HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA...

79
HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA PERSPEKTIF ISLAM DAN ADAT KEBIASAAN DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : Muhtadin Khoerudin NIM: 111004310001 KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIKIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1438 H / 2017 M

Transcript of HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA...

Page 1: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA

PERSPEKTIF ISLAM DAN ADAT KEBIASAAN

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

Muhtadin Khoerudin

NIM: 111004310001

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIKIH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1438 H / 2017 M

Page 2: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

ii

HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA

PERSPEKTIF ISLAM DAN ADAT KEBIASAAN

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Muhtadin Khoerudin

NIM: 1110043100018

Pembimbing:

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIKIH

PROGRAM STUDI PERBANDINAGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017 M

Page 3: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN

NAMA PERSPEKTIF ISLAM DAN ADAT KEBIASAAN DI INDONESIA”

telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program

Studi Perbandingan Mazhab Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tanggal 7 Juni 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi

Perbandingan Mazhab dan Hukum.

Page 4: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu pernyataan memperoleh gelar sarjana Strata 1 di Universitas Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 5: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

v

ABSTRAK

HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA

PERSPEKTIF ISLAM DAN ADAT KEBIASAAN INDONESIA adalah

skripsi hasil karya Muhtadin Khoerudin, NIM 110043100018, pada konsentrasi

Perbandingan Mazhab Fikih, Program Studi Perbandingan Mazhab, Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017

M/1438 H.

Skripsi ini bertujuan untuk meneliti segi maslahah dalam hukum

pemberian nama dan pemanggilan nama menurut perspektif Islam dan Adat

Kebiasaan Indonesia. Selanjutnya, penulis membandingkan dengan review studi

terdahulu yang membahas mengenai pemberian nama kontroversial. Sebagai

pembeda, penulis mencoba menggabungkan aspek pemberian nama dengan

pemanggilan nama secara hukum baik dalam perpektif Islam maupun adat

kebiasaan Indonesia.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menekankan

kualitas data. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif-analisis

yang berusaha memberikan pemecahan masalah dengan cara mengumpulkan data,

menyusun, mengklasifikasikan, menganalisa, mengevaluasi, dan

menginterpretasikannya. Pengumpulan data dengan kajian kepustakaan dari

berbagai buku, artikel, berita dan literatur yang dipandang mewakili dan berkaitan

dengan objek penelitian.

Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan hukum dalam pemberian

nama dan pemanggilan dimana (1) pemberian nama berhukum mubah/boleh

termasuk panjang atau pendeknya nama, (2) waktu pemberian nama terbagi

menjadi tiga; pada hari kelahiran, sebelum atau sesudah hari ketujuh kelahiran,

dan pada hari ketujuh kelahiran, (3) pihak paling berhak memberi nama adalah

Ayah, (4) pemberian dan pemanggilan nama terdiri dari tiga: haram untuk nama

ma’rifat ketuhanan secara tunggal dan penisbatan nama penghambaan kepada

selain Allah; makruh untuk nama malaikat, al-quran dan surratnya; mubah untuk

nama yang tidak mengandung negatif larangan atau makruh.

Kata Kunci : Pemberian Nama, Nama Kontroversial, Pemanggilan

Nama

Pembimbing : Prof. Dr. H. Abd. Wahab Abd. Muhaimin, Lc., MA.

Daftar Pustaka : Tahun 1978 s.d Tahun 2017

Page 6: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, puji serta syukur penulis ucapkan dan panjatkan

kehadirat Ilahi Rabbi, Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan

kemudahan, sehingga dengan izin-Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Sholawat beserta salam penulis haturkan kepada baginda Rasulullah

SAW, beserta keluarga dan sahabatnya. Allâhumma salli wa sallim wa bârik

‘alaihi.

Dan penulis juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada

seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik langsung

maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis

ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si selaku Ketua Program Studi

Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum dan Ibu Siti Hanna, S.Ag,

Lc. M.A selaku Sekretaris Prodi Perbandingan Mazhab.

3. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Wahab Abd. Muhaimin, Lc., MA Selaku dosen

pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran, serta

memberikan arahan dalam membimbing penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan

ilmu kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan menjadi ilmu yang

Page 7: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

vii

bermanfaat dan bapak dan ibu selalu mendapat pahala serta rakmat Allah

SWT.

5. Seluruh staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, staf perpustakaan

Sekolah Pascasarjana, dan staf perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Ungkapan terima kasih, yang mungkin tidak bisa penulis ungkapkan dengan

kata, kepada kedua orang tua penulis: Ayah H. Jajam Jamhari dan Ibu Hj.

Masih. Dan juga kepada adik dan kakak tercinta Badriah Budiarti dan Maja

Zaenudin . Kalian yang terbaik.

7. Teman-teman kelas PMF A 2010, yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

8. Teman-teman KKN SOS 2013, atas pengalaman berharga bersosialisasi

dengan warga selama satu bulan dan terimakasih atas segala tawa dan

semangatnya.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat

bagi penulis khususnya dan untuk para pembaca yang budiman, meskipun masih

terdapat banyak kekurangan dalam isi maupun penulisan skripsi ini. Dan semoga

amal baik kita diterima oleh Allah SWT. Amiin.

Jakarta : 07 Juni 2017 M

12 Ramadhan 1438 H

Penulis

Page 8: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4

C. Pembatasan Masalah .................................................................. 5

D. Perumusan Masalah .................................................................. 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 5

F. Studi Review/Penelitian Terdahulu............................................ 6

G. Metode Penelitian..................................................................... 10

1. Pendekatan Penelitian ........................................................ 10

2. Jenis Penelitian ................................................................... 11

3. Sumber, Kriteria Data Penelitian ....................................... 11

4. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 12

5. Subjek-Objek Penelitian..................................................... 12

6. Teknik Pengolahan dan Metode Analisis Data .................. 12

7. Teknik Penulisan ................................................................ 12

Page 9: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

ix

H. Sistem Penulisan ...................................................................... 13

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN ........................................................... 14

A. Definisi Nama ......................................................................... 14

B. Waktu Pemberian Nama ......................................................... 15

C. Yang Berhak Memberi Namas ................................................. 20

D. Perbedaan antara Nama, Kunyah dan Laqab ........................... 21

E. Hubungan antara Arti Sebuah Nama dan Pemiliknya.............. 28

BAB III : DATA PENELITIAN/PEMBERIAN DAN PEMANGGILAN

NAMA DALAM BUDAYA ISLAM ............................................ 30

A. Nama dengan Penamaan Nama Katuhanan ............................. 30

B. Nama dengan Penamaan Nama Malaikat ................................ 32

C. Nama dengan Penamaan Nama al-Qur’an dan Surah-Surahnya

.................................................................................................. 34

D. Nama dengan Penamaan Nama Para Nabi ............................... 35

E. Nama dengan Penamaan Nama Kontroversial ......................... 38

BAB IV : ANALISIS DATA PENELITIAN FILOSOFI HUKUM ISLAM

DALAM PEMBERIAN NAMA DAN PRAKTEKNYA DI

INDONESIA .................................................................................. 43

A. Filosofi Hukum Islam dalam Pemberian Nama dan Prakteknya

di Indonesia .............................................................................. 43

B. Bahasa Arab dan Nama ............................................................ 46

C. Filosofi Praktek Pemberian dan Pemanggilan Nama ............... 50

Page 10: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

x

D. Hukum Penggunaan Nama dan Pemanggilannya yang tidak

sesuai dengan Filosofi Hukum Islam ....................................... 51

E. Tradisi Nama di Indonesia ...................................................... 59

BAB V : PENUTUP ...................................................................................... 63

A. Kesimpulan ............................................................................. 63

B. Saran-Saran ............................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66

Page 11: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nama adalah alat untuk mengenali suatu benda, tempat, merk, bahkan

manusia. Tanpa nama maka manusia akan mendapat kesusahan untuk

membedakan satu sama lain. Setiap manusia yang ada di bumi ini pastilah

memiliki sebuah nama, walaupun William Shakespeare berkata: “Apalah arti

sebuah nama? Andai kata aku memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap

mempesona dan akan berbau wanginya”, namun sebuah nama tetaplah menjadi

identitas setiap manusia, bahkan banyak diantara manusia selalu termotivasi untuk

menyesuaikan kepribadiannya dengan nama yang mereka miliki.

Setiap budaya dan bahasa memiliki ciri khas dalam menyusun sebuah

nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi, seperti nama

marga, nama pemberian, nama ayah, nama ibu, penggabungan antara nama ayah

dan ibu, nama baptis, nama muallaf, nama kota, dan lain-lain.

Dalam Islam, pemberian nama sangatlah sakral dan diatur secara detail;

tentu Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk memberi nama

terhadap anak mereka dengan nama yang baik, seperti dalam hadits Riwayat

Sunan Imam Abu Daud dengan Sanad Munqathi beliau yang berbunyi:

Page 12: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

2

Artinya :“Diceritakan dari Amr bin „Aun berkata, menceritakan kepada kami dari

Musaddad, ia berkata menceritakan kepada kami Husyaim, diceritakan

dari Daud bin Amr dari Abdullah bin Zakaria al-Khaza‟i dari Abi

Darda‟, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya pada

hari kiamat, kamu sekalian akan dipanggil dengan namamu dan nama

ayahmu. Buatlah nama-namamu yang baik” (HR. Imam Abu Daud

dengan sanad hasan).2

Dalam hadits lainnya riwayat Imam Abu Daud yang juga diriwayatkan

oleh Imam an-Nasaí dan Imam Ahmad dari Abu Wahab al-Jusyami, dia berkata

bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “Diceritakan dari Harun bin Abdullah, menceritakan kepada kami dari

Hisyam bin Sa‟id al-Thalqani, menceritakan kepada kami dari

uhammad bin al- uhajir al-Ans ori ia berkata: Diceritakan kepada

„Aqil bin Syabaib dari Abu Wahab al-Jusyami, bahwa dari Suhbah ia

berkata: Rasulullah SAW bersabda: Berilah nama dengan nama para

nabi. Nama yang paling disukai Allah adalah Abdullah dan Abdur-

Rahman. Nama yang paling benar adalah Harits dan Hammam, dan

nama yang paling buruk adalah Harb dan urrah” (HR. Imam Abu

Daud).3

1 Hafiz Abu Tahir Zubair Áli Zai, Sunan Imam Abu Daud (Riyadh: Maktaba Dari-us-

Salam, 2008, Cet. Pertama), h. 895

2 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Fiqih Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Dar

al-Fikr, 2007, Cet. Pertama), h. 158

3 Abdul Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam (Jakarta: Pustaka Amani, 2007,

Jilid I), h. 78

Page 13: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

3

Abu Muhammad bin Hazm berkata: “Para ulama sepakat menganggap

baik nama-nama yang dikaitkan (mudhaf) kepada Allah, seperti Abdullah, Abdur-

Rahman dan sejenisnya. Namun, para fuqaha berselisih pendapat tentang nama-

nama yang paling disukai oleh Allah. Menurut jumhur ulama, nama yang paling

disukai Allah adalah Abdullah dan Abdur-Rahman. Adapun menurut Said bin Al-

Musayyib, nama yang paling disukai Allah adalah nama para Nabi. Namun, hadits

shahih menunjukkan nama yang paling disukai Allah Abdullah dan Abdur-

Rahman.4

Dalam Islam, juga mengatur tentang nama panggilan, Allah SWT

berfirman:

ٱلألقبتنابزوا بولا

Artinya: “Janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buruk”

Tidak ada perselisihan diantara para ulama tentang haramnya memanggil

seseorang dengan panggilan yang tidak disukai terlepas panggilan itu memang

benar-benar ada pada dirinya atau tidak. Adapun jika orang itu memang sudah

dikenal dan masyhur dengan panggilan tertentu, terpaksa panggilan seperti itu

digunakan.5

Lalu bagaimana adat kebiasaan dalam pemanggilan nama di Indonesia?

Dalam kehidupan sehari – harinya, masyarakat Indonesia sering menyingkat

bahkan mengubah nama panggilan seseorang seperti Joko Sulilo dipanggil Jo,

4 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Fiqih Bayi, (Jakarta: Dar al-Fikr, 2007, Cet. Pertama), h.

159.

5 Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Fiqih Bayi, (Jakarta: Fikr, 2007, Cet. Pertama), h. 196

Page 14: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

4

Ismail dipanggil Mail, Mufakkir dipanggil Fakir, Yusuf dipanggil Ucup,

Rizaluddin dipanggil Udin termasuk dalam memanggil nama – nama berikut ini :

Abdul Ghafur, Abdur-Rahman dan Abdul Malik. Dalam prakteknya, ketiga nama

tersebut oleh masyarakat Indonesia tidak dipanggil secara lengkap namun hanya

dipanggil kata kedua dari nama tersebut yaitu Ghafur, Rahman, Malik;

permasalahannya terletak pada makna dari panggilan tersebut yang mana

panggilan tersebut merupakan salah satu nama asmaul husna. Oleh sebab itu,

untuk menjawab persoalan-persoalan yang berkaitan dengan latar belakang diatas,

maka penulis mencoba memaparkan sebuah penelitian dalam bentuk skripsi yang

berjudul “HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA

PERSPEKTIF ISLAM DAN ADAT KEBIASAAN DI INDONESIA”

B. Identifikasi Masalah

Mendasarkan pada latar belakang masalah diatas dapat ditarik kesimpulan

atas identifikasi masalah dalam penelitian yaitu;

1. Ada dan banyaknya penamaan yang kontroversial secara hukum Islam.

2. Hukum pemberian nama dan pemanggilan nama kontroversial dalam

prespektif Islam.

3. Hukum pemberian nama dan pemanggilan nama kontroversial dalam

perspektif adat kebiasaan di Indonesia.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas pokok masalah yang akan dibahas dan diuraikan

dalam skripsi ini, yaitu tentang Hukum Pemberian dan Pemanggilan Nama

Perspektif Islam dan Adat Kebiasaan di Indonesia, dan agar terfokus

Page 15: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

5

pembahasannya, maka penulis membatasi pembahasannya hanya seputar hukum

pemberian nama, adat kebiasaan di Indonesia dalam memanggil nama dan

kesesuaian filosofi hukum Islam dalam memberi nama dengan adat kebiasaan di

Indonesia.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hukum pemberian nama dalam Islam?

2. Bagaimana adat kebiasaan di Indonesia dalam memanggil nama?

3. Bagaimana kesesuaian filosofi hukum Islam dalam memberi nama dengan

adat kebiasaan di Indonesia?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui hukum pemberian nama dalam Islam

b. Mengetahui adat kebiasaan di Indonesia dalam memanggil nama

c. Mengetahui kesesuaian filosofi hukum Islam dalam memberi nama dengan

adat kebiasaan di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini terdiri dari:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis

dan akademisi lainnya tentang hukum pemberian dan pemanggilan nama

perspektif Islam dan adat kebiasaan di Indonesia

Page 16: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

6

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat dalam pemberian

nama dan pemanggilan nama.

