Katalog Perminus Solo

2
 Mengamati sejarah perkembangan sumber energi manusia, maka terdapat urut an dari kayu, beralih ke batu bara, selanjut nya minyak dan gas menjadi sumber energi. Peralihan tersebut karena rangakaian energi yang terakhir lebih tidak merusak lingkungan. Penggunaan kayu sebagai sumber energi utama dan massal akan lebih buruk dari penggunaan batu-bara, dan batu bara lebih buruk dari minyak dan seterusnya. Kini mayoritas dunia mengandalkan minyak sebagai sumber energi utama. Perebutan minyak telah menjadi sumber peperangan (yang terbaru diantaranya adalah invasi Amerika terhadap Irak dan Afganistan). Juga kerusakan lingkungan terjadi akibat eksloitasi minyak. Banyak kasus kerusakan lingkungan berkaitan dengan eksploitasi minyak ini, seperti pencemaran laut di daerah Balikpapan, Indramayu Jawa Barat. Dampak buruk ini juga terjadi di negara lain tumpahnya minyak dari tanker Exxon Valdez sebany ak 40 juta liter pada tahun 1989 ke laut Alaska. Dan bila eksploitasi minyak bera da dibawah pe merintahan m ilit eristik dan otoriter, sebagaimana Pertamina pada masa pemerintahan Orde Baru, dia menjadi lahan korupsi bagi segelintir elit penguasa negeri. Karena dampak energi fosil telah melampaui daya dukung alam, maka dewasa ini beberapa negara telah mau beranjak meninggalkan energi fosil (diantaranya minyak) sebagai sumber energi. Salah satu diantaranya, tawaran dari Pemerintahan Ekuador yang memilih tidak mengeksploitasi minyak mereka yang terdapat di kawasan hutan Yanusi, dengan pertimbangan resiko kerusakan lingkunga, pengusiran masyarakat adat /lokal Minyak dan Kerusakan Lingkungan Minyak sebagai salah satu energi fosil juga berkontribusi mengeluarkan gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global dan perubahan iklim. Dampak tersebut mulai terasa saat ini, seperti peningkatan suhu hingga mencairnya es di daerah kutup, musim kemarau dan hujan yang makin ekstrim, energi badai dan puting beliung yang makin meningka t, dan lain-lain. Konsensus para ilmuwan menyatakan emisi gas rumah kaca harus dikurangi 60-80 persen dari tingkat emisi tahun 1990 dalam beberapa dekade singkat ke depan. Sementara itu, Kyoto Protokol hanya membuat target pengurangan emisi sebanyak 5,2 persen dibawah tahun 1990 untuk masa tahun 2008-2012. Sebuah pengurangan sebenarnya tidak berarti, namun masih juga negera penghasil gas rumah kaca terbesar seperti  AS m en ol ak men gi ku ti P rotokol K yo to in i p ada m as a p em er in ta ha n B ush. Mengatasi dampak perubahan iklim dengan cara mengurangi konsumsi minyak melalui mekanisme penaikan harga (pencabutan subsidi) bukan jalan keluar yang adil. Akses rakyat, khususnya mayoritas kelompok miskin terhadap energi, secara moral dan prinsip keadilan dan demokrasi atas akses energi, tidak boleh dipersulit. Privatisasi Minyak: Menguntungkan Korporasi, Merugikan Rakyat Miskin Untuk itu, keluar dari energi fosil (salah satunya minyak) harus melalui jalan yang adil, tidak mengorbankan mayoritas rakyat miskin. Perusahaan-perusahaan besar dan negara maju seperti Amerika Serikat mendorong agar negeri berkembang melakukan privatisasi (swastanisasi) pengelolaan minyak dan gas. Privatisasi perusahan minyak dan gas  ju ga bu ka n ja lan ke lua r k ete rg an tu ng an ter ha da p m in ya k. H al t er se bu t ha ny a m en ye ba bk an ha rg a m in ya k semakin mahal dan menjadi konsumsi kalangan segelitir el it. Sebagai mana rekom endasi sebuah studi yang disponsori oleh James Baker III Institute for Public Policy of Rice University dan Council on Foregin Relation (sebuah lembaga kajian hubungan luar negeri di Amerika Serikat yang berpengaruh terahdap kebijakan pemerintah AS) pada tahun 2001 menyatakan bahwa minyak mengalami ”pasokan yang sedikit” karena ”kurangnya investasi” dalam produksi baru dan ”negara-negara [penghasil minyak sering mengalami] goncangan [politik]”. Kelebihan kapasitas telah lenyap dan hampir tidak ada lagi karena negara produsen minyak sebagaian memperuntukkan minyaknya untuk proyek-proyek sosial daripada investasi pengembangan produksi kapasitas baru1. Dengan demikian pandangan lembaga studi yang dekat dengan kepentingan perusahaan minyak internasional ini bahwa keuntungan minyak tidak boleh digunakan untuk peningkatan mutu pendidikan, kesehatan, sebagaimana saat ini dilakukan negara seperti Venezuela. Untuk