Dapat juga terjadi nausea dan
vomitus, serta mungkin dapat diperoleh riwayat melihat halo dan beberapa
episode penyakit subakut yang menghilang setelah tidur malam. Miosis
yang terjadi pada saat tidur bersama dengan relaksasi saraf menyebabkan
drainase akueus menjadi lebih baik.7
Pemeriksaan fisik mata yang dapat dilakukan adalah uji visus, slitlamp,
funduskopi, tonometri, serta gonioskopi.
Faktor yang dapat memicu terjadinya glaucoma sudut tertutup primer
adalah menonton TV di ruangan gelap, membaca, midriasis atau miosis
farmakologis, stress emosional akut, dan pengobatan sistemik (antagonis
12
parasimpatetik atau agonis simpatik seperti inhaler, koyo untuk mabuk
perjalanan, dan obat flu), serta topiramat.
Terapi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan beta bloker,
penghambat karbonik anhidrase, agonis alfa 2-adrenergik guna
menurunkan TIO, pilokarpin guna menambah pembuangan akueus, steroid
jika terdapat inflamasi akut, iridotomi laser atau iridoplasti setelah
memperbaiki edema kornea dengan gliserol, iridektomi perifer, ekstraksi
lensa, goniosinekialisis, trabekulotomi, dan cyclodiode. 6
Oculo sinistra
Stadium katarak selain imatur, yaitu katarak insipient, intumescent, mature,
hipermatur, dan Morgagnian, yang dapat dilihat pembahasannya pada halaman
5.
D. Epidemiologi
- Katarak
Jumlah penderita katarak senilis semakin meningkat seiring bertambahnya usia –
biasanya di atas 40 tahun - di mana yang paling banyak didapat adalah tipe
nukleus. Katarak senilis sendiri merupakan penyebab utama gangguan penglihatan
dan kebutaan di dunia, di mana di negara India bahkan mencapai 86,2%. Penelitian
menyebutkan bahwa katarak yang tidak dioperasi dapat menyebabkan kebutaan
lebih banyak pada kulit hitam daripada kulit putih. Prevalensi 3 tipe opasitas lensa
katarak senilis lebih banyak terjadi pada wanita.3
- Glaukoma fakolitik
Glaukoma fakolitik jarang didapat di negara maju dan lebih banyak pada negara
berkembang, serta lebih banyak terjadi pada orang tua, dengan usia termuda yang
dilaporkan adalah 35 tahun.4
E. Etiologi13
Katarak dapat disebabkan atau memiliki faktor resiko sbb:
- Fisik, misalnya bahan toksis khusus
- Kimia, misalnya keracunan obat (eserin, kortikosteroid, ergot, antikolinesterase
topical), merokok, radiasi sinar UV-B, kekurangan antioksidan (vitamin E,
riboflavin), peminum alkohol, paparan ionizing radiation (X-ray, terapi radiasi
kanker)
- Penyakit predisposisi, misalnya diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, peningkatan
asam urat serum, miopi tinggi, glaucoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa
- Genetik dan gangguan perkembangan
- Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
- Usia, merupakan suatu penyakit degenerasi
- Riwayat inflamasi atau trauma mata
- Riwayat pembedahan mata
- Warna iris yang gelap.1-3,10
Faktor resiko glaucoma fakolitik adalah riwayat menderita katarak senilis (terutama
hipermatur, tapi dapat juga matur, Morgagnian, dan yang sangat jarang adalah imatur
yang mengalami likuefaksi). Namun selain itu dapat pula disebabkan karena dislokasi
lensa ke vitreus.8
F. Patogenesis
- Katarak
Patogenesis katarak adalah kompleks dan multifaktorial. Seiring berjalannya
waktu, apoptosis sel epitel akan berkurang. Hal ini menyebabkan terjadinya
diferensiasi abnormal dari serat lensa akibat gangguan homeostasis pembentukan
serat lensa, dan menyebabkan hilangnya transparansi lensa. Selain itu, pada lensa
yang tua terjadi pengurangan dari transport air dan metabolit larut air serta nutrient
dan antioksidan ke dalam nukleus lensa melalui epitel dan korteks.3 Hal ini dapat
menyebabkan meningkatnya stress oksidatif pada lensa. Mekanisme lain yang ikut
terlibat adalah adanya perubahan sitoplasma protein lensa yang tadinya larut air
dan memiliki berat molekul rendah menjadi agregat larut air dengan berat molekul
yang lebih besar (hasil pemecahan jaringan lensa) yang kemudian menjadi tak
