KATA PENGANTAR -...

120
I `

Transcript of KATA PENGANTAR -...

Page 1: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

I

`

Page 2: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

KATA PENGANTAR

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan

yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang

didasarkan pada publikasi dan data-data yang sudah dikeluarkan oleh

Kementerian/Lembaga, dan instansi internasional, maupun hasil dari Focus Group

Discussion (FGD) yang dilakukan bersama dengan beberapa Kementerian/Lembaga.

Publikasi triwulan III tahun 2015 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai

perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan III tahun 2015. Dari sisi

perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat

dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi

perekonomian nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia

triwulan III tahun 2015 dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan

investasi dan kerja sama internasional, serta industri dalam negeri.

Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak

perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun

dari pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan

publikasi ini dapat tercapai.

Jakarta, November 2015

Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

Page 3: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

Ringkasan Eksekutif

Perekonomian dunia hingga triwulan III tahun 2015 masih melambat akibat

moderasi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju. Disisi lain, laju pertumbuhan

ekonomi negara-negara berkembang terhambat karena ketidakpastian

perekonomian global. Fluktuasi pasar keuangan juga meningkat tajam, seiring

dengan penurunan harga komoditas dan tekanan pada nilai tukar mata uang negara-

negara berkembang. Perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat sebesar 1,5

persen (YoY) pada triwulan III tahun 2015, melambat dibandingkan triwulan III

tahun 2014 yang tumbuh sebesar 4,3 persen (YoY). Kondisi ini disebabkan oleh

perlambatan akumulasi persediaan sebagai upaya sektor bisnis mengurangi stok di

gudang yang berlimpah.

Penguatan ekonomi di kawasan Eropa dan Uni Eropa kembali berlanjut, meskipun

perbaikan resesi ekonomi regional akibat krisis keuangan global 2008 dan krisis

utang Eropa 2010 masih berjalan melambat. Pada triwulan III tahun, perekonomian

28 negara Uni Eropa (EU28) tumbuh sebesar 0,4 persen (YoY) atau sama dengan

triwulan II tahun 2015. Di sisi lain, perekonomian Kawasan Eropa (U19) tumbuh

sebesar 0,3 persen, melambat dibandingkan triwulan II tahun 2015 yang tumbuh

sebesar 0,4 persen. Perlambatan ekonomi di kawasan Eropa dan Uni Eropa pada

triwulan III tahun 2015 disebabkan oleh net perdagangan Kawasan Eropa dengan

seluruh dunia yang tercatat negatif. Selain itu, juga dipicu oleh perlambatan

ekonomi global, pelemahan mata uang Euro, dan penguatan permintaan dalam

negeri yang meningkatkan impor.

Sementara itu, perekonomian Tingkok hingga triwulan III tahun 2015 masih

dihadapkan pada perbaikan ekonomi global yang melemah dan tekanan

pembangunan ekonomi dalam negeri. Sepanjang bulan Juli hingga September 2015,

pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 6,9 persen (YoY), menurun dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,2 persen (YoY).

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan III tahun 2015 merupakan paling

rendah sejak tahun 2009. Hal ini disebabkan oleh pelemahan investasi dan tekanan

bagi perekonomian yang meningkat, setelah kebijakan pemotongan suku bunga

dilaksanakan.

Perekonomian Indonesia juga mengalami perlambatan pada triwulan III tahun 2015

dengan hanya tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY) atau menjadi yang paling rendah

sejak tahun 2009. Pada triwulan III tahun sebelumnya, ekonomi Indonesia mampu

tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY). Perlambatan ekonomi Indonesia terutama

diwarnai oleh ketidakpastian perekonomian global yang disebabkan oleh

ketidakpastian naik atau turunnya Fed Fund Rate dan devaluasi Yuan. Dari sisi

lapangan usaha, perlambatan ekonomi dipicu oleh melambatnya pertumbuhan 12

lapangan usaha. Salah satu sektor yang mengalami perlambatan secara berarti

Page 4: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

adalah sektor Pertambangan dan Penggalian dengan kontraksi sebesar 5,6 persen

(YoY), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III tahun 2014 yang melambat

sebesar 0,8 persen (YoY).

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III tahun 2015 mengalami defisit

sebesar USD 4,6 miliar atau menurun dibandingkan NPI triwulan II tahun 2015 yang

surplus USD 2,9 miliar. Menguatnya kinerja tersebut disebabkan oleh membaiknya

defisit neraca transaksi berjalan dengan defisit sebesar USD 4,0 miliar (1,9 persen

PDB). Sejalan dengan defisit NPI, cadangan devisa Indonesia pada triwulan III tahun

2015 turun menjadi USD 101,7 miliar atau setara dengan 6,8 bulan impor.

Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, baik secara tahunan (YoY) maupun bulanan (MtM) dan

bahkan mencatatkan deflasi pada bulan September 2015. Inflasi tahunan (YoY)

Indonesia pada bulan Juli-September 2015 masing-masing sebesar 7,26 persen, 7,18

persen, dan 6,25 persen. Inflasi tahun kalender pada bulan September 2015 tersebut

merupakan yang terendah selama 10 tahun terakhir.

Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan III

tahun 2015 sebesar Rp 47,8 miliar, lebih besar dari realisasi triwulan III tahun 2014

atau tumbuh sebesar 15,0 persen. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA), realisasi

triwulan III tahun 2015 sebesar USD 7.401,1 juta, dan mengalami pertumbuhan

negatif sebesar minus 0,8 persen dibandingkan triwulan III tahun 2014. Sementara

itu, dalam lima tahun terakhir, utang pemerintah terus menunjukkan peningkatan.

sampai dengan triwulan III tahun 2015, total utang pemerintah pusat mencapai Rp

3.091,1 triliun.

Penjualan mobil dan motor pada bulan Januari-September 2015 menurun

dibandingkan bulan Januari-September 2014. Penurunan ini disebabkan oleh

melemahnya daya beli masyarakat dan meningkatnya harga jual mobil akibat

depresiasi Rupiah. Sampai dengan bulan September 2015 penjualan mobil sebanyak

764.683 unit, sedangkan pada bulan Januari-September 2014 mencapai 932.943

unit. Penjualan motor sampai dengan bulan September 2015 sebanyak 5.424.073

unit, sedangkan pada bulan Januari-September 2014 mencapai 6.728.484 unit.

Sementara itu, penjualan semen terus meningkat sejak bulan Agustus 2015.

Penjualan semen bulan Oktober 2015 sebesar 2.713 juta ton, yang merupakan

penjualan tertinggi sepanjang tahun 2015. Namun penjualan tersebut masih lebih

rendah dibandingkan penjualan bulan Oktober tahun 2014 yang sebesar 21.577 juta

ton.

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada triwulan III tahun 2015

meningkat dibandingkan triwulan III tahun 2014. Jumlah kunjungan wisman rata-

rata per bulan mencapai 779.086 orang, sedangkan total kunjungan selama bulan

Januari-September mencapai 7.191.771 orang.

Page 5: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

III Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ III

DAFTAR TABEL .......................................................................................................................................VII

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................... IX

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ................................................................................................. 2

Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat .............................................................................. 2

Perkembangan Ekonomi Uni Eropa .......................................................................................... 4

Perekonomian Tiongkok ................................................................................................................ 7

Perekonomian Jepang ..................................................................................................................... 9

Perekonomian Singapura ............................................................................................................ 11

OUTLOOK EKONOMI DUNIA 2015-2016 ...................................................................................... 12

PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA ................................................................................. 16

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA .................................................................................... 19

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .......................................................................................... 19

Indeks Tendensi Konsumen....................................................................................................... 23

Indeks Keyakinan Konsumen .................................................................................................... 24

Neraca Pembayaran Indonesia ................................................................................................. 26

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA ......................................................................................... 31

Pembiayaan Utang Pemerintah ................................................................................................ 31

Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang .................................................................................. 31

Posisi Utang Pemerintah ............................................................................................................. 32

Surat Berharga Negara (SBN) ................................................................................................... 34

Pinjaman ............................................................................................................................................ 37

ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL ...................................................................... 39

Penundaan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 87/M-DAG/PER/10/2015

tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu Tetap Meresahkan Pengusaha

Elektronika ........................................................................................................................................ 39

Kementerian Perdagangan Berencana Melakukan Redefinisi Kebutuhan

Barang Komplementer, Tes Pasar, dan After Sales Untuk Importir Produsen ..... 39

Penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 72/M-DAG/PER/9/2015

tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 14/M-

DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan

Page 6: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

IV Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang dan

Jasa yang Diperdagangkan ......................................................................................................... 40

Penerbitan Peraturan Menteri Keuangan Berupa Peraturan Dirjen Pajak

Nomor PER-03/PJ/2015 tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan

Elektronik .......................................................................................................................................... 41

Penerbitan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata

Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana ................................................................................. 42

Hasil Utama Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat ........................ 42

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN ................................................................................................. 43

Perkembangan Ekspor ................................................................................................................. 43

Perkembangan Impor ................................................................................................................... 47

Perkembangan Neraca Perdagangan ..................................................................................... 49

Perkembangan Harga Domestik .............................................................................................. 52

Perkembangan Harga Internasional ...................................................................................... 52

Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan III Tahun 2015 ......................................................... 53

PERKEMBANGAN INVESTASI ........................................................................................................... 57

Perkembangan Investasi ............................................................................................................. 57

Realisasi Investasi Semester III Tahun 2015 ..................................................................... 58

Realisasi Per Sektor ....................................................................................................................... 58

Realisasi Per Lokasi ....................................................................................................................... 59

Realisasi per Negara ...................................................................................................................... 61

PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL ............................................ 62

Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia ..................................... 62

Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA .................. 62

Ekspor ASEAN Ke Tiongkok....................................................................................................... 63

Impor ASEAN Dari Tiongkok ..................................................................................................... 64

Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) ... 65

Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA .............................. 66

Ekspor Impor Indonesia-ASEAN .............................................................................................. 66

PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER .................................................................................. 69

Perkembangan Moneter Global ................................................................................................ 69

Perkembangan Moneter Domestik ......................................................................................... 71

Page 7: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

V Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

INFLASI ....................................................................................................................................................... 72

Inflasi Global ..................................................................................................................................... 72

Inflasi Domestik .............................................................................................................................. 73

Nilai Tukar Mata Uang Dunia .................................................................................................... 76

Indeks Harga Saham ..................................................................................................................... 78

Indeks Harga Komoditas Internasional ................................................................................ 80

Harga Bahan Pokok Nasional .................................................................................................... 81

Respon Kebijakan Moneter ........................................................................................................ 82

SEKTOR PERBANKAN .......................................................................................................................... 84

PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI........................................................................................... 87

Pertumbuhan Industri Pengolahan ........................................................................................ 87

Penanaman Modal Dalam dan Luar Negeri ......................................................................... 90

Data Penjualan Komoditas Industri Utama ......................................................................... 94

Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri............................................................. 97

Jumlah Wisatawan ......................................................................................................................... 98

LAMPIRAN ..............................................................................................................................................101

Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) ............................................................................102

Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) ............................................................................103

Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang......................................................................................104

Lampiran 3: Indeks Saham Global .........................................................................................105

Lampiran 4: Indeks Harga Komoditas Internasional ....................................................106

Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional ........................................................................107

Page 8: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

VII Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) ....................................................................................... 3

Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa ........................................................................ 5

Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY) .................................................................. 9

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015 .................................................................................. 11

Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF .......................................................................................... 12

Tabel 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY) ......................................................................................... 14

Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel) ............................................................................... 16

Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan III Tahun 2015 Menurut Lapangan Usaha (YoY) ................................................................................................................................ 20

Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan II Tahun 2015 (persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) ........................................................................................................... 22

Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya ......................................................................................................................... 23

Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari –Oktober 2015.................................................. 24

Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan III Tahun 2015 ............... 28

Tabel 13. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2010 - Triwulan III Tahun 2015 (triliun rupiah) .............................................................................................................................................................................. 31

Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang s.d. Triwulan III Tahun 2015 (Triliun Rupiah) ......... 32

Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah Tahun 2010 s.d. Triwulan III Tahun 2015 ............................................ 33

Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah Tahun 2010 – Triwulan III Tahun 2015 .............................................................................................................................................. 33

Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2010 – Triwulan III Tahun 2015 (triliun Rupiah) ............................................................................................................................................................................. 34

Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Triwulan III Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah) ............................................................................................................................................................................. 35

Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK Per 31 Triwulan III Tahun 2015 (triliun Rupiah) ......... 36

Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2010- Triwulan II 2015 (trilun Rupiah) ...... 37

Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan III Tahun 2015 .............................................................................. 44

Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Non-Migas Terbesar Triwulan III Tahun 2015 ................................................................................................................................................................ 45

Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Non-Migas Terbesar Triwulan III Tahun 2015 .............................................................................................................................................. 46

Tabel 24. Perkembangan Ekspor Non-Migas ke Negara Tujuan Utama Triwulan III Tahun 2015 ......... 46

Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan III Tahun 2015 ............................................................................... 47

Tabel 26. Perkembangan Impor Non-Migas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan III Tahun 2015 ................................................................................................................................................................................... 48

Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Non-Migas Triwulan III Tahun 2015 .................................................... 49

Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan III Tahun 2015 ............................................................... 50

Tabel 29. Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok ........................................................................................... 50

Tabel 30. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang ................................................................................................ 50

Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika ............................................................................................. 51

Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India ................................................................................................... 51

Page 9: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

VIII Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Tabel 33. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu .................................................................................................. 52

Tabel 34. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih .............................................................................. 52

Tabel 35. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan III Tahun 2015............................................... 54

Tabel 36. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan III Tahun 2015 (persen) ............................................. 57

Tabel 37. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2007-2015 Triwulan III ............................................................... 58

Tabel 38. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Triwulan III Tahun 2015 Berdasar Sektor .............................................................................................................................................................. 58

Tabel 39. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2015 ................................................... 59

Tabel 40. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan III Tahun 2015 Berdasarkan Lokasi (Rp Miliar) ................................................................................................................................ 60

Tabel 41. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan III Tahun 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta) ........................................................................................................................................................... 60

Tabel 42. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2015 ................................................... 61

Tabel 43. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan III Tahun 2015 ............................... 61

Tabel 44. Status Perjanjian Ekonomi Internasional ............................................................................................ 62

Tabel 45. Ekspor ASEAN ke Tiongkok ...................................................................................................................... 63

Tabel 46. Impor ASEAN dari Tiongkok .................................................................................................................... 64

Tabel 47. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia .................................................... 65

Tabel 48. Ekspor Indonesia-ASEAN .......................................................................................................................... 67

Tabel 49. Impor Indonesia-ASEAN ............................................................................................................................ 67

Tabel 50. Posisi Cadangan Devisa Dunia (triliun USD) ....................................................................................... 69

Tabel 51. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan II Tahun 2015 (persentase) .................................................................................................................................................................... 71

Tabel 52. Tingkat Inflasi Global (YoY) ..................................................................................................................... 73

Tabel 53. Tingkat Inflasi Domestik ........................................................................................................................... 74

Tabel 54. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen ........................................................................... 74

Tabel 55. Inflasi berdasarkan Sumbangan (Share) .............................................................................................. 74

Tabel 56. Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (YoY) ........................................................................................ 75

Tabel 57. Nilai Investasi Dan Jumlah Proyek PMA Sektor Industri Triwulan III Tahun 2015 ................. 92

Tabel 58. Nilai Investasi Dan Jumlah Proyek PMDN Sektor Industri Triwulan III Tahun 2015 .............. 93

Tabel 59. Nilai Tukar Mata Uang ............................................................................................................................. 104

Tabel 60. Indeks Saham Global ................................................................................................................................ 105

Tabel 61. Indeks Harga Komoditas Internasional .............................................................................................. 106

Tabel 62. Harga Bahan Pokok Nasional ................................................................................................................. 107

Page 10: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

IX Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)......................................................................... 17

Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan III Tahun 2015 (persen) ............................................................................................................................................................................ 19

Gambar 3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan III Tahun 2015 ...................................................................................................................................................................... 24

Gambar 4. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia April 2014 – Oktober 2015 .......... 25

Gambar 5. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015 ............. 26

Gambar 6. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015 .............................................................................................................................................. 27

Gambar 7. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015 27

Gambar 8. Nilai dan Volume Ekspor Hingga September 2015 .......................................................................... 43

Gambar 9. Nilai dan Volume Impor Hingga September 2015 ............................................................................ 47

Gambar 10. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan III Tahun 2015 ...... 54

Gambar 11. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi .............................. 65

Gambar 12. Persentase Penggunaan SKA Non-Preferensi terhadap Total SKA Non-Preferensi ............ 66

Gambar 13. Pertumbuhan Uang Beredar (YoY) .................................................................................................... 72

Gambar 14. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100) ...................................................................... 77

Gambar 15. Indeks Saham BRIC & Indonesia ......................................................................................................... 79

Gambar 16. Indeks Saham ASEAN-3 & Indonesia ................................................................................................. 79

Gambar 17. Indeks Saham Negara Maju & Indonesia .......................................................................................... 79

Gambar 18. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global ............................................................ 80

Gambar 19. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global ........................................................... 81

Gambar 20. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok ..................................................... 82

Gambar 21. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia ........................................................................ 84

Gambar 22. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia ...................................................... 85

Gambar 23. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya ..................................................... 85

Gambar 24. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %) ............................................................ 87

Gambar 25. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan III Tahun 2015 (YoY, %) ............................................................................................................................................................................ 87

Gambar 26. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas ........................................... 88

Gambar 27. Tenaga Kerja Sektor Industri (Juta Jiwa) ......................................................................................... 89

Gambar 28. Ekspor Produk Industri ........................................................................................................................ 89

Gambar 29. Perkembangan PMA Sektor Industri ................................................................................................. 90

Gambar 30. Perkembangan PMDN Sektor Industri .............................................................................................. 91

Gambar 31. Penjualan Mobil Di Indonesia Triwulan III Tahun 2015 ............................................................. 94

Gambar 32. Penjualan Motor Di Indonesia Triwulan III Tahun 2015 ............................................................. 95

Gambar 33. Penjualan Semen Di Indonesia Triwulan III Tahun 2015 (Juta Ton) ...................................... 96

Gambar 34. Pertumbuhan Sektor Konstruksi dan Penjualan Semen Triwulan III Tahun 2015 ............. 97

Gambar 35. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan III Tahun 2015 ...................................................... 97

Gambar 36. Jumlah Wisatawan Mancanegara Triwulan III Tahun 2015 ....................................................... 98

Page 11: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

X Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Gambar 37. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan Hingga Triwulan III Tahun 2015 ................................................................................................................................................................................... 99

Gambar 38. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Lima Besar Pintu Masuk Utama ....................... 100

Gambar 39. Inflasi YoY 82 Kabupaten/ Kota Juli-September 2015 ............................................................... 102

Gambar 40. Inflasi MtM 82 Kabupaten/ Kota Juli-September 2015 .............................................................. 103

Page 12: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

1 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat sebesar 1,5 persen (YoY) pada triwulan III

tahun 2015, melambat dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 4,3

persen (YoY).

Perekonomian 28 negara Uni Eropa (EU28) tumbuh sebesar 1,9 persen (YoY) pada triwulan

III tahun 2015, menguat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh

sebesar 1,3 persen (YoY).

Sepanjang bulan Juli hingga September 2015, ekonomi Tiongkok tumbuh sebesar 6,9

persen (YoY), sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang

tumbuh sebesar 7,2 persen (YoY).

Pada bulan Oktober 2015, IMF memproyeksi perekonomian dunia tetap tumbuh sebesar

3,1 persen pada tahun 2015.

Page 13: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

2 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Perekonomian dunia hingga semester I tahun 2015 masih melambat akibat

moderasi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju. Disisi lain, laju pertumbuhan

ekonomi negara-negara berkembang terhambat karena ketidakpastian

perekonomian global. Fluktuasi pasar keuangan juga meningkat tajam, seiring

dengan penurunan harga komoditas dan tekanan pada nilai tukar mata uang negara-

negara berkembang. Selain itu, perlambatan arus modal masuk dan kelanjutan

kebijakan suku bunga dibawah ambang batas nol diperkirakan masih terjadi akibat

kemungkinan pengetatan kebijakan yang dipengaruhi oleh kondisi keuangan

eksternal. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat sejalan dengan

perkiraan, namun dampak antar wilayah lebih besar dari perkiraan awal. Hal ini

menggambarkan pelemahan harga komoditas khususnya baja dan tingkat ekspor

Tiongkok.

Harga komoditas mengalami pelemahan pada triwulan III tahun 2015. Hal ini

disebabkan oleh supply minyak yang tetap tinggi dan kemungkinan output yang

terus meningkat, seiring dengan kesepakatan nuklir dengan Iran dan penurunan

permintaan global. Harga komoditas logam juga mengalami penurunan bersamaan

dengan pelemahan permintaan global, karena perlambatan aktivitas manufaktur

Tiongkok dan tingginya supply sebagai dampak boom investasi sektor pertambangan

pada triwulan sebelumnya.

Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat

Bureau Economic Analysis merilis revisi terakhir pertumbuhan ekonomi Amerika

Serikat triwulan II tahun 2015 yang sebelumnya tumbuh sebesar 3,7 persen menjadi

tumbuh sebesar 3,9 persen (YoY). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II tahun

2015 disebabkan oleh pelemahan belanja pemerintah. Meskipun demikian, kenaikan

belanja konsumen, dan ekspor lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Perekonomian Amerika Serikat tumbuh

moderat sebesar 1,5 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2015, melambat

dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 4,3 persen (YoY).

Kondisi ini disebabkan oleh perlambatan akumulasi persediaan karena adanya

upaya sektor bisnis mengurangi stok di gudang yang berlimpah.

Pertumbuhan PDB riil pada triwulan III tahun 2015 tercermin dari kontribusi positif

pada meningkatnya pengeluaran konsumsi pribadi, belanja pemerintah pusat dan

daerah, investasi tetap residensial, ekspor, dan investasi tetap non-residensial.

Sementara, penurunan investasi peralatan bisnis dan impor berkontribusi negatif

bagi perekonomian. Departemen Perdagangan Amerika Serikat merilis perlambatan

konsumsi yang tumbuh 3,2 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2015, setelah

tumbuh 3,5 persen (YoY) pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pengeluaran

konsumsi menyumbang 70,0 persen dari seluruh perekonomian Amerika Serikat.

Page 14: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

3 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Konsumsi barang mengalami kenaikan sebesar 4,5 persen (YoY), dan konsumsi jasa

naik sebesar 2,6 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2015. Belanja konsumen yang

menguat seperti furnitur dan jasa seperti asuransi dan jasa kesehatan yang

meningkat lebih dari dua kali lipat.

Belanja Pemerintah Amerika Serikat secara keseluruhan tumbuh sebesar 1,7 persen

(YoY) pada triwulan III tahun 2015, melambat dibandingkan triwulan III tahun 2014

sebesar 1,8 persen (YoY). Pengeluaran pemerintah pusat hanya tumbuh sebesar 0,2

persen (YoY) dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang

tumbuh sebesar 3,7 persen. Di sisi lain, belanja pemerintah untuk bidang

pertahanan terkontraksi sebesar 1,4 persen, meningkat setelah tumbuh sebesar 4,5

persen (YoY). Belanja pemerintah non-pertahanan mengalami pertumbuhan sebesar

2,8 persen pada triwulan III tahun 2015, menguat setelah tumbuh 2,5 persen (YoY)

pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sama hal nya dengan belanja

pemerintah pusat, belanja pemerintah daerah mengalami kenaikan dengan tumbuh

sebesar 2,6 persen (YoY), sedangkan triwulan III tahun 2014 tumbuh sebesar 0,6

persen (YoY).

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY)

2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Pertumbuhan Ekonomi –0,9 4,6 4,3 2,1 0,6 3,9 1,5

Konsumsi 1,3 3,8 3,5 4,3 1,8 3,6 3,2

Barang 1,1 6,7 4,1 4,1 1,1 5,5 4,5

Jasa 1,4 2,4 3,1 4,3 2,1 2,7 2,6

Investasi –2,5 12,6 7,4 2,1 8,6 5,0 -5,6

Ekspor -6,7 9,8 1,8 5,4 -6,0 5,1 1,9

Impor 2,8 9,6 -0,8 10,3 7,1 3,0 1,8

Belanja Pemerintah 0,0 1,2 1,8 –1,4 -0,1 2,6 1,7

Belanja Pemerintah Pusat 0,3 –1,2 3,7 –5,7 1,1 0,0 0,2

Belanja Pertahanan –4,6 –0,5 4,5 –10,3 1,0 0,3 -1,4

Belanja Non-Pertahanan 8,9 –2,2 2,5 2,1 1,2 –0,5 2,8

Belanja Pemerintah Daerah –0,2 2,6 0,6 1,3 –0,8 4,3 2,6

Sumber: Bureau of Economic Analysis, 2015

Investasi Amerika Serikat terkontraksi sebesar 5,6 persen (YoY), menurun tajam

dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 7,4 persen (YoY). Hal ini

disebabkan oleh faktor pelemahan kegiatan eksplorasi akibat pemangkasan

anggaran oleh perusahaan-perusahaan energi seperti Schlumberger dan

Halliburton, Berdasarkan laporan Bureau Economic Analysis, perlambatan investasi

mencerminkan peningkatan pertumbuhan investasi tetap residensial, investasi non-

residensial, investasi produk kekayaan intelektual dan investasi struktur non-

residensial, serta penurunan pada invetasi peralatan non-residensial. Pada tahun

2015, The Fed melaksanakan kebijakan tight monetary policy, seiring dengan tren

Page 15: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

4 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

penurunan harga komoditas dunia termasuk minyak mentah, serta perbaikan

kosumsi dalam negeri, pasar tenaga kerja, dan apresiasi mata uang dolar. Pada bulan

September 2015, The Fed mempertahankan federal fund rate (FFR) karena

perlambatan penciptaan lapangan kerja, tingkat pengangguran tetap stagnan, dan

tingkat inflasi juga masih berada dibawah target.

Departemen Perdagangan Amerika Serikat merilis neraca perdagangan pada bulan

September 2015 masih menunjukkan posisi defisit mencapai USD 40,8 miliar,

menurun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar USD 48,0 miliar. Defisit

perdagangan barang turun menjadi sebesar USD 60,3 miliar, sedangkan sektor jasa

mengalami penurunan surplus menjadi sebesar USD 19,5 miliar. Ekspor barang dan

jasa naik dari USD 3,0 miliar menjadi USD 187,9 miliar. Kinerja ekspor barang

meningkat terutama disebabkan oleh peningkatan barang modal dan barang

konsumsi khususnya barang antik, perangko serta perhiasan. Sementara itu, ekspor

jasa mengalami sedikit kenaikan disebabkan oleh peningkatan bisnis jasa (jasa

penelitian dan pembangunan, jasa manajerial dan profesional, jasa hubungan dan

teknis perdagangan) dan transportasi (termasuk jasa pelabuhan dan tarif

penumpang). Impor barang dan jasa meningkat USD 4,2 miliar menjadi USD 228,7

miliar, dengan peningkatan pada impor barang yang disebabkan oleh kenaikan pada

barang konsumsi, barang modal, serta bahan dan penawaran barang industri.

Sedangkan impor jasa berupa peningkatan biaya untuk transportasi (termasuk jasa

pelabuhan dan tarif penumpang) dan wisata (untuk semua tujuan termasuk

pendidikan).

Berdasarkan Bureau of Labor Statistics, jumlah pengangguran hingga bulan

September 2015 turun sebesar 400.000 orang menjadi 7,9 juta orang. Dalam 12

bulan terakhir tingkat pengangguran turun 0,8 persen atau sebesar 1.300.000 orang.

Kenaikan jumlah lapangan kerja baru tersebar luas di berbagai sektor, diantaranya

pada bisnis jasa dan profesional, kesehatan, perdagangan retail, bisnis jasa makanan

dan minuman. Pada bulan September 2015, penyerapan tenaga kerja di sektor non-

pertanian sebesar 142.000 orang. Kondisi ini menunjukkan perlambatan dua bulan

berturut-turut, setelah data jumlah lapangan kerja AS bulan Agustus 2015 hanya

naik sebesar 136.000. Tingkat partisipasi angkatan kerja AS bulan September 2015

sebesar 62,4 persen atau menurun dibandingkan bulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar 62,7 persen. Hal ini menunjukkan partisipasi tenaga kerja turun

ke tingkat terendah dalam 38 tahun. Pelemahan data tenaga kerja AS disebabkan

oleh perlambatan ekonomi Tiongkok yang berdampak terhadap penurunan harga

komoditas dan kondisi finansial global, serta mempengaruhi kekuatan ekonomi AS.

Perkembangan Ekonomi Uni Eropa

Penguatan di kawasan Eropa dan Uni Eropa kembali berlanjut, meskipun perbaikan

resesi ekonomi regional akibat krisis keuangan global 2008 dan krisis utang Eropa

Page 16: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

5 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

2010 masih berjalan lambat. Perlambatan Ekonomi di kawasan Eropa dan Uni Eropa

pada triwulan III tahun 2015 disebabkan oleh net perdagangan Kawasan Eropa

dengan seluruh dunia yang tercatat negatif, seperti yang terjadi pada negara Jerman,

Perancis dan Italia. Selain itu, perlambatan ekonomi global, pelemahan mata uang

Euro, dan penguatan permintaan dalam negeri yang mendorong impor juga

berkontribusi negatif bagi perekonomian.

Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa

Pertumbuhan PDB (%)

Tahunan (YoY) Triwulanan (QtQ)

Q3-14 Q3-15 Q2-15 Q3-15

Kawasan Eropa (U19) 0,8 1,6 0,4 0,3

Uni Eropa (U28) 1,3 1,9 0,4 0,4

Sumber: Eurostat

Berdasarkan publikasi Eurostat, Rumania diperkirakan menjadi negara di kawasan

Eropa yang mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi pada triwulan III tahun 2015,

yaitu sebesar 1,4 persen (QtQ). Sementara, perekonomian Jerman diperkirakan

sedikit melambat dengan tumbuh 0,3 persen (QtQ), dibandingkan triwulan II tahun

2015 yang tumbuh hanya 0,4 persen. Finlandia menjadi negara yang diperkirakan

mengalami kontraksi ekonomi paling dalam pada triwulan III tahun 2015, yang

besarnya 0,6 persen (QtQ). Di sisi lain, perekonomian Portugal diperkirakan

mengalami stagnasi pada triwulan III tahun 2015. Sedangkan Italia, Perancis, dan

Spanyol dalam tren positif yang diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 0,2

persen (QtQ), 0,3 persen (QtQ), dan 0,8 persen (QtQ). Perekonomian Yunani

diperkirakan terkontraksi sebesar 0,5 persen, setelah sebelumnya mengalami

pertumbuhan sebesar 0,4 persen pada triwulan II tahun 2015.

Pada bulan September 2015, indeks harga sektor industri dari keseluruhan industri

di kawasan Eropa dan Uni Eropa kembali mengalami penurunan sebesar 3,1 persen

(YoY), dan 3,8 persen (YoY). Sementara, produksi industri di kawasan Eropa dan Uni

Eropa mengalami peningkatan dengan tumbuh sebesar 1,7 persen (YoY), dan 1,8

persen (YoY), dibandingkan periode waktu yang sama tahun sebelumnya. Produksi

industri meningkat disebabkan oleh kenaikan produksi barang modal sebesar 2,2

persen, barang konsumsi tidak tahan lama sebesar 2,1 persen, barang setengah jadi

sebesar 1,8 persen, dan barang konsumsi tahan lama sebesar 2,6 persen

dibandingkan September 2014. Sementara itu, produksi sektor industri yang

menguat di kawasan Uni Eropa disebabkan oleh peningkatan barang modal sebesar

2,7 persen, barang konsumsi tahan lama dan tidak tahan lama sebesar 1,7 persen,

produksi energi sebesar 0,1 persen, serta barang setengah jadi sebesar 1,4 persen

dibandingkan bulan September 2014.

Perekonomian Eropa secara umum mengalami surplus neraca perdagangan pada

bulan September 2015. Kawasan Eropa mengalami surplus sebesar EUR 20,5 miliar,

Page 17: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

6 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

meningkat dibandingkan bulan September 2014 yang besarnya EUR 17,4 miliar.

Pada September 2015, negara-negara Uni Eropa juga mengalami surplus sebesar

EUR 4,3 miliar, meningkat dibandingkan bulan September 2014 yang surplus

sebesar EUR 2,0 miliar. Sejalan dengan tren positif neraca perdagangan Eropa,

volume perdagangan ritel bulan September 2015 di kawasan Eropa meningkat

sebesar 2,9 persen (YoY) dan 3,7 persen (YoY) di Uni Eropa dibandingkan bulan

September 2014. Hal ini disebabkan oleh kenaikan penjualan pada sektor non-

makanan sebesar 4,0 persen, bahan bakar kendaraan bermotor sebesar 5,3 persen

serta sektor makanan, minum, dan tembakau sebesar 1,6 persen. Di sisi lain,

peningkatan volume perdagangan Uni Eropa karena penjualan pada sektor non-

makanan naik sebesar 4,9 persen, dan sektor makanan, minuman, dan tembakau

naik sebesar 2,3 persen, serta bahan bakar kendaraan bermotor naik sebesar 5,3

persen.

Kondisi fiskal di kawasan Eropa dan Uni Eropa menunjukkan perbaikan. Rasio

defisit anggaran pemerintah terhadap PDB pada triwulan II tahun 2015 di kawasan

Eropa menjadi sebesar 2,0 persen, sedikit menurun dibandingkan triwulan I tahun

2015 yang besarnya 2,1 persen. Defisit anggaran pemerintah terhadap PDB di Uni

Eropa juga menurun dari triwulan I tahun 2014 sebesar 2,5 persen menjadi 2,4

persen pada triwulan II tahun 2015. Sementara itu, perbaikan fiskal di kawasan

Eropa dan Uni Eropa diikuti perbaikan kondisi tingkat utang terhadap PDB. Pada

triwulan II tahun 2015, di kawasan Euro tingkat utang mencapai 92,2 persen dari

PDB, sedikit menurun jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 92,7

persen. Sejalan dengan penurunan tingkat utang terhadap PDB di kawasan Eropa,

Uni Eropa juga mengalami penurunan tingkat utang sebesar 87,8 persen terhadap

PDB dibandingkan triwulan I tahun 2015 yang besarnya 88,1 persen. Pada triwulan

II tahun 2015, Yunani, Italia, dan Portugal menjadi negara dengan tingkat utang

terhadap PDB tertinggi yaitu masing-masing sebesar 167,8 persen; 136,0 persen;

dan 128,7 persen. Sementara itu negara dengan tingkat utang terhadap PDB

terendah adalah Estonia yang besarnya 9,9 persen, Luxemburg yang besarnya 21,9

persen, dan Bulgaria yang besarnya 28,3 persen.

Perbaikan perekonomian negara-negara di kawasan Eropa diikuti oleh penurunan

jumlah pengangguran. Tingkat pengangguran di kawasan Eropa pada bulan

September mencapai 10,8 persen (YoY), menurun dibandingkan bulan September

2014 yang besarnya 11,5 persen (YoY). Tingkat pengangguran pada bulan

September 2015 merupakan yang terendah sejak bulan Januari 2012. Sementara itu,

tingkat pengangguran di Uni Eropa pada bulan September 2015 adalah sebesar 9,3

persen, menurun dibandingkan bulan September 2014 yang besarnya 10,1 persen.

Eurostat mengestimasi jumlah tenaga kerja di Uni Eropa sebanyak 22.631 juta

orang, dimana 17.323 juta orang berada di kawasan Eropa. Jumlah orang yang

menganggur di Uni Eropa turun sebesar 1.832 juta orang, dan 1.194 juta orang di

Page 18: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

7 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

kawasan Eropa jika dibandingkan dengan bulan September 2014. Tingkat

pengangguran tertinggi terdapat di Spanyol (21,6 persen), dan Yunani (25,0 persen

pada bulan Juli 2015). Sementara itu tingkat pengangguran paling rendah adalah

Jerman (4,5 persen), dan Republik Ceko (4,8 persen).

