KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis...

69
iii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia- Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam skripsi ini akan Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Sebagai Pengganti Jagung Dengan Bentuk Enzim Berbeda Terhadap Persentase Deposisi Daging Dada, Lemak Abdominal Dan Warna Kaki Ayam Pedaging Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan. Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada yang terhormat : 1. Kedua orang tua, bapak Haryadi dan ibu Maryatun serta seluruh keluarga yang telah memberikan dalam penulisan skripsi ini. 2. Dr. M. Halim Natsir, S. Pt. MP selaku dosen pembimbing pertama dan Dr. Ir. Herni Sudarwati, MS. Selaku dosen pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan dan saran selama proses penelitian hingga penulisan skripsi ini. 3. Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang yang telah banyak membina dan membantu proses kelancaran studi.

Transcript of KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis...

Page 1: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam skripsi ini akan

Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Sebagai Pengganti Jagung Dengan Bentuk Enzim Berbeda Terhadap Persentase Deposisi Daging Dada, Lemak Abdominal Dan Warna Kaki Ayam PedagingPenyelesaian skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada yang terhormat :

1. Kedua orang tua, bapak Haryadi dan ibu Maryatun serta seluruh keluarga yang telah memberikan

dalam penulisan skripsi ini. 2. Dr. M. Halim Natsir, S. Pt. MP selaku dosen

pembimbing pertama dan Dr. Ir. Herni Sudarwati, MS. Selaku dosen pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan dan saran selama proses penelitian hingga penulisan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang yang telah banyak membina dan membantu proses kelancaran studi.

Page 2: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

iv

4. Dr. Ir. Sri Minarti, MP selaku Ketua Jurusan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.

5. Dr. Agus Susilo, S. Pt. MP dan Dr. Ir. Imam Thohari, MP selaku Ketua Program Studi dan Sekertaris Jurusan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang yang telah membantu administrasi dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

6. Dr. Ir. Mashudi, M. Agr. Sc selaku Ketua Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang yang telah membantu birokrasi dalam kelancaran skripsi ini.

7. Dr. Herly Evanuarini, S. Pt. MP, Dr. Ir. Irfan H. Djunaidi, M. Sc dan Dr. Ir. Edhy Sudjarwo, MS selaku dosen penguji yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Prof. Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS selaku Ketua Bagian Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya yang telah membantu memfasilitasi sarana laboratorium sehingga berjalan lancar.

9. Mas Reynaldy (Rere) , Nova Riana, Yoko Prasaka, Lutfi Cahayati, Winda Ayu dan Taufiqurrohman atas kerjasama, bantuan dan dukungannya selama menjalani penelitian bersama.

10. Jefi Insafitri, Hanita. W, Dwinitha K.D, Mellyda P, Linda, Alfita YK, Ratna F, Vega, Esa Aulia, Rekan Kelas D serta Rekan Mahasiswa Fapet angkatan 2013 yang selalu menemani dan mendukung semua proses dari masa perkuliahan hingga terselesainya studi S1 di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

Page 3: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

v

11. Teguh Hersusanto atas bantuan, dukungan dan semangat yang selalu diberikan saat penulis merasa putus asa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan .

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta memberikan wawasan yang lebih luas dimasa yang akan datang.

Malang, 31 Mei 2017

Penulis

Page 4: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

vi

Page 5: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

vii

THE EFFECT OF USING PALM KERNEL MEAL AS SUBSTITUTE FOR CORN WITH THE DIFFERENT

SHAPES OF ENZYME ON BREAST MEAT DEPOSITION PERCENTAGE, ABDOMINAL FAT AND FOOT COLOR

IN BROILER

Ermy Destama S¹), M. Halim Natsir ²) and Herni Sudarwati³)

1) Student of Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya

University 2) Lecture of Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya

University Email : [email protected]

ABSTRACT The research was aimed to find out the effect of palm

kernel meal as substitute for yellow corn with the different shapes of enzyme on breast meat depositition percentage, abdominal fat percentage and foot color in broiler. The method used in this research was in vivo experiment with Completely Randomized Design using 168 day old chick with 7 treatments and 3 replications. Feedstuffs used consisted of concentrate, rice polishing and yellow corn formulated to meet nutrient requirements during starter and finisher periods and given ad libitum. P0 was a control treatment without enzymes and replacement palm kernel meal, P2 12,5% and P2 25% palm kernel meal without enzymes, P3 12,5% and P4 25% palm kernel meal with liquid enzymes, P5 12,5% and P6 25% palm kernel meal with solid enzymes. The data analyzed usage analysis of variance and continued by Duncan's Multiple Range Test. The result showed that the use of palm kernel meal with enzymes gave highly significantly influenced (P<0,01) on percentages of breast meat deposition and abdominal fat, but did not gave significant influenced (P>0,05)

Page 6: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

viii

on broiler foot color. It coild be Concluded that replacing corn with solid enzyme was up to 12,5% can increase breast meat depositition percentage and decrease abdominal fat percentage and broiler foot color is equivalent to the control.

Keywords :Palm kernel meal, mannanase, breast meat depositition percentage, abdominal fat percentage, broiler

Page 7: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

ix

PEMANFAATAN BUNGKIL INTI SAWIT SEBAGAI PENGGANTI JAGUNG DENGAN BENTUK ENZIM BERBEDA TERHADAP PERSENTASE DEPOSISI

DAGING DADA, LEMAK ABDOMINAL DAN WARNA KAKI AYAM PEDAGING

Ermy Destama S¹), M. Halim Natsir ²) dan Herni Sudarwati³)

¹)Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

²) Dosen Minat Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Email : [email protected]

RINGKASAN Ayam pedaging adalah ayam yang dipelihara untuk

dimanfaatkan dagingnya. Dibanding dengan jenis ternak lain, ayam pedaging memiliki keunggulan seperti kecepatan pertumbuhan atau produksi daging yang relatif cepat dengan masa panen yang singkat sekitar 4-5 minggu. Didalam sebuah usaha peternakan khususnya ayam, pakan memiliki tingkat biaya tertinggi yang mencapai 70% dari total biaya produksi. Jagung merupakan bahan utama penyusun pakan unggas namun kondisi di Indonesia ketersediaan jagung terbatas dengan harga yang fluktuatif. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan jagung adalah dengan memanfaatkan bahan alternatif seperti bungkil inti sawit, karena kandungan serat kasarnya yang tinggi maka perlu ditambahkan enzim mannanase untuk menghidrolisis substrat mannan menjadi manooligosakarida, sedikit manosa , glukosa dan galaktosa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggantian jagung bungkil inti sawit dengan penambahan bentuk enzim yang berbeda terhadap persentase deposisi daging dada, persentase lemak abdominal dan warna kaki pada ayam pedaging.

Page 8: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

x

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2016 sampai dengan Februari 2017 di Laboratorium Lapang Sumber Sekar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Materi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 168 ekor ayam pedaging strain Ross. Metode penelitian adalah metode percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 7 perlakuan dan 3 ulangan. Pakan diberikan berdasarkan perlakuan. Adapun perlakuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut P0 : Pakan tanpa penggantian jagung; P1 : Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS 12,5% tanpa enzim; P2 : Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS 25% tanpa enzim; P3 : Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS 12,5% + enzim cair; P4 : Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS 25% + enzim cair; P5 : Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS 12,5% + enzim padat dan P6 : Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS 25% + enzim padat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian jagung dengan bungkil inti sawit menghasilkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase deposisi daging dada dan lemak abdominal tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap warna kaki pada ayam pedaging. Nilai rataan persentase deposisi deposisi daging dada dari yang tertinggi adalah P1 (19,26±1,65), P0 (18,01±1,59), P5 (17,55±1,71), P6 (16,66±1,77), P3 (15,78±0,56), P4 (14,25±1,37) dan P2 (14,04±0,02). Nilai rataan persentase lemak abdominal dari yang terendah adalah P4 (1,83±0,08), P5 (2,04±0,02), P6 (2,09±0,14), P2 (2,11±0,08), P1 (2,17±0,11), P3 (2,37±0,14) dan P0 (3,29±0,08) sedangkan nilai rataan warna kaki dari yang tertinggi adalah sebagai berikut P0 (6,7±1,53), P3 (6,7±0,58), P1 (6,0±0,00), P5 (6,0±1,00), P2 (5,0±0,00), P6 (5,5±0,50) dan P4 (5,0±0,00).

Penggantian jagung menggunakan bungkil inti sawit dengan penambahan enzim mannanase dapat meningkatkan persentase deposisi daging dada dan menurunkan persentase

Page 9: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

xi

lemak abdominal. Perlakuan terbaik pada penelitian ini adalah menggunakan bungkil inti sawit sebesar 12,5% dengan penambahan enzim padat karena mampu meningkatkan persentase deposisi daging dada dan menurunkan persentase lemak abdominal. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk menggunakan bungkil inti sawit sebagai pengganti jagung dengan level penggantian sebesar 12,5% menggunakan enzim padat karena mampu meningkatkan produktivitas daging dada dan menurunkan persentase lemak abdominal.

Page 10: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

xii

Page 11: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

xiii

DAFTAR ISI

Isi Halaman RIWAYAT HIDUP ................................................................. i KATA PENGANTAR ...........................................................iii ABSTRACT .......................................................................... vii RINGKASAN ........................................................................ ix DAFTAR ISI ........................................................................xiii DAFTAR TABEL ................................................................. xv DAFTAR GAMBAR ........................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................... xvii DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN ........................xviii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................... 4 1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................... 4 1.5 Kerangka Pikir ............................................................... 4 1.6 Hipotesis ......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jagung ............................................................................ 9 2.2 Bungkil Inti Sawit (BIS) .............................................. 10 2.3 Pakan ............................................................................ 13 2.4 Ayam Pedaging ............................................................ 15 2.5 Enzim Mannanase ........................................................ 16 2.6 Deposisi Daging Dada Ayam Pedaging ....................... 17 2.7 Lemak Abdominal Ayam Pedaging ............................. 18 2.8 Warna Kaki Ayam Pedaging ........................................ 21

Page 12: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

xiv

BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................... 23 3.2 Materi Penelitian ......................................................... 23

3.2.1 Ayam .....................................................................23 3.2.2 Kandang dan Peralatan ..........................................23 3.2.3 Pakan Penelitian ....................................................23 3.2.4 Prosedur Penelitian ................................................26

3.3 Metode Penelitian ........................................................ 29 3.4 Variabel Pengamatan ................................................... 30 3.5 Analisis Data ............................................................... 30 3.6 Batasam Istilah ............................................................ 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Deposisi Daging Dada ................................................................ 34

4.2 Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Lemak Abdominal ................................................................... 37

4.3 Pengaruh Perlakuan Terhadap Warna Kaki Pada Ayam Pedaging ...................................................................... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................. 43 5.2 Saran ............................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................45 LAMPIRAN ..........................................................................57

Page 13: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan Zat Makanan pada Jagung ......................... 10 2. Kandungan Zat Makanan Bungkil Inti Sawit ................ 11 3. Kebutuhan Zat Makanan Ayam Pedaging .................... 14 4. Kandungan Zat Makanan Bahan Pakan ........................ 24 5. Komposisi Pakan Perlakuan Periode Starter (%) ......... 25 6. Komposisi Pakan Perlakuan Periode Finisher (%) ....... 25 7. Rataan Persentase Deposisi Daging Dada, Lemak

Abdominal dan Warna Kaki pada Ayam Pedaging. .... 33

Page 14: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir 7

Page 15: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Data Bobot Badan Doc yang Digunakan Saat Penelitian ... 57 2. Data Persentase Karkas ...................................................... 63 3. Data Persentase Deposisi Daging Dada ............................. 64 4. Analisis Ragam Persentase Deposisi Daging Dada (g/100g) ................................................................................................ 65 5. Data Persentase Lemak Abdominal ................................... 68 6. Analisis Ragam Persentase Lemak Abdominal (g/100g) ... 69 7. Data Warna Kaki Ayam Pedaging ..................................... 72 8. Analisis Ragam Warna Kaki Ayam Pedaging ................... 73

Page 16: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

xviii

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

% : Persen °C : Derajat Celcius BIS : Bungkil Inti Sawit BISF : Bungkil Inti Sawit Fermentasi Ca : Calsium Cm : Centimeter DDGS : dkk : dan kawan-kawan DOC : Day Old Chick DSP : Dysapro protein EM : Energi Metabolis g : gram kg : Kilogram Kkal : Kilokalori LSF : Lumpur Sawit Fermentasi m : Meter mg : miligram ml : mililiter NRC : National Research Council NSP : Non Starch Polysaccharides PKM : Palm Kernel Meal P : Phospor ppm : part per million

Page 17: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ayam pedaging adalah ayam yang dipelihara untuk

dimanfaatkan dagingnya. Dibanding dengan jenis ternak lain, ayam pedaging memiliki keunggulan seperti kecepatan pertumbuhan atau produksi daging yang relatif cepat dengan masa panen yang singkat sekitar 4-5 minggu. Menurut pendapat Sukaryana, Nurhayati dan Wirawat (2013) kecepatan pertumbuhan ayam pedaging dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantara genetik (strain), kualitas dan kuantiítas ransum, jenis kelamin, dan umur.