F. Studi Review/Penelitian Terdahulu

Tinjauan pustaka berfungsi untuk mengetahui apakah hal yang akan di

teliti tersebut sudah pernah diteliti sebelumnya atau sama sekali belum pernah

diteliti. Oleh karena itu, untuk menjaga keaslian penelitian ini, penulis telah

melakukan review kepustakaan terlebih dahulu. Ada beberapa penelitian terdahulu

yang mengangkat pembahasan yang hampir sama dengan yang diteliti oleh

penulis jika dilihat secara umum, namun jika ditelusuri lebih mendalam tentu ada

perbedaan dari sudut pembahasan maupun objek kajian di dalam penelitian ini.

Adapun penelitian tersebut di antaranya:

1. Tindak pidana pencemaran nama baik melalui media sosial menurut hukum

pidana yang ditulis oleh Asmu’i, Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2014. Skripsi ini membahas putusan hakim No. 225

PK/PID.SUS/2011 terhadap tindak pencemaran nama baik melalui media

sosial dalam hukum pidana Islam dan hukum pidana positif, dan untuk

menjelaskan argumentasi Hakim dalam mengadili tindak pidana pencemaran

nama baik melalui media sosial. Skripsi ini pada kesimpulannya yaitu bahwa

dalam putusan No. 225 PK/PID.SUS/2011 majelis hakim membebaskan Prita

Mulyasari yang didakwa oleh jaksa penuntut umum dengan Pasal 27 ayat 3

UU IT. Dalam hal ini penulis sependapat dengan putusan majelis hakim yang

membebaskan Prita. Karena menurut penulis perbuatan yang dilakukan prita

Page 17: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

7

merupakan kritikan atau pengawasan terhadap pelayan publik, perbuatan Prita

tersebut dilindungi oleh Undang-undang, diantaranya adalah UU No. 39

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 23, UU No. 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen Pasal 4, dan UU No. 29 tahun 2004 tentang

Praktek Kedokteran Pasal 45 dan dalam pandangan hukum Islam perbuatan

Prita yang mengirim email kepada teman-temannya yang dalam email tersebut

ada tulisan “Saya informasikan kepada dr. Hengky yang praktek di RS Omni

Internasional, email tersebut tidak mengatakan RS Omni Internasional buruk,

tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis dari dokter ini”. Dalam

pandangan hukum Islam perbuatan yang dilakukan oleh Prita Mulyasari

termasuk dalam kategori perbuatan ghibah.

2. Pemberian Nama dalam Perspektif Islam dan Implikasinya dalam Mendidik

Kesalehan Anak oleh Himatul Aliyati Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam

Negeri Walisongo Semarang, 2005. Skripsi ini membahas tentang (1)

pemberian nama dalam perspektif Islam dan (2) Implikasi pemberian nama

dalam perspektif Islam dalam mendidik kesalehan anak. Penelitian yang

digunakan menggunakan metode riset perpustakaan (library research) dengan

metode deduktif dan dinduktif yang analisisnya menggunakan pendekatan

logika telfektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang dimaksud

pemberian nama dalam Islam adalah kegiatan menyambut kelahiran bayi

dengan memiliki nama untuk panggilan agar anak dikenal dengan menetapkan

tujuan pemberian nama sesuai perintah Allah yang disunnahkan pada hari ke-7

bersamaan dengan aqiqah dengan kategori 5 golongan nama yaitu; nama

Page 18: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

8

wajib, nama Sunnah, nama mubah, nama makruh dan nama haram. Implikasi

dari pemberian nama dapat; membentuk identitas muslim, sebagai do’a dan

harapan akan kesalehan dan langkah mendidik anak setelah lahir.

3. Analisis Pemberian Nama pada Anak Usia 5 Tahun ke Bawah di Desa

Pengkol Rt 02/RW V, Nguter Sukoharjo oleh Suci Subarni, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011. Penelitian

mendeskripsikan jenis Bahasa yang digunakan dalam pemberian nama pada

anak, harapan pemberian nama anak, dan hal-hal yang melatarbelakangi dalam

pemberian nama pada anak usia 5 tahun ke bawah. Metode penelitian yang

digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa

pemberian nama pada anak di usia 5 tahun ke bawah menggunakan jenis

Bahasa Indonesia, Jawa, Arab, Inggris dan Gabungan. Makna yang muncul

dari arti serta harapan antara lain; nama yang bermakna menuruni sifat tokoh,

menjadi anak yang sholeh/sholehah, anak yang cerdas, dan agar anak yang

berperilaku baik. Hal yang melatarbelakangi pemberian nama diantaranya;

agar seperti sifat tokoh, alasan nama orang tua dan keinginan agar menjadi

anak sholeh, karena merupakan anak pertama, karena merupakan anak

terakhir, karena kapan dilahirkan, karena anak laki-laki, karena menggunakan

bapak, karena tempat dilahirkan sang anak, dan karena nama mempunyai arti

yang baik dan nama adalah harapan.

Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian terdahulu dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Page 19: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

9

- Penelitian pertama berkaitan dengan tindak pidana pencemaran nama baik

melalu media sosial yang dikaitkan dengan hukum pidana. Pendekatan

penelitian adalah putusan regulasi pemerintah Indonesia atau hukum positif

yang disanding dengan hukum negatif terkait peradilan pencemaran nama

baik melalui media sosial.

- Penelitian kedua berkaitan dengan (1) perspektif hukum pemberian nama dan

(2) implikasinya dalam mendidik kesalehan anak. Penelitian ini menjelaskan

maksud dan tujuan pemberian nama sesuai perintah Allah pada waktu yang

disunnahkan yaitu hari ke-7 bersamaan dengan aqiqah yang menentukan

kategori golongan hukum nama. Penelitian juga menjelaskan tentang

implikasi pemberian nama terkait pembentukan identitas muslim dan sebagai

do’a harapan serta langkah mendidik kesalehan anak.

- Penelitian ketiga berbicara tentang budaya dan alasan pemberian nama pada

anak usia 5 tahun ke bawah di lokasi tertentu untuk mengkaji (1) jenis Bahasa

yang digunakan dalam pemberian nama anak dan (2) alasan pemberian nama

anak sesuai budaya yang ada.

Sementara penelitian penulis adalah berkisar pada tiga aspek yaitu; (1)

hukum pemberian nama perspektif Islam, (2) hukum pemangggilan nama

perspektif Islam, dan (3) adat kebiasaan pemberian nama di Indonesia.

Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian pertama adalah pada

hukum positif dan hukum perspektif Islam, sementara perbedaan dengan

penelitian kedua adalah pada implikasi pemberian nama. Perbedaan dengan

Page 20: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

10

penelitian ketiga ada pada jenis Bahasa dan budaya pemberian nama pada anak

yang mendasarkan pada aspek kebahasaan.

Adapun kemiripan penelitian penulis dengan penelitian lainnya cenderung

memiliki kemiripan dengan penelitian kedua untuk poin pertama yaitu (1)

perspektif hukum pemberian nama. Kemiripan penelitian lainnya adalah dengan

penelitian ketiga untuk poin alasan pemberian nama sesuai budaya yang ada. Hal

ini berarti penelitian yang penulis lakukan mencoba mengkombinasikan penelitian

kedua poin pertama dan penelitian ketiga poin kedua.

G. Metode Penelitian

Metode yang dalam hal ini diartikan sebagai salah satu cara yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu,

sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan,

dan menguji suatu pengetahuan, usaha dimana dilakukan dengan menggunakan

metode-metode tertentu. Adapun metode yang akan penulis gunakan antara lain

adalah:

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian pada skripsi ini adalah penelitian yuridis

normatif dengan metode dekriptif, yaitu penelitian yang disusun dengan

meneliti data sekunder dan bahan pustaka.6Penelitian yang bertujuan

mendeskripsikan hukum pemberian dan pemanggilan nama perspektif Islam

dan adat kebiasaan di Indonesia. Penelitian ini berusaha memberikan

6 Tommy Hendra Purwaka, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Penerbit Universitas

Atmajaya (PUAJ), 2007), h. 28

Page 21: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

11

pemecahan masalah dengan cara mengumpulkan data, menyusun,

mengklasifikasikan, menganalisa, mengevaluasi, dan menginterpretasikannya

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kepustakaan

(library reseach). Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mencari data

melalui buku-buku sebagai literatur yang berkaitan dengan persoalan yang

dibahas, seperti karya tulis skripsi, majalah, koran serta bahan-bahan lainnya

yang dapat mendukung judul skripsi ini. Adapun metode yang dipakai adalah

metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7

3. Sumber, Kriteria Data Penelitian

Adapun data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah jenis

data primer dan data sekunder.8Adapun data primer yang digunakan oleh

peneliti adalah buku pustaka berupa al-Qur’an, Hadits dan Kitab-kitab.

Adapun data sekunder terdiri dari: kitab fiqih, skripsi, jurnal hukum,

majalah, koran dan bahan lainnya yang berkaitan dengan fokus pembahasan

yang diteliti oleh penulis.

7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2005, Cet. Kesepuluh), h. 4.

8 Zainuddin Ali, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Penerbit Universitas Atmajaya

(PUAJ), 2009), h. 47

Page 22: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

12

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan penulis

adalah studi kepustakaan. Dalam pengumpulan data, Penulis menganalisis

buku-buku, dokumen, naskah (studi pustaka) yang menjelaskan tentang teori

pemberian nama dan pemanggilan nama.

5. Subjek-Objek Penelitian

Objek Penelitian adalah Kajian tentang penggunaan nama

kontroversial yang kemudian dianalisis dalam perspektif hukum Islam dan

Adat Kebiasaan di Indonesia.

6. Teknik Pengolahan dan Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah kualitatif, yaitu

mendalami masalah hukum pemberian dan pemanggilan nama perspektif

Islam dan adat kebiasaan di Indonesia

7. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi” Yang Diterbitkan Oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan

Mutu (PPJM) Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2012.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini disusun dalam lima bab, dimana pada tiap-tiap

bab terdiri dari beberapa sub bab. Sistematika penulisan merupakan variasi

ringkasan secara garis besar mengenai hal pokok yang dibahas guna

Page 23: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

13

mempermudah dalam memahami dan melihat hubungan satu bab dan lainnya.

Adapun uraian dalam setiap bab adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode

Penelitian, Studi Review Terdahulu, Teknik Penulisan, Sistematika

Penulisan.

Bab II Waktu Pemberian Nama, Pergantian Nama Karena Suatu

Maslahat, Perbedaan antara Nama, Kunyah dan Laqab, Hubungan

antara Arti Sebuah Nama dan Pemiliknya.

Bab III Nama dengan Penamaan Nama Ketuhanan, Nama dengan

Penamaan Al-Qur’an dan Surah-Surahnya, Pemberian Nama

dengan Nama Para Nabi, Nama dengan Penamaan Kontroversial.

Bab IV Filosofi Hukum Islam Dalam Pemberian Nama, Analisis Pengaruh

Pengetahuan Bahasa Arab Terhadap Pemanggilan Nama, Analisis

Kesesuaian antara Filosofi Pemberian Nama dengan Pemanggilan

Nama dalam Prakteknya, Hukum Pemberian Nama yang Dalam

Pemanggilannya tidak sesuai dengan Filosofi Hukum Islam.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Page 24: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

14

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Definisi Nama

Dasar definisi nama adalah sebuah kata untuk menyebut atau memanggil

orang (tempat, barang, binatang dan sebagagainya). Begitulah istilah nama yang

ada di Indonesia sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ketika terdengar, nama

lebih banyak berkesan untuk penamaan orang atau manusia. Penamaan ini

memiliki waktu tertentu secara ritual. Nama cenderung memiliki nilai,

karenanya bagi sebagian orang nama memiliki sebuah arti, makna dan doa.

Mengingat nama merupakan simbol dari sebuah arti, maka seharusnya

antara sebutan nama dan arti mempunyai hubungan yang sesuai. Karena dapat

memberi pengaruh terhadap orang yang diberi nama, baik nama itu mempunyai

arti yang baik, buruk, kuat, sedih, dan lain sebagainya.1

Nama manusia di Indonesia cukup variatif ada yang terdiri dari satu suku

kata ataupun lebih. Nama yang mengandung lebih dari satu kata cenderung

terbagi kepada nama depan dan nama keluarga (marga) contohnya Ali Wijaya,

dimana Ali adalah nama depan sedangkan Wijaya adalah marganya.

Mendasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa nama

adalah sebutan atau label yang diberikan kepada apapun baik benda, manusia

tempat dan lainnya untuk membedakan satu dari lainnya.

1 Khadijah A.Q al-Mutawakkil, Nama-nama Indah untuk Anak Anda, (Jakarta: Pustaka

al-Kautsar, 1991, cet. 1), h. 15-16

Page 25: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

15

B. Waktu Pemberian Nama

Pemberian nama pada anak yang terlahir ke dunia disunnahkan. Perihal

waktu pemberian nama, terdapat beberapa pendapat waktu pemberian nama

tersebut yang setidaknya terdiri dari 3 pendapat yaitu (1) pemberian nama pada

hari kelahiran, (2) pemberian nama pada sebelum hari ketujuh dari kelahiran

atau sesudah kelahiran, dan (3) pemberian nama pada hari ketujuh kelahiran. Hal

ini seirama dengan pendapat Kasmuri dalam bukunya yang menjelaskan bahwa

memberikan nama bagi bayi dapat dilakukan pada hari kelahirannya atau tiga

hari sesudah kelahirannya. Jika masih belum diberi nama dapat ditunda sampai

pelaksanaan aqiqah. Berdasarkan keterangan di atas maka para ulama fikih

berpendapat bahwa memberikan nama kepada anak harus dilakukan sama ada

pada hari pertama, hari ketiga, hari ketika aqiqah ataupun beberapa hari selepas

itu.2 Berikut dijelaskan beberapa pendapat waktu pemberian nama tersebut:

1. Pemberian nama pada hari kelahiran anak

Pendapat ini menjelaskan bahwa anak yang baru lahir ke dunia

disunnahkan diberi nama sesegera mungkin pemberian pada hari

kelahirannya. Dalil yang mensunnahkan nama anak pada hari kelahirannya

terlihat pada kitab Matan al-Bukhari3:

2 Selamat Kasmuri, Pedoman Mengayuh Bahtera Rumah Tangga (Panduan

Perkawinan), (Jakarta: Kalam Mulia, 1998) h.220

3 Abdul Aziz bin Abdullah Bin Baz, Fatwa Lajnah Daimah, (Beirut: Darul Ifta, Juz

11), h.. 450

Page 26: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

16

Artinya:”Dari Sahal ia berkata, Mundzir Ibnu Abu Usaid dibawa kepada

Nabi Muhammad SAW pada hari kelahirannya, maka Nabi SAW

meletakkannya di atas pahanya, sedangkan Abu Usaid (ayah

bayi) duduk. Nabi SAW disibukkan oleh sesuatu dihadapannya.

Lalu beliau memerintahkan Abu Usaid (untuk mengambil

anaknya). Kemudian bayi itu diangkat dari paha Nabi SAW, lalu

beliau memulangkannya. Ketika Nabi SAW selesai dari

kesibukannya, beliau bertanya, “kemanakah bayi tadi?” Abu

Usaid menjawab, “Fulan”, Nabi SAW bersabda (jangan) dan

tetapi namailah dia al-Mundzir”, sejak saat itu nama bayi

tersebut adalah al-Mundzir”. (HR. Al-Bukhari)4.