itu, lembaga tersebut mengeluarkan rekomendasinya pada tahun 2007 ”agar semua perusahaan minyak nasional [yang dimiliki negara] diprivatisasi, investor asing diperlakukan setara dengan perusahaan minyak lokal, dan OPEC sebaiknya dibubarkan, yang akan memungkinkan terwujudnya perdagangan bebas dan pasar yang kompetitif untuk menyediakan energi yang dibutuhkan dunia dengan harga yang ditentukan oleh pasar.”2 Celakanya, kemauan kepentingan korporasi besar dari negeri maju untuk memprivatisasi/meliberalisasi minyak telah beresonansi di Indonesia. Hal tersebut tampak dengan dikeluarkannya UU Minyak dan Gas pada tahun 2001. UU Migas No. 22/2001 mendorong penghapusan subsidi BBM dan melepaskan harga BBM sesuai dengan harga pasar internasional . Proses pembuatan undang-undang tersebut dikendalikan oleh kekuatan yang berkaitan erat dengan kepentingan korporasi, yakni USAID ( United States Agency for International Development), sebagaimana pengakuan mereka “ USAID has been the primary bilateral donor working on energy sector reform.…” Khusus mengenai penyusunan UU Migas, USAID secara terbuka menyatakan, “The  ADB and USAID worked together on drafting a new oil and gas law in 2000 ”. 3 Solusi: Energi Terbarukan Berbasikan Komunitas Pengembangan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, geothermal skala kecil, mikro hidro adalah beberapa diantaranya yang mendorong pengelolaan energi menjadi lebih terdesentralisasi ke komunitas, dan tidak merusak lingkungan dan tidak terjadi penyingkiran terhadap masyarakat yang berada di sekitar sumber  energi, sebagaimana terjadi dengan pertambangan minyak. Beberapa inisiati f untuk pengembangan energi terbarukan telah ada ada di Indonesia, seperti mikro hidro di Lampung dan Kalimantan Timur diantaranya, Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Gunung Kidul. Kebijakan tersebut harus didukung dan dipermudah oleh pem erintah Indonesia. Dan negara m aju sepantasnya memberikan hibah teknologi untuk pengembangan energi terbarukan ke negara dunia berkembang (bukan dalam bentuk pengalihan pembayaran hutang negara dunia). Hibah tersebut sebagai wujud pembayaran hutang ekologi negara maju yang telah berkontribusi lebih besar dalam pengerusakan kerusakan lingkungan hidup dunia, juga kerusakan lingkungan negara berkembang. Tugas kita mendesak pemerintah mengembangkan energi terbarukan, dan menghentikan ketergantungan terhadap energi fosil dengan cara adil, tidak memberatkan negara miskin dan rakyat miskin. Privatisasi adalah kepentingan korporasi. (Footnotes) 1JohnBelamyFoster, The Ecological Revolution, Making Peace with the Planet , MonthlyReview ,NewYork,2009 2 ibid 3 http://www .usaid.gov/pubs/cbj2002/ane/id/497-013.html Dilema Min Dilema Min Dilema Min Dilema Min Dilema Miny y y y yak ak ak ak ak Pius Ginting Pengkampanye Tam bang WALH I Perjuangan ICW selama kurang lebih 10 tahun (1998-2009) semenjak keberadaannya di masa reformasi secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi situasi sosial-ekonomi dan politik di lingkungan makro kenegaraan. Isu korupsi telah menjadi isu politik yang bisa menentukan -langsung maupun tidak langsung- jatuh-bangunnya kekuasaan, baik dalam kaitannya dengan jabatan maupun kekuasaan politik. Demikian halnya, tuntutan publik terhadap pertanggungjawaban penyelenggara negara (pemerintahan) kian kuat disuarakan melalui beberapa agenda, baik dalam ranah anggaran publik, pelayanan publik maupun kebijakan publik lainnya. Dalam konteks penegakan hukum, desakan dan kampanye yang terus menerus dari ICW dan organisasi antikorupsi lainnya telah melahirkan sebuah gambaran lain dari pada periode sebelumnya, dimana pejabat negara, baik di tingkat eksekutif maupun legislatif  bisa diajukan ke pengadilan karena melakukan korupsi.Bukan hanya di tingkat daerah, akan tetapi kecenderungan ini juga menyentuh wilayah kekuasaan pusat seperti di parlemen. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), khususnya pimpinan KPK  jilid II ya ng la hir k ar en a tun tut an a ka n pe ne ga ka n hu ku m y an g independen, tidak pandang bulu dan berani telah menjadi harapan baru bagi masyarakat luas. Bukan hanya karena mandulnya kinerja penegakan hukum Kejaksaan dan Kepolisian, akan tetapi pada isu integritas penegakan hukum, KPK lebih bisa dipertanggungjawabkan. Tak heran jika laporan masyarakat kepada KPK atas dugaan tindak pidana korupsi di berbagai daerah juga meningkat dari waktu ke waktu. Pemilu 2009 sebagai ajang regenerasi kekuasaan politik juga telah dipengaruhi secara signifikan oleh isu yang berkaitan dengan korupsi.TertangkapnyabeberapaanggotaDPRRImenjelangpemilu 2009 telah meningkatkan tekanan publik terhadap kandidat maupun partai politik. Kampanye “Tidak Pilih Politikus Busuk” yang didengungkan oleh ICWdan NGO pada Pemilu 2009 telah disambut oleh kelompok lainnya, seperti kelompok mahasiswa, seniman, buruh dan bahkan politisi sendiri yang membutuhkan legitimasi politik untuk berkuasa ditengah -tengah iklim kompetisi politik yang lebih ketat karena mekanisme suara terbanyak. ICW dan gerakan antikorupsi di Indonesia Sely Martini Program Monitoring and Evaluation, ICW Berkaca pada pemilu lokal (Pilkada), kekuatan uang dalam menentukan hasil pemilu nyatanya juga perlu dibaca ulang. Hal ini karena tidak semua incumbentyang menjadi calon kepala daerah terpilih lagi. Padahal jika diasumsikan mereka adalah penguasa sumber daya lokal, maka seharusnya mereka bisa menggunakan sumber daya tersebut untuk mempengaruhi pemilih. Namun faktanya tidak demikian. Ini artinya, ada pergeseran pemikiran di tingkat pemilih yang bisa menjadi potensi bagi dorongan perubahan politik ke depan. Peluang dan Ancaman Gerakan Antikorupsi Kedepan Dukungan publik yang makin kuat atas agenda gerakan antikorupsi di Indonesia telah memberikan legitimasi sosial atas keberadaan ICW kedepan. Muaknya masyarakat terhadap praktek korupsi yang terus menerus dipertontonkan oleh pejabat negara, baik kalangan eksekutif maupun legislatif menjad ikan agenda antikorupsi tertantang untuk dapat menjawab masalah tersebut. Di berbagai daerah, gerakan antikorupsi telah tumbuh, meskipun dengan berbagai keberagamannya. Strategi dan pendekatan antikorupsi dari satu daerah dengan daerah lainnya pun nampak.. Meskipun harus diakui bahwa sebagian besarnya lebih banyak fokus pada isu penegakan hukum. Berbagai dorongan antikorupsi yang telah tumbuh memang masih didominasi oleh tuntutan penegakan hukum yang lebih kredibel terhadap para pelaku korupsi. Masyarakat juga kian kuat posisi tawarnya dengan terbitnya berbagai UU yang memihak agenda pemberantasan korupsi. Mulai dari ratifikasi UNCAC PBB, lahirnya UU Perlindungan Saksi dan Korban serta UU Kebebasan Informasi Publik paling sedikit telah memberikan harapan yang lebih besar bagi keterlibatan masyarakat luas secara langsung dalam mengontrol jalannya pemerintahan. Secara khusus yang harus diwaspadai adalah rendahnya political will anggota DPR untuk segera menyelesaikan RUU Pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang deadline nya pada bulan Desember 2009 sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Pengadilan Tipikor adalah jantungnya penegakan hukum KPK. Jika Pengadilan Tipikor tidak kelar pengesahannya hingga Desember 2009, maka kemungkinan besar KPK tidak akan banyak berguna. Kecuali jika kemudian Pemerintahan baru mengeluarkan Perpu, nasib KPK bisa berbeda. Ta ntangan kedepan adalah bagaimana mengkonsolidasikan gerakan antikorupsi yang s u d a h muncul di ber bagai daer ah sehi ngga ti dak terpecah-pecah dan memiliki strategi  ja ng ka pa nj an g, bu ka n se ke da r pe ne ga ka n hukum. Karena jika pendekatan antikorupsi hanya sebatas penegakan hukum, akan lahir rasa ftrustasi di tengah situasi dimana lembaga penegak hukum konvensional tidak banyak berubah. Demikian halnya, bagaimana gerakan antikorupsi di Indonesia dapat mendorong perubahan struktur politik yang lebih memihak kepentingan publik setelah proses hukum terhadap politisi/pejabat di lingkungan tertentu dilakukan. Sekarang ini terkesan penegakan hukum yang dilakukan terhadap Kepala Daerah misalnya tidak mengubah situasi. Artinya, pejabat pengganti dari pejabat sebelumnya yang sudah diproses oleh KPK misalnya memiliki perilaku yang sama, yakni korup. Ujian lain yang harus dijawab adalah bagaimana gerakan antikorupsi di Indonesia dapat membumikan UU yang telah lahir, seperti UU PSK, UU KIP dan ratifikasi UNCAC. Kekhawatiran yang muncul bahwa UU tersebut sebatas ada, tapi tidak pernah bisa dijalankan. Oleh karenanya, dibutuhkan strategi dan pemikiran untuk menjadikan UU diatas sebagai payung hukum yang fungsional bagi masyarakat dalam menjalankan fungsi kontrolnya terhadap kekuasaan.

