KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... ·...

133
i

Transcript of KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... ·...

Page 1: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

i

Page 2: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

sangat mengutamakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan

pembangunan, tegaknya suprimasi hukum, transparansi,dan berorientasi pada hasil, serta bebas dari

korupsi, kolusi dan nepotisme. Upaya untuk menyelenggarakan pemerintahan yang demikian diatur dalam

Peraturan Pemerintah No.8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

serta Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) , didalam Peraturan Presiden tersebut mewajibkan setiap Instansi

Pemerintah pusat dan daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Negara untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan /kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah

diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan

sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun

secara periodik.

Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Provinsi

Jawa Timur Tahun 2017 disusun sebagai media untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau

kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam

dokumen Perjanjian Kinerja Provinsi Jawa Timur tahun 2017.

Penyajian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 ini

didasarkan padaPeraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53

Tahun 2014 tentang Petunjuk Tehnis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas

Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Provinsi Jawa Timur

Tahun 2017 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa dengan

bergulirnya era reformasi membawa reformasi membawa konsekuensi

bagi penyelenggaraan seluruh fungsi pemerintahan di segala lini untuk

berubah menjadi lebih baik dengan mengakomodasi praktek-praktek

kepemerintahan yang baik atau lazim disebut “good governance” dan

mewadahi aspirasi dan partisipasi masyarakat di segala bidang

pemerintahan. Dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip yang

Page 3: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

ii

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah yang di dalamnya memuat pernyataan visi, misi, tujuan, sasaran,

kebijakan serta program kegiatan. Selanjutnya dilakukan analisis akuntabilitas kinerja yang

menggambarkan pencapaian kinerja indikator sasaran dan tujuan dalam mendukung tercapainya Visi dan

Misi Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 ini diharapkan

dapat menjadi panduan bagi Perangkat Daerah dilingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, untuk

meningkatkan kinerja organisasinya sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran, progam dan kebijakan yang

telah ditetapkan didalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 1 tahun 2017 tentang Perubahan atas

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 3 tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak yang turut

berperan serta secara aktif memberikan masukan kontruktif terhadap kesempurnaan Penyusunan Laporan

Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Provinsi Jawa Timur Tahun 2017, antara lain kepada narasumber dari

Kementerian Pendadayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (Deputi

Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Kinerja Aparatur dan Pengawasan), seluruh Perangkat Daerah

dilingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan tim penyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

Provinsi Jawa Timur serta pihak-pihak lainnya yang terkait.

Semoga Allah SWT tetap melimpahkan kurnia-Nya kepada kita semua, Amin.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Surabaya, 28 Maret 2018

GUBERNUR JAWA TIMUR

Dr. H. SOEKARWO

Page 4: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

IKHTISAR EKSEKUTIF v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG 1

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1

1.3 GAMBARAN UMUM PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR 2

1.3.1 Kondisi Geografis 2

1.3.2 Kondisi Demografis 10

1.3.3 Kondisi Kesejahteraan Masyarakat 11

1.3.4 Kondisi Pemerintahan 17

1.3.5 Kondisi Sosial Politik 18

1.4 KEDUDUKAN,TUGAS POKOK, FUNGSI DAN KEWENANGAN 18

1.5 ISU-ISU STRATEGIS 19

1.5.1 Isu Internasional 19

1.5.2 Isu Nasional 22

1.5.4 Isu Strategis Pembangunan Jawa Timur 2014-2019 26

BAB II PERENCANAAN KINERJA

2.1 RPJMD TAHUN 2014-2019 28

2.1.1 Visi 28

2.1.2 Misi 29

2.1.3 Tujuan 29

2.1.4 Sasaran 30

2.1.5 Strategi dan Arah Kebijakan 34

2.2 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) 34

2.3 PERJANJIAN KINERJA 35

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA TAHUN 2017 36

3.2 EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA 48

3.2.1 Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan Dan Rencana Tindak Lanjut 48

3.2.1.1 Indikator Kinerja Utama 48

3.2.1.2 Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Strategis 54

Page 5: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

iv

3.3 ANALISIS PENGGUNAAN SUMBER DAYA ANGGARAN 68

3.3.1 Sumber Pendanaan APBD 68

3.3.2 Sumber Pendanaan Non- APBD 85

3.4 PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 86

3.4.1 Kinerja Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

TA 2017

87

3.4.2 Kinerja Pendapatan Daerah 89

3.4.3 Kinerja Belanja Daerah 92

3.4.4 Analisis Rasio Keuangan Kaitannya dengan Pencapaian Kinerja 98

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN 105

4.2 RENCANA TINDAK LANJUT 105

LAMPIRAN I

PERNYATAAN REVIU LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI

JAWA TIMUR TAHUN 2017.

LAMPIRAN II PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017

LAMPIRAN III PENGHARGAAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017

Page 6: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

v

IKHTISAR EKSEKUTIF

Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai penyelenggara Pemerintahan ditingkat Provinsi menyusun

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Tahun 2017 sebagai bentuk pertanggungjawaban atas

keberhasilan atau kegagalan dalam menjalankan fungsi dan urusan yang menjadi kewenangannya.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini memiliki 2 (dua) fungsi yaitu :

1. Informasi kinerja ini disampaikan kepada publik sebagai bagian dari pertanggungjawaban penerima

amanat, dan ;

2. Informasi kinerja yang dihasilkan dapat digunakan oleh publik untuk memberikan saran/masukan guna

memicu perbaikan kinerja pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini disusun sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja.Tahun 2017

merupakan pelaksanaan tahun ke-1 (satu) dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019 berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur

No.1 tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 3 tahun 2014 yang

menjabarkan visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih kedalam bentuk tujuan dan sasaran

pembangunan, program dan kegiatan pembangunan.Oleh karenanya seberapa jauh keberhasilan yang

telah dicapai pada tahun 2017 perlu evaluasi guna mengetahui dan menilai capaian yang telah dihasilkan.

Evaluasi berguna untuk menyusun perencanaan pada tahun-tahun berikutnya sebagai bahan

pertimbangan dan bahan masukan.

Untuk mewujudkan visi “Jawa Timur Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berdaya Saing, dan

Berakhlak”, melalui 5 (lima) misi dalam bingkai “Makin Mandiri dan Sejahtera Bersama Wong Cilik”,

dilakukan berlandaskan 3 (tiga) strategi umum, sebagai berikut :

1. Pembangunan berkelanjutan berpusat pada rakyat (people centered development) yang inklusif, dan

mengedepankan partisipasi rakyat (participatory based development).

2. Pertumbuhan ekonomi yang berpihak kepada masyarakat miskin (pro-poor growth), yang didalamnya

secara inplisit termasuk strategi pro-poor, pro-job, pro-growth, dan pro-environment.

3. Pengarusutamaan gender (pro-gender).

Ketiga strategi umum tersebut merupakan landasan pembangunan Jawa Timur 2014-2019,

sebagai kelanjutan dari pembangunan periode 2009-2014, dengan penegasan mengenai inklusivitas

pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development), bahwa pembangunan Jawa

Timur adalah pembangunan untuk semua tanpa kecuali, yang secara implisit di dalamnya mengandung

makna pembangunan yang berkeadilan, dan merata.

Strategi umum pembangunan Jawa Timur 2014-2019 juga secara lebih tegas menyatakan

keberpihakannya (affirmative) kepada rakyat miskin melalui strategi pertumbuhan ekonomi yang berpihak

kepada rakyat miskin, atau disebut pro-poor growth (Dollar and Kraay, 2000), yang dilandasi pemikiran

bahwa pertumbuhan dan pemerataan harus berjalan serempak, dan bukan pilihan prioritas (trade-off) satu

terhadap lainnya. Penegasan keberpihakan ini sejalan dengan label misi “Makin Mandiri dan Sejahtera

Page 7: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

vi

bersama Wong Cilik” dimana wong cilik atau rakyat miskin tidak boleh tertinggal atau ditinggalkan dalam

memperoleh manfaat dari pertumbuhan ekonomi.

Dalam pelaksanaan pembangunan harus dapat diukur realisasinya, oleh karenanya Pemerintah Jawa

Timur telah menetapkan Indikator Kinerja dalam setiap Sasaran sebagai alat ukur atas keberhasilan atau

kegagalan untuk merepresentasikan dari integritas pembangunan di Jawa Timur selama 5 (lima) tahun

kedepan (2014-2019). Secara umum, capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Pemerintah Provinsi Jawa

Timur Tahun 2017, masih terdapat beberapa IKU yang belum bisa memenuhi target, antara lain:

1. Indeks Gini

2. Indeks Pemerataan Pendapatan versi Bank Dunia

3. Indeks Pembangunan Gender (berdasarkan angka sementara)

4. Pertumbuhan PDRB / Laju Pertumbuhan Ekonomi

5. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup.

Selebihnya, IKU Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah melampaui target pembangunan Tahun 2017.

Adapun IKU tersebut sebagai berikut:

1. Tingkat Pengangguran Terbuka

2. Indeks Pembangunan Manusia

3. Persentase Penduduk Miskin

4. Indeks Kepuasan Masyarakat

5. Indeks Kesalehan Sosial.

Secara umum, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah berhasil mengatasi permasalahan

pengangguran terbuka dan penduduk miskin, akan tetapi perbedaan (gap) antara masyarakat kelas atas

dan bawah masih cukup besar.

Page 8: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

1

1.1. LATAR BELAKANG Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance and

Clean Government) merupakan prasyarat bagi setiap Pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi

masyarakat dalam mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara sehingga diperlukan

pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan legitimasi agar

penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil

guna, bersih dan bertanggung jawab, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Tersusunnya Laporan Kinerja Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 dilaksanakan berdasarkan

Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja

dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Hal ini merupakan bagian dari

Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah guna mendorong terwujudnya sebuah

Kepemerintahan yang baik bersih dan berwibawa (Good Governance and Clean Government) di

Indonesia. Tersusunnya Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Timur tentu saja bukan hanya

pemenuhan terhadap Peraturan tersebut, melainkan sebai upaya pertanggungjawaban atas segala kinerja

Pemerintah, baik kinerja yang melebihi target, sesuai dengan target maupun kegagalan memenuhi target

yang telah ditentukan. Hal tersebut sebagai upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam rangka

transparansi kepada masyarakat atas penggunaan APBD yang merupakan uang rakyat.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Provinsi Jawa Timur tahun 2017

dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja organisasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam

satu tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan.

Tujuan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Provinsi Jawa Timur adalah

sebagai sarana bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam menyampaikan pertanggungjawaban kinerja

kepada seluruh stakeholder (Presiden, DPRD dan Masyarakat) atas pelaksanaan tugas, fungsi dan

kewenangan pengelolaan sumber daya yang telah dipercayakan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Selain sebagai bahan evaluasi akuntabilitas kinerja, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka:

1. Mendorong Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk dapat melaksanakan tugas umum pemerintahan

dan pembangunan secara baik dan benar yang berdasar pada peraturan perundang-undangan yang

berlaku, kebijakan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat Jawa

Timur;

2. Menjadikan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang akuntabel, sehingga dapat berperan secara

efektif, efisien dan ekonomis serta responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungan yang

tentram, tertib, dan kondusif;

3. Menjadikan masukan dan umpan balik dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka

meningkatkan kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Timur guna membantu pelayanan kepada

masyarakat yang lebih baik;

Page 9: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

2

4. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat di Jawa Timur terhadap penyelenggara Pemerintah Provinsi

Jawa Timur.

1.3. GAMBARAN UMUM PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR 1.3.1. Kondisi Geografis 1.3.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Provinsi Jawa Timur mempunyai luas wilayah 47.995 km², merupakan Provinsi yang memiliki

wilayah terluas di pulau Jawa. Batas wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi :

Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Kalimantan atau tepatnya dengan Provinsi Kalimantan Selatan;

Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Bali;

Sebelah Selatan berbatasan dengan perairan terbuka, yaitu Samudra Hindia; dan

Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Provinsi Jawa Timur terbagi menjadi 2 (dua) bagian utama, yaitu Jawa Timur daratan dan

Kepulauan Madura. Luas wilayah Jawa Timur daratan sebesar 90 persen, sementara luas Kepulauan

Madura sekitar 10 persen. Secara Administratif berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56

Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, Jwa Timur teridiri atas 38

Kabupaten/Kota ( 29 Kabupaten dan 9 Kota) yang mempunyai 664 Kecamatan dengan 777 Kelurahan dan

7.724 Desa.

1.3.1.2. Letak dan Kondisi Geografis 1.3.1.2.1. Posisi Astronomi Jawa Timur merupakan salah satu Provinsi yang terletak di Pualau Jawa (selain DKI Jakarta,

Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta). Provinsi Jawa Timur secara

astromoni terletak antara 111º0’ - 114º4’ Bujur Timur dan 7º12’ - 8º48’ Lintang Selatan.

Panjang bentangan barat-timur sekitar 400 kilometer. Lebar bentangan utara-selatan di bagian

barat sekitar 200 kilometer, sedangkan di bagian timur lebih sempit, hanya sekitar 60 kilometer. Madura

adalah pulau terbesar di Jawa Timur, dipisahkan dengan daratan Jawa oleh Selat Madura. Pulau Bawean

berada sekitar 150 kilometer sebelah utara Jawa. Di sebelah timur Madura terdapat gugusan pulau, paling

timur adalah Kepulauan Kangean, dan paling utara adalah Kepulauan Masalembu. Di bagian selatan

terdapat dua pulau kecil, Nusa Barung dan Pulau Sempu. (Sumber : Departemen Dalam Negeri Republik

Indonesia 2004). Pulau Madura adalah pulau terbesar di Jawa Timur, disebelah timur Pulau Madura

terdapat gugusan pulau, paling timur adalah kepulauan Kangean, dan paling utara adalah Kepulauan

Masalembu. Pulau Bawean berada sekitar 150 kilometer sebelah utara pulau Jawa, sedangkan bagian

selatan meliputi pulau Nusa Barung, Sempu, Sekel dan Panehan.

1.3.1.2.2. Kondisi Kawasan 1.3.1.2.2.1. Kondisi Daerah Tertinggal

Daerah Tertinggal adalah Daerah Kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang

berkembang dibanding daerah lain dalam skala nasional. Penentuan daerah tertinggal menggunakan 6

(enam) kriteria dasar, yaitu: perekonomian masyarakat, sumberdaya manusia, infrastruktur, kemampuan

keuangan lokal, aksesibilitas, dan karakteristik daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014

tentang Percepatan Pembangunan Daerah tertinggal mengamanatkan bahwa daerah tertinggal ditetapkan

setiap lima tahun secara nasional dengan Peraturan Presiden berdasarkan usulan Menteri dengan

Page 10: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

3

melibatkan Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Daerah. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor

131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019, terdapat Empat Kabupaten di

Provinsi Jawa Timur yaitu : Kabupaten Sampang, Bangkalan, Situbondo dan Bondowoso merupakan

bagian dari 122 Kabupaten diindentifikasi mengalami ketertinggalan dibanding dengan wilayah lainnya

secara nasional. Daerah Tertinggal rata-rata mempunyai keterbatasan infrastruktur & komunikasi,

rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan, serta banyaknya sumberdaya yang belum dikelola secara

optimal.

1.3.1.2.2.2. Kondisi Kawasan Pesisir Berdasarkan kondisi geografis, wilayah pesisir dan laut Jawa Timur ke arah daratan sebagian besar

merupakan pegunungan dan perbukitan sehingga kemiringan wilayah pesisirnya relatif tinggi.Kemiringan

rendah dijumpai pada sebagian kecil wilayah teluk dan lembah.Ke arah laut wilayah pesisir tersusun oleh

pasir, tanah padas, batu dan karang dengan kemiringan yang relatif tajam.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2012 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2032 dimanatkan untuk wilayah pesisir bagian laut

menjadi Kawasan Pemanfaatan Umum (KPU), Kawasan Konservasi, dan Kawasan Strategis Nasional

Tertentu (KSNT). Sedangkan untuk wilayah pesisir bagian darat arahan pemanfaatan ruang disesuaikan

dengan RTRW Kab/Kota yang berlaku.

1.3.1.2.2.3. Kondisi Kawasan Pegunungan Secara umum wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan kawasan subur dengan berbagai jenis

tanah seperti Halosen, Pleistosen, Pliosen, Miosen, dan Kwarter yang dipengaruhi adanya gunung berapi

dan salah satunya adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa yaitu Gunung Semeru. Jajaran pegunungan di

Provinsi Jawa Timur tersebar mulai dari perbatasan di timur dengan adanya Gunung Lawu, Gunung Kelud,

Gunung Welirang, Gunung Arjuno, Gunung Semeru, Gunung Lamongan, Gunung Bromo, Gunung

Argopuro, Gunung Pendil, Gunung Suket, Gunung Ijen, Gunung Merapi, Gunung Raung.

1.3.1.2.2.4. Kondisi Kawasan Kepulauan Pulau-pulau kecil di Jawa Timur sebanyak 445 buah pulau berada dalam wilayah administrative,

dan tersebar di Kabupaten Pacitan (31 pulau), Kabupaten Tulungagung (19 pulau), Kabupaten Blitar (28

pulau), Kabupaten Malang (100 pulau), Kabupaten Situbondo (5 pulau), Kabupaten Sumenep (121 pulau),

Kabupaten Gresik (13 pulau), Kabupaten Sampang (1 pulau), Kabupaten Trenggalek (57 pulau),

Kabupaten Sidoarjo (4 pulau), Kabupaten Banyuwangi (15 pulau), Kabupaten Jember (50 pulau), dan

Kabupaten Probolinggo (1 pulau). Dari beberapa wilayah tersebut kawasan yang memiliki pulau terbanyak

adalah Kabupaten Sumenep.

1.3.1.2.3. Topografi Sebagian besar wilayah Jawa Timur mempunyai karakteristik topografi daratan relatif datar

dengan kemiringan lereng 0-15 % yang berada hampir di seluruh wilayah Provinsi Jawa Timur khususnya

di bagian Utara, sedangkan untuk kemiringan lereng 15-40% berada pada daerah perbukitan dan

pegunungan, kemiringan lereng >40% berada pada daerah pegunungan yang sebagian besar berada pada

kawasan Jawa Timur Bagian Selatan.

Secara topografi wilayah daratan Jawa Timur dibedakan menjadi beberapa wilayah ketinggian,

yaitu:

Page 11: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

4

- Ketinggian 0 – 100 meter dari permukaan laut : meliputi 41,39 % dari seluruh luas wilayah dengan

topografi relatif datar dan bergelombang.

- Ketinggian 100 – 500 meter dari permukaan laut : meliputi 36,58 % dari luas wilayah dengan

topografi bergelombang dan bergunung.

- Ketinggian 500 - 1000 meter dari permukaan laut : meliputi 9,49 % dari luas wilayah dengan

kondisi berbukit.

- Ketinggian lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut : meliputi 12,55 % dari seluruh luas wilayah

dengan topografi bergunung dan terjal.

1.3.1.2.4. Geologi Kondisi geologi Jawa Timur yang cukup kaya potensi sumberdaya mineral, memiliki sekitar 20

jenis bahan galian yang mendukung sektor industri maupun konstruksi, yang secara umum dapat

dikelompokkan menjadi empat lajur, yaitu :

- Lajur Rembang terbentuk oleh batu lempung napalan dan batu gamping merupakan cekungan tempat

terakumulasinya minyak dan gas bumi;

- Lajur Kendeng terbentuk batu lempung dan batupasir, potensi lempung, bentonit, gamping;

- Lajur Gunung Api Tengah terbentuk oleh endapan material gunung api kuarter, potensi bahan galian

konstruksi berupa batu pecah, krakal, krikil, pasir, tuf; dan

- Lajur Pegunungan Selatan terbentuk oleh batu gamping dengan intrusi batuan beku dan aliran lava

yang mengalami tekanan, potensi mineral logam, marmer, onyx, batu gamping, bentonit, pospat.

1.3.1.2.5. Hidrologi Provinsi Jawa Timur dialiri oleh dua daerah aliran sungai terpenting yaitu Daerah Aliran Sungai

(DAS) Brantas dan DAS Bengawan Solo. DAS Brantas merupakan sebuah sungai terbesar di Jawa Timur

dengan panjang ± 320 km yang mengalir secara melingkar dan di tengah-tengahnya terdapat gunung

berapi yang masih aktif yaitu Gunung Kelud. Sungai Brantas yang bersumber pada lereng Gunung Arjuno,

mula-mula mengalir ke arah timur melalui kota Malang, lalu membelok ke arah selatan. Di kota Kepanjen

Kali Brantas membelok ke arah barat dan di sini Kali Lesti yang bersumber dari Gunung Semeru bersatu

dengan Kali Brantas. Setelah itu bersatu dengan Kali Ngrowo di Tulungagung, Kali Brantas berbelok ke

utara melalui kota Kediri. Di kota Kertosono, Kali Brantas bertemu dengan Kali Widas, kemudian ke Timur

mengalir ke kota Mojokerto. Di kota ini Kali Brantas bercabang dua, ke arah Surabaya dan ke Porong yang

selanjutnya bermuara di Selat Madura. Secara hidrologi wilayah Provinsi Jawa Timur terdiri dari air

permukaan dan air tanah. Air permukaan meliputi Wilayah Sungai (WS), dan Waduk, sedangkan air tanah

berupa mata air. Pembagian WS di Jawa Timur meliputi tujuh WS yaitu WS Bengawan Solo, WS Brantas,

WS Welang – Rejoso, WS Pekalen – Sampean, WS Baru – Bajulmati, WS Bondoyudo – Bedadung, dan

WS Madura.

1.3.1.2.6. Klimatologi Rata-rata kecepatan angin di Jawa Timur berkisar 6,6–9 knot dan bulan Juli–Maret kecepatan

angin di atas 7 knot. Sedangkan di bulan April–Juni di bawah 7 knot. Kecepatan angin tertinggi terjadi

bulan Oktober.Rata–rata lama penyinaran matahari terendah di bulan Desember–Maret di bawah 70

persen. Sedangkan bulan lainnya di atas 85 persen. Penyinaran matahari terbanyak bulan September dan

Oktober atau sebesar 99 persen. Sedangkan terendah di bulan Januari hanya sebesar 54 persen.Rata–

Page 12: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

5

rata curah hujan tertinggi selama tahun 2015 terjadi di bulan Januari–Mei. Tertinggi di Maret atau sebesar

479,8 mm, Terendah di bulan Juni–September.

Rata–rata jumlah hari hujan di bulan Januari–April lebih dari 20 hari. Terbanyak di bulan Pebruari 25

hari. Curah hujan pada bulan Mei sebesar 181,6 mm, tetapi jumlah hari hujan hanya 12 hari. Kondisi ini

juga terjadi di bulan Desember, curah hujan 129,9 mm, tetapi hari hujan hanya 17 hari. Kemarau terasa di

bulan Juni hingga Nopemver 2015. Selama periode itu curah hujan sangat mudah di bawah 20 mm, dan

jumlah hari hujan sangat sedikit di bawah 5 hari per bulannya.

1.3.1.2.7. Penggunaan Lahan 1.3.1.2.7.1. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas

dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

penggunaan lahan budidaya adalah seluas kurang lebih 4.201.403,70 Ha atau 87,90% dari luas wilayah

provinsi Jawa Timur. Gambaran perubahan proporsi penggunaan lahan di Jawa Timur menunjukkan

kecenderungan menurunnya luas wilayah pertanian. Pertanian lahan basah memiliki luas kurang lebih

911.863 Ha atau 19,08% dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Penggunaan lahan kawasan terbangun

dikendalikan agar tidak mengkonversi luas pertanian lahan basah, terutama sawah irigasi teknis.

Tabel 1.1

Penggunaan Lahan Eksisting Provinsi Jawa Timur

No Pengunaan Lahan Eksisting (Ha) Prosentase

A Kawasan Lindung 578.571,30 12,11

1 Hutan Lindung 344.742,00 7,21

2 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam 233.829,30 4,9

a. Suaka Margasatwa 18.009,00 0,38

b. Cagar Alam 10.958,00 0,23

c. Taman Nasional 176.696,00 3,7

d. Taman Hutan Raya 27.868,30 0,58

e. Taman Wisata Alam 298 0,01

B Kawasan Budidaya 4.201.403,70 87,89

1 Kawasan Hutan Produksi 782.772,00 16,38

2 Kawasan Hutan Rakyat 361.570,30 7,56

3 Kawasan Pertanian 2.020.490,71 42,27

a. Pertanian Lahan Basah 911.863,00 19,08

b. Pertanian Lahan Kering/Tegalan/ Kebun canpu 1.108.627,71 23,19

4 Kawasan Perkebunan 359.481,00 7,52

5 Kawasan Industri 7.403,80 0,15

6 Kawasan Pemukiman 595.255,00 12,45

7 Lainnya 74.430,89 1,56

Total 4.779.975,00 100

Sumber : RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031

1.3.1.2.7.2. Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian

lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan lindung memiliki

Page 13: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

6

luas kurang lebih 578.374 Ha atau sekitar 12,10% dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur, termasuk di

dalamnya kawasan lindung mutlak di mana terdapat cagar alam seluas kurang lebih 10.958 Ha, suaka

margasatwa seluas kurang lebih 18.009 Ha, taman nasional seluas kurang lebih 176.696 Ha, taman hutan

raya seluas kurang lebih 27.868,3 Ha serta taman wisata alam seluas ± 298 Ha (SK Menteri Kehutanan

Nomor 395/Menhut-II/2011).

1.3.1.3. Potensi Pengembangan Wilayah 1.3.1.3.1. Potensi Pertanian

Potensi Pertanian Berdasarkan Perda Jawa Timur No 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi, Luas eksisting kawasan pertanian sebesar 2.020.491,71 ha dengan rincian pertanian

lahan basah sebesar 911.863 ha dan pertanian lahan kering/tegalan/kebun campur sebesar 1.108.627,71

ha. Berdasarkan hasil identifikasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan Peraturan Daerah

Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011-

2031, luasan lahan pertanian di Jawa Timur sebesar 1.438.588,11 ha.

Rencana penggunaan lahan untuk pertanian lahan basah berupa sawah beririgasi teknis dengan

luas sekurang-kurangnya 957.239 Ha atau 20,03% dari luas Jawa Timur dengan peningkatan jaringan

irigasi semi teknis dan sederhana menjadi irigasi teknis tersebar di masing-masing wilayah sungai.

Rencana pengembangan pertanian lahan kering di wilayah Provinsi Jawa Timur ditetapkan dengan

luas sekurang-kurangnya 849.033 Ha atau 17,76% dari luas Jawa Timur yang diarahkan pada daerah-

daerah yang belum terlayani oleh jaringan irigasi.Untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional dan

kebutuhan pangan Jawa Timur, perlu dilakukan perlindungan terhadap lahan pertanian pangan sehingga

dapat menjamin ketersediaan pangan. Berdasarkan hal tersebut Provinsi Jawa Timur menetapkan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) seluas kurang lebih 1.017.549,72 Ha dengan rincian lahan basah

seluas 802.357,9 Ha dan lahan kering seluas 215,191.83 Ha.

1.3.1.3.2. Potensi Perkebunan Kawasan perkebunan di Jawa Timur dikembangkan berdasarkan fungsi kawasan dan potensi yang

ada pada daerah masing-masing berdasarkan prospek ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan

perkebunan diarahkan untuk meningkatkan peran serta, efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan.

Berdasarkan komoditasnya, pengembangan perkebunan dapat dibagi dalam 2 (dua) kelompok yakni

perkebunan tanaman tahunan seperti: tebu, tembakau, kapas, serat karung dan wijen dan perkebunan

tanaman semusim antara lain berupa: kelapa, kopi, kakao, cengkeh, jambu mete, cabe jamu, kapok randu,

teh, kenanga, panili, lada, kemiri, jarak kepyar, jarak pagar, siwalan, serat nanas, pinang, kayu manis,

asam jawa, aren, mendong, janggelan, nilam, pandan, nipah, pala, melinjo, karet, dsb.

1.3.1.3.3. Potensi Kehutanan Kawasan hutan budidaya dibedakan menjadi hutan produksi dan hutan rakyat. Hutan produksi

dimaksudkan untuk menyediakan komoditas hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan untuk keperluan

industri, sekaligus untuk melindungi kawasan hutan yang ditetapkan sebagai hutan lindung dan hutan

konservasi dari kerusakan akibat pengambilan hasil hutan yang tidak terkendali. Hutan produksi

merupakan kawasan hutan yang secara ruang digunakan untuk budi daya hutan alam dan hutan tanaman.

Sedangkan hutan rakyat dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan iklim makro, memenuhi kebutuhan

akan hasil hutan dan berada pada lahan-lahan masyarakat dan dikelola oleh masyarakat.

Page 14: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

7

1.3.1.3.4. Potensi Perikanan Potensi Perikanan di Jawa Timur pada dasarnya adalah pengembangan perikanan tangkap,

perikanan budidaya, dan pengelolaan serta pemasaran hasil perikanan yang dikemas dalam sebuah

sistem minapolitan.Pengembangan kawasan perikanan tangkap memiliki prospek yang bagus, didukung

oleh pengembangan pelabuhan perikanan Brondong yang terletak di Pantai Utara, pengembangan

pelabuhan perikanan Muncar di Kabupaten Banyuwangi, dan Prigi di Kabupaten Trenggalek.

Pengembangan kawasan peruntukan perikanan budidaya terdiri dari perikanan budidaya air

payau, perikanan budidaya air tawar, dan perikanan budidaya air laut.Sektor perikanan budidaya air payau

berada pada kawasan Ujung Pangkah dan Panceng di Kabupaten Gresik, serta Sedati di Kabupaten

Sidoarjo dengan komoditas ikan bandeng dan garam. Sedangkan potensi garam yang merupakan salah

satu potensi budidaya air payau berada pada Kabupaten Bangkalan, Gresik, Lamongan, Pamekasan,

Pasuruan, Probolinggo, Sampang, Sumenep, Tuban, serta Kota Pasuruan, dan Surabaya.

Perikanan budidaya air tawar berada pada Kabupaten Bojonegoro, Lamongan, Magetan, Malang,

Blitar, Trenggalek, Tulungagung, Jember, dan Banyuwangi.Perikanan budidaya air laut tersebar pada

wilayah pesisir seperti adanya sentra pengembangan ikan laut di bagian pantai utara Jawa Timur.

1.3.1.3.5. Potensi Pertambangan Kawasan peruntukan pertambangan di wilayah Provinsi Jawa Timur dibagi menjadi kawasan

pertambangan mineral, pertambangan minyak dan gas bumi dan kawasan potensi daerah panas bumi.

Pertambangan mineral di Provinsi Jawa Timur dibagi menjadi kawasan pertambangan mineral logam,

mineral non logam dan batuan, diantaranya :

- Kawasan pertambangan mineral logam berada di wilayah Kabupaten Banyuwangi, Blitar, Jember,

Lumajang, Malang, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung. Adapun potensi pertambangan mineral logam

yang ada di Jawa Timur, diantaranya adalah Pasir Besi, Emas dan Mineral Pengikutnya, dan Mangan.

Beberapa di antaranya sudah teridentifikasi, seperti di Kabupaten Pacitan diketahui terdapat potensi

Pasir Besi sebesar kurang lebih 24.948.189 ton yang berada di Kecamatan Ngadirejo

- Kawasan pertambangan mineral bukan logam tersebar di seluruh wilayah kabupaten di Jawa Timur.

Potensi pertambangan mineral bukan logam yang sejauh ini dianggap potensial meliputi: Bentonite,

Phiropilit, Feldspar, Zeolit, Feldspar, Kaolin, Phiropilit, Toseki, Pasir/Sirtu, dan Pasir Kwarsa yang

tersebar di berbagai kabupaten di Jawa Timur.

- Kawasan pertambangan batuan tersebar di seluruh wilayah kabupaten di Jawa Timur, terutama pada

wilayah sekitar gunung api. yaitu batuan gamping, andesit, trass, marmer, tanah liat, tanah urug, opal,

kalsedon, diorit, pasir, sirtu, onyx, toseki, breksi, jasper dan tuff. Sedangkan untuk potensi Potensi

batubara tersebar di tiga kabupaten yaitu Trenggalek, Pacitan dan Tulungagung.

Sumber energi yang relatif ramah lingkungan karena berasal dari panas dalam bumi. Pemanfaatan

energi panas bumi diyakini menjadi salah satu sumber energi alternatif.. Potensi panas bumi di Wilayah

Provinsi Jawa Timur berada pada lokasi yang berdekatan dengan gunung api aktif.

1.3.1.3.6. Potensi Industri Pengembangan kawasan industri didasarkan pada kecenderungan perkembangan lokasi

kawasan industri di Jawa Timur saat ini dan potensi kawasan. Pengembangan kawasan industri skala

besar yang berdampak penting terhadap perkembangan wilayah dalam arti berhubungan dengan pangsa

pasar eksport saat ini dikonsentrasikan di sekitar pantai utara Jawa, mulai dari Surabaya, Mojokerto,

Page 15: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

8

Gresik, Sidoarjo pada kawasan Gerbangkertosusila. Industri kimia dasar berdampak penting terhadap

pembangunan dan perkembangan wilayah, seperti industri semen, farmasi, bahan makanan, serta petro

kimia dapat dikonsentrasikan di Surabaya, Gresik, Mojokerto, Pasuruan, Tuban, dan Lamongan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011-2031, kawasan Industri direncanakan seluas 12.448,026 Ha.

Kawasan industri besar diarahkan di sepanjang jalan arteri primer dan kolektor primer di Provinsi Jawa

Timur. Sampai dengan saat ini, Kawasan Industri yang sudah terbangun dan beroperasi berada di

Kabupaten Gresik (PT. Maspion Industrial Estate, PT. Kawasan Industri Gresik, PT. Java Integrated

Industrial Ports Estate/JIIPE), Kota Surabaya (PT. Surabaya Industrial Estate Rungkut), Kabupaten

Sidoarjo (PT. Sidoarjo Industrial Estate Berbek), Kabupaten Mojokerto (PT. Ngoro Industrial Park) dan

Kabupaten Pasuruan (PT. Pasuruan Industrial Estate Rembang).

Pembangunan Kawasan Industri masih akan terus berkembang, hal ini ditandai dengan adanya

usulan pembanguan Kawasan Industri di beberapa Kabupaten/Kota ke Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Jawa Timur diantaranya Kawasan Industri Agroindustri Gresik Utara dan Kawasan

Industri Salt Lake di Kabupaten Gresik, Kawasan Industrial Ploso di Kabupaten jombang, Pengembangan

PT. Kawasan Industri Gresik di Kabupaten Tuban, Kawasan Industri Malang di Kota Malang, Kawasan

Industri Maritim di Kabupaten Lamongan, Kawasan Industri Wongsorejo, Kampe Industrial Estate,

Kawasan Industri Sidomulyo, Kawasan Industri Wangkal, dan Kawasan Industri Secang di Kabupaten

Banyuwangi, Kawasan Industri Mojokerto di Kabupaten Mojokerto, Madura Industrial Seaport City di

Kabupaten Bangkalan, serta Kawasan Industri Mejayan di Kabupaten Madiun.

Potensi pengembangan kawasan industri baru di Jawa Timur sangat besar terutama di wilayah

pantura serta sekitar Surabaya. Meskipun demikian beberapa wilayah lain juga potensial untuk

mengembangkan kawasan industri terutama wilayah yang memiliki aksesibilitas laut dan udara besar.

Berbagai industri pengolah hasil alam lebih cenderung kewilayah utara Jawa Timur, diantaranya

pengembangan kawasan industri Tuban, diarahkan pengembangan di wilayah utara dan selatan sebagai

pengembangan industri semen, dan petrochemical dengan ditunjang oleh adanya pelabuhan,

pengembangan kawasan industri Lamongan, diarahkan pengembangan di wilayah utara sebagai

pengembangan industri manufaktur, pengalengan ikan, kawasan penunjang kegiatan dilepas pantai

(Shorebase), pengembangan kawasan industri Banyuwangi, diarahkan pengembangan diwilayahtimur

selatan, sebagai pengembangan industri perikanan, pengembangan kawasan industri wilayah selatan,

diarahkan di wilayah Kabupaten Jember tepatnya di Puger dan diwilayah Kabupaten Trenggalek tepatnya

di Prigi sebagai pengembangan kawasan industri perikanan, pengembangan kawasan industri Madiun,

diarahkan sebagai pengembangan industri perkeretaapian dengan melibatkan masyarakat pengrajin,

pergudangan, pengembangan kawasan industri Bangkalan, diarahkan sebagai kawasan industri

pengolahan, pergudangan.

1.3.1.3.7. Potensi Pariwisata Potensi Pariwisata berdasarkan Perda Jawa Timur No 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Provinsi, kawasan peruntukan pariwisata di Provinsi Jawa Timur meliputi daya tarik wisata

alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata hasil buatan manusia. Daya Tarik Wisata Alam,

meliputi :

1. Air Terjun Dlundung di Kabupaten Mojokerto;

2. Air Terjun Sedudo dan Pemandian Sumber Karya di Kabupaten Nganjuk;

Page 16: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

9

3. Air Terjun Madakaripura, Bromo-Ngadisari, dan Pantai Bentar di Kabupaten Probolinggo;

4. Air Terjun Watu Ondo di perbatasan Kabupaten Mojokerto, Kota Batu;

5. Api Abadi di Kabupaten Pamekasan;

6. Arak-Arak di Kabupaten Bondowoso;

7. Banyuanget, Gua Gong, Gua Tabuhan, Pantai Teleng Ria di Kabupaten Pacitan;

8. Bukit Bededung dan Pantai Pasir Putih di Kabupaten Situbondo;

9. Coban Glotak, Pantai Balekambang, Pantai Ngliyep di Kabupaten Malang;

10. Danau Kastoba dan Pantai Labuhan di Pulau Bawean Kabupaten Gresik;

11. Grajagan, Pantai Plengkung, Pantai Sukamade, Kawah Ijen di Kab. Banyuwangi;

12. Gua Lowo, Pantai Karanggongso, Pantai Prigi, dan Tirta Jualita di Kab.Trenggalek;

13. Gua Maharani dan Pantai Tanjung Kodok di Kabupaten Lamongan;

14. Gunung Kelud di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri;

15. Gunung Wilis di Kabupaten Kediri, Kabupaten Madiun, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Ponorogo,

Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung;

16. Hutan Bambu, Pantai Watu Godeg, Ranu Bedali, Ranu Klakah, dan Ranu Pane di Kabupaten Lumajang;

17. Hutan Surya, Pemandian Talun, dan Waduk Pondok di Kab Ngawi;

18. Kakek Bodo di Kabupaten Pasuruan;

19. Kayangan di Kabupaten Bojonegoro;

20. Kawah Ijen di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso;

21. Pantai Lombang dan Pantai Slopeng di Kabupaten Sumenep;

22. Pantai Popoh di Kabupaten Tulungagung;

23. Pantai Rongkang di Kabupaten Bangkalan;

24. Pantai Watu Ulo di Kabupaten Jember;

25. Pemandian Air Panas Cangar Tahura R. Soerjo di Kota Batu;

26. Tahura R. Soeryo di Kabupaten Jombang, Kabupaten Malang;

27. Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, dan Kota Batu;

28. Taman Nasional Bromo – Tengger – Semeru (BTS) di Kabupaten Lumajang, Malang, Pasuruan, dan

Probolinggo;

29. Telaga Ngebel dan Tirto Manggolo di Kabupaten Ponorogo; dan Telaga Sarangan di Kabupaten Magetan.

Daya Tarik Wisata Budaya, meliputi:

1. Asta Yusuf, Asta Tinggi, Keraton, Masjid Agung, dan Museum di Kabupaten Sumenep;

2. Candi Jabung di Kabupaten Malang;

3. Candi Jabung Tirto di Kabupaten Probolinggo;

4. Candi Penampihan di Kabupaten Tulungagung;

5. Candi Penataran di Kabupaten Blitar;

6. Gereja Poh Sarang dan Petilasan Jayabaya di Kabupaten Kediri;

7. Gua Akbar, Makam Bekti Harjo, Makam Ibrahim Asmorokondi, dan Makam Sunan Bonang di

Kabupaten Tuban;

8. Kompleks Makam K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Wachid Hasyim, Gus Dur, dan Sayid Sulaiman di

Kabupaten Jombang;

9. Makam Aer Mata Ebu di Kabupaten Bangkalan;

10. Makam Batoro Katong di Kabupaten Ponorogo;

11. Makam Proklamator Bung Karno di Kota Blitar;

Page 17: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

10

12. Makam Ratu Ebu di Kabupaten Sampang;

13. Makam Sunan Ampel dan Mbah Bungkul di Kota Surabaya;

14. Makam Sunan Drajat di Kabupaten Lamongan;

15. Makam Sunan Giri, Makam Maulana Malik Ibrahim, dan Fatimah Binti Maemun di Kabupaten

Gresik;

16. Makam Troloyo di Kabupaten Mojokerto;

17. Pura Mandara Giri Semeru Agung di Kabupaten Lumajang; dan Situs Peninggalan Budaya Majapahit

di Kabupaten Mojokerto.

