KATA PENGANTAR -...

60
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA i PT. KALA PRANA K O N S U L T A N Kami ucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana Induk Jalan Kota Salatiga” ini. Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama antara BAPPEDA Kota Salatiga dengan PT. Kala Prana Konsultan, Yogyakarta. Pada kesempatan yang baik ini kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaannya kepada PT. Kala Prana Konsultan, Yogyakarta sebagai pelaksana pekerjaan ini. Semoga apa yang tertuang di dalam laporan akhir ini dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi instansi terkait namun dapat dioptimalkan untuk kepentingan khalayak luas demi kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Tentunya penulisan ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Pintu kami terbuka lebar untuk menerima masukan yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan baik dalam penulisan maupun teknis analisis. Yogyakarta, 2016 PT. Kala Prana Konsultan KATA PENGANTAR

Transcript of KATA PENGANTAR -...

Page 1: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

i

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Kami ucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan

terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana Induk Jalan

Kota Salatiga” ini. Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama antara BAPPEDA Kota

Salatiga dengan PT. Kala Prana Konsultan, Yogyakarta.

Pada kesempatan yang baik ini kami mengucapkan terima kasih atas

kepercayaannya kepada PT. Kala Prana Konsultan, Yogyakarta sebagai pelaksana

pekerjaan ini.

Semoga apa yang tertuang di dalam laporan akhir ini dapat memberikan

manfaat tidak hanya bagi instansi terkait namun dapat dioptimalkan untuk

kepentingan khalayak luas demi kehidupan yang lebih baik di masa yang akan

datang. Tentunya penulisan ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Pintu

kami terbuka lebar untuk menerima masukan yang bersifat membangun demi

tercapainya kesempurnaan baik dalam penulisan maupun teknis analisis.

Yogyakarta, 2016

PT. Kala Prana Konsultan

KATA PENGANTAR

Page 2: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

ii

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang . .............................................................. 1

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran ............................................. 2

1.3. Dasar Kegiatan ............................................................... 3

1.4. Lingkup Pekerjaan ........................................................... 4

BAB 2 KETENTUAN TEKNIS

2.1. Pedoman ......................................................................... 7

2.1.1. Aturan Pelaksanaan .................................................... 7

2.1.2. Standar Teknis / Pedoman .......................................... 11

2.1.3. Referensi Hukum ...................................................... 11

2.2. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan ............... 12

2.2.1. Struktur Kawasan Perkotaan dan Sistem Jalan Primer .... 13

2.2.2. Struktur Kawasan Perkotaan dan Sistem Jalan Sekunder 15

2.3. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Kewenangan Pembinaan ........... 18

2.4. Kriteria Penetapan Klasifikasi Fungsi Jalan ............................ 19

2.4.1. Jalan Arteri Primer ..................................................... 20

2.4.2. Jalan Kolektor Primer.................................................. 21

2.4.3. Jalan Lokal Primer ...................................................... 22

2.4.4. Jalan Arteri Sekunder ................................................. 22

2.4.5. Jalan Kolektor Sekunder ............................................. 23

2.4.6. Jalan Lokal Sekunder .................................................. 24

BAB 3 TINJAUAN UMUM

3.1. Tinjauan Kota Salatiga ........................................................ 25

3.1.1. Letak Geografis.......................................................... 25

3.1.2. Iklim ................................................................. 27

3.1.3. Topografi ................................................................. 27

3.1.4. Hidrologi ................................................................. 30

Page 3: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

iii

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

3.1.5. Jenis Tanah ............................................................... 31

3.1.6. Kondisi Tutupan Lahan ............................................... 31

3.1.7. Demografi/Kependudukan ........................................... 34

3.2. Infrastruktur Transportasi Kota Salatiga .............................. 35

3.2.1. Pola Jaringan Transportasi Kota Salatiga ....................... 38

BAB 4 METODOLOGI PENGAMBILAN DATA

4.1. Kebutuhan Data ................................................................ 40

4.2. Survey Jalan Perkotaan....................................................... 42

BAB 5 ANALISA FUNGSI DAN STATUS JALAN

5.1. Kondisi Jaringan prasarana Jalan .......................................... 46

5.2. Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Diwilayah Kota Salatiga

Berdasarkan Kajian RTRW Kota Salatiga 2011-2030 .............. 46

5.3. Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Diwilayah Kota Salatiga

Berdasarkan Survey Kondisi Exsisting ................................. 55

5.4. Evaluasi Fungsi Dan Status Jaringan Jalan Di Kota Salatiga ..... 55

BAB 6 RENCANA PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN

6.1. Program Pemeliharaan Jalan ................................................ 56

6.2. Kondisi dan Hasil Rencana Program Pemeliharaan ................. 57

Page 4: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

1

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

1.1. LATAR BELAKANG

Jalan merupakan salah satu prasarana infrastruktur dasar yang dibutuhkan

manusia untuk dapat melakukan pergerakan dari suatu lokasi ke lokasi lainnya

dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Jalan adalah prasarana transportasi darat

yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan

tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di

atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Ketersediaan jalan menjadi hal yang dianggap mendesak manakala kegiatan

ekonomi masyarakat mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.

Di Indonesia, setelah era otonomi daerah, penyelenggaraan jalan terbagi atas

tiga kewenangan yaitu: pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi dan

pemerintah daerah kabupaten/kota. Pemerintah pusat berwenang dalam

penyelenggaraan jalan nasional dan jalan tol, pemerintah daerah provinsi

berwenang dalam penyelenggaraan jalan provinsi dan pemerintah daerah

kabupaten/kota berwenang dalam penyelenggaraan jalan kabupaten/kota. Dalam

hal ini penyelenggaraan jalan diartikan sebagai kegiatan yang meliputi pengaturan,

pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan.

Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan,

penyusunan perencanaan umum, dan penyusunan peraturan perundang-undangan

jalan; Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar teknis,

pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan

pengembangan jalan; Pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman dan

penganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian

dan pemeliharaan jalan; sedangkan Pengawasan jalan adalah kegiatan yang

dilakukan untuk mewujudkan tertib pengaturan, pembinaan, dan pembangunan

PENDAHULUAN

BAB 1

Page 5: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

2

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

jalan. Peningkatan pemahaman mengenai sitem penyelenggaraan jalan kepada

pihak yang terlibat baik pelaksana maupun masyarakat perlu dilakukan secara

berkesinambungan, agar penanganan permasalahan jalan dapat dilakukan secara

terus menerus dengan sebaik-baiknya.

Penyelenggara jalan wajib mengusahakan agar jalan dapat digunakan

sebesar-besar kemakmuran rakyat, terutama untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi nasional, sehingga perlu didukung oleh kondisi jalan yang baik.

Penanganan tingkat kerusakan jalan perlu dilakukan secara menyeluruh dengan

skala prioritas. Anggaran pemeliharaan rutin dan berkala disetiap tahunnya

terkadang tidak direncanakan secara cermat hal ini disebabkan kurangnya data

mengenai kondisi exsisting jalan.

Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat Nomor 248/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Dalam Jaringan

Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri dan Jalan Kolektor-1 (JKP-1),

dan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 620/2/Tahun 2016 tanggal 25

Januari 2016 tentang Penetapan Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Provinsi Jawa

Tengah, terjadi perubahan terkait dengan fungsi dan status jalan yang ada di Kota

Salatiga. Perubahan fungsi dan status jalan ini mendorong Pemerintah Kota

Salatiga untuk melakukan pengkajian ulang status ruas jalan sebagai jalan kota

dan melakukan Perubahan SK Walikota Nomor 621/567/2015 tanggal 10 November

2015 tentang Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Kota. Disamping itu, perubahan SK

Walikota Nomor 621/567/2015 tanggal 10 November 2015 ini perlu dilakukan

mengingat masih banyak ruas jalan yang belum masuk dalam status jalan kota dan

adanya perbedaan panjang jalan dengan data base jalan yang ada.

1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN

A. Maksud

Adapun maksud penyusunan laporan akhir Kegiatan Penyusunan Rencana

Induk Jalan Kota Salatiga adalah sebagai pemaparan hasil akhir kondisi jalan di

Kota Salatiga dalam bentuk data dan peta jaringan jalan. Hasil akhir ini menjadi

dasar analisa klasifikasi jalan di kota Salatiga.

B. Tujuan

Sesuai dengan KAK, tujuan Penyusunan Rencana Induk Jalan adalah:

1. Mendapatkan informasi mengenai kondisi pekerasan jalan kota yang

telah dilaksanakan selama ini agar dapat diketahui apakah pemeliharaan

jalan berfungsi secara baik atau tidak, sehingga dapat diketahui faktor

Page 6: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

3

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

penyebabnya dan dapat ditentukan bagian segmen jalan mana yang

perlu mendapat prioritas penanganannya;

2. Menjadi pedoman dalam penyusunan perencanaan secara umum

jaringan jalan kota;

3. Mewujudkan kepastian hukum mengenai fungsi dan status jalan; dan

4. Mewujudkan tertib penyelenggaraan jalan.

C. Sasaran

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah :

1. Mengetahui kondisi karakteristik geometrik jalan eksisting yang ada di

kota Salatiga, terkait dengan fungsi dan status jalan, lebar jalur jalan,

panjang jalan, kondisi kerusakan jalan, bangunan pelengkap jalan dan

perlengkapan jalan;

2. Tersusunnya pemutakhiran peta dasar dan data jaringan jaringan jalan;

3. Tersusunnya draf SK Walikota perubahan status jalan kota ;

4. Tersusunnya usulan perubahan fungsi jalan dan status jalan;

5. Tersedianya progam pemeliharaan jalan atau program peningkatan jalan

selama lima tahun;

6. Tersedianya informasi yang meliputi kegiatan pengumpulan, pengolahan,

dan pemeliharaan data untuk menghasilkan informasi dan rekomendasi

penanganan pemeliharaan jalan.

1.3. DASAR KEGIATAN

Perlu pengkajian ulang status dan fungsi jalan di kota Salatiga supaya sesuai

dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor

248/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer

Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri dan Jalan Kolektor-1 (JKP-1). Selain itu

mengikuti pula Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 620/2/Tahun 2016

tanggal 25 Januari 2016 tentang Penetapan Status Ruas Jalan Sebagai Jalan

Provinsi Jawa Tengah, terjadi perubahan terkait dengan fungsi dan status jalan

yang ada di Kota Salatiga. Perubahan fungsi dan status jalan ini mendorong

Pemerintah Kota Salatiga untuk melakukan pengkajian ulang status ruas jalan

sebagai jalan kota dan melakukan Perubahan SK Walikota Nomor 621/567/2015

tanggal 10 November 2015 tentang Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Kota.

Disamping itu, perubahan SK Walikota Nomor 621/567/2015 tanggal 10 November

2015 ini perlu dilakukan mengingat masih banyak ruas jalan yang belum masuk

dalam status jalan kota dan adanya perbedaan panjang jalan dengan data base

Page 7: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

4

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

jalan yang ada. Untuk membuat usulan perubahan itu perlu pengkajian dan

pemuktahiran kondisi jalan yang ada dikota Salatiga.

