KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan,...
Transcript of KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan,...
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya
sehingga pelaksanaan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jasa/Usaha
(KPJU) Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Nusa
Tenggara Barat dapat diselesaikan dengan baik.
Penelitian ini merupakan kerjasama Kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa
Tenggara Barat dengan PT. Primakelola Agribisnis Agroindustri. Penelitian
dilaksanakan selama 2,5 (dua setengah) bulan, mulai Oktober 2012 sampai dengan
Desember 2012. Penelitian ini diarahkan untuk memberikan informasi terhadap
Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk
dikembangkan di tingkat Kabupaten/Kota dan ditingkat Provinsi di wilayah Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
Penentuan KPJU Unggulan setiap kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat dilakukan
dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dan Analytic
Hierarchy Process (AHP). Metode ini menggunakan pendekatan partisipatif yang
menggabungkan pendekatan top-down dalam penetapan kriteria dan bottom-up pada
penetapan KPJU-KPJU yang diungkapkan dengan prinsip “dari, oleh dan untuk
daerah”. Setiap pemangku kepentingan dalam pengembangan UMKM dilibatkan
sebagai narasumber. Penelitian ini memuat pula secara singkat profil daerah, profil
UMKM beserta faktor pendorong dan penghambat serta kebijakan pemerintah daerah
dan perbankan. Karena itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan
guna mendukung perekonomian daerah sesuai dengan ketersediaan sumber daya
dan kapasitas kelembagaan setiap daerah. Penelitian ini menghasilkan identifikasi
KPJU Unggulan, pemetaan, prospek dan daya saingnya pada setiap daerah maupun
bagi Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sehingga hasil penelitian ini diharapkan menjadi
basis kebijakan dalam pengembangan UMKM.
Pengembangan UMKM yang berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi daerah,
penyerapan tenaga kerja dan peningkatan daya saing daerah, tenaga kerja
berdasarkan kondisi saat ini. Tim Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak akan
terlaksana dengan baik tanpa bantuan dan kerjasama dari semua pihak. Oleh karena
itu pada kesempatan ini Tim Peneliti PT. Primakelola menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk melakukan penelitian ini.
2. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Pemerintah Kota/Kabupaten se
Provinsi Nusa Tenggara Barat yang telah memberikan berpartisipasi sebagai
narasumber atas masukan, data, fakta dan informasinya yang sangat berguna.
Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan,
Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan
Umum, Pariwisata, Badan Pusat Statistik dan instansi pemerintah terkait
lainnya, serta Pihak Perbankan dan dunia usaha yang banyak memberikan
informasi serta data yang diperlukan.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
ii
3. Para narasumber yang terdiri dari para Pejabat Kecamatan, Mantri Tani dan
Mantri Statistik/Koordinator Statistik Kecamatan di tingkat kecamatan yang ada
di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
4. Anggota Tim Peneliti Lapangan yang telah memberikan waktu serta tenaga
dalam pengumpulan data primer dan sekunder.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing dan memberkahi kita
sekalian dalam melaksanakan tugas. Akhirnya kami berharap, semoga hasil
penelitian menjadi bagian dari kontribusi.
Bogor, Desember 2012
PT. Primakelola Agribisnis Agroindustri
Ir. Sulistianawati
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
iii
DAFTAR ISTILAH
Administered Price Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas
yang perkembangan harganya diatur pemerintah
Andil Inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu
komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat
inflasi secara keseluruhan
Bobot Inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas
terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang
diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi
masyarakat terhadap komoditas tersebut
Core Inflasi Inflasi Inti adalah Inflasi IHK setelah mengeluarkan
komponen volatile foods dan administered prices
Decline Tahap penurunan suatu produk, pada kondisi decline
produk perusahaan mulai ditinggalkan konsumen
untuk beralih ke produk lain sehingga jumlah
penjualan dan keuntungan yang diperoleh produsen
dan pedagang akan menurun drastis atau perlahan tapi
pasti dan akhirnya mati
Growth Tahap pertumbuhan suatu produk, ketika berada pada
tahap ini, konsumen mulai mengenal produk di barengi
dengan promosi yang kuat
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara
umum dan bersifatpersisten. Perubahan (laju) inflasi
umumnya diukur dengan melihat perubahanharga pada
sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
masyarakat, sepertitercermin pada perkembangan
indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor
penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari
penawaran maupun dari permintaan
Introduction Tahap pengenalan suatu produk pada tahap ini produk
baru lahir dan belum ada target konsumen yang tahu
sehingga dibutuhkan pengenalan produk dengan
berbagai cara kepada target pasar.
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan
produksi melalui peningkatan modal.
KPJU-KPJU Life Cycle Posisi KPJU-KPJU pada siklus hidupnya (perkenalan,
pertumbuhan, matang dan jenuh) yang di lihat dari
prespektif global dengan penekanan pada aspek teknis
dan teknologi
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
iv
KPJU-KPJU Unggulan KPJU-KPJU yang mendukung perekonomian daerah
serta mampu menciptakan dan menyerap tenaga kerja
berdasarkan kondisi saat ini dan prospeknya serta
mempunyai daya saing tinggi
Lending model Model/Pola Pembiayaan untuk usaha tertentu
Maturity Tahap kedewasaan suatu produk, pada tahap ini
produk mengalami titik jenuh ditandai dengan tidak
bertambahnya konsumen yang ada sehingga angka
penjualan tetap di titik tertentu
Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri
yang mencakup industri minyak dan gas.
Pairwise comparison Penyusunan prioritas dengan membuat perbandingan
berpasangan terhadap kriteria yang ditentukan
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu
daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi
yang ada di suatu wilayah tertentu
PDRB ADHb PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung dengan
menggunakan harga pada setiap tahun
PDRB ADHk PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar
penghitungannya.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp
50 Juta s/d Rp 5 Milyar
Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas
yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena
faktor-faktor tertentu.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISTILAH ......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xxv
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. I-1
1.1. Latar Belakang Penelitian ................................................................................... I-1
1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................................. I-2
1.3. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... I-3
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... I-4
1.4.1. Daerah Penelitian ................................................................................... I-4
1.4.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... I-5
1.4.3. Analisis Data ........................................................................................... I-5
BAB II. PROFIL DAERAH ............................................................................................ I-1
2.1. Provinsi Nusa Tenggara Barat ........................................................................... II-1
2.1.1. Kondisi Geografis dan Demografis ....................................................... II-1
2.1.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................... II-7
2.1.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-11
2.2. Kabupaten Lombok Barat ................................................................................ II-16
2.2.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................... II-16
2.2.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................. II-18
2.2.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-19
2.3. Kabupaten Lombok Tengah ............................................................................. II-22
2.3.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-22
2.3.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................. II-25
2.3.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-26
2.4. Kabupaten Lombok Timur ............................................................................... II-29
2.4.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-29
2.4.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................. II-32
2.4.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-33
2.5. Kabupaten Sumbawa ........................................................................................ II-36
2.5.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-36
2.5.2. Sumber daya Alam dan Sumber daya Manusia............................... II-41
2.5.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-46
2.6. Kabupaten Dompu ............................................................................................ II-48
2.6.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-48
2.6.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................. II-51
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
vi
2.6.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-52
2.7. Kabupaten Bima ................................................................................................ II-54
2.7.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-54
2.7.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................. II-60
2.7.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-62
2.8. Kabupaten Sumbawa Barat ............................................................................. II-66
2.8.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-66
2.8.2. Sumber daya Alam dan Sumber daya Manusia............................... II-69
2.8.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-72
2.9. Kabupaten Lombok Utara ................................................................................ II-75
2.9.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-75
2.9.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................. II-77
2.9.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-79
2.10. Kota Mataram .................................................................................................... II-80
2.10.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-80
2.10.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................. II-82
2.10.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-83
2.11. Kota Bima ........................................................................................................... II-86
2.11.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-86
2.11.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................. II-88
2.11.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-90
BAB III. KONDISI PEREKONOMIAN WILAYAH .......................................................... III-1
3.1. Provinsi Nusa Tenggara Barat .......................................................................... III-1
3.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .......................................... III-1
3.1.2. Kondisi Produksi ................................................................................... III-4
3.1.3. Profil UMKM ........................................................................................ III-20
3.1.4. Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat .................................................................................... III-22
3.2. Kabupaten Lombok Barat ............................................................................... III-26
3.2.1. Produk Domestik Regional Bruto ..................................................... III-26
3.2.2. Kondisi Produksi ................................................................................. III-29
3.2.3. Profil UMKM ........................................................................................ III-40
3.2.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten Lombok Barat ...................................................................................... III-44
3.3. Kabupaten Lombok Tengah ............................................................................ III-46
3.3.1. Produk Domestik Regional Bruto ..................................................... III-46
3.3.2. Kondisi Produksi ................................................................................. III-48
3.3.3. Profil UMKM ........................................................................................ III-57
3.3.4 Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM Kabupaten Lombok Tengah .................................................................................................. III-62
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
vii
3.4. Kabupaten Lombok Timur .............................................................................. III-64
3.4.1. Produk Domestik Regional Bruto ..................................................... III-64
3.4.2. Kondisi Produksi ................................................................................. III-67
3.4.3. Profil UMKM ........................................................................................ III-79
3.4.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM Di Kab. Lombok Timur .................................................................................................... III-82
3.5. Kabupaten Sumbawa ....................................................................................... III-84
3.5.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ........................................ III-84
3.5.2. Kondisi Produksi ................................................................................. III-86
3.5.3. Profil UMKM ...................................................................................... III-101
3.5.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten Sumbawa ........................................................................................... III-103
3.6. Kabupaten Dompu ......................................................................................... III-105
3.6.1. Produk Domestik Regional Bruto ................................................... III-105
3.6.2. Kondisi Produksi ............................................................................... III-108
3.6.3. Profil UMKM ...................................................................................... III-118
3.6.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten DompuIII-120
3.7. Kabupaten Bima ............................................................................................. III-123
3.7.1. Produk Domestik Regional Bruto ................................................... III-123
3.7.2. Kondisi Produksi ............................................................................... III-124
3.7.3. Profil UMKM ...................................................................................... III-134
3.7.4. Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten Bima ............................................................................................................ III-136
3.8. Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) ............................................................... III-139
3.8.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ...................................... III-139
3.8.2. Kondisi Produksi ............................................................................... III-140
3.8.3. Profil UMKM ...................................................................................... III-151
3.8.4. Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Kab. Sumbawa Barat ................................................................................................... III-154
3.9. Kabupaten Lombok Utara ............................................................................. III-156
3.9.1. Produk Domestik Regional Bruto ................................................... III-156
3.9.2. Kondisi Produksi ............................................................................... III-158
3.9.3. Profil UMKM ...................................................................................... III-163
3.9.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kab. Lombok Utara .................................................................................................. III-164
3.10. Kota Mataram ................................................................................................. III-166
3.10.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ...................................... III-166
3.10.2. Kondisi Produksi ............................................................................... III-168
3.10.3. Profil UMKM ...................................................................................... III-173
3.10.4. Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Kota Mataram ...... III-177
3.11. Kota Bima ........................................................................................................ III-179
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
viii
3.11.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ...................................... III-179
3.11.2. Kondisi Produksi ............................................................................... III-182
3.11.3. Profil UMKM ...................................................................................... III-190
3.11.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kota Bima ... III-191
BAB IV. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM ........................................................ III-1
4.1. Kebijakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat ................................... IV-1
4.1.1. Kebijakan Jangka Panjang .................................................................. IV-1
4.1.1.1.Visi .......................................................................................................... IV-1
4.1.2. Kebijakan Jangka Menengah .............................................................. IV-8
4.1.3. Kebijakan Perbankan Dalam Pengembangan UMKM .................... IV-13
4.2. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat ........................................ IV-15
4.3. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah ..................................... IV-19
4.4. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur ....................................... IV-23
4.5. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa ............................................... IV-26
4.6. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Dompu .................................................... IV-33
4.7. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bima ....................................................... IV-36
4.8. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat ..................................... IV-41
4.9. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara ........................................ IV-50
4.10. Kebijakan Pemerintah Kota Bima .................................................................. IV-53
4.11. Kebijakan Pemerintah Kota Mataram ............................................................ IV-56
BAB V. PENETAPAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN ................................................................................................. IV-1
5.1. Penetapan Bobot Tujuan Dan Kriteria.............................................................. V-1
5.2. Penetapan Alternatif Kpju Tingkat Kabupaten/Kota ...................................... V-3
5.3. Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota .................................... V-3
5.3.1. Kabupaten Lombok Barat ..................................................................... V-5
5.3.2. Kabupaten Lombok Tengah ................................................................ V-12
5.3.3. Kabupaten Lombok Timur .................................................................. V-19
5.3.4 Kabupaten Sumbawa ......................................................................... V-27
5.3.5. Kabupaten Dompu .............................................................................. V-34
5.3.6. Kabupaten Bima .................................................................................. V-42
5.3.7. Kabupaten Sumbawa Barat ............................................................... V-50
5.3.8. Kabupaten Lombok Utara ................................................................... V-57
5.3.9. Kota Mataram ....................................................................................... V-64
5.3.10. Kota Bima ............................................................................................. V-71
5.4. Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Provinsi ................................................. V-78
BAB VI. ANALISIS KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR.............................................. V-1
6.1. Analisis Prospek dan Potensi ............................................................................. V-1
6.2. Analisis Kwadran ................................................................................................. V-1
6.3. Analisis Siklus Bisnis (Product Life Cycle) KPJU Unggulan Lintas Sektor ... V-7
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
ix
6.4. Analisis Inflasi KPJU Unggulan ....................................................................... V-12
BAB VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................ V-1
7.1 Kesimpulan ........................................................................................................ VII-1
7.2 Rekomendasi ...................................................................................................... VII-3
7.2.1 Umum ................................................................................................... VII-3
7.2.2 Khusus ...................................................................................................... VII-6
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
x
DAFTAR TABEL
Tabel I-1. Daerah Penelitian KPJU-KPJU Unggulan UMKM di Nusa Tenggara Barat ..... I-4
Tabel I-2. Kriteria dan Unsur Penilaian Dalam Penentuan KPJU Unggulan ................... I-10
Tabel II-1. Luas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota,
Tahun 2011 ........................................................................................................................ II-1
Tabel II-2. Nama Ibukota, Jumlah Kecamatan dan
Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kabupaten. ..................................................... II-2
Tabel II-3. Rata-rata Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan Per Bulan, Tahun 2011 .
................................................................................................................................................ II-3
Tabel II-4. Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota,
Tahun 2009-2011 ............................................................................................................ II-4
Tabel II-5. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten, Tahun 2011 ......... II-4
Tabel II-6. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota,
Tahun 2011 ........................................................................................................................ II-5
Tabel II-7. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011 .......... II-6
Tabel II-8. Jumlah Rumah Tangga dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2011 ...................................................................................... II-7
Tabel II-9. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas
Menurut Kabupaten/Kota dan Kegiatan Utama.................................................... II-8
Tabel II-10. Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Usaha 2011 ..... II-9
Tabel II-11. Perkembangan Indikator IPM Provinsi NTB 1999-2007 ................................. II-10
Tabel II-12. IPM Menurut Kabupaten/Kota dan Peringkat IPM
Provinsi NTB 2004-2007 .............................................................................................. II-11
Tabel II-13. Panjang Prasarana Jalan Provinsi NTB Menurut Status,
Konstruksi dan Kondisi ................................................................................................ II-12
Tabel II-14. Banyaknya Kendaran Bermotor Tercatat ............................................................ II-12
Tabel II-15. Jumlah Fasilitas Pendidikan (sekolah) di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Tahun 2010 ...................................................................................................................... II-14
Tabel II-16. Jumlah Unit Pelayanan kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011..
.............................................................................................................................................. II-15
Tabel II-17. Jumlah Tenaga Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Tahun 2010 .. II-16
Tabel II-18. Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Barat ............ II-16
Tabel II-19. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swastadi
Kabupaten Lombok Barat............................................................................................ II-20
Tabel II-20. Jumlah Prasarana Kesehatan di Kabupaten Lombok Barat ......................... II-21
Tabel II-21.Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Tengah .......... II-22
Tabel II-22. Luas Lahan dan Penggunaan Lahan
di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011 .......................................................... II-23
Tabel II-23. Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah Pada
Tahun 2011 ...................................................................................................................... II-24
Tabel II-24. Pertumbuhan Rumah Tangga dan Penduduk
di Kabupaten Lombok Tengah ................................................................................... II-24
Tabel II-25. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas
Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan................................................... II-26
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
xi
Tabel II-26. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri
di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011 ....................................................... II-27
Tabel II-27. Perkembangan Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Lombok Tengah ........... II-28
Tabel II-28. Perkembangan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lombok Tengah ....
........................................................................................................................................... II-28
Tabel II-29. Banyaknya Sarana Perdagangan menurut Jenisnya
di Kabupaten Lombok Tengah ................................................................................ II-29
Tabel II-30. Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Timur, 2011 ....
........................................................................................................................................... II-30
Tabel II-31. Perkembangan Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga
di Kabupaten Lombok Timur .................................................................................. II-31
Tabel II-32. Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Lombok Timur ........... II-34
Tabel II-33. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah di Kabupaten Lombok TimurII-35
Tabel II-34. Perkembangan Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan
di Kabupaten Lombok Timur .................................................................................. II-35
Tabel II-35. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lombok Timur .............................. II-36
Tabel II-36. Distribusi Luas Areal dan Jumlah Desa/Kelurahan Kabupaten Sumbawa
Dirinci Berdasarkan Kecamatan Pada Tahun 2010 ........................................ II-37
Tabel II-37. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sumbawa Berdasarkan
Sensus Penduduk ....................................................................................................... II-40
Tabel II-38. Potensi dan Pemanfaatan Sumber daya Perikanan dan Kelautan
Tahun 2010 ................................................................................................................... II-41
Tabel II-39. Perkembangan Populasi Ternak Besar Kabupaten Sumbawa
Tahun 2008-2010 ....................................................................................................... II-43
Tabel II-40. Perkembangan Luas Areal Perkebunan di Kabupaten Sumbawa
Tahun 2008 – 2010 .................................................................................................... II-44
Tabel II-41. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan di Kabupaten Sumbawa ....
........................................................................................................................................... II-44
Tabel II-42. Potensi Energi Listrik di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010 ........................ II-45
Tabel II-43. Perkembangan Perbandingan Panjang Jalan per Unit Kendaraan
tahun 2006-2009 ........................................................................................................ II-46
Tabel II-44. Produksi dan Layanan Listri PLN di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010 .. II-47
Tabel II-45. Jumlah Pelanggan dan Air Bersih yang Disalurkan ........................................ II-47
Tabel II-46. Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Sumbawa .................................................... II-48
Tabel II-47. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Dompu Tahun
2011 ................................................................................................................................. II-49
Tabel II-48. Luas Wilayah Berdasarkan Kemiringan Lereng di Kabupaten Dompu ..... II-49
Tabel II-49. Pola Penggunaan Lahan Kabupaten Dompu ...................................................... II-50
Tabel II-50. Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Yang di Tamatkan
di Dompu ....................................................................................................................... II-52
Tabel II-51. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta
di Kabupaten Dompu ................................................................................................. II-53
Tabel II-52. Banyaknya Sarana Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Dompu
Tahun 2011 ................................................................................................................... II-54
Tabel II-53. Luas dan Tinggi Kota Kecamatan dari Permukaan Laut
di Kabupaten Bima ..................................................................................................... II-56
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
xii
Tabel II-54. Pembagian Wilayah Menurut Kedalaman Efektif Tanah ................................ II-56
Tabel II-55. Penggunaan Lahan di Kabupaten Bima ............................................................... II-57
Tabel II-56. Kemiringan Lahan Kecamatan di Kabupaten Bima ......................................... II-58
Tabel II-57. Jumlah Penduduk di Kabupaten Bima ................................................................ II-59
Tabel II-58. Tingkat Kepadatan Penduduk ................................................................................. II-60
Tabel II-59. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) .................................................................... II-61
Tabel II-60. Produksi POS Menurut Kecamatan dan Jenisnya Tahun 2011 .................. II-63
Tabel II-61. Perkembangan Sekolah dan Siswa di Kabupaten Bima Tahun 2011 ........ II-63
Tabel II-62. Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan .......................................................... II-64
Tabel II-63. Jumlah Tenaga Kesehatan Tahun 2011 .............................................................. II-65
Tabel II-64. Jumlah perusahaan perdagangan di Kabupaten Bima .................................. II-66
Tabel II-65. Luas Wilayah Daratan KSB menurut Kecamatan Tahun 2011 ................... II-66
Tabel II-66. Keadaan Tofografi Wilayah KSB Tahun 2011..................................................... II-67
Tabel II-67. Rincian Sebaran Penggunaan Tanah/Lahan di KSB Tahun 2011 .............. II-67
Tabel II-68. Perkembangan Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Rumah
tangga di KSB Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015II-68
Tabel II-69. Perkembangan Jumlah Penduduk menurut Struktur Umur di KSB
Tahun 2006 – 2009 dan Prediksnya Tahun 2010 – 2015 ............................. II-69
Tabel II-70. Rincian Luas Hutan Negara berdasarkan Status Penggunaan
di KSB Tahun 2011 .................................................................................................... II-69
Tabel II-71. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di KSB Tahun 2006 – 2009 ............. II-70
Tabel II-72. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja
menurut Lapangan Usaha di KSB Tahun 2006 – 2009 ................................. II-71
Tabel II-73. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja menurut
Pendidikan Formal di KSB ....................................................................................... II-71
Tabel II-74. Perkembangan IPM KSB Tahun 2006 – 2009
dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015 .................................................................. II-72
Tabel II-75. Panjang Jalan di Kabupaten Sumbawa Barat(Km) Tahun 2006-2010 ...... II-73
Tabel II-76. Panjang Jalan Negara di Kabupaten Sumbawa Barat Menurut Jenis
Permukaan, Kondisi dan Kelas Jalan Tahun 2006- 2010 (Km) ................. II-73
Tabel II-77. Jumlah Sekolah di Kabupaten Sumbawa Barat ............................................... II-74
Tabel II-78. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat ......................... II-74
Tabel II-79. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat ............................. II-75
Tabel II-80. Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Utara, 2010II-76
Tabel II-81. Luas Tanah di Kabupaten Lombok Utara
di Rinci menurut penggunaanya Per Kecamatan ............................................. II-77
Tabel II-82. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta
di Kabupaten LombokUtara 2011 ......................................................................... II-80
Tabel II-83. Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kota Mataram, 2011 ..................... II-80
Tabel II-84. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kota Mataram ...................... II-82
Tabel II-85. Kinerja Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indikator Pendidikan ............ II-83
Tabel II-86. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta
di Kota Mataram, 2011 ............................................................................................. II-84
Tabel II-87. Fasilitas Kesehatan di Kota Mataram ................................................................... II-85
Tabel II-88. Tenaga Kesehatan di Kota Mataram ...................................................................... II-85
Tabel II-89. Jumlah perusahaan perdagangan di kota Mataram ........................................ II-86
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
xiii
Tabel II-90. Ibukota Kecamatan dan Luas Wilayah Kecamatan di Kota Bima ............... II-86
Tabel II-91. Luas Lahan Menurut Kemiringan dan Kecamatan di Kota Bima (Ha) ....... II-87
Tabel II-92. Jenis penggunaan lahan Kota Bima tahun 2010 ............................................. II-87
Tabel II-93. Persentase lapangan kerja yang menampung tenaga kerja di kota Bima II-90
Tabel II-94. Jumlah sekolah di Kota Bima .................................................................................. II-92
Tabel. II-95. Jumlah Unit Kesehatan dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kota Bima .... II-93
Tabel II-96. Jumlah sarana perdagangan di kota Bima ......................................................... II-94
Tabel III-1. PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Sektor .......................................... III-1
Tabel III-2. PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Kabupaten/Kota (dalam Rp Juta) .......................................................................... III-3
Tabel III-3. PDRB Per Kapita Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Kabupaten/Kota ......................................................................................... III-4
Tabel III-4. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2010 .................................................................................................................... III-5
Tabel III-5. Luas Panen dan Produksi Padi Sawah di Nusa Tenggara Barat Menurut
Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ................................................................................ III-5
Tabel III-6. Luas Panen dan Produksi Padi SawahNusa Tenggara Barat Menurut
Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ................................................................................ III-6
Tabel III-7. Luas Panen dan Produksi Kedelai Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut
Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ................................................................................ III-7
Tabel III-8. Luas Panen dan Produksi Jagung Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut
Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ................................................................................ III-7
Tabel III-9. Produksi Sayuran Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota,
Tahun 2010 .................................................................................................................... III-8
Tabel III-10. Produksi Sayuran Provinsi NTB Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010III-9
Tabel III-11. Luas Areal Tanam, Produksi dan Sentra Produksi Perkebunan Provinsi
Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ................ III-10
Tabel III-12. Produksi dan Sentra Produksi Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ............................................................ III-11
Tabel III-13. Produksi Tangkapan Ikan di Laut dan Budidaya Perikanan Provinsi Nusa
Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ............................ III-12
Tabel III-14. Produksi Tangkapan dan Budidaya Perikanan Darat Provinsi Nusa
Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ............................. III-13
Tabel III-15. Produksi Hasil Hutan: Kayu dan Non Kayu Provinsi Nusa Tenggara Barat
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ............................................................ III-14
Tabel III-16. Rekapitulasi Industri Formal yang Baru Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Nusa Tenggara Barat, Tahun 2010 ...................................................................... III-15
Tabel III-17. Rekapitulasi Industri Formal yang Baru Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Nusa Tenggara Barat, Tahun 2010 ...................................................................... III-15
Tabel III-18. Volume Dan Nilai Ekspor Dirinci Menurut Jenis Barang Tahun 2010. . III-16
Tabel III-19. Volume dan Nilai Ekspor Devisa Menurut Sektor Produksi ....................... III-17
Tabel III-20. Usaha Pariwisata Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara
Barat Tahun 2011...................................................................................................... III-18
Tabel III-21. Kendaraan Bermotor Tercatat Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis
Kendaraan, Tahun 2010 .......................................................................................... III-19
Tabel III-22. Kapasitas Telepon dan Kapasitas Terisi ............................................................ III-20
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
xiv
Tabel III-23. Profil UMKM Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten dan Jenis
Usaha UMKM, Tahun 2010 .................................................................................... III-20
Tabel III-24. Perkembangan Baki Kredit UMKM menurut Klasifikasi Usaha Tahun 2011
– 2012 ............................................................................................................................ III-23
Tabel III-25. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya .....
.......................................................................................................................................... III-24
Tabel III-26. Perkembangan Jumlah Kredit menurut Sektor Ekonomi, Tahun 2012 . III-24
Tabel III-27. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdasarkan Plafon Kredit . III-25
Tabel III-28. Produk Domestik Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan PDRB ................ III-26
Tabel III-29. Struktur Perekonomian Lombok Barat 2004-2008 ....................................... III-27
Tabel III-30. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lombok Barat .................................... III-29
Tabel III-31. PDRB Per Kapita Kabupaten Lombok Barat..................................................... III-29
Tabel III-32. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Lombok Barat ...
.......................................................................................................................................... III-30
Tabel III-33. Pertumbuhan Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayuran per Jenis
Sayuran di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2010 ............................ III-30
Tabel III-34. Banyaknya Produksi Buah-buahan di Kabupaten Lombok Barat Tahun
2009-2011 .................................................................................................................... III-31
Tabel III-35. Pertumbuhan Luas Panen dan Jumlah Produksi Perkebunan di Kabupaten
Lombok Barat .............................................................................................................. III-32
Tabel III-36. Hasil produksi Kayu Hutan Di Lombok Barat Tahun 2010 ........................ III-33
Tabel III-37. Pertumbuhan Jumlah Ternak dan Unggas di Kabupaten Lombok Barat .....
.......................................................................................................................................... III-33
Tabel III-38. Perkembangan Produksi Ikan menurut Jenis Penangkapanya ................. III-34
Tabel III-39. Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja, Nilai Produksi, dan Bahan Baku di
Rinci Menurut Kelompok Industri di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010
.......................................................................................................................................... III-35
Tabel III-40. Nilai Penjualan KWH & Jumlah Pelanggan Menurut Kategori Pelanggan .....
.......................................................................................................................................... III-35
Tabel III-41. Jumlah Pelanggan Air Bersih Menurut Kategori Pelanggan Di PDAM Giri
Menang Kabupaten Lombok Berat ....................................................................... III-36
Tabel III-42. Jumlah Pedagang Basar, Menengah, Kecil dan Perkembangan
Kelembagaan Usaha Perdagangan Tahun 2010 di Kabupaten Lombok Barat
.......................................................................................................................................... III-37
Tabel III-43. Jenis Komoditas Ekspor Non Migas
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 .............................................................. III-37
Tabel III-44. Perkembangan Jumlah Hotel, Pondok Wisata, Rumah Makan, dan Biro
Perjalanan Wisata di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2006-2010 ......... III-38
Tabel III-45. Jumlah Arus Kegiatan Di Pelabuhan Lembar ................................................. III-39
Tabel III-46. Jumlah Potensi dan Jumlah Produksi Bahan Galian Golongan C Menurut
Jenis Galian Di Kabupaten Lombok Barat Pada Tahun 2010 .................... III-40
Tabel III-47. Perkembangan Sentra Industri Kecil Menengah dan Pesebarannya ....... III-41
Tabel III-48. Perkembangan Kinerja Koperasi di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-
2010 ................................................................................................................................ III-44
Tabel III-49. Perkembangan Baki Kredit UMKM menurut Klasifikasi Usaha Tahun 2012
Di Kabupaten Lombok Barat ................................................................................ III-44
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
xv
Tabel III-50. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis PenggunaanyaIII-45
Tabel III-51. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Lombok Barat Periode Tahun 2012 . III-46
Tabel III-52. PDRB, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kabupaten Lombok Tengah
Tahun 2006-2010 ...................................................................................................... III-47
Tabel III-53. Laju Pertumbuhan PDRB Sektoral 2005 – 2010 (ADH Konstan) .............. III-48
Tabel III-54. Pertumbuhan Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan ....................... III-49
Tabel III-55. Pertumbuhan Luas Panen dan Produksi Sayuran ......................................... III-49
Tabel III-56. Pertumbuhan Jumlah Pohon dan Produksi Buah-buahan di Kabupaten
Lombok Tengah tahun 2008-2011 ....................................................................... III-50
Tabel III-57. Pertumbuhan Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut
Jenis Tanaman di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008-2011 ........... III-50
Tabel III-58. Pertumbuhan Populasi Ternak dan Unggas ..................................................... III-51
Tabel III-59. Pertumbuhan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan di Kabupaten
Lombok Tengah Tahun 2007-2011 ...................................................................... III-52
Tabel III-60. Pertumbuhan Industri Kecil Menurut Kelompok Industri di Kabupaten
Lombok Tenggah Tahun 2007-2011 .................................................................... III-52
Tabel III-61. Pertumbuhan Jumlah Gardu dan Panjang Jaringan Distribusi Listrik Pada
PLN Praya Tahun 2007-2011 ................................................................................. III-53
Tabel III-62. Pertumbuhan Jumlah dan Nilai Air Bersih Yang di Salurkan Melalui PDAM
Menurut Jenis Pelanggan di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2007-
20011 ............................................................................................................................. III-53
Tabel III-63. Pertumbuhan Jumlah Produksi Batuan Jenis Galian di Kabupaten Lombok
Tengah Tahun 2009-2011 ....................................................................................... III-54
Tabel III-64. Pertumbuhan Volume dan Nilai Ekspor Kerajinan di Rinci Menurut ..... III-55
Tabel III-65. Pertumbuhan Jumlah Hotel/Losmen/Bungalow, Kamar dan ................... III-55
Tabel III-66. Pertumbuhan Banyaknya Kendaraan Bermotor yang DiUji Per Tahun di
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2007-2011 ............................................... III-56
Tabel III-67. Pertumbuhan Jumlah Sambungan Telepon di Kabupaten Lombok Tengah
Tahun 2011 .................................................................................................................. III-57
Tabel III-68. Jumlah Sentra Industri Kecil Menengah IKM/UMKM Berdasakan Jenis
Usaha dan Pesebaranya di Kabupaten Lombok Tengah s/d tahun 2010III-58
Tabel III-69. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha November
Tahun 2012 di Kabupaten Lombok Tengah ...................................................... III-62
Tabel III-70. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis PenggunaanyaIII-63
Tabel III-71. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Lombok Tengah Periode Tahun 2012 .....
.......................................................................................................................................... III-63
Tabel III-72. PDRB Kabupaten Lombok Timur Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2001-2011 ........................................................... III-64
Tabel III-73. Produksi Padi dan Palawija Kabupaten Lombok Timur ............................... III-68
Tabel III-74. Pertumbuhan Konsumsi Beras Per Kapita Per Tahun .................................. III-68
Tabel III-75. Pertumbuhan Produksi Sayur-sayuran ............................................................. III-68
Tabel III-76. Pertumbuhan Produksi Buah-buahan di Kabupaten Lombok Timur Tahun
2008-2011 .................................................................................................................... III-69
Tabel III-77. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenisnya di Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2008-2011 (Ton) ............................................................. III-70
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
xvi
Tabel III-78. Perkembangan Jumlah Ternak dan Unggas di Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2008-2011 ...................................................................................................... III-71
Tabel III-79. Pertumbuhan Produksi Ikan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-
2011 ................................................................................................................................ III-71
Tabel III-80. Potensi Areal, Pemanfaatan dan Produksi Budidaya Laut di Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2011 .................................................................................... III-72
Tabel III-81. Indikator Perusahaan Formal Menurut Cabang Industri di Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2007-2011 ........................................................................ III-73
Tabel III-82. Indikator Perusahaan Non Formal Menurut Cabang Industri di Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2007-2011 ........................................................................ III-73
Tabel III-83. Jumlah Pelanggan, Daya tersambung dan Energi Terjual Menurut
Kelompok Tarif Pada PLN Ranting Selong Tahun 2011 ................................ III-74
Tabel III-84. Pertumbuhan Jumlah Pelanggan, Pemakaian dan Nilai Pada PDAM
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-2011.................................................. III-74
Tabel III-85. Indikator Perusahaan/Usaha Pertambangan/Penggalian di Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2009-2011 ........................................................................ III-75
Tabel III-86. Pertumbuhan Perusahaan Perdagangan Menurut Skala di Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2001-2011 ........................................................................ III-75
Tabel III-87. Pertumbuhan Jumlah Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang di Terbitkan di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011.................................................. III-76
Tabel III-88. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan dan Jumlah Hotel di Kabupaten Lombok
Tengah Tahun 2008-2011 ....................................................................................... III-76
Tabel III-89. Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenisnya di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011.................................................. III-77
Tabel III-90. Jumlah Arus Kegiatan Di Pelabuhan Labuhan Lombok, Labuhan Haji, dan
Tanjung Luar Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011 ...................... III-78
Tabel III-91. Jumlah Arus Kegiatan di Pelabuhan Penyeberangan Kayangan Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2009-2011 ........................................................................ III-78
Tabel III-92. Sentra Industri Kecil Menengah berdasarkan Sebarannya dan
Jenis Usaha di Kabupaten Lombok Timur s/d Tahun 2010....................... III-80
Tabel III-93. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Tahun 2012
di Kabupaten Lombok Timur ................................................................................. III-82
Tabel III-94. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaannya di
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012 ............................................................. III-83
Tabel III-95. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Lombok Timur Periode Tahun 2012 III-83
Tabel III-96. PDRB Kabupaten Sumbawa Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas
Dasar Harga Konstan (ADHK) Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 .. III-85
Tabel III-97. PDRB Kabupaten Sumbawa Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Menurut
Sub Satuan Wilayah Pengembangan Tahun 2010 ......................................... III-86
Tabel III-98. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten
Sumbawa Tahun 2007-2010 .................................................................................. III-87
Tabel III-99. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung di
Kabupaten Sumbawa Tahun 2007-2010 ........................................................... III-88
Tabel III-100. Pertumbuhan Jumlah Produksi Sayuran di Kabupaten Sumbawa Tahun
2008-2011 .................................................................................................................... III-88
Tabel III-101. Produksi Buah-buahan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011 ............... III-89
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
xvii
Tabel III-102. Pertumbuhan Jumlah Produksi Komoditas Perkebunan di Kabupaten
Sumbawa Tahun 2008-2011 .................................................................................. III-89
Tabel III-103. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu Lainya di Kabupaten Sumbawa Tahun
2011 ................................................................................................................................ III-90
Tabel III-104. Potensi dan Pemanfaatan Sumber daya Perikanan Kabupaten Sumbawa
Tahun 2011 .................................................................................................................. III-93
Tabel III-105. Banyaknya Sentra Industri, Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Produksi dan
Investasi di Kabupaten Sumbawa Tahun 2009-2011 ................................... III-94
Tabel III-106. Perkembangan Ketersediaan PLN dan Jumlah Pelangan di Kabupaten
Sumbawa Tahun 2008-2011 .................................................................................. III-94
Tabel III-107. Banyaknya Pelanggan dan Nilai Air Bersih yang Disalurkan Menurut
Kategori Pelanggan Pada PDAM Kabupaten Sumbawa Tahun 2011 ........ III-95
Tabel III-108. Lalu Lintas Pesawat Udara, Penumpang dan Bagasi di Bandara Brang Biji
Kabupaten Sumbawa tahun 2008-2011 ............................................................ III-96
Tabel III-109. Lalu Lintas Layanan Pos dan Giro Dirinci Menurut Jenisnya di
Kabupaten Sumbawa Tahun 2011 ...................................................................... III-97
Tabel III-110. Produksi Perikanan Yang Keluar Daerah dari Kabupaten Sumbawa ... III-98
Tabel III-111. Banyaknya Penerbitan Tanda Daftar Perusahaan Dirinci Menurut Badan
Usaha di Kabupaten Sumbawa Tahun 2005-2008 ........................................ III-98
Tabel III-112. Bayaknya Nilai Produksi dan Investasi Menurut Jenis Industri di
Kabupaten Sumbawa Tahun 2010-2011 ........................................................... III-98
Tabel III-113. Pertumbuhan Jumlah Usaha Perdagangan di Kabupaten Sumbawa
Tahun 2005-2009 ...................................................................................................... III-99
Tabel III-114. Jumlah Restoran/ Rumah Makan di Kabupaten Sumbawa .................. III-100
Tabel III-115. Banyaknya Pemanfaatan Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten
Sumbawa Tahun 2011 ........................................................................................... III-100
Tabel III-116. Sentra Industri Kecil Menengah Menurut Jenis Usaha dan Persebarannya
Kabupaten Sumbawa s/d 2010 .......................................................................... III-101
Tabel III-117. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Per
November Tahun 2012 di Kabupaten Sumbawa ........................................... III-103
Tabel III-118. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di
Kabupaten Sumbawa Tahun 2012 .................................................................... III-104
Tabel III-119. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Sumbawa Periode tahun 2012 ...... III-104
Tabel III-120. Perkembangan PDRB Kabupaten Dompu Dalam Kurun Waktu Tahun
2005 - 2010 ................................................................................................................ III-106
Tabel III-121. PDRB, Pertumbuhan dan PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2006 – 2009 ................................................................................................. III-106
Tabel III-122. Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap Pertumbuhan PDRB Dompu
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006 – 2010 (%) ..................................... III-107
Tabel III-123. Produksi dan Kebutuhan Padi/Beras di Kabupaten Dompu Tahun 2008-
2010 .............................................................................................................................. III-108
Tabel III-124. Perkembangan Produksi Sayuran di Kabupaten Dompu Tahun 2008-2011
........................................................................................................................................ III-109
Tabel III-125. Perkembangan Produksi Buah-buahan Kabupaten Dompu Tahun 2008-
2011 .............................................................................................................................. III-110
Tabel III-126. Perkembangan Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Dompu Tahun
2008-2011 .................................................................................................................. III-111
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
xviii
Tabel III-127. Pertumbuhan Jumlah Produksi Dirinci Jenis PePenangkapan dan
Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumbawa 2008-2011 ......................... III-113
Tabel III-128. Banyaknya Perusahan, Tenaga Kerja, dan Nilai Produksi Menurut
Kelompok Industri Di Kabupaten Dompu Tahun 2007-2011 ................... III-114
Tabel III-129. Jumlah Pelanggan, Daya tersambung dan Nilai Listrik yang ersalurkan di
Kabupaten Dompu Tahun 2011 ......................................................................... III-114
Tabel III-130. Jumlah Pelangan dan Banyaknya Air Bersih dan Nilai Air Bersih yang
Disalurkan oleh PDAM Kabupaten Dompu Tahun 2009-1011 ................ III-115
Tabel III-131. Perkembangan Ijin Usaha Perdagangan, Penyerapan Tenaga Kerja Nilai
Investasi dan Perkembangan Pedagang Informal di Kabupaten DompuIII-115
Tabel III-132. Jumlah Wisatawan di Kabupaten Dompu Tahun 2007 - 2011 ............. III-116
Tabel III-133. Banyaknya Hotel, Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara di
Kabupaten Dompu Tahun 207-2011 ................................................................ III-117
Tabel III-134. Banyaknya Kapal yang Berkunjung Menurut Kegiatan Di Pelabuhan
Calabai dan Kempo Kabupaten Dompu Tahun 2007-2011 ...................... III-117
Tabel III-135. Jumlah Sentra Industri, Unit Usaha, Tenaga Kerja Industri Kecil dan
Menengah Berdasarkan Jenis Usaha dan Pesebaranya di
KabupatenDompu .................................................................................................... III-119
Tabel III-136. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha per
November Tahun 2012 di Kabupaten Dompu ................................................ III-121
Tabel III-137. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di
Kabupaten Dompu Tahun 2012 ......................................................................... III-122
Tabel III-138. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Dompu Periode Tahun 2012 .......... III-123
Tabel III-139. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2008-2010 Kabupaten Bima ................................ III-124
Tabel III-140. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2008-2010 .................................................................. III-124
Tabel III-141. Luas Tanam, Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Bima
Tahun 2011 ................................................................................................................ III-125
Tabel III-142. Produksi Komoditas Sayuran di Kabupaten Bima Tahun 2009 -2010III-125
Tabel III-143. Jumlah Produksi Komoditas Buah-buahan di Kabupaten Bima Tahun
2009-2010 .................................................................................................................. III-126
Tabel III-144. Pertumbuhan Luas Are dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten
Bima Tahun 2009-2011 ......................................................................................... III-127
Tabel III-145. Realisasi Produksi Hasil Hutan Ikutan di Kabupaten Bima .................. III-128
Tabel III-146. Banyaknya Produksi Perikanan Menurut Budidaya dan Penangkapannya
di Kabupaten Bima Tahun 2008-2009 ............................................................. III-130
Tabel III-147. Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah tangga Dirinci
Menurut Kelompok Industri Formal dan Non Formal Tahun 2011. ....... III-130
Tabel III-148. Jumlah Perusahaan Perdagangan di Kabupaten Bima tahun 2006-2011 .
........................................................................................................................................ III-132
Tabel III-149. Jumlah Hotel, Rumah Makan, Obyek Wisata dan Jumlah Wisatawan di
Kabupaten Bima Tahun 2011.............................................................................. III-132
Tabel III-150. Jumlah Potensi, Produksi, Tenaga kerja dan Pengusaha Galian Golongan
C Tahun 2011 ........................................................................................................... III-132
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
xix
Tabel III-151. Jumlah Kapal yang Berkunjung ke Pelabuhan Bima Dirinci Menurut
Jenis Pelayaran, Turun Naik Penumpang dan Bongkar Muat Barang Tahun
2011 .............................................................................................................................. III-133
Tabel III-152. Lalu Lintas Pesawat Udara, Penumpang dan Bagasi di Bandara Brang Biji
Kabupaten Sumbawa tahun 2008-2011 .......................................................... III-134
Tabel III-153. Jumlah Sentra Industri, Unit Usaha, Tenaga Kerja Industri Kecil Dan
Menengah Berdasarkan Jenis Usaha dan Pesebaranya di Kabupaten Bima
........................................................................................................................................ III-135
Tabel III-154. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha per
November Tahun 2012 di Kabupaten Bima .................................................... III-137
Tabel III-155. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya ....
........................................................................................................................................ III-137
Tabel III-156. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Bima Periode Tahun 2012 .............. III-138
Tabel III-157. Perkembangan PDRB Kabupaten Sumbawa Barat Atas Dasar Harga
Berlaku (ADHB) Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 ............... III-140
Tabel III-158. Perkembangan PDRB Kabupaten Sumbawa Barat Atas Dasar Harga
Konstan (ADHK 2000) Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 ... III-140
Tabel III-159. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Berbagai Jenis Tanaman
Pangan di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2007 – 2010 ..................... III-141
Tabel III-160. Perkembangan Luas Panen dan Produksi berbagai Komoditas Sayuran di
KSB Tahun 2008 – 2011 ...................................................................................... III-141
Tabel III-161. Produksi berbagai Komoditas Buah-buahan di KSB ................................ III-142
Tabel III-162. Perkembangan Luas Tanaman dan Produksi berbagai Komoditas
Perkebunan di KSB Tahun 2008 – 2010 ........................................................ III-142
Tabel III-163. Jumlah Hasil Produksi Hutan di Kabupaten Sumbawa Barat .............. III-144
Tabel III-164. Perkembangan Produksi Berbagai Jenis Komoditas Perikanan di KSB
Tahun 2006 – 2010 dan Prediksinya Tahun 2011 – 2015 (ton) ............... III-146
Tabel III-165. Banyaknya Pedagang Menurut Kecamatan dan Berdasarkan Skala
Usahanya di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011 ............................... III-147
Tabel III-166. Pertumbuhan Banyaknya Perusahaan di Kabupaten Sumbawa Barat
Menurut Bentuk Badan Hukum Tahun 2007-2011 .................................... III-147
Tabel III-167. Jumlah Perusahaan Menurut Kode Industri di Kabupaten Sumbawa
Barat Tahun 2007-2011 ........................................................................................ III-149
Tabel III-168. Jumlah Pelanggan dan Air Bersih yang di Salurkan dari PDAM
Kabupaten Sumbawa Barat.................................................................................. III-149
Tabel III-169. Perkembangan Jumlah Sarana Pengangkutan, Komunikasi dan
Informatika di KSB Tahun 2006 - 2009 ........................................................... III-150
Tabel III-170. Perkembangan Sektor Pertambangan/Penggalian di Kabupaten Sumbawa
Barat Tahun 2006-2009 ........................................................................................ III-151
Tabel III-171. Jumlah Sentra Industri Kecil Menengah (IKM/UMKM) Menurut Jenis
Usaha dan Pesebaranya di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010 ... III-152
Tabel III-172. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Tahun
2012 Di Kab Sumbawa Barat .............................................................................. III-154
Tabel III-173. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya ....
........................................................................................................................................ III-155
Tabel III-174. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Sumbawa Barat Periode Tahun 2012III-
156
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
xx
Tabel III-179. Perkembangan Beberapa Indikator Ekonomi 2005-2009 ....................... III-157
Tabel III-180. PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lombok Utara Tahun
2005-2009 .................................................................................................................. III-157
Tabel III-177. Jumlah Luas Panen dan Produksi di Kabupapaten Lombok Utara Tahun
2010-2011 .................................................................................................................. III-158
Tabel III-178. Jumlah Lahan dan Produksi Sayuran di Kabupaten Lombok Utara Tahun
2010-2011 .................................................................................................................. III-159
Tabel III-179. Produksi Buah-buahan Dirinci Menurut Kabupaten Lombok Utara Tahun
2010-2011 .................................................................................................................. III-159
Tabel III-180. Luas dan Produksi Perkebunan Rakyat di Kabupaten Lombok Utara
Tahun 2010-2011 .................................................................................................... III-160
Tabel III-181. Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010-2011
........................................................................................................................................ III-161
Tabel III-187. Jumlah Produksi Perikanan di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010-
2011 .............................................................................................................................. III-161
Tabel III-188. Jumlah Industri Menurut Jenisnya di Kabupaten Lombok Utara Tahun
2010-2011 .................................................................................................................. III-162
Tabel III-184. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Tahun
2012 di Kabupaten Lombok Utara ..................................................................... III-164
Tabel III-185. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di
Kabupaten Lombok Utara Tahun 2011 ............................................................ III-165
Tabel III-191. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Lombok Utara Periode Tahun 2012 ......
........................................................................................................................................ III-165
Tabel III-187. PDRB Kota Mataram Atas Dasar harga Berlaku Tahun 2008-2011 ... III-167
Tabel III-188. PDRB Kota Mataram Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008-2011
........................................................................................................................................ III-168
Tabel III-189. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Berbagai Jenis Tanaman
Pangan di Kota Mataram Tahun 2007 – 2011 ............................................... III-168
Tabel III-190. Perkembangan Jumlah Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas
di Kota Mataram Tahun 2007-2011 .................................................................. III-169
Tabel III-191. Perkembangan Produksi Perikanan di Kota Mataram Tahun 2006-2011III-
169
Tabel III-192. Pertumbuhan Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi
Perusahaan, Industri dan Kerajinan Kota Mataram Tahun 2007-2011 III-170
Tabel III-193. Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Perdagangan di Kota Mataram Tahun
2007-2011 .................................................................................................................. III-171
Tabel III-194. Pertumbuhan Jumlah Sarana Perekonomian Menurut Jenisnya di Kota
Mataram Tahun 2009-2011 ................................................................................. III-171
Tabel III-195. Perkembangan Jumlah Hotel dan Kunjungan Wisatawan di Kota Bima
Tahun 2007-2011 .................................................................................................... III-172
Tabel III-196. Perkembangan Jumlah Koperasi, UKM dan BPR di Kota Mataram Tahun
2005-2009 .................................................................................................................. III-173
Tabel III-197. Jumlah Sentra IKM/UMKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Pesebaranya
Di Kota Mataram ...................................................................................................... III-174
Tabel III-198. Pertumbuhan Usaha Perdagangan Mikro, Kecil dan Menengah di Kota
Mataram Tahun 2011 ............................................................................................. III-177
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
xxi
Tabel III-199. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Tahun
2012 Di Kota Mataram ........................................................................................... III-178
Tabel III-200. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya III-
178
Tabel III-201. Kredit UMKM Sektoral Kota Mataram Periode tahun 2012 .................... III-179
Tabel III-202. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha 2009-2011 ................................................................................ III-181
Tabel III-203. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha 2009-2011 .............................................................. III-182
Tabel III-204. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Berbagai Jenis Tanaman
Pangan di Kota Bima Tahun 2008 – 2011 ....................................................... III-183
Tabel III-205. Pertumbuhan Luas Areal Panen dan Produksi Sayuran di Kota Bima
Tahun 2008-2011 .................................................................................................... III-183
Tabel III-206. Pertumbuhan Jumlah Pohon dan Produksi Buah-buahan di Kota Bima
Tahun 2008-2011 .................................................................................................... III-184
Tabel III-212. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Berbagai Jenis Komoditas
Perkebunan di Kota Bima Tahun 2006 – 2011 .............................................. III-184
Tabel III-208. Perkembangan Jumlah Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas
di Kota Bima Tahun 2007-2011.......................................................................... III-185
Tabel III-209. Produksi Ikan Menurut Sub Sektor di Kota Bima Tahun 2006-2011. III-186
Tabel III-210. Perkembangan Perusahaan Perdagangan di Kota Bima Tahun 2006-
20011 ........................................................................................................................... III-187
Tabel III-211. Presentase Jumlah Tamu yang Datang dan Menginap pada Hotel dan
Losmen di Kota Bima Tahun 2007-2011 ......................................................... III-187
Tabel III-212. Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Menurut
Kelompok Industri Formal dan Non Formal di Kota Bima ......................... III-189
Tabel III-213. Jumlah Industri Kecil Menengah IKM/UKM dan Kerajinan Menurut Jenis
Usaha Persebarannya di Kota Bima Tahun 2010 ......................................... III-190
Tabel III-214. Perkembangan Baki Kredit UMKM menurut Klasifikasi Usaha ............ III-192
Tabel III-215. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya III-
192
Tabel III-216. Kredit UMKM Sektoral Kota Bima Periode tahun 2012 ........................... III-193
Tabel IV-1. Isu Strategis, Strategi, Arah Kebijakan Dan Kebijakan Umum Pembangunan
Jangka Menengah Provinsi Nusa Tenggara Barat .......................................... IV-10
Tabel IV-2. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan .................................................. IV-11
Tabel IV-3. Strategi, Arah Kebijakan dan Kebijakan Umum Pembangunan Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2010 – 2014 ...................................................................... IV-17
Tabel IV-4. Tujuan Dan Sasaran Pada Tiap-Tiap Misi dalam rangka Mewujudkan Visi
Pembangunan Kabupaten Lombok Tengah ...................................................... IV-19
Tabel IV-5. Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Lombok Tengah ............................ IV-21
Tabel IV-6. Hubungan Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Sumbawa
Tahun 2011-2015 ...................................................................................................... IV-26
Tabel IV-7. Ketentuan Umum Kelompok Prioritas Pembangunan Kabupaten Sumbawa
.......................................................................................................................................... IV-29
Tabel IV-8. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kota Mataram Tahun 2011 -
2015 ................................................................................................................................ IV-58
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
xxii
Tabel IV-9. Beberapa Program Pemberdayaan ekonomi rakyat berbasis potensi lokalIV-61
Tabel V-1. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan
KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat ............................................. V-2
Tabel V-2. Jadwal Pelaksanaan FGD Pertama dan FGD Kedua Tingkat Kabupaten/ Kota
Provinsi Nusa Tenggara Barat .................................................................................. V-4
Tabel V-3. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU
Unggulan di Kabupaten Lombok Barat ......... V-6
Tabel V-4. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Lombok Barat ..................................................................................... V-6
Tabel V-5. KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai
KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lombok Barat ............................... V-7
Tabel V-6. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Lombok Barat ..... V-9
Tabel V-7. Skor terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU
Unggulan di Kabupaten Lombok TengahV-12
Tabel V-8. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Lombok Tengah ................................................................................ V-13
Tabel V-9. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lombok Tengah ......... V-14
Tabel V-10. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Lombok Tengah .................... V-15
Tabel V-11. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU
Unggulan di Kabupaten Lombok Timur .......... V-20
Tabel V-12. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Lombok Timur .................................................................................. V-20
Tabel V-13. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lombok Timur ........... V-22
Tabel V-14. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Lombok Timur V-23
Tabel V-15. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU
Unggulan di Kabupaten Sumbawa ................................................. V-28
Tabel V-16. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Sumbawa ............................................................................................ V-28
Tabel V-17. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sumbawa ..................... V-30
Tabel V-18. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sumbawa ......... V-31
Tabel V-19. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU
Unggulan di Kabupaten DOMPU ................................................ V-35
Tabel V-20. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Dompu ................................................................................................. V-36
Tabel V-21. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Dompu .......................... V-37
Tabel V-22. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Dompu .............. V-38
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
xxiii
Tabel V-23. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU
Unggulan di Kabupaten Bima ................................................................................. V-43
Tabel V-24. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Bima ..................................................................................................... V-43
Tabel V-25. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Bima ............................ V-45
Tabel V-26. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Bima .................. V-46
Tabel V-27. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU
Unggulan di Kabupaten Sumbawa Barat ........ V-51
Tabel V-28. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Sumbawa Barat ................................................................................ V-51
Tabel V-29. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sumbawa Barat ........ V-53
Tabel V-30. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sumbawa Barat . V-
54
Tabel V-31. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU
Unggulan di Kabupaten Lombok Utara ............. V-58
Tabel V-32. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Lombok Utara ................................................................................... V-59
Tabel V-33. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lombok Utara ............ V-60
Tabel V-34. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Lombok Utara V-61
Tabel V-35. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU
Unggulan di Kota Mataram .................................................................................... V-65
Tabel V-36. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulanper Sektor Usaha
di Kota Mataram .......................................................................................................... V-65
Tabel V-37. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kota Mataram ................................... V-66
Tabel V-38. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Mataram ....................... V-67
Tabel V-39. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU
Unggulan di Kota Bima ......................................................................... V-71
Tabel V-40. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha
di Kota Bima ................................................................................................................. V-72
Tabel V-41. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kota Bima .......................................... V-73
Tabel V-42. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di KotaBima ................................ V-74
Tabel V-43. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk
Penetapan KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat ..................... V-78
Tabel V-44. KPJU Unggulan per Sektor Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat ........... V-79
Tabel V-45. KPJU Unggulan Lintas Sektor Tingkat Provinsi,Menurut Urutan Nilai skor
terbobot atau Urutan Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat ................. V-81
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
xxiv
Tabel VI-1. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Nusa Tenggara Barat
berdasarkan potensi dan prospeknya .................................................................... V-1
Tabel VI-2. KPJU Unggulan Lintas Sektor urutan 1s/d 20 Penyumbang Inflasi .......... V-14
Tabel VII-1. Rekomendasi Untuk Masing-masing KPJU Unggulan Lintas Sektor ... VII-VII-6
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
xxv
DAFTAR GAMBAR
Gambar I-1. Hierarki Konseptual Penentuan KPJU-KPJU Unggulan Daerah .......... I-6
Gambar I-2. Hierarki Operasional Penentuan KPJU-KPJU Unggulan Daerah ......... I-7
Gambar I-3. Hierarki Operasional Penentuan Tingkat Kepentingan Sektor/Sub
sektor Ekonomi tiap kabupaten/kota dalam Penentuan KPJU-
KPJU Unggulan Lintas Sektor ............................................................ I-7
Gambar I-4. Pemetaan Kuadran KPJU Unggulan ................................................. I-12
Gambar I-5. Diagram Alir Proses Penentuan KPJU Unggulan Setiap
Sektor/Sub sektor pada Kabupaten/Kota dan Provinsi dengan
Metode AHP ...................................................................................... I-16
Gambar II-1. Piramida Penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat ............................ II-6
Gambar II-2. Perkembangan IPM Nasional dan Provinsi NTB ............................... II-10
Gambar II-3. Jumlah Pelanggan Listrik di Provinsi Nusa Tenggara Barat ............. II-13
Gambar II-4. Penggunaan Lahan di Kabupaten Lombok Barat ............................. II-17
Gambar II-5. Distribusi Luas Areal dan Jumlah Desa/Kelurahan Kabupaten
Sumbawa Dirinci Berdasarkan Kecamatan dada Tahun 2010 ......... II-38
Gambar II-6. Penggunaan Lahan di Kabupaten Lombok Timur ............................ II-39
Gambar II-7. Distribusi Penduduk Kabupaten Sumbawa dirinci berdasarkan
umur dan jenis kelamin Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa
(2011) .............................................................................................. II-40
Gambar II-8. Komposisi Penggunaan Lahan di Kota Tahun 2009 ......................... II-81
Gambar III-1. Distribusi Persentase PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas
Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Sektor), Tahun
2010 ................................................................................................. III-2
Gambar III-2. PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Penggunaannya, Tahun 2010. ........................................... III-3
Gambar IV-1. Diagram Penjabaran Misi Lombok Barat ........................................ IV-16
Gambar V-1. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Barat ............... V-11
Gambar V-2. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Tengah ............. V-19
Gambar V-3. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Timur ............... V-27
Gambar V-4. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Sumbawa ...................... V-34
Gambar V-5. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Dompu .......................... V-42
Gambar V-6. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Bima ............................. V-50
Gambar V-7. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Sumbawa Barat ............ V-57
Gambar V-8. Peta Kuadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Utara ................ V-64
Gambar V-9. Peta Kuadran KPJU Unggulan Kota Mataram .................................. V-70
Gambar V-10. Peta Kwadran KPJU Kota Bima ....................................................... V-78
Gambar VI-1. Peta Kwadran 10 KPJU Unggulan Lintas Sektor NTB ........................ V-2
Gambar VI-2. Laju Inflasi Tahunan NTB Tahun 2005-2011 (%) ............................. V-13
Pendahuluan
I-1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki
peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data
yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam perekonomian
Indonesia. Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor
ekonomi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Kementrian Koperasi & UKM,
jumlah UMKM tercatat 51,3 juta unit atau 99,9% dari total unit usaha. Kedua,
potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada
sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja jika dibandingkan
dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM menyerap 97,04 juta
tenaga kerja atau 99,4% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi
UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan, yakni sebesar 55,56% dari total
PDB.
Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank
Indonesia memiliki pilar-pilar kebijakan strategis yang meliputi (1) Pengaturan
kepada perbankan yang mendorong pengembangan dan pemberdayaan UMKM, (2)
Pengembangan kelembagaan yang menunjang, (3) Pemberian bantuan teknis, dan (4)
Kerjasama dengan berbagai pihak baik dengan lembaga pemerintah maupun lembaga
lainnya. Salah satu pilar kebijakan Bank Indonesia tersebut adalah mendorong
pengembangan UMKM melalui pemberian bantuan teknis. Kegiatan penelitian dan
penyediaan informasi merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh Bank
Indonesia dalam kerangka bantuan teknis. Kegiatan tersebut diharapkan akan dapat
memberikan informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada
pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang
berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM.
Bank Indonesia sejak tahun 1979 telah melaksanakan penelitian Baseline Economic
Survey (BLS). Penelitian ini berupaya mengidentifikasi berbagai peluang investasi di
daerah yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah.
Dalam perkembangan selanjutnya, pengembangan potensi ekonomi daerah ditujukan
untuk memberikan informasi kepada stakeholders mengenai komoditas/produk/jenis
usaha yang potensial yang menjadi unggulan daerah untuk dikembangkan.
Penelitian BLS difokuskan terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang
merupakan pelaku ekonomi mayoritas di daerah.
Pada kajian BLS tahun 2006, terdapat perubahan yang cukup mendasar dalam
penetapan Daftar Skala Prioritas, yang semula menggunakan kriteria data
produksi, pendapat instansi, dan data primer responden UMKM pada suatu
komoditas/produk/jenis usaha di suatu kecamatan, menjadi penetapan
komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan daerah di Kabupaten/kota
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
I-2
dengan menggunakan alat analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dan
Analytic Hierarchy Process (AHP). Setiap kabupaten/kota di suatu Provinsi
diharapkan memiliki KPJU unggulan dari berbagai sektor ekonomi yang patut dan
cocok untuk dikembangkan. Hal ini merupakan adopsi dari kesuksesan Thailand
melalui program One Tambon One Product (OTOP), yaitu program pengembangan
komoditas unggulan di suatu daerah (tambon) yang sukses dalam membantu
pengembangan UMKM. Dengan program yang lebih fokus, Pemerintah Daerah dapat
memprioritaskan kebijakan ekonomi melalui pengembangan komoditas unggulan
tertentu di suatu kabupaten/kota sebagai upaya untuk menciptakan lapangan
pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi
angka/tingkat kemiskinan di daerah. Pada akhirnya, hal tersebut diharapkan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.
Data dan informasi dalam KPJU meliputi berbagai aspek. Aspek makro berupa
kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dan
potensi ekonomi daerah dalam rangka pengembangan UMKM. Aspek mikro meliputi
kondisi dan potensi UMKM. Hasil penelitian KPJU tersebut selanjutnya akan
didesiminasikan dalam website Info UMKM yang dapat diakses melalui internet di
alamat www.bi.go.id.
Dalam upaya untuk memberikan data dan informasi hasil penelitian KPJU,
dipandang perlu untuk melakukan pengkinian data melalui penelitian yang
dilaksanakan setiap 5 tahun. Dalam rangka memberikan informasi yang lebih
bermanfaat dan berdaya guna bagi stakeholders dalam pengembangan UMKM,
penelitian KPJU perlu dipertajam dengan memilih dan menetapkan KPJU unggulan
daerah berdasarkan kriteria tertentu serta menambahkan berbagai informasi
pendukung.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM di
Provinsi Nusa Tenggara Barat dilaksanakan untuk memberikan landasan rasional
bagi pembangunan daerah yang meliputi berbagai sektor kegiatan ekonomi. Laporan
tersebut mengandung keterangan-keterangan lengkap sebagai dasar perencanaan,
pengorganisasian, dan pengambilan keputusan mengenai komoditas/produk/jenis
usaha unggulan pada setiap wilayah kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Ketersediaan informasi tentang keadaan sumber daya alam dan
manusia serta tingkat pemanfaatannya dalam berbagai sektor ekonomi yang
berkembang sangat diperlukan sebagai bahan rujukan. Secara rinci tujuan penelitian
dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Mengenal dan memahami mengenai:
(1) Profil daerah, meliputi: kondisi geografis, demografi, perekonomian dan
potensi sumber daya;
(2) Profil UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat termasuk faktor pendorong
dan penghambat dalam pengembangan UMKM;
(3) Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
yang terkait dengan pengembangan UMKM; dan
(4) Peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM.
Pendahuluan
I-3
b. Memberikan informasi tentang Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU)
Unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di suatu
kabupaten/kota dalam rangka:
(1) Mendukung pembangunan ekonomi daerah;
(2) Menciptakan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja; serta
(3) Meningkatkan daya saing produk.
Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dalam rangka
pengembangan KPJU-KPJU unggulan UMKM yang dikaitkan dengan:
(1) Kebijakan Pemerintah Daerah; dan
(2) Kebijakan perbankan
1.3. Ruang Lingkup Penelitian
a. Penelitian terhadap KPJU-KPJU unggulan Daerah dilaksanakan untuk
mengidentifikasi dan menetapkan KPJU pada usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) yang dikategorikan sebagai unggulan daerah pada tingkat
kabupaten dan provinsi di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat;
b. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang dimaksudkan dalam penelitian
ini mengacu kepada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008;
c. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan, dengan kriteria:
o memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
o memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
d. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar, dengan kriteria:
o memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
o memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
e. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
usaha besar, dengan kriteria: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
I-4
Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
f. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan adalah KPJU-KPJU yang
mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap
tenaga kerja berdasarkan kondisi saat ini dan prospeknya serta mempunyai
daya saing tinggi.
g. KPJU-KPJU yang dikaji adalah KPJU-KPJU pada setiap sektor/sub sektor
ekonomi, yang meliputi pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan, kehutanan), pertambangan, perindustrian, perdagangan dan jasa-
jasa sebagaimana kategori 9 sektor ekonomi BPS.
h. Materi penelitian mencakup identifikasi dan analisis mengenai :
(1) Profil daerah, meliputi: struktur geografis, demografi, ekonomi, potensi
sumber daya dana aspek lainnya yang terkait;
(2) Profil UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat termasuk potensi, peluang,
faktor pendorong dan faktor penghambat dalam pengembangan UMKM;
(3) Penetapan KPJU-KPJU unggulan baik usaha berskala mikro, kecil, maupun
menengah di daerah penelitian (tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan
Provinsi);
(4) Kebijakan Pemerintah (Pusat/Daerah) dalam rangka pengembangan
UMKM/KPJU-KPJU unggulan.
i. KPJU-KPJU yang diidentifikasi minimal sampai dengan digit 4 pada Kode
Lapangan Usaha Indonesia (KLUI).
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
1.4.1. Daerah Penelitian
a. Daerah penelitian seluruh wilayah atau 10 kabupaten/kota di Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
b. Penetapan KPJU-KPJU unggulan daerah di kabupaten/kota dilakukan dengan
menghimpun informasi dari sebagian besar kecamatan yang ada dengan
mempertimbangkan keterwakilan dari karakteristik wilayah secara geografis,
jumlah UMKM, kontribusi pembentukan PDRB kabupaten/kota serta kebijakan
Pemerintah Daerah. Jumlah sampel wilayah kecamatan yang tercakup dalam
penelitian ini adalah sebanyak 116 kecamatan yang tersebar di setiap wilayah
kabupaten/kota dengan mempertimbangkan keterwakilan karakteristik
kabupaten/kota serta potensi ekonomi masing-masing kecamatan, yang terdiri
dari :
Tabel I-1. Daerah Penelitian KPJU-KPJU Unggulan UMKM di Nusa Tenggara Barat
No Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan
1 Kota Mataram 6
2 Kabupaten Lombok Tengah 12
3 Kabupaten Lombok Barat 10
4 Kabupaten Lombok Timur 20
Pendahuluan
I-5
No Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan
5 Kabupaten Lombok Utara 5
6 Kabupaten Sumbawa 24
7 Kabupaten Sumbawa Barat 8
8 Kabupaten Dompu 8
9 Kabupaten Bima 18
10 Kota Bima 5
Jumlah 116
1.4.2. Jenis dan Sumber Data
Data Primer, yaitu data dan informasi yang diperoleh secara langsung dari
narasumber/responden, meliputi pejabat-pejabat Pemerintah Daerah, dinas/instansi
terkait (sektor pertanian, perindustrian, perdagangan, pertambangan, perhubungan),
Bappeda, Asosiasi/Kadinda, dan pada tingkat kecamatan dengan narasumber Mantri
Tani, Koordinator Statistik Kecamatan, dan Camat atau Seksi Perekonomian
Kecamatan.
Pengumpulan data dilakukan melalui ”Indepth Interview” kepada pejabat
instansi/dinas terkait dan pemimpin/pejabat bank pelaksana di daerah untuk
mendapatkan penilaian pejabat terkait di tingkat kecamatan dan kabupaten/kota
dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner), panduan diskusi, dan panduan
wawancara serta melalui mekanisme Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group
Discussion) untuk memperoleh pendapat narasumber baik dalam rangka menetapkan
KPJU-KPJU unggulan maupun menjaring informasi tentang kendala/permasalahan,
faktor penghambat dan pendukung serta kebijakan pemerintah dalam pengembangan
UMKM, khususnya untuk KPJU-KPJU unggulan yang terpilih.
Data Sekunder, yaitu data dan informasi yang diperoleh dari dokumen/publikasi/
laporan penelitian dari dinas/instansi dan sumber data lainnya yang menunjang.
1.4.3. Analisis Data
Analisis data primer dan sekunder dilakukan dalam rangka menjawab tujuan
penelitian. Untuk menjawab tujuan pertama, analisis yang dilakukan adalah analisis
diskriptif, tabulasi silang, dan statistik deskriptif. Hasil analisis deskriptif tersebut
digunakan sebagai bahan untuk penyusunan rekomendasi.
Khusus dalam rangka analisis dan penetapan KPJU-KPJU unggulan, metode analisis
yang digunakan adalah Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dan Analytic
Hierarchy Process (AHP) dengan struktur hierarki konseptual seperti dapat dilihat
pada Gambar I-1 dan Metode Borda. Proses penetapan KPJU-KPJU unggulan dengan
menggunakan AHP dapat dilihat pada Gambar I-2 dan Gambar I-3.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
I-6
Gambar I-1. Hierarki Konseptual Penentuan KPJU-KPJU Unggulan Daerah
FOCUS
TUJUAN
a. Pertumbuhan Ekonomi
b. Penciptaan Lapangan Kerja
c. Peningkatan Daya
SaingProduk
INPUT PROSES OUTPUT
Kriteria
Skilled Tenaga Kerja Bahan Baku Modal Sarana Produksi/Usaha
Ketersediaan skilled TK
(pelaksana):
Tingkat Pendidikan
Pelatihan
Pengalaman kerja
Jumlah lembaga pelatihan
Ketersediaan bahan baku
Harga perolehan bahan baku
Retensi/parishability bahan baku
Kesinambungan bahan baku
Mutu
Kemudahan
Aspek Lingkungan
Kebutuhan investasi awal
Kebutuhan modal kerja
Aksesibilitas thd sumber
pembiayaan
Ketersediaan Sarana Produksi
Harga
Kemudahan
Kriteria
Teknologi Sosial Budaya Manajeman Usaha
Ketersediaan
Kemudahan (memperoleh teknologi)
Dampak lingkungan
Unsur
Didukung oleh faktor:
Ciri khas lokal
Religion/Budaya
Turun temurun
Kemudahan untuk
memanage
Kriteria
Ketersediaan Pasar Harga Penyerapan Tenaga Kerja
Kemudahan:
Menjual
Mendistribusikan (lokasi)
Unsur Penilaian
Stabilitas Harga
Nilai Tambah
Penyerapan Tenaga
Kerja
Sumbangan thd Perekonomian
Backward & Forward Linkages
Jumlah jenis usaha yg terpengaruh krn keberadaan
usaha ini
ALTERNATIF KPJU
SEKTOR/SUB SEKTOR
Pendahuluan
I-7
Gambar I-2.Hierarki Operasional Penentuan KPJU-KPJU Unggulan Daerah
Gambar I-3. Hierarki Operasional Penentuan Tingkat Kepentingan Sektor/Sub sektor Ekonomi tiap kabupaten/kota dalam
Penentuan KPJU-KPJU Unggulan Lintas Sektor
MENCARI KOMODITAS
Pertumbuhan Ekonomi
Skilled
Tenaga
Kerja
Bahan
Baku Modal
Sarana
Produksi/
Usaha
Teknologi Sosial
Budaya
Manajeman
Usaha
Ketersediaan
Pasar Harga Penyerapan
Tenaga Kerja
Sumbangan
terhadap
Perekonomian
Penciptaan Lapangan
Kerja
Peningkatan Daya Saing
Produk
ALTERNATIF KPJU-KPJU
LEVEL 1
FOKUS
LEVEL 2
TUJUAN
LEVEL 3
KRITERIA
LEVEL 4
ALT. KPJU
MENCARI KOMODITAS
Pertumbuhan Ekonomi Penciptaan Lapangan
Kerja
Peningkatan Daya Saing
Produk
LEVEL 1
FOKUS
LEVEL 2
TUJUAN
8 .. 4 3 2
LEVEL 3
SEKTOR/SUB SEKTOR
SEKTOR / SUB SEKTOR
(kabupaten/kota 1)
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
I-8
a. Tahap Pertama
Tahap pertama adalah penentuan nilai bobot tujuan dan kriteria yang
dilakukan di tingkat Provinsi berdasarkan pendapat Tim Pakar lintas sektor.
Nilai bobot tujuan dan kriteria berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan metode AHP digunakan sebagai bobot tujuan dan kriteria untuk
semua sektor/sub sektor dan semua kabupaten/kota di Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Dalam hal bobot kriteria yang dianalisis adalah:
1. Penentuan bobot masing-masing kriteria untuk (1) penyaringan
komoditas unggulan di tingkat kecamatan, dan (2) penyaringan hasil
komoditas unggulan di tingkat kecamatan menjadi short list untuk
masukan penyaringan komoditas tingkat kabupaten/kota:
(i) Jumlah unit usaha/rumah tangga usaha atau volume produksi
untuk masing-masing KPJU dari setiap kecamatan yang bersumber
dari data sekunder/statistik;
(ii) Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran KPJU-KPJU (persepsi
narasumber):
(1) Lokal kecamatan;
(2) Antar kabupaten/kota;
(3) Antar provinsi dan
(4) Ekspor.
(iii) Ketersediaan bahan baku/sarana produksi (persepsi narasumber):
(1) Sarana produksi pertanian/bibit (sektor pertanian);
(2) Sarana produksi/bahan baku (sektor industri); dan
(3) Sarana usaha (sektor perdagangan, angkutan, jasa).
(iv) Kontribusi KPJU-KPJU terhadap perekonomian wilayah kecamatan
dan kabupaten/kota (persepsi narasumber).
2. Penentuan bobot kriteria untuk penyaringan KPJU-KPJU unggulan
kabupaten/kota untuk masing-masing sektor/sub sektor dan lintas
sektor:
(1) Tenaga kerja terampil yang dibutuhkan (Skilled);
(2) Bahan baku;
(3) Modal;
(4) Sarana produksi/usaha;
(5) Teknologi;
(6) Sosial budaya;
(7) Manajemen usaha;
(8) Ketersediaan pasar;
(9) Harga;
(10) Penyerapan tenaga kerja; dan
(11) Sumbangan terhadap perekonomian.
Pendahuluan
I-9
b. Tahap Kedua
Tahap kedua dilaksanakan guna menghasilkan identifikasi KPJU-KPJU
unggulan pada setiap sektor ekonomi pada tingkat kecamatan, dengan
menggunakan kriteria dan bobot masing-masing kriteria berdasarkan hasil
tahap pertama.
Langkah awal yang dilakukan pada tahap kedua ini adalah memperoleh data
semua KPJU untuk setiap sektor/sub sektor yang ada pada setiap kecamatan
(long list).
Berdasarkan long list tersebut dilakukan penyaringan untuk memperoleh
KPJU-KPJU unggulan untuk setiap sektor/sub sektor dengan menggunakan
metode Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) (Marimin, 2004). Pada
awalnya digunakan Composite Performance Index (CPI) yang lebih
mempertimbangkan karakteristik data dari kriteria yang ditentukan, namun
karena hasil penilaian terjadi perbedaan nilai yang sangat besar, maka metode
ditransformasikan dalam scoring melalui metode perbandingan eksponensial
(MPE).
Penggunaan metode MPE untuk kriteria: (a) Jumlah unit usaha/rumah tangga
usaha atau volume produksi bersumber dari data sekunder, sedangkan (b)
Pasar, (c) Ketersediaan bahan baku/sarana produksi, dan (d) Kontribusi
terhadap perekonomian kecamatan dilakukan penilaian (pemberian skor dan
bobot) terhadap setiap KPJU untuk setiap sektor/sub sektor yang ada pada
long list.
Penilaian dilakukan oleh narasumber melalui mekanisme indepth interview
dan pengisian matrik identifikasi alternatif komoditas/produk/jenis usaha
unggulan tingkat kecamatan. Narasumber tersebut adalah mantri tani, mantri
statistik, dan staf/seksi perekonomian dari semua kecamatan yang dijadikan
daerah penelitian. Output dari analisis MPE adalah nilai skor terbobot dari
setiap KPJU yang diidentifkasi. Analisis berikutnya adalah melakukan
pengurutan dari skor terbobot tertinggi ke terendah (descending sorting).
Akhirnya masing-masing kecamatan ditetapkan 5 (lima) KPJU dari setiap
sektor/sub sektor yang memiliki skor terbobot tertinggi.
c. Tahap Ketiga
Tahap ketiga dilaksanakan untuk menghasilkan KPJU unggulan untuk setiap
sektor/sub sektor dan lintas sektor pada tingkat kabupaten/kota. Tahap
ketiga diawali dengan penyaringan KPJU unggulan untuk semua kecamatan,
yaitu dengan menggabungkan hasil identifikasi KPJU unggulan semua
kecamatan (hasil tahap kedua).
Proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan metode Borda
berdasarkan urutan prioritas dan nilai skor KPJU dari hasil MPE yang telah
dilaksanakan pada tahap sebelumnya (oleh pejabat tingkat kecamatan).
Berdasarkan skor-terbobot yang diperoleh ditetapkan maksimal 10 KPJU
untuk setiap sektor/sub sektor yang memiliki skor terbobot tertinggi,
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
I-10
yang dijadikan sebagai alternatif untuk dipilih sebagai KPJU unggulan untuk
setiap sektor/sub sektor.
Kriteria yang digunakan untuk proses penetapan KPJU unggulan
kabupaten/kota ditinjau dari aspek Input-Proses-Output, yang diuraikan
menjadi 11 kriteria, yang masing-masing kriteria mempertimbangkan unsur
penilaian seperti disajikan pada Tabel I-2.
Tabel I-2. Kriteria dan Unsur Penilaian Dalam Penentuan KPJU Unggulan
Kriteria Unsur Penilaian
A INPUT
1 Tenaga kerja terampil
(Skilled)
(1) Tingkat Pendidikan
(2) Pelatihan
(3) Pengalaman kerja
(4) Jumlah lembaga/sekolah ketrampilan/
pelatihan
2 Bahan baku
(manufacturing)
(1) Ketersediaan/kemudahan bahan baku
(2) Harga perolehan bahan baku
(3) Parishability bahan baku (mudah tidaknya
rusak)
(4) Kesinambungan bahan baku
(5) Mutu bahan baku
(6) Kemudahan dalam memperoleh
(7) Aspek Lingkungan
3 Modal (1) Kebutuhan investasi awal
(2) Kebutuhan modal kerja
(3) Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan
4 Sarana
produksi/usaha
(1) Ketersediaan/kemudahan memperoleh
(2) Harga
B Proses
5 Teknologi (1) Ketersediaan
(2) Kemudahan (memperoleh teknologi)
(3) Dampakl
6 Sosial budaya
(faktor endogen)
(1) Ciri khas lokal
(2) Penerimaan masyarakat
(3) Turun temurun
7 Manajemen usaha Kemudahan untuk memanage
C Output
8 Ketersediaan pasar (1) Jangkauan/wilayah pemasaran
(2) Kemudahan mendistribusikan
9 Harga (1) Stabilitas harga
(2) Nilai tambah (added value)
10 Penyerapan TK Kemampuan menyerap TK
11 Sumbangan terhadap
perekonomian wilayah
Jumlah jenis usaha yang terpengaruh karena
keberadaan usaha ini (Backward & forward
linkages)
Pendahuluan
I-11
Analisis untuk penetapan KPJU dilakukan dengan menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process (Saaty, 2000). Bobot setiap kriteria yang
digunakan adalah berdasarkan hasil Tahap Pertama.
Terhadap masing-masing kriteria, dilakukan penilaian perbandingan tingkat
kepentingan antar alternatif KPJU menurut skala ordinal Saaty, oleh
narasumber yang diperoleh melalui mekanisme Focus Group Discussion (FGD)
dan pengisian kuesioner/matrik. Penilaian perbandingan (scoring) antar KPJU
untuk setiap kriteria didasarkan atas unsur penilaian seperti tertuang pada
Tabel I-2, baik pada kondisi saat ini dan prospeknya di masa yang akan
datang. Pelaksanaan kegiatan pada tahap ini dilaksanakan di masing-masing
Dinas/Instansi, dengan narasumber adalah pejabat dinas/instansi terkait
pada tingkat kabupaten/kota yang terkait secara langsung dalam pembinaan
dan pengembangan UMKM untuk semua sektor ekonomi, pejabat bank
pelaksana, Bappeda, dan Pengurus Asosiasi/Kadinda. Pada tahap ini
dilakukan juga penilaian tingkat kepentingan Sektor/Sub sektor Ekonomi
pada masing-masing kabupaten/kota dalam penetapan KPJU Unggulan Lintas
Sektor.
Penilaian (scoring) terhadap setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan
bagi UMKM dalam rangka menjalankan usaha, usaha baru atau
mengembangkan usaha, serta sejauh mana dukungan wilayah pada setiap
unsur penilaian. Output dari tahapan ini adalah daftar KPJU unggulan beserta
nilai skor terbobot untuk masing-masing KPJU. Berdasarkan nilai skor
terbobot masing-masing KPJU ditetapkan Analisis berikutnya adalah
menentukan 5 (lima) KPJU untuk setiap sektor/sub sektor sebagai KPJU
unggulan kabupaten/kota yang mempunyai nilai skor terbobot tertinggi.
Tahapan berikutnya adalah menentukan KPJU unggulan lintas sektor ekonomi
tingkat kabupaten/kota. Langkah-langkah proses penentuan KPJU Unggulan
Lintas Sektoral adalah sebagai berikut:
(i) Proses normalisasi nilai skor terbobot dari 5 (lima) KPJU Unggulan per
Sektor;
(ii) Analisis AHP untuk memperoleh bobot atau tingkat kepentingan masing-
masing Sektor/Sub sektor ekonomi dalam penetapan KPJU Unggulan
Lintas Sektor;
(iii) Penggabungan KPJU Unggulan setiap Sektor, dan kemudian menetapkan
nilai Skor Terbobot setiap KPJU Unggulan berdasarkan metode BAYES,
yaitu perkalian hasil normalisasi skor terbobot KPJU Unggulan per
Sektor hasil langkah (i) dengan nilai bobot kepentingan Sektor Ekonomi
KPJU yang bersangkutan (hasil langkah ii);
(iv) Menetapkan 5 KPJU yang mempunyai nilai skor terbobot tertinggi (hasil
langkah iii), sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
I-12
d. Tahap Keempat.
Tahap keempat terdiri dari dua kegiatan yaitu :
(1) Proses re-konfirmasi hasil penetapan KPJU Unggulan per Sektor dan
KPJU Unggulan Lintas Sektor, berdasarkan hasil kegiatan tahap
pertama sampai ketiga. Pada tahap ini juga dilakukan proses
penjaringan pendapat narasumber untuk mengklasifikasikan KPJU
Unggulan berdasarkan Prospek dan berdasarkan Potensi kondisi saat
ini. Hasil penjaringan adalah pemetaan KPJU Unggulan menurut 4
Kuadran seperti pada Gambar I-4 berikut:
Gambar I-4.Pemetaan Kuadran KPJU Unggulan
(2) Proses identifkasi alternatif kebijakan pengembangan masing-masing
KPJU Unggulan tingkat kabupaten/kota.
Kedua kegiatan tersebut dilakukan melalui mekanisme FGD dengan
narasumber dari pejabat dinas/instansi terkait pada tingkat kabupaten/kota
yang terkait secara langsung dalam pembinaan dan pengembangan UMKM
untuk semua sektor ekonomi, pejabat bank pelaksana, Bappeda, dan
Pengurus Asosiasi/Kadinda.
e. Tahap Kelima
Tahap kelima adalah proses penyaringan lebih lanjut dalam rangka
menetapkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi dan lintas sektor tingkat
Provinsi.
1. Penentuan KPJU unggulan per sektor/sub sektor pada tingkat provinsi
dilakukan terhadap gabungan KPJU unggulan per sektor/sub sektor
Prospek
Potensi
Kuadran I:
KPJU Unggulan
dengan Prospek dan
Potensi yang Tinggi
Kuadran II:
KPJU Unggulan dengan
Prospek Tinggi dan
Potensi yang Rendah
Kuadran IV:
KPJU Unggulan
dengan Prospek
Rendah dan Potensi
yangTinggi
Kuadran III:
KPJU Unggulan
dengan Prospek
Rendah dan Potensi
yangRendah
Pendahuluan
I-13
pada tingkat kabupaten. Dari hasil penggabungan tersebut dilakukan
penyaringan KPJU unggulan untuk setiap sektor/sub sektor dengan
menggunakan metode pembobotan Borda. Hasil yang diperoleh adalah
maksimal 5 (lima) KPJU unggulan yang memiliki total nilai/skor
tertinggi sebagai KPJU unggulan per sektor/sub sektor tingkat provinsi.
Fungsi Borda untuk penentuan KPJU per sektor/sub sektor dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
(i) Urutkan 5 (lima) KPJU unggulan dari prioritas tertinggi hingga
terendah;
(ii) KPJU yang menempati urutan tertinggi dalam sektor/sub sektor
tersebut diberi bobot 5, urutan kedua diberi bobot 4, dan
seterusnya;
(iii) Ulangi proses (i) dan (ii) untuk KPJU di masing-masing
kabupaten/kota;
(iv) Berdasarkan hasil proses (iii) skor Borda untuk KPJU-i tingkat
Provinsi dihitung sebagai berikut :
Skor Borda i = )BobotSK(ijij
Keterangan:
untuk setiap KPJU -i, i= 1,2... n
j : subskrip kabupaten/kota (j = 1 s/d 6)
SK-ij : skor urutan KPJU-i pada kabupaten/kota ke-j
Bob-ij : bobot KPJU-i unggulan pada kabupaten/kota ke-j
(keluaran AHP/ tahap-3).
(v) Tetapkan 5 (lima) KPJU unggulan Provinsi yang mempunyai nilai
skor Borda tertinggi.
2. Penentuan KPJU unggulan lintas sektor pada tingkat provinsi dilakukan
terhadap gabungan seluruh KPJU unggulan lintas sektor pada tingkat
kabupaten/kota. Dari hasil penggabungan tersebut dilakukan
penyaringan KPJU unggulan lintas sektor dengan menggunakan metode
pembobotan Borda. Hasil yang diperoleh adalah maksimal 5 (lima)
KPJU unggulan yang memiliki total nilai/skor tertinggi sebagai
KPJU unggulan lintas sektor tingkat Provinsi.
Diagram alir proses penentuan KPJU Unggulan setiap sektor/sub
sektor pada kabupaten/kota dan provinsi secara lengkap dapat dilihat
pada Gambar I-5.
e. Tahap Keenam
Berdasarkan hasil penentuan KPJU unggulan daerah, baik menurut
sektor/sub sektor ekonomi maupun lintas sektoral, diberikan rekomendasi
kebijakan atau saran-saran pengembangan yang diperoleh berdasarkan hasil
Focus Group Discussion (FGD), baik di tingkat kabupaten/kota maupun
provinsi. Rekomendasi kebijakan diharapkan dapat dimanfaatkan oleh
Pemerintah Daerah, dinas/instansi terkait, perbankan, dan para stakeholders
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
I-14
sebagai referensi dalam pembuatan kebijakan lebih lanjut. Demikian pula,
fungsi Kantor Bank Indonesia baik sebagai advisor maupun penyedia data dan
informasi dapat diimplementasikan dari hasil penelitian ini.
Pendahuluan
I-15
Mulai
Penilaian Tujuan
Memenuhi
standar
+ >
10%
Penggabungan
pendapat Revisi
Penilaian kriteria
berkaitan dengan
tujuan
Memenuhi
standar
+ > 10%
Standar
Penggabungan
pendapat Revisi
Perhitungan vertikal
– bobot kriteria
terhadap Ultimate
Goal
Penilaian kriteria
berkaitan dengan
tujuan
Memenuhi
standar
+ > 10%
Standar
Penggabungan
pendapat Revisi
Perhitungan vertikal –
bobot kriteria
A
T
Y
Y
Y
T
T
Y
Y
Y
T
Y
T Y
T
Y
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
I-16
Gambar I-5. Diagram Alir Proses Penentuan KPJU Unggulan Setiap Sektor/Sub
sektor pada Kabupaten/Kota dan Provinsi dengan Metode AHP
A
Penilaian KPJU unggulan
untuk setiap sektor/sub
sektor di Kab/kota
Memenuhi
standar CI + > 10%
CI
Penggabungan
pendapat
Revisi
Penetapan 5 KPJU
setiap sektor/sub sektor
Normalisasi bobot KPJU
sektor/sub sektor
Perhitungan bobot KPJU
setiap sektor/sub sektor
Kab/kota
Penetapan KPJU
unggulan Provinsi
Selesai
T
Y
T
Y
Y
Profil Daerah
II-1
BAB II. PROFIL DAERAH
2.1. Provinsi Nusa Tenggara Barat
2.1.1. Kondisi Geografis dan Demografis
2.1.1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terbentuk berdasarkan Undang – Undang No. 64
Tahun 1958 yang mengatur tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Bali, NTB dan
NTT. Pada awal pembentukannya, penyelenggaraan pemerintahan NTB masih
merujuk pada dua UU, yaitu UU Negara Indonesia Timur No. 44 Tahun 1950 dan UU
No. 1 Tahun 1957 tentang Pokok – Pokok Pemerintahan Daerah. Setelah melalui
proses penyesuaian peraturan perundang-undangan, baru sejak 17 Desember 1958
Provinsi NTB terbentuk secara nyata, sehingga tanggal 17 Desember kemudian
ditetapkan sebagai hari lahir Provinsi NTB.
Secara geografis Provinsi Nusa Tenggara Barat terletak antara 08010’ – 09005’ Lintang
Selatan dan 115046’ – 119005’ Bujur Timur, dengan batas wilayah :
Sebelah Utara, berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan Laut Flores,
Sebelah Timur, berbatasan dengan Selat Sape,
Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudra Hindia,
Sebelah Barat, berhadapan dengan Selat Lombok.
Tabel II-1. Luas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota,
Tahun 2011
Kabupaten/Kota Ibukota Luas Daratan Persentase
1. Lombok Barat Gerung 1.053,92 5,23
2. Lombok Tengah Praya 1.208.40 6,00
3. Lombok Timur Selong 1.605,55 7,97
4. Sumbawa Sumbawa Besar 6.643,98 32,97
5. Dompu Dompu 2.324,60 11,53
6. Bima Raba 4.389,40 21,78
7. Sumbawa Barat Taliwang 1.849,02 9,17
8. Kota Mataram Mataram 61,30 0,30
9. Kota Bima Raba 207,50 1,03
10. Lombok Utara Tanjung 809.53 4,02
Provinsi Nusa Tenggara Barat 20.153,50 100,00
Sumber: BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2012
NTB merupakan Provinsi kepulauan dengan dua pulau utama: Lombok dan
Sumbawa, dan sekitar 332 pulau-pulau kecil dengan panjang garis pantai 2.333
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-2
kilometer. Dari pulau-pulau yang ada, 282 telah memiliki nama dan berpenghuni.
Wilayah daratan Provinsi Nusa Tenggara Barat membentang seluas 20.153,2 km2,
dan luas perairannya terhampar hampir 30 ribu km2. Luas daratan Pulau Lombok
hanya mencapai 23,52% (4.738,7 km2), sedang luas daratan Pulau Sumbawa
mencapai 76,48% (15.414,5 km2) dari luas total daratan NTB. Kabupaten Sumbawa
memiliki hamparan wilayah terluas, lebih dari 1/3 luas Provinsi NTB, disusul
Kabupaten Bima (21%) dan Dompu (11%), sedang Kota Mataram memiliki wilayah
terkecil, hanya 0,3% dari luas Provinsi NTB. Luas daratan setiap kabupaten dan kota
secara lengkap disajikan pada Tabel II-1.
Ditilik dari letak geografisnya, NTB mempunyai posisi strategis karena beberapa
alasan. Pertama, NTB berada jalur transnasional Banda Aceh – Kupang yang secara
ekonomis menguntungkan. Kedua, NTB diapit oleh jalur pelayaran internasional,
yaitu Jalur pelayaran Selat Lombok dan Jalur pelayaran Selat Timor. Ketiga, NTB
berada pada lintasan tujuan wisata utama dunia: Bali – Komodo dan Tana Toraja,
yang sering disebut juga sebagai ”segitiga emas pariwisata Indonesia”.
Tabel II-2. Nama Ibukota, Jumlah Kecamatan dan
Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kabupaten.
Kabupaten / Kota Ibukota Kecamatan Desa/Kelurahan
1. Lombok Barat Gerung 10 123
2. Lombok Tengah Praya 12 139
3. Lombok Timur Selong 20 215
4. Sumbawa Sumbawa Besar 24 166
5. D o m p u Dompu 8 79
6. B i m a Raba 18 178
7. Sumbawa Barat Taliwang 8 64
8. Kota Mataram Mataram 6 50
9. Kota Bima Raba 5 38
10. Lombok Utara Tanjung 5 33
Total NTB 116 1.085
Sumber: BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2012
Secara administratif Provinsi Nusa Tenggara Barat terbagi atas 10 kabupaten/kota,
116 kecamatan dan 1.085 desa/kelurahan. Kabupaten Sumbawa selain memiliki
dataran terluas, juga memiliki jumlah kecamatan terbanyak, namun jumlah
desa/kelurahan terbanyak dimiliki oleh Kabupaten Lombok Timur.
2.1.1.2. Topografi dan Iklim
Kondisi topografi NTB bervariasi, dari ketinggian nol hingga 3.726 meter di atas
permukaan laut untuk Pulau Lombok, sedang Pulau Sumbawa memiliki ketinggian
nol hingga 2.755 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan ketinggian wilayah,
fisiografi NTB dapat diklasifikasikan datar, landai, bergelombang dan bergunung-
gunung. Di Pulau Lombok terdapat jajaran Gunung Rinjani, Mareje, Timanuk, Nangi,
Perigi, Plawangan, dan baru. Sedangkan di Pulau Sumbawa terhampar deretan
Profil Daerah
II-3
Gunung Batu Lanteh, Tukan, Jaran Pusang, Soromandi/Donggo, Tambora, Dadu,
Pajo dan Sambi.
Iklim NTB mendapat pengaruh dari angin Monsun, terutama pada Bulan Oktober –
Maret dipengaruhi angin Monsun Pasific yang melalui Laut Jawa dan Samudra
Indonesia. Dua lautan ini mempengaruhi karakteristik curah hujan di seluruh
wilayah NTB. Pengaruh tersebut menyebabkan pola hujan yang tidak seragam,
terutama di Pulau Lombok. Pengaruh tingginya suhu permukaan air laut (SPL) di dua
laut tersebut mendorong evaporasi yang instensif dan pembentukan awan pada
musim Angin Barat, membuat curah hujan yang tinggi pada Bulan November –
Februari. Sebaliknya pada musim Angin Timur, suhu permukaan laut di Samudra
Hindia menurun dan mencapai suhu terendah pada Bulan Agustus, menyebabkan
terjadinya musim kering dengan curah hujan yang sangat rendah.
Kelembaban udara di Provinsi Nusa Tenggara Barat relatif tinggi, berkisar antara 79–
85%, dengan kecepatan angin rata-rata 6 – 7 knots, dan kecepatan angin maksimum
20 knots. Jumlah hari hujan pada tahun 2011 mencapai 220 hari atau rata-rata 18
hari per bulan. Hari hujan tertinggi terjadi pada Bulan September – Januari, dengan
hari hujan lebih dari 22 hari per bulan, sedang hujan terendah terjadi pada Bulan
Juni – Agustus, dengan rata-rata 13 hari hujan per bulan. Curah hujan tertinggi
terjadi pada Bulan September dan Juli, dengan curah hujan tertinggi 489 mm, dan
terendah terjadi pada Bulan Maret dengan curah hujan 97 mm. Secara lengkap data
hari hujan dan curah hujan Provinsi Nusa Tenggara Barat disajikan pada Tabel II-3.
Tabel II-3. Rata-rata Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan Per Bulan, Tahun 2011
Bulan Jumlah Hari Hujan Curah Hujan (mm)
1. Januari 24 245
2. Pebruari 18 115
3. Maret 16 77
4. April 11 102
5. Mei 24 289
6. Juni 13 116
7. Juli 12 345
8. Agustus 13 97
9. September 22 489
10. Oktober 22 289
11. Nopember 20 247
12. Desember 25 232
Jumlah 220 2.643
Rata-Rata Bulanan 18 220
Sumber: BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2012
Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), temperatur
maksimum Provinsi Nusa Tenggara Barat berkisar antara 31,1oC – 33oC, dan
temperatur minimum berkisar antara 22,8oC – 24,7oC. Temperatur tertinggi terjadi
pada Bulan Maret, sedang temperatur terendah terjadi pada Bulan Juli.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-4
2.1.1.3. Demografi
Jumlah penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2010 dan
Data BPS 2012, jumlahnya mengalami peningkatan dari 4.434.012 jiwa pada tahun
2009 menjadi 4.500.212 jiwa pada tahun 2010, dan 4.545.650 jiwa pada tahun 2011,
dengan tingkat pertumbuhan 1,17% per tahun. Kabupaten Lombok Timur memiliki
jumlah penduduk terbesar (1.116.745 jiwa), hampir satu setengah kali lipat jumlah
penduduk Kabupaten Lombok Tengah yang merupakan kabupaten dengan jumlah
penduduk terbanyak berikutnya. Sedang Kabupaten Sumbawa Barat memiliki
jumlah penduduk terkecil, yakni hanya 116.112 jiwa. Meskipun Kabupaten
Sumbawa Barat dan Kota Bima memiliki jumlah penduduk paling rendah, namun
tingkat pertumbuhan kedua kabupaten tersebut paling tinggi, berturut-turut
mencapai 2,73% dan 2,03% per tahun. Sedang Kabupaten Lombok Timur yang
memiliki jumlah penduduk tertinggi memiliki tingkat pertumbuhan penduduk
terendah (Tabel II-4).
Tabel II-4. Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota,
Tahun 2009-2011
KABUPATEN/KOTA JUMLAH PENDUDUK (Jiwa) PERTUMBUHAN
(%) 2009 2010 2011
1. Lombok Barat 829.777 599.989 606.044 1,50
2. Lombok Tengah 856.675 860.209 868.895 0,94
3. Lombok Timur 1.080.237 1.105.582 1.116.745 0,78
4. Sumbawa 420.750 415.789 419.987 0,94
5. Dompu 217.479 218.973 221.184 1,44
6. Bima 420.207 439.228 443.663 1,05
7. Sumbawa Barat 101.089 114.951 116.112 2,73
8. Kota Mataram 375.506 402.843 406.910 1,97
9. Kota Bima 132.292 142.579 144.018 2,03
10. Lombok Utara - 200.072 202.092 0,94
Provinsi NTB 4.434.012 4.500.212 4.545.650 1,17
Sumber : BPS Provinsi NTB (NTB dalam angka 2012).
Kepadatan penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat sangat bervariasi dengan rentang
yang sangat besar. Nilainya mencapai 223 jiwa per km2 untuk NTB, 668,70 jiwa per
km2 untuk Pulau Lombok, dan hanya 86,38 jiwa per km2 untuk Pulau Sumbawa.
Tabel II-5. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten, Tahun 2011
Kabupaten/Kota Luas Wilayah
(Km2)
Jumlah
Penduduk*
Kepadatan
Jiwa/Km2*
1. Lombok Barat 1.053,92 606.044 569,29
2. Lombok Tengah 1.208,40 868.895 711,86
3. Lombok Timur 1.605,55 1.116.745 688,60
4. Sumbawa 6.643,98 419.987 62,58
5. Dompu 2.324,60 221.184 94,20
6. Bima 4.389,40 443.663 100,07
7. Sumbawa Barat 1.849,02 116.112 62,17
Profil Daerah
II-5
Kabupaten/Kota Luas Wilayah
(Km2)
Jumlah
Penduduk*
Kepadatan
Jiwa/Km2*
8. Kota Mataram 61,30 406.910 6.572,28
9. Kota Bima 207,50 144.018 687,13
10. Lombok Utara 809,53 202.092 247,15
Provinsi NTB 20.153,20 4.545.650 223,30
Sumber : BPS Provinsi NTB (NTB dalam angka 2012).
Berdasarkan Tabel II-5. Dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk tertinggi terjadi
di Kota Mataram mencapai 6.572 jiwa per km2, hampir 10 kali lipat kepadatan
penduduk Kabupaten Lombok Tengah yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi
berikutnya sebesar 712 jiwa per km2. Kabupaten Sumbawa Barat, karena memiliki
jumlah penduduk terendah namun memiliki wilayah yang cukup luas, kepadatan
penduduknya paling rendah dibandingkan kabupaten lainnya, hanya mencapai 62,17
jiwa per km2.
Tabel II-6. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota,
Tahun 2011
KABUPATEN/KOTA JUMLAH PENDUDUK (Jiwa) Ratio Jenis
Kelamin Laki-Laki Perempuan Total
1. Lombok Barat 296.485 309.559 606.044 104,41
2. Lombok Tengah 411.194 457.701 868.895 111,31
3. Lombok Timur 520.360 596.385 1.116.745 114,61
4. Sumbawa 214.323 205.664 419.987 95,96
5. Dompu 111.782 109.402 221.184 97,87
6. Bima 220.970 222.693 443.663 100,78
7. Sumbawa Barat 58.862 57.250 116.112 97,26
8. Kota Mataram 201.341 205.569 406.910 102,1
9. Kota Bima 70.715 73.303 144.018 103,66
10. Lombok Utara 99.666 102.426 202.092 102,77
Provinsi NTB 2.205.663 2.339.987 4.545.650 106,09
Sumber : BPS Provinsi NTB (NTB dalam angka 2012).
Ratio jenis kelamin menunjukkan perbandingan antara penduduk perempuan dan
laki-laki. Ratio jenis kelamin penduduk NTB sebesar 106,09 yang berarti setiap 1000
penduduk laki-laki terdapat 1061 penduduk perempuan. Tabel II-6 menunjukkan
bahwa sebagian besar kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat berpenduduk
perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki, kecuali kabupaten
Sumbawa, Sumbawa Barat dan Dompu yang memiliki penduduk laki-laki lebih
banyak dibandingkan perempuan. Ratio jenis kelamin tertinggi dimiliki Kabupaten
Lombok Timur (114,61) dan terendah dimiliki oleh Kabupaten Sumbawa (95,96).
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-6
Gambar II-1. Piramida Penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat
Bila dilihat dari kelompok umur, komposisi penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat
berbentuk piramid dengan jumlah penduduk terbesar pada kelompok umur 0-4
tahun, dan terkecil pada kelompok umur 60-64 tahun (Gambar II-1). Jumlah
penduduk usia kerja lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk dibawah usia kerja
dan penduduk usia lanjut, hal ini dapat dilihat dari dependency ratio yaitu sebesar
55,55 yang berarti bahwa 100 orang penduduk usia produktif menanggung 55,55
penduduk usia tidak produktif (Tabel II-7). Dependency ratio penduduk laki-laki lebih
besar dari pada dependency ratio penduduk perempuan.
Tabel II-7. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011
No Kelompok Umur
(Thn)
Jumlah Penduduk
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. 0 – 4 246.670 234.071 480.741
2. 5 – 9 238.412 226.238 464.650
3. 10 – 14 235.172 223.487 458.659
4. 15 – 19 217.014 214.350 431.364
5. 20 – 24 178.993 209.404 388.397
6. 25 – 29 181.295 219.474 400.769
7. 30 – 34 166.655 196.177 362.832
8. 35 – 39 159.961 180.546 340.769
9. 40 – 44 136.689 152.014 288.703
10 45 – 49 114.940 125.025 239.965
11 50 – 54 100.829 108.529 209.358
12 55 – 59 73.089 73.554 146.643
13 60 – 64 58.972 61.996 120.968
14 65+ 98.325 113.769 212.094
Total 2.207.016 2.338.634 4.545.650
Sumber : BPS Provinsi NTB (NTB dalam angka 2012)
Profil Daerah
II-7
Tabel II-8. Jumlah Rumah Tangga dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011
Kabupaten / Kota Rumah tangga Rata-rata
Anggota
1. Kota Mataram 111.288 3,66
2. Lombok Barat 170.513 3,35
3. Lombok Utara 56.105 3,60
4. Lombok Tengah 259.563 3,35
5. Lombok Timur 327.683 3,41
Pulau Lombok
1. Sumbawa 109.456 3,84
2. Sumbawa Barat 29.568 3,93
3. D o m p u 53.780 3,84
4. B i m a 111.339 3,98
5. Kota Bima 35.930 4,01
Pulau Sumbawa
Jumlah / Total 1.229.295 3,70
Sumber : Nusa Tenggara Barat Dalam Angka 2012
Jumlah rumah tangga Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 1.248.115 dengan rata-
rata jumlah anggota rumah tangga sebesar 3,61 (Tabel II-8), ini berarti sebagian besar
rumah tangga memiliki anak kurang dari dua, mengindikasikan cukup berhasilnya
program keluarga berencana yang mencanangkan “dua anak cukup”. Kabupaten
Dompu yang memiliki jumlah penduduk urutan ke tiga terendah, memiliki rata-rata
jumlah anggota rumah tangga tertinggi, sebaliknya Kabupaten Lombok Timur dan
Lombok Tengah yang memiliki jumlah penduduk terbanyak justru memiliki rata-rata
jumlah anggota rumah tangga terendah.
2.1.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
2.1.2.1. Sumber Daya Alam
Luas daratan NTB yang lebih dari 20 ribu km2 menyimpan kekayaan dan
keanekaragaman sumber daya alam. Sumber daya hutan dengan luas 1,1 juta hektar
yang terdiri dari hutan lindung seluas 448 ribu hektar, hutan konservasi seluas 169
ribu hektar dan hutan produksi seluas 453 ribu hektar. Namun sayang, laju
kerusakan hutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat tergolong tinggi, mencapai 20 ribu
hektar per tahun, lebih tinggi dari kemampuan merehabilitasi hutan yang hanya 4-5
ribu hektar per tahun. Tingginya kerusakan hutan ini juga diindikasikan oleh
penurunan jumlah mata air yang mencapai 440 titik selama kurun waktu 15 tahun,
dari tahun 1985-2000. Pada saat ini jumlah mata air yang tersisa hanya 260 titik
mata air. Produksi kehutanan yang dominan adalah kayu campuran mencapai
15.025 m3 pada tahu 2011, kayu jati mencapai 1.503 m3. Sedang hasil hutan non
kayu hanya berupa madu, tercatat sebanyak 155,05 liter.
Sumber daya lahan yang dapat digunakan kegiatan pertanian seluas 402.190 ha
terdiri dari lahan sawah irigasi teknis 230.500 ha, sawah irigasi tradisional dan tadah
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-8
hujan seluas 127 ribu, dan ladang seluas 44.690 ha. Produk pertanian dominan
adalah padi dengan produksi 1.774.499 ton, jagung dengan produksi 249.005 ton,
kedelai dengan produksi 93.122 ton, ubi kayu dengan produksi 70.606 ton dan
kacang tanah 33.666 ton per tahun.
Potensi sumber daya air sebesar 10.748,13 juta meter kubik (m3) per tahun yang
berasal dari air permukaan dan air tanah. Kebutuhan air diperkirakan sebesar
6.826,22 juta meter kubik (m3), sehingga secara umum bisa dikatakan NTB surplus
air, meskipun di daerah tertentu terjadi kekurangan air, terutama di Pulau Lombok
dan Sumbawa bagian Selatan. Distribusi air akan lebih baik jika didukung oleh
sarana pengairan yang memadai, sehingga distribusi air baku untuk kebutuhan
irigasi, rumah tangga, dan industri dapat terpenuhi.
Potensi tangkapan ikan terbesar terjadi pada saat Musim Angin Timur dengan suhu
permukaan laut rendah dan konsentrasi klorofil-a tinggi pada bulan Juli sampai
September. Angin Timur menyebabkan terjadinya upwelling di sepanjang pantai
selatan, menyebabkan tingginya konsentrasi klorofil-a. Potensi tangkapan ikan akan
menurun seiring dengan berubahnya musim ke Musim Angin Barat dari Bulan
Oktober hingga Bulan Maret. Jenis ikan tangkapan sangat beragam, terbanyak
diantaranya adalah ikan layang, kembung, tongkol, tembang dan cakalang, dengan
total produksi sebesar 111.882 ton per tahun. Selain ikan tangkapan di laut, juga
dibudidayakan ikan di tambak, kolam, dan keramba. Jenis ikan yang banyak
dibudidayakan adalah udang vanamei dengan produksi 32.627.,34 ton, ikan bandeng
dengan produksi 7.097.16 ton, ikan nila dengan produksi 2.589,69 ton, dan ikan
mas/karper dengan produksi 1.147,30 ton per tahun.
2.1.2.2. Sumber Daya Manusia
Jumlah penduduk NTB yang berumur 15 tahun ke atas mencapai 3.134.958 orang
dengan komposisi penduduk yang bekerja mencapai 2.072.782 orang (66,11%),
sekolah 275.339 orang, mengurus rumah tangga 627.340 orang dan sisanya mencari
kerja dan penerima pendapatan. Data kegiatan utama penduduk NTB berumur 15
tahun ketas, dapat dilihat pada Tabel II-9.
Jumlah penduduk NTB yang bekerja sebesar 1.962.240 jiwa, dari jumlah tersebut,
sebagian besar penduduk NTB yang bekerja, bekerja dalam sektor pertanian sebesar
44,44%, kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 18,87% dan
sektor jasa-jasa sebesar 14,97%. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa
sektor pertanian memiliki peran yang besar dalam perekonomian provinsi terutama
dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja. Berdasarkan data tersebut juga dapat
ditunjukkan bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor yang berkontribusi
untuk memberikan produk unggulan bagi provinsi tersebut
Tabel II-9. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas
Menurut Kabupaten/Kota dan Kegiatan Utama
No Kabupaten/Kota Bekerja Mencari
kerja Sekolah
Mengurus
Rumah Tangga
Lainnya Jumlah
1. Lombok Barat 263.570 13.511 37.961 83.772 20.507 419.361
2. Lombok Tengah 380.937 24.037 51.783 124.819 30.048 611.624
Profil Daerah
II-9
No Kabupaten/Kota Bekerja Mencari
kerja Sekolah
Mengurus
Rumah
Tangga
Lainnya Jumlah
3. Lombok Timur 468.037 22.514 65.075 159.263 39.687 754.576
4. Sumbawa 190.941 10.412 22.979 54.559 15.631 294.522
5. Dompu 91.606 5.716 13.704 27.485 6.229 144.740
6. Bima 186.930 10.114 27.899 54.635 15.977 295.555
7. Sumbawa Barat 52.013 2.731 6.071 14.747 3.585 79.147
8. Lombok Utara 89.028 4.535 13.038 26.917 6.321 139.839
9. Kota Mataram 177.730 12.760 27.239 60.624 16.037 294.390
10. Kota Bima 61.448 4.172 9.590 20.519 5.475 101.204
Jumlah 1.962.240 110.542 275.339 627.340 159.497 3.134.958
Sumber : Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2012
Tabel II-10. Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Usaha 2011
No Uraian Jumlah Persentase
1. Pertanian 872.088 44,44
2. Pertambangan dan penggalian 49.587 2,53
3. Industri 169.577 8,64
4. Listrik, gas dan air bersih 2.508 0,13
5. Bangunan 89.284 4,55
6. Perdagangan, hotel dan restoran 370.239 18,87
7. Pengangkutan dan komunikasi 85.578 4,36
8. Keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan
29.560 1,51
9. Jasa-jasa 293.819 14,97
Jumlah 1.962.240 100,00
Sumber : Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2012
Pembangunan manusia kian mendapat perhatian dari penyelenggara pemerintah,
baik di pusat maupun daerah. Indikasinya, pembangunan manusia dimanifestasikan
dalam bentuk indeks pembangunan manusia (IPM) sebagai salah satu tolok ukur
pencapaian dari suatu proses pembangunan. Di kalangan para pengamat dan
pemerhati masalah kesejahtaraan rakyat dalam program pembangunan yang
dijalankan dengan berlandaskan pada pembangunan manusia menjadi perhatian
utama.
Hakekatnya, pembangunan manusia itu sendiri merupakan suatu proses investasi.
Upaya pemerintah untuk menyelaraskan pertumbuhan ekonomi agar dapat berjalan
seiring dengan pembangunan manusia maka diupayakanlah berbagai program
pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan standar hidup serta kapabilitas
penduduk. Dengan adanya peningkatan kualitas hidup manusia yang cukup
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-10
signifikan baik dari sisi kesehatan, pendidikan maupun ekonomi maka akan terlahir
pula generasi-generasi penerus yang berkualitas. Hingga suatu saat nanti penduduk
tidak lagi menjadi beban bagi bergulirnya proses pembangunan namun lebih
merupakan suatu potensi.
Hasil perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2006 dan 2007
menempatkan NTB sebagai daerah yang nilai pembangunan manusianya berada
pada level menengah bawah. Dari waktu ke waktu skor IPM NTB mengalami
peningkatan, namun dengan laju yang tidak cukup signifikan. Pada tahun 2004 skor
IPM NTB 60,6 (ranking 33 dari 33 Provinsi di Indonesia), meningkat menjadi 63 pada
tahun 2006 dan 63,71 di tahun 2007. Pada dua tahun terakhir ini IPM NTB
menduduki ranking 32 tingkat nasional. Perkembangan IPM NTB dan komponen
indikatornya disajikan pada Gambar II-2 dan Tabel II-11.
Gambar II-2. Perkembangan IPM Nasional dan Provinsi NTB
Kesungguhan Pemerintah Daerah dalam meningkatkan Indek Pembangunan Manusia
tercermin dari perkembangan IPM dari tahun ke tahun, dimana IPM meningkat
dengan laju yang semakin meningkat, yaitu 1,2 point per tahun selama periode 1999-
2002, 1,4 point per tahun selama periode 2002-2004, dan 1,8 point per tahun pada
periode 2004-2005, setelah tahun tersebut peningkatan IPM dibawah 1 point.
Besarnya peningkatan point IPM pada era 1999-2005 lebih banyak merupakan
sumbangan peningkatan angka melek huruf dan paritas daya beli, dan kecilnya laju
pertumbuhan IPM setelah tahun 2005 disebabkan makin sulitnya peningkatan
indikator tersebut.
Tabel II-11. Perkembangan Indikator IPM Provinsi NTB 1999-2007
Indikator IPM 1999 2002 2004 2006 2007
Angka Harapan Hidup 57,8 59,3 59,4 60,9 61,2
Angka Melek Huruf 72,8 77,8 78,3 80,1 80,1
Rata–rata Lama sekolah 5,2 5,8 6,4 8,7 6,7
Paritas Daya Beli (Rp 1000)
565,9 583,1 611,0 623,9 630,48
Sumber: RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2009-2013
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1999 2002 2004 2005 2006 2007
64.3 65.8 68.7 69.36 70.1 70.83
54.2 57.8 60.6 62.4 63.04 63.71
Nasional
NTB
Profil Daerah
II-11
Jika dilihat dari tabel IPM menurut kabupaten/kota (Tabel II-12), terlihat bahwa Kota
Mataram memiliki IPM tertinggi, dan menurut kriteria UNDP hanya Kota Mataram
yang tel;ah masuk dalam kategori “menengah atas” dengan nilai IPM 69,8. Secara
umum dapat dilihat bahwa nilai IPM kabupaten/kota di Pulau Sumbawa lebih baik
dibandingkan kabupaten di Pulau Lombok, dengan nilai di atas 6,0, sementara
kabupaten di Pulau Lombok memiliki IPM di bawah 6,0. Melihat fakta ini, agar
Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat sejajar dengan daerah lainnya diperlukan
percepatan, inovasi dan nilai tambah dalam proses pembangunan daerah.
Tabel II-12. IPM Menurut Kabupaten/Kota dan Peringkat IPM
Provinsi NTB 2004-2007
Kabupaten/Kota IPM (0 – 100) Peringkat IPM
2004 2005 2006 2007 2004 2005 2006 2007
1. Lombok Barat 57,0 57,8 58,7 59,3 431 432 445 444
2. Lombok Tengah 56,9 57,9 58,5 59,0 432 431 446 446
3. Lombok Timur 58,7 59,6 60,3 61,1 428 429 441 439
4. Sumbawa 63,2 64,0 64,8 64,9 391 389 408 416
5. D o m p u 62,3 63,3 63,9 64,0 400 398 418 424
6. B i m a 60,2 61,7 63,1 63,8 419 413 424 427
7. Sumbawa Barat 61,9 63,4 65,0 65,5 403 397 404 407
8. Kota Mataram 68,8 69,4 69,8 70,7 188 192 209 196
9. Kota Bima 63,5 64,2 65,9 67,1 38.3 385 379 385
10. Lombok Utara*
Provinsi NTB 60,6 62,4 63,0 63,7 32 32 32 32
Sumber: RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2009-2013
Keterangan : *) data tidak tersedia
2.1.3. Infrastruktur
2.1.3.1. Prasarana Jalan
Prasarana jalan adalah salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu
daerah, perhubungan darat merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk
memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha
pembangunan maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk
memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dan jasa dari
satu daerah ke daerah lain. Di samping itu perhubungan darat merupakan salah
satu sektor yang cukup besar peranannya karena kontribusinya untuk menembus
isolasi suatu daerah untuk pemerataan pembangunan seluruh daerah. Di Provinsi
Nusa Tenggara Barat peranan perhubungan darat cukup dominan terutama untuk
menyalurkan produk pertanian dari berbagai daerah ke daerah lain dalam Provinsi,
maupun luar Provinsi. Selain itu, perhubungan darat sangat dibutuhkan dalam
melayani kebutuhan masyarakat terutama menggerakkan perekonomian di
pedesaan. Sarana jalan nasional, Provinsi dan kabupaten/kota disajikan pada Tabel
II-13.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-12
Tabel II-13. Panjang Prasarana Jalan Provinsi NTB Menurut Status,
Konstruksi dan Kondisi
Kondisi
Jalan
S t a t u s J a l a n
Jalan Negara (Km) Jalan Provinsi (Km) Jalan Kabupaten (Km)
2009 2010 2009 2010 2009 2010
Diaspal 601,83 632,17 1.331,58 1.346,58 2.328,17 2.354,4
Kerikil - - 224,22 131,84 2.581,27 2.581,27
Tanah - - 142,03 155,65 -
Tidak Dirinci - - 144,70 135,20 -
Jumlah 601,83 632,17 1.842,33 1.772,27 4.909,44 4.935,67
Sumber:Dinas Kimpraswi Provinsi NTB, 2010
Sampai tahun 1999, secara nasional kualitas jalan di NTB tergolong salah satu yang
terbaik di Indonesia. Namun belakangan kualitas jalan mengalami penurunan
drastis. Dari sekitar 7,4 ribu kilometer ruas jalan Provinsi, kabupaten dan kota lebih
dari 2 ribu kilometer atau hampir 30 persen dalam kondisi rusak. Kerusakan
terparah ada pada ruas jalan kabupaten/kota yang mencapai 33.55 persen atau
sekitar 1,7 ribu kilometer. Sementara kerusakan pada ruas jalan Provinsi mencapai
26,75 persen atau 480,63 kilometer.
Pertumbuhan prasarana jalan di provinsi NTB secara keseluruhan, apabila
dibandingkan dengan pertumbuhan kendaraan bermotor yang ada di provinsi
tersebut tidaklah seimbang. Pada tahun 2009, rasio perbandingan panjang jalan
dengan jumlah kendaraan bermotor adalah sebesar 105,51 kendaraan per km jalan,
sedangkan pada tahun 2010 menjadi 119,61 kendaraan per km jalan. Berdasarkan
data tersebut, pertumbuhan prasarana jalan di provinsi NTB harus ditingkatkan
untuk mengimbangi pertumbuhan kendaraan bermotor yang terus tumbuh di
provinsi tersebut.
Tabel II-14. Banyaknya Kendaran Bermotor Tercatat
Tahun Mobil
Penumpang Mobil
Barang Bus
Sepeda Motor
Jumlah
2007 22.320 24.313 8.029 470.131 524.793
2008 24.601 25.870 8.570 569.426 628.467
2009 28.998 26.043 12.576 708.246 775.863
2010 32.581 32.320 4.558 808.491 877.950
2011 35.421 25.535 2.202 915.536 978.694
Sumber : Nusa Tenggara Barat dalam angka 2012
2.1.3.2. Prasarana Listrik dan Air Bersih
Kebutuhan energi listrik akan terus meningkat sejalan dengan berkembangnya roda
pembangunan perekonomian daerah di sektor perindustrian dan bertambahnya
pengguna listrik rumah tanga. Produksi listrik Provinsi NTB pada tahun 2010
mencapai 849,21 juta kWh, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 790,15 juta
Profil Daerah
II-13
kWh. Listrik yang terjual juga mengalami peningkatan, dengan besaran mencapai
775,97 juta kWh, yang dialirkan kepada 389.798 pelanggan. Ditengarai terdapat
73,24 juta kWh hilang/susut dalam pendistribusian arus listrik.
Gambar II-3. Jumlah Pelanggan Listrik di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kebutuhan akan air minum yang bersih dan sehat dari tahun ke tahun semakin
meningkat, dengan bertambahnya penduduk terutama di daerah perkotaan. Jumlah
pelanggan air minum terbesar yang didistribusikan oleh PDAM mencapai 143.713
unit pelanggan, yang terdiri dari 130.895 rumah tangga, 5.914 pelanggan niaga,
4.509 pelanggan lembaga sosial, 1.245 pelanggan lembaga/instansi pemerintah, 830
pelanggan industri dan 329 pelanggan khusus. Air yang didistribusikan mencapai
53.7 juta m3 dengan nilai jual sebesar Rp 67,34 trilyun, dan tingkat kebocoran
(hilang dalam distribusi) mencapai 11,7 juta m3.
2.1.3.3. Prasarana Komunikasi
Peranan pos dan telekomunikasi dalam struktur perekonomian Nusa Tenggara Barat
memang tidak begitu dominan, tetapi dalam menunjang pembangunan di daerah ini
cukup besar. Tanpa adanya kontribusi telekomunikasi, dunia usaha di daerah ini
tidak semaju seperti sekarang. Berbagai usaha pemerintah untuk memperlancar
pelayanan komunikasi, salah satunya peningkatan mutu layanan jasa Pos. Namun
tidak dapat dipungkiri dengan maraknya pengembangan teknologi informasi,
pemakaian jasa Pos semakin berkurang. Oleh karena itu kegiatan pos pada saat ini
lebih menitik beratkan pada ekspedisi atau pengiriman barang. Demikian pula PT.
Telekomunikasi pada penggunaan telpon rumah kurang mengalami peningkatan atau
bahkan malah mengalami penurunan sejak maraknya penggunaan handphone. Oleh
karena itu kinerja PT. Telkom lebih diarahkan pada penggunaan internet dengan
produk speedy. Jumlah kapasitas telepon pada tahun 2010 sebanyak 56.145 unit,
yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebesar 50.047 unit, dan tersisa sebanyak 6.098
unit yang belum terpakai.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-14
2.1.3.4. Prasaranan Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan
keterampilan manusia sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung
dari kualitas pendidikan. Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945 yang
menyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Tujuannya
adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.Tersedianya sarana dan prasarana
pendidikan merupakan hal yang penting bangi perkembangan pendidikan serta
pembangunan manusia.
Tabel II-15. Jumlah Fasilitas Pendidikan (sekolah) di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Tahun 2010
Kabupaten JUMLAH
TK SD SMP SMA SMK
1. Lombok Barat 83 333 51 24 26
2. Lombok Tengah 281 586 96 38 29
3. Lombok Timur 195 672 105 51 41
4. Sumbawa 162 345 64 22 14
5. D o m p u 50 210 41 21 14
6. B i m a 207 405 73 45 12
7. Sumbawa Barat 88 92 28 8 8
8. Kota Mataram 91 156 37 24 20
9. Kota Bima 53 77 18 14 10
10. Lombok Utara 28 134 16 9 7
Provinsi NTB 1.238 3.010 529 256 181
Sumber: BPS Provinsi NTB, 2011
Fasilitas pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Barat relatif cukup baik untuk tingkat
TK dan SD, namun dalam kondisi sedang pada tingkat sekolah lanjutan, dan relatif
rendah untuk Perguruan Tinggi. Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki sarana
Sekolah Taman Kanak-Kanak sebanyak 1.238 buah, SD sebanyak 3.010 buah, SMP
sebanyak 529 buah, SMA sebanyak 256 buah dan SMK sebanyak 181 buah. Lombok
Tengah memiliki Sekolah Taman Kanak-kanak terbanyak, namun Lombok Timur
memiliki SD, SMP, SMA dan SMK terbanyak. Jumlah murid yang bersekolah di NTB
tercatat sebanyak 920.025 orang, terdiri dari 57.707 murid TK, 546.838 murid SD,
179.585 murid SMP, 3.466 murid SMA, dan 47.553 murid SMK. Sedang Guru yang
mengajar sebanyak 44.372 orang guru yang terdiri dari guru TK sebanyak 5.705
orang, guru SD sebanyak 23.874 orang, guru SMP sebanyak 4.402 orang dan guru
SMK sebanyak 2.382 orang. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi penduduk
berkebutuhan khusus, Pemerintah Daerah juga membangun 28 Sekolah Luar Biasa
(SLB), dan mempekerjakan 300 orang guru atau tenaga pengajar yang tersebar
hampir di seluruh kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat.
Akses masyarakat terhadap layanan pendidikan dasar di NTB sangat baik, dan terus
mengalami peningkatan secara konsisten. Pada tahun 2007/2008 Angka Partisipasi
Murni (APS) mencapai 97,66% untuk tingkat SD, 79,57% untuk tingkat SLTP, dan
48,99 untuk tingkat SLTA. Sementara itu, Angka Partisipasi Kasar anak berusia 7-11
tahun mencapai 111,18% pada tahun 2010.
Profil Daerah
II-15
2.1.3.5. Prasarana Kesehatan
Pembangunan kesehatan harus selalu dilakukan mengingat jumlah penduduk yang
selalu bertambah dari tahun ke tahun. Upaya pemerintah untuk meningkatkan
derajat dan status kesehatan penduduk dilakukan antara lain dengan meningkatkan
fasilitas dan sarana kesehatan. Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar
semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah,
merata dan murah.
Fasilitas kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat terus ditingkatkan. Pada tahun
2011 terdapat penambahan 1 (satu) unit rumah sakit umum. Pada tahun 2010
terdapat 8 unit Rumah Sakit Umum, 1 Rumah Sakit Jiwa, 1 unit Rumah Sakit Kusta,
2 unit Rumah Sakit TNI/POLRI, dan 6 unit Rumah Sakit Swasta. Puskesmas sebagai
salah satu layanan kesehatan masyarakatyang mudah dan terjangkau untuk seluruh
lapisan masyarakat mengalami penambahan sebanyak 3 unit, dari 147 unit pada
tahun 2010 menjadi 150 unit pada tahun 2011. Banyaknya pusat layanan kesehatan
menurut kabupaten disajikan pada Tabel II-16.
Tabel II-16. Jumlah Unit Pelayanan kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011
Kabupaten RS
Umum
RS
Jiwa
RS
Kusta
RS
TNI/
POLRI
RS
Swasta Puskesmas
Puskesmas
Pembantu
Pos
Kesehatan
Desa
Pos
Pelayanan
Terpadu
1. Lombok Barat 1 - - - - 16 59 32 735
2. Lombok Tengah 1 - - - 1 25 92 98 1.436
3. Lombok Timur 1 - - - 1 29 86 78 1.415
4. Sumbawa 1 - - - - 25 93 65 624
5. D o m p u 1 - - - - 9 47 59 339
6. B i m a 1 - - - - 20 86 97 538
7. Sumbawa Barat 1 - - - - 9 27 50 199
8. Kota Mataram 1 - - - 5 10 16 19 341
9. Kota Bima - - - - 1 5 19 31 154
10. Lombok Utara 1 1 - 2 - 5 25 17 321
Provinsi NTB 10 1 0 2 8 153 550 546 6.102
2010 8 1 1 2 6 150 527 577 5.903
2009 7 1 1 2 6 147 534 565 5.881
2008 7 1 1 2 5 142 513 495 5.766
2007 7 1 1 2 5 130 455 - -
Sumber : Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2012
Tenaga kesehatan di Provinsi NTB juga mengalami peningkatan menjadi 9.523 orang
pada tahun 2011, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 8.257
orang. Peningkatan tersebut seiring dengan pertumbuhan penduduk NTB.
Peningkatan tenaga kesehatan di Provinsi NTB juga menunjukkan perbaikan dari segi
jumlah dan perbandingan dengan pertumbuhan penduduk. Apabila pada tahun
2009, tenaga kesehatan di Provinsi NTB perbandingannya adalah 1:537, pada tahun
2010 menjadi 1:472 dan pada tahun 2011 menjadi 1:460. Hal tersebut menunjukkan
akan semakin banyak penduduk yang dapat terlayani dan kualitas yang pelayanan
diberikan akan lebih baik.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-16
Tabel II-17. Jumlah Tenaga Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Tahun 2010
Kategori 2007 2008 2009 2010 2011
Tenaga Medis 538 444 497 616 651
Dikter Spesialis 66 66 71 83 95
Dokter Umum 357 293 332 424 441
Dokter Gigi 115 85 94 109 115
Tenaga Kesehatan lainnya 363 419 485 541 637
Tenaga Paramedis 5.279 5.341 5.580 6.394 6.467
Perawat 3.600 3.846 3.832 4.422 4.802
Non Perawat 1.679 1.495 1.748 1.972 1.665
Tenaga Non Paramedis 1.203 1.561 1.695 1.972 2.126
Jumlah 7.383 7.765 8.257 9.523 9.881
Sumber : Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2012
2.2. Kabupaten Lombok Barat
2.2.1. Kondisi Geografi dan Demografi
2.2.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah
Dilihat dari letak geografisnya Kabupaten Lombok Barat terletak pada 115046’ sampai
dengan 116028’ Bujur Timur, dan 8012’ sampai dengan 8055’ Lintang Selatan, dengan
batas-batas wilayah, sebelah utara dengan Lombok Utara, sebelah selatan dengan
Samudera Indonesia, sebelah barat dengan Selat Lombok dan Kota Mataram dan
sebelah timur berbatasan dengan Lombok Tengah.
Tabel II-18. Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Barat
Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Prosentase (%)
1. Batulayar 529,38 50,23
2. Gunungsari 62,66 5,95
3. Lingsar 62,30 5,91
4. Narmada 28,33 2,69
5. Labuapi 21,64 2,05
6. Kediri 21,56 2,05
7. Kuripan 107,62 10,21
8. Gerung 96,58 9,16
9. Lembar 89,74 8,51
10. Sekotong 34,11 3,24
Jumlah 1053,92 100
Sumber : Lombok Barat dalam Angka 2011
Ibukota Kabupaten Lombok Barat terletak di Gerung yang sekaligus sebagai pusat
Pemerintahan, mempunyai luas wilayah + 2.215,11 km2 yang terdiri dari daratan
seluas + 862,62 km2 dan lautan seluas 1.352,49 km2. Secara administrasi Kabupaten
Lombok Barat terbagi dalam 10 kecamatan, 88 desa dan 657 dusun dimana
Profil Daerah
II-17
Kecamatan Sekotong memiliki luas wilayah terbesar dengan luas wilayah + 330,45
km2 dan terkecil Kecamatan Kuripan dengan luas wilayah + 21,56 km2.
2.2.1.2. Topografi dan Iklim
Secara umum letak Kabupaten Lombok Barat sebagian besar berada pada ketinggian
di bawah 500 meter di atas pemukaan laut, yaitu sebesar 74,33%, sedangkan yang
ketinggian melebihi 1.000 meter sebesar 7,91% dari luas wilayah Kabupaten Lombok
Barat. Tingkat kemiringan lahan di Kabupaten Lombok Barat sangat bervariasi dan
diklasifikasikan dalam 4 (empat) kemiringan. Tingkat kemiringan yang paling luas 0-
5% mencapai sekitar 30.660 Ha atau 35,54% dari luas wilayah Kabupaten Lombok
Barat, kemiringan 2–15% seluas 15.759 Ha atau 18,27% dari luas wilayah Kabupaten
Lombok Barat, kemiringan lahan 40% ke atas seluas 13.693 Ha atau 15,87% dari
luas wilayah Kabupaten Lombok Barat.
Iklim di Kabupaten Lombok Barat termasuk iklim tropis dengan temperatur berkisar
20,4o – 32,5OC. Dampak pemanasan global yang terjadi beberapa kurun waktu
terakhir menyebabkan perubahan iklim yang dapat dilihat dari curah hujan dan hari
hujan yang berfluktuatif dalam beberapa tahun terakhir. Selama tahun 2011, rata‐
rata curah hujan per bulan sebesar 826 mm dan rata‐rata hari hujan per bulan
adalah 12 hari hujan setiap bulannya.
2.2.1.3. Lahan dan Penggunaanya
Penggunaan lahan di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 sebagian besar
digunakan sebagai lahan pertanian, terutama pertanian dalam bentuk lahan kering
atau tegalan, sedangkan untuk lahan sawah di Kabupaten Lombok Barat sebesar
16% dari seluruh luasan lahan di Kabupaten Lombok Barat. Penggunaan lahan yang
lainnya adalah untuk peruntukan pemukiman, kantor dan industri.
Gambar II-4. Penggunaan Lahan di Kabupaten Lombok Barat
Sumber : Lombok Barat dalam Angka 2011
Sawah
16%
Lahan
Pertanian
Bukan sawah
41%
Lahan bukan
pertanian
43%
Penggunaan Lahan di Kabupaten Lombok Barat
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-18
2.2.1.4. Demografi
Jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2011 adalah 606.044
jiwa, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 296.680 jiwa dan penduduk
perempuan 309.364 jiwa, atau setiap 100 penduduk perempuan terdapat 96 laki-
laki. Jika dibandingkan jumlah penduduk tahun 2010, jumlah tersebut mengalami
peningkatan sekitar 0,99%.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2011 sekitar 575 jiwa
per km2, dengan tingkat kepadatan yang tidak merata antar wilayah bagian dan antar
kecamatan. Tiga kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2011
adalah Kecamatan Narmada (88.392), Kecamatan Gunungsari (79.475), dan
Kecamatan Gerung (75.220). Sedangkan Kecamatan dengan penduduk jumlah paling
sedikit adalah Kecamatan Lembar (44.934).
Di lihat dari umur penduduk, Kabupaten Lombok Barat termasuk kategori struktur
intermediate (peralihan umur muda ke umur tua). Dari 29,99% penduduk berusia di
bawah umur 15 tahun dan penduduk usia 65 tahun ke atas 4,3%, yang
menunjukkan rasio ketergantungan juga cukup tinggi sekitar 57%. Dengan kata lain
setiap 100 orang usia produktif menanggung beban hidup 20 orang usia tidak dan
belum produktif.
2.2.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
2.2.2.1. Sumber Daya Alam
Potensi sumber daya alam di Kabupaten Lombok Barat meliputi sumber daya alam
non hayati yaitu air, lahan, udara dan bahan galian, sedangkan sumber daya alam
hayati yaitu hutan, flora dan fauna.
Sumber daya air di Kabupaten Lombok Barat terdiri dari air tanah (akifer) termasuk
mata air dan air permukaan. Berdasarkan atas besaran curah hujan per tahun,
hujan lebih dan evapotranspirasi tahunan yang akan berpengaruh terhadap air
meteorologis sesuai dengan gradasi sebaran curah hujan, maka makin ke selatan
wilayah Kabupaten Lombok Barat makin sedikit ketersediaan air meteorologisnya.
Berdasarkan tatanan stratigrafinya mempunyai beberapa jenis bahan galian,
terutama potensi galian C, yang tersebar dibeberapa wilayah di Kabupaten Lombok
Barat, antara lain: batu andesit yang bisa digunakan sebagai agregat beton, yang
banyak terdapat di Kecamatan Sekotong dan batu apung dengan konsentrasi
produksi terbesar berada di Kecamatan Narmada. Kemudian jenis bahan tambang
lainnya adalah pasir besi yang berada di Kecamatan Sekoton. Bahan tambang lain
yang ada di Kabupaten Lombok Barat adalah emas, perak dan tembaga yang
diperkirakan berada di Bukit Mecanggah Kecamatan Sekotong, walaupun sampai
saat ini belum dieksploitasi karena belum memiliki nilai ekonomis.
Kabupaten Lombok Barat memiliki sumber daya kelautan seluas 864 km2. Sumber
daya kelautan yang ada terdiri atas hutan mangrove 420 km2, terumbu karang 444
km2, sumber daya ikan dengan produksi 33.264,5 ton pada tahun 2008 yang terdiri
atas perikanan tangkap 14.270 ton dan perikanan budidaya 18.994,5 ton
Profil Daerah
II-19
2.2.2.2. Sumber Daya Manusia
Penduduk berumur 15 tahun ke atas yang merupakan angkatan kerja, sebagian
besar (34,24%) bekerja pada lapangan usaha Pertanian, kemudian pada lapangan
usaha perdagangan (17,28%), jasa-jasa (15,77%), angkutan dan komunikasi (4,50%)
dan konstruksi (28,14%).
Salah satu kualitas SDM di Lombok Timur dapat dinyatakan dengan Indeks
Pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan manusia
karena dengan pendidikan, masyarakat akan mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan diri dan memperoleh kehidupan yang layak. Salah satu ukuran
Indeks Pendidikan, yaitu Angka Melek Huruf (AMH) atau persentase penduduk usia
15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis. AMH penduduk Lombok Barat
pada tahun 207 adalah 73,8%. Hal ini berarti bahwa sekitar 27,02% penduduk usia
15 tahun ke atas adalah buta huruf. Ukuran ke dua Indeks Pendidikan adalah Rata-
rata Lama Sekolah (Men Year School – MYS) yang menunjukkan bahwa semakin besar
nilai MYS maka semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk. Pada tahun 2011, MYS
Kabupaten Lombok Timur adalah 5,7 tahun yang menunjukkan bahwa rata-rata
penduduk berumur 15 tahun ke atas hanya menempuh pendidikan sekolah dasar.
Berdasarkan AMH dan MYS, maka Indeks Pendidikan SDM Kabupaten Lombok Barat
pada tahun 2007 adalah 61,8%.
Secara umum Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan indeks komposit
dari komponen pendidikan, kesehatan dan ekonomi pada tahun 2008 adalah sebesar
60,17. IPM menunjukkan kenaikan, yang mana pada tahun 2007 adalah sebesar
59,03%.
2.2.3. Infrastruktur
2.2.3.1. Prasarana Jalan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar
kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka
akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas
penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.
Panjang jalan di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2010 adalah 60.812 km,
terdiri dari jalan kabupaten (44.648 km), jalan provinsi (21.464 km), jalan negara
(2.960 km). Sebagian panjang jalan dalam keadaan rusak/rusak berat (33,02%),
dalam keadaan sedang 4,9% dan yang alam kondisi baik adalah 62,18%.
2.2.3.2. Prasarana Air Bersih dan Listrik
Ketersediaan prasarana air minum yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Lombok
Barat menunjukkan bahwa pada tahun 2010 jumlah air minum yang disalurkan
sebanyak 7.290.670 m3 dengan jumlah pelanggan 25.089. Pelanggan tersebut terdiri
dari rumah tangga, niaga, sosial, instansi pemerintah dan khusus.
Pada dasarnya sebagian besar wilayah Lombok Barat telah terhubung oleh jaringan
instalasi listrik. Pemakaian energi listrik di Kabupaten Lombok Barat masih pada
kegiatan‐kegiatan yang bersifat konsumtif belum banyak mengarah pada kegiatan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-20
produktif yang nantinya menjadi penggerak sektor‐sektor ekonomi terutama industri.
Hal tersebut terlihat dari jumlah pelanggan, daya tersambung maupun energi terjual
yang didominasi kelompok rumah tangga. Tahun 2010 energi terjual untuk kelompok
rumah tangga mencapai 61.859.382 kWh atau sekitar 59,85% dari seluruh energi
terjual (103.349.677 kWh). Urutan berikutnya kelompok-kelompok bisnis dan
multiguna dengan persentase masing‐masing 23,4% (24.214.681 kWh) dan 917,29%
(17.275.614 kWh).
2.2.3.3. Prasarana Pos dan Komunikasi
Fasilitas komunikasi pada saat ini sudah menjadi hal yang lumrah, selain telpon
kabel kebutuhan komunikasi masyarakat pada saat ini juga didukung oleh telepon
seluler dan sebagian melalui surat menyurat. Jumlah surat yang terkirim dari kantor
pos Lombok Barat pada tahun 2010 adalah 125.889 buah, dan yang diterima
125.460 buah, adapun paket pos yang diterima berjumlah 15.675 buah dan yang
diterima 4.157 buah.
2.2.3.4. Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan di Kabupaten Lombok Barat sudah tersedia mulai dari tingkat
taman kanak-kanak (TK) sampai SLA, dengan jumlah 561 sekolah, dimana 81,96%
merupakan sekolah Negeri (Tabel II-19). Rasio sekolah dan murid untuk tingkat TK
adalah 32,5%, tingkat SD sebesar 65,30%, tingkat SLTP sebesar 17,79%, MTs tingkat
SLTA sebesar 7,46% dan SMK sebesar 6,1%.
Tabel II-19. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swastadi
Kabupaten Lombok Barat
No. Jenis Sekolah Jumkah Sekolah
Murid Guru Negeri Swasta
1 TK*) 6 81 3432 34
2 RA/BA *) - - - -
3 SD 333 11 68.756 3971
4 MI - - - -
5 SLB 1 - 82 17
6 SMP 34 17 17282 1414
7 SPDT 26 1 1454 -
8 SLTA 14 11 7864 816
9 SMK 13 13 6424 763
Jumlah 427 134 105.294 7315
Sumber : Lombok Barat dalam Angka 2010
2.2.3.5. Prasarana Kesehatan
Meningkatnya kemajuan teknologi dan pembangunan di Kabupaten Lombok Barat
diharapkan mampu meningkatkan kualitas kesehatan penduduk dan mampu
menurunkan angka kematian. Jumlah prasarana kesehatan yang ada di Kabupaten
Profil Daerah
II-21
Lombok Barat adalah 1 rumah sakit umum dan 15 puskesmas. Perkembangan
prasarana kesehatan di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 lebih cenderung
menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Tabel II-20. Jumlah Prasarana Kesehatan di Kabupaten Lombok Barat
Uraian 2007 2008 2009 2010
Rumah sakit umum 1 1 1 1
Puskesmas 19 19 15 15
Puskemas Keliling 21 22 17 15
Puskesmas pembantu 77 78 57 58
Dokter Spesialis - - - 8
Dokter Umum - - 29 26
Dokter Gigi - - 15 14
Sarjana Kesehatan Masy - - 25 25
Paramedis 138 138
Pembantu Paramedis - - 481 481
Apoteker - - 1 1
Tata Usaha - - 109 109
Sumber : Lombok Barat dalam Angka 2011
Perkembangan prasarana kesehatan, meliputi juga perkembangan tenaga kesehatan
yang ada di kabupaten tersebut. Perkembangan tenaga kesehatan di Kabupaten
Lombok Barat ditunjukkan dengan penambahan jumlah yang tidak signifikan. Pada
tahun 2009, jumlah tenaga kesehatan di kabupaten tersebut sebanyak 589 orang
dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 594 orang. Jumlah tersebut tidak
sebanding dengan pertumbuhan penduduk yang ada di Kabupaten Lombok. Rasio
tenaga kesehatan yang ada dengan jumlah penduduk adalah 1 : 1.010 pada tahun
2010. Dengan perbandingan tersebut, tenaga kesehatan di Kabupaten Lombok Barat
masih dirasakan kurang dan perlu ditingkatkan.
2.2.3.6. Prasarana Pasar
Perdagangan merupakan salah satu faktor penting dalam perputaran perekonomian
suatu daerah. Pada tahun 2010, jumlah pasar yang ada di Kabupaten Lombok Barat
sejumlah 34 buah, sedangkan jumlah toko yang ada sebesar 443 buah dan 94 los.
Jumlah pedagang di Kabupaten Lombok Barat mencapai 2.249 lembaga dengan 40
pedagang besar, 179 pedagang menengah, dan sisanya pedagang kecil. Perdagangan
yang penting di Kabupaten Lombok Barat adalah perdagangan bahan pokok dan
perdagangan semen. Perdagangan semen di Kabupaten tersebut berperanan penting,
karena perubahan harga pada komoditas tersebut dapat mempengaruhi harga
barang-barang yang lainnya.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-22
2.3. Kabupaten Lombok Tengah
2.3.1. Kondisi Geografi dan Demografi
2.3.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah
Kabupaten Lombok Tengah merupakan kabupaten yang terletak diujung timur pulau
Lombok dengan letak astronomi antara 116°05“ sampai 116°24” Bujur Timur dan
8°24” sampai 8°57” Lintang Selatan, dengan batas wilayah di sebelah Utara
Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur, di sebelah Selatan adalah Samudra
Indonesia, di sebelah Timur adalah Kabupaten Lombok Timur dan sebelah Barat
adalah Kabupaten Lombok Barat. Luas wilayah Kabupaten Lombok Tengah adalah
1.208,39 km².
Secara administratif, Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari 12 kecamatan dengan
luas wilayah kecamatan yang bervariasi. Kecamatan terluas adalah Kec. Pujut dan
Kec. Batukliang Utara sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah
Kec. Batukliang, seperti dapat dilihat pada Tabel II-21.
Tabel II-21.Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Tengah
Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Persentase
(%)
1. Praya Barat 252,75 12,64
2. Praya Barat Daya 124,97 10,34
3. Pujut 233,55 19,33
4. Praya Timur 82,57 6,83
5. Janapria 69,05 5,71
6. Kopang 61,66 5,10
7. Praya 61,26 5,07
8. Praya Tengah 65,92 5,46
9. Jonggat 71,55 5,92
10. Pringgarata 52,78 4,37
11. Batukliang 50,37 4,17
12. Batukliang Utara 181,96 15,06
Jumlah/Total 1.206,39 100,00
Sumber : Lombok Tengah dalam Angka tahun 2012
2.3.1.2. Topografi dan Iklim
Wilayah Kabupaten Lombok Tengah bagian utara merupakan dataran tinggi dan
merupakan areal kaki Gunung Rinjani yang meliputi Kec. Batukliang, Batukliang
Utara, Kopang dan Pringgarata. Bagian tengah meliputi Kec. Praya, Praya tengah,
Praya Barat Daya, Praya Timur, Janapria dan sebagian kecil Kec. Jonggat merupakan
wilayah dataran rendah yang memiliki potensi padi dan palwija. Bagian selatan
Lombok Tengah merupakan daerah yang berbukit-bukit dan sekaligus berbatasan
dengan Samudra Indonesia.
