Kata Pengantar - bi.go.id fileyang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang...
Transcript of Kata Pengantar - bi.go.id fileyang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang...
|Triwulan II 2008
■ Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
karunia-Nya, maka Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan II 2008 dapat
diselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan baik intern Bank
Indonesia maupun pihak ekstern (external stakeholders) akan informasi perkembangan
ekonomi regional, maupun perkembangan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran
serta isu-isu seputar pembangunan ekonomi regional.
Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian regional mempunyai posisi dan peran
yang strategis dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya menstabilkan nilai
rupiah. Hal ini didasari oleh fakta semakin meningkatnya proporsi inflasi regional dalam
menyumbang inflasi nasional. Selain itu, dinamika ekonomi regional semakin meningkat sejak
diterapkannya otonomi daerah pada tahun 2001. Oleh sebab itu, Bank Indonesia memiliki
perhatian yang besar dalam rangka ikut mendorong pertumbuhan ekonomi regional karena
berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan khususnya
Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan
instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian
Ekonomi Regional masih jauh dari sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan
informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas analisis
kajian.
Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para
pembaca. Denpasar, Agustus 2008
BANK INDONESIA DENPASAR
Viraguna Bagoes Oka Pemimpin
2
|Triwulan II 2008
■ Daftar Isi
RINGKASAN EKSEKUTIF ----- halaman 5
MAKRO EKONOMI REGIONAL ----- halaman 7
SISI PENAWARAN ----- halaman 7
SISI PERMINTAAN ----- halaman 16
BOKS A: ALIH FUNGSI LAHAN DI BALI YANG MENGANCAM SEKTOR
PERTANIAN ----- halaman 23
INFLASI REGIONAL ----- halaman 24
KONDISI UMUM ----- halaman 22
INFLASI BULANAN M-T-M ----- halaman 23
INFLASI TAHUNAN Y-O-Y ----- halaman 24
BOKS B: PERAN TIM FASILITASI PERCEPATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DAERAH (TFPPED)
DALAM MENGGERAKKAN SEKTOR RIIL----- halaman 26
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ----- halaman 28
PERKEMBANGAN ASET BANK UMUM ----- halaman 28
PELAKSANAAN FUNGSI INTERMEDIASI ----- halaman 30
PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT----- halaman 35
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN----- halaman 36
BOKS C: PERKEMBANGAN KREDIT USAHA RAKYAT DI BALI----- halaman 39
KETENAGAKERJAAN ----- halaman 43
ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA, DAN ANGKA
PENGANGGURAN ----- halaman 43
LAPANGAN PEKERJAAN UATAMA ----- halaman 45
PENDUDUK YANG BEKERJA DAN PENGANGGURAN MENURUT WILAYAH
KOTA/DESA ----- halaman 47
KEUANGAN DAERAH ----- halaman 48
REALISASI PENDAPATAN----- halaman 48
REALISASI BELANJA ----- halaman 49
3
|Triwulan II 2008
REALISASI PEMBIAYAAN ----- halaman 49
OUTLOOK ----- halaman 56
PERTUMBUHAN EKONOMI ----- halaman 56
INFLASI REGIONAL ----- halaman 56
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ----- halaman 57
REKOMENDASI ----- halaman 58
4
|Triwulan II 2008
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar
Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar – Bali, 80234 Tel. (0361) 248982 – 88
Fax. (0361) 222988
5
|Triwulan II 2008
■ Ringkasan Eksekutif
MAKRO EKONOMI REGIONAL
Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan II 2008 menunjukkan trend pertumbuhan
positif, meskipun relatif cukup rendah, yaitu sebesar 2,5% (y-o-y). Namun demikian,
pertumbuhan tersebut lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,3%.
Dari sisi permintaan, faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi dan
investasi. Sementara itu, dari sisi penawaran, respon sektoral tercermin pada pertumbuhan di
beberapa sektor ekonomi Utama, yaitu sektor listrik, gas dan air, sektor perdagangan,
bangunan, dan sektor keuangan.
INFLASI REGIONAL Tingkat harga-harga di Kota Denpasar pada triwulan II-2008 berdasarkan Indeks Harga
Konsumen (IHK) menunjukkan kecenderungan peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pada akhir triwulan II-2008 inflasi tahunan (y-o-y) kota Denpasar tercatat
sebesar 7,71% atau meningkat diatas inflasi pada triwulan I-2008 yang sebesar 7,12%. Laju
inflasi yang meningkat terutama terjadi pada kelompok bahan makanan karena adanya
peningkatan harga atau inflasi dari kelompok bahan makanan karena pengaruh cuaca dan
peningkatan harga pangan dunia. Selain itu kelompok transportasi juga mengalami inflasi
yang cukup besar akibat kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kinerja perbankan di Bali sampai dengan paruh pertama tahun 2008, menununjukkan
adanya peningkatan baik dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya maupun
dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2007. Peningkatan kinerja tersebut tercermin dari
peningkatan beberapa indikator perbankan antara lain, pertumbuhan asset, DPK, dan
pertumbuhan kredit. Ekspansi kredit pada triwulan laporan juga diikuti dengan peningkatan
kualitas kredit sehingga rasio NPL dapat ditekan. Peningkatan kredit selama tahun 2008 juga
meningkatkan fungsi intermediasi perbankan, walaupun relatif kecil namun rasio penyaluran
kredit terhadap dana yang dihimpun (LDR) dapat meningkat pada kisaran angka 56,6%.
6
|Triwulan II 2008
OUTLOOK
Prospek pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2008 diperkirakan lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan II 2008. Pertumbuhan pada triwulan mendatang diperkirakan
berkisar antara 2,05% – 3,9% (y-o-y). Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi
diperkirakan akan didorong oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor
industri dan sektor jasa-jasa. Sementara itu, dari sisi permintaan konsumsi masih akan
menjadi faktor dominan pendorong pertumbuhan ekonomi. Penyelenggaraan PILKADA yang
persiapannya akan dimulai pada triwulan mendatang akan mendorong peningkatan pada
konsumsi terutama konsumsi non makanan
Prospek inflasi Denpasar pada triwulan III 2008 bergerak pada kisaran 9,2% (y-o-y),
karena adanya tekanan harga dari kebijakan pemerintah (administered price) dan volatile
food. Tekanan administered price khususnya datang dari kebijakan pemerintah yang akan
membatasi distribusi BBM jenis premium dan akan menggantinya dengan jenis pertamax.
Kebijakan ini dikhawatirkan akan membuat kelangkaan BBM jenis premium dan akan
meningkatkan harga khususnya pada pengecer non SPBU.
Perkembangan perbankan pada triwulan III 2008 diperkirakan masih cukup baik.
Fungsi intermediasi cukup terkendali yang ditandai dengan peningkatan kredit dan
peningkatan DPK yang berhasil dihimpun. Kualitas kredit yang ditunjukkan dengan rasio NPL
yang rendah masih akan terjadi. Namun demikian, rasio LDR diperkirakan tidak akan jauh
berbeda dan masih tetap akan berada di kisaran 50%-55%. Hal ini antara lain disebabkan
perbankan menghadapi persaingan yang ketat dari lembaga non bank seperti LPD (Lembaga
Perkreditan Desa), pegadaian, maupun koperasi.
7
|Triwulan II 2008
Makro Ekonomi Regional Bab 1
Perekonomian Bali pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 2,5% (y-o-y),
lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,3%, namun melambat
jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang disebabkan oleh
tekanan cukup berat yang berasal dari faktor eksternal maupun internal.
Di sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh sektor perdagangan,
hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, dan sektor industri. Sementara itu, di sisi permintaan,
peran konsumsi dan investasi (penanaman modal tetap bruto/PMTB) menjadi penggerak
Utama. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada triwulan laporan masih
menunjukkan trend peningkatan yang diikuti dengan peningkatan pada tingkat penghunian
kamar atau occupancy rate.
A. SISI PENAWARAN
Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan II-2008 diperkirakan sebesar 2,5%,
meningkat dibandingkan triwulan I-2008 yang tumbuh sebesar 0,3%. Namun angka
pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya
yang mencapai 6,2%.
Tabel 1. Pertumbuhan PDRB dari sisi Penawaran, 2007-2008 (% y-o-y)
Sektor Q2-2007 Q3-2007** Q4-2007** Q1-2008** Q2-2008p
Pertanian 5,9 3,7 -5,2 -0,7 -2,8Pertambangan -2,1 -1,96 -16,8 -0,1 3,1Industri 5,7 -2,9 -3,2 -0,3 2,5Listrik, Gas & Air 4,5 5,4 15,9 0,2 6,6Bangunan 2,2 2,6 5,8 0,3 5,3Perdg, Hotel & Rest. 6,9 0,05 -0,01 0,4 5,1Pengangkutan & Kom. 12,1 0,3 2,9 0,1 1,5Keuangan & Persewaan 3,1 -7,7 -1,6 -0,2 5,0Jasa-Jasa 4,4 -1,1 -1,9 0,8 3,3PDRB 6,2 -0,1 -1,2 0,3 2,5
Sumber: BPS, diolah Keterangan: ** angka sangat sementara p proyeksi BI
8
|Triwulan II 2008
Di sisi penawaran, pertumbuhan didorong oleh sektor-sektor utama seperti sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor pengangkutan dan sektor jasa-jasa. Sementara
itu, sektor pertanian yang mempunyai kontribusi dominan setelah sektor PHR pada triwulan
laporan mengalami kontraksi.
1. Pertanian
Sektor pertanian pada triwulan II-2008 diperkirakan mengalami kontraksi
sebesar 2,8%, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Kontraksi tersebut
utamanya disebabkan karena rendahnya produksi sektor pertanian khususnya padi.
Grafik 1. Produksi Padi dan Kedelai
100000
200000
300000
400000
Jan-AprMei-AgtSep-DesJan-AprMei-AgtSep-Des
2007* 2008**
ton
0
2000
4000
6000
PadiKedelai - axis kanan
Grafik 2. Luas Panen Padi dan Kedelai
40000
45000
50000
Jan-Apr Mei-AgtSep-Des Jan-Apr Mei-AgtSep-Des
2007* 2008**
ha
0
2000
4000
PadiKedelai - axis kanan
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Produksi padi pada subround II tahun 2008 (Mei-Agustus) diperkirakan mencapai
266.858 ton, turun 3,9% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu,
luas panen tanaman padi pada subround II tahun 2008 diperkirakan hanya mencapai 45.687
hektar atau turun 7,1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai luas
panen 49.161 hektar.
Berkurangnya luas panen padi antara lain disebabkan karena masih tingginya
alih fungsi lahan sawah untuk kepeluan lain di luar sektor pertanian seperti
permukiman, usaha jasa perdagangan dan pariwisata. Penyusutan luas sawah ini
membuat sistem irigasi subak, yang sudah berlangsung sejak abad ke-8, terancam
kelestariannya. Alih fungsi lahan ini terjadi sejak pertengahan tahun 1990-an. Di wilayah
Kuta, konversi lahan terbesar terjadi tahun 1999, yaitu pada saat dimulainya ekspansi industri
9
|Triwulan II 2008
jasa dan pariwisata. Saat itu, tercatat sebanyak 487 hektar sawah yang beralih fungsi menjadi
hotel, permukiman, usah pariwisata dan jalan raya. Menurunnya produksi pertanian tersebut
antara lain disebabkan oleh adanya serangan hama tikus di beberapa sentra tanaman padi
seperti yang terjadi di daerah Dukuh, Buahan, Kebontingguh Denbantas, Tabanan dan di
Kecamatan Marga.
2. Industri
Pada triwulan II-2008, sektor industri diperkirakan tumbuh sebesar 2,5%, lebih
tinggi dibanding triwulan I-2008 yang mengalami kontraksi 0,3%. Meskipun sektor
industri berada di bawah tekanan kenaikan harga BBM, namun pertumbuhannya pada
triwulan laporan masih positif. Pertumbuhan pada sektor industri dipengaruhi oleh kenaikan
permintaan luar negeri yang ditandai dengan kenaikan ekspor.
Pertumbuhan sektor industri tersebut dikonfirmasi dengan kecenderungan
meningkatnya pertumbuhan ekspor barang-barang manufaktur (seperti produk dari kayu,
tekstil dan produk tekstil, perabot rumah,benda-benda dari batu, dan produk keramik) pada
triwulan laporan. Selain itu, indikator lain yang menunjukkan perkembangan positif sektor
industri pada triwulan II-2008 adalah meningkatnya konsumsi listrik dan jumlah pelanggan
listrik untuk sektor industri.
Grafik 3. Konsumsi Listrik Industri dan Jumlah Pelanggan Industri
0
2000
4000
6000
8000
10000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
ribu KWH
604
608
612
616
620
624
628unit
Konsumsi Listrik Industri KWHJumlah Pelanggan Industri - axis kanan
Grafik 4. Perkembangan Volume Ekspor Manufaktur
-50
0
50
100
150
200
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agt
Sep
Okt
Nov Des Jan
Feb
Mar
Apr
2008
% y-o-y
g Manufaktur
Sumber: PLN Distribusi Bali Sumber: Bank Indonesia
10
|Triwulan II 2008
3. Listrik, Gas, dan Air
Sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh
sebesar 6,6%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh
0,2%. Pertumbuhan sektor listrik ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah konsumsi listrik
di masyarakat dan meningkatnya jumlah pelanggan. Selain itu, peningkatan tersebut juga
disebabkan oleh selesainya pengerjaan pemeliharaan di sejumlah pembangkit listrik di Bali. Di
sisi pembiayaan, kredit sektor listrik mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya
maupun periode yang sama pada tahun sebelumnya, dimana pada triwulan ini
outstanding kreditnya mencapai sebesar Rp 16 miliar.