18. Daya Tarik Wisata Hasil Buatan Manusia

19. Daya tarik wisata hasil buatan manusia di wilayah Jawa Timur meliputi:

20. Bendungan Widas dan Taman Umbul Kab Madiun;

21. Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS) di Kabupaten Bangkalan dan Kota Surabaya;

22. Kebun Binatang Surabaya di Kota Surabaya;

23. Kebun Raya Purwodadi dan Pemandian Banyubiru di Kab Pasuruan;

24. Kolam Renang Ubalan di Kabupaten Mojokerto;

25. Pemandian Blambangan, Pemandian Kebon Agung, dan Pemandian Petemon di Kabupaten Jember;

26. Pemandian Talun & Waduk Pondok Kabupaten Ngawi;

27. Sumber Boto dan Tirta Wisata di Kabupaten Jombang;

28. Taman Kosala Tirta, Taman Manunggal,& Tirtosari di Kab Magetan;

29. Taman Safari di Kabupaten Pasuruan;

30. Taman Sengkaling dan Waduk Selorejo Kab Malang;

31. Taman Suruh di Kabupaten Banyuwangi;

32. Ubalan Kalasan di Kabupaten Kediri;

33. Waduk Gondang dan Wisata Bahari Lamongan Kabupaten Lamongan; dan

34. Waduk Wonorejo di Kabupaten Tulungagung.

1.3.2. Kondisi Demografi 1.3.2.1.1. Jumlah Penduduk

Jawa Timur mengalami kenaikan jumlah penduduk setiap tahun, pada tahun 2011 penduduk

Jawa Timur berjumlah 37,8 juta jiwa dan terus meningkat menjadi 38,8 juta jiwa tahun 2015. Di tahun 2015

pertumbuhan penduduk melandai hanya sebesar 0,612 persen terendah dalam empat tahun terakhir.

Sedangkan untuk rata-rata kepadatan penduduk Jawa Timur pada tahun 2015 mencapai 810 jiwa per km²,

lebih tinggi dibanding tahun 2011 yaitu sebesar 789 jiwa per km².Umumnya daerah perkotaan mempunyai

kepadatan yang tinggi sedangkan di daerah perdesaan mempunyai kepadatan yang rendah.

Pada tahun 2011 hingga tahun 2015 angka ketergantungan penduduk menunjukkan terus

menurun. Pada tahun 2012 angka ketergantungan tercatat 45,69 dan menurun menjadi 44,22 di tahun

2015. Capaian tahun 2015 menunjukkan bahwa setiap 100 orang berusia produktif menanggung sebanyak

44,22 orang usia tidak produktif. Keberhasilan program keluarga berencana di Jawa Timur merupakan

salah satu penyebab menurunnya angka ketergantungan penduduk.

Page 18: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

11

Tabel 1.2 Indikator Kependudukan di Provinsi Jawa Timur

No

Uraian

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

1 Jumlah Penduduk (000 Jiwa) 37.840 38.106 38.363 38.610 38.847

2 Pertumbuhan Penduduk (%) 0,73 0,70 0,67 0,64 0,61

3 Kepadatan Penduduk

(Jiwa/Km²)

789

794

800

805

810

4 Sex Ratio (L/P) (%) 97,49 97,46 97,43 97,4 97,44

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

1.3.2.1.2. Ketenagakerjaan Tenaga kerja merupakan modal bagi geraknya roda pembangunan. kondisi jumlah dan komposisi

tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Karena

itu data perkembangan ketenagakerjaan sangatlah penting bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan

yang tepat sasaran. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2015, jumlah

angkatan kerja di Jawa Timur pada Agustus 2014 sempat mengalami penurunan di banding periode

sebelumnya hingga hanya 20,15 juta orang, tetapi pada Agustus 2015 kembali meningkat menjadi 20,27

juta orang. Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi angkatan kerja, telah terjadi peningkatan sekitar 125 juta

orang. Dari sisi penyerapan angkatan kerja pun, pada Agustus 2015 tercatat adanya tambahan

penyerapan tenaga kerja hingga mencapai 19,37 juta orang atau tenaga kerja yang terserap di berbagai

sektor/lapangan pekerjaan bertambah sebanyak 61 ribu orang jika dibandingkan dengan kodisi pada

Agustus 2014. Sementara itu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Timur pada Agustus 2015

mencapai 4,47 persen ataulebih tinggi dibanding Agustus 2014 yang hanya mencapai 4,19 persen. Hal ini

memberikan gambaran yang positif tentang adanya geliat investasi di Jawa Timurdengan adanya lahan

pekerjaan baru yang tersedia.

Walaupun terdapat penambahan jumlah angkatan kerja, pada Agustus 2015 tercatat Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terjadi sedikit penurunan. Pada Agustus 2014, TPAK Jawa Timur

tercatat mencapai angka 68,12 persen. Sedangkan pada Agustus 2015 turun menjadi 67,84 persen.

Secara umum, angka ini menunjukkan bahwa 67,84 persen penduduk Jawa Timur yang berusia 15tahun

keatas memutuskan untuk ikut aktif di pasar kerja. Sedangkan 32,16 persen sisanya memutuskan untuk

fokus sekolah, mengurus rumah tangga, maupun memiliki kegiatan di luar kegiatan ekonomi seperti kaum

lanjut usia (lansia). Penurunan angka TPAK jika diiringi dengan kegiatan atau program yangdapat

meningkatkan kualitas calon angkatan kerja tentunya dapat meningkatkan daya saing tenaga kerjadi Jawa

Timur pada masa yang akan datang terutama dalam rangka menghadapi pasar bebasAsia Tenggara atau

yang dikenal dengan sebutan Mayarakat Ekonomi Asean (MEA).

1.3.3. Kondisi Kesejahteraan Masyarakat 1.3.3.1.1. Pertumbuhan PDRB

Pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama masyarakat,

utamanya bidang ekonomi semakin meningkat seiring dengan dinamika pembangunan itu sendiri. Hal ini

dapat dilihat dari meningkatnya besaran angka Produk Domistik Bruto (PDRB), baik atas dasar harga

berlaku maupun atas dasar harga konstan. Apabila dihitung atas dasar harga berlaku, total nilai PDRB

Jawa Timur tahun 2011 sebesar Rp. 1.120,58 triliun, meningkat menjadi 1.248,77 triliun pada tahun 2012,

Page 19: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

12

Rp. 1.382,50 triliun pada tahun 2013, Rp. 1.539,79 triliun pada tahun 2014, Rp. 1.689,88 triliun pada tahun

2015, dan Rp. 1.855,02 triliun pada tahun 2016. Apabila dihitung atas dasar harga konstan tahun 2010,

total nilai PDRB Jawa Timur tahun 2011 sebesar Rp. 1.054,40 triliun meningkat menjadi 1.124,40 triliun

pada tahun 2012, Rp. 1.192,84 triliun pada tahun 2013, Rp. 1.262,70 triliun pada tahun 2014, Rp. 1.331,42

triliun pada tahun 2015 dan Rp. 1,405,23 triliun pada tahun 2016.

Untuk melihat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dapat dilihat dari besaran nilai PDRB atas

dasar harga konstan, karena pertumbuhan ekonomi ini benar-benar diakibatkan oleh perubahan jumlah

barang dan jasa yang sudah bebas dari pengaruh harga (pertumbuhan riil). Pada tahun 2011

perekonomian Jawa Timur tumbuh 6,44 persen, berikutnya tahun 2012 tumbuh lebih cepat menjadi 6,64

persen. Namun tiga tahun berikutnya terus melambat, masing-masing tumbuh 6,08 persen (Thn. 2013),

5,86 persen (Thn. 2014), 5,44 persen (Thn. 2015), dan pada tahun 2016 mengalami sedikit peningkatan

menjadi 5,02 persen. Ekonomi Jawa Timur Tahun 2015 bila dibanding Tahun 2014 tumbuh sebesar 5,44

persen, sedikit melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,86 persen.

Perlambatan ini lebih dikarenakan faktor esternal (ekonomi global) seperti menguatnya dolar,

ketidakstabilan harga minyak mentah dunia,naiknya harga pangan dunia, dan krisis utang Yunani yang

berimbas pada Uni Eropa hingga Amerika dan akhirnya berdampak pada seluruh dunia, termasuk

Indonesia. Disamping itu adanya perubahan asumsi makro ekonomi dan sosial berdampak pula terhadap

perekonomian nasional dan Jawa Timur sehingga berpengaruh terhadap capaian target kinerja

pembangunan daerah. Terjadinya perubahan metodologi penghitungan PDRB menggunakan tahun dasar

2010 yang memakai SNA (System National Account) 2008, maka cakupan sektor/katagori semakin luas,

terbagi menjadi 19 sektor lapangan usaha, dan dampak dari perubahan ini capaian angka petumbuhan

ekonomi menjadi lebih rendah. Peningkatan pada besaran angka PDRB Jawa Timur tahun 2016 sebesar

5,55 persen mencerminkan bahwa perekonomian daerah Jawa Timur tumbuh positif walaupun ditengah

lesunya perekonomian global dan nasional sekaligus menunjukkan bahwa struktur ekonomi daerah Jawa

Timur memiliki kekuatan dan semakin kokoh. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tahun 2016 termasuk

cukuptinggi melampaui pertumbuhan nasional yang hanya mencapai 5,02 persen.

1.3.3.1.2. Indeks Gini Salah satu ukuran dalam melihat peningkatan kesejahteraan penduduk dalam konteks ekonomi

adalah manakala pendapatan penduduk suatu wilayah meningkat. Peningkatan ini juga akan sejalan

dengan semaikin meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Namun demikian pendapatan penduduk ini

pendapatan penduduk ini meningkatnya pendapatan penduduk ini seharusnya merata dan dirasakan

semua tingkat sosial masyarakat. Hal ini berarti bahwa aspek pemerataan pendapatan merupakan hal

yang penting untuk dipantau, karena pemerataan pendapatan merupakan ukuran keberhasilan hasil

pembangunan Indonesia. Ketimpangan dalam menikmati hasil pembangunan di antara kelompok-

kelompok penduduk dikhawatirkan akan menimbulkan masalah-masalah sosial. Dalam mengukur tingkat

pemerataan pendapatan salah satunya dapat menggunakan Indeks Gini Rasio. Koefisien gini merupakan

suatu ukuran kemerataan yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu

(ketimpangan sempurna). Karena sulitnya mendapatkan informasi terkait jumlah pendapatan penduduk,

maka BPS menggunakan dengan pendekatan pengeluaran, dengan asumsi pengeluaran yang besar

tentunya pendapatannya besar pula.

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa angka gini rasio di Jawa Timur selama beberapa tahun

terakhir masih masuk dalam kategori sedang (antara 0,3- 0,5). Selama tahun 2011-2015 nilai gini rasio di

Page 20: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

13

Jawa Timur menunjukkan tren kearah peningkatan, pada tahun 2011 sebesar 0,37 dan tahun 2016

meningkat menjadi 0,40. Peningkatan ini kalau terus dibiarkan tentunya bisa berdampak kurang baik.

Ketimpangan pendapatan baik antar kelompok pendapatan maupun antar wilayah semakin tinggi. Patut

menjadi perhatian, walau indek gini rasio masih dalam katagori sedang, tetapi ada kecenderungan

meningkat. Sebenarnya dengan meningkatnya gini ratio ini tidak berarti kelompok ekonomi rendah tidak

mengalami peningkatan pendapatan, sebenarnya mereka juga mengalami peningkatan pendapatan,

namun peningkatnnya masih terlalu jauh jika dibandingkan dengan peningkatan pendapatan dari kelompok

ekonomi menengah ke atas. Angka gini rasio daerah perkotaan selama kurun waktu lima tahun terakhir,

yaitu tahun 2011-2015 selalu lebih tinggi dibanding daerah perdesaan. Kondisi ini memberikan gambaran

bahwa di daerah perkotaan ketimpangan kesejahteraan antar penduduk lebih terasa dibanding daerah

perdesaan.

1.3.3.1.3. Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia Seperti halnya gini ratio, pemerataan pendapat versi bank dunia juga dapat digunakan untuk

mengukur tingkat pemerataan masyarakat guna mengetahui ketimpangan pendapatn yang terjadi

dimasyarakat. Bank Dunia mengukur pendistribusian kue ekonomi atau mengukur pemerataan endapatan

dalam masyarakat dengan pendekatan besar persentase distribusi pengeluaran penduduk suatu wilayah

berdasarkan kategori pendapatan 40 persen terbawah, 40 persen menengah dan 20 persen teratas.

Meskipun suatu wilayah mempunyai pertumbuhan ekonomi yang baik, masih ada yang perlu diketahui

yaitu seberapa besar kue ekonomi yang terbentuk bisa dinikmati oleh masyarakat. Bisa jadi kue ekonomi

tersebut hanya dinikmati oleh beberapa kelompok masyarakat saja. Kategori ketimpangan menurut Bank

Dunia diukur dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang

berpendapatan 40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk.

1.3.3.1.4. Persentase Penduduk Miskin Pembangunan adalah proses mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan merata. Tingkat

kesejahteraan secara ekonomi ditunjukkan dengan meningkatnya kemakmuran masyarakat yang akan

berkorelasi dengan tingkat konsumsi sebagai akibat meningkatnya pendapatan masyarakat. Berbagai

upaya telah ditempuh pemerintah untuk meningkatkan taraf kesejahteraan penduduknya baik dari segi

kinerja perekonomiannya maupun penciptaan pemerataan kue pembangunan.

Upaya tersebut diantaranya mengurangi penduduk miskin dengan meningkatkan tingkat

kesejahteraannya. Angka kemiskinan di Jawa Timur selama lima tahun terakhir secara gradual (2011-

2016) menunjukkan trend penurunan. Pada tahun 2011 angka kemiskinan sebesar 13,85 persen atau

dengan jumlah penduduk miskin sebesar 5.251,45 ribu jiwa, selanjutanya mengalami penurunan pada

tahun 2016 menjadi 11,85 persen atau jumlah penduduk miskin sebesar 4.638,53 ribu jiwa. Persentase

penduduk miskin di Jawa Timur tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan

nasional yaitu sebesar 10,70 persen. Provinsi Jawa Timur merupakan penyumbang terbesar penduduk

miskin di Indonesia dimana sekitar 17 persen dari penduduk miskin di Indonesia berada di Jawa Timur. Per

September 2015 telah terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 0,27 persen atau sekitar 13 ribu

orang dibandingkan dengan posisi Maret 2015.

Sementara itu, garis kemiskinan di Jawa Timur mencapai Rp. 316.464 perkapita per bulan pada

September 2015 atau meningkat 3,7 persen dibandingkan dengan Maret 2015 yang mencapai Rp.

305.171. Peningkatan tersebut terjadi secara simetris pada garis kemiskinan makanan dan non makanan.

Page 21: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

14

Sama dengan kondisi pada periode data sebelumnya, penyebab peningkatan garis kemiskinan pada

periode ini terutama adalah beras dan rokok kretek filter.

Penduduk miskin di Jawa Timur terutama di wilayah pedesaan, yakni sekitar 67 persen dari total

penduduk miskin di Jawa Timur. Penurunan tingkat kemiskinan di pedesaan akan terkendala jika garis

kemiskinan di pedesaan terus meningkat. Pada tahun 2011, garis kemiskinan di wilayah perkotaan masih

lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pedesaan. Walaupun demikian, sejak tahun 2011 garis

kemiskinan makanan di pedesaan meningkat cukup pesat sehingga pada akhirnya pada tahun 2013 lebih

tinggi dari garis kemiskinan makanan di perkotaan. Hal initerus mendorong peningkatan garis kemiskinan

wilayah pedesaan, sehingga padaperiode September 2015 garis kemiskinan pedesaan mencapai Rp.

318.433,sementara perkotaan hanya Rp. 314.320. Garis kemiskinan sendiri merupakancerminan dari

jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhanpokok minimum, baik untuk makanan

maupun non makanan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa biaya hidup minimum di pedesaan

Jawa Timur lebih tinggi daripada wilayah perkotaan.Kabupaten di wilayah Madura memiliki persentase

penduduk miskin lebihbesar dibanding daerah lain. Pada tahun 2015, persentase penduduk miskin

diKabupaten Sampang mencapai 25,69 persen, merupakan terbesar di Jawa Timur,diikuti Kabupaten

Bangkalan 22,57 persen, Kabupaten Sumenep 20,20 persen, danKabupaten Pamekasan 17,41

persen.Pemerintah Jawa Timur dan kabupaten/Kota telah mengambil berbagaikebijakan dalam rangka

mengentas kemiskinan, di antaranya adalah melalui programpemberdayan potensi Desa/Kelurahan,

pemberian fasilitas dan kemudahan untukUMKM, fasilitas Koperasi, serta pendirian Pusat Pelayanan

Perizinan Terpadu (P2T)dengan tujuan menarik investor untuk menanamkan modalnya di Jawa

Timur.Semakin tingginya investasi diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru yangdapat menyerap

angkatan kerja sehingga dapat menurunkan kemiskinan.

1.3.3.1.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pada hakekatnya pembangunan ditujukan untuk mensejahterakan masyarakat. Pembangunan

yang hakiki tidak hanya dinikmati oleh segelintirkelompok tetapi secara holistik dapat dinikmati seluruh

lapisan masyarakat. Pembangunan dimaksud tidak hanya terfokus pada pembangunan gedung saranadan

prasarana, tetapi berimplikasi pada perubahan kualitas manusia. Bisadianalogkan, pembangunan yang pro

kepada kualitas manusia itu bercirikan darirakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam mewujudkan

pembangunan yang hakiki,baik Pemerintah Pusat maupun Daerah telah melakukan berbagai kebijakan

danprogram untuk meningkatkan kualitas manusia. Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga melakukan

upaya serius dengan program peningkatan kualitas manusia baik dari sisi kesehatan, pendidikan dan

kesejahteraan ekonomi. Masyarakat merasa sejahtera, jika pembangunan memberikan implikasi

tercapainya umur panjang dan sehat,masyarakat semakin berpengetahuan dan dapat hidup layak secara

ekonomi. Potretimplikasi pembangunan terhadap kualitas manusia dapat dilihat dari hasil capaian Indeks

Pembangunan Manusia (IPM).

Berdasarkan ketentuan United Nation Development Programe (UNDP), penghitungan IPM untuk

seluruh negara menggunakan metode baru. Hal ini dikarenakan IPM metode lama mempunyai kelemahan

dan perlu diperbaharui. Pada metode baru ini, angka melek huruf sudah tidak dipakai lagi digantikan angka

harapan sekolah dan penghitungan kompositnya menggunakan geometric mean. Dampak dari perubahan

penghitungan ini, menyebabkan terjadi perubahaan angka IPM menjadi lebih rendah dibanding metode

lama. Tetapi perlu diingat bahwa hasilpenghitungan metode baru tidak bisa dibandingkan lagi dengan

metode lama, karena sudah berbeda metodologi.

Page 22: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

15

Secara umum, pembangunan manusia Jawa Timur terus mengalami kemajuan selama periode

2010 hingga 2016. IPM Jawa Timur meningkat dari 65,36 pada tahun 2010 menjadi 69,74 pada tahun

2016 atau naik 6,71 persen. Selama periode tersebut, IPM Jawa Timur rata-rata tumbuh sebesar 1,09

persen per tahun.

Pada periode 2015-2016, IPM Jawa Timur tumbuh 1,15 persen. Pertumbuhan pada periode 2015-2016

sedikit melambat dibandingkan dengan kenaikan pada periode 2014-2015 yang mampu tumbuh sebesar

1,19 persen.

Meskipun demikian, pertumbuhan IPM pada periode 2015-2016 merupakan tercepat ketiga di

antara provinsi-provinsi se Indonesia. Selama periode 2010 hingga 2016 IPM Jawa Timur menunjukkan

kemajuan yang besar, konsisten meningkat dengan kategori IPM “sedang”. Diperkirakan membutuhkan

satu tahun lagi IPM Jawa Timur menjadi kategori “tinggi” atau di atas 70. IPM tertinggi tercatat di Kota

Malang (80,46), diikuti Surabaya (80,38), dan Kota Madiun (80,01), sedangkan IPM terendahtercatat di

Sampang (59,09). Sebelumnya Kota Malang satu-satunya wilayah yangmempunyai IPM berkategori

“sangat tinggi”, tetapi pada tahun 2016 yangberkategori “sangat tinggi” bertambah yaitu Surabaya dan Kota

Madiun. Nganjuk,Lamongan dan Jombang juga berubah dari daerah dengan IPM berkategori “sedang”

menjadi “tinggi”. Hanya Sampang yang masih berkategori “rendah”. Diperkirakan 1atau 2 tahun

mendatang, IPM Sampang berubah menjadi kategori “sedang”.

1.3.3.1.6. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Salah satu pengembangan dari penghitungan IPM adalah Indeks Pembangunan Gender. Baik

metodologi maupun konsep definisi yang dipakai dalam penghitungan Indeks Pembangunan Gender sama

dengan penghitungan IPM. Perbedaannya, penghitungan ini dibedakan menurut gender. Tujuan

penghitungan IPG adalah untuk mengetahui seberapa jauh pembangunan yang telah dilaksanakan oleh

Pemerintah, berimplikasi kepada pembangunan perempuan. Peran perempuan dalam perekonomian suatu

daerah dari waktu ke waktu semakin tinggi. Sayangnya, masih dirasakan adanya diskriminasi perlakuan

terhadap perempuan dalam kancah sosial ekonomi. Upah kerja perempuan masih lebih rendah dibanding

laki- laki. Selain itu, masih berlaku budaya menempatkan perempuan pada urusan dapur rumah tangga.

Sehingga kesempatan pendidikan perempuan relatif rendah dan berpengaruh pada rendahnya daya saing

di masyarakat. Dengan melihat angka IPG, diharapkan ada perhatian dari berbagai pihak khususnya

Pemerintah Daerah, untuk memajukan perempuan di masa mendatang. Evaluasi untuk meningkatkan

pembangunan perempuan diperlukan agar posisi perempuan semakin sejajar setara dengan laki-laki.

Sehingga peran perempuan dalam memberikan nilai tambah di masyarakat akan semakin nyata.

Penghitungan IPG ini juga memakai metodologi yang dipakai pada penghitungan IPM metode

baru. Sehingga angka yang sekarang digunakan menggantikan angka IPG yang pernah dipublish. Dengan

berlakunya IPG menggunakan metode baru, maka angka yang disajikan tidak bisa dibandingkan dengan

angka-angka sebelumnya. Membandingkannya harus sesuai metode yang digunakan atau apple to apple.

Hasil penghitungan IPG metode baru, tercatat bahwa IPG Jawa Timur mengikuti tren naik.

1.3.3.1.7. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Salah satu ukuran keberhasilan kinerja suatu daerah dalam hal penanganan pengangguran bila

diamati dari sisi ketenagakerjaan adalah dengan melihat tinggi rendahnya Tingkat Pengangguran Terbuka

( TPT ). Pengangguran terbuka adalah mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan

Page 23: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

16

yang lebih baik (penganggur sukarela) maupun secara terpaksa mereka yang mau bekerja tetapi tidak

memperoleh pekerjaan.

Dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang diakukan oleh BPS Provinsi Jawa

Timur, Tingkat Pengangguran Terbuka pada tahun 2011 sebesar 4,16 persen dan tahun 2012 sebesar

4,12 persen, kemudian meningkat pada tahun 2013menjadi 4,33 persen. Selanjutnya pada tahun 2014

mengalami penurunan menjadi 4,19 persen dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 4,47 persen. Pada

tahun 2016, TPT di Jawa Timur kembali menurun menjadi 4,21 persen.

Pada 2015, tercatat bahwa terjadi penambahan jumlah penganggur di Jawa Timur sebanyak 63

ribu orang dibanding periode yang sama pada tahun 2014 menjadi 906 ribu orang. Selain hal di atas,

permasalahan lain bertambahnya tingkat pengangguran di Jawa Timur yaitu :

1. Masih adanya kesenjangan antara supply tenaga kerja yang tersedia dengan demand atau

kebutuhan perusahaan/usaha;

2. Minimnya informasi tentang tenaga kerja yang tersedia maupun kebutuhan dunia usaha dari sisi

kualitas tenaga kerja termasuk di dalamnya tentang kondisi tenaga kerja di Jawa Timur yang dapat

dikatakan relatif masih rendah yangtercermin dari kualitas pendidikan yang dimiliki oleh tenaga

kerja;

3. Rendahnya kualitas tenaga kerja dan rendahnya permintaan (pasar) tenaga kerja;

4. Tingginya konflik ketenagakerjaan dalam penentuan UMK dan masih rendahnyaperlindungan bagi

tenaga kerja;

5. Ketersediaan Informasi pasar kerja belum optimal; dan

6. Kurang optimalnya pengawasan terhadap ketenagakerjaan (lembaga/perusahaan, dan pekerja)

serta lemahnya pengendalian terhadap masuknya tenaga kerja asing.

1.3.3.1.8. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLHD) Sebagai indikator kinerja pembangunan, kualitas air sungai yang diukurberdasarkan konsentrasi

BOD dan COD telah cukup menggambarkan kinerjapembangunan lingkungan hidup. Namun demikian,

perlu dipertimbangkanpengukuran kinerja pembangunan lingkungan hidup dengan indikator lainnya

sepertikualitas udara dan tutupan lahan. Sehubungan dengan hal tersebut perludipertimbangankan Indeks

Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Daerah sebagaiindikator baru dalam penyelenggaraan pembangunan

daerah Jawa Timur. IKLH merupakan informasi kondisi lingkungan hidup dengan menggunakan kualitas

air, udara dan lahan sebagai indikator.

1.3.3.1.9. Indeks Kepuasan Masyarakat Perkembangan indeks kepuasan masyarakat di Jawa Timur pada tahun 2014-2016 terus

menunjukkan peningkatan, yaitu sebesar 79 (Thn. 2014); 80 (Thn.2015); dan 81 (Thn. 2016). Kondisi ini

mencerminkan kepuasan terhadap pelayanan masyarakat di Jawa Timur lebih baik, lebih efisien, dan lebih

efektif berbasis dari kebutuhan masyarakat. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut

dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pengguna layanan. Kepuasan masyarakat dapat juga dijadikan

acuan bagi berhasil atau tidaknya pelaksanaan program yang dilaksanakan pada suatu lembaga layanan

publik.

Page 24: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

17

1.3.3.1.10. Indeks Reformasi Birokrasi Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good governance

dan melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan

terutama menyangkut aspek – aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan dan sumber daya

manusia aparatur.Melalui reformasi birokrasi, dilakukan penataan terhadap sistem penyelangggaraan

pemerintah dimana uang tidak hanya efektif dan efisien, tetapi juga reformasi birokrasi menjadi tulang

punggung dalam perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara.

1.3.4. Kondisi Pemerintahan Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, serta

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, berdasarkan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Organisasi

Perangkat Daerah, maka telah dilakukan penataan kembali organisasi perangkat daerah Provinsi Jawa

Timur sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah.

Jumlah Dinas di Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebanyak 24 (Dua Puluh Empat), terdiri dari :

1. Dinas Kesehatan; 2. Dinas Sosial; 3. Dinas Pendidikan; 4. Dinas Perhubungan; 5. Dinas Komunikasi

dan Informatika; 6. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 7. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; 8. Dinas

Koperasi dan Usaha Kecil, Menengah (UKM); 9. Dinas Kepemudaan dan Olahraga; 10. Dinas Pekerjaan

Umum Bina Marga; 11. Dinas Pekerjaan Umum Sumber daya Air; 12. Dinas Pekerjaan Perumahan

Rakyat, 13. Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya; 14. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan; 15. Dinas

Perkebunan; 16.Dinas Peternakan; 17. Dinas Kelautan dan Perikanan; 18. Dinas Kehutanan; Dinas

Perindustrian dan Perdagangan; 19. Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral; 20. Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa ; 21. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan; 22.

Dinas Lingkungan Hidup; 23. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan; dan 24. Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Sedangkan Jumlah Badan yang ada di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebanyak 22

(Dua Puluh Dua), terdiri dari : 1. Inspektorat: 2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda); 3.

Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA); 4. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol); 5.

Badan Penelitan dan Pengembangan (Balitbang); 6. Badan Pendidikan dan Pelatihan; 7. Badan

Kepegawaian Daerah; 8. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah; 9. Badan Pendidikan dan

Pelatihan; 10. Badan Penghubung Daerah Provinsi; 11. Badan Penanggulangan Bencana Daerah; 12.

RSUD. Dr Soetomo Surabaya; 13. RS Jiwa Menur Surabaya; 14. RSUD. Haji Surabaya; 15. RSUD. Dr

Saiful Anwar Malang; 16. RSUD Dr. Soedono Madiun; 17.Badan Perwakilian Wilayah Bojonegoro; 18.

Badan Perwakilan Wilayah Madiun; 19. Badan Perwaklian Wilayah Malang; 20. Badan Perwakilan Wilayah

Jember; 21. Badan Perwakilan Wilayah Pamekasan dan; 22. Satuan Polisi Pamong Praja.

Sementara itu, Sekretariat Daerah terdiri 3 (tiga) Asisten ( Asisten Bidang Pemerintahan dan

Kesra ; Asisnten Bidang Ekonomi dan Pembangunan serta Asisten Administrasi Umum ) dengan 9 (

sembilan) Biro, terdiri dari : 1.Biro Administrasi Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah; 2. Biro

Administrasi Kesejahteraan Sosial; 3. Biro Hukum; 4.Biro Administrasi Perekonomian; 5. Biro Administrasi

Pembangunan; 6. Biro Administrasi Sumber Daya Alam; 7. Biro Organisasi; 8. Biro Humas Protokol dan; 9.

Biro Umum.

Page 25: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

18

1.3.5. Kondisi Sosial Politik Pemilihan Umum 2014 menghasilkan komposisi perolehan kursi partai politik di DPRD Provinsi

Jawa Timur 2015-2019 sebagai berikut: Partai Kebangkitan Bangsa (20 kursi); Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (19 kursi); Fraksi Gerindra (13 kursi); Fraksi Demokrat (13 kursi); Partai Golkar (11 kursi);

Partai Amanat Nasional (7 kursi); Partai Keadilan Sejahtera (6 kursi); Partai Persatuan Pembangunan (5

kursi); dan Fraksi Nasdem Hanura (6 kursi). (Sumber : KPU Jatim Tahun 2014).

Kehidupan sosial politik masyarakat Provinsi Jawa Timur sangat dinamis, namun relatif terkendali

dan aman. Hal ini terbukti dari pelaksanaan Pemilihan Gubernur Jawa Timur pada 2014 yang berlangsung

sampai dua kali putaran, kemudian melahirkan sengketa Pilkada ke Mahkamah Konstitusi. Meski suhu

politik Jawa Timur selama berlangsungnya Pemilihan Gubernur sempat memanas, namun tidak sampai

menimbulkan gangguan terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat secara keseluruhan.Jumlah

organisasi masyarakat yang tercatat pada Badan Kesatuan Bangsa sampai 2013 sebanyak 873 buah.

1.4. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN KEWENANGAN Pemerintah Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950

tentang Pembentukan Propinsi Jawa Timur Juncto Nomor 18 Tahun l950 Peraturan tentang Mengadakan

Perubahan dalam Undang-Undang Tahun 1950 Nomor 2 dari hal Pembentukan Propinsi Jawa Timur

(Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 32 ). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, bahwa Pemerintah Provinsi berdasarkan kewenangan yang dimiliki merupakan

Daerah Otonom yang seluas-luasnya. Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom yang luas

menjalankan kewenangan wajib dan kewenangan pilihan.

Kewenangan wajib yang dijalankan oleh Pemerintah Provinsi meliputi : perencanaan dan

pengendalian pembangunan, perencanaan pemanfatan dan pengawasan tata ruang, penyelenggaraan

ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, penyediaan sarana prasarana umum, penanganan bidang

kesehatan, penyelenggaraan pendidikan, penanggulangan masalah sosial, pelayanan bidang

ketenagakerjaan, fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah, pengendalian lingkungan

hidup pelayanan pertanahan, pelayanan administrasi umum pemerintahan, pelayanan perizinan

administrasi penanaman modal, penyelenggaraan pelayanan dasar dan lainnya, serta urusan wajib yang

diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Sedangkan kewenangan yang bersifat pilihan meliputi

urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan Daerah dan potensi yang menjadi unggulan di Provinsi Jawa

Timur.

Penyelenggara Pemerintah Provinsi Jawa Timur dipimpin oleh seorang Gubernur yang dibantu

oleh seorang Wakil Gubernur. Dalam menyelenggarakan pemerintahan berpedoman pada azas umum

penyelenggaraan Negara yang terdiri atas : azas kepastian hukum, azas tertib penyelenggaraan negara,

azas kepentingan umum, azas keterbukaan, azas proporsionalitas, azas profesionalitas, azas

akuntabilitas, azas kompetensi, azas efisiensi dan azas efektifitas.

Tugas Gubernur sebagai wakil Pemerintah adalah sebagai berikut :

1. Gubernur yang dikarenakan Jabatannya berkedudukan juga sebagaiWakil Pemerintah di Wilayah

Provinsi Jawa Timur;

2. Dalam kedudukannya sebagai wakil Pemerintah, Gubernur Bertanggungjawab kepada Presiden

Republik Indonesia.

Page 26: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

19

Dalam kedudukannya sebagai wakil Pemerintah, Gubernur mempunyai tugas dan wewenang:

1. Pembinaan & pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten/Kota se-Jawa Timur;

2. Koordinasi penyelenggaraan urusan Pemerintahan di Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Jawa

Timur;

3. Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaran tugas pembantuan di Daerah Provinsi dan

Kabupaten/Kota se Jawa Timur.

Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Kepala Daerah :

1. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;

2. Mengajukan Rancangan Peraturan Daerah;

3. Menetapkan Peraturan Daerah yang telah mendapatkan persetujuan bersama DPRD;

4. Menyusun dan mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama;

5. Mengupayakan terlaksananya kewajiban Daerah;

6. Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

7. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kewajiban Gubernur sebagai Kepala Daerah adalah:

1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia;

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

3. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;

4. Melaksanakan kehidupan demokrasi;

5. Mentaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan;

6. Menjaga etika dan norma dalam penyelenggaran pemerintahan daerah;

7. Memajukan dan mengembangkan daya saing Daerah;

8. Melaksanakan prinsip tata kepemerintahan yang bersih dan baik;

9. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan penge-lolaan keuangan Daerah;

10. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertikal di Daerah dan semua perangkat Daerah;

11. Menyampaikan rencana strategis penyelenggaraan pemerintahan daerah di hadapan Rapat Paripurna DPRD.

1.5. ISU-ISU STRATEGIS 1.5.1. Isu Internasional 1.5.1.1. Gejolak Perekonomian Global

Kondisi perekonomian global hingga permulaanTahun 2014 masih diwarnai dengan ekses gejolak

krisis global yang diawali dari Krisis Utang Yunani yang mengimbas pada Uni Eropa hingga Amerika dan

akhirnya berdampak pada seluruh dunia. Krisis ekonomi global tersebut memunculkan isu strategis

internasional yang antara lain meliputi :

● Pertama adalah ketidakpastian mengenai kecepatan pemulihan global. Perkembangan hingga akhir

tahun 2013 menunjukkan pemulihan ekonomi global yang tidak sesuai harapan, bahkan melambat.

Situasi menjadi tidak pasti karena bergesernya lanskap ekonomi global.

Page 27: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

20

● Isu kedua, terkait ketidakpastian yang meluas seiring ketidaktegasan kebijakan di Amerika Serikat, baik

terkait penarikan stimulus kebijakan moneter maupun penyelesaian batas anggaran dan penghentian

belanja pemerintah. Situasi yang berlarut ini memicu penilaian ulang risiko oleh investor dan

menimbulkan reaksi berlebih, akhirnya menimbulkan gejolak di pasar keuangan global, termasuk

Republik IndonesiaI.

● Ketiga adalah berkaitan dengan ketidakpastian perkembangan harga komoditas. Sejalan dengan

ekonomi global yang lambat dan pasar keuangan global yang bergejolak, harga komoditas masih

melanjutkan tren penurunannya sehingga mempertegas era siklus panjang harga komoditas.

1.5.1.2. Lingkungan Hidup Isu Internasional lingkungan hidup adalah perubahan iklim dan pemanasan global sebagai akibat

dari peningkatan emisi gas rumah kaca yang berdampak pada keanekaragaman hayati, desertifikasi

(degradasi lahan, lahan kering semakin gersang, kehilangan badan air, vegetasi, dan kehidupan liar),

kenaikan temperatur serta terjadi pergesaran musim. Untuk membatasi peningkatan suhu global perlu

dilakukan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) oleh semua pihak, dengan catatan pelaksanaan di

negara berkembang harus sesuai dengan usaha pembangunan ekonomi, sosial dan pengentasan

kemiskinan.

1.5.1.3. Millenium Development Goals (MDG's) Isu global dari lahirnya deklarasi millenium atau Millenium Development Goal’s (MDG’s) yang

diungkapkan dalam KTT Millenium di New York bulan September 2000 adalah masih tingginya angka

kemiskinan di dunia dimana hampir separuh penduduk dunia hidup dengan pendapatan kurang dari 2

dolar, sekitar 800 juta orang dalam kondisi kelaparan, derajat kesehatan yang masih rendah dimana setiap

tahun hampir 11 juta anak meninggal sebelum mencapai usia balita, setiap tahun lebih dari 18 juta orang

meninggal akibat hal-hal yang berhubungan dengan kemiskinan, umumnya mereka adalah perempuan dan

anak-anak. Adanya kesenjangan akses pada pendidikan antara anak lelaki maupun perempuan, ketidak

pedulian manusia akan lingkungan dan solidaritas internasional juga menjadi latar belakang dicetuskannya

MDG’s. Sampai pada tahun 2015 diyakini bahwa MDG’s belum tercapai secara tuntas, oleh karena itu

perlu rencana pembangunan pasca MDG’s 2015 atau yang dikenal dengan Sustainable Development

Goals (SDGs). SDGs memiliki 5 pondasi yaitu manusia, planet, kesejahteraan, perdamaian, dan kemitraan

yang ingin mencapai tiga tujuan mulia di tahun 2030 berupa mengakhiri kemiskinan, mencapai kesetaraan,

dan mengatasi perubahan iklim. Untuk mencapai tiga tujuan mulia tersebut, disusun 17 Tujuan Global

berikut : 1) Tanpa Kemiskinan; 2)Tanpa Kelaparan; 3) Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan; 4)

Pendidikan Berkualitas; 5) Kesetaraan Gender; 6) Air Bersih dan Sanitasi; 7) Energi Bersih dan

Terjangkau; 8) Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak; 9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; 10)

Mengurangi Kesenjangan; 11) Keberlanjutan Kota dan Komunitas; 12) Konsumsi dan Produksi

Bertanggung Jawab; 13) Aksi Terhadap Iklim; 14) Kehidupan Bawah Laut; 15) Kehidupan di Darat; 16)

Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian; 17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Dari 17 Tujuan tersebut

terdiri dari 169 target dan 241 indikator yang pelaksanaannya dikelompokkan menjadi 4 pilar yaitu Pilar

Pembangunan Sosial, Ekonomi, Lingkungan, serta Pembangunan Inklusif dan Cara Pelaksanaan. Dalam

rangka mencapai keberhasilan SDGS yang ditargetkan sampai tahun 2030, ada tiga prinsip pelaksanaan SDGs

yaitu :

a) Universality, yaitu SDGs dilaksanakan oleh negara maju maupun negara berkembang;

Page 28: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

21

b) Integration, yaitu SDGs dilaksanakan secara terintegrasi dan saling terkait pada semua dimensi sosial,

ekonomi, dan lingkungan;

c) No one Left Behind, yaitu harus memberi manfaat bagi semua terutama yang rentan, dan pelaksanaan

melibatkan semua pemangku kepentingan.