Iklim di Kabupaten Lombok Tengah termasuk iklim tropis dengan musim kemarau
yang kering dengan temperatur berkisar 20o–330C. Dampak pemanasan global yang
Profil Daerah
II-23
terjadi beberapa kurun waktu terakhir menyebabkan perubahan iklim yang dapat
dilihat dari curah hujan dan hari hujan yang berfluktuatif dalam beberapa tahun
terakhir. Selama tahun 2011, jumlah hari hujan per bulan di Kabupaten Lombok
Tengah berkisar antara 5 hingga 20 hari dengan curah hujan berkisar antara 87 mm
hingga 3.555 mm.
2.3.1.3. Lahan dan penggunaannya
Pada kondisi tahun 2011, seluas 54.562 Ha adalah lahan sawah dan selebihnya
(66.277 Ha) adalah lahan kering. Sebagian besar lahan sawah (37,46%) adalah
beririgasi setengah teknis, hanya sekitar 36% yang beririgasi teknis. Terapat sekitar
12,6% (645 Ha) yang merupakan sawah tadah hujan. Untuk lahan kering, kondisi
pada tahun 2011 sebagian besar penggunaannya adalah berupa hutan Negara
19.871 Ha atau 16,44%, kemudian tegalan/kebun 19.735 Ha atau 16,33%,
pekarangan dan bangunan 8.101 Ha atau 6,7%, Perkebunan 88 Ha atau 0,07% dan
selebihnya adalah hutan rakyat 3.246 Ha atau 2,69%, tambak 809 Ha atau 0,67%
dan kolam/tebat/empang 577 Ha atau 0,48%.
Tabel II-22. Luas Lahan dan Penggunaan Lahan
di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011
No Jenis Luas (Ha) Persentase
1 Pekarangan/ bangunan 8.101 6,71
2 Sawah 54.562 45,15
3 Tegalan/ kebun 19.735 16,33
4 Ladang/ huma - -
5 Tanah penggembalaan 175 0,14
6 Tambak 809 0,67
7 Kolam/ empang 577 0,48
8 Hutan rakyat 3.246 2,69
9 Hutan Negara 19.871 16,44
10 Perkebunan 88 0,07
11 Tanah Kosong - -
12 Lainnya 13.675 11,31
Total 120.839 100,00
Sumber : Lombok Tengah dalam Angka 2012
Pola penggunaan tanah di Kabupaten Lombok Tengah, jika diperhatikan selama
kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir mengalami perubahan yang signifikan, hal ini
terkait dengan adanya konversi penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi
permukiman dan perdagangan/jasa. Permukiman-permukiman baru dibangun pada
area-area yang dahulunya merupakan area pertanian lahan basah maupun lahan
kering. Selain itu dengan makin berkembangnya pertumbuhan di sektor perkebunan
terutama untuk komoditas tembakau Virginia, pada beberapa lokasi pertanian lahan
basah di wilayah Kecamatan Sikur dan Terara terjadi konversi lahan pertanian ke
fasilitas perdagangan/jasa (RPJM Kabupaten Lombok Tengah).
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-24
2.3.1.4. Demografi
Jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Tengah sesuai sensus tahun 2010 adalah
860.209 jiwa, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 407.079 jiwa dan
penduduk perempuan 453.130 jiwa, atau setiap 100 penduduk perempuan terdapat
89 laki-laki. Pada tahun 2011, jumlah penduduk terproyeksi sebanyak 868.890 jiwa
yang terdiri dari 411.187 jiwa penduduk laki-laki dan 457.703 jiwa penduduk
perempuan.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2011 sekitar 719
jiwa per km2, dengan tingkat kepadatan yang tidak merata antar wilayah bagian dan
antar kecamatan. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2011
adalah Kecamatan Praya dengan kepadatan penduduk 1.707 jiwa/km2 dan
kecamatan dengan penduduk paling rendah tingkat kepadatannya adalah Kecamatan
Batukliang Utara dengan kepadatan penduduk 263 jiwa/km2.
Tabel II-23. Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah Pada
Tahun 2011
No Kecamatan Luas Wilayah
(km2) Penduduk
Kepadatan (jiwa/km2)
1 Praya Barat 152,75 69.856 457
2 Prabarda 124,97 51.777 414
3 Pujut 233,55 97.857 419
4 Praya Timur 82,57 63.285 766
5 Janapria 69,05 70.933 1.027
6 Kopang 61,66 76.292 1.237
7 Praya 61,26 104.590 1.707
8 Praya Tengah 65,92 60.519 918
9 Jonggat 71,55 90.102 1.259
10 Pringgarata 52,78 63.737 1.208
11 Batukliang 50,37 72.095 1.431
12 Btl. Utara 181,96 47.847 263
Jumlah 1.208,39 868.890 719
Sumber : Lombok Tengah dalam Angka 2012
Pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Tengah seiring dengan
pertumbuhan rumah tangga yang ada di Kabupaten tersebut. Berdasarkan data yang
ada, pada tahun 2007 dan 2008, rata-rata anggota rumah tangga sebesar 4 orang,
namun pada tahun 2009 dan seterusnya, anggota rumah tangga di Kabupaten
Lombok Tengah rata-rata 3 orang
Tabel II-24. Pertumbuhan Rumah Tangga dan Penduduk
di Kabupaten Lombok Tengah
Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
Rumah tangga 228.827 232.639 256.670 256.978 259.563
Penduduk 831.286 844.105 856.675 860.209 868.209
Sumber : Lombok Tengah dalam Angka 2012
Profil Daerah
II-25
2.3.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
2.3.2.1. Sumber Daya Alam
Potensi sumber daya alam di Kabupaten Lombok Tengah meliputi sumber daya alam
non hayati yaitu: air, lahan, udara, dan bahan galian, sedangkan sumber daya alam
hayati yaitu hutan, flora dan fauna.
Sumber daya air terdiri dari air tanah termasuk mata air dan air permukaan. Di
wilayah utara curah hujan relatif lebih tinggi, sehinggga wilayah tersebut merupakan
daerah tangkapan hujan yang akan meresap dalam tanah menjadi air bawah tanah.
Sehingga wilayah-wilayah tersebut memiliki akifer bebas. Berdasarkan besaran curah
hujan per tahun yang akan berpengaruh terhadap air meteorologis maka makin ke
selatan wilayah Kabupaten Lombok Timur makin sedikit ketersediaan air
meteorologisnya. Selain air permukaan dan air tanah maka mata air menjadi salah
satu sumber daya alam non hayati yang penting bagi Kabupaten Lombok Tengah.
Dalam beberapa tahun terakhir degradasi sumber mata air menjadi isu penting
dalam pengelolaan sumber daya alam.
Berdasarkan tatanan stratigrafinya mempunyai beberapa jenis bahan galian,
terutama potensi galian C, yang tersebar dibeberapa wilayah di Kabupaten Lombok
Tengah, antara lain: batu bangunan tersebar Kec. Praya Barat, Pujut, Praya Timur,
dan Janapria, pasir dan sirtu banyak di Kec. Pringgarata dan menyebar di
Batukliang, Jonggat dan Batukliang Utara. Batu apung dengan konsentrasi produksi
terbesar berada di Kec. Batukliang Utara dan sebagian wilayah Kec. Kopang.
Kemudian jenis bahan tambang lainnya adalah trass, lempung ilit, batu paras, yang
diperkirakan berada di Kec. Pujut, Praya Barat dan Batuliang, sampai saat ini belum
dieksploitasi karena belum memiliki nilai ekonomis.
Kabupaten Lombok Tengah memiliki sumber daya pariwisata Pantai seluas 3.070 Ha
yang meliputi kawasan Kute, Seger, A’an dan Kawasan Selong Belanak. Kawasan
utara yang merupakan lereng gunung Rinjani menyimpan potensi agrowisata adanya
perkebunan kopi dan hutan lindung
2.3.2.2. Sumber daya manusia
Salah satu kualitas SDM di Lombok Timur dapat dinyatakan dengan Indeks
Pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan manusia
karena dengan pendidikan, masyarakat akan mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan diri dan memperoleh kehidupan yang layak. Salah satu ukuran
Indeks Pendidikan, yaitu Angka Melek Huruf (AMH) atau persentase penduduk usia
15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis. AMH penduduk Lombok Timur
pada tahun 2009 adalah 71,20%. Hal ini berarti bahwa sekitar 28,80% penduduk
usia 15 tahun ke atas adalah buta huruf. Ukuran ke dua Indeks Pendidikan adalah
Rata-rata Lama Sekolah (Men Year School – MYS) yang menunjukkan bahwa semakin
besar nilai MYS maka semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk. Pada tahun
2009, MYS Kabupaten Lombok Tengah adalah 5,64 tahun yang menunjukkan bahwa
rata-rata penduduk berumur 15 tahun ke atas hanya menempuh pendidikan sekolah
dasar. Berdasarkan AMH dan MYS, maka Indeks Pendidikan SDM Kabupaten
Lombok Tengah pada tahun 2009 adalah 75,84%.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-26
Pada fokus layanan urusan wajib, tingkat pendidikan akan mempengaruhi kualitas
SDM di suatu daerah, yang mana seiring dengan perkembangan kondisi di
Kabupaten Lombok Tengah sekarang ini sangat dibutuhkan adanya SDM yang
berkualitas dalam rangka memenuhi permintaan bursa tenaga kerja yang ada.
Melihat fenomena SDM Kabupaten Lombok Tengah yang berpendidikan tinggi SLTP
ke atas hanya 26% maka diperkirakan banyak pengangguran yang tidak dapat
terserap dalam pasar tenaga kerja yang akan datang. Oleh karenanya perlu adanya
terobosan bagi Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah untuk menyiapkan SDM yang
berkualitas memalui peningkatan jenjang pendidikan.
Tabel II-25. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas
Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Tingkat Pendidikan 2009 2010
Tidak/belum pernah sekolah 22,69 22,46
Tidak/belum tamat SD Sederajat 25,91 23,88
SD Sederajat 25,40 23,06
SLTP Sederajat 14,28 15,47
SLTA Sederajat 9,19 11,11
Perguruan Tinggi 2,53 4,02
Total 100,00 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Tengah 2010 dan BPS Provinsi NTB 2010
Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang merupakan angkatan kerja
adalah sebesar 536.738 jiwa atau sekitar 61,77%, dan sebesar 14.070 adalah dalam
status pencari kerja aktif. Di antara penduduk 15 tahun yang bekerja, sebagian besar
(75%) bekerja pada lapangan usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan
perikanan, sedangkan sisanya ditempatkan pada sektor jasa kemasyarakatan.
2.3.3. Infrastruktur
2.3.3.1. Prasarana Jalan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar
kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka
akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas
penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.
Panjang jalan di Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2011 adalah 938,72 km.
Jalan terdiri atas jalan negara (29,68 km), jalan provinsi (170,95 km) dan jalan
kabupaten (739,44 km). Sebagian besar panjang jalan dalam keadaan baik (26,06%),
dalam keadaan sedang 23,8% dan selebihnya dalam kondisi rusak dan rusak berat
(50,43%). Frekuensi aktivitas angkutan darat pada tahun 2011 cukup besar, hal ini
ditunjukkan oleh jumlah kendaraan dan penumpang yang keluar masuk terminal.
Jumlah kendaraan di Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2011 adalah 139.202
unit. Kendaraan terdiri atas mobil penumpang (2.816 unit), mobil barang (5.958
unit), bus (119 unit), dan sepeda motor (127.309 unit).
Profil Daerah
II-27
2.3.3.2. Prasarana Air Bersih dan Listrik
Ketersediaan prasarana air minum yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Lombok
Tengah menunjukkan bahwa padatahun 2008 jumlah air minum yang disalurkan
sebanyak 6.360.743 m3 dengan jumlah pelanggan 25.907. Pelanggan tersebut terdiri
dari rumah tangga, niaga, sosial, instansi pemerintah dan khusus.
Ketersediaan tenaga listrik yang dikelola oleh PLN wilayah kerja kabupaten
ditunjukkan oleh daya terpasang yang dikelola yaitu sebesar 35.895.000 VA
mencakup 45.799 pelanggan (tahun 2009).
2.3.3.3. Prasarana Komunikasi
Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kabupaten Lombok Tengah, seperti
kantor pos untuk sarana surat menyurat dan jaringan telepon untuk sarana
hubungan secara langsung. Surat merupakan salah satu alat komunikasi yang
banyak digunakan. Pada Tahun 2007 banyaknya produksi surat biasa dalam negeri
mencapai 479.270 dan surat biasa luar negeri sebanyak 59.970. Surat kilat mencapai
36.804 buah dan kilat khusus mencapai 107.318 buah. Jumlah paket pos dalam
negeri tahun 2007 mencapai 4.743 buah.
2.3.3.4. Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan di Kabupaten Lombok Tengah sudah tersedia mulai dari
tingkat taman kanak-kanak (TK) sampai SLA, dengan jumlah 1.181 sekolah, dimana
sebagian besar (46,57%) adalah pada tingkat SD. Sekolah TK di Kabupaten Lombok
Tengah sebanyak 316 unit, jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 550 unit. Tingkat
sekolah menengah pertama (SMP) terdapat sebanyak 230 unit dan SMPT 16 unit.
Pada tingkat sekolah lanjutan atas (SLTA) terdapat SMA 40 unit dan SMK 29 unit.
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten
Lombok Tengah Tahun 2011 selengkapnya disajikan pada Tabel II-26.
Tabel II-26. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri
di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011
No Jenis Sekolah Jumlah Sekolah
Jumlah Murid
Jumlah Guru
1 TK 316 11.258 1.226
2 SD 550 93.442 7.152
3 SLTP 107 24.649 2.612
4 SLTP Terbuka 16 1.130 457
5 SLTP Umum 123 25.779 3.069
6 SMU 40 14.497 1.295
7 SMK 29 6.360 750
Jumlah 1.181 177.115 12.223
Sumber : Lombok Tengah dalam Angka 2012
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-28
2.3.3.5. Prasarana Kesehatan
Prasarana kesehatan di Kabupaten Lombok Tengah terus berkembang. Hal tersebut
dapat dilihat dari peningkatan jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten
Lombok Tengah yang terjadi dari tahun ke tahun. Namun, peningkatan prasarana
kesehatan tersebut ternyata tidak diikuti dengan peningkatan tenaga kesehatan. Hal
tersebut terindikasi dari kecenderungan menurunnya tenaga kesehatan di kabupaten
tersebut selama 2 tahun terakhir.
Tabel II-27. Perkembangan Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Lombok Tengah
Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
Rumah sakit umum 2 2 2 2 2
Puskesmas 22 23 23 25 25
Puskesmas keliling 12 29 29 29 25
Puskesmas pembantu 72 77 77 94 94
Polindes 99 98 105 109 111
Posyandu 1.356 1.397 1.415 1.444 1.467
Sumber : Lombok Tengah dalam Angka 2012
Tabel II-28. Perkembangan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lombok Tengah
Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
Dokter umum 25 25 29 26 27
Dokter gigi 12 14 18 17 18
Perawat 447 447 519 515 306
Non perawat 122 159 176 168 149
Sumber : Lombok Tengah dalam Angka 2012
Berdasarkan data pada tabel diatas, tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten
Lombok Tengah pada tahun 2010 dan 2011 cenderung mengalami penurunan. Hal
tersebut berdampak pada rasio pelayanan tenaga kesehatan terhadap jumlah
penduduk, dimana hal tersebut berarti bahwa jumlah peduduk yang dapat terlayani
oleh tenaga kesehatan semakin berkurang, atau beban tenaga kesehatan untuk
melayani masyarakat semakin berkurang. Namun hal tersebut bukanlah parameter
yang pasti yang dapat menunjukkan penurunan kualitas pelayanan kesehatan,
karena kualitas pelayanan kesehatan tidak hanya dilihat dari jumlah tenaga
kesehatan.
2.3.3.6. Prasarana Pasar
Prasarana untuk menunjang kegiatan sektor perdagangan di Kabupaten Lombok
Tengah, telah tersedia sarana pasar, sarana toko dan sarana kios. Pada tahun 2011
jumlah sarana pasar yang ada di Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 43 unit.
Jumlah tersebut menyebar hampir merata di semua Kecamatan, dan satu (1) pasar
induk di Renteng di Kota Praya. Begitu juga dengan sarana toko dan kios yang
Profil Daerah
II-29
menyebar di sebuah Kecamatan. Jumlah toko terbanyak 389 unit sedangakan kios
sebanyak 1.653 unit. Jumlah toko terbanyak terdapat di Kecamatan Praya dengan
jumlah 182 unit. Kecamatan Praya juga mempunyai jumlah kios terbanyak dengan
786 unit. Untuk lengkapnya bisa dilihat ditabel sebagai berikut.
Tabel II-29. Banyaknya Sarana Perdagangan menurut Jenisnya
di Kabupaten Lombok Tengah
Kecamatan Pasar Toko Kios
1. Praya Barat 4 14 71
2. Praya Barat Daya 2 8 50
3. Pujut 8 8 78
4. Praya Timur 3 34 62
5. Janapria 3 16 95
6. Kopang 4 38 282
7. Praya 5 182 786
8. Praya Tengah 2 9 37
9. Jonggat 7 26 57
10. Pringgarata 2 18 44
11. Batukliang 2 28 59
12. Batukliang Utara 1 5 32
Jumlah 43 386 1.653
Sumber: BPS Daerah Dalam Angka Lombok Tengah 2012
2.4. Kabupaten Lombok Timur
2.4.1. Kondisi Geografi dan Demografi
2.4.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah
Kabupaten Lombok Timur merupakan kabupaten yang terletak diujung timur pulau
Lombok dengan letak astronomis antara 116°‐117° Bujur Timur dan 8°‐9° Lintang
Selatan,dengan batas wilayah di sebelah Barat Kabupaten Lombok Barat dan Lombok
Tengah; di sebelah Timur adalah Selat Alas, di sebelah Utara adalah Laut Jawa dan
di sebelah Selatan Samudera Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Lombok Timur
adalah 2.679,88 km² dan 59,91% dari luas wilayah tersebut adalah daratan, dan
selebihnya seluas 1.074,33 km² adalah lautan.
Wilayah Kabupaten Lombok Timur mempunyai sekitar 35 pulau-puau kecil (Gili),
yang sebgaian besar tidak berpenghuni. Dari 35 pulau kecil terbut yang berpenghuni
sebanyak 5 pulau, yaitu Belek, Bidara, Maringkik, Ree, dan Sunut.
Secara administrative, Kabupaten Lombok Timur terdiri dari 20 Kecamatan dengan
luas wilayah kecamatan yang bervariasi. Kecamatan terluas adalah Kec. Sambelia
dan Kec. Sembalun sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kec.
Sukamulia, seperti dapat dilihat pada Tabel II-30.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-30
Tabel II-30. Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Timur, 2011
Kecamatan Luas Wilayah Persentase
1. Keruak 40,49 2,52
2. Jerowaru 142,78 8,89
3. Sakra 25,09 1,56
4. Sakra Barat 32,30 2,01
5. Sakra Timur 37,04 2,31
6. Terara 41,41 2,58
7. Montong Gading 25,66 1,60
8. Sikur 78,27 4,87
9. Masbagik 33,17 2,07
10. Pringgasela 134,26 8,36
11. Sukamulia 14,49 0,90
12. Suralaga 27,02 1,68
13. Selong 31,68 1,97
14. Labuhan Haji 49,57 3,09
15. Pringgabaya 136,20 8,48
16. Suela 115,01 7,16
17. Aikmel 122,92 7,66
18. Wanasaba 55,89 3,48
19. Sembalun 217,08 13,52
20. Sambelia 245,22 15,27
Jumlah 1.605,55 100
Sumber : Lombok Timur dalam Angka tahun 2012
2.4.1.2. Topografi dan Iklim
Wilayah Kabupaten Lombok Timur terletak pada ketinggian 0‐3.726 meter di atas
permukaan laut dengan kemiringan hamparan dari utara ke selatan. Secara umum
wilayah kabupaten ini merupakan dataran, yang mana sebagian besar wilayah
(967,63 km2) mempunyai kemiringan antara 2 – 15% dan dengan kemiringan 0 – 2%
seluas 257,60 km2, yang tersebar pada daerah‐daerah di sepanjang pantai yang
terbentang mulai dari bagian utara ke arah timur hingga ke bagian selatan. Sebagian
daerah (242,22 km2) mempunyai kemiringan 15 – 40%, dan daerah dengan
kemiringan lebih dari 40% seluas 138,10 km2 yang mencakup Pegunungan Rinjani
yang terletak di bagian utara.
Iklim di Kabupaten Lombok Timur termasuk iklim tropis dengan temperatur berkisar
20o–33OC. Dampak pemanasan global yang terjadi beberapa kurun waktu terakhir
menyebabkan perubahan iklim yang dapat dilihat dari curah hujan dan hari hujan
yang berfluktuatif dalam beberapa tahun terakhir. Selama tahun 2011, rata‐rata
curah hujan per bulan sebesar 1.528 mm dan rata‐rata hari hujan per bulan adalah
8 hari hujan setiap bulannya.
2.4.1.3. Lahan dan Penggunaannya
Pada kondisi tahun 2011, seluas 45.813 Ha (28,53%) adalah lahan sawah dan
114.742 Ha (71,47%) adalah lahan kering. Sebagian besar lahan sawah (64,07%)
Profil Daerah
II-31
adalah beririgasi setengah teknis, hanya sekitar 10,61% yang beririgasi teknis.
Terapat sekitar 1,41% (645 ha) yang merupakan sawah tadah hujan. Untuk lahan
kering, kondisi pada tahun 2011 sebagian besar penggunaannya adalah berupa
hutan negara (48,74%), kemudian tegalan/kebun (19,77%), pekarangan (7,1%), dan
ladang (4,78%). Selebihnya adalah hutan rakyat (3,03%), perkebunan (2,76%),
tambak (1,88%), kolam/tebat/empang (1,04%).
Pola penggunaan tanah di Kabupaten Lombok Timur, jika diperhatikan selama kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir mengalami perubahan yang signifikan, hal ini terkait
dengan adanya konversi penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi
permukiman dan perdagangan/jasa. Permukiman-permukiman baru dibangun pada
area-area yang dahulunya merupakan area pertanian lahan basah maupun lahan
kering. Selain itu dengan makin berkembangnya pertumbuhan di sektor perkebunan
terutama untuk komoditas tembakau Virginia, pada beberapa lokasi pertanian lahan
basah di wilayah Kecamatan Sikur dan Terara terjadi konversi lahan pertanian ke
fasilitas perdagangan/jasa (RPJM Kabupaten Lombok Timur).
2.4.1.4. Demografi
Jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011 adalah 1.116.745
jiwa, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 519.898 jiwa dan penduduk
perempuan 596.847 jiwa, atau setiap 100 penduduk perempuan terdapat 87 laki-
laki. Jika dibandingkan jumlah penduduk tahun 2010, jumlah tersebut mengalami
peningkatan sekitar 1,01%.
Tabel II-31. Perkembangan Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga
di Kabupaten Lombok Timur
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Rumah tangga
2007 486.645 581.028 1.067.673 289.794
2008 493.007 588.623 1.081.630 291.821
2009 496.3312 599.853 1.096.165 293.862
2010 514.327 591.344 1.105.671 324.427
2011 519.898 596.847 1.116.745 327.746
Sumber : Lombok Timur dalam Angka 2012
Kepadatan penduduk di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011 sekitar 696 jiwa
per km2, dengan tingkat kepadatan yang tidak merata antar wilayah bagian dan antar
kecamatan. Tiga kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2011
adalah Kecamatan Masbagik (2.863 jiwa), Kecamatan Selong (2.648 jiwa), Sakra
(2.126 jiwa) dan Kecamatan Sukamulia (2.116 jiwa). Sedangkan kecamatan dengan
penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Sembalun (87 jiwa), Sambalia (122 jiwa).
Di lihat dari umur penduduk, Kabupaten Lombok Timur termasuk kategori struktur
intermediate (peralihan umur muda ke umur tua). Lebih dari 30% penduduk berusia
di bawah umur 15 tahun dan penduduk usia 65 tahun ke atas kurang dari 10%,
yang menunjukkan rasio ketergantungan juga cukup tinggi sekitar 57%. Dengan kata
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-32
lain setiap 100 orang usia produktif menanggung beban hidup 57 orang usia tidak
dan belum produktif.
2.4.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
2.4.2.1. Sumber daya alam
Potensi sumber daya alam di Kabupaten Lombok Timur meliputi sumber daya alam
non hayati yaitu : air, lahan, udara, dan bahan galian, sedangkan sumber daya alam
hayati yaitu hutan, flora dan fauna.
Sumber daya air terdiri dari air tanah termasuk mata air dan air permukaan.
Ditinjau dari kondisi geomorfologinya Kabupaten Lombok Timur merupakan wilayah
dengan endapan vulkanik Rinjani, terutama di wilayah Utara Kabupaten Lombok
Timur meliputi wilayah Kecamatan Sembalun, Suela, Aikmel, Wanasaba, Montong
Gading, smpai dengan Kecamatan di wilayah tengah Kabupaten Lombok Timur. Di
wilayah utara curah hujan relatif lebih tinggi, sehinggga wilayah tersebut merupakan
daerah tangkapan hujan yang akan meresap dalam tanah menjadi air bawah tanah.
Sehingga wilayah-wilayah tersebut memiliki akifer bebas. Berdasarkan besaran curah
hujan per tahun yang akan berpengaruh terhadap air meteorologis maka makin ke
Selatan wilayah Kabupaten Lombok Timur makin sedikit ketersediaan air
meteorologisnya. Selain air permukaan dan air tanah maka mata air menjadi salah
satu sumber daya alam non hayati yang penting bagi Kabupaten Lombok Timur.
Dalam beberapa tahun terakhir degradasi sumber mata air menjadi isu penting
dalam pengelolaan sumber daya alam.
Berdasarkan tatanan stratigrafinya mempunyai beberapa jenis bahan galian,
terutama potensi galian C, yang tersebar dibeberapa wilayah di Kabupaten Lombok
Timur, antara lain: batu gamping, yang banyak terdapat di Kecamatan Labuhan Haji,
batu apung dengan konsentrasi produksi terbesar berada di Kecamatan Labuhan
Haji dan sebagian wilayah Kecamatan Masbagik. Kemudian jenis bahan tambang
lainnya adalah tanah liat yang banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
batu bata. bahan galian lain yang banyak diusahakan adalah pasir dan batu
terutama terdapat di Kecamatan Labuhan Haji. Bahan tambang lain yang ada di
Kabupaten Lombok Timur adalah emas, yang diperkirakan berada di Kecamatan
Pringgabaya dan Jerowaru, walaupun sampai saat ini belum dieksploitasi karena
belum memiliki nilai ekonomis.
Kabupaten Lombok Timur memiliki sumber daya kelautan seluas 1.074,33 km²
(40,09%) dari luas wilayah Kabupaten Lombok Timur. Sumber daya kelautan yang
ada terdiri atas hutan mangrove 2.242,56 Ha, terumbu karang 761,10 Ha, sumber
daya ikan dengan produksi 26.536,9 ton pertahun yang terdiri atas perikanan
tangkap 12.691,5 ton dan perikanan budidaya 13.845,40 ton.
2.4.2.2. Sumber Daya Manusia
Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang merupakan angkatan kerja
adalah sebesar 725.885 jiwa atau sekitar 65%, dan sebesar 692.382 adalah dalam
status aktif bekerja, selebihnya pengangguran. Di antara penduduk 15 tahun yang
bekerja, sebagian besar (42,69%) bekerja pada lapangan usaha pertanian, kemudian
Profil Daerah
II-33
pada lapangan usaha perdagangan (20,13%), jasa-jasa (19,55%), angkutan dan
komunikasi (4,04%) dan konstruksi (2,66%).
Salah satu kualitas SDM di Lombok Timur dapat dinyatakan dengan Indeks
Pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan manusia
karena dengan pendidikan, masyarakat akan mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan diri dan memperoleh kehidupan yang layak.
Salah satu ukuran Indeks Pendidikan, yaitu Angka Melek Huruf (AMH) atau
persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis. AMH
penduduk Lombok Timur pada tahun 2011 adalah 82,89%. Hal ini berarti bahwa
sekitar 17,11% penduduk usia 15 tahun ke atas adalah buta huruf. Ukuran ke dua
Indeks Pendidikan adalah Rata-rata Lama Sekolah (Men Year School – MYS) yang
menunjukkan bahwa semakin besar nilai MYS maka semakin tinggil tingkat
pendidikan penduduk. Pada tahun 2011, MYS Kabupaten Lombok Timur adalah 6,61
tahun yang menunjukkan bahwa rata-rata penduduk berumur 15 tahun ke atas
hanya menempuh pendidikan sekolah dasar. Berdasarkan AMH dan MYS, maka
Indeks Pendidikan SDM Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011 adalah 69,95%.
Secara umum Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan indeks komposit
dari komponen pendidikan, kesehatan dan ekonomi pada tahun 2011 adalah sebesar
63,93%. IPM menunjukkan kenaikan, yang mana pada tahun 2010 adalah sebesar
62,68%. Walaupun demikian dibandingkan dengan IPM Kabupaten lain di Provinsi
NTB, IPM Lombok Timur berada pada urutan ke 7, dimana IPM tertinggi (urutan
pertama) adalah Kota Mataram (72,83%).
2.4.3. Infrastruktur
2.4.3.1. Prasarana Jalan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar
kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka
akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas
penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.
Panjang jalan di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011 adalah 2.626,89km,
terdiri dari jalan kabupaten(1.079,49 km), jalan provinsi (214,64 km), jalan negara
(33,07 km) serta jalan desa ( 1.299,69 km).
Sebagian besar panjang jalan dalam keadaan rusak/rusak berat (56,1%), dalam
keadaan sedang 14,0% dan yang alam kondisi baik adalah 39,9%. Seperti dapat
dilihat pada Tabel II-32, maka lebih dari separo panjang jalan di Kabupaten Lombok
Timur adalah berupa jalan desa (54,6%) dan yang jenis permukaannya berupa aspal
hanya sebesar 26,7% dari total panjang jalan yang ada.
Hingga tahun 2011, panjang jembatan yang ada di wilayah Kabupaten Lombok Timur
mencapai 3.305,7 meter lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai
3.522,57 meter. Perbedaan panjang jembatan tersebut disebabkan ruas Kopang-
Masbagik di ambil alih penanganannya oleh Kabupaten Lombok Tengah.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-34
Tabel II-32. Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Lombok Timur
No Uraian 2008 2009 2010 2011 (%)
I. Jenis Permukaan 2.244,74 2.244,75 2.379,19 2.379,19
1 Asphalt 513,93 531,50 627,53 635,08 26.7%
2 Kerikil 84,72 80,13 94,07 94,07 4.0%
3 Tanah 134,31 121,34 357,90 350,35 14.7%
4 Tidak Terinci (Jalan Desa) 1.511,78 1.511,78 1.299,69 1.299,69 54.6%
II. Kondisi Jalan 732,97 732,97 1.079,49 1.079,48 -
1 Baik 452,76 531,50 274,07 430,82 39.9%
2 Sedang 80,13 80,13 139,61 150,88 14.0%
3 Rusak 200,08 121,34 182,56 156,48 14.5%
4 Rusak Berat - - 483,25 341,30 31.6%
Sumber : Lombok Timur dalam Angka 2012
2.4.3.2. Prasarana Air Bersih dan Listrik
Ketersediaan prasarana air minum yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Lombok
Timur menunjukkan bahwa pada tahun 2011 jumlah air minum yang disalurkan
sebanyak 4.996.008 m3 dengan jumlah pelanggan 17.460. Pelanggan tersebut terdiri
dari rumah tangga, niaga, sosial, instansi pemerintah dan khusus.
Pada dasarnya sebagian besar wilayah Lombok Timur telah terhubung oleh jaringan
instalasi listrik. Pemakaian energi listrik di Kabupaten Lombok Timur masih pada
kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif belum banyak mengarah pada kegiatan
produktif yang nantinya menjadi penggerak sektor-sektor ekonomi terutama industri.
Hal tersebut terlihat dari jumlah pelanggan, daya tersambung maupun energi terjual
yang didominasi kelompok rumah tangga. Tahun 2011 energi terjual untuk kelompok
rumah tangga mencapai 67.083.621 kWh atau sekitar 64,59% dari seluruh energi
terjual (103.854.138 kWh). Urutanberikutnya kelompok kelompok multiguna dan
bisnis dengan persentase masing-masing 13,90% (14.431.477 kWh) dan9,02%
(9.370.817 kWh).
2.4.3.3. Prasarana Pos dan Komunikasi
Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kabupaten Lombok Timur, seperti
kantor pos untuk sarana surat menyurat dan jaringan telepon untuk sarana
hubungan secara langsung. Pada tahun 2011 tercatat sebanyak 5.172 jumlah
pelanggan.
Surat merupakan salah satu alat komunikasi yang banyak digunakan. Pada tahun
2011 total lalu lintas masuk surat dan pos paket mencapai 153.183, yang sebagian
besar berupa pos kilat/kilat khusus 104.725, kemudian surat biasa dalam negeri
yang mencapai 36.572. Untuk surat dan pos paket yang keluar mencapai 86.810,
yang sebagian besar adalah surat biasa dalam negeri yang mencapai 47.241 buah
disusul surat pos kilat dan kilat khusus sejumlah 32.547.
Profil Daerah
II-35
2.4.3.4. Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan di Kabupaten Lombok Timur sudah tersedia mulai dari tingkat
taman kanak-kanak (TK) sampai SLA, dengan jumlah 1.757 sekolah, dimana 55,2%
merupakan sekolah swasta (Tabel II-3). Rasio sekolah dan murid untuk tingkat TK
adalah 58, tingkat SD sebesar 195 dan MI sebesar 122, tingkat SLTP sebesar 314,
MTs sebesar 144, tingkat SLTA sebesar 331, SMK sebesar 181 dan MA sebesar 132.
Tabel II-33. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah di Kabupaten Lombok Timur
No. Jenis
Sekolah
Jumlah Sekolah Murid
Guru
Negeri Swasta
1 TK*) 6 184 11.046 1029
2 RA/BA *) 0 106 4.704 548
3 SD 657 30 133.998 350
4 MI 1 211 25.767 3059
5 SMP 66 34 31.371 2421
6 SMPT 21
2.064
7 MTs 3 209 30.487 4741
8 SLTA 22 27 16.225 1422
9 MA 2 128 19.007 2976
10 SMK 9 41 9.067 895
Jumlah 787 970 283.736 17.441
Sumber : Lombok Timur dalam Angka 2012
2.4.3.5. Prasarana Kesehatan
Prasarana kesehatan yang tersedia di Kabupaten Lombok Timur berupa rumah sakit
terdapat di Kecamatan Selong dan Kecamatan Labuhan Haji. Selain ke dua rumah
sakit tersebut, terdapat beberapa puskesmas yang tersebar pada seluruh kecamatan
di Kabupaten Lombok Timur.
Tabel II-34. Perkembangan Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan
di Kabupaten Lombok Timur
Uraian 2008 2009 2010 2011
Rumah sakit umum 1 1 1 1
Rumah sakit khusus 1 1 1
Puskesmas 29 29 29 29
BKIA 1 1 1 1
Puskesmas pembantu 85 85 85 85
Apotik 23 23 23 23
Posyandu 1.318 1.329 1.415 1.496
Poskesdes 111 111 121 121
Pos obat desa 63 63 63 63
Poskestren 51 51 51 51
Pusinkes 26 26 26 26
Jumlah 1.708 1.720 1.817 1.906
Sumber : Lombok Timur dalam Angka 2012
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-36
Secara jumlah keseluruhan, fasilitas kesehatan di Kabupaten Lombok Timur
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut terutama di
sebabkan oleh meningkatnya posyandu yang ada di kabupaten tersebut. Fasilitas-
fasilitas kesehatan tersebut didukung oleh tenaga kesehatan yang tersedia. Pada
tahun 2011, terdapat 7 orang dokter spesialis, 58 orang dokter umum, 12 orang
dokter gigi, 441 orang perawat, 216 orang bidan dan 275 orang tenaga kesehatan
lainnya. Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur
berfluktuasi dari tahun ke tahun. Rasio tenaga kesehatan yang melayani penduduk
kabupaten tersebut pada tahun 2011 adalah 1 : 114,59.
Tabel II-35. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lombok Timur
Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
Tenaga medis 84 65 55 80 77
Perawat 478 401 546 452 441
Bidan 219 231 222 220 216
Tenaga kesehatan lainnya 354 262 591 273 285
Jumlah 1.135 959 1.414 1.025 1.019
Sumber : Lombok Timur dalam Angka 2012
2.4.3.6. Prasarana Pasar
Prasarana pasar merupakan salah satu faktor pendorong perekonomian. Pada
beberapa tahun terakhir, pemerintah Kabupaten Lombok Timur berupaya
meningkatkan fasilitas perdagangan di beberapa lokasi strategis, yaitu Pancor,
Masbagik dan Aikmel. Perusahaan perdagangan yang ada di Kabupaten Lombok
Timur pada tahun 2011 adalah sebanyak 418, jumlah tersebut merupakan angka
yang menurun tajam dari data jumlah perusahaan perdagangan pada tahun 2010,
yaitu 886 perusahaan. Jumlah perusahaan perdagangan di Kabupaten Lombok
Timur pada 3 tahun terakhir cenderung mengalami penurunan.
2.5. Kabupaten Sumbawa
2.5.1. Kondisi Geografi dan Demografi
2.5.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah
Kabupaten Sumbawa terletak di antara 116022’ BT dan 808’-907’ LS, serta dikelilingi
oleh pulau-pulau kecil berpenduduk; seperti Pulau Moyo, Pulau Medang, Pulau
Tapan, Pulau Bungin, Pulau Kaung dan Pulau Tete. Luas wilayah Sumbawa secara
keseluruhan mencapai 11.556,44 km² (45,52% NTB), yang terdiri dari daratan
6.643,98 km², dan lautan 4.912,46 km². Dengan luasan tersebut maka Kabupaten
Sumbawa memiliki potensi sumber daya alam cukup besar dengan posisi geografis
yang strategis pada jalur lalu lintas perdagangan Surabaya-Waingapu. Atas dasar itu
pula maka Kabupaten Sumbawa berada pada koridor lima Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang berorientasi pada
pembangunan pariwisata, perikanan dan peternakan.
Profil Daerah
II-37
Tabel II-36. Distribusi Luas Areal dan Jumlah Desa/Kelurahan Kabupaten Sumbawa
Dirinci Berdasarkan Kecamatan Pada Tahun 2010
No Kecamatan Luas Wilayah
(km2) Jumlah desa/
kelurahan
1 Lunyuk 513,78 7
2 Orong Telu 465,97 4
3 Alas 123,04 8
4 Alas Barat 168,88 8
5 Buer 137,01 6
6 Utan 155,42 9
7 Rhee 230,82 4
8 Batulanteh 391,40 6
9 Sumbawa 44,83 8
10 Labuhan Badas 435,89 7
11 Unter Iwes 82,38 8
12 Moyo Hilir 186,79 10
13 Moyo Utara 90,80 6
14 Moyo Hulu 311,96 12
15 Ropang 444,48 5
16 Lenangguar 504,32 4
17 Lantung 167,45 4
18 Lape 204,43 4
19 Lopok 155,59 7
20 Plampang 418,69 12
21 Labangka 243,08 5
22 Maronge 274,75 4
23 Empang 558,55 10
24 Tarano 333,71 8
Kabupaten Sumbawa 6.644,02 166
Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2011). Sumbawa Dalam Angka 2011
Kabupaten Sumbawa terdiri dari 24 kecamatan, 8 kelurahan, 158 desa dan 576
dusun. Selain merupakan kabupaten dengan jumlah kecamatan terbanyak,
Kabupaten Sumbawa juga merupakan kabupaten dengan areal geografis terluas di
Nusa Tenggara Barat. Tabel II-36 menyajikan distribusi luas areal Kabupaten
Sumbawa.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-38
Gambar II-5. Distribusi Luas Areal dan Jumlah Desa/Kelurahan Kabupaten
Sumbawa Dirinci Berdasarkan Kecamatan dada Tahun 2010
Batas wilayah Kabupaten Sumbawa adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Flores
Sebelah Timur : Kabupaten Dompu,
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia,
Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa Barat dan Selat Alas.
2.5.1.2. Topografi dan Iklim
Karakteristik topografi Kabupaten Sumbawa didominasi oleh areal perbukitan dengan
ketinggian antara 0 - 1.730 meter diatas permukaan laut (m dpl), dimana sebagian
besar diantaranya (355.108 Ha) berada pada ketinggian 100 hingga 500 m dpl. Dalam
konteks pembangunan daerah, kondisi topografi berpengaruh terhadap penyediaan
infrastruktur dan fasilitas publik. Wilayah yang didominasi kemiringan lahan >40%
adalah Kecamatan Batulanteh, Ropang, Lantung, Lenangguar, dan Orong Telu pada
umumnya aksesibilitas masyarakat di wilayah tersebut amat rendah, sehingga
diperlukan penyediaan infrastruktur dan fasilitas yang menunjang peningkatan
aksesibilitas masyarakat. Disamping itu, topografi berkaitan pula dengan kerentanan
erosi. Menurut Data Pokok NTB, sekitar 64% lahan di Kabupaten Sumbawa tergolong
peka hingga sangat peka terhadap erosi, sehingga upaya rehabilitasi amat penting
dan mendesak dilakukan.
Kabupaten Sumbawa beriklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim yakni musim
hujan dan kemarau. Dalam kurun waktu 2005-2009, jumlah hari hujan setahun
rata-rata 106 hari dengan hari hujan tertinggi 117 hari (2006) dan terendah 94 hari
(2009). Curah hujan tahunan rerata 1.238 mm per tahun dengan tertinggi 1.601,66
mm (2006) dan terendah 970 mm (2009). Curah hujan tertinggi sebulan berkisar
0
100
200
300
400
500
600
7 4 8 8 6 9 4 6 8 7 8 10 6 12 5 4 4 4 7 12 5 4 10 8
Luas Wilayah (km2)Jumlah desa/ kelurahan
Profil Daerah
II-39
387,6 mm (antara Januari-Maret), tertinggi 630,4 mm (Februari 2006) dan terendah
271,1 mm (Februari 2005). Adapun bulan kering setahun rata-rata 2,6 bulan dengan
bulan kering tertinggi 5 bulan (2006) dan terendah 1 bulan (2008).
Suhu udara dalam kurun waktu 2005-2009, suhu rata-rata tahunan sekitar 27,20C,
sedangkan suhu maksimum rata-rata 34,80C (tertinggi 34,40C tahun 2009) dan suhu
minimum 20,90C (terendah 18,30C tahun 2009). Adapun tekanan udara rata-rata
1.008 mb dengan kelembaban udara 76,2% dan penyinaran 79,2%.
Kondisi klimatologis demikian amat cocok dalam pengembangan berbagai komoditas
pertanian, peternakan, perikanan dan beberapa jenis komoditas perkebunan. Dalam
5 tahun terakhir ini di Kabupaten Sumbawa belum menunjukkan terjadinya kondisi
ekstrim pada musim hujan dan musim kemarau. Namun fenomena terjadi La Nina
dan El Nino dalam 3 tahun terakhir yang disertai dengan curah hujan yang lebih
tinggi dan musim kemarau yang lebih pajang perlu diwaspadai.
2.5.1.3. Lahan dan Penggunaannya
Penggunaan lahan di Kabupaten Lombok Timur, secara garis besar dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga), yaitu sawah, lahan pertanian bukan sawah dan bukan lahan
pertanian. Grafik di bawah menunjukkan bahwa sebagian besar lahan di Kabupaten
Lombok Timur merupakan lahan hutan negara sebesar 42%, kemudian hutan rakyat
sebesar 13%.
Gambar II-6. Penggunaan Lahan di Kabupaten Lombok Timur
2.5.1.4. Demografi
Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 2010, penduduk Kabupaten Sumbawa
berjumlah 415.363 jiwa yang terdiri dari 211.451 laki-laki (50,91%) dan perempuan
203.912 jiwa (49,09%). Informasi lengkap mengenai komposisi penduduk disajikan
pada gambar berikut.
7%
9% 1%
4%
13%
1%
0% 1%
4% 3% 1%
42%
0% 14%
Penggunaan Lahan di
Kabupaten lombok Timur
Sawah
Tegalan
Ladang
Perkebunan
Hutan rakyat
Tambak
Kolam
Padang penggembalaan
Tidak diusahakan
Pekarangan yang ditanami
Rumah, bangunan dan halaman
Hutan negara
Rawa-rawa
Lainnya
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-40
Gambar II-7. Distribusi Penduduk Kabupaten Sumbawa dirinci berdasarkan umur
dan jenis kelamin Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2011)
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010, struktur penduduk Kabupaten
Sumbawa berbentuk piramida dari kelompok umur 25-29 tahun ke atas, namun
menyempit pada kelompok umur 15-24 tahun, lalu kembali melebar pada kelompok
usia 10-14 tahun ke bawah. Penyempitan pada kelompok umur 15-24 tahun
merupakan hasil dari penurunan jumlah kelahiran karena keberhasilan Program KB
di era tahun 1980-1990. Hal ini pada gilirannya memberikan dampak pada turunnya
pertumbuhan. Tingkat pertumbuhan penduduk dihitung dengan menggunakan data
sensus penduduk. Data sensus penduduk (SP) yang dilaksanakan setiap 10 tahun
sekali (sejak tahun 1980). Berdasarkan SP 2010, jumlah penduduk dan tingkat
pertumbuhan penduduk kabupaten serta perbandingannya dengan Provinsi NTB dan
Nasional berdasarkan hasil sensus disajikan pada Tabel II-37.
Laju perkembangan penduduk baik Kabupaten Sumbawa (KS), Provinsi NTB (NTB)
dan Nasional (Nas) memperlihatkan kecenderungan penurunan. Penurunan yang
paling tajam terjadi di tingkat Provinsi NTB antara periode 2000-2010 yakni 1,17%
per tahun dibandingkan KS (1,42%) dan Nasional (1,48%).
Tabel II-37. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sumbawa Berdasarkan
Sensus Penduduk
No Jenis Kelamin 1971 1980 1990 2000 2010
1 Laki-Laki 98.014 123.325 152.871 183.511 211.451
2 Perempuan 95.107 121.058 152.660 177.068 203.912
Jumlah 193.121 244.383 305.531 360.579 415.363
Pertumbuhan kabupaten (%) 2,38 2,26 1,67 1,42
Pertumbuhan penduduk NTB (%) 2,36 2,14 1,82 1,17
Pertumbuhan penduduk Nasional (%) 2,3 1,97 1,49 1,48
Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2011)
0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000
0 - 4
10 - 14
20 - 24
30 - 34
40 - 44
50 - 54
60 - 64
70 - 75
Perempuan Laki-laki
Profil Daerah
II-41
2.5.2. Sumber daya Alam dan Sumber daya Manusia
2.5.2.1. Sumber daya Alam
a. Kelautan dan Perikanan
Gambaran umum penyelenggaraan urusan kelautan dan perikanan di Kabupaten
Sumbawa diantaranya dapat dilihat dari tingkat pemanfatan potensi lahan, baik
untuk perikanan laut, perairan umum, perairan air tawar dan air payau, seperti
disajikan sebagai berikut.
Tabel II-38. Potensi dan Pemanfaatan Sumber daya Perikanan dan Kelautan
Tahun 2010
No Sumber daya
Potensi Dimanfaatkan
Luas (ha) Prod
(ton) Luas (ha) (%)
Prod
(ton) (%)
1 Perikanan Laut
a. Perikanan tangkap
1. P. Pantai 677.600 24.864 677.600 100,0 37.242 149,8
2. P. Lepas Pantai 900.000 30.789 286.722 31,9 3.848 12,5
3. ZEE 7.400.000 203.390 0 0,0 - 0,0
Jumlah 8.977.600 259.043 964.322 10,7 41.090 15,9
b. Budidaya di laut
1. Budidaya rumput laut 14.950 897.000 5.940 39,7 43.935 4,9
2. Budidaya Kerapu 1.200 15.080 260 21,7 198 1,3
3. Budidaya Mutiara 5.700 13 2.108 37,0 0 2,2
Jumlah 21.850 912.093 8.308 38,0 44.133 4,8
2 Perairan umum
1. Waduk/dam 1.074 1.074 704 65,5 1.488 138,5
2. Sungai 900 900 796 88,4 332 36,9
3. Laguna 50 50 23 46,0 20 40,0
Jumlah 2.024 2.024 1.552 76,7 1.840 90,9
3 Perairan Air Tawar
1. Kolam 1.464 1.756 131 9,0 372 21,2
2. Sawah/Mina padi 398 119 0 0,0 - 0,0
3. Karamba/KJA 406 11.990 132 32,4 59 0,5
Jumlah 2.268 13.868 132 5,8 430 3,1
4 Perairan Air Payau
Tambak 10.375 12.745 2.720 26,2 32.903 258,2
TOTAL 9.014.117 1.199.773 977.034 10,8 120.396 10,0
Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2011)
Pada tahun 2010 pemanfaatan lahan untuk pembangunan urusan kelautan dan
perikanan secara kumulatif sudah mencapai 10,85% dari luas lahan potensinya.
Pemanfaatan terbesar baru mencapai 41% untuk perairan laut dan 32,903% untuk
perairan air payau. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pengembangannya sangat
terbuka pada masa selanjutnya.
b. Pertanian Tanaman Pangan
Tanaman padi yang merupakan bahan makanan pokok masyarakat merupakan
komoditas strategis. Kabupaten Sumbawa merupakan daerah lumbung padi secara
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-42
regional bahkan nasional. Predikat ini wajar saja jika dilihat perkembangan luas
panen, produksi dan produktivitas tanaman ini. Dalam kurun waktu 2005-2009
terjadi peningkatan luas panen dari 54.212 Ha menjadi 76.471 atau 9,25%,
sedangkan produksinya meningkat 12,64% dari 241.241 ton menjadi 383.649 ton,
demikian pula produktivitasnya naik 3,06% dari 4,45 ton/ha menjadi 5,02 ton/ha.
Peningkatan indikator tersebut semua diatas rata-rata NTB. Dalam rangka
mewujudkan Kabupaten Sumbawa sebagai daerah agribisnis padi tersebut, maka
ektensifikasi seperti percetakan sawah baru, perluasan areal tanam, serta usaha
intensifikasi pertanian mutlak perlu dilakukan. Selama tahun 2010 telah dilakukan
pencetakan sawah baru seluas 160 ha yang tersebar di 8 kecamatan yaitu Lunyuk,
Buer, Lopok, Moyo Utara, Tarano, dan Alas.
Selain padi, jagung merupakan salah satu produk unggulan di Kabupaten Sumbawa.
Pertumbuhan luas areal panen dalam 5 tahun terakhir meningkat sangat signifikan
yaitu rata-rata tahunan 26,59%, sedangkan pertumbuhan produksi jagung sebesar
44,28%, dan produktivitasnya tumbuh 13,55%.
c. Peternakan
Kondisi umum ternak besar di Kabupaten Sumbawa terdiri dari Sapi Bali, Sapi
Sumbawa, Kerbau Sumbawa, dan Kuda Sumbawa. Sapi Bali merupakan sapi asli
Indonesia, dan Pemerintah Pusat telah menetapkan Pulau Sumbawa sebagai tempat
pemurnian Sapi Bali. Adapun keunggulan Sapi Bali, yakni daya reproduksi cukup
tinggi, dengan calving interval cukup pendek serta kemampuan adaptasi terhadap
lingkungan sangat baik jika dibandingkan dengan jenis sapi lainnya. Populasi Sapi
Bali tahun 2006 sampai tahun 2010 meningkat rata-rata sebesar 15,45%.
Sapi Sumbawa merupakan rumpun sapi lokal yang berkembang di pulau Sumbawa
dengan asal usul dari sapi Hissar yang sejak didatangkan dari India oleh Pemerintah
Hindia Belanda sekitar tahun 1908, diternakkan secara murni oleh masyarakat di
pulau Sumbawa secara turun temurun sampai sekarang. Sapi Sumbawa telah
ditetapkan dengan SK Meteri Pertanian Nomor 2909/kpts/OT.140/6/2011 tanggal
17 Juni 2011 tentang Penetapan Rumpun Sapi Sumbawa, sebagai Sumber Daya
Genetik Hewani asal Kabupaten Sumbawa. Sapi Sumbawa merupakan sapi jenis
penghasil susu daerah tropis. Sapi Sumbawa disukai dan dikembangkan karena
kemampuannya bertahan hidup atau mempunyai kemampuan adaptasi dengan baik
pada keterbatasan lingkungan. Populasi Sapi Sumbawa tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010 meningkat sebesar rata-rata 19,76%.
Kerbau Sumbawa merupakan jenis kerbau lokal yang telah dipelihara secara turun
temurun oleh masyarakat Sumbawa. Umumnya Kerbau Sumbawa dimanfaatkan
sebagai ternak kerja. Ditetapkan dengan SK Meteri Pertanian Nomor:
2910/kpts/OT.140/6/2011 tanggal 17 Juni 2011 tentang Penetapan Rumpun
Kerbau Sumbawa. Populasi Kerbau tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 menurun
sebesar rata-rata 4,34%.
Kuda Sumbawa merupakan salah satu rumpun kuda asli Indonesia yang mempunyai
keseragaman bentuk fisik dan komposisi genetik serta kemampuan adaptasi dengan
baik pada keterbatasan lingkungan serta keunggulan daya angkut, tarik, dan lari,
disamping itu juga dimanfaatkan sebagai penghasil susu (Susu Kuda Liar). Kuda
Profil Daerah
II-43
Sumbawa mempunyai ciri khas dengan rumpun kuda asli atau kuda lokal lainnya
dan merupakan kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia yang perlu
dilindungi dan dilestarikan. Kuda Sumbawa ditetapkan dengan SK Meteri Pertanian
Nomor: 2917/kpts/OT.140/6/2011 tanggal 17 Juni 2011 tentang Penetapan
Rumpun Kuda Sumbawa. Populasi Kuda Sumbawa tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010 meningkat rata-rata 3,31%.
Selanjutnya potensi pengembangan kawasan peternakan sampai tahun 2010,
tersebar di beberapa kecamatan, dan untuk saat ini sebaran populasi terbesar berada
pada : (1) Sapi Sumbawa (lokasi: Desa Penyaring Kec. Moyo Utara); (2) Kerbau
Sumbawa (lokasi: Desa pernek, Lenangguar, Sumbawa, Karang Dima, Rhee, Stowe
Brang, Juru Mapin, Labuhan Alas, Labuhan Mapin, Mapin Kebak, Olat Rawa, dan
Jotang).
Tabel II-39. Perkembangan Populasi Ternak Besar Kabupaten Sumbawa
Tahun 2008-2010
Kabupaten Sumbawa
Ternak 2008 2009 2010
Kuda 36.505 37.326 37.529
Sapi 115.644 130.993 149.062
Kerbau 64.407 56.636 52.464
Kambing 38.467 36.622 38.462
Provinsi NTB
Ternak 2008 2009 2010
Kuda 77.997 77.837 76.517
Sapi 546.114 592.875 695.951
Kerbau 161.450 155.307 158.064
Kambing 495.028 439.989 435.938
Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2011)
Dilihat dari proporsinya terhadap populasi ternak NTB sampai dengan Tahun 2010,
Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu Kabupaten dari 10 Kabupaten/Kota di
NTB yang memiliki proporsi sumbangan cukup besar terhadap populasi ternak NTB.
Proporsi tersebut yaitu: 1) kuda memiliki proporsi sumbangan terhadap populasi
ternak Nusa Tenggara Barat sebesar 48,93%; 2) kerbau sebesar 34,50%; dan 3) sapi
sebesar 22,53%.
d. Perkebunan
Komoditas perkebunan di Kabupaten Sumbawa terdiri dari kelapa, kopi, jambu mete,
kakao, kemiri, asam, kapuk, pinang, vanili, lontar dan jarak pagar. Adapun luasan
areal perkebunan serta produksinya berdasarkan jenis komoditasnya disajikan
secara berturut-turut sebagai berikut.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-44
Tabel II-40. Perkembangan Luas Areal Perkebunan di Kabupaten Sumbawa
Tahun 2008 – 2010
No Komoditas 2008 2009 2010 Rata-rata
peningkatan (%)
1 Kelapa 5.388 5.193 5.193 -1,9
2 Kopi 4.759 4.060 4.290 -5,9
3 Jambu Mete 7.702 7.480 6.913 -5,6
4 Kakao 119 67 92 -25,2
5 Kemiri 978 972 972 -0,3
6 Asam 687 676 676 -0,8
7 Kapuk 438 444 442 0,4
8 Pinang 78 146 106 4,4
9 Vanili 4 4 4 0,0
10 Lontar 34 39 43 11,6
11 Jarak Pagar 857 993 1.006 7,5
Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2010)
Selanjutnya mengenai produksi masing-masing komoditas perkebunan di Kabupaten
Sumbawa disajikan sebagai berikut.
Tabel II-41. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan di Kabupaten Sumbawa
No Komoditas 2008 2009 2010 Rata-rata
peningkatan (%)
1 Kelapa 2.987 2.240 2.922 -5,0
2 Kopi 1.610 1.727 2.206 14,2
3 Jambu Mete 1.551 846 1.693 -16,7
4 Kakao 0 0 0 5,3
5 Kemiri 350 93 294 -104,2
6 Asam 1.293 279 569 -156,6
7 Kapuk 102 43 123 -36,0
8 Pinang 7 15 25 48,0
9 Vanili 0 0 0 0,0
10 Lontar 38 10 41 -92,3
11 Jarak Pagar 558 558 487 -7,3
Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2010)
e. Energi dan Sumber Daya Mineral
Potensi sumber daya energi listrik di Kabupaten Sumbawa masih belum
termanfaatkan, dan suplai listrik masih bergantung pada pembangkit listrik tenaga
diesel. Selain itu terdapat potensi sumber daya energi panas bumi di Kabupaten
Sumbawa. Energi panas bumi sangat berpeluang untuk dikembangkan apalagi
ketersediaannya cukup besar. Dari hasil survei teridentifikasi 3 (tiga) lokasi panas
bumi berada di Nusa Tenggara Barat, dari 251 lokasi yang tersebar di seluruh
Indonesia, dan 1 (satu) diantaranya terdapat di Kabupaten Sumbawa di Kecamatan
Maronge. Potensi sumber daya energi listrik di Kabupaten Sumbawa disajikan pada
Tabel II-42.
Profil Daerah
II-45
Tabel II-42. Potensi Energi Listrik di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010
No Kecamatan Sungai/bendungan Volume
(m3)
Debit
(m3/dt) Head (m)
Energi
(mWh/th)
1 Lunyuk Brang Beh - 70,3 2 7.249,53
2 Alas Brang Ode (marente) - 3,27 2 337,21
3 Moyo Hulu Bendungan Batu
Bulan 46,5 juta 1.635 38,5 8.377,17
4 Lape Lopok Bendungan Mamak 32,5 juta 1490 41,5 4.600,56
5 Plampang Bendungan Tiu Kulit 10,8 juta 408 31,7 2.451,74
6 Empang Bendungan Gapit 10,3 juta 380 29 1.001,84
Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2010)
Sementara itu berdasarkan keadaan geologi, wilayah Kabupaten Sumbawa memiliki
keanekaragaman sumber daya dan cadangan mineral tambang baik untuk mineral
logam, mineral bukan logam dan mineral batuan. Untuk potensi emas berada di
lokasi Dodo dan sekitarnya secara terukur sebesar 1.671 ton dengan areal 200 Ha,
dan potensi pasir besi di sepanjang pantai selatan. Potensi mineral di Kabupaten
Sumbawa merupakan salah satu keunggulan komparatif wilayah. Jenis mineral yang
didentifikasi meliputi sirtu, batu bangunan, tanah urug, batu lempung/ tanah liat,
kaolin, gipsum, batu gamping, marmer, krisopras, batuan silika, kalsedon, emas (Au),
perak (Ag), tembaga (Cu), dan pasir besi.
2.5.2.2. Sumber daya Manusia
Salah satu indikator yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat
dapat dilihat dari angkatan kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan, karena
tingginya jumlah angkatan kerja di suatu daerah harusnya menjadi modal dasar
untuk menggeliatkan perekonomian daerah. Bila terjadi sebaliknya maka hal
tersebut berpeluang menimbulkan permasalahan-permasalahan sosial.
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Indikator ketenagakerjaan yang sering digunakan untuk mengukur besarnya jumlah
angkatan kerja (bekerja dan mencari kerja) berbanding dengan penduduk usia kerja
(15 tahun keatas) atau disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Angkatan
kerjaadalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah
mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif
mencari pekerjaan. Tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Sumbawa dalam
tiga tahun terakhir berkisar sekitar 63-67%.
b. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Pengangguran merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang
mencari pekerjaan. Angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang
bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan
merupakan potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja. Sedangkan bukan
angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja ataupun mencari
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-46
kerja. Berdasarkan konsep tersebut, indikator ketenagakerjaan yang digunakan
untuk mengukur tingkat pengangguran adalah tingkat pengangguran terbuka, yaitu
jumlah pengangguran dibagi jumlah angkatan kerja. Untuk Kabupaten Sumbawa
diperoleh gambaran bahwa tingkat pengangguran terbuka dalam tiga tahun terakhir
berkisar antarar 5,8-7%.
Pada tahun 2010, terdapat 202.263 orang yang bekerja di Kabupaten Sumbawa. Dari
jumlah tersebut, sebagian besar bekerja pada sektorsektor pertanian padi dan
palawija (58,36%) dan perdagangan (11,10%). Sedangkan yang lain bekerja pada
sektor jasa kemasyarakatan (7,58%), jasa pendidikan (4,80) dan sektor lainnya
seperti perikanan, peternakan, industri pengolahan dan lainnya.
2.5.3. Infrastruktur
2.5.3.1. Prasarana Jalan
Pembangunan infrastruktur wilayah dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) diarahkan dalam rangka peningkatan akses wilayah, daya dukung
produksi barang dan jasa, serta membuka wilayah terisolir. Meskipun setiap tahun
alokasi anggaran untuk prasarana wilayah relatif lebih besar dibandingkan dengan
urusan lain, namun rupanya permasalahan di sektor ini masih lebih berat
dibandingkan kemampuan yang dimiliki. Sebagai gambaran umum, panjang jalan di
kabupaten sumbawa tahun 2005 adalah 1.957,32 km yang meliputi jalan negara
262,03 km, jalan provinsi 362,03 km, jalan kabupaten 936,81 km, dan jalan desa
396,4 km. Khusus untuk kondisi jalan kabupaten, kondisi mantap 361,87 km atau
39%, kondisi tidak mantap 263,79 km atau 28% dan kondisi kritis 311,15 km atau
33%. Sedangkan kondisi di akhir tahun 2009, kondisi jalan mantap turun menjadi
37% atau 13,87 km, kondisi jalan tidak mantap turun menjadi 26% atau 21,38 km
dan kondisi jalan kritis naik menjadi 37% atau bertambah 38,31 km.
Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan merupakan salah satu indikator penting
untuk melihat aksessibilitas daerah, sebagai gambaran ketersediaan prasarana jalan
untuk menampung sejumlah kendaraan di daerah dalam rangka memberikan
kemudahan akses bagi masyarakat dalam melakukan aktivitasnya.
Tabel II-43. Perkembangan Perbandingan Panjang Jalan per Unit Kendaraan
tahun 2006-2009
No Sarana Angkutan Darat 2006 2007 2008 2009
………… Km/unit kendaraan …………
1 Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP) 38 29 29 29
2 Angkutan Kota 158 130 138 91
3 Angkutan Pedesaan 255 245 216 186
4 Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) 98 98 98 98
Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2010)
2.5.3.2. Prasarana Air Bersih dan Listrik
Faktor pendukung keberhasilan pembangunan banyak ditentukan oleh keberadaan
listrik. Listrik memiliki fungsi yang sangat strategis dalam upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Desa yang mempunyai listrik memiliki tingkat
kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan desa yang belum memiliki listrik. Setiap
Profil Daerah
II-47
tahun jumlah pelanggan listrik terus bertambah baik untuk keperluan rumah tangga,
kebutuhan industri maupun kebutuhan lainnya. Berikut ini adalah gambaran
layanan listrik PLN sampai dengan tahun 2010.
Penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan
memajukan kesejahteraan masyarakat. Penyedia utama layanan listrik di Kabupaten
Sumbawa selama ini adalah PT. PLN, yang kapasitas layanannya disajikan sebagai
berikut
Tabel II-44. Produksi dan Layanan Listri PLN di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010
No Uraian 2009 2010
1 Daya tersambung (kVA) 64.400,35 67.607,80
2 KWH jual (kWH) 108.597.276 118.609.493
3 JTM (kms) 821.090 755.915
4 JTR (kms) 696.000 843.924
5 Gardu (buah) 374 546
6 Travo (buah) 374 546
7 Kapasitas travo (kVA) 31.276 38.672
8 kWH jaringan 122.333.260 132.521.420
9 kWH pemakaian 108.597.276 118.609.493
10 Jumlah desa terlayani listrik PLN 123 158
11 Jumlah pelanggan PLN (sambungan) 57.454 71.721
Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2010)
Jumlah pelanggan air bersih di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2011 sebanyak
13.770 pelanggan dengan jumlah air bersih yang disalurkan sebanyak 3.787.32 m3.
Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu kabupaten yang ketersediaan air
bersihnya sulit diperoleh karena topografi kabupaten tersebut yang berbukit-bukit,
sehingga sarana air bersih yang disediakan oleh PDAM merupakan sumber yang
sangat berarti bagi sebagian penduduk di Kabupaten Sumbawa.
Tabel II-45. Jumlah Pelanggan dan Air Bersih yang Disalurkan
Tahun Banyaknya Pelanggan Air minum yang disalurkan (m3)
2008 10.345 2.560.954
2009 11.665 3.145.332
2010 12.663 3.565.187
2011 13.770 3.787.321
Sumber : Sumbawa dalam Angka 2012
2.5.3.3. Prasarana Pos dan Komunikasi
Ketersediaan layanan komunikasi di Kabupaten Sumbawa antara lain berupa pos
dan telepon. Jumlah kantor pos di kabupaten tersebut sebanyak 12 buah, yang
terdiri dari 11 kantor cabang dan 1 kantor pos pembantu. Fungsi kantor pos di
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-48
kabupaten tersebut adalah sebagi pelayanan komunikasi baik dalam bentuk
pengiriman barang maupun uang.
Prasarana komunikasi lain yang tersedia di Kabupaten Sumbawa adalah prasarana
telepon. Jumlah sambungan telepon yang ada di Kabupaten Sumbawa pada tahun
2011 adalah sebanyak 4.502 saluran, jumlah tersebut meningkat apabila
dibandingkan pada tahun 2010.
2.5.3.4. Prasarana Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu program yang sedang digalakkan pemerintah, untuk itu,
sarana dan prasarana pendidikan terus ditingkatkan baik dari segi jumlah maupun mutunya.
Di kabupaten Sumbawa telah tersedia sarana dan prasarana pendidikan formal mulai dari
tingkat dasar hingga perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Pendidikan non formal
yang tersedia di kabupaten tersebut meliputi berbagai kursus atau pelatihan keterampilan,
seperti mekanik, otomotif, listrik bangunan, kerajinan dan tata niaga.
Tabel II-46. Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Sumbawa
Tahun Sekolah Dasar SLTP SMU SMK
2008 338 74 22 11
2009 338 82 22 11
2010 354 84 22 12
2011 357 91 23 15
Sumber : Sumbawa dalam Angka 2012
2.5.3.5. Prasarana Kesehatan
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perlu ditunjang dengan fasilitas
kesehatan yang memadai. Rasio besarnya penduduk terhadap fasilitas kesehatan masih
sangat besar. Fasilitas kesehatan belum sepenuhnya dimiliki oleh semua desa, begitupun
dengan petugas kesehatan yang ada di Kabupaten Sumbawa, belum mencukupi. Jumlah
fasilitas kesehatan di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2011 adalah 2 unit rumah sakit, 25
puskesmas, 93 puskesmas pembantu dan 26 polindes. Secara keseluruhan, jumlah fasilitas
kesehatan pada tahun 2011 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan jumlah
fasilitas kesehatan pada tahun 2010. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Sumbawa pada
tahun 2011 adalah sebanyak 773 orang. Rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk di
Kabupaten Sumbawa adalah 1 : 537. Rasio tersebut dapat dikatakan besar, sehingga jumlah
tenaga kesehatan yang disediakan perlu ditingkatkan.
2.6. Kabupaten Dompu
2.6.1. Kondisi Geografi dan Demografi
2.6.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah
Kabupaten Dompu dengan ibukota di Dompu, secara geografis terletak bagian tengah
Pulau Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat, diantara 117042’ - 118030’ Bujur
Timur dan 8006’ - 9005’ Lintang Selatan, dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Flores dan Kabupaten Bima,
Profil Daerah
II-49
Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa,
Sebelah Selatan : Lautan Indonesia,
Sebelah Timur : Kabupaten Bima.
Tabel II-47. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Dompu
Tahun 2011
No Kecamatan Luas (ha)
1 Hu’u 186,50
2 Pajo 135,32
3 Dompu 223,27
4 Woja 301,16
5 Kilo 235,00
6 Kempo 22.121
7 Manggelewa 176,46
8 Pekat 4.666
Jumlah
2.324,55
Sumber : Dompu dalam Angka Tahun 2012
Secara administrasi Kabupaten Dompu terbagi dalam 8 (delapan) kecamatan, 79 desa
persiapan, 9 kelurahan, 41 lingkungan dan 348 dusun, dengan luas wilayah
2.324,55 km2. Sebagian besar wilayah Kabupaten Dompu adalah dataran (65,82%),
kemudian sekitar 31,66% merupakan wilayah pesisir dan selebihnya adalah wilayah
lereng gunung.
2.6.1.2. Topografi dan Iklim
Kondisi Topografi Kabupaten Dompu bervariasi dari ketinggian 0 meter – 500 meter.
Dengan ketinggian yang bervariasi maka bentuk lahan yang terbentuk mulai dari
daerah dataran hingga perbukitan. Klasifikasi lereng di Kabupaten Dompu bervariasi
dari lereng datar, landai curam dan sangat curam.
Tabel II-48. Luas Wilayah Berdasarkan Kemiringan Lereng di Kabupaten Dompu
No. Kecamatan
Klasifikasi Lereng Jumlah
(Ha) 0-2 %
( datar)
2-15 %
(landai)
15-40 %
( curam )
40 %
(sangat
curam)
1 Hu’u 2.822 4.695 6.416 1.717 15.650
2 Dompu 3.932 2.690 8.275 5.792 20.689
3 Woja 5.723 3.915 12.046 8.432 30.116
4 Kempo 3.450 8.434 6.133 1.150 19.167
5 Pekat 15.753 38.507 28.005 5.252 87.517
6 Kilo 3.995 470 13.865 5.170 23.500
7 Manggelewa 3.176 7.764 5.647 1.059 17.646
8 Pajo 3.316 4.754 7.409 5.170 18.170
Total 42.167 71.229 87.796 33.742,4 232.455
Prosentase (%) 18,1 30,6 37,8 13,4 100,0
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Dompu
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-50
Kabupaten Dompu memiliki iklim yang bertipe D, E dan F. Keadaan curah hujan di
wilayah Kabupaten Dompu sangat erat kaitannya dengan fenomena El-Nino dan La-
Nina. Adapun kondisi rata – rata curah hujan berkisar antara 1.400 - 1.650
mm/tahun, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan jumlah
harian hujan efektif selama 1 tahun adalah 130 – 150 hari.
2.6.1.3. Lahan dan Penggunaannya
Secara umum pola penggunaan lahan dapat diperinci dalam beberapa jenis
penggunaan, yaitu perkampungan dan permukiman, sawah, tegalan, ladang, padang
pengembalaan, hutan, tambak, kebun dan lain-lain penggunaan. Secara ringkas
penggunaan lahan di Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel II-49.
Tabel II-49. Pola Penggunaan Lahan Kabupaten Dompu
No Kecamatan Luas (ha)
1 Pemukiman/ Pekarangan 3.255
2 Tanah Tegalan 15.159
3 Tanah Sawah 18.948
4 Ladang 2.754
5 Padang Pengembalaan 6.526
6 Rawa-rawa tidak ditanami 2
7 Tambak 1.177
8 Kolam/ Empang 3
9 Tidak diusahakan 3.838
10 Hutan Rakyat 20.866
11 Hutan Negara 96.272
12 Perkebunan 8.440
13 Lainya 55.313
Jumlah 232.533
Sumber: BPS Kabupaten Dompu, 2010
2.6.1.4. Demografi
Jumlah penduduk di Kabupaten Dompu berdasarkan Sensus 2010 sebanyak
218.984 jiwa, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 110.704 jiwa atau 51,66%
dan penduduk perempuan 108.280 jiwa atau 48,35%, dengan sex ratio 102,24.
Dari jumlah penduduk tersebut, Kecamatan Dompu merupakan kecamatan dengan
jumlah penduduk terbesar 51.594 jiwa dan jumlah penduduk terendah adalah
Kecamatan Kilo dengan jumlah penduduk 12.066 jiwa.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Dompu sekitar 94,2 jiwa/km2, dengan tingkat
kepadatan yang tidak merata antar wilayah bagian dan antar kecamatan. Kecamatan
yang memiliki tingkat kepadatan tinggi adalah Kecamatan Dompu yaitu 224
jiwa/km2, sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Pekat yaitu 35 jiwa/km2.
Profil Daerah
II-51
Dari hasil sensus penduduk tahun 2010 laju pertumbuhan penduduk Kabupaten
Dompu dari tahun 2000 s/d 2010 adalah sebesar 1,43% pertahun. Kecamatan yang
memiliki pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Pekat yaitu 2,52%
pertahun dan yang terendah adalah Kecamatan Kempo yaitu sebesar 0,44%
pertahun.
2.6.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
2.6.2.1. Sumber Daya Alam
Kabupaten Dompu memiliki beragam potensi sumber daya alam yang meliputi
sumber daya hutan, tambang, pertanian dan perkebunan, serta sumber daya laut
dan kelautan.
Luas Perairan laut di Kabupaten Dompu seluas 1.298,17 km2 yang terdiri dari 3
teluk, antara lain: Teluk Cempi, Teluk Saleh, dan Teluk Sanggar dengan panjang
pantai 272 ,6 km. Ekosistem di Wilayah Pesisir Kabupaten Dompu sebagian besar
merupakan suatu ekosistem budidaya. Beberapa potensi yang dimiliki oleh wilayah
pesisir di Kabupaten Dompu meliputi kekayaan flora dan fauna, perikanan tangkap
dan berbagai budi daya serta pariwisata. Di wilayah pesisir Kabupaten Cianjur
terdapat berbagai jenis flora dan fauna yang menempati ekosistem pantai yang
diantaranya adalah Tuna, Tongkol, Cakalang, Kerapu, benih dan induk alam, tambak
udang dan ikan karang. Potensi kelautan yang dapat dijadikan potensi pariwisata
adalah Pantai Lakey, yang terletak di KecamatanHu’u. Pantai Lakey terkenal memiliki
gelombang laut yang diminati oleh wisatawan domestik maupun internasional yang
hobby dan menyukai olah raga selancar.
Potensi penangkapan ikan laut oleh nelayan tradisional menyebar di seluruh
Kecamatan di Kabupaten Dompu. Jumlah nelayan tradisional terbanyak Kecamatan
Hu,u dengan jumlah nelayan sekitar 967 nelayan tradisional dan jumlah nelayan
paling sedikit di Kecamatan Pajo dengan 234 nelayan tradisional.
Sumber Daya Hutan Lindung memiliki peranan penting di dalam menjaga kegiatan
dan kelangsungan manusia; merupakan daerah tangkapan air yang dapat menjaga
stabilitas iklim, cuaca. Luas kawasan Lindung di Kabupaten Dompu seluas
51.882,59 ha yang tersebar dan terletak di Soromandi, Riwo, Toffo Rompu dan
Tambora. Selain Hutan Lindung ada juga Cagar Alam dan suaka Margasatwa yang
terletak di lereng Gunung Tambora. Kawasan berfungsi lindung ini meliputi tanah
negara bebas (ketinggian >1000 meter, kemiringan >40%), di luar kawasan hutan
yang berfungsi lindung, dan perkebunan (khususnya perkebunan negara).
2.6.2.2. Sumber Daya Manusia
Berdasarkan kelompok usia, 35,03% penduduk berada pada kelompok usia 0 -14
tahun, dan pada kelompok usia 15 – 64 tahun adalah 61,06%, selebihnya adalah
penduduk berusia di atas 65 tahun. Kualitas sumber daya manusia penduduk
Kabupaten Dompu berdasarkan pendidikan yang ditamatkan menunjukkan bahwa
pada tahun 2011 dari total penduduk yang berusia di atas 10 tahun, sebagian besar
penduduk usia sekolah adalah yang tamat SD (14,45%) dan yang tidak mempunyai
ijazah adalah 24,09%. Sumber daya manusia yang berpendidikan SMP/Kejuruan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-52
sebesar 22,31%, SMA/MA/Kejuruan sebesar 32,28%. Hanya sebesar pendudukan
yang tamat perguruan tinggi seperti ditunjukkan Tabel II-50.
Tabel II-50. Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Yang di Tamatkan di Dompu
Usia Sekolah Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
Tidak/belum pernah Sekolah 3.903 6.813 10.716
Tidak/belum tamat SD 9.860 14.297 24.157
Sekolah Dasar 10.929 9.991 20.920
SMP Umum/ Kejuruan / MTs 16.477 15.820 32.297
SMA/MA/ Kejuruan 26.760 19.960 46.720
D1/ Akademi 566 2.808 3.374
Universitas 3.531 3.025 6.556
Jumlah 72.026 72.714 144.740
Sumber : Kabupaten Dompu dalam Angka, 2012.
Berdasarkan hasil Sarkenas tahun 2011 penduduk usia 15 tahun keatas yang
merupakan angkatan kerja yaitu 97.322 jiwa yang terbagi dalam dua yaitu yang
bekerja sebanyak 91.606 jiwa dan yang berstatus pengangguran yaitu sebanyak
5.716 jiwa. Angkatan kerja yang bergerak di sektor pertanian, kehutanan, perburuan
dan perikanan mencapai 34,73%, industri 1,2%, perdagangan, rumah makan dan
hotel 15,59%, jasa kemasyarakatan 19,12%, dan lainnya meliputi pertambangan dan
penggalian, listrik, gas & air, bangunan, angkutan, pergudangan dan komunikasi,
keuangan, asuransi, persewaan dan jasa perusahaan mencapai 30,46%.
2.6.3. Infrastruktur
2.6.3.1. Prasarana Jalan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar
kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka
akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas
penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.
Panjang jalan di Kabupaten Dompu pada tahun 2011 adalah 829,35 km. Jalan terdiri
atas jalan Negara (82,01 km), jalan provinsi (211,71 km) dan jalan kabupaten (535,63
km). Sebagian besar panjang jalan dalam keadaan baik (35,3%), dalam keadaan
sedang (9,8%) dan selebihnya dalam kondisi rusak dan rusak berat (54,9 %). Apabila
dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang ada di Kabupaten Dompu pada tahun
2011, yaitu 62 kedaraan roda empat dan 3.940 kendaraan roda dua, maka prasarana
jalan cukup memadai, namun perlu ditingkatkan.
2.6.3.2. Prasarana Air Bersihdan Listrik
Ketersediaan prasarana air minum yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Dompu
menunjukkan bahwa pad atahun 2011 jumlah air minum yang disalurkan sebanyak
Profil Daerah
II-53
1.947.334 m3 dengan jumlah pelanggan 6.450. Pelanggan tersebut terdiri dari rumah
tangga, niaga, sosial, instansi pemerintah dan khusus.
Ketersediaan tenaga listrik yang dikelola oleh PLN wilayah kerja Kabupaten
ditunjukkan oleh daya terpasang yang dikelola yaitu sebesar 19.243.495 VA
mencakup 22.078 pelanggan.
2.6.3.3. Prasarana Komunikasi
Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kabupaten Dompu, seperti kantor pos
untuk sarana surat menyurat dan jaringan telepon untuk sarana hubungan secara
langsung. Surat merupakan salah satu alat komunikasi yang banyak digunakan.
Pada Tahun 2011 banyaknya produksi surat biasa dalam negeri mencapai 21.088
buah dan surat biasa luar negeri sebanyak 135 buah . Surat kilat mencapai 24.173
buah dan kilat khusus mencapai 112.574 buah. Jumlah paket pos dalam negeri
tahun 2011 mencapai 9.804 buah.
2.6.3.4. Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan di Kabupaten Dompu sudah tersedia mulai dari tingkat taman
kanak-kanak (TK) sampai SLTA, dengan jumlah 356 sekolah, dimana 82,02%
merupakan sekolah negeri, dan sebagian besar (71,9%) adalah pada tingkat SD/MI.
Sekolah TK di Kabupaten Dompu sebanyak 46 unit, jumlah sekolah dasar (SD) dan
MI sebanyak 210 unit. Tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) terdapat
sebanyak 63 unit. Pada tingkat sekolah lanjutan atas (SLTA) terdapat 22 unit, dan
SMK 15 unit. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di
Kabupaten Dompu Tahun 2011 selengkapnya disajikan pada Tabel II.51.
Tabel II-51. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten Dompu
No. Jenis Sekolah Jumlah Sekolah Murid
Guru Negeri Swasta Negeri Swasta
1 Taman Kanak-Kanak 3 43 263 2.053 180
2 Sekolah Dasar 210 - 33.988 - 3.894
3 SLTP 55 8 12.767 883 1.646
4 SLTA 15 7 6.492 1.107 738
5 SMK 9 6 2.752 602 497
6 STM - - - - -
Jumlah 292 64 56.262 4.645 6.955
Sumber : Dompu dalam Angka 2012
2.6.3.5. Prasarana Kesehatan
Salah satu peranan Pemerintah dalam pembangunan kesehatan adalah menyediakan
sarana kesehatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas, baik dari segi finansial
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-54
maupun dari segi lokasi. Berikut disajikan informasi mengenai banyaknya sarana
kesehatan di Kabupaten Dompu.
Tabel II-52. Banyaknya Sarana Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Dompu
Tahun 2011
Kecamatan Rumah
Sakit
RS
Kusta Puskesmas Pusling
Puskesmas
pembantu
Hu’u - - 1 2 4
Pajo - - 1 1 4
Dompu 1 - 1 3 7
Woja - - 1 2 7
Kilo - - 1 2 5
Kempo - - 1 2 6
Manggelewa - - 1 1 8
Pekat - - 1 2 8
Jumlah 1 - 8 15 49
Sumber : Kabupaten Dompu dalam Angka 2012
Tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Dompu pada tahun 2010 adalah sebanyak
352 yang terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga kesehatan lain.
Jumlah tenaga kesehatan tersebut sangat sedikit apabila dibandingkan jumlah
penduduk di Kabupaten Dompu. Rasio tenaga kesehatan yang ada dibandingkan
dengan jumlah penduduk adalah 1 : 622. Rasio tersebut cukup besar, sehingga
tenaga kesehatan yang ada di kabupaten tersebut perlu ditingkatkan.
2.6.3.6. Prasarana Pasar
Perdagangan di Kabupaten Dompu, sebagian besar didominasi dengan perdagangan
antar pulau, karena bagi kabupaten tersebut, perdagangan antar pulau sangat
penting terutama untuk menyediakan bahan-bahan pokok yang hampir semua
disediakan dari luar Dompu.
2.7. Kabupaten Bima
2.7.1. Kondisi Geografi dan Demografi
2.7.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah
Kabupaten Bima merupakan salah satu Daerah Otonom di Provinsi Nusa Tenggara
Barat, terletak di ujung timur dari Pulau Sumbawa bersebelahan dengan Kota Bima
(pecahan dari Kota Bima). Secara geografis Kabupaten Bima berada pada posisi
117°40”-119°10” Bujur Timur dan 70°30” Lintang Selatan.
Luas wilayah setelah pembentukan Daerah Kota Bima berdasarkan Undang-undang
Nomor 13 tahun 2002 adalah seluas 437.465 Ha atau 4.394,38 Km² (sebelum
pemekaran 459.690 Ha atau 4.596,90 Km²) dengan jumlah penduduk 419.302 jiwa
dengan kepadatan rata-rata 96 jiwa/Km².
Profil Daerah
II-55
Kabupaten Bima terletak di bagian timur Pulau Sumbawa dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Flores
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Dompu
Sebelah Timur : Selat Sape
Pada tahun 2007 terjadi pemekaran wilayah dengan penambahan 4 kecamatan baru,
yaitu: Parado, Lambitu, Soromandi, Pali'belo, sehingga saat ini Kabupaten Bima
memiliki 18 kecamatan.
2.7.1.2. Topografi dan Iklim
Secara topografis wilayah Kabupaten Bima sebagian besar (70%) merupakan dataran
tinggi bertekstur pegunungan sementara sisanya (30%) adalah dataran. Sekitar 14%
dari proporsi dataran rendah tersebut merupakan areal persawahan dan lebih dari
separuh merupakan lahan kering. Oleh karena keterbatasan lahan pertanian seperti
itu dan dikaitkan pertumbuhan penduduk kedepan, akan menyebabkan daya
dukung lahan semakin sempit. Konsekuensinya diperlukan transformasi dan
reorientasi basis ekonomi dari pertanian tradisional ke pertanian wirausaha dan
sektor industri kecil dan perdagangan. Dilihat ketinggian dari permukaàn laut,
Kecamatan Donggo merupakan daerah tertinggi dengan ketinggian 500 m dari
permukaan laut, sedangkan daerah yang terendah adalah Kecamatan Sape dan
Sanggar yang mencapai ketinggian hanya 5 m dari permukaan laut.
Di Kabupaten Bima terdapat lima buah gunung, yakni:
Gunung Tambora di Kecamatan Tambora
Gunung Sangiang di Kecamatan Wera
Gunung Maria di Kecarnatan Wawo
Gunung Lambitu di Kecamatan Lambitu
Gunung Soromandi di Kecamatan Donggo, merupakan gunung tertinggi di
wilayah ini dengan ketinggian 4.775 m.
Wilayah Kabupaten Bima beriklim tropis dengan rata-rata curah hujan relatif pendek.
Keadaan curah hujan tahunan rata-rata tercatat 58,75 mm, maka dapat disimpulkan
Kabupaten Bima adalah daerah berkategori kering sepanjang tahun yang berdampak
pada kecilnya persediaan air dan keringnya sebagian besar sungai. Curah hujan
tertinggi pada bulan Februari tercatat 171 mm dengan hari hujan selama 15 hari dan
musim kering terjadi pada bulan Juli, Agustus dan September dimana tidak tejadi
hujan. Kabupaten Bima pada umumnya memiliki drainase yang tergenang dan tidak
tergenang. Pengaruh pasang surut hanya seluas 1.085 ha atau 0,02% dengan lokasi
terbesar di wilayah pesisir pantai. Sedangkan luas lokasi yang tergenang terus
menerus adalah seluas 194 ha, yaitu wilayah Dam Roka, Dam Sumi dan Dam
Pelaparado, sedangkan Wilayah yang tidak pernah tergenang di Kabupaten Bima
adalah seluas 457.989 ha.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-56
Tabel II-53. Luas dan Tinggi Kota Kecamatan dari Permukaan Laut di Kabupaten Bima
No Kecamatan Luas Wilayah Ketinggian di Atas
Permukaan Laut (m) (Ha) (km2)
1 Monta 22.743 227.430
2 Parado 26.129 261.290
3 Madapangga 23.758 237.580 20
4 Woha 37.557 375.570 10
5 Belo 4.476 44.760
6 Langgudu 32.294 322.940 50
7 Wawo 24.129 241.290
8 Sape 23.212 232.120 5
9 Lambu 40.425 404.250
10 Wera 46.532 465.320 35
11 Ambalawi 18.065 180.650 6
12 Donggo 13.041 130.410
13 Sanggar 47.789 477.890 5
14 Tambora 62.782 627.820 6
15 Bolo 6.293 62.930 10
16 Soromandi 33.508 335.080
17 Lambitu 6.540 65.400
18 Palibelo 7.158 71.580
TOTAL 438.940 4.389.400
Sumber Data : BPN Kabupaten Bima
2.7.1.3. Lahan dan Penggunaannya
Wilayah Kabupaten Bima dijumpai jenis tanah alluvial, komplit regosol, komplit
litosol dan komplit mediteran. Masing-masing jenis tanah tersebut tersebar hampir di
seluruh wilayah Kabupaten Bima. Adapun jenis tanah yang dominan adalah jenis
tanah kompleks mediteran seluas 154,111 ha, Sedangkan jenis tanah yang paling
sedikit terdapat di Kabupaten Bima adalah kompleks Litosol dan Mediteran cokelat.
Berdasarkan kedalaman efektif tanah, wilayah Kabupaten Bima sebagian besar
memiliki kedalaman antara 60-90 cm dengan luas 231.093 Ha atau 50,3% dari luas
wilayahnya. Sedangkan kelas kedalaman lebih dan 90 cm hanya seluas 37.247 Ha
(8,2%). Tingkat erosi yang tenjadi pada wilayah Kabupaten Bima relatif tinggi dan
luas. Wilayah yang telah mengalami erosi menjadi 419.889 Ha atau 91,3% dan luas
wilayah dengan tingkat erosi sedikit, sedang, sampai berat. Erosi tanah dipengaruhi
oleh curah hujan, kemiringan lahan, tekstur tanah, kandungan bahan organik, serta
vegetasi penutup lahan.
Tabel II-54. Pembagian Wilayah Menurut Kedalaman Efektif Tanah
No Kecamatan
Kedalaman Efektif (Ha) Jumlah
(Ha) >90 Cm 60 - 90
Cm
30 - 60
Cm
0 - 30
Cm
1 Monta 1.535 38.588 2.240 8.540 48.881
2 Bolo 8.100 18.415 2.818 1.120 30.451
3 Parado - - - - -
Profil Daerah
II-57
No Kecamatan
Kedalaman Efektif (Ha) Jumlah
(Ha) >90 Cm 60 - 90
Cm
30 - 60
Cm
0 - 30
Cm
4 Madapangga - - - - -
5 Woha 0.32 3.537 4.692 1.040 10.557
6 Belo 2.752 9.799 2.760 2.810 18.118
7 Palibelo - - - - -
8 Langgudu - - - - -
9 Wawo 0.224 16.542 11.040 17.773 45.572
10 Lambitu - - - - -
11 Sape 5.780 28.418 28.259 3.200 63.837
12 Lambu - - - - -
13 Wera 2.832 10.700 40.315 10.750 64.597
14 Ambalawi - - - - -
15 Donggo 0.642 14.400 39.082 1.625 46.594
16 Soromandi - - - - -
17 Sanggar 11.600 84.714 12.038 2.219 110.571
18 Tambora - - - - -
Jumlah Total 33.617 225.113 138.886 49.077 428.994
Sumber Data : BPN Kabupaten Bima
Penggunaan lahan dapat dibedakan atas penggunaan lahan untuk kegiatan
pertanian dan non pertanian serta lahan kering Penggunaan lahan untuk masing-
masing kecamatan didominasi oleh fungsi lahan pertanian seperti tegalan ladang,
rumput, tanah, perkebunan maupun hutan rakyat adapun penggunaan lahan di
wilayah kabupaten Bima dirinci per kecamatan.
Tabel II-55. Penggunaan Lahan di Kabupaten Bima
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) %
1
Lahan
Sawah
a. Sawah Irigasi Teknis - -
b. Sawah Irigasi Setengah Teknis 14.161 2,97
c. Sawah Irigasi Sederhana P.U 1.671 0,35
d. Sawah Irigasi Sederhana Non P.U 7.047 1,48
e. Sawah Tadah Hujan 5.053 1,06
f. Sawah Pasang Surut - -
Luas Tanah Sawah 27.937 5,86
2
Lahan
Bukan
Sawah
a. Tanah Bangunan dan Pekarangan 3.548 0,74
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-58
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) %
b. Tegal/Kebun 38.267 8,03
c. Ladang/Huma 6.464 1,36
d. Padang/Rumput Pengembalaan 15.589 3,27
e. Tanaman Kayu-Kayuan/Hutan Rakyat 43.088 9,04
f. Hutan Negara 247.985 52,05
g. Tanah Sementara Tidak Usahakan 23.033 4,83
h. Perkebunan 9.930 2,08
i. Tambak 2.769 0,58
j. Kolam/Tebat/Empang 38.372 8,05
k. Rawa-rawa yang tidak ditanami 287 0,06
l. Lain-lain 19.162 4,02
Luas Bukan Sawah 448.494 94,14
Luas Total 438.940 100
Sumber Data : BPN Kabupaten Bima
Tabel tersebut di atas juga menjelaskan bahwa luas lahan di Kabupaten Bima yang
terdiri dari lahan sawah seluas 27.937 Ha atau 5.86% sedangkan lahan bukan sawah
seluas 448.494 (Ha) atau 94.14% dari total keseluruhan lahan, hal ini menunjukkan
bahwa lahan di Kabupaten Bima sebagian besar terdiri dari lahan bukan sawah dan
hampir sebagian kecil saja, yang terdiri dari lahan sawah.
Kabupaten Bima juga memiliki lahan dengan tingkat kemiringan terdiri dari 0-2%, 3-
15%, 16-40%, dan lebih besar dari 40%. Tingkat kemiringan lebih besar sama dengan
16% mencapai lebih dari 50% dari luas wilayahnya, hal ini terjadi terutama di
Kecamatan Wawo, Sanggar, Monta dan Donggo.
Tabel II-56. Kemiringan Lahan Kecamatan di Kabupaten Bima
No Kecamatan Kelompok Kemiringan
Jumlah 0 - 2 % 3 - 150 % 16 - 40 % > 40 %
1 Monta 4.016 6.100 29.054 9.711 48.881
2 Bolo 8.100 4.400 8.394 9.557 30.451
3 Parado - - - - -
4 Madapangga - - - - -
5 Woha 4.593 784 2.464 2.716 10.557
6 Belo 4.409 4.208 7.693 2.169 18.118
7 Palibelo - - - - -
8 Langgudu - - - - -
9 Wawo 68 8.080 14.480 22.951 45.579
10 Lambitu - - - - -
11 Sape 5.760 11.792 4.272 41.813 63.637
12 Lambu - - - - -
13 Wera 2.832 11.700 26.796 23.692 64.597
14 Ambalawi - - - - -
15 Donggo 1.024 12.100 20.163 13.262 46.549
16 Soromandi - - - - -
17 Sanggar 7500 37.548 32.400 33.123 110.571
Profil Daerah
II-59
No Kecamatan Kelompok Kemiringan
Jumlah 0 - 2 % 3 - 150 % 16 - 40 % > 40 %
18 Tambora - - - - -
Jumlah 38.302 96.712 145.716 158.994 439.724
% 8.71 21.99 33.14 36.16 100
Sumber Data : BPN Kabupaten Bima
Tabel tersebut diatas menjelaskan bahwa wilayah Kecamatan yang memiliki lahan
kemiringan sangat tajam yaitu Kecamatan Sape sekitar > 41.813 kemudian diikuti
oleh Kecamatan Sanggar dengan kemiringan 33.123, adapun beberapa wilayah
kecamatan yang tidak memiliki tingkat kemiringan yaitu : Parado, Madapangga,
Langgudu, Lambu, Ambalawi, Tambora, Soromandi, Lambitu dan Palibelo.
2.7.1.4. Demografi
Kabupaten Bima memiliki jumlah penduduk sebanyak 436.437 Jiwa yang terdiri dari
218.744 (50,12%) Jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 217.693 (49,88) berjenis
kelamin perempuan yang tersebar di 18 Kecamatan.
Tabel II-57. Jumlah Penduduk di Kabupaten Bima
No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1 Sape 27.166 26.901 54.067
2 Woha 21.466 21.295 42.761
3 Bolo 18.694 18.641 37.335
4 Langgudu 18.667 18.546 37.213
5 Lambu 18.345 18.208 36.553
6 Monta 16.882 15.550 32.432
7 Madapangga 14.401 14.713 29.114
8 Wera 13.511 14.721 28.232
9 Belo 11.619 11.483 23.102
10 Palibelo 11.069 11.622 22.691
11 Ambalawi 8.413 8.124 16.537
12 Wawo 7.479 8.005 15.484
13 Donggo 7.741 7.599 15.340
14 Tambora 6.220 5.648 11.868
15 Sanggar 5.712 5.607 11.319
16 Parado 4.108 4.227 8.335
17 Soromandi 4.300 4.030 8.330
18 Lambitu 2.951 2.773 5.724
JUMLAH 218.744 217.693 436.437
Sumber Data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bima
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-60
Tabel tersebut diatas menjelaskan bahwa, wilayah Kecamatan yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak yakni Kecamatan Sape sejumlah 54.067 Jiwa kemudian diikuti
oleh Kecamatan Woha sejumlah 42.761 Jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling
sedikit yaitu Kecamatan Lambitu sejumlah 5.724 jiwa dan Soromandi sejumlah 8.830
Jiwa. Adapun komposisi penduduk Kabupaten memiliki jumlah yang seimbang
antara laki-laki dan perempuan yakni laki-laki sejumlah 218.744 Jiwa dan
perempuan sejumlah 217.693 Jiwa dengan demikian total jumlah penduduk
Kabupaten Bima sejumlah 436.437 Jiwa.
Tabel II-58 menjelaskan bahwa wilayah ke Kecamatan yang terpadat penduduknya
adalah Kecamatan Belo yakni (516 Jiwa/Km2). Dan diikuti oleh Kecamatan Parado
yakni (317 Jiwa/Km2). Sedangkan wilayah Kecamatan yang tergantung kepadatan
penduduk yakni Kecamatan Soromandi (91 Jiwa/Km2) kemudian diikuti oleh wilayah
Kecamatan Sanggar yakni (24 Jiwa/Km2) dengan demikian, rata-rata tingkat
kepadatan penduduk Kabupaten Bima yakni (99 Jiwa/Km2).
Tabel II-58. Tingkat Kepadatan Penduduk
No Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Jumlah
Penduduk (Jiwa)
KepadatanPenduduk
(Jiwa/Km2)
1 Belo 44,76 23.102 516
2 Parado 71,58 22.691 317
3 Sape 232,12 54.067 233
4 Bolo 261,29 37.335 143
5 Monta 227,43 32.432 143
6 Palibelo 65,4 8.330 127
7 Madapangga 237,58 29.114 123
8 Donggo 130,41 15.340 118
9 Langgudu 322,94 37.213 115
10 Woha 375,57 42.761 114
11 Ambalawi 180,65 16.537 92
12 Soromandi 180,65 16.537 92
13 Lambu 404,25 36.553 90
14 Wawo 241,29 15.484 64
15 Wera 465,32 28.232 61
16 Lambitu 335,08 8.335 25
17 Sanggar 477,89 11.319 24
18 Tambora 627,82 11.868 19
Jumlah 4.389,40 436.437 99
Sumber Data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bima
2.7.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
2.7.2.1. Sumber Daya Alam
Kabupaten yang berada di ketinggian 0 hingga 2.852 meter di atas permukaan laut
ini didominasi oleh batuan gunung api serta sedikit batuan sedimen dan batuan
Profil Daerah
II-61
terobosan. Oleh karena itu, terdapat keanekaragaman sumber daya batuan yang
sekaligus menandakan keragaman mineral. Bahan-bahan tambang yang berada di
balik lapisan tanah antara lain emas, mangaan, tembaga, pasir besi, serta galian C
berupa marmer, batu gamping, oker dan lempung. Sayang, belum banyak investor
yang melirik. Hanya beberapa penanaman modal yang memegang kuasa
pertambangan untuk mengadakan eksplorasi emas dan mangaan di Kecamatan
Monta. Halangan lain yang menghambat pengembangan bidang sumber daya energi
dan mineral adalah lokasi potensial yang berada di kawasan hutan lindung sehingga
tak memungkinkan adanya kegiatan eksplorasi dan ekploitasi.
2.7.2.2. Sumber Daya Manusia
Kondisi sumber daya manusia Kabupaten Bima dapat diukur melalui indeks
pembangunan manusia (IPM). Pada tahun 2007, IPM Kabupaten Bima sebesar 63,86
dan meningkat menjadi 64,39 pada tahun 2009 dan meningkat lagi pada tahun 2009
menjadi 64,81. Nilai IPM di Kabupaten Bima lebih tinggi dibandingkan rata-rata
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Tabel II-59. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Menurut Kab/Kota Provinsi NTB
No Kab/Kota 2007 2008 2009
1 Lombok Barat 59,34 60,53 61,27
2 Lombok Tengah 59,02 59,66 60,26
3 Lombok Timur 61,12 61,77 62,21
4 Sumbawa 64,99 65,36 65,72
5 Dompu 64,04 64,40 64,93
6 Bima 63,86 64,39 64,81
7 Sumbawa Barat 65,52 65,64 66,16
8 Kota Mataram 70,71 71,41 71,82
9 Kota Bima 67,13 67,52 68,02
10 Lombok Utara - 57,79 58,40
NTB 63,71 64,12 64,66
Jumlah angkatan kerja pada Kabupaten Bima sebesar 66,67% dari jumlah
penduduk. Dari jumlah tersebut 94,87% bekerja dan 5,13% menganggur.
Berdasarkan hasil survey angkatan kerja nasional 2011, konsentrasi angkatan kerja
yang bekerja terdapat pada sektor pertanian, yaitu sebesar 60,18%, sedangkan sektor
yang paling sedikit menampung tenaga kerja adalah sektor lembaga keuangan, real
estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan, yaitu sebesar 0,11%.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-62
2.7.3. Infrastruktur
2.7.3.1. Prasarana Jalan
Sektor transportasi berperan penting dalam menjaga pertumbuhan ekonomi melalui
kegiatan pengangkutan orang dan barang. Produktivitas sektor ini sangat tergantung
pada infrastruktur jalan, pelabuhan, dan kapasitas bandara.
Panjang jalan negara di kabupaten Bima tahun 2009 adalah 78,70 km, jalan Provinsi
412,73 km, dan jalan kabupaten 827,70 km. Kondisi jalan di Kabupaten Bima masih
sangat memprihatinkan. Hanya 57 persen yang berkondisi baik dan rusak ringan,
sedangkan sisanya rusak serta tidak terinci. Berdasarkan jenis permukaan, hanya
44,63 persen jalan beraspal, sedangkan sisanya adalah jalan kerikil dan tanah.
Sementara itu, lalu lintas penumpang dan bongkar/muat barang di pelabuhan udara
Sultan M. Salahuddin meningkat setiap tahun. Ini menggambarkan semakin
bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap transportasi udara. Sebaliknya,
aktifitas di Pelabuhan Bima cenderung menurun. Peningkatan hanya terjadi pada
kegiatan muat barang dan kuantitasnya pun jauh lebih rendah dari kegiatan
bongkar.
2.7.3.2. Prasarana Air Minum dan Listrik
Sebagai sumber kehidupan yang menjamin keberlangsungan kehidupan dibumi, air
tidak senantiasa tersedia sesuai keinginan kita, disadari atau tidak hingga saat ini
penggunaan air belum sepenuhnya dilakukan secara bijak. Ketersediaan sumber air
baik dari sisi kwalitas maupun kwantitas serta waktu dan lokasi sudah semakin
langka.
Sumber Daya Air (SDA) merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan dan
penghidupan manusia yang perlu dikelola bersama diantara pemilik kepentingan
secara berkelanjutan agar dapat dimanfaatkan bagi berbagai keperluan dalam
memenuhi hajat hidup dan penghidupan.
Ketersediaan listrik merupakan salah satu faktor dalam pembangunan. Pada tahun
2011, jumlah produksi listrik di Kabupaten Bima sebesar 139.728,17 kWh dan
digunakan sendiri sebesar 2.114,17 kWh serta terjual 4.162,485 kWh. Berdasarkan
data tersebut, produksi listrik di Kabupaten Bima sudah dapat mencukupi
kebutuhan penduduknya.
2.7.3.3. Prasarana Komunikasi
Bidang komunikasi, lalu lintas surat pos dan pos paket yang melalui kantor pos tidak
menunjukkan perubahan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada
tahun 201, produksi pos terbanyak adalah wesel pos dengan jumlah mencapai 5.005
untuk penerimaan dengan nilai nominal sebesar Rp4.670.967.500, dan 16.700 wesel
untuk pembayaran dengan nilai Rp.26.210.351.384.
Sementara itu untuk penerimaan dan pengiriman surat-surat pos melalui Kantor Pos
Bima tercatat sebanyak 10.463 surat masuk untuk tahun 2011 atau meningkat dari
Profil Daerah
II-63
6.273 pada tahun 2010. Sementara untuk surat keluar tercatat sebanyak 7.450
pada tahun 2011atau meningkat dari 4.906 pada tahun 2010.
Tabel II-60. Produksi POS Menurut Kecamatan dan Jenisnya Tahun 2011
Kecamatan Surat Pos Paket Pos Wesel Pos
1. Monta 240 256 7.125
2. Parado - - -
3. Bolo 1.246 1.254 9.125
4. Mada Pangga - - -
5. Woha 1.248 1.260 9.861
6. Belo 215 203 3.526
7. Palibelo - - -
8. Wawo 236 271 2.453
9. Langgudu - - -
10. Lambitu - - -
11. Sape 3.850 4.132 10.310
12. Lambu - - -
13. Wera - - -
14. Ambalawi 193 162 -
15. Donggo - - -
16. Soromandi 186 159 -
17. Sanggar 1.750 1.632 5.368
18. Tambora - - -
Jumlah 9.164 9.329 47.768
Sumber : PT.Pos Indonesia Cabang Bima, 2012
2.7.3.4. Prasarana Pendidikan
Peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Bima ditunjukan oleh meningkatnya
angka melek huruf mencapai 81.4% pada tahun 2005 (angka Provinsi NTB 78.8%)
meningkat menjadi 85.80% pada tahun 2007 (naik sebesar 5.40%) dan meninhkat
lagi pada tahun 2010 menjadi 87% dengan rata-rata lama sekolah sebesar 7,2 tahun.
Meningkatnya angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah ini sesuatu yang wajar
mengingat meningkatnya angka partisipasi sekolah masyarakat Bima yang ditandai
dengan semakin meningkatnya jumlah siswa pada semua jenjang pendidikan mulai
tingkat dari TK hingga SMA.
Tabel II-61. Perkembangan Sekolah dan Siswa di Kabupaten Bima Tahun 2011
No Jenis Sekolah Jumlah
Sekolah
Jumlah
Murid
Jumlah
Guru
1 TK Negeri 13
9.015 720 Swasta 262
2 SD Negeri 401
65.651 8.837 Swasta 51
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-64
No Jenis Sekolah Jumlah
Sekolah
Jumlah
Murid
Jumlah
Guru
3 SMP Negeri 101
26.642 3.016 Swasta 16
4 SMA Negeri 28
16.636 2.079 Swasta 33
5 SMK Negeri 9
3736 547 Swasta 7
Jumlah 914 121.680 15.199
Sumber Data : Dikpora Kabupaten Bima
Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah anak usia sekolah, maka ketersediaan
sarana dan prasarana pendidikan harus tercukupi untuk menampung semua anak
usia sekolah. Hal ini telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bima dengan
menambah baik jumlah lokal maupun jumlah unit sekolah baru pada semua jenjang
pendidikan mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah
Menengah Kejuruan.
Untuk menunjang adanya unit sekolah baru serta semakin bertambahnya jumlah
siswa sekolah pada setiap jenjang pendidikan, pemerintah kabupaten bima juga telah
menambah jumlah tenaga pendidikan sehingga dapat mencukupi kebutuhan akan
tenaga pendidikan, yang pada tahun 2011 tercatat sebanyak 914 unit sekolah sengan
15.199 guru yang memiliki tanggungjawab mendidik murid di Kabupaten Bima yang
tercatat sebanyak 121.680.
2.7.3.5. Prasarana Kesehatan
Peningkatan kualitas kesehatan ditandai dengan meningkatnya angka harapan
hidup. Pada tahun 2005, angka harapan hidup mencapai 60.9 tahun (angka Provinsi
NTB 60.5 tahun) sedangkan tahun 2007 menjadi 62.10 tahun, dan meningkat lagi
menjadi 62,98 pada tahun 2010. Jika dibedakan menurut jenis kelamin, maka
angka harapan hidup perempuan lebih panjang (64,87 tahun) dibandingkan laki-laki
(61,1 tahun). Dengan meningkatnya harapan hidup menunjukan semakin
membaiknya kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Bima.
Tabel II-62. Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan
No Jenis Tempat Berobat 2007 2008 2009 2010 2011
1 Rumah Sakit Umum 1 1 1 1 1
2 Puskesmas - 20 20 20 20
3 Puskesmas Pembantu - - 84 85 86
4 Apotik - - 4 5 8
5 Polindes
6 Pos Obat Desa
Jumlah 1 21 109 111 115
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kabupaten Bima
Profil Daerah
II-65
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Pemerintah
Kabupaten Bima juga telah meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan. Hal ini
dapat dilihat dari semakin banyaknya tempat yang dapat dijadikan untuk berobat
yang memadai bagi masyarakat di Kabupaten Bima. Pada tahun 2011, jumlah tempat
berobat tercatat sebanyak 115 unit dan mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Ketersediaan tenaga kesehatan juga mengalami peningkatan seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan akan kesehatan yang semakin
meningkat. Pada tahun 2011 tercatat sebanyak 1.131 jumlah tenaga kesehatan yang
tersebar di beberapa instansi, baik instansi milik pemerintah maupun non
pemerintah.
Tabel II-63. Jumlah Tenaga Kesehatan Tahun 2011
No Tenaga Medis Jumlah Orang / Tahun
Dikes RSU Depkes GFK Puskesmas Jumlah
1 Dokter Spesialis 0 8 0 0 0 8
2 Dokter Umum 0 19 0 0 26 45
3 Dokter Gigi 1 2 0 0 4 7
4 Apoteker 1 0 0 7 7 15
5 Perawat 7 0 0 0 196 203
6 Bidan 2 4 0 0 134 140
7 Akper 1 24 0 0 40 65
8 Lainnya 155 100 0 0 393 648
Jumlah 167 157 0 7 800 1131
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kabupaten Bima
Dengan adanya peningkatan jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Bima
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan pada masyarakat, walaupun penyebaran
tenaga kesehatan itu belum merata di semua kecamatan di Kabupaten. Hal ini terjadi
terutama pada daerah-daerah pemekaran baru, karena rata-rata daerah pemekaran
baru ini belum memiliki sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Akan tetapi
dengan adanya program pemerintah untuk pembangunan baru sarana kesehatan,
meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan, dan menambah tenaga kesehatan
yang terus dilakukan setiap tahun, dapat memudahkan masyakarakat dalam
mengakses pelayanan kesehatan serta mampu meningkatkan pelayanan kesehatan.
2.7.3.6. Prasarana Pasar
Perusahaan perdagangan di Kabupaten Bima terdiri dari 3 (tiga) kategori, yaitu
pedagang besar, menengah dan kecil. Dari ketiga jenis perdagangan tersebut, jumlah
yang mendominasi adalah pedagang kecil, dan pertumbuhannya paling tinggi.
Apabila dilihat dari data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bima,
secara keseluruhan jumlah pedagang di Kabupaten Bima meningkat pada tahun
2011, bila dibandingkan dengan tahun 2010, namun jumlah pedagang menengah
berkurang.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-66
Tabel II-64. Jumlah perusahaan perdagangan di Kabupaten Bima
Tahun Pedagang
Besar Pedagang Menengah
Pedagang Kecil
Jumlah
2007 33 14 581 598
2008 - 12 474 487
2009 4 22 433 459
2010 3 25 318 346
2011 7 22 344 373
Sumber : Kabupaten Bima dalam Angka 2012
Sarana perdagangan merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan
perekonomian di Kabupaten Bima. Jumlah sarana perdagangan di Kabupaten Bima
tersebut mengalami perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2011, jumlah toko
yang ada di kabupaten Bima sebanyak 72 buah, sedangkan jumlah UD dan warung,
masing-masing sebanyak 336 dan 47 buah.
2.8. Kabupaten Sumbawa Barat
2.8.1. Kondisi Geografi dan Demografi
2.8.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah
Secara geografis Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) terletak di ujung barat Pulau
Sumbawa, pada posisi 116042’ sampai dengan 118022’ BT dan 808’ sampai dengan
907’ Lintang Selatan, dengan batas-batas sebagai berikut (BPS KSB dan BAPPEDA
KSB, 2010):
Sebelah Timur : Kec. Alas Barat, Batulanteh dan Lunyuk Kab.Sumbawa.
Sebelah Barat : Selat Alas.
Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Alas Barat Kabupaten Sumbawa.
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia.
Wilayah daratan KSB tahun 2011 seluas 1.849,02 km2 atau 184.902 ha yang tersebar
pada delapan kecamatan dengan 57 desa dan tujuh kelurahan, seperti disajikan pada
Tabel II.65 berikut.
Tabel II-65. Luas Wilayah Daratan KSB menurut Kecamatan Tahun 2011
No. Kecamatan Luas (ha)
Luas (%)
Jlh Desa/ Kelurahan
Wilayah Pembangunan (WP)
1. Poto Tano 15.888 8,59 8 WP Utara
2. Seteluk 23.621 12,77 10 WP Utara
3. Brang Rea 21.207 11,47 9 WP Tengah
4. Brang Ene 14.090 7,62 6 WP Tengah
5. Taliwang 37.593 20,33 8/7 WP Tengah
6. Jereweh 26.019 14,07 4 WP Selatan
7. Maluk 9.242 5,00 5 WP Selatan
8. Sekongkang 37.242 20,14 7 WP Selatan
T o t a l 184.902 100,00 57/7 -
Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2012.
Profil Daerah
II-67
2.8.1.2. Topografi dan Iklim
Keadaan topografi wilayah KSB cukup beragam, mulai dari datar, bergelombang
curam sampai sangat curam dengan ketinggian berkisar antara 0 hingga 1.730 meter
dari permukaan laut (mdpl) seperti disajikan pada Tabel II-66.
Tabel II-66. Keadaan Tofografi Wilayah KSB Tahun 2011
No. Keadaan Tofografi Kemiringan
Lahan (%)
Luas
(ha)
Luas
(%)
1. Datar 0 – 2,00 21.822 11,80
2. Bergelombang 2,01 – 15,00 16.369 8,85
3. Curam 15,01 – 40,00 53.609 28,999
4. Sangat Curam > 40,00 93.102 50,35
Total KSB - 184.902 100,00
Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2012
Ketinggian ibukota pada setiap kecamatan di KSB berkisar antara 7 sampai 31 mdpl.
Topografi yang semakin datar dan bergelombang sebagian besar digunakan untuk
lokasi permukiman dan lahan pertanian, sedang topografi yang semakin curam
hingga sangat curam sebagian besar merupakan kawasan hutan yang berfungsi
untuk melindungi kawasan sekitarnya yang lebih rendah.
Kabupaten Sumbawa Barat merupakan wilayah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh
musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan umumnya berlangsung
bulan Nopember sampai dengan Maret (5 bulan), sedang musim kemarau dari bulan
April sampai dengan Oktober (7 bulan). Total hari hujan pada tahun 2009 sebanyak
95 hari dengan rata-rata per bulan 7,92 hari, sedang total curah hujan sebesar 2.156
mm atau rata-rata per bulan 179,66 mm (BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2011).
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa KSB merupakan daerah kering, sehingga
ketersediaan air merupakan faktor pembatas untuk pengembangan kegiatan
ekonomi, terutama pertanian lahan kering (RKPD KSB, 2013).
2.8.1.3. Lahan dan Penggunaannya
Luas tanah/lahan di KSB tahun 2011 adalah 148.902 hektar berupa lahan sawah
dengan lima jenis penggunaan dan lahan kering dengan 12 jenis penggunaan.
Rincian sebaran penggunaan lahan di KSB tahun 2011 disajikan pada Tabel II.67
berikut.
Tabel II-67. Rincian Sebaran Penggunaan Tanah/Lahan di KSB Tahun 2011
No. Jenis Penggunaan Tanah/Lahan 2011 (Ha) 2011 (%)
I. Tanah/Lahan Sawah:
1 Sawah Irigasi Teknis 4.013 2,17
2 Sawah Irigasi ½ Teknis 2.081 1,12
3 Sawah Irigasi Sederhana PU 1.067 0,57
4 Sawah Irigasi Sederhana Non PU 589 0,31
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-68
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2012.
2.8.1.4. Demografi
Jumlah penduduk/sumber daya manusiaKSB tahun 2009 sebanyak 101.089 jiwa,
terdiri atas laki-laki 50.758 jiwa (50,69 %) dan perempuan 50.331 jiwa (49,31 %).
Pekembangan data kependudukan tahun 2006 – 2009 dan prediksinya Tahun 2010 –
2015 disajikan pada Tabel II-68 – Tabel II-69.
Tabel II-68. Perkembangan Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Rumah tangga di KSB Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015
Tahun Laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/km2)
Jumlah Rumah
tangga
(rt)
2006 47.802 48.035 95.837 51,83 28.312
2007 48.323 48.690 97.013 52,47 25.889
2008 50.245 48.811 99.056 53,57 26.412
2009 50.758 50.331 101.089 54,67 26.489
2010 51.980 50.719 102.699 55,54 28.012
2011 53.059 51.420 104.478 56,50 28.507
2012 54.138 52.121 106.258 57,46 29.001
2013 55.217 52.822 108.038 58,43 29.496
2014 56.296 53.523 109.818 59,39 29.990
2015 57.375 54.224 111.598 60,35 30.485
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2006 – 2010.
5 Sawah Tadah Hujan 1.955 1,05
Sub Total 9.705 5,25
II. Tanah/Lahan Kering:
1 Tegal/Kebun 7.360 3,98
2 Ladang/Huma 2.946 1,59
3 Perkebunan 5.332 2,88
4 Ditanami Pohon/Hutan Rakyat 3.179 1,71
5 Hutan Negara 126.261 68,28
6 Padang Rumput/ Pengembalaan 2.610 1,41
7 Tambak 526 0,28
8 Kolam/Tebat/Empang 0 0,00
9 Rawa-rawa (tidak ditanami) 987 0,53
10 Sementara Tidak Diusahakan 2.307 1,24
11 Pekarangan/Permukiman
(rumah/bangunan) 1.175 0,63
12 Lain-lain 22.514 12,18
Sub Total 175.197 94,75
TOTAL I + II 184.902 100,00
Profil Daerah
II-69
Tabel II-69. Perkembangan Jumlah Penduduk menurut Struktur Umur di KSB Tahun 2006 – 2009 dan Prediksnya Tahun 2010 – 2015
Tahun 0 - 14 Tahun
(jiwa)
15 – 64
Tahun (jiwa)
65+ Tahun
(jiwa)
Total
(jiwa)
2006 31.480 61.238 3.119 95.837
2007 30.911 62.930 3.172 97.013
2008 30.506 65.713 2.837 99.056
2009 31.247 63.363 6.479 101.089
2010 32.803 64.977 5.685 103.465
2011 32.284 66.018 6.790 105.092
2012 32.582 66.809 7.634 107.025
2013 32.881 67.600 8.478 108.959
2014 33.179 68.391 9.322 110.892
2015 33.477 69.182 10.166 112.825
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2006 – 2010.
Tingkat kepadatan penduduk KSB tergolong “sangat jarang”, dan penyebaran
penduduk antar kecamatan dan desa “relatif tidak merata”, dimana desa-desa di
Kecamatan Seteluk, Taliwang dan Maluk lebih padat dari desa-desa di Kecamatan
Poto Tano, Brang Rea, Brang Ene, Jereweh dan Sekongkang. Sementara itu, rata-rata
jumlah anggota rumah tangga penduduk pada tahun 2009 sebanyak 3,82 jiwa.
2.8.2. Sumber daya Alam dan Sumber daya Manusia
2.8.2.1. Sumber daya Alam
Sumber daya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Sumbawa Barat berupa lahan
pertanian yang cukup subur baik dalam bentuk lahan sawah maupun lahan kering.
Lahan sawah, baik sawah irigasi maupun sawah tadah hujan umumnya
dimanfaatkan untuk usahatani padi dan palawija. Lahan kering yang digunakan
untuk kegiatan pertanian dalam arti luas berupa: tegal/kebun, ladang/huma,
perkebunan, ditanami pohon/hutan rakyat, hutan negara, padang
rumput/pengembalaan, tambak, dan kolam/tebat/empang, belum dimanfaatkan
secara intensif untuk pengusahaan berbagai jenis komoditas pertanian dan
perikanan, sedang pemeliharaan ternak umumnya dilakukan secara ekstensif.
Lahan kering berupa hutan negara menempati porsi penggunaan yang sangat luas
(sekitar 68,28 % dari luas wilayah). Rincian luas hutan negara berdasarkan status
pengggunaan disajikan pada Tabel II.70. berikut.
Tabel II-70. Rincian Luas Hutan Negara berdasarkan Status Penggunaan di KSB Tahun 2011
No. Status Penggunaan Luas (Ha) Luas (%) % dr Luas Wil.
1 Hutan Lindung 66.931,97 53,01 36,19
2 Hutan Cagar Alam 524,00 0,41 0,28
3 Hutan Taman Wisata
Alam
4538,00 3,59 2,45
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-70
No. Status Penggunaan Luas (Ha) Luas (%) % dr Luas Wil.
4 Hutan Produksi Terbatas 34.690,68 27,47 18,76
5 Hutan Produksi Tetap 19.576,31 15,50 10,58
T O T A L 126.261,00 100,00 68,28
Sumber: Dinas HUTBUNTAN KSB, 2012.
Dari Tabel II-70 diketahui bahwa sebagian besar hutan negara (57,01 % dari luas
hutan negara atau 38,92 % dari luas wilayah) tidak dapat dimanfaatkan secara
langsung untuk proses produksi pertanian, pertambangan atau kegiatan ekonomi
lainnya karena kawasan hutan tersebut harus tetap dipertahannya fungsinya untuk
melindungi ketersediaan sumbersaya tanah, air dan udara. Sementara itu, hutan
negara yang dapat dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan ekonomi hanya
42,97 % dari luas hutan atau 29,34 % dari luas wilayah.
Lahan yang digunakan sebagai lokasi obyek Wisata Alam yang potensial di KSB
tahun 2011 sebanyak 32 lokasi, terdiri atas 13 lokasi obyek wisata pantai dan 19
lokasi obyek wisata alam darat dan air (Dinas ESDM BUDPAR KSB, 2012).
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan
diperlukan adanya kebijakan prioritas pengembangan kawasan pesisir daerah yang
terbagi menjadi 3 (tiga) zona pemanfaatan ruang yang sesuai dengan posisi
perwilayahannya, yakni: (1) Zona Utara yang meliputi wilayah Kecamatan Poto Tano
dan sekitarnya dengan potensi seperti budidaya tambak udang, rumput laut,
mutiara, keramba jaring apung dan wisata bahari; (2) Zona Tengah/Barat yang
meliputi wilayah Kertasari, Balat, Tanjung Beru, Labuhan Lalar, Jelenga, Benete dan
Maluk dengan potensi rumput laut, perikanan laut, mutiara dan wisata bahari; dan
(3) Zona Selatan yang meliputi wilayah Kecamatan Sekongkang dan sekitarnya
dengan potensi perikanan laut, rumput laut dan budidaya mutiara.
2.8.2.2. Sumber daya Manusia
Tabel II.71. menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja dari waktu ke waktu
menurun dengan rata-rata penurunan 4,00 % per tahun, sebaliknya jumlah buka
angkatan kerja meningkat dengan rata-rata peningkatan 7,06 per tahun. Dari
sejumlah angkatan kerja pada tahun 2009, masih terdapat pencari kerja yang belum
ditempatkan atau belum memperoleh pekerjaan sebanyak 738 orang.
Tabel II-71. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di KSB Tahun 2006 – 2009
No. Kompenen 2007 2008 2009 Perubahan
(%/tahun)
1. Angkatan Kerja: 44.501 40.943 40.943 - 4,00
a. Bekerja 42.361 38.628 38.628 - 4,41
b. Pernah Bekerja 810 1.209 1.209 24,63
c. Tdk pernah bekerja 13.130 1.106 1.106 - 45,79
2. Bukan Angkatan Kerja: 24.138 27.548 27.548 7,06
a. Sekolah 6.283 5.406 5.406 6,98
Profil Daerah
II-71
b. Mengurus RT 15.425 13.531 13.531 - 6,14
c. Lainnya 2.430 8.611 8.611 -127,18
Total Tenaga Kerja 68.639 68.491 68.491 0,22
Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2011
Tabel II-72. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja menurut Lapangan Usaha di KSB Tahun 2006 – 2009
No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009
1 Pertanian Dlm Arti Luas 17.543 15.253 15.253
2 Industri Pengolahan 1.822 .4027 4.027
3 Rumah Makan dan Perhotelan 8.005 .6473 6.473
4 Jasa-jasa Kemasyarakatan 5.994 .7065 7.065
5 Lainnya 8.997 .5810 5.810
Total AK yg Bekerja 42.361 38.628 38.628
Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2011
Data pada Tabel II-72 menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerja yang
bekerja masih menggantungkan hidupnya pada lapangan usaha pertanian dalam arti
luas (misalnya pada tahun 2009 sebanyak 39,49%), sedangkan jumlah angkatan
kerja pada lapangan-lapangan usaha lainnya relatif sedikit.
Tabel II-73. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja menurut Pendidikan Formal di KSB
No. Pendidikan Formal 2007 2008 2009
1. Tidak/belum sekolah 2.222 1.184 1.184
2. Tidak/belum tamat SD 5.238 6.079 6.079
3. SD 18.050 14.889 14.889
4. SMP 6.404 6.149 6.149
5. SMA 10.467 9.801 9.801
6. Diploma I/II/III 2.120 2.841 2.841
7. Sarjana Ke Atas - -
Total AK 44.501 40.943 40.943
Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2011
Data pada Tabel II.73. menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerja
mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, yaitu tidak sekolah sampai dengan
tamat sekolah dasar sebanyak 54,10%, sedangkan angkatan kerja yang
berpendidikan relativ baik, yaitu tamat sekolah menengah pertama ke atas sebanyak
45,90%.
Rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk menunjukkan kecenderungan
yang meningkat. Meskipun demikian jumlah tersebut belum optimal untuk dapat
memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduk KSB yang tarsus meningkat
jumlahnya. Dengan jumlah penduduk KSB, misalnya tahun 2009 sebanyak 101.089
orang, maka perbandingan tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk sebagai
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-72
berikut: Dokter Umum 1 : 6.739; Dokter Gigi 1 : 12.636; Apoteker 1 : 16.848; SKM 1 :
8.424; Bidan 1 : 3.744; dan Perawat 1 : 1.233.
Untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia KSB antara lain dapat digunakan
ukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan indeks komposit yang
dikembangkan UNDP untuk mengukur tingkat pencapaian upaya pembangunan
manusia dari berbagai bidang, meliputi: kesehatan (Angka Harapan Hidup),
pendidikan (Angka Melek Hurup dan Rata-rata Lama Sekolah), dan pendapatan
(Paritas Daya Beli). IPM KSB tahun 2006 - 2009 dan perbandingannya dengan IPM
Provinsi NTB, serta prediksinya tahun 2010 – 2015 disajikan pada Tabel II.74.
Data pada Tabel II.74. memberikan informasi bahwa kualitas sumber daya manusia
KSB yang ditunjukkan oleh nilai IPM, berada di atas rata-rata Provinsi NTB dan
menempati peringkat ketiga (setelah Kota Mataram dan Kota Bima), namun nilai IPM
KSB pada tahun 2009 masih tergolong dalam kriteria “menengah atas” (keterangan:
kriteria tinggi apabila IPM 80,0 – 100,0; menengah atas apabila IPM 66,0 – 79,9;
menengah bawah apabila IPM 50,0 – 65,9; dan kriteria rendah apabila IPM < 50,0).
Apabila dilihat secara parsial, indeks pendidikan dan indeks kesehatan yang berada
di atas rata-rata Provinsi NTB, sedang paritas daya beli masih berada di bawah rata-
rata Provinsi NTB. Keadaan tersebut menuntut perlunya percepatan pembangunan
bidang ekonomi, serta juga pendidikan dan kesehatan agar segera dapat dihasilkan
sumber daya pembangunan yang semakin berkualitas.
Tabel II-74. Perkembangan IPM KSB Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015
Tahun Indek
Kesehatan
Indeks
Pendidikan
Indeks
Pendapatan
IPM
KSB
IPM
NTB
2006 59,33 75,73 59,72 65,01 63,00
2007 60,76 75,96 60,99 65,52 63,94
2008 60,94 76,19 62,29 65,64 64,12
2009 61,29 76,62 63,61 66,12 64,89
2010 62,08 77,25 64,69 66,96 65,50
2011 62,69 77,46 66,03 67,20 66,08
2012 63,29 77,83 67,28 67,65 66,67
2013 63,90 78,20 68,54 68,10 67,27
2014 64,50 78,57 69,79 68,55 67,86
2015 65,10 78,94 71,05 69,00 68,46
Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2011
2.8.3. Infrastruktur
2.8.3.1. Prasarana Jalan
Kondisi infrastruktur jalan raya di Kabupaten Sumbawa Barat umumnya berupa
jalan kabupaten yang mencapai 276,6 km, jalan Negara 81,36, dan jalan provinsi
76,2. Sementara itu perkembangan panjang jalan relativ lambat. Total panjang jalan
pada tahun 2006 adalah 353,38 km dan pada atahun 2010 meningkat menjadi
434,16 km. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 5,7 persen per tahun.
Profil Daerah
II-73
Informasi rinci mengenai perkembangan panjang jalan dan kondisinya menurut jenis
permukaan dan kelas jalan disajikan pada Tabel II-75 – Tabel II-76 berikut.
Tabel II-75. Panjang Jalan di Kabupaten Sumbawa Barat(Km) Tahun 2006-2010
Status Jalan 2006 2007 2008 2009 2010
1. Jalan Negara 71,41 71,41 71,41 81,36 81,36
2. Jalan Provinsi 86,15 86,15 86,15 86,15 76,20
3. Jalan Kabupaten 195,82 220.39 220,60 262,00 276,60
Jumlah 353,38 360,25 377,95 419,65 434,16
Sumber: BPS, 2011. Sumbawa Barat Dalam Angka 2011
Pertumbuhan daerah juga berpengaruh pada peningkatan kendaraan bermotor yang
dimiliki oleh penduduk Kabupaten Sumbawa Barat. Jumlah kendaraan bermotor
pada Kabupaten Sumbawa Barat tercatat sebanyak 24.522 unit, dimana 94,61%
adalah sepeda motor. Peningkatan kendaraan bermotor yang ada di Kabupaten
Sumbawa Barat terjadi hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan
kendaraan bermotor tersebut tentu saja tidak seimbang dengan pertumbuhan jalan
yang tersedia. Oleh sebab itu, pembangunan infrastruktur jalan perlu dilakukan.
Tabel II-76. Panjang Jalan Negara di Kabupaten Sumbawa Barat Menurut Jenis Permukaan, Kondisi dan Kelas Jalan Tahun 2006- 2010 (Km)
Uraian 2007 2008 2009 2010
I. Jenis Permukaan
1. Aspal 60,68 60,68 60,68 70,63
2. Kerikil 10,73 10,73 10,73 10,73
II. Kondisi Jalan
1. Baik 60,68 60,68 60,68 70,63
2. Sedang 10,73 0 0 0
3. Rusak 0 0 0 0
III. Kelas Jalan
1. Kelas I 71,41 71,41 71,41 81,36
2. Kelas II 0 0 0 0
3. Kelas III 0 0 0 0
Sumber: BPS, 2011. Sumbawa Barat Dalam Angka 2011
2.8.3.2. Prasarana Air Bersih dan Listrik
Produksi listrik di Kabupaten Sumbawa Barat terus meningkat. Hal tersebut seiring
dengan perkembangan aktivitas masyarakat kabupaten tersebut. Produksi listrik
pada tahun 2010 mencapai 25.964.732 kWh dan digunakan sendiri108.353 kWh.
Pelanggan PLN yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat mencapai 14.894, jumlah
tersebut meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Kapasitas produksi air bersih di Kabupaten Sumbawa Barat terus mengalami
peningkatan dengan dibangunnya jaringan-jaringan air bersih yang baru. Pelanggan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-74
air bersih di Kabupaten Sumbawa Barat juga terus meningkat. Pada tahun 2010,
pelanggan air bersih mencapai 3.858 pelanggan dengan total pemakaian 905.144m3.
2.8.3.3. Prasarana Pos dan Komunikasi
Prasarana komunikasi pengiriman barang maupun uang di Kabupaten Sumbawa
Barat dilayani oleh PT POS Indonesia. Hingga tahun 2010, perusahaan tersebut telah
melayani 22.523 surat dan paket. Untuk pelayanan komunikasi lainnya, Kabupaten
Sumbawa Barat telah dilayani oleh beberapa perusahaan komunikasi. Pada tahun
2010, terdapat 36 perusahaan TV kabel yang ada di kabupaten tersebut. Izin lain
yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dalam hal komunikasi adalah 44 menara
komunikasi, 14 warnet, 2 radio siaran, 7 jasa titipan dan 1 radio kecamatan. Jumlah
pelayanan jasa komunikasi tersebut menandakan perkembangan prasarana pos dan
komunikasi.
2.8.3.4. Prasarana Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu daerah.
Pendidikan perlu dilengkapi dengan sarana pada prasarana yang menunjang,
termasuk dengan tanaga pengajar yang berkualitas.
Tabel II-77. Jumlah Sekolah di Kabupaten Sumbawa Barat
Tahun TK SD MI SMP MTs SMU SMK MA
2007 56 84 4 21 9 8 3 3
2008 74 92 4 29 10 7 6 5
2009 79 98 5 32 11 8 8 5
2010 88 98 5 29 11 8 8 5
Sumber : Sumbawa Barat dalam Angka 2011
2.8.3.5. Prasarana Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat terus mengalami
pemingkatan. Hal tersebut dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mencukupi
kebutuhan masyarakan kabupaten tersebut. Tenaga kesehatan merupakan faktor
yang sangat penting dan harus aada dalam peningkatan status kesehatan
masyarakat. Tenaga kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat terus ditingkatkan.
Hingga 2010, jumlah dokter yang ada di kabupaten tersebut sebanyak 24 orang.
Tabel II-78. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat
Uraian 2007 2008 2009 2010
Puskesmas 8 8 8 8
Puskesmas pembantu 25 29 29 29
Balai kesehatan - - - 2
Posyandu 153 175 178 185
Poskesdes 31 49 54 58
Profil Daerah
II-75
Apotik 221 268 279 291
Pos obat desa - 2 2 -
Poskestren - - 2 2
Sumber : Sumbawa Barat dalam Angka 2011
Tabel II-79. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat
Uraian 2007 2008 2009 2010
Dokter 22 27 25 24
Perawat 104 110 144 213
Bidan 52 58 70 91
Farmasi - - - 14
Ahli gizi - - - 25
Teknisi medis - - - 8
Sanitasi - - - 28
Kesehatan masyarakat - - - 7
Sumbawa Barat dalam Angka 2011
2.8.3.6. Prasana Pasar
Kegiatan perdagangan sangat mempengaruhi kelancaran arus perputaran pada pasar
barang dan jasa. Perkembangan pada sektor ini juga berpengaruh pada
perkembangan sektor-sektor perekonomian yang lain. Tahun 2010 Kabupaten
Sumbawa Barat mempunyai 209 perusahaan. Dibandingkan tahun 2009, jumlah
perusahaan mengalami penurunan yang signifikan yakni sebesar 123 persen. Jika
dilihat dari katagori usahanya, di Sumbawa Barat belum terdapat perdagangan besar
atau yang menjual secara grosir saja, pada umumnya pedagang tetap menjual secara
eceran. Sedangkan jumlah perdagangan menengah atau yang menjual eceran
sekaligus grosir sebanyak 208 pedagang, dan perdagangan kecil terdapat 567
pedagang. Perkembangan sektor perdagangan juga sangat dipengaruhi ketersediaan
sarana dan prasarana perdagangan. Sarana perdagangan di Sumbawa Barat
didominasi oleh kios yakni sebesar 43,20 persen dari total sarana yang ada.
Sedangkan jumlah pasar,baik pasar umum maupun pasar desa di Sumbawa Barat
masih minim, yakni hanya sebanyak 11 buah, yang terdiri dari 8 pasar umum yang
terdapat pada masing-masing kecamatan, dan 3 pasar desa. Jumlah toko yang ada di
Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 180 buah, kios 362 buah, warung 187 buah
dan warung makan 98 buah.
2.9. Kabupaten Lombok Utara
2.9.1. Kondisi Geografi dan Demografi
2.9.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah
Kabupaten Lombok Utara merupakan kabupaten termuda di Provinsi Nusa Tenggara
Barat, yang posisinya terletak dibagian Utara Pulau Lombok dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut; sebelah Utara adalah Laut Jawa, sebalah barat adalah selat
Lombok dan Kabupaten Lombok Barat, sebalah selatan Kabupaten Lombok Barat
dan Kabupaten Lombok Tengah dan sebalah Timur dengan Kabupaten Lombok
Timur.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-76
Kabupaten Lombok Utara mempunyai Luas wilayah daratan seluas 809,53 Km2, dan
secara administrative terbagi dalam 5 (lima) Kecamatan, 33 Desa, 322 Dusun dimana
Kecamatan Bayan memiliki luas wilayah terluas 329,10 Km2 dan terkecil adalah
Kecamatan Pemenang dengan luas wilayah 81,09 Km2, seperti dapat dilihat pada
Tabel II.80.
Tabel II-80. Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Utara, 2010
Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Persentase
(%)
1. Tanjung 115,64 14,28
2. Pemenang 81,09 10,02
3. Gangga 157,35 19,44
4. Kayangan 126,35 15,63
5. Bayan 329,1 40,65
Total 809,53 100
Sumber : Bappeda, 2011
Letak Kabupaten Lombok Utara sangat strategis, terletak pada daerah tujuan
Pariwisata, sedangkan jalur perhubungan laut dengan selat Lombok sebagai jalur
perhubungan Laut yang sangat ramai. Dari arah timur tengah untuk lalu lntas
bahan bakar minyak dan dari Australia berupa mineral logam ke Asia Pasifik. Di
wilayah Lombok Utara ada gugusan Pulau-pulau kecil yang cukup terkenal dengan
wisata alam laut dan pantainya yaitu Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan.
2.9.1.2. Topografi dan Iklim
Wilayah Kabupaten Lombok Utara terbagi menjadi daerah pegunungan, yaitu
gugusan pegunungan yang membentang dari Kec. Bayan sampai Kec. Pamenang.
Gugusan pegunungan ini merupakan sumber air sungai yang mengalir kewilayah-
wilayah daratan yang bermuara di sepanjang pesisir pantai. Sebagian daratan rendah
terdapat diwilayah Kec. Gangga, Tanjung dan Pamenang
Iklim di Kabupaten Lombok Utara termasuk iklim tropis dengan temperatur berkisar
23,1–32,9OC. Dengan temperature tertinggi di bulan Juli-Agustus yaitu 32,9 OC, dan
terendah pada bulan April yaitu 20,9 OC. Dampak pemanasan global yang terjadi
beberapa kurun waktu terakhir menyebabkan perubahan iklim yang dapat dilihat
dari curah hujan dan hari hujan yang berfluktuatif dalam beberapa tahun terakhir.
2.9.1.3. Lahan dan Penggunaannya
Pada kondisi tahun 2011, seluas 62.928 Ha, sebagian besar 47.653 Ha (75,7 persen)
adalah tanah kering dan 7.449 Ha (11,8 persen) adalah tanah sawah. Penggunaan
untuk bangunan/pekarangan seluas 2.285 Ha (3,7 persen) dan penggunaan lainya
seluas 5.541 Ha (8,8 persen).
Profil Daerah
II-77
Tabel II-81. Luas Tanah di Kabupaten Lombok Utara di Rinci menurut penggunaanya Per Kecamatan
Kecamatan
Penggunaan Lahan
Jumlah Tanah Sawah
Tanah Kering
Bangunan/ Pekarangan
Lainya
Tanjung 721 5.273 444 87 6525
Pamenag 405 3.818 277 61 4561
Gangga 1.171 9.980 226 628 12005
Kayangan 2.740 5.646 942 1.532 10860
Bayan 2.412 22.936 396 3.233 28977
Total 7.449 47.653 2.285 5.541 62.928
Sumber: Kabupaten Lombok Utara Dalam Angka 2012
2.9.1.4. Demografi
Jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Utara sesuai dengan sensus penduduk
Tahun 2010 berjumlah 200.072 jiwa, yang terdiri atas 98.667 jiwa laki-laki dan
10.405 jiwa perempuan. Dengan kepadatan penduduk tertumpu di Kec. Bayan
sebesar 22,29 persen (44.671 jiwa) dan Kec. Tanjungsebesar 22,29 persen (44.606
jiwa). Rata-rata tingkat kepadatan penduduk dikabupaten Lombok Utara adalah 247
jiwa/Km2. Kecamatan dengan tingkat kepadatan paling tinggi penduduknya adalah
Kecamatan Tanjung sebanyak 550 jiwa/Km2, sedangkan yang paling rendah adalah
Kecamatan Bayan sebesar 135 jiwa/Km2.
2.9.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
2.9.2.1. Sumber Daya Alam
Potensi sumber daya alam di Kabupaten Lombok Timur meliputi sumber daya alam
non hayati yaitu : air, lahan, udara, dan bahan galian, sedangkan sumber daya alam
hayati yaitu hutan, flora dan fauna.
Sumber daya air terdiri dari air tanah termasuk mata air dan air permukaan. Daerah
peguungan, yaitu gugusan pegunungan yang membentang dari Kecamatan Bayan
sampai Kecamatan Pamenang. Gugusan pegunngan ini merupakan sumber air
sungai yang mengalir kewilayah-wilayah daratan dan bermuara disepanjang pesisir
pantai
Sebagian besar petani di Lombok Utara mengusahakan tanaman pangan, terutama
padi, pada tahun 2011 produksi padi Kabupaten Lombok Utara mencapai 77.958
ton. Pemasok padi tertinggi di kecamatan Bayan. Tanaman Pangan Lainya adalah
Jagung, kacang tanah, kedelai, Ubi sayur-sayuran dan buah-buahan.
Potensi perkebunan di Kabupaten Lombok Utara tahun 2011 adalah Jambu Mete
yang mampu memproduksi 1.960 ton dengan rata-rata produksi mencapai 257
kg/ha. Komoditas lainya yang menjadi promadona adalah di sektor perkebunan
adalah Kopi dan Cengkeh, yang mampu produksi masing-masing 212 ton dan 73 ton,
sedangkan produksi rata-rata 175 kg/ ha dan 74 kg/ha.
Lahan yang cukup luas di Kabupaten Lombok Utara merupakan modal yang cukup
baik badi peternakan. Ternak yang yang terbanyak di Lombok utara adalah ternak
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-78
sapi yang pada tahu 2011 populasinya55.782 ekor. Ternak besar lainya adalah
kambing, kerbau dan kuda yang masing-masing populasinya 26.064 ekor, 413 ekor
dan 630 ekor. Adapun ternak kecil meliputi ayam ras, ayam buras, itik dan merpati,
tahun 2011 populasi ayam ras dan ayam buras mencapai 148.531 ekor dan 1.515
ekor.
Berdasarkan tatanan stratigrafinya mempunyai beberapa jenis bahan galian,
terutama potensi galian C, antara lain: batu bangunan, Pasir, kerikil dan sejenisnya.
Perngagalian ini dilakukan dengan sekala kecil sehingga kontribusi terhadap
perekodomian daerah belum Nampak
Luas wilayah Kabupaten Lombok Utara yang terdiri dari wilayah daratan seluas
809,53 Km2 dan perairan seluas 2.478 Km2 yang dikelilingi garis pantai sepanjang
125 Km2 serta pulau=pulau kecil (gili) sebanyak tiga buah, yang terbentang dari utara
ke timur.
Luas kawasan hutan di Kabupaten Lombok utara pada tahun 2008 yang terdiri dari
hutan lindung yang berada dikawasan pusuk yang masuk kelompok kawasan
gunung Rinjani, seluas 19.879 Ha, Hutan Produksi biasa seluas 11.390 Ha dan
Hutan Produksi terbatas seluas 5.688 Ha. Hutan produksi yang ada di Kabupaten
Lombok utara meliputi Hutan Produksi tetap (HP) dan Hutan Produksi Terbatas
(HPT), sedangkan sisanya merupakan Taman Nasional gunung Rinjani.
2.9.2.2. Sumber Daya Manusia
Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kecamatan Lombok Utara 200.072 jiwaq, dari
jumlah tersebut 76 persenya diantaranya adalah usia kerja (usia 15-64 tahun), maka
dari segi jumlah usia produktif, sumber daya manusia Kabupaten Lombok Timur
cukup memiliki peluang untuk lebih berkembang.
Menurut hasil perhitungan IPM yang diterbitkan oleh BPS Provinsi Nusa Tenggara
Barat, IPM Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2009 mencapai indeks 58,4, yang
merupakan indeks terendah di provinsi NTB yang memiliki rata-rata indeks Jumlah
penduduk berumur 15 tahun ke atas sebesar 71 persen, rata-rata lama sekolah 4,9
tahun dan pendapatan rata-rata masyarakat yang dihitung berdasarkan paritas daya
beli sebesar 611,700 rupiah
Derajat pendidikan penduduk Lombok Utara mengalami peningkatan yang antara
lain diukur dengan peningkatan Angka Melek Huruf (AMH) penduduk usia 15 tahun
keatas, meningkatnya jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang telah
menamatkan pendidikan SMP/ MTS dan meningkatanya Angka Partisipasi Sekolah
untuk semua kelompok usia.
Tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Lombok Utara menunjukkan angka
69,82 persen. Tingkat partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah persentase penduduk
usia kerja yang bekerja pada sektor riil. Namun demikian hal tersebut belum
diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja baik yang formal maupun non formal.
Salah satu alternative yang selama ini ditempuh oleh masyarakat adalah berusaha
menjadi tenaga kerja di luar negeri (TKI/Nakerwa)
Profil Daerah
II-79
2.9.3. Infrastruktur
2.9.3.1. Prasarana Jalan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar
kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka
akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas
penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.
2.9.3.2. Prasarana Air Bersihdan Listrik
Ketersediaan prasarana air minum yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Lombok
Utara menunjukkan bahwa pada tahun 2011 jumlah air minum yang disalurkan
sebanyak 1.458.341 m3 dengan jumlah pelanggan 4.125. Pelanggan tersebut terdiri
dari rumah tangga, niaga, sosial, instansi pemerintah dan khusus.
Pada dasarnya sebagian besar wilayah Lombok Utara telah terhubung oleh jaringan
instalasi listrik. Pemakaian energi listrik di Kabupaten Lombok Utarapada tahun
2011 mencapai pelanggan 24.507 dengan suplay listrik 38.100.748 Kwh. Pemakain
listrik di Kabupaten Lombok Utara masih pada kegiatan-kegiatan yang bersifat
konsumtif belum banyak mengarah pada kegiatan produktif yang nantinya menjadi
penggerak sektor‐sektor ekonomi terutama industri. Hal tersebut terlihat dari jumlah
pelanggan, daya tersambung maupun energi terjual yang didominasi kelompok
Rumah tangga.