Perekonomian Tiongkok

Perekonomian Tingkok hingga triwulan III tahun 2015 masih dipengaruhi oleh

pada perbaikan ekonomi global yang melemah dan tekanan pembangunan ekonomi

dalam negeri. Pemerintah Tiongkok menerapkan perekonomian yang terus

bergerak maju dengan tetap menjaga stabilitas, mendorong restrukturisasi,

perbaikan regulasi makro ekonomi, reformasi yang lebih mendalam dan terbuka,

mendukung kewirausahaan skala besar dan inovasi, serta meningkat supply barang

dan jasa publik. Hal ini menyebabkan perekonomian Tiongkok secara bertahap

masih melambat seiring dengan berlanjutnya reformasi struktural, meskipun

mengarah pada kondisi yang positif.

Perekonomian Tiongkok bergerak pada jalur yang tepat, beberapa indikator

ekonomi mengalami kenaikan secara stabil. Pemerintah Tiongkok menyatakan

bahwa pertumbuhan ekonomi tinggi tidak lagi menjadi prioritas. Sepanjang bulan

Juli hingga September 2015, pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 6,9 persen

(YoY), menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh

sebesar 7,2 persen (YoY). Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan III tahun

2015 merupakan paling rendah sejak tahun 2009. Hal ini disebabkan oleh

pelemahan investasi dan tekanan bagi perekonomian yang meningkat, setelah

kebijakan pemotongan suku bunga dilaksanakan. Tiongkok mengharapkan

pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan, serta dapat memaksimalkan

instrumen kebijakan fiskal dan moneter untuk mencegah perlambatan tajam yang

berdampak pada berkurangnya lapangan kerja dan pendapatan.

Dalam laporan yang dirilis National Bureau of Statistic Tiongkok, nilai tambah

industri tersier pada triwulan III tahun 2015 menyumbang 49,5 persen dari PDB

dan tumbuh 8,4 persen (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kondisi ini menandai percepatan pengembangan dan inovasi di bidang

perindustrian. Nilai tambah industri primer dan sekunder juga meningkat sebesar

3,8 persen (YoY) dan 6,0 persen (YoY). Sementara itu, pertumbuhan produksi

industri mengarah pada kestabilan. Nilai tambah industri pertambangan dan

manufaktur masing-masing meningkat sebesar 3,3 persen (YoY) dan 7,0 persen

(YoY). Kesenjangan pendapatan antara rumah tangga perkotaan dan pedesaan

semakin mengecil. Pada triwulan III tahun 2015, pendapatan per kapita rumah

tangga di perkotaan adalah 2,83 kali dari rumah tangga pedesaan atau berkurang

0,03 persen (YoY) dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. Demikian pula

dengan pengurangan konsumsi energi per unit PDB mencapai 5,7 persen (YoY).

Page 19: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

8 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Investasi aset tetap Tiongkok pada triwulan III tahun 2015 tumbuh 10,3 persen

(YoY). Sementara itu, anggaran pemerintah untuk invetasi mengalami kenaikan

sebesar 20,5 persen (YoY). Berbeda dengan investasi lainnya, pinjaman dalam

negeri dan investasi asing masing-masing mengalami penurunan 4,4 persen (YoY)

dan 26,2 persen (YoY). Kondisi ini sejalan dengan kebijakan pemerintah Tiongkok

yang fokus mendorong perbaikan konsumsi dalam negeri melalui penyaluran kredit,

untuk mendorong pertumbuhan UMKM dan sektor pertanian. Di sisi lain,

Kementerian Perdagangan Tiongkok merilis penjualan retail barang konsumsi pada

bulan September 2015 tumbuh 10,9 persen (YoY), melambat dibandingkan bulan

September 2014 yang tumbuh sebesar 11,6 persen (YOY). Kondisi ini disebabkan

oleh pelemahan penurunan harga minyak dan produk turunan minyak, seiring

pertumbuhan penjualan padi-padian dan bahan makanan lainnya.

Sektor properti Tiongkok yang sempat terpuruk akibat perlambatan ekonomi pada

semester I tahun 2014, secara bertahap semakin menguat. Pada triwulan III tahun

2015, penjualan bangunan perumahan dan bangunan komersial naik masing-masing

sebesar 18,2 persen (YoY) dan 15,3 persen (YoY). Selain itu , total investasi di sektor

real estate selama semester I tahun 2015 sebesar CNY 7.053,4 miliar, atau tumbuh

sebesar 4,2 persen (YoY) diharapkan dapat memberikan sentimen positif dalam

penguatan kinerja sektor properti Tiongkok. People's Bank of Tiongkok (PBoC)

masih memiliki peluang untuk melaksanakan kebijakan moneter longgar dalam

rangka mendorong perekonomian yang melambat. Biro Statistik Nasional Tiongkok

merilis IHK naik sebesar 1,6 persen (YoY) atau dibawah target pemerintah sebesar

3,0 persen. Bank Sentral memiliki kapasitas lebih lanjut untuk memacu pinjaman,

meskipun telah memangkas suku bunga sebanyak lima kali sejak November 2014.

Dengan demikian, PBoC akan melakukan beberapa tindakan, diantaranya

penerbitan surat utang bertenor tiga bulan secara mingguan, penambahan waktu

perdagangan mata uang Yuan menjadi 7 jam (04.30 -11.30) mulai akhir bulan

November 2015, dan melakukan perdagangan langsung antara mata uang Yuan dan

mata uang Swiss, Franc.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2015 akibat reformasi

struktural berdampak pada kinerja neraca perdagangan yang memburuk.

Perdagangan Tiongkok pada bulan September 2015 hanya mencapai surplus

sebesar USD 60,34 miliar. Surplus neraca perdagangan Tiongkok sedikit menguat

dibandingkan bulan Agustus 2015 yang besarnya USD 60,24 miliar. Kinerja ekspor

bulan September 2015 mengalami penurunan sebesar 3,7 persen (YoY)

dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan perbaikan

permintaan eksternal yang melambat, dan depresiasi nilai tukar Euro terhadap CNY.

Sementara itu, impor mengalami penurunan hingga sebesar 20,4 persen (YoY)

dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Kinerja impor yang melemah

Page 20: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

9 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

akibat penurunan harga komoditas global, dan perbaikan pemintaan dalam negeri

Tiongkok.

Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY)

PMI Tiongkok

Agustus-15 September-15

HSBC 50,2 50,5

NBS Tiongkok 49,7 49,8

Sumber: HSBC PMITM dan National Bureau of Statistic Tiongkok, 2015

Perbaikan aktivitas manufaktur Tiongkok menunjukkan kinerja sektor manufaktur

menguat selama dua bulan berturut-turut. Hal ini disebabkan oleh permintaan

terhadap barang ekspor yang meningkat. Namun demikian, indeks tenaga kerja

diperkirakan terus menurun dan tekanan disinflasi yang meningkat. Hal ini

menandai penurunan jumlah buruh pabrik terendah dalam lima setengah tahun.

Pada bulan September 2015, aktivitas perekonomian di sektor manufaktur

menunjukkan kestabilan. National Bureau of Statistic Tiongkok juga merilis data

PMITM sebesar 49,8 sedikit menguat dibandingkan bulan Agustus 2015. Hal ini

disebabkan oleh indeks produksi, indeks permintaan baru, dan indeks waktu

pengiriman dari supplier sebagai indikator pembentuk PMITM nilainya lebih tinggi

dari batas nilai indeks PMITM manufaktur Tiongkok yang besarnya 50,0. Kondisi ini

menggambarkan perekonomian Tiongkok momentum penguatan sektor manufaktur

pada triwulan III tahun 2015, karena jumlah tenaga kerja di sektor manufaktur dan

inventori bahan mentah untuk produksi manufaktur masih berkurangnya. Dengan

demikian, upaya bertahap untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi serta

penciptaan lapangan kerja dari pemerintah sangat dibutuhkan.

Perekonomian Jepang

Perekonomian Jepang yang terus stagnan mendorong pemerintah di bawah Perdana

Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe telah mencanangkan kebijakan baru yang dikenal

sebagai Abenomics. Sejak awal tahun 2013, Jepang memberlakukan perubahan rezim

moneter, yaitu bank sentral Jepang menetapkan target inflasi sebesar 2,0 persen.

Pemerintah Shinzo Abe mendukung perubahan ini dengan kebijakan fiskal dan

reformasi struktural. Kebijakan fiskal yang dilaksanakan pemerintah Jepang yaitu

menaikkan pajak penjualan menjadi 8,0 persen pada bulan April 2014, dan 10,0

persen pada bulan Oktober 2015. Kebijakan kenaikan pajak penjualan dilaksanakan

untuk membayar tingkat utang pemerintah Jepang yang besar, dimana tingkat utang

pemerintah ini merupakan terburuk di antara negara-negara maju. Sedangkan

kebijakan reformasi struktural yang dilakukan pemerintah Jepang salah satunya

adalah dengan merelaksasi kekakuan pasar tenaga kerja.

Berdasarkan publikasi Cabinet Office, perekonomian Jepang pada triwulan III tahun

2015 diperkirakan terkontraksi sebesar 0,8 persen (YoY). Kondisi ini merupakan

penurunan pertumbuhan kedua berturut-turut dan penanda awal fase resesi

Page 21: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

10 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

ekonomi. Pelemahan ekonomi Jepang menjadi hambatan bagi supply side termasuk

labor shortage, akibat aging population yang meningkat semakin cepat. Selain itu,

perekonomian Jepang masih berada dalam jerat deflasi selama lebih dari 15 tahun.

Seiring dengan penurunan pertumbuhan ekonomi Jepang, tingkat pengangguran

mengalami kenaikan. Pengangguran Jepang pada bulan September 2015 tumbuh 0,0

persen (MtM) dibandingkan bulan Agustus 2015 yang besarnya 3,4 persen (MtM).

Namun demikian, jumlah pengangguran secara tahunan menurun hingga sebesar 2,6

persen (YoY) atau menjadi sebesar 2,27 juta orang dibandingkan bulan September

2014.

Pemerintah Jepang berada dalam posisi sulit, kenaikan pajak penjualan untuk

mengurangi beban utang pemerintah semakin membuat perekonomian Jepang

terpuruk. Di sisi lain, kebijakan Abenomics yang pro pengeluaran semakin

menambah utang pemerintah. Namun demikian, Pemerintah Jepang belum

merencanakan penambahan anggaran untuk membiayai perangkat stimulus

ekonomi, walaupun kebijakan tersebut dapat menguatkan permintaan. Demikian

hal nya dengan pemerintah Jepang, Bank of Japan (BOJ) belum melakukan kembali

pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat. Hal ini disebabkan oleh

perekonomian Jepang masih berada pada jalur perbaikan yang moderat. BOJ

sebelumnya telah mengucurkan stimulus moneter melalui pembelian obligasi

tahunan pemerintah sebesar JPY 80 triliun. Melalui penundaan kebijakan

pelonggaran baik kuantiatif maupun kualitatif, BOJ berharap pengetatan pasar

tenaga kerja dapat mendorong upah dan mempercepat pertumbuhan harga. Selain

itu, pembelian obligasi pemerintah terus menerus untuk mendorong inflasi, serta

berakibat pada berkurangnya likuditas dan mendistorsi pasar.

Pada bulan September 2015, Jepang diperkirakan kembali mengalami pelemahan

defisit perdagangan dan mata uang. Publikasi Departemen Keuangan Jepang

memperkirakan neraca perdagangan mengalami defisit sebesar JPY115,8 juta pada

bulan September 2015, menguat dibandingkan pada bulan September 2014 yang

besarnya JPY 962,0. Defisit neraca perdagangan pada bulan September 2015

merupakan yang terendah dalam tujuh bulan terakhir. Secara umum, nilai ekspor

Jepang pada bulan September 2015 hanya tumbuh sebesar 0,6 persen (YoY)

dibandingkan bulan September 2014. Perlambatan kinerja ekspor disebabkan

pelemahan permintaan dari Tiongkok, meskipun depresiasi Yen mendorong barang

ekspor lebih kompetitif. Di lain pihak, impor mengalami penurunan dengan

terkontraksi sebesar 11,0 persen (YoY), dibandingkan bulan September 2014.

Kinerja impor yang menguat disebabkan oleh peningkatan dalam impor bahan

bakar fosil untuk mengimbangi kebutuhan energi akibat penutupan pembangkit

listrik tenaga nuklir pasca gempa dan tsunami pada bulan Maret 2011.

Page 22: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

11 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Perekonomian Singapura

Perlambatan ekonomi Singapura pada triwulan III tahun 2015 disebabkan oleh

rebalancing ekonomi Tiongkok, kontraksi sektor manufaktur akibat permintaan

global yang tidak menentu, dan ketidakpastian perbaikan ekonomi global.

Perekonomian Singapura sangat dipengaruhi oleh siklus bisnis global akibat

keterkaitan investasi dan perdagangan yang besar, sehingga permasalahan

eksternal akan berdampak besar terhadap kinerja perekonomian dalam negeri

Singapura. Namun demikian, pertumbuhan sektor jasa yang solid membawa

perekonomian Singapura terhindar dari resesi.

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015

Tahunan (YoY) Triwulanan (QtQ)

Q3-14 Q3-15 Q2-15 Q3-15

Pertumbuhan Ekonomi 2,8 1,9 2,6 1,9

Manufaktur 1,7 -6,2 0,9 -4,6

Konstruksi 1,1 1,6 0,7 -1,6

Perdagangan Retail dan

Grosir 2,1 6,8 1,9 5,3

Asuransi dan Keuangan 9,9 4,8 7,9 -0,4

Akomodasi dan Jasa Makanan 1,0 0,9 4,5 11,9

Bisnis Jasa 2,6 1,5 2,5 2,6

Sumber: Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Singapura

Seiring dengan perlambatan ekonomi, kinerja perdagangan luar negeri Singapura

mengalami penurunan. Berdasarkan Departement of Statistics Singapore, kinerja

ekspor terkontraksi sebesar 8,9 persen (YoY), menurun dibandingkan bulan

September 2014. Sementara, kinerja impor juga terkontraksi sebesar 10,9 persen

(YoY), dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pelemahan kinerja

ekspor disebabkan oleh penurunan tajam ekspor minyak domestik yang

terkontraksi hingga 37,9 persen (YoY) dan re-ekspor minyak sebesar 0,1 persen

(YoY). Namun, penguatan ekspor domestik non-minyak sebesar 0,3 persen (YoY),

belum dapat mendorong secara optimal laju pertumbuhan ekspor pada bulan

September 2015.

Sektor manufaktur Singapura terkontraksi pada triwulan III tahun 2015 disebabkan

oleh penurunan rekayasa transportasi, elektronika dan industri biomedis. Di sisi

lain, perlambatan sektor konstruksi Singapura pada triwulan III tahun 2015

disebabkan oleh pelemahan aktivitas konstruksi sektor swasta. Produksi sektor

perdagangan ritel dan grosir pada triwulan III tahun 2015 semakin membaik

disebabkan oleh perbaikan kinerja segmen perdagangan grosir. Seiring dengan

penguatan di sektor perdagangan ritel dan grosir, sektor akomodasi dan jasa

makanan Singapura juga mengalami pertumbuhan yang signifikan disebabkan oleh

segmen akomodasi karena momentum perbaikan jumlah kunjungan wisatawan.

Sebaliknya, perlambatan kinerja di sektor asuransi dan keuangan dipengaruhi oleh

Page 23: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

12 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

sedikit penguatan manajemen keuangan, asuransi dan segmen lainnya. Sementara,

pertumbuhan di sektor bisnis jasa yang cenderung melambat disebabkan pelemahan

segmen sewa dan leasing serta jasa administrasi dan pendukung.

Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Singapura memperkirakan tahun

2015 negara tersebut akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cenderung

moderat. Sektor yang berorientasi eksternal seperti asuransi dan keuangan, serta

perdagangan besar akan mendukung pertumbuhan. Namun, sektor manufaktur

diperkirakan tetap melemah. Penurunan harga minyak mentah akan menyebabkan

perlambatan pertumbuhan sektor kelautan dan lepas pantai. Pertumbuhan sektor

berbasis padat kerja seperti retail dan jasa makanan juga diperkirakan melambat,

karena pengetatan pasar tenaga kerja. Dengan demikian, pemerintah Singapura

akan menjaga pertumbuhan ekonomi pada level 1,0-3,0 persen.

OUTLOOK EKONOMI DUNIA 2015-2016

Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF WEO-IMF Realisasi Perkiraan

Kelompok Negara 2014 2015 2016

Dunia 3,4 3,1 3,6

Negara Maju 1,8 2,0 2,2

Amerika Serikat 2,4 2,6 2,8

Kawasan Eropa 0,9 1,5 1,6

Negara Berkembang 4,6 4,0 4,5

Tiongkok 7,3 6,8 6,3

ASEAN-5 4,6 4,6 4,9 Amerika Latin dan Karibia

1,3 -0,3 0,8

Sub Sahara Afrika 5,0 3,8 4,3

Sumber: World Economic Outlook, Oktober 2015

Resiko ketidakpastian aktivitas ekonomi global masih menandai kelanjutan

pelemahan kondisi ekonomi negara-negara berkembang dan perbaikan ekonomi

negara-negara maju yang berjalan lambat. Potensi pertumbuhan PDB dunia yang

masih terkoreksi pada tahun 2015 disebabkan oleh penurunan harga komoditas,

depresiasi mata uang negara-negara berkembang, dan volatilitas pasar keuangan

terus meningkat. Namun demikian, aktivitas perekonomian global mengalami

sedikit penguatan pada tahun 2016. Perbaikan ekonomi negara-negara maju yang

dimulai tahun 2014 diperkirakan semakin menguat. Disisi lain, beberapa proyeksi

pertumbuhan negara-negara berkembang mengalami kenaikan secara bertahap

diantaranya Brazil, Rusia, beberapa negara Amerika Latin, dan Timur Tengah,

meskipun perekonomian Tiongkok diperkirakan masih melambat.

IMF memperkirakan perbaikan ekonomi Amerika Serikat terus berjalan. Hal ini

didorong oleh penurunan harga energi, fiscal drag, penguatan neraca pembayaran

dan pasar perumahan yang terus membaik. Namun, net ekspor diperkirakan

Page 24: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

13 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

menurun akibat penguatan dolar terjadi pada tahun 2016. Di sisi lain, perekonomian

di kawasan Eropa diperkirakan terus membaik dan pertumbuhannya cenderung

moderat. Penurunan harga minyak dunia, kebijakan moneter longgar, dan depresiasi

mata uang Euro. Pemulihan ekonomi Eropa diperkirakan melambat tidak hanya

disebabkan oleh demografi dan perlambatan total faktor produksi. Dengan

demikian, perkiraan pertumbuhan ekonomi Eropa cenderung moderat dan kenaikan

tingkat inflasi.

Sementara, pertumbuhan ekonomi negara berkembang masih akan cenderung

melambat pada tahun 2015. Hal ini disebabkan oleh moderasi pertumbuhan

investasi Tiongkok khususnya di sektor perumahan. IMF memperkirakan aksi

kebijakan dari pemerintah Tiongkok sejalan dengan berkurangnya kerentanan

terhadap percepatan pertumbuhan kredit dan investasi. Selain itu, implementasi

reformasi struktural, penurunan harga minyak mentah dan komoditas lainnya

diperkirakan mendorong ekspansi aktivitas ekonomi yang berorientasi konsumen,

dan mengurangi perlambatan. Disisi lain, penguatan ekonomi India diperkirakan

terjadi akibat reformasi kebijakan seiring dengan kenaikan investasi dan penurunan

harga komoditas. Perlambatan ekonomi ASEAN-5 dipengaruhi oleh pelemahan term

of trade Malaysia, serta perbaikan ekonomi Thailand, Filipina, dan Vietnam akibat

penurunan harga minyak mentah.

Sementara itu, kondisi ekonomi di kawasan Amerika Latin dan Karibia diperkirakan

masih melambat pada tahun 2015, dan pertumbuhan cenderung moderat pada

tahun 2016. Proyeksi penurunan harga komoditas menekan kinerja perekonomian

beberapa negara eksportir komoditas di Amerika Latin. Sementara itu, Brazil

sebagai salah satu perekonomian terbesar diperkirakan kembali tumbuh dibawah

prediksi. Penurunan kepercayaan konsumen dan bisnis, serta permintaan dalam

negeri terjadi akibat gangguan politik, penurunan investasi secara cepat, dan

pengetatan kebijakan makroekonomi. Selain itu, Venezuela diperkirakan mengalami

resesi yang cukup dalam pada tahun 2015 dan 2016, karena harga minyak mentah

terus menurun sejak bulan Juni 2014 telah memperburuk ketidakseimbangan

makroekonomi dan memberi tekanan bagi neraca pembayaran.

Perekonomian di kawasan Sub Sahara Afrika cenderung mengalami perlambatan

sebagai dampak dari penurunan harga komoditas khususnya minyak mentah. Hal ini

terjadi akibat penurunan permintaan dari Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar

negara Sub Sahara Afrika dan pengetatan kondisi keuangan global. Sementara,

Negara-negara eksportir minyak mentah seperti Nigeria diperkirakan tumbuh

sebesar 4,0 persen, sedangkan Angola terkontraksi sebesar 3,5 persen. Sebaliknya,

negara-negara importer minyak mentah diperkirakan rata-rata tumbuh 4,0 persen,

dimana kelanjutan investasi bidang infrastruktur dan konsumsi rumah tangga yang

semakin menguat.

Page 25: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

14 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Tabel 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY)

Pertumbuhan PDB (%)

2014 2015 2016

ADO Update ADO Update

Asia 6,2 6,3 5,8 6,3 6,0

Asia Timur 6,5 6,5 6,0 6,3 6,0

Tiongkok 7,3 7,2 6,8 7,0 6,7

Jepang -0,1 1,1 1,5 1,4 1,6

Asia Selatan 6,8 7,2 6,9 7,6 7,3

Asia Tengah 5,1 3,5 3,3 4,5 4,2

ASEAN 4,4 4,9 4,4 5,3 4,9

Singapura 2,9 3,0 2,1 3,4 2,5

Sumber: Asian Development Outlook, 2015

Pada bulan September 2015, ADB mengeluarkan proyeksi mengenai pertumbuhan

negara-negara berkembang di Asia tahun 2015 dan 2016. Perekonomian negara-

negara berkembang Asia tahun 2015 dan 2016 kembali dikoreksi, karena lambatnya

perbaikan ekonomi beberapa negara maju, serta moderasi proyeksi pertumbuhan

negara Tiongkok dan India. Prospek perlambatan negara-negara berkembang Asia

menyebar ke seluruh kawasan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia

Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara diperkirakan masih cenderung moderat.

Sementara, pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Tengah menunjukkan pelemahan.

ADB memprediksi pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur

masih melambat akibat permintaan eksternal yang melemah, meskipun terdapat

stimulus fiskal di Korea Selatan dan kebiijakan akomodatif pemerintah Tiongkok.

Perlambatan ekonomi di kawasan Asia Timur paling dirasakan oleh negara Mongolia

dimana penurunan penanaman modal asing, output pertanian, dan kelanjutan

kebijakan moneter ketat yang diberlakukan pemerintah. Selain itu, kinerja ekspor

negara Taiwan mengalami penurunan akibat perlambatan ekonomi Tiongkok. Pada

tahun 2016, kinerja perekonomian di negara-negara maju diasumsikan mengalami

perbaikan yang akan berdampak positif bagi negara-negara di kawasan Asia Timur

kecuali Tiongkok.

Menurut ADB, pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2015 dipengaruhi oleh

penurunan investasi dan produksi industri, kebijakan fiskal yang lebih kontraktif,

kebijakan moneter akomodatif, serta nilai tukar Yuan terhadap USD. Sementara,

tingkat ekspor diperkirakan menurun seiring dengan perbaikan ekonomi negara-

negara mitra dagang yang berjalan lambat. Namun demikian, neraca perdagangan

dan neraca pembayaran dalam kondisi surplus seiring dengan penurunan impor

akibat fluktuasi harga komoditas dan subtitusi impor. Disisi lain, pelemahan sektor

properti, perlambatan pertumbuhan investasi, dan reformasi struktural

diperkirakan menekan laju pertumbuhan ekonomi. Namun, kebijakan fiskal dan

moneter yang komodatif, serta penguatan permintaan eksternal dan dalam negeri

akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2016.

Page 26: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

15 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Aktivitas perekonomian Jepang terkontraksi sebesar 1,2 persen pada triwulan II

tahun 2015, dimana pelemahan permintaan baik dalam maupun luar negeri.

Konsumsi swasta juga terkontraksi sebesar 1,6 persen akibat kenaikan upah yang

relatif kecil dan udara dingin di bulan Juni 2015. Sementara itu, investasi Jepang

cenderung volatile, dimana investasi perumahan swasta meningkat tetapi investasi

bisnis justru mengalami penurunan. Selain itu, permintaan terhadap ekspor Jepang

yang terus berkurang pada triwulan II tahun 2015 seiring penurunan ekspor riil di

berbagai negara. Namun demikian, penguatan profit perusahaan swasta, depresiasi

mata uang Yen, dan penurunan harga minyak mentah mendorong perkiraan

pertumbuhan positif ekonomi Jepang. Fluktuasi pasar keuangan, devaluasi mata

uang Tiongkok, dan depresiasi mata uang negara lain di Asia dapat menekan

permintaan ekspor Jepang. Konsumsi dalam negeri dan investasi diproyeksikan

mengalami perbaikan, meskipun fase perlambatan permintaan eksternal

diperkirakan tetap terjadi.

Sementara itu, estimasi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Selatan pada tahun

2015 menurun disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi India yang cenderung

moderat, perlambatan ekonomi di negara-negara maju, perdagangan global,

penundaan mengenai reformasi struktural India yang berakhir deadlock di

Parlemen. Disisi lain, perlambatan aktivitas ekonomi negara-negara lain dapat

memberi sentimen negatif bagi pertumbuhan kawasan Asia Selatan. Kondisi ini

disebabkan oleh penurunan pendapatan sektor pariwisata Maladewa dan pemulihan

ekonomi akibat gempa besar di Nepal berjalan lambat, meskipun permintaan dalam

negeri Bangladesh dan Pakistan cukup kuat.

Perekonomian di kawasan Asia Tengah diperkirakan kembali melemah seiring

dengan penurunan harga komoditas, dan perlambatan ekonomi Federasi Rusia.

Pada tahun 2015, pertumbuhan negara-negara eksportir energi seperti Azerbaijan,

Kazakhstan, Turkmenistan, serta Uzbekistan melambat akibat penurunan harga

minyak mentah dan gas. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi negara-negara importir

energi seperti Armenia, Georgia, Kirgiztan, serta Tajikistan juga melambat karena

pelemahan konsumsi domestik akibat remittances yang lebih rendah. Pada tahun

2016, pelemahan ekonomi pada sebagian besar negara-negara eksportir akibat

perlambatan ekonomi Federasi Rusia dan Tiongkok akan menahan laju

pertumbuhan ekonomi di Kawasan Asia Tengah.

Pertumbuhan Kawasan ASEAN pada tahun 2015 mengalami perlambatan, dimana

pertumbuhan enam dari sepuluh negara ASEAN dikoreksi turun yaitu Indonesia,

Kamboja, Laos, Filipina, Singapura, Thailand. Hal ini disebabkan oleh permintaan

yang melemah di sebagian besar negara maju termasuk Tiongkok. Selain itu,

pelemahan permintaan global, penurunan harga minyak global, dan komoditas

berpengaruh besar bagi kinerja ekspor Brunei Darusalam dan Malaysia. Pada tahun

Page 27: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

16 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

2016, perekonomian ASEAN diperkirakan membaik melalui peningkatan ekspor dan

investasi pemerintah, seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi global.

Dalam publikasi Asian Development Outlook 2015, proyeksi pertumbuhan ekonomi

Singapura dikoreksi turun disebabkan oleh revisi turun pertumbuhan ekspor pada

sebagian besar negara tujuan ekspor, serta kontraksi pertumbuhan pada sektor

manufaktur yang menyebabkan penurunan output rekayasa transportasi, dan

industri biomedis. Pertumbuhan yang moderat juga ditunjukkan oleh perkiraan

tumbuhnya sektor jasa khususnya perdagangan besar, retail, bisnis jasa, dan

konstruksi. Pada sisi penerimaan, kenaikan konsumsi swasta akan mendorong

pengeluaran konsumsi, meskipun permintaan dalam negeri masih melemah akibat

penurunan inventoris.

PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA

Pada triwulan III tahun 2015, pergerakan harga minyak mentah dunia mengalami

fluktuasi akibat kekhawatiran pasar minyak mentah akibat kondisi oversupply. Tren

harga minyak mentah cenderung volatile pada triwulan III tahun 2015 disebabkan

oleh penghapusan sanksi ekonomi terkait kesepakatan nuklir Iran, serta publikasi

IEA dan OPEC pada bulan September 2015 merevisi naik tingkat permintaan minyak

mentah pada Triwulan III tahun 2015 berturut-turut sebesar 0,45 juta barel per hari

dan 0,04 juta barel per hari dibandingkan publikasi sebelumnya. Selain itu,

penurunan Oil Rig Count di Amerika Serikat turun selama empat minggu berturut-

turut di bulan September 2015 hingga 35 rig, dan tingkat stok minyak mentah

sektor komersial Amerika Serikat akhir bulan September 2015 lebih rendah 1,4 juta

barel dibandingkan dengan stok pada akhir bulan sebelumnya. Kondisi ini dapat

mendorong harga minyak mentah sedikit menguat, mengingat Amerika Serikat

merupakan konsumen minyak kedua terbesar di dunia.

Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel)

Harga Minyak Mentah Dunia

Rata-rata Triwulanan

Rata-rata Bulanan

2015 2015

Q1 Q2 Q3 Juli Agts Sept

Crude Oil (Rata-rata) 51.6 60.5 48.8 54.3 45.7 46.3

Crude Oil; Brent 53.9 62.1 50.0 55.9 47.0 47.2

Crude Oil; Dubai 52.2 61.4 49.9 56.3 47.2 46.2

Crude Oil; WTI 48.6 57.8 46.4 50.9 42.9 45.5

Indonesian Crude Price Oil

51.6 60.5 45.9 51.81 42.8 43.1

Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM

Pergerakan harga minyak ICP sejalan dengan harga minyak mentah utama di pasar

internasional. Fluktuasi harga minyak ICP disebabkan oleh supply minyak OPEC

Page 28: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

17 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

pada bulan Agustus 2015 mengalami kenaikan 0,013 juta barel per hari atau

menjadi 31,54 juta barel per hari. Selain itu, laporan Energy Information

Administration menyatakan tingkat stok dan distillate fuel oil Amerika Serikat

selama akhir bulan September 2015 masing-masing mengalami peningkatan 4,6 juta

barel, dan 1,9 juta barel dibandingkan bulan sebelumnya. Untuk kawasan Asia

Pasifik, penguatan harga minyak mentah disebabkan oleh kenaikan permintaan

naphta dan gas/minyak diesel untuk industri petrochemical di Korea Selatan, dan

potensi peningkatan permintaan Kondensat dari Indonesia, sesuai dengan rencana

akan beroperasinya Kilang TPPI (kapasitas 0,1 juta barel per hari) mulai bulan

Oktober 2015. Namun demikian, penurunan impor minyak mentah Tiongkok di

bulan Agustus 2015 sebesar 4.1 juta mt dibandingkan bulan Juli 2015, dan

permintaan minyak mentah jenis direct burning karena menurunnya intake

pembangkit listrik di Jepang sempat menyebabkan pelemahan.

Gambar 1. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)

Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM

Page 29: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

18 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Perekonomian Indonesia pada triwulan III tahun 2015 tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY),

melambat dibandingkan dengan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 4,9 persen

(YoY).

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III tahun 2015 defisit sebesar USD 4,6

miliar atau lebih tinggi dibandingkan dengan defisit NPI pada triwulan II tahun 2015 yang

besarnya USD 2,9 miliar.

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Page 30: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

19 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Perekonomian Indonesia mengalami perlambatan pada triwulan III tahun 2015

dengan hanya tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY), atau menjadi yang paling rendah

sejak tahun 2009. Pada triwulan II tahun 2015 dan triwulan III tahun 2014,

perekonomian Indonesia mampu tumbuh masing-masing sebesar 4,7 persen (YoY)

dan 4,9 persen (YoY). Perlambatan ekonomi Indonesia terutama diwarnai oleh

ketidakpastian perekonomian global yang disebabkan oleh ketidakpastian naik atau

turunnya Fed Fund Rate dan devaluasi Yuan. Ketidakpastian tersebut menyebabkan

volatilitas nilai tukar Rupiah, sehingga mempengaruhi kinerja ekspor dan impor.

Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan III Tahun 2015 (persen)

4.9

4.2 4.1

5.6

6.1

6.8

6.2

6.5 6.56.3

6.0 5.96.1 6.2

5.9 5.95.6 5.6 5.5 5.6

5.15.0 4.9 5.0

4.7 4.74.7

4.0

4.5

5.0

5.5

6.0

6.5

7.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dari sisi lapangan usaha, perlambatan ekonomi dipicu oleh melambatnya

pertumbuhan sebagian besar lapangan usaha. Apabila dibandingkan dengan

triwulan III tahun 2014, sebanyak 12 lapangan usaha mengalami perlambatan

(YoY). Kedua belas lapangan usaha tersebut adalah 1) Pertambangan dan

Penggalian, 2) Pengadaan Listrik dan Gas, 3) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 4)

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 5) Jasa

Perusahaan, 6) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 7) Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 8) Jasa Lainnya, 9)

Transportasi dan Pergudangan, 10) Industri Pengolahan, 11) Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan, dan 12) Real Estat.

Di sisi lain, sebanyak lima lapangan usaha tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan III tahun 2014. Keempat lapangan usaha tersebut adalah 1) Jasa Keuangan

dan Asuransi 2) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 3)

Informasi dan Komunikasi, 4) Jasa Pendidikan, dan 5) Konstruksi.

Page 31: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

20 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Kinerja Pertambangan dan Penggalian pada triwulan III tahun 2015 melambat

dengan kontraksi sebesar 5,6 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan III tahun 2014 yang melambat sebesar 0,8 persen (YoY). Penurunan

pertumbuhan ini terjadi karena kontraksi pada Pertambangan Bijih Logam sebesar

16,1 persen (YoY). Pertambangan Batubara dan Lignit serta Pertambangan Minyak,

Gas dan Panas Bumi terkontraksi masing-masing sebesar 19,5 persen dan 0,9 persen

(YoY). Sementara itu, Pertambangan dan Penggalian Lainnya meningkat 13,3

persen (YoY).

Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan III Tahun 2015 Menurut Lapangan Usaha (YoY)

URAIAN 2013 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

4,2 4,6 3,5 4,6 5,3 5,0 3,6 2,8 4,0 6,8 3,2

Pertambangan dan Penggalian 0,9 0,7 2,7 2,7 -2,0 1,1 0,8 2,2 -1,2 -6,2 -5,6

Industri Pengolahan 4,7 5,4 3,7 4,2 4,5 4,8 5,0 4,2 4,0 4,3 4,3

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es

9,8 4,7 2,4 4,4 3,3 6,5 6,0 6,5 1,7 0,8 0,6

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

3,5 3,6 4,7 4,5 3,6 3,2 2,8 2,7 2,9 6,0 7,6

Konstruksi 5,4 6,3 6,5 6,2 7,2 6,5 6,5 7,7 6,0 5,4 6,8

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

3,0 4,8 4,9 6,1 6,1 5,1 4,8 3,5 4,0 1,8 1,5

Transportasi dan Pergudangan 7,4 8,9 8,3 8,9 8,4 8,5 8,0 7,1 6,3 6,6 7,1

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

7,0 7,0 6,9 6,3 6,5 6,4 5,9 4,9 3,6 3,9 4,5

Informasi dan Komunikasi 10,6 11,4 10,1 9,5 9,8 10,5 9,8 10,0 10,1 9,8 10,8

Jasa Keuangan dan Asuransi 13,2 11,0 9,2 3,5 3,2 4,9 1,5 10,2 7,6 2,5 10,3

Real Estate 8,9 7,7 5,4 4,3 4,7 4,9 5,1 5,3 5,3 5,0 4,8

Jasa Perusahaan 7,8 7,6 8,2 8,0 10,3 10,0 9,3 9,7 7,4 7,6 7,6

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1,6 -2,1 6,4 3,8 2,9 -2,5 2,6 6,9 4,7 6,6 1,2

Jasa Pendidikan 11,7 3,2 8,6 9,4 5,2 5,4 7,3 7,1 5,9 12,2 8,3

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,9 5,2 8,3 10,7 7,7 8,5 9,9 6,1 7,3 8,2 6,5

Jasa lainnya 5,6 5,6 6,2 8,2 8,4 9,5 9,5 8,4 8,0 8,1 8,2

PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,6 5,6 5,5 5,6 5,1 5,0 4,9 5,0 4,7 4,7 4,7

Sumber: Badan Pusat Statistik

Perlambatan pertumbuhan ekonomi juga dipicu oleh perlambatan pertumbuhan

Penyediaan Listrik dan Gas yang hanya tumbuh sebesar 0,6 persen (YoY), yang pada

triwulan III tahun 2014 dapat tumbuh sebesar 6,0 persen (YoY). Perlambatan ini

Page 32: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

21 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

terjadi karena kontraksi pada pengadaan gas dan produksi es sebesar 6,4 persen

(YoY).