1.5.1.4. Ancaman Global Terhadap Krisis Pangan Pertumbuhan penduduk dunia yang semakin pesat yang diikuti oleh semakin besarnya alih fungsi

lahan pertanian ke non pertanian telah berdampak pada semakin terbatasnya ketersediaan pangan dunia,

sehingga perlu upaya-upaya yang berkekanjutan untuk memperbaiki struktur produksi pangan yang diikuti

dengan menekan laju pertumbuhan penduduk Situasi produksi pangan di dunia diperkirakan relatif membaik

tahun 2014. Total produksi cerealia di dunia akan meningkat 8,4% di periode 2013/2014 dibanding 2012/2013.

Peningkatan terjadi 2, 6% di negara berkembang dan 17,4% di negara maju (FAO Crop Prospects and Food

Situation, Desember 2013). Stok cerealia di dunia pada akhir musim 2014 diperkirakan meningkat 13,4%

lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan demikian, harga cerealia dunia terutama gandum,

beras dan jagung akan menurun di tahun 2014. Harga kedelai internasional serta minyak nabati akan

menurun juga (FAO Food Price Index, 9/1/2014).

1.5.1.5. Energi Isu internasional energy dan sumberdaya mineral adalah keterbatasan energy dan pengembangan

energy baru terbarukan, pertambangan illegal dan pertambangan berkelanjutan. Minyak merupakan salah

satu energi yang masih tetap dipertahankan dan dibutuhkan, namun saat ini dunia dihadapkan pada

produksi minyak yang terus menurun dan sebaliknya kebutuhan akan konsumsi minyak terus meningkat

sebanding dengan jumlah populasi penduduk. Berangkat dari peningkatan tajam harga minyak dunia yang

pernah terjadi waktu lalu, telah memunculkan adanya isu keamanan energi kini telah menjadi salah satu

isu terhangat dalam agenda keamanan global dan hubungan internasional.

Salah satu upaya untuk mengatasi isu dimaksud tahun 2012 ditetapkan sebagai tahun energi

terbarukan internasional oleh PBB dalam rangka meraih tiga target besar yaitu: menjamin akses yang

setara atas energi modern, melipatgandakan efisiensi energi dan melipatgandakan kontribusi energi

terbarukan dalam struktur energi global sebelum 2030. Di level regional (APEC) juga mengagendakan isu

energi dan ketahanan pangan disamping isu-isu perekonomian.

1.5.1.6. Air Isu internasional terkait dengan Air diantaranya adalah: a) Pencapaian target MDG’s 2015untuk

sektor Air Minum dan Sanitasi di perkotaan dan pedesaan. Sesuai dengan tujuan pembangunan millenium

(MDG’s) bahwa Program Pengelolaan Sumber Daya Air harus mendukung untuk memberantas kemiskinan

dan kelaparan ekstrem serta untuk memastikan kelestarian lingkungan Penetapan agenda baru dalam

pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang merupakan akselerasi setelah tahun 2015 (MDGs) dengan isu

yang terkait air diantaranya adalah :

a) Meningkatnya polusi, maraknya dumping dan pelepasan bahan kimia berbahaya serta material

lainnya yang mengakibatkan penurunan kualitas air. Dimana kualitas air akan berpengaruh pada

masalah kesehatan, ketahanan pangan, kemiskinan, dan tantangan lingkungan. Sehingga diperlukan

adanya upaya untuk mengurangi polusi terhadap air tawar melalui penampungan dan pengolahan air

limbah.

Page 29: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

22

b) Efisiensi penggunaan air di semua sektor dan menjamin pemanfaatan serta pasokan air tawar

untuk mengatasi kelangkaan air yang berkelanjutan. Pengambilan air yang berlebihan menyebabkan

permasalahan terhadap sumber daya air terhadap manusia dan ekosistem,yang mengakibatkan biaya

lingkungan yang tinggi. Oleh karena itu, dalam rangka mengurangi pengambilan air secara berlebihan

guna menjamin keberlanjutan sumber daya air, perlu untuk mengadopsi beberapa teknik penghematan

pemanfaatan air di semua sektor, seperti: pertanian (misalnya irigasi tetes/dripirrigation) dan industri

(misalnya teknik penggunaan kembali air limbah).

c) Perlindungan dan pemulihan terhadap ekosistem yang berhubungan dengan sumber daya air.

Ekosistem seperti lahan basah, hutan, sungai dan danau merupakan ekosistem yang sangat penting

dalam kaitannya dengan menjaga kualitas dan kuantitas air. Apabila ekosistem tersebut menjadi rusak,

maka akan kehilangan ketahanan yang dapat berakibat pada penurunan kualitas dan ketersediaan air.

Perlu adanya perlindungan dan pemulihan terhadap ekosistem akibat adanya aktivitas manusia,

misalnya urbanisasi, praktek-praktek pertanian yang tidak tepat serta polusi).

1.5.1.7. Transportasi Tantangan global transportasi adalah keterkaitan antara pembangunan infrastrukur transportasi

dengan lingkungan. Di berbagai negara menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur transportasi yang

dibutuhkan tidak selalu menjadi solusi yang terbaik. Sedangkan tantangan lainnya meliputi :

a) Pembangunan infrastruktur transportasi menimbulkan dampak lingkungan akibat keberadaan dan

pengoperasian infrastruktur transportasi, sementara wilayah memiliki batas kapasitas lingkungan

tertentu untuk menerima dampak yang muncul.

b) Faktor–faktor yang terkait dengan pengoperasian moda-moda transportasi bersifat sangat dinamis

karena tingkat gangguannya tergantung dari volume penggunaan, jenis moda, dan teknologi yang

digunakan. Dampak lingkungan yang dirasakan akibat pengoperasian transportasi ini yang umumnya

menjadi isu-isu yang berkepanjangan karena terus berkembang seiring dengan perkembangan aktivitas

manusia.

1.5.2. ISU NASIONAL 1.5.2.1. Semakin Besarnya Subsidi dan Instabilitas Harga Komoditi

Tiga isu strategis yang mewarnai perekonomian nasional Indonesia terakhir ini antara lain :

● Pertama terkait beban subsidi yang mempengaruhi ketahanan fiskal pemerintah. Jumlah subsidi akan

terus membesar jika tidak ada upaya untuk menguranginya. Beban subsidi ini akan berdampak negatif

terhadap ekonomi ke depan.

● Kontraksi perekonomian global yang berakibat pada defisit neraca transaksi berjalan ( current account).

● Kontraksi terhadap Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar AS yang mengakibatkan kemungkikan berbagai

dampak diantaranya cadangan devisa.

Prediksi Dana Moneter Internasional (IMF) tentang bakal ambrolnya harga minyak mentah

sebesar $ 5-15 per barel di tahun 2016, mengagetkan banyak kalangan. Dan ternyata prediksi tersebut

menjadi kenyataan, terutama pada Semester I – 2016 harga minyak mentah dunia memang merosot

hingga mencapai titik terendah (limit) pada tingkat keekonomian produksinya.

Sebelum Presiden Joko Widodo mereformasi anggaran subsidi BBM, merosotnya harga minyak

memang membawa berkah bagi Indonesia. Karena, sepanjang tahun 2012-2014 pemerintah harus

menanggung beban subsidi hingga Rp 300 triliun per tahun, karena harga minyak rata-rata berada di atas

Page 30: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

23

level $ 100 per barel. Namun, dalam APBN 2016 anggaran untuk subsidi BBM tinggal "hanya" Rp 63,7

triliun yang terdiri dari dana subsidi LPG tabung 3 kg, minyak tanah, dan solar. Hal ini mengindikasikan

bahwa dengan ambrolnya harga minyak dunia ternyata tidak terlalu berpengaruh di sisi pengeluaran.

Sebaliknya, dampaknya justru terasa di sisi pendapatan. Target APBN 2016 untuk perolehan penerimaan

dari sektor minyak dan gas dipatok sebesar Rp 120 triliun, terdiri dari Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP) migas Rp 78,6 triliun dan PPh Migas Rp 41,4 triliun. APBN 2016 tersebut ditetapkan di atas asumsi

harga minyak US$ 50 per barel sedangkan target produksi atau lifting minyak adalah sebesar 830 ribu

barel per hari. Alhasil, apabila harga minyak anjlok hingga US $ 20 per barel, maka potensi hilangnya

penerimaan negara dapat mencapai Rp 42,8 triliun.

Berkurangnya penerimaan negara dari PNBP migas sendiri terhitung bisa mencapai nilai yang

rata-rata menyumbang 73 persen terhadap total PNBP migas. Target PNBP migas ditetapkan Rp 78,6

triliun. Dengan demikian PNBP minyak bumi yang diterima adalah sekitar Rp 57 triliun. Jika harga minyak

merosot hingga 60 persen menjadi $20 per barel, maka dapat menyusutkan PNBP minyak bumi menjadi

Rp 23 triliun. Dengan kata lain, pendapatan dari pos ini akan berkurang sekitar Rp 34 triliun. Kondisi ini

belum ditambah potensi tergerusnya penerimaan negara yang berasal dari PPh Migas. Pendapatan PPh

dari minyak bumi rata-rata menyumbang 35 persen dari total pendapatan PPh migas atau sebesar Rp 14,7

triliun dari target APBN 2016. Anjloknya harga minyak mentah itu, dapat mengikis penerimaan negara

hingga Rp 8,8 triliun.

Artinya, dari kedua analisa tersebut, Pemerintah pada tahun 2016 bisa kehilangan potensi

penerimaan negara dengan total senilai Rp 42,8 triliun atau 2 persen dari target penerimaan negara dalam

APBN 2016. Hal inilah yang menyebabkan pada tahun anggaran 2016 Pemerintah perlu melakukan

kebijakan pengurangan/efisiensi anggaran baik APBN maupun APBD hingga mencapai 3 kali, dan hal ini

tentu akan berpengaruh signifikan terkait kinerja pembangunannya.

1.5.2.2. Situasi Pangan Nasional Dalam perkembangannya, pada tahun 2016 kinerja industri pangan indonesia terlihat sudah semakin

produktif dan mengalami pertumbuhan. Baru baru ini The Economist Intelligence Unit merilis data ketahanan

pangan internasional yang di beri nama Global Food Security Index (GFSI), dari hasik tersebut, tercatat posisi

ketahanan pangan indonesia saat ini berada pada posisi ke 71 dari total 113 negara yang telah di obesrvasi

sepanjang tahun 2016 ini. hasil tersebut terlihat ketahanan pangan nasional mengalami pertumbuhan walaupun

masih di peringkat terendah.

Peringkat tersebut bisa di bilang masih rendah, namun jika di bandingkan tahun sebelumnya indonesia

masih berada di peringkat 76-80. Secara keseluruhan, ketahanan pangan nasional mengalami kenaikan poin

sekitar 50.6. tahun 2015 lalu hanya 47.9 poin. meningkatnya nilai ketahanan pangan nasional di lihat

berdasarkan 3 jangkauan utama seperti, Ketersediaan, Keterjangkauan serta kualitas dan keamanan. Dari segi

keterjangkauan, indonesia mendapatkan nilai 50.3 poin dari tahun sebelumnya yang hanya mendapat 46.8

poin. Untuk ketersediaan indonesia mendapat sekitar 54.1 poin dari sebelumnya sekitar 51.2 poin dan kualitas

dan keamanan naik tipis ke 42 dari sebelumnya 41,9.

1.5.2.3. Infrastruktur Untuk mengatasi permasalahan infrastruktur serta dalam rangka mendukung pencapaian target

infrastruktur Middle Income Country maka, percepatan pembangunan bidang infrastruktur menekankan

lima prioritas Utama yaitu :

a) Percepatan Pembangunan Perumahan;

Page 31: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

24

b) Pembangunan Infrastruktur/Prasarana Dasar Kawasan Permukiman serta Energi dan

Ketenagalistrikan ;

c) Menjamin ketahanan air untuk mendukung ketahanan nasional;

d) PenguatanKonektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan;

e) Pembangunan Transportasi Massal Perkotaan;

f) Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi dalam Pembiayaan

g) Infrastruktur.

1.5.2.4. Penerapan SPM Target pencapaian SPM tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) Tahun 2010 – 2014, yang merupakan salah satu bagian dari prioritas pertama dari 11 prioritas

nasional, yaitu reformasi birokrasi dan tata kelola. Prioritas reformasi birokrasi dan tata kelola

menginginkan terjadinya pemantapan tata kelola pemerintahan yang lebih baik melalui terobosan kinerja

secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum yang berwibawa, dan transparan. Hal itu

kemudian didukung dengan peningkatan kualitas pelayanan publik yang ditopang oleh efisiensi struktur

pemerintah di pusat dan di daerah, kapasitas pegawai pemerintah yang memadai dan data kependudukan

yang baik.

Kebijakan terkait dengan pelaksanaan SPM di daerah tertuang dalam Pasal 10 ayat (1) UU Nomor

32/2004 tentang pemerintah. Dalam pasal ini disebutkan bahwa Pemerintahan Daerah menyelenggarakan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Kemudian Pasal 11 ayat (3) menyebutkan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Luasnya cakupan pelayanan dasar,

sebagaimana urusan wajib yang menjadi kewenangan daerah. Sehingga perlu adanya pengaturan standar

pelayanan, paling tidak dalam kategori minimal dengan berpedoman pada standar yang ditetapkan.

Tujuannya adalah untuk mengukur tingkat kualitas pelayanan jasa, pelayanan barang dan/atau pelayanan

usaha yang diberikan pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. SPM merupakan tolok ukur untuk menilai kinerja penyelenggaraan pelayanan dasar kepada

masyarakat di bidang pemerintahan umum, pendidikan, kesehatan, fasilitas umum dan layanan publik

lainnya.

Penerapan SPM di Provinsi dan Kabupaten / Kota di Jawa Timur, belum semua dituangkan dalam

bentuk aturan (Peraturan Daerah / Peraturan Kepala Daerah / Instruksi) kebanyakan masih dalam bentuk

surat Kepala Daerah tentang pelaksanaan dan pelaporan SPM di Daerah. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penetapan dan Penerapan Standar Pelayanan

Minimal, memang tidak dinyatakan bahwa penetapan dan pelaksanaan SPM harus ditetapkan dalam

Peraturan Kepala Daerah. Untuk SPM Provinsi secara prinsip telah masuk dalam RPJMD Provinsi Jawa

Timur Tahun 2009-2014 sebagaimana termuat dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 38 Tahun

2009, tetapi tidak secara eksplisit memuat masing-masing indikator sebagaimana SPM yang telah

ditetapkan oleh Pemerintah / Kementerian yang bersangkutan.SPM Provinsi secara koordinatif telah

dilakukan pembahasan dalam rapat koordinasi yang memuat 9 bidang tetapi dalam perkembangannya 1

(satu) bidang SPM telah ditetapkan tersendiri dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 44 Tahun

2013 tentang Penerapan dan Rencana Program Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial,

sedangka 8 bidang lainnya masih dalam proses.

Page 32: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

25

1.5.2.5. Gender Isu gender dan anak merupakan masalah utama dalam pembangunan, khususnya pembangunan

sumberdaya manusia. Walaupun sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

kualitas hidup perempuan dan anak serta penguatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender

dan anak, namun realita menunjukkan masih adanya kesenjangan dalam hal akses, partisipasi, manfaat

serta penguasaan terhadap sumberdaya seperti pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan bidang

strategis lainnya. Perlindungan bagi perempuan dan anak dari berbagai tindakan eksploitasi, diskriminasi

dan kekerasan juga masih belum optimal, sehingga pelayanan dan penanganan kepada perempuan dan

anak sebagai kelompok rentan dan “korban terbesar” akibat kekerasan juga masih relatif rendah. Dampak

dari pelaksanaan pembangunan yang belum mempertimbangkan kesetaraan, pemberdayaan perempuan

dan perlindungan anak, akan memperlambat proses pembangunan suatu bangsa. Diperlukan suatu sistem

yang terpadu dan komitmen yang kuat dari semua pemangku kepentingan untuk dapat mengatasi isu

gender dan anak salah satunya adalah terkait dengan Integrasi Pengarusutamaan Gender. Integrasi

Pengarusutamaan Gender kedalam siklus perencanaan dan penganggaran baik di Tingkat Pusat maupun

Daerah diharapkan dapat mendorong pengalokasian sumber daya pembangunan menjadi lebih efektif,

dapat dipertanggungjawabkan dan adil dalam memberikan manfaat pembangunan bagi seluruh penduduk

Indonesia baik laki-laki maupun perempuan, anak laki-laki maupun anak perempuan. Isu Strategis Gender

ini nantinya akan berdampak pada peningkatan kapasitas SDM penggerak PPRG di daerah. Dengan

meningkatnya kapasitas SDM penggerak PPRG daerah diharapkan dapat mengawal pelaksanaan PPRG

di masing-masing SKPD sehingga program dan kegiatan yang dilakukan SKPD benar-benar dapat

mengintegrasikan isu kesenjangan gender sehingga dapat menjawab permasalahan pembangunan

dimasing-masing sektor.

1.5.2.6. Lingkungan Hidup Isu lingkungan hidup secara nasional meliputi perusakan/kebakaran hutan, banjir/longsor, kemarau

panjang, perburuan/perdagangan hewan dilindungi; penghancuran terumbu karang, polusi air dari limbah

industry, polusi udara, limbah B3, pembuangan sampah tanpa pengolahan, serta Rencana Aksi Nasional

penurunan emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK) sebagai upaya adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan

iklim.

RAN GRK merupakan komitmen Indonesia dalam menghadapi permasalahan perubahan iklim,

untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan usaha sendiri dan mencapai 41% jika

mendapat dukungan internasional pada tahun 2020.

1.5.2.7. Energi Isu energi dan sumber daya mineral nasional adalah ketahanan energy, diversifikasi energy,

konservasi energy, dukungan terhadap MP3EI, subsidi energy, energy untuk daerah perbatasan dan

tertinggal, pengelolaan sumber daya mineral dan pertambangan, peningkatan nilai tambah mineral, dan isu

terkait lingkungan hidup. Adapun rasio elektrifikasi nasional tahun 2012 adalah sebesar 76,56%, yang

berarti bahwa masih terdapat sekitar 23,44% belum terpenuhi. Jika dilihat rasio elektrifikasi di ASEAN,

Indonesia relatif tertinggal apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Vietnam,

Malaysia, dan Thailand. Sedangkan Indonesia, lebih tinggi dibanding dengan Filipina. Jika estimasi satu

keluarga terdiri dari empat orang, maka +28 juta penduduk Indonesia belum bisa menikmati listrik, karena

hingga pertengahan 2016 rasio elektrifikasi Indonesia baru mencapai 89,5%.

Page 33: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

26

1.5.2.8. Isu Wilayah Perbatasan Perbedaan karakteristik dan potensi wilayah diantara dua wilayah yang saling berbataasan,

hingga saat ini masih berpotensi memicu gejolak antar masyarakat. Di sisi lain perbedaan dalam aturan

dan penerapannya juga memungkinkan munculnya permasalahan yang memungkinkan terjadinya gejolak

antar wilayah. Isu strategis dari permasalahan yang terjadi di wilayah perbatasan antar Provinsi (Provinsi

Jawa Timur dengan Jawa Tengah, maupun Provinsi Jawa Timur dengan Provinsi Bali) maupun

Kabupaten/Kota di Jawa Timur antara lain :

- Disharmoni aturan, kebijakan serta penerapannya; Fenomena ini muncul seperti adanya perbedaan penerapan aturan pada sektor Pendidikan (misalnya perbedaan aturan Sekolah di dua wilayah perbatasan), Kesehatan (misalnya dalam kebersamaan Pemberantasan Wabah Penyakit), Sosial (misalnya dalam kebersamaan penanganan PMKS), Perikanan & Kelautan (misalnya kesamaan dalam penerapan aturan pemakaian Jaring di Laut);

- Kesenjangan Sosial/ekonomi; Kesenjangan karakteristik Sosial Ekonomi kemasyarakatan seperti pada dua wilayah yang berbeda akan semakin memperlebar disparitas antar wilayah;

- Disorientasi Prioritas Pembangunan; Perbedaan orirntasi pembangunan yang akan diprioritaskan berpotensi memunculkan masalah di wilayah perbatasan seperti perbedaaan waktu penanganan Infrastruktur jalan yang saling berhubungan pada dua wilayah yang saling berbatasan;

- Eksploitasi Pemanfaatan Sumber Daya Alam Kerjasama pengelolaan pemanfaatan sumber daya alam perlu dipertimbangkan dampaknya pada wilayah lain di luar wilayah administrasinya sendiri. Fenomena pemakaian Air Bersih dari Provinsi lain dengan perlunya juga mempertimbangkan konservasi hutan serta daya dukung lingkungan.

1.5.3. ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN JAWA TIMUR 2014-2019 Isu strategis pembangunan Jawa Timur pada periode 2014-2019 dirumuskan dari (1)

permasalahan-permasalahan pembangunan per urusan dalam pemerintahan Jawa Timur periode

sebelumnya (2009-2014); dan (2) isu-isu strategis internasional, regional (Asia), nasional, maupun

kebijakan pembangunan yang tertuang dalam dokumen perencanaan Jawa Timur yang menjadi acuan

penyusunan RPJMD Provinsi Jawa Timur 2014-2019.Berdasarkan informs yang dijelaskan pada sub-sub

bab sebelumnya, maka isu strategis pembangunan Jawa Timur pada periode 2014-2019 dapat dirangkum

sebagai berikut :

1. Isu strategis yang terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang merata di seluruh

wilayah Jawa Timur. Sejumlah permasalahan/isu strategis dimaksud antara lain :

a) Disparitas wilayah di Jawa Timur yang masih relative tinggi;

b) Permasalahan pengangguran, kondisi ketenagakerjaan serta hubungan industrial yang rentan

(terbatasnya perlindungan tenaga kerja);

c) Terbatasnya kualitas sumberdaya manusia, baik dari sisi tingkat pendidikan, derajat kesehatan

maupun daya belinya. Masyarakat rentan terhadap instabilitas harga komoditas serta

ketergantungan tinggi terhadap subsidi pemerintah;

d) Disparitas gender yang masih jelas terlihat ;

e) Relatif tingginya angka kemiskinan; dan

f) Kejadian bencana alam yang tidak terduga yang sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan

masyarakat.

2. Isu strategis terkait upaya peningkatan perekonomian wilayah berbasis potensi ekonomi lokal

Jawa Timur (agrobisnis, agroindustry dan industrialisasi) sehingga diharapkan dapat bersaing dalam

Page 34: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

27

perekonomian global, namun tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat banyak, khususnya

“wong cilik”. Beberapa isu strategis yang dimaksud antara lain :

a) Isu pertumbuhan ekonomi yang inklusif ;

b) Isu ketahanan pangan & ancaman global terhadap krisis pangan;

c) Keterbatasan infrastruktur dan pemerataannya;

d) Peningkatan produkstifitas sektor-sektor unggulan Jawa Timur;

f) Gejolak perekonomian global dan globalisasi ekonomi Asia dan dunia.

3. Isu srategis terkait upaya penciptaan pembangunan berkelanjutan, di mana ada keseimbangan antara

tujuan pembangunan ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan. Beberapa isu strategis yang dimaksud

adalah :

a) Berbagai permasalahan lingkungan hidup;

b) Kecukupan dan keberlanjutan daya dukung air, energi maupun sumberdaya alam lainnya;

c) Isu perencanaan dan pemanfaatan tata ruang ;

d) Permasalahan kuantitas dan kualitas sarana-parasarana transportasi.

4. Isu strategis terkait tata kelola pemeritahan daerah, antara lain :

a) Implementasi Undang-Undang Desa;

b) Perubahan kewenangan pemerintah pusat-propinsi-kabupaten /kota;

c) Isu kerjasama daerah

d) Keterbatasan kualitas pelayanan publik, termasuk terbatasnya pemanfaatn teknologi dan informasi

dalam pelayanan public yang dapat menjamin tata kelola yang baik;

e) Keterbatasan kualtas sumberdaya aparatur negara.

5. Isu strategis terkait kehidupan beragama dan bermasyarakat serta berpolitik masyarakat Jawa Timur,

meliputi:

a) Isu konflik berbasis agama ataupun konflik sosial lainnya, khususnya saat menjalankan

demokrasi;

b) Isu konflik terkait wilayah perbatasan.

Page 35: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

28

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan suatu proses

perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu berisi visi, misi,

tujuan, sasaran, dan strategi yang dilaksanakan melalui kebijakan dan program Kepala Daerah.

Penyusunan RPJMD Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2014-2019 berdasarkan Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4421) dan ketentuan Pasal 15 Ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintah Provinsi Jawa Timur merupakan

perencanaan jangka menengah dan bersifat global yang perlu dijabarkan dalam perencanaan yang lebih

mikro, operasional, dan berjangka pendek dalam satu tahunan berupa Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD) Provinsi Jawa Timur.

2.1. RPJMD TAHUN 2014 - 2019

RPJMD Pemerintah Provinsi Jawa Timur ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi Timur

nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 3 Tahun 2014

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014–

2019. Salah satu alas an diubahnya RPJMD Provinsi Jawa Timur adalah terbitnya Undang-Undang Nomor

23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang

Perangkat Daerah dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 11 tahun 2016 tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. Selain itu Perubahan RPJMD dilakukan karena adanya

perubahan mendasar terhadap pola perencanaan Pemerintah Provinsi Jawa Timur terutama pada

perubahan-perubahan Ukuran Kinerja Kepala Daerah yang kemudian akan dilaksanakan pada Tahun 2018

dan 2019.

2.1.1. V i s i

Visi Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014–2019 adalah sebagai berikut:“Jawa Timur

Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berdaya Saing dan Berakhlak”,bahwa pembangunan Jawa

Timur adalah pembangunan untuk semua tanpa terkecuali, yang secara implisit didalamnya mengandung

makna pembangunan yang berkeadilan dan merata. Strategi umum pembangunan Jawa Timur 2014-2019

juga secara lebih tegas menyatakan keberpihakannya (affirmative) kepada rakyat miskin melalui strategi

pertumbuhan ekonomi yang berpihak kepada rakyat miskin, atau disebut pro-poor growth, yang dilandasi

pemikiran bahwa pertumbuhan dan pemerataan harus berjalan serempak, dan bukan pilihan prioritas

(trade-off) satu terhadap lainnya.

Page 36: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

29

2.1.2. M i s i

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan yang merupakan penjabaran dari

Visi yang telah ditetapkan. Misi Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014–2019 sebagai berikut :

“Makin Mandiri dan Sejahtera bersama Wong Cilik“,maka dirumuskan fokus-fokus program

pembangunan yang dikelompokkan kedalam 5 (lima) Misi Utama, yaitu :

1. Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan;

2. Meningkatkan Pembangunan Ekonomi yang Inklusif, Mandiri, dan Berdaya Saing, Berbasis

Agrobisnis / Agroindustri, dan Industrialisasi;

3. Meningkatkan Pembangunan yang Berkelanjutan dan Penataan Ruang;

4. Meningkatkan Reformasi Birokrasi, dan Pelayanan Publik;

5. Meningkatkan Kualitas Kesalehan Sosial dan Harmoni Sosial.

2.1.3. Tujuan

Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai

dengan 5 (lima) tahun. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta

didasarkan pada isu-isu dan analisis strategis. Tujuan Pembangunan terdapat dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019, adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Jawa Timur, bukan untuk segelintir orang tertentu.

Kemakmuran Jawa Timur yang ingin diwujudkan adalah kemakmuran bersama, terutama wong cilik. Wong

cilik atau rakyat kecil merupakan subjek pembangunan, dan tidak boleh tertinggal, apalagi ditinggalkan,

dari proses dan hasil pembangunan, dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel : 2.1 Matriks Hubungan antara Misi dan Tujuan

MISI TUJUAN INDIKATOR

1

Meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan.

1 Meningkatkan pemerataan dan perluasan akses pendidikan, kesehatan dan perluasan lapangan kerja serta mempercepat dan perluasan penanggulangan kemiskinan.

1

2

3 4 5

Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Persentase Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Persentase penduduk miskin . Indeks Gini. Indeks Pembangunan Gender (IPG).

2 Meningkatkan Pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri, dan berdaya saing, berbasis agroindustri dan industrialisasi.

2 Meningkatkan kemandirian dan daya saing ekonomi dengan mengembangkan sektor-sektor unggulan.

6

7

Pertumbuhan PDRB (Laju Pertumbuhan Ekonomi). Indeks Pemerataan Pendapatan versi Bank Dunia.

3

Meningkatkan

pembangunan

yang

berkelanjutan dan

penataan ruang.

3

Meningkatkan kualitas dan

pelestarian lingkungan hidup serta

penataan ruang wilayah provinsi

yang berkelanjutan.

8

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH).

Page 37: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

30

MISI TUJUAN INDIKATOR

4

Meningkatkan

reformasi

birokrasi dan

pelayanan publik

4

Meningkatkan tata kelola

pemerintahan yang baik (good

governance) dan bersih (clean

government) serta menjunjung

tinggi profesionalisme dalam

melaksanakan pelayanan publik

9

10

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM).

Indeks Reformasi Birokrasi.

5

Meningkatkan

kualitas

kesalehan sosial

dan harmoni

sosial

5

Menjamin terciptanya iklim

demokrasi yang kondusif

11

Indeks Kesalehan Sosial.

2.1.4. S a s a r a n

Sasaran yang hendak dicapai atau dihasilkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam kurun

waktu 1 (satu) tahun yaitu tahun 2017 , dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel : 2.2 Matriks Hubungan antara Tujuan, dan Sasaran

TUJUAN

SASARAN

URAIAN INDIKATOR URAIAN INDIKATOR

1

Meningkatkan

pemerataan dan

perluasan akses

pendidikan,

kesehatan dan

perluasan lapangan

kerja serta

mempercepat dan

perluasan

penanggulangan

kemiskinan.

1. Penurunan

Tingkat

PengangguraTer

buka (TPT).

2. Persentase

Indeks

Pembangunan

Manusia (IPM).

3. Persentase

penduduk

miskin.

4. Indeks Gini.

5. Indeks

Pembangunan

Gender (IPG).

1

Meningkatnya partisipasi

angkatan kerja dan

penyerapan tenaga kerja

1. Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK).

2. Persentase Pencari Kerja yang

ditempatkan.

2 Meningkatnya hubungan

industrial yang harmonis

1. Persentase peningkatan

pendapatan pekerja di Jatim.

3 Meningkatnya akses

pendidikan menengah yang

berkualitas

1. Indeks Pendidikan.

4 Meningkatnya gemar dan

budaya baca masyarakat

jatim

1. Indeks Minat Baca.

5 Meningkatnya mutu pendidik

dan tenaga kependidikan

1. Persentase Guru jenjang SMA, SKM

& PKLK berkualifikasi minimal

S1/D4.

6 Menurunnya angka kematian

bayi dan angka kematian ibu

melahirkan

1. Angka Kematian Ibu (AKI).

2. Angka Kematian Bayi (AKB).

3. Persentase Stunting

Page 38: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

31

TUJUAN

SASARAN

URAIAN INDIKATOR URAIAN INDIKATOR

7 Meningkatnya pelayanan kesehatan sesuai dengan standart pelayanan minimal

1. Angka Harapan Hidup. 2. Persentase Rumah sakit

Terakreditasi. 3. Persentase penderita HIV yang

mendapatkan ARV 4. Persentase keberhasilan

pengobatan TB.

8 Meningkatnya Infrastruktur dasar perumahan dan permukiman

1. Persentase capaian Infrastruktur dasar perumahan dan permukiman

9 Meningkatnya peran pemuda dan prestasi olah raga

1. Persentase pemuda yang

berprestasi dan berperan aktif

dalam pembangunan.

2. Jumlah atlet yang berprestasi.

10 Menurunnya Penduduk Miskin

1. Persentase lembaga

kemasyarakatan desa/ kelurahan

yang aktif.

2. Persentase pertumbuhan usaha

ekonomi masyarakat desa/

kelurahan.

3. Persentase transmigran yang

berhasil meningkatkan taraf

ekonomi dan sosialnya (KK).

11 Meningkatnya Kesejahteraan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

1. Persentase penurunan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

12 Meningkatnya pengarusutamaan gender dalam pembangunan

1. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG).

2. Persentase penurunan kasus tindak kekerasan dan trafficking. 3. Persentase laju pertumbuhan Penduduk. 4. Persentase Cakupan KB aktif

2 Meningkatkan

kemandirian dan

daya saing ekonomi

dengan

mengembangkan

sektor-sektor

unggulan.

6. Pertumbuhan

PDRB (Laju

Pertumbuhan

Ekonomi)

7. Indeks

Pemerataan

Pendapatan

versi Bank

Dunia

1 Meningkatnya Katahanan pangan

1. Skor pola pangan harapan (PPH). 2. Ketersediaan pangan (ton) - Beras - Jagung - Kedelai

2

Meningkatnya kontribusi sektor-sektor unggulan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

1. Nilai Ijin Prinsip Investasi (PMA dan PMDN).

2. Persentase pertumbuhan Omzet Koperasi dan UKM.

3. Nilai Realisasi Investasi (PMA dan PMDN). 4. Persentase Pertumbuhan sub kategori Perikanan terhadap PDRB. 5. Persentase Pertumbuhan sub kategori Tanaman Pangan terhadap PDRB. 6. Persentase Pertumbuhan sub kategori Perkebunan terhadap

PDRB.

Page 39: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

32

TUJUAN

SASARAN

URAIAN INDIKATOR URAIAN INDIKATOR

7. Persentase Pertumbuhan sub kategori Peternakan terhadap PDRB.

8. Persentase Pertumbuhan sub kategori Kehutanan dan

penebangan Kayu terhadap PDRB. 9. Persentase Share Net Ekspor pada PDRB menurut penggunaan. 10.Persentase pertumbuhan Industri Pengolahan. 11.Persentase pertumbuhan sektor Pariwisata terhadap PDRB.

3 Meningkatnya Ketersediaan dan Kualitas Layanan Infrastruktur Strategis

1. Persentase jalan Provinsi dalam kondisi mantap.

2. Rasio Elektrifikasi. 3. Persentase Pelayanan Air untuk Irigasi. 4. IKM pelayanan perhubungan. 5. Persentase pertumbuhan Sektor

Transportasi terhadap PDRB.

3

Meningkatkan

kualitas dan

pelestarian

lingkungan hidup

serta penataan

ruang wilayah

provinsi yang

berkelanjutan.

8. Indeks Kualitas

Lingkungan

Hidup (IKLH)

1

Meningkatnya Kualitas Lingkungan Hidup, serta Melestarikan Ketersediaan Sumber Daya Alam dan Fungsi Lingkungan Hidup

1. Indeks Kualitas Air. 2. Indeks Kualitas Udara. 3. Indeks Tutupan Lahan.

2 Terwujudnya Kepastian Penyelenggaraan Penataan Ruang

Persentase luas kawasan yang peruntukannya sesuai dengan RTRW.

4 Meningkatkan tata

kelola

pemerintahan yang

baik (good

governance) dan

bersih (clean

government) serta

menjunjung tinggi

profesionalisme

dalam

melaksanakan

pelayanan publik

9. Indeks Kepuasan

Masyarakat

(IKM).

1 Meningkatnya Pemanfaatan TIK dan Layanan Informasi Publik

Nilai Hasil evaluasi terhadap implementasi keterbukaan informasi publik.

2 Meningkatnya Ketersediaan Dokumen Statistik Yang terpecaya dan Berkualitas

Persentase release data statistik akurat yang tepat waktu.

3 Meningkatnya Pemanfaatan TIK Dalam Pengamanan Informasi

Persentase informasi persandian yang diamankan.

4 Meningkatnya Pengelolaan Arsip Pemerintah Daerah Yang Tertib, Rapi dan Handal

Persentase Organisasi perangkat daerah yang melaksanakan tertib arsip.

10.Indeks

Reformasi Birokrasi.

5

Meingkatnya Kualitas perencanaan, penganggaran dan pengendalian program serta kegiatan pembangunan

1. Persentase program di RKPD yang sesuai dengan RPJMD. 2. Persentase usulan Musrembang yang diakomodasi dalam dokumen perencanaan. 3. Persentase hasil penelitian

Page 40: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

33

TUJUAN

SASARAN

URAIAN INDIKATOR URAIAN INDIKATOR

dan pengembangan yang dimanfaatkan. 4. Persentase OPD Provinsi dan Kab/Kota yang mendukung Sistem Inovasi Daerah

6 Meningkatnya Transparansi, Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Kualitas Pengelolaan Keuangan Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota di Jatim

1. Jumlah pendapatan Asli Daerah. 2. Nilai Opini BPK. 3. Persentase OPD Prov dan Kab/Kota di Jatim yang taat terhadap perundang-udangan Daerah. 4. Nilai SAKIP. 5. Predikat hasil evaluasi LPPD. 6. Persentase produk hukum yang tidak bertentangan dengan peraturan, undang- undang yang lebih tinggi, kesusilaan dan kepentingan umum. 7. Persentase rekomendasi hasil koordinasi penyelenggaraan pemerrintahan dan pembangunan yang ditindaklanjuti. 8. Persentase penduduk ber KTP.

7 Meningkatnya Kompetensi dan Kualitas SDM Aparatur Pemerintah

1. Persentase penataan pegawai ASN sesuai dengan formasi kebutuhan dan kompetensi. 2. Indeks Profesionalitas Pegawai (IPP). 3. Persentase peserta diklat yang memperoleh sertifikat kompetensi dengan kualifikasi kelulusan minimal memuaskan (skor 80,1 – 90).

8 Mewujudkan sistem penanggulangan bencana untuk meningkatkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana

1. Persentase korban terdampak bencana yang ditangani. 2. Jumlah Desa tangguh bencana.

5 Menjamin

terciptanya iklim

demokrasi yang

kondusif

1. Indeks

Kesalehan Sosial

1 Meningkatnya pertisipasi masyarakat dalam menyalurkan hak politik dan penanganan konflik sosial

1. Persentase kejadian terkait poleksosbud di Jatim yang diselesaikan. 2. Indeks Domokrasi Indonesia.

2 Meningkatnya kehidupan bermasyarakat yang taat hukum

1. Persentase penanganan kasus pelanggaran Ketertiban Umum dan Ketentraman yang diselesaikan. 2. Persentase penegakan supremasi

Hukum dan HAM di Jawa Timur.

Page 41: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

34

TUJUAN

SASARAN

URAIAN INDIKATOR URAIAN INDIKATOR

3 Meningkatnya pelestarian seni budaya

1. Jumlah karya Seni Budaya yang mendapatkan penghargaan Nasional.

2. Persentase Cagar Budaya (benda, struktur, situs,kawasan) yang dipelihara/ dilestarikan.

2.1.5. Strategi dan Arah Kebijakan

Untuk mewujudkan visi dan menjalankan misi pembangunan daerah Jawa Timur 2014 -2019

tersebut dilakukan melalui tiga strategi pokok pembangunan :

a. Pembangunan berkelanjutan berpusat pada rakyat (people centered development), yang inklusif dan

mengedepankan partisipasi rakyat (participatory based development).

b. Pertumbuhan ekonomi yang berpihak kepada masyarakat miskin (pro-poor growth ), yang

didalamnya secara implisit termasuk strategi pro-poor, pro-job, pro-growth dan pro-environment.

c. Pengarusutamaan gender ( pro-gender ).

Ketiga strategi umum tersebut merupakan landasan Pembangunan Jawa Timur 2014-2019,

sebagai kelanjutan dari pembangunan periode 2009-2014, dengan penegasan mengenai inklusivitas

pembangunan yang berpusat pada rakyat(people centered development), bahwa pembangunan Jawa

Timur adalah pembangunn untuk semua, tanpa kecuali yang secara implisit didalamnya mengandung

makna pembangunan yang berkeadilan dan merata.