2.9.3.3. Prasarana Komunikasi
Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kabupaten Lombok Utara, seperti
kantor pos untuk sarana surat menyurat dan jaringan telepon untuk sarana
hubungan secara langsung.
Surat merupakan salah satu alat komunikasi yang banyak digunakan. Pada Tahun
2011 Kabupaten Lombk Utara sudah memiliki 3 kantor Pos Pembantu yang masing-
masing; Kantor Pos Kota Tanjung,Kantor Pos Kec. Pemenang, dan kantor Pos Kec.
Gondang. Telah tersedia pula koneksi internet di 5 Kecamatan, selain itu tersedia
juga beberapa warung internet di sekitar Tanjung. Rumah Kreatif yang merupakan
pusat kegiatan masyarakat untuk mempelajari teknologi informasi juga telah tersedia
di Desa Sokong Kec. Tanjung.
2.9.3.4. Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan di Kabupaten Lombok Utara sudah tersedia mulai dari tingkat
taman kanak-kanak (TK) sampai SLA, dengan jumlah 515 sekolah, dimana 62,52
persen merupakan sekolah swasta.Dengan jumlah sekolahan TK 147 unit,Sekolah
Dasar 140 unit, SMP 37 Unit, SLTA11 unit dan SMK 50 unit.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-80
Tabel II-82. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten LombokUtara 2011
No. Jenis
Sekolah
Jumlah Sekolah Murid Guru
Negeri Swasta
1 TK 1 146 5805 748
2 SD 139 1 28356 911
3 SMP 36 1 8054 179
4 SLTA 6 5 16.225 3321
5 MA 2 128 19.007 2976
6 SMK 9 41 9.067 895
Jumlah 193 332 42259 9030
Sumber : Lombok Utara Dalam Angka 2012
2.10. Kota Mataram
2.10.1. Kondisi Geografi dan Demografi
2.10.1.1. Letak geografi dan luas wilayah
Provinsi Nusa tenggara Barat terdiri dari dua Pulau besar yaitu Pulau Lombok dan
Pulau Sumbawa. Kota Mataram sebagai ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat
berkedudukan di Pulau Lombok. Secara geografis Kota Mataram terletak pada posisi
116004”- 116010” Bujur Timur dan 080 33”-08038” Lintang Selatan dengan Batas-
batas; Sebelah barat dengan Kabupaten Lombok Barat, sebalah Timur dengan Kec.
Lingsar dan Narmada Kabupaten Lombok Barat, sebalah Selatan dengan Kec.
Labuapi Kabupaten Lombok Barat dan Bagian Barat dengan Selat Lombok.
Secara administrative, Kabupaten Lombok Timur terdiri dari 6 Kecamatan dengan
luas wilayah kecamatan yang bervariasi. Kecamatan terluas adalah Kec. Selaparang
dan Kec. Mataram sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kec.
Ampenan, seperti dapat dilihat pada Tabel II.83
Tabel II-83. Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kota Mataram, 2011
Kecamatan Luas Wilayah
(Km2) Persentase (%)
1. Ampenan 946 15,43
2. Sekarbela 1.032 16,84
3. Mataram 1.076 17,56
4. Selaparang 1.077 17,56
5. Cakranegara 967 15,77
6. Sandubaya 1.032 16,84
Jumlah 6.130 100
Sumber : Kota Mataram dalam Angka tahun 2012
Profil Daerah
II-81
2.10.1.2. Topografi dan Iklim
Wilayah Kota Mataram merupakan dataran rendah dan sedang, dan sebagian lain
berada pada ketinggian 50 meter diatas permukaan laut (mdpl). Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kota Mataram adah hamparan datar
(75,9 persen). Hamparan wilayah dengan fisiografi datar di satu sisi mempunyai nilai
positif, yakni pembangunan prasarana dan sarana secara fisik kurang mengalami
hambatan teknis dan pembiayaan pembangunan relativ lebih murah. Disisi lain
dampak berimplikasi kurang baik diantaranya rawan terjadi genangan dan banjir.
Iklim di Kota Mataram merupakan daerah Tropis, musim hujan antara bulan Oktober
sampai bulan April dan sebaliknya adalah musim kemarau. Suhu udara rata-rata
mencapai 260C dengan kelembaban udara mencapai rata-rata 80 persen per tahun.
Curah hujan rata-rata sebesar 1.256,66 mm/tahun, dan jumlah hari hujan relativ
yakni 302 hari/tahun, curah hujan tertinggi tercatat pada bulan Desenber sebesar
302 mm dan jumlah hari hujan terbanyak juga terjadi pada bulan Desember
sebanyak 29 hari.
2.10.1.3. Lahan dan Penggunaannya
Pada kondisi tahun 2009 penggunaan lahan di Kota Mataram didonominasi oleh
Kawasan Perumahan (37,74%) dan pertanian (47%). Dalam perkembanganya terjadi
konversi lahan yang cukup besar mencapi sekitar 4,80 Ha/ tahun untuk fungsi
perumahan, perkantoran, pendidikan, serta untuk pertokoan. (RPJMD Kota
Mataram)
Gambar II-8. Komposisi Penggunaan Lahan di Kota Tahun 2009 Sumber. Dinas PU Kota Mataram 2009
2.10.1.4. Demografi
Jumlah penduduk di Kota Mataram pada tahun 2009 adalah 375.506 jiwa, dimana
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 185.321 jiwa dan penduduk perempuan
190.185 jiwa dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap perempuan
(rasio jenis kelamin) sebesar 0,97, sedangkan tingkat kepadatan penduduknya
mencapai 6.126 jiwa per Km2 dengan laju pertumbuhan sebesar 3,66%.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-82
Perkembangan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk kota Mataram
menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Hal tersebut tidak terlepas dari
selain adanya pertumbutahan penduduk alami juga karena adanya migrasi.
Kedudukan dan fungsi Kota Mataram sebagai ibukota Provinsi, pusat pemerintahan
serta perdagangan dan jasa menjadi penyebab tingginya migrasi.
Tabel II-84. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kota Mataram
Tahun Jumlah penduduk Kepadatan
2007 356.141 5.81
2008 375.506 6.13
2009 375.506 6.13
2010 402.843 6.57
2011 406.910 6.64
Sumber : Mataram dalam Angka 2012
2.10.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
2.10.2.1. Sumber Daya Alam
Potensi pengembangan wolayah Kota Mataram meliputi Kawasan strategis bidang
pariwisata, perdagangan dan jasa, sosial budaya
Kawasan Pariwisata membawa dampak berganda (multiplier effects), sehingga mampu
menghasilkan pemasukan bagi suatu wilayah. Kawasan srtategis bidang pariwisata
ditetapkan dibeberapa lokasi berikut; kawasan eks Bandara selaparang di Kec.
Ampenan sebagai kawasan pariwisata dengan konsep MICE (Meeting, Incentives,
Conferences, dan Exhibitions), kawasan mayura yang terdiri dari taman Mayura, Pura
Meru dan Kolam Mayura di Kec. Cakranegara, Kawasan Udayana di Kec. Ampenan,
Kawasan Mutiara di Sekarbela, kawasan Mapak yang terdiri dari pariwisata Pantai,
situs Loang Baloq dan taman rekreasidi Kec. Sekarbela, kawasan Tepian Air di Kec.
Ampenan dan Kawasan Sayang-sayang sebagai kawasan Kuliner di Kec. Sandubaya.
Kawasan Strategis bidang perdagangan dan Jasa, kawasan yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi bidang perdagangan dan jasa ditetapkan dilokasi berikut; pusat
peerdagangan di Kec. Ampenan, Pusat Perdagangan Grosir dan pusat bisnis
Cakranegara Kec. Cakranegara, kawasan Bertais dan kawasan Mandalika.
Kawasan strategis dari sudut pandang kepentingan sosial Budaya, ditetapkan pada
sebuah kawasan yang dianggap memiliki nilai historis maupun kegiatan-kegiatan
budaya untuk tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya, yang
meliputi; kawasan Bintaro Kec. Ampenan, kawasan Makam Van Ham di Cilinaya Kec.
Cakranegara, pusat kajian Islam di kelurahan Dasan Agung dan kawasan Kota tua
Ampenan Kec. Ampenan.
2.10.2.2. Sumber Daya Manusia
Jumlah Tenaga kerja di Kota Mataram secara umum meningkat baik di sektor non
formal maupun informal. Sebagai gambaran pada tahun 2009 jumlah penduduk usia
kerja (15 tahun keatas) sebesar 272.128 jiwa dengan jumlah angkatan kerja sebesar
8.561 jiwa. Berdasarkan Tingkat partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK) setiap tahun
Profil Daerah
II-83
meningkat 3,30 persen yang artinya dari jumlah penduduk usia produkrtif di kota
Mataram yang aktif secara ekonomi sebesar 3,30 persen.
Salah satu kualitas SDM di Kota Mataram dapat dinyatakan dengan Indeks
Pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan manusia
karena dengan pendidikan, masyarakat akan mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan diri dan memperoleh kehidupan yang layak. Salah satu ukuran
Indeks Pendidikan, yaitu Angka Melek Huruf (AMH) atau persentase penduduk usia
15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis, Rata Lama Sekolah, Angka
Partisipasi Kasar (APK), Angka Murni (APM) dan Angka Pendidikan yang ditamatkan.
APK SMP, dan SLTA mulai tahun 2008-2010 di Kota Mataram sudah 100 persen.
Tabel II-85. Kinerja Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indikator Pendidikan
No. Uraian Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
1. Angka Melek Huruf 91,80% 91,80% 92% 95,50% 95,50%
2. Rata Lama sekolah 8,40 9,05 9,05 9,2 9,50
3. Angka Partisipasi Kasar
- SD/MI/Paket A 108,30 105,67 107,45 108,36 108,98
- SMP/MTs/Paket B 94,04 96,21 101,18 101,94 101,66
- SMA/SMK/MA/Paket C 69,75 72,28 75,46 100,28 101,64
4. Angka Partisipasi Murni
- SD/MI/Paket A 94,82 96,06 96,38 95,86 97,50
- SMP/MTs/Paket B 72,12 74,31 72,93 77,48 76,64
- SMA/SMK/MA/Paket C 54,15 52,39 57,43 71,32 71,79
5. Angka Pendidikan yang ditamatkan 91,22% 94,35% 96,35% 96,51% 96,51%
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga Kota Mataram 2010
Menurut lapangan usaha, persentase tenaga kerja terbesar terdapat pada usaha
perdagangan sebesar 42,29%, kemudian usaha jasa sebesar 24,74%, usaha lainnya
18,43%, industri 8,66% dan pertanian 5,68%. Berdasarkan data tersebut, sektor
usaha terbesar yang potensial untuk dikembangkan adalah sektor perdagangan.
2.10.3. Infrastruktur
2.10.3.1. Prasarana Jalan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar
kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka
akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas
penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.
Panjang jalan di Kota Mataram pada tahun 2011 adalah 398,742 Km, terdiri dari
jalan Kabupaten(310,406Km), jalan Provinsi (58,830Km), jalan Negara (29,506 Km).
Sebagian besar panjang jalan dalam keadaan baik (79,9 persen), dalam keadaan
sedang 5,7 persen dan sebagian kecil kondisi rusak.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-84
2.10.3.2. Prasarana Air Bersihdan Listrik
Ketersediaan prasarana air minum yang dikelola oleh PDAM Kota Mataram
menunjukkan bahwa pada tahun 2011 jumlah air minum yang disalurkan sebanyak
14.646.052 m3 dengan jumlah pelanggan 43.403. Pelanggan tersebut terdiri dari
rumah tangga, niaga, sosial, instansi pemerintah dan khusus.
Pada dasarnya sebagian besar wilayah Kota Mataram telah terhubung oleh jaringan
instalasilistrik. Jumlah energi Listrik yang terjual selama tahun 2011 memiliki nilai
produksi sebesar 585.529.502 Kwh. Energi listrik tersebut sebagian besar
dimanfaatkan oleh rumah tangga, berikutnya untuk industri, usaha, kantor
pemerintahan, penerangan jalan dan sosial.
2.10.3.3. Prasarana Komunikasi
Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kota Mataram, seperti kantor pos
untuk sarana surat menyurat. Surat merupakan salah satu alat komunikasi yang
banyak digunakan. Pada Tahun 2011 total lalu lintas masuk surat dan pos paket
mencapai 1.151.649, yang sebagian besar berupa pos biasa dalam negeri 164.119,
kemudian kilat kusus dalam negeri yang mencapai 153.244. Untuk surat dan pos
paket yang keluar mencapai 86.810, yang sebagian besar adalah surat biasa dalam
negeri yang mencapai 47.241 buah disusul surat pos kilat dan kilat khusus sejumlah
32.547.
2.10.3.4. Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan di Kota Mataram sudah tersedia mulai dari tingkat taman
kanak-kanak (TK) sampai SLA, dengan jumlah 371 sekolah, dimana 48,78 persen
merupakan sekolah swasta . Jumlah sekolah untuk tingkat TK adalah 58, tingkat SD
sebesar 158 unit, tingkat SLTP sebesar 41 unit, tingkat SLTA sebesar 24 unit, dan
SMK sebesar 50 unit.
Tabel II-86. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di Kota Mataram, 2011
No. Jenis
Sekolah
Jumlah Sekolah Murid Guru
Negeri Swasta
1 TK 3 95 5374 494
2 SD 143 15 43625 2242
3 SMP 23 14 18339 1222
4 SMPT 4 - 253 69
5 SLTA 8 16 10204 824
6 SMK 9 41 9.067 895
Jumlah 190 181 77804 895
Sumber : Lombok Mataram Dalam Angka 2012
Profil Daerah
II-85
2.10.3.5. Prasarana Kesehatan
Salah satu faktor penting dalam pembangunan kota adalah peningkatan kesehatan.
Kualitas kesehatan yang baik penting untuk meningkatkan perkembangan kota baik
dalam jangka waktu dekat maupun panjang. Peningkatan kesehatan dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan fasilitas kesehatan yang ada. Prasarana kesehatan di
Kota Mataram hingga tahun 2011 terus ditingkatkan untuk dapat melayani
masyarakat Kota Mataram.
Tabel II-87. Fasilitas Kesehatan di Kota Mataram
Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
Rumah sakit umum 5 7 8 8 9
Rumah sakit jiwa 1 1 1 1 1
Rumah sakit bersalin 8 7 7 7 7
Puskesmas 8 8 9 9 10
Puskesmas keliling 17 17 17 17 17
Puskesmas pembantu 16 16 16 16 16
Apotik 69 78 86 89 90
Toko obat 21 20 23 22 24
Sumber : Mataram dalam Angka 2012
Salah satu faktor yang mendukung peningkatan status kesehatan, adalah tenaga
kesehatan. Tenaga kesehatan yang ada di Kota Mataram terus meningkat dengan
jumlah yang berbeda-beda. Rasio tenaga kesehatan dengan masyarakat di Kota
Mataram masih besar yaitu 1 : 2.211. Rasio tersebut menunjukkan bahwa jumlah
tenaga kesehatan di Kota Mataram masih sangat kurang.
Tabel II-88. Tenaga Kesehatan di Kota Mataram
Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
Dokter umum 58 69 38 44 47
Dokter spesialis 70 36 0 7 4
Dokter gigi 27 12 12 15 14
Perawat 167 179 121 168 184
Sumber : Mataram dalam Angka 2012
2.10.3.6. Prasarana Pasar
Perdagangan di Kota Makasar merupakan sektor usaha yang sangat berperanan
penting bagi perekonomian masyarakat. Sektor perdagangan bagi Kota Mataram
merupakan sektor usaha yang terbesar yang menampung tenaga kerja di Kota
Mataram. Jumlah perusahaan perdagangan di kota tersebut terus meningkat dari
tahun ke tahun. Hingga tahun 2010, jumlah perusahaan perdagangan di Kota
Mataram mencapai 9.970 buah.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-86
Tabel II-89. Jumlah perusahaan perdagangan di kota Mataram
Uraian 2007 2008 2009 2010
Perusahaan besar 342 660 681 692
Perusahaan menengah 490 1.576 1.608 1.601
Perusahaan kecil 2.742 6.559 7.057 7.540
Perusahaan mikro - - - 137
Jumlah 3.547 8.795 9.346 9.970
Sumber : Mataram dalam Angka 2012
2.11. Kota Bima
2.11.1. Kondisi Geografi dan Demografi
2.11.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah
Secara geografis, Kota Bima terletak di bagian timur Pulau Sumbawa pada posisi
118°41'"-118°48' Bujur Timur dan 8°20'-8°30' Lintang Selatan. Wilayah administratif
Kota Bima berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Bima yaitu, disebelah
utara dengan Kecamatan ambalawi, disebelah selatan dengan Kecamatan Palibelo,
disebelah timur dengan Kecamatan Wawo, dan sebelah sebelah barat dengan Teluk
Bima. Letak yang berbatasan langsung dengan Teluk Bima ini menyebabkan
transportasi laut di Kota Bima cukup ramai karena ditunjang oleh fasilitas Pelabuhan
Bima. Luas wilayah sebesar 222,25 km² atau sekitar 1,03% dari total luas Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
Dalam pengelolaan pemerintahan, Kota Bima terbagi menjadi 5 (lima) wilayah
administrasi Kecamatan dan 38 Kelurahan hasil pemekaran terakhir tahun 2007.
Penduduk asli Kota Bima adalah Suku Mbojo, yang memiliki semboyan “Katada pu
Rawi ma Tedi Katedi pu Rawi ma Tada” yang artinya tekunilah pekerjaan yang sudah
nyata membawa hasil yang baik dan tekunilah pekerjaan yang membawa perubahan
pembangunan.
Tabel II-90. Ibukota Kecamatan dan Luas Wilayah Kecamatan di Kota Bima
Kecamatan Kota kecamatan Luas area (km2)
Rasanae Barat Paruga 10,14
Mpunda Lewirato 15,28
Rasanae Timur Kumbe 64,70
Raba Penaraga 63,73
Asakota Melayu 69,03
Sumber : Bima dalam Angka 2012
2.11.1.2. Topografi dan Iklim
Dilihat dari iklimnya, Kota Bima termasuk daerah yang memiliki cuaca cukup
ekstrim. Matahari bersinar terik hampir sepanjang musim dengan rata-rata
intensitas penyinaran tertinggi pada bulan Juni dan terendah pada bulan Februari.
Profil Daerah
II-87
Suhu udara rata-rata di Kota Bima tahun 2009 berkisar antara 24,80°C sampai
dengan 30,60°C dengan kelembaban udara antara 67 hingga 84%.
Curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Januari 2009 yaitu mencapai 281,2 mm.
Jumlah hari hujan mencapai 116 hari, sementara jumlah hari hujan tertinggi terjadi
pada Bulan Pebruari 2009 yaitu dengan jumlah hari hujan mencapai 23 dari 28 hari
pada bulan tersebut. Hari hujan tampak kurang merata pada setiap bulannya.
Secara keseluruhan, sebagian besar kondisi lahan di Kota Bima adalah data dan
bergelombang kecil (14.236 ha atau 65,52%). Sementara kondisi lahan curam 4.534
ha (20,87%) dan sangat curam 2.957 ha (13,61%).
Tabel II-91. Luas Lahan Menurut Kemiringan dan Kecamatan di Kota Bima (Ha)
Kecamatan Datar
(0-2%)
Bergelombang
(2-15%)
Curam
(15-40%)
Sangat Curam
(>40%)
1 Rasanae Barat 854 35 75 50
2 Mpunda 658 132 563 175
3 Rasanae Timur 2.555 1.793 935 1.024
4 Raba 2.950 1.850 848 627
5 Asakota 2.225 1.184 2.113 1.081
Jumlah 9.242 4.994 4.534 2.957
Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Bima, 2009
2.11.1.3. Lahan dan Penggunaannya
Pada kondisi tahun 2009, sebagai wilayah perkotaan maka Kota Bima memiliki areal
19.970 Ha (89,85%) sebagai lahan non sawah yang digunakan untuk kegiatan
perekonomian dan non perekonomian. Sebagian besar diantaranya merupakan hutan
negara seluas 9.324 ha, kemudian tegalan (4.069 ha), tanaman kayu-kayuan/hutan
rakyat (2.830 ha) serta tanah bangunan dan pekarangan seluas 1.757 ha. Sementara
wilayah pesisir pantai sepanjang 26 km.
Pada tahun 2010 tinggal tersisa 10 kelas penggunaan lahan, yaitu air, hutan
mangrove sekunder, hutan sekunder, permukiman, pertanian lahan kering, rumput
(padang penggembalaan), sawah, semak/belukar, tambak, dan tanah
terbuka/kosong. Pertanian lahan kering menempati luasan terbesar yaitu 7.833
hektar atau 35,8% dari total wilayah, dan secara spasial tersebar di semua wilayah
kecamatan, namun luasan terbesar adalah di Kecamatan Rasanae Timur. Peta
penggunaan lahan tahun 2010 diperoleh dari hasil interpretasi citra Geoeye-1
resolusi 0,41 meter imagery date 30 April 2010 pada Google Earth (IPB).
Tabel II-92. Jenis penggunaan lahan Kota Bima tahun 2010
Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)
1. Air 63 0,3
2. Hutan Mangrove Sekunder 16 0,07
3. Hutan Sekunder 7.503 34,3
4. Permukiman 1.455 6,7
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-88
Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)
5. Pertanian Lahan Kering 7.833 35,8
6. Rumput (Savanna) 11 0,1
7. Sawah 1.508 6,9
8. Semak/Belukar 3.189 14,6
9. Tambak 94 0,4
10. Tanah Terbuka/Kosong 191 0,8
Jumlah 21.862 100
Sumber : http://repository.ipb.ac.id
2.11.1.4. Demografi
Jika dilihat menurut kecamatan, penduduk terbesar berada di Kecamatan Raba
sebesar 35.097 jiwa, dan yang terendah berada pada kecamatan Rasanae Timur
sebesar 16.623 jiwa. Secara Keseluruhan jumlah penduduk wanita Kota Bima lebih
besar daripada penduduk laki-laki. Kecamatan dengan jumlah penduduk laki-laki
lebih besar dibandingkan dengan penduduk wanita terdapat di Kecamatan Asakota,
Kecamatan Rasanae Barat, Kecamatan Mpunda, dan Kecamatan Rasanae Timur.
Hanya Kecamatan Raba yang penduduk wanita lebih besar daripada penduduk laki-
laki.
Struktur penduduk Kota Bima didominasi oleh penduduk muda. Hal ini terjadi
karena Kota Bima merupakan pusat pendidikan dan perekonomian di ujung timur
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Hal menarik yang dapat diamati pada piramida
penduduk adalah adanya perkembangan penduduk yang ditandai dengan penduduk
usia 0-4 tahun yang jumlahnya lebih besar dari kelompok penduduk usia yang lebih
tua dan berbentuk limas. Pada tahun 2007-2009 kepadatan penduduk di Kota Bima
mengalami peningkatan, Kecamatan yang mengalami kepadatan penduduk terbesar
adalah kecamatan Rasanae Barat dengan 3.010 jiwa per km2. Sedangkan pada
kecamatan Rasanae Timur setiap 1 km2 wilayahnya hanya dihuni oleh 255 jiwa. Hal
ini menandakan belum meratanya penduduk di Kota Bima.
Rata-rata jumlah anggota rumah tangga di Kota Bima mengalami penurunan, hal ini
menandakan telah berhasilnya program keluarga berencana di Kota Bima. Adapun
kecamatan Asakota dan Rasanae Barat merupakan kecamatan yang rata-rata
anggota rumah tangganya diatas rata-rata keseluruhan kota Bima, oleh sebab itu
perlu perhatian lebih dari pemerintah. Ratio beban tanggungan (dependency ratio) di
Kota Bima menunjukkan adanya penurunan yaitu 53 orang pada tahun 2007 yang
berarti tiap 1 orang penduduk usia produktif akan menanggung 53 orang penduduk
non produktif menjadi sekitar 51 orang di tahun 2009. Penurunan ini menunjukkan
berkurangnya beban yang ditanggung oleh penduduk produktif (usia 15- 64 tahun)
terhadap penduduk tidak produktif yaitu usia 0-14 tahun dan usia 65 keatas.
2.11.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
2.11.2.1. Sumber Daya Alam
Kota Bima mempunyai potensi sumber daya alam yang didukung kondisi lahan dan
iklim yang cocok untuk pengembangan pertanian. Potensi-potensi yang ada tersebut
Profil Daerah
II-89
mendukung program-program yang dikembangkan di sektor tanaman pangan,
perkebunan dan peternakan guna menciptakan terpenuhinya kebutuhan pangan
bagi masyarakat. Komoditas Utama tanaman pangan Kota Bima adalah Padi, Jagung
dan kedelai. Namun seiring perkembangan waktu, perlu dicermati pula penggunaan
lahan pertanian untuk pemukiman dan perumahan. Harus ada kebijakan untuk
menetapkan Lahan Abadi Hijau untuk terus mendukung eksistensi pangan di kota
Bima.
Kota Bima juga memiliki potensi di sektor kehutanan. Meskipun saat ini kondisi
kawasan hutan sebagian berada pada kondisi kritis. Keberadaan Hutan memegang
peranan penting dalam menjaga ekosistim disamping sebagai penyangga kehidupan
masyarakat. Letaknya yang berada di pinggir teluk Bima, menjadikan Kota Bima juga
memiliki Potensi sektor perikanan dengan keberadaan wilayah pesisir laut yang
dimiliki. Produksi perikanan budidaya pada tahun 2008 mencapai 553,10 ton yang
terdiri dari budidaya tambak 508,50 ton, kolam/keramba 43.000 ton. Produk
perikanan yang berasal dari penangkapan laut 1.053.10 ton dan perairan umum
11.60 ton. Selain produksi ikan, produksi kelautan lainnya adalah rumput laut
dengan luas 5 ha dan produksi rumput laut basah 38,40 ton.
Dari peluang dan potensi yang dipaparkan di atas yang paling berpeluang untuk
dikembangkan kedepan adalah sektor Industri dan Jasa. Karena posisi strategis Kota
Bima telah lama dijadikan kota transit bagi kaum pendatang dari tiga titik yaitu Bali
di sebelah barat, NTT di sebelah timur dan Sulawesi di sebelah utara. Pemberdayan
dan penguatan pengembangan Industri kecil menengah seperti makanan dan
kerajinan perlu dioptimalkan disamping sektor lainnya seperti pariwisata, pertanian
agro dan sektor-sektor lainnya.
2.11.2.2. Sumber Daya Manusia
Tujuan akhir dari setiap kegiatan pembangunan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang sejahtera adalah masyarakat yang
sehat, berkualitas atau memiliki pengetahuan dan mempunyai kemampuan untuk
memenuhi kebutuhannya. Cerminan masyarakat tersebut dapat ditunjukkan dengan
melihat perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan Indeks
Komposit yang terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu Indeks Harapan Hidup, Indeks
Pendidikan dan Indeks Pendapatan. UNDP membagi status pembangunan manusia
kedalam 4(empat) kategori yaitu pembangunan manusia dikatakan rendah jika
memiliki angka IPM kurang dari 50, menengah bawah jika nilai IPM 50 sampai
kurang dari 66, menengah atas jika nilai IPM 66 sampai dengan kurang dari 80 dan
IPM dikatakan tinggi apabila angka IPM mencapai angka 80 atau lebih.
Hasil penghitungan IPM pada tahun 2010, menempatkan Kota Bima sebagai daerah
yang mempunyai kriteria pembangunan manusia menengah atas terhadap
pembangunan manusia. Hal ini didasarkan pada kriteria pencapaian IPM yang baru
mencapai 68,56.
IPM Kota Bima mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari 67,52 pada tahun
2008 menjadi 68,56 pada tahun 2010. Setiap komponen penyusun IPM di Kota Bima
mengalami peningkatan selama periode 2008 - 2010. Indikasi adanya peningkatan
atau kemajuan dalam ketiga komponen, ditunjukkan oleh perkembangan indeks,
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-90
seperti yang ditampilkan pada tabel 10 Kenaikan indeks komposit tersebut, diperoleh
dari nilai masing-masing komponen.
Peningkatan IPM Kota Bima selama periode 2008 - 2010, mencerminkan adanya
suatu kemajuan yang berarti dalam peningkatan kualitas manusia. Dari tiga
komponen penyusun IPM, terutama pada komponen Pendapatan, Kota Bima masih
sangat tertinggal, walaupun dari sudut kesehatan maupun pendidikan sudah
memperoleh hasil yang cukup membanggakan.
Tabel II-93. Persentase lapangan kerja yang menampung tenaga kerja di kota Bima
Sektor usaha Laki-
laki
Perem
puan Jumlah
Pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan 17,41 10,01 13,71
Pertambangan dan penggalian 1,77 2,87 2,32
Industri pengolahan 11,87 17,43 14,65
Bangunan 8,26 1,07 4,67
Perdagangan, hotel dan restoran 14,56 29,97 22,27
Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi 14,87 0,57 7,72
Keuangan, asuransi, persewaan bangunan dan jasa
perusahaan
1,86 2,79 2,33
Jasa kemasyarakatan 29,40 35,29 23,35
Sumber : Bima dalam angka 2012
Jumlah penduduk miskin Kota Bima pada tahun 2010 mencapai 12,8% dari total
penduduk Kota Bima atau sekitar 18 ribu orang. Jumlah penduduk miskin tersebut
mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 13,56%.
Jumlah angkatan kerja di Kota Bima sebesar 65,37% dari total penduduk Kota Bima,
dengan jumlah angkatan kerja yang bekerja 61,27%. Masyarakat Kota Bima sebagian
besar bekerja pada sektor jasa kemasyarakatan (32,35%) serta sektor perdagangan,
hotel dan restoran (22,27%).
2.11.3. Infrastruktur
2.11.3.1. Prasarana Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya.Jalan dapatmeningkat-kan
kegiatan ekonomi di suatu tempat karena menolong orang untuk pergi atau mengirim
barang lebih cepat ke suatu tujuan. Dengan adanya jalan, komoditas dapat mengalir
ke pasar setempat dan hasil ekonomi dari suatu tempat dapat dijual kepada pasaran
di luar wilayah itu. Untuk mendukung transportasi darat maka pemerintah daerah
telah membangun jalan Negara sepanjang 33,13 km, jalan Provinsi sepanjang 26,30
km, dan jalan kabupaten sepanjang 310,06 km. Dari seluruh panjang jalan, hanya
68,29% yang diaspal, sementara sisanya (31,71%) berupa kerikil, tanah, dan tidak
terinci.
Bila dibandingkan dengan tahun 2009, jalan Negara dan jalan Provinsi tidak
mengalami peningkatan. Walaupun panjang jalan tidak mengalami peningkatan
Profil Daerah
II-91
namun jumlah kendaraan di Kota bima mengalami peningkatan yang sangat besar
khususnya pada sepeda motor yang naik hampir 4 kali lipatnya dibanding dengan
tahun 2008.
Selain transportasi darat, Kota Bima juga memiliki sarana pelabuhan laut. Selama
periode 2008-2010 arus kunjungan kapal mengalami peningkatan 0,5% yakni dari
2.072 kapal menjadi 2.083 kapal. Selama periode 2008 – 2010 jumlah penumpang
yang menggunakan angkutan laut terus mengalami peningkatan ini terlihat dari
jumlah penumpang yang naik melalui pelabuhan laut kota bima naik sebesar 150%
yaitu jumlah penumpang dari 11.529 tahun 2008 naik menjadi 28.829 penumpang
tahun 2010, sebaliknya penumpang yang datang ke Kota Bima mengalami
penurunan sebesar 0,22% yakni dari 18.652 penumpang tahun 2008 turun menjadi
18.694 penumpang tahun 2010.
2.11.3.2. Prasarana Air Bersihdan Listrik
Ketersediaan prasarana air minum yang dikelola oleh PDAM Kota Bima menunjukkan
bahwa pada tahun 2009 jumlah air minum yang disalurkan sebanyak 2.981.878.631
m3 dengan jumlah pelanggan 5.387. Pelanggan tersebut terdiri dari rumah tangga,
niaga, sosial, instansi pemerintah dan khusus.
Pada dasarnya sebagian besar wilayah Kota Bima telah terhubung oleh jaringan
instalasi listrik. Pemakaian energi listrik di Kota Bima masih pada kegiatan‐kegiatan
yang bersifat konsumtif belum banyak mengarah pada kegiatan produktif yang
nantinya menjadi penggerak sektor-sektor ekonomi terutama industri. Hal tersebut
terlihat dari jumlah pelanggan, daya tersambung maupun energi terjual yang
didominasi kelompok rumah tangga. Tahun 2009 energi terjual untuk kelompok
rumah tangga mencapai 35.387.082 KWh atau 93,6% dari total energi listrik yang
disalurkan sebesar 37.807.765 KWh. Pelanggan utama lainnya adalah
perusahaan/niaga dan sarana umum.
2.11.3.3. Prasarana Komunikasi
Sebagaimana dihadapi berbagai daerah di Indonesia, bahwa kondisi sarana dan
prasarana komunikasi masih harus terus dipacu pembangunannya untuk
meningkatkan aksesibilitas, kualitas,ataupun cakupan pelayanan. Sehingga
diharapkan pembangunan sarana dan prasarana mampu menstimulasi
perkembangan sektor produksi, dan mendukung pengembangan wilayah. Secara
spesifik kondisi sarana dan prasarana di Kota Bima.
Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kota Bima, seperti kantor pos untuk
sarana surat menyurat dan jaringan telepon untuk sarana hubungan secara
langsung. Pada tahun 2009 tercatat sebanyak 4.503 jumlah pelanggan.
Surat merupakan salah satu alat komunikasi yang masih banyak digunakan,
disampaing komunikasi melalui telepon genggam yang telah banyak menggantikan
peran surat. Pada Tahun 2009 total lalu lintas masuk surat dan pos paket mencapai
214.205, yang sebagian besar berupa pos kilat/kilat khusus 105.695, kemudian
surat pos biasa dalam negeri yang mencapai 35.395. Untuk pos paket yang keluar
mencapai 8.700 dan masuksebanyak 17.583.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-92
Di sektor komunikasi, terjadi penurunan namun tidak signifikan pada jumlah
pelanggan telepon rumah. Hal ini disebabkan oleh penggunaan telepon seluler yang
mulai menggantikan fungsi telepon rumah. Sektor transportasi dan komunikasi di
Kota Bima menunjukkan perkembangan yang positif, dimana pada tahun 2010
kontribusinya mencapai 17,85% terhadap PDRB Kota Bima.
2.11.3.4. Prasarana Pendidikan
Pendidikan memegang peranan penting untuk mencatak sumber daya manusia yang
berkualitas, karena dengan proses pendidikan akan meningkatkan kecerdasan dan
ketrampilan manusia. Pada tahun 2010 partisipasi penduduk berusia 0-6 tahun di
Kota Bima yang sedang mengikuti pendidikan pra sekolah adalah 13,72%, sementara
73,98% sudah tidak mengikuti pendidikan pra sekolah dan sisanya 12,30% belum
pernah mengikuti pendidikan pra sekolah.
Sedangkan pada penduduk usia 7 – 24 tahun di Kota Bima sekitar 71,57% masih
menjalani pendidikan di bangku sekolah. Hanya 0,15% yang tidak/belum pernah
sekolah. Sisanya 28,28% sudah tidak bersekolah lagi. Jika dilihat dari tingkat
pendidikan tertinggi pada penduduk usia 7 – 24 tahun yang masih sekolah ada
45,64% yang masih bersekolah di sekolah dasar, 19,65% di bangku SMP, 21,27%
bersekolah di SMU dan 13,44% saja yang sedang menjalani pendidikan di Perguruan
Tinggi.
Rata-rata jumlah murid per sekolah SD di Kota Bima adalah 208 siswa, dengan rata-
rata jumlah guru per sekolah sebanyak 24 orang. Untuk tingkat pendidikan SMP,
rata-rata jumlah siswa per sekolah sebanyak 327 orang dengan rata-rata jumlah
guru 39 orang. Sedangkan untuk SMU, rata-rata jumlah murid per sekolah sebanyak
322 siswa dengan rata-rata jumlah guru sebanyak 32 orang. Dari data tersebut dapat
dilihat semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar rata-rata murid per
sekolah dan rata-rata guru per sekolah. Daya tampung kelas terhadap banyaknya
murid haruslah seimbang agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
Semakin banyak murid dalam satu kelas semakin turun daya serap murid terhadap
materi. Kemampuan daya tampung ruang kelas untuk jenjang pendidikan SD di Kota
Bima mencapai 28 murid, SLTP dan SMU masing-masing 42 murid dan 30 murid per
kelas lebih banyak dari SD. Kemampuan membaca dan menulis merupakan
keterampilan minimum yang dibutuhkan untuk hidup sejahtera. Dilihat persentase
Penduduk 10 Tahun ke atas di Kota Bima kemampuan membaca dan menulis sudah
mencapai 94,52% dan sebanyak 5,48% yang buta huruf, artinya diantara 100
penduduk ada 5 orang yang buta huruf.
Tabel II-94. Jumlah sekolah di Kota Bima
Tingkatan Kepemilikan 2010 2011
TK Negeri 2 3
Swasta 46 53
SD Negeri 73 73
Swasta 7 8
SMP Negeri 14 15
Profil Daerah
II-93
Tingkatan Kepemilikan 2010 2011
Swasta 6 6
SMU Negeri 5 5
Swasta 9 9
SMK Negeri 5 5
Swasta 5 4
Sumber: Kota Bima Dalam Angka 2012
2.11.3.5. Prasarana Kesehatan
Pembangunan kesehatan sesuai renstra Pembangunan kesehatan 2001-2004 untuk
mengisi visi Indonesia Sehat 2010 adalah memberikan proiritas pada upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit disamping penyembuhan dan
pemulihan kesehatan. Pembangunan kesehatan mencakup peningkatan penyediaan
pelayanan kesehatan yang mudah di akses seluruh lapisan masyarakat.
Sebagai gambaran jumlah sarana kesehatan di Kota Bima pada tahun 2010 adalah
sebagai berikut : terdapat 5 Puskesmas, 17 Pustu, 29 Polindes dan 2 Rumah Sakit
yaitu 1 RSUD yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Bima dan 1 lagi merupakan
milik swasta. Sementara jumlah praktek dokter mencapai 29 Ini menunjukan bahwa
akses ke fasilitas kesehatan di Kota Bima sudah cukup baik.
Mungkin bila melihat persentase penduduk yang berobat paling banyak adalah
puskesmas, sehingga Pemerintah Kota Bima menjadikan beberapa Puskesmas
menjadikan puskesmas rawat inap.
Tabel. II-95. Jumlah Unit Kesehatan dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kota Bima
Uraian 2008 2009 2010 2011
Rumah Sakit 1 1 1 2
Puskesmas 5 5 5 5
Puskesmas Pembantu 15 16 17 19
Puskesmas Keliling 16 6 - 13
Polindes 25 26 19 35
Posyandu 148 148 152 153
Lab. Klinik 3 3 - 4
Dokter Umum - - - 28
Dokter Gigi - - - 5
Bidan - - - 111
Apoteker - - - 22
Kesehatan Masyarakat - - - 35
Sanitarian - - - 26
Ahli Gizi - - - 32
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bima, 2011
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
II-94
Penyakit infeksi saluran pernapasan atas menempati urutan tertinggi penyakit yang
banyak diderita oleh masyarakat Kota Bima yaitu sebanyak 24,99%. Ini
menunjukkan bahwa penduduk Kota Bima banyak mengalami masalah dengan
penyakit infeksi saluran pernapasan atas.
Jumlah tenaga kesehatan di Kota Bima sudah cukup banyak namun belum tersebar
secara merata di setiap kecamatan. Disamping itu jumlah praktek dokter spesialis
dan dokter gigi di Kota Bima berkurang dari tahun 2008. Sebaliknya jumlah bidan
meningkat 25% pada tahun 2010.
Persentase tertinggi penolong kelahiran di Kota Bima pada tahun 2010 adalah tenaga
medis yaitu mencapai 70,65%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan
penduduk di bidang kesehatan cukup tinggi dengan memahami pentingnya
keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan. Sementara kelahiran yang ditolong dukun
mencapai 27,15%, lainnya 2,19%. Pemerintah terus mengupayakan agar para ibu
hamil dapat melahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan yang didistribusikan di
setiap Kecamatan dan kelurahan agar persalinan bayi yang ditolong oleh dukun
tradisional diharapkan terus menurun.
2.11.3.6. Prasarana Pasar
Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan pada tahun 2011 terdapat 5 buah pasar
di Kota Bima yang tersebar pada 3 kecamatan. Pasar-pasar tersebut mencakup 546
buah toko dalam pasar dengan 1027 pedagang. Jumlah sarana perdagangan di Kota
Bima meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut dapat menunjukkan
perkembangan perekonomian di Kota Bima.
Tabel II-96. Jumlah sarana perdagangan di kota Bima
Jenis saran perdagangan
2008 2009 2010 2011
Pasar umum 4 5 5 5
Pasar desa 4 - - -
Toko 175 226 247 655
Kios/warung 198 232 327 1.135
Rumah makan 42 31 19 25
Sumber : Bima dalam angka 2012
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-1
BAB III.
KONDISI PEREKONOMIAN WILAYAH
3.1. Provinsi Nusa Tenggara Barat
3.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Penilaian kondisi dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dinilai dengan
beberapa cara, salah satunya adalah dengan melihat Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) wilayah tersebut. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Provinsi Nusa Tenggara Barat terus mengalami peningkatan, baik PDRB atas dasar
harga berlaku (ADHB) maupun PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) seperti yang
tercantum pada Tabel III-1.
Tabel 0-1. PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Sektor
Tahun 2008-2010 (Rp jutaan)
Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan tahun 2000 Pertumbuhan
2008 2009 2010 2008 2009 2010 Berlaku Konstan
Pertanian 8.319.378 8.912.249 9.817.353 4.332.527 4.460.273 4.510.965 10,16 1,14
Pertanian Tanaman
Pangan 5.212.090 5.462.175 6.047.346 2.597.743 2.654.977 2.676.656 10,71 0,82
Perkebunan 1.031.374 1.083.736 1.190.220 512.141 523.766 514.262 9,83 -1,81
Peternakan 1.137.412 133.136 1.396.367 616.827 669.929 683.719 4,51 2,06
Kehutanan 23.738 24.719 27.468 13.357 12.901 13.075 11,12 1,35
Perikanan 914.763 1.005.483 1.155.952 591.460 598.701 623.253 14,96 4,1
Pertambangan dan
Penggalian 10.870.787 15.880.990 17.917.009 3.811.549 4.905.868 5.480.315 12,82 11,71
Industri Pengolahan 1.279.191 1491345 1638225 836930 909946 944253 9,85 3,77
Listrik, Gas dan Air
Bersih 153.889 180.593 211.527 61.118 67.550 74.266 17,13 9,94
Bangunan 2.299.100 2.939.982 3.121.672 1.248.862 1.457.950 1.482.456 6,18 1,68
Pergadangan, Hotel dan
restoran 4.625.844 5.579.515 6.402.780 2.543.292 2.749.572 2.918.252 14,76 6,13
Pengangkutan dan
Komunikasi 2.772.461 3.111.810 3.370.896 1.332.551 1.407.037 1.510.032 8,33 7,32
Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan 1.590.725 1.887.744 2.152.115 895.623 971.565 1.024.760 14 5,48
Jasa-jasa/Services 3.403.357 4.000.803 4.731.130 1.769.148 1.939.316 2.111.497 18,25 8,88
Total PDRB 35.314.721 43.985.031 49.362.706 16.831.601 18.869.076 20.056.796 12,23 6,29
Sumber: BPS Provinsi NTB, 2011
Pada Tabel III-1 ditunjukkan bahwa nilai PDRB ADHB Provinsi Nusa Tenggara Barat
terus mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp 35.314.721 juta pada tahun 2008
menjadi Rp 43.985.031 juta pada tahun 2009 atau meningkat 24,55% dan menjadi
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-2
Rp 49.362.706 juta pada tahun 2010 atau mengalami peningkatan sebesar 12,23%.
Hal yang sama juga dialami PDRB ADHK yang mengalami peningkatan sebesar
12,11% pada tahun 2009 dan 6,29% pada tahun 2010.
Sektor perekonomian yang mendominasi di Propinsi Nusa Tenggara Barat adalah
Sektor Pertambangan dan Penggalian yang diikuti oleh Sektor Pertanian. Kontribusi
Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap PDRB mencapai Rp 17.917.009 juta
atau 36,30% dari total PDRB ADHB, hal tersebut dikarenakan adanya perusahaan
tambang emas PT. Newmont Nusa Tenggara. Kontribusi sektor tersebut terhadap
PDRB juga meningkat dari tahun ke tahun yaitu 30,78% pada tahun 2008 menjadi
36,11% pada tahun 2009 dan 36,30% pada tahun 2010 (PDRB ADHB). Sektor
Pertanian yang peranannya menduduki peringkat kedua setelah Pertambangan dan
Penggalian, meskipun jumlah PDRB yang disumbangan terus meningkat, sekalipun
dihitung atas dasar harga konstan, namun perannya terus mengalami penurunan.
Pada tahun 2008 besar sumbangan PDRB ADHK Sektor Pertanian mencapai Rp
4.332.527 juta, meningkat menjadi Rp 4.460.273 juta pada tahun 2009 dan menjadi
Rp 4.510.965 juta pada tahun 2010. Sementara itu, peranan sektor tersebut terus
mengalami penurunan dari 23,56% pada tahun 2008 menjadi 20,26% pada tahun
2009 dan 19,89% pada tahun 2010. Sektor menyumbang PDRB paling kecil adalah
Sektor Listrik dan Air Bersih, tercatat hanya sebesar Rp 61.12 milyar (PDRB ADHB)
atau sebesar 0,43%. Sektor yang memiliki sumbangan PDRB terkecil berikutnya
adalah Sektor Industri Pengolahan dan Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
dengan masing-masing kontribusi sebesar 3,32% dan 4,36% (Gambar III-1).
Gambar 0-1. Distribusi Persentase PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas Dasar
Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Sektor), Tahun 2010
Secara umum dapat dikatakan perekonomian Propinsi Nusa Tenggara Barat makin
membaik, ditunjukkan dengan meningkatnya nilai PDRB ADHK (tahun 2000),
meskipun laju kenaikan yang dicapai pada tahun 2010 tidak sebaik pada tahun
sebelumnya, namun seluruh sektor mengalami kenaikan, kecuali Sektor Perkebunan
mengalami penurunan sebesar 1,81%. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan PDRB
19.89
36.3
3.32
0.43
6.32
12.97
6.83
4.36 9.58
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Pergadangan, Hotel dan restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa
PerusahaanJasa-jasa/Services
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-3
tinggi adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 11,71%, Sektor Listrik,
Gas dan Air Bersih sebesar 9,94% dan Sektor Jasa-jasa/Services sebesar 8,88%.
Menurut penggunaannya, PDRB Propinsi Nusa Tenggara Barat terbanyak digunakan
untuk mendanai konsumsi rumah tangga, mencapai 40,78% pada tahun 2010,
berikutnya adalah untuk pembentukan modal tetap sebesar 21,9% dan membiayai
konsumsi pemerintah. Jika dilihat secara total, PDRB NTB lebih banyak digunakan
untuk kegiatan konsumsi mencapai 75,37%, sedang kegiatan investasi dan
pembentukan modal hanya mencapai 24,63% (Gambar III-2), hal ini kemungkinan
menjadi salah satu sebab rendahnya pertumbuhan PDRB pada tahun 2010 ini.
Gambar 0-2. PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Penggunaannya, Tahun 2010.
Tabel 0-2. PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Kabupaten/Kota (dalam Rp Juta)
Kabupaten/Kota Harga Berlaku Harga Konstan tahun 2000
2008 2009 2010 2008 2009 2010
Lombok Barat 3.126.928 3.563.922 3.939.774 1.590.459 1.689.822 1.769.876
Lombok Tengah 3.531.386 4.108.801 4.639.914 1.961.627 2.104.411 2.223.479
Lombok Timur 4.879.813 5.515.572 6.215.204 2.675.371 2.828.655 2.970.436
Sumbawa 3.027.829 3.453.488 3.968.120 1.640.941 1.730.446 1.833.216
Dompu 1.552.128 1.766.189 1.984.268 846.152 890.891 931.592
Bima 2.378.327 2.729.227 3.069.401 1.399.849 1.490.240 1.557.971
Sumbawa Barat 10.928.670 15.857.885 17.961.163 3.827.058 4.888.741 5.497.872
Kota Mataram 3.621.686 4.140.147 4.829.234 1.871.168 2.029.390 2.190.819
Kota Bima 771.725 886.380 999.587 409.786 435.911 460.826
Lombok Utara 1.128.893 1.264.640 1.410.749 592.437 622.451 649.356
Sumber: BPS Provinsi NTB, 2011
Dilihat dari distribusi menurut kabupaten/kota (Tabel III-2) dapat diuraikan bahwa
terjadi perbedaan PDRB antar kabupaten di NTB yang cukup signifikan. PDRB harga
berlaku Kabupaten Sumbawa Barat jauh lebih tinggi dibandingkan PBRD
40.79
0.91 14.39
21.9
2.73
19.28
Konsumsi Rumahtangga
Konsumsi Lembaga Non
Profit
Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal
tetap Bruto
Perubahan Investasi
Net Impor
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-4
kabupaten/kota lainnya, bahkan besarnya lebih dari dua kali PDRB Kabupaten
Lombok Timur yang berada di urutan ke dua, dan lebih dari tiga kali PDRB Kota
Mataram yang menduduki urutan ke tiga. Besarnya PDRB Kabupaten Sumbawa
Barat disebabkan adanya pertambangan emas besar (PT. Newmont Nusa Tenggara)
yang berada di kabupaten tersebut. Nilai PDRB ADHB Kabupaten Sumbawa Barat
mencapai Rp 17,9 trilyun pada tahun 2010, meningkat 13,26% dari tahun
sebelumnya. Kabupaten Bima merupakan kabupaten dengan PDRB terendah, dengan
besar PDRB harga berlaku mencapai Rp 999,587 milyar pada tahun 2010, disusul
Kabupaten Lombok Utara dengan besar PDRB Rp 1,4 trilyun dan Kabupaten Dompu
dengan besar PDRB Rp 1,98 trilyun di tahun yang sama.
Besarnya PDRB perkapita dapat memberikan informasi tingkat kesejahteraan
masyarakat. Berbeda pada PDRB total kabupaten, Kota Mataram memiliki PDRB per
kapita tertinggi, mencapai Rp 11.987.881 pada tahun 2010, melebihi PDRB per
kapita Kabupaten Sumbawa Barat yang hanya Rp 8.160.765. Kabupaten Lombok
Tengah dan Lombok Timur memiliki PDRB per kapita terendah, meskipun PDRB total
kabupaten relatif tinggi namun karena jumlah penduduk yang dimiliki besar, maka
PDRB per kapita menjadi rendah.
Tabel 0-3. PDRB Per Kapita Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Kabupaten/Kota
Kabupaten Harga Berlaku
2008 2009 2010
Lombok Barat 5.356.805 6.018.257 6.566.444
Lombok Tengah 4.175.034 4.814.924 5.393.938
Lombok Timur 4.475.369 5.021.749 5.621.658
Sumbawa 7.405.015 8.372.193 9.543.590
Dompu 7.277.486 8.167.687 9.061.700
Bima 5.518.327 6.269.919 6.988.171
Sumbawa Barat 6.533.001 7.373.857 8.160.765
Kota Mataram 9.323.022 10.456.976 11.987.881
Kota Bima 5.618.430 6.328.390 7.010.758
Lombok Utara 5.7381.98 6.371.688 7.051.208
Sumber: BPS Provinsi NTB, 2011
3.1.2. Kondisi Produksi 3.1.2.1. Sektor Pertanian
a. Sub sektor Tanaman Pangan
Sektor Pertanian merupakan sektor dominan kedua terbesar dalam struktur
perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat, setelah Sektor Pertambangan dan
Penggalian. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi pada sektor pertanian merupakan
hal sangat penting yang dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan petani dan
mensukseskan pemerataan pembangunan pedesaan. Upaya yang sudah dijalankan
pemerintah kearah itu adalah dengan menerapkan program intensifikasi,
ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-5
Pada tahun 2010 luas areal tanam tanaman pangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
mencapai 599.456 ha (Tabel III-4), terluas ditanami padi dengan luas panen 374.284
ha dan produksi 1.774.499 ton. Pada tahun 2010 produksi padi mengalami
penurunan sekitar 5,15% dibandingkan tahun sebelumnya. Tanaman palawija
terluas adalah kedelai dengan luas panen 86.649 ha dan produksi 93.122 ton,
kemudian disusul jagung dengan luas panen 61.593 ha dan produksi 249.005 ton,
dan kacang hijau seluas 45.511 ha dengan produksi 50.012 ton. Seperti halnya padi,
tanaman palawija juga secara umum mengalami penurunan, kecuali kacang hijau
dan ubi jalar. Kacang hijau mengalami kenaikan cukup signifikan dari 33.772 ton
pada tahun 2009 menjadi 50.012 ton pada tahun 2010.
Tabel 0-4. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Provinsi Nusa Tenggara
Barat Tahun 2010
No Jenis Tanaman Luas Panen (ha) Produksi (ton)
1 Padi 374.284 1.774.499
2 Jagung 61.593 249.005
3 Ubi Kayu 5.352 70.606
4 Kedelai 86.649 93.122
5 Kacang Hijau 45.511 50.012
6 Kacang Tanah 25.044 33.666
7 Ubi Jalar 1.123 13.134
Sumber: BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2011.
Tanaman padi sawah merupakan tanaman dengan areal penanaman terluas di
Propinsi Nusa Tenggara Barat, terdapat di seluruh kabupaten/kota, dengan luas
tanam 329.594 ha dan produksi sebesar 1.620.666 ton. Produktivitas rata-rata
tanaman padi sawah di NTB mencapai 4.917 ton per hektar, masih lebih rendah dari
potensi yang mencapai 7-8 ton per ha. Dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun
luas panen padi sawah tahun 2010 mengalami mengalami peningkatan sebesar
4,26%, namun produksinya mengalami penurunan sebesar 0,2%, hal ini disebabkan
turunnya produktivitas dari 52.32 kuintal per hektar pada tahun 2009 menjadi 49,17
kuintal per hektar pada tahun 2010.
Tabel 0-5. Luas Panen dan Produksi Padi Sawah di Nusa Tenggara Barat Menurut
Kabupaten/Kota, Tahun 2010
Kabupaten / Kota Luas panen
(Ha)
Rata-rata
produksi
(kw/ha)
Produksi
(ton)
Lombok Barat 27.350 52,61 143.899
Lombok Tengah 74.750 48,04 359.072
Lombok Timur 60.384 48,03 290.031
Sumbawa 63.828 48,11 307.068
Sumbawa Barat 15.305 45,67 69.903
D o m p u 27.118 46,04 124.864
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-6
Kabupaten / Kota Luas panen
(Ha)
Rata-rata
produksi
(kw/ha)
Produksi
(ton)
B i m a 43.323 54,22 234.896
Kota Mataram 4.159 54,15 22.521
Kota Bima 4.140 53,80 22.272
Lombok Utara 9.237 49,95 46.140
Jumlah / Total 329.594 49,17 1.620.666
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
Areal tanam padi sawah tertinggi di Kabupaten Lombok Tengah dengan luas areal
74.750 ha dan produksi sebesar 359.072 ton. Luas areal terbesar berikutnya adalah
Kabupaten Sumbawa dan Lombok Timur, luasnya mencapai 63.828 ha dan 60.384
ha, dengan produksi 307.068 ton dan 290.031 ton.
Padi sawah ditanam di sawah irigasi, sawah tadah hujan maupun ladang.
Penanaman padi di sawah tadah hujan menggunakan sistem gogo rancah, dimana
karena hari hujan yang relatif pendek, pengolahan tanah dilakukan pada saat
sebelum hujan turun, benih padi ditanam pada saat sawah masih kering dengan
sistem tugal seperti halnya menanam padi di ladang. Setelah hujan cukup banyak,
sawah baru mendapat pengairan seperti halnya sawah irigasi.
Tabel 0-6. Luas Panen dan Produksi Padi SawahNusa Tenggara Barat Menurut
Kabupaten/Kota, Tahun 2010
Kabupaten /
Kota
Luas panen
(ha)
Rata-rata produksi
(kw/ha)
Produksi
(ton)
Lombok Barat 1.637 33,09 5.417
Lombok Tengah 1.094 31,86 3.485
Lombok Timur 3.113 32,06 9.980
Sumbawa 9.531 31,84 30.349
Sumbawa Barat 435 34,09 1.483
D o m p u 7.461 33,09 24.691
B i m a 16.319 38,39 62.653
Kota Mataram 0 - 0
Kota Bima 2.675 29,32 7.844
Lombok Utara 2.425 32,71 7.931
Jumlah / Total 44.690 34,42 153.833
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
Padi ladang ditanam diseluruh kabupaten/kota, kecuali di Kota Mataram. Luas areal
tanam padi sawah lebih terbatas dibandingkan padi sawah, yakni hanya seluas
44.690 ha dengan produksi sebesar 153.833 ton. Produktivitas padi ladang pun lebih
rendah dari padi sawah, mencapai 34,42 kuintal per hektar. Luas areal, produksi dan
produktivitas tertinggi padi ladang ditemui di Kabupaten Bima, luas tanamnya
mencapai 16.319 ha, dengan produksi sebesar 62.653 ton dan produktivitas sebesar
38,39 kuintal per hektar.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-7
Kedelai merupakan tanaman yang luas tanamnya menduduki peringkat kedua
setelah padi. Seperti halnya padi sawah, kedelai ditanam di seluruh kabupaten yang
ada di NTB. Areal penanamannya mencapai 86.649 ha dengan produksi 93.122 ton
selama tahun 2010. Kedelai terbanyak ditanam di Kabupaten Bima dan Lombok
Tengah, masing-masing dengan luas areal tanam 29.745 ha dan 23.208 ha, dan
produksi masing-masing sebesar 29.278 ton dan 24.425 ton, meskipun demikian
produktivitas tertinggi dicapai oleh Kabupaten Dompu, mencapai 12,38 kuintal per
hektar. Kedelai sangat jarang ditanam di Kabupaten Lombok Utara, luasnya hanya
mencapai 7 ha dengan produksi 7 ton.
Tabel 0-7. Luas Panen dan Produksi Kedelai Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut
Kabupaten/Kota, Tahun 2010
Kabupaten / Kota Luas Panen
(ha)
Rata-rata
Produksi (kw/ha)
Produksi
(ton)
Lombok Barat 3.037 9,20 2.794
Lombok Tengah 23.208 10,52 24.425
Lombok Timur 918 10,02 920
Sumbawa 9.623 12,02 11.808
D o m p u 14.307 12,38 17.712
B i m a 29.745 9,84 29.278
Sumbawa Barat 1.369 10,83 1.483
Kota Mataram 1.179 9,81 1.157
Kota Bima 3.056 11,58 3.538
Lombok Utara 7 10,02 7
Jumlah / Total 86.649 10,75 93.122
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
Tanaman ketiga yang banyak ditanam di Propinsi Nusa Tenggara Barat adalah jagung
dengan luas tanam mencapai 61.593 ha dengan produksi 249.005 ton pada tahun
2010 (Tabel III-8). Seperti halnya tanaman lainnya, jagung juga ditanam di seluruh
kabupaten, terluas ditemui di Kabupaten Lombok Timur dan Sumbawa dengan luas
panen masing-masing sebesar 16.602 ha dan 14.528 ha dengan tingkat produksi
sebesar 67.628 ton dan 57.425 ton. Tanaman jagung ditanam di lahan sawah pada
musim tanam ke 2 setelah padi sawah, dengan pola tanam monokultur atau
tumpangsari dengan tanaman lainnya.
Tabel 0-8. Luas Panen dan Produksi Jagung Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut
Kabupaten/Kota, Tahun 2010
Kabupaten /
Kota
Luas panen
(ha)
Rata-rata
produksi
(kw/ha)
Produksi (ton)
Lombok Barat 2.613 36,45 9.525
Lombok Tengah 3.191 43,34 13.830
Lombok Timur 16.602 40,73 67.628
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-8
Kabupaten /
Kota
Luas panen
(ha)
Rata-rata
produksi
(kw/ha)
Produksi (ton)
Sumbawa 14.528 39.53 57.425
Sumbawa Barat 3.076 37,52 11.542
D o m p u 5.821 41,83 24.348
B i m a 9.686 40,04 38.778
Kota Mataram 0 - 0
Kota Bima 684 42,53 2.909
Lombok Utara 5.392 15,85 23.020
Jumlah / Total 61.593 40,43 249.005
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
Selain tanaman padi dan palawija, di Propinsi Nusa Tenggara Barat juga ditanam
berbagai macam sayuran (Tabel III-9). Jenis tanaman yang terluas diusahakan
adalah bawang merah seluas 10.159 hektar dengan produksi sebesar 104.324 ton.
Kabupaten Bima dan Lombok Timur merupakan sentra produksi bawang merah di
NTB dengan masing-masing luas tanam sebesar 6.939 ha dan 1.639 ha dengan
produksi 79188 ton dan 11.757 ton per tahun. Selain itu banyak juga dijumpai di
Kabupaten Sumbawa dan Dompu dengan luas penanaman total 1.441 ha dan
produksi 20.535 ton per tahun.
Komoditas sayuran kedua yang paling banyak ditanam adalah cabe rawit dengan
luas panen 4.687 ha dan produksi 18.870 ton. Cabe rawit terbanyak ditanam di
Kabupaten Lombok Timur dengan luas panen 3.123 ha dan produksi 14.053 ton.
Cabe rawit banyak ditanam di sawah pada saat musim kering, musim ke 2 atau ke 3,
baik secara monokultur maupun tumpang sari dengan tanaman lainnya. Pada
musim hujan harga cabe rawit melonjak naik hingga mencapai Rp 70.000 per kg, hal
ini yang menarik petani untuk mengusahakannya.
Tabel 0-9. Produksi Sayuran Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota,
Tahun 2010
Jenis Komoditas Luas panen
(Ha)
Produksi
(ton)
Bawang Merah 10.159 104.324
Bawang Putih 456 4.510
Kentang 367 5.130
Kubis 418 9.726
Cabe Besar 817 5.780
Kacang Panjang 1.075 8.179
Sawi 196 2.185
Tomat 1.335 25.639
Bayam 156 1.645
Cabe rawit 4.687 18.870
Kangkung 400 8.363
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-9
Jenis Komoditas Luas panen
(Ha)
Produksi
(ton)
Ketimun 306 8.217
Wortel 104 2.245
Bawang Daun 59 859
Buncis 91 1.049
Kembang Kol 50 664
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
Selain bawang merah dan cabe rawit, tanaman sayuran lain yang banyak ditanam
secara luas adalah tomat dan kacang panjang, luas panen mencapai 1.335 ha dan
1.075 ha dengan produksi sebesar 8.179 ton dan 25.639 ton pada tahun 2010.
Produksi tomat adalah tertinggi dari produksi sayuran yang ada di NTB, tidak hanya
dikonsumsi dalam bentuk segar untuk bumbu dan sayuran, namun telah diolah
menjadi manisan tomat yang menjadi salah satu produk oleh-oleh dari Propinsi Nusa
Tenggara Barat. Sementara itu sayuran kangkung yang menjadi bahan baku
pembuatan “pelecing”, makanan khas Suku Sasak di Pulau Lombok luas areal
tanamnya mencapai 400 ha dengan produksi sebesar 8.363 ton. Kangkung, selain
ditanam di sawah beririgasi, juga banyak ditanam di sungai-sungai dan perairan
lainnya.
Produksi buah-buahan terbanyak di Propinsi Nusa Tenggara Barat adalah mangga
dengan produksi 104.668 ton. Buah mangga ditanam diseluruh kabupaten di NTB,
namun terbanyak dihasilkan oleh Kabupaten Sumbawa, Lombok Barat, Kota Bima
dan Lombok Utara. Sebagian besar mangga ditanam di pekarangan rumah, meskipun
ada yang ditanam khusus dalam bentuk perkebunan, areal tanamnya tidak dalam
bentuk skala besar (perkebunan rakyat). Jenis mangga yang ditemui bermacam-
macam diantaranya Mangga Madu (Manalagi), Arum Manis, Golek, Dare Kande
(mangga lokal), Gedong Gincu dan lainnya. Mangga dipasarkan tidak hanya di NTB
sendiri, namun sudah menjadi produk yang diperdagangkan dalam skala nasional.
Produk mangga NTB di pasar Pulau Jawa sering disebut sebagai produk mangga dari
Probolinggo yang selama ini lebih dikenal sebagai kota pemasok mangga.
Produksi buah terbesar berikutnya adalah pisang dan nangka dengan produksi
masing-masing sebesar 62.799 ton dan 59.209 ton. Buah pisang ditanam di seluruh
kabupaten, namun terbanyak dihasilkan di Kota Bima, Lombok Barat dan Lombok
Timur. Sedang nangka lebih banyak dihasilkan di Kota Bima, Lombok Barat dan
Sumbawa. Produksi buah yang cukup banyak lainnya adalah nanas dengan sentra
produksi di Masbagik Kabupaten Lombok Timur, pepaya terbesar di hasilkan di Kota
Bima, dan jambu biji di Lombok Barat.
Tabel 0-10. Produksi Sayuran Provinsi NTB Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010
Jenis Komoditas Produksi (ton)
Mangga 104.668
Rambutan 3.118
Alpukat 678
Duku 449
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-10
Jenis Komoditas Produksi (ton)
Durian 2.830
Pepaya 24.270
Sawo 10.076
Jambu Biji 16.560
Jambu Air 2.498
Nangka 59.209
Pisang 62.799
Nanas 20.699
Melon 1.107
Semangka 2.688
Jeruk Besar 4.143
Jeruk Keprok 2.927
Manggis 235
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
b. Sub sektor Perkebunan
Sub sektor perkebunan sampai sekarang masih mempunyai peranan yang cukup
besar dalam pengembangan sektor pertanian. Peluang bisnis perkebunan di Nusa
Tenggara Barat masih bisa ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari produksi
perkebunan Nusa Tenggara Barat masih menunjukkan peningkatan walaupun
sedikit untuk komoditas tertentu. Tanaman perkebunan Provinsi Nusa tenggara
Barat didominasi oleh kelapa, jambu mete, tembakau virginia, jarak dan kakao.
Luas areal tanam kopi mencapai 90.951,00 ha dengan produksi sebesar 95.922,60
butir. Kelapa selain untuk konsumsi langsung baik dalam bentuk kelapa tua atau
muda, lebih banyak diproses lebih lanjut menjadi kopra dan minyak kelapa. Selain
itu, sabut dan arang tempurung kelapa sebagai produk sampingan, juga diekspor ke
Provinsi, atau bahkan ke negara lain. Sabut banyak digunakan untuk bahan
pembuatan springbed, dan arang untuk bahan energi, juga untuk obat-obatan.
Tabel 0-11. Luas Areal Tanam, Produksi dan Sentra Produksi Perkebunan Provinsi
Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010
Jenis Komoditas Luas Tanam
(Ha)
Produksi Sentra Produksi
Kelapa 90.951,00 95.922,60 Lotim, Loteng, KLU
Kopi 12.468,00 5.908,70 Kabupaten Sbw,
KabupatenBima Jambu mete 67.338,50 12.896,50 KLU, Kabupaten Bima,
Dompu Cebgkeh 1.874,71 338,00 KLU, Lobar
Kakao 6.109,00 2.101,90 KLU, Lotim
Pinang 1.168,03 377,90 Loteng
Kapuk 3.309,33 29,00 Loteng, Lotim, Sumbawa
Asam 3.246,61 3.076,40 Kabupaten Bima, Smbw,
Dompu Vanili 864,60 86,00 Lotim, KLU
Lada 158,00 56,10 Loteng, Lotim
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-11
Jenis Komoditas Luas Tanam
(Ha)
Produksi Sentra Produksi
Kemiri
3.810,26 2.514,55 Kabupaten Bima
Aren 1.075,50 101,95 Lotim, Lobar
Kapas 422,00 154,41 Lotim, Loteng
Tembakau Virginia 17.521,50 24.004,78 Lotim
Tembakau rakyat 4.915,65 4.915,65 Lotim
Jarak 7.057,23 1333,79 Loteng, Lotim, Sumbawa
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
Jambu mete juga mempunyai potensi dan prospek yang bagus dalam pengembangan,
permintaan dan harga cukup tinggi, namun karena pemasarannya masih terkendala
oleh pembeli yang terbatas (pasar bersifat monopsoni atau oligopsoni) sehingga harga
yang diterima petani masih relatif kecil. Produksi jambu mete mencapai 12.896,50
ton dengan areal tanam seluas 67.338,50 ha, dan produksi terbanyak di Kabupaten
Lombok Utara, Kabupaten Bima dan kabupaten Dompu. Selain itu, yang sangat
pesat perkembangannya dalam 10 tahun terakhir adalah tembakau virginia, luas
arealnya terus mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mencapai 17.521,50 ha
dengan produksi sebesar 24.004,78 ton. Penanaman tembakau virginia terpusat di
Kabupaten Lombok Timur, meskipun ditanam di kabupaten lainnya, namun dalam
jumlah yang tidak banyak. Penanaman tembakau virginia sebagian besar ditanam
dengan sistem kemitraan dengan perusahaan rokok, diantaranya PT. Djarum,
Sadana, BAT dan lainnya.
c. Sub sektor Peternakan
Jenis usaha ternak di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari ternak besar (sapi,
kerbau dan kuda), dan ternak kecil (kambing dan domba) serta unggas (ayam ras,
ayam buras, dan itik). Populasi sapi potong terbanyak untuk ukuran ternak besar
yaitu 695.951 ekor, dipelihara secara merata oleh rumah tangga peternak di seluruh
kabupaten/kota, dengan skala pemeliharaan kecil. Pemeliharaan sapi sangat
didukung oleh Pemerintah Daerah dengan dicanangkannya Program Pijar (Sapi,
Jagung dan Rumput Laut).
Tabel 0-12. Produksi dan Sentra Produksi Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010
Jenis Ternak Populasi Ternak
(ekor)
Sentra Pengembangan
Terbanyak
Sapi 695.951 Seluruh Kabupaten/Kota
Kuda 76.622 Kabupaten Sumbawa, Kabupaten
Bima Kerbau 155.905 Kabupaten Sumbawa, Kabupaten
Bima Kambing 490.830 Kabupaten Lotim, Loteng, Bima,
Smbw Domba 29.539 Kabupaten Bima
Babi 54.060 Kabupaten Lobar
Ayam Ras Petelur 164.439 Kabupaten Lobar
Ayam Ras Pedaging 3.045.193 Kota Bima, Kota Mtrm, Kabupaten
Bima
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-12
Jenis Ternak Populasi Ternak
(ekor)
Sentra Pengembangan
Terbanyak
Ayam Buras 4.493.288 Kabupaten Lobar, Lotim
Itik 568.122 Kabupaten Loteng, Lotim
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
Ternak unggas terbanyak dipelihara adalah ayam buras dan ayam ras pedaging
dengan populasi masing-masing mencapai 4.493.288 ekor dan 3.045.193 ekor. Ayam
buras (ayam kampung) banyak dipelihara di rumah-rumah dalam skala kecil, sedang
ayam ras pedaging dipelihara di peternakan dengan skala lebih besar. Ayam buras
meskipun ditemui diseluruh kabupaten/kota, terbanyak ditemui di Kabupaten
Lombok barat dan Lombok Timur, sedang ayam ras lebih banyak ditemui di Kota
Bima, Kota Mataram, dan Kabupaten Bima.
d. Sub sektor Perikanan
Sebagai provinsi kepulauan kecil, Nusa Tenggara Barat cukup kaya akan hasil
perikanan, baik yang perupakan tangkapan maupun budidaya. Hasil tangkapan ikan
di laut mencapai 111.882 ton per tahun, dengan dominasi tangkapan ikan layang,
kembung, tongkol, cakalang, lemuru, dan tembang (Tabel III-13). Tangkapan ikan
terbesar dicapai di Kabupaten Sumbawa, Bima dan Lombok Timur, masing-masing
dengan jumlah tangkapan 41.099 ton, 24.593 ton, dan 15.684 ton.
Selain hasil tangkapan ikan di laut, juga dilakukan budidaya ikan kerapu, lobster,
rumput laut dan mutiara di perairan laut. Ikan Kerapu dan Lobster dibudidayakan
dengan teknik keramba jaring apung, diperairan yang jernih dan arus tenang. Jenis
ikan kerapu yang dibudidayakan adalah kerapu bebek, dengan hasil produksi
mencapai 206,9 ton per tahun. Produksi lobster tidak setinggi ikan kerapu, hanya
mencapai 117 ton per tahun. Sedangkan budidaya mutiara masih sangat terbatas
karena terbatasnya penguasaan teknologi sehingga belum dapat dibudidayakan
secara luas. Hasil budidaya mutiara tahun 2010 sebesar 0,7 ton dengan sentra
produksi di Lombok Barat, Lombok Timur, dan Sumbawa.
Tabel 0-13. Produksi Tangkapan Ikan di Laut dan Budidaya Perikanan Provinsi Nusa
Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010
Kabupaten /
Kota Penangkapan
Rumput
laut Kerapu Lobster
Biji
mutiara
Lombok Barat 9.211 31.640,00 0,00 0,00 0,40
Lombok Tengah 1.469 27.000,00 0,00 0,40 0,00
Lombok Timur 15.684 93.069,00 9,00 116,60 0,20
Lombok Utara 6.981 14,00 0,00 0,00 0,00
Sumbawa 41.099 45.795,90 187,60 0,00 0,00
Sumbawa Barat 3.134 10.633,00 9,00 0,00 0,12
D o m p u 6.632 270,00 0,00 0,00 0,00
B i m a 24.593 13.032,30 0,60 0,00 0,00
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-13
Kabupaten /
Kota Penangkapan
Rumput
laut Kerapu Lobster
Biji
mutiara
Kota Mataram 1.707 0,00 0,00 0,00 0,00
Kota Bima 1.374 53,90 0,69 0,00 0,00
Jumlah / Total 111.882 221.508 206,9 117.00 0,72
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
Selain tangkapan dan budidaya ikan di laut, terdapat juga perikanan darat, baik
berupa penangkapan di perairan maupun budidaya air payau, kolam, keramba
maupun sawah (Tabel III-14). Penangkapan ikan di darat berupa penangkapan di
sungai, waduk, dan danau.
Penangkapan ikan air tawar banyak dilakukan di Lombok Timur, jenis ikan yang
ditangkap meliputi ikan nila, lele, belut, dan ikan sungai lainnya. Budidaya air payau
banyak dilakukan di Kabupaten Sumbawa, Bima dan Lombok Timur. Jenis ikan yang
dibudidayakan pada air payau adalah udang dan bandeng yang produksinya
mencapai 40.610 ton per tahun. Sedang budidaya ikan air tawar banyak dilakukan di
kolam, keramba dan sawah, dengan jenis ikan yang dibudidayakan adalah nila,
karper, lele, gurami, dan lainnya, dengan produksi mencapai 11.347,56 ton per
tahun.
Tabel 0-14. Produksi Tangkapan dan Budidaya Perikanan Darat Provinsi Nusa
Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010
Kabupaten /
Kota Penangkapan
Budidaya
air payau Kolam Keramba Sawah
Lombok Barat 185 576,61 805,49 100,69 7.224,00
Lombok Tengah 0 34,30 699,00 109,70 39,20
Lombok Timur 1.832 1.796,80 1.263,80 2,10 4,30
Lombok Utara 799 2,50 2,27 0,00 0,00
Sumbawa 0 32.902,69 372,14 2,26 0,00
Sumbawa Barat 0 202,70 293,60 58,50 0,00
D o m p u 0 1.228,07 78,74 0,00 0,00
B i m a 27 3.484,50 35,40 0,00 0,00
Kota Mataram 0 0,00 159,50 32,51 12,06
Kota Bima 94 381,43 51,87 0,00 0,00
Jumlah / Total 2.937 40.610 3.762 306 7.279,56
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
e. Sub sektor Kehutanan
Sektor kehutanan memberikan sumbangan 0,06% terhadap PDRB Provinsi Nusa
Tenggara Barat pada tahun 2010. Berdasarkan data dari KPH yang ada di seluruh
Provinsi Nusa Tenggara Barat menyebutkan bahwa hasil kayu terbanyak adalah kayu
rimba campuran dengan produksi mencapai 15.025,38 m3, sedang kayu jati tidak
terlalu banyak dihasilkan, hanya mencapai 1.503,00 m3. Kayu kebun yang pada
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-14
tahun 2008 produksinya cukup tinggi, mencapai 13.106,59 m3, pada tahun 2010
sudah tidak ada produksinya lagi.
Tabel 0-15. Produksi Hasil Hutan: Kayu dan Non Kayu Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010
Jenis Hasil Hutan
Satuan/Unit 2008 2009 2010
Hasil Kayu
Jati m3 2.022,42 - 1.503,00
Kayu Kebun m3 13.106,59 2.647,88 -
Rimba
Campuran
m3 6.225,49 5.545,12 15.025,38
Rajumas m3 2.673,16 1.158,74 -
Hasil Non Kayu
Kayu Bulat m3 22.005,82 14.235,82 -
Kayu Gergajian m3 - 12.269,61 16.528,37
Kayu Bakar SM 336,00 152,00 272,00
Rotan Ton 67.650,00 3.150,00 -
Kemiri Ton 127.000,00 - -
Madu LT 117,00 - 155,95
Bambu Btg 188.700,00 124.450,00 -
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
Hasil hutan non kayu yang dominan pada tahun 2008 adalah kayu bulat sebanyak
22.005,82 m3, pada tahun 2010 kayu bulat sudah tidak dihasilkan lagi, namun
diolah menjadi kayu gergajian, produksinya mencapai 16.528,37 pada tahun 2010.
Rotan, kemiri dan bambu yang pada tahun 2008 dihasilkan dalam jumlah yang
cukup besar pada tahun 2009 dan 2010 produksinya turun drastis atau bahkan
tidak dihasilkan sama sekali. Hal ini mengindikasikan adanya kemunduran sumber
daya hutan, berupa kerusakan hutan alam dan rendahnya pengelolaan hutan
tanaman industri.
3.1.2.2. Sektor Perindustrian
Sektor Industri di Provinsi Nusa Tenggara Barat belum memberikan sharing yang
cukup berarti dalam perekonomian NTB karena peranannya dalam pembentukan
PDRB hanya sekitar 5%. Kecilnya sharing sektor industri ini disebabkan oleh masih
belum tumbuhnya industri sedang dan besar di wilayah NTB, industri yang selama
ini dapat tumbuh dan berkembang baik barulah industri kecil dan kerajinan rumah
tangga.
Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Sektor
industri dibagi menjadi empat kelompok yaitu : industri berskala besar, sedang dan
industri kecil atau industri usaha kerajinan rumah tangga. Pengelompokan industri
didasarkan atas jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor ini. Industri besar yang
menyerap tenaga kerja 100 orang atau lebih, industri sedang yang memperkerjakan
antara 20 sampai dengan 99 orang, adapun industri berskala kecil memiliki 5 - 19
orang tenaga kerja, dan usaha kerajinan rumah tangga yang mempunyai tenaga kerja
kurang dari 5 orang. Jumlah perusahaan industri yang terdapat di NTB pada tahun
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-15
2010 mencapai 83.380 perusahaan/usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak
263.466 orang.
Tabel 0-16. Rekapitulasi Industri Formal yang Baru Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Tahun 2010
Kabupaten/Kota Perusahaan Tenaga
Kerja
Nilai (Rp Juta)
Investasi Produksi
Lombok Barat 52 508 2.575 5.514.805
Lombok Tengah 42 455 2.169 3.602.126
Lombok Timur 36 323 1.479 1.491.012
Sumbawa 44 475 2.145 3.799.783
Dompu 42 413 2.168 3.929.960
Bima 30 298 1.328 1.031.854
Sumbawa Barat 34 307 1.755 3.131.754
Kota Mataram 25 310 1.451 1.120.852
Kota Bima 37 331 1.515 2.415.694
Lombok Utara 36 322 1.527 1.156.526
Total 378 3.742 18.112 27.194.366
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
Tabel III-16 menyajikan informasi jumlah perusahaan industri yang tumbuh pada
tahun 2010 sebanyak 1.342 perusahaan dengan dengan rincian 964 perusahaan non
formal dan 378 perusahaan formal. Sebesar 3.742 tenaga kerja dapat diperkerjakan
pada usaha baru dengan kebutuhan investasi sebesar Rp 18,11 milyar dan
peningkatan produksi sebesar Rp 27,2 triliun. Lombok Barat lebih menarik minat
investor untuk membuka usaha baru dengan penyerapan tenaga kerja, kebutuhan
investasi dan nilai produksi tertinggi dibandingkan dengan kabupaten lain.
Tabel 0-17. Rekapitulasi Industri Formal yang Baru Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Tahun 2010
Kabupaten/Kota Perusahaan Tenaga
Kerja
Nilai
Investasi Produksi
Lombok Barat 145 1.889 5.167.428 5.494.302
Lombok Tengah 92 1.342 5.078.461 4.127.493
Lombok Timur 63 922 2.803.173 2.086.749
Sumbawa 121 1.546 4.026.319 3.825.627
Dompu 130 1.690 5.140.855 4.372.594
Bima 51 634 2.028.524 1.772.514
Sumbawa Barat 83 1.078 3.718.580 2.606.621
Kota Mataram 67 826 2.928.521 1.928.219
Kota Bima 115 1.390 3.812.422 2.728.487
Lombok Utara 97 1.184 3.326.447 2.128.609
Total 964 12.501 38.030.730 31.071.215
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-16
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
Usaha baru pada sektor informal tumbuh lebih pesat dari sektor formal, bahkan
untuk di Kabupaten yang sektor formalnya tumbuh dengan laju yang lebih rendah
sekalipun. Jika sektor formal tumbuh lebih baik di Kabupaten Lombok Barat,
Lombok Tengah dan Sumbawa, sektor informal tumbuh paling banyak di kabupaten
Lombok Barat, Dompu, Sumbawa dan Kota Bima. Jika dilihat dari perbandingan
investasi dan nilai produksi yang diciptakan, maka industri formal memiliki ICOR
(Increamental Capital Output Ratio) lebih tinggi (1,5) dari pada industri non formal
(0.82).
3.1.2.3. Sektor Perdagangan
Perdagangan yang terjadi di NTB dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu perdagangan
luar negeri dan perdagangan dalam negeri. Ekspor andalan Provinsi Nusa Tenggara
Barat adalah ekspor konsentrat tembaga dengan nilai hampir mencapai US $ 2
milyar, disusul mutiara senilai US $ 1.34 juta, dan kerajinan kayu senilai US $ 0.57
juta (Tabel III-18).
Dilihat dari negara tujuan ekspor, Jepang merupakan negara tujuan utama ekspor
produk NTB, besarnya volume ekspor mencapai 464.887 ton ada tahun 2010 dengan
nilai sekitar US$ 1,2 milyar. Tiga negara tujuan ekspor berikutnya adalah Korea
dengan volume ekspor 212,139 ton dan nilai ekspor US$ 0.53 milyar, Jerman dengan
volume ekspor 88153 ton dan nilai ekspor mencapai US$ 0,22, dan Malaysia dengan
volume ekspor sebesar 28.650 ton dan nilai ekspor sebesar US$ 0.15 milyar.
Tabel 0-18. Volume Dan Nilai Ekspor Dirinci Menurut Jenis Barang Tahun 2010.
Jenis Barang Volume (ton) Nilai (US $)
Gerabah 50.805 82.814,30
Kerajinan kayu 40.729 574.564,40
Kerajinan rotan 3.553 28.559,80
Kerajinan bambu 2.900 3.486,52
Kerajinan batu 1.045 2.405,08
Kerajinan buah kering 34.743 148.999,88
Kerajinan besi 8.020 217.889,48
Cotton 0,065 26.000,00
Kerajinan kaca 0,050 4.000,00
Kerajinan ketak 2.326 11.514,71
Kerajinan perak 0,250 300.900,00
Konsentrat tembaga 776.149,06 1.995.826.511,60
Mutiara/Mutiara Bulat 0,243 1.340.207,70
Air Mineral 10.000 2.396,97
Total 930.270 1.998.570.250,44
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 201
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-17
Tabel 0-19. Volume dan Nilai Ekspor Devisa Menurut Sektor Produksi
Sektor Produksi volume (ton) penerimaan
devisa (US $)
Hasil Industri 187,611 1.246.831,46
Hasil Perikanan 0,243 1.340.207,70
Hasil Pertanian 0,72 3.168,00
Hasil Perkebunan - -
Hasil Kehutanan 29,634 56.743,40
Peternakan - -
Hasil Tambang 776.149,06 1.995.826.511,60
Total 776.367,27 1.998.473.462,16
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
Dilihat dari peranan sektor produksi dalam mendatangkan devisa bagi Provinsi NTB,
terlihat bahwa sektor pertambangan menyumbang devisa terbesar, hampir mencapai
US$ 2 milyar, Sektor Perikanan pada urutan ke dua dengan nilai ekpor mencapai
US$ 1.340.207,70. Sementara sektor perkebunan dan sektor peternakan belum
mampu menyumbangkan devisa.
3.1.2.4. Sektor Pariwisata, Hotel dan Restoran
Sektor Pariwisata menjadi salah satu andalan Nusa Tenggara Barat dalam
menggerakkan perekonomian. Perkembangannya maju pesat setelah dibukanya
kawasan wisata Pantai Senggigi di era tahun 1980-an. Dari tahun ke tahun
pembangunan sektor pariwisata menunjukkan perkembangan yang terus meningkat,
ditunjukkan oleh jumlah wisatawan asing maupun domestik yang menginap di hotel
berbintang, mencapai 268.336 orang pada tahun 2010, meningkat 26,36 persen dari
tahun sebelumnya (Gambar III-3).
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-18
Gambar 0-3. Perkembangan Jumlah Tamu Asing dan Tamu Domestik Yang Menginap di Hotel Berbintang di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Sumber : Nusa Tenggara Barat Dalam Angka 2011
Tabel 0-20. Usaha Pariwisata Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2011
Kabupaten/Kota Travel Hotel
Bintang
Hotel
Melati
Rumah
Makan/Restoran
Lombok Barat 44 22 39 105
Lombok Tengah 18 1 12 54
Lombok Timur 6 0 20 46
Sumbawa 1 3 24 39
Dompu 0 0 16 15
Bima 0 0 9 12
Sumbawa Barat 0 0 24 39
Kota Mataram 123 8 68 110
Kota Bima 9 0 12 31
Lombok Utara 8 5 177 158
Total 209 39 401 609
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
Prasarana penunjang sektor pariwisata disajikan pada Tabel III-20. Sebagian besar
biro perjalanan berlokasi di Kota Mataram meskipun tujuan wisata terbesar adalah
ke wilayah Wisata Pantai Senggi yang masuk wilayah Kabupaten Lombok Barat, dan
3 Gili (Air, Meno dan Terawangan) yang masuk wilayah Kabupaten Lombok Utara.
0 0 0 1
0
8.101
Perkembangan Jumlah Tamu Asing dan Tamu Domestik Yang Menginap di Hotel Berbintang di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-19
Sesuai dengan tujuan wisata, sarana penginapan terbanyak juga berada di kedua
kabupaten tersebut. Hotel berbintang sebagian besar berada di wilayah Pantai
Senggigi Kabupaten Lombok Barat, mencapai 22 hotel, sedangkan hotel melati
terbanyak ditemukan di Kabupaten Lombok Utara (177 hotel). Rumah makan
tersebar di Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara.
Sektor usaha hotel dan restoran di Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat menyerap
tenaga kerja sebanyak 7.588 orang.
3.1.2.5. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Jalan merupakan prasarana yang mutlak diperlukan untuk memperlancar
perekonomian suatu daerah. Jalan dibutuhkan untuk meningkatkan mobilitas
penduduk maupun perdagangan barang antar wilayah. Panjang jalan nasional dan
propinsi di NTB sampai akhir 2010 mencapai 2.474,5 km. Berdasarkan klasifikasi
jalan, 631,17 km merupakan jalan nasional dan 1.772,27 km merupakan jalan
propinsi. Dilihat dari kondisi jalan yang kondisinya baik mencapai 45,61% yang
merupakan jalan kelas III. Disamping itu, jumlah jembatan negara dan jembatas
propinsi pada tahun 2010 mencapai 1.305 buah dengan panjang mencapai 20.029
meter. Jumlah kendaraan bermotor sebanyak 877.950 unit atau meningkat 13,16%
dari tahun sebelumnya yang mencapai 775.863 unit.
Tabel 0-21. Kendaraan Bermotor Tercatat Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kendaraan, Tahun 2010
Kabupaten/Kota Mobil
Penumpang
Mobil
Barang Bus
Sepeda
Motor Jumlah
Lombok Barat* 0 0 0 0 0
Lombok Tengah 2.380 5.554 119 113.067 121.120
Lombok Timur 3.194 4.750 398 144.569 152.911
Sumbawa 1.725 2.466 321 71.661 76.173
Dompu 727 868 188 28.610 30.393
Bima* 0 0 0 0 0
Sumbawa Barat 153 134 7 5.588 5.882
Kota Mataram 20.231 14.581 2.614 352.879 390.305
Kota Bima 4.171 3.967 911 92.117 101.166
Total 32.581 32.320 4.558 808.491 877.950
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
Perkembangan jalan dan jembatan di Nusa Tenggara Barat di Provinsi Nusa Tenggara
Barat terus ditingkatkan untuk mengimbangi laju pertumbuhan kendaraan bermotor
di provinsi tersebut. Komposisi jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2010 terdiri
dari : 32.581 unit mobil penumpang, 4.558 unit bus, 32.320 unit mobil barang, dan
808.491 unit sepeda motor.
Dengan berkembangnya teknologi, kegiatan pos terus mengalami penurunan.
Kegiatan pos di Propinsi Nusa Tenggara Barat pada beberapa tahun terakhir lebih
menitik beratkan pada kegiatan ekspedisi atau pengiriman barang. Demikian juga
dengan penggunaan jaringan telepon PT. Telkom, sejak berkembangnya penggunaan
HP dan makin meluasnya jaringan provider, menjadikan penggunaan jaringan telpon
PT. Telkom menurun drastis. Kinerja PT. Telkom mengarah pada penggunaan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-20
internet dengan produk “Speedy”. Banyaknya kapasitas jaringan telpon, jaringan
yang digunakan dan jaringan sisa disajikan pada Tabel III-22.
Tabel 0-22. Kapasitas Telepon dan Kapasitas Terisi
Kabupaten/Kota Kapasitas Terisi Sisa
Lombok Barat 1.860 1.564 296
Lombok Tengah 2.589 2.467 122
Lombok Timur 4.160 3.879 281
Sumbawa 5.841 4.858 983
Dompu 2.983 2.188 795
Bima 1.700 1.199 501
Sumbawa Barat 1.774 1.095 679
Kota Mataram 30.756 28.936 1.820
Kota Bima 4.482 3.861 621
Total 56.145 50.047 6.098
Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011
3.1.2.6. Sektor Jasa
Sektor jasa memberikan kontribusi terhadap PDRB berdasarkan harga konstan pada
tahun 2010 sebesar Rp 4,731 trilyun naik sebesar 8,8% dari tahun sebelumnya.
Kontribusi dari sektor jasa terhadap PDRB tahun 2009 lebih banyak berasal dari jasa
pemerintahan umum sebesar 5,36%, jasa swasta 2,47%. Jasa swasta ini terdiri dari
jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi perorangan dan rumah tangga.
3.1.3. Profil UMKM
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Nusa Tenggara Barat
memegang peranan sentral dalam menggerakkan perekonomian. Kontribusinya
dalam menciptakan PDRB mencapai Rp 4,8 triliun, dan menciptakan lapangan kerja
bagi 163.883 jiwa dengan penanaman dana investasi sebesar Rp 1,069 triliun.
UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat sangat beragam, terdapat 2.092 sentra
produksi, dan 72.277 unit usaha, dimana menurut jenisnya dikelompokkan kedalam
Industri Pangan, Industri Sandang, Industri Bangunan dan Kimia, Industri Logam
dan Elektroika, dan Industri Kerajinan (Tabel III-24).
Tabel 0-23. Profil UMKM Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten dan Jenis Usaha UMKM, Tahun 2010
KABUPATEN JUMLAH
SENTRA
UNIT TENAGA NILAI NILAI NILAI
USAHA KERJA INVESTASI PRODUKSI BB/BP
(UNIT) (ORG) (Rp.000) (Rp.000) (Rp.000)
PANGAN
Lobar 38 762 2352 25.4613 1.899.754 1170025
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-21
KABUPATEN JUMLAH
SENTRA
UNIT TENAGA NILAI NILAI NILAI
USAHA KERJA INVESTASI PRODUKSI BB/BP
(UNIT) (ORG) (Rp.000) (Rp.000) (Rp.000)
Loteng 130 4.072 9329 8.110.385 14.441.776 5942338
Lotim 93 5.695 24843 289.79.623 62.124.524 43929801
Sumbawa 41 940 2283 505.305 5.660.747 2725751
Dompu 55 395 1047 242.046 914.085 453070
Bima 38 670 1152 362.558 1.234.368 727897
Sumbawa Barat 49 434 755 300.804 5.083.477 2274441
Kota Mataram 235 1.573 4,764 6.623.097 55.690.742 34.091.097
Kota Bima 54 230 707 1.159.750 7.726.777 4.841.542.375
Lombok Utara 18 375 1.159 125.406 935.699 576.281
Provinsi NTB 751 15.146 48.391 46.663.587 155.711.950 96.732.243
SANDANG
Lobar 21 395 795 276.713 1.671.066 874.757
Loteng 72 5.864 7.858 3.693.905 8.925.540 3.247.836
Lotim 56 1.914 3.273 3.411.899 4.953.176 2.624.508
Sumbawa 34 666 971 357.674 1.206.515 415.159
Dompu 16 283 344 150.024 520.920 210.107
Bima 38 958 1.117 764.050 1.211.000 621.050
Sumbawa Barat 11 367 517 923.440 1.416.120 586.479
Kota Mataram 44 441 1.867,5 2.799.522,4 8.680.125 4.609.146.4
Kota Bima 28 228 1.258 1.277.307 2.086.600 1.359.626.7
Lombok Utara 11 194 391 136.292 823.063 430.851
PROVINSI NTB 331 11.310 18.392 13.790.826 31.494.125 14.979.520
BANGUNAN DAN KIMIA
Lobar 14 283 702 137541 669278 301193
Loteng 88 2.305 6.559 4.863.205 22.799.595 8.468.769
Lotim 17 701 3.009 6.115.200 11.826.716 6.200.135
Sumbawa 43 826 2.172 235.1035 29.802.545 15.187.225
Dompu 26 158 471 162.489 1.658.571 548.867
Bima 30 980 2.464 982.000 1.487.655 458.566
Sumbawa Barat 57 455 1.242 2.243.590 12.987.593 7.843.869
Kota Mataram 45 178 755 1.605.000 23.787.100 15.551.660,5
Kota Bima 36 165 541 901.100 4.685.900 3.704.875
Lombok Utara 7 139 346 67.744 329.645 148.349
Provinsi NTB 363 6.190 18.261 19.428.904 110.034.598 58.413.509
LOGAM DAN ELEKTRONIKA
Lobar 5 51 156 106.647 204.101 117.629
Loteng 8 277 827 347.935 2.782.299 937.805
Lotim 9 469 1.571 1.012.870 16.213.702 8.399.001
Sumbawa 9 86 322 465.728 1.881.262 481.587
Dompu 4 11 51 9.000 41.250 8.750
Bima 3 25 65 13.550 56.950 22.420
Sumbawa Barat 20 43 102 661.905 3.074.350 1.307.370
Kota Mataram 55 428 1.262 1.871.043 10.451.956 5.793.791,8
Kota Bima 40 118 320 902.200 2.381.100 1.039.895
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-22
KABUPATEN JUMLAH
SENTRA
UNIT TENAGA NILAI NILAI NILAI
USAHA KERJA INVESTASI PRODUKSI BB/BP
(UNIT) (ORG) (Rp.000) (Rp.000) (Rp.000)
Lombok Utara 3 25 77 52.528 100.527 57.936
Provinsi NTB 156 1.533 4.753 5.443.406 37.187.497 181.66.185
KERAJINAN
Lobar 44 2.492 7.078 282.042 3.294.232 1.743.743
Loteng 172 23.687 40.075 6.611.300 29.122.460 10.376.653
Lotim 68 8.760 19.624 12.065.479 62.432.953 3.553.1000
Sumbawa 19 404 856 71.562 538.607 254.501
Dompu 33 271 534 303.326 226.228 84.694
Bima 37 657 1.008 202.500 1.211.736 551.628
Sumbawa Barat 12 56 121 233.000 348.325 199.518
Kota Mataram 74 517 1.161 1.673.302 47.493.337 20.646.375,5
Kota Bima 10 27 143 28.150 92.090 40.095
Lombok Utara 22 1.227 3.486 138.916 1.622.532 858.859
Provinsi NTB 491 38.098 74.086 21.609.577 146.382.500 70.287.067
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTB, 2011
Tabel di atas memberi gambaran bahwa jenis usaha UMKM terbanyak adalah usaha
kerajinan, tercatat sebanyak 38.098 unit usaha. Jenis kerajinan yang diusahakan
sangat bergam, diantaranya anyaman bambu, anyaman pandan, gerabah, anyaman
ketak, kerajinan batu, kerajinan ingke, kerajinan marmer, kerajinan kayu, dan
lainnya. Jenis usaha terbanyak lainnya adalah industri pangan dan sandang,
masing-masing dengan jumlah usaha sebanyak 15.146 dan 11.310 unit usaha.
Jenis industri makanan yang banyak diusahakan adalah aneka macam keripik dan
kerupuk, aneka kue basah dan kering, aneka macam olahan manisan buah, minyak
kelapa, tahu/tempe, aneka opak, aneka pengolahan kacang-kacangan, ubi, rumput
laut dan lain-lain. Sedang jenis usaha sandang yang banyak ditemui adalah
konveksi, border, sablon, dan tenun gedogan.
Dilihat dari penyerapan tenaga kerja usaha industri kerajinan mampu menyerap
tenaga kerja paling besar yaitu sebesar 74.098 tenaga kerja. Industri lain yang dapat
menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang besar adalah industri pengolahan pangan
dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 48.391 jiwa.
3.1.4. Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara
Barat
Realisasi peranan perbankan dalam rangka pembiayaan untuk UMKM, serta sebagai
hasil dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang dilaksanakan oleh
Perbankan antara lain dapat dilihat dari perkembangan kredit perbankan untuk
pembiayaan UMKM. Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Provinsi
Nusa Tenggara Barat pada November 2012 adalah sebesar Rp 4,949 triliun atau
15,8% dari total kredit perbankan di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan
dengan kondisi bulan November 2011, kredit UMKM meningkat sebesar 27,11%.
Walaupun terjadi fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-23
keseluruhan dari periode Januari sampai November 2012, kenaikan rata-rata per
bulan adalah sebesar 2,44%. Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November
2012 dari total kredit MKM sebesar Rp 4,949 triliun, sebagaian besar adalah untuk
usaha skala kecil (48,87%), yang diikuti usaha skala menengah (29,94%) dan usaha
skala mikro (21,19%).
Tabel 0-24. Perkembangan Baki Kredit UMKM menurut Klasifikasi Usaha Tahun
2011 – 2012
Tahun Bulan
Klasifikasi Usaha Mikro Kecil Menengah
Total Kenaikan
(%) (Jutaan
Rp) %
(Jutaan
Rp) %
(Jutaan
Rp) %
2011 Nov 944.044 26,17 1.612.913 44,71 1.731.362 29,11 3.607.165 Des 974.172 25,50 1.731.362 45,32 1.841.670 29,18 3.820.206 2012 Jan 939.312 25,78 1.732.840 47,56 971.652 26,67 3.643.804 -4,62
Feb 992.612 25,54 1.841.670 47.39 1.052.258 27.07 3.886.540 6,66
Mar 1.013.885 24,67 1.984.479 48,29 1.111.529 27,04 4.110.294 5,76
Apr 986.580 23.00 2.123.748 48,51 1.178.898 27,49 4.289.225 4,35
Mei 1.048.861 23,42 2.196.526 49,05 1.232.490 27,52 4.477.877 4,40
Jun 1.042.100 21,94 2.347.788 49,43 1.359.793 28,63 4.749.681 6,07
Jul 1.141.399 23,45 2.389.976 49,10 1.336.479 27,46 4.867.854 2,49
Agust 979.736 20,89 2.382.973 50,80 1.327.778 28,31 4.690.486 -3,64
Sep 1.022.474 21,38 2.334.154 48,80 1.426.003 29,82 4.782.631 1,96
Okt 1.041.678 21,35 2.379.518 48,77 1.457.616 29,88 4.878.812 2,01
Nov 1.031.477 20,84 2.426.270 49,03 2.426.270 30,13 4.949.043 1,44
Rata rata kenaikan ( %) 2,44
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat, 2012
Apabila ditinjau dari jenis penggunaan kredit yang diterima oleh UMKM, pada kondisi
November 2012, dari total kredit Rp 4,949 triliun, sejumlah Rp 3,807 atau 76,94%
adalah untuk kebutuhan modal kerja, dan selebihnya (Rp 1,141 triliun atau 23,06%)
adalah untuk modal investasi.
Hingga triwulan IV-2012 (data bulan Oktober dan November), realisasi penyaluran
kredit ke UMKM oleh bank umum di NTB mencapai Rp 9,827 triliun. Apabila dilihat
pertumbuhan pada tahun 2012 terjadi peningkatan pada setiap triwulan.
Pertumbuhan kredit Pada triwulan kedua (Tw2) mencapai Rp 13,514 triliun naik
16,10% dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp 11,640 triliun dan triwulan
ketiga (Tw3) naik menjadi Rp 14,340 triliun atau 6,11% dari triwulan kedua (Tw2).
Secara sektoral, penyaluran UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan
restoran dengan pangsa mencapai 65,87% atau Rp 7,668 triliun pada triwulan
pertama (Tw1), 66,61% atau Rp 9,001 triliun pada triwulan kedua (Tw2), 70,96%
atau Rp 10,175 triliun pada triwulan ketiga (Tw3), 72,20% atau Rp 7,096 triliun pada
triwulan keempat (Tw4 pada bulan Oktober dan November). Kemudian diikuti oleh
sektor jasa-jasa masing-masing sebesar Rp 2,068 triliun pada triwulan pertama
(Tw1), Rp 2.092 triliun pada triwulan kedua (TW2), Rp 1,460 triliun pada triwulan
ketiga (Tw3) dan Rp 829 milliar pada triwulan ke empat (Tw4).
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-24
Tabel 0-25. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2012
Bulan
Modal Kerja Modal Investasi
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
Jan 2.835.626 77,82 8,34 808.178 22,18 15,23
Feb 3.023.358 77,79 9,41 863.182 22,21 9,50
Mar 3.184.200 77,47 9,02 926.094 22,53 13,19
Apr 3.280.517 76,48 15,24 1.008.708 23,52 11,75
Mei 3.404.145 76,02 14,55 1.073.732 23,98 16,64
Jun 3.619.503 76,21 15,00 1.130.173 23,79 17,39
Jul 3.717.535 76,37 12,21 1.150.319 23,63 15,47
Agust 3.535.112 75,37 4,91 1.155.375 24,63 9,04
Sep 3.668.901 76,71 3,27 1.113.730 23,29 8,51
Okt 3.750.596 76,88 5,99 1.128.216 23,56 11,83
Nov 3.807.757 76,94 12,64 1.141.286 23,06 23,05
Rata-rata 37.827.249 76,73 10 11.498.988 23,27 14
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Tabel 0-26. Perkembangan Jumlah Kredit menurut Sektor Ekonomi, Tahun 2012
Di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
SEKTOR EKONOMI Tw1
(Jutaan Rp)
Tw2 (Jutaan
Rp)
Tw3 (Jutaan
Rp)
Tw4 (Jutaan
Rp)
1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan 545.048 742.559 849.818 607.139
2. Pertambangan dan Penggalian 3.673 4.594 9.442 6.817
3. Industri Pengolahan 218.135 234.772 265.765 205.872
4. Listrik, Gas dan Air 4.910 4.626 6.565 4.659
5. Kontruksi 305.481 381.009 372.053 301.410
6. Perantara Keuangan - - - -
7. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.668.124 9.001.816 10.175.927 7.096.047
8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial
- - - -
9. Pengangkutan Dan Komunikasi 146.468 186.154 210.022 158.103
10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
680.705 867.005 991.181 617.912
11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -
12. Jasa Pendidikan - - - -
13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -
14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya
- - - -
15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga
- - - -
16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya
- - - -
17. Jasa-jasa 2.068.094 2.092.276 1.460.169 829.896
18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -
19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -
Jumlah 11.640.638 13.514.811 14.340.972 9.827.855
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Beberapa kendala yang dihadapi perbankan dalam penyaluran kredit UMKM di
Provinsi Nusa Tenggara Barat antara lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-25
belum feasible, masih memiliki tunggakan kredit, belum dapat memenuhi
persyaratan administrasi bank seperti KTP dan SIUP, tidak memiliki pencatatan atau
pembukuan serta masih banyaknya debitur yang belum mengerti tentang perbankan
terutama skim kredit.
Perkembangan realisasi penyaluran kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh bank umum di
Nusa Tenggara Barat meningkat mencapai Rp 979,03 atau 13,46% pada triwulan
ketiga (Tw3) tahun 2012. Pertumbuhan tersebut menurun dibandingkan kinerja pada
triwulan ke dua (Tw2) sebesar 17,66% atau sebanyak Rp 862,92 miliar. Secara
sektoral, penyaluran KUR didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran
dengan pangsa mencapai 54,85% atau sebanyak Rp 732,05 miliar. Kemudian diikuti
oleh sektor pertanian dan sektor jasa dunia usaha masing-masing sebesar Rp 117,83
miliar dan Rp 31,71 miliar.
Tabel 0-27. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdasarkan Plafon Kredit Tahun 2011-2012 Di Provinsi Nusa Tenggara Barat
(Jutaan RP)
No SEKTOR 2011 2012
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3
1 Pertanian 63.235 67.461 71.795 85.969 96.314 109.738 117.830
2 Pertambangan 0 0 20 20 24 31 68
3 Industri
Pengolahan
5.927 6.616 6.867 7.357 7.834 9.786 13.649
4 Listrik, Gas & Air 0 0 3.236 3.403 0 20 70
5 Kontruksi 0 0 0 0 0 0 0
6 Perdagangan Htl &
Retrn
354.158 410.027 472.753 516.634 565.823 642.680 732.049
7 Angkutan &
Komunikasi
1.898 3.282 2.468 2.536 2.822 3.509 4.161
8 Jasa Dunia Usaha 19.462 21.660 23.586 25.427 28.339 28.837 31.712
9 Jasa Sosial 1.292 987 1.435 4.301 6.947 6.093 5.963
10 Lain-lain 4.129 4.670 9.141 19.443 25.297 62.225 73.533
Total 450.100 514.703 591.299 665.090 733.399 826.919 979.034
Pertumbuhan (%) 31.15 14.53 14.88 12.48 10.27 17.66 13.46
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
KUR merupakan program dari pemerintah untuk membantu UMKM yang feasible
namun belum bankable atau usaha mikro/kecil produktif yang mengalami kesulitan
akses permodalan ke perbankan karena keterbatasan penyediaan agunan. Sumber
dana penyaluran KUR adalah 100% dari bank pelaksana yang dihimpun dari dana
masyarakat berupa tabungan, deposito dan giro. Plafon KUR Mikro yang dapat
disalurkan oleh seluruh bank penyalur KUR hingga tahun 2012 nilainya mencapai
Rp 20 juta. Adapula KUR Ritel yang disalurkan dengan plafon Rp 20 juta sampai
dengan Rp 500 juta.
Beberap kendala yang dihadapi perbankan dalam penyaluran KUR di Provinsi Nusa
Tenggara Barat antara lain dari calon debitur yaitu; usaha dari pelaku usaha yang
belum feasible, pelaku usaha masih memiliki tunggakan kredit program sebelumnya,
dan sebagian besar pelaku usaha tidak memiliki NPWP, adanya persepsi dari
masyarakat bahwa KUR adalah program pemerintah berupa bantuan (hibah),
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-26
sehingga calon debitur berani menunggak. Sedangkan faktor internal dari pihak
perbankan adalah terbatasnya tenaga pemasaran kredit, keterbatasan jaringan
kantor cabang, belum tersedianya data base UMKM binaan SKPD, dan untuk kredit
dibawah Rp 50 juta belum adanya perangkat analisa kredit yang lebih sederhana dan
praktis.
3.2. Kabupaten Lombok Barat
3.2.1. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) selama
lima tahun terakhir mengalami kenaikan rata–rata per tahun 12,76% per tahun yaitu
dari Rp 2,471 triliun pada tahun 2007 menjadi Rp 4,393 triliun pada tahun 2011.
Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mengalami kenaikan rata–rata
per tahun 5,28%, yaitu dari Rp 1,521 pada tahun 2007 menjadi Rp 1,869 pada tahun
2011.
Pada tahun 2011 PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Lombok Barat mencapai
Rp 4,393 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 11,29% dari tahun
sebelumnya. Sementara itu PDRB atas dasar harga konstan tumbuh sebesar 5,59%,
dari Rp 1,77 triliun di tahun 2010 menjadi Rp 1,869 triliun pada tahun 2011.
Tabel 0-28. Produk Domestik Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2011
Tahun PDRB (Juta Ruiah) Laju Pertumbuhan (%)
ADH Berlaku ADH Konstan ‘00 ADH Berlaku ADH Konstan ‘00
2007 2.741.482,03 1.521.345.,68 13,72 5,24
2008 3.126.927,55 1.590.458,56 14,06 4,54
2009 3.564.160,87 1.690.045,12 13,98 6,26
2010* 3.948.119,72 1.770.789,54 10,77 4,78
2011** 4.393.825,55 1.869.645,39 11,29 5,58
Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat
Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Pada Tabel III-29 menunjukkan selama 5 tahun terakhir, sektor pertanian,
perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa merupakan 3 sektor yang berperan
besar menyumbang pembentukan PDRB Kabupaten Lombok Barat (sekitar 65% dari
pembentuk PDRB). Perubahan besarnya peranan setiap sektor selama periode 2007-
2011 berfluktuasi, hanya sektor pertanian cenderung mengalami penurunan.
Fluktuasi peranan masing-masing sektor menunjukkan pergerakan positif dari
sektor-sektor tersebut di dalam usahanya untuk meningkatkan kualitas peranannya
dalam membackup dinamisasi perekonomian daerah.
Kontribusi kelompok sektor pertambangan dan penggalian didominasi bahan galian
golongan C, dimana bahan galian ini pada umumnya merupakan bahan dasar di
dalam kegiatan pembangunan. Seiring meningkatnya sektor bangunan dan kontruksi
pada tahun 2011 sebesar 6,51%, berpengaruh terhadap naiknya sektor
pertambangan dan penggalian sebesar 6,50%.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-27
Tabel 0-29. Struktur Perekonomian Lombok Barat 2004-2008
Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%)
2007 2008 2009 2010 2011
Primer
Pertanian 29,26 28,56 27,41 26,28 24,66
Pertambangan dan penggalian 3,47 3,50 3,72 4,00 4,26
Sekunder
Industri pengolahan 3,80 3,73 3,77 3,69 3,64
Listrik Gas dan Air Bersih 0,70 0,72 0,73 0,75 0,76
Bangunan 10,51 10,82 11,08 11,52 12,27
Tersier
Perdag, Hotel & Restoran 21,45 21,67 21,75 22,36 22,92
Pengangkutan & Komunikasi 12,44 12,08 11,39 11,21 11,00
Keuangan, persewaan & Jasa 4,00 4,07 4,07 4,08 4,27
Jasa-jasa 14,37 14,83 16,10 16,12 16,23
Jumlah 100 100 100 100 100
Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat
Keterangan : Tahun 2007 Angka Perkiraan setelah Kabupaten Lobar pisah Kabupaten
Lombok Utara
*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2011 mengalami
peningkatan 2,50% dari tahun 2010. Hal ini dikarenakan meningkatnya peran sub
sektor perdagangan besar dan eceran, sub sektor hotel dan sub sektor restoran.
Sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi turun dari 11,21% menjadi
11,00%. Untuk sektor industri pengolahan yang diharapkan tumbuh dan
berkembang menopang sektor pertanian, belum dapat dikembangkan dengan baik.
Hal ini terlihat dari peranannya di dalam pembentukan PDRB yang cenderung turun
tiap tahun. Kelambanan peningkatan dan penurunan peranan sektor industri
pengolahan tersebut lebih dikarenakan industri yang ada masih didominasi oleh
industri kecil, menengah dan kerajinan rumah tangga. Sedangkan sektor pertanian
sebagai sektor pokok di daerah agraris malah memiliki pertumbuhan yang kurang
dibandingkan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian pada Tahun 2008 terjadi
penurunan drastis dari 1,33%, pada tahun 2009 menjadi 2,25%. Penurunan ini
disebabkan adanya perkembangan pembangunan yakni pada sektor
bangunan/konstruksi sehingga mengurangi jumlah lahan pertanian.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-28
Gambar 0-4. Strutur Perekonomian Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011
Selama periode 2007-2011 laju perekonomian Kabupaten Lombok Barat relatif cukup
stabil, ditandai dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi berkisar 5% per tahun. Laju
pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2009 yang mencapai 6,26%,
sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 4,54%. Faktor naik
turunnya laju petumbuhan tersebut disebabkan adanya fluktuasi laju pertumbuhan
beberapa sektor ekonomi, terutama sektor pertanian yang merupakan sektor
dominan yang mengalami fluktuasi cukup signifikan.
Memperhatikan laju pertumbuhan masing-masing sektor, pada tahun 2011 sektor
penggalian merupakan sektor yang laju pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar
12,83%. Pada tahun 2010 pertumbuhan tertinggi sektor bangunan, pada tahun 2009
ditempati sektor penggalian, sedangkan tahun 2007 dan 2008 ditempati sektor
listrik, gas dan air bersih. Pada umumnya sektor-sektor yang berperan dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Lombok Barat tahun 2011 laju pertumbuhanya
cenderung lebih tinggi dari laju pertumbuhan pada tahun 2010, kecuali sektor jasa-
jasa yang mengalami sedikit penurunan. Besarnya laju pertumbuhan sektor-sektor
dominan yang signifikan berdampak pada lebih besarnya laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Lombok Barat tahun 2011 yaitu 5,58% dibandingkan dengan laju
pertumbuhan ekonomi tahun 2010 yang mencapai 4,78%.
PDRB per kapita Kabupaten Lombok Barat atas dasar berlaku, pada tahun 2011
diperkirakan sebesar Rp 7.250.011, lebih tinggi 10,18% dibandingkan tahun
sebelumnya. Seiring dengan pertumbuhan penduduk pada tahun 2011 yang
diperkirakan sebesar 1,49%, peningkatan PDRB per kapita sebesar 10,18% tersebut
cukup membawa arti bagi tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat Kabupaten
Lombok Barat. Hal ini didukung oleh pertumbuhan PDRB atas harga konstan ’00
yang mencapai 4,53%, dimana berdampak pada pertumbuhan PDRB per kapita atas
harga konstan ’00 yang meningkat. Secara rata-rata, pertumbuhan PDRB per kapita
selama 2007-2011 diperkirakan sebesar 11,71% per tahun. Dengan pertumbuhan
penduduk kurang lebih 1,01% per tahun, tingkat kesejahteraan penduduk
Kabupaten Lombok Barat mampu tumbuh sebesar 4,31% per tahun.
24.66
4.26
3.64
0.76
12.27 22.9
11
4.27 16.23
Struktur Perekonomian Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011
Pertanian
Pertambangan danpenggalianIndustri pengolahan
Listrik, gas dan air bersih
Bangunan
Perdagangan, hotel danrestoranPengangkutan dankomunikasi
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-29
Tabel 0-30. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lombok Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011
Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%)
2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Primer
Pertanian 3,99 1,33 2,25 2,05 2,19 2,36
Pertambangan dan penggalian 6,46 5,08 12,12 6,91 12,83 8,68
Sekunder
Industri pengolahan 5,45 6,20 8,24 3,24 4,64 5,55
Listrik Gas dan Air Bersih 7,75 8,03 9,95 6,04 7,70 7,89
Bangunan 6,86 6,19 7,64 8,68 9,75 7,82
Tersier
Perdag, Hotel & Restoran 6,35 5,77 7,81 5,75 7,36 6,81
Pengangkutan & Komunikasi 5,35 3,76 4,16 5,52 6,00 4,96
Keuangan, persewaan & Jasa 7,47 5,76 7,06 5,55 7,06 6,58
Jasa-jasa 3,23 6,50 8,26 3,74 3,00 5,02
PDRB 5,24 4,45 6,26 4,78 5,58 5,28
Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat
Keterangan : Tahun 2007 Angka Perkiraan setelah Kabupaten Lobar pisah Kabupaten
Lombok Utara *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Tabel 0-31. PDRB Per Kapita Kabupaten Lombok Barat
Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Tahun 2007-2011
PDRB Tahun (Rp. Juta)
2007 2008 2009 2010* 2011**
I. ADHB
1. PDRB per Kapita 4.661.520 5.183.701 5.826.610 6.580.353 7.250.011
2. Indeks Perkembangan 205,57 228,43 256,76 289,97 289,97
3. Laju Pertumbuhan (%) 11,84 11,20 12,40 19,94 10,18
II. ADHK
4. PDRB per Kapita 2.586.843 2.636.601 2.762.848 2.951.385 3.084.99
5. Indeks Perkembangan 117,08 119,33 125,05 133,58 139,63
6. Laju Pertumbuhan (%) 3,50 1,92 4,79 6,82 4,53
Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat
Keterangan : Tahun 2007 Angka Perkiraan setelah Kabupaten Lobar pisah Kabupaten
Lombok Utara *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
3.2.2. Kondisi Produksi
a. Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi terhadap
PBRD Kabupaten Lombok Barat yang cukup besar. Namun, kontribusi sektor
tersebut terhadap PDRB mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir.
Penurunan kontribusi tersebut kemungkinan besar disebabkan penurunan produksi
dari sektor pertanian.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-30
1. Sub sektor Tanaman Pangan.
Penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Lombok Barat
terkonfirmasi dari terjadinya penurunan jumlah produksi tanaman pangan (Tabel III-
32).
Tabel 0-32. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Lombok Barat
Komoditas
2006 2007 2008 2009 2010
Luas
Panen
(ha)
Produksi
(Ton)
Luas
Panen
(ha)
Produksi
(Ton)
Luas
Panen
(ha)
Produksi
(Ton)
Luas
Panen
(ha)
Produksi
(Ton)
Luas
Panen
(ha)
Produksi
(Ton)
Padi 39.572 198.064 40.063 198.244 29.050 152.592 30.307 160.531 29.336 155.332
Jagung 7.208 23.501 6.550 20.834 4.198 13.648 3.432 11.213 2.881 10.613
Ubi Kayu 2.283 47.488 2.671 40.579 389 5.771 388 5.803 324 4.941
Ubi Jalar 305 6.083 324 3.971 139 1.893 73 1.008 79 1.098
Kacang Tanah 12.429 14.671 10.451 12.986 2.282 3.176 1.915 2.369 1.225 1.583
Kedelai 4.614 4.886 4.622 5.506 4.830 6.411 3.947 5.265 3.591 4.893
Kacang Hijau 1.551 1.128 786 648 645 548 393 336 187 185
Sumber : Kabupaten Lombok Barat Dalam Angka 2012
Pada Tabel III-32, terlihat bahwa penurunan produksi tanaman pangan dari 2006
hingga 2010 terjadi pada semua komoditas, meskipun pada tahun 2010, produksi
komoditas ubi jalar meningkat 8.93%. Penurunan produksi paling banyak terjadi
pada komoditas kacang hijau yang mengalami penurunan 44,94%, yang diakibatkan
karena penurunan luas lahan pemanenan.
2. Sub sektor Sayuran.
Secara umum, dari tahun 2007-2010 luas panen dan produksi sayur-sayuran di
Kabupaten Lombok Barat mengalami penurunan. Pada tahun 2010, produksi
sayuran di Kabupaten Lombok Barat didominasi oleh produksi kangkung yang
produksinya pada tahun 2010 mencapai 8.034 ton, turun 32,35% dari tahun 2009,
diikuti cabe rawit dan semangka dengan jumlah produksi masing-masing 6.922 ton
dan 6.270 ton.
Tabel 0-33. Pertumbuhan Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayuran per Jenis Sayuran di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2010
Komoditas
2007 2008 2009 2010
Luas panen (Ha)
Produksi (Ton)
Luas panen (Ha)
Produksi (Ton)
Luas panen (Ha)
Produksi (Ton)
Luas panen (Ha)
Produksi (Ton)
Bawang Merah 345 8.954 167 4.085 101 2.820 77 4.233
Kubis 24 817 32 1.226 9 260 3 86
Sawi/Petsai 39 488 4 91 29 754 3 82
Kacang Merah 79 551 22 161 19 447 460 85
Kacang Panjang 214 8.545 170 6.765 130 11.887 85 6.252
Cabe Besar 32 592 24 414 41 322 21 603
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-31
Komoditas
2007 2008 2009 2010
Luas panen (Ha)
Produksi (Ton)
Luas panen (Ha)
Produksi (Ton)
Luas panen (Ha)
Produksi (Ton)
Luas panen (Ha)
Produksi (Ton)
Cabe Rawit 665 17.322 401 10.908 448 12.807 309 6.922
Tomat 97 3.108 108 3.026 68 2.123 60 1.757
Kangkung 44 6.357 47 6.850 74 10.633 58 8.034
Semangka 42 7.053 119 6.578 170 9.156 116 6.270
Terung 45 2.197 67 3.267 50 2.444 25 914
Ketimun 77 3.883 93 5.684 80 4.664 29 1.772
Sumber : Dinas Pertanian Tan.Pangan, Perkebunan & Peternakan Kabupaten Lombok
Barat
3. Sub sektor Buah-buahan
Pada tahun 2011, produksi buah-buahan di Kabupaten Lombok Barat mengalami
peningkatan. Hanya produksi manggis yang mengalami penurunan, yaitu dari 49 kw
menurun menjadi 47 kw. Sementara 3 (tiga) komoditi dengan produksi terbesar
adalah mangga dengan produksi 296.192 kw, mengalami peningkatan sebesar
17,26% dari tahun 2010 yang hanya sebesar 227.559 kw. Produksi terbesar kedua
adalah buah pisang, dimana produksi tahun 2011 mencapai 278.536 kw atau naik
sebesar 69,58% dari tahun 2010 yang hanya 116.461 kw. Tiga terbesar adalah
produksi buah durian, dimana peningkatan produksi mencapai 182,42% dari tahun
2010 sebesar 20.396 kw menjadi 111.306 kw ditahun 2011.
Tabel 0-34. Banyaknya Produksi Buah-buahan di Kabupaten Lombok Barat Tahun
2009-2011
Komoditas Produksi (Kw)
2009 2010 2011
Alpokat - 845 -
Mangga 218.045 227.559 296.192
Rambutan 84.967 25.843 53.023
Duku/ Langsat - 4.378 -
Jeruk Siam - 919 -
Belimbing - 1.895 -
Manggis 10.791 49 47
Jeruk Besar - 342 -
Durian 106.662 20.396 111.306
Jambu Biji 56.458 -
Pisang 116.461 118.450 278.536
Sawo - 6.902 -
Pepaya - 25.902 -
Nenas - 2.719 -
Salak - 23 -
Nangka 144.048 74.625 84.314
Melinjo - 8.680 -
Sirsak - 1.755 -
Jambu Air - 1.764 -
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-32
Sumber : Dinas Pertanian Tan. Pangan, Perkebunan & Peternakan Kabupaten Lombok
Barat
4. Sub sektor Perkebunan.
Usaha tani sub‐sektor tanaman perkebunan sebagian besar masih memanfaatkan
lahan sawah terutama untuk perkebunan musiman, misalnya tembakau. Jenis
tanaman perkebunan ini diusahakan di hampir sebagian besar wilayah Kabupaten
Lombok Barat. Perkebunan di Lombok Barat memberikan kontribusi cukup berarti
bagi perekonomian daerah. Kelapa, kopi, cengkeh, jambu mete, vanili, kapas, kapuk,
coklat, tembakau, asam, pinang, merupakan jenis tanaman perkebunan yang banyak
diproduksi di Kabupaten Lombok Barat. Pemanfaatan lahan digunakan untuk
tanaman tahunan diusahakan di lahan kering dan terkonsentrasi di beberapa
wilayah tertentu.
Tabel 0-35. Pertumbuhan Luas Panen dan Jumlah Produksi Perkebunan di
Kabupaten Lombok Barat
No Jenis
Komoditas
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010
Luas
Tanaman
Produksi
(Ton)
Luas
Tanaman
Produksi
(Ton)
Luas
Tanaman
Produksi
(Ton)
1 Kelapa 11.655,45 12.897,33 11.655,45 12.857,42 11.655,45 12.857,42
2 Kopi 694,40 286,04 694,40 342 649,40 342
3 Cengkeh 312,61 72,93 412,61 54,56 412,61 54,56
4 Jambu mete 9.108,76 1.292,02 9.108,76 1.213,37 9.108,76 1.213,37
5 Vanili 128,96 21,87 128,96 16,24 128,96 16,24
6 Kapas 10,90 8,80 250,00 83,43 98 11,18
7 Asam 30,03 99,26 30,03 74,44 30,03 74,44
8 Pinang 116,6 176,46 119,82 130,17 119,82 130,17
9 Coklat/ Kakao 517,81 109,16 462,81 115,02 462,81 115,02
10 Tembakau Virginia 60,30 22 72,95 152,59 125,65 150,78
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan & Peternakan Kabupaten Lombok Barat 2011
Tabel III-35 menunjukkan bahwa komoditas sub sektor perkebunan yang banyak
diusahakan di Kabupaten Lombok Barat adalah tanaman kelapa dan jambu mete.
Kedua komoditas tersebut banyak ditanam di Kecamatan Sekotong.
Apabila dilihat dari perkembangan produksi secara keseluruhan, maka terlihat
bahwa dari tahun 2008 hingga 2010 terjadi penurunan produksi pada sebagian besar
komoditas sub sektor perkebunan, kecuali kopi, kapas, kakao dan tembakau.
Keempat komoditas tersebut tercatat meningkat pada tahun 2009, namun pada
tahun 2010 produksinya cenderung turun. Pada tahun 2010, penurunan produksi
paling besar terjadi pada tanaman kapas yang mencapai 86,60% yang diakibatkan
karena penurunan luas tanam tanaman tersebut.
5. Sub sektor Kehutanan.
Hasil produksi kayu hutan di Kabupaten Lombok Barat dihasilkan pada 4
kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Sari, Narmada, Gerung, dan Sekotong. Hasil
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-33
produksi di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 dari berbagai jenis kayu yang
dihasilkan mencapai 1.870 batang atau 1.477,05 m3. Jenis kayu rimba campuran
merupakan jenis kayu yang banyak dihasilkan mencapai 1.594 batang atau 1.399,98
m3.
Tabel 0-36. Hasil produksi Kayu Hutan Di Lombok Barat Tahun 2010
No Jenis Kayu Volume
Batang M3
1 Jati 95 11,72
2 Nangka 117 63,66
3 Dao / Bungur 27 17,28
4 Sengon 37 44,28
5 Rimba 1.594 1.339,98
6 Kelapa - -
Jumlah 1.870 1.477,05
Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Lombok Barat
6. Sub sektor Peternakan.
Peternakan tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian, sehingga sejalan dengan
produksi pertaniannya. Beberapa komoditas peternakan yang utama di Kabupaten
Lombok Barat adalah sapi, kerbau, kambing, domba, kuda, ayam dan babi.
Perkembangan populasi di Kabupaten Lombok Barat disajikan pada Tabel III-37.
Tabel 0-37. Pertumbuhan Jumlah Ternak dan Unggas di Kabupaten Lombok Barat
No Jenis Ternak Tahun (dalam ekor)
2006 2007 2008 2009 2010
1 Kuda 4.905 5.152 4.141 3.985 4.226
2 Sapi 112.648 110.462 66.154 67.229 72.861
3 Kerbau 10.657 9.105 7.843 7.777 8.294
4 Kambing 55.045 51.456 30.395 31.501 35.535
5 Domba 1.999 1.852 1.651 2.651 2.126
6 Babi 24.844 27.775 23.559 32.160 33.753
7 Ayam Buras 773.595 738.555 624.195 649.886 698.567
8 Ayam Ras 284.286 296.528 363.432 377.334 429.903
9 Itik 95.083 72.074 67.589 77.137 82.601
10 Merpati 41.545 50.621 35.431 34.431 36.457
11 Kelinci 730 250 243 295 203
Sumber : Dinas Pertanian Tan Pangan, Perkebunan & Peternakan Kabupaten Lombok Barat
Populasi ternak ruminansia dan non unggas di Kabupaten Lombok Barat didominasi
oleh ternak sapi yang populasinya mencapai 72.861 ekor pada tahun 2010. Apabila
dibandingkan dengan jumlah populasi tahun 2006, maka jumlah tersebut jauh lebih
kecil. Namun, apabila dibandingkan pada tahun 2008 dan 2009, jumlah populasi
tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan populasi
tersebut salah satunya disebabkan dengan adanya program pemerintah daerah Nusa
Tenggara Barat yang mencanangkan Nusa Tenggara Barat Bumi sejuta sapi.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-34
Disisi lain, untuk populasi ternak unggas di Kabupaten Lombok Barat didominasi
oleh ayam buras yang mencapai 698.567 ekor pada tahun 2010. Secara keseluruhan,
populasi ternak unggas di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 mengalami
peningkatan. Peningkatan populasi terbesar terjadi pada komoditas ayam ras yang
mencapai 13,93%. Tren peningkatan populasi ayam ras terlihat mulai tahun 2006.
7. Sub sektor Perikanan.
Sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan lautan, wilayah Kabupaten
Lombok Barat cukup kaya dengan perikanan lautnya. Namun dengan kondisi saat
ini, masih banyak nelayan yang menangkap ikan dengan cara tradisional, sehingga
dari tahun ketahun produksi laut perikanan laut di Kabupaten Lombok Barat tidak
mengalami peningkatan yang cukup berarti.
Tabel 0-38. Perkembangan Produksi Ikan menurut Jenis Penangkapanya Di Kabupaten Lombok Barat pada Tahun 2006-2010
N o
Jenis Ikan Menurut
Penangkapanya/
Produksinya
Tahun (ton)
2006 2007 2008 2009 2010
1 Perikanan Laut 14.446,30 14.491,10 11.612,80 9.174,10 8.070,40
2 Perikanan Air Tawar 1.039,30 1.052,30 1.032.60 1.175,39 1.600,50
3 Perikanan Air Payau 450,60 454,00 452,00 442,60 2.042,00
Jumlah 15.936,20 15.997,40 13.096,40 10.801,09 11.612,90
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat
Selain penangkapan laut, budidaya perikanan darat juga digalakkan dan diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Hasil produksi perikakan laut di
Kabupaten Lombok Barat beraneka ragam, meliputi ikan teri, selar, tongkol, lemuru,
tembang, kerapu gulamah dan lain sebagainya. Sedangkan untuk perikanan air
tawar yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Lombok Barat adalah ikan nila,
mas, tawes dan ikan mujair. Untuk perikanan payau yang paling banyak adalah ikan
bandeng yang pada tahun 2010 produksinya mencapai 1.796 ton atau sekitar 85%,
dan selebihnya ada udang windu, udang putih, ikan belanak dan mujair.
b. Sektor Industri, Listrik dan Air Minum
1. Sub sektor Industri
Industri di Kabupaten Lombok Barat relatif tidak banyak mengalami perubahan. Sub
sektor perindustrian di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 digolongkan
menjadi lima jenis industri yaitu industri makanan dan minuman, industri pakaian
jadi, industri kayu, barang dari kayu dan anyaman, industri barang galian bukan
logam, industri furnitur dan pengolahan lainya. Adapun kelompok industri di
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-35
Kabupaten Lombok Barat kelompok IKAHH dan ILMEA, dibedakan menjadi industri
formal dan industri non formal. Industri di Kabupaten Lombok Barat pada tahun
2010 tercatat sebanyak 6.946 unit perusahaan yang terdiri dari 526 unit perusahaan
formal (7,57%) dan 6.420 unit perusahaan informal (92,43%).
Tenaga kerja yang dapat terserap pada seub sektor industri pada tahun 2010
mencapai 24.313 orang tenaga kerja yang terdiri dari 6.121 tenaga kerja (25,18%) di
industri formal dan 18.192 tenaga kerja (74,82%) di industri informal. Pada tahun
yang sama, nilai output industri formal dan non formal mencapai Rp 584,38 miliar.
Jumlah perusahaan industri besar/sedang di Kabupaten Lombok Barat pada tahun
2010 sebanyak 31 perusahaan yang tersebar pada 8 kecamatan. Kecamatan yang
memiliki perusahaan industri besar/sedang dengan jumlah yang paling banyak
adalah Kecamatan Labuapi dan Kediri.
Tabel 0-39. Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja, Nilai Produksi, dan Bahan Baku di
Rinci Menurut Kelompok Industri di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010
No Kelompok Industri Jumlah
Perusahaan
Tenaga
Kerja
Nilai Produksi
(Rp. 000)
Nilai Bahan
Baku (Rp.000)
I Formal
1. IKAHH 408 5.115 394.435.374 316.771.828
2. ILMEA 118 1.006 16.819.507 10.667.862
526 6.121 410.254.881 237.439.690
II INFORMAL
1. IKAHH 5.700 16.512 168.893.283 99.284.273
2. ILMEA 720 1.680 4.239.049 2.662.310
6420 18.192 173.132.332 102.945.583
Jumlah 6.946 24.313 584.387.213 426.386.274
Sumber : Dinas Koperasi & UMKM, Deperindag Kabupaten Lombok Barat
2. Sub sektor Listrik dan Air Minum
Listrik. Pelanggan listrik di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 mencapai
53.476 pelanggan dengan daya yang tersambung mencapai 51.580,94 Volt Ampere
dan produksi listrik mencapai 103.849.677 KWH. Pelanggan listrik paling besar
adalah pelanggan rumah tangga, yaitu 92,04% atau 53.476 pelanggan.
Dilihat dari daya yang tersambung, pelanggan yang paling banyak adalah pelanggan
dengan daya 450 VA yang mencapai 39.199 pelanggan. Sedangkan untuk daya 900
VA merupakan daya yang pelanggannya paling sedikit, yaitu 6.529 pelanggan.
Tabel 0-40. Nilai Penjualan KWH & Jumlah Pelanggan Menurut Kategori Pelanggan
No Kategori Pelanggan Jumlah
Pelanggan
Daya
Tersambung
(VA)
Nilai Produksi
Listrik (KWH)
1 Bisnis 1.752 12.943,7 24.214.681
2 Industri 11 611,2 823.830
3 Pemerintah 665 4.167,14 12.946.072
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-36
4 Rumah Tangga 49.218 31.429,35 61.859.382
5 Sosial 1.830 2.429,55 4.005.712
Jumlah 53.476 51.580,94 103.849.677
Sumber : PT (Persero) PLN Ranting Lombok Barat
Air Minum. Kebutuhan air bersih untuk kebutuhan masyarakat di Kabupaten
Lombok Timur dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal tersebut ditandai
dengan bertambahnya jumlah pelanggan air bersih di PDAM Kabupaten Lombok
Barat. Kondisi pada tahun 2010 jumlah pelanggan air bersih mencapai 25.089
pelanggan, dengan volume air bersih yang tersalurkan mencapai 7.290.670 m3
dengan nilai Rp 10,324 miliar. Kondisi ini naik 47,24% dari tahun 2009 yang hanya
17.025 pelanggan dengan volume 5.176.189 m3 dan nilai jual Rp 7,508 miliar.
Pelanggan paling banyak adalah kelompok pelanggan II yang merupakan pelanggan
rumah tangga dengan jumlah pelanggan 23.621 pelanggan atau 94,15% dari total
pelanggan dengan total volume air bersih yang tersalur 5.751.560 m3.
Tabel 0-41. Jumlah Pelanggan Air Bersih Menurut Kategori Pelanggan Di PDAM Giri
Menang Kabupaten Lombok Berat
Kelompok
Pelanggan
Jumlah
Pelanggan
Air Bersih Yang Disalurkan
Vulome (m3) Nilai (Rp)
I 818 777.081 735.079.900
II 23.621 5.751.560 7.031.613.650
III 635 448.407 1.864.244.500
IV 15 313.622 693.760.500
Jumlah 25.089 7.290.670 10.324.698.550
2009 17.025 5.176.189 7.508.735.150
2008 19.464 5.919.945 8.100.796.400
2007 17.958 5.990.151 7.472.168.995
2006 14.450 4.817.750 3.588.119.865
Sumber : Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Lombok Barat
c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
1. Sub sektor Perdagangan
Perdagangan memegang peranan penting bagi perputaran perekonomian di
Kabupaten Lombok Barat. Sampai dengan tahun 2010 jumlah usaha perdagangan
yang sudah terdaftar dan mempunyai surat ijin usaha perdagangan (SIUP) di
Kabupaten Lombok Barat mencapai 2.249 unit usaha. Dari 2.249 unit usaha
tersebut didominasi oleh usaha perdagangan dengan skala kecil 2.030 unit usaha
atau 90,26%, 179 unit usaha skala menengah atau 7,96% dan hanya 40 unit usaha
atau 1,78% pedagang dengan skala besar. Dilihat dari wilayah kecamatan, untuk
usaha perdagangan kecil, dan menengah banyak terdapat di Kecamatan Gunungsari,
sedangankan untuk pedagang besar banyak terdapat di Kecamatan Batu Layar.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-37
Tabel 0-42. Jumlah Pedagang Basar, Menengah, Kecil dan Perkembangan Kelembagaan Usaha Perdagangan Tahun 2010 di Kabupaten Lombok Barat
No Kecamatan Pedagang
Jumlah SIUP Besar Menengah Kecil
1 Sekotong 0 3 43 46 46
2 Lembar 1 8 89 98 98
3 Gerung 3 20 266 289 289
4 Labuapi 4 2 252 258 258
5 Kediri 1 19 212 232 232
6 Kuripan 0 3 61 64 64
7 Narmada 8 23 339 370 370
8 Lingsar 5 11 167 183 183
9 Gunungsari 5 34 409 448 448
10 Batu Layar 13 56 192 261 261
Jumlah 40 179 2.030 2.249 2.249
Sumber : Dinas Koperasi & UMKM, Perindag Kabupaten Lombok Barat
Selain perdagangan dalam negeri, penyumbang perekonomian di Lombok Barat
adalah ekspor non migas. Kondisi tahun 2010, ekspor non migas Kabupaten Lombok
Barat mencapai 146,234 ton dengan nilai US$ 18.775,4 juta. Dari jumlah tersebut
69,75% atau 102 ton adalah ekspor gerabah, diikuti 28,04% atau 41 ton ekspor
kerajinan kayu.
Tabel 0-43. Jenis Komoditas Ekspor Non Migas Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010
No Komoditas Volume (Ton) Nilai (Juta US $)
1 Mutiara 0,234 12.062
2 Gerabah 102 1.491
3 Kerajinan Kayu/ Topeng 41 5.171
4 Kerajinan Bambu 3 31,4
Jumlah 146,234 18.775,4
Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Perindag Kabupaten Lombok Barat
2. Sub sektor Hotel dan Restoran
Di Kabupaten Lombok Barat lebih banyak menawarkan wisata pantai, taman alam,
wisata alam, air terjun, obyek wisata sejarah / budaya dan obyek wisata tirta yang
mampu menarik kunjungan wisatawan mancanegara maupun nusantara. Sarana
dan prasarana untuk menunjang kegiatan pariwisata di Kabupaten Lombok Barat,
sudah cukup mendukung walaupun belum selengkap seperti yang ada di Bali.
Kondisi lingkungan yang aman, tertib, sejuk, indah, bersih dan masyarakat yang
ramah menjadi faktor utama yang perlu diwujudkan agar wisatawan bisa berkunjung
lebih banyak lagi. Untuk menunjang kegiatan pariwisata tersebut, di wilayah
Kabupaten Lombok Barat terdapat 76 buah penginapan meliputi : 22 buah hotel
berbintang, 37 hotel melati, 17 buah pondok wisata dan 126 rumah makan.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-38
Tabel 0-44. Perkembangan Jumlah Hotel, Pondok Wisata, Rumah Makan, dan Biro
Perjalanan Wisata di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2006-2010
NO Keterangan Jumlah (Tahun)
2006* 2007* 2008 2009 2010
1 Hotel Berbintang 15 18 16 19 22
2 Hotel Melati 159 159 36 37 37
3 Pondok Wisata 17
4 Rumah Makan 126
5 Biro Perjalanan Wisata 31 21 21
Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat
Ket : *) Data sebelum pemekaran Kabupaten Lombok Utara
Pada tahun 2010 kunjungan wisatawan di Lombok Barat mencapai 212.286 orang
wisatawan, dimana wisatawan mancanegara mencapai 50,33% atau 106.622 orang.
Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi penurunan jumlah
kunjungan wisata yang cukup besar, yaitu mencapai 50%, dimana kunjungan
wisatawan pada tahun 2009 mencapai 468.586 orang yang diantaranya 301.465
orang adalah wisatawan mancanegara (64,33% dari jumlah wisatawan yang
berkunjung ke Lombok Barat). Penurunan jumlah wisatawan tersebut terjadi baik
dari wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Namun, penurunan
yang sangat besar terjadi pada jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.
Gambar 0-5. Perkembangan Jumlah Wisatawan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2006 - 2010
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
2006 2007 2008 2009 2010
Perkembangan Jumlah Wisatawan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2006 - 2010
Wisatawan Nusantara
Wisatawan Mancanegara
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-39
d. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
1. Sub sektor Pengangkutan
Sarana perhubungan darat di Kabupaten Lombok Barat adalah bus, minibus dan
sepeda motor. Namun bus hanya dipakai sebagai sarana penghubung antar pulau
atau antar kota. Sedangkan jenis sarana yang digunakan di dalam kota hanyalah
minibus, sepeda motor dan cidomo sebagai angkutan tradisional khas Lombok.
Tabel 0-45. Jumlah Arus Kegiatan Di Pelabuhan Lembar Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010
No Kegiatan Unit Bongkar/
Turun Muat/Naik
1 Arus Kunjungan Kapal laut Dalam Negeri 5.790 - -
2 Arus Kunjungan Kapal laut Luar Negeri 107 - -
3 Banyaknya Bongkar Barang - 3.059.115 39.420
4 Banyaknya Bongkar muat Ternak (ekor) - 267 5.619
5 Arus Penumpang (orang) - 27.258 23.969
Sumber : PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Lembar
Kabupaten Lombok Barat juga memiliki pelabuhan yang sangat vital karena setiap
harinya terdapat 10 kali pelayaran penyeberangan dengan kapal ferry dari Pelabuhan
Lembar menuju pelabuhan Padang Bai Bali dan sebaliknya. Selain tujuan terebut,
terdapat KMP dengan tujuan Benoa-Lembar-Nima-Makasar-Bau bau-Raha, yang
dilakukan 4 kali dalam sebulan, dan untuk tujuan Lembar-Bima-Waingapu-Ende-
Sabu-Kupang-Larantuka dilakukan 2 kali sebulan. Kondisi kegiatan di Pelabuhan
Lembar tahun 2010 di sajikan dalam Tabel III-45.
2. Sub sektor Pos dan Telekomunikasi
Kondisi pos dan telekomunikasi di Kabupaten Lombok Barat tahun 2010 tidak hanya
melalui surat menyurat dan paket. Berkembangnya teknologi modern mengakibatkan
berkembangnya cara berkomunikasi masyarakat. Di Kabupaten Lombok Barat
terdapat sebanyak 8 buah kantor pos pembantu, dengan jumlah surat yang terkirim
125.889 surat biasa, 349.918 surat kilat khusus, 46.724 wesel dan 15.675 paket pos.
Sedangkan data komunikasi yang tercatat di Dinas Perhubungan dan informatika
Kabupaten Lombok Barat antara lain warung telekomunikasi (warnet) 34 buah,
jaringan telepon genggam 12 buah, menara seluler 141 buah dan jaringan telepon
stasioner 1 buah.
e. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Kondisi pertambangan/penggalian di Lombok Barat didominasi oleh bahan galian C
dan ada sedikit emas. Beberapa bahan galian golongan C dan emas yang telah
dilakukan penambangan/penggalian adalah batu andesit, batu apung dan tanah
uruk dengan jumlah produksi pada tahun 2010 masing-masing 37.500 ton/m3,
35.00 ton/m3, dan 189.145 ton/m3. Penambangan/penggalian yang dilakukan masih
bersifat sederhana dengan mengunakan alat-alat tradisional dan dilakukan oleh
masyarakat secara individu dan berkelompok. Adapun potensi dan jumlah produksi
bahan galian C yang ada di Kabupaten Lombok Barat disajikan dalam Tabel III-46.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-40
Tabel 0-46. Jumlah Potensi dan Jumlah Produksi Bahan Galian Golongan C Menurut
Jenis Galian Di Kabupaten Lombok Barat Pada Tahun 2010
No Jenis Bahan Galian Jumlah Cadangan (Ton/m3 ) Produksi (Ton/ m3)
1 Emas 1.686.462 m3 -
2 Pasir Besi 7 ton -
3 Batu Andesit 233.001.628 m3 37.500
4 Diorit 36.000 m3 -
5 Batu Apung 2.438.300 m3 35.000
6 Batu Gamping 53.047 m3 -
7 Dasit 3.819.420 m3 -
8 Kalsit 2.420.553 m3 -
9 Lempung 3.417.567 m3 -
10 Marmer 16.500 m3 -
12 Sirtu 3.044.728 m3 -
13 Batu Silika 1.000 ton -
14 Tanah Urug 4.016.337 m3 189.145
15 Trass 13.305.408 m3 -
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lombok Barat
3.2.3. Profil UMKM
Potensi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Lombok Barat. Keberadaan UMKM
sangat penting untuk membangkitkan roda perekonomian, untuk menciptakan suatu
perekonomian yang mandiri dan andal dengan bercirikan usaha yang kuat dan maju.
Perkembangan industri kecil menengah di Kabupaten Lombok Barat kurun waktu
2008-2010 mengalami pasang surut. Di tahun 2008 jumlah IKM mencapai 3524 unit
usaha dengan lima sektor industri yang meliputi industri pangan (makanan dan
minuman), sektor sandang, sektor logam dan elektronika, sektor kimia bahan
bangunan dan sektor kerajinan. Pada tahun 2010, IKM Lombok Barat mengalami
penurunan sebesar 33,55% menjadi 2.345 unit usaha. Pada tahun 2011 dengan
program menciptakan wirausaha baru dari pemerintah Kabupaten, sehingga IKM di
Kabupaten Lombok Barat mengalami peningkatan sebesar 25,58%, menjadi 2.405
unit usaha.
UMKM yang terdapat di Kabupaten Lombok Barat didominasi oleh industri kerajinan
dengan teknologi relatif sederhana, sedangkan industri berskala menengah dan besar
dengan teknologi relatif modern jumlahnya sangat terbatas. Kegiatan industri di
Kabupaten Lombok Barat yang dominan adalah industri kecil dan menengah.