Selain itu, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial meningkat sebesar 6,5 persen (YoY)

meskipun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III tahun

2014 yang besarnya 9,9 persen (YoY). Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor juga melambat dengan hanya tumbuh sebesar 1,5 persen

(YoY), lebih lambat dibandingkan dengan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh

sebesar 4,8 persen (YoY). Perlambatan ini dipengaruhi oleh Perdagangan Besar dan

Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor yang melambat sebesar 1,5 persen (YoY).

Meskipun demikian, Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya tumbuh

sebesar 1,6 persen (YoY).

Perlambatan pertumbuhan yang tinggi juga terjadi pada Jasa Perusahaan dengan

pertumbuhan sebesar 7,6 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan III tahun 2014 yang besarnya 9,3 persen (YoY). Penyediaan

Akomodasi dan Makan Minum juga melambat, yaitu tumbuh sebesar 4,5 persen

(YoY) pada triwulan III tahun 2015, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III

tahun 2014 yang tumbuh sebesar 5,9 persen (YoY).

Sementara itu, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

tumbuh sebesar 1,2 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2015 atau melambat

dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III tahun 2014 yang besarnya 2,6

persen (YoY). Jasa lainnya tumbuh sebesar 8,2 persen (YoY), lebih rendah

dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 9,5 persen (YoY).

Transportasi dan Pergudangan tumbuh 7,1 persen (YoY), lebih rendah dari

pertumbuhan pada triwulan III tahun 2014 yang besarnya 8,0 persen (YoY).

Perlambatan ini terjadi akibat perlambatan pertumbuhan Angkutan Sungai Danau

dan Penyeberangan, Angkutan Laut, serta Angkutan Darat yang hanya tumbuh

masing-masing sebesar 1,5 persen (YoY), 1,6 persen (YoY), dan 7,5 persen (YoY).

Industri Pengolahan tumbuh sebesar 4,3 persen (YoY), juga melambat dibandingkan

dengan triwulan III tahun 2014 yang besarnya 5,0 persen (YoY) akibat kontraksi

yang besar pada Industri Tekstil dan Pakaian Jadi serta Industri Kayu, Barang dari

Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, masing-masing sebesar 6,1

persen (YoY) dan 3,8 persen (YoY).

Kinerja Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh sebesar 3,2 persen (YoY),

lebih rendah dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 3,6 persen

(YoY). Kinerja tersebut menurun signifikan dibandingkan dengan triwulan II tahun

2015 yang tumbuh sebesar 6,8 persen. Sementara itu, Real Estate tumbuh sebesar

4,8 persen (YoY), melambat dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh

sebesar 5,1 persen (YoY).

Page 33: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

22 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun

2015 ditopang oleh Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Pengeluaran Konsumsi

LNPRT dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang masing-masing tumbuh

sebesar 6,6 persen (YoY), 6,4 persen (YoY) dan 5,0 persen (YoY) pada triwulan III

tahun 2015. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang paling tinggi adalah Konsumsi

Kolektif yang tumbuh sebesar 8,9 persen (YoY), meningkat signifikan dibanding

disbanding triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 1,8 persen (YoY).

Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan II Tahun 2015 (persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)

URAIAN 2013 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

5,5 5,2 5,4 5,4 5,4 5,1 5,1 5,0 5,0 5,0 5,0

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 6,5 6,4 6,7 12,8 23,7 22,8 5,6 -0,2 -8,3 -7,9 6,4

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

3,0 3,2 12,4 7,9 6,1 -1,5 1,3 2,8 2,7 2,1 6,6

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

7,9 5,5 6,0 2,1 4,7 3,7 3,9 4,3 4,4 3,7 4,6

Ekspor Barang dan Jasa 3,5 2,1 1,3 9,4 3,2 1,4 4,9 -4,5 -1,0 -0,1 -0,7

Dikurangi Impor Barang dan Jasa

2,9 0,9 4,9 -0,9 5,0 0,4 0,3 3,2 -2,4 -6,9 -6,1

PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,6 5,6 5,5 5,6 5,1 5,0 4,9 5,0 4,7 4,7 4,7

Sumber : Badan Pusat Statistik

Pada triwulan III tahun 2015, Pengeluaran Konsumsi LNPRT (Lembaga Non Profit

yang Melayani Rumah Tangga) tumbuh sebesar 6,4 persen (YoY), lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi LNPRT pada triwulan III tahun 2014

yang besarnya 5,6 persen (YoY). Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi LNPRT

didorong oleh berbagai kegiatan persiapan menjelang PILKADA.

Sementara itu, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah tumbuh sebesar 6,6 persen (YoY),

meningkat cukup berarti dibandingkan pada triwulan III tahun 2014 yang tumbuh

sebesar 1,3 persen (YoY). Peningkatan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada

triwulan III tahun 2015 didorong oleh peningkatan konsumsi kolektif yang besarnya

8,9 persen (YoY) dan penurunan konsumsi individu sebesar 2,8 persen (YoY).

Sementara itu, pada triwulan II tahun 2015 konsumsi kolektif terkontraksi sebesar

3,9 persen (YoY), dan sedangkan konsumsi individu tumbuh sebesar 12,9 persen

(YoY).

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan III tahun 2015 tumbuh

sebesar 4,6 persen (YoY), sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan

PMTB pada triwulan III tahun 2014 yang besarnya mencapai 3,9 persen (YoY).

Peningkatan PMTB terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan kendaraan sebesar 6,8

persen (YoY), mesin dan perlengkapan sebesar 2,5 persen (YoY), serta bangunan

Page 34: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

23 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

sebesar 6,3 persen (YoY). Produk kekayaan intelektual dan CBR terkontraksi

masing-masing sebesar 5,8 persen (YoY) dan 9,8 persen (YoY) pada triwulan III

tahun 2015. Sementara itu, peralatan lainnya melambat dan tumbuh sebesar 7,3

persen (YoY).

Ekspor barang dan jasa masih menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia dimana

ekspor barang dan jasa masih terkontraksi sebesar 0,7 persen (YoY), memburuk

dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang pertumbuhannya mencapai 4,9 persen

(YoY). Pertumbuhan negatif tersebut terjadi akibat perlambatan ekonomi negara

mitra dagang seperti Amerika Serikat yang melemah dari 2,7 persen menjadi 2,0

persen, Tiongkok yang melambat dari 7,0 persen menjadi 6,9 persen, dan Singapura

dari 1,7 persen menjadi 1,4 persen. Sementara itu, ekspor barang non-migas yang

terkontraksi sebesar 2,6 persen (YoY). Selain itu, ekspor barang migas mengalami

perlambatan sebesar 7,3 persen (YoY). Meskipun demikian, ekspor jasa mampu

tumbuh tinggi sebesar 4,7 persen (YoY), meningkat dibandingkan dengan triwulan

III tahun 2014 yang pertumbuhannya sebesar 1,6 persen (YoY). Di sisi lain, impor

barang dan jasa terkontraksi sebesar 6,1 persen (YoY) atau menurun dibandingkan

triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 0,3 persen (YoY). Penurunan

pertumbuhan impor terjadi akibat terkontraksinya pertumbuhan impor barang non-

migas dan jasa yang masing-masing tumbuh 8,0 dan 6,0 persen (YoY).

Indeks Tendensi Konsumen

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan III tahun 2015 mencapai 109,0

basis poin yang menunjukkan kondisi ekonomi konsumen sedikit meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan kondisi ekonomi konsumen

disebabkan oleh peningkatan pada semua komponen indeks. Komponen pendapatan

rumah tangga meningkat dengan nilai sebesar 108,4. Selain itu, komponen pengaruh

inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari serta tingkat konsumsi beberapa

komoditi makanan juga meningkat dengan nilai sebesar 109,1 basis poin. Tingkat

optimisme konsumen ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II tahun 2015

yang mencapai 105,2.

Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya

Variabel Pembentuk 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Pendapatan rumah tangga 108,8 110,7 113,5 106,1 96,63 104,4 108,4

Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari

110,4 112,6 109,9 106,3 109,0 105,6 109,1

Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan, dll) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, dan rekreasi)

112,5 108,5 113,2 113,0 100,7 105,6 111,6

Indeks Tendensi Konsumen 110,0 110,8 112,4 107,6 100,9 105,2 109,0

Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 35: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

24 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Meskipun pada triwulan III tahun 2015 pertumbuhan ITK menurun 3,0 persen

(YoY), masih terdapat optimisme konsumen yang menganggap triwulan III tahun

2015 lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingkat optimisme

konsumen pada triwulan IV tahun 2015 diperkirakan akan lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan III tahun 2015 dengan ITK sebesar 102,6 basis poin.

Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan II tahun 2015

terutama didorong oleh penurunan perkiraan pendapatan rumah tangga sebesar

109,1 dan penurunan rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan

pesta/hajatan sebesar 102,6.

Gambar 3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan III Tahun 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2013 2014 2015

Indeks TendensiKonsumen

104.7 108 112 109.6 110 110.8112.4107.6100.9105.2 109

Kenaikan YoY (persen)(RHS)

-1.7 -0.7 0.8 0.9 5.06212.59260.3571-1.825-8.273-5.054-3.025

-10-8-6-4-20246

92

96

100

104

108

112

116

Sumber: Badan Pusat Statistik

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia menurun pada bulan Juli 2015 yang

besarnya 109,9. Pada bulan Agustus 2015, nilai IKK meningkat menjadi sebesar

112,6. Namun pada bulan September 2015, IKK mengalami pelemahan menjadi 97,5.

Pada bulan Oktober, nilai IKK meningkat tipis menjadi sebesar 99,3. Peningkatan

tersebut terutama didorong oleh meningkatnya Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

sebesar 4 poin, meskipun Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) menurun 0,3 poin.

Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari –Oktober 2015

KETERANGAN 2015

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 120,2 120,2 116,9 107,4 112,8 111,3 109,9 112,6 97,5 99,3

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

109,7 110,3 107,5 98,9 102,6 100,3 98,8 101,2 87,8 87,5

Penghasilan saat ini 124,5 124,5 124,8 118,2 120,9 120,5 114,6 121,6 108,1 106,7

Ketersediaan lapangan kerja 96,5 95,6 93,5 84,3 89,5 86,1 84,9 85,0 68,6 66,8

Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

108,2 110,8 104,2 94,3 98,5 94,3 97,0 97,1 86,7 88,9

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 130,7 130,2 126,2 115,9 122,9 122,4 120,9 124,0 107,2 111,2

Page 36: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

25 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

KETERANGAN 2015

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt

Ekspektasi Penghasilan 143,4 144,1 141,9 135,1 139,5 138,7 137,7 143,4 128,8 131,0

Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja

114,7 113,6 110,5 101,7 107,5 105,9 104,7 107,3 85,7 92,4

Ekspektasi Kegiatan Usaha 133,9 132,7 126,2 111,1 121,9 122,5 120,4 121,3 106,9 110,2

Sumber: Bank Indonesia

Pada bulan Oktober 2015, terjadi pelemahan IKE dibandingkan dengan bulan

sebelumnya yang disebabkan oleh persepsi responden terhadap penghasilan yang

menurun dari 108,1 pada bulan September 2015 menjadi sebesar 106,7 pada bulan

Oktober 2015. Selain itu, pelemahan IKE juga disebabkan oleh persepsi responden

terhadap ketersediaan lapangan kerja yang juga menurun dari 68,6 pada bulan

September 2015 menjadi sebesar 66,8 pada bulan Oktober 2015. Meskipun

demikian, indeks persepsi responden terhadap ketepatan waktu pembelian barang

tahan lama pada bulan Oktober 2015 sebesar 88,9 meningkat dibandingkan dengan

bulan September 2015.

Sementara itu, IEK pada bulan Oktober 2015 sebesar 111,2 meningkat dibandingkan

dengan IEK pada bulan September 2015 yang besarnya 107,2. Pada bulan Oktober

2015, indeks ekspektasi kegiatan usaha yang meningkat dari 106,9 pada bulan

September 2015 menjadi 110,2 pada bulan Oktober 2015. Di sisi lain, indeks

ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dan indeks ekspektasi penghasilan juga

mengalami peningkatan masing-masing sebesar 6,7 dan 2,2 poin.

Gambar 4. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia April 2014 – Oktober 2015

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt

2014 2015

Indeks Keyakinan Konsumen(IKK)

120,6120,1116,5120,2120,2116,9107,4112,8111,3109,9112,697,5 99,3

Kenaikan YoY (persen) (RHS) 10,1 5,1 0 3 3,4 -1,1 -5,7 -3,5 -4,3 -8,3 -6,32-18,6-17,7

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

0

20

40

60

80

100

120

140

Sumber: Bank Indonesia

Trend penurunan IKK terjadi pada bulan Agustus–Oktober 2015. Pada bulan

Agustus 2015, pertumbuhan IKK sempat menguat tipis sebesar 6,3 persen (YoY).

Pertumbuhan IKK pada bulan September 2015 melemah tajam sebesar 18,6 persen

Page 37: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

26 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

(YoY). Sementara pada bulan Oktober 2015, IKK kembali menguat tipis sebesar 17,7

persen.

Neraca Pembayaran Indonesia

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III tahun 2015 defisit sebesar

USD 4,6 miliar atau lebih rendah dibandingkan dengan NPI pada triwulan II tahun

2015 yang mencapai surplus sebesar USD 2,9 miliar. Meskipun kinerja NPI tersebut

menurun, defisit neraca transaksi berjalan membaik yaitu dengan defisit sebesar

USD 4,0 miliar (1,9 persen PDB). Pada triwulan sebelumnya, defisit neraca transaksi

berjalan mencapai USD 4,2 miliar (2,0 persen PDB). Di sisi lain, surplus neraca

transaksi modal dan finansial pada triwulan III tahun 2015 sebesar USD 1,2 miliar

lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan II tahun 2015 sebesar USD

2,2 miliar. Sejalan dengan defisit NPI, cadangan devisa Indonesia pada triwulan III

tahun 2015 turun menjadi USD 101,7 miliar atau setara dengan 6,8 bulan impor.

Gambar 5. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015

85

90

95

100

105

110

115

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2013 2014 2015

Transaksi Berjalan Transaksi Modal dan Finansial

Neraca Keseluruhan Posisi Cadangan Devisa (RHS)

Sumber: Bank Indonesia

Kinerja defisit neraca transaksi berjalan yang membaik pada triwulan III tahun 2015

didorong oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan non-migas, yaitu menjadi

sebesar USD 6,1 miliar. Nilai surplus tersebut meningkat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang sebesar USD 5,9 miliar. Perbaikan neraca perdagangan

non-migas tersebut didorong oleh penurunan impor yang relatif tajam, yaitu sebesar

18,2 persen (YoY) menjadi sebesar USD 36,0 miliar. Sementara itu, neraca

perdagangan migas mengalami defisit sebesar USD 2,1 miliar atau relatif sama

dengan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena penurunan surplus neraca

perdagangan gas terkompensasi dengan penurunan defisit neraca perdagangan

minyak.

Perbaikan kinerja transaksi berjalan juga didukung oleh penurunan defisit neraca

jasa sebesar persen 26,5 (YoY), menjadi sebesar USD 2,0 miliar pada triwulan III

tahun 2015. Membaiknya defisit neraca jasa tersebut disebabkan oleh menurunnya

Page 38: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

27 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

impor jasa pengangkutan seiring penurunan impor barang dan kenaikan surplus

jasa perjalanan seiring meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara.

Gambar 6. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2013 2014 2015

Ekspor Non-migas Impor Non-migas Ekspor Migas Impor Migas

Sumber: Bank Indonesia

Di sisi lain, surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan III tahun 2015

sebesar USD 1,2 miliar, menurun dibandingkan dengan triwulan II tahun 2015 yang

sebesar USD 2,2 miliar dan pada triwulan III tahun 2014 yang sebesar USD 14,7

miliar. Penurunan surplus tersebut disebabkan karena terjadinya net jual asing

surat utang pemerintah dan saham domestik.

Gambar 7. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2013 2014 2015

Investasi Langsung Investasi Portofolio Investasi Lainnya

Sumber : Bank Indonesia

Page 39: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

28 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Pada triwulan III tahun 2015, tercatat aliran investasi langsung sebesar USD 4,1

miliar, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang besarnya USD

6,5 miliar seiring dengan dengan perlambatan perekonomian domestik dari 3,8

persen (QtQ) pada triwulan II tahun 2015 menjadi 3,2 persen (QtQ). Kinerja

tersebut terutama disebabkan oleh pembayaran pinjaman utang luar negeri dari

pihak afiliasi yang lebih tinggi, di saat aliran modal asing langsung melalui ekuitas

sedikit lebih rendah.

Investasi portofolio mengalami defisit sebesar USD 1,5 miliar, dari sebesar USD 6,3

miliar pada triwulan II tahun 2015. Masih berlanjutnya ketidakpastian kenaikan

suku bunga Fed Fund Rate, meningkatnya risiko pasar keuangan global, melemahnya

perekonomian domestik dan melemahnya nilai tukar Rupiah mempengaruhi

penurunan investasi portofolio. Peningkatan risiko pasar keuangan global terjadi

seiring kebijakan Bank Sentral Tiongkok yang melakukan devaluasi Yuan dan

mengadopsi sistem nilai tukar yang lebih fleksibel.

Sementara itu, investasi lainnya surplus sebesar USD 0,4 miliar atau membaik

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami defisit sebesar USD 6,5

miliar. Surplus tersebut disebabkan oleh meningkatnya penarikan neto utang

dagang, meningkatnya transaksi penempatan simpanan sektor swasta asing di

dalam negeri serta pembayaran pinjaman luar negeri korporasi yang lebih rendah

dari pembayaran pada triwulan sebelumnya.

Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan III Tahun 2015

2013 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

I. Transaksi Berjalan -6,0 -10,1 -8,6 -4,3 -4,9 -9,6 -7,0 -6,0 -4,2 -4,3 -4,0

A. Barang 1,6 -0,6 0,1 4,7 3,4 -0,4 1,6 2,4 3,1 4,1 4,1

- Ekspor 44,9 45,2 43,8 48,1 43,9 44,5 43,6 43,2 37,8 39,7 36,0

- Impor -43,3 -45,8 -43,7 -

43,4 -40,6 -44,9 -42,0 -40,8 -34,8 -35,6 -32,0

1. Barang Dagangan Umum

1,3 -0,8 -0,5 4,2 2,8 -0,7 1,2 2,2 2,7 3,8 4,0

- Ekspor, fob. 44,6 45,0 43,2 47,5 43,4 44,2 43,2 42,9 37,5 39,4 35,7

- Impor, fob. -43,3 -45,8 -43,7 -

43,4 -40,6 -44,9 -42,0 -40,8 -34,8 -35,6 -31,7

1. Non-migas 4,1 1,3 2,1 6,3 5,6 2,5 4,3 4,9 3,9 5,9 6,1

a. Ekspor 36,1 37,0 34,7 38,9 35,8 36,7 36,0 36,6 33,1 34,7 32,0

b. Impor -32,0 -35,8 -32,6 -

32,6 -30,2 -34,2 -31,6 -31,6 -29,1 -28,8 -25,9

2. Migas -2,9 -2,1 -2,6 -2,1 -2,7 -3,2 -3,1 -2,8 -1,3 -2,1 -2,1

a. Ekspor 8,5 7,9 8,5 8,7 7,6 7,5 7,3 6,4 4,4 4,6 3,7

b. Impor -11,3 -10,0 -11,2 -

10,8 -10,3 -10,7 -10,4 -9,2 -5,6 -6,8 -5,8

2. Barang Lainnya 0,4 0,3 0,6 0,6 0,5 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3 0,1

Page 40: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

29 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

2013 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

- Ekspor, fob. 0,4 0,3 0,6 0,6 0,5 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3 0,4

- Impor, fob. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,3

B. Jasa – jasa -2,6 -3,6 -2,8 -3,1 -2,1 -2,8 -2,5 -2,6 -1,9 -2,7 -2,0

II. Transaksi Modal 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

III. Transaksi Finansial

0,0 8,7 4,5 8,7 7,1 13,9 14,7 9,6 6,3 2,5 1,2

1. Investasi langsung 3,3 3,3 5,5 0,2 3,5 3,8 6,0 2,6 2,9 3,1 2,7

2. Investasi portofolio 3,8 3,8 1,5 1,8 8,7 8,0 7,4 1,9 8,5 5,7 -2,2

3. Investasi lainnya -6,9 1,6 -2,2 6,8 -4,9 2,1 1,4 5,1 -5,3 -6,5 0,4

IV. Total (I + II + III) -6,0 -1,4 -4,1 4,4 2,2 4,3 7,7 3,7 2,1 -2,0 -2,9

V. Selisih Perhitungan Bersih

-0,6 -1,0 1,5 0,0 -0,1 0,0 -1,2 -0,8 -0,9 -0,9 -1,7

VI. Neraca Keseluruhan (V + VI)

-6,6 -2,5 -2,6 4,4 2,1 4,3 6,5 2,4 1,3 -2,9 -4,6

- Posisi Cadangan Devisa

104,8 98,1 95,7 99,4 102,6 107,7 111,2 111,9 111,6 108,0 101,7

Dalam Bulan Impor 5,7 5,4 5,2 5,5 5,7 6,1 6,3 6,4 6,6 6,8 6,8

Transaksi Berjalan (%PDB)

-2,7 -4,5 -3,9 -2,1 -2,3 -4,3 -3,0 -2,7 -1,9 -2,1 -1,9

Sumber : Bank Indonesia

Page 41: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

30 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

Sampai dengan triwulan III tahun 2015, realisasi pembiayaan utang seluruhnya mencapai

Rp 279,6 triliun.

Sampai dengan triwulan III tahun 2015, total utang pemerintah pusat mencapai Rp 3.091,1

triliun.

Dalam kurun waktu tersebut, penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup

siginifikan dari Rp 1.064,6 triliun pada akhir tahun 2010 menjadi Rp 2.299,9 triliun pada

Triwulan III tahun 2015

Sampai dengan bulan Triwulan III tahun 2015, realisasi pinjaman luar negeri mencapai

Rp45,41 triliun atau 99,0 persen dari target yang ditetapkan di dalam APBN-P 2015.

Page 42: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

31 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2014

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

Pembiayaan Utang Pemerintah

Dalam tahun 2015, utang pemerintah ditargetkan mencapai Rp 279,4 triliun (neto)

yang terdiri dari penerbitan SBN (neto) sebesar Rp 297,7 triliun, pinjaman luar

negeri (neto) sebesar negatif Rp 20,0 triliun, dan pinjaman dalam negeri (neto)

sebesar Rp 1,7 triliun. Dalam lima tahun terakhir, utang pemerintah terus

menunjukkan peningkatan. Tabel 13 di bawah menunjukkan perkembangan

pembiayaan utang pemerintah selama lima tahun terakhir. Dalam periode lima

tahun terakhir (2010-2014), realisasi pembiayaan utang pemerintah meningkat

rata-rata sebesar 30,7 persen. Pada tahun 2010 pembiayaan utang pemerintah

mencapai sebesar Rp 86,9 triliun dan terus meningkat menjadi Rp 253,7 triliun di

tahun 2014. Di tahun 2014, realisasi pembiayaan bersumber dari SBN (neto)

sebesar Rp 265,0 triliun, pinjaman luar negeri (neto) sebesar negatif Rp 13,4 triliun,

dan pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp 2,2 triliun.

Tabel 13. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2010 - Triwulan III Tahun 2015 (triliun rupiah)

Sumber : Kementerian Keuangan

Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang

Pada tabel 14 dapat dilihat pagu dan realisasi pembiayaan utang sampai dengan

Triwulan III tahun 2015. Selama tahun 2015, target pembiayaan melalui pinjaman

(neto) adalah sebesar negatif Rp 18,3 triliun yang terdiri dari pinjaman luar negeri

(neto) sebesar negatif Rp 20,0 triliun dan pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp

1,7 triliun. Sementara itu, target pembiayaan melalui SBN (neto) adalah sebesar Rp

297,7 triliun. Sampai dengan Triwulan III tahun 2015, realisasi pembiayaan utang

seluruhnya mencapai Rp279,6 triliun. Jumlah ini melebihi nilai yang ditetapkan pada

APBN-P 2015 yang ditargetkan sebesar Rp 279,4 triliun.

Berdasarkan komposisinya, sampai dengan Triwulan III tahun 2015, realisasi

pembiayaan utang melalui SBN (neto) memiliki porsi terbesar, yakni sebesar Rp

274,9 triliun atau mencapai 92,3 persen dari nilai yang ditetapkan dalam APBN-P

2015. Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh pinjaman luar negeri dan pinjaman

Jenis Pembiayaan Utang

I SBN (Neto) 91.1 119.9 159.7 224.6 265.0 297.7 30.6 II Pinjaman Luar Negeri (Neto) (4.6) (17.8) (23.5) (5.8) (13.4) (20.0) 31.0

a. Penarikan (Bruto) 54.8 33.7 31.4 51.4 50.7 44.2 (1.9) i. Pinjaman Program 29.0 15.3 15.0 18.4 16.9 7.5 (12.6) ii. Pinjaman Proyek 17.1 14.3 12.6 33.0 33.8 36.7 18.6 b. Penerusan Pinjaman (8.7) (4.2) (3.8) (3.9) (1.2) (3.4) (38.8) c. Pembayaran Cicilan Pokok (50.6) (47.3) (51.1) (57.2) (64.2) (64.2) 6.1

III Pinjaman Dalam Negeri (Neto) 0.4 0.6 0.8 0.5 2.2 1.7 53.3 Jumlah 86.9 102.7 137.0 219.3 253.7 279.4 30.7

Rata-Rata 2010-2014

Real 2013

Real 2014

APBN-P 2015

Real 2010

Real 2011

Real 2012

Page 43: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

32 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2014

dalam negeri. Sampai dengan Triwulan III tahun 2015, realisasi pinjaman (neto)

mencapai Rp 4,8 triliun. Realisasi pinjaman luar negeri (neto) mencapai sebesar Rp

4,1triliun atau jauh melampaui target 593,5 persen dari nilai yang ditetapkan di

dalam APBN-P 2015 yang mencapai negatif Rp 20,0 triliun. Sementara itu,sampai

dengan akhir Triwulan III tahun 2015, realisasi pinjaman dalam negeri mencapai

angka Rp 0,7 triliun atau mencapai sebesar 42,7 persen dari nilai APBN-P 2015 yang

ditargetkan sebesar Rp 1,7 triliun.

Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang s.d. Triwulan III Tahun 2015 (Triliun Rupiah)

Sumber : Kementerian Keuangan

Posisi Utang Pemerintah

Posisi utang pemerintah dalam periode tahun 2010-Triwulan III tahun 2015 dapat

dilihat pada tabel 15 di bawah. Dalam kurun waktu 2010-September 2015, total

utang pemerintah pusat meningkat rata-rata sebesar 12,9 persen. Sampai dengan

Triwulan III tahun 2015, total utang pemerintah pusat mencapai Rp 3.091,1 triliun.

Total utang pemerintah tersebut terdiri atas dua bagian, yakni utang dalam bentuk

pinjaman dan dalam bentuk SBN. Sampai dengan Triwulan III tahun 2015,

outstanding pinjaman pemerintah mencapai sebesar Rp 791,7 triliun atau naik rata-

rata sebesar 5,1, persen dalam kurun waktu 2010-Triwulan III tahun 2015.

Sementara itu, outstanding SBN sampai dengan Triwulan III tahun 2015 mencapai

Rp 2.299,4 triliun, atau meningkat rata-rata sebesar 16,7 persen.

T O T A L ( n e t o ) 2 1 9 . 3 2 5 3 . 7

P I N J A M A N ( n e t o ) - 5 . 3 - 1 1 . 3

P i n j a m a n L u a r N e g e r i ( n e t o ) - 5 . 8 - 1 3 . 4

- P i n j a m a n P r o g r a m 1 8 . 4 1 6 . 9

- P i n j a m a n P r o y e k 3 6 . 9 3 5 . 0

- P e n e r u s a n P i n j a m a n ( S L A ) - 3 . 9 - 1 . 2

- P e m b a y a r a n C i c i l a n P o k o k U L N - 5 7 . 2 - 6 4 . 2

P i n j a m a n D a l a m N e g e r i ( n e t o ) 0 . 5 2 . 2

- P i n j a m a n D a l a m N e g e r i 0 . 6 2 . 4

- P e m b a y a r a n C i c i l a n P o k o k P D N 0 . 1 0 . 2

S U R A T B E R H A R G A N E G A R A ( n e t o ) 2 2 4 . 7 2 6 5 . 0

- S B N 3 2 7 . 7 4 2 8 . 1

- J a t u h t e m p o d a n B u y b a c k S B N - 1 0 3 . 1 - 1 6 3 . 2

I N S T R U M E N R e a l 2 0 1 3 R e a l 2 0 1 4

2 7 9 . 4 2 7 9 . 6 1 0 0 . 1 %

- 1 8 . 3 4 . 8 4 8 3 . 4 %

- 2 0 . 0 4 . 1 5 9 3 . 5 %

7 . 5 3 0 . 9 4 1 1 . 4 %

4 1 . 1 1 5 . 4 3 7 . 5 %

- 4 . 5 - 1 . 5 3 4 . 2 %

- 6 4 . 2 - 4 0 . 7 6 3 . 4 %

1 . 7 0 . 7 4 2 . 7 %

2 . 0 0 . 7 3 2 . 6 %

0 . 3 - 0 . 1 - 2 2 . 8 %

2 9 7 . 7 2 7 4 . 9 9 2 . 3 %

4 5 2 . 2 3 9 8 . 2 8 8 . 1 %

- 1 5 7 . 1 - 1 2 3 . 3 7 8 . 5 %

A P B N - P 2 0 1 5 R e a l 2 0 1 5 P e r s e n t a s e

Page 44: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

33 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2014

Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah Tahun 2010 s.d. Triwulan III Tahun 2015

Catatan:

*Termasuk semi commercial

**Beberapa termasuk semi concessional

***Seluruhnya termasuk commercial

Sumber : Kementerian Keuangan

Dari tabel 15 dapat dilihat persentase pinjaman dan SBN terhadap total utang

pemerintah selama 2010-Triwulan III tahun 2015. Dalam kurun waktu tersebut,

porsi pinjaman dalam struktur utang pemerintah terus mengalami penurunan dari

36,7 persen di tahun 2010 menjadi 25,6 persen pada Triwulan III tahun 2015.

Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah Tahun 2010 – Triwulan III Tahun 2015

Sumber: Kementerian Keuangan

Sebaliknya, porsi SBN dalam struktur utang pemerintah terus mengalami

peningkatan dalam kurun waktu 2010-Triwulan III tahun 2015. Sampai Triwulan III

tahun 2015, utang pemerintah dalam bentuk SBN mencapai 74,4 persen dari total

utang pemerintah. Porsi outstanding SBN domestik terhadap total outstanding utang

secara rata-rata berada di atas 50 persen. Sementara itu, porsi outstanding SBN

valas terhadap total utang pemerintah juga mengalami peningkatan dari 9,6 persen

pada tahun 2010 menjadi 21,0 persen pada Triwulan III tahun 2015.

T o t a l U t a n g

P e m e r i n t a h P u s a t

( d a l a m t r i l i u n

I D R ) a P i n j a m a n

( d a l a m t r i l i u n

I D R )

2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5

1 , 6 8 1 . 6 6 1 , 8 0 8 . 9 5

1 , 9 7 5 . 4 3 2 , 3 7 5 . 4 9

2 , 6 0 4 . 9 4 3 , 0 9 1 . 0 6

6 1 7 . 2 6

6 2 1 . 2 9 6 1 4 . 3 3

7 1 4 . 4 4 6 7 3 . 7 2

7 9 1 . 6 8

b S B N ( d a l a m

t r i l i u n I D R )

D e n o m i n a s i V a l a s

D e n o m i n a s i R u p i a h

P r o s e n t a s e P i n j a m a n

T e r h a d a p T o t a l

U t a n g P r o s e n t a s e

S B N V a l a s

T e r h a d a p T o t a l

U t a n g P r o s e n t a s e

S B N D o m e s t i k

T e r h a d a p T o t a l

U t a n g

1 , 0 6 4 . 4 0 1 , 1 8 7 . 6 6

1 , 3 6 1 . 1 0 1 , 6 6 1 . 0 5

1 , 9 3 1 . 2 2 2 , 2 9 9 . 3 8

1 6 1 . 9 7

1 9 5 . 6 3 2 6 4 . 9 1

3 9 9 . 4 0 4 5 6 . 6 2

6 5 0 . 0 4

9 0 2 . 4 3 9 9 2 . 0 3

1 , 0 9 6 . 1 9 1 , 2 6 1 . 6 5

1 , 4 7 4 . 6 0 1 , 6 4 9 . 3 4

3 6 . 7 % 3 4 . 3 % 3 1 . 1 % 3 0 . 1 % 2 5 . 9 % 2 5 . 6 % 9 . 6 % 1 0 . 8 % 1 3 . 4 % 1 6 . 8 % 1 7 . 5 % 2 1 . 0 %

5 3 . 7 % 5 4 . 8 % 5 5 . 5 % 5 3 . 1 % 5 6 . 6 % 5 3 . 4 %

T o t a l U t a n g

P e m e r i n t a h P u s a t

a P i n j a m a n

1 .

P i n j a m a n L u a r

N e g e r i B i l a t e r a l * ) M u l t i l a t e r a l * * ) K o m e r s i l * * * ) S u p p l i e r s * * * ) L a i n - L a i n * * * ) 2 .

P i n j a m a n D a l a m

N e g e r i

b S B N

D e n o m i n a s i V a l a s

D e n o m i n a s i R u p i a h

O u t s t a n d i n g ( d a l a m

I D R t r i l i u n )

2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 1 , 6 8 1 . 6 6

1 , 8 0 8 . 9 5 1 , 9 7 7 . 7 1

2 , 3 7 5 . 4 9

6 1 7 . 2 6 6 2 1 . 2 9

6 1 6 . 6 1 7 1 4 . 4 4

6 1 6 . 8 7

6 2 0 . 2 8 6 1 4 . 8 1

7 1 2 . 1 7

3 8 0 . 6 7 3 8 1 . 6 6

3 5 9 . 8 0 3 8 3 . 5 3

2 0 8 . 2 8

2 1 2 . 9 6 2 3 0 . 2 3

2 8 8 . 2 9

2 7 . 3 4 2 5 . 1 5

2 4 . 3 7 4 0 . 0 0

0 . 5 7

0 . 5 0 0 . 4 1

0 . 3 5

- -

- -

0 . 3 9

1 . 0 1 1 . 8 0

2 . 2 7

1 , 0 6 4 . 4 0 1 , 1 8 7 . 6 6

1 , 3 6 1 . 1 0 1 , 6 6 1 . 0 5

1 6 1 . 9 7

1 9 5 . 6 3 2 6 4 . 9 1

3 9 9 . 4 0

9 0 2 . 4 3 9 9 2 . 0 3

1 , 0 9 6 . 1 9 1 , 2 6 1 . 6 5

O u t s t a n d i n g ( d a l a m

I D R t r i l i u n ) R a t a - R a t a

2 0 1 4 2 0 1 0 - 2 0 1 5 2 , 6 0 4 . 9 4

3 , 0 9 1 . 0 6 1 2 . 9

6 7 3 . 7 2 7 9 1 . 6 8

5 . 1 6 7 0 . 8 1

7 8 7 . 8 7 5 . 0

3 3 2 . 2 2 3 6 9 . 3 4

- 0 . 6 2 9 2 . 0 1

3 6 5 . 4 5 1 1 . 9

4 6 . 3 4 5 2 . 8 8

1 4 . 1 0 . 2 4

0 . 1 9 - 1 9 . 6

- -

2 . 9 1

3 . 8 1 5 7 . 8

1 , 9 3 1 . 2 2 2 , 2 9 9 . 3 8

1 6 . 7 4 5 6 . 6 2

6 5 0 . 0 4 3 2 . 0

1 , 4 7 4 . 6 0 1 , 6 4 9 . 3 4

1 2 . 8

2 0 1 5

Page 45: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

34 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2014

Surat Berharga Negara (SBN)

Tabel 17 dibawah menunjukkan posisi outstanding SBN dalam kurun waktu 2010-

Triwulan III tahun 2015. Dalam kurun waktu tersebut, penerbitan SBN mengalami

peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp 1.064,6 triliun pada akhir tahun 2010

menjadi Rp 2.299,9 triliun pada Triwulan III tahun 2015. Dalam kurun lima tahun

terakhir, pasar keuangan domestik menjadi prioritas penerbitan SBN. Hal ini dapat

dilihat dari peningkatan penerbitan SBN di pasar keuangan domestik dari tahun ke

tahun. Selama periode tersebut, penerbitan SBN domestik meningkat rata rata

sebesar 12,8 persen. Meningkatnya penerbitan SBN tersebut berdampak pada

meningkatnya outstanding SBN domestik. Outstanding SBN domestik meningkat

dari Rp 902,4 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 1.650,4 triliun pada Triwulan III

tahun 2015.

Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2010 – Triwulan III Tahun 2015 (triliun Rupiah)

Sumber: Kementerian Keuangan

Sama halnya dengan SBN domestik, penerbitan SBN valas di pasar internasional juga

mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dalam kurun waktu 2010-Triwulan

III tahun 2015, penerbitan SBN valas meningkat rata-rata sebesar 32,0 persen.

Outstanding SBN valas meningkat dari Rp 162,0 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp

J E N I S S B N

I . S B N

R u p i a h F i x e d

R a t e O R I V a r i a b l e

R a t e Z e r o

C o u p o n S P N S B S N S U P S B R S D H I T o t a l

S B N R u p i a h

I I . S B N

V a l a s I N D O S B S N

V a l a s R I E U R O R I J P Y T o t a l

S B N V a l a s

G R A N D T O T A L

S B N ( I + I I )

A s u m s i K u r s

( I D R / U S D )

A s u m s i K u r s

( I D R / J P Y )

A s u m s i K u r s

( I D R / E U R )

N i l a i S B N

V a l a s - I N D O

( d a l a m m i l i a r

U S D ) - S B S N

( d a l a m m i l i a r

U S D ) - R I E U R O

( d a l a m m i l i a r

E U R O ) - R I J P Y

( d a l a m m i l i a r

J P Y )

K o m p o s i s i S B N

R u p i a h ( d a l a m

% ) S B N

V a l a s ( d a l a m

% )

3 1 D e s

2 0 1 0

3 9 9 , 7 2 4

4 0 , 6 7 2

1 4 2 , 7 9 5

2 , 5 1 2

2 9 , 7 9 5

2 5 , 7 1 7

2 4 8 , 4 3 2

-

1 2 , 7 8 3

9 0 2 , 4 3 0

1 4 5 , 6 5 4

5 , 8 4 4

1 0 , 4 7 8

1 6 1 , 9 7 6

1 , 0 6 4 , 4 0 6

8 , 9 9 1

1 1 0

1 6 . 2 0

0 . 6 5

9 5 . 0 0

0 . 8 5

0 . 1 5

3 1 - D e c - 1 1

4 8 5 , 5 1 5

3 1 , 6 2 7

1 3 5 , 0 6 3

2 , 5 1 2

2 9 , 9 0 0

3 8 , 9 8 8

2 4 4 , 6 3 6

-

2 3 , 7 8 3

9 9 2 , 0 2 5

1 6 9 , 5 7 2

1 4 , 9 6 2

1 1 , 0 9 6

1 9 5 , 6 3 0

1 , 1 8 7 , 6 5 5

9 , 0 6 8

1 1 7

1 8 . 7 0

1 . 6 5

9 5 . 0 0

0 . 8 4

0 . 1 6

3 1 - D e c - 1 2 3 1 - D e c - 1 3 3 1 - D e c - 1 4 3 0 - S e p - 1 5

5 7 6 , 2 4 0 7 0 7 , 3 9 1

8 9 1 , 8 6 6 1 , 0 3 9 , 7 9 6

3 4 , 1 5 3

4 3 , 8 8 2 5 4 , 0 9 7

5 4 , 0 9 8

1 2 2 , 7 5 5 1 2 2 , 7 5 5

1 1 3 , 3 4 4 1 0 4 , 1 8 0

1 , 2 6 3

- -

-

2 2 , 8 2 0 3 4 , 0 5 0

3 9 , 9 5 0 4 0 , 4 5 0

6 3 , 0 3 5

8 7 , 1 7 4 1 1 0 , 7 0 4

1 5 0 , 4 3 3

2 4 0 , 1 4 4 2 3 4 , 8 7 0

2 2 9 , 0 5 4 2 2 3 , 8 6 4

-

- 2 , 3 9 1

2 , 3 9 1

3 5 , 7 8 3 3 1 , 5 3 3

3 3 , 1 9 7 3 5 , 1 9 7

1 , 0 9 6 , 1 9 3

1 , 2 6 1 , 6 5 5 1 , 4 7 4 , 6 0 3

1 , 6 5 0 , 4 0 9

2 2 1 , 9 2 7 3 3 0 , 8 0 9

3 6 3 , 1 2 4 4 7 9 , 0 3 9

2 5 , 6 2 6

5 0 , 5 8 4 6 2 , 2 0 0

1 0 2 , 5 7 8

1 5 , 1 3 3 3 6 , 8 0 8

1 7 , 3 5 5

1 8 , 0 0 6 1 6 , 1 5 9

3 1 , 0 8 2

2 6 4 , 9 0 7 3 9 9 , 4 0 0

4 5 6 , 6 1 6 6 4 9 , 5 0 7

1 , 3 6 1 , 1 0 0

1 , 6 6 1 , 0 5 5 1 , 9 3 1 , 2 1 8

2 , 2 9 9 , 9 1 5

9 , 6 7 0 1 2 , 1 8 9

1 2 , 4 4 0 1 4 , 6 5 7

1 1 2

1 1 6 1 0 4

1 2 2 . 3 2

1 5 , 1 3 3 1 6 , 4 9 2

2 2 . 9 5 2 7 . 1 4

2 9 . 1 9 3 2 . 6 9

2 . 6 5

4 . 1 5 5 . 0 0

7 . 0 0

1 . 0 0 2 . 2 5

1 5 5 . 0 0

1 5 5 . 0 0 1 5 5 . 0 0

2 5 5 . 0 0

0 . 8 1 0 . 7 6

0 . 7 6 0 . 7 2

0 . 1 9

0 . 2 4 0 . 2 4

0 . 2 8

Page 46: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

35 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2014

650,0 triliun pada Triwulan III tahun 2015. Dalam mata uang asing, sampai dengan

Triwulan III tahun 2015, outstanding SBN valas dalam mata uang USD adalah

sebesar USD 32,69 miliar dan mata uang Yen Jepang sebesar JPY255,00 miliar dan

dalam mata uang Euro sebesar EUR 2,25 miliar. Penerbitan SBN dalam mata uang

EUR ini dilakukan Pemerintah untuk pertama kalinya pada bulan Juli 2014 sebesar

EUR 1,0 miliar dan kemudian pada bulan Juli 2015 sebesar EUR 1,25 miliar.

Euro bonds diharapkan dapat membuka basis investor baru bagi pemerintah untuk

menerbitkan surat utang di masa depan. Permintaan atas Euro bonds sangat tinggi

yang menunjukkan bahwa kepercayaan asing terhadap Indonesia makin meningkat.

Selain itu strategi yang dilakukan pemerintah ketika yield dalam dolar naik, maka

pemerintah masuk ke Euro dimana yield di Euronya mengalami penurunan. Imbal

hasil (yield) Euro bonds ini juga jauh lebih rendah, sedangkan harganya juga lebih

bagus. Selain membuka basis investor baru, penerbitan Euro bonds juga diharapkan

mampu memperoleh suatu benchmark yield curve surat utang Indonesia yang baru

yang akan menjadi referensi bagi para pihak di Indonesia di kemudian hari dalam

menerbitkan Euro bonds.

Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Triwulan III Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah)

Sumber : Kementerian Keuangan

Selanjutnya tabel 18 menunjukkan target dan realisasi penerbitan SBN 2015 (neto)

terkait perannya sebagai instrumen utama pembiayaan APBN. Dalam upaya

pemenuhan target pembiayaan SBN neto, penerbitan SBN dilakukan secara periodik.

Kenaikan penerbitan SBN dalam kurun waktu lima tahun terakhir antara lain

ditujukan untuk refinancing. Refinancing tersebut dilakukan melalui penerbitan

utang baru yang mempunyai syarat dan kondisi yang lebih baik. Sampai dengan

T a r g e t N o m i n a l R e a l i s a s i % R e a l i s a s i s d 3 0 S e p t e m b e r 2 0 1 5

S B N N e t t o 2 7 7 , 0 4 9 , 8 0 0 2 9 7 , 6 9 8 , 3 8 2 2 7 4 , 8 6 0 , 9 1 9 9 2 . 3 3 % S B N J a t u h T e m p o 2 0 1 5 1 5 3 , 6 1 2 , 3 2 4 1 5 4 , 1 1 2 , 3 2 4 1 2 1 , 9 1 9 , 2 8 7 7 9 . 1 1 % R e n c a n a B u y b a c k 3 , 0 0 0 , 0 0 0 3 , 0 0 0 , 0 0 0 1 , 4 0 1 , 2 9 0 4 6 . 7 1 % K e b u t u h a n P e n e r b i t a n 2 0 1 5 ( G r o s s ) * 4 3 0 , 6 6 2 , 1 2 4 4 5 2 , 1 8 5 , 7 0 6 3 9 8 , 1 8 1 , 4 7 7 8 8 . 0 6 % S U N 2 9 6 , 3 3 4 , 4 6 2 S U N D o m e s t i k 2 0 9 , 7 6 0 , 0 0 0 - O N 1 6 2 , 6 1 0 , 0 0 0 - S P N 4 4 , 1 5 0 , 0 0 0 - P r i v a t e P l a c e m e n t 3 , 0 0 0 , 0 0 0 - S U N R I T E L - S U N V a l a s 8 6 , 5 7 4 , 4 6 2 S B S N 1 0 1 , 8 4 7 , 0 3 5 S B S N D o m e s t i k 7 5 , 4 2 5 , 0 3 5 S B S N V a l a s 2 6 , 4 2 2 , 0 0 0 * M e n y e s u a i k a n R e a l i s a s i C a s h M a n a g e m e n t d a n D e b t S w i t c h

U r a i a n T a r g e t A P B N - P 2 0 1 5

Page 47: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

36 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2014

Triwulan III tahun 2015, realisasi penerbitan SBN neto mencapai Rp 274,9 triliun

atau mencapai 92,3 persen persen dari pagu yang ditetapkan dalam APBN-P 2015.

Posisi kepemilikan SBN domestik sampai dengan Triwulan III tahun 2015 dapat

dilihat pada Tabel 19 di bawah ini. Dari sisi kepemilikan SBN domestik, sampai

dengan Triwulan III tahun 2015, realisasi penerbitan SBN domestik lebih banyak

diserap oleh investor nonbank; terutama oleh investor asing, asuransi, reksadana,

dan investor lainnya termasuk investor individu. Nilai total SBN domestik yang

diserap oleh investor nonbank mencapai Rp 905,3 triliun atau 65,0 persen dari total

SBN domestik. Investor perbankan menyerap Rp 400,7triliun atau 28,8 persen dari

total SBN domestik. Sedangkan sisanya sebesar 6,2 persen dimiliki oleh institusi

pemerintah.

Selanjutnya dari tabel 19 dapat dilihat juga bahwa kepemilikan SBN domestik oleh

investor non-bank dalam kurun waktu 2010-Triwulan III tahun 2015 meningkat

rata-rata sebesar 17,4 persen. Peningkatan ini lebih besar dibanding peningkatan

kepemilikan SBN domestik oleh investor perbankan yang meningkat rata-rata 13,0

persen dari Rp 217,27 triliun di akhir tahun 2010 menjadi Rp 400,7 triliun pada

Triwulan III tahun 2015. Sedangkan kepemilikan SBN domestik oleh Institusi

Pemerintah meningkat tinggi rata-rata sebesar 37,8,0 persen dari Rp 17,42 triliun di

tahun 2010 menjadi Rp 86,5 triliun pada Triwulan III tahun 2015.

Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK Per 31 Triwulan III Tahun 2015 (triliun Rupiah)

Sumber : Kementerian Keuangan

Selanjutnya dalam tabel 19 dapat dilihat juga persentase kepemilikan SBN domestik.

Dalam kurun waktu 2010-Triwulan III tahun 2015, kepemilikan investor asing pada

SBN meningkat rata-rata sebesar 21,7 persen. Besarnya kepemilikan asing

mengindikasikan bahwa investor asing memiliki kepercayaan terhadap kondisi

fundamental perekonomian di dalam negeri. Namun demikian, besarnya

kepemilikan asing terhadap SBN tersebut perlu diwaspadai karena sangat rentan

B a n k B a n k

B U M N R e k a p

B a n k S w a s t a

R e k a p B a n k

N o n R e k a p

B P D

R e k a p B a n k

S y a r i a h

I n s t i t u s i P e m e r i n t a h

N o n B a n k s

R e k s a d a n a A s u r a n s i A s i n g D a n a

P e n s i u n

S e k u r i t a s I n d i v i d u L a i n

l a i n

T o t a l

2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 R a t a - R a t a P e r s e n t a s e

K e p e m i l i k a n 2 1 7 . 2 7

2 6 5 . 0 3 2 9 9 . 6 6

3 3 5 . 4 3 3 7 5 . 5 5

4 0 0 . 6 7 1 3 . 0 2 8 . 7 8 %

1 3 1 . 7 2 1 4 8 . 6 4

1 4 7 . 5 2

5 4 . 9 3 6 7 . 3 3

8 1 . 5 8

2 6 . 2 6 4 2 . 8 4

6 2 . 0 7

1 . 4 1 4 . 3 2

3 . 6 7

2 . 9 5 1 . 9 0

4 . 8 3

1 7 . 4 2 7 . 8 4

3 . 0 7 4 4 . 4 4

4 1 . 6 3 8 6 . 4 6

3 7 . 8 6 . 2 1 %

4 0 6 . 5 2 4 5 0 . 7 5

5 1 7 . 5 3 6 1 5 . 3 8

7 9 2 . 7 7 9 0 5 . 2 8

1 7 . 4 6 5 . 0 2 % 5 1 . 1 6

4 7 . 2 2 4 3 . 1 9

4 2 . 5 0 4 5 . 7 9

6 1 . 6 3 3 . 8 4 . 4 3 %

7 9 . 3 0 9 3 . 0 9

8 3 . 4 2 1 2 9 . 5 5

1 5 0 . 6 0 1 6 5 . 7 1

1 5 . 9 1 1 . 9 0 % 1 9 5 . 7 6

2 2 2 . 8 6 2 7 0 . 5 2

3 2 3 . 8 3 4 6 1 . 3 5

5 2 3 . 3 8 2 1 . 7 3 7 . 5 9 %

3 6 . 7 5 3 4 . 3 9

5 6 . 4 6 3 9 . 4 7

4 3 . 3 0 4 7 . 9 0

5 . 4 3 . 4 4 % 0 . 1 3

0 . 1 4 0 . 3 0

0 . 8 8 0 . 8 1

0 . 1 9 7 . 9 0 . 0 1 %

3 2 . 4 8 3 0 . 4 1

2 8 . 6 3 2 . 0 6 %

4 3 . 4 3 5 3 . 0 5

6 4 . 6 4 4 6 . 6 8

6 0 . 5 1 7 7 . 8 3

1 2 . 4 5 . 5 9 %

6 4 1 . 2 1 7 2 3 . 6 2

8 2 0 . 2 6 9 9 5 . 2 5

1 , 2 0 9 . 9 5 1 , 3 9 2 . 4 1

1 6 . 8 1 . 0 0

Page 48: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

37 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2014

terhadap risiko terjadinya sudden reversal yang dapat berdampak sistemik terhadap

perekonomian secara nasional. Untuk mengantisipasi terjadinya resiko tersebut,

berbagai kebijakan dilakukan pemerintah, antara lain dengan melakukan

penyempurnaan terhadap protokol manajemen krisis (crisis management

protocol/CMP) di pasar SBN dan mempersiapkan skema mekanisme stabilisasi

pasar SBN melalui Bond Stabilisation Framework (BSF).

Pinjaman

Pembiayaan utang melalui pinjaman terdiri dari pinjaman luar negeri dan pinjaman

dalam negeri. Sedangkan pinjaman luar negeri meliputi pinjaman program dan

pinjaman proyek. Tabel 20 menunjukkan realisasi pembiayaan utang melalui

pinjaman pada tahun 2010-Triwulan III tahun 2015. Sampai dengan bulan Triwulan

III tahun 2015, realisasi pinjaman luar negeri mencapai Rp 45,41 triliun atau 99,0

persen dari target yang ditetapkan di dalam APBN-P 2015. Realisasi pinjaman luar

negeri tersebut merupakan realisasi penarikan pinjaman proyek yang baru

mencapai Rp 13,90 triliun atau 37,9 persen dari pagu APBN-P 2015 dan pinjaman

program sebesar Rp 30,85 triliun atau melampaui pagu APBN-P 2015 mencapai

sebesar 411,4 persen dari pagu APBN-P 2015. Masih rendahnya realisasi pinjaman

proyek, antara lain disebabkan oleh lambatnya proses pengadaan barang dan jasa,

lambatnya proses pembebasan lahan dan pemberian ijin pemanfaatan lahan,

perubahan desain proyek, reorganisasi dan perubahan nomenklatur beberapa K/L,

penggantian pejabat perbendaharaan, serta adanya rencana pembatalan

pembiayaan beberapa proyek melalui pinjaman luar negeri. Selain itu, pelaksanaan

proyek dalam semester I tahun 2015 pada umumnya baru sampai pada tahap

penyelesaian proses pengadaan barang dan jasa, sehingga penyerapan dana masih

terbatas pada pembayaran uang muka atau kegiatan persiapan proyek. Sementara

itu terkait realisasi pinjaman program, tingginya realisasi pinjaman program

disebabkan karena pencairan pinjaman program telah dilakukan sesuai dengan

jadwal penarikan dan proses penyelesaian policy matrix telah selesai. Selanjutnya

adalah realisasi pinjaman dalam negeri. Sampai dengan akhir Triwulan III tahun

2015 realisasi pinjaman dalam negeri mencapai Rp 0,65 triliun atau sebesar 38,6

persen dari pagu APBN-P 2015.

Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2010- Triwulan II 2015 (trilun Rupiah)

Sumber : Kementerian Keuangan

P I N J A M A N P i n j a m a n

L u a r N e g e r i

- P i n j a m a n

P r o g r a m - P i n j a m a n

P r o y e k P i n j a m a n

D a l a m N e g e r i

J E N I S P E M B I A Y A A N

U T A N G

5 5 . 1 9 3 4 . 3 7 3 1 . 9 5 5 1 . 8 7 5 2 . 9 0 4 5 . 8 7 4 5 . 4 1 9 9 . 0 % 5 4 . 7 9 3 3 . 7 5 3 1 . 0 2 5 1 . 4 0 5 0 . 7 2 4 4 . 1 8 4 4 . 7 5 1 0 1 . 3 % 2 8 . 9 7 1 5 . 2 7 1 5 . 0 0 1 8 . 4 3 1 6 . 9 0 7 . 5 0 3 0 . 8 5 4 1 1 . 4 % 2 5 . 8 2 1 8 . 4 8 1 6 . 0 5 3 2 . 9 7 3 3 . 8 2 3 6 . 6 8 1 3 . 9 0 3 7 . 9 % 0 . 4 0 0 . 6 2 0 . 8 0 0 . 4 8 2 . 1 8 1 . 6 9 0 . 6 5 3 8 . 6 %

R e a l 2 0 1 0 R e a l

2 0 1 1 R e a l 2 0 1 2 R e a l

2 0 1 4 % R e a l 2 0 1 3 A P B N - P

2 0 1 5 R e a l 2 0 1 5

Page 49: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

38

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan III tahun 2015 adalah sebesar USD 36.721,5

juta, mengalami penurunan sebesar 16,3 persen jika dibandingkan dengan triwulan III

tahun 2014.

Pada akhir triwulan III tahun 2015 total impor Indonesia adalah sebesar USD 33.992,8

juta atau menurun sebesar 23,5 persen (YoY).

Neraca perdagangan total Indonesia pada triwulan III tahun 2015 mengalami surplus

sebesar USD 2.704,7 juta, yang disebabkan karena neraca perdagangan sektor nonmigas

surplus sebesar USD 4.615,2 juta.

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DOMESTIK

DAN INTERNASIONAL

Page 50: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

39

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Penundaan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 87/M-DAG/PER/10/2015

tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu Tetap Meresahkan Pengusaha

Elektronika

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 87/M-DAG/PER/10/2015 (Permendag Nomor

87/2015) tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu ditetapkan dalam rangka

mendorong peningkatan daya saing nasional, dimana terjadi penyederhanaan

perizinan di bidang perdagangan, khususnya impor produk tertentu. Permendag

Nomor 87/2015 tersebut diterbitkan oleh Menteri Perdagangan pada 15 Oktober 2015

dan rencananya diberlakukan mulai 1 November 2015. Namun kebijakan tersebut

banyak menuai kritik dari kalangan pengusaha.

Dalam Permendag Nomor 87/2015, Menteri Perdagangan menghapus ketentuan

penetapan sebagai Importir Terdaftar (IT) Produk Tertentu. Produk tertentu yang

dimaksud adalah kosmetik, pakaian jadi, obat tradisional, elektronik, alas kaki, mainan

anak. Dengan begitu, impor produk-produk tersebut tidak memerlukan IT lagi, hanya

perlu Angka Pengenal Importir Umum (API-U) saja. Gabungan Pengusaha Elektronik

(Gabel) menyatakan bahwa aturan impor ini akan membuat impor ilegal, terutama

elektronika, semakin membanjiri pasar Indonesia. Sebab, kini pemegang API-U bisa

mengimpor semua produk tertentu yang tertera di Permendag Nomor 87/2015, tidak

terbatas pada 1 produk saja.

Dengan adanya Permendag Nomor 87/ 2015, perusahaan asing bisa dengan mudahnya

membuat API-U, membuat kantor di Indonesia dengan hanya mempekerjakan sekitar 5

orang karyawan, menyewa gudang, lalu berdagang di Indonesia. Sementara industri

dalam negeri sendiri belum dapat berkompetisi.

Gabel menilai aturan baru Menteri Perdagangan ini tidak mendukung industri di dalam

negeri dan mendorong pengusaha hanya menjadi pedagang/importir saja. Oleh karena

itu, Permendag Nomor 87/2015 diharapkan dapat segera direvisi.

Kementerian Perdagangan Berencana Melakukan Redefinisi Kebutuhan Barang

Komplementer, Tes Pasar, dan After Sales Untuk Importir Produsen

Sesuai dengan Paket Kebijakan Ekonomi Tahap 1, Kementerian Perdagangan telah

menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/9/2015

(Permendag Nomor 70/2015) tentang Angka Pengenal Importir (API) yang tujuannya

adalah melakukan penyederhanaan ketentuan mengenai API. Dalam Permendag

No.70/2015, Angka Pengenal Importir (API) dibedakan menjadi dua yaitu API

Produsen (API-P) dan API Umum (API-U). API U digunakan bagi importir yang

melakukan impor barang apa saja, yang bertujuan untuk diperdagangkan. Sementara

untuk API-P, digunakan oleh importir yang melakukan impor barang untuk

dipergunakan sendiri, yaitu impor bahan baku, bahan penolong, bahan barang modal,

Page 51: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

40

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

atau bahan yang mendukung produksinya. Barang yang diimpor tersebut tidak boleh

dipindahtangankan.

Dalam peraturan sebelumnya, Permendag Nomor 27/2012, importir produsen masih

diperbolehkan untuk melakukan impor barang komplementer, barang untuk keperluan

tes pasar dan layanan purnajual, sepanjang mendapat rekomendasi dari Kementerian

Perindustrian. Impor barang-barang tersebut dapat dipindahtangankan kepada

konsumen langsung. Namun berdasarkan Permendag Nomor 70/2015 yang akan

berlaku pada 1 Januari 2016, importir produsen tidak lagi diperbolehkan untuk

mengimpor barang-barang tersebut.

Menurut Kementerian Perdagangan, pembatasan terhadap API-P bukan bertujuan

untuk membatasi ruang gerak importir produsen. Namun berdasarkan praktek yang

berlaku selama ini disinyalir banyak importir produsen yang menyalahgunakan API-P,

seperti impor barang untuk keperluan tes pasar namun dilakukan dalam jangka waktu

yang cukup lama sampai 5-10 tahun. Oleh sebab itu Kementerian Perdagangan akan

melakukan redefinisi atas Kebutuhan Barang Komplementer, Tes Pasar, dan After Sales

untuk importir Produsen. Diharapkan ketentuan tersebut tidak membuka celah bagi

produsen untuk berubah fungsi sebagai pedagang.

Penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 72/M-DAG/PER/9/2015

tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 14/M-

DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan

Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang dan Jasa

yang Diperdagangkan

Pada tanggal 28 September 2015, Kementerian Perdagangan melakukan revisi atas

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 14/M-DAG/PER/3/2007 (Permendag Nomor

14/2007) tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan Standar

Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang dan Jasa yang Diperdagangkan,

menjadi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 72/M-DAG/PER/9/2015 (Permendag

Nomor 72/2015). Permendag Nomor 14/2007 tersebut masuk sebagai salah satu

peraturan yang didebirokratisasi dalam Paket Kebijakan Ekonomi Tahap 1.

Perubahan ketentuan mengenai SNI wajib tersebut dilakukan dalam rangka: (1)

simplifikasi perizinan impor yang dapat mempercepat arus dokumen; (2)

penyederhanaan terhadap persyaratan perizinan yang mengunci waktu pengurusan

perizinan terhadap izin transaksional; (3) mendorong percepatan pelayanan perizinan

di K/L teknis secara real time online dan terintegrasi dalam INSW; serta memperbaiki

kinerja pelayanan perizinan perdagangan. Secara garis besar, revisi Permendag Nomor

72/2015 adalah terkait 3 (tiga) hal yaitu:

(1) Mekanisme pengawasan pra pasar, dimana sebelumnya mekansime pengawasan

pra pasar terhadap produk impor dilakukan melalui Surat Pendaftaran Barang

(SPB) dan SPB tersebut wajib dimiliki importir setiap kali melakukan impor, saat

Page 52: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

41

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

ini mekanisme pengawasan produk hanya dilakukan melalui Nomor Pendaftaran

Barang (NPB). NPB wajib dimiliki oleh importir produk SNI yang diberlakukan

wajib dan berlaku sesuai dengan masa berlaku Sertifikat Produk Pengguna Tanda

(SPPT) SNI.

(2) Waktu pelayanan, dimana terdapat pengurangan jangka waktu penerbitan NPB.

Sebelumnya penerbitan NPB dilakukan maksimal 5 hari kerja sejak permohonan

diterima lengkap dan benar, serta surat penolakan NPB diterbitkan maksimal 3 hari

kerja sejak permohonan diterima. Saat ini penerbitan NPB dilakukan maksimal 3

hari kerja sejak permohonan diterima lengkap dan benar, sedangkan surat

penolakan NPB diterbitkan maksimal 2 hari kerja sejak permohonan diterima.

(3) Sanksi, dimana terhadap barang impor SNI wajib yang berada di kawasan pabean

akan dilakukan pemusnahan dan wajib re-ekspor apabila permohonan SPB ditolak

atau tidak memiliki SPPT-SNI. Saat ini, sanksi yang dilakukan adalah pembekuan

NPB (sampai pelaku usaha menyampaikan hasil perbaikan) terhadap barang impor

yang ditemukan tidak sesuai SNI serta pemusnahan dan kewajiban re-ekspor

terhadap barang impor SNI wajib di kawasan pabean yang tidak memiliki NPB.

Isu terkait Permendag Nomor 72/2015 saat ini adalah terkait sweeping terhadap

barang impor yang beredar di pasaran. Terkait hal tersebut, Direktur Jenderal

Standardisasi dan Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa Permendag Nomor

72/2015 hanya diberlakukan terhadap barang-barang yang diberlakukan SNI wajib.

Dari total 8.000 lebih barang, baru 118 barang yang sudah diberlakukan SNI wajib,

sehingga pedagang eceran tidak perlu khawatir. Melalui peraturan tersebut justru

diharapkan pedagang eceran dapat ikut berperan aktif untuk melakukan pengawasan

barang beredar, dengan cara memperhatikan NPB dan ketentuan lain atas barang yang

ditawarkan oleh pemasoknya.

Penerbitan Peraturan Menteri Keuangan Berupa Peraturan Dirjen Pajak Nomor

PER-03/PJ/2015 tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik

Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-03/PJ/2015 tentang Penyampaian Surat

Pemberitahuan Elektronik yang diterbitkan pada 13 Februari 2015 mengatur

mengenai pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) dapat dilaukan dalam bentuk

formulir kertas (hardcopy) ataupun dokumen elektronik. Penyampaian dokumen SPT

selain dengan cara langsung mauun melalui pos, melalui perusahaan jasa ekspedisi,

juga dapat di lakukan melalui saluran tertentu yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak,

antara lain melalui elektronik. Dengan demikian, penyampaian surat pemberitahuan

pajak (SPT) secara elektronik ini akan memudahkan wajib pajak karena akan lebih irit

waktu, tidak perlu menyampaiakan secara hardcopy, yang tentunya juga memerlukan

waktu dan biaya untuk menyampaikan dokumen tersebut. Dengan di terbitkannya

peraturan tersebut, sangat mendukung upaya Indonesia untuk perbaikan peringat

Page 53: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

42

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

kemudahan usaha (Ease of Doing Business). Peraturan tersebut mendukung salah satu

indikator EoDB, yaitu indikator Paying Taxes.

Penerbitan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara

Penyelesaian Gugatan Sederhana

Selain peraturan Dirjen Pajak, dalam rangka mendukung perbaikan peringkat

Indonesia dalam kemudahan berusaha/Ease of Doing Business (EoDB), pada indikator

Kemudahan Penegakan Kontrak/Enforcing Contract, Mahkamah Agung telah

mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara

Penyelesaian Gugatan Sederhana pada 7 Agustus 2015. Dalam peraturan tersebut, yang

di maksud penyelesaian gugatan sederhana adalah tata cara pemeriksanaan di

persidangan terhadap gugatan perdata dengan nilai gugatan material paling banyak Rp

200.000.00 (dua ratus juta rupiah) sesuai definisi penyelesaian gugatan sederhana

pada pasal 1 ayat 1. Pengadilan ini dilakukan oleh hakim tunggal, dengan waktu

penyelesaian dua puluh lima (25) hari dan sekali banding dengan keputusan tetap

selama 30 hari.

Tahapan penyelesaian gugatan sederhana dalam pasal 5 di atur bahwa Gugatan

sederhana diperiksa dan diputus oleh Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan.

Adapun Tahapan Penyelesaian Gugatan Sederhana meliputi: a. pendaftaran;

pemeriksaan gugatan sederhana; c. penetapan hakim dan penunjukan panitera

pengganti; d. pemeriksaan pendahuluan; e. penetapan hari siding dan pemanggilan

para pihak; f. pemeriksaan siding dan perdamaian; g. Pembuktian; dan h. putusan.

Dalam peraturan ini juga di sebutkan terdapat dua jenis perkara yang tidak bisa

diselesaikan dalam small claim court. Pertama, perkara yang penyelesaian sengketanya

dilakukan melalui pengadilan khusus sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

undangan. Kedua, perkara sengketa hak atas tanah (Pasal 3 ayat (2).

Hasil Utama Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat

Trans Pacific Partnership (TPP) telah mencapai kesepakatan diantara 12 negara

anggotanya pada 5 Oktober 2015. Mereka sepakat untuk memangkas tarif dan

menetapkan standar umum perdagangan antar negara-negara anggota TPP. Sebagai

informasi, TPP adalah kerjasama perdagangan regional yang melibatkan 12 negara di

kawasan pasifik yang merepresentasikan sekitar 40 persen (sumber: office of the US

trade representative; 2015) dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.

Terkait telah disepakatinya kerjasama TPP, Pemerintah menyiratkan ketertarikannya

untuk bergabung dalam TPP. Hal ini disampaikan oleh Presiden Joko Widodo ketika

bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, pada akhir bulan Oktober

2015. Namun demikian, masih diperlukan waktu yang panjang untuk Indonesia dapat

bergabung ke dalam TPP, banyak perhitungan yang harus dilakukan dan banyak pula

peraturan harus diubah. Dengan bergabungnya Indonesia ke dalam TPP setelah TPP

mencapai kesepakatan, maka berarti Indonesia tidak mempunyai kesempatan untuk

Page 54: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

43

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

bernegosiasi dengan semua negara anggota dan harus siap untuk mengadopsi seluruh

kerangka kerjasama TPP yang telah disepakati. Jika aturan yang diterapkan di dalam

negeri belum sesuai dengan aturan yang disepakati dalam TPP, maka Indonesialah

yang harus melakukan penyesuaian.

Salah satu pertimbangan yang perlu mendapat perhatian khusus adalah cakupan TPP

yang luas dengan tingkat liberalisasi yang tinggi. Persyaratan ini membuat Indonesia

harus membuka sektor-sektor yang selama ini dinilai sensitif. Dengan kata lain,

Indonesia pun harus siap melakukan reformasi ekonomi dan regulasi, seperti yang

dilakukan negara-negara ASEAN yang tergabung dalam TPP yaitu Vietnam, Brunei, dan

Malaysia. Sebagai catatan, saat ini pemerintah masih fokus dalam proses penyelesaian

perundingan perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), yaitu

suatu blok kerja sama ekonomi yang beranggotakan negara-negara ASEAN dan enam

negara mitra lainnya, yaitu Australia, Tiongkok, India, Jepang, Korea, dan Selandia Baru.

Selain itu, pemerintah juga telah memulai kembali persiapan perundingan Indonesia-EU

CEPA (European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement), yaitu suatu

perjanjian perdagangan yang cakupannya hampir setingkat dengan TPP. Jika Indonesia

dapat menyelesaikan perundingan RCEP dan Indonesia-EU CEPA, maka hal tersebut

dapat dijadikan sebagai batu loncatan bagi Indonesia untuk bergabung ke dalam TPP.

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN

Perkembangan Ekspor

Gambar 8. Nilai dan Volume Ekspor Hingga September 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan III tahun 2015 adalah sebesar USD 36.721,5

juta, mengalami penurunan sebesar 16,3 persen jika dibandingkan dengan triwulan III

tahun 2014. Pada periode yang sama, ekspor sektor migas dan non-migas mengalami

penurunan sebesar 42,9 persen dan 10,6 persen. Sementara itu, komoditas hasil

Page 55: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

44

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

minyak dalam sektor migas turun sebesar 56,5 persen, sedangkan ekspor produk

pertambangan dalam sektor non-migas menurun sebesar 15,5 persen.

Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan III Tahun 2015 Komoditas 2012 2013 2014 Q3 2014 Q3 2015 Sept-15

Nilai Ekspor (USD Juta) 190,020.27 182,551.80 175,979.99 43,881.62 36,721.46 12,528.88

Migas 36,977.26 32,633.03 30,018.78 7,717.10 4,404.01 1,451.30

Minyak Mentah 12,293.41 10,204.71 9,528.23 2,547.15 1,636.46 588.04

Hasil Minyak 4,163.37 4,299.13 3,623.35 861.98 375.35 107.71

Gas 20,520.48 18,129.19 17,180.28 4,307.98 2,392.17 755.55

Non Migas 153,043.00 149,918.76 145,961.21 36,164.51 32,317.45 11,077.58

Pertanian 5,569.22 5,712.98 5,770.59 1,568.57 1,564.32 536.07

Industri 116,125.14 113,029.88 117,329.96 28,743.35 25,795.26 8,967.12

Pertambangan 31,329.94 31,159.53 22,850.34 5,850.78 4,945.53 1,570.12

Pertumbuhan Ekspor* (%)

-6.62 -3.93 -3.60 2.34 -16.32 -17.98

Migas -10.85 -11.75 -8.01 4.04 -42.93 -44.66

Minyak Mentah -11.10 -16.99 -6.63 -6.21 -35.75 -44.27

Hasil Minyak -12.84 3.26 -15.72 -16.40 -56.46 -64.96

Gas -10.28 -11.65 -5.23 17.35 -44.47 -40.04

Non Migas -5.54 -2.04 -2.64 1.99 -10.64 -12.45

Pertanian 7.81 2.58 1.01 -0.11 -0.27 -6.01

Industri -4.96 -2.67 3.80 7.43 -10.26 -9.37

Pertambangan -9.59 -0.54 -26.67 -17.96 -15.47 -28.22

Proporsi Ekspor** (%) 100 100 100 100 100 100

Migas 19.46 17.88 17.06 17.59 11.99 11.58

Minyak Mentah 6.47 5.59 5.41 5.80 4.46 4.69

Hasil Minyak 2.19 2.36 2.06 1.96 1.02 0.86

Gas 10.80 9.93 9.76 9.82 6.51 6.03

Non Migas 80.54 82.12 82.94 82.41 88.01 88.42

Pertanian 2.93 3.13 3.28 3.57 4.26 4.28

Industri 61.11 61.92 66.67 65.50 70.25 71.57

Pertambangan 16.49 17.07 12.98 13.33 13.47 12.53

Sumber Pertumbuhan (%)

-6.62 -3.93 -3.60 2.34 -16.32 -17.98

Migas -2.11 -2.10 -1.37 0.71 -5.15 -5.17

Minyak Mentah -0.72 -0.95 -0.36 -0.36 -1.59 -2.08

Hasil Minyak -0.28 0.08 -0.32 -0.32 -0.58 -0.56

Gas -1.11 -1.16 -0.51 1.70 -2.90 -2.41

Non Migas -4.46 -1.68 -2.19 1.64 -9.36 -11.01

Pertanian 0.23 0.08 0.03 0.00 -0.01 -0.26

Industri -3.03 -1.65 2.54 4.87 -7.20 -6.71

Pertambangan -1.58 -0.09 -3.46 -2.39 -2.08 -3.54

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)

Keterangan (**): proporsi terhadap total ekspor (%)

Page 56: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

45

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Total nilai ekspor sektor non-migas Indonesia pada triwulan III tahun 2015 adalah

sebesar USD 32.317,5 juta dan mengalami penurunan sebesar 10,6 persen (YoY).

Berdasarkan data pada total nilai ekspor non-migas Indonesia per komoditas (Tabel

22), didapat komoditas dengan nilai ekspor terbesar pada triwulan III tahun 2015

adalah Lemak dan Minyak Hewan/Nabati (HS-15) dengan nilai USD 4.300,0 juta,

dengan proporsi 13,3 persen terhadap total ekspor non-migas. Komoditas dengan nilai

dan proporsi terbesar selanjutnya adalah Bahan bakar mineral (HS-27) dengan nilai

USD 3.783,6 juta, dengan proporsi 11,7 persen terhadap total ekspor non-migas.

Namun, apabila melihat dari sisi pertumbuhan pada triwulan III tahun 2015, Bijih,

Kerak dan Abu Logam (HS-26) memiliki nilai pertumbuhan positif yang paling besar,

yaitu sebesar 45,0 persen. Sementara itu, Bahan bakar mineral (HS-27) merupakan

barang ekspor dengan pertumbuhan negatif paling besar pada triwulan III tahun 2015,

yaitu sebesar -25,5 persen (YoY), yang diikuti oleh Lemak dan minyak hewan/nabati

(HS-15) yaitu sebesar -17,2 persen.

Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Non-Migas Terbesar Triwulan III Tahun 2015

HS Komoditas Nilai Ekspor (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)

Q3 2014 Q3 2015 Q32014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015

15 Lemak & minyak hewan/nabati 5,195.64 4,299.98 25.71 -17.24 14.37 13.31

27 Bahan bakar mineral 5,079.28 3,783.57 -10.00 -25.51 14.04 11.71

85 Mesin/peralatan listrik 2,440.68 2,111.37 -9.04 -13.49 6.75 6.53

40 Karet dan Barang dari Karet 1,672.75 1,563.95 -24.90 -6.50 4.63 4.84

87 Kendaraan dan Bagiannya 1,367.66 1,428.73 23.31 4.47 3.78 4.42

84 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 1,499.99 1,373.31 0.69 -8.45 4.15 4.25

71 Perhiasan/Permata 883.22 1,186.03 9.17 34.28 2.44 3.67

26 Bijih, Kerak, dan Abu logam 807.05 1,170.24 -46.55 45.00 2.23 3.62

62 Pakaian jadi bukan rajutan 970.42 1,000.57 -0.54 3.11 2.68 3.10

64 Alas kaki 915.70 962.95 3.83 5.16 2.53 2.98

Lainnya 15,332.12 13,436.74 -15.44 -12.36 42.40 41.58

TOTAL NON MIGAS 36,164.51 32,317.44 1.99 -10.64 100.00 100.00

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Total volume ekspor non-migas Indonesia pada triwulan III tahun 2015 adalah sebesar

111.554,5 juta kg dan mengalami penurunan sebesar -8,9 persen (YoY). Berdasarkan

data total volume ekspor non-migas Indonesia per komoditas (Tabel 23), didapat

komoditas dengan volume ekspor terbesar pada triwulan III tahun 2015 adalah bahan

bakar mineral (HS-27) dengan volume 87.757,5 juta kg, dengan proporsi 78,7 persen

terhadap total ekspor non-migas. Komoditas dengan volume dan proporsi terbesar

selanjutnya adalah Lemak & minyak hewan/nabati (HS-15) dengan berat 7.172,9 juta

kg, dengan proporsi 6,4 persen terhadap total ekspor non-migas. Namun, apabila

melihat dari sisi pertumbuhan pada triwulan III tahun 2015, Bijih, kerak, dan abu

logam (HS-26) memiliki volume pertumbuhan paling besar, yakni sebesar 3,2 persen

(YoY). Sementara itu, Garam, Belerang, Kapur (HS-25) merupakan barang ekspor non-

Page 57: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

46

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

migas dengan pertumbuhan negatif paling besar jika dibandingkan dengan sembilan

komoditas lainnya, dengan penurunan sebesar -51,8 persen (YoY).

Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Non-Migas Terbesar Triwulan III Tahun 2015

HS Komoditas Volume Ekspor (Juta kg) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)

Q3 2014 Q3 2015 Q32014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015

15 Lemak & minyak hewan/nabati 7,354.99 7,172.93 36.08 -2.48 6.01 6.43

23 Ampas/Sisa Industri Makanan 1,300.22 1,239.35 20.48 -4.68 1.06 1.11

25 Garam, Belerang, Kapur 4,379.58 2,110.44 -1.62 -51.81 3.58 1.89

26 Bijih, Kerak, dan Abu logam 1,408.51 1,453.03 -96.09 3.16 1.15 1.30

27 Bahan bakar mineral 95,751.81 87,757.51 -1.63 -8.35 78.19 78.67

38 Berbagai produk kimia 1,261.96 832.96 14.86 -33.99 1.03 0.75

40 Karet dan Barang dari Karet 838.47 863.96 -2.39 3.04 0.68 0.77

44 Kayu, Barang dari Kayu 1,598.25 1,323.57 33.03 -17.19 1.31 1.19

47 Bubur kayu/Pulp 965.66 890.28 1.48 -7.81 0.79 0.80

48 Kertas/Karton 1,169.97 1,093.56 13.51 -6.53 0.96 0.98

Lainnya 6,425.09 6,816.89 23.00 6.10 5.25 6.11

TOTAL NON MIGAS 122,524.52 111,554.50 -21.94 -8.90 100 100

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Perkembangan ekspor non-migas ke-5 (lima) negara tujuan utama pada triwulan III

tahun 2015 turun sebesar 12,7 persen (YoY). Dari ke lima negara tujuan utama,

seluruhnya mengalami penurunan ekspor non-migas. Penurunan terbesar terjadi pada

ekspor non-migas ke India (27,2 persen).

Tabel 24. Perkembangan Ekspor Non-Migas ke Negara Tujuan Utama Triwulan III Tahun 2015

Negara Nilai Ekspor Non Migas (Juta USD) Pertumbuhan (%) Proporsi (%)

2014 Q3 2014 Q3 2015 Q32014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015

Amerika Serikat 15,856.78 3,967.33 3,780.11 5.96 -4.72 10.97 11.70

Tiongkok 16,458.86 3,604.05 3,267.92 -24.70 -9.33 9.97 10.11

Jepang 12,223.74 3,606.58 3,148.46 -5.60 -12.70 9.97 9.74

India 14,565.74 3,353.35 2,441.06 23.62 -27.21 9.27 7.55

Singapura 10,065.89 2,324.64 2,079.19 -6.75 -10.56 6.43 6.43

TOTAL 5 NEGARA

69,171.02 16,855.94 14,716.74 -3.99 -12.69 46.61 45.54

TOTAL LAINNYA 76,789.78 19,308.57 17,600.69 -13.64 -8.85 53.39 54.46

TOTAL NONMIGAS

145,960.80 36,164.51 32,317.44 -8.86 -10.64 100.00 100.00

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 58: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

47

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Perkembangan Impor

Gambar 9. Nilai dan Volume Impor Hingga September 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pada akhir triwulan III tahun 2015 total impor Indonesia adalah sebesar USD 33.992,8

juta atau menurun sebesar 23,5 persen (YoY). Impor barang konsumsi, bahan baku dan

barang modal masing-masing mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar -17,9

persen, -24,5 persen dan 20,9 persen dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun

2014. Nilai Impor hasil minyak (USD 3.824,8 juta) pada triwulan III tahun 2015 lebih

besar dibandingkan impor minyak mentah (USD 2,046,6 juta) dan gas (USD 443,1 juta).

Impor sektor migas dan nonmigas mengalami pertumbuhan yang negatif masing-

masing sebesar -43,7 persen dan -16,6 persen.

Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan III Tahun 2015

Komoditas 2012 2013 2014 Q3 2014 Q3 2015 Sept-15

Nilai Impor (USD Juta) 191,670.90 186,628.30 178,178.80 44,421.00 33,992.80 11,511.70

Barang Konsumsi 13,415.20 13,138.90 12,667.20 3,175.80 2,607.20 821.50

Bahan Baku 140,111.30 141,957.20 136,208.60 33,993.70 25,651.50 8,661.40

Barang Modal 38,144.40 31,532.20 29,303.00 7,251.50 5,734.10 2,028.80

Migas 42,565.30 45,266.40 43,459.90 11,223.90 6,314.50 1,912.20

Minyak Mentah 10,803.20 13,585.80 13,072.53 3,404.20 2,046.60 703.50

Hasil Minyak 28,680.50 28,568.10 27,363.16 7,020.10 3,824.80 1,100.70

Gas 3,081.60 3,112.90 3,024.97 799.60 443.10 108.00

Non Migas 149,125.30 141,362.30 134,718.90 33,197.10 27,678.30 9,599.50

Pertumbuhan Impor* (%)

8.02 -2.63 -4.53 -3.30 -23.48 -25.95

Barang Konsumsi (%) 0.17 -2.06 -3.59 -5.50 -17.90 -29.71

Bahan Baku (%) 7.01 1.32 -4.05 -2.03 -24.54 -26.33

Barang Modal (%) 15.21 -17.33 -7.07 -7.97 -20.93 -22.59

Migas (%) 4.58 6.35 -3.99 -2.61 -43.74 -47.63

Minyak Mentah (%) -3.15 25.76 -3.78 1.19 -39.88 -19.66

Page 59: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

48

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Komoditas 2012 2013 2014 Q3 2014 Q3 2015 Sept-15

Hasil Minyak (%) 1.94 -0.39 -4.22 -5.25 -45.52 -56.34

Gas (%) 118.17 1.02 -2.82 6.36 -44.58 -57.65

Non Migas (%) 9.00 -5.21 -4.70 -3.54 -16.62 -19.29

Proporsi Impor (%) 100 100 100 100 100 100

Barang Konsumsi (%) 7.00 7.04 7.11 7.15 7.67 7.14

Bahan Baku (%) 73.10 76.06 76.44 76.53 75.46 75.24

Barang Modal (%) 19.90 16.90 16.45 16.32 16.87 17.62

Migas (%) 22.21 24.25 24.39 25.27 18.58 16.61

Minyak Mentah (%) 5.64 7.28 7.34 7.66 6.02 6.11

Hasil Minyak (%) 14.96 15.31 15.36 15.80 11.25 9.56

Gas (%) 1.61 1.67 1.70 1.80 1.30 0.94

Non Migas (%) 77.80 75.75 75.61 74.73 81.42 83.39

Sumber Pertumbuhan (%)

-3.30 -23.48 -25.95

Barang Konsumsi (%) 0.01 -0.14 -0.26 -0.39 -1.37 -2.12

Bahan Baku (%) 5.12 1.00 -3.10 -1.56 -18.52 -19.81

Barang Modal (%) 3.03 -2.93 -1.16 -1.30 -3.53 -3.98

Migas (%) 1.00 1.10 -1.00 -0.66 -8.13 -7.91

Minyak Mentah (%) -0.18 1.88 -0.28 0.09 -2.40 -1.20

Hasil Minyak (%) 0.29 -0.06 -0.65 -0.83 -5.12 -5.39

Gas (%) 1.90 0.02 -0.05 0.11 -0.58 -0.54

Non Migas (%) 7.00 -3.94 -3.55 -2.64 -13.54 -16.09

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)

Keterangan (**): proporsi terhadap total impor (%)

Pertumbuhan impor non-migas pada triwulan III tahun 2015 (YoY) mengalami

penurunan sebesar -16,6 persen disebabkan oleh adanya penurunan impor di berbagai

komoditas diantaranya penurunan impor mesin dan peralatan mekanik (HS-8) sebesar

46,3 persen dengan proporsi 12,6 persen dari nilai total impor non-migas; penurunan

impor mesin dan peralatan listrik (HS-85) sebesar 44,3 persen dengan proporsi impor

8,4 persen; serta penurunan impor plastik dan barang dari plastik (HS-39) sebesar 44,3

persen dengan proporsi impor 3,8 persen.

Tabel 26. Perkembangan Impor Non-Migas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan III Tahun 2015

HS KOMODITAS Nilai Impor (Juta USD)

Pertumbuhan Y-o-Y (%)

Proporsi (%)

Q3 2014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015

84 Mesin dan Peralatan Mekanik 6,509.65 3,494.79 -3.69 -46.31 19.61 12.63

85 Mesin dan Peralatan Listik 4,157.36 2,314.50 -7.29 -44.33 12.52 8.36

39 Plastik dan Barang dari Plastik 1,899.40 1,061.68 -3.41 -44.10 5.72 3.84

87 Kendaraan Bermotor dan Bagiannya

1,607.78 980.52 -15.72 -39.01 4.84 3.54

29 Bahan Kimia Organik 1,769.40 947.95 3.25 -46.43 5.33 3.42

72 Besi dan Baja 1,803.20 771.66 -15.74 -57.21 5.43 2.79

Page 60: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

49

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

HS KOMODITAS Nilai Impor (Juta USD)

Pertumbuhan Y-o-Y (%)

Proporsi (%)

Q3 2014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015

73 Benda-benda dari Besi dan Baja

1,059.47 637.05 -0.03 -39.87 3.19 2.30

10 Serealia 877.76 408.25 7.32 -53.49 2.64 1.47

23 Sisa Industri Makanan 991.32 366.07 29.56 -63.07 2.99 1.32

31 Pupuk 532.29 318.60 12.19 -40.15 1.60 1.15

Lainnya 12,521.76 16,695.78 -2.61 -60.78 37.72 60.32

TOTAL NON MIGAS 33,197.10 27,678.26 -5.86 -16.62 100.00 100.00

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Nilai impor dari 5 (lima) negara utama asal impor Indonesia pada triwulan III tahun

2015 mengalami penurunan sebesar 14,5 persen (YoY). Penurunan impor terbesar

berasal dari Jepang, Thailand, dan Amerika dengan penurunan masing-masing sebesar

30,3 persen, 20,8 persen, dan 14,1 persen. Pada triwulan III tahun 2015, impor dari

Tiongkok merupakan impor terbesar Indonesia dengan proporsi sebesar 24,6 persen

dengan pertumbuhan negatif (YoY) sebesar 6,3 persen.

Pada triwulan III tahun 2015, impor non-migas dari kawasan ASEAN dan Uni Eropa

masih cukup besar, dengan proporsi masing-masing sebesar 25,4 persen dan 27,5

persen dari total impor non-migas Indonesia. Namun dari sisi pertumbuhan (YoY),

impor non-migas dari kawasan ASEAN menunjukkan pertumbuhan yang negatif yaitu

sebesar 4,7 persen. Sedangkan pertumbuhan impor non-migas yang berasal dari Uni

Eropa mengalami peningkatan sebesar 147 persen.

Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Non-Migas Triwulan III Tahun 2015

Negara Nilai Impor Non Migas (Juta USD) Pertumbuhan (%) Proporsi (%)

2014 Q3 2014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015 Q3 2014 Q3 2015

Tiongkok 30,461.55 7,251.65 6,794.05 51.51 -6.31 21.84 24.55

Jepang 16,938.18 4,324.14 3,015.19 13.18 -30.27 13.03 10.89

Singapura 10,150.53 2,542.63 2,410.31 2.00 -5.20 7.66 8.71

Thailand 9,694.76 2,461.66 1,949.98 99.36 -20.79 7.42 7.05

Amerika 8,102.40 1,858.21 1,596.99 -50.37 -14.06 5.60 5.77

TOTAL 5 NEGARA 75,347.42 18,438.29 15,766.52 14.67 -14.49 55.54 56.96

TOTAL ASEAN 28,942.00 7,348.50 7,027.39 1.78 -4.37 22.14 25.39

TOTAL UNI EROPA 12,668.80 3,075.97 7,597.54 -24.79 147.0 9.27 27.45

TOTAL LAINNYA 92,166.31 22,772.63 18,470.63 -23.72 -18.89 44.17 43.16

TOTAL NONMIGAS 134,718.90 33,197.10 27,678.26 -4.12 -16.62 100.00 100.00

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Perkembangan Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan total Indonesia pada triwulan III tahun 2015 mengalami surplus

sebesar USD 2.704,7 juta, hal itu disebabkan karena neraca perdagangan sektor non-

migas mencatatkan surplus sebesar USD 4.615,2 juta. Sementara neraca perdagangan

sektor migas pada triwulan yang sama mengalami defisit sebesar USD 1.910,5 juta.

Page 61: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

50

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia triwulan III tahun 2015 mengalami

pertumbuhan sebesar 601,4 persen (YoY).

Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan III Tahun 2015

2014 Q3 2014 Q3 2015

Pertumbuhan (YoY) (%)

2014 Q3 2015

Ekspor Total (USD Juta) 176,292.70 43,881.60 36,697.49 -3.43 -16.37

Ekspor Migas 30,331.86 7,717.10 4,403.98 -7.05 -42.93

Ekspor Non Migas 145,960.80 36,164.51 32,293.51 -2.64 -10.70

Impor Total (USD Juta) 178,178.80 44,421.00 33,992.80 -4.53 -23.48

Impor Migas 43,459.90 11,223.90 6,314.50 -3.99 -43.74

Impor Non Migas 134,718.90 33,197.10 27,678.30 -4.70 -16.62

Neraca Perdagangan (USD Juta) -1,886.10 -539.40 2,704.69 -53.74 601.43

Migas -13,128.04 -3,506.80 -1,910.52 3.92 -45.52

Non Migas 11,241.90 2,967.41 4,615.21 31.38 55.53

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia-Tiongkok pada triwulan III tahun 2015 mengalami

defisit sebesar USD 3.229,9 juta, hal itu disebabkan oleh defisit pada neraca

perdagangan sektor non-migas sebesar USD 3.526,1 juta, yang lebih besar dari surplus

pada sektor migas sebesar USD 296,2 juta.

Tabel 29. Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok

2014 Q3 2014 Q3 2015

Pertumbuhan YoY) (%)

2014 Q3 2015

Ekspor Total (USD Juta) 17,606.22 3,910.23 3,635.50 -22.10 -7.03

Ekspor Migas 1,147.36 306.18 367.58 -13.07 20.05

Ekspor Non Migas 16,458.86 3,604.05 3,267.92 -22.66 -9.33

Impor Total (USD Juta) 30,624.34 7,312.28 6,865.40 2.60 -6.11

Impor Migas 162.78 60.63 71.34 -41.66 17.67

Impor Non Migas 30,461.55 7,251.65 6,794.05 3.01 -6.31

Neraca Perdagangan (USD Juta) -13,018.12 -3,402.05 -3,229.90 79.61 -5.06

Migas 984.57 245.55 296.23 -5.41 20.64

Non Migas -14,002.69 -3,647.60 -3,526.13 68.93 -3.33 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia-Jepang pada triwulan III tahun 2015 mengalami surplus

sebesar USD 1.280,0 juta, hal itu disebabkan oleh surplus pada neraca perdagangan

sektor migas dan non migas masing-masing sebesar USD 1.146,7 juta dan USD 133,3

juta.

Tabel 30. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang

2014 Q3 2014 Q3 2015

Pertumbuhan (YoY) (%)

2014 Q2 2015

Ekspor Total (USD Juta) 23,165.66 5,473.89 4,301.91 -14.47 -21.41

Ekspor Migas 8,599.92 1,867.31 1,153.45 -21.83 -38.23

Ekspor Non Migas 14,565.74 36,065.77 3,148.46 -9.44 -91.27

Impor Total (USD Juta) 17,007.58 4,353.19 3,021.93 -11.81 -30.58

Page 62: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

51

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

2014 Q3 2014 Q3 2015

Pertumbuhan (YoY) (%)

2014 Q2 2015

Impor Migas 69.40 29.05 6.73 -69.89 -76.81

Impor Non Migas 16,938.18 4,324.14 3,015.19 -11.10 -30.27

Neraca Perdagangan (USD Juta) 6,158.08 1,120.70 1,279.98 -21.07 14.21

Migas 8,530.52 1,838.26 1,146.72 -20.81 -37.62

Non Migas -2,372.44 -717.56 133.26 -20.12 -118.57

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia-Amerika pada bulan triwulan III tahun 2015 mengalami

surplus sebesar USD 2.377,6 juta. Hal tersebut disebabkan oleh surplus pada neraca

perdagangan sektor non-migas dan sektor migas, masing-masing sebesar USD 2.183,1

juta dan USD 194,5 juta.

Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika

2014 Q3 2014 Q3 2015

Pertumbuhan (YoY) (%)

2014 Q3 2015

Ekspor Total (USD Juta) 16,529.90 4,175.07 3,979.18 5.34 -4.69

Ekspor Migas 673.12 207.74 199.06 10.39 -4.18

Ekspor Non Migas 15,856.78 3,967.33 3,780.11 5.14 -4.72

Impor Total (USD Juta) 8,170.11 1,874.78 1,601.59 -9.88 -14.57

Impor Migas 67.71 16.57 4.61 -64.68 -72.21

Impor Non Migas 8,102.40 1,858.21 1,596.99 -8.69 -14.06

Neraca Perdagangan (USD Juta) 8,359.80 2,300.29 2,377.58 26.17 3.36

Migas 605.41 191.17 194.46 44.81 1.72

Non Migas 7,754.38 2,109.12 2,183.12 24.91 3.51

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Perdagangan Indonesia-India juga menunjukkan kinerja yang baik karena

menunjukkan surplus neraca perdagangan selama triwulan III tahun 2015, yaitu

sebesar USD 1.840,0 juta. Surplus ini disebabkan oleh surplus pada neraca

perdagangan sektor non migas sebesar USD 1.854,53 juta, sedangkan sektor migas

mengalami defisit sebesar USD 14,6 juta.

Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India

2014 Q3 2014 Q3 2015

Pertumbuhan (YoY) (%)

2014 Q3 2015

Ekspor Total (Juta USD) 12,248.96 3,356.61 2,448.89 -4.67 -27.04

Ekspor Migas 25.22 3.25 7.82 91.02 140.40

Ekspor Non Migas 12,223.74 3,353.35 2,441.06 -5.91 -27.21

Impor Total (Juta USD) 3,952.08 948.40 608.94 -6.00 -35.79

Impor Migas 388.22 67.43 22.41 17.42 -66.76

Impor Non Migas 3,563.86 880.98 586.53 -6.04 -33.42

Neraca Perdagangan (Juta USD) 8,296.88 2,408.20 1,839.95 -0.30 -23.60

Page 63: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

52

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

2014 Q3 2014 Q3 2015

Pertumbuhan (YoY) (%)

2014 Q3 2015

Migas -363.00 -64.17 -14.59 99.13 -77.27

Non Migas 8,659.88 2,472.37 1,854.53 -5.44 -24.99

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Perkembangan Harga Domestik

Sejak bulan Februari 2015 hingga September 2015, lima komoditas tertentu (beras

medium, gula pasir, tepung terigu, minyak goreng kemasan, dan minyak goreng curah)

mengalami fluktuasi harga yang cukup besar. Meskipun sempat mengalami penurunan

harga pada bulan Juli 2015, harga kelima komoditas tersebut kembali mengalami

peningkatan tajam pada bulan Agustus 2015. Namun pada bulan September 2015,

harga kelima komoditas cenderung stabil dimana peningkatan harga paling tinggi

hanya terjadi pada komoditas beras medium yaitu sebesar 2,3 persen.

Tabel 33. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu

Komoditas Unit Feb-15 Mar-15 Apr-15 Mei-15 Jun-

15 Jul-15

Agt-15

Sep-15

HA

RG

A

Minyak Goreng Kemasan

Rp/620ml 15,102 15,214 15,198 15,191 14,563 12,463 15,124 14,980

Minyak Goreng Curah

Rp/kg 11,269 11,302 11,233 11,190 10,767 7,215 10,777 10,778

Tepung Terigu Rp/kg 8,799 8,833 8,832 8,863 8,904 6,237 8,722 8,766

Beras Medium Rp/kg 9,943 10,375 10,010 9,892 9,930 6,003 10,145 10,374

Gula Pasir Rp/kg 11,158 11,428 11,807 12,533 13,116 8,453 12,765 12,662

INF

LA

SI

PE

RIO

DIK

(%

)

Minyak Goreng Kemasan

% -0.05 0.7 -0.1 -0.04 -4.1 -14.4 21.4 -0.95

Minyak Goreng Curah

% -0.55 0.3 -0.6 -0.38 -3.8 -32.9 49.4 0.01

Tepung Terigu % -0.44 0.4 -0.02 0.35 0.5 -29.9 39.8 0.50

Beras Medium % 3.09 4.4 -3.5 -1.18 0.4 -39.5 69.0 2.26

Gula Pasir % -0.08 2.4 3.3 6.15 4.7 -35.5 51.0 -0.81

Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah

Perkembangan Harga Internasional

Berdasarkan data harga komoditas internasional yang didapat dari World Bank,

diketahui bahwa pada akhir triwulan III tahun 2015 (September), sebagian besar harga

komoditas internasional terpilih mengalami penurunan secara periodik apabila

dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Dimana penurunan harga terbesar adalah

pada komoditas udang (8,3 persen) disusul oleh karet (7,8 persen), dan batubara (7,5

persen). Sementara itu, peningkatan harga komoditas terbesar pada bulan akhir

triwulan III tahun 2015 dialami oleh komoditas timah sebesar 918,8 persen.

Tabel 34. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih Komoditas Unit 2013 2014 Mei-15 Jun-15 Jul-15 Agust-15 Sep-15

ENERGI

Coal, Australia ($/mt)

84.60

70.13

60.40

58.84

59.13

58.57

54.16 Crude oil, West Texas

($/bbl)

97.90

93.11

59.27

59.80

50.90

42.86

45.45

Page 64: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

53

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Komoditas Unit 2013 2014 Mei-15 Jun-15 Jul-15 Agust-15 Sep-15

PERTANIAN

Cocoa ($/kg)

2.44

3.06

3.10

3.24

3.33

3.15

3.28

Coffee, robusta ($/kg)

2.08

2.22

1.93

1.99

1.92

1.89

1.80

Palm oil ($/mt)

857.00

821.44

659.00

671.00

635.00

549.00

538.00

Soybeans ($/mt)

538.00

491.77

389.00

397.00

405.00

381.00

368.00

Shrimp, Mexico ($/kg)

13.84

17.25

15.54

15.76

15.87

15.87

14.55

Woodpulp ($/mt)

823.10

876.91

875.00

875.00

875.00

875.00

875.00 Rubber*, Singapore

($/kg)

2.79

1.96

1.84

1.83

1.64

1.42

1.31 LOGAM & MINERAL

Copper ($/mt)

7,332.00

6,863.40

6,294.78

5,833.01

5,456.75

5,127.30

5,217.25

Iron ore ($/dmtu)

135.00

96.94

60.00

63.00

52.00

56.00

57.00

Nickel ($/mt)

15,032.00

16,893.38

13,511.34

12,825.23

11,413.10

10,386.00

9,937.55

Tin ($/mt)

22,283.00

21,898.87

15,803.59

15,064.94

15,071.53

1,516.77

15,453.34

Zinc ($/mt)

1,910.00

2,160.97

2,281.80

2,082.09

2,000.68

1,807.64

1,720.23 INFLASI PERIODIK

ENERGI

Coal, Australia (%) -12.24 -17.10 4.47 -2.58 0.49 -0.95 -7.53

Crude oil, West Texas Int.

(%) 3.93 -4.89 8.87 0.89 -14.88 -15.80 6.04

PERTANIAN

Cocoa (%) 2.09 25.50 7.94 4.52 2.78 -5.41 4.13

Coffee, robusta (%) -8.37 6.56 -4.89 3.11 -3.52 -1.56 -4.76

Palm oil (%) -14.21 -4.15 -0.45 1.82 -5.37 -13.54 -2.00

Soybeans (%) -8.97 -8.59 -1.52 2.06 2.02 -5.93 -3.41

Shrimp, Mexico (%) 37.57 24.63 -0.70 1.42 0.70 0.00 -8.32

Woodpulp (%) 7.91 6.54 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Rubber*, Singapore, RSS3

(%) -17.46 -29.87 8.33 -0.54 -10.38 -13.41 -7.75

LOGAM & MINERAL

Copper (%) -7.91 -6.39 4.18 -7.34 -6.45 -6.04 1.75

Iron ore (%) 5.06 -28.19 15.38 5.00 -17.46 7.69 1.79

Nickel (%) -14.35 12.38 5.30 -5.08 -11.01 -9.00 -4.32

Tin (%) 5.48 -1.72 -0.61 -4.67 0.04 -89.94 918.83

Zinc (%) -2.05 13.14 3.12 -8.75 -3.91 -9.65 -4.84

Sumber: World Bank, diolah

Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan III Tahun 2015

Kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan IIItahun 2015 naik dibandingkan triwulan

sebelumnya dengan nilai ITB sebesar 106,0. Penurunan terjadi pada tiga lapangan

usaha, sementara 14 lapangan usaha lainnya mengalami peningkatan. Lapangan usaha

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; dan Industri

Page 65: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

54

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Pengolahan merupakan lapangan usaha dengan penurunan indeks, sedangkan

lapangan usaha yang mengalami kenaikan tertinggi adalah Transportasi dan

Pergudangan. Adapun perkiraan ITB triwulan IV tahun 2015 adalah sebesar 103,7.

Gambar 10. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan III Tahun 2015

Sumber: BPS, diolah

Catatan: ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200 dengan indikasi sebagai berikut: a. Nilai ITB < 100 menunjukkan kondisi pada triwulan berjalan menurun di banding triwulan

sebelumnya b. Nilai ITB=100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan

(stagnan) dibanding triwulan sebellumnya c. Nilai ITB > 100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (menigkat)dibanding

triwulan sebelumnya d. * = Angka perkiraan

Tabel 35. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan III Tahun 2015

Variabel pembentuk ITB Trw III-2015

No Sektor dalam ITB ITB Trw III-2015

Pendapatan Usaha

Penggunaan Kapasitas

Produksi/Usaha

Rata Rata Jam

Kerja

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

99,57 - 99,57 -

2 Pertambangan dan Penggalian 96,18 96,24 98,62 95,10 3 Insdustri Pengolahan 99,26 99,86 98,04 99,27 4 Pengadaan Listrik dan Gas 109,27 114,64 111,70 103,77

5 Pengadaaan Air 107,01 108,94 108,72 104,69

6 Kosntruksi 109,26 116,69 106,39 104,30

7 Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

110,51 113,76 111,49 107,39

Page 66: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

55

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Variabel pembentuk ITB Trw III-2015

No Sektor dalam ITB ITB Trw III-2015

Pendapatan Usaha

Penggunaan Kapasitas

Produksi/Usaha

Rata Rata Jam

Kerja

8 Transportasi dan Pergudangan 112,02 115,60 108,92 110,35

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 109,02 112,66 109,03 105,98

10 Informasi dan Komunikasi 108,03 110,20 106,06 107,05

11 Jasa Keuangan 110,79 108,61 112,59 111,84

12 Real Estat 101,65 96,30 94,55 109,09

13 Jasa Perusahaan 109,48 113,64 104,62 108,06

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

110,96 113,32 108,57 110,00

15 Jasa Pendidikan 111,47 113,11 117,60 107,53

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109,98 108,88 117,11 107,89

17 Jasa Lainnya 109,02 110,09 105,52 109,61

Indeks Tendensi Bisnis 106,04 108,20 104,95 104,71

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 67: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

56

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

PERKEMBANGAN INVESTASI DAN

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

Pada sisi penggunaan, pertumbuhan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) sebesar 4,6 persen (YoY).

Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan III tahun

2015 sebesar Rp 47,8 miliar, tumbuh sebesar 15 persen dibanding triwulan III tahun

2014.

Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan Tiongkok selama triwulan III tahun 2015

mengalami defisit sebesar USD 9.206 juta.

Page 68: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

57

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

PERKEMBANGAN INVESTASI

Perkembangan Investasi

Berdasar perhitungan PDB dengan menggunakan tahun dasar tahun 2010,

perekonomian Indonesia pada triwulan III tahun 2015 tumbuh sebesar 4,7 persen

(YoY), melambat dibanding periode yang sama tahun 2014, dengan pertumbuhan

tertinggi dicapai oleh sektor Informasi dan Komunikasi dari sisi produksi yang tumbuh

sebesar 10,8 persen.

Secara spasial, struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2015

masih didominasi oleh kelompok provinsi di pulau Jawa dan Sumatera, dengan

kontribusi terhadap PDB sebesar 58,3 persen, diikuti pulau Sumatera sebesar 22,4

persen, Kalimantan 8,0 persen dan pulau-pulau lainnya 11,4 persen.

Pada sisi penggunaan, pertumbuhan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) sebesar 4,6 persen (YoY) dibanding triwulan III tahun 2014 sementara

pertumbuhan (QtQ) mengalami kenaikan sebesar 3,4 persen.

Tabel 36. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan III Tahun 2015 (persen) Q3-2014

(QtQ) Q3-2014

(YtY) Q3-2015

(QtQ) Q3-2015

(YtY)

(%) (%) (%) (%)

Pertumbuhan PDB (%) 3,16 4,92 3,21 4,73

Pertumbuhan PMTB (YoY)(PDB Konstan)

2,47 3,86 3,38 4,62

a. Bangunan 3,10 4,52 4,51 6,25

b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri -4,68 -5,66 3,33 2,53

c. Kendaraan -4,20 -10,00 9,30 6,80

d. Peralatan Lainnya 6,70 4,81 3,43 7,28

e. Sumber Daya Hayati 16,24 6,18 -5,69 -5,79

f. Produk Kekayaan Intelektual 0,83 55,61 -12,72 -9,80

Share (%, atas dasar Harga Berlaku)

Share PMTB terhadap PDB 31,82 32,39

a. Bangunan 23,70 24,55

b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri 3,25 3,15

c. Kendaraan 1,42 1,49

d. Peralatan Lainnya 0,42 0,45

e. Sumber Daya Hayati 1,86 1,75

f. Produk Kekayaan Intelektual 1,17 1,01

Sumber: BKPM, diolah

Untuk komponen Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto/PMTB, pertumbuhan

triwulan III tahun 2015 (YoY) sebesar 4,6 persen secara lebih detil didorong oleh

pertumbuhan Peralatan Lainnya sebesar 7,3 persen, Kendaraan sebesar 6,8 persen dan

Bangunan dengan pertumbuhan 6,3 persen. Adapun sumbangan terbesar dalam

Page 69: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

58

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

komponen PMTB pada triwulan III tahun 2015 secara detil yaitu pada Bangunan

dengan sumbangan 24,6 persen.

