KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion...

150

Transcript of KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion...

Page 1: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...
Page 2: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

KATA PENGANTAR

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang

diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan

pada data dan informasi yang sudah dipublikasikan oleh Kementerian/Lembaga, dan instansi

internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan

beberapa Kementerian/Lembaga, pengamat, dan praktisi ekonomi.

Publikasi triwulan I tahun 2017 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai

perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan I tahun 2017. Dari sisi

perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan

negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi perekonomian

nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I tahun 2017 dari

sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan investasi dan kerja sama

internasional, industri dalam negeri, serta perekonomian daerah. Dalam publikasi ini juga

tersaji Policy Brief terkait kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi terkini.

Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak

perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun dari

pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan publikasi ini

dapat tercapai.

Jakarta, Juni 2017

Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

Page 3: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

ii

Ringkasan Eksekutif

Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan mencapai 3,5 persen tahun 2017 seiring dengan adanya peningkatan investasi, manufaktur, perdagangan dan perbaikan harga komoditas. Perekonomian Amerika Serikat tumbuh 0,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017, lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan I tahun 2016 maupun triwulan IV tahun 2016. Penurunan konsumsi individu menjadi 0,3 persen (YoY), paling rendah sepanjang tahun dari tahun 2009. Permintaan barang dan jasa yang menurun dan kondisi musim dingin yang tidak terlalu ekstrim mengurangi permintaan terhadap alat penghangat. Pertumbuhan ekonomi Uni Eropa tetap sebesar 1,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017 dibandingkan triwulan I tahun 2016 namun lebih rendah dari triwulan IV tahun 2016 mencapai 1,8 persen (YoY). Pertumbuhan ekonomi Eropa yang cukup stabil didukung oleh pertumbuhan Jerman yang menguat pada triwulan I tahun 2017.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok mencapai 6,9 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017 meningkat dari sebelumnya 6,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2016 dan 6,8 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2016. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan I tahun 2017 didukung oleh penjualan properti dan investasi. Selain itu, perubahan ekonomi yang mengubah fokus dari sektor industri ke konsumsi telah meningkatkan kontribusi konsumsi menjadi 77,2 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017.

Perekonomian Indonesia pada triwulan I tahun 2017 tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2016 yang tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh membaiknya kondisi perekonomian global walaupun pertumbuhannya belum merata. Dari sisi domestik, kinerja pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya ekspor dan terjaganya permintaan domestik.

Ekspor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 8,0 persen (YoY), paling tinggi sejak triwulan I tahun 2014. Ekspor Barang tumbuh signifikan yaitu sebesar 8,0 persen (YoY) dan Ekspor Jasa tumbuh sebesar 7,3 persen (YoY). Peningkatan ini didorong oleh ekspor jasa yang meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Impor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY), paling tinggi sejak triwulan II tahun 2014 seiring dengan membaiknya ekspor barang dan jasa.

Pada triwulan I tahun 2017, seluruh pulau mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Sulawesi dan Jawa. Kontribusi daerah terhadap PDB pada triwulan I tahun 2017 mengalami perubahan meskipun kontribusi terbesar terhadap PDB tetap didominasi Pulau Jawa. Kontribusi Jawa meningkat sebesar 0,6 persen dari triwulan sebelumnya, namun lebih kecil dibandingkan triwulan I tahun 2016 yang sebesar 58,8 persen.

Page 4: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

iii

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I tahun 2017 mengalami suplus sebesar USD4,5 miliar, meningkat signifikan dibandingkan triwulan I tahun 2016 yang mengalami defisit sebesar USD0,3 miliar, namun relatif tidak berubah dari triwulan sebelumnya. Kinerja ini didukung oleh surplus neraca transaksi modal dan finansial yang meningkat signifikan sehingga dapat menutup defisit neraca transaksi berjalan yang juga meningkat.

Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan I tahun 2017 sebesar USD40.607,0 juta, mengalami kenaikan sebesar 20,8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama triwulan I tahun 2016. Sementara itu kinerja ekspor nonmigas mengalami kenaikan sebesar 21,6 persen pada triwulan I tahun 2017. Kinerja ekspor nonmigas berdasarkan sektor pada triwulan I tahun 2017 ditopang oleh sektor produk industri sebesar USD30.571,6 juta dengan proporsi 75,3 persen dari total nilai ekspor nonmigas.

Realisasi penerimaan perpajakan per triwulan I 2017 mencapai Rp237,7 triliun atau 15,9 persen dari target APBN, lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2016 (13,2 persen). Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh realisasi pajak pertambahan nilai dan pajak penghasilan yang salah satunya adalah dari uang tebusan Tax Amnesty periode terakhir (Januari-Maret 2017) yang mencapai Rp11,2 triliunRealisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan I tahun 2017 sebesar Rp 68,8 triliun, lebih besar dari realisasi triwulan I tahun 2016, atau tumbuh sebesar 36,6 persen. Sementara itu, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) triwulan I tahun 2017 sebesar USD7.293,7 juta juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I tahun 2016, atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,4 persen.

Penjualan mobil pada triwulan I tahun 2017 mencapai 283.245 unit atau tumbuh sebesar 6,0 persen dibandingkan triwulan I tahun 2016. Pertumbuhan positif ini disebabkan oleh daya beli masyarakat kelas menengah atas yang kembali stabil. Selain itu, peluncuran tipe kendaraan baru membuat masyarakat tertarik untuk melakukan pembelian mobil.

Penjualan motor pada awal tahun 2017 masih mengalami pertumbuhan negatif. Secara absolut, penjualan motor pada triwulan I tahun 2017 mencapai 1,4 juta unit, menurun 6,8 persen dibandingkan dengan penjualan pada triwulan I tahun 2016 lalu yang mencapai 1,5 juta unit. Selama 11 triwulan berturut-turut penjualan sepeda motor mengalami penurunan, antara lain disebabkan oleh stagnasi dari daya beli masyarakat berpenghasilan menengah. Penurunan penjualan sepeda motor menunjukkan tren yang mengkhawatirkan apabila tren ini berlanjut secara berkelanjutan.

Page 5: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

iv

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

POLICY BRIEF .................................................................................................... 3

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA .................................................................. 12

Pertumbuhan Ekonomi........................................................................ 12

Tingkat Pengangguran ......................................................................... 14

Perkiraan Ekonomi Dunia .................................................................... 15

PERKEMBANGAN KEUANGAN INTERNASIONAL ............................................ 20

Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD ................................................. 20

Inflasi ................................................................................................... 21

Suku Bunga Kebijakan ......................................................................... 23

Cadangan Devisa ................................................................................. 25

PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL .............................. 26

Perkembangan Harga Internasional .................................................... 26

Harga Minyak Dunia dan Gas Alam ..................................................... 28

Harga Komoditas Utama Pangan ......................................................... 30

ISU TERKINI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL ................................... 31

Amerika Serikat dan Tiongkok Menandatangani

Perjanjian Perdagangan ....................................................................... 31

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL ....................................................... 32

Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia ............. 32

Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat

Keterangan Asal (SKA) ......................................................................... 33

Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia dengan

Negara-Negara Mitra FTA .................................................................... 34

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA ........................................................... 46

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA ......................................................... 46

PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH ........................................................... 52

PERKEMBANGAN HARGA KEBUTUHAN POKOK ............................................. 56

Perkembangan Harga Domestik .......................................................... 56

Page 6: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

v

Indeks Harga Bahan Pokok Nasional ................................................... 58

INDEKS TENDENSI KONSUMEN ...................................................................... 59

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN ................................................................... 60

PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI ............................................................. 61

Kondisi Bisnis Indonesia ...................................................................... 61

Pertumbuhan Industri Pengolahan ..................................................... 63

Data Penjualan Komoditas Industri Utama ......................................... 68

Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri ................................ 71

Manufacturing Purchasing Manager Index ......................................... 72

KEUANGAN NEGARA ........................................................................................ 75

PENDAPATAN NEGARA .................................................................................. 75

BELANJA PEMERINTAH .................................................................................. 76

PEMBIAYAAN PEMERINTAH .......................................................................... 78

Posisi Utang Pemerintah ..................................................................... 79

Surat Berharga Negara (SBN) .............................................................. 80

Pinjaman Luar Negeri .......................................................................... 81

PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN ......................................................... 85

TRANSAKSI BERJALAN .................................................................................... 87

Perkembangan Ekspor ......................................................................... 87

Perkembangan Impor .......................................................................... 91

Perkembangan Neraca Perdagangan .................................................. 94

NERACA MODAL DAN FINANSIAL ................................................................ 100

CADANGAN DEVISA ..................................................................................... 102

PERKEMBANGAN INVESTASI .......................................................................... 105

ISU TERKINI PERKEMBANGAN INVESTASI .................................................... 105

PERKEMBANGAN INVESTASI ........................................................................ 106

REALISASI INVESTASI.................................................................................... 106

Realisasi Per Sektor ........................................................................... 107

Realisasi Per Lokasi ............................................................................ 109

Realisasi per Negara .......................................................................... 111

PERKEMBANGAN MONETER DAN KEUANGAN ................................................ 115

PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER ..................................................... 115

Tingkat Inflasi..................................................................................... 115

Nilai Tukar Rupiah ............................................................................. 117

Jumlah Uang Beredar ........................................................................ 119

Page 7: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

vi

Respon Kebijakan Moneter ............................................................... 120

SEKTOR PERBANKAN.................................................................................... 122

Kredit Usaha Rakyat (KUR) ................................................................ 125

Sektor Perbankan Syariah ................................................................. 126

Lampiran 1: Inflasi Domestik (Bagian 1) .......................................................... 129

Lampiran 2: Inflasi Domestik (Bagian 2) .......................................................... 130

Lampiran 3 : Nilai Tukar Mata Uang per USD ................................................... 131

Lampiran 4: Harga Komoditas Internasional .................................................... 132

Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional ....................................................... 133

Page 8: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF ............................................ 16

Tabel 2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Menurut ADB (YoY) ...................... 18

Tabel 3. Tingkat Inflasi Global Triwulan I-2017 (% YoY) ......................................... 22

Tabel 4. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara (persen) ................................... 24

Tabel 5. Posisi Cadangan Devisa Beberapa Bank Sentral (miliar USD) .................. 26

Tabel 6. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih ..................................... 27

Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak dan Gas Dunia .......................................... 29

Tabel 8. Status Perjanjian Ekonomi Internasional (per Maret 2017) ..................... 32

Tabel 9. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia ............... 33

Tabel 10. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara

Mitra FTA di Kawasan Oseania (juta USD) ................................................ 34

Tabel 11. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara

Mitra FTA di Kawasan Asia Selatan (juta USD) ......................................... 35

Tabel 12. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara

Mitra FTA di Kawasan Asia Tenggara (juta USD) ...................................... 36

Tabel 13. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara

Mitra FTA di Kawasan Timur Tengah (juta USD) ...................................... 39

Tabel 14. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara

Mitra FTA di Kawasan Asia Timur (juta USD) ............................................ 40

Tabel 15. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara

Mitra FTA di Kawasan Afrika (juta USD) ................................................... 41

Tabel 16. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara

Mitra FTA di Kawasan Eropa (juta USD) ................................................... 41

Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 –

Triwulan I Tahun 2017 Menurut Lapangan Usaha (YoY) .......................... 49

Tabel 18. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III Tahun 2014 –

Triwulan I Tahun 2017 (Persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) ......... 51

Tabel 19. Koefisien Variasi Harga Antar Waktu Periode Bulan

Januari-Maret Tahun 2017 ....................................................................... 57

Tabel 20. Koefisien Variasi Harga Antar Wilayah Bulan Januari-Maret

Tahun 2017 ............................................................................................... 58

Tabel 21. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2015 –

Triwulan I Tahun 2017 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya .... 59

Page 9: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

viii

Tabel 22. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Agustus 2016 –

April 2017 ................................................................................................. 60

Tabel 23. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV

Tahun 2016 ............................................................................................... 62

Tabel 24. Perkembangan Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan

Hibah Tahun 2011 – 2017 (triliun rupiah) ................................................ 75

Tabel 25. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa,

Tahun 2011-2016 (triliun rupiah) ............................................................. 78

Tabel 26. Perkembangan Realisasi Komposisi Pembiayaan APBN

Triwulan I 2016 dan 2017 (Rp triliun) ...................................................... 79

Tabel 27. Perkembangan Realisasi Pembayaran Pokok dan

Bunga Utang Pemerintah Pusat ............................................................... 80

Tabel 28. Posisi Kepemilikan SBN Rupiah yang Diperdagangkan,

Tahun 2011 – 2016 (triliun Rupiah) .......................................................... 80

Tabel 29. Posisi Pinjaman Luar Negeri berdasarkan

Kreditur (Rp Triliun) .................................................................................. 81

Tabel 30. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2015 –

Triwulan I Tahun 2017 (Miliar USD) ......................................................... 86

Tabel 31. Perkembangan Ekspor Triwulan I Tahun 2017 ......................................... 88

Tabel 32. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai

Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan I Tahun 2017 .................................. 89

Tabel 33. Golongan Barang dengan Volume Ekspor Nonmigas

Terbesar Triwulan I Tahun 2017 ............................................................... 90

Tabel 34. Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama

Triwulan I Tahun 2017 .............................................................................. 91

Tabel 35. Perkembangan Impor Triwulan I Tahun 2017 .......................................... 92

Tabel 36. Perkembangan Impor Nonmigas Menurut Golongan

Barang Terpilih Triwulan I Tahun 2017 ..................................................... 93

Tabel 37. Negara Utama Asal Impor Nonmigas Triwulan I Tahun 2017 .................. 94

Tabel 38. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan I Tahun 2017 ........................... 95

Tabel 39. Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok Triwulan I Tahun 2017 ........... 95

Tabel 40. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang Triwulan I Tahun 2017 .............. 96

Tabel 41. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika Triwulan I Tahun 2017 ............ 96

Tabel 42. Neraca Perdagangan Indonesia-India Triwulan I Tahun 2017 ................. 97

Tabel 43. Neraca Perdagangan Indonesia-Singapura Triwulan I Tahun 2017 ......... 97

Page 10: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

ix

Tabel 44. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan I Tahun 2017 (persen) .......... 106

Tabel 45. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2010- Triwulan I Tahun 2017 ............. 106

Tabel 46. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan

PMA Triwulan I Tahun 2017 Berdasar Sektor ......................................... 108

Tabel 47. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan I Tahun 2017 ................ 108

Tabel 48. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan I

Tahun 2017 Berdasarkan Lokasi (Rp Triliun) .......................................... 109

Tabel 49. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan I

Tahun 2017 Berdasarkan Lokasi (USD Juta) ........................................... 110

Tabel 50. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan I Tahun 2017 ................. 111

Tabel 51. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan I

Tahun 2017 ............................................................................................. 111

Tabel 52. Tingkat Inflasi Domestik Triwulan I Tahun 2017 .................................... 115

Tabel 53. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen ................................. 116

Tabel 54. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Pembentukan

Inflasi Bulanan ........................................................................................ 116

Tabel 55. Struktur Suku Bunga Operasi Moneter Reverse Repo ........................... 121

Page 11: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pergerakan Suku Bunga Kebijakan (%) Tahun 2010-2017 ..................... 4

Gambar 2. Perkembangan Inflasi (%)Tahun 2004-2016......................................... 5

Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV Tahun 2016 di Beberapa

Negara (YoY) ........................................................................................ 12

Gambar 4. Tingkat Pengangguran di Beberapa Negara ......................................... 14

Gambar 5. Apresiasi dan Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD

per akhir Januari-Maret 2017 (% YtD) ................................................. 21

Gambar 6. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global .................... 30

Gambar 7. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total

SKA Preferensi ..................................................................................... 33

Gambar 8. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA Nonpreferensi...................................................................................... 34

Gambar 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 –

Triwulan I Tahun 2017 (Persen)........................................................... 46

Gambar 10. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Enam Pulau Besar

di Indonesia pada Triwulan I Tahun 2015 - Triwulan I Tahun 2017 (Persen) ............................................................................................... 53

Gambar 11. Kontribusi di Enam Pulau Besar Indonesia terhadap PDB

Pada Triwulan I Tahun 2013 - Triwulan I Tahun 2017 ......................... 54

Gambar 12. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Bahan Makanan ................. 58

Gambar 13. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I

Tahun 2014 – Triwulan I Tahun 2017 .................................................. 60

Gambar 14. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2012 –

Triwulan I Tahun 2017 ......................................................................... 62

Gambar 15. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, persen) ............ 63

Gambar 16. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas

Triwulan I Tahun 2017 (YoY, persen) ................................................... 64

Gambar 17. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan

Non-Migas pada Triwulan I Tahun 2017 ............................................. 65

Gambar 18. Ekspor Produk Industri ......................................................................... 67

Gambar 19. Tenaga Kerja Sektor Industri ................................................................ 67

Gambar 20. Upah Tenaga Kerja Sektor Industri ...................................................... 68

Gambar 21. Penjualan Mobil Triwulan I Tahun 2017 .............................................. 69

Page 12: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

xi

Gambar 22. Penjualan Motor Triwulan Tahun I 2017 ............................................. 69

Gambar 23. Penjualan Semen Triwulan I Tahun 2017 (Ton) ................................... 70

Gambar 24. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan I 2017 ............................... 71

Gambar 25. Prompt Manufacturing Index Indonesia .............................................. 72

Gambar 26. Penerimaan Perpajakan dan Uang Tebusan,

2016 – 2017 (Kumulatif) ...................................................................... 75

Gambar 27. Perkembangan Komposisi Realisasi Belanja Negara,

2016-2017 (Kumulatif) ........................................................................ 76

Gambar 28. Perkembangan Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah

Pusat 2017 ........................................................................................... 77

Gambar 29. Proporsi Belanja Modal dan Subsidi, Maret 2016

dan Maret 2017 (% APBN) ................................................................... 77

Gambar 30. Perkembangan Realisasi Defisit APBN, Maret 2016

dan Maret 2017 ................................................................................... 78

Gambar 31. Posisi Utang Pemerintah Pusat 2011-2017 (Rp triliun) ........................ 79

Gambar 32. Komposisi Kepemilikan SBN oleh Asing berdasarkan

Tenor (% Total SBN) ............................................................................. 81

Gambar 33. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan I Tahun 2017 (Miliar USD) ..................................................................... 85

Gambar 34. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Maret 2017 ...................................... 87

Gambar 35. Nilai dan Volume Impor Hingga Maret 2017 ....................................... 91

Gambar 36. Neraca Perdagangan Jasa Triwulan I Tahun 2015-

Triwulan I Tahun 2017 (Miliar USD) .................................................... 98

Gambar 37. Neraca Perdagangan Jasa Perjalanan dan Transportasi

Triwulan I Tahun 2015-Triwulan I Tahun 2017 .................................... 99

Gambar 38. Neraca Pendapatan Primer Triwulan I Tahun 2014-

Triwulan I Tahun 2017 (USD Miliar) .................................................... 99

Gambar 39. Pendapatan Sekunder Triwulan I Tahun 2014-

Triwulan I Tahun 2017 (Miliar USD) .................................................. 100

Gambar 40. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 –

Triwulan I Tahun 2017 (Miliar USD) .................................................. 101

Gambar 41. Nilai Tukar Rupiah terhadap USD (Rp/USD) ....................................... 118

Gambar 42. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100) .......................... 118

Gambar 43. Nominal Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100) ................... 119

Gambar 44. Perkembangan Uang Beredar Triwulan I Tahun 2017 ....................... 120

Page 13: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

xii

Gambar 45. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia .............................. 122

Gambar 46. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia ............... 123

Gambar 47. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya .............. 124

Gambar 48. Penyaluran KUR berdasarkan Sektor Ekonomi .................................. 125

Gambar 49. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia ................... 126

Gambar 50. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan

di Indonesia ....................................................................................... 127

Gambar 51. Perkembangan Pembiayaan Berdasarkan

Tujuan Pemakaiannya ....................................................................... 128

Page 14: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

1

Page 15: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

2

Page 16: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

3

POLICY BRIEF

Satu Tahun Implementasi BI 7 Day Repo Rate

Oleh:

Tari Lestari,S.Si.,SE.,MS

Ratih Budhi Larasati, SE

Aropando Sibarani, SE

Keputusan Bank Indonesia untuk meluncurkan kebijakan baru terkait suku bunga

acuan, dari semula BI rate menjadi BI 7 Day (Reverse) Repo Rate/BI 7-DRR telah

mengundang perdebatan, terutama terkait efektivitasnya dalam mempengaruhi

suku bunga pinjaman dan transmisinya terhadap sektor riil. Analisis ini menunjukkan

bahwa BI 7-DRR memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap suku bunga pinjaman

dibandingkan dengan BI rate.

Bank Indonesia secara resmi merubah suku

bunga acuan Bank Indonesia menjadi BI 7-DRR

pada tanggal 19 Agustus 2016.

Beberapa hal yang melatarbelakangi

kebijakan ini, antara lain: (i) kurang efektifnya

transmisi BI rate dalam mempengaruhi suku

bunga pasar uang, yang diindikasikan oleh

besarnya spread antara BI rate dan suku

bunga PUAB1 serta fakta bahwa penurunan BI

rate tidak disertai dengan penurunan lending

rate (Gambar 1); (ii) mempertimbangkan

kondisi makroekonomi yang dirasa cukup

mendukung seperti inflasi yang relatif stabil

dan terkendali (Gambar 2); dan (iii) BI rate

tidak mengacu kepada instrumen operasional

moneter yang lebih bersifat transaksional

antara Bank Indonesia dan perbankan setiap

hari, sehingga diperlukan kebijakan baru

untuk mengatasi permasalahan ini.

1 Pasar Uang Antar Bank (PUAB) adalah kegiatan pinjam meminjam dana dalam Rupiah antara satu

bank dengan bank lainnya dengan tenor sampai dengan satu tahun (PBI Bo. 18/11/PBI/2016)

BI rate secara resmi dilaksanakan efektif pada 19 Agustus 2016.

Page 17: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

4

Gambar 1. Pergerakan Suku Bunga Kebijakan (%) Tahun 2010-2017

Sumber: Bank Indonesia

Pada kerangka operasi moneter dengan

menggunakan BI rate, terdapat

ketidaksimetrisan koridor suku bunga kebijakan

dengan deposit facility rate/DF rate dan lending

facility rate/LF rate. Hal ini dapat dilihat pada

Gambar 1 dimana LF rate berjarak lebih dekat

dari suku bunga kebijakan (BI Rate)

dibandingkan DF rate.

Dengan penerapan BI 7-DRR, operasi moneter

dijalankan dengan menjaga koridor suku bunga

yang simetris dan lebih sempit antara BI-7DRR

dengan DF rate dan BI-7DRR dengan LF rate,

masing-masing 75 bps di bawah dan di atas BI-

7DRR.

Pilihan koridor suku bunga yang simetris

memberikan sinyal bahwa bank sentral memiliki

preferensi yang netral terhadap likuiditas

perbankan dan mendorong perbankan

melakukan manajemen likuiditas yang optimal

sesuai dengan dinamika ekonomi/kebutuhan.

Spread antara BI rate dan lending rate cukup lebar (Gambar 1).

Pemberlakuan efektif BI 7

Day Reverse Repo Rate pada

19 Agustus 2016

Koridor suku

bunga yang

simetris

Page 18: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

5

Gambar 2. Perkembangan Inflasi (%)Tahun 2004-2016

Sumber: Bank Indonesia

Beberapa ekonom menyambut positif

rencana kebijakan ini. Ekonom Bank Mizuho,

Kalasopatan (2016) menyebutkan bahwa

langkah Bank Indonesia menerapkan

kebijakan ini sudah tepat mengingat selama

penurunan BI rate sebesar 100 bps sampai

April 2016 (menjadi 6,75 %) tidak

mempengaruhi penurunan suku bunga

pinjaman. Begitu juga dengan ekonom

Nomura Economics, Paracuelles (2016) yang

berpendapat bahwa BI rate belum mampu

mempengaruhi target operasional suku

bunga PUAB Overnight terutama setelah

tahun 2010.

Beberapa negara sebelumnya sudah

menerapkan kebijakan yang sama, yaitu:

India (2012), Republik Ceko (2014), Thailand

(2006), Selandia Baru (2006), Korea Selatan

(2008), dan Filipina (2015).

Dawra (2012) menunjukkan bahwa

menurunnya reverse repo rate cenderung

Tingkat inflasi yang semakin menurun

dan terkendali memberi peluang untuk

menerapkan BI 7-DRR.

Beberapa negara

sebelumnya sudah

menerapkan kebijakan

yang sama.

Page 19: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

6

meningkatkan kemampuan bank dalam

menyalurkan dana kepada masyarakat.

Kondisi yang dapat dilihat di India melalui

penerapan reverse repo rate yang rendah

adalah peningkatan kredit perumahan dan

individu.

Mandel dan Tomsik (2014) menunjukkan

bahwa Bank Sentral dapat menjaga tingkat

likuiditas bank dengan cara merubah tingkat

reverse repo rate. Jika bank sentral

meningkatkan reverse repo rate maka tingkat

suku bunga bank cenderung meningkat.

Sebaliknya, bank sentral dapat meningkatkan

aktifitas pasar riil dengan cara menurunkan

tingkat reverse repo rate yang selanjutnya

akan diikuti dengan penurunan tingkat suku

bunga pinjaman.

Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk

memberikan informasi awal mengenai

efektivitas kebijakan moneter dalam

memengaruhi kegiatan ekonomi melalui

tingkat suku bunga pinjaman. Model ini

melihat apakah ekspektasi tingkat suku

bunga Bank Indonesia memiliki pengaruh

terhadap ekspektasi suku bunga pinjaman.

Hal ini penting untuk dilihat ketika ekspektasi

pembentukan suku bunga pinjaman

dipengaruhi oleh ekspektasi pembentukan

suku bunga Bank Indonesia maka dapat

dikatakan bahwa ekspektasi perubahan suku

bunga Bank Indonesia masih menjadi acuan

bagi Perbankan Indonesia dalam

menentukan perubahan suku bunga

pinjaman. Dummy variabel disertakan ke

dalam model untuk dapat melihat perbedaan

antara BI rate dan BI-7DRR. Data yang

digunakan adalah suku bunga kebijakan (BI

Analisis Autoregressive

Distributed Lag (ARDL)

menunjukan bahwa BI 7

day repo rate memiliki

pengaruh yang lebih

besar terhadap suku

bunga pinjaman

dibandingkan BI rate.

Page 20: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

7

rate dan BI-7DRR ) periode Mei 2010- Maret

2017.

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat

hubungan positif dan signifikan antar tingkat

suku bunga Bank Indonesia dan suku bunga

pinjaman. Hasil model juga menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara

BI rate dan BI-7DRR. Satu persen perubahan

ekspektasi suku bunga BI rate akan

meningkatkan ekspektasi suku bunga kredit

sebesar 0,41 persen. Disisi lain, besarnya

pengaruh BI 7-DRR terhadap suku bunga

pinjaman adalah sebesar 0,47 persen (lihat

persamaan).

BI 7 Day (Reverse) Repo Rate memiliki

peranan penting dalam mempengaruhi

tingkat suku bunga pinjaman bank.

Perubahan kebijakan moneter dari BI rate

menjadi suku bunga BI-7DRR diharapkan

dapat mempercepat dan meningkatkan

efektivitas transmisi kebijakan moneter

terhadap sektor riil.

Hasil analisis menunjukkan bahwa

implementasi BI 7-DRR memberikan

pengaruh yang lebih besar terhadap suku

bunga pinjaman dibandingkan BI rate.

Namun demikian, terdapat beberapa hal ke

depan yang harus dilakukan, yaitu: (i)

memperkecil selisih antara suku bunga BI-

7DRR dengan suku bunga fasilitas Bank

Indonesia; (ii) menjaga tingkat suku bunga BI

Implementasi BI 7-DRR

masih harus

memperhatikan beberapa

hal.

Page 21: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

8

7-DRR pada level yang relatif rendah; (iii)

memperkuat proyeksi target inflasi sehingga

penyesuaian tingkat suku bunga dapat

dilakukan dengan cepat; serta (iv)

menurunkan tingkat risiko pasar, operational

cost, dan meningkatkan kondisi persaingan

usaha di pasar keuangan.

Page 22: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

9

Page 23: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

10

Page 24: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

11

Pertumbuhan perekonomian global diperkirakan akan

meningkat dari 3,1 persen pada tahun 2016 menjadi 3,5

persen tahun 2017 dan 3,6 persen tahun 2018.

Perekonomian global mulai mengalami perbaikan

seiring dengan adanya perbaikan pada investasi,

manufaktur dan perdagangan. Aktivitas yang lebih baik

pada permintaan global dan persetujuan pada

pembatasan produksi minyak telah mendorong

perbaikan harga komoditas. Peningkatan harga

komoditas mendorong peningkatan ekspor dan

mengurangi tekanan deflasi global.

Harga minyak mentah dunia rata-rata mengalami

peningkatan pada triwulan I tahun 2017 mencapai USD

52,9 per barel. Hal ini disebabkan adanya perjanjian

antara negara-negara OPEC dan sebagian negara

produsen non OPEC untuk mengurangi produksi pada

pertengahan tahun 2017.

Harga gas alam mengalami peningkatan karena

peningkatan permintaan yang disebabkan oleh suhu

udara yang lebih dingin di Amerika Serikat pada bulan

Maret sedangkan persediaan gas alam terus menurun.

Harga batu bara mengalami penurunan sebesar 13

persen setelah adanya peningkatan suplai, dimana

sebelumnya ada penurunan produksi batu bara dari

Tiongkok yang kini mulai melonggarkan pembatasan

produksi batu bara. Harga batu bara diprediksi rata-rata

sebesar USD 70 per ton pada tahun 2017 seiring dengan

adanya kelanjutan pembatasan produksi oleh Tiongkok.

Harga komoditas energi mengalami peningkatan dengan perjanjian pengurangan produksi minyak mentah antara negara OPEC dan Non OPEC serta permintaan gas alam yang meningkat.

Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan mencapai 3,5 persen tahun 2017 seiring dengan adanya peningkatan investasi, manufaktur, perdagangan dan perbaikan harga komoditas

Page 25: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

12

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Amerika Serikat tumbuh 0,7 persen (YoY)

pada triwulan I tahun 2017, lebih rendah bila

dibandingkan dengan triwulan I tahun 2016 maupun

triwulan IV tahun 2016. Penurunan konsumsi individu

menjadi 0,3 persen (YoY), paling rendah sepanjang

tahun dari tahun 2009. Permintaan barang dan jasa yang

menurun dan kondisi musim dingin yang tidak terlalu

ekstrim mengurangi permintaan terhadap alat

penghangat. Selain itu, kebijakan pemerintah terkait

pajak penghasilan serta inflasi yang meningkat juga

menjadi pendorong perlambatan pada pengeluaran

konsumsi masyarakat.

Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV Tahun 2016 di Beberapa Negara (YoY)

Sumber: Bloomberg (diolah)

Pertumbuhan ekonomi Uni Eropa tetap sebesar 1,7

persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017 dibandingkan

triwulan I tahun 2016 namun lebih rendah dari triwulan

IV tahun 2016 mencapai 1,8 persen (YoY). Volume

ekspor memiliki tren yang meningkat, mencapai 3

Perekonomian Uni Eropa tumbuh stabil mencapai 1,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017 seiring dengan peningkatan volume ekspor dan penguatan ekonomi Jerman.

Perekonomian Amerika Serikat tumbuh 0,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017, lebih rendah dari triwulan I tahun 2016 maupun triwulan sebelumnya karena pengeluaran konsumsi yang menurun.

2,02,6

2,0

0,9 0,81,4

3,5

2,1

0,71,3

1,6 1,61,7 1,7 1,6 1,8 1,8 1,7

7,0 7,0 6,9 6,8 6,7 6,7 6,7 6,8 6,9

-0,1

1,82,1

1,10,3

0,9 1,1

1,7

0,5

2,7

1,71,8 1,8 1,9 1,9

1,2

2,92,5

2,8

2,4

1… 1,7 1,6 1,7

2,0 1,9 2,1

-1,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Amerika Serikat Uni Eropa Tiongkok Jepang Singapura Inggris

Page 26: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

13

persen pada bulan Januari 2017. Pertumbuhan ekonomi

Eropa yang cukup stabil didukung oleh pertumbuhan

Jerman yang menguat pada triwulan I tahun 2017. Laju

inflasi terkendali dibawah 2 persen, namun terdapat

peningkatan pada bulan April mencapai 1,2 persen dari

sebelumnya 0,7 persen pada bulan Maret. Pemilihan

umum di Perancis dan Belanda juga memengaruhi

pertumbuhan ekonomi moderat di Kawasan Eropa.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok mencapai 6,9 persen

(YoY) pada triwulan I tahun 2017 meningkat dari

sebelumnya 6,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2016

dan 6,8 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2016.

Penjualan retail meningkat mencapai 10,9 persen (YoY),

output industri meningkat menjadi 7,6 persen (YoY).

Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Tiongkok

pada triwulan I tahun 2017 didukung oleh penjualan

properti dan investasi. Selain itu, perubahan ekonomi

yang mengubah fokus dari sektor industri ke konsumsi

telah meningkatkan kontribusi konsumsi menjadi 77,2

persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017 setelah

sebelumnya mencapai 64,6 persen secara keseluruhan

tahun 2016.