Sumber: PLN Distribusi Bali Sumber: PLN Distribusi Bali
Grafik 5. Konsumsi Listrik di Bali
0
50
100
150
200
250
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
juta KWH
-20
24
68
1012
14% y-o-y
Konsumsi Listrikg Konsumsi Listrik
Grafik 6. Jumlah Pelanggan Listrik
670
680
690
700
710
720
730
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
000 Unit
011
2233
44% y-o-y
Jumlah Pelanggan g Jumlah Pelanggan
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 7. Kredit Sektor Listrik, Gas, dan Air
0
4
8
12
16
20
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
miliar Rp
-100
0
100
200
300
400% y-o-y
Kredit Sektor Listrikg Kredit Sektor Listrik, Gas & Air
11
|Triwulan II 2008
4. Bangunan
Sektor bangunan pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 5,3%,
lebih tinggi dibanding triwulan I-2008 yang tumbuh 0,3%. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan di sektor bangunan antara lain adalah masih tingginya permintaan properti
residensial maupun komersial. Meskipun dibayangi oleh kenaikan harga material yang
merupakan dampak lanjutan (second round effect) dari kenaikan BBM, namun pembangunan
properti tampaknya masih tetap jalan seiring dengan dengan belum naiknya suku bunga
kredit perumahan di beberapa bank. Pertumbuhan sektor bangunan tersebut dikonfirmasi
dengan prompt indicators berupa pertumbuhan konsumsi semen di Bali dan peningkatan
pada kredit sektor bangunan. Kredit sektor bangunan pada triwulan II-2008 tercatat sebesar
Rp 432 miliar, naik 57% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Grafik 9. Kredit Sektor Bangunan
0
100
200
300
400
500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
miliar Rp
0
20
40
60
80
100% y-o-y
Kredit Sektor Bangunang Kredit Sektor Bangunan
Grafik 8. Konsumsi Semen
0
100000
200000
300000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
Ton
-20
-10
0
10
20
30
40%
Konsumsi Semeng (y-o-y) - axis kanan
5. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada triwulan II-2008 diperkirakan
tumbuh sebesar 5,1%, lebih tinggi dibanding triwulan I-2008 yang tumbuh sebesar
1,2%. Pertumbuhan di sektor ini dipengaruhi oleh kinerja yang cukup baik di industri
pariwisata. Data prompt indicators yang mengindikasikan pertumbuhan tersebut adalah
peningkatan pada arus kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali. Peningkatan
arus kunjungan tersebut diikuti dengan peningkatan tingkat penghunian kamar/TPK
(occupancy rate) maupun perolehan Visa on Arrival (VoA). Data prompt indicators lain yang
mengindikasikan pertumbuhan di sektor ini adalah meningkatnya konsumsi listrik di sektor
bisnis seperti mal, pasar, took, dan pusat bisnis lainnya,
12
|Triwulan II 2008
Jumlah wisman yang berkunjung ke Bali pada triwulan II-2008 diperkirakan
mencapai 465.641 orang, naik 16,7% dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya sebanyak 399.007 orang. Peningkatan kunjungan tersebut diikuti dengan
peningkatan TPK menjadi rata-rata 58,9% dari sebelumnya 43,5%. Sementara itu,
penerimaan VoA pada triwulan II-2008 diperkirakan mencapai 6,3 juta dolar AS, naik 16%
dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 5,4 juta dolar AS.
Pertumbuhan sektor perdagangan,hotel dan restoran pada triwulan II-2008 juga
dikonfirmasi dengan peningkatan kredit perbankan ke sektor tersebut. Outstanding kredit
sektor perdagangan pada triwulan II-2008 tercatat sebesar Rp 5,7 triliun, naik 18,4%
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sumber: Dinas Pariwisata Daerah Bali Sumber: Dinas Pariwisata Daerah Bali
Grafik 11. Tingkat Penghunian Kamar
0
40
80
120
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
%
TPK
Grafik 10. Kunjungan Wisman
0
200000
400000
600000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
orang
-40
-20
0
20
40
60
80% y-o-y
Jumlah Wismang Jumlah Wisman
Sumber: PT Bank Negara Indonesia Kanwil 08 Sumber: PT PLN Distribusi Bali
Grafik 12. Penerimaan VoA
0
2000
4000
6000
8000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
ribu USD
0
20
40
60
80% y-o-y
Penerimaan VoAg Penerimaan Voa
Grafik 13. Konsumsi Listrik Bisnis dan Jumlah Pelanggan Bisnis
0
25000
50000
75000
100000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1Q2*
2005 2006 2007 2008
000 KWH
40000
47000
54000
61000
68000unit
Konsumsi Listrik Bisnis KWHJumlah Pelanggan Bisnis
13
|Triwulan II 2008
Grafik 14. Kredit Sektor Perdagangan
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
miliar Rp
0
5
10
15
20
25% y-o-y
Kredit Sektor Perdagangan
g Kredit Sektor Perdagangan
Sumber: Bank Indonesia
6. Pengangkutan dan Komunikasi
Pada triwulan II-2008 sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan
tumbuh sebesar 1,5%, lebih tinggi dibanding triwulan I-2008 yang tumbuh 0,1%.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sektor ini adalah adanya peningkatan aktivitas di
bandara Ngurah Rai berkaitan dengan jumlah penumpang pesawat, peningkatan jumlah
kargo, dan peningkatan pada jumlah pos melalui udara. Ketiga hal tersebut merupakan data
prompt indicators yang mengindikasikan pertumbuhan sektor pengangkutan pada triwulan
laporan.
Grafik 15. Jumlah Penumpang Pesawat
0
400
800
1200
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
000 Orang
-40
-20
0
20
40
60% y-o-y
KedatanganKeberangkatang Kedatangang Keberangkatan
Grafik 16. Jumlah Kargo
0
2000
4000
6000
8000
10000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
000 Unit
-60
-40
-20
0
20
40
60
80% y-o-y
Masuk Keluarg Masukg Keluar
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
14
|Triwulan II 2008
Grafik 17. Jumlah Pos Melalui Udara
0
40000
80000
120000
160000
200000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
Unit
-100
0
100
200
300
400% y-o-y
MasukKeluarg Masukg Keluar
2006 2007 2008
Sumber: BPS, diolah
7. Keuangan dan Persewaan
Pada triwulan II-2008, sektor keuangan dan persewaan diperkirakan
mengalami pertumbuhan sebesar 5%, lebih tinggi dibanding triwulan I-2008 yang
mengalami kontraksi sebesar 0,2%. Pertumbuhan sektor keuangan dipengaruhi oleh
pertumbuhan di sub sektor lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan non bank
(seperti Lembaga Perkreditan Rakyat/LPD dan pegadaian).
Grafik 18. Pembiayaan LPD
0
500
1000
1500
2000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
miliar Rp
0
5
10
15
20
25
30
35% y-o-y
Kredit g Kredit
Grafik 19. Omset dan Pelunasan Pegadaian
0
100000
200000
300000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
Rp Juta
0
10
20
30
40
50
60
70% y-o-yOmsetPelunasanPertumbuhan Omset (y-o-y) - axis kananPertumbuhan Pelunasan (y-o-y) - axis kanan
Sumber: PT BPD Bali Sumber: Perum Pegadaian Cab. Utama Denpasar
15
|Triwulan II 2008
Grafik 20. Kredit Perbankan
0
5
10
15
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
triliun Rp
0
10
20
30% y-o-y
Kredit g Kredit
Sumber: Bank Indonesia 8. Jasa – Jasa
Pada triwulan II-2008, sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh sebesar 3,3%,
lebih tinggi dibanding triwulan I-2008 yang tumbuh sebesar 0,8%. Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan di sektor ini diperkirakan adalah karena pertumbuhan sub
sektor jasa pemerintah dan sub sektor jasa swasta. Pertumbuhan sub sektor jasa swasta
disebabkan karena swasta sudah mulai melakukan optimalisasi terhadap kapasitas produksi yang
dimilikinya. Sementara itu, pertumbuhan sub sektor jasa pemerintah disebabkan karena
realisasi APBD.
Pertumbuhan di ini dikonfirmasi dengan pertumbuhan pada kredit perbankan untuk
sektor jasa-jasa. Outstanding kredit perbankan untuk sektor jasa pada triwulan II-2008
tercatat mencapai sebesar Rp 1,3 triliun, atau meningkat 23,5% dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 21. Kredit Sektor Jasa
0
500
1000
1500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
miliar Rp
-20
0
20
40
60
80
100% y-o-y
Kredit Sektor Jasag Kredit Jasa
16
|Triwulan II 2008
B. SISI PERMINTAAN
Di sisi permintaan, pertumbuhan Bali pada triwulan II-2008 yang diperkirakan
tumbuh sebesar 2,5% utamanya didorong oleh investasi, yang dalam konteks ini
adalah penanaman modal tetap bruto (PMTB). Sementara itu, konsumsi (baik rumah
tangga maupun pemerintah) pada triwulan II-2008 masih tumbuh meski relatif lebih rendah
dibanding investasi. Begitu pula dengan ekspor dan impor yang pertumbuhannya cukup
rendah.
Tabel 1. Pertumbuhan PDRB dari sisi Permintaan, 2007-2008 (% y-o-y) Komponen Q2-2007 Q3-2007** Q4-2007** Q1-2008** Q2-2008p
Konsumsi Rumah Tangga 19,3 5,9 -2,3 -3,6 1,7Konsumsi Pemerintah 3,9 3,1 7,2 20,9 3,5Investasi/PMTB 61,4 49,3 37,1 -8,5 5,5Ekspor 63,7 -21,9 -54,3 -29,6 1,5Impor 75,8 38,4 31,2 -32,8 0,6PDRB 6,2 -0,1 -1,2 0,3 2,5
Sumber: BPS, diolah Keterangan: **angka sangat sementara p proyeksi BI
1. Konsumsi
Konsumsi pada triwulan II-2008 masih menunjukkan pertumbuhan, meskipun
terjadi perlambatan jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Konsumsi rumah
tangga tumbuh diperkirakan tumbuh 1,7%, lebih rendah dari triwulan II-2007, namun masih
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I-2008. Sementara itu, konsumsi pemerintah
diperkirakan tumbuh sebesar 3,5%. Rendahnya pertumbuhan konsumsi tersebut, khususnya
konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh faktor daya beli masyarakat yang rendah akibat
inflasi yang cenderung meningkat sejak awal tahun hingga memasuki triwulan II-2008. Faktor
penggerak konsumsi diperkirakan adalah konsumsi non makanan. Hal itu dikonfirmasi
dengan sejumah data prompt indicators yaitu penjualan mobil, konsumsi listrik dan jumlah
pelanggan listrik rumah tangga, penjualan motor, nilai tukar petani, serta konsumsi semen.
Penjualan mobil di Bali pada triwulan ini diperkirakan tumbuh 40% dibanding periode
yang sama tahun lalu. Hal ini menunjukkan bahwa untuk kalangan masyarakat tertentu
masih memiliki daya beli yang kuat Namun demikian, untuk penjualan sepeda motor baru,
17
|Triwulan II 2008
diperkirakan mengalami penurunan dan kemungkinan masyarakat lebih memilih untuk
membeli sepeda motor bekas untuk memenuhi kebutuhan transportasinya.
Grafik 23. Konsumsi Listrik dan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga
0
25000
50000
75000
100000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2005 2006 2007 2008
ribu KWH
550
600
650000 unit
Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Jumlah Pelanggan Rumah Tangga - axis kanan
Grafik 22. Penjualan Mobil
0
1000
2000
3000
4000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
Unit
-80
-40
0
40
80
120
160%
Unit
g (y-o-y) - axis kanan
Sumber: PT Toyota Astra Motor Sumber: PT PLN Distribusi Bali Sementara itu, konsumsi listrik dan jumlah pelanggan listrik golongan rumah
tangga menunjukkan trend meningkat. Begitu pula halnya dengan konsumsi semen
yang masih menunjukkan peningkatan. Namun demikian, walaupun masih terjadi
pertumbuhan positif, namun masyarakat masih menilai bahwa kondisi ekonomi saat ini relatif
sulit karena faktor eksternal berupa kenaikan harga BBM di pasar dunia, yang ditunjukkan
dengan angka Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang berada di level 69,3 dan indeks beberapa
komponen IEK yang masih berada di bawah level 100.
Grafik 25. Komponen Indeks Kondisi
Ekonomi Saat Ini
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5
2006 2007 2008
Penghsln. Saat iniPembelian durable goodsSupply Lap. Kerja
Grafik 24. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
115.5
62.5 63.567.3
76.8 75.2
85.877.2
84.8 86.2 84.589.2
77.5 81.275.7 72.0 69.3
0
20
40
60
80
100
120
140
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agt
Sep
Okt
Nov Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
2007 2008
Indeks Kondisi Saat Ini
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
18
|Triwulan II 2008
Grafik 26. Kredit Konsumsi
0
2000
4000
6000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
miliar Rp
0
4
8
12
16
20
24
28%
Nominalg (y-o-y) - axis kanan
Grafik 27. Penjualan Motor
0
1000
2000
3000
4000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
Unit
-80
-40
0
40
80% y-o-yUnitg Penjualan Motor
Sumber: Bank Indonesia Sumber: PT Asaparis
Dari sisi pembiayaan, kredit konsumsi menunjukkan peningkatan. Outstanding
kredit konsumsi pada triwulan II-2008 tercatat mencapai sekitar Rp 6 triliun, naik
18% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Grafik 28. Nilai Tukar Petani
0
40
80
120
160
121234567891011121234567 891011121234567891011121234
2004 2005 2006 2007 2008
NTP
Grafik 29. Konsumsi Semen
0
100000
200000
300000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
Ton
-20
-10
0
10
20
30
40%
Konsumsi Semeng (y-o-y) - axis kanan
Sumber: BPS, diolah Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
2. Investasi
Investasi pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 5,5%, lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan I-2008 yang mengalami kontraksi sebesar 8,5%.