Realisasi Investasi Semester III Tahun 2015

Tabel 37. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2007-2015 Triwulan III

TAHUN PMDN PMA Pertumbuhan (YoY) (%)

(Rp Miliar) (USD juta) PMDN PMA

2007 34.878,7 10.341,4 68,9 72,6

2008 20.363,4 14.871,4 -41,6 43,8

2009 37.799,8 10.815,2 85,6 -27,3

2010 60.626,3 16.214,8 60,4 49,9

2011 76.001,1 19.474,2 25,4 20,1

2012 92.182,0 24.564,7 21,3 26,1

2013 128.150,6 28.617,5 39,0 16,5

2014 156.126,2 28.529,7 21,8 -0,3

2015 Trw I 42.524,5 6.563,5 22,8 -4,3

2015 Trw II 42.934,7 7.372,6 12,4 -0,8

2015 Trw III 47.829,0 7.401,1 15,0 -0,8 Sumber : BKPM, diolah

Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan III tahun

2015 sebesar Rp 47,8 miliar, lebih besar dari realisasi triwulan III tahun 2014 atau

tumbuh sebesar 15,0 persen. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA), realisasi triwulan

III tahun 2015 sebesar USD 7.401,1 juta, dan mengalami pertumbuhan negatif sebesar

minus 0,8 persen dibandingkan triwulan III tahun 2014.

Realisasi Per Sektor

Realisasi per sektor untuk PMA pada triwulan III tahun 2015 sebesar USD 7.401,1juta

atau mengalami penurunan sebesar minus 0,8 persen dibandingkan triwulan III tahun

2014. Penurunan terjadi di sektor primer dan sekunder, dengan penurunan terbesar

pada sektor sekunder sebesar minus 8,5 persen. Untuk PMDN pada periode yang sama

terjadi pertumbuhan sebesar 15,0 persen. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan

sektor primer sebesar 50,1 persen, sektor tersier 14,3 persen dan sektor sekunder 7,5

persen. Adapun dilihat secara sumbangannya, pada triwulan III tahun 2015, untuk PMA

sektor sekunder memberikan sumbangan terbesar dengan share 42,5 persen dan

pemberi sumbangan terbesar untuk PMDN yaitu sektor tersier sebesar 44,2 persen.

Tabel 38. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Triwulan III Tahun 2015 Berdasar Sektor

Tahun PMA Jumlah (juta USD)

PMDN Jumlah

(Rp. Miliar)

Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier

2007 599,3 4.697,0 5.045,1 10.341,4 4.377,4 26.289,8 4.211,5 34.878,7

Page 70: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

59

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Tahun PMA Jumlah (juta USD)

PMDN Jumlah

(Rp. Miliar)

Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier

2008 335,6 4.515,2 10.020,5 14.871,4 1.757,7 15.914,8 2.690,8 20.363,4

2009 462,6 3.831,1 6.521,2 10.815,0 4.415,9 19.434,4 13.949,5 37.799,8

2010 3.013,6 3.357,6 9.843,6 16.214,8 12.327,4 25.485,3 22.813,6 60.626,3

2011 4.870,3 6.779,5 7.824,9 19.474,7 16.306,9 39.048,0 20.645,7 76.000,6

2012 5.933,1 11.770,0 6.861,7 24.564,7 20.369,1 49.888,9 21.924,0 92.182,0

2013 6.471,8 17.326,4 6.286,9 30.085,1 25.715,6 51.171,1 51.263,9 128.150,6

2014 2.235,4 3.493,0 1.127,8 6.856,2 1.794,9 11.115,0 21.711,2 34.621,1

2015 Trw I 1.779,2 2.867,2 1.917,1 6.563,5 5.238,5 17.452,2 19.833,8 42.524,5

2015 Trw II 1.331,7 2.508,9 3.532,0 7.372,6 2.435,9 25.562,8 14.936,0 42.934,7

2015 Trw III 1.481,1 3.145,5 2.774,6 7.401,1 6.630,1 20.049,0 21.150,0 47.829,0

Pertumbuhan YoY (%) (2015 Trw III/2014 Trw III)

-5,0 -8,5 12,8 -0,8 50,1 7,5 14,3 15,0

Share 2015 Trw III (%) 20,0 42,5 37,5 100,0 13,9 41,9 44,2 100,0

Sumber : BKPM, diolah

Dilihat per sektor/bidang usaha, pada triwulan III tahun 2015 realisasi PMA pada lima

besar sektor/bidang dan persentasenya terhadap total realisasi secara berurutan

adalah sektor Listrik, Gas dan Air dengan persentase 14,4 persen, Pertambangan 12,3

persen, Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 11,1 persen, Industri Logam,

Mesin dan Elektronik 9,8 persen dan Industri Kimia dan Farmasi 7,8 persen. Untuk

PMDN, terbesar secara berurutan adalah Transportasi, Gudang dan Komunikasi 22,5

persen, Listrik, Gas, dan Air 12,2 persen, Industri Mineral Non Logam 11 persen,

Industri Kimia dan Farmasi 10,5 persen dan Industri Makanan 8,3 persen.

Tabel 39. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2015 PMA PMDN

Sektor/Bidang Usaha Juta USD % Terhadap

total

Sektor/Bidang Usaha Rp. Miliar

% Terhadap total

1 Listrik, Gas dan Air 1064,9426 14,4 1 Transportasi, Gudang & Komunikasi

10.743,9 22,5

2 Pertambangan 907,7437 12,3 2 Listrik, Gas dan Air 5.830,2 12,2

3 Perumahan, Kawasan Ind & Perkantoran

820,0795 11,1 3 Ind. Mineral Non Logam

5.255,3 11,0

4 Ind. Logam, Mesin & Elektronik

723,9839 9,8 4 Ind. Kimia dan Farmasi 5.019,9 10,5

5 Ind. Kimia dan Farmasi 578,2389 7,8 5 Industri Makanan 3.969,3 8,3

Gabungan lainnya 3306,128 44,7 Gabungan lainnya 17.010,5 35,6

Jumlah /Total 7401,1166 100,0 Jumlah /Total 47.829,0 100,0

Sumber: BKPM, diolah

Realisasi Per Lokasi

Berdasar lokasi perwilayah, pada triwulan III tahun 2015 dibanding triwulan III tahun

2014, pertumbuhan realisasi PMDN terbesar terjadi di Bali dan Nusa Tenggara dengan

pertumbuhan sebesar 1994,6 persen diikuti Papua sebesar 259,4 persen dan Jawa 30,4

Page 71: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

60

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

persen. Dilihat dari sumbangannya, Jawa, Sumatera dan Kalimantan memberikan

sumbangan terbesar pada triwulan III tahun 2015 yaitu 57,6 persen, 21,9 persen dan

9,1 persen.

Tabel 40. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan III Tahun 2015 Berdasarkan Lokasi (Rp Miliar)

Tahun

Lokasi

Total Sumatera Jawa Bali & NT

Kalimantan

Sulawesi Maluku Papua

2007 10.754,5 18.668,9 15,7 1.558,0 3.881,6 0,0 0,0 34.878,7

2008 4.840,1 7.819,6 29,0 1.821,4 1.147,5 0,0 294,7 15.952,3

2009 12.230,7 25.766,5 50,8 2.934,4 1.187,4 0,0 41,0 42.210,8

2010 4.224,2 35.140,4 2.119,3 14.575,6 4.337,6 0,0 229,3 60.626,3

2011 16.334,4 37.176,3 356,9 13.467,4 7.227,6 13,6 1.424,9 76.001,1

2012 14.256,2 52.692,9 3.167,8 16.739,7 4.901,0 323,9 100,5 92.182,0

2013 22.913,8 66.495,7 4.400,2 28.713,6 3.624,2 1.114,9 888,2 128.150,6

2014 29.561,1 97.057,1 468,9 21.419,5 7.113,4 156,3 349,9 156.126,3

2015 Trw III 10.452,4 27.532,8 1.130,3 4.359,9 3.481,0 0,0 872,7 47.829,0 Pertumbuhan YoY (%)

(2015 Trw III/2014 Trw III)

12,1 30,4 1994,6 -43,4 12,6 -100,0 259,4 15,0

Share Trw III 2015(%)

21,9 57,6 2,4 9,1 7,3 0,0 1,8 100,0

Sumber : BKPM, diolah

Untuk PMA pertumbuhan triwulan III tahun 2015 dibandingkan triwulan III tahun

2014 mengalami penurunan sebesar minus 0,8 persen dengan pertumbuhan positif

terjadi di Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan dan Maluku. Lokasi lainnya

yaitu Jawa, Sulawesi dan Papua mengalami pertumbuhan negatif. Secara sumbangan,

pada triwulan III tahun 2015 pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera memberikan

sumbangan terbesar yaitu 51,1 persen, 23,4 persen dan 11,6 persen.

Tabel 41. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan III Tahun 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta)

Tahun

Lokasi

Total Sumatera Jawa

Bali & NT

Kalimantan Sulawesi Maluku Papua

2007 1.398,5 8.503,5 56,7 300,6 79,6 0,0 2,5 10.341,4

2008 1.009,9 13.566,8 95,5 115,2 65,4 0,0 18,7 14.871,5

2009 776,2 9.370,6 233,8 284,4 141,6 5,9 2,8 10.815,3

2010 747,1 11.498,8 502,7 2.011,4 859,1 248,9 346,8 16.214,8

2011 2.076,3 12.324,8 952,7 1.918,7 715,3 141,4 1.345,0 19.474,2

2012 3.729,3 13.659,9 1.126,6 3.208,7 1.507,1 98,8 1.234,5 24.564,9

2013 3.395,3 17.326,4 888,9 2.773,4 1.498,2 321,2 2.414,2 28.617,5

2014 3.844,5 15.436,7 993,2 4.673,7 2.055,7 111,8 1.414,0 28.529,6

2015 Trw III 860,8 3.781,7 407,2 1.729,7 194,7 165,2 261,9 7.401,1 Pertumbuhan YoY

(%) (2015 Trw III/2014 Trw

III)

0,5 -3,3 74,1 96,0 -83,6 290,7 -23,3 -0,8

Page 72: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

61

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Share Trw III 2015 (%)

11,6 51,1 5,5 23,4 2,6 2,2 3,5 100,0

Sumber : BKPM, diolah

Berdasar lokasi menurut provinsi, pada triwulan III tahun 2015 untuk PMDN, lima

besar lokasi investasi yang diminati seluruhnya terletak di Pulau Jawa, dengan

kontribusi realisasi PMDN terbesar yaitu Jawa Barat sebesar 18 persen.

Tabel 42. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2015

PMA PMDN

Lokasi (Provinsi) Juta USD % Thd Total Lokasi (Provinsi) Rp. Miliar % Thd Total

Jawa Barat 1.544,3 20,9 Jawa Barat 8.614,7 18,0

Jawa Timur 847,1 11,4 DKI Jakarta 6.836,1 14,3

DKI Jakarta 654,5 8,8 Jawa Timur 5.970,5 12,5

Banten 606,8 8,2 Jawa Tengah 3.103,1 6,5

Kalimantan Timur 594,3 8,0 Banten 2.951,5 6,2

Gabung lainnya 3.154,2 42,6 Gabung lainnya 20.353,1 42,6

Jumlah 7.401,1 100,0 Jumlah 47.829,0 100,0

Sumber : BKPM, diolah

Untuk PMA, lima lokasi dengan realisasi paling besar berturut-turut adalah Jawa Barat,

Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten dan Kalimantan Timur dengan sumbangan realisasi

PMA terbesar berasal dari Jawa Barat sebesar 20,9 persen.

Realisasi per Negara

Tabel 43. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan III Tahun 2015

PMA Juta USD %Terhadap Total

Negara

Singapura 1.248,8 16,9

Jepang 917,3 12,4

Belanda 494,9 6,7

Malaysia 322,9 4,4

R. R. Tiongkok 245,8 3,3

Gabung Lainnya 4.171,5 56,4

Jumlah 7.401,1 100,0 Sumber : BKPM, diolah

Pada triwulan III tahun 2015, empat dari lima besar negara asal investasi PMA

merupakan negara-negara di Asia, yaitu: 1) Singapura, dengan nilai investasi sebesar

USD 1.248,8 juta atau 16,9 persen dari total realisasi investasi PMA; 2) Jepang dengan

nilai USD 917,3 juta (12,4 persen); 3) Malaysia dengan nilai realisasi investasi USD

322,9 juta (4,4 persen); 4) R. R. Tiongkok dengan nilai realisasi investasi USD 245,8 juta

(3,3 persen). Belanda berada di peringkat ke-3 dengan nilai USD 494,9 Juta atau 6,7

persen dari total realisasi investasi PMA.

Page 73: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

62

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL

Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia

Perkembangan perjanjian ekonomi internasional yang dilakukan Indonesia dijelaskan

pada tabel di bawah.

Tabel 44. Status Perjanjian Ekonomi Internasional

No PERJANJIAN EKONOMI STATUS

1 ASEAN-EU Free Trade Agreemeent (FTA) Negotiations launched (the 7th round

of negotiations) 2 ASEAN-Hong Kong, Tiongkok Free Trade Agreement Negotiations launched (the 3rd round

of negotiations) 2 India-Indonesia Comprehensive Economic Cooperation

Arrangement

Negotiations launched (consultation

pre-negotiation) 3 Indonesia-Australia Comprehensive Economic

Partnership Agreement

Negotiations launched (the 2nd

round of negotiations) 4 Indonesia-European Free Trade Association Free Trade

Agreement

Negotiations launched (the 9th round

of negotiations) 5 Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Negotiations launched

(the 10th round of negotiations) 6 Republic of Korea-Indonesia Free Trade Agreement Negotiations launched (the 7th round

of negotiations) 7 Indonesia-Iran Preferential Trade Agreement (PTA) Negotiations launched (the 1st round

of negotiations) 8 Indonesia-Chile FTA Conclusion of Joint Study Group (JSG)

9 Indonesia-Turki FTA Conclusion of JSG

10 Indonesia-Tunisia FTA JSG ongoing

11 Indonesia-Mesir FTA Establishment of JSG

12 Trade Preferential System of the Organization of the

Islamic Conference

Signed but not yet In Effect

13 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect

14 ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement Signed and In Effect

15 ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation

Agreement

Signed and In Effect

16 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Signed and In Effect

17 ASEAN-Tiongkok Comprehensive Economic Cooperation

Agreement

Signed and In Effect

18 ASEAN-Republic of Korea Comprehensive Economic

Cooperation Agreement

Signed and In Effect

19 Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement Signed and In Effect

20 Pakistan-Indonesia Free Trade Agreement Signed and In Effect

21 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight

Developing Countries

Signed and In Effect

Sumber: aric database, ADB ; Ditjen KPI, Kemendag

Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA

Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan Tiongkok selama triwulan III tahun 2015

mengalami defisit sebesar USD 9.206 juta. Indonesia, Singapura, dan Filipina

mengalami defisit perdagangan dengan Tiongkok masing-masing sebesar USD 3.009,6

juta, USD 7.480,0 juta, dan USD 1.706,1 juta. Sementara itu, Malaysia dan Thailand

Page 74: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

63

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

mengalami surplus perdagangan dengan Tiongkok masing-masing sebesar USD 2.658,8

juta dan USD 331,9 juta.

Ekspor ASEAN Ke Tiongkok

Nilai ekspor ASEAN-5 ke Tiongkok pada triwulan III tahun 2015 mengalami

pertumbuhan positif sebesar 3,5 persen (QtQ). Namun, bila dibandingkan dengan

triwulan yang sama di tahun 2014 (YoY), nilai ekspor ASEAN-5 ke Tiongkok mengalami

penurunan sebesar 4,0 persen.

Tabel 45. Ekspor ASEAN ke Tiongkok

Nilai Ekspor ASEAN ke Tiongkok (juta USD) Pertumbuhan Proporsi*

Q2 2015 Q3 2015 Q3 2015

(QtQ) (%) Q3 2015

(YoY) (%) Q3 2015

(%)

ASEAN (5 negara) 40.064,8 41.459,0 3,5 -4 9,6

Indonesia 5.014,9 5.419,3 8 3 1,3

Mineral Products

1.711,5

1.964,8 15

5 0,5

Mineral Fuels, Mineral Oils & Products

1.583,5

1.781,5

13 2

0,4

Animal or Vegetable Fats and Oils

726,3

895,9

23 48

0,2

Pulp of Wood, Paper and Paperboard

397,1

409,0

3 20

0,1

Malaysia 13.984,1 13.557,5 -3 -6 3,1

Machinery, Electrical Equipment

8.625,8 9.289,3 8 -5

2,1

Electrical Machinery and Equipment

7.784,5 8.464,2 9 -4

2,0

Mineral Products 2.525,7 1.569,4 -38 -4 0,4

Mineral Fuels, Mineral Oils & Products

2.229,9 1.137,1 -49 -20

0,3

Singapura 7.297,7 6.961,3 -5 -9 1,6

Machinery, Electrical Equipment

3.337,1 3.333,4 0 -5

0,8

Electrical Machinery and Equipment

2.302,1 2.313,8 1 -8

0,5

Plastics, Rubber and Articles Thereof

988,5 1.039,8 5 -18

0,2

Mineral Products 894,9 672,6 -25 -33 0,2

Thailand 9.089,6 10.281,7 13 5 2,4

Machinery, Electrical Equipment

3.495,3 4.028,4 15 -1

0,9

Nuclear Reactors, Machinery 1.614,8 1.720,9 7 -15 0,4

Electrical Machinery and Equipment

1.880,4 2.307,5 23 14

0,5

Plastics, Rubber and Articles Thereof

1.917,4 1.905,0 -1 -5

0,4

Filipina 4.678,5 5.239,3 12 -15 1,2

Machinery, Electrical 3.302,9 3.547,0 7 -5 0,8

Page 75: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

64

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Nilai Ekspor ASEAN ke Tiongkok (juta USD) Pertumbuhan Proporsi*

Q2 2015 Q3 2015 Q3 2015

(QtQ) (%) Q3 2015

(YoY) (%) Q3 2015

(%)

Equipment

Electrical Machinery and Equipment

2.282,5 2.525,5 11 1

0,6

Mineral Products 727,5 1.161,9 60 -26 0,3

Nuclear Reactors, Machinery 1.020,4 1.021,5 0 -17 0,2

Sumber: Statistik Tiongkok, CEIC

Keterangan (*): Terhadap total ekspor Tiongkok

Impor ASEAN Dari Tiongkok

Tabel 46. Impor ASEAN dari Tiongkok

Nilai Impor ASEAN dari Tiongkok (juta

USD)

Pertumbuhan Proporsi*

Q2 2015 Q3 2015 Q3 2015

(QtQ) (%) Q3 2015 (YoY)

(%) Q3 2015 (%)

ASEAN (5 negara) 47.216,6 50.665,7 7,3 1,5 8,5

Indonesia 8.613,6 8.428,7 -2,1 -12,7 1,4

Machinery, Electrical Equipment 3.094,6 2.971,0 -4,0 -10,5 0,5

Nuclear Reactors, Machinery 1.568,9 1.600,3 2,0 -5,8 0,3

Electrical Machinery and Equipment

1.525,6 1.370,7 -10,2 -15,5

0,2

Textiles and Textile Articles 1.154,6 1.016,4 -12,0 -8,8 0,2

Malaysia 11.595,8 10.899,7 -6,0 -11,4 1,8

Machinery, Electrical Equipment 3.704,0 3.709,1 0,1 -3,9 0,6

Electrical Machinery and Equipment

2.407,3 2.470,2 2,6 -3,5

0,4

Textiles and Textile Articles 1.367,9 1.312,7 -4,0 -30,6 0,2

Base Metals and Articles 1.296,7 1.238,9 -4,5 -4,7 0,2

Singapura 11.774,1 14.441,3 22,7 12,0 2,4

Machinery, Electrical Equipment 5.183,5 6.416,0 23,8 29,1 1,1

Electrical Machinery and Equipment

3.191,1 4.538,0 42,2 59,0

0,8

Nuclear Reactors, Machinery 1.992,4 1.878,0 -5,7 -11,2 0,3

Vehicles, Aircraft, Vessels & Transport

1.414,5 1.735,1 22,7 22,4

0,3

Thailand 8.798,6 9.950,8 13,1 11,4 1,7

Machinery, Electrical Equipment 3.329,9 4.076,1 22,4 26,8 0,7

Electrical Machinery and Equipment

1.606,5 1.664,8 3,6 0,2

0,3

Nuclear Reactors, Machinery 1.723,4 2.411,3 39,9 55,2 0,4

Base Metals and Articles 1.184,2 1.271,7 7,4 7,7 0,2

Filipina 6.434,5 6.945,2 7,9 12,9 1,2

Page 76: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

65

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Nilai Impor ASEAN dari Tiongkok (juta

USD)

Pertumbuhan Proporsi*

Q2 2015 Q3 2015 Q3 2015

(QtQ) (%) Q3 2015 (YoY)

(%) Q3 2015 (%)

Machinery, Electrical Equipment 1.588,1 1.782,4 12,2 5,3 0,3

Base Metals and Articles 1.079,0 1.051,3 -2,6 2,4 0,2

Electrical Machinery and Equipment

948,0 1.140,3 20,3 12,3

0,2

Textiles and Textile Articles 938,7 1.046,9 11,5 53,1 0,2

Sumber: Statistik Tiongkok, CEIC

Keterangan (*): terhadap total impor Tiongkok

Impor ASEAN-5 dari Tiongkok pada triwulan III tahun 2015 adalah sebesar USD

50.665,7 juta atau naik sebesar 7,3 persen (QtQ) dan 1,5 persen (YoY). Dibandingkan

dengan triwulan III tahun 2014 (YoY), impor dari Tiongkok ke Indonesia dan Malaysia

turun sebesar 12,7 persen dan 11,4 persen. Namun, dibandingkan dengan triwulan III

tahun 2014 (YoY), impor dari Tiongkok ke Singapura, Thailand, dan Philipina masing-

masing naik sebesar 12,0 persen, 11,4 persen dan 12,9 persen.

Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal

(SKA)

Tabel 47. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia

Periode SKA Preferensi

(%) SKA Non-Preferensi

(%) SKA Preferensi + SKA Non

Preferensi (%)

2012 45,4 11,8 57,2

2013 50,7 12,4 63,1

2014 50,6 11,9 62,5 Jan-Sept 2015 62,6 13,8 76,4

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag

Gambar 11. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag

Page 77: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

66

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Sepanjang bulan Januari-September 2015, penggunaan SKA preferensi dan SKA non-

preferensi telah mencapai 76,4 persen terhadap total ekspor Indonesia dimana SKA

preferensi mendominasi penggunaan SKA dengan pemanfaatan sebesar 62,6 persen.

Sementara itu, sepanjang bulan Januari-September 2015, spesifik untuk SKA preferensi,

Form A yang merupakan suatu form preferensi yang ditujukan ke empat puluh negara

dunia yang juga mencakup wilayah Uni Eropa merupakan form yang paling banyak

dimanfaatkan dengan tingkat pemanfaatan sebesar 23,7 persen diikuti oleh Form D

yang merupakan form preferensi yang ditujukan ke negara-negara anggota ASEAN

(18,5 persen). Pada kurun waktu yang sama Form B yang merupakan form non-

preferensi yang ditujukan ke 242 negara di dunia mendominasi pemanfaatan

penggunaan SKA Non-Preferensi dengan tingkat pemanfaatan sebesar 90.7 persen.

Gambar 12. Persentase Penggunaan SKA Non-Preferensi terhadap Total SKA Non-Preferensi

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag

Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA

Ekspor Impor Indonesia-ASEAN

Secara akumulasi, total nilai ekspor Indonesia-ASEAN pada triwulan III tahun 2015

adalah sebesar USD 8.308,2 juta sedangkan nilai impor dari Indonesia ke ASEAN

terhitung sebesar USD 9.578,0 juta. Sehingga, pada triwulan ketiga tahun ini Indonesia

mengalami defisit neraca perdagangan sebesar sebesar USD 1.269,7 juta. Berkaitan

dengan pertumbuhan kumulatif nilai ekspor dan impor antara triwulan III 2014 dan

triwulan III tahun 2015, baik ekspor maupun impor mengalami penurunan

pertumbuhan masing-masing sebesar 17,3 persen dan 23,6 persen.

Namun, pertumbuhan ekspor Indonesia ke ASEAN pada triwulan III tahun 2015 (YoY)

dilihat dari masing-masing negara tujuan, mengalami tren pertumbuhan yang

bervariasi dimana Laos adalah negara tujuan ekspor yang mengalami pertumbuhan

Page 78: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

67

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

positif tertinggi (252,9 persen) sedangkan Brunei merupakan negara tujuan yang

ekspor yang mengalami penurunan terbesar (-35,1 persen).

Tabel 48. Ekspor Indonesia-ASEAN

Negara

Nilai Ekspor (juta USD) Pertumbuhan

(%)* Proporsi (%)**

Juli-15 Agus-15 Sept-15 Kumulatif Q3 2015 / Q3

2014 (YoY) Q3 2015

Brunei 5,8 5,5 4,7 16,0 -35,1 0,2

Kamboja 28,7 34,3 36,4 99,5 -12,6 1,2

Laos 0,4 0,8 1,3 2,4 252,9 0,03

Malaysia 578,9 581,3 555,1 1.715,2 -27,4 20,6

Myanmar 58,8 50,0 58,3 167,1 15,7 2,0

Filipina 331,1 404,3 401,7 1.137,1 7,3 13,7

Singapura 923,3 1.039,1 1.062,0 3.024,4 -27,6 36,4

Thailand 428,5 508,2 487,4 1.424,1 -9,2 17,1

Vietnam 214,3 269,0 239,1 722,4 21,5 8,7 Total Ekspor 2.569,8 2.892,5 2.846,0 8.308,2 -17,3 100,0 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*) : pertumbuhan year-on-year (YoY)

Keterangan (**) : proporsi terhadap total ekspor (%)

Dari aspek impor, semua negara importir juga mengalami trend pertumbuhan yang

bervariasi dengan Myanmar sebagai negara importir yang mengalami pertumbuhan

positif tertinggi (203,7 persen) dan Brunei sebagai negara importir yang mengalami

penurunan terbesar (-54,0 persen).

Tabel 49. Impor Indonesia-ASEAN

Negara

Nilai Impor (juta USD) Pertumbuhan (%)* Proporsi (%)**

Juli-15 Agus-15 Sept-15 Kumulatif Q3 2015 / Q3 2014

(yoy) Q3 2015

Brunei 37,7 0.7 1.8 40.2 -54.0 0,4

Kamboja 1.9 2.0 2.1 6.1 29,6 0,1

Laos 0 0 0 0 -100,0 0,0

Malaysia 722.1 640.0 596.6 1.958.7 -28,4 20,5

Myanmar 15.8 25.0 13.8 54.6 203,7 0,6

Filipina 43.0 67.5 44.3 154.8 -8,4 1,6

Singapura 1.691.7 1.635.4 1.440.5 4.767.6 -23,6 49,8

Thailand 577.9 693.8 695.0 1.966.7 -21,1 20,5

Vietnam 148.6 248.7 232.0 629.4 -19,6 6,6

Total Impor 3.238.7 3.313.2 3.026.1 9.578.0 -23,6 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*) : pertumbuhan year-on-year (YoY)

Keterangan (**) : proporsi terhadap total impor (%)

Page 79: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

68 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan Juli-September 2015 masing-masing

sebesar 7,26 persen, 7,18 persen, dan 6,25 persen.

Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap USD selama triwulan III tahun 2015

sebesar Rp 14.086,00 per USD, melemah sebesar 9,9 persen dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Rata-rata IHSG pada triwulan III tahun 2015 sebesar 4.512.

Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) pada bulan Agustus 2015

adalah sebesar 20,73 persen, meningkat 0,45 persen dibanding triwulan

sebelumnya (QtQ).

Pada bulan Agustus 2015, rasio kredit bermasalah mengalami peningkatan

sebesar 0,25 persen dibanding triwulan sebelumnya (QtQ), yaitu menjadi 2,75

persen.

PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER DAN SEKTOR KEUANGAN

Page 80: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

69 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

69

PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER

Perkembangan Moneter Global

Perekonomian dunia masih mengalami perlambatan. Perlambatan pertumbuhan

ekonomi pada triwulan III tahun 2015 terutama terjadi di Amerika Serikat,

Tiongkok, Rusia, dan Brazil. Perlambatan perekonomian diiringi dengan tren

penurunan cadangan devisa berbagai negara kawasan terutama pada negara

kawasan ASEAN. Sebaliknya, peningkatan cadangan devisa terjadi pada negara-

negara maju. Peningkatan cadangan devisa tertinggi dialami oleh Inggris sebesar 2,7

persen dibanding triwulan sebelumnya (QtQ).

Tabel 50. Posisi Cadangan Devisa Dunia (triliun USD)

Juni Juli Agustus September %QtQ

BRIC

Brazil 368,67 368,25 368,16 361,37 -2

Rusia 361,57 357,63 366,34 371,27 2,7

India 356,00 353,46 351,44 350,29 -1,6

Cina 340,77 339,90 334,44 345,79 1,5

ASEAN-5

Indonesia 108,03 107,55 105,35 101,72 -5,8

Malaysia 105,48 96,65 94,73 93,34 -11,5

Singapura 253,28 250,12 250,41 251,64 -0,7

Thailand 160,27 156,94 155,84 155,53 -2,9

Filipina 80,64 80,33 80,26 80,55 -0,1

Fragile-5

Turki 119,61 120,65 121,25 119,68 0,1

Afrika Selatan 46,83 45,82 46,08 46,13 -1,5

Negara Maju

Jepang 1.242,94 1.242,32 1.244,15 1.248,94 0,5

Kawasan Euro 736,76 695,99 714,79 n.a

Inggris 153,89 156,76 157,79 158,02 2,7

Amerika Serikat 120,82 119,21 120,74 120,97 0,1

Sumber: International Monetary Fund, data

Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) tidak

menutup kemungkinan bahwa The Fed akan melakukan kebijakan peningkatan suku

bunganya. Solidnya permintaan domestik merupakan alasan utama The Fed untuk

dapat meningkatkan suku bunganya. Inflasi AS menurun menjadi 0,0 persen pada

bulan September 2015 secara tahunan (YoY) dengan tingkat pengangguran yang

menurun menjadi 5,1 persen dibanding triwulan sebelumnya. Tingkat

pengangguran AS semakin mendekati tingkat estimasi Non-Accelerating Inflation

Rate Of Unemployment (NAIRU) yang berarti juga memberikan sinyal bahwa peluang

The Fed untuk menaikkan suku bunganya pada akhir tahun 2015 atau awal tahun

2016 semakin besar.

Perekonomian kawasan Euro selama triwulan III tahun 2015 masih

mempertahankan pemulihan ekonominya. Volatilitas politik dan risiko finansial

Page 81: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

70 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

70

membayangi pemulihan ekonomi seiring dengan perpanjangan pinjaman Yunani.

European Central Bank (ECB) masih melangsungkan kebijakan Quantitative Easing

(QE) hingga bulan September 2016 untuk menstimulus pertumbuhan dan

menghindari deflasi berkepanjangan. Kebijakan QE masih belum direspon positif

oleh peningkatan tingkat inflasi, bahkan terjadi deflasi pada akhir triwulan III

menjadi 0,1 persen. Tingkat pengangguran mengalami penurunan pada triwulan III

tahun 2015 menjadi 10,8 persen. Disamping itu, indeks kepercayaan konsumen

semakin menurun menjadi -7,1 persen pada akhir triwulan III tahun 2015.

Perekonomian Rusia masih mengalami resesi pada akhir triwulan III tahun 2015.

Dewan Eropa memperpanjang sanksi ekonomi terhadap Rusia hingga Januari 2016

sehubungan dengan konflik politik antara Rusia-Ukraina yang masih terus berlanjut.

Melemahnya ekonomi Rusia karena ekonomi Rusia sangat tergantung pada ekspor

energi yang dilanda anjloknya harga minyak. Rubel sampai akhir triwulan III tahun

2015 terus melemah terhadap USD. Tingkat inflasi tetap pada kisaran 15 persen

pada bulan September 2015. Tingkat inflasi ini masih jauh di atas target inflasi

jangka panjang Central Bank of Russia (CBR) sebesar 4 persen.

Perekonomian Asia Pasifik mengalami perlambatan. Isu akan terjadinya

peningkatan suku bunga The Fed dan terjadinya depresiasi mata uang negara-

negara emerging market di Asia dapat berpengaruh pada peningkatan biaya

pinjaman, peningkatan volatilitas keuangan, serta pengurangan arus modal negara-

negara di Asia. Sementara itu, perekonomian Tiongkok mengalami perlambatan

pada triwulan III tahun 2015 seiring dengan melemahnya data manufaktur. Hal ini

semakin memburuk karena masih dirasakannya imbas dari kejatuhan saham

Shanghai Composite (SSEC). Perlambatan ekonomi direspon oleh Bank Sentral

Tiongkok (PboC) dengan memangkas tingkat suku bunganya menjadi 4,6 persen

pada bulan Agustus 2015.

Perekonomian Brazil kembali mengalami penurunan selama triwulan III tahun

2015. Terjadi peningkatan tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran yang

semakin meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Tingkat inflasi Brazil pada Juli

mencapai 9,56 persen (YoY), di mana angka ini merupakan yang tertinggi sejak 12

(dua belas) tahun terakhir. Sementara itu tingkat pengangguran Brazil meningkat

menjadi 7,6 persen pada bulan September 2015 yang merupakan pengangguran

tertinggi sejak 2 (dua) tahun terakhir. Kelesuan perekonomian tersebut disikapi

oleh Bank Sentral Brazil (Banco Central do Brasil) dengan memfokuskan kebijakan

moneter untuk pencapaian inflasi pada tingkat 4,5 persen dan tetap

mempertahankan suku bunganya pada triwulan III tahun 2015.

Page 82: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

71 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

71

Tabel 51. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan II Tahun 2015 (persentase)

Negara Juni-15 Juli-15 Agust-15 Sept-15

Kanada 0,75 0,50 0,50 0,50

Cina 4,85 4,85 4,60 4,60

India 7,25 7,25 7,25 6,75

Selandia Baru 3,25 3,00 3,00 2,75

Sumber: Bank Indonesia

Di tengah prospek peningkatan suku bunga The Fed, selama triwulan III tahun 2015

bank sentral sebagian besar negara memilih untuk mempertahankan suku

bunganya. Adapun beberapa bank sentral yang menurunkan tingkat suku bunganya,

antara lain Kanada, Tiongkok, India, dan Selandia Baru (Tabel 51). Penurunan suku

bunga ini dilakukan untuk menstimulus perekonomian. Penurunan suku bunga bank

sentral diperkirakan akan semakin memperlemah nilai tukar yang diharapkan ke

depannya dapat meningkatkan ekspor masing-masing negara untuk mencapai

surplus neraca perdagangan.

Perkembangan Moneter Domestik

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2015 meningkat menjadi

4,73 persen (YoY) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,67 persen (YoY).

Peningkatan perekonomian Indonesia secara tahunan dari sisi produksi terutama

didorong oleh sektor Informasi dan Komunikasi, sedangkan dari sisi pengeluaran

didorong oleh komponen Konsumsi Pemerintah. Peningkatan pertumbuhan

ekonomi diiringi oleh penurunan inflasi. Sebaliknya, nilai tukar rupiah mengalami

pelemahan selama triwulan III tahun 2015. Tingkat inflasi September 2015 sebesar

6,83 persen (YoY) dengan nilai tukar rupiah pada posisi akhir bulan Rp 14.653 per

USD. Pelemahan nilai tukar rupiah ini tidak diikuti dengan peningkatan kinerja

ekspor di mana kinerja ekspor akhir triwulan III tahun 2015 justru menurun

menjadi USD 12,5 miliar yang sebelumnya pada akhir triwulan II tahun 2015

sebesar USD 13,4 miliar.

Uang beredar dalam arti luas (M2) pada akhir triwulan III tahun 2015 sebesar Rp

4507,9 triliun, tumbuh melambat 12,7 persen (YoY) dibandingkan pertumbuhan

pada akhir triwulan II tahun 2015 yang sebesar 13,0 persen (YoY) (Gambar 13).