Dari hadits di atas nampaklah bahwa Rasulullah SAW mengajarkan

kita untuk memberi nama pada anak yang lahir sesaat setelah kelahirannya.

Bahkan hal ini diperjelas ketika anak Abu Usaid yang baru lahir dan belum

diberi nama oleh ayahnya. Saat itu nabi langsung memberinya nama al-

Mundzir. Dasn sebagaimana terusan dari hadits tersebut bahwa penamaan

bayi tersebut dengan al-Mundzir sebagai ganti “fulan”, atau kata ganti nama

seseorang, sehingga diharapkan dengan penetapan nama sejak dini akan

lebih melekatkan nama dan makna nama tersebut pada bayi, tanpa terlebih

dahulu diawali dengan kata ganti yang tidak jelas (fulan), sehingga

pembiasaan ini akan membawa dampak yang lebik baik yaitu lebih

menyatunya nama dengan sang anak, dan sosialisasi anak dengan nama

terhadap orang-orang di sekitarnya pun akan lebih cepat terlaksana.

4 Abu Abdullah Bin Ismail al-Bukhori, Matan al-Bukhori, Juz 4 (Indonesia: Dar

Ihya‟al-Kitab al-Arabiyah, t.th.), h. 79-80

Page 27: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

17

2. Pemberian nama pada sebelum hari ketujuh dari kelahiran anak atau

sesudahnya.

Pendapat ini didasarkan pada kitab Fath al-Qarib al-Mujib yang

menerangkan bahwa:

Artinya: “Dan diperbolehkan memberi nama pada anak pada sebelum hari

ketujuh dan atau sesudahnya.”5

Pendapat Ibnu Qasim tentang diperbolehkannya (jiwaz) memberi

nama pada sebelum atau sesudah hari ketujuh oleh Imam Nawawi diperkuat

dengan alasan hal ini dilakukan bila tidak mungkin dilaksanakan aqiqah

(penyembelihan hewan pada kelahiran bayi).

Kemudian apabila tidak mungkin dilaksanakan aqiqah maka menurut

Imam Nawawi, sang bayi hendaknya diberi nama sesegera mungkin setelah

kelahirannya.

Berikut kutipan Imam Nawawi dalam kitab “Tausikh ala Ibnu

Qasim”:

Artinya: “Dan diperbolehkan memeberi nama bayi sebelum hari ketujuh

kelahiran atau setelahnya, dan jika tidak memungkinkan untuk

dilaksanakan aqiqah, hendaknya diberi nama sesegera setelah

kelahirannya6”

5 Imam Ahmad bin al-Husain al-Syuhairi, Fath al-Qarib al-Mujib, (Semarang: Pustaka

Alawiyah, t.th.) hlm. 63.

6 Muhammad Umar al-Jaawi Nawawi, Tausikh Ala Ibnu Qasim, (Beirut: Maktabah

Muhammad Bin Syarif, t.th.) h. 273

Page 28: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

18

Menurut hemat penulis ini merupakan keluwesan syari‟at Islam yang

memberi batasan bahwa jika ada kemungkinan dilaksanakannya aqiqah

walaupun setelah hari ketujuh maka diperbolehkan pemberian nama pada

hari aqiqah tersebut (setelah hari ketujuh kelahiran bayi). Namun hal ini

sekiranya jangan sampai terlalu lama (berhari-hari), karena hal ini

menyangkut menyatunya nama terhadap pribadi sang bayi juga sosialisasi

nama bayi terhadap orang-orang dilingkungannya. Apabila terlalu lama

dipanggil dengan kata ganti (misalnya: “fulan” (Bahasa Arab), atau “anak,

anak kecil, bayi” (Bahasa Indonesia) dan bila panggilan tersebut terlanjur

menyatu dengan pribadi bayi, maka semakin lama hal ini akan sulit

dihilangkan, atau diganti dengan nama bayi (yang disahkan).

3. Pemberian nama pada hari ketujuh kelahiran bayi.

Hukum sunnah memberi nama pada hari ketujuh berlandaskan pada

hadits yang diriwayatkan di dalam kitab Imam al-Turmudzi:

Artinya: “Dari Umur bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya, ia berkata,

“Nabi SAW memerintahkan untuk memberi nama bayi yang baru

lahir pada hari ketujuh, begitu pula melenyapkan kotoran dan

mengaqiqahinya”. (HR. al-Turmudzi)7

7 Abi Isa Muhammad bin Saurah, Sunan Turmudzi Juz IV, Beirut Darul Fikra, t.t., hlm.

380

Page 29: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

19

Hal ini dijadikan pedoman dalam menentukan kesunahan pemberian

nama pada hari ketujuh kelahiran, kemudian dihilangkan kotorannya dan

diaqiqahi.

Pendapat ini seirama dengan pendapat Imam Nawawi yang

menyebutkan:

Artinya: “Disunnahkan memberi nama pada anak yang baru lahir pada

hari ke tujuh kelahirannya walaupun bayi itu dalam keadaan

gugur8”.

Kemudian mengenai kandungan yang gugur ) سقطا ( bagi orang tetap

dituntut untuk memberi nama. Disunnahkan memberi nama sesuai dengan

jenis kelaminnya, namun apabila jenis kelaminnya belum teridentifikasi

maka disunnahkan memberi nama dengan nama yang dapat dipakai untuk

laki-laki dan perempuan seperti Asma‟, Hunaidah, Kharijah, Thalhah,

Umairah, Zur‟ah dan nama lain yang dapat dipakai oleh dua jenis kelamin9.

Pendapat ini memberikan kesimpulan bahwa pemberian nama

disunahkan tepat pada hari ketujuh seiring pelaksanaan aqiqah dan

pembersihan kotoran. Pemberian nama juga berlaku untuk bayi yang gugur

baik sudah diketahui jenis kelaminnya atau belum.

8 Muhammad Umar al-Jaawi Nawawi, Tausikh Ala Ibnu Qasim, (Beirut: Maktabah

Muhammad Bin Syarif, t.th.) hlm. 272

9 Idem, 273

Page 30: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

20

C. Yang Berhak Memberi Nama

Adapun yang berhak memberikan nama secara umum bebas dilakukan

oleh ibu maupun ayah dari sang anak. Ibnu Qoyyim menyebutkan bahwa hak

ayah lebih besar dibandingkan ibu. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jika terjadi

pertengkaran antara ayah dan ibu dalam memberi nama anak mereka, pemberi

nama anak itu menjadi hak ayah. Pendapat ini mendasarkan pada firman Allah

Ta‟ala berfirman;

(5:

Artinya: “Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama

bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah.”

Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Ibnu Qayim10

dimana beliau

mendasarkan pada hadits Sunan Abu Daud dengan sanad yang baik dari Abu ad-

Darda‟, Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam bersabda,

Artinya: ”Dari Abdullah bin Zakariya ia berkata, Rasulullah SAW

bersabda:“Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada Hari Kiamat

dengan nama nama kalian dan nama-nama ayah kalian. Karenanya,

perbaguslah nama kalian!”(HR. Abu Daud)11

Ibnu Qoyyim mencoba menguatkan hikmah mengapa beberapa hadits

mencerminkan hak ayah lebih kuat dibanding ibu bahwa memang anak itu

10

Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Kado Menyambut Si Buah Hati, Terj. Hidayat, Mahfud

(Jakarta: Al-Kautsar, 2007, Cet. Pertama) h. 241

11 Abu Daud, Sunan Abu Daud, (Beirut: Dar al-Jiil, t.th, Juz IV), h. 289.

Page 31: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

21

mengikuti ibunya dalam soal kemerdekaan dan kehambaannya, tetapi ia

mengikuti ayahnya dalam soal nasab karena memberi nama berarti pula

memperkenalkan nasab dan orang yang dinisbatkan. Adapun dalam soal agama,

anak itu mengikuti agama yang terbaik di antara agama kedua orang tuanya12

.

Dan untuk mengukuhkan kebenaran hubungan keluarga itu, serta untuk

mengumumkannya kepada orang banyak, Islam memerintahkan agar pernikahan

itu dipersaksikan dengan dua orang saksi yang adil, sebagaimana Islam pun

menganjurkan agar pernikahan itu diumumkan dengan mengadakan perayaan.13

D. Perbedaan antara Nama, Kunyah dan Laqob

Terdapat beberapa hal yang memiliki makna serupa dengan “nama”.

Nama cenderung disbanding dengan kata Kunyah dan Laqab. Ketiga istilah ini,

meskipun sama-sama mengarah pada objek orang yang sama, tetapi dari sisi

lain terdapat perbedaan di antara satu dengan yang lainnya. Ibnu Qoyyim

menyebutkan bahwa ketiga kata itu sama-sama memperkenalkan seseorang

tetapi di sisi lain sebenarnya tidaklah sama.14

1. Nama

Nama adalah ciri atau tanda, maksudnya adalah orang yang diberi

nama dapat mengenal dirinya atau dikenal oleh orang lain. Pendapat ini

memberikan pemahaman bahwa nama adalah tanda pengenal dan atau agar

dikenal. Oleh sebab itu apabila seseorang tidak diberi nama, maka ia akan

12

Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Fikr,

2007, Cet. Pertama) h.195

13 Rauf Syalabi, Wahai Bapak Didiklah Keluargamu dengan Baik, (Bandung: Gema

Risalah Press, 1994, cet. 6), h. 140

14 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Fikr,

2007, Cet. Pertama) h.195

Page 32: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

22

menjadi seorang yang majhul (tidak dikenal) oleh masyarakat. Oleh karena

itu ayah dan ibu si bayi adalah pihak yang memilih nama indah untuk

bayinya. Jika keduanya tidak sepakat tentang salah satu nama untuk bayi

keduanya, maka hak pemberian nama menjadi milik ayah si bayi.15

Dalam al-Qur‟anul Karim disebutkan:

ۥۥ

Artinya: “Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira

kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya,

yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang

serupa dengan dia”

Ayat tersebut menjelaskan tentang perlu dikenalnya seseorang dalam

hal ini Yahya (nama) putra dari Nabi Zakaria.

Nama memiliki dampak psikologis atas kepribadian dari satu

individu. Seluruh kepribadiannya berkembang di bawah bayang-bayang arti

dan kesan dari namanya. Lebih dari itu jelas bahwa kita suka nama-nama

yang mempunyai efek suara yang menyenangkan dan arti yang baik. Oleh

karena itu, kita hendaknya selalu berhati-hati ketika memberi nama untuk

anak-anak kita. Hendaknya memberi nama-nama yang menyenangkan,

pendek dan penuh arti yang secara mudah dimengerti dan dipahami16

. Ibnu

Qoyyim menyebutkan bahwa syarat nama adakalanya mengandung pujian,

15

Yusuf al-Arifi, Tips Islami Menyambut Kelahiran Bayi (Jakarta: al-Nadwah, 2002,

Cet. Pertama), h. 51

16 Husain, Akhlaq Menjadi Orangtua (Muslim) Terhormat, (Surabaya: Risalah Gusti,

2000, Cet. Pertama), h. 137

Page 33: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

23

celaan atau tidak mengandung keduanya17

. Jika mengandung salah satunya,

maka bukanlah nama.

2. Kunyah

Ibnu Qoyyim menyebutkan bahwa istilah “Kunyah” adalah bagian

dari istilah yang dikenal di kalangan bangsa Arab dan berlaku dalam

pembicaraan di kawasan Arab. Ibnu Qoyyim mencontohkan beberapa nama

seperti Fulanuddin, Izzuddaulah, Baha‟uddaulah, atau sejenisnya

sebenarnya tidak dikenal bangsa Arab, nama-nama itu justru berasal dari

„Ajam (non arab)18

. Hal ini berarti bahwa ada istilah-istilah tertentu dalam

Kunyah yang dominan berasal dari Arab dan ada juga sebagian yang dari

non arab.

Kunyah didefinisikan oleh sebagainama yang diawali Abu (bapak)

atau Ummu (ibu), maka itu berarti kunyah, seperti Abu Fulan dan Ummu

Fulan. Sedangkan, yang tidak diawali oleh Abu atau Ummu, maka itu

berarti ism (nama), seperti Zaid dan Amr19

.

Definisi Kunyah tersebut memberikan arti bahwa kunyah cenderung

dilakukan untuk anak dengan nama Abu Fulan atau nama ayah tertentu. Hal

ini merupakan kebiasaan yang terjadi di kawasan Arab sebagaimana

disebutkan dalam Shahih Imam Bukhari dan Imam Muslim,

17

Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Fikr,

2007, Cet. Pertama) h.195

18 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Fikr,

2007, Cet. Pertama) h.197

19 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Kado Menyambut Si Buah Hati, Terj. Hidayat, Mahfud

(Jakarta: al-Kautsar, 2007, Cet. Pertama) h. 233

Page 34: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

24

ada sebuah hadits dari „Anas radhiyallahu „anhu bahwa ia berkata,

Nabi shallallahu „alahi wa sallam adalah orang yang terbaik budi pekertinya.

Saya punya seorang saudara bernama Abu „Umair. Jika Nabi shallallahu

„alaihi wa sallam datang, beliau memanggilnya, Hai Abu „Umair! Apa yang

dilakukan Nughair? Maksudnya seekor burung yang menjadi teman

bermainnya. Perawi berkata, “Saya kira waktu itu Abu „Umair (masih kecil)

seumur anak sapihan.20

Menurut Ibnu Qoyyim, memberi kunyah juga boleh dilakukan

kepada seseorang yang mempunyai beberapa anak dengan selain anaknya

karena Abu Bakar adalah seorang yang tidak mempunyai anak bernama

Bakar. Begitu pula „Umar tidak punya anak bernama Hafsh meskipun

dipanggil Abu Hafsh. Abu Dzar tidak punya anak bernama Dzar. Khalid

pun tidak punya anak yang bernama Sulaiman, tetapi dia dipanggil Abu

Sulaiman. Demikian pula halnya Abu Salamah dan banyak tokoh-tokoh lain

yang tidak terhitung jumlahnya.

Ibnu Qoyyim juga menyimpulkan atas dasar kisah atsar tersebut

bahwa memberi kunyah kepada seseorang tidaklah dipersyaratkan orang itu

harus mempunyai anak dan tidak pula kunyah harus mengambil nama

anaknya. Pada prinsipnya, memberi kunyah adalah penghormatan,

pengagungan, dan pemuliaan terhadap orang yang diberi kunyah seperti

dikatakan seorang penyair,

20

Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisburi, Shahih Muslim (Riyadl:

Darul Haya, 1953), h. 1030

Page 35: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

25

Kusebut kunyah-nya saat memanggilnya,

demi menghormatinya.

Tidak kusebut julukannya,

karena terdengar buruk julukannya.21

Berdasarkan informasi tersebut bahwa kunyah dapat dilakukan pada

nama-nama sahabat karena kebaikannya. Adapun memberikan kunyah

dengan menggunakan kunyah nabi maka hukumnya adalah cenderung

makruh. Ibnu Qoyyim mencoba menyebutkan salah satu hadist Shahih

Muslim tentang seorang anak yang diberi nama seperti nama nabi yaitu

“Muhammad”.22

21

Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqih Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar Sitanggal

(Jakarta: Dar al-Fikr, 2007, Cet. Pertama) h. 193-194

22 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Kado Menyambut Si Buah Hati, Terj. Hidayat, Mahfud

(Jakarta: Al-Kautsar, 2007, Cet. Pertama) h. 225

23 Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisburi, Shahih Muslim (Riyadl:

Darul Haya, 1953) h. 1023

Page 36: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

26

Artinya: “Dari Ishaq bin Rahawain. Ia berkata, Jarir telah mengabarkan

kepada kami, dari Manshur, dari Salim bin Abu Al-Ja’d, dari

Jabir, ia berkata, “Di kalangan kami ada seorang pria yang

dikaruniai anak laki-laki. Ia memberinya nama Muhammad.