Transcript of Katalog Perminus Solo

5/10/2018 Katalog Perminus Solo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/katalog-perminus-solo 1/3

 

Mengamati sejarah perkembangan sumber energi manusia, maka terdapat urutan dari kayu, beralih ke batu

bara, selanjutnya minyak dan gas menjadi sumber energi. Peralihan tersebut karena rangakaian energi yangterakhir lebih tidak merusak lingkungan. Penggunaan kayu sebagai sumber energi utama dan massal akan

lebih buruk dari penggunaan batu-bara, dan batu bara lebih buruk dari minyak dan seterusnya.

Kini mayoritas dunia mengandalkan minyak sebagai sumber energi utama. Perebutan minyak telah menjadi

sumber peperangan (yang terbaru diantaranya adalah invasi Amerika terhadap Irak dan Afganistan). Jugakerusakan lingkungan terjadi akibat eksloitasi minyak. Banyak kasus kerusakan lingkungan berkaitan dengan

eksploitasi minyak ini, seperti pencemaran laut di daerah Balikpapan, Indramayu Jawa Barat. Dampak burukini juga terjadi di negara lain tumpahnya minyak dari tanker Exxon Valdez sebanyak 40 juta liter pada tahun

1989 ke laut Alaska. Dan bila eksploitasi minyak berada dibawah pemerintahan militeristik dan otoriter,sebagaimana Pertamina pada masa pemerintahan Orde Baru, dia menjadi lahan korupsi bagi segelintir elitpenguasa negeri.

Karena dampak energi fosil telah melampaui daya dukung alam, maka dewasa ini beberapa negara telah mau

beranjak meninggalkan energi fosil (diantaranya minyak) sebagai sumber energi. Salah satu diantaranya,tawaran dari Pemerintahan Ekuador yang memilih tidak mengeksploitasi minyak mereka yang terdapat di

kawasan hutan Yanusi, dengan pertimbangan resiko kerusakan lingkunga, pengusiran masyarakat adat /lokal

Minyak dan Kerusakan Lingkungan

Minyak sebagai salah satu energi fosil juga berkontribusi mengeluarkan gas rumah kaca yang mengakibatkan

pemanasan global dan perubahan iklim. Dampak tersebut mulai terasa saat ini, seperti peningkatan suhuhingga mencairnya es di daerah kutup, musim kemarau dan hujan yang makin ekstrim, energi badai dan

puting beliung yang makin meningkat, dan lain-lain.

Konsensus para ilmuwan menyatakan emisi gas rumah kaca harus dikurangi 60-80 persen dari tingkat emisi

tahun 1990 dalam beberapa dekade singkat ke depan. Sementara itu, Kyoto Protokol hanya membuat targetpengurangan emisi sebanyak 5,2 persen dibawah tahun 1990 untuk masa tahun 2008-2012. Sebuah

pengurangan sebenarnya tidak berarti, namun masih juga negera penghasil gas rumah kaca terbesar sepertiAS menolak mengikuti Protokol Kyoto ini pada masa pemerintahan Bush.

Mengatasi dampak perubahan iklim dengan cara mengurangi konsumsi minyak melalui mekanisme penaikanharga (pencabutan subsidi) bukan jalan keluar yang adil. Akses rakyat, khususnya mayoritas kelompok miskin

terhadap energi, secara moral dan prinsip keadilan dan demokrasi atas akses energi, tidak boleh dipersulit.

Privatisasi Minyak: Menguntungkan Korporasi, Merugikan Rakyat Miskin

Untuk itu, keluar dari energi fosil (salah satunya minyak) harus melalui jalan yang adil, tidak mengorbankanmayoritas rakyat miskin.

Perusahaan-perusahaan besar dan negara maju seperti Amerika Serikat mendorong agar negeri berkembang

melakukan privatisasi (swastanisasi) pengelolaan minyak dan gas. Privatisasi perusahan minyak dan gas juga bukan jalan keluar ketergantungan terhadap minyak. Hal tersebut hanya menyebabkan harga minyak

semakin mahal dan menjadi konsumsi kalangan segelitir elit. Sebagaimana rekomendasi sebuah studi yangdisponsori oleh James Baker III Institute for Public Policy of Rice University dan Council on Foregin Relation(sebuah lembaga kajian hubungan luar negeri di Amerika Serikat yang berpengaruh terahdap kebijakan

pemerintah AS) pada tahun 2001 menyatakan bahwa minyak mengalami ”pasokan yang sedikit” karena”kurangnya investasi” dalam produksi baru dan ”negara-negara [penghasil minyak sering mengalami] goncangan

[politik]”. Kelebihan kapasitas telah lenyap dan hampir tidak ada lagi karena negara produsen minyak sebagaianmemperuntukkan minyaknya untuk proyek-proyek sosial daripada investasi pengembangan produksi kapasitas

baru1. Dengan demikian pandangan lembaga studi yang dekat dengan kepentingan perusahaan minyakinternasional ini bahwa keuntungan minyak tidak boleh digunakan untuk peningkatan mutu pendidikan,kesehatan, sebagaimana saat ini dilakukan negara seperti Venezuela.

Untuk itu, lembaga tersebut mengeluarkan rekomendasinya pada tahun 2007 ”agar semua perusahaan minyak

nasional [yang dimiliki negara] diprivatisasi, investor asing diperlakukan setara dengan perusahaan minyaklokal, dan OPEC sebaiknya dibubarkan, yang akan memungkinkan terwujudnya perdagangan bebas danpasar yang kompetitif untuk menyediakan energi yang dibutuhkan dunia dengan harga yang ditentukan oleh

pasar.”2

Celakanya, kemauan kepentingan korporasi besar dari negeri maju untuk memprivatisasi/meliberalisasi minyaktelah beresonansi di Indonesia. Hal tersebut tampak dengan dikeluarkannya UU Minyak dan Gas pada tahun