1.4. LINGKUP PEKERJAAN

A. Lingkup Kegiatan

1. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan dan pengolahan data akhir lain adalah:

a) Studi-studi terkait;

b) Data informasi mengenai perkembangan suatu ruas jalan.

c) Peta Rencana Struktur Ruang Kota Salatiga.

d) RTRW Kota Salatiga

e) Data statistik BPS

f) Data Jalan Kota Salatiga

g) Data Jembatan Kota Salatiga

h) Dan data lainnya yang tersedia

2. Survai Kondisi Jalan

Survai kondisi jalan dilakukan di seluruh jaringan jalan di kota Salatiga

secara manual (visual) serta pengukuran dengan alat sederhana. Ketentuan

Teknis survai kondisi jalan dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Survai kondisi dilakukan dengan pengamatan dari dalam kendaraan;

b) Pengamatan dilakukan secara terus menerus dan dicatat setiap segmen

200 m atau sesuai keperluan;

c) Survai dilakukan terhadap perkerasan, bahu, drainase, saluran samping,

trotoar, kereb, median jalan, lereng samping/badan jalan, gorong-

gorong;

d) Survai dimulai dari titik awal dan berakhir pada titik akhir;

e) Untuk menentukan jenis, tingkat dan besaran kerusakan harus diukur

langsung di tempat;

f) Pengambilan foto dilakukan pada bagian jalan yang mengalami

penurunan, erosi permukaan, lubang, bekas roda, bergelombang, erosi

bahu, saluran rusak, lereng yang longsor/runtuh, yang dilakukan minimal

sekali untuk setiap jenis kerusakan di setiap ruas jalan. Pengambilan foto

harus ditunjukan lokasinya dengan menulis lokasi (station) pada selembar

kertas dan harus terekam (terlihat) di dalam foto.

Page 8: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

5

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

3. Survai Kecepatan

Survai kecepatan dimaksudkan untuk mendapatkan suatu perkiraan atas

kecepatan normal dari kendaraan bermotor roda empat yang beroperasi di

suatu ruas jalan. Survai kecepatan dilaksanakan dengan prosedur sebagai

berikut:

a) Tempuh panjang ruas jalan itu sekali pada setiap arah, dengan kecepatan

normal yang nyaman sesuai kondisi jalannya. Usahakan untuk mengikuti

kecepatan rata-rata kendaraan lain pada ruas jalan itu. Bila ini tidak

memungkinkan, pilih kecepatan tertentu yang mendekati kecepatan

maximum yang nyaman dan aman untuk melintasi ruas itu.

b) Jangan mengurangi kecepatan yang sudah dipilih atau berhenti untuk

melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan kegiatan survai.

c) Catat angka bacaan odometer kendaraan dan waktunya, untuk hal-hal

berikut :

pada titik pangkal dan titik ujung perjalanan (catat juga namanya);

Pada titik dimana terdapat perubahan tipe perkerasan atau kondisi

ruas jalan, yang harus dicatat dalam formulir;

Pada titik dimana kendaraan bergerak kembali atau terpaksa harus

berhenti (catat lama waktu setiap kali berhenti, serta alasannya

mengapa berhenti);

Pada ruas jalan yang panjang, catat paling tidak setiap 5 kilometer

sekali.

Jika titik pangkal atau titik ujung ruas jalan terletak di daerah

perkotaan, dimana kecepatan kendaraan terhambat oleh kepadatan

lalu- lintas atau faktor lain, mulai dan akhiri survai pada titik batas

daerah perkotaan, sehingga kecepatan yang tercatat mewakili kondisi

yang serupa dari sebagian besar panjang ruas jalan itu. Catat pada

formulir bila hal ini terjadi dan catat pula bila kepadatan lalu lintas

atau faktor penyebab lain di luar kondisi jalan menjadi penghambat

kecepatan laju kendaraan survai di ruas jalan tersebut.

4. Pemutakhiran Data Jaringan Jalan

Pemutakhiran data jaringan jalan adalah kegiatan pengamatan dan

pencatatan serta pengkajian dokumen untuk mengetahui perubahan pada

suatu ruas jalan yang telah dibuat sebelumnya. Pemutakhiran data jaringan

jalan dilakukan dengan mengkaji data hasil survai terkait dengan kondisi jalan

yang ada saat ini, seperti panjang jalan, lebar jalan, fungsi dan status jalan

dengan dokumen yang ada sebelumnya.

Page 9: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

6

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

5. Perbaikan dan Pemutakhiran Peta Dasar Jaringan Jalan

Perbaikan dan pemutakhiran peta dasar jaringan jalan dilakukan apabila

terjadi perubahan fungsi dan status jalan, penambahan ruas jalan dan/atau

belum adanya nama dan nomer ruas jalan.

6. Penyusunan Rencana Progam Pemeliharaan Jalan atau Peningkatan Jalan

7. Analisa Fungsi dan Status Jalan

8. Penyusunan Draf Surat Keputusan Walikota tentang Perubahan Status

B. Lingkup Kewenangan

Penyedia Jasa berwenang melakukan survai lapangan, pengumpulan data

primer dan sekunder, analisis data, perencanaan teknis dan kegiatan-kegiatan lain

yang diperlukan sesuai lingkup kegiatan ini.

Page 10: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

7

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

2.1. PEDOMAN

Dalam melaksanakan kegiatan pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Jalan

Kota Salatiga ini, konsultan menguraikan rencana pelaksanaan pekerjaan sesuai

dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah dipelajari dan orientasi pokok

permasalahan dalam pendekatan masalah adalah tercapainya maksud dan tujuan

dari pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Jalan Kota Salatiga . Di

dalam melaksanakan pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Jalan Kota Salatiga,

konsultan berpedoman pada data yang yang di dapat di lapangan, teori, referensi

serta spesifikasi yang ada yang sesuai dengan cakupan pekerjaan.

2.1.1. ATURAN PELAKSANAAN

A. Data Dasar

Dalam Penyusunan Rencana Induk Jalan telah dilakukan pengumpulan data

primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan survey di lapangan

diseluruh ruas jalan yang ada di salatiga. Sedangkan data sekunder yang menjadi

acuan adalah sebagai berikut :

1. Sistem Informasi Geografis Jalan Kota Salatiga;

2. Surat Keputusan Walikota Salatiga tentang Status Ruas Jalan Sebagai

Jalan Kota;

3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010 – 2030;

4. Usulan status Jalan sebagai jalan kota dari kelurahan seluruh salatiga.

KETENTUAN TEKNIS

BAB 2

Page 11: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

8

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

B. Standar Teknis/Pedoman

Adapun standar teknis dalam melaksanakan kegiatan konsultansi

menggunakan daftar referensi teknis sebagai dasar pelaksanaan. Referensi

dimaksud adalah :

1. SNI 03-2842-1992 tentang Tata Cara Pelaksanaan Survai Titik Referensi

Jalan;

2. Pd. T-13-2004-B tentang Pedoman Penempatan Utilitas pada daerah Milik

Jalan;

3. Pd. T-18-2004-B tentang Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan

Perkotaan;

4. Pd. T-21-2004-B tentang Survai Kondisi Rinci Jalan Beraspal di Perkotaan;

5. Standar-standar teknis lain yang berkaitan dan masih berlaku.

C. Referensi Kebijakan Hukum

Peraturan dan Undang-undang yang menjadi dasar Penyusunan Rencana

Induk Jalan Kota Salatiga dapat di rangkum sebagai berikut :

C.1. Undang – Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 2004 Tentang Jalan

Dalam Undang – Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 2004 Tentang

Jalan diatur tentang peran, pengelompokan dan bagian – bagian jalan

1. Peran, Pengelompokan dan Bagian-bagian Jalan

a. Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting

dalam bidang ekonomi, social budaya, lingkungan hidup, politik,

pertahanan dan keamanan, serta di gunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat

b. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat

nadi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara

c. Jalan yang merupakan satu kesatuan system jaringan jalan

menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia

2. Pengelompokan Jalan

a. Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan

khusus

b. Jalan umum dikelompokkan menurut system, fungsi, status dan kelas

c. Jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka

distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan

3. Bagian-bagian jalan

a. meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang

pengawasan jalan

Page 12: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

9

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

b. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan

ambang pengamannya

c. Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan selajur tanah

tertentu di luar manfaat jalan

d. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu dluar ruang milik

jalan yang ada di pengawasan penyelenggara jalan

C.2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan

Fungsi Jalan Arteri Sekunder, Kolektor Sekunder, Lokal Sekunder dan

Lingkungan Sekunder

1. Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan

sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder

kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

2. Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan

kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan

sekunder ketiga.

3. Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan

perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan

sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

4. Jalan lingkungan sekunder menghubungkan antarpersil dalam kawasan

perkotaan.

C.3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Penetapan

Fungsi Jalan Dan Status Jalan

Penetapan Fungsi Jalan

1. Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri

atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang

terjalin dalam hubungan hierarki.

2. Pusat kegiatan dalam sistem jaringan jalan primer meliputi PKN, PKW,

PKL, PK-Ling, PKSN, Kawasan Strategis Nasional, Kawasan Strategis

Provinsi, dan Kawasan Strategis Kabupaten.

3. Kawasan perkotaan dalam sistem jaringan jalan sekunder Kawasan

Primer, Kawasan Sekunder-I,

4. Kawasan Sekunder-II, Kawasan Sekunder-III, perumahan, dan persil.

Fungsi Jalan

Page 13: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

10

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Fungsi Jalan Primer

a. Fungsi jalan dalam sistem jaringan jalan primer meliputi JAP,

JKP, JLP, dan JLing-P.

b. JAP (Jalan Arteri Primer) menghubungkan secara berdaya guna:

a) Antara PKN;

b) antara PKN dan PKW;

c) antara PKN dan/atau PKW dan pelabuhan

utama/pengumpul; dan

d) antara PKN dan/atau PKW dan bandar udara

utama/pengumpul.

c. JKP meliputi:

JKP-1 adalah JKP yang menghubungkan secara berdaya

guna antar ibukota provinsi;

JKP-2 adalah JKP yang menghubungkan secara berdaya

guna antara ibukota provinsi dan ibukota kabupaten/kota;

JKP-3 adalah JKP yang menghubungkan secara berdaya

guna antar ibukota kabupaten/ kota; dan

JKP-4 adalah JKP yang menghubungkan secara berdaya

guna antara ibukota kabupaten/kota dan ibukota

kecamatan.

d. JLP menghubungkan secara berdaya guna simpul:

antara PKN dan PK-Ling;

antara PKW dan PK-Ling;

antarPKL; dan

antara PKL dan PK-Ling.

e. JLing-P menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan

perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.

Fungsi Jalan Sekunder

a. Fungsi jalan dalam sistem jaringan jalan sekunder meliputi JAS,

JKS, JLS, dan JLing-S.

b. JAS (Jalan Arteri Sekunder) menghubungkan secara berdaya

guna:

antara Kawasan Primer dan Kawasan Sekunder-I;

antarKawasan Sekunder- I ; dan

antara Kawasan Sekunder- I dan Kawasan Sekunder- II.

c. JKS (Jalan Kolektor Sekunder) menghubungkan secara berdaya

guna:

Page 14: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

11

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Antar Kawasan Sekunder-II; dan

Antara Kawasan Sekunder-II dan Kawasan Sekunder-III.

d. JLS (Jalan Lokal Sekunder) menghubungkan secara berdaya

guna:

antara Kawasan Sekunder-I dan perumahan;

antara Kawasan Sekunder-II dan perumahan; dan

antara Kawasan Sekunder-III dan seterusnya sampai ke

perumahan.

e. JLing-S (Jalan Lingkungan) menghubungkan antarpersil dalam

kawasan perkotaan.