Kaumnya protes, “Kami tidak akan membiarkanmu memberi

nama anakmu dengan nama Rasulullah.” Maka pria itu pun

menemui Rasulullah sambil menggendong anaknya. “Wahai

Rasulullah,” katanya, “Aku dikaruniai seorang anak laki-laki.

Aku memberinya nama Muhammad. Kemudian kaumku berkata,

bahwa mereka tidak akan membiarkanku memberi nama yang

sama dengan nama Rasulullah.” Maka Rasulullah SAW pun

bersabda: “Berilah nama seperti namaku dan jangan memberi

kunyah seperti kunyah-ku. Akulah Qasim (pembagi). Aku

membagi di antara kamu sekalian.”24

Setelah para ulama sepakat mengenai bolehnya memberi nama

dengan nama Nabi Shallallahu „Alaihi wa Sallam dan melarang pemberian

Kunyah dengan Kunyah Nabi, selanjutnya mereka berselisih pendapat.

Dalam mazhab Ahmad terdapat dua riwayat: Pertama, makruh hukumnya

menggabungkan nama Nabi dan kunyahnya, jika salah satu saja, maka tidak

makruh. Kedua, makruh hukumnya membuat kunyah seperti kunyah Nabi,

baik menggabungkannya dengan nama atau berdiri sendiri-sendiri.25

3. Laqab

Sebuah nama, adakalanya dipahami sebagai pujian, celaan, atau

tidak dipahami salah satu dari keduanya. Jika dipahami sebagai pujian atau

24

Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Fikr,

2007), h. 199

25 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Kado Menyambut Si Buah Hati, Terj. Hidayat, Mahfud

(Jakarta: Al-Kautsar, 2007, Cet. Pertama) h. 226

Page 37: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

27

celaan, maka itu berarti laqab26

. Kebanyakan laqab digunakan untuk celaan.

Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman:

Artinya: “Janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang

buruk.”

Tidak terdapat perbedaan pendapat mengenai haramnya

menyandangkan gelar yang tidak disukai oleh orang yang diberi gelar, baik

gelar tersebut memang sesuai dengan kenyataannya maupun tidak. Adapun

gelar buruk yang sudah diketahui oleh orangnya dan ia masyhur dengan

gelar tersebut, seperti al-A’masy (yang kabur penglihatannya), al-Asytar, al-

As ham (yang tuli), dan al-A’raj (yang pincang), maka penggunaannya

masih diperselisihkan oleh para ulama dari dulu sampai sekarang. Imam

Ahmad sendiri membolehkan27

.

Pemberian gelar yang baik kepada bayi tentunya menjadi hal yang

sangat terpuji agar semenjak kecil lagi ia memberikan motivasi kepadanya

untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur. Memberi gelar adalah

merupakan penghargaan kepada anak, sekaligus menumbuhkan kepribadian

yang sesuai dengan gelar yang dipakai. Karena nama itu merupakan do‟a

dan harapan bagi orang yang memberikannya.

26

Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Dar

al-Fikr, 2007, Cet. Pertama) h.195

27 Ibnu Qayyim al-Jauziyah , Kado Menyambut Si Buah Hati, Terj. Hidayat, Mahfud

(Jakarta: al-Kautsar, 2007, Cet. Pertama) h. 222-223

Page 38: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

28

Oleh sebab itu dalam memberi gelar untuk anak, Kasmuri Selamat

menyarankan agar pemberian gelar dengan menggunakan gelar-gelar yang

baik dari nama-nama tokoh Islam yang cemerlang bukan dengan nama dan

gelar yang makruh apalagi yang haram, agar tidak menimbulkan kesan

negatif terhadap kepribadian anak.28

E. Hubungan antara Arti Sebuah Nama dan Pemiliknya

Nama yang diberikan kepada seseorang memiliki arti, arti sebuah nama

terkadang memiliki hubungan dengan pemilik nama bahkan memiliki hubungan

dengan perilaku dan perbuatan. Ibnu Qoyyim menyebutkan bahwa secara umum,

akhlak, perilaku, dan perbuatan yang buruk mengarah pada nama-nama yang

buruk juga. Sebaliknya, perilaku yang bagus mengarah pada nama-nama yang

bagus pula29

. Sebagaimana yang terjadi pada nama-nama berupa kata sifat,

terjadi pula pada nama-nama berupa kata benda. Ibnu Qoyyim mencontohkan

pula hubungan ini dengan Rasulullah SAW dinamai Muhammad dan Ahmad

melainkan karena beliau banyak melakukan hal-hal yang terpuji. Karenanya,

Liwa al-h amd (bendera pujian) berada dalam genggamannya. Umat beliau pun

disebut al-H ammadu n (orang-orang yang terpuji), beliau adalah makhluk

Allah yang paling agung.

Untuk melihat pengaruh nama terhadap pemilik nama tersebut, ada

hadits hadits yang diriwayatkan oleh Sa‟id bin al-Musayyab, dari ayahnya, dari

28

Selamet Kasmuri, Pedoman Mengayuh Bahtera Rumah Tangga (Panduan

Perkawinan), (Jakarta: Kalam Mulia, 1998) h.223-223

29. Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Kado Menyambut Si Buah Hati, Terj. Hidayat, Mahfud

(Jakarta: al-Kautsar, 2007, Cet. Pertama) h. 222

Page 39: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

29

kakeknya yang berkata, “Aku mendatangi Nabi SAW, lalu beliau bersabda,

“Siapa namamu?” aku menjawab, “H azn (sedih).” Beliau bersabda, “Engkau

Sahl (mudah).” Orang itu menjawab, “Aku tidak akan mengganti nama yang

diberikan oleh ayahku.” Ibnul Musayyab berkata, “Ternyata orang itu selalu

tanpak bersedih setelah itu.”30

(HR. Bukhari dalam shahihnya 619).

Pada prakteknya, pemilik nama yang baik boleh jadi akan merasa malu

berbuat buruk. Selain itu, kadang nama mendorong pemiliknya berbuat sesuatu

sesuai namanya dan meninggalkan yang berlawanan dengannya. Oleh karena itu,

Ibu Qoyyim berani menyebutkan perihal banyaknya orang yang hina itu

mempunyai nama sesuai dengan perilaku mereka.31

30

Jamal Abdurrahman, Islamic Parenting Pendidikan Anak Metode Nabi (Solo:

Aqwam, 2010) h. 54

31 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar, (Jakarta: Dar

al-Fikr, 2007, Cet. Pertama), h. 212

Page 40: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

30

Page 41: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

30

BAB III

DATA PENELITIAN/PEMBERIAN DAN PEMANGGILAN NAMA

DALAM BUDAYA ISLAM

A. Nama dengan Penamaan Nama Ketuhanan

Memberi nama dengan nama-nama seperti l- h l- hamad, al-

Khaliq, atau al-Raziq yang merupakan nama-nama khusus bagi Allah Tabaraka

w T ‟ l adalah dilarang. Begitu pula tidak boleh menyebut para raja dengan

gelar l- hir l- h hir l- r l- ut k ir l- ww l l- khir l-

thin „ ll mul hu u b, dan nama-nama Allah lainnya1. Hal tersebut

menjelaskan bahwa terdapat larangan menggunakan nama Allah sebagaimana

yang termuat dalam asma’ul husna (nama-nama baik Allah)

Terkait dengan ini, Al-Subky dalam buku Fiqih Keluarga mencoba

menceritakan sebuah kisah Sebagaimana peringatan Rasulullah SAW tidak

memberikan nama dengan nama-nama yang khusus kepada Allah SWT dalam

perintahnya. Sungguh telah diriwayatkan bahwa salah satu utusan yang

menghadap Rasulullah SAW di Madinah, ia menjadi kepalanya bernama Abu al-

akam Lalu Rasulullah memanggilnya dan erkata kepadanya:

Sesungguhnya llah S T adalah al- akam kepadanyalah hukum kem ali ia

tidak di eri gelar u al- akam?”

1 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Dar al-

Fikr, 2007, Cet. Pertama) h. 180

Page 42: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

31

Lalu ia erkata: Sesungguhnya kaumku jika mereka erselisih dalam

sesuatu lalu mereka datang kepadaku dan aku menetapkan hukum antara mereka

berdasarkan perkiraan dalam masing-masing kelompok ” Lalu Rasulullah S

erkata: Sungguh agus ini! pakah engkau tidak memiliki anak?” Ia erkata:

ku memiliki anak Syuraih Muslim dan dullah ” Rasulullah erkata: Maka

siapakah yang ter esar dari mereka?” Ia erkata: Syuraih ” Lalu Rasulullah

mengatakan: Jadi engkau adalah u Syuraih ” ( R u Daud dalam

sunannya).2

Kisah yang sama juga diceritakan oleh Ibnu Qoyyim dalam bukunya Kado

Menyambut Buah Hati dimana beliau membawakan hadits Abu Daud dalam

Sunannya erkata ahwa Ra i’ in Nafi’ telah menceritakan kepada kami dari

Yazid bin al-Miqdam bin Syuraih, dari ayahnya, dari kakeknya (Syuraih), dari

ayahnya ( ani’) ahwa ketika ia ersama kaumnya diutus untuk menemui

Rasulullah h ll ll hu „ l ihi w ll m ke Madinah, beliau mendengar mereka

menyebut seseorang dengan kunyah Abu al-Hakam. Maka beliau langsung

memanggil orangnya seraya bersabda yang artinya: “ esungguhn ll h l h

al- k m h ij ks n ep - l h hukum ke il n ikem lik n

en p k mu mem k i kun h u l- k m?”

Orang itu menjawa Sesungguhnya kaumku jika menemukan

perselisihan, mereka selalu datang kepadaku untuk kemudian aku selesaikan.

Kedua belah pihak (yang erselisih) pun dapat menerimanya”

2 Ali Yusuf al-Subki, Fiqh Keluarga (Jakarta: Amzah, Cet. Pertama, 2010) h. 269

Page 43: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

32

Lalu Rasulullah kem ali erkata Sungguh bagus keputusanmu. Apakah

k mu mempun i n k?” Ia menjawa nakku ernama Syuraih Maslamah

dan dullah ” “ i p ng p ling es r?” tanya eliau Syuraih jawa ku

Kemudian Rasulullah menetapkan i k mu l h u ur ih ”3

Telah disebutkan pula sebuah hadits shahih:

Artinya: “Tel h mencerit k n kep k mi uh mm in R fi Tel h

mencerit k n kep k mi „ ur R q Tel h meng rk n kep

k mi ‟m r ri mm m in un ih i erk t nil h ng

tel h icerit k n oleh u ur ir h kep k mi ri R sulull h

s ll ll hu „ l ihi w s ll m l lu i men e utk n e er p

hadits yang i nt r n R sulull h s ll ll hu „ l ihi w s ll m

ers :“Or ng ng p ling i enci n p ling uruk i sisi ll h

pada hari kiamat, adalah orang yang dinamakan Malik al-Amlak

r j i t s r j ren ti k r j sel in ll h ” (HR.

Bukhari dan Muslim)5

B. Nama dengan Penamaan Nama Malaikat

Mengenai memberikan nama anak kita dengan nama-nama malaikat

seperti Jibril, Mikail, Israfil dan lain-lain, masih ada dua pendapat dari pada

ulama. Sebagian membolehkan dan sebagian yang lain melarangnya. Rasulullah

3 Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Kado Menyambut si Buah Hati, (Jakarta; Pustaka al-Kautsar;

2007), Cetakan Pertama, Penerjemah Mahmud Hidayat, Hal, 205

4 Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisburi, Shahih Muslim (Riyadl:

Darul Haya, 1953) h. 1027

5 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam (Jakarta: Pustaka Amani, Cet.

Ke-3, 2007) h. 76

Page 44: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

33

tidak menyukai nama-nama yang buruk. Apakah nama orang, nama tempat, nama

kota ataupun nama gunung. Buktinya beliau merubah ibu kota pemerintahan

Islam Madinah yang semula bernama Yatsrib, dirubah menjadi Thabah.6

Ibnu Qoyyim telah menjelaskan perbedaan pendapat ini dengan

menguraikan beberapa menceritakan kisah syha yang erkata Malik diajukan

pertanyaan mengenai pemberian nama dengan nama Jibril. Malik pun

memakruhkannya ” l-Qadhi Iyadh erkata Se agian ulama memakruhkan

pemberian nama dengan nama-nama malaikat. Ini adalah pendapat Harits bin

Miskin. Menurutnya, Malik telah memakruhkan pemberian nama dengan Jibril

dan Yasin. Sementara ulama yang lainnya malah membolehkannya. Abdurrazzaq

dalam kitabnya al-Jami’ dari Ma’mar ia erkata ku ertanya kepada ammad

bin Abu Sulaiman, bagaimana menurut anda tentang penamaan dengan nama

Ji ril dan Mika’il?” Ia pun menjawa Tidak masalah ”7

Imam Bukhari mengatakan dalam Tarikh-nya bahwa Imam Ahmad bin

Harits berkata, Imam Abu Qatadah al-Syami (bukan al-Harrani, meninggal tahun

164 H) telah menceritakan kepada kami Dia erkata ‘ dullah in Jarad telah

menceritakan kepada kami, katanya bahwa ada seseorang dari Muzainah

menemaniku Orang itu ersama saya datang kepada Na i Shallallahu ‘ laihi wa

Sallam katanya Ya Rasulullah! Saya dikaruniai seorang anak. Nama apakah

yang ter aik untuknya?”

6 Selamat Kasmuri, Pedoman Mengayuh Bahtera Rumah Tangga (Panduan Perkawinan),

(Jakarta: Kalam Mulia, 1998, h. 221

7 Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Kado Menyambut si Buah Hati, (Jakarta; Pustaka al-Kautsar;

2007, Cet. Pertama), Penerjemah Mahmud Hidayat, Hal, 195

Page 45: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

34

Rasul menjawab,

rtinya: Sesungguhnya nama yang terbaik bagi kamu sekalian adalah Harits

dan Hammam. Seindah-in h n m l h „ ull h n

„ urr hm n eril h n m eng n n m p r n i n j ng n

mem eri n m eng n n m p r m l ik t ”8

C. Nama dengan Penamaan Nama Al-Qur’an dan Surah-Surahnya

Memberi nama seseorang dengan nama-nama al-Qur’an dan surah-

surahnya (seperti Thaha, Yasin, Hamim) pun dilarang. Imam Malik telah

menyatakan makruh memberi nama dengan Yasin seperti disebut Imam as-

Suhaili.