Pertumbuhan kegiatan investasi ini tercermin dari perkembangan beberapa data prompt
indicators investasi dan pembiayaan yang meningkat. Beberapa data prompt indicators yang
mendukung adanya peningkatan investasi adalah peningkatan pada konsumsi semen dan
19
|Triwulan II 2008
peningkatan pada impor barang modal. Peningkatan konsumsi semen memberikan
gambaran bahwa investasi khususnya sektor bangunan masih tumbuh.
Sementara itu, kenaikan impor barang modal, terutama mesin dan peralatannya
memberikan gambaran bahwa investasi non bangunan, sebagai bagian dari respon sektoral
(khususnya sektor industri).
Grafik 30. Konsumsi Semen
0
Grafik 31. Impor Barang Modal
0
4000
8000
12000
16000
20000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1Q2*
2005 2006 2007 2008
ribu USD
000
000
000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
Ton
-20
-10
0
10
20
30
40%
300
200
100Konsumsi Semen g (y-o-y) - axis kanan
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Dari sisi pembiayaan, peningkatan investasi antara lain tercermin dari peningkatan
pada kredit investasi. Outstanding kredit investasi pada triwulan II-2008 tercatat
mencapai sebesar Rp 2,2 triliun, naik 24% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Grafik 32. Kredit Investasi
-50
475
1000
1525
2050
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
miliar Rp
-5
0
5
10
15
20
25%
Nominalg (y-o-y) - axis kanan
Sumber: Bank Indonesia
20
|Triwulan II 2008
3. Ekspor Impor
Nilai tambah ekspor dari Bali pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh
sebesar 1,5%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami
kontraksi sebesar 29,6%. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekspor diperkirakan
karena permintaan dari luar negeri terhadap produk ekspor Bali masih cukup baik, terutama
untuk produk-produk manufaktur. Meskipun kondisi perekonomian global masih diliputi
ketidakseimbangan, namun masih terdapat peluang bagi produk-produk ekspor Bali. Namun
demikian, dengan adanya kenaikan harga minyak mentah di pasar internasional yang
berimbas pada kenaikan harga BBM di dalam negeri membawa implikasi adanya kenaikan
harga produk-produk ekspor tersebut. Meskipun demikian, kondisi ini diperkirakan tidak serta
merta menyebabkan produk ekspor Bali menjadi tidak kompetitif di pasar internasional,
mengingat kenaikan harga tersebut juga dialami oleh negara-negara lain.
Dilihat dari komposisinya, ekspor Bali masih didominasi oleh ekspor produk
manufaktur (grafik 36). Nilai ekspor produk manufaktur Bali mencapai 81,2% dari total nilai
ekspor. Komoditi utama ekspor produk manufaktur adalah pakaian jadi, perabotan rumah,
dan produk dari kayu.
Grafik 33. Perkembangan Nilai Ekspor Bali
020406080
100120140160
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
juta USD
-5
0
5
10
15
20
25
30% y-o-y
Ekspor
gEkspor - axis kanan
Grafik 34. Perkembangan Volume Ekspor
-100
1020304050607080
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2007 2008
% y-o-y
g Pertanian
g Manufaktur
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
21
|Triwulan II 2008
Grafik 35. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditi Utama Bali
Grafik 36. Komposisi Ekspor Bali
Manufaktur 81.2%
Pertanian18.5%
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu, kegiatan impor Bali pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh sebesar
0,6% dibandingkan triwulan I-2008 yang mengalami konstraksi sebesar 32,8%. Faktor
utama yang mempengaruhi pertumbuhan impor diperkirakan karena adanya permintaan
produk-produk ekspor yang memiliki bahan baku impor (dari luar Bali). Komposisi impor
menurut nilainya didominasi oleh impor produk pertanian (dalam arti luas antara lain, kayu,
bahan tekstil dan produk kertas), yang mencapai 58% dari total impor Bali.
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
-3-2
0000
10203040506070
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
% y-o-y03 - Ikan dan Udang44 - Kayu, Barang dari Kayu62 - Pakaian Jadi Bukan Rajutan71 - Perhiasan / Permata94 - Perabot, Penerangan Rumah
-1
2007 2008
Grafik 37. Perkembangan Nilai Impor Bali
0
20000
40000
60000
80000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*
2006 2007 2008
ribu USD
-100
-50
0
50
100
150
200% y-o-y
Total Impor Balig Impor Total Bali
Grafik 38. Komposisi Impor Bali
Pertanian 58.3%
Manufaktur 41.7%
22
|Triwulan II 2008
BOX
Alih Fungsi Lahan di Bali Mengancam Sektor Pertanian
Penyusutan lahan pertanian, terutama sawah terus berlangsung. Secara nasional ribuan
hektar sawah setiap tahun beralih fungsi untuk kepentingan lain di luar sektor pertanian. Hal ini
tidak hanya mengancam sistem pertanian, tetapi juga mengancam produksi pangan nasional,
terutama beras.
Hal tersebut juga terjadi di Bali. Alih fungsi lahan sawah untuk kepentingan lain di luar
sektor pertanian seperti permukiman, usaha jasa perdagangan dan pariwisata mencapai 700-1.000
hektar. Penyusutan lahan sawah ini membuat sistem irigasi subak, yang sudah berlangsung sejak
abad ke-8, terancam kelestariannya. Saat ini hanya ada 1.612 unit subak dengan areal sawah
82.095 hektar. Padahal pada tahun 1997 jumlah subak masih sekitar 3.000 unit dengan areal
sawah 87.850 hektar. Di wilayah Kuta, konversi lahan terbesar terjadi tahun 1999, yakni awal
dimulainya ekspansi industri jasa dan pariwisata. Saat itu, tercatat 487 hektar sawah yang beralih
fungsi menjadi hotel, permukiman, usaha pariwisata dan jalan raya.
Dampak dari beralihnya fungsi sawah untuk kepentingan lain terlihat dari hasil panen
pertanian yang terus turun. Tahun 1973 Bali menghasilkan 511.45 ton gabah kering giling (GKG),
tetapi 17 tahun kemudian produksi meningkat menjadi 853.643 ton GKG. Namun tahun 2000
produksi sawah di Bali turun dan hanya menghasilkan 826.838 ton GKG. Produksi terus menyusut,
bahkan di tahun 2005 produksi turun menjadi 786.961 ton GKG dan tahun 2006 sedikit
meningkat menjadi 840.891 ton GKG. Namun produksi kembali turun menjadi 839.775 ton GKG
pada tahun 2007.
Untuk tahun 2008 berdasarkan angka ramalan (ARAM I 2008) produksi kembali turun
2,08% dibanding tahun 2007 menjadi 822.308 ton GKG. Penurunan tersebut diperkirakan karena
berkurangnya luas panen pada dua periode panen masing-masing pada Mei-Agustus 2008 sebesar
3.474 hektar dan September-Desember 2008 sebesar 1.686 hektar. Luas panen pada periode
Januari-April 2008 sebaliknya mengalami peningkatan sebesar 1.721 hektar. Ini menunjukkan
bahwa alih fungsi lahan pertanian untuk kepentingan lain di luar pertanian benar-benar
mengancam keberlangsungan hidup sektor pertanian, di tengah gencarnya pemerintah pusat
mengumandangkan ketahananan pangan.
23
|Triwulan II 2008
Alih fungsi lahan tersebut juga menyebabkan sawah-sawah di Bali yang masih bisa
bertahan kini banyak yang mengalami kekurangan air. Sehingga alih fungsi lahan tersebut
dikhawatirkan berdampak domino sehingga berpotensi menurunkan produktivitas lahan pertanian
yang ada di Bali. Alih fungsi lahan memang tidak bisa dihindari dan pasti terjadi. Tetapi
persoalannya saat ini, pemegang kebijakan masih lemah dalam membuat kebijakan maupun
pengawasan. Orientasi para pembuat dan pelaksana kebijakan masih jangka pendek, sebatas
peningkatan pembangunan ekonomi. Padahal di sisi lain, peningkatan pembangunan ekonomi
melalui pembangunan besar-besaran dan alih fungsi lahan membawa konsekuensi bagi kondisi
lingkungan.
Ke depan, pemegang otoritas perlu mengadopsi kearifan lokal di dalam menyusun Rencana
Umum Tata Ruang (RUTR) di tingkat provinsi maupun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) di tingkat
kabupaten/kota. Hal yang terpenting adalah pengawasan yang tegas. Pengawasan agaknya
memang merupakan kunci utama bagi pencegahan alih fungsi lahan yang terlalu cepat.
24
|Triwulan II 2008
Perkembangan Inflasi Bab 2
2.1. KONDISI UMUM
Tingkat harga-harga di Kota Denpasar pada triwulan II-2008 berdasarkan Indeks Harga
Konsumen (IHK) menunjukkan kecenderungan peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pada akhir triwulan II-2008 inflasi tahunan (y-o-y) kota Denpasar tercatat
sebesar 7,71% atau meningkat diatas inflasi pada triwulan I-2008 yang sebesar 7,12%. Laju
inflasi yang meningkat terutama terjadi pada kelompok bahan makanan karena adanya
peningkatan harga atau inflasi dari kelompok bahan makanan karena pengaruh cuaca dan
peningkatan harga pangan dunia. Selain itu kelompok transportasi juga mengalami inflasi
yang cukup besar akibat kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Denpasar
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2006 2007 2008
m-t-my-o-y
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Dari grafik 2.1. terlihat bahwa pada triwulan II-2008 lanju inflasi bulanan (m-t-m)
tertinggi terjadi di bulan Juni, akibat kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada
akhir bulan Mei dan baru berdampak pada bulan Juni. Selain mengakibatkan inflasi pada
kelompok transportasi, kenaikan tersebut juga menyebabkan kenaikan harga barang-barang
kebutuhan masyarakat bahkan sebelum diumumkannya kenaikan harga BBM.
25
|Triwulan II 2008
Berdasarkan kelompok barang, selama triwulan I-2008 perkembangan harga pada
kelompok bahan makanan dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
mengalami kecenderungan peningkatan yang paling besar. Kondisi ini menjadikan dua
kelompok pengeluaran ini sebagai kelompok barang yang mengalami inflasi terbesar pada
tiriwulan II-2008, baik secara tahunan (y-o-y) maupun secara kumulatif (y-t-d).
2.2. INFLASI BULANAN M-T-M
Inflasi bulanan selama triwulan II-2008 mempunyai kecenderungan lebih tinggi di
banding dengan triwulan sebelumnya. Pada awal triwulan, yaitu bulan April 2008, harga
barang-barang masih normal dengan tingkat inflasi sebesar (0,12%) akibat kenaikan
beberapa komoditi di kelompok bahan makanan. Selanjutnya di bulan Mei 2008 inflasi
bulanan mulai meningkat seiring dengan kenaikan harga beberapa barang kebutuhan
masyarakat. Tercatat harga beberapa komoditi telah naik bahkan sebelum diumumkan secara
resmi kenaikan harga BBM, hal ini karena banyak pedagang telah menyesuaikan harga
terlebih dahulu untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM. Dampak kenaikan harga BBM
terhadap inflasi baru terasa cukup besar pada bulan Juni, dan tercatat pada bulan tersebut
inflasi kota Denpasar sebesar 1,78%. Hal ini karena kenaikan harga BBM terjadi pada tanggal
23 Mei 2008, sehingga pengaruh kenaikan pengeluaran bulanan masyarakat untuk bulan
Mei hanya dirasakan pada minggu keempat saja, sedangkan pada bulan Juni kenaikan
pengeluaran masyarakat telah dirasakan untuk satu bulan penuh.
Tabel 2.1
Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang I-2008 Kelompok Barang No.
Apr Mei Jun 1 Bahan Makanan 0,69 1,15 -0,09 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0,48 0,35 0,02 3 Perumahan, Air, Lisrik, Gas, dan Bahan Bakar 0,22 0,36 0,65 4 Sandang -0,04 -0,59 0,03 5 Kesehatan 0,22 0,73 0,05 6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 0,39 0,45 0,28 7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan -1,21 3,93 7,71
Umum 0,12 1,15 1,78 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
26
|Triwulan II 2008
Kenaikan harga pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang
sangat tinggi tersebut tidak serta merta mendorong laju inflasi bulan Juni diatas 2%
sebagaimana terjadi pada tingkat nasional. Hal ini karena pada kelompok bahan makanan
justru terjadi deflasi (penurunan harga). Dari 11 sub kelompok pada kelompok bahan
makanan, 4 sub kelompok mengalami deflasi, dan 7 sub kelompok mengalami inflasi. Deflasi
terbesar terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan 7,85% seiring dengan adanya panen
pada komoditi cabe rawit di daerah sekitar Denpasar.
2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang
Sebagaimana terlihat di tabel 2.4, terdapat beberapa kelompok barang yang
mengalami deflasi di triwulan laporan. Kelompok sandang mengalami deflasi selama dua
bulan berturut-turut yaitu di bulan April sebesar -0,04% dan bulan Mei sebesar -0,59%. Hal
ini terjadi terutama pada komoditi kemeja pendek katun, rok luar model biasa, celana pendek
dan emas perhiasan. Untuk kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan terjadi deflasi
pada bulan April sebesar -1,21% akibat penurunan tarip pulsa ponsel. Sedangkan kelompok
bahan makanan deflasi terjadi pada bulan Juni sebesar -0,09% akibat penurunan harga
beberapa komoditi seperti cabe rawit, sawi hijau, daging ayam ras, bawang putih, nangka
muda, telur ayam ras, tongkol, cabe merah, telur asin, wortel, bawang merah, tomat buah,
ketimun, pepaya, gula merah dan rempela ati ayam.
2.3. INFLASI TAHUNAN Y-O-Y
Ditinjau secara tahunan (y-o-y) inflasi Kota Denpasar pada triwulan II-2008
menunjukkan kecenderungan meningkat dibanding triwulan sebelumnya, dimana inflasi pada
triwulan ini sebesar 7,71% (y-o-y) lebih tinggi dibanding inflasi triwulan I-2008 sebesar
7,12% (y-o-y) tetapi masih dibawah laju inflasi Nasional yang sebesar 11,03%. Dari grafik
terlihat bahwa inflasi tahunan kota Denpasar selalu lebih rendah dibanding inflasi Nasional
tetapi memiliki arah pergerakan yang sama.