2001. UU Migas No. 22/2001 mendorong penghapusan subsidi BBM dan melepaskan harga BBM sesuaidengan harga pasar internasional. Proses pembuatan undang-undang tersebut dikendalikan oleh kekuatanyang berkaitan erat dengan kepentingan korporasi, yakni USAID (United States Agency for International

Development), sebagaimana pengakuan mereka “USAID has been the primary bilateral donor working onenergy sector reform.…” Khusus mengenai penyusunan UU Migas, USAID secara terbuka menyatakan, “The

 ADB and USAID worked together on drafting a new oil and gas law in 2000 ”. 3

Solusi: Energi Terbarukan Berbasikan Komunitas

Pengembangan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, geothermal skala kecil, mikro hidro adalahbeberapa diantaranya yang mendorong pengelolaan energi menjadi lebih terdesentralisasi ke komunitas, dan

tidak merusak lingkungan dan tidak terjadi penyingkiran terhadap masyarakat yang berada di sekitar sumber energi, sebagaimana terjadi dengan pertambangan minyak.

Beberapa inisiatif untuk pengembangan energi terbarukan telah ada ada di Indonesia, seperti mikro hidro diLampung dan Kalimantan Timur diantaranya, Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Gunung Kidul. Kebijakan

tersebut harus didukung dan dipermudah oleh pemerintah Indonesia. Dan negara maju sepantasnyamemberikan hibah teknologi untuk pengembangan energi terbarukan ke negara dunia berkembang (bukan

dalam bentuk pengalihan pembayaran hutang negara dunia). Hibah tersebut sebagai wujud pembayaranhutang ekologi negara maju yang telah berkontribusi lebih besar dalam pengerusakan kerusakan lingkungan

hidup dunia, juga kerusakan lingkungan negara berkembang. Tugas kita mendesak pemerintahmengembangkan energi terbarukan, dan menghentikan ketergantungan terhadap energi fosil dengan caraadil, tidak memberatkan negara miskin dan rakyat miskin. Privatisasi adalah kepentingan korporasi.

(Footnotes)

1 John Bellamy Foster ,The Ecological Revolution, Making Peace with the Planet, Monthly Review, NewYork, 20092 ibid

3 http://www.usaid.gov/pubs/cbj2002/ane/id/497-013.html

Dilema MinDi lema MinDilema MinDi lema MinDilema Minyyyyyakakakakak

Pius GintingPengkampanye Tambang WALHI

Perjuangan ICW selama kurang lebih 10 tahun (1998-2009)semenjak keberadaannya di masa reformasi secara langsung

maupun tidak langsung telah mempengaruhi situasi sosial-ekonomidan politik di lingkungan makro kenegaraan. Isu korupsi telah

menjadi isu politik yang bisa menentukan -langsung maupun tidaklangsung- jatuh-bangunnya kekuasaan, baik dalam kaitannyadengan jabatan maupun kekuasaan politik. Demikian halnya,

tuntutan publik terhadap pertanggungjawaban penyelenggaranegara (pemerintahan) kian kuat disuarakan melalui beberapa

agenda, baik dalam ranah anggaran publik, pelayanan publikmaupun kebijakan publik lainnya.

Dalam konteks penegakan hukum, desakan dan kampanye yangterus menerus dari ICW dan organisasi antikorupsi lainnya telah

melahirkan sebuah gambaran lain dari pada periode sebelumnya,dimana pejabat negara, baik di tingkat eksekutif maupun legislatif 

bisa diajukan ke pengadilan karena melakukan korupsi.Bukan hanyadi tingkat daerah, akan tetapi kecenderungan ini juga menyentuhwilayah kekuasaan pusat seperti di parlemen.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), khususnya pimpinan KPK jilid II yang lahir karena tuntutan akan penegakan hukum yangindependen, tidak pandang bulu dan berani telah menjadi harapan

baru bagi masyarakat luas. Bukan hanya karena mandulnya kinerjapenegakan hukum Kejaksaan dan Kepolisian, akan tetapi pada isuintegritas penegakan hukum, KPK lebih bisa

dipertanggungjawabkan. Tak heran jika laporan masyarakat kepadaKPK atas dugaan tindak pidana korupsi di berbagai daerah juga

meningkat dari waktu ke waktu.

Pemilu 2009 sebagai ajang regenerasi kekuasaan politik juga telah

dipengaruhi secara signifikan oleh isu yang berkaitan dengankorupsi. Tertangkapnya beberapa anggota DPR RI menjelang pemilu2009 telah meningkatkan tekanan publik terhadap kandidat maupun

partai politik. Kampanye “Tidak Pilih Politikus Busuk” yangdidengungkan oleh ICWdan NGO pada Pemilu 2009 telah disambut

oleh kelompok lainnya, seperti kelompok mahasiswa, seniman,buruh dan bahkan politisi sendiri yang membutuhkan legitimasi

politik untuk berkuasa ditengah-tengah iklim kompetisi politik yanglebih ketat karena mekanisme suara terbanyak.