Kegiatan industri dijalankan oleh sejumlah UKM dengan kegiatan usaha industri
yang meliputi , indutri kerajinan, industri meubel dan furnitur, industri pengolahan
makanan, industri genteng press, industri tenun ikat tradisional dan usaha yang
lainya.
Dilihat dari jenis industrinya, terlihat adanya pola persebaran industri kecil yang
berbeda dimasing-masing Kecamatan. Kecamatan Sekotong dan Lembar merupakan
sentra industri bata dan genting, hal ini disebabakan karena bahan bakunya banyak
terdapat didearah ini. Kecamatan Narmada, Gerung, dan Gunung Sari adalah sentra
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-41
kerajinan dan anyaman bambu. Sementara kerajinan gerabah banyak terdapat di
Kecamatan Kediri. Adapun sentra tenun gedogan banyak terdapat di Kecamatan
Gerung. Potensi industri kerajinan sangat besar karena Kabupaten Lombok termasuk
satu daerah kunjungan wisatasa di Nusa Tenggara Barat, sehingga sentra-sentra
industri tersebut bisa juga dijadikan wahana promosi dan untuk wisata industri
(Tabel III-47).
Industri kerajinan di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 telah mengekspor
produk-produk hasil kerajinan dengan nilai mencapai US$ 18.775,4 ke berbagai
negara. Kerajinan mutiara merupakan kerajinan yang menyumbang nilai ekspor yang
besar mencapai US$ 12.062 dengan total produksi ekspor 0,234 ton.
Tabel 0-47. Perkembangan Sentra Industri Kecil Menengah dan Pesebarannya di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-2010
No Kecamatan Nama
Sentra Industri
Jumlah Industri
2008 2009 2010
1 Sekotong a. Pengrajin Pengosok/Bakul - 1 1
b. Kerajinan piring Ingke - 1 1
c. Mebel Kayu 14 1 1
d. Mutiara - 1 1
e. Gerabah 1 1 1
f. Kerajinan Kerang 1 - -
g. Dodol Tape - 1 15
h. Terasi 35 35 35
f. Bata/ Genting 36 36 36
g. Batu Aji 1 28 28
Jumlah 88 105 119
2 Lembar a. Bambu - 1 1
b. Ukir - 1 1
c. Anyaman Pandan - 1 1
d. Sangkar Burung - 1 1
e. Marmer 1 1 -
f. Kacang Molen 2 2 2
g. Bata/Genting 44 44 44
Jumlah 47 51 50
3 Gerung a. Anyaman Bambu 141 141 196
b. Mebel Kayu 41 42 42
c. Tenun Gedongan 12 55 55
d. Dodol Tape 25 25 25
e. Minyak Kelapa 21 21 21
f. Pengupasan Kacang 25 25 25
g. Tape Singkong 20 20 20
h. Terasi 15 15 15
i. Bata/ Genteng 21 21 21
j. Batu Aji 11 11 11
Jumlah 332 376 431
4 Kediri a. Anyaman Bambu - 20 20
b. Anyaman Pandan - 30 30
c. Gerabah 1.171 117 117
d. Songkok Rotan 15 15 15
e. Mebel Kayu 11 11 11
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-42
No Kecamatan Nama
Sentra Industri
Jumlah Industri
2008 2009 2010
f. Ukir Kayu 10 10 10
g. Konveksi 10 10 10
h. Dodol Nangka 20 20 20
i. Kerupuk Kulit 10 10 10
j. Kerupuk Terigu 37 37 37
k. Roti 1 1 1
l. Pande Besi 11 11 11
Jumlah 1296 292 292
5 Kuripan a. Anyaman Pandan 200 20 20
b. Anyaman Bambu 20 168 168
c. Sangkar Burung 5 5 5
d. Mebel Kayu 18 - -
e. Kue Semprong 15 15 15
f. Tape Singkong 20 20 20
g. Bata/Genting 31 31 31
h. Pande Besi 20 20 20
Jumlah 329 279 279
6 Labuapi a. Anyaman Bambu 10 10 10
b. Ukir Kayu 252 6 6
c. Lampu Hias 6 10 10
d. Konveksi 10 10 10
e. Sentra Batik 1 1 1
f. Bubut Kayu - 1 1
g. Emping Melinjo 2 2 2
h. Kerupuk Terigu 13 13 13
i. Minyak Kelapa 14 14 14
j. Pemindang Ikan 25 25 25
k. Tempat Es Krim 3 3 3
Jumlah 336 95 95
7 Narmada a. Anyaman Rotan - 15 15
b. Anyaman Bambu 254 124 124
c. Anyaman Ketak - 20 20
d. Anyaman Pandan - 89 89
e. Kubah Masjid 1 - -
f. Sangkar Burung 15 - -
g. Ukiran Kayu 23 23 23
h. Kerajinan Kayu 17 17
i. Pande Besi 3 - -
j. Bata Merah 30 - -
k. Ukiran Tongkat - 3 3
l. Tikar Rotan - 106 106
m. Konveksi - 12 12
n. Tenun Songket - 5 5
o. Bipang jahe 4 4 4
p. Dodol Nangka 32 32 32
q. Gula Merah 140 140 140
Jumlah 502 590 590
8 Lingsar a. Anyaman Ketak - 7 7
b. Mebel Kayu 51 9 11
c. Ukiran Kayu 4 5 5
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-43
No Kecamatan Nama
Sentra Industri
Jumlah Industri
2008 2009 2010
d. Gula Merah - 3 3
e. Bubut Kayu - 1 1
f. Konveksi/ Bordir 8 1 11
g. Gamelan 1 1 -
h. Emping Melinjo 15 15 15
i. Gula Aren 6 6 6
j. Keripik Singkong 53 53 53
Jumlah 138 101 112
9 Gunungsari a. Kerajinan Bambu 3 3 3
b. Anyaman Bambu 31 31 31
c. Ukiran Kayu 8 8 8
d. Kerajinan Terompah 8 8 8
e. Mebel Kayu 67 67 67
f. Kotak Antik 5 5 5
g. Kotak Cukli 5 5 5
h. Empeng Mlinjo 20 20 20
i. Gula Merah 20 20 20
j. Keripik Ubi/Kue Bawang 2 2 2
k. Minyak Kelapa 24 24 24
l. Tape Singkong 20 20 20
m. Arang Tempurung 46 46 46
Jumlah 256 259 259
10 Batu Layar a. Ukiran Kayu 15 15 15
b. Mebel Kayu 7 7 7
c. Batu Merah 71 71 52
d. Konveksi 2 2 2
e. Atap Alang-alang 9 9 9
f. Kerajinan Batu Padas 1 1 1
g. Anyaman Bambu 15 15 15
h. Minyak Kelapa 32 32 32
i. Pemindang Ikan 25 25 25
j. Tape Singkong 20 20 20
Jumlah 197 197 178
Jumlah Total 3.524 2.345 2.405
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat 2011
Terdapat dua hal utama yang menjadi penghambat dan kendala pembangunan
UMKM di Kabupaten Lombok Barat, yaitu aspek pemodalan dan sumber daya
manusia, sementara untuk aspek pemasaran masih terbantu oleh sektor pariwisata
di Kabupaten Lombok Barat. UMKM seringkali tidak mengetahui akses permodalan
yang telah disediakan oleh pihak perbankan. Selain itu, terdapat beberapa kendala
persyaratan untuk mendapatkan permodalan dari perbankan antara lain, belum
fesible, belum mempunyai NPWP dan manajemen keuangannya masih lemah karena
tidak mempunyai informasi keuangan yang transparan dan terorganisir.
Perkembangan koperasi di Kabupaten Lombok Barat ditunjukkan pada Tabel III-48.
Data pada 2008 menunjukkan koperasi yang ada sebanyak 427 unit yang tersebar
diseluruh Kabupaten Lombok Barat dengan serapan tenaga kerja 2.549 orang,
keanggotaan koperasi berjumlah 94.827 orang, besaran modal sendiri sebesar Rp.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-44
24.248.333.000.- dan modal luar sebesar Rp. 41.206.863.- serta SHU sebesar Rp.
2.939.850.000,-.
Tabel 0-48. Perkembangan Kinerja Koperasi di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-2010
Uraian 2008 2009 2010
Koperasi (unit) 427 362 375
Anggota (orang) 94.827 64.022 64.696
Modal sendiri (Rp 000) 24.248.333 28.636.555 31.001.493
Modal luar (Rp 000) 41.206.863 40.236.197 43.348.402
SHU (Rp 000) 2.939.850 3.618.564 380.964
Aktiva (Rp 000) 65.455.196 68.974.223 74.364.775
Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Kabupaten Lombok Barat
Namun pada tahun 2010, kinerja koperasi di Kabupaten Lombok Barat mengalami
penurunan. Jumlah koperasi berkurang menjadi 375 unit dengan anggota 64.696
jiwa. Sementara itu, modal sendiri dan modal luar sedikit mengalami peningkatan
menjadi masing-masing Rp 31.001.493.00,- dan Rp 43.348.402.000,-, sedangkan
SHU berkurang drastis menjadi hanya Rp 380.964.000,-.
3.2.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten Lombok
Barat
Realisasi dari peranan perbankan dalam rangka pembiayaan untuk UMKM serta
sebagai hasil dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang yang
dilaksanakan Perbankan antara lain dapat dilihat dari perkembangan kredit
perbankan untuk pembiayaan UMKM. Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit
UMKM di Kabupaten Lombok Barat pada November 2012 adalah sebesar Rp 546,216
miliar atau 11,03% dari total kredit perbankan di Nusa Tenggara Barat. Apabila
dibandingkan dengan kondisi bulan November 2011, kredit UMKM meningkat
sebesar 60,72%. Perkembangan kredit di Kabupaten Lombok Barat terjadi fluktuasi,
akan tetapi secara keseluruhan dari periode Januari sampai November 2012, rata-
rata kenaikan per bulan adalah sebesar 4,36%. Berdasarkan klasifikasi usaha, pada
kondisi November 2012 dari total kredit UMKM sebesar Rp 546,216 miliar, sebagaian
besar adalah untuk skala kecil (47,72%), skala mikro (28,76%) dan skala menengah
(23,52%).
Tabel 0-49. Perkembangan Baki Kredit UMKM menurut Klasifikasi Usaha Tahun
2012 Di Kabupaten Lombok Barat
Tahun Bulan
Klasifikasi Usaha
Total Kenaikan
(%) Mikro Kecil Menengah
(Jutaan
Rp) %
(Jutaan
Rp) %
(Jutaan
Rp) %
2011 Nov 107.617 31,67 135.084 39,75 97.141 28,58 339.843
Des 110.786 32,26 135.345 39,41 97.283 28,33 343.415
2012 Jan 109.111 31,67 138.408 40,98 97.015 28,31 344.534 0,33
Feb 111.055 30,71 148.184 40,98 102.371 28,31 361.610 4,96
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-45
Tahun Bulan
Klasifikasi Usaha
Total Kenaikan
(%) Mikro Kecil Menengah
(Jutaan Rp)
% (Jutaan
Rp) %
(Jutaan Rp)
%
Mar 111.855 29,50 165,905 43,75 101.428 26,75 379.188 4,86
Apr 109.763 26,48 191.005 46,08 113.764 27,44 414.532 9,32
Mei 116.778 26,66 205.212 46,85 115.998 26,48 437.988 5,66
Jun 128.345 25,67 236.995 47,41 134.566 26,92 499.905 14,14
Jul 135.212 26,85 246.204 48,90 122.116 24,25 503.532 0,73
Agust 146.266 27,83 256.506 48,81 122.758 23,36 525.530 4,37
Sep 152.117 28,52 255.211 47,85 126.007 23,63 533.335 1,49
Okt 159.411 29,45 257.367 47,55 124,513 23,00 541.291 1,49
Nov 157.102 28,76 260.646 47,72 128.467 23,52 546.216 0,91
Rata rata kenaikan ( %) 4,39
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Data statistik perbankan terkait pemberian kredit kepada sektor UMKM di Kabupaten
Lombok Barat hingga triwulan ke empat (Tw4) tahun 2012 (data bulan Oktober dan
November), realisasi penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum di Kabupaten
Lombok Barat mencapai Rp 1,087 triliun. Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun
2012 terjadi peningkatan pada setiap triwulan. Pertumbuhan kredit pada triwulan
kedua (Tw2) mencapai Rp 1,352 triliun naik 24,61% dari triwulan pertama (Tw1) yang
hanya Rp 1,085 triliun, dan triwulan ketiga (Tw3) naik menjadi Rp 14,340 triliun
atau 15,53% dari triwulan kedua (Tw2).
Tabel 0-50. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya
di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012
Bulan
Modal Kerja Modal Investasi
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
Jan 283.097 82,17 -1,63 61.437 17,83 10,43
Feb 891.053 80,49 2,81 70.557 19,51 14,85
Mar 291.461 76,86 0,14 87.727 23,14 24,33
Apr 302.797 73,05 3,89 111.735 26,95 27,37
Mei 313.239 71.52 3,45 124.749 28,48 11,65
Jun 347.623 69,54 10,98 152.282 30,46 22,07
Jul 340.569 67,64 -2,03 162.962 32,36 7,01
Agust 354.910 67,53 4,21 170.620 32,47 4,70
Sep 358.220 67,17 0,93 175.115 32,83 2,63
Okt 364.860 67,41 1,85 176.432 32,59 0,75
Nov 366.639 67,12 0,49 176.576 32,88 1,78
Rata-rata 3.614.470 71,86 2,28 1.473.192 28,14 11,60
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran yang mencapai 69,80% atau Rp 757,5 miliar pada triwulan pertama
(Tw1), 72,3 % atau Rp 977,9 miliar pada triwulan kedua (Tw2), 73,29% atau Rp 1,145
triliun pada triwulan ketiga (Tw3), dan 75,54% atau Rp 821,48 miliar pada triwulan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-46
keempat (Tw4). Penyaluran kredit UMKM terbesar kedua di Kabupaten Lombok Barat
adalah sektor jasa, yaitu sebesar Rp 157,3 miliar pada triwulan pertama (Tw1), Rp
164,6 miliar pada triwulan kedua (Tw2), Rp 213 miliar pada triwulan ketiga (Tw3) dan
Rp 127 milliar pada triwulan ke empat (Tw4).
Tabel 0-51. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Lombok Barat Periode Tahun 2012
SEKTOR EKONOMI Tw1
(Jutaan Rp) Tw2
(Jutaan Rp) Tw3
(Jutaan Rp) Tw4
(Jutaan Rp)
1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
23.176 24.051 21.645 39.798
2. Pertambangan dan Penggalian 243 214 138 170
3. Industri Pengolahan 19.397 21.595 22.611 41.401
4. Listrik, Gas dan Air 57.019 420 368 601
5. Kontruksi 461 77.233 54.093 82.530
6. Perantara Keuangan - - - -
7. Perdagangan, Hotel dan Restoran 757.536 977.916 1.145.051 821.482
8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial
- - - -
9. Pengangkutan dan Komunikasi 15.180 21.030 25.150 18.645
10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
54.990 65.362 80.181 54.700
11. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -
12. Jasa Pendidikan - - - -
13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -
14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya
- - - -
15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga
- - - -
16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya
- - - -
17. Jasa-jasa 157.331 164.604 213.162 172.034
18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -
19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -
Jumlah 1.085.332 1.352.425 1.562.397 1.087.507
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
3.3. Kabupaten Lombok Tengah
3.3.1. Produk Domestik Regional Bruto
PDRB Kabupaten Lombok Tengah selama tahun 2006–2010 mengalami peningkatan,
baik Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).
Nilai PDRB Kabupaten Lombok Tengah ADHB pada tahun 2010 sebesar
Rp 4.639.913 juta, meningkat jika dibandingkan dengan Rp 2.703.055 pada tahun
2006. Sedangkan nilai PDRB ADHK pada tahun 2006 sebesar Rp 1.751.243 juta
meningkat menjadi Rp 2.223.679 juta pada tahun 2010. Sementara itu, bila ditilik
dari PDRB perkapita atas dasar harga berlaku, terlihat peningkatan yang cukup
tinggi, yaitu dari Rp 3.273.367 pada 2006 menjadi Rp 5.393.938 pada empat tahun
berikutnya.
Apabila dilihat dari kontribusi PDRB Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010,
sektor pertanian merupakan penyumbang kontribusi terbesar di Kabupaten Lombok
Barat, yang diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi sektor
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-47
pertanian mencapai 30,32% dari total PDRB, sedangkan sektor perdagangan, hotel
dan restoran memberikan kontribusi sebesar 18,72%. Disisi lain, sektor listrik, gas
dan air minum di Kabupaten Lombok Barat memberikan kontribusi yang kecil
terhadap PDRB, yaitu sebesar 0,34%.
Tabel 0-52. PDRB, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kabupaten Lombok Tengah
Tahun 2006-2010
No. URAIAN 2006 2007 2008 2009 2010
1 PDRB ADHB (Juta Rp) 2.703.055 3.038.473 3.631.385 4.108.801 4.639.913
2 PDRB ADHK (Juta Rp) 1.751.243 1.833.694 1.961.627 2.104.411 2.223.679
3 Pertumbuhan 5,09% 4,71% 6,97% 7,28% 5,66%
4 PDRB Per Kapita (ADHB) 3.273.367 3.355.148 4.183.686 4.796.219 5.393.938
5 PDRB Per Kapita (ADHK) 2.120.734 2.205.972 2.323.914 2.456.487 2.584.813
Sumber: PDRB Kabupaten Lombok Tengah (BPS, 2010)
Gambar 0-6. Kontribusi Sektoral terhadap PDRB Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2010
Dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi per sektoral pada tahun 2010, laju
pertumbuhan yang paling tinggi adalah sektor pertambangan dan penggalian, yaitu
15,53%. Sektor lain yang menunjukkan laju pertumbuhan yang cukup tinggi adalah
sektor industri pengolahan yang mencapai 10,48%. Disisi lain, sektor pertanian yang
merupakan sektor yang memiliki kontribusi terbesar bagi PDRB menunjukkan laju
pertumbuhan yang paling kecil, yaitu 0,83%. Laju pertumbuhan ekonomi dalam
kurun waktu lima tahun terakhir (2006-2010) dapat dilihat pada Tabel III-53.
30.32
3.74
7.38
0.34
10.13
18.72
6.16
5.87
17.35
Kontribusi Sektoral terhadap PDRB Kabupaten Lombok Tengah Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2010 Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-48
Tabel 0-53. Laju Pertumbuhan PDRB Sektoral 2005 – 2010 (ADH Konstan)
Sektor 2006 2007 2008 2009 2010
1. Pertanian 4,04 2,03 4,84 3,59 0,83
2. Pertambangan dan Penggalian 5,25 6,81 21,71 17,82 15,53
3. Industri Pengolahan 7,62 8,20 11,35 10,25 10,48
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 4,93 4,83 4,78 6,53 9,60
5. Bangunan/Konstruksi 5,70 6,18 9,65 17,49 9,83
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,14 7,44 7,71 7,94 8,12
7. Angkutan dan Komunikasi 7,05 6,91 4,56 5,20 5,17
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Persh 6,44 7,21 7,50 7,33 7,07
9. Jasa-jasa 2,17 2,39 4,34 3,74 3,38
Rata-rata PDRB 5,09 4,71 6,97 7,28 5,66
Sumber: PDRB Kabupaten Lombok Tengah (BPS, 2010)
3.3.2. Kondisi Produksi
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2006-2009
cenderung naik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, namun menurun
pada tahun 2010 terutama disebabkan rendahnya laju pertumbuhan sektor
pertanian yang hanya mencatat pertumbuhan sebesar 0,83% pada tahun 2010.
a. Sektor Pertanian
1. Sub sektor Tanaman Pangan
Pada tahun 2011 kondisi produksi pertanian, khususnya tanaman pangan di
Kabupaten Lombok Tengah, tercatat luas panen padi (padi sawah dan padi ladang)
seluas 89.930 ha, naik 19,87% atau 14.892 ha dari tahun 2010. Bertambahnya luas
panen diikuti oleh kenaikan produksi dari 374.090 ton di tahun 2010 menjadi
450.499 ton pada tahun 2011, dan rata-rata produktifitas naik 49,99 kuintal hingga
55,51 kuintal/ha pada tahun 2010, menjadi 50,15 kuintal/ha pada tahun 2011.
Begitu pula dengan kondisi produksi jagung, tiga tahun terakhir produksinya terus
meningkat, dimana pada tahun 2009 produksinya hanya 2.811 ton, naik menjadi
11.788 ton ditahun 2010 dan menjadi 12.261 ton di tahun 2011. Adapun luasan
lahan untuk tanaman jagung fluktuatif, 2.969 ha ditahun 2009, naik pada tahun
2010 menjadi 3.064 ha, dan pada tahun 2011 turun menjadi 2.966 ha. Dari segi
produktifitas terjadi kenaikan tiap tahun, dimana dari 33,04 kuintal/ha pada tahun
2009, menjadi 41,34 kuintal/ha ditahun 2011.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-49
Tabel 0-54. Pertumbuhan Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Lombok tengah Tahun 2008-2011
Jenis Tanaman
2008 2009 2010 2011
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Padi 71.046 362.161 75.219 399.447 74.938 374.090 89.380 450.499
Jagung 4.121 12.626 2.969 9.811 3.064 11.788 2.966 12.261
Ubi Kayu 1.019 14.150 1.290 17.776 558 7.734 721 10.012
Ubi Jalar 179 2.049 257 2.953 206 2.409 219 2.597
Kacang Tanah 4.340 6.318 5.262 7.794 4.128 5.686 4.422 6.426
Kacang Kedelai 19.104 25.306 19.477 26.096 22.791 28.246 19.476 24.836
Kacang Hijau 2.901 1.913 796 531 796 758 590 599
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah
2. Sub sektor Sayuran
Pada sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah terdapat
potensi berbagai jenis sayur-sayuran seperti bawang merah, petsai, tomat dan terong,
yang populasinya hanya dijumpai di wilayah kecamatan-kecamatan bagian utara
Kabupaten Lombok Tengah. Sedangkan kacang-kacangan dan cabe dapat dijumpai
disemua kecamatan, termasuk di kecamatan bagian selatan yang tergolong wilayah
dengan curah hujan rendah.
Tabel 0-55. Pertumbuhan Luas Panen dan Produksi Sayuran di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008-2011
Jenis Tanaman
2008 2009 2010 2011
Luas
Panen (ha)
Produksi
(kw)
Luas
Panen (ha)
Produksi
(kw)
Luas
Panen (ha)
Produksi
(kw)
Luas
Panen (ha)
Produksi
(kw)
Kubis 27 2.025 10 3.062 24 1.920 19 3.057
Kacang Panjang 214 6.420 178 2.752 153 2.135 138 2.119
Tomat 106 8.097 107 2.117 115 3.081 106 3.105
Cabe 378 5.670 510 4.788 302 3.995 539 8.956
Ketimun 34 3.400 49 1.439 33 487 47 1.118
kangkung 15 300 22 419 21 1.396 16 1.215
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah
3. Sub sektor Buah-buahan
Kabupaten Lombok Tengah memiliki potensi untuk mengembangkan tanaman buah-
buahan. Pada sebagian kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah terdapat potensi
berbagai jenis buah-buahan seperti, jeruk, alpokat, mangga, rambutan, pepaya,
sawo, jambu, nangka dan pisang. Sedangkan duku, durian, nenas dan salak hanya
dijumpai dalam jumlah yang terbatas pada wilayah-wilayah kecamatan yang
berdekatan dengan kaki gunung Rinjani. Tanaman buah-buahan yang memiliki
potensi paling besar untuk dikembangkan di Kabupaten lombok Tengah adalah
tanaman mangga. Tanaman lain yang juga memiliki potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan adalah tanaman nangka dan pisang.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-50
Tabel 0-56. Pertumbuhan Jumlah Pohon dan Produksi Buah-buahan di Kabupaten Lombok Tengah tahun 2008-2011
Jenis
Tanaman
2008 2009 2010 2011
Jumlah
Pohon
Produksi
(kw)
Jumlah
Pohon
Produksi
(kw)
Jumlah
Pohon
Produksi
(kw)
Jumlah
Pohon
Produksi
(kw)
Jeruk 21.909 2.556 20.281 1.717 13.549 2.408 14.533 2.198
Alpokat 13.541 2.688 13.653 2.359 13.542 1.612 13.492 1.027
Mangga 349.902 45.487 348.820 34.565 341.145 25.486 354.505 114.668
Rambutan 69.915 41.949 71.099 15.204 71.487 10.570 71.776 34.030
Durian 45.108 13.532 45.660 8.634 52.225 1.365 56.665 9.121
Pepaya 32.894 14.803 34.723 4.357 33.563 4.206 35.211 4.775
Sawo 34.066 10.219 35.272 5.017 36.226 3.799 39.224 6.33
Jambu Biji 70.252 9.509 58.970 11.794 66.967 3.922 64.591 10.465
Jambu Air 21.126 1.386 20.919 1.204 28.202 842 20.575 6.540
Nangka 225.169 104.755 234.510 74.969 231.446 43.250 234.995 72.140
Pisang 379.723 114.084 358.745 76.175 459.369 70.313 399.624 76.409
Nenas 139.043 10.397 123.370 1.188 147.787 4.043 53.505 1.120
Manggis 63.788 12.757 73.414 14.249 - - 84.553 17.930
Sirsak 14.041 1.000 13.712 706 13.380 734 14.086 990
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah
4. Sub sektor Perkebunan
Kondisi potensi perkebunan di Kabupaten Lombok Tengah beragam, yang
diantaranya mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, dan dalam pengelolaanya dapat
menciptakan lapangan kerja dalam jumlah yang besar, yang mampu memberikan
multiflier efek bagi sektor lainya seperti industri, perdagangan dan lain-lainya.
Tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Lombok Tengah
adalah tanaman kelapa yang produksinya mencapai 17.059 kw. Beberapa tanaman
perkebunan yang memiliki potensi untuk dikembangkan antara lain tanaman kopi,
tembakau dan kakao.
Tabel 0-57. Pertumbuhan Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008-2011
Jenis Tanaman
2008 2009 2010 2011
Luas
(ha)
Produksi
(kw)
Luas
(ha)
Produksi
(kw)
Luas
(ha)
Produksi
(kw)
Luas
(ha)
Produksi
(kw)
Kelapa 16.787 11.902 16.889 10.857 16.837 14.892 16.837 17.089
Kopi 1.458 451 1.181 537,32 1.483 591,95 1.483 709,97
Kapuk 954 248 960 245 936 204 907 203
Pinang 440 119 426 189 440 135 440 270
Asam 239 59,4 259,77 138,2 260,37 75,37 255,37 46,35
Kakao 513,3 129,6 761,3 - 813,3 127,4 866,3 188,6
Jambu Mete 5.559 972 6.199 2.030 6.204 299 5.751 866
Jarak Pagar 16.99 30 1.769 - 696 69 1.633 154
Tembakau Rakyat 56,5 75,31 90,89 94,64 106,8 66,4 374,20 523,9
Tembakau Virginia 7.903 16.058 11.727 19.202 11.204 11.767 7.592 14.485
Kapas 750 318,75 500 157,5 100 7,06 275 48
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lombok Tengah
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-51
5. Sub sektor Peternakan
Populasi ternak sapi termasuk kerbau dan kuda dari tahun ketahun menunjukkan
peningkatan. Pada tahun 2010 populasi ternak sapi, kerbau dan kuda masing-
masing mencapai 80.574 ekor, 17.052 ekor dan 2.126 ekor, meningkat menjadi
masing-masing sebanyak 119.029 ekor, 18.508 ekor, dan 2.204 ekor pada tahun
2011.
Tabel 0-58. Pertumbuhan Populasi Ternak dan Unggas
di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2007-2011
Jenis Ternak Tahun (ekor)
2007 2008 2009 2010 2011
Sapi 74.849 75. 748 80.574 94.759 119.029
Kerbau 17.505 18.255 19.152 17.299 5.594
Kuda 5.594 5.601 5.604 2.196 2.204
Kambing 73.960 75.032 76.135 54.782 64.906
Domba 866 875 620 416 454
Babi 926 666 687 1.419 1.526
Jenis Unggas
Ayam Ras 480.295 489.438 501.490 465.839 442.198
Ayam Buras 1.043.931 1.073.577 1.166.976 1.204.138 915.144
Itik 168.966 174.034 185.375 226.330 230.855
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah
Jenis ternak kecil seperti kambing juga mengalami peningkatan dari 54.782 ekor
pada tahun 2010 menjadi 64.906 ekor pada tahun 2011. Begitu halnya dengan
domba yang juga mengalami peningkatan dari 416 ekor di tahun 2010 menjadi 454
ekor ditahun 2011.
Jenis unggas, seperti ayam ras mengalami penurunan 3,35% dari tahun 2010. Begitu
halnya dengan ayam buras, yang juga mengalami penurunan sampai 31,58%, dari
1.204.138 ekor ditahun 2010 menjadi 915.144 ekor ditahun 2011.
6. Sub sektor Perikanan
Potensi perikanan di Kabupaten Lombok Tengah dapat dijumpai secara merata di
semua kecamatan yang ada, kecuali perikanan laut. Produksi perikanan laut,
lokasinya terbatas pada empat kecamatan yakni Praya Barat, Praya Barat Daya,
Pujut dan Praya Timur.
Pada tahun 2011, produksi budidaya ikan mencapai 43.380,4 ton dengan nilai Rp
95.055.350. Angka ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun 2010
yang produksinya hanya mencapai 27.894 ton dengan nilai mencapai Rp 64.536.510.
Dari angka tersebut budidaya perikanan darat masih sangat kecil dibandingkan total
budidaya ikan, produksinya hanya sebesar 1.129,4 ton dengan nilai Rp. 20.300.725.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-52
Tabel 0-59. Pertumbuhan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2007-2011
Tahun
Penangkapan Ikan di
Laut Perairan Umum Budidaya Ikan
Produksi (ton)
Nilai (Rp.) Produksi
(ton) Nilai (Rp.)
Produksi (ton)
Nilai (Rp.)
2011 1.645,8 23.868.485 824,62 11.824.725 43.380,41 95.055.350
2010 1.469,32 22.710.669 799,14 10.159.405 27.894,0 64.536.510
2009 1.442,1 14.701.455 603,30 5.962.149 24.431,6 66.505.100
2008 1.218,2 9.338.400 531,90 4.016.850 23.951,9 56.167.114
2007 1.173,6 7.374.600 125,00 943.100 21.475,8 43.845.000
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Tengah
Bila dilihat menurut jenis ikan, terdapat beberapa jenis ikan yang menonjol baik dari
segi produksi maupun nilainya. Ikan nila dan ikan kamper untuk perikanan darat,
ikan nila untuk perairan umum, ikan tembang untuk perikanan laut dan rumput
laut untuk budidaya laut yang merupakan jenis potensi perikanan yang memberikan
sumbangan cukup besar baik dari segi produksi maupun nilainya pada tahun 2011
yang mencapai total produksi 42.251 ton dengan nilai Rp 73.754.625.
b. Sektor Industri Pengolahan
Industri besar dan sedang di Kabupaten Lombok Tengah secara kuantitatif
jumlahnya relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan industri kecil dan industri
kerajinan rumah tangga, namun dari segi nilai tambah kelompok ini memiliki nilai
tambah yang relatif besar. Jumlah industri kecil pada tahun 2011 tercatat sebanyak
34.009 unit dengan tenaga kerja yang terserap sebanyak 54.976 orang. Dari jumlah
tersebut, yang tergolong industri formal hanya mencapai 0,2% (81 unit). Sebagian
besar adalah industri non formal dengan jumlah mencapi 33.928 unit atau 99,08%.
Tenaga kerja yang terserap, 0,75% untuk industri kecil formal, sedangkan sebagian
besarnya pada industri non formal (99,25%).
Tabel 0-60. Pertumbuhan Industri Kecil Menurut Kelompok Industri di Kabupaten
Lombok Tenggah Tahun 2007-2011
Tahun
Industri Kecil Formal Industri Kecil Non Formal
Jumlah Tenaga
Kerja
Investasi
(Rp)
Produksi
(Rp) Jumlah
Tenaga
Kerja
Investasi
(Rp)
Produksi
(Rp)
2011 81 410 5.049.168 18.807.960 33.928 54.566 30.755.820 277.915.115
2010 1.736 16.620 47.799.331 243.850 35.455 62.576 27.348.460 10.975.115
2009 1.421 14.864 34.270.316 132.922.654 35.402 62.470 27.211.985 88.383.573
2008 1.322 14.328 28.633.516 114.169 35.297 62.156 26.975.735 88.343.854
2007 1.252 13.939 25.638.323 95.281.174 36.113 64.438 76.358.805 76.358.805
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Tengah
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-53
c. Sektor Listrik dan Air Minum
1. Sub sektor Listrik
Pada tahu 2011 tercatat gardu listrik di Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 450
unit dengan KVA terpasang sebesar 35.895 KVA dan panjang jaringan JTM dan JTR
masing-masing 591,14 Kms dan 811,193 Kms. Kondisi ini mengalami peningkatan
bila dibandingkan pada tahun 2010, dimana jumlah gardu listrik berjumlah 397 unit
gardu dengan KVA terpasang 35.057 KVA serta panjang jaringan JTM dan JTR
masing-masing 590,69 Kms dan 820,60 Kms.
Tabel 0-61. Pertumbuhan Jumlah Gardu dan Panjang Jaringan Distribusi Listrik
Pada PLN Praya Tahun 2007-2011
Tahun Gardu
(unit)
KVA
Terpasang
JTM
(Kms)
JTR
(Kms)
2011 450 35.895 591,14 811,193
2010 397 35.057 590,69 820,60
2009 389 32.260 574,84 809,083
2008 378 31.025 573,61 806,650
2007 353 26.437 572,97 791,680
Sumber : PT PLN Ranting Praya
2. Sub sektor Air Bersih
kebutuhan air minum di Kabupaten Lombok Tengah mengalami peningkatan dari
tahun ketahun yang diakibatkan karena peningkatan penduduk dan peningkatan
jumlah rumah tangga. Peningkatan tersebut terlihat dari jumlah pelanggan yang tiap
tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 jumlah pelangan tercatat sebanyak
25.907 pelanggan, tahun 2011 meningkat menjadi 27.936 pelanggan, yang sebagian
besar (90,89%) adalah pelanggan rumah tangga. Peningkatan tersebut dibarengi
dengan peningkatan volume air yang disalurkan, yaitu dari 6.360.743 m3 tahun 2010
menjadi 7.030.766 m3 di tahun 2011.
Tabel 0-62. Pertumbuhan Jumlah dan Nilai Air Bersih Yang di Salurkan Melalui
PDAM Menurut Jenis Pelanggan di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2007-20011
Jenis Pelanggan Jumlah
Pelanggan
Air Yang diSalurkan
Volume (m3) Nilai (Rp)
Rumah Tangga 25.390 5.842.457 11.090.891.371
Hotel dan Obyek Wisata 5 27.653 273.971.232
Badan Sosial, Rumah Sakit, Tempat Ibadah 842 522.469 875.456.444
Industri dan Pertokoan 728 253.450 853.633.413
Umum 290 226.153 280.319.884
Instansi Pemerintahan 241 156.734 488.017.797
Pelayanan Melalui Truk Tangki 440 1.760 32.020.000
Susut/ Hilang dalam penyaluran - - -
Jumlah 27.936 7.030.766 13.894.310.141
2010 25.907 6.360.743 12.430.609.556
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-54
Jenis Pelanggan Jumlah
Pelanggan
Air Yang diSalurkan
Volume (m3) Nilai (Rp)
2009 24.421 5.766.129 10.599.973.090
2008 22.814 8.864.640 7.244.137.343
2007 22.004 6.063.857 5.932.911.610
Sumber : PDAM Lombok Tengah
d. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Potensi pertambangan dan penggalian di Kabupaten Lombok Tengah yang telah
tergarap dan memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah adalah bahan galian
golongan C seperti: batu bangunan, batu apung, pasir sirtu, tras, tanah urug, batu
gamping/kapur, posfat, oker, batu paras, lempung ilit, batu silika dan bentonit.
Beberapa bahan galian tersebut tersedia secara hampir merata di seluruh kecamatan
di Kabupaten Lombok Tengah. Adapun bahan galian golongan C yang sudah di
eksplorasi dengan cara tradisional yang dilakukan oleh masyrakat adalah batu
bangunan, pasir kerikil, tanah liat dan batu apung. Secara umum produksi bahan
galian mengalami penurunan dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan karena
peralatan yang digunakan oleh masyarakat masih sangat sederhana dan kondisi
barang galian yang masih ada pada posisi yang sulit untuk dikerjakan dengan
peralatan yang seadanya.
Tabel 0-63. Pertumbuhan Jumlah Produksi Batuan Jenis Galian di Kabupaten
Lombok Tengah Tahun 2009-2011
Jenis Galian Tahun (m3)
2009 2010 2011
Batu bangunan 47.520 56.974 3.312
Pasir Kerikil 76.220 78.655 9.360
Tanah Liat 23.040 851 1.296
Batu Apung 12.960 637 -
Sumber : Dinas Energi & Sumber Daya Mineral Kabupaten Lombok Tengah
e. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
1. Sub sektor Perdagangan
Disamping aktivitas perdagangan dalam negeri, Kabupaten Lombok Tengah sebagai
salah satu daerah tujuan wisata juga melakukan kegiatan yang terkait dengan
perdagangan luar negeri (ekspor). Pada tahun 2011 volume ekspor barang kerajinan
mencapai 90.863,06 ton dengan nilai US$ 321.502,10. Nilai ini mengalami
penurunan bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 volume
ekspor barang kerajinan mencapai 126.659,13 ton atau turun 71,74%. Dari segi
volume, barang hasil kerajinan rumput/ketak menempati volume tertinggi dengan
80,32% dari total volume ekspor, diikuti barang hasil industri kerajinan rotan
sebesar 18,57%, sedangkan sisanya dari komoditas kerajinan yang lain. Begitu juga
bila dilihat dari segi nilai, nilai terbesar sumbangan dari hasil ekspor barang hasil
kerajinan rumput/ketak yakni sebesar 50,16% dari total nilai ekspor, diikuti oleh
barang hasil kerajinan rotan dan kerajinan tenun yang mencapai 35,25% dan 5,17%.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-55
Tabel 0-64. Pertumbuhan Volume dan Nilai Ekspor Kerajinan di Rinci Menurut Jenis Barang di Kabupaten Lombok tengah Tahun 2007-2011
Jenis Barang
Kerajinan Volume (ton) Nilai (US $)
Kerajinan Gerabah 199,00 1.450
Kerajinan Tenun 350,00 16.631
Kerajinan bambu 186,00 9.774
Kerajinan Batu 161,00 1.452
Kerajinan Rotan 16.872,04 113.341,05
Kerajinan Rumput /Ketak 72.961,00 177.332,05
Kerajinan kayu 134,02 1.522
Jumlah 90.863,06 321.502,10
2010 126.659,13 356.637,10
2009 136.319,16 387.239,09
2008 252,60 502.161,25
2007 151.512,00 1.051.491,00
Sumber : Dinas Perindustrian & Perdagangan Kabupaten Lombok Tengah
2. Sub sektor Pariwisata, Hotel dan Restoran
Menyongsong Visit Lombok-Sumbawa 2011-2015, Nusa Tenggara Barat sebagai salah
satu daerah tujuan wisata (termasuk Lombok Tengah) telah melakukan berbagai
aktivitas terkait dengan pariwisata. Perhotelan dan akomodasi sebagai bagian yang
paling melekat dengan pariwisata. Beberapa destinasi wisatawan yang berpotensi
dikembangkan di Kabupaten Lombok Tengah antara lain lereng selatan Gunung
Rinjani dan Danau Segara Anak. Pada lokasi-lokasi tersebut dapat dikembangkan
potensi-potensi wisata alam yang lain, seperti perkebunan, kawasan hutan lundung,
dll. Selain potensi wisata alam tersebut, wisata budaya merupakan salah satu potensi
wisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Lombok Tengah.
Tabel 0-65. Pertumbuhan Jumlah Hotel/Losmen/Bungalow, Kamar dan Tempat Tidur di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2007-2011
Tahun Hotel/Losmen/
Bungalow
Jumlah
Kamar
Bnayaknya Tempat Tidur
2007 20 264 413
2008 24 359 413*
2009 20 333 413*
2010 23 359 413*
2011 40 447 491
Sumber : Dinas Kebudayaan & Priwisata Kabupaten Lombok Tengah
Ket : * Data tempat tidur tahun 2007
Beragam potensi tersebut ditunjang dengan posisi Kabupaten Lombok Tengah yang
berada di tengah-tengah pulau Lombok telah mendorong pembangunan Bandara
Internasional Lombok Baru. Bandara ini akan menjadi gerbang utama wisatawan
domestik maupun mancanegara. Kemudahan akses akan berdampak pada angka
kunjungan sehingga pada saatnya sektor pariwisata sebagai gerbong pendorong
percepatan pembangunan dapat diwujudkan. Selain itu, akomodasi juga penting
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-56
untuk meningkatkan jumlah wisatawan. Pada tahun 2011, usaha perhotelan dan
akomodasi yang ada baru terdiri dari 1 buah hotel bintang 4, 10 hotel kelas melati,
22 home stay, 7 buah bungalow, 1 villa dan 1 penginapan.
Gambar 0-7. Realisasi Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Nusantara ke Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2005 - 2010
Kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara
yang berkunjung ke Kabupaten Lombok Tengah dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Pada tahun 2011 kunjungan wisatawan di Lombok Tengah mencapai
66.798 orang wisatawan, dimana wisatawan mancanegara mencapai 74,12% atau
49.509 orang, dan selebihnya adalah wisatawan nusantara. Kondisi ini terjadi
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan 44,79%, yang mana kunjungan wisatawan
pada tahun 2010 hanya 46.133 orang. Dari jumlah tersebut diantaranya 33.007
orang adalah wisatawan mancanegara (71,55% dari jumlah wisatawan yang
berkunjung ke Lombok Tengah).
f. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
1. Sub sektor Pengangkutan
Tabel 0-66. Pertumbuhan Banyaknya Kendaraan Bermotor yang DiUji Per Tahun di
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2007-2011
Tahun Mobil
Penumpang Bus
Mobil Barang
Jumlah
2007 19 119 3.316 3.454
2008 15 131 3.546 3.692
2009 19 151 4.630 4.800
2010 21 81 4.081 4.183
2011 29 69 4.538 4.636
Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi & Informatika Kabupaten Lombok Tengah
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Perkembangan Jumlah Wisatawan di Kabupaten
Lombok Tengah
Wisatawan
Mancanegara
Wisatawan
Nusantara
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-57
Pada tahun 2011 kendaraan wajib uji di Kabupaten Lombok Tengah tercatat
sebanyak 3.643 unit yang terdiri dari mobil penumpang, mobil barang dan bus.
Dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya jumlah kendaraan bermotor terus
mengalami peningkatan, baik mobil penumpang, mobil barang, maupun bus.
2. Sub sektor Pos dan Telekomunikasi
Pada tahun 2011 jumlah kapasitas telepon terpasang sebanyak 3.536, yang
terpasang 3.085 atau sebesar 87%. Sisanya, 452 atau 13% kondisi baik 338 dan yang
rusak sebanyak 114. Kapasitas sambungan telepon pada tahun 2011 mengalami
kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya pembangunan
Bandara Internasional Lombok (BIL) yang membutuhkan pemasangan sambungan
telepon. PT Telekom telah menyediakan 400 sambungan telepon untuk BIL, dan saat
ini baru 220 sambungan yang sudah terpakai.
Tabel 0-67. Pertumbuhan Jumlah Sambungan Telepon di Kabupaten Lombok Tengah
Tahun 2011
Kota/
Kecamatan Kapasitas
Kapasitas Terpasang
Sisa
Baik Rusak
Kuta 96 86 5 5
Sengkol - - - -
Kopang 304 250 41 14
Praya 2.400 2.355 26 19
Darmaji - - - -
Mantang 336 174 86 76
BIL 400 220 180 -
Jumah 3.536 3.085 338 114
2010 3.136 2.837 183 116
2009 3.216 2.850 265 21
Sumber : PT Telkom Cabang Praya
3.3.3. Profil UMKM
Pemberdayaan usaha mikro,kecil, dan menengah (UMKM) merupakan upaya strategis
guna meningkatkan taraf hidup sebagian besar masyarakat Kabupaten Lombok
Tengah. Hal itu dilakukan mengingat jumlah populasi UMKM pada tahun 2010, baik
yang bergerak pada sektor industri non formal sejumlah 35.402 unit dengan tenaga
kerja sebanyak 62.470 orang dan sektor perdagangan yang mencapai 43,282 orang
pada usaha dengan klasifikasi perdagangan eceran serta 795 orang usaha dengan
klasifikasi realestat, usaha persewaan, dan jasa perusahaan.
Kegiatan industri di Kabupaten Lombok Tengah yang dominan adalah industri kecil
dan menengah. Kegiatan industri dijalankan oleh sejumlah UKM dengan kegiatan
usaha industri yang meliputi indutri kerajinan, industri tenun gedogan, industri
meubel, dan furnitur, industri pengolahan makanan dan minuman, industri
bata/genteng, bengkel dan usaha yang lainya.
Dilihat dari jenis industrinya, terlihat adanya pola persebaran industri kecil yang
berbeda dimasing-masing kecamatan. Kecamatan Janapria, Kopang dan Praya
merupakan sentra pengolahan tembakau, bata genting banyak di Kecamatan Praya
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-58
Barat, dan Barat Daya. Kecamatan Kopang dan Praya Barat sentra meubel, pengrajin
anyaman bambu banyak di Janapria dan Kopeng, Gerabah sentranya di Praya Barat
dan Timur, anyaman ketak dan rotan di Kecamatan Janapria dan Praya timur dan
tenun gedogan di Kecamatan Praya Barat, Jonggat dan Pujut.
Hasil dari produksi kerajinan di Kabupaten Lombok beberapa tahun terakhir sudah
banyak diekspor. Volume ekspor hasil kerajinan di tahun 2011 sebesar 90.863 ton
dengan nilai US$ 321.502, turun 39,39% dari tahun 2010 yang volume ekspornya
mencapai 126.659 ton dengan nilai US$ 356.637. Penyumbang ekspor kerajinan yang
cukup besar adalah kerajinan rumput ketak dengan produksi 76.961 ton, kerajinan
rotan 16.872 ton, kerajinan tenun 350 ton, kerajinan gerabah 199 ton, kerajinan
bambu 186 ton dan kerajinan batu 161 ton.
Sementara itu, jumlah koperasi dan UMKM yang besar dari segi kuantitas masih
belum didukung oleh perkembangan yang memadai dari segi kualitasnya, sehingga
kinerja UMKM masih tertinggal. Ketertinggalan kinerja UMKM tersebut disebabkan
terutama oleh kekurangmampuan UMKM dalam bidang manajemen, penguasaan
teknologi, dan pemasaran, serta rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM.
Tingkat kinerja yang demikian ini berkaitan dengan lemahnya kemampuan dan posisi
tawar untuk mengelola dan mengakses keberbagai sumber daya produktif lainnya,
yang meliputi sumber-sumber informasi, pasar, dan faktor produksi.
Terbatasnya akses terhadap sumber daya finansial juga merupakan masalah utama
bagi usaha mikro. Usaha mikro yang bermodal kecil umumnya tidak berbadan
hukum dan masih menerapkan manajemen usaha yang sangat sederhana. Oleh
karena itu, usaha mikro ini sangat sulit untuk memperoleh akses kepada lembaga
keuangan perbankan.
Selain itu, penguasaan teknologi, manajemen, informasi, dan pasar juga masih jauh
dari memadai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, UMKM memerlukan biaya yang
relatif besar, apalagi jika dikelola secara mandiri oleh UMKM. Pemerintah Kabupaten
Lombok Tengah perlu turun tangan membantu kemudahan akses para pengusaha
mikro tersebut untuk memperoleh bantuan pendanaan agar dapat mengembangkan
usahanya. Dorongan dan kemudahan pendirian dan penyebaran lembaga keuangan
mikro atau kecil yang berlokasi dekat dengan sentra usaha mikro juga perlu
memperoleh perhatian.
Tabel 0-68. Jumlah Sentra Industri Kecil Menengah IKM/UMKM Berdasakan Jenis
Usaha dan Pesebaranya di Kabupaten Lombok Tengah s/d tahun 2010
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Pangan Kimia dan Bahan Bangunan
1. Garam Rakyat Praya Timur 10 250 1. Barang dari
Semen
Batukliang 10 20
Pujut 5 70 Batukliang Utara 30 55
2. Gula Aren Batukliang
Utara
57 101 Pujut 27 68
Kopang 41 41 2. Bata Janapria 37 108
Pringgarata 79 50 Kopang 78 168
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-59
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
1. Keripik
Singkong
Batukliang
Utara
30 30 Praya Barat 215 468
Praya Barat Daya 134 698
2. Kerupuk Batukliang
Utara
20 20 Praya Tengah 161 448
Janapria 22 47 Praya Timur 18 72
Jonggat 68 185 Pringgarata 15 30
Praya 25 25 Pujut 86 249
Praya Barat 114 144 3. Genting Jonggat 160 620
Praya Barat
Daya
50 50 Praya Barat Daya 35 105
Praya Tengah 64 129 Pringgarata 35 105
Pringgarata 45 105 4. Genteng
Semen
Kopang 89 200
Pujut 50 50 Praya Tengah 15 27
3. Kue Basah/
Kering
Janapria 10 10 5. Kapur Praya Barat 50 210
Pujut 65 75 Praya Barat Daya 20 80
4. Manisan Pala Batukliang 100 100 Praya Tengah 22 132
Pujut 25 50 Pujut 93 186
5. Minyak Kelapa Batukliang 80 105 6. Meubel bambu Pujut 45 85
Praya Barat
Daya
25 25
Pringgarata 70 130 7. Meubel Cukli Batukliang 25 50
Pujut 105 195 Kopang 77 148
6. Opak Ubi Kayu Pringgarata 102 200 8. Meubel Kayu Batukliang 65 195
Pujut 110 110 Janapria 70 210
7. Pengolahan
Biji-bijian
Kopang 42 67 Jonggat 25 75
Kopang 249 707
8. Pengolahan
Buah
Batukliang 172 227 Praya 62 203
Batukliang
Utara
170 220 Praya Barat 61 102
Jonggat 55 80 Praya Barat Daya 40 119
Kopang 95 95 Praya Tengah 97 269
Pringgarata 70 140 Praya Timur 20 60
Pujut 60 60 Pringgarata 44 79
9. Pengolahan
Daging
Praya 15 15 Pujut 72 163
Jumlah 2.305 6.559
10. Pengolahan
Jagung
Kopang 25 25
Kerajinan
11. Pengolahan
Kacang
Jonggat 30 30 1. Anyaman
Bambu
Batukliang 314 518
Pringgarata 25 25 Janapria 1.910 3.104
12. Pengolahan Batukliang 30 30 Jonggat 75 135
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-60
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Kaki Ayam Kopang 482 913
13. Peng. Kopi Pujut 10 15 Praya 85 170
14. Peng. Rumput
Laut
Pujut 30 30 Praya Barat 165 231
Praya Barat Daya 73 115
15. Peng.
Tembakau
Batukliang 85 425 Praya Tengah 157 254
Batukliang
Utara
70 245 Praya Timur 65 130
Janapria 399 1.631 Pringgarata 190 370
Jonggat 15 75 Pujut 115 228
Kopang 272 1.346 2. Anyaman
Lontar
Praya Tengah 240 480
Praya Barat 8 20 3. Anyaman
Pandan
Batukliang 25 50
Praya Daya
Barat
20 70 Janapria 54 109
Praya Tengah 10 50 Jonggat 405 755
Praya Timur 44 170 Kopang 20 20
16. Pengolahan
Umbian
Batuklian 77 80 Praya Barat 106 125
Batukliang
utara
103 128 Praya Barat Daya 45 71
Kopang 30 30 Praya Tengah 85 85
Praya 25 50 Praya Timur 46 92
Praya Barat 23 31 Pringgarata 1.711 2.964
Praya Tengah 25 25 Pujut 48 81
Pringgarata 70 142 4. Anyaman
Rotan/ Ketak
Praya Tengah 23 46
Pujut 100 130 Batukliang 235 384
17. Rengginang Kopang 25 50 Batukliang Utara 55 80
18. Tahu Tempe Batukliang
Utara
30 45 Janapria 7.683 11.659
Jonggat 110 301 Jonggat 43 68
Praya Tengah 24 35 Kopang 342 492
Pringgarata 16 35 Praya 97 185
19. Tape Ubi Kayu Batukliang
Utara
30 30 Praya Barat 70 115
Kopang 40 75 Praya Tengah 716 1.917
Pujut 95 145 Praya Timur 4.958 9.122
20. VCO Batukliang 25 25 Pringgarata 210 320
Jumlah 4.072 9.329 Pujut 67 134
Sandang 5. Any. Tali Praya Barat Daya 20 20
1. Bordir Jonggat 36 51 6. Batu Aji Praya Barta 15 19
Praya Barat 45 130 Pujut 25 25
Praya Tengah 40 80 7. Gerabah Batukliang 34 136
2. Konveksi Batukliang 25 25 Janapria 127 254
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-61
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
/Bordir Batukliang
Utara
40 65 Praya Barat 1.243 2.285
Jonggat 75 125 Praya Timur 135 270
Kopang 132 258 Pringgarata 15 19
Praya Barat 70 80 Pujut 50 136
Praya Barat
Daya
35 35 8. Kerajinan
Batu
Praya Timur 55 165
Pujut 40 85 Pujut 55 170
3. Konveksi Batukliang 38 76 9. Ker.Bulu
Ayam
Kopang 6 12
Praya 20 40
Praya Barat
Daya
10 10 10. Ker. Ijuk Janapria 40 80
Praya Tengah 120 140 Jonggat 125 250
Pringgarata 25 40 Pringgarata 43 90
4. Tenun
Gedokan
Jonggat 1.187 2.538 11. Ker. kayu Praya Barat 40 40
Praya Barat 1.909 1.909 Praya Timur 240 350
Praya Barat
Daya
565 565 Pringgarata 20 40
Praya Tengah 98 98 Pujut 130 233
Praya Timur 375 425 12. Ker. Keramik Praya Barat 12 20
Pringgarata 10 100 Praya Barat Daya 20 20
Pujut 989 1.083 13. Ker. Kulit Praya 26 72
Jumlah 5.864 7.858 14. Ker. Lidi Batukliang 35 65
Logam Dan Elektronika Kopang 25 60
1. Pande Besi Batukliang 35 80 Pringgarata 25 50
Janapria 30 95 15. Ker. Perak Praya Barat Daya 25 25
Kopang 52 160 16. Ker. Spon Praya Barat Daya 25 30
Praya Barat 23 354 17. Ker.
Tempurung
Janapria 30 60
Pringgarata 122 436
2. Pengecoran
Logam
Janapria 15 22 18. Kotak Antik Praya Tengah 20 30
19. Penyamak Kulit Praya 10 20
Jumlah 277 827
20. Serat Alam Pringgarata 25 45
Jumlah 23.687 40.075
Jumlah Total Keseluruhan
Jumlah UKM 36.205 Jumlah Tenaga Kerja 64.648
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Tengah (diolah 2008-2010) www.sentrakukm.com/index.php
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-62
3.3.4 Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM Kabupaten Lombok Tengah
Realisasi dari peranan perbankan dalam rangka pembiayaan untuk UMKM serta
sebagai hasil dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang yang
dilaksanakan dapat dilihat dari perkembangan kredit perbankan untuk pembiayaan
UMKM. Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Kabupaten Lombok
Tengah pada November 2012 adalah sebesar Rp 591,867 miliar atau 11,96% dari
total kredit perbankan di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan kondisi
bulan November 2011, kredit UMKM meningkat sebesar 40,34%. Walaupun terjadi
fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara keseluruhan dari periode
Januari sampai November 2012, rata-rata kenaikan per bulan adalah sebesar 4,39%.
Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November 2012 dari total kredit UMKM
sebesar Rp 591,87 miliar, sebagaian besar adalah untuk skala kecil Rp 358,1 miliar
(60,50%), skala mikro Rp 131,88 miliar (22,28%) dan skala menengah Rp 591,83
miliar (17,22%).
Tabel 0-69. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha November
Tahun 2012 di Kabupaten Lombok Tengah
Tahun Bulan
Klasifikasi Usaha
Total Kenaikan
(%) Mikro Kecil Menengah
(Jutaan Rp)
% (Jutaan
Rp) %
(Jutaan Rp)
%
2011 Nov 112.544 26,69 253.988 60,22 55.212 13,09 421.743 Des 119.029 25,13 291.029 61,39 63.909 13,38 474.073 2012 Jan 116.783 24,82 292.044 62,06 61.777 13,13 470.603 -1,08
Feb 123.554 24,56 244.248 62,04 67.427 13,35 503.097 5,24
Mar 127.294 24,43 324.193 62,22 69.562 13,35 521.049 8,13
Apr 124.451 23,45 332.475 62,66 73.700 13,70 530.625 -0,02
Mei 134.843 24,87 327.287 60,36 80.118 14,78 542.248 5,46
Jun 145.652 25,21 339.806 58,82 92.202 15,96 577.660 13,54
Jul 150.581 25,36 349.777 58,91 93.379 15.73 596.737 1,32
Agust 127.476 22,37 351.819 61,75 90.433 15,87 569.728 -2,60
Sep 132.990 22,90 350.246 60,30 97.608 16,80 580.844 3,86
Okt 134.949 22,75 356.994 60,18 101.228 17,07 598.171 0,07
Nov 131.876 22,28 358.097 60,50 101.894 17,22 591.867 -1,03
Rata rata kenaikan ( %) 4,39
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Berdasarkan jenis penggunaan, pada tahun 2012 penyaluran kredit UMKM oleh bank
umum di Kabupaten Lombok Tengah masih didominasi oleh kredit modal kerja
dengan nominal kredit sebesar Rp 5,369 triliun dengan pangsa pasar sebesar 88,37%
dari total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan, selebihnya oleh kredit
modal investasi sebesar Rp 704,72 miliar dengan pangsa pasar sebesar 11,63%.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-63
Tabel 0-70. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012
Bulan
Modal Kerja Modal Investasi
(Juta Rp) Porsi (%)
Kenaikan (%)
(Juta Rp)
Porsi (%)
Kenaikan (%)
Jan 412.655 87,69 -0,68 57.948 12,31 -1,08
Feb 440.984 87,65 6,87 62.113 12,35 7,19
Mar 458.680 88,03 4,01 62.369 11,97 0,41
Apr 468.409 88,27 2,12 62.217 11,73 -0,24
Mei 480.132 88,54 2,50 62.115 11,46 -0,16
Jun 510.047 88,30 6,23 67.613 11,70 8,85
Jul 526.517 88,68 3,23 67.220 11,32 -0,58
Agust 503.059 88,30 -4,46 66.670 11,70 -0,82
Sep 514.627 88,60 4,19 66.217 11,40 -0,68
Okt 528.114 88,99 2,62 65.057 10,97 -1,75
Nov 526.685 88,99 -0,27 65.182 32,88 0,19
Jumlah/Rata2 5.369.909 88,37 2,22 704.721 11,63 3,39 Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Tabel 0-71. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Lombok Tengah Periode Tahun 2012
SEKTOR EKONOMI Tw1
(Jutaan Rp) Tw2
(Jutaan Rp) Tw3 (Jutaan
Rp) Tw4
(Jutaan Rp)
1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
78.219 75.569 76.775 44.930
2. Pertambangan dan Penggalian 768 846 825 726
3. Industri Pengolahan 22.933 25.521 30.303 22.772
4. Listrik, Gas dan Air - - - -
5. Kontruksi 17.322 14.731 19.447 13.918
6. Perantara Keuangan - - - -
7. Perdagangan, Hotel dan Restauran 1.137.425 1.276.540 1.352.498 950.829
8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial
- - - -
9. Pengangkutan Dan Komunikasi 5.298 6.730 8.581 7.498
10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
84.908 93.424 110.028 63.634
11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -
12. Jasa Pendidikan - - - -
13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -
14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya
- - - -
15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga
- - - -
16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya
- - - -
17. Jasa-jasa 147.878 157.172 145.852 80.732
18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -
19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -
Jumlah 1.494.749 1.650.533 1.744.309 1.185.038
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-64
3.4. Kabupaten Lombok Timur
3.4.1. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Timur atas dasar harga
(ADH) berlaku tahun 2011 mencapai Rp 7,06 triliun, yang berarti mengalami
peningkatan sekitar Rp 2,78 triliun dibandingkan tahun 2007 yang mencapai Rp 4,28
triliun. Selama satu dekade terakhir PDRB Kabupaten Lombok Timur rata‐rata
mengalami peningkatan Rp 481,13 miliar setiap tahun. Pada tahun 2011 PDRB
Kabupaten Lombok Timur mengalami peningkatan sekitar Rp 845,64 miliar, yang
secara absolut/nilai peningkatan terbesar terjadi pada sektor pertanian, sektor
perdagangan, hotel, restoran dan sektor pemerintahan.
Dalam perekonomian regional Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Lombok Timur
berkontribusi cukup besar. Pada 2011 kabupaten ini menyumbang sekitar 14,49%
dari seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di NTB.
Jumlah ini adalah terbesar kedua setelah Kabupaten Sumbawa Besar yang
menyumbang 26,65% dari pertambangan non migas. Pencapaian ini selayaknya
dapat menjadi modal untuk meningkatkan skala dan kapasitas produksi setiap
kegiatan ekonomi.
Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 memiliki tren yang meningkat
dalam kurun waktu 2007‐2011, yang menggambarkan perkembangan kapasitas
produksi, dengan puncak peningkatan terjadi pada tahun 2011. Pada 2010 sempat
terjadi perlambatan pertumbuhan dibanding tahun sebelumnya. Pergerakan laju
pertumbuhan riil sektoral dipengaruhi oleh beragam faktor baik internal maupun
eksternal. Faktor‐faktor eksternal (variabel eksogen) bersumber dari situasi makro
ekonomi nasional/global sektor moneter, kebijakan harga BBM, keadaan di pasar
barang, dan lain‐lain.
Tabel 0-72. PDRB Kabupaten Lombok Timur Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2001-2011
No Tahun
PDRB (Juta Rupiah) Laju Pertumbuhan (%)
ADH Berlaku
ADH Konstan
ADH Berlaku
ADH Konstan
1. 2001 2.249.663 1.969.436 16,52 2,01
2. 2002 2.468.461 2.020.201 9,73 2,58
3. 2003 2.691.583 2.102.434 9,04 4,07
4. 2004 3.007.906 2.204.323 11,75 4,85
5. 2005 3.418.931 2.305.051 13,66 4,57
6. 2006 3.825.770 2.413.262 11,90 4,69
7. 2007 4.283.699 2.536.135 11,97 5,09
8. 2008 4.879.813 2.675.371 13,92 5,49
9. 2009 5.515.673 2.828.695 13,03 5,73
10. 2010 6.215.320 2.970.479 12,68 5,01
11. 2011 7.060.962 3.152.254 13,61 6,12
Keterangan: data 2011 adalah angka sementara
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-65
Pada tahun 2011 PDRB Kabupaten Lombok Timur atas dasar harga kontan tahun
2000 sebesar Rp 3,15 triliun, yang berarti mengalami peningkatan sekitar 6,12%
dibandingkan tahun 2010. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari rata‐rata
pertumbuhan selama lima tahun terakhir. Rata‐rata pertumbuhan PDRB ADH
konstan pada periode 2007‐2011 sekitar 5,49%. Pertumbuhan PDRB tahun 2011
yang cukup bagus setidaknya disebabkan dua hal.
Pertama, membaiknya kondisi pertanian (terutama sub sektor tanaman bahan
makanan) yang sempat mengalami penurunan tahun 2010 akibat kondisi iklim yang
kurang menguntungkan. Kedua, dimulainya pembangunan fisik bendungan
Pandanduri, yang diharapkan mengatasi kelangkaan air di daerah selatan Lombok,
yang menghabiskan biaya tidak kurang dari Rp 37,6 miliar. Pembangunan fisik
bendungan tersebut tidak hanya berdampak pada sektor konstruksi saja, namun
sektor‐sektor lainnya seperti sektor penggalian (sebagai penyedia bahan galian),
sektor angkutan, sektor listrik dan sektor perdagangan juga ikut mengalami
peningkatan output.
Sektor perdagangan hotel dan restoran memiliki andil terbesar bagi pertumbuhan
PDRB Lombok Timur tahun 2011, dari total pertumbuhan sebesar 6,12% sektor ini
menyumbang sebesar 1,79%. Sumbangan sektor perdagangan hotel dan restoran
yang tinggi disebabkan sifat sektor ini (perdagangan) yang memiliki foreward Linkage
(dampak ikutan) yang sensitif, perkembangan sektor lainnya terutama sektor primer
memberi pengaruh yang signifikan terhadap sektor perdagangan mengingat sebagian
besar produksi sektor primer (pertanian) di Lombok Timur diperdagangkan,
sedangkan untuk konsumsi sendiri hanya sebagian kecilnya saja.
Sektor pertanian menempati urutan kedua sebagai sektor penyumbang pertumbuhan
tahun 2011 (1,48%). Pertanian merupakan sektor dominan dalam perekonomian
Lombok Timur, sehingga peningkatan atau penurunan sektor ini akan memberi
dampak yang cukup besar bagi pergerakan PDRB secara keseluruhan. Selain kedua
sektor diatas sumbangan sektor lainnya terhadap pertumbuhan total PDRB tahun
2011 masih kecil, hanya sektor bangunan yang memiliki andil mendekati 1%.
Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai komposisi peranan masing-masing sektor
dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke
dalam sektor primer, sekunder dan tersier. Gambaran kondisi struktur ekonomi
Lombok Timur dapat dilihat melalui kontribusi setiap sektor ekonomi terhadap
pembentukan PDRB.
Sektor primer merupakan gabungan dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan serta sektor pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder
merupakan gabungan dari sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air
serta sektor konstruksi. Sedangkan sektor tersier merupakan gabungan dari sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
keuangan, real estate dan jasa perusahaan serta sektor jasa‐jasa.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-66
Gambar 0-8. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Lombok Timur Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011
Sumber : Kabupaten Lombok Timur Dalam Angka 2011
Gambar 0-9. Pertumbuhan PDRB per Kapita Kabupaten Lombok Timur Sumber : Kabupaten Lombok Timur Dalam Angka 2011
Pertumbuhan PDRB Lombok Timur yang berlangsung secara berkesinambungan
pada periode sepuluh tahun terakhir, memberi dampak terhadap perubahan struktur
ekonomi. Perubahan struktur ekonomi ini terlihat dari perubahan komposisi sektor
ekonomi atas kontribusinya terhadap PDRB. Dilihat dari lapangan usaha utama,
kontribusi sektor primer terhadap PDRB tahun 2001 sebesar 47,31%, sementara
pada 2011 turun menjadi 39,43%. Sementara, kontribusi sektor sekunder mengalami
peningkatan dari 38,35% pada 2001 menjadi 45,39% sepuluh tahun berikutnya.
Sedangkan sektor tersier hanya mengalami sedikit peningkatan, dari 14,65% di 2001
menjadi 15,19% di 2011. Sementara itu, bila dilihat dari PDRB perkapita atas dasar
35.24
4.18
5.7
0.33
9.15
18.85
6.14
5.22 15.18
Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Lombok Timur Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan danPenggalian
Industri
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel danRestoran
Pengangkutan danKomunikasi
Keuangan, Persewaan danJasa Perusahaan
Jasa-jasa
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
(Rp.
000)
PDRB per Kapita Kabupaten Lombook Timur
Tahun 2001-2011
PDRB
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-67
harga berlaku, terjadi peningkatan dari Rp 4,01 juta di tahun 2007 menjadi Rp 6,32
juta pada 2011.
Pola pemanfaatan nilai tambah yang timbulkan berbagai aktivitas perekonomian
ditunjukkan dari penghitungan PDRB menurut penggunaan. Secara umum pada
tahun 2011 PDRB Kabupaten Lombok Timur menurut penggunaan atas dasar harga
berlaku sekitar Rp 7,06 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar Rp 845,76
miliar jika dibandingkan dengan PDRB ADH berlaku tahun 2010 yang mencapai
Rp. 6,26 triliun. Secara absolut peningkatan terbesar terjadi pada pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan terkecil pada konsumsi lembaga swasta nirlaba.
Komponen ekspor antar pulau mengalami kenaikan sekitar Rp. 140,83 miliar namun
tidak memperkecil net ekspor tahun 2010 karena impor juga meningkat sekitar
Rp. 162,50 miliar.
Selama lima tahun terakhir struktur PDRB Kabupaten Lombok Timur menurut
penggunaan didominasi oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga dimana sharenya
berkisar antara 60,80% – 57,62% dengan kecenderungan menurun setiap tahunnya.
Share terbesar berikutnya adalah komponen pembentukan modal tetap bruto dengan
kontribusi sekitar 22,12%, komponen penggunaan lainnya masing‐masing memiliki
share kurang dari 20%. Pada tahun 2011 neraca perdagangan masih negatif karena
ekspor dari Lombok Timur lebih kecil dari impor yang didatangkan untuk memenuhi
konsumsi lokal.
3.4.2. Kondisi Produksi
a. Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor primer penunjang ekonomi rakyat yang
membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak agar dapat terus menopang
kehidupan ekonomi sebagian besar penduduk Kabupaten Lombok Timur. Namun di
sisi lain, peningkatan produktivitas usaha tani masih terus dihadapkan pada kendala
keterbatasan biaya produksi, sempitnya lahan yang dikuasai, terbatasnya
kemampuan inovasi, disamping adanya faktor eksternal lingkungan strategis makro
ekonomi yang kurang mendukung keberhasilan usaha tani umumnya.
Sektor pertanian menempati urutan kedua sebagai sektor penyumbang pertumbuhan
tahun 2011 (1,48%). Pertanian merupakan sektor dominan dalam perekonomian
Lombok Timur, sehingga peningkatan atau penurunan sektor ini akan memberi
dampak yang cukup besar bagi pergerakan PDRB secara keseluruhan.
1. Sub sektor Tanaman Pangan
Usaha tani tanaman bahan makanan dan hortikultura masih menjadi pilihan utama
masyarakat petani. Komoditas yang diusahakan umumnya tanaman padi dan
palawija, beberapa komoditas tanaman sayur‐sayuran dan buah-buahan. Rata‐rata
produktivitas persatuan lahan (hektar) komoditas padi dan palawija sampai saat ini
telah cukup mantap, sehingga tingkat produksi sangat dipengaruhi oleh luas panen.
Perkembangan jumlah produksi padi dan palawija sepanjang 2007-2011 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-68
Tabel 0-73. Produksi Padi dan Palawija Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2007-2011 (Ton)
Padi/ Palawija Produksi
2007 2008 2009 2010 2011
Padi sawah 268.573 298.886 297.678 290.031 336.609
Padi ladang 6.040 9.561 14.195 9.980 18.082
Jumlah padi 274.613 308.446 311.873 300.011 354.691
Ubi kayu 7.092 10.356 14.464 15.362 12.173
Ubi jalar 2.615 2.218 2.136 3.431 2.236
Jagung 30.905 47.024 81.293 67.628 82.282
Kedelai 1.131 1.272 1.539 920 2.396
Kacang tanah 1.772 1.327 1.750 1.533 1.664
Kacang hijau 470 635 581 1.282 1.244
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur 2011
Tabel 0-74. Pertumbuhan Konsumsi Beras Per Kapita Per Tahun di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-2011
Tahun Produksi
Beras
(kg)
Konsumsi Lokal Beras
(kg)
Surplus/ Minus
(kg)
Surplus/Minus Per Kapita
per Th (kg)
2011 201.686.000 136.242.890 65.443.110 58,60
2010 170.513.000 134.881.000 35.631.996 32,23
2009 177.355.000 133.732.000 43.622.870 39,80
2008 175.387.000 131.959.000 43.428.092 40,15
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur
Pada tahun 2011 produksi beras Kabupaten Lombok Timur mencapai 201.686 ton,
sedangkan konsumsi beras masyarakat sekitar 136.242 ton. Kondisi ini Kabupaten
Lombok Timur mengalami surplus beras sebesar 48,03% atau 65,443 ton. Surplus
tahun ini mengalami peningkatan sebesar 83,66% dari tahun 2010 yang hanya
35.631 ton. Adapun surplus beras per kapita per tahun, pada tahun 2011 sebesar
58,60 kg.
2. Sub sektor Sayuran
Produksi sayuran di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011 flutuatif, ada
beberapa komoditas sayuran yang mengalami peningkatan dan penurunan
produksinya dari tahun 2010. Komoditas sayuran yang mengalami peningkatan
produksinya masing-masing adalah bawang putih, yang produksinya naik 145,89%,
cabe rawit naik mencapai 216,31%. Adapun komoditas yang mengalami penurunan
produksinya adalah bawang merah turun 89,67%, cabe besar turun 135,16% dan
tomat yang turun 153,12%.
Tabel 0-75. Pertumbuhan Produksi Sayur-sayuran
di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-2011
Komoditas Tahun (ton)
2008 2009 2010 2011
Bawang Merah 65.038 92.880 117.569 61.984
Bawang Putih 11.241 22.915 26.406 64.930
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-69
Komoditas Tahun (ton)
2008 2009 2010 2011
Cabe Besar 6.822 9.687 48.412 20.587
Cabe Rawit 11.241 22.915 26.406 83.526
Terong 18.515 16.778 11.142 5.547
Tomat 72.080 78.221 205.137 81.043
Kacang Panjang 10.125 6.012 13.911 5.044
Ketimun 20.730 30.445 45.569 25.605
Kubis 94.240 191.528 83.249 180.587
Kangkung 1.850 11.852 9.659 644
Kentang 37.800 43.520 44.415 38.490
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur
3. Sub sektor Buah-buahan
Budidaya buah-buahan di Kabupaten Lombok Tengah masih hanya sebatas
sampingan di sela-sela bercocok tanam atau di pekarangan rumah. Produksi buah-
buahan pada tahun 2011 sebagian besar mengalami peningkatan produksi. Buah
pisang mengalami peningkatan sebesar 30,47% dari 110 ton di tahun 2010 menjadi
143,8 ton di tahun 2011. Buah nangka mengalami peningkatan sebesar 156% dari
41 ton di tahun 2010 menjadi 105 ton lebih ditahun 2011. Untuk produksi buah lain
bisa di lihat di Tabel III-76.
Tabel 0-76. Pertumbuhan Produksi Buah-buahan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-2011
Komoditas Tahun (kw)
2008 2009 2010 2011
Mangga 73.316 89.906 47.711 76.060
Nenas 301.386 409.969 267.142 79.677
Jeruk 9.583 10.414 4.332 3.427
Durian 729 353 184 2.342
Pisang 109.776 67.623 110.268 143.872
Nangka 63.615 55.873 41.178 105.464
Sawo 2.756 4.172 2.600 3.075
Jambu 3.767 8.281 8.883 4.205
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur
4. Sub sektor Perkebunan
Usaha tani sub‐sektor tanaman perkebunan sebagian besar masih memanfaatkan
lahan sawah terutama untuk perkebunan musiman, misalnya tembakau. Jenis
tanaman perkebunan ini diusahakan di hampir sebagian besar wilayah Kabupaten
Lombok Timur. Pemanfaatan lahan digunakan secara bergantian antara musim
tanam padi/palawija dan tembakau. Sedangkan untuk tanaman tahunan
diusahakan di lahan kering dan terkonsentrasi di beberapa wilayah tertentu.
Sebagian besar jenis tanaman mengalami penurunan produksi yang sangat tajam,
sementara hanya beberapa jenis tanaman saja yang menunjukkan peningkatan
jumlah produksi. Produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Lombok Timur pada 4
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-70
tahun terakhir didominasi oleh tanaman tembakau, baik rembakau Virginia
amaupun tembau rakyat, dan tanaman kelapa.
Tabel 0-77. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenisnya di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-2011 (Ton)
Jenis Produksi
2008 2009 2010 2011
Kelapa 9.184,21 7.063,93 7.555,98 7.355,17
Kapas 90,24 187,70 39,46 57,00
Tembk rakyat 3.863,77 5.769,98 2.702,67 3.529,40
Temb virginia 32.551,94 30.445,81 24.576,71 23.773,88
Totl tembakau 36.415,71 36.215,79 27.279,38 27.303,28
Kopi 440,53 421,47 443,43 193,8
Kapuk 153,34 156,45 151,24 70,55
Kakao 70,08 174,57 156,70 233,87
Asam 395,31 331,25 302,50 118,93
Cengkeh 29,68 27,69 35,56 31,57
Tebu 10,84 352,95 20,17 42,99
Jambu mete 1.235,10 1.415,22 1.628,51 840,11
Pinang 59,85 65,61 59,23 37,56
Jarak pagar 2.273,75 924,98 519,40 478,08
Jarak kepyar 300,80 413,53 536,33 403,65
Total jarak 2.574,55 1.338,51 1.055,73 881,73
Vanili 90,15 38,88 38,28 6,96
Lada 6,75 6,30 4,00 3,00
Kemiri 8,55 11,08 11,88 19,00
Lontar 4,40 6,11 8,26 5,86
Aren 36,51 43,71 43,58 40,63
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Lombok Timur 2011
5. Sub sektor Kehutanan
Kegiatan sub sektor kehutanan sementara ini masih terfokus pada upaya reboisasi
dan pemeliharaan hutan. Selama tahun 2011, hutan lindung merupakan hutan
dengan luas paling besar yaitu 48,83% dari total luas hutan yang ada di wilayah
Kabupaten Lombok Timur. Kemudian hutan konservasi (Taman Nasional Gunung
Rinjani) sebesar 42,54%, sedangkan hutan produksi hanya sebesar 8,63% dari total
luas kawasan hutan di Kabupaten Lombok Timur.
6. Sub sektor Peternakan
Usaha tani ternak sapi masih menjadi pilihan masyarakat Lombok Timur, meskipun
berkarakter usaha kecil dan sampingan. Adanya program pemerintah NTB melaui
“Bumi Sejuta Sapi” juga turut meningkatkan usaha ternak sapi di wilayah Kabupaten
Lombok Timur. Sedangkan usaha unggas, ayam potong dan ayam petelur masih
dalam skala kecil, karena terkendala masalah modal.
Potensi ternak ruminansia di Kabupaten Lombok Timur untuk dibudidayakan paling
besar adalah ternak sapi, yang mencapai 99.092 ekor pada tahun 2011. Populasi
ternak tersebut menunjukkan peningkatan pada tahun 2008 – 2011. Ternak
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-71
ruminansia lain yang memiliki potensi besar untuk dibudidayakan adalah ternak
kambing. Hal tersebut terlihat dari terus meningkatnya populasi ternak kambing
selama tahun 2009 – 2011.
Tabel 0-78. Perkembangan Jumlah Ternak dan Unggas di Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2008-2011
Jenis Ternak Tahun
2008 2009 2010 2011
Sapi 64.414 70.240 80.162 99.092
Kerbau 5.982 4.771 5.860 4.448
Kuda 5.833 5.773 7.394 4.936
Kambing 119.630 57.428 66.977 72.382
Domba 7.078 4.932 8.665 8.265
Unggas
Ayam Kampung 391.153 399.581 286.054 1.035.898
Ayam Petelur - - - 5.051
Ayam Pedaging 32.673 106.205 29.788 1.239.541
Itik 455.098 448.869 499.442 117.402
Puyuh - - 977 715
Merpati - - - 51.362
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur 2011
Populasi ternak unggas di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011 di dominasi
oleh ternak ayam pedaging yang mencapai populasi 1.239.541 ekor dan ayam
kampong 1.035.898 ekor. Apabila dilihat dari tren perkembangan pada tahun 2008 –
2011, ternak ayam pedaging memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.
Ternak unggas lain yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah ternak
ayam kampong dan itik.
7. Sub sektor Perikanan
Pada tahun 2011 produksi perikanan Kabupaten Lombok Timur mencapai 17.428,80
ton, ada sedikit penurunan sekitar 7,8% dari produksi tahun 2010 yang mencapai
18.737,60 ton. Dari produksi 17.428,80 ton, 24,86% nya atau 4.333,50 ton adalah
produksi budidaya (tambak, kolam dan sawah/kerambah). Sedangkan 75,14% atau
13.095,30 ton adalah produksi hasil penangkapan.
Tabel 0-79. Pertumbuhan Produksi Ikan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-
2011
Jenis Produksi
Perikanan
Tahun (ton)
2008 2009 2010 2011
Budidaya
1. Tambak 1.114,60 1.435,16 1.783,50 2.581,20
2. Kolam 605,00 851,00 1.264,70 1.702,80
3. Sawah/Kerambah 12,50 5,00 6,40 49,50
Jumlah 1.732,10 2.291,16 3.054,60 4.333,50
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-72
Jenis Produksi
Perikanan
Tahun (ton)
2008 2009 2010 2011
Penangkapan
1. Laut 15.074,80 12.941,70 15.683,00 13.095,30
2. Penangkapan Umum - - - -
Jumlah 15.074,80 12.941,70 15.683,00 13.095,30
Jumlah Total 16.806,90 15.232,86 18.737,60 17.428,80
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur
Tabel 0-80. Potensi Areal, Pemanfaatan dan Produksi Budidaya Laut di Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2011
Jenis Produk Laut Potensi
(ha)
Pemanfaatan
(ha)
Produksi
(ton)
Mutiara 3.433,65 1.805,50 0,20
Kerapu 509,40 9,00 12,60
Lobster 525,68 28,65 146,00
Rumput Laut 2.000,00 526,18 118.975,00
Teripang 194,00 - -
Kerang-Kerangan 179,50 - -
Jumlah 6.842,23 2.369,33 119.133,80
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur
Potensi pengembangan budidaya laut di Kabupaten Lombok timur cukup luas yaitu
6.842,23 ha, dan baru dimanfaatkan hanya 34,62%, atau 2.369,33 ha. Pemanfaatan
area budidaya laut yang mendominasi adalah budidaya mutiara dengan luas
1.805,50 ha, dengan produksi mencapai 0,20 ton. Diikuti pengembangan budidaya
rumput laut dengan luas 526,18 ha dengan produksi sebesar 118.975 ton.
b. Sektor Industri, Listrik dan Air Bersih
1. Sub sektor Industri Pengolahan
Industri yang berkembang di Kabupaten Lombok Timur adalah industri kecil/rumah
tangga dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit dan pada umumnya merupakan
pekerja keluarga. Hingga tahun 2011, Kabupaten Lombok Timur masih berperan
sebagai pemasok bahan baku untuk daerah lain.
Pada tahun 2011 jumlah idustri di Kabupaten Lombok Timur berjumlah 17.496 unit
usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 62.903 orang. Dari jumlah tersebut
90,36% atau 15.810 unit usaha, adalah industri non formal, dengan menyerap
tenaga kerja 47.284 orang atau sekitar 75,17% dari jumlah tenaga kerja yang ada di
Lombok Timur. Sedangkan 9,64 % atau 1.686 unit usaha adalah industri formal,
dengan menyerap tenaga kerja 15.619 orang.
Jumlah industri formal di Kabupaten Lombok Timur berjumlah 1.686 unit usaha,
naik 0,48% dari tahun 2010 yang berjumlah 1.678 unit usaha. Dari 1.686 unit
usaha, 77,34% atau 1.304 unit usaha adalah industri kimia, agro dan hasil hutan
(IKAHH). Selebihnya adalah industri logam, mesin, elektronika dan aneka (ILMEA).
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-73
Tabel 0-81. Indikator Perusahaan Formal Menurut Cabang Industri di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011
Cabang Industri Jumlah Usaha
Jumlah Tenga Kerja
Nilai Investasi (Juta Rp)
Produksi (Juta Rp)
I. Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka (ILMEA)
382 2.299 11.001 25.617
1. Logam Mesin & Perekayasaan 139 634 3.600 8.889
2. Elektronika & Aneka 31 131 1.000 951
3. Tekstil 122 1.068 2.900 8.546
4. Alat Pengangkutan 90 466 3.501 7.231
II. Industri Kimia, Agro, & Hasil Hutan (IKAHH)
1.304 13.320 32.162 105.817
1. Kimia 372 2.947 9.000 21.431
2. Agro Industri 635 8.333 17.454 62.015
3. Hasil Hutan 254 1.801 3.645 14.292
4. Pulp & Kertas 43 189 2.063 8.079
Jumlah 1.686 15.619 43.163 131.434
2010 1.678 15.506 42.011 122.125
2009 1.651 15.440 41.905 119.435
2008 1.645 15.370 37.297 93.604
2007 1.609 15.125 40.489 109.973
Sumber : Dinas ESDM Perindag Kabupaten Lombok Timur
Jumlah industri non formal di Kabupaten Lombok Timur berjumlah 15.810 unit
usaha, terjadi kenaikan 1,53% dari tahun 2010 yang berjumlah 15.572 unit usaha.
Dari 15.810 unit usaha, 85,83% atau 13.570 unit usaha adalah industri kimia, agro
dan hasil hutan (IKAHH). Selebihnya adalah industri logam, mesin, elektronika dan
aneka (ILMEA).
Tabel 0-82. Indikator Perusahaan Non Formal Menurut Cabang Industri di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011
Cabang Industri Jumlah Usaha
Jumlah Tenga Kerja
Nilai Investasi (Juta Rp)
Produksi (Juta Rp)
I. Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka (ILMEA) 2.240 4.745 4.166 19.631
1. Logam Mesin & Perekayasaan 465 1.520 1.003 14.432
2. Elektronika & Aneka - - - -
3. Tekstil 1.775 3.051 3.163 5.199
4. Alat Pengangkutan - - - -
II. Industri Kimia, Agro, & Hasil Hutan (IKAHH) 13.570 42.539 39.993 122.290
1. Kimia 2.050 7.520 9.405 40.841
2. Agro Industri 5000 21.498 22.365 49.808
3. Hasil Hutan 6.520 13.521 8.223 31.641
Jumlah 15.810 47.284 44.159 141.921
2010 15.572 16.034 41.101 133.481
2009 15.388 15.944 44.159 141.921
2008 14.924 14.704 38.499 120.509
2007 14.783 13.197 41.671 141.097
Sumber : Dinas ESDM Perindag Kabupaten Lombok Timur
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-74
2. Sub sektor Listrik dan Air Minum
Listrik. Tahun 2011 energi yang terjual mencapai 103.854.138 KWH dengan jumlah
pelanggan 87.659 pelanggan. Sebagian besar energi yang terjual untuk kelompok
tarif rumah tangga yang mencapai 67.083.621 KWH atau sekitar 64,59% dari seluruh
energi yang terjual pada PLN Ranting Selong. Urutan berikutnya kelompok bisnis dan
kelompok multiguna dengan presentase masing-masing 13,90% dan 9,02%.
Tabel 0-83. Jumlah Pelanggan, Daya tersambung dan Energi Terjual Menurut Kelompok Tarif Pada PLN Ranting Selong Tahun 2011
Kelompok Tarif Jumlah
Pelanggan Daya Tersambung
(VA) Energi Terjual
(KWH)
Sosial 2.446 2.653.700 5.064.879
Rumah Tangga 83.098 50.154.000 67.083.621
Bisnis 1.783 7.052.300 9.370.817
Industri 8 1.340.500 3.256.840
Publik 323 1.816.550 4.646.504
Multiguna 1 6.000.000 14.431.477
Jumlah 87.659 69.017.050 103.854.138
Sumber : Statistik PT PLN Wilayah NTB
Air Minum. Kebutuhan akan air bersih atau minum di Kabupaten Lombok Timur
dari tahun ke tahun terus meningkat, baik jumlah pelanggan maupun volume yang
air yang dibutuhkan. Volume air minum yang disalurkan oleh PDAM Kabupaten
Lombok Timur ditahun 2011 mencapai 4,996 juta m3 dengan jumlah pelangan yang
mencapai 17.460 pelanggan, dengan rata-rat pemakaian 286,14 m3. Jumlah tersebut
meningkat 9,68% dari tahun 2010 yang hanya 15.919 pelanggan. Nilai yang
dihasilkan mencapai Rp 12,4 miliar.
Tabel 0-84. Pertumbuhan Jumlah Pelanggan, Pemakaian dan Nilai Pada PDAM
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-2011
Uraian Tahun
2008 2009 2010 2011
Pelanggan 12.956 14.853 15.919 17.460
Pemakaian Air (m3) 4.479.449 4.985.823 5.248.328 4.996.098
Nilai 6.300.576 7.109.928 10.644.252 12.409.731
Rata-rata Pemakaian (m3) 345,66 335,68 329,69 286,14
Rata-rata Tarif per m3 (Rp) 1.406 1.426 2.028 2.483
Presentasi Kenaikan
a. Konsumen 5,51 14,62 7,18 9,68
b. Pemakaian Air 7,56 11,30 5,27 (4,81)
c. Nilai Air 8,15 12,85 49,71 16,59
Sumber : PDAM Kabupaten Lombok Timur
c. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Komoditas unggulan di sektor pertambangan Kabupaten Lombok Timur adalah
tambang batu apung dan pasir besi, selain sebagai penghasil batubara terbesar di
NTB dengan kualitas terbaik. Potensi batu apung cukup luas sekitar 719,96 ha
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-75
dengan deposit 81.693.360 m3, yang diperkirakan dapat habis setelah penambangan
selama 15-20 tahun kedepan. Pada tahun 2011 jumlah perusahaan yang melakukan
penambangan di Kabupaten Lombok Timur berjumlah 261 perusahaan dengan
jumlah tenaga kerja 3.488 orang dan nilai produksi Rp 39,2 miliar.
Tabel 0-85. Indikator Perusahaan/Usaha Pertambangan/Penggalian di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2009-2011
Indikator Tahun
2009 2010 2011
Perusahaan (unit usaha) 288 359 261
Tenaga Kerja (orang) 3.139 4.475 3.488
Nilai Investasi (000 Rp) 1.796.892 4.970.000 6.100.000
Nilai Produksi (000 Rp) 38.744.905 42.855.938 39.200.000
Sumber : Dinas ESDM Perindag Kabupaten Lombok Timur
d. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
1. Sub sektor Perdagangan
Sektor perdagangan memiliki andil terbesar bagi pertumbuhan PDRB Lombok Timur
tahun 2011, dari total pertumbuhan sebesar 6,12%, sektor ini menyumbang sebesar
1,79%. Sumbangan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tinggi disebabkan
sifat sektor perdagangan yang memiliki foreward Linkage (dampak ikutan) yang
sensitif, perkembangan sektor lainnya terutama sektor primer memberi pengaruh
yang signifikan terhadap sektor perdagangan mengingat sebagian besar produksi
sektor primer (pertanian) di Lombok Timur diperdagangkan, sedangkan untuk
konsumsi sendiri hanya sebagian kecilnya saja.
Tabel 0-86. Pertumbuhan Perusahaan Perdagangan Menurut Skala di Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2001-2011
Tahun Jumlah Perdagangan
Besar Menengah Kecil Jumlah
2001 1 14 396 411
2002 3 9 414 426
2003 2 35 299 336
2004 2 28 424 454
2005 6 17 581 604
2006 6 25 597 628
2007 5 31 791 827
2008 3 32 1.458 1.493
2009 10 32 848 890
2010 10 44 832 886
2011 1 27 390 418
Sumber : Kantor Perizinan Satu Atap Kabupaten Lombok Timur
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-76
Tabel 0-87. Pertumbuhan Jumlah Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang di Terbitkan
di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011
Bentuk Perusahaan TDP Yang Diterbitkan
2007 2008 2009 2010 2011
Perseroan Terbatas 12 9 19 10 15
Koperasi 29 14 21 14 7
Persekutuan Komanditer (CV) 90 32 78 32 70
Firma (Fa) 0 0 1 0 0
Perusahaan Perorangan 717 1.310 826 748 344
Badan Usaha Lainya 0 2 0 0 116
Perusahaan Asing 1 0 0 0 0
Jumlah 849 1.367 945 804 552
Sumber : Kantor Perizinan Satu Atap Kabupaten Lombok Tengah
2. Sektor Perhotelan dan Pariwisata
Di bidang perhotelan, ditopang oleh kebijakan secara nasional yang menempatkan
industri pariwisata sebagai salah satu sumber utama penerimaan negara, sehingga
pemerintah menetapkan beberapa Daerah Tujuan Wisata (DTW) termasuk NTB
sekaligus Lombok Timur dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan ke
Indonesia. Penetapan DTW dilatarbelakangi oleh sumber daya pariwisata daerah yang
demikian banyak dan prospektif, meskipun untuk Lombok Timur masih belum
tereksploitasi secara optimal. Kabupaten Lombok Timur memiliki 31 obyek wisata
alam dan 31 obyek wisata pantai yang memiliki potensi untuk dikembangkan.
Disamping itu, Kabupaten Lombok Timur juga memiliki beberapa wisata budaya,
kerajinan dan religi yang dapat dikembangkan.
Tabel 0-88. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan dan Jumlah Hotel di Kabupaten
Lombok Tengah Tahun 2008-2011
Tahun Jumlah Wisatawan Jumlah
Hotel Wisman Wisnu Jumlah
2011 2.599 8.657 11.256 30
2010 3.770 8.522 12.292 27
2009 909 5.976 6.885 20
2008 1.380 4.525 5.905 16
Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat
Tingkat kunjungan wisatawan di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011
mencapai 11.256 orang, yang sebagian besar merupakan wisatawan nusantara.
Apabila dilihat dari tren jumlah wisatawan nusantara pada tahun 2008 – 2011
menunjukkan peningkatan dengan besaran yang tidak tetap. Hal tersebut dapat
menunjukkan bahwa potensi wisata di Kabupaten Lombok Timur dapat ditingkatkan.
Disisi lain, tingkat kunjungan wisatawan mancanegara menunjukkan angka yang
cukup fluktuatif, yang dapat diartikan bahwa potensi wisata di Kabupaten Lombok
Timur dapat dikembangkan, terutama dari segi promosi.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-77
e. Sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi
Sektor perhubungan dan telekomunikasi merupakan sektor sekunder yang secara
langsung maupun tak langsung dapat menopang kelangsungan produksi sektor-
sektor ekonomi yang lainya.
1. Sub sektor Pengangkutan
Pengangkutan Darat. Setiap tahun jumlah kendaraan bermotor mengalami
peningkatan-terus. Jumlah kendaraan bermotor meningkat lebih dari dua kali lipat
pada tahun 2011 dibanding tahun 2007. Jenis kendaraan bermotor didominasi oleh
sepeda motor yang mencapai 164.196 unit atau sekitar 94,74% dari total kendaraan
yang ada di Kabupaten Lombok Timur.
Tabel 0-89. Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenisnya di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011
Jenis Kendaraan Tahun (Unit)
2007 2008 2009 2010 2011
Mobil Penumpang 1.980 2.346 2.445 3.194 3.590
1. Sedan 243 279 279 360 401
2. Jeep 365 415 417 476 490
3. Station Wagon 1.371 1.651 1.651 2.356 2.697
4. Minicap 1 - 97 2 2
5. Lainya - 1 1 - -
Mobil Beban 3.347 3.347 3.800 4.756 5.107
1. Truck Barang 1.015 1.081 1.119 1.258 1.343
2. Pick Up 2.286 2.564 2.627 3.443 3.715
3. Ambulance 33 33 33 36 36
4. Pemadam Api 7 8 8 7 7
5. Lainya 6 13 13 12 6
Mobil Bus 393 391 393 398 410
1. Micro Bus 391 391 391 391 403
2. Bus Biasa 2 - 2 7 7
3. Lainya - - - - -
Sepeda Motor 78.381 97.396 121.240 144.569 164.196
Jumlah 84.071 103.832 128.240 152.917 173.303
Sumber : Kepolisian Resort Lombok Timur
Pengangkutan Laut. Adanya beberapa pelabuhan di Kabupaten Lombok Timur,
mempunyai dampak yang positif untuk untuk memperlancar hubungan sosial
ekonomi di Pulau Lombok dan sekitarnya. Pelabuhan penyeberangan Kayangan
berfungsi untuk memperlancar hubungan Pulau Lombok dengan Pulau Sumbawa,
juga antara wilayah Jawa, Bali, NTB, dan NTT. Adapun kegiatan bongkar muat
barang berpusat di Pelabuhan Tanjung Luar, Labuhan Haji dan Labuhan Lombok.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-78
Tabel 0-90. Jumlah Arus Kegiatan Di Pelabuhan Labuhan Lombok, Labuhan Haji,
dan Tanjung Luar Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011
No Kegiatan 2007 2008 2009 2010 2011
1 Arus Kunjungan Kapal laut 232 425 320 438 486
2 Arus Penumpang (orang)
a. Turun - 10.114 2.092 1.301 3.868
b. Naik 1.031 12.757 - 2.780 1.818
3 Bongkar Barang Muat Barang
a. Bongkar (ton/m3) 19.005 16.704 36.651 41.607 38.402
b. Muat (ton/m3) - - - -
Sumber : Kantor Pelabuhan Labuhan Lombok
Arus bongkar muat barang dari tahun 2007-2010 di tiga pelabuhan mengalami
peningkatan yang cukup signifikan, akan tetapi pada tahun 2011 terjadi penurunan
kegiatan bongkar barang di tiga pelabuhan sekitar 8,35%, yang mana pada tahun
2010 barang yang dibongkar di tiga pelabuhan mencapai 41.607 ton, akan tetapi
pada tahun 2011 hanya 38.402 ton saja. Ini artinya suplai barang ke Kabupaten
Lombok Timur khususnya dan Pulau Lombok pada umumnya melalui pelabuhan
Labuhan Lombok, Labuhan Haji dan Tanjung Luar terjadi penurunan.
Kegiatan penyeberangan di Pelabuhan Penyeberangan Kayangan, yang
menghubungkan Pulau Lombok dengan Pulau Sumbawa dari tahun ketahun
mengalami peningkatan, hal ini disebabkan jalur ini adalah jalur utama transportasi
diantara kedua pulau tersebut. Untuk arus penumpang yang menuju ke pulau
Lombok pada tahun mengalami peningkatan sebesar 5%, sedangkan penumpang
yang menuju ke pulau sumbawa mengalami penurunan 7,23%.
Tabel 0-91. Jumlah Arus Kegiatan di Pelabuhan Penyeberangan Kayangan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2009-2011
No Kegiatan 2009 2010 2011
1 Arus Kunjungan Kapal laut - - 10.725
2 Arus Penumpang (orang)
a. Turun 45.717 33.522 35.200
b. Naik 37.067 24.261 22.230
3 Bongkar Muat Kendaraan
Roda 2
a. Bongkar (unit) 100.841 125.901 125.622
b. Muat (ton/m3) 106.905 129.409 120.685
Roda 4
a. Bongkar (unit) 93.438 107.865 233.766
b. Muat (ton/m3) 95.478 109.907 119.314
Sumber : Kantor Pelabuhan Labuhan Lombok
2. Sub sektor Pos Telekomunikasi
Pada tahun 2011 lalu lintas rekening giro, wesel pos dan tabanas pada kantor PT Pos
Indonesia cabang Selong tercatat Rp 442,56 miliar rekening masuk, diantaranya lebih
dari 55,5% adalah wesel pos luar negeri, karena sebagian besar masyarakat
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-79
Kabupaten Lombok Timur banyak yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang
tersebar dibeberapa negara. Adapun rekening yang keluar dari PT Pos sebesar Rp
148,49 miliar, dimana 80,6% adalah rekening untuk giro dan pensiunan.
Arus masuk surat-menyurat di PT Pos Selong tahun 2011 dari yang terbanyak adalah
surat khusus yang mencapai 88.804 buah, diikuti surat pos biasa dalam negeri
sebanyak 36.572 buah. Adapun arus surat keluar adalah surat pos biasa dalam
negeri sebanyak 47.241 buah diikuti surat khusus khilat sebanyak 21.122.
Indikator produksi telekomunikasi di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011
dilihat dari sudah terpasangnya 5.172 sambungan dari kapasitas 5.800 sambungan
yang tersedia. Jumlah ini hanya mengalami kenaikan 0,4%. Hal tersebut dapat
dimaklumi karena telepon rumah kalah bersaing dengan telepon selular yang lebih
fleksibel dan praktis. Selain menyediakan jasa telepon rumah, PT Telkom wilayah
Lombok Timur juga menyediakan fasilitas speedy untuk koneksi telekomunikasi yang
mana pada tahun 2011 jumlah pelangganya sudah mencapai 2.750 pelanggan.
f. Sektor Jasa dan Keuangan
Dalam bidang keuangan, dukungan koperasi dalam aktivitas perekonomian guna
menumbuhkembangkan ekonomi rakyat sangat dirasakan peranan/manfaatnya.
Revitalisasi berbagai aspek baik kualitas anggota maupun kuantitas koperasi perlu
terus mendapat perhatian sehingga dapat menjadi strategi yang baik untuk
meningkatkan kemajuan dan manfaat lembaga koperasi dalam menyejahterakan
masyarakat di Lombok Timur.
3.4.3. Profil UMKM
Pada Tahun 2010, industri kecil menengah IKM/UMKM di Kabupaten Lombok Timur
mencapai 17.539 unit usaha dan menyerap tenaga kerja 52.320 orang. Unit usaha
tersebut tersebar dibeberapa sektor industri dan tergabung dalam beberapa sentra
industri. Di Kabupaten Lombok Timur terdapat 243 sentra industri didalamnya
terdapat 93 sentra industri makanan minuman (pangan) yang meliputi bakso,
kerupuk, keripik, dodol, kue basah/kering, roti, telur asin, pemindangan ikan dan
tahu tempe, yang tersebar di Kecamatan Selong, Pringgabaya dan Labuhan Haji.
68 sentra industri lainnya adalah sentra industri sandang yang didalamnya meliputi
industri konveksi, bordir, tenun dan tenun gedokan. Industri sandang, terutama
konveksi dan bordir banyak terdapat di Kec. Labuhan Haji dan Aikmel, Tenun
gedogan banyak di Kec. Pringgabaya dan Aikme dan benang pintal hanya terdapat di
Kec. Sukamulia. Sentra Industri kimia dan bahan bangunan mempunyai 17 sentra,
yang meliputi industri bata dan genting yang banyak terdapat di Kec. Aikmel dan
Sakra Barat, industri meubel di Kec. Sakra dan Masbagik. Terdapat 9 sentra industri
Logam dan elektronika yang meliputi industri emas dan perak yang banyak terdapat
di Kec. Sakra, dan Selong, dan industri pande besi di Kec. Sikur.
Industri kerajinan terdapat 68 sentra industri yang meliputi industri kerajinan
gerabah terdapat di Kec. Masbagik dan Sakra Timur anyaman bambu di Kec. Sikur
dan Terara, industri anyaman lontar di Kec. Terara dan Wonosobo dan kerajinan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-80
kayu di Keruak. Industri kecil kerajinan gerabah, kerajianan anyaman bambu,
kerajinan tenun gedogan, kerajinan anyaman lontar dan kerajinan kayu potensinya
sangat besar karena didukung ketersediaan bahan baku yang berlimpah di
Kabupaten Lombok Timur.
Sementara itu, IKM dan UMKM yang besar dari segi kuantitas masih belum didukung
oleh perkembangan yang memadai dari segi kualitasnya, sehingga kinerja UMKM
masih tertinggal. Ketertinggalan kinerja UMKM tersebut disebabkan terutama oleh
kekurangmampuan UMKM dalam bidang manajemen, penguasaan teknologi, dan
pemasaran, serta rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM. Tingkat kinerja yang
demikian ini berkaitan dengan lemahnya kemampuan dan posisi tawar untuk
mengelola dan mengakses keberbagai sumber daya produktif lainnya, yang meliputi
sumber-sumber informasi, pasar, dan faktor produksi.
Terbatasnya akses terhadap sumber daya finansial juga merupakan masalah utama
bagi usaha mikro. Usaha mikro yang bermodal kecil umumnya tidak berbadan
hukum dan masih menerapkan manajemen usaha yang sangat sederhana. Oleh
karena itu, usaha mikro ini sangat sulit untuk memperoleh akses kepada lembaga
keuangan perbankan.
Selain itu, penguasaan teknologi, manajemen, informasi, dan pasar juga masih jauh
dari memadai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, UMKM memerlukan biaya yang
relatif besar, apalagi jika dikelola secara mandiri oleh UMKM. Pemerintah Kabupaten
Lombok Timur perlu turun tangan membantu kemudahan akses para pengusaha
mikro tersebut untuk memperoleh bantuan pendanaan agar dapat mengembangkan
usahanya. Dorongan dan kemudahan pendirian dan penyebaran lembaga keuangan
mikro atau kecil yang berlokasi dekat dengan sentra usaha mikro juga perlu
memperoleh perhatian.
Tabel 0-92. Sentra Industri Kecil Menengah berdasarkan Sebarannya dan Jenis Usaha di Kabupaten Lombok Timur s/d Tahun 2010
Jenis Usaha Sentra/
Kecamatan
Jumlah
Jenis Usaha Sentra/
Kecamatan
Jumlah
IKM Tenaga
Kerja IKM
Tenaga
Kerja
Pangan Kerajinan
1. Garam Halus Jerowaru 97 428 1. Anyaman
Bambu Halus &
Kasar
Aikmel 77 240
Keruak 70 350 Keruak 35 70
2. Garam Kasar Jerowaru 52 208 Montong Gading 131 305
Keruak 34 136 Pringgabaya 22 45
3. Gula Aren Aikmel 26 41 Sakra 131 305
Montong Gading 12 24 Sikur 769 1.239
Sembalun 31 100 Terara 436 992
Sikur 32 64 Sakra Barat 35 67
4. Ikan Pindang Labuhan Haji 95 230 Sukamulia 74 208
Pringabaya 210 591 Suwela 21 82
Keruak 77 231 Wanasaba 184 428
Sakra 52 155 2. Anyaman Ketak Keruak 60 42
5. Kerupuk Aikmel 32 78 Masbagik 30 60
Labuhan Haji 23 61 Terara 65 130
Masbagik 215 478 3. Anyaman LIdi Sikur 15 16
Pringgabaya 47 110 4. Anyan Lontar Sikur 110 368
Selong 116 283 Suela 15 30
Sikur 23 99 Terara 1.130 3.139
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-81
Jenis Usaha Sentra/
Kecamatan
Jumlah
Jenis Usaha Sentra/
Kecamatan
Jumlah
IKM Tenaga
Kerja IKM
Tenaga
Kerja
Sukamulia 23 150 5. Anyaman
Mendong
Masbagik 20 30
Wanasaba 34 114 Pringgasela 15 30
6. Kerupuk
Kulit
Pringgabaya 15 170 Suralaga 225 582
Sakra 23 90 7. Anyaman
Pandan
Aikmel 165 267
selong 23 100 Jerowaru 50 150
Sikur 11 35 Keruak 53 150
8. Minyak
Kelapa
Labuhan Haji 134 775 Pringgabaya 20 40
Masbagik 46 137 Sakra 155 356
Pringgabaya 124 624 Sakra Timur 20 43
Sambalia 39 100 Selong 63 80
Selong 37 116 Sikur 210 392
Suralaga 57 129 Sukamulia 84 150
9. Pengovenan
Tembakau
Keruak 48 240 Wanasaba 788 1.500
Labuhan Haji 10 47 8. Gerabah Aikmel 76 228
Montong Gading 397 1.969 Keruak 55 165
Sakra 550 2.748 Masbagik 709 2.129
Sakra Barat 240 1.270 Peringgasela 52 156
Sakra Timur 200 1.168 Sakra Timur 163 489
Selong 18 90 Selong 25 75
Sikur 279 1.622 Sikur 65 195
Sukamulia 41 369 Sukamulia 83 249
Terara 694 3.040 Wanasaba 28 84
Wanasaba 15 104 9. Kerajinan
Kayu
Keruak 62 111
10. Tahu Aikmel 18 59 Masbagik 5 11
Masbagik 48 166 11. Sabut Kelapa Pringgabaya 650 920
Selong 13 34 12. Sapu Ijuk Wanasaba 75 150
10. Temberodok Sakra 45 85 Jumlah 68 8.760 19.624
11. Tempe Aikmel 35 60
Sakra 22 38 Sandang
12. Terasi Jerowaru 29 145 1. Benang Pintal Sukamulia 16 14
2. Bordir Aikmel 39 77
Jumlah 93 5.69
5
24.843 Keruak 12 20
Labuhan Haji 9 38
Logam & Elektronika Masbagik 34 62
Pringgabaya 15 45
1. Emas/ Perak Sakra 165 496 Selong 35 68
Selong 56 170 Wanasaba 17 22
2. Kaleng Sikur 17 20 3. Kasur Masbagik 42 102
Terara 16 23 4. Konveksi Aikmel 88 134
3. Pande Besi Masbagik 9 36 Keruak 14 21
Pringgabaya 15 62 Labuhan Haji 100 129
Sambelia 10 40 Masbagik 33 81
Sikur 128 512 Montong Gading 28 53
Sukamulia 53 212 Pringgabaya 17 26
Pringgasela 39 51
Jumlah 9 469 1.571 Sakra 18 37
Sakra Barat 41 77
Kimia & Bangunan Sakra Timur 15 23
Selong 62 124
1. Bata/
Genteng
Aikmel 119 595 Sikur 17 26
Sakra Timur 42 210 Suela 13 19
Pringgabaya 36 175 Suralaga 13 28
Sakra Barat 90 450 Terara 79 179
Keruak 40 200 Wanasaba 15 33
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-82
Jenis Usaha Sentra/
Kecamatan
Jumlah
Jenis Usaha Sentra/
Kecamatan
Jumlah
IKM Tenaga
Kerja IKM
Tenaga
Kerja
Terara 90 450 5. Tenun Gedogan Aikmel 101 140
Sambalia 25 124 Keruak 100 189
Montong Gading 66 330 Pringgabaya 28 68
Sikur 21 105 Pringgasela 539 678
1. Meubel Kayu Sakra 44 75 Sakra Timur 15 18
Sikur 11 26 Selong 12 25
Masbagik 77 175 Sembalun 37 90
Sukamulia 28 59
Jumlah 17 701 3.009 Suralaga 55 110
Jumlah 68 8.760 19.624
Jumlah Total
Sentra Jumlah IKM Jumlah Tenaga Kerja
243 17.539 52.320
Sumber : Dinas Pertambangan dan Industri Kabupaten Lombok Timur 2008-2010 (diolah)
http://lomboktimurKabupatengo.id/index.php?pilih=hal&id=81
http://www.sentrakukm.com/index.php/direktori/userprofile/S520302
3.4.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM Di Kab. Lombok Timur
Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Kabupaten Lombok Timur pada
November 2012 adalah sebesar Rp 678,19 miliar atau 13,7% dari total kredit
perbankan UMKM di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan kondisi
bulan November 2011, kredit UMKM meningkat sebesar 43,97%. Walaupun terjadi
fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara keseluruhan dari periode
Januari sampai November 2012, rata-rata kenaikan per bulan adalah sebesar 2,99%.
Tabel 0-93. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Tahun 2012 di Kabupaten Lombok Timur
Tahun Bulan
Klasifikasi Usaha
Total Kenaikan
(%) Mikro Kecil Menengah
(Jutaan Rp)
% (Jutaan
Rp) %
(Jutaan Rp)
%
2011 Nov 170.493 36,19 193.321 41,04 107.246 22,77 471.060 Des 172.740 34,85 206.682 41,70 116.252 23,45 495.675 2012 Jan 164.971 33,65 210.053 42,84 115.304 23,52 490.328 -1,08
Feb 176.787 34,26 224.248 43,46 114.988 22,28 516.024 5,24
Mar 188.102 33,71 245.668 44,03 124.209 22,26 557.978 8,13
Apr 180.734 32,40 254.770 45,67 122.346 21,93 557.851 -0,02
Mei 200.452 34,07 259.740 44,15 128.143 21,78 588.335 5,46
Jun 231.820 34,70 290.853 43,78 143.763 21,52 668.020 13,54
Jul 240.061 35,47 290.853 42,97 145.901 21,56 676.815 1,32
Agust 218.357 33,12 290.960 44,14 149.931 22,74 659.247 -2,60
Sep 220.540 32,21 294.224 42,97 169.952 24,82 684.717 3,86
Okt 218.554 31,90 295.207 43,08 171.454 25,02 685.215 0,07
Nov 209.598 30,91 299.958 44,23 168.629 24,86 678.185 -1.03
Rata rata kenaikan ( %)
2,99
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-83
Tabel 0-94. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaannya di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012
Bulan
Modal Kerja Modal Investasi
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
Jan 457.556 93,32 -0,70 32.763 6,68 -6,63
Feb 483.134 93,63 5,59 32.889 6,37 0,38
Mar 523.060 93,74 6,17 34.919 6,26 6,17
Apr 522.345 93,64 -0,14 35.506 6,26 1,68
Mei 550.515 93,57 5,39 37,820 6,43 6,52
Jun 616.479 92,28 11,98 51.540 7,72 36,28
Jul 625.479 92,42 1,46 51.335 7,58 -0,40
Agust 608.748 92,38 -2,67 50.499 7,73 -1,63
Sep 634.232 92,63 4,19 50.485 7,37 -0,03
Okt 635.039 92,68 0,13 50,176 7,32 -0,61
Nov 627.563 92,54 -1,18 50.622 7,46 0,89
Jumlah/Rata2 6.284.159 92,98 2,94 478.555 7,02 3,39
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November 2012 dari total kredit UMKM
sebesar Rp 678,19 miliar, sebagian adalah untuk skala kredit kecil mencapai Rp.
299,96 miliar (44,23%), kemudian diikuti oleh kredit skala mikro mencapai Rp. 209,6
miliar (30,91%). Sedangkan pangsa kredit skala Menengah sebesar Rp. 678,2 miliar
(24,86%).
Berdasarkan jenis penggunaan, pada tahun 2012 penyaluran kredit UMKM oleh
Bank umum di Kabupaten Lombok Timur dari bulan Januari - November mengalami
peningkatan. Rata-rata pertumbuhan jumlah kredit UMKM berdasarkan
penggunaanya mengalami peningkatan 2,94% per tahun untuk modal kerja dan
3,39% per tahun untuk modal investasi. Penyaluran kredit masih didominasi oleh
kredit modal kerja dengan nominal kredit sebesar Rp 6, 284 triliun atau 92,98% dari
total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan, selebihnya untuk kredit
investasi sebesar Rp 478,56 miliar atau 7,02%.
Data statistik perbankan terkait pemberian kredit per sektor ekonomi UMKM di
Kabupaten Lombok Timur hingga triwulan ke empat (Tw4) tahun 2012 (data bulan
oktober dan november), realisasi penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum
mencapai Rp 1,363 triliun. Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun 2012 terjadi
peningkatan pada setiap triwulan.
Tabel 0-95. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Lombok Timur Periode Tahun 2012
SEKTOR EKONOMI Tw1
(Jutaan Rp)
Tw2 (Jutaan
Rp)
Tw3 (Jutaan
Rp)
Tw4 (Jutaan
Rp)
1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
26.015 31.914 45.141 34.494
2. Pertambangan dan Penggalian 211 1.373 6.374 4.166
3. Industri Pengolahan 35.180 40.228 51.491 38.376
4. Listrik, Gas dan Air 0 24 34 14
5. Kontruksi 30.774 30.873 28.329 20.823
6. Perantara Keuangan - - - -
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-84
SEKTOR EKONOMI
Tw1
(Jutaan Rp)
Tw2
(Jutaan Rp)
Tw3
(Jutaan Rp)
Tw4
(Jutaan Rp)
7. Perdagangan, Hotel dan Restoran 957.468 1.199.589 1.481.377 1.021.556
8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial
- - - -
9. Pengangkutan Dan Komunikasi 2.787 6.024 11.253 8.710
10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 115.154 144.846 196.023 111.976
11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -
12. Jasa Pendidikan - - - -
13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -
14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya
- - - -
15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga
- - - -
16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya
- - - -
17. Jasa-jasa 396.742 359.336 200.756 123.285
18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -
19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -
Jumlah 1.564.331 1.814.205 2.020.778 1.363.400
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Pertumbuhan kredit Pada triwulan kedua (Tw2) mencapai Rp 1,814 triliun naik
15,97% dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp 1,564 triliun, dan triwulan ketiga
(Tw3) naik menjadi Rp 2,020 triliun atau 11,39% dari triwulan kedua (Tw2). Secara
sektoral, penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan
restoran yang mencapai 61,21% atau Rp 957,5 miliar pada triwulan pertama (Tw1),
66,12% atau Rp1,199 triliun pada triwulan kedua (Tw2), 73,31% atau Rp1,48 triliun
pada triwulan ketiga (Tw3), dan 81,24% atau Rp 950,24 miliar pada triwulan keempat
(Tw4). Kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar Rp 396,7 miliar pada triwulan
pertama (Tw1), Rp 359,3 miliar pada triwulan kedua (TW2), Rp 200,8 miliar pada
triwulan ketiga (Tw3) dan Rp 123 milliar pada triwulan ke empat (Tw4).
3.5. Kabupaten Sumbawa
3.5.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dari tahun ke tahun
menggambarkan perkembangan PDRB yang disebabkan oleh adanya perubahan
dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam
tingkat harganya. Untuk mengukur perubahan volume produksi atau perkembangan
produksi secara nyata, faktor pengaruh harga perlu dihilangkan dengan cara
menghitung PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).
Perekonomian Kabupaten Sumbawa ditunjukkan oleh Angka PDRB ADHB yang pada
tahun 2000 – 2010 telah tumbuh hampir empat kali lipat yakni Rp 1,17 triliun pada
tahun 2000 menjadi Rp 3,97 triliun pada tahun 2010. Pertumbuhan nilai tambah
tersebut belum banyak disebabkan oleh peningkatan volume barang/jasa, namun
lebih disebabkan oleh pengaruh kenaikan harga, sehingga bila faktor kenaikan harga
(faktor inflasi) dikeluarkan dari perhitungan maka perkembangan nilai perekonomian
Kabupaten Sumbawa dalam sepuluh tahun terakhir jauh lebih rendah. Kondisi
sebagaimana ditunjukkan oleh nilai PDRB ADHK yang tumbuh dari Rp 1,16 triliun
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-85
pada tahun 2000 menjadi Rp 1,83 triliun pada tahun 2010. Data ini menunjukkan
bahwa nilai perekonomian Kabupaten Sumbawa dalam satu dasawarsa terakhir
masih dominan disebabkan oleh faktor kenaikan harga dibandingkan peningkatan
jumlah atau volume produk barang atau jasa yang dihasilkan.
Tabel 0-96. PDRB Kabupaten Sumbawa Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010
No LAPANGAN USAHA ADHB
(juta Rp.)
ADHK
(juta Rp)
1 Pertanian, Peteternakan, Kehutanan dan Perikanan 1.587.662 747.179
2 Pertambangan dan Penggalian 81.427 40.772
3 Industri Pengolahan 127.891 79.219
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 21.870 10.534
5 Bangunan 471.584 220.339
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 777.251 352.149
7 Pengangkutan dan Komunikasi 241.866 113.607
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 100.722 52.550
9 Jasa-jasa 557.846 217.067
P D R B/Gross Regional Domestik Product 3.968.119 1.833.216
Sumber: Bappeda dan BPS (2011) PDRB Kabupaten Sumbawa
Gambar 0-10. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Sumbawa Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010
Sumber : Kabupaten Sumbawa Dalam Angka 2012
Sumbangan PDRB Kabupaten Sumbawa paling besar berasal dari sektor pertanian,
yaitu 40,01% yang diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar
19,59%. Sektor yang memberikan sumbangan paling kecil adalah sektor listrik, gas
dan air bersih. Laju pertumbuhan sektoral memperlihatkan bahwa 7 (tujuh) sektor
perekonomian tumbuh diatas rata-rata, yakni: (1) sektor listrik, gas dan air bersih
40.01
2.05
3.22 0.55
11.89
19.59
6.08
2.54 14.06
Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Sumbawa Menurut Lapangan Usaha Adhb Tahun 2010
Pertanian
Pertambangan danPenggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel &Restoran
Pengankutan danKomunikasi
Keuangan, Persewaan &Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-86
(7,74%); (2) perdagangan, hotel dan restoran (6,38%); (3) pengangkutan dan
komunikasi (5,68%); (4) bangunan (5,82%); (5) industri pengolahan (5,26%); (6)
pertambangan dan penggalian (5,02%); serta (7) keuangan, persewaan dan jasa
usaha (4,98%). sedangkan 2 (dua) sektor lainnya masih berada dibawah rata-rata,
yakni sektor pertanian (3,33%) dan sektor jasa-jasa lainnya (2,98%).
Secara umum sumber perekonomian masyarakat Kabupaten Sumbawa bersumber
dari sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa. Meskipun sumber
pendapatan masyarakat sama namun besarnya pendapatan antar masyarakat
berbeda-beda tergantung dari luas lahan, kesuburan lahan, status pekerjaan dan
lain sebagianya. Kabupaten Sumbawa terbagi menjadi 3 (tiga) Sub Satuan Wilayah
Pengembangan (SSWP). Oleh karena itu analisis Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dapat dilakukan berdasarkan 3 SSWP tersebut.
Ke tiga SSWP tersebut adalah: Pertama, SSWP I Sumbawa yang meliputi Kecamatan
Sumbawa, Unter Iwes, Moyohulu, Moyohilir, Moyo Utara, Labuhan Badas,
Batulanteh, Lunyuk, Orong Telu, Ropang, Lape dan Lopok; Kedua, SSWP II Alas yang
meliputi Kecamatan Alas Barat, Alas, Buer, Utan dan Rhee; dan Ketiga, SSWP III
Empang yang meliputi Kecamatan Empang, Tarano, Plampang, Labangka dan
Maronge. PDRB merupakan kumulatif nilai tambah sektoral yang dihasilkan dari
keseluruhan aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Keanekaragaman dalam
kepemilikan sumber daya dan kemampuannya dalam mengelola sumber daya
tersebut, membuat PDRB yang dihasilkan masing-masing SSWP di wilayah
Kabupaten Sumbawa menjadi bervariasi. PDRB Kabupaten Sumbawa pada tahun
2010 mencapai Rp 3,96 triliun atas dasar harga berlaku, sedangkan atas dasar harga
konstan 2000 mencapai 1,83 triliun rupiah. Jika diperhatikan PDRB yang dihasilkan
masing-masing SSWP di Kabupaten Sumbawa dalam kurun waktu 2008-2010 cukup
bervariasi. SSWP yang mencapai PDRB tertinggi baik atas dasar harga berlaku
maupun konstan selama tahun 2008-2010 adalah Sub Satuan Wilayah
Pengembangan I Sumbawa, dan terkecil adalah Sub Satuan Wilayah Pengembangan
III Empang.
Tabel 0-97. PDRB Kabupaten Sumbawa Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Menurut Sub Satuan Wilayah Pengembangan Tahun 2010
No SSWP PDRB ADHB (Juta Rp)
Laju Pertumbuhan
PDRB ADHB (%)
2008 2009 2010 2008 2009 2010
1 SSWP I Sumbawa 1.934.352 2214.572 2524.737 15,21 14,49 14,01
2 SSWP II Alas 590.152 663.773 750.387 12,96 12,47 13,05
3 SSWP III Empang 552.485 622.977 710.120 14,31 12,76 13,99
Kabupaten Sumbawa 3.076.989 3.601.322 3.968.119 14,16 13,24 13,68
Sumber: Bappeda dan BPS (2011) PDRB Kabupaten Sumbawa
3.5.2. Kondisi Produksi
Kegiatan produksi menunjukkan kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya
dengan daya saing daerah. Kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik
(attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah ada maupun yang akan masuk ke
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-87
suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing
daerah. Secara sektoral, kemampuan ekonomi daerah diuraikan sebagai berikut.
a. Sektor Pertanian
1. Sub sektor Tanaman Pangan
Sub sektor tanaman pangan merupakan salah satu bidang usaha yang strategis dan
menyumbang kontribusi yang cukup besar bagi PDRB. Tanaman yang memiliki
potensi yang cukup besar untuk dikembangkan adalah tanaman padi, jagung dan
kacang hijau.
Tanaman padi yang merupakan bahan makanan pokok masyarakat dan merupakan
komoditas strategis bagi Kabupaten Sumbawa. Dalam kurun waktu 2007-2010
terjadi peningkatan luas panen padi dari 61.930 ha menjadi 73.359 ha atau rata-rata
meningkat 10,7% per tahun, sedangkan produksinya meningkat rata-rata 9% per
tahun dari 284.110 ton tahun 2007 menjadi 337.417 ton tahun 2010. Namun
demikian produktivitas padi mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat.
Secara keseluruhan produktivitas padi di Kabupaten Sumbawa selama periode 2007-
2010 meningkat 0,1% per tahun.
Gambar 0-11. Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Dompu
Tabel 0-98. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten Sumbawa Tahun 2007-2010
No Uraian 2007 2008 2009 2010 Perubahan
(%)
1 Luas Panen (Ha) 61.930 68.854 76.471 73.359 6,2
2 Produktivitas (Ton/ha) 4,59 4,83 5,02 4,60 0,1
3 Produksi (Ton) 284.110 332.515 383.649 337.417 6,3
Sumber: Sumbawa Dalam Angka 2011
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
2008 2009 2010 2011
Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Dompu
Padi
Jagung
Kedelai
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-88
Selain tanaman padi, jagung merupakan salah satu produk unggulan di Kabupaten
Sumbawa. Pertumbuhan luas areal panen pada tahun 2010 mengalami penurunan
yang cukup signifikan dari tahun 2009, yaitu dari 27.199 ha di tahun 2009 menjadi
14.528 ha. Penurunan produksi jagung disebabkan karena pada tahun 2010 terjadi
kekeringan yang cukup panjang yang berakibat terjadinya “puso” pada tanaman
jagung. Meskipun demikian, dalam tahun 2007 - 2010 luas areal panen meningkat
rata-rata tahunan 10,7%, sedangkan pertumbuhan produksi jagung rata-rata
tahunan sebesar 28,6%, dan produktivitasnya tumbuh rata-rata 13,6%.
Tabel 0-99. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung di Kabupaten Sumbawa Tahun 2007-2010
No Uraian 2007 2008 2009 2010 Perubahan
(%)
1 Luas Panen (Ha) 11.004 16.047 27.199 14.528 10,7
2 Produktivitas (Ton/ha) 2,81 3,27 3,71 3,95 13,6
3 Produksi (Ton) 30.904 52.530 100.840 57.425 28,6
Sumber: Sumbawa Dalam Angka 2011
2. Sub sektor Sayuran
Tidak banyak komoditas sayur-sayuran yang dihasilkan di Kabupaten Sumbawa
beberapa tahun terakhir, bila adapun produksinya dari tahun ketahun mengalami
penurunan. Pada tahun 2011 produksi sayuran yang dihasilkan adalah bawang
merah, sawi, tomat, kacang panjang, terong, cabe besar dan kecil.
Adapun hasil produksi yang terbanyak adalah produksi bawang merah mencapai
6.481 ton, turun 26,59% dari produksi tahun 2010. Diikuti oleh tomat dan cabe yang
masing-masing produksinya 1.752 ton dan 1.006 ton, yang juga mengalami
penurunan 25,16%.
Tabel 0-100. Pertumbuhan Jumlah Produksi Sayuran di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008-2011
Komoditas Tahun (ton)
2008 2009 2010 2011
Petsai/Sawi 598 150 167 98
Bawang Merah 17.698 22.148 8.788 6.481
Tomat 1.129 1.131 2.341 1.752
Kacang - - - 314
Cabe Besar - - - 229
Cabe Rawit - - - 1.006
Terong - - - 687
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa
3. Sub sektor Buah-buahan
Kabupaten Sumbawa adalah salah satu sentra buah mangga di Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Pada tahun 2011 produksi mangga mencapai 33.548 ton dari areal
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-89
panen 3.084 ha dengan produktifitas 108,88 kw/ha. Dilihat dari jumlah hasil
panennya, tertinggi kedua adalah buah nangka dengan hasil produksi mencapai
19.973 ton dari hasil panen di areal seluas 1.060 ha.
Tabel 0-101. Produksi Buah-buahan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011
Komoditas Luas Panen
(ha)
Produktifitas
(kw/ha)
Produksi
(ton)
Mangga 3.084,43 108,77 33.548,09
Sawo 702,76 144,54 10.157,57
Durian 28,78 138,58 398,84
Jeruk Siam 119,37 114,53 1.367,12
Jeruk Besar 1,75 442,61 77,46
Nangka 1.060,11 188,41 19.973.79
Pepaya 8,53 50,90 43,43
Pisang 129,82 326,71 4.241,20
Rambutan 50,04 91,51 457,94
Sukun 5,84 86,15 50,34
Sirsak 62,05 28,20 174,95
Belimbing 10,68 276,04 294,82
Jambu Biji 341,77 50,64 1,730,79
Jambu Air 40,10 27,93 112,01
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa
4. Sub sektor Perkebunan
Sub sektor perkebunan diharapkan akan menjadi andalan ekspor Kabupaten
Sumbawa. Beberapa jenis komoditas menjadi hasil perkebunan yang cukup potensi
antara lain kelapa, kopi, jambu mete, asam kemiri dan lainya. Produksi komoditas
perkebunan secara umum mencapai 10.663 ton pada tahun 2011.
Produksi kelapa mencapai 3.628 ton, mengalami kenaikan 24,16%, diikuti oleh kopi
2.514 ton naik 13,96%, dan jambu mete 2.050 ton naik 17,46% dari produksi tahun
2010. Ada beberapa komoditas perkebunan di Kabupaten Sumbawa yang
produktivitasnya kecil pada tahun 2011, disebabkan karena dalam areal tanaman
tersebut terdapat tanaman yang belum menghasilkan (TBM).
Tabel 0-102. Pertumbuhan Jumlah Produksi Komoditas Perkebunan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008-2011
Komoditas Tahun
Rata-rata 2008 2009 2010 2011
Kelapa 2.987 2.239 2.922 3.628 13,09
Kopi 1.609 1.726 2.206 2.514 11,87
Jambu Mete 1.551 846 1.692 2.050 18,51
Kakao 0.30 0,23 91 92 15,41
Kemiri 349 93 0,39 963 47,94
Asam 1.293 279 293 522 36,36
Kapuk 101 43 123 151 43,76
Pinang 6 14 25 479 67,71
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-90
Komoditas Tahun
Rata-rata 2008 2009 2010 2011
Vanili 0,47 0,47 - - (33,33)
Lontar 37 10 41 - 74,24
Jarak pagar 558 558 486 89 (0,98)
Tembakau Rakyat 130 139 160
Tebu 358 397 15
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sumbawa 2011
5. Sub sektor Kehutanan
Adanya pengetatan pemerintah di sub sektor kehutanan, menyebabkan produksi
kehutanan terjadi penurunan. Luas hutan di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2011
sebesar 3.88.033,40 ha, yang terdiri dari hutan lindung, hutan taman buru, hutan
produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan wisata, dan taman laut. Beberapa
hasil kehutanan daerah Sumbawa yang merupakan komoditas ekspor yang sangat
laris, seperti hasil olahan kayu, rotan, sarang burung walet dan madu.
Gambar 0-12. Luas Hutan di Kabupaten Sumbawa Berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan Tahun 2011
Sumber : Sumbawa Dalam Angka 2012
Tabel 0-103. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu Lainya di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011
No Jenis Hasil Hutan Produksi
1 Madu (liter) 260
2 Asam (ton) -
167,130.68
22,537.90
138,572.44
53,691.88
100.50
6,000.00
Luas Hutan di Kabupaten Sumbawa Berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan (ha)
Hutan lindung
Hutan taman buru
Hutan produksi terbatas
Hutan produksi tetap
Hutan wisata alam
Taman laut
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-91
No Jenis Hasil Hutan Produksi
3 Bambu (batang) -
4 Arang (ton) -
5 Kayu Kuning (ton) -
6 Sepang (ton) -
7 Rotan (ton) 342
8 Lonto Liana (ton) 31,5
9 Ketak
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sumbawa 2011
6. Sub sektor Peternakan
Potensi pengembangan kawasan peternakan sampai tahun 2011, tersebar di
beberapa kecamatan, dan sebaran populasi terbesar berada pada: (1) Sapi Sumbawa
(lokasi: Desa Penyaring Kec. Moyo Utara); dan (2) Kerbau Sumbawa (lokasi: Desa
pernek, Lenangguar, Sumbawa, Karang Dima, Rhee, Stowe Brang, Juru Mapin,
Labuhan Alas, Labuhan Mapin, Mapin Kebak, Olat Rawa, Jotang).
Pada tahun 2010, Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu kabupaten dari 10
kabupaten/kota di NTB yang memiliki proporsi sumbangan cukup besar terhadap
populasi ternak NTB. Proporsi tersebut yaitu, populasi kuda di Sumbawa mencapai
48,93% dari populasi kuda di NTB, kerbau 34,50% dan sapi 22,53%.
Gambar 0-13. Perkembangan Populasi Ternak Non Unggas di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 – 2011
Sumber : Kabupaten Sumbawa Dalam Angka 2011
2008 2009 2010 2011
115,644
130,995
156,797 167,335
64,407 56,636 54,535 55,706
36,505 37,326 37,436 38,505 38,467 36,622 38,462 39,396
1,224 1,307 1,270 1,363 6,707 5,632 5,580 6,159
Perkembangan Populasi Ternak Non Unggas di
Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 - 2011
Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba Babi
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-92
Gambar 0-14. Perkembangan Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Sumbawa Tahun
2008 - 2011 Sumber : Kabupaten Sumbawa Dalam Angka 2011
Pada Gambar III-13, terlihat bahwa Kabupaten Sumbawa memiliki potensi yang
sangat besar untuk pengembangan peternakan non unggas, terutama ternak sapi.
Populasi ternak sapi di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2008 – 2011 menunjukkan
peningkatan. Populasi ternak non unggas yang terbanyak kedua adalah ternak
kerbau, yang mencapai 55.706 ekor pada tahun 2011. Namun, perkembangan
populasi ternak kerbau pada tahun 2008 – 2011 cenderung konstan dan tidak
mengalami perkembangan yang berarti.
Perkembangan populasi ternak unggas di Kabupaten Sumbawa ditunjukkan pada
Gambar III-14. Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa Kabupaten Sumbawa
memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan ternak ayam buras. Hal tersebut
terlihat dari peningkatan populasi ternak ayam buras pada tahun 2008 – 2011 yang
terus meningkat, yang mencapai 652.733 ekor pada tahun 2011. Ternak unggas lain
yang memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan adalah ternak ayam
ras pedaging yang mencapai populasi 287.346 ekor pada tahun 2011.
7. Sub sektor Perikanan
Luas potensi wilayah perairan usaha penangkapan ikan di Kabupaten Sumbawa
3.831,72 km dan telah dimanfaatkan dengan produksi pada tahun 2007 sebesar
33.970 ton dan tahun 2008 sebesar 36.357,59 ton, tahun 2009 sebesar 38.758 ton,
dan tahun 2010 sebesar 42.930 ton. Jenis ikan tangkapan yang dilakukan di
Kabupaten Sumbawa antara lain: ikan tongkol, cakalang, tenggiri, cumi-cumi,
layang, kembung, lemuru, kerapu dan jenis ikan karang lainnya. Penangkapan ikan
sepenuhnya dilakukan oleh nelayan tradisional dengan jumlah nelayan tahun 2007
sebanyak 6.749 orang (3.036 RTP) dan di tahun 2008 sebanyak 6.850 orang (3.207
RTP). Tahun 2009 sebanyak 7.428 (3.281 RTP) dan Tahun 2010 sebanyak 7.659
(3.696 RTP).
2008 2009 2010 2011
216,378
273,690
192,118
287,346
557,546 568,038 607,700
652,733
6,605 7,524 7,539 10,203 5,662 4,693 6,054
Perkembangan Populasi Ternak Unggas di
Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 - 2011
Ayam Ras Pedaging Ayam Buras Itik Entok
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-93
Tabel 0-104. Potensi dan Pemanfaatan Sumber daya Perikanan Kabupaten Sumbawa Tahun 2011
No Sumber daya
Potensi Dimanfaatkan
Luas (ha) Prod (ton) Luas (ha) (%) Prod (ton)
(%)
1 Perikanan Laut
a. Perikanan tangkap 8.977.600 259.043 964.322 10,7 41.090 15,9
b. Budidaya di laut 21.850 912.093 8.308 38,0 44.133 4,8
1. Budidaya rumput laut 14.950 897.000 5.940 39,7 43.935 4,9
2. Budidaya Kerapu 1.200 15.080 260 21,7 198 1,3
3. Budidaya Mutiara 5.700 13 2.108 37,0 0 2,2
2 Perairan umum 2.024 2.024 1.552 76,7 1.840 90,9
3 Perairan Air Tawar 2.268 13.868 132 5,8 430 3,1
4 Perairan Air Payau 10.375 12.745 2.720 26,2 32.903 258,2
TOTAL 9.014.117 1.199.773 977.034 10,8 120.396 10,0
Sumber: RPJMD Kabupaten Sumbawa (2012)
Potensi areal untuk pengembangan budidaya laut seluas ± 21.850 ha dengan potensi
produksi 912.093 ton/tahun. Sedangkan tingkat pemanfaatannya sampai dengan
tahun 2010 berkisar seluas 8.308 ha (38,02%) dengan total produksi sebesar 44.133
ton (4%). Komoditas yang berpotensi untuk dibudidayakan di Kabupaten Sumbawa
antara lain mutiara, ikan kerapu, dan rumput laut. Pemanfaatan potensi perairan
untuk ketiga komoditas perikanan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
(1) Potensi areal pemanfaatan budidaya mutiara adalah 5.700 ha. Potensi tersebut
pada tahun 2011 dimanfaatkan sekitar 2.108 ha (36,98%) dengan total
produksi sebesar 300 kg. Pemanfaatan dilakukan pihak swasta (pada 10
kecamatan (Alas Barat, Alas, Utan, Rhee, Lab. Badas, Moyo Hilir, Lape,
Plampang, Labangka dan Tarano);
(2) Luas potensi areal pemanfaatan budidaya ikan kerapu 1.200 ha, areal yang
telah dimanfaatkan sampai tahun 2010 sekitar 260 ha (201,66%) dengan
produksi 198 ton;
(3) Kegiatan usaha budidaya rumput laut merupakan jenis usaha budidaya yang
cukup berkembang dengan baik, mengingat areal yang dapat dimanfaatkan
cukup luas yaitu 14.950 ha. Pemanfaatan potensi lahan (areal perairan) untuk
usaha budidaya rumput laut pada tahun 2009 sekitar 5.650 ha (37,79%)
dengan total produksi sebesar 27.057 ton (basah) dan tahun 2010 seluas
5.940 ha (39,73%) dengan total produksi 43.935 ton (basah).
(4) Luas areal budidaya tambak di Kabupaten Sumbawa adalah 10.375 ha
tersebar di 15 (lima belas) kecamatan. Areal yang telah dimanfaatkan seluas
2.720,3 ha (26,21%) dengan total produksi 32.903 ton, meliputi komoditas
udang 30.887 ton dan bandeng 2.016 ton.
b. Sektor Industri, Listrik, dan Air Bersih / Minum
1. Sub sektor Industri Pengolahan
Jumlah industri di Kabupaten Sumbawa tahun 2011 mencapai 2810 unit usaha
dengan tenaga kerja yang terserap mencapai 5.996 orang dan menghasilkan nilai
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-94
produksi lebih dari Rp 22 miliar. Dari jumlah tersebut, 70,57% adalah bidang
industri kimia, agro dan hasil hutan, dengan menyerap tenaga kerja 4.719 orang
tenaga kerja dan menghasilkan nilai produksi sekitar Rp 19 miliar. Selebihnya adalah
bidang industri logam, mesin, elektronika dan aneka.
Tabel 0-105. Banyaknya Sentra Industri, Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Produksi dan Investasi di Kabupaten Sumbawa Tahun 2009-2011
Jenis Industri Sentra
Industri
Unit
Usaha
Tenaga
Kerja
(orang)
Nilai
Produksi
(Rp)
Investasi
(Rp)
I. Bidang IKAHH
a. Industri Makanan dan Minuman 43 882 1.829 9.710.146 993.916
b. Industri Kayu, Rotan, Rumput Laut dan Sejenis 27 476 914 8.187.048 774.066
c. Industri Pulp, Kertas dan Bahan Kimia 28 625 1.976 1.544.690 1.639.242
Jumlah 98 1.983 4.719 19.441.884 3.407.224
II. Bidang ILMEA
1. Industri Aneka 5 92 115 20.874 38.330
2. Industri Elektronika - - - - -
3. Industri Tekstil 34 649 830 775.750 357.674
4. Industri Logam Mesin dan Alat Angkut 9 86 332 2.367.450 465.728
Jumlah 48 827 1.277 3.164.074 861.732
Jumlah total 146 2.810 5.996 22.605.958 4.268.956
2010 143 2.782 5.936 75.974.366 36.039.646
2009 143 2.782 5.936 101.847.614 38.657.986
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumbawa
2. Sub sektor Listrik
Hingga tahun 2010, terdapat 158 desa yang sudah terlayani listrik PLN (93,54%),
dengan jumlah pelanggan sebanyak 71.721 pelanggan pada semua klasifikasi.
Konsumen terbesar yang memanfaatkan daya listrik adalah rumah tangga yang
mencapai 93% - 95%.
Tabel 0-106. Perkembangan Ketersediaan PLN dan Jumlah Pelangan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008-2011
No Uraian Tahun
2007 2008 2009 2010
1 Daya Tersambung 53.018,69 59.639,10 64.400,10 67.607,80
2 KWH Jual 88.004.933 98.379.659 108.597.276 118.609.493
3 KWH Pemakaian 88.035.254 98.449.388 108.597.276 118.609.493
4 Jumlah Desa Terlayani Listrik 123 123 123 158
5 Jumlah Pelanggan 54.781 56.645 57.454 71.721
a. Sosial 1.121 1.188 1.255 1.586
b. Rumah Tangga 51.644 53.382 54.133 67.085
c. Usaha 1.581 1.611 1.578 2.349
d. Industri 44 54 59 65
e. Gedung dan Jasa 391 410 429 636
% Rumah Tangga 94,27 94,25 94,22 93,54
Sumber : PLN Cabang Sumbawa 2011
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-95
Selain pasokan energi listrik dari PLN, di Kabupaten Sumbawa juga terdapat layanan
pasokan energi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Banyaknya pembangkit listrik tenaga surya
pada tahun 2011 mencapai 138,25 KW/unit dengan jumlah konsumen 2.657 rumah.
3. Sub sektor Air Minum
Produksi air bersih yang disalurkan di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2008 – 2011
terus menunjukkan peningkatan baik dari sisi volume maupun nilai air yang
disalurkan. Jumlah pelanggan air bersih juga terus menunjukkan peningkatan yang
mencapai 13.770 pelanggan. Namun, jumlah tersebut masih terbilang kecil (12,52%)
apabila dibandingkan dengan jumlah unit rumah yang ada di Kabupaten Sumbawa.
Pelanggan air bersih di Kabupaten Sumbawa sebagian besar (84,38%) adalah
pelanggan kelompok II atau rumah tangga.
Tabel 0-107. Banyaknya Pelanggan dan Nilai Air Bersih yang Disalurkan Menurut
Kategori Pelanggan Pada PDAM Kabupaten Sumbawa Tahun 2011
Kategori Pelanggan Banyaknya
Pelanggan
Air Bersih Yang Disalurkan Presentase
Volume (m3) Nilai (Rp.)
Kelompok I 358 248.480 321.903.320 5,68
Kelompok 2 13.242 3.229.945 4.780.037.800 84,38
Kelompok 3 159 226.906 343.767.780 6,07
Kelompok 4 11 81.990 219.155.600 3,87
Jumlah 13.770 3.787.321 5.664.864.500 100,00
2010 12.663 3.565.187 4.879.918.440 100,00
2009 11.665 3.146.332 4.437.883.020 100,00
2008 10.345 2.560.954 3.479.958.176 100,00
Sumber : PDAM Kabupaten Sumbawa
c. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
1. Sub sektor Pengangkutan
Pengangkutan Darat. Pada tahun 2011 armada angkutan yang terdaftar dibedakan
menurut jenis penggunaan kendaraan yaitu mobil beban, mobil angkutan dan mobil
penumpang, sedangkan kendaraan umum yang beroperasi berdasarkan jenis
trayeknya antara lain angkutan kota dalam provinsi, angkutan kota dalam provinsi
dan angkutan tradisional. Perkembangan kendaraan umum di Kabupaten Sumbawa
dapat lihat pada Gambar III-15.
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bawa perkembangan kendaraan umum di
Kabupaten Sumbawa mengalami penurunan pada tahun 2009 – 2011. Hal tersebut
kemungkinan disebabkan karena semakin banyaknya kendaraan pribadi yang ada di
kabupaten tersebut.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-96
Gambar 0-15. Perkembangan Kendaraan Angkutan Umum di Kabupaten Sumbawa Tahun 2006-2011
Perhubungan Udara. Kondisi perhubungan di Kabupaten Sumbawa tercermin dari
aktivitas lalu lintas di bandara Brang Biji. Kegiatan di bandara Brang Biji pada
tahun 2011, ada 1.046 arus lalu-lintas pesawat dengan kedatangan dan
keberangkatan pesawat masing-masing 523 fligt. Adapun jumlah kedatangan
penumpang 10.554 orang dan keberangkatan penumpang dari bandara mencapai
20.356 orang.
Tabel 0-108. Lalu Lintas Pesawat Udara, Penumpang dan Bagasi di Bandara Brang Biji Kabupaten Sumbawa tahun 2008-2011
Kegiatan Tahun
2008 2009 2010 2011
Lalu Lintas Pesawat
- Datang 256 336 326 523
- Berangkat 256 336 326 523
Penumpang
- Datang 5.639 8.882 6.906 10.554
- Berangkat 5.637 8.604 6.589 20.356
Bagasi
- Bongkar 45.384 67.166 45.187 70.683
- Muat 45.571 62.456 42.879 66.426
Sumber : Bandar Udara Brang Biji Kabupaten Sumbawa
2. Sub sektor Pos dan Komunikasi
Pos. Jumlah kantor pos di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2011 sebanyak 12
buah, terdiri dari 11 kantor cabang dan 1 kantor pembantu. Banyaknya rekening
yang masuk dan keluar setiap tahun di Pos Kabupaten Sumbawa relatif besar. Pada
2006 2007 2008 2009 2010 2011
158 130 138 138 135 76
255 245 216 215 210 160 98 98 98 98 98 9 38 29 29 29 29 4
1,706 1,624
1,182 1,182 1,182
720
Perkembangan Kendaraan Angkutan Umum di Kabupaten Sumbawa Tahun 2006-2011
Angkutan Kota Angkutan Pedesaan
Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP)
Angkutan Tradisional
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-97
tahun 2011 volume wesel pos dalam negeri yang masuk dan keluar Kabupaten
Sumbawa masing-masing 26.358 dan 57.197 transaksi dengan nilai Rp 86,29 miliar
dan Rp 85,36 miliar. Sedangkan untuk wesel pos luar negeri 99,84% adalah volume
masuk dengan nilai Rp 62,869 miliar, sedangkan nilai wesel keluar Rp 194,29 juta.
Untuk layanan kilat khusus yang masuk pada tahun 2011 mencapai 15.799.299
surat, sedangkan yang keluar hanya 23.270 surat. Untuk layanan paket yang masuk
3.287.000 paket, sedangkan yang keluar hanya 1.647 paket.