27
|Triwulan II 2008
Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Denpasar dan Nasional
0
2
46
8
10
1214
16
18
Q1-04
Q1-05
Q2-05
Q3-05
Q4-05
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
DenpasarNasional
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
2.3.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang
Pada triwulan laporan, secara tahunan seluruh kelompok barang mengalami inflasi
kecuali kelompok Kesehatan yang mengalami deflasi sebesar 0,82%. Tekanan inflasi paling
dominan masih berasal dari kelompok bahan makanan (inflasi 16,89% y-o-y) akibat
terganggunya produksi dan distribusi selama kondisi cuaca kurang baik yang terjadi beberapa
bulan terakhir. Selain itu tekanan inflasi juga berasal dari kelompok transportasi, komunikasi
dan jasa keuangan yang tercatat sebesar 8,08% y-o-y akibat kenaikan harga BBM bulan Mei
yang lalu. Kenaikan terutama terjadi pada komoditi bensin dan solar yang selanjutnya
berpengaruh pada kenaikan biaya pemeliharaan/servis, angkutan antar kota, angkutan dalam
kota dan harga sepeda motor.
Tabel 2.2 Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang
I-2008 II-2008 No. Kelompok Barang
Inflasi Inflasi1 Bahan Makanan 14,47 16,892 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 7,20 5,013 Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar 5,40 5,33
Sandang 4 5,53 4,035 Kesehatan 1,48 -0,826 Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga 4,83 5,577 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Keuangan 3,04 8,08
UMUM 7,12 7,71Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
28
|Triwulan II 2008
BOX
PERAN TIM FASILITASI PERCEPATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DAERAH (TFPPED)
DALAM MENGGERAKKAN SEKTOR RIIL
Latar Belakang
Stabilitas makro ekonomi yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ternyata belum diikuti
oleh perbaikan sektor riil. Kondisi ini ditandai dengan tingkat pengangguran yang relatif tetap,
sehingga diindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi belum dapat mengurangi
pengangguran.
Peran perbankan dalam intermediasi dirasakan masih kurang, meskipun dana yang
dihimpun telah tumbuh relatif besar, tetapi belum diikuti pertumbuhan penyaluran kredit yang
seimbang. Di awal 2008 LDR tercatat dikisaran 60%, artinya masih terdapat dana yang belum
dimanfaatkan dengan baik di sektor perbankaan.
Berdasarkan berbagai kajian, terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh sektor riil
antara lain infrastruktur, ketersediaan energi, penegakan hukum dan pembiayaan. Oleh karena itu
diperlukan langkah koordinatif dan sinergis antara pemerintah dengan pihak perbankan agar
masalah yang dihadapi oleh sektor riil dapat diatasi secara komprehensif.
Bank Indonesia memandang perlu bahwa kebijakan moneter saja tidaklah cukup untuk
mencapai kestabilan nilai rupiah yang berkesinambungan. Diperlukan struktur ekonomi yang kuat
bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan yang didukung oleh koordinasi antar instansi
terkait baik di tingkat nasional maupun daerah. Langkah awal telah dilakukan dengan
pembentukan Tim Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TFPPED) di 8 Kantor Bank
Indonesia (KBI) pada tahun 2007 dan diharapkan tahun 2008 telah terbentuk di semua KBI provinsi.
Sebagai tolok ukur keberhasilan TFPPED adalah terealisasinya pembiayaan kepada sektor
yang dipilih/diprogramkan.
Perkembangan TFPPED
Inisiatif pembentukan TFPPED oleh BI ternyata direspon dengan baik oleh pemerintah, Dirjen
Bina Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri pada tanggal 27 Oktober 2007 telah
mengirimkan surat (No.500/1402/V/Bangda) kepada beberapa Gubernur Daerah untuk mendukung
dan mensinergikan program tersebut dengan instansi terkait di daerah.
Setiap daerah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan yang lain, oleh karena itu
fokus pengembangan sektor pilihan disesuaikan dengan potensi yang ada di daerah. Untuk provinsi
Bali, sektor industri kerajinan kayu menjadi fokus pengembangan, khususnya di Kabupaten
Gianyar. Pemilihan sektor industri kerajinan kayu ini didasarkan kepada Baseline Economic Survey
(BLS) Bali 2006 dimana kerajinan kayu merupakan komoditas unggulan Kabupaten Gianyar.
29
|Triwulan II 2008
Berdasarkan hasil survey tersebut dan kendala-kendala dilapangan seperti masih lemahnya
pengetahuan teknis produksi, pengadaan bahan baku, pemasaran, keuangan dan manajemen,
maka BI Denpasar bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali serta
instansi terkait membentuk Tim Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TFPPED)
dengan menfokuskan pada Program Pengembangan Kerajinan kayu di Bali. Adapun tujuan TFPPED
adalah untuk meningkatkan kemampuan industri kerajinan kayu baik kuantitas, kualitas,
pembiayaan maupun penyerapan TK.
Program Kerja dan Kegiatan
Tim Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TFPPED) merupakan kerjasama
lintas sektoral dan instansi yang ada di daerah. Dengan demikian diharapkan kegiatan yang
dilakukan TFPPED menjadi relatif lengkap dan komprehensif.
a. Pada tahap awal telah dilakukan kegiatan diskusi dan survei diagnosis kebutuhan-kebutuhan
Industri Kerajinan Kayu pada beberapa aspek yaitu SDM, Pemasaran, dan Pembiayaan.
b. Tahap kedua, sebagai tindak lanjut dari kegiatan diagnosis adalah memenuhi kebutuhan-
kebutuhan Industri Kerajinan Kayu antara lain :
- Kerjasama pelatihan teknis, keuangan dan kewirausahaan.
- Kerjasama dengan pihak eksportir dan asosiasi ekspor handycraft Indonesia.
- Pembentukan sarana promosi melalui warung sentra produksi.
- Pameran Nasional dan Internasional.
c. Tahap akhir, atau merupakan Output dari serangkaian kegiatan tersebut diatas adalah
terealisasinya pembiayaan kepada sektor Industri Kerajinan Kayu. Untuk mendukung hal
tersebut, maka kegiatan yang dilakukan adalah :
- Bazaar Intermediasi/temu bisnis antara pengusaha dan perbankan.
- Pendampingan KKMB.
Beberapa hal yang telah dilakukan BI Denpasar dalam rangka TFPPED antara lain :
- Melaksanakan pertemuan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka pengembangan
kerajinan kayu di Kabupaten Gianyar.
- Memberikan bantuan teknis berupa Pelatihan kepada 30 Petugas BPR di Kabupaten Gianyar
dalam rangka mendukung pengembangan kerajinan kayu.
- Temu usaha dan kunjungan kerja antara BI, Perbankan, KKMB dan Dinas terkait ke sentra
produksi.
Dari beberapa rencana kegiatan tersebut diatas, diharapkan pada akhir tahun 2008 nanti akan
terjadi peningkatan pembiayaan/kredit oleh perbankan dan selanjutnya akan terjadi peningkatan
produksi dan ekspor kerajinan kayu.
30
|Triwulan II 2008
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Bab 3
Kinerja perbankan di Bali sampai dengan paruh pertama tahun 2008, menununjukkan
adanya peningkatan baik dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya maupun
dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2007. Peningkatan kinerja tersebut tercermin dari
peningkatan beberapa indikator perbankan antara lain, pertumbuhan asset, DPK, dan
pertumbuhan kredit. Ekspansi kredit pada triwulan laporan juga diikuti dengan peningkatan
kualitas kredit sehingga rasio NPL dapat ditekan. Peningkatan kredit selama tahun 2008 juga
meningkatkan fungsi intermediasi perbankan, walaupun relatif kecil namun rasio penyaluran
kredit terhadap dana yang dihimpun (LDR) dapat meningkat pada kisaran angka 56,6%.
3.1. Perkembangan Aset Bank Umum
Pada triwulan II tahun 2008 aset bank umum di Bali mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dibandingkan akhir tahun 2007, sebesar Rp2.825 miliar dan tumbuh
sebesar 11% (y-t-d), dari Rp26.902 milyar pada Desember 2007 menjadi Rp29.727 milyar
pada triwulanII - 2007, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan selama lima tahun terakhir
sebesar 16,07% (y-o-y).
Pertumbuhan aset terutama didorong oleh pertumbuhan pada penghimpuanan dana
yang meningkat sebesar Rp.5.000 milyar atau 24,2% (y-o-y), sementara kredit selama satu
tahun meningkat sebesar 25,7% (y-o-y) atau sebesar Rp2.976 milyar. Secara nominal selisih
peningkatan dana terhadap peningkatan kredit adalah sebesar Rp2.024 milyar atau 60,0%
dari nominal pertumbuhan kredit, kondisi tersebut menunjukkan pertumbuhan dana yang
dihimpun cepat dibandingkan pertumbuhan kredit. Hal tersebut yang menyebabkan
pertumbuhan rasio kredit terhadap dana (LDR) tidak meningkat walaupun kredit meningkat
cukup besar. Selain itu, hal ini mengakibatkan bank mengalami over likuiditas, yang pada
gilirannya dana tersebut akan disalurkan di tempat lain atau ditempatkan pada bentuk lain
selain kredit.
Dari komposisinya, pertumbuhan aset yang tinggi tersebut terutama dipicu oleh
pertumbuhan aset bank swasta nasional yang mencapai 29,8% (y-o-y) atau sebesar Rp274
31
|Triwulan II 2008
milyar, walaupun secara nominal pertumbuhan aset bank pemerintah lebih tinggi sebesar
Rp3.148 milyar. Menurut kelompoknya, bank pemerintah, yang di dalamnya termasuk BPD
Bali, memiliki share terbesar dalam pembentukan aset perbankan di Bali yang mencapai
58,6%, diikuti dengan bank swasta nasional sebesar 37,4% dan bank asing/campuran
sebesar 4,0%. Besarnya share bank pemerintah di Bali, terutama di karenakan jumlah
jaringan kantor yang relatif lebih besar dibandingkan dengan kolompok bank yang lain.
TABEL 1 Perkembangan Usaha Bank Umum Di Bali
(Rp milyar)
2005 2006 2007 2008 INDIKATOR Dec Des Jun Dec Mar Jun
Asset 20,329 21,971 24,075 26,902 27,754 29,727 Dana Pihak Ketiga 17,333 18,975 20,675 23,522 24,267 25,675
Deposito 6,348 7,234 7,434 7,589 7,723 7,975 Giro 3,89 4,146 4,942 5,331 5,794 6,011 Tabungan 7,096 7,595 8,299 10,602 10,75 11,688
Kredit Umum 9,498 10,567 11,537 12,592 12,891 14,537 Modal Kerja 3,944 4,585 4,995 5,619 5,657 6,282 Investasi 1,463 1,492 1,649 1,794 1,838 2,241 Konsumsi 4,091 4,49 4,893 5,179 5,397 6,013
Kredit UMKM 8,268 9,251 9,743 10,857 11,233 12,410 Pangsa kredit UMKM 87.05% 87.55% 84.45% 86.22% 87.14% 85.37%NPL (Gross)% 2.85% 4.26% 5.07% 3.02% 3.31% 2.40%LDR 54.80% 55.69% 55.80% 53.54% 53.12% 56.62%
Sumber : Bank Indonesia
GRAFIK 1. Pertumbuhan Tahunan Aset, Dana dan Kredit
GRAFIK 2. Komposisi Aset, DPK, Kredt
Menurut Kelompok Bank
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Milyar
32
|Triwulan II 2008
3.2. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi
Pelaksanaan fungsi intermediasi oleh perbankan, sebagai salah satu peran utama
perbankan, sangat dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam menyerap dana masyarakat
dan kemampuan bank dalam menyalurkannya dalam bentuk kredit. Kemampuan
menjalankan fungsi intermediasi dapat dilihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR). Dalam
beberapa tahun terakhir LDR perbankan di Bali cenderung meningkat walaupun terjadi
fluktuasi pada tahun 2007. Sampai posisi Juni 2008 LDR mencapai 56,62%. Namun demikian
LDR perbankan Bali masih lebih rendah dibanding LDR nasional yang berkisar 60%-70%.
Angka tersebut mengindikasikan bahwa dari sisi likuiditas perbankan masih memiliki peluang
untuk melakukan ekspansi kredit. Peningkatan LDR yang terjadi pada triwulan II-2008 lebih
disebabkan oleh tingginya ekspansi kredit pada triwulan laporan yang mencapai 25,7%.
Rendahnya LDR Bali dibanding LDR nasional yang mencapai kisaran 60% diperkirakan
karena beberapa hal, yaitu: (i) keterbatasan kewenangan memutus pemberian kredit yang
ada di kantor cabang (khususnya untuk bank umum yang berkantor pusat di luar Bali).
Sehingga untuk kredit yang nilainya cukup material kewenangan memutusnya ada di kantor
pusatnya; (ii) kebutuhan pembiayaan bagi perusahaan diperoleh dari bank atau lembaga
keuangan lainnya di luar Bali atau berasal dari holding company-nya; (iii) adanya alternatif
meminjam bagi masyarakat seperti di koperasi simpan pinjam, unit simpan pinjam, Lembaga
Perkreditan Desa (LPD), baitul mal wattanwil (BMT), Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
atau dari sumber lainnya seperti pegadaian, relasi dan sebagainya yang mampu menyediakan
kebutuhan dan sesuai keinginan nasabah. Selain hal tersebut di atas, rendahnya LDR
perbankan diindikasikan karena
kurangnya kemauan perbankan
dalam mecari celah bisnis atau
usaha yang dapat diayai, hal ini
diperkirakan karena banyaknya
fasilitas untuk mengelola likuiditas
selain penyaluran kredit, seperti
pada pasar modal dan pasar uang.