Strategi pembangunan Jawa Timur 2014-2019 juga secara lebih tegas menyatakan

keberpihakannya (affirmative) kepada rakyat miskin melalui strategi pertumbuhan ekonomi yang berpihak

kepada rakyat miskin, atau disebut pro-poor growth (Dollar and Kraay, 2000) yang dilandasi pemikiran

bahwa pertumbuhan dan pemerataan harus berjalan serempak, dan bukan pilihan prioritas (trade-off) satu

terhadap lainnya. Penegasan keberpihakan ini sejalan dengan label misi ”Makin Mandiri dan Sejahtera

bersama Wong Cilik”, dimana wong cilik atau rakyat miskin tidak boleh tertinggal atau ditinggalkan dalam

memperoleh manfaat dari pertumbuhan ekonomi.

2.2. RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) berisikan perencanaan yang global dengan

penjabaran hanya sampai kepada Program hingga perlu dioperasionalisasikan dengan perencanaan yang

lebih mikro sampai penjabaran terakhir pada kegiatan-kegiatan namun masih dalam satu rangkuman dari

seluruh perencanaan pembangunan baik untuk Kementrian / Lembaga di Pusat dan Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) di Daerah, perencanaan yang lebih mikro tadi disebut dengan Rencana Kerja

Perangkat (RKP) di Pusat dan RKPD di Daerah.

Sehingga pada akhirnya RKPD yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang sistem perencanaan pembangunan Nasional, Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, Peraturan Presiden nomor 45 tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah tahun

2017, Peraturan Menteri dalam negeri nomor 18 tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan,

Pengendalian, dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah tahun 2017, maka di Jawa Timur telah

ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 119 tahun 2016 tentang Perubahan atas

Page 42: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

35

Peraturan Gubernur Jawa Timur nomor 31 tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah

(RKPD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2017.

Penyusunan RKT berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014

tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Adapun Rencana Kinerja Tahun 2017 Pemerintah Provinsi Jawa Timur Sebagaimana dapat

dilihat pada lampiran III ( Matriks RKPD Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2017).

2.3. PERJANJIAN KINERJA

Rencana Kinerja Tahunan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 yang telah dibuat untuk

melaksanakan kegiatan, program dan sasaran di Tahun 2017 menjadi tumpuan bagi Pemerintah Provinsi

Jawa Timur untuk mewujudkan kinerja output ataupun outcome yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja

Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 berdasarkan pada Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004

tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi yang ditindaklanjuti dengan surat edaran Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor SE/31/M.PAN/12/2004 tentang

Penetapan Kinerja.

Pada Tanggal 21 April 2014 terbit Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 Tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai gantinya Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 serta

ditindaklanjuti oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi dengan menerbitkan

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014

tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja

Instansi Pemerintah pada tanggal 20 Nopember 2014, yang menjadikan Perjanjian Kinerja sebagai

Komitmen Kinerja Gubernur Jawa Timur sebagaimana dapat dilihat pada lampiran IV ( Perjanjian Kinerja

Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2017).

Perjanjian Kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 dijadikan acuan untuk mengukur

Kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 dan melaporkannnya dalam Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah (LKj IP).

Page 43: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

36

3.1. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA

Adapun pengukuran Kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target setiap IndIkator Kinerja

Sasaran dengan realisasinya. Setelah dilakukan penghitungan akan diketahui selisih atau celah kinerja

(peformance gap). Selanjutnya berdasarkan selisih kinerja tersebut dilakukan evaluasi guna mendapatkan

strategi yang tepat untuk peningkatan kinerja di masa yang akan datang (performance improvement).

Adapun dalam memberikan penilaian tingkat Realisasi kinerja setiap sasaran, menggunakan rumus

sebagai berikut:

a. Tingkat Capaian Positif

b. Tingkat Capain Negatif

Berdasarkan pencapaian kinerja sasaran tersebut bisa diketahui ada beberapa Indikator Kinerja yang

tercapai maupun yang tidak tercapai, selanjutnya disajikan pula data peningkatan atau penurunan realisasi

kinerja Tahun 2017 dibanding dengan Tahun 2016 dengan rumusan sebagai berikut:

a. Indikator Positif

b. Indikator Negatif

Realisasi Capaian = x 100%

Target

Target – (Realisasi-Target) Capaian = x 100%

Target

Realisasi Th. n – (n-1) X = x 100%

Realisasi Th. (n-1)

Realisasi Th. (n-1) – n X = x 100%

Realisasi Th. (n-1)

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Page 44: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

37

Tabel 3.1

Pengukuran Realisasi IKU s.d Tahun 2017

NO KINERJA UTAMA INDIKATOR

KINERJA UTAMA

TARGET REALISASI NAIK/ TURUN

(%)

CAPAIAN 2017

TINGKAT KEMAJUAN

(RPJMD)

REALISASI NASIONAL RPJMD 2017 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1. Meningkatkan pemerataan dan perluasan akses pendidikan, kesehatan, dan perluasan lapangan kerja serta mempercepat dan memperluas penang-gulangan kemiskinan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

3,99 – 3,90 4,17-4,08 4,47 4,21 4,00 4,98 101,96 97,50 5.50

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

70 – 70,25 69,50-69,75 68,98 69,76 69,75 -1,43 100 99,28

Persentase Penduduk Miskin

11,20-10,90 11,80-11,50 12,28 11,85 11,20 5,4 102,6 97,32 10,12

Indeks Gini 0,380-0,400 0,390-0,400 0,40 0,39 0,41 5,12 97,50 97,50

Indeks Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia

18,40-18,60 18,00-18,20 16,61 17,03 16,49 -3,1 91,61 91,61

Indeks Pembangunan Gender (IPG)

93,51-94,01 92,39-92,90 91,07 90,72 90,72*

2016

n/a 97,65 96,50 90.82

2. Meningkatkan kemandirian dan daya saing ekonomi dengan mengembangkan sektor-sektor unggulan

Pertumbuhan PDRB/LPE

5,66-6,06 5,56-5,86 5,44 5,57 5,54 -0,54 99,64 97,87

3. Meningkatkan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup serta penataan ruang wilayah provinsi yang

Indikator Kualitas Lingkungan Hidup (IKLHD)

67,00-68,52 63,98-65,49 68,69 66,81 65,54 -1,90 97.82 97.82

Page 45: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

38

NO KINERJA UTAMA INDIKATOR

KINERJA UTAMA

TARGET REALISASI NAIK/ TURUN

(%)

CAPAIAN 2017

TINGKAT KEMAJUAN

(RPJMD)

REALISASI NASIONAL RPJMD 2017 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

berkelanjutan

4. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan bersih (clean government) serta menjunjung tinggi profesionalisme dalam pelaksanaan pelayanan publik

Indeks Kepuasan Masyarakat

83,00-84,00

81,00-82,00

80 81 81,33 0,4 100,40 97,98

Indeks Reformasi Birokrasi

69,00-71,00

65,00-67,00

61,28 69,54 - - - - -

5. Menjamin terciptanya iklim demokrasi yang kondusif

Indeks Kesalehan Sosial

>60 >60 - - 62,34ASS 103,9 103,9 -

Page 46: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

39

Tabel 3.2 Pengukuran Realisasi Kinerja Sasaran s.d Tahun 2017

No. Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi Naik /

Turun (%)

Capaian 2017

Tingkat Kemajuan

(RPJMD)

Realisasi Nasional RPJMD 2017 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 Meningkatnya partisipasi angkatan kerja dan penyerapan tenaga kerja

1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

66.68 66.31 67.84 66.14 68.78 3.7 103.72 103.14 66.67

2 Persentase pencari kerja yang ditempatkan

67.00 65.50 62.50 67.23 68.56 4.67 104.67 102.32 -

2 Meningkatnya hubungan industrial yang harmonis

3 Persentase peningkatan pendapatan pekerja di Jawa Timur

9.5 8.25 17.69 12.00 8.00 -33 96.97 84.21 -

3 Meningkatnya akses pendidikan menengah yang berkualitas

4 Indeks Pendidikan 0.63 0.61 0.59 0.60 0.60* 0 98,36 95,23

4 Meningkatnya gemar dan budaya baca masyarakat

5 Indeks Minat Baca 74.00 70.00 62.25 69.75 72.00 3.2 103 97 -

5 Meningkatnya mutu pendidikan dan tenaga kependidikan

6 Persentase guru jenjang SMA, SMK dan PKLK berkualifikasi min. S1/D4

99.00 98.80 96.55 98.78 98.80 +0.02 100 99,79

6 Menurunnya angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan

7 Angka Kematian Ibu 86.00 90.00 89.60 91.00 92.24 -1.36 97,5 92,74

8 Angka Kematian Bayi 22.00 23.00 24.00 23.60 23.60*

2016

0 97,39 92,72

9 Persentase stunting 23.00 25.00 27.10 26.00 26.70 -2.69 93,2 83,91

Page 47: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

40

No. Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi Naik /

Turun (%)

Capaian 2017

Tingkat Kemajuan

(RPJMD)

Realisasi Nasional RPJMD 2017 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

7 Meningkatnya pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan minimal

10 Angka Harapan Hidup (AHH) 72.70 72.08 70.68 70.83 70.83*

2016

0 98.27 97,42

11 Persentase Rumah Sakit terakreditasi

80.00 70.00 9.30 24.90 74.50 +199.19

106.43 93,12

12 Persentase RFT Rate Kusta 95.00 >91 91 90 90 0 98.90 94,73

13 Persentase penderita HIV yang mendapat ARV

83.00 >80 77 78 81 +3.84 101.25 97,59

14 Persentase keberhasilan pengobatan TB

93.00 91 91 90 90 0 98.90 96,77

8 Meningkatnya capaian infrastruktur dasar perumahan dan permukiman

15 Persentase capaian infrastruktur dasar perumahan dan permukiman

78.14 68.75 49.18 58.35 65.70 +12.59 95.56 84.08 *

9 Meningkatnya kualitas peran pemuda dan prestasi olahraga

16 Persentase pemuda yang berpartisipasi dan berperan aktif dalam pembangunan

18.19 15.03 29.52 20.73 14.43 -30 96.03 79.32

17 Jumlat atlet yang berprestasi 1288 1261 - 1121 1088 -2.9 86.28 84.47

10 Menurunnya persentase penduduk miskin

18 Persentase lembaga kemasyarakatan desa/kel yang aktif

85 75 88 71.55 75.20 +5.10 100.27 88.47

19 Persentase tumbuhnya usaha ekonomi masyarakat desa/kelurahan

0.40 56.00 56 n/a 100 140

20 Persentase transmigran yang berhasil meningkatkan taraf ekonomi dan sosialnya

83.00 82.50 82.00 81.65 72.00 -11.81 87.27 86.74

Page 48: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

41

No. Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi Naik /

Turun (%)

Capaian 2017

Tingkat Kemajuan

(RPJMD)

Realisasi Nasional RPJMD 2017 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

11 Meningkatnya kesejahteraan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

22 Persentase penurunan PMKS 7.2 1.45 1.35 1.38 1.25 -9.4 86.20 55.28*

akumulasi

12 Meningkatnya pengarusutamaan gender dalam pembangunan

23 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

72.89 71.62 68.41 68.78 68.78*

2016

0.54*

2015

96.03 94.36

24 Persentase penurunan kasus tindak kekerasan dan trafficking di Jatim

25.00 15.00 -6.88 26.08 30.51 16.98 203.4 122.04

25 Persentase laju pertumbuhan penduduk

0.64 0.66 0.61 0.58 0.56 3.4 115,15 112,5

26 Cakupan KB aktif/ CPR 71.00 66.00 75.70 76.83 76.21 -0.80 115.53 107,33

13 Meningkatnya ketahanan pangan

27

Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

87,70 85.50 82.7 83.36 84,8 1,44 99,18 96,69 -

28 Ketersediaan pangan (ton) - Beras - Jagung - Kedelai

9.035.000 6.500.000 360.000

8.905.000 6.300.000

340.000

- - -

8.495.592 5.749.634 298.121

8.234.885 5.667.615 226.418

-3,09 -1,43

-24,05

92,47 89,96 66,59

91,14 87.19 62,89

- - -

14 Meningkatnya kontribusi sector-sektor unggulan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

29 Nilai ijin prinsip investasi (PMA dan PMDN)

125 T 100 T 172,57 61,43 328,15 81,27 328,15 262,52 -

30 Persentase pertumbuhan omzet koperasi dan UKM

9,70 8.20 7,00 7,60 8,97 18,03 109,39 92,47 28,35

31 Nilai realisasi investasi (PMA dan PMDN)

100 T 80 T 67,91 72,90 66,53 -9,57 83,16 66,53 -

Page 49: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

42

No. Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi Naik /

Turun (%)

Capaian 2017

Tingkat Kemajuan

(RPJMD)

Realisasi Nasional RPJMD 2017 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

32 Pertumbuhan sub-kategori perikanan terhadap PDRB (%)

5,3 5.0 5.71 5.06 4.82 - 4.74 94,80 90,94 -

33 Pertumbuhan sub kategori tanaman pangan terhadap PDRB (%)

2,931 2,755 3,39 2.82 3.44 21.99 124,86 117,40 3,81

34 Pertumbuhan sub kategori perkebunan terhadap PDRB (%)

3,08 2.17-3.01

4,97 -0,74 1,36 45,58 62,67 44,15

-

35 Persentase Pertumbuhan sub kategori peternakan terhadap PDRB

2,94 2.87 2.87 2,01 3,48*

(angka

diperbaiki)

3,89**

(asem) 117,8 132,31 3,83**

(asem)

36 Persentase kontribusi sub kategori kehutanan dan penebangan kayu terhadap PDRB

0,4 0.4 0,54 0,48 0,49 2,04 122 122 -

37 Share net ekspor pada PDRB menurut penggunaan

1.90 1.70 2,2 4,2 4,67 10.06 274,7 245,7 1,2 (tidak bisa

dibandingkan nasional, krn tidak ada ekspor antar

daerah) 38 Persentase Pertumbuhan

Industri Pengolahan 5.85 5.50 5,3 4,51 5,69 20.73 103,4 97,2 4,27

39 Persentase kontribusi pertumbuhan sector pariwisata terhadap PDRB

5,94 5.80 5,48 5,73 5,82 1,54 100,34 97,98 -

15 Meningkatnya ketersediaan dan kualitas layanan

40 Persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap

97,54 90.70 89.43 88.87 90.31 1,59 92,58 92,58 -

41 Rasio elektrifikasi 0,90 0.88 0,87 0,89 0,9158 2,817 104,06 101,75 -

Page 50: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

43

No. Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi Naik /

Turun (%)

Capaian 2017

Tingkat Kemajuan

(RPJMD)

Realisasi Nasional RPJMD 2017 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

infrastruktur strategis

42 Persentase Pelayanan Air untuk Irigasi

83,80 82.75 - - 82,82 - 100,09 98,83 -

43 Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Perhubungan

80 80.00 67,98 75,22 71,53 -5,15 89,41 89,41 -

44 Persentase Sub Sektor Transportasi terhadap PDRB

2.00 2.00 6,31 6,06 6,24 2,88 312 312 -

16 Meningkatnya kualitas lingkungan hidup, serta melestarikan ketersediaan sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup

45 Indeks Kualitas Udara 89,40 89.30 91,09 90,09 85,49 -5,11

95,73 95,63

46 Indeks Kualitas Air 55,00 53.00 52,51 50,75 50,29 -0.90 94,89 91,44

47 Indeks Tutupan Lahan 55,89 57.00 64,01 62,81 62,01 -1,27 108,79 98,43

48 Indeks Tutupan Hutan

56,36 54,84-55,34

- 54,83 55,15 0,58 100,56 98,73

17 Terwujudnya kepastian penyelenggaraan penataan ruang

49 Persentase luas kawasan yang peruntukannya sesuai dengan RT RW

73,07 56.06 41,71 47,90 48,00 0,20 85,62 65,69

18 Meningkatnya pemanfaatan TIK dan layanan informasi public

50 Hasil evaluasi terhadap mplementasi keterbukaan informasi public

96,00 94.50 93.60 96 - - - - -

19 Meningkatnya ketersediaan dokumen statistic

51 Persentase release data statistik akurat yang tepat waktu

60 40 - - 67.5 - 168,75 60 -

Page 51: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

44

No. Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi Naik /

Turun (%)

Capaian 2017

Tingkat Kemajuan

(RPJMD)

Realisasi Nasional RPJMD 2017 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

yang terpercaya dan berkualitas

20 Meningkatnya pemanfaatan TIK dalam pengamanan informasi

52 Persentase informasi persandian yang diamankan

30 20 - - 75 - 375 250 -

21 Meningkatnya pengelolaan arsip pemerintah daerah yang tertib, rapi dan handal

53 Persentase organisasi perangkat daerah yang melaksanakan tertib arsip

100 42 20,40 20,40 21,27 4,09 50,64 21 -

22 Meningkatnya kualitas perencanaan, penganggaran, dan pengendalian program serta kegiatan pembangunan

54 Persentase jumlah program di RKPD yang sesuai dengan RPJMD

100 100 100 100 100 0 100 100 -

55 Persentase usulan musrenbang yang diakomodasi dalam dokumen perencanaan

34 30 42 140 30 42 140 88,23 -

56 Prosentase Hasil Penelitian dan Pengembangan Hasil Penelitian yang dimanfaatkan

35 25 - 76,39 75 -1,8 300 214,28 -

Page 52: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

45

No. Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi Naik /

Turun (%)

Capaian 2017

Tingkat Kemajuan

(RPJMD)

Realisasi Nasional RPJMD 2017 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

57 Persentase OPD Provinsi dan Kab/kota yang memiliki Kegiatan Mendukung Sistem Inovasi Daerah Jawa Timur

13 7 24 18,42 36,84 100 526 283,33 -

23 Meningkatnya transparansi, akuntabililitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, kualitas pengelolaan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten/Kota di Jawa Timur

58 Jumlah Pendapatan Asli Daerah

13.709.614,39

13.001.272,7

12.563.985,1

12.846.972,1

14.412.274,2

110.85 110.85 105,12 -

59 Nilai opini BPK WTP WTP WTP WDP WTP - Tercapai Tercapai -

60 Persentase Ketaatan terhadap perundang-Undangan daerah oleh OPD Provinsi Jawa Timur dan Kab/Kota di Jawa Timur

75 70 60 65 75 13,3 107,14 100 -

61 Nilai SAKIP A A A A A - Tercapai A

62 Predikat hasil evaluasi LPPD Sangat Tinggi

Sangat Tinggi

Sangat

Tinggi

Sangat

Tinggi

Sangat

Tinggi

- Tercapai Sangat Tinggi

63 Persentase produk hukum yang tidak bertentangan dengan peraturan undang- undang yang lebih tinggi, kesusilaan dan kepentingan umum

85.00 85.00 99,62 99,49 98,99 -0,50 116,45 116,45 -

64 Persentase Rekomendasi Hasil Koordinasi Penyelenggaraan Pemerintahan dan

95 85 61.76 83.33 79.17 -5,25 93.14 83,33 -

Page 53: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

46

No. Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi Naik /

Turun (%)

Capaian 2017

Tingkat Kemajuan

(RPJMD)

Realisasi Nasional RPJMD 2017 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

Pembangunan yang ditindaklanjuti

65 Persentase penduduk ber KTP

95 93.50 92,09 92,82 98.36 94,36 105,20 105,20 -

24 Meningkatnya kompetensi dan kualitas SDM aparatur pemerintah

66 Persentase penataan pegawai ASN sesuai formasi kebutuhan dan kompetensi

99 97.00 96,20 96,80 84,22 14,93 86,82 85,07 -

67 Indeks Profesionalitas Pegawai (IPP)

90,00 80.00 75,00 75,73 81,11 5.38 101,38 90,12 82,77

68 Persentase peserta diklat yang memperoleh sertifikat kompetensi (certificate of competence) dengan kualifikasi kelulusan minimal memuaskan (skor 80,1-90)

95,00 93.00 91 92,50 93,07 0,57 100,07 103,18

25 Mewujudkan sistem penanggulangan bencana untuk meningkatkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana

67 Persentase Korban Terdampak Bencana yang Ditangani

100 100 100 100 100 100 100 - -

Page 54: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

47

No. Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi Naik /

Turun (%)

Capaian 2017

Tingkat Kemajuan

(RPJMD)

Realisasi Nasional RPJMD 2017 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

26 Meningkatnya peran DPRD sesuai fungsinya

68 Indeks kepuasan masyarakat (IKM) DPRD terhadap pelayanan Sekretariat DPRD

78,50 76.50 76.50 71,23 75,89 76,95 109,93 100,59

27 Meningkatnya tingkat partisipasi masyarakat dalam menyalurkan hak politik dan penanganan konflik sosial.

69 Persentase kejadian terkait poleksosbud di Jawa Timur yang diselesaikan

90 90.00 - - 100 - 111 111 -

70 Indeks Demokrasi Indonesia 82,50 79.50 76,9 72,24 - - - - -

28 Meningkatnya kehidupan bermasyarakat yang taat hukum

71 Persentase penanganan kasus pelanggaran ketertiban umum & ketentraman yang diselesaikan

100 100 - 80,59 88,49 2,58 88,49 88,49 -

72 Persentase penegakan supremasi hukum dan HAM di Jawa Timur

85,00 85.00 74 100 26 117,64 117,64 -

29 Meningkatnya pelestarian seni budaya

73 Jumlah Karya Seni Budaya yang mendapat penghargaan nasional

20 20 16 22 26 15,38 130 130 -

74 Persentase Cagar Budaya (benda, Struktur, Situs, Kawasan) yang dipelihara/ dilestarikan

100 96.30 100,00 100,00 100,00 - 103.84 100 -

Page 55: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

48

3.2. EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA

3.2.1. ANALISIS PENYEBAB KEBERHASILAN/KEGAGALAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT

3.2.1.1. INDIKATOR KINERJA UTAMA

3.2.1.1.1. Tingkat Pengangguran Terbuka

Salah satu ukuran keberhasilan kinerja suatu daerah dalam hal penanganan pengangguran bila

diamati dari sisi ketenagakerjaan adalah dengan melihat tinggi rendahnya Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT). Pengangguran terbuka adalah mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan

yang lebih baik (penganggur sukarela) maupun secara terpaksa mereka yang mau bekerja tetapi tidak

memperoleh pekerjaan. Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Timur pada Agustus 2017 menunjukkan keadaan

yang terus lebih baik dibandingkan Pebruari 2017. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan jumlah

angkatan kerja dan penurunan jumlah pengangguran. Adapun beberapa hal yang berpengaruh terhadap

capaian tersebut adalah:

1. Pelaksanaan bursa kerja bulanan dan pekan pasar kerja pada setiap bulan September (2 bulan pasca

kelulusan);

2. Melaksanakan Job-Canvasing dan penyebarluasan infrmasi pasar kerja melalui website

www.infokerja-jatim.com dan media social lainnya serta optimalisasi SIMONIK;

3. Optimalisasi fungsi UPT Pelatihan Kerja dalam rangka peningkatan skill dan kompetensi;

4. Penerapan program TKS (Tenaga Kerja Sarjana) dengan tugas pokok mendampingi kelompok usaha

masyarakat dalam kegiatan padat karya, terapan TTG, atau kegiatan produktif lainnya. TKS tersebut

diarahkan tidak hanya sekedar sebagai motivator tetapi juga job creator.

Capaian kinerja dari indikator ketenagakerjaan telah menunjukkan hasil dengan tren yang positif,

khususnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang merupakan indikator utama masalah

ketenagakerjaan (pengangguran) telah mengalami penurunan, namun penurunan tersebut masih belum

sebanding dengan bertambahnya pencari kerja. Sehingga masih perlu terus dilakukan rencana tindak

lanjut sebagai berikut UPT Pelatihan Kerja sekaligus menjadi Tempat Uji Kompetensi (TUK) dan

menjalankan fungsi penempatan kerja. Dalam upaya mengatasi ketenagakerjaan, Pemerintah Provinsi

Jawa Timur menetapkan landasan kebijakan pembangunan ketenagakerjaan melalui 4 kebijakan program

yaitu Pengembangan Hubungan Industrial dan Syarat Kerja, Peningkatan Kualitas dan Produktivitas

Tenaga Kerja, Pengawasan Ketenagakerjaan dan Perlindungan Tenaga Kerja serta Perluasan dan

Penempatan Kerja.

3.2.1.1.2. Indeks Pembangunan Manusia

Berdasarkan ketentuan United Nation Development Programe (UNDP), penghitungan IPM untuk

seluruh negara menggunakan metode baru. Hal ini dikarenakan IPM metode lama mempunyai kelemahan

dan perlu diperbaharui. Pada metode baru ini, angka melek huruf sudah tidak dipakai lagi digantikan angka

harapan sekolah dan penghitungan kompositnya menggunakan geometric mean. Dampak dari perubahan

penghitungan ini, menyebabkan terjadi perubahaan angka IPM menjadi lebih rendah dibanding metode

lama. Tetapi perlu diingat bahwa hasil penghitungan metode baru tidak bisa dibandingkan lagi dengan

metode lama, karena sudah berbeda metodologi.

Selama lima tahun terakhir, pembangunan manusia di Jawa Timur yang ditunjukkan melalui Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) selalu mengalami peningkatan. Kondisi itu ditunjukkan oleh angka IPM pada

tahun 2012 sebesar 66,74; kemudian terus meningkat pada tahun 2013-2016 yaitu masing-masing

Page 56: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

49

sebesar 67,55 (2013); 68,14 (2014); 68,95 (2015); dan 69,74 (2016). Meningkatnya IPM ini

mengindikasikan pembangunan sosial ekonomi berimplikasi pada peningkatan kualitas masyarakat di

Jawa Timur.

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur,

dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2016, IPM berkategori “sangat tinggi” ada 3 daerah, yaitu Kota Malang,

Kota Surabaya, dan Kota Madiun, masing-masing sebesar 80,46, 80,38, dan 80,01. Sementara itu IPM

berkategori “tinggi” ada beberapa daerah, diantaranya Kabupaten Sidoarjo, Kota Blitar, Kota Kediri, dll.

Hanya satu daerah saja yang IPM berkategori “rendah”, yaitu Kabupaten Sampang sebesar 59,09.

3.2.1.1.3. Persentase Penduduk Miskin

Jumlah penduduk miskin Provinsi Jawa Timur terus menurun, walaupun masih dibawah angka

nasional, tetapi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memberikan kontribusi penurunan

penduduk miskin terbesar ketiga sebesar 211.740 atau sebesar 16,85 % dari penurunan jumlah penduduk

miskin secara nasional. Meskipun laju penurunan jumlah penduduk miskin Jawa Timur cenderung

melambat, penurunan jumlah penduduk miskin sulit dihindari pada saat persentase penduduk miskin mulai

mendekati angka 10%. Kondisi permasalahan dan kemiskinan yang dihadapi tidak hanya di sektor

ekonomi, tetapi juga problematika psikologis, sosial, dan budaya. kebutuhan untuk mendapatkan jalan

keluar dari perangkap kemiskinan tidak cukup melalui fasilitasi akses ekonomi tetapi memerlukan

dukungan interaksi secara intensif dari “figur” yang secara keseharian sudah dikenal, dinilai mampu

memberikan perlindungan, berkelanjutan, serta memiliki legitimasi social, sehingga akan memupuk

harapan serta semangat untuk berjuang bersama-sama dalam upaya keluar dari kemiskinan sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki. Dalam rangka penurunan penduduk miskin di Jawa Timur, sebagai

langkah peningkatan capaian kinerja pada tahun yang akan datang, Pemerintah Provinsi telah melakukan

berbagai upaya program/kegiatan yang diarahkan pada kelompok tersebut dan memastikan bahwa mereka

inklusif dalam setiap proses pembangunan yang dilakukan, menjamin bahwa rumah tangga miskin menjadi

bagian dari pelaksana pembangunan.

Rencana Tindak Lanjut, rancangan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2018 dilakukan

secara integral dengan melibatkan OPD terkait, Program Jalin Matra tidak hanya memberikan bantuan

uang untuk modal usaha kepada rumah tangga miskin tetapi juga memberikan pelatihan-pelatihan pasca

program agar rumah tangga miskin dapat mengembangkan usaha. Hal ini dilakukan melalui kerjasama

dengan beberapa OPD seperti Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta

beberapa Perguruan Tinggi seperti Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga dan Universitas Negeri

Malang.

3.2.1.1.4. Indeks Gini

Salah satu ukuran dalam melihat peningkatan kesejahteraan penduduk dalam konteks ekonomi

adalah manakala pendapatan penduduk suatu wilayah meningkat. Peningkatan ini juga akan sejalan

dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Namun tentunya meningkatnya pendapatan

penduduk ini seharusnya merata dan dirasakan semua tingkat sosial mayarakat. Ini menandakan bahwa

aspek pemerataan pendapatan merupakan hal yang penting untuk menjadi perhatian, karena pemerataan

pendapatan merupakan ukuran keberhasilan hasil pembangunan Indonesia. Ketimpangan dalam

menikmati hasil pembangunan di antara kelompok-kelompok penduduk dikhawatirkan akan menimbulkan

masalah sosial.

Page 57: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

50

Dalam mengukur tingkat pemerataan pendapatan salah satunya dapat menggunakan Indeks Gini

Rasio. Koefisien gini merupakan suatu ukuran kemerataan yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan

sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna). Karena sulitnya mendapatkan informasi terkait jumlah

pendapatan penduduk, maka BPS menggunakan dengan pendekatan pengeluaran, dengan asumsi

pengeluaran yang besar tentunya pendapatannya besar pula.

Bila mengacu pada nilai gini rasio, tingkat ketimpangan rata-rata konsumsi per kapita di Jawa

Timur 2012-2017 masih masuk dalam kategori sedang (antara 0,3 – 0,5). Pada tahun 2012 gini rasio Jawa

Timur mencapai 0,36 dan pada tahun 2013 tidak mengalami perubahan yaitu sebesar 0,36. Selanjutnya

pada tahun 2014-2016 gini rasio Jawa Timur menunjukkan peningkatan, yaitu masing-masing 0,37 (2014);

0,40 (2015); dan 0,40 (2016). Pada tahun 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Jawa Timur

yang diukur oleh Gini Ratio tercatat sebesar 0,41. Angka ini meningkat sebesar 0,01 poin jika dibandingkan

dengan tahun 2016 yaitu sebesar 0,40. Sebenarnya dengan meningkatnya gini ratio ini tidak berarti

kelompok ekonomi rendah tidak mengalami peningkatan pendapatan, sebenarnya mereka juga mengalami

peningkatan pendapatan, namun peningkatannya masih terlalu jauh jika dibandingkan dengan peningkatan

pendapatan dari kelompok ekonomi menengah ke atas.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, dapat dijelaskan bahwa Angka gini rasio daerah perkotaan

selalu menunjukkan lebih tinggi dibanding daerah perdesaan. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa di

daerah perkotaan ketimpangan kesejahteraan antar penduduk lebih terasa dibanding daerah perdesaan.

Perkembangan Indeks Gini menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Pada tahun 2015, gini rasio tertinggi

adalah Kota Surabaya sebesar 0,42 dan yang terendah adalah Kabupaten Sumenep sebesar 0,26.

3.2.1.1.5. Indeks Pemerataan Pendapatan versi Bank Dunia

Seperti halnya gini ratio, pemerataan pendapat versi bank dunia juga dapat digunakan untuk

mengukur tingkat pemerataan masyarakat guna mengetahui ketimpangan pendapatan yang terjadi di

masyarakat. Bank Dunia mengukur pendistribusian kue ekonomi atau mengukur pemerataan pendapatan

dalam masyarakat dengan pendekatan persentase distribusi pengeluaran penduduk suatu wilayah

berdasarkan kategori pendapatan 40 persen terbawah, 40 persen menengah dan 20 persen teratas.

Ketimpangan menurut Bank Dunia diukur dengan menghitung persentase jumlah pendapatan

penduduk dari kelompok yang berpendapatan 40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh

penduduk. Pengelompokkannya adalah sebagai berikut :

1. Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap

total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan

tinggi.

2. Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap

total pendapatan seluruh penduduk antara 12-17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan

sedang/ menengah.

3. Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap

total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan

rendah.

Selama tahun 2012-2016 penduduk yang masuk dalam kelompok 40 persen bawah persentase

menunjukkan penurunan, yaitu 20,15 persen (2012); 19,82 persen (2013); 18,63 persen (2014); dan 16,61

persen (2015). Sedangkan pada tahun 2016 mengalami sedikit kenaikan menjadi 17,03 persen dan pada

tahun 2017 turun kembali menjadi 16,49 persen. Berdasarkan pengelompokkan distribusi bank dunia, pada

Page 58: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

51

tahun 2016 Jawa Timur masuk dalam kategori ketimpangan sedang karena jumlah pendapatan dari

penduduk pada kategori 40 persen terbawah terhadap total pendapatan seluruh penduduk di antara 12-17

persen.

3.2.1.1.6. Indeks Pembangunan Gender

Capaian Indikator Indeks Pembangunan Gender (IPG) pada tahun 2017 ditargetkan sebesar 92,39

dan realisasi tahun 2017 sebesar 90,72*, tingkat capaian sebesar 98,19%. Data realisasi tahun 2017

masih menggunakan data IPG tahun 2016 yang bersumber dari BPS, dikarenakan data tahun 2017 dari

BPS masih dalam tahap pengumpulan data akan dipublikasikan pada akhir tahun 2018. IPG merupakan

indeks komposit yang dibangun dari beberapa variable untuk mengukur pencapaian pembangunan

manusia dengan memperhatikan disparitas gender, pada dasarnya hampir sama dengan IPM tetapi

disesuaikan dengan memasukkan disparitas tingkat pencapaian antara perempuan dan laki-laki. Angka

IPG dengan metode yang baru merupakan rasio dari angka IPM perempuan terhadap angka IPM laki-laki.

Komponen pendukung IPG sama dengan komponen pendukung IPM, yaitu dimensi kesehatan yang

didambarkan melalui Angka Harapan Hidup, pengetahuan yang digambarkan dari harapan lama sekolah

dan rata-rata lama sekolah, serta dimensi ekonomi yang digambarkan oleh pengeluaran perkapita. IPG

tahun 2016 sebesar 90,72 lebih rendah 0,35 poin dari tahun 2015 sebesar 91,07. Penurunan capaian

tersebut dipengaruhi oleh peningkatan jarak antara IPM laki-laki sebesar 74,23 dan IPM perempuan

sebesar 67,34 pada tahun 2016. Selisih angka IPM pada tahun 2016 sebesar 6,89, dan selisih angka IPM

pada tahun 2015 sebesar 6,54. Dari ketiga penyusun indicator peranan perempuan dalam perekonomian

masih tertinggal jauh disbanding laki-laki, sehingga masih diperlukan usaha yang lebih keras dalam

meningkatkan rata-rata penghasilan perempuan.

3.2.1.1.7. Pertumbuhan PDRB/ Laju Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama masyarakat,

utamanya bidang ekonomi semakin meningkat seiring dengan dinamika pembangunan itu sendiri. Hal ini

dapat dilihat dari meningkatnya besaran angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar

harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Apabila dihitung Atas Dasar Harga Berlaku, total nilai

PDRB Jawa Timur tahun 2012 sebesar Rp. 1.248,77 triliun, kemudian terus meningkat hingga tahun 2016

menjadi Rp. 1.855,04 triliun. Pada tahun 2017 (Triwulan III) PDRB ADHB sebesar Rp. 520,64 triliun.

Apabila dihitung atas dasar harga konstan tahun 2010, total nilai PDRB Jawa Timur tahun 2012 Rp.

1.124,46 triliun, selanjutnya terus meningkat pada tahun 2013-2015 yaitu masing-masing Rp. 1.192,79

triliun (2013), Rp. 1.262,70 triliun (2014), Rp. 1.331,39 triliun (2015), Rp. 1.405,23 triliun, dan pada tahun

2017 (sampai dengan Triwulan III) menjadi Rp. 381,22 triliun.

Untuk melihat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dapat dilihat dari besaran nilai PDRB atas dasar

harga konstan, karena pertumbuhan ekonomi ini benar-benar diakibatkan oleh perubahan jumlah barang

dan jasa yang sudah bebas dari pengaruh harga (pertumbuhan riil).

Ekonomi Jawa Timur Tahun 2015 bila dibanding Tahun 2014 tumbuh sebesar 5,44 persen, sedikit

melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,86 persen. Perlambatan ini lebih

dikarenakan faktor esternal (ekonomi global) seperti menguatnya dolar, ketidakstabilan harga minyak

mentah dunia, naiknya harga pangan dunia, dan krisis utang Yunani yang berimbas pada Uni Eropa

hingga Amerika dan akhirnya berdampak pada seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di samping itu adanya

perubahan asumsi makro ekonomi dan sosial berdampak pula terhadap perekonomian nasional dan Jawa

Timur sehingga berpengaruh terhadap capaian target kinerja pembangunan daerah. Terjadinya perubahan

Page 59: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

52

metodologi penghitungan PDRB menggunakan tahun dasar 2010 yang memakai SNA (System National

Account) 2008, maka cakupan sektor/katagori semakin luas, terbagi menjadi 19 sektor lapangan usaha,

dan dampak dari perubahan ini capaian angka petumbuhan ekonomi menjadi lebih rendah.

Peningkatan pada besaran angka PDRB Jawa Timur tahun 2016 sebesar 5,55 persen mencerminkan

bahwa perekonomian daerah Jawa Timur tumbuh positif walaupun ditengah lesunya perekonomian global

dan nasional sekaligus menunjukkan bahwa struktur ekonomi daerah Jawa Timur memiliki kekuatan dan

semakin kokoh.

Sementara itu, perekonomian Jawa Timur sampai dengan triwulan III-2017 (c-to-c) tumbuh 5,21

persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh semua lapangan usaha, dengan pertumbuhan

tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian yang tumbuh sebesar 8,43 persen.

Sementara dari sisi pengeluaran terutama didorong oleh Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto yang

tumbuh sebesar 5,66 persen.

3.2.1.1.8. Indikator Kualitas Lingkungan Hidup

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Daerah (IKLHD) merupakan suatu bentuk penilaian yang

mencerminkan kondisi kualitas air, udara dan lahan. Penetapan IKLHD sebagai Indikator Kinerja Utama

(IKU) Pemerintah Provinsi Jawa Timur berfungsi untuk memberikan informasi kepada para pengambil

keputusan Provinsi Jawa Timur tentang kondisi lingkungan di Jawa Timur sebagai bahan untuk evaluasi

terhadap kebijakan pembangunan berkelanjutan dan bentuk pertanggungjawaban tentang pencapaian

target program-program Pemerintah Provinsi Jawa Timur di bidang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup. Perhitungan IKLH meliputi Indeks Kualitas Air (IKA) dengan bobot 30%, Indeks Kualitas

Udara (IKU) dengan bobot 30% dan Indeks Tutupan Lahan (ITL) dengan bobot sebesar 40%. Klasifikasi

IKLH adalah sebagai berikut:

1. Unggul : >90

2. Sangat baik : 82 - 90

3. Baik : 74 - 82

4. Cukup : 66 - 74

5. Kurang : 58 - 66

6. Sangat Kurang : 50 – 58

7. Waspada : <50

Perkembangan IKLHD Provinsi Jawa Timur dari tahun 2015 hingga tahun 2017 semakin

meningkat namun masih termasuk dalam kategori kurang, yaitu 65,54. Pada Tahun 2019, Pemerintah

Provinsi Jawa Timur harus terus meningkatan pencapaian target program-program di bidang perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan hidup di Jawa Timur dan

mencapai target IKLHD Provinsi Tahun 2019 sebesar 67,00-68,52 atau dengan kategori cukup.

3.2.1.1.9. Indeks Kepuasan Masyarakat

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan

masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat

masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan

membandingkan antara harapan dan kebutuhannya. Sehubungan dengan hal tersebut maka Indeks

Kepuasan Masyarakat (IKM) dimasukkan sebagai indikator baru dalam penyelenggaraan pembangunan

daerah Jawa Timur.

Page 60: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

53

Kondisi ini mencerminkan kepuasan terhadap pelayanan masyarakat di Jawa Timur lebih baik,

efisien, dan efektif berbasis dari kebutuhan masyarakat. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila

pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pengguna layanan. Kepuasan masyarakat

dapat juga dijadikan acuan bagi berhasil atau tidaknya pelaksanaan program yang dilaksanakan pada

suatu lembaga layanan publik.