Tabel 0-109. Lalu Lintas Layanan Pos dan Giro Dirinci Menurut Jenisnya di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011
Jenis Layanan Masuk Keluar
Volume Nilai Volume Nilai
Giro - - - -
Wesel Pos Dalam Negeri 26.358 86.291.454.506 57.197 85.366.236.742
Wesel Pos Luar Negeri 22.896 62.869.254.800 37 194.293.856
BTN (Setoran) 4.279 10.383.220.233 2.949 27.159.273.100
Surat Kilat Khusus 15.799.299 - 23.270 422.031.958
Takesra/Kukesra - - - -
Paket Kilat 3.287.000 - 1.647 13.225.386
EMS 70 - 512 101.109.815
Paket Pos Dalam Negeri - - 4.703 325.554.586
Jumlah 19.139.902 159.543.929.539 90.315 110.581.725.443
2010 300.052 146.998.154.053 360.329 90.012.671.280
2009 174.137 126.938.821.214 104.394 33.385.943.673
2008 38.222 20.980.378.398 46.134 18.114.649.930
Sumber : PT (persero) Pos Indonesia Kabupaten Sumbawa
Telekomunikasi. Selain pos, sarana yang sering digunakan dalam memperlancar
komunikasi adalah telepon. Pada tahun 2011 kapasitas sentral yang terpasang di
PT Telkom sebanyak 1.728 unit dengan jumlah pelanggan telepon mencapai 4.500
pelanggan dan 2 warung telekomunikasi. Berkurangnya jumlah pelangan telepon
rumah dan warung telepon dikarenakan kemudahan akses telepon selular dengan
provider yang memudahkan dan memanjakan konsumen.
d. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
1. Sub sektor Perdagangan
Perdagangan luar negeri Kabupaten Sumbawa pada tahun 2010 tercatat 300,05 ton
dengan nilai Rp 3,189 miliar. Dari total nilai ekspor Kabupaten Sumbawa, 88,61%
adalah nilai ekspor rotan olahan yang mencapai Rp 2,8 miliar. Adapun sisanya
adalah minyak jarak sebesar Rp 359,13 juta, kerapu hidup sebesar Rp 3,97 juta dan
lobster.
Perdagangan dalam negeri Kabupaten Sumbawa ditandai dengan meningkatnya
jumlah badan usaha perdagangan yang terdaftar di Dinas Koperasi, Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Sumbawa yang pada tahun 2008 tercatat 6.382
perusahaan. Dari jumlah tersebut 72,96% adalah perusahaan perseorangan, 21,56 %
adalah persekutuan comanditer dan sisanya 5,48% adalah masing-masing
perusahaan perseroan terbatas, koperasi dan firma.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-98
Tabel 0-110. Produksi Perikanan Yang Keluar Daerah dari Kabupaten Sumbawa Menurut Jenis Komoditas Tahun 2010
Komoditas Volume (kg) Nilai (Rp)
Lobster 900 76.500
Kerapu Hidup 69.400 3.966.000
Minyak jarak (liter) 33.750 359.130.000
Rotan Olahan 285.000 2.826.155.700
Jumlah 389.050 3.189.405.200
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan
Tabel 0-111. Banyaknya Penerbitan Tanda Daftar Perusahaan Dirinci Menurut Badan
Usaha di Kabupaten Sumbawa Tahun 2005-2008
Badan Usaha Tahun
2005 2006 2007 2008
Perseroaan Terbatas 132 117 125 132
Koperasi 134 126 131 134
Persekutuan Comanditer 1.376 1.215 1.299 1.376
Firma 39 39 39 39
Perusahaan Perseorangan 4.656 4.020 4.311 4.656
Lainya 45 45 45 45
Jumlah 6.382 5.562 5.950 6.382
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kab.Sumbawa
Perdagangan dalam pada tahun 2011 tercatat nilai produksinya mencapai Rp 83,44
miliar naik 9,8% dari tahun 2010 yang hanya Rp 75,97 miliar. Penyumbang terbesar
perdagangan dalam negeri Kabupaten Sumbawa adalah industri pulp, kertas, dan
bahan kimia sebesar Rp 32,74 miliar atau 39,24% dari jumlah perdagangan. Posisi
kedua dan ketiga masing-masing industri makanan minuman dan industri logam,
mesin, dan perekayasaan dengan persentase 18,08% dan 17,35%.
Tabel 0-112. Bayaknya Nilai Produksi dan Investasi Menurut Jenis Industri di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010-2011
Jenis Industri
2010 2011
Nilai
Produksi (000 Rp.)
Investasi (000Rp.)
Nilai
Produksi (000 Rp.)
Investasi (000Rp.)
Industri Makanan & Minuman 13.958.067 14.020.636 15.083.600 14.201.171
Industri Kayu, Rotan, & Rumput 7.627.359 3.417.351 9.200.000 3.417.460
Industri Pulp, Kertas, & Bahan Kimia 30.093.962 11.332.460 32.741.250 11.478.460
Industri Aneka 609.878 272.034 686.250 272.034
Industri Elektronika 761.072 207.296 776.875 207.296
Industri Tekstil 10.820.315 1.038.522 10.473.000 1.038.522
Industri Logam, Mesin, dan
Perekayasaan
12.103.713 5.751.347 14.481.000 5.942.567
Jumlah 75.974.366 36.039.646 83.441.975 36.557.401
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumbawa
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-99
Dalam rangka pengembangan usaha perdagangan dalam negeri, maka layanan
pembinaan dan layanan fasilitas perizinan dilaksanakan terhadap unit-unit usaha.
Pertumbuhan jumlah usaha perdagangan di Kabupaten Sumbawa mengalami
ketrlambatan. Dari tahun ketahun tidak mengalami peningkatan yang signifikan.
Pada tahun 2009 jumlah usaha perdagangan sebanyak 1.0704 unit usaha
perdagangan. Dari jumlah tersebut 53,83% atau 5.762 unit usaha (jumlah yang sama
tahun 2008) adalah usaha mikro, 44,60% usaha kecil, dan sebagian kecil usaha
menengah.
Tabel 0-113. Pertumbuhan Jumlah Usaha Perdagangan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2005-2009
Skala Usaha Tahun (unit Usaha)
2005 2006 2007 2008 2009
Usaha Mikro Perdagangan 5.762 5.762 5.762 5.762
Usaha Kecil Perdagangan 4.108 4.504 4.860 5.325 4.774
Usaha Menengah Perdagangan 158 154 156 160 268
Usaha Besar Perdagangan
WDP 2.057 2.408 3.252 3.252
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustria dan Perdagangan Kab. Sumbawa
2. Sub sektor Hotel dan Restoran
Pada tahun 2011 di Kabupaten Sumbawa tercatat sebanyak 30 hotel yang tersebar di
enam Kecamatan yaitu Kecamatan Lunyuk, Alas, Sumbawa, Labuhan Badas, Unter
Iwes dan Empang. Komposisi hotel di Kabupaten Sumbawa : 27 buah adalah hotel
melati dan 3 buahnya hotel berbintang.
Gambar 0-16. Jumlah Wisatawan yang Menginap di Kabupaten Sumbawa Tahun 2009 - 2011
Tingkat hunian hotel dan losmen dapat juga dijadikan sebagai salah satu indikator
dalam melihat jumlah tamu dan wisatawan yang berkunjungan ke Kabupaten
2009 2010 2011
29,171 30,742
56,313
1,544 1,251 2,079
Jumlah Wisatawan yang Menginap di
Kabupaten Sumbawa Tahun 2009-2011
Wisatawan Nusantara Wisatawan mancanegara
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-100
Sumbawa, meskipun tidak semua tamu hotel merupakan wisatawan yang akan
berkunjung ke obyek-obyek wisata yang ada. Pada tahun 2011 sebanyak 58.392
orang menginap, diantaranya 56.313 orang adalah tamu domestik dan 2.079 orang
tamu asing. Jumlah mengalami peningkatan yang signifikan bila dibandingan jumlah
tamu yang menginap di tahun 2010 yang hanya 31.993 orang tamu.
Jumlah restoran, rumah makan, café, dan depot pada tahun 2010 di Kabupaten
Sumbawa berjumlah 172 unit usaha. Jumlah ini mengalami peningkatan 9,55% dari
tahun 2006 yang berjumlah 157 unit usaha. Dari 172 unit usaha tersebut
diantaranya 8 unit usaha restoran dan 164 unit usaha rumah makan, café dan
depot dengan jumlah tempat duduk mencapai 2.483 kursi.
Tabel 0-114. Jumlah Restoran/ Rumah Makan di Kabupaten Sumbawa
Uraian
Tahun 2006 Tahun 2010
Jumlah Usaha
Jumlah Kursi
Jumlah Usaha
Jumlah Kursi
Restoran 6 188 8 -
Rumah Makan/Café/Depot 151 2284 164 2483
Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Kabupaten Sumbawa
e. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Keanekaragaman sumber daya dan cadangan mineral tambang baik mineral logam
dan mineral bukan logam dan mineral batuan. Untuk potensi emas di lokasi Dodo
dan sekitarnya secara terukur sebesar 1.671 ton dengan area 200 ha, dan potensi
pasir besi di sepanjang pantai selatan. Potensi mineral salah satu keunggulan
komparatif wilayah. Jenis mineral yang diidentifikasi meliputi pasir batu, batu
bangunan, tanah urug, tanah lempung, kaolin, gipsum, batu gamoing, marmer,
krisopras, batuan silika, kalsedon, emas, perak, tembaga dan pasir besi.
Bidang pertambangan dan energi di Kabupaten Sumbawa cukup berpotensi, sehingga
perlu perhatian yang lebih serius dari pemerintah, terutama dalam hal sumber daya
manusianya. Pemanfaatan mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Sumbawa
tahun 2011 dimana tanah urug dimanfaatkan hingga 91 ribu m3 , diikuti oleh kerikil
dengan 62,07 ribu ton dan batu kali dan batu gunung sebesar 56,56 ribu ton.
Sementara pasir pasang dan pasir batu yang sudah dimanfaatkan sebesar 45,2 ton
dan pasir batu sebesar 30,46 ton.
Tabel 0-115. Banyaknya Pemanfaatan Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011
Jenis Bahan Galian Produksi (ton/m3)
Jenis Bahan Galian Produksi (ton/m3)
Batu Hias 80,00 Batu Gamping -
Batu kali/ Batu Gunung 56.565,52 Kerikil 62.072,92
Batu Tiang 120,00 Pasir Pasang 45.202,74
Pasir Urug 13.436,03 Sirtu 30.467,42
Tanah Urug 91.676,85 Tanah Liat 4.699,76
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sumbawa
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-101
3.5.3. Profil UMKM
Pengembangan UMKM merupakan salah satu urusan wajib Pemerintah Daerah
Kabupaten Sumbawa. Pelaksanaan program/kegiatan RKPD tahun 2011 terdiri dari
program/kegiatan pada 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten Sumbawa sebagaimana
diamanatkan dalam Perda Nomor 1 Tahun 2008. Evaluasi pelaksanaan
program/kegiatan RKPD tahun 2011 diuraikan sebagai berikut.
Pembangunan urusan koperasi dan UMKM di Kabupaten Sumbawa ditandai dengan
peningkatan jumlah koperasi sebanyak 353 unit atau meningkat 2,31% dari tahun
sebelumnya yang berjumlah 345 unit. Berdasarkan hasil pemeringkatan koperasi,
terdapat 41 koperasi dengan peringkat “berkualitas” (meningkat 24,00% dari tahun
sebelumnya), sedangkan 64 unit merupakan koperasi dengan peringkat “cukup
berkualitas” (mengalami peningkatan 14,28% dari tahun sebelumnya), dan terdapat
127 unit koperasi aktif dan 98 unit melaksanakan RAT pada tahun 2011.
Menurunnya jumlah koperasi aktif pada tahun 2010 dan 2011 disebabkan adanya
penyesuaian kondisi organisasi koperasi dengan PP 09 Tahun 1995 tentang Usaha
Simpan Pinjam dimana sebagian besar koperasi aktif yang ada belum memenuhi
kriteria dalam hal persyaratan modal yang disetor. Sementara itu, jumlah koperasi
tidak aktif adalah 226 unit, dengan total jumlah anggota 49.257 orang. Demikian
pula dengan jumlah usaha mikro dan kecil pada tahun 2011 sebanyak 8.383 unit,
jumlah ini lebih rendah dibandingkan tahun 2010 sebanyak 9.293 unit, atau
menurun sebesar 910 unit atau 10,85%. Sedangkan jumlah UMKM pada tahun 2011
sebanyak 5.846, pada tahun 2010 sebanyak 6.114 unit, menurun 268 unit atau
4,58%.
Selain merupakan salah satu urusan wajib, kegiatan pengembangan UMKM/IKM
juga merupakan satu dari 8 urusan pilihan yang dilakukan pemerintah kabupaten.
Pengembangan industri dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan produksi
dan nilai tambah usaha ekonomi masyarakat yang mendukung sektor perdagangan
serta memperlancar distribusi produk. Adapun jumlah industri kecil dan menengah
(IKM) pada tahun 2011 di Kabupaten Sumbawa sejumlah 763 IKM Formal dan 2.810
IKM Non Formal. Keberadaan pelaku industri di Kabupaten Sumbawa saat ini cukup
banyak, namun kontribusi sektor industri pengolahan dalam perekonomian daerah
masih sekitar 3-4% dengan pertumbuhan per tahun dalam lima tahun terakhir
berkisar antara 9-10% per tahun ADHB. Menurut hasil analisis sektor unggulan,
sektor industri di Kabupaten Sumbawa belum dapat dikategorikan sebagai sektor
unggulan daerah. Kondisi tersebut dapat dipahami, mengingat hingga tahun 2011
belum ada industri berskala besar yang beroperasi di Kabupaten Sumbawa.
Tabel 0-116. Sentra Industri Kecil Menengah Menurut Jenis Usaha dan Persebarannya Kabupaten Sumbawa s/d 2010
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan
Unit
Usaha
Tenaga
Kerja Jenis Industri
Sentra/
Kecamatan
Unit
Usaha
Tenaga
Kerja
Pangan Kimia dan Bangunan
1.Dodol Rumput Laut Moyohilir 20 22 1. Bata/Genteng Alas 20 40
Alas Barat 20 45
2. Garam Empang 50 325 Batu Lanteh 20 32
Lape 17 70 Empang 18 53
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-102
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan
Unit Usaha
Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan
Unit Usaha
Tenaga Kerja
Moyo Utara 21 106 Lopok 19 44
3. Gula Aren Batu Lateh 15 25 Lunyuk 48 124
Ropang 69 102 Moyohilir 40 77
4. Gula Kelapa Labuan Badas 17 34 Moyohulu 26 53
Lunyuk 20 42 Plampang 26 48
Sumbawa 40 62 Sumbawa 94 522
Utan 20 25 Utan 32 72
5. Gula Tebu Alas 58 207 2. Kapur Moyohulu 55 162
Empang 47 108 3. Meubel Bambu Batu Lanteh 15 40
Moyohulu 20 80 4. Meubel Kayu Alas Barat 31 47
6. Kacang Mete Labuan Badas 8 31 Batu Lanteh 15 40
7. Keripik Nangka Plampang 20 35 Lantung 12 42
8.Keripik Pisang Lunyuk 15 20 Lape 20 40
9. Keripik Singkong Labuan Badas 10 26 Lenangguar 28 44
Sumbawa 21 35 Lopok 10 20
10. Kerupuk Kulit Sumbawa 15 49 Lunyuk 17 51
Utan 40 95 Moyo Utara 30 47
11. Kerupuk Terigu Alas 25 55 Moyo Hulu 12 47
Lape/Lopok 5 10 Ropang 31 75
12. Kopi Bubuk Batu Lateh 20 20 Sumbawa 27 55
13. Kopra Sumbawa 20 70 5. Meubel Rotan Alas 20 27
14. Masin Empang 12 15 Empang 20 36
15. Minyak Kelapa Buer 17 43 Labuan Badas 10 45
Lunyuk 13 19 Lunyuk 30 75
Sumbawa 80 95 Moyohulu 18 37
16. Pengeringan
Ikan
Plampang 20 20 Ropang 57 110
17. Permen Labu Plampang 10 25 Jumlah 43 826 2.172
Sumbawa 5 40
18. Permen Susu Moyo utara 9 28 Sandang
19. Ragi Tape Moyohulu 20 43 1. Batik Sumbawa Sumbawa 5 8
20. Tahu/Tempe Alas 8 15 2. Bordir Lape 20 20
Lopok 6 12 3. Bordir/Penjahit Moyo Hulu 33 43
Plampang 6 15 Sumbawa 30 67
Sumbawa 20 72 4. Konveksi Alas 10 24
21. Terasi Udang Empang 101 187 Lape 20 333
Lopok 20 23
Jumlah 41 940 2.283 Lunyuk 15 20
Moyo Hilir 11 24
Kerajinan Plampang 8 15
1. Anyaman
bambau
Batu lateh 20 25 Sumbawa 30 47
Moyo Utara 10 20 Unter Iwis 15 45
Utan 18 34 5. Tenun Gedogan Empang 25 40
2. Anyaman Ketak Lengangguar 15 20 Labuhan
Badas
6 12
3. Anyaman Lontar Alas 20 45 Lape 25 30
Moyo Hulu 22 65 Moyohilir 189 231
4. 4.Anyaman Pandan Batu Lateh 45 150 Moyo Hulu 65 91
5. Any Sabut
Kelapa
Sumbawa 16 35 Moyo utara 40 58
6. Batu Aji Moyo Hulu 7 14 Plampang 35 46
Plampang 15 30 Sumbawa 41 61
7. Gerabah Alas 50 104 Utan 20 25
Moyohilir 20 40 Jumlah 34 666 971
Sumbawa 29 40
Utan 32 75 Logam dan Elektronika
8. Kerajinan
Kerang
Alas 10 30 1. Pande Besi Alas 25 51
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-103
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan
Unit Usaha
Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan
Unit Usaha
Tenaga Kerja
9. Kerang-kerangan Alas 20 31 Empang 22 50
Bluer 40 52 Lopok 5 15
10. Ukiran Kayu/
Tanduk
Batu Lateh - - Lunyuk 2 9
Moyohulu 32 197
Jumlah 19 404 856 Jumlah 9 89 322
Jumlah Total
Sentra Unit Usaha Tenaga Kerja
146 2.922 6.604
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumbawa (2008-2011, diolah)
3.5.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten Sumbawa
Peranan perbankan dalam rangka pengembangan untuk UMKM serta sebagai hasil
dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang yang dilaksanakan
Perbankan antara lain dapat dilihat dari perkembangan kredit perbankan untuk
pembiayaan UMKM. Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Kabupaten
Sumbawa pada November 2012 adalah sebesar Rp. 680,9 miliar atau 13,76% dari
total kredit perbankan UMKM di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan
kondisi bulan November 2011, kredit UMKM meningkat sebesar 43,76%.
Tabel 0-117. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Per November Tahun 2012 di Kabupaten Sumbawa
Tahun Bulan
Klasifikasi Usaha
Total Kenaikan
(%) Mikro Kecil Menengah
(Jutaan Rp)
% (Jutaan
Rp) %
(Jutaan Rp)
%
2011 Nov 127.614 26,94 258.635 54,60 87.400 18,45 473.649
Des 138.431 26,83 283.226 54,89 94.339 17,16 515.995
2012 Jan 135.961 26,93 282.349 55.92 86.627 17,16 504.937 -2,14
Feb 152.756 27,86 308.693 56,31 86.780 15,83 548.229 8,57
Mar 156.494 26,30 346.366 58,21 92.125 15,48 594.985 8,53
Apr 151.245 24,81 366.607 60,14 91.691 15,04 609.543 2,45
Mei 158.277 24,50 382.993 59,30 104.639 16,20 645.909 5,97
Jun 158.578 24,04 394.409 59,80 106.563 16,16 659.550 2,11
Jul 160.858 24,53 398.256 60,74 96.577 14,73 655.691 -0,59
Agust 124.188 19,93 401.102 64,39 97,679 15,68 622.970 -4,99
Sep 128.331 20,27 400.604 63,28 104.128 16,45 633,062 1,62
Okt 131.672 20,47 404.212 62,83 107.470 16,70 643.354 1,63
Nov 135.850 19,95 429.391 63,06 115.655 16,99 680.896 5,84
Rata rata kenaikan ( %) 2,64
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Walaupun terjadi fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara
keseluruhan dari periode Januari sampai November 2012, rata-rata kenaikan per
bulan adalah sebesar 2,64%. Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November
2012 dari total kredit UMKM sebesar Rp. 680,9 miliar, setengah lebih adalah untuk
skala kredit Kecil yang mencapai Rp. 429,39 miliar (63,06%), kemudian diikuti oleh
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-104
kredit skala Mikro mencapai Rp. 135,85 miliar (19,95%). Sedangkan pangsa kredit
skala Menengah sebesar Rp. 115,2 miliar (16,99%).
Tabel 0-118. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya
di Kabupaten Sumbawa Tahun 2012
Bulan
Modal Kerja Modal Investasi
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
Jan 342.692 67,87 -6,28 164.244 32,13 7,92
Feb 357.610 65,23 4,35 190.619 34,77 17,49
Mar 379.206 63,73 6,04 215.779 36,27 13,20
Apr 374.883 61,50 -1,14 234.660 38,50 8,75
Mei 384.217 59,48 2,49 261,692 40,52 11,52
Jun 388,027 58,48 0,99 271,523 41,17 3,76
Jul 388.126 59,19 0,03 267.566 40,81 -1,46
Agust 353.028 56,67 -9,04 269.942 42,74 0,89
Sep 362.522 57,26 2,69 270.540 42,74 0,22
Okt 366.677 56,99 1,51 276.677 41,19 2,27
Nov 400.444 58,81 9,21 280.453 41,19 1,36
Jumlah/Rata2 4.097.432 60,51 0,95 2.701.695 39,49 5,99
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Berdasarkan jenis penggunaan (Tabel III-124), pada tahun 2012 penyaluran kredit
UMKM oleh Bank umum di Kabupaten Sumbawa dari bulan Januari - November
mengalami peningkatan secara fluktuatif, secara rata-rata pertumbuhan jumlah
kredit UMKM berdasarkan penggunaanya mengalami peningkatan 0,99% per tahun
untuk modal kerja dan 5,99% per tahun untuk modal investasi. Penyaluran kredit
masih didominasi oleh kredit modal kerja dengan nominal kredit sebesar Rp. 4,097
triliun dengan pangsa pasar sebesar 60,51% dari total kredit UMKM bank umum
yang telah disalurkan, selebihnya untuk kredit modal investasi sebesar Rp. 2,7 miliar
dengan pangsa pasar sebesar 39,49%.
Tabel 0-119. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Sumbawa Periode tahun 2012
SEKTOR EKONOMI Tw1
(Jutaan Rp) Tw2
(Jutaan Rp) Tw3
(Jutaan Rp) Tw4
(Jutaan Rp)
1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
71.718 85.191 86.070 78.230
2. Pertambangan dan Penggalian 1.001 1.013 675 541
3. Industri Pengolahan 16.274 17.661 16.915 18.567
4. Listrik, Gas dan Air - - - -
5. Kontruksi 12.156 37.763 20.637 16.926
6. Perantara Keuangan - - - -
7. Perdagangan, Hotel dan Restauran 1.296.004 1.470.772 1.493.670 1.079.709
8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial
- - - -
9. Pengangkutan Dan Komunikasi 16.447 23.554 16.785 14.825
10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
28.152 30.474 27.976 18.982
11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-105
SEKTOR EKONOMI Tw1
(Jutaan Rp)
Tw2
(Jutaan Rp)
Tw3
(Jutaan Rp)
Tw4
(Jutaan Rp)
12. Jasa Pendidikan - - - -
13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -
14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya
- - - -
15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga
- - - -
16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya
- - - -
17. Jasa-jasa 206.400 248.575 248.996 96.469
18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -
19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -
Jumlah 1.648.151 1.915.002 1.911.723 1.324.251
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Data statistik perbankan terkait pemberian kredit per sektor ekonomi UMKM di
Kabupaten Sumbawa hingga triwulan ke empat (Tw4) tahun 2012 (data bulan
Oktober dan November), realisasi penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum
mencapai Rp 1,324 triliun. Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun 2012,
penyaluran kredit Pada triwulan kedua (Tw2) mencapai Rp. 1,915 triliun naik 16,19%
dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp. 1,648 triliun, tetapi pada triwulan ketiga
(Tw3) mengalami penurunan sebesar 0,17% menjadi Rp. 1,911 triliun dari triwulan
kedua (Tw2). Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor
perdagangan, hotel dan restauran dengan pangsa mencapai 78,63% atau Rp. 1,296
triliun pada triwulan pertama (Tw1), 76,80% atau Rp.1,470 triliun pada triwulan
kedua (Tw2), 78,31% atau Rp.1,49 triliun pada triwulan ketiga (Tw3), dan 81,53%
atau Rp.1,079 triliun pada triwulan keempat (Tw4 data pada bulan oktober dan
november). Kemudian urutan kedua diikuti oleh sektor jasa-jasa yang masing-masing
sebesar Rp.206,4 miliar pada triwulan pertama (Tw1), Rp.248,57 miliar pada triwulan
kedua (TW2), Rp.248,99 miliar pada triwulan ketiga (Tw3) dan Rp.96 milliar pada
triwulan ke empat (Tw4). Perkembangan nilai kredit perbankan pada sektor UMKM
per sektor ekonomi di Kabupaten Sumbawa dapat dilihat pada Tabel III-125.
3.6. Kabupaten Dompu
3.6.1. Produk Domestik Regional Bruto
Produktvitas suatu daerah ditunjukkan oleh sejauh mana tingkat perkembangan
ekonomi daerah tersebut. Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui kondisi
perekonomian suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), karena
dapat memberikan informasi tentang kemampuan lapangan usaha atau sektor
ekonomi dalam menghasilkan output (barang dan jasa) dalam periode waktu tertentu
yang biasanya dilihat dalam satu tahun. Adapun perkembangan PDRB Kabupaten
Dompu dalam kurun waktu 2005 – 2010 disajikan pada Tabel III-124.
Tabel tersebut menggambarkan betapa perekonomian Kabupaten Dompu selalu
mengalami pertumbuhan yang positif, namun laju pertumbuhannya masih relatif
kecil. Hal ini menjadikan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai belum dapat
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat.
Nilai PDRB Kabupaten Dompu masih cukup rendah. Bila dibandingkanan dengan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-106
PDRB Provinsi NTB secara keseluruhan maka share PDRB Kabupaten Dompu
hanyalah 6,34% dari total PDRB Provinsi NTB. Meskipun pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Dompu merupakan pertumbuhan yang positif namun tingkat
pertumbuhannnya masih dibawah tingkat pertumbuhan Provinsi NTB. Hal ini
menujukkan produktivitas Kabupaten Dompu yang relatif rendah dibanding daerah–
daerah lain di NTB.
Tabel 0-120. Perkembangan PDRB Kabupaten Dompu Dalam Kurun Waktu Tahun
2005 - 2010
Tahun
PDRB Harga
Berlaku (Rp)
PDRB Harga
Konstan Thn 2000 (Rp)
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
ADH
Berlaku
ADH
Konstan
2005 1.112.270.483.000 744.740.164.000 - -
2006 1.233.983.610.000 775.178.050.000 10,94 4,08
2007 1.391.218.100.000 813.617.960.000 12,74 4,94
2008 1.552.672.610.000 845.636.620.000 11,60 4,05
2009 1.762.646.010.000 888.806.240.000 11,59 5,10
2010 1.984.267.580.000 931.591.630.000 12,57 4,57
Sumber: BPS Kabupaten Dompu , 2005 – 2009
PDRB Kabupaten Dompu berdasarkan harga berlaku pada tahun 2010 sebesar Rp
1,984 triliun dan atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 931,591 miliar.
Angka tersebut mengalami peningkatan sebesar 12,57% atas dasar harga berlaku
tahun sebelumnya atau 4,57% atas dasar harga konstan pada tahun sebelumnya.
Pertumbuhan juga dialami pada PDRB per kapita. Pada tahun 2010, PDRB per kapita
Kabupaten Sumbawa pada tahun 2010 sebesar 9.061.699,75 atau meningkat 11,83%
dari tahun 2009.
Tabel 0-121. PDRB, Pertumbuhan dan PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2006 – 2009
No Tahun PDRB Berlaku
(juta)
Pertumbuh
an (%)
Jumlah
Penduduk
PDRB Per
Kapita
Pertum
buhan
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
2006
2007
2008
2009
2010
1.233.927,11
1.390.314,81
1.551.157,95
1.762.219,46
1.984.267,58
-
12,67
11,57
13,61
12,97
206.414
208.867
213.185
217.479
218.973
5.977.923,57
6.656.459,92
7.276.112,05
8.102.940,80
9.061.699,73
-
11,35
9,30
11,36
11,83
Sumber: BPS Kabupaten Dompu, 2006-2010
Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari sumbangan masing – masing
sektor/lapangan usaha dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Besarnya sumbangan masing – masing sektor/lapangan usaha
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-107
menunjukkan kemampuan relatif sektor tersebut dalam menciptakan nilai tambah
produksi barang dan jasa dalam kurun waktu satu tahun, dan juga dapat
mencerminkan kemampuan faktor produksi yang terlibat dalam penciptaan nilai
tambah output tersebut.
Tabel 0-122. Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap Pertumbuhan PDRB Dompu
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006 – 2010 (%)
No Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010
1. Pertanian 41,80 40,87 39,86 38,00 36,25
2. Pertambangan dan Penggalian 2,17 2,23 2,21 2,21 2,25
3. Industri Pengolahan 3,72 3,73 3,67 3,68 3,67
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,52 0,50 0,47 0,45 0,45
5. Bangunan 6,71 7,05 7,15 7,33 7,64
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 17,59 17,75 18,25 18,92 19,40
7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,02 7,76 7,99 7,82 7,70
8. Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan
6,29 6,94 7,02 7,10 7,55
9. Jasa-jasa 13,19 13,16 13,39 14,48 15,08
Jumlah 100 100 100 100 100
Sumber: BPS Kabupaten Dompu, 2006 – 2010
Gambar 0-17. Distribusi Persentase PDRB Adhb Menurut Lapangan Usaha Kapaten Dompu Tahun 2010
36.25
2.25
3.67 0.45
7.64 19.4
7.7
7.55
15.08
Distribusi Persentase PDRB Adhb Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Dompu Tahun 2010
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air
Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-108
Sumbangan sektor pertanian dalam pembentukan PDRB Kabupaten Dompu masih
cukup dominan (36,25%) dibandingkan dengan sumbangan sektor lainnya, tetapi
secara umum dari tahun ketahun mengalami penurunan sebagai akibat pergeseran
lapangan usaha yang digeluti oleh penduduk Kabupaten Dompu. Pertumbuhan
masing-masing sektor memperlihatkan bahwa sektor pertanian sebagai penyumbang
terbesar terhadap PDRB Kabupaten Dompu justru memiliki laju pertumbuhan yang
rendah bahkan dalam tahun 2010 memiliki pertumbuhan yang negatif (0,56 %). Hal
ini berkontribusi terhadap lambanya laju pertumbuhan ekonomi secara umum.
Sumbangan terbesar kedua dalam pembentukan PDRB adalah sektor perdagangan,
hotel dan restoran sebesar 19,40%, dengan laju pertumbuhanya sekitar 6,59%, dan
terbesar ketiga dalam pembentukan PDRB Kabupaten Dompu adalah sektor jasa-
jasa, dengan porsi 15,08 %.
3.6.2. Kondisi Produksi
a. Sektor Pertanian
1. Sub sektor Tanaman Pangan
Sebagaimana terlihat pada Gambar III-17, sektor pertanian masih merupakan sektor
dominan dengan kontribusi terhadap PDRB mencapai 36,25%. Namun demikian,
persentasi kontribusinya terhadapa PDRB terus mengalami penurunan, dari 41,80%
di tahun 2006 menjadi hanya 36,25% empat tahun berikutnya, yang diakibatkan
oleh pergeseran lapangan usaha yang digeluti oleh masyarakat Kabupaten Dompu.
Potensi tanaman pangan yang paling besar di Kabupaten Dompu adalah padi. Luas
panen padi sawah dan padi ladang pada tahun 2011 seluas 35.467 ha. Bila
dibandingkan dengan keadaan luas panen pada tahun 2010 seluas 34.540 Ha, maka
terjadi peningkatan sebesar 2,68% dan produksi padi mengalami peningkatan
sebesar 3,1%. Jumlah produksi beras di Kabupaten Dompu yang selalu surplus
setiap tahun mampu menjaga ketersediaan pangan utama, terutama beras, di
Kabupaten Dompu. Jumlah produksi serta kebutuhan padi/beras di Kabupaten
Dompu selama 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel III-127.
Tabel 0-123. Produksi dan Kebutuhan Padi/Beras di Kabupaten Dompu Tahun 2008-
2010
Uraian Produksi (ton)/Tahun
2008 2009 2010
Produksi 124.301 149.452 165.661
Konversi beras 72.095 86.682 96.083
Jumlah penduduk 206.867 213.185 218.984
Kebutuhan perkapita 136 136 136
Kebutuhan konsumen
-konsumen 28.993 28.993 29.782
-benih 1.482 1.636 1.813
-kebutuhan lain (10%) 7.209,50 8.668,20 9.608,32
Sisa stock 34.411 47.385 54.880
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Dompu
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-109
Sedangkan luas panen jagung dan ubi kayu pada tahun 2011 tercatat 15.765 ha dan
82 ha. Dibandingkan tahun sebelumnya mengalami peningkatan 62.21% dan untuk
ubi mengalami penurunan 47,44%. Produksi rata-rata jagung dan ubi kayu mencapai
51.284 ton dan 987 ton, naik dari tahun 2010 masing-masing 63,85% dan 46,91%.
Gambaran produksi tanaman pangan secara umum di Kabupaten Dompu sepanjang
kurun waktu 2008-2011 dapat dilihat pada Gambar III-18.
Gambar 0-18. Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Dompu Tahun 2007 – 2011
2. Sub sektor Sayuran
Luas panen bawang merah pada tahun 2011 seluas 464 ha. Bila dibandingkan
dengan keadaan luas panen pada tahun 2010 seluas 398 ha, maka terjadi
peningkatan sebesar 16,58% dan produksi bawang merah mengalami peningkatan
sebesar 31,15%. Sedangkan luas panen cabe dan tomat pada tahun 2011 tercatat 82
ha dan 24 ha. Dibandingkan tahun sebelumnya mengalami penurunan 12.76% dan
untuk tomat mengalami peningkatan 71,44%.
Tabel 0-124. Perkembangan Produksi Sayuran di Kabupaten Dompu Tahun 2008-2011
Komoditas
2008 2009 2010 2011
Luas
Panen (ha)
Produksi
(ton)
Luas
Panen (ha)
Produksi
(ton)
Luas
Panen (ha)
Produksi
(ton)
Luas
Panen (ha)
Produksi
(ton)
Bawang Merah 362 6.819 982 9.820 398 3.184 464 4.176
Kacang Panjang 53 59 41 32 52 57 73 61
Cabe 55 87,5 83 161 94 84,60 82 109
Tomat 17 79,75 12 26 14 16,8 24 40,24
Terung 5 100 5 19 5 12,80 8 28
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Dompu
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
2007 2008 2009 2010 2011
Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Dompu
Padi
Jagung
Ubi Kayu
Ketela Rambat
Kacang Tanah
Kedelai
Kacang Hijau
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-110
Produksi bawang merah dan tomat mencapai 4.176 ton dan 40,24 ton, naik dari
tahun 2010 masing-masing 28,2% dan 150%. Gambaran produksi tanaman sayuran
secara umum di Kabupaten Dompu sepanjang kurun waktu 2008-2011 dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
3. Sub sektor Buah-buahan
Banyaknya pohon mangga pada tahun 2011 berjumlah 69.709 pohon. Bila
dibandingkan dengan keadaan jumlah pohon pada tahun 2010 sejumlah 152.082
pohon, maka terjadi penurunan sebesar 54,16%. Walaupun jumlah pohon
berkurang, akan tetapi produksi mangga mengalami peningkatan sebesar 388%, hal
ini disebabkan sebagian pohon dalam tahap pohon menghasilkan (TM). Gambaran
produksi tanaman buah-buahan secara umum di Kabupaten Dompu sepanjang
kurun waktu 2008-2011 dapat dilihat pada Tabel III-130.
Tabel 0-125. Perkembangan Produksi Buah-buahan Kabupaten Dompu Tahun 2008-2011
Komoditas Produksi (ton/tahun)
2008 2009 2010 2011
Mangga 50 36 10,20 49,8
Rambutan 0,35 0,48 0,58 150
Nangka 3,61 1,64 4,84 9,23
Jambu Biji 3,52 3,00 3,26 14,05
Jambu Air 3,42 3,19 4,95 8,1
Belimbing 4,30 4,02 3,09 2,54
Sawo 5,90 4,70 3,11 9,80
Pepaya 5,76 6,29 4,50 7,10
Pisang 33,90 31,15 16,30 26,05
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Dompu
4. Sub sektor Perkebunan
Kabupaten Dompu memiliki sekitar 50.324 hektar lahan perkebunan. Dari luas
tersebut, yang telah dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan hingga tahun 2011
seluas 18.196,98 hektar atau sekitar 36,16% dari potensi lahan yang tersedia.
Pemanfaataan lahan terbesar adalah untuk tanaman jambu mete seluas 12.173 ha
atau sekira 69,82% dari lahan yang telah dimanfaatkan.
Urutan berikutnya adalah tanaman kelapa seluas 2.391 ha dan tanaman kopi
dengan luas 1.286 ha. Produksinya masing-masing 5.037,99 ton, 225,01 ton dan
643,40 ton. Bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2010 maka tanamann jambu
mete luas arealnya turun 4,51% dan produksinya naik 15,36%, sedangkan tanaman
kelapa luas arealnya mengalami kenaikan 47% dan produksinya naik 8,24%. Untuk
tanaman kopi luas arealnya naik 7,77% dan produksinya turun 53,06%.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-111
Tabel 0-126. Perkembangan Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Dompu Tahun 2008-2011
Komoditas Produksi (ton/tahun)
2008 2009 2010 2011
Kelapa 491,75 482,54 582,12 634,40
Kopi 379,54 603,81 479,34 225,02
Kapuk 30,46 64,06 47,22 39,25
Pinang 10,21 12,84 6,77 4,53
Asam 149,93 169,29 112,16 69,35
Kemiri 54,86 35,95 106,50 62,52
Kakao 0,40 4,75 4,32 3,85
Tembakau 3,68 2,25 64,70 128,37
Jambu Mete 6.521,64 6.522,01 4.264,23 5.037,99
Jarak Pagar 100,93 48,61 155,07 118,92
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Dompu
5. Sub sektor Kehutanan
Kabupaten Dompu memiliki luas hutan sebesar 138.892,98 ha. Berdasarkan fungsi
kawasan hutan, sebagian besar hutan di Kabupaten Dompu dipergunakan sebagai
hutan lindung 37% dan hutan produksi terbatas 23%.
Gambar 0-19. Luas Kawasan hutan di Kabupaten Dompu
Hasil produksi kayu hutan Kabupaten Dompu selama tahun 2011 hanya kayu rimba
sebesar 4.759.826 m3 dan kayu kebun sebesar 955.767 m3. Terbatasnya jumlah
produksi dan jenis kayu yang dihasilkan karena adanya peraturan ketat mengenai
penebangan liar dan pemeliharaan hutan.
51,882.59
32,640.48
26,156.11
13,572.34
3,988.60
2,146.30 9,543.56
Luas Kawasan Hutan Kabupaten Dompu
Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Tetap
Cagar Alam
Suaka Marga Satwa
Taman Wisata Alam
Taman Buru
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-112
6. Sub sektor Peternakan
Sub sektor peternakan merupakan salah satu andalan Kabupaten Dompu, mengingat
daya dukung lahan sebagai penyedia makanan ternak dan daya tampung ternak
berdasarkan kebutuhan pakan ternak. Sampai dengan tahun 2010 pemanfaatan
daya tampung berkisar 45,49% dari daya tampung yang tersedia.
Gambar 0-20. Perkembangan Populasi Ternak Non Unggas di Kabupaten Dompu
Pada tahun 2011 populasi ternak tercatat 85.612 ekor sapi, 19.431 ekor kerbau,
7.387 ekor kuda dan 51.319 ekor kambing. Keadaan ini jika dbandingkan tahun
2010 mengalami peningkatan 12,51% untuk sapi, kerbau naik 11,09%, kuda naik
9,09% dan kambing 2,01%. Pada Gambar III-20, terlihat bahwa populasi ternak non
unggas yang banyak terdapat di Kabupaten Dompu adalah ternak sapi yang
mencapai 85.612 ekor pada tahun 2011. Ternak lain yang berpotensi untuk
dikembangkan di Kabupaten Dompu adalah ternak kambing, yang populasinya terus
mengalami peningkatan dan mencapai 51.319 ekor pada tahun 2011.
Sedangkan untuk ternak unggas, komoditas yang sangat berpotensi untuk
dikembangkan adalah komoditas ayam, baik ayam buras maupun ayam ras. Gambar
III-21 menunjukkan bahwa populasi ternak unggas yang terbesar di Kabupaten
Dompu adalah ayam buras, yang populasinya terus mengalami peningkatan hingga
162.713 ekor pada tahun 2011. Tren peningkatan populasi juga terlihat pada
populasi ayam ras, yang meningkat hingga 54.658 ekor pada tahun 2011.
2008 2009 2010 2011
61,120 63,198
74,889
85,612
15,522 16,486 17,276 19,431
6,319 6,375 6,715 7,387
43,407 40,751
50,285 51,319
137 115 161 167
1,120 1,039 2,964 3,349
Perkembangan Populasi Ternak Non Unggas di Kabupaten Dompu
Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba Babi
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-113
Gambar 0-21. Perkembangan Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Dompu
7. Sub sektor Perikanan
Sementara itu, dengan luas perairan laut yang mencapai 1.298,17 km2 yang
dilengkapi dengan tiga teluk, yakni Teluk Cempi, Teluk Saleh, serta Teluk Sanggar,
Kabupaten Dompu memiliki peluang untuk memanfaatkan potensi kelautan sebagai
penggerak utama roda perekonomian daerah untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Produksi ikan laut di tahun 2011 mengalami peningkatan 82,23%
menjadi 37.316,61 ton, sedangkan tahun 2010 hanya 6.632,4 ton. Nilai produksi
ikan laut mencapai Rp. 118.904,5 juta. Sedangkan produksi perikanan darat pada
tahun 2011 sebesar 1.060, 4 ton, turun 18,84% dari produksi tahun 2010. Nilai
produksi ikan darat mencapai Rp. 28.172.500.
Tabel 0-127. Pertumbuhan Jumlah Produksi Dirinci Jenis PePenangkapan dan
Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumbawa 2008-2011
Jenis Kegiatan Produksi Tahunan (ton)
2008 2009 2010 2011
Penangkapan di Laut 10.422,36 6.575,30 6.632,40 37.316,61
Perikanan Darat 1.937,93 1.138,8 1.306,81 1.060,4
Penangkapan di Perairan Umum 837,50 951,34 - -
Budidaya 905,50 965,00 220 -
Budidaya Air Payau 1.334,90 1.341,60 295,70 -
Budidaya Air Tawar 117,30 123,10 862,50 -
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Dompu
2008 2009 2010 2011
27,055
143,287 147,587
162,713
25,467
20,543
46,699 54,658
58,955
24,912 25,656 28,478
Perkembangan Populasi Ternak Unggas di
Kabupaten Dompu
Ayam Buras Ayam Ras Itik
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-114
b. Sektor Perindustrian, Listrik dan Air Bersih
1. Sub sektor Industri Pengolahan
Peran sektor industri di Kabupaten Dompu terhadap perekonomian daerah relatif
kecil, dikarenakan industri yang terdapat di Kabupaten Dompu sebagian besar
adalah industri kecil dan kerajinan rumah tangga sehingga output yang dihasilkan
pun juga kecil. Pada tahun 2011 jumlah industri formal di Kabupaten Dompu
mencapai 291 unit usaha dengan output Rp 24,391 milyar, dengan tenaga kerja yang
terserap sebanyak 971 orang. Dibandingkan dengan tahun 2010 dengan jumlah
usaha yang sama dan output yang dihasilkan mengalami peningkatan sebesar
4,99%. Adapun jumlah industri non formal tahun 2011 tercatat 1.276 unit usaha
dengan output Rp 8,040 miliar dan jumlah terserap 4.116 orang.
Tabel 0-128. Banyaknya Perusahan, Tenaga Kerja, dan Nilai Produksi Menurut Kelompok Industri Di Kabupaten Dompu Tahun 2007-2011
Tahun
Industri Formal Industri Non Formal Jumlah
Jumlah Industri
Nilai Produksi
Tenaga Kerja
Jumlah Industri
Nilai Produksi
Tenaga Kerja
Jumlah Industri
Nilai Produksi
Tenaga Kerja
2011 291 24.391.302 971 1.276 8.040.481 4.116 1.276 32.431792 5.087
2010 291 23.172.513 - 1.276 8.040.491 - 1.276 31.213.006 5.050
2009 324 21.700.740 - 1.199 4.876.140 - 1.196 26.576.881 4.948
2008 315 15.413.037 - 1.200 4.765.792 - 1.200 15.413.037 4.324
2007 311 17.372.643 - 1.175 4.841.227 - 1.175 22.213.870 4.700
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Dampu
2. Sub sektor Listrik
Listrik merupakan penunjang kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
umumnya, dan khususnya untuk kegiatan sektor industri. Pada tahun 2011 KWH
yang terpasang di PLN Kabupaten Dompu adalah 2.644.919 KWH. Jumlah KWH yang
disalurkan 3.41.228 KWH dan yang dipakai untuk pembangkit pada masing-masing
PLTD sebesar 8.891 KWH dengan jumlah pelangan sebanyak 22.078 pelanggan. Data
tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan listrik di Kabupaten Dompu lebih besar
daripada kapasitas yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan tersebut disuplai dari
PLN Bima sebesar 783.200 KWH.
Tabel 0-129. Jumlah Pelanggan, Daya tersambung dan Nilai Listrik yang ersalurkan di Kabupaten Dompu Tahun 2011
Sub Ranting Jumlah
Pelanggan
Daya yang
Tersambung (VA)
Nilai (Rp)
Ranting Dompu 12.305 11.217.980 1.300.802.305
Kantor Jaga Hu’u 1.605 1.396.400 144.763.255
Kantor Jaga Sariutu 1.922 1.805.855 153.276.280
Sub Ranting Kwangko 339 254.450 13.921.760
Sub Ranting Kempo 2.353 1.720.330 125.786.840
Sub Ranting Pekat 2.457 2.058.550 130.519.340
Sub Ranting Sanggar 313 265.050 17.273.680
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-115
Sub Ranting Jumlah
Pelanggan
Daya yang
Tersambung (VA)
Nilai (Rp)
Kantor Jaga Kilo 784 524.880 40.843.870
Jumlah 22.078 19.243.495 1.927.187.330
Sumber : Dompu Dalam Angka 2012
3. Sub sektor Air Bersih
Air bersih yang disalurkan oleh PDAM Kabupaten Dompu sebesar 1.947.334 m3. Dari
jumlah tersebut pemakai terbesar adalah untuk kategori pelanggan rumah tangga,
yang pada tahun 2011 mencapai 6.450 pelanggan. Jumlah ini naik 3,01% dibanding
2010. Adapun nilai air bersih yang disalurkan mencapai Rp. 1,094 miliar menurun
sebesar 7,28% dari tahun 2010.
Tabel 0-130. Jumlah Pelangan dan Banyaknya Air Bersih dan Nilai Air Bersih yang
Disalurkan oleh PDAM Kabupaten Dompu Tahun 2009-1011
Tahun Jumlah
Pelanggan
Air Bersih Yang Disalurkan
Volume (m3) Nilai (Rp)
2009 6.281 2.800.673 1.202.901.885
2010 6.256 2.120.681 1.108.204.980
2011 6.450 1.947.334 1.094.962.742
Sumber : Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Dompu
c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
1. Subsektror Perdagangan
Salah satu sektor yang memiliki trend pertumbuhan ekonomi yang meningkat dalam
menyokong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dompu adalah sektor perdagangan.
Perkembangan sektor perdagangan dapat dilihat dari perkembangan jumlah
pedagang formal maupun informal. Jumlah perkembangan pedagang formal jika
dilihat dari jumlah SIUP dan TDP yang diterbitkan selama tahun 2006-2009 adalah
sebesar 886 unit usaha. Adapun perkembangan jumlah penerbitan SIUP dan TDP
tahun 2006-2009 adalah sebagai berikut.
Tabel 0-131. Perkembangan Ijin Usaha Perdagangan, Penyerapan Tenaga Kerja Nilai Investasi dan Perkembangan Pedagang Informal di Kabupaten Dompu
Tahun Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi
(Rp)
2006 198 521 20.449.618.813
2007 196 595 30.730.963.000
2008 126 286 15.965.000.000
2009 134 345 21.071.387.487
Perkembangan Pedagang Informal Tahun 2006-2009 (orang)
2006 2007 2008 2009
798 896 925 939
Dinas Koperasi, Perindustrian Perdagangan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Dompu, RPJMD Kabupaten Dompu
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-116
Selain perdagangan formal, yang ikut menggerakkan usaha perdagangan di
Kabupaten Dompu juga digerakkan oleh usaha dagang informal. Pedagang informal
sebagai salah satu pelaku usaha perdagangan merupakan ujung tomak dan unsur
yang sangat besar peranannya didalam menjaga kesinambungan dan keseimbangan
antara suply dan demand. Pedagang informal biasanya aktif di lokasi-lokasi pasar,
baik di kota maupun di desa.
2. Sub sektor Hotel dan Restoran
Pembangunan pariwisata di Kabupaten Dompu belum maksimal, belum bisa
memanfaatkan potensi yang ada untuk dikembangkan. Hal tersebut terlihat dari
sedikitnya peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Dompu. Pada tahun
2011 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Dompu mencapai 110.237
orang, diantaranya 75,21% adalah wisatawan nusantara. Sedangkan wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke Dompu mencapai 24,89% atau 27.318 orang.
Peningkatan wisatawan yang datang ke Kabupaten Dompu tercatat 13,21% dari
tahun 2010.
Tabel 0-132. Jumlah Wisatawan di Kabupaten Dompu Tahun 2007 - 2011
Untuk menunjang pengembangan pariwisata di Kabupaten Dompu tercatat 16 hotel
melati dengan 274 kamar dan 510 tempat tidur. Selain hotel, usaha restoran dan
rumah makan diharapkan sebagai saran penunjang pariwisata selain hotel yang
sudah ada. Jumlah restoran dan rumah makan di Kabupaten Dompu pada tahun
2011 berjumlah 81 rumah makan dengan jumlah meja 735 meja dan 2.787 kursi.
2007 2008 2009 2010 2011
18,403 20,842 23,596 24,722 27,318
75,117 75,436 82,479 82,903 82,919
Jumlah Wisatawan di Kabupaten Dompu
Tahun 2007 - 2011
Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-117
Tabel 0-133. Banyaknya Hotel, Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara di
Kabupaten Dompu Tahun 207-2011
Tahun Jumlah Wisatawan (orang)
Hotel Kamar Mancanegara Nusantara Jumlah
2011 16 510 27.318 82.919 110.237
2010 17 264 24.722 82.903 107.625
2009 17 280 23.596 82.479 106.75
2008 17 317 20.842 75.436 96.278
2007 17 340 18.403 75.117 93.520
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Dompu
d. Sektor Angkutan, Pos dan Komunikasi
1. Sub sektor Angkutan
Angkutan Darat. Sehubungan dengan peningkatan pembangunan sektor-sektor
lainya yang semakin meningkat, menuntut adannya dukungan sektor perhubungan
dan komunikasi yang semakin tangguh. Pada tahun 2011 angkutan penumpang atau
bus tercatat sebanyak 56 unit dan angkutan barang sebanyak 97 unit. Adapun
untuk kendaraan roda empat dan roda dua masing-masing berjumlah 62 unit
kendaraan roda empat dan 3.940 unit kendaraan roda dua.
Angkutan Laut. Angkutan Laut sangat berperan di Kabupaten Dompu. Berdasarkan
data dari pelabuhan Calabai dan Kempo, terlihat bahwa ada lalu lintas pelayaran
nusantara, pelayaran rakyat dan luar negeri yang melakukan kegiatan bongkar muat
di kedua pelabuhan tersebut. Pada tahun 2011 ada sebanyak 36 kunjungan kapal,
terjadi penurunan 20% dari tahun 2010. Kegiatan yang menonjol adalah muat
barang-barang hasil bumi dari Dompu ke daerah lain. Pada tahun 2011 barang yang
di muat mencapai 4.193,62 ton, naik 97,22% dari tahun sebelumnya.
Tabel 0-134. Banyaknya Kapal yang Berkunjung Menurut Kegiatan Di Pelabuhan Calabai dan Kempo Kabupaten Dompu Tahun 2007-2011
Tahun Kunjungan
Kapal
Penumpang (orang) Barang (ton)
Turun Naik Bongkar Muat
2011 36 35 7 - 4.193,62
2010 45 - - - 2.126,16
2009 56 14 69 - 1880
2008 55 - - - -
2007 57 - - - -
Sumber: Kantor Pelabuhan Calabai Pekat dan Satker Kempo
2. Sub sektor Pos dan Komunikasi
Dari 4 unit kantor Pos di Kabupaten Dompu, pada tahun 2011 terjadi lalu lintas
surat dan paket pos sebagai berikut. Surat yang diterima mencapai 12.664 surat,
sedangkan yang terkirim 8.424. untuk surat kilat dan kilat khusus masing-masing
surat yang diterima adalah 13.445 surat dan 52.536 surat, sedangkan yang dikirim
adalah 10.628 surat dan 60.038 surat. Untuk paket pos dalam negeri yang diterima
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-118
4.240 dan yang terkirim 5.564. adapun wesel yang diterima 12.150 tyransaksi dan
yang terkirim 50% nya atau 6.480 transaksi.
Pelanggan telepon di Kab, dompu pada tahun 2011 sebanyak 2.345 pelanggan,
jumlah yang sama di tahun 2010. Stagnanya perkembangan pemakai telepon
dikarenakan oleh telepon selular yang beredar sekarang harganya terjangkau oleh
masyarakat. Sedangkan jumlah warung telekomunikasi yang ada di Dompu hanya 1
unit, jumlah yang sama dengan tahun 2010 dan turun 94,74% dari tahun 2009 yang
mencapai 19 unit warung telekomunikasi.
e. Sektor Jasa Keuangan
Jumlah bank di Kabupaten Dompu pada tahun 2011 sebanyak 7 bank, yang terdiri
dari Bank Umum dan 4 Bank Perkreditan Rakyat. Posisi penghimpunan dana pada
akhir periode 2011 sebesar Rp. 3,539 triliun yang terdiri dari giro Rp 864.445 miliar,
simpanan berjangka Rp 553,887 miliar dan tabungan Rp 2,138 triliun. Koperasi di
Kabupaten Dompu berjumlah 229 yang terdiri dari 14 KUD dan 215 non KUD,
dengan anggota 29.077 orang.
3.6.3. Profil UMKM
Pelaksanaan program dan kegiatan bidang industri dititik beratkan pada pembinaan
industri kecil. Adapun perkembangan sentra industri di Kabupaten Dompu hingga
tahun 2010 belum mampu untuk menjadi penopang perekonomian daerah. Hal ini
disebabkan kapasitas produksi dari masing-masing sentra industri kecil masih relatif
kecil.
Pada Tahun 2010, industri kecil menengah IKM/UMKM di Kabupaten Dompu
mencapai 1.118 unit usaha dan menyerap tenaga kerja 2.497 orang. Unit usaha
tersebut tersebar dibeberapa sektor industri dan tergabung dalam beberapa sentra
industri. Di Kabupaten Dompu terdapat 134 sentra industri yang didalamnya
terdapat 55 sentra industri makanan minuman (pangan), terasi udang, kerupuk,
keripik, dodol, kue basah/kering, kacang mete, pemindangan ikan dan tahu tempe,
industri ini menyebar di Kecamatan Kempo, Dompu dan Manggalewe. Kemudian 16
sentra Sandang didalamnya meliputi industri bordir, dan tenun gedokan. Industri
sandang, terutama tenun gedogan banyak terdapat di Kecamatan Woja dan Pajo,
bordir banyak di Kecamatan Dompu. Sentra Industri kimia dan bahan bangunan
terdapat 26 sentra yang didalamnya terdapat industri bata dan meubel yang banyak
terdapat di Kec. Woja. Industri kerajinan terdapat 33 sentra industri yang meliputi
industri kerajinan anyaman bambu, rotan dan pandan di Kecamatan Woja dan Pojo.
Industri kecil kerajianan anyaman bambu, kerajinan tenun gedogan, kerajinan
anyaman lontar dan kerajinan kayu merupakan industri yang potensinya sangat
besar karena didukung ketersediaan bahan baku yang berlimpah di Kabupaten
Dompu.
Sementara itu, IKM dan UMKM yang besar dari segi kuantitas masih belum didukung
oleh perkembangan yang memadai dari segi kualitasnya, sehingga kinerja UMKM
masih tertinggal. Ketertinggalan kinerja UMKM tersebut disebabkan terutama oleh
kekurang mampuan UMKM dalam bidang manajemen, penguasaan teknologi, dan
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-119
pemasaran, serta rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM. Tingkat kinerja yang
demikian ini berkaitan dengan lemahnya kemampuan dan posisi tawar untuk
mengelola dan mengakses keberbagai sumber daya produktif lainnya, yang meliputi
sumber-sumber informasi, pasar, dan faktor produksi.
Terbatasnya akses terhadap sumber daya finansial juga merupakan masalah utama
bagi usaha mikro. Usaha mikro yang bermodal kecil umumnya tidak berbadan
hukum dan masih menerapkan manajemen usaha yang sangat sederhana. Oleh
karena itu, usaha mikro ini sangat sulit untuk memperoleh akses kepada lembaga
keuangan perbankan.
Selain itu, penguasaan teknologi, manajemen, informasi, dan pasar juga masih jauh
dari memadai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, UMKM memerlukan biaya yang
relatif besar, apalagi jika dikelola secara mandiri oleh UMKM. Pemerintah Kabupaten
Dompu perlu turun tangan membantu kemudahan akses para pengusaha mikro
tersebut untuk memperoleh bantuan pendanaan agar dapat mengembangkan
usahanya. Dorongan dan kemudahan pendirian dan penyebaran lembaga keuangan
mikro atau kecil yang berlokasi dekat dengan sentra usaha mikro juga perlu
memperoleh perhatian.
Tabel 0-135. Jumlah Sentra Industri, Unit Usaha, Tenaga Kerja Industri Kecil dan Menengah Berdasarkan Jenis Usaha dan Pesebaranya di KabupatenDompu
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Pangan Kerajinan
1. Dodol Labu Pajo 10 14 1. Any. Rotan Pajo 10 24
2. Dodol Rumput
Laut
Hu’u 3 10 2. Anyaman bambu Dompu 1 4
Kempo 20 42
3. Dodol Tape Dompu 10 20 Menggelewe 10 5
4. Gula Aren Hu’u 2 10 Pajo 2 10
5. Kacang Mete Kempo 20 48 Woja 47 96
Manggelewe 25 69 3. Anyaman Ketak Menggelewe 2 25
Pekat 25 30 Pajo 10 24
6. Keripik Pisang Dompu 6 15 4. Anyaman Lontar Hu’u 5 20
Kempo 20 20 Kempo 10 20
Woja 6 15 5. Anyaman Pandan Dompu 29 39
7. Kerupuk Terigu Dompu 5 10 Hu’u 20 40
Manggelewe 6 24 Kilo 4 4
Pajo 4 12 Pajo 20 30
Woja 6 16 woja 32 45
8. Ker. Udang Dompu 6 20 6. Batu Aji Dompu 7 15
9. Kopi Bubuk Pekat 2 35 7. Bubut Kayu Dompu 2 12
10. Kue Kering Dompu 36 143 Woja 2 8
Hu’u 5 20 8. Gerabah Dompu 4 12
Kempo 10 20 Woja 10 9
Pekat 5 5 9. Kerajinan Kayu Woja 8 13
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-120
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
11. Lemang Dompu 8 20 10. Ker. Kerang Hu’u 15 15
12. Minyak Kelapa Kilo 27 60 11. Lampu Hias Dompu 1 12
Pekat 10 35 Jumlah 33 271 534
Woja 5 15
13. Pemindang Ikan Kilo 10 20 Kimia dan Banggunan
Hu’u 8 32 1. Bata Dompu 9 39
Kempo 15 30 Manggelewe 5 20
14. Pengupasan
Pisang
Kilo 10 20 Woja 18 36
2. Genteng Kempo 4 29
15. Sirup Mete Manggelewe 16 65 Pajo 2 12
Pekat 13 47 Pekat 10 39
16. Tahu/Tempe Woja 15 20 Woja 16 46
17. Tape Singkong Woja 15 20 3. Meubel kayu Dompu 11 15
Hu’u 3 15
18. Terasi Udang Kempo 10 21 Menggelewe 12 36
Jumlah 55 395 1.047 Pajo 10 30
Logam dan Elektronika Woja 30 71
1. Pande Besi Manggelewe 2 6 4. Meubel Rotan Kilo 13 18
Pajo 2 6 Pekat 5 10
Woja 7 39 Jumlah 26 158 471
Jumlah 4 11 51
Sandang Sandang
1. Bordir Dompu 35 40 Tenun Gedogan Dompu 20 25
2. Kasur Woja 51 74 Hu’u 20 20
3. Topi Haji Pajo 2 15 Kilo 10 10
4. Tenun Gedogan Woja 85 100 Pajo 60 60
Jumlah 16 283 344
Jumlah Total
Sentra Unit Usaha Tenaga Kerja
134 1.118 2.447
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian, Pertambangan dan Energi Kabupaten Dompu s/d 2010
3.6.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten Dompu
Realisasi dari peranan perbankan dalam rangka pembiayaan untuk UMKM serta
sebagai hasil dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang dilaksanakan
Perbankan di Kabupaten Dompu antara lain dapat dilihat dari perkembangan kredit
perbankan untuk pembiayaan UMKM. Perkembangan Baki kredit UMKM menurut
klasifikasi usahanya di Kabupaten Dompu tahun 2011 disajikan pada Tabel III-142.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-121
Tabel 0-136. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha per November Tahun 2012 di Kabupaten Dompu
Tahun Bulan
Klasifikasi Usaha
Total Kenaikan
(%) Mikro Kecil Menengah
(Jutaan Rp)
% (Jutaan
Rp) %
(Jutaan Rp)
%
2011 Nov 38.531 21,60 118.863 66,62 21.017 11,78 178.410 Des 43.087 21,14 139.914 68,65 20.803 10,21 203.803 2012 Jan 41.556 19,14 154.871 71,35 20.639 9,51 217.065 6,51
Feb 44.577 17,98 179.035 72,23 24.249 9,78 247.861 14,19
Mar 44.343 16,71 195.871 73,81 25.169 9,48 265.382 7,07
Apr 42.103 13,22 238.586 74,91 37.802 11,87 318.491 20,01
Mei 38.755 11,71 258.013 77,94 34,285 10,36 331.053 3,94
Jun 34,691 9,61 293.696 81,38 32.493 9,00 360.879 9,01
Jul 36.033 9,36 304.550 79,15 44.211 11,49 384.794 6,63
Agust 42.683 12,34 275.676 79,69 27.588 7,97 345.947 -10,10
Sep 44.179 12,66 273.585 78,42 31,103 8,92 348.867 0,84
Okt 46.490 12,83 285.535 78,81 30,294 8,36 362.318 3,86
Nov 48.471 13,07 292.372 78,81 30.153 8,13 370.996 2,39
Rata rata kenaikan ( %) 5,85
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Kabupaten Dompu pada
November 2012 adalah sebesar Rp 370,9 miliar atau 7,50% dari total kredit
perbankan UMKM di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan kondisi
bulan November 2011, kredit UMKM meningkat sebesar 107,95%. Walaupun terjadi
fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara keseluruhan dari periode
Januari sampai November 2012, rata-rata kenaikan per bulan adalah sebesar 5,85%.
Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November 2012 dari total kredit UMKM
sebesar Rp 370,9 miliar, penyaluran kredit didominasi untuk skala kredit kecil
mencapai Rp 292,7 miliar (78,81%), kemudian diikuti oleh kredit skala mikro
mencapai Rp 48,5 miliar (13,07%). Sedangkan pangsa kredit skala menengah sebesar
Rp 30,2 miliar (8,13%).
Berdasarkan jenis penggunaan, pada tahun 2012 penyaluran kredit UMKM oleh bank
umum di Kabupaten Dompu dari bulan Januari - November mengalami peningkatan
yang fluktuatif, secara rata-rata pertumbuhan jumlah kredit UMKM berdasarkan
penggunaanya mengalami peningkatan 4,88% per tahun untuk modal kerja dan
8,25% per tahun untuk modal investasi. Penyaluran kredit masih didominasi oleh
kredit modal kerja dengan nominal kredit sebesar Rp 2,346 triliun dengan pangsa
pasar sebesar 66,31% dari total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan,
selebihnya untuk kredit modal investasi sebesar Rp 1,207 triun dengan pangsa pasar
sebesar 33,69%.
Sedangkan untuk ternak unggas, komoditas yang sangat berpotensi untuk
dikembangkan adalah komoditas ayam, baik ayam buras maupun ayam ras. Gambar
III-21 menunjukkan bahwa populasi ternak unggas yang terbesar di Kabupaten
Dompu adalah ayam buras, yang populasinya terus mengalami peningkatan hingga
162.713 ekor pada tahun 2011. Tren peningkatan populasi juga terlihat pada
populasi ayam ras, yang meningkat hingga 54.658 ekor pada tahun 2011.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-122
Tabel 0-137. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di Kabupaten Dompu Tahun 2012
Bulan
Modal Kerja Modal Investasi
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
Jan 152.832 70,41 3,48 64.234 29,59 14,47
Feb 171.924 69,36 12,49 75.937 30,64 18,22
Mar 179.896 67,79 4,64 85.487 32,21 12,58
Apr 216.205 67,88 20,18 102.286 31,12 19,65
Mei 216.380 65,36 0,08 114.673 34,64 12,11
Jun 239.750 66,43 10,80 121.129 33,57 5,63
Jul 258.618 67,21 7,87 126.176 32,79 4,17
Agust 216.567 62,60 -16,26 129.380 37,40 2,54
Sep 221.386 63,46 2,23 127.482 36,54 -1,47
Okt 232.932 64,29 5,22 129.386 35,71 1,49
Nov 239.864 64,65 2,98 131.131 35,35 1,35
Jumlah/Rata2 2.346.353 66,31 4,88 1.207.301 33,69 8,25
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Data statistik perbankan terkait pemberian kredit per sektor ekonomi UMKM di
Kabupaten Dompu hingga triwulan ke empat (Tw4) tahun 2012 menunjukkan
realisasi penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum mencapai Rp 733,3 miliar.
Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun 2012 terjadi peningkatan pada setiap
triwulan.
Pertumbuhan kredit Pada triwulan kedua (Tw2) mencapai Rp 1,01 triliun naik
38,36% dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp 730,3 miliar, dan triwulan ketiga
(Tw3) naik menjadi Rp 1,079 miliar atau 6,85% dari triwulan kedua (Tw2). Secara
sektoral, penyaluran kredit UMKM pada triwulan pertama (Tw1), tertinggi oleh sektor
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan dengan pangsa pasar 41,8% atau
sebanyak Rp 305,6 miliar, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan
restoran dengan pangsa mencapai 35,57% atau sebanyak Rp 259,7 miliar. Pada
triwulan kedua (Tw2), tertinggi oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan dengan pangsa pasar 47,91% atau Rp 484,13 miliar, kemudian di ikuti
oleh sektor perdagangan, hotel dan restauran dengan pangsa mencapai 29,61% atau
Rp 299,16 miliar. Pada triwulan ketiga (Tw3), tertinggi oleh sektor pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan dengan pangsa pasar 52,62% atau Rp 568,14
miliar, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa
mencapai 30,91% atau Rp 333,7 miliar. Pada triwulan keempat (Tw4), tertinggi oleh
sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan dengan pangsa pasar
53,45% atau Rp 391,96 miliar, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan
restauran dengan pangsa mencapai 30,63% atau Rp 224,6 miliar. Perkembangan
nilai kredit perbankan pada sektor UMKM di Kabupaten Dompu dapat dilihat pada
Tabel III-138.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-123
Tabel 0-138. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Dompu Periode Tahun 2012
SEKTOR EKONOMI Tw1
(Jutaan Rp)
Tw2 (Jutaan
Rp)
Tw3 (Jutaan
Rp)
Tw4 (Jutaan
Rp)
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
305.572 484.128 568.140 391.963
2. Pertambangan dan Penggalian 809 441 470. 351
3. Industri Pengolahan 5.495 6.246 8.358 5.872
4. Listrik, Gas dan Air - - - -
5. Kontruksi 8.638 7.569 27.174 14.235
6. Perantara Keuangan - - - -
7. Perdagangan, Hotel dan Restauran 259.735 299.158 333.702 224.647
8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial
- - - -
9. Pengangkutan Dan Komunikasi 1.651 2.688 3.412 2.403
10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 23.848 23.688 27.826 17.942
11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -
12. Jasa Pendidikan - - - -
13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -
14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya
- - - -
15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah
Tangga - - - -
16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya
- - - -
17. Jasa-jasa 124.561 186.218 110.525 75.901
18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -
19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -
Jumlah 730.309 1.814.205 1.079.608 733.314
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
3.7. Kabupaten Bima
3.7.1. Produk Domestik Regional Bruto
Struktur perekonomian suatu daerah mencerminkan kekuatan dan sekaligus
ketergantungan suatu daerah terhadap suatu sektor. Struktur perekonomian
Kabupaten Bima masih didominasi oleh sektor pertanian yang memiliki peranan
sebesar 49,75%, disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran diurutan kedua
sebesar 16,34%. Sektor yang paling kecil menciptakan nilai tambah adalah sektor
Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA). Sektor industri yang diharapkan menggantikan
posisi sektor pertanian untuk menuju proses industrialisasi, belum menunjukkan
hasil yang diharapkan. Peranan sektor industri baru mencapai sekitar 2,58% dari
perekonomian Kabupaten Bima.
Sebagaimana tampak pada Tabel III-139 yang menyajikan distribusi persentase PDRB
atas dasar harga konstan 2000, kontribusi sektor pertanian, meski tetap merupakan
sektor terbesar, terus mengalami penurunan. Penurunan tersebut dari 52,05% di
tahun 2008 menjadi 51,31% tahun berikutnya, dan hanya 49,75% di tahun 2010.
Hal tersebut salah satunya diakibatkan oleh meningkatnya konversi lahan pertanian
ke non pertanian, sehingga menyebabkan menurunnya produksi pertanian. Selain itu
juga dikarenakan masih kurangnya pemahaman petani terhadap teknologi pertanian
modern sehingga menghambat proses transformasi sistem usaha tani tradisional ke
sistem usaha tani yang lebih baik untuk menciptakan aktivitas ekonomi yang
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-124
terdiversifikasi. Sektor pertanian juga menyerap tenaga kerja terbesar, yakni sekitar
48,79%.
Tabel 0-139. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2010 Kabupaten Bima
Lapangan usaha 2008 2009 2010
1. Pertanian 1.211.154,03 1,354.322,36 1.486.679,94
2. Pertambangan dan Penggalian 63.417,93 73.399,05 81.663,11
3. Industri pengolahan 55.645,71 60.836,19 65.647,95
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5.783,14 6.096,14 6.692,25
5. Bangunan 136.228,14 162.697,05 191.654,61
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 397.636,05 470.416,51 538.989,46
7. Pengangkutan dan Komunikasi 180.710,72 193.628,48 211.940,05
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
59.254.34 69.333,52 81.913,42
9. Jasa-jasa 268.497,29 338.497,40 404.219,79
PDRB 2.378.327,34 2.729.226,69 3.069.400,57
Sumber: Kabupaten Bima Dalam Angka 2011
Sektor terbesar kedua yang menyumbang PDRB adalah sektor perdagangan, hotel,
dan restoran yang menyumbang sekitar 16,34% di tahun 2010, terus meningkat dari
15,37% di tahun 2008 dan 15,75 di tahun berikutnya. Di urutan ketiga penyumbang
PDRB terbanyak adalah sektor jasa-jasa, yang persentasenya relatif tetap dari periode
ke periode.
Tabel 0-140. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2010
Lapangan usaha 2008 2009 2010
1. Pertanian 52,05 51,31 49,75
2. Pertambangan dan Penggalian 2,84 2,84 2,90
3. Industri pengolahan 2,72 2,63 2,58
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,20 0,19 0,20
5. Bangunan 5,96 6,17 6,42
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 15,37 15,75 16,34
7. Pengangkutan dan Komunikasi 7,14 7,07 7,16
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,61 2,67 2,78
9. Jasa-jasa 11,10 11,36 11,87
PDRB 100,00 100,00 100,00
Sumber: Kabupaten Bima Dalam Angka 2011
3.7.2. Kondisi Produksi
a. Sektor Pertanian
Sebagian besar penduduk Kabupaten Bima bekerja di sektor pertanian. Artinya
upaya‐upaya yang dilakukan dalam rangka mengembangkan petani akan bermanfaat
pula pada kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bima secara keseluruhan. Berbagai
pembangunan dibidang pertanian dilakukan dalam rangka peningkatan pendapatan
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-125
petani. Upaya‐upaya tersebut meliputi intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan
rehabilitasi.
1. Sub sektor Tanaman Pangan
Tanaman pangan yang dibudidayakan di Kabupaten Bima antara lain padi, jagung
ubi kayu, kacang tanah dan kedelai. Secara umum hasil produksi tanaman pangan
di Kabupaten Bima mengalami peningkatan yang cukup besar, kecuali kacang
kedelai yang mengalami penurunan produksi bila dibandingkan tahun 2010.
Produksi padi sawah mencapai 354.435 ton pada tahun 2011 naik dari tahun 2010
yang hanya 69.936 ton. Begitu juga dengan jagung yang naik hampir 4 kali lipat dari
tahun 2010.
Tabel 0-141. Luas Tanam, Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Bima
Tahun 2011
Jenis
2008 2009 2011
Luas
Tanam
Produksi Luas
Tanam
Produksi Luas Panen Produksi
padi 6.464 30.935 7.529 36.685 69.936 345.435
Jagung 886 2.778 981 3.635 11.224 45.141
Ubi kayu 725 7.919 888 10.907 1.236 15.594
Ubi jalar 40 428 51 1.304 150 1.760
Kacang tanah 794 1.040 850 1.100 11.406 16.114
Kacang hijau 180 122 279 260 3. 958 4.645
Kacang kedelai 2.806 3.731 3.278 3.911 28.515 28.082
Jumlah 126.601 456.771
Sumber: Kabupaten Bima Dalam Angka 2011, Data tahun 2010 tidak ada
2. Sub sektor Sayuran
Produksi sayuran di Kabupaten Bima Tahun 2010, hampir semua komoditas sayuran
mengalami peningkatan yang signifikan. Bawang merah yang merupakan komoditas
unggulan di Kabupaten Bima hasil produksinya mencapai 77 ton pada tahun 2010,
naik dari 7 kali lipat dari tahun 2009 yang hanya 11 ton. Cabe dan kacang panjang
juga mengalami kenaikan pada tahun 2010 masing-masing sebesar 111 ton untuk
cabe dan 440 ton hasil produksi kacang panjang, meningkat bila dibandingan dari
tahun 2009 yang hanya 37 ton dan 110 ton.
Tabel 0-142. Produksi Komoditas Sayuran di Kabupaten Bima Tahun 2009 -2010
Komoditas
2009 2010
Luas
Tanam Produksi
Luas
Tanam Produksi
Bawang Merah 12 91 11 77
Cabe 5 19 37 111
Terong 7 21 16 64
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-126
Komoditas
2009 2010
Luas
Tanam Produksi
Luas
Tanam Produksi
Tomat 13 124 24 216
Ketimun 19 16,74 40 240
Kacang Panjang 56 159,50 110 440
Kangkung 6 12 20 40
Bayam 6 9 46 92
Jumlah
Sumber: Kabupaten Bima Dalam Angka 2010
3. Sub sektor Buah-buahan
Kondisi produksi komoditas buah-buahan di Kabupaten Bima pada tahun 2010
secara umum mengalami penurunan produksinya. Salah satu penyebabnya adalah
berkurangnya tanaman buah-buahan yang menghasilkan. Pohon mangga pada tahun
2009 sebanyak 153.518 pohon dengan hasil produksi 4.336 ton, sedangkan pada
tahun 2010 jumlah pohonnya menjadi setengahnya, dan mengakibatkan produksinya
pun menurun menjadi 2.182 ton. Jumlah Pohon sirsak yang produktif di tahun 2010
juga mengalami penurunan, dari 356.042 pohon di tahun 2009, menjadi 291.183
pohon di tahun 2011, berimbas pada jumlah produksi yang menurun dari 4.809 ton
di tahun 2010, menjadi 2.038,3 ton di tahun 2010.
Tabel 0-143. Jumlah Produksi Komoditas Buah-buahan di Kabupaten Bima Tahun
2009-2010
Komoditas
2009 2010
Jumlah
Pohon
Produktif (phn)
Produksi
(ton)
Jumlah
Pohon
Produktif (phn
Produksi
(ton)
Mangga 153.518 4.336 72.728 2.182
Jeruk 1.373 39 992 19,84
Durian 1.386 2,3 131 2,62
Pisang 105.331 541 105.525 525,7
Pepaya 68.402 134 66.699 466,9
Sawo 11.301 38,5 1.196 20,4
Jambu Biji 30.464 208,8 24.324 194,6
Jambu Air 9.117 202,2 5.649 28,3
Advokat 143 1,2 80 1,1
Rambutan 3.101 7,7 399 3,2
Nangka 56.152 1.840 41.052 821
Sirsak 356.042 4.809 291.183 2.038,3
Sumber : Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Bima
4. Sub sektor Perkebunan
Sektor perkebunan di Kabupaten Bima memiliki beberapa komoditas unggulan
diantaranya komoditas kelapa, jambu mete, asam dan kemiri. Pada tahun 2011, di
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-127
saat kondisi luas arealnya berkurang 12,87% produksi kelapa mengalami
peningkatan sebesar 0,73% dari 1.277 ton pada tahun 2010 menjadi 1.371 ton pada
tahun 2011. Produksi kedua dan ketiga terbanyak adalah komoditas kemiri dan
asam, masing masing produksinya mencapai 1.762 ton dan 1.053 ton. Jenis
komoditas jambu mete dalam kurun 2009-2011 terus mengalami peningkatan
jumlah produksi. Pada tahun 2011 peningkatan produksi sebesar 7,56% atau 654,44
ton dari 608,78 ton pada tahun 2011. Peningkatan produksi jambu mete terjadi
karena jambu mete memiliki daya jual yang semakin naik dibandingkan dengan jenis
komoditas perkebunan lainnya, hal ini dapat menarik minat masyarakat untuk
menganti tanamannya dengan komoditas jambu mete sehingga secara umum
memperluas lahan budidaya jambu mete.
Tabel 0-144. Pertumbuhan Luas Are dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Bima Tahun 2009-2011
Komoditas
2009 2010 2011
Luas Area (ha)
Produksi (ton)
Luas Area (ha)
Produksi (ton)
Luas Area (ha)
Produksi (ton)
Kelapa 3.613 1.265,57 3.613,00 1.277,67 3.201,57 1.371,45
Tembakau 45,70 35,70 45,70 35,70 45,70 -
Kopi 1.087,25 800,57 1.087,25 800,57 1.087,25 802,98
Kapuk 394,75 93,48 349,75 93,48 332,25 122,98
Kakao 179,65 1,23 179,38 1,23 279,23 -
Asam 914,65 1.314,82 914,65 1.317,68 978,65 1.053,65
Cengkeh 5,00 1,85 5,00 1,85 5,00 -
Tebu 45,00 30,40 45,00 30,40 45,00 -
Jambu Mete 10.161 602,83 10.448,55 608,78 10.278,70 654,44
Pinang 160,50 37,70 160,50 37,70 169,50 54,20
Kemiri 2.254,10 1.882,85 2.254,10 188,85 4.652,46 1.762,42
Wijen 1.054,00 421,25 1.054,00 421,25 1.054,00 436,25
Empon-empon 169,00 123,35 169,00 126,50 169,00 111,50
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Bima
5. Sub sektor Kehutanan
Kabupaten Bima memiliki areal hutan dengan total luasan 250.396,42 ha. Apabila
dikelompokkan berdasarkan fungsi kawasan hutan, pemanfaatan paling besar adalah
hutan lindung yang mencapai 33,22%. Sedangkan untuk hutan produksi, baik hutan
produksi tetap maupun hutan produksi terbatas, masing-masing memiliki luasan
17,87% dan 26,70% dari total luasan hutan.
Adanya pengetatan pemerintah di sub sektor kehutanan, menyebabkan produksi
kehutanan terjadi penurunan. Beberapa hasil kehutanan daerah Kabupaten Bima
pada tahun 2011 terjadi penurunan di semua jenis hasil hutan ikutan. Hanya tiga
komoditas yang terpantau masih mempunyai andil penyumbang ekonomi daerah, itu
pun produksinya menurun jauh. Ketiga komoditas dilihat dari produksi yang terbesar
yaitu produksi rotan yang produksinya mencapai 16.667 ton. Terbanyak kedua kayu
rimba campuran yang produksinya pada tahun 2011 sebesar 3.731 m3, terjadi
penurunan hingga 54,78% dari 2010 yang mencapai 5.775 ton. Diurutan ketiga
adalah kayu jati yang jumlah produksinya 239 ton, mengalami penurunan produksi
mencapai 30,32% dari tahun 2010 yang mencapai 343 ton. Jenis hasil hutan bambu
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-128
yang dari tahun ke tahun menjadi penyumbang terbesar, pada tahun 2011
mengalami penurunan yang signifikan dan relatif tidak ada karena terlalu sedikit.
Gambar 0-22. Luas Hutan Menurut Fungsinya di Kabupaten Bima
Tabel 0-145. Realisasi Produksi Hasil Hutan Ikutan di Kabupaten Bima
Jenis Hasil Hutan Ikutan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
Kayu Bakar (sa) 442 336 152 272 176
Arang 3600 6600 6.300 100 -
Madu (ltr) 100 - - - -
Kemiri (kg) 3.050 127.000 - - -
Rotan (btg) 4.000 6.600 - - 16.667
Bambu (btg) 128.600 163.700 464.450 155.950 -
Kayu Jati (m3) 673.840 715.630 754,4 343,6 239,4
Kayu Rimba Campuran (m3) 55.699.910 9.065.130 18.196,5 5.775,3 3.731,9
Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Bima
6. Sub sektor Peternakan
Selain dari jenis tanaman, produksi pertanian juga berasal dari peternakan dan
perikanan. Jenis ternak besar yang paling banyak terdapat di Kabupaten Bima
adalah sapi. Jumlah sapi meningkat cukup pesat, yakni 57,8% selama kurun waktu
antara 2009-2011. Sementara itu, jumlah kerbau dan kuda justru berkecenderungan
menurun.
Perkembangan populasi ternak unggas di Kabupaten Bima didominasi oleh ternak
ayam, baik ayam ras maupun ayam buras. Perkembangan yang paling besar dialami
oleh ayam ras pada tahun 2010, yaitu mencapai 486.845 ekor. Namun, mengalami
penurunan pada tahun 2011. Meskipun mengalami pernurunan, jumlah populasi
ayam buras di Kabupaten Bima tetap merupakan populasi yang terbanyak
dibandingkan ternak unggas yang lainnya.
83,189.91
44,740.03
66,866.79
55,599.66
Luas Hutan Menurut Fungsinya di
Kabupaten Bima Tahun 2011 (ha)
Hutan Lindung
Hutan Produksi Tetap
Hutan Produksi
Terbatas
Hutan Konservasi
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-129
Gambar 0-23. Perkembangan Populasi Ternak di Kabupaten Bima
Gambar 0-24. Perkembangan Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Bima
7. Sub sektor Perikanan
Produksi ikan utama di Kabupaten Bima adalah hasil penangkapan ikan di laut.
Produksi penangkapan ikan di laut di Kabupaten Bima pada tahun 2011 mencapai
25.287,3 ton. Selain hasil produksi dari penangkapan ikan di laut, terdapat pula
hasil produksi ikan dari budidaya, baik budidaya ikan air tawar maupun ikan air
laut. Penyumbang produksi yang dominan dari budidaya ikan adalah produksi ikan
bandeng dan udang. Produksi ikan bandeng pada tahun 2011 mencapai 6.881,20
ton, sedangkan produksi udang mencapai 789,60 ton.
2009 2010 2011
74,671 91,725
117,842
32,823 36,215 22,004
9,703 10,188 6,234
137,989
179,386
255,967
15,175 17,451 21,266
Populasi Ternak di Kabupaten Bima
Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba
2009 2010 2011
222,922
486,845
439,000 411,038 419,259
427,605
79,465 81,054 89,484
267 22 22 1,597 883 883
Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Bima
Ayam ras Ayam buras Itik/Entok Puyuh Merpati
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-130
Tabel 0-146. Banyaknya Produksi Perikanan Menurut Budidaya dan
Penangkapannya di Kabupaten Bima Tahun 2008-2009
Komoditas 2008 2009
Budidaya
Tambak 508,50 323,90
Kolam/Keramba 43,00 36,80
Jumlah 552 360,70
Penangkapan
Laut 1.053,10 1.619,00
Perairan Umum 11,60 11,60
Jumlah 1.067,70 1.630,60
Jumlah 1.617,80 1.991,30
Sumber: Kab.Bima Dalam Angka 2011,Data tahun 2010 tidak ada
b. Sektor Perindustrian, Listrik dan Air
1. Sub sektor Industri Pengolahan
Industri yang berkembang di Kabupaten Bima mengalami perkembangan yang relatif
terlambat dan umumnya berupa industri skala kecil dan menengah dengan
penyerapan tenaga kerja rata-rata dibawah 100 orang. Pada tahun 2011 jumlah
industri di Kabupaten Bima sebanyak 149 perusahaan, yang terdiri dari 89
perusahaan atau 59,73% industri formal dan 60 perusahaan industri non formal.
Tenaga yang terserap pada industri sebanyak 443 orang tenaga kerja, dimana
71,78% atau 318 orang tenaga kerja bekerja di industri formal, 112 orang bekerja di
sektor non formal. Nilai produksi yang dihasilkan dari industri di Kabupaten Bima
sebesar Rp 10,743 miliar, yang mana 93,18% adalah hasil nilai produksi dari industri
formal, sedangkan sisanya oleh industri non formal. Kelompok industri yang memiliki
perusahaan paling banyak adalah industri pembuatan roti/kue kering, yang memiliki
72 perusahaan. Kelompok industri tersebut juga menghasilkan nilai produksi dan
menyerap tenaga kerja yang paling besar pada tahun 2011, yaitu sebesar Rp 2.552
juta dan 175 orang tenaga kerja.
Tabel 0-147. Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah tangga Dirinci
Menurut Kelompok Industri Formal dan Non Formal Tahun 2011.
Kelompok Industri Jumlah per Tahun
2008 2009 2011
Industri Formal
Usaha 341 402 89
Tenaga Kerja 1.541 1.295 318
Nilai Investasi 18.963.421 20.503.296 22.534.450
Nilai Produksi 27.466.119 40.038.157 10.011.970
Nilai Bahan Baku 10.891.039 16.262.193 -
Industri Non Formal
Usaha 460 554 60
Tenaga Kerja 5.572 5.815 125
Nilai Investasi 10.484.214 14.656.889 92.000.000
Nilai Produksi 21.575.514 18.813.365 732.000.000
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-131
Kelompok Industri Jumlah per Tahun
2008 2009 2011
Nilai Bahan Baku 12.082.288 10.535.485 -
Jumlah
Usaha 801 956 149
Tenaga Kerja 7.113 7.110 443
Nilai Investasi 29.447.635 35.160.185 2.345.450
Nilai Produksi 49.041.633 58.851.522 10.743.970
Nilai Bahan Baku 22.973.327 26.797.678 -
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bima
2. Sub sektor Listrik dan Air Bersih
Listrik. Sumber penerangan listrik berasal dari perusahaan Listrik Negara (PLN)
wilayah XI, dengan sumber tenaga Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Secara
umum kondisi kelistrikan telah dapat melayani kebutuhan penduduk kota, walaupun
dengan daya yang masih terbatas. Produksi energi listrik mencapai 1.676.738 KWH
dengan energi listrik yang disalurkan sebesar 1.651.368 KWH dengan jumlah
pelanggan 50.125 pelanggan.
Air Bersih. Produksi air bersih menurut air yang disalurkan melalui PDAM di
Kabupaten Bima berasal dari air sungai sebanyak 287.2777,12 m3, dari mata air
474.336 m3 dan air tanah 970.017,12 m3. Jumlah total produksi air bersih pada
tahun 2011 mencapai 1.722.630,24 m3. Dari jumlah produksi tersebut, 45,56% atau
802.092 m3 disalurkan ke 6.029 pelanggan dengan nilai produksi mencapai Rp.
2,714 miliar. Dari 6.029 pelangan PDAM, 93,96% atau 5.665 adalah pelangan rumah
tangga, 2,54% nya adalah pelanggan dari badan sosial, rumah sakit dan tempat
peribadatan, kemudian hanya 1,19% untuk usaha di bidang hotel, perusahaan,
pertokoan dan industri.
c. Sektor Perdagangan Hotel dan Retoran
1. Sub sektor Perdagangan
Jumlah perusahaan perdagangan di Kabupaten Bima pada tahun 2011 adalah 373
unit usaha. Dimana dari jumlah tersebut 92,22% atau 344 usaha adalah
perdagangan kecil, sisanya masing-masing adalah perdagangan menengah dengan 22
usaha dan perdagangan besar hanya 7 usaha, dari yang sudah mempunyai Surat Ijin
Usaha Perdagangan (SIUP) berjumlah 242 perusahaan. Pertumbuhan perusahaan
perdagangan di Kabupaten Bima secara umum mengalami perlambatan, walaupun
pada tahun 2011 mengalami kenaikan 0,7% dari tahun 2010. Dari jumlah tersebut,
telah menyerap tenaga kerja sebanyak 541 orang dan nilai investasinya mencapai Rp.
25,7 miliar.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-132
Tabel 0-148. Jumlah Perusahaan Perdagangan di Kabupaten Bima tahun 2006-2011
Tahun Perdagangan
Besar Perdagangan Menengah
Perdagangan kecil
Jumlah
2006 4 18 312 334
2007 3 14 581 598
2008 - 13 474 487
2009 4 22 433 459
2010 3 25 318 346
2011 7 22 344 373
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bima
2. Sub sektor Hotel dan Restoran
Cukup banyak lokasi Pariwisata di Kabupaten Bima, seperti wisata bahari, wisata
alam, wisata reliji dan wisata budaya akan tetapi selama ini belum dikelola secara
serius sehingga belum bisa memberi nilai lebih dari perekonomian Kabupaten Bima.
Pada tahun 2011 jumlah hotel/losmen di Kabupaten Bima sebanyak 5 hotel/losmen
dan jumlah rumah makan sekitar 15 unit. Adapun jumlah wisatawan asing yang
berkunjung ke Kabupaten Bima sebanyak 4.097 orang.
Tabel 0-149. Jumlah Hotel, Rumah Makan, Obyek Wisata dan Jumlah Wisatawan di Kabupaten Bima Tahun 2011
Uraian Jumlah
Hotel/ Losmen (unit usaha) 5
Rumah Makan (unit usaha) 15
Obyek Wisata 35
Jumlah Wisatawan Asing (orang) 4.097
Sumber : Daerah Dalam Angka Kab. Bima 201
d. Pertambangan dan Penggalian
Kondisi pertambangan di Kabupaten Bima belum dieksplorasi karena beberapa
pertimbangan, salah satunya masalah sumber daya manusia dan teknologi.
Pertambangan yang sudah dimanfaatkan dan dilakukan pengalian adalah bahan
galian Golongan C. Pada tahun 2010 produksi galian Golongan C yang terbanyak
adalah pasir yang produksinya mencapai 665 m3, dengan tenaga kerja yang terlibat
125 orang tenaga kerja. Kemudian diikuti oleh sirtu dengan produksi 4.580 m3
dengan tenaga kerja yang terlibat 420 orang tenaga kerja. Beberapa penggalian
dilakukan dengan swadaya masyarakat dan dilakukan tidak permanen. Untuk lebih
lengkapnya produksi dan potensi Galian golongan C, ditampilkan tabel dibawah ini.
Tabel 0-150. Jumlah Potensi, Produksi, Tenaga kerja dan Pengusaha Galian Golongan C Tahun 2011
Jenis Bahan Galian Potensi Produksi Tenaga Kerja
Jumlah Pengusaha
Batu Galian 540 395 - -
Batu Kali 430 320 125 3
Kerikil 400 395 95 3
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-133
Jenis Bahan Galian Potensi Produksi Tenaga
Kerja
Jumlah
Pengusaha
Pasir 540 665 125 3
Tanah Liat 10 50 - -
Sirtu 420 580 75 3
Batu Kapur 140 - - -
Sumber : Dinas Pertambangan dan energi Kabupaten Bima
e. Pengangkutan dan Komunikasi
Angkutan Laut. Angkutan laut di Bima ditunjang oleh satu pelabuhan yang
mempunyai fungsi sebagai feeder Pulau Sumbawa bagian timur. Sehubungan
fungsinya yang strategis, pelabuhan Bima memiliki dermaga samudera sepanjang
142 m dan luas lantai 2.050 m2, serta dermaga pelayaran rakyat sepanjang 50 m.
Kedalaman air teluk Bima 12 m, lebar minimum 1000 m dan kedalaman sepanjang
134 m dan luas lantai 750 m2. Open storage 26.097 m2, terminal penumpang 100 m2,
kapasitas listrik dengan kekuatan 15 KVA dan dua buah bunker air bersih, masing-
masing dengan volume 200 ton. Pelabuhan laut Bima menjadi pusat bongkar muat
barang, ekspedisi dan pelayaran.
Tabel 0-151. Jumlah Kapal yang Berkunjung ke Pelabuhan Bima Dirinci Menurut
Jenis Pelayaran, Turun Naik Penumpang dan Bongkar Muat Barang Tahun 2011
Uraian Unit GRT
Pelayaran Liner 144 680.792
Pelayaran Tramper 97 94.201
Pelayaran Perintis 68 41.965
Pelayaran Rakyat 1.528 119.232
Pelayaran Pertamina 91 228.624
Pelayaran lainya/ Yacht 38 23.555
Arus Penumpang dan Barang
Uraian Turun/Bongkar Naik/Muat
Penumpang (orang) 33.211 30.342
Barang (ton) 190.518 57.585
Kayu (m3) 981.751
Hewan (ekor) 11.465
Sumber : Administrasi Pelabuhan Bima
Angkutan Udara. Kondisi perhubungan di Kabupaten Bima tercermin dari aktivitas
di bandara Muhammad Salahuddin. Kegiatan di bandara Muhammad Salahuddin
pada tahun 2011, terjadi 2.378 arus lalu-lintas pesawat dengan kedatangan dan
keberangkatan pesawat masing-masing 1.189 fligt. Adapun jumlah kedatangan
penumpang 44.957 orang dan keberangkatan penumpang dari bandara mencapai
55.754 orang. Kondisi ini mengalami peningkatan yang tajam bila dibandingkan dari
kondisi tahun 2010, dimana peningkatannya masing-masing mencapai 101,5%
untuk kedatangan dan keberangkatan penumpang, 50,53% untuk kedatangan
penumpang, 88,07% untuk keberangkatan penumpang.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-134
Tabel 0-152. Lalu Lintas Pesawat Udara, Penumpang dan Bagasi di Bandara Brang
Biji Kabupaten Sumbawa tahun 2008-2011
Kegiatan Tahun
2008 2009 2010 2011
Lalu Lintas Pesawat
- Datang 439 527 590 1.189
- Berangkat 438 527 590 1.189
Penumpang (orang)
- Datang 24.479 29.839 29.866 44.957
- Berangkat 24.662 28.801 29.645 55.754
Bagasi
- Bongkar 277.816 301.511 67.540 407.880
- Muat 119.544 243.162 73.791 403.641
Cargo
- Bongkar 23.773 80.172 297.975 18.033
- Muat 123.408 103.167 244.252 56.252
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa
Pos Dan Telekomunikasi
Lalu lintas di kantor PT Pos Indonesia cabang Bima tahun 2011 tercatat penerimaan
rekening giro 12 transaksi dengan nilai Rp 166,07 miliar, kemudian untuk rekening
Tabanas menerima 848 transaksi dengan nilai Rp 820,676 miliar dan penerimaan
tertinggi wesel pos dengan 5.005 transaksi dengan nilai mencapai Rp 4,67 triliun.
Adapun untuk transaksi pembayaran untuk giro terdapat 113 transaksi dengan nilai
Rp 390,16 miliar, diikuti Transaksi Tabanas sebanyak 636 transaksi dengan nilai Rp
855,78 miliar dan yang terbesar adalah transaksi wesel pos yang mencapai Rp 26,21
triliun dengan 16.700 transaksi.
Arus lalu lintas surat pos dan paket pada tahun 2011 tercatat 5.721 surat pos kilat
khusus yang diterima dan 4.048 surat yang dikirim. Diikuti surat pos kilat yang
diterima 2.039 surat dan yang terkirim 1.528 surat. Kemudian sebanyak 1.687 surat
pos biasa yang diterima dan 1.109 surat yang terkirim. Untuk paket pos yang
diterima pada tahun 2011 sebanyak 797 paket dan yang dikirim hanya 319 paket.
3.7.3. Profil UMKM
Salah satu yang menentukan pertumbuhan perekonomian adalah berkembangnya
sektor riil yang terkait langsung dengan produksi barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat yang ikut mempengaruhi terciptanya lapangan kerja dan
peningkatan lapangan kerja, salah satunya adalah usaha mikro kecil dan menengah.
Usaha kecil dan menengah menempati posisi yang strategis sebagai lapangan nafkah
masyarakat di Kabupaten Bima. Jumlah UKM baik yang permanen maupun tidak
permanen mencapai 42.510 unit usaha dimana yang permanen mencapai 25.226
unit dan tidak permanen sebanyak 17.284 unit usaha. Usaha yang permanen
mencapai 59,24%.
Dilihat dari wilayah, sebagian besar pertumbuhan kegiatan usaha industri dan jasa
terkosentrasi di Kecamatan Belo, Sape, Woha dan Lambu. Sebagain besar usaha
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-135
adalah industri pengolahan sebanyak 41,65%, disusul perdagangan besar dan eceran
sebanyak 31,89% dan pertambangan/pengalian 6,16%. Industri di Kabupaten Bima
mengalami perkembangan yang relatif terlambat dan pada umumnya adalah usaha
skala kecil dan menengah dengan penyerapan tenaga kerja dibawah 100 orang. Hal
tersebut tidak terlepas dari budaya kerja masyarakat Bima yang umunya tidak
profesional pada bidang pekerjaan dan belum didukung dengan inovasi dan
kemampuan untuk menjadi pengusaha. Hasil industri yang sangat dominan di
Kabupaten Bima adalah produk makanan/olahan laut dan industri kerajinan,
terutama meubel (sumber http://bimaKabupatengo.id/pages-industri-dan-
perdagangan.html).
Tabel 0-153. Jumlah Sentra Industri, Unit Usaha, Tenaga Kerja Industri Kecil Dan
Menengah Berdasarkan Jenis Usaha dan Pesebaranya di Kabupaten Bima
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan
Unit
Usaha
Tenaga
Kerja Jenis Industri
Sentra/
Kecamatan
Unit
Usaha
Tenaga
Kerja
Pangan Sandang
1. Abon Ikan Sape 20 40 1. Bordir Bola 5 27
2. Bandeng Presto Belo 20 40 Monta 5 12
Woha 15 15 2. Tenun Gedogan Ambalawi 20 20
3. Bawang Goreng Belo 20 45 Belo 233 288
4. Dodol Wera 15 16 Bolo 238 268
5. Dodol R. Laut Sape 20 40 Donggo 50 50
6. Gula Aren Ambalawi 15 15 Kawuwu 25 25
7. Ikan Pindang Bolo 15 17 Lambu 20 30
Sape 15 16 Monta 49 49
Wawo 38 38 Palibelo 20 20
Woha 15 17 Sape 83 93
8. Kacang Mete Sanggar 20 40 Wawo 105 130
9. Keripik Pisang Sanggar 13 20 Wera 70 70
Sape 50 90 Woha 35 35
10. Keripik Singkong Belo 18 35 Jumlah 38 958 1.117
Sape 41 70
11. Kerupuk Kulit Woha 15 15 Kerajinan
12. Kue Belo 1 16 1. Any. Bambu Bolo 75 83
Bolo 80 218 Wawo 40 44
Sanggar 15 21 Wera 45 91
Woha 37 16 Woha 15 18
13. Minyak Kelapa Labu 3 15 2. Anyaman Ketak Monta 20 40
Sape 30 84 Woha 20 30
Wawo 10 18 3. Anyaman Lontar Monta 50 80
14. Pengasinan Ikan Langgudu 15 15 Sape 20 27
15. P. Kunyit Wawo 2 10 4. Anyaman Pandan Donggo 30 31
16. Sambal Jeruk Monta 35 57 Monta 25 42
Woha 20 22 Sanggar 20 40
17. Saos Tomat Woha 20 40 Sape 155 203
18. Tempe Langgudu 22 30 Wawo 20 18
Jumlah 38 670 1.152 Wera 20 20
5. Batu Aji Wawo 10 20
Logam dan Elektronika 6. Batu Cabek Sanggar 15 25
1. Pande Besi Bolo 20 30 7. Gembol Jati Bolo 30 40
Sanggar 3 15 Monta 15 20
Woha 2 20 8. Meubel Kayu Belo 3 15
Jumlah 3 25 65 Bolo 10 41
Wera 15 69
Kimia dan Bangunan Woha 4 11
1. Genteng Belo 10 25 Jumlah 37 657 1.008
Bolo 51 129
Donggo 20 22 Kimia dan Bangunan
Sanggar 20 22 Bata Monta 20 22
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-136
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Sape 56 235 Palibelo 20 60
Wera 13 83 Sanggar 5 21
2. Gerabah Bolo 12 90 Sape 6 17
Sape 8 60 Wera 15 30
Wera 9 50 Woha 20 23
Woha 15 70 4. Garam Bolo 120 258
3. Bata Belo 2 13 Lambu 78 196
Bolo 19 37 Woha 471 1.068
Jumlah Jumlah 30 980 2.464
Jumlah Total
Sentra Unit Usaha Tenaga Kerja
146 3.290 5.806
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bima (2009)
Permasalahan utama industri di Kabupaten Bima adalah keterbatasan suplai energi
yang lebih mengandalkan sumber listrik PLN dan bahan bakar dari alam. Disamping
itu, dibutuhkan penanganan serius untuk kelompok industri pengolahan unggulan
sehingga dapat menguasai pasar regional maupun pasar internasional, seperti
industri dibidang pertanian, perkebunan perikanan dan peternakan.
Sementara untuk usaha perdagangan yang berskala menegah dan kecil dapat terus
dibina dan perlunya pengaturan, fasilitas dan pembinaan sarana dan prasarana yang
representatif. Untuk pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), Pemerintah Kabupaten Bima melalui
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM menjalankan berbagai
program untuk mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah, diantaranya:
a. Penyempurnaan Perda Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM);
b. Pengembangan pelayanan perijinan usaha yang mudah, murah dan cepat
c. Peningkatan penyelenggaraan koordinasi;
d. Peningkatan akses permodalan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) melalui perluasan sumber pembiayaan dan pemberdayaan bagi
Koperasi, Lembaga Keuangan Mikro maupun Badan Usaha Milik Desa
(BUMDES);
e. Peningkatan kualitas usaha kecil dan menengah;
f. Pengembangan sistem akreditasi, sertifikasi, dan penguatan lembaga
pelatihan;
g. Sosialisasi kegiatan perkoperasian;
h. Pengembangan, pendidikan dan pelatihan, penyuluhan keuangan dan
pembiayaan teknologi informasi promosi dan pemasaran;
i. Peningkatan kemampuan aparat daerah dalam menangani UMKM.
3.7.4. Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten Bima
Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Kabupaten Bima pada November
2012 adalah sebesar Rp 331,27 miliar atau 6,69% dari total kredit perbankan UMKM
di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan kondisi bulan November 2011,
kredit UMKM pada November 2012 meningkat sebesar 6,69%. Walaupun terjadi
fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara keseluruhan dari periode
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-137
Januari sampai November 2012, rata-rata kenaikan per bulan hanya sebesar 0,44%.
Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November 2012 dari total kredit UMKM
sebesar Rp 331,27 miliar, sebagian besar adalah usaha skala kredit kecil mencapai
Rp 181,8 miliar (54,88%), kemudian diikuti oleh kredit skala mikro mencapai Rp 78,5
miliar (23,69%).
Tabel 0-154. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha per November Tahun 2012 di Kabupaten Bima
Tahun Bulan
Klasifikasi Usaha
Total Kenaikan
(%) Mikro Kecil Menengah
(Jutaan Rp)
% (Jutaan
Rp) %
(Jutaan Rp)
%
2011 Nov 82.495 26,47 173.627 55,71 55,515 17,81 311.637 Des 82.124 56,70 180.776 56,70 55,946 17,55 318.846 2012 Jan 77,289 24,89 175.942 56,67 57,255 18,44 310.486 -2,62
Feb 85.057 26,45 179.475 55,81 57.059 17,74 321.591 3,58
Mar 87.173 26,04 188.906 56,42 58.743 17,54 334.822 4,11
Apr 86.367 24,37 206.697 58.33 61.298 17,30 354.363 5,84
Mei 93.052 24,91 215.190 57,61 65.282 17,48 373.524 5,41
Jun 96.549 25,42 223.720 58,89 59.603 15,69 379.872 1,70
Jul 98.514 27,51 203.247 56,62 57.192 15,93 358.952 -5,51
Agust 74.570 22,68 199.313 60,62 54.891 16,70 328.774 -8,41
Sep 77.439 23,05 182.731 54,39 75.821 22,57 335.990 2,20
Okt 80.403 23,91 183.138 54,46 72.743 21,63 336.284 0,09
Nov 78.467 23,69 181.798 54,88 71.009 21,44 331.274 -1,49
Rata rata kenaikan ( %) 0,44
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Berdasarkan jenis penggunaan, pada tahun 2012 penyaluran kredit UMKM oleh
Bank umum di Kabupaten Bima dari bulan Januari - November, secara rata-rata per
tahun pertumbuhan jumlah kredit UMKM berdasarkan penggunaanya menurun
sebesar 0,22% per tahun untuk Modal Kerja dan penggunaan untuk Modal Investasi
mengalami pertumbuhan mencapai 23,40% per tahun. Secara umum penyaluran
kredit masih didominasi oleh kredit modal kerja dengan nominal kredit sebesar Rp.
2,884 triliun dengan pangsa pasar sebesar 76,6% dari total kredit UMKM bank
umum yang telah disalurkan, selebihnya untuk kredit modal investasi sebesar Rp.
881,04 miliar dengan pangsa pasar sebesar 23,40%.
Tabel 0-155. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di Kabupaten Bima Tahun 2012
Bulan
Modal Kerja Modal Investasi
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
Jan 244.010 78,59 -5,07 66.476 21,41 7,54
Feb 254.641 79,18 4,36 66.950 20,82 0,71
Mar 266.636 68,18 4,71 68.186 20,36 1,85
Apr 277.366 78,27 4,02 76.997 21,73 12,73
Mei 292.141 78,21 5,33 81.383 21,79 5,70
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-138
Bulan
Modal Kerja Modal Investasi
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
Jun 294.476 77,52 0,80 85.396 22,48 4,93
Jul 265.175 73,87 -9,95 93.777 26,13 9,81
Agust 242.004 73,61 -8,74 86.770 26.39 -7,47
Sep 250.806 74,65 3,64 85.184 25,35 -1,83
Okt 250.656 74,54 -0,06 85.628 25.46 0,52
Nov 246.976 74,55 -1,47 84.298 25,45 -1,55
Jumlah/Rata2 2.884.886 76,60 -0,22 881.045 23,40 3,01
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Data statistik perbankan terkait pemberian kredit per sektor ekonomi UMKM di
Kabupaten Bima hingga triwulan ke empat (Tw4) tahun 2012 (data bulan Oktober
dan November) di sajikan pada Tabel III-163.
Tabel 0-156. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Bima Periode Tahun 2012
SEKTOR EKONOMI Tw1
(Jutaan Rp)
Tw2 (Jutaan
Rp)
Tw3 (Jutaan
Rp)
Tw4 (Jutaan
Rp)
1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
21.149 22.715 30.510 20.126
2. Pertambangan dan Penggalian - - 142 80
3. Industri Pengolahan 1.973 22.715 9,426 4.455
4. Listrik, Gas dan Air - - - -
5. Kontruksi - - - -
6. Perantara Keuangan - - - -
7. Perdagangan, Hotel dan Restoran 588.225 689.407 846.440 554.953
8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial
- - - -
9. Pengangkutan Dan Komunikasi 11.187 9.835 11.396 6.720
10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
80.520 103.912 96.375 56.687
11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -
12. Jasa Pendidikan - - - -
13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -
14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya
- - - -
15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga
- - - -
16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya
- - - -
17. Jasa-jasa 263.844 276.986 29.424 20.538
18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -
19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -
Jumlah 966.899 1.105.786 1.023.716 667.558
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Realisasi penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum mencapai Rp 667,5 miliar.
Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun 2012 terjadi peningkatan fluktuatif pada
setiap triwulan. Pertumbuhan kredit Pada triwulan kedua (Tw2) mencapai Rp 1,105
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-139
triliun naik 14,36% dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp 966,9 miliar, dan
pada triwulan ketiga (Tw3) pertumbuhan tersebut menurun sebesar 7,42% menjadi
Rp 1,023 triliun dari triwulan kedua (Tw2). Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM
di Kabupaten Bima masih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran
dengan pangsa mencapai 60,84% atau Rp 588,2 miliar pada triwulan pertama (Tw1),
62,35% atau Rp 689 miliar pada triwulan kedua (Tw2), 82,68% atau Rp 846,4 miliar
pada triwulan ketiga (Tw3), dan 83,13% atau Rp 554,95 miliar pada triwulan keempat
(Tw4). Kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa yang masing-masing sebesar Rp 263,8
miliar pada triwulan pertama (Tw1), Rp 276,9 miliar pada triwulan kedua (TW2), pada
triwulan ketiga (Tw3) urutan kedua penyaluran kredit UMKM pada sektor pertanian,
peternakan kehutanan dan perikanan sebesar Rp 96,4 miliar, dan pada triwulan ke
empat (Tw4) posisi kedua adalah sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan
sebesar Rp 56,7 milliar.
3.8. Kabupaten Sumbawa Barat (KSB)
3.8.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Selama periode 2007-2010, aktivitas perekonomian Kabupaten Sumbawa Barat
ditunjukkan oleh Angka PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) yang terus
meningkat. Jika pada tahun 2007 PDRB KSB ADHB adalah Rp 12,7 triliun maka
pada tahun 2010 nilai PDRB tersebut mencapai sekitar Rp 13,7 triliun, atau selama
periode 4 tersebut terjadi peningkatan PDRB sekitar Rp 1 triliun. Namun demikian
jika dicermati lebih teliti maka nilai PDRB dan peningkatan tersebut sangat
tergantung pada kegiatan sektor pertambangan.
Pada tahun 2010 kontribusi sektor pertambangan dan penggalian mencapai 94% dari
nilai PDRB KSB, yang mengindikasikan ketergantungan perekonomian KSB sangat
besar pada sektor pertambangan yang dihasilkan melalui Kontrak Karya pemerintah
dengan PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT). Implikasinya, meskipun sektor-
sektor ekonomi lain meningkat sangat pesat selama periode 4 tahun tersebut
(pertanian meningkat 31,8%, industri pengolahan 27,7%, listrik, gas dan air bersih
47,5%, bangunan 86,7%, perdagangan, hotel dan restoran 48,3%, pengangkutan dan
komunikasi 33,6%, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 36,9%, serta jasa-jasa
lain 45,5%), perekonomian KSB berdasarkan PDRB ADHB hanya meningkat 7,6%
atau rata-rata 2,5% per tahun, lebih kecil dari laju inflasi tahun 2010 (Mataram
11,7% dan Bima 6,35%).
Untuk melihat perkembangan riil dari perekonomian KSB maka digunakan
perhitungan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 (ADHK). Berdasarkan
ADHK 2000 maka perekonomian KSB sebenarnya menurun 3,1% selama periode
2007-2010, yaitu dari Rp 4,2 triliun menjadi Rp 4,1 triliun. Meskipun sektor
pertanian meningkat 8,8%, industri pengolahan 13,8%, listrik, gas dan air bersih
30,6%, bangunan 53,8%, perdagangan, hotel dan restoran 16,4%, pengangkutan dan
komunikasi 15,2%, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 15,6%, serta jasa-jasa
lain 12,7% namun sektor pertambangan turun 5,l%. Hal ini sekali lagi membuktikan
tingginya ketergantungan perekonomian KSB terhadap sektor pertambangan.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-140
Tabel 0-157. Perkembangan PDRB Kabupaten Sumbawa Barat Atas Dasar Harga
Berlaku (ADHB) Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010
No Lapangan usaha 2007 2008 2009 2010
1 Pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan 190.993 216.461 233.480 251.706
2 Pertambangan & penggalian 12.163.943 10.395.730 12.210.630 12.879.401
3 Industri pengolahan 15.820 16.987 19.076 20.203
4 Listrik, gas dan air bersih 2.258 2.605 3.075 3.331
5 Bangunan 85.865 109.662 145.084 160.292
6 Perdagangan, hotel dan restoran 123.445 144.946 170.181 183.074
7 Pengangkutan dan komunikasi 74.150 84.783 91.230 99.067
8 Keuangan, persewaan & jasa perus 16.671 18.537 21.234 22.817
9 Jasa-jasa 52.221 59.492 71.937 75.976
P d r b/gross regional domestik product 12.725.366 11.049.203 12.965.927 13.695.867
Sumber: Bappeda KSB dan BPS KSB, 2012
Tabel 0-158. Perkembangan PDRB Kabupaten Sumbawa Barat Atas Dasar Harga
Konstan (ADHK 2000) Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010
No Lapangan usaha
2007 2008 2009 2010
1 Pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan 118.814 125.209 126.289 129.215
2 Pertambangan & penggalian 3.869.407 3.464.965 3.884.936 3.672.777
3 Industri pengolahan 11.174 11.597 12.249 12.714
4 Listrik, gas dan air bersih 1.000 1.106 1.240 1.306
5 Bangunan 53.525 60.664 75.325 82.319
6 Perdagangan, hotel dan restoran 76.392 80.689 84.077 88.944
7 Pengangkutan dan komunikasi 39.356 41.364 43.233 45.342
8 Keuangan, persewaan & jasa perus 10.244 10.674 11.415 11.843
9 Jasa-jasa 28.237 29.209 30.935 31.830
PDRB/gross regional domestik product 4.208.147 3.825.477 4.269.698 4.076.292
Sumber: Bappeda KSB dan BPS KSB, 2012
3.8.2. Kondisi Produksi
a. Sektor Pertanian
Komoditas pertanian tanaman pangan yang diusahakan di lahan sawah berupa tanaman pangan seperti: padi, palawija (terutama kedelai dan kacang tanah) dan sayur-sayuran, dengan frekuensi tanam 2 – 3 kali setahun. Sementara itu, komoditas pertanian tanaman pangan yang umumnya diusahakan di lahan kering antara lain: jagung dan kacang tanah.
1. Sub sektor Tanaman Pangan
Perkembangan luas panen dan jumlah produksi berbagai jenis tanaman pangan di
Kabupaten Sumbawa Barat disajikan pada Tabel III-160. Berdasarkan tabel tersebut,
dapat diuraikan bahwa tanaman padi masih merupakan komoditas yang
mendominasi pertanian tanaman pangan di kabupaten tersebut, dengan luas panen
mencapai 17.512 ha dan produksi 99.099 ton pada tahun 2010. Perkembangan luas
panen dan produksi komoditas tersebut dari tahun 2007 hingga 2010 menunjukkan
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-141
perkembangan yang cukup besar, meskipun pada tahun 2009 mengalami
penurunan.
Tabel 0-159. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Berbagai Jenis Tanaman
Pangan di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2007 – 2010
Jenis
2007 2008 2009 2010
Luas
Panen
Produksi Luas
Panen
Produksi Luas
Panen
Produksi Luas
Panen
Produksi
Padi 11.179 53.221 14.175 69.122 11.815 61.093 17.512 99.099
Jagung 1.587 4.401 1.705 5.516 3.209 10.690 3.135 10.444
Ubi kayu 10 120 33 395 9 118 22 286
Ubi jalar 5 60 11 127 13 152 8 95
Kacang tanah 132 155 279 341 229 307 123 164
Kacang hijau 1.845 1.822 2.634 2.625 3.105 3.069 1.567 1.550
Kedelai 663 783 1.377 1.752 3.134 3.497 1.354 1.504
Sumber : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka 2011
Komoditas lain yang memiliki potensi di Kabupaten Sumbawa Barat adalah tanaman
jagung. Produksi tanaman jagung di kabupaten tersebut mencapai 10.444 ton pada
tahun 2010 dengan luas panen 3.135 ha. Tren produksi pada komoditas tersebut
hampir sama dengan tanaman padi yang terus menunjukkan peningkatan, baik
secara luas panen maupun produksinya. Namun, pada tahun 2010, luas panen dan
produksi komoditas jagung menunjukkan penurunan, meskipun tidak signifikan.
2. Sub sektor Sayuran
Komoditas hortikultura di Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2011 rata-rata
mengalami peningkatan, baik dari luas panen maupun hasil produksinya bila
dibandingkan dengkan kondisi tahun 2010. Luas lahan dan produksi cabe rawit pada
tahun 2010 masing-masing 27 ha dan menghasilkan 171 ton, meningkat pada tahun
2011 menjadi 49 ha dan produksinya menjadi 215 ton pada tahun 2011. Kondisi ini
hampir sama dengan komoditas lain, seperti kacang panjang, tomat terung dan
ketimun.
Tabel 0-160. Perkembangan Luas Panen dan Produksi berbagai Komoditas Sayuran
di KSB Tahun 2008 – 2011
No Jenis
Komoditas
Tahun 2010 Tahun 2011
Luas Tanaman
Produksi (Ton)
Luas Tanaman
Produksi (Ton)
1 Cabe Besar 11 33,88 15 64
2 Cabe Kecil 27 171,18 49 215
3 Kacang Panjang 58 137,46 59 375
4 Kubis 1 19,9 1 9,8
5 Tomat 21 84,42 27 146
6 Terong 32 135,04 46 147
7 Ketimun 3 60,30 6 26
Sumber : HUTBUNTAN KSB, 2010
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-142
3. Sub sektor Buah-buahan
Produksi buah-buahan pada tahun 2011 kondisinya tidak sebaik dengan kondisi
produksi pada sayuran. Beberapa produksi komoditas buah-buahan cenderung
mengalami penurunan produksinya, walaupun ada komoditas yang mengalami
peningkatan. Mangga yang merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Sumbawa
Barat pada tahun 2011 produksinya menurun bila dibandingkan tahun 2010, yang
semula 67 ribu ton menjadi 59 ribu ton.
Tabel 0-161. Produksi berbagai Komoditas Buah-buahan di KSB
No Jenis
Komoditas
Tahun 2010 Tahun 2011
Produksi
(Ton) Produksi (Ton)
1 Belimbing 56,00 133,00
2 Jeruk Keprok - 14.363,60
3 Sirsak 170,03 263,96
4 Alpokat 13,00 45,00
5 Mangga 67.630,00 59.064,87
6 Rambutan 134,00 98,99
7 Jambu Air 652,99 711,39
8 Jambu Biji 1.653,96 781,84
9 Nangka 9.712,37 12.015,73
10 Pepaya 1.270,95 1.254,89
11 Pisang 15.192,00 19.075,25
Sumber : Dinas HUTBUNTAN Kabupaten Sumbawa Barat
4. Sub sektor Perkebunan
Perkebunan rakyat di Kabupaten Sumbawa Barat meliputi 10 komoditas. Produksi
komoditas kelapa merupakan komoditas yang mempunyai nilai produksi yang paling
tinggi diantara komoditas lainya dengan produksi kelapa mencapai 1.037,12 ton,
naik 64,08% dari tahun 2010. Adapun produksi jambu mete 114,69 ton, naik 31,03%
dari tahun 2010. Produksi jarak pagar 83,25 ton, kopi sekitar 106,8 ton, asam 92,08
ton dan aren 97,91 ton. Untuk komoditas lainya produksinya masih relatif.
Tabel 0-162. Perkembangan Luas Tanaman dan Produksi berbagai Komoditas
Perkebunan di KSB Tahun 2008 – 2010
Jenis
Komoditas
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
Luas
Tanaman
(ha) Produksi
(Ton)
Luas
Tanaman
(ha) Produksi
(Ton)
Luas
Tanaman
(ha) Produksi
(Ton)
Luas
Tanaman
(ha) Produksi
(Ton)
Kelapa 1.146 1.268,64 1.146 631,20 1.089 632,00 1.106 1.037,12
Kopi 235 119,70 235 - 260 93,80 260 106,80
Kapuk 134 22,98 118 - 135 30,30 135 46,28
Jambu mete 1.443 143,68 1.443 - 1.335 87,00 1.335 144,69
Kakao 88,50 0,20 89 - 114 - 177 -
Pinang 32 12,51 32 11,59 32 16,44 38 23,61
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-143
Jenis
Komoditas
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
Luas
Tanaman
(ha) Produksi
(Ton)
Luas
Tanaman
(ha) Produksi
(Ton)
Luas
Tanaman
(ha) Produksi
(Ton)
Luas
Tanaman
(ha) Produksi
(Ton)
Asam 124 82,05 122 - 124 21,95 134 92,08
Kemiri 46 26,80 46 - 46 2,25 - -
Jarak Kepyar 0 0 - 0 3 1,45 - -
Jarak Pagar 1.113 135,38 1.113 139,45 847 129 847 83,25
Vanili 3 0,07 3 0.07 3 - - -
Tebu 67 138,06 67 - 54 - - -
TembakauRakyat 0 0 - 0 9 6,20 - -
Wijen 2 0,17 4 0,80 8 1,65 - -
Lada 24 0,45 24 - 24 3,25 11 1,47
Aren 18 88,43 148 50,25 148 75,80 148 97,91
Sumber: Dinas HUTBUNTAN KSB, 2010.
5. Sub sektor Kehutanan
Kabupaten Sumbawa Barat memiliki kawasan hutan dengan luasan total sebesar
126.261,45 ha yang peruntukkannya sebagai hutan lindung, hutan produksi tetap,
hutan produksi terbatas, cagar alam, taman wisata dan KSA. Kawasan hutan di
kabupaten tersebut didominasi oleh kawasan hutan lindung, yaitu 52,52% dari total
kawasan hutan yang ada. Sedangkan kawasan hutan yang berfungsi sebagai hutan
produksi baik terbatas maupun tetap, masing-masing 28,64% dan 14,85% dari luas
kawasan hutan yang ada.
Gambar 0-25. Peruntukkan Kawasan Hutan di Kabupaten Sumbawa Barat
Produksi hasil hutan dari kegiatan non HPH tahun 2011 sekitar 2.791 m3 yang
hampir semuanya berupa kayu bulat, dengan jumlah produksi masing-masing
66,311.06 36,155.09
18,753.24
524.00
874.91 3,643.17
Kawasan Hutan di Kabupaten Sumbawa Barat (ha)
Hutan lindung
Hutan produksi
terbatas
Hutan produksi tetap
Cagar alam
Hutan taman wisata
KSA
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-144
adalah sebagai berikut; produksi kayu rimbah mencapai 17.303,61 m3, kemudian
kayu indah 3.153,91 m3, dan kayu meranti 1.029,50 m3 sedang hasil hutan dalam
bentuk kayu gergajian dan kayu olahan masih terbatas. Dimana kayu olahan rimba
campuran dengan produksi tertinggi mencapai 14.335,48 m3, diikuti kayu indah dan
meranti masing-masing produksinya sebesar 2.574,03 m3 dan 838,62 m3. Sementara
itu, hasil hutan ikutan (non kayu) pada tahun 2010 berupa: rotan seluas 25.000 Ha,
bambu duri seluas 41.511 Ha, sengon alam seluas 5.000 Ha, dan kayu gaharu 1.000
Ha. Pada tahun 2011 produksi hasil ikutan rotan mencapai110 ton, sedang produksi
hasil hutan non kayu lainnya tidak tercatat (Dinas HUTBUNTAN KSB, 2011).
Tabel 0-163. Jumlah Hasil Produksi Hutan di Kabupaten Sumbawa Barat
No Hasil Hutan Produksi Satuan
1 Kayu Bulat
Indah 3.153,91 m3
Rimbah 17.307,61 m3
Meranti 1.029,50 m3
Merbau 766,23 m3
Jati 66,12 m3
2 Kayu Olahan
Indah 2.574,03 m3
Rimba Campuran 14.335,48 m3
Meranti 838,62 m3
Merbau 618,06 m3
Jati 56,17 m3
3 Rotan 110,00 Ton
Sumber : Dinas Kelautan Perkebunan dan Pertanian Kab. Sumbawa barat
6. Sub sektor Peternakan
Pengusahaan Ternak oleh petani/peternak di KSB tahun 2006 – 2010 sebagian
besar kurang intensif dengan skala usaha yang kecil, sehingga perkembangan
populasi ternak relatif lambat. Padang rumput untuk pengembalaan ternak (terutama
ternak besar: sapi, kerbau dan kuda) di KSB cukup tersedia (seluas 3.061 hektar)
dengan jumlah lokasi pengembalaan (“lar”) sebanyak 13 unit yang mampu
menampung sekitar 31.000 ekor ternak besar (Dinas Kelautan Perikanan dan
Peternakan KSB, 2011). Pada tahun 2011 populasi kuda tercatat 6.227 ekor, sapi
sekitar 48.710 ekor, dan kerbau 12.049 ekor. Jumlah ternak kecil tercatat 16.649
ekor kambing, 2.745 ekor domba. Selain dengan bantuan bibit langsung kepada
peternak, upaya peningkatan populasi juga dilakukan dengan inseminasi buatan
tercatat sebanyak 5.000 dengan realisasi mencapai 3.000 inseminasi.
Jumlah unggas di Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2011 mengalami
peningkatan sampai dengan 73%. Ayam buras naik dari 100.055 ekor menjadi
173.100 ekor. Pada tahun 2011 di Kecamatan Sekongkang terdapat peternakan ayam
ras baru yang mencapai 25.710 ekor, sehingga terjadi peninggkatan yang cukup
signifikan mencapai l70,63% dari tahun 2010 yang hanya 9.500 ekor.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-145
Gambar 0-26. Perkembangan Populasi Ternak Ruminansia di Kabupaten Sumbawa
Barat Tahun 2006 – 2011 Sumber : DKPP KSB, 2010
Gambar 0-27. Perkembangan Ternak Unggas di Kabupaten Sumbawa Barat
Sumber: DKPP KSB, 2010.
Data pada di atas menunjukkan bahwa semua jenis ternak besar, ternak kecil dan
unggus terus mengalami peningkatan jumlah populasi dari waktu ke waktu selama
periode tahun 2006 - 2011, kecuali hanya ternak kuda dan domba yang mengalami
penurunan jumlah populasi. Peningkatan jumlah populasi ternak di KSB sangat
dimungkinkan karena didukung kondisi alam KSB berupa cukup tersediannya lahan
2006 2007 2008 2009 2010 2011
23,989 25,715
29,203
32,661
39,622
48,710
7,371 8,266
13,015
5,647
11,596 12,049
4,092 6,647 6,047
3,424 6,536 6,227
12,956
19,577
15,698 16,688
23,156
16,649
1,228 1,736 1,501 1,017 1,282 2,745
Perkembangan Populasi Ternak Ruminansia di
Kabupaten Sumbawa Barat
Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba
2006 2007 2008 2009 2010 2011
104,664 103,833
127,638
98,000 100,055
173,100
3,500 4,000 5,800 9,700 9,500
25,710
5,439 5,889 6,016 7,019 2,998
8,264 3,227 3,697 4,827
3,713 2,663 5,205
Perkembangan Ternak Unggas di Kabupaten
Sumbawa Barat
Ayam Buras Ayam Ras Itik Entok
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-146
kering, terutama padang pengembalaan/ rumput tempat pemeliharaan ternak besar
dan ternak kecil.
7. Sub sektor Perikanan
Potensi produksi perikanan laut di KSB tahun 2010 cukup besar (sekitar 259.040,60
ton) dengan jenis-jenis ikan yang dominan antara lain: cumi-cumi, bandeng, ikan
ekor kuning, tongkol, cakalang, tembang, kembung, dan beberapa ikan demersal
lainnya seperti kakap, kerapu, dan udang. Potensi produksi yang cukup besar
tersebut baru dapat direalisasikan sekitar 34.541,01 ton (13,33%) karena terbatasnya
kemampuan sumber daya nelayan, terutama sarana prasarana tangkap. Potensi
produksi perikanan untuk perairan umum pada tahun 2010 mencapai 2.109,60 ton
dengan realisasi produksinya sebesar 1.576,32 ton (74,72%). Potensi produksi
perikanan untuk perairan air tawar pada tahun 2010 mencapai 1.875,10 ton dengan
realisasi produksinya hanya mencapai 361,02 ton (19,25%) dan areal pemeliharaan
ikan di kolam seluas 166 hektar. Sementara itu, potensi produksi perikanan untuk
perairan air payau pada tahun 2010 mencapai 12.744,50 ton dengan realisasinya
baru mencapai 1.772,56 Ha (13,91%) (BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010).
Perkembangan produksi berbagai jenis komoditas perikanan menurut tempat
pengusahaannya di KSB tahun 2006 – 2009 dan prediksinya tahun 2010 – 2015,
disajikan pada Tabel III-164.
Tabel 0-164. Perkembangan Produksi Berbagai Jenis Komoditas Perikanan di KSB
Tahun 2006 – 2010 dan Prediksinya Tahun 2011 – 2015 (ton)
Tahun Ikan Air
Tawar
Ikan Air
Payau
Ikan Air Laut Rumput
Laut Budidaya Penangkapan
2006 406 56 1.128 2.623 2.250
2007 426 85 2.142 2.715 3.725
2008 447 124 4.673 2.872 4.673
2009 472 180 7.620 3.016 7.620
2010 490 202 8.302 3.124 8.832
2011 513 245 10.721 3.354 9.937
Sumber: DKPP KSB, Tahun 2010.
Data pada Tabel III-173, menunjukkan bahwa potensi perikanan di Kabupaten
Sumbawa Barat cukup besar, tercermin dari jumlah produksi berbagai jenis
komoditas perikanan yang terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu selama
periode tahun 2006 – 2011 dan diperkirakan akan terus meningkat cukup berarti
pada tahun 2010 – 2015 karena adanya potensi areal yang masih sangat luas.
Sebagai contoh, potensi areal rumput laut tahun 2010 cukup luas (1.500 Ha), tetapi
realisasi pemanfaatannya masih sangat sempit (sekitar 300 Ha atau 20,00%),
sehingga peluang untuk pengembangan rumput laut masih sangat besar. Potensi
lahan pertambakan di wilayah pesisir tahun 2010 seluas 3.136 Ha, baru dapat
dimanfaatkan untuk pembukaan tambak dan pembangunan sarana prasarana
pendukungnya seluas 652,50 ha (20,81%). Areal tambak sebagian besar (78,93%)
terdapat di UPT Tambak Sari Kecamatan Poto Tano, tetapi areal tersebut dalam
sembilan tahun terakhir tidak produktif.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-147
b. Sektor Perdagangan, Pariwasata Hotel dan Restoran
1. Sub sektor Perdagangan
Tahun 2011 Kabupaten Sumbawa Barat mempunyai 707 perusahaan perdagangan
Dibandingkan tahun 2010, jumlah perusahaan mengalami kenaikan yang signifikan
yaitu sebesar 238 %. Jika dilihat dari kategori usahanya, tahun 2011 Kabupaten
Sumbawa Barat mempunyai 6 pedagang besar atau yang menjual secara grosir saja.
Sedangkan jumlah perdagangan menengah mengalami penurunan hingga 28%, atau
hanya sebanyak 60 pedagang. Jumlah pedagang kecil mengalami kenaikan sebesar
19 % menjadi 679 pedagang.
Tabel 0-165. Banyaknya Pedagang Menurut Kecamatan dan Berdasarkan Skala
Usahanya di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011
Kecamatan Pedagang
Besar Menengah Kecil
Sekongkang 1 4 32
Jereweh - 9 37
Maluk 2 8 53
Taliwang 3 31 327
Brang Ene - - 32
Brang Rea - 2 54
Seteluk - 5 119
Poto Tano - 1 25
Jumlah 6 60 679
2010 - 208 567
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Sumbawa Barat
Tabel 0-166. Pertumbuhan Banyaknya Perusahaan di Kabupaten Sumbawa Barat
Menurut Bentuk Badan Hukum Tahun 2007-2011
Badan Hukum Tahun (Perusahaan)
2007 2008 2009 2010 2011
Perseroan Terbatas (PT) 6 30 30 10 39
CV Firma 49 123 81 30 106
Koperasi 1 10 5 7 63
Perorangan 51 371 348 159 485
Lainya 0 5 3 3 14
Jumlah 107 539 467 209 707
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Sumbawa Barat
2. Sub sektor Pariwisata Hotel dan Restoran
Arus kunjungan wisatawan dan migran sirkuler ke Kabupaten Sumbawa Barat
cukup banyak seiring dengan berkembangnya aktivitas ekonomi. Dalam rangka
memenuhi permintaan dan sekaligus menjamin kenyamanan wisatawan dan migran
yang berkunjung ke Kabupaten Sumbawa Barat, maka pengusaha telah
menyediakan hotel dan akomodasi lainnya pada semua kecamatan di Kabupaten
Sumbawa Barat. Jumlah hotel dan akomudasi lainnya tahun 2011 sebanyak 22
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-148
buah, yang dilengkapi dengan kamar tidur 367 kamar, tempat tidur 3412 unit, serta
restoran 28 buah dengan jumlah karyawan sekitar 292 orang.
Data pada Gambar III-28, menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan
domestik dan wisatawan asing di Kabupaten Sumbawa Barat mengalami peningkatan
yang cukup berarti. Diperkiranan pada lima tahun ke depan jumlah kunjungan
wisatawan domestik dan asing akan meningkat semakin cepat seiring dengan
semakin intensifnya promosi pariwisata dan semakin menariknya obyek-obyek wisata
di Kabupaten Sumbawa Barat.
Gambar 0-28. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2006 - 2011
Sumber : BPS Kabupaten Sumbawa Barat
c. Sektor Perindustrian, Listrik dan Air Minum
1. Sub sektor Industri Pengolahan
Industri pengolahan pada tahun 2011 sebanyak 133 unit usaha, turun dari tahun
2010 yang mencapai 244 unit usaha. Dari 133 unit usaha tersebut menyerap tenaga
kerja sekitar 504 orang tenaga kerja. Kegiatan industri di kabupaten tersebut
memerlukan nilai investasi sebesar Rp 1,8 miliar. Jumlah industri yang terbanyak
pada jenis industri makanan dan minuman yang mencapai 61 unit usaha, diikuti
oleh industri tekstil dan bahan jadi sebanyak 11 unit usaha. Dari industri tersebut
menghasilkan nilai produksi mencapai Rp 3,3 miliar. Penyumbang nilai terbesar
adalah nilai produksi industri makanan minuman dan industri kimia dan barang-
barang dari kimia, yang masing-masing besarnya Rp 1,6 miliar dan Rp 1,4 miliar.
2006 2007 2008 2009 2010 2011
5,294 5,754 6,255 6,880 7,361
14,238 1,680 1,814 1,959
2,116 2,256
1,659
Jumlah Wisatawan yang Berkunjung di
Kabupaten Sumbawa Barat
Wisatawan Domestik Wisatawan Asing
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-149
Tabel 0-167. Jumlah Perusahaan Menurut Kode Industri di Kabupaten Sumbawa
Barat Tahun 2007-2011
Jenis Industri Jlh Unit Usaha
Jlh Tenaga Kerja (org)
Nilai Investasi (Rp 000,-)
Nilai Produksi (Rp 000,-)
Industri Makanan, minuman dan tembakau 61 164 880.085 1.663.050
Industri Tekstil, pakaian jadi dan kulit 11 48 171.300 90.518
Industri Kertas dan Barang-Barang dari Kertas,
Percetakandan Penerbitan 6 24 76.000 42.200
Industri Kimia dan Barang-Barang dari Bahan
Kimia, Minyak Bumi, Batubara, Karet dan Plastik.
10 47 2.100.000 1.438.200
Industri Logam Dasar 2 8 305.000 31.800
Industri Logam Dasar Industri Barang dari
Logam, Mesin dan Peralatanya 1 6 100.000 67.000
Industri Pengolahan Lainya 133 504 1.892.995 3.389.475
Jumlah 224 801 5.525.380 3.722.243
2010 93 405 5.525.380 3.266.318
2009 67 293 5.525.380 -
2008 21 93 3.327.260 -
2007 5 19 - -
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Sumbawa Barat
2. Sub sektor Listrik dan Air Minum
Listrik. Produksi listrik pada tahun 2011 di Kabupaten Sumbawa Barat mencapai
40.021.934 KWH dan listrik yang dipakai 73.670 KWH, dengan jumlah pelanggan
mencapai 17.807 pelanggan PLN. Kapasitas listrik yang terjual pada tahun 2011
sebesar 32.833.746 KWH dengan nilai penjualan mencapai Rp. 22,810 miliar.
Air Minum. Sejak tahun 2009 kondisi air bersih di Kabupaten Sumbawa Barat
mengalami peningkatan produksi dengan dibangunya jaringan baru di Kecamatan
Taliwang sehingga jangkauan pelayanan PDAM Sumbawa Barat meluas menjadi lima
Kecamatan yaitu Jereweh, Brang Ene, Brang Rea, Poto Tano dan Taliwang. Pada
tahun 2011 jumlah pelanggan PDAM Kabupaten Sumbawa Barat mencapai 4.774
pelanggan, meningkat 24,81% dari tahun 2010. Jumlah air yang disalurkan pada
tahun 2011 mencapai 1.2 juta m3 dengan nilai Rp 1,6 miliar lebih.
Tabel 0-168. Jumlah Pelanggan dan Air Bersih yang di Salurkan dari PDAM Kabupaten Sumbawa Barat
Tahun Pelanggan Air Bersih Yang di Salurkan
Volume (m3) Nilai (Rp.)
2011 4.774 1.213.103 1.614.207.450
2010 3.825 905.144 1.216.427.000
2009 2.705 697.883 798.617.000
2008 1.529 27.934 41.588.000
2007 237 42.660 -
Sumber : PDAM Kabupaten Sumbawa Barat
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-150
d. Sektor Pengangkutan, Pos dan Telekomunikasi
Pengangkutan dan Komunikasi. Sarana pengangkutan yang beroperasi di KSB
tahun 2010 cukup banyak dan lancar. Pemilikan atau penguasaan sarana informasi
dan komunikasi oleh masyarakat di KSB tahun 2010 secara umum nampaknya
cukup banyak. Perkembangan jumlah sarana pengangkutan, komunikasi dan
informatika di KSB tahun 2006 - 2009 disajikan pada Tabel III-169.
Pos. PT. Pos Indonesia sebagai sarana perhubungan, komunikasi dan informasi.
Kegiatan operasional instansi tersebut pada tahun 2011 antara lain telah menrima
sebanyak 28.523 surat dan paket. Jumlah ini terjadi peningkatan jika dibandingkan
tahun 2010 yakni sebesar 22.523 surat dan paket.
Tabel 0-169. Perkembangan Jumlah Sarana Pengangkutan, Komunikasi dan Informatika di KSB Tahun 2006 - 2009
No. Jenis Sarana Satuan 2007 2008 2009 2010 2011 Peningkatan
(%/th)
1. Kendaraan/ Transpotasi:
a Sedan Unit 25 35 41 23 26 32,00
b Jeep Unit 14 34 38 35 39 85,71
c Municab Unit 42 99 371 539 580 389,29
d Truk Barang Unit 38 163 178 182 196 184,21
e Pick-Up Unit 325 367 388 411 483 19,38
f Ambulance 29 29 29 29 29 0,00
g Mikro Bus Unit 34 40 82 107 121 70,59
h Bis Biasa Unit 96 96 96 15 15 0,00
i Sepeda Motor Unit 2.286 8.950 14.179 23.200 27.591 260,13
j Gerobak/Cidomo Unit 565 565 565 423 423 0,00
k Sepeda Unit 2.681 2.681 2.681 2.681 2.681 0,00
2. Sarana Komunikasi-Informatika:
a Counter Unit n.a. 218 218 234 214 0,00
b TV Kabel Unit n.a. 39 39 36 38 0,00
c Menara
Telekomukasi Unit n.a. 32 32 44 34 0,00
d Warnet Unit n.a. 7 7 14 9 0,00
e Wartel/Yantel Unit n.a. 29 29 14 3 0,00
f Radio Siaran & Kec. Unit n.a. 13 13 4 4 0,00
g Jasa Titipan Unit n.a. 6 6 7 6 0,00
h Kantor Pos dan Giro Unit n.a. 3 3 3 3 0,00
i Radio Penduduk RT n.a. 5.982 5.982 5.982 5.982 0,00
j Televisi Unit n.a. 10.165 10.165 10.165 10.165 0,00
k Antena Parabola Unit n.a. 2.457 2.457 2.457 2.457 0,00
l Pelanggan Telepon RT/
Kantor n.a. 1.411 1.411 n.a. n.a. 0,00
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2006 – 2010.
Keterangan: n.a. data tidak tersedia (not available)
e. Sektor Bangunan/ Konstruksi
Keadaan bangunan rumah penduduk dan lingkungannya merupakan salah satu
indikator dari tingkat kesejahteraan masyarakat. Dari 26.489 rumah tangga
penduduk di KSB tahun 2009, terdapat sekitar 23.337 rumah tangga (88,10%) yang
mempunyai bangunan rumah dan lingkungannya dengan kondisi memadai.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-151
Sementara itu, kondisi rumah dan lingkungan yang kurang memadai dimiliki oleh
sekitar 3.152 rumah tangga (11,90%), ditandai oleh kondisi rumah yang reot, kecil,
pengab, serta kondisi lingkungan dengan sanitasi buruk, tidak ada MCK, tidak ada
gang masuk ke rumah atau gabungannya (BPM PEMDES PPKB KSB, 2010).
f. Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan.
Untuk pelayanan jasa keuangan tahun 2010, di KSB terdapat lembaga keuangan
formal Bank dan Pegadaian sebanyak 7 unit. Sementara itu, jasa perusahaan
sebagian besar bergerak di bidang perdagangan dan distribusi barang dan jasa.
Perusahaan dagang barang dan jasa yang telah memperoleh SIUP pada tahun 2010
sebanyak 584 unit (BPS KSB dan Bappeda KSB, 2010).
g. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Potensi bahan tambang/ galian golongan B dan C, terutama yang terdapat didalam
kawasan hutan Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2010 cukup banyak,
perkembangan sektor pertambangan dan penggalian di Sumbawa Barat tahun 2006-
2009 disajikan tabel dibawah ini.
Tabel 0-170. Perkembangan Sektor Pertambangan/Penggalian di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2006-2009
Indikator Satuan 2006 2007 2008 2009
Jumlah Unit Usaha unit 5 10 10 3
Jumlah Tenaga Kerja orang 4.495 4.280 4.220 4.217
Jumlah Investasi Rp. miliar * * 18,67 2,50
Nilai Produksi Juta ton 608,78 588,01 573,76 802,17
Jumlah Solar Home System (STP) lokasi 253 294 101 106
Sumber : Dinas ESDM Budpar Kabupaten Sumbawa Barat
Keterangan : *) Data tidak tercatat
Data Tabel III-174 diatas menunjukkan bahwa usaha pertambangan dan penggalian
cukupbanyak di Sumbawa Barat telah menghasilkan produksi dan nilai yang tinggi,
serta memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja yang cukup banyak.
Berbagai jenis bahan tambang /galian yang potensial dan atau telah diusahakan oleh
beberapa perusahaan di Kabupaten Sumbawa Barat antara lain : emas dengan
potensi 1.972 ton, tembaga dengan potensi 4.2 juta ton, aneka macam batu kapur
dengan potensi 11,5 juta m3 pada lahan seluas 50 ha, sirtu (pasir batu) dengan
potensi 259.500 m3 pada lahan 21,62 ha dan bahan tambang galian lainya.
3.8.3. Profil UMKM
UMKM yang terdapat di KSB didominasi oleh usaha disektor pertanian. Selain itu
terdapat banyak industri pengolahan yang juga dalam kategori industri berskala kecil
dengan teknologi yang relatif sederhana, sedang industri berskala menengah dan
besar dengan teknologi relatif modern jumlahnya sangat terbatas. Jenis industri yang
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-152
ada di Kabupaten Sumbawa Barat adalah industri meubel kayu dan rotan, industri
batu bata dan industri tenun gedogan. Sedangkan jenis industri kecil/ rumah tangga
yang banyak terdapat di KSB adalah: industri makanan, minuman dan tembakau,
serta industri pengolahan lainnya, sedangkan jenis industri lainnya masih relatif
sedikit jumlahnya. Pada tahun 2010, industri kecil menengah IKM/UMKM di
Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 149 sentra dengan 1.355 unit usaha dan
menyerap tenaga kerja 2.737 orang.
Sentra-sentra industri yang terdapat di Kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari 49
sentra industri makanan minuman (pangan), industri rumput laut di Kec. Jereweh
dan Taliwang, industri gula aren banyak di Sekongkang dan Brangrea dan kue di
Seteluk. 11 sentra sandang meliputi industri konveksi di Kec. Jereweh, industri
tenun gedogan banyak di Kec. Taliwang dan seteluk. Sentra Industri kimia dan bahan
bangunan terdapat 57 sentra, meliputi industri bata merah banyak di Kec. Seteluk
dan Taliwang, untuk industri meubel dan rotan banyak di Kec. Brang Rea. Terdapat
20 sentra industri Logam dan elektronika yang meliputi industri bengkel motor di
Kec. Seteluk dan Taliwang. Industri kerajinan terdapat 12 sentra industri yang
meliputi industri anyaman bambu, lampit dan rotan terdapat di Kec. Brangrea.
Secara umum kondisi IKM dan UMKM di Kabupaten Sumbawa Barat mempunyai
kendala hampir dengan UMKM-UMKM di Provinsi NTB. Dimana perkembangan yang
memadai dari segi kualitasnya, bagi kinerja UMKM masih tertinggal. Ketertinggalan
kinerja UMKM tersebut disebabkan terutama oleh kekurangmampuan UMKM dalam
bidang manajemen, penguasaan teknologi, dan pemasaran, serta rendahnya
kompetensi kewirausahaan UMKM. Tingkat kinerja yang demikian ini berkaitan
dengan lemahnya kemampuan dan posisi tawar untuk mengelola dan mengakses
keberbagai sumber daya produktif lainnya, yang meliputi sumber-sumber informasi,
pasar, dan faktor produksi. Terbatasnya akses terhadap sumber daya finansial juga
merupakan masalah utama bagi usaha mikro. Usaha mikro yang bermodal kecil
umumnya tidak berbadan hukum dan masih menerapkan manajemen usaha yang
sangat sederhana. Oleh karena itu, usaha mikro ini sangat sulit untuk memperoleh
akses kepada lembaga keuangan perbankan.