Didalam sebuah usaha peternakan khususnya ayam, pakan memiliki tingkat biaya tertinggi mencapai 70% dari total biaya produksi, karena dalam pemeliharaan ayam pedaging pakan adalah faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Menurut pendapat Sukaryana dkk (2013) pertumbuhan yang sempurna membutuhkan pakan yang mengandung semua unsur gizi, terutama pada kandungan asam amino essensial. Syarat untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan.

Salah satu bahan pakan penyusun yang sering digunakan adalah jagung, hal tersebut dikarenakan jagung memiliki energi metabolis yang cukup tinggi dibandingkan bahan pakan lain yaitu sebesar 3350 kkal/kg (NRC, 1994). Akan tetapi kondisi di Indonesia ketersediaan jagung masih terbatas dan semakin sulit karena bersaing dengan manusia,

Page 18: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

2

sehingga untuk memenuhi kebutuhan jagung masih bergantung pada impor. Hal ini menjadikan harga jagung menjadi fluktuatif sehingga mempengaruhi harga pakan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan membuat suatu pakan alternatif sumber energi pengganti jagung yang ketersediaannya berlanjut tidak bersifat musiman, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, banyak diproduksi di Indonesia dengan harga yang relatif murah. Pemanfaatan sumberdaya lokal seperti limbah pertanian-perkebunan dapat digunakan untuk menekan biaya pakan namun tetap meningkatkan produktivitas ternak seperti penggunaan bungkil inti sawit.

Palm kernel meal atau Bungkil Inti Sawit (BIS) merupakan limbah industri pengolahan yang memiliki jumlah sangat berlimpah karena di Indonesia merupakan daerah penghasil minyak sawit ke 2 di dunia setelah negara Malaysia. Kelebihan dari bahan tersebut adalah produksi melimpah, harga yang relatif murah, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia dan belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan pakan ternak unggas. Akan tetapi kandungan serat kasar yang cukup tinggi (16-23%) harus diperhatikan jumlah penggunaannya. Hal ini perlu dipertimbangkan pemakaiannya sebagai bahan pakan unggas karena sulit dicerna, meskipun kandungan protein kasarnya cukup tinggi, yaitu sekitar 11,30-17,00% (Sukaryana dkk., 2013). Penelitian penggunaan bungkil inti sawit dalam ransum ayam pedaging sudah dilakukan di beberapa negara penghasil sawit seperti Nigeria, Malaysia maupun Indonesia. Rekomendasi batas penggunaan maksimum dalam ransum ayam pedaging bervariasi antara 5 hingga 30%, terbatasnya penggunaan bungkil inti sawit untuk pakan unggas karena tingginya kadar serat kasar yang

Page 19: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

3

sebagian besar terdiri dari hemiselulosa (manan dan galaktomanan) dan juga karena adanya sisa pecahan cangkang yang keras (Sinurat, Mathius dan Purwadaria, 2012).

Pemanfaatan bungkil inti sawit agar menjadi produk pakan ternak yang berkualitas adalah dengan melakukan pengolahan terlebih dahulu yaitu dengan melalui fermentasi maupun dengan penambahan enzim. Enzim adalah sekelompok protein yang mengatur dan menjalankan perubahan-perubahan kimia dalam reaksi biologis. Enzim dapat dihasilkan oleh organ-organ pada hewan dan tanaman yang secara katalitik menjalankan berbagai reaksi, seperti hidrolisis, oksidasi, reduksi, isomerasi, adisi, transfer radikal, pemutusan rantai karbon (Supriyatna, Amalia, Jauhari dan Holydaziah, 2015). Adapun cara yang dapat menurunkan serat pada bungkil inti sawit adalah dengan melalui beberapa perlakuan, seperti fisik, kimia dan biologi. Perlakuan untuk mengurangi jumlah serat kasar dapat dilakukan dengan menggunakan fermentasi dan enzim. Jenis enzim yang dapat

-galactosidase, mannanase, amylase dan gamanase (Anggreini, Sidiq dan Wardani, 2014).

1.2 Rumusan Masalah Bungkil inti sawit merupakan hasil pengolahan limbah

industri sawit yang memiliki kandungan protein cukup tinggi akan tetapi penggunaannya terbatas karena kandungan serat kasarnya yang tinggi sehingga dibutuhkan treatment untuk mengurangi serat kasarnya. Treatment yang dilakukan dengan menggunakan enzim mannanase dengan bentuk enzim yang berbeda yaitu cair dan padat. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penggantian jagung

Page 20: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

4

dengan bungkil inti sawit dengan penambahan bentuk enzim yang berbeda terhadap persentase deposisi daging dada, persentase lemak abdominal dan warna kaki pada ayam pedaging.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh penggantian jagung dengan bungkil inti sawit dengan penambahan bentuk enzim yang berbeda terhadap persentase deposisi daging dada, persentase lemak abdominal dan warna kaki pada ayam pedaging.

1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian

mahasiswa dan peneliti terhadap pemanfaatan bungkil inti sawit sebagai bahan pengganti jagung dengan bentuk enzim yang berbeda terhadap hasil persentase deposisi daging dada, persentase lemak abdominal dan warna kaki pada ayam pedaging. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi terkait pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan pakan alternatif yang aman dan sehat pada peternakan ayam pedaging.

1.5 Kerangka Pikir Ayam pedaging merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produksi tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Hingga kini ayam pedaging telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya karena pada umur 5 6 minggu sudah dapat dipanen. Pemeliharaan singkat dengan efisiensi

Page 21: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

5

pakan yang baik mampu meningkatkan keuntungan (Zuraida, Rohaeni dan Hikmah, 2006).

Jagung merupakan bahan pakan yang sering digunakan sebagai bahan campuran pakan karena memiliki kandungan energi cukup tinggi dan mampu mencukupi kebutuhan ayam. Akan tetapi produksi jagung di dalam negeri terbatas karena jagung juga digunakan manusia sebagai bahan makanan, oleh karena itu untuk mencukupi kebutuhan jagung masih melakukan impor dari negara lain seperti India, Argentina, Brazil, China, Amerika Serikat dll (Sabarella dan Cakrabawa, 2013). Harga jagung yang sering mengalami kenaikan dan penurunan mempengaruhi biaya pakan. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasinya maka dibutuhkan suatu pakan alternatif sumber energi pengganti jagung yang ketersediaannya berlanjut dengan harga yang murah.

Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan bahan pakan jagung adalah dengan memanfaatkan bahan pakan alternatif . Bungkil inti sawit merupakan hasil ekstraksi dari daging buah inti sawit yang telah diambil minyaknya. Hasil pemerasan minyak secara mekanis dapat menyebabkan jumlah minyak yang tertinggal cukup banyak (sekitar 9,6%). Hal ini menyebabkan bungkil inti sawit cepat tengik akibat oksidasi lemak yang masih cukup tinggi tersebut (Sinurat, 2012).

Upaya untuk memanfaatkan bungkil inti sawit menjadi produk pakan ternak yang berkualitas adalah dengan mengolahnya terlebih dahulu melalui penambahan enzim. Enzim merupakan molekul protein yang berperan sebagai biokatalis dan berfungsi untuk mengkatalisis reaksi metabolis pada makhluk hidup. Menurut Sigres dan Sutrisno (2015) enzim mananase adalah enzim yang dapat menghidrolisis

Page 22: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

6

substrat manan menjadi manooligosakarida dan sedikit manosa, glukosa dan galaktosa. Enzim mananase juga dapat diaplikasikan pada sektor pangan, pakan, industri kertas, dan farmasi. Selain itu enzim mananase ini dapat digunakan sebagai campuran dalam pakan ternak seperti unggas dan sapi, sehingga dapat meningkatkan nilai gizi dan konversi bahan pakan yang kaya mengandung manan seperti bungkil kelapa.

Menurut hasil penelitian Hartoyo, Supadmo, Wihandoyo dan Wibowo (2015) bahwa kandungan lemak perut ayam pedaging yang mendapat perlakuan BISF (bungkil inti sawit fermentasi) dan LSF (lumpur sawit fermentasi) berkisar antara 1,06 2,07%, dengan hasil tertinggi diperoleh dari perlakuan R0 (kontrol) yaitu 2,01±0,06%, sedangkan terendah pada penambahan R2 (BISF 15%) yaitu 1,06±0,17%. Hal tersebut dikarenakan pada penggunaan BISF dan LSF di atas 10% memiliki kandungan NSP (non starch polysaccharides) pada dinding sel bungkil inti sawit maupun lumpur sawit. Non starch polysaccharides sebagian besar mengandung mannose-based polysaccharide (mannan) yang tidak dapat dipecahkan pada proses fermentasi yang relatif tinggi, sehingga akan menghambat deposisi cadangan energi menjadi lemak. Rendahnya lemak abdomen kemungkinan juga disebabkan adanya kandungan serat yang tinggi pada pakan perlakuan sehingga asupan serat menjadi meningkat, akibatnya lemak digunakan untuk sumber energi untuk mencerna serat yang tinggi.

Menurut hasil penelitian Nurhayati (2008) menjelaskan bahwa penggunaan 20% campuran bungkil inti sawit dan onggok fermentasi dalam ransum menghasilkan rataan bobot daging paha dan dada ayam tertinggi sebesar 488,99 g sedangkan hasil terendah yang diperoleh sebesar 410,26 g.

Page 23: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

7

Gambar 1. Kerangka Pikir

1.6 Hipotesis Penambahan bentuk enzim yang berbeda pada bungkil

inti sawit mampu memberikan perbedaan terhadap hasil persentase deposisi daging dada, persentase lemak abdominal dan warna kaki pada ayam pedaging.

Ayam Pedaging

BIS memiliki kandungan protein kasar cukup tinggi, yakni 11,30-17,00% tetapi kandungan

serat kasar bungkil inti sawit yang cukup tinggi sekitar (16-23%) tersebut perlu dipertimbangkan

pemakaiannya sebagai bahan pakan unggas karena sulit dicerna, (Sukaryana,2013).

Jagung

Bungkil Inti Sawit (BIS)

Serat Tinggi

Hidrolisis substrat manan dengan enzim mananase dapat menghasilkan produk yang bermanfaat.