2.1.2. STANDAR TEKNIS / PEDOMAN

Adapun standar teknis dalam melaksanakan kegiatan Penyusunan Rencana

Induk Jalan Kota Salatiga ini menggunakan daftar referensi teknis sebagai dasar

pelaksanaannya. Referensi dimaksud adalah :

1) SNI 03-2842-1992 tentang Tata Cara Pelaksanaan Survai Titik Referensi

Jalan;

2) Pd. T-13-2004-B tentang Pedoman Penempatan Utilitas pada daerah Milik

Jalan;

3) Pd. T-18-2004-B tentang Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan

Perkotaan;

4) Pd. T-21-2004-B tentang Survai Kondisi Rinci Jalan Beraspal di Perkotaan;

5) Pd 017/T/BNKT/1990 Tata Cara Pelaksanaan Survai Inventarisasi Jalan Dan

Jembatan Kota

2.1.3. REFERENSI HUKUM

Adapun referensi hukum dalam melaksanakan kegiatan Penyusunan

Rencana Induk Jalan Kota Salatiga ini adalah:

1) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

2) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;

3) Permen PU Nomor. 15/PRT/M/2007 tentang Pedoman Survai Kondisi Jalan

Tanah dan atau Krikil dan Kondisi Rinci Jalan Beraspal untuk Jalan Antar

Kota;

4) Permen PU Nomor. 13/PRT/M/2011 tentang Tata Cara Pemeliharaan dan

Penilikan Jalan;

Page 15: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

12

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

5) Permen PU Nomor. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan

Kriteria Perencanaan Teknis Jalan;

6) Permen PU Nomor. 03/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penetapan Status

Jalan dan Fungsi Jalan;

7) Kepmen PUPR Nomor. 248/KPTS/M/2015 tanggal 23 April 2015 tentang

Penetapan Ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya

Sebagai Jalan Arteri dan Jalan Kolektor-1 (JKP-1);

8) Perda Kota Salatiga Nomor. 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010 – 2030;

9) Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 620/2/Tahun 2016 tanggal 25

Januari 2016 tentang Penetapan Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Provinsi

Jawa Tengah;

10) SK Walikota Nomor 621/567/2015 tanggal 10 Nopember 2015 tentang

Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Kota.

2.2. KLASIFIKASI JALAN BERDASARKAN SISTEM JARINGAN JALAN DAN PERAN

Salah satu tujuan pekerjaan ini adalah menentukan kelas jalan perkotaan

berdasarkan hasil survai yang dilakukan. Penentuan klasifikasi jalan ini mengacu

pada pedoman teknis Pd T-18-2004-B tentang penentuan klasifikasi fungsi jalan di

kawasan perkotaan yang diprakarsai oleh Direktorat Bina Teknik, Direktorat

Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, Departemen Permukiman dan

Prasarana Wilayah.

Klasifikasi fungsi jalan pada dasarnya dilakukan dengan alasan bahwa fungsi

aksesibilitas ruang dan mobilitas/lalulintas tidak dapat diperankan secara sempurna

oleh satu ruas jalan yang sama.

Suatu ruas yang mempunyai fungsi akses ruang yang tinggi akan

mempunyai fungsi mobilitas /lalulintas rendah, sebaliknya suatu ruas yang

mempunyai fungsi mobilitas tinggi akan mempunyai fungsi akses yang rendah.

Berdasarkan sistem jaringannya, jalan dikelompokkan ke dalam jaringan

jalan primer dan jaringan jalan sekunder, sedangkan berdasarkan peranannya,

jalan dikelompokkan kedalam jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal.

Page 16: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

13

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Gambar 2.1 Ilustrasi klasifikasi jalan

(sosialisasi Penyusunan Klasifikasi Fungsi Jalan Daerah)

2.2.1. STRUKTUR HIRARKI PERKOTAAN DAN SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER.

Dalam sistem jaringan jalan primer diklasifikasikan jenis-jenis jalan adalah

sebagai berikut :

1) Jalan Arteri Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan antar

pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat

kegiatan wilayah.

2) Jalan Kolektor Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan antar

pusat kegiatan wilayah atau menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah

dengan pusat kegiatan lokal.

3) Jalan Lokal Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan pusat

kegiatan nasional dengan persil atau pusat kegiatan wilayah dengan persil

atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal

dengan pusat kegiatan di bawahnya, pusat kegiatan lokal dengan persil,

atau pusat kegiatan di bawahnya sampai persil.

Hubungan antara hirarki perkotaan dengan peranan ruas jalan

penghubungnya dalam sistem jaringan jalan primer diberikan pada tabel dan

berikut :

Page 17: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

14

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Tabel

Hubungan antara hirarki kota dengan peranan ruas jalan dalam sistem jaringan jalan Primer

PERKOTAAN PKN PKW PKL PK<PKL PERSIL

PKN Arteri Arteri Lokal Lokal Lokal

PKW Arteri Kolektor Kolektor Lokal Lokal

PKL Lokal Kolektor Lokal Lokal Lokal

PK<PKL Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal

PERSIL Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal

Pedoman Kimpraswil T-18-2004-B

Dalam bentuk skema gambar, hubungan antara hirarki perkotaan dengan

peranan ruas jalan penghubungnya dalam sistem jaringan jalan primer terlihat

dalam gambar berikut :

Page 18: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

15

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Pedoman Kimpraswil T-18-2004-B

2.2.2. STRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN DAN SISTEM JARINGAN JALAN SEKUNDER

Sistem Jaringan Jalan Sekunder adalah sistem jaringan jalan yang disusun

mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-

kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder

kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

Struktur kawasan perkotaan dapat dibagi dalam beberapa kawasan

berdasarkan fungsi dan hierarkinya, antara lain, kawasan primer, sekunder, lokal

dan lingkungan. Adapun jenis-jenis dari Sistem Jaringan Jalan Sekunder adalah:

Page 19: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

16

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

1) Jalan Arteri Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan primer

dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder

kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan

sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

2) Jalan Kolektor Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan

sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan

kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.

3) Jalan Lokal Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder

kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder dengan

perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke

perumahan.

4) Jalan Lingkungan Sekunder yaitu jalan yang berada dalam persil yang

berfungsi sebagai jalur akses antar perumahan dalam suatu lokasi.

Hubungan antara kawasan perkotaan dengan peranan ruas jalan dalam

sistem jaringan jalan sekunder diberikan dalam bentuk tabel dan skema gambar

sebagai berikut :

Tabel Hubungan antara kawasan perkotaan dengan peranan ruas jalan dalam sistem

jaringan jalan sekunder

KAWASAN PRIMER SEKUNDER SEKUNDER SEKUNDER

PERUMAHAN I II III

(F1) (F2,1) (F2,2) (F2,3)

PRIMER

(F1)

- Arteri - - -

SEKUNDER I

(F2,1)

Arteri Arteri Arteri - Lokal

SEKUNDER II

(F2,2)

- Arteri Kolektor Kolektor Lokal

SEKUNDER III

(F2,3)

- - Kolektor Kolektor Lokal

PERUMAHAN - Lokal Lokal Lokal Lokal

Pedoman Kimpraswil T-18-2004-B

Page 20: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

17

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Gambar 2.2 Struktur jaringan jalan sekunder (Pedoman Kimpraswil T-18-2004-B)

Secara konsep kegiatan, skema jaringan jalan antar kota dan dalam kota

(perkotaan) terdapat kesamaan. Hierarki pusat-pusat kegiatan pada jaringan jalan

antar kota berupa kegiatan kota berjenjang, sedangkan pusat-pusat kegiatan pada

jaringan jalan perkotaan berupa kegiatan yang bersifat lokal.

Page 21: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

18

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Gambar 2.3 dapat merangkum pengelompokan jalan secara keseluruhan

sebagai berikut

2.3. KLASIFIKASI JALAN BERDASARKAN KEWENANGAN PEMBINAAN

Sesuai dengan UU RI No.38/ 2004 tentang Jalan, Berdasarkan kewenangan

pembinaannya, jalan dikelompokkan ke dalam Jalan Nasional, Jalan Propinsi, dan

Jalan Kabupaten/Kota dan Jalan Khusus.

a. Jalan Nasional

Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional, yaitu

ruas jalan yang karena tingkat kepentingan kewenangan pembinaannya berada

pada Pemerintah Pusat.

Ruas jalan yang termasuk ke dalam klasifikasi ini adalah jalan umum yang

pembinaannya dilakukan oleh Menteri; jalan arteri primer, dan jalan kolektor

primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi.

b. Jalan Propinsi

Yang termasuk dalam Klasifikasi Jalan Propinsi, yaitu jalan umum yang

pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah; jalan kolektor primer yang

menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota kabupaten/kotamadya; jalan

kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota kabupaten/kotamadya; jalan

yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan propinsi; dan jalan dalam

Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali yang termasuk dalam jalan nasional.

Page 22: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

19

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

c. Jalan Kabupaten

Yang termasuk dalam Klasifikasi Jalan Kabupaten, yaitu jalan kolektor

primer yang tidak termasuk jalan nasional dan propinsi; jalan lokal primer; jalan

sekunder lain selain jalan nasional dan propinsi; dan jalan yang mempunyai nilai

strategis terhadap kepentingan kabupaten.

d. Jalan Kota

Jaringan Jalan Sekunder di dalam kota.

e. Jalan Desa

Jaringan Jalan Sekunder di dalam desa.

f. Jalan Khusus

Jalan yang pembinaannya tidak dilakukan oleh Menteri maupun Pemerintah

Daerah, tetapi dapat oleh instansi, badan hukum, atau perorangan yang

bersangkutan

Wewenang yang dimaksud meliputi wewenang kegiatan pembinaan jalan

dan kegiatan pengadaan. Kegiatan pembinaan jalan meliputi penyusunan rencana

umum jangka panjang, penyusunan rencana jangka menengah, penyusunan

program, pengadaan, dan pemeliharaan. Kegiatan pengadaan meliputi perencanaan

teknik, pembangunan, penerimaan, penyerahan, dan pengambil-alihan.

2.4. KRITERIA PENETAPAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN

Pedoman Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan No. Pd T-

18-2004-B Tahun 2004 telah menetapkan kriteria dalam menentukan klasifikasi

fungsi jalan di perkotaan berdasarkan sistem jaringan dan peran jalan secara

nasional. Kriteria ini dimaksudkan sebagai ciri-ciri umum yang diharapkan pada

masing-masing fungsi jalan dan merupakan arahan yang perlu dipenuhi atau

didekati oleh setiap wilayah perkotaan dalam menentukan klasifikasi fungsi jalan di

wilayahnya. Sketsa hipotesis hierarki jalan kota dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Page 23: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

20

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Gambar 2.4 Sketsa Hipotesis Hierarki Jalan Perkotaan

2.4.1. JALAN ARTERI PRIMER

Untuk penentuan klasifikasi fungsi jalan arteri primer harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a) Kriteria-kriteria jalan arteri primer terdiri atas :

Jalan arteri primer didesign berdasarkan kecepatan rencana paling

rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam (km/h);

Lebar badan jalan arteri primer paling rendah 11 (sebelas) meter;

Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien; jarak

antar jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500

meter;

Page 24: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

21

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan

tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintasnya;

Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume

lalu lintas rata-rata;

Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar

dari fungsi jalan yang lain;

harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu,

marka, lampu pengatur lalu lntas, lampu penerangan jalan dan lain-

lain;

jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan untuk

sepeda dan kendaraan lambat lainnya;

jalan arteri primer seharusnya dilengkapi dengan median jalan.

b) Ciri-ciri jalan arteri primer terdiri atas :

Jalan arteri primer dalam kota merupakan terusan jalan arteri primer

luar kota;

Jalan arteri primer melalui dan menuju kawasan primer;

Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu lintas regional;

untuk itu, lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu lintas

ulang alik, dan lalu lintas lokal dari kegiatan lokal;

Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat

diijinkan melalui jalan ini;

Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan tidak diijinkan.

jalan arteri primer dilengkapi dengan tempat istirahat setiap jarak 25

km.