14
larut air.3,10 Hal ini menyebabkan fluktuasi mendadak indeks bias, divergensi, dan
mengurangi transparansi.3 Faktor lainnya seperti peranan nutrisi pada
perkembangan katarak meliputi keterlibatan glukosa, mineral, dan vitamin, di
mana semakin banyak glukosa yang diambil lensa maka akan semakin keruh lensa
dalam beberapa jam.2,3
- Glaukoma fakolitik
Makrofag dari sirkulasi sistemik akan memasuki akueus dan lensa guna memakan
protein lensa (molekul berat) yang telah bocor, dan menghalangi trabecular
meshwork dan menyebabkan peningkatan TIO.7,8 Terkadang sel-sel tenggelam ke
dasar COA, menyebabkan gambaran hipopion steril.7 Perbedaan dengan glaucoma
fakoanafilaktik adalah, pada glaucoma fakolitik terjadi pada lensa katarak yang
kapsulnya masih intak.4
Peningkatan TIO pada glaucoma menyebabkan tekanan tinggi diteruskan ke segala
arah dengan besar tekanan yang sama termasuk ke belakang saraf optic yang
merupakan struktur yang paling lemah yang akan terdesak dan lambat laun akan
mengalami atrofi.2
G. Gejala dan tanda klinis
- Katarak
Pada usia tua, lensa mata akan bertambah berat dan tebal serta berkurang
akomodasinya. Lapisan korteks baru akan terus bertambah dengan pola konsentris
dan menyebabkan nukleus sentral terkompresi dan mengeras (nuclear sclerosis).
Gejala yang paling awal mungkin adalah membaiknya penglihatan jarak dekat
tanpa kacamata (“second sight”) akibat meningkatnya kekuatan fokus nukleus
sentral, yang kemudian akan menghilang seiring berjalannya perburukan lensa.3,5
Gejala lain dapat berupa memburuknya visus dan diplopia monocular yang tidak
membaik dengan pemakaian kacamata (akibat opasitas lensa atau karena adanya
perubahan indeks bias lensa secara ireguler sehingga menyebabkan astigmat
irregular), mudah merasa silau, serta penurunan sensitivitas dan diskriminasi
15
warna.5,7 Katarak nukleus kebanyakan bersifat bilateral namun dapat juga
asimetris.5
Sedangkan tanda klinis yang dapat ditemukan adalah berupa gambaran fundus
yang kabur pada pemeriksaan oftalmoskopi langsung (menandakan adanya katarak
signifikan), adanya opasitas abu keputihan pada iluminasi oblik menggunakan
senter atau slitlamp, serta adanya area gelap pada refleks fundus di area pupil saat
dilihat dengan oftalmoskop pada jarak 15 cm. Opasitas juga dapat dilihat saat
retinoskopi.7
- Glaukoma fakolitik
Presentasi klinisnya menyerupai glaucoma sudut tertutup akut, dan terdapat nyeri
pada mata monokular, dengan penglihatan yang sudah memburuk akibat katarak
dan mungkin menjadi semakin memburuk.4,6,8 Juga ditemukan kemerahan, di mana
kesemua gejala ini bersifat akut.8
H. Penatalaksanaan
- Non medica mentosa
Katarak
Pada mulanya, pencahayaan yang lebih kuat dan kacamata dapat membantu
memperbaiki penglihatan pada pasien katarak, namun apabila gangguan
penglihatan menyebabkan gangguan fungsi sehari-hari, maka perlu dilakukan
pembedahan.3 Selain itu, perlu juga diketahui mengenai gaya hidup dan
kebutuhan visual pasien guna mendapatkan hasil yang terbaik menurut
kebutuhan pasien.7
Ekstraksi katarak dilakukan dengan mikroskop operasi, baik dengan metode
ekstrakapsular (extracapsular cataract extraction/ECCE) maupun
intrakapsular (intracapsular cataract extraction/ICCE). Metode
ekstrakapsular yaitu dengan mengangkat kapsul anterior sentral lensa dan
dengan memasukkan lensa implant pada COP yang dipertahankan oleh zonula
16
Zinn dan kapsula posterior lensa. Kerugian dari metode ini adalah
kemungkinan adanya opasifikasi pada kapsul posterior lensa sehingga
memerlukan insisi dengan jarum, kapsulektomi posterior, atau dengan
menggunakan laser energi tinggi. Sedangkan metode intrakapsular yaitu
dengan mengangkat seluruh lensa beserta kapsulnya, dengan resiko dapat
terjadinya kehilangan vitreus. Sebagai tambahan, terdapat juga implant yang
dipasang pada COA (gambar 5), namun lebih rawan menimbulkan komplikasi
dan tidak dapat dibandingkan dengan implant yang dipasang di COP.