Monosakarida berupa manosa dapat digunakan untuk produksi gula manitol. Oligosakarida berupa

manooligosakarida yang berpetansi sebagai prebiotik. (Sigres dan Sutrisno, 2015)

Pakan Alternatif

Penambahan Enzim

mannanase

Persentase deposisi daging dada, persentase lemak abdominal dan warna pada kaki ayam pedaging

Page 24: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jagung Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk tanaman

monokotil dari genus Zea yang tumbuh dengan baik pada tanah tanah yang bertekstur latosal dengan tingkat kemiringan 5 8%, keasaman 5,6 7,5 serta suhu antara 27 32ºC. Selain buah atau bijinya, tanaman jagung menghasilkan limbah dengan proporsi terbesar terletak pada batang jagung (stover) diikuti dengan daun, tongkol dan kulit buah jagung (Bunyamin, Efendi dan Andayani, 2013).

Jagung merupakan sumber energi dan penyusun utama dalam campuran pakan untuk ayam pedaging sebesar 50% dalam pakan. Selain sebagai penyusun utama dalam ransum jagung juga digunakan sebagai sumber energi dalam pakan konsentrat untuk ternak non ruminansia lainnya seperti babi (Umiyasih dan Wina, 2008). Didukung oleh pendapat Surbakti, Ginting dan Ginting (2013) bahwa jagung memiliki peran yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung memiliki kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan pakan ternak. Meningkatnya usaha perunggasan maka kebutuhan akan jagung untuk pakan ikut meningkat cukup tinggi hingga mencapai 57% dari produksi nasional sehingga dibutuhkan impor jagung untuk memenuhi permintaan. Kandungan zat-zat makanan dalam jagung dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 25: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

10

Tabel 1. Kandungan zat makanan pada jagung

Zat Makanan Jumlah Bahan Kering (%) 89 Protein (%) 8,5 Lemak (%) 3,8 Serat Kasar (%) 2,2 Ca (%) 0,02 P non Phytat (%) 0,08 Metionin (%) 0,18 EM (kkal/kg) 3,350

Sumber : NRC (1994) 2.2 Bungkil Inti Sawit (BIS)

Di Negara Indonesia perkebunan kelapa sawit yang dimiliki cukup besar berada di daerah-daerah tertentu. Misalnya untuk perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Pelalawan yang dilihat dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 luas perkebunan kelapa sawit 163.728 ha, pada tahun 2004 meningkat menjadi 163.903 ha dan pada tahun 2005 terus meningkat yaitu telah mencapai 173.689 ha (Yanto dan Febrina, 2008).

Bungkil inti sawit adalah salah satu hasil ikutan industri kelapa sawit dimana produksinya cukup melimpah, sehingga upaya pemanfaatan limbah tersebut sebagai sumber energi atau protein pada pakan perlu ditingkatkan (Afdi, 2006). Menurut Iskandar, Sinurat, Tiesnamurti, dan Bamualim (2008) bungkil inti sawit adalah salah satu hasil ikutan pengolahan inti sawit (daging biji sawit plus batok). Di Indonesia pada tahun 2007 produksinya sudah mencapai 2,14 juta ton, dengan komposisi produk yang dihasilkan sebesar 45-46% dari inti sawit, atau 2,0-2,5% dari bobot tandan sawit. Pada umumnya

Page 26: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

11

kandungan air pada bungkil inti sawit cukup rendah yaitu kurang dari 10%, protein 14-17%, lemak 9,5-10,5%, dan serat kasar 12-18%, sehingga berpotensi sebagai bahan pakan baik untuk ternak ruminansia maupun nonruminansia. Kandungan zat makanan bungkil inti sawitditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan zat makanan bungkil inti sawit

Zat Makanan Bungkil Inti Sawit¹ Bungkil Inti Sawit² Energi Metabolis (kkal/kg) 4758,29 2690,29 Protein kasar (%) 13,98 13,83 Lemak kasar (%) 8,61 9,92 Serat Kasar (%) 12-18(3) 20,68 Air (%) - <10 (3) Abu (%) 4,37 3,75 (3) Kalsium (%) 0,22 0,41 Phospor (%) 0,52 0,49 Metionin (%) - 0,14 Lisin (%) - 0,56 Triptopan (%) - 0,17 Sumber : ¹ Puastuti, Yulistiani dan Susana (2014), ²Sari, Sukamto dan

Dwiloka (2014), ³ Hasibuan dan Daulay (2015) Di Provinsi Jambi pada tahun 2009 luas perkebunan

kelapa sawit adalah 520.330 ha dengan produksi tandan buah segar (TBS) sebanyak 1.283.511 ton. Bila dihitung secara nominal produksi bungkil inti sawit berdasarkan potensi kelapa sawit untuk produksi di Provinsi Jambi tahun 2009 adalah 35.080 ton/tahun. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat, dengan meningkatnya luas perkebunan kelapa sawit tiap tahun berarti ketersediaan bahan tersebut cukup berpotensi (Noferdiman, 2011).

Page 27: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

12

Data potensi bungkil inti sawit di Indonesia tahun 2010 sebesar 2,881 juta ton memperlihatkan bahwa komoditas tersebut berpeluang menjadi sumber pendapatan negara, hal ini dianggap memiliki nilai ekonomi tinggi, maka Indonesia sudah mengekspor bungkil inti sawit ke negara lain seperti Eropa, Australia dan Amerika. Di negara tujuan ekspor tersebut bungkil inti sawit telah dimanfaatkan sebagai pensuplai protein pada pakan ternak ruminansia (Hasibuan dan Daulay, 2015).

Di Indonesia umumnya proses pemerasan bungkil inti sawit dengan menggunakan expeller, sehingga akan menghasilkan granul atau lempengan seperti bentuk bungkil kedelai, berwarna kecoklatan. Bungkil inti sawit memiliki berat jenis (specific gravity) sekitar 1,4 1,5 dan kerapatan (bulk density) sekitar 0,58 0,63. Produk yang dihasilkan dalam bentuk kering dengan kadar air sekitar 10%, akan menurunkan kandungan aflatoksin, karena jamur penghasil aflatoksin (Aspergillus flavus) tidak dapat tumbuh bila kadar air bahan pakan <14% (Sinurat, 2012). Menurut Hasibuan dan Daulay (2015) bungkil inti sawit mengandung energi tinggi dengan sejumlah crude protein. Bungkil inti sawit juga mengandung 52% ekstrak nitrogen bebas, 31% serat deterjen asam dan 72% serat deterjen netral. Berdasarkan analisis kegunaannya sebagai pensuplai protein kandungan asam amino tertinggi adalah arginin dan asam glutama.

Pemberian bungkil inti sawit pada ternak belum bisa optimal karena masih ada beberapa kendala diantaranya palatabilitas rendah, bersifat gritt, defisiensi asam amino methionin, triptophan, sistin, dan daya cerna yang rendah akibat tingginya serat kasar yaitu: 12,47 16,09% (Noferdiman, 2011). Menurut pendapat Nuraini dan Trisna

Page 28: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

13

(2005) batasan penggunaan bungkil inti sawit sebagai bahan pakan ternak unggas hanya sebesar 10% dari ransum, hal tersebut dikarenakan kandungan serat kasar yang tinggi tidak mampu diserap oleh tubuh sehingga menimbulkan sifat bulky pada ayam yaitu ternak merasa kenyang sebelum nutrisi terpenuhi. Didukung pendapat Sembiring (2009) adanya variasi kandungan nutrisi bungkil inti sawit karena adanya perbedaan umur tanaman, daerah asal, jenis kelapa sawit dan proses pengolahan.

2.3 Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi pertumbuhan pada ayam. Demi menunjang pertumbuhan yang sempurna, dibutuhkan pakan yang mengandung semua unsur gizi, terutama kebutuhan asam amino esensial. Syarat untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal adalah kualitas dan kuantitas ransum yang akan diberikan pada ternak (Sukaryana dkk., 2013).

Jumlah nutrisi atau zat makanan yang terkandung dalam pakan, biasanya diketahui sebagai komposisi pakan ternak. Komposisi pakan yang baik yaitu kandungan zat nutrisi dalam pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak pada saat pakan tersebut diberikan. Keseimbangan protein dan energi dalam ransum memiliki peran yang sangat penting dalam menyusun ransum, apabila tidak seimbang akan menyebabkan kelebihan atau kekurangan asupan energi dan protein dalam tubuh ternak (Lainawa, Santa, Pandey dan Bagau, 2015).

Protein adalah unsur nutrisi pertama yang penting untuk membentuk jaringan tubuh dalam pertumbuhan, menggantikan jaringan-jaringan tubuh yang rusak, dan untuk pembentukan telur (Suprijatna, Atmomarsono dan Kartasudjana 2008).

Page 29: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

14

Kualitas protein pada unggas dapat diketahui melalui kecernaannya. Tingkat kecernaan yang tinggi mengindikasikan bahwa zat-zat pakan yang diserap oleh tubuh semakin tinggi pula (Irawan, Sunarti dan Mahfudz, 2012).

Pemanfaatan bahan lokal untuk pakan unggas umumnya dapat memberi keuntungan dengan harganya yang lebih murah, akan tetapi pemanfaatannya seringkali dibatasi oleh rendahnya nilai gizi bahan-bahan tersebut yang disebabkan tingginya kandungan serat kasar, sehingga protein akan sulit dicerna karena adanya senyawa anti nutrisi seperti asam fitat pada dedak (Bintang dan Sinurat, 1999). Kebutuhan zat makanan ayam pedaging dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kebutuhan zat makanan ayam pedaging

Zat Makanan Umur

Starter Finisher

Protein Kasar (%) 23,00 20,00 Energi Metabolis (kkal/kg)

3.200 3.200

Ca (%) 1,00 0,90

Lisin (%) 1,10 1,00

Metionin (%) 0,50 0,38 Treonin (%) 0,80 0,74

Arginin (%) 1,25 1,10 Sumber : NRC (1994)

Page 30: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

15

2.4 Ayam Pedaging Ayam pedaging adalah ayam yang diternakkan untuk

tujuan penghasil daging yang memiliki sifat pertumbuhan yang cepat. Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantara genetik (strain), kualitas dan kuantitas ransum, jenis kelamin, dan umur (Sukaryana dkk, 2013). Menurut Megawati, Ulupi dan Soesanto (2011) dalam penelitiannya tentang persentase karkas dan potongan ayam pedaging yang diberi pakan nabati dan komersil adalah pakan nabati yang diberikan pada ayam pedaging menghasilkan bobot hidup, karkas, persentase karkas, potongan komersial maupun meat bone ratio (paha dan dada) lebih rendah dari pada ayam yang diberi pakan komersial. Penambahan DSP (dysapro protein) atau sumber protein utama dari pakan nabati tidak mampu meningkatkan bobot hidup, karkas maupun potongan komersial pada ayam pedaging.