Perlambatan tersebut bersumber dari komponen uang kuasi (simpanan berjangka

dan tabungan baik dalam rupiah maupun valas serta simpanan giro valuta asing)

dan uang beredar dalam arti sempit (M1). Jika dilihat berdasarkan faktor yang

mempengaruhi, perlambatan pertumbuhan uang beredar disebabkan oleh

melambatnya pertumbuhan tagihan kepada sektor lainnya, sebaliknya pertumbuhan

kredit mengalami peningkatan tipis.

Page 83: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

72 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

72

Gambar 13. Pertumbuhan Uang Beredar (YoY)

Sumber: Bank Indonesia

Cadangan Devisa selama Juli-September 2015 masih mengalami penurunan. Pada

Juli 2015 terjadi penurunan cadangan devisa menjadi USD 107,6 miliar. Penurunan

tersebut disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran untuk pembayaran utang luar

negeri Pemerintah dan penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar

Rupiah. Begitu juga dengan cadangan devisa pada Agustus dan September 2015

yang masing-masing menurun menjadi USD 105,4 miliar dan USD 101,7 miliar.

Di tengah perlambatan ekonomi dunia, kinerja pasar modal Indonesia ikut melemah,

hal ini tercermin pada IHSG yang memiliki tren menurun pada akhir triwulan III

tahun 2015. Penurunan IHSG mencapai titik terendahnya pada akhir September

2015 yang mencapai level 4.120,5 dan merupakan IHSG terendah sejak September

2013. Pelemahan indeks saham ini disebabkan oleh sentimen negatif dari faktor

eksternal maupun domestik. Di sisi eksternal, sentiment negatif terutama datang

dari perlambatan manufaktur Tiongkok dan di sisi domestik sentimen negatif

berasal dari melemahnya nilai tukar Rupiah.

INFLASI

Inflasi Global

Sebagian besar negara mengalami penurunan inflasi selama periode Juli-September

2015 (Tabel 52). Penurunan tingkat inflasi terjadi di Indonesia, Brazil, Malaysia,

Filipina, Amerika Serikat, dan Jepang. Bahkan Kawasan Euro dan Inggris mengalami

deflasi pada akhir September 2015. Pada akhir triwulan III tahun 2015, meskipun

inflasi Rusia mengalami penurunan, negara ini tetap menempati tingkat inflasi

tertinggi dibanding negara lainnya dengan nilai inflasi sebesar 15,7 persen (YoY).

Sebaliknya, Thailand merupakan negara yang mengalami tingkat deflasi tertinggi.

Deflasi Thailand pada periode Juli-September 2015 masing-masing sebesar 1,05

persen, 1,19 persen, dan 1,07 persen (YoY). Selain Thailand, Singapura juga tercatat

mengalami deflasi.

Page 84: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

73 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

73

Tabel 52. Tingkat Inflasi Global (YoY)

Jul-15 Agt-15 Sept-15

Indonesia 7,26 7,18 6,25

BRIC

Brazil 9,56 9,53 9,49

Russia 15,6 15,8 15,7

India 4,37 4,35 5,14

China 1,6 2 1,6

ASEAN-4

Singapura -0,4 -0,8 -0,6

Malaysia 3,3 3,1 2,6

Thailand -1,05 -1,19 -1,07

Filipina 0,8 0,6 0,4

Negara Maju

Kawasan Euro 0,2 0,1 -0,1

AS 0,2 0,2 0

Inggris 0,1 0 -0,1

Jepang 0,2 0,2 0

Sumber: Bloomberg, data

Tingkat inflasi Amerika Serikat hingga akhir September 2015 masih jauh dari target

inflasi jangka panjang The Fed sebesar 2,0 persen. Penurunan inflasi terjadi karena

penurunan harga bahan bakar minyak sebagai akibat melimpahnya pasokan.

Tingkat inflasi yang masih jauh dari target The Fed menjadi salah satu pertimbangan

The Fed untuk menunda peningkatan suku bunganya.

Inflasi Domestik

Indonesia tercatat mengalami penurunan tingkat inflasi jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, baik secara tahunan (YoY) maupun bulanan (MtM) dan

bahkan mencatatkan deflasi pada bulan September 2015. Penurunan inflasi

terutama terjadi karena kembali normalnya kondisi permintaan dan penawaran

barang, khususnya kelompok bahan makanan setelah Hari Raya Idul Fitri. Meskipun

dampak El-Nino masih dirasakan di beberapa wilayah hingga akhir bulan September

2015, namun secara keseluruhan stabilitas harga bahan pokok masih terkendali.

Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan Juli-September 2015 masing-masing

sebesar 7,26 persen, 7,18 persen, dan 6,25 persen. Pada periode yang sama secara

bulanan (MtM), Indonesia mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,93 persen,

0,39 persen, dan -0,05 persen. Sedangkan secara tahun kalender, Indonesia

mencatatkan inflasi sebesar 1,9 persen pada Juli 2015, yang kemudian pada bulan

Agustus dan September 2015 sebesar 2,29 persen dan 2,24 persen (Tabel 53). Inflasi

tahun kalender pada bulan September 2015 merupakan yang terendah selama 10

tahun terakhir.

Page 85: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

74 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

74

Tabel 53. Tingkat Inflasi Domestik

Jul-15 Agt-15 Sept-15

Year-on-Year 7,26 7,18 6,83

Month-to-month 0,93 0,39 -0,05

Tahun kalender 1,9 2,29 2,24

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Berdasarkan komponennya, secara tahunan (YoY), inflasi paling tinggi dimiliki oleh

komponen inflasi harga diatur Pemerintah, namun dengan tren yang semakin

menurun. Selama bulan Juli-September 2015 inflasi harga diatur Pemerintah

masing-masing mencatatkan inflasi sebesar 13,53 persen, 12,32 persen, dan 11,26

persen. Adapun inflasi harga bergejolak memiliki tren yang berfluktuasi selama

periode yang sama. Sementara itu, inflasi inti masih dalam kisaran stabil. Berbeda

halnya secara tahunan, inflasi harga bergejolak secara bulanan (MtM) mengalami

penurunan dan mencatatkan deflasi pada bulan September 2015 sebesar 1,25

persen (Tabel 54).

Tabel 54. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen

Komponen

YoY MtM

Jul-15 Agt-15 Sept-

15 Jul-15 Agt-15

Sept-

15

Inti 4,86 4,92 5,07 0,34 0,52 0,44

Bergejolak 8,97 9,65 8,52 2,13 0,95 -1,25

Diatur pemerintah 13,53 12,32 11,26 1,67 -0,45 -0,4

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Pada bulan Juli dan September 2015, komponen harga bergejolak merupakan

pembentuk tertinggi inflasi/deflasi bulanan (MtM), dimana pada bulan Juli 2015

harga bergejolak menyumbang inflasi sebesar 0,39 persen dan pada bulan

September 2015 harga bergejolak menyumbang deflasi sebesar 0,23 persen. Kondisi

yang berbeda terjadi pada bulan Agustus 2015 dimana inflasi harga bergejolak dan

harga diatur Pemerintah tidak menjadi penyumbang inflasi terbesar, melainkan

penyumbang inflasi terbesar dibentuk oleh inflasi inti yang mencapai 0,31 persen

(Tabel 55).

Tabel 55. Inflasi berdasarkan Sumbangan (Share)

Komponen

Apr-15 Mei-15 Jun-15

UMUM (headline) 0,36 0,5 0,54

Inti 0,14 0,13 0,16

Bergejolak -0,15 0,29 0,33

Diatur Pemerintah 0,37 0,08 0,05

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Page 86: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

75 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

75

Secara tahunan (YoY), terdapat tiga kelompok pengeluaran yang memiliki inflasi

tertinggi selama triwulan III tahun 2015, yaitu kelompok pengeluaran makanan jadi,

minuman, rokok, dan tembakau, bahan makanan, serta kelompok pengeluaran

transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Jika dilihat secara bulanan (MtM), terjadi kondisi yang berbeda setiap bulannya.

Pada bulan Juli 2015, inflasi bulanan tertinggi dimiliki oleh kelompok pengeluaran

Bahan Makanan sebesar 2,02 persen (MtM). Komoditas yang dominan memberikan

sumbangan inflasi antara lain ikan segar, daging ayam ras, dan cabai merah. Pada

Agustus 2015, inflasi bulanan tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga sebesar 1,72 persen (MtM), sebaliknya terjadi

deflasi pada kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan

sebesar 0,58 persen (MtM). Sementara itu, pada bulan September 2015 kelompok

Bahan Makanan mengalami deflasi tertinggi sebesar 1,07 persen (MtM), komoditas

yang dominan memberikan sumbangan deflasi antara lain daging ayam ras, cabai

merah, bawang merah, cabai rawit, dan minyak goreng. Sebaliknya inflasi tertinggi

terjadi pada kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga sebesar 0,89 persen

(MtM) (Tabel 56).

Tabel 56. Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (YoY)

Kelompok Pengeluaran YoY MtM

Jul-15 Agt-15 Sept-15 Jul-15 Agt-15 Sept-15

UMUM (headline) 7,26 7,18 6,83 0,93 0,39 -0,05

Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 8,67 8,17 8,00 1,74 -0,58 -0,4

Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga 4,02 4,17 4,39 0,34 1,72 0,89

Kesehatan 5,60 5,99 6,15 0,36 0,70 0,44

Sandang 3,29 3,06 4,10 0,39 0,01 0,83

Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar 6,99 6,38 5,78 0,13 0,16 0,20

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan

Tembakau 8,19 8,39 8,26 0,51 0,71 0,39

Bahan Makanan 8,66 9,26 8,26 2,02 0,91 -1,07

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Secara tahunan (YoY), 82 kabupaten/kota mengalami inflasi selama triwulan III

tahun 2015 (Lampiran 1). Pada akhir triwulan III tahun 2015, terjadi inflasi sebesar

6,83 persen (YoY) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 121,67. Selama

Juli-September 2015, kota Tual tercatat memiliki inflasi tertinggi masing-masing

sebesar 14,93 persen (YoY); 14,26 persen (YoY); dan 13,67 persen (YoY). Inflasi

tahunan tertinggi di kota Tual terjadi pada kelompok Bahan Makanan. Sementara

itu, inflasi tahunan terendah di bulan Juli dimiliki oleh kota Maumere, di bulan

Agustus dimiliki oleh kota Manokwari, dan di bulan September dimiliki oleh kota

Page 87: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

76 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

76

Meulaboh. Ketiga kota tersebut mencatat tingkat deflasi pada kelompok pengeluaran

Bahan Makanan.

Secara bulanan (MtM) sebaran inflasi/ deflasi di 82 kabupaten/ kota lebih merata

dibandingkan secara tahunan (Lampiran 1). Inflasi tertinggi pada bulan Juli 2015

dimiliki kota Pangkal Pinang sebesar 3,18 persen (MtM), pada bulan Agustus 2015

dimiliki kota Tanjung Pandan sebesar 2,29 persen (MtM), dan pada bulan September

2015 dimiliki kota Merauke sebesar 1,33 persen (MtM). Bahan makanan

mendominasi inflasi pada kota Pangkal Pinang dan Tanjung Pandan, terutama pada

komoditas ikan dan daging. Sementara itu, di Merauke penyebab tingginya inflasi

adalah sektor pendidikan karena memasuki tahun ajaran baru. Sebaliknya, deflasi

terendah pada bulan Juli dimiliki kota Merauke; pada bulan Agustus dimiliki kota

Ambon; dan pada bulan September dimiliki kota Sibolga.

Nilai Tukar Mata Uang Dunia

Berdasarkan nilainya pada akhir bulan, selama triwulan III tahun 2015, dolar

Amerika Serikat (USD) menguat pada sebagian besar mata uang negara lain baik

secara bulanan (MtM), awal tahun (YtD), maupun tahunan (YoY) (Lampiran 2). Tren

penguatan USD sejalan dengan normalisasi kebijakan The Fed dan perbaikan data

perekonomian Amerika Serikat yang memberikan tekanan terhadap hampir semua

mata uang dunia, termasuk Rupiah.

Secara bulanan (MtM), pada bulan Juli 2015, USD menguat terhadap seluruh mata

uang, termasuk Rupiah. Tekanan tertinggi dialami oleh Kyat Myanmar dimana

penguatan USD terhadap Kyat sebesar 10,5 persen (MtM). Sementara itu, pada bulan

Agustus 2015 tekanan tertinggi dialami Ringgit Malaysia, sebaliknya USD sempat

melemah hingga 2 persen (MtM) terhadap Yen Jepang dan Euro. Pada September

2015 tekanan tertinggi dialami oleh Real Brazil, sebaliknya USD melemah terhadap

Rupee India, Yen Jepang, Renminbi Cina, dan Peso Filipina.

Jika dibandingkan dengan posisinya pada awal tahun 2015 (YtD), selama Juli-

September 2015, USD menguat terhadap hampir seluruh mata uang negara lain.

Penguatan USD terhadap Real Brazil adalah yang tertinggi selama bulan Juli-

September 2015. Dolar Amerika Serikat sempat melemah secara YtD terhadap

Poundsterling Inggris sebesar 0,2 persen pada bulan Juli 2015.

Rusia merupakan negara yang mengalami tekanan tertinggi secara tahunan (YoY)

Rusia pada akhir bulan Juli-September 2015 dibanding mata uang lainnya, dengan

penguatan sekitar 65-73 persen. Konflik politik dan tren penurunan harga minyak

menjadi penyebab utama goncangnya perekonomian Rusia, termasuk pelemahan

Rubel Rusia.

Page 88: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

77 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

77

Gambar 14. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100)

Sumber: Bank for International Settlements

Secara relatif, nilai tukar rupiah tergolong lemah dibandingkan mata uang negara

sekawasan, namun sedikit lebih baik dibandingkan Ringgit Malaysia dan Kyat

Myanmar. Pulihnya perekonomian Amerika Serikat (AS) memang tidak hanya

membuat rupiah melemah, namun juga mengkoreksi nilai tukar mata uang beberapa

negara. Sementara itu, secara riil, nilai tukar rupiah relatif lebih rendah

dibandingkan negara sekawasan lainnya dan menunjukkan tren penurunan (lihat

Gambar 14). Pada bulan September 2015, nilai REER Indonesia menurun menjadi

85,53 dibanding bulan sebelumnya, akan tetapi REER Indonesia berada diatas REER

Malaysia yang sebesar 85,51. Pada bulan September 2015, nilai REER negara

kawasan ASEAN tertinggi dimiliki oleh Filipina sebesar 115,80, disusul REER

Singapura dan Thailand masing-masing 110,56 dan 100,81.

Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap USD selama triwulan III tahun 2015 sebesar

Rp 14.086,00 per USD, melemah sebesar 9,9 persen dibandingkan triwulan

sebelumnya. Nilai tukar Rupiah terhadap USD pada akhir bulan September 2015

mencapai Rp 14.653,00 per USD. Pelemahan Rupiah ini dipengaruhi oleh faktor

eksternal maupun faktor internal. Tekanan terhadap Rupiah dari faktor eksternal;

terutama dipengaruhi oleh faktor kekhawatiran akan normalisasi kebijakan Bank

Sentral AS (The Fed). Kekhawatiran tersebut sejalan dengan perbaikan ekonomi AS

yang semakin didukung kuat dengan perlambatan ekonomi Tiongkok, sehingga

mendorong permintaan terhadap dolar AS yang selanjutnya menopang penguatan

USD. Sedangkan dari faktor internal antara lain dengan berkurangnya nilai ekspor

dan cadangan devisa serta adanya lonjakan permintaan terhadap USD untuk

pembayaran utang.

Page 89: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

78 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

78

Indeks Harga Saham

Pada posisi akhir bulan, sebagian besar negara selama triwulan III tahun 2015

mengalami tren pelemahan saham dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara

bulanan (MtM), pada bulan Juli 2015, pelemahan indeks saham tertinggi dialami

oleh Tiongkok (SSEA) mencapai 14,3 (MtM) persen, sedangkan penguatan saham

dialami oleh kawasan Eropa, Amerika Serikat, Jepang, India, dan Malaysia. Pada

bulan Agustus dan September 2015, hampir seluruh indeks saham mengalami

pelemahan secara bulanan. Tiongkok (SSEA) dan Jepang (N225) mengalami

pelemahan indeks terdalam pada bulan Agustus dan September 2015. Sementara

itu, Malaysia menunjukkan penguatan indeks saham meski tipigas pada akhir bulan

September 2015 yaitu sebesar 0,5 persen (MtM). Pelemahan bursa saham karena

sentimen negatif dari perlambatan ekonomi dunia yang diperkirakan masih akan

berlanjut hingga akhir tahun 2015 (Lampiran 3).

Dibandingkan dengan posisinya pada awal tahun 2015 (YtD), negara yang bursa

sahamnya mengalami pelemahan secara berkala selama triwulan III tahun 2015

adalah Indonesia (IHSG), Singapura (STI), Malaysia (KLCI), Thailand (SETI), dan

Amerika Serikat (DJIA). Indonesia (IHSG) mengalami pelemahan terdalam secara

YtD selama bulan Juli-September 2015 dengan masing-masing pelemahan 8,1

persen, 13,7 persen, dan 19,2 persen. Sebaliknya, secara YtD, indeks saham Jepang

(N225) mengalami penguatan tertinggi pada bulan Juli 2015 dan Agustus 2015,

masing-masing 18 persen (YtD) dan 8,3 persen (YtD).

Bursa saham yang mengalami penguatan terbesar secara tahunan (YoY) selama

triwulan III tahun 2015 adalah Tiongkok (SSEA) yang mencapai 66,4 persen (YoY)

pada akhir bulan Juli 2015 dengan pertumbuhan yang semakin menurun menjadi

sebesar 29,1 persen pada akhir September 2015. Sebaliknya, bursa saham yang

mengalami pelemahan terbesar adalah Rusia (RTS), yakni mencapai 29,7 persen

(YoY) pada akhir bulan September 2015.

Seiring dengan perbaikan ekonomi di AS, pada tanggal 30 September 2015, Indeks

DJIA dan S&P 500 ditutup pada level 16.284,7 dan 1.998,7. Jika dibandingkan secara

bulanan (MtM), awal tahun (YtD), maupun tahunan (YoY), terlihat bahwa bursa

saham Wall Street memiliki tren positif hanya pada bulan Juli 2015 dan selanjutnya

mengalami tren negatif. Pelemahan bursa saham Wall Street seiring dengan

pelemahan bursa kawasan Eropa (STOXX-50) akibat goncangan saham Volkswagen.

Page 90: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

79 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

79

Gambar 15. Indeks Saham BRIC & Indonesia

Sumber: Bloomberg, diolah kembali

Gambar 16. Indeks Saham ASEAN-3 & Indonesia

Sumber: Bloomberg, diolah kembali

Gambar 17. Indeks Saham Negara Maju & Indonesia

Sumber: Bloomberg, diolah kembali

Page 91: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

80 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

80

Rata-rata IHSG pada triwulan III tahun 2015 sebesar 4.512. Nilai rata-rata IHSG

tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan II tahun 2015. IHSG baik secara

bulanan (MtM), awal tahun (YtD), dan tahunan (YoY) mengalami pelemahan. Tren

pelemahan IHSG semakin tinggi hingga akhir September 2015, namun dilanjutkan

dengan penguatan pada awal hingga pertengahan Oktober 2015. Pergerakan yang

sama juga dialami oleh indeks saham negara-negara ASEAN 3 (Malaysia, Singapura,

dan Thailand). Begitu juga dengan indeks saham Tiongkok dan India. Akan tetapi,

jika dibandingkan dengan negara maju, tren IHSG menunjukkan tren pelemahan

terburuk (Gambar 15, 16, dan 17). Pelemahan IHSG selama triwulan III tahun 2015

terutama dipengaruhi oleh sentimen negatif eksternal melemahnya manufaktur

Tiongkok beserta sentiment negatif internal terhadap data-data perekonomian

domestik yang belum kondusif, namun cukup terkendali dengan dikeluarkannya

paket kebijakan Pemerintah.

Indeks Harga Komoditas Internasional

Gambar 18. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global

40

60

80

100

120

140

160

BERAS GULA GANDUM COKELAT JAGUNG KACANG KEDELAI Sumber: Bloomberg, data diolah

(3 Januari 2012=100)

Mayoritas komoditas internasional masih mengalami pergerakan indeks harga yang

menurun selama triwulan III tahun 2015, baik secara bulanan (MtM), dibanding

awal tahun (YtD) maupun secara tahunan (YoY). Komoditas beras adalah satu-

satunya komoditas yang mengalami penguatan indeks harga selama Juli-Agustus

2015, baik secara bulanan (MtM) maupun dibanding awal tahun (YtD). Sedangkan

secara tahunan (YoY), hampir semua indeks harga komoditas terpilih mengalami

penurunan secara berkala dengan penurunan indeks harga terdalam dimiliki

komoditas minyak mentah Brent Oil dan gas alam (Lampiran 4).

Pada awal triwulan III tahun 2015, sebagian besar indeks harga komoditas pangan

global mengalami penurunan dan berlanjut hingga Agustus 2015. Kondisi yang

berbeda terjadi pada bulan September 2015 dimana mayoritas indeks harga

komoditas pangan global mengalami peningkatan kecuali komoditas kacang kedelai

Page 92: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

81 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

81

(Gambar 18). Harga kedelai jatuh sebagai akibat cuaca yang buruk di wilayah

perkebunan Amerika Serikat dan Brazil sebagai sentra penghasil kedelai dan

membuat produksi hasil perkebunan menurun.

Gambar 19. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global

Sumber: Bloomberg, data diolah

(3 Januari 2012=100)

Tren penurunan indeks harga sebagian besar komoditas yang terjadi pada triwulan

III tahun 2015 ini mencerminkan kelesuan perekonomian dunia. Pada akhir bulan

September 2015 komoditas mineral global yang mengalami peningkatan indeks

harga secara bulanan (MtM), sedangkan minyak mentah Brent Oil, gas alam dan

komoditas logam mulia berupa emas masih melanjutkan penurunan indeks harga

(Gambar 19). Kecenderungan penurunan indeks harga logam mulia menunjukkan

bahwa permintaan akan komoditas ini menurun seiring dengan penguatan dolar

Amerika Serikat yang membuat sifat hedging logam mulia emas menjadi turun.

Tren penurunan harga minyak yang terjadi sejak pertengahan tahun 2014 lalu

karena melimpahnya pasokan minyak mentah dunia dari Amerika Serikat yang tidak

didukung oleh pembatasan pasokan minyak dari negara OPEC. Sementara itu,

anjloknya harga juga tidak didukung oleh peningkatan permintaan global akan

komoditas ini. Penurunan indeks harga gas alam secara utama disebabkan oleh

meningkatnya produksi khususnya

Harga Bahan Pokok Nasional

Selama periode Juli-September 2015 mayoritas komoditas bahan pokok terpilih

mengalami pergerakan harga yang fluktuatif secara bulanan (MtM). Sementara itu,

hanya gula pasir yang mengalami penurunan harga secara berkala. Pada akhir bulan

Juli dan Agustus 2015, harga bahan pokok yang mengalami peningkatan harga

terbesar dialami oleh cabai merah keriting, cabe merah biasa beserta daging ayam

broiler. Ketiga komoditas tersebut masing-masing meningkat sekitar 3-4 persen

(MtM) pada akhir Agustus 2015. Sebaliknya, pada akhir bulan September 2015

komoditas daging ayam broiler, telur ayam ras, cabe merah keriting, dan cabe merah

Page 93: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

82 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

82

biasa mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 12,7 persen, 3,3 persen,

2,7 persen, dan 5,4 persen (MtM) (Lampiran 5). Penurunan harga terutama

disebabkan oleh kembali normalnya permintaan bahan pokok setelah perayaan hari

besar Idul Adha terutama pada komoditas daging ayam, telur, dan cabai merah.

Komoditas bawang merah mengalami penurunan harga terdalam mencapai 9,9

persen (MtM) pada Juli 2015 dan dilanjutkan dengan penurunan sebesar 18,3

persen (MtM) pada akhir Agustus 2015 (Gambar 20). Anjloknya harga bawang

merah ditengarai karena panen raya yang bersamaan di beberapa wilayah di

Indonesia.

Gambar 20. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok

Sumber: Kementerian Perdagangan, data diolah (2009=100)

Jika dibandingkan dengan posisi pada awal tahun 2015 (YtD), selama bulan Juli-

September 2015, komoditas bahan pokok yang mengalami peningkatan harga

secara berkala adalah daging sapi, telur ayam ras, tepung terigu, beras medium, dan

gula pasir. Sebaliknya, komoditas yang mengalami tren penurunan harga adalah

minyak goreng curah, kedelai impor, kedelai lokal, cabe merah keriting, dan cabe

merah biasa. Penurunan harga tertinggi terjadi pada komoditas cabe merah keriting

dan cabe merah biasa dimana masing-masing turun sebesar 47,4 persen dan 48,5

persen (YtD) pada akhir September 2015.

Secara tahunan (YoY), selama triwulan III tahun 2015, mayoritas harga bahan pokok

nasional meningkat. Sementara itu hanya komoditas minyak goreng curah dan

kedelai impor yang mengalami tren penurunan harga secara berkala. Adapun bahan

pokok yang mengalami fluktuasi harga secara tahunan antara lain daging ayam

broiler, kedelai lokal, dan bawang merah.

Respon Kebijakan Moneter

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 17 September 2015

memutuskan untuk mempertahankan BI rate menjadi sebesar 7,5 persen dengan

suku bunga Lending Facility pada level 8,00 persen dan suku bunga Deposit Facility

pada level 5,50 persen. Keputusan mempertahankan tingkat suku bunga didasarkan

pada tingkat inflasi yang diperkirakan masih dalam kisaran inflasi yang rendah dan

Page 94: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

83 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

83

terkendali. Keputusan BI-rate dipandang sejalan dengan target inflasi yang

terkendali dan rendah di bawah sasaran 4±1 persen pada 2015-2016 dan untuk

mendukung terwujudnya surplus transaksi berjalan.

Pada akhir Agustus 2015, BI melakukan perubahan kedua atas Peraturan Bank

Indonesia (PBI) tentang transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah antara Bank dengan

Pihak Domestik dan Pihak Asing. Bank Indonesia mengubah batas nilai maksimum

pembelian valuta asing (valas) melalui transaksi spot yang dilakukan tanpa

keperluan tertentu (underlying) menjadi sebesar 25.000 USD per bulan per nasabah.

Hal ini dilakukan oleh BI sebagai upaya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.

Pada September 2015, sejalan dengan paket kebijakan Pemerintah, dalam rangka

menjaga stabilitas perekonomian, Bank Indonesia mengeluarkan lima paket

kebijakan, yaitu: (i) Memperkuat pengendalian inflasi dan mendorong sektor riil

dari sisi supply perekonomian; (ii) Menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah; (iii)

Memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah; (iv) Memperkuat pengelolaan

penawaran dan permintaan valuta asing (valas); dan (v) Langkah-langkah lanjutan

untuk pendalaman pasar keuangan. Selain itu, Bank Indonesia juga masih konsisten

dengan kebijakan pelonggaran makroprudensial untuk menstimulus perekonomian

melalui penyesuaian kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) dengan instrumen

pelonggaran batas atas Loan to Funding Ratio (LFR) bagi bank yang sudah

memenuhi pencapaian tertentu Kredit UMKM dengan kualitas kredit yang baik.

Mengingat permasalahan domestik dan tantangan perekonomian global yang masih

diwarnai ketidakpastian, Pemerintah tetap siaga memantau fundamental ekonomi.

Ada tiga hal yang perlu dicermati terkait respon kebijakan dalam meredam fluktuasi

nilai tukar rupiah, yaitu: (i) Mempercepat realisasi pembangunan infrastruktur. Di

tengah pelemahan konsumsi dan net-ekspor, kunci peningkatan pertumbuhan

ekonomi adalah kebijakan fiskal pemerintah. Pemerintah perlu menerapkan

kebijakan fiskal countercyclical. Pertumbuhan yang tinggi dan membaiknya

fundamental perekonomian Indonesia merupakan kunci untuk menarik kembali

kepercayaan investor dan membangun persepsi positif pasar, sehingga sudden

capital outflow dapat dihindari; (ii) Meningkatkan ekspor produk manufaktur,

prioritas impor untuk barang modal yang sifatnya produktif. Current Account Deficit

(CAD) yang sehat merupakan syarat bagi rupiah untuk kembali menggeliat. Namun,

pemerintah jangan terlena dengan CAD yang membaik, tanpa melihat komposisi

didalamnya. Peningkatan ekspor harus menjadi modal utama perbaikan CAD.

Sementara impor dapat diprioritaskan untuk membeli barang modal terutama yang

mendukung pembangunan infratsruktur; (iii) Manajemen ekspektasi penting.

Meningkatkan kualitas komunikasi publik untuk menciptakan optimisme dan

mengurangi rasa panik di masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan menyampaikan

capaian yang sudah dilakukan pemerintah secara berkala, terutama terkait dengan

proyek-proyek besar.

Page 95: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

84 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

84

Koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank Indonesia akan terus

diintensifkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Ke depan, kebijakan moneter

tetap difokuskan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem

keuangan melalui penguatan bauran kebijakan di bidang moneter, makroprudensial,

dan sistem pembayaran. Kebijakan moneter akan tetap secara konsisten diarahkan

untuk mengendalikan inflasi menuju sasarannya dan defisit transaksi berjalan ke

tingkat yang lebih sehat.

SEKTOR PERBANKAN

Gambar 21. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Catatan : Angka triwulan II merupakan angka bulan Agustus 2015

Indikator ketahanan perbankan dan sektor keuangan cukup terjaga di triwulan ke III

tahun 2015 di tengah pertumbuhan ekonomi yg masih terbatas. Hal tersebut

ditunjukkan Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) meningkat

dibanding triwulan sebelumnya. Tercatat CAR pada bulan Agustus 2015 adalah

sebesar 20,73 persen, meningkat 0,45 persen dibanding triwulan sebelumnya (QtQ).

Loan to Deposit Ratio (LDR) juga mengalami kenaikan sebesar 0,87 persen pada

bulan Agustus 2015 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (QtQ) menjadi

88,81 persen. Untuk rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) sedikit

mengalami peningkatan sebesar 0,25 persen dibanding triwulan sebelumnya (QtQ)

menjadi 2,75 persen di bulan Agustus 2015.

Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan tetap tumbuh meskipun mengalami

perlambatan di tengah terbatasnya pertumbuhan perekonomian domestik. Pada

triwulan III tahun 2015, pertumbuhan DPK mengalami perlambatan dari 13,18

persen (YoY) pada triwulan sebelumnya menjadi 11,51 persen (YoY). Secara

nominal, DPK pada triwulan III tahun 2015 tumbuh sebesar 2,32 persen dibanding

triwulan sebelumnya menjadi Rp. 4.322 triliun.

Page 96: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

85 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

85

Gambar 22. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Catatan : Angka triwulan I merupakan angka bulan September 2015

Gambar 23. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya

Sumber: Bank Indonesia

Catatan : Angka triwulan I merupakan angka bulan September 2015

Kredit masih tetap menunjukkan pertumbuhan, di tengah pertumbuhan ekonomi yg

masih terbatas. Kredit triwulan III tahun 2015 tercatat sebesar Rp 3.987 triliun,

tumbuh sebesar 3,16 persen dibanding triwulan sebelumnya atau sebesar 10,90

persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kredit Modal Kerja tercatat tumbuh

sebesar 3,10 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (QtQ) atau sebesar 10,32

persen dibandingkan tahun sebelumnya (YoY) menjadi sebesar Rp 1.894 triliun.

Kredit Investasi tumbuh sebesar 4,27 persen dibandingkan triwulan sebelumnya

(QtQ) atau sebesar 13,03 persen dibanding tahun sebelumnya (YoY). Pada bulan

September 2015, kredit investasi tercatat sebesar Rp 977 triliun. Kredit Konsumsi

juga mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 2,29 persen dibandingkan triwulan

sebelumnya (QtQ) atau sebesar 10,17 persen dibanding tahun sebelumnya (YoY).

Tercatat pada bulan September 2015, kredit konsumsi adalah sebesar Rp 1.117

triliun.

Page 97: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

86 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

86

Pada triwulan II tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga berlaku

mencapai 599,4 triliun dan dalam PDB atas dasar harga konstan 2010 mencapai 486,7 triliun.

Sektor industri pengolahan pada triwulan II tahun 2015 mengalami pertumbuhan mencapai

5,26 persen (YoY).

Rata-rata kunjungan wisman per bulan selama triwulan kedua tahun ini sekitar 776.303 orang

dengan jumlah total kunjungan wisman mencapai 4.657.817 orang.

PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI DAN

PARIWISATA

Page 98: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

87 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

87

PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI

Pertumbuhan Industri Pengolahan

Gambar 24. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %)

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

Pada triwulan III Tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga

berlaku mencapai Rp. 531,7 triliun dan tumbuh sebesar 5,2 persen (YoY).

Pertumbuhan sektor industri non-migas tersebut mampu menopang pertumbuhan

PDB nasional pada triwulan III tahun 2015 yang hanya tumbuh sebesar 4,71 persen

(YoY). Hal ini melanjutkan tren yang sudah dimulai dari tahun 2011. Di tengah

perlambatan ekonomi baik di Indonesia maupun dunia, tumbuhnya sektor industri

pengolahan non-migas menjadi sebuah pencapaian yang sangat baik.

Gambar 25. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan III Tahun 2015 (YoY, %)

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

Page 99: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

88 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

88

Sebagian besar dari lima belas subsektor pengolahan non-migas mencatatkan

pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor industri kimia,

farmasi dan obat tradisional; industri barang logam dan industri makanan dan

minuman (mamin) yang berturut-turut tumbuh 8,6 persen, 8,0 persen dan 7,9

persen (Gambar 25). Di sisi lain, tiga subsektor industri pengolahan non-migas

mencatat pertumbuhan negatif diantaranya industri tekstil dan pakaian jadi,

industri kertas, serta barang dari kertas dan kayu. Pada tiga triwulan terakhir tahun

2015, industri tekstil mencatat pertumbuhan negatif. Dengan kurang lebih 1,3 juta

tenaga kerja yang bekerja di sektor tekstil, pertumbuhan negatif tersebut menjadi

perhatian khusus bagi para pemangku kepentingan. Asosiasi Pertekstilan Indonesia

menyatakan bahwa pertumbuhan yang negatif tidak hanya disebabkan oleh

turunnya permintaan dari luar negeri, tetapi juga disebabkan oleh penurunan daya

beli masyarakat Indonesia dan mahalnya biaya input, khususnya biaya gaji buruh.

Hal ini sangat mungkin untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga sejauh mana

efektivitas metode baru penghitungan upah minimum provinsi (UMP). Penetapan

UMP hanya sebesar jumlah persentase pertumbuhan ekonomi dan inflasi dapat

meringankan beban usaha pelaku industri tekstil.

Gambar 26. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

Pada triwulan III tahun 2015, subsektor makanan dan minuman masih menjadi

subsektor yang dominan dalam industri pengolahan non-migas. Kontribusi

subsektor makanan dan minuman dalam pertumbuhan PDB industri pengolahan

non-migas merupakan yang terbesar, atau mencapai hampir 45,0 persen dari

pertumbuhan industri pengolahan non-migas. Pelaku usaha sektor makanan

minuman yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman

Indonesia (GAPMMI), memberikan pertimbangan kepada para pemangku kebijakan

terkait dengan ketersediaan bahan baku seperti gula, garam, daging hewan dengan

harga kompetitif. Hal ini menjadi perhatian utama, sehingga mendukung

5,24

Page 100: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

89 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

89

pertumbuhan subsektor makanan minuman. Pemangku kebijakan harus tetap

memperhitungkan tren penurunan daya beli masyarakat yang mempengaruhi

pertumbuhan subsektor makanan, meskipun subsektor ini memiliki tingkat

elastisitas permintaan yang rendah.

Gambar 27. Tenaga Kerja Sektor Industri (Juta Jiwa)

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

Jumlah tenaga kerja industri per bulan Agustus 2015 adalah sejumlah 15,25 juta

tenaga kerja, relatif tidak berubah jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja per

bulan Agustus 2014. Di tengah kelesuan perekonomian global, penambahan jumlah

tenaga kerja sektor industri menjadi sebuah hal sulit. Berdasarkan informasi yang

didapat dari beberapa asosiasi industri, pelaku usaha berusaha untuk tidak

melakukan PHK dan lebih memilih untuk melakukan pengurangan jam kerja

ataupun merelokasi industri menuju daerah dengan biaya tenaga kerja yang lebih

murah. Namun demikian, jika pelemahan perekonomian terus berlanjut maka

pilihan PHK menjadi sesuatu yang sulit dihindari.