2.4.2. JALAN KOLEKTOR PRIMER

Untuk penentuan klasifikasi fungsi jalan kolektor primer harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

a) Kriteria-kriteria jalan kolektor primer terdiri atas :

Jalan kolektor primer didesign berdasarkan kecepatan rencana paling

rendah 40 (empat puluh) kilometer per jam (km/h);

Lebar badan jalan kolektor primer paling rendah 9 (sembilan) meter;

Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien;

jarak antar jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari

400 meter;

Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan

tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintasnya;

Page 25: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

22

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar

dari volume lalu lintas rata-rata;

Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih

rendah dari jalan arteri primer;

harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu,

marka, lampu pengatur lalu lntas, lampu penerangan jalan;

dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk

sepeda dan kendaraan lambat lainnya;

b) Ciri-ciri jalan kolektor primer terdiri atas :

Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor

primer luar kota;

Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan

arteri primer;

Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat

diijinkan melalui jalan ini;

Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan

seharusnya tidak diijinkan pada jam sibuk.

2.4.3. JALAN LOKAL PRIMER

Untuk penentuan klasifikasi fungsi jalan lokal primer harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a) Kriteria-kriteria jalan lokal primer terdiri atas :

Jalan lokal primer di design berdasarkan kecepatan rencana paling rendah

20 (dua puluh) km/h;

Lebar badan jalan lokal primer paling rendah 6,5 (enam setengah) meter;

Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah pada

sistem primer.

b) Ciri-ciri jalan lokal primer terdiri atas :

jalan lokal primer dalam kota merupakan terusan jalan lokal primer luar

kota;

jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer

lainnya;

kendaraan angkutan barang dan bus dapat diijinkan melalui jalan ini.

2.4.4. JALAN ARTERI SEKUNDER

Untuk penentuan klasifikasi fungsi jalan arteri sekunder harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

a) Kriteria-kriteria jalan arteri primer terdiri atas :

Page 26: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

23

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

jalan arteri sekunder didesign berdasarkan kecepatan rencana paling

rendah 30 (tiga puluh) kilometer per jam (km/h);

Lebar badan jalan arteri sekunder paling rendah 11 (sebelas) meter;

akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 250 meter;

Persimpangan pada jalan arteri sekunder diatur dengan pengaturan

tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintasnya;

Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar dari

volume lalu lintas rata-rata;

Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar

dari fungsi jalan yang lain;

harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu,

marka, lampu pengatur lalu lntas, lampu penerangan jalan dan lain-

lain;

dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk

sepeda dan kendaraan lambat lainnya;

b) Ciri-ciri jalan arteri sekunder terdiri atas :

Jalan arteri sekunder menghubungkan :

i. Kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu;

ii. Antar kawasan sekunder kesatu;

iii. Kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua;

iv. Jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder kesatu;

Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh terganggu oleh

lalu lintas lambat;

Kendaraan angkutan barang ringan dan kendaraan umum bus untuk

pelayanan kota dapat diijinkan melalui jalan ini;

Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan

seharusnya tidak diijinkan pada jam sibuk.

2.4.5. JALAN KOLEKTOR SEKUNDER

Untuk penentuan klasifikasi fungsi jalan kolektor sekunder harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

a) Kriteria-kriteria jalan kolektor sekunder terdiri atas :

Jalan kolektor sekunder didesign berdasarkan kecepatan rencana paling

rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam (km/h);

Lebar badan jalan kolektor sekunder paling rendah 9 (sembilan) meter;

Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih

rendah dari sistem primer dan arteri sekunder;

Page 27: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

24

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu,

marka, lampu pengatur lalu lntas, lampu penerangan jalan;

b) Ciri-ciri jalan kolektor sekunder terdiri atas :

Jalan kolektor sekunder menghubungkan :

i. Antar kawasan sekunder kedua;

ii. Kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga;

Kendaraan angkutan barang berat tidak diijinkan melalui jalan ini di

daerah pemukiman;

Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi.

2.4.6. JALAN LOKAL SEKUNDER

Untuk penentuan klasifikasi fungsi jalan lokal sekunder harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

a) Kriteria-kriteria jalan lokal sekunder terdiri atas :

Jalan lokal sekunder didesign berdasarkan kecepatan rencana paling

rendah 10 (sepuluh) kilometer per jam (km/h);

Lebar badan jalan lokal sekunder paling rendah 6,5 (enam setengah)

meter;

Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling

rendah dibandingkan dengan fungsi jalan lain;

b) Ciri-ciri jalan lokal sekunder terdiri atas :

Jalan lokal sekunder menghubungkan :

i. Antar kawasan sekunder ketiga atau dibawahnya;

ii. Kawasan sekunder dengan perumahan;

Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diijinkan melalui jalan

ini di daerah pemukiman;

Page 28: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

25

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

3.1 TINJAUAN KOTA SALATIGA

Sebagaimana Identifikasi potensi dan masalah fisik merupakan penilaian

terhadap kemampuan atau daya dukung lahan kota terhadap pengembangan

kegiatan perkotaan. Dalam menentukan kesesuaian lahan fisik tersebut, faktor-

aktor fisik ruang harus diperhitungkan secara komprehensif tanpa menghilangkan

karakteristik dari beberapa faktor seperti topografi, geologi, dan hidrologi berikut.

3.1.1. LETAK GEOGRAFIS

Kota Salatiga terletak ditengah wilayah Kabupaten Semarang. Kota Salatiga

memiliki luas wilayah 6678,11 Ha atau 56781 km2 dan dibagi menjadi 4 kecamatan

yang memiliki total 23 kelurahan dan semua sudah berstatus perkotaan. Kota

Salatiga berada di daerah cekungan, kaki Gunung Merbabu dan diantara gunung-

gunung kecil antara lain Gajah Mungkur, Telomoyo dan Payung Rong.

Kota Salatiga terletak antara 007.17’.17 sampai 007.17’.23 Lintang

Selatan dan antara 110.27’.56,81 sampai 110.32’.4,64 Bujur Timur. Kota Salatiga

dibatasi beberapa desa yang masuk dalam wilayah Kabupaten Semarang. Batas-

batas tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tuntang

b. Sebelah Timur : Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tengaran

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Getasan dan Kecamatan Tengaran

d. Sebelah Barat : Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Getasan

TINJAUAN UMUM

BAB 3

Page 29: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

26

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Salatiga (RTRW Kota Salatiga 2010-2030)

Kota Salatiga terdiri dari 4 (empat) kecamatan yang dibagi menjadi 23 (dua

puluh tiga) kelurahan dan semua sudah berstatus perkotaan. Kecamatan

Argomulyo merupakan kecamatan yang paling luas diantara kecamatan yang lain

yaitu 18.526 km2, sedangkan Tingkir merupakan kecamatan dengan luas wilayah

terkecil yaitu 10,549 Km².

Page 30: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

27

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Tabel III.1 Luas Wilayah Kota Salatiga per Kecamatan tahun 2014

Wilayah Kecamatan

Luas Wilayah (Hektar)

Argomulyo 1.852,69

Tingkir 1.054,85

Sidomukti 1.145,85

Sidorejo 1.624,72

Jumlah 5.678,11

3.1.2. IKLIM

Salatiga, terkenal dengan julukan sebagai kota peristirahatan, merupakan

salah satu kota di Jawa Tengah, yang berada di lereng Gunung Merbabu dengan

ketinggian wilayah antara 450-825 M dpl dengan suhu ± 23oC – 28oC, sehingga

berhawa cukup sejuk.

Curah hujan selama tahun 2015 sebesar 2.124 mm, dengan rata-rata

sebesar 25,29 mm/ hari. Hari hujan tercatat sebanyak 84 hari, sedikit menurun

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 102 hari.

3.1.3. TOPOGRAFI

Berdasarkan relief, Kota Salatiga terdiri dari 3 bagian yaitu daerah

bergelombang (±65%) yang terdiri dari kelurahan Dukuh, Ledok, Kutowinangun

Lor, Kutowinangun Kidul, Salatiga, Sidorejo Lor, Bugel, Kumpulrejo dan Kauman

Kidul. Daerah miring (±25%) terdiri dari kelurahan Tegalrejo, Mangunsari, Sidorejo

Lor, Sidorejo Kidul, Tingkir Lor, Pulutan, Kecandran, Randuacir, Tingkir Tengah dan

Cebongan. Daerah datar ±10% terdiri dari Kelurahan Kalicacing, Noborejo,

Kalibening dan Blotongan.

Sedangkan secara morfologis, Kota Salatiga berada di daerah cekungan kaki

Gunung Merbabu dan diantara gunung-gunung kecil antara lain Gajah Mungkur,

Telomoyo dan Payung Rong.

Secara topografi, Kota Salatiga merupakan wilayah dataran tinggi dengan

ketinggian antara 450 – 825 m di atas permukaan laut. Bentuk topografi Kota

Salatiga dipengaruhi oleh bentuk struktur tanah jenis latozol coklat berupa tufa

vulkanis intermedier, yang memiliki tekstur remah dan konsehtensinya gembur,

produktifitas tanah sedang sampai tinggi. Bentuk stuktur tanah latozol coklat tua

berada di sekitar pegunungan Payung Rong cocok untuk pertanian dan tanaman

campuran.

Page 31: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

28

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Berdasarkan ketinggian dan relief topografi Kota Salatiga terdiri dari 4

(empat) bagian, yaitu daerah relatif datar, daerah miring, daerah berombak, dan

daerah bergelombang.

a. Daerah dengan bentuk lahan dataran dengan relief topografi yang relatif

datar, kelerengan (0–3) persen, perbedaan tinggi < 5 meter, terletak pada

ketinggian beraneka, di empat kelurahan/ kelurahan, yaitu Kelurahan

Blotongan (Kecamatan Sidorejo), Kelurahan Kalicacing (Kecamatan

Sidomukti), Kelurahan Kalibening (Kecamatan Tingkir) pada ketinggian 600

m dpl, sedangkan Kelurahan Noborejo (Kecamatan Argomulyo) pada

ketinggian 750 m dpl.

b. Daerah dengan relief yang relatif miring kelerengan (8-15) persen,

perbedaan tinggi <5 meter, terletak pada berbagai ketinggian, yang terletak

di 10 (sepuluh) kelurahan, yaitu di Kelurahan Pulutan dan Kel. Sidorejo Lor

(Kecamatan Sidorejo), Kelurahan Kecandran dan Kelurahan Mangunsari

(Kecamatan Sidomukti) padaketinggian (500–600) m dpl, Kelurahan

Tegalrejo, Kelurahan Randuacir, dan Kelurahan Cebongan (Kecamatan

Argomulyo), pada ketinggian 600-825) m dpl. Kelurahan Sidorejo Kidul,

Kelurahan Tingkir Lor, dan Kelurahan Tingkir Tengah (Kecamatan Tingkir)

ketinggian (500-700)m dpl.

c. Daerah dengan bentuk lahan landai berombak dengan kemiringan lereng (3-

8) persen terletak di Kel Sidorejo Lor, Kelurahan Bugel, Kelurahan Kauman

Kidul, Kelurahan Salatiga (Kecamatan Sidorejo) ketinggian (450-600) m dpl,

dan bentuk lahan berombak dengan kemiringan lereng (8-15) persen

terletak di Kel. Bugel, Kelurahan Kauman Kidul (Kecamatan Sidorejo),

Kelurahan Dukuh (Kecamatan Sidomukti), dan Kelurahan Ledok (Kecamatan

Argomulyo) pada ketinggian (600-650) m dpl. Kelurahan Kutowinangun

(Kecamatan Tingkir) ketinggian (500–600) m dpl.

d. Daerah dengan bentuk lahan bergelombang kemiringan lereng (15-25)

persen terletak di Kelurahan Bugel, Kelurahan Kauman Kidul, (Kecamatan

Sidorejo) ketinggian (650-700) m dpl. Kelurahan Dukuh (Kecamatan

Sidomukti) dan Kelurahan Kumpulrejo (Kecamatan Argomulyo), ketinggian

(650-825) m dpl.