Menurut Wiganjar, Ridlo dan Nahrowi (2006) dalam penelitiannya tentang performa ayam pedaging yang diinfeksi bakteri Salmonella thypimurium dengan pakan mengandung ikatan mannan dari bungkil inti sawit adalah ayam pedaging memiliki sistem perasa berupa gustative or taste buds untuk mengenali rasa makanannya, namun indera penciumannya (olfactory system) kurang berkembang. Hasil penelitiannya dengan penambahan polisakarida mengandung mannan dari bungkil inti sawit yang mencapai dosis 4000 ppm belum efektif untuk meningkatkan konsumsi, pertumbuhan bobot badan, dan konversi ransum. Penambahan polisakarida mengandung mannan tidak berpengaruh negatif terhadap beberapa organ dalam kecuali pada gizard (ventrikulus). Pada

Page 31: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

16

organ ini, terjadi peningkatan berat organ diatas kisaran normal. 2.5 Enzim Mannanase

Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai biokatalis dalam sel hidup. Kelebihan enzim dibandingkan katalis biasa adalah (1) dapat meningkatkan produk beribu kali lebih tinggi; (2) bekerja pada pH yang relatif netral dan suhu yang relatif rendah; dan (3) bersifat spesifik dan selektif terhadap subtrat tertentu. Dari hasil penelitian (Kosim dan Putra, 2010) menjelaskan bahwa protease yang dihasilkan dari bakteri Bacillus subtilis memiliki kandungan protein yang lebih tinggi 1:1 kali setelah mengalami pemekatan 3 kali, dengan kandungan protein ekstrak liofilisasinya sebesar 0,69 mg/ml. Pengaruh suhu terlihat pada penentuan aktivitas dimana variasi suhu yang digunakan adalah 30°-50°C dengan menggunakan kasein sebagai substrat. Aktivitas tertinggi diperoleh sebesar 0,192 U/ml dan dicapai pada suhu 40°C.

Enzim dapat memecah struktur kimia, seperti: asam amino, asam lemak, dan karbohidrat sehingga usus halus dapat menyerap nutrisi dengan mudah. Jika menggunakan enzim untuk fermentasi, enzim akan memecah galaktomanan. Perlakuan dengan enzim pada bungkil inti sawit disertai dengan perendaman menggunakan air destilasi 0,1% akan meningkatkan nilai nutrisi (Kitchen (1997) dalam Anggreini, Sidiq dan Wardani, 2014).

Enzim mannanase adalah enzim yang dapat menghidrolisis substrat mannan menjadi manooligosakarida dan sedikit manosa, glukosa dan galaktosa. Enzim mannanase juga dapat diaplikasikan pada sektor pangan, pakan, industri kertas dan farmasi. Selain itu enzim mannanase dapat

Page 32: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

17

digunakan sebagai campuran dalam pakan ternak (unggas dan sapi) sehingga dapat meningkatkan nilai gizi dan konversi bahan pakan yang kaya mengandung manan seperti bungkil kelapa (Sigres dan Sutrisno, 2015).

Penambahan enzim tunggal mannanase atau enzim multi komersial (selulose, glukanase, xylanase, dan fitase) dalam pakan yang mengandung bungkil inti sawit dapat meningkatkan kecernaan protein, lemak, abu, dan energi metabolis pada pakan. Penambahan enzim sebanyak 30% kedalam pakan campuran bungkil inti sawit sebanding dengan hasil performa ayam yang diberi pakan standar menggunakan jagung dan bungkil kedelai, dengan syarat formulasi pakan berdasarkan kandungan asam amino yang tercerna (Sinurat, 2012).

2.6 Deposisi Daging Dada Ayam Pedaging

Menurut Nurhayati (2008) selain kebutuhan energi, kandungan protein juga diperlukan didalam ransum pakan ayam pedaging. Fungsi protein adalah untuk menyusun bagian tubuh seperti organ dalam, otot dan bagian lain dalam tubuh. Apabila kebutuhan kandungan tersebut tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan performan yang dihasilkan.

Daging dada merupakan bagian karkas yang termasuk lambat pertumbuhannya artinya berkembang setelah bagian tubuh yang lain sudah berkembang (Widjastuti, Tanwiriah dan Sudjana 2015). Menurut Dewanti, Irham dan Sudiyono (2013) berat karkas yang dihasilkan akan mempengaruhi persentase karkas dan bagian-bagiannya. Pada bagian dada dan paha mampu berkembang lebih dominan selama masa pertumbuhan. Dada merupakan tempat deposisi daging,

Page 33: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

18

berdasarkan hasil sebuah penelitian pakan perlakuan yang menggunakan penambahan enceng gondok terfermentasi dengan taraf 2,5% hingga 10% belum dapat meningkatkan persentase dada. Menurut Resnawati (2004) persentase dada ayam pedaging berkisar 24,13-26,79%. Persentase bobot daging dada tersebut akan ikut bertambah dengan adanya pertambahan bobot badan dan bobot karkas pada ayam pedaging.

Persentase deposisi daging dada dipengaruhi oleh adanya faktor nutrisi dalam pakan khususnya kandungan protein didalamnya sehingga akan menghasilkan bobot karkas yang berbeda. Potongan komersial pada dada adalah bagian karkas yang banyak mengandung jaringan otot sehingga untuk perkembangannya lebih dipengaruhi oleh adanya zat makanan berupa protein. Pertumbuhan tidak dapat optimal apabila pemberian pakan tidak sesuai dengan standar nilai nutrisi yang telah ditentukan. Persentase deposisi daging dada ayam akan sejalan dengan bertambahnya berat karkas dan berat hidup (Anggitasari, Sofjan dan Djunaidi, 2016).

2.7 Lemak Abdominal Ayam Pedaging Lemak abdominal adalah lemak yang terdapat pada

bagian rongga perut dan dekat daerah kloaka (Siregar, 2004). Menurut Mangais, Najoan, Bagus dan Rahasia (2016) penimbunan lemak tubuh (lemak abdomen) dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu temperatur, kandang atau ruang kandang, kadar energi ransum, umur, dan jenis kelamin. Menurut Oktaviana, Zuprizal dan Suryanto (2010) lemak abdominal merupakan indikasi pemanfaatan pakan yang tidak efisien. Menurut Suciani, Parimartha dan Sumardani (2011) penambahan enzim dilakukan pada bahan pakan yang

Page 34: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

19

memiliki nilai kecernaan rendah sehingga dapat membantu meningkatkan penggunaan bahan pakan tersebut. Kandungan serat kasar yang tinggi pada ransum ternyata mampu menurunkan kadar kolesterol dan perlemakan dalam tubuh ternak ayam tersebut.

Menurut hasil penelitian Restiayanti dkk (2014) bahwa penggunaan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera lam) dan ekstrak bawang putih (Allium sativum) dapat memberikan hasil yang berbeda terhadap persentase bobot potong lemak abdominal pada ayam pedaging yang berumur 2-6 minggu. Dari hasil pemberian ekstrak daun bawang mengasilkan berat sebesar 1,16 g, hal tersebut dikarenakan kedua ekstrak daun kelor (Moringa oleifera lam) dan bawang putih (Allium sativum) mengandung senyawa fitokimia yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan zat makanan. Senyawa fitokimia di dalam tubuh dapat menghasilkan enzim-enzim penangkal racun, merangsang sistem kekebalan, mencegah penggumpalan keping-keping darah (trombosit), meningkatkan metabolisme hormon, dan pengikatan zat karsinogen dalam usus, efek antibakteri, dan antioksidan. Didukung pendapat Farahdiba, Santoso dan Kususiyah (2011) ayam pedaging yang diberi pakan berprotein rendah akan menunjukkan retensi energi dalam bentuk lemak sehingga deposisi lemak abdominal yang dihasilkan akan meningkat pula.

Menurut Indarto, Jamhari, Zuprizal dan Kustantinah (2011) penggunaan DDGS ( ) memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat lemak abdominal. Pengukuran lemak abdominal dapat dijadikan sebagai indikator dari total lemak pada tubuh. Berat lemak abdominal akan cenderung meningkat dengan pertambahan

Page 35: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

20

umur. Pada periode starter, lemak yang disimpan dalam tubuh jumlahnya sedikit, namun pada pertumbuhan finisher proses pertumbuhan lemak akan berlangsung cepat dan lemak akan tersimpan di bawah kulit dan sekitar organ dalam seperti empedu, usus dan otot.

Lemak abdomen dan lemak karkas memiliki hubungan korelasi yang positif, yaitu ketika lemak abdomen mengalami peningkatan maka lemak karkas juga akan ikut meningkat. Pembentukan lemak abdomen pada ayam pedaging merupakan kelebihan energi yang dapat menurunkan bobot karkas (Fathullah, Iriyanti dan Sulistiyawan, 2013). Menurut Daud (2006) menyatakan bahwa pada umumnya adanya peningkatan bobot badan ayam yang diikuti dengan penurunan kandungan lemak abdominal sehingga dapat menghasilkan produksi daging yang tinggi.

Penggunaan bungkil inti sawit sebelum dan sesudah fermentasi sebesar 5%, 10% dan 15% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap lemak abdominal itik. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian bungkil inti sawit dari proses tersebut tidak mengandung zat yang berbahaya bagi ternak itik yang sedang tumbuh (Bintang dkk., 1999). Menurut Ahmad (1982) dalam Bintang dkk (1999) menjelaskan bahwa penggunaan bungkil inti sawit hingga 30% dalam ransum ayam pedaging menghasilkan karkas yang tidak berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan peningkatan lemak disebabkan adanya peningkatan lemak yang berasal dari pakan. Hal ini didukung oleh pendapat Golla, Montong, Laihad dan Rembet (2014) bahwa batas rataan persentase lemak abdomen berkisar antara 0.73-3.78% masih dalam kisaran yang normal untuk ayam pedaging, apabila lebih besar dari nilai tersebut maka kualitas karkas sudah menurun.

Page 36: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

21

2.8 Warna Kaki Ayam Pedaging Menurut hasil penelitian Dewi, Sudjarwo dan Sjofjan

(2013) tentang pengaruh penggunaan beberapa varietas tepung jagung dalam pakan terhadap kualitas karkas ayam pedaging adalah warna kuning yang terdapat pada kaki, paruh dan kulit ayam pedaging merupakan hasil dari proses pigmentasi. Pigmen warna tersebut adalah pigmen xantofil yaitu pigmen yang berasal dari pakan yang dikonsumsi. Jagung merupakan sumber xantofil yang baik dan menghasilkan pigmentasi kuning pada ayam pedaging dan telur

Warna shank adalah penampilan dari adanya beberapa pigmen tertentu pada epidermis dan dermis, warna kuning pada shank disebabkan adanya kandungan lemak atau pigmen lipokrom pada lapisan epidermis. Karakteristik warna shank kuning atau putih disebabkan oleh kurangnya kandungan melanin pada jaringan kulit luar (epidermis), pada lapisan luar kandungan melanin dikontrol oleh gen resesif yang ditandai dengan warna shank hitam (Johari, Sutopo dan Santi, 2009).

Menurut hasil penelitian Darisna, Garnida dan Asmara (2016) tentang identifikasi sifat-sifat kualitatif ayam kokok balenggek jantan dan betina dewasa di kabupaten Solok Sumatera Barat bahwa warna shank ayam kokok balenggek jantan dan betina terdiri atas karakter warna hitam dan abu-abu, kuning, dan putih. Ayam kokok balenggek jantan proporsi warna hitam dan abu-abu masing-masing (30%), kuning (56,7%), dan putih (13,3%) sedangkan ayam kokok balenggek betina proporsi warna hitam dan abu-abu masing-masing (43,3%), kuning (30%), dan putih (26,7%). Perbedaan warna shank pada ayam tersebut akibat adanya kombinasi pigmen pada lapisan luar maupun dalam kulit. Warna pigmen shank abu-abu muncul karena pigmen karatenoid pada kulit

Page 37: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

22

luar dan tidak adanya pigmen melanin, warna shank diakibatkan oleh pigmen melanin pada kulit luar, sedangkan warna shank putih diakibatkan tidak adanya kedua pigmen tersebut.

Menurut hasil penelitian Asmara, Garnida dan Tanwiriah (2007) menjelaskan bahwa penggunaan tepung daun ubi jalar sebesar 20% dalam pakan ayam pedaging memberikan pengaruh terhadap pigmentasi kulit karkas, menghasilkan warna sangat kuning hingga amat sangat kuning dengan menggunakan skala hedonik. Faktor utama yang dapat mempengaruhi pigmentasi pada ayam pedaging selama masa pertumbuhan adalah kandungan xantophill dalam pakan untuk menghasilkan warna kuning pada kulit karkas.