Pertumbuhan ekonomi Jepang meningkat pada triwulan

I tahun 2017 mencapai 0,5 persen (YoY), dari triwulan I

tahun sebelumnya yaitu 0,3 persen (YoY) namun lebih

rendah dari triwulan IV tahun 2016 sebesar 1,7 persen

(YoY). Pertumbuhan triwulan I tahun 2017 didukung

oleh pertumbuhan ekspor yang meningkat seiring

dengan peningkatan perdagangan peralatan ponsel ke

Tiongkok karena meningkatnya permintaan ponsel

global. Selain itu, pengeluaran rumah tangga juga

meningkat 1,4 persen (YoY) dimana rumah tangga

banyak menghabiskan konsumsinya untuk pakaian dan

ponsel.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok meningkat mencapai 6,9 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017 dibandingkan triwulan IV tahun 2016 maupun triwulan I tahun 2016 didukung oleh penjualan properti dan investasi.

Perekonomian Jepang tumbuh lebih tinggi diluar ekspektasi mencapai 0,5 persen pada triwulan I tahun 2017, didorong oleh perbaikan kinerja ekspor dan tingkat konsumsi.

Page 27: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

14

Tingkat Pengangguran

Tingkat pengangguran di Amerika Serikat mengalami

penurunan moderat menjadi 4,4 persen. Penurunan

tersebut disebabkan oleh peningkatan lapangan kerja

pada sektor perminyakan, jasa keuangan, jasa

kesehatan dan pariwisata. Sedangkan tingkat

pengangguran di Kawasan Eropa menurun namun tidak

terlalu besar yaitu mencapai 9,5 persen pada triwulan I

tahun 2017. Negara dengan tingkat pengangguran

terendah di Kawasan Eropa adalah Republik Ceko

sebesar 3,2 persen, Jerman sebesar 3,9 persen dan

Malta sebesar 4,1 persen. Sedangkan negara dengan

tingkat pengangguran tertinggi di Kawasan Eropa adalah

Yunani mencapai 23,5 persen dan Spanyol sebesar 18,2

persen pada bulan Maret 2017. Pengangguran di Inggris

mencapai 4,7 persen, sedikit menurun dari triwulan

sebelumnya 4,8 persen dan 5,1 persen dari triwulan

yang sama pada tahun sebelumnya. Namun demikian,

pertumbuhan tingkat upah di Inggris lebih rendah dari

pertumbuhan tingkat inflasi pada triwulan I tahun 2017.

Gambar 4. Tingkat Pengangguran di Beberapa Negara

Sumber: Bloomberg (diolah)

Tingkat pengangguran di beberapa negara mengalami sedikit penurunan seperti di Amerika Serikat, Kawasan Eropa dan Jepang.

13,2

4,7

9,5

2,8

5,9

3,04,4

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Per

cen

tage

(%

)

Brazil

United Kingdom

Euro Area

Japan

Australia

Singapore

United States

Page 28: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

15

Tingkat pengangguran di Brazil pada triwulan I tahun

2017 mengalami peningkatan mencapai 13,2 persen

dari triwulan IV tahun 2016 sebelumnya sebesar 12

persen sebagai dampak dari resesi di Brazil sejak 2013.

Jumlah orang yang menganggur di Brazil pada triwulan I

tahun 2017 mencapai 14 juta orang. Sedangkan Tingkat

pengangguran di Singapura meningkat dari triwulan

sebelumnya sebesar 2,2 persen, pada triwulan I tahun

2017 mencapai 3,0 persen, sebagai dampak dari

perubahan yang lebih struktural pada pasar tenaga kerja

sehingga beberapa sektor mengalami tekanan, dan

adanya ketidakcocokan antara kualifikasi yang

dibutuhkan oleh industri dengan apa yang dimiliki oleh

pencari kerja.

Perkiraan Ekonomi Dunia

IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan

meningkat pada tahun 2017 menjadi 3,5 persen dan

terus meningkat menjadi 3,6 persen pada tahun 2018.

Perubahan peningkatan ekonomi moderat diperkirakan

akan terjadi pada semua kelompok negara.

Perekonomian negara maju diperkirakan akan menguat

kembali dengan pertumbuhan diperkirakan sebesar 2,0

persen pada tahun 2017 dan 2018 seiring dengan

adanya perbaikan aktivitas manufaktur global. Namun

perkiraan ini masih berpotensial untuk berubah terkait

dengan kebijakan politik di Amerika Serikat dan

pengaruhnya terhadap global. Sedangkan pertumbuhan

di negara-negara berkembang diperkirakan akan

meningkat menjadi 4,5 persen tahun 2017 dan 4,8

persen tahun 2018. Perbaikan stabilitas ekspor

komoditas, peningkatan harga komoditas dan

penguatan ekonomi India menjadi faktor penentu

proyeksi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

Tingkat pengangguran di Brazil meningkat pada triwulan I tahun 2017.

Pertumbuhan ekonomi negara maju maupun negara berkembang diperkirakan meningkat pada tahun 2017 dan 2018 seiring dengan perbaikan perekonomian global

Page 29: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

16

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF

WEO-IMF Realisasi Perkiraan

Kelompok Negara 2016 2017 2018

Dunia 3.1 3.5 3.6

Negara Maju 1.7 2.0 2.0

Amerika Serikat 1.6 2.3 2.5

Kawasan Eropa 1.7 1.7 1.6

Jerman 1.8 1.6 1.5

Inggris 1.8 2.0 1.5

Jepang 1.0 1.2 0.6

Negara Berkembang 4.1 4.5 4.8

Tiongkok 6.7 6.6 6.2

India 6.8 7.2 7.7

ASEAN-5 4.9 5.0 5.2

Amerika Latin dan Karibia -1.0 1.1 2.0

Brazil -3.6 0.2 1.7

Sub Sahara Afrika 1.4 2.6 3.5

Afrika Selatan 0.3 0.8 1.6

Sumber: World Economic Outlook, April 2017

Ekonomi Amerika Serikat diperkirakan akan tumbuh

lebih cepat tahun 2017 dan 2018, sebesar 2,3 persen

pada tahun 2017 dan 2,5 persen pada tahun 2018.

Perkiraan ini didasarkan atas perbaikan pada akumulasi

inventori, pertumbuhan konsumsi yang menguat, dan

asumsi pelonggaran kebijakan fiskal. Perubahan yang

diantisipasi pada gabungan kebijakan mendukung pasar

keuangan dan memperkuat keyakinan bisnis. Namun

dalam jangka panjang pertumbuhan potensial Amerika

Serikat diperkirakan sebesar 1,8 persen, akibat jumlah

populasi tua meningkat dan pelemahan pertumbuhan

total factor productivity.

Kawasan Eropa diperkirakan akan tumbuh tetap sama

seperti tahun 2016 yaitu sebesar 1,7 persen pada tahun

2017 dan 1,6 persen tahun 2018, yang akan didorong

oleh kebijakan fiskal yang sedikit ekspansif dan kondisi

keuangan yang akomodatif, pelemahan Euro, dan

dampak kebijakan fiskal Amerika Serikat. Sedangkan

ketidakpastian hasil pemilihan umum di negara-negara

Kawasan Eropa, ditambah ketidakpastian dampak Brexit

diperkirakan dapat menahan pertumbuhan.

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat diperkirakan meningkat pada tahun 2017 mencapai 2,3 persen.

Pertumbuhan ekonomi Kawasan Eropa diperkirakan akan tetap sama seperti tahun 2016 mencapai 1,7 persen pada tahun 2017 karena adanya beberapa ketidakpastian yang menahan pertumbuhan ekonomi Kawasan Eropa.

Page 30: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

17

Pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan mencapai

1,2 persen pada tahun 2017 setelah adanya revisi yang

komprehensif pada tahun 2016 menjadi 1,0 persen,

dimana proyeksi ini lebih tinggi dari prediksi pada bulan

Oktober 2016, yang disebabkan oleh adanya penguatan

ekspor netto. Hal tersebut diperkirakan akan berlanjut

pada tahun 2017. Namun demikian, perkiraan tahun

2017 sangat bergantung kepada ekspor netto Jepang,

sehingga ADB memprediksi perekonomian Jepang

tumbuh moderat tahun 2017 mencapai 1,0 persen,

sama dengan pertumbuhan tahun 2016 dan dibawah

prediksi IMF. Dalam jangka menengah, perekonomian

Jepang diperkirakan tertahan karena penurunan angka

partisipasi kerja seiring dengan penurunan jumlah

angkatan kerja di Jepang akibat populasi orang tua

meningkat.

Perekonomian Tiongkok diperkirakan akan tumbuh 6,6

persen tahun 2017 dan 6,2 persen tahun 2018.

Perkiraan ini direvisi dari bulan Oktober 0,4 persen lebih

tinggi dari prediksi bulan Oktober untuk tahun 2017 dan

0,2 persen lebih tinggi dari prediksi bulan Oktober untuk

tahun 2018. Hal ini karena pertumbuhan tahun 2016

yang diluar ekspektasi, antisipasi kebijakan pada

pertumbuhan kredit yang menguat dan pendekatan

investasi publik untuk mendukung pertumbuhan. ADB

juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok

tumbuh secara moderat mencapai 6,5 persen pada

tahun 2017 seiring keberlanjutan reformasi struktural

pengurangan impor, fokus sektor industri menjadi jasa

dan konsumsi, dan adanya penekanan pada stabilitas

keuangan.

Perekonomian Jepang diperkirakan akan tumbuh 1,2 persen tahun 2017 karena berlanjutnya dampak eskpor netto tahun 2016 yang mendorong pertumbuhan.

Tiongkok diperkirakan akan tumbuh secara moderat tahun 2017 seiring dengan adanya penyeimbangan orientasi perekonomian Tiongkok.

Page 31: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

18

Pertumbuhan ekonomi kawasan Amerika Latin dan

Karibia diperkirakan meningkat mencapai 1,1 persen

tahun 2017 dan menjadi 2,0 persen tahun 2018.

Aktivitas ekspor komoditas diperkirakan akan

meningkat seiring dengan perbaikan harga komoditas

dan akan mendukung perekonomian negara-negara

Kawasan Amerika Latin dan Karibia. Perkiraan

pertumbuhan ekonomi Meksiko sebagai negara dengan

perekonomian terbesar di kawasan ini diprediksi akan

tumbuh secara moderat. Perekonomian Brazil, sebagai

negara pengekspor komoditas, diprediksi akan

mengalami pertumbuhan ekonomi yang membaik

seiring dengan menurunnya ketidakpastian politik dan

kebijakan moneter longgar. Perekonomian Argentina

diperkirakan juga akan membaik dengan menguatnya

konsumsi dan investasi publik.

Negara-negara Sub Sahara Afrika diperkirakan akan

mengalami perbaikan yang moderat, dengan perkiraan

pertumbuhan ekonomi tahun 2017 mencapai 2,6 persen

dan 3,5 persen tahun 2018. Pertumbuhan tersebut

didukung oleh pertumbuhan ekonomi Nigeria yang

meningkat sebagai akibat dari produksi minyak yang

membaik, sektor pertanian yang terus tumbuh, dan

peningkatan investasi publik. Perbaikan di Afrika Selatan

juga diperkirakan terjadi seiring dengan perbaikan harga

komoditas, kondisi kekeringan yang berkurang, dan

kapasitas listrik yang meningkat.

Tabel 2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Menurut ADB (YoY)

Pertumbuhan PDB (%)

2016 Perkiraan

2017 2018

Asia 5.8 5.7 5.7

Asia Timur 6.0 5.8 5.6

Tiongkok 6.7 6.5 6.2

Jepang 1.0 1.0 0.9

Asia Selatan 6.7 7.0 7.2

India 7.1 7.4 7.6

ASEAN 4.7 4.8 5.0

Perekonomian Negara-negara Sub Sahara Afrika diperkirakan akan meningkat didukung dengan peningkatan pertumbuhan Nigeria dan Afrika Selatan.

Pertumbuhan ekonomi di kawasan Amerika Latin dan Karibia diperkirakan membaik karena perbaikan perekonomian Brazil dan Argentina.

Page 32: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

19

Pertumbuhan PDB (%)

2016 Perkiraan

2017 2018

Indonesia 5.0 5.1 5.3

Filipina 6.8 6.4 6.6

Thailand 3.2 3.5 3.6

Malaysia 4.2 4.4 4.6

Sumber: Asia Development Outlook Suplement Januari 2017

Kawasan Asia diprediksi tumbuh moderat 5,7 persen

pada tahun 2017 dan 2018, lebih rendah dari

pertumbuhan tahun 2016 karena pertumbuhan yang

moderat di Tiongkok yang menyeimbangkan

pertumbuhannya dari industri ke konsumsi dan jasa.

Pertumbuhan di Asia didukung oleh peningkatan

permintaan domestik yang signifikan di beberapa

negara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan

Vietnam serta pengeluaran publik yang lebih tinggi di

Filipina. Selain itu, prospek pertumbuhan India yang

meningkat karena deregulasi pajak untuk barang dan

jasa dapat memperbaiki prospek bisnis dan investasi

juga mendorong pertumbuhan. Perbaikan ekspor di

hampir semua negara berkembang di Asia terutama

untuk barang manufaktur memberikan peluang

pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di Asia.

Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara

diperkirakan meningkat mencapai 4,8 persen tahun

2017 dan 5,0 persen tahun 2018 (Tabel 4). Hal tersebut

seiring dengan pertumbuhan negara-negara ekonomi

besar di Asia Tenggara yang diperkirakan terus

meningkat. Musim yang mulai kembali normal

mendukung sektor pertanian dan perbaikan di sektor

industri mendorong peningkatan ekspor. Peningkatan

investasi untuk infrastruktur di Brunei Darussalam,

Indonesia, Laos, Filipina, dan Thailand juga mendukung

pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara. Harga

komoditas yang mulai meningkat juga mendukung

pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.

Pertumbuhan ekonomi di Asia diperkirakan mencapai 5,7 persen tahun 2017 dan 2018, lebih rendah dari tahun 2016 karena pertumbuhan Tiongkok yang masih moderat karena penyeimbangan perekonomiannya.

Kawasan Asia Tenggara diperkirakan akan tumbuh 4,8 persen tahun 2017 didukung oleh pertumbuhan negara-negara ekonomi besar di kawasan tersebut seiring dengan perbaikan cuaca dan peningkatan ekspor.

Page 33: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

20

PERKEMBANGAN KEUANGAN INTERNASIONAL

Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD

Pada triwulan I tahun 2017, posisi nilai tukar mata uang

beberapa negara terhadap USD mengalami penguatan

(Gambar 5 dan Lampiran 3), seiring dengan adanya

sentimen negatif terhadap risiko kebijakan ekonomi dan

politik dari kepemimpinan baru di Amerika Serikat.

Demikian halnya dengan nilai tukar Rupiah yang juga

menunjukkan penguatannya selama triwulan I tahun

2017. Dari sisi internal, penguatan nilai tukar Rupiah

ditopang oleh membaiknya stabilitas makroekonomi

domestik dan persepsi positif pasar terhadap

perekonomian Indonesia, terutama setelah

dikeluarkannya rating investasi Indonesia yang cukup

menggembirakan. Dari sisi eksternal, penguatan nilai

tukar Rupiah didorong oleh perbaikan indikator

ekonomi global, menurunnya defisit transaksi berjalan

serta peningkatan surplus transaksi modal dan finansial.

Sebaliknya, mata uang Lira Turki dan Peso Filipina

melemah terhadap USD. Peningkatan Fed Fund Rate

merupakan salah satu penyebab melemahnya kedua

mata uang negara berkembang tersebut, seiring dengan

kurang kondusifnya ekonomi domestik di Turki dan

Filipina. Pada akhir Maret 2017, pelemahan mata uang

yang cukup tinggi terjadi pada Lira Turki mencapai 6,6

persen (YtD) (Gambar 5). Kondisi perekonomian dan

politik dalam negeri yang kurang kondusif yang

disebabkan oleh penyerangan teroris di Istanbul

berdampak pada turunnya penjualan surat berharga

(ekuitas dan obligasi) negara tersebut. Begitu juga

dengan Peso Filipina yang menunjukkan performa

terendah diantara negara ASEAN lainnya pada akhir

triwulan I tahun 2017, yang disebabkan oleh tingginya

permintaan USD seiring impor yang semakin meningkat.

Performa terendah selanjutnya dialami oleh mata uang

Kyat Myanmar (Gambar 5).

Selama triwulan I tahun 2017, pergerakan mata uang berbagai negara menguat terhadap USD.

Mata uang Lira Turki dan Peso Filipina melemah terhadap USD.

Page 34: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

21

Gambar 5. Apresiasi dan Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD per akhir Januari-Maret 2017 (% YtD)

Sumber: Bloomberg, posisi akhir bulan

Inflasi

Jika dibandingkan dengan akhir triwulan IV tahun 2016,

inflasi di negara kawasan Eropa, Amerika Serikat, dan

Inggris pada akhir triwulan I tahun 2017 mengalami

peningkatan (Tabel 3), disebabkan oleh peningkatan

harga komoditas terutama minyak dunia. Di negara

kawasan Eropa peningkatan inflasi tertinggi berasal dari

komponen sektor energi, diikuti oleh komponen inflasi

7,8

5,0

4,3

1,3

3,6

9,4

4,3

2,4

1,7

1,4

0,8

1,1

4,7

(0,1)

(1,2)

(3,1)

6,7

3,7

4,7

0,5

3,1

5,4

2,6

4,7

0,3

1,0

1,1

1,0

1,9

(0,5)

(1,3)

(3,4)

3,8

3,7

3,4

2,6

2,6

2,2

2,1

2,0

1,9

1,3

0,9

0,8

0,1

0,1

(0,4)

(6,6)

Won Korea Selatan

Yen Jepang

Real Brazil

Euro

Dolar Singapura

Rubel Rusia

Baht Thailand

Rand Afrika Selatan

Poundsterling Inggris

Ringgit Malaysia

Yuan Cina

Rupiah Indonesia

Rupee India

Kyat Myanmar

Peso Filipina

Lira Turki

Jan-17 Feb-17 Mar-17

Pada akhir triwulan I tahun 2017 (YoY), inflasi negara-negara maju meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Page 35: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

22

makanan, alkohol, tembakau, serta jasa. Inflasi tahunan

di Amerika Serikat meningkat terutama pada komponen

inflasi energi bahan bakar minyak. Di Inggris,

peningkatan inflasi terutama didorong oleh

meningkatnya harga pada sektor perumahan dan jasa

rumah tangga serta sektor transportasi.

Kondisi sebaliknya terjadi Jepang, dimana inflasi

triwulan I tahun 2017 menurun tipis dibandingkan

triwulan IV tahun 2016. Hal tersebut terutama

disebabkan oleh turunnya harga pada sektor

perumahan, bahan bakar minyak, penerangan, dan air,

serta furnitur dan perabot rumah tangga.

Tabel 3. Tingkat Inflasi Global Triwulan I-2017 (% YoY)

Desember (1)

Januari (2)

Februari (3)

Maret (4)

Perbandingan akhir Tw IV tahun 2016 dengan Tw I

tahun 2017 (%) (4)-(1)

Indonesia 3,02 3,49 3,83 3,61 0,59

BRIC

Brazil 6,29 5,35 4,76 4,57 1,72

Russia 5,4 5 4,6 4,3 1,1

India 2,23 1,86 2,62 2,61 0,38

China (Tiongkok) 2,1 2,5 0,8 0,9 1,2

ASEAN

Singapura 0,2 0,6 0,7 0,7 0,5

Malaysia 1,8 3,2 4,5 5,1 3,3

Thailand 1,13 1,55 1,44 0,76 0,37

Filipina 2,6 2,7 3,3 3,4 0,8

Vietnam 4,74 5,22 5,02 4,65 0,09

Negara Maju

Kawasan Euro 1,1 1,8 2 1,5 0,4

Amerika Serikat 2,1 2,5 2,7 2,4 0,3

Inggris 1,6 1,8 2,3 2,3 0,7

Jepang 0,3 0,4 0,3 0,2 0,1

Keterangan: tingkat inflasi naik tingkat inflasi turun

Sumber: Bloomberg, data

Page 36: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

23

Pada akhir triwulan I tahun 2017, inflasi negara-negara

kawasan ASEAN (Singapura, Malaysia, Filipina, dan

Indonesia) mengalami peningkatan jika dibandingkan

triwulan IV tahun 2016. Hal tersebut terutama

disebabkan oleh peningkatan harga energi di masing-

masing negara. Di Singapura dan Malaysia, inflasi

tertinggi berasal dari komponen transportasi. Begitu

juga yang terjadi di Filipina di mana komponen inflasi

perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar

memberikan tekanan inflasi yang tinggi setelah

komponen inflasi alkohol dan tembakau. Peningkatan

inflasi di Indonesia selama triwulan I tahun 2017

terutama berasal dari komponen inflasi harga diatur

pemerintah, yaitu tarif STNK dan listrik.

Di sisi lain, ada beberapa negara berkembang yang

tingkat inflasinya menurun (Tabel 3), yaitu: Brazil, Rusia,

dan Tiongkok. Penurunan inflasi di Brazil dan Tiongkok

disebabkan oleh lemahnya konsumsi domestik. Bahkan

negara Brazil belum pulih dari kondisi resesinya.

Sementara itu, tingkat inflasi Rusia terus menunjukkan

penurunan dan mendekati target inflasi bank sentral

seiring dengan pemulihan perekonomian di negara ini.

Suku Bunga Kebijakan

Peningkatan suku bunga The Fed pada 15 Maret tahun

2017 merupakan yang ketiga sejak krisis finansial. The

Fed memutuskan untuk meningkatkan suku bunganya

dalam rentang 0,75-1 persen. Keputusan The Fed

tersebut didasarkan pada tingkat pengangguran yang

semakin menurun selama triwulan I tahun 2017. Tingkat

pengangguran pada bulan Maret 2017 yang besarnya

4,5 persen merupakan yang terendah di AS sejak

Agustus tahun 2007. Peningkatan suku bunga The Fed

juga didasarkan pada peningkatan inflasi AS yang

mencapai 2,4 persen pada Maret tahun 2017 (Tabel 3).

Mayoritas negara ASEAN mengalami peningkatan inflasi, termasuk Indonesia.

Pada akhir triwulan I tahun 2017, Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengambil langkah untuk kembali meningkatkan suku bunganya setelah November 2016.

Brazil, Rusia, dan Tiongkok mengalami penurunan tingkat inflasi.

Page 37: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

24

Selama triwulan I tahun 2017, European Central Bank

(ECB) tetap mempertahankan suku bunga acuannya

pada tingkat 0 (nol) persen. European Central Bank

(ECB) juga tidak mengubah skema stimulus pembelian

obligasi hingga akhir tahun 2017. Meskipun tingkat

inflasi membaik dan The Fed meningkatkan suku

bunganya, hal ini tidak serta merta menjadikan

keputusan ECB untuk menerapkan kebijakan moneter

ketat. Stabilitas keuangan negara-negara kawasan Eropa

yang masih belum pasti serta tingkat inflasi yang

dianggap masih jauh dari target sebesar 2 persen

menjadi pertimbangan utama. Sama halnya dengan

ECB, Bank of Japan (BoJ) juga tetap mempertahankan

stimulus dengan tidak merubah suku bunganya pada

tingkat -0,1 persen. Kebijakan untuk mempertahankan

suku bunga juga dilakukan oleh Bank of England yang

didasari pada kondisi ekonomi yang belum stabil di

tengah peningkatan suku bunga The Fed.

Sementara, People Bank of China (PBoC) juga memilih

untuk mempertahankan suku bunga acuannya sejak

Oktober tahun 2015. Akan tetapi PBoC meningkatkan

suku bunga operasi pasar terbuka seiring dengan

ekspektasi pasar yang didasarkan pada kondisi ekonomi

Tiongkok yang telah rebound. Kebijakan moneter

Tiongkok diarahkan untuk lebih berhati-hati dalam

penyediaan likuiditas dengan mengandalkan kebijakan

operasi pasar terbuka dan instrumen pinjaman jangka

menengah dalam mengatur likuiditasnya.

Tabel 4. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara (persen)

Desember Januari Februari Maret

BRIC

Brazil 13,75 13 12,25 12,25

Russia 8,25 8,25 8,25 8,25

India 6,25 6,25 6,25 6,25

China (Tiongkok) 4,35 4,35 4,35 4,35

ASEAN

Indonesia 4,75 4,75 4,75 4,75

PBoC juga memilih untuk menahan suku bunga acuannya selama triwulan I tahun 2017.

Sementara itu, bank sentral di Kawasan Eropa, Jepang, dan Inggris memilih untuk menahan suku bunganya selama triwulan I tahun 2017.

Page 38: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

25

Desember Januari Februari Maret

Thailand 3 3 3 3

Filipina 3 3 3 3

Malaysia 3 3 3 3

Vietnam 6,5 6,5 6,5 6,5

Negara Maju

Kawasan Euro 0 0 0 0

Amerika Serikat 0,50-0,75 0,50-0,75 0,50-0,75 0,75-1,00

Inggris 0,25 0,25 0,25 0,25

Jepang -0,1 -0,1 -0,1 -0,1

Sumber: Bank Indonesia

Sebagian besar bank sentral emerging market

memutuskan untuk tidak mengubah suku bunganya

setelah The Fed meningkatkan suku bunga pada Maret

tahun 2017. Hal ini didasarkan pada prinsip kehati-

hatian bank sentral dalam merespon kebijakan suku

bunga global karena dianggap masih beresiko pada

pasar keuangan global. Sementara itu, salah satu bank

sentral yang merespon peningkatan suku bunga The Fed

dengan menurunkan suku bunganya adalah bank sentral

Brazil (Banco Central do Brasil). Bank sentral Brazil yang

menurunkan suku bunganya pada bulan Januari dan

Februari, masing-masing menjadi 13,00 persen dan

12,25 persen. Penurunan suku bunga tersebut

didasarkan pada kondisi resesi yang dialami oleh Brazil

di tengah recovery moderat ekonomi global.

Cadangan Devisa

Selama triwulan I Tahun 2017 terjadi tren peningkatan

cadangan devisa di berbagai negara, baik negara maju

maupun emerging market (Tabel 5). Pada negara maju,

peningkatan tertinggi secara QtQ dialami oleh negara

kawasan Eropa dan Rusia. Adapun di kawasan ASEAN

peningkatan cadangan devisa tertinggi dialami oleh

Singapura. Pada negara emerging market, peningkatan

yang tinggi secara QtQ dialami oleh Thailand dan

Indonesia, masing-masing sebesar 5,2 persen dan 4,7

persen. Peningkatan cadangan devisa Indonesia pada

Pada triwulan I tahun 2017, posisi cadangan devisa pada sebagian besar negara emerging market dan negara maju mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV tahun 2016.

Sejumlah bank sentral negara emerging market juga memilih untuk tidak mengubah suku bunganya dalam merespon peningkatan The Fed Fund rate.

Page 39: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

26

akhir Maret 2017 berasal dari penerimaan pajak dan

devisa ekspor migas bagian pemerintah, serta hasil

lelang Surat Berharga Bank Indonesia valas, terutama

pada penerbitan surat berharga syariah.

Tabel 5. Posisi Cadangan Devisa Beberapa Bank Sentral (miliar USD)

Des’16 Jan’17 Feb’17 Mar’17 % QtQ

BRIC

Brazil 365,0 367,7 369,0 370,1 1,4

Rusia 377,7 390,6 397,3 397,9 5.3

India 358,9 363,0 364,3 370,0 3,1

China (Tiongkok) 3097,8 3089,6 3099,5 3102,8 0,2

ASEAN-5

Indonesia 116,4 116,9 119,9 121,8 4,7

Malaysia 94,5 94,9 95,0 95.4 -0,1

Singapura 246,6 252,7 253,3 259,1 5,1

Thailand 171,9 179,2 183,0 180,9 5,2

Filipina 80,7 81,4 81,4 80,9 0,2

Negara Maju

Jepang 1216,9 1231,6 1232,3 1230,3 1,1

Kawasan Euro 745,9 760,4 779,6 776,8 4,1

Inggris 158,5 163,7 162,95 163,4 3,1

Amerika Serikat 114,7 115,6 115,8 116,3 1,3

Sumber: International Monetary Fund, official reserve assets.

PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL

Perkembangan Harga Internasional

Berdasarkan data harga komoditas internasional Bank

Dunia, pada akhir triwulan I tahun 2017, sebagian besar

harga komoditas internasional yang mengalami

kenaikan harga tertinggi secara berturut-turut yaitu

Rubber Singapore sebesar 92,4 persen yang diikuti oleh

Iron Ore dan Zinc sebesar 77,4 persen dan 65,7 persen.

Sementara itu, penurunan harga komoditas pada akhir

triwulan I tahun 2017 adalah komoditas Cocoa yang

harganya turun sebesar 29,9 persen. Sedangkan

Woodpulp masih bertahan pada harga yang sama (YoY).

Pada akhir triwulan I

tahun 2017, sebagian

besar komoditas

internasional terpilih

mengalami kenaikan

harga.

Page 40: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

27

Tabel 6. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih

KOMODITAS Unit Jan-17 Feb-17 Mar-17 Q1 2017

ENERGI

Coal, Australia ($/mt) 83,7 80,4 80,6 81,6

Crude Oil, West Texas ($/bbl) 52,5 53,4 49,6 51,8

PERTANIAN

Cocoa ($/kg) 2,19 2,03 2,06 2,09

Coffe, robusta ($/kg) 2,39 2,35 2,35 2,36

Palm Oil ($/mt) 809,0 774,0 736,0 809,0

Soybeans ($/mt) 425,0 427,0 405,0 419,0

Shrimp, Mexican ($/kg) 12,13 12,13 12,13 12,13

Woodpulp ($/mt) 875,0 875,0 875,0 875,0

Rubber*, Singapore/MYS ($/kg) 2,56 2,71 2,35 2,54

LOGAM & MINERAL

Copper ($/mt) 5.755,0 5.941,0 5.825,0 5.840,0

Iron ore ($/dmtu) 80,0 89,0 88,0 85,7

Nickel ($/mt) 9.971,0 10.643,0 10.205,0 10.273,0

Tin ($/mt) 20.692,0 19.446,0 19.875,0 20.004,0

Zinc ($/mt) 2.715,0 2.846,0 2.777,0 2.779,0

INFLASI Unit Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-Des 2017

ENERGI

Coal, Australia (%) -3,0 -3,9 0,2 60,3

Crude Oil, West Texas (%) 1,0 1,7 -7,1 56,0

PERTANIAN

Cocoa (%) -4,8 -7,3 1,5 -29,9

Coffe, robusta (%) 6,2 -1,7 0,0 43,0

Palm Oil (%) 2,7 -4,3 -4,9 28,2

Soybeans (%) 1,2 0,5 -5,2 13,2

Shrimp, Mexican (%) -1,8 0,0 0,0 12,0

Woodpulp (%) 0,0 0,0 0,0 0,0

Rubber*, Singapore/MYS (%) 14,8 5,9 -13,3 92,4

LOGAM & MINERAL

Copper (%) 1,7 3,2 -2,0 24,9

Iron ore (%) 0,0 11,3 -1,1 77,4

Nickel (%) -9,1 6,7 -4,1 20,7

Tin (%) -2,4 -6,0 2,2 29,6

Zinc (%) 1,9 4,8 -2,4 65,7

Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Page 41: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

28

Harga Minyak Dunia dan Gas Alam

Kondisi harga minyak mentah dunia pada triwulan I

tahun 2017 meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Rata-rata harga minyak mentah dunia

mendekati USD53 per barel. Hal ini karena perjanjian

antara negara-negara OPEC dan sebagian negara

produsen non OPEC untuk mengurangi produksi pada

awal pertengahan 2017, serta persediaan minyak

mentah Amerika Serikat yang persisten meningkat.

Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan

pada bulan Maret 2017 khususnya pada pertengahan

bulan yang disebabkan oleh ketidakpastian pada pasar

berjangka, respon dari Saudi Arabia dan Rusia yang

kurang responsif tentang komitmen memotong

produksi minyak, produksi minyak Amerika Serikat yang

persisten meningkat dan perbaikan aktivitas

pertambangan minyak di Amerika Serikat. Harga minyak

dunia berada di antara USD50 sampai USD54 per barel

pada bulan April 2017, menunggu ekspektasi penurunan

produksi dan stok dunia. Harga minyak mentah dunia

rata-rata diprediksi sebesar USD 55 per barel pada 2017.

Stok minyak dunia diperkirakan menurun pada

pertengahan tahun 2017 seiring dengan keberlanjutan

penurunan produksi minyak oleh negara-negara OPEC

dan non-OPEC.

Harga minyak mentah Indonesia rata-rata meningkat

pada triwulan I tahun 2017. Pada bulan Januari, harga

minyak mentah Indonesia meningkat mencapai

USD51,9 per barel yang disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu: (i) penurunan produksi minyak mentah

dunia berdasarkan laporan OPEC sebesar 0,3 juta barel

per hari menjadi 96,92 juta barel per hari pada Januari

2017, (ii) USD mengalami pelemahan terhadap

beberapa mata uang lainnya di dunia, dan (iii) stok

komersial negara-negara OECD bulan November 2016

mengalami penurunan sebesar 34,3 juta barel. Begitu

Harga minyak mentah dunia rata-rata mengalami peningkatan pada triwulan I tahun 2017 dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi USD 55 per barel pada tahun 2017 seiring dengan keberlanjutan pengurangan produksi minyak oleh negara OPEC dan Non-OPEC

Harga minyak mentah Indonesia rata-rata meningkat pada triwulan I tahun 2017 seiring dengan pergerakan harga minyak mentah dunia.