Berdasarkan bentang alam dan lansekap kota, penyebaran geografis wilayah

Kota Salatiga dapat dibagi ke dalam tiga bagian:

1. Daerah Bergelombang ± 65%, yang terdiri dari lima Kelurahan yaitu Dukuh,

Ledok, Kutowinangun, Salatiga Sidorejo Lor dan tiga Kelurahan yaitu

Kelurahan Bugel, Kumpulrejo dan Kauman Kidul.

Page 32: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

29

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

2. Daerah Kelerengan-Miring ± 25% yang terdiri dari tiga kelurahan yaitu

Tegalrejo, Mangunsari, dan Sidorejo Lor dan tujuh Kelurahan yaitu Sidorejo

Kidul, Tingkir Lor, Pulutan, Kecandran, Randucair, Tingkir tengah dan

Cebongan.

3. Daerah Dataran ± 10% yang terdiri dari Kelurahan Kalicacing dan Kelurahan

Noborejo, Kalibening, dan Blotongan.

Sedangkan ditinjau dari kelerengan tanahnya Kota Salatiga terbagi menjadi

6 kategori, kelerengan yaitu :

1. 2% - 5%, Luas keseluruhan 1.847,26 ha sebagian besar terdapat di

Kelurahan Tegalrejo, Kelurahan Mangunsari, Kelurahan Randuacir,

Kelurahan Noborejo, Kelurahan Kalibening dan Kelurahan Tingkir Tengah,

Kelurahan Pulutan.

2. 5% - 8%, Luas keseluruhan 2.393,10 ha sebagian besar terdapat di

Kelurahan Kalicacing, Kelurahan Gendongan, Kelurahan Tegalrejo, Kelurahan

Kumpulrejo, Kelurahan Kecandran, Kelurahan TingkirLor, Kelurahan

Blotongan, Kelurahan Kauman Kidul dan Kelurahan Kalibening.

3. 8% - 15%, Luas keseluruhan 21.098,64 ha sebagian besar terdapat di

Kelurahan Ledok, Kelurahan Salatiga, Kelurahan Kutowinangun, Kelurahan

Mangunsari, Kelurahan Sidorejo Lor, Kelurahan Kumpulrejo, Kelurahan

Sidorejo Kidul, Kelurahan Kauman Kidul, Kelurahan Blotongan.

4. 15% - 25%, Luas keseluruhan 216,31 ha sebagian besar di Kelurahan Bugel

dan Kelurahan Blotongan.

5. 25% - 40%, Luas keseluruhan 213,37 ha sebaglan besar di Kelurahan

Kutowinangun, Kelurahan Bugel, Kelurahan Blotongan, Kelurahan Kauman

Kidul dan Kelurahan Sidorejo Lor.

6. 40%, Luas keseluruhan 131,30 ha sebagian besar di Kelurahan Bugel dan

sebagian kecil di Kelurahan Sidorejo Kidul, Blotongan dan keseluruhan

Kutowinangun.

Berdasarkan kelerengan dapat dilihat kawasan Budidaya dan kawasan

Lindungnya, yakni kelerengan 2% - 15% ideal untuk kawasan Permukiman,

kelerengan 15% - 25% dapat dipergunakan pula untuk permukiman dengan

persyaratan teknis yang leblh rinci, dan kelerengan > 40% menurut Keppres

No.32/1990 sebenarnya harus merupakan kawasan Lindung/Konservasi. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh wilayah kota Salatiga potensial

untuk digunakan sebagai permukiman, hanya sebagian kecil saja yang harus

dijadikan kawasan Lindung/Konservasi. Juga untuk sepanjang aliran kali, di bagian

Page 33: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

30

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

kiri dan kanan pada Jarak minumum 15 meter sebaiknya untuk penggunaan/fungsi

penghijauan serta sekitar mata air dengan radius ±200 m.

3.1.4. HIDROLOGI

Kondisi hidrologi suatu wilayah dapat dilihat dari sumber air yang ada di

wilayah tersebut. Sumber air dapat berupa danau, sungai maupun rawa. Kota

Salatiga dilewati oleh sungai yang memiliki intensitas yang cukup besar yakni Kali

Sraten dan Kali Ngaglik, yang secara keseluruhan, sungai tersebut bukan berasal

dari Wilayah Salatiga atau Salatiga tidak memiliki mata air sendiri akan tetapi

sungai-sungai tersebut berasal dari wilayah lain diluar Kota Salatiga.

Secara hidrologis di wilayah Kota Salatiga terdapat potensi sumber mata air,

meliputi:

1. Mata air Kalitaman; yang mengalir ke arah utara kota dengan kapasitas air

mencapai 150 liter perdetik berfungsi untuk mengaliri areal persawahan di

wilayah Kabupaten Semarang dan di Kota Salatiga dimanfaatkan untuk

rekreasi pemandian.

2. Mata air Kalisombo mengalir ke arah utara dengan kapasitas 50 liter

perdetik dan dimanfaatkan sebagai air minum dan pengairan persawahan

mencakup pula wilayah Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.

3. Mata air Benoyo mengalir ke arah barat dengan kapasitas 50 liter perdetik

berfungsi pelayanan irigasi persawahan untuk wilayah Kabupaten Semarang

dan Kota Salatiga.

4. Mata air Senjoyo yang mengalir ke arah utara dengan kapasitas ± 1.000

liter per detik, terletak di wilayah Kota Salatiga yang dimanfaatkan untuk air

minum utama Kota Salatiga.

Sumber mata air terkait dengan fungsi kawasan lindung dengan kelerengan

topografi berkisar di atas 40 % yaitu di sebagian wilayah Kelurahan Blotongan.

Wlayah ini kelak akan diusulkan sebagai kawasan lindung sedang lahan saat ini

digunakan untuk perkebunan, kebun campuran dan sebagian peruntukan non-

urban untuk perumahan penduduk dengan kepadatan rendah.

3.1.5. JENIS TANAH

Struktur tanah yang ada di Kota Salatiga dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tanah Latozol Coklat

Bahan induknya terdiri dari tufa vulkanis intermedier, teksture remah dan

Page 34: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

31

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

konsehtensinya gembur, produktivitas tanah sedang sampai tinggi. Jenis

tanah ini terdapat di sebagiab besar wilayah Kota Salatiga dan ini sangat

baik ditanami padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, cengkih dan lain-

lain.

2. Tanah Latozol Coklat Tua

Bahan dasarnya terdiri dari tufa vulkanis intermedier, tekstur tanahnya

remah dan konsegtasinya gembur sekali. Tanah ini terdapat di bagian ujung

utara kota, sekitar pegunungan Payung rong. Tanah ini cocok sekali

ditanami kopi, teh, coklat, padi, pisang, cengkih, dan tanaman campuran.

3.1.6. KONDISI TUTUPAN LAHAN

Peta penutup lahan skala 1 : 7500 (digital) diperoleh dari interpretasi citra

Alos PRISM rekaman 15 Juni 2007 Penutup lahan Kota Salatiga diklasifikasikan

menjadi 12 (dua belas) kelas, yaitu hutan, belukar/ semak, permukiman,

bangunan/ non permukiman, makam, perkebunan, kebun campur/ pekarangan,

sawah, pertanian lahan kering/ tegalan, lahan terbuka.

1. Hutan tampak dijumpai di perbukitan bergelombang, di Kel. Sidorejo Lor

dan Kelurahan Bugel (Kecamatan Sidorejo), di Kelurahan Kecandran dan

Kelurahan Dukuh, (Kecamatan Sidomukti)

2. Semak/ Belukar/ dijumpai pegunungan, dataran, daerah berombak didapati

di Kelurahan Sidorejo Lor, Kelurahan Kauman Kidul, Kelurahan Bugel.

3. Permukiman kota dan pedesaan di Kota Salatiga lebih dari 60 persen berupa

permukiman ada di setiap desa dan kelurahan.

4. Bangunan / non permukiman merupakan wilayah terbangun (pasar, industri,

hotel, sekolahan, perkantoran, dll), terdapat di sekitar jalan besar seperti Jl.

Diponegoro, Jl. Jendral Sudirman dan hampir di setiap Kelurahan walaupun

tidak terlalu luas.

5. Makam di Kelurahan Sidorejo Lor (Kecamatan Sidorejo) cukup luas,

sehingga memberikan kenampakan berbeda dari bangunan lain, sedangkan

pemakaman di daerah pekelurahanan terlindung pohon-pohon besar dan

tidak luas, maka masuk kelas kebun campuran/ pekarangan.

Page 35: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

32

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Gambar 3.2 Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kota Salatiga (RTRW 2010-2030)

6. Perkebunan yang terdapat di Kota Salatiga merupakan PTP dengan tanaman

karet, yang terletak di Kel. Sidorejo Lor, Kelurahan Bugel, dan Kelurahan

Kauman (Kecamatan Sidorejo), Kelurahan Kecandran, Kel. Dukuh

(Kecamatan Sidomukti). Kelurahan Kumpulrejo dan Kelurahan Randuacir

(Kecamatan Argomulyo).

Page 36: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

33

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

7. Kebun Campuran berupa tanaman pekarangan di pedesaan, yaitu di

Kelurahan Blotongan, Kelurahan Pulutan, Kel. Sidorejo Lor, Kelurahan Bugel,

Kelurahan Kauman Kidul, dan Kel. Salatiga (Kec. Sidorejo), Kelurahan

Kecandran, Kel. Mangunsari, Kel. Kalicacing, dan Kel. Dukuh (Kec.

Sidomukti), Kel. Kutowinangun, Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan

Kalibening, Kelurahan Tingkir Lor, dan Kelurahan Tingkir Tengah (Kec.

Tingkir). Kelurahan Randuacir, Kelurahan Ledok, Kelurahan Cebongan,

Kelurahan Tegalrejo, Kelurahan Kumpulrejo, dan Kelurahan Noborejo (Kec.

Argomulyo).

8. Sawah terletak morfologi relatif datar dan agak miring, yaitu di Kelurahan

Blotongan, Kelurahan Pulutan, Kel. Sidorejo Lor, Kelurahan Bugel, Kelurahan

Kauman Kidul, dan Kel. Salatiga (Kecamatan Sidorejo), Kelurahan

Kecandran, Kel. Mangunsari, dan Kelurahan Dukuh (Kecamatan Sidomukti),

Kel. Kutowinangun, Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan Kalibening,

Kelurahan Tingkir Lor, dan Kelurahan Tingkir Tengah (Kecamatan Tingkir)

dan Kelurahan Ledok, Kelurahan Cebongan dan Kelurahan Noborejo

(Kecamatan Argomulyo).