ICW dan gerak an ant ikorupsi

di IndonesiaSely MartiniProgram Monitoring and Evaluation, ICW

Berkaca pada pemilu lokal (Pilkada), kekuatan uang dalam menentukan hasil pemilu

nyatanya juga perlu dibaca ulang. Hal ini karena tidak semua incumbentyang menjadicalon kepala daerah terpilih lagi. Padahal jika diasumsikan mereka adalah penguasa

sumber daya lokal, maka seharusnya mereka bisa menggunakan sumber daya

tersebut untuk mempengaruhi pemilih. Namun faktanya tidak demikian. Ini artinya,ada pergeseran pemikiran di tingkat pemilih yang bisa menjadi potensi bagi doronganperubahan politik ke depan.

Peluang dan Ancaman Gerakan Antikorupsi Kedepan

Dukungan publik yang makin kuat atas agenda gerakan antikorupsi di Indonesia telah

memberikan legitimasi sosial atas keberadaan ICWkedepan. Muaknya masyarakatterhadap praktek korupsi yang terus menerus dipertontonkan oleh pejabat negara,baik kalangan eksekutif maupun legislatif menjadikan agenda antikorupsi tertantang

untuk dapat menjawab masalah tersebut.

Di berbagai daerah, gerakan antikorupsi telah tumbuh, meskipun dengan berbagaikeberagamannya. Strategi dan pendekatan antikorupsi dari satu daerah dengan

daerah lainnya pun nampak.. Meskipun harus diakui bahwa sebagian besarnya lebihbanyak fokus pada isu penegakan hukum. Berbagai dorongan antikorupsi yang telahtumbuh memang masih didominasi oleh tuntutan penegakan hukum yang lebih

kredibel terhadap para pelaku korupsi.

Masyarakat juga kian kuat posisi tawarnya dengan terbitnya berbagai UU yang

memihak agenda pemberantasan korupsi. Mulai dari ratifikasi UNCAC PBB, lahirnyaUU Perlindungan Saksi dan Korban serta UU Kebebasan Informasi Publik paling

sedikit telah memberikan harapan yang lebih besar bagi keterlibatan masyarakatluas secara langsung dalam mengontrol jalannya pemerintahan.

Secara khusus yang harus diwaspadai adalah rendahnyapolitical will anggota DPRuntuk segera menyelesaikan RUU Pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang

deadlinenya pada bulan Desember 2009 sesuai dengan putusan MahkamahKonstitusi (MK). Pengadilan Tipikor adalah jantungnya penegakan hukum KPK. JikaPengadilan Tipikor tidak kelar pengesahannya hingga Desember 2009, maka

kemungkinan besar KPK tidak akan banyak berguna. Kecuali jika kemudianPemerintahan baru mengeluarkan Perpu, nasib KPK bisa berbeda.

Tantangan kedepan adalah bagaimana mengkonsolidasikan gerakan antikorupsi yang

s u d a h muncul di berbagai daerah sehingga tidakterpecah-pecah dan memiliki strategi jangka panjang, bukan sekedar penegakan

hukum. Karena jika pendekatan antikorupsihanya sebatas penegakan hukum, akan

lahir rasa ftrustasi di tengah situasi dimanalembaga penegak hukum konvensionaltidak banyak berubah.

Demikian halnya, bagaimana gerakanantikorupsi di Indonesia dapat mendorong

perubahan struktur politik yang lebihmemihak kepentingan publik setelah

proses hukum terhadap politisi/pejabat dilingkungan tertentu dilakukan. Sekarang initerkesan penegakan hukum yang

dilakukan terhadap Kepala Daerahmisalnya tidak mengubah situasi. Artinya,

pejabat pengganti dari pejabat sebelumnyayang sudah diproses oleh KPK misalnya

memiliki perilaku yang sama, yakni korup.

Ujian lain yang harus dijawab adalah

bagaimana gerakan antikorupsi diIndonesia dapat membumikan UU yang

telah lahir, seperti UU PSK, UU KIP danratifikasi UNCAC. Kekhawatiran yang

muncul bahwa UU tersebut sebatas ada,tapi tidak pernah bisa dijalankan. Olehkarenanya, dibutuhkan strategi dan

pemikiran untuk menjadikan UU diatas

sebagai payung hukum yang fungsionalbagi masyarakat dalam menjalankan fungsikontrolnya terhadap kekuasaan.

5/10/2018 Katalog Perminus Solo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/katalog-perminus-solo 2/3

 

LakonLadang Perminus diadaptasi dari novel karya Ramadhan KH berjudul samaLadang Perminus . Seperti novelnya, lakon ini mengisahkan tokoh utamanya, Hidayat, seorang bekas pejuang Angkatan

45 yang bekerja sebagai manajer pada perusahaan minyak negara bernama Perusahaan Minyak Nusantara (Perminus). Hidayat dikisahkan sebagai sosok yang cerdas, jujur, idealis dan setia kepada hati

nuraninya sendiri. Selama menjabat dia mencoba bertahan untuk tidak melakukan korupsi dan segala bentuk variannya yang menggelegak di kantornya. Gelegak dan gas korupsi di perusahaan migas itu

akhirnya tercium aparat hukum.

Suatu hari beredar kabar bahwa sebuah tim tengah menyelidiki skandal korupsi di kantor itu. Tak pelak seluruh karyawan kantor diliputi ketakutan. Mereka segera berusaha menyelamatkan diri masing-masing

dengan berbagai cara. Tetapi dasar dunia kooruptor, jalan yang dipakai pun jalan busuk. Antara lain mereka menyebar fitnah ke mana-mana. Fitnah ditembakkan ke arah orang-orang yang dianggapmembahayakan. Hidayat dan kawan-kawan yang menjalani karir dengan lurus menjadi sasaran empuk desingan peluru fitnah. Hasilnya Hidayat dan sejumlah temannya menjadi korban. Tanpa bukti

kesalahan dia dibebastugaskan dari pekerjaannya alias dirumahkan.