Gambar 28. Ekspor Produk Industri

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

Nilai ekspor produk industri Indonesia sampai dengan triwulan III tahun 2015

mencapai USD 25,4 miliar, atau mengalami penurunan sebesar 10,05 persen

dibandingkan triwulan II tahun 2014 (YoY). Melihat pertumbuhan ekonomi global

Page 101: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

90 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

90

yang terus menurun dan kinerja ekspor yang melambat, target ekspor yang

dicanangkan naik hingga tiga kali lipat di 2019 akan menjadi sebuah tantangan

besar. Salah satu penyebab penurunan ekspor komoditas maupun manufaktur

adalah karena turun nya permintaan dari Tiongkok, Jepang dan Eropa. Hal ini perlu

diantisipasi karena tren penurunan ekspor produk industri, dimana ekspor industri

sudah menurun selama empat triwulan berturut-turut. Selain itu, pemangku

kebijakan dapat mengeluarkan kebijakan yang mengantisipasi penurunan

permintaan dunia dan mendukung pertumbuhan ekspor industri.

Penanaman Modal Dalam dan Luar Negeri

Proyek investasi PMA pada triwulan III tahun 2015 telah direalisasikan melalui

1.648 proyek dengan nominal investasi sebesar USD 3,1 miliar. Investasi PMA

mengalami kenaikan nominal yang signifikan yaitu sebesar USD 0,6 miliar,

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan

investasi pada sektor tambang, industri logam, mesin dan elektronik, kendaraan

bermotor, alat berat, perumahan, serta listrik dan gas. Proyek investasi di bidang

kelistrikan mengalami kenaikan sangat signifikan dari triwulan sebelumnya. Kondisi

ini disebabkan banyaknya proyek elektrifikasi oleh pemerintah yang mulai

dikerjakan, dimana yang sebagian besar diserahkan oleh investor asing.

Sampai dengan triwulan III tahun 2015, realisasi investasi industri PMA yang telah

dilaksanakan mencapai nilai sebesar USD 8,5 miliar. Apabila dibandingkan dengan

capaian realisasi investasi PMA triwulan III tahun 2014, pada tahun 2015

mengalami penurunan sebesar USD 1,6 miliar. Hal ini disebabkan oleh kelesuan

ekonomi dunia yang dialami oleh negara maju maupun negara berkembang. Namun

demikian, laporan terbaru terkait investasi dunia dalam World Investment Report

2015 yang dirilis oleh PBB menyebutkan bahwa Asia bagian Timur (terdiri dari Asia

Timur dan Asia Tenggara) merupakan salah satu wilayah tujuan investasi asing

terbesar di dunia dan Indonesia menduduki posisi kedua tertinggi di Asia Timur dan

posisi tertinggi pertama di Asia Tenggara dalam PMA.

Gambar 29. Perkembangan PMA Sektor Industri

Sumber: BKPM 2015, diolah

Page 102: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

91 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

91

Pada triwulan III tahun 2015, jumlah proyek PMA menurun sebesar 238, dibanding

triwulan sebelumnya. Namun demikian, jumlah total investasi proyek PMA sampai

dengan triwulan III tahun 2015 telah melampaui jumlah investasi proyek PMA yang

direalisasikan di tahun sebelumnya. Sampai dengan triwulan III tahun 2015, jumlah

total investasi PMA telah mencapai 4,854 proyek, sedangkan hanya mencapai 4,509

pada tahun 2014

Di sisi lain, nilai PMDN triwulan III tahun 2015 mencapai Rp 20 triliun dan jumlah

proyek PMDN mencapai 516 proyek yang terealisasi. Berdasarkan nilai maupun

jumlah PMDN di triwulan III tahun 2015 mengalami penurunan, dibandingkan

triwulan II tahun 2015. Hal tersebut berkaitan dengan siklus investasi yang memang

selalu naik di pertengahan dan akhir tahun. Nilai investasi PMDN di sektor industri

mulai melampaui pencapaian investasi di tahun 2014. Sampai dengan triwulan III

tahun 2015, total nilai investasi PMDN di tahun 2015 sudah mencapai Rp 63,06

triliun, atau meningkat sebesar Rp 21,26 triliun dibandingkan tahun 2014. Hal yang

sangat menarik diperhatikan yaitu ketika kelesuan ekonomi yang sangat tinggi

dirasakan oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia, ternyata para

investor dalam negeri banyak menanamkan modalnya di sektor industri industri

makanan, kimia, farmasi, mineral non logam, dan permesinan serta elektronik.

Gambar 30. Perkembangan PMDN Sektor Industri

Sumber: BKPM 2015, diolah

Berdasarkan secara keseluruhan PMA sektor industri, gambar 30 menunjukkan

bahwa sebanyak USD 724 juta dari total investasi PMA sebesar USD 3,145 miliar

diinvestasikan pada subsektor industri logam, mesin dan elektronik. Investasi

tersebut merupakan investasi yang bertahan di posisi tertinggi dari tahun 2014,

disusul oleh investasi industri dari subsektor kimia dan farmasi yaitu sebesar 578

juta USD, serta subsektor kendaraan bermotor dan alat transportasi sebesar 526

juta USD. Secara keseluruhan realisasi PMA berdasarkan asal negara adalah,

investasi Malaysia tercatat USD 2,6 miliar, Singapura USD 2,3 miliar, Jepang USD 1,6

miliar, Amerika Serikat USD 0,6 miliar, dan British Virgin Islands sebesar USD 0,4

miliar.

Page 103: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

92 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

92

Tabel 57. Nilai Investasi Dan Jumlah Proyek PMA Sektor Industri Triwulan III Tahun 2015

No Subsektor Industri Nilai PMA

(Juta USD)

Jumlah Proyek

PMA

1 Industri Makanan 421 328

2 Industri Tekstil 136 137

3 Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki 61 63

4 Industri Kayu 6 25

5 Ind. Kertas dan Percetakan 186 49

6 Ind. Kimia dan Farmasi 578 199

7 Ind. Karet dan Plastik 236 117

8 Ind. Mineral Non Logam 255 73

9 Ind. Logam, Mesin & Elektronik 724 394

10 Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik & Jam

0 2

11 Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain

526 183

12 Industri Lainnya 15 78

TOTAL 3,145 1,648

Sumber: BKPM 2015, diolah

Pada triwulan III tahun 2015, realisasi investasi proyek PMDN untuk sektor industri

masih didominasi oleh industri makanan yang mencapai 204 unit proyek, industri

kimia farmasi sebesar 71 unit proyek, serta industri logam, mesin dan elektronik

sebanyak 64 unit proyek. Sampai dengan triwulan III tahun 2015, berdasarkan

realisasi investasi PMDN secara akumulatif nilai terbesar masih dipegang oleh

subsektor industri makanan sebesar 636 unit proyek dan industri logam, mesin dan

elektronik sebesar 223 unit proyek. Selanjutnya, posisi ketiga dan keempat terbesar

adalah subsektor industri kimia dan farmasi serta subsektor karet dan plastik

masing-masing sebesar 218 dan 174 unit proyek PMDN pada tahun 2015.

Sejalan dengan jumlah investasi proyek PMDN tersebut, industri makanan juga

menerima nominal investasi terbesar dibanding sektor lainnya, yakni sebesar 29,0

persen atau total investasi sampai dengan triwulan III tahun 2015 sebesar Rp 18,1

triliun. Hal ini terjadi di tahun-tahun sebelumnya karena makanan merupakan salah

satu kebutuhan pokok bagi masyarakat. Selanjutnya, investasi PMDN dari investasi

industri kimia dan farmasi sebesar 25,0 persen atau Rp 16,05 triliun. Pertumbuhan

PDB industri sektor makanan dan minuman terus mengalami kenaikan pada tiap

triwulannya. Pada tahun 2015 PDB industri telah tumbuh sebesar 8,4 persen, 8,6

persen, dan 7,0 persen pada triwulan I hingga triwulan III tahun 2015. GAPMMI

mencatatkan bahwa banyaknya investor yang melirik masuk ke industri makanan

Page 104: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

93 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

93

dan minuman di Indonesia, karena didorong oleh besarnya populasi yang

merepresentasikan tingkat konsumsi makanan dan minuman di tanah air.

Tabel 58. Nilai Investasi Dan Jumlah Proyek PMDN Sektor Industri Triwulan III Tahun 2015

No Subsektor Industri Nilai PMDN

(Rp. Miliar)

Jumlah Proyek

PMDN

1 Industri Makanan 3,969 204

2 Industri Tekstil 274 23

3 Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki - 4

4 Industri Kayu 942 18

5 Ind. Kertas dan Percetakan 2,002 19

6 Ind. Kimia dan Farmasi 5,020 71

7 Ind. Karet dan Plastik 409 46

8 Ind. Mineral Non Logam 5,255 45

9 Ind. Logam, Mesin & Elektronik 2,053 64

10 Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik &

Jam

- 1

11 Ind. Kendaraan Bermotor & Alat

Transportasi Lain

104 17

12 Industri Lainnya 21 4

TOTAL 20,049 516

Sumber: BKPM 2015, diolah

Industri makanan dari tahun ke tahun masih menjadi primadona para pelaku bisnis

global. Hal ini disebabkan oleh perekonomian Indonesia yang sebagian besar

ditopang oleh sektor konsumsi. Semakin banyaknya jumlah kalangan menengah di

Indonesia didukung dengan jumlah penduduk yang terus bertambah dan mencapai

250 juta orang, nilai investasi subsektor industri makanan akan terus meningkat.

Perkembangan realisasi penanaman modal subsektor lndustri logam dasar, barang

logam, mesin, dan elektronik berfluktuatif serta memiliki tren meningkat PMDN

maupun PMA. Peningkatan tren pada tiga tahun terakhir, baik realisasi PMDN

maupun PMA didorong oleh proyeksi pertumbuhan konsumsi baja, barang mesin,

dan elektronik. Pertumbuhan konsumsi baja domestik yang dipengaruhi oleh pangsa

pasar industri otomotif, infrastruktur, dan konstruksi mengalami peningkatan yang

cukup pesat.

Berdasarkan pertumbuhan PDB triwulan III tahun 2015, menunjukkan bahwa

industri logam, mesin, dan elektronik memiliki tren pertumbuhan yang positif yaitu

sebesar 6,4 persen (YoY) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,7 persen

(YoY). Hal ini menunjukkan kenaikan permintaan masyarakat terhadap barang

Page 105: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

94 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

94

mesin dan elektronik dari waktu ke waktu yang didorong oleh peningkatan daya beli

dan pendapatan, khususnya kelas menengah.

Data Penjualan Komoditas Industri Utama

Gambar 31. Penjualan Mobil Di Indonesia Triwulan III Tahun 2015

Sumber: GAIKINDO 2015, diolah

Gambar 31 menunjukkan bahwa penjualan mobil memiliki tren musiman yang jelas.

Penjualan mobil selalu mengalami penurunan pada bulan mendekati Hari Raya atau

bulan banyak libur (Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru). Pada tahun 2015, penjualan

mobil mengalami penurunan yang sangat drastis pada bulan Juli 2015 yaitu sebesar

55.165 unit mobil. Hal ini disebabkan oleh adanya cuti bersama lebaran dan masa

libur anak sekolah. Tren penurunan ini dibuktikan dengan peningkatan penjualan

mobil yang sangat drastis pada dua bulan berikutnya, yaitu bulan Agustus dan

September menjadi sebesar 90.538 unit dan 93.038 unit. Secara kumulatif, selama

sembilan bulan tahun 2015 penjualan mobil mengalami penurunan dibandingkan

dengan kumulatif Sembilan bulan di tahun 2014. Sampai bulan September 2015,

penjualan mobil mencapai 764.683 unit, sedangkan sampai bulan September 2014

mencapai 932.943 unit. Penurunan daya beli masyarakat tahun 2015 yang menjadi

faktor utama turunnya penjualan mobil.

Namun demikian, pelemahan ekonomi dunia juga berimbas pada industri

manufaktur kendaraan roda empat, khususnya penjualan mobil tahun 2015. Industri

manufaktur mobil di Indonesia yang didominasi oleh Astra Internasional mencatat

bahwa perusahaan masih menggunakan komponen bahan baku impor dari luar

negeri. Jika depresiasi nilai rupiah terhadap US dolar, maka harga bahan baku akan

menjadi sangat mahal. Di samping itu, kenaikan gaji pekerja disesuaikan dengan

kenaikan UMR setiap tahun tidak sebanding dengan kenaikan produktifitas dari

pekerja, sehingga biaya produksi menjadi semakin besar. Konsekuensi kenaikkan

Page 106: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

95 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

95

harga jual mobil akan menyebabkan penurunan minat konsumen untuk membeli

yang juga dipengaruhi oleh melemahnya daya beli masyarakat.

Gambar 32. Penjualan Motor Di Indonesia Triwulan III Tahun 2015

Sumber: GAKINDO dan ASTRA 2015, diolah

Pada bulan Juli 2015, penurunan drastis terjadi pada penjualan motor namun

apabila dibandingkan dengan mobil, jumlah penjualan motor masih tetap lebih

tinggi. Pada periode Januari-Oktober 2015, total penjualan motor mendapatkan

penjualan terbesar di bulan Agustus yaitu sekitar 622.089 unit karena mendekati

Hari Raya Idul Fitri. Tiga faktor utama penyebab kenaikan penjualan pada bulan

Agustus 2015 yaitu (1) hari kerja pada bulan Agustus lebih banyak jika

dibandingkan dengan Juli; (2) pertumbuhan terjadi karena sebagian konsumen yang

tertahan pembeliannya akibat libur Lebaran, sehingga merealisasikan belanja

sepeda motor pada bulan berikutnya; (3) stok di dealer berkurang akibat

permintaan sebelum Lebaran.

Secara akumulatif, penjualan motor pada tahun 2015 juga mengalami penurunan

penjualan dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai bulan September 2015,

penjualan motor tercatat mencapai 5.424.073 unit, sedangkan sampai bulan

September 2014 penjualan motor mencapai 6.728.484 unit. Penurunan penjualan

motor juga diakibatkan oleh kondisi ekonomi yang masih belum stabil, dan

depresiasi nilai tukar rupiah terhadap US dolar, sehingga daya beli masyarakat

semakin menurun. Selain itu, harga motor baru terus meningkat sejalan dengan

kenaikan inflasi tahunan dan pembelian komponen mesin yang sebagian masih

impor.

Page 107: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

96 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

96

Gambar 33. Penjualan Semen Di Indonesia Triwulan III Tahun 2015 (Juta Ton)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) 2015, diolah

Penjualan semen di Indonesia pada bulan Juli 2015 mengalami penurunan yang

lebih besar dibandingkan dengan tahun 2014. Penjualan semen pada bulan Juli 2015

tercatat masih yang terendah di sepanjang tahun 2015 yaitu sebesar 1.478 juta ton.

Penjualan semen sama seperti siklus penjualan mobil dan motor, turun drastis di

bulan Juli dikarenakan banyaknya hari libur dan naik kemudian naik kembali di

bulan-bulan selanjutnya.

Pada bulan Agustus 2015 penjualan semen mulai mengalami kenaikan yang sangat

drastis sebesar 2.300 juta ton, dan terus menerus meningkat. Penjualan di bulan

Oktober tercatat mencapai penjualan tertinggi sepanjang tahun 2015 yaitu sebesar

jumlah 2.713 juta ton. Perbandingan dengan tahun sebelumnya, penjualan semen

tahun ini masih lebih rendah. Sampai bulan Oktober 2015 penjualan semen baru

mencapai 20.969 juta ton, sedangkan pada bulan yang sama di tahun 2014

penjualan semen telah mencapai 21.577 juta ton. Sebagaimana dalam gambar 34,

peningkatan penjualan semen pada triwulan III tahun 2015 tersebut seiring dengan

meningkatnya pertumbuhan sektor konstruksi.

Perkiraan penjualan semen tahun 2015 akan terus meningkat, sejalan dengan mulai

berjalannya proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Beberapa proyek yang akan

segera direalisasikan diantaranya proyek tol Trans-Sumatra, proyek jalan tol

Balikpapan–Samarinda Barat, proyek MRT Timur-Barat (Balaraja-Cikarang), proyek

revitalisasi 3 bandara skala kecil dan menengah dari target 10 bandara, yaitu di

Lampung, Palu dan Pulau Komodo, Proyek transmisi listri HVDC (High Voltage Direct

Current) interkoneksi Sumatera–Jawa, proyek transmisi listrik Sumatera Selatan ke

Sumatera Utara, proyek transportasi kereta api ekspres bandara Soekarno Hatta,

proyek infrastruktur bidang energi diantaranya Kilang minyak Bontang, Proyek Air

minum Semarang Barat, dan Proyek PLTU Batang kapasitas 2000 megawatt.

Page 108: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

97 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

97

Gambar 34. Pertumbuhan Sektor Konstruksi dan Penjualan Semen Triwulan III Tahun 2015

3.9-2.8

8.9 0.0

-4.3

-13.2

8.5

7.2 6.5

6.57.7

6.0 5.4

6.8

-15

-10

-5

0

5

10

0

2000

4000

6000

8000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2014 2015

Penjualan Semen (ton)Penjualan Semen (RHS) (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik dan BKPM, diolah

Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri

Gambar 35. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan III Tahun 2015

13.0012.83

12.20

12.40

12.60

12.80

13.00

13.20

13.40

13.60

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

Jan

Feb

Mar

Apr

May Ju

n

Jul

Aug

Sept Oct

Nov

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Aug

Sept

2014 2015

Posisi Kredit Modal Kerja Sektor Industri (Miliar Rp, sk. kiri)

Posisi Kredit Investasi Sektor Industri (Miliar Rp, sb. kiri)

Bunga Kredit Modal Kerja Sektor Industri (%, sb. kanan)

Bunga Kredit Investasi Sektor Industri (%, sb. kanan)

Sumber: Bank Indonesia 2015, diolah

Pada triwulan III tahun 2015, pinjaman modal kerja rupiah dan valas perbankan

untuk sektor industri terus mengalami pertumbuhan senilai Rp 521 triliun, dan

posisi pinjaman kredit investasi sebesar Rp 212 triliun. Semenjak triwulan II tahun

2015, baik bunga kredit investasi maupun bunga kredit modal kerja mengalami

penurunan seiring suku bunga BI yang menurun menjadi 7,5 persen di bulan

Februari 2015. Per bulan September 2015, suku bunga kredit investasi dan kredit

modal kerja di sektor industri adalah sebesar 12,83 persen dan 13,00 persen.

Penurunan bunga kredit tersebut walau hanya sekitar 20 basis poin, diharapkan

mampu menjadi stimulus bagi sektor perindustrian dalam menjalankan operasional

Page 109: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

98 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

98

perusahaan dan meningkatkan investasi di tengah kondisi perekonomian yang

melemah.

Jumlah Wisatawan

Gambar 36. Jumlah Wisatawan Mancanegara Triwulan III Tahun 2015

Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah

Pada triwulan III tahun 2015 seperti gambar 36, menunjukkan bahwa jumlah

kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) lebih tinggi dibandingkan dengan

jumlah wisman di periode yang sama tahun sebelumnya. Rata-rata kunjungan

wisman per bulan selama triwulan III tahun 2015 berjumlah 779.086 orang dan

jumlah total kunjungan wisman selama sembilan bulan di tahun 2015 mencapai

7.191.771 orang. Angka ini meningkat dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya. Pada bulan September 2015, jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara ke Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan bulan September 2014.

Hal itu disebabkan oleh tanggal 28 September 2015 merupakan Hari Pariwisata

Dunia, dan Kementerian Pariwisata beserta beberapa stakeholders pariwisata telah

menyiapkan serangkaian kegiatan kepariwisataan di Indonesia.

Peningkatan jumlah wisman pada triwulan III tahun 2015 ini dapat disebabkan

antara lain karena (1) pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar yang otomatis

meningkatkan daya beli wisman dan meningkatkan daya saing obyek pariwisata di

Indonesia, (2) penambahan rute penerbangan langsung ke Bali, (3) promosi yang

begitu gencar dilakukan oleh Kementerian Pariwisata melalui berbagai media antara

lain internet, iklan TV, dan koran, dan (4) banyaknya paket wisata yang ditawarkan

seperti yang dilakukan oleh PT. Pelni dengan menyediakan paket wisata bahari

menuju Karimun Jawa pada bulan Juli 2015.

Sampai triwulan III tahun 2015, wisatawan mancanegara yang paling banyak

mengunjungi Indonesia melalui 19 pintu masuk utama adalah wisatawan

berkebangsaan Singapura sebanyak 1.080.212 orang. Selain wisatawan

berkebangsaan Singapura, terdapat empat kebangsaan lainnya yang banyak

mengunjungi Indonesia yaitu Tiongkok, Malaysia, Australia, dan Jepang dengan

Page 110: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

99 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

99

jumlah wisatawan berturut-turut sebanyak 873.897, 866.137, 779.010, dan 366.144

orang. Sejak diberlakukannya kebijakan bebas visa bagi beberapa negara sejak bulan

Juni 2015, menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara ke Indonesia. Pada periode Januari-Agustus 2015, wisman dari

Tiongkok tercatat paling banyak mengunjungi Indonesia. Sebanyak 66.311 wisman

dari Tiongkok masuk ke Indonesia melalui Bali, 33.991 wisman dari Jakarta, dan

sebanyak 4.376 wisman mengunjungi dari Batam. Bali menjadi salah satu destinasi

favorit wisman dari Tiongkok.

Gambar 37. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan Hingga Triwulan III Tahun 2015

Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah

Wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia terhitung melalui 19 pintu

masuk utama seperti Soekarno Hatta, Ngurah Rai, Batam (Kepulauan Riau), Tanjung

Uban (Kepulauan Riau), dan Juanda (Jawa Timur) dengan jumlah kunjungan

terbanyak melalui Ngurah Rai. Tingginya jumlah wisman yang masuk melalui

Ngurah Rai, Soekarno-Hatta, dan Batam sejalan dengan kebijakan yang ditetapkan

oleh Kementerian Pariwisata yaitu pengembangan Great Bali, Great Jakarta, dan

Great Batam. Pada bulan Agustus 2015, Sanur telah diresmikan sebagai kampung

wisata digital dan etalase Usaha Kecil Menengah (UKM) pertama di Indonesia dan

dilakukan pembukaan Sanur Village Festival ke-10. Hal tersebut merupakan salah

satu penyebab terjadinya peningkatan jumlah wisman yang berkunjung ke

Indonesia pada umumnya serta Bali pada khususnya di bulan September 2015.

Selain itu, di kota lain yaitu Yogyakarta terdapat acara Jogja Travel Mart yang

merupakan salah satu penyebab tingginya pertumbuhan wisman yang ke kota

tersebut sebesar 62,4 persen dibandingkan tahun 2014 pada periode yang sama

yaitu bulan September. Kunjungan wisman ke Yogyakarta mengalami peningkatan

pada bulan September 2015 yang terlihat melalui jumlah wisman yang masuk

melalui Bandara Internasional Adi Sucipto, Yogyakarta.

Page 111: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

100 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

100

Gambar 38. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Lima Besar Pintu Masuk Utama

Triwulan III Tahun 2015

Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah

Page 112: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

101 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

101

LAMPIRAN

1. INFLASI DOMESTIK KABUPATEN/KOTA 2. NILAI TUKAR MATA UANG 3. INDEKS SAHAM GLOBAL 4. INDEKS HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL 5. HARGA BAHAN POKOK NASIONAL

Page 113: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

102 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

102

Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan)

Gambar 39. Inflasi YoY 82 Kabupaten/ Kota Juli-September 2015

-1,00%

1,00%

3,00%

5,00%

7,00%

9,00%

11,00%

13,00%

15,00%

MeulabohBanda AcehLhokseumaweSibolga

Pematang SiantarMedan

Padang SidempuanPadang

Bukittinggi

Tembilahan

Pekanbaru

Dumai

Bungo

Jambi

Palembang

Lubuk Linggau

Bengkulu

Bandar Lampg

Metro

Tanjung Pandan

Pangkal Pinang

Batam

Tanjung Pinang

Jakarta

Bogor

Sukabumi

Bandung

Cirebon

Bekasi

Depok

Tasikmalaya

Cilacap

Purwokerto

KudusSurakarta

SemarangTegal

YogyakartaJemberBanyuwangiSumenep

KediriMalangProbolinggoMadiun

SurabayaSerang

TangerangCilegon

Singaraja

Denpasar

Mataram

Bima

Maumere

Kupang

Pontianak

Singkawang

Sampit

Palangkaraya

Tabalong

Banjarmasin

Balikpapan

Samarinda

Tarakan

Manado

Palu

Bulukumba

Watampone

Makassar

Parepare

Palopo

Kendari

Bau-Bau

Gorontalo

MamujuAmbon

TualTernateManokwari

SorongMeraukeJayapura

Juli Agustus September

Sorong

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Page 114: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

103 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

103

Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan)

Gambar 40. Inflasi MtM 82 Kabupaten/ Kota Juli-September 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

-4,00%

-3,00%

-2,00%

-1,00%

0,00%

1,00%

2,00%

3,00%

MeulabohBanda AcehLhokseumaweSibolga

Pematang SiantarMedan

Padang SidempuanPadang

Bukittinggi

Tembilahan

Pekanbaru

Dumai

Bungo

Jambi

Palembang

Lubuk Linggau

Bengkulu

Bandar Lampg

Metro

Tanjung Pandan

Pangkal Pinang

Batam

Tanjung Pinang

Jakarta

Bogor

Sukabumi

Bandung

Cirebon

Bekasi

Depok

Tasikmalaya

Cilacap

Purwokerto

Kudus

SurakartaSemarang

TegalYogyakarta

JemberBanyuwangiSumenepKediri

MalangProbolinggoMadiunSurabaya

SerangTangerang

Cilegon

Singaraja

Denpasar

Mataram

Bima

Maumere

Kupang

Pontianak

Singkawang

Sampit

Palangkaraya

Tabalong

Banjarmasin

Balikpapan

Samarinda

Tarakan

Manado

Palu

Bulukumba

Watampone

Makassar

Parepare

Palopo

Kendari

Bau-Bau

Gorontalo

Mamuju

AmbonTual

TernateManokwari

SorongMeraukeJayapura

Juli Agustus September

Page 115: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015 104

Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang

Tabel 59. Nilai Tukar Mata Uang

Sumber: Bloomberg, posisi akhir bulan.

Negara Juli 2015 Agustus 2015 September 2015

Rata-rata Triwulanan

QtQ (%) PAB

MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

Indonesia 13539 1,5 9,3 16,9 14067 3,9 13,6 20,3 14653 4,2 18,3 20,2 14086 9,9

Turki 2,77 3,3 18,8 29,4 2,9149 5,2 25,0 34,8 3,0256 3,8 29,8 32,8 2,904 12,8

Afrika Selatan 12,68 4,2 9,8 18,4 13,2799 4,7 15,0 24,5 13,8549 4,3 20,0 22,8 13,272 13,9

BRIC

Brazil 3,42 10,3 28,7 51,1 3,6205 5,8 36,2 61,9 3,9475 9,0 48,5 61,3 3,663 27,2

Rusia 61,71 11,5 6,8 72,9 64,2249 4,1 11,1 73,0 65,3619 1,8 13,1 65,1 63,764 18,1

India 64,14 0,8 1,2 5,9 66,4825 3,7 4,9 9,9 65,59 -1,3 3,5 6,2 65,403 3,0

Cina 6,21 0,1 0,0 0,6 6,379 2,7 2,8 3,8 6,356 -0,4 2,4 3,5 6,315 2,5

ASEAN-6

Singapura 1,37 1,8 3,7 10,0 1,4118 2,9 6,7 13,1 1,4223 0,7 7,5 11,5 1,402 5,6

Malaysia 3,83 1,5 9,6 19,9 4,1925 9,4 19,9 33,0 4,395 4,8 25,7 34,0 4,140 16,5

Thailand 35,00 3,6 6,2 8,7 35,834 2,4 8,8 12,2 36,37 1,5 10,4 12,1 35,736 7,6

Filipina 45,74 1,4 2,3 5,2 46,78 2,3 4,6 7,3 46,726 -0,1 4,5 3,9 46,415 3,6

Myanmar 1235 10,5 19,8 27,1 1276,5 3,4 23,8 31,4 1287 0,8 24,8 29,5 1266 15,1

Negara Maju

Kawasan Euro 0,91 1,4 10,2 21,9 0,892 -2,0 8,0 17,1 0,8947 0,3 8,3 13,0 0,899 -0,4

Inggris 0,64 0,5 -0,2 8,1 0,6517 1,8 1,6 8,2 0,661 1,4 3,0 7,2 0,651 3,8

Jepang 123,89 1,1 3,5 20,5 121,23 -2,1 1,2 16,5 119,88 -1,1 0,1 9,3 121,667 -2,1

Korea Selatan 1170,31 4,9 7,0 13,9 1182,9 1,1 8,1 16,7 1185,39 0,2 8,4 12,3 1180 6,3

Page 116: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015 105

Lampiran 3: Indeks Saham Global

Tabel 60. Indeks Saham Global

Negara Juli 2015 Agustus 2015 September 2015

Rata-rata Triwulanan

QtQ (%) PAB

MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

Indonesia (IHSG) 4802,5 -2,2 -8,1 -5,6 4509,6 -6,1 -13,7 -12,2 4223,9 -6,3 -19,2 -17,8 4512,0 -14,0

BRIC

Brazil (IBOV) 50685,0 -4,3 0,7 -9,1 46438,0 -8,4 -7,8 -24,0 44818,0 -3,5 -11,0 -17,3 47313,7 -15,4

Russia (RTSI) 858,8 -8,6 8,6 -29,6 833,6 -2,9 5,4 -30,0 789,7 -5,3 -0,1 -29,7 827,4 -16,0

India (BSE) 28114,6 1,2 2,2 8,6 26283,1 -6,5 -4,5 -1,3 26154,8 -0,5 -4,9 -1,8 26850,8 -5,9

China (SSEA) 3663,7 -14,3 13,3 66,4 3206,0 -12,5 -0,9 44,6 3052,8 -4,8 -5,6 29,1 3307,5 -28,6

ASEAN-4

Singapura (STI) 3202,5 -3,5 -4,8 -5,1 2921,4 -8,8 -13,2 -12,2 2790,9 -4,5 -17,1 -14,8 2971,6 -15,9

Malaysia (KLCI) 1723,1 1,0 -2,2 -7,9 1612,7 -6,4 -8,4 -13,6 1621,0 0,5 -8,0 -12,2 1652,3 -5,0

Thailand (SETI) 1440,1 -4,3 -3,8 -4,1 1382,4 -4,0 -7,7 -11,5 1349,0 -2,4 -9,9 -14,9 1390,5 -10,3

Negara Maju

Amerika Serikat (DJIA)

17689,9 0,4 -0,7 6,8 16528,0 -6,6 -7,3 -3,3 16284,7 -1,5 -8,6 -4,4 16834,2 -7,6

Amerika Serikat (S&P 500)

2103,8 2,0 2,2 9,0 1972,2 -6,3 -4,2 -1,6 1920,0 -2,6 -6,7 -2,6 1998,7 -6,9

Kawasan Euro (STOXX-50)

3600,7 5,2 14,4 15,6 3269,6 -9,2 3,9 3,1 3100,7 -5,2 -1,5 -3,9 3323,7 -9,5

Jepang (N225) 20585,2 1,7 18,0 31,8 18890,5 -8,2 8,3 22,5 17388,2 -8,0 -0,4 7,5 18954,6 -14,1

Hong Kong (Hang Seng)

24636,3 -6,1 4,4 -0,5 21670,6 -12,0 -8,2 -12,4 20846,3 -3,8 -11,7 -9,1 22384,4 -20,6

Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan

Page 117: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015 106

Lampiran 4: Indeks Harga Komoditas Internasional

Tabel 61. Indeks Harga Komoditas Internasional

Komoditas Juli 2015 Agustus 2015 September 2015 Rata-rata

Triwulan QtQ (%) PAB

MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

Beras 80,0 13,3 0,2 -11,3 82,5 3,2 3,4 -5,6 91,7 11,1 14,9 3,6 84,7 29,9

Gula 45,5 -9,3 -23,3 -32,3 43,6 -4,0 -26,4 -31,0 49,7 13,8 -16,2 -21,4 46,2 -0,9

Gandum 76,0 -18,8 -15,3 -5,8 73,4 -3,4 -18,2 -12,3 78,0 6,3 -13,1 7,3 75,8 -16,6

Kacang Kedelai 80,5 -7,1 -3,8 -19,9 73,7 -8,5 -11,9 -17,6 73,2 -0,6 -12,5 -2,3 75,8 -15,6

Jagung 64,4 -9,7 -4,0 0,5 63,4 -1,6 -5,5 -0,7 65,5 3,3 -2,3 16,3 64,4 -8,1 Minyak Mentah (Brent Oil)

46,6 -17,9 -8,9 -50,8 48,3 3,7 -5,5 -47,5 43,1 -10,7 -15,6 -48,9 46,0 -23,9

Gas Alam 58,7 -4,1 -6,2 -32,0 58,1 -1,0 -7,1 -35,5 54,6 -6,1 -12,8 -39,3 57,1 -10,9

Emas 66,7 -6,5 -7,5 -14,7 69,0 3,4 -4,4 -12,1 67,9 -1,5 -5,8 -8,0 67,9 -4,8

Tembaga 68,1 -9,6 -16,4 -27,1 67,4 -1,1 -17,3 -26,3 67,5 0,1 -17,1 -22,3 67,7 -10,5

Perak 50,1 -5,4 -5,5 71,8 49,5 -1,1 -6,5 -25,4 67,5 36,2 27,4 16,2 55,7 27,5

3 Januari 2012=100 Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan.

Page 118: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015 107

Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional

Tabel 62. Harga Bahan Pokok Nasional

Komoditas Juli 2015 Agustus 2015 September 2015

Rata-rata Triwulan PAB

MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

Minyak Goreng Curah

11.200 -0,3 -0,9 -5,6 10.780 -3,8 -4,6 -6,2 10.780 0,0 -4,6 -5,7 10.920

Daging Sapi 107.520 2,2 6,2 1,5 109.484 1,8 8,2 9,6 108.390 -1,0 7,1 8,5 108.465

Daging Ayam Broiler 32.400 6,2 9,2 5,8 33.650 3,9 13,4 9,8 29.380 -12,7 -1,0 -1,9 31.810

Telur Ayam Ras 22.180 -2,7 1,0 6,2 23.050 3,9 4,9 9,3 22.280 -3,3 1,4 10,4 22.503

Tepung Terigu 8.980 0,3 1,5 2,1 9.020 0,4 1,9 2,0 8.970 -0,6 1,4 1,2 8.990

Kedelai Impor 11.010 0,3 -2,9 -2,6 10.930 -0,7 -3,6 -4,0 11.030 0,9 -2,7 -2,3 10.990

Kedelai lokal 10.900 -0,2 -1,1 3,1 10.760 -1,3 -2,4 -0,1 10.840 0,7 -1,7 -0,4 10.833

Beras Medium 10.050 0,6 5,9 13,3 10.140 0,9 6,8 13,5 10.350 2,1 9,0 16,1 10.180

Gula Pasir 13.010 -1,0 16,6 14,8 12.760 -1,9 14,3 13,1 12.660 -0,8 13,4 13,1 12.810

Cabe Merah Keriting 32.240 10,6 -48,0 66,4 33.500 3,9 -45,9 65,4 32.600 -2,7 -47,4 25,4 32.780

Cabe Merah Biasa 30.730 10,2 -47,3 48,2 31.740 3,3 -45,6 62,0 30.030 -5,4 -48,5 16,9 30.833

Bawang Merah 24.440 -9,9 16,9 -9,0 19.970 -18,3 -4,5 -8,6 20.080 0,6 -3,9 1,7 21.497

Sumber: Kementerian Perdagangan (diolah kembali), posisi akhir bulan

Page 119: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015

Untuk memberikan hasil laporan terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik

membangun dari pembaca.

Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

Page 120: KATA PENGANTAR - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/a2fea445-c4f4...Tingkat inflasi pada triwulan III tahun 2015 membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2015