Page 38: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

23

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2016 sampai dengan Februari 2017 di Laboratorium Lapang Peternakan Sumber Sekar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya yang berlokasi di Jalan Apel, Dusun Semanding, Desa Sumber Sekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

3.2 Materi Penelitian 3.2.1 Ayam

Materi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah 168 ekor ayam pedaging strain Ross periode starter Produksi PT. Charoen Pokhpand Indonesia.

3.2.2 Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan terdiri dari 21 unit kandang

postal dengan ukuran masing-masing 100x100x65 cm³. Setiap kandang diisi dengan 8 ekor ayam. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum.

3.2.3 Pakan Penelitian Pakan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari konsentrat ayam pedaging produksi PT. Charoen Pokhpand Indonesia, jagung, bekatul, dan bungkil inti sawit tanpa penambahan enzim (BIS A) dan bungkil inti sawit dengan penambahan enzim cair (BIS B) dan enzim padat (BIS C) produksi PT.Wilmar. Bungkil inti sawit tanpa penambahan enzim dan bungkil inti sawit dengan penambahan enzim dicampur bersama konsentrat, jagung dan bekatul.

Page 39: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

24

Pemberian pakan dan minum secara ad libitum. Kandungan zat makanan bahan pakan yang digunakan pada penelitian ini ditunjukan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan zat makanan bahan pakan

Kandungan Zat Makanan

Jenis Bahan

Jagung BIS A BIS B BIS C Bekatul** Konsentrat***

Energi Metabolis (kkal/kg)*

3226,62

3139,72

3182,89

3174,25

2860

2700

Protein Kasar (%)*

9,20 13,07 13,93 13,11 12 41

Lemak Kasar (%)*

2,74 6,91 4,63 7,01 12 5

Serat Kasar (%)*

5,46 18,45 19,16 20,35 3 5

Kalsium (%)

0,01 0,41 0,41 0,41 0,04 2,5

Phospor (%)

0,26 0,49 0,49 0,49 1,4 1,4

Metionin (%)

0,18 0,14 0,14 0,14 0,27 1

Lisin (%) 0,2 0,56 0,56 0,56 0,71 2,6 Triptopan (%)

0,1 0,17 0,17 0,17 0,09 0,33

Sumber: Sari, dkk (2014), * Hasil analisis proksimat Laboratorium Nutrisi dan Makanan ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (ME = 70% X data GE) , ** Wahju (1992), ***Label konsentrat ayam pedaging produksi Japfa Comfeed Indonesia

Komposisi dan kandungan zat makanan pakan perlakuan yang digunakan pada penelitian ini ditunjukan pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Page 40: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

25

Tabel 5. Komposisi pakan perlakuan periode starter (%)

Bahan Pakan

Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6

Jagung 60 52,5 45 52,5 45 52,5 45

BIS A 0 7,5 15 0 0 0 0

BIS B 0 0 0 7,5 15 0 0

BIS C 0 0 0 0 0 7,5 15

Konsentrat 40 40 40 40 40 40 40

Total 100 100 100 100 100 100 100 Energi Metabolis (kcal/kg)

3015,97 3009,45 3002,94 3012,69 3009,41 3012,04 3008,12

Protein Kasar (%)

21,92 22,21 22,50 22,27 22,63 22,21 22,51

Lemak Kasar (%)

3,64 3,96 4,27 3,79 3,93 3,96 4,28

Serat Kasar (%) 5,28 6,25 7,22 6,30 7,33 6,39 7,51

Kalsium (%) 1,01 1,04 1,07 1,04 1,07 1,04 1,07

Phospor (%)

0,72 0,73 0,75 0,73 0,75 0,73 0,75

Metionin (%)

0,51 0,51 0,50 0,51 0,50 0,51 0,50

Lisin (%) 1,16 1,19 1,21 1,19 1,21 1,19 1,21 Triptopan (%) 0,19 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20

Berdasarkan perhitungan Tabel 4.

Tabel 6. Komposisi pakan perlakuan periode finisher (%)

Bahan Pakan

Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6

Jagung 60 52,5 45 52,5 45 52,5 45 BIS A 0 7,5 15 0 0 0 0 BIS B 0 0 0 7,5 15 0 0 BIS C 0 0 0 0 0 7,5 15 Konsentrat 30 30 30 30 30 30 30 Bekatul 10 10 10 10 10 10 10 Total 100 100 100 100 100 100 100 Energi Metabolis (kcal/kg)

3031,97 3025,45 3018,94 3028,69 3025,41 3028,04 3024,12

Page 41: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

26

Bahan Pakan Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6

Lemak Kasar (%) 4,34 4,66 4,97 4,49 4,63 4,66 4,98

Serat Kasar (%) 5,08 6,05 7,02 6,10 7,13 6,19 7,31

Kalsium (%)

0,76 0,79 0,82 0,79 0,82 0,79 0,82

Phospor (%)

0,72 0,73 0,75 0,73 0,75 0,73 0,75

Metionin (%) 0,44 0,43 0,43 0,43 0,43 0,43 0,43

Lisin (%) 0,97 1,00 1,03 1,00 1,03 1,00 1,03 Triptopan (%)

0,17 0,17 0,18 0,17 0,18 0,17 0,18

Berdasarkan perhitungan Tabel 4.

3.2.4 Prosedur Penelitian a. Tahap persiapan Pemeliharaan ayam pedaging dimulai dari umur satu hari (DOC) hingga umur 35 hari. Ayam pedaging sebanyak 168 ekor dipelihara di dalam 21 petak kandang perlakuan dengan ukuran 100x100x65cm³ yang masing-masing petak berisi 8 ekor ayam. Pakan yang diberikan adalah pakan perlakuan berupa bungkil inti sawit yang diberi enzim cair dan padat dan untuk air minum diberikan secara ad libitum. Persiapan kandang sebelum kedatangan DOC dimulai dengan cara membersihkan seluruh area kandang termasuk lantai, sekat, tempat pakan dan tempat air minum. Lantai dan sekat kandang dibersihkan dengan cara disikat menggunakan sapu lidi kemudian di lapisi larutan kapur yang sudah dicairkan setelah itu didiamkan hingga kering. Setelah kering sekat dipasang menggunakan rafia dan kawat. Setelah semua sekat terpasang kemudian alas kandang diberi sekam, selanjutnya untuk persiapan tempat

Lanjutan Tabel 6

Page 42: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

27

pakan dan minum dicuci terlebih dahulu menggunakan sabun cair hingga bersih kemudian dikeringkan. Tirai dipasang tertutup rapat agar tidak ada celah udara luar masuk sehingga ketika DOC datang suhu didalam dapat terjaga. b. Persiapan DOC Persiapan DOC diawali dengan memasukkan seluruh peralatan kandang kedalam kandang kemudian menaikkan suhu didalam ruangan menggunakan 4 buah gas solek selama 1 jam sebelum DOC datang (chick in). Dilakukan pemasangan koran diatas sekam pada masing-masing petak untuk menaruh pakan dan air minum selama 2 minggu pemeliharaan, selanjutnya dilakukan penggantian rutin apabila koran sudah mulai basah/penuh dengan kotoran. Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum. c. Tahap pemeliharaan Pada minggu pertama pemeliharaan pada awal kedatangan DOC dilakukan penimbangan dengan menggunakan timbangan analitik untuk mengetahui bobot dan keseragaman DOC, kemudian diberi vaksin ND Lasota dengan tetes mata. Pemberian pakan sebanyak 500 gr menggunakan BR1 dan untuk air minum diberi air gula merah setelah DOC datang hingga jam 20:00 WIB kemudian diganti dengan air biasa dan diberikan secara ad libitum. Pemasangan alas koran diatas sekam dilakukan dari awal DOC datang hingga 2 minggu pemeliharaan. Pengaturan dan kontrol suhu kelembaban dilakukan sebanyak mungkin. Pada hari ke-7 dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot badan minggu pertama. Pada minggu kedua pemeliharaan alas sekam sudah tidak dilapisi koran. Melakukan penimbangan bobot badan

Page 43: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

28

ayam minggu ke 2 dan sisa pakan dalam satu minggu. Pakan kemudian dimasukkan ke dalam feeder. Pada minggu ketiga pemeliharaan, dilakukan penimbangan bobot badan rutin beserta sisa pakan dalam satu minggu. Tempat pakan dan minum sudah mulai digantung agar tidak tercecer dan tercampur dengan kotoran. Tirai ditengah kandang dilepas dan tirai jendela mulai di buka sedikit demi sedikit. Pada minggu keempat pemeliharaan, heater sudah tidak digunakan dan tirai sering dibuka untuk sirkulasi gas amonia yang berada didalam kandang. Selain itu pengecekan rutin seperti menambah pakan yang kurang, dan mengganti air minum yang sudah habis. Ayam ditimbang setiap akhir minggu beserta sisa pakan setiap minggu. d. Tahap pemotongan dan pengambilan sampel Sebelum dilakukan proses pemotongan terlebih dahulu dilakukan penimbangan ayam untuk mengetahui bobot akhir. Selanjutnya ayam disembelih dengan cara memotong bagian leher pada saluran pernapasan, vena jugularis dan saluran pencernaan. Pada saat penyembelihan darah harus keluar semua secara sempurna. Apabila darah dapat keluar semua maka akan didapatkan total bobot darah sekitar 4% dari bobot badan. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengeluaran darah sekitar 60-120 detik, tergantung ukuran tubuh. Setelah proses tersebut ayam kemudian dimasukkan ke air hangat dengan suhu sekitar 50-54°C selama 30 detik untuk mempermudah pencabutan bulu. Setelah dimasukkan ke air hangat dibersihkan bulunya, dipisahkan organ dalam dan bagian non karkas (kepala, leher dan kaki) sehingga

Page 44: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

29

hanya tersisa bagian karkas lalu diambil lemak abdominal khusus bagian yang menutupi rongga perut kemudian ditimbang berat lemaknya, kemudian diambil daging bagian dada utuh tanpa tulang kemudian ditimbang beratnya. Terakhir diambil kaki ayam dan diukur warnanya menggunakan yolk colour fan.

3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan

lapang dengan Rancangan Acak Lengkap dengan 7 perlakuan (P0, P1, P2, P3, P4, P5 dan P6) dan 3 ulangan. Pakan kontrol terdiri dari starter (60% jagung + 40% konsentrat) dan finisher (60% jagung + 30% konsentrat + 10% bekatul). Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut :

P0 : Pakan tanpa penggantian jagung P1 : Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS

12,5% tanpa enzim P2 : Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS 25%

tanpa enzim P3 : Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS

12,5% + enzim cair P4 : Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS 25%+

enzim cair P5 : Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS

12,5% + enzim padat P6 : Pakan dengan penggantian jagung dengan BIS 25%+

enzim padat

Page 45: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

30

3.4 Variabel Pengamatan Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah :

1. Persentase lemak abdominal Persentase lemak abdomen diperoleh dari hasil perbandingan antara bobot lemak abdomen (gram) dengan bobot hidup (gram) dikalikan 100% (Mangais dkk, 2016).

% =

2. Persentase deposisi daging dada Persentase daging dada (Yulianto, Sjofjan dan Widodo, 2011) dihitung dengan rumus :

% daging dada X100%

3. Warna kaki ayam pedaging Pengukuran menggunakan kertas yolk colour fan

3.5 Analisis Data Data yang diperoleh kemudian akan ditabulasi dengan

menggunakan program microsoft excel. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Apabila data yang diperoleh terdapat perbedaan diantara perlakuan maka dilanjutkan dengan penggunaan Uji Jarak Berganda

Keterangan : Yij = respon yang diamati

Yij i + ij

Page 46: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

31

= nilai tengah populasi = pengaruh perlakuan ke-i (1,2,3) = galat percobaan i = 1,2,3,4,5,6, dan 7 j = 1,2,dan 3

3.6 Batasam Istilah Enzim : enzim adalah suatu bentuk protein

yang berperan sebagai katalisator reaksi biologis.