9. Pertanian lahan kering/ tegalan sangat luas di Kota Salatiga, tampak di

perbukitan berombak dan bergelombang hingga daerah miring, ditanami

palawijo, terletak di Kelurahan Blotongan, Kelurahan Pulutan, Kel. Sidorejo

Lor, Kelurahan Bugel, dan Kelurahan Kauman Kidul, (Kec. Sidorejo),

Kelurahan Kecandran, Kel. Mangunsari, dan Kel. Dukuh (Kec. Sidomukti),

Kel. Kutowinangun, Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan Kalibening,

Kelurahan Tingkir Lor, dan Kelurahan Tingkir Tengah (Kec. Tingkir).

Kelurahan Randuacir, Kelurahan Ledok, Kelurahan Cebongan, Kelurahan

Tegalrejo, Kelurahan Kumpulrejo, dan Kelurahan Noborejo (Kec.

Argomulyo).

10. Lahan terbuka (tanpa vegetasi dan tanpa air) berupa bekas tebangan,

penyiapan perkebunan, tegalan baru digarap, jalur jalan, terletak di

Kelurahan Pulutan, Kelurahan Blotongan, Kelurahan Bugel, Kelurahan

Kauman Kidul (Kecamatan Sidorejo), Kel. Mangunsari, Kel. Dukuh

(Kecamatan Sidomukti), Kelurahan Kumpulrejo, Kel. Tegalsari, Kelurahan

Randuacir, Kelurahan Cebongan, Kelurahan Noborejo (Kecamatan

Argomulyo), Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan Kalibening, Kelurahan

Tingkir Lor, dan Kelurahan Tingkir Tengah (Kecamatan Tingkir).

Page 37: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

34

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

3.1.7. DEMOGRAFI/KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk Kota Salatiga pada tahun 2015 mencapai 183.815 jiwa,

tumbuh sebesar 1,38 persen dibanding tahun sebelumnya. Kecamatan yang

terbanyak penduduknya adalah Kecamatan Sidorejo yaitu sebesar 30,27 persen

dari total penduduk Kota Salatiga. Namun untuk pertumbuhan penduduk tertinggi

adalah Kecamatan Argomulyo yaitu sebesar 1,45 persen.

Gambar 3.3 Peta Kepadatan Penduduk Eksisting Kota Salatiga (RTRW 2010-2030)

Page 38: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

35

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Kepadatan penduduk Kota Salatiga pada tahun 2015 sebesar 3.237 jiwa per

Km². Kecamatan Tingkir adalah kecamatan terpadat, dengan kepadatan 4.066 jiwa

per km², sedangkan Kecamatan Argomulyo adalah kecamatan yang terjarang

penduduknya, dengan 2.344 jiwa per Km².

Penduduk Kota Salatiga dan sex ratio dapat disimak pada tabel berikut ini.

No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

Sex

Ratio 1 Argomulyo 21.372 22.052 43.424 96,92

2 Tingkir 20.998 21.890 42.888 95,93

3 Sidomukti 20.611 21.260 41.871 96,95

4 Sidorejo 26.947 28.685 55.632 93,94

JUMLAH 89.928 93.887 183.815 95,78

BPS Kota Salatiga, 2015

Jika mengamati piramida penduduk Kota Salatiga Tahun 2015, terlihat

bahwa jumlah penduduk usia produktif di Kota Salatiga jauh lebih besar dari

penduduk usia tidak produktif.

Secara umum jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan

jumlah penduduk laki-laki. Hal ini dapat ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya

lebih kecil dari 100 sepanjang tahun 2011 sampai dengan 2015. Pada tahun 2015,

sex ratio Kota Salatiga 95,76 artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 95

penduduk laki-laki.

3.2 INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI KOTA SALATIGA

Menurut Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional, Kota Salatiga

ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah. Kota Salatiga berfungsi sebagai

penghubung Pusat Kegiatan Nasional antara Semarang dengan kota Surakarta dan

tempat-tempat tujuan wisata disekitar gunung Merapi dan Merbabu di wilayah Jawa

Tengah.

Kebijaksanaan Pembangunan Propinsi Jawa Tengah yang tertuang dalam

Rencana tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah, Kota Salatiga masuk dalam

Wilayah Pembangunan I bersama Kota Semarang, Kabupaten Semarang,

Kabupaten Kendal, kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak. Wilayah

Pembangunan I berpusat di Semarang.

Wilayah Pembangunan I menurut RTRW Propinsi Jawa Tengah mempunyai

penekanan pada fungsi perdagangan, industri, pariwisata dan transportasi. Kota

Salatiga yang terletak juga diantara jalur regional Semarang-Solo menyebabkan

pertumbuhan disepanjang jalur regional tersebut bertumbuh lebih pesat. Karena

Page 39: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

36

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

posisi Kota Salatiga dilewati jalur regional, maka sistem transportasi darat Kota

Salatiga secara umum dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1. Transportasi eksternal dimana dilewati angkutan umum antar kota yang

melewati jalan arteri primer Semarang-Solo & jalan kolektor sekunder

dengan lintas Salatiga-Ambarawa, Salatiga-Magelang.

2. Transportasi internal melayani perjalanan penduduk jarak dekat dan sedang

di dalam Kota Salatiga.

Selain itu potensi yang terdapat di Kota Salatiga yaitu posisi daerah wisata

Kopeng yang berdekatan dengan Salatiga menyebabkan jalur menuju lokasi

pariwisata Kopeng lebih banyak ditempuh melalui Salatiga daripada melalui jalur

Ungaran-Kopeng.

Kota Salatiga merupakan salah satu kota yang mempunyai kegiatan

pembangunan yang dinamis dan berpotensi besar di dalam meningkatkan

produktifitas kotanya. Hal ini tidak lain karena letak Kota Salatiga yang strategis,

yaitu pada koridor Semarang-Surakarta serta merupakan salah satu pusat

pendidikan di Jawa Tengah.

Secara umum, sesuai dengan posisi serta dinamika yang ada, Kota Salatiga

mempunyai peran dan fungsi yang strategis baik pada pengembangan skala

regional Jawa Tengah maupun skala nasional.

Berdasar pada besaran, perkembangan kegiatan, potensi serta prospek di

masa depan, dokumen rencana kota yang ada, kebijaksanaan pembangunan

wilayah dan studi-studi sektoral, ditetapkan Kota Salatiga sebagai:

1. Kota orde III Propinsi Jawa Tengah

2. Sebagai Sub Pusat Pembangunan. Hal ini tidak lain sebagai dampak positif

dari letak Kota Salatiga, yaitu di antara dua kutub pusat wilayah

pembangunan. Yaitu WP I dengan pusat Kota Semarang dan WP III dengan

pusat Kota Surakarta.

3. Sebagai Kota Transit (Stop Over), untuk kegiatan-kegiatan di sepanjang

koridor Semarang-Surakarta.

Page 40: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

37

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Gambar 3.4 Peta Kepadatan Penduduk Eksisting Kota Salatiga (RTRW 2010-2030)

Dengan adanya peran di atas, maka sudah sepantasnya Kota Salatiga

dikembangkan untuk mendorong laju perkembangan kota-kota di sepanjang

koridor Semarang-Surakarta dan kota-kota di sepanjang Surakarta-Magelang (jalur

wisata), maupun laju perkembangan Propinsi Jawa Tengah.

Page 41: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

38

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Sebagai simpul distribusi pariwisata bagi daerah dan wilayah sekitarnya

yang potensial sebagai obyek dan daya tarik wisata, seperti Kopeng, Banyubiru,

rawa Pening dan lain-lain.

3.2.1. POLA JARINGAN TRANSPORTASI KOTA SALATIGA

Pola jaringan jalan yang ada terbentuk dari jalan arteri, kolektor dan lokal,

secara umum dapat dibedakan dalam tiga bentuk dasar, yaitu pola kisi-kisi (grid

iron), pola jari-jari (radial) dan pola melingkar (ring). Bentuk jaringan jalan pada

suau kota bisa merupakan kombinasi dari pola-pola tersebut (Morlok, 1978). Pola

jaringan jalan di Kota Salatiga pada dasarnya dikatakan membentuk pola ring dan

radial. Pola jaringan jalan seperti ini dapat menyebabkan terjadinya akumulasi pada

jalan-jalan yang menuju pusat kota. Sistem jaringan jalan seperti ini kurang

mendukung perjalanan arah utara-selatan maupun barat-timur kota ini. Hal ini

menimbulkan bermacam persoalan perkotaan, khususnya di kawasan pusat

perdagangan (central business district), sehingga infrastruktur dasar yang ada

sudah memadati, terutama kebutuhan untuk peningkatan jaringan jalan

transportasi dalam kota.

Gambar 3.5 Pola Jaringan Jalan

Panjang jalan di seluruh wilayah Kota Salatiga pada tahun 2014 menurut

Dinas Bina Marga Kota Salatiga mencapai 355.171 meter.

Page 42: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

39

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

No Jenis

Permukan 2011 2012 2013 2014

1 Diaspal 502.512 504.642 191.761 191.761

2 Rigid/ Beton - - 338 338

3 Kerikil 90.643 90.023 4.794 4.794

4 Tanah 31.141 30.841 7.950 7.950

5 Lainnya 29.915 28.705 150.373 150.373

Jumlah 654.211 654.211 654.211 355.171*

*) yang tercatat dalam master plan pembangunan Kota Salatiga

Sumber : Dinas Bina Marga & Pengelolaan Sumber Daya Air Kota Salatiga

Page 43: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

40

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

4.1. KEBUTUHAN DATA

Sesuai dengan Kerangka Pendekatan sebagaimana telah diuraikan di muka,

diperlukan sejumlah data dan informasi dalam Penyusunan Rencana Induk Jalan

Kota Salatiga ini. Data-data tersebut terbagi dalam 2 (dua) jenis data, yaitu primer

dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan survey

dilapangan terhadap seluruh ruas jalan sekunder yang ada di wilayah Kota Salatiga.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh/ dikumpulkan dan disatukan

dari studi-studi sebelumnya atau yang diperoleh dari berbagai instansi lain yang

terkait dengan Penyusunan Rencana Induk Jalan Kota Salatiga ini.

A. DATA PRIMER

Setelah dilakukan proses inventarisasi secara umum mengenai data yang

dibutuhkan, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan pengumpulan data.

Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan melalui koordinasi dengan instansi

terkait, sedangkan pengumpulan data primer dilakukan dengan survei langsung di

lapangan. Survei primer ini dimaksudkan untuk mendapatkan data kuantitatif yang

selanjutnya dipergunakan sebagai bahan analisis dalam Penyusunan Rencana Induk

Jalan Kota Salatiga. Untuk mendapatkan data kuantitatif, diperlukan survei primer

di lapangan yang mencakup sebagai berikut :

A. Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan berupa peninjauan lapangan guna

mendapatkan gambaran tentang kondisi umum dari wilayah studi.

Berdasarkan survei inilah selanjutnya ditentukan metode pelaksanaan

survei dan lokasi terbaik guna mengumpulkan data yang diperlukan.

Target Data :

METODOLOGI PENGAMBILAN DATA

BAB 4

Page 44: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

41

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Pengenalan daerah studi, batas wilayah studi, gerbang utama

keluar masuk wilayah Kota Salatiga.