Selain itu, penguasaan teknologi, manajemen, informasi, dan pasar juga masih jauh
dari memadai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, UMKM memerlukan biaya yang
relatif besar, apalagi jika dikelola secara mandiri oleh UMKM. Pemerintah Kabupaten
Lombok Timur perlu turun tangan membantu kemudahan akses para pengusaha
mikro tersebut untuk memperoleh bantuan pendanaan agar dapat mengembangkan
usahanya. Dorongan dan kemudahan pendirian dan penyebaran lembaga keuangan
mikro atau kecil yang berlokasi dekat dengan sentra usaha mikro juga perlu
memperoleh perhatian.
Tabel 0-171. Jumlah Sentra Industri Kecil Menengah (IKM/UMKM) Menurut Jenis
Usaha dan Pesebaranya di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Pangan Kimia dan Bahan Bangunan
1. Bakso Poto Tano 1 3 1. Bata Merah Brang Rea 9 58
Seteluk 1 1 Sekongkang 6 59
Taliwang 1 1 Seteluk 10 28
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-153
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
2. Es Batu Sekongkang 1 1 Taliwang 11 57
3. Es Krim Poto Tano 1 1
4. Es Lilin Sekongkang 6 11 2. Bata/ Genteng Jereweh 18 32
5. Gula Aren Brang Rea 60 90 Seteluk 27 99
Jereweh 35 35 Taliwang 61 156
Maluk 20 20 3. Beton/Paving Blok Sekongkang 1 3
Sekongkang 67 78 4. Furnitur Brang Rea 3 9
Taliwang 57 57 Jereweh 5 15
6. Gula Tebu Taliwang 8 47 Sekongkang 3 10
7. Ker. Singkong Seteluk 1 2 Seteluk 1 5
8. Kerupuk Poto Tano 8 28 Taliwang 5 17
Seteluk 2 7 5. Genteng Brang Rea 7 20
Taliwang 1 5 6. Kapal/Perahu Taliwang 1 1
9. Kerupuk Paru Taliwang 11 31 7. Labelling Taliwang 4 6
10. Kopra Taliwang 1 20 8. Meubel Bambu Seteluk 15 20
11. Kue Brang Ene 3 3 9. Meubel kayu Bramg Rea 62 115
Brang Rea 10 10 Jereweh 42 83
Jereweh 1 1 Sekongkang 3 7
Poto Tano 2 4 Seteluk 26 34
Sekongkang 12 38 Taliwang 21 55
Seteluk 20 39 10. Meubel Rotan Brang Rea 22 42
Taliwang 18 33 Taliwang 38 130
12. Minuman
Kemasan
Jereweh 2 10 11. Pakan Ternak Brang Rea 1 5
Taliwang 1 2 12. Paving Blok Jereweh 6 19
13. Minyak Kelapa Taliwang 1 4 Sekongkang 3 18
14. Pengolahan Ikan Taliwang 2 2 13. Pembakaran Kapur Seteluk 18 45
15. Pengolahan Kopi Brang Rea 3 10 14. Percetakan Taliwang 4 14
16. Roti Taliwang 1 3 15. Plafon Gipsum Poto Tano 4 16
17. Rumput Laut Jereweh 25 50 16. Sablon Brang Rea 1 3
Taliwang 20 50 17. Sowmill Brang Rea 6 19
18. Tahu /Tempe Taliwang 1 5 Taliwang 1 4
Jumlah 49 434 755 Jumlah 57 455 1.242
Logam dan Elektronika Kerajinan dan Bambu
1. Alat RT dari
Logam
Seteluk 1 4 1. Anyaman Bambu Barang Rea 21 45
Taliwang 1 3 Seteluk 5 12
2. Bengkel Las Brang Rea 6 14 3. Anyaman Pandan Seteluk 2 4
Jereweh 2 4 Taliwang 2 6
Sekongkang 3 7 4. Anyaman Rotan Brang Rea 4 7
Seteluk 3 18 5. Batu Aji Taliwang 2 7
6. Bengkel Mobil Maluk 2 5 7. Kulit Kerang Jereweh 5 9
Taliwang 2 5 8. Tikar Lampit Brang Rea 11 26
9. Bengkel Sep.
Motor
Maluk 2 6 Jumlah 12 56 121
Poto Tano 1 2
Seteluk 8 12 Sandang
Taliwang 7 12 3. Konveksi Brang Ene 4 4
10. Pande Besi Poto Tano 1 2 Jereweh 130 180
Seteluk 2 4 Sekongkang 3 3
11. Servis Elektro Brang Rea 2 4 Seteluk 2 4
jumlah 20 43 102 Taliwang 59 105
Poto Tano 2 4
Sandang 4. Tenun Gedogan Seteluk 35 43
1. Koveksi/Bordir Taliwang 40 68 Taliwang 90 90
2. Sandal Taliwang 1 5 5. Tenun Ikat Taliwang 1 15
Jumlah 11 367 517
Jumlah Total
Sentra Unit Usaha Tenaga Kerja
149 1.355 2.737
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Sumbawa Barat 2008-2010 (diolah)
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-154
Untuk mendukung perkembangan usaha mikro kecil dan menengah UMKM dan
industri kecil menengah (IKM), Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat menjalankan
berbagai program untuk mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah, di
Kabupaten Sumbawa Barat yang diantaranya:
a. Pembinaan pelatihan dan kursus atau magang bagi pelaku aneka jenis usaha/
industri;
b. Pelaksanaan usaha berbagai jenis industri/agroindustri, terutama agroindustri
rumput laut dan agroindustri rotan sebagai unggulan kompetensi inti daerah;
c. Standarisasi kualitas aneka produk industry;
d. Pembentukan dan atau penguatan lembaga usaha industri/agroindustri;
e. Pembangunan sarana prasarana (pabrik, mesin dan peralatan) aneka jenis
industri/ agroindustri paa kawasan sentra produksi (KSP) Agroindustri Poto
Tano;
f. Penyediaan modal pinjaman investasi dan modal kerja untuk usaha mikro
kecil dan menengah (UMKM) melalui program stimulus ekonomi;
g. Pembentukan dan pembinaan lembaga sosial ekonomi industri seperti pusat
bisnis dan teknologi industri, kelompok usaha produktif (KUP).
3.8.4. Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Kab. Sumbawa Barat
Realisasi dari peranan perbankan dalam rangka pembiayaan untuk UMKM serta
sebagai hasil dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang yang
dilaksanakan Perbankan di Provinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya di Kabupaten
Sumbawa Barat antara lain dapat dilihat dari perkembangan kredit perbankan untuk
pembiayaan UMKM pada Tabel III-172.
Tabel 0-172. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Tahun 2012 Di Kab Sumbawa Barat
Tahun Bulan
Klasifikasi Usaha
Total Kenaikan
(%) Mikro Kecil Menengah
(Jutaan
Rp) %
(Jutaan
Rp) %
(Jutaan
Rp) %
2011 Nov 9.762 10,84 70.892 78,89 9.367 10,40 90.021
Des 10.892 10,70 76.254 78,75 9.723 10,10 96.275
2012 Jan 10.537 10,54 79.609 79,62 9.834 9,84 99.981 6,51
Feb 10.760 10,26 89.309 85,18 4.781 4,56 104.851 14,19
Mar 11.545 9,9 100.136 85,89 4.910 4,21 116.592 7,07
Apr 11.921 9,41 109.932 86,80 4.802 3,79 126.655 20,01
Mei 12.007 9,17 114.333 87,28 4.649 3,55 130.989 3,94
Jun 12.041 8,77 120.427 87,68 4.880 3,55 137.348 9,01
Jul 12.982 9,13 124.452 87,57 4.689 3,30 142.123 6,63
Agust 18.966 12,57 127.117 84,26 4.779 3,17 150.863 -10,10
Sep 18.785 12,25 128.544 83,81 6.053 3,95 153.381 0,84
Okt 21.848 13,97 128.509 82,14 6.090 3,89 156.446 3,86
Nov 21.716 13,57 131.824 82,40 6.343 4,02 159.974 2,39
Rata rata kenaikan ( %) 4,76
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-155
Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Kabupaten Sumbawa Barat pada
November 2012 adalah sebesar Rp 159.97 miliar atau 3,23% dari total kredit UMKM
perbankan di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan kondisi bulan
November 2011, kredit UMKM meningkat sebesar 77,71%. Walaupun terjadi fluktuasi
kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara keseluruhan dari periode Januari
sampai November 2012, rata-rata kenaikan per bulan adalah sebesar 4,76%.
Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November 2012 dari total kredit UMKM
sebesar Rp 159.97 miliar, penyaluran kredit didominasi untuk skala kecil Rp 131,8
miliar (82,40%), skala mikro Rp. 21,7 miliar (13,57%) dan skala menengah hanya Rp
6,34 miliar (4,02%).
Berdasarkan jenis penggunaan, pada tahun 2012 penyaluran kredit UMKM oleh
Bank umum di Kabupaten Sumbawa Barat masih didominasi oleh kredit modal kerja
dengan nominal kredit sebesar Rp 1,367 triliun dengan pangsa pasar sebesar 92,39%
dari total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan, selebihnya oleh kredit
modal investasi sebesar Rp 111,78 miliar dengan pangsa pasar sebesar 7,61%.
Tabel 0-173. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya
di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2012
Bulan
Modal Kerja Modal Investasi
(Juta Rp) Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
(Juta
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
Jan 99.275 91,29 3,75 8.705 8,71 4,90
Feb 96.327 91,87 5,53 8.524 8,13 -2,08
Mar 107.674 92,35 11,78 8.918 7,65 4,62
Apr 117.180 92,52 8,83 9.476 9,47 6,26
Mei 121.171 92,50 3,41 9.818 7,50 3,61
Jun 127.303 92,69 5,06 10.045 7,31 2,32
Jul 131.414 92,46 3,23 10.709 7,54 6,61
Agust 140.099 92,87 6,61 10.763 7,13 0,51
Sep 141.949 92,55 1,32 11.432 7,45 6,22
Okt 145.149 92,44 2,25 11.297 7,22 -1,19
Nov 147.884 92.44 1,88 12.091 7,03 7,03
Jumlah/Rata2 1.367.424 92.39 4,88 111.779 7,61 3,53
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Data statistik perbankan terkait pemberian kredit kepada sektor UMKM di Kabupaten
Sumbawa Barat hingga triwulan ke empat (Tw4) tahun 2012 menunjukkan realisasi
penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum di Kabupaten Sumbawa Barat
mencapai Rp 316,4 miliar. Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun 2012 terjadi
peningkatan pada setiap triwulan.
Pertumbuhan kredit Pada triwulan kedua (Tw2) mencapai Rp 394,9 miliar naik
22,89% dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp 321, 4 miliar, dan triwulan
ketiga (Tw3) naik menjadi Rp 446,37 miliar atau 13,01% dari triwulan kedua (Tw2).
Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran dengan pangsa mencapai 92,45% atau Rp 297,17 miliar pada triwulan
pertama (Tw1), 95,09% atau Rp 375,6 miliar pada triwulan kedua (Tw2), 90,94% atau
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-156
Rp 405,9 miliar pada triwulan ketiga (Tw3), dan 85,45% atau Rp 270,4 miliar pada
triwulan keempat (Tw4). Kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa yang masing-masing
besarnya di bawah 20%. Perkembangan nilai kredit perbankan pada sektor UMKM di
Kabupaten Sumbawa Barat dapat dilihat pada Tabel III-174.
Tabel 0-174. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Sumbawa Barat Periode Tahun 2012
SEKTOR EKONOMI Tw1 (Jutaan Rp)
Tw2 (Jutaan Rp)
Tw3 (Jutaan Rp)
Tw4 (Jutaan Rp)
1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
1.806 1.628 1.985 1.937
2. Pertambangan dan Penggalian - - - -
3. Industri Pengolahan 790 817 716 3.430
4. Listrik, Gas dan Air - - - -
5. Kontruksi 12.041 6.844 13.174 14.670
6. Perantara Keuangan - - - -
7. Perdagangan, Hotel dan Restoran 297.172 375.614 405.932 270.386
8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial
- - - -
9. Pengangkutan Dan Komunikasi 2.097 1.878 1.646 1.471
10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
4.837 4.914 5.266 4.863
11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -
12. Jasa Pendidikan - - - -
13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -
14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya
- - - -
15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga
- - - -
16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya
- - - -
17. Jasa-jasa 2.680 3.296 17.648 19.664
18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -
19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -
Jumlah 321.423 394.992 446.367 316.421
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
3.9. Kabupaten Lombok Utara
3.9.1. Produk Domestik Regional Bruto
Perekonomian Kabupaten Lombok Utara menunjukkan keadaan yang stabil,
sebagaimana ditunjukkan oleh meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB atas
dasar harga berlaku pada 2009 tercatat sebesar Rp 1.259.122,89 juta, atau
meningkat sebesar 11,87% dibandingkan dengan nilai PDRB tahun 2008 yang
bernilai Rp 1.125.475,76 juta. Sementara itu, PDRB atas dasar harga konstan juga
meningkat, dari Rp 590.778,04 juta di tahun 2008 meningkat 4,97% menjadi Rp
620.117,49 juta.
Laju pertumbuhan ekonomi sebagaimana terlihat dari laju peningkatan PDRB atas
dasar harga konstan dari 2008 hingga 2009 juga mengalami peningkatan
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi selama kurun waktu 2007 hingga 2008.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-157
Keadaan ini menggambarkan bahwa peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku
mampu mengimbangi laju inflasi yang terjadi sepanjang kurun waktu tersebut.
Tabel 0-175. Perkembangan Beberapa Indikator Ekonomi 2005-2009
Indikator 2005 2006 2007 2008 2009
Pertumbuhan ekonomi (%) 2,77 4,60 5,00 4,09 4,97
Inflasi (%) 12,41 7,33 8,19 9,25 6,58
PDRB perkapita ADH berlaku (Rp) 4.017.311 4.258.790 4.758.042 5.276.492 5.773.860
PDRB perkapita ADH konstan (Rp) 2.675.249 2.642.289 2.728.579 2.769.705 2.843.623
Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat
Tabel 0-176. PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lombok Utara Tahun 2005-2009
No Tahun PDRB (Juta Rupiah) Laju Pertumbuhan (%)
ADH Berlaku ADH
Konstan
ADH Berlaku ADH Konstan
1. 2005 776.016,01 516.772,45 15,59 2,77
2. 2006 871.229,22 540.538,42 12,27 4,60
3. 2007 989.663,25 567.539,07 13,59 5,00
4. 2008 1.125.475,76 590.778,04 13,72 4,09
5. 2009 1.259.122,89 620.117,49 11,87 4,97
Sumber data: BPS Kabupaten Lombok Barat
PDRB perkapita atas dasar harga berlaku juga mengalami peningkatan dari Rp
4.017.311 di tahun 2005 menjadi Rp 5.773.860 di tahun 2009. Kondisi tidak berbeda
dapat dilihat dengan menggunakan besaran PDRB atas dasar harga konstan, yaitu
Rp 2.675.249 menjadi Rp 2.843.623. Apabila dilihat dari sembilan sektor yang
menyusun struktur ekonomi, pada 2009 struktur ekonomi Kabupaten Lombok Utara
masih didominasi oleh sektor pertanian yang memberikan kontribusi 45,47%
terhadap nilai PDRB. Urutan kedua diisi oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran
yang berkontribusi 17,75%, serta sektor bangunan di urutan ketiga dengan 9,70%.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-158
Gambar 0-29. Kontribusi Sektor Usaha Terhadap PDRB Adhb Kabupaten Lombok Utara Tahun 2009
Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat
3.9.2. Kondisi Produksi
a. Sektor Pertanian
Perekonomian Kabupaten Lombok Utara juga mengandalkan sektor pertanian
sebagai lahan penampung tenaga kerja dan mata pencaharian masyarakat. Sekitar
67% penduduk miskin menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian sebagai
buruh tani maupun petani gurem.
1. Sub sektor Tanaman Pangan
Budidaya tanaman pangan di Kabupaten Lombok Barat didominasi oleh tanaman
padi, jagung, dan kacang tanah. Periode tahun 2010-2011 terjadi peningkatan
produksi di semua komoditas tanaman pangan tersebut.
Tabel 0-177. Jumlah Luas Panen dan Produksi di Kabupapaten Lombok Utara Tahun 2010-2011
Komoditas
2010 2011
Luas Panen
(ha)
Produksi
(ton)
Luas Panen
(ha)
Produksi
(ton)
Padi 11.662 54.071 13.285 64.368
Jagung 5.392 23.020 6.015 29.436
Ubi Kayu 1.077 14.297 770 11.535
Ubi Jalar 84 13.134 73 935
Kacang Tanah 6.342 8.870 5.223 9.148
Kacang Kedelai 7 7 7 10
Kacang Hijau 76 76 35 50.702
Sumber : NTB dalam Angka 2012
45.47
2.62
1.07
0.39
9.7
17.75
7.14
5.2 10.66
Kontribusi Sektor Usaha Terhadap PDRB Adhb
Kabupaten Lombok Utara Pertanian
Pertambangan danPenggalianIndustri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air
Bangunan
Perdagangan, Hotel danRestoranPengangkutan danKomunikasiKeuangan, Persewaan danJasa PerusahaanJasa-jasa
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-159
2. Sub sektor Sayuran
Produksi sayuran di Kabupaten Lombok Utara bebrapa komoditas mengalami
peningkatan produksi. Tomat dan cabai rawit mengalami peningkatan yang relativ
tinggi. Tomat mengalami peningkatan sangat signifikan yaitu mencapai 189 ton
tomat pada tahun 2011 yang mana pada tahun 2010 sebanyak 99 ton. Sedangkan
cabai rawit produksinya meningkat sebanyak 193 ton pada tahun 2011, yang
sebelumnya sebanyak 188 ton.
Tabel 0-178. Jumlah Lahan dan Produksi Sayuran di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010-2011
Komoditas
2010 2011
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Bawang Merah 52 216 16 62
Kacang Merah 15 2 6 10
Kacang Panjang 55 190 36 164
Tomat 25 99 24 189
Terong 5 4 2 5
Kangkung 13 57 5 41
Cabai 243 188 155 193
Cabai Besar 9 14
Ketimun - - 2 11
Sumber : NTB Dalam Angka 2011-2012 (diolah)
3. Sub sektor Buah-buahan
Perkembangan produksi komoditas buah-buahan di Kabupaten Lombok Utara Pada
tahun 2011 beragam, ada beberapa komoditas mengalami penurunan produksi, dan
sebaliknya komoditas lainya mengalami peningkatan. Produksi buah mangga
mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebanyak 10.026,5 ton menjadi 13.460 ton.
Di tahun 2011 pula Provinsi NTB, khususnya Kabupaten Lombok Utara melakukan
ekspor perdana mangga arum manis hasil produksi dari pengembangan mangga di
Kecamatan Bayan. Total ekspor perdana tersebut sebanyak 20 ton mangga arum
manis yang akan di kirim ke negara Cina.
Tabel 0-179. Produksi Buah-buahan Dirinci Menurut Kabupaten Lombok Utara
Tahun 2010-2011
Komoditas Tahun (produksi/ton)
2010 2011
Belimbing 23,3 31
Jeruk Keprok 2.927 88
Manggis - 2
Sirsak 18.397 132
Alpokat 145,8 292
Mangga 10.026,5 13.460
Rambutan 680 1.341
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-160
Komoditas Tahun (produksi/ton)
2010 2011
Duku 449 51
Durian 681 1.411
Pepaya 509,9 527
Sawo 214,6 297
Jambu Biji 136,3 126
Jambu Air 96,9 117
Nangka 5.651 7.327
Pisang 3.917 4.901
Nenas 23,2 23
Jeruk Besar 16,9 10
Sumber: NTB Dalam Angka 2011-2012 (diolah)
4. Sub sektor Perkebunan
Produksi komoditas perkebunan di Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2011
hampir semua mengalami penurunan kecuali tembakau virginia. Tembakau virginia
mengalami peningkatan yang relatif tinggi yaitu mencapai 147,42 ton yang tahun
sebelumnya hanya 80,30 ton.
Tabel 0-180. Luas dan Produksi Perkebunan Rakyat di Kabupaten Lombok Utara
Tahun 2010-2011
Komoditas
2010 2011
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Kelapa 10.570,62 14.640,00 10.570,62 14.130,15
Kopi 1.302,81 639,00 1.302,81 212,22
Jambu Mete 13.856,70 2.283,80 13.856 1.960,57
Cengkeh 995,10 141,00 995,10 73,54
Kakao 2.923,40 960,00 2.923 762
Pinang 36,13 24,00 36 12,74
Kapuk 63,10 29,00 63 9,14
Asam 16,62 3.076,40 16,62 8,11
Kemiri 57,46 47,14 57,46 13,78
Tembakau Virginia 119,00 80,30 100 147,42
Sumber: NTB Dalam Angka 2011-2012 (diolah)
5. Sub sektor Peternakan
Salah satu program pemkab Lombok Utara adalah mendukung program Pemprov
NTB dalam mensukseskan Bumi Sejuta Sapi (BSS) di NTB. Salah satunya adalah
dengan melakukan pembinaan kepada peternak. Populasi ternak di Kabupaten
Lombok Utara mengalami peningkatan dari 65.159 ekor sapi pada tahun 2010
menjadi 66.782 ekor sapi. Sedangkan ternak kecil yang banyak di Kabupaten Lombok
Utara kambing yang populasinya mencapai 26.084 ekor. Adapun ternak unggas yang
banyak di Kabupaten Lombok Utara adalah ayam buras, yang populasinya di tahun
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-161
2011 mencapai 148.531 ekor ayam, mengalami penurunan dari tahun 2010 yang
populasinya mencapai 154.670 ekor.
Tabel 0-181. Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010-2011
Jenis Ternak
Tahun (Populasi Ternak/ekor)
2010 2011
Kuda 557 630
Sapi 65.159 66.782
Kerbau 1.006 413
Kambing 23.961 26.084
Domba - -
Babi 6.848 7.566
Ayam Ras Petelur 21 20
Ayam Ras Pedaging 1.965 1.495
Ayam Buras 154.670 148.531
Itik 6.484 6.312
Sumber : NTB Dalam Angka 2011-2012 (diolah)
6. Sub sektor Perikanan
Produksi perikanan di Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2011 sebanyak 7.094,85
ton yang terdiri dari 7.071,30 ton perikanan laut, 16,46 ton perikanan darat dan 7,8
ton rumput laut. Bila dibandingkan dengan produksi pada tahun 2010 yang
mencapai 7.798,81 ton, produksi perikanan pada tahun 2011 mengalami penurunan
9,9%.
Tabel 0-182. Jumlah Produksi Perikanan di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010-2011
Komoditas Tahun (Produksi/ton)
2010 2011
Perikanan laut
a. Penangkapan 6.980,9 7.071,30
b. Rumput Laut 14,00 7,8
Perikanan Darat
a. Penangkapan 799,14 -
b. Budidaya Air 2,50 1,00
i. Kolam 2,27 14,71
ii. Keramba - 0,75
Sumber : NTB Dalam Angka 2011-2012 (diolah)
b. Sektor Industri
Sektor industri di Kabupaten Lombok Utara belum memberikan sharing yang cukup
dalam perekonomian Kabupaten Lombok Utara. Kecilnya sharing sektor industri yang
ada di Kabupaten Lombok Utara adalah industri kecil dan kerajinan rumah tangga.
Jumlah perusahaan industri industri yang terdapat di Lombok Utara pada tahun
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-162
2011 mencapai 175 perusahaan/usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak
1.465 orang. Dari jumlah industri yang tumbuh, sebanyak 124 perusahan formal dan
51 perusahaan non formal.
Tabel 0-183. Jumlah Industri Menurut Jenisnya di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010-2011
Uraian Tahun
2010 2011
Industri Formal
1. Perusahaan (unit usaha) 36 124
2. Tenaga Kerja (orang) 322 702
3. Investasi (Rp. Juta) 1.527.000 6.190.000
4. Produksi (Rp. juta) 1.156.526 42.991.000
Industri Non Formal
1. Perusahaan (unit usaha) 97 51
2. Tenaga Kerja (orang) 1.184 763
3. Investasi (Rp. Juta) 3.326.447 697.000
4. Produksi (Rp. Juta) 2.128.609 9.561.800
Jumlah
Perusahaan (unit usaha) 133 175
Tenaga Kerja (orang) 1.506 1.465
Investasi (Rp.juta) 4.853.433 4.918.100
Produksi (juta) 3.285.135 138.609.000
Sumber : NTB Dalam Angka 2011-2012 (diolah)
c. Sektor Hotel dan Restoran
Saat ini Kabupaten Lombok Utara memiliki 10 objek wisata alam dan 8 objek wisata
sejarah/budaya. Namun, sektor pariwisiata ini sangat rentan terhadap isu
keamanan, terorisme, serta gejolak politik yang terjadi di tanah air.
Salah satu keunggulan Kabupaten Lombok Utara adalah pulau kecil (gili), yaitu
pulau-pulau di perairan laut. Saat ini terdapat tiga pulau kecil yang juga telah
berpenghuni, sehingga merupakan potensi pariwisata yang berharga bagi Kabupaten
Lombok Utara.
Industri pariwisata Kabupaten Lombok Utara telah berkembang pesat, bahkan
mampu menjadi yang terdepan dari sembilan kab/kota lainya di Provinsi NTB. Dari
tahun ketahun kunjungan wisatawan terus meningkat. Pada tahun 2011 angka
kunjungan wisatawan tercatat 360.000 orang dan 2012 mencapai 400.000 orang.
Kabupaten Lombok Utaramemberikan sumbangan 40% untuk program Visit Lombok
Sumbawa tahun 2012 dengan realisasi kunjungan sebanyak satu juta wisatawan.
Untuk menunjang pengembangan industri pariwisata, Pemkab Lombok Utara
memberikan kemudahan kepada investor membangun fasilitas akomodasi, baik hotel
maupun restoran dan usaha wisata lainya. Pada tahun 2011 fasilitas akomodasi di
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-163
Lombok Utara tersedia 4 hotel berbintang, 427 hotel melati dan 281 rumah makan,
yang sebagian besar terdapat di Gili Trawangan.
3.9.3. Profil UMKM
Untuk menekan angka pengangguran, Pemerintah Kabupaten Lombok Utara
memberikan perhatian bagi pengembangan usaha skala mikro, kecil, dan menengah
(UMKM). Beberapa program yang dicanangkan adalah penciptaan iklim usaha kecil
dan menengah yang kondusif; pengembangan kewirausahaan dan keunggulan
kompetitif usaha kecil dan menengah; pengembangan sistem pendukung usaha bagi
usaha mikro, kecil dan menengah, serta peningkatan kualitas kelembagaan koperasi.
Pada tahun 2011 jumlah industri kecil dan rumah tangga di Kabupaten Lombok
Utara berjumlah 2.971 industri. Industri kecil di Kabupaten Lombok Utara sebagian
besar adalah industri pengolahan makanan dan minuman yang meliputi industri
kecil pembuatan kue dan pengolahan tepung, industri anyaman, yang meliputi
anyaman bambu, anyaman lidi dan kerajinan anyaman batok kelapa. Adapun untuk
tekstil, industri konveksi dan tenun Lombok, yaitu tenun Gedokan.
Sentra produksi kerajinan bambu di Kabupaten Lombok Utara antara lain di Desa
Sukadane, Desa Jenggala, Desa Pemenang Barat, Desa Tegal Maja, Desa Bentek,
Desa Gondang, dan Desa Bayan. Jenis Produksi meliputi bakul dan aneka keperluan
rumah tangga lainya. Di Kabupaten Lombok Utara terdapat 174 unit usaha dengan
tenaga kerja 786 orang, mampu berproduksi sebanyak 164.940 buah tiap tahun.
Industri kerajinan lidi (Inka) di Kabupaten Lombok Utara terdapat di tiga desa yaitu
di Desa Medana, Desa Sokong Kecamatan Tanjung dan Desa Bentek Kecamatan
Gangga. Disana terdapat 10 unit usaha yang menyerap tenaga kerja 50 orang dengan
kemampuan produksi 300 buah per tahun. Jenis produksi kerajinan lidi ini yang
paling diminati adalah piring (Inka). Selain piring masih banyak jenis desain
kerajinan lidi yang dibuat masyarakat diantaranya tempat buah, vas bunga dll.
Industri kerajinan batok kelapa di Kabupaten Lombok Utara terdapat di Gili Air, Desa
Gili Indah, Kecamatan Pemenang dan desa Sokong, Kecamatan Tanjung, sebanyak 2
unit usaha menyerap tenaga kerja 20 orang dengan kemampuan berproduksi 7.300
buah per tahun. Jenis produksi yang dominan antara lain piring, mangkok, talam,
gelas, tempat buah, gelang dll.
Tenun Gedokan merupakan warisan nenek moyang, dimana keterampilan yang
dimiliki turun menurun dari generasi sebelumnya. Untuk kabupaten Lombok Utara
hanya terdapat satu sentra kerajinan Tenun Gedokan yaitu di desa Bayan,
Kecamatan Bayan. Keberadaan para perajin tenun Gedokan di Bayan masih bersifat
untuk mengisi waktu luang para wanita di sela-sela kesibukan sebagai ibu rumah
tangga, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sepotong kain bisa
memakan waktu berminggu-minggu. Motif yang dihasilkanya pun masih sangat
sederhana, sehingga memerlukan dan membutuhkan perhatian pemerintah, baik
dibidang teknis maupun non teknis, dan nantinya diharapkan para perajin di
Kabupaten Lombok Utara mampu menghasilkan produk-produk tenun yang
berkualitas.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-164
Pemasaran produk UMKM di Kabupaten Lombok Utara masih terbatas didalam
wilayah Kabupaten, dan masih sangat terbatas pemasaran produk UMKM yang
keluar wilayah Kabupaten, Provinsi atau ekspor. Walaupun dihadapkan kendala
usaha, khususnya dari aspek akses modal dan pasar, sebagian besar pelaku usaha
optimis bahwa prospek usaha mereka cerah. Selebihnya meragukan prospek usaha
mereka karena alasan persaingan dan ketiadaan modal untuk pengembangan usaha.
Pada kelompok pengusaha yang optimis tersebut, mereka menyadari perlunya
tambahan modal usaha yang mereka harapkan dari kredit dengan persyaratan yang
terjangkuau dan bantuan pembiayaan dari program pemerintah. Program Kredit
Usaha Rakyat yang telah diluncurkan oleh Pemerintah dalam pengembangan UMKM
masih belum terjangkau secara merata oleh UMKM, yang terkendala oleh persyaratan
administrasi.
3.9.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kab. Lombok Utara
Realisasi dari peranan perbankan dalam rangka pembiayaan untuk UMKM serta
sebagai hasil dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang yang
dilaksanakan Perbankan antara lain dapat dilihat dari perkembangan kredit
perbankan untuk pembiayaan UMKM. Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit
UMKM di Kabupaten Lombok Utara pada November 2012 adalah sebesar Rp 3,89
miliar atau 0,08% dari total kredit perbankan UMKM di Nusa Tenggara Barat.
Walaupun terjadi fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara
keseluruhan dari periode Februari sampai November 2012, rata-rata kenaikan per
bulan adalah sebesar 74,83%. Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November
2012 dari total kredit UMKM sebesar Rp 3,89 miliar, sebagaian adalah untuk skala
kredit kecil mencapai Rp 2,030 miliar (52,10%), kemudian diikuti oleh kredit skala
mikro mencapai Rp 945 juta (24,26%). Sedangkan pangsa kredit skala menengah
sebesar Rp 921 juta (23,64%).
Tabel 0-184. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Tahun 2012 di Kabupaten Lombok Utara
Tahun Bulan
Klasifikasi Usaha
Mikro Kecil Menengah
Total Kenaikan
(%) (Jutaan
Rp) %
(Jutaan
Rp) %
(Jutaan
Rp) %
2012 Jan - - - - - - - -
Feb 244 100 - - - - 244 Mar 293 100 - - - - 293 19,66
Apr 287 100 - - - - 287 -2,05
Mei 283 100 - - - - 283 -1,13
Jun 280 100 - - - - 280 -1,20
Jul 94 100 - - - - 94 -66,5
Agust 339 77,37 99 22,63 - - 438 366,75
Sep 975 74,37 336 25,63 - - 1.311 199,42
Okt 960 32,08 1,099 36,75 933 31,89 2,992 128,26
Nov 945 24,26 2.030 52,10 921 23,64 3.897 30,25
Rata rata kenaikan ( %) 74,83
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-165
Tabel 0-185. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2011
Bulan
Modal Kerja Modal Investasi
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%) Kenaikan (%)
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%) Kenaikan (%)
Jan
Feb - - - 244 100 -
Mar 50 17,09 - 243 82,91 -0,79
Apr 48 16,85 -3,45 238 83,15 -1,76
Mei 47 16,59 -2,65 236 83,41 -0,83
Jun 46 16,31 -2,83 234 83,69 0,87
Jul 94 100 105,35 - - -
Agust 438 100 366,75 - - -
Sep 914 69,74 108,81 397 30,26
Okt 1.446 48,35 58,25 1.545 51,23 289,59
Nov 1.901 48,77 31,40 1.996 51,23 29,18
Jumlah/Rata2 4.983 48.19 82,70 5.134 70,79 52,42
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Berdasarkan jenis penggunaan, pada tahun 2012 penyaluran kredit UMKM oleh
Bank umum di Kabupaten Lombok Utara dari bulan Januari - November mengalami
peningkatan secara fluktuatif, sebagaimana ditunjukka pada Tabel III-196. Secara
rata-rata pertumbuhan jumlah kredit UMKM berdasarkan penggunaanya mengalami
peningkatan 82,70% per tahun untuk modal kerja dan 52,42% per tahun untuk
modal investasi. Penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit modal investasi
dengan nominal kredit sebesar Rp 5,134 miliar dengan pangsa pasar sebesar 70,79%
dari total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan, selebihnya untuk kredit
modal Kerja sebesar Rp. 4,983 miliar dengan pangsa pasar sebesar 48,19%.
Tabel 0-186. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Lombok Utara Periode Tahun 2012
SEKTOR EKONOMI Tw1
(Jutaan Rp)
Tw2 (Jutaan
Rp)
Tw3 (Jutaan
Rp)
Tw4 (Jutaan
Rp)
1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
- - 35 67
2. Pertambangan dan Penggalian - - - -
3. Industri Pengolahan - - - 175
4. Listrik, Gas dan Air - - - -
5. Kontruksi - - - -
6. Perantara Keuangan - - - -
7. Perdagangan, Hotel dan Restoran 50 141 1.807 5.660
8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial
- - - -
9. Pengangkutan Dan Komunikasi - - - -
10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan - - - -
11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -
12. Jasa Pendidikan - - - -
13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -
14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya
- - - -
15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga - - - -
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-166
SEKTOR EKONOMI
Tw1
(Jutaan Rp)
Tw2
(Jutaan Rp)
Tw3
(Jutaan Rp)
Tw4
(Jutaan Rp)
16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya
- - - -
17. Jasa-jasa 437 709 - 986
18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -
19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -
Jumlah 537 850 1.842 6.888
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Realisasi penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum mencapai Rp 6,888 miliar.
Pertumbuhan tersebut naik dibanding kinerja triwulan 3 (Tw3) sebesar 273,9% atau
yang hanya Rp 1,842 miliar. Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun 2012 terjadi
peningkatan pada setiap triwulan. Pertumbuhan kredit Pada triwulan kedua (Tw2)
mencapai Rp 850 juta naik 58,24% dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp 537
juta, dan triwulan ketiga (Tw3) naik menjadi Rp 1,842 miliar atau 116,78% dari
triwulan kedua (Tw2).
Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor jasa-jasa dengan
pangsa mencapai 90,69% atau Rp 487 juta pada triwulan pertama (Tw1), 83,41%
atau Rp 709 miliar pada triwulan kedua (Tw2). Pada triwulan ketiga (Tw3) penyaluran
kredit di dominasi sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa mencapai
98,09% atau Rp 1,807 miliar, diikuti oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan yang hanya 1,91% atau Rp 35 juta. Begitu pula pada triwulan ke
empat (Tw4), penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran dengan pangsa mencapai 82,17% atau Rp 5,66 miliar. Kemudian diikuti
oleh sektor jasa-jasa dengan pangsa pasar 14,31% senilai Rp 986 juta.
3.10. Kota Mataram
3.10.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Selama periode 2007-2010, aktivitas perekonomian Kota Mataram ditunjukkan oleh
Angka PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) yang terus meningkat. Jika pada
tahun 2008 PDRB Kota Mataram ADHB adalah Rp 3,6 triliun maka pada tahun 2010
ini PDRB tersebut mencapai sekitar Rp 5,5 triliun. Pertumbuhan ekonomi Kota
Mataram tahun 2010 juga ditunjukkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000, yang mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu 7,95% menjadi 8,46% pada tahun 2010.
Sumbangan terhadap PDRB di Kota Mataram paling besar diberikan oleh sektor
pengangkutan dan komunikasi, yaitu sebesar 30%. Sektor lain yang juga
menyumbang perekonomian yang cukup besar adalah sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan, sebesar 22%. Sedangkan sektor pertanian, yang merupakan
sektor penyumbang terbesar di kabupaten/kota lainnya di Nusa Tenggara Barat,
hanya menyumbang 5% dari total PDRB.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-167
Gambar 0-30. Kontribusi Sektor Usaha terhadap PDRB Adhb di Kota Mataram Sumber : Kota Mataram Dalam Angka 2012
Pertumbuhan sektoral tahun 2010 mengalami fluktuasi dari tahun sebelumnya.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor keuangan sebesar 9,58%, dengan
peranannya terhadap PDRB 16,41%. Sektor pertambangan dan penggalian
mengalami penurunan paling tinggi yaitu minus 20,56%. sektor pengangkutan dan
komunikasi memberikan sumbangan tertinggi terhadap ekonomi yaitu sebesar
26,15% dengan laju pertumbuhan sebesar 7,46%. Sektor perdagangan dan
perhotelan yang juga merupakan sektor yang dominan memberikan sumbangan yang
berarti bagi perekonomian Mataram sebesar 20,95% dengan pertumbuhan riil
10,49%. Sektor industri pengolahan meskipun dengan pertumbuhan 4,20% masih
mempunyai peranan yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi, karena
mampu memberikan andil sebesar 10,15%. Secara lengkap pertumbuhan sektoral
penyusun ekonomi Kota Mataram di sajikan pada Tabel III-187.
Tabel 0-187. PDRB Kota Mataram Atas Dasar harga Berlaku Tahun 2008-2011
Lapangan Usaha 2008 2009 2010* 2011**
Pertanian 164.891.340 173.741.727 186.728.218 199.737.268
Pertambangan dan Penggalian 1.420.300 895.854 751.166 690.716
Industri Pengolahan 366.763.720 430.190.960 490.036.707 550.190.116
Listrik, Gas dan Air Bersi 40.374.790 47.792.214 55.596.758 61.803.801
Bangunan 278.445.067 349.081.568 413.445.538 492.507.507
Perdagangan, Hotel dan Restoran 710.506.660 822.711.896 1.011.580.815 122.043.589
Pengangkutan dan Komunikasi 1,087.471.399 1.168.976.604 1.266.187.137 1.313.255.727
Keuangan, persewaan dan jasa Perusahaan
558.065.014 645.189.446 792.311.589 954.179.124
Jasa-jasa 413.748.082 503.199.759 612.595.827 714.210.809
PDRB Dengan Tambang 3.621.683.372 4.141.780.029 4.829.233.755 5.507.010.960
PDRB Tanpa Tambang 3.621.683.372 4.141.780.029 4.829.233.755 5.507.010.960
Sumber : Kota Mataram Dalam Angka, 2012
Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
5% 0%
12% 1%
11%
3% 30%
22%
16%
Kontribusi Sektor Usaha Terhadap PDRB Adhb
di Kota Mataram Pertanian
Pertambangan dan
PenggalianIndustri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air
BersiBangunan
Perdagangan, Hotel dan
RestoranPengangkutan dan
KomunikasiKeuangan, persewaan
dan jasa PerusahaanJasa-jasa
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-168
Tabel 0-188. PDRB Kota Mataram Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008-2011 Lapangan Usaha 2008 2009 2010* 2011**
Pertanian 85.261.080 85.619.415 85.779.802 88.068.648
Pertambangan dan Penggalian 816.400 473.512 376.158 330.983
Industri Pengolahan 233.162.450 248.156.643 258.579.222 277.250.452
Listrik, Gas dan Air Bersi 14.362.450 15.718.523 17.319.557 18.983.506
Bangunan 161.020.553 382.028.700 423.166.928 478.165.226
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
347.069.320. 541.252.491 580.581.802 587.548.256
Pengangkutan dan
Komunikasi
511.309.842 335.312.796 367.437.724 414.657.870
Keuangan, persewaan dan
jasa Perusahaan
309.757.104 234.621.265 255.639.554 270.631.764
Jasa-jasa 218.408.061 2.029.323.104 2.190.712.088 2.358.680.516
PDRB Tanpa Tambang 1.871.167.660 2.092.323.104 2.190.712.088 2.358.680.519
Sumber : Kota Mataram Dalam Angka, 2012
Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
3.10.2. Kondisi Produksi
Kegiatan produksi menunjukkan kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya
dengan daya saing daerah. Kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik
(attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah ada maupun yang akan masuk ke
suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing
daerah. Secara sektoral, kemampuan ekonomi daerah diuraikan sebagai berikut.
a. Sektor Pertanian
1. Sub Sektor Tanaman Pangan
Komoditas pertanian tanaman pangan yang diusahakan di lahan sawah berupa
tanaman pangan seperti padi, palawija dan sayur-sayuran, dengan frekuensi tanam
dua hingga tiga kali setahun. Perkembangan luas panen dan jumlah produksi
berbagai jenis tanaman pangan di Kota Mataram tahun 2007-2011 disajikan pada
Tabel III-189.
Tabel 0-189. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Berbagai Jenis Tanaman
Pangan di Kota Mataram Tahun 2007 – 2011
Tahun Padi Jagung Kcg Tanah
Luas (ha) Produksi
(ton) Luas (ha)
Produksi (ton)
Luas (ha) Produksi
(ton) 2007 3.741 11.716 29 78 672 851 2008 4.168 21.467 40 129 990 1285 2009 4.175 22.859 4 14 982 1070 2010 4.440 24.236 968 1040 2011 5.107 27.217 2 9 869 1509
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Mataram
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa pada tahun 2011 luas panen dan
jumlah produksi untuk padi mengalami peningkatan sebesar 15% dan 12,2%.
Sedangkan untuk luas panen jagung mengalami penurunan sebesar 50% dan hasil
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-169
produksi menurun 35% dari tahun sebelumnya. Sementara untuk kacang tanah luas
panennya mengalami penurunan sebesar 11,39% akan tetapi produksinya meningkat
sebesar 45,09%.
2. Sub Sektor Peternakan
Jenis usaha ternak di Kota Mataram terdiri dari ternak besar (sapi, kerbau dan
kuda), dan ternak kecil (kambing domba dan babi) serta unggas (ayam ras, ayam
buras, dan itik). Kondisi pada tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah populasi
terbesar pada kelompok ternak besar adalah sapi (67,8%). Pada kelompok ternak
kecil, populasi terbesar adalah kambing dengan 50,1%, sedang pada kelompok
unggas adalah ayam buras sebesar 74,55% dari jumlah populasi unggas.
Tabel 0-190. Perkembangan Jumlah Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas
di Kota Mataram Tahun 2007-2011
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Sapi 1.325 714 1.016 1.282 1.803
Kerbau 195 58 44 40 77
Kuda 1.939 1.351 983 816 779
Kambing 3.963 2.699 2.100 2.477 2.422
Domba 282 302 184 0 87
Babi 3.927 3.267 2.696 2.182 2.325
Ayam Buras 6.550 72.678 75.788 43.378 72.615
Ayam Ras Petelur 0 1.375 42 8.946 2.636
Ayam Ras Pedaging 31.500 15.356 26.986 104.800 22.147
Itik 8.711 14.548 18.745 10.087 12.765
Sumber : Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Mataram, 2011
3. Perikanan
Jumlah produksi perikanan kota Mataram pada tahun 2011 mencapai 1.945,63 ton,
dengan rincian 87,42% adalah produksi perikanan laut dan 12,57% perikanan darat.
Penangkapan di laut menghasilkan beragam jenis ikan. Tiga besar penangkapan
meliputi ikan tongkol dengan 333,45 ton/tahun, ikan kembung sebesar 113,34
ton/tahun dan tenggiri 111,23 ton/tahun. Aadapun untuk perikanan darat adalah
ikan nila dengan 110 ton, ikan lele 54,83 ton dan ikan mas 38,49 ton.
Tabel 0-191. Perkembangan Produksi Perikanan di Kota Mataram Tahun 2006-2011
Jenis Produksi Perikanan
Tahun
2006 2007 2008 2009 1010 2011
1. Produksi Perikanan Laut
(ton)
2.250,36 2.145,23 2.320,45 1.604,47 1.663,9 1.701,7
2. Produksi Perikanan
Darat (ton)
72,23 84,54 112,06 135,86 201,69 244,63
Sumber : Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Mataram, 2012
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-170
b. Sektor Perindustrian Listrik dan Air Minum
1. Sub sektor Industri Pengolahan
Industri di Kota Mataram dibedakan menjadi industri formal dan industri non formal.
Industri di Kota Mataram pada tahun 2011 tercatat sebesar 3.103 unit perusahaan
yang terdiri dari 1.558 unit (50,20%) perusahaan formal dan 1.545 perusahaan non
formal, dengan 17.141 orang tenaga kerja yang terdiri dari 12.517 tenaga kerja
(73,02%) di industri formal dan 4.624 tenaga kerja (26,88%) di industri non formal.
Jika dibandingkan dengan tahun 2010, jumlah perusahaan dan tenaga kerja industri
formal dan non formal pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 188
perusahaan dan 1.203 orang tenaga kerja.
Pada tahun yang sama, nilai output industri formal dan non formal mencapai 986,92
miliar rupiah lebih tinggi dari nilai output tahun 2010. Untuk lebih lengkapnya
Pertumbuhan jumlah industri, tenaga kerja dan nilai produksi disajikan pada Tabel
III-192.
Tabel 0-192. Pertumbuhan Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi
Perusahaan, Industri dan Kerajinan Kota Mataram Tahun 2007-2011
Indikator Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
Kontribusi sektor Industri
terhadap PDRB
9.95%
10.12%
10.39%
10.15%
9.99%
Industri Formal
Jumlah Usaha 1.152 1.235 1.430 1.434 1.558
Tenaga Kerja 10.076 10.555 11.087 11.815 1.558
Nilai Investasi 387.606.412 375.710.392 377.004.892 415.438.242 457.709.142
Industri Non Formal
Jumlah Usaha 2.774 1.296 1.423 1.504 1.545
Tenaga Kerja 8.857 3.700 4.258 4.511 4.624
Nilai Investasi 513.144.093 419.970.577 516.340293 529.203.693 529.207.345
Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, dan perdagangan Kota Mataram
2. Sub sektor Listrik dan Air Minum
Listrik. Jumlah energi listrik yang terjual selama tahun 2011 memiliki nilai produksi
sebesar 585,5 juta KWH. Jumlah pelanggan PLN sebanyak 423.378 pelanggan,
dengan rincian 395.192 pelanggan rumah tangga, 14.532 pelanggan bisnis, 10.819
pelanggan sosial, 2.752 pelanggan dan hanya 83 pelanggan jenis industri.
Air Minum. Jumlah pelanggan air minum di Kota Mataram naik pada tahun 2011.
Dimana tahun sebelumya 36.558 pelanggan menjadi 46.231 pelanggan. Sedangkan
volume air yang disalurkan sebesar 15, 6 juta m3.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-171
c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
1. Sub sektor Perdagangan
Pada tahun 2011 jumlah usaha perdagangan di Kota Mataram menurut skala usaha
tercatat sebanyak 10.573 perusahaan perdagangan, naik dari tahun 2010 yang
sebesar 9.970 perusahaan. Perdagangan di Kota Mataram dibedakan menjadi
perdagangan besar, perdagangan menengah, dan perdagangan kecil. Dari 10.573
Perusahaan perdagangan, 6,54% adalah perusahaan perdagangan besar, 15,07%
perusahaan perdagangan menengah, 74,58% perusahaan perdagangan kecil dan
3,5% perusahaan mikro.
Tabel 0-193. Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Perdagangan di Kota Mataram Tahun
2007-2011
Jenis Perusahaan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
Perusahaan Besar 342 660 681 692 692
Perusahaan Menengah 490 1.576 1.608 1.601 1.593
Perusahaan Kecil 2.742 6.559 7.057 7.540 7.886
Perusahaan Mikro - - - 137 402
Jumlah 3.574 8.795 9.346 9.970 10.573
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram
Sarana perekonomian di Kota Mataram dibedakan menjadi pasar tradisional,
pertokoan/warung/kios, dan swalayan/minimarket. Apabila dilihat dari
perkembangannya, peningkatan paling besar terjadi pada jumlah
swalayan/minimarket yang ada di Kota Mataram. Namun sebaliknya, jumlah
pertokoan/warung/kios di kota tersebut mengalami penurunan yang cukup besar.
Tabel 0-194. Pertumbuhan Jumlah Sarana Perekonomian Menurut Jenisnya di Kota
Mataram Tahun 2009-2011
Uraian 2009 2010 2011
Pasar Tradisonal 19 19 19
Pertokoan/Warung/Kios 1.369 - 870
Swalayan/ Minimarket 31 47 936
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram
Keterangan: Tahun 2010 pasar tradisional dan pertokoan belum ada datanya
2. Sub sektor Hotel dan Restoran
Pada tahun 2011, banyaknya usaha akomodasi di Mataram sebanyak 74 hotel
dengan jumlah kamar 2.025 kamar. Di antara usaha akomodasi tersebut 10 usaha
atau 12% nya merupakan hotel-hotel yang diklasifikasikan sebagai hotel berbintang
dengan 770 kamar. Sementara itu jumlah usaha akomodasi lainnya tercatat
sebanyak 64 usaha dengan jumlah kamar sebanyak 1.255 kamar.
Berdasarkan jumlah wisatawan, rata-rata wisatawan yang datang dan menginap di
usaha akomodasi (hotel bintang dan hotel melati) pada tahun 2011 sebesar 223.588
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-172
wisatawan dengan rincian 215.927 wisatawan domestik dan 7.661 wisatawan manca
negara.
Tabel 0-195. Perkembangan Jumlah Hotel dan Kunjungan Wisatawan di Kota Bima Tahun 2007-2011
Tahun Hotel Jumlah Tamu Jumlah Total
Tamu Asing Dalam Negeri
2007 64 3.115 160.042 163.157
2008 69 2.146 157.395 159.541
2009 70 4.244 166.636 170.880
2010 70 4.948 213.923 218.871
2011 66 7.663 215.927 223.590
Sumber : BPS Kota Mataram
d. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 memberikan kontribusi
sebesar 23,85% dari total PDRB Kota Mataram. Berbagai sarana komunikasi sudah
tersedia di Kota Mataram, seperti kantor pos untuk sarana surat-menyurat dan
jaringan telepon untuk sarana hubungan secara langsung.
1. Sub sektor Pengangkutan
Sarana jalan sangat menentukan kelancaran transportasi. Menurut data BPS Kota
Mataram (2011), pada tahun 2011 total panjang jalan menurut jenis permukaan di
Kota Bima mencapai 310,409 km yang meliputi jalan Negara, jalan Provinsi dan
Jalan Kabupaten.
Kendaraan angkutan umum dan jumlahnya yang sesuai trayek di Kota Bima meliputi
angkutan bis mencapai 427 bis yang meliputi angkutan Bis besar, sedang dan kecil.
Sedangkan mobil penumpang sebesar 13 unit, mobil barang 47 unit dan kendaraan
tidak bermotor 754 unit. Adapun angkutan yang tidak masuk trayek di Kota
Mataram pada tahun 2011 meliputi: Taksi dengan jumlah tiga perusahaan dan
jumlah armada mencapai 343 unit, perusahaan sewa kendaraan sebanyak tiga usaha
dengan armada sebanyak 81 unit dan biro perjalanan wisata sebanyak 11
perusahaan dengan 41 unit armada angkutan.
Untuk angkutan udara di Kota Mataram pada tahun 2010, jumlah kedatangan dan
pemberangkatan pesawat sebanyak 7.490 kali dengan jumlah penumpang 692.406
orang yang datang dan 727.302 orang penumpang yang berangkat.
2. Sub sektor Pos dan Telekomunikasi
Pos merupakan sarana komunikasi yang paling tua usianya namun masih
merupakan pilihan utama bagi masyarakat walaupun sudah ada sarana komunikasi
lainnya. Hal ini disebabkan biaya yang murah dan mampu menjangkau
konsumennya sampai pada daerah yang terjauh. Surat merupakan salah satu alat
komunikasi yang banyak digunakan. Pada Tahun 2011 banyaknya produksi surat
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-173
biasa dalam negeri di Kota Mataram mencapai 153.119, sedangkan surat kilat
khusus mencapai 153.244 buah. Jumlah paket pos biasa dalam negeri tahun 2011
mencapai 62.389 buah. Sementara itu produksi wesel pos dalam negeri (terima)
tahun 2011 frekuensinya mencapai 54.977 buah.
3.10.3. Profil UMKM
Pengembangan UMKM merupakan salah satu urusan wajib Pemerintah Kota
Mataram. Pelaksanaan program/kegiatan RKPD tahun 2009 terdiri dari
program/kegiatan pada 18 urusan wajib dan 7 urusan pilihan penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kota Mataram sebagaimana
diamanatkan dalam Perda Nomor 13 Tahun 2006. Pembangunan urusan koperasi
dan UMKM di Kota Mataram ditandai dengan peningkatan jumlah koperasi yang aktif
dalam periode 2005-2009 sebanyak 521 unit atau meningkat 25,24% dari tahun
2005 yang berjumlah 416 unit.
Tabel 0-196. Perkembangan Jumlah Koperasi, UKM dan BPR di Kota Mataram Tahun 2005-2009
No Jumlah Usaha Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1. Jumlah Koperasi Aktif 416 455 485 506 521
2. Jumlah Koperasi 443 482 512 533 546
3. Persentase Koperasi Aktif 93,91 94,40 94,73 94,93 95,42
4. Jumlah Seluruh UKM 5.900 6.579 7.306 8.117 9.725
5. Jumlah BPR/LKM 4 6 8 9 11
6. Jumlah UKM Non
BPR/LKM 25 30 37 42 53
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan perdagangan Kota Mataram 2010
Selain merupakan salah satu urusan wajib, kegiatan pengembangan UMKM/IKM
juga merupakan satu dari 8 urusan pilihan yang dilakukan pemerintah kabupaten.
Pengembangan industri dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan produksi
dan nilai tambah usaha ekonomi masyarakat yang mendukung sektor perdagangan
serta memperlancar distribusi produk. Adapun jumlah usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM) pada tahun 2009 di Kota Mataram sejumlah 9.725 UMKM.
Keberadaan pelaku industri di Kota Mataram saat ini cukup banyak, namun
kontribusi sektor industri pengolahan dalam perekonomian daerah masih relatif
kecil. Pada Tahun 2010, industri kecil menengah (IKM) di Kota Mataram mencapai
3.305 unit usaha dan menyerap tenaga kerja sebesar 13.021 orang. Unit usaha
tersebut tersebar di beberapa sektor industri dan tergabung dalam beberapa sentra
industri.
Di Kota Mataram terdapat 235 sentra industri pangan yang didalamnya terdapat
industri makanan minuman, abon, bakso, kerupuk, keripik, dodol, kue
basah/kering, roti, telur asin, pemindangan ikan dan tahu tempe, industri ini
menyebar di Kecamatan Ampenan, Sandubaya dan Selaparang. Terdapat 41 sentra
Konveksi di dalamnya meliputi industri konveksi, bordir, tenun dan tenun gedokan.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-174
Industri sandang, terutama konveksi dan bordir banyak terdapat di desa Pagutan
Kecamatan Mataram. Industri kimia dan bahan bangunan terdapat di 45 sentra di
Kota Mataram, yang didalamnya terdapat industri batako dan paving blok yang
banyak terdapat di Kecamatan Selaparang dan Ampenan, industri meubel di
Kecamatan Sandubaya dan Sekarbela.
Terdapat 45 industri logam dan elektronika yang meliputi industri bengkel las yang
banyak terdapat di Kecamatan Sandubaya dan Mataram, industri bengkel motor dan
mobil menyebar diseluruh Kecamatan dan banyak terdapat di Kecamatan
Cakranegara dan Sandubaya, industri cor kuningan di Kecamatan Mataram, industri
pengrajin emas dan perak banyak di Kecamatan Sekarbela. Industri kerajinan
terdapat di 74 sentra yang meliputi industri kerajinan bambu terdapat di Bertais
Kecamatan Sandubaya, industri bebetek di Kecamatan Cakranegara, industri rumah
tangga di Sandubaya, kerajinan kayu di Cakranegara, kerajinan cukli di Cakranegara
dan Sandubaya, kerajinan kulit di Sandubaya, kerajinan dari kertas koran/semen di
Selaparang dan kerajinan mutiara banyak terdapat di Pagutan, Kecamatan Mataram.
Tabel 0-197. Jumlah Sentra IKM/UMKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Pesebaranya Di Kota Mataram
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Pangan Kerajinan
1. Abon Ampenan 2 5 1. Anyaman Cakranegara 13 52
Sekarbela 1 5 Mataram 2 4
2. Abon, Dendeng Cakranegara 2 5 Sandubaya 1 1
3. Bakso Ampenan 1 4 Selaparang 1 10
Mataram 7 11 2. Anyaman Bambu Cakranegara 10 40
4. Bawang Goreng Sandubaya 3 5 Sandubaya 56 76
5. Ceker Ayam Ampenan 1 2 3. Any. Daun Kelapa Cakranegara 3 6
Cakranegara 1 7 4. Anyaman Ketak Ampenan 1 4
Selaparang 2 5 5. Anyaman Peraras Ampenan 1 5
6. Cendol Mataram 7 23 7. Anyaman Plastik Cakranegara 10 20
8. Cendol Mutiara Ampenan 20 29 9. Any. Songkok Tani Sandubaya 1 2
10. Cincau Ampenan 1 8 10. Bambu & Ketak Selaparang 1 10
11. Dodol Ampenan 5 11 11. Bebetek Cakranegara 25 26
12. Dodol Jambu Cakranegara 10 15 Selaparang 1 10
13. Dodol Nangka Cakranegara 5 25 12. Industri RT Sandubaya 8 56
Selaparang 8 41 13. Jok/ Sedel Ampenan 1 4
14. Donat Sanduabaya 1 2 Mataram 2 8
15. Emping Melinjo Mataram 20 22 Sandubaya 10 33
16. Jagung & Kacang Mataram 1 2 14. Kasur/ kapuk Mataram 6 7
17. Jajan Basah Ampenan 43 121 15. Kerajinan bambu Selaparang 2 8
18. Jagung Marning Mataram 5 14 16. Kerajinan Gitar Selaparang 1 2
19. Jamu Ampenan 1 3 17. Kerajinan Inka Selaparang 1 3
Sandubaya 1 10 18. Ker. Kaleng Bekas Selaparang 1 5
Sekarbela 1 2 19. Kerajinan kalung Selaparang 1 5
Selaparang 2 6 20. Kerajinan Kayu Ampenan 3 14
Mataram 1 2 Cakranegara 140 201
20. Kacang Asin Ampenan 2 3 Mataram 21 25
Cakranegara 2 8 Sandubaya 7 16
Sandubaya 8 35 Selaparang 8 23
Selaparang 6 20 21. Ker. Kayu Cukli Ampenan 2 16
22. Kacang Atom Selaparang 1 5 Cakranegara 54 152
23. Kacang Telur Sekarbela 1 5 Sandubaya 20 21
Selaparang 3 9 21. Kerajinan Kerang Ampenan 2 5
24. Kelapa Parut Mataram 1 6 22. Kerajinan Kulit Sandubaya 21 55
25. Keripik Ampenan 32 116 23. Kerajinan Rotan Selaparang 1 3
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-175
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Sandubaya 2 15 24. Ker. Rumput Ketak Selaparang 1 4
Cakranegara 3 11 25. Kerajinan Sangkar Sandubaya 1 1
Sekarbela 3 12 26. Kerajinan Tangan Mataram 1 1
Selaparang 3 17 27. Ker. Ukir Bambu Cakranegara 2 20
26. Keripik Nangka Cakranegara 7 16 Sandubaya 10 20
27. Keripik Pisang Mataram 1 10 28. Ker. Batok Kelapa Mataram 1 10
29. Keripik Singkong Ampenan 2 34 30. Ker. Kertas Koran Selaparang 20 30
Mataram 1 1 31. Ker. Pelepah Pisang Mataram 2 8
Sandubaya 3 19 32. Mainan Anak Cakranegara 6 6
33. Kerupuk Ampenan 2 5 34. Merajut/ Kuistik Ampenan 2 20
Cakranegara 4 36 35. Mutiara Mataram 10 30
Mataram 8 24 36. Pagar Bedek Selaparang 1 10
Sandubaya 26 137 37. Pengrajin Semat Mataram 1 11
Sekarbela 2 15 38. Rajut Tas/ Dompet Cakranegara 1 5
Selaparang 10 44 39. Sangkar Burung Sandubaya 3 19
40. Kerupuk Beras Ampenan 2 8 41. Sapu Bulu Ampenan 1 6
Selaparang 7 26 42. Sepatu Sandal Sandubaya 2 7
43. Kerupuk Dandit Cakranegara 2 10 44. Stempel Ampenan 1 3
Sandubaya 2 10 Jumlah 74 517 1.161
45. Kerupuk Ikan Ampenan 3 28
46. Ker. Kaki Ayam Ampenan 2 21 Logam dan Elektronika
Cakranegara 6 50 1. Bengkel Las Ampena 1 3
Mataram 1 3 Cakranegara 2 7
Sandubaya 1 2 Sandubaya 4 18
Selaparang 1 4 Sekarbela 3 6
47. Ker. Kulit Cakranegara 18 95 Selaparang 4 13
Mataram 49 109 Mataram 5 18
Selaparang 1 4 2. B. Las Alumunium Sandubaya 3 18
48. Kerupuk Paru Ampenan 3 16 3. Bengkel Mobil Cakranegara 2 8
Cakranegara 2 6 Mataram 1 6
Selaparang 1 7 Sandubaya 2 7
49. Kerupuk Tahu Sandubaya 19 28 4. Bengkel Spd Motor Ampenan 5 12
Sekarbela 24 34 Cakranegara 25 67
50. Kerupuk Tempe Ampenan 1 4 Mataram 16 40
Sandubaya 5 7 Sandubaya 35 84
Selaparang 10 15 Sekarbela 13 20
51. Kerupuk Tepung Ampenan 3 24 Selaparang 11 30
Mataram 1 15 Sandubaya 8 29
Sandubaya 7 21 5. Cor Kuningan Mataram 29 35
52. Kerupuk Terigu Selaparang 24 76 6. Elektronik Ampenan 1 1
53. Kerupuk Udang Mataram 5 19 7. Emas/ Perak Mataram 10 20
54. Kue Basah Ampenan 38 101 Sekarbela 33 88
Cakranegara 42 92 Selaparang 4 2
Mataram 44 80 8. Grongseng kuda Mataram 7 28
Sandubaya 15 41 9. Kaleng Besi Sandubaya 189 652
Sekarbela 1 1 10. Pande Besi Selaparang 4 6
Selaparang 11 34 11. Pande Besi/Pedang Sekarbela 4 15
55. Kue Donat Sandubaya 3 10 12. Pembuat Kompor Sandubaya 2 12
56. Kue Kacang Sandubaya 3 9 13. Cuci Mobil & Motor Sandubaya 1 1
57. Kue Kering Ampenan 27 66 14. Pengo. Besi Bekas Selaparang 1 4
Cakranegara 14 33 15. Perj. alumunium Sandubaya 2 5
Mataram 6 25 16. Servis Elektronika Ampenan 3 5
Sandubaya 16 86 17. Tambal Ban Sandubaya 1 1
Sekarbela 14 43 Jumlah 55 428 1.262
Selaparang 13 33
58. Mamin Instan Mataram 2 8 Kimia dan Bahan Bangunan
59. Manisan Buah Ampenan 1 1 1. Bata/ Genteng Sandubaya 11 37
60. Mie Ampenan 4 15 Mataram 20 122
Sandubaya 2 6 Sandubaya 27 189
61. Minuman Sandubaya 2 2 2. Batako, Paving
Blok
Ampenan 5 26
62. Minyak Goreng Ampenan 26 56 Mataram 8 16
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-176
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan Unit
Usaha Tenaga Kerja
63. Pembuatan Touge Cakranegara 6 13 Sandubaya 1 3
64. Pemindangan Ikan Ampenan 45 84 Selaparang 5 36
Sekarbela 40 101 3. Daur Ulang Kertas Selaparang 1 3
65. Penggilingan
Tepung
Mataram 1 1 4. Gypsum Ampenan 1 8
Sandubaya 2 2 Mataram 1 2
66. Pisang Sale Mataram 1 7 Sandubaya 1 3
67. Rempeyek Mataram 1 4 Sekarbela 1 8
68. Roti Ampenan 6 29 5. Kaca Lengkung Sandubaya 1 3
Mataram 5 10 6. Meubel Ampenan 4 23
Sandubaya 31 153 Cakranegara 7 34
Selaparang 1 5 Mataram 16 41
69. Sirup Jambu Biji Cakranegara 10 15 Sandubaya 11 46
70. Susu Kedelai Ampenan 2 5 Sekarbela 33 62
Mataram 1 3 Selaparang 5 16
Sandubaya 1 10 7. Pemb Air Aki Cakranegara 5 20
71. Tahu/Tempe Ampenan 23 97 8. Percetakan, Sablon Selaparang 2 7
Cakranegara 1 4 9. Pupuk Selaparang 1 10
Mataram 125 404 10. Sablon Ampenan 3 10
Sandubaya 109 347 Sandubaya 1 3
Sekarbela 282 694 Selaparang 3 14
Selaparang 73 196 Jumlah 45 178 755
72. Telur Asin Ampenan 1 2
Cakranegara 10 38 Sandang
Mataram 2 7 Konveksi Sekarbela 19 24
Sandubaya 6 11 Selaparang 21 56
Selaparang 8 35 2. Konveksi/Bordir Ampenan 37 712
Jumlah 135 1.573 4.764 Cakranegara 43 60
Mataram 81 255
Sandang Sandubaya 4 6
1. Konveksi Ampenan 49 230 Selaparang 8 48
Cakranegara 19 30 3. Tenun Ampenan 1 5
Mataram 64 267 Cakranegara 25 70
Sandubaya 88 69 4. Tenun Gedogan Cakranegara 2 3
Jumlah 44 441 1.868
Jumlah Total
Sentra Unit Usaha Tenaga Kerja
453 3.137 9.810
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram (2008-2010, diolah)
Sektor perdagangan yang merupakan penggerak utama (prime mover) dan ujung
tombak pembangunan ekonomi di Kota Mataram mempunyai kontribusi yang cukup
besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini ditandai dengan
perkembangan usaha perdagangan di Kota Mataram dari tahun ke tahun yang terus
mengalami peningkatan baik dari kuantitas maupun nilai produksinya.
Pada tahun 2011, jumlah usaha perdagangan menurut skala usaha tercatat 10.573
unit usaha, mengalami peningkatan sekitar 6,04% dari tahun 2010 yang berjumlah
9.970 unit usaha. Menurut skala usahanya, perdagangan dibedakan menjadi
perdagangan besar, mikro, kecil dan menenggah. Keberadaan usaha perdagangan
mikro, kecil dan menengah di Kota Mataram mencapai 9.881 unit usaha atau
mencapai 93,45% dari jumlah perusahan perdagangan.
Penyebaran usaha perdagangan di Kota Mataram ditinjau dari penyebaran per
kecamatan, sekitar 88,53% berada di Kecamatan Mataram, Cakranegara dan
Ampenan, karena ketiga Kecamatan tersebut adalah pusat ekonomi dan perdagangan
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-177
di Kota Mataram, serta sebagaian kecil menyebar di Kecamatan lainya. Untuk
informasi lebih lengkap pertumbuhan usaha perdagangan mikro, kecil menengah di
Kota Mataram disajikan di Tabel III-198.
Tabel 0-198. Pertumbuhan Usaha Perdagangan Mikro, Kecil dan Menengah di Kota Mataram Tahun 2011
Kecamatan Mikro Kecil Menengah Jumlah
Ampenan 75 1.892 360 2.327
Sekarbela 20 220 0 240
Mataram 84 2.569 601 3.254
Selaparang 67 394 4 465
Cakranegara 87 2.468 612 3.167
Sandubaya 69 343 16 428
Jumlah 402 7.886 1.593 9.881
2010 137 7.540 1.601 9.289
2009 - 7.057 1.608 8.6865
2008 - 6.559 1.476 8.453
2007 - 2.742 490 3.5232
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram
Adapun usaha perdagangan mikro, kecil, menengah di Kota Mataram menurut
penyebaran per sektor ekonomi, dibedakan menjadi perdagangan obat dan makanan,
minuman beserta bahan pokoknya (sembako), perdagangan kerajinan dan
perlengkapan rumah tangga, perdagangan sandang, perdagangan logam dan bahan
bangunan, perdagangan sarana pertanian dan perikanan, perdagangan elektronika
dan perdagangan hasil pertanian, perikanan dan peternakan.
3.10.4. Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Kota Mataram
Berdasarkan data Bank Indonesia, besaran kredit bagi UMKM di Kota Mataram pada
periode November 2012 adalah sebesar Rp 1,39 triliun atau 28,10% dari total kredit
perbankan UMKM di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan kondisi
bulan November 2011, kredit UMKM meningkat sebesar 12,41%. Walaupun terjadi
fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara keseluruhan dari periode
Januari sampai November 2012, rata-rata kenaikan per bulan adalah sebesar 0,86%.
Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November 2012 dari total kredit UMKM
sebesar Rp 1,39 triliun, sebagian adalah untuk skala kredit menengah mencapai Rp
831,5 miliar (59,79%), kemudian diikuti oleh kredit skala kecil yang mencapai Rp
369,6 miliar (26,57%). Sedangkan penyaluran kredit skala mikro sebesar Rp 189,74
miliar (13,64%). Untuk informasi lebih lengkap pertumbuhan Baki Kredit UMKM di
Kota Mataram disajikan di Tabel III-199.
Berdasarkan jenis penggunaan, pada tahun 2012 penyaluran kredit UMKM oleh
Bank umum di Kota Mataram dari bulan Januari - November mengalami peningkatan
secara fluktuatif, secara rata-rata pertumbuhan jumlah kredit UMKM berdasarkan
penggunaanya mengalami peningkatan sebesar 1,59% per tahun untuk Modal Kerja
dan pertumbuhan mengalami penurunan 1,20% per tahun untuk Modal Investasi.
Penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit modal kerja dengan nominal kredit
sebesar Rp. 10,7 triliun dengan pangsa pasar sebesar 75,20% dari total kredit UMKM
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-178
bank umum yang telah disalurkan, selebihnya untuk kredit modal investasi sebesar
Rp. 3,5 triliun dengan pangsa pasar sebesar 24,80%. Untuk informasi lebih lengkap
pertumbuhan jumlah kredit usaha mikro, kecil dan menengah berdasarkan jenis
penggunaanya di Kota Mataram disajikan di Tabel III-200.
Tabel 0-199. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Tahun 2012 Di Kota Mataram
Tahun Bulan
Klasifikasi Usaha
Total Kenaikan
(%) Mikro Kecil Menengah
(Jutaan Rp)
% (Jutaan
Rp) %
(Jutaan Rp)
%
2011 Nov 279.351 22,58 354.355 28,64 603.517 48,78 1.237.223 Des 279.827 21,80 362.268 28,22 641.734 49,99 1.283.829
2012 Jan 263.762 23,58 345.407 30,88 509.427 45,54 1.118.595 -12,87
Feb 266.620 22,34 346.160 29,01 580.580 48,65 1.193.361 6,68
Mar 264.074 21,25 357.584 28,78 620.949 49,97 1.242.607 4,13
Apr 257.291 20,22 360.859 28,36 654.325 51,42 1.272.475 2,40
Mei 270.062 20,47 370.324 28,08 678.659 51,45 1.319.045 3,66
Jun 207.892 15,38 378.908 28.03 764.916 56,59 1.351.716 2,48
Jul 218.095 16,34 365.172 27,35 751.770 56,31 1.335.036 -1,23
Agust 179.361 13,66 374.981 28,56 758.823 57,79 1.313.165 -1,64
Sep 191.442 14,41 354.773 26,70 782.722 58,90 1.328.938 1,20
Okt 186.722 13,87 367.916 26,90 810.259 59,23 1.367.897 2,93
Nov 189.737 13,64 369.579 26,57 831.501 59,79 1.390.817 1,68
Rata rata kenaikan ( %) 0,86
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2012
Tabel 0-200. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di Kota Mataram Tahun 2012
Bulan
Modal Kerja Modal Investasi
(Jutaan Rp)
Porsi (%)
Kenaikan (%)
(Jutaan Rp)
Porsi (%)
Kenaikan (%)
Jan 796.076 71,17 -15,53 322.519 28,83 -5,54
Feb 871.585 73,04 9,49 321.776 26,96 -0,23
Mar 917.224 73,81 5,24 325.383 26,19 1,12
Apr 935.196 73.49 1,96 337.279 26,51 3,66
Mei 976.775 74,05 4,45 342.270 25,95 1,48
Jun 1.021.468 75,37 4,58 330.248 24,43 -3,51
Jul 1.006.230 75,37 -1,49 328.806 24,63 -0,44
Agust 981.938 74,78 -2,41 331.227 25,22 0,74
Sep 1.042.531 78,45 6,17 286,407 21,55 -13,53
Okt 1.076.998 78,73 3,31 290,899 21,27 1,57
Nov 1.095.506 78,77 1,72 295.311 21,23 1,52
Jumlah/Rata2 10.721.527 75,20 1,59 3.512.124 24,80 -1,20
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2012
Data statistik perbankan terkait pemberian kredit per sektor ekonomi UMKM di Kota
Mataram hingga triwulan ke empat (Tw4) tahun 2012 (data bulan Oktober dan
November) dapat dilihat pada Tabel III-201.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-179
Tabel 0-201. Kredit UMKM Sektoral Kota Mataram Periode tahun 2012
SEKTOR EKONOMI Tw1
(Jutaan Rp)
Tw2 (Jutaan
Rp)
Tw3 (Jutaan
Rp)
Tw4 (Jutaan Rp)
1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
13.117 12.389 14.749 15.104
2. Pertambangan dan Penggalian 641 707 819 921
3. Industri Pengolahan 111.342 114.057 117.917 85.187
4. Listrik, Gas dan Air 4.449 4.183 6.163 4.411
5. Kontruksi 162.093 201.120 203.989 187.866
6. Perantara Keuangan - - - -
7. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.175.864 2.474.468 2.632.621 1.851.450
8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial
- - - -
9. Pengangkutan Dan Komunikasi 89.827 111.728 123.006 91.644
10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
268.643 368.798 412.940 265.396
11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -
12. Jasa Pendidikan - - - -
13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -
14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya
- - - -
15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga
- - - -
16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya
- - - -
17. Jasa-jasa 728.587 655.786 464.935 256.735
18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -
19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -
Jumlah 3.554.563 3.943.236 3.977.139 12.758.714
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Realisasi penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum mencapai Rp 2,76 triliun.
Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun 2012 terjadi peningkatan pada setiap
triwulan. Pertumbuhan kredit Pada triwulan kedua (Tw2) mencapai Rp 3,94 triliun
naik 10,93% dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp 3,56 triliun, dan triwulan
ketiga (Tw3) naik menjadi Rp 3,98 triliun atau 0,86% dari triwulan kedua (Tw2).
Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran dengan pangsa mencapai 61,21% atau Rp 2,18 triliun pada triwulan
pertama (Tw1), 62,75% atau Rp. 2,47 triliun pada triwulan kedua (Tw2), 66,19% atau
Rp. 2,63 triliun pada triwulan ketiga (Tw3), dan 67,11% atau Rp 1,85 triliun pada
triwulan keempat (Tw4 data pada bulan Oktober dan November). Kemudian diikuti
oleh sektor jasa-jasa sebesar Rp 728,6 miliar pada triwulan pertama (Tw1), Rp 655,8
miliar pada triwulan kedua (TW2), Rp 464,9 miliar pada triwulan ketiga (Tw3). Pada
triwulan ke empat (Tw4) posisi kedua penyaluran kredit UMKM oleh sektor keuangan,
real estate dan jasa perusahaan sebanyak Rp 265,39 miliar.
3.11. Kota Bima
3.11.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bima pada tahun 2011 (angka
sementara) atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 1.126,563 milyar. Jumlah
PDRB yang dihasilkan tersebut meningkat dari Rp 1.000,338 milyar di tahun 2010
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-180
dan Rp 886,646 milyar di tahun 2009. Demikian juga dengan hasil perhitungan
PDRB atas dasar harga konstan tahun dasar 2000 adalah sebesar Rp 485,622 milyar
pada tahun 2011, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu Rp 461,115
milyar pada tahun 2010 dan Rp 435,961 milyar tahun 2009. Berdasarkan
perhitungan PDRB atas dasar harga konstan dapat diketahui pertumbuhan ekonomi
Kota Bima pada tahun 2010 adalah sebesar 5,31%. Angka tersebut mengalami
sedikit penurunan bila dibandingkan pertumbuhan PDRB tahun 2010 sebesar
5,77%.
Struktur perekonomian Kota Bima bila dilihat berdasarkan PDRB atas dasar harga
berlaku tahun 2011, didominasi oleh sektor jasa-jasa (29,20%). Sub sektor paling
dominan terhadap sektor jasa-jasa tersebut adalah sub sektor jasa pemerintahan
umum, yaitu sebesar 27,99%, sementara jasa swasta hanya berperan sebesar 1,21%.
Hal tersebut mengindikasikan, peran pemerintah masih sangat kuat berpengaruh
terhadap perekonomian Kota Bima hingga tahun 2011. Selanjutnya sektor
perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor kedua terbesar yang memberi
kontribusi sebesar 20,66% terhadap total PDRB, dengan sub sektor yang paling
dominan adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 17,56%,
sementara sub sektor hotel dan restoran masing-masing mempunyai peranan sebesar
0,20% dan 2,91%.
Gambar 0-31. Distribusi Persentase PDRB Adhb Menurut Lapngan Usaha Kota Bima Tahun 2011
Sumber : Kota Bima Dalam Angka 2012
Apabila diamati berdasarkan kelompok-kelompok kegiatan ekonomi, maka dapat
dijelaskan bahwa perekonomian Kota Bima hingga tahun 2011 masih didominasi
oleh kelompok tersier (kelompok sektor jasa) seperti; sektor jasa-jasa, sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi dan sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan kontribusi pada tahun 2011
17.55
0.13
2.71
0.93
6.83
20.66 17.87
5.12
29.2
Distribusi Persentase PDRB Adhb Menurut
Lapangan Usaha Kota Bima Tahun 2011
Pertanian
Pertambangan dan
PenggalianIndustri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air
BersihBangunan
Perdagangan, Hotel dan
RestoranPengangkutan dan
KomunikasiKeuangan, Persewaan
dan Jasa PerusahaanJasa-jasa
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-181
sebesar 71,85%. Sementara sektor primer yang meliputi pertanian, pertambangan
dan penggalian mempunyai peranan sebesar 17,68%, dan sektor sekunder yang
terdiri dari sektor industri, sektor listrik dan air bersih, dan sektor kontruksi pada
tahun 2011 hanya sebesar 7,89%. Untuk informasi lebih lengkap Produk Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) menurut lapangan usaha di
Kota Mataram tahun 2009-2011 disajikan di Tabel III-202.
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa semua sektor lapangan usaha
menunjukkan pertumbuhan yang positif. Sektor pertanian yang merupakan penyerap
tenaga kerja dan tempat menggantungkan hidup sebagian warga Kota Bima
mencapai pertumbuhan sebesar 3,96%. Sektor perdagangan, hotel dan restoran,
serta sektor bangunan mengalami percepatan dibandingkan tahun sebelumnya,
dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 7,322% dan 7,88%. Sedangkan
kelompok sektor jasa-jasa yang mempunyai peranan paling dominan terhadap PDRB
Kota Bima pada tahun 2011 memperlihatkan pertumbuhan yang melambat. Sektor
jasa-jasa tumbuh sebesar 4,23% yang dipengaruhi oleh pertumbuhan di sub sektor
pemerintahan umum sebesar 4,07%. Pertumbuhan disektor ini mengalami
pertumbuhan dibawah rata-rata PDRB. Hal ini dipengaruhi adanya kebijakan
moratorium pegawai negeri oleh pemerintah.
Tabel 0-202. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha 2009-2011
No Lapangan Usaha 2009 2010 2011
1 Pertanian 157.679,83 170,041,88 197.697,22
2 Pertambangan dan Penggalian 1.129,58 1.272,16 1.436,78
3 Industri Pengolahan 25.395,23 27.885,62 30.550,68
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 8.193,42 9.545,29 10.438,29
5 Bangunan 58.269,51 67.746,64 76.908,91
6 Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
175.652,34 202.721,91 232.793,83
7 Pengangkutan dan Komunikasi 162.881,82 178.458,37 190.061,63
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa 44.876,09 51.570,22 57.704,23
9 Jasa-Jasa 252.565,81 291.096,05 328.972,59
PDRB 886.646,63 1.000.338,14 1.126.564,16
Sumber: Kota Bima Dalam Angka 2012
Sektor Industri yang didominasi oleh usaha kecil dan mikro di Kota Bima selama 3
tahun terakhir mengalami stagnasi. Hal ini diperlihatkan oleh tingkat pertumbuhan
yang hampir sama setiap tahunnya, yaitu 3,90% pada tahun 2009, 4,16% di tahun
2010 dan sedikit mengalami percepatan sebesar 5,16% di tahun 2011. Sektor
industri yang banyak menampung sektor informal ini perlu mendapat perhatian lebih
serius mengingat sektor ini terbukti mempunyai ketahanan terhadap krisis ekonomi
dan sektor yang dapat diandalkan untuk menyerap tenaga kerja. Untuk informasi
lebih lengkap Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB
ADHB) menurut lapangan usaha di Kota Mataram tahun 2009-2011 disajikan di
Tabel III-203.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-182
Tabel 0-203. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha 2009-2011
No Lapangan Usaha 2009 2010 2011
1 Pertanian 90.687,22 92.341,04 95.996,98
2 Pertambangan dan Penggalian 564,71 596,95 634,14
3 Industri Pengolahan 14.275,76 14.869,64 15.636,91
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 3.587,16 3.999,36 36.407,71
5 Bangunan 31.160,83 33.749,36 36.407,71
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
81.222,12 87.155,04 93.536,19
7 Pengangkutan dan Komunikasi 75.497,06 80.216,84 84.227,34
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa 24.204,06 26.043,15 27.649,55
9 Jasa-Jasa 114.762,43 122.143,87 127.307,24
PDRB 435.961,35 461.115,38 485.622,56
Sumber: Kota Bima Dalam Angka 2012
3.11.2. Kondisi Produksi
Kegiatan produksi menunjukkan kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya
dengan daya saing daerah. Kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik
(attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah ada maupun yang akan masuk ke
suatu daerah untuk menciptakan multiplier effect bagi peningkatan daya saing
daerah. Secara sektoral, kemampuan ekonomi daerah diuraikan sebagai berikut.
a. Sektor pertanian
Secara umum produksi tanaman pangan di Kota Bima mengalami peningkatan.
Produksi Sub sektor tanaman pangan merupakan motor penggerak utama
perekonomian di Kota Bima. Sub sektor ini memberikan kontribusi terbesar ketiga
terhadap pembentukan PDRB yaitu sebesar 14,05%, pada tahun 2011 atas dasar
harga konstan tahun 2000.
1. Sub sektor tanaman pangan
Sub sektor tanaman pangan merupakan salah satu sub sektor yang cukup besar
memberikan kontribusi bagi perekonomian di Kota Bima. Selama tahun 2011
kegiatan pertanian tanaman pangan di Kota Bima telah berhasil mencapai produksi
padi sebesar 38.018 ton, jagung 7,097 ton, ubi kayu 8.740 ton ubi basah, ubi jalar
541 ton ubi basah, kacang tanah 608 ton, kedelai 5.306 ton, dan kacang hijau 119
ton.
Apabila dilihat menurut komoditas, luas panen, dan produksi tanaman pangan
tahun 2011 di Kota Bima yang terbesar adalah padi sawah dengan luas panen 7.761
ha dengan produksi 38.018 ton. Selanjutnya kacang kedelai dengan luas panen
3.321 ha dan produksi 5.306 ton, serta jagung dengan luas panen 1.357 ha dan
produksi 7.097 ton. Kecamatan dengan kontribusi terhadap total produksi padi
sawah terbesar adalah Rasanea Timur dan Raba, dari dua kecamatan ini lebih dari
80% produksi padi Sawah di Kota Bima dihasilkan.
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-183
Tabel 0-204. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Berbagai Jenis Tanaman
Pangan di Kota Bima Tahun 2008 – 2011
Komoditas
2008 2009 2010 2011
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Padi 6.161 30.935 7.529 36.685 7.096 36.139 7.761 38.018
Jagung 886 2.778 981 3.635 687 3.277 1.357 7.097
Ubi Kayu 725 7.919 888 10.907 619 7.582 613 8.740
Ubi Jalar 40 428 51 1.304 40 458 46 541
Kacang tanah 794 1.040 850 1.100 421 556 449 608
Kacang hijau 180 132 279 260 287 270 125 119
Kacang Kedelai 2.806 3.731 3.278 3.911 3.104 40.35 3.321 5.306
Sumber : Kota Bima Dalam Angka 2012
2. Sub sektor Sayuran
Pada tahun 2011 produksi sayuran di Kota Bima mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun 2010, salah satu penyebabnya adalah berkurangnya
lahan untuk bercocok tanam karena alih fungsi lahan, dari lahan pertanian menjadi
bangunan dan tempat tinggal.
Tabel 0-205. Pertumbuhan Luas Areal Panen dan Produksi Sayuran di Kota Bima Tahun 2008-2011
Komoditas
2008 2009 2010 2011
Luas
Panen (ha)
Produksi
(ton)
Luas
Panen (ha)
Produksi
(ton)
Luas
Panen (ha)
Produksi
(ton)
Luas
Panen (ha)
Produksi
(ton)
Bawang Merah 12,00 91,00 11,00 77,00 14,00 168,00 7,00 79,00
Cabe 5,00 19,00 37,00 111,00 16,00 39,00 18,00 23,60
Terung 7,00 21,00 16,00 64,00 7,00 70,00 16,00 49,00
Tomat 13,00 124,00 24,00 216,00 18,00 132,00 25,00 90,00
Ketimun 15,00 99,00 40,00 240,00 25,00 184,00 26,00 46,00
Kacang Panjang 56,00 159,00 110,00 440,00 75,00 265,00 78,00 246,00
Kangkung 6,00 12,00 20,00 40,00 41,00 232,00 33,00 127,70
Bayam 6,00 9,00 46,00 92,00 65,00 165,00 22,00 16,00
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kota Bima, 2011
Tiga besar produksi komoditas sayuran di Kota Bima masing-masing adalah kacang
panjang dengan produksi sebesar 246 ton, atau turun 7,72% dari produksi tahun
2010. Urutan kedua terbesar produksinya adalah kangkung sebesar 172 ton,
mengalami penurunan produksi mencapai 82,67%. Kemudian tomat yang mengalami
penurunan 46,67%, menjadi 90 ton pada tahun 2011.
3. Sub sektor Buah-buahan
Secara umum produksi buah-buahan di Kota Bima pada tahun 2011 mengalami
kenaikan jumlah panen secara signifikan, meskipun terdapat beberapa komoditas
yang mengalami penurunan, yang disebabkan pohon yang produktif sudah
berkurang karena usia, dan sebagian masih tanaman belum menghasilkan (TBM).
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-184
Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan produksi secara signifikan, antara
lain: produksi buah sirsak sebesar 11,6 ton mengalami peningkatan mencapai
400,63% dari tahun 2010 yang hanya 2,07 ton. Produksi pisang mencapai 7,8 ton,
naik 302% dari tahun 2010 yang hanya 1,9 ton. Begitu juga mangga yang mengalami
peningkatan sebesar 212,02%, dari tahun 2010 yang hanya 1,7 ton menjadi 7,3 ton.
Tabel 0-206. Pertumbuhan Jumlah Pohon dan Produksi Buah-buahan di Kota Bima Tahun 2008-2011
Komoditas
2008 2009 2010 2011
Pohon Produksi
(ton) Pohon
Produksi (ton)
Pohon Produksi
(ton) Pohon
Produksi (ton)
Mangga 153.518 4.336,00 72.758 2.182,00 84.326 1.722,50 80.386 5.373,10
Nenas 675 0,60 256 0,52 260 0,60 169 1,30
Jeruk 1.373 39,00 992 19,84 598 6,10 528 40,20
Durian 1.386 2,30 131 2,62 183 2,30 253 13,10
Pisang 105.331 541,00 105.128 525,70 161.674 1.941,30 122.786 7.803,40
Pepaya 68.402 134,00 66.699 466,90 106.639 1.132,00 64.284 5.302,00
Salak 486 0,72 155 0,30 163 0,80 146 2,00
Sawo 11.301 38,50 1.196 20,40 2.861 52,00 2.995 301,50
Jambu Biji 30.464 208,80 24.324 194,60 25.389 230,30 23.042 1.053,20
Jambu Air 10.004 15,20 5.649 28,30 6.746 28,,40 4.126 225,40
Advokat 143 1,20 80 1,10 94 2,00 96 6,90
Rambutan 3.101 7,70 399 3,20 852 14,10 614 31,30
Nangka 56.152 1.840,00 41.052 821,00 42.688 684,40 25.968 2.782,30
Sirsak 359.042 4.809,00 291.183 2.038,30 312.952 2.068,00 294.344 11.632,60
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kota Bima, 2011
4. Sub sektor Perkebunan
Luas areal perkebunan di Kota Bima mengalami penurunan yang signifikan, dimana
pada tahun 2006, luas perkebunan sebesar 996 ha menjadi hanya 10 ha ditahun
2011. Hal ini disebabkan peralihan alih fungsi lahan dari lahan perkebunan menjadi
tanah banggunan dan pekarangan yang dari tahun ketahun mengalami peningkatan
yang pesat.
Kondisi perkebunan tahun 2011 meliputi 7 komoditas, dimana hanya 3 komoditas
yang banyak diusahakan, selebihnya sedikit diusahakan. Komoditas jambu mete
mengalami peningkatan produksi pada tahun 2011, sedangkan komoditas lainya
mengalami penurunan.
Tabel 0-207. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Berbagai Jenis Komoditas Perkebunan di Kota Bima Tahun 2006 – 2011
Tahun Kelapa Jambu Mete Asam
Luas (ha) Produksi
(ton) Luas (ha)
Produksi (ton)
Luas (ha) Produksi
(ton) 2006 672,53 146,430 224,91 79,210 250,27 173,030 2007 411,26 384,860 587,44 164,940 250,27 3,680 2008 304,39 340,895 587,44 95,858 250,27 0,626 2009 563,38 231,160 517,98 212,080 353,26 745,250 2010 151,71 227,570 224,92 192,990 189,32 431,650 2011 104,99 65,470 300,27 120,110 134,69 33,680
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Bima, 2011
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-185
5. Sub sektor Kehutanan
Luas kawasan hutan di Kota Bima adalah 11.365,9 ha yang terdiri dari hutan
lindung, hutan produksi, hutan konservasi dan hutan lainnya. Luas hutan produksi
di Kota Bima pada tahun 2011 mencapai 5.932 ha atau 52,19% dari luas
keseluruhan hutan di Kota Bima. Angka ini sama dengan tahun 2010 dan turun
32,36% dari luas tahun 2009.
Gambar 0-32. Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsinya di Kota Bima Tahun
2011 (ha) Sumber : Kota Bima Dalam Angka 2012
6. Sub sektor Peternakan
Jenis usaha ternak di Kota Bima terdiri dari ternak besar (sapi, kerbau dan kuda),
dan ternak kecil (kambing dan domba) serta unggas (ayam ras, ayam buras, dan itik).
Kondisi pada tahun 2011 menunjukkan bahwa pada kelompok ternak besar jumlah
populasi terbesar adalah sapi (80,18%), kemudian kuda (15,18%). Pada kelompok
ternak kecil, populasi terbesar adalah kambing dengan 94,93%, sedang pada
kelompok unggas adalah ayam buras sebesar 84,84% dari jumlah populasi unggas.
Tabel 0-208. Perkembangan Jumlah Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas di Kota Bima Tahun 2007-2011
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Sapi 11.165 12.616 14.256 16.761 12.034
Kerbau 4.544 4.714 4.879 4.981 695
Kuda 1.963 2.356 2.827 2.831 2.279
Kambing 11.439 14.478 18.821 19.492 13.892
Domba 577 589 602 565 743
Ayam Ras 58.111 80.391 109.332 336.611 493.979
Ayam Buras 104.172 112.719 125.118 156.392 59.141
Itik 14.145 13.941 14.221 15.468 29.091
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kota Bima, 2011
844
5932
4582.9
7
Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsinya
di Kota Bima (ha)
Hutan lindung
Hutan produksi
Hutan konversi
Hutan lainnya
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-186
Data Tabel III-208 di atas menunjukkan bahwa semua jenis ternak besar, ternak
kecil dan unggas mengalami peningkatan jumlah populasi dari waktu ke waktu,
selama periode 2007-2010, dan pada periode 2010-2011 semua jenis ternak
mengalami penurunan populasi kecuali untuk populasi ayam Buras dan Domba.
Turunnya jumlah populasi ternak di Kota Bima disebabkan sebagian besar
budidayanya yang kurang intensif dengan skala usaha kecil dan berkurangnya lahan
pengembalaan dan lahan pakan.
7. Sub sektor Perikanan
Produksi ikan di Kota Bima terdiri dari produksi ikan air tawar, tambak dan produksi
ikan laut, dengan jumlah produksi pada tahun 2011 mencapai 1.986,73 ton.
Produksi ikan air tawar 99,6 ton, sedangkan produksi ikan tambak mencapai 379,67
ton, dan produksi ikan laut mencapai 1.483,7 ton.
Tabel 0-209. Produksi Ikan Menurut Sub Sektor di Kota Bima Tahun 2006-2011
Tahun
Produksi Penangkapan Budidaya
Laut Perairan Tambak Kolam 2006 1771,80 41,80 407,03 49,50 2007 3728 41,80 319,50 48,90 2008 1053,10 11,60 508,50 43 2009 1619 11,60 323,90 36,80 2010 1.373,50 12,10 383,10 44,60 2011 1.483,70 23,40 379,67 99,60
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bima. 2011
Berdasarkan jenis ikan, untuk ikan air tawar produksi terbesar pada tahun 2011
adalah ikan mujair dan ikan lele. Untuk ikan air laut, produksi terbesar adalah
adalah ikan tongkol, kemudian cumi-cumi dan ikan tuna. Untuk produksi ikan
tambak adalah 80% lebih adalah ikan bandeng, dan selebihnya udang.
Sentra dari produksi ikan di Kota Bima, baik penangkapan ikan di laut maupun
tambak berada di Kecamatan Asoka sebesar 56,75% jumlah produksi penangkapan
ikan di laut di Kota Bima, selebihnya 43,25% berada di Kecamatan Rasanea Barat,
untuk produksi ikan tambak 73,92% berada di Kecamatan Rasanea Barat dan
selebihnya 26,18% di Kecamatan Asakota
b. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
1. Sub sektor Perdagangan
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor ke dua terbesar dalam
sumbangannya terhadap PDRB tahun 2010, yaitu 20,66% dari total PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2000. Kontribusi yang besar ini disumbangkan oleh sub sektor
perdagangan besar dan eceran sebesar 17,56%. Sektor perdagangan di Kota Bima
didonimasi oleh perdagangan kecil yang mencapai 89,72%, selebihnya perdagangan
menengah 7,9% dan 2,38% untuk perdagangan besar.
Data Tabel III-210, menunjukkan pertumbuhan jumlah perdagangan dari tahun ke
tahun selama periode 2006-2011 mengalami kenaikan jumlah secara terus menerus,
terutama untuk perdagangan menengah dan kecil. Sejalan dengan pertumbuhan
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-187
perdagangan ditunjang dengan fasilitas dan sarana perdagangan terdiri atas
pertokoan dan pasar umum. Lokasi pertokoan meliputi dua kawasan perdagangan,
yaitu Kota Bima dan Raba.
Tabel 0-210. Perkembangan Perusahaan Perdagangan di Kota Bima Tahun 2006-20011
Tahun Perdagang
Besar
Perdagang
Menengah
Perdagangan
Kecil
Jumlah
Total
2006 2 52 403 457
2007 8 56 545 609
2008 9 62 650 721
2009 21 86 969 1076
2010 37 113 1252 1402
2011 40 133 1510 1683
Sumber : Dinas Koperasi, perindustrian dan perdagangan Kota Bima, 2011
Kawasan pasar umum di seluruh Kota Bima-Raba tercatat sebanyak empat unit
masing-masing di Kelurahan Kumbe, Rabangodu, Tanjung dan Sarae. Sedangkan
jumlah hotel dan restoran sebanyak 51 unit yang tersebar di tiga kecamatan. Dengan
memperhatikan kondisi yang ada dalam mewujudkan Kota Bima sebagai kota transit
maka pengembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi perhatian
utama.
2. Sub sektor Hotel dan Restoran
Pada tahun 2011 jumlah hotel di kota Bima sebanyak 13 buah hotel, dengan jumlah
kamar 272 buah kamar. prosentase tamu yang menginap 98,58% untuk tamu dalam
negeri dan 1,42% adalah tamu dari luar negeri.
Tabel 0-211. Presentase Jumlah Tamu yang Datang dan Menginap pada Hotel dan Losmen di Kota Bima Tahun 2007-2011
Tahun Jumlah Tamu
Luar Negeri Dalam Negeri
2011 1,14 98,58
2010 0,89 91,03
2009 -
2008 1,08 94,51
2007 1,16 98,84
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bima, 2011
c. Sektor pengangkutan dan komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 memberikan kontribusi
sebesar 16,87% dari total PDRB Kota Bima. Berbagai sarana komunikasi sudah
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-188
tersedia di Kota Bima, seperti kantor pos untuk sarana surat menyurat dan jaringan
telepon untuk sarana hubungan secara langsung.
1. Sub sektor Pengangkutan
Angkutan Darat. Sarana jalan sangat menentukan kelancaran transportasi. Menurut
data BPS Kota Bima (2011), tahun 2011 total panjang jalan menurut jenis
permukaan di Kota Bima mencapai 369,49 km yang meliputi jalan negara, jalan
provinsi dan jalan kabupaten.
Kendaraan angkutan umum dan jumlahnya di Kota Bima meliputi angkutan bis
mencapai 1.411 bis yang meliputi angkutan bis besar, sedang dan kecil. Sedangkan
mobil penumpang 352 unit, mobil barang 1.201 dan kendaraan tidak bermotor 754
unit. Sedangkan untuk memperlancar arus barang, baik barang perdagangan
maupun hasil bumi di Kota Bima terdapat 1.915 truck dan 2.183 pick up.
Angkutan Laut. Adapun untuk angkutan laut pada tahun 2011 pelabuhan di Kota
Bima mendapatkan jumlah kunjungan kapal sebanyak 1.930 unit, dengan bongkar
muat barang dan penumpang sebanyak 244.303 ton barang, 981.751 m3 kayu,
11.465 ekor ternak dan 63.553 orang penumpang.
2. Sub sektor Pos dan Telekomunikasi
Pos merupakan sarana komunikasi yang paling tua usianya namun masih
merupakan pilihan utama bagi masyarakat walaupun sudah ada sarana komunikasi
lainnya. Hal ini disebabkan biaya yang murah dan mampu menjangkau
konsumennya sampai pada daerah yang terjauh. Surat merupakan salah satu alat
komunikasi yang banyak digunakan.
Pada tahun 2011 banyaknya produksi surat biasa dalam negeri mencapai 1.784 dan
surat biasa luar negeri sebanyak 136. Surat kilat khusus mencapai 67.075 buah.
Jumlah paket pos biasa dalam negeri tahun 2011 mencapai 22.591 buah. Sementara
itu produksi wesel pos dalam negeri (terima) tahun 2011 frekuensinya mencapai
33.735 dengan nilai Rp 42.947.419.630. adapun untuk jumlah pelanggan telepon di
Kota Bima mengalami penurunan dari 4.502 pada tahun 2010 menjadi 4.015 pada
tahun 2011.
d. Sektor Industri Listrik dan Air Minum
1. Sub sektor Industri Pengolahan
Di Kota Bima jenis industri kecil dan rumah tangga dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan yang positif. Pada tahun 2011 jumlah industri kecil dan rumah tangga
di Kota Bima berjumlah 1.125 industri dengan menyerap 7.553 pekerja. Jumlah
tersebut masing-masing terjadi peningkatan 13,29% untuk jumlah industri dan
2,98% untuk penyerapan tenaga kerja bila dibandingkan dengan tahun 2010. Dari
1.125 industri tersebut 83,82% atau 943 unit usaha adalah industri non formal
sisanya adalah kelompok industri formal. Nilai produksi yang dihasilkan oleh industri
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-189
yang ada di Kota Bima tahun 2011 sebesar Rp. 72,6 miliar, dimana industri non
formal menyumbang Rp. 55,97 miliar.
Tabel 0-212. Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Menurut Kelompok Industri Formal dan Non Formal di Kota Bima
Kelompok Industri
Perusahaan Tenaga Kerja
Investasi Nilai
Produksi
1. Industri Logam, Mesin dan perekayasaan
524 3.097 15.700.400 27.059.805
Formal 98 246 3.893.590 11.762.441
Non Formal 426 2.851 11.806.810 15.297.364
2. Industri Kimia Agro Industri dan Hasil Hutan
601 4.456 27.331 45.544.070
Formal 84 346 5.994.800 4.866.700
Non Formal 517 4.092 21.336.200 40.677.370
Jumlah
Total 1.125 7.553 43.031.400 72.603.875
2010 993 7.334 41.809.100 72.603.875
2009 956 7.207 35.160.185 66.579.590
2008 801 6.867 29.447.635 49.041.633
Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Bima, 2011
2. Sub sektor Listrik dan Air Minum
Listrik. Kebutuhan listrik di Kota Bima terus meningkat dari tahun ke tahun.
Produksi listrik pada tahun 2011 mencapai 125,67 juta KWH. Listrik yang terjual
mengalami peningkatan dari 38 juta KWH di tahun 2010 menjadi 41,73 juta KWH
pada tahun 2011, dan dengan Jumlah pelanggan berjumlah 22.672 pelanggan
pelanggan.
Air Minum. Pada tahun 2011, jumlah air minum yang disalurkan sebanyak 819.341
m3 dengan nilai Rp. 3,5 miliar. Dari angka tersebut terjadi peningkatan 20,55%
volume air yang disalurkan dari tahun dengan kenaikan nilai jual sebesar 44,06%.
Pada tahun 2011 jumlah pelanggan PDAM Kota Bima 5.331 pelanggan naik 0,8% dari
tahun 2010. Sekitar 95,18% dari jumlah pelanggan keseluruhan adalah pelanggan
dari kategori rumah tangga.
e. Sektor jasa – jasa
Kontribusi sektor jasa-jasa khususnya jasa pemerintah umum terhadap PDRB pada
tahun 2011 berdasarkan harga berlaku tahun 2011 sebesar Rp 377.068,78 juta atau
29,2%, sedangkan jasa swasta hanya berperan 1,21%. Laju pertumbuhannya dalam
periode 2006-2010 berdasarkan harga konstan tahun 2000 sebesar 4,23% per tahun.
Kontribusi dari sektor jasa pemerintahan terhadap PDRB tahun 2011 berasal dari
jasa adminitrasi pemerintahan dan pertahanan senilai Rp 120.669,00 juta (94,78%),
jasa swasta sosial kemasyarakatan 6.638,66 juta (2,58%), jasa hiburan dan rekreasi
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-190
senilai Rp 472,19 juta (0,3%) serta jasa perorangan dan rumah tangga sebesar Rp
2.878,88 juta (2,26%) dari total PDRB pada harga konstan 2000.
3.11.3. Profil UMKM
UMKM yang terdapat di Kota Bima didominasi oleh industri pengolahan dengan
teknologi relatif sederhana, sedangkan industri berskala menengah dan besar dengan
teknologi relatif modern jumlahnya sangat terbatas. Kegiatan industri di Kota Bima
yang dominan adalah industri kecil dan menengah. Kegiatan industri dijalankan oleh
sejumlah UKM dengan kegiatan usaha industri yang meliputi, industri tenun ikat
tradisional, industri kerajinan, industri meubel, dan furnitur, industri pengolahan
makanan, industri genteng press dan usaha yang lainya.
Dilihat dari jenis industrinya, terlihat adanya pola persebaran industri kecil yang
berbeda dimasing-masing kecamatan. Kecamatan Rasanea Timur dan Raba
merupakan sentra industri tenun, sementara kecamatan Rasanea Barat dan Mpunda
merupakan sentra industri makanan.
Tabel 0-213. Jumlah Industri Kecil Menengah IKM/UKM dan Kerajinan Menurut Jenis Usaha Persebarannya di Kota Bima Tahun 2010
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan
Unit Usaha
Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan
Unit Usaha
Tenaga Kerja
Pangan Logam & Elektronika
1. Bawang Goreng Rasanae Timur 6 21 1. Bengkel Rasanae Barat 24 56
2. Es Batu Asakota 2 7 Rasanae
Timur
13 28
3. Es Krim Raba 1 2 Asakota 8 19
Rasanae Barat 1 7 Mpunda 20 42
4. Keripik Pisang Raba 1 8 Raba 20 69
Asakota 4 19 2. Bengkel Las Mpunda 57 21
5. Keripik Singkong Raba 1 8 Raba 7 22
6. Kerupuk Rasanae Timur 1 5 Rasanae
Timur
1 4
Mpunda 8 30 3. Kaleng Rasanae Barat 5 10
Raba 10 30 4. Pande Besi Rasanae Timur
7 37
7. Kue Basah Rasanae Timur 6 31 Raba 3 12
Asakota 8 24
Mpunda 17 42 Jumlah 40 118 320
Rasanae Barat 23 59
Raba 24 64 Bahan Bangunan dan Kimia
8. Kue Kering Asakota 8 24 1. Brng. Dari Semen Raba 3 10
Rasanae Barat 35 71 2. Batu Bata Rasanae
Timur
1 3
Raba 14 54 Asakota 44 87
Mpunda 7 15 Mpunda 3 9
9. Mie Rasanae Barat 4 22 3. Genteng Asakota 3 18
10. Penggil. Tepung Rasanae Barat 16 30 Mpunda 12 60
Raba 4 7 4. Meubel Bambu Mpunda 1 4
11. Roti Rasanae Barat 5 12 5. Meubel Kayu Rasanae
Timur
31 106
Raba 1 2 Asakota 23 92
12. Tahu/tempe Rasanae Barat 10 48 Raba 24 73
Rasanae Timur 4 18 Mpunda 13 49
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-191
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan
Unit Usaha
Tenaga Kerja
Jenis Industri Sentra/
Kecamatan
Unit Usaha
Tenaga Kerja
Mpunda 8 38 Rasanae Barat 10 30
Jumlah 54 230 707
Jumlah 36 165 541
Sandang
1. Bordir/ Menjahit Asakota 3 12
Rasanae Barat 4 9 Kerajinan
Mpunda 1 2 1. Anyaman
Bambu
Rasanae
Timur
18 86
2. Menjahit Rasanae Timur 8 17 Mpunda 5 21
Raba 22 41 2. Anyaman Rotan Rasanae
Timur
7 7
Mpunda 8 16 3. Gerabah Raba 1 15
3. Tenun Gedogan Rasanae Timur 62 486 4. Kerj. Songga Rasanae
Timur
1 7
Raba 111 647 Mpunda 1 3
Mpunda 8 24 5. Profil kayu Mpunda 1 4
Rasanae Brat 1 5
Jumlah 28 228 1.258 Jumlah 10 27 143
Jumlah Total
Sentra Unit Usaha Tenaga Kerja
168 768 2.969
Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Bima, (2009 dan 2011,diolah)
Pemasaran produk UMKM di Kota Bima masih terbatas di dalam wilayah Kabupaten,
sedangkan pemasaran produk UMKM yang keluar wilayah kabupaten, provinsi atau
ekspor masih sangat terbatas. Kendala yang dihadapai oleh UMKM di Kota Bima
adalah persaingan yang ketat dan kurangnya modal.
Kegiatan koperasi di Kota Bima tahun 2011 didukung ketersediaan koperasi
pedesaan sebanyak 3 unit dan koperasi perkotaan sebanyak 140 unit, dengan jenis
koperasi meliputi 3 Koperasi Unit Desa, 21 Koperasi Pegawai Negeri, dan 113
Koperasi lainya yang meliputi KSP, KSU, Koperasi Wanita, Koperasi Karyawan,
Koperasi Nelayan, Koperasi Peternakan, Koperasi pensiunan, Koperasi Tani,
Kopermas, Kopmas, Koperasi Pemuda dan Prinkoveri. Secara umum koperasi belum
berperan optimal dalam menggerakkan pengembangan sosial ekonomi masyarakat
karena adanya keterbatasan sumber daya, terutama manajemen dan permodalan
usaha.
3.11.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kota Bima
Realisasi dari peranan perbankan dalam rangka pembiayaan untuk UMKM serta
sebagai hasil dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang dilaksanakan
perbankan antara lain dapat dilihat dari perkembangan kredit perbankan untuk
pembiayaan UMKM. Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Kota Bima
pada November 2012 adalah sebesar Rp 194,9 miliar atau 3,94% dari total kredit
perbankan UMKM di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan kondisi
bulan November 2011, kredit UMKM pada November 2012 meningkat sebesar
133,22%. Walaupun terjadi fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara
keseluruhan dari periode Januari sampai November 2012, rata-rata kenaikan per
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-192
bulan adalah sebesar 9,84%. Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November
2012 dari total kredit UMKM sebesar Rp 194,9 miliar, sebagian adalah untuk skala
kredit kecil mencapai Rp 810,58 miliar (51,60%), kemudian diikuti oleh kredit skala
mikro mencapai Rp 57,7 miliar (29,6%). Sedangkan pangsa kredit skala menengah
sebesar Rp 36,6 miliar (18,79%).
Tabel 0-214. Perkembangan Baki Kredit UMKM menurut Klasifikasi Usaha Tahun 2012 di Kota Bima
Tahun Bulan
Klasifikasi Usaha
Total Kenaikan
(%) Mikro Kecil Menengah
(Jutaan Rp)
% (Jutaan
Rp) %
(Jutaan Rp)
%
2011 Nov 15.637 18,71 54.148 55,867 13.794 16,50 83.578 Des 17.745 20,10 55.867 63,27 14.684 16,63 88.296 2012 Jan 19.342 22,16 54.158 62,05 13.774 15,78 87.274 -1,16
Feb 21.202 23,64 54.448 60,72 14.022 15,64 89.671 2,75
Mar 22.711 23,32 60.250 61,86 14.436 14,82 97.398 8,62
Apr 22.418 21,47 62.817 60,17 19.170 18,36 104.404 7,19
Mei 24.352 22,44 63.343 58,46 20.717 19,09 108.502 3,93
Jun 26.253 22,94 67.391 58,88 20.808 18,18 114.452 5,48
Jul 88.970 40,98 107.465 49,50 20.645 9,51 217.080 89,67
Agust 47.531 27,34 105.399 60,64 20.895 12,02 173.825 -19,93
Sep 55.676 30,56 93.901 51,54 32.609 17,90 182.186 4,81
Okt 57.670 30,38 99.540 52,43 32.632 17,19 189.843 4,20
Nov 57.714 29,61 100.576 51,60 36.632 18,79 194.921 2,68
Rata rata kenaikan ( %) 9,84
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Berdasarkan jenis penggunaan, pada tahun 2012 penyaluran kredit UMKM oleh
Bank umum di Kota Bima dari bulan Januari - November mengalami peningkatan
secara fluktuatif, secara rata-rata pertumbuhan jumlah kredit UMKM berdasarkan
penggunaanya mengalami peningkatan 14,11% per tahun untuk modal kerja dan
2,33% per tahun untuk modal investasi. Penyaluran kredit masih didominasi oleh
kredit Modal kerja dengan nominal kredit sebesar Rp 1,13 triliun dengan pangsa
pasar sebesar 70,33% dari total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan,
selebihnya untuk kredit modal investasi sebesar Rp 423,45 miliar dengan pangsa
pasar sebesar 29,67%.
Tabel 0-215. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya
di Kota Bima Tahun 2012
Bulan
Modal Kerja Modal Investasi
(Jutaan Rp)
Porsi (%)
Kenaikan (%)
(Jutaan Rp)
Porsi (%)
Kenaikan (%)
Jan 55.422 63,50 -1,97 31.852 36,50 0,30
Feb 56.099 62,56 1,22 33.572 37,44 5,40
Mar 60.314 61,93 7,51 37.083 38,07 10,46
Apr 66.089 63,30 9,58 38.315 36,70 3,32
Mei 69.527 64,08 5,20 38,976 35,92 1,72
Jun 74.285 64,90 6,84 40.167 38,10 3,06
Kondisi Perekonomian Wilayah
III-193
Bulan
Modal Kerja Modal Investasi
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
(Jutaan
Rp)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%)
Jul 175.313 80,76 136,00 41.767 19,24 3,98
Agust 134.321 77,27 -23,38 39.503 22,73 -5,42
Sep 141.714 77,79 5,50 40.472 22,21 2,45
Okt 148.725 78,34 4,95 41.118 21,66 1,60
Nov 154.295 79,16 3,75 40.626 20,84 -1,20
Jumlah/Rata2 1.136.104 70,33 14,11 423.452 29,67 2,33
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Data statistik perbankan terkait pemberian kredit per sektor ekonomi UMKM di Kota
Bima hingga triwulan ke empat (Tw4) tahun 2012 (data bulan Oktober dan November)
dapat dilihat pada Tabel III-216.
Tabel 0-216. Kredit UMKM Sektoral Kota Bima Periode tahun 2012
SEKTOR EKONOMI Tw1
(Jutaan Rp)
Tw2 (Jutaan
Rp)
Tw3 (Jutaan
Rp)
Tw4 (Jutaan
Rp)
1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
4,276 4.974 4.768 2.135
2. Pertambangan dan Penggalian - - - -
3. Industri Pengolahan 4.750 5.716 8.058 4.248
4. Listrik, Gas dan Air - - - -
5. Kontruksi 5.438 4.875 5.210 4.248
6. Perantara Keuangan - - - -
7. Perdagangan, Hotel dan Restoran 198.645 238.212 482.829 315.375
8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial
- - - -
9. Pengangkutan Dan Komunikasi 1.996 2.400 8.793 6.187
10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
19.653 31.588 34.566 23.732
11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -
12. Jasa Pendidikan - - - -
13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -
14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya
- - - -
15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga
- - - -
16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya
- - - -
17. Jasa-jasa 39.585 39.594 28.868 28.552
18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -
19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -
Jumlah 274.343 327.359 573.091 384.764
Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012
Realisasi penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum mencapai Rp 384,76 miliar.
Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun 2012 terjadi peningkatan pada setiap
triwulan. Pertumbuhan kredit Pada triwulan kedua (Tw2) mencapai Rp 327,36 miliar
naik 19,32% dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp 274,3 miliar, dan triwulan
ketiga (Tw3) naik menjadi Rp 573 miliar atau 75,06% dari triwulan kedua (Tw2).
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
III-194
Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran dengan pangsa mencapai 72,41% atau Rp 198,6 miliar pada triwulan
pertama (Tw1), 72,77% atau Rp 238,2 miliar pada triwulan kedua (Tw2), 84,25% atau
Rp 482,83 miliar pada triwulan ketiga (Tw3), dan 81,97% atau Rp 315,37 miliar pada
triwulan keempat (Tw4 data pada bulan Oktober dan November). Kemudian diikuti
oleh sektor jasa-jasa yang masing-masing sebesar Rp 39,6 miliar pada triwulan
pertama (Tw1), Rp 39,8 miliar pada triwulan kedua (TW2). Pada triwulan ketiga (Tw3)
posisi kedua oleh sektor keuangan, real estate Rp 34,57 miliar. Pada triwulan ke
empat (Tw4) posisi kedua penyaluran kredit UMKM oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran dengan pangsa Rp 28,55 miliar.
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-1
BAB IV. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM
4.1. Kebijakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat
4.1.1. Kebijakan Jangka Panjang
4.1.1.1.Visi, Misi, dan Arah Pembangunan Jangka Panjang
Berdasarkan kondisi dan analisis terhadap geomorfologi dan lingkungan hidup,
demografi, ekonomi dan Sumber daya alam, sosial budaya dan politik, prasarana dan
sarana, serta pemerintahan di Nusa Tenggara Barat saat ini, dan prediksi dalam 20
(dua puluh) kedepan, maka visi Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat Tahun
2005 – 2025 adalah:
TERWUJUDNYA MASYARAKAT NUSA TENGGARA BARAT YANG BERIMAN, MAJU
DAN SEJAHTERA
Visi Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat Tahun 2005 – 2025 ini mengarah
pada pencapaian tujuan nasional, yaitu “masyarakat adil dan makmur” seperti
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan tujuan otonomi daerah, yaitu
“terwujudnya kesejahteraan masyarakat” seperti tertuang dalam UU Nomor 32 Tahun
2004. Disamping ”kemandirian dan kemajuan” sebagai prasyarat dalam memacu
ketertinggalan daerah.
BERIMAN adalah situasi dan kondisi spiritual masyarakat dalam penghayatan dan
pengamalan ajaran agama yang terwujud dalam masyarakat silaturrahmi yang
memiliki sikap menjunjung tinggi kerukunan hidup antar internal umat satu agama
dan antara umat agama yang satu dengan umat agama lainnya, saling menghargai,
saling memaafkan, tolong menolong, peduli serta jujur. Beriman juga dimaksudkan
bagi pencapaian rasa syukur untuk memperoleh limpahan rakhmat dan kasih sayang
dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga masyarakat berhasil melaksanakan
pembangunan yang tumbuh dan berkembang dinamis.
MAJU adalah gambaran kondisi dan situasi masyarakat Nusa Tenggara Barat yang
berkehendak dan mampu menerapkan IPTEK dalam mengelola Sumber daya alam
dan lingkungan hidup guna bergerak menuju suatu kehidupan yang lebih baik. Di
dalamnya juga terkandung makna MANDIRI yaitu kemampuan dan kapasitas yang
dimiliki untuk mampu melaksanakan pembangunan secara sinergis pada semua
aspek kehidupan bangsa. Daerah yang maju adalah daerah yang masyarakatnya
terjamin hak-haknya, terjamin rasa keamanan dan ketentraman dalam hidupnya.
Selain itu, daerah yang maju adalah daerah yang infrastrukturnya juga maju,
berfungsinya secara baik dan benar kelembagaan politik, kelembagaan hukum, dan
lembaga kemasyarakatan disertai meningkatnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan. Daerah yang mandiri adalah daerah yang mampu
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-2
mengembangkan keunggulan daerahnya, tidak tergantung pada daerah lain atau
pemerintah pusat, mampu mengatasi kerawanan, memiliki daya tahan yang tinggi
terhadap perkembangan dan gejolak dari luar. Kemandirian adalah masalah sikap
dan masalah budaya yang harus dicerminkan dalam aspek kehidupan ekonomi,
politik, dan sosial budaya.
SEJAHTERA mengandung makna bahwa masyarakat mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya yaitu pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, kesempatan
bekerja, rekreasi, ibadah, pelayanan publik serta hubungan sosial secara wajar
dalam suasana kelestarian lingkungan hidup. Terkandung juga makna di dalamnya
adalah KEADILAN di mana segenap komponen masyarakat mempunyai kesempatan
yang sama dalam meningkatkan taraf hidupnya, mendapatkan pekerjaan yang layak,
mendapatkan pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan sosial.
Disamping itu, keadilan tercermin dari adanya kesempatan yang sama dari semua
kelompok masyarakat dalam mengemukakan pendapat dan melaksanakan hak
politiknya, adanya perlindungan dan kesamaan di depan hukum, di dalamnya tidak
ada kesenjangan dan tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun baik antar
individu, antar gender, dan antar kelompok masyarakat.
Dalam mewujudkan visi Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat Tahun 2005 –
2025 tersebut ditempuh melalui 5 (lima) misi pembangunan daerah, yaitu:
1. Mewujudkan masyarakat beriman, bermoral, berbudaya, dan berkesadaran
hukum, yaitu terwujudnya masyarakat yang tangguh menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, budaya dan hukum dalam keseharian hidup dan kehidupannya serta
bertanggungjawab secara arif bijaksana dan taat azas.
2. Mewujudkan masyarakat sejahtera, yaitu pemenuhan hajat hidup masyarakat
mencakup kebutuhan sandang, pangan dan papan, pendidikan, kesehatan dan
lapangan kerja, keamanan dan keselamatan diri dan lingkungannya, serta
pemenuhan aktualisasi ekstensi diri dan kepribadian.
3. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan, yaitu terwujudnya
peningkatan hasil dan manfaat pembangunan yang ditujukan bagi kesejahteraan
seluruh masyarakat dalam tatanan hubungan kemitraan pemerintah dan
masyarakat yang berkeadilan, dalam kerangka supremasi hukum, penghormatan
dan penegakan hak-hak azasi manusia.
4. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah, yaitu terwujudnya kemampuan
dinamis mengembangkan diri dan profesionalisme masyarakat membangun
kesejahteraan fisik dan mental dalam tatanan hubungan harmonis yang didukung
kelestarian dan keberlanjutan pengelolaan Sumber daya alam dan lingkungan hidup
serta berkembangnya kearifan lokal, sebagai daya mampu keunggulan relatif
terhadap wilayah lain.
5. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan, yaitu pengelolaan dan pemanfaatan
Sumber daya alam, lingkungan hidup dan Sumber daya buatan bagi keberhasilan
pembangunan kesejahteraan generasi masa kini dengan memperhitungkan secara
cermat dan bertanggungjawab bagi kelangsungan hidup dan kehidupan generasi
mendatang.
Untuk mencapai tingkat kesejahteraan, keadilan, kemandirian dan kemajuan yang
diinginkan, arah pembangunan jangka panjang Daerah Nusa Tenggara Barat,
khususnya yang berkaitan dengan bidang kesejahteraan masyarakat dan
menumbuhkan daya saing daerah adalah sebagai berikut:
A. Mewujudkan Masyarakat Sejahtera
1. Menjamin Ketersediaan Pangan dan Gizi Masyarakat, diarahkan untuk:
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-3
a. Menjaga ketahanan dan kemandirian pangan daerah dengan mengembangkan
kemampuan produksi di daerah.
a. Memperkuat kelembagaan ketahanan pangan di daerah yang mampu
menjamin pemenuhan kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga yang
cukup, baik jumlah maupun mutu gizinya, aman, dan terjangkau;
b. Mengembangkan sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan
keragaman lokal.
2. Menyediakan Kebutuhan Hunian dan Lingkungan Permukiman yang Layak,
diarahkan untuk:
a. Menyelenggarakan pembangunan perumahan yang berkelanjutan, memadai,
layak dan terjangkau oleh daya beli masyarakat serta didukung oleh prasarana
dan sarana permukiman yang mencukupi dan berkualitas.
b. Membangkitkan potensi pembiayaan perumahan yang berasal dari
masyarakat.
3. Menyediakan Lapangan Kerja, diarahkan untuk:
a. Mendorong terciptanya sebanyak mungkin lapangan kerja formal serta
meningkatkan kesejahteraan pekerja di sektor informal.
b. Meningkatkan hubungan industrial yang harmonis dengan perlindungan yang
layak, keselamatan kerja yang memadai, serta penyelesaian perselisihan yang
memuaskan semua pihak.
c. Meningkatkan produktivitas pekerja agar dapat bersaing dan menghasilkan
nilai tambah yang tinggi.
4. Meningkatkan Kualitas Penduduk, diarahkan untuk:
a. Mengendalikan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk menuju terbentuknya
keluarga kecil berkualitas.
b. Memperbaiki persebaran penduduk yang lebih seimbang sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan.
c. Menata sistem administrasi kependudukan untuk mendukung perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan daerah.
5. Meningkatkan Pelayanan Dasar Pendidikan, diarahkan untuk:
a. Meningkatkan pelayanan pendidikan bagi semua lapisan masyarakat.
b. Menyediakan jalur, jenis dan jenjang pendidikan yang bermutu dan terjangkau
yang disertai dengan pembebasan biaya pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar.
c. Meningkatkan harkat dan kaulitas manusia.
d. Menumbuhkan kebanggaan kebangsaan dan akhlak mulia.
e. Meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas penduduk.
f. Memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi penduduk usia
produktif.
6. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan, diarahkan untuk:
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
b. Meningkatkan perilaku dan kemandirian masyarakat;
c. Melakukan upaya-upaya promotif dan preventif.
7. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial, diarahkan untuk:
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang berkualitas
termasuk pemberdayaan sosial yang tepat guna bagi masyarakat Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
b. Menyediakan sarana pelayanan sosial yang memadai.
c. Meningkatkan kualitas SDM kesejahteraan sosial.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-4
d. Mengembangkan, menata dan menyusun sistem perlindungan dan jaminan
sosial untuk memastikan dan memantapkan pemenuhan hak-hak masyarakat
akan pelayanan sosial dasar.
e. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum.
B. Mewujudkan Kemandirian dan Daya Saing Daerah
1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia, diarahkan untuk:
a. Mememperbaiki Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
b. Mencapai penduduk tumbuh seimbang yang ditandai dengan angka
reproduksi netto (NRR) sama dengan 1, atau angka fertilitas total (TFR) sama
dengan 2,1.
c. Memberdayakan perempuan dan anak melalui peningkatan kualitas hidup dan
peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan anak, penurunan
tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi terhadap perempuan dan
anak, serta penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender.
d. Meningkatkan kualitas dan peran pemuda dalam berbagai bidang
pembangunan.
e. Meningkatkan budaya olah raga dan prestasi olah raga di kalangan
masyarakat.
2. Meningkatkan Perekonomian Daerah, diarahkan untuk:
a. Memperkuat basis keunggulan komparatif daerah menjadi keunggulan
kompetitif yang berdaya saing tinggi.
b. Membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan antar
pusat-pusat pengembangan ekonomi.
c. Mengembangkan prinsip demokrasi ekonomi yang menjamin kesempatan
berusaha dan bekerja bagi seluruh masyarakat dan mendorong tercapainya
penanggulangan kemiskinan.
d. Mengembangkan kelembagaan ekonomi dengan menerapkan prinsip-prinsip
tata kelola pemerintahan yang baik.
e. Mengembangkan dan melaksanakan iklim persaingan usaha yang sehat dan
perlindungan konsumen.
f. Mengembangkan koperasi dan meningkatkan daya saing Usaha Kecil
Menengah (UKM).
g. Memperkuat struktur perekonomian daerah agar terwujud ketahanan ekonomi
yang tangguh.
h. Mendorong investasi untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas.
i. Meningkatkan efisiensi, modernisasi dan nilai tambah sektor pertanian dalam
arti luas (tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, dan peternakan),
kelautan dan perikanan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani dan
nelayan dan dalam kaitannya dengan pengentasan kemiskinan,
keterbelakangan, dan ketahanan pangan.
j. Mewujudkan industri yang berdaya saing dengan basis keunggulan
komparatif.
k. Mendorong berkembangnya industri jasa, termasuk jasa infrastruktur dan
keuangan.
l. Meningkatkan kuantitas dan kualitas komoditas ekspor daerah.
m. Menjamin ketersediaan bahan pokok dan barang strartegis lainnya di daerah
dalam harga yang terjangkau.
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-5
n. Mengembangkan kepariwisataan agar mampu meningkatkan citra daerah,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, dan perluasan kesempatan
kerja.
o. Memperbaiki pengelolaan keuangan negara melalui pengelolaan APBD yang
bertumpu pada sistem penganggaran yang transparan, akuntabel dan dapat
menjamin efektivitas pemanfaatan.
p. Meningkatkan efektivitas penerimaan asli daerah.
3. Meningkatkan Penguasaan, Pemanfaatan dan Penciptaan Iptek, diarahkan untuk:
a. Mendukung ketahanan pangan, ketersediaan energi, penciptaan dan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
b. Mengembangkan SDM iptek, meningkatkan anggaran riset, meningkatkan
sarana dan prasarana iptek.
4. Membangun Jaringan Infrastruktur Perhubungan yang Handal dan Terintegrasi,
diarahkan untuk:
a. Mendorong transaksi perdagangan sebagai sumber pergerakan orang, barang
dan jasa yang menjadi pangsa pasar bisnis transportasi melalui politikal
trading yang saling menguntungkan.
b. Menciptakan jaringan pelayanan secara inter dan antarmoda angkutan melalui
pembangunan prasarana dan sarana transportasi.
c. Mendorong seluruh stakeholder untuk berpartisipasi dalam penyediaan
pelayanan mulai dari tahap perencanaan, pembangunan, dan
pengoperasiannya.
d. Menghilangkan segala macam bentuk monopoli agar dapat memberikan
alternatif pilihan bagi pengguna jasa.
e. Meningkatkan keberpihakan terhadap pelayanan kepada masyarakat.
4.1.1.2. Tahapan dan Skala Prioritas
Untuk mencapai sasaran pokok sebagaimana dimaksud dalam arah pembangunan
Provinsi, maka pembangunan jangka panjang membutuhkan tahapan dan skala
prioritas yang menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka menengah.
Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan mencerminkan urgensi dan
kesinambungan pembangunan yang utuh dan komprehensif dari berbagai aspek
pembangunan daerah. Oleh karena itu titik tekan dalam skala prioritas pada setiap
tahapan akan berbeda-beda atau masih juga sama tergantung luas permasalahan
yang ada, tetapi harus berkesinambungan dari prioritas ke prioritas berikutnya.
Setiap sasaran pokok dalam 5 (lima) Misi Pembangunan jangka panjang daerah dapat
ditetapkan prioritasnya ke dalam masing-masing tahapan sebagai berikut:
a. RPJM Daerah ke 1 (2005-2008)
Berlandaskan pelaksanaan dan pencapaian pembangunan tahap sebelumnya RPJM
Daerah I diarahkan untuk menata kembali dan membangun NTB disegala bidang
terutama ditujukan penataan Infrastruktur dan peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia dalam menciptakan NTB yang Beriman, Maju dan Sejahtera.
1. Membaiknya infrastruktur yang ditunjukkan oleh meningkatnya kualitas dan
kuantitas berbagai sarana penunjang pembangunan meliputi :
a) Percepatan pembangunan infrastruktur yaitu ditekankan pada pembangunan
infrastruktur, pemeliharaan, dan memulihkan kinerja pelayanan dengan titik
berat pada perbaikan infrastruktur.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-6
b) Perluasan kapasitas infrastruktur dengan fokus pembangunan infrastruktur baru
yang diarahkan pada infrastruktur didaerah terpencil, tertinggal dan terbelakang
sehingga tersedia infrastruktur yang mampu melayani seluruh masyarakat pada
semua wilayah Nusa Tenggara Barat.
c) Untuk menunjang transparansi dan akuntabilitas pelayanan, standar pelayanan
minimun dibidang infrastruktur maka perlu ditingkatkan pembangunan jalan,
jembatan, Sumber daya air, transportasi, perumahan dan pemukiman,
ketenagalistrikan sebagai wujud peningkatan kualitas pelayanan pemerintah
dibidang infrastruktur.
2. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia adalah meningkatnya kualitas manusia
yang tercermin dari terpenuhinya hak-hak sosial rakyat termasuk didalamnya
memeluk agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya yang secara rinci
sasarannya mencakup :
1. Pendidikan dan kesehatan:
Meningkatnya akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatnya
mutu pendidikan yang ditandai oleh menurunnya penduduk yang buta
huruf, meningkat nya secara nyata prosentase penduduk yang dapat
menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun.
Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat
yang ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya angka
kematian bayi dan kematian ibu melahirkan serta prevalensi gizi kurang
pada anak balita.
Meningkatnya perlindungan dan kesejahteraan sosial.
Terkendalinya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya keluarga kecil
berkualitas.
Meningkatnya pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama.
2. Penanggulangan Kemiskinan adalah berkurangnya kesenjangan pembangunan
baik kesenjangan pendapatan maupun kesenjangan antardaerah . Prosentase
kemiskinan diupayakan menurun setiap tahunnya :
Dengan lintas program untuk meningkatkan kecukupan pangan, pemberian
pelayanan kesehatan dan pendidikan, pemenuhan hak atas pekerjaan dan berusaha,
perumahan, air bersih, tanah, lingkungan, Sumber daya alam, rasa aman dan
berpartisipasi dalam pembangunan.
b. RPJM Daerah ke 2 (2009-2013)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM Daerah ke-
1, RPJM Daerah ke-2 ditujukan untuk melanjutkan dan memantapkan kembali
program RPJM Daerah ke -1 di segala bidang dengan menekankan upaya
peningkatan pembangunan infrastruktur dan Sumber Daya Manusia termasuk
pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing
perekonomian.
Percepatan pembangunan infrastruktur masih dilanjutkan dengan penekanan pada
ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang yang sesuai
dengan berkembangnya jaringan infrastruktur, transportasi, terpenuhinya pasokan
tenaga listrik yang cukup sesuai kebutuhan daerah baik dipedesaan maupun
diperkotaan, serta dimulainnya pembangunan pembangkit tenaga listrik dibeberapa
tempat di Nusa Tenggara Barat, terwujudnya konservasi Sumber daya air yang
mampu menjaga keberlanjutan fungsi Sumber daya air dan pengembangan Sumber
daya air serta tersedianya air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-7
a. Dalam rangka pencapaian pembangunan dibidang pendidikan dan kesehatan maka
kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat ditunjukkan oleh tersedianya
Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berdaya saing, antara lain ditandai oleh
meningkatnya akses, tingkat kualitas, dan relevansi pendidikan seiring dengan
makin efisien dan efektifnya manajemen pelayanan pendidikan; meningkatnya
kemampuan Iptek; meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat;
meningkatnya kesejahteraan. Sejalan dengan tingkat kemajuan pembangunan
Sumber Daya Manusia yang beriman, maju dan sejahtera.
b. Penanganan penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan melalui program-
program secara bertahap, mengupayakan terjadinya koordinasi antar sektor, antara
pusat dan daerah untuk terwujudnya sinkronisasi dan keterpaduan melalui
mekanisme yang konsisten, sehingga terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang
ditandai dengan membaiknya berbagai indikator Sumber Daya Manusia,
meningkatnya pendapatan perkapita, menurunnya angka kemiskinan, tingkat
pengangguran, menurunnya kesenjangan kesejahteraan antara individu dan antar
kelompok masyarakat.
c. RPJM Daerah ke 3 (2014 – 2018)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM Daerah ke-
2, RPJM Daerah ke-3 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara
menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada peningkatan produksi dan
daya saing perekonomian berlandaskan keunggulan Sumber daya alam, Sumber
Daya Manusia berkualitas, kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
Sejalan dengan kondisi infrastruktur yang tersedia dengan Sumber Daya Manusia
yang memiliki daya saing, maka peningkatan kemampuan petani dan nelayan dan
penguatan lembaga pendukungnya antara lain dengan revitalisasi penyuluhan
lembaga pertanian dan perdesaan agar akses petani terhadap Sumber daya produktif
dan skala usaha petani dan nelayan meningkat.
Menjaga ketahanan pangan melalui upaya ketersediaan/produksi pangan daerah,
distribusi, diversifikasi pangan, termasuk pemanfaatan potensi hutan untuk
mendukung diversifikasi dan usaha produksi pangan.
Dengan semakin terpadunya industri pertanian, kelautan, Sumber daya alam lainnya
secara berkelanjutan, terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh
makin mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha, makin selarasnya
pembangunan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi dan industri serta
terlaksananya penataan kelembagaan ekonomi untuk mendorong peningkatan
efisiensi, produktivitas, penguasaan dan penerapan teknologi oleh masyarakat dalam
kegiatan perekonomian.
d. RPJM Daerah ke 4 (2019 – 2023)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM Daerah ke-
3, RPJM Daerah ke-4 ditujukan untuk mewujudkan masyarakat yang beriman, maju,
dan sejahtera melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan
berdaya saing.
Struktur perekonomian daerah yang makin maju dan kokoh ditandai dengan daya
saing perekonomian yang kompetitif dan berkembangnya keterpaduan antara
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-8
industri, pertanian, kelautan, Sumber daya alam, dan sektor jasa. Lembaga dan
pranata ekonomi telah tersusun, tertata, serta berfungsi dengan baik. Kondisi
tersebut didukung oleh keterkaitan antara pelayanan pendidikan, dan kemampuan
Iptek yang makin maju sehingga mendorong perekonomian yang efisien dan
produktivitas yang tinggi; serta berkembangnya usaha dan investasi dalam rangka
mendukung pertumbuhan perekonomian nasional. Sejalan dengan itu, pertumbuhan
ekonomi yang semakin berkualitas dan berkesinambungan dapat dicapai sehingga
pendapatan per kapita pada akhir periode RPJP Daerah mencapai kesejahteraan
setara dengan daerah-daerah maju lainnya dengan tingkat pengangguran terbuka
dan jumlah penduduk miskin yang makin rendah.
e. RPJM Daerah ke 5 (2024 – 2025)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM Daerah
ke-4, RPJM Daerah ke-5 ditujukan untuk mewujudkan masyarakat yang beriman,
maju, dan sejahtera melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan
berdaya saing.
Kondisi beriman, maju dan sejahtera akan terwujud dengan terselenggaranya
jaringan transportasi yang handal, tercapainya pemenuhan kebutuhan air bersih,
energi listrik, dan terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukung bagi masyarakat di seluruh wilayah Nusa Tenggara
Barat.
Dalam rangka memantapkan pembangunan yang berkelanjutan, keanekaragaman
hayati dan keanekaragaman budaya serta kekhasan Sumber daya alam terus
dipelihara dan dimanfaatkan untuk terus mempertahankan nilai tambah dan daya
saing daerah memasuki pasar global.
4.1.2. Kebijakan Jangka Menengah
4.1.2.2. Visi
Arah kebijakan pembangunan Nusa Tenggara Barat pada tahap kedua RPJP , selain
dimaksudkan melanjutkan pencapaian RPJM tahap I yang lebih difokuskan pada
percepatan pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas sumber daya manusia
dan upaya pengentasan kemiskinan, maka RPJMD tahap II lebih ditingkatkan untuk
mendongkrak daya saing daerah.
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang
yang ada di Nusa Tenggara Barat serta mempertimbangkan budaya yang hidup
dalam masyarakat, maka Visi Pemerintahan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat
tahun 2009–2013 adalah:
"TERWUJUDNYA MASYARAKAT NUSA TENGGARA BARAT
YANG BERIMAN, DAN BERDAYA SAING”
Memperhatikan visi tersebut serta perubahan paradigma dan kondisi yang akan
dihadapi pada masa yang akan datang, diharapkan Provinsi Nusa Tenggara Barat
dapat lebih berperan dalam perubahan yang terjadi di lingkup nasional, regional,
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-9
maupun global. Penjabaran makna dari Visi Nusa Tenggara Barat tersebut adalah
sebagai berikut :
Kata “masyarakat NTB” mengandung pengertian seluruh warga masyarakat yang ada
di wilayah NTB.
Kata “beriman” berarti masyarakat yang agamis atau religius, yang melaksanakan
ajaran agama dengan baik, berakhlak mulia dan saling menghargai satu sama lain
dalam keberagaman sosial budaya.
Kata “berdya saing” mengandung makna kemampuan masyarakat NTB baik secara
individu atau kolektif untuk berupaya meraih prestasi, memiliki kompetensi dan
kemampuan berinovasi menjawab tantangan zaman, sehingga masyarakat NTB
terdongkrak harkat hidup dan martabatnya.
Visi NTB bersaing muncul karena kondisi obyektif masyarakat NTB yang terpuruk.
Disadari betul NTB ingin menjajarkan diri dengan daerah lain, maka program
percepatan pembangunan di segala bidang menjadi kata kuncinya. Oleh karena itu
Pembangunan sektor pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi masyarakat,
dan pembangunan infrastruktur sangatlah strategis.
4.1.2.3. Misi
Agar visi tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong efektivitas dan efisiensi
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Provinsi Nusa Tenggara
Barat, yang didalamnya mengandung gambaran tujuan serta sasaran yang ingin
dicapai sebagai berikut:
1. mengembangkan masyarakat Madani yang berakhlak mulia, berbudaya, menghormati
prulalitas dan kesetaraan gender
2. meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkeadilan, terjangkau dan
berkualitas
3. menumbuhkan ekonomi berbasis sumber daya lokal dan mengembangkan investasi
dengan mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan
4. melakukan percepatan pembangunan infrastruktur strategis dan penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
5. menegakkan supremasi hukum, pemerintahan yang bebas KKN dan memantapkan
otonomi daerah
4.1.2.4. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari misi yang ditetapkan:
1. meningkatkan kesejahteraan masyarakat
2. meningkatkan pelayanan publik
3. meningkatkan daya saing daerah
4. meningkatkan daya tahan dan daya tangkal masyarakat
5. meningkatkan citra daerah
6. meningkatkan harkat dan martabat masyarakat
7. mengoptimalkan pembangunan yang berkelanjutan
8. meningkatkan kesadaran dan penegakan hukum aparat dan masyarakat.
Sasaran dari tujuan yang ditetapkan:
1. Terwujudnya masyarakat sejahtera
2. Terwujudnya masyarakat religius
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-10
3. Terwujudnya masyarakat berbudaya dan beretika
4. Terwujudnya masyarakat sehat
5. Terwujudnya masyarakat cerdas dan terampil
6. Terwujudnya masyarakat berwawasan iptek
7. Terwujudnya masyarakat berwawasan global
8. terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender di berbagai aspek
9. Terwujudnya usaha pengolahan berbasis pertanian
10. Terwujudnya iklim usaha yang kondusif
11. Terwujudnya pembangunan daerah yang seimbang dan merata
12. Terwujudnya ketahan dan kemandirian pangan daerah
13. terwujudnya masyarakat “sadar wisata”
14. Terwujudnya tenaga kerja yang produktif dan terampil
15. Terwujudnya kawasan strategis, cepat tumbuh dan tertinggal
16. terwujudnya kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang terpadu dan
berkelanjutan
17. Terwujudnya masyarakat yang kreatif dan inovatif
18. Terwujudnya sistem pelayanan publik yang transparan, berkepastian hukum
dan tepat waktu
19. Terwujudnya infrastruktur yang memadai
20. Terwujudnya tataruang yang serasi selaras dan produktif
21. Terwujudnya lingkungan perumahan dan pemukiman sehat
22. Tersedianya sistem transportasi terpadu
23. Terwujudnya sistem komunikasi dan informasi antar wilayah
24. Terpenuhinya air baku yang memadai
25. Terpenuhinya kebutuhan energi yang memadai
26. Terwujudnya lingkungan lestari
27. Tersedianya sistem pengelolaan lingkungan berbasis sistem mitigasi bencana
28. Terwujudnya aparatur yang bersih dan profesional
29. Terwujudnya tatalaksana penyelenggaraan pemerintahan yang baik
30. Terwujudnya masyarakat yang taat dan sadar hukum
31. Terwujudnya daerah yang aman dan tertib
32. Terwujudnya masyarakat sadar berpolitik
33. Terwujudnya sistem administrasi kependudukan yang berkelanjutan
4.1.2.5. Strategi, Arah dan Kebijakan Umum
Untuk mempercepat implementasi pencapaian visi dan misi, maka perlu
dikembangkan strategi, arah kebijakan dan kebijakan umum sehingga dinamika
pembangunan tetap terarah. Strategi merupakan pemikiran-pemikiran konseptual
analitis dan komprehensif tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk
memperlancar atau memperkuat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
Tabel IV-1. Isu Strategis, Strategi, Arah Kebijakan Dan Kebijakan Umum Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-11
ISU
STRATEGIS STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KEBIJAKAN UMUM
Tingginya
angka
kemiskinan,
pengangguran
dan
kesenjangan
sosial
Revitalisasai
dan akselerasi
pelayanan
sosial dasar dan
akses terhadap
sumber daya
ekonomi
1. Peningkatan kualitas
pelayanan terhadap hak-
hal dasar manusia
1. Mempercepat pemenuhan
pelayanan kebutuhan
dasar masyarakat miskin
2. Peningkatan aksessibilitas
masyarakat terhadap
sumber modal, sarana
prasarana ekonomi
2. Mendorong tumbuh dan
berkembangnya lembaga
keuangan mikro dan
sarana pendukung
perekonomian sampai
tingkat pedesaan.
3. Peningkatan pendapatan
masyarakat
3. Mendorong tumbuh dan
berkembangnya pusat-
pusat agribisnis dan
agroindustri.
4. Mendorong tumbuh and
kembangnya wilayah
strategis dan cepat
tumbuh.
Misi ke (3) RPJMD tahap II yaitu menumbuhkan ekonomi berbasis sumber daya lokal
dan mengembangkan investasi dengan mengedepankan prinsip pembangunan
berkelanjutan sebagai upaya penanggulangan terhadap tingginya angka kemiskinan,
banyaknya pengangguran dan kesenjangan sosial yang terjadi pada masyarakat
hendak diwujudkan dengan strategi revitalisasi dan akselerasi pelayanan sosial dasar
dan akses terhadap sumber daya ekonomi. Atas dasar strategi tersebut dirumuskan
arah kebijakan dan kebijakan umum sebagaimana tertera pada Tabel 4.1.1.
Strategi, arah kebijakan dan kebijakan umum pembangunan yang telah ditetapkan
selanjutnya dijabarkan dalam berbagai program yang akan menjadi acuan bagi setiap
SKPD dalam menyusun rencana strategis (Renstra), termasuk para pemangku
kepentingan untuk berperan serta dalam pembangunan. Dari 3 arah kebijakan
umum yang dirumuskan (Tabel IV-2).