Enzim mannanase

: enzim yang berfungsi untuk mengkatalis mannan yang merupakan komponen penyusun serat terbesar pada bungkil inti sawit. Mannan akan dirubah menjadi gula sederhana sehingga bungkil inti sawit dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.

Palm kernel meal

: dapat disebut dengan Bungkil Inti sawit atau BIS adalah hasil ekstraksi dari daging buah inti sawit yang telah diambil minyaknya. Proses pemerasan minyak secara mekanis menyebabkan jumlah minyak yang tertinggal masih cukup banyak (sekitar 9,6%) namun kandungan serat kasarnya cukup tinggi apabila dikonsumsi untuk unggas sehingga perlu diolah untuk menurunkan serat kasarnya.

Page 47: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

32

Shank : bagian anatomi ayam yang disebut dengan tulang kering pada cakar atau kaki ayam.

Strain : disebut dengan galur yaitu satu generasi keturunan (zuriat) dari suatu individu.

Specific gravity : ukuran kerapatan relatif terhadap kerapatan zat yang dijadikan acuan, biasanya yang dijadikan acuan adalah kerapatan air pada suhu 4°C.

Page 48: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh perlakuan terhadap persentase deposisi daging dada, persentase lemak abdominal dan warna kaki pada ayam pedaging dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Persentase Deposisi Daging Dada, Lemak Abdominal dan Warna Kaki Pada Ayam Pedaging.

Perlakuan Deposisi

Daging Dada

(%)

Lemak

Abdominal

(%)

Warna Kaki

pada Ayam

P0 18,01 b ±1,59 3,29 d ±0,08 6,7±1,53

P1 19,26 b ±1,65 2,17 bc ±0,11 6,0±0,00

P2 14,04 a ±0,02 2,11 b ±0,08 5,0±0,00

P3 15,78 ab ±0,56 2,37 c ±0,14 6,7±0,58

P4 14,25 a ±1,37 1,83 a ±0,08 5,0±0,00

P5 17,55 ab ±1,71 2,04 ab ±0,02 6,0±1,00

P6 16,66 ab ±1,77 2,09 b ±0,14 5,5±0,50

Keterangan :- Notasi pada kolom deposisi daging dada dan lemak abdominal berbeda sangat nyata (P<0,01)

- Notasi pada kolom warna kaki pada ayam berbeda tidak nyata (P>0,05)

Page 49: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

34

4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Deposisi Daging Dada Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai rataan

persentase deposisi daging dada dari yang tertinggi adalah P1 (19,26±1,65)%, P0 (18,01±1,59)%, P5 (17,55±1,71)%, P6 (16,66±1,77)%, P3 (15,78±0,56)%, P4 (14,25±1,37) % dan P2 (14,04±0,02)%. Berdasarkan hasil analisis variansi menunjukkan bahwa perlakuan penggantian jagung dengan bungkil inti sawit menggunakan bentuk enzim yang berbeda menghasilkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase deposisi daging dada. Kenaikan dan penurunan hasil pada masing-masing perlakuan diduga karena faktor jenis kelamin yang mempengaruhi berat hidup sehingga dihasilkan berat dada yang fluktuatif. Rata-rata hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan Widodo, Sjofjan dan Wijaya (2010) yang menjelaskan bahwa persentase dada ayam pedaging berkisar 10,11-14,61%. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti bobot hidup dan faktor nutrisi pakan yang digunakan.

Penggantian jagung dengan bungkil inti sawit sebesar 12,5% tanpa penambahan enzim (P1) tidak menghasilkan serat kasar yang terlalu tinggi yaitu 6,25% pada periode starter dan 6,05 pada periode finisher, sehingga konsumsi dan konversi pakan yang dihasilkan meningkat tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05). Data konsumsi pakan menunjukkan bahwa pada P0 (2814.33), P1 (2908.13), P2 (2946.00), P3 (2708.54), P4 (2702.75), P5 (2816.96) dan P6 (2810.21), sedangkan konversi pakan menunjukkan bahwa pada P0 menghasilkan 1.82, P1 (1.87), P2 (1.90), P3 (1.77), P4 (1.69), P5 (1.80) dan P6 (1.78). Berdasarkan hasil analisa menunjukkan bahwa kandungan serat kasar dalam penelitian ini berkisar antara 5,08-7,51%.

Page 50: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

35

Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Sutrisna (2011) yang menyatakan bahwa konsumsi serat kasar ayam pedaging maksimal adalah 5%, berbeda dengan itik yang mampu mencerna serat kasar lebih tinggi mencapai 20%. Hal tersebut didukung oleh pendapat Rumiyani, Wihandoyo, dan Sidadolog (2011) yang menyatakan kandungan serat kasar yang tinggi akan menyebabkan ayam hanya mengkonsumsi sedikit pakan sehingga asupan nutrisi yang kurang mengakibatkan pertumbuhan karkas ayam pedaging ikut terhambat.

Hasil uji jarak berganda duncan menunjukkan bahwa P1 dan P0 memiliki rata-rata persentase tertinggi, dengan level penggantian bungkil inti sawit 12,5% (P1) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dengan P3 dan P5. Hal tersebut diduga karena kadar serat pada level pemberian 0% dan 12,5% berkisar antara 6,05-6,39% menghasilkan serat kasar lebih rendah dari level pemberian 25% sehingga mampu menghasilkan persentase deposisi daging dada lebih tinggi. Berdasarkan level penggantian bungkil inti sawit 25% diketahui bahwa P2 dan P4 memiliki rata-rata persentase terendah namun hasilnya tidak berbeda dengan P6. Hal tersebut diduga karena level pemberian 25% menghasilkan serat kasar sebesar 7,02-7,51% lebih tinggi dari P0 sedangkan persentase deposisi daging dada yang dihasilkan lebih rendah dibanding dengan perlakuan kontrol (P0).

Berdasarkan hasil notasi menunjukkan bahwa P0 dan P1 berbeda dengan P2 dan P4 namun keempat perlakuan tersebut tidak memberikan perbedaan pada P3, P5 dan P6. Berdasarkan jenis enzim yang diberikan menunjukkan bahwa penggunaan enzim padat cenderung memiliki hasil tertinggi dibandingkan pemberian enzim cair meskipun level penggantian bungkil inti

Page 51: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

36

sawit berbeda. Perbedaan tersebut dimungkinkan karena adanya pengaruh penyimpanan, pada enzim padat pemberian dilakukan saat pencampuran pakan sedangkan pada enzim cair sudah dicampurkan terlebih dahulu ke dalam bungkil inti sawit.

Deposisi daging dada adalah bagian yang tersusun dari jaringan otot, yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh nutrisi pakan khususnya protein karena protein adalah zat penyusun jaringan otot. Tingkat protein didalam pakan sangat berpengaruh terhadap pencapaian bobot badan. Hal tersebut didukung oleh pendapat Wahju (1988) menambahakan bahwa protein berfungsi untuk pertumbuhan jaringan karena karkas ayam terdiri dari 18% protein yang dapat dihitung dengan mengalikan berat badan per hari (gram) dengan 18% (protein jaringan) dan dibagi dengan 55% (efisiensi penggunaan protein atau retensi nitrogen).

Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada Lampiran 3 menunjukan bahwa bobot potong dan berat karkas yang tinggi tidak menghasilkan persentase daging dada yang tinggi pula, hal tersebut diduga karena pertumbuhan lebih dominan pada hasil non karkas maupun pada bagian paha sehingga persentase yang didapatkan lebih rendah. Selain karena alasan tersebut, penggunaan jenis kelamin yang campuran (unsexed) didalam penelitian dapat mempengaruhi hasil persentase yang dihasilkan. Menurut Dewanti, Irham dan Sudiyono (2013) menjelaskan bahwa berat karkas yang dihasilkan akan mempengaruhi persentase karkas dan bagian-bagiannya. Pada bagian dada dan paha mampu berkembang lebih dominan selama masa pertumbuhan.didukung pendapat. Didukung oleh pendapat Rumiyani, Wihandoyo, dan Sidadolog (2011) yang menyatakan bahwa pertambahan bobot

Page 52: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

37

badan jantan lebih cepat dibandingkan bobot badan betina karena ayam pedaging jantan membutuhkan pakan yang lebih banyak daripada betina. Ayam pedaging jantan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat serta lebih langsing dibandingkan ayam pedaging betina dan menunjukkan kapasitas yang lebih baik dalam pertumbuhannya.

4.2 Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Lemak

Abdominal Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai rataan

persentase lemak abdominal dari yang terendah adalah P4 (1,83±0,08) %, P5 (2,04±0,02) %, P6 (2,09±0,14) %, P2 (2,11±0,08) %, P1 (2,17±0,11) %, P3 (2,37±0,14) % dan P0 (3,29±0,08). Berdasarkan hasil analisis variansi menunjukkan bahwa perlakuan penggantian jagung dengan bungkil inti sawit menggunakan bentuk enzim yang berbeda menghasilkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase lemak abdominal. Rendahnya persentase deposisi daging dada dan persentase lemak abdominal pada P4 diduga karena rataan konsumsi pakan pada perlakuan tersebut yang paling rendah yaitu sebesar 2702,75 sehingga berat hidup yang dihasilkan ikut menurun dan jumlah lemak yang diproduksi sedikit karena tidak ada penyimpanan cadangan energi. Hasil rataan tersebut menunjukan bahwa perlakuan yang dilakukan sudah dapat memberikan hasil yang baik karena sesuai dengan pendapat Golla, (2014) yang melaporkan bahwa batas rataan persentase lemak abdomen berkisar antara 0,73-3,78% masih dalam kisaran yang normal untuk ayam pedaging, apabila lebih besar dari nilai tersebut maka kualitas karkas sudah menurun.

Page 53: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

38

Hasil uji berjarak duncan menunjukkan bahwa penggunaan bungkil inti sawit level pemberian 12,5% pada perlakuan P3 memberikan hasil yang tidak berbeda terhadap P1 namun berbeda dengan P5, sedangkan pada level pemberian 25% menunjukkan bahwa perlakuan P4 memberikan hasil yang berbeda pada P2 dan P6. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa data yang didapatkan fluktuatif, hal ini dimungkinkan karena pengaruh konsumsi pakan, jenis kelamin, berat hidup dan umur panen pada ayam tersebut. Berdasarkan jenis enzim yang diberikan menunjukkan bahwa penggunaan bungkil inti sawit 25% menggunakan enzim cair tidak berbeda dengan level pemberian 12,5% pada enzim padat. Penggunaan level 25% baik tanpa enzim (P2) maupun dengan enzim padat (P6) tidak menunjukkan perbedaan pada level pemberian 12,5% tanpa enzim (P1) maupun dengan enzim padat (P5). Berdasarkan level 12,5% tanpa enzim (P1) tidak berbeda dengan level penggunaan 12,5% dengan menggunakan enzim cair (P3) sedangkan penggunaan 0% bungkil inti sawit tanpa enzim (P0) menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada P4. Dari hasil tersebut menunjukkan perbedaan pada masing-masing perlakuan enzim, dimungkinkan karena adanya faktor lain yang mempengaruhi seperti lama penyimpanan, suhu dan kelembaban penyimpanan, jenis kelamin ternak, konsumsi pakan dan berat hidup dari ayam.