17
Gambar 5 . Lensa implant intraocular pada COASumber: Clinical ophthalmology: a systematic approach. 7th ed
Pada metode ekstrakapsular (gambar 6), kapsula anterior lensa bagian sentral
diambil setelah sebelumnya dilakukan insisi di sekitar daerah limbus.
Kemudian substansi lensa dipisahkan dari kapsul yang tersisa dengan
menggunakan injeksi larutan garam (hidrodiseksi). Namun apabila nukleus
lensa keras, digunakan teknik fakoemulsifikasi yang menggunakan
gelombang ultrasonic untuk mengemulsifikasi nukleus untuk kemudian
dikeluarkan. Sisa substansi lensa yang lunak kemudian diaspirasi
menggunakan jarum khusus guna mencegah perlukaan kapsula posterior lensa.
Implan lensa yang terbuat dari silicon atau akrilik kemudian dimasukkan ke
dalam “kantong” lensa dan dipertahankan oleh penahan lensa yang fleksibel.
Sebelum operasi dilakukan, kebanyakan ahli bedah menginjeksikan cairan
visko-elastis ke dalam COA guna melindungi endotel kornea dan iris dan
membuat prosedur ekstraksi menjadi lebih mudah. Cairan ini kemudian juga
akan diaspirasi.7 Dengan metode seperti ini, tidak banyak terjadi trauma pada
endotel kornea, tidak terjadi komplikasi penempelan vitreus ke kornea dan iris,
letak lensa implant yang lebih stabil dalam kapsula posterior, mencegah
pertukaran molekul akueus dan vitreus, mengurangi angka kejadian ablasi
retina dan edema kornea, serta pencegahan masuknya mikroorganisme dari
COA menuju rongga vitreus (yang dapat menyebabkan endoftalmitis) karena
tertahan kapsula posterior.3
18
Sedangkan pada metode intrakapsular, lensa dan kapsulanya diangkat setelah
sebelumnya merupturkan jaringan penyangga lensa. Jika berhasil, metode ini
dapat memberikan perbaikan visual yang lebih baik daripada metode
ekstrakapsular.7 Namun, karena pada teknik ini memerlukan insisi limbus yang
lebih besar, menyebabkan penyembuhannya tertunda, dapat terjadi astigmat,
kebocoran luka pasca operasi, dan robekan pada iris dan vitreus serta edema
kornea. Dan karena kapsula posterior lensa tidak intak, implant lensa
intraocular harus diletakkan di COA atau dijahit di COP, di mana keduanya
sulit dilakukan dan berhubungan dengan komplikasi pasca
pembedahan.Kontraindikasi absolute metode ini adalah bila pasien masih
anak-anak atau berusia muda, dan pada kasus rupture kapsul akibat trauma,
sedangkan kontraindikasi relatifnya adalah myopia tinggi, sindrom Marfan,
katarak Morgagnian, dan vitreus yang berada di COA.3
Pada pasien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan implant lensa,
kelainan hipermetropi yang dialami akibat pengangkatan lensa dapat diperbaiki
dengan menggunakan kacamata lensa konveks dengan kekuatan lensa yang
tinggi, namun kerugiannya adalah adanya aberasi optic berat yang dapat
mempengaruhi lapang pandang. Afakia unilateral tidak dapat diperbaiki
dengan menggunakan kacamata untuk mengembalikan pandangan binocular,
hal ini disebabkan karena adanya perbedaan yang besar dalam ukuran gambar
pada kedua mata. Pada kasus seperti ini, aniseikonia dapat dikurangi dengan
penggunaan lensa kontak.7
Setelah operasi, pasien tidak dianjurkan untuk melakukan aktivitas berat yang
dapat meningkatkan TIO, misalnya mengangkat barang-barang berat, batuk
kronis yang berat.3
Glaukoma fakolitik
Terapi definitifnya adalah dengan mengekstraksi kataraknya, biasanya dengan
metode intrakapsular namun ada juga yang menggunakan metode
19
Gambar 6. ECCESumber: Lecture notes ophthalmology 9th ed
ekstrakapsular. Jika glaucoma fakolitik disebabkan oleh dislokasi lensa, lensa
harus diangkat dengan instrument vitrektomi, dapat juga diapungkan dengan
cairan irigasi ke COA untuk kemudian diambil melalui insisi limbus. Pada
kasus yang jarang misalnya yang disebabkan oleh katarak imatur dan visus
masih bagus, usaha yang perlu dilakukan adalah mengendalikan TIO dan
inflamasi secara farmakologis, dan jika gagal maka lensa harus diangkat.8
Secara gizi, instruksikan pasien untuk tidak makan dan minum jika sedang
dalam pertimbangan untuk diadakan ekstraksi katarak darurat.4
- Medica mentosa
Katarak
Sampai saat ini belum ada obat yang definitive dapat digunakan untuk
menghambat, mencegah, maupun mengobati katarak. Penelitian menunjukkan
hasil yang cukup menjanjikan pada penggunaan penghambat aldose reduktase
guna mencegah katarak gula pada hewan. Pengobatan antikatarak lain yang
masih dalam penelitian adalah agen penurun sorbitol, aspirin, agen peningkat
glutation, dan antioksidan vitamin C dan E.