Hidayat sangat terpukul oleh hukuman tersebut. Namun isterinya yang tidak kenal lelah dalam memberikan semangat membuatnya tertolong. Hidayat kemudian ”menghibur” diri dengan menangani usaha

ternak yang telah dirintis sebelumnya sambil memberikan pelayanan konsultasi kepada para kontraktor asing yang mengetahui reputasinya. Kegiatan itu secara perlahan menyembuhkan rasa frustrasinya.

Semangatnya pun bangkit.Penyelidikan di Perminus berakhir. Hidayat tak terbukti bersalah. Dia pun dipanggil lagi untuk bekerja. Setelah aktif bekerja lagi, Hidayat diberi tugas oleh atasannya, Kahar, ke Singapura. Kahar adalah

pimoinan penting perusahaan itu, namun juga menajdi sumber segala masalah di kantornya. Tugas di Singapura dijalani Hidayat dengan baik. Hasilnya cemerlang. Namun Kahar yang bermaksud mencariuntung bagi kepentingannya sendiri, menjegalnya. Kahar berhasil. Tapi karena takut perbuatannya terbongkar dia mencari jalan licik agar Hidayat jatuh. Saat Hidayat mencalonkan diri sebagai gubernur Jawa

Barat, Kahar kembali menyebar fitnah. Hidayat kembali jatuh dan akhirnya memutuskan untuk pensiun.

Suatu hari muncul kabar bahwa Kahar meninggal. Hidayat merasa lega. Tapi hanya sebentar. Sebab tak lama kemudian muncul kabar bahwa Kahar dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Kekecewaan

yang mendalam membuat Hidayat jatuh sakit.

Di rumah sakit dia sempat merenung. Dia menyadari bahwa manusia harus berjiwa besar dalam menghadapi kenyataan hidup meskipun berat dan sulit. Hari terus berjalan. Suatu hari kabar datang bahwa

skandal korupsi di Perminus akhirnya terbongkar. Hidayat lega**

Teater selain merupakan seni pertunjukan dan seni peran adalah media komunikasi sekaligus cermin. Sebuah lakon yang dipanggungkan merupakan medium untuk

berkomunikasi bagi sutradara dan para aktornya dengan penonton (masyarakat). Penonton juga akan bercermin pada para tokoh melalaui alur dan konflik yang terjadi.

Teater senantiasa mencoba mengolah dunia melalui dunia rekaan. Ia diciptakan dalam kerja kesengajaan yang khas dunia seni dalam menanggapi kondisi zaman sehinggasutradara, para aktris-aktornya dan pendukung pementasan dituntut melakukan pemilihan. Sebab di hadapan mereka tersedia berbagai jenis karya, dari yang klasik hingga

yang eksperimental terkini, dari yang naskah asli hingga yang adaptasi.

Pekerjaan memilih tentu tak gampang. Karena berbagai masalah (internal dan eksternal) akan ikut berbicara. Namun biasanya keputusan tiba ketika pertunjukan harus

berjalan walaupun keputusan itu berdampak pada proses kerja artisitik. Apalagi pilihannya adalah mengadaptasi sebuah novel.

Pementasan Ladang Perminus berangkat dari keputusan tim produksi untuk mengadaptasi novel Ladang Perminus, karya Ramadhan KH, dengan sejumlah alasan.Pertama , novel ini mengambil setting korupsi di Pertamina pada dekade 1970-an. Ia berkisah tentang betapa mengguritanya perilaku korupsi di perusahaan minyak negara

tersebut. Dalam perjalanan operasinya sebagai perusahaan di bidang minyal dan gas, Pertamina telah memaksa setiap orang yang berurusan dengannya harus melakukanberbagai bentuk korupsi dan tindakan ikutannya. Kedua , kasus-kasus korupsi di Indonesia, termasuk korupsi di dunia migas, dan dampaknya terhadap kehidupan rakyat

sehari-hari terus terjadi. Krisis energi yang tak pernah usai akibat tata kelola migas yang korup, telah menjerumuskan rakyat ke jurang kesengsaraan. Ketiga ,pencemaran

lingkungan di bidang pertambangan dan energi, misalnya lumpur Lapindo dan Balongan telah begitu dasyat merusak kehidupan masyarakat. Hal ini tak lepas dari perilaku

korupsi sebagai hasil perselingkuhan timpang antara (aparatus elit) negara dan pemilik modal untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya tanpa mempertimbangkan

aspek lingkungan, sosial politik dan hak asasi manusia serta terutama masa depan rakyat.

Eksekutif Produer: Berry Nahdia n Forqa n,Danang Widoyoko, Willy Pramudya.Produser: And i K. Yuwo no.Asisten Prod user: Susilo Adineg oro .Tim Jaka rta: Raharja Waluya Jati, AgungYudha wirana tha, Dew i Djaja, Jerry Pattinama ,Ibe Karyanto .Pimpro: Zhu Khie Thian.