3.2.1.1.10. Indeks Reformasi Birokrasi

Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good governance

dan melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan

terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan dan sumber daya manusia

aparatur. Melalui reformasi birokrasi, dilakukan penataan terhadap sistem penyelangggaraan pemerintah

dimana uang tidak hanya efektif & efisien, tetapi juga reformasi birokrasi menjadi tulang punggung dalam

perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehubungan dengan hal tersebut maka Indeks

Reformasi Birokrasi dimasukkan sebagai indikator baru dalam penyelenggaraan pembangunan daerah

Jawa Timur. Indeks reformasi birokrasi di Jawa Timur pada tahun 2015 sebesar 63,00, kemudian

meningkat pada tahun 2016 menjadi 65,00 dan tahun 2017 meningkat kembali menjadi 69,54. Peningkatan

ini mencerminkan birokrasi pemerintah Jawa Timur semakin profesional dengan berkarakter, berintegrasi,

berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan

memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.

3.2.1.1.11. Indeks Kesalehan Sosial

Secara konseptual, Kesalehan sosial adalah sikap seseorang yang memiliki unsur kebaikan (salih) atau

manfaat dalam kerangka hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sikap kesalehan sosial tersebut

meliputi:

1. Solidaritas social (al-takaful alijtima’ï);

2. Toleransi (al-tasamuh);

3. Mutualitas/Kerjasama (al-ta’awun);

4. Tengah-tengah (al-I’tidal); dan

5. Stabilitas (al-stabat);

Sedangkan secara operasional, Kesalehan sosial adalah skor yang diperoleh dari sikap

seseorang/responden yang memiliki unsur kebaikan (salih) atau manfaat dalam kerangka hidup

bermasyarakat yang diukur dengan :

1. Solidaritas sosial;

2. Kerjasama/mutualitas;

3. Toleransi;

4. Adil; dan

5. Menjaga ketertiban umum.

Indeks Kesalehan Sosial merupakan indikator baru dalam penyelenggaraan pembangunan daerah

Jawa Timur, pada tahun 2017 (angka sangat sementara) capaiannya 62,34. Kedepannya Pemerintah

Provinsi Jawa Timur berupaya agar Indeks Kesalehan Sosial terus meningkat tiap tahunnya. Pemerintah

perlu bersinergi dengan stakeholder lain untuk melakukan berbagai langkah strategis dalam peningkatan

kesalehan sosial, agar nilai-nilai agama dapat memberi kontribusi positif bagi pembangunan sesuai yang

diharapkan.

Page 61: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

54

3.2.1.2. SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR SASARAN STRATEGIS

3.2.1.2.1. (MISI I) Meningkatnya Partisipasi Angkatan Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja

Upaya perluasan kesempatan kerja juga dilakukan melalui Program Tenaga Kerja Sarjana (TKS).

Tugas pokoknya sebagai pendamping kelompok usaha masyarakat dalam kegiatan padat karya, terapan

teknologi tepat guna, kegiatan kewirausahaan atau kegiatan produktif lainnya. Program TKS

memberdayakan sarjana yang memiliki potensi/kemampuan untuk membantu pendampingan dibidang

perluasan kerja dan penempatan tenaga kerja. Melalui program TKS, angkatan kerja muda terutama

lulusan sarjana diarahkan tidak hanya sebagai motivator, tetapi dalam jangka panjang sebagai tenaga

pencipta perluasan kerja (job creator) terutama untuk membantu mengoptimalkan potensi SDA/SDM guna

menciptakan lapangan kerja dan kesempatan kerja seluas-luasnya.

3.2.1.2.2. Meningkatnya Hubungan Industrial yang Harmonis

Kesejahteraan merupakan suatu bentuk usaha yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka

meningkatkan semangat pada pekerja. Pelayanan kesejahteraan merupakan rangkaian pemberian

tunjangan dan fasilitas-fasilitas dalam bentuk tertentu kepada karyawan diluar gaji, biasanya berupa

transportasi, uang lembur, cuti, kantin, asuransi, jamsostek dan sebagainya. Persentase Peningkatan

Kesejahteraan Pekerja Di Jawa Timur pada tahun 2016 sebesar 11,75 persen, selanjutnya menurun pada

tahun 2017 menjadi 8,25 persen. Dengan semakin tingginya kesejahteraan pekerja maka menggambarkan

kondisi ketenagakerjaan yang bagus di Jawa Timur karena akan menciptakan ketenangan, semangat

kerja, dedikasi, disiplin, dan sikap loyal pekerja terhadap perusahaan.

3.2.1.2.3. Meningkatnya akses pendidikan menengah yang berkualitas

Salah satu penyebab utama meningkatnya Indeks Pendidikan adalah adanya peningkatan dan

pengembangan penyediaan tambahan fasilitas dan program antara (bridging program) bagi lulusan

sekolah kejuruan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, Peningkatan pendidikan non-formal

berbasis komunitas dan peningkatan pemberian BKSM (Bantuan Khusus Siswa Miskin) karena program

inilah yang berhasil mengurangi Angka Putus Sekolah secara signifikan serta meningkatkan Angka

Partisipasi Kasar/Murni di setiap jenjang pendidikan. Rencana tindak lanjut untuk Tahun 2018 adalah

dengan optimalisasi pelaksanaan SMK Mini di Pondok Pesantren dan SMA double track karena selain bisa

meningkatkan Indeks Pendidikan, juga sebagai bentuk persiapan menjadi tenaga kerja siap pakai. Selain

itu juga tetap meningkatkan persebaran guru dan tenaga kependidikan secara merata.

3.2.1.2.4. Meningkatnya gemar dan budaya baca masyarakat

Upaya yang paling berpengaruh terhadap pencapaian Indeks Minat Baca adalah dengan semakin

banyaknya bahan pustaka dalam bentuk e-book, promosi perpustakaan dan pelayanan perpustakaan

keliling dan mobil dongeng keliling ke ±60 titik lokasi di seluruh Jawa Timur.

3.2.1.2.5. Meningkatnya mutu pendidikan dan tenaga kependidikan

Pada sasaran tersebut ukuran yang digunakan adalah Persentase guru jenjang SMA, SMK dan

PKLK berkualifikasi min. S1/D4, dimana hal tersebut merupakan salah satu parameter yang paling

mendekati dengan kualitas yang diharapkan. Upaya pemerataan dan peningkatan mutu tenaga

kependidikan dilakukan secara terus menerus, salah satunya dengan pemberian beasiswa bagi Guru, baik

yang bersumber dari APBD Provinsi Jawa Timur maupun dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

3.2.1.2.6. Menurunnya angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan

Penurunan Angka Kematian Ibu paling signifikan selama tiga tahun terakhir terjadi pada tahun

2015. Pada tahun tersebut terdapat capaian Angka Kematian Ibu sebesar 89,6 dari target yang ditentukan

Page 62: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

55

sebesar 97,3. Sedangkan pada tahun 2016 Angka Kematian Ibu mengalami peningkatan sebesar 1,4.

Namun capaian Angka Kematian Ibu pada tahun 2016 masih di atas target yaitu sebesar 91 dari target

yang telah ditentukan sebesar 97,25. Angka ini juga mengalami kenaikan pada tahun 2017 sebesar 92,24.

Berdasarkan angka absolut jumlah kematian ibu pada dasarnya mengalami penurunan, namun jumlah

kelahiran hidup mengalami penurunan sebagai pembanding mengalami penurunan.

Terjadinya penurunan AKB merupakan dampak positif dari naiknya angka persalinan dengan

bantuan tenaga medis dan meningkatnya proporsi tingkat pendidikan perempuan secara umum,

khususnya para ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu juga peningkatan pelayanan dan

penyediaan fasilitas kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah, keberhasilan program KB, serta

semakin baiknya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Secara perlahan namun pasti AKB

mengalami penurunan, artinya kesehatan bayi menjadi prioritas dalam pembangunan bidang kesehatan.

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam

waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi

mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada

usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan

memiliki postur tubuh tak maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif para penderita juga berkurang,

sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia. Prevalensi balita stunting

mengalami penurunan tiap tahun, yaitu dari 29,2 persen pada tahun 2013 menjadi 26,0 persen di tahun

2016. Pada tahun 2017 terdapat kenaikan menjadi sebesar 26,9. Data prevalensi stunting secara nasional

tahun 2016 sebesar 27,5%, hal ini menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Provinsi Jawa Timur masih

lebih rendah dibandingkan nasional. Sebagai bentuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan adalah

dengan upaya mengintensifkan pemberdayaan masyarakat dengan pendampingan ibu hamil dan taman

posyandu serta optimalisasi pelayanan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

3.2.1.2.7. Meningkatnya pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan minimal

Akreditasi rumah sakit merupakan salah satu persyaratan supaya rumah sakit bisa bekerjasama

dengan BPJS. Rumah Sakit yang telah terakreditasi akan mendapatkan pengakuan dari Pemerintah

karena telah memenuhi standar pelayanan dan manajemen yang ditetapkan. Peningkatan ini merupakan

keseriusan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap

masyarakat.

Indikator Kinerja RFT Rate Kusta dicapai menggunakan Multi Drug Therapy (MDT) sudah

digunakan secara global sejak tahun 1985 sampai sekarang dan telah menyembuhkan > 140.000

penderita kusta yang ada di Jawa Timur. Faktor yang memegang peranan dalam keberhasilan pengobatan

adalah stigma yang ada dimasyarakat dan motivasi yang kuat dari penderita untuk menyelesaikan

pengobatan kusta karena MDT harus diminum setiap hari selama 6 atau 12 bulan tergantung dari tipe

kustanya. Selain itu MDT juga mempunyai efek samping kulit jadi hitam. Hal tersebut diatas yang

menyebabkan keberhasilan pengobatan MDT tidak bisa maksimal atau terjadinya putus pengobatan.

Sedangkan Indikator Kinerja Penderita HIV yang mendapatkan ARV mengalami peningkatan

kinerja dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Adapun ARV sendiri berguna untuk mengurangi risiko

penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV,

dan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi. Persentase penderita HIV

yang mendapatkan ARV di Jawa Timur pada tahun 2013 sebesar 72 persen dan meningkat pada tahun

2017 menjadi 81 persen. Meskipun belum mampu menyembuhkan HIV secara menyeluruh, tapi sejauh ini

terapi ARV dipercaya bisa menurunkan angka kematian dan rasa sakit serta meningkatkan kualitas hidup

ODHA dan meningkatkan harapan masyarakat.

Page 63: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

56

Indikator kinerja selanjutnya adalah Persentase Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis (TB).

Program Penanggulangan TBC selain melakukan kegiatan promosi aktif dan pencegahan, juga melakukan

kegiatan deteksi dini dimana dilakukan penemuan penderita TBC secara intensif, aktif dan masif berbasis

keluarga dan masyarakat serta pemberian pengobatan sampai sembuh. Gerakan 115 merupakan inovasi

dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam menemukan penderita TBC sedini mungkin dan mendapatkan

pengobatan secepat mungkin, dimana 1 (satu) penderita TBC akan dicatat dan dicari 15 (lima belas)

kontak erat penderita TBC tersebut baik oleh petugas, kader maupun tokoh masyarakat serta dipastikan

status TBC nya. Program penanggulangan TBC juga harus mendapat dukungan komitmen dari Para

Stakeholder.

3.2.1.2.8. Meningkatnya capaian infrastruktur dasar perumahan dan permukiman

Beberapa kegiatan pembangunan belum dapat terlaksana di tahun 2017 karena kendala teknis,

serta faktor pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat yang membutuhkan infrastruktur dasar

perumahan dan permukiman belum sebanding dengan besarnya pembangunan infrastruktur yang

dilakukan menjadi faktor belum tercapainya target kinerja. Rencana Tindak Lanjut, meningkatkan iklim

yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk berperan serta dalam meningkatkan pelayanan

Infrastruktur Dasar Perumahan dan Permukiman untuk masyarakat dan mendorong terbentuknya

regionalisasi pengelolaan infrastruktur serta merealisasikan Gerakan Nasional Pembangunan Sejuta

Rumah (GNPSR).

3.2.1.2.9. Meningkatnya kualitas peran pemuda dan prestasi olahraga

Pencapaian kinerja kepemudaan dan keolahragaan menurun dibandingkan Tahun 2016,

dikarenakan terbatasnya pemuda yg bergerak di bidang kewirausahaan, Partisipasi Pemuda dalam

Organisasi Kepemudaan masih rendah, banyak OKP belum patuh terhadap Undang-Undang

Kepemudaan, ilmu pengetahuan dan tekhnologi olahraga belum sepenuhnya diimplementasikan dalam

bina prestasi olahraga serta belum optimalnya peran sentra keolahragaan (PPLPD) dalam pembinaan dan

pengembangan olahraga prestasi. Rencana tindak lanjut untuk Tahun 2018 melaksanakan

pengembangan kebijakan dan manajemen olahraga dalam upaya mewujudkan penataan sistem

pembinaan dan pengembangan olahraga secara terpadu dan berkelanjutan, peningkatan upaya

pembibitan dan pengembangan prestasi olahraga secara sistematik, berjenjang, dan berkelanjutan serta

pengembangan sentra keolahragaan untuk pembibitan olahragawan.

3.2.1.2.10. Menurunnya persentase penduduk miskin

Pemerintah Provinsi Jawa Timur tetap memprioritaskan Program Pemberdayaan Masyarakat di

Perdesaan seperti Program Jalin Matra dimana selama Tahun 2014 s/d 2017 mampu menumbuhkan

usaha baru bagi 53.585 Kepala Rumah Tangga Perempuan (KRTP), 31.843 Rumah Tangga Sangat Miskin

(RTSM) yang bergerak dibidang peternakan, perikanan, perdagangan, pertanian, ketrampilan dan jasa.

3.2.1.2.11. Meningkatnya kesejahteraan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Penurunan jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial tahun 2017 sebesar 1,25 % yaitu

dari 650.245 orang pada tahun 2016 turun menjadi sebanyak 650.873 orang pada tahun 2017. Hal ini

terjadi karena berbagai factor yang mempengaruhi antara lain Kebijakan Gubernur Jawa Timur dengan

program ad hoc dalam rangka penurunan angka kemiskinan di Jawa Timur melalui Penyaluran Bantuan

Beras Bersubsidi (TUAN RASIDI) yang dialokasikan pada 38 Kabupaten/Kota se Jawa Timur disertai

dukungan Pemerintah Kabupaten/Kota kususnya dalam penguatan pendampingan pelaksanaan kegiatan

di lapangan dan peran serta pilar-pilar partisipasi sosial dalam melakukan pendampingan di daerah.

Page 64: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

57

3.2.1.2.12. Meningkatnya pengarusutamaan gender dalam pembangunan

Terdapat tiga komponen yang digunakan dalam penghitungan Indeks Pemberdayaan Gender,

yaitu kesamaan peranan antara perempuan dan laki-laki dalam proses pengambilan keputusan politik

(sebagai anggota parlemen) di suatu wilayah, kesamaan kontribusi secara ekonomi (pendapatan), dan

kesamaan peranan dalam kehidupan sosial (peran sebagai manajer, tenaga profesional, administrasi dan

teknisi). Jumlah perempuan sebagai anggota legislative atau eksekutif sangat mempengaruhi Status IDG.

Pengurangan jumlah perempuan dalam fungsi tersebut akan menurunkan indikator IDG. Karena semua

wanita juga mempunyak hak AKSES (ikut) , PARTISIPASI (mempunyai suara), KONTROL (ikut mengambil

keputusan) dan MANFAAT ( menerima manfaatnya) atau disingkat APKM di semua bentuk

pembangunan. Apabila jumlahnya perempuan sedikit maka APKM dianggap tidak terpenuhi. Peningkatan

capaian IDG dipengaruhi oleh meningkatnya kontribusi ekonomi atau pendapatan bagi perempuan.

Capaian Indikator Persentase penurunan kasus tindak kekerasan dan trafiking di Jawa Timur tahun 2017

disebabkan karena jumlah kasus kekerasan dan trafiking di Jawa Timur tahun 2017 sebanyak 321 kasus

mengalami penurunan sebanyak 141 kasus dari tahun 2016 sebanyak 462 kasus. Penurunan kasus

kekerasan dan trafiking di Jawa Timur disebabkan karena Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah berhasil

dalam upaya Pencegahan dan Perlindungan Perempuan dan Anak dari berbagai tindak kekerasan dan

Trafficking melalui Sosialisasi tentang Undang undang atau peraturan tentang perlindungan terhadap

perempuan dan anak dari kekerasan. Capaian Indikator Laju Pertumbuhan Penduduk di Jawa Timur

tahun 2017 disebabkan karena jumlah penduduk tahun 2017 sebanyak 39.293.000 jiwa mengalami

penurunan sebesar 218.000 jiwa jika dibandingkan jumlah penduduk tahun 2016 sebesar 39.075.000 jiwa.

Cakupan KB Aktif/CPR mencapai target melalui Program Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan

Konseling KRR, Sosialisasi Program KB oleh Kader di Posyandu, pembinaan pada petugas tentang

Program KB dan Ketahanan Keluarga.

3.2.1.2.13. (MISI II) - Meningkatnya Ketahanan Pangan

Terdapat beberapa Indikator Kinerja yang mengalami keberhasilan ataupun kegagalan. Adapun

hal-hal utama yang menjadi penyebab permasalahan di sektor ketahanan pangan antara lain:

a. Permasalahan pangan berkembang sangat cepat dan komplek saat ini, diantaranya perkembangan

lingkungan yang global, seperti global climate change, meningkatnya harga minyak dunia, telah

mendorong kompetisi penggunaan hasil pertanian untuk pangan (food), bahan energy (fuel) dan

pakan ternak (feed) yang semakin tajam, disamping itu terjadi pengabaian terhadap good agricultural

practices dan sumber pangan lokal (biodiversitif) dikhawatirkan akan mengancam ketahanan pangan

regional maupun nasional. Sehingga salah satu mengurangi ketergantungan terhadap pangan impor

dapat dilakukan dengan pengembangan sumber karbohidrat non beras dan non terigu yaitu dengan

memanfaatkan umbi-umbian

b. Tingkat konsumsi dan kualitas pangan ditunjukkan oleh keragaman konsumsi pangan penduduk yang

dianalisis melalui pendekatan perhitungan Pola Pangan Harapan (Beragam Bergizi Seimbang dan

Aman) yang dicerminkan dengan nilai skor mPPH ideal 100 yang diproyeksikan akan tercapai pada

tahun 2025. Skor PPH Jawa Timur mencapai 84,8 atau 99,18 persen dari target 2017 sebesar 85,5

meskipun demikian telah melampaui skor PPH tahun 2016 sebesar 83,4 yang berasal dari kelompok

pangan padi-padian, umbi-umbian, minyak dan lemak, kacang-kacangan, buah dan biji berminyak,

gula sayur dan buah-buahan serta hewani. Dengan pencapaian skor PPH ini menunjukkan bahwa

masyarakat semakin memahami dan mempunyai kesadaran akan pentingnya kualitas konsumsi

pangan untuk hidup sehat, namun demikian perlu untuk lebih mengoptimalkan gerakan percepatan

Page 65: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

58

penganekaragaman konsumsi pangan melalui upaya meningkatkan pola konsumsi pangan yang

Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA), sehingga perlu didorong melalui sosialisasi, promosi

dan kegiatan yang dapat memberi wawasan dan pengetahuan untuk percepatan pencapaian PPH

c. Kebutuhan pangan di Jawa Timur memang hampir dapat dipenuhi semua dari potensi domestik,

kecuali untuk komoditas kedelai yang masih mengalami defisit. Sedangkan untuk beras, jagung,

kacang, maupun ubi mengalami surplus.

d. Surplus pangan di Jawa Timur selain didukung sumberdaya alam yang sesuai, juga potensi

sumberdaya manusia dan adanya dukungan infrastruktur ekonomi yang lebih baik.

e. Selain itu tantangan utama dalam masalah ketersediaan pangan yang memerlukan perhatian yang

serius antara lain Meningkatkan akses ekonomi atau akses keuangan untuk mendapatkan pangan,

termasuk investasi pada infrastruktur yang berkelanjutan; Akselerasi intervensi untuk pencegahan dAn

penurunan angka kekurangan gizi; dan Mengatasi kerentanan terhadap resiko perubahan iklim yang

semakin meningkat.

f. Berdasarkan Angka Sementara (ASEM), realisasi Ketersediaan bahan pangan Jawa Timur Tahun

2017, untuk realisasi Ketersediaan bahan pangan Jawa Timur Tahun 2017, untuk beras tercapai

8.234.885 ton dari sasaran 8.905.000 ton atau 92,47 persen. Ketersediaan Jagung mencapai

5.667.615 ton dari sasaran 6.300.000 atau 89,96 persen. Untuk kedelai ketersediaan mencapai

226.418 ton dari sasaran 340.000 ton atau 66,59 persen.

3.2.1.2.14. Meningkatnya kontribusi sector-sektor unggulan dalam mendukung pertumbuhan

ekonomi

Terdapat beberapa Indikator Kinerja yang mengalami keberhasilan ataupun kegagalan. Adapun

hal-hal utama yang menjadi penyebab permasalahan antara lain

1. Pertumbuhan omzet koperasi dan UKM berhasil karena pembinaan dan pemberdayaan bagi

koperasi aktif bentuk pembinaannya adalah melalui Peningkatan kompetensi pengelola koperasi dan

kualitas Kelembagaan; Penguatan usaha koperasi sektor riil; Peningkatan akses permodalan melalui

pemupukan modal sendiri, dana perbankan dan nonperbankan; serta Perluasan akses produk dan

akses pemasaran. Sedangkan bagi koperasi tidak aktif namun masih dalam proses aktif kembali

dibina melalui kegiatan Restrukturisasi kelembagaan dan usaha serta Pengawasan koperasi melalui

bedah koperasi. Pemerintah Provinsi Jawa Timur berkomitmen dalam mengembangkan koperasi dan

UKM di berbagai sektor usaha melalui tiga strategi utama, yaitu aspek produksi, aspek pembiayaan,

dan aspek pasar. Dari aspek produksi, strategi yang ditempuh adalah pengembangan Business

Development Centre (BDC), Penguatan manajemen produk melalui penguatan bahan baku lokal &

kualitas kemasan produk dan standarisasi produk. Dari aspek pembiayaan, strategi yang ditempuh

adalah dengan skema pembiayaan linkage program model “loan agreement” dan Kemitraan dengan

nonperbankan (BUMN, BUMD, swasta, Koperasi). Kemudian dari aspek pasar, strategi yang

ditempuh antara lain melalui fasilitasi pemasaran melalui Cooperative Trading House (CTH) yang

bertujuan meningkatkan akses pasar baik dalam negeri maupun pasar ekspor dan meningkatkan

jaringan usaha produk koperasi dan UMKM anggotanya yang berbasis agro industri serta penguatan

akses pasar melalui Gedung Galeri Batik dan Galeri Cinderamata; Paviliun Jawa Timur di Gedung

SME Tower; kegiatan misi dagang; pameran dalam dan luar negeri; kemitraan (business to business);

serta optimalisasi peran Asosiasi Koperasi Ritel Indonesia (Akrindo) dan Kantor Perwakilan Dagang

(KPD) di 26 (dua puluh enam) provinsi. Rencana Tindak Lanjut Bidang Koperasi, melakukan

identifikasi terhadap koperasi – koperasi yang kurang aktif, untuk kemudian dilakukan kegiatan

Page 66: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

59

Restrukturisasi kelembagaan dan usaha serta Pengawasan koperasi melalui bedah koperasi dan

penataan organisasi, badan hukum, tata laksana koperasi agar koperasi – koperasi tersebut dapat

aktif kembali, mengoptimalkan peran Business Development Centre (BDC) dan Cooperative Trading

House (CTH) dalam meningkatkan aspek produksi dan pemasaran produk KUKM baik offline maupun

online, mengembangkan permodalan bagi koperasi syariah dan fungsional. Serta meningkatkan

pembiayaan bagi KUKM melalui Corporate Social Responsibilities (CSR) BUMN, BUMD, dan swasta;

a. Nilai realisasi investasi (PMA dan PMDN) belum tercapai karena masih banyaknya izin-izin lanjutan

yang harus dipenuhi oleh penanam modal, belum optimalnya pelayanan perijinan dan prosedur

perijinan sesuai SOP di Kabupaten/Kota (Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan, HO, Izin

Pemanfaatan Ruang), masih banyaknya peraturan daerah yang tidak pro Bisnis dalam pelaksanaan

penanaman modal, terbatasnya lahan sehingga belum seluruhnya di Kabupaten/Kota mempersiapkan

kawasan industri dalam mengantisipasi masuknya perusahaan PMA/PMDN diluar kawasan dan

perusahaan baru, Masih adanya disparitas terhadap penyebaran pelaksanaan penanaman modal di

Daerah (Kabupaten/Kota), kurang memadainya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersedia

dan banyaknya tuntutan yang kurang normatif, banyak perusahaan yang melakukan relokasi untuk

menghindari UMK/UMSK yang tinggi, masih banyaknya dokumen/lampiran berupa hardcopy yang

diperlukan untuk persyaratan mengurus izin lanjutan. Bidang Penanaman Modal rencana tindak

lanjutnya memacu para penanam modal yang telah memiliki Izin Prinsip untuk segera merealisasikan

investasinya melalui pemberian fasilitasi kemudahan perizinan, pengadaan lahan usaha dan lainnya

serta mediasi penyelesaian masalah yang mungkin timbul, menambah SDM yang kompeten di bidang

penanaman modal dan mengikut sertakan SDM yang ada untuk mengikuti Diklat dan Workshop yang

terkait dengan penanaman modal untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan SDM yang ada di

bidang penanaman modal dan Memperbaiki iklim investasi yang berdaya saing melalui peningkatan

pelayanan dan mempromosikan peluang investasi unggulan

b. Melambatnya pertumbuhan PDRB Sub Kategori Perikanan tersebut diantaranya disebabkan oleh

perlambatan peningkatan produksi kelautan dan perikanan tahun 2017 yakni sebesar 1.581.798.953

ton, Beberapa upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan PDRB sub

kategori perikanan Jawa Timur antara lain meningkatkan kapasitas SDM pelaku usaha kelautan dan

perikanan melalui pelatihan/bimtek, pemberian bantuan sarana alat penangkapan ikan (API) dan Alat

bantu penangkapan ikan (ABPI) yang ramah lingkungan dan sesuai peraturan perundangan yang

berlaku kepada nelayan, pemulihan sumber daya ikan di laut dengan underwater restocking dan

penebaran benih ikan di perairan umum daratan (PUD), perbaikan sumberdaya habitat ikan di laut

melalui pembangunan rumah ikan (Fish apartement) guna mendukung reproduksi ikan sehingga

dapat meningkatkan potensi sumber daya ikan di laut serta memberikan bantuan pelayanan

pengurusan dokumen kapal penangkapan ikan agar nelayan dapat beroperasional secara maksimal

terkait sarana yang digunakan layak secara teknis dan lengkap administrasinya sehingga dapat

mengurangi tindak illegal fishing. Meningkatkan produksi perikanan budidaya melalui intensifikasi

produksi perikanan budidaya melalui kegiatan pengembangan kawasan budidaya dengan melalui

pemberian paket-paket budidaya (benih, pakan, peralatan, obat-obatan), pengembangan klaster

komoditas perikanan unggulan berpotensi ekspor, fasilitasi program anti kemiskinan dengan

pemberian paket-paket bantuan berupa sarana budidaya perikanan, pengembangan induk dan benih

unggul, fasilitasi program pakan mandiri, monitoring HPI, Pemberdayaan masyarakat pesisir,

peningkatan usaha kelautan dan perikanan; meningkatkan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya

Page 67: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

60

kelautan dan perikanan melalui rehabilitasi ekosistem mangrove, rehabilitasi ekosistem terubu karang,

dan penetapan kawasan zonasi pengelolaan ruang laut dan pesisir, meningkatkan penanganan

kegiatan IUU Fishing, destruktif dan pelanggaran usaha perikanan melalui sosialisasi / penyuluhan /

pembinaan bersama dengan instansi terkait serta melakukan patroli/pengawasan dan penindakan

terhadap pelaku tindak pidana perikanan. Kendala yang menjadi faktor penghambat dalam upaya

meningkatkan pertumbuhan PDRB Sub Kategori Perikanan yaitu :

Ketersediaan stok sumber daya ikan (SDI) yang terbatas;

Terbatasnya sarana usaha penangkapan serta modal usaha yang cukup khususnya bagi nelayan

tradisional sehingga kegiatan penangkapan ikan kurang optimal;

Biaya pakan yang tinggi masih menjadi kendala bagi pembudidaya, pemberian paket hibah

berupa mesin pelet masih belum menjangkau ke semua pembudidaya ikan air tawar;

Alih fungsi lahan perikanan budidaya untuk kegiatan non – perikanan;

Sebagian besar pembudidaya masih menerapkan teknologi konvensional dan belum

menerapkan inovasi teknologi pada unit usaha budidayanya;

Kompetensi pelaku usaha perikanan belum memadai untuk menghadapi persaingan di pasar

global;

Rehabilitasi mangrove dan terumbu karang yang dilakukan masih belum berimbang dengan

tingkat kerusakan yang ada di Jawa Timur karena dana yang dibutuhkan untuk merehabilitasi

relatif besar;

Masih adanya pelanggaran beberapa armada penangkapan ikan terhadap jalur penangkapan

dan terjadinya perebutan fishing ground yang memicu terjadinya konflik nelayan di

kabupaten/kota, antar kabupaten/kota maupun antar provinsi. Demikian juga pelanggaran

penggunaan alat tangkap yang dilarang dan bahan peledak yang merusak lingkungan serta

nelayan belum seluruhnya memahami dan melaksanakan kegiatan penangkapan ikan sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

Permasalahan utama pada sektor pertanian adalah Tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi

lahan non pertanian serta terjadinya degradasi sumber daya alam, Kelembagaan petani yang

masih lemah, yang disebabkan masih rendahnya kualitas sumber daya manusia petani,

Lemahnya akses petani terhadap permodalan, dan terbatasnya ketersediaan sarana dan

prasarana produksi pertanian (benih, pupuk, pestisida, alsintan) pendukung pengembangan

sistem agribisnis, Belum optimalnya infrastruktur pertanian (jaringan irigasi dan pengairan yang

masih terbatas).

Rencana Tindak Lanjut yang akan dilakukan ke depan adalah sebagai berikut : (1) Melakukan

perbaikan sumberdaya habitat dan stok sumberdaya ikan melalui pembangunan rumah ikan serta

pengkayaan ikan di laut dan perairan umum darat (PUD) yang telah padat tangkap. Kinerja perikanan

tangkap masih sangat mungkin untuk ditingkatkan dengan memaksimalkan potensi Pantai Selatan

Jawa Timur yang masih relatif rendah tingkat eksploitasinya; (2) Pemberian bantuan/hibah sarana

penangkapan ikan berupa alat tangkap jaring dan pancing serta alat bantu penangkapan ikan berupa

GPS untuk mempermudah mencari lokasi penangkapan (fishing ground), penyediaan modal usaha

melalui pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan; (3) Intensifikasi produksi perikanan budidaya

melalui kegiatan pemberian paket hibah perikanan budidaya, pakan mandiri dan obat ikan; pelatihan

teknis perbenihan dan budidaya ikan; apresiasi kepada kelompok pembudidaya ikan (pokdakan);

perbaikan mutu induk dan benih, alih teknologi (adopsi teknologi hasil penelitian); Intensifikasi,

pemanfaatan lahan terbatas budidaya ikan dengan memanfaatkan lahan di pekarangan, sekolah

Page 68: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

61

pondok pesantren/panti asuhan, Lembaga Pemasyarakatan, Sistem Bioflok, pemanfaatan tambak

porous dengan pemlastikan HDPE; (4) Sosialisasi dan alih teknologi baru kepada pembudidaya ikan

yang dilakukan oleh UPT maupun instalasi budidaya lingkup Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi

Jawa Timur dan juga dengan pemberian paket hibah untuk teknologi baru yang akan diterapkan

sebagai contoh budidaya lele sistem bioflok; (5) Mendorong peningkatan usaha kelautan dan

perikanan kecil dan menengah (6) Selain melaksanakan kegiatan rehabilitasi juga dilakukan upaya

konservasi dengan melibatkan masyarakat melalui kegiatan bimtek dan sosialisasi konservasi

mangrove dan terumbu karang berkelanjutan; (7) Secara berkelanjutan melaksanakan sosialisasi dan

konsultasi public mengenai dokumen RZWP3K Provinsi Jawa Timur, melaksanakan integrase lintas

sector dalam pengelolaan potensi desa pesisir sebagai sarana pengelolaan sumberdaya pesisir dan

laut yang berkelanjutan serta berkoordinasi dengan organisasi pemerintahan di lingkup Provinsi Jawa

Timur perihal SOP perizinan dalam pengelolaan ruang laut khususnya UPT P2T , BPM dan Bappeda;

(8) Meningkatkan kerjasama antara pengawas perikanan dan kelautan provinsi, kabupaten/kota

dengan aparat penegak hukum dalam penanganan pelanggaran/tindak pidana perikanan serta

mediasi penyelesaian konflik nelayan ; serta (9) Melaksanakan sosialisasi/penyuluhan/pembinaan

bersama dengan instansi terkait serta melakukan patrol/pengawasan dan penindakan terhadap pelaku

tindak pidana perikanan.

c. Sektor Pertanian masih tingginya tingkat kehilangan hasil pertanian karena keterbatasan sarana

prasarana, daya saing produk pertanian relatif masih rendah karena kualitas sumber daya manusia

yang juga relatif masih rendah dan teknologi pertanian yang masih terbatas, Harga beberapa

komoditas pertanian yang berfluktuatif yang relatif tidak stabil yang salah satunya disebabkan oleh

kebijakan import oleh Pemerintah.

d. Permasalahan pada bidang perdagangan dan industri, Biaya logistik antar daerah lebih mahal

dibandingkan biaya logistik ke Luar Negeri khususnya ke Singapura, ada permasalahan di

konektivitas antar daerah, Masih tingginya ketergantungan impor bahan baku penolong, Belum

akuratnya data ketersedian Bahan Pokok dan Penting (Bapokting), tidak diketahuinya pola distribusi

dan belum terintegrasinya pengelolaan data bongkar muat bapok secara real time, serta tidak

diketahuinya neraca Bapok secara lengkap dan periodic (harian/mingguan/bulanan) sehingga

berakibat pada belum optimalnya pengendalian inflasi pada komponen Bapok serta dalam

pengambilan kebijakan terkait perdagangan bapok, Masih rendahnya daya saing, produktifitas,

efisiensi, kualitas dan jaringan pemasaran industri di Jawa Timur. Barikut adalah beberapa rencana

tindak lanjutnya:

1. Untuk meningkatkan Neraca Perdagangan Jawa Timur khususnya perdagangan antar

provinsi/daerah upaya yang dilakukan antara lain penguatan Kantor Perwakilan Dagang (KPD),

optimalisasi misi dagang, temu bisnis dan promosi antar provinsi;

2. Untuk mengatasi permasalahan tingginya ketergantungan impor bahan baku penolong, upaya

yang dilakukan adalah dengan menerapkan system online dashboard PEPI (Peningkatan Ekspor

Pengendalian Impor), diharapkan mampu mengeliminasi asimetri informasi ketersediaan bahan

baku dalam negeri (e-raw material).

3. Upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan pengendalian inflasi serta dalam pengambilan

kebijakan terkait perdagangan Bapokting antara lain menerapkan aplikasi SIPAP (Sistem

Informasi Perdagangan Antar Provinsi), SISKAPERBAPO (Sistem Informasi Ketersediaan dan

Perkembangan Harga Bahan Pokok).

Page 69: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

62

4. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan daya saing industri, produktifitas, efisiensi, kualitas

dan jaringan pemasaran industri di Jawa Timur, Disperindag telah melakukan berbagai fasilitasi

standardisasi dan Kekayaan Intelektual, antara lain SNI, Merk, Barcode, uji nutrisi, uji produk,

fasilitasi desain produk dan kemasan, pengembangan & penataan sentra IKM unggulan,

peningkatan kualitas SDM IKM melalui berbagai pembinaan pelatihan, mendorong tumbuhnya

wirausaha IKM baru, penguatan kelembagaan IKM dalam menghadapi persaingan global,

peningkatan skala IKM, penjaminan pembiayaan usaha yang kompetitif, Pengembangan

kemitraan dengan industry menengah dan besar, peningkatan pemaran dengan tekhnologi

informasi.

e. Sektor Pariwisata, Tingkat Kunjungan wisman dan wisnus ke Jawa Timur perlu dipertahankan bila

perlu ditingkatkan dan pasar wisman wisnus perlu dijaga. Kualitas layanan usaha dan pelaku

pariwisata perlu ditingkatkan, dan Jumlah tenaga kerja usaha pariwisata yang bersertifikasi profesi

masih kurang. Bidang Pariwisata meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi sebagai sarana

promosi dan pengembangan destinasi pariwisata sangat penting mengingat strategi tersebut mampu

secara efektif menjangkau pasar yang jauh lebih luas dan tanpa batas, meningkatkan advokasi

terhadap pelaku usaha pariwisata menuju standarisasi usaha, meningkatkan fasilitasi uji kompetensi

melalui sertifikasi profesi bidang pariwisata bekerjasama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)

dan mendorong pelaku usaha pariwisata menuju sertifikasi profesi.

3.2.1.2.15. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas layanan infrastruktur strategis

Hal-hal utama yang menjadi penyebab permasalahan antara lain :

a. Terhadap kinerja Infrastruktur Jalan upaya yang telah dilakukan adalah pemeliharaan rutin jalan

dengan menambal setiap ada lubang dengan segera agar tidak memperparah kerusakan.

Pemeliharaan berkala jalan diseluruh ruas jalan provinsi terutama jalan strategis untuk kepentingan

mobilitas barang dan jasa serta masyarakat. Rencana tindak lanjut dengan meningkatkan peran

Satuan Tugas (Satgas) UPT Bina Marga sebagai ujung tombak penanganan pemeliharaan jalan,

meningkatkan ketersediaan jumlah dan kualitas peralatan kontruksi dan penunjang serta peningkatan

kualitas SDM tenaga yang berkompeten melalui penidikan dan pelatihan pembekalan pengamat jalan

dan juru jalan, pembakalan pengawas jalan dan jembatan.

b. Layanan air untuk irigasi, upaya yang dilakukan adalah melaksanakan operasi dan pemeliharaan

jaringan irigasi, rehabilitasi jaringan irigasi, desain peningkatan areal irigasi teknis, pembangunan

embung – embung kecil, desain pemanfaatan exsungai (kali mati) sebagai tampungan, normalisasi

rutin waduk, normalisasi sungai dengan alat berat, LSRIP (Lower Solo River Improvment Project) di

bengawan solo berupa pembangunan tanggul, sudetan dan bangunan air lainnya. Rencana tindak

lanjut layanan air untuk irigasi, pembangunan areal sawah tadah hujan menjadi irigasi teknis,

pembangunan dan perbaikan air irigasi air tanah, pembangunan embung – embung kapasitas sedang,

pengerukan waduk pacal bojonegoro, gondang dan prijetan lamongan dan penyelesaian lokasi

pembangunan sedimen, normalisasi sungai dan perbaikan tangkis sungai.

c. Layanan Perhubungan, terhadap rencana tindak lanjut untuk meningkatkan layanan perhubungan

strategi yang akan dilakukan adalah :

mengoptimalkan kinerja Terminal Tipe B dengan melengkapi prasarana dan fasilitas terminal

penumpang angkutan jalan,

melakukan pemeliharaan prasarana dan fasilitas terminal sehingga dapat berfungsi optimal,

Page 70: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

63

membangun manajemen sistem informasi terminal penumpang angkutan jalan

melakukan standarisasi ISO 9001 terhadap pelayanan terminal

pembinaan teknis petugas terminal

melakukan survey load factor dan melakukan evaluasi kebutuhan pelayanan armada AKDP di

Jawa timur.