Karakteristik awal transportasi di Salatiga

Teknik Survai :

Survai dilaksanakan dengan pengamatan langsung wilayah

studi, dengan menggunakan kendaraan survai dan kendaraan umum,

data awal yang dikumpulkan adalah data visualisasi (foto) wilayah

studi dan karakteristik transportasi. Survai dilaksanakan sebelum

survai primer yang lain dilaksanakan.

B. Survei Inventarisasi

Berikut adalah detail tahapan survey inventarisasi kondisi

jaringan jalan:

Target Data :

Kondisi jaringan jalan di Kota Salatiga

Alinyemen vertikal jalan jalan utama di Kota Salatiga (lebar,

lajur, median, bahu, panjang)

Kondisi umum jalan jalan pada jaringan jalan utama (baik,

sedang, rusak, atau rusak berat)

Teknik Survai

Survai dilaksanakan dengan pengamatan langsung di seluruh

jalan Kota Salatiga, dengan mencacat dan foto kondisi jalan pada

formulir survai 1. Panduan yang digunakan adalah peta GIS dari

website GIS Salatiga, dengan tingkat perbesaran sesuai dengan ruas

target ruas jalan yang akan disurvey. Survai dilaksanakan setelah

survai pendahuluan dilaksanakan.

B. DATA SEKUNDER

Data sekunder yang berhubungan dengan kajian transportasi untuk

mendukung pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Jalan Kota Salatiga

ini antara lain adalah sebagai berikut:

Data Sistem Informasi Geografis Kota Salatiga

Dari peta ini dibuat peta acuan untuk survey dan ditambah jalan-jalan yang

ada disekitar ruas yang belum ada dipeta

SK Jalan Kota Salatiga Tahun 2015

Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga

Page 45: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

42

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

4.2. SURVEI JALAN PERKOTAAN

Menurut pedoman teknis Dirjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum

Pedoman T21-2004 B tentang Survei Rinci Jalan Beraspal Perkotaan, persyaratan-

pesyaratan yang harus dipenuhi antara lain :

a. Ketentuan umum

i. Sebelum pelaksanaan Survei, petugas harus meminta ijin terlebih

dahulu dari instansi/Pemda setempat yang berwenang;

ii. Petugas survai harus mengetahui ruas jalan yang disurvei;

iii. Petugas survai harus memahami dan mendalami cara pengisian

formulir;

iv. Dalam pelaksanaannya petugas harus memperhatikan kelancaran lalu-

lintas;

b. Peralatan dan perlengkapan

i. Rambu pengaman lalu-lintas

ii. Formulir yang digunakan

iii. Peta jaringan yang mencantumkan nama, nomor dan status jalan yang

akan disurvey.

iv. Pita Ukur, panjang 7 meter

v. Kamera dan film berwarna

vi. Mistar penyipat/perata (strip edge) dan pasak ukur (wedges) yang

berskala mm

c. Ketentuan teknis

i. Survai kondisi jalan dilakukan dengan berjalan kaki

ii. Pengamatan dilakukan secara terus menerus dan dicatat setiap

segmen 25 meter.

iii. Survai yang dilakukan terhadap perkerasan, bahu, drainase, saluran

samping, bak kontrol, trotoar, kereb, median jalan, box culvert.

iv. Survai harus dimulai di titik awal (TL) dan berakhir pada titik akhir

(TR);

v. Titik referensi survai kondisi jalan diambil sesuai dengan hasil survai

data titik referensi;

vi. Untuk menentukan jenis, tingkat dan besaran kerusakan harus diukur

langsung di tempat;

Page 46: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

43

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

vii. Pengambilan foto dilakukan pada bagian jalan yang mengalami

penurunan erosi permukaan, lubang, bekas roda, bergelombang, erosi

bahu, saluran rusak, lereng yang longsor/runtuh dan trotoar

berbahaya yang dilakukan sekali untuk setiap jenis kerusakan di setiap

ruas jalan.

d. Formulir survai

Contoh formulir survai jalan beraspal sebagai berikut dapat dijadikan acuan

data apa saja yang perlu diambil dan dicatat.

Page 47: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

44

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Gambar 4.1 Lembar Survey Lapangan

Page 48: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

45

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Gambar 4.2 Peta acuan survey jalan

Page 49: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

46

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

5.1. KONDISI JARINGAN PRASARANA JALAN

Kota Salatiga dilalui jaringan jalan propinsi yang dikelola oleh negara dan

menghubungkan antara dua kota besar yaitu Semarang – Surakarta dan merupakan jalur

ekonomi yang penting. Jalan-jalan di Kota Salatiga dapat dibedakan menurut status dan

fungsinya, yaitu jalan arteri dengan status jalan negara, jalan kolektor dengan status jalan

kota dan jalan lokal dengan status kota.

Menurut surat keputusan Walikota Salatiga jalan di Kota Salatiga terbagi menjadi 4

fungsi jalan yaitu:

Jalan Arteri Sekunder

Jalan Kolektor Sekunder

Jalan Lokal Sekunder

Jalan Lingkungan Sekunder

5.2. PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN DI WILAYAH KOTA SALATIGA

BERDASARKAN KAJIAN RTRW KOTA SALATIGA 2011 - 2030

Tahapan penentuan klasifikasi fungsi jalan pada sistem sekunder di Wilayah Kota

Salatiga dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut:

1. Mengkaji pengertian sistem dan klasifikasi fungsi jalan berdasarkan Undang-undang

Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006

Tentang Jalan.

2. Memahami kriteria klasifikasi fungsi jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan di dalam

sistem jaringan jalan sekunder.

PENETAPAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN

BAB 5

Page 50: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

47

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

3. Menggunakan RTRW Kota Salatiga 2011-2030, dan Rencana Struktur Ruang Kota

Salatiga untuk mengindikasikan hirarki kota-kota atau pusat-pusat kegiatan di wilayah

Kota Salatiga yang berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Kota, Subpusat Pelayanan Kota dan

Pusat Lingkungan..

4. Menggunakan RTRW Kota Salatiga 2011-2030 untuk mengindikasikan pusat-pusat

kegiatan masyarakat dan hirarki masing-masing fungsi kawasan perkotaan sebagai

fungsi kawasan primer (F1); kawasan sekunder satu (F2,1); kawasan sekunder dua

(F2,2); kawasan sekunder tiga (F2,3); dan kawasan perumahan.

5. Pusat-pusat kegiatan tersebut diantaranya terdiri dari :

a. Pusat Pelayanan Kota adalah sebagai pusat perdagangan jasa dan perkantoran,

meliputi :

- Kelurahan Salatiga;

- Kelurahan Kutowinangun;

- Kelurahan Gendongan;

- Kelurahan Kalicacing.

b. Sub pusat Pelayanan Kota Sidorejo adalah sebagai pusat pengembangan pendidikan

tinggi dan pariwisata. Terletak di Kelurahan Sidorejo Lor.

c. Subpusat Pelayanan Kota Sidomukti adalah sebagai pusat pengembangan pelayanan

kesehatan dan pemukiman. Terletak di Kelurahan Mangunsari.

d. Subpusat Pelayanan Kota Argomulyo adalah sebagai pengembangan kegiatan yang

berbasis pertanian (Agrowisata dan Agroindustri) dan industri. Terletak di Kelurahan

Randuacir.

e. Subpusat Pelayanan Kota Tingkir adalah sebagai pengembangan kegiatan yang berbasis

industri dan pertanian lahan basah. Terletak di Kelurahan Sidorejo Kidul.

f. Pusat Lingkungan, sebagai pusat pelayanan lokal meliputi pelayanan ekonomi, sosial,

dan/atau administrasi, meliputi :

- Kelurahan Blotongan;

- Kelurahan Bugel;

- Kelurahan Kauman Kidul;

- Kelurahan Pulutan;

- Kelurahan Kalibening;

- Kelurahan Tingkir Lor;

- Kelurahan Tingkir Tengah;

- Kelurahan Noborejo;

- Kelurahan Ledok;

- Kelurahan Tegalrejo;

- Kelurahan Kumpulrejo;

- Kelurahan Cebongan;

- Kelurahan Kecandran;

- Kelurahan Dukuh.

6. Skema Rencana Struktur Ruang Kota Salatiga sebagaimana terlihat pada gambar

sebagai berikut :

Page 51: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

48

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

Gambar 5.1 Konsep Pengembangan Struktur Kota Salatiga

Keterangan :

Sumber : RTRW Kota Salatiga 2011 – 2030

7. Mengidentifikasi jaringan jalan yang menghubungkan fungsi-fungsi kawasan

perkotaan tersebut sebagai jaringan jalan sekunder.

8. Dengan diketahuinya hirarki fungsi kawasan perkotaan, maka berdasarkan

pengertian klasifikasi fungsi jalan yang terdapat pada sistem jaringan

sekunder, maka dapat diidentifikasi klasifikasi fungsi jalan yang ada yaitu

terdiri dari arteri sekunder, kolektor sekunder, lokal sekunder dan lingkungan

sekunder.

Pusat Pelayanan Kota

Subpusat Pelayanan Tingkir

Subpusat Pelayanan

Argomulyo

Subpusat Pelayanan

Sidomukti

KE SOLO

KE SEMARANG

KE DADAP AYAM

KE AMBARAWA/

BANYUBIRU

KE KOPENG/

MAGELANG

KE BRINGIN Subpusat Pelayanan

Sidorejo

KE SURUH/ KARANG GEDE

Pusat Pelayanan

Jalan Arteri

Jalan Kolektor

Subpusat Pelayanan

Page 52: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

49

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

9. Adapun klasifikasi rencana fungsi jalan berdasarkan kajian dokumen RTRW

Kota Salatiga 2011 – 2030 terdiri dari:

FUNGSI JALAN NAMA

Arteri primer 1 Ruas Batas Kota Salatiga - Batas Semarang Barat/Surakarta Barat

2 Jl. Wahid Hasyim

3 Jl. Osa Maliki

4 Jl. Veteran

5 Jl. Soekarno-Hatta

Kolektor primer 1 Jl. Hasannudin

2 Jl. Ahmad Yani

3 Jl. Patimura

Kolektor sekunder 1 Jl. Ki Penjawi

2 Jl. Tingkir – Barukan

3 Jl. Watu Agung – Sari Rejo

4 Jl. Imam Bonjol

5 Jl. Nanggulan – Ujung-ujung

6 Jl. Arimbi

7 Jl. Srikandi

8 Jl. Candi Wesi

9 Jl. Batu Tulis

10 Jl. Cemara

11 Jl. Domas

12 Jl. Turen

13 Jl. Yos Sudarso

14 Jl. Atmo Suharjan

15 Jl. Pulutan – Jombor

16 Jl. Abdul Wahid

17 Jl. Sentana

18 Jl. Abdul Sukur

19 Jl. Bangau

20 Jl. Merak

21 Jl. Nakula Sadewa

22 Jl. Yudistira

23 Jl. Parikesit

24 Jl. Setiyaki

25 Jl. Bima

26 Jl. Dewi Kunti

27 Jl. Arjuna

28 Jl. Sidomulyo

29 Jl. Sawo

30 Jl. Tegal Sari

Page 53: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

50

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

FUNGSI JALAN NAMA

31 Jl. Amarta

32 Jl. Tegalrejo Raya

33 Jl. Protokol Kumpulrejo

34 Jl. Prumasan

35 Jl. Ngronggo

36 Jl. Argo Sari

37 Jl. Argo Boga

38 Jl. Argo Rumekso

39 Jl. Argo Tunggal

40 Jl. Argo Tinalang

41 Jl. Tritis Asri

42 Jl. Tritis Rejo

43 Jl. Joko Tingkir

44 Jl. Jend A Yani

45 Jl. Lapangan Pancasila

46 Jl. Brigjend Sudiarto

47 Jl. Letjend Sukowati

48 Jl. Laksda Adi Sucipto

49 Jl. Tentara Pelajar

50 Jl. Semeru

51 Jl. Kesambi

52 Jl. Pemotongan

53 Jl. Kartini

54 Jl. Prof Moh Yamin

55 Jl. Langensuko

56 Jl. Monginsidi

57 Jl. Pemuda

58 Jl. Taman Sari

59 Jl. Buk Suling

60 Jl. Nyai Kopek

61 Jl. Taman Pahlawan

62 Jl. DR. Muwardi

63 Jl. Benoyo

64 Jl. Canden

65 Jl. Setro

Lokal sekunder 1 Jl. Kalisawo

2 Jl. Candisari

3 Jl. Jayeng Rono

4 Jl. Ki Pitrang

5 Jl. Butuh

6 Jl. Tanggul Rejo

7 Jl. Kalinyamat

Page 54: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

51

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

FUNGSI JALAN NAMA

8 Jl. Kalipengging

9 Jl. Merbabu (Kalicacing)

10 Jl. Argoyuwono

11 Jl. Mertani

12 Jl. Pringgondani

13 Jl. Argo Budoyo

14 Jl. KH. Zubair

15 Jl. Cengek Nyamat

16 Jl. Merbabu (Noborejo)

17 Jl. Abimanyu

18 Jl. Pundung

19 Jl. Gunung Payung

20 Jl. Sultan Agung

21 Jl. Dumai Indah

22 Jl. Dliko Sari

23 Jl. KH. A. Dahlan

24 Jl. PTP Sari Rejo

25 Jl. Baiturohim

26 Jl. Abdul Hamid

27 Jl. Durian

28 Jl. Darma Bakti

29 Jl. Jambe Wangi

30 Jl. Delima

31 Jl. Sisingamangaraja

32 Jl. Kemiri

33 Jl. Menur

34 Jl. Kauman

35 Jl. Kenanga

36 Jl. Sumopuro Kidul

37 Jl. Sumopuro Lor

38 Jl. Cungkup

39 Jl. R. Patah

40 Jl. Gladagan

41 Jl. Karang Taruna

42 Jl. Wali Songo

43 Jl. Perengsari

44 Jl. Teleng Sari

45 Jl. Kantil Sari

46 Jl. Widosari

47 Jl. Mayang Sari

48 Jl. Manggar Sari

49 Jl. Cempaka Sari

Page 55: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

52

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

FUNGSI JALAN NAMA

50 Jl. Kenanga Sari

51 Jl. Melati Sari

52 Jl. Mawar Sari

53 Jl. Pandan Sari

54 Jl. Ngentak

55 Jl. Jambesari

56 Jl. Kalisari

57 Jl. Kalitaman

58 Jl. Bau Joyo

59 Jl. Bungur

60 Jl. Damar

61 Jl. Margosari

62 Jl. Pungkur Sari

63 Jl. Monginsidi

64 Jl. Seruni

65 Jl. Cempaka

66 Jl. RSU

67 Jl. Kridanggo

68 Jl. Kemuning

69 Jl. Tanjung

70 Jl. Johar

71 Jl. Jambu

72 Jl. Taman Pahlawan

73 Jl. Bengawan

74 Jl. Progo

75 Jl. Kali Bodri

76 Jl. Serayu

77 Jl. Serang

78 Jl. Senjoyo

79 Jl. Tempel Rejo

80 Jl. Mangga

81 Jl. Rekesan

82 Jl. Karang Kepoh I

83 Jl. Karang Kepoh II

84 Jl. Karang Kepoh III

85 Jl. Sawojajar

86 Jl. Manggis

87 Jl. DR. Sumardi

88 Jl. Pramuka

89 Jl. Raden Patah (Kelurahan KaumanKidul)

90 Jl. Margorejo

91 Jl. Tanggul Retno

Page 56: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

53

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

FUNGSI JALAN NAMA

92 Jl. Siti Projo

93 Jl. Tirtoyoso

94 Jl. Kyai Banteng

95 Jl. Kyai Bangkal

96 Jl. Gumuk Rejo

97 Jl. Gunung – Sari Utama

98 Jl. Singo Perkoso

99 Jl. Singosari I

100 Jl. Singosari II

101 Jl. Serayu

102 Jl. Tritis Mukti

103 Jl. Tritis Langgeng

104 Jl. Argo Wilis

105 Jl. Sidoharjo

106 Jl. Argo Busono

107 Jl. Argo Kartika

108 Jl. Argo Loyo

109 Jl. Pereng Rejo

110 Jl. Kumpulrejo

111 Jl. Langen Rejo

112 Jl. Sadewa

113 Jl. Sadewa I

114 Jl. Argo Sari

115 Jl. Argo Tirto

116 Jl. Sunan Kalijaga

117 Jl. Argo Boga

118 Jl. Ex AMD

119 Jl. Somba

120 Jl. Purbaya I

121 Jl. Purbaya II

122 Jl. Purbaya III

123 Jl. Purbaya IV

124 Jl. Purbaya V

125 Jl. Purbaya

126 Jl. Wisanggeni

127 Jl. Irawan

128 Jl. Janoko

129 Jl. Kresna

130 Jl. Wibisono

131 Jl. Bisma

132 Jl. Wisnu

133 Jl. Abiyoso

Page 57: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

54

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

FUNGSI JALAN NAMA

134 Jl. Taruna

135 Jl. Nakula Sadewa I

136 Jl. Nakula Sadewa II

137 Jl. Nakula Sadewa III

138 Jl. Nakula Sadewa IV

139 Jl. Nakula Sadewa V

140 Jl. Surowijoyo

141 Jl. Nuri

142 Jl. Nyai Jinten

143 Jl. Ali Wijayan

144 Jl. Sri Gunting

145 Jl. Cendrawasih

146 Jl. Merpati

147 Jl. Podang

148 Jl. Kasuari

149 Jl. Joyo Imron

150 Jl. Kendalisodo

151 Jl. Tangsi Besar

152 Jl. Karang Rejo

153 Jl. Ponco Rejo

154 Jl. Jodipati

155 Jl. Argoluwih

156 Jl. Damarjati

157 Jl. Tritis Sari

158 Jl. Raden Patah

Sumber : RTRW Kota Salatiga 2011 - 2030

Page 58: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

55

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

5.3. PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN DI WILAYAH KOTA SALATIGA

BERDASARKAN SURVEY KONDISI EKSISTING

Tahapan penentuan klasifikasi fungsi jalan pada sistem sekunder di Wilayah

Kota Salatiga berdasarkan survey kondisi eksisting dilakukan dengan melalui

beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Melakukan pengukuran langsung di lapangan pada jaringan jalan yang

menghubungkan fungsi-fungsi kawasan perkotaan yang berada pada jaringan

jalan sekunder. Parameter yang diukur terdiri dari:

- Fungsi ruas jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan

- Lebar badan jalan

- Kecepatan rencana

2. Mendata kondisi kerusakan jaringan jalan sekunder yang ada

3. Hasil survey yang didapatkan (terlampir)

5.4. EVALUASI FUNGSI DAN STATUS JARINGAN JALAN DI KOTA SALATIGA

Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap status jalan di wilayah

Kota Salatiga dari kajian RTRW, di wilayah Kota Salatiga masih terdapat 5

jalan dengan fungsi arteri primer. Berdasarkan Peraturan Menteri PU No.

03/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Penetapan Fungsi Jalan dan Status Jalan,

jaringan jalan yang terdapat di dalam perkotaan termasuk dalam jaringan

jalan sekunder. Sehingga, 4 ruas jalan arteri primer yang ada diusulkan

menjadi arteri sekunder, yaitu:

- Jl. Wahid Hasyim

- Jl. Osa Maliki

- Jl. Veteran

- Jl. Soekarno-Hatta

Secara lengkap, hasil evaluasi fungsi dan status jaringan jalan di Kota

Salatiga berdasarkan kajian RTRW dan hasil survey jalan eksisiting di

sajikan pada lembar lampiran.

Page 59: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

56

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

6.1 PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN

Tujuan pemeliharaan jalan adalah untuk mempertahankan kondisi

jalan mantap sesuai dengan tingkat pelayanan dan kemampuannya pada

saat jalan tersebut selesai dibangun dan dioperasikan sampai dengan

tercapainya umur rencana yang telah ditentukan.

Penanganan pemeliharaan jalan dapat dilakukan secara rutin maupun

berkala. Pemeliharaan jalan secara rutin dilakukan secara terus-menerus

sepanjang tahun dan dilakukan sesegera mungkin ketika kerusakan yang

terjadi belum meluas. Perawatan dan perbaikan dilakukan pada tahap

kerusakan masih ringan dan setempat. Hal ini dilakukan sehubungan

dengan biaya perbaikannya yang relatif rendah dan cara memperbaikinya

pun relatif mudah/ringan. Pemeliharaan jalan secara berkala dilakukan

secara berkala dengan melakukan pula peremajaan terhadap bahan

perkerasan maupun bahan lainnya. Selain itupun, dilakukan perataan

kembali terhadap permukaan jalan. Baik pemeliharaan rutin maupun

pemeliharaan berkala, tidak dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan

struktur. Sehubungan dengan hal tersebut, pengendalian dan pengawasan

pemeliharaan jalan perlu dilakukan secara rutin maupun berkala agar

kerusakan jalan beserta bangunan pelengkap dan fasilitas pendukungnya

sejak dini dapat diditeksi jenis dan volume serta cara penanganan yang

harus dilakukan segera. Selain itupun perlu diketahui lokasi kerusakannya,

khususnya pada lokasi tertentu yang selalu terjadi kerusakan berulang.

Pengendalian dan pengawasan pekerjaan pemeliharaan jalan menjadi

penting dalam upaya meningkatkan kemampuan dan pengembangan

RENCANA PROGRAM PEMELIHARAAN ATAU PENINGKATAN JALAN

BAB 6

Page 60: KATA PENGANTAR - bappeda.salatiga.go.idbappeda.salatiga.go.id/wp-content/.../09/...Induk-Jalan-Kota-Salatiga.… · terselesaikannya penyusunannya Laporan Akhir ”Penyusunan Rencana

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA INDUK JALAN KOTA SALATIGA

57

PT. KALA PRANA K O N S U L T A N

jaringan jalan yang telah mantap guna melayani lalulintas transportasi

darat dan daerah-daerah yang berkembang.

6.2 KONDISI JALAN DAN HASIL RENCANA PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN

Secara umun kondisi jalan di Kota Salatiga sudah mengalami

peningkatan yang cukup baik, tetapi ada beberapa ruas jalan yang masih

sangat memprihatinkan, masih banyak terlihat lubang, permukaan yang

tidak rata dan kerusakan lain yang terlalu lama dibiarkan tanpa adanya

perbaikan dari pihak-pihak yang terkait untuk menindak lanjuti masalah ini.

Ini menjadi agenda pemerintah dalam usaha pemeliharaan dan perbaikan

jalan.

Secara lengkap, hasil Rencana Program Pemeliharaan atau

Penigkatan jalan di Kota Salatiga di sajikan pada lembar lampiran.