Page 42: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

29

juga pada bulan Februari 2017, harga minyak mentah

Indonesia juga mengalami peningkatan. Namun pada

bulan Maret 2017, harga minyak mentah Indonesia

mengalami penurunan yang disebabkan oleh beberapa

factor, yaitu: (i) terdapat peningkatan produksi minyak

dunia pada bulan Februari 2017 dibandingkan Januari

2017 sebesar 0,26 juta barel, (ii) jumlah oil rig count

dunia meningkat sejumlah 114 rig, dan (iii) stok minyak

mentah Amerika Serikat meningkat naik 13,8 juta barel

dan rata-rata produksi Amerika Serikat meningkat 0,12

juta barel per hari.

Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak dan Gas Dunia

Harga Minyak Mentah dan Gas Dunia

2016 2017 Rata-rata Bulanan

2017

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Jan Feb Mar

Minyak Mentah (USD/barel)

Crude Oil (Rata-rata) 32,7 44,8 44,7 49,1 52.9 54.4 50.9 52.2

Crude Oil; Brent 34,4 46,0 45,8 50,1 54.1 55.5 52.0 53.0

Crude Oil; Dubai 30,6 42,9 43,4 47,9 52.9 54.2 51.2 52.5

Crude Oil; WTI 33,2 45,5 44,9 49,2 51.8 53.4 49.6 51.1

Indonesian Crude Price Oil 30,2 42,1 41,3 46,1 51.0 51.9 52.5 48.7

Gas (USD/mmbtu)

Gas Alam (US) 2,0 2,1 2,9 3,0 3,0 2.8 2.9 3.1

Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM, EIA

Harga gas alam meningkat mencapai USD3,0 per

mmbtu. Peningkatan terjadi terutama di Asia dan Eropa

dengan adanya peningkatan permintaan dan

menurunnya produksi gas alam. Harga gas alam di

Amerika Serikat menurun pada bulan Januari dan

Februari 2017 seiring dengan cuaca yang lebih baik dari

bulan Desember 2016. Namun dengan cuaca yang lebih

dingin pada bulan Maret memicu permintaan gas alam

meningkat sedangkan persediaan gas alam yang

menurun, mendorong peningkatan harga gas alam pada

bulan Maret 2017. Harga gas alam diprediksi akan

meningkat sebesar 15 persen pada tahun 2017.

Pergerakan harga gas alam terus mengalami peningkatan seiring dengan permintaan yang terus meningkat namun persediaan gas alam yang menurun.

Page 43: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

30

Harga Komoditas Utama Pangan

Pergerakan indeks harga komoditas utama pangan global

pada triwulan I tahun 2017 cenderung berfluktuatif yaitu

pada komoditas beras, gandum, kacang kedelai, dan

jagung (Gambar 6). Pada periode ini perkembangan indeks

harga komoditas beras dan gandum cukup stabil. Di sisi

lain, meskipun terjadi kenaikan harga komoditas gula

internasional pada awal tahun 2017 dibandingkan periode

sebelumnya, penurunan harga gula kembali terjadi pada

periode Januari-Maret 2017. Penurunan harga gula terjadi

baik secara MTM, YtD maupun YoY (Lampiran 4).

Penurunan harga gula internasional ini disebabkan oleh

peningkatan produksi di negara Brazil.

Gambar 6. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global

Sumber: Bloomberg, data diolah

(1 Januari 2016=100)

708090

100110120130140150160170

BERAS GULA GANDUM JAGUNG KACANG KEDELAI

Indeks Harga komoditas utama pangan internasional berfluktuatif selama periode triwulan I tahun 2017. Sementara indeks harga gula internasional cenderung mengalami penurunan.

Page 44: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

31

ISU TERKINI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

Amerika Serikat dan Tiongkok Menandatangani Perjanjian Perdagangan

Amerika Serikat dan Tiongkok telah mencapai 10 poin

kesepakatan baru pada bulan April lalu. Salah satu poin

kesepakatan tersebut adalah Tiongkok akhirnya akan

mecabut larangannya pada impor daging dan gas alam

cair dari Amerika Serikat pada Juli 2017. Tiongkok

menetapkan larangan impor daging sapi dari Amerika

Serikat sejak tahun 2003 setelah adanya kasus penyakit

sapi gila. Amerika Serikat kemudian berusaha membuka

kembali pasar Tiongkok untuk daging sapi sejak masa

pemerintahan Bush dan Obama namun tidak

membuahkan hasil. Kemudian di dalam kesepakatan

tersebut, Amerika Serikat akan mengijinkan daging

ayam Tiongkok yang sudah dimasak untuk masuk ke

pasar Amerika Serikat, begitu juga dengan bank – bank

Tiongkok. Amerika serikat telah sepakat

memperlakukan institusi finansial Tiongkok dengan cara

yang sama Amerika Serikat memperlakukan bank asing

lain yang ingin melakukan aktivitas di Amerika.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menilai

kesepakatan ini sebagai sebuah langkah signifikan untuk

meningkatkan ekspor Amerika Serikat dan juga gap

perdagangan Amerika Serikat dengan ekonomi terbesar

kedua di dunia. Besaran defisit barang dan jasa Amerika

Serikat dengan Tiongkok mencapai 60 persen dari total

defisit Amerika Serikat dan merupakan yang terbesar

dibandingkan dengan negara lain. Presiden Trump

menjadikan defisit perdagangan Amerika dengan

Tiongkok menjadi salah satu isu penting pada masa

kampanye dan awal pemerintahannya.

Presiden Trump beranggapan defisit perdagangan

Amerika telah merugikan para pekerja pabrik dan

berjanji untuk mengambil sikap lebih tegas dalam

negosiasi perdagangan untuk menurunkan

Amerika Serikat dan

Tiongkok mencapai

sebuah kesepakatan

termasuk

pencabutan larangan

impor daging sapi

Amerika Serikat

Defisit perdagangan

Amerika Serikat

dengan Tiongkok

merupakan yang

terbesar.

Page 45: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

32

ketidakseimbangan. Namun dengan adanya

kesepakatan ini terlihat bahwa Presiden Amerika

Serikat, Donald Trump, mengadopsi pendekatan yang

tidak terlalu konfrontatif dengan Tiongkok daripada

yang dijanjikannya dalam kampanye. Sebelumnya,

Presiden Amerika Serikat tersebut telah mengancam

untuk memberikan label pada Tiongkok sebagai

“manipulator mata uang” dan akan memberlakukan

tarif perdagangan untuk barang dari Tiongkok.

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia

Perkembangan perjanjian ekonomi internasional yang dilakukan Indonesia dijelaskan pada tabel di bawah.

Tabel 8. Status Perjanjian Ekonomi Internasional (per Maret 2017)

NO PERJANJIAN EKONOMI STATUS

1 ASEAN-EU Free Trade Agreement (FTA) Negotiations suspended

2 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Negotiations launched

(the 8rd round of negotiations)

3 Indonesia-India Comprehensive Economic Cooperation Arrangement Negotiations launched

4 Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement Negotiations launched

(the 6th round of negotiations)

5 Indonesia-European Free Trade Association Free Trade Agreement Negotiations launched

(the 12th round of negotiations)

6 Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement Negotiations launched

(the 2nd round of negotiations)

7 Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Negotiations launched

(the 17th round of negotiations)

8 Indonesia-Republic of Korea Free Trade Agreement Negotiations launched

(the 7th round of negotiations)

9 Indonesia-Chile FTA Negotiations launched

(the 2nd round of negotiations)

10 Indonesia-Turki FTA Proposed

(under consultation and study)

11 Indonesia-Peru FTA Proposed

(under consultation and study)

12 Trade Preferential System of the Organization of the Islamic Conference

Signed but not yet In Effect

13 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect

14 ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement Signed and In Effect

15 ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement Signed and In Effect

16 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Signed and In Effect

17 ASEAN-China Comprehensive Economic Cooperation Agreement Signed and In Effect

Page 46: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

33

NO PERJANJIAN EKONOMI STATUS

18 ASEAN-Republic of Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect

19 Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement Signed and In Effect

(under the review process)

20 Pakistan-Indonesia Free Trade Agreement Signed and In Effect

21 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Developing Countries Signed and In Effect

Sumber: ARIC database, ADB; Ditjen KPI, Kemendag

Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA)

Tabel 9. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia

Periode SKA Preferensi (%) SKA Nonpreferensi (%) SKA Preferensi + SKA Non

Preferensi (%)

2012 45,4 11,8 57,2

2013 50,7 12,4 63,1

2014 50,6 11,9 62,5

2015 72,3 13,5 85,8

2016 57.2 12.6 69.8

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag

Sepanjang tahun 2016, penggunaan SKA Preferensi dan

SKA Nonpreferensi mencapai 69,8 persen terhadap total

ekspor Indonesia dimana SKA Preferensi mendominasi

penggunaan SKA dengan utilisasi 57,2 persen. Form A

yang merupakan SKA Preferensi atas Generalized

System of Preferences Certificate of Origin paling banyak

dimanfaatkan sepanjang Tahun 2016 dengan tingkat

utilisasi 15,8 persen. Pada kurun waktu yang sama Form

B mendominasi utilisasi penggunaan SKA Nonpreferensi

dengan tingkat utilisasi 11,6 persen (Gambar 8).

Gambar 7. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag (diolah)

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

2014 2015 2016

Share SKA Preferensi Terhadap Total Ekspor Indonesia (Tahunan)

Form A

Form E

Form D

Form AI

Penggunaan SKA Preferensi

dan SKA Nonpreferensi

mencapai 69,8 persen

terhadap total ekspor

Indonesia pada tahun 2016.

Page 47: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

34

Gambar 8. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA Nonpreferensi

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag (diolah)

Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA

Pada periode Januari - Maret 2017, Indonesia

mengalami surplus neraca perdagangan dengan

Bangladesh, India, Pakistan, Brunei Darussalam,

Filipina, Kamboja, Myanmar, Jepang, Mesir, dan

Turki. Sementara itu pada periode yang sama,

Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan

dengan Australia, Selandia Baru, Laos, Malaysia,

Singapura, Thailand, Vietnam, Iran, Korea Selatan,

Tiongkok, dan Nigeria.

Tabel 10. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Oseania (juta USD)

Uraian 2015 2016 Trend (%) 2012-2016

Jan-Mar Perubahan (%) Jan-Mar

2017/2016 2016 2017

AUSTRALIA

Ekspor 3702,3 3199,0 -4,6 795,7 590,2 -25,8

Migas 707,7 538,3 -12,1 146,0 126,9 -13,0

non migas 2994,6 2660,7 -3,3 649,7 463,3 -28,7

Impor 4815,8 5260,9 -9,7 1051,3 1377,2 31,0

Migas 143,4 731,7 -24,4 54,2 217,9 301,9

non migas 4672,4 4529,1 -4,5 997,1 1159,3 16,3

2014 2015 2016

Form B 11,0% 12,3% 11,6%

Form ICO 0,8% 1,2% 1,0%

Form TP 0,0% 0,0% 0,0%

Form ANEXO III 0,0% 0,0% 0,0%

0,0%2,0%4,0%6,0%8,0%

10,0%12,0%14,0%

Share SKA Non-Preferensi Terhadap Total Ekspor Indonesia (Tahunan)

Indonesia mengalami surplus

neraca perdagangan dengan 10

negara mitra FTA (sebesar

USD6,0 miliar) dan defisit

neraca perdagangan dengan 11

negara mitra FTA (sebesar USD

6,1 miliar) pada periode Januari

– Maret 2017.

Page 48: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

35

Uraian 2015 2016 Trend (%) 2012-2016

Jan-Mar Perubahan (%) Jan-Mar

2017/2016 2016 2017

neraca perdagangan -1113,5 -2061,9 -0,6 -255,6 -787,0 207,9

Migas 564,3 -193,5 22,6 91,7 -91,0 -199,2

non migas -1677,8 -1868,4 -2,6 -347,3 -696,0 100,4

SELANDIA BARU

Ekspor 436,3 366,5 -3,69 78,7 113,8 44,6

Migas 39,2 9,0 -32,17 0,1 15,5 13582,2

non migas 397,0 357,6 -2,72 78,6 98,3 25,1

Impor 637,0 660,9 -4,34 146,3 159,7 9,2

Migas 8,6 0,0 -31,13 0,0 0,0 -100,0

non migas 628,4 660,9 -1,62 146,3 159,7 9,2

neraca perdagangan -200,8 -294,4 -3,34 -67,6 -45,9 -32,1

Migas 30,6 9,0 29,61 0,1 15,5 13734,3

non migas -231,3 -303,3 -3,35 -67,7 -61,4 -9,4

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 11. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Asia Selatan (juta USD)

Uraian 2015 2016 Trend (%) 2012-2016

Jan-Mar Perubahan (%)

Jan-Mar 2017/2016 2016 2017

BANGLADESH

ekspor 1340,8 1266,7 4,84 351,8 356,9 1,4

migas 0,2 0,7 -16,6 0,4 0,1 -83,2

non migas 1340,6 1266,0 4,87 351,4 356,8 1,5

impor 59,5 68,4 2,67 17,2 17,4 1,2

migas 0,0 0,0 0 0,0 0,0 0,0

non migas 59,5 68,4 4,81 17,2 17,4 1,2

neraca perdagangan 1281,3 1198,3 5,06 334,6 339,5 1,4

migas 0,2 0,7 0 0,4 0,1 -83,2

non migas 1281,1 1197,6 4,91 334,2 339,4 1,6

INDIA

ekspor 11731,0 10093,8 -5,18 2152,6 3454,3 60,5

migas 129,0 169,6 53 36,4 48,0 32,0

non migas 11602,0 9924,2 -5,52 2116,2 3406,3 61,0

impor 2741,4 2872,8 -11,11 695,9 1009,5 45,1

Page 49: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

36

Uraian 2015 2016 Trend (%) 2012-2016

Jan-Mar Perubahan (%)

Jan-Mar 2017/2016 2016 2017

migas 75,7 29,4 -42,39 3,6 105,1 2784,7

non migas 2665,7 2843,3 -9,85 692,2 904,3 30,6

neraca perdagangan 8989,6 7221,0 -2,57 1456,7 2444,8 67,8

migas 53,3 140,1 0 32,7 -57,1 -274,6

non migas 8936,2 7080,9 -3,75 1424,0 2502,0 75,7

PAKISTAN

ekspor 1989,6 2018,2 11,61 492,5 613,7 24,6

migas 0 0,0 -71,06 0,0 0,0 0,0

non migas 1989,5 2018,2 11,64 492,5 613,7 24,6

impor 174,5 157,3 -10,16 35,3 70,0 98,5

migas 0 0,0 0 0,0 0,0 0,0

non migas 174,5 157,3 -10,16 35,3 70,0 98,5

neraca perdagangan 1815,1 1861,0 15,16 457,2 543,6 18,9

migas 0 0,0 -71,06 0,0 0,0 0,0

non migas 1815 1861,0 15,21 457,2 543,6 18,9

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 12. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Asia Tenggara (juta USD)

Uraian 2015 2016 Trend (%) 2012-2016

Jan-Mar Perubahan (%) Jan-Mar 2017/2016

2016 2017

BRUNEI DARUSSALAM

ekspor 91,2 88,7 -1,33 35,1 16,1 -54,2

migas 0,0 0,1 106,76 0,0 0,0 0,0

non migas 91,2 88,6 -1,34 35,1 16,1 -54,2

impor 131,4 87,7 -37,64 2,6 4,1 57,4

migas 104,7 79,7 -39,71 0,0 0,0 0,0

non migas 26,7 8,0 2,08 2,6 4,1 57,4

neraca perdagangan -40,2 0,9 0 32,5 12,0 -63,0

migas -104,7 -79,7 -39,72 0,0 0,0 0,0

non migas 64,5 80,6 -2,18 32,5 12,0 -63,0

FILIPINA

ekspor 3921,7 5270,9 7,58 977,3 1429,5 46,3

Page 50: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

37

Uraian 2015 2016 Trend (%) 2012-2016

Jan-Mar Perubahan (%) Jan-Mar 2017/2016

2016 2017

migas 4,7 14,0 -18,55 0,2 0,3 50,1

non migas 3917,0 5256,9 7,68 977,1 1429,2 46,3

impor 683,1 821,8 -0,75 209,2 214,7 2,6

migas 3,1 1,6 -26,83 0,5 0,0 -100,0

non migas 680,0 820,2 -0,61 208,7 214,7 2,9

neraca perdagangan 3238,6 4449,1 9,57 768,1 1214,8 58,2

migas 1,6 12,4 0 -0,3 0,3 -202,7

non migas 3237,0 4436,7 9,65 768,4 1214,5 58,1

KAMBOJA

ekspor 429,7 425,4 11,29 109,8 117,0 6,5

migas 0,0 0,0 -94,5 0,0 0,0 0,0

non migas 429,7 425,4 11,35 109,8 117,0 6,5

impor 21,1 25,3 18,94 6,6 7,0 5,7

migas 0,0 0,0 0 0,0 0,0 0,0

non migas 21,1 25,3 18,94 6,6 7,0 5,7

neraca perdagangan 408,6 400,1 10,92 103,2 110,0 6,6

migas 0,0 0,0 -94,5 0,0 0,0 0,0

non migas 408,6 400,1 10,98 103,2 110,0 6,6

LAOS

ekspor 7,7 5,9 -22,24 1,7 1,1 -33,6

migas 0,0 0,0 0 0,0 0,0 0,0

non migas 7,7 5,9 -22,24 1,7 1,1 -33,6

impor 0,8 4,2 -16,07 0,3 2,7 780,4

migas 0,0 0,0 0 0,0 0,0 0,0

non migas 0,8 4,2 -16,07 0,3 2,7 780,4

neraca perdagangan 6,9 1,7 0 1,3 -1,6 -217,8

migas 0,0 0,0 0 0,0 0,0 0,0

non migas 6,9 1,7 0 1,3 -1,6 -217,8

MALAYSIA

ekspor 7.630,9 7.112,0 -11,81 1644,4 2144,1 30,4

migas 1.403,1 1.098,7 -24,13 263,6 435,3 65,1

non migas 6.227,8 6.013,3 -8,05 1380,8 1708,8 23,8

Page 51: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

38

Uraian 2015 2016 Trend (%) 2012-2016

Jan-Mar Perubahan (%) Jan-Mar 2017/2016

2016 2017

impor 8.530,7 7.200,9 -13,99 1681,2 2282,3 35,8

migas 3.551,3 2.469,4 -21,99 580,1 1054,3 81,8

non migas 4.979,4 4.731,6 -7,26 1101,2 1228,0 11,5

neraca perdagangan -899,8 -88,9 -44,3 -36,8 -138,2 275,4

migas -2.148,2 -1.370,7 -20,24 -316,4 -619,0 95,6

non migas 1.248,4 1.281,7 -10,44 279,6 480,8 71,9

MYANMAR

ekspor 615,7 615,7 10,03 120,4 184,5 53,3

migas 2,2 12,3 96,51 0,1 0,2 222,2

non migas 613,4 603,3 9,6 120,3 184,3 53,2

impor 160,4 113,3 21,45 15,0 42,0 180,8

migas 0,0 0,0 0 0,0 0,0 0,0

non migas 160,4 113,3 21,45 15,0 42,0 180,8

neraca perdagangan 455,3 502,3 7,6 105,4 142,5 35,2

migas 2,2 12,3 96,51 0,1 0,2 222,2

non migas 453,0 490,0 7,08 105,3 142,3 35,1

SINGAPURA

ekspor 12.632,6 11.246,4 -10,6 2781,0 2895,2 4,1

migas 3.971,6 2.520,9 -21,19 568,1 791,1 39,3

non migas 8.661,0 8.725,5 -5,46 2212,9 2104,1 -4,9

impor 18.022,5 14.548,3 -14,09 3229,0 4387,5 35,9

migas 9.047,2 6.887,2 -19,34 1432,4 2570,2 79,4

non migas 8.975,3 7.661,0 -7,51 1796,6 1817,3 1,2

neraca perdagangan -5.389,9 -3.301,9 -22,09 -448,0 -1492,4 233,1

migas -5.075,6 -4.366,3 -18,15 -864,3 -1779,1 105,8

non migas -314,3 1.064,4 0 416,3 286,8 -31,1

THAILAND

ekspor 5.507,3 5.392,4 -4,98 1186,4 1571,5 32,5

migas 906,8 783,7 -6,68 115,2 304,6 164,4

non migas 4.600,5 4.608,7 -4,64 1071,2 1266,9 18,3

impor 8.083,4 8.666,9 -8,02 2395,7 2162,0 -9,8

migas 64,7 65,7 -16,73 11,6 9,9 -14,2

Page 52: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

39

Uraian 2015 2016 Trend (%) 2012-2016

Jan-Mar Perubahan (%) Jan-Mar 2017/2016

2016 2017

non migas 8.018,7 8.601,2 -7,93 2384,2 2152,0 -9,7

neraca perdagangan -2.576,1 -3.274,5 -12,67 -1209,4 -590,5 -51,2

migas 842,1 718,0 -5,53 103,6 294,6 184,4

non migas -3.418,2 -3.992,5 -11,37 -1313,0 -885,1 -32,6

VIETNAM

ekspor 2.740,2 3.045,5 6,7 605,3 789,3 30,4

migas 3,3 14,1 0,18 0,6 0,7 23,5

non migas 2.736,9 3.031,4 6,67 604,7 788,6 30,4

impor 3.161,5 3.228,4 7,43 868,7 818,9 -5,7

migas 0,1 53,2 -1,26 0,0 0,0 -99,1

non migas 3.161,4 3.175,2 7,49 868,6 818,9 -5,7

neraca perdagangan -421,4 -182,9 6,04 -263,4 -29,7 -88,7

migas 3,2 -39,2 -22,21 0,5 0,7 34,1

non migas -424,5 -143,7 5,91 -263,9 -30,4 -88,5

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 13. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Timur Tengah (juta USD)

Uraian 2015 2016 Trend (%) 2012-2016

Jan-Mar Perubahan (%) Jan-Mar

2017/2016 2016 2017

IRAN

ekspor 216,5 235,2 -19,84 24,2 82,3 240,4

migas 0 0,4 0 0,0 0,0 0,0

non migas 216,5 234,8 -19,86 24,2 82,3 240,4

Impor 56,6 103,3 -36,77 12,7 123,2 870,0

migas 18 75,0 -34,61 6,5 109,8 1596,4

non migas 38,6 28,4 -37,08 6,2 13,4 114,9

neraca perdagangan 159,9 131,9 0 11,5 -41,0 -457,3

migas -18 -74,6 -34,66 -6,5 -109,8 1596,4

non migas 178 206,5 -12,98 17,9 68,9 284,0

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Page 53: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

40

Tabel 14. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Asia Timur (juta USD)

Uraian 2015 2016 Trend (%) 2012-2016

Jan-Mar Perubahan (%)

Jan-Mar 2017/2016 2016 2017

JEPANG

Ekspor 18020,9 16101,5 -15,3 4068,8 4153,8 2,1

Migas 4924,8 2889,1 -31,59 841,8 785,4 -6,7

non migas 13096,1 13212,5 -7,1 3227,0 3368,4 4,4

impor 13263,5 12984,8 -13,91 3015,6 3422,2 13,5

migas 30,8 58,0 -14,48 7,6 6,9 -9,3

non migas 13232,7 12926,8 -13,87 3008,1 3415,4 13,5

neraca perdagangan 4757,4 3116,8 -19,87 1053,2 731,6 -30,5

migas 4894,0 2831,1 -31,72 834,2 778,5 -6,7

non migas -136,6 285,7 0 219,0 -47,0 -121,4

KOREA SELATAN

ekspor 7664,4 7007,6 -17,53 1787,5 2017,5 12,9

migas 2224,8 1744,3 -33,08 569,3 456,1 -19,9

non migas 5439,7 5263,3 -5,68 1218,1 1561,4 28,2

impor 8427,2 6674,6 -13,82 1614,4 2112,8 30,9

migas 2148,6 765,4 -28,76 172,1 186,1 8,1

non migas 6278,6 5909,2 -9,69 1442,3 1926,7 33,6

neraca perdagangan -762,8 333,1 0 173,0 -95,3 -155,1

migas 76,2 978,9 -48,64 397,2 270,0 -32,0

non migas -838,9 -645,8 -26,12 -224,2 -365,3 62,9

TIONGKOK

ekspor 15.046,4 16.785,6 -8,76 3347,4 5164,5 54,3

migas 1.785,7 1.672,8 19,59 507,3 475,0 -6,4

non migas 13.260,7 15.112,8 -10,58 2840,1 4689,5 65,1

impor 29.410,9 30.800,5 0,8 7157,8 7840,3 9,5

migas 186,1 111,0 -26,55 28,2 85,7 204,3

non migas 29.224,8 30.689,5 1,05 7129,6 7754,6 8,8

neraca perdagangan -14.364,5 -14.014,9 20,62 -3810,4 -2675,8 -29,8

migas 1.599,7 1.561,8 39,12 479,2 389,3 -18,7

non migas -15.964,1 -15.576,7 21,7 -4289,6 -3065,1 -28,5

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Page 54: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

41

Tabel 15. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Afrika (juta USD)

Uraian 2015 2016 Trend (%) 2012-2016

Jan-Mar Perubahan (%)

Jan-Mar 2017/2016 2016 2017

MESIR

ekspor 1197,9 1110,4 2,69 273,5 370,6 35,5

migas 26,2 0,0 0 0,0 0,0 0,0

non migas 1171,7 1110,4 2,47 273,5 370,6 35,5

Impor 243,1 352,1 16,94 133,6 117,8 -11,9

Migas 132,9 257,6 0 109,4 86,3 -21,1

non migas 110,2 94,6 -16,92 24,3 31,5 29,9

neraca perdagangan 954,8 758,3 -1,04 139,9 252,8 80,7

Migas -106,7 -257,5 0 -109,4 -86,3 -21,1

non migas 1061,5 1015,8 6,03 249,3 339,1 36,0

NIGERIA

Ekspor 445,7 310,8 -7,63 76,0 86,2 13,4

Migas 0,3 0,2 13,45 0,0 0,0 -100,0

non migas 445,4 310,6 -7,64 76,0 86,2 13,5

Impor 1288,2 1288,0 -21,47 275,4 262,9 -4,5

Migas 1284,5 1280,1 -21,31 273,2 258,7 -5,3

non migas 3,7 7,9 -40,17 2,1 4,2 97,0

neraca perdagangan -842,4 -977,1 -24,98 -199,3 -176,7 -11,4

migas -1284,2 -1279,9 -21,32 -273,2 -258,7 -5,3

non migas 441,8 302,7 -5,99 73,8 82,0 11,0

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 16. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Eropa (juta USD)

Uraian 2015 2016 Trend (%) 2012-2016

Jan-Mar Perubahan (%) Jan-Mar 2017/2016

2016 2017

TURKI

ekspor 1158,8 1024,1 -8,27 289,5 275,8 -4,7

migas 0,0 0,1 0 0,1 0,0 -100,0

non migas 1158,8 1024,0 -8,19 289,5 275,8 -4,7

impor 249,8 311,2 -14,96 86,9 100,5 15,7

Page 55: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

42

Uraian 2015 2016 Trend (%) 2012-2016

Jan-Mar Perubahan (%) Jan-Mar 2017/2016

2016 2017

migas 0,1 32,9 144,21 0,0 29,5 192200,0

non migas 249,7 278,2 -2,35 86,9 71,0 -18,3

neraca perdagangan 909,0 712,9 6,3 202,7 175,3 -13,5

migas -0,1 -32,8 0 0,1 -29,5 -54029,7

non migas 909,1 745,7 -9,85 202,6 204,8 1,1

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Page 56: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

44

Page 57: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

45

Page 58: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

46

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Perekonomian Indonesia pada triwulan I tahun 2017

tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi

dibandingkan triwulan IV tahun 2016 yang tumbuh

sebesar 4,9 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut

dipengaruhi oleh membaiknya kondisi perekonomian

global walaupun pertumbuhannya belum merata. Dari sisi

domestik, kinerja pertumbuhan ekonomi didorong oleh

membaiknya ekspor dan terjaganya permintaan

domestik.

Gambar 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 - Triwulan I Tahun 2017 (Persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik

5,1

4,9 4,95,0

4,84,7 4,8

5,2

4,9

5,2

5,04,9

5,0

4,0

4,5

5,0

5,5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2014 2015 2016 2017

Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017.

Page 59: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

47

Dari sisi lapangan usaha, Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan tumbuh pada triwulan I tahun 2017 mencapai

7,1 persen (YoY), dan menjadi sumber pertumbuhan

utama PDB. Pertumbuhan tersebut meningkat signifikan

dibandingkan triwulan I dan triwulan IV tahun 2016 yang

masing-masing tumbuh sebesar 1,5 persen (YoY) dan 5,3

persen (YoY). Kinerja tersebut didorong oleh produktivitas

tanaman pangan yang tumbuh signifikan akibat pengaruh

La Nina yang terjadi pada triwulan II tahun 2016, serta

dukungan program pemerintah dalam upaya peningkatan

produksi. Selain itu, juga didukung oleh pertumbuhan

positif subsektor Kehutanan dan Penebangan Kayu akibat

meningkatnya distribusi kayu bulat seiring tingginya curah

hujan, serta subsektor dan Perikanan seiring dengan

diberlakukannya moratorium penangkapan ikan secara

ilegal (illegal fishing).

Sementara itu, industri Pengolahan yang merupakan

sektor dengan proporsi terbesar terhadap PDB, tumbuh

sebesar 4,2 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut lebih

rendah dibandingkan triwulan I dan triwulan IV tahun

2016 yang masing-masing tumbuh sebesar 4,7 persen

(YoY) dan 4,3 persen (YoY). Kinerja tersebut dipengaruhi

menurunnya pertumbuhan Industri Batubara dan

Pengilangan Minyak dan Gas. Industri Pengolahan Non

Migas tumbuh tinggi pada triwulan I tahun 2017 yang

didorong oleh Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik

yang tumbuh signifikan. Selain itu, juga Industri Makanan

dan Minuman dan Industri Kertas dan Barang dari Kertas;

Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman yang tumbuh

lebih tinggi pada triwulan IV tahun 2016.

Konstruksi tumbuh lebih rendah pada triwulan I tahun

2017 yaitu sebesar 6,3 persen (YoY), dibandingkan

triwulan I tahun 2016 yang tumbuh sebesar 6,8 persen

(YoY), namun lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun

2016 yang tumbuh sebesar 4,2 persen (YoY). Kinerja

tersebut didukung oleh meningkatnya penyerapan

belanja modal pada triwulan I tahun 2017, seiring

Dari sisi lapangan usaha, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan meningkat signifikan pada triwulan I tahun 2017.

Industri Pengolahan tumbuh lebih rendah pada triwulan I tahun 2017 dipengaruhi oleh menurunnya pertumbuhan Industri Batubara dan Pengilangan Minyak dan Gas.

Konstruksi tumbuh sebesar 6,3 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017 didukung oleh proyek infrastruktur pemerintah.

Page 60: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

48

pelaksanaan proyek infrastruktur pemerintah seperti

pembangunan bandara dan bendungan.

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor tumbuh sebesar 4,8 persen (YoY) pada

triwulan I tahun 2017. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi

dibandingkan triwulan I maupun triwulan IV tahun 2016

yang masing-masing tumbuh sebesar 4,1 persen (YoY) dan

3,9 persen (YoY). Kinerja tersebut didorong oleh

Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda

Motor yang tumbuh lebih tinggi seiring meningkatnya

produksi dalam negeri dan impor. Sementara itu,

Perdagangan Mobil, Sepeda Motor, dan Reparasinya

tumbuh sebesar 2,9 persen (YoY), sama dengan triwulan

sebelumnya dan lebih rendah dari triwulan I tahun 2016

yang sebesar 3,0 persen (YoY).

Sektor Informasi dan Komunikasi tumbuh paling tinggi

yaitu sebesar 9,1 persen (YoY), meningkat cukup signifikan

dibandingkan triwulan I tahun 2016 yang tumbuh sebesar

7,6 persen (YoY), namun sedikit lebih rendah

dibandingkan triwulan IV tahun 2016 yang sebesar 9,6

persen (YoY). Kinerja tersebut didorong oleh

meningkatnya penggunaan data dan internet di

Indonesia.

Pada triwulan I tahun 2017, Transportasi dan

Pergudangan tumbuh sebesar 7,6 persen (YoY) atau lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan I maupun triwulan

IV tahun 2016 yang masing-masing tumbuh sebesar 7,9

persen (YoY). Jasa Keuangan dan Asuransi tumbuh sebesar

5,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017, menurun

signifikan dibandingkan triwulan I tahun 2016 yang

tumbuh sebesar 9,3 persen (YoY), namun lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,2 persen

(YoY).

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor tumbuh lebih tinggi pada triwulan I tahun 2017, didorong oleh meningkatnya Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor.

Informasi dan komunikasi tumbuh paling tinggi, yaitu sebesar 9,1 persen (YoY).

Pada triwulan I tahun 2017, Transportasi dan Pergudangan tumbuh sebesar 7,6 persen (YoY), sedangkan Jasa Keuangan dan Asuransi tumbuh sebesar 5,7 persen (YoY).