Obat yang mungkin digunakan pada katarak adalah midriatikum (guna
melebarkan pupil pra pembedahan), kortikosteroid (guna mengendalikan
inflamasi pasca pembedahan), antimikroba topical spectrum luas (guna
profilaksis periode sesaat pasca operasi)3
Glaukoma fakolitik
Sebelum operasi, TIO dan inflamasinya perlu diturunkan dengan agen
hiperosmotik, adrenergic topical, penghambat karbonik anhidrase, sikloplegik,
dan kortikosteroid topical.8
I. Komplikasi
- Katarak
Komplikasi operatif yang mungkin terjadi adalah:
20
Kebocoran vitreus, yang menyebabkan penempelan vitreus pada tepi luka dan
retina, dapat meningkatkan resiko uveitis, edema macula, dan ablasio retina.
Adhesi vitreus diantara iris dan luka juga dapat berkontraksi, menyebabkan iris
tertarik ke arah luka, menyebabkan glaucoma sekunder. Komplikasi lain yaitu
adanya kontak vitreus dengan kornea yang menyebabkan edema kornea.
Perdarahan ke COA, di mana bila perdarahannya sangat banyak dan terjadi
perdarahan akut ke koroid dapat sangat berbahaya. Darah ini bertekanan tinggi
dan dapat memaksa seluruh isi mata keluar melalui insisi sehingga terjadi
kebutaan total.
Infeksi berat berupa endoftalmitis, sangat jarang dan biasanya terjadi dalam 48
jam pasca operasi
Peningkatan TIO transien, yang biasanya dapat dikendalikan dengan
asetazolamid oral atau IV atau tetes mata beta bloker dan membaik dalam
beberapa hari. Perlekatan iris dan vitreus dapat menghambat aliran dari COP
ke COA sehingga dapat menyebabkan lensa dan iris terdorong ke depan
sehingga COA menjadi datar (glaucoma “maligna”). Penanganannya adalah
dengan midriatikum, vitreoktomi, atau iridektomi.
Choroid detachment, di mana terdapat cairan diantara koroid dan sklera,
terlihat sebagai balon tepat di belakang iris. COA menjadi sangat dangkal.
Biasanya sembuh sendiri namun dapat juga menjadi iritis dan peningkatan TIO
sehingga perlu didrainase.
Edema macula, dapat terjadi beberapa hari pertama setelah operasi, dan
biasanya sembuh spontan.
Ablasio retina, dapat terjadi dalam 12 bulan setelah pembedahan.
Edema kornea, terjadi akibat trauma pada endotel kornea, dan dapat juga
karena kontak vitreo-kornea. Komplikasi ini mungkin akan memerlukan
cangkok kornea.
Opasifikasi kapsul posterior, terjadi pada 30% pasien pada 18 bulan pertama
setelah operasi ekstrakapsular. Jika menyebabkan gangguan penglihatan yang
bermakna, atau divergensi cahaya dan rasa silau yang berlebih, dapat ditangani
dengan laser YAG.
- Glaukoma fakolitik
21
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah hilangnya penglihatan akibat glaucoma
yang tidak terkendali dan/atau edema kornea yang persisten. Komplikasi
pembedahan meliputi perdarahan suprakoroid, rupture kapsul, trauma kornea, dan
prolaps vitreus.