GRAFIK 3. Loan-to-Deposit Ratio
Sumber : Bank Indonesia
33
|Triwulan II 2008
3.2.1 Penghimpunan Dana
Dilihat dari indikator penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) terdapat kecenderungan
bahwa dana perbankan didominasi oleh dana-dana jangka pendek. Jumlah dana jangka
pendek tercatat sebesar 68,94% sedangkan DPK dalam jangka panjang sebesar 31,06%.
Dana jangka pendek, dalam bentuk tabungan dan giro pada bulan Juni 2008 sebesar
Rp17.699 miliar atau tumbuh sebesar 33,67% dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa dana yang dihimpun perbankan masih
didominasi oleh dana-dana jangka pendek yang memiliki risiko likuiditas. Demikian halnya
dengan dana jangka panjang, deposito yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya,
walaupun tidak sebesar pertumbuhan dana jangka pendek. Hal tersebut berpotensi
menciptakan maturity mismatch, karena kredit yang disalurkan perbankan jangka waktunya
relatif lebih panjang.
Penyerapan dana dari masyarakat dalam bentuk deposito cukup berfluktuatif,
dibandingkan dengan pertumbuhan dana dalam bentuk giro dan tabungan. Fluktuasi
penyerapan dana dalam bentuk deposito tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat suku
bunga perbankan dan tingkat pengembalian dari penempatan dana dalam bentuk surat
berharga. Walaupun secara nominal mengalami peningkatan namun pertumbuhan
tahunannya masih cukup rendah dan cenderung mengalami penurunan.
GRAFIK 4 GRAFIK 5 Perkembangan dana Deposito Pertumbuhan Tahunan Dana
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
34
|Triwulan II 2008
Pangsa dana pihak kegita dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang
ralatif sama, share terbesar pada simpanan dalam bentuk tabungan, diikuti deposito dan giro,
pada Juni 2008 share masing-masing simpanan berturut-turut adalah 45,53%, 31,06%, dan
23,41%. Total share tabungan dan giro sebesar 68,94% membutuhkan pengelolaan
likuiditas yang cukup baik bagi kalangan perbankan, serta ketersediaan arus kas yang
memadai.
3.2.2 Penyaluran Kredit
Walau pertumbuhan LDR cukup lambat, penyaluran kredit dari tahun ke tahun tetap
mengalami peningkatan, hal tersebut menunjukkan bahwa perbankan secara
berkesinambungan mampu melakukan ekspansi kredit sejalan dengan pertumbuhan dana
pihak ketiga juga tinggi. Secara rata-rata pertumbuhan kredit tahunan selama lima tahun
terakhir adalah sebesar 16,67%. Pertumbuhan kredit cenderung memiliki pola yang hampir
sama, pada triwulan I pertumbuhan lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lainnya dan
puncak pertumbuhan kredit terjadi pada triwulan IV dengan jenis kredit jenis konsumsi yang
paling besar mengalami pertumbuhan. Hal tersebut sesuai dengan pola konsumsi musiman
yang cenderung meningkat pada triwulan IV.
Penyaluran kredit bank umum pada triwulan II tahun 2008 sebesar Rp14.537 miliar
meningkat sebesar 25,7% dibanding posisi yang sama tahun 2007. Jenis kredit yang menjadi
konsentrasi oleh perbankan saat ini adalah untuk jenis kredit yang potensial dengan risiko
kredit yang rendah, selain itu perbankan juga lebih cenderung memberikan kredit untuk
kredit jangka pendek. Segmen pasar yang menjadi primadona bagi kredit perbankan adalah
segmen pasar konsumer dan segmen untuk modal kerja usaha. Kredit modal kerja masih
mendominasi penyaluran kredit bank umum di Bali, pada Juni 2008 penyalurannya mencapai
43,22% atau sebesar Rp6.282 milyar, diikuti dengan kredit konsumsi sebesar 41,57% atau
sebesar Rp6.013 milyar, dan kredit investasi 15,22% atau sebesar Rp2.241. Pada triwulan
laporan kredit investasi tercatat memiliki pertumbuhan tahunan terbesar atau sebesar 35,9%
(y-o-y), diikuti dengan kredit modal kerja sebesar 25,8 (y-o-y), berbeda dengan triwulan-
triwulan sebelumnya dimana kredit modal kerja yang memliki pertumbuhan terbesar.
Penyaluran kredit di Bali cenderung di dominasi oleh kredit modal kerja dan konsumsi dengan
35
|Triwulan II 2008
total share kedua jenis kredit tersebut sebesar 84,6%. Kondisi ini dapat mengindikasikan
bahwa kredit di Bali umumnya memiliki jangka pendek dan menengah. Penyaluran kredit
berjangka pendek dan menengah ini disesuaikan dengan penyerapan dana yang umumnya
jangka pendek.
GRAFIK 6. Pertumbuhan Tahunan Kredit Menurut Jenisnya
GRAFIK 7. Komposisi Kredit Menurut Jenisnya
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Sementara itu, kredit secara sektoral masih didominasi oleh sektor lain-lain dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Pada posisi Juni 2008 kredit sektor lain-lain dan
sektor PHR masing-masing tercatat sebesar Rp 6.041 miliar atau 42% dari total kredit dan
Rp5.733 miliar atau 39% dari total kredit. Pola penyebaran kredit tersebut relatif tidak
berubah dibandingkan pada periode-periode sebelumnya, mengingat karakteristik
perekonomian Bali yang digerakkan oleh industri pariwisata. Namun demikian, walaupun
secara nominal kredit sektor PRH mengalami peningkatan tetapi pertumbuhan tahunannya
cenderung mengalami penurunan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa perbankan menilai
sektor PHR telah berada pada level optimum dalam skala ekonominya.
36
|Triwulan II 2008
GRAFIK 8. Kredit Sektor PRH dan Lain-lain
Sumber : Bank Indonesia
Besarnya kredit yang disalurkan pada sektor lain-lain disebabkan karena sektor ini
menampung seluruh kredit jenis konsumsi. Jika dilihat dari pertumbuhannya, kredit ke sektor
PRH tumbuh 15% (y-o-y) dan sektor lain-lain sebesar 16% dibanding tahun sebelumnya.
Pertumbuhan kredit sampai dengan pada Juni 2008 yang mencapai 25,7% (y-o-y),
juga diikuti dengan meningkatnya kualitas kredit, nominal non performing loan (NPL) pada
Juni 2008 sebesar Rp 349 miliar lebih rendah dari NPL pada tahun 2007 yang sebesar Rp 380
miliar atau turun sebesar 3,02%. Rasio NPL tahun triwulan II 2008 sebesar 2,40%, secara
nominal, sektor ekonomi yang paling besar menyumbang NPL adalah kredit sektor PRH
sebesar Rp 199 milyar dengan atau 57% dari total NPL, rasio NPL sektor PRH sebesar 3,48.
Sementara share NPL kredit sektor lain-lain sebesar 26% dengan rasio NPL sebesar 21,51%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penyaluran kredit sektor lain-lain relatif lebih aman
dibandingkan sektor lainnya terutama PRH. Hal tersebut dikarenakan kredit sektor lain-lain
sebagian besar adalah kredit jenis konsumsi yang sebagian besar krediturnya adalah pegawai
(baik negeri maupun swasta) sehingga tingkat kolektibilitas sangat baik karena pembayaran
atau pelunasan dilakukan dengan pemotongan gaji secara langsung. Sementara itu untuk
kredit sektor lainnya relatif lebih berisiko karena kerdit tersebut untuk membiayai sektor
produktif yang pengembalian atau pelunasannya sangat tergantung pada kemampuan usaha
dari kreditur.
37
|Triwulan II 2008
3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Pertumbuhan usaha BPR pada triwulan II tahun 2008 menunjukan peningkatan yang
cenderung tetap dari tahun ke tahun. Dalam lima tahun terakhir rata-rata pertumbuhan aset
BPR tercatat sebesar 24,02% (y-o-y), sedangkan kredit tumbuh sebesar 23,97 % (y-o-y).
Kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat juga menunjukkan pertumbuhan yang
konstan, rata-rata pertumbuhan dalam lima tahun terakhir tercatat sebesar 22,17%,
sementara LDR berkisar pada 115%.
GRAFIK 9. Pertumbuhan Aset, Kredit & LDR
Sumber : Bank Indonesia
Fungsi intermediasi yang dilaksanakan oleh BPR sampai triwulan II 2008 masih berjalan
dengan cukup baik, terbukti dari peningkatan jumlah kredit yang disalurkan menjadi sebesar
Rp 1.567 miliar atau naik 30,45% dibanding triwulan II 2007. Penyaluran kredit tersebut
apabila dibandingkan dengan penghimpunan dana pihak ketiga yang dilakukan oleh BPR
pada periode yang sama maka rasionya (LDR) adalah sebesar 118,3 %. Tingginya rasio LDR
BPR tersebut menunjukkan bahwa penyaluran kredit dilakukan tidak hanya dari
penghimpunan dana tetapi juga dari modal bank, kondisi tersebut akan meningkatkan risiko
likuiditas bagi bank. Peningkatan penyaluran kredit ini antara lain didorong oleh linkage
program antara bank umum dan BPR serta sudah beroperasinya Lembaga Dana Apex (LDA
Apex) yang berperan di dalam membantu BPR anggotanya yang mengalami liquidity
mismatch. Penyaluran kredit pada triwulan II dapat dikatakan sangat ekspansif karena selain
peningkatannya mencapai Rp366 miliar, LDR pada triwulan II tercatat sebagai LDR yang
tertinggi dalam dua tahun terakhir. Kondisi ini menunjukkan bahwa BPR masih dapat
38
|Triwulan II 2008
berperan dalam pembiayaan walaupun persaingan dalam pembiayaan mikro semakin ketat.
Sejalan dengan peningkatan kinerja pada asset, dana dan kredit, kualitas kredit juga
mengalami perbaikan dengan rasio NPL sebesar 5,20% lebih rendah dibandingkan dengan
tahun 2007 yang tercatat sebesar 5,82%.
TABEL 4.3
KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI BALI (miliar Rp)
2006 2007 2008 INDIKATOR DES JUN SEP DES MAR JUN
1. Total Aset 1.479 1.599 1.729 1.875 1.926 2.076 2. Dana Pihak Ketiga 949 1.032 1.107 1.179 1.241 1.324
a. Tabungan 320 345 396 426 454 491 b. Deposito 629 687 711 753 787 833
3. Kredit 1.091 1.201 1.270 1.348 1.427 1.567
4. LDR (%) 114,96 116,38 114,69 114,30 114,94 118,32
Sumber: Bank Indonesia Denpasar
5. NPLs gross (%) 7,19 7,51 6,88 5,82 6,17 5,20
3.4. Perkembangan Sistem Pembayaran
3.4.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
Perkembangan inflow atau aliran uang masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal dari
setoran bank-bank umum pada triwulan II 2008 tercatat sebesar Rp 466 miliar atau turun 7%
dari triwulan II tahun 2007 yang mencapai Rp 501 miliar. Sementara itu, outflow atau aliran
uang keluar dari kas Bank Indonesia karena adanya penarikan oleh bank-bank umum,
tercatat sebesar Rp1.264 miliar atau meningkat 3% dibanding triwulan II-2007 yang tercatat
sebesar Rp 1.227 miliar, sehingga terjadi net outflow sebesar Rp789 miliar. Kondisi tingginya
nilai outflow yang dibarengi dengan rendahnya inflow pada triwulan laporan, berbeda
dengan kondisi pada triwulan I yang menunjukkan hal yang sebaliknya. Hal ini
mengindikasikan bahwa peredaran dana dimasyarakat cukup tinggi dan kebutuhan
masyarakat akan uang tunai sangat tinggi. Fenomena ini sejalan dengan peningkatan
pertumbuhan perekonomian di Bali pada triwulan II-2008.
39
|Triwulan II 2008
TABEL 4.4 PERKEMBANGAN UANG KARTAL DI BALI
(Juta Rp) 2006 2007 2008
INDIKATOR Tr. IV Tr. I Tr. II Tr. III Tr. IV Tr. I Tr. II
Inflow 1.624.302 760.297 500.713 547.121 638.284 958.706 465.938
Outflow 2.242.175 499.739 1.226.844 709.913 1.816.977 576.207 1.264.145
Kas Keliling 600 1.000 1.800 2.000 2.500 1.200 1.800
Penukaran 69.804 73.695 77.719 83.327 82.858 84.429 83.925
Uang Palsu (lembar) 902 927 611 623 966 853 539 Sumber: Bank Indonesia Denpasar
GRAFIK 10. PERKEMBANGAN UANG KARTAL DI BALI
Sumber: Bank Indonesia Denpasar
3.4.3 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai
Kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia pada pembayaran transaksi non tunai
diarahkan pada terciptanya sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman, dan handal.
Tujuan tersebut dapat dicapai antara lain melalui kebijakan untuk mengurangi risiko
pembayaran dan peningkatan kualitas serta kapasitas pelayanan sistem pembayaran. Jumlah
lembar warkat kliring yang digunakan pada triwulan laporan tercatat sebanyak 255 ribu
lembar, turun 15% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dengan nilai transaksi
sebesar Rp 3.605 miliar atau turun 11%. Rata-rata perputaran kliring per hari tercatat
sebanyak 4.145 lembar dengan rata-rata nominal per hari sebesar Rp 57,22 miliar. Penolakan
cek/bilyet giro kosong tercatat sebanyak 1.540 lembar dengan nominal Rp 28 miliar. Jumlah
penolakan kliring tersebut tidak mencapai 1% dibandingakan dengan total kliring yang
dilakukan, jumlah lembar yang ditolak adalah sebesar 0,6% dengan nominal 0,8% dari
40
|Triwulan II 2008
jumlah kliring yang dilakukan. Rendahnya tingkat tolakan ini mengindikasikan bahwa sistem
pembayaran yang diselenggarakan selama ini dapat dikatakan handal.