Tabel IV-2. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Arah
Kebijakan Kebijakan Umum Urusan Program
Peningkatan
aksessibilitas
masyarakat
terhadap
sumber
modal, sarana
prasarana
ekonomi
Mendorong
tumbuh dan
berkembangnya
lembaga
keuangan mikro
dan sarana
pendukung
perekonomian
sampai tingkat
Koperasi dan
Usaha Kecil
Menengah
1. Penciptaan iklim usaha-usaha kecil
menengah yang kondusif
2. Pengembangan kewirausahaan dan
keunggulan kompetitif Usaha Kecil
Menengah
3. Pengembangan sistem pendukung
usaha bagi UKM
4. Peningkatan kualitas kelembagaan
koperasi
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-12
Arah
Kebijakan Kebijakan Umum Urusan Program
pedesaan. Perdagangan 1. Pembinaan pedagang kaki lima dan
asongan
2. Pengembangan pasar lelang forward
agro
Perindustrian 1. Pengembangan industri kecil dan
menengah
2. Peningkatan kemampuan teknologi
industri
3. Pengembangan sentra-sentra
industri potensial
Pemberdayaan
Masyarakat dan
Pemerintahan
Desa
1. Pengembangan Lembaga Ekonomi
Pedesaan
2. Peningkatan peran perempuan di
pedesaan
Kelautan dan
Perikanan
1. Pemberdayaan ekonomi masyarakat
pesisir
2. Pemberdayaan masyarakat dalam
pengawasan dan pengendalian
sumber daya kelautan
3. Pengembangan perikanan budidaya
4. Pengembangan perikanan tangkap
5. Pengembangan sistem penyuluhan
perikanan
6. Optimalisasai pengelolaan dan
pemasaran produksi perikanan
Pertanian 1. Peningkatan kesejahteraan petani
2. Peningkatan ketahanan pangan
3. Peningkatan penerapan teknologi
pertanian
4. Peningkatan produksi pertanian
5. Pemberdayaan PPL
6. Pencegahan dan penanggulangan
HPT
7. Peningkatan produksi hasil
pertanian
8. Peningkatan pemasaran hasil
produksi pertanian
Ketahanan
Pangan
1. Peningkatan ketahanan pangan
2. Peningkatan kesejahteraan petani
Mendorong
tumbuh dan
kembangnya
wilayah strategis
dan cepat
tumbuh.
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-13
4.1.3. Kebijakan Perbankan Dalam Pengembangan UMKM
UMKM mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat
dilihat dari peran UMKM dalam penciptaan PDB nasional menurut harga berlaku
tercatat sebesar Rp3.466,4 triliun atau 57,12% dari total PDB nasional. Selain itu,
UMKM memiliki kemampuan menyerap tenaga kerja (menyerap 97,3% dari total
angkatan kerja yang bekerja) dan memiliki jumlah yang besar dari total unit usaha di
Indonesia serta kontribusi yang cukup besar terhadap investasi di Indonesia yaitu
sebesar Rp222,74 Triliun atau 51,80% dari total investasi pada tahun 2008. Pada
tahun 2010 kontribusi tersebut meningkat menjadi Rp927,1 triliun atau 48,20
persen dari total investasi nasional (BPS, Kemenkop 2011).
Mengingat penting dan strategisnya peranan UMKM, Pemerintah telah mengambil
berbagai kebijakan dan program untuk memperkuat dan mengembangkan UMKM.
Mengacu kepada pada ASEAN Policy Blue Print for SME Development (APBSD) 2004-
2014, pengembangan UMKM dilaksanakan melalui lima program yaitu program
pengembangan kewirausahaan, peningkatan kemampuan pemasaran, akses kepada
keuangan, akses kepada teknologi dan kebijakan yang kondusif. Program tersebut
telah dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, akan tetapi masih
belum sepenuhnya berhasil untuk mengembangkan UMKM . Hal ini antara lain
terkait dengan masih belum terselesaikannya masalah dan kendala yang dihadapi
dalam pengembangan UMKM.
Pengembangan UMKM ini masih menghadapi masalah dan kendala yang bersifat
internal maupun eksernal. Pada faktor internal adalah (1) Kurangnya Permodalan
dan Terbatasnya Akses Pembiayaan Permodalan, (2) lemahnya struktur permodalan
(3) Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berdampak kepada rendahnya
kualitas SDM yang berdampak pada rendahnya produktivitas dari UMKM,
rendahnya kualitas hasil produksi, kurangnya inovasi dan teknologi yang dimiliki
UMKM serta lemahnya akses pasar dan pemasaran. Pada faktor eksternal, salah
satunya yang berkaitan dengan permodalan dan pembiayaan adalah terbatasnya
akses pembiayaan khususnya dari sektor perbankan. Kendala UMKM terhadap kredit
bank ini bisa ditinjau dari sisi permintaan dan panawaran. Dari sisi permintaan,
UMKM memiliki karakteristik yang cukup unik dimana pada umumnya UMKM tidak
memiliki informasi keuangan yang transparan dan terorganisir yang menyebabkan
pemberi kredit memiliki kesulitan dalam memperoleh informasi mengenai kondisi
keuangan dan usaha dari UMKM. Hal tersebut dapat menyebabkan bank kesulitan
dalam meminimalisir risiko default atas kredit yang dapat disalurkan kepada UMKM.
Dari sisi penawaran kredit, keengganan bank dalam memberikan kredit terhadap
UMKM terutama disebabkan oleh keterbatasan aset yang dapat dijadikan sebagai
jaminan (collateral), ketidakpastian bisnis di masa depan, lemahnya manajemen
keuangan, dan kurangnya track record.
Dalam kaitan dengan akses kepada keuangan ini, Bank mempunyai peranan yang
sangat penting dalam pengembangan UMKM. karena umumnya usaha kecil dan
menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup,
yang mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas. UMKM
merupakan usaha yang sangat sensitif akan modal dan sangat membutuhkan dana
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-14
dalam menjalankan usahanya. Untuk itu diperlukan lembaga yang bersedia
memberikan suntikan modal bagi seluruh UKM agar dapat maju dan bertahan. Salah
satu lembaga yang bersedia meminjamkan modal kepada UKM adalah perbankan.
Bank yang menurut UU RI no. 10 tahun 1998 adalah “badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana
dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Seperti pada pengertiannya, yang pada
intinya perbankan merupakan badan usaha yang selain menghimpun dana dari
masyarakat juga berkewajiban untuk menyalurkannya kembali.
Dalam rangka meningkatkan akses UMKM terhadap sumber pembiayaan kepada
Bank, Bank Indonesia telah mengambil kebijakan dan strategi yang secara garis
besar terdiri dari kebijakan supply side yang difokuskan dalam upaya mendorong dan
memberikan insentif bagi bank dalam pemberian kredit kepada UMKM dan kebijakan
demand side, yang diarahkan dalam upaya meningkatkan elijibilitas dan kapabilitas
UMKM sehingga mampu memenuhi persyaratan dari bank (bankable). Bentuk
kebijakan supply side adalah: (i) penerbitan dan penyempurnaan pengaturan kepada
perbankan dengan tujuan mendorong pemberian kredit kepada UMKM, (ii)
peningkatan kerjasama (kemitraan strategis) dengan pemerintah dan (iii) penguatan
lembaga penunjang.
Kebijakan dan strategi penerbitan dan penyempurnaan pengaturan kepada
perbankan Bank Indonesia menetapkan ‘target kredit produktif’ yang harus dipenuhi
oleh masing-masing kelompok usaha bank. Termasuk didalamnya adalah ‘kredit
UMKM’ sebesar minimum 20%. Kepada perbankan yang telah menunjukan
keberpihakannya kepada UMKM akan diberikan perlakuan khusus (insentif) dalam
persyaratan pembukaan jaringan kantor bank. Untuk mengurangi hambatan terkait
tingginya sukubunga pada segmen kredit mikro, Bank Indonesia akan mendorong
kompetisi yang sehat pada segmen mikro, antara lain melalui publikasi Suku Bunga
Dasar Kredit Mikro (SBDKM). Dalam hubungan ini tindak lanjut yang dilakukan oleh
perbankan antara lain dalam bentuk pengembangan unit-unit pelayanan kredit
untuk UMKM.
Berbagai program kerja yang dilaksanakan terkait peningkatan kemitraan strategis
yaitu sebagai counterpart dalam program Kredit Usaha Rakyat (KUR), terutama untuk
mendorong peningkatan penyaluran KUR. Bersama dengan kemeterian pertanian dan
perusahaan asuransi mendorong diterbitkannya ‘Asuransi Pertanian’. Terbatasnya
collateral yang dimiliki oleh UMKM mendorong dilakukannya kerjasama BI dengan
BPN dalam pelaksanaan sertifikasi lahan. Dalam rangka penguatan kelembagaan, BI
dan Kemeterian Keuangan (Bapepam – LK) telah memfasilitasi pendirian Perusahaan
Penjaminan Kredit Daerah (PPKD). Mendorong kemampuan Pusat Pengembangan
Pendamping Usaha Kecil dan Menengah (P3UKM) dan Konsultan Keuangan Mitra
Bank (KKMB).
Dalam kaitan dengan kebijakan demand side, adalah kebijakan yang diarahkan
dalam upaya meningkatkan elijibilitas dan kapabilitas UMKM sehingga mampu
memenuhi persyaratan dari bank (bankable), beberapa program dan kegiatan yang
dilaksanakan antara lain adalah:
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-15
(i) kegiatan penelitian, antara lain Penelitian Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU)
unggulan UMKM yang dilaksanakan di setiap provinsi, dan penelitian pola
pembiayaan (lending model) usaha kecil yang bertujuan memberikan informasi untuk
mendorong pengembangan UMKM dan sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan
untuk akselerasi kredit UMKM (research based policy).
(ii) pelatihan dan pendampingan, salah satunya melalui pengembangan klaster.
Tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah untuk menigkatkan elijibilitas dan
bankabilitas UMKM serta meningkatkan expertise perbankan mengenai UMKM.
Bentuk kegiatan pelatihan in berupa: Pelatihan kepada UMKM anggota Klaster
untuk meningkatkan kinerja UMKM sehingga layak dibiayai oleh bank, Pelatihan
kepada BDSP (Business Development Service Provider) atau KKMB (Konsultan
Keuangan Mitra Bank) yang selanjutnya akan melakukan pendampingan kepada
UMKM, dan Pelatihan kepada Account Officer (AO) Bank Umum dan BPR mengenai
karakteristik UMKM. Salah satu bentuk pendampingan yang dilakukan berupa
pendampingan kepada petani budidaya rumput laut yang tergabung dalam klaster di
Kabupaten Lombok Barat.
(iii) Penyediaan informasi dan Bazar intermediasi, tujuan dari kegiatan ini adalah
sebagai sarana untuk diseminasi informasi mengenai karakteristik UMKM dan
sebagai wadah untuk penyebaran informasi mengenai UMKM yang potensial untuk
dibiayai kepada perbankan. Penyediaan informasi ini dilakukan oleh BI dalam bentuk
leaflet, buku-buku maupun website info UMKM yang dapat diakses dalam website BI
(www.bi.go.id).
4.2. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat
Rendahnya pertumbuhan ekonomi daerah yang rendah dapat menyebabkan
kemampuan daerah untuk menciptakan lapangan pekerjaan menjadi sangat
terbatas, sehingga dapat mengakibatkan rendah dan menurunnya tingkat
kesejahteraan masyarakat, meningkatnya penduduk miskin dan dapat memunculkan
berbagai masalah sosial yang sangat mendasar. Dari kondisi faktual yang terjadi
dalam beberapa kurun waktu di Kabupaten Lombok Barat, nilai investasi ekonomi
terutama untuk sektor andalan masih sangat minim. Hal ini terjadi sebagai agregat
dari masalah ekonomi, infrastruktur dan kondusivitas keamanan daerah yang belum
optimal. Hal ini juga terkait dengan masih minimnya kerangka informasi dan regulasi
yang baik untuk menarik investasi ke wilayah Kabupaten Lombok Barat. Dengan Visi
Pembangunan Kabupaten Lombok Barat periode 2010 – 2014 adalah “Terwujudnya
Masyarakat Lombok Barat yang Maju, Mandiri dan Bermartabat Dengan Dilandasi
Nilai-Nilai Patut Patuh Patju“. Dilandasi Nilai – Nilai Patut Patuh Patju, mengandung
arti perwujudan masyarakat Kabupaten Lombok Barat yang mempunyai nilai – nilai :
(1) baik, terpuji hal yang tidak berlebih-lebihan, (2) rukun, damai, toleransi, harga
menghargai dan (3) rajin, giat, tak mengenal putus asa. Secara diagramatis
penjabaran kata kunci visi dan keterkaitan nilai didalamnya dapat digambarkan pada
skema dibawah ini.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-16
Gambar IV-1. Diagram Penjabaran Misi Lombok Barat
Dalam rangka meraih visi atau cita-cita dan citra yang hendak dicapai. Misi
pembangunan daerah Kabupaten Lombok Barat tahun 2010 - 2013 diantaranya
adalah Mendorong Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Yang Berbasis Pada
Sumber daya Lokal, Pengembangan Investasi Dan Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat sesuai dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan. Misi ini merupakan
upaya dalam mencapai tujuan pembangunan Kabupaten Lombok Barat dalam
menciptakan kesejahteraan masyarakat dan pengurangan disparitas pendapatan
dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan yang berbasis pada
potensi sumber daya lokal wilayah, mempunyai daya saing dan mampu sejajar
dengan daerah lain sehingga dapat meningkatkan kebanggan dan kepercayaan diri
masyarakatnya. Maka Untuk mewujudkan misi – misi sebagimana telah di rumuskan
di atas, tujuan yang ingin di capai dalam kurun waktu 5 tahun ke depan antara lain
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat sehingga terciptanya lapangan kerja baru, penurunan jumlah
masyarakat miskin, Terwujudnya tenaga kerja yang produktif dan terampil,
Menjamin dan meningkatkan iklim investasi dan pengembangan sektor andalan
daerah, Meningkatnya kualitas pelayanan dan jaminan berinvestasi, Terwujudnya
optimalisasi pengembangan pada sektor pariwisata, Meningkatkan produktivitas dan
kontribusi sektor pertanian dalam arti luas pada pertumbuhan ekonomi daerah,
Terwujudnya ketahanan dan kemandirian pangan, Tersedianya sistem transportasi
dan komunikasi terpadu dan menyeluruh, Meningkatkan kualitas pengelolaan SDA
dan lingkungan serta IPTEK secara partisipatif dan berkelanjutan.
M A J U MANDIRI BERMARTABAT
PILAR PILAR
PILAR
Akhlakul Karimah IPTEK
Demokratis
Etos Kerja
Interaksi Sosial
Jati Diri Harkat & Martabat
Bangga & Percaya Diri
MISI PEMBANGUNAN LOMBOK BARAT
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-17
Berdasarkan tujuan dan sasaran – sasaran pembangunan yang telah ditetapkan dan
mencermati isu – isu strategis pembangunan Kabupaten Lombok Barat ke depan,
maka strategi, arah kebijakan pembangunan yang ditetapkan adalah ;
Tabel IV-3. Strategi, Arah Kebijakan dan Kebijakan Umum Pembangunan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 – 2014
Issu Strategis
Strategi
Arah Kebijakan
Kebijakan Umum
1.Rendahnya
pertumbuhan ekonomi
dan tingginya angka
kemiskinan serta
pengangguran.
Revitalisasi akselerasi
pelayanan sosial dasar
& akses terhadap
sumber daya ekonomi
Peningkatan
aksesibilitas
masyarakat terhadap
sumber modal, sarana
prasarana ekonomi.
Mendorong tumbuh
kembangnya lembaga
keuangan mikro, UMKM
dan sarana pendukung
perekonomian sampai
tingkat perdesaan
Peningkatan
pemerataan pendapatan
Pengembangan
lapangan kerja baru
Mendorong tumbuh dan
berkembangnya pusat –
pusat ekonomi lokal
Optimalisasi dan
pengembangan sistem
ketenagakerjaan
Meningkatkan kualitas
penyediaan tenaga kerja
Melakukan perbaikan
regulasi
ketenagakerjaan
2.Masih rendahnya
daya tarik daerah bagi
investor terutama
sektor andalan.
Menciptakan iklim
inventasi yang kondusif
Masih rendahnya
produktivitas dan
produksi pertanian
dalam arti luas
(meliputi peternakan,
perkebunan, perikanan
dan kelautan) serta
rendahnya Nilai Tukar
Petani / Nelayan.
Meningkatkan
percepatan
pengembangan sektor
pariwisata.
Optimalisasi potensi
dan industri sektor
pariwisata
Meningkatkan
percepatan
pengembangan sektor
pariwisata.
Revitalisasi bidang
pertanian, peternakan,
perkebunan, kelautan
dan
perikanan
Optimalisasi potensi
dan industri sektor
pariwisata
Optimalisasi percepatan
peningkatan produksi
pertanian dalam arti
luas dan peningkatan
pendapatan petani serta
nelayan
Melakukan perbaikan
pada sistem
pengelolaan sektor
pariwisata
Mendorong percepatan
sistem pengelolaan
sektor pertanian melalui
jaminan pemasaran,
revitalisasi regulasi,
intensifikasi teknologi,
dukungan permodalan,
dan
peningkatan
pengetahuan
petani/nelayan
Arah kebijakan dan kebijakan umum pembangunan yang telah ditetapkan,
selanjutnya dijabarkan kedalam bebagai program pembangunan sesuai lingkup
urusan yang menjadi kewenangan pemerintah Daerah. Hal ini menjadi acuan bagi
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-18
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan.
Misalnya Mendorong tumbuh kembangnya lembaga keuangan mikro, UMKM dan
sarana pendukung perekonomian sampai tingkat desa melalui urusan Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa, dan Koperasi dan UMKM dengan cara Peningkatan dan
pengembangan lembaga ekonomi perdesaan melalui SKPD terkait Yaitu Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) dan Dinas Koperasi dan
UKM. Kemudian Mendorong tumbuh dan berkembangnya pusat – pusat ekonomi
lokal baik melalui sektor Pertanian, Kelautan Perikanan, Perindustrian melalui
Pengembangan dan peningkatan kawasan pertumbuhan ekonomi daerah.
Selain mengacu pada arah kebijakan dan program prioritas diatas, telah pula
dirumuskan beberapa program terobosan yang menjadi program yang mempunyai daya
dorong bagi sinergitas program lainnya, seperti :
Bidang Infrastruktur :
a. Program Peningkatan pemerataan pembangunan infrastruktur perdesaan dan
perkotaan melalui kegiatan
Perbaikan Rumah Kumuh dan Sanitasi Masyarakat
Pembangunan Infrastruktur Partisipatif (PIP) dengan fokus kegiatan memberikan
stimulan yang intensif untuk pengembangan infrastruktur pedesaan
Penyediaan Air Bersih dan Konservasi Lingkungan
b. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh dengan fokus kegiatan
utama pada:
Revitalisasi Kota Kediri menjadi “Kediri Kota Santri” (Kita Santri) dengan menitik
beratkan pembangunan Kediri sebagai Pusat Kajian Islam dan Pusat Pesantren
Membangun dengan prioritas kegiatan pada pembangunan pusat kajian strategis
yang diarahkan untuk meningkatkan fungsi pesantren sebagai salah satu agen
perubahan (agent of change) sosial.
Revitalisasi Kota Narmada menjadi “Narmada Kota Budaya” (Data Budaya).
Kegiatan ini berfokus pada penguatan fungsi Kota Narmada sebagai Pusat Kajian
dan Inventarisasi Seni-Budaya Lombok.
Pengembangan Wilayah Sekotong dengan fokus kebijakan pada Kawasan Ekonomi
Khusus melalui pengembangan “Sekotong Kota Mandiri (SeTaRi)” dengan fungsi
pendukung pada pengembangan kegiatan-kegiatan pariwisata seperti Eco Bay
Marine.
Bidang Ekonomi :
a. Program Pengembangan pembangunan desa terpadu melalui peningkatan dana
perimbangan keuangan antara pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa melalui
peningkatan Alokasi Dana Desa (ADD) masing-masing desa sebesar 200-250 juta
pertahun termasuk BUMDES
b. Program Pengembangan Sistem Pengelolaan Ketahanan Pangan Daerah Peningkatan
Ketahanan Pangan melalui Pengembangan Lobar Mandiri Pangan dan Energi (Lobar
MAPAN) dengan fokus kegiatan pada pengembangan pertanian organik dan bioenergi.
Program ini meliputi tiga komponen penting , baik secara nasional, regional maupun
internasional yakni Pengentasan Kemiskinan (Poverty Reduction), Pertanian
Berkelanjutan (Sustainable Agriculture), dan Adapatasi Perubahan Iklim (Climate
Change Adaptation). Program ini juga selaras dengan program Bumi Sejuta Sapi (BSS)
pemerintah Provinsi serta program energi terbaharukan pada level nasional. Selain itu
juga kondisi Lobar yang sangat menunjang untuk dikembangkan sebagai PUSAT
PRODUK ORGANIK di Provinsi NTB.
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-19
c. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Dunia Usaha dengan fokus pada peningkatan
PAD melalui kegiatan privatisasi sumber-sumber PAD dengan fokus utama pada
percepatan penggalian sumber-sumber PAD, baik yang eksisting maupun potensial.
d. Program Revitalisasi Sistem Pengelolaan dan Pengembangan Pariwisata melalui
gerakan Pariwisata Milik Semua (PAMILIS) dengan fokus kegiatan pada
pengembangan Badan Otorita Pariwisata (BOP) Lobar yang merupakan infrastruktur
bisnis pengembangan pariwisata di Lobar, dan pengembangan suprastruktur sosial
yakni dengan memberikan keleluasaan pemerintah desa untuk mengembangkan
potensi sosial dan budayanya guna mendukung keberlanjutan pariwisata.
e. Pengembangan dan peningkatan kawasan pertumbuhan ekonomi daerah melalui
pembangunan GIRI-MENANG SQUARE yang ditujukan sebagai etalase produk
andalan Lombok Barat. Fasilitas perdagangan ini rencananya akan di fokuskan
sebagai pusat kegiatan ekonomi lokal Kabupaten Lombok Barat dengan fasilitas taman
kota, Gedung Olah Raga Mini, Pusat Perdagangan Rakyat dan lain-lain.
4.3. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah
Dirumuskan dalam Visi Kabupaten Lombok Tengah sebagai spirit pembangunan
dalam jangka waktu 2011-2015, yaitu:
“TERWUJUDNYA MASYARAKAT LOMBOK TENGAH YANG BERIMAN, SEJAHTERA
DAN BERMUTU”
Pernyataan yang tertuang dalam Visi Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011-2015
ini sangat terkait dengan keinginan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah untuk
mewujudkan masyarakat Lombok Tengah yang sejahtera yang dilandasi kualitas
hidup masyarakat yang bermutu di segala aspek kehidupan yang disertai dengan
pengamalan nilai-nilai agama. kata ‘sejahtera’ berarti masyarakat yang mampu
memenuhi semua kebutuhan dasarnya, yaitu sandang, pangan, papan, serta
mendapatkan rasa aman;
Dalam rangka mewujudkan salah satu visi tersebut di atas, maka dirumuskan Misi
pembangunan Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011-2015 antara Lain adalah
Mendorong kemajuan ekonomi daerah dalam mewujudkan kesejahtraan
masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya lokal secara adil dan transparan
dan Meningkatkan iklim investasi yg lebih kondusif dan menumbuh-kembangkan
wirausaha dengan tetap mempertahankan kelestarian alam dan lingkungan hidup.
Tabel IV-4. Tujuan Dan Sasaran Pada Tiap-Tiap Misi dalam rangka Mewujudkan Visi Pembangunan Kabupaten Lombok Tengah
No. Misi Tujuan SASARAN
1 Mendorong Kemajuan
Ekonomi Daerah Dalam
Mewujudkan
Kesejahtraan
Masyarakat dengan
Memanfaatkan Sumber
daya Lokal Secara Adil
1.1 Meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi dan
pemerataan
pendapatan
masayarakat
1.1.1 Meningkatnya
Pertumbuhan ekonomi
dan keseimbangan
komposisi struktur
perekonomian daerah
1.1.2 Menurunnya tingkat
pertumbuhan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-20
No. Misi Tujuan SASARAN
dan Transparan penduduk
1.1.3 Meningkatnya
Penggunan tenaga
Kerja (employment
tenaga kerja lokal )
1.1.4 Meningkatnya
produktivitas tenaga
kerja
1.1.5 Terwujudnya
penurunan
ketimpangan distribusi
pendapatan antar
kelompok dan antar
wilayah
1.2 Meningkatkan
penanggulangan dan
pelayanan
masyarakat miskin
1.2.1 Menurunnya jumlah
penduduk miskin
secara ekonomis dan
terselenggara-nya
layanan masyarakat
miskin
1.2.2 Meningkatnya kualitas
dan kuantitas
infrastruktur dasar
bagi masyarakat
miskin
1.3 Meningkatkan
Pendayagunaan
Potensi Sumber daya
Pertanian, Kelautan
dan Pariwisata
1.3.1 Meningkatnya produksi
dan produktivitas
pertanian dan Kelautan
1.3.2 Meningkatnya
penataan dan
Pemanfaatan Obyek
Wisata Unggulan
Daerah
1.4 Meningkatkan
peranan Usahawan
lokal dalam
memanfaatkan
Sumber daya Lokal
1.4.1 Meningkatnya
Perlindungan dan
Peningkatan Peran
Usahawan lokal dalam
pengelolaan SDA lokal
2 Meningkatkan Iklim
Investasi yang Lebih
Kondusif dan
Menumbuh
Kembangkan Wirausaha
dengan Tetap
Mempertahankan
Kelestarian Alam dan
Lingkungan Hidup
2.1 Meningkatkan Daya
Saing Daerah dalam
Menarik Investasi
Nasional dan Asing
serta mendorong
Investasi Lokal.
2.1.1 Meningkatnya jumlah
investasi Nasional dan
Asing di sektor
Pariwisata dan
agribisnis
2.1.2 Meningkatnya
Ketersediaan
infrastruktur bagi
Percepatan
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-21
No. Misi Tujuan SASARAN
pembangunan
ekonomi
2.2 Meningkatkan UMKM
yang berdaya saing
dan lahirnya
Wirausaha baru.
2.2.1 Meningkatnya jumlah
wirausaha baru dan
kualitas UMKM
2.3 Meningkatkan
Kelestarian Alam dan
Lingkungan Hidup.
2.3.1 Terwujudnya
Pengelolaan SDA yang
berkelanjutan dan
berwawasan
lingkungan
2.3.2 Tersusunnya regulasi
RTRW, Rencana Tata
Ruang Kota Kabupaten
dan Kecamatan,
Kawasan –Kawasan
Strategis Cepat
Tumbuh
2.3.3 Meningkatnya
efektivitas
implementasi regulasi-
regulasi Tata ruang
Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang
bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran, dalam hal kemajuan
ekonomi yaitu dengan Mendorong Kemajuan Ekonomi Daerah Dalam Mewujudkan
Kesejahteraan Masyarakat dengan Memanfaatkan Sumber daya Lokal Secara Adil
dan Transparan.
Tabel IV-5. Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Lombok Tengah 1.1 Meningkatkan
Pendayagunaan
Potensi Sumber daya
Pertanian, Kelautan
dan Pariwisata
1.1.1 Meningkatnya
produksi dan
produktivitas
pertanian dan
Kelautan
Optimalisasi potensi
unggulan daerah
peningkatan
pengelolaan kawasan
strategis cepat
tumbuh
1.1.2 Meningkatnya
penataan dan
Pemanfaatan
Obyek Wisata
Unggulan Daerah
Optimalisasi potensi
unggulan pariwisata
peningkatan
pengelolaan kawasan
wisata alam dan
komponen -
komopnen
pendukungnya
1.2 Meningkatkan
peranan Usahawan
lokal dalam
memanfaatkan
Sumber daya Lokal
1.2.1 Meningkatnya
Perlindungan dan
Peningkatan
Peran Usahawan
lokal dalam
pengelolaan SDA
lokal
Revitalisasi lembaga-
lembaga ekonomi
masyarakat
Peningkatan fasilitasi
pengelolaan sumber
daya lokal
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-22
2.1 Meningkatkan Daya
Saing Daerah dalam
Menarik Investasi
Nasional dan Asing
serta mendorong
Investasi Lokal.
2.1.1 Meningkatnya
jumlah investasi
Nasional dan
Asing di sektor
Pariwisata dan
agribisnis
Mendorong
perkembangan
investasi berbasis
keunggulan daerah
Peningkatan iklim
investasi yang kodusif
Koordinasi dan
optimalisasi kawasan
strategis dan cepat
tumbuh
Peningkatan fokus
pembangunan
ekonomi di pusat
pertumbuhan
ekonomi
Penyediaan standar
pelayanan
berinvestasi
Peningkatan daya
tarik investasi di
bidang pariwisata
Revitatalisasi Industri Peningkatan daya
saing produk industri
lokal
Fasilitasi sarana dan
prasarana
pengelolaan produk
unggulan daerah
Peningkatan
pemanfaatan
Teknologi Tepat Guna
Fasilitasi pemasaran
hasil produksi daerah
Peningkatan akses
terhadap pasar
nasional dan global
2.1.2 Meningkatnya
Ketersediaan
infrastruktur bagi
Percepatan
pembangunan
ekonomi
Koordinasi
pembiayaan
pembanguan
infrastruktur
Peningkatan fasilitasi
kemitraan
pembangunan
dengan Pemerintah
Pusat/Provinsi,
swasta dan
masyarakat
Distribusi
pembangunan
infrastruktur yang
merata
Peningkatan
penyediaan
infrastruktur
pelayanan dasar di
pedesaan
Revitalisasi
pengelolaan
infrastruktrur
Peningkatan fokus
pembangunan
infrastruktur di pusat
pertumbuhan
ekonomi
3.2 Meningkatkan
UMKM yang berdaya
saing dan lahirnya
Wirausaha baru.
3.1.1 Meningkatnya
jumlah wirausaha
baru dan kualitas
UMKM
Revitalisasi produk
UMKM yang berdaya
saing
Fasilitasi
pengembangan
UMKM
Fasilitasi
pengembangan usaha
Peningkatan kualitas
kelembagaan UMKM
3.2 Meningkatkan
Kelestarian Alam dan
Lingkungan Hidup.
3.2.1 Terwujudnya
Pengelolaan SDA
yang
berkelanjutan
dan berwawasan
lingkungan.
Optimalisasi
pengelolaan
lingkungan hidup
Peningkatan kualitas
dan daya dukung
lingkungan
Regulasi
pemanfaatan dan
pengendalian
penggunaan SDA
Pengendalian dan
pengurangan
areal/wilayah yang
telah mengalami
kerusakan
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-23
lingkungan
3.3.1 Tersusunnya
regulasi RTRW,
Rencana Tata
Ruang Kota
Kabupaten dan
Kecamatan,
Kawasan –
Kawasan
Strategis Cepat
Tumbuh.
Optimalisasi
pendayagunaan tata
ruang
Peningkatan regulasi,
fasilitasi, koordinasi
dan sosialisasi
penataan ruang
wilayah
3.4.1 Meningkatnya
efektivitas
implementasi
regulasi-regulasi
Tata ruang
Optimalisasi
pengendalian
pemanfaatan tata
ruang
Peningkatan
kapasitas dan
kelembagaan
pengendali
pemanfaatan tata
ruang
4.4. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur
Pemerintah Kabupaten Lombok Timur periode 2008-2013 mengarahkan upaya
pembangunan dengan Visi
“Mewujudkan Masyarakat Lombok Timur Yang Adil Dalam Kesejahteraan dan
Sejahtera Dalam Keadilan Dalam Lindungan Allah SWT”.
Visi pemerintah tersebut antara lain dilatarbelakangi masalah dan isu strategis
pembangunan di Kabupaten Lombok Timur dalam periode 2003-2013 yaitu: (1)
rendahnya pelayanan pendidikan masyarakat, (2) rendahnya derajat kesehatan, (3)
belum meratanya jangkauan pelayanan infrastruktur, (4) belum meratanya
jangkauan pelayanan dan rendahnya kualitas pelayanan listrik, (5) masih tingginya
angak kemiskinan dn pengangguran, (6) masih rendahnya daya tarik daerah bagi
investor, (7) masih rendahnya dukungan pengembangan wilayah yang berbasis
potensi sumber daya setempat, (8) meningkatnya kerusakan dan menurunnya daya
dukung lingkungan dalam menunjang pelaksanaan dan keberhasilan pembangunan,
(9) masih rendahnya produktivitas dan produksi pertanian, peternakan, perkebunan,
perikanan dan kelautan serta rendahnya pendapatan petani/nelayan, (10) kurang
memasyarakatnya dan rendahnya prestasi olah raga.
Visi Kabupaten Lombok Timur 2008–2013 tersebut juga tidak terlepas dari keinginan
Pemerintah Kabupaten Lombok Timur untuk melaksanakan berbagai program dalam
rangka mencapai “Millenium Development Goals (MDG’s) sampai tahun 2015, yaitu
(1) Menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) Menyediakan pelayanan
pendidikan dasar untuk seluruh penduduk; (3) Mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan; (4) Menurunkan angka kematian anak; (5) Meningkatkan
kesehatan ibu; (6) Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya; (7)
Memastikan keberlanjutan lingkungan hidup; serta (8) Membangun kemitraan global
dalam pembangunan
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka telah dirumuskan misi Pembangunan
Daerah Kabupaten Lombok Timur sebagai berikut:
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-24
(1) Pemerataan pembangunan diseluruh wilayah dan disemua sektor prioritas yaitu sektor
pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang berbasis pada kebutuhan masyarakat;
(2) Mewujudkan pembangunan nyata ekonomi kerakyatan berbasis agro-industri dan
bahari yang berwawasan lingkungan;
(3) Mendorong Reformasi Birokrasi dengan sungguh-sungguh untuk mencairkan kebekuan
birokrasi menuju aparatur yang bersih, berorientasi kepada pelayanan publik dan
penggunaan anggaran yang pro publik;
(4) Memperkuat pemberdayaan perempuan dalam pembangunan sosial politik, pencegahan
kekerasan dalam rumah tangga dan perlindungan terhadap anak;
(5) Mewujudkan kerukunan hidup beragama dan kehidupan antar kelompok yang rukun,
taqwa dan penuh kesejukan dengan tetap memelihara dan mengembangkan budaya dan
kearifan lokal;
(6) Menumbuh kembangkan iklim investasi dalam dan luar negeri untuk membuka
lapangan kerja yang secara langsung mampu mengangkat perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat;
(7) Meningkatkan kualitas demokrasi melalui pendidikan politik dengan melibatkan peran
serta masyarakat dalam pembangunan politik.
Merujuk kepada RPJM Kabupaten Lombok Timur periode 2008 – 2013, terdapat 8
strategi pembangunan yang telah dirumuskan. Strategi yang berkaitan langsung
dengan pengembangan UMKM antara lain adalah: “Meningkatkan pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi daerah dengan meningkatkan produktivitas sektor pertanian,
industri dan jasa serta menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi investasi di
daerah sehingga berbagai potensi daerah dapat dimanfaatkan bagi penciptaan
lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat”. Berkaitan dengan
strategi pembangunan ini, kebijakan umum yang terkait dengan pengembangan
UMKM antara lain adalah:
Membangun sektor pertanian dalam arti luas ke arah pengembangan sistem agribisnis
dengan memperkuat sub sistem penyuplai sarana prasarana produksi, produksi
pertanian dan pasca panen, industri pertanian , dan sub sistem penunjang
(pemasaran, permodalan, informasi pasar dan teknologi.
Mendorong pembangunan industri berbasis pertanian dan perikanan serta sumber
daya lokal lainnya.
Membangun Badan Usaha Milik Daerah dan peningkatan peran sektor perdagangan
yang diarahkan pada upaya mendukung pemasaran produksi daerah.
Meningkatkan peran sektor koperasi dan pariwisata dengan mengembangkan potensi
dan peran serta masyarakat.
Meningkatkan kualitas pelayanan investasi terutama dalam pelayanan perijinan.
Mengembangkan UMKM yang berorientasi ekspor.
Mengembangkan Ekonomi Perdesaan berbasis BUMDES (Badan Usaha Masyarakat
Desa)
Meningkatkan penguasaan dan penerapan IPTEK dalam usaha perekonomian UMKM.
Strategi lain yang mendukung pengembangan UMKM adalah ”Meningkatkan
kuantitas dan kualitas ketersediaan infrastruktur daerah yang diarahkan agar mampu
mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan
masyarakat”. Sehubungan dengan strategi ini, kebijakan umum pembangunan yang
diambil adalah :
Membangun/merehabilitasi infrastruktur irigasi (irigasi teknis, dam/bendungan,
embung rakyat dan jaringan irigasi perpipaan).
Meningkatkan infrastruktur jalan dan jembatan.
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-25
Membangun infrastruktur perhubungan laut.
Meningkatkan infrastruktur ekonomi (pasar).
Membangun infrastruktur kelistrikan dan mengembangkan penggunaan sumber
energi non-BBM untuk meningkatkan suplai energi listrik.
Membangun infrastruktur telekomunikasi
Pengembangan UMKM pada dasarnya bersifat lintas sektor/lintas urusan. Walau
demikian secara khusus dalam lingkup urusan Koperasi dan UKM, maka program
pembangunan yang dilaksanakan adalah
1. Penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi usaha kecil menengah.
2. Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil
menengah.
3. Pengembangan sistem pendudkung usaha bagi usaha mikro kecil
menengah.
4. Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi.
Dalam lingkup urusan selain urusan Koperasi dan UKM, program/kegiatan yang
terkait dan mendukung dalam pengembangan UMKM antara lain adalah:
1. Peningkatan kemampuan dan keterampilan pengusaha UKM.
2. Peningkatan IKM dalam mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat.
3. Peningkatan pengetahuan manajerial pengusaha IKM.
4. Peningkatan pengetahuan pengusaha IKM alam kewiraswastaan.
5. Peningkatan penguasaan teknologi dikalangan pengusaha IKM.
6. Peningkatan kemampuan dan kesadaran pengusaha IKM terhadap
pencemaran limbah industri.
7. Peningkatan wawasan dan penguasaan pasar di kalangan pengusaha IKM.
8. Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian.
9. Peningkatan penerapan teknologi pertanian/peternakan.
10. Peningkatan produksi hasil pertanian/peternakan.
11. Peningkatan pemasaran hasil pertanian/peternakan.
12. Pembinaan dan penertiban industri hasil hutan.
13. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.
14. Pengembangan kemitraan.
15. Pengembangan budidaya perikanan.
16. Pengembangan perikanan tangkap.
17. Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan.
18. Pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar.
19. Peningkatan kerjasama perdagangan internasional.
20. Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri.
21. Peningkatan dan pengembangan ekspor.
22. Peningkatan kapasitas iptek sistem produksi.
23. Pengembangan industri kecil dan menengah.
24. Peningkatan kemampuan teknologi industri.
25. Pengembangan sentra-sentra industri potensial.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-26
4.5. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa
Tujuan dan sasaran pengembangan UMKM dilakukan dalam kerangka
pembangunan daerah Kabupaten Sumbawa yang merupakan manifestasi dari visi
dan misi Pemerintahan Daerah dalam melaksanakan pembangunan tahun 2011-
2015. Bagian ini merupakan rangkuman dari kebijakan Pemerintah Daerah
Kabupaten Sumbawa seperti yang termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMD) tahun 2011-2015.
Visi Pemerintahan Daerah sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Sumbawa tahun 2011-2015 adalah:
“Terwujudnya Masyarakat Sumbawa Berdayasaing Dalam Memantapkan Samawa
Mampis Rungan”,
Dengan lima misi, yaitu:
1) Mengembangkan masyarakat yang religius/beriman, berbudaya, menghargai
pluraritas, kesetaraan gender dan berkesadaran hukum;
2) Menyelenggarakan pelayanan dasar yang lebih berkualitas dan terjangkau di
bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial;
3) Meningkatkan pelayanan publik dan penyelenggaraan tata pemerintahan daerah
yang baik (good lokal governance);
4) Mempercepat pengembangan ekonomi daerah berbasis agribisnis melalui
percepatan pembangunan infrastruktur, pengembangan kawasan strategis,
penguatan kelembagaan ekonomi lokal dan peningkatan investasi; dan
5) Memastikan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara
berkelanjutan. Adapaun tujuan dan sasaran pada pelaksanaan masing-masing
misi RPJMD Kabupaten Sumbawa 2011-2015 diuraikan dalam tabel berikut.
Adapun tujuan dan sasaran pada pelaksanaan masing-masing misi RPJMD
Kabupaten Sumbawa 2011-2015 diuraikan dalam tabel berikut.
Tabel IV-6. Hubungan Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Sumbawa Tahun 2011-2015
No Misi Tujuan Sasaran
1 Misi kesatu :
Mengembangkan
masyarakat yang
religius/beriman,
berbudaya,
menghargai
pluralitas,
kesetaraan
gender dan
berkesadaran
hukum
Masyarakat
religius/beriman
Masyarakat berbudaya
Masyarakat menghargai
pluralitas
Masyarakat menghargai
kesetaraan gender
Masyarakat berkesadaran
hukum
1. Meningkatnya kualitas kehidupan
beragama
2. Meningkatnya upaya pengembangan nilai
budaya, dan pengelolaan kekayaan budaya
serta keragaman budaya.
3. Berkembangnya masyarakat yang
menghargai pluralitas.
4. Membaiknya kesadaran gender
masyarakat.
5. Meningkatnya kesadaran hukum
masyarakat
2 Misi kedua :
Menyelenggarakan
pelayanan dasar
yang
lebih berkualitas
dan
terjangkau
dibidang
pendidikan,
Peningkatan kualitas
pendidikan masyarakat
Peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat
Peningkatan kualitas
kependudukan
Peningkatan kualitas
kesejahteraan sosial
1. Meningkatnya aksesibilitas dan pemerataan pendidikan.
2. Meningkatnya mutu pendidik, tenaga kependidikan dan manajemen sekolah.
3. Meningkatnya minat dan budaya gemar membaca masyarakat dan layanan perpustakaan.
4. Tersedianya pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin.
5. Meningkatnya status kesehatan dan gizi
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-27
No Misi Tujuan Sasaran
kesehatan
dan kesejahteraan
sosial.
masyarakat. 6. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan
di puskesmas dan rumah sakit umum daerah.
7. Meningkatnya akses dan kualitas kehidupan bagi Masyarakat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial.
8. Terkendalinya laju pertumbuhan penduduk, meningkatkan layanan kependudukan, kesejahteraan keluarga dan perlindungan anak.
9. Meningkatnya partisipasi pemuda dalam pembangunan daerah.
10. Meningkatnya pembinaan olahraga edukasi dan dukungan olahraga prestasi.
3 Misi ketiga :
Meningkatkan
pelayanan publik
dan
penyelenggaraan
tata
pemerintahan
daerah
yang baik (good
lokal
governance).
Pelaksanaan Reformasi
birokrasi
Peningkatan pencegahan
korupsi
Peningkatan Integritas
pelayanan publik
Peningkatan kinerja
pengelolaan keuangan
daerah
Peningkatan sistem
pendukung manajemen
pembangunan daerah.
1. Terlaksananya agenda reformasi birokrasi,
peningkatan kapasitas kelembagaan dan pencegahan korupsi
2. Meningkatnya kualitas pelayanan publik 3. Meningkatnya akuntabilitas kinerja
Pengelolaan Keuangan, aset dan
penerimaan Daerah 4. Meningkatnya efisiensi pelayanan
adminitrasi perkantoran dan memantapkan manajemen SKPD
5. Meningkatkan kualitas sistem pendukung manajemen pembangunan daerah dan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
6. Meningkatnya pelayanan adminsitrasi publik dibidang pertanahan, kependudukan dan
7. Catatan sipil, dan kearsipan daerah. Meningkatnya kualitas penyelenggaran pelayanan publik di kecamatan
8. Meningkatnya kualitas pelayanan kepegawaian daerah
9. Meningkatnya akuntabilitas dan kapasitas lembaga perwakilan rakyat.
10. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pelayanan publik di desa
4 Misi keempat:
Mempercepat
pengembangan
ekonomi daerah
berbasis agrobisnis
melalui percepatan
pembangunan
infrastruktur,
pengembangan
kawasan
strategis,
penguatan
kelembagaan
ekonomi
lokal dan
peningkatan
investasi.
Peningkatan perekonomian
daerah
Peningkatan infrastruktur
daerah
Peningkatan produksi
komoditas agrobisnis
Peningkatan kelembagaan
ekonomi lokal
Peningkatan investasi.
1. Peningkatan daya dukung infrastruktur jalan, jembatan dan irigasi
2. Meningkatnya kualitas pekerjaan jasa
konstruksi 3. Meningkatnya kuantitas dan kualitas
permukiman layak huni
4. Meningkatnya pemanfataan prasarana dan sarana perhubungan, potensi pos dan telekomunikasi.
5. Meningkatnya kesejahteraan petani tanaman pangan.
6. Meningkatnya kesejahteraan peternak. 7. Meningkatnya kesejahteraan nelayan. 8. Meningkatnya kesejahteraan petani 9. perkebunan. 10. Meningkatnya pelaku industri dan
kepariwisataan daerah. 11. Meningkatnya kesejahteraan pelaku
koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berbasis agrobisnis.
12. Berkembangnya industri daerah dan Meningkatnya kelancaran lalulintas perdagangan barang dan jasa seiring dengan upaya perlindungan terhadap konsumen.
13. Meningkatnya pelayanan perizinan dan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-28
No Misi Tujuan Sasaran
realisasi investasi 14. Terwujudnya percepatan pembangunan
kawasan 15. Meningkatnya pelayanan kelistrikan dan
migas.
5 Misi kelima:
Memastikan
pengelolaan
sumber daya alam
dan
lingkungan hidup
secara
berkelanjutan.
Peningkatan pengelolaan
hutan dan lahan
Peningkatan pencegahan
kegiatan ilegal loging, ilegal
mining dan ilegal fishing.
Peningkatan penanganan
persampahan
Peningkatan ketaatan
terhadap hukum
lingkungan.
1. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas lingkungan hidup.
2. Meningkatnya kualitas penataan, pemanfaatan dan pengendalian ruang
3. Meningkatnya pembinaan dan pengawasan kegiatan pertambangan serta mitigasi bencana geologi.
4. Menurunnya tingkat kerusakan hutan dan lahan serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat sekitar hutan
5. Meningkatnya upaya mitigasi dan penanggulangan bencana.
Kebijakan pengembangan UMKM di Kabupaten Sumbawa tercermin pada misi 4
pemerintah yaitu mempercepat pengembangan ekonomi daerah berbasis agrobisnis
melalui percepatan pembangunan infrastruktur, pengembangan kawasan strategis,
penguatan kelembagaan ekonomi lokal dan peningkatan investasi. Misi ini kemudian
dijabarkan dalam prioritas pembangunan daerah sebagai prioritas 6 (Percepatan
pembangunan infrastruktur wilayah terutama penanganan kerusakan jalan dan
jembatan, air bersih dan krisis listrik) dan prioritas 7 (Mengembangkan usaha
Ekonomi Lokal Masyarakat Desa). Prioritas pembangunan daerah tahun 2013
mengacu pada prioritas pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Sumbawa tahun
2011-2015. Adapun prioritas pembangunan daerah tahun 2013 adalah:
1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama untuk mewujudkan Tau Samawa Berimtaq
tinggi;
2. Menciptakan pemerintahan yang bersih, melanjutkan reformasi birokrasi, peningkatan
kualitas pelayanan publik dan pemberantasan korupsi;
3. Menyelenggarakan pendidikan berkualitas dan terjangkau dari tingkat SD hingga SMA
(Wajib Belajar 12 tahun);
4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan berkualitas dan terjangkau.
5. Mendekatkan pelayanan KTP, Kartu Keluarga, Pertanahan dan Pelayanan Perizinan
hingga di tingkat Desa;
6. Percepatan pembangunan infrastruktur wilayah terutama penanganan kerusakan jalan
dan jembatan, air bersih dan krisis listrik;
7. Mengembangkan usaha Ekonomi Lokal Masyarakat Desa;
8. Mengembangkan program peningkatan produksi pertanian, perkebunan, peternakan dan
perikanan;
9. Mengembangkan pembinaan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat;
10. Mengembangkan kebudayaan, kepariwisataan, generasi muda, peranan perempuan dan
olah raga;
11. Menjaga keserasian pemanfaatan ruang, pengelolaan lingkungan hidup dan mitigasi
bencana.
Selanjutnya masing-masing prioritas pembangunan daerah tersebut dikelompokkan
dan diatur dalam ketentuan umum prioritas pembangunan. Dalam rangka efisiensi
dan efektivitas penganggaran, program-program dalam APBD Kabupaten Sumbawa
Tahun Anggaran 2013 dibagi ke dalam tiga kelompok prioritas program berdasarkan
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-29
keterkaitan program terhadap layanan kepada masyarakat sebagaimana tercantum
pada tabel berikut.
Tabel IV-7. Ketentuan Umum Kelompok Prioritas Pembangunan Kabupaten Sumbawa Kelompok
Prioritas Ketentuan Umum
Prioritas I
(KP I)
Amanat/kebijakan nasional yang definitif harus dilaksanakan oleh daerah
pada tahun rencana, termasuk untuk prioritas bidang pendidikan 20%
dan kesehatan 10% sesuai ketentuan teknis yang berlaku. Program KP I
terkait langsung dengan pelayanan ke masyarakat, harus berhubungan
langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental, berskala
besar, dan memiliki kepentingan dan nilai manfaat yang tinggi,
memberikan dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang
tinggi pada capaian visi/misi daerah. Disamping itu, KP I juga
diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Prioritas II
(KP 2)
a. Program KP II merupakan program prioritas ditingkat SKPD yang tidak
terkait langsung dengan pelayanan masyarakat dan merupakan
penjabaran dari analisis per urusan.
b. KP II berhubungan dengan program/kegiatan unggulan SKPD yang
paling berdampak luas pada masing-masing segementasi masyarakat
yang dilayani sesuai dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi
berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD
termasuk peningkatan kapasitas kelembagaan yang berhubungan
dengan itu.
Prioritas III
(KP 3)
a. KP III merupakan prioritas yang dimaksudkan untuk alokasi belanja-
belanja tidak langsung seperti: tambahan penghasilan PNS, belanja
hibah, belanja bantuan sosial organisasi kemasyarakatan, serta
belanja tidak terduga.
b. Pengalokasian dana pada KP III harus memperhatikan
(mendahulukan) pemenuhan dana pada prioritas I dan II terlebih
dahulu untuk menunjukkan urutan prioritas yang benar
Pengembangan UMKM berdasarkan ketentuan umum tersebut berada pada
Kelompok Prioritas 2 (KP 2) yang merupakan penjabaran dari urusan yang ditangani
masing-masing SKPD.
a. Pertanian
Padi. Penggunaan lahan untuk pertanian pada tahun 2011 sebesar 165.607 Ha
(24,93%), terdiri dari: Sawah 49.324 Ha (7,42%), pekarangan yang ditanami tanaman
pertanian 20.337 Ha (3,06 %), tegalan/kebun 61.461 Ha (9,25 %), ladang/huma
9.576 Ha (1,44%) dan sementara tidak diusahakan 24.911 Ha (3,75%). Bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka penggunaan lahan untuk pertanian
pada tahun 2011 mengalami peningkatan luas sebesar 893 Ha (0,54%), hal ini
disebabkan karena berbagai faktor seperti bertambahnya irigasi teknis, irigasi
setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa sehingga terjadi alih fungsi lahan yang
sebelumnya bukan lahan pertanian dijadikan lahan pertanian seperti lahan sawah
dengan dilakukannya percetakan sawah-sawah baru.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-30
Komoditas pertanian seperti padi di tahun 2011 memiliki luas panen sebesar 79.270
Ha, sedangkan pada tahun sebelumnya sebesar 73.588 Ha, sehingga terjadi
peningkatan luas panen sebesar 5.682 Ha (7,72%). Demikian pula dengan
produksinya juga meningkat sebesar 19.765 ton (5,32%) dengan total produksi pada
tahun 2011 sebesar 390.940 ton (tahun 2010 sebesar 371.175 ton). Upaya
peningkatan ini terus dipacu melalui ekstensifikasi seperti program perluasan areal,
dan intensifikasi dengan menerapkan program-program peningkatan produktivitas,
sehingga Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu Kabupaten yang menerima
penghargaan Ketahanan Pangan dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 2011,
karena keberhasilannya dalam meningkatkan produksi padi sebesar 5% selama 2
tahun berturut-turut.
Demikian juga dengan komoditas jagung karena memiliki keunggulan kompetitif
yaitu berupa kecerahan biji yang sempurna serta produktivitas tinggi. Adapun Luas
panen jagung pada tahun 2011 sebesar 26.065 Ha, meningkat 11.513 Ha (79,12%)
dibandingkan tahun sebelumnya dengan luas panen sebesar 14.552 Ha, sedangkan
produksi pada tahun 2011 sebesar 132.554 ton terjadi peningkatan sebesar 78.563
ton (145,51%) dibandingkan tahun sebelumnya dengan produksi 53.991 ton.
Peningkatan luas panen dan produksi jagung ini juga diikuti oleh produktivitas yang
meningkat sebesar 14,00 Kw/Ha (37,09%) dengan produktifitas pada tahun 2011
sebesar 50,86 Kw/Ha, dan pada tahun 2010 sebesar 37,10 Kw/Ha.
Kedele. Untuk komoditas kedelai produksinya cenderung mengalami penurunan. Hal
ini terlihat dari luas panen kedelai pada tahun 2011 sebesar 4.357 Ha mengalami
penurunan sebesar 5.592 Ha (56,21%) dibandingkan dengan tahun sebelumnya
dengan luas panen sebesar 9.949 Ha, demikian juga dengan produksi kedelai
menurun sebesar 6.299 ton (49,03%) dibandingkan tahun sebelumnya dengan total
produksi pada tahun 2011 sebesar 6.549 ton dan tahun 2010 sebesar 12.848 ton.
Penurunan luas panen dan produksi kedelai ini terjadi karena adanya peralihan
komoditas kedelai ke komoditas jagung. Akan tetapi penurunan luas panen dan
produksi ini tidak diikuti oleh penurunan produktivitas, karena pada tahun 2011
produktivitas kedelai mengalami peningkatan sebesar 2,00 Kw/Ha (16,42%) bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, karena produktivitas kedelai pada tahun
2011 sebesar 15,03 Kw/Ha dan pada tahun 2010 sebesar 12,91 Kw/Ha.
Kacang Hijau. Komoditas kacang hijau mengalami penurunan luas panen sebesar
1.693 Ha (4,95%), karena terjadinya peralihan tanam dari kacang hijau ke jagung,
akan tetapi dari sisi produksinya meningkat sebesar 812 ton (2,29%), dari 35.493 ton
tahun 2010 menjadi 36.305 ton tahun 2011. Demikian juga dengan produktivitasnya
mengalami peningkatan sebesar 1 Kw/Ha (7,62%), dari 10,37 Kw/Ha tahun 2010
menjadi 11,16 Kw/Ha tahun 2011. Untuk komoditas kacang tanah yang luas
panennya mengalami peningkatan sebesar 28 Ha (1,96%) dengan luas panen pada
tahun 2011 sebesar 1.454 Ha dan pada tahun 2010 sebesar 1.426 Ha. Peningkatan
luas panen ini tidak diikuti oleh peningkatan produksi dan produktivitas, dimana
terjadi penurunan produksi sebesar 269 ton (15,21%), dengan produksi pada tahun
2011 sebesar 1.499 ton dan pada tahun 2010 sebesar 1.768 ton. Demikian juga
dengan produktivitas menurun sebesar 2 Kw/Ha (16,85%), dengan produktivitas
pada tahun 2011 sebesar 10,31 Kw/Ha dan pada tahun 2010 sebesar 12,40 Kw/Ha.
Hal ini disebabkan karena tingginya curah hujan sebagai dampak anomali iklim.
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-31
Peternakan. Pembangunan peternakan juga merupakan subsistem dari
pembangunan pertanian. Khususnya mengenai ternak besar, pertumbuhan sapi bali
mengalami peningkatan sebesar 10.247 ekor (6,64%), dengan jumlah populasi pada
tahun 2011 sebesar 164.505 ekor dan pada tahun 2010 sebesar 154.258 ekor.
Sejalan dengan hal tersebut telah dilakukan penguatan program Bumi Sejuta Sapi
yang dicanangkan oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat yang bersinergi dengan
Pemerintah Kabupaten Sumbawa sebagai langkah terobosan dalam pembangunan
daerah dengan mengutamakan sumber daya lokal. Hal ini didasarkan pada upaya
mendukung kecukupan daging sapi pada tahun 2014 dan mengurangi
ketergantungan pada import daging maupun sapi bakalan. Potensi ternak lainnya
adalah Sapi Sumbawa yang sebelumnya dikenal dengan nama sapi hissar yang
merupakan rumpun sapi lokal yang berkembang di pulau Sumbawa dan diternakkan
secara murni oleh masyarakat di pulau Sumbawa secara turun-temurun sampai
sekarang, sehingga telah ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian RI Nomor
2909/kpts/OT.140/6/2011 tanggal 17 Juni 2011 tentang Penetapan Rumpun Sapi
Sumbawa sebagai Sumber Daya Genetik Hewani asal Kabupaten Sumbawa.
Pertumbuhan sapi Sumbawa mengalami peningkatan sebesar 291 ekor (11,46%),
dengan jumlah populasi pada tahun 2011 sebesar 2.830 ekor dan pada tahun 2010
sebesar 2.539 ekor. Kerbau Sumbawa yang merupakan jenis kerbau lokal yang telah
ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian RI Nomor 2910/kpts/OT.140/6/2011
tanggal 17Juni 2010 tentang Penetapan Rumpun Kerbau Sumbawa. Pertumbuhan
kerbau mengalami peningkatan sebesar 1.171 ekor (2,15%), dengan jumlah populasi
pada tahun 2011 sebesar 55.706 ekor dan pada tahun 2010 sebesar 54.535 ekor.
Demikian pula dengan Kuda Sumbawa yang telah ditetapkan dengan SK Menteri
Pertanian RI Nomor 2917/kpts/OT.140/6/2011 tanggal 17 Juni 2011 tentang
Penetapan Rumpun Kuda Sumbawa. Pertumbuhan Kuda Sumbawa mengalami
peningkatan sebesar 1.069 ekor (2,86%), dengan jumlah populasi pada tahun 2011
sebesar 38.505 ekor dan pada tahun 2010 sebesar 37.436 ekor. Berdasarkan rata-
rata pertumbuhan populasi ternak besar selama periode 2007–2011, maka populasi
ternak sapi sumbawa menunjukkan perkembangan yang amat pesat sebesar 20,67%,
sapi bali 13,14%, kuda Sumbawa 3,14%, sedangkan untuk populasi kerbau
mengalami penurunan sebesar 3,38%.
Kehutanan. Penyelengaraan pembangunan pada urusan pilihan kehutanan di
Kabupaten Sumbawa pada tahun 2011, diarahkan untuk meningkatkan potensi
sumber daya hutan kayu dan non kayu dilakukan melalui optimalisasi PNBP
(Penerimaan Negara Bukan Pajak) dengan melaksanakan pengendalian dan
penertiban administrasi hasil hutan dan iuran hasil hutan pada 7 KPH, Cruising
IPKTM, pertemuan dengan para pemegang izin hasil hutan serta melaksanakan
pembinaan, penertiban dan evaluasi terhadap hasil hutan dan iuran hasil hutan.
Selanjutnya untuk tata usaha kayu lahan milik (TUKTM) telah dilakukan penertiban
peredaran hasil hutan kayu terutama di tingkat kecamatan. Adapun jumlah izin
pengecer kayu yang telah di keluarkan pada tahun 2011 sebanyak 100 izin terbagi
atas izin pengecer dan penimbun kayu. Terkait dengan rehabilitasi terhadap lahan
kritis luar dan dalam kawasan, pada tahun 2011 dilaksanakan di 3 lokasi, yakni : 1)
lokasi Desa Tatebal Kecamatan Lenangguar (Dalam Kawasan 50 Ha); 2) lokasi Karang
Dima Kecamatan Labuhan Badas (luar kawasan 25 Ha); 3) lokasi Omal Boan Desa
Mamak Kecamatan Lopok (dalam kawasan 50 Ha). Untuk pengembangan hutan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-32
mangrove, dilakukan peningkatan luas wilayah yang terehabilitasi, khususnya di
kawasan pantai meliputi Labuhan Mapin Kecamatan Alas Barat dengan luas 15 Ha
dan jumlah tanaman sebanyak 25.500 Batang, lokasi Labuhan Alas dengan luas 15
Ha dan jumlah tanaman sebanyak 25.500 batang, lokasi Labuhan Sangoro
Kecamatan Maronge dengan Luas 15 Ha dan jumlah tanaman sebanyak 25.500
batang.
b. Energi dan Sumber daya Mineral
Pembangunan urusan Energi dan Sumber daya Mineral terkait dengan eksploitasi
terhadap potensi pertambangan selalu dilakukan dengan memperhatikan aspek
pembangunan berkelanjutan. Selain itu, pada tahun 2011 telah dilakukan kegiatan
peningkatan sarana listrik daerah terpencil, untuk pemenuhan listrik masyarakat
seperti pemasangan PLTS di Dusun Jambu Timur Kecamatan Empang sebanyak 8
unit dan Dusun Labuhan Liang sebanyak 13 unit sehingga total PLTS yang telah
disalurkan ke masyarakat untuk pengembangan ketenagalistrikan tahun 2011 ini
sebanyak 21 unit.
c. Pariwisata
Penyelenggaraan urusan pilihan pariwisata yang diselenggarakan pada tahun 2011
diarahkan pada pengelolaan dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata.
Berdasarkan kondisi terakhir, kecenderungan pengunjung lokal terhadap wisata
kuliner cukup menunjukkan kemajuan yang didukung dengan mulai bertumbuhnya
usaha-usaha kuliner tersebut. Meningkatnya kontribusi sektor hotel dan restoran
dalam postur perekonomian daerah meskipun belum terlalu signifikan ditunjang
dengan peningkatan kontribusi sektor keuangan dan jasa perusahaan serta sektor
jasa-jasa menjadi salah satu indikator yang akan dapat memberikan ekspektasi
pengembangan ke depan. Kampanye Visit Lombok-Sumbawa 2012 yang sedang
gencar disosialisasikan dan program Go Sumbawa, selaras dengan mulai ramainya
kunjungan ke beberapa obyek wisata seperti Pantai Goa dan Labu Padi diharapkan
dapat berkontribusi bagi perkembangan pariwisata Kabupaten Sumbawa. Beberapa
kegiatan yang menunjang pencapaian sasaran di bidang pariwisata dan pada tahun
2011 diselenggarakan event promosi wisata, melalui promosi pariwisata,
terlaksananya BAB NTB dan festival Budaya, pekan budaya daerah dan pergelaran
apresiasi seni serta juga melakukan pengembangan SDM dan profesionalisme
pariwisata (penyuluhan, pembinaan pokdarwis dan pelatihan). Beberapa event wisata
budaya seperti permainan rakyat tetap dilaksanakan.
d. Perdagangan
Dalam penyelengaraan urusan perdagangan pada tahun 2011 telah dilakukan uji
laboratorium terhadap 85 sampel barang/makanan. Angka ini mengalami
peningkatan sebanyak 14 sampel (19,72%). Selanjutnya untuk perlindungan kepada
konsumen dilakukan tera terhadap alat ukur sejumlah 59,91 % dari seluruh jumlah
alat ukur, sedangkan pada tahun 2010 sejumlah 42,24% sehingga mengalami
peningkatan jumlah alat ukur yang ditera sejumlah 18%. Pengembangan usaha
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-33
perdagangan dalam negeri pada tahun 2011 mencapai nilai eksport sebesar
US$.796.564 sedangkan pada tahun 2010 sebesar US$.597.672 meningkat
US$.198.868 atau 33,27%.
4.6. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Dompu
Bertitik tolak dari filosofi dasar “ Nggahi Rawi Pahu”, Visi daerah yang telah
ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang daerah (RPJMD)
Kabupaten Dompu tahun 2005-2025, kondisi daerah saat ini dan analisis terhadap
peluang dan tantangan pembangunan lima tahun kedepan, Visi pembangunan
Kabupaten Dompu yang ingin diraih dalam lima tahun mendatang adalah :
”TERWUJUDNYA MASYARAKAT DOMPU YANG MANDIRI DAN RELIGIUS”
Visi pemerintah tersebut antara lain dilatarbelakangi oleh kondisi obyektif Kabupaten
Dompu dewasa ini yang mana tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya Petani
yang masih rendah, kualitas layanan infrastruktur yang masih kurang, dan mutu
pelayanan pendidikan dan kesehatan yang semakin menurun, maka harus dapat
dilakukan suatu program percepatan pembangunan di segala bidang, terutama
dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta
infrastruktur.
Agar proses percepatan dapat dilaksanakan, maka segenap sumber daya yang ada
harus dapat difungsikan secara optimal, baik itu sumber daya alam, sumber daya
manusia, sumber daya buatan dan sumber daya sosial, termasuk didalamnya
pluralitas dan heterogenitas masyarakat.
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka telah dirumuskan misi Pembangunan
Daerah Kabupaten Dompu tahun 2011-2015 sebagai berikut:
Menumbuhkan ekonomi yang berbasis sumber daya lokal dan
mengembangkan investasi dengan mengedepankan prinsip pemberdayaan
masyarakat sebagai pelaku usaha,
Mengembangkan masyarakat yang religius, berakhlak mulia, berbudaya, dan
saling menghormati antar sesama,
Meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkeadilan,
terjangkau dan berkualitas,
Melaksanakan percepatan pembangunan infrastruktur daerah dan penataan
kota yang indah, nyaman, dan mempesonona serta lingkungan yang lestari,
Menegakkan supremasi hukum, menjalankan pemerintahan yang amanah,
istiqomah, dan bebas dari KKN, serta memantapkan pelayanan publik .
Merujuk kepada RPJM Kabupaten Dompu periode 2011 – 2015, strategi
pembangunan yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Revitalisasi dan akselerasi akses masyarakat miskin terhadap sumber
daya ekonomi Fokus pada peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap
sumber modal, sarana dan prasarana ekonomi
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-34
2. Optimalisasi pertumbuhan sektor-sektor unggulan daerah (pertanian,
perdagangan, hotel, dan restauran, industri pengolahan dan
pertambangan) fokus kepada pengembangan agribisnis, pariwisata, industri
kecil, perdagangan dan pertambangan.
3. Deregulasi, debirokratisasi dan promosi potensi investasi daerah fokus
pada penyusunan dan peningkatan mutu kebijakan investasi daerah
4. Revitalisasi peran lembaga keagamaan, sosial dan budaya tema ini
fokus kepada:
a. peningkatan kesadaran dan kerukunan umat beragama,
b. peningkatan kesadaran dan kerukunan hidup bermasyarakat,
c. peningkatan kecintaan terhadap budaya dan seni daerah.
5. Revitalisasi akses, mutu dan relevansi pendidikan tema ini fokus
kepada peningkatan efektifitas dan kualitas pelayanan pendidikan
6. Optimalisasi dan revitalisasi pelayanan kesehatan yang berkualitas,
terjangkau dan berkeadilan tema ini fokus kepada peningkatan efektifitas
pelayanan kesehatan yang ber kualitas, terjangkau dan barkeadilan.
7. Optimalisasi pembangunan infrastruktur strategis daerah tema ini
fokus kepada:
a. Peningkatan aksesibilitas wilayah
b. Peningkatan cakupan pelayanan irigasi
c. Pengembangan lingkungan permukiman dan perumahan yang layak
8. Optimalisasi pendayagunaan tata ruang dan penanggulangan bencana
tema ini fokus pada peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan
bencana
9. Supremasi Hukum dan Revitalisasi pelayanan publik tema ini fokus
kepada:
a. Peningkatan koordinasi penegakan hukum
b. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik
10. Restrukturisasi dan revitalisasi organisasi pemerintah tema ini fokus
kepada penataan struktur organisasi dan tata kerja SKPD
Sesuai dengan strategi pembangunan dan arah kebijakan umum, program-program
pembangunan periode 2011-2015, terutama yang berkaitan dengan pengembangan
UMKM adalah sebagai berikut,
(1) Program Penciptaan iklim Usaha Usaha Kecil menengah yang Kondusif, yang
bertujuan untuk untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing pelaku
Usaha skala kecil menengah,
(2) Program pengembangan Kewirausahaan dan keunggulan kompetitif Usaha
kecil menengah. Program ini bertujuan untuk menciptakan wirausaha-
wirausaha baru dan mendorong UKM untuk mampu bersaing dipasar baik
pasar regional maupun nasional,
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-35
(3) Program pengembangan sistem pendukung Usaha Bagi Usaha mikro Kecil
menengah, melalui kegiatan (a) kegiatan promosi usaha UKM, dan (b) fasilitasi
permodalan bagi UKM,
(4) Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi, yang bertujuan untuk
memfasilitasi perwujudan kerjasama antara usaha besar dan usaha kecil-
menengah pada serta koordinasi perencanaan dan pengembangan penanaman
modal,
(5) Program Peningkatan kemampuan teknologi industri yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan teknologi industri,
(6) Program Penataan struktur industri untuk meningkatkan ketahanan dan
kemampuan industri dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas industri,
(7) Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial yang bertujuan untuk
mengembangkan dan bertambahnya sentra industri potensial di masing-
masing wilayah dan,
(8) Program pembinaan pedagang Kaki Lima dan Asongan bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dalam berwirausaha
Secara lebih spesifik menurut sektor usaha, program-program yang terkait dengan
pembinaan dan pengembangan UMKM adalah sebagai berikut.
(1) Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan, mencakup
program (a) Pengembangan usaha Agribisnis berbasis komoditas lokal (PIJAR)
meliputi Pengembangan Jagung, Sapi dan Rumput Laut yang salah satu
sasaranya berkembangnya investasi dibidang budidaya dan pengolahan
Jagung, pertumbuhan populasi sapi 20% per tahun (b) Program Peningkatan
kesejahteraan Petani. Adapun tujuan dari program ini adalah meningkatkan
kemitraan antara Petani Kelembagaan Tani dan Pengusaha Pertanian,
meningkatkan peran swasta dan Asosiasi - asosiasi Komoditas,
memanfaatkan sumber daya alam daerah optimal dan menjaga,
melestarikannya, dan meningkatkan Pengetahuan sikap dan keterampilan
sumber daya manusia. Salah satu sasaran yang akan dicapai adalah
meningkatnya SDM Industri Pengolahan Hasil Pertanian, (c) Program
Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian dan Perkebunan, yang
bertujuan untuk meningkatkan Sarana dan Prasarana Produksi Hasil
Pertanian/Perkebunan, (d) Program Penerapan Teknologi
Pertanian/Perkebunan, yang bertujuan untuk peningkatan penerapan
teknologi pertanian/perkebunan secara tepat guna, (e) Program Peningkatan
Produksi Hasil Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan.
(2) Kelautan dan Perikanan, yang mencakup (a) Program Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakakatat Pesisir, (b) Program Pengembangan kawasan Budi
daya Rumput Laut air payau dan air tawar, yang salah satu sasarannya
adalah berkembangnya kebun bibit unggul, (c) Program Pengembangan
Perikanan Tangkap yang sasarannya adalah terselenggaranya pendampingan
pada kelompok nelayan pada perikanan tangkap, pembangunan tempat
pelelangan ikan, pemeliharaan dan rehabilitasi tempat pelelangan ikan, dan
pengembangan lembaga usaha perikanan tangkap, (d) Program Optimalisasi
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-36
pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan, yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas produk hasil perikanan.
Dalam konteks program pembangunan infrastruktur yang menunjang pengembangan
UMKM, program yang telah dicanangkan adalah (1) Program Pembangunan Jalan
dan Jembatan, yang bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas/keterjangkauan
suatu wilayah, (2) Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan, dengan
tujuan program ini adalah bertahannya kondisi jalan agar tetap dapat melayani
lalulintas, (3) Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa, dan
Jaringan Pengairan Lainnya, dengan tujuan terwujudnya kemanfaatan saluran irigasi
dan bertahannya saluran irigasi untuk melayani layanan pengairan/irigasi pada
lahan pertanian, (4) Program Pembangunan Infrastrukur Perdesaan untuk
meningkatkan aksesibilitas/keterjangkauan wilayah perdesaan.
Program pembangunan sektor ketenaga-kerjaan yang mendukung pengembangan
dan pembinaan UMKM adalah Program Peningkatan Kualitas dan Produktifitas
Tenaga Kerja. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pembinaan dan pelatihan
keterampilan ketenagakerjaan serta koordinasi dengan lembaga swasta
4.7. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bima
Visi pembangunan Kabupaten Bima sebagai rumusan umum mengenai keadaan yang
diinginkan pada akhir periode perencanaan pembangunan 5 (lima) tahun pertama
2006-2010 dan merupakan bagian dari visi RPJPD Kabupaten Bima Tahun 2006-
2025 dirumuskan sebagai berikut:
”Terwujudnya masyarakat dan daerah Kabupaten Bima yang maju, mandiri, dan
bermartabat berdasarkan nilai Maja Labo Dahu yang religius”
Secara spesifik, penjabaran dari visi ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Masyarakat dan daerah Kabupaten Bima adalah seluruh lapisan masyarakat
dan Pemerintah Kabupaten Bima yang berada di wilayah Kabupaten Bima;
2. Kabupaten Bima yang maju ditandai dengan adanya kemajuan dalam berbagai
aspek kehidupan lahir dan batin. Aspek lahiriah, peningkatan pendapatan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar. Aspek batiniah ditandai
dengan meningkatnya penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan
pembangunan daerah, semakin mantapnya keimanan dan ketaqwaan
masyarakat, serta meningkatnya ketahahanan sosial budaya. Kedua kondisi
tersebut diukur berdasarkan peningkatan dalam Pendapatan per Kapita;
Angka Kemiskinan; Indeks Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Crime Index.
Reaksi-reaksi sosial kemasyakatan perlu ditanggapi dan dijadikan sebagai
salah satu perwujudan rasa keadilan masyarakat. Pengukurannya dapat
digunakan indikator seperti: tingkat layanan penyediaan sarana, prasarana
dan fasilitas publik, tingkat layanan penyediaan modal usaha produktif bagi
masyarakat;
3. Kabupaten Bima yang mandiri ditandai dengan peningkatan kapasitas
penalaran dan fisik manusia yang diukur berdasarkan perubahan Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development Index), yang mencakup: Tingkat
Pendidikan Penduduk; Tingkat Partisipasi Sekolah; Daya Serap Lembaga
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-37
Pendidikan Formal; Usia Harapan Hidup Penduduk; Lama Hari Sakit
Penduduk; Status Gizi Balita; Tingkat Kematian Bayi dan Ibu Hamil dan
Nisbah Sarana Kesehatan per Penduduk. Berkaitan dengan derajat otonomi
fiskal, yaitu kemampuan pemerintah daerah untuk membiayai kebutuhan
otonominya berdasarkan penerimaan yang berasal dari sumber-sumber
keuangan asli daerah, derajat otonomi fiskal diukur berdasarkan perubahan
Indeks Kemampuan Rutin yaitu proporsi dan kontribusi penerimaan yang
berasal dari sumber-sumber keuangan asli daerah terhadap penerimaan yang
berasal dari pemerintah Provinsi dan Pusat.
4. Kabupaten Bima yang bermartabat ditandai dengan masyarakat yang maju,
mandiri, sejahtera, dan berkepribadian luhur dalam segala aspek kehidupan;
5. Nilai Maja Labo Dahu merupakan falsafah hidup masyarakat Bima dalam
menerapkan norma-norma kemasyarakatan dan keagamaan dalam setiap
tingkah laku dan perbuatan manusia, yaitu malu jika berbuat kesalahan yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan norma yang ada dan takut kepada
Allah sehingga selalu berusaha keras agar mampu menjadi manusia terbaik
dalam hidup. Disamping itu, konsepsi Maja Labo Dahu mengandung 4 nilai
luhur yaitu: Toho ra ndai sura dou labo dana, Toho ra ndai sura dou marimpa,
Renta ba rera kapoda ba ade karawi ba weki , Nggahi rawi pahu
6. Kabupaten Bima yang religius ditandai dengan adanya kemajuan dan
peningkatan dalam kehidupan beragama, dimana Islam yang merupakan
agama mayoritas di wilayah ini dijadikan landasan norma kemasyarakatan
untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dengan tetap
memperhatikan dan menjaga kerukunan hidup dengan umat beragama lain.
Peningkatan aspek batiniah dilaksanakan dengan penerapan nilai-nilai Islam
dalam kehidupan pembangunan daerah dan semakin mantapnya keimanan
dan ketaqwaan masyarakat. Hal ini dapat diukur dengan berkurangnya
tingkat kejahatan pada masyarakat dalam berbagai bentuk, terciptanya
keamanan dan ketertiban masyarakat, dan terciptanya situasi kondusif untuk
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat.
Misi pembangunan sebagai penjabaran dari upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Bima dirumuskan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan peningkatan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan secara proporsional sebagai pelaku dan penikmat pembangunan;
2. Restrukturisasi lembaga pemerintahan dalam meningkatkan peran dan fungsi
strategis aparatur pemerintahan selaku agen pembangunan dan pelayanan prima
dalam melaksanakan tugas di bidang pemerintahan, pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance sehingga
tercipta pelayanan publik yang sistematis, profesional, transparan, dan akuntabel;
3. Menerapkan perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan daerah sesuai tata
ruang wilayah Kabupaten dengan mengoptimalkan potensi strategis wilayah secara
efisien, efektif, dan terintegrasi terhadap berbagai sumber daya yang dibutuhkan
untuk percepatan pembangunan wilayah kecamatan dengan tetap memperhatikan
daya dukung dan dampak lingkungan;
4. Meningkatkan pengelolaan semua potensi daerah secara profesional berdasarkan
prinsip transparansi dan akuntabilitas serta optimalisasi kemitraan antar pelaku
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-38
pembangunan dalam meningkatkan kemajuan di segala bidang dengan prioritas dalam
bidang pertanian;
5. Pengelolaan Keuangan Daerah yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel serta
peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat dan daerah dengan penciptaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara realistis melalui peran aktif tiga domain ekonomi
(rakyat, swasta, dan pemerintah);
6. Meningkatkan kesadaran, pemahaman, dan pengamalan agama bagi seluruh
masyarakat.
Mengingat banyaknya permasalahan pokok yang terkait dengan penyelenggaraan
fungsi pemerintahan daerah, visi dan misi pembangunan Kabupaten Bima untuk
jangka menengah 2006-2010 dirumuskan berdasarkan beberapa pertimbangan
penting terutama pertimbangan kemampuan keuangan daerah. Namun demikian visi
dan misi yang telah ditetapkan tetap mengarah kepada tercapainya tujuan
pembangunan nasional yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil
dan makmur sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.
Dalam rangka mewujudkan Kabupaten Bima sebagai kawasan pengembangan
agrobisnis berbasis pertanian, peternakan, agroindustri berbasis perikanan, dan
wisata bahari, maka disusun Strategi Penataan Tata Ruang Kabupaten Bima. Dan
untuk melaksanakan kebijakan penataan ruang sebagaimana ditetapkan strategi
penataan ruang wilayah yang terdiri atas :
a. Strategi pengembangan wilayah-wilayah yang berbasis pertanian, perikanan, dan
wisata bahari, meliputi:
1). mengembangkan wilayah-wilayah dengan potensi unggulan pertanian dan
perikanan sebagai daerah produksi;
2). mengembangkan objek-objek wisata potensial;dan
3). meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang
produksi.
b. Strategi peningkatan Pertumbuhan dan pengembangan wilayah dengan konsep
agrobisnis dan agro industri, meliputi:
1). menetapkan wilayah agrobisnis di Kecamatan Belo, Bolo, Sape, Tambora, dan
Wera;
2). menetapkan wilayah agroindustri di Kecamatan Woha;
3). meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang
kawasan agrobisnis dan agroindustri; dan
4). meningkatkan kelembagaan pengelolaan kawasan agrobisnis dan agroindustri.
c. Strategi Pengendalian pemanfaatan lahan pertanian, meliputi:
1). menekan pengurangan luasan lahan sawah beririgasi;
2). menetapkan lahan sawah abadi atau lahan sawah berkelanjutan dan menekan
pengurangan luasan lahan sawah beririgasi;
3). mengembangkan sawah baru pada kawasan potensial; dan
4). mengoptimalkan pemanfaatan kawasan pertanian lahan kering.
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-39
d. Strategi Penataan pusat pusat pertumbuhan wilayah dan ekonomi perkotaan yang
menunjang sistem pemasaran produksi pertanian, perikanan, pariwisata dan
pertambangan, meliputi;
1). menetapkan hierarki simpul-simpul pertumbuhan ekonomi wilayah;
2). memantapkan fungsi simpul-simpul wilayah;
3). memantapkan keterkaitan antar simpul-simpul wilayah dan interaksi antara
simpul wilayah dengan kawasan perdesaan sebagai hinterlandnya;
4). menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di
sekitarnya;
5). mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani
oleh pusat pertumbuhan; dan
6). mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif
dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
e. Strategi pengembangan sistim prasarana wilayah yang mendukung pemasaran hasil
pertanian, perikanan, pariwisata, dan pertambangan, meliputi:
1). mengembangkan sistem jaringan infrastruktur dalam mewujudkan
keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;
2). mengembangkan akses jaringan jalan menuju kawasan pertanian, perikanan,
pariwisata, industri dan daerah terisolir;
3). mengembangkan dan meningkatkan jalan lingkar perkotaan dan jalan lingkar
utara-selatan wilayah Kabupaten Bima;
4). mendorong pengembangan jaringan telekomunikasi dan informasi terutama di
kawasan terisolir ; dan
5). meningkatkan jaringan energi dengan memanfaatkan energi terbarukan dan
tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem
penyediaan tenaga listrik.
f. Strategi pengelolaan pemanfaatan lahan dengan memperhatikan peruntukan lahan,
daya tampung lahan dan aspek konservasi, meliputi:
1). mempertahankan luas kawasan lindung;
2). mempertahankan luasan hutan lindung dan mengembangkan luas kawasan
hutan minimal 30% dari luasan daerah aliran sungai;
3). mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah
menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan
dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;
4). menyelenggarakan upaya terpadu untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
fungsi kawasan lindung;
5). melestarikan sumber air dan mengembangkan sistem cadangan air untuk
musim kemarau;
6). memelihara kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau
dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; dan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-40
7). mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung
menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan
lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang
berkelanjutan.
g. Strategi pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek
keberlanjutan dan lingkungan hidup, meliputi:
1). mendukung kebijakan moratorium logging dalam kawasan hutan serta
mendorong berlangsungnya investasi bidang kehutanan yang diawali dengan
kegiatan penanaman/rehabilitasi hutan;
2). mengembangkan produksi hasil hutan kayu dari hasil kegiatan budidaya
tanaman hutan dalam kawasan hutan produksi;
3). mengembangkan produksi hasil hutan kayu yang berasal dari hutan alam, dari
kegiatan penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan dengan izin yang sah;
4). memelihara kawasan peninggalan sejarah dan situs budaya sebagai objek
penelitian dan pariwisata;
5). mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari luas kawasan perkotaan;
6). mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung
dan daya tampung kawasan;
7). mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas
lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
8). membatasi perkembangan kawasan terbangun pada kawasan perkotaan
dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan tidak
sporadis untuk mengefektifkan tingkat pelayanan infrastruktur dan sarana
kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan;
9). mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk
menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; dan
10). mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan
untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.
h. Strategi pengembangan kawasan pariwisata yang berbasis pada potensi alam dan
budaya, meliputi
1). mengembangkan kawasan pariwisata dengan obyek wisata unggulan;
2). mengelola, mengembangkan dan melestarikan peninggalan sejarah purbakala;
3). merevitalisasi nilai-nilai budaya serta situs/cagar budaya yang bernilai historis;
dan
4). mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan.
i. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan.
1). menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan
keamanan;
2). mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan
strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-41
3). mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tak terbangun
di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya terbangun;
dan
4). turut serta memelihara dan menjaga aset – aset pertahanan/TNI.
Program penataan ruang tersebut sejalan dengan Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu (KAPET) Bima, dimana Kabupaten Bima bersama-sama dengan Kabupaten
Dompu dan Kota Bima menjadi bagian dari wilayah pengembangan ini. KAPET Bima
sendiri ditetapkan melalui KEPPRES No. 166 Tahun 1998 dengan luas wilayah 6.921,
45 Km2 = 692.145 Ha dan jumlah penduduk 664.486 jiwa. Cakupan wilayah KAPET
Bima saat ini meliputi Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu.
4.8. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat
Tujuan dan sasaran pengembangan UMKM dilakukan dalam kerangka
pembangunan daerah Kabupaten Sumbawa Barat yang merupakan manifestasi dari
visi dan misi Pemerintahan Daerah dalam melaksanakan pembangunan tahun 2011-
2015. Bagian ini merupakan rangkuman dari kebijakan Pemerintah Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat seperti yang termuat dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMD) tahun 2011-2015.
Visi
Visi Daerah KSB tahun 2011 – 2015 adalah ”Terwujudnya Keunggulan Wilayah
pada semua bidang kehidupan untuk Mengokohkan Kabupaten Sumbawa
Barat sebagai Kabupaten Percontohan yang Berperadaban Fitrah di Provinsi
Nusa Tenggara Barat”.
Perumusan visi dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi daerah dan aspirasi
masyarakat, mengakomodasikan masukan dari tokoh masyarakat, para pakar dari
Perguruan Tinggi, asosiasi profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lain-lainnya.
Visi tersebut dilandasi oleh nilai-nilai normatif lokal yang dapat menjadi arahan dan
pemberi motivasi dalam membangun KSB sebagai berikut:
1. Keunggulan Wilayah, baik berupa keunggulan komparatif (comparative adventage)
maupun keunggulan kompetitif (competitive adventage). Keunggulan komparatif adalah
keunggulan dari semua sumber daya pembangunan (input) dalam memproduksi hasil
pembangunan (output), sedangkan keunggulan kompetitif adalah keunggulan dari semua
produksi hasil pembangunan (output) dalam bersaing dengan output lainnya di pasar.
2. Semua Bidang Kehidupan, adalah semua aspek yang menjadi landasan dalam
melakukan perencanaan pembangunan dan sekaligus menjadi sasaran pelaksanaan
pembangunan, meliputi lima kelompok bidang sebagai berikut: geografis dan sumber
daya alam, perekonomian, sosial budaya dan sumber daya manusia, sarana prasarana,
dan pemerintahan dan pelayanan umum.
3. Kabupaten Sumbawa Barat sebagai Kabupaten Percontohan, adalah kabupaten yang
dapat menjadi contoh bagi daerah lainnya, terutama kabupaten/kota yang ada di wilayah
Provinsi NTB karena adanya keberhasilan yang dicapai dalam berbagai
bidang/sektor/kegiatan pembangunan. Spirit kabupaten percontohan ini diharapkan
dapat memacu Pemerintah Daerah beserta masyarakatnya untuk secara bersama-sama
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-42
membangun wilayahnya pada berbagai bidang kehidupan, sehingga mampu menjadi
daerah percontohan yang berperadaban fitrah pada masa mendatang.
4. Kabupaten Sumbawa Barat Berperadaban Fitrah, adalah kabupaten yang lahir,
berproses dan berhasil karena adanya kepatuhan dari masyarakatnya dalam
menjalankan semua perintah Allah SWT dan meninggalkan semua larangan-Nya.
Peradaban fitrah mengandung tiga dimensi yaitu: dimensi idiologis yaitu adanya
aqidah/keyakinan yang mantap terhadap tata nilai Islam; dimenasi spiritual yaitu adanya
akhlak/psikologis atau perilaku yang sesuai tuntunan keislaman; dan dimensi struktural
yaitu adanya penampilan proses dan hasil-hasil pembangunan, baik berupa teknologi
maupun materi yang bernilai Islami. Realisasi dari ketiga dimensi tersebut menjadi syarat
wajib untuk dapat memperoleh keselamatan, rahmat dan berkah, serta ridho Allah SWT
dalam semua bidang kehidupan.
Perumusan visi, selain dapat dilakukan secara visioner dan normatif, juga dapat
dilakukan melalui pengumpulan data/informasi teknis, yaitu dengan cara
mengidentifikasi dan menganalisis kondisi umum berbagai sumber daya
pembangunan daerah pada masa kini, untuk selanjutnya dilakukan analisis prediksi
kondisi umum berbagai sumber daya pembangunan daerah pada masa depan. Visi
yang dihasilkan melalui cara ini disebut visi pembangunan.
Berdasarkan hasil identifikasi, analisis dan prediksi kondisi umum berbagai sumber
daya pembangunan di KSB, maka Visi pembangunan KSB Tahun 2011 – 2015
adalah ”Kabupaten Sumbawa Barat Berkembang melalui Pembangunan
Agroindustri Andalan”.
Agroindustri Andalan adalah industri pengolahan hasil pertanian dalam arti luas
(meliputi: tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan &
kelauatan) yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan masyarakat sebagai
pelaku usaha dan pendapatan wilayah KSB secara keseluruhan. Agroindustri
merupakan pemicu dan sekaligus pemacu dalam pembangunan agribisnis, yaitu
mempunyai keterkaitan ke belakang dalam mendorong pembangunan sektor hulu
(penyediaan input dan usaha pertanian) dan mempunyai keterkaitan ke depan dalam
mendorong pembangunan sektor hilir (pemasaran hasil pertanian dan hasil
agroindustri) dengan dukungan berbagai kelembagaan penunjang agribisnis.
Misi
Untuk mewujudkan visi pembangunan dan sekaligus visi daerah KSB, maka
ditetapkan misi pembangunan KSB Tahun 2011 – 2015 sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi geografis dan sumber daya alam dengan
mempertimbangkan keunggulan komparatif sumber daya dan integritas ekosistem wilayah
yang berkelanjutan.
2. Mengembangkan perekonomian wilayah dengan mengintegrasikan keunggulan sektor
pertanian dan industri secara efisien, efektif dan produktif, sehingga mampu memperluas
kesempatan kerja bagi masyatakat dan memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan
ekonomi wilayah.
3. Mengembangkan pranata sosial budaya, tata nilai keagamaan dan kelembagaan yang
mampu menstimulasi pengembangan sumber daya manusia yang beriman taqwa
(IMTAQ), bersikap mental wirausaha, kreatif, inovatif, partisipatif dan produktif dalam
pembangunan.
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-43
4. Mengembangkan prasarana dan sarana pembangunan sebagai syarat harus dalam
berproduksi dan berkonsumsi untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat.
5. Memantapkan tata kelola pemerintahan dengan berlandaskan tata nilai pemerintahan
yang baik (Good Governance) dan pemerintahan yang arif-bijaksana (Sound Governance).
Tujuan
Untuk menjabarkan misi tersebut, ditetapkan tujuan pembangunan KSB tahun
2011 – 2015 sebagai berikut:
1. Mengintensifkan pemanfaatan potensi geografis dan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui (renewable resources) sesuai arahan penggunaan terbaik.
2. Mengatur pemanfaatan potensi geografis dan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui (unrenewable resources) sesuai azas manfaat, daya dukung dan lestari.
3. Menumbuhkan kegiatan ekonomi rakyat (usaha mikro kecil menengah dan koperasi) yang
sesuai dengan keunggulan komparatif sumber daya pada setiap bagian wilayah
pembangun KSB.
4. Menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan/atau investor agar mau dan mampu
berpartisipasi aktif dalam membangun ekonomi wilayah KSB yang mempunyai
keunggulan kompetitif terhadap ekonomi daerah lainnya.
5. Mempedomani tata nilai agama dan pranata sosial budaya serta kelembagaan dalam
menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
6. Menghasilkan sumber daya manusia yang beriman taqwa (IMTAQ), bermental wirausaha,
kreatif, inovatif dan partisipatif dalam pelaksanaan pembangunan wilayah.
7. Membangun prasarana dan sarana sosial ekonomi, serta teknologi berbasis pemanfaatan
sumber daya lokal untuk merangsang kegiatan berproduksi yang berkelayakan ekonomi.
8. Membangun prasarana dan sarana sosial budaya berbasis kearifan lokal untuk
mewujudkan kegiatan berkonsumsi yang berkelayakan sosial.
9. Menciptakan tata pemerintahan yang transparan, demokratis dan akomodatif dalam
proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan.
10. Menghasilkan aparatur pemerintahan yang fitrah, profesional, disiplin, arif-bijaksana dan
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Sasaran
Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, maka ditetapkan beberapa sasaran
umum pembangunan KSB tahun 2011 – 2015 sebagai berikut:
1. Tersedianya Kawasan Sentra Produksi (KSP) komoditas unggulan/andalan pada setiap
desa.
2. Intensifnya penggunaan lahan sawah untuk budidaya tanaman pangan.
3. Ekstensif dan/atau intensifnya pengusahaan lahan kering untuk budidaya pertanian dan
peternakan melalui pendekatan KSP dan sistem agribisnis.
4. Terpeliharanya kawasan/lahan hutan, sehingga fungsi lingkungan/lindung, ekonomi dan
sosial hutan terjamin.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-44
5. Terbangunnya obyek pariwisata alam strategis “Pantai Jelenga-Maluk-Sekongkang” dan
obyek pariwisata lainnya pada setiap kecamatan.
6. Tersedianya Zonasi dalam pengelolaan sumber daya perairan, baik untuk perairan laut,
air payau/pesisir, maupun air tawar/darat pada setiap kecamatan.
7. Diusahakannya berbagai komoditas pertanian dan peternakan unggulan/ andalan pada
setiap KSP, baik pada lahan sawah maupun lahan kering.
8. Tertatanya kegiatan ekonomi non pertanian (seperti: pertambangan/ penggalian, industri,
perdagangan, koperasi dan jasa lainnya) secara rasional, produktif dan komersial.
9. Terjadinya peningkatan PDRB dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), serta diikuti meningkatnya indeks pendapatan (paritas daya beli) masyarakat
pada IPM.
10. Tertatanya hubungan kerjasama pembangunan antara Pemerintah KSB dengan
Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi se-Provinsi NTB.
11. Tertatanya hubungan kerjasama pembangunan antara Pemerintah KSB dengan
Pemerintah Kabupaten-Kota/Pemerintah Provinsi atau lembaga lainnya di luar Provinsi
NTB.
12. Terciptanya hubungan kerjasama atau kemitraan usaha antar pelaku ekonomi di KSB.
13. Terbentuk dan/atau terbinanya lembaga keagamaan, hukum dan sosial budaya lokal.
14. Adanya perlindungan hukum dan penegakan hak azasi manusia, yang ditandai oleh
terselesaikannya secara baik kasus pelanggaran hukum dan hak azasi manusia.
15. Terciptanya stabilitas sosial politik, sosial budaya dan sosial ekonomi, yang ditandai
sedikitnya konflik kepentingan dalam kehidupan masyarakat.
16. Meningkatnya kualitas pendidikan dan/atau keterampilan sumber daya manusia KSB,
serta dihasilkannya angkatan kerja terampil/bersikap mental wirausaha.
17. Meningkatnya kualitas kesehatan sumber daya manusia KSB.
18. Terjadinya peningkatan partisipasi angkatan kerja dan menurunnya jumlah penduduk
miskin.
19. Meningkatnya kapasitas sarana prasarana sosial ekonomi dan teknologi pertanian dalam
arti luas.
20. Meningkatnya kapasitas sarana prasarana sosial ekonomi dan teknologi non pertanian
(seperti: energi/listrik dan air bersih; perhubungan darat, laut, dan udara; teknologi,
informasi dan komunikasi, dan lain-lainnya).
21. Meningkatnya kuantitas dan kualitas penerapan teknologi pada kegiatan berbagai sektor
ekonomi pembangunan, sehingga tercipta efisiensi, efektivitas dan produktivitas usaha.
22. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sarana prasarana pendidikan dan pelatihan.
23. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sarana prasarana kesehatan.
24. Tersedianya sarana prasarana sosial budaya lainnya (seperti; peribadatan, olahraga dan
kesenian, dan lainnya).
25. Tertatanya lembaga dan ketatalaksanaan pemerintahan.
26. Tersedianya peraturan, keputusan dan kebijakan Pemerintah untuk masyarakat.
27. Terjadinya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) antar lembaga pemerintahan
dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan dan pemerintahan.
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-45
28. Terciptanya aparatur pemerintahan yang profesional dan disiplin.
29. Terciptanya aparatur pemerintahan yang fitrah/bersih, baik dan bertanggung jawab.
30. Terwujudnya aparatur pemerintahan yang mampu memberikan pelayanan secara arif-
bijakansa kepada masyarakat.
Kegiatan Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2012
Untuk mencapai sasaran tersebut maka pada setiap Program Utama Pembangunan
ditentukan satu kegiatan prioritas pembangunan daerah KSB yang pada tahun 2013
ditetapkan sebagai berikut:
1. Pengusahaan komoditas unggulan/andalan pada Kawasan Strategis Agropolitan/
Agroindustri Poto Tano dan Penataan Kawasan Sentra Produksi (KSP) pada
kecamatan/desa lainnya.
2. Pelaksanaan pariwisata pada Kawasan Strategis “Jereweh-Maluk-Sekongkang” dan obyek
wisata pendukung di kecamatan lainnya dalam rangka “Visit Lombok-Sumbawa 2012”.
3. Pengaturan dan pembangunan tata lingkungan fisik, ekonomi dan sosial budaya Kota
Taliwang sebagai Ibukota KSB.
4. Pemberdayaan ekonomi melalui Program Simulus Ekonomi untuk Kelompok Masyarakat
dan Badan Usaha UMKM-Koperasi pada semua sektor ekonomi.
5. Implementasi hubungan kerjasama/kemitraan pembangunan ekonomi antara Pemerintah
KSB dengan Pemerintah Kabupaten/Kota Lainnya dan Investor, baik di tingkat regional,
nasional maupun internasional.
6. Pembinaan tata nilai keagamaan, sosial budaya dan kelembagaan kepada masyarakat
untuk fondasi peradaban fitrah.
7. Pembinaan mutu pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang pendidikan.
8. Pengelolaan mutu kesehatan masyarakat berwawasan lingkungan sehat.
9. Pembinaan Kewirausahaan (Entrepreneurship) TK, baik Perempuan maupun Pemuda
dalam implementasi UMKM-Koperasi.
10. Pembangunan dan/atau pemeliharaan infrastruktur jaringan irigasi pertanian dan
prasarana perhubungan, terutama di KSP Pertanian Lahan Basah maupun Pertanian
Lahan Kering.
11. Pengadaan dan/atau pembebasan lahan untuk lokasi Perkantoran Pemerintah dan
infrastuktur publik lainnya.
12. Pembinaan motivasi, disiplin kerja, profesionalitas dan tanggung jawab moral pimpinan
SKPD dan pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
13. Implementasi tugas-fungsi pengawasan pelaksanaan pembangunan dan penerapan
tindak lanjut hasil pengawasan, baik berupa penghargaan maupun sanksi.
Pertanian
Pengembangan UMKM di sektor pertanian dilakukan oleh instansi teknis dalam
lingkup Dinas Kehutanan, Perkebunan & Pertanian (HUTBUNTAN) yang dalam
Rencana Kerja Pemerintah Daerah KSB tahun 2013 melalui:
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-46
1. Program Pengembangan Lahan Pertanian (Tanaman Pangan, Perkebunan, Kehutanan dan
Peternakan) sebagai Sektor Unggulan Ekonomi KSB
a. Pengendalian konversi lahan sawah ke penggunaan lainnya.
b. Pembukaan lahan baru untuk budidaya pertanian (ekstensifikasi).
2. Program Pemeliharaan Kawasan Hutan Berdasarkan Azas Manfaat, Lestari dan
Bertanggung Jawab
a. Penyuluhan pemeliharaan kawasan hutan agar fungsi hutan sebagai penyangga
kehidupan manusia, sumber air, udara dan iklim tetap terjaga.
b. Patroli kegiatan pemanfaatan/eksploitasi hasil hutan kayu dan non kayu oleh
masyarakat atau pihak lain.
c. Pemberian sanksi tegas terhadap masyarakat atau pihak lain yang melakukan
pengrusakan hutan.
d. Rehabiltasi areal tangkapan air (cathment area) pada kawasan hutan.
e. Rehabilitasi lahan kritis dan tidak produktif di dalam kawasan hutan.
f. Konversi sebagian hutan lindung menjadi hutan produksi untuk lapangan kerja
masyarakat.
3. Program Peningkatan Produksi Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan
a. Pengusahaan dan/atau pemeliharaan komoditas pertanian tanaman pangan dan
perkebunan pada setiap Kawasan Sentra Produksi (KSP) atau pada lahan budidaya
lainnya.
b. Pelaksanaan Gerakan Sejuta Pohon (GSP) pada lahan kering.
c. Pelatihan aneka jenis teknologi pertanian tepat guna untuk petani.
d. Penggunaan teknologi tepat guna yang mampu menghasilkan produksi pertanian
sesuai kebutuhan bahan baku agroindustri dan jumlah permintaan pasar.
e. Penanganan panen dan pasca penen produksi pertanian secara baik agar kualitas
produk terjamin.
4. Program Pengembangan Usaha Pertanian atau Agribisnis
a. Penyediaan modal pinjaman sarana produksi pertanian melalui Program Stimulus
Ekonomi sesuai kebutuhan petani.
b. Penyediaan modal pinjaman peralatan dan mesin pertanian melalui Program Stimulus
Ekonomi yang terjangkau daya beli petani/pengusaha.
c. Penjaminan Harga Dasar Gabah (HDG) dan harga produk pangan lainnya guna
melindungi produsen melalui Program Stimulus Ekonomi.
d. Pembangunan dan/atau pemanfataan Balai Benih Induk (BBI) Pertanian untuk
menyediakan benih/ bibit unggul.
e. Pembinaan lembaga sosial ekonomi pertanian seperti: Kelompok Tani, Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A), dan lainnya.
5. Program Pengusahaan Hasil Hutan
a. Pengusahaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dengan memperhatikan kearifan sosial
budaya lokal.
b. Pengusahaan lebah untuk menghasilkan madu.
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-47
c. Rehabilitasi kawasan hutan yang telah rusak melalui sistem
agroforestry/socialforestry.
d. Pembinaan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu.
e. Pembinaan kegiatan sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan.
6. Program Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Prasarana Pengairan untuk Pertanian
a. Pemeliharaan sarana prasarana pengairan/irigasi untuk lahan basah (sawah) dengan
sistem irigasi permukaan.
b. Pemeliharaan sarana prasarana pengairan/irigasi untuk lahan kering dengan sistem
irigasi sumur pompa, perpipaan dan irigasi tetes.
c. Pengelolaan sarana prasarana pengairan/irigasi secara terpadu dan terorganisasi
untuk pertanian dan penggunaan lainnya.
d. Bantuan operasional jaringan irigasi peratanian dan bangunan pengairan lainnya.
Sedangkan untuk sub sektor perikanan dan peternakan dilakukan oleh Dinas Kelautan
Perikanan & Peternakan (LUTKANAK) melalui:
1. Program Pengelolaan Sumber daya Perikanan dan Kelautan sebagai Sektor Andalan Ekonomi
KSB
a. Penyusunan data base potensi sumber daya kelautan dan perikanan.
b. Penentuan dan/atau penyusunan Zonasi Pemanfaatan Sumber daya Laut dan Pesisir
untuk berbagai kegiatan ekonomi.
c. Pemanfatan sumber daya laut dan pesisir, air payau dan air tawar untuk budidaya
perikanan, seperti: budiaya rumput laut, budidaya mutiara, budidaya tambak udang,
budidaya aneka jenis ikan, dan usaha wisata.
d. Konservasi ekosistem aneka jenis tumbuhan dan binatang laut.
2. Program Pengelolaan Potensi Pulau-pulau Kecil
a. Idenfikasi potensi, penegasan status hukum, serta penyusunan dan/atau implemntasi
Rencana Tindak (Action Plan) pulau-pulau kecil.
b. Konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity) pulau-pulau kecil.
3. Program Peningkatan Produksi Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan
a. Pengusahaan/perbanyakan ternak (terutama sapi) melalui penyediaan pakan olahan,
insiminasi buatan, vaksinasi dan pengobatan secara teratur untuk mendukung
Gerakan NTB Bumi Sejuta Sapi.
b. Pemberdayaan manajemen kelembagaan, manajemen keuangan dan manajemen
pemasaran kelompok pelaku usaha peternakan.
4. Program Pengembangan Usaha Pertanian atau Agribisnis
a. Implementasi sistem pengelolaan Rumah Potong Hewan (RPH) Internasional Poto Tano
sebagai Core Bussines RMPS dan Gerakan NTB Bumi Sejuta Sapi.
5. Program Pengembangan Usaha Perikanan dan Kelautan
a. Budidaya aneka jenis komoditas unggulan perikanan laut, seperti: Rumput Laut,
Kerang Mutiara, dan lainnya.
b. Budidaya aneka jenis ikan air tawar di Lebo Taliwang dan lokasi air tawar lainnya.
c. Pengadaan sarana dan prasarana usaha perikanan dan kelautan, baik untuk usaha
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-48
penangkapan maupun budidaya.
d. Pembinaan pelaku usaha perikanan dan kelautan.
e. Pembangunan dan/atau pemanfaatan usaha pertambakan, terutama Usaha Tambak
Udang di Kecamatan Poto Tano.
f. Pemanfaatan Coldstorage udang dan produk perikanan lainnya yang ada di
Kecamatan Poto Tano.
g. Pembangunan dan/atau pemanfaatan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).
Pertambangan dan Pariwisata
Untuk UMKM di sektor Pertambangan dan Pariwisata dilakukan oleh Dinas Energi
Sumber daya Mineral, Kebudayaan & Pariwisata (ESDM BUDPAR) melalui:
1. Program Pengelolaan Potensi Lahan Bahan Tambang/Galian
a. Pemberian ijin lokasi usaha pertambangan/penggalian secara selektif dan
bertanggungjawab sesuai kapasitas sumber daya lahan.
b. Eksploitasi bahan tambang/galian secara selektif dan sesuai daya dukung lingkungan.
c. Reklamasi lahan bekas penambangan/penggalian dengan menggunakan teknologi
konservasi yang tepat.
2. Program Pengelolaan Potensi Lokasi Obyek Pariwisata Alam
a. Implementasi Rencana Induk Pengembangan Obyek Pariwisata (RIP Pariwisata).
b. Implementasi Rencana Tindak (Action Plan) pembangunan lokasi obyek wisata alam
pantai, danau, air terjun dan lainnya (seperti: Lebo Taliwang, Pantai Jelenga, Pantai
Maluk, Pantai Sekongkang, Pasir Putih Poto Tano, Air Terjun Rarak-Brang Rea, dan
lainnya).
3. Program Pengembangan Usaha Pertambangan/Penggalian dan Energi
a. Pembinaan, pengendalian dan pengawasan usaha tambang/galian agar tidak merusak
lingkungan, termasuk kegiatan pertambangan tanpa ijin (PETI).
b. Pemberian bantuan sarana prasarana usaha pertambangan/penggalian rakyat.
c. Pembinaan usaha pengadaan dan distribusi listrik, gas dan air bersih, baik untuk
kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan produksi dunia
usaha/industri.
4. Program Penataan dan Pengembangan Usaha Pariwisata, Hotel dan Restoran
a. Pembangunan obyek wisata bahari yang terpadu dengan agrowisata di Kawasan
Strategis Pariwisata “Jelenga-Maluk-Sekongkang”.
b. Pembangunan atau penyediaan prasarana pendukung di lokasi obyek wisata alam
pantai, danau, air terjun dan lainnya seperti: jalan, sumber air, listrik, pusat
informasi, dan lainnya.
c. Pembinaan atau pelatihan manajemen usaha bagi SDM/tenaga kerja pelaku
pariwisata, hotel dan restoran.
d. Penyusunan regulasi hubungan fungsional antar kabupaten/kota lokasi wisata dalam
pengelolaan pariwisata lintas wilayah.
e. Penyediaan pusat informasi wisata di lokasi obyek wisata.
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-49
f. Pengadaan, promosi dan pemasaran produk-produk wisata.
5. Program Pengembangan Energi Listrik, Gas dan Air Bersih
a. Pemasangan/pengadaan jaringan listrik pada desa/dusun atau lokasi yang belum
terlayani.
b. Pembangunan dan/atau pemeliharaan sarana prasarana air bersih, terutama di
wilayah pesisir dan terisolir.
Industri dan Jasa
Pengembangan UMKM di sektor perindustrian dan jasa dilakukan oleh Dinas
Perindustrian Perdagangan Koperasi & UMKM (PERINDAGKOP UMKM) melalui:
1. Program Pengembangan Usaha Industri/Agroindustri Mikro, Kecil, Menengah dan Besar
sebagai Sektor Andalan Penyediaan Kesempatan Kerja,
a. Pembinaan, pelatihan/kursus atau magang pelaku aneka jenis industri/ agro industri.
b. Pelaksanaan usaha berbagai jenis industri/agroindustri, terutama Agroindustri
Rumput Laut dan Agroindustri Rotan sebagai unggulan kompetensi inti daerah.
c. Standarisasi kualitas aneka produk industri/agro industri.
d. Pembentukan dan/atau penguatan lembaga usaha industri/agro industri.
e. Pembangunan sarana prasarana (pabrik, mesin dan peralatan) aneka jenis
industri/agroindustri pada Kawasan Sentra Produksi (KSP) Agroindustri Poto Tano.
f. Penyediaan modal pinjaman investasi dan modal kerja untuk Usaha Industri Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) melalui Program Stimulus Ekonomi.
g. Pembentukan dan pembinaan lembaga sosial ekonomi industri seperti: pusat bisnis
dan teknologi untuk industri, Kelompok Usaha Produktif (KUP), dan lainnya.
2. Program Pengembangan Usaha Perdagangan
a. Operasional dan penertiban pasar dan usaha perdagangan masyarakat.
b. Penyediaan sarana prasarana perdagangan yang dapat menjamin kepastian pasar dan
harga produk pertanian dan produk industri/ agroindustri pada setiap kecamatan.
c. Menjaga keamanan persediaan, pendistribusian dan perdagangan pupuk sampai ke
tingkat petani.
d. Penyediaan modal kerja usaha perdagangan melalui Program Stimulus Ekonomi.
e. Pembentukan dan/atau pembinaan lembaga perdagangan seperti: KADIN Daerah,
Kelompok Usaha Bersama (KUB), dan lainnya.
3. Program Pengembangan Koperasi
a. Pembentukan aneka jenis koperasi seperti: Koperasi Berbasis Rukun Tetangga (KBRT)
sebagai implementasi PBRT, Koperasi Pertanian (Koptan), Koperasi Serba Usaha
(KSU), dan lain-lainya.
b. Pembinaan kewirausahaan, kelembagaan dan manajemen usaha koperasi.
c. Penyediaan modal pinjaman investasi dan modal kerja koperasi melalui Program
Stimulus Ekonomi.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-50
4.9. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara
Pemerintah Kabupaten Lombok Utara periode 2008-2013 mengarahkan upaya
pembangunan dengan Visi
“Lombok Utara Maju dan Beradab Dengan Semangat TIQQ TATA TUNAQ”
Visi pemerintah tersebut antara lain dilatarbelakangi masalah dan isi strategis
pembangunan di Kabupaten Lombok Utara dalam periode 2011-2015 yaitu: (1)
Belum terkelolanya dengan baik pluratitas agama, suku, dan budaya sebagai modal
sosial, (2) Tingginya angka kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan sosial, (3)
Tingginya angka buta aksara dan putus sekolah, (4) Tingginya angka kematian bayi
dan ibu melahirkan, (5) Kesenjangan pembangunan di pelosok terpencil, (6)
Lemahnya penegakan hukum dan rendahnya kualitas pelayanan publik, (7)
Menurunnya kualitas lingkungan hidup, dan (8) Kurangnya ketersediaan daya
dukung kapasitas infrastruktur.
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka telah dirumuskan misi Pembangunan
Daerah Kabupaten Lombok Utara sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, berbudaya, pluralitas.
2. Mewujudkan percepatan pembangunan pendidikan, kesehatan berkeadilan, yaitu
meningkatkan pelayanan dan pembangunan seluruh wilayah Kabupaten Lombok
Utara, meningkatkan mutu/ kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat.
3. Mempercepat pembangunan infrastruktur diwilayah strategis, menyediakan
infrastruktur ekonomi dan sosial diseluruh Lombok Utara dalam rangka membuka
dan memperlancar arus ke masyarakat dan pelayanan sosial dasar.
4. Mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi yang berbasis sumber daya lokal dan
mengembangkan investasi dengan mengedepankan prinsip pembangunan
berkelanjutan, yaitu meningkatnya perekonomian daerah yang mempunyai daya saing,
meningkatnya penguasaan, pemanfaatan dan penciptaan ilmu dan teknologi.
5. Menegakkan supremasi hukum, penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan
peningkatan partisipasi masyarakat, yaitu terciptanya masyarakat yang mengerti dan
sadar akan aturan hukum, terciptanya aparatur yang bersih, tanggungjawab, dan
mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah.
Merujuk kepada RPJM Kabupaten Lombok Utara periode 2011 – 2015, terdapat
sejumlah strategi pembangunan yang telah dirumuskan. Strategi yang berkaitan
langsung dengan pengembangan UMKM antara lain adalah (1) Revitalisasi dan
akselerasi pelayanan sosial dasar dan akses terhadap sumber daya ekonomi, (2)
Redistribusi pembangunan secara proporsional sesuai dengan kondisi dan potensi
wilayah dan (3) Optimalisasi pendayagunaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan
hidup, dan IPTEK.
Berkaitan dengan strategi pembangunan tersebut, kebijakan umum yang terkait
dengan pengembangan UMKM antara lain adalah:
Mendorong tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan mikro dan sarana
pendukung perekonomian sampai tingkat perdesaan.
Mendorong tumbuh dan berkembangnya pusat agrobisnis dan agroindustri.
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-51
Mendorong pemerataan pembangunan infrastruktur antara desa kota, pulau
pulau kecil dan daerah terisolir.
Mendorong pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara
berkelanjutan.
Mendorong pengembangan dan pemanfaatan IPTEK.
Pengembangan UMKM menuntut program yang bersifat lintas sektor (lintas urusan)
dan lintas SKPD. Sesuai dengan kebijakan umum yang telah dikemukakan, program-
program pembangunan menurut urusan yang telah dirumuskan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lombok Utara 2011 – 2015
adalah sebagai berikut:
1) Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah:
Penciptaan Iklim Usaha Kecil dan Menengah yang Kondusif.
Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UKM.
Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi UMKM
2) Urusan Perdagangan:
Pembinaan Pedagangan Kaki Lima
Pasar lelang forward agro
Peningkatan dan Pengembangan Ekspor.
3) Urusan Perindustrian.
Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial berbasis one village one product (OVOP)
Pengembangan dan Penguatan Kluster Berbasis OVOP.
Peningkatan Kapasitas IPTEK
Pengurusan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
4) Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.
Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan
5) Urusan Kelautan dan Perikanan.
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir
Pemberdayaan Masyarakat pesisir pantai
Pengembangan Perikanan Budidaya
Pengembangan Perikanan Tangkap
Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan.
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan Pengendalian Sumber daya
Kelautan
Peningkatan Kesadaran dan Penegakkan Hukum dalam Pendayagunaan Sumber daya
Laut
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-52
Pengembangan Sistem, Penyuluhan Perikanan
6) Urusan Pertanian.
Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/perkebunan/peternakan
Peningkatan Produksi Pertanian
Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian
Peningkatan Agribisnis
Peningkatan Produksi Hasil Pertanian
Peningkatan Kawasan Produksi Peternakan Sapi
7) Urusan Pekerjaan Umum.
Pembangunan Infrastruktur Perdesaan
8) Urusan Lingkungan Hidup.
Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Pengembangan Ekowisata dan Jasa Lingkungan di Kawasan-kawasan Konservasi Laut
dan Hutan
Pengelolaan dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Laut
Penelitian dan Pengkajian Teknologi Terapan
9) Urusan Pariwisata.
Pengembangan Destinasi Pariwisata
10) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.
Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna
Berbagai program tersebut di atas diarahkan sebaagai penjabaran dari misi yang telah
ditetapkan. Program prioritas dalam rangka pengembangan UMKM sesuai dengan misi
pembangunan khususnya UMKM adalah sebagai berikut:
Percepatan Penanganan Jalan Kabupaten dan Desa;
Percepatan pembangunan sarana prasarana publik
Percepatan pembangunan Pelabuhan Carik
Percepatan Penyediaan Air Irigasi dan Air Bersih Berbasis Hidroklimatologi;
Percepatan Pembangunan Kelistrikan Terutama Berbasis Sumber daya
Terbarukan;
Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna
Pembangunan dan peningkatan sektor perkebunan
Revitalisasi Perdesaan dan Pengembangan Agropolitan;
Pengembangan ekonomi kerakyatan dan usaha kecil
Pengembangan Pariwisata Sumber daya Alam, Budaya dan Spiritual;
Peningkatan Investasi dan Perluasan Kesempatan Kerja;
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-53
Selain program prioritas di atas, direncanakan pula beberapa terobosan yang diharapkan
akan memberikan daya ungkit tinggi bagi percepatan pencapaian sasaran-sasaran
pembangunan yang relevan dengan pengembangan UMKM. Berbagai terobosan tersebut
antara lain sebagai berikut
Penerapan sistem Layanan Terpadu Satu Pintu (LTSP)
Peningkatan dan pengembangan Pariwisata
Dukungan terhadap program unggulan KELAPA, KOPI DAN KAKAO sebagai program
unggulan daerah
Menciptakan Wirausaha Baru
Revitalisasi penyuluh pertanian, kehutanan, peternakan, perkebunan dan perikanan
Membangun kemitraan dengan BUMN untuk meningkatkan kinerja Usaha Kecil Mikro
dan Koperasi (UKMK) dan Panti-Panti Sosial.
4.10. Kebijakan Pemerintah Kota Bima
Visi
Rumusan umum tujuan pembangunan Kota Bima untuk jangka waktu 20
tahun(2008-2028) dituangkan dalam visi Kota Bima sebagai berikut:
“Mewujudkan Kota Bima yang Sejahtera, Maju dan Mandiri pada tahun 2028”.
Dengan rumusan visi tersebut di atas, dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun ke
depan, diharapkan kondisi Kota Bima akan mengalami perubahan secara signifikan
dengan ditandai oleh:
a. Terwujudnya Kota Bima yang Sejahtera dan Maju ditandai dengan adanya
perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan dan meningkatnya
kesejahteraan. Kondisi tersebut diukur berdasarkan peningkatan dalam Pendapatan
per Kapita; Angka Kemiskinan; Indeks Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan daya beli
masyarakat; tingkat layanan penyediaan sarana, prasarana dan fasilitas publik,
tingkat layanan penyediaan modal bagi masyarakat.
b. Masyarakat Kota Bima yang mandiri diukur berdasarkan perubahan Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development Index), yang mencakup: Tingkat
Pendidikan Penduduk; Tingkat Partisipasi Sekolah; Daya Serap Lembaga Pendidikan
Formal; Usia Harapan Hidup Penduduk; Lama Hari Sakit Penduduk; Status Gizi
Balita; Tingkat Kematian Bayi dan Ibu Hamil dan Nisbah Sarana Kesehatan per
Penduduk. Berkaitan dengan derajat otonomi fiskal, yaitu kemampuan pemerintah
daerah untuk membiayai kebutuhan otonominya berdasarkan penerimaan yang
berasal dari sumber-sumber keuangan asli daerah, derajat otonomi fiskal diukur
berdasarkan perubahan Indeks Kemampuan Rutin yaitu proporsi dan kontribusi
penerimaan yang berasal dari sumber-sumber keuangan asli daerah dan penerimaan
yang berasal dari pemerintah Provinsi dan Pusat.
Misi
Misi pembangunan sebagai upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi
pembangunan Kota Bima dirumuskan sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat Bima yang sejahtera dan mandiri melalui pemberdayaan
ekonomi kerakyatan dengan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, peningkatan
standar pelayanan minimum bidang kesehatan, pendidikan, dan pelayanan publik
lainnya melalui penyediaan sarana dan prasarana pendukung, peningkatan sarana
dan prasarana infrastruktur dalam bidang permukiman dan prasarana wilayah,
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-54
peningkatan SDM yang berkualitas, meningkatkan keamanan dan ketertiban
penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan daerah.
2. Mewujudkan masyarakat yang maju dan berdaya saing melalui pembangunan
manusia yang berkualitas, meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui
penelitian, pengembangan secara berkelanjutan maupun pembangunan bidang
infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum dan aparatur Negara.
3. Mewujudkan Kota Bima sebagai Kota Pendidikan yang dilaksanakan melalui
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas dan penciptaan iklim
belajar yang kondusif dalam lingkungan kehidupan masyarakat melalui peningkatan
partisipasi masyarakat
4. Mewujudkan masyarakat religius, berakhlak mulia, dan berbudaya dengan
membentuk manusia yang bertaqwa, mematuhi aturan hukum, memelihara
kerukunan internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya,
mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan
kearifan lokal.
5. Mewujudkan Kota Bima asri dan lestari yang diwujudkan melalui upaya-upaya
nyata dalam pembenahan pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat
menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan
kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup melalui pemanfaatan ruang yang
serasi antara penggunaan untuk permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya
konservasi serta meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan
lingkungan yang berkesinambungan.
6. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan melalui meningkatkan
pembangunan daerah secara menyeluruh, mengurangi kesenjangan sosial,
meningkatkan keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah yang masih
lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan
akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana
dan prasarana ekonomi.
Sasaran
Terdapat beberapa sasaran pokok yang dipakai sebagai ukuran tingkat pencapaian
Kota Bima yang Maju dan Mandiri, yaitu sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat Bima yang sejahtera dan mandiri ditunjukan oleh:
a) Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan
sehingga pendapatan perkapita pada tahun 2028 mencapai tingkat kesejahteraan
setara dengan kota-kota lain yang berpenghasilan menengah di Indonesia, dengan
tingkat pengangguran terbuka yang tidak lebih dari 8% dan jumlah penduduk
miskin tidak lebih dari 8%.
b) Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif serta terus meningkatnya peran sektor jasa dengan kualitas pelayanan
lebih bermutu dan berdaya saing.
2. Mewujudkan masyarakat yang maju dan berdaya saing ditunjukkan oleh:
a) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia. Secara umum peningkatan kualitas
sumber daya manusia Indonesia ditandai dengan meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
b) Meningkatnya profesionalisme aparatur negara pusat dan daerah untuk
mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, dan bertanggung
jawab, serta profesional yang mampu mendukung pembangunan nasional.
3. Mewujudkan Kota Bima sebagai Kota Pendidikan, yang ditandai oleh:
a) Eksistensi Universitas Negeri Bima yang mampu menyerap mahasiswa dari
berbagai daerah di wilayah Sumbawa, Flores, dan Sumba.
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-55
b) Meningkatnya kemampuan siswa dan guru sekolah dasar dan sekolah menengah
Kota Bima untuk bersaing di tingkat regional nasional
4. Mewujudkan masyarakat religius, berakhlak mulia, dan berbudaya ditandai
dengan:
a) Terwujudnya kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi dan mengamalkan
nilai-nilai agama dalam segala aspek kehidupan
b) Terwujudnya pemerintahan yang amanah dan istiqomah.
5. Mewujudkan Kota Bima asri dan lestari yang ditandai oleh:
a) Terwujudnya pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan
hidup yang lebih baik dengan tetap terjaganya fungsi, dan daya dukung sumber
daya dalam pembangunan kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang,
dan lestari.
b) Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk
menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan.
c) Terwujudnya lingkungan perkotaan yang baik, berkelanjutan, serta mampu
memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
6. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan ditandai dengan:
a) Tingkat pembangunan yang makin merata yang ditandai dengan peningkatan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.
b) Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa
permukiman kumuh.
Arah Kebijakan Pembangunan Kota Mataram
1. Mewujudkan masyarakat Bima yang sejahtera dan mandiri
a. Pengembangan ekonomi lokal melalui peningkatan interaksi antar daerah melalui
kerjasama dan keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan antar
daerah. Upaya tersebut dilakukan dengan mengelola kelembagaan ekonomi yang
melaksanakan tata kelola kepemerintahan yang baik, dan mengelola sumber daya
alam secara berkelanjutan.
b. Perekonomian dikembangkan dengan prinsip terjaminnya kesempatan berusaha
dan bekerja bagi seluruh masyarakat dan mendorong tercapainya penanggulangan
kemiskinan. Pengelolaan kebijakan perekonomian perlu memperhatikan secara
cermat dinamika globalisasi, dan kepentingan pembangunan daerah, serta
menjaga kemandirian dan kedaulatan ekonomi bangsa.
c. Kelembagaan ekonomi dikembangkan sesuai dinamika kemajuan ekonomi dengan
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah yang baik di dalam menyusun
kerangka regulasi dan perizinan yang efisien, efektif, dan non-diskriminatif.
Mengembangkan, dan melaksanakan iklim persaingan usaha secara sehat serta
melindungi konsumen; mendorong pengembangan standarisasi produk dan jasa
untuk meningkatkan daya saing.
d. Struktur perekonomian diperkuat dengan menempatkan sektor industri kecil dan
rumah tangga sebagai motor penggerak perekonomian daerah yang didukung
oleh kegiatan pertanian dalam arti luas, dan kelautan yang menghasilkan produk-
produk secara efisien, dan berkelanjutan agar terwujud ketahanan ekonomi yang
tangguh.
e. Pengembangan iptek untuk ekonomi diarahkan pada peningkatan kualitas
dalam rangka mendukung daya saing secara nasional maupun global. Hal itu
dilakukan melalui peningkatan, penguasaan, dan penerapan iptek secara luas
dalam sistem produksi barang/jasa, peningkatan kualitas dan kuantitas SDM
iptek, peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana iptek. Berbagai
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-56
langkah tersebut dilakukan untuk mendukung pembangunan ekonomi yang
berbasis pengetahuan, serta pengembangan kelembagaan sebagai keterkaitan dan
fungsional sistem inovasi dalam mendorong pengembangan kegiatan usaha.
f. Investasi diarahkan untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas dengan mewujudkan iklim
investasi yang menarik serta meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan
pendukung yang memadai.
2. Mewujudkan masyarakat yang maju dan berdaya saing ditunjukan oleh:
Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Pembangunan sumber daya manusia yang diarahkan pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia Indonesia yang antara lain ditandai dengan meningkatnya
indeks pembangunan manusia (IPM).
b. Pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk diarahkan pada
peningkatan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang
terjangkau, bermutu dan efektif menuju terbentuknya keluarga kecil yang
berkualitas. Sistem administrasi kependudukan penting pula dilakukan untuk
mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di tingkat nasional dan
daerah serta mendorong terakomodasinya hak penduduk dan perlindungan sosial.
c. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pemberdayaan dan
kemandirian, dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu,
bayi, anak, manusia usia lanjut (manula), dan keluarga miskin. Pembangunan
kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan
kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan yang
disertai oleh peningkatan pengawasan, dan manajemen kesehatan. Pembangunan
dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor yang meliputi produksi
pangan, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi pangan tingkat rumah tangga
dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya dalam
rangka mencapai status gizi yang baik.
d. Pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak diarahkan pada peningkatan
kualitas hidup dan peran perempuan, kesejahteraan, dan perlindungan anak di
berbagai bidang pembangunan; penurunan jumlah tindak kekerasan, eksploitasi,
dan diskriminasi terhadap perempuan dan anak; serta penguatan kelembagaan
dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak.
e. Pembangunan pemuda diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya
manusia, dan partisipasi pemuda di berbagai bidang pembangunan, terutama di
bidang ekonomi, sosial budaya, iptek dan politik.
4.11. Kebijakan Pemerintah Kota Mataram
Berdasarkan analisis terhadap kondisi umum Kota Mataram saat ini dan tantangan
yang dihadapi lima tahun kedepan dengan memperhitungkan modal dasar yang
dimiliki, maka Visi pembangunan Kota Mataram Tahun 2011-2015 adalah
“Terwujudnya Kota Mataram yang Maju, Religius dan Berbudaya”. Kota Mataram
merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah,
yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat kota menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Visi tersebut mengandung arti bahwa Kota Mataram yang ingin diwujudkan dalam
lima tahun kedepan, adalah Kota yang memiliki masyarakat maju, religius, dan
berbudaya. Maju mengandung makna bahwa dalam lima tahun kedepan terjadi
peningkatan kualitas SDM Kota Mataram, yang menguasai ilmu pengetahuan dan
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-57
teknologi, termasuk didalamnya seni dan sosial budaya, sehingga kemajuan yang
dicapai berlandaskan nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal untuk mewujudkan
masyarakat Gumi Mentaram yang sejahtera. Kemajuan ini dapat diukur berdasarkan
perbaikan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Religius mengandung makna
dalam lima tahun kedepan akan terjadi peningkatan kualitas masyarakat kota yang
menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan, mengedepankan kebersamaan serta
toleransi yang tinggi antar umat beragama dalam suasana harmonis dalam kerangka
penciptaan masyarakat madani. Nilai-nilai religius menjadi spirit dalam menentukan
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan. Berbudaya mengandung makna
dalam lima tahun kedepan terjadi peningkatan kualitas masyarakat yang memiliki
keseimbangan antara kemajuan dan religiusitas yang saling berterima dalam
kemajemukan, menguatnya identitas dan karakter masyarakat yang mandiri,
bermoral dan bermartabat. Masyarakat berbudaya tidak hanya dapat dilihat dari
berkembangnya adat istiadat, melainkan juga pada berkembangnya infrastruktur
yang berkarakter kearifan lokal.
Untuk mencapai Visi tersebut maka Pemerintah Kota Mataram telah menetapkan
lima Misi yaitu :
a. Meningkatkan rasa “AMAN” masyarakat Kota Mataram yang ditunjukkan dengan
kehidupan yang kondusif, dinamis, dan harmonis yang dilandasi nilai agama dan
budaya. Misi ini dijabarkan kedalam tujuan yaitu: Menciptakan suasana Kota
Mataram yang kondusif, dinamis dan harmonis yang dilandasi nilai agama dan
budaya.
Selanjutnya tujuan dijabarkan kedalam beberapa sasaran, yaitu:
1. Tumbuh dan berkembangnya kerukunan hidup beragama dan
bermasyarakat.
2. Terwujudnya keamanan dan kepastian dalam berinvestasi.
3. Terlaksananya penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam suasana yang
kondusif dan produktif.
b. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang handal dan religius untuk
mendorong daya saing daerah. Misi ini dijabarkan kedalam tujuan yaitu:
Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Selanjutnya tujuan dijabarkan kedalam beberapa sasaran, yaitu:
1. Peningkatan kualitas pendidikan dan produktivitas seni dan budaya
masyarakat yang relevan, efisien, dan efektif.
2. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat
3. Pengembangan lapangan usaha dan penciptaan lapangan pekerjaan.
4. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat miskin perkotaan.
5. Peningkatan pengarusutamaan gender di berbagai aspek pembangunan.
c. Memberdayakan ekonomi rakyat berbasis potensi lokal yang berkelanjutan untuk
meningkatkan kemandirian daerah. Misi ini dijabarkan kedalam beberapa tujuan
yaitu: (1) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (2) Meningkatkan
kapasitas dan kemandirian ekonomi daerah, (3) Meningkatkan investasi.
Selanjutnya tujuan dijabarkan kedalam beberapa sasaran, yaitu:
1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2. Peningkatan pemerataan pendapatan masyarakat.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-58
3. Pengembangan sistem ekonomi kerakyatan berbasis potensi unggulan
daerah.
4. Penguatan sistem dan akses permodalan bagi UMKM.
5. Perluasan lapangan usaha dan kerja
6. Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan kondusif.
d. Meningkatkan kualitas pelayanan publik dan pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat berdasarkan prinsip tata pemerintahan yang baik (Good
Governance). Misi ini dijabarkan kedalam beberapa tujuan yaitu: (1).
Peningkatan kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan swasta dalam
pelayanan publik dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. (2).
Peningkatan kualitas pelayanan publik berdasarkan prinsip tata pemerintahan
yang baik (Good Governance). (3). Perluasaan akses masyarakat terhadap
pelayanan pendidikan, Kesehatan, air bersih, persampahan, sanitasi, perijinan,
transportasi, kependudukan dan catatan sipil.
Selanjutnya tujuan dijabarkan kedalam beberapa sasaran, yaitu:
1. Integrasi dan sinkronisasi pelaksanaan pembangunan.
2. Pelayanan publik yang handal.
3. Tersusunnya Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan Standar Pelayanan
Publik (SPP).
4. Terselenggaranya penerapan SPM dan SPP di bidang pendidikan, kesehatan,
perijinan, kebersihan, air bersih, kependudukan dan catatan sipil, dan
lingkungan hidup.
5. Peningkatan pemerataan dan kualitas pelayanan publik, di bidang
pendidikan, kesehatan, perijinan, kependudukan dan catatan sipil.
e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perkotaan. Misi ini
dijabarkan kedalam beberapa tujuan yaitu: (1) Mengurangi luas wilayah
genangan dan abrasi di wilayah kota. (2) Meningkatkan kualitas lingkungan
Padat, Kumuh dan Miskin (PAKUMIS), (3) Meningkatkan media ekspresi dan
ruang publik, (4) Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan.
Selanjutnya tujuan dijabarkan kedalam beberapa sasaran, yaitu:
1. Terbangun dan terpeliharanya saluran drainase perkotaan.
2. Pengembangan kawasan resapan air.
3. Penyediaan media ekspresi dan ruang publik dalam bentuk sarana olahraga,
seni, dan budaya.
4. Pemanfaatan dan pengendalian tata ruang.
5. Penataan kawasan sempadan sungai dan pantai.
6. Peningkatan kapasitas kelembagaan penanggulangan bencana daerah.
7. Terbangunnya dan terpeliharanya sarana dan prasarana dasar lingkungan.
8. Terbangunnya perumahan dan permukiman yang layak huni bagi kelompok
masyarakat miskin.
Tabel IV-8. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kota Mataram Tahun 2011 - 2015
Visi : Terwujudnya Kota Mataram Yang Maju, Religus dan Berbudaya
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-59
MISI TUJUAN SASARAN
Misi 1 : Meningkatkan rasa
“AMAN” masyarakat
Kota Mataram yang
ditunjukkan dengan
kehidupan yang
kondusif, dinamis,
dan harmonis yang
dilandasi nilai agama
dan budaya
Menciptakan suasana
Kota Mataram yang
kondusif, dinamis dan
harmonis
1. Terwujudnya kerukunan
hidup bermasyarakat yang
saling berterima.
2. Terselenggaranya
pelaksanaan
pembangunan, pelayanan,
dan pemerintahan dengan
lancar.
3. Terwujudnya keamanan
dan kepastian dalam
berinvestasi.
Misi 2 : Meningkatnya
kualitas Sumber
Daya Manusia yang
handal dan religius
untuk mendorong
daya saing daerah.
Mewujudkan sumber daya
manusia yang berkualitas
1. Terwujudnya kesetaraan
gender diberbagai aspek.
2. Terciptanya
pengembangan usaha dan
penciptaan lapangan
usaha.
3. Terwujudnya SDM yang
berdaya saing.
4. Terlatihnya masyarakat
miskin untuk
pengembangan usaha dan
penciptaan lapangan
usaha.
5. Terwujudnya peningkatan
derajat kesehatan
masyarakat.
Misi 3 : Memberdayakan
ekonomi rakyat
berbasis potensi lokal
yang berkelanjutan
untuk meningkatkan
kemandirian daerah
1. Meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
1. Terwujudnya masyarakat
yang sejahtera.
2. Terwujudnya pemerataan
pendapatan masyarakat.
2. Meningkatkan
kapasitas dan
kemandirian ekonomi
daerah
1. Terwujudnya sistem
ekonomi yang berbasis
kerakyatan dalam
mengembangkan potensi
sektor unggulan daerah
2. Terwujudnya sistem dan
akses permodalan bagi
UMKM.
3. Meningkatkan Investasi 1. Terciptanya lapangan
kerja yang lebih luas.
2. Terciptanya pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan
stabil.
3. Terwujudnya
kesejahteraan masyarakat.
Misi 4 : Meningkatkan 1. Meningkatkan 1. Terwujudnya integrasi dan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-60
kualitas pelayanan
publik dan
pemenuhan
kebutuhan dasar
masyarakat
berdasarkan prinsip
tata pemerintah yang
baik (Good
Governance).
kemitraan antara
pemerintah, masyarakat
dan swasta dalam
pelayanan publik dan
pemenuhan kebutuhan
dasar.
sinkronisasi pelaksanaan
pembangunan.
2. Terwujudnya pelayanan
publik yang handal.
2. Meningkatkan kualitas
pelayanan
1. Tersusunnya standar
pelayanan minimum
(SPM) dan standar
pelayanan publik (SPP).
2. Terlaksananya penerapan
SPM dan SPP dibidang
pendidikan, kesehatan,
perijinan, kebersihan, air
bersih, kependudukan
dan catatan sipil.
3. Memperluas akses
masyarakat terhadap
pelayanan pendidikan,
kesehatan, air bersih,
persampahan, sanitasi,
perijinan, transportasi,
kependudukan dan
catatan sipil.
1. Terwujudnya pemerataan
akses masyarakat
terhadap pelayanan
pendidikan, kesehatan,
perijinan, kebersihan, air
bersih, persampahan,
sanitasi, perijinan,
transoprtasi,
kependudukan dan
catatan sipil.
Misi 5 : Meningkatkan
kualitas dan
kuantitas sarana dan
prasarana perkotaan.
1. Menurunnya luas
wilayah
banjir/genangan dan
abrasi di wiayah kota.
1. Terwujudnya
pengembangan kawasan
resapan air
2. Terbangun dan
terpeliharanya saluran
drainase perkotaan
3. Terbentuknya dan
berfungsinya
kelembangaan
penanggulangan bencana
daerah.
2. Meningkatnya kualitas
lingkungan padat dan
kumuh
1. Terbangun dan
terpeliharanya sarana dan
prasarana dasar
lingkungan
2. Terwujudnya perumahan
dan permukiman yang
layak huni.
3. Meningkatkan media
ekspresi dan ruang
1. Tersedianya media
ekspresi dan ruang publik
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-61
publik dalam bentuk sarana
olahraga, seni dan
budaya.
4. Mewujudkan
pembangunan
berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan
1. Terwujudnya pemanfaatan
dan pengendalian tata
ruang.
2. Terwujudnya kawasan
sempadan sungai dan
pantai.
Sesuai dengan Program dan Kebijakan pembangunan dan arah kebijakan umum, program-
program pembangunan terutama yang berkaitan dengan pengembangan UMKM adalah
Terciptanya pengembangan usaha dan penciptaan lapangan usaha melalui Peningkatan iklim
usaha bagi sektor-sektor unggulan sebagai faktor penggerak utama perekonomian
diantaranya Penciptaan iklim usaha-usaha kecil menengah yang kondusif, Pengembangan
kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil dengan tanggung jawab dibawah Dinas
Koperindag dan Bappeda melalui Bidang Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.
Tabel IV-9. Beberapa Program Pemberdayaan ekonomi rakyat berbasis potensi lokal
Sasaran Strategi Program Pembangunan
Daerah Bidang Urusan
SKPD
Penanggung
Jawab
Terwujudnya
pemerataan
pendapatan
masyarakat;
Pemberdayaan
klaster-klaster
unggulan
sebagai
penggerak
ekonomi lokal
1. Pengembangan sistem
pendukung usaha bagi
usaha mikro kecil
menengah
2. Pengembangan
pemasaran pariwisata
3. Pengembangan destinasi
pariwisata
4. Pemberdayaan ekonomi
masyarakat pesisir
5. Pengembangan budidaya
perikanan
6. Pengembangan perikanan
tangkap
7. Optimalisasi pengelolaan
dan pemasaran produksi
perikanan
8. Peningkatan dan
pengembangan ekspor
9. Penataan struktur dan
klaster industri
10.Penataan struktur
industri
Koperasi dan
Usaha Kecil
Menengah
Pariwisata
Kelautan dan
perikanan
Perdagangan
Industri
Dinas
Koperindag
Dinas
Pariwisata
Dinas
Kanlut
Terwujudnya
sistem ekonomi
yang berbasis
kerakyatan dalam
mengembangkan
potensi sektor
1. Tergalinya
potensi
sumber daya
ekonomi
daerah/
lokal;
1. Perencanaan
pembangunan ekonomi
2. Penciptaan iklim usaha-
usaha kecil menengah
yang kondusif
3. Peningkatan
Perencanaan
Pembangunan
Koperasi dan
Usaha Kecil
Menengah
BAPPEDA
Dinas
Koperindag
Dinas
Pertanian
Dinas
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
IV-62
Sasaran Strategi Program Pembangunan
Daerah Bidang Urusan
SKPD
Penanggung
Jawab
unggulan daerah; 2. Tersedianya
master plan
pengembanga
n ekonomi
daerah/lokal;
kesejahteraan petani
4. Peningkatan pemasaran
hasil produksi
pertanian/perkebunan
5. Peningkatan dan
pemasaran hasil
produksi peternakan
6. Pengembangan
pemasaran pariwisata
7. Pengembangan destinasi
pariwista
8. Pengelolaan keragaman
budaya daerah
9. Pengembangan budidaya
perikanan
10. Pengembangan perikanan
tangkap
11. Optimalisasi pengelolaan
dan pemasaran produksi
perikanan
12. Peningkatan dan
pengembangan ekspor
13. Pembinaan PKL dan
asongan
14. Pembinaan dan
pengembangan industri
kecil dan menengah
15. Peningkatan dan
pengembangan
pengelolaan keuangan
daerah
Pertanian
Pariwisata
Kelautan dan
Perikanan
Perdagangan
Otonomi
daerah,
Pemerintahan
Umum, Adm
Keuangan
daerah,
Perangkat
Daerah,
Kepegawaian,
dan Persandian
Pariwisata
Dinas
Perikanan
dan
Kelautan
Bagian
Ekonomi
Setda
Terwujudnya sistem
dan akses
permodalan bagi
UMKM
1. Terbinanya
usaha
ekonomi
daerah/lokal;
2. Pemberdayaa
n Koperasi
dan Usaha
Mikro, Kecil
dan
Menengah
1. Pengembangan
kewirausahaan dan
keunggulan kompetitif
usaha kecil
2. Pengembangan sistem
pendukung usaha bagi
usaha mikro kecil
menengah
3. Peningkatan kualitas
kelembagaan koperasi
4. Pengembangan industri
kecil dan menengah
Koperasi dan
Usaha Kecil
Menengah
Industri
Dinas
Koperindag
Terciptanya lapangan
kerja yang lebih luas
Tersedianya
Standar
Pelayanan
untuk
berinvestasi;
Peningkatan iklim investasi
dan realisasi investasi
Penanaman
Modal Daerah
Bag. APP
Setda
Bagian
Ekonomi
Setda
Terciptanya
pertumbuhan
ekonomi yang tinggi
dan stabil
Tersedianya
pedoman
untuk
berinvestasi;
1. Peningkatan iklim
investasi dan realisasi
investasi
2. Penanaman modal
Penanaman
Modal Daerah
Bag. APP
Setda
Bagian
Ekonomi
Kebijakan Pengembangan UMKM
IV-63
Sasaran Strategi Program Pembangunan
Daerah Bidang Urusan
SKPD
Penanggung
Jawab
Setda
Terwujudnya
kesejahteraan
masyarakat
Tersedianya
data dan
informasi
peluang
investasi
1. Peningkatan promosi
dan kerjasama investasi
2. Penyiapan potensi
sumber daya, sarana,
dan prasarana daerah
Penanaman
Modal Daerah
Bag. APP
Setda
Bagian
Ekonomi
Setda
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-1
BAB V. PENETAPAN
KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA
(KPJU) UNGGULAN
5.1. Penetapan Bobot Tujuan Dan Kriteria
Hasil penetapan KPJU unggulan diuraikan untuk setiap kabupaten/kota dan pada
tingkat provinsi, serta kebijakan pengembangan KPJU unggulan. Penetapan KPJU
unggulan dilakukan secara bertingkat yang diawali dengan penetapan KPJU
unggulan pada tingkat kecamatan, kemudian tingkat kabupaten/kota dan terakhir
pada tingkat provinsi. Hasil penetapan KPJU unggulan pada tingkat kecamatan
merupakan kandidat KPJU unggulan tingkat kabupaten/kota yang proses
penetapannya dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Penetapan KPJU unggulan pada tingkat provinsi menggunakan/memanfaatkan hasil
proses Agregasi KPJU unggulan tingkat kabupaten/kota.
Hasil KPJU unggulan ditentukan oleh kriteria dan sub-kriteria yang ditetapkan
sebelumnya, dan penentuan kriteria tersebut dilandasi oleh Tujuan dari penetapan
KPJU unggulan UMKM, yaitu: (a) Penciptaan lapangan kerja, (b) Pertumbuhan
ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh
keseragaman dan konsistensi dalam proses penetapan KPJU unggulan, maka bobot
setiap Tujuan dan bobot setiap Kriteria yang digunakan pada semua
kabupaten/kota adalah sama. Sehubungan dengan itu maka proses penentuan bobot
kepentingan tujuan dan kriteria tersebut dilakukan pada tingkat provinsi. Dalam
hubungan ini maka pada tanggal 18 Oktober 2012 telah dilaksanakan Focus Group
Discussion (FGD) di Kantor Bank Indonesia yang diikuti pejabat dari Dinas/Instansi
Tingkat Provinsi dan Perbankan.
Dalam pelaksanaan FGD tersebut, selain dilakukan penjelasan oleh Tim Peneliti
tentang maksud dan tujuan kegiatan serta metodologi, maka salah satu tahapan
pokok dalam penelitian ini adalah memperoleh penilaian dari peserta berupa skor
kepentingan setiap Tujuan, serta skor tingkat kepentingan suatu Kriteria satu
dibandingkan dengan Kriteria lain untuk Tujuan yang sama dengan menggunakan
metode pairwise comparison.
Hasil penilaian oleh narasumber tersebut, dijadikan input analisis dengan
menggunakan AHP untuk memperoleh nilai skor terbobot setiap Tujuan dan setiap
Kriteria KPJU unggulan. Hasil analisis dengan menggunakan metode AHP
berdasarkan masukan pendapat dari pejabat Dinas/Instansi yang terkait dan
berkepentingan terhadap KPJU unggulan UMKM.
Berdasarkan metodologi yang telah dikemukakan untuk menetapkan KPJU unggulan
lintas sektor diperlukan informasi seberapa besar bobot kepentingan suatu sektor
ekonomi untuk mencapai tujuan dari penetapan KPJU unggulan UMKM. Mengingat
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-2
setiap kabupaten/kota mempunyai karakteristik wilayah dan potensi ekonomi yang
berbeda, maka penetapan bobot kepentingan sektor/sub sektor ekonomi tersebut
dilakukan di tingkat kabupaten/kota dengan narasumber pejabat Dinas/Instansi
yang berkepentingan serta Perbankan dalam pengembangan UMKM di tingkat
kabupaten/kota.
Tabel V-1. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
No. Aspek Bobot
1 Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
1.1. Penciptaan Lapangan Kerja 0,3544
1.2. Peningkatan Daya Saing Daerah/Produk 0,3253
1.3. Pertumbuhan Ekonomi 0,3203
2. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kecamatan
2.1. Jangkauan pasar 0,3802
2.2. Ketersediaan input, sarana produksi atau usaha 0,2683
2.3. Jumlah unit usaha, rumah tangga usaha, produksi, luas areal atau populasi KPJU yang ada
0,2029
2.4. Kontribusi terhadap perekonomian kecamatan 0,1485
3. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota
3.1 Ketersediaan pasar 0,1452
3.2. Keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan 0,1019
3.3. Sarana produksi dan usaha 0,1002
3.4. Teknologi 0,0987
3.5. Penyerapan tenaga kerja 0,0983
3.6 Manajemen usaha 0,0898
3.7. Sumbangan terhadap perekonomian daerah 0,0794
3.8. Bahan baku 0,0753
3.9 Aspek sosial budaya (termasuk ciri khas / karakteristik daerah) 0,0739
3.10. Harga / nilai tambah 0,0721
3.11 Aksesibilitas dan kebutuhan modal 0,0652
Berdasarkan table V-1 bahwa pengambil kebijakan di tingkat provinsi menetapkan
tujuan utama dalam mencari KPJu unggulan daerah pertama adalah penciptaan
lapangan kerja (0,3544), kemudian peningkatan Daya Saing Daerah/Produk (0,3253),
dan pertumbuhan ekonomi (0,3252). Hal ini dengan pertimbangan penciptaan
lapangan kerja akan mengurangi pengangguran, peningkatan daya saing produk
dapat meningkatkan daya jual produk agar menjadi lebih kompetitif, dan dengan
meningkatnya lapangan kerja dan daya saing produk pada akhirnya akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara regional maupun nasional.