J. Pencegahan
- Katarak
Katarak senilis berhubungan dengan degenerasi akibat usia sehingga hampir tidak
mungkin dihindari. Tidak ada studi yang sudah menentukan dengan jelas apakah
dengan menghindari faktor resiko katarak senilis (misalnya paparan UV,
hiperkolesterolemia, DM) dapat mengurangi kemungkinan menderita katarak
senilis.
- Glaukoma fakolitik
Pencegahannya adalah dengan mengangkat katarak matur atau hipermatur.4
K. Prognosis
- Katarak
Jika tidak ada penyakit mata lain yang mempengaruhi penglihatan sebelum operasi
(misalnya degenerasi macula atau atrofi nervus optikus), metode ekstrakapsular
standar tanpa komplikasi memberikan prognosis yang baik, mungkin dapat
membaik 2 baris pada Snellen. Faktor mayor yang mempengaruhi prognosis visual
adalah adanya DM dan retinopati diabetic.3
- Glaukoma fakolitik
Metode apapun yang digunakan, kebanyakan pasien memiliki visus yang baik
pasca operasi dan terjadi remisi total dari glaukomanya.8 Penanganan yang
terlambat mungkin memiliki prognosis yang buruk. Selain itu, penderita glaucoma
fakolitik mungkin memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan
glaucoma fakomorfik.4
22
L. Pembahasan Kasus
Setelah didiagnosa sementara, maka pasien harus mendapat penanganan:
- Oculo dextra
Turunkan dulu TIO (dengan agen hiperosmotik, adrenergic topical, penghambat
karbonik anhidrase, sikloplegik) dan inflamasi (dengan kortikosteroid). Setelah
keadaannya stabil, lakukan ekstraksi katarak (dapat dipilih metode ekstrakapsular
atau intrakapsular).
- Oculo sinistra
Lakukan dulu pemeriksaan prabedah, dan apabila semua kriteria pembedahan
terpenuhi, lakukan pembedahan. Gunakan midriatikum (guna melebarkan pupil
pra pembedahan), ekstraksi katarak (ekstrakapsular atau intrakapsular),
kortikosteroid (guna mengendalikan inflamasi pasca pembedahan), dan
antimikroba topical spectrum luas (guna profilaksis periode sesaat pasca operasi)
Penutup
Kebanyakan glaucoma fakolitik disebabkan karena komplikasi dari kebocoran lensa yang
mengalami katarak (terutama hipermatur), karena itu pembahasannya tidak lepas dari
pembahasan kataraknya sendiri, di mana terapi definitive dari glaucoma fakolitik adalah
ekstraksi dari kataraknya sendiri.
Daftar Pustaka
1. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2011. H. 204-5, 210-2.
2. Morosidi SA, Paliyama MF. Ilmu penyakit mata. Jakarta: UKRIDA; 2011. H. 53-4,
60.
3. Ocampo VVD. Senile cataract. 18 November 2011. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview, 10 Maret 2012.
23
4. Yi K. Phacolytic glaucoma. 6 Juli 2011. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1204814-overview, 10 Maret 2012.
5. Eva PR. Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s general ophthalmology. Edisi ke-17.
Jakarta: EGC; 2009. H.169-70, 226-7.
6. Kanksi JJ, Bowling B, Nischal K, Pearson A. Clinical ophthalmology: a systematic
approach. 7th ed. China: Elsevier Saunders; 2011. P. 270-2, 348-53.
7. Crick RP, Khaw PT. A clinical textbook of ophthalmology: a practical guide to
disorders of the eyes and their management. 3rd ed. Singapore: World Scientific;
2003. P. 88, 94-6, 103, 106-8, 186, 495-8, 555.
8. Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV. Becker-Shaffer’s diagnosis and therapy of
the glaucomas. 7th ed. China: Elsevier Mosby; 2009.P.272-3
9. Gill H. Phacomorphic glaucoma. 20 April 2010. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1204917-overview, 10 Maret 2012.
10. Mayo Clinic Staff. Cataracts. 20 Mei 2010. Diunduh dari:
http://www.mayoclinic.com/health/cataracts/DS00050, 10 Maret 2012.
Lampiran (Gambar 2)
24
Katarak Imatur
(Sumber: http://webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/atlas/photos/immature-senile-cortical-cataract-OD.jpg)
Katarak Intumescent
(sumber: http://eyescure.com/UserImages/Tiny_images/Intu
mescent%20cataract.png
Katarak Mature
(sumber: Vaughan & Asbury’s general ophthalmology)