TABEL 4.3.
PERKEMBANGAN PERPUTARAN KLIRING, CEK/BG KOSONG, DAN RTGS DI BALI
2006 2007 2008 KETERANGAN IV II III IV I II
PERPUTARAN KLIRING
255 - Lembar (Ribuan Lembar) 412 401 452 435 300
3.605 - Nominal (Miliar Rp) 4.839 4.772 5.712 5.621 4.049
4.045 - Rata-rata lembar per hari (Satuan) 6.545 6.679 7.283 7.238 5.002
57,22 - Rata-rata nominal per hari (Miliar Rp) 76,8 79,53 92,13 93,75 67,48
TOLAKAN CEK/BG KOSONG
- Lembar (Satuan) 1.927 1.623 1.850 2.562 1.806 1.540
- Nominal (Miliar Rp) 32 58 151 80 38 28
- Rata-rata lembar per hari (Satuan) 31 27 30 43 30 24,44
- Rata-rata nominal per hari (Miliar Rp) 0,51 0,97 2,43 0,85 0,63 0,44 Sumber: Bank Indonesia Denpasar
Grafik 10. Perkembangan Kliring
Sumber: Bank Indonesia Denpasar
41
|Triwulan II 2008
BOX
PERKEMBANGAN KREDIT USAHA RAKYAT DI BALI
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada awal November 2007, ditujukan untuk mengembangkan UMKM dari sisi
pendanaan atau permodalan, pada akhirnya diharapkan kemiskinan dapat ditekan dan
angka pengangguran dapat dikurangi. KUR merupakan program kredit untuk sektor usaha
mikro kecil menengah dan koperasi yang diberikan dengan pola penjaminan pemerintah.
Selaku penjamin kredit adalah Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) dan Asuransi
Kredit Indonesia (Askrindo). Pada tahap awal terdapat 6 bank yang turut serta dalam
program ini yaitu PT. Bank Mandiri, PT. Bank BNI, PT. Bank BRI, PT. Bank Tabungan
Negara, PT. Bank Bukopin dan Bank Syariah Mandiri.
Konsep program kredit usaha rakyat tidak mewajibkan calon debitor melengkapi
persyaratan pinjaman dengan agunan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pelaku
UMKM untuk mengakses perbankan, oleh karenanya risiko kredit yang ditanggung oleh
bank penyalur dibagi dengan pemerintah dengan pola penjaminan oleh pemerintah
dengan porsi 70% penjaminan pemerintah dan 30% risiko bank. Pada awalnya pinjaman
program KUR disalurkan untuk sektor ekonomi produktif dengan bunga maksimum 16
persen dan jumlah kredit maksimum Rp 500 juta per debitur.
Dalam perkembangannya ketentuan program KUR tersebut mengalami revisi,
diantaranya memperlonggar batas maksimal bunga pinjaman kredit usaha rakyat dari 16%
menjadi hingga 24% untuk penyaluran melalui lembaga keuangan mikro dengan skema
linkage program. Pemerintah juga memperpanjang jangka waktu pinjaman KUR tidak lagi
dibatasi maksimal tiga tahun hal ini untuk membuka akses yang lebih besar terhadap
kredit ini. Di samping itu, dana penjaminan dari angka saat ini Rp1,4 triliun akan ditambah,
menyusul progresivitas serapan terhadap kredit usaha rakyat tersebut.
Secara nasional penyerapan KUR dapat dikatakan sangat besar, dalam 8 bulan sejak
pertama kali program ini diluncurkan penyalurannya telah mencapai Rp 6,1 triliun dengan
nasabah sebanyak 590 ribu kreditor di seluruh Indonesia (Republika : Rabu, 28 Mei 2008).
Jumlah ini hampir lima puluh persen rata-rata pertumbuhan kredit usaha kecil nasional
yang mencapai Rp12,8 triliun pertahun.
42
|Triwulan II 2008
KUR di Bali
Program KUR juga disalurkan di Provinsi Bali, efektifitas penyaluran KUR oleh ke
enam bank penyalur relatif bervariasi, beberapa bank telah memulai sejak akhir tahun
2007 sedangkan sebagian lainnya efektif mulai Februari 2008. Perbedaan waktu efektif
penyaluran KUR tersebut lebih dikarenakan status kantor bank penyalur yang merupakan
kantor cabang, sehingga masih menunggu petunjuk teknis pelaksanaan program KUR dari
kantor pusatnya.
Sampai dengan Juni 2008 KUR yang telah disalurkan oleh perbankan di Bali sebesar
Rp.167,5 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 21.875 debitur, atau dengan rata-rata
kredit perdebitur sebesar Rp7,6 juta. Dilihat dari perkembangannya selama tahun 2008,
secara nominal penyaluran KUR dapat dikatakan sangat tinggi dibandingkan dengan
penyaluran kredit UMKM selama tahun 2008. Pertumbuhan kredit UMKM yang disalurkan
oleh 40 bank selama tahun 2008 sebesar Rp1.553 miliar sedangkan KUR yang disalurkan
oleh 6 bank mencapai Rp167 miliar atau 11% dari pertumbuhan kredit UMKM.
Sumber : LBU dan Bank Peserta KUR
Dilihat lebih jauh, konsentrasi penyaluran KUR yang dilakukan oleh 6 bank dapat
diklasifikasikan sebagai berikut, Bank BTN dan Bank BRI terkonsentrasi pada kredit
kelompok kecil dan mikro, sedangkan untuk Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin, Bank
BNI dan Bank Mandiri lebih berkonsentrasi pada kredit kelompok menengah.
43
|Triwulan II 2008
Dari sektor yang dibiayai, 80% dana KUR yang terserap dimasyarakat disalurkan pada
sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sementara sektor pertanian memperoleh
7% dan sektor jasa-jasa sebesar 6%. Demikian pula dilihat jumlah debitur yang memerima
fasilitas KUR sangat didominasi oleh debitur dari sektor PRH yang besarnya mencapai 77%.
Besarnya penyaluran kredit pada sektor PHR sesuai dengan karakteristik perekonomian Bali
yang sangat tergantung pada industri pariwisata, dalam hal ini paling dekat dengan sektor
PRH.
Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, bank pelaksana
program KUR tidak diperbolehkan meminta jaminan tambahan dalam proses fasilitas KUR.
Namun demikian dalam prakteknya bank pelaksana masih mensyaratkan adanya jaminan
tambahan. Permintaan jaminan ini tersebut didasari oleh beberapa pertimbangan antara
lain:
a. bank pelaksana masih mengelola risiko kredit walaupun hanya 30%,
b. sebagai sarana edukasi dan motivasi bagi penerima fasilitas, sebab dengan
menghilangkan jaminan dikhawatirkan debitur menjadi kurang bertanggungjawab
terhadap fasilitas yang diterimanya.
Sesuai dengan ketentuan, debitur KUR adalah UMKM yang belum pernah menerima kredit
perbankan, maka pertumbuhan KUR yang relatif cepat ini tidak berpengaruh pada
pertumbuhan penyaluran UMKM. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan ekspansi
kredit UMKM yang relatif tetap dan cenderung meningkat setelah program KUR
dilaksanakan. Dengan kata lain tidak terdapat peralihan debitur dari kredit UMKM menjadi
debitur KUR.
TANTANGAN KUR DI BALI
Walaupun pertumbuhan KUR di Bali sangat ekspansif, namun demikian masih
terdapat beberapa tantangan yang harus selalu diwaspadai. Pertumbuhan KUR yang
sangat cepat pada periode awal penluncurannya menyebabkan bank pelaksana sedikit
banyak kurang mengetahui debitu KUR tersebut, hal tersebut perlu dikawatirkan
mengingat KUR hanya mensyratkan jaminan yang relatif ringan dan bahkan tanpa
jaminan. Kemungkinan yang paling konservatif pada akhir tahun dapat terjadi peningkatan
non performing loan (NPL) yang dikarenakan rendahnya kualitas kredit skema KUR
dimaksud. Untuk itu perlu kerja keras dari bank pelaksana untuk memantau dan membina
debiturnya terlebih bagi bank yang berkonsentrasi pada kredit kelompok mikro dan kecil.
44
|Triwulan II 2008
KUR dengan persyarata yang relatif ringan dengan tingkat bunga yang relatif
rendah dikuatirkan berpotensi mendistorsi pasar kredit bagi bank pembangunan rakyat
(BPR) dan lembaga keuangan mikro lainnya seperti koperasi dan lebaga perkreditan desa
(LPD). Tingkat bunga pada kisaran 16% dianggap terlalu rendah bagi BPR dan lembaga
keuangan mikro, yang pada umumnya memberikan bunga kredit sekita 2% perbulan
secara flat atau kurang lebih 24% setahun. Dengan tingkat bunga tersebut BPR dan
lembaga keuangan mikro lain tidak dapat bersaing dengan KUR bank umum, sebab
keunikan dari BPR yaitu persyaratan kredit yang relatif lebih ringan dibandingkan dengan
persyaratan kredit bank umum pada umumnya telah disaingi oleh persyaratan KUR yang
juga sangat ringan.
45
|Triwulan II 2008
Ketenagakerjaan Bab 4
Pertumbuhan ekonomi yang dicapai dalam satu tahun terakhir tampaknya mampu
menekan tingkat pengangguran yang ada meskipun belum secara maksimal menyerap
angkatan kerja yang ada. Hal itu ditunjukkan dengan trend yang menurun pada jumlah
pengangguran dalam tiga tahun dua tahun terakhir. Pada tahun 2008 jumlah angkatan kerja
yang mampu diserap ke dalam dunia kerja meningkat dibanding tahun lalu. Sehingga jumlah
pengangguran pun dapat ditekan.
Namun demikian, karakteristik tenaga kerja di Bali masih memiliki pola yang kurang
stabil, yang digambarkan dengan pekerja yang terkonsentrasi pada sektor-sektor yang mudah
beralih ke sektor lain, seperti pertanian dan perdagangan, serta masih banyaknya penduduk
yang bekerja di sektor informal dan pekerja yang berstatus pekerja tidak dibayar. Dengan
demikian, jika terjadi perubahan tenaga kerja pada sektor tertentu akan diikuti dengan
perubahan tenaga kerja di sektor lainnya sebagai dampak pergeseran tenaga kerja antar
sektor.
A. Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Angka Pengangguran
Pada Februari 2008 penduduk yang masuk ke dalam kelompok usia kerja (15 tahun ke
atas) di Provinsi Bali mengalami kenaikan. Dibandingkan kondisi pada Februari 2007 terjadi
peningkatan sebanyak 70,8 ribu orang dari 2.633 ribu orang menjadi 2.703 ribu orang pada
Februari 2008.
Dari keseluruhan penduduk usia kerja, yang termasuk dalam angkatan kerja mencapai
2.094,7 ribu orang atau mencapai 77,5%. Namun dari seluruh penduduk yang merupakan
angkatan kerja tidak semuanya mampu terserap ke dalam sektor-sektor ekonomi yang ada di
Bali. Dari sekitar 2 juta angkatan kerja, yang mampu terserap ke dalam dunia kerja
mencapai 95,4% atau sebanyak 1.999,2 ribu orang dan sisanya sebanyak 95,5 ribu
orang tergolong ke dalam pengangguran terbuka.
Pada Februari 2008 tingkat pengangguran terbuka di Bali mencapai 4,6%. Jika
dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun lalu, yaitu pada bulan Februari
46
|Triwulan II 2008
2007, tingkat pengangguran di Bali sedikit menurun dari sebesar 4,9%. Dilihat dari
jumlah pengangguran, selama periode ini jumlah pengangguran menurun sebanyak 2.793
orang. Namun jika dibandingkan dengan keadaan pengangguran pada bulan
sebelumnya (Agustus 2007), jumlah pengangguran di Bali mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Tingkat pengangguran meningkat dari 3,8% menjadi 4,6%. Hal ini
tidak terlepas dari kinerja beberapa sektor ekonomi utama Bali yang tidak lepas dari pola
musiman seperti sektor pertanian dan pariwisata.
Penurunan angka pengangguran dalam satu tahun terakhir, dari Februari 2007 sampai
Februari 2008 diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk yang bekerja dan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Dari Februari 2007 sampai Februari 2008, TPAK meningkat
dari sebesar 76,3% menjadi 77,5%. Kondisi ini tidak jauh berbeda dibandingkan dengan
bulan Agustus 2007 dimana TPAK Bali sebesar 77,4%. Jika dilihat secara keseluruhan TPAK di
Bali tidak banyak mengalami perubahan, hanya berkisar antara 75% sampai 80%.
Tabel 1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, November 2005 – Februari 2008
(dalam ribuan)
Nov - Feb - Agt - Feb - Agt - Feb -Kegiatan Utama 2005 2006 2006 2007 2007 2008
1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke 2.569,4 2.581,7 2.607,8 2.633,0 2.661,9 2.703,8 Atas
2. Angkatan Kerja 2.002,2 1.950,6 1.990,5 2.010,0 2.059,7 2.094,7
A. Bekerja 1.895,7 1.846,8 1.870,3 1.911,7 1.982,1 1.999,2
B. Tidak Bekerja 106,4 103,8 120,2 98,3 77,6 95,5 (Pengangguran Terbuka)
3. Bukan Angkatan Kerja 567,3 631,1 617,3 623,0 602,2 609,1
4. Tingkat Partisipasi Angkatan 77,9 75,6 76,3 76,3 77,4 77,5 Kerja (TPAK %)
5. Tingkat Pengangguran Terbuka 5,3 5,3 6,0 4,9 3,8 4,6 (TPT %)
Sumber: BPS
Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk usia kerja laki-laki dan
perempuan tidak jauh berbeda. Namun partisipasi angkatan kerja penduduk laki-laki
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk perempuan. TPAK penduduk
laki-laki mencapai 88,3% sedangkan penduduk perempuan hanya sebesar 66,6%. Jika
dibandingkan dengan kondisi setahun yang lalu. TPAK penduduk perempuan sedikit
47
|Triwulan II 2008
menurun. Hal ini tidak terlepas dari peran tradisional perempuan yang masih besar dalam
mengurus rumah tangga sehingga masih banyak yang tidak masuk ke dalam angkatan kerja.