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa level penggunaan bungkil inti sawit 25% dengan penambahan enzim mannanase dalam bentuk cair mampu mengurangi pembentukan lemak abdominal karena kerja enzim sebagai feed additive dalam pakan dapat membantu kerja mikroorganisme menguntungkan didalam saluran pencernaan

Page 54: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

39

ayam. Didukung oleh pendapat (Fitasari dan Afrila, 2015) menjelaskan bahwa probiotik dan enzim adalah produk alami yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas ternak tanpa menimbulkan efek negatif bagi konsumen. Didukung oleh pendapat Ketaren, Sinurat, Zainuddin, Purwadaria, dan Kompiang (1999) yang menyatakan bahwa penggunaan pakan dengan penambahan bungkil inti sawit fermentasi maupun tanpa fermentasi sebesar 15% mampu menurunkan lemak abdominal ayam pedaging. Hal ini dikarenakan peningkatan penggunaan bungkil inti sawit dalam pakan secara otomatis akan meningkatkan kadar serat kasar sehingga lemak abdominal ikut turun dengan bertambahnya konsumsi serat kasar pada pakan. Didukung oleh pendapat Suciani, Parimartha dan Sumardani (2011) melaporkan bahwa penambahan enzim dilakukan pada bahan pakan yang memiliki nilai kecernaan rendah sehingga dapat membantu meningkatkan penggunaan bahan pakan tersebut. Kandungan serat kasar yang tinggi pada ransum ternyata mampu menurunkan kadar kolesterol. Berbeda dengan pendapat Bintang dkk (1999) yang menyatakan bahwa penggunaan bungkil inti sawit sebelum dan sesudah fermentasi sebanyak 5%, 10% dan 15% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap lemak abdominal itik.

Persentase lemak abdominal tertinggi pada perlakuan kontrol (P0) hal tersebut diduga karena pada perlakuan kontrol tidak dilakukan penggantian jagung dan penambahan enzim sehingga pada perlakuan tersebut memiliki kandungan energi yang lebih tinggi dan berpotensi untuk dirubah sebagai cadangan energi pada tubuh. Didukung pendapat Oktaviana, Zuprizal dan Suryanto (2010) yang menjelaskan bahwa lemak abdominal merupakan indikasi pemanfaatan pakan yang tidak

Page 55: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

40

efisien. Didukung oleh pendapat Subekti, Abbas, dan Zura (2012) yang menyatakan bahwa pembentukan lemak tubuh pada ayam pedaging karena adanya kelebihan energi yang dikonsumsi didalam pakan. Sumber karbohidrat dalam tubuh mampu memproduksi lemak yang tersimpan disekitar organ dalam dan dibawah kulit. Menurut Indarto dkk (2011) menjelaskan bahwa berat lemak abdominal akan cenderung meningkat dengan pertambahan umur. Pada periode starter, lemak yang disimpan dalam tubuh jumlahnya sedikit, namun pada pertumbuhan finisher proses pertumbuhan lemak akan berlangsung cepat dan lemak akan tersimpan di bawah kulit dan sekitar organ dalam seperti empedu, usus dan otot.

Selain faktor nutrisi dan umur, pembentukan lemak juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Berdasarkan hasil penjelasan sebelumnya ayam pedaging jantan lebih mampu tumbuh dengan cepat daripada ayam pedaging betina. Pada fase finisher pakan yang dikonsumsi ayam pedaging betina lebih banyak di deposit menjadi lemak karena proses pertumbuhan daging sudah berhenti. Hal tersebut didukung oleh pendapat Rumiyani dkk., (2011) yang menyatakan bahwa persentase lemak abdominal ayam betina lebih tinggi daripada ayam jantan karena ayam betina memiliki kemampuan yang lebih dalam mendeposit lemak daripada ayam jantan.

4.3 Pengaruh Perlakuan Terhadap Warna Kaki Pada

Ayam Pedaging Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai rataan

warna kaki pada ayam pedaging dari yang tertinggi adalah P0 (6,7±1,53), P3 (6,7±0,58), P1 (6,0±0,00), P5 (6,0±1,00), P2 (5,0±0,00), P6 (5,5±0,50) dan P4 (5,0±0,00). Berdasarkan hasil analisis variansi menunjukkan bahwa perlakuan

Page 56: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

41

penggantian jagung dengan bungkil inti sawit menggunakan bentuk enzim yang berbeda menghasilkan perbedaan tidak nyata (P>0,05) terhadap warna kaki pada ayam pedaging. Hal tersebut menunjukkan bahwa diantara perlakuan maupun kontrol tidak ada perbedaan warna kaki secara nyata, hal ini diduga karena kandungan xantofil pada pakan relatif sama sehingga memberikan pengaruh yang tidak jauh berbeda pula. Didukung oleh pendapat Scanes (2003) dalam Sadarman, Elfawati, dan Sadriadi (2013) menyatakan bahwa warna kaki ayam kuning dipengaruhi oleh adanya pigmen karotenoid pada epidermis dan tidak adanya pigmen melanin. Warna kaki ayam hitam dipengaruhi oleh adanya pigmen melanin pada epidermis. Bila kedua pigmen tersebut tidak ada maka kaki ayam akan berwarna putih.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertinggi pada P0 dan P3 namun berdasarkan notasi P0, P1, P2, P3, P4, P5 dan P6 tidak memiliki perbedaan. Berdasarkan skala P0 memiliki rata-rata tertinggi dikarenakan pada perlakuan kontrol tidak ada pergantian jagung dengan bungkil inti sawit. Dapat dilihat pada Tabel 7 menunjukkan bahwa level penggunaan 12,5% bungkil inti sawit pada P1, P3 dan P5 memiliki nilai rataan lebih tinggi dibandingkan pada P2, P4 dan P6 yang menggunakan level bungkil inti sawit sebesar 25%, hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tingginya penggantian jagung dengan bungkil inti sawit maka skala warna yang dihasilkan akan semakin menurun, sedangkan penggunaan enzim mannanase tidak memberikan pengaruh yang nyata pada warna kaki.

Berdasarkan pendapat Untari, Ismoyowati, dan Sukardi (2013) menyatakan bahwa warna kulit merupakan jaringan kulit yang dipengaruhi oleh pigmen tertentu, warna shank

Page 57: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

42

(sisik) adalah penampilan dari beberapa pigmen tertentu pada jaringan epidermis dan dermis sedangkan warna kuning pada shank disebabkan adanya lemak atau pigmen lipokrom yang berada di lapisan epidermis. Didukung pendapat Juhriah dkk., (2012) yang menjelaskan bahwa karotenoid adalah pigmen alami yang memberikan warna kuning, jingga atau merah dengan panjang gelombang diperkirakan antara 430-480 nm. Selain karena faktor nutrisi warna kaki juga dipengaruhi oleh pewarisan gen. Hal tersebut didukung oleh pendapat Rusdin, Nafiu, Saili, dan Aku (2011) yang menyatakan bahwa warna shank ayam Tolaki jantan maupun betina yang berwarna hitam atau abu-abu dimungkinkan karena diwarisi oleh ayam hutan sebagai moyangnya sedangkan shank berwarna putih kemungkinan diwarisi oleh ayam kampung atau jenis ayam lain karena perkawinan silang.

Page 58: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

43

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 1. Penggantian jagung menggunakan bungkil inti sawit

sebesar 12,5% dengan penambahan enzim maupun tanpa penambahan enzim mannanase dapat meningkatkan pesentase deposisi daging dada lebih tinggi sedangkan penggantian jagung menggunakan bungkil inti sawit sebesar 25% dengan penambahan enzim maupun tanpa penambahan enzim mannanase, cenderung mampu menurunkan persentase lemak abdominal lebih rendah dibandingkan dengan level penggantian 12,5%.

2. Perlakuan terbaik pada penelitian ini adalah menggunakan bungkil inti sawit sebesar 12,5% dengan penambahan enzim padat karena mampu meningkatkan persentase deposisi daging dada dan menurunkan persentase lemak abdominal.

5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk menggunakan bungkil inti sawit sebagai pengganti jagung dengan level penggantian sebesar 12,5% menggunakan enzim padat karena mampu meningkatkan produktivitas daging dada dan menurunkan persentase lemak abdominal.

Page 59: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

45

DAFTAR PUSTAKA

Afdi, E. 2006. Peningkatan Mutu Limbah Sawit untuk Pakan Ternak Melalui Proses Fermentasi. Prosiding Peternakan. 163- 170.

Anggreini, R .E . A., F. Sidiq dan W.W. Wardani. 2014.

Kualitas Nutrisi dari Berbagai Cara Pengolahan Bungkil Inti Sawit. Trouw Add Science.1-4.

Anggitasari, S., O. Sjofjan dan I.H. Djunaidi. 2016.

Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Komersial terhadap Kinerja Produksi Kuantitatif dan Kualitatif Ayam Pedaging. Buletin Peternakan. 40 (3): 187-196.

Asmara, I.Y., D. Garnida dan W. Tanwiriah. 2007.

Penampilan Broiler yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas) terhadap Karakteristik Karkas. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Bandung. 126-131.

Bintang, I.A.K., A. P. Sinurat, T. Murtisari, T. Pasaribu,

T. Purwadaria dan T. Haryati. 1999. Penggunaan Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya dalam Ransum Itik Sedang Bertumbuh. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 4(3): 179-185.

Bunyamin, Z., R. Efendi dan N.N. Andayani. 2013.

Pemanfaatan Limbah Jagung untuk Industri Pakan Ternak. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian.153-166.

Page 60: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

46

Daud, M. 2006. Persentase dan Kualitas Karkas Ayam

Pedaging yang Diberi Probiotik dan Prebiotik dalam Ransum. Jurnal Ilmu Ternak. 6(2):126-131.

Darisna, W., D. Garnida dan I. Y. Asmara. 2016.

Identifikasi Sifat-Sifat Kualitatif Ayam Kokok Balenggek Jantan dan Betina Dewasa di Kabupaten Solok Sumatera Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.

Dewanti, R., M. Irham dan Sudiyono. 2013. Pengaruh

Penggunaan Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Terfermentasi dalam Ransum Terhadap Persentase Karkas, Non-Karkas, dan Lemak Abdominal Itik Lokal Jantan Umur Delapan Minggu. Buletin peternakan. 3(1):19-25.

Dewi, F.F., E. Sudjarwo dan O. Sjofjan. 2013. Pengaruh

Penggunaan Beberapa Varietas Tepung Jagung dalam Pakan terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. 1-12.

Farahdiba., U. Santoso dan Kususiyah. 2011. Pengaruh

Aras Protein dan Ragi Tape terhadap Kualitas Karkas dan Deposisi Lemak pada Ayam Broiler. Jurnal Sains Peternakan Indonesia. 6(1):47-54.

Fathullah., N. Iriyanti dan I. H. Sulistiyawan. 2013.

Penggunaan Pakan Fungsional dalam Ransum terhadap Bobot Lemak Abdomen dan Kadar

Page 61: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

47

Kolesterol Daging Ayam Broiler. Jurnal Ilmiah Peternakan. 1(1):119-128.

Fitasari, E dan A. Afrila. 2015. Efek Probiotik pada

Aplikasi Kadar Protein Kasar (Pk) Pakan yang Berbeda Terhadap Efisiensi Pakan Ayam Kampung. Buana Sains. 15(1): 35-44.

Golla, Y., M. E. R. Montong, J. T. Laihad dan G. D. D.

Rembet. 2014. Penambahan Tepung Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) dan Tepung Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria Rosc) dalam Ransum Komersial terhadap Persentase Karkas, Lemak Abdomen, dan Persentase Hati pada Ayam Pedaging. Jurnal Zootek (edisi khusus). 34:115-123.

Hartoyo, B., Supadmo, Wihandoyo dan A. Wibowo.