Keuangan: Tri Ang ga nis Dew i.Administrasi: Anita Ga yatri, Lanjar Ab imanyu.Penulis Naskah, Sutrada ra, Hiday at: WawanSofw an.Penulis Naskah: FX Rudy G unaw an. StageManager: Aji Setiaw an.Stage Crew: Linda Seb astian, Aco nk, Yono ,Ade Ii, Rizkika Lukman Hakim, Aep Suherma n.Panggung, Lampu: Ded en Bulqini.Kostum: Fitri Kena ri, Ayu Sumina r. Make up: Taufik S, Rega.Musik: Dedd y Banjar.Dokumentasi: Arief Dwinanto.Juju, Tong : Akmal Rahma n.Pramugari: Annisa Rac hmania.Istri Kahar, Pramug ari, Nana : Atin Rustini.Sadikin: Bag us Setiaw an.Suba rkah: Chandra Kudapawana. Singh, Kolonel: Dadang Atmo.Pena: Ded en Syarief. Kahar: Fa jar Emm illianu s. Didi: Kod rat Firma nsyah.Ias: Heliana Sinag a.Ita: Ryzzky Ryzc ika Riani. Herm an ,Onkelinx: Sahlan Mujtab a.Yu: Toh ari Yosd ollac

Ibu Safrida .Halim HD.Hanindawan.Tam an Budaya Surakarta .Dewa n kesenian semarang.Kepa la Seko lah SMA St.Yosep h, Solo .Kep ala Sekola h SMA Loyola - Sema rang .Panitia Pelaksana di Solo d an Sem aran g.

Sekilas Perjalanan Ladang PerminusSetelah dipentaskan sebanyak 9 kali di panggung, baik di Bandung maupun Jakarta, Ladang Perminus mendapatkan kehormatan untuk ikut terlibat dalam Mimbar Teater Indonesia di Solo. Pada awalnya kami bimbang untuk membawa rombongan mengikuti acara tersebut, bukan karena ketidaksiapan tim namun karena masalah klasik,

pendanaan. Syukurlah pada akhirnya kami tetap mendapatkan dukungan dari Kedutaan Besar Belanda setelah melihat seluruh proses yang terjadi baik di Bandung

maupun Jakarta.

Walau demikian, dana yang ada tidak memungkinkan kami membawa “tim asli” yang jumlahnya total mencapai lebih dari 70 orang. Kami bersama Wawan Sofwan selaku

sutradara terpaksa melakukan banyak pemangkasan rombongan yang pada akhirnya hanya mencapai separuhnya saja. Dalam bahasa guyonan kami waktu itu seringterlontar “pokoknya hanya 1 bus saja”.

Karena kehilangan separuh anggota tim, maka pementasan yang akan dilakukan pun mengalami pemotongan adegan, tidak seperti 9 pementasan sebelumnya. Kami yakinbahwa penghilangan beberapa adegan tidak akan mengurangi esensi pesan dari pementasan nanti. Bagi kami, pesan tentang perlawanan terhadap korupsi, pelanggaran

HAM dan perusakan lingkungan bagi kami adalah mutlak seperti kesepakatan bersama. Kemasan pesan yang dbungkus apik tentunya akan lebih mudah diterima masyarakat

luas, terutama melalui medium seni dan budaya dalam hal ini teater.

Dalam tour pementasan di Solo, kami tidak akan hanya tampil di Taman Budaya Surakarta. Sambil menyesuaikan jadwal perjalanan, Ladang Perminus juga akan dipentaskan

di SMA Yosef Solo secara minimalis dan selanjutnya juga akan mampir di Taman Budaya Raden Saleh Semarang. Kedua pementasan terakhir juga akan disertai diskusi

dengan pelajar dan kalangan umum mengenai bahaya korupsi yang akut melanda negeri ini. Tentu saja kami tidak berpretensi bahwa pementasan ini akan berhasil 100

persen mengurangi angka korupsi, di sini kami hanya berharap bahwa kaum muda dapat mengerti dan memahami bahaya korupsi bagi masa depannya nanti.Atas terlaksananya pementasan ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim yang terlibat baik yang sekarang maupun yang “asli”. Selanjutnya kepada Kedutaan

Besar Belanda, ICCO Belanda dan Hivos Southeast Asia kami juga menyampaikan terima kasih atas dukungan dana yang diberikan. Kepada para pendukung dan

penyelenggara di wilayah seperti Taman Budaya Surakarta, ……………… kami ucapkan terima kasih atas kerjasamanya.

Akhirnya pementasan ini juga kami persembahkan bagi kawan kami Azan Sarjana yang telah meninggal hanya 2 hari setelah mengakhiri tugasnya sebagai kru artistik di

pementasan terakhir di Jakarta. Semoga inspirasi dan perjuangan Azan dapat kami teruskan untuk memperjuangkan Indonesia yang jauh lebih baik.

Selamat menonton.Atas nama Ladang PemrinusAndi K. Yuwono – Produser 

Susilo Adinegoro – Asisten Produser 

Teater sebagai Medium

Sinopsis

Personal ia

Ucapan Ter imak asih

5/10/2018 Katalog Perminus Solo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/katalog-perminus-solo 3/3