Namun demikian jumlah pekerja perempuan meningkat dan pengangguran terbuka untuk
penduduk perempuan mengalami sedikit penurunan.
Tabel 2
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Berdasarkan Jenis Kelamin, Februari 2007 dan Februari 2008
(dalam ribuan)
Feb – 2007 Feb – 2008 Kegiatan Utama
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas 1.325,9 1.307,1 1.359,7 1.344,0
2. Angkatan Kerja 1.124,1 885,9 1.199,9 894,8
a. Bekerja 1.070,5 841,2 1.148,5 850,6
b. Tidak Bekerja 53,7 44,6 51,4 44,1 (Pengangguran Terbuka)
3. Bukan Angkatan Kerja 201,8 421,2 159,8 449,3
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 84,8 67,78 88,3 66,6 (TPAK %) 5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT %) 4,8 5,0 4,3 4,9
Sumber: BPS
B. Lapangan Pekerjaan Utama
Tidak jauh berbeda dengan kondisi ketenagakerjaan pada tahun-tahun
sebelumnya pengangguran pada bulan Februari cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan kondisi pada bulan-bulan Agustus. Hal ini tidak terlepas dari
karakteristik perekonomian Bali yang didominasi oleh sektor pertanian dan pariwisata yang
umumnya memiliki pola musiman di mana bulan Agustus merupakan puncak kunjungan
wisman, musim tanam dan panen komoditas pertanian. Hal ini menyebabkan pada bulan ini
tingkat pengangguran cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Agustus tahun
2007.
Meskipun secara umum penduduk yang bekerja bertambah, jumlah penduduk
yang menganggur juga bertambah. Hal ini menjadi indikasi bahwa sektor-sektor
yang ada belum mampu menyerap tenaga kerja atau terjadi kelebihan suplai tenaga
kerja dibandingkan dengan bulan Agustus 2007. Namun jika dibandingkan dengan
48
|Triwulan II 2008
bulan yang sama tahun sebelumnya kondisi ketenagakerjaan Bali bisa dikatakan cukup baik
yang ditandai dengan terjadinya penurunan tingkat pengangguran dari sebesar 4,9%
menjadi sebesar 4,6%. Hal ini juga ditandai dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja pada
semua sektor perekonomian. Bila dilihat dari struktur penduduk yang bekerja menurut
lapangan pekerjaan utamanya (Tabel 7), dibandingkan dengan bulan Februari 2007, jumlah
penduduk yang bekerja pada bulan Februari 2008 mengalami peningkatan hampir di semua
sektor. Secara keseluruhan, penyerapan tenaga kerja selama setahun terakhir mencapai 87,5
ribu orang.
Seperti halnya karakteristik tenaga kerja pada negara-negara berkembang,
karakteristik tenaga kerja di Bali bisa dikatakan masih memiliki pola yang kurang
stabil, yang digambarkan dengan pekerja yang terkonsentrasi pada sektor-sektor
yang mudah beralih ke sektor lain, seperti sektor pertanian, perdagangan, masih
banyaknya sektor informal dan pekerja yang berstatus pekerja tidak dibayar. Dengan pola
seperti ini, maka perubahan tenaga kerja pada sektor tertentu akan diikuti dengan perubahan
tenaga kerja di sektor lainnya sebagai akibat pergeseran tenaga kerja antar sektor.
Tabel 3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2006 – Februari 2008 (dalam ribuan)
Februari Agustus Februari Agustus Februari Kegiatan Utama 2006 2006 2007 2007 2008
Pertanian 620,1 663,0 682,9 714,1 691,4
Pertambangan 11,0 2,3 7,8 8,5 12,0
Industri 289,7 250,6 301,3 289,1 243,0
Listrik, Gas, dan Air 7,9 8,7 4,4 3,9 6,0
Konstruksi 121,8 127,6 118,5 128,7 105,6
Perdagangan, Restoran, & 435,7 403,6 448,3 462,5 444,0 Hotel Pengangkutan & 79,7 74,1 82,8 77,4 167,2 Telekomunikasi Keuangan & Jasa Perusahaan 50,3 69,4 45,9 52,9 49,7
Jasa-Jasa 230,7 271,0 219,8 245,0 280,3
Total 1.846,8 1.870,3 1.911,7 1.982,1 1.999,2 Sumber: BPS
49
|Triwulan II 2008
C. Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran menurut Wilayah Kota/Desa
Dilihat berdasarkan wilayah perkotaan dan pedesaan, wilayah perkotaan
memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan dengan pedesaan.
Tingkat pengangguran di daerah perkotaan di Bali mencapai 6,1%, lebih tinggi dari pada
tingkat pengangguran di pedesaan yang hanya mencapai 3%. Hal ini memperlihatkan
masih besarnya kontribusi sektor pertanian yang menjadi andalan wilayah pedesaan dalam
penyerapan tenaga kerja. TPAK di desa juga lebih tinggi dibandingkan wilayah perkotaan,
dimana TPAK di pedesaan mencapai 79,6% sedangkan di perkotaan sebesar 75,5%.
Dari sebanyak 1.330,6 ribu penduduk usia kerja di pedesaan sebanyak 1.058,7 ribu
tergolong dalam angkatan kerja. Dari angkatan kerja tersebut sebanyak 1.026,8 ribu orang
merupakan penduduk yang bekerja. Sedangkan untuk wilayah perkotaan, dengan jumlah
penduduk usia kerja yang mencapai 1.373,2 ribu orang, penduduk yang masuk dalam
angkatan kerja sebanyak 1.036,0 ribu orang lebih rendah dibandingkan di pedesaan. Begitu
pula tenaga kerja yang terserap di perkotaan hanya sebesar 972,44 ribu orang, lebih rendah
jika dibandingkan dengan di pedesaan.
Tabel 4
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, di Daerah Perkotaan dan Pedesaan, Februari 2008
(dalam ribuan)
Kegiatan Utama Pedesaan Perkotaan Desa + Kota
1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas 1.330,6 1.373,2 2.703,8
2. Angkatan Kerja 1.058,7 1.036,0 2.094,7
c. Bekerja 1.026,8 972,4 1.999,2
d. Tidak Bekerja 31,9 63,6 95,5 (Pengangguran Terbuka)
3. Bukan Angkatan Kerja 271,9 337,2 609,1
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 79,6 75,5 77,5 (TPAK %) 5. Tingkat Pengangguran Terbuka 3,0 6,1 4,6 (TPT %)
Sumber: BPS
50
|Triwulan II 2008
Keuangan Daerah Bab 5
Pada tahun anggaran 2008, Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Bali
mencapai sebesar Rp 1,3 triliun, dan realisasi hingga triwulan II-2008 (posisi Mei) mencapai
Rp 600,9 miliar atau 46,6% dari yang dianggarkan.
Sementara itu, Anggaran Belanja Daerah pada tahun ini tercatat sebesar Rp 1,5 triliun
dengan realisasi mencapai Rp 365,1 miliar atau sebesar 24,3%. Lebih lanjut, untuk Anggaran
Pembiayaan Daerah mencapai sebesar Rp 213,3 miliar, dan realisasi sampai dengan triwulan
II-2008 tercatat Rp 271,9 miliar atau mencapai 127,5%.
A. REALISASI PENDAPATAN
Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Bali pada triwulan II-2008 mencapai
sebesar Rp 600,9 miliar, bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Perimbangan yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 64,2% dan 35,6%.
Pos yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PAD adalah pos pajak daerah yang
mencapai 93,3%. Sedangkan sumber penerimaan terbesar dari Dana Perimbangan adalah
pos Dana Alokasi Umum (DAU), yang mencapai 93,8%.
Realisasi penerimaan pajak daerah tercatat sebesar Rp 360 miliar atau mencapai
sebesar 56,6% dari yang dianggarkan sebesar Rp 635,8 miliar. Sedangkan realisasi
penerimaan dari retribusi adalah sebesar Rp5,7 miliar atau 37,6% dari yang dianggarkan
sebesar Rp 15 miliar.
Di sisi lain, realisasi pos Dana Perimbangan sampai dengan triwulan laporan telah
mencapai sebesar Rp 214,1 miliar atau 38,4% dari total rencana penerimaan tahun 2008
sebesar Rp 556,9 miliar. Pos tersebut memperoleh sumbangan terbesar yang bersumber dari
realisasi DAU yang mencapai Rp 200,9 miliar atau mencapai 44,8% dari yang direncanakan
pada tahun 2008.
51
|Triwulan II 2008
B. REALISASI BELANJA
Sementara itu, realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan II-2008
tercatat mencapai sebesar Rp 365,1 miliar atau baru mencapai 24,3% dari yang
dianggarkan. Relatif rendahnya realisasi belanja daerah ini antara lain disebabkan karena
realisasi pada pos belanja bagi hasil kepada kab/kota/desa masih nihil, padahal dana yang
dianggarkan cukup besar yakni mencapai Rp 238,8 miliar.
Selain itu, realisasi pos belanja modal juga relatif masih rendah, yaitu baru
mencapai realisasi Rp 1,6 miliar atau baru mencapai 1,4% dari yang dianggarkan
sebesar Rp 117,1 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran investasi pemerintah
yang mampu menciptakan efek pengganda berupa perluasan lapangan kerja masih belum
dari optimal.
Realisasi belanja yang paling besar adalah realisasi pada pos belanja bantuan sosial
yang mencapai 85,45% atau mencapai sebesar Rp 124,6 miliar dari yang dianggarkan
sebesar Rp 145,8 miliar. Sedangkan, pos belanja yang paling besar dianggarkan adalah pos
pada belanja pegawai, yang mencapai Rp 377,3 miliar, namun realisasi sampai dengan Mei
2008 baru sebesar Rp 126,7 miliar atau baru mencapai 31,3%.
C. REALISASI PEMBIAYAAN
Untuk komponen pembiayaan yang meliputi penerimaan pembiayaan daerah dan
pengeluaran pembiayaan daerah, realisasi sampai dengan triwulan II-2008 masing-masing
sebesar Rp 273,9 miliar dan Rp 2 miliar. Realisasi penerimaan pembiayaan daerah
tersebut seluruhnya merupakan sisa perhitungan anggaran tahun sebelumnya.
Sedangkan realisasi pengeluaran pembiayaan daerah seluruhnya merupakan
penyertaan modal Pemda.
Meskipun secara persentase realisasi pendapatan maupun belanja sampai dengan
triwulan II-2008 ini masih belum optimal, namun diperkirakan pada dua triwulan mendatang
realisasi akan lebih besar lagi, karena jika melihat data historis pada tahun-tahun sebelumnya
biasanya pencapaian realisasi di triwulan III dan triwulan IV akan jauh lebih besar dibanding
triwulan I dan triwulan II. Hal tersebut antara lain karena pada triwulan III dan triwulan IV
sebagian besar proyek-proyek pemerintah sudah berjalan yang ditunjukkan dengan
52
|Triwulan II 2008
53
meningkatnya realisasi pos belanja modal, yang pada tahun 2008 dianggarkan sebesar Rp
117,1 miliar.
Tabel 1. Laporan Realisasi APBD 2007 – 2008 (dalam ribu)
NO. URAIAN APBD TAHUN 2007
REALISASI 2007
APBD TAHUN 2008
REALISASI MEI-2008
%REALISASI THD APBD
2008 A PENDAPATAN DAERAH 1.282.579.145 1.368.004.403 1.288.985.862 600.902.375 46,62
1 PEND. ASLI DAERAH (PAD) 756.144.462 834.475.058 730.500.904 385.913.795 52,83 - Pajak Daerah 659.411.000 735.938.193 635.847.000 360.073.507 56,63 - Retribusi Daerah 13.508.022 15.321.961 15.051.947 5.661.420 37,61
- Hsl PMD dan Hsl Pengel. Kek. Daerah yg dipisahkan 46.442.423 46.934.734 48.886.903 4.661.877 9,54
- Lain-Lain PAD yg Sah 36.783.016 36.280.170 30.715.054 15.516.990 50,52 2 DANA PERIMBANGAN 505.074.000 525.304.234 556.948.660 214.140.641 38,45
- Bagi hasil pajak dan bukan pajak 68.541.000 88.771.234 87.127.240 13.261.376 15,22
- Dana Alokasi Umum (DAU) 436.533.000 436.533.000 448.187.420 200.879.266 44,82
3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH 21.360.684 8.225.112 1.536.298 847.939 55,19
B BELANJA DAERAH 1.364.822.319 1.236.343.652 1.502.294.540 365.127.876 24,3
4 BELANJA TIDAK LANGSUNG 854.981.199 828.894.563 1.039.836.577 325.518.341 31,3
- Belanja Pegawai 331.203.891 317.882.474 377.263.115 126.710.911 33,59 - Belanja Subsidi 3.451.800 3.451.800 3.300.000 273.600 8,29 - Belanja Hibah 100.861.632 100.660.752 227.642.987 67.130.138 29,49 - Belanja Bantuan Sosial 15.574.642 15.101.002 145.850.348 124.629.707 85,45
- Belanja Bagi Hasil kpd Prov/Kab/Kota/Desa 271.477.153 266.865.089 238.841.500 - 0,00
- Belanja Bantuan Keuangan kpd Provinsi/Kab/Kota/Desa
126.284.540 124.250.190 40.938.617 6.773.985 16,55
- Belanja Tidak Terduga 6.127.541 683.255 6.000.000 - 0,00 5 BELANJA LANGSUNG 509.841.120 434.449.089 462.457.972 39.609.534 8,57 - Belanja Pegawai 48.270.850 44.006.787 53.704.357 7.692.865 14,32 - Belanja Barang & Jasa 282.095.244 246.162.310 291.614.390 30.277.915 10,38 - Belanja Modal 179.475.025 144.279.992 117.139.226 1.638.754 1,40
C PEMBIAYAAN DAERAH 150.005.123 169.235.549 213.308.678 271.897.678 127,47
6 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 178.437.033 178.282.654 223.308.678 273.897.678 122,65
- Sisa Perhit. Anggaran Tahun Sebelumnya 178.377.195 178.249.654 204.092.178 273.897.678 134,2
- Pencairan Dana Cadangan - - 19.216.500 - 0,00
- Penerimaan Piutang Daerah
59.837 33.000 - - -
2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 28.431.910 9.047.104 10.000.000 2.000.000 20,0
- Pembentukan Dana Cadangan 12.500.000 2.944 - - -
- Penyertaan Modal (Investasi) Pemda
15.931.910 9.044.160 10.000.000 2.000.000 20,0
SILPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) 67.761.950 273.896.301 - 507.672.177
Sumber: Pemda Provinsi Bali
|Triwulan II 2008
Outlook Bab 6
A. PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN III-2008
Pada triwulan III-2008 pertumbuhan ekonomi Bali diperkirakan masih akan tumbuh.