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-3
5.2. Penetapan Alternatif Kpju Tingkat Kabupaten/Kota
Penelitian Komoditas Unggulan UMKM di Nusa Tenggara Barat pada tahun 2012
dilaksanakan di seluruh wilayah kabupaten/kota atau sebanyak 10 kabupaten/kota.
Pada tahap awal, dilakukan identifikasi KPJU per sektor untuk semua kecamatan
contoh berdasarkan data sekunder/data statistik daerah. Berdasarkan hasil
identifikasi tersebut yang berupa long list KPJU, dilakukan konfirmasi kepada
pejabat dan atau tokoh masyarakat serta penilaian keunggulan masing-masing KPJU
di masing-masing kecamatan.
Pada tahapan ini setiap pejabat dan atau tokoh masyarakat diminta tanggapan dan
penilaiannya terhadap KPJU yang ada di kecamatan tersebut dengan melakukan
pengisian Matrik Identifikasi Alternatif KPJU Unggulan Tingkat Kecamatan
berdasarkan empat kriteria, yaitu :
1) Jumlah unit usaha, rumah tangga, produksi, luas areal atau populasi KPJU yang
ada;
2) Jangkauan pasar;
3) Ketersediaan input, sarana produksi atau usaha; dan
4) Kontribusi terhadap perekonomian kecamatan.
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria
dan bobot kepentingannya (Tabel V-1) dihasilkan masing-masing 5 (lima) alternatif
KPJU unggulan setiap sektor usaha pada setiap tingkat kecamatan yang mempunyai
nilai skor terbobot tertinggi. Secara lengkap hasil identifikasi alternative KPJu
unggulan di tingkat kecamatan di 10 Kabupaten/kota sebagai daerah penelitian di
Provinsi Lampung di tampilkan pada Lampiran 1 sampai dengan 10.
Berdasarkan KPJU unggulan pada setiap sektor ekonomi di setiap kecamatan
dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU unggulan per sektor
ekonomi untuk tingkat kabupaten/kota. Hasil proses agregasi dengan menggunakan
metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU unggulan kabupaten/kota
yang mempunyai nilai skor tertinggi.
5.3. Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota
Proses penetapan KPJU unggulan tingkat kabupaten/kota dilakukan melalui 2 kali
FGD, dan pengisian kuesioner kepada pejabat pemerintah daerah (Sekda dan
Bappeda, dinas/instansi terkait dan perbankan di setiap kabupaten/kota. Pada
tahap ini setiap narasumber dari pejabat pemerintah daerah dan dinas/instansi
terkait (1) memberikan penilaian terhadap tingkat kepentingan antar sektor ekonomi
dalam rangka tujuan (a) pertumbuhan ekonomi, (b) penyerapan tenaga kerja, dan (c)
daya saing daerah secara umum, dan (2) memberikan penilaian tentang keunggulan
suatu KPJU terhadap KPJU yang lain berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan (11
kriteria).
Penilaian (scoring) terhadap setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan bagi
UMKM dalam rangka menjalankan usaha, membuka usaha baru atau
mengembangkan usaha, serta sejauh mana dukungan wilayah pada setiap unsur
penilaian. Analisis dengan metode AHP menghasilkan nilai skor terbobot setiap
kandidat KPJU unggulan untuk setiap kabupaten/kota per sektor ekonomi. KPJU
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-4
Unggulan kabupaten/kota ditetapkan 5 (lima) KPJU untuk setiap sektor/sub
sektor yang memiliki skor terbobot tertinggi. Berdasarkan hasil identifikasi KPJU
Unggulan setiap sektor/sub sektor, nilai skor masing-masing KPJU Unggulan dan
tingkat kepentingan Sektor/sub sektor ekonomi untuk KPJU yang bersangkutan
ditetapkan KPJU unggulan lintas sektor tingkat kabupaten/kota. Metode yang
digunakan adalah metode Bayes.
Tahap kedua dalam proses penentuan KPJU tingkat kabupaten/kota dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) tahap Kedua dengan narasumber pejabat pemerintah daerah, dinas/instansi terkait, Asosiasi UMKM, Kadinda Kab/Kota dan perbankan. Tahap ini dimaksudkan sebagai tahapan penyampaian dan konfirmasi kepada pejabat pemerintah daerah, dinas/instansi terkait dan perbankan terhadap hasil KPJU Unggulan per sektor/sub sektor dan lintas sektor yang telah diperoleh pada tahap pertama, serta hasil pelaksanaan penelitian tingkat kecamatan dan kabupaten/kota.Dalam tahapan tersebut juga didiskusikan permasalahan pengembangan UMKM serta kebijakan dan program untuk pengembangan UMKM terutama KPJu unggulan.
KPJu unggulan Lintas Sektor yang telah diidentifikasi dipetakan menurut Aspek
Prospek dan Aspek Potensi KPJu unggulan saat ini, sehingga dapat diketahui
kedudukan KPJu unggulan Lintas Sektor berdasarkan Prospek dan Potensi saat ini.
Prospek dinilai berdasarkan faktor:
Kesesuaian dengan Kebijakan Pemda Prospek pasar Minat Investor Dukungan dan Program Pembangunan Infra Struktur Usaha Resiko terhadap lingkungan Tingkat persaingan
Potensi saat ini dinilai berdasarkan faktor:
Jumlah unit usaha/ pengusaha saat ini. Kesesuaian dengan budaya/ keterampilan masyarakat. Penguasaan masayarakat terhadap teknologi dan pengelolaan usaha. Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan). Insentif harga jual komoditas/produk. Daya serap pasar domestik.
Berdasarkan jumlah skor pada aspek Prospek dan Potensi saat ini, KPJu unggulan
lintas sektor dikelompokkan dalam 5 katagori untuk masing-masing aspek, yaitu :
1) Prospek, katagori (cukup, baik, sangat baik) 2) Potensi, katagori potensi (sedang, tinggi, sangat tinggi).
Pelaksanaan diskusi di masing-masing kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
Tabel V-2. Jadwal Pelaksanaan FGD Pertama dan FGD Kedua Tingkat Kabupaten/ Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat
No. Kabupaten/Kota Jadwal Pelaksanaan
FGD I
Jadwal Pelaksanaan
FGD II
1. Kota Mataram 14 November 2012 27 November 2012
2.
Kabupaten Lombok
Tengah 5 November 2012 27 November 2012
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-5
No. Kabupaten/Kota Jadwal Pelaksanaan
FGD I
Jadwal Pelaksanaan
FGD II
3.
Kabupaten Lombok
Barat 6 November 2012 28 November 2012
4.
Kabupaten Lombok
Timur 8 November 2012 28 November 2012
5.
Kabupaten Lombok
Utara 7 November 2012 29 November 2012
6. Kabupaten Sumbawa 8 November 2012 23 November 2012
7.
Kabupaten Sumbawa
Barat 9 November 2012 24 November 2012
8. Kabupaten Dompu 13 November 2012 30 November 2012
9. Kabupaten Bima 9 November 2012 27 November 2012
10. Kota Bima 10 November 2012 29 November 2012
Hasil penetapan KPJU Unggulan untuk setiap Kabupaten/Kota adalah sebagai
berikut:
5.3.1. Kabupaten Lombok Barat
Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan
bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor
usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Lombok Barat yang disajikan pada
Lampiran 5.2.1. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap
kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per
sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Lombok Barat. Hasil proses agregasi dengan
menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan
Kabupaten Lombok Barat yang mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan pada
Lampiran 5.2.11.
Berdasarkan hasil FGD, maka analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap
sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot
total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel V-3
Pada tabel ini dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai
tujuan pertumbuhan ekonomi dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kabupaten
Lombok Barat adalah sektor perdagangan, dan untuk tujuan penciptaan lapangan
kerja dan peningkatan daya saing produk adalah sektor pariwisata. Dengan
memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan
dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU unggulan UMKM maka sektor usaha
Pariwisata merupakan prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat
kepentingannya berturut-turut perdagangan, perindustrian, jasa, tanaman pangan,
perikanan, perkebunan, angkutan, peternakan, penggalian, kehutanan.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-6
Tabel V-3. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kabupaten Lombok Barat
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3276)
Penciptaan
Lapangan
Kerja
(0,3100)
Peningkatan
Daya Saing
Produk
(0,3624)
Pariwisata 0,1275 0,1986 0,2104 0,1796 1
Perdagangan 0,1843 0,1237 0,0921 0,1321 2
Perindustrian 0,0906 0,1365 0,1209 0,1158 3
Jasa 0,1146 0,0876 0,0924 0,0982 4
Tanaman Pangan 0,1162 0,0855 0,0820 0,0942 5
Perikanan 0,0987 0,0670 0,1075 0,0921 6
Perkebunan 0,0656 0,0841 0,0902 0,0803 7
Angkutan 0,0785 0,0489 0,0456 0,0574 8
Peternakan 0,0429 0,0646 0,0607 0,0561 9
Penggalian 0,0442 0,0552 0,0451 0,0479 10
Kehutanan 0,0369 0,0483 0,0530 0,0463 11
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya
(Tabel V-3), analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM
dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-4.
Tabel V-4. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Lombok Barat
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
Padi dan Palawija Sayuran
1 Padi Sawah 0,2137 1 Kangkung 0,1922
2 Jagung 0,2052 2 Kacang Panjang 0,1788
3 Kacang Kedelai 0,1743 3 Cabe Rawit 0,1577
4 Kacang Hijau 0,1280 4 Tomat 0,1429
5 Ubi Kayu 0,0966 5 Bawang Merah 0,1360
Buah-Buahan Perkebunan
1 Manggis 0,2439 1 Kelapa 0,1660
2 Rambutan 0,1177 2 Jambu Mete 0,1551
3 Durian 0,1174 3 Kopi 0,1371
4 Mangga 0,1000 4 Tembakau Virginia 0,1079
5 Nangka 0,0936 5 Kakao 0,1049
Peternakan Perikanan
1 Sapi 0,1984 1 Budidaya Rumput Laut 0,1841
2 Ayam Buras 0,1932 2 Budidaya Ikan di Tambak (
Bandeng, Udang Windu) 0,1618
3 Ayam Ras Pedaging 0,1069 3 Penangkapan Ikan di Laut 0,1290
4 Kambing 0,0942 4 Budidaya Ikan di Kolam
(Karper, Nila, Patin, Gurami) 0,0902
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-7
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
5 Ayam Ras Petelor 0,0821 5 Budidaya Mutiara 0,0793
Industri Perdagangan
1 Furnitur 0,1922 1 Rumah Makan 0,1795
2 Gerabah 0,1561 2 Hasil Perikanan 0,1601
3 Pengolahan Hasil Perikanan 0,1183 3 Hasil Kerajinan 0,1306
4 Batu Bata 0,1089 4 Hasil Pertanian 0,1294
5 Kerajinan kayu 0,0795 5 Counter HP 0,1126
Jasa-jasa Angkutan
1 Salon 0,1777 1 Travel 0,2373
2 KSP 0,1284 2 Angkutan Pedesaan 0,1655
3 Loundry 0,1119 3 Pick Up 0,1209
4 KPRI 0,1096 4 Truk 0,1134
5 Penjahit 0,0960 5 Ojek 0,1094
Penggalian Kehutanan
1 Marmer 0,2300 1 Mahoni 0,2457
2 Batu Hias 0,1879 2 Sengon Laut 0,1732
3 Kerikil/koral 0,1190 3 Bambu Duri 0,1657
4 Batu Kapur/ Gamping 0,1152 4 Lebah Madu 0,1521
5 Pasir Pasang 0,0933 5 Gamelina 0,0960
Pariwisata
1 Wisata Pantai 0,1967 1
2 Wisata Budaya 0,1925 2
3 Hotel 0,1369 3
4 Biro Perjalanan Wisata 0,1236 4
5 Bumi Perkemahan 0,0806 5
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti
daerah dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan
dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan
atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-3) serta hasil skor KPJU unggulan setiap
sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel V-4 ).
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan
pada Tabel V-5. Pada Tabel V-5 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas
sektor usaha adalah, wisata pantai, wisata budaya, budidaya rumput laut, furnitur
dan hotel. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU unggulan lintas sektor
usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat pada Tabel
V-5.
Tabel V-5. KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lombok Barat
No Sektor Usaha KPJU Skor Terbobot
1 Pariwisata Wisata Pantai 0,0484
2 Pariwisata Wisata Budaya 0,0473
3 Perikanan Budidaya Rumput Laut 0,0342
4 Perindustrian Furnitur 0,034
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-8
No Sektor Usaha KPJU Skor Terbobot
5 Pariwisata Hotel 0,0337
6 Perdagangan Rumah Makan 0,0333
7 Padi Palawija Padi Sawah 0,0323
8 Sayuran Kangkung 0,0314
9 Pariwisata Biro Perjalanan Wisata 0,0304
10 Perdagangan Hasil Perikanan 0,0297
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah rumah makan, padi sawah, sayuran kangkung, biro perjalanan, dan
pedagang hasil perikanan.
Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, maka berdasarkan
sektornya adalah 4 KPJU berada pada sektor pariwisata, 2 KPJU berada pada sektor
perdagangan, dan 1 KPJU masing-masing menyebar relative merata pada sebagian
sektor/sub sektor ekonomi. Bila dilihat dari komposisi KPJU unggulan lintas sektor
tersebut, menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Lombok
Barat masih berbasis pada sektor pariwisata dan sektor perdagangan.
KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian
tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan
ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus
Group Discussion antar stakeholder.
Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan Kedudukan KPJU unggulan
lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap
KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.
Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian
untuk prospek Kurang, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala
penilaian untuk potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).
Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan
pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program
pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat
persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat
ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan
masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber
daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap
pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat
kabupaten/kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan
prospek, disajikan pada Tabel V-6.
Seperti dapat dilihat pada Tabel V-6, pada aspek prospek diantara ke-10 (sepuluh)
KPJU unggulan lintas sektor, usaha wisata pantai, budidaya rumput laut, hotel,
rumah makan, padi sawah, kangkung, dan usaha perdagangan hasil perikanan
mempunyai prospek yang lebih baik dibandingkan wisata budaya, usaha furniture,
dan usaha biro perjalan wisata. Pada aspek potensi, usaha perhotelan merupakan
usaha paling potensial dibandingkan KPJU yang lain. Ke sembilan KPJU unggulan
selain wisata budaya mempunyai potensi yang sama.
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-9
Tabel V-6. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Lombok Barat
Sektor/ Sub
sektor
KPJU Ungulan Lintas
Sektor
Rata-rata Skor Katagori
Prospek Potensi Prospek Potensi
Pariwisata Wisata Pantai 3.59 3.73 Baik Tinggi
Pariwisata Wisata Budaya 2.92 2.98 Cukup Sedang
Perikanan Budidaya Rumput Laut 3.06 3.43 Baik Tinggi
Perindustrian Furnitur 2.92 3.36 Cukup Tinggi
Pariwisata Hotel 3.28 3.44 Baik Sangat Tinggi
Perdagangan Rumah Makan 3.08 3.37 Baik Tinggi
Padi Palawija Padi Sawah 3.45 3.85 Baik Tinggi
Sayuran Kangkung 3.08 3.24 Baik Tinggi
Pariwisata Biro Perjalanan Wisata 2.99 3.43 Cukup Tinggi
Perdagangan Hasil Perikanan 3.12 3.70 Baik Tinggi
Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai
skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU
Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-1.
Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Lombok
Barat:
1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi
berturut turut adalah usaha wisata pantai, usaha hotel, usaha budidaya komoditas padi
sawah, usaha pedagang hasil perikanan, usaha rumah makan, usaha wisata budaya,
usaha furnitur, usaha biro perjalan wisata, usaha budidaya rumput laut, dan yang paling
relativ rendah adalah usaha budidaya komoditas kangkung
2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah
berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha
pariwisata pantai, usaha budidaya rumput laut, usaha rumah makan, usaha furnitur,
usaha wisata budaya, usaha biro perjalanan wisata dan terakhir usaha budidaya
komoditas kangkung.
3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi
sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha budidaya padi
sawah, usaha wisata pantai, usaha perdagangan hasil perikanan, usaha budidaya
rumput laut, usaha rumah makan, usaha biro perjalanan wisata, usaha furnitur, usaha
wisata budaya dan kangkung
4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ
dari yang tertinggi berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha perdagangan hasil
perikanan, usaha komoditas budidaya sawah, usaha pariwisata pantai, usaha rumah
makan , usaha budidaya komoditas kangkung, usaha furnitur, usaha biro perjalanan
wisata, usaha budidaya rumput laut dan usaha wisata budaya.
5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ,
dari yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha budidaya komoditas kangkung, usaha
komoditas padi sawah, usaha wisata budaya, usaha pariwisata pantai, usaha budidaya
rumput laut, usaha biro perjalanan wisata, usaha perdagangan hasil perikanan, usaha
rumah makan, usaha furnitur dan usaha perhotelan.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-10
6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha komoditas kangkung, usaha pariwisata hotel, usaha wisata
budaya, usaha budidaya rumput laut, usaha biro perjalan wisata, usaha rumah makan,
usaha industri furnitur, usaha perhotelan, usaha padi sawah, dan usaha pedagang hasil
perikanan
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara
relativ menempatkan usaha di bidang wisata pantai mendapatkan nilai tertinggi,
posisi kedua usaha perhotelan dan usaha dibidang wisata budaya memperoleh nilai
terendah.
Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Lombok
Barat:
1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang
tertinggi secara berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha pedagang hasil
perikanan, usaha wisata pantai, usaha komoditas padi sawah, usaha industri furnitur,
usaha biro perjalan wisata, usaha budidaya rumput laut, usaha rumah makan, usaha
wisata budaya dan usaha kangkung.
2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari
yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas padi sawah,
usaha perhotelan, usaha pedagang hasil pertanian, usaha rumah makan, usaha industri
furnitur, usaha wisata pantai, usaha wisata budaya, budidaya rumput laut dan usaha
komoditas kangkung.
3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara
relativ dari yang tertinggi adalah usaha pedagang hasil pertanian, usaha budidaya
komoditas kangkung, usaha budidaya rumput laut, usaha komoditas padi sawah, usaha
biro perjalanan wisata, usaha industri furnitur, usaha perhotelan, usaha rumah makan,
usaha wisata pantai dan usaha wisata budaya.
4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang
tertinggi adalah usaha wisata pantai, usaha budidaya komoditas padai sawah, usaha
perhotelan, usaha budidaya rumput laut, usaha pedagang hasil perikanan, usaha rumah
makan, usaha budidaya komoditas kangkung, usaha wisata budaya, usaha biro
perjalanan wisata dan usaha furnitur
5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah
secara berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha wisata pantai, usaha pedagang
hasil perikanan, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha rumah makan, usaha
budidaya komoditas kangkung, usaha wisata budaya dan budidaya rumput laut.
6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha wisata pantai, usaha pedagang hasil
perikanan, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya rumput laut, usaha
budidaya komoditas kangkung, usaha biro perjalanan wisata, usaha rumah makan,
usaha furnitur, usaha budidaya komoditas kangkung dan usaha wisata budaya
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensial secara
relativ dari yang tertinggi berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha budidaya
padi sawah, usaha wisata pantai, usaha pedagang hasil perikanan, usaha biro
perjalanan, usaha budidaya rumput laut, usaha rumah makan, usaha furnitur,
usaha budidaya kangkung dan usaha dibidang wisata budaya memperoleh nilai
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-11
terendah. Berdasarkan aspek prospek dan potensi, KPJU terbaik dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Usaha Perhotelan dan Pariwisata Pantai. Kabupaten Lombok Barat terletak pada
Segi Tiga Emas daerah tujuan wisata di Indonesia, yaitu disebelah Barat adalah
Pulau Bali, sebelah utara Tanah Toraja dan disebelah timur Pulau Komodo,
disamping di dukung oleh kekayaan alam serta keanekaragaman budaya dan aset
wisata. Terdapat obyek wisata pantai di Lombok Barat yang sangat terkenal adalah
Pantai Senggigi, Batu bolong dan Pantai Sire. Pada tahun 2011 jumlah fasilitas
akomodasi di Kabupaten Lombok Barat sebanyak 97 buah hotel, dengan 2.196
kamar dan 2.917 tempat tidur. Dimana jumlah tersebut terdapat 24 hotel berbintang,
56 hotel melati dan pondok wisata 17 pondokan. Wisatawan yang menginap dihotel
di Lombok Barat pada tahun 2010 mencapai 212.286 orang wisatawan, dimana
wisatawan mancanegara mencapai 50,33 % atau 106.622 orang. Hal ini tidak dapat
dilepaskan dari dukungan pemerintah melalui program Visit Lombok and Sumbawa
Year 2012 yang lalu dan Visit Lombok and Sumbawa Year 2015 yang akan datang.
Pencanangan program tersebut oleh Pemda Provinsi dan pemda Kabupaten sejak
2008 bagi para pelaku wisata merupakan pertanda komitmen pemerintah dalam
mendukung berkembangnya pariwisata sebagai tindak lanjut dari disertakannya NTB
secara umum dan Kabupaten Lombok Barat secara khusus (sebagaimana Kabupaten
Lombok Barat salah satu pusat pariwisata di Pulau Lombok) dalam koridor 5
program MP3EI yaitu sebagai pintu gerbang pariwisata dan penghasil pangan
nasional.
Gambar V-1. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Barat
Wisata Pantai
Wisata Budaya
Rumput Laut
Furniture
Hotel
Rumah Makan Padi Sawah
Kangkung
Biro Per. Wisata
Hasil Perikanan
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5
Potensi
Prospek
Peta Kwadran KPJU Unggulan Kab. Lombok Barat
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-12
5.3.2. Kabupaten Lombok Tengah
Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan
bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor
usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah yang disajikan pada
Lampiran 5.2.2. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap
kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per
sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Lombok Barat. Hasil proses agregasi dengan
menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan
Kabupaten Lombok Tengah yang mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan
pada Lampiran 5.2.12.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot
total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel V-7.
Pada ini dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan
pertumbuhan ekonomi dan tujuan penciptaan lapangan kerja dalam rangka
penetapan KPJU unggulan di Kabupaten Lombok Tengah adalah sektor tanaman
pangan, dan untuk tujuan peningkatan daya saing produk adalah sektor usaha
pariwisata. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan,
secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU unggulan
UMKM maka sektor usaha pariwisata merupakan prioritas pertama. Sektor usaha
lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah tanaman pangan,
jasa, perdagangan, perindustrian, peternakan, perkebunan, angkutan, perikanan,
penggalian.
Tabel V-7. Skor terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kabupaten Lombok Tengah
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3276)
Penciptaan
Lapangan
Kerja
(0,3100)
Peningkatan
Daya Saing
Produk
(0,3624)
Pariwisata 0,1320 0,1258 0,1828 0,1485 1
Tanaman Pangan 0,1604 0,1409 0,1001 0,1325 2
Jasa 0,1027 0,1388 0,1046 0,1146 3
Perdagangan 0,1424 0,1224 0,0771 0,1126 4
Perindustrian 0,0689 0,1216 0,1378 0,1102 5
Peternakan 0,0838 0,0713 0,1160 0,0916 6
Perkebunan 0,0707 0,0721 0,1010 0,0821 7
Angkutan 0,0887 0,0729 0,0389 0,0658 8
Perikanan 0,0621 0,0592 0,0439 0,0546 9
Penggalian 0,0516 0,0472 0,0419 0,0468 10
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya
analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan
urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-8.
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-13
Tabel V-8. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Lombok Tengah
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-Terbo
bot
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-Terbo
bot
Padi dan Palawija Sayuran
1 Padi Sawah 0,2919 1 Cabe 0,2364
2 Kacang Kedelei 0,1836 2 Kacang Panjang 0,1629
3 Jagung 0,1579 3 Tomat 0,1128
4 Kacang Tanah 0,0804 4 Terung 0,0906
5 Padi Ladang 0,0769 5 Ketimun 0,0836
Buah-Buahan Perkebunan
1 Mangga 0,1904 1 Kelapa 0,1979
2 Manggis 0,1635 2 Tembakau Virginia 0,1569
3 Pisang 0,1395 3 Jambu Mete 0,1552
4 Nangka 0,1288 4 Kopi 0,1298
5 Melon 0,1057 5 Cengkeh 0,0860
Peternakan Perikanan
1 Sapi 0,2129 1 Budidaya Ikan di Kolam 0,1498
2 Kambing 0,1337 2 Budidaya Ikan di Tambak 0,1495
3 Kerbau 0,1200 3 Penangkapan Ikan di Laut 0,1492
4 Ayam Buras 0,1182 4 Budidaya Mina Padi 0,1133
5 Ayam Ras Pedaging 0,1126 5 Budidaya Rumput Laut 0,1100
Industri Perdagangan
1 Kerajinan Anyaman Kethak 0,2260 1 Hasil Kerajinan 0,2228
2 Pengovenan Tembakau 0,2143 2 Rumah Makan 0,1429
3 Konveksi/Bordir 0,1531 3 Pedagang Baju 0,1395
4 Tenun Gedogan 0,1360 4 Toko Kelontong 0,0919
5 Batu Bata 0,0605 5 Toko Bangunan 0,0864
Jasa-jasa Angkutan
1 Bengkel Motor 0,1814 1 Travel 0,1671
2 Jasa Keuangan 0,1588 2 Taxi 0,1533
3 Penggilingan Padi 0,1469 3 AKDP 0,1319
4 Foto copy 0,0944 4 Cidomo 0,1084
5 Praktek Dokter 0,0911 5 Ojek 0,1074
Penggalian Kehutanan
1 Batu Kapur/ Gamping 0,2238 1 Sengon Alam 0,2199
2 Batu Bangunan 0,1733 2 Lebah Madu 0,2160
3 Batu Apung 0,1595 3 Jati Putih 0,1690
4 Kerikil/ koral 0,1565 4 Kayu Gaharu 0,1512
5 Pasir Pasang 0,0792 5 Bambu Duri 0,1096
Pariwisata
1 Wisata Pantai/Bahari 0,2625 1
2 Hotel 0,1699 2
3 Wisata Alam 0,1480 3
4 Biro Perjalan Wisata 0,0995 4
5 Wisata Budaya 0,0714 5
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti
daerah dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-14
Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan
mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-8)
serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel V-9).
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan
pada Tabel V-9. Pada Tabel V-9 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas
sektor usaha adalah wisata pantai/bahari, padi sawah, pedagang hasil kerajinan,
Hotel, Kerajinan Anyaman Kethak. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU
unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU
dapat dilihat pada Tabel V-9.
Tabel V-9. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lombok Tengah
No Sektor Usaha KPJU Skor Terbobot
1 Pariwisata Wisata Pantai/Bahari 0,0519
2 Padi Palawija Padi Sawah 0,0391
3 Perdagangan Hasil Kerajinan 0,0367
4 Pariwisata Hotel 0,0336
5 Perindustrian Kerajinan Anyaman Kethak 0,0315
6 Jasa Bengkel Motor 0,0309
7 Perdagangan Rumah Makan 0,0306
8 Perindustrian Pengovenan Tembakau 0,0299
9 Pariwisata Wisata Alam 0,0293
10 Peternakan Sapi 0,0283
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah jasa bengkel motor, rumah makan, pengovenan tembakau, wisata alam,
peternakan sapi. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor,
maka berdasarkan sektornya 3 KPJU merupakan sub sektor pariwisata, 2 KPJU
berada dalam sektor perindustrian dan perdagangan serta masing-masing 1 KPJU
terdapat pada sub sektor padi palawija, buah-buahan, dan sektor jasa.
Bila dilihat dari komposisi KPJU unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan
bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Lombok Tengah masih berbasis pada
sektor pariwisata, sektor perdagangan dan Perindustrian.
KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian
tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan
ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus
Group Discussion antar stakeholder.
Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan Kedudukan KPJU unggulan
lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap
KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.
Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian
untuk prospek Kurang, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala
penilaian untuk potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-15
Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan
pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program
pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat
persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat
ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan
masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber
daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap
pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat
kabupaten /kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan
prospek, disajikan pada Tabel V-10.
Seperti dapat dilihat pada Tabel V-10, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10
(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha wisata pantai/bahari, budidaya
komoditas padi sawah, usaha pedagang hasil kerajinan dan, usaha perhotelan,
mempunyai prospek yang relativ lebih baik dibandingkan usaha kerajinan anyaman
kethak, usaha jasa bengkel motor, usaha rumah makan, dan usaha pengovenan
tembakau. Pada aspek potensi, maka ke sepuluh KPJU Unggulan relativ mempunyai
potensi yang sama.
Tabel V-10. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Lombok Tengah
Sektor/ Sub
sektor
KPJU Ungulan Lintas
Sektor
Rata-rata Skor Katagori
Prospek Potensi Prospek Potensi
Pariwisata Wisata Pantai/ Bahari 3.53 3.44 Baik Tinggi
Padi Palawija Padi Sawah 3.40 3.93 Baik Tinggi
Perdagangan Hasil Kerajinan 3.01 3.14 Baik Tinggi
Pariwisata Hotel 3.08 3.05 Baik Tinggi
Perindustrian Kerajinan Anyaman Kethak 2.67 3.21 Cukup Tinggi
Jasa Bengkel Motor 2.55 3.22 Cukup Tinggi
Perdagangan Rumah Makan 2.81 3.09 Cukup Tinggi
Perindustrian Pengovenan Tembakau 2.78 3.22 Cukup Tinggi
Pariwisata Wisata Alam 3.07 3.00 Baik Sedang
Peternakan Sapi 3.31 3.44 Baik Tinggi
Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai
skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU
Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-2.
Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Lombok
Tengah:
1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi
berturut turut adalah usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha wisata
pantai/bahari, usaha perhotelan, usaha budidaya ternak sapi, usaha wisata alam, usaha
pedagang hasil kerajinan, usaha pengovenan tembakau, usaha jasa bengkel sepeda
motor, usaha rumah makan dan usaha kerajinan anyaman kethak
2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah
berturut-turut adalah, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha pariwisata
pantai/bahari, usaha pedagang hasil kerajinan, usaha pengovenan tembakau, usaha
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-16
wisata alam, usaha kerajinan anyaman kethak, usaha rumah makan, usaha perhotelan
dan usaha jasa bengkel sepeda motor.
3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi
sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha wisata pantai/bahari, usaha
budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil kerajinan, usaha wisata alam, usaha
budidaya komoditas padi sawah, usaha pengovenan tembakau, usaha perhotelan, usaha
rumah makan, usaha jasa bengkel motor dan usaha kerajinan anyaman kethak.
4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ
dari yang tertinggi berturut-turut adalah budidaya komoditas padi sawah, usaha wisata
pantai, usaha perhotelan, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil kerajinan,
usaha kerajinan anyaman kethak, usaha wisata alam, usaha pengovenan tembakau,
usaha jasa bengkel sepeda motor dan usaha rumah makan.
5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ,
dari yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha wisata pantai/bahari, usaha perhotelan,
usaha jasa bengkel motor, usaha pengovenan tembakau, usaha wisata alam, usaha
kerajinan anyaman kethak, usaha rumah makan, usaha budidaya ternak sapi, usaha
pedagang kerajinan dan usaha budidaya komoditas padi sawah.
6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha wisata pantai/bahari, usaha pedagang hasil kerajinan,
usaha perhotelan, usaha rumah makan, usaha kerajinan anyaman kethak, usaha
pengovenan tembakau, usaha wisata alam, usaha jasa bengkel sepada motor, usaha
budidaya komoditas padi sawah dan usaha budidaya ternak sapi.
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara
relativ dari yang tertinggi berturut-turut adalah usaha wisata pantai/bahari, usaha
budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya ternak sapi, budidaya usaha
perhotelan, usaha wisata alam, usaha pedagang hasil kerajinan, usaha rumah
makan, usaha pengovenan tembakau, usaha kerajinan anyaman kethak dan usaha
jasa bengkel sepeda motor.
Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Lombok
Barat:
1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang
tertinggi secara berturut-turut adalah budidaya komoditas padi sawah, usaha jasa
sepeda motor, usaha budidaya ternak sapi, usaha pengovenan tembakau, usaha
pedagang hasil kerajinan, usaha kerajinan anyaman kethak, usaha wisata pantai/bahari,
usaha rumah makan, usaha wisata alam dan usaha perhotelan
2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari
yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas padi sawah,
usaha kerajinan anyaman kethak, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil
kerajinan, usaha jasa bengkel motor, usaha wisata pantai/bahari, usaha pengovenana
tembakau, usaha perhotelan, usaha wisata alam dan usaha rumah makan
3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara
relativ dari yang tertinggi adalah usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha rumah
makan, usaha ternak sapi, usaha jasa bengkel motor, usaha pedagang hasil kerajinan,
usaha pengovenan tembakau, usaha kerajinan anyaman kethak, usaha wisata alam,
usaha wisata pantai/bahari dan usaha perhotelan
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-17
4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang
tertinggi adalah usaha wisata pantai/bahari, usaha budidaya komoditas padai sawah,
usaha perhotelan, usaha wisata alam, usaha rumah makan, usaha jasa bengkel motor,
usaha pedagang kerajinan, usaha pengovenan tembakau, usaha ternak sapi, usaha
kerajinan anyaman kethak
5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah
secara berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha kerajinan anyaman
kethak, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha wisata alam, usaha pengovenan
tembakau, usaha perhotelan, usaha wisata pantai/bahari, usaha jasa bengkel motor,
usaha pedagang hasil kerajinan dan usaha rumah makan
6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah, usaha wisata pantai/bahari, usaha budidaya komoditas padi
sawah, usaha perhotelan, usaha pedagang kerajinan anyaman kethak, usaha
pengovenan tembakau, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil kerajinan,
usaha rumah makan, usaha wisata alam dan usaha jasa bengkel motor.
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensial secara
relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas
padi sawah, usaha wisata pantai/bahari, usaha budidaya ternak sapi, usaha
pengovenan tembakau, usaha jasa bengkel motor, usaha kerajinan anyaman kethak,
usaha pedagang hasil kerajinan, usaha rumah makan dan usaha wisata alam.
Berdasarkan aspek prospek dan potensi, KPJU terbaik dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Budidaya Padi Sawah. Program pembangunan Kabupaten Lombok Tengah
menempatkan sektor pertanian dan sektor pariwisata sebagai lokomatif
pembangunan ekonomi daerah, dimana komoditas padi telah menempatkan
Kabupaten Lombok Tengah sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Kondisi ini
didukung oleh produksi padi Kabupaten Lombok Tengah setiap tahunya mengalami
surplus. Potensi ini didukung dengan luas sawah mencapai 54.562 ha yang
merupakan luas lahan sawah terluas di bandingkan dengan kab/kota di NTB,
dengan didukung oleh lebih 75 % penduduknya bekerja pada sektor ini. Realisasi
tanam pada tahun 2011 seluas 95.077 ha atau naik 119 % dari rencana tanam
seluas 79.251 ha. Realisasi produksi panen pada tahun 2011 adalah sebesar 455.679
ton gabah kering giling (GKG) atau sebesar 107,81 % dari target produksi sebesar
422.658 ton GKG. Bila dibandingkan dari realisasi pada 2010 dengan realisasi tanam
seluas 82.196 ha maka terjadi peningkatan sebesar 115,67 % dari realisasi tahun
2011. Begitu juga dengan produksi, terjadi peningkatan sebesar 121 %.
Perkembangan ini dengan banyaknya program pemerintah pusat yang digelontorkan
di Kabupaten Lombok Tengah, seperti Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) yang
berdampak peningkatan produksi dan produktifitas tanaman padi, Program
Perluasan Lahan dan Air (PLA) yang berdampak pada peningkatan Indek Pertanaman
(IP), bertambah dan berkembangnya infrakstruktur pertanian berupa jalan usaha
tani, jaringan irigasi tingkat usaha tani, pembangunan embung-embung, konversi
lahan-lahan kering telah mendukung upaya Kabupaten Lombok Tengah sebagai
salah satu daerah lumbung pangan berkelanjutan. Untuk mempertegas Provinsi NTB
dan Kabupaten Lombok Tengah sebagai salah satu lumbung pangan nasional,
mencanangkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan program
Swasembada Daging Sapi/Kerbau di NTB tahun 2014. Pencanangan program tersebut
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-18
oleh Pemda Provinsi dan pemda Kabupaten/kota se-NTB dituangkan dalam nota
kesepahaman (MOU) yang ditandatangani pada peringatan hari pangan sedunia
(HPS) ke-31 pada tanggal 13 oktober 2010, oleh pemerintah Provinsi NTB dan pihak
pemerintah Kab/Kota se-NTB. Untuk peningkatan produksi beras nasional di NTB
ditargetkan produksi padi sebanyak 2,3 juta ton pada tahun 2014 dan menjamin
ketersediaan serta stabilitas stok beras di NTB. Untuk mencapai itu, disepakati
peningkatan produksi di masing-masing kab/kota di NTB tahun 2014, dimana
Kabupaten Lombok Tengah di bebankan produksi beras sebanyak 476.500 ton
Gabah kering giling. Jumlah ini adalah jumlah terbanyak dari target yang terbesar
bila dibandingkan dengan Kab/kota yang lain yang mencapai 20,71 % jumlah
keseluruhan. Ini bisa dimaklumi, karena pada tahun 2011 produksi.
Wisata Pantai dan Hotel. Potensi wisata di Kabupaten lombok Tenggah, terutama
wisata pantainya memiliki prospek yang cukup menjanjikan di masa-masa
mendatang, terlebih dengan adanya Bandara International Lombok (BIL), sebagai
pintu gerbang Provinsi NTB. hal ini juga tidak dapat dilepaskan dari dukungan
pemerintah melalui program Visit Lombok and Sumbawa Year 2012 yang lalu dan
Visit Lombok and Sumbawa Year 2015 yang akan datang. Pencanangan program
tersebut oleh Pemda Provinsi dan pemda Kabupaten sejak 2008 bagi para pelaku
wisata merupakan pertanda komitmen pemerintah dalam mendukung
berkembangnya pariwisata sebagai tindak lanjut dari disertakannya NTB secara
umum dan Kabupaten Lombok Tengah secara khusus (sebagaimana Kabupaten
Lombok Tengah sebagai pintu gerbang pariwisata di Pulau Lombok) dalam koridor 5
program MP3EI yaitu sebagai pintu gerbang pariwisata dan penghasil pangan
nasional. Kawasan wisata pantai Lombok Tengah berpusat di kawasan pantai Kuta,
Tanjung A’an Selong Belanak dan sekitarnya. Bebrapa investor asing telah tertarik
untuk mengelola kawasan wisata ini, yang diharapkan mampu memberikan spead
effect bagi pengembangan pariwisata yang secara langsung akan berimplikasi
tehadap laju peningkatan ekonomi masyarakat sekitarnya. Pada tahun 2011 usaha
perhotelan dan akomodasi di Lombok Tengah 1 hotel berbintang, 10 hotel melati, 22
home stay, 7 bunggalow 1 villa dan 1 penginapan. Kunjungan wisatawan yang
berkunjung ke Kabupaten Lombok Tengah mencapai 66.798 orang pada tahun 2011
naik 44,79 % dari tahun 2010 yang hanya 46.133 orang wisatawan. Dari jumlah
tersebut 71,55 % adalah wisatawan mancanegara.
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-19
Gambar V-2. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Tengah
5.3.3. Kabupaten Lombok Timur
Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan
bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor
usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Lombok Timur yang disajikan pada
Lampiran 5.2.3. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap
kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per
sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Lombok Barat. Hasil proses agregasi dengan
menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan
Kabupaten Lombok Timur yang mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan
pada Lampiran 5.2.13.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot
total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel V-11.
Pada Tabel V-11, dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai
tujuan pertumbuhan ekonomi adalah tanaman pangan dan tujuan penciptaan
lapangan kerja dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kabupaten Lombok Timur
adalah sektor Perindustrian , dan untuk tujuan peningkatan daya saing produk
adalah sektor usaha Peternakan. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari
masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan
penetapan KPJU unggulan UMKM maka sektor usaha Tanaman pangan merupakan
Wisata Pantai/
Bahari
Padi Sawah
Hasil Kerajinan
Hotel
Ker. Anyaman Kethak
Bengkel Motor
Rumah Makan Pengovenan Tembakau
Wisata Alam
Sapi
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5
Potensi
Prospek
Peta Kwadran KPJU Unggulan Kab. Lombok Tengah
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-20
prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-
turut adalah perkebunan, peternakan, perikanan, pariwisata perindustrian,
perdagangan, jasa, angkutan, penggalian dan kehutanan
Tabel V-11. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kabupaten Lombok Timur
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3276)
Penciptaan
Lapangan
Kerja
(0,3100)
Peningkatan
Daya Saing
Produk
(0,3624)
Tanaman Pangan 0,1636 0,1210 0,1215 0,1351 1
Perkebunan 0,0970 0,1085 0,1211 0,1093 2
Peternakan 0,0881 0,1071 0,1250 0,1074 3
Perikanan 0,1265 0,0675 0,1238 0,1072 4
Pariwisata 0,0881 0,1152 0,1083 0,1038 5
Perindustrian 0,0843 0,1616 0,0689 0,1027 6
Perdagangan 0,1002 0,0641 0,0859 0,0838 7
Jasa 0,0797 0,1074 0,0574 0,0802 8
Angkutan 0,0676 0,0525 0,0656 0,0622 9
Penggalian 0,0564 0,0480 0,0655 0,0571 10
Kehutanan 0,0486 0,0471 0,0569 0,0512 11
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya
analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan
urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-12.
Tabel V-12. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Lombok Timur
N o Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
N o Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
Padi dan Palawija Sayuran
1 Jagung 0,2659 1 Cabe Rawit 0,1584
2 Padi Sawah 0,1990 2 Kentang 0,1443
3 Kacang Tanah 0,1333 3 Kacang Panjang 0,1073
4 Ubi Kayu 0,1239 4 Tomat 0,1049
5 Kacang Kedelai 0,0883 5 Bawang Merah 0,1028
Buah-Buahan Perkebunan
1 Mangga 0,2455 1 Tembakau Virginia 0,2189
2 Pisang 0,1618 2 Jambu Mete 0,1374
3 Nangka 0,1296 3 Kelapa 0,1361
4 Rambutan 0,1074 4 Kopi 0,1233
5 Pepaya 0,0895 5 Tembakau Rakyat 0,1140
Peternakan Perikanan
1 Sapi 0,1926 1 Budidaya Rumput Laut 0,1832
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-21
N o Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
N o Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
2 Kambing 0,1606 2 Budidaya Ikan di Kolam (Karper,
Nila) 0,1684
3 Ayam Ras Petelur 0,1286 3 Penangkapan Ikan di Laut 0,1298
4 Ayam Buras 0,1005 4 Budidaya Ikan di Air Payau (Udang) 0,1222
5 Itik 0,0953 5 Budidaya Mutiara 0,1106
Industri Perdagangan
1 Gerabah 0,1769 1 Hasil Perkebunan 0,1859
2 Pengolahan Hasil Perikanan 0,1649 2 Minimarket 0,1513
3 Pengovenan Tembakau 0,1478 3 Toko Kelontong 0,1152
4 Pengolahan Hasil Pertanian 0,1422 4 Pedagang Hasil Pertanian 0,0992
5 Tenun Gedokan 0,1408 5 Toko Bangunan 0,0867
Jasa-jasa Angkutan
1 Bengkel Motor 0,1831 1 Pick Up 0,1533
2 Jasa Keuangan 0,1815 2 Truk 0,1242
3 Penggilingan Padi 0,0962 3 Cidomo 0,1197
4 Praktek Dokter 0,0939 4 Angkutan Pedesaan 0,1108
5 Kost-Kostan 0,0933 5 Ojek 0,0943
Penggalian Kehutanan
1 Sirtu 0,1663 1 Sarang Burung Walet 0,2457
2 Batu apung 0,1624 2 Jati 0,1732
3 Kerikil/koral 0,1304 3 Bambu Duri 0,1657
4 Batu Kapur/ Gamping 0,1091 4 Sengon Alam 0,1521
5 Batu Hias 0,1080 5 Sono keling 0,0960
Pariwisata
1 Wisata Bahari/Pantai 0,1922 1
2 Wisata Alam 0,1603 2
3 Sanggar Seni 0,1215 3
4 Wisata Kria/ Kerajinan 0,1190 4
5 Biro Perjalanan Wisata 0,1076 5
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti
daerah dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan
dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan
atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-12) serta hasil skor KPJU unggulan setiap
sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel V-13).
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan
pada Tabel V-13. Pada Tabel V-13 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas
sektor usaha adalah jagung, peternakan sapi, wisata Pantai/Bahari, budidaya
rumput laut, dan padi sawah . Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU
unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU
dapat dilihat pada Tabel V-13.
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah perkebunan tembakau Virginia, industri Gerabah, peternakan kambing,
budidaya ikan karper dan nila, dan pedagang hasil perkebunan. Apabila ditelaah
lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 2
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-22
komoditas merupakan sub sektor padi palawija, sektor peternakan dan perikanan
dan masing-masing 1 komoditas perdagangan, pariwisata, perkebunan dan industri.
Tabel V-13. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lombok Timur
No Sektor Usaha KPJU Skor Terbobot
1 Padi Palawija Jagung 0,0355
2 Peternakan Sapi 0,0305
3 Pariwisata Wisata Bahari/Pantai 0,0285
4 Perikanan Budidaya Rumput Laut 0,0275
5 Padi Palawija Padi Sawah 0,0265
6 Perkebunan Tembakau Virginia 0,0262
7 Perindustrian Gerabah 0,0259
8 Peternakan Kambing 0,0254
9 Perikanan Budidaya Ikan di Kolam (Karper, Nila) 0,0253
10 Perdagangan Hasil Perkebunan 0,0244
Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, pada sub sektor
padi palawija, sektor peternakan, dan perikanan masing-masing terdapat 2 KPJU,
serta masing-masing 1 KPJU terdapat pada sektor pariwisata, perkebunan,
perindustrian, dan perdagangan.
Bila dilihat dari komposisi KPJU unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan
bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Lombok Timur masih berbasis pada
sub sektor padi palawija, sektor perikanan dan peternakan.
KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian
tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan
ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus
Group Discussion antar stakeholder.
Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan Kedudukan KPJU unggulan
lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap
KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.
Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian
untuk prospek Kurang, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala
penilaian untuk potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).
Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan
pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program
pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat
persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat
ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan
masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber
daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap
pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat
kabupaten /kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan
prospek, disajikan pada Tabel V-14.
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-23
Seperti dapat dilihat pada Tabel V-14, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10
(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha budidaya jagung, ternak sapi,
budidaya rumput laut, tembakau Virginia, padi sawah, gerabah dan hasil
perkebunan mempunyai prospek yang lebih baik dibandingkan usaha wisata
bahari/pantai, usaha kambing dan budidaya ikan kolam. Pada aspek potensi, maka
usaha jagung relativ paling potensial dibandingkan KPJU yang lain. Kesembilan
KPJU unggulan selain usaha budidaya jagung mempunyai potensi yang sama.
Tabel V-14. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Lombok Timur
Sektor/ Sub
sektor
KPJU Ungulan Lintas
Sektor
Rata-rata Skor Katagori
Prospek Potensi Prospek Potensi
Padi Palawija Jagung 3.6409 4.1970 Baik Sangat Tinggi
Peternakan Sapi 3.7904 3.9571 Baik Tinggi
Pariwisata Wisata Bahari/Pantai 2.8939 3.0694 Cukup Tinggi
Perikanan Budidaya Rumput Laut 3.4076 3.6364 Baik Tinggi
Padi Palawija Padi Sawah 3.3818 3.6758 Baik Tinggi
Perkebunan Tembakau Virginia 3.6818 3.9121 Baik Tinggi
Perindustrian Gerabah 3.5922 3.4823 Baik Tinggi
Peternakan Kambing 2.8788 3.2591 Cukup Tinggi
Perikanan Budidaya Ikan Kolam
(Karper, Nila) 2.9533 3.2525 Cukup Tinggi
Perdagangan Hasil Perkebunan 3.1212 3.3061 Baik Tinggi
Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai
skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU
Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-3.
Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Lombok
Timur:
1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi berturut
turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas jagung, usaha
budidaya komoditas tembakau virginia, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya
komoditas padi sawah, usaha kerajinan gerabah, usaha pedagang hasil perkebunan,
usaha wisata bahari/pantai, usaha budidaya ikan kolam, usaha budidaya ternak
kambing.
2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah
berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas jagung,
usaha kerajinan gerabah, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya
komoditas tembakau Virginia, usaha pedagang hasil perkebunan, usaha budidaya rumput
laut, usaha budidaya ikan kolam, usaha wisata bahari/pantai dan, usaha budidaya
ternak kambing
3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi
sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas tembakau
Virginia, usaha kerajinan gerabah, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya
komoditas jagung, usaha wisata bahari/pantai, usaha budidaya rumput laut, usaha
budidaya ikan kolam, usaha ternak kambing, dan usaha budidaya komoditas padi sawah
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-24
4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ dari
yang tertinggi berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya
komoditas tembakau Virginia, usaha budidaya ternak sapi, usaha kerajinan gerabah,
usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha pedagang
hasil perkebunan, usaha wisata bahari, usaha budidaya ikan kolam dan, usaha budidaya
ternak kambing
5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ, dari
yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha wisata pantai/bahari, usaha kerajinan
gerabah, usaha ternak sapi, usaha budidaya ternak kambing, usaha budidaya tembakau
Virginia, usaha budidaya ikan kolam, usaha pedagang hasil perkebunan, usaha budidaya
komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jagung
6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha budidaya tembakau Virginia, usaha padagang hasil
perkebunan, usaha kerajinan tembakau, usaha wisata pantai/bahari, usaha budidaya
ikan kolam, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha
budidaya komoditas jagung dan, usaha budidaya ternak kambing
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara
relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha wisata pantai/bahari,
usaha budidaya ikan kolam, usaha pedagang hasil perkebunan, usaha budidaya
ternak kambing, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya komoditas padi
sawah, usaha budidaya ternak sapi, usaha kerajinan gerabah, usaha budidaya
komoditas tembakau Virginia dan, usaha budidaya rumput laut.
Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Lombok
Timur:
1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang
tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha
komoditas tembakau Virginia, usaha budidaya ternak sapi, usaha kerajinan gerabah,
usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha wisata
bahari, usaha pedagang hasil perkebunan, usaha budidaya ikan kolam, dan usaha
budidaya ternak kambing
2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari
yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha
budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas tembakau Virginia, usaha budidaya
komoditas padi sawah, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya ternak kambing,
usaha budidaya ikan kolam, usaha pedagang hasil perkebunan, usaha kerajinan gerabah,
usaha wisata bahari/pantai
3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara
relativ dari yang tertinggi adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya
ternak sapi, usaha budidaya komoditas tembakau Virginia, usaha budidaya komoditas
padi sawah, usaha pedagang hasil perkebunan, usaha budidaya ikan kolam, usaha
kerajinan gerabah, usaha budidaya ternak kambing, usaha budidaya rumput laut dan,
usaha wisata pantai/bahari
4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang
tertinggi adalah usaha wisata pantai, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya
rumput laut, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya ternak sapi, usaha
wisata bahari/pantai, usaha budidaya tembakau Virginia, usaha budidaya ternak
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-25
kambing, usaha budidaya ikan kolam, usaha kerajinan gerabah, usaha pedagang hasil
perkebunan
5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah
secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha komoditas
tembakau Virginia, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya rumput laut, usaha
budidaya komoditas padi sawah, usaha kerajinan gerabah, usaha pedagang hasil
perkebunan, usaha wisata bahari/pantai, usaha budidaya ternak kambing, dan usaha
ikan kolam
6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi,
usaha budidaya komoditas tembakau Virginia, usaha budidaya rumput laut, usaha
kerajinan gerabah, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya ternak
kambing, usaha budidaya ikan kolam, usaha pedagang hasil perkebunan dan, usaha
wisata bahari/pantai.
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensial secara
relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah budidaya jagung, usaha
budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas tembakau Virginia, usaha budidaya
rumput laut, usaha kerajinan gerabah, usaha budidaya komoditas padi sawah,
usaha budidaya ternak kambing, usaha budidaya ikan kolam, usaha pedagang hasil
perkebunan dan, usaha wisata bahari/pantai. Berdasarkan aspek prospek dan
potensi, KPJU terbaik dapat dijelaskan sebagai berikut.
Budidaya Jagung. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas unggulan yang
ditetapkan oleh Pemprov NTB umumnya dan Kabupaten Lombok Timur khususnya.
Hal ini didukung oleh pelaksanaan program unggulan provinsi PIJAR (Sapi, Jagung,
dan Rumput Laut), yaitu dengan mengembangkan agribisnis jagung di NTB yang
dalam lima tahun (2009-2013) mentargetkan peningkatkan produktivitas dan
profitabilitas, meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia
dan sumber daya sosial budaya yang ada, membentuk dan menerapkan sistem
agribisnis jagung yang tepat, dan muaranya menjadikan NTB sebagai provinsi sentra
produksi jagung di tanah air. Kabupaten Lombok Timur salah satu lumbung jagung
Provinsi NTB dengan luas panen 15.584 ha dan produksi sebesar 82.282 ton, atau
sekitar 19,04 % dari jumlah produksi jagung NTB yang mencapai 459.915 ton.
Produksi tersebut naik 21,66 % bila dibandingkan produksi tahun 2010 yang hanya
67.628 ton. Untuk mendorong dan peningkatakan taraf ekonomi petani jagung,
pemda Kabupaten Lombok Timur bekerjasama dengan PT I Pasar pada tahun 2011
meresmikan pabrik jagung yang ada dan satu-satunya di Pulau Lombok. Pabrik ini
akan dimanfaatkan untuk mengolah produksi jagung petani didaerah Kabupaten
Lombok Timur dan sekitarnya.
Budidaya Ternak Sapi. Populasi sapi di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011
mencapai 99.092 ekor sapi, mengalami peningkatan sebesara 23,61 % dari tahun
2010 yang hanya 80.162 ekor. Hal ini tidak lepas dari program pemerintah daerah
(PIJAR) yang mencanangkan NTB sebagai Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS) pada tahun
2013. Di Kabupaten Lombok Timur dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
peternak maka diberikan bantuan berupa sapi bibit sebanyak 1.110 ekor, sapi
pejantan 20 ekor, PSBP 20 ekor dan stimulan kandang kolektif sebanyak 40 unit.
Telah pula dilakukan rehabilitasi kandang BIB seluas 12 m2, rehabilitasi kandang
BPT HMT Serading seluas 12 m2; pembuatan mani beku sebanyak 5.810 dosis;
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-26
pemeliharaan sapi perah 17 ekor, sapi pejantan 10 ekor dan sapi berangus 24 ekor;
pembudidayaan hijauan makanan ternak (HMT) seluas 9 hektar dan pembibitan HMT
seluas 20 hektar; pembinaan terhadap 230 kelompok petani peternak dan pemberian
bantuan 6 ekor ternak dan 500 ekor itik; dan pembibitan sapi bali 300 ekor Namun
demikian untuk dapat meningkatkan prospek dan potensinya maka alternatif lain
yang dapat dilakukan adalah dengan menyediakan bibit sapi yang dapat memberikan
tambahan bobot badan tinggi per satuan waktu.
Komoditas Tembakau Virginia. Produksi perkebunan yang memberikan sharing
paling besar dalam menciptakan nilai tambah di sektor perkebunan adalah
komoditas tembakau. NTB merupakan penghasil tembakau terbesar dalam produk
nasional dan pemasok utama untuk industri rokok secara nasional. Kabupaten
Lombok Timur merupakan sentra tembakau virginia di Provinsi NTB dan nasional,
dimana produksi tembakau Lombok Timur mencapai 65,17 % dari produksi tingkat
Provinsi NTB yang sebesar 36.476,51 ton. Pada tahun 2011 produksi tembakau
virginia mengalami penurunan dikarenakan hujan hampir turun sepanjang tahun.
Luas panen tembakau virginia di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011
mencapai 15.067,82 ha dengan produksi mencapai 23.773,88 ton, terjadi penurunan
3,26 % dari produksi 24.576,71 di tahun 2010. Produksi tembakau sebanyak itu,
dihasilkan oleh 6.833 orang petani, dan 8.983 unit pengovenan tembakau, yang
selama ini menjadi petani binaan perusahaan pengelola tembakau. Sejauh ini
tembakau virginia produk NTB yang dikirim ke luar daerah berbentuk krosok dalam
kemasan dalam kemasan sebagai bahan baku industri, sehingga petani harus
memanaskanya dalam oven tembakau. Kendala yang dihadapi petani tembakau
adalah, semenjak langkanya minyak tanah sebagai bahan bakar utama pengovenan
tembakau karena subsidinya dicabut dan kebijakan pemerintah melakukan konversi
minyak tanah untuk tembakau dengan kayu bakar juga menuai masalah karena
keterbatasan kayu bakar yang semakin hari semakin berkurang. Sehingga untuk
bahan bakar juga terjadi permasalahan karena ketersediaanya tidak bisa kontinyu
dan rumitnya pada proses penggunaanya.
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-27
Gambar V-3. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Timur
5.3.4 Kabupaten Sumbawa
Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan
bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor
usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Sumbawa yang disajikan pada
Lampiran 5.2.4. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap
kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per
sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Sumbawa. Hasil proses agregasi dengan
menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan
Kabupaten Sumbawa yang mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan pada
Lampiran 5.2.14.
Berdasarkan hasil FGD yang di Kantor Bappeda Kabupaten Sumbawa, maka analisis
AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk setiap tujuan
penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing
sektor usaha seperti disajikan pada Tabel V-15. Pada Tabel V-15 dapat dilihat bahwa
bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi adalah
sektor tanaman pangan, tujuan penciptaan lapangan kerja dan tujuan daya saing
daerah dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kabupaten Sumbawa adalah
sektor perikanan.
Jagung
Wisata Bahari/Pantai
Rumput Laut
Tem Virginia
Gerabah
Kambing
Ikan (Karper, Nila)
Hasil Perkebunan
Padi Sawah
Sapi
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5
Potensi
Prospek
Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Timur
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-28
Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara
keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU unggulan UMKM maka
sub sektor usaha Perikanan merupakan prioritas pertama. Sektor/sub sektor usaha
lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah sektor/sub sektor
tanaman pangan, peternakan, perdagangan,perindustrian,angkutan, perkebunan,
pariwisata,kehutanan,jasa, dan penggalian.
Tabel V-15. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kabupaten Sumbawa
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot) Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3276)
Penciptaan
Lapangan Kerja
(0,3100)
Peningkatan Daya
Saing Produk
(0,3624)
Perikanan 0,0903 0,1390 0,1676 0,1334 1
Tanaman Pangan 0,1298 0,1250 0,1163 0,1234 2
Peternakan 0,0886 0,1194 0,1311 0,1135 3
Perdagangan 0,1099 0,1249 0,0910 0,1077 4
Perindustrian 0,1090 0,0929 0,0711 0,0903 5
Angkutan 0,1075 0,0453 0,0707 0,0749 6
Perkebunan 0,0851 0,0729 0,0638 0,0736 7
Pariwisata 0,0765 0,0615 0,0771 0,0721 8
Kehutanan 0,0802 0,0774 0,0590 0,0716 9
Jasa 0,0720 0,0604 0,0781 0,0703 10
Penggalian 0,0719 0,0591 0,0753 0,0692 11
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta
bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya analisis AHP
menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor
terbobot seperti disajikan pada Tabel V-16.
Tabel V-16. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Sumbawa
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
N o Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
Padi dan Palawija Sayuran
1 Padi Sawah 0,2451 1 Cabe Rawit 0,1580
2 Jagung 0,2348 2 Cabe Besar 0,1082
3 Kedelai 0,1101 3 Kacang Panjang 0,1069
4 Padi Ladang 0,0924 4 Bawang Merah 0,1066
5 Ubi Jalar 0,2451 5 Terung 0,0943
Buah-Buahan Perkebunan
1 Mangga 0,1665 1 Jambu Mete 0,1667
2 Sawo 0,1564 2 Kopi 0,1272
3 Pisang 0,1513 3 Kelapa 0,1129
4 Nangka 0,0886 4 Tembakau Rakyat 0,1104
5 Pepaya 0,0872 5 Asam 0,1097
Peternakan Perikanan
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-29
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
N o Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
1 Sapi 0,2744 1 Budidaya Rumput Laut 0,2689
2 Kerbau 0,1302 2 Budidaya Udang dan
Kerapu 0,1740
3 Kuda 0,1035 3 Budidaya Ikan di Kolam 0,1366
4 Ayam Buras 0,0857 4 Budidaya Ikan di Air Payau 0,0976
5 Ayam Ras Pedaging 0,0839 5 Penangkapan Ikan di
Perairan Umum 0,0911
Industri Perdagangan
1 Olahan Rumput Laut 0,2014 1 Pedagang Hasil Pertanian 0,1764
2 Meubel Kayu 0,1200 2 Pedagang Hasil Perikanan 0,1702
3 Penggilingan Padi 0,1111 3 Pedagang Hasil Peternakan 0,1695
4 Pengawetan Ikan 0,1053 4 Rumah Makan 0,0846
5 Batu Bata 0,0935 5 Minimarket 0,0804
Jasa-jasa Angkutan
1 Penggilingan Padi 0,1353 1 Angkutan Pedesaan 0,2575
2 Rental Mesin Pertanian 0,1352 2 Pick Up 0,1183
3 Jasa Keuangan 0,1237 3 AKDP 0,1081
4 Bengkel Motor 0,1015 4 Ojek 0,1044
5 Praktek Bidan 0,0977 5 Truk 0,1021
Penggalian Kehutanan
1 Kerikil/koral 0,2034 1 Lebah Madu 0,3569
2 Pasir Pasang 0,1231 2 Sengon Alam 0,1897
3 Batu Kapur/ Gamping 0,1214 3 Rotan 0,1877
4 Tanah Liat 0,0946 4 Tumb. Liana (akar) 0,0759
5 Pasir Urug 0,0930 5 Kayu Gaharu 0,0735
Pariwisata
1 Wisata Pantai 0,1749 1
2 Wisata Budaya 0,1424 2
3 Wisata Kesenian 0,1154 3
4 Wisata Minat Khusus
(Jelajah Motor) 0,1034 4
5 Wisata Alam 0,0896 5
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan unggulan daerah
dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor.
Penetapan dilakukan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan
bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-15) serta hasil skor
KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 16).
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan
pada Tabel V-17. Pada Tabel V-17 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas
sektor usaha di Kabupaten Sumbawa adalah budidaya rumput laut, ternak sapi, padi
sawah, dan budidaya cabe rawit. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU
unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU
dapat dilihat pada Tabel V-17.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-30
Tabel V-17. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sumbawa
No Sektor/Sub-Sektor
Usaha KPJU Skor Terbobot
1 Perikanan Budidaya Rumput Laut 0,0467
2 Peternakan Sapi 0,0460
3 Padi Palawija Padi Sawah 0,0333
4 Padi Palawija Jagung 0,0319
5 Sayuran Cabe Rawit 0,0306
6 Buah-Buahan Mangga 0,0304
7 Perikanan Budidaya Udang dan Kerapu 0,0302
8 Buah-Buahan Sawo 0,0291
9 Perindustrian Olahan Rumput Laut 0,0288
10 Buah-Buahan Pisang 0,0284
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah buah mangga, budidaya perikanan udang dan kerapu, buah sawo dan
pisang serta olahan rumput laut.
Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, pada sub sektor
perikanan dan sub sektor padi palawija, masing-masing terdapat 2 KPJU unggulan, 3
KPJU berada dalam sub sektor buah-buahan dan masing-masing 1 KPJU terdapat
pada sub sektor peternakan, sayuran dan sektor perindustrian. Bila dilihat dari
komposisi KPJU unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan bahwa orientasi
kegiatan ekonomi di Kabupaten Sumbawa masih berbasis pada sub sektor buah-
buahan, sub sektor perikanan dan sub sektor padi palawija.
KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian
tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan
ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus
Group Discussion antar stakeholder.
Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan Kedudukan KPJU unggulan
lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap
KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.
Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian
untuk prospek Kurang, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala
penilaian untuk potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).
Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan
pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program
pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat
persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat
ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan
masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber
daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap
pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-31
kabupaten/kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan
prospek, disajikan pada Tabel V-18.
Seperti dapat dilihat pada Tabel V-18, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10
(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha budidaya rumput laut mempunyai
prospek sangat baik. Sedangkan usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya padi
sawah dan, usaha budidaya jagung mempunyai prospek yang lebih baik
dibandingkan usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha budidaya mangga,
usaha budidaya udang dan kerapu, usaha budidaya komoditas sawo, usaha industry
pengolahan rumput laut, usaha budidaya komoditas pisang.
Pada aspek potensi, usaha budidaya sawo relativ potensial rendah dibandingkan
KPJU yang lain. Ke sembilan KPJU unggulan lainya relativ mempunyai potensi yang
tinggi.
Tabel V-18. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sumbawa
Sektor/ Sub
sektor
KPJU Ungulan Lintas
Sektor
Rata-rata Skor Katagori
Prospek Potensi Prospek Potensi
Perikanan Budidaya Rumput Laut 4.1667 3.6667 Sangat Baik Tinggi
Peternakan Sapi 4.0000 3.5000 Baik Tinggi
Padi Palawija Padi Sawah 3.3333 4.0000 Baik Tinggi
Padi Palawija Jagung 3.5000 3.5000 Baik Tinggi
Sayuran Cabe Rawit 2.8333 3.6667 Cukup Tinggi
Buah-Buahan Mangga 2.5000 3.6667 Cukup Tinggi
Perikanan Budidaya Udang dan Kerapu 2.8333 3.5000 Cukup Tinggi
Buah-Buahan Sawo 2.1667 2.8333 Cukup Sedang
Perindustrian Olahan Rumput Laut 2.8333 3.1667 Cukup Tinggi
Buah-Buahan Pisang 2.3333 3.1667 Cukup Tinggi
Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai
skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU
Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-4.
Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Sumbawa:
1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi berturut
turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya
komoditas jagung, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas
cabai rawit, usaha budidaya komoditas buah mangga, usaha budidaya udang dan kerapu,
usaha pengolahan rumput laut, usaha budidaya komoditas sawo, dan usaha budidaya
komoditas pisang
2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah
berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha
budidaya cabai rawit, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas
jagung, usaha pengolahan rumput laut, usaha budidaya komoditas buah mangga, usaha
budidaya udang dan kerapu, usaha budidaya komoditas buah sawo dan usaha budidaya
komoditas buah pisang
3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi
sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-32
budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas
jagung, usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha budidaya komoditas buah mangga,
usaha budidaya udang dan kerapu, usaha budidaya komoditas buah pisang, usaha
budidaya komoditas buah sawo, usaha pengolahan rumput laut
4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ dari
yang tertinggi berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya ternak
sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jagung, usaha
budidaya komoditas cabai rawit, usaha budidaya udang dan kerapu, usaha budidaya
komoditas buah sawo, budidaya pengolahan rumput laut, usaha budidaya komoditas
buah pisang dan, usaha budidaya komoditas buah mangga
5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ, dari
yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha budidaya rumput laut, usaha pengolahan
rumput laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha
budidaya udang dan kerapu, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya
komoditas jagung, usaha budidaya komoditas buah sawo dan buah pisang
6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha rumput laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya
komoditas padi sawah dan jagung, usaha budidaya buah mangga, usaha budidaya udang
dan kerapu, usaha pengolahan rumput laut, usaha budidaya cabai rawit, usaha budidaya
komoditas buah sawo dan buah pisang
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara
relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah budidaya rumput laut, usaha
ternak sapi, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya komoditas padi
sawah, usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha budidaya udang dan kerapu,
usaha pengolahan rumput laut, usaha budidaya buah mangga, buah pisang dan
buah sawo.
Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Sumbawa:
1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang
tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya
ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jagung,
usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha budidaya mangga, usaha budidaya udang
dan kerapu, usaha pengolahan rumput laut, usaha budidaya buah pisang dan buah sawo
2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari
yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya
komoditas padi sawah, usaha budidaya cabai rawit, usaha budidaya buah mangga, usaha
budidaya rumput laut, usaha budidaya jagung, usaha budidaya udang dan kerapu, usaha
budidaya buah sawo, usaha pengolahan rumput laut dan usaha budidaya pisang
3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara
relativ dari yang tertinggi adalah usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya
ternak sapi, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya komoditas cabai rawit,
usaha komoditas buah mangga, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya udang dan
kerapu, usaha budidaya komoditas buah sawo, usaha pengolahan rumput laut dan usaha
budidaya komoditas buah pisang
4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang
tertinggi adalah usaha budidaya komoditas buah mangga, usaha budidaya rumput laut,
usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jagung, usaha
budidaya komoditas cabai rawit, usaha budidaya udang dan kerapu, usaha pengolahan
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-33
rumput laut, usaha budidaya komoditas buah pisang, usaha budidaya ternak sapi dan,
usaha budidaya komoditas buah sawo
5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah
secara berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas
padi sawah, usaha pengolahan udang dan kerapu, usaha budidaya komoditas buah sawo,
usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya
komoditas cabai rawit, usaha budidaya buah mangga, usaha pengolahan rumput laut
dan, usaha budidaya komoditas buah pisang
6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha
budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya
komoditas cabai rawit, usaha budidaya udang dan kerapu, usaha budidaya komoditas
buah mangga, usaha budidaya komoditas buah sawo, usaha pengolahan rumput laut dan
usaha budidaya komoditas buah pisang.
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensial secara
relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah, usaha budidaya komoditas
padi sawah, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas cabai rawit,
usaha budidaya buah mangga, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya
komoditas jagung, usaha budidaya udang dan kerapu, usaha pengolahan rumput
laut, usaha budidaya komoditas buah pisang dan buah sawo yang paling rendah.
Berdasarkan aspek prospek dan potensi, KPJU terbaik dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Budidaya Rumbut Laut. Pengembangan agribisnis rumput laut merupakan salah
satu program unggulan yang dirangkai dengan sebutan PIJAR (sapi, jagung, dan
rumput laut). Kegiatan prioritas dalam pengembangan rumput laut antara lain
pengembangan kawasan minapolitan baik di Pulau Lombok dan maupun Sumbawa,
2 (dua) minapolitan berbasis rumput laut terdapat di Kabupaten Sumbawa dan dari
24 ribu hektar potensi rumput laut di Provinsi NTB, 14.950 ha diantaranya terdapat
di kabupaten Sumbawa. Sentra minapolitan rumput laut di Kabupaten Sumbawa
terdapat di Kecamatan Terano dengan potensi 2.000 ha namun baru 100 ha yang
sudah diberdayakan, dan sentra minapolitan di Labuhan Mapin dengan potensi 300
ha dan baru diberdayakan 10 % nya. Dukungan Kabupaten Sumbawa sebagai
kawasan pengembangan rumput laut juga datang dari kementrian Perikanan dan
Kelautan RI, dimana Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu dari lima kabupaten
yang menjadi kawasan industri rumput laut di Indonesia.
Padi Sawah. Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu daerah penyumbang
produksi padi yang signifikan bagi produksi padi Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Produksi padi di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2011 meningkat sebesar 11,2 %
yaitu 337.417 ton gabah kering giling (GKG), dari produksi tahun 2010 menjadi
390.940 ton pada tahun 2011. Pada tahun yang sama surplus beras Kabupaten
Sumbawa mencapai 181.460 ton. Dengan capaian produksi padi di tahun 2011
tersebut, Sumbawa memberikan kontribusi sebesar 22 % terhadap produksi padi
NTB, menduduki urutan ke 2 (dua) setelah Kabupaten Lombok Tengah. Capaian ini
bisa terlaksana karena dukungan dari pemerintah daerah Kabupaten maupun
Provinsi. Salah satu program pemda Kabupaten Sumbawa bekerja sama dengan
perusahaan Pupuk dalam hal penerapan teknologi pemupukan. Program lainya
adalah program perluasan lahan dan program penyediaan mesin pompa dengan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-34
sistem pinjam pakai untuk mengantisipasi kemarau panjang. Untuk memepertegas
Provinsi NTB dan Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu lumbung pangan nasional,
mencanangkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan program
Swasembada Daging Sapi/Kerbau di NTB tahun 2014. Pencanangan program tersebut
oleh Pemda Provinsi dan pemda Kabupaten/kota se NTB dituangam dalam nota
kesepahaman (MOU) yang ditandatangani pada peringatan hari pangan sedunia
(HPS) ke-31 pada tanggal 13 oktober 2010, oleh pemerintah Provinsi NTB dan pihak
pemerintah Kab/Kota se-NTB. Untuk peningkatan produksi beras nasional di NTB
ditargetkan produksi padi sebanyak 2,3 juta ton pada tahun 2014 dan menjamin
ketersediaan serta stabilitas stok beras di NTB. Untuk mencapi itu, disepakati
peningkatan produksi di masing-masing kab/kota di NTB tahun 2014, dimana
Kabupaten Sumbawa di bebankan produksi beras sebanyak 456.700 ton Gabah
kering giling.
Gambar V-4. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Sumbawa
5.3.5. Kabupaten Dompu
Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan
bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor
usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Dompu yang disajikan pada
Lampiran 5.2.5. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap
Budidaya Rumput Laut
Sapi
Padi Sawah
Jagung Cabai Rawit
Mangga
Budidaya Udang dan Kerapu
Sawo
Olahan Rumput Laut
Pisang
1
2
3
4
1 2 3 4 5
Potensi
Prospek
Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Sumbawa
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-35
kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per
sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Dompu. Hasil proses agregasi dengan
menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan
Kabupaten Dompu yang mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan pada
Lampiran 5.2.15.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot
total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel V-19.
Pada Tabel V-19. dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai
tujuan pertumbuhan ekonomi, tujuan penciptaan lapangan kerja adalah sektor
tanaman pangan dan tujuan daya saing daerah dalam rangka penetapan KPJU
unggulan di Kabupaten Dompu adalah sektor perindustrian. Dengan memperhatikan
bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka
mencapai tujuan penetapan KPJU unggulan UMKM maka sub sektor usaha tanaman
pangan merupakan prioritas pertama. Sektor/sub sektor usaha lain berdasarkan
tingkat kepentingannya berturut-turut adalah peternakan, perindustrian, perikanan,
perkebunan, jasa, perdagangan, pariwisata, angkutan, penggalian dan kehutanan.
Tabel V-19. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kabupaten DOMPU
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3276)
Penciptaan
Lapangan
Kerja
(0,3100)
Peningkatan
Daya Saing
Produk
(0,3624)
Tanaman Pangan 0,1831 0,1320 0,0871 0,1325 1
Peternakan 0,1071 0,1242 0,1433 0,1255 2
Perindustrian 0,0830 0,1090 0,1550 0,1172 3
Perikanan 0,1089 0,0698 0,1456 0,1101 4
Perkebunan 0,0881 0,1234 0,0697 0,0924 5
Jasa 0,0619 0,0952 0,1015 0,0866 6
Perdagangan 0,1173 0,0764 0,0663 0,0861 7
Pariwisata 0,0615 0,0686 0,0960 0,0762 8
Angkutan 0,0929 0,0607 0,0506 0,0676 9
Penggalian 0,0554 0,0907 0,0401 0,0608 10
Kehutanan 0,0407 0,0500 0,0448 0,0451 11
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya
(Tabel V-19), analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi
UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-20.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-36
Tabel V-20. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Dompu
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-Terbo
bot
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-Terbo
bot
Padi dan Palawija Sayuran
1 Jagung 0,2928 1 Bawang Merah 0,2636
2 Padi Sawah 0,2166 2 Cabe 0,1310
3 Kacang Kedelei 0,1720 3 Tomat 0,0912
4 Kacang Tanah 0,1179 4 Terong 0,0858
5 Padi Ladang 0,1091 5 Kacang Panjang 0,0806
Buah-Buahan Perkebunan
1 Mangga 0,1537 1 Jambu Mete 0,2241
2 Pisang Kepok 0,1441 2 Kopi 0,1954
3 Sukun 0,1300 3 Kelapa 0,1190
4 Rambutan 0,1213 4 Tembakau 0,1039
5 Durian 0,0971 5 Kemiri 0,0862
Peternakan Perikanan
1 Sapi 0,2663 1 Budidaya Rumput Laut 0,2370
2 Kuda 0,1991 2 Budidaya Ikan di Tambak
(Udang Windu, Bandeng) 0,1970
3 Kambing 0,1758 3 Penangkapan Ikan di Laut
(Tuna, Tongkol, Cakalang) 0,1864
4 Susu Kuda Liar 0,1298 4 Budidaya Ikan di Kolam 0,1028
5 Ayam Buras 0,1284 5 Penangkapan bukan Ikan di
Laut (Sargasum, Ubur-ubur) 0,0748
Industri Perdagangan
1 Tenun 0,1582 1 Hasil Pertanian 0,1440
2 Pengolahan Jagung 0,1479 2 Toko Kelontong 0,1195
3 Kopi Bubuk 0,1353 3 Hewan Ternak 0,1146
4 Kacang Mete 0,1058 4 Hasil Perkebunan 0,1105
5 Pengolahan Hasil Perikanan
(Abon Ikan, teri putih) 0,1033 5 Rumah Makan 0,1044
Jasa-jasa Angkutan
1 Jasa Keuangan 0,2887 1 Angkutan Desa 0,1577
2 Bengkel Motor 0,1086 2 Pick Up 0,1457
3 Praktek Dokter 0,0945 3 Cidomo 0,1322
4 Bengkel Mobil 0,0940 4 Ojek 0,1269
5 Foto copy 0,0915 5 AKDP 0,1033
Penggalian Kehutanan
1 Batu Bangunan 0,3589 1 Jati 0,2606
2 Pasir 0,3514 2 Sengon Alam 0,1555
3 Kerikil / Koral 0,1448 3 Dua Banga 0,1344
4 Tanah Liat 0,1051 4 Bambu Duri 0,1195
5 Batu Apung 0,0398 5 Lebah Madu 0,0917
Pariwisata
1 Wisata Bahari/Pantai 0,1904 1
2 Wisata Tirta (Air Panas) 0,1802 2
3 Wisata Minat Khusus
(Selancar) 0,1742 3
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-37
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
4 Pondok Wisata 0,1726 4
5 Wisata Alam 0,0908 5
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan unggulan daerah
dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan
menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau
prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-19) serta hasil skor KPJU unggulan setiap
sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel V-20).
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan
pada Tabel V-21. Pada Tabel V-21 ini dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan
lintas sektor usaha adalah, jagung, budidaya rumput laut, budidaya jambu mete,
budidaya ternak sapi serta budidaya udang windu dan bandeng. Hasil lengkap berupa
rangking atau urutan KPJU unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor
terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat pada Tabel V-21.
Tabel V-21. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Dompu
No Sektor/Sub-
Sektor Usaha KPJU Skor Terbobot
1 Padi Palawija Jagung 0,0342
2 Perikanan Budidaya Rumput Laut 0,0284
3 Perkebunan Jambu Mete 0,0284
4 Peternakan Sapi 0,0279
5 Perikanan Budidaya Ikan di Tambak (Udang
Windu, Bandeng) 0,0272
6 Perindustrian Tenun 0,0271
7 Padi Palawija Padi Sawah 0,0268
8 Perindustrian Pengolahan Jagung 0,0267
9 Sayuran Bawang Merah 0,0265
10 Perkebunan Kopi 0,0248
Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, pada sub sektor
perikanan, sub sektor padi palawija, sub sektor perkebunan, dan sektor
perindustrian masing-masing terdapat 2 KPJU unggulan, dan masing-masing 1 KPJU
terdapat pada sub sektor peternakan dan sayuran. Bila dilihat dari komposisi KPJU
unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di
Kabupaten Dompu masih berbasis pada sub sektor perikanan, sub sektor padi
palawija, sub sektor perkebunan, dan sektor perindustrian.
KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian
tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-38
ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus
Group Discussion antar stakeholder.
Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan Kedudukan KPJU unggulan
lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap
KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.
Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian
untuk prospek Kurang, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala
penilaian untuk potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).
Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan
pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program
pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat
persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat
ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan
masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber
daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap
pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat
kabupaten /kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan
prospek, disajikan pada Tabel V-22.
Seperti dapat dilihat pada Tabel V-22, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10
(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha budidaya komoditas jagung, budidaya
rumput laut, budidaya jambu mete, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya
komoditas padi sawah mempunyai prospek yang relativ lebih baik dibandingkan
usaha budidaya ikan tambak, usaha kerajinan tenun, usaha pengolahan jagung,
usaha budidaya komoditas bawang merah dan, usaha budidaya komoditas kopi.
Pada aspek potensi, usaha budidaya ternak sapi paling potensial (sangat tinggi)
dibandingkan KPJU yang lain. Delapan KPJU unggulan memiliki potensi tinggi dan
tenun paling rendah.
Tabel V-22. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Dompu
Sektor/ Sub
sektor
KPJU Ungulan Lintas
Sektor
Rata-rata Skor Katagori
Prospek Potensi Prospek Potensi
Padi Palawija Jagung 3,7500 3,5833 Baik Tinggi
Perikanan Budidaya Rumput Laut 3,3722 3,3889 Baik Tinggi
Perkebunan Jambu Mete 3,1111 3,6389 Baik Tinggi
Peternakan Sapi 3,1944 4,3056 Baik Sangat Tinggi
Perikanan Budidaya Ikan di Tambak 2,8611 3,1111 Cukup Tinggi
Perindustrian Tenun 2,5278 2,7500 Cukup Sedang
Padi Palawija Padi Sawah 3,3333 3,5278 Baik Tinggi
Perindustrian Pengolahan Jagung 2,8889 3,3333 Cukup Tinggi
Sayuran Bawang Merah 2,9167 3,4444 Cukup Tinggi
Perkebunan Kopi 2,9167 3,1667 Cukup Tinggi
Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai
skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU
Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-5.
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-39
Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Dompu:
1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi berturut
turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha
budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya
komoditas padi sawah, usaha pengolahan jagung, usaha budidaya komoditas kopi, usaha
budidaya komoditas bawang merah, usaha budidaya ikan di tambak dan usaha kerajinan
tenun
2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah
berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya rumput laut,
usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha
budidaya ternak sapi, usaha budidaya ikan di tambak, usaha pengolahan jagung, usaha
budidaya komoditas kopi, usaha budidaya komoditas bawang merah dan usaha kerajinan
tenun
3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi
sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha
budidaya rumput laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas jambu
mete, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha pengolahan jagung, usaha budidaya
ikan ditambak, usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha budidaya komoditas
kopi, usaha kerajinan tenun
4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ dari
yang tertinggi berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya
komoditas jagung, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas
jambu mete, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas bawang merah,
usaha budidaya komoditas kopi, usaha budidaya ikan ditambak, usaha budidaya
pengolahan jagung dan usaha kerajinan tenun
5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ, dari
yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha
budidaya rumput laut, usaha pengolahan jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha
kerajinan tenun, usaha budidaya jambu mete, usaha budidaya padi sawah, usaha
budidaya jagung dan usaha budidaya ikan di tambak
6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha kerajinan tenun, usaha budidaya komoditas jagung, usaha
budidaya ikan di tambak, usaha budidaya komoditas kopi, usaha budidaya bawang
merah, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha
pengolahan jagung, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas jambu mete.
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara
relativ, dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah budidaya komoditas jagung,
budidaya rumput laut, budidaya padi sawah, usaha budidaya ternak sapi, usaha
budidaya jambu mete, usaha budidaya bawang merah, budidaya kopi, usaha
pengolahan jagung, usaha budidaya ikan di tambak dan, usaha kerajinan tenun.
Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini dimana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Dompu:
1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang
tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha
budidaya komoditas bawang merah, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya
komoditas padi sawah, usaha pengolahan jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-40
budidaya komoditas kopi, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya rumput laut,
usaha budidaya ikan ditambak, usaha kerajinan tenun
2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari
yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha
budidaya komoditas jagung, usaha budidaya komoditas kopi, usaha budidaya rumput
laut, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya ikan di tambak, usaha
pengolahan jagung, usaha budidaya ternak sapi dan usaha budidaya komoditas bawang
merah dan usaha kerajinan tenun.
3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara
relativ dari yang tertinggi adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas
padi sawah, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha pengolahan jagung, usaha
budidaya komoditas jagung, usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha budidaya
kopi, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya ikan tambak, usaha kerajinan tenun
4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang
tertinggi adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya rumput laut, usaha
budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya
ternak sapi, usaha pengolahan jagung, usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha
budidaya ikan di tambak, usaha budidaya komoditas kopi dan usaha kerajinan tenun
5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah
secara berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya ternak sapi,
usaha budidaya ikan di tambak, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya
jambu mete, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas bawang
merah, usaha budidaya kopi, usaha kerajinan tenun dan usaha pengolahan jagung
6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya bawang merah usaha
budidaya komoditas jagung, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas
jambu mete, usaha pengolahan jagung, usaha budidaya komoditas padi sawah, budidaya
ikan di tambak, usaha kerajinan tenun dan usaha budidaya komoditas kopi.
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensial secara
relativ, dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas
jambu mete, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha
budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya bawang merah, usaha budidaya
rumput laut, usaha pengolahan jagung, usaha budidaya komoditas kopi, usaha
budidaya ikan ditambak, dan usaha kerajinan tenun. Berdasarkan aspek prospek
dan potensi, KPJU terbaik dapat dijelaskan sebagai berikut.
Komoditas Budidaya Jambu Mete. Kabupaten Dompu salah satu sentra budidaya
komoditas jambu mete di Nusa Tenggara Barat, atau sekitar 38,85 % (produsen
terbesar) produksi jambu mete NTB. dimana pada tahun 2011 luas areal jambu mete
di Kabupaten Dompu seluas 12.173,70 ha dengan jumlah produksi mencapai
5.037,99 ton, mengalami peningkatan jumlah produksi dari tahun 2010 yang sebesar
4.264,20 ton. Program pemerintah dalam pengembangan tanaman jambu mete yang
merupakan tanaman ekspor dilakukan melalui program bantuan langsung
berkelompok (BLM) yang masing-masing kelompok memiliki areal 25 ha.
Komoditas Budidaya Jagung. Pengembangan budidaya jagung di Kabupaten Dompu
dilakukan dengan meningkatkan kerjasama semua pihak, yang menghasilkan
produksi dan luas areal tanaman jagung meningkat. Hal ini didukung oleh
pelaksanaan program unggulan provinsi PIJAR (Sapi, Jagung, dan Rumput Laut),
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-41
yaitu dengan mengembangkan agribisnis jagung di NTB yang dalam lima tahun
(2009-2013) mentargetkan peningkatan produktivitas dan profitabilitas,
meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber
daya sosial budaya yang ada, membentuk dan menerapkan sistem agribisnis jagung
yang tepat, dan muaranya menjadikan Kabupaten Dompu sebagai provinsi sentra
produksi jagung di NTB dan tanah air. Bertambahnya luas areal jagung dari 8.000 ha
di tahun 2010 menjadi 14.967 ha pada tahun 2011, atau naik 87,09 %. Untuk tahun
2012 peningkatan areal tanam naik drastis menjadi 31.218 ha atau sebesar 108,58
%. Produksi jagung tahun 2011 sebesar 88.222 ton, meningkat 116 % atau 40.789
ton dari tahun 2010. Adapun potensi lahan yang dimiliki Kabupaten Dompu
mencapai 232.000 ha di mana 213.000 ha di antaranya merupakan hamparan lahan
kering. Keberhasilan Dompu dalam memproduksi jagung menjadikan Dompu
menjadi urutan ke dua di NTB dalam produksi jagung setelah Kabupaten Sumbawa
dan menjadikan Dompu salah satu lumbung jagung.
Budidaya Ternak Sapi. Populasi ternak sapi pada tahun 2011 di Dompu mencapai
85.612 ekor, mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang berjumlah 74.889 ekor.
Setiap tahunnya Dompu mengirim ternak ke luar daerah mencapai 4.808 ekor sapi.
Budidaya ternak sapi di Kabupaten Dompu di dukung program pemerintah daerah
(PIJAR) yang mencanangkan NTB sebagai Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS) pada tahun
2013. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan peternak dan mendukung program
Pijar untuk budidaya sapi di Dompu pada tahun 2011 menerjunkan sebanyak 21
Sarjana Membangun Desa (SMD) untuk membantu kelompok usaha peternakan sapi
bali di Kabupaten Dompu. Selain itu Pemprov NTB juga mengucurkan bantuan dana
sebesar Rp. 13 miliar untuk membantu 23 kelompok penyelamatan sapi betina
masing-masing sebesar Rp. 250 juta per kelompok, 57 insentif untuk PSBP dengan
anggaran dan sebesar Rp. 100 juta dan SMD sebanyak 2 kelompok akan
mendapatkan dana operasional masing-massing sebesar Rp. 200 juta per kelompok.
Untuk melancarkan program utama Bumi Sejuta Sapi (BSS) diantaranya melalui
beberapa pelatihan pengolahan pakan, dan pembuatan pupuk bekerja sama dengan
LIPI, BATAN dan BBSDL.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-42
Gambar V-5. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Dompu
5.3.6. Kabupaten Bima
Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan
bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor
usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Bima yang disajikan pada Lampiran
5.2.6. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan
dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per sektor usaha
untuk tingkat Kabupaten Bima. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode
Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan Kabupaten Bima yang
mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan pada Lampiran 5.2.16.
Berdasarkan hasil FGD yang dilaksanakan pada tanggal 28 November 2011 di Kantor
BAPPEDA Kabupaten Bima, maka analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap
sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot
total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel V- 23.
Pada Tabel V-23 dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai
tujuan pertumbuhan ekonomi adalah sektor perikanan, tujuan penciptaan lapangan
kerja adalah sektor jasa, dan tujuan daya saing daerah dalam rangka penetapan
KPJU unggulan di Kabupaten Bima adalah sektor peternakan. Dengan
memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan
dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU unggulan UMKM maka sektor usaha
Jagung
Bud Rumput Laut
Jambu Mete Sapi
BudIkan di Tambak
Tenun
Padi Sawah
Pengolahan Jagung
Bawang Merah
Kopi
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5
Potensi
Prospek
Peta Kwadran KPJu Unggulan Kabupaten Dompu
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-43
Peternakan merupakan prioritas pertama. Sektor/sub sektor usaha lain berdasarkan
tingkat kepentingannya berturut-turut adalah perikanan, perindustrian, tanaman
pangan, perdagangan, perkebunan, jasa, pariwisata, kehutanan, angkutan dan
penggalian.
Tabel V-23. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kabupaten Bima
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot) Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3276)
Penciptaan
Lapangan Kerja
(0,3100)
Peningkatan Daya
Saing Produk
(0,3624)
Peternakan 0,1041 0,1176 0,1245 0,1157 1
Perikanan 0,1413 0,0911 0,0910 0,1075 2
Perindustrian 0,1157 0,1246 0,0803 0,1056 3
Tanaman Pangan 0,0914 0,1033 0,1181 0,1047 4
Perdagangan 0,1047 0,0943 0,1133 0,1046 5
Perkebunan 0,1075 0,0842 0,1063 0,0999 6
Jasa 0,0687 0,1281 0,1011 0,0989 7
Pariwisata 0,0759 0,0616 0,0910 0,0769 8
Kehutanan 0,0786 0,0748 0,0692 0,0740 9
Angkutan 0,0514 0,0677 0,0657 0,0616 10
Penggalian 0,0607 0,0527 0,0395 0,0505 11
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya
analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan
urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-24.
Tabel V-24. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Bima
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
Padi dan Palawija Sayuran
1 Jagung 0,2496 1 Bawang Merah 0,4216
2 Padi Sawah 0,2017 2 Cabe Rawit 0,0849
3 Kacang Tanah 0,1377 3 Kubis/Kol 0,0733
4 Kacang Hijau 0,1335 4 Cabe Besar 0,0691
5 Kacang kedelei 0,0917 5 Terung 0,0651
Buah-Buahan Perkebunan
1 Mangga 0,1157 1 Jambu Mete 0,2835
2 Srikaya 0,1126 2 Kelapa 0,1647
3 Rambutan 0,1114 3 Kopi 0,1367
4 Sawo 0,1114 4 Kemiri 0,1320
5 Pisang 0,0987 5 Asam 0,0515
Peternakan Perikanan
1 Sapi 0,1376 1 Budidaya Ikan di Tambak
(Bandeng) 0,2219
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-44
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
2 Kuda 0,1237 2 Budidaya Rumput Laut 0,2126
3 Kerbau 0,1208 3 Penangkapan Ikan di Laut 0,1471
4 Mentok 0,1063 4 Budidaya Mutiara 0,1078
5 Domba 0,1040 5 Budidaya Ikan di Kolam 0,1066
Industri Perdagangan
1 Garam Rakyat 0,1912 1 Pedagang Hasil Peternakan 0,1635
2 Tenun 0,1674 2 Hasil Perikanan 0,1539
3 Meubel Kayu 0,1300 3 Hasil Perkebunan 0,1478
4 Pembuatan Perahu 0,1130 4 Toko Bangunan 0,1211
5 Batu Bata 0,0945 5 Toko Pertanian 0,1111
Jasa-jasa Angkutan
1 Penjahit 0,1491 1 AKDP 0,3438
2 Bengkel Motor 0,1388 2 Truk 0,1571
3 Rental Alat Pertanian 0,1312 3 Cidomo 0,1065
4 Salon 0,1227 4 Angkutan Laut 0,0818
5 Bengkel Las 0,0989 5 Angkutan Pedesaan 0,0766
Penggalian Kehutanan
1 Sirtu 0,1922 1 Rotan 0,2219
2 Kerikil/koral 0,1908 2 Kemiri 0,1778
3 Batu Kapur/ Gamping 0,1247 3 Kutu Lak/ Kesambi 0,1568
4 Pasir 0,1041 4 Lebah Madu 0,1357
5 Batu Kali/Batu Gunung 0,1033 5 Bambu 0,1210
Pariwisata
1 Wisata Religi 0,2079 1
2 Hotel 0,1445 2
3 Wisata Pantai 0,1397 3
4 Wisata Budaya 0,1351 4
5 Wisata Alam 0,1309 5
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan unggulan daerah
dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan
menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau
prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-23) serta hasil skor KPJU unggulan setiap
sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel V-24).
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan
pada Tabel V-25. Pada Tabel V-25 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas
sektor usaha adalah industri garam rakyat, budidaya jagung, bawang merah,
budidaya ikan bandeng, dan jambu mete. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan
KPJU unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing
KPJU dapat dilihat pada Tabel V-25.
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-45
Tabel V-25. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Bima
No Sektor/Sub sektor
Usaha KPJU Skor Terbobot
1 Perindustrian Garam Rakyat 0,0290
2 Padi Palawija Jagung 0,0289
3 Sayuran Bawang Merah 0,0278
4 Perikanan Budidaya Ikan di Tambak (Bandeng) 0,0270
5 Perkebunan Jambu Mete 0,0269
6 Peternakan Sapi 0,0269
7 Perikanan Budidaya Rumput Laut 0,0259
8 Perindustrian Tenun 0,0254
9 Perdagangan Pedagang Hasil Peternakan 0,0245
10 Peternakan Kuda 0,0242
Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, pada sub sektor
perikanan, sub sektor peternakan, dan sektor perindustrian masing-masing terdapat
2 KPJU, dan masing-masing 1 KPJU terdapat pada sub sektor padi palawija,
sayuran, perkebunan dan sektor perdagangan. Bila dilihat dari komposisi KPJU
unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di
Kabupaten Bima masih berbasis pada sektor perindustrian, pada sub sektor
perikanan, dan sub sektor peternakan.
KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian
tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan
ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus
Group Discussion antar stakeholder.
Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan Kedudukan KPJU unggulan
lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap
KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.
Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian
untuk prospek, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala penilaian
untuk potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).
Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan
pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program
pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat
persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat
ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan
masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber
daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap
pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat
kabupaten/kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan
prospek, disajikan pada Tabel V-26.
Seperti dapat dilihat pada Tabel V-26, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10
(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha garam rakyat, usaha budidaya
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-46
komoditas jagung, usaha budidaya bawang merah, usaha budidaya ikan ditambak
(bandeng), usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya ternak sapi, dan
usaha pedagang hasil peternakan mempunyai prospek yang baik. Sedangkan usaha
kerajinan tenun dan usaha budidaya ternak kuda memiliki prospek cukup baik.
Pada aspek potensi, usaha garam rakyat dan usaha budidaya jagung memiliki
potensi sangat tinggi atau paling potensial dibandingkan KPJU yang lain. Ke
sembilan KPJU unggulan lintas sektor lainya, budidaya bawang merah, usaha
budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha budidaya jambu mete, usaha budidaya
ternak sapi, usaha budidaya ternak kuda, usaha kerajinan tenun dan usaha
pedagang hasil peternakan relativ lebih potensial dibandingkan dengan usaha
budidaya rumput laut.
Tabel V-26. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Bima
Sektor/ Sub
sektor
KPJU Ungulan Lintas
Sektor
Rata-rata Skor Katagori
Prospek Potensi Prospek Potensi
Perindustrian Garam Rakyat 3.5392 4.0104 Baik Sangat Tinggi
Padi Palawija Jagung 3.5938 4.0111 Baik Sangat Tinggi
Sayuran Bawang Merah 3.5921 3.9762 Baik Tinggi
Perikanan Budidaya Ikan di Tambak
(Bandeng) 3.1548 3.4167 Baik Tinggi
Perkebunan Jambu Mete 3.2949 3.3590 Baik Tinggi
Peternakan Sapi 3.4286 3.6190 Baik Tinggi
Perikanan Budidaya Rumput Laut 3.1557 2.9524 Baik Sedang
Perindustrian Tenun 2.9872 3.1154 Cukup Tinggi
Perdagangan Pedagang Hasil Peternakan 3.2778 3.4722 Baik Tinggi
Peternakan Kuda 2.9028 3.1528 Cukup Tinggi
Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai
skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU
Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-6.
Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Bima:
1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi berturut
turut adalah usaha garam rakyat, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya
ternak sapi, usaha budidaya bawang merah, usaha budidaya rumput laut, usaha
budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha pedagang hasil peternakan, usaha budidaya
jambu mete, usaha kerajinan tenun dan usaha budidaya ternak
2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah
berturut-turut adalah usaha usaha budidaya jagung, usaha garam laut, usaha budidaya
bawang merah, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas jambu mete,
usaha budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha pedagang hasil peternakan, usaha
budidaya rumput laut, usaha kerajinan tenun dan usaha budidaya ternak kuda
3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi
sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas bawang merah,
usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas jagung, usaha garam rakyat,
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-47
usaha pedagang hasil peternakan, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha
budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha kerajinan tenun dan usaha ternak kuda
4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ dari
yang tertinggi berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil
peternakan, usaha garam rakyat, usaha budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha
budidaya komoditas bawang merah, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha
kerajinan tenun, usaha ternak kuda, usaha budidaya komoditas jagung dan, usaha
budidaya rumput laut
5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ, dari
yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha garam rakyat, usaha kerajinan tenun,
budidaya ikan di tambak (bandeng), budidaya ternak kuda dan ternak sapi, budidaya
komoditas jambu mete, budidaya komoditas jagung, usaha budidaya komoditas bawang
merah, usaha budidaya rumput laut dan, usaha pedagang hasil peternakan
6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha usaha garam rakyat, usaha budidaya komoditas jagung,
usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang
hasil peternakan, usaha budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha budidaya jambu mete,
usaha budidaya ternak kuda, usaha budidaya rumput laut dan, usaha kerajinan tenun
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara
relativ, dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha garam rakyat, usaha
budidaya komoditas jagung, usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha
budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha
budidaya ternak sapi, usaha budidaya rumput laut, usaha kerajinan tenun, usaha
pedagang hasil peternakan dan, usaha budidaya ternak kuda.
Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Bima:
1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang
tertinggi secara berturut-turut adalah usaha usaha garam rakyat, usaha budidaya
komoditas jagung, usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha budidaya ternak
sapi, budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha pedagang hasil peternakan, usaha
kerajinan tenun, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas jambu mete
dan usaha ternak kuda
2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari
yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas bawang merah,
usaha budidaya komoditas jagung, usaha garam rakyat, usaha budidaya ikan di tambak
(bandeng), usaha ternak kuda dan ternak sapi, usaha kerajinan tenun, usaha pedagang
hasil peternakan dan usaha budidaya rumput laut
3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara
relativ dari yang tertinggi adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya
komoditas bawang merah, usaha garam rakyat, usaha ternak sapi, usaha budidaya
komoditas jambu mete, usaha budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha kerajinan
tenun, usaha budidaya ternak kuda, usaha pedagang hasil peternakan, dan usaha
budidaya rumput laut
4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang
tertinggi adalah usaha garam rakyat, usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha
budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil
peternakan, usaha budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha budidaya ternak kuda,
usaha kerajinan tenun dan usaha budidaya rumput laut
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-48
5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah
secara berturut-turut adalah usaha budidaya jambu mete, usaha kerajinan tenun, usaha
budidaya rumput laut, usaha budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha garam rakyat,
usaha ternak sapi dan kuda, usaha pedagang hasil peternakan dan usaha budidaya
komoditas jagung
6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha garam rakyat, usaha budidaya jagung, usaha budidaya
bawang merah, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil peternakan, usaha
ikan di tambak (bandeng), usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya ternak
kuda, usaha budidaya rumput laut dan usaha kerajinan tenun.
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensi secara
relativ, dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas
jagung, usaha garam rakyat, usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha
budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil peternakan, usaha budidaya ikan di
tambak (bandeng), usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya ternak
kuda, usaha kerajinan tenun dan, usaha budidaya rumput laut. Berdasarkan aspek
prospek dan potensi, KPJU terbaik dapat dijelaskan sebagai berikut.
Budidaya Komoditas Jagung. Pengembangan budidaya jagung di Kabupaten Bima
sejalan dengan pelaksanaan program unggulan provinsi PIJAR (Sapi, Jagung, dan
Rumput Laut), yaitu dengan mengembangkan agribisnis jagung di NTB yang dalam
lima tahun (2009-2013) mentargetkan peningkatkan produktivitas dan profitabilitas,
meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber
daya sosial budaya yang ada, membentuk dan menerapkan sistem agribisnis jagung
yang tepat. Produksi jagung kabupaten Bima pada tahun 2011 mencapai 58.443 ton,
dengan luas panen 11.299 ha mengalami peningkatan yang sangat signifikan bila
dibandingkan pada tahun 2009, di mana produksi jagungnya 981 ton dengan luas
lahan hanya 3.635 ha. Kabupaten Bima adalah produsen jagung no 4 di Provinsi
NTB setelah Kabupaten Sumbawa, Dompu dan Lombok Timur. Produksi jagung Bima
mencapai 18,80 % dari produksi NTB yang mencapai 456.915 ton. Adapun lahan
kering di Kabupaten Bima cukup luas sekitar 80.000 ha yang sangat potensial untuk
pengembangan jagung (potensi lahan terbesar kedua setelah Kabupaten Sumbawa).
Disamping hasil positif yang dicapai dengan meningkatnya luas areal dan
produktifitas jagung di Kabupaten Dompu, ada persoalan mendasar yang dialami
petani di Bima yang hanya tergantung pada benih jagung hibrida yang sering
mengalami kelangkaan dan banyaknya petani yang tidak mampu membeli karena
harganya terlalu mahal. Untuk itu pemerintah memberikan bantuan langsung
pengadaan benih jagung komposit (bersari bebas), yang toleran terhadap kekeringan,
sesuai dengan topografi yang bergelombang, dan kebutuhan pupuk yang relatif
sedikit dan yang lebih utama lagi, petani bisa melakukan pembenihan sendiri.
Dengan begitu, kendala benih bisa teratasi dan bila bantuan pemerintah dihentikan
petani sudah mampu membuat dan menyediakan sendiri dengan tepat waktu sesuai
dengan kebutuhanya.
Komoditas Garam Rakyat. Pada tahun 2011 terdapat 80 kelompok usaha tani
garam tersebar di lima Kecamatan di Kabupaten Bima. Dengan potensi yang
berlimpah di tahun yang sama produksi garam di Kabupaten Bima mencapai 11,2
ton, melampui target yang telah ditetapkan sebanyak 5,2 ton. Dengan keberhasilan
tersebut Kabupaten Bima di tetapkan sebagai salah satu pusat penghasil Garam
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-49
Nasional dari 10 daerah di Indonesia. Pengelolaan Garam di Kabupaten Bima
terintegrasi dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan
Perikanan (PNPM-KP) yang mencakup program Pemberdayaan usaha Garam Rakyat
(PUGAR), pengembangan usaha mina padi (PUM) yang terdiri PUM tangkap dan
budidaya. Dengan hadirnya program PUGAR, saat ini terdapat peningkatan sekitar 4
kali lipat produksi garam, namun belum bisa secara optimal meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini di karenakan di tingkat petani, harga garam masih
rendah dan pada kisaran Rp. 5.000 hingga Rp. 7.000 per karung, dan di harapkan
bisa jual lebih tinggi minimal dikisaran Rp. 10.000 per karung.
Budidaya Komoditas Bawang Merah. Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan
daerah penghasil bawang merah yang cukup tinggi. Pada tahun 2011 produksi
bawang merah NTB mencapai 78.300 ton dengan produksi tertinggi dicapai oleh
Kabupaten Bima yang mencapai 79,71 % atau 98.598 ton di areal seluas 7.831 ha
dari jumlah produksi bawang merah seluruh NTB. Bawang merah atau lebih
terkenalnya di Bima dengan nama Bawang Keta Monca komoditas unggulan di
Kabupaten Bima dan ditanam pada beberapa wilayah Kecamatan, diantaranya di
Kecamatan Monta, Sape, Lambu, Ambalawi, dan Wera. Pemerintah Kabupaten Bima
terus berupaya meningkatkan hasil produksi bawang merah melalui pemanfaatan
lereng gunung, khususnya di wilayah kecamatan Langgudu, Sape dan Lambu.
Potensi areal tanam bawang merah di daerah tersebut mencapai 12.404 ha, namun
yang baru dimanfaatkan sebanyak 7.831 ha. Bawang merah Kabupaten Bima
merupakan komoditas unggul nasional yang memiliki mutu dan ciri khas sendiri
yang diekspor ke Lombok, Jawa, Makassar Dan Banjarmasin, Malaysia dan
Singapura. Pemerintah Kabupaten Bima merencanakan untuk menjadi daerah sentra
bawang merah untuk memenuhi kebutuhan nasional. Minimal lebih dari 1000 ton.
Berkaitan dengan hal itu, pemda Kabupaten Bima, melalui Dinas Pertanian Tanaman
Pangan mengembangkan benih bermutu varietas unggul bawang merah di
Kabupaten Bima dan telah disiapkan penangkar benih pada sembilan desa.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-50
Gambar V-6. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Bima
5.3.7. Kabupaten Sumbawa Barat
Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan
bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor
usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat yang disajikan
pada Lampiran 5.2.7. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap
kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per
sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Sumbawa Barat. Hasil proses agregasi dengan
menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan
Kabupaten Sumbawa Barat yang mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan
pada Lampiran 5.2.17.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot
total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 27.
Pada Tabel 27, ini dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai
tujuan pertumbuhan ekonomi adalah sektor peternakan, tujuan penciptaan lapangan
kerja adalah sektor tanaman pangan, dan tujuan daya saing daerah dalam rangka
penetapan KPJU unggulan di Kabupaten Sumbawa Barat adalah sektor
perindustrian. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing
tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU
unggulan UMKM maka sektor usaha peternakan merupakan prioritas pertama.
Garam Rakyat
Jagung Bawang Merah
Ikan Tambak (Bandeng)
Jambu Mete
Budidaya Rumput Laut
Tenun
Pedagang Hasil Peternakan
Kuda
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5
Potensi
Prospek
Peta Kwadran KPJu Unggulan Kabupaten Bima
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-51
Sektor/sub sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut
adalah tanaman pangan, perindustrian, perikanan, perkebunan, perdagangan, jasa,
penggalian, angkutan, kehutanan dan pariwisata.
Tabel V-27. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kabupaten Sumbawa Barat
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot) Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3276)
Penciptaan
Lapangan Kerja
(0,3100)
Peningkatan Daya
Saing Produk
(0,3624)
Peternakan 0,1480 0,1055 0,1355 0,1303 1
Tanaman Pangan 0,1454 0,1700 0,0742 0,1272 2
Perindustrian 0,0882 0,0746 0,1766 0,1160 3
Perikanan 0,1177 0,1045 0,0989 0,1068 4
Perkebunan 0,1181 0,0751 0,1015 0,0988 5
Perdagangan 0,0984 0,1155 0,0577 0,0889 6
Jasa 0,0835 0,0569 0,0830 0,0750 7
Penggalian 0,0355 0,1063 0,0775 0,0727 8
Angkutan 0,0418 0,0912 0,0732 0,0685 9
Kehutanan 0,0850 0,0360 0,0558 0,0592 10
Pariwisata 0,0385 0,0644 0,0662 0,0566 11
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kota dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya
analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan
urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-28.
Tabel V-28. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Sumbawa Barat
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
Padi dan Palawija Sayuran
1 Padi Sawah 0,3050 1 Cabai Rawit 0,2017
2 Jagung 0,2012 2 Kacang Panjang 0,1709
3 Kacang Hijau 0,1484 3 Tomat 0,1296
4 Ubi Jalar 0,1240 4 Kangkung 0,1261
5 Kacang Tanah 0,0920 5 Bayam 0,1221
Buah-Buahan Perkebunan
1 Mangga 0,1515 1 Kelapa 0,2230
2 Pisang 0,1295 2 Sisal 0,1507
3 Pepaya 0,1261 3 Tembakau Lokal 0,1216
4 Nenas 0,1195 4 Jambu Mete 0,1213
5 Melon 0,1013 5 Asam 0,1171
Peternakan Perikanan
1 Sapi 0,2167 1 Budidaya Rumput Laut 0,2179
2 Kerbau 0,1733 2 Budidaya Ikan di Tambak
(Bandeng, Udang Windu) 0,1942
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-52
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
3 Kuda 0,1137 3 Penangkapan Ikan di Laut
(Tongkol, Tuna, Cakalang) 0,1448
4 Kambing 0,0952 4 Budidaya Mutiara 0,1151
5 Ayam Buras 0,0917 5 Budidaya Air Tawar (Karper,
Nila, Patin, Gurami) 0.0773
Industri Perdagangan
1 Meubel Kayu 0.1780 1 Pedagang Hasil Pertanian 0.1710
2 Penggilingan Padi 0.1344 2 Pedagang Hasil Perikanan 0.1606
3 Batu Bata 0.1262 3 Rumah Makan 0.1202
4 Makanan Tradisional/khas
Daerah 0.1192 4 Toko Kelontong 0.0957
5 Peving Blok 0.1064 5 Toko Pertanian 0.0884
Jasa-jasa Angkutan
1 Kost-Kostan 0,1698 1 Travel 0,3411
2 Penjahit 0,1647 2 Angkutan Pedesaan 0,1886
3 Koperasi Unit Desa 0,1430 3 Non Bus (Engkel) 0,1631
4 Bengkel Motor 0,1190 4 Truk (Angkutan Barang) 0,0986
5 Warnet 0,0777 5 Angkutan Sungai dan Danau 0,0758
Penggalian Kehutanan
1 Pasir Kerikil 0,3520 1 Rotan 0,2248
2 Batu Bangunan 0,2514 2 Bambu Duri 0,2207
3 Batu Kapur 0,1792 3 Lebah Madu 0,2188
4 Tanah Urug 0,1211 4 Jati Alam 0,1205
5 Tanah Liat 0,0963 5 Tumb, Liana (akar-akaran) 0,0588
Pariwisata
1 Wisata Budaya 0,2030 1
2 Wisata Alam 0,1483 2
3 Wisata Pantai 0,1383 3
4 Wisata Pulau 0,1226 4
5 Sanggar Seni 0,1036 5
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan unggulan daerah
dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor.
Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan
mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-
27) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel
V-28).
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan
pada Tabel 29. Pada Tabel 29 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas
sektor usaha adalah peternakan sapi, padi sawah, budidaya rumput laut, budidaya
jagung dan budidaya kelapa. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU
unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU
dapat dilihat pada Tabel V-29.
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-53
Tabel V-29. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sumbawa Barat
No Sektor/Sub-
Sektor Usaha KPJU Skor Terbobot
1 Peternakan Sapi 0,0409
2 Padi Palawija Padi Sawah 0,0356
3 Perikanan Budidaya Rumput Laut 0,0311
4 Padi Palawija Jagung 0,0309
5 Perkebunan Kelapa 0,0300
6 Peternakan Kerbau 0,0294
7 Sayuran Cabai Rawit 0,0291
8 Perindustrian Meubel Kayu 0,0280
9 Kehutanan Rotan 0,0268
10 Buah-Buahan Mangga 0,0267
Apabila dikaji lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, maka berdasarkan
sektornya sebagian besar KPJU tersebut berada pada sektor pertanian kecuali
industri mebel. Namun jika dilihat dari bahan baku yang digunakan maka pada
dasarnya KPJU ini merupakan industri pengolahan hasil pertanian (kayu) dari sub
sektor perkebunan atau kehutanan.
Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan KPJU unggulan lintas sektor 1
(satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap KPJU unggulan
lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain. Kedudukan setiap
KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil penilaian terhadap
faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian untuk prospek
Kurang, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala penilaian untuk
potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).
Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan
pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program
pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat
persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat
ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan
masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber
daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap
pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat
kabupaten/kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan
prospek, disajikan pada Tabel V-30.
Seperti dapat dilihat pada Tabel V-30, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10
(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya
padi sawah, budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas jagung, usaha
budidaya kelapa, usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha komoditas rotan,
usaha budidaya komoditas mangga dan, usaha budidaya ternak sapi mempunyai
prospek yang lebih baik dibandingkan usaha budidaya ternak kerbau dan usaha
meubel.
Pada aspek potensi, maka usaha budidaya komoditas cabai rawit dan usaha meubel
relativ paling potensial dibandingkan KPJU yang lain.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-54
Tabel V-30. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sumbawa Barat
Sektor/ Sub
sektor
KPJU Ungulan Lintas
Sektor
Rata-rata Skor Katagori
Prospek Potensi Prospek Potensi
Peternakan Sapi 3.8333 3.8333 Baik Tinggi
Padi Palawija Padi Sawah 3.5000 4.0000 Baik Tinggi
Perikanan Budidaya Rumput Laut 4.0000 3.6667 Baik Tinggi
Padi Palawija Jagung 3.1667 3.3333 Baik Tinggi
Perkebunan Kelapa 3.6667 3.3333 Baik Tinggi
Peternakan Kerbau 2.8333 3.0000 Cukup Sedang
Sayuran Cabai Rawit 3.3333 4.1667 Baik Sangat Tinggi
Perindustrian Meubel Kayu 2.5000 4.1667 Cukup Sangat Tinggi
Kehutanan Rotan 3.3333 3.6667 Baik Tinggi
Buah-buahan Mangga 3.1667 3.6667 Baik Tinggi
Peternakan Sapi 3.8333 3.8333 Baik Tinggi
Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai
skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU
Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-7.
Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Sumbawa
Barat:
1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi
berturut turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi
sawah, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya kelapa, usaha budidaya cabai
rawit, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak kerbau, usaha
komoditas rotan, usaha budidaya mangga, dan usaha meubel kayu
2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah
berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi
sawah, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha
budidaya komoditas jagung, usaha budidaya kelapa, usaha komoditas rotan, usaha
budidaya ternak kerbau, usaha meubel kayu, usaha budidaya komoditas buah mangga
3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi
sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha
budidaya ternak sapi, usaha budidaya kelapa, usaha komoditas rotan, usaha budidaya
komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya cabai rawit,
usaha meubel kayu, usaha budidaya komoditas buah mangga dan usaha budidaya
ternak kerbau
4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ
dari yang tertinggi berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya
komoditas kelapa, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah,
usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak kerbau, usaha budidaya
komoditas cabai rawit, usaha meubel kayu, usaha komoditas rotan dan, usaha budidaya
komoditas buah mangga
5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ,
dari yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya
komoditas buah mangga, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-55
komoditas jagung, usaha budidaya ternak kerbau, usaha komoditas rotan, usaha
budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas kelapa, usaha budidaya komoditas
cabai rawit dan usaha meubel kayu
6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas mangga,
usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya
komoditas jagung, usaha budidaya ternak kerbau, usaha budidaya komoditas cabai
rawit, usaha meubel kayu dan usaha komoditas rotan.
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara
relativ, dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi,
usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya rumput laut, usaha
budidaya komoditas jagung, usaha budidaya komoditas kelapa, usaha budidaya
ternak kerbau, usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha meubel kayu, usaha
komoditas rotan dan, usaha budidaya komoditas buah mangga.
Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Sumbawa
Barat:
1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang
tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha
komoditas rotan, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya rumput laut, usaha
budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak kerbau, usaha budidaya cabai
rawit, usaha meubel kayu, usaha budidaya komoditas mangga dan usaha budidaya
komoditas kelapa
2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari
yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya
komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak
kerbau, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha meubel kayu, usaha budidaya
komoditas buah mangga, usaha komoditas rotan, usaha budidaya rumput laut dan
usaha budidaya komoditas kelapa
3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara
relativ dari yang tertinggi adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya
komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas rumput laut, usaha budidaya
komoditas jagung, usaha budidaya komoditas kelapa, usaha budidaya ternak kerbau,
usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha meubel kayu, usaha komoditas rotan dan
usaha budidaya komoditas buah mangga
4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang
tertinggi adalah usaha budidaya komoditas kelapa, usaha budidaya komoditas mangga,
usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya
cabai rawait, usaha meubel kayu, usaha komoditas rotan, usaha budidaya ternak sapi,
usaha budidaya komoditas jagung, dan usaha budidaya ternak kerbau
5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang
terendah secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha
meubel kayu, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas kelapa, usaha
budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya
komoditas jagung, usaha komoditas rotan, usaha budidaya komoditas buah mangga dan
usaha budidaya komoditas ternak kerbau
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-56
6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya rumput laut, usaha
budidaya komoditas cabai rawit, usaha budidaya meubel kayu, usaha budidaya
komoditas padi sawah, usaha budidaya komodtas kelapa, usaha komoditas rotan, usaha
budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak kerbau dan usaha budidaya
komoditas buah mangga.
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensial secara
relativ, dari yang tertinggi berturut-turut sampai terendah adalah usaha budidaya
komoditas padi sawah, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya rumput laut,
usaha komoditas rotan, usaha budidaya komoditas buah mangga, usaha budidaya
komoditas cabai rawit, usaha meubel kayu, usaha budidaya komoditas jagung, usaha
budidaya komoditas buah kelapa, dan usaha budidaya ternak kerbau. Berdasarkan
aspek prospek dan potensi, KPJU terbaik dapat dijelaskan sebagai berikut.
Budidaya Padi Sawah. Produksi padi di Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun
2011 mencapai 95.579 ton. Untuk menunjang peningkatan produksi padi didaerah,
dan menunjang target produksi padi Provinsi NTB sebanyak 2,3 juta ton gabah ton
kering giling pada tahun 2014, pemda KSB pada tahun 2012 membangun bendungan
Tiu Bangkemah di Desa Lalar Liang Kecamatan Taliwang. Dengan pembangunan
bendungan tersebut, untuk jangka panjang lahan persawahan KSB seluruhnya
berpengairan teknis. Untuk memepertegas Provinsi NTB sebagai salah satu lumbung
beras/ pangan nasional, bekerja sama dengan Kabupaten Sumbawa Barat
mencanangkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan program
Swasembada Daging Sapi/Kerbau di NTB tahun 2014. Pencanangan program tersebut
oleh Pemda Provinsi dan pemda Kabupaten/kota se-NTB dituangam dalam nota
kesepahaman (MOU) yang ditandatangani pada peringatan hari pangan sedunia
(HPS) ke-31 pada tanggal 13 oktober 2010, oleh pemerintah Provinsi NTB dan pihak
pemerintah Kab/Kota se-NTB. Untuk peningkatan produksi beras nasional di NTB
ditargetkan produksi padi sebanyak 2,3 juta ton pada tahun 2014 dan menjamin
ketersediaan serta stabilitas stok beras di NTB. Untuk mencapi itu, disepakati
peningkatan produksi di masing-masing kab/kota di NTB tahun 2014, dimana
Kabupaten Sumbawa Barat di bebankan produksi beras sebanyak 94.200 ton Gabah
kering giling.
Budidaya Ternak Sapi. Populasi ternak di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) pada
tahun 2011 mencapai 48 ribu ekor lebih, melampui target yang diproyeksikan sekitar
45 ribu ekor sapi. pada tahun 2011, Pemda KSB telah mendistribusikan sekitar
2.070 ekor sapi kepada ratusan kelompok petani peternak. Selain dengan bantuan
bibit langsung kepada peternak, upaya peningkatan populasi juga dilakukan dengan
inseminasi buatan sebanyak 5.000 dengan realisasi mencapai 3.000 inseminasi. Dari
berbagai program tersebut, diharapkan pengembangan usaha pemeliharaan sapi
dalam rangka mewujudkan NTB sebagai bumi sejuta sapi pada tahun 2013 sebagai
salah satu komponen komoditas unggulan yang ditetapkan pemerintah daerah
melalui program PIJAR (pengembangan sapi, jagung dan rumput laut) bisa tercapai.
Budidaya Rumput Laut. Pengembangan agribisnis rumput laut di Kabupaten
Sumbawa Barat merupakan salah satu program unggulan daerah kabupaten
Sumbawa Barat dan unggulan Pemprov NTB, yang dikenal dengan program PIJAR
(sapi, jagung dan rumput laut). Sentra minapolitan di Kabupaten Sumbawa Barat
berada di Kertasari dengan potensi 400 ha dan sekitar 80 % yang sudah di
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-57
berdayakan. Adapun secara keseluruhan potensi rumput laut di Kabupaten
Sumbawa mencapai 1.500 ha, dan baru dimanfaatkan 30 % nya saja. Terdapat 1105
orang yang terlibat dalam usaha budidaya rumput laut ini tersebar di Kertasari,
Jelenge, Pototano, Tua Nangga dan Tongo. Produksi rumput laut dari tahun ke tahun
di Kabupaten Sumbawa Barat mengalami peningkatan yang signifikan, dimana
dalam kurun waktu 2009-2011 produksi rumput laut semenjak program PIJAR
diimplementasikan di tahun 2009 mengalami kenaikan rata-rata mencapai 24,07 %.
Dimana produksi tahun 2008 sebesar 4.673 ton, meningkat di tahun 2009 menjadi
7.620 ton, di tahun 2010 8.832 ton dan tahun 2011 meningkat menjadi 9.937 ton.
Pengembangan rumput laut di Kabupaten Sumbawa Barat fokus pada
pengembangan klaster rumput laut yang berimbas pada peningkatan produksi dan
pendapatan petani rumput laut di wilayah pesisir. Kendala yang dihadapi usaha ini,
tidak di dukung infrastruktur jalan yang memadai, sehingga biaya transportasi lebih
mahal.
Gambar V-7. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Sumbawa Barat
5.3.8. Kabupaten Lombok Utara
Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan
bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor
usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Lombok Utara yang disajikan pada
Lampiran 5.2.8. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap
Sapi
Padi Sawah
Budidaya Rumput
Laut
Jagung
Kelapa
Kerbau
Cabai Rawit
Meubel Kayu
Rotan
Mangga
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5
Potensi
Prospek
Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Sumbawa Barat
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-58
kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per
sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Lombok Utara. Hasil proses agregasi dengan
menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan
Kabupaten Lombok Utara yang mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan pada
Lampiran 5.2.18.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot
total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel V-31.
Pada Tabel V-31. dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai
tujuan pertumbuhan ekonomi adalah sektor tanaman pangan, untuk tujuan
penciptaan lapangan kerja adalah sub sektor perikanan, dan tujuan daya saing
daerah dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kabupaten Lombok Utara adalah
sektor pariwisata. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing
tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU
unggulan UMKM maka sektor usaha pariwisata merupakan prioritas pertama.
Sektor/sub sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut
adalah Tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan, perindustrian,
perdagangan, jasa, kehutanan, angkutan dan penggalian.
Tabel V-31. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kabupaten Lombok Utara
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot) Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3276)
Penciptaan
Lapangan Kerja
(0,3100)
Peningkatan Daya
Saing Produk
(0,3624)
Pariwisata 0,1442 0,1055 0,2464 0,1692 1
Tanaman Pangan 0,1461 0,1463 0,0679 0,1178 2
Peternakan 0,1203 0,0993 0,1201 0,1137 3
Perikanan 0,0954 0,1561 0,0756 0,1070 4
Perkebunan 0,1071 0,1020 0,1071 0,1055 5
Perindustrian 0,0617 0,0498 0,1341 0,0842 6
Perdagangan 0,0724 0,1091 0,0545 0,0773 7
Jasa 0,0696 0,0678 0,0700 0,0692 8
Kehutanan 0,0617 0,0629 0,0674 0,0641 9
Angkutan 0,0722 0,0575 0,0292 0,0520 10
Penggalian 0,0494 0,0436 0,0278 0,0398 11
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya
analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan
urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-32.
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-59
Tabel V-32. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Lombok Utara
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-Terbo
bot
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-Terbo
bot
Padi dan Palawija Sayuran
1 Jagung 0,3717 1 Cabe Rawit 0,1438
2 Padi Sawah 0,2355 2 Kacang Panjang 0,1198
3 Kacang Tanah 0,1157 3 Cabe Besar 0,1176
4 Ubi Kayu 0,1114 4 Kubis 0,1097
5 Padi Ladang 0,0579 5 Tomat 0,1095
Buah-Buahan Perkebunan
1 Pisang 0,3848 1 Kelapa 0,2111
2 Mangga 0,1661 2 Jambu Mete 0,1765
3 Rambutan 0,1598 3 Kopi 0,1702
4 Nangka 0,0886 4 Tembakau Virginia 0,1277
5 Pepaya 0,0863 5 Cengkeh 0,0934
Peternakan Perikanan
1 Sapi 0,2530 1 Penangkapan Ikan di Laut 0,1832
2 Kambing 0,1873 2 Budidaya Non Ikan di Laut 0,1684
3 Ayam Buras 0,1806 3 Budidaya Rumput Laut 0,1298
4 Itik 0,1561 4 Budidaya Ikan di Kolam 0,1222
5 Babi 0,0775 5 Budidaya Ikan di Tambak 0,1106
Industri Perdagangan
1 Kerajinan Anyaman Bambu 0,2100 1 Rumah Makan 0,1671
2 Tenun 0,1383 2 Hasil Perkebunan 0,1499
3 Kerajinan dari Kayu 0,1193 3 Pedagang Hasil Peternakan 0,1495
4 Pengolahan Kelapa 0,1179 4 Hotel Melati 0,1229
5 Kacang Mete 0,1130 5 Pedagang Hasil Pertanian 0,1076
Jasa-jasa Angkutan
1 Loundry 0,1688 1 Angkutan Laut 0,2136
2 Bengkel Motor 0,1167 2 Travel 0,1971
3 Kost-Kostan 0,1097 3 Cidomo 0,1437
4 Penjahit 0,1088 4 Ojek 0,1376
5 Foto copy 0,1038 5 Truk 0,0849
Penggalian Kehutanan
1 Batu 0,3990 1 Lebah Madu 0,4281
2 Pasir Pasang 0,2297 2 Kemiri 0,2933
3 Batu Apung 0,1669 3 Sengon Alam 0,2103
4 Sirtu 0,1157 4 Kayu Gaharu 0,0684
5 Tanah Liat 0,0887 5
Pariwisata
1 Wisata Pantai 0,1655 1
2 Hotel 0,1615 2
3 Wisata Tirta Air Terjun 0,1470 3
4 Wisata Alam 0,1281 4
5 Wisata Budaya 0,1137 5
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan unggulan daerah
dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-60
menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau
prioritas setiap sektor usaha (Tabel 31) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor
usaha yang telah diperoleh (Tabel 32).
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan
pada Tabel V-33. Pada Tabel V-33 ini dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan
lintas sektor usaha adalah, jagung, wisata pantai, kelapa, peternakan sapi dan hotel.
Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU unggulan lintas sektor usaha
berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat pada Tabel V-33.
Tabel V-33. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lombok Utara
No Sektor/Sub-
Sektor Usaha KPJU Skor Terbobot
1 Padi Palawija Jagung 0,0589
2 Pariwisata Wisata Pantai 0,0470
3 Perkebunan Kelapa 0,0372
4 Peternakan Sapi 0,0370
5 Pariwisata Hotel 0,0344
6 Perikanan Penangkapan Ikan di Laut 0,0331
7 Perindustrian Kerajinan Anyaman Bambu 0,0329
8 Padi Palawija Padi Sawah 0,0311
9 Perdagangan Rumah Makan 0,0297
10 Angkutan Angkutan Laut 0,0286
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah penangkapan ikan di laut, kerajinan anyaman bambu, padi sawah,
rumah makan, dan transportasi laut. Apabila dikaji lebih lanjut dari 10 KPJU
unggulan lintas sektor, pada sub sektor padi palawija, dan sektor pariwisata masing-
masing terdapat 2 KPJU, dan masing-masing 1 KPJU terdapat pada sub sektor
perkebunan, peternakan, perikanan, sektor perindustrian, perdagangan dan
angkutan. Bila dilihat dari komposisi KPJU unggulan lintas sektor tersebut,
menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Bima masih berbasis
pada sektor pertanian yang meliputi sub sektor padi palawija, perkebunan,
peternakan, dan perikanan.
KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian
tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan
ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus
Group Discussion antar stakeholder.
Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan Kedudukan KPJU unggulan
lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap
KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.
Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-61
untuk prospek, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala penilaian
untuk potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).
Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan
pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program
pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat
persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat
ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan
masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber
daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap
pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat
kabupaten /kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan
prospek, disajikan pada Tabel V-34.
Seperti dapat dilihat pada Tabel V-34, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10
(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha wisata pantai mempunyai prospek
yang relativ paling baik dibandingkan usaha usaha budidaya komoditas jagung,
usaha budidaya komoditas kelapa, usaha budidaya ternak sapi, usaha perhotelan,
usaha penangkapan ikan dilaut, usaha rumah makan, usaha budidaya padi sawah
dan usaha angkutan laut . Pada aspek potensi, usaha budidaya ternak sapi dan
usaha angkutan laut paling potensial dibandingkan KPJU yang lain. Ke tujuh KPJU
unggulan selain usaha budidaya kelapa mempunyai potensi yang sama.
Tabel V-34. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Lombok Utara Sektor/ Sub
sektor KPJU Ungulan Lintas Sektor Rata-rata Skor Katagori
Prospek Potensi Prospek Potensi
Padi Palawija Jagung 3,7143 3,9643 Baik Tinggi
Pariwisata Wisata Pantai 4,1667 3,8102 Sangat Baik Tinggi
Perkebunan Kelapa 3,3333 2,5231 Baik Sedang
Peternakan Sapi 3,3333 4,0139 Baik Sangat Tinggi
Pariwisata Hotel 4,0000 3,9222 Baik Tinggi
Perikanan Penangkapan Ikan di Laut 3,6667 3,5046 Baik Tinggi
Perindustrian Kerajinan Anyaman dari Bambu 2,7500 3,0417 Cukup Tinggi
Padi Palawija Padi Sawah 3,1667 2,9722 Baik Sedang
Perdagangan Rumah Makan 3,3333 3,3333 Baik Tinggi
Transportasi Angkutan Laut 3,2000 4,9111 Baik Sangat Tinggi
Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai
skor =3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU
Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-6.
Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Lombok
Utara:
1. laut. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi
berturut turut adalah usaha wisata pantai, usaha perhotelan, usaha budidaya
komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha penangkapan ikan dilaut, usaha
rumah makan, usaha budidaya komoditas kelapa, usaha angkutan laut, usaha
budidaya komoditas padi sawah, usaha kerajinan dari bambu
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-62
2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah
berturut-turut adalah usaha wisata pantai, usaha perhotelan, usaha budidaya ternak
sapi, usaha angkutan umum, usaha penangkapan ikan di laut, usaha rumah makan,
usaha budidaya komoditas jagung, usaha kerajinan anyaman bambu, usaha budidaya
kelapa dan usaha budidaya komoditas padi sawah
3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi
sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha wisata pantai, usaha perhotelan,
usaha rumah makan, usaha budidaya ternak sapi, usaha kerajinan anyaman dari
bambu, usaha budidaya komoditas kelapa, usaha penangkapan ikan di laut dan, usaha
budidaya padi sawah.
4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ
dari yang tertinggi berturut-turut adalah usaha pariwisata pantai, usaha budidaya
komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas kelapa,
usaha rumah makan, usaha kerajinan dari anyaman bambu, usaha penangkapan ikan
di laut, usaha budidaya komoditas padi sawah dan usaha angkutan laut
5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ,
dari yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha perhotelan, usaha wisata pantai, usaha
angkutan laut, usaha penangkapan ikan di laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha
kerajinan anyaman bambu, usaha rumah makan, usaha budidaya komoditas kelapa,
usaha budidaya komoditas padi sawah, dan usaha komoditas jagung.
6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha budidaya komoditas jagung, usaha
wisata pantai, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha rumah makan, usaha
angkutan laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas kelapa, usaha
kerajinan anyaman bambu, dan usaha penangkapan ikan.
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara
relativ, dari yang tertinggi sampai terendah secara berturut-turut adalah usaha
perhotelan, usaha wisata pantai, usaha budidaya ternak sapi, usaha rumah makan,
usaha budidaya komoditas jagung, usaha angkutan laut, usaha budidaya komoditas
kelapa, usaha penangkapan ikan dilaut, usaha kerajinan anyaman bambu dan usaha
budidaya padi sawah.
Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Lombok
Utara:
1. Pada aspek jumlah unit usaha/jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang
tertinggi secara berturut-turut adalah usaha kerajinan anyaman bambu, usaha
budidaya komoditas padi sawah, usaha angkutan laut, usaha budidaya komoditas
kelapa, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya rumah makan, usaha
penangkapan ikan di laut, usaha budidaya komoditas jagung, usaha perhotelan, dan
usaha wisata pantai
2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari
yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha
perhotelan, usaha ternak sapi, usaha wisata pantai, usaha angkutan laut, usaha
penangkapan ikan dilaut, usaha rumah makan, usaha kerajinan anyaman bambu,
usaha budidaya komoditas kelapa dan usaha budidaya komoditas padi sawah.
3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara
relativ dari yang tertinggi adalah usaha angkutan laut, usaha rumah makan, usaha
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-63
perhotelan, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha
budidaya komoditas padi sawah, usaha wisata pantai, usaha penangkapan ikan dilaut,
usaha kerajinan bambu, dan usaha budidaya komoditas kelapa
4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang
tertinggi adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha
perhotelan, usaha penangkapan ikan dilaut, usaha wisata pantai, usaha angkutan laut,
usaha kerajinan anyaman bambu, usaha rumah makan, usaha budidaya komoditas
padi sawah dan usaha budidaya komoditas kelapa
5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang
terendah secara berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha perhotelan,
usaha wisata pantai, usaha budidaya komoditas jagung, usaha penangkapan ikan laut,
usaha angkutan laut, usaha rumah makan, usaha kerajinan anyaman bambu, usaha
budidaya komoditas kelapa dan padi sawah
6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas kelapa, usaha wisata pantai, usaha
perhotelan, usaha budidaya jagung, usaha penangkapan ikan dilaut, usaha kerajinan
anyaman bambu, usaha rumah makan, usaha angkutan laut, usaha budidaya
komoditas padi sawah dan usaha budidaya ternak sapi.
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensi secara
relativ, dari yang tertinggi sampai terendah secara berturut-turut adalah, usaha
perhotelan, usaha budidaya jagung, usaha wisata pantai, usaha budidaya ternak
sapi, usaha angkutan laut, usaha penangkapan ikan di laut, usaha rumah makan,
usaha kerajinan anyaman bambu, usaha budidaya komoditas padi sawah dan usaha
budidaya komoditas kelapa. Berikut dapat dijelaskan profil KPJU yang memiliki
prospek dan potensi terbaik di Kabupaten Lombok Utara.
Perhotelan dan Wisata. Panorama alam yang indah dan gugusan pulau-pulau yang
menawan menjadi modal utama bagi Kabupaten Lombok. Industri pariwisata
Kabupaten Lombok Utara telah berkembang pesat, bahkan mampu menjadi yang
terdepan dari sembilan kab/kota lainya di Provinsi NTB. Dari tahun ketahun
kunjungan wisatawan terus meningkat. Pada tahun 2011 angka kunjungan
wisatawan tercatat 360.000 orang dan 2012 mencapai 400.000 orang. Kabupaten
Lombok Utaramemberikan sumbangan 40 % untuk program Visist Lombok Sumbawa
tahun 2012 dengan realisasi kunjungan sebanyak satu juta wisatawan. Untuk
menunjang pengembangan industri pariwisata, Pemkab Lombok Utara memberikan
kemudahan kepada investor membangun fasilitas akomodasi, baik hotel maupun
restoran dan usaha wisata lainya. Pada tahun 2011 fasilitas akomodasi di Lombok
Utara tersedia 4 hotel berbintang, 427 hotel melati dan 281 rumah makan, yang
sebagian besar terdapat di Gili Trawangan . keberhasilan Lombok Utara dalam
industri pariwisatanya selain mempunyai potensi pariwisata yang mengagumkan, hal
ini juga tidak dapat dilepaskan dari dukungan pemerintah melalui program Visit
Lombok and Sumbawa Year 2012 yang lalu dan Visit Lombok and Sumbawa Year
2015 yang akan datang. Pencanangan program tersebut oleh Pemda Provinsi dan
pemda Kabupaten sejak 2008 bagi para pelaku wisata merupakan pertanda
komitmen pemerintah dalam mendukung berkembangnya pariwisata sebagai tindak
lanjut dari disertakannya NTB secara umum dan Kabupaten Lombok Utara secara
khusus (sebagaimana Kabupaten Lombok Utara salah satu pusat pariwisata di Pulau
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-64
Lombok) dalam koridor 5 program MP3EI yaitu sebagai pintu gerbang pariwisata dan
penghasil pangan nasional.
Gambar V-8. Peta Kuadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Utara
5.3.9. Kota Mataram
Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan
bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor
usaha UMKM di setiap kecamatan di Kota Mataram yang disajikan pada Lampiran
5.2.9. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan
dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per sektor usaha
untuk tingkat Kota Mataram. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode
Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan Kota Mataram yang
mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan pada Lampiran 5.2.19.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot
total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel V-35.
Pada Tabel V-35 dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai
tujuan pertumbuhan ekonomi dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kota
Mataram adalah sektor perindustrian, untuk tujuan penciptaan lapangan kerja
adalah sektor perdagangan dan untuk tujuan peningkatan daya saing produk adalah
sektor usaha jasa.
Jagung
Wisata Pantai
Kelapa
Hotel Penangkapan Ikan di Laut
Padi Sawah
Rumah Makan Angkutan Laut
Sapi
Kerajinan Anyaman dari Bambu
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5
Potensi
Prospek
Peta Kwadran KPJu Unggulan Kabupaten Lombok Utara
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-65
Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara
keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU unggulan UMKM maka
sektor usaha perindustrian merupakan prioritas pertama. Sektor usaha lain
berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah perdagangan, jasa,
pariwisata, angkutan, tanaman pangan, perikanan, peternakan, perkebunan, dan
penggalian.
Tabel V-35. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kota Mataram
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot) Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3276)
Penciptaan
Lapangan Kerja
(0,3100)
Peningkatan Daya
Saing Produk
(0,3624)
Perindustrian 0,1927 0,1450 0,1864 0,1756 1
Perdagangan 0,1905 0,1647 0,1058 0,1518 2
Jasa 0,1035 0,1538 0,1882 0,1498 3
Pariwisata 0,1097 0,1436 0,1531 0,1360 4
Angkutan 0,1138 0,0924 0,0690 0,0909 5
Tanaman Pangan 0,1032 0,0677 0,0692 0,0799 6
Perikanan 0,0514 0,0546 0,0710 0,0595 7
Peternakan 0,0510 0,0632 0,0511 0,0549 8
Perkebunan 0,0310 0,0439 0,0407 0,0385 9
Penggalian 0,0277 0,0435 0,0332 0,0346 10
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya
analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan
urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-36.
Tabel V-36. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulanper Sektor Usaha di Kota Mataram
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
Padi dan Palawija Sayuran
1 Padi Sawah 0,3638 1 Kangkung 0,3054
2 Kacang Kedelai 0,3510 2 Sawi 0,1397
3 Kacang Tanah 0,0951 3 Cabe Rawit 0,1388
4 Jagung 0,0834 4 Kacang Panjang 0,1357
5 Ubi Jalar 0,0734 5 Bayam 0,0947
Buah-Buahan Perikanan
1 Mangga 0,2587 1 Budidaya Ikan di Kolam 0,2938
2 Pisang 0,1748 2 Penangkapan Ikan di Laut 0,1771
3 Jambu Biji 0,1508 3 Budidaya Ikan Hias 0,1688
4 Pepaya 0,1447 4 Pembenihan Ikan 0,1141
5 Rambutan 0,0880 5 Budidaya Rumput Laut 0,1041
Peternakan Perdagangan
1 Ayam Buras 0,2347 1 Pedagang Perhiasan 0,2181
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-66
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
2 Ayam Ras Petelur 0,1483 2 Hotel 0,1663
3 Sapi 0,1382 3 Pedagang Pakaian 0,1280
4 Kambing 0,1212 4 Minimarket 0,1245
5 Itik 0,0958 5 Toko Kelontong/ Sembako 0,1229
Industri Pariwisata
1 Kerajinan Perhiasan (Mutiara,
Emas, Perak) 0,2728 1 Wisata Belanja 0,2646
2 Kerajinan Kayu dan Cukli 0,1336 2 Biro Perjalan Wisata 0,2475
3 Tahu/ Tempe 0,1035 3 Wisata Budaya 0,0955
4 Konveksi/Bordir 0,1025 4 Wisata Religi 0,0821
5 Kue 0,1020 5 Wisata Pantai 0,0746
Jasa-jasa Angkutan
1 Bengkel Motor 0,1746 1 Taxi 0,1508
2 Rental Mobil 0,1606 2 Travel 0,1500
3 Kost-Kostan 0,1190 3 AKDP 0,1254
4 Bengkel Las 0,1165 4 Ojek 0,1152
5 Foto copy 0,1132 5 Cidomo 0,1080
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti
daerah dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan
dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan
atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-35) serta hasil skor KPJU unggulan setiap
sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel V-36).
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan
pada Tabel V-37. Pada Tabel V- 37, dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan
lintas sektor usaha adalah kerajinan perhiasan mutiara, emas, perak, pedagang
perhiasan, hotel, bengkel motor, kerajinan kayu dan cukli. Hasil lengkap berupa
rangking atau urutan KPJU unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor
terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat pada Tabel V-37.
Tabel V-37. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kota Mataram
No Sektor Usaha KPJU Skor Terbobot
1 Perindustrian Kerajinan Perhiasan (Mutiara, Emas, Perak) 0,0671
2 Perdagangan Pedagang Perhiasan 0,0523
3 Perdagangan Hotel 0,0399
4 Jasa Bengkel Motor 0,0382
5 Perindustrian Kerajinan Kayu dan Cukli 0,0378
6 Perdagangan Pedagang Pakaian 0,0358
7 Perdagangan Minimarket 0,0298
8 Perdagangan Toko Kelontong/ Sembako 0,0295
9 Pariwisata Wisata Belanja 0,0282
10 Jasa Rental Mobil 0,0281
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-67
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah pedagang pakaian, minimarket, toko kelontong/sembako, wisata
belanja, rental mobil. Apabila dikaji lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor,
terdapat 5 KPJU berada dalam sektor perdagangan, 2 KPJU termasuk sektor
perindustrian dan jasa, dan 1 KPJU terdapat pada sektor pariwisata. Bila dilihat dari
komposisi KPJU unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan bahwa orientasi
kegiatan ekonomi di Kabupaten Mataram berbasis pada sektor perdagangan.
KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian
tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan
ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus
Group Discussion antar stakeholder.
Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan
pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program
pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat
persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat
ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan
masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber
daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap
pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat
kabupaten /kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan
prospek, disajikan pada Tabel V-38.
Tabel V-38. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Mataram Sektor/ Sub
sektor KPJU Ungulan Lintas Sektor Rata-rata Skor Katagori
Prospek Potensi Prospek Potensi
Perindustrian Kerajinan Perhiasan (Mutiara, Emas,
Perak) 3,5133 3,6288 Baik Tinggi
Perdagangan Pedagang Perhiasan 3,5227 3,8106 Baik Tinggi
Perdagangan Hotel 3,5184 3,8106 Baik Tinggi
Jasa Bengkel Motor 2,8036 3,3103 Cukup Tinggi
Perindustrian Kerajinan Kayu dan Cukli 2,9323 3,2281 Cukup Tinggi
Perdagangan Pedagang Pakaian 2,8099 3,1053 Cukup Tinggi
Perdagangan Minimarket 3,0008 3,1532 Baik Tinggi
Perdagangan Toko Kelontong/Sembako 2,9003 3,2105 Cukup Tinggi
Pariwisata Wisata Belanja 3,0259 3,0000 Baik Sedang
Jasa Rental Mobil 3,1000 3,3333 Baik Tinggi
Seperti dapat dilihat pada Tabel V-38, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10
(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha kerajinan perhiasan (mutiara, emas,
dan perak), usaha pedagang perhiasan, usaha perhotelan, usaha minimarket, usaha
wisata belanja, dan usaha rental mobil mempunyai prospek yang relativ lebih baik
dibandingkan usaha jasa bengkel motor, usaha kerajinan kayu dan cukli, usaha
pedagang pakaian dan usaha toko kelontong/sembako. Pada aspek potensi, ke
Sembilan KPJU unggulan relativ lebih potensial dibandingkan usaha wisata belanja.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-68
Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai
skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU
Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-9.
Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kota Mataram:
1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi berturut
turut adalah usaha kerajinan perhiasan (mutiara, emas, perak), usaha perhotelan, usaha
pedagang perhiasan, usaha kerajinan kayu dan cukli, usaha toko kelontong/sembako,
usaha wisata belanja, usaha jasa bengkel motor, usaha minimarket, usaha rental mobil,
dan usaha pedagang pakaian.
2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah
berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha kerajinan perhiasan, usaha pedagang
perhiasan, usaha rental mobil, usaha jasa bengkel motor, usaha wisata belanja, usaha
toko kelontong