2015. Pengaruh Bungkil Inti dan Lumpur Sawit yang Difermentasi dengan Aspergillus sp asal Akar Bambu terhadap Kandungan Lemak Ayam Broiler. Agripet.15(2):112-116.

Hasibuan, H.A dan A. S. Daulay. 2015. Ekstraksi Protein

dari Bungkil Inti Sawit dengan Teknik Pengendapan Menggunakan Pelarut Alkali (Extraction of Protein from Palm Kernel Cake with Precipitation Method Using Alkaline). Jurnal Hasil Penelitian Industri. 28(1): 9-16.

Indarto, E., Jamhari, F. Zahra, Zuprizal dan Kustantinah.

2011. Pengaruh Penggunaan Dried Distillers Grain With Soluble (Ddgs) pada Ransum Berenergi Rendah terhadap Karkas, Lemak

Page 62: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

48

Abdominal, dan Hati Ayam Broiler. Buletin Peternakan. 35(2): 71-78

Irawan, I., D. Sunarti dan I. D. Mahfudz. 2012. Pengaruh

Pemberian Pakan Bebas Pilih terhadap Kecernaan Protein Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica). Animal Agriculture Journal. 1(2): 238 245.

Iskandar,S., A. P. Sinurat, B. Tiesnamurti, dan A.

Bamuali. 2008. Bungkil Inti Sawit Potensial untuk Pakan Ternak. Warta Penelitian dan Pengenmbangan Pertanian. 30(1): 16-17.

Johari, S., Sutopo dan A. Santi. 2009. Frekuensi

Fenotipik Sifat-Sifat Kualitatif Ayam Kedu Dewasa. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. 606-616.

Juhriah., Baharuddin., Y. Musa., Marcia B. Pabendon

dan Masniawati. 2012. Deteksi Gen Phytoene Synthase 1 (Psy1) dan Karoten Plasma Nutfah Jagung Lokal Sulawesi Selatan untuk Seleksi Jagung Khusus Provitamin A. J. Agrivigor 11(2):152-160

Ketaren, P.P., A. P. Sinurat., D. Zainuddin., T.

Purwadaria, Dan I. P. Kompiang. 1999. Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam Pedaging. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner.4(2): 107-112.

Kosim, M dan S. R. Putra. 2010. Pengaruh Suhu pada

Protease dari Bacillus subtilis. Skripsi Fakultas Kimia FMIPA ITS Surabaya.

Page 63: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

49

Lainawa, J., N. M. Santa, J. Pandey dan B. Bagau. 2015.

Pemanfaatan Sumber Daya Lokal sebagai Bahan Baku Industri dan Pakan Alternatif dalam Meningkatkan Pendapatan Ternak Puyuh Organik di Kecamatan Sonder, Kabupaten Minahasa. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1(2): 383-387.

Mangais, G., M. Najoan, B. Bagau dan C. A. Rahasia.

2016. Persentase Karkas dan Lemak Abdomen Broiler yang Menggunakan Daun Murbei (Morus alba) Segar sebagai Pengganti Sebagian Ransum Basal. Jurnal Zootek. 36(1): 77-85.

Megawati, D. H., N. Ulupi dan I. R. H. Soesanto 2011.

Persentase Karkas dan Potongan Komersial Ayam Broiler yang Diberi Pakan Nabati dan Komersial. Skripsi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Muharlien, Achmanu dan A. Kurniawan. 2010. Efek

Lama Waktu Pembatasan Pemberian Pakan terhadap Performans Ayam Pedaging Finisher. Jurnal Ternak Tropika. 11(2): 88-94.

Noferdiman. 2011. Penggunaan Bungkil Inti Sawit

Fermentasi oleh Jamur Pleurotus ostreatus dalam Ransum terhadap Performans Ayam Broiler. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. XIV (1): 35-43.

Page 64: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

50

National Research Coucil (NRC). 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ed Rev ke-9. Washington DC: Academy Pr.

Nuraini dan A. Trisna. 2005. Respon Broiler terhadap

Ransum yang Mengandung Bungkil Inti Sawit Fermentasi dengan Penicillium sp. Jurnal Agribisnis Peternakan. 2(2): 45-48.

Nurhayati. 2008. Pengaruh Tingkat Kegunaan Campuran

Bungkil Inti Sawit dan Onggok yang Difermentasi dengan Aspergillus niger dalam Pakan terhadap Bobot dan Bagian-Bagian Karkas Broiler. Animal Production. 10(1):55-59.

Oktaviana, D., Zuprizal dan E. Suryanto. 2010. Pengaruh

Penambahan Ampas Virgin Coconut Oil dalam Ransum terhadap Performan dan Produksi Karkas Ayam Broiler. Buletin Peternakan. 34(3):159-164.

Puastuti, W., Yulistiani. D, Susana. IWR. 2014. Evaluasi

Nilai Nutrisi Bungkil Inti Sawit yang Difermentasi dengan Kapang Sebagai Sumber Protein Ruminansia. JITV. 19(2): 143-151.

Resnawati, H. 2004. Bobot Potong Karkas dan Lemak

Abdomen Ayam Ras Pedaging yang Diberi Pakan Mengandung Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). www.peternakan.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 19 November 2016.

Page 65: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

51

Restiayanti, L., I G. N. G. Bidura dan N. L. G. Sumardani. 2014. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam) dan Daun Bawang Putih (Allium Sativum) Melalui Air Minum terhadap Distribusi Lemak Tubuh dan Kadar Kolesterol Broiler Umur 2-6 Minggu. Peternakan Tropika. 2(3): 402 414.

Rumiyani, T., Wihandoyo, dan J. H. P. Sidadolog. 2011.

Pengaruh Pemberian Pakan Pengisi pada Ayam Broiler Umur 22-28 Hari terhadap Pertumbuhan, dan Kandungan Lemak Karkas dan Daging. Buletin Peternakan. 35 (1): 38-49.

Rusdin, M., L. O. Nafiu., T. Saili dan A. S. Aku. 2011.

Karakteristik Fenotipe Sifat Kualitatif Ayam Tolaki Di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara Agriplus. 21(3): 248-256.

Sabarella dan D. N. Cakrabawa. 2013. Kinerja

Perdagangan Komoditas Pertanian.Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian. 4(1):1-103.

Sadarman., Elfawati, dan Sadriadi. 2013. Studi Frekuensi

Sifat Kualitatif Ayam Kampung Di Desa Menaming Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 571-578.

Sari, K.A., B. Sukamto dan B. Dwiloka. 2014. Efisiensi

Penggunaan Protein pada Ayam Broiler dengan Pemberian Pakan Mengandung Tepung Daun Kayambang (Salvinia molesta). Agripet. 14(2):76-83.

Page 66: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

52

Sembiring, P. 2009. Peningkatan Kecernaan Protein dan

Energi Bungkil Inti Sawit Fermentasi pada Ayam Broiler. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 626-632.

Sigres, D.P dan A. Sutrisno. 2015. Enzim Mananase dan

Aplikasi Dibidang Industri : Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(3): 899-908.

Sinurat, A.P., W. Mathius dan T. Purwadaria. 2012.

Pengolahan dan Hasil Samping Industri Sawit sebagai Bahan Pakan. IAARD Press Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta

Sinurat. 2012. Teknologi Pemanfaatan Hasil Samping

Industri Sawit untuk Meningkatkan Ketersediaan Bahan Pakan Unggas Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian. 5(2): 65-78.

Siregar, Z dan E. Mirwandhono. 2004. Evaluasi

Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit yang Difermentasi Aspergillus niger Hidrolisat Tepung Bulu Ayam dan Suplementasi Mineral Zn dalam Ransum Ayam Pedaging. USU digital library.

Subekti, K., H. Abbas dan K. A. Zura. 2012. Kualitas

Karkas (Berat Karkas, Persentase Karkas dan Lemak Abdomen) Ayam Broiler yang Diberi Kombinasi CPO (Crude Palm Oil) dan Vitamin C (Ascorbic Acid) dalam Ransum

Page 67: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

53

sebagai Anti Stress. Jurnal Peternakan Indonesia. 14(3): 447-453.

Suciani., K. W. Parimartha, N. L. G. Sumardani, I. G. N.

G. Bidura, I. G. N. Kayana dan S. A. Lindawati. 2011. Penambahan Multi Enzim dan Ragi Tape dalam Ransum Berserat Tinggi (Pod Kakao) untuk Menurunkan Kolesterol Daging Broiler. Jurnal Veteriner. 12(1):69-76.

Sukaryana,Y., Nurhayati dan C. U. Wirawat. 2013.

Optimalisasi Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit, Gaplek dan Onggok Melalui Teknologi Fermentasi dengan Kapang Berbeda sebagai Bahan Pakan Ayam Pedaging. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 13(2): 70-77.

Surbakti, M.F., S. Ginting dan J. Ginting. 2013.

Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea Mays L.) Varietas Pioneer-12 dengan Pemangkasan Daun dan Pemberian Pupuk Npkmg. Jurnal Online Agroekoteknologi. 1(3): 523-534.

Sutrisna, R. 2011. Pengaruh Beberapa Tingkat Serat

Kasar dalam Ransum Terhadap Pekembangan Organ Dalam Itik Jantan. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 12 (1): 1-5.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana.

2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya: Jakarta.

Supriyatna., D. Amalia, A. A. Jauhari dan D.

Holydaziah. 2015. Aktivitas Enzim Amilase,

Page 68: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

54

Lipase dan Protease dari Larva. ISSN Edisi Juli. IX(2): 18-32,

Untari, E. K., Ismoyowati dan Sukardi. 2013. Perbedaan

Karakteristik Tubuh Ayam Kedu yang Dipelihara Kelompok Tani Ternak

Jurnal Pembangunan Pedesaan. 13(2): 135-145.

Umiyasih, U dan E. Wina. 2008. Pengolahan dan Nilai

Nutrisi Limbah Tanaman Jagung Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Wartazoa. 18(3): 127-136.

Wahju, J. 1988. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada

University Press: Yogyakarta. _______. 1992. Ilmu Nutrisi Ternak Unggas. Cetaka ke-

3. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Widjastuti, T., W. Tanwiriah dan E. Sudjana. 2015.

Karakteristik Bobot Badan dan Bagian-Bagian Tubuh Ayam Sentul Jantan pada Berbagai Umur Potong. Prosiding Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan. 181-185.

Widodo, E., O. Sjofjan dan A. Z. Wijaya. 2010. Limbah

Mie sebagai Pengganti Jagung dalam Pakan Ayam Pedaging dan Pengaruhnya terhadap Kualitas Karkas. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. 5(1): 38-44.

Wiganjar, A.S.R., M. Ridla., Nahrowi. 2006. Performa

Ayam Broiler yang Diinfeksi Bakteri

Page 69: KATA PENGANTAR - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/728/1/Ermy Destama.pdf · Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan

55

Salmonella Thypimurium dengan Pakan Mengandung Ikatan Mannan dari Bungkil Inti Sawit. Skripsi Institut Pertanian. Bogor.

Yanto, K dan D. Febrina. 2008. Potensi Lumpur Sawit

(SOLID) sebagai Pakan Ruminansia di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Agripet. 8 (2): 35-41.

Yulianto, R., O. Sjofjan dan E. Widodo. 2011. Pengaruh

Penggunaan Onggok dan Ampas Tahu Difermentasi dengan Kombinasi Aspergillus niger dan Rizhopus oligosporus sebagai Pengganti Jagung terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

Zuraida, R., E. S. Rohaeni dan Z. Hikmah. 2006.

Prospek Pengusahaan Ayam Pedaging pada Kotamadya Banjarbaru Kalimantan Selatan: Kasus Di Desa Palam Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 841-845.