Perekomian diperkirakan tumbuh pada kisaran 3,2% - 4,8% (y-o-y), meningkat dibandingkan
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya dan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan ketiga dibandingkan triwulan
sebelumnya disebabkan oleh relatif lebih tingginya kegiatan ekonomi pertengahan tahun
sebagai karakteristik dari perekonomian Bali yang berhubungan erat dengan musim ramai
(peak season) kunjungan wisatawan ke Bali.
Di sisi sektoral tercermin pada pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama, yang
merupakan respon dari pertumbuhan di sisi permintaan. Sektor-sektor yang tumbuh tinggi
antara lain sektor perdagangan hotel dan restoran, industri, dan jasa-jasa. Sementara itu,
sektor pertanian masih dibayangi oleh kontraksi pertumbuhan mengingat masih rendahnya
produktivitas dan belum adanya kebijakan pertanian yang terintegrasi dan bersifat holistik.
1. Sisi Penawaran
Respon di sisi sektoral terhadap peningkatan di sisi permintaan tercermin
pada pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. Sektor-sektor ekonomi yang
mempunyai kontribusi besar antara lain sektor perdagangan, hotel dan restoran
(PHR), sektor industri, dan sektor jasa-jasa. Sementara itu, sektor pertanian tumbuh
relatif terbatas bahkan dibayangi dengan kontraksi pertumbuhan akibat masih maraknya alih
fungsi lahan pertanian ke non pertanian.
54
|Triwulan II 2008
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektor Q3-2007** Q4-2007** Q1-2008** Q2-2008p Q3-2008p
Pertanian 3,7 -5,2 -0,7 -2,8 -0,4 – 0,7Pertambangan -1,96 -16,8 -0,1 3,1 0,7 – 1,8Industri -2,9 -3,2 -0,3 2,5 5,6 – 6,7Listrik, Gas & Air 5,4 15,9 0,2 6,6 3,9 – 5,0Bangunan 2,6 5,8 0,3 5,3 4,7 – 5,8Perdg, Hotel & Rest. 0,05 -0,01 0,4 5,1 5,1 – 6,3Pengangkutan & Kom. 0,3 2,9 0,1 1,5 4,9 – 6,0Keuangan & Persewaan -7,7 -1,6 -0,2 5,0 3,3 – 4,4Jasa-Jasa -1,1 -1,9 0,8 3,3 0,9 – 2,0PDRB -0,1 -1,2 0,3 2,5 3,2 – 4,8
Sumber: BPS, diolah; Keterangan: ** angka sangat sementara, p proyeksi BI
Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan tumbuh relatif konstan dengan
perkiraan laju pertumbuhan sebesar 5,1% - 6,3%. Pertumbuhan tersebut diperkirakan antara
lain masih berlangsungnya musim ramai kunjungan ke Bali (high season) terutama wisatawan
mancanegara (wisman). Faktor yang mendorong peningkatan jumlah kunjugan wisman
antara lain pembukaan rute penerbangan baru oleh beberapa maskapai penerbangan dan
promosi pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah dan pelaku pariwisata. Dalam jangka
pendek, promosi pariwisata akan diprioritaskan dilakukan di Batam guna menjaring wisman
yang ada di wilayah setempat maupun pasar wisman di Singapura. Dipilihnya Batam,
mengingat di wilayah tersebut banyak ekspatriat yang bekerja di berbagai perusahaan dan
industri setempat yang bisa ditawari berlibur ke Bali. Selain Batam, promosi akan diperluas ke
daerah-daerah lain yang banyak terdapat ekspatriat seperti Balikpapan dan Manado. Dengan
melakukan promosi yang luas diharapkan target kunjungan 1,9 juta wisman pada tahun
2008 dapat dicapai. Sampai dengan Juni 2008 secara kumulatif jumlah kunjungan wisman ke
Bali telah mencapai 911.507 orang naik 22,3% dibanding periode yang sama tahun lalu yang
hanya mencapai 745.541 orang.
Sektor industri diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,6% – 6,7%. Pertumbuhan sektor
tersebut utamanya didorong oleh pertumbuhan pada sub sektor makanan dan minuman,
subsektor tekstil dan produk tekstil (TPT), serta sub sektor kayu dan barang dari kayu. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya permintaan terhadap produk-produk manufaktur sebagai
dampak dan meningkatnya jumlah kunjungan wisman pada triwulan III-2008.
Sementara itu, sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh pada sekitar 0,9% - 2%.
Pertumbuhan tersebut selain didukung oleh pertumbuhan pada sub sektor jasa swasta juga
55
|Triwulan II 2008
didukung oleh pertumbuhan pada sub sektor jasa pemerintah. Pertumbuhan sub sektor jasa
pemerintah tersebut didorong oleh meningkatnya realisasi belanja pemerintah daerah. Seperti
pada pola tahun-tahun sebelumnya bahwa pada triwulan III dan IV pos belanja pemerintah
daerah relatif lebih besar dibandingkan dengan triwulan I dan II.
2. Sisi Permintaan
Konsumsi, investasi dan ekspor diperkirakan masih tetap menjadi pendorong
utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2008 dari sisi permintaan.
Pertumbuhan konsumsi didukung oleh konsumsi non makanan, yang tercermin dari
meningkatnya konsumsi semen, penjualan mobil, dan penjualan sepeda motor. Selain itu,
konsumsi listrik baik untuk rumah tangga maupun industri diperkirakan juga akan tumbuh
positif, meskipun pemerintah menggalakkan program hemat listrik, mengingat jumlah
kunjungan wisman yang meningkat dan memasuki musim ramai, konsumsi listrik
diperkirakan akan meningkat.
Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Komponen Q3-2007** Q4-2007** Q1-2008** Q2-2008p Q3-2008p
Konsumsi Rumah Tangga 5,9 -2,3 -3,6 1,7 6,4 – 7,5Konsumsi Pemerintah 3,1 7,2 20,9 3,5 8,2 – 9,4Investasi/PMTB 49,3 37,1 -8,5 5,5 5,8 – 6,9Ekspor -21,9 -54,3 -29,6 1,5 43,2 – 44,7Impor 38,4 31,2 -32,8 0,6 5,3 – 6,4PDRB -0,1 -1,2 0,3 2,5 3,2 – 4,8
Sumber: BPS, diolah; Keterangan: ** angka sangat sementara, p proyeksi BI
Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sekitar 6,4% - 7,5%. Pertumbuhan
konsumsi tersebut utamanya dipengaruhi oleh pertumbuhan konsumsi non makanan seperti
semen, listrik, mobil, dan sepeda motor. Sedangkan, konsumsi pemerintah diperkirakan
tumbuh sebesar 8,2% - 9,4%. Pertumbuhan konsumsi pemerintah tersebut didukung oleh
meningkatnya realisasi belanja APBD pada triwulan III-2008. Hal itu disebabkan sebagian
besar proyek-proyek pemerintah telah dilaksanakan pada triwulan mendatang.
Sementara itu, investasi yang dalam hal ini merupakan penanaman modal tetap bruto
(PMTB) pada triwulan III-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 5,8% - 6,9%. Pertumbuhan ini
56
|Triwulan II 2008
utamanya didukung oleh meningkatnya dana yang ditanamkan kembali oleh pengusaha
dalam rangka ekspansi usahanya. Ekspor diperkirakan tumbuh positif pada triwulan
mendatang yaitu sebesar 43,2% - 44,7%. Masih kompetitifnya produk-produk ekspor dari
Bali terutama produk TPT dan produk kayu mampu mendorong kinerja ekspor. Sebaliknya
impor diperkirakan juga masih tumbuh sekitar 5,3% - 6,4%, terutama untuk impor bahan
baku.
B. PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULAN III-2008
Prospek inflasi Denpasar pada triwulan III 2008 bergerak pada kisaran 9,2% (y-o-y),
tekanan harga pada triwulan III lebih didominasi oleh harga-harga kelompok volatile food
sehubungan dengan perayaan hari raya Galungan dan Idul Fitri yang akan jatuh di
penghujung triwulan III. Peningkatan harga pada kelompok volatile food juga diperkirakan
dipengaruhi oleh datangnya puncak kunjungan bagi wisatawan manca yang diperkirakan
terjadi dari bulan Agustus sampai dengan September.
Menurut kelompoknya, barang-barang yang diperkirakan akan mengalami inflasi
paling tinggi pada triwulan III adalah kelompok bahan makan, kelompok makanan jadi dan
kelompok transportasi, komunikai dan jasa keungan. Sementara tekanan administered price
yang datang dari kebijakan pemerintah dalam penetapan harga dan distribusi BBM dan gas,
diperkirakan masih akan berdampak pada inflasi tahunan walaupun secara bulanan inflasi ini
telah terakomodasi pada triwulan II.
C. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III-2008
Trend peningkatan kinerja perbankan yang terjadi selama beberapa tahun terakhir
diperkirakan akan terus berlanjut pada triwulan III tahun 2008. Baik total aset, penyaluran
kredit dan pengerahan dana masyarakat diperkirakan akan terus mengalami peningkatan
sejalan dengan peningkatan kapasitas perekonomian pada triwulan III.
Kredit perbankan diperkirakan akan meningkat dengan laju pertumbuhan yang lebih
tinggi daripada pertumbuhan pada triwulan II, sejalan dengan meningkatnya realisasi
anggaran pemerihtah, kondisi ekonomi makro regional yang diperkirakan akan semakin
membaik. Secara umum, laju pertumbuhan kredit perbankan diperkirakan mencapai
57
|Triwulan II 2008
14%-16%. Optimisme ini didorong oleh pertumbuhan kredit KUR yang sangat ekspansif
sampai dengan Juni 2008. Dari segi jenis kredit, kredit konsumsi diperkirakan masih tumbuh
pesat dan mendominasi pangsa kredit perbankan sejalan dengan datangnya hari raya
Galungan dan Idul fitri yang akan meningkatkan konsumsi masyarakat. Begitu pula halnya
dengan kredit modal kerja diperkirakan juga akan tumbuh lebih baik di tahun 2008.
Sedangkan secara sektoral, penyaluran kredit masih akan didominasi oleh kredit sektor PHR
dan didorong oleh meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Bali pada triwulan III ini.
Dari sisi dana, penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan diperkirakan masih
akan tumbuh walaupun masih dibayangi oleh pertumbuhan yang rendah karena rendahnya
suku bunga simpanan dibandingkan tingkat pengembalian dari instrumen surat berharga.
Selain itu sebagian dana masyarakat juga diperkirakan akan terserap oleh lembaga keuangan
mikro non bank yang banyak terdapat di Bali seperti LPD dan Koperasi. Dengan tingginya
persaingan tersebut pengerahan dana diperkirakan akan tumbuh dibawah tingkat
pertumbuhan kredit atau sebesar 12%-14%.
D. REKOMENDASI
Mempertimbangkan perkembangan perekonomian di Provinsi Bali saat ini, maka
rekomendasi yang dapat disampaikan kepada pemerintah daerah khususnya untuk menekan
alih fungsi lahan pertanian perlu dilakukan beberapa hal oleh pemerintah, yaitu:
1. Membuat aturan yang pasti tentang keberpihakan pemerintah daerah misalnya
menyediakan sistem irigasi yang memadai, pemberian subsidi bibit dan pupuk, serta
memperkuat tersedianya sarana produksi pertanian (saprodi).
2. Menetapkan komoditas-komoditas unggulan sektor pertanian pada masing-masing daerah
tingkat II, guna pengembangan dan peningkatan hasil pertanian yang lebih terfokus dan
lebih efektif.
3. Menetapkan aturan yang tegas mengenai pembagian wilayah untuk jenis pertanian yang
dapat digabung dengan sektor lain yang mendukung.
4. Menetapkan peraturan yang menegaskan mengenai tata ruang.
5. Ketegasan di dalam memberikan sanksi bagi pelanggar.
58
|Triwulan II 2008
6. Meningkatkan kinerja industri pariwisata, sebagai industri utama di Bali, yang dinilai
kurang berkembang dan cenderung monoton, dengan menggali kreativitas dari pelaku
industri pariwisata khususnya di sektor pengrajin baik kerajinan seni maupun kerajinan
rumah tangga.
7. Perlu adanya kajian agar sektor PHR, sebagai penggerak utama perekonomian Bali, dapat
menciptakan kesempatan kerja yang lebih besar.
8. Meningkatkan promosi pariwisata Bali kepada wisatawan domestik yang potensial,
mengingat besarnya kontribusi wisatawan domestik terhadap pertumbuhan perekonomian
di Bali.
59