3.2.1.2.16. (MISI III) Meningkatnya kualitas lingkungan hidup, serta melestarikan ketersediaan

sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup

Upaya yang dilakukan adalah merehabilitasi atau mengelola lahan – lahan kritis dengan

penanaman tanaman penghijauan dengan menanam tanman tahunan, pembinaan menuju provinsi hijau

dan pelaksanaan demplot rehabilitasi lahan, sumber mata air yang dikonservasi, Ketaatan Pelaku Usaha

dalam peraturan perundangan lingkungan hidup semakin baik dan peran serta masyarakat dalam

pengelolaan lingkungan hidup semakin baik dengan adanya program sekolah adiwiyata dan desa

kelurahan berseri. Rencana tindak lanjut meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dalam pengelolaan

lingkungan hidup melalui petaihan, bimbingan teknis dan pembinaan, meningkatkan koordinasi dan

kerjasama antar bidang, instansi dan lintas daerah.

3.2.1.2.17. Terwujudnya kepastian penyelenggaraan penataan ruang

Indikator Kinerja luas kawasan yang peruntukannya sesuai dengan RTRW belum tercapai

disebabkan faktor pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat, serta pertumbuhan pembangunan

kawasan pemukiman dan kawasan industri yang sangat pesat, sehingga kontrol terhadap ketaatan

pemanfaatan ruang semakin sulit dilakukan. Rencana tindak lanjut fasilitasi kerjasama tata ruang lintas

kabupaten/kota, dilakukannya pelatihan dan bimbingan teknis terhadap aparat kabupaten/kota,

dilakukannya pemantauan dan evaluasi pemanfaatan ruang, mengoptimalkan fungsi RTRW sebagai acuan

pembangunan di daerah, percepatan penyusunan rencana rinci tata ruang [kawasan Strategis dan

Rencana Detail Tata Ruang].

3.2.1.2.18. (MISI IV) Meningkatnya pemanfaatan TIK dan layanan informasi public

Pemeringkatan tingkat nasional keterbukaan informasi tahun 2017 belum tercapai penyebab

kegagalan dikarenakan banyaknya sengketa informasi yang ada dijajaran PPID pembantu/OPD

dilingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, hal ini membuktikan bahwa PPID pembantu belum berjalan

optimal sesuai Undang – Undang Keterbukaan Informasi Publik, sehingga berpengaruh pada penilaian

kinerja PPID Provinsi Jawa Timur. Rencana tindak lanjut kedepannya PPID Provinsi Jawa Timur

berupaya memfokuskan pada kepatuhan yang lebih baik dengan meningktkan kualitas dan keterbukaan

informasi publik, meningkatkan kualitas dan kecepatan pelayanan informasi publik.

3.2.1.2.19. Meningkatnya ketersediaan dokumen statistik yang terpercaya dan berkualitas

Dokumen statistik berusaha diterbitkan secara akurat dan tepat. Salah satunya adalah dengan

pengukuran data kinerja pada beberapa sector, misalnya bidang perekonomian yang secara rutin

dilakukan oleh Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur.

3.2.1.2.20. Meningkatnya pemanfaatan TIK dalam pengamanan informasi

Sebagai usaha dalam hal pengamanan informasi Pemerintah Provinsi melakukan pengamanan

berkelanjutan atas segala informasi baik yang keluar maupun yang masuk. Hal ini dilakukan sebagai

bentuk tindak lanjut menjaga kerahasiaan informasi yang ada.

Page 71: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

64

3.2.1.2.21. Meningkatnya pengelolaan arsip pemerintah daerah yang tertib, rapi dan handal

Metode yang digunakan dalam mencapai kinerja ini adalah dengan dilakukannya pengawasan

internal pada OPD dilingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur meliputi pengisian formulir, wawancara

dan pengamatan langsung terhadap pengelolaan arsip dinamis, aspek SDM Kearsipan, aspek prasarana

dan sarana kearsipan. Hasil yang didapat memang belum sesuai dengan yang diharapkan dari 47 OPD

yang dinyatakan baik atau yang telah melaksanakan tertib arsip baru 10 OPD. Rencana tindak lanjut

memacu penyelenggaraan tertib arsip disetiap OPD dan leih jauh tertib arsip sampai desa/kelurahan

sebagai penyelenggara Pemerintah terkecil, meningkatkan sarana dan prasarana kearsipan dihampir

semua OPD sehingga mampu sesuai standart minimal yang ditentukan Arsip Nasional RI, meningkatkan

jumlah SDM Kearsipan.

3.2.1.2.22. Meningkatnya kualitas perencanaan, penganggaran, dan pengendalian program serta

kegiatan pembangunan

Hal yang menjadi penyebab keberhasilan kinerja ini adalah adanya kebijakan top down yang

mengatur nomenklatur program maupun menambah atau menghapus program karena terkait dengan

alokasi dana dari pemerintah pusat, tetapi masih ada kendala yaitu pada RPJMD tersebut belum

mewadahi program-program yang belum ada alokasi anggarannya dan kesalahan sistem informasi

perencanaan yang memungkinkan program terhapus atau tidak muncul dan salah entry. Rencana tindak

lanjut antara lain perbaikan sistem informasi perencanaan dengan sistem e-planningyang bersifat single

sign on sehingga memudahkan Perangkat Daerah serta Kabupaten/Kota dalam mengentry usulan dalam

satu kali entry untuk meminimalisir kesalahan entry data baik jangka menengah maupun tahunan sehingga

dapat terjaga konsistensi antara dokumen perencanaan daerah dengan dokumen perencanaan perangkat

daerah.

3.2.1.2.23. Meningkatnya transparansi, akuntabililitas penyelenggaraan pemerintahan daerah,

kualitas pengelolaan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten/Kota di

Jawa Timur

Penyebab kondisi keberhasilan dan kegagalan dijelaskan sebagai berikut:

1. Kinerja Jumlah Pendapatan Asli Daerah. Meningkatnya posisi PAD Provinsi Jawa Timur tentunya

tidak lepas dari berbagai usaha yang dilakukan oleh Pemprov Jatim. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

merupakan semua penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilahnya sendiri

yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Pada tahun 2011, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Jawa Timur sebesar Rp. 8,89

trilyun, dan meningkat pada tahun 2016 menjadi Rp. 15,90 trilyun. Sementara itu pada tahun 2017,

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Jawa Timur sebesar Rp. 17,32 trilyun. Semakin

meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencerminkan kemampuan suatu daerah dalam

membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah.

2. Kinerja Nilai Opini BPK kendala yang dihadapi Adanya kelemahan sistem pengendalian intern dan

ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan keuangan

daerah antara lain, serah terima personil, sarana dan prasarana serta dokumen antara Pemerintah

Provinsi Jawa Timur dengan Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Timur belum sepenuhnya

terlaksana, pengelolaan aset tetap belum sepenuhnya dilaksanakan secara tertib termasuk

pencatatan dan penilaian aset tetap lainnya berupa hewan ternak dan tumbuhan serta terdapat

rekening giro yang belum ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur. Rencana tindak lanjut

melaksanakan implementasi System Development Life Cycle (Pengembangan Sistem Aplikasi

Page 72: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

65

Berkelanjutan) dalam pengelolaan teknologi informasi, antara lain sosialisasi Peraturan Gubernur

Nomor 2 Tahun 2017 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur dan

Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2017 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Provinsi Jawa Timur.

3. Kinerja Persentase Ketaatan terhadap perundangan.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penetapan peraturan perundangan adalah sebagai

berikut:

a. Dianggap dapat menghambat investasi di daerah;

b. Tidak merupakan kewenangan Kabupaten/ Kota;

c. Merupakan kewenangan absolut dari Pemerintah Pusat;

d. Perintah aturan yang lebih tinggi cukup dengan Perkada tetapi diatur dengan Perda;

e. Materinya merupakan copy paste dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

4. Kinerja terhadap Nilai SAKIP dalam penerapan SAKIP di Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui

beberapa langkah guna mewujudkan Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah adalah melakukan

diseminasi SAKIP, yaitu menyebarluaskan segala informasi tentang SAKIP kepada seluruh (PD)

Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, help desk bagi setiap PD (Perangkat

Daerah) penyusunan Indikator Kinerja Individu serta Perjanjian Kinerja sampai dengan staf (jabatan

pelaksana), melakukan pendampingan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) kepada PD

(Perangkat Daerah) dari Pejabat yang tertinggi (Eselon II sampai dengan Jabatan Pelaksana/Staf) secara

intensif, melaksanakan pra evaluasi dan evaluasi SAKIP rutin setiap tahun kepada seluruh PD (Perangkat

Daerah) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur oleh Tim Evaluasi yang terdiri dari Inspektorat,

Bappeda dan Biro Organisasi yang dibentuk dengan Keputusan Gubernur, memberikan Reward and

Punishment berdasarkan hasil evaluasi SAKIP untuk ASN. Rencana tindak lanjut akan mengkaitkan

tunjangan prestasi kerja berdasarkan kepada kinerja yang dicapai, pengintegrasian dari sisi kelembagaan,

perencanaan dan SDM Aparatur yang ditempatkan sesuai kompetensinya, pengintegrasian antara

perencanaan dan penganggaran serta monitoring dan pemantauan kinerja yang harus ditingkatkan melalui

online, kualitas pelaporan kinerja dan keandalan data serta validitas data kinerja.

5. Predikat hasil evaluasi LPPD

LPPD adalah laporan atas penyelenggaraan pemerintah daerah selama 1 (satu) tahun anggaran

berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang disampaikan oleh Kepala Daerah kepada

Pemerintah Pusat. Laporan ini mengambarkan kinerja urusan yang ditangani oleh Pemerintah

Daerah, untuk itu Depdagri menetapkan Indikator Kinerja Kunci ( IKK ) untuk masing-masing urusan.

Pemerintah Daerah harus mengisi realisasi capaian masing-masing indikator yang telah ditetapkan

tersebut. Kinerja yang terbaik bukan ditetapkan berdasarkan standard, melainkan melalui proses

perbandingan antara Pemerintah Daerah, jadi bisa saja terjadi yang terbaik diantara yang terjelek

dalam pengisian realisasi capaian masing-masing. Selama empat tahun terakhir (2013-2016), nilai

LPPD Provinsi Jawa Timur adalah sangat tinggi artinya pembangunan di Jawa Timur benar-benar

dirasakan oleh masyarakat. Sedangkan untuk capaian tahun 2017 masih menunggu rilis dari

pemerintah pusat pada April 2018.

3.2.1.2.24. Meningkatnya kompetensi dan kualitas SDM aparatur pemerintah

Indikator kinerja penataan pegawai ASN sesuai formasi kebutuhan dan kompetensi di Jawa Timur

Tahun 2017 menargetkan sebanyak 51,038 pegawai atau 97 % dari total seluruh pegawai di lingkungan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur yaitu berjumlah 52.617 pegawai, dan realisasinya sebesar 84,22 % atau

berjumlah 44.319 pegawai terdiri dari Jabatan Struktural (Jabatan Tinggi, Administrator dan Pengawas)

Page 73: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

66

sebanyak 2.840 pegawai dan Jabatan fungsional (Medis, Paramedis, Non Medis) sebanyak 21.220

pegawai dan fungsional guru sebanyak 14.639 pegawai dan jabatan pelaksana sebanyak 5.620 pegawai

hal ini disebabkan diberlakukannya UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana turunan Perda Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat

Daerah. Rencana tindak lanjut melakukan revisi Pergub Nomor 76 Tahun 2015 menjadi Pergub 82

Tahun 2017 tentang Jabatan Pelaksana dan Fungsional, melakukan pengembangan kompetensi melalui

diklat teknis, Ujian Dinas, dan Penyesuaian Ijazah (PI) serta pendistribusian pegawai sesuai syarat jabatan

sehingga menciptakan sumber daya manusia (SDM) Aparatur Sipil Negeri (ASN) yang profesional dan

berkualitas. Indeks Pengukuran Profesionalitas (IPP) ASN antara lain kompetensi (Diklatpim, Teknis dan

Fungsional) kompensasi (Gaji dan Tunjangan), disiplin dan kinerja (Nilai SKP). indikator profesionalitas

ASN adalah (individu) pegawai akan semakin profesional apabila kompetensinya semakin tinggi,

kinerjanya semakin baik, organisasinya semakin modern dan pegawai yang semakin bersih. Pada Tahun

2018 Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Timur menargetkan IPP sebesar 80,00 dan terealisasi

sebesar 81,11. Perhitungan IPP Tahun 2017 dilaksanakan untuk Pejabat Struktural (Jabatan Tinggi,

Administrator dan Pengawas) dengan didukung data dari masing-masing komponen IPP ASN

(Kompetensi, Kinerja, Disiplin dan Kompensasi). Rencana tindak lanjut melaksanakan IPP untuk Jabatan

Pelaksana, Peningkatan ini mencerminkan indikator kualitas ASN di Jawa Timur lebih terukur, memiliki

kredibilitas dan reliabilitas sehingga potensi tiap-tiap ASN disesuaikan dengan rencana pengembangan

SDM yang jelas.

3.2.1.2.25. Mewujudkan sistem penanggulangan bencana untuk meningkatkan ketangguhan

masyarakat dalam menghadapi bencana

Penyebab utama keberhasilan adalah meningkatnya koordinasi antar stakeholder (Pemerintah

Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Lembaga Terkait, Dunia Usaha dan Masyarakat) dalam kegiatan

penanggulangan bencana di Jawa Timur, meningkatnya kesadaran, pemberdayaan dan dukungan

masyarakat dalam proses pengurangan risiko bencana (PRB) dan meningkatnya kapasitas tenaga

kebencanaan yang handal sebagai pendukung sumber daya manusia bagi pelaksanaan penanggulangan

bencana di Jawa Timur. Rencana tindaklanjut diadakan desiminasi atau sosialisasi pembentukan /

pengembangan desa tangguh bencana dalam rangka Pengurangan Risiko Bencana (PRB), Koordinasi

lintas sektoral di intensifkan antara BPBD, SAR, TNI / POLRI dan lembaga teknis lain untuk penanganan

bencana, meningkatkan kompetensi dan responsibilitas aparatur, relawan melalui pendidikan dan pelatihan

Penanggulangan Bencana, sehingga diharapkan segala permasalahan kebencanaan yang timbul dapat

direspon secara cepat dan akurat.

3.2.1.2.26. Meningkatnya peran Sekretariat DPRD sesuai fungsinya

Indikator kinerja IKM DPRD terhadap pelayanan Sekretariat DPRD, metode pengambilan data

dilakukan dengan survey dan wawancara terhadap 100 anggota dewan terhadap layanan umum, layanan

persidangan, layananan keuangan, layanan bagian perundang – undangan. Angka indeks 76,95

mengandung interpretasi bahwa pelayanan Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Timur kepada anggota DPRD

sudah baik tetapi masih perlu ditingkatkan kualitas pelayanannya tetapi masih ada rekomendasi dari

anggota DPRD terkait layanan keamanan di gedung DPRD dianggap belum maksimal oleh anggota DPRD

di sebabkan Kurangnya jumlah anggota/personil keamanan yang ditugaskan, Unsur playanan

pengumpulan bahan dan dokumentasi kegiatan DPRD untuk media cetak dan elektronik dipengaruhi oleh

pembatasan tenaga peliput di setiap kegiatan DPRD sehingga dokumentasi data dan informasi kepada

para wartawan media massa baik cetak dan elektronik kurang dapat dilaksanakan secara maksimal,

Page 74: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

67

pelayanan koleksi buku perpustakaan, tempat perpustakaan yang kurang memadai dan Kurangnya

informasi terkait koleksi buku perpustakaan. Rencana tindak lanjut pada layanan keamanan Akan

dilakukan kegiatan kesamaptaan oleh TNI dan POLRI secara terus menerus guna meningkatkan kualitas

kinerja keamanan di lingkungan gedung DPRD dan menambah sarana prasarana keamanan di lingkungan

gedung DPRD, layanan pengumpulan bahan dan dokumentasi kegiatan DPRD melibatkan staf

dokumentasi, informasi dan publikasi dalam setiap kegiatan DPRD agar dapat mengakomodir data secara

maksimal sebagai bahan kegiatan publikasi, layanan perpustakaan menyediakan E-Library dan melakukan

scanning terhadap koleksi buku-buku perpustakaan sehingga anggota DPRD dapat langsung mengakses

koleksi buku-buku perpustakaan secara elektronik, melakukan peningkatan SDM pengelola perpustakaan

melalui pembinaan dan diklat pengelolaan perpustakaan.

3.2.1.2.27. (MISI V) Meningkatnya tingkat partisipasi masyarakat dalam menyalurkan hak politik

dan penanganan konflik sosial.

Indikator kinerja persentase kejadian terkait poleksosbud di Jawa Timur yang diselesaikan berhasil

karena adanya upaya peningkatan sinergitas aparat Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan

Kabupaten/Kota serta jajaran instansi terkait yang secara intensif dalam melakukan pemantauan

perkembangan situasi dan kondisi kamtibmas di wilayah Jawa Timursebagai upaya kewaspadaan dari

ancaman dan upaya pencegahan konflik sosial di daerah, kesiap siagaan aparat pemerintah dan seluruh

elemen masyarakat di Jawa Timur dalam menjaga dan memelihara keamanan, ketentraman dan ketertiban

masyarakat. Rencana Tindak lanjut adalah dengan sosialisasi kepada masyarakat didaerah rawan

konflik, pembinaan kepada lembaga masyarakat.

3.2.1.2.28. Meningkatnya kehidupan bermasyarakat yang taat hukum

Indikator Kinerja pada sasaran tersebut mengalami keberhasilan karena adanya komunikasi yang baik diantara masyarakat dengan Satuan Polisi Pamong Praja serta instansi terkait yang memdukung pelaksanaan penyelesaian pelanggaran perda. Kwalitas dan kuantitas SDM Satpol PP kurang optimal, Ruang lingkup operasional yang begitu luas sehingga kurangnya sarana prasarana transportasi dalam melakukan kegiatan patroli. Rencana tindak lanjut Meningkatnya kehidupan bermasyarakat yang taat hukum rencana tindaklanjut, memantau hasil pengaduan masyarakat terhadap pelanggaran Perda serta menindaklanjuti hasil penyidikan dan penyelidikan yang telah dilakukan sebelumnya, meningkatkan koordinasi, intregrasi, sinkronisasi, simplikasi dengan aparat penegak hukum lainnya

3.2.1.2.29. Meningkatnya pelestarian seni budaya

Masih belum optimalnya kegiatan dokumentasi dan inventarisasi data kesenian tradisional dan

adat budaya lokal sebagai bahan pengembangan nilai-nilai kearifan local, Belum optimalnya aktualisasi

kesenian tradisional dan adat budaya local dan Apresiasi dan kesadaran masyarakat terhadap warisan

budaya masih belum berkembang. Rencana tindak lanjut Meningkatkan koordinasi dengan dewan

kesenian Kab/Kota dan Instansi terkait dalam pendokumentasian dan pedataan seni tradisi dan budaya

local, meningkatkan fasilitasi terhadap aktualisasi kesenian tradisional dan budaya lokal dengan menjalin

kerja sama dengan pelaku/usaha pariwisata, peningkatan upaya perlindungan dan pelestarian warisan

budaya yang melibat masyarakat sekitar dan generasi muda secara berkesinambungan.

Page 75: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

68

3.3. ANALISIS PENGGUNAAN SUMBER DAYA ANGGARAN

3.3.1. SUMBER PENDANAAN APBD

Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas keuangan, maka diperlukan juga perbandingan antara capaian kinerja dengan penganggarannya. Pada dasarnya

pembagian alokasi anggaran pada suatu Pemerintah Daerah disesuaikan dengan prioritas pembangunan. Akan tetapi belum bisa diambil kesimpulan secara

langsung, karena masing-masing kinerja utama dan indikator kinerja utama merupakan hasil dari multiplier effect yang diakibatkan oleh penganggaran untuk kinerja

lainnya. Pada penganggaran Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 menyesuaikan dengan Tematik Pembangunan Tahun 2017, yaitu memacu

pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan industri, perdagangan, efektifitas dan efisiensi pembiayaan pembangunan di Jawa Timur, dengan 9

(sembilan) program icon yang terfokus dan didesain dengan pendekatan holistik, tematik dan terintegrasi antar PD serta keselarasannya antar tingkatan

pemerintahan, antara lain:

1. Pendidikan;

2. Kesehatan;

3. Perumahan dan permukiman;

4. Pengembangan dunia usaha dan pariwisata;

5. Ketahanan pangan;

6. Penanggulangan kemiskinan;

7. Infrastruktur, konektivitas, dan kemaritiman;

8. Pembangunan wilayah;

9. Politik dan kebangsaan.

Page 76: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

69

Tabel 3.3

Perbandingan Pencapaian Kinerja dan Anggaran

No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

KINERJA ANGGARAN

Target Realisasi Capaian

(%) Anggaran

(dalam Juta Rp) % Alokasi

Realisasi (Rp)

Capaian (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Meningkatnya partisipasi angkatan kerja dan penyerapan tenaga kerja

1 Persentase penduduk yang bekerja

4.611.172.000 4.549.916.929 98.67

2 Tingkat Pengangguran Terbuka 4,17-4,08 4,00 101,96

2

Meningkatnya hubungan industrial yang harmonis

3 Persentase penurunan kasus perselisihan hubungan industrial yang masuk ke pengadilan hubungan industrial

53,00 50,90 96,04

3

Meningkatnya akses pendidikan dasar dan menengah yang berkualitas

4 Angka rata-rata lama sekolah 8,9 7,232016 81,24 1.703.849,22 16,58 1.636.503,77 96,05

5 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A

97,99 98,72 100,74

6 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B

86,82 88,65 102,11

7 Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket C

62,94 68,65 109,07

8 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A

112,93 112,93 100,00

9 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B

102,52 103,95 101,39

10 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/ SMK/ MA/ Paket C

81,17 82,80 102,01

Page 77: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

70

No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

KINERJA ANGGARAN

Target Realisasi Capaian

(%) Anggaran

(dalam Juta Rp) % Alokasi

Realisasi (Rp)

Capaian (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

4

Meningkatnya kuantitas dan kualitas pendidikan anak usia dini (PAUD)

11 Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD

86,74 98,48 113,53

5 Meningkatnya mutu pendidikan dan tenaga kependidikan

12 Persentase kualifikasi guru menurut ijazah ≥ Sarjana/ Pasca Sarjana

71.34 89.25 125,11 59.938

6 Meningkatnya kualitas peran pemuda dan prestasi olahraga

13

Persentase pemuda berprestasi yang dibina

15,03% 14,43% 96,03 6.393,8 6.021,5 94.18

14 Persentase atlet berprestasi yang dibina

24,63% 23,73% 96.54 18.090,5 17.523,08 96.86

7 Meningkatnya ketersediaan tenaga medis secara merata

15 Rasio tenaga medis per 100.000 satuan penduduk

19,00 18,00 94,74 1.447,9 0.01 1.301,2 89,87

8 Menurunnya angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan

16 Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup

97.19 91.00 106.37 2.370,4 0.02

17 Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup

25.61 25,82*

2015

99,18

9 Meningkatnya pelayanan kesehatan sesuai dengan SPM

18 Angka Harapan Hidup (AHH) 70,82 70,68*

2015

99,80 6.983,2 0.067

10 Meningkatnya keikutsertaan masyarakat dalam jaminan kesehatan

19 Persentase masyarakat miskin peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) terintegrasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

15,00 15,00 100 31.025,1 0.30 30.778,2 99,20

Page 78: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

71

No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

KINERJA ANGGARAN

Target Realisasi Capaian

(%) Anggaran

(dalam Juta Rp) % Alokasi

Realisasi (Rp)

Capaian (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

11 Meningkatnya akseptor Keluarga Berencana (KB)

20 Persentase cakupan peserta KB aktif

66,00 76,21 115,53 982 960,24 97,78

12 Menurunnya persentase penduduk miskin

21 Persentase penduduk miskin 11,80-11,50 11,20 102,6 43.027,16 71.493,66 96,44

13 Menurunnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial

22 Persentase penurunan PMKS 1.35 1.25 95.29 101.757,51 0,99 94.817,07 93.18

14 Meningkatnya pengarusutamaan gender dalam pembangunan

23

Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah

1.700,3 0,02 1.603,55 94,03

24

Indeks Pembangunan Gender (IPG)

92,39-92,90 90,72 97,65

25 Indeks Pemberdayaan Gender 71,62 68,78 96,03

15 Meningkatnya volume usaha UMKM dan kualitas kelembagaan koperasi

26 Rasio PDRB UKM terhadap total PDRB (%)

27 Persentase koperasi aktif

16 Meningkatnya jumlah wirausaha baru

28 Pertumbuhan Wirausaha Baru (%)

17 Meningkatnya volume usaha ekonomi kaum perempuan

29 Rasio perputaran modal Kopwan

18 Meningkatnya nilai tambah hasil dan daya saing produk pertanian (tanaman

30 Pertumbuhan sub-sektor tanaman bahan makanan terhadap PDRB (%)

2,755 3,44 124,86 120.434,6 1.17 107.359.916.024 89,14

Page 79: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

72

No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

KINERJA ANGGARAN

Target Realisasi Capaian

(%) Anggaran

(dalam Juta Rp) % Alokasi

Realisasi (Rp)

Capaian (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan)

31 Pertumbuhan sub-sektor tanaman perkebunan terhadap PDRB (%)

2,17-3,01 1,36 62,67 83.539,5 0.81 70.464.895.964,00

84,35

32 Pertumbuhan sub-sektor peternakan terhadap PDRB (%)

2,87 3,89** 135,54 97.213.137.620 0.94 87.357.522.654 89,86

33 Pertumbuhan sub-sektor kehutanan terhadap PDRB (%)

0,4 0,49 122 8.380,29 0.081 8.141.228.654 97,15

34 Pertumbuhan sub-sektor perikanan terhadap PDRB (%)

4,8

5,06 105,42 471.584,9 4.58 454.983.881.309 96,48

19 Meningkatnya ketersediaan pangan masyarakat (food avaibility)

35 Ketersediaan pangan - Beras - Jagung - Kedelai

8.905.000 6.300.000

340.000

8.234.885 5.667.615

226.418

92,47 89,96 66,59

22.700 0.22 19.443.655.549 85,65

20 Meningkatnya penyerapan pangan (food utilization)

36 Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

85,50 84,80 99,18

37 Tingkat konsumsi beras penduduk Jawa Timur (kg/Kap/Th)

38 Tingkat keamanan pangan (%) 81,0 85,0 104,94

21 Meningkatnya akses pangan (food access)

39 Stabilisasi harga beras di tingkat konsumen (coefisien variasi/CV) (%)

8,00 1,73 21,63

Page 80: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

73

No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

KINERJA ANGGARAN

Target Realisasi Capaian

(%) Anggaran

(dalam Juta Rp) % Alokasi

Realisasi (Rp)

Capaian (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

22 Meningkatnya volume ekspor dalam dan luar negeri

40 Pertumbuhan sub sektor perdagangan terhadap PDRB (%)

10,08 6,26 62 19.819,5 0.134 17.044.511.923 86

23 Meningkatnya kontribusi sektor industri

41 Pertumbuhan sub-sektor industri pengolahan terhadap PDRB (%)

5,50 5,69 103,4 81,8

75.336.558 92

24 Meningkatnya kunjungan wisata

42 Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara

624.721 625.729 100.16 11.949,09 11.912,93 99,70

43 Jumlah kunjungan wisatawan nusantara

53.571.220 58.649.178 109.48

25 Meningkatnya kuantitas dan kualitas seni budaya lokal

44

Jumlah fasilitasi pergelaran, festival, lomba karya seni budaya, pameran dan perfilman

45 Indeks Kepuasan terhadap penyelenggaraan gelar seni budaya di Jawa Timur

80 80,10 100,13

26 Meningkatnya jumlah izin prinsip dan realisasi PMA, PMDN dan investasi daerah

46

Jumlah minat investasi PMA berdasarkan ijin prinsip (trilyun rupiah)

68.22 269,87 395,59 9.754,58 0.094 7.131.106.404 73,11

47

Jumlah minat investasi PMDN berdasarkan ijin prinsip (trilyun rupiah)

52.84 58,28 110,30 9.754,58 0.094 7.131.106.404 73,11

48 Jumlah nilai realisasi investasi PMA berdasarkan LKPM

45.33 21,49 47,41 2.308,45 0.022 2.502.948.130 91,94

Page 81: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

74

No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

KINERJA ANGGARAN

Target Realisasi Capaian

(%) Anggaran

(dalam Juta Rp) % Alokasi

Realisasi (Rp)

Capaian (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

49 Jumlah nilai realisasi investasi PMDN berdasarkan LKPM

46.33 45,04 95,85 2.308,45 0.022 2.502.948.130 91.94

50 Jumlah nilai realisasi PMDN non fasilitas

103.24 85.86 83,17 2.308,45

0.022 537.911.404.838 89,43

27 Meningkatnya kinerja pelayanan, dan pembangunan prasarana transportasi jalan serta terwujudnya keselamatan, efisiensi dan efektivitas pelayanan angkutan darat, laut dan udara

51 Persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap fungsional (%)

95,15 90,31 94,91 601.474.779.000 537.911.404.838 89,43

52 Persentase jalan provinsi yang memenuhi persyaratan teknis jalan

61,86 59,16 95,63 394.964.934.000 332.193.581.229 84,11

53 Persentase penyelesaian pembangunan jalan menuju kawasan potensial dan jalan lintas selatan

- - -

54 Persentase penyelesaian pembangunan jembatan menuju kawasan potensial dan jalan lintas selatan

- - -

55 Persentase kabupaten/ kota berpredikat Wahana Tata Nugraha

56 IKM terhadap pelayanan Penimbangan Kendaraan Angkutan Barang

80 71,53 89,41

28 Meningkatnya akses 57 Persentase KK yang 83,63 73,44 87,81 22.031,57 17.052,07 77,40

Page 82: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

75

No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

KINERJA ANGGARAN

Target Realisasi Capaian

(%) Anggaran

(dalam Juta Rp) % Alokasi

Realisasi (Rp)

Capaian (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

masyarakat terhadap perumahan layak, pelayanan air minum dan sanitasi

mendapatkan pelayanan air bersih

58 PersentaseKK yang mendapatkan Pelayanan Air Limbah

77,87 65,95 84,69 3.152,97 2.528,80 80,20

59 Persentase pelayanan drainase perkotaan

60 Persentase Realisasi layanan persampahan perkotaan

61 Persentase rusun terbangun 42,38 41,76 98,53 42.369,25 37.614,88 88,75

29 Meningkatnya pengelolaan sumber daya air untuk memenuhi pelayanan kebutuhan air baku melalui konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian daya rusak air

62 Persentase Luas areal layanan irigasi

82,75 82,82 100,08 26.915,8 0.261 23.742.483.084 88,21

63 Rasio/ kinerja jaringan irigasi 68,60 69,32 101,05 66.439,2 0.646 62.593.521.647 101,05

64 Rasio ketersediaan dan kebutuhan air baku

87,90 87,84 99,93 18.873,6 0.183 17.464.301.234 92,72

65 Persentase Penurunan luas genangan banjir

61,66 67,62 109,67 72.619,3 0.706 70.238.419.146 90,88

30 Meningkatnya infrastruktur dan ketersediaan energi

66 Rasio ketersediaan listrik 0,88 0,9158 104,07 3.619.731.00 3.289.656.228 90,88

67 Persentase rumah tangga pengguna listrik

31 Meningkatnya kawasan hutan yang dikonservasi

68 Luas konservasi kawasan hutan (ha)

32 Meningkatnya sumber 69 Cakupan penghijauan

Page 83: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

76

No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

KINERJA ANGGARAN

Target Realisasi Capaian

(%) Anggaran

(dalam Juta Rp) % Alokasi

Realisasi (Rp)

Capaian (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

mata air terkonservasi (konservasi) sumber mata air

33 Meningkatnya kualitas lingkungan hidup melalui upaya pengendalian sumber-sumber pencemaran terutama sumber daya air, DAS dan wilayah pesisir serta laut

70 Persentase titik pantau dengan peningkatan kualitas air

34 Menurunnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

71 Penurunan emisi Gas Rumah Kaca (juta ton eq CO2)

4 4,29 107,25 1.116.537.000 1.083.440.504 97,04

35 Terwujudnya perumusan dan pelaksanaan kebijakan bidang penataan ruang

72 Persentase RTR Kawasan Strategis Provinsi yang tersusun

73 Jumlah rencana rinci tata ruang Kab/ Kota

74 Persentase ketersediaan petunjuk pelaksanaan pemanfaatan tata ruang

75 Persentase kasus mediasi pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTR

Page 84: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

77

No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

KINERJA ANGGARAN

Target Realisasi Capaian

(%) Anggaran

(dalam Juta Rp) % Alokasi

Realisasi (Rp)

Capaian (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

36 Meningkatnya kualitas kelembagaan dan kapabilitas penyelenggaraan pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan pelayanan publik

76 Jumlah SKPD provinsi yang melaksanakan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

37 Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah daerah

77 Hasil EKPPD Sangat Tinggi

Sangat Tinggi

Tercapai

38 Meningkatnya kualitas perencanaan, penganggaran, dan pengendalian program serta kegiatan pembangunan

78 Penilaian SAKIP A A 100

39 Meningkatnya peran DPRD sd fungsinya

79 Jumlah raperda inisiatif dewan

40 Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan dan aset daerah

80 Opini BPK

WTP WTP 100

41 Meningkatnya pengelolaan arsip pemerintah daerah yang tertib, rapi dan handal serta ketersediaan dokumen statistik yang terpercaya dan berkualitas

81 Persentase SKPD yang menerapkan standarisasi pengelolaan arsip sesuai ketentuan

42 21,17 50,64

Page 85: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

78

No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

KINERJA ANGGARAN

Target Realisasi Capaian

(%) Anggaran

(dalam Juta Rp) % Alokasi

Realisasi (Rp)

Capaian (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

42 Mewujudkan sistem penanggulangan bencana untuk meningkatkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana

82 Tertangani korban bencana secara cepat dan tepat sasaran (%)

100 100 100

43 Meningkatnya fasilitas layanan keagamaan

83 Rasio tempat ibadah per satuan penduduk

5,46 4,11 75,27 33.983,7 0.330 31.958.489.951 94,04

44 Meningkatnya komunikasi antar-umat beragama

84 Persentase kerusuhan bermotif SARA yang ditangani

100 100 100 82,3 81.612.665 99

45 Terciptanya situasi kondisi masyarakat yang aman, tenteram, nyaman dan tertib

85 Persentase Penanganan Gangguan Ketertiban Umum Dan Ketentraman Masyarakat

100 100 100 25.548,4 0.248 23.927.298.101 93,65

46 Menguatnya budaya dan tradisi lokal sebagai bagian dari upaya mewujudkan harmoni sosial

86 Persentase benda situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan

94,50 100 105,82 9.135,6 0.088 9.057.284.442 99,14

47 Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang hukum dan HAM

87 Persentase kejadian terkait HAM yang ditindaklanjuti

85 100 117,64 2.289,68 0.022 2.038.122.814 89,01

48 Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat menjunjung supremasi hukum

88 Jumlah ormas/ LSM yang terdaftar

910 901 99,01 250 0.002 242.210.435 96,88

Page 86: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

79

Tabel 3.4

Cost Per Outcome Indikator Sasaran

NO. SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

Anggaran (dlm Juta Rp.) %

Capaian Kinerja

(%) Pagu Realisasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Meningkatnya partisipasi angkatan kerja dan penyerapan tenaga kerja

1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

80.965,19 79.762,88 98,52

2 Persentase pencari kerja yang ditempatkan

7.500,00 7.024,17 93,66

2 Meningkatnya hubungan industrial yang harmonis

3 Persentase peningkatan pendapatan pekerja di Jawa Timur

3.915,28 3.890,19 99,36

3 Meningkatnya akses pendidikan menengah yang berkualitas

4 Indeks Pendidikan

4 Meningkatnya gemar dan budaya baca masyarakat

5 Indeks Minat Baca 14.025 13.637 97,23

103

5 Meningkatnya mutu pendidikan dan tenaga kependidikan

6 Persentase guru jenjang SMA, SMK dan PKLK berkualifikasi min. S1/D4

6 Menurunnya angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan

7 Angka Kematian Ibu 908,4 813,5 90

8 Angka Kematian Bayi

9 Persentase bayi stunting 1.462 1.350 92

7 Meningkatnya pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan minimal

10 Angka Harapan Hidup (AHH)

3.058 2.937 96

11 Persentase Rumah Sakit terakreditasi

1.173 1.070 91

12 Persentase RFT Rate Kusta

782 737 94

13 Persentase penderita HIV yang mendapat ARV

988 906 92

14 Persentase keberhasilan pengobatan TB

980 923 94

8 Meningkatnya capaian infrastruktur dasar perumahan dan

15 Persentase capaian infrastruktur dasar perumahan dan permukiman

Page 87: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

80

NO. SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

Anggaran (dlm Juta Rp.) %

Capaian Kinerja

(%) Pagu Realisasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

permukiman

9 Meningkatnya kualitas peran pemuda dan prestasi olahraga

16 Persentase pemuda yang berpartisipasi dan berperan aktif dalam pembangunan

6.393,83 6.021,54 94,18

96.03

17 Jumlat atlet yang berprestasi

18.090,53 17.523,08 96,86

86.28

10 Menurunnya persentase penduduk miskin

18 Persentase lembaga kemasyarakatan desa/kel yang aktif

8.266.903 7.979.181 96,52

100.27

19 Persentase tumbuhnya usaha ekonomi masyarak desa/kelurahan

18.608.300 17.979.158 96,62

100

20 Persentase transmigran yang berhasil meningkatkan taraf ekonomi dan sosialnya

11 Meninkatnya kesejahteraan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

22 Persentase penurunan PMKS

101.757,50 94.817,07 93.18

92,59

12 Meningkatnya pengarusutamaan gender dalam pembangunan

23 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

1.700,30 1.603,50 94,3 96,03

24 Persentase penurunan kasus tindak kekerasan dan trafficking di Jatim

2.865,00 2.808,90 98,4 203,4

25 Persentase laju pertumbuhan penduduk

982,00 960,24 97,78

26 Cakupan KB aktif/ CPR 115,53

13 Meningkatnya ketahanan pangan

27

Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

28 Ketersediaan pangan (ton) - Beras - Jagung - Kedelai

14 Meningkatnya kontribusi sector-sektor unggulan dalam mendukung pertumbuhan

29 Nilai ijin prinsip investasi (PMA dan PMDN)

30 Persentase pertumbuhan omzet koperasi dan UKM

31 Nilai realisasi investasi (PMA dan PMDN)

Page 88: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

81

NO. SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

Anggaran (dlm Juta Rp.) %

Capaian Kinerja

(%) Pagu Realisasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

ekonomi 32 Pertumbuhan sub-kategori perikanan terhadap PDRB

33 Pertumbuhan sub kategori tanaman pangan terhadap PDRB (%)

34 Pertumbuhan sub kategori perkebunan terhadap PDRB (%)

35 Persentase Pertumbuhan sub kategori peternakan terhadap PDRB

36 Persentase kontribusi sub kategori kehutanan dan penebangan kayu terhadap PDRB

37 Share net ekspor pada PDRB menurut penggunaan

38 Persentase Pertumbuhan Industri Pengolahan

39 Persentase kontribusi pertumbuhan sector pariwisata terhadap PDRB

15 Meningkatnya ketersediaan dan kualitas layanan infrastruktur strategis

40 Persentase jalan provinsi dalam kondisi mantap (%)

41 Rasio elektrifikasi

42 Persentase Pelayanan Air untuk Irigasi

43 Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Perhubungan

44 Persentase Sub Sektor Transportasi terhadap PDRB

16 Meningkatnya kualitas lingkungan hidup, serta melestarikan ketersediaan sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup

45 Indeks Kualitas Udara

46 Indeks Kualitas Air

47 Indeks Tutupan Lahan

48 Indeks Tutupan Hutan

17 Terwujudnya 49 Persentase luas kawasan

Page 89: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

82

NO. SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

Anggaran (dlm Juta Rp.) %

Capaian Kinerja

(%) Pagu Realisasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

kepastian penyelenggaraan penataan ruang

yang peruntukannya sesuai dengan RT RW

18 Meningkatnya pemanfaatan TIK dan layanan informasi public

50 Hasil evaluasi terhadap mplementasi keterbukaan informasi public

19 Meningkatnya ketersediaan dokumen statistic yang terpercaya dan berkualitas

51 Persentase release data statistic akurat yang tepat waktu

20 Meningkatnya pemanfaatan TIK dalam pengamanan informasi

52 Persentase informasi persandian yang diamankan

21 Meningkatnya pengelolaan arsip pemerintah daerah yang tertib, rapi dan handal

53 Persentase organisasi perangkat daerah yang melaksanakan tertib arsip

22 Meningkatnya kualitas perencanaan, penganggaran, dan pengendalian program serta kegiatan pembangunan

54 Persentase jumlah program di RKPD yang sesuai dengan RPJMD

55 Persentase usulan musrenbang yang diakomodasi dalam dokumen perencanaan

56 Prosentase Hasil Penelitian dan Pengembangan Hasil Penelitian yang dimanfaatkan

57 Persentase OPD Provinsi dan Kab/kota yang memiliki Kegiatan Mendukung Sistem Inovasi Daerah Jawa Timur

Page 90: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

83

NO. SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

Anggaran (dlm Juta Rp.) %

Capaian Kinerja

(%) Pagu Realisasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

23 Meningkatnya transparansi, akuntabililitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, kualitas pengelolaan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten/Kota di Jawa Timur

58 Jumlah Pendapatan Asli Daerah

59 Nilai opini BPK

60 Persentase Ketaatan terhadap perundang- Undangan daerah oleh OPD Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Kab/Kota di Jawa Timur

61 Nilai SAKIP

62 Predikat hasil evaluasi LPPD

63 Persentase produk hukum yang tidak bertentangan dengan peraturan undang- undang yang lebih tinggi, kesusilaan dan kepentingan umum

64 Persentase Rekomendasi Hasil Koordinasi Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan yang ditindaklanjuti

65 Persentase penduduk ber KTP

24 Meningkatnya kompetensi dan kualitas SDM aparatur pemerintah

66 Persentase penataan pegawai ASN sesuai formasi kebutuhan dan kompetensi

67 Indeks Profesionalitas Pegawai (IPP)

68 Persentase peserta diklat yang memperoleh sertifikat kompetensi (certificate of competence) dengan kualifikasi kelulusan minimal memuaskan (skor 80,1-90)

Page 91: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

84

NO. SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

Anggaran (dlm Juta Rp.) %

Capaian Kinerja

(%) Pagu Realisasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

25 Mewujudkan sistem penanggulangan bencana untuk meningkatkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana

67 Persentase Korban Terdampak Bencana yang Ditangani

26 Meningkatnya peran DPRD sesuai fungsinya

68 Indeks kepuasan masyarakat (IKM) DPRD terhadap pelayanan Sekretariat DPRD

27 Meningkatnya tingkat partisipasi masyarakat dalam menyalurkan hak politik dan penanganan konflik sosial.

69 Persentase kejadian terkait poleksosbud di Jawa Timur yang diselesaikan

70 Indeks Demokrasi Indonesia

28 Meningkatnya kehidupan bermasyarakat yang taat hukum

71 Persentase penanganan kasus pelanggaran ketertiban umum & ketentraman yang diselesaikan

72 Persentase penegakan supremasi hukum dan HAM di Jawa Timur

29 Meningkatnya pelestarian seni budaya

73 Jumlah Karya Seni Budaya yang mendapat penghargaan nasional

74 Persentase Cagar Budaya (benda, Struktur, Situs, Kawasan) yang dipelihara/ dilestarikan

Page 92: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

85

3.3.2. SUMBER PENDANAAN NON-APBD

Hasil kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Timur selain menggunakan sumber pendanaan APBD,

tentunya juga menggunakan sumber pendanaan lainnya termasuk bantuan yang diberikan oleh BUMD,

BUMN dan Swasta berupa Corporate Social Responsibility (CSR) serta sumber pendanaan APBN. CSR

merupakan kinerja sinergi antara perusahaan dan pemerintahan untuk mencapai kinerja keseluruhan

Pemerintahan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

perusahaan apabila akan memberikan CSR. Dukungan yang diberikan antara lain terkait penerima CSR

dan kebutuhan masyarakat pada wilayah tertentu.