Page 61: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

49

Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan I Tahun 2017 Menurut Lapangan Usaha (YoY)

Uraian 2014 2015 2016 2017

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

5,2 4,9 3,6 3,3 3,8 6,5 2,9 1,6 1,5 3,4 3,0 5,3 7,1

Pertambangan dan Penggalian -1,2 0,7 0,7 1,5 0,6 -3,6 -4,4 -6,0 1,2 1,2 0,3 1,6 -0,5

Industri Pengolahan 4,5 4,9 5,0 4,2 4,1 4,2 4,6 4,4 4,7 4,6 4,5 3,4 4,2

Pengadaan Listrik dan Gas 3,3 6,4 5,9 7,8 1,7 0,8 0,6 0,6 7,5 6,2 4,9 3,1 1,6

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

4,5 5,2 5,3 6,0 5,1 7,3 8,4 7,4 5,4 4,1 2,4 2,7 4,4

Konstruksi 7,2 6,5 6,5 7,7 6,0 5,4 6,8 7,1 6,8 5,1 5,0 4,2 6,3

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

6,1 5,1 5,2 4,4 3,8 1,6 1,4 3,7 4,1 4,1 3,6 3,9 4,8

Transportasi dan Pergudangan 7,0 7,6 7,7 7,2 5,8 5,9 7,3 7,7 7,9 6,9 8,3 7,9 7,6

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

6,4 6,4 5,8 4,6 3,3 3,7 4,4 5,7 5,7 5,0 4,7 4,5 4,7

Informasi dan Komunikasi 9,9 10,7 9,8 10,1 9,7 9,3 10,6 9,2 7,6 9,3 9,0 9,6 9,1

Jasa Keuangan dan Asuransi 3,6 5,5 1,9 7,9 8,6 2,6 10,4 12,8 9,3 13,6 9,0 4,2 5,7

Real Estat 4,7 4,9 5,1 5,3 4,5 4,3 4,1 3,5 4,9 4,8 4,0 3,6 3,7

Jasa Perusahaan 10,3 10,0 9,3 9,7 7,4 7,6 7,6 8,1 8,1 7,6 7,0 6,8 6,8

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2,7 -2,5 2,4 6,8 4,7 6,3 1,3 6,3 4,6 4,4 3,8 0,3 0,6

Jasa Pendidikan 4,5 4,4 6,2 6,5 4,9 11,6 7,9 5,2 5,3 5,1 1,9 3,1 4,1

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

7,6 8,7 9,6 6,0 8,5 8,3 4,5 5,6 6,5 5,1 4,5 4,1 7,1

Jasa lainnya 8,4 9,5 9,5 8,4 8,0 8,1 8,1 8,2 7,9 7,9 7,7 7,7 8,0

PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,1 4,9 4,9 5,0 4,8 4,7 4,8 5,2 4,9 5,2 5,0 4,9 5,0

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada triwulan I tahun 2017, Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY), lebih

rendah dibandingkan triwulan I tahun 2016 yang tumbuh

sebesar 5,7 persen (YoY), namun lebih tinggi dari triwulan

IV tahun 2016 yang sebesar 4,5 persen (YoY). Real estate

tumbuh sebesar 3,7 persen (YoY), lebih rendah dari

triwulan I tahun 2016 yang sebesar 4,9 persen (YoY),

namun sedikit lebih tinggi dari triwulan IV tahun 2016

yang tumbuh sebesar 3,6 persen (YoY).

Pada triwulan I tahun 2017, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum serta Real estate tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY) dan 3,7 persen (YoY).

Page 62: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

50

Pengadaan Listrik dan Gas tumbuh sebesar 1,6 persen

(YoY), lebih rendah dari triwulan I dan triwulan IV tahun

2016 yang masing-masing tumbuh sebesar 7,5 persen

(YoY) dan 3,1 persen (YoY). Pertambangan dan Penggalian

terkontraksi pada triwulan I tahun 2017, yaitu sebesar -

0,04 persen (YoY). Kinerja tersebut menurun

dibandingkan dengan triwulan I dan triwulan IV tahun

2016 yang masing-masing tumbuh sebesar 1,2 persen

(YoY) dan 1,1 persen (YoY) yang disebabkan oleh

penurunan produksi gas alam, minyak mentah serta

konsentrat, termasuk tembaga dan emas dari Freeport

Indonesia maupun Amman Mineral Nusa Tenggara.

Jasa Pendidikan tumbuh sebesar 4,1 persen (YoY) pada

triwulan I tahun 2017, lebih rendah dari triwulan I tahun

2016 yang tumbuh sebesar 5,3 persen (YoY), namun lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,1

persen (YoY). Sementara itu, Jasa Perusahaan tumbuh

sebesar 6,8 persen (YoY), tidak berubah dari triwulan

sebelumnya, namun lebih rendah dari triwulan I tahun

2016 yang tumbuh sebesar 8,1 persen (YoY). Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial tumbuh

sebesar 0,6 persen (YoY), menurun signifikan

dibandingkan triwulan I tahun 2016 yang tumbuh sebesar

4,6 persen (YoY), namun meningkat dari triwulan IV tahun

2016 yang sebesar 0,3 persen (YoY).

Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang

Melayani Rumah Tangga (LNPRT) merupakan komponen

dengan pertumbuhan tertinggi, yaitu tumbuh sebesar 8,0

persen (YoY). Meskipun demikian, kontribusinya tidak

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kinerja ini

didorong oleh pelaksanaan pemilihan kepala daerah

(PILKADA) serentak di 101 daerah pada bulan Februari

2017 dan meningkatnya kegiatan lembaga bantuan sosial.

Dari sisi pengeluaran, Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) merupakan komponen dengan pertumbuhan tertinggi.

Jasa Pendidikan; Jasa Perusahaan; dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial masing-masing tumbuh sebesar 4,1 persen (YoY) dan 6,8 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017.

Pengadaan Listrik dan Gas tumbuh lebih rendah, sementara itu Pertambangan dan Penggalian tumbuh terkontraksi pada triwulan I tahun 2017.

Page 63: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

51

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang menjadi

sumber utama pertumbuhan ekonomi, tumbuh sebesar

4,9 persen (YoY). Kinerja tersebut sedikit lebih rendah dari

triwulan I dan triwulan IV tahun 2016 yang masing-masing

tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY). Makanan dan Minuman

selain Restoran serta Transportasi dan Komunikasi yang

merupakan komponen terbesar pertama dan kedua dari

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang tumbuh lebih

rendah pada triwulan I tahun 2017.

Tabel 18. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III Tahun 2014 – Triwulan I Tahun 2017 (Persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)

JENIS PENGELUARAN 2014 2015 2016 2017

Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 5,1 5,1 5,0 5,0 5,0 4,9 5,0 5,1 5,0 5,0 4,9

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 5,8 -0,5 -8,1 -8,0 6,6 8,3 6,4 6,7 6,6 6,7 8,0

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,2 0,9 2,9 2,6 7,1 7,1 3,4 6,2 -2,9 -4,0 2,7

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 4,4 4,1 4,6 4,0 4,9 6,4 4,7 4,2 4,2 4,8 4,8

Ekspor Barang dan Jasa 4,9 -4,4 -0,7 -0,3 -0,9 -6,4 -3,3 -2,2 -5,6 4,2 8,0

Dikurangi Impor Barang dan Jasa 0,2 3,0 -2,6 -7,4 -6,6 -8,7 -5,1 -3,2 -3,7 2,8 5,0

PRODUK DOMESTIK BRUTO 4,9 5,0 4,8 4,7 4,8 5,2 4,9 5,2 5,0 4,9 5,0

Sumber : Badan Pusat Statistik Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar

4,8 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dari triwulan I tahun

2016 yang tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY), namun tidak

berubah dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ini

dipengaruhi oleh konstruksi yang tumbuh sebesar 5,9

persen (YoY), lebih kecil dari triwulan I tahun 2016 yang

sebesar 6,8 persen, namun meningkat dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,1 persen (YoY). Selain

itu, kendaran tumbuh positif sebesar 25,4 persen (YoY),

meningkat signifikan dari triwulan I tahun 2016 yang

tumbuh sebesar -0,2 persen (YoY) meskipun lebih kecil

dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 27,4

persen (YoY). Sementara itu, komponen Cultivated

Biological Resources (CBR) mengalami kontraksi secara

signifikan, yaitu sebesar -11,1 persen (YoY), dari yang

sebelumnya tumbuh sebesar 2,3 persen (YoY) dan 4,3

persen (YoY) pada triwulan I dan IV tahun 2016.

Pada triwulan I tahun 2017, PMTB tumbuh sebesar 4,8 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dari triwulan I tahun 2016 yang sebesar 4,7 persen (YoY).

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang menjadi sumber utama pertumbuhan PDB tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY), dipengaruhi oleh Makanan dan Minuman, Selain Restoran serta Transportasi dan Komunikasi yang tumbuh lebih rendah.

Page 64: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

52

Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada

triwulan I tahun 2017 sebesar 2,7 persen (YoY), lebih

rendah dari triwulan I tahun 2016 yang tumbuh sebesar

3,4 persen (YoY), namun meningkat signifikan dari

triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -4,0

persen (YoY). Kinerja ini didorong oleh penyerapan

anggaran pada triwulan I tahun 2017 yang lebih baik dari

triwulan sebelumnya,yang didukung oleh peningkatan

belanja barang secara signifikan dan kenaikan bantuan

sosial.

Ekspor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 8,0 persen (YoY),

paling tinggi sejak triwulan I tahun 2014. Ekspor Barang

tumbuh signifikan yaitu sebesar 8,0 persen (YoY) dan

Ekspor Jasa tumbuh sebesar 7,3 persen (YoY). Peningkatan

ini didorong oleh ekspor jasa yang meningkat seiring

dengan bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara.

Impor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY),

paling tinggi sejak triwulan II tahun 2014 seiring dengan

membaiknya ekspor barang dan jasa. Impor Barang

meningkat signifikan menjadi sebesar 5,7 persen (YoY).

Impor Jasa tumbuh sebesar 0,4 persen (YoY), meningkat

signifikan dari triwulan I tahun 2016 yang sebesar 7,7

persen, namun relative lebih kecil dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 3,3 persen (YoY).

PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH

Pada triwulan I tahun 2017, seluruh pulau mengalami

pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan

ekonomi paling tinggi di Sulawesi dan Jawa. Rata-rata

pertumbuhan kedua pulau tersebut lebih tinggi

dibandingkan rata-rata pertumbuhan ke-34 provinsi.

Sementara itu, keempat wilayah yang lain rata-rata

pertumbuhannya lebih rendah.

Pada triwulan I tahun 2017, seluruh pulau mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Sulawesi dan Jawa.

Ekspor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 8,0 persen (YoY), paling tinggi untuk pertama kali sejak triwulan I tahun 2014.

Impor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY), paling tinggi sejak triwulan II tahun 2014 seiring dengan membaiknya ekspor barang dan jasa.

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah tumbuh sebesar 2,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017, setelah triwulan sebelumnya tumbuh negatif.

Page 65: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

53

Pada triwulan I tahun 2017, Sulawesi rata-rata tumbuh

sebesar 6,9 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan

triwulan I tahun 2016 yang besarnya 7,8 persen (YoY),

namun sedikit lebih tinggi dari triwulan IV tahun 2016

yang tumbuh sebesar 6,8 persen (YoY). Rata-rata

pertumbuhan ekonomi di Jawa adalah sebesar 5,7 persen

(YoY), meningkat dari triwulan I dan triwulan IV tahun

2016 masing-masing sebesar 5,4 persen (YoY) dan 5,5

persen (YoY).

Sementara itu, rata-rata pertumbuhan ekonomi di

Kalimatan sebesar 4,9 persen (YoY), paling tinggi sejak

triwulan III tahun 2012. Maluku dan Papua rata-rata

tumbuh sebesar 4,2 persen (YoY), meningkat

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I tahun 2015

yang besarnya 2,0 persen (YoY), namun menurun

signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang

besarnya 14,7 persen (YoY).

Gambar 10. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Enam Pulau Besar di Indonesia pada Triwulan I Tahun 2015 - Triwulan I Tahun 2017 (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik

3,5 3,0 3,14,5 4,2 4,5 4,0 4,5 4,0

5,3 5,2 5,5 5,8 5,4 5,8 5,7 5,5 5,7

9,9 10,2

14,0

7,76,6 6,9

5,1 4,9

2,42,1 1,50,4

1,5 1,9 1,42,3

1,3

4,9

7,48,6 8,3 8,4 7,8 8,5

6,7 6,8 6,9

1,5

10,4

3,7

9,9

2,0

-1,0

13,614,7

4,2

-3

0

3

6

9

12

15

18

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2015 2016 2017

Sumatera Jawa Bali dan Nusa Tenggara

Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua

34 Provinsi

Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Sulawesi dan Jawa pada triwulan I tahun 2017, masing-masing adalah sebesar 6,9 persen (YoY) dan 5,7 persen (YoY).

Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Kalimatan serta Maluku dan Papua pada triwulan I tahun 2017, masing-masing adalah 4,9 persen (YoY) dan 4,2 persen (YoY).

Page 66: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

54

Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Sumatera pada

triwulan I tahun 2017 sebesar 4,0 persen (YoY), lebih

rendah dibandingkan triwulan I maupun triwulan IV tahun

2016 yang masing-masing besarnya 4,2 persen (YoY) dan

4,5 persen (YoY). Bali dan Nusa Tenggara tumbuh sebesar

2,4 persen (YoY), menurun cukup signifikan dibandingkan

triwulan I dan triwulan IV tahun 2016 yang tumbuh

masing-masing sebesar 6,6 persen (YoY) dan 4,9 persen

(YoY).

Gambar 11. Kontribusi di Enam Pulau Besar Indonesia terhadap PDB Pada Triwulan I Tahun 2013 - Triwulan I Tahun 2017

Sumber : Badan Pusat Statistik

Perkembangan kontribusi daerah terhadap PDB pada

triwulan I tahun 2017 mengalami perubahan meskipun

kontribusi terbesar terhadap PDB tetap didominasi Pulau

Jawa. Kontribusi Pulau Jawa meningkat sebesar 0,6 persen

dari triwulan sebelumnya, namun lebih kecil dibandingkan

triwulan I tahun 2016 yang besarnya 58,8 persen.

Kontribusi Sumatera, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara,

serta Maluku dan Papua menurun dari triwulan

sebelumnya, yaitu masing-masing menjadi sebesar 21,9

persen, 5,9 persen, 3,0 persen dan 2,3 persen terhadap

PDB pada triwulan I tahun 2017. Sementara itu, kontribusi

Kalimantan lebih tinggi pada triwulan I tahun 2017, yaitu

sebesar 8,3 persen.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2013 2014 2015 2016 2017

Bali Nusra 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,9 3,0 3,0 3,0 3,1 3,1 3,1 3,1 3,2 3,1 3,0

Maluku dan Papua 2,4 2,1 2,3 2,6 2,3 2,2 2,4 2,3 2,3 2,4 2,3 2,4 2,3 2,3 2,5 2,6 2,3

Kalimantan 9,5 9,3 9,1 9,2 9,0 8,8 8,6 8,7 8,3 8,2 8,0 8,0 7,7 7,6 7,7 8,2 8,3

Sulawesi 5,3 5,5 5,6 5,5 5,4 5,5 5,7 5,8 5,7 5,9 6,0 6,0 5,9 6,1 6,1 6,1 5,9

Sumatera (RHS) 22,9 23,0 23,0 23,3 23,2 23,1 23,1 22,6 22,3 22,1 22,1 22,2 22,1 22,0 22,0 22,0 21,9

Jawa (RHS) 57,2 57,3 57,1 56,6 57,2 57,5 57,3 57,6 58,4 58,4 58,4 58,3 58,9 58,8 58,5 58,0 58,5

01020304050607080

0

2

4

6

8

10

12

14

Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Sumatera serta Bali dan Nusa Tenggara relatif lebih rendah pada triwulan I tahun 2017.

Perkembangan kontribusi daerah terhadap PDB pada triwulan I tahun 2017 mengalami perubahan meskipun kontribusi terbesar terhadap PDB tetap didominasi oleh Pulau Jawa.

Page 67: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

55

Tiga provinsi penyumbang perekonomian terbesar di Jawa

adalah DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat dengan

proporsi terhadap PDB masing-masing sebesar 17,4

persen, 14,6 persen dan 12,9 persen. Pada triwulan I

tahun 2017, ekonomi DKI Jakarta tumbuh sebesar 6,5

persen (YoY). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan I tahun 2016 yang besarnya

5,7 persen (YoY) dan triwulan IV tahun 2016 yang

besarnya 5,5 persen (YoY). Kontribusi DKI Jakarta

terhadap perekonomian meningkat dibandingkan

triwulan I dan triwulan IV tahun 2016 yang masing-masing

besarnya 17,3 persen dan 17,2 persen.

Penyumbang perekonomian terbesar di Sumatera

berturut-turut adalah Riau, Sumatera Utara dan Sumatera

Selatan dengan kontribusi terhadap perekonomian

nasional masing-masing sebesar 5,2 persen, 5,0 persen

dan 2,8 persen. Pada triwulan I tahun 2017, Kepulauan

Bangka Belitung merupakan provinsi dengan

pertumbuhan yang paling tinggi, yaitu sebesar 6,4 persen

(YoY). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan

dengan triwulan I dan triwulan IV tahun 2016 yang

masing-masing besarnya 3,4 persen (YoY) dan 4,9 persen

(YoY). Adapun kontribusi Kepulauan Bangka Belitung

terhadap PDB sebesar 0,5 persen, relatif tidak berubah

sejak tahun 2010.

Kalimantan Timur merupakan kontributor terbesar bagi

perekonomian di Kalimantan dengan kontribusi sebesar

4,4 persen terhadap perekonomian nasional. Pada

triwulan I tahun 2017, Kalimantan Timur tumbuh sebesar

3,9 persen (YoY) setelah sejak triwulan I tahun 2014

tumbuh negatif. Hal ini mendorong meningkatnya

pertumbuhan ekonomi dan kontribusi Kalimantan secara

keseluruhan terhadap perekonomian nasional. Sementara

itu, Kalimantan Tengah merupakan provinsi dengan

pertumbuhan paling tinggi yaitu sebesar 9,5 persen (YoY),

lebih tinggi dari triwulan I dan triwulan IV tahun 2016 yang

tumbuh sebesar 5,1 persen (YoY) dan 8,6 persen (YoY).

Kalimantan Timur tumbuh sebesar 3,9 persen (YoY) setelah triwulan sebelumnya tumbuh terkontraksi, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi dan kontribusi Kalimantan secara keseluruhan.

Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat merupakan kontributor perekonomian terbesar di Jawa.

Provinsi Riau, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan merupakan kontributor perekonomian terbesar di Jawa.

Page 68: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

56

Adapun kontribusi Kalimantan Tengah terhadap

perekonomian Indonesia sebesar 0,9 persen, relatif tidak

berubah sejak triwulan IV tahun 2015.

Sulawesi Tenggara tumbuh paling tinggi diantara provinsi

lain di Sulawesi yaitu sebesar 8,4 persen (YoY), lebih tinggi

dibandingkan triwulan I dan triwulan IV tahun 2016 yang

masing-masing besarnya 5,5 persen (YoY) dan 7,7 persen

(YoY). Sementara itu, kontribusi provinsi Sulawesi

Tenggara relatif kecil dibandingkan kontribusi provinsi lain

di Sulawesi, yaitu sebesar 0,8 persen pada triwulan I tahun

2017, sedikit meningkat dari triwulan I tahun 2016 yang

besarnya 0,7 persen, namun relatif tidak berubah dari

triwulan sebelumnya. Kontributor terbesar dalam

perekonomian Sulawesi adalah Sulawesi Selatan, yaitu

sebesar 3,0 persen terhadap perekonomian.

Sementara itu, Bali merupakan provinsi dengan

pertumbuhan ekonomi tertinggi di wilayah Bali dan Nusa

Tenggara yaitu dengan pertumbuhan sebesar 5,8 persen

pada triwulan I tahun 2017, terbesar dibandingkan

provinsi NTB dan NTT serta relatif tidak berbeda dengan

triwulan-triwulan sebelumnya.

Di wilayah Maluku dan Papua, Maluku Utara merupakan

provinsi yang memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu

sebesar 7,5 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2017, lebih

tinggi dibandingkan triwulan I dan triwulan IV tahun 2016

yang masing-masing besarnya 5,2 persen (YoY) dan 6,5

persen (YoY). Kontribusi provinsi Maluku terhadap

perekonomian nasional sebesar 0,2 persen, relatif kecil

dan tidak berubah dibandingkan triwulan-triwulan

sebelumnya.

PERKEMBANGAN HARGA KEBUTUHAN POKOK

Perkembangan Harga Domestik

Sepanjang bulan Januari hingga Maret tahun 2016,

koefisien variasi harga antar waktu dari sepuluh

komoditas tertentu mencatatkan koefisien rata-rata

Provinsi Sulawesi Tenggara tumbuh paling tinggi diantara provinsi lain di Sulawesi yaitu sebesar 8,4 persen (YoY).

Sementara itu, Bali merupakan provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara yaitu dengan pertumbuhan sebesar 5,8 persen (YoY).

Maluku Utara merupakan provinsi dengan pertumbuhan tertinggi pada triwulan I tahun 2017.

Page 69: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

57

sebesar 1,6 persen atau masih dibawah target maksimal

9,0 persen pada tahun 2017 seperti yang tertuang dalam

RPJMN 2015-2019. Komoditas Daging Ayam Ras

merupakan komoditas penyumbang koefisien variasi

harga antar waktu paling tinggi dengan koefisien sebesar

3,8 persen. Sementara itu, susu kental manis merupakan

komoditas dengan koefisien variasi antar waktu paling

rendah dengan mencatatkan koefisien sebesar 0,1 persen.

Tabel 19. Koefisien Variasi Harga Antar Waktu Periode Bulan Januari-Maret Tahun 2017

Komoditas Unit Jan-17 Feb-17 Mar-17 Standar Deviasi

Rata-rata Jan-Mar 17

Koef. Variasi

Beras Medium Rp/kg 10.729,0 10.713,0 10.552,0 97,9 10.664,7 0,9

Gula Pasir Rp/kg 13.893,0 13.800,0 13.823,0 48,4 13.838,7 0,4

Jagung Pipilan Rp/kg 7.071,0 7.011,0 7.107,0 48,5 7.063,0 0,7

Kedelai Impor Rp/kg 10.658,0 10.736,0 10.958,0 155,7 10.784,0 1,4

Tepung Terigu Rp/kg 10.052,0 9.995,0 10.637,0 355,3 10.228,0 3,5

Minyak Goreng Curah Rp/ltr 11.796,0 12.007,0 11.479,0 265,8 11.760,7 2,3

Susu kental Manis Rp/385gr 10.405,0 10.418,0 10.396,0 11,1 10.406,3 0,1

Daging Ayam Ras Rp/kg 31.619,0 29.549,0 29.760,0 1.139,1 30.309,3 3,8

Daging Sapi Rp/kg 115.032,0 115.548,0 114.775,0 393,7 115.118,3 0,3

Telur Ayam Ras Rp/kg 22.856,0 22.093,0 21.731,0 574,3 22.226,7 2,6

Rata-Rata 1,6

Sumber : Kementerian Perdagangan, diolah

Sepanjang bulan Januari hingga Maret tahun 2017,

koefisien variasi harga antar wilayah dari sepuluh

komoditas tertentu mencatatkan koefisien rata-rata

sebesar 15,8 persen atau melebihi batas target maksimal

13,8 persen pada tahun 2017 seperti yang tertuang dalam

RPJMN 2015-2019. Pada bulan Februari mencatatkan

koefisien variasi harga antar wilayah tertinggi yaitu

sebesar 16,7 persen dibandingkan bulan lainnya.

Sementara itu, koefisien variasi harga antar wilayah paling

rendah dari sepuluh komoditas tertentu dicatatkan pada

bulan Januari yaitu sebesar 14,8 persen.

Sepanjang bulan Januari-

Maret tahun 2017

mencatatkan rata-rata

koefisien variasi harga

antar wilayah sebesar

15,8 persen.

Sepanjang bulan Januari-

Maret tahun 2017

mencatatkan rata-rata

koefisien variasi harga

antar waktu sebesar 1,6

persen.

Page 70: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

58

Tabel 20. Koefisien Variasi Harga Antar Wilayah Bulan Januari-Maret Tahun 2017

Komoditas Jan-17 Feb-17 Mar-17

Beras Medium 12,9 12,6 14,1

Gula Pasir 8,3 8,1 8,8

Jagung Pipilan 24,0 24,5 25,9

Kedelai Impor 17,9 19,6 20,0

Tepung Terigu 16,8 27,7 20,0

Minyak Goreng Curah 9,1 9,3 9,4

Susu kental Manis 13,2 13,2 13,0

Daging Ayam Ras 15,2 14,5 17,6

Daging Sapi 12,7 19,6 11,3

Telur Ayam Ras 18,2 18,1 17,5

Rata-Rata Per Bulan 14,8 16,7 15,7

Rata-Rata Jan-Mar 2017 15,8

Sumber : Kementerian Perdagangan, diolah

Indeks Harga Bahan Pokok Nasional

Sebagian besar harga bahan pokok nasional berfluktuatif

selama periode Januari-Maret tahun 2017 (Lampiran 5).

Penurunan harga cabai merah keriting dan cabai merah

biasa terjadi secara signifikan pada triwulan

I tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh membaiknya kondisi

cuaca yang mendorong peningkatan pasokan cabai di

berbagai daerah sehingga mampu menurunkan harga

cabai baik cabai merah keriting maupun cabai merah biasa

(Gambar 12 dan Lampiran 5).

Gambar 12. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Bahan Makanan (Beras, Gula Pasir, Bawang Merah, dan Cabai)

Sumber: Kementerian Perdagangan, data diolah (Januari 2016=100)

80,0

130,0

180,0Beras Medium Gula Pasir Cabe Merah Keriting

Terjadi penurunan harga cabai merah keriting dan cabai merah biasa pada triwulan I tahun 2017.

Page 71: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

59

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan I tahun

2017 adalah sebesar 102,3 basis poin. Hal ini

menunjukkan peningkatan kondisi ekonomi masyarakat,

terutama didorong oleh meningkatnya volume konsumsi

rumah tangga dengan indeks sebesar 107,8. Daya beli

konsumen yang dilihat dari indeks pengaruh inflasi

terhadap pengeluaran rumah tangga yang besarnya 101,6

menunjukkan bahwa inflasi selama triwulan I tahun 2017

tidak terlalu berpengaruh terhadap pengeluaran rumah

tangga. Sementara itu, pendapatan rumah tangga tidak

mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dengan

nilai sebesar 100,3.

Tabel 21. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2015 – Triwulan I Tahun 2017 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya

Variabel Pembentuk 2015 2016 2017

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Pendapatan rumah tangga 96,6 104,4 108,4 103,1 102,4 105,0 110,0 103,9 100,3

Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari

109,0 105,6 108,1 101,9 103,8 110,4 102,7 98,7 101,6

Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan, dll) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, dan rekreasi)

100,7 105,6 111,6 103,0 102,8 111,9 111,0 103,8 107,8

Indeks Tendensi Konsumen 100,9 105,2 109,0 102,8 102,9 107,9 108,2 102,5 102,3

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada triwulan II tahun 2017 pertumbuhan ITK

diperkirakan meningkat 4,5 persen (YoY) menjadi sebesar

112,7 basis poin, lebih tinggi dari triwulan I tahun 2017

yang besarnya 102,3 basis poin. Hal tersebut

menunjukkan bahwa kondisi ekonomi masyarakat

diperkirakan akan membaik, dengan tingkat optimisme

masyarakat yang lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan I tahun 2017. Perkiraan membaiknya kondisi

ekonomi konsumen pada triwulan II tahun 2017 didorong

oleh perkiraan peningkatan pendapatan rumah tangga

yaitu dengan indeks sebesar 119,4, serta meningkatnya

Kondisi ekonomi dan tingkat optimisme masyarakat pada triwulan I tahun 2017 mengalami peningkatan.

Pada triwulan II tahun 2017 pertumbuhan ITK diperkirakan meningkat 4,5 persen (YoY) menjadi sebesar 112,7 basis poin.

Page 72: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

60

rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan

pesta/hajatan dengan indeks sebesar 101,0.

Gambar 13. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan I Tahun 2017

Sumber: Badan Pusat Statistik

*Data proyeksi

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN

Keyakinan konsumen pada bulan April 2017 meningkat,

tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan

Januari 2017 yang besarnya 123,7, paling tinggi sejak

bulan Maret 2015. Peningkatan ini didorong oleh persepsi

masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini dan

perkiraan kondisi ekonomi selama enam bulan

mendatang yang meningkat, lebih tinggi dari bulan-bulan

sebelumnya.

Tabel 22. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Agustus 2016 – April 2017

KETERANGAN 2016 2017

Aug Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar April

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 113,3 110,0 116,8 115,9 115,4 115,3 117,1 121,5 123,7

Kenaikan (YoY) (persen) (RHS) 0,6 12,8 17,6 11,8 7,3 2,4 6,5 10,7 13,5

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 97,2 96,0 103,2 102,8 102,9 104,2 105,2 108,7 112,1

Penghasilan saat ini 117,4 116,5 119,1 117,0 117,9 118,5 118,2 120,6 124,0

Ketersediaan lapangan kerja 79,0 79,5 89,0 87,8 88,6 88,8 90,5 95,1 98,8

Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

95,3 92,1 101,6 103,5 102,1 105,4 106,9 110,3 113,4

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 129.5 124,0 130,4 129,0 128,0 126,4 129,1 134,4 135,4

Ekspektasi Penghasilan 142,0 138,9 140,5 141,4 141,2 142,9 140,8 144,1 145,4

Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja

111,1 104,7 114,5 110,5 110,4 111,3 117,0 123,1 122,2

Ekspektasi Kegiatan Usaha 135.3 128,3 136,2 135,0 132,3 125,1 129,4 136,0 138,5

Sumber: Bank Indonesia

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*

2014 2015 2016 2017

Indeks Tendensi Konsumen 110,0 110,8 112,4 107,6 100,9 105,2 109,0 102,8 102,9 107,9 108,2 102,5 102,3 112,7

Kenaikan YoY (persen) (RHS) 5,1 2,6 0,4 -1,8 -8,3 -5,1 -3,0 -4,5 2,0 2,6 -0,7 -0,3 -0,6 4,5

-10,0

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

92,0

96,0

100,0

104,0

108,0

112,0

116,0

Keyakinan konsumen pada bulan April 2017 meningkat, menjadi yang paling tinggi sejak bulan Januari 2015.

Page 73: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

61

Pada bulan Januari 2017, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)

mengalami peningkatan menjadi sebesar 112,1 yang

tertinggi sejak bulan Maret 2015. Peningkatan tersebut

didorong oleh meningkatnya seluruh komponen. Indeks

penghasilan saat ini dan ketersediaan lapangan kerja

bulan April 2017 adalah sebesar 124,0 dan 98,8 paling

tinggi sejak bulan April dan Maret 2015. Indeks ketepatan

waktu pembelian barang tahan lama saat ini dibandingkan

dengan enam bulan lalu juga menjadi yang tertinggi sejak

bulan Maret 2015, yaitu sebesar 113,4.

Indeks Ekpektasi Konsumen (IEK) mengalami peningkatan

sehingga menjadi yang paling tinggi sejak bulan Maret

2015, yaitu sebesar 135,4. Peningkatan tersebut didukung

oleh terus meningkatnya indeks ekspektasi penghasilan

dan kegiatan usaha menjadi sebesar 145,4 dan 138,5, atau

paling tinggi sejak Maret 2017. Sementara itu, indeks

ekpektasi ketersediaan lapangan kerja menjadi sebesar

122,2 sedikit menurun dari bulan sebelumnya yang

besarnya 123,1 namun relatif lebih tinggi dari bulan yang

lain sejak bulan Maret 2015.

PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI

Kondisi Bisnis Indonesia

Kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan I tahun 2017

membaik dibandingkan triwulan sebelumnya dengan nilai

ITB sebesar 103,42. Peningkatan terjadi di beberapa

lapangan usaha, kecuali penurunan yang terjadi di lima

lapangan usaha yakni Konstruksi, Transportasi dan

Pergudangan, Administrasi Pemrintahan, Pertanahan dan

Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan dan Jasa Kesehatan

dan Kegiatan Sosial. Peningkatan kondisi bisnis tertinggi

terjadi di lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas

dengan nilai ITB sebesar 118,55, sedangkan peningkatan

kondisi bisnis terendah terjadi pada lapangan usaha

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan nilai ITB

sebesar 101,06.

Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) mengalami peningkatan menjadi sebesar 112,1 yang tertinggi sejak bulan Maret 2015

Indeks Ekpektasi Konsumen (IEK) mengalami peningkatan sehingga menjadi yang paling tinggi sejak bulan Maret 2015.