Adapun perkataan orang awam bahwa Yasin dan Thaha adalah sebagian

dari nama-nama Nabi Muhammad SAW tidaklah benar. Hal itu tidak ada di dalam

hadits shahih, hasan, atau mursal, dan tidak pula ada di dalam atsar yang didengar

dari salah seorang sahabat. Nama-nama itu sebenarnya hanyalah huruf-huruf

seperti halnya lif- m- i m - i m n lif- m-Ra.9

8 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Dar al-

Fikr, 2007, Cet. Pertama) h. 169

9. Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Dar al-

Fikr, 2007, Cet. Pertama) h. 183

Page 46: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

35

D. Nama dengan Penamaan Nama Para Nabi

Hukum memberi julukan dengan julukan yang pernah Rasulullah sandang

baik untuk individu maupun untuk kelompok telah ditetapkan dalam al-shahihsin,

dari hadits Muhammad I n Sirin dari u urairah ia erkata u al-Qasim

saw erkata Pakailah namaku tapi jangan memakai julukanku” 10

Ulama

berselisih pendapat tentang pemberian nama yang sama dengan nama-nama nabi.

Ada dua pendapat tentang masalah ini. Pertama, boleh. Pendapat ini lah yang

benar dan dipegang oleh mayoritas ulama. Pendapat kedua, hukumnya adalah

makruh.

Ibnu Qoyyim telah mencoba memperjelas hukum ini lebih jelas lagi adalah

keterangan yang diutarakan oleh Abu al-Qasim al-Suhaili dalam al-Raudh. Ia

erkata Dalam mazha Umar in al-Khatab, memberi nama yang sama dengan

nama-nama nabi adalah makruh ” Menurut I nu Qoyyim ulama yang

berpendapat seperti itu ingin memelihara nama-nama mereka dari hal-hal yang

hina dan sebutan yang akan timbul saat si pemanggil dalam keadaan marah atau

dalam situasi lainnya11

.

Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata dalam bab nama-nama yang

dimakruhkan l-Fadhl bin Dikkin bercerita kepada kami, dari Abu Jaldah, dari

u ‘ liyah erkata Kalian telah er uat yang le ih uruk dari hal itu yakni

kalian memberi nama anak-anak kalian dengan nama para nabi, lalu kalian

10

Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Serpihan Kasih untuk Si Buah Hati, (Jakarta: Pustaka

Azzam, 1995, Cet. 1), h. 120

11 Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Kado Menyambut si Buah Hati, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,

2007, Cet. Pertama), Penerjemah Mahmud Hidayat, h. 208

Page 47: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

36

mencaci maki mereka ” Dan yang le ih tegas dari pada hal itu adalah apa yang

diceritakan Abu Qasim al-Suhaili dalam kitab al-Raudh erkata Di antara

madzha ‘Umar in Khaththa adalah mem enci pem erian nama dengan nama

para na i ”

Ibnu Qoyyim mengatakan, Orang yang erpendapat seperti ini

bermaksud menjaga nama para nabi dari penghinaan dan panggilan buruk yang

menimpanya saat marah serta lainnya”12 Sungguh Sa’id in Musayyi pernah

erkata Nama yang dicintai llah adalah nama para na i ” Dan dalam kitab

Tarikh Ibni Khaitsumah disebutkan bahwa Thalhah memiliki sepuluh anak,

semuanya di eri nama dengan para syuhada’ Thalhah erkata kepadanya Saya

memberi mereka nama dengan nama para nabi, sedangkan kamu memberi anak-

anakmu nama dengan nama para syuhada’ Maka Zu air erkata kepadanya

Saya amat erkeinginan agar anak-anakku kelak menjadi syuhada’ dan engkau

tentu tidak isa menginginkan anakmu menjadi na i ”13

Al-Bukhari dalam Shahihnya berkata, (Bab Tentang Orang yang Diberi

nama dengan Nama-nama Para Nabi) I nu Numair telah

menceritakan kepada kami dari I nu Bisyr dari Isma’il ia erkata ku

bertanya kepada Ibnu Abi Aufa, apakah kamu melihat Ibrahim putera Nabi? Ia

menjawab, ia (Ibrahim) telah wafat ketika kecil. Seandainya ditakdirkan ada nabi

setelah Muhammad SAW, tentu putera beliau itu akan hidup. Tetapi (buktinya)

12

Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Kado Sang Buah Hati, (Solo: Al-Qowam, 2007), h. 147

13 Ibnu Abi Khaitsumah Abu Bakr Ahmad bin Zuhair bin Harb, At-Tarikh Al Kabir,

Takhrij No. 35, (Ar-Ribath Dar Al-Wathan, 2004), h. 115.

Page 48: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

37

bahwa tidak ada nabi setelah beliau.14

Kemudian rawi mengutip hadits al-Barra,

ketika Ibrahim meninggal, Nabi ll ll hu „ l ihi w ll m ersa da Ia

(Ibrahim) mempunyai ibu susuan di surga ”15

Demikian juga Imam Muslim membuat bab dalam shahih Muslim

Ba (anjuran) mem eri nama dengan nama para na i

dan orang-orang shalih” yang mem awakan hadits

rtinya: D ri ughir h in u‟ h i erk t : etik ku ti i jr n

orang-or ng ert n kep ku:” p k h engk u mem h mi ayat ”Hai

u r perempu n run” sedangkan Musa itu hidup jauh sebelum

j m n ‟ s p k h m ksu n egini n egini?” Setelah aku

bertemu dengan Rasulullah S allalla hu ’alaihi wa sallam dan

menanyakan tentang hal tersebut, maka beliau menjawab : “ e i s n

mereka pada waktu itu memberi nama seseorang dengan nama para

nabi atau orang-or ng sh lih se elum merek ”.16

Hal ini dijelaskan juga oleh Ibnu al-Qayyim r h im hull h, beliau

berkata,

14

Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisburi, Shahih Muslim. (Riyadl:

Daarul Haya, 1953), h. 1025

15 Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Kado Menyambut si Buah Hati, (Jakarta; Pustaka al-Kautsar;

2007), Cetakan Pertama, Penerjemah Mahmud Hidayat, Hal, 209

16 Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisburi, Shahih Muslim, (Riyadl:

Daarul Haya, 1953), h.1025

Page 49: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

38

rtinya: erk t ‟i in us i : m ng p ling icint i ll h l h

nama para Nabi. Dalam kita sejarah dijelaskan bahwa sahabat

Thalhah mempunyai sepuluh anak dan setiap anak bernama dengan

nama nabi. Sahabat Az-Zubair juga memiliki sepuluh anak dan

in m k n eng n p r s uh ”17

E. Nama dengan Penamaan Nama Kontroversial

Abu Muhammad Ibnu Hazm berkata, Para ulama sepakat menganggap

baik nama-nama yang dikaitkan (mu haf) kepada llah seperti ‘ dullah

‘ durrahman dan sejenisnya Namun para fuqaha erselisih pendapat tentang

nama-nama yang paling disukai Allah.

Menurut jumhur ulama, nama yang paling disukai llah adalah ‘ dullah

dan ‘ durrahman I nu Qoyyim menye utkan pendapat Sa’id in al-Musayyib,

bahwa nama yang paling disukai Allah adalah nama para nabi18

.

Mengenai nama-nama yang makruh dan haram, Ibnu Qoyyim mengutip

perkataan Abu Muhammad bin azm Mereka sepakat ahwa setiap nama

sembahan selain Allah hukumnya adalah haram, seperti; Abd al-Uzza, Abd

Hubal, Abd Amr, Abd al-Ka’ ah dan yang serupa dengannya Kecuali d

17

Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Tuhfatul Maudud, (Damaskus: Maktabah Darul Bayan, Cet.

I), h. 128.

18 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Dar

al-Fikr, 2007, Cet. Pertama) h. 159

Page 50: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

39

Muthalib. Karenanya, hukumnya tidak halal memberi nama dengan; Abd Ali, Abd

al-Husain, Abd al-Ka’ ah19

.

Oleh karena itu, jika ada yang bertanya alasan para ulama sepakat

mengharamkan nama yang dihambakan kepada selain Allah, hal itu karena Nabi

Shallallahu ‘ laihi wa Sallam ersa da “Cel k l h „ u -dinar, celakalah

Abud-dirham, celakalah Abdul- h mish h cel k l h „ ul-Qathifah,”20

meskipun eliau pernah ersa da Akulah Nabi, tidak kadzib (dusta). Akulah

puter „ ul uth li ”21

Beberapa nama terlarang dalam sudut pandang Islam adalah:

1. Nama dengan Nama-nama Setan

Di antara nama-nama yang makruh adalah memberi nama dengan

nama-nama setan, seperti Khinzab, lh n ‟w r, dan j ‟. Asy-Sya’ i

erkata dari Masruq dia erkata ia ertemu ‘Umar in al-Khaththab dan ia

ertanya Siapakah kamu?” Saya jawa Masruq in al- jda’ ” ‘Umar

r i ll hu „ nhu pun erkata Saya pernah mendengar Rasulullah

S ersa da al- j ‟ adalah setan. Hadist ini dijadikan dalil kuat oleh

Ibnu Qoyyim sebagai larangan penggunaan nama dengan nama setan22

.

19

Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Kado Menyambut si Buah Hati, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,

2007, Cet. Pertama), h, 188

20 Al-Bukhari, Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,

(Kairo: Lajnah Ihya Kutubu al-Sunan, 1990), h.1603

21 Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisburi, Shahih Muslim, (Riyadl:

Daarul Haya, 1953), h. 853

22 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Dar

al-Fikr, 2007, Cet. Pertama) h. 167

Page 51: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

40

‘Utsman in ul-‘ sh pernah mengadu kepada Rasulullah SAW

tentang waswas yang dialaminya ketika shalat, sabda beliau:

rtinya: Dari i ‘ la ahwa Utsman I nu i al-‘ shi datang kepada

Nabi SAW dan berkata: Wahai Rasulullah, sungguh setan

menghalangi antara aku dan shalatku serta bacaanku. Ia

membuatku kacau dan ragu-ragu saat membaca al- ur‟ n l m

shalat). Rasulullah SAW menjawab: Itu adalah setan yang disebut

Khinzab menjawab Itu adalah setan yang bernama Khanzab ”

2. Nama dengan Nama Orang-orang Sombong

Begitu pula nama-nama para penguasa yang zhalim, seperti

Fir’aun Qarun aman dan alid24

. Abdurrazzaq dalam kitabnya al-Jami’

erkata Ma’mar menga arkan pada kami dari al-Zuhri, ia berkata, seorang

pria ingin memberi nama anaknya dengan nama Walid. Tetapi nama itu

dilarang oleh Rasulullah ll ll hu „ l ihi w ll m, seraya bersabda:

rtinya: Nanti akan ada seorang pria bernama Walid. Pria ini berperilaku

i teng h um tku seperti peril kun Fir‟ un i teng h k umn 25

23 Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisburi, Shahih Muslim (Riyadl:

Daarul Haya, 1953), h. 1050. 24

Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Kado Menyambut si Buah Hati, (Jakarta; Pustaka al-Kautsar;

2007, Cet. Pertama), h. 194

25. Ibnu Iraqi, Tanzih asy-Syariah al- rfu h „ nil-Akhbaisy- ni ‟h l- u hlu‟

)Beirut: Dar al-Kutub al-‘ lamiya 2010 Cet Pertama) h I/198

Page 52: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

41

Hadits ini diakui sebagai hadist dhaif karena mursal sebagaimana

disinggung oleh Al Jauzqani dimana hadist ini menjelaskan bahwa terdapat

hukum singgungan perihal larangan nama dengan nama penguasa dengan

perilaku buruk.

3. Penggunaan nama Abd atau Abdul yang disandarkan kepada selain Allah

misalnya dul Ka’ ah dul Na i I nu azm menegaskan sudah menjadi

Ijma’ ulama untuk menghindari nama Abdul kepada selain Allah kecuali

Abdul Muthalib.

4. Nama dengan kesan kesombongan dan ketinggian. Hal ini sebagaimana sabda

Rasulullah saw “ ehin -hina nama di sisi Allah pada hari kiamat ialah

orang yang bernama dengan raja diraja. Ti k r j sel in ll h” R

Bukhari Muslim).

5. Nama yang merupakan sifat Allah tanpa tambahan Abdul. Termasuk di

dalamnya nama yang dikhususkan untuk llah dalam netuk ma’rifah

(menggunakan al-) seperti al-Azis, al- akim, dan sebagainnya. Namun jika

menggunakan sifat tersebut dalam bentuk nakirah (tanpa al-) diperbolehkan,

seperti Ali, Hakim, Rasyid, dan sebagainya.

6. Menggunakan nama Nabi dengan kunyahnya. Hal ini berawal dari kisah awal

mulanya diperdebatkan di kalangan Arab pada masa kenabian. Nama

Muhammad boleh digunakan sebagai nama, tetapi tidak dengan nama

kuniyah Beliau SAW. Dalam sebuah hadis, Jabir bin Abdullah RA

menceritakan Seorang lelaki dari kalangan kami aru memperoleh anak dan

ia mem eri nama anak itu ‘Muhammad’ Lalu kaumnya erkata kepadanya

Page 53: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

42

‘Kami tidak akan mem iarkan kamu mem eri nama dengan nama Rasulullah

SAW'. Maka, lelaki ini pun pergi menemui Nabi dan ertanya ‘Ya

Rasulullah dilahirkan untukku anak dan aku menamakannya ‘Muhammad’

lalu kaumku erkata kepadaku ‘Kami tidak akan membiarkan kamu

menamakan dengan nama Rasulullah S ’ ”Lantas Na i menjawa

Berilah nama dengan namaku akan tetapi jangan me manggil dengan

panggilanku (yakni Abul-Qasim) karena sesungguhnya aku adalah Qasim di

antara kamu." (HR Muslim). Menurut Ibn Utsaimin, peberian nama dengan

Muhammad” dengan kunyah ini dilarang saat na i masih hidup adapun

sepeninggal beliau nama tersebut menjadi boleh berdasarkan adanya empat

dari anak sahabat yang dinamakan dengan Muhammad dan diberi Kunyah

u Qasim”26

.

7. Pemberian nama dengan nama mailaikat27

. Hal ini hukumnya makruh.

8. Pem erian nama dengan nama Sayyid aladu dam atau Sayyid al-Basyar”

karena gelar ini adalah hanya untuk Rasulullah SAW.28

26

Ibn Utsaimin, Syarhul Mumti’ (Riyadh; Dar Ibn al-Jauzy, 2002), hal. 7/543-545

27 Ibid; hal. 7/543-545

28 Ibid; hal. 7/543-545

Page 54: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

43

BAB IV

ANALISIS DATA PENELITIAN/FILOSOFI HUKUM ISLAM DALAM

PEMBERIAN NAMA DAN PRAKTEKNYA DI INDONESIA

A. Filosofi Hukum Islam dalam Pemberian Nama dan Prakteknya di Indonesia

1. Memberi Nama Lebih dari Satu

Dalam perjalanan sejarah, nama-nama cenderung memiliki satu suku

kata seperti sebagian nama nabi misalnya; Adam sebagai manusia sekaligus

Nabi pertama di muka bumi, Idris, Nuh dan lainnya. Namun kemudian, dalam

pemberian nama mengalami pergeseran jumlah suku kata seperti nama para

sahabat nabi dan beberapa keluarga nabi Muhammad saw misalnya; Abdullah

Ibnu Abbas radhiallohu „anhu sebagai anak paman Nabi Muhammad saw.

Filosofi pemberian ini didasarkan pada penunjukkan penghambaan kepada

Allah Azza wa Jalla.

Pada dasarnya, ketika tujuan memberi nama adalah untuk

memperkenalkan dan membedakan, maka satu nama untuk satu orang sudah

cukup. Memiliki satu nama adalah lebih utama. Kendati begitu, memberi

nama lebih dari satu hukumnya boleh. Sebagaimana halnya boleh bagi

seseorang memiliki nama, kunyah (nama panggilan dengan menggunakan

kata ayah atau ibu di depan namanya), dan laqab (gelar)1. Hal tersebut

banyak terjadi pada kunyah dan laqob yang disematkan pada nabi

Muhammad saw dan beberapa generasi pada zaman beliau. Imam Ahmad

1 Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Kado Menyambut si Buah Hati, (Jakarta; Pustaka al-Kautsar;

2007, Cet. Pertama), h. 234

Page 55: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

44

berkata pula, Yazid bin Harun telah menceritakan kepada kami, dia berkata,

al-Mas‟ud telah menceritakan kepada kami dari „Amr bin Murrah, dari Abu

„Ubaidah, dari Abu Musa, dia berkata bahwa Rasulullah ll ll hu

„Al ihi w ll m pernah menyebutkan nama beliau kepada kami. Di

antaranya ada yang kami hafal dan ada pula yang tidak kami hafal. Beliau

bersabda:

Artinya: “Aku d l h Muh mm d, Ahm d, l-Muq ff ‟, l-Hasyir, Nabiyut-

Taubah, dan Nabiyul-M l him.” (HR. Imam Muslim dalam

Shahih-nya)

Hadits tersebut menjelaskan bahwa nama nabi memiliki julukan

dimana sebagian adalah dengan satu suku kata dan lainnya adalah dua suku

kata. ulukan untuk satu orang pun dapat memiliki lebih dari dua julukan. al

ini sebagaimana julukan nabi ang disebutkan oleh Abul- usain bin Faris

perihal 23 nama Rasulullah SAW, yaitu Muhammad, Ahmad, al-Mahi, al-

„Aqib, al-Muqaffa‟, Nabi ur-Rahmah, Nabi ut- aubah, Nabi ul-Malah im,

al- ahi d, al-Mubas -s ir, al-Nad i r, al- hah uk, al- attal, al-

Mutawakkil, al- atih, al-Ami n, al- hati m, al-Musthafa, al-Rasul, al-

Nabi , al-Ummi , al- asim, dan al- as i r2.

Terdapat beberapa pendapat perihal jumlah maupun panjang nama

yang coba penulis kumpulkan sebagai berikut:

2 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Dar al-

Fikr, 2007, Cet. Pertama) h. 208-209

Page 56: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

45

1. Ibnu Qayyim, mengatakan bahwa nama seseorang itu sebaiknya singkat

dan cukup hanya satu nama saja, meskipun boleh menggunakan lebih

dari satu nama.3

2. Pendapat sebagian orang perihal menyebutkan bahwa disukai

memberikan nama kepada anak dengan dua suku kata, misalnya,

Abdullah, Abdurrahman. Dasar perhitungan dua suku kata ini adalah

bahwa kedua nama tersebut sangat disukai Allah swt sebagaimana

riwayat Imam Muslim, Abu Dawud dll. Disukainya nama tersebut adalah

karena menunjukkan penghambaan kepada Allah swt, tak heran banyak

para sahabat yang memiliki nama Abdullah sehingga diduga terdapat 300

orang sahabat dengan nama Abdullah (dengan dua suku kata). Begitupun

dengan nama anak dari kalangan anshor yang pertama kali setelah hijrah

dari Madinah Nabawiyah adalah Abdullah bin Zubair ra yang memiliki

dua suku kata.

Kecenderungan nama Arab sendiri lebih banyak terdiri dari satu

kata saja, namun karena Arab menganut sistem kekerabatan patrilinear

(garis keturuan bapak), maka dalam nama seseorang juga disertakan garis

keturuan ayah dan berlanjut ke atasnya yaitu, kakek, buyut, canggah,

wareng, udheg-udheg, gantung siwur, gropak senthe (penggunaan istilah

Bahasa Jawa) yang kemudian ditulis ... bin/binti...bin....hingga beberapa

generasi yang menunjukkan leluhur orang tersebut. Misalnya,

Muhammad bin haris bin al-Abbas bin Utsman bin afi‟. Padahal nama

3 Selamat Kasmuri, Pedoman Mengayuh Bhatera Rumah Tangga (Panduan Perkawinan),

(Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h. 223

Page 57: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

46

asli orang tersebut adalah “Muhammad” saja sedangkan nama

selanjutnya adalah para orang tua dan leluhurnya.

Berdasarkan beberapa rujukan diatas, dapat disimpulkan bahwa

pemberian nama dapat menggunakan satu suku kata maupun lebih dari

satu suku kata. Hal tersebut tentunya menggunakan pendekatan terbaik

sehingga pemberian jumlah suku kata memiliki padanan yang baik dan

alasan yang baik seperti, julukan, nama orang tua maupun lainnya.

B. Bahasa Arab dan Nama

Pemberian nama tidak terlepas dari lingkungan internal maupun eksternal

serta faktor demografi dimana seorang anak dilahirkan. Berbagai faktor telah

menjadi alasan utama pemberian nama, misalnya pemberian nama karena tempat

lahir, nama orang tua, nama tokoh, nama idola, nama karena makna, dan lainnya.

Pemberian nama dengan bahasa arab tentunya lebih tepat karena faktor

agama dan tempat. Faktor agama mengacu pada kenabian Muhammad saw yang

sarat bahasa al- ur‟an (kitab suci). Adapun faktor tempat adalah karena faktor

lokasi kenabian Muhammad SAW di Mekkah dan Madinah yang notabene

menggunakan bahasa Arab.

Nama-nama arab seperti dengan satu nama tidak selalu memiliki arti.

Misalnya beberapa nama nabi dan para sahabat seperti Idris, Utsman, Ibrahim,

Aisyah, dan lainnya. Beberapa nama lainnya juga memiliki nisbat kepada

keluarga maupun tempat daerah asal, klan/marga atau faham yang dianutnya

misalnya; al-Baghdadi (orang baghdad atau lahir di Baghdad), al-Hanbali (orang

Page 58: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

47

bermadzhab Ahmad bin Hanbal) dan lainnya. Beberapa hal ini telah menjadi

ketentuan atau kaidah tersendiri dalam pemberian nama.

Pengaruh arabisme telah mempengaruhi budaya masyarakat Indonesia

baik karena pendekatan agama maupun karena budaya Arab itu sendiri. Nama-

nama tokoh Indonesia misalnya banyak yang menggunakan serapan dari kosa kata

Arab seperti; Muhammad Yamin, Natsir, as im As ‟ari, Amir Machmud,

Abdurrahman Wahid, Syafii Maarif, Amin Rais, dan lainnya.

Pemberian nama dengan bahasa Arab di Indonesia kembali kepada

masing-masing yang mengadopsi nama Arab tersebut karena penggunaan bahasa

Arab bukanlah syarat dalam pemberian nama dalam syariat. Bagi keturuan arab

dan lingkungan keluarga pesantren memiliki kekuatan lebih besar dalam memilih,

memberi dan memanggil nama.

Hanya saja, terdapat beberapa nama orang Indonesia yang memiliki

“warna Arab” tidak mengikuti pola atau kaidah penamaan tersebut serta tidak

memperhatikan makna dan arti. Kompasiana, telah mencoba mengelompokkan

beberapa nama yang cenderung tidak mengikuti pola penamaan Arab dan tidak

memperhatikan nama dimana terdapat tiga kelompok sebagai berikut:

1. Kelompok pertama adalah orang yang diberi nama dengan 'nama populer'

orang shaleh/ulama, misalnya orang yang diberi nama Imam Syafi'i,

Turmudzi, Sufyan Atstsauri, Ibnu Hajar, Bukhari, Abdul Qadir Jailani, Abu

Bakar, Nawawi, Abu Hanifah dan lainnya. Harapan orang tuanya mungkin

agar si anak dapat mengikuti keilmuan dan keshalihan orang-orang tersebut.

Ada pula orang yang diberi nama tokoh-tokoh politik di Timur Tengah,

Page 59: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

48

seperti Saddan Husain, Husni Mubarak, Yasir Arafat, Usamah bin Laden,

Muamar Qadafi, Khomeini, dan selainnya. Entah apa maksud orang tuanya.

2. Kelompok kedua adalah orang yang diberi nama dari kosakata bahasa arab

sehingga ada/jelas artinya namun di arab sendiri (secara tradisional) tidak

umum sebagai nama orang. Contohnya Wahyu, Hidayat, Nur (ul), Anwar,

Munawar, Nawir, Taufik, Alimin, Ridwan, Isnaini, Laili, Amalia, Jannah,

Syaiful, Ulil albab, ulil absor, Fikri, Ansor, Muhajirin, Arif, dan sebagainya

dan termasuk kombinasi-kombinasinya karena nama orang arab aslinya hanya

1 kata. Nama-nama anak yang berasal dari bahasa arab yang banyak terdapat

di kamus nama anak baik buku maupun internet kebanyakan termasuk

kelompok ini. Di telinga orang arab, mungkin seperti kita orang Indonesia

mendengar seseorang bernama Cahaya Surga (=Nur Jannah), Cahaya

Matahari (=Nur Syamsi), Orang Pintar (=Alimin), Malam (=Laili), Siang

(=Nahar), kekasihku (=Habibi), Anakku (=Walidi), dsb.

3. Kelompok ketiga mirip kelompok kedua, namun memiliki makna berlebihan.

Contohnya nama-nama yang mengandung kata ....din (Zainuddin,

Nashisruddin, Muhyidin, Syamsudin, dll), khairu... (Khairunnisa, khairurijal).

Nama-nama yang mengandung makna berlebihan seperti ini dibenci

(=makruh). (Penjelasannya di sini) Demikianlah, tujuan baik dengan

memberikan nama yang baik jangan sampai malah menjadi aneh, berlebihan,

dan seterusnya. Alangkah lebih baik jika trend pemberian nama berbau arab

oleh pasangan-pasangan muda saat ini juga diimbangi dengan

pengetahuan ilmu/aturan memberi nama, agar hasilnya juga baik walaupun

Page 60: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

49

dalam fiqih kontemporer membolehkan pemberian nama dengan nama asing4.

Dan lebih baik lagi jika orang tua juga tahu/bisa berbahasa arab, agar nama

anak juga tidak menabrak kaidah-kaidah/grammar bahasa arab (nahwu

sharaf)

Kembali kepada hukum pemberian nama dan pemanggilan dengan

nama asing selain Bahasa Arab terdapat beberapa pendapat sebagai berikut:

1. Ketua Persatuan Ulama Dunia, Syekh Yusuf Qaradhawi, menilai tidak

terlarang menggunakan nama asing untuk anak sepanjang maknanya baik.

Contoh paling dekat dalam kasus ini adalah istri Nabi SAW yang

melahirkan Ibrahim bernama Mariyah al-Qibthiyyah atau yang terkenal

dengan nama Qibthi al-Mishri dari Mesir. Syekh Qaradhawi menjabarkan

dalam nama-nama sahabat dan tabiin pun didapati beberapa nama yang

merupakan nama tumbuh-tumbuhan. Seperti Thalhah, Salmah, dan

Hanzhalah. Atau juga nama yang merupakan benda mati, seperti Bahr,

Jabal, dan Shakr.

2. Tidak menggunakan nama yang mengidentifikasi atau mencirikan secara

khusus kaum kuffar yang sifatnya tasyabbuh bil kuffar (menyerupai

budaya kafir)5.

4 Yusuf Qaradhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer 2, (Jakarta: Gema Insani, 1995) h. 559

5 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Dar al-

Fikr, 2007, Cet. Pertama) h. 209

Page 61: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

50

C. Filosofi Praktek Pemberian dan Pemanggilan Nama

Asal hukum pemberian nama adalah dibolehkan, selama tidak

mengandung makna terlarang. Namun tetap disarankan untuk nama yang bagus.

Hal ini berarti bahwa pemberian nama diluar nama Arab, atau tanpa nuansa

agamis atau pemberian nama lokal dan lainnya adalah diperbolehkan namun

pemilihan nama haruslah baik. Secara psikologis, tentunya nama yang baik akan

berbekas dalam jiwa saat pertama kali mendengarnya. Hal tersebut sebagaimana

diungkapkan oleh al-Mawardi ra dimana;

“Jika seorang bayi dilahirkan, maka penghormatan dan perlakuan baik

pertama yang seharusnya dia terima adalah menghiasnya dengan nama yang

baik. Karena nama yang baik akan berbekas dalam jiwa saat pertama kali

mendeng rny ”6. Al-Mawardi juga menyebutkan beberapa perkara yang

disunnahkan dalam masalah nama, memiliki nama yang baik, yang cocok dengan

yang diberi nama, sesuai dengan latar belakang sosial, ajaran dan kedudukan

keluarga.

Mendasarkan hal tesebut, filosofi pemberian nama adalah menisbatkan

sesuatu dengan hal baik dengan harapan baik dengan pertimbangan kesesuaian.

Adapun nama kaum muslimin atau nama dengan simbol keislaman tentu akan

lebih utama seperti pemberian dengan bahasa Arab yang notabene erat antara

Bahasa Arab dengan Islam.

6 Al-Mawardi, Nashihatul Muluk, (Kuwait, Maktabah al-Falah, 1983) hal. 167

Page 62: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

51

D. Hukum Penggunaan Nama dan Pemanggilannya yang tidak Sesuai dengan

Filosofi Hukum Islam

Pasca pemberian nama bagi anak yang terlahir, sangat memungkinkan

terdapat kesalahan pemberian nama karena keterbatasan informasi atau karena

satu dan lain hal. Penggantian nama dapat dilakukan demi kebaikan entah karena

pengertian yang tidak baik atau tujuan baik lainnya.

Ibnu Qoyyim menyebutkan bahwa Penggantian nama juga dilakukan pada

nama-nama yang pengertiannya baik untuk tujuan yang lain (tidak hanya pada

nama yang pengertiannya tidak baik)7. Misalnya, nama Birrah menjadi; Zainab,

karena khawatir jadi pensucian. ika dikatakan, “ eluarlah seseorang dari Birrah,”

atau “Aku berada di samping Birrah,” maka ia berkata, “ idak,”8. Hal ini

sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwa at ang men atakan, “ esungguhn a

Zainab binti Abi Salamah sebelumnya bernama Barrah. Kemudian Rasulullah

ll ll hu „Al ihi w ll m mengganti naman a dengan Zainab.” ( R.

Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah serta yang lainnya).9

Kecenderungan hukum penamaan dengan Bahasa Arab bukan pada

kualitas nama tetapi esensi nama dan kesan, hukum penggunaan nama,

pemanggilan yang yang tidak sesuai dengan Filosofi Hukum Islam terbagi

menjadi 2 (dua) kategori yaitu (1) Wajib dan Sunnah. Wajib adalah ketika

7 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Kado Menyambut Si Buah Hati, Terj. Hidayat, Mahfud

(Jakarta: Al-Kautsar, 2007, Cet. Pertama) h. 215

8 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Fikr,

2007, Cet. Pertama) h.191

9 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Kairo: Lajnah Ihya

Kutubu al-Sunan,1990), h. 1545

Page 63: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

52

perubahan nama terhadap nama yang mengandung sesuatu terlarang dalam hukum

haram. Adapun Sunnah adalah terhadap nama yang makruh. (2) mubah.

1. Kategori Pertama,

Pemberian nama baik agar tidak membuat sang anak kecewa saat ia

mengerti kelak, pemberian nama yang hina, bernada pesimistis, nama orang

jahat, pendurhaka. Hal tersebut berdasarkan praktek Nabi SAW yang bahkan

tak segan-segan mengganti nama-nama yang memiliki kesan buruk.

Perubahan nama dapat dari nama yang mengandung kesyirikan kepada Allah

kepada nama Islami, dari nama-nama kufur kepada nama-nama Imani. Hal

tersebut berdasarkan hadits al- irmid i dari „Ais ah yang disahihkan oleh al-

Albani yaitu:

Artinya: “ esungguhny N bi AW merub h tel h n m y ng jelek”. (HR..

Tirmizi)10

.

Beberapa praktek yang dilakukan oleh Nabi dalam merubah nama

misalnya;

a. Perubahan nama ”Ashi ah” (wanita durhaka) ang diganti menjadi

Jamilah (Wanita Cantik)11

. Hal ini sebagaimana hadist nabi dari Ibnu

„Umar, ia berkata;

10

Abu Isa Muhamamd ibn Isa al- Tirmizi, Kitab al-J mi‟ al-Tirmidzi, (Beirut; Darul

Kutub Ilmiyyah) Hadist No. 2839.

11 Fatwa Yusuf Qaradhawi disanding dengan Ibn Qayyim, Tuhfatul Mauduud, Maktabah

Darul Bayan, Cet. I, Damaskus, Syamilah h. 93-99, dan Ibn Utsaimin, arhul Mumti‟, al:

7/543-545.

Page 64: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

53

Artinya: “D ri Uidill h meng b rk n kep d s y d ri Ibnu „Um r

bahwa Rasulullah shallallahu „ l ihi wasallam mengganti nama

„Ashiy h (artinya: wanita yang suka bermaksiat) seraya

berkata; “N m kamu adalah Jamilah (artinya: wanita yang

cantik).”( R. Muslim).

b. Perubahan nama Hazn (keras dan tidak rata atau akhlak yang keras)

menjadi Sahl (tanah lembut dan rata). Telah menceritakan kepada kami

Ibrahim bin Musa telah menceritakan kepada kami Hisyam bahwa Ibnu

Juraij telah mengabarkan kepada orang-orang, katanya; telah mengabarkan

kepadaku Abdul Hamid bin Jubair bin Syaibah dia berkata; saya duduk di

hadapan a‟id bin Musa ib maka dia menceritakan kepadaku, bahwa

kakekn a datang kepada Nabi shallallahu „alaihi wa sallam dalam keadaan

sedih, lalu beliau bertan a; “ iapakah namamu?” ia menjawab;

“Namaku a n, ” Beliau bersabda:

Artinya: “Sekarang namamu adalah Sahl.”

Namun dia berkata; “ idak, aku tidak akan merubah nama ang

pernah di berikan oleh a ahku.” Ibnu Musa ib berkata, “Sesudah itu

12

Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisburi, Shahih Muslim, (Riyadl:

Daarul Haya, 1953, Jilid 1), h. 1026.

Page 65: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

54

keluarga terus menerus dalam keadaan khuzunah.” ( R. Bukhari)13

. Ibnu

Tiin mengatakan bahwa khuzunah adalah kerasnya akhlaq. Ahli nasab

menyebutkan bahwa keturunan Hazn ini terkenal dengan akhlaknya yang

keras14

.

Husain menyebutkan bahwa dari ceritra ini membuktikan bahwa

nama mempunyai pengaruh atas orang yang memakainya. Ahli sejarah

mengatakan bahwa anggota keluarga Hazn sangat tidak sopan dan kasar,

dan tetap demikian15

.

c. Perubahan nama Ashrom (terpotong) menjadi Zur‟ah (tumbuh). al ini

sebagaimana riwayat Usamah bin Akhdari, ia berkata:

Artinya: “Ad seseorang bernama Ashrom, ia bersama sekelompok orang

mendatangi Rasulullah shallallahu „ l ihi wa sallam. Beliau

shallallahu „ l ihi wa sallam lantas bertanya, “ i p

n m mu?” Ia menjawab, “Ashrom”. Beliau bersabda,

“ ek r ng namamu berganti menjadi Zur‟ h.” (HR. Abu Daud) 17

13

Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Kairo: Lajnah

Ihya Kutubu al-Sunan, Jilid 1), h. 1545

14. Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Baari bisyarhi al-Bukhari, h. 575

15. Husain, Akhlaq, Menjadi Orangtua (Muslim) Terhormat, (Surabaya: Risalah Gusti,

Cet. Pertama, 2000, h. 137

16 Hafiz Abu Tahir Zubair Áli Zai, Sunan Imam Abu Daud (Riyadh: Maktaba Dari-us-

Salam, 2008, Cet. Pertama), h, 895

17 Abu Daud, Sunan Abu Daud. (Beirut: Dar al-Jiil), h. 895-896

Page 66: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

55

d. Perubahan nama Syihab menjadi Hisyam, Abdun Nabi menjadi Abdul

Ghony, Abdur Rasul menjadi Abdul Ghofur, Abdul Husain menjadi

Abdurrahman18

.

Dalam Ahkamul Fuqaha, Keputusan Muktamar ke-8 di Jakarta 12

Muharram, dijelaskan hukum wajib merubah nama haram dan sunnahnya

mengubah nama yang makruh19

sebagaimana disebutkan dalam kitab

Tanwir al-Qulub yaitu:

Artinya: “Y ng ber rti b hw mengubah nama-nama haram itu hukumnya

wajib, dan nama-nama yang makruh hukumnya sunnah.

Demikian juga disebutkan dalam Hasyiyah al-Bajuri.”

Artin a: “Dan disunahkan memperbagus nama sesuai dengan Hadis:

“K mu sek li n k n dip nggil p d h ri ki m t dengan nama-

nama kalian dan nama-nama bapak kalian, maka

perbaguskanlah nama-n m k li n”. Dim kruhk n n m -nama

yang berarti jelek, seperti himar (keledai) dan setiap nama yang

diprasangka buruk (tathayyur) penafian atau penetapannya ..

18

. Asy-Syaikh Bakr Abdullah Abu Zaid, Tasmiyah al-Maulud. (Riyadh; Dar al-

„Ashimah, 1995), h. 42

19. Nahdlatul „Ulama Imam Ghazali Said (Editor), Ahkamul Fuqaha – Solusi

Problematika Aktual Hukum Islam Keputusan Muktamar, Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama,

(Jombang; Lajnah a‟lif wan Nas r, Diantama, 2012), h. 342

Page 67: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

56

Haram menamai dengan Abdul K ‟b h, Abdul H s n t u Abdu

Ali (H mb K ‟b h, H mb H s n t u H mb Ali). Menurut

pendapat yang lebib benar wajib mengubah nama yang haram,

karena berarti menghilangkan kemungkaran, walaupun al-

Rahmani ragu-ragu apakah mengubah nama demikian, wajib

t u sun h”

Mendasarkan hadits tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesalahan

pemberian nama adalah masalah klasik yang sudah terjadi dari masa lalu

karenanya Mahmud Mahdi mengutip perkataan Imam Ibnu Qayyim yang

berkata, “ elah bertindak gegabah sebagian orang yang tidak mengerti di

dalam memberikan nama kepada anak-anak mereka. Oleh karena itu, Nabi

h ll ll hu „Al ihi w ll m memberikan petunjuk kepada umatnya

dengan mencegah mereka dari hal-hal yang dapat menjebak mereka

memperdengarkan apa yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Semua itu

bertujuan agar mereka tidak terjebak dalam taklid buta dengan

memberikan nama yang tidak sesuai dengan apa yang sesungguhnya

mereka inginkan, kepada anak-anak mereka sehingga nantinya tidak

mendatangkan kerusakan.”20

Disisi lain, pemberian nama ang berlebihan “terlalu baik” juga

kerap kali menimbulkan masalah. Hal ini sebagaimana Ibnu Qayyim

berkata,”Memberikan nama yang baik kepada anak adalah dengan

harapan, agar memperoleh kebaikan pada seluruh sisi kehidupannya.

Sementara sebagian orang mengira, bahwa nama yang diberikan oleh

orang tuanya telah sesuai dengan sifat yang dimilikinya, sehingga ia

20

Mahmud Mahdi al-Istambuli, Kado Perkawinan, Terj. Ibnu Ibrahim, (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2007, Cet. Ke-21) h. 379-381

Page 68: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

57

menjadi bangga dengannya. Mahmud Mahdi menyebutkan bahwa

persoalan lain yang juga sering terjadi adalah, bahwa seseorang menduga

kalau nama yang disandangnya itu terpuji, bahwa dirinya suci dan dapat

mengangkat kedudukan lainn a (berlaku „ujub)21

. Oleh karena itu,

Rasulullah hallallahu „Alaihi wa allam merubah nama Barrah menjadi

Zainab sera a bersabda ( ang artin a), “Janganlah engkau merasa suci,

karena Allah lebih mengetahui orang-orang yang baik di antara kalian”.

Mahmud Mahdi juga menyimpulkan bahwa memberi nama

Nuruddin, Ruknuddin dan Badruddin menurut ketentuan di atas adalah

tidak boleh/tidak tepat. Oleh karena itu, tidak dibenarkan seenaknya di

dalam memberikan nama kepada anak, sehingga menyebabkan penyesalan

pada diri sang anak di kemudian hari (setelah ia dewasa). Terlebih lagi jika

bersikap mengabaikan nama-nama para sahabat besar yang sudah dikenal

kealiman mereka, keluhuran budi mereka dan perjuangan mereka membela

agama Allah.

Ibnu Qoyyim menjelaskan bahwa penggantian nama juga tidak

hanya dilakukan terhadap manusia, tetapi penggantian nama apa saja22

.

Beliau memberikan contoh penggantian nama yang dilakukan oleh Nabi

h ll ll hu „Al ihi w ll m yang pernah mengubah nama kota Madinah

yang semula dinamai Yatsrib, lalu beliau ganti menjadi Thabah seperti

21

Mahmud Mahdi al-Istambuli, Kado Perkawinan, Terj. Ibnu Ibrahim, (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2007, Cet. Ke-21) h. 379-381

22 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Fikr,

2007, Cet. Pertama) h.191

Page 69: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

58

riwayat dalam Shahih Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Humaid, dia

berkata, “ ami datang bersama Rasulullah AW dari abuk sampai kami

mendekati Madinah. Beliau bersabda, “Ini adalah habah.23

Alasan beliau

mengganti nama karena sangat tidak suka menamai Madinah dengan

Yatsrib. Allah SWT menyebutnya Yatsrib dalam al- ur‟an han a untuk

menceritakan kaum munafik. Dia berfirman:

ۥ

Artin a: “Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang

yang berpenyakit dalam hatinya berkata: "Allah dan Rasul-Nya

tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya". (Ingatlah)

ketik segolong n di nt r merek berk t , “H i penduduk

Yatsrib! Tidak ada temp t b gimu, kemb lil h k mu.”

Berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa nama

bayi dapat diganti baik karena alasan (1) hukum makruh/tidak baik atau

(2) lebih baik karena pertimbangan maslahat. Penggantian nama juga dapat

dilakukan tidak hanya pada nama bayi tetapi pada apa saja.

2. Kategori kedua

a. Pendapat ini dikemukanan oleh Ibnu Baththol yang mengatakan bahwa,

أ

23

Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Kairo: Lajnah Ihya

Kutubu al-Sunan, 1990. h. 451

Page 70: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

59

Artinya: “Perintah untuk memperbagus nama dan merubah nama menjadi

yang lebih baik bukanlah suatu yang wajib.”24

Kendatipun demikian, merubahnya adalah sesuatu yang lebih afdhol

(lebih baik), apalagi jika nama tersebut jelas-jelas nama yang haram untuk

digunakan.

E. Tradisi Nama di Indonesia

a. Nama dengan nama orang tua

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa lazimnya nama dicantumkan

dibelakang nama seseorang adalah nama orang tuanya, terutama bapak

kandungn a. Pencantuman itu ada kalan a dibubuhi dengan “bin”, “binti”,

atau tanpa itu semua. Ada juga yang menyandingkan namanya dengan nama

kedua orang tuanya sekaligus seperti Abdullah bin Ubay bin Salul. Yang

mana Ubay adalah nama Bapaknya, Salul nama Ibunya, sedangkan namanya

sendiri adalah Abdullah.25

Pencantuman nama orang tua di belakang nama anak biasanya dipakai

untuk sejumlah kepentingan. Salah satunya pencantuman nama itu dimaksud

untuk penegasan nasab atau hubungan biologis. Karenanya pencantuman

nama orang lain yang bukan orang tua kandung di belakang nama seseorang

terhitung aib yang sangat tercela dalam Islam seperti disebutkan Rasulullah

SAW berikut ini.

24

As-Syaikh Bakr Abu Zaid, Tasmiyatul Maulud, h. 46

25 Syeikh Sulaiman Umar al-Jamal, Al-Futuhatul Ilahiyah bi Taudhihi Tafsir Jalalain lid

D q ‟iqil Kh fiyy h, (Beirut: Darul Fikr, 2003, Juz III) h. 302

Page 71: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

60

Artinya: “Dari Abu Dzar, ia mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda,

„Tiada seorang pun yang menisbahkan diri kepada selain

b p kny deng n seng j mel ink n i menj di kufur,” (HR.

Bukhari).

Penjelasan hadits di atas diulas oleh Badruddin al- Aini dalam „Umdatu

al-Qari Syarhu Shahihi al-Bukhari berikut ini:

“(Kepada selain bapaknya) dan ( dengan sengaja) kalimat hal atau penunjuk

waktu kekinian. Artinya ia saat itu sadar bahwa nama penisbahan dibelakang

namanya itu bukanlah bapaknya. Penisbahan itu dikaitkan dengan

kesengajaan karena kesalahan dianggap dosa ketika dilakukan dengan

seng j . eb gi n n sk h menyebut, „ dalam kufur kep d All h‟ yang mana

hal ini tidak terdapat dalam riwayat Muslim. Dan tidak ada pada riwayat

sel in Abu Dz r. Tid k d ny penyebut n „kufur kep d All h‟ bis j di

dipahami sebagai kufur nikmat atau maksudnya tidak seperti yang tertera

secara harfiah. Tetapi maksudnya adalah penegasan larangan dan aib atas

penisbahan seseorang kepada orang lain yang bukan bapak kandungnya.

Hadits itu juga bisa dipahami bahwa penisbahan itu merupakan perilaku

y ng serup deng n perbu t n or ng k fir,”26

26

Badruddin al-Aini, „Umdatu al-Qari Syarhu Shahihi al-Bukhari, Juz 24, h. 35

Page 72: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

61

Di Indonesia penyebutan nama bapak dibelakang nama lebih

cenderung digunakan untuk kebutuhan khusus seperti zakat, qurban, akad

nikah, pengumuman kematian, doa untuk yang meninggal dan beberapa

lainnya. Hal ini seirama dengan pola yang ada.

Adapun dalam dunia perbankan, kata kunci kedua dalam merujuk

akun rekening sesorang lebih pada nama ibu kandung dari pada nama ayah

kandung. Tujuan ini dan alasan ini belum dapat diungkapkan secara

gamblang.

b. Pemanggilan Nama Istri dengan Nama Suami

Budaya di Indonesia pada sebagian daerah adalah ketika memanggil

nama seorang wanita yang telah menikah adalah dengan memanggilnya

dengan nama suami misalnya; Nyonya Haris sebagai penghormatan kepada

suami dimana Haris adalah nama suami, contoh lainnya adalah Ibu Presiden,

Ibu Wahyu, dan lainnya. Secara filosofi hukum Islam, belum diperoleh

informasi hukum memanggil nama seseorang dengan nama orang lain yang

hidup dengannya (suami). Hal ini berarti bahwa pemanggilan nama dengan

nama suami tidak terlarang walaupun bagi sebagian orang berpendapat

bahwa secara psikologis penghormatan lebih ditekankan kepada suami, disisi

lain memungkinkan untuk melupakan nama asli dari ibu kandung.

c. Pemanggilan nama dengan Julukan Baik & Buruk.

Tidak hanya Indonesia, negara lain pun memiliki julukan julukan

tertentu untuk nama orang dengan karakter atau sifat tertentu yang unik adn

melekat padanya baik memiliki kesan baik ataupun kesan buruk. Sebut saja

Page 73: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

62

julukan umum untuk orang yang sering tidur bukan pada waktunya dengan

julukan “pelor”, julukan untuk orang yang berkulit putih tidak pada umumnya

kulit warga Indonesia dengan julukan “si bule”, julukan untuk orang yang

sering alergi makan telur dengan julukan “telur” atau “endog”, julukan untuk

orang berkulit hitam dengan da a tarik dengan julukan “hitam manis”,

“jangkis” untuk anak ang kurus, “kancil” untuk ang berpostur kecil,

“gendut” untuk ang berpostur besar, dan berbagai julukan lainn a ang amat

sangat banyak sekali.

Terkait dengan ini dan merujuk pada dasar hukum laqob adalah haram,

hukum haram tentunya akan berlaku jika melukai perasaan atau berimplikasi

kepada hal negatif yang kemudian menjadi hukum turunan tambahan karena

akibatnya. Adapun menurut fatwa Syeikh Utsaimin hukum pemanggilan

laqab adalah tidak terkena hukum haram, sekalipun tidak terkena hukum,

tidak semestinya orang-orang yang memiliki kepribadian kemanusiaan untuk

saling memanggil dengan julukan-julukan yang buruk sekalipun dalam

rangka bercanda karena barangkali bercanda bisa memunculkan perselisihan

dan pertengkaran di masa yang akan datang dan bisa jadi pula ada orang lain

yang mendengarkannya lantas menggunakan julukan tersebut dan

mengungkapkannya kepada orang yang dijuluki itu secara sungguh-sungguh

bukan untuk bercanda oleh karena itu hukum fatwa terbaik adalah agar

dihindari27

.

27

Syeikh Ibn Utsaimin, Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, (Jakarta; Dar al-Haq), h. 532

Page 74: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada pembahasan tentang pemberian nama dan pemanggilan nama

menurut perpektif Islam dan Adat Kebiasaan Indonesia, dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Nama merupakan sebutan atau label yang diberikan kepada apapun baik

benda, manusia tempat dan lainnya untuk membedakan satu dari lainnya.

Nama memilkii panjang tertentu sesuai keinginan pemberian nama. Di

Indonesia, nama hanyalah nama, adapun di kalangan bangsa arah terdapat

istilah Kunyah/julukan sebagai implikasi dari kebiasaan sekaligus

pengormatan terhadap sesuatu entah karena turunan atau penisbatan kepada

sesuatu. Nama yang dipahami sebagai pujian atau celaan disebut dengan

laqob atau “julukan” dalam budaya Indonesia. Hukum julukan ini adalah

haram.

2. Pemberian nama merupakan salah satu cara untuk mengenali dan

membedakan sesuatu dari lainnya. Motif pemberian nama juga cenderung

dianggap memiliki nilai yang mempengaruhi nilai sosial baik untuk sebuah

arti, makna, doa dan lainnya.

3. Waktu pemberian nama dalam Islam dan dalam budaya Indonesia terdiri dari

3 yaitu; (1) pada hari kelahiran/ditemukan/dihasilkannya sesuatu, (2) sebelum

hari ketujuh atau sesudah kelahiran, dan (3) pada hari ketujuh kelahiran.

Page 75: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

64

Waktu ini sifatnya pilihan berdasarkan sejarah dan rujukan dasar/dalil yang

akan digunakan.

4. Dalam keluarga, pihak yang paling berhak memberikan nama kepada seorang

anak adalah seorang Ayah. Hal ini berdasarkan pemanggilan manusia pada

hari kiamat adalah dengan nama seseorang dan nama ayahnya.

5. Dasar hukum pemberian nama adalah boleh/mubah, begitupun dengan

kunyah. Adapun laqob dasar hukumnya adalah haram.

6. Hukum turunan pemberian nama terbagi sebagai berikut:

a. Mubah/boleh dengan nama yang ketika penyebutan atau pemanggilannya

tidak mengandung atau mempengaruhi aspek negatif baik secara lokal

maupun keagamaan. Bahasa dalam nama tidak menjadi permasalahan

dalam pemberian dan pemanggilan nama karena asal hukum nama adalah

mubah.

b. Haram untuk (1) nama Tuhan hukumnya haram kecuali dengan

penambahan imbuhan dengan ma’rifah atau murni nakiroh, (2) nama

yang dinisbatkan atau dihambakan kepada sembahan selain Allah, nama

setan, nama orang sombong, nama dengan kesan sombong atau

ketinggian berlebih, nama dengan gelar khusus yang peruntukkan para

nabi,

c. Makruh untuk nama malaikat; alquran dan surat-suratnya, nama nabi,

7. Adat pemanggilan nama di Indonesia berkisar pada; pemberian nama lebih

dari satu suku kata, nama bersumber dari bahasa lokal-latin-arab-asing,

penggunaan nama popoler seperti (artis, tokoh dll) dengan harapan dapat

Page 76: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

65

mengikuti kebaikan dari tokoh, menggunakan bahasa arab namun di arab

sendiri tidak diberikan untuk mnama orang, menggunakan nama bermakna

berlebihan, pemanggilan nama istri dengan nama suami, pemanggilan nama

dengan julukan yang ada padanya (laqob) baik berkesan baik maupun buruk.

8. Perihal panjang nama terdapat 2 pendapat utama yaitu; (1) sebaiknya singkat

padat dan hanya satu suku kata, (2) dua suku kata yang disukai allah

(Abdurrahman, Abdullah) dan penghormatan atas keturunan.

9. Hukum pemberian nama kontroversial yang tidak sesuai dengan filosofi

hukum Islam berimplikasi pada (1) wajib diganti bagi nama yang

mengandung sesuatu terlarang atau haram, (2) sunnah diganti terhadap nama

yang dimakruhkan, (3) mubah atau boleh bagi nama lokal yang pada

lingkungannya tidak mengandung sesuatu yang dimakruhkan atau

mengandung arti atau makna negatif.

B. Saran-Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian yang berjudul “Hukum Pemberian Nama

dan Pemanggilan Nama menurut Perspektif Islam dan Adat Kebiasaan Indonesia”

maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Perlunya sosialisasi lebih terhadap masyarakat mengenai Nama, agar

masyarakat benar-benar mengenal istilah dan makna nama yang akan dipilih

serta pendekatan dalam pemberian dan pemanggilan nama.

2. Perlunya peran para Ulama dalam sosialisasi nama baik dan nama tidak baik

di Indonesia.

Page 77: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

66

DAFTAR PUSTAKA

A. Kitab-kitab

Al-Quran al-Karim.

Al-Sunnah Rasulullah SAW

B. Buku

Abdurrahman, Jamal, Islamic Parenting Pendidikan Anak Metode Nabi. Solo:

Aqwam, 2010

Al-Aini, Badruddin, ‘Umdatu al-Qari Syarhu Shahihi al-Bukhari, Juz 24

Al-Arifi, Yusuf, Tips Islami Menyambut Kelahiran Bayi (Jakarta: al-Nadwah,

2002, Cet. Pertama)

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Fath al-Baari bisyarhi al-Bukhari

Al-Bukhari, Abi Abdillah Muhammad bin Ismail, Shahih al-Bukhari, Kairo:

Lajnah Ihya Kutubu al-Sunan, 1990.

__________, Abi Abdullah Muhammad bin Ismail. Matan al-Bukhori, Indonesia:

Dar Ihya’Al-Kitab Al-Arabiyah, Juz 4

Ali, Zainuddin. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Atmajaya

(PUAJ), 2007

Al-Istambuli, Mahmud Mahdi. Kado Perkawinan, Terj. Ibrahim, Ibnu. Jakarta:

Pustaka Azzam, 2007, Cet. Ke-21

Al-Jamal, Syeikh Sulaiman Umar, Al-Futuhatul Ilahiyah bi Taudhihi Tafsir

Jalalain lid Daqa’iqil Khafiyyah, Beirut: Darul Fikr, 2003, Juz III

Al-Jauziyah, Ibnu Qoyyim, Kado Sang Buah Hati. Solo: Al-Qowam, 2007

__________, Ibnu Qayyim. Fiqih Bayi. Penerjemah H. Anshori Umar Sitanggal.

Jakarta: Dar al-Fikr, 2007

__________, Ibnu Qayyim. Kado Menyambut Si Buah Hati, Terj. Hidayat,

Mahfud. Jakarta: Al-Kautsar, 2007, Cet. Pertama

__________, Ibnu Qayyim, Serpihan Kasih untuk Si Buah Hati, Jakarta: Pustaka

Azzam, 1995, Cet. 1

Al-Mawardi, Nashihatul Muluk. Kuwait: Maktabah al-Falah, 1983

Page 78: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

67

Al-Mutawakkil, Khadijah A.Q, Nama-nama Indah untuk Anak Anda, (Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 1991, Cet. 1)

Al-Naisburi, Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Shahih Muslim.

Riyadl: Daarul Haya, 1953

Al-Tirmizi, Abu Isa Muhamamd ibn Isa, Kitab al-Jami’ al-Tirmidzi, (Beirut;

Darul Kutub Ilmiyyah) Hadist No. 2839.

As-Syuhairi, Imam Ahmad bin al-Husain. Fath al-Qarib al-Mujib. Semarang:

Pustaka Alawiyah, t.th.

As-Subki, Ali Yusuf. Fiqh Keluarga. Jakarta: Amzah, 2010, Cet. Pertama

Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Bin. Fatwa Lajnah Daimah. Beirut: Darul Ifta, Juz

11

Daud, Abu. Sunan Abu Daud. Beirut: Dar al-Jiil, t.th. Juz IV.

Ibn Qayim, Tuhfatul Maudud, Maktabah Darul Bayan, Cet. I, Damaskus,

Syamilah.

Fatwa Yusuf Qordhowi Disanding dengan Ibn Qayyim, Tuhfatul Mauduud.

Maktabah Darul Bayan, Cet. I, Damaskus, Syamilah hal: 93:99, dan Ibn

Utsaimin, Syarhul Mumti’

Halawi, Muhammad Abdul Aziz, Fatwa dan Ijtihad Umar Bin Khatab

Ensiklopedia Berbagai Persoalan Fikih. Surabaya: Risalah Gusti, Cet.

Pertama, 2009

Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia sejak 1975, Jakarta: Erlangga, 2011.

Haq , Hamka, Falsafat Usul Fiqh. Ujung Pandang: Yayasan Al-Ahkam, 1998.

Haroen , Nasrun, Usȗ l al-Fiqh. Pamulang Ciputat: Logos Publising House, 1996.

Harb,Ibnu Abi Khaitsumah Abu Bakr Ahmad bin Zuhair bin, At-Tarikh Al Kabir,

Takhrij No. 35, Ar-Ribath Dar Al-Wathan, 2004

Husain, Akhlaq, Menjadi Orangtua (Muslim) Terhormat. Surabaya: Risalah Gusti,

Cet. Pertama,

Iraqi, Ibnu, Tanzih asy-Syariah al-Marfuah ‘anil-Akhbaisy-Syania’h al-Maudhlu’

Beirut: Dar al-Kutub al-‘Alamiya, 2010, Cet. Pertama

Jumantoro, Totok Samsul Munir Amin. Kamus Usul al-Fiqh, Jakarta: Amzah,

2009. Jumantoro, Totok, Samsul Munir Amin. Kamus Usul al-Fiqh,

Jakarta: Amzah, 2009.

Page 79: HUKUM PEMBERIAN NAMA DAN PEMANGGILAN NAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41601/1/MUHTADIN... · nama yang dalam penyusunannya terdiri dari beberapa kombinasi,

68

Kasmuri, Selamet, Pedoman Mengayuh Bahtera Rumah Tangga (Panduan

Perkawinan). Jakarta: Kalam Mulia, 1998

Khallâf , Abd Al-Wahâb. Ilmu Usȗ l al-Fiqh, T.tp., Dar al-Qolam, karya, 2005.

Meleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2005, Cet. Ke Kesepuluh

Nawawi, Muhammad Umar Al-Jaawi. Tausikh Ala Ibnu Qasim. Beirut: Maktabah

Muhammad Bin Syarif, t.th.

Purwaka, Tommy Hendra. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas

Atmajaya (PUAJ), 2007.

Qaradhawi,Yusuf, Fatwa-Fatwa Kontemporer 2. Jakarta:Gema Insani, 1995

Saurah, Abi Isa Muhammad bin. Sunan Turmudzi, Juz IV. Beirut Darul Fikra, t.t.h

Syalabi, Rauf, Wahai Bapak Didiklah Keluargamu dengan Baik. Bandung: Gema

Risalah Press, 1994, Cet. 6

Syalwan, Yahya bin Sa’ide Alu, Fatawa Ath-Thiflul Muslim, Edisi Indonesia 150

Fatwa Seputar Anak Muslim. Griya Ilmu, Al-Arabiyah, Juz 4.

Ulwan, Abdul Nashih, Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani,

Jilid I, 2007.

Utsaimin, Syeikh Ibnu, Fatwa-Fatwa Terkini, Jilid 3, (Jakarta; Dar al-Haq), h.

532

Zahrah, Muhammad Abu. Usȗ l al-Fiqh. Penerjemah Saefullah Ma’sum, Slamet

Basyir dkk, Pasar Minggu: Pustaka Firdaus, 2014.

Zaí, Hafiz Abu Tahir Zubair Áli. Sunan Imam Abu Daud. Riyadh: Maktaba Dari-us-

Salam, 2008. Cet. Pertama.

Zaid, As-Syaikh Bakr Abu, Tasmiyatul Maulud