Selain sumber pendanaan dari APBD, pembangunan Provinsi Jawa Timur tentunya juga tidak lepas

dari peran Pemerintah Pusat melalui Kementerian masing-masing, adapun rinciannya sebagai berikut:

Tabel 3.5 Dana Dekonsentrasi Provinsi Jawa Timur Tahun 2017

PERANGKAT DAERAH PAGU REALISASI

Rp %

Dinas kebudayaan dan pariwisata 2,099,200,000 2,081,759,900 99.17

Dinas kehutanan 2,574,400,000 2,472,614,457 96.05

Dinas kelautan dan perikanan 7,630,759,000 5,419,802,549 71.03

Dinas kesehatan 57,029,708,000 47,598,231,485 83.46

Badan perencanaan pembangunan daerah

656,941,000 196,536,600 29.92

Dinas koperasi dan ukm 6,487,170,000 6,272,594,040 96.69

Dinas pemberdayaan masyarakat dan desa

165,268,309,000 130,282,924,358 78.83

Dinas pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, dan kependudukan

2,880,000,000 2,774,557,682 96.34

Dinas pemuda dan olah raga 5,664,390,000 5,416,460,735 95.62

Dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu

400,000,000 390,585,063 97.65

Dinas pendidikan 33,767,634,000 32,754,564,101 97.00

Dinas perindustrian dan perdagangan 8,966,442,000 7,611,786,960 84.89

Dinas perkebunan 819,110,000 777,513,200 94.92

Dinas perpustakaan dan kearsipan 2,223,769,000 2,174,231,300 97.77

Dinas pertanian dan ketahanan pangan 150,217,421,000 142,787,517,381 95.05

Dinas perumahan rakyat, kawasan pemukiman dan cipta karya

1,155,559,000 919,972,000 79.61

Dinas sosial 34,921,582,000 33,505,997,605 95.95

Dinas tenaga kerja dan transmigrasi 13,891,770,000 13,195,349,250 94.99

Sekretariat daerah provinsi jawa timur 815,723,000 542,308,650 66.48

Dinas lingkungan hidup 550,000,000 517,693,920 94.13

TOTAL 498,019,887,000 437,693,001,236 87.89

Page 93: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

86

3.4. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana amanah Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah

beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah, berdampak positif terhadap hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang

sehingga perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah

dimaksud merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen

penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Selain kedua UU tersebut, juga terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang menjadi

dasar dan acuan dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah yang diterbitkan lebih dahulu, yaitu :

a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ;

b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ;

c. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara ;

d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.

Dalam paket peraturan perundang-undangan keuangan negara nampak bahwa terdapat perubahan

fundamental dengan memasukkan kerangka ilmu manajemen kinerja dan ilmu akuntansi keuangan.

Dengan perubahan tersebut maka entitas pemerintahan melakukan pengelolaan keuangannya harus

berdasarkan pada perencanaan kinerja (performance planning) yang sudah disusun dengan sebaik-

baiknya, anggaran kinerja (performance budget) yang merupakan penjabaran dari perencanaan kinerja

dan disetiap periode entitas pemerintahan harus menyajikan laporan kinerja (performance report) dan

laporan keuangan (financial statement). Anggaran kinerja sangat memperhatian time value of money, yang

mengandung arti bahwa sumberdaya keuangan harus dikelola secara ekonomis, efisien dan efektif. Dalam

penyusunan anggaran berbasis kinerja penetapan target kinerja dari setiap aktifitas pengelolaan sumber

daya keuangan merupakan suatu keharusan, yang terdiri dari input, output dan out comes.

Untuk mendukung pelaksanaan desentralisasi dan otonomi tersebut, sesuai Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah

beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Kepala Daerah sebagai pemegang

kekuasaan pengelolaan keuangan daerah diberikan wewenang untuk mengelola keuangan daerah dan

mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Berdasarkan ketentuan

tersebut, untuk menunjang penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada

masyarakat, diperlukan adanya sumber daya dan dana yang cukup berasal dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD) yang dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur secara transparan dan akuntabel, maka

Page 94: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

87

pengelolaan keuangan daerah mulai perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD harus mengacu dan memperhatikan beberapa undang-undang

dan peraturan pelaksanaan yang komprehensif dan terpadu (omnibus regulation) dari berbagai Undang-

undang tersebut, dalam bentuk Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah yang memiliki tujuan mempermudah dalam pelaksanaan dan tidak menimbulkan multi

tafsir dalam implementasinya.

Berdasarkan Pasal 155 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah, untuk menjelaskan teknis dan guide line pengelolaan keuangan daerah Pemerintah

melalui Kementerian Dalam Negeri menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. Untuk mensinkronkan dengan kebijakan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan karakter dan kebutuhan daerah Pemerintah

Provinsi Jawa Timur menerbitkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor 1 Seri E)

serta Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 139 Tahun 2016 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan

Keuangan Daerah Tahun Anggaran 2017 yang mengatur, antara lain Sistem dan Prosedur Penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Kode Rekening Aset, Kewajiban, Ekuitas Dana, Pendapatan,

Belanja dan Pembiayaan, Sistem dan Prosedur Penyusunan Perubahan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah, Sistem dan Prosedur Pelaksanaan dan Penatausahaan APBD, Sistem dan Prosedur

Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah.

3.4.1. Kinerja Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) TA 2017.

Gambaran umum Tren realisasi APBD Provinsi Jawa Timur dari tahun ke tahun seperti yang terlihat

pada grafik di bawah yang menunjukkan tren realisasi APBD. Tren realisasi pendapatan daerah selalu

berada di atas 100% artinya secara keseluruhan selama 5 (lima) tahun terakhir realisasi pendapatan selalu

melebihi anggaran pendapatan itu sendiri. Bahkan terdapat tren fluktuatif jumlah nominal pelampauan

realisasi pendapatan dari tahun ke tahun, yaitu penurunan pada tahun 2015 sehingga realisasinyanya

dibawah target namun pada tahun 2016 dan 2017 mengalami kenaikan. Sedangkan tren realisasi belanja

daerah berkebalikan dari realisasi pendapatan daerah. Belanja APBD Provinsi Jawa Timur terhadap

anggarannya cenderung pada level yang sama selama selama 5 (lima) tahun berjalan dan pada tahun

2017 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016. Demikian juga dengan realisasi pembiayaan, dari

tahun ke tahun realisasi pembiayaan Provinsi Jawa Timur mengalami hampir sama, namun terjadi

penurunan yang relatif sedikit dari tahun sebelumnya untuk tahun 2015 dari yang dianggarkan.

Page 95: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

88

Grafik 3.1 Tren Capaian Realisasi APBD Provinsi Jawa Timur

Sumber: Data diolah dari Perda ttg Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2013-2016 dan Laporan Realisasi Anggaran

TA. 2017 Un-Audited (*) tgl 23 Januari 2018

Sedangkan pada Tahun Anggaran 2017, berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor

7 Tahun 2017 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun

Anggaran 2017, struktur dan komposisi APBD Provinsi Jawa Timur Tahun, dapat dirinci sebagai berikut

(*data un-audited) :

a. Pendapatan Daerah, sebesar 29 trilyun 348 milyar 605 juta 270 ribu 584 rupiah 20 sen, terdiri dari :

1. Pendapatan Asli Daerah, sebesar 15 trilyun 850 milyar 715 juta 963 ribu 543 20 sen rupiah ;

2. Dana Perimbangan, sebesar 13 trilyun 490 milyar 264 juta 307 ribu 41 rupiah ;

3. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, sebesar 7 milyar 625 juta rupiah ;

Dari target yang telah ditetapkan sebesar 29 trilyun 348 milyar 605 juta 270 ribu 584 rupiah 20 sen,

dalam pelaksanaannya terealisasi sebesar 29 trilyun 879 milyar 164 juta 203 ribu 941 rupiah 90 sen

atau 101,81 persen, diatas dari target sebesar 530 milyar 558 juta 933 ribu 357 rupiah 68 sen atau

lebih 1,81 persen berasal dari :

a) Pendapatan Asli Daerah, terealisasi sebesar 17 trilyun 326 milyar 483 juta 824 ribu 756 rupiah

20 sen atau 109,31 persen dari target sebesar 15 trilyun 850 milyar 715 juta 963 ribu 543

rupiah 19 sen, atau secara kumulatif terdapat pelampauan sebesar 1 trilyun 475 milyar 767

juta 861 ribu 212 rupiah 99 sen, berasal dari :

- Pajak Daerah, sebesar 14 trilyun 350 milyar 601 juta 626 ribu 318 rupiah 70 sen;

- Retribusi Daerah, sebesar 131 milyar 444 juta 291 ribu 907 rupiah 25 sen;

- Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, sebesar 374 milyar 274 juta 618 ribu

110 rupiah 19 sen;

- Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah, sebesar 2 trilyun 470 milyar 163 juta 288 ribu

420 rupiah 4 sen;

b) Dana Perimbangan, terealisasi sebesar 12 trilyun 494 milyar 48 juta 645 ribu 633 rupiah atau

92,62 persen dari target sebesar 13 trilyun 490 milyar 264 juta 307 ribu 41 rupiah atau secara

kumulatif kurang dari target sebesar 996 milyar 215 juta 661 ribu 408 rupiah, berasal dari :

80

90

100

110

120

2013 20142015

20162017*

Prosentase

2013 2014 2015 2016 2017*

Pendapatan Daerah 105,94 106,07 99,92 104,32 101,81

Belanja Daerah 95,04 93,44 94,19 96,93 93,39

Pembiayaan Daerah 100 100 104,73 109,89 112

Page 96: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

89

- Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, sebesar 1 trilyun 634 milyar 524 juta 587

ribu 316 rupiah ;

- Dana Alokasi Umum, sebesar 3 trilyun 803 milyar 428 juta 371 ribu rupiah ;

- Dana Alokasi Khusus, sebesar 7 trilyun 56 milyar 95 juta 687 ribu 317 rupiah

c) Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar 58 milyar 631 juta 733 ribu 552 rupiah 69

sen atau 768,94 persen dari target sebesar 7 milyar 625 juta rupiah atau secara kumulatif

melebihi target sebesar 51 milyar 6 juta 733 ribu 552 rupiah 69 sen, berasal dari :

- Pendapatan hibah, sebesar 38 milyar 179 juta 701 ribu 449 rupiah;

- Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, sebesar 20 milyar 452 juta 32 ribu 103 rupiah 69

sen;

b. Belanja Daerah, sebesar 30 trilyun 937 milyar 109 juta 134 ribu 349 rupiah 56 sen, terdiri dari :

a) Belanja Tidak Langsung, sebesar 20 trilyun 660 milyar 977 juta 620 ribu 56 rupiah 48 sen ;

b) Belanja Langsung, sebesar 10 trilyun 276 milyar 131 juta 514 ribu 293 rupiah 8 sen, APBD

Provinsi Jawa Timur tersebut bersumber dari Pendapatan Daerah.

Dari target yang telah ditetapkan sebesar 30 trilyun 937 milyar 109 juta 134 ribu 349 rupiah 56

sen, terealiasi sebesar 28 trilyun 893 milyar 257 juta 369 ribu 703 rupiah 30 sen atau 93,39

persen,dengan rincian :

1) Belanja Tidak Langsung, sebesar 19 trilyun 418 milyar 898 juta 256 ribu 701 rupiah atau

93,99 persen dari alokasi belanja sebesar 20 trilyun 660 milyar 977 juta 620 ribu 56 rupiah

48 sen;

2) Belanja Langsung, sebesar 9 trilyun 474 milyar 359 juta 113 ribu 2 rupiah 35 sen atau

92,20 persen dari alokasi sebesar 10 trilyun 276 milyar 131 juta 514 ribu 293 rupiah 8 sen.

3.4.2. Kinerja Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah, meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang

menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar

kembali oleh daerah. Pendapatan Daerah, adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah

nilai kekayaan bersih. Pendapatan daerah tersebut merupakan perkiraan yang terukur secara rasional

yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.

Aspek kinerja pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2017 yang bersumber dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah, mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar Rp 3,93 triliun, dan Pendapatan daerah pada tahun 2017 ini

mengalami pelampauan dibandingkan pendapatan pada tahun 2016, sehingga secara kumulatif

realisasinya lebih dari target yang telah ditetapkan atau terdapat pelampauan sebesar 530 milyar 558 juta

933 ribu 357 rupiah 68 sen atau 1,81, secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.65 :

Page 97: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

90

Tabel : 3.6 Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2017*

Nomor Urut

Jumlah (Rp) Bertambah /(Berkurang)

Uraian Anggaran Setelah Perubahan

Realisasi ( Rp ) %

1 2 3 4 5(=4-3) 6

1 PENDAPATAN DAERAH 29.348.605.270.584,19 29.879.164.203.941,90 530.558.933.357,68 1,81

1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 15.850.715.963.543,19 17.326.483.824.756,20 1.475.767.861.212,99 9,31

1.1.1 PAJAK DAERAH 12.979.000.000.000,00 14.350.601.626.318,70 1.371.601.626.318,70 10,57

1.1.2 RETRIBUSI DAERAH 128.992.184.000,00 131.444.291.907,25 2.452.107.907,25 1,90

1.1.3 HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN

374.274.618.110,19 374.274.618.110,19 0 0,00

1.1.4 LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH

2.368.449.161.433,00 2.470.163.288.420,04 101.714.126.987,04 4,29

1.2 DANA PERIMBANGAN 13.490.264.307.041,00 12.494.048.645.633,00 (996.215.661.408,00) (7,38)

1.2.1 DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK

2.281.079.498.041,00 1.634.524.587.316,00 (646.554.910.725,00) (28,34)

1.2.2 DANA ALOKASI UMUM 3.803.428.371.000,00 3.803.428.371.000,00 0,00 0,00

1.2.3 DANA ALOKASI KHUSUS 7.405.756.438.000,00 7.056.095.687.317,00 (349.660.750.683,00) (4,72)

1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

7.625.000.000,00 58.631.733.552,69 51.006.733.552,69 668,94

1.3.1 PENDAPATAN HIBAH 125.000.000,00 38.179.701.449,00 38.054.701.449,00 30.443

1.3.4 DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS

7.500.000.000,00 20.452.032.103,69 12.952.032.103,69 172,69

JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 29.348.605.270.584,19 29.879.164.203.941,90 530.558.933.357,68 1,81

Sumber: Data diolah dari Laporan Realisasi Anggaran TA. 2017 Un-Audited (*)

Komposisi realisasi pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2013-2017 seperti

tampak dalam grafik di bawah, menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah masih merupakan

pendapatan yang berkontribusi paling besar rata-rata 57,99%. Kondisi ini menunjukkan bahwa Provinsi

Jawa Timur tidak tergantung pada transfer dari Pemerintah Pusat. Di urutan kedua adalah Dana

Perimbangan rata-rata 41,81% dan yang ketiga Lain-Lain Pen dapatan Yang Sah 0,20%.

Berdasarkan data perkembangan beberapa tahun terakhir proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

terhadap APBD Provinsi Jawa Timur masih memberikan kontribusi dan memiliki peran besar untuk

menunjang kemampuan belanja daerah dalam rangka mendukung tercapainya penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang diwujudkan dalam program

kegiatan SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Page 98: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

91

Grafik 3.2 Komposisi Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur

66,65 69,53 69,29 63,37

57,99

17,80 16,78 14,02

36,21 41,82

15,54 13,70 16,69

0,42 0,20 0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

2013 2014 2015 2016 2017*

Prosentase

PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah

Sumber: Data diolah dari Perda ttg Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2013-2016 dan Laporan Realisasi Anggaran

TA. 2017 Un-Audited (*)

Berikut ini disampaikan rekapitulasi proporsi dan kontribusi PAD terhadap kekuatan APBD

sebagaimana tabel berikut.

Tabel : 3.7 Proporsi PAD Terhadap Total Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur

Tahun 2013- 2017

NO TAHUN PAD

Pendapatan Daerah

Proporsi PAD thd Pendapatan Daerah (%)

1 2 3 4 5

1 2013 11.579.340.719.022,00 17.372.768.543.850,90 66,65

2 2014 14.442.216.534.958,94 20.772.483.892.730,94 69,53

3 2015 15.402.647.674.502,60 22.228.450.227.974,40 69,29

4 2016 15.817.795.024.797,00 24.962.122.477.069,50 63,37

5 2017* 17.326.483.824.756,20 29.879.164.203.941,90 57,99

Sumber: Data diolah dari Perda ttg Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2013-2016 dan Laporan Realisasi Anggaran TA. 2017 Un-Audited (*)

Khusus terkait dengan target dan realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi

Jawa Timur dalam kurun waktu 2013-2016 diprediksi mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2 % per

tahun dan tahun 2017 mengalami penurunan. Sedangkan, untuk pajak daerah mengalami kenaikan secara

bertahap rata-rata sebesar 1% per tahun dengan asumsi bahwa kondisi sosial, politik dan perekonomian

baik internasional, nasional maupun regional stabil dan tidak adanya perubahan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi yang mengatur tentang pengelolaan pendapatan pajak dan retribusi daerah

yang sebagian diserahkan kepada Kabupaten/Kota, antara lain Pajak Air Bawah Tanah, Retribusi Tempat

Page 99: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

92

Pelelangan Ikan (TPI) dan Retribusi Ijin Pengambilan Air bawah Tanah. Kontribusi Pajak Daerah terhadap

Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013-2017, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel : 3.8 Realisasi/Prediksi PAD dan Pajak Daerah Provinsi Jawa Timur

Tahun 2013-2017

NO TAHUN PAD

PAJAK DAERAH

Kontribusi Pajak Daerah

Terhadap PAD (%)

1 2 3 4 5

1 2013 11.579.340.719.022,00 9.404.933.622.356,69 81,22

2 2014 14.442.216.534.958,94 11.517.684.926.168,60 79,75

3 2015 15.402.647.674.502,60 12.497.148.704.551,00 81,14

4 2016 15.817.795.024.797,00 12.772.227.117.584,90 80,75

5 2017* 17.326.483.824.756,20 14.350.601.626.318,70 82,82

Sumber: Data diolah dari Perda ttg Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2013-2016 dan Laporan Realisasi Anggaran TA. 2017 Un-Audited (*)

3.4.3. Kinerja Belanja Daerah

Selanjutnya, dari sisi Belanja Daerah, yang terdiri dari Belanja Tidak Langsung sebesar 20 trilyun

660 milyar 977 juta 620 ribu 56 rupiah 48 sen terealisasi sebesar 19 trilyun 418 milyar 898 juta 256 ribu

701 rupiah atau 93,99 persen dan Belanja Langsung dari alokasi sebesar 10 trilyun 276 milyar 131 juta 514

ribu 293 rupiah 8 sen terealisasi sebesar 9 trilyun 474 milyar 359 juta 113 ribu 2 rupiah 35 sen atau 92,20

persen.

Grafik 3.3 Struktur Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur

-

5.000.000.000.000,00

10.000.000.000.000,00

15.000.000.000.000,00

20.000.000.000.000,00

25.000.000.000.000,00

30.000.000.000.000,00

35.000.000.000.000,00

2013 2014 2015 2016 2017*BELANJA LANGSUNG BELANJA TIDAK LANGSUNG

Sumber: Data diolah dari Perda ttg Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2013-2016 dan Laporan Realisasi Anggaran TA. 2017 Un-Audited (*)

Grafik di atas menggambarkan bahwa struktur belanja daerah Provinsi Jawa Timur sebagian besar

realisasinya adalah belanja tidak langsung jika dibandingkan dengan belanja langsungnya. Adapun

Page 100: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

93

komposisi belanja daerah Provinsi Jawa Timur didominasi oleh Belanja Lain-lain yaitu rata-rata selama

tahun 2013-2017 sebesar 53,69%. Selanjutnya diikuti oleh Belanja Barang dan Jasa rata-rata sebesar

21,89% lalu Belanja Pegawai yaitu rata-rata sebesar 15,44% dan ditutup oleh Belanja Modal yaitu rata-rata

sebesar 8,97%, sebagaimana terlihat dalam grafik berikut:

Grafik 3.4 Komposisi Realisasi Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

2013 2014 2015 2016 2017*

Prosentase

Belanja Pegawai Belanja Barang&Jasa Belanja Modal Belanja Lain-lain

Sumber: Data diolah dari Perda ttg Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2013-2016 dan Laporan Realisasi Anggaran TA. 2017 Un-Audited (*)

Persentase realisasi belanja provinsi yang terbesar adalah untuk Belanja Lainnya, yaitu berupa

transfer Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten dan Kota. Hal ini wajar mengingat

pelampauan pendapatan yang tertinggi untuk provinsi Jawa Timur adalah dari pajak daerah, sehingga

memang harus dibagihasilkan. Selain itu pada Belanja Lainnya di APBD provinsi juga terdapat pos Belanja

Hibah dan Belanja Bantuan Sosial. Persentase realisasi Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal

memiliki tren meningkat sedangkan realisasi Belanja Pegawai memiliki tren menurun.

Realisasi belanja daerah merupakan realisasi penyerapan belanja daerah yang dilakukan oleh

pemerintah daerah untuk mendanai seluruh program/ kegiatan yang berdampak langsung maupun tidak

langsung terhadap pelayanan publik. Pengelolaan belanja daerah untuk mendukung capaian target kinerja

utama sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2014 dengan menganut sistem primsip akuntabilitas, efektif dan efisien

dalam rangka mendukung penerapan anggaran berbasis kinerja.

Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan Provinsi Jawa Timur

yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan perundang-

undangan, anggaran dan realisasi belanja daerah seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 101: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

94

Tabel 3.9 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2017

Kode

Urusan Pemerintahan Daerah

Belanja

Anggaran Setelah Perubahan

Realisasi ( Rp ) Sisa Realisasi

Rp %

1 2 3 4 5 6

101 Pendidikan 5.336.765.185.400,00 5.013.022.647.520,56 323.742.537.879,44 6,07

0100 Dinas Pendidikan Prov. Jatim 5.336.765.185.400,00 5.013.022.647.520,56 323.742.537.879,44 6,07

102 Kesehatan 4.008.712.909.388,08 3.680.461.734.984,27 328.251.174.403,81 8,19

0101 Dinas Kesehatan Prov. Jatim 119.361.868.430,00 110.096.306.877,00 9.265.561.553,00 7,76

0102 Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu Prov. Jatim

237.108.200.126,54 218.877.798.205,00 18.230.401.921,54 7,69

0103 Rumah Sakit Paru Jember Prov. Jatim 84.369.357.039,9 66.831.433.400,00 17.537.923.639,90 20,79

0104 Rumah Sakit Paru Dungus Madiun Prov. Jatim

24.133.488.191,51 22.242.969.301,00 1.890.518.890,51 7,83

0105 Rumah Sakit Kusta Kediri Prov. Jatim 20.391.904.448,75 17.979.818.191,00 2.412.086.257,75 11,83

0106 Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto Prov. Jatim

45.863.713.051,13 42.086.673.211,00 3.777.039.840,13 8,24

0107 Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur

70.806.453.165,32 62.266.828.151,40 8.539.625.013,92 12,06

0108 Rumah Sakit Paru Surabaya Prov. Jatim 35.654.611.013,04 33.824.208.296,00 1.830.402.717,04 5,13

0109 Rumah Sakit Umum Mohammad Noer Pamekasan Prov. Jatim

37.728.982.047,48 37.631.428.715,00 97.553.332,48 0,26

0110 Rumah Sakit Paru Manguharjo Madiun Prov. Jatim

21.577.337.824,51 20.784.906.078,00 792.431.746,51 3,67

0111 Akademi Keperawatan Madiun 9.338.783.358,30 8.083.309.073,00 1.255.474.285,30 13,44

0112 Akademi Gizi Surabaya 9.546.958.663,84 8.878.648.699,00 668.309.964,84 7,00

0113 UPT- Pelatihan Kesehatan Masyarakat Murnajati Lawang

18.455.680.871,44 18.791.160.651,00 (335.479.779,56) (1,82)

0200 Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya Prov. Jatim

1.701.424.762.504,13 1.570.117.125.249,02 131.307.637.255,11 7,72

0300 Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang Prov. Jatim

843.754.802.257,79 788.843.378.527,85 54.911.423.729,94 6,51

0400 Rumah Sakit Umum Dr. Soedono Madiun Prov. Jatim

372.993.453.618,01 327.176.018.168,00 45.817.435.450,01 12,28

0500 Rumah Sakit Haji Surabaya Prov. Jatim 275.902.257.961,57 248.015.404.662,00 27.886.853.299,57 10,11

0600 Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya Prov. Jatim

80.300.294.814,82 77.934.319.529,00 2.365.975.285,82 2,95

103 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

1.542.991.055.921,00 1.365.354.737.015,92 177.636.318.905,08 11,51

0100 Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Prov. Jatim

1.171.018.958.000,00 1.022.391.707.813,92 148.627.250.186,08 12,69

0200 Dinas Pekerjaan Umum Sumberdaya Air Prov. Jatim

266.365.274.421,00 250.068.454.559,00 16.296.819.862,00 6,12

0300 Dinas Perumahan Rakyat, kawasan permukiman dan Cipta Karya Prov. Jatim

105.606.823.500,00 92.894.574.643,00 12.712.248.857,00 12,04

Page 102: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

95

Kode

Urusan Pemerintahan Daerah

Belanja

Anggaran Setelah Perubahan

Realisasi ( Rp ) Sisa Realisasi

Rp %

1 2 3 4 5 6

105 Ketenteraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat

31.827.282.000,00 29.536.798.670,00 2.290.483.330,00 7,20

0100 Satuan Polisi Pamong Praja 31.827.282.000,00 29.536.798.670,00 2.290.483.330,00 7,20

106 Sosial 214.862.076.900,00 202.638.004.165,00 12.224.072.735,00 5,69

0100 Satuan Polisi Pamong Praja 214.862.076.900,00 202.638.004.165,00 12.224.072.735,00 5,69

107 Tenaga Kerja 253.383.179.939,00 241.483.834.868,67 11.899.345.070,33 4,70

0100 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 253.383.179.939,00 241.483.834.868,67 11.899.345.070,33 4,70

108 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

24.968.551.000,00 23.445.450.355,00 1.523.100.645,00 6,10

0100 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan Prov. Jatim

24.968.551.000,00 23.445.450.355,00 1.523.100.645,00 6,10

109 Pangan 304.612.765.343,00 270.244.655.525,00 34.368.109.818,00 11,28

0100 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov. Jatim

304.612.765.343,00 270.244.655.525,00 34.368.109.818,00 11,28

111 Lingkungan Hidup 46.934.772.800,00 36.459.821.622,00 10.474.951.178,00 22,32

0100 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Jatim 46.934.772.800,00 36.459.821.622,00 10.474.951.178,00 22,32

113 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 54.158.184.400,00 51.737.259.568,00 2.420.924.832,00 4,47

0100 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Prov. Jatim

54.158.184.400,00 51.737.259.568,00 2.420.924.832,00 4,47

115 Perhubungan 971.640.546.487,00 930.764.712.117,00 40.875.834.370,00 4,21

0100 Dinas Perhubungan Prov. Jatim 971.640.546.487,00 930.7647.12.117,00 40.875.83.4370,00 4,21

116 Komunikasi dan Informatika 51.541.106.800,00 49.235.020.413,00 2.306.086.387,00 4,47

0100 Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim

51.541.106.800,00 49.2350.20.413,00 2.306.086.387,00 4,47

117 Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah 102.870.783.179,00 98.876.703.730,00 3.994.079.449,00 3,88

0100 Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Prov. Jatim

102.870.783.179,00 98.876.703.730,00 3.994.079.449,00 3,88

118 Penanaman Modal 55.164.695.000,00 48.875.823.121,00 6.288.871.879,00 11,40

0100 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Prov. Jatim

55.164.695.000,00 48.875.823.121,00 6.288.871.879,00 11,40

119 Kepemudaan dan Olah Raga 51.469.243.950,00 48.420.105.898,00 3.049.138.052,00 5,92

0100 Dinas Kepemudaan dan Olahraga Prov. Jatim

51.469.243.950,00 48.420.105.898,00 30.49.138.052,00 5,92

122 Kebudayaan 155.526.082.400,00 151.7094.18.957,00 3.816.663.443,00 2,45

0100 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Jatim

155.526.082.400,00 151.709.418.957,00 3.816.663.443,00 2,45

123 Perpustakaan 52.406.485.000,00 49.959.885.592,00 2.446.599.408,00 4,67

0100 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Prov. Jatim

52.406.485.000,00 49.959.885.592,00 2.446.599.408,00 4,67

Page 103: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

96

Kode

Urusan Pemerintahan Daerah

Belanja

Anggaran Setelah Perubahan

Realisasi ( Rp ) Sisa Realisasi

Rp %

1 2 3 4 5 6

201 Kelautan dan Perikanan 786.092.569.000,00 742.279.374.837,00 43.813.194.163,00 5,57

0100 Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Jatim

786.092.569.000,00 742.279.374.837,00 43.813.194.163,00 5,57

203 Pertanian 180.752.640.376,00 157.822.418.617,50 22.930.221.758,50 12,69

0100 Dinas Perkebunan Prov. Jatim 83.539.502.756,00 70.464.895.964,00 13.074.606.792,00 15,65

0200 Dinas Perkebunan Prov. Jatim 97.213.137.620,00 87.357.522.653,50 9.855.614.966,50 10,14

204 Kehutanan 117.136.544.000,00 113.290.687.662,00 3.845.856.338,00 3,28

0100 Dinas Kehutanan Prov. Jatim 117.136.544.000,00 113.290.687.662,00 3.845.856.338,00 3,28

205 Energi dan Sumber Daya Mineral 30.381.910.500,00 28.129.549.180,00 2.252.361.320,00 7,41

0100 Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Prov. Jatim

30.381.910.500,00 28.129.549.180,00 2.252.361.320,00 7,41

207 Perindustrian 205.002.073.116,00 184.330.230.993,00 20.671.842.123,00 10,08

0100 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Jatim

205.002.073.116,00 184.330.230.993,00 20.671.842.123,00 10,08

301 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

24.012.272.000,00 23.988.104.650,00 24.167.350,00 0,10

0100 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Prov. Jatim

24.012.272.000,00 23.988.104.650,00 24.167.350,00 0,10

302 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 66.557.450.000,00 61.692.175.130,00 4.865.274.870,00 7,31

0100 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Prov. Jatim

66.557.450.000,00 61.692.175.130,00 4.865.274.870,00 7,31

303 Kesekretariatan Daerah 350.094.990.596,00 317.319.164.043,07 32.775.826.552,93 9,36

0101 Biro Administrasi Pemerintahan dan Otonomi Daerah Setda Prov. Jatim

20.351.416.500,00 18.207.988.913,00 2.143.427.587,00 10,53

0102 Biro Administrasi Kesejahteraan Sosial Setda Prov. Jatim

44.553.653.000,00 41.516.666.205,00 3.036.986.795,00 6,82

0103 Biro Hukum Setda Prov. Jatim 12.315.779.000,00 11.643.689.566,00 672.089.434,00 5,46

0104 Biro Administrasi Perekonomian Setda Prov. Jatim

44.120.517.436,00 39.256.455.289,00 4.864.062.147,00 11,02

0105 Biro Administrasi Sumber Daya Alam Setda Prov. Jatim

6.316.828.000,00 5.853.875.518,00 462.952.482,00 7,33

0106 Biro Administrasi Pembangunan Setda Prov. Jatim

25.096.697.000,00 21.779.408.474,00 3.317.288.526,00 13,22

0107 Biro Organisasi Setda Prov. Jatim 13.223.681.540,00 11.938.218.788,00 1.285.462.752,00 9,72

0108 Biro Umum Setda Prov. Jatim 155.410.263.500,00 140.663.617.270,07 14.746.646.229,93 9,49

0109 Biro Hubungan Masyarakat dan Protokol Setda Prov. Jatim

28.706.154.620,00 26.459.244.020,00 2.246.910.600,00 7,83

304 Kesekretariatan DPRD 178.831.845.140,00 144.598.088.630,00 34.233.756.510,00 19,14

0100 Sekretariat DPRD Prov. Jatim 178.831.845.140,00 144.598.088.630,00 34.233.756.510,00 19,14

305 Pengawasan 47.265.306.000,00 45.158.550.401,00 2.106.755.599,00 4,46

0100 Inspektorat Prov. Jatim 47.265.306.000,00 45.158.550.401,00 2.106.755.599,00 4,46

Page 104: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

97

Kode

Urusan Pemerintahan Daerah

Belanja

Anggaran Setelah Perubahan

Realisasi ( Rp ) Sisa Realisasi

Rp %

1 2 3 4 5 6

306 Perencanaan 92.329.575.000,00 85.193.798.811,00 7.135.776.189,00 7,73

0100 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Prov. Jatim

92.329.575.000,00 85.193.798.811,00 7.135.776.189,00 7,73

307 Keuangan 15.254.702.976.864,50 14.391.156.577.216,60 8.63.546.399.647,87 5,66

0100 Badan Pendapatan Daerah Prov. Jatim 549.633.298.830,00 478.309.310.819,00 71.323.988.011,00 12,98

0200 Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (SKPD) Prov. Jatim

188.384.923.600,00 172.347.121.912,00 16.037.801.688,00 8 ,51

0300 Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (PPKD) Prov. Jatim

14.516.684.754.434,50 13.740.500.144.485,60 776.184.609.948,87 5,35

308 Kepegawaian 44.108.429.000,00 41.336.027.861,00 2.772.401.139,00 6,29

0100 Badan Kepegawaian Daerah Prov. Jatim 44.108.429.000,00 41.336.027.861,00 2.772.401.139,00 6,29

309 Pendidikan dan Pelatihan 148.060.678.300,00 122.925.197.884,00 25.135.480.416,00 16,98

0100 Badan Pendidikan dan Pelatihan Prov. Jatim

148.060.678.300,00 122.925.197.884,00 25.135.480.416,00 16,98

310 Penelitian dan Pengembangan 22.790.317.000,00 21.619.165.580,00 1.171.151.420,00 5,14

0100 Badan Penelitian dan Pengembangan Prov. Jatim

22.790.317.000,00 21.619.165.580,00 1.171.151.420,00 5,14

311 Koordinasi Pelaksanaan Urusan 36.247.263.000,00 35.204.406.011,00 1.042.856.989,00 2,88

0100 Badan Penghubung Daerah Provinsi Prov. Jatim

36.247.263.000,00 35.204.406.011,00 1.042.856.989,00 2,88

312 Wawasan Bangsa 20.527.316.000,00 19.068.694.337,00 1.458.621.663,00 7,11

0100 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Prov. Jatim

20.527.316.000,00 19.068.694.337,00 1.458.621.663,00 7,11

313 Penanggulangan Bencana 18.386.851.300,00 17.403.498.023,00 983.353.277,00 5,35

0100 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Prov. Jatim

18.386.851.300,00 17.403.498.023,00 983.353.277,00 5,35

314 Koordinasi Wilayah 53.993.221.250,00 4.851.545.713,74 5.478.175.536,26 10,15

0100 Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Provinsi Jatim I Madiun

11.810.233.000,00 11.174.477.507,00 635.755.493,00 5,38

0200 Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Provinsi Jatim II Bojonegoro

9.715.376.500,00 9.179.014.691,58 536.361.808,42 5,25

0300 Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Provinsi Jatim III Malang

11.686.499.500,00 10.155.222.623,00 1.531.276.877,00 13,10

0400 Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Provinsi Jatim IV Pamekasan

10.496.482.250,00 9.998.054.474,16 498.427.775,84 4,75

0500 Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Provinsi Jatim V Jember

10.284.630.000,00 8.008.276.418,00 2.276.353.582,00 22,13

TOTAL 30.937.109.134.349,60 28.893.257.369.703,30 2.043.851.764.646,22 6,61

Sumber: Data diolah dari Laporan Realisasi Anggaran TA. 2017 Un-Audited (*)

Page 105: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

98

3.4.4. Analisis Rasio Keuangan Kaitannya dengan Pencapaian Kinerja

Dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah di era otonomi daerah yaitu terkait dengan

pengelolaan APBD perlu ditetapkan standar atau acuan kapan suatu daerah dikatakan mandiri,

efektif dan efisien serta akuntabel. Untuk itu diperlukan suatu pengukuran kinerja keuangan

pemerintah daerah sebagai tolak ukur dalam penetapan kebijakan keuangan pada tahun anggaran

selanjutnya. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas pemerintah daerah dalam

melakukan pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukan

bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan yang menunjukan bahwa uang

publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efektif dan efisien.