Kondisi bisnis di Indonesia

pada triwulan IV tahun 2016

meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Page 74: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

62

Gambar 14. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2012 - Triwulan I Tahun 2017

Sumber: BPS, diolah

Catatan: ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200 dengan indikasi sebagai berikut: a. Nilai ITB < 100 menunjukkan kondisi pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan sebelumnya b. Nilai ITB=100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan (stagnan)

dibanding triwulan sebellumnya c. Nilai ITB > 100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (meningkat)dibanding

triwulan sebelumnya d. * = Angka perkiraan

Tabel 23. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV Tahun 2016

Variabel pembentuk ITB Trw I-2017

No Sektor dalam ITB ITB Trw IV-2016

ITB Trw I-2017

Pendapatan Usaha

Penggunaan Kapasitas Produksi/

Usaha

Rata-Rata Jam

Kerja

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

97,57 101,06 101,06 101,06 -

2 Pertambangan dan Penggalian 101,17 101,78 102,96 101,78 100,59

3 Industri Pengolahan 102,53 101,61 101,20 101,71 101,91

4 Pengadaan Listrik dan Gas 111,69 118,55 123,58 125,47 106,60

5 Pengadaaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

109,25 112,63 128,79 110,61 98,48

6 Konstruksi 106,99 95,38 99,08 96,62 90,46

7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

107,15 101,85 103,97 101,72 99,87

8 Transportasi dan Pergudangan 110,26 99,63 90,11 101,10 107,69

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

111,57 103,58 104,60 103,07 103,07

10 Informasi dan Komunikasi 108,82 104,58 101,25 110,63 101,88

11 Jasa Keuangan 109,82 127,31 142,17 132,53 107,23

12 Real Estate 109,53 103,86 108,70 101,45 101,45

94

96

98

100

102

104

106

108

110

112

I-2

01

2

II-2

01

2

III-

20

12

IV-2

01

2

I-2

01

3

II-2

01

3

III-

20

13

IV-2

01

3

I-2

01

4

II-2

01

4

III-

20

14

IV-2

01

4

I-2

01

5

II-2

01

5

III-

20

15

IV-2

01

5

I-2

01

6

II-2

01

6

III-

20

16

IV-2

01

6

I-2

01

7

II-2

01

7*

Ind

eks

Triwulan

Page 75: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

63

No Sektor dalam ITB ITB Trw IV-2016

ITB Trw I-2017

Pendapatan Usaha

Penggunaan Kapasitas Produksi/

Usaha

Rata-Rata Jam

Kerja

13 Jasa Perusahaan 108,27 105,44 103,86 109,87 102,58

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

111,93 96,21 81,82 102,27 104,55

15 Jasa Pendidikan 112,17 96,97 95,45 96,10 99,35

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 110,68 92,00 91,00 98,00 87,00

17 Jasa Lainnya 110,78 103,54 102,27 103,79 104,55

Indeks Tendensi Bisnis 106,70 103,42 104,54 104,60 101,13

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pertumbuhan Industri Pengolahan

Gambar 15. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik 2017, diolah

Grafik di atas menggambarkan pertumbuhan PDB

nasional dan industri manufaktur non migas tahun 2009-

hingga triwulan I tahun 2017. Pada triwulan I tahun 2017,

nilai tambah sektor industri manufaktur non migas

mencapai Rp583 triliun (Harga Berlaku) dengan

pertumbuhan mencapai angka 4,7 persen (YoY), lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I tahun 2016

(4,5 persen), namun masih berada di bawah

pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,0 persen,

sehingga mengakibatkan turunnya kontribusi sektor

industri pengolahan nonmigas terhadap perekonomian

nasional, dari 18,5 persen pada triwulan I tahun 2016

menjadi sebesar 18,1 persen pada triwulan I tahun 2017.

4,70

6,38 6,17 6,035,58

4,98 4,885,02 5,01

1,69

3,82

7,466,98

5,45

5,615,05

4,424,71

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Pertumbuhan PDB Nasional Industri Manufaktur Non-migas

Pada tahun 2017, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga berlaku mencapai Rp583 triliun dan tumbuh sebesar 4,71 persen (YoY).

Page 76: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

64

Gambar 16. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan I Tahun 2017 (YoY, persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik 2017, diolah

Grafik di atas menunjukkan pertumbuhan setiap

subsektor industri manufaktur non migas pada triwulan I

tahun 2017. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh

subsektor kimia farmasi; makanan dan minuman; dan

karet dan barang dari karet yang tumbuh sebesar 8,3

persen, 8,2 persen, dan 7,5 persen. Subsektor karet

kembali mengalami pertumbuhan yang positif setelah

selama empat triwulan pada tahun 2016 mengalami

pertumbuhan yang negatif. Membaiknya harga karet

pada awal tahun 2017, bahkan sempat mencapai USD

2,2/kg yang merupakan harga terbaik dalam tiga tahun

terakhir, mampu meningkatkan ekspor dan membuat

pertumbuhan yang positif.

-2,96

-2,19

-0,39

0,03

2,55

2,72

2,89

3,46

3,74

3,86

4,65

7,41

7,52

8,15

8,34

4,71

Industri Logam Dasar

Industri Kayu dll

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

Industri Barang Logam dll

Industri Alat Angkutan

Industri Pengolahan Tembakau

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang Galian bukan Logam

Industri Furnitur

Industri Kertas dll

Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik

Industri Makanan dan Minuman

Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional

SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR NON MIGAS

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor industri kimia dan farmasi, makanan minuman, dan karet masing-masing sebesar 8,3; 8,2; 7,5 persen

Page 77: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

65

Sama halnya dengan subsektor karet, pertumbuhan

subsektor kimia dan farmasi pada triwulan ini juga

didorong oleh pertumbuhan ekspor yang cukup tinggi

untuk produk kimia organik dan berbagai produk kimia

yang masing-masing mencapai 67,5 persen dan 46,3

persen.

Terdapat tiga subsektor yang mengalami kontraksi yaitu

industri pengolahan lainnya (-0,4 persen), industri kayu (-

2,2 persen) dan industri logam dasar (-3,0 persen).

Menurut Indonesia Iron and Steel Industry Association

(IISIA), dominasi produk baja impor dari Tiongkok yang

memiliki harga yang lebih murah dan kebijakan

penurunan harga gas yang baru mencapai 15 perusahaan

dari 115 perusahaan membuat industri logam dasar

kehilangan daya saingnya di dalam negeri. Menurut

Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia

(HIMKI), ketersediaan bahan baku yang tidak pasti

membuat industri kayu dalam negeri tidak mampu

memenuhi pesanan yang ada. Pembuatan terminal kayu

untuk menjamin ketersediaan bahan baku yang sesuai

untuk industri dalam negeri dapat menjadi solusi bagi

subsektor kayu.

Gambar 17. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas pada Triwulan I Tahun 2017

Sumber: Badan Pusat Statistik 2017, diolah

2,56

0,800,30 0,29

0,290,47

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

Makanan &Minum

Kimia Farmasi Karet Alat Angkut Barang Logam Lainnya MANUFAKTURNon-MIGAS

4,71

Page 78: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

66

Grafik di atas menunjukkan dekomposisi pertumbuhan

industri manufaktur non migas pada triwulan I tahun

2017. Subsektor industri makanan dan minuman masih

menjadi subsektor dengan kontribusi terbesar bagi

sektor industri manufaktur non migas dengan kontribusi

sebesar 54 persen. Besarnya pengeluaran masyarakat

untuk makanan yaitu sebesar 44,6 persen untuk

masyarakat perkotaan dan 55,8 persen untuk masyarakat

perdesaan (Susenas, 2016), menjadi pendorong besarnya

pertumbuhan industri makanan minuman di Indonesia.

Besarnya kontribusi dari subsektor makanan dan

minuman menjadi salah indikator jika industri

manufaktur di Indonesia sangat mengandalkan konsumsi

domestik.

Komposisi pertumbuhan industri pengolahan non migas

mengalami perubahan pada triwulan I tahun 2017

dibandingkan dengan triwulan I tahun 2016. Jika

sebelumnya, penyumbang terbesar kedua adalah

subsektor barang logam dan alat angkut, pada triwulan ini

subsektor kimia dan farmasi serta karet menjadi

penyumbang pertumbuhan terbesar kedua dan ketiga.

Hal tersebut sejalan dengan tiga subsektor yang

mengalami pertumbuhan terbesar pada triwulan ini.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kenaikan

ekspor menjadi penyebab pertumbuhan subsektor karet

dan kimia dan farmasi. Secara khusus, kenaikan ekspor

karet lebih disebabkan oleh pengaturan output karet di

pasar internasional oleh tiga negara produsen karet

terbesar, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Meskipun

demikian, solusi pengaturan output tersebut lebih

bersifat sebagai solusi jangka pendek yang ditunjukkan

dengan penurunan kembali harga karet internasional di

bulan April 2017.

Subsektor industri makanan dan minuman masih menjadi penyumbang utama pertumbuhan sektor industri manufaktur.

Page 79: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

67

Gambar 18. Ekspor Produk Industri

Sumber: Badan Pusat Statistik 2017, diolah

Nilai ekspor produk industri pada triwulan I tahun 2017

mencapai USD30,6 miliar. Jumlah tersebut meningkat

sebesar 19,9 persen dibandingkan triwulan I tahun 2016

(YoY). Berdasarkan data Kementerian Perdagangan,

ekspor Besi dan Baja pada triwulan I tahun 2017

merupakan komoditas yang mengalami pertumbuhan

ekspor tertinggi (97,1 persen), diikuti oleh karet (73,2

persen), kimia organik (67,5 persen), minyak sawit (61,6

persen), dan berbagai produk kimia (46,3 persen).

Gambar 19. Tenaga Kerja Sektor Industri

Sumber: BPS, diolah

19,9

-20,0-15,0-10,0-5,00,05,010,015,020,025,030,0

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2014 2015 2016 2017

Ekspor Produk Industri (juta USD, sb. kiri)

Pertumbuhan Ekspor Produk Industri (persen, sb. kanan, y-on-y)

16,57

3,8

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

Feb-10 Feb-11 Feb-12 Feb-13 Feb-14 Feb-15 Feb-16 Feb-17

Jumlah tenaga kerja sektor industri (Juta orang, sb. kiri)

Pertumbuhan jumlah tenaga kerja sektor industri (persen, sb. kanan, y-on-y)

Nilai ekspor produk industri Indonesia Triwulan I 2017 mencapai USD30,6 miliar.

Page 80: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

68

Jumlah tenaga kerja di sektor industri pada bulan Februari

2017 sebesar 16,6 juta atau meningkat 3,8 persen

dibandingkan bulan Februari tahun sebelumnya. Selain

itu, pertumbuhan tenaga kerja industri sebesar 3,8

persen pada Februari 2017 lebih besar dibandingkan

dengan rata-rata pertumbuhan tenaga kerja industri

selama 8 tahun terakhir yang hanya mencapai 3 persen

per tahun.

Gambar 20. Upah Tenaga Kerja Sektor Industri

Sumber: BPS, diolah

Pada tahun 2016, rata-rata upah di sektor manufaktur

sebesar 2,3 juta per bulan, dengan kenaikan sebesar 27,4

persen dari tahun 2015. Pertumbuhan tersebut lebih

tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan upah

di sektor manufaktur selama sembilan tahun terakhir

yang hanya sebesar 11,3 persen. Kenaikan harga upah

tenaga kerja ini patut mendapatkan perhatian lebih

lanjut, dikarenakan akan mengurangi daya saing industri

apabila tidak diikuti dengan kenaikan produktifitas.

Data Penjualan Komoditas Industri Utama

Untuk mengetahui kondisi pembangunan, daya beli

masyarakat Indonesia, dan kondisi sektor sektor industri

secara keseluruhan, data penjualan mobil, motor, dan

semen merupakan indikator dapat menggambarkan

kondisi tersebut. Data penjualan mobil dan motor

merupakan indikator untuk mengetahui kondisi daya beli

masyarakat kelas menengah atas dan kelas menengah

bawah. Sedangkan data penjualan semen merupakan

1.679.1111.792.416

2.284.115

0

1.000.000

2.000.000

3.000.000

Dec-08 Dec-09 Dec-10 Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Dec-15 Dec-16

Rerata Upah Sektor Manufaktur (Rp. per bulan)

Tenaga kerja sektor industri mencapai 16,6 juta

Pertumbuhan upah sektor manufaktur tahun 2016 mencapai 27,4 persen.

Page 81: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

69

indikator yang digunakan untuk menunjukkan kondisi

pembangunan konstruksi di Indonesia.

Gambar 21. Penjualan Mobil Triwulan I Tahun 2017

Sumber: GAIKINDO 2016, diolah

Penjualan mobil pada triwulan I tahun 2017 mencapai

283.245 unit atau tumbuh sebesar 6,0 persen

dibandingkan triwulan I tahun 2016. Pertumbuhan positif

ini disebabkan oleh daya beli masyarakat kelas menengah

atas yang kembali stabil. Selain itu, peluncuran tipe

kendaraan baru membuat masyarakat tertarik untuk

melakukan pembelian mobil.

Gambar 22. Penjualan Motor Triwulan Tahun I 2017

Sumber: GAIKINDO dan ASTRA 2016, diolah

283.245

6,0

-25

-15

-5

5

15

050.000

100.000150.000200.000250.000300.000350.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2014 2015 2016 2017

Penjualan Mobil (Unit, sb. kiri) Pertumbuhan Penjualan Mobil (persen, sb. kanan, y-on-y)

1.401.538

-7

-35

-25

-15

-5

5

15

25

0

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2014 2015 2016 2017

Penjualan Sepeda Motor (Unit, sb. kiri)

Pertumbuhan Penjualan Sepeda Motor (persen, sb. kanan, y-on-y)

Penjualan mobil di Triwulan I tahun 2017 ini mencapai 283.245 unit atau naik sebesar 6,0 persen dibandingkan triwulan I tahun 2016.

Page 82: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

70

Penjualan motor pada awal tahun 2017 masih mengalami

pertumbuhan negatif. Secara absolut, penjualan motor

pada triwulan I tahun 2017 mencapai 1,4 juta unit,

menurun 6,8 persen dibandingkan dengan penjualan pada

triwulan I tahun 2016 lalu yang mencapai 1,5 juta unit.

Selama 11 triwulan berturut-turut penjualan sepeda

motor mengalami penuruna, antara lain disebabkan oleh

stagnasi dari daya beli masyarakat berpenghasilan

menengah. Penurunan penjualan sepeda motor

menunjukkan tren yang mengkhawatirkan apabila tren ini

berlanjut secara berkelanjutan.

Gambar 23. Penjualan Semen Triwulan I Tahun 2017 (Ton)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) 2016, diolah

Penjualan semen pada triwulan I tahun 2017 sebesar 14,7

juta ton, tumbuh sebesar 0,5 persen (YoY) yang

dipengaruhi oleh masih belum terealisasinya

pembangunan proyek infrastruktur pemerintah, seperti

pembangunan pembangkit listrik, serta masih lesunya

sektor properti.

14,75

0,5

-10

-5

0

5

10

15

,02,04,06,08,0

10,012,014,016,018,020,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2014 2015 2016 2017

Penjualan Semen (Juta Ton, sb. kiri)

Pertumbuhan Penjualan Semen (persen, sb. kanan, y-on-y)

Penjualan motor pada triwulan I mencapai angka 1,4 juta unit atau mengalami penurunan sebesar 6,8 persen (YoY).

Penjualan semen di triwulan I tahun 2017 mencapai angka 14,7 juta ton.

Page 83: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

71

Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri

Gambar 24. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan I 2017

Sumber: Bank Indonesia 2017, diolah

Nilai outstanding loan untuk modal kerja per akhir Maret

2017 adalah sebesar Rp505 triliun dan nilai outstanding

loan untuk kredit investasi adalah sebesar Rp234 triliun.

Pertumbuhan nilai outstanding loan kredit modal kerja

dan investasi antara Maret 2016 dan Maret 2017

meningkat sebesar 1,7 dan 7,2 persen.

Sementara itu, nilai suku bunga untuk kredit modal kerja

dan investasi adalah 11,19 dan 11,05 persen. Meskipun

terus mengalami penurunan, masih banya pelaku industri

yang mengeluhkan jika suku bunga kredit di Indonesia

masih terlalu tinggi dan memberatkan pelaku usaha. Para

pelaku industri masih berharap jika suku bunga kredit bisa

turun menjadi satu digit. Namun, menurut beberapa

pakar hal tersebut masih akan sulit dicapai pada tahun ini.

Beberapa hal yang menjadi penyebabnya adalah BI 7 Days

Repo Rate diperkirakan akan stagnan pada tahun ini dan

pada likuditias perbankan di Triwulan II nanti akan

mengetat dikarenakan ada perebutan dana pihak ketiga

akibat Ramadhan dan Idul Fitri.

11,19

11,05

10,0

10,5

11,0

11,5

12,0

12,5

13,0

150

250

350

450

550

650

Jan Mar Mei Jul Sept Nov Jan Mar Mei Juli Sept Nov Jan Mar

2015 2016 2017Posisi Kredit Modal Kerja Sektor Industri (Triliun Rp, sk. kiri)Posisi Kredit Investasi Sektor Industri (Triliun Rp, sb. kiri)Bunga Kredit Modal Kerja Bank Umum (%, sb. kanan)Bunga Kredit Investasi Bank Umum (%, sb. kanan)

Outstanding Kredit untuk sektor industri masih mengalami pertumbuhan positif dan suku bunga kredit. terus menurun.

Page 84: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

72

Manufacturing Purchasing Manager Index

Gambar 25. Prompt Manufacturing Index Indonesia

Sumber: Bloomberg, diolah

Secara rata-rata, nilai PMI Indonesia selama triwulan I

tahun 2017 sebesar 50,1 tetapi pada bulan Maret tahun

2017 nilai PMI melebihi 51 basis poin yang menunjukkan

tren ekspansi yang berlanjut mengikuti siklus tren

menyambut bulan Ramadhan yang akan terjadi bulan Mei

ini.

46,0

48,0

50,0

52,0

Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr

Prompt Manufacturing Index (PMI)

Angka PMI yang berada di atas 50 menunjukkan jika perusahaan masih menunjukkan keinginannya untuk melakukan ekspansi.

Page 85: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

43

Page 86: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

73

Page 87: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

74

Page 88: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

75

KEUANGAN NEGARA

PENDAPATAN NEGARA

Realisasi penerimaan perpajakan per triwulan I 2017

mencapai Rp237,7 triliun atau 15,9 persen dari target

APBN, lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2016 (13,2

persen). Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh realisasi

pajak pertambahan nilai dan pajak penghasilan yang salah

satunya adalah dari uang tebusan Tax Amnesty periode

terakhir (Januari-Maret 2017) yang mencapai Rp11,2

triliun (Gambar 26).

Tingginya realisasi penerimaan perpajakan juga diikuti

realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang

meningkat. Realisasi PNBP triwulan I 2017 mencapai

Rp57,4 triliun atau 22,9 persen dari target APBN. Angka

ini lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan I 2016 (15,7

persen APBN) (Tabel 26).

Tabel 24. Perkembangan Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2011 – 2017 (triliun rupiah)

Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016*

Q1-2016 Q1-2017

Nominal % APBN Nominal %

APBN

Perpajakan 873,9 980,5 1.077,3 1.146,9 1.240,4 1.283,6 204,5 13,2 237,7 15,9

PNBP 331,5 351,8 354,8 398,6 255,6 262,4 42,9 15,7 57,4 22,9

Hibah 5,3 5,8 6,8 5,0 12,0 5,8 0,1 4,7 - 1,0

TOTAL 1.210,6 1.338,1 1.438,9 1.550,5 1.508,0 1.551,8 247,5 13,6 295,1 16,9

*Realisasi sementara Sumber: Kementerian Keuangan

Gambar 26. Penerimaan Perpajakan dan Uang Tebusan, 2016 – 2017 (Kumulatif)

Sumber: Kementerian Keuangan

Rp132,5 T

Rp204,5 T

Rp

14

1,4

T

Rp

23

7,7

TRp1,3 T

Rp11,2 T

Feb-16 Mar-16 Feb-17 Mar-17

Penerimaan Perpajakan Tebusan

Realisasi penerimaan perpajakan triwulan I 2017 menunjukan kinerja positif, salah satunya didorong oleh penerimaan uang tebusan dari program Tax Amnesty.

Seperti halnya penerimaan perpajakan, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga menunjukan kinerja yang positif.

Page 89: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

76

BELANJA PEMERINTAH

Realisasi belanja negara selama triwulan I 2017 mencapai

Rp400,0 triliun atau 19,2 persen APBN. Angka ini meningkat

2,3 persen dari realisasi triwulan I 2016. Perubahan

mekanisme pembayaran oleh BUN secara online menjadi

salah satu faktor peningkatan tersebut. Berdasarkan realisasi

triwulan I 2017, proporsi belanja pemerintah pusat sedikit

lebih tinggi dengan proporsi 51,2 persen terhadap total

realisasi. Kondisi ini berbeda dibandingkan triwulan I 2016,

dimana proporsi transfer ke daerah dan dana desa yang lebih

besar (Gambar 27).

Gambar 27. Perkembangan Komposisi Realisasi Belanja Negara, 2016-2017 (Kumulatif)

Sumber: Kementerian Keuangan

Upaya pemerintah dalam mengurangi belanja kurang

produktif, tercermin dari realisasi belanja subsidi selama

triwulan I 2017 yang mencapai sebesar Rp12,3 triliun.

Secara nominal, realisasi tersebut tergolong rendah

dibandingkan realisasi belanja pemerintah pusat lainnya

(Gambar 28). Sedangkan secara proporsinya terhadap

APBN, realisasi subsidi triwulan I tahun 2016 lebih rendah

dibandingkan triwulan I 2017. Sementara itu, proporsi

belanja modal terhadap APBN mengalami peningkatan

pada triwulan I tahun 2017 (Gambar 29).

Rp110,0 TRp193,5 T

Rp102,8 TRp204,8 T

Rp133,0 T

Rp197,4 T

Rp122,7 T

Rp195,2 T

Feb-16 Mar-16 Feb-17 Mar-17

Pemerintah Pusat Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Realisasi belanja subsidi selama triwulan I 2017 lebih rendah dibandingkan realisasi pada triwulan I 2016. Di sisi lain, realisasi belanja modal mengalami peningkatan.

Realisasi belanja negara triwulan I 2017 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I 2016.

Page 90: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

77

Gambar 28. Perkembangan Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat 2017

Sumber: Kementerian Keuangan

Gambar 29. Proporsi Belanja Modal dan Subsidi, Maret 2016 dan Maret 2017 (% APBN)

Belanja Modal Belanja Subsidi

Sumber: Kementerian Keuangan

Selama triwulan I 2017, realisasi Dana Perimbangan

mencapai Rp190,8 triliun. Dari realisasi tersebut, Dana

Alokasi Umum (DAU) masih menjadi komponen terbesar

dengan realisasi sebesar Rp133 triliun atau 32,4 persen

dari target APBN. Sementara itu, realisasi DAK mengalami

penurunan dibandingkan dua komponen Dana

Perimbangan lainnya (Tabel 25).

DAU masih mendominasi realisasi Dana Perimbangan selama triwulan I 2017. Sementara itu, realisasi DAK mengalami penurunan.

5,1% 6,1%

11,6% 7,7%

Mar-17 Mar-16

Page 91: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

78

Tabel 25. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa, Tahun 2011-2016 (triliun rupiah)

Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016* Q1-2016 Q1-2017

Nominal %

APBN Nominal

% APBN

Dana Perimbangan 347,2 411,1 430,4 477,1 485,8 640,4 190,2 27,2 190,8 28,2

Dana Bagi Hasil 96,9 111,3 88,5 103,9 78,1 90,5 25,6 24,1 30,0 32,3

Dana Alokasi Umum 225,5 273,8 311,1 341,2 352,9 385,4 127,5 33,1 133,0 32,4

Dana Alokasi Khusus 24,8 25,9 30,8 31,9 54,9 164,5 37,2 17,8 27,8 16,0

Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang

10,4 12,0 13,6 16,6 17,7 18,8 0,1 0,5 0,1 0,6

Dana Insentif Daerah 1,4 1,4 1,4 1,4 1,7 5,0 - - 4,3 56,9

Dana Desa - - - - 20,8 46,7 7,1 15,0 - -

TOTAL 359,1 424,4 445,3 495,0 525,9 710,9 197,4 25,6 195,2 25,5

*Realisasi sementara Sumber: Kementerian Keuangan

PEMBIAYAAN PEMERINTAH

Realisasi defisit anggaran triwulan I tahun 2017 yang

mencapai Rp104,9 triliun atau 0,77 persen PDB lebih

rendah dari realisasi defisit anggaran pada triwulan I

tahun 2016 mencapai Rp143,4 triliun atau 1,15 persen

PDB (Gambar 30).

Gambar 30. Perkembangan Realisasi Defisit APBN, Maret 2016 dan Maret 2017

Sumber: Kementerian Keuangan

Dengan penurunan defisit anggaran, maka realisasi

pembiayaan selama triwulan I tahun 2017 juga mengalami

penurunan. Hingga triwulan I tahun 2017, realisasi

pembiayaan mencapai Rp187,9 triliun, turun 6,2 persen

dari realisasi triwulan I tahun 2016. Dari realisasi tersebut,

pembiayaan utang mendominasi dengan proporsi hampir

100 persen (Tabel 26).

Rp(143,4) T

Rp(104,9) T

(1,15)

(0,77)

Mar-16 Mar-17

Rp triliun % PDB

Realisasi defisit anggaran triwulan I 2017 mengalami penurunan dibandingkan triwulan I 2016.

Realisasi pembiayaan mengalami penurunan, dengan didominasi pembiayaan dari utang.

Page 92: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

79

Tabel 26. Perkembangan Realisasi Komposisi Pembiayaan APBN Triwulan I 2016 dan 2017 (Rp triliun)

Jenis Pembiayan

Triwulan I-16 Triwulan I -17

Nominal % APBN Nominal % APBN

Utang 198,4 1,1 186,6 2,0

Investasi - - - -

Pinjaman 1,7 0,0 1,2 0,0

Penjaminan - - - -

Lainnya 0,1 0,0 0,1 0,0

TOTAL 200,2 1,1 187,9 2,1

Sumber: Kementerian Keuangan

Posisi Utang Pemerintah

Hingga Maret 2017, total utang Pemerintah Pusat

mencapai Rp3.649,8 triliun, atau sekitar 26,6 persen PDB,

lebih rendah dibandingkan realisasi akhir tahun 2016 (28,0

persen PDB). Dari realisasi tersebut, sekitar 80 persen

total utang Pemerintah Pusat didominasi oleh SBN

(Gambar 31).

Gambar 31. Posisi Utang Pemerintah Pusat 2011-2017 (Rp triliun)

* menggunakan angka PDB pada APBN 2017

Sumber: Kementerian Keuangan

Realisasi pembayaran pokok dan bunga selama triwulan I

2017 mencapai Rp152,7 triliun atau 29,7 persen dari pagu

APBN 2017. Utang dalam negeri masih mendominasi

pembayaran pokok dan bunga dengan proporsi sekitar 75

persen dari total (Tabel 27).

Rp1.978 TRp2.375 T Rp2.609 T

Rp3.165 T Rp3.469 T Rp3.650 T

23,0

24,9 24,7

27,4 28,0 26,6

2012 2013 2014 2015 2016 Mar-17*

Utang Pemerintah Pusat Rasio Utang ( % PDB)

Realisasi rasio utang

Pemerintah Pusat hingga

akhir Maret 2017

menurun jika

dibandingkan akhir tahun.

Utang dalam negeri masih

mendominasi pembayaran

pokok dan bunga selama

triwulan I 2017.

Page 93: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

80

Tabel 27. Perkembangan Realisasi Pembayaran Pokok dan Bunga Utang Pemerintah Pusat 2011 – 2017 (Rp triliun)

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

APBN Q1

Luar Negeri 62,4 81,4 89,4 135,6 123,9 130,9 152,4 38,2

Pokok 38,4 51,1 57,2 96,4 78,9 81,2 96,2 22,8

Bunga 24,0 30,4 32,2 39,2 45,0 49,6 56,2 15,4

Dalam Negeri 145,5 192,9 183,7 234,9 258,4 374,5 362,1 114,4

Pokok 86,3 122,4 103,2 140,6 147,4 241,4 197,1 64,7

Bunga 59,2 70,5 80,5 94,2 111,0 133,1 165,0 49,7

TOTAL 207,9 274,4 273,1 370,5 382,3 505,4 514,5 152,7

Sumber: Kementerian Keuangan

Surat Berharga Negara (SBN)

Hingga Maret 2017, kepemilikan asing pada SBN mencapai

Rp723,2 triliun atau 38,2 persen dari total SBN rupiah yang

diperdagangkan. Selain didorong proyeksi ekonomi

Indonesia yang cukup kondusif, peningkatan kepemilikan

SBN oleh investor asing juga dipengaruhi oleh

ketidakpastian kebijakan ekonomi AS di bawah Presiden

Donald Trump, serta stance kebijakan the Fed yang

cenderung berhati-hati (Tabel 28).

Tabel 28. Posisi Kepemilikan SBN Rupiah yang Diperdagangkan, Tahun 2011 – 2016 (triliun Rupiah)

2011 2012 2013 2014 2015 2016 Mar-17

Nominal % Kepemilikan

Bank 265,0 299,7 335,4 375,6 350,1 399,5 495,9 26,2

Institusi Pemerintah 7,8 3,1 44,4 41,6 148,9 134,3 70,6 3,7

Nonbank 450,8 517,5 615,4 792,8 962,9 1.239,6 1.324,6 70,0

Reksadana 47,2 43,2 42,5 45,8 61,6 85,7 89,3 4,7

Asuransi 93,1 83,4 129,6 150,6 171,6 238,2 249,5 13,2

Asing 222,9 270,5 323,8 461,4 558,5 665,8 723,2 38,2

Dana Pensiun 34,4 56,5 39,5 43,3 49,8 87,3 86,5 4,6

Individu 32,5 30,4 42,5 57,8 66,2 3,5

Lain lain 53,2 64,9 47,6 61,3 78,8 104,8 109,8 5,8

Total 723,6 820,3 995,3 1.210,0 1.461,8 1.773,3 1.891,0 100,0

Sumber : Kementerian Keuangan

Minat investor asing terhadap SBN cukup tinggi.

Page 94: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

81

Peningkatan kepemilikan SBN oleh asing terutama terjadi

pada SBN bertenor jangka pendek. Hingga Maret 2017,

proporsi SBN bertenor lebih dari 5 (lima) tahun yang

dimiliki asing mencapai 76,1 persen, meningkat

dibandingkan posisi pada akhir 2016 (73,4 persen)

(Gambar 32).

Gambar 32. Komposisi Kepemilikan SBN oleh Asing berdasarkan Tenor (% Total SBN)

Sumber : Kementerian Keuangan

Pinjaman Luar Negeri

Hingga Maret 2017, Jepang dan Bank Dunia masih

menjadi kreditur utama pinjaman luar negeri Indonesia,

dengan nilai pinjaman masing-masing Rp200,1 triliun dan

Rp235,1 triliun. Kedua angka tersebut meningkat

dibanding posisi akhir tahun 2016 (Tabel 29).

Tabel 29. Posisi Pinjaman Luar Negeri berdasarkan Kreditur (Rp Triliun)

NEGARA/KELOMPOK 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Mar-17

Negara 406.8 384.3 423.5 381.8 390.8 356.3 360.0

a Jepang 280.6 256.2 255.0 213.4 216.2 197.0 200.1

b Perancis 23.8 24.1 31.5 32.0 33.7 32.4 31.4

c Jerman 20.4 20.1 24.2 22.0 23.0 25.3 25.2

d Korsel 7.0 6.6 12.2 15.2 19.8 19.0 19.7

e AS 16.1 15.2 19.9 19.9 21.2 19.0 19.1

11,9 7,8 5,2 4,73,2 3,5

5,3

8,22,8 5,4 3,7 1,3 5,4 1,9

16,8

16,5 12,9 15,2 11,8

17,816,7

24,9

27,8 32,0 33,639,0

37,436,9

38,245,0 44,5 42,8 44,7

36,0 39,2

2011 2012 2013 2014 2015 2016 Mar-17

< 1 1 - 2 2 - 5 5 - 10 > 10

Kepemilikan asing masih didominasi oleh SBN bertenor di atas 5 tahun.

Jepang dan Bank Dunia masih menjadi kreditur utama pinjaman luar negeri Indonesia.

Page 95: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

82

NEGARA/KELOMPOK 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Mar-17

f Tiongkok 8.0 7.6 10.8 11.6 13.0 12.5 13.4

g Rusia 1.4 1.4 8.0 8.5 9.4 7.5 7.3

h Australia 8.5 8.0 9.2 8.3 8.1 7.1 7.2

i Spanyol 4.1 3.8 4.6 4.2 4.0 3.5 3.4

j Inggris 7.4 7.0 7.6 5.8 4.7 3.4 3.4

k Lainnya 29.6 34.3 40.6 40.9 37.8 29.7 29.7

Multilateral 213.0 230.1 288.3 292.3 360.0 369.0 370.8

a Bank Dunia 108.7 122.5 163.8 175.0 221.8 231.4 235.1

b ADB 97.9 100.4 114.6 107.4 127.0 125.1 123.0

c IDB 4.2 5.1 7.2 7.4 8.6 9.9 9.9

d IFAD 1.2 1.3 1.8 1.9 2.1 2.2 2.2

e EIB 0.5 0.6 0.6 0.5 0.4 0.3 0.3

f NIB 0.4 0.3 0.3 0.3 0.2 0.2 0.2

g AIIB

0.2

Suppliers 0.5 0.4 0.4 0.2 0.2 0.1 0.8

TOTAL 620.3 614.8 712.2 674.3 751.1 725.4 731.6

Sumber : Kementerian Keuangan

Page 96: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

83

Page 97: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

84

Page 98: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

85

PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I tahun

2017 mengalami suplus sebesar USD4,5 miliar, meningkat

signifikan dibandingkan triwulan I tahun 2016 yang

mengalami defisit sebesar USD0,3 miliar, namun relatif

tidak berubah dari triwulan sebelumnya. Kinerja ini

didukung oleh surplus neraca transaksi modal dan finansial

yang meningkat signifikan sehingga dapat menutup defisit

neraca transaksi berjalan yang juga meningkat.

Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan I tahun 2017

meningkat menjadi sebesar USD2,4 miliar dari triwulan

sebelumnya yang sebesar USD2,1 miliar. Defisit tersebut

jauh lebih kecil dibandingkan triwulan I tahun 2016 yang

sebesar USD4,7 miliar. Sementara itu, neraca transaksi

modal dan finansial mengalami surplus sebesar USD7,9

miliar. Surplus tersebut meningkat dibandingkan surplus

pada triwulan I dan IV tahun 2016 yang masing-masing

sebesar USD4,2 miliar dan USD7,6 miliar.

Gambar 33. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan I Tahun 2017 (Miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2014 2015 2016 2017

Transaksi Berjalan -4,9 -9,6 -7,0 -6,0 -4,3 -4,3 -4,2 -4,7 -4,7 -5,1 -5,0 -2,1 -2,4

Transaksi Modal dan Finansial 6,5 14,3 14,6 9,5 5,6 2,0 0,1 9,2 4,2 6,8 9,8 7,6 7,9

Neraca Keseluruhan 2,1 4,3 6,5 2,4 1,3 -2,9 -4,6 5,1 -0,3 2,2 5,7 4,5 4,5

Posisi Cadangan Devisa 102,6 107,7 111,2 111,9 111,6 108,0 101,7 105,9 107,5 109,8 115,7 116,4 121,8

90,0

95,0

100,0

105,0

110,0

115,0

120,0

125,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I tahun 2017 mengalami suplus sebesar USD4,5 miliar.

Defisit neraca transaksi berjalan melebar menjadi sebesar USD2,4 miliar, sementara itu neraca transaksi modal dan finansial mengalami peningkatan surplus menjadi sebesar USD7,6 miliar.

Page 99: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

86

Tabel 30. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2015 – Triwulan I Tahun 2017 (Miliar USD)

2015 2016 2017

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

I. Transaksi Berjalan -4,3 -4,3 -4,2 -4,7 -4,7 -5,1 -5,0 -2,1 -2,4

A. Barang 3,2 4,4 4,2 2,2 2,6 3,8 3,9 5,1 5,6

Ekspor 38,0 39,9 36,2 35,0 33,0 36,3 34,9 40,2 40,8

Impor -34,8 -35,6 -31,9 -32,8 -30,4 -32,5 -31,0 -35,1 -35,1

1. Barang Dagangan Umum 2,8 4,1 4,2 2,3 2,3 3,5 3,7 5,3 5,5

- Ekspor, fob. 37,6 39,6 35,8 34,7 32,7 36,0 34,6 39,8 40,4

- Impor, fob. -34,8 -35,6 -31,7 -32,4 -30,3 -32,5 -30,8 -34,6 -34,9

a. Nonmigas 3,9 5,9 6,2 3,0 3,2 5,0 5,0 6,4 7,7

- Ekspor, fob 33,1 34,7 32,0 30,7 29,8 32,8 31,3 36,3 36,5

- Impor, fob -29,1 -28,8 -25,9 -27,7 -26,6 -27,8 -26,3 -29,9 -28,8

b. Migas -1,1 -1,9 -2,0 -0,7 -0,9 -1,4 -1,3 -1,1 -2,2

- Ekspor, fob 4,5 4,9 3,8 4,0 2,9 3,2 3,3 3,5 3,9

- Impor, fob -5,6 -6,8 -5,8 -4,7 -3,8 -4,7 -4,6 -4,7 -6,1

2. Barang Lainnya 0,4 0,3 0,1 -0,1 0,3 0,2 0,2 -0,2 0,2

- Ekspor, fob. 0,4 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3 0,3 0,4 0,3

- Impor, fob. 0,0 0,0 -0,3 -0,4 0,0 -0,1 -0,1 -0,6 -0,2

B. Jasa - jasa -1,8 -2,8 -2,3 -1,8 -1,1 -2,4 -1,5 -2,0 -1,3

C. Pendapatan Primer -7,1 -7,2 -7,5 -6,6 -7,4 -7,7 -8,4 -6,1 -7,5

D. Pendapatan Sekunder 1,4 1,4 1,3 1,4 1,3 1,2 1,0 0,9 0,8

II . Transaksi Modal 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

III . Transaksi Finansial 5,6 2,0 0,1 9,2 4,2 6,8 9,8 7,6 7,9

1. Investasi Langsung 2,3 4,0 1,6 2,8 2,9 3,3 6,5 3,3 2,5

2. Investasi Portofolio 8,5 5,5 -2,2 4,3 4,4 8,3 6,5 -0,3 6,5

3. Derivatif Finansial 0,1 0,0 0,2 -0,3 0,0 0,0 0,0 0,1 -0,1

4. Investasi Lainnya -5,3 -7,5 0,4 2,3 -3,1 -4,7 -3,3 4,5 -1,0

IV. Total (I + II + III ) 1,3 -2,3 -4,2 4,5 -0,4 1,6 4,8 5,5 5,5

V. Selisih Perhitungan Bersih 0,0 -0,6 -0,4 0,6 0,2 0,5 0,9 -1,0 -0,9

VI . Neraca Keseluruhan (IV + V) 1,3 -2,9 -4,6 5,1 -0,3 2,2 5,7 4,5 4,5

Posisi Cadangan Devisa 111,6 108,0 101,7 105,9 107,5 109,8 115,7 116,4 121,8

Dalam Bulan Impor dan Pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah

6,6 6,8 6,8 7,4 7,7 8,0 8,5 8,4 8,6

Page 100: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

87

Sumber: Bank Indonesia

2015 2016 2017

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Transaksi Berjalan (% PDB) -2,0 -2,0 -2,0 -2,2 -2,1 -2,2 -2,0 -0,9 -1,0

TRANSAKSI BERJALAN

Perkembangan Ekspor

Gambar 34. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Maret 2017

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan I tahun 2017

sebesar USD40.607,0 juta, mengalami kenaikan sebesar

20,8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama

triwulan I tahun 2016. Nilai ekspor pada Februari tahun

2017 terendah sepanjang triwulan I yakni sebesar

USD12.613,5 juta. Sementara itu kinerja ekspor nonmigas

mengalami kenaikan sebesar 21,6 persen pada triwulan I

tahun 2017. Kinerja ekspor nonmigas berdasarkan sektor

pada triwulan I tahun 2017 ditopang oleh sektor produk

industri sebesar USD30.571,6 juta dengan proporsi 75,3

persen dari total nilai ekspor nonmigas.

Nilai total ekspor

Indonesia pada

triwulan I tahun 2017

sebesar USD40.607,0

juta dengan

pertumbuhan positif

sebesar 20,8 persen.

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

Vo

lum

e (

Juta

Kg)

Nila

i (U

SD J

uta

)

Volume Nilai

Page 101: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

88

Tabel 31. Perkembangan Ekspor Triwulan I Tahun 2017

Komoditas Jan-17 Feb-17 Mar-17 Q1 2016 Q1 2017*

Nilai Ekspor (USD Juta) 13.401,7 12.613,5 14.591,8 33.602,7 40.607,0

Migas 1.271,6 1.198,1 1.480,4 3.460,6 3.950,2

Minyak Mentah 380,3 407,6 613,1 1.402,9 1.401,0

Hasil Minyak 163,8 93,9 150,3 203,5 408,1

Gas 727,5 696,6 717,0 1.854,2 2.141,1

Non Migas 12.130,1 11.415,4 13.111,4 30.142,1 36.656,8

Pertanian 280,5 282,5 292,1 696,1 855,1

Industri 9.882,8 9.784,9 10.903,9 25.491,6 30.571,6

Pertambangan dan Lainnya 1.966,8 1.348,0 1.915,3 3.954,4 5.230,1

Pertumbuhan Ekspor** (%) 27,9 11,5 23,6 -6,2 20,8

Migas 14,8 7,6 19,5 -39,3 14,1

Minyak Mentah 6,4 -14,5 7,8 -24,6 -0,1

Hasil Minyak 91,6 69,6 139,7 -66,5 100,5

Gas 9,4 19,8 18,0 -42,7 15,5

Non Migas 29,4 11,9 24,0 -9,6 21,6

Pertanian 11,8 30,5 27,7 -47,2 22,8

Industri 26,5 12,4 21,5 -5,0 19,9

Pertambangan 50,6 5,5 39,8 -23,8 32,3

Proporsi Ekspor (%) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Migas 9,5 9,5 10,1 9,4 9,7

Minyak Mentah 2,8 3,2 4,2 3,8 3,5

Hasil Minyak 1,2 0,7 1,0 0,6 1,0

Gas 5,4 5,5 4,9 5,1 5,3

Non Migas 90,5 90,5 89,9 82,3 90,3

Pertanian 2,1 2,2 2,0 1,9 2,1

Industri 73,7 77,6 74,7 69,6 75,3

Pertambangan 14,7 10,7 13,1 10,8 12,9

Sumber Pertumbuhan (%) 27,9 11,5 23,6 -6,2 20,8

Migas 1,4 0,7 2,0 -3,7 1,4

Minyak Mentah 0,2 -0,5 0,3 -0,9 0,0

Hasil Minyak 1,1 0,5 1,4 -0,4 1,0

Gas 0,5 1,1 0,9 -2,2 0,8

Non Migas 26,6 10,8 21,6 -7,9 19,5

Pertanian 0,2 0,7 0,6 -0,9 0,5

Industri 19,5 9,6 16,1 -3,5 15,0

Pertambangan 7,4 0,6 5,2 -2,6 4,2

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan (*): angka sementara Keterangan (**): pertumbuhan year-on-year (YoY)

Page 102: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

89

Pada triwulan I tahun 2017 nilai ekspor nonmigas Indonesia

untuk komoditas Bahan bakar mineral (HS-27) merupakan

komoditas dengan nilai ekspor terbesar yang mencapai

USD4.935,8 juta dan juga merupakan komoditas ekspor

nonmigas dengan proporsi terbesar yaitu 13,5 persen

terhadap total ekspor. Komoditas ekspor nonmigas yang

memiliki kinerja positif pada triwulan I tahun 2017 adalah

Karet dan barang dari karet (HS-40), Bahan bakar mineral

(HS-27), dan Berbagai produk kimia (HS-38) yang secara

berturut-turut mencatatkan pertumbuhan sebesar 73,2

persen; 49,6 persen dan 46,3 persen. Selanjutnya

komoditas dengan nilai pertumbuhan negatif terbesar

adalah Bijih, kerak dan abu logam (HS-26) yaitu 29,9 persen

(YoY), yang diikuti oleh Produk industri farmasi (HS-30) yaitu

sebesar 3,8 persen.

Tabel 32. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan I Tahun 2017

HS Komoditas Nilai (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi YoY (%)

Q1 2015 Q1 2016 Q1 2017* Q1 2016 Q1 2017* Q1 2016 Q1 2017*

27 Bahan bakar mineral 3.514,5 3.298,6 4.935,8 -6,1 49,6 10,9 13,5

40 Karet dan Barang dari Karet 1.330,5 1.236,5 2.141,1 -7,1 73,2 4,1 5,8

85 Mesin/peralatan listrik 2.106,1 1.985,8 2.038,9 -5,7 2,7 6,6 5,6

38 Berbagai produk kimia 650,6 689,7 1.009,2 6,0 46,3 2,3 2,8

47 Bubur kayu/Pulp 412,8 414,7 469,6 0,5 13,2 1,4 1,3

26 Bijih, Kerak, dan Abu logam 642,1 660,9 463,3 2,9 -29,9 2,2 1,3

16 Daging dan Ikan Olahan 248,9 234,0 223,9 -6,0 -4,3 0,8 0,6

33 Minyak atsiri, Kosmetik wangi-wangian

157,7 156,9 183,6 -0,5 17,0 0,5 0,5

23 Ampas/Sisa Industri Makanan 151,9 134,3 159,9 -11,6 19,1 0,4 0,4

30 Produk industri farmasi 166,1 136,8 131,6 -17,6 -3,8 0,5 0,4

Total 10 Golongan Barang 9.381,3 8.948,2 11.757,0 -4,6 31,4 29,7 32,1

Total Lainnya 21.529,5 21.193,9 24.899,8 -1,6 17,5 70,3 67,9

Total Ekspor Nonmigas 30.910,8 30.142,1 36.656,8 -2,5 21,6 100,0 100,0

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Total volume ekspor nonmigas Indonesia pada triwulan I

tahun 2017 adalah sebesar 117.770,8 juta kg dan

mengalami kenaikan sebesar 7,8 persen (YoY). Komoditas

dengan volume ekspor terbesar pada pada triwulan I tahun

2017 adalah Bahan Bakar Mineral (HS-27) dengan volume

93.111,6 juta kg dan menyumbang proporsi 79,1 persen

Total volume ekspor

nonmigas Indonesia pada

triwulan I tahun 2017

adalah sebesar 117.770,8

juta kg.

Komoditas Bahan bakar

Mineral (HS-27) dan Karet

dan barang dari karet (HS-

40) merupakan komoditas

dengan pertumbuhan

positif terbesar yaitu

sebesar 49,6 persen dan

73,2 persen.

Page 103: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

90

terhadap total volume ekspor nonmigas. Selanjutnya

komoditas dengan volume dan proporsi terbesar kedua

adalah Lemak dan Minyak Hewan/Nabati (HS-15) dengan

volume 7.864,8 juta kg dan menyumbang proporsi 6,7

persen terhadap total volume ekspor nonmigas Indonesia.

Dilihat dari pertumbuhannya, Bahan kimia organik (HS-29)

pada triwulan I tahun 2017 mencatatkan peningkatan

pertumbuhan sebesar 30,8 persen (YoY). Sementara itu,

Kayu, Barang dari Kayu (HS-44) merupakan barang ekspor

nonmigas dengan pertumbuhan volume ekspor paling kecil

jika dibandingkan sembilan komoditas lainnya dengan

pertumbuhan sebesar 1,0 persen (YoY).

Tabel 33. Golongan Barang dengan Volume Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan I Tahun 2017

HS Komoditas Volume Ekspor (Juta kg) Pertumbuhan YoY

(%) Proporsi (%)

Q1 2015 Q1 2016 Q1 2017* Q1 2016

Q1 2017*

Q1 2016

Q1 2017* 27 Bahan bakar mineral 98.178,6 87.473,5 93.111,6 -10,9 6,4 80,1 79,1

15 Lemak & minyak hewan/nabati

6.627,0 6.629,4 7.864,8 0,0 18,6 6,1 6,7

25 Garam, Belerang, Kapur 2.970,4 1.979,8 2.282,8 -33,3 15,3 1,8 1,9

44 Kayu, Barang dari Kayu 1.561,0 1.379,2 1.393,1 -11,6 1,0 1,3 1,2

23 Ampas/Sisa Industri Makanan

1.260,5 1.138,9 1.330,1 -9,6 16,8 1,0 1,1

48 Kertas/Karton 1.043,8 1.008,1 1.131,7 -3,4 12,3 0,9 1,0

47 Bubur kayu/Pulp 872,6 861,2 1.007,6 -1,3 17,0 0,8 0,9

40 Karet dan Barang dari Karet

754,6 771,7 988,8 2,3 28,1 0,7 0,8

38 Berbagai produk kimia 724,7 889,4 924,7 22,7 4,0 0,8 0,8

29 Bahan kimia organik 610,1 571,0 747,0 -6,4 30,8 0,5 0,6 Total 10 Golongan Barang 114.603,3 102.702,2 110.782,0 -10,4 7,9 94,1 94,1 Total Lainnya 6.025,0 6.496,8 6.988,8 7,8 7,6 5,9 5,9

Total Ekspor Nonmigas 120.628,3 109.199,0 117.770,8 -9,5 7,8 100,0 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan (*): angka sementara

Pada triwulan I tahun 2017 Tiongkok merupakan negara

tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia dengan nilai

sebesar USD4.689,4 juta. Sementara itu pada posisi kedua

negara tujuan ekspor Indonesia adalah Amerika Serikat

dengan nilai sebesar USD4.287,5 juta. Secara keseluruhan

perkembangan ekspor nonmigas ke-5 (lima) negara tujuan

utama pada triwulan I tahun 2017 mengalami peningkatan

sebesar 21,6 persen (YoY). Tiongkok juga merupakan negara

Perkembangan ekspor

nonmigas ke-5 (lima)

negara tujuan utama

pada triwulan I tahun

2017 naik sebesar 27,3

persen (YoY).

Page 104: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

91

tujuan ekspor nonmigas yang mencatatkan pertumbuhan

tertinggi yaitu sebesar 65,1 persen.

Tabel 34. Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama Triwulan I Tahun 2017

Negara Nilai (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)

Q1 15 Q1 16 Q1 17* Q1 16 Q1 17* Q1 16 Q1 17*

Tiongkok 3.132,6 2.840,1 4.689,4 -9,3 65,1 9,4 12,8

Amerika Serikat 3.779,7 3.628,5 4.287,5 -4,0 18,2 12,0 11,7

India 2.955,4 2.116,2 3.406,3 -28,4 61,0 7,0 9,3

Jepang 3.443,8 3.227,0 3.368,4 -6,3 4,4 10,7 9,2

Singapura 2.300,9 2.212,9 2.104,1 -3,8 -4,9 7,3 5,7

Total 5 Negara 15.612,4 14.024,8 17.855,7 -10,2 27,3 46,5 48,7

Total Lainnya 17.738,1 16.117,3 18.801,1 -9,1 16,7 53,5 51,3

Total Ekspor Nonmigas 33.350,5 30.142,1 36.656,8 -9,6 21,6 100,0 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*): angka sementara

Perkembangan Impor

Gambar 35. Nilai dan Volume Impor Hingga Maret 2017

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Pada triwulan I tahun 2017 nilai impor Indonesia secara

total adalah sebesar USD36.680,2 juta atau meningkat

sebesar 14,8 persen (YoY). Peningkatan nilai impor tersebut

disumbang oleh peningkatan impor migas sebesar 68,4

persen dan impor nonmigas sebesar 7,4 persen.

Berdasarkan golongan penggunaan barang, impor barang

baku merupakan komoditas dengan nilai impor terbesar

pada triwulan I tahun 2017, yaitu sebesar USD27.735,2 juta,

02.0004.0006.0008.00010.00012.00014.00016.00018.000

02.0004.0006.0008.000

10.00012.00014.00016.00018.000

Vo

lum

e (

Juta

Kg)

Nila

i (U

SD J

uta

)

Volume Nilai

Pada akhir triwulan I

tahun 2017 total impor

Indonesia adalah sebesar

USD36.680,2 juta

dengan pertumbuhan

negatif sebesar 14,8

persen.

Page 105: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

92

diikuti oleh impor barang modal dan barang konsumsi

dengan nilai berturut-turut sebesar USD5.631,5 dan

USD3.313,5 juta. Dilihat dari sumbangannya impor bahan

baku memberikan sumbangan terbesar terhadap impor

nonmigas Indonesia sebesar 75,6 persen diikuti oleh barang

modal dan barang konsumsi sebesar 15,4 persen dan 9,0

persen. Impor barang konsumsi mengalami peningkatan

sebesar 4,8 persen, begitu juga impor barang modal dan

bahan baku mengalami peningkatan berturut-turut sebesar

6,5 persen dan 18,1 persen (YoY).

Tabel 35. Perkembangan Impor Triwulan I Tahun 2017

Komoditas Jan-17 Feb-17 Mar-17 Q1 2016 Q1 2017*

Nilai Impor (USD Juta) 11968,4 11.354,0 13.357,8 31.944,3 36.680,2

Barang Konsumsi 1006,4 889,4 1.407,1 3.163,2 3.313,5

Bahan Baku 9045,7 8.761,4 9.927,2 23.494,2 27.735,2

Barang Modal 1916,3 1.703,2 2.023,5 5.286,9 5.631,5

Migas 1828,0 2.473,1 2.261,9 3.896,9 6.563,1

Minyak Mentah 293,1 708,0 649,5 1.341,2 1.650,7

Hasil Minyak 1318,4 1.517,2 1.331,7 2.159,7 4.167,3

Gas 216,5 247,9 280,7 396,0 745,1

Non Migas 10.140,4 8.880,9 11.095,9 28.047,4 30.117,1

Pertumbuhan Impor** (%) 14,3 11,6 18,2 -13,0 14,8

Barang Konsumsi -13,3 -11,3 42,6 24,5 4,8

Bahan Baku 20,7 19,1 15,2 -15,2 18,1

Barang Modal 5,9 -5,4 19,0 -18,4 6,5

Migas 49,7 120,2 -51,6 -36,1 68,4

Minyak Mentah -25,6 117,8 -70,4 -31,3 23,1

Hasil Minyak 92,4 120,2 -35,1 -41,1 93,0

Gas 51,9 127,4 -34,2 -18,5 88,2

Non Migas 9,7 -1,9 15,5 -8,4 7,4

Proporsi Impor (%) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Barang Konsumsi 8,4 7,8 10,5 9,9 9,0

Bahan Baku 75,6 77,2 74,3 73,5 75,6

Barang Modal 16,0 15,0 15,1 16,6 15,4

Migas 15,3 21,8 16,9 12,2 17,9

Minyak Mentah 2,4 6,2 4,9 4,2 4,5

Hasil Minyak 11,0 13,4 10,0 6,8 11,4

Gas 1,8 2,2 2,1 1,2 2,0

Non Migas 84,7 78,2 83,1 87,8 82,1

Page 106: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

93

Komoditas Jan-17 Feb-17 Mar-17 Q1 2016 Q1 2017*

Sumber Pertumbuhan (%) 14,3 11,6 18,2 -13,0 14,8

Barang Konsumsi -1,1 -0,9 4,5 2,4 0,4

Bahan Baku 15,6 14,7 11,3 -11,2 13,6

Barang Modal 0,9 -0,8 2,9 -3,0 1,0

Migas 7,6 26,2 -8,7 -4,4 12,2

Minyak Mentah -0,6 7,3 -3,4 -1,3 1,0

Hasil Minyak 10,2 16,1 -3,5 -2,8 10,6

Gas 0,9 2,8 -0,7 -0,2 1,8

Non Migas 8,2 -1,5 12,8 -7,4 6,1

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan (*): angka sementara Keterangan (**): pertumbuhan year-on-year (YoY)

Pertumbuhan impor nonmigas pada triwulan I tahun 2017

(YoY) mengalami peningkatan sebesar 7,4 persen

disebabkan oleh adanya peningkatan impor diberbagai

komoditas diantaranya peningkatan impor Kapal laut dan

bangunan terapung (HS-89) sebesar 122,7 persen dengan

proporsi 1,4 persen dari nilai total impor nonmigas;

peningkatan impor Mesin dan Peralatan Listrik (HS-85)

sebesar 10,7 persen dengan proporsi 13,0 persen; serta

peningkatan Plastik dan Barang dari Plastik (HS-39) sebesar

13,9 persen dengan proporsi 6,1 persen.

Tabel 36. Perkembangan Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan I Tahun 2017

HS Komoditas Nilai Impor (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)

Q1 2016 Q1 2017* Q1 2016 Q1 2017* Q1 2016 Q1 2017*

84 Mesin dan Peralatan Mekanik 5.086,6 5.113,2 -13,0 0,5 18,1 17,0

85 Mesin dan Peralatan Listik 3.544,5 3.924,6 -9,1 10,7 12,6 13,0

39 Plastik dan Barang dari Plastik 1.618,2 1.842,6 -6,1 13,9 5,8 6,1

72 Besi dan Baja 1.420,9 1.628,5 -29,4 14,6 5,1 5,4

10 Serealia 1.219,1 585,9 51,2 -51,9 4,3 1,9

73 Benda-benda dari Besi dan Baja 723,2 583,7 -26,4 -19,3 2,6 1,9

12 Biji-bijian berminyak 300,4 427,9 -18,2 42,4 1,1 1,4

89 Kapal Laut dan Bangunan Terapung

185,2 412,3 -19,7 122,7 0,7 1,4

88 Kapal Terbang dan Bagiannya 193,4 215,3 58,1 11,3 0,7 0,7

49 Buku dan Barang Cetakan 37,8 41,1 52,0 8,7 0,1 0,1 Total 10 Golongan Barang 14.329,3 14.775,1 -10,5 3,1 51,1 49,1

Barang Lainnya 13.718,1 15.342,0 -6,0 11,8 48,9 50,9 Total Impor Nonmigas 28.047,4 30.117,1 -8,4 7,4 100,0 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan (*): angka sementara

Pertumbuhan impor

nonmigas pada triwulan I

tahun 2017 mengalami

penurunan sebesar 7,4

persen (YoY).

Page 107: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

94

Nilai impor nonmigas yang berasal dari 5 (lima) negara

utama asal impor pada triwulan I tahun 2017 mengalami

peningkatan sebesar 9,6 persen (YoY). Negara utama asal

impor nonmigas terbesar Indonesia adalah Tiongkok

dimana pada triwulan I tahun 2017 nilai impor nonmigas

dari Tiongkok sebesar USD7.754,6 juta, mengalami

peningkatan pertumbuhan sebesar 8,8 persen. Sementara

itu nilai impor nonmigas Indonesia yang berasal dari negara-

negara di kawasan ASEAN pada triwulan I tahun 2017

sebesar USD6.286,7 juta dan menyumbangkan proporsi

sebesar 20,9 persen terhadap total impor nonmigas

Indonesia.

Tabel 37. Negara Utama Asal Impor Nonmigas Triwulan I Tahun 2017

Negara Nilai (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)

Q1 15 Q1 16 Q1 17* Q1 16 Q1 17* Q1 16 Q1 17*

Tiongkok 7.453,1 7.129,6 7.754,6 -4,3 8,8 25,4 25,7

Jepang 3.709,5 3.008,1 3.415,4 -18,9 13,5 10,7 11,3

Thailand 2.131,8 2.384,2 2.152,0 11,8 -9,7 8,5 7,1

Korea Selatan 1.774,8 1.442,3 1.926,7 -18,7 33,6 5,1 6,4

Amerika Serikat 1.819,6 1.618,6 1.830,4 -11,0 13,1 5,8 6,1

Total 5 Negara 16.888,8 15.582,8 17.079,1 -7,7 9,6 55,6 56,7

Total ASEAN 6.470,1 6.383,7 6.286,7 -1,3 -1,5 22,8 20,9

Total Uni Eropa 2.802,0 2.718,4 2.845,3 -3,0 4,7 9,7 9,4

Total Lainnya 4.467,9 3.362,5 3.906,0 -24,7 16,2 12,0 13,0

Total Ekspor Nonmigas 30.628,8 28.047,4 30.117,1 -8,4 7,4 100,0 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*): angka sementara

Perkembangan Neraca Perdagangan

Neraca Perdagangan Barang

Pada triwulan I tahun 2017 Neraca Perdagangan total

Indonesia surplus sebesar USD3.926,8 juta yang

disumbangkan dari surplus pada neraca perdagangan

nonmigas sebesar USD6.539,7 juta, sementara neraca

perdagangan migas tercatat defisit sebesar USD2.612,9 juta.

Sehingga pertumbuhan neraca perdagangan Indonesia

triwulan I tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 136,8

persen (YoY).

Neraca perdagangan

total Indonesia pada

triwulan I tahun 2017

mengalami surplus

sebesar USD3.926,8 juta.

Nilai impor nonmigas

dari 5 (lima) negara

utama asal impor

Indonesia pada triwulan I

tahun 2017 mengalami

peningkatan sebesar 9,6

persen (YoY).

Page 108: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

95

Tabel 38. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan I Tahun 2017

Nilai (Juta USD) MtM (%) YoY (%)

Jan-17 Feb-17 Mar-17* Q1 2016 Q1

2017* Feb-17

Mar-17*

Q1 2017

* Ekspor Total (Juta USD) 13.401,7

12.613,5

14.591,8 33.602,6 40.607,0

-5,9 15,7 20,8

Ekspor Migas 1.271,6 1.198,1 1.480,4 3.460,6 3.950,2 -5,8 23,6 14,1

Ekspor Non Migas 12.130,1

11.415,4

13.111,4 30.142,0 36.656,8

-5,9 14,9 21,6

Impor Total (Juta USD) 11.968,4

11.354,0

13.357,8 31.944,30

36.680,2

-5,1 17,6 14,8

Impor Migas 1.828,1 2.473,1 2.261,9 3.896,9 6.563,1 35,3 -8,5 68,4

Impor Non Migas 10.140,3

8.880,9 11.095,9 28.047,4 30.117,1

-12,4 24,9 7,4

Neraca Perdagangan (Juta USD)

1.433,3 1.259,5 1.234,0 1.658,3 3.926,8 -12,1 -2,0 136,8

Migas -556,5 -1.275,0 -781,5 -436,3 -2.612,9 129,1 -38,7

498,9

Non Migas 1.989,8 2.534,5 2.015,5 2.094,6 6.539,7 27,4 -20,5

212,2

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*): angka sementara

Neraca perdagangan Indonesia-Tiongkok pada triwulan I

tahun 2017 mengalami defisit USD2.675,8 juta, hal itu

disebabkan oleh defisit pada neraca perdagangan sektor

nonmigas sebesar USD3.065,1 juta, yang lebih besar dari

surplus sektor migas sebesar USD389,3 juta.

Tabel 39. Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok Triwulan I Tahun 2017

Nilai (Juta USD) MtM (%) YoY (%)

Jan-17 Feb-17 Mar-17* Q1 2016 Q1 2017* Feb-17 Mar-17*

Q1 2017*

Ekspor Total (Juta USD) 1.701,8 1.456,9 2.005,8 3.347,4 5.164,5 -14,4 37,7 54,3

Ekspor Migas 151,8 99,4 223,8 1.581,8 475,0 -34,5 125,1 -70,0

Ekspor Non Migas 1.549,9 1.357,5 1.782,1 2.840,1 4.689,5 -12,4 31,3 65,1

Impor Total (Juta USD) 2.943,7 2.012,1 2.884,5 7.157,8 7.840,3 -31,6 43,4 9,5

Impor Migas 31,1 47,4 7,2 28,2 85,7 52,6 -84,7 204,2

Impor Non Migas 2.912,6 1.964,7 2.877,3 7.129,6 7.754,6 -32,5 46,4 8,8

Neraca Perdagangan (Juta USD) -1.241,9 -555,2 -878,7 -3.810,4 -2.675,8 -55,3 58,3 -29,8

Migas 120,8 52,0 216,6 1.553,7 389,3 -56,9 316,2 -74,9

Non Migas -1.362,7 -607,3 -1.095,2 -4.289,5 -3.065,1 -55,4 80,4 -28,5

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*): angka sementara

Neraca perdagangan Indonesia-Jepang pada triwulan I

tahun 2017 mengalami surplus sebesar USD2.547,5 juta.

Hal ini disebabkan oleh surplus pada neraca perdagangan

sektor migas dan nonmigas masing-masing sebesar

USD90,4 juta dan USD2.457,1 juta.

Neraca perdagangan

Indonesia-Tiongkok pada

triwulan I tahun 2017

mengalami defisit.

Neraca perdagangan

Indonesia-Jepang pada

triwulan I tahun 2017

mengalami surplus.

Page 109: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

96

Tabel 40. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang Triwulan I Tahun 2017

Nilai (Juta USD) MtM (%) YoY (%)

Jan-17 Feb-17 Mar-17* Q1 2016 Q1 2017* Feb-17 Mar-17* Q1 2017*

Ekspor Total (Juta USD) 1.478,6 1.396,6 1.546,5 4.002,2 4.421,7 -5,5 10,7 10,5

Ekspor Migas 52,6 40,7 40,9 373,7 134,2 -22,7 0,6 -64,1

Ekspor Non Migas 1.426,0 1.355,9 1.505,6 3.628,5 4.287,5 -4,9 11,0 18,2

Impor Total (Juta USD) 620,5 605,8 647,8 1.621,5 1.874,2 -2,4 6,9 15,6

Impor Migas 1,6 15,7 26,5 2,9 43,8 893,1 68,3 1.410,9

Impor Non Migas 618,9 590,1 621,4 1.618,6 1.830,4 -4,7 5,3 13,1

Neraca Perdagangan (Juta USD)

858,1 790,8 898,7 2.380,7 2.547,5 -7,8 13,6 7,0

Migas 51,0 24,9 14,5 370,8 90,4 -51,1 -42,0 -75,6

Non Migas 807,0 765,8 884,2 2.009,9 2.457,1 -5,1 15,5 22,2

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*): angka sementara

Neraca perdagangan Indonesia-Amerika Serikat selama

triwulan I tahun 2017 mengalami surplus sebesar USD731,6

juta. Hal itu disebabkan oleh surplus pada sektor migas

sebesar USD778,5 juta yang lebih besar dari defisit pada

sektor nonmigas sebesar USD47,0 juta.

Tabel 41. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika Triwulan I Tahun 2017

Nilai (Juta USD) MtM (%) YoY (%)

Jan-17 Feb-17 Mar-17*

Q1 2016

Q1 2017*

Feb-17

Mar-17*

Q1 2017*

Ekspor Total (Juta USD) 1.413,0 1.185,4 1.555,5 5.489,9 4.153,8 -16,1 31,2 -24,3

Ekspor Migas 253,4 241,1 290,9 2.262,9 785,4 -4,9 20,7 -65,3

Ekspor Non Migas 1.159,5 944,3 1.264,6 3.227,0 3.368,4 -18,6 33,9 4,4

Impor Total (Juta USD) 1.028,1 1.133,5 1.260,6 3.015,7 3.422,2 10,2 11,2 13,5

Impor Migas 2,0 3,3 1,5 7,6 6,9 62,1 -54,1 -9,7

Impor Non Migas 1.026,1 1.130,2 1.259,1 3.008,1 3.415,4 10,1 11,4 13,5

Neraca Perdagangan (Juta USD) 384,8 51,9 294,9 2.474,3 731,6 -86,5 468,1 -70,4

Migas 251,4 237,8 289,4 2.255,3 778,5 -5,4 21,7 -65,5

Non Migas 133,4 -185,9 5, 5 218,9 -47,0 -239,3 -103,0 -121,4

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan (*): angka sementara

Perdagangan Indonesia-India selama triwulan I tahun 2017

mengalami surplus yaitu sebesar USD2.444,8 juta. Surplus

ini disumbangkan oleh surplus pada neraca perdagangan

sektor nonmigas sebesar USD2.502,0 juta yang lebih besar

dari defisit sektor migas USD57,1 juta.

Neraca perdagangan

Indonesia-India pada

triwulan I tahun 2017

mengalami surplus.

Neraca perdagangan

Indonesia-AS pada

triwulan I tahun 2017

mengalami surplus.

Page 110: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

97

Tabel 42. Neraca Perdagangan Indonesia-India Triwulan I Tahun 2017

Nilai (Juta USD) MtM (%) YoY (%)

Jan-17 Feb-17 Mar-17* Q1 2016 Q1 2017* Feb-17 Mar-17* Q1 2017*

Ekspor Total (Juta USD) 1.360,3 1.025,7 1.068,4 2.296,5 3.454,3 -24,6 4,2 50,4

Ekspor Migas 41,1 6,4 0,6 180,3 48,0 -84,4 -91,1 -73,4

Ekspor Non Migas 1.319,2 1.019,3 1.067,8 2.116,2 3.406,3 -22,7 4,8 61,0

Impor Total (Juta USD) 353,2 292,5 363,8 695,9 1.009,5 -17,2 24,4 45,1

Impor Migas 22,7 48,0 34,5 3,6 105,1 111,6 -28,1 2.793,5

Impor Non Migas 330,5 244,5 329,3 692,2 904,3 -26,0 34,7 30,6

Neraca Perdagangan (Juta) USD)

1.007,1 733,2 704,5 1.600,7 2.444,8 -27,2 -3,9 52,7

Migas 18,4 -41,6 -33,9 176,7 -57,1 -326,3 -18,4 -132,3

Non Migas 988,7 774,8 738,5 1.424,0 2.502,0 -21,6 -4,7 75,7

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*): angka sementara

Neraca perdagangan Indonesia-Singapura pada triwulan I

tahun 2017 mengalami defisit sebesar USD1.492,4 juta. Hal

tersebut akibat defisit pada neraca perdagangan migas

sebesar USD1.779,1 juta yang lebih besar dari surplus neraca

perdagangan nonmigas sebesar USD286,8 juta.

Tabel 43. Neraca Perdagangan Indonesia-Singapura Triwulan I Tahun 2017

Nilai (Juta USD) MtM (%) YoY (%)

Jan-17 Feb-17 Mar-17* Q1 2016 Q1 2017* Feb-17 Mar-17* Q1 2017*

Ekspor Total (Juta USD) 844,7 1.011,8 1.038,6 4.463,9 2.895,2 19,8 2,6 -35,1

Ekspor Migas 268,2 270,0 252,8 2.251,0 791,1 0,7 -6,4 -64,9

Ekspor Non Migas 576,5 741,8 785,8 2.212,9 2.104,1 28,7 5,9 -4,9

Impor Total (Juta USD) 1.377,3 1.395,7 1.614,6 3.229,2 4.387,5 1,3 15,7 35,9

Impor Migas 818,1 823,8 928,3 1.432,6 2.570,2 0,7 12,7 79,4

Impor Non Migas 559,1 571,8 686,4 1.796,6 1.817,3 2,3 20,0 1,2

Neraca Perdagangan (Juta) USD)

-532,6 -383,8 -576,0 1.234,8 -1.492,4 -27,9 50,1 -220,9

Migas -549,9 -553,8 -675,4 818,5 -1.779,1 0,7 22,0 -317,4

Non Migas 17,3 170,0 99,5 416,3 286,8 880,2 -41,5 -31,1

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*): angka sementara

Neraca perdagangan

Indonesia-Singapura

pada triwulan I tahun

2017 mengalami defisit.

Page 111: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

98

Neraca Perdagangan Jasa

Pada triwulan I tahun 2017, defisit neraca perdagangan jasa

sebesar USD1,3 miliar, lebih kecil dari triwulan sebelumnya

yang sebesar USD2,0 miliar, namun sedikit meningkat dari

triwulan I tahun 2016 yang sebesar USD1,1 miliar.

Penurunan tersebut didorong oleh meningkatnya surplus

jasa perjalanan dan menurunnya defisit jasa transportasi.

Gambar 36. Neraca Perdagangan Jasa Triwulan I Tahun 2015-Triwulan I Tahun 2017 (Miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

Jasa perjalanan mengalami peningkatan surplus, yaitu

sebesar USD1,4 miliar pada triwulan I tahun 2017. Surplus

tersebut lebih besar dari triwulan I dan IV tahun 2016 yang

masing-masing sebesar USD1,1 milar dan USD0,9 miliar,

didorong oleh penurunan pembayaran jasa perjalanan yang

lebih tinggi dari penurunan penerimaan jasa perjalanan. Hal

ini seiring dengan pengeluaran wisatawan nusantara

(wisnus) di luar negeri yang lebih rendah meskipun terjadi

peningkatan jumlah wisnus. Sementara itu, defisit jasa

transportasi sebesar USD1,4 miliar, lebih rendah dari

triwulan sebelumnya yang sebesar USD1,7 miliar seiring

dengan menurunnya impor jasa freight dan transportasi

penumpang. Akan tetapi, defisit tersebut sedikit lebih tinggi

dari triwulan I tahun 2016 yang sebesar USD1,2 miliar.

-2,0

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2015 2016 2017

Transportasi PerjalananJasa asuransi dan dana pensiun Biaya penggunaan kekayaan intelektualJasa telekomunikasi, komputer, dan informasi Jasa bisnis lainnya

Jasa perjalanan mengalami peningkatan surplus, sedangkan jasa transportasi mengalami penurunan defisit.

Neraca perdagangan jasa defisit sebesar USD1,3 miliar seiring meningkatnya surplus jasa perjalanan dan menurunnya defisit jasa transportasi.

Page 112: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

99

Gambar 37. Neraca Perdagangan Jasa Perjalanan dan Transportasi Triwulan I Tahun 2015-Triwulan I Tahun 2017

Sumber: Bank Indonesia

Neraca Pendapatan

Neraca Pendapatan Primer

Pada triwulan I tahun 2017, neraca pendapatan primer

mengalami defisit sebesar USD7,5 miliar. Defisit tersebut

lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya maupun

triwulan I tahun 2016 yang sebesar USD6,1 miliar dan

USD7,4 miliar. Peningkatan tersebut disebabkan oleh

meningkatnya pembayaran pendapatan investasi

portofolio yang sedikit tertahan oleh menurunnya

pembayaran pendapatan investasi lainnya.

Gambar 38. Neraca Pendapatan Primer Triwulan I Tahun 2014-Triwulan I Tahun 2017 (USD Miliar)

Sumber: Bank Indonesia

-3,0 -2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

20

15

20

16

20

17

Impor Perjalanan Ekspor Perjalanan Impor Transportasi Ekspor Transportasi

-10,0

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2014 2015 2016 2017

Pendapatan investasi Pendapatan investasi langsung

Pendapatan investasi portofolio Pendapatan investasi lainnya

Pada triwulan I tahun 2017 terjadi peningkatan defisit neraca pendapatan primer.

Page 113: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

100

Neraca Pendapatan Sekunder

Neraca pendapatan sekunder pada triwulan I tahun 2017

surplus sebesar USD0,8 miliar, menurun baik dari triwulan

sebelumnya maupun triwulan I tahun 2016 yang masing-

masing surplus sebesar USD0,9 miliar dan USD1,3 miliar.

Penurunan surplus tersebut dipengaruhi oleh menurunnya

penerimaan hibah pemerintah dan menurunnya

penerimaan remitansi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang

diikuti oleh menurunnya pembayaran remitansi Tenaga

Kerja Asing (TKA).

Gambar 39. Pendapatan Sekunder Triwulan I Tahun 2014-Triwulan I Tahun 2017 (Miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

NERACA MODAL DAN FINANSIAL

Pada triwulan I tahun 2017 neraca transaksi modal dan

finansial surplus sebesar USD7,9 miliar, meningkat dari

triwulan sebelumnya yang sebesar USD7,6 miliar maupun

triwulan I tahun 2016 yang sebesar USD4,2 miliar. Kinerja

tersebut dipengaruhi oleh membaiknya pertumbuhan

ekonomi dan persepsi positif terhadap prospek

perekonomian yang mendorong meningkatnya aliran

masuk dana asing. Surplus investasi portofolio mengalami

kenaikan yang sangat signifikan, sehingga dapat menahan

surplus investasi langsung yang menurun dan defisit

investasi lainnya.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2014 2015 2016 2017

Penerimaan 2,08 2,50 2,31 2,48 2,52 2,65 2,54 2,66 2,50 2,55 2,38 2,33 2,11

Pembayaran -1,00 -0,97 -1,10 -1,08 -1,09 -1,22 -1,27 -1,27 -1,24 -1,34 -1,39 -1,40 -1,33

Pendapatan Sekunder 1,09 1,53 1,20 1,40 1,43 1,43 1,27 1,38 1,26 1,21 0,99 0,93 0,78

Neraca pendapatan sekunder pada triwulan I tahun 2017 mengalami surplus yang lebih rendah, yaitu sebesar USD0,8 miliar.

Neraca transaksi modal dan finansial surplus sebesar USD7,9 miliar seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian.

Page 114: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

101

Gambar 40. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan I Tahun 2017 (Miliar USD)

Sumber : Bank Indonesia

Pada triwulan I tahun 2017, investasi langsung surplus

sebesar USD2,5 miliar, menurun dari triwulan sebelumnya

yang sebesar USD3,3 miliar maupun triwulan I tahun 2016

yang sebesar USD2,9 miliar. Penurunan surplus tersebut

disebabkan oleh adanya aliran keluar investasi langsung di

sektor minyak dan gas.

Investasi portofolio pada triwulan I tahun 2017 surplus

sebesar USD6,5 miliar, meningkat signifikan dari triwulan

sebelumnya yang defisit sebesar USD0,3 miliar dan triwulan

I tahun 2016 yang surplus sebesar USD4,4 miliar. Kinerja

tersebut didorong oleh meningkatnya aliran masuk modal

asing karena investor asing menambah kepemilikannya

terhadap instrumen portofolio dalam denominasi Rupiah.

Selain itu juga didukung oleh penerbitan sukuk global

pemerintah dalam jumlah besar yaitu sebesar USD3,0

miliar.

Pada triwulan I tahun 2017 investasi lainnya mengalami

defisit sebesar USD1,0 miliar, menurun sangat signifikan

dari triwulan sebelumnya yang surplus sebesar USD4,5

miliar, namun membaik dari triwulan I tahun 2016 yang

defisit sebesar USD3,1 miliar. Defisit tersebut terutama

dipengaruhi oleh penempatan aset swasta di luar negeri.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2014 2015 2016 2017

Investasi Langsung 2,0 4,2 5,8 2,7 2,3 4,0 1,6 2,8 2,9 3,3 6,5 3,3 2,5

Investasi Portofolio 8,7 8,0 7,4 1,9 8,5 5,5 -2,2 4,3 4,4 8,3 6,5 -0,3 6,5

Investasi Lainnya -4,1 2,0 1,4 5,0 -5,3 -7,5 0,4 2,3 -3,1 -4,7 -3,3 4,5 -1,0

-8-6-4-202468

10

Surplus investasi langsung pada triwulan I tahun 2017 lebih rendah, yaitu sebesar USD2,5 miliar.

Investasi portofolio pada triwulan I tahun 2017 surplus sebesar USD6,5 miliar, meningkat signifikan dari triwulan sebelumnya.

Investasi lainnya mengalami defisit sebesar USD1,0 miliar, menurun sangat signifikan dari triwulan sebelumnya.

Page 115: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

102

CADANGAN DEVISA Cadangan devisa Indonesia pada triwulan I tahun 2017

mencapai USD121,8 miliar atau setara dengan 8,6 bulan

impor. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan cadangan

devisa triwulan sebelumnya yang sebesar USD116,4 miliar

atau setara dengan 8,4 bulan impor dan triwulan I tahun

2016 yang sebesar USD107,5 miliar atau setara dengan 7,7

bulan impor.

Cadangan devisa Indonesia pada triwulan I tahun 2017 mencapai USD121,8 miliar atau setara dengan 8,6 bulan impor.

Page 116: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

103

Page 117: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

104

Page 118: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

105

PERKEMBANGAN INVESTASI

ISU TERKINI PERKEMBANGAN INVESTASI

Sistem Perizinan Angkutan Laut Segera Terintegrasi

Penerbitan Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut

(SIUPAL) dan Surat Izin Operasi Perusahaan Angkutan Laut

Khusus (SIOPSUS) segera dapat diajukan secara online

setelah Kementerian Perhubungan dan BKPM berhasil

melakukan integrasi pertukaran data. Integrasi ini

merupakan hasil koordinasi intensif yang dilakukan oleh

Kementerian Perhubungan, BKPM, dan Kementerian

Komunikasi dan Informatika.

Perusahaan yang akan mengajukan permohonan SIUPAL

dan SIOPSUS dapat mengakses website SIMLALA milik

Kementerian Perhubungan yakni

https://simlala.dephub.go.id/simlala, untuk mengisi

formulir dan mengunggah persyaratan. Selanjutnya,

SIMLALA akan menerbitkan rekomendasi yang secara

otomatis akan terkirim ke SPIPISE BKPM.

Selain itu, berdasarkan Permenhub No.74 tahun 2016,

Kementerian Perhubungan juga telah memangkas waktu

yang dibutuhkan untuk pengurusan perizinan angkutan

laut tersebut dari sebelumnya 14 hari kerja menjadi 7 hari

kerja.

Sumber: www.bkpm.go.id/id/siaran-pers/readmore/498901/25uu

Pengurusan perizinan

angkutan laut menjadi 7

hari kerja berdasarkan

Permenhub No.74 tahun

2016.

Penerbitan SIUPAL dan

SIOPSUS dapat segera

diajukan secara online.

Permohonan SIUPAL dan

SIOPSUS dapat mengakses

website SIMLALA.

Page 119: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

106

PERKEMBANGAN INVESTASI

Dalam perhitungan PDB sisi pengeluaran, komponen

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) triwulan I tahun

2017 tumbuh sebesar 4,8 persen (YoY) dibanding periode

yang sama tahun 2016 dan mengalami penurunan sebesar

5,4 persen (QtQ) dibanding triwulan sebelumnya.

Tabel 44. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan I Tahun 2017 (persen)

Q1-2016 (QtQ)

Q1-2016 (YoY)

Q1-2017 (QtQ)

Q1-2017 (YoY)

Pertumbuhan PDB -0,40 4,92 -0,34 5,01

Pertumbuhan PMTB (PDB Konstan) -5,43 4,67 -5,42 4,81

a. Bangunan -6,22 6,78 -4,57 5,90

b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri -13,30 -8,22 -10,42 1,39

c. Kendaraan -6,37 -0,20 -7,90 25,36

d. Peralatan Lainnya 6,89 26,38 -8,88 -0,46

e. Sumber Daya Hayati 9,95 2,27 -5,95 -10,81

f. Produk Kekayaan Intelektual 12,67 1,18 -2,23 -11,09

Share PMTB terhadap PDB (harga berlaku) 32,82

31,56

a. Bangunan 24,73 23,96

b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri 2,96 2,77

c. Kendaraan 1,47 1,73

d. Peralatan Lainnya 0,59 0,55

e. Sumber Daya Hayati 2,16 1,79

f. Produk Kekayaan Intelektual 0,90 0,76

Sumber: BPS, diolah

Untuk komponen Pembentukan Modal Tetap Domestik

Bruto/PMTB, pertumbuhan triwulan I tahun 2017 (YoY)

secara lebih detil didorong oleh pertumbuhan Kendaraan

sebesar 25,4 persen, Bangunan sebesar 5,9 persen, dan

Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri sebesar 1,4

persen. Adapun sumbangan terbesar dalam komponen

PMTB pada triwulan I tahun 2017 secara detil yaitu pada

Bangunan dengan sumbangan 24,0 persen.

REALISASI INVESTASI

Tabel 45. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2010- Triwulan I Tahun 2017

TAHUN PMDN PMA Pertumbuhan (YoY, %)

(Rp Triliun) (USD juta) PMDN PMA

2011 76,0 19.474,2 25,4 20,1

2012 92,2 24.564,7 21,3 26,1

2013 128,2 28.617,5 39,0 16,5

2014 156,1 28.529,7 21,8 (0,3)

Sumbangan terbesar dalam komponen PMTB pada triwulan I tahun 2017 yaitu pada Bangunan dengan

sumbangan 23,96 persen.

Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto/PMTB pada

triwulan I tahun 2017

tumbuh sebesar 4,81 persen

(YoY).

Page 120: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

107

TAHUN PMDN PMA Pertumbuhan (YoY, %)

(Rp Triliun) (USD juta) PMDN PMA

2015 179,5 29.275,9 14,9 2,6

2016 216,2 28.964,1 20,5 (1,1)

2016-TW I 50,4 6.916,8 18,4 5,4

2017-TW I 68,8 7.293,7 36,6 5,4

Sumber: BKPM, diolah

Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) triwulan I tahun 2017 sebesar Rp 68,8 triliun,

lebih besar dari realisasi triwulan I tahun 2016, atau

tumbuh sebesar 36,6 persen. Sementara itu, realisasi

Penanaman Modal Asing (PMA) triwulan I tahun 2017

sebesar USD7.293,7 juta juga mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan I tahun 2016, atau mengalami

pertumbuhan sebesar 5,4 persen

Realisasi Per Sektor

Realisasi PMA pada triwulan I tahun 2017 mengalami

kenaikan atau tumbuh sebesar 5,4 persen dibandingkan

periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kenaikan

realisasi PMA terjadi di sektor primer dan tersier dengan

pertumbuhan masing-masing sebesar 322,8 persen dan

126,4 persen, sedangkan sektor sekunder mengalami

kontraksi dengan pertumbuhan sebesar -40,8 persen.

Untuk PMDN, kenaikan realisasi didorong oleh

pertumbuhan positif yang terjadi di semua sektor.

Kenaikan tertinggi terjadi di sektor tersier dengan

pertumbuhan sebesar 88,9 persen, diikuti sektor primer

dan sekunder yang mengalami pertumbuhan sebesar 29,9

persen dan 6,9 persen dibandingkan dengan periode yang

sama di tahun sebelumnya. Berdasarkan sumbangannya,

pada triwulan I tahun 2017, sektor sekunder adalah

pemberi sumbangan terbesar baik untuk PMA yaitu

sebesar 44,3 persen. Sedangkan untuk PMDN, sektor

tersier adalah pemberi sumbangan terbesar yaitu sebesar

42,9 persen.

Realisasi investasi untuk

PMDN dan PMA pada

triwulan I tahun 2017

mengalami pertumbuhan

positif.

Pertumbuhan YoY tertinggi

pada PMA terjadi pada

sektor primer, sedangkan

pada PMDN terjadi di

sektor tersier.

Page 121: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

108

Tabel 46. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Triwulan I Tahun 2017 Berdasar Sektor

Tahun PMA Jumlah

(USD juta)

PMDN Jumlah (Rp

Triliun) Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier

2011 4.870,3 3.357,6 7.824,9 16.052,8 16,3 39,0 20,6 76,0

2012 5.933,1 6.779,5 6.861,7 19.574,3 20,4 49,9 21,9 92,2

2013 6.471,8 11.770,0 6.286,9 24.528,7 25,7 51,2 51,3 128,2

2014 6.991,3 17.326,4 8.519,0 32.836,7 16,5 59,0 80,6 156,1

2015 6.236,4 13.019,4 11.276,5 30.532,2 17,1 89,0 73,4 179,5

2016 4.501,9 16.687,6 7.774,6 28.964,1 27,7 106,8 81,7 216,2

2016 TW I 390,0 5.462,1 1.064,7 6.916,8 9,3 25,5 15,6 50,4

2017 TW I 1.648,9 3.234,5 2.410,3 7.293,7 12,0 27,2 29,5 68,8

Pertumbuhan (YoY, %) 322,8 -40,8 126,4 5,4 29,9 6,9 88,9 36,6

Share (%) 22,6% 44,3% 33,0% 100,0% 17,5 39,6 42,9 100,0

Sumber: BKPM, diolah

Berdasarkan sektor/bidang usaha, pada triwulan I tahun

2017, lima sektor yang memberikan kontribusi terbesar

terhadap total realisasi PMA secara berurutan adalah

sektor pertambangan sebesar 16,0 persen, Industri

Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elekstronik

sebesar 11,5 persen, Perumahan, Kawasan Industri dan

Perkantoran sebesar 10,7 persen, Listrik, Gas dan Air

sebesar 9,7 persen dan Industri Alat Angkutan dan

Tranportasi Lainnya sebesar 6,9 persen. Untuk PMDN,

kontribusi terbesar berasal dari sektor Transportasi,

Gudang dan Telekomunikasi sebesar 23,2 persen, Industri

Makanan sebesar 17,6 persen, Pertambangan sebesar

11,8 persen, Listrik, Gas dan Air sebesar 10,6 persen dan

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan

Elektronik sebesar 5,9 persen.

Tabel 47. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan I Tahun 2017

PMA PMDN

Sektor/Bidang Usaha USD juta

% Thd Total

Sektor/Bidang Usaha Rp

Triliun % Thd Total

1 Pertambangan 1.165,4 16,0 1 Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi

16,0 23,2

2 Ind. Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik

838,3 11,5 2 Ind. Makanan 12,1 17,6

Sektor dengan persentase realisasi terbesar untuk PMA adalah Pertambangan, sedangkan untuk PMDN adalah sektor Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi.

Page 122: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

109

PMA PMDN

Sektor/Bidang Usaha USD juta

% Thd Total

Sektor/Bidang Usaha Rp

Triliun % Thd Total

3 Perumahan, Kawasan Ind & Perkantoran

779,9 10,7 3 Pertambangan 8,1 11,8

4 Listrik, Gas dan Air 706,8 9,7 4 Listrik, Gas dan Air 7,3 10,6

5 Ind. Alat Angkutan dan Transportasi Lainnya

503,5 6,9 5 Ind. Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik

4,1 5,9

Gabungan lainnya 3.299,8 45,2 Gabungan lainnya 21,2 30,8 Jumlah 7.293,7 100,0 Jumlah 68,8 100,0

Sumber: BKPM, diolah

Realisasi Per Lokasi

Berdasarkan lokasi, realisasi PMDN mengalami

pertumbuhan positif sebesar 36,6 persen dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan

realisasi PMDN terbesar terjadi di Papua dengan

pertumbuhan sebesar 207.576,5 persen diikuti Bali dan

Nusa Tenggara sebesar 4.131,3 persen. Sementara itu,

Kalimantan mengalami penurunan dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan

kontribusinya, Jawa, Sumatera, dan Kalimantan

memberikan sumbangan terbesar pada triwulan I tahun

2017 yaitu 59,4 persen, 20,9 persen dan 11,4 persen.

Tabel 48. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan I Tahun 2017 Berdasarkan Lokasi (Rp Triliun)

Tahun

Lokasi

Total Sumatera Jawa

Bali & NTT

Kalimantan Sulawesi Maluku Papua

2011 16,3 37,2 0,4 13,5 7,2 0,0 1,4 76,0

2012 14,3 52,7 3,2 16,7 4,9 0,3 0,1 92,2

2013 22,9 66,5 4,4 28,7 3,6 1,1 0,9 128,2

2014 29,6 97,1 0,5 21,4 7,1 0,2 0,3 156,1

2015 37,8 103,8 2,9 20,0 13,7 0,0 1,3 179,5

2016 39,8 126,4 2,6 33,6 13,6 0,0 0,2 216,2

2016 TW I 5,1 31,6 0,1 11,7 1,9 0,0 0,0 50,4

2017 TW I 14,4 40,8 2,6 7,9 2,4 0,4 0,4 68,8

Pertumbuhan (YoY, %) 179,4 29,3 4131,3 -32,9 27,1 n.a 207576,5 36,6

Share (%) 20,9 59,4 3,8 11,4 3,4 0,5 0,5 100,0

Sumber: BKPM, diolah

Pada triwulan I tahun

2017, pertumbuhan YoY

realisasi PMDN terbesar

terjadi di Bali dan Nusa

Tenggara.

Page 123: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

110

Realisasi PMA triwulan I tahun 2017 dibanding periode

yang sama tahun sebelumnya mengalami peningkatan

dengan pertumbuhan sebesar 5,4 persen. Pertumbuhan

negatif terjadi di Sumatera dan Bali dan Nusa Tenggara,

sementara wilayah lainnya mengalami pertumbuhan

positif. Pertumbuhan positif tertinggi terjadi di Kalimantan

sebesar 157,3 persen. Secara sumbangan, pada triwulan I

tahun 2017 pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi

memberikan sumbangan terbesar yaitu 51,2 persen, 12,6

persen dan 12,4 persen.

Tabel 49. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan I Tahun 2017 Berdasarkan Lokasi (USD Juta)

Tahun Lokasi

Total Sumatera Jawa

Bali & NTT

Kalimantan Sulawesi Maluku Papua

2011 2.076,6 12.324,5 952,7 1.918,8 715,3 141,5 1.345,1 19.474,5

2012 3.729,3 13.659,9 1.126,6 3.208,6 1.507,0 98,8 1.234,5 24.564,7

2013 3.395,3 17.326,4 888,9 2.773,4 1.498,2 321,2 2.414,2 28.617,5

2014 3.844,5 15.436,7 993,3 4.673,6 2.055,7 111,8 1.414,0 28.529,7

2015 3.732,8 15.433,0 1.265,1 5.842,9 1.560,4 286,2 1.155,7 29.275,9

2016 5.665,3 14.772,4 947,9 2.588,7 2.765,2 541,6 1.682,9 28.964,1

2016 TW I 2.003,5 3.536,4 276,7 310,7 485,6 51,1 252,8 6.916,8

2017 TW I 920,1 3.735,4 194,8 799,4 905,7 124,2 614,2 7.293,7

Pertumbuhan (YoY, %) (54,1) 5,6 (29,6) 157,3 86,5 142,8 143,0 5,4

Share 2017 TW I (%) 12,6 51,2 2,7 11,0 12,4 1,7 8,4 100,0

Sumber: BKPM, diolah

Berdasar lokasi menurut provinsi, pada triwulan I tahun

2017 untuk PMA, empat dari lima besar lokasi investasi

yang diminati terletak di Pulau Jawa. Keempat lokasi

tersebut adalah Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan

Banten dengan kontribusi realisasi PMA terbesar yaitu

Jawa Barat sebesar 20,8 persen.

Pada triwulan I tahun 2017,

pertumbuhan YoY realisasi

PMA terbesar terjadi di

Kalimantan.

Pulau Jawa merupakan

lokasi PMDN dan PMA yang

paling diminati.

Page 124: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

111

Tabel 50. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan I Tahun 2017

PMA PMDN

Lokasi (Propinsi) USD Juta % Thd Total Lokasi (Propinsi) Rp Triliun % Thd Total

Jawa Barat 1.520,3 20,8 DKI Jakarta 11,8 17,2

DKI Jakarta 934,7 12,8 Jawa Timur 9,4 13,7

Papua 589,8 8,1 Jawa Barat 9,1 13,2

Jawa Tengah 518,9 7,1 Banten 5,5 8,0

Banten 515,2 7,1 Jawa Tengah 5,0 7,2

Gabung lainnya 3.214,8 44,1 Gabung lainnya 28,0 40,7

Jumlah 7.293,7 100,0 Jumlah 68,8 100,0

Sumber: BKPM, diolah

Untuk PMDN, lima lokasi dengan realisasi paling besar

berturut-turut adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

Banten, dan Jawa Tengah, dengan sumbangan terbesar

berasal dari DKI Jakarta sebesar 17,2 persen dari total

realisasi PMDN. Selanjutnya, Jawa Tengah terbesar kelima

yaitu sebesar 7,2 persen dari total realisasi PMDN.

Realisasi per Negara

Tabel 51. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan I Tahun 2017

Negara Juta USD % Thd Total

Singapura 2.054,4 28,2

Jepang 1.402,6 19,2

R.R. Tiongkok 599,6 8,2

Amerika Serikat 587,4 8,1

Korea Selatan 423,1 5,8

Gabung Lainnya 2.226,7 30,5

Jumlah 7.293,7 100,0

Sumber: BKPM, diolah

Pada triwulan I tahun 2017, tiga negara asal investasi PMA

paling besar berasal dari Asia yaitu Singapura dengan nilai

investasi sebesar USD2.054,4 juta atau 28,2 persen dari

total realisasi PMA, Jepang dengan nilai investasi sebesar

USD1.402,6 juta (19,2 persen), Tiongkok dengan nilai

investasi sebesar USD599,6 juta (8,2 persen). Selanjutnya,

negara asal realisasi PMA terbesar keempat dan kelima

adalah Amerika Serikat dengan nilai investasi sebesar

USD587,4 juta (8,1 persen) dan Korea Selatan dengan nilai

investasi sebesar USD423,07 juta atau 5,8 persen dari

total PMA.

Singapura merupakan

Negara asal investasi

PMA terbesar pada

triwulan I tahun 2017

Page 125: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

112

Page 126: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

113

Page 127: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

114

Page 128: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

115

PERKEMBANGAN MONETER DAN KEUANGAN

PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER

Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi tahunan (YoY) selama periode Januari-Maret

tahun 2017 yaitu masing-masing sebesar 3,49 persen, 3,83

persen dan 3,61 persen (Tabel 4). Inflasi yang terjadi pada

periode ini masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan akhir

triwulan sebelumnya yang sebesar 3,02 persen. Peningkatan

inflasi yang terjadi pada triwulan I tahun 2017 didorong oleh

meningkatnya beban masyarakat akibat kebijakan

pengurangan subsidi listrik bagi pengguna 900 VA secara

bertahap. Sementara itu, jika dilihat secara bulanan (MtM)

selama triwulan I tahun 2017, pergerakan inflasi berfluktuasi

pada periode Januari-Maret tahun 2017, yaitu masing-masing

sebesar 0,97 persen, 0,23 persen, dan- 0,02 persen (Tabel

52). Komponen inflasi bulanan pada volatile food

menyumbang deflasi pada akhir triwulan I tahun 2017,

disebabkan oleh melimpahnya beberapa pasokan bahan

pangan pokok.

Tabel 52. Tingkat Inflasi Domestik Triwulan I Tahun 2017

Persentase (%)

Januari Februari Maret

Year-on-Year 3,49 3,83 3,61

Month-to-month 0,97 0,23 -0,02

Tahun kalender 0,97 1,21 1,19

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Berdasarkan komponennya, inflasi tertinggi terjadi pada

komponen inflasi diatur pemerintah. Secara tahunan (YoY)

pada periode Januari-Maret tahun 2017, inflasi tersebut

meningkat cukup signifikan yaitu masing-masing sebesar

3,35 persen, 4,74 persen, dan 5,5 persen. Peningkatan ini

didorong oleh kebijakan pemerintah untuk subsidi tepat

sasaran dengan meningkatkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) 900

VA secara bertahap (Tabel 53).

Peningkatan inflasi triwulan I tahun 2017 cukup signifikan didorong oleh komponen inflasi diatur pemerintah.

Tingkat inflasi secara YoY cukup tinggi pada triwulan I 2017, namun masih terkendali pada kisaran 3-5 persen.

Page 129: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

116

Berbeda dengan komponen inflasi administered prices yang

meningkat, komponen inflasi volatile food pada bulan Maret

tahun 2017 mengalami penurunan. Penurunan harga

terutama berasal dari komoditas cabai merah, beras, cabai

rawit, ikan segar, telur ayam ras, dan bawang putih.

Sementara itu, pergerakan inflasi inti secara tahunan (YoY)

cukup stabil dan berada pada kisaran 3 persen.

Tabel 53. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen

Komponen YoY MtM

Januari Februari Maret Januari Februari Maret

Inti 3,35 3,41 3,3 0,56 0,67 2,57

Bergejolak 4,13 4,46 2,89 0,37 -0,36 0,58

Diatur pemerintah 3,35 4,74 5,5 0,1 -0,77 0,37

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Selama periode Januari-Maret tahun 2017, terdapat dua

kelompok pengeluaran yang cukup besar dalam

menyumbangkan inflasi, yaitu: kelompok perumahan, air,

listrik, gas, dan bahan bakar; serta kelompok makanan jadi,

minuman, rokok, dan tembakau (Tabel 54). Sumbangan

inflasi terbesar pada kelompok perumahan, air, listrik, gas,

dan bahan bakar. Hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan

tarif listrik 900 VA, sehingga komponen ini memberikan

sumbangan terbesar terhadap pembentukan inflasi bulanan

(MtM).

Tabel 54. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Pembentukan Inflasi Bulanan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Kelompok Pengeluaran persentase (%)

Januari Februari Maret

UMUM (headline) 0,97 0,23 -0,02

Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,43 0,03 -0,03

Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga 0,01 0,01 0,01

Kesehatan 0,02 0,01 0,01

Sandang 0,02 0,03 0,01

Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar 0,26 0,17 0,07

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0,09 0,07 0,05

Bahan Makanan 0,14 -0,09 -0,14

Berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan inflasi bulanan (MtM) pada triwulan I tahun 2017.

Page 130: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

117

Berdasarkan pulau, sebagian besar kabupaten/kota IHK yang

berada di Pulau Jawa mengalami inflasi tahunan (YoY) yang

cukup rendah. Sementara itu, inflasi di mayoritas

kabupaten/kota IHK di Pulau Jawa pada triwulan I merata dan

cukup rendah. Hal tersebut terutama disebabkan oleh

dukungan infrastruktur yang lebih memadai dibandingkan

kawasan di luar Pulau Jawa. Keberadaan infrastruktur yang

mendukung kelancaran alur distribusi barang sangat penting

dalam mengendalikan tingkat inflasi di suatu daerah.

Inflasi terendah selama Januari-Maret 2017 terjadi di

Merauke (0,72 persen), Bau-Bau (1,79 persen), dan Bima

(1,63 persen). Sebaliknya, mayoritas kabupaten/kota Pulau

Sumatera mengalami inflasi yang tinggi. Inflasi tertinggi

selama Januari-Maret 2017 terjadi di Kota Pangkal Pinang,

Kepulauan Bangka Belitung, masing-masing sebesar 8,62

persen, 7,00 persen, dan 7,13 persen (Lampiran 1 Bagian 1).

Tingginya inflasi di Pangkal Pinang terutama berasal dari

kelompok bahan makanan, transportasi, komunikasi, dan jasa

keuangan. Sama halnya dengan kota-kota lain, Pangkal

Pinang juga terkena dampak peningkatan pencabutan subsidi

listrik 900 VA yang memang menyumbang inflasi pada

triwulan I tahun 2017.

Nilai Tukar Rupiah

REER dan NEER ASEAN

Pada akhir Maret 2017, posisi nilai tukar Rupiah terhadap

USD sebesar Rp13.322 per USD. Dilihat dari rata-rata harian

nilai tukar selama triwulan I tahun 2017, nilai tukar Rupiah

sedikit melemah 0,7 persen bila dibandingkan dengan posisi

pada triwulan IV tahun 2016 (Lampiran 3). Meskipun

melemah dibandingkan triwulan sebelumnya, pergerakan

nilai tukar Rupiah menunjukkan sedikit perbaikan selama

triwulan I tahun 2017. Hal ini ditunjukkan dengan penguatan

Rupiah secara MtM dan YtD pada bulan Januari, Februari, dan

Maret (Lampiran 3 dan Gambar 41). Dari sisi internal,

penguatan nilai tukar Rupiah ditopang oleh membaiknya

stabilitas makroekonomi domestik dan persepsi positif pasar

Selama triwulan I tahun 2017, secara YoY, penyebaran tingkat inflasi kabupaten/kota IHK di Pulau Jawa lebih merata jika dibandingkan dengan rata-rata inflasi pulau lainnya.

Selama triwulan I tahun 2017, secara nominal, rata-rata harian nilai tukar Rupiah terhadap USD melemah sebesar 0,7 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.

Page 131: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

118

terhadap perekonomian Indonesia, terutama setelah

dikeluarkannya rating investasi Indonesia yang cukup

menggembirakan. Dari sisi eksternal, penguatan nilai tukar

Rupiah didorong oleh perbaikan indikator ekonomi global,

menurunnya defisit transaksi berjalan serta peningkatan

surplus transaksi modal dan finansial. Dengan

mempertimbangan risiko yang berasal dari lanjutan rencana

kenaikan Fed Fund Rate dan kebijakan perdagangan Amerika

Serikat, maka pergerakan nilai tukar Rupiah pada tahun 2017

diperkirakan akan mengalami depresiasi namun dengan

tingkat volatilitas yang rendah.

Gambar 41. Nilai Tukar Rupiah terhadap USD (Rp/USD)

Sumber: Bloomberg, data diolah.

Gambar 42. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100)

Sumber: Bank for International Settlements, data diolah.

12.000

12.500

13.000

13.500

14.000

14.500

15.000

USD-IDR (Rp/USD)

80859095

100105110115120

INDONESIA THAILAND MALAYSIA FILIPINA SINGAPURA

13.322

Page 132: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

119

Nominal Effective Exchange Rate Indonesia merupakan yang

terendah jika dibandingkan negara ASEAN lainnya (Gambar

43). Begitu juga secara riil (tanpa ada unsur inflasi), indeks

nilai tukar Rupiah riil (REER) di kawasan ASEAN relatif lebih

rendah dibandingkan Filipina, Singapura, dan Thailand. Akan

tetapi. REER Indonesia menduduki posisi yang lebih tinggi jika

dibandingkan Malaysia sejak akhir tahun 2015 (lihat Gambar

42). Rendahnya REER yang dimiliki Indonesia memiliki

dampak positif terhadap daya saing perdagangan

dibandingkan Filipina, Singapura, dan Thailand, akan tetapi

daya saing Indonesia masih lebih rendah dibandingkan

Malaysia. Pada akhir triwulan I tahun 2017, nilai REER

Indonesia menurun, menjadi 95,5. Nilai REER negara kawasan

ASEAN tertinggi dimiliki oleh Filipina sebesar 110,21, disusul

Singapura sebesar 108,9, dan Thailand sebesar 102,27.

Gambar 43. Nominal Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100)

Sumber: Bank for International Settlements, data diolah.

Jumlah Uang Beredar

Uang beredar dalam arti luas (M2) pada akhir triwulan I tahun

2017 sebesar Rp5.017 triliun. Pertumbuhan M2 secara YoY,

pada periode Januari-Maret cenderung meningkat yaitu

masing-masing sebesar 9,75 persen, 9,31 persen dan 10,0

persen(Gambar 44). Pertumbuhan M2 ini dipengaruhi oleh

perkembangan komponen M2, yaitu uang kuasi, dan surat

70

75

80

85

90

95

100

105

110

115

INDONESIA THAILAND MALAYSIA FILIPINA SINGAPURA

Nilai tukar riil Rupiah (REER) tergolong rendah dibandingkan mata uang negara sekawasan, yang berdampak positif terhadap daya saing Indonesia.

Pertumbuhan uang beredar dalam arti luas (M2) pada akhir triwulan I 2017 sebesar 10,0 (YoY).

Page 133: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

120

berharga selain saham. Peningkatan M2 yang terjadi pada

akhir triwulan I tahun 2017 didorong peningkatan uang kuasi

yaitu sebesar 8,62 persen. Namun, peningkatan M2 seiring

dengan peningkatan uang kuasi ini, sedikit tertahan dengan

penurunan pertumbuhan M1. Jika dilihat berdasarkan faktor

yang mempengaruhi peningkatan pertumbuhan M2

dipengaruhi oleh akselerasi pertumbuhan kredit perbankan,

terutama yang terjadi pada Kredit Modal Kerja dan Kredit

Investasi. Kenaikan pertumbuhan kredit searah dengan masih

berlanjutnya proses transmisi pelonggaran kebijakan

moneter dan makroprudensial seiring dengan peningkatan

Dana Pihak Ketiga (DPK) masyarakat.

Gambar 44. Perkembangan Uang Beredar Triwulan I Tahun 2017

Sumber: Bank Indonesia, data diolah.

Respon Kebijakan Moneter

Pada bulan Januari hingga Maret tahun 2017, BI

memutuskan untuk mempertahankan suku bunga

kebijakannya pada level 4,75 persen, sejalan dengan kehati-

hatian Bank Indonesia dalam merespon ketidakpastian

pasar keuangan global di tengah peningkatan suku bunga

The Fed. Peningkatan suku bunga Fed Fund rate pada Maret

tahun 2017 dan risiko tekanan inflasi di Indonesia dianggap

tidak akan mempengaruhi aliran modal keluar dari

Indonesia karena kondisi fundamental ekonomi Indonesia

yang baik.

10,08% 9,75%9,31%

10,00%

17,28%13,88%

15,50%

14,19%

7,93% 8,57%7,48%

8,62%

-2,00%

3,00%

8,00%

13,00%

18,00%

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Des Jan Feb Mar

M2 (triliun Rp) M1 (triliun Rp)

Uang Kuasi (triliun Rp) Pertumbuhan M2, %YoY

Pertumbuhan M1, %YoY Pertumbuhan Uang Kuasi, %YoY

Pada triwulan I tahun 2017, BI tetap mempertahankan suku bunganya pada level 4,75 persen di tengah peningkatan suku bunga The Fed.

Page 134: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

121

Tabel 55. Struktur Suku Bunga Operasi Moneter Reverse Repo

Januari

Tenor 7 hari 2 minggu 1 bulan

Term Structure Operasi Moneter 4,75% 4,95% 5,2

Februari

Term Structure Operasi Moneter 4,75% 4,97% 5,25

Maret

Term Structure Operasi Moneter 4,75% 4,97% 5,25

Sumber: Bank Indonesia

Ada tiga hal yang perlu dicermati terkait respon kebijakan

dalam meredam fluktuasi nilai tukar rupiah, yaitu: (i)

Mempercepat realisasi pembangunan infrastruktur untuk

menarik kembali kepercayaan investor dan membangun

persepsi positif pasar, sehingga sudden capital outflow dapat

dihindari; (ii) Meningkatkan ekspor produk manufaktur,

prioritas impor untuk barang modal yang sifatnya produktif;

(iii) Manajemen ekspektasi dengan meningkatkan kualitas

komunikasi publik untuk menciptakan optimisme dan

mengurangi rasa panik di masyarakat.

Koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank Indonesia

akan terus ditingkatkan untuk menjaga stabilitas harga. Pada

triwulan I tahun 2017, Tim Pengendalian Inflasi Nasional (TPI)

akan diperkuat peran dan kedudukannya melalui terbitnya

Keputusan Presiden yang akan disahkan pada tahun 2017.

Sebelumnya, pembentukan TPI didasarkan pada Surat

Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan

No.88/KMK.02/2005 dan Gubernur Bank Indonesia

No.7/9/KEP.GBI/2005 yang berlaku untuk masa tugas 1 tahun

(tahun 2005). Diharapkan, Rancangan Keputusan presiden

TPI akan memperkuat komitmen para pemangku kebijakan

untuk mendukung terciptanya stabilitas harga.

Secara umum, kebijakan moneter ke depan tetap difokuskan

untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem

keuangan melalui penguatan bauran kebijakan di bidang

moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran.

Kebijakan moneter akan tetap secara konsisten diarahkan

Di bidang moneter, Pemerintah tetap siaga memantau fundamental ekonomi.

Penguatan koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank Indonesia mutlak dilakukan.

Page 135: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

122

untuk mengendalikan inflasi menuju sasarannya dan

stabilitas nilai tukar yang sesuai dengan fundamental

ekonomi Indonesia.

SEKTOR PERBANKAN

Gambar 45. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: Data triwulan I merupakan data bulan Februari

Kondisi sistem keuangan Indonesia pada awal tahun 2017

cukup terkendali dengan didukung oleh meningkatnya

ketahanan dan kinerja industri perbankan di tengah

membaiknya kondisi perekonomian. Rasio kecukupan modal

(Capital Adequacy Ratio atau CAR) pada triwulan I tahun

2017 masih jauh di atas ketentuan CAR minimum yaitu 8,0

persen. Rasio CAR bahkan mengalami peningkatan sebesar

1,3 persen (YoY), yaitu dari 21,9 persen pada triwulan I tahun

2016 menjadi 23,2 persen pada triwulan I tahun 2017.

Rasio kredit bermasalah yang tercermin dari rasio Non-

Performing Loan (NPL) mengalami peningkatan sebesar 0,2

persen, yaitu dari 2,9 persen pada triwulan IV tahun 2016

menjadi 3,2 persen pada triwulan I tahun 2017. Akan tetapi

meskipun mengalami peningkatan, rasio NPL masih berada

dalam batas aman, yaitu berada di bawah ketentuan yang

ditetapkan sebesar 5 persen. Indikator kinerja perbankan

lainnya adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Pertumbuhan

DPK yang lebih tinggi daripada pertumbuhan kredit

mendorong penurunan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 89,6

80

85

90

95

0

5

10

15

20

25

Q1

:20

13

Q2

:20

13

Q3

:20

13

Q4

:20

13

Q1

:20

14

Q2

:20

14

Q3

:20

14

Q4

:20

14

Q1

:20

15

Q2

:20

15

Q3

:20

15

Q4

:20

15

Q1

:20

16

Q2

:20

16

Q3

:20

16

Q4

:20

16

Q1

:20

17

LDR

(p

ers

en

)

CA

R, N

PL

(pe

rse

n)

LDR CAR NPL

Kondisi perbankan pada

triwulan I tahun 2017

tercatat cukup baik di

tengah membaiknya kondisi

perekonomian Indonesia.

Page 136: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

123

persen pada tahun 2016 menjadi 89,1 persen pada tahun

2017. Dengan demikian, ruang perbankan dalam

menyalurkan kredit pun meningkat.

Gambar 46. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: Data triwulan I merupakan data bulan Februari

Pada triwulan I tahun 2017, kegiatan intermediasi

perbankan mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat

dari adanya peningkatan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK)

dan jumlah kredit yang disalurkan. Peningkatan DPK dan

jumlah kredit tersebut didorong oleh membaiknya kondisi

perekonomian. DPK pada triwulan I tahun 2017 sebesar

4.846 triliun rupiah atau tumbuh sebesar 9,2 persen

dibandingkan dengan tahun sebelumnya (YoY). Sementara

itu, jumlah kredit perbankan juga mengalami peningkatan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 8,6

persen (YoY).

0

5

10

15

20

25

30

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

Q1

:20

12

Q2

:20

12

Q3

:20

12

Q4

:20

12

Q1

:20

13

Q2

:20

13

Q3

:20

13

Q4

:20

13

Q1

:20

14

Q2

:20

14

Q3

:20

14

Q4

:20

14

Q1

:20

15

Q2

:20

15

Q3

:20

15

Q4

:20

15

Q1

:20

16

Q2

:20

16

Q3

:20

16

Q4

:20

16

Q1

:20

17

Per

tum

bu

han

Yo

Y (p

erse

n)

DP

K, K

red

it (

Trili

un

Rp

)

DPK Kredit Pertumbuhan DPK (yoy) Pertumbuhan Kredit (yoy)

Kegiatan intermediasi perbankan pada triwulan I tahun 2017 mengalami peningkatan di tengah membaiknya kondisi perekonomian.

Page 137: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

124

Gambar 47. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: Angka triwulan I merupakan angka bulan Februari

Penyaluran kredit perbankan menunjukkan pertumbuhan

yang melambat setiap tahunnya. Pada triwulan I tahun

2017, sebagian besar kredit digunakan untuk modal kerja

(KMK) sebesar 45,6 persen, dan selebihnya untuk keperluan

konsumsi (KK) sebesar 28,1 persen dan kredit investasi (KI)

sebesar 26,0 persen. Kredit investasi mengalami penurunan

sebesar 0,1 persen, yaitu dari Rp1.135 triliun pada triwulan

IV tahun 2016 menjadi Rp1.134 triliun pada triwulan I tahun

2017. Kredit modal kerja juga mengalami penurunan

sebesar 0,3 persen, yaitu dari Rp1.969 triliun pada triwulan

IV tahun 2016 menjadi Rp1.963 triliun pada triwulan I tahun

2017. Sedangkan kredit investasi justru mengalami

peningkatan sebesar 0,2 persen, yaitu dari Rp1.208 triliun

pada triwulan IV tahun 2016 menjadi Rp1.211 triliun pada

triwulan I tahun 2017.

Namun apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama

pada tahun sebelumnya, ketiga jenis kredit tersebut

mengalami pertumbuhan yang positif. Kredit investasi

tumbuh sebesar 10,0 persen (YoY) pada triwulan I tahun

2017 jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2016.

Selanjutnya, kredit modal kerja tumbuh sebesar 7,6 persen

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

Q1

:20

13

Q2

: 2

01

3

Q3

:20

13

Q4

:20

13

Q1

:20

14

Q2

:20

14

Q3

:20

14

Q4

:20

14

Q1

:20

15

Q2

:20

15

Q3

:20

15

Q4

:20

15

Q1

:20

16

Q2

:20

16

Q3

:20

16

Q4

:20

16

Q1

:20

17 P

ertu

mb

uh

an Y

oY

(per

sen

)

KK

, KI,

KM

K (

Trili

un

Rp

)

KI KMK KK

Pertumbuhan KI Pertumbuhan KMK Pertumbuhan KK

Penyaluran kredit perbankan

menunjukkan pertumbuhan

pada triwulan I tahun 2017

meskipun mengalami

perlambatan, khususnya

kredit investasi dan modal

kerja. Sedangkan kredit

investasi, pertumbuhan kredit

investasi justru mengalami

peningkatan pada triwulan I

tahun 2017.

Terdapat peningkatan

penyaluran KUR untuk

sektor produksi meningkat

dengan porsi total

penyaluran sebesar 29

persen.

Page 138: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

125

dari triwulan I tahun 2016 ke triwulan I tahun 2017 dan

kredit konsumsi mengalami pertumbuhan sebesar 8,9

persen pada triwulan I tahun 2017 jika dibandingkan dengan

triwulan yang sama tahun 2016. Peningkatan ketiga kredit

tersebut salah satunya didorong oleh membaiknya kondisi

perekonomian

Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Gambar 48. Penyaluran KUR berdasarkan Sektor Ekonomi

Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Setelah pencapaian KUR pada tahun 2016 yaitu sebesar 94,3

triliun atau telah melebihi target yang ditentukan yaitu 94

triliun, target penyaluran KUR untuk tahun 2017 adalah

sebesar 110 triliun.

Sampai dengan 31 Maret 2017, total penyaluran KUR telah

mencapai 19,5 trilun, mencapai 17,8 persen dari target.

Penyaluran KUR berdasarkan sektor ekonomi masih

didominasi oleh sektor perdagangan, yaitu sebesar 59,0

persen, dan diikuti dengan peningkatan penyaluran pada

sektor produksi (pertanian, perikanan, dan industri) dengan

porsi sebesar 29,0 persen. Pada akhir tahun 2016,

penyaluran KUR untuk sektor produksi hanya sebesar 18,0

persen. Adapun target porsi penyaluran KUR sektor

produksi tahun 2017 adalah sebesar 40,0 persen.

Pertanian22%

Perikanan …

Industri Pengolahan 5 %Perdagangan

59%

Jasa-jasa …

Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan Perikanan

Industri Pengolahan Perdagangan

Jasa-jasa

Page 139: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

126

Berdasarkan sebaran wilayah, terdapat tiga pulau dengan

penyerapan KUR tertinggi yaitu pulau Jawa (10,9 triliun),

pulau Sumatera (3,9 triliun) dan pulau Sulawesi (1,9 triliun).

Sektor Perbankan Syariah

Gambar 49. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan : Data triwulan I merupakan data bulan Februari 2017

Ketahanan sektor perbankan syariah tercermin dalam rasio

kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang

meningkat diiringi dengan risiko pembiayaan yang terkendali.

Pada triwulan I tahun 2017, rasio kecukupan modal/CAR

meningkat menjadi 17,0 persen, berada jauh di atas

ketentuan penyediaan modal minimum perbankan, yaitu 8,0

persen. Rasio pembiayaan bermasalah pada triwulan I tahun

2017 (Non-Performing Financing/NPF) mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 8 bps (YoY)

menjadi 4,78 persen, yang masih berada di dalam batas wajar

pembiayaan bermasalah, yaitu di bawah 5 persen.

Sedangkan, rasio pembiayaan terhadap deposit pada

triwulan I tahun 2017 (Financing to Deposit Ratio/FDR)

mengalami penurunan (YoY) menjadi 83,8 persen dari 87,3

persen di tahun sebelumnya, namun masih dalam batas yang

wajar, yaitu pada kisaran 80 persen hingga 90 persen.

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

0

20

40

60

80

100

120

Per

tum

bu

han

(%

)

CA

R, N

PF,

FD

R (

%)

CAR NPF FDR Pertumbuhan CAR Pertumbuhan NPF Pertumbuhan FDR

Ketahanan sektor perbankan syariah tetap terjaga diiringi dengan resiko pembiayaan yang terkendali.

Page 140: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

127

Gambar 50. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan di Indonesia

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan : Data triwulan I merupakan data bulan Februari 2017

Kegiatan intermediasi perbankan mengalami pertumbuhan

yang relatif stabil pada triwulan I tahun 2017 meskipun

pertumbuhan jumlah penyaluran pembiayaan mengalami

perlambatan. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

meningkat sebesar 21,3 persen menjadi Rp281.084 miliar

pada triwulan I tahun 2017. Sementara, pembiayaan yang

disalurkan kepada masyarakat pada triwulan I tahun 2017

tumbuh sebesar 16,2 persen (YoY) atau melambat 0,3 persen

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Jumlah

pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat mengalami

kenaikan menjadi Rp245.815 miliar pada triwulan I tahun

2017 dari Rp 211.571 miliar pada triwulan yang sama di tahun

sebelumnya (YoY). Tren ini dipicu oleh menurunnya

pembiayaan jenis modal kerja terutama pada sektor non-

UMK

0

10

20

30

40

50

60

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

DPK Pembiayaan Pertumbuhan DPK Pertumbuhan Pembiayaan

Kegiatan intermediasi perbankan syariah relatif stabil meskipun tingkat penyaluran pembiayaan mengalami penurunan terutama pada pembiayaan jenis modal kerja.

DP

K, P

em

bia

yaan

(M

iliar

Rp

)

Page 141: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

128

Gambar 51. Perkembangan Pembiayaan Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan : Data triwulan I merupakan data bulan Februari 2017

Meskipun pertumbuhan tingkat penyaluran pembiayaan

secara umum mengalami perlambatan, pertumbuhan

pembiayaan konsumsi mengalami kenaikan yang cukup

tinggi. Namun di saat yang sama, tingkat pembiayaan

investasi dan pembiayaan modal kerja mengalami

perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan I tahun 2017,

pembiayaan konsumsi meningkat sebesar 25,0 persen (YoY)

menjadi Rp102,344 miliar. Sementara, pertumbuhan

pembiayaan investasi yang disalurkan pada triwulan I tahun

2017 meningkat sebesar 15,33 persen menjadi Rp59.430

miliar (YoY). Adapun, pertumbuhan pembiayaan modal kerja

mengalami kenaikan sebesar 7,5 persen dari tahun

sebelumnya (YoY) menjadi Rp84.040 miliar.

-10

0

10

20

30

40

50

60

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

Pembiayaan Investasi Pembiayaan Modal Kerja Pembiayaan Konsumsi

Pertumbuhan PI Pertumbuhan PMK Pertumbuhan PK

PK

, PI,

PM

K (

Mili

ar R

p)

Walaupun secara umum

tingkat pembiayaan

mengalami perlambatan

pertumbuhan, pembiayaan

konsumsi mengalami

pertumbuhan yang cukup

tinggi dibandingkan

pembiayaan investasi dan

pembiayaan modal kerja.

Page 142: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

129

Lampiran 1: Inflasi Domestik (Bagian 1)

Inflasi YoY 82 Kabupaten/ Kota Januari-Maret 2017

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Sumatera

Jawa

Bali Nusa Tenggara

Kalimantan

Sulawesi

Maluku

Papua

Page 143: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

130

Lampiran 2: Inflasi Domestik (Bagian 2)

Inflasi MtM 82 Kabupaten/ Kota Januari-Maret 2017

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Jawa

Bali

Nusa Tenggara

Kalimantan

Sulawesi

Maluku

Page 144: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

131

Lampiran 3 : Nilai Tukar Mata Uang per USD

Negara

Januari 2017 Februari 2017 Maret 2017 Rata-rata

Triwulanan QtQ (%) PAB MTM

(%) YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB

MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

Rupiah Indonesia 13.369,0 0,8 0,8 3,1 13.338,0 0,2 1,0 0,3 13.322,0 0,1 1,1 (0,6) 13.350,9 (0,7)

Lira Turki 3,8 (6,6) (6,6) (21,7) 3,6 3,5 (3,4) (18,7) 3,6 0,3 (3,1) (22,5) 3,7 (10,9)

Rand Afrika Selatan 13,5 2,0 2,0 17,9 13,1 2,6 4,7 20,9 13,4 (2,1) 2,4 10,1 13,2 5,3

BRIC

Real Brazil 3,1 3,4 3,4 27,0 3,1 1,2 4,7 29,1 3,1 (0,4) 4,3 15,1 3,1 4,9

Rubel Rusia 60,2 2,2 2,2 25,5 58,4 3,1 5,4 28,8 56,2 3,8 9,4 18,9 58,7 7,4

Rupee India 67,9 0,1 0,1 (0,1) 66,7 1,8 1,9 2,6 64,9 2,8 4,7 2,2 67,0 0,6

Yuan Cina 6,9 0,9 0,9 (4,5) 6,9 0,2 1,1 (4,6) 6,9 (0,3) 0,8 (6,3) 6,9 (0,8)

ASEAN-6

Dolar Singapura 1,4 2,6 2,6 1,0 1,4 0,5 3,1 0,2 1,4 0,4 3,6 (3,5) 1,4 (0,4)

Ringgit Malaysia 4,4 1,3 1,3 (6,3) 4,4 (0,3) 1,0 (5,3) 4,4 0,3 1,4 (11,9) 4,4 (2,7)

Baht Thailand 35,1 2,1 2,1 1,7 34,9 0,5 2,6 2,0 34,4 1,7 4,3 2,3 35,1 0,8

Peso Filipina 49,8 (0,4) (0,4) (4,2) 50,3 (0,9) (1,3) (5,5) 50,2 0,1 (1,2) (8,4) 50,0 (1,8)

Kyat Myanmar 1.355,5 0,1 0,1 (4,3) 1.365,0 (0,7) (0,5) (9,3) 1.359,0 0,4 (0,1) (10,5) 1.358,8 (3,8)

Negara Maju

Euro 0,9 2,6 2,6 (0,3) 0,9 (2,1) 0,5 (2,7) 0,9 0,7 1,3 (6,4) 0,9 (1,2)

Poundsterling Inggris

0,8 1,9 1,9 (11,7) 0,8 (1,6) 0,3 (11,1) 0,8 1,4 1,7 (12,6) 0,8 (0,3)

Yen Jepang 112,8 3,7 3,7 7,4 112,8 0,0 3,7 (0,1) 111,4 1,2 5,0 1,1 113,7 (3,7)

Won Korea Selatan 1.161,3 3,8 3,8 3,3 1.130,3 2,7 6,7 9,4 1.118,5 1,1 7,8 2,2 1.154,0 0,4

Sumber: Bloomberg, posisi akhir bulan (PAB)

Page 145: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

132

Lampiran 4: Harga Komoditas Internasional

Komoditas Januari 2017 Februari 2017 Maret 2017 Rata-rata Triwulan

QtQ (%) PAB

MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM

(%) YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM

(%) YTD (%)

YOY (%)

Beras (USD/cwt) 9,5 1,9 1,9 -16,0 9,3 -2,6 -0,7 -11,5 9,9 6,6 5,8 2,1 9,6 -1,7

Gula (USd/lb) 20,5 4,8 4,8 55,6 19,3 -5,6 -1,0 32,6 16,8 -13,2 -14,1 9,2 19,6 -5,1

Gandum (USd/bu) 420,8 3,1 3,1 -12,2 424,8 1,0 4,1 -4,6 426,5 0,4 4,5 -9,9 429,1 6,7

Kacang Kedelai (USd/bu) 1.024,5 2,8 2,8 16,1 1.025,0 0,0 2,9 20,2 946,0 -7,7 -5,1 3,9 1.020,0 1,6

Jagung (USd/bu) 359,8 2,2 2,2 -8,5 373,8 3,9 6,2 -0,5 371,8 -0,5 5,6 0,8 367,6 4,1

Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan

Page 146: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

133

Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional

Komoditas

Januari 2017 Februari 2017 Maret 2017 Rata-rata Triwulan

QtQ (%) PAB

MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

Minyak Goreng 11.800,0 0,8 1,1 14,0 12.010,0 1,8 2,9 13,7 11.630,0 (3,2) (0,3) 7,5 11.597,3 1,1

Daging Sapi 115.030,0 0,2 0,3 2,4 115.550,0 0,5 0,8 2,3 114.770,0 (0,7) 0,1 1,7 113.934,4 (0,5)

Daging Ayam Broiler 31.620,0 (4,3) (4,6) (4,9) 29.550,0 (6,5) (10,9) (0,8) 29.340,0 (0,7) (11,5) (0,9) 30.538,8 (5,0)

Telur Ayam Ras 22.860,0 (6,3) (5,8) (9,7) 22.090,0 (3,4) (8,9) (7,5) 21.730,0 (1,6) (10,4) (0,6) 22.474,1 (4,0)

Tepung Terigu 8.820,0 (0,7) (0,7) (3,0) 8.890,0 0,8 0,1 (2,2) 8.840,0 (0,6) (0,5) (2,6) 8.921,1 (0,8)

Kedelai Impor 10.650,0 (0,4) (0,2) (4,0) 10.740,0 0,8 0,7 (2,0) 10.570,0 (1,6) (0,9) (3,9) 10.643,9 (0,2)

Kedelai lokal 10.820,0 (0,2) 0,2 (1,8) 10.510,0 (2,9) (2,7) (4,8) 10.960,0 4,3 1,5 (0,5) 11.039,3 (1,1)

Beras Medium 10.730,0 0,2 0,4 (1,5) 10.710,0 (0,2) 0,2 (1,7) 10.550,0 (1,5) (1,3) (2,8) 10.679,1 1,0

Gula Pasir 13.890,0 (1,5) (1,5) 5,6 13.800,0 (0,6) (2,1) 5,3 13.820,0 0,1 (2,0) 5,7 14.267,1 (8,2)

Cabe Merah Keriting 45.770,0 14,2 10,8 53,1 40.570,0 (11,4) (1,8) 11,5 33.690,0 (17,0) (18,5) (11,8) 47.583,0 37,2

Cabe Merah Biasa 40.480,0 9,1 8,8 25,1 35.990,0 (11,1) (3,3) (8,1) 28.680,0 (20,3) (22,9) (24,4) 45.659,0 35,6

Bawang Merah 33.960,0 (8,5) (8,5) 2,3 37.470,0 10,3 1,0 10,7 35.490,0 (5,3) (4,4) (16,6) 39.051,3 (5,8)

Sumber: Kementerian Perdagangan (diolah kembali), posisi akhir bula

Page 147: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

SUSUNAN TIM REDAKSI

Penanggungjawab

Dr. Ir. Leonard VH Tampubolon, MA

Pemimpin Redaksi

Amalia Adininggar Widyasanti, ST, MSi, M.Eng, Ph.D

Dewan Redaksi

Dr. Ir. Boediastoeti Ontowirjo, MBA

Dr. Muhammad Cholifihani, SE, MA

Dr. Ir. Yahya Rachmana Hidayat, MSc

Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo, SP, MS, Ph.D

Dr. Haryanto, SE, MA

Ir. Imarita Trihanda, MS

Drs. I Dewa Gde Sugihamretha, MPM

Redaktur Pelaksana

Cut Sawalina, SE, Msi

Drs. Muhammad Arif, Msi

Rosy Wediawaty, SE, MSE, MSc

Dra. Dwi Martini, ME

Yunus Gastanto, SE, PG.Dip

Mochammad Firman Hidayat, SE, MA

Tari Lestari, S.Si, SE, MS

Octal Pramudito, SE, MA

Yogi Harsudiono, SE, MPA

Istasius Angger Anindito, SE, MA

Sukhad, S.IP

Fajar Hadi Pratama, ST

Rufita Sri Hasanah, SE

Page 148: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

Penulis

Arianto Christian Hartono, SE, MA

Yeni Oktavia Mulyono, SE

Ratih Budhi Larasati, SE

M. Indra Maulana, SE, MA

Budiono Rahmat, SE

Sri Mulyani, SE

Asterina Zarnia, SE

Catra Evan Ramadhani, SE

Muhibbudin Ahmad A, SE

Widyastuti Hardaningtyas, SE

Aditya Dwi Febri Christian Wibowo, ST

Ani Utami, SE

Distributor/Sirkulasi

Imam Musadad

Tulus Sujadi

Administrasi

Diah Prihartini

Editor

Sri Mulyani, SE

Budiono Rahmat, SE

Grafis dan Layout

Hamdan Hasan, S.Kom

Dimas Adhytia W, SE

Page 149: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

Untuk memberikan hasil laporan terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik

membangun dari pembaca.

Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut

[email protected]

Page 150: KATA PENGANTAR PENGANTAR Perkembangan ... internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan ... Suku Bunga Kebijakan ...

137