Pengukuran kinerja keuangan daerah secara umum mencakup 3 (tiga) bidang yang saling terkait

antara satu dengan yang lainnya, meliputi :

1) Analisis penerimaan, yaitu analisis mengenai kemampuan pemerintah daerah dalam menggali potensi

sumber-sumber pendapatan ;

2) Analisis pengeluaran, yaitu analisis mengenai seberapa besar biaya-biaya dari suatu pelayanan

kepada masyarakat dan faktor-faktor yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat ;

3) Analisis anggaran, yaitu analisis mengenai hubungan antara pendapatan, belanja dan proyeksi tahun

mendatang.

Salah satu alat untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan

daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio terhadap APBD yang telah dilaksanakan.

Analisis rasio terhadap APBD dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah

de.gan membandingkan hasil yang dicapai suatu periode dibandingkan periode sebelumnya sehingga

dapat diketahui kecenderungannya. Beberapa analisis rasio yang digunakan dalam laporan ini adalah

sebagai berikut:

1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) mengindikasikan kemampuan Pemerintah

Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat

yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan daerah. Kemandirian daerah

ditunjukkan oleh besar kecilnya Rasio Kemandirian yang menggambarkan ketergantungan daerah

terhadap sumber dana eksternal. Rasio ini ditunjukan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah

(PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lainnya misalnya bantuan

pemerintah pusat (transfer pusat) maupun dari pinjaman. Semakin tinggi rasio kemandirian daerah,

tingkat ketergantungan terhadap bantuan pihak eksternal semakin rendah, dan sebaliknya.

Rasio Kemandirian Daerah = Pendapatan Asli Daerah

x 100

(Dana Perimbangan + Pinjaman Daerah)

Page 106: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

99

Untuk menilai tinggi rendahnya rasio kemandirian pemerintah daerah, bisa mengacu pada

Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996, sebagai berikut :

Tabel 3.10

Kriteria Tingkat Kemandirian dan Kemampuan Keuangan Daerah

Kemampuan Keuangan Kemandirian (%) Pola Hubungan

Rendah Sekali

Rendah Sedang Tinggi

0 – 25

> 25 – 50 > 50 – 75 > 75

Instruktif

Konsultatif Partisipatif Delegatif

Sumber : Kepmendagri No. 690.900.327 /1996

Tabel 3.11

Perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2013-2017

Tahun PAD Dana Perimbangan Pinjaman Ratio

Kemandirian (%)

2013 11.579.340.719.021,90 3.092.884.299.095,00 0.00 374,39

2014 14.442.216.534.958,90 3.485.336.767.166,00 0.00 414,37

2015 15.402.647.674.502,60 3.115.619.118.152,00 0.00 494,37

2016 15.817.795.024.797,00 9.039.003.358.881,00 0.00 174,99

2017* 17.326.483.824.756,20 12.494.048.645.633,00 0.00 138,68

Jumlah 74.568.483.778.036,60 31.226.892.188.927,00 0,00 238,80

Rata-Rata 14.913.696.755.607,30 6.245.378.437.785,40 0,00 238,80

Sumber: Data diolah dari Perda ttg Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2013-2016 dan Laporan Realisasi Anggaran TA. 2017 Un-Audited (*)

Berdasarkan tabel diatas, nampak bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur tingkat

kemandiriannya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang menggambarkan tingkat kemandirian

keuangan Provinsi Jawa Timur tinggi sekali terhadap bantuan transfer dana perimbangan dan pinjaman

atau dengan kata lain ketergantungan terhadap pihak eksternal rendah. Hal ini bisa di lihat dari rasio

yang melebihi 100 % tiap tahunnya. Hasil rasio kemandirian dibandingkan dengan pedoman tingkat

kemandirian dan kemampuan keuangan dari Kepmendagri tahun 1996, maka Pemerintah Provinsi Jawa

Timur untuk tahun 2013 sampai 2017 tingkat kemampuan keuangannya tinggi sekali dengan pola

hubungan delegatif yaitu peranan kemampuan keuangan asli daerah lebih dominan daripada peran

pemerintah pusat. Pola ini dari sisi finansial menunjukkan tidak adanya ketergantungan dari dana

perimbangan sehingga peran pemerintah Provinsi Jawa Timur hanya delegasi dari pemerintah pusat.

2. Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah

Rasio ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan

asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil

daerah. Pemerintah daerah dikatakan mampu menjalankan tugasnya bila rasio yang dicapai minimal

sebesar 1 atau 100 persen. tetapi semakin tinggi rasio efektivitas berarti kemampuan daerah

Page 107: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

100

semakin baik. Pemerintah telah menyusun pedoman penilaian tingkat efektivitas keuangan daerah,

melalui Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996 berikut ini.

Tabel 3.12 Kriteria Efektivitas Keuangan Daerah

Kriteria Efektivitas Persentase Efektifitas (%)

Sangat Efektif

Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif

>100

>90 – 100 >80 – 90 >60 – 80

≤60

Sumber :Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996

Rasio Efektivitas = Realisasi Penerimaan PAD

X 100

Target Penerimaan PAD yang ditetapkan berdasarkan potensi Riil

Daerah

Tabel 3.13 Perhitungan Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah Prov Jatim

Tahun Anggaran 2013 – 2017

Tahun Target PAD PAD

Rasio

Efektifitas

(%)

2013 10.382.698.220.551,00 11.579.340.719.021,90 111.53

2014 13.091.500.947.341,00 14.442.216.534.958,90 110.32

2015 14.900.073.456.574,00 15.402.647.674.502,60 103,37

2016 14.624.118.008.516,00 15.817.795.024.797,00 108,16

2017* 15.850.715.963.543,19 17.326.483.824.756,20 109,31

Rata-Rata

68.849.106.596.525,10 74.568.483.778.036,60 108,31

Sumber: Data diolah dari Perda ttg Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2013-2016 dan Laporan Realisasi Anggaran TA. 2017 Un-Audited (*)

Berdasarkan tabel nampak bahwa rasio efektifitas Pemerintah Provinsi Jawa Timur cukup

fluktuatif selama 5 tahun kebelakang dengan puncak kenaikan tertinggi pada tahun 2013, namun kondisi

tahun 2015 telah terjadi penurunan yang cukup signifikan dikarenakan terjadinya pelampauan yang relative

kecil dari pajak daerah. Meskipun demikian berdasarkan kriteria efektifitas Pemerintah Provinsi Jawa Timur

masih selalu diatas 100% tiap tahunnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Provinsi

Jawa Timur pada tahun 2013-2017 telah sangat efektif dalam mengelola Pendapatan Asli Daerahnya.

3. Rasio Aktivitas (Keserasian)

Rasio keserasian merupakan rasio yang mendeskripsikan aktivitas Pemerintah Daerah dalam

memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal.

Page 108: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

101

Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti persentase belanja

investasi yang dipakai untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat semakin kecil (Abdul

Halim, 2012). Sampai saat ini belum ada pedoman yang ideal tentang besarnya rasio belanja rutin

maupun rasio belanja modal, karena sangat dipengaruhi dinamika pembangunan dan kebutuhan

investasi yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang ditargetkan.

Nama akun belanja rutin adalah sama dengan belanja operasi sedangkan belanja pembangunan

sendiri adalah belanja modal. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor

71 Tahun 2010.

Selanjutnya rasio keserasian dapat di formulasikan sebagai berikut :

a. Rasio aktivitas belanja rutin/operasi = Belanja rutin/operasi X 100

Total APBD

b. Rasio aktivitas belanja modal = Belanja Pembangunan/ Modal X 100

Total APBD

Tabel 3.14 Perhitungan Rasio Aktifitas (Keserasian) Belanja Operasi dan Belanja Modal Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Tahun Anggaran 2013-2017

Tahun Belanja

Total Pendapatan

Rasio Aktivitas Belanja (%)

Operasi Modal Operasi Modal

2013 11.434.703.038.403,80 1.175.751.046.134,00 17.372.768.543.850,90 65,82 6,77

2014 11.408.153.823.454,10 1.207.456.633.373,80 20.772.483.892.730,90 54,92 5,81

2015 12.842.601.930.376,80 2.258.320.071.661,60 22.228.450.227.974,40 57,78 10,16

2016 14.886.622.532.946,01 2.150.594.111.043,00 24.962.122.477.069,52 59,64 8,62

2017* 18.522.328.807.093,40 3.090.055.683.753,90 29.879.164.203.941,90 61,99 10,34

Rata-rata 60,03 8,34

Sumber: Data diolah dari Perda ttg Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2013-2016 dan Laporan Realisasi Anggaran TA. 2017 Un-Audited (*)

Dari perhitungan rasio keserasian di atas nampak bahwa sebagian besar dana yang dimiliki

Pemerintah Provinsi Jawa Timur masih digunakan untuk kebutuhan belanja operasi walaupun terjadi

penurunan rasio aktivitas belanja Provinsi Jawa Timur, rata-rata rasio aktivitas belanja operasi (belanja

rutin) sebesar 60,03% sedangkan rasio aktivitas belanja modal (belanja pembangunan) sebesar 8,34%.

Namun pada tahun 2017 terjadi peningkatan rasio cukup signifikan atau hampir dua kali lipat dari tahun

sebelumnya dikarenakan adanya penambahan realisasi belanja pembangunan atau modal. Rasio aktivitas

belanja operasi Provinsi Jawa Timur sangat tinggi dibandingkan dengan rasio aktivitas belanja modal.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pemerintah Provinsi Jawa Timur lebih

memperioritaskan belanjanya pada belanja operasi daripada belanja modal (pembangunan). Semakin

tinggi presentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti presentase belanja investasi

(belanja pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat

Page 109: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

102

cenderung semakin kecil. Pemerintah daerah Provinsi Jawa Timur perlu menekan belanja operasi

seperti belanja pegawai dan belanja barang yang terlalu besar guna dialokasikan untuk belanja

modal. Hal ini dianggap perlu untuk diperhatikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur walaupun

patokan untuk besarnya belanja operasi dan belanja modal terhadap APBD belum ada. Namun

sebagai daerah yang berada di negara berkembang pemerintah daerah seharusnya meningakatkan

belanja modal (pembangunan) dalam menyediakan sarana prasarana yang mendukung untuk

peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik. Hal ini telah dilaksanakan dengan

meningkatkan proporsi belanja pembangunan atau modal sehinggal diharapkan dapat memberikan efek

multiplier yang berkepanjangan.

4. Rasio Pengelolaan Belanja

Rasio ini menggambarkan kegiatan belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah memiliki ekuitas

antara periode yang positif, yaitu belanja daerah yang direncanakan idealnya tidak lebih besar dari

pendapatan daerah yang diterima pemerintah daerah. Rasio ini menunjukan adanya surplus atau defisit

anggaran, yaitu selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode laporan.

Penghitungan secara pasti besaran surplus atau defisit anggaran pada suatu pemerintah daerah sulit

untuk ditentukan karena sangat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :

a. Keterlambatan penetapan besaran alokasi anggaran Dana Perimbangan;

b. Adanya program kegiatan yang dibiayai dari APBN pada SKPD yang memerlukan dana pendamping

dari APBD dan penyusunannya tidak melibatkan pemerintah daerah;

c. Penerimaan pendapatan daerah tidak sebanding dengan belanja daerah.

Rasio pengelolaan belanja = Total Pendapatan Daerah X 100

Total Belanja Daerah

Tabel : 3.15 Surplus/Defisit Anggaran dan Perhitungan Rasio Pengelolaan Belanja Provinsi Jawa Timur

Tahun Anggaran 2013-2017

Tahun Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Rasio

Pengelolaan Belanja (%)

2013 17.372.768.543.850,90 16.738.657.227.158,80 634.111.316.692,10 103,79

2014 20.772.483.892.730,90 20.006.881.302.740,90 765.602.589.990,00 103,83

2015 22.228.450.227.974,40 22.946.307.569.745,80 (717.857.341.771,40) 96,87

2016 24.962.122.477.069,50 23.859.953.926.118,10 1.102.168.550.951,44 104,62

2017* 29.879.164.203.941,90 28.893.257.369.703,30 985.906.834.238,53 103,41

Rata-Rata 102,50 Sumber: Data diolah dari Perda ttg Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2013-2016 dan Laporan Realisasi Anggaran

TA. 2017 Un-Audited (*)

Rasio pengelolaan belanja Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tabel diatas dapat dilihat bahwa

rata-rata rasio pengelolaan belanja sebesar 102,50%. Pada tahun 2015 sebesar 96,87 % mengalami

defisit anggaran. Hal ini disebabkan karena penurunan realisasi pendapatan Provinsi Jawa Timur pada

tahun tersebut. Penurunan pendapatan ini disertai dengan kemampuan pemerintah Provinsi Jawa Timur

Page 110: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

103

dalam menekan realisasi atas belanja. Sehingga total belanja pemerintah Provinsi Jawa Timur masih lebih

rendah bila dibandingkan dengan total pendapatan Provinsi Jawa Timur. Dapat dilihat pula bahwa kinerja

pengelolaan belanja yang paling baik terjadi pada tahun 2016 yang menunjukkan adanya surplus sebesar

Rp.1.102.168.550.951,44 dimana Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan rasio

pengelolaan belanja melebihi 100% yaitu 104,62%. Dengan demikian kinerja pengelolaan keuangan

daerah Provinsi Jawa Timur baik jika dilihat berdasarkan rasio pengelolaan belanja.

5. Rasio Pertumbuhan

Rasio Pertumbuhan mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam

mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke periode

berikutnya. Pertumbuhan untuk masing-masing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, dapat

dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi terhadap potensi-potensi penerimaan dan prioritas belanja pada

tahun-tahun mendatang, dalam arti lain mengukur kemampuan Pemerintah Daerah dalam

mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai selama beberapa periode. Jika

pertumbuhan untuk masing-masing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran sudah diketahui,

maka dapat digunakan untuk menilai potensi mana yang perlu mendapat perhatian.

Rasio Pertumbuhan :

a. Realisasi Penerimaan PAD =

b. Rasio Pertumbuhan Σ Pendapatan =

c. Rasio Pertumbuhan Belanja Operasi =

Realisasi Pengeluaran ∑ Belanja Operasi Xn − Xn-1 X 100

Pengeluaran ∑ Belanja Operasi Xn-1

d. Rasio Pertumbuhan Belanja Modal

Realisasi Pengeluaran ∑ Belanja Modal Xn − Xn-1 X 100

Pengeluaran ∑ Belanja Modal Xn-1

Page 111: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

104

Tabel: 3.16 Perhitungan Rasio Pertumbuhan Provinsi Jawa Timur

Tahun Anggaran 2013-2017

Keterangan 2013 2014 2015 2016 2017* Rata-rata

PAD 11.579.340.719.021,90 14.442.216.534.958,90 15.402.647.674.502,60 15.817.795.024.797,00 17.326.483.824.756,20 14.913.696.755.607,30

Rasio Pertumbuhan PAD

20,82% 24,72% 6,65% 2,70% 9,54% 12,89%

Total Pendapatan 17.372.768.543.850,90 20.772.483.892.730,90 22.228.450.227.974,40 24.962.122.477.069,50 29.879.164.203.941,90 23.042.997.869.113,50

Rasio Pertumbuhan Pendapatan

12,80% 19,57% 7,01% 12,30% 19,70% 14,28%

Belanja Operasi 11.434.703.038.403,80 11.408.153.823.454,10 12.842.601.930.376,80 14.886.622.532.946,01 18.522.328.807.093,40 13.818.882.026.454,80

Rasio Pertumbuhan Belanja Operasi

15,81% -0,23% 12,57% 15,92% 24,42% 13,70%

Belanja Modal 1.175.751.046.134,00 1.207.456.633.373,80 2.258.320.071.661,60 2.150.594.111.043,00 3.090.055.683.753,90 1.976.435.509.193,26

Rasio Pertumbuhan Belanja Modal

11,20% 2,70% 87,03% -4,78% 43,68% 27,97%

Sumber: Data diolah dari Perda ttg Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2013-2016 dan Laporan Realisasi Anggaran TA. 2017 Un-Audited (*)

Rasio pertumbuhan PAD dan pertumbuhan pendapatan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dari

tahun 2013-2017 menunjukkan pertumbuhan yang positif. Rata-rata rasio pertumbuhan PAD dan

pendapatan selama 5 tahun sebesar 12,89% dan 14,28% menunjukkan pertumbuhan yang sangat

tinggi yang menunjukkan kinerja pengelolaan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur baik karena

setidaknya pemerintah Provinsi Jawa Timur mampu mempertahankan penerimaan PAD dan pendapatan

tetap mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa

pada tahun 2017 PAD Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengalami kenaikan pertumbuhan cukup tinggi

yakni sebesar 9,54 % jika dibanding dengan pertumbuhan tahun sebelumnya .

Pertumbuhan belanja Pemerintah Provinsi Jawa Timur yaitu belanja operasi mengalami

pertumbuhan yang positif dengan rata-rata selama 5 tahun sebesar 13,70% dan pertumbuhan belanja

operasi pada tahun 2017 telah bergerak positif yang berarti terjadi kenaikan yang menandakan adanya

pertumbuhan positif yang disebabkan adanya terealisasinya beberapa belanja terutama belanja jasa

dikaitkan dengan naiknya inflasi daerah, sedangkan rasio pertumbuhan belanja modal positif dengan rata-

rata 5 tahun sebesar 27,97%. Pada tahun 2017 mengalami kenaikan pertumbuhan yang signifikan jika

dibanding dengan tahun 2016. Hal ini diakibatkan karena belanja modal pada tahun 2017 lebih besar

dibandingkan dengan belanja modal tahun 2016 disebabkan adanya kenaikan realisasi pembangunan fisik.

Berdasarkan rata-rata rasio pertumbuhan belanja operasi sebesar 13,70% dan belanja modal sebesar

27,97%, terlihat bahwa pertumbuhan rata-rata rasio belanja operasi lebih kecil dibandingkan dengan

belanja modal berkebalikan dengan tahun sebelumnya sehingga menunjukkan pengelolaan keuangan

yang lebih berorientasi pada belanja yang manfaatnya jangka panjang dalam rangka pengeluaran investasi

yang manfaatnya dapat dirasakan untuk beberapa tahun sepanjang masa manfaat atas belanja modal

tetap terjaga dan memberikan multiplier effect yang dapat mendukung perekonomian.

Page 112: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

105

V

4.1. KESIMPULAN

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Pemerintah

Provinsi Jawa Timur berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan pada tahun 2017 sebagai bahan

pengambilan keputusan dalam perencanaan tahun berikutnya. Secara umum, capaian Indikator Kinerja

Utama (IKU) Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2017, masih terdapat beberapa IKU yang belum bisa

memenuhi target, antara lain:

1. Indeks Gini

6. Indeks Pemerataan Pendapatan versi Bank Dunia

7. Indeks Pembangunan Gender (berdasarkan angka sementara)

8. Pertumbuhan PDRB / Laju Pertumbuhan Ekonomi

9. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup.

Selebihnya, IKU Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah melampaui target pembangunan Tahun 2017.

Adapun IKU tersebut sebagai berikut:

6. Tingkat Pengangguran Terbuka

7. Indeks Pembangunan Manusia

8. Persentase Penduduk Miskin

9. Indeks Kepuasan Masyarakat

10. Indeks Kesalehan Sosial.

Secara umum, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah berhasil mengatasi permasalahan

pengangguran terbuka dan penduduk miskin, akan tetapi perbedaan (gap) antara masyarakat kelas atas

dan bawah masih cukup besar.

4.2. RENCANA TINDAK LANJUT

4.2.1. Tingkat Pengangguran Terbuka

Sebagai bentuk rencana tindak lanjut, berikut adalah upaya penurunan TPT, yaitu:

1. Melanjutkan pelaksanaan bursa kerja bulanan dan pekan pasar kerja pada setiap bulan September (2

bulan pasca kelulusan);

2. Meningkatkan Job-Canvasing dan penyebarluasan infrmasi pasar kerja melalui website

www.infokerja-jatim.com dan media social lainnya serta optimalisasi SIMONIK;

3. Optimalisasi fungsi UPT Pelatihan Kerja dalam rangka peningkatan skill dan kompetensi, Tempat Uji

Kompetensi (TUK) dan menjalankan fungsi penempatan kerja;

4. Peningkatan penerapan program TKS (Tenaga Kerja Sarjana) dengan tugas pokok mendampingi

kelompok usaha masyarakat dalam kegiatan padat karya, terapan TTG, atau kegiatan produktif

lainnya. TKS tersebut diarahkan tidak hanya sekedar sebagai motivator tetapi juga job creator.

Page 113: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

106

4.2.2. Indeks Pembangunan Manusia

Selama lima tahun terakhir, pembangunan manusia di Jawa Timur yang ditunjukkan melalui Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) selalu mengalami peningkatan. Kondisi itu ditunjukkan oleh angka IPM pada

tahun 2012 sebesar 66,74; kemudian terus meningkat pada tahun 2013-2016 yaitu masing-masing

sebesar 67,55 (2013); 68,14 (2014); 68,95 (2015); dan 69,74 (2016). Meningkatnya IPM ini

mengindikasikan pembangunan sosial ekonomi berimplikasi pada peningkatan kualitas masyarakat di

Jawa Timur.

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, dapat

dijelaskan bahwa pada tahun 2016, IPM berkategori “sangat tinggi” ada 3 daerah, yaitu Kota Malang, Kota

Surabaya, dan Kota Madiun, masing-masing sebesar 80,46, 80,38, dan 80,01. Sementara itu IPM

berkategori “tinggi” ada beberapa daerah, diantaranya Kabupaten Sidoarjo, Kota Blitar, Kota Kediri, dll.

Hanya satu daerah saja yang IPM berkategori “rendah”, yaitu Kabupaten Sampang sebesar 59,09.

4.2.3. Persentase Penduduk Miskin

Jumlah penduduk miskin Provinsi Jawa Timur terus menurun, walaupun masih di bawah angka

nasional, tetapi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memberikan kontribusi penurunan

penduduk miskin terbesar ketiga sebesar 211.740 atau sebesar 16,85 % dari penurunan jumlah penduduk

miskin secara nasional.

Rencana Tindak Lanjut, rancangan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2018 dilakukan

secara integral dengan melibatkan OPD terkait, Program Jalin Matra tidak hanya memberikan bantuan

uang untuk modal usaha kepada rumah tangga miskin tetapi juga memberikan pelatihan-pelatihan pasca

program agar rumah tangga miskin dapat mengembangkan usaha. Hal ini dilakukan melalui kerjasama

dengan beberapa OPD seperti Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta

beberapa Perguruan Tinggi seperti Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga dan Universitas Negeri

Malang.

4.2.4. Indeks Gini

Pada tahun 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Jawa Timur yang diukur oleh Gini

Ratio tercatat sebesar 0,41. Sebenarnya dengan meningkatnya gini ratio ini kelompok ekonomi rendah

juga mengalami peningkatan pendapatan, namun peningkatannya masih terlalu jauh jika dibandingkan

dengan peningkatan pendapatan dari kelompok ekonomi menengah ke atas. Berdasarkan daerah tempat

tinggal, dapat dijelaskan bahwa Angka gini rasio daerah perkotaan selalu menunjukkan lebih tinggi

dibanding daerah perdesaan. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa di daerah perkotaan ketimpangan

kesejahteraan antar penduduk lebih terasa dibanding daerah perdesaan. Perkembangan Indeks Gini

menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Pada tahun 2015, gini rasio tertinggi adalah Kota Surabaya

sebesar 0,42 dan yang terendah adalah Kabupaten Sumenep sebesar 0,26. Sebagai bentuk rencana

tindak lanjut permasalahan tersebut Pemerintah berusaha meningkatkan ketersediaan infrastruktur.

4.2.5. Indeks Pemerataan Pendapatan versi Bank Dunia

Seperti halnya gini ratio, pemerataan pendapat versi bank dunia juga dapat digunakan untuk

mengukur tingkat pemerataan masyarakat guna mengetahui ketimpangan pendapatan yang terjadi di

masyarakat. Pada tahun 2017 Indeks Pemerataan berada pada posisi 16,49 persen. Berdasarkan

pengelompokkan distribusi bank dunia, pada tahun 2017 Jawa Timur masuk dalam kategori ketimpangan

sedang karena jumlah pendapatan dari penduduk pada kategori 40 persen terbawah terhadap total

pendapatan seluruh penduduk di antara 12-17 persen.

Page 114: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

107

4.2.6. Indeks Pembangunan Gender

Realisasi Indikator Indeks Pembangunan Gender (IPG) sebesar 90,72*. Data realisasi tahun 2017

masih menggunakan data IPG tahun 2016 yang bersumber dari BPS, dikarenakan data tahun 2017 dari

BPS masih dalam tahap pengumpulan data akan dipublikasikan pada akhir tahun 2018. IPG tahun 2016

sebesar 90,72 lebih rendah 0,35 poin dari tahun 2015 sebesar 91,07. Penurunan capaian tersebut

dipengaruhi oleh peningkatan jarak antara IPM laki-laki sebesar 74,23 dan IPM perempuan sebesar 67,34

pada tahun 2016. Selisih angka IPM pada tahun 2016 sebesar 6,89, dan selisih angka IPM pada tahun

2015 sebesar 6,54. Dari ketiga penyusun indicator peranan perempuan dalam perekonomian masih

tertinggal jauh dibanding laki-laki, sehingga masih diperlukan usaha yang lebih keras dalam meningkatkan

rata-rata penghasilan perempuan.

4.2.7. Pertumbuhan PDRB/ Laju Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Jawa Timur sampai dengan triwulan III-2017 (c-to-c) tumbuh 5,21 persen. Dari sisi

produksi, pertumbuhan didorong oleh semua lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada

Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian yang tumbuh sebesar 8,43 persen. Sementara dari sisi

pengeluaran terutama didorong oleh Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto yang tumbuh sebesar

5,66 persen.

4.2.8. Indikator Kualitas Lingkungan Hidup

Perkembangan IKLHD Provinsi Jawa Timur dari tahun 2015 hingga tahun 2017 semakin meningkat

namun masih termasuk dalam kategori kurang, yaitu 65,54. Pada Tahun 2019, Pemerintah Provinsi Jawa

Timur harus terus meningkatan pencapaian target program-program di bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan hidup di Jawa Timur dan

mencapai target IKLHD Provinsi Tahun 2019 sebesar 67,00-68,52 atau dengan kategori cukup.

4.2.9. Indeks Kepuasan Masyarakat

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dimasukkan sebagai indikator baru dalam penyelenggaraan

pembangunan daerah Jawa Timur. Kondisi ini mencerminkan kepuasan terhadap pelayanan masyarakat di

Jawa Timur lebih baik, efisien, dan efektif berbasis dari kebutuhan masyarakat. Suatu pelayanan dinilai

memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pengguna layanan.

Kepuasan masyarakat dapat juga dijadikan acuan bagi berhasil atau tidaknya pelaksanaan program yang

dilaksanakan pada suatu lembaga layanan publik.

4.2.10. Indeks Reformasi Birokrasi

Reformasi birokrasi tahun 2017 meningkat menjadi 69,54. Peningkatan ini mencerminkan birokrasi

pemerintah Jawa Timur semakin profesional dengan berkarakter, berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan

bersih KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar

dan kode etik aparatur negara.

4.2.11. Indeks Kesalehan Sosial

Indeks Kesalehan Sosial merupakan indikator baru dalam penyelenggaraan pembangunan daerah

Jawa Timur, pada tahun 2017 (angka sangat sementara) capaiannya 62,34. Kedepannya Pemerintah

Provinsi Jawa Timur berupaya agar Indeks Kesalehan Sosial terus meningkat tiap tahunnya. Pemerintah

perlu bersinergi dengan stakeholder lain untuk melakukan berbagai langkah strategis dalam peningkatan

kesalehan sosial, agar nilai-nilai agama dapat memberi kontribusi positif bagi pembangunan sesuai yang

diharapkan.

Page 115: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

INSPEKTORAT Jl. Raya Juanda No. 8 Telp. (031) 8540616 Ps. 106, 107, 201 Fax. (031) 8548153

S I D O A R J O

PERNYATAAN TELAH DIREVIU

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017

Kami telah mereviu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Provinsi Jawa Timur

untuk tahun anggaran 2017 sesuai Pedoman Reviu atas Laporan Kinerja.

Substansi informasi yang dimuat dalam Laporan Kinerja menjadi tanggung jawab

manajemen Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas laporan kinerja telah

disajikan secara akurat, andal, dan valid.

Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat kondisi atau hal-hal yang menimbulkan

perbedaan dalam meyakini keandalan informasi yang disajikan di dalam laporan

kinerja ini.

Sidoarjo, 26 Maret 2018

INSPEKTUR PROVINSI JAWA TIMUR

Page 116: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

GUBERNUR JAWA TIMUR

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PROVINSI JAWA TIMUR

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan,

akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dr. H. SOEKARWO

Jabatan : GUBERNUR JAWA TIMUR

Berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian

ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah

ditetapkan dalam dokumen perencanaan.

Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung

jawab kami.

Surabaya, 2 Oktober 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR

Dr. H. SOEKARWO

Page 117: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PROVINSI JAWA TIMUR

NO.

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3) (4)

1 Meningkatnya partisipasi angkatan kerja dan penyerapan tenaga kerja

1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

66,31

2 Persentase pencari keja yang ditempatkan

65,50

2 Meningkatnya hubungan industrial yang harmonis

3 Persentase peningkatan pendapatan pekerja di jawa timur

8,25

3 Meningkatnya akses pendidikan menengah yang berkualitas

4 Indeks Pendidikan 0,61

4 Meningkatnya Gemar dan Budaya Baca Masyarakat Jatim

5 Indeks Minat Baca 70,00

5 Meningkatnya mutu pendidikan dan tenaga kependidikan

6 Persentase Guru jenjang SMA, SMK dan PKLK berkualifikasi minimal S1/D4

98,80

6 Menurunnya Kematian Ibu saat melahirkan dan Kematian Bayi

7

Angka Kematian Ibu (AKI) per seribu penduduk

90,00

8 Angka Kematian Bayi per seribu penduduk

66,31

9 Persentase Stunting

65,50

7 Meningkatnya pelayanan kesehatan seusai dengan standart pelayanan minimal

10 Angka Harapan Hidup (AHH)

72,08

11 Persentase Rumah Sakit Terakreditasi

75,00

12

Persentase RFT Rate Kusta

> 91,00

13

Persentase Penderita HIV yang mendapatkan ARV

>80,00

14

Persentase keberhasilan pengbatan TB

>90,00

8

Menurunnya Infrastruktur Dasar Perumahan dan Permukiman

15

Persentase pencapaian Insfrastruktur dasar perumahan dan permukiman

68,75

Page 118: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

NO.

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3) (4)

9 Meningkatnya Kualitas Peran Pemuda dan Prestasi Olahraga

16 Persentase Pemuda yang berprestasi dan berperan dalam pembangunan

70,82

17 Jumlah Atlit yang berprestasi 1.261

10 Menurunya Penduduk Miskin

18 Persentase Persentase Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kel yang aktif

75,00

19 Persentase pertumbuhan Usaha Ekonomi Masyarakat Desa/Kelurahan

56,00

20 Persentase Transmigrasi yang berhasil meningkatkan taraf ekonomi dan sosialnya

82,50

11 Menurunnya Kesejahteraan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

21 Persentase Penurunan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

1,45

12 Meningkatnya pengarusutamaan gender dalam pembangunan

22

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

20,00

23

Persentase penurunan kasus tindak kekerasan dan trafficking di Jatim

69,00

24 Persentase laju pertumbuhan penduduk

0,66

25 Cakupan KB Aktif (CPR)

66,00

13 Meningkatnya Ketahahan Pangan

26 Skor Pola Pangan Harapan

85,50

27 Ketersediaan Pangan - Beras (ton)

8.905.000,00

- Jagung (ton) 6.300.000,00

- Kedelai (ton) 340.000,00

14 Meningkatnya Kontribusi Sektor-Sektor Unggulan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

28 Nilai Ijin Prinsip Investasi PMA dan PMDN (Trilyun Rupiah)

100,00

29 Persentase Pertumbuhan Omzet Koperasi dan UKM

8,20

30 Nilai Relaisasi Investasi PMA dan PMDN (Trilyun Rupiah)

80,00

Page 119: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

NO.

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3) (4)

31 Persentase Pertumbuhan Sub Kategori Perikanan terhadap PDRB

5,00

32 Persentase Pertumbuhan sub Kategori tanaman pangan terhadap PDRB

2,755

33 Persentase Pertumbuhan sub Kategori perkebunan terhadap PDRB

2,17

34 Persentase Pertumbuhan sub Kategori peternakan terhadap PDRB

2,87

35 Persentase Pertumbuhan sub Kategori kehutanan dan Penebangan Kayu terhadap PDRB

0,40

36 Persentase Pertumbuhan subShare Net Ekspor pada PDRB menurut pnggunaan

1,70

37 Persentase Pertumbuhan Industri Pengolahan

5,50

38

Persentase Pertumbuhan Sektor Pariwisata terhadap PDRB

5,80

15 Meningkatnya Ketersedian dan Kualitas Layanan Infrastruktur Strategis

39 Persentase Jalan Provinsi dalam kondisi mantap

90,70

40 Rasio Elektrifiasi

0,88

41 Persentase yalanan Air untuk Irigasi

82,75

42 IKM terhadap pelayanan perhubungan

80,00

43 Persentase pertumbuhan sektor transportasi terhadap PDRB

2,00

16 Meningkatnya Kualitas Lingkungan Hidup serta Melestarikan

44 Indeks Kualitas Udara

89,30

45 Indeks Kualitas Air

53,00

Page 120: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

NO.

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3) (4)

Ketersediaan Sumber Daya Alam dan Fungsi Lingkungan Hidup

46 Indeks Tutupan Lahan/Hutan 57,00

17 Meningkatnya Kepastian Penyelenggaraan Penataan Ruang

47 Persentase Luas Kawasan yang peruntukannya sesuai dengan RTRW

56,06

18 Meningkatnya Pemanfaatan TIK dan Layanan Informasi

48 Hasil evaluasi terhadap inplementasi keterbukaan informasi publik

94,50

19 Meningkatnya Ketersediaan Dokumen Statistik yang terpercaya dan berkualitas

49 Persentase Release data statistic yang akurat dan tepat waktu

40,00

20 Meningkatnya Pemanfaatan TIK dalam pengamanan informasi

50 Persentase informasi persandian yang diamankan

20,00

21

Meningkatnya Kualitas Perencanaan, Penganggaran, serta Pengendalian Program dan Kegiatan Pembangunan

51

Persentase Program di RKPD yang sesuai dengan Program di RPJMD

100,00

52 Persentase usulan musrembang yang diakomodasi dalam dokumen perencanaan

30,00

53 Persentase hasil penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan

25,00

22 Meningkatnya Transparansi dan Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintah dan Pengelolaan Keuangan Daerah

54 Jumlah Pendapata Asl Daerah ( Juta Rupiah)

13.217.393,37.

55 Nilai Opini BPK WTP

56 Persentase OPD Pemerintah Provinsi dan Kabupaten /Kota yang taat terhadap perundang- undangan (penyelenggaaan keuangan dan pemerintahn) Daerah

75,00

57 Predikat Hasil Evaluasi SAKIP

A

58 Predikat Hasil Evaluasi LPPD

Sangat Tinggi

Page 121: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

NO.

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3) (4)

59

Persentase produk hukum daerah yang tidak bertentangan dengan undang-undang yang lebih tinggi (kesusilaan dan kepentingan umum )

85,00

60 Persentase Rekomendasi hasil koordinasi penyelenggaraan pemerintahan yang ditindaklanjuti

85,00

61 Persentase penduduk ber KTP

93,50

23 Meningkatnya Kompetensi dan Kualitas SDM Aparatur Pemerintah

62

63

Persentase hasi penataan pegawai ASN sesuai formasi kebutuhan dan kompetensinya Indeks Profesionalitas Pegawai (IPP)

97,00

80,00

64 Persentase peserta Diklat yang memperoleh sertifikat kompetensi dengan kualifikasi kelulusan minimal memuaskan (skor 80,1 – 90)

93,00

24 Mewujudkan Sistem Penanggulangan Bencana untuk Meningkatkan Ketangguhan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana

65 Persentase korban bencana yang tertangani secara cepat dan tepat sasaran

100,00

25 Meningkatnya Partisipasi Aktif Masyarakat Dalam Menyalurkan Hak Politik dan Penanganan Konflik Sosial

66 Persentase Potensi Kejadian terkait poleksusbud di Jatim yang dapat dicegah

90,00

67 Indeks Demokrasi Indonesia 79,50

26 Meningkatnya Kehidupan Bermasyarakat Yang Taat Hukum

68 Persease Kasus Pelanggaran K3 (Ketertiban, Ketentraman dan Keamanan) yang dapat diselesaikan

5,00

69 Persentase penegakan supremasi Hukum dan HAM di Jatim

85,00

Page 122: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

NO.

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3) (4)

27 Meningkatnya Pelestarian Seni Budaya

70 Jumlah Karya Seni Budaya yang mendapatkan penghargaan tingkat Nasional

20,00

71 Persentase Cagar Budaya (benda, Situs, Kawasan) yang dilestarikan

96,30

Program Anggaran

(Rupiah)

1 Program Pendidikan 1.703.849.223.400,00

2 Program Kesehatan 3.432.969.134.958,08

3 Program Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 1.299.104.460.421,00

4 Program Ketemtraman dan Ketertiban Umum serta

Perlindungan Masyarakat

12.447.006.000,00

5 Program Sosial 101.757.506.900,00

6 Program Tenaga Kerja 132.726.735.859,00

7 Program Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak

13.916.331.000,00

8 Program Pangan 167.310.832.343,00

9 Program Lingkungan Hidup 33.361.820.800,00

10 Program Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 43.027.167.400,00

11 Program Perhubungan 871.303.551.000,00

12 Program Komunikasi dan Informatika 33.111.918.800,00

13 Program Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah 87.048.335.179,00

14 Program Penanaman Modal 41.802.567.000,00

15 Program Kepemudaan dan Olahraga 33.223.342.950,00

16 Program Kebudayaan dan Pariwisata 124.797.513.000,00

17 Program Perpustakaan 30.597.991.000,00

18 Program Kelautan dan Perikanan 735.398.178.000,00

19 Program Pertanian 136.055.124.776,00

20 Program Kehutanan 32.098.224.000,00

21 Program Energi dan Sumber Daya Mineral 12.402.366.630,00

22 Program Perindustrian 157.806.727.841,00

23 Program Kesekretariatan Daerah 269.176.623.096,00

24 Program Kesekretariatan DPRD 160.521.055.140,00

Page 123: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

25 Program Inspektorat 29.879.383.000,00

26 Program Perencanaan Pembangunan Daerah 45.872.256.250,00

27 Program Keuangan Daerah 275.481.899.830,00

28 Program Kepegawaian Daerah 26.181.845.000,00

29 Program Pendidikan dan Kepelatihan 109.260.841.800,00

30 Program Penelitian dan Pengembangan 10.514.435.000,00

31 Program Koordinasi Pelaksanaan Urusan 29.860.205.000,00

32 Program Wawasan Kebangsaan 8.889.296.000,00

33 Program Penanggulangan Bencana Daerah 10.972.075.300,00

34 Program Koordinasi Wilayah 24.267.784.000,00

Surabaya, 2 Oktober 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR

Dr. H. SOEKARWO

Page 124: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)

PE

Page 125: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)
Page 126: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)
Page 127: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)
Page 128: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)
Page 129: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)
Page 130: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)
Page 131: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)
Page 132: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)
Page 133: KATA PENGANTAR - jatimprov.go.idjatimprov.go.id/ppid/uploads/berkasppid/Laporan Kinerja 2017... · Mengacu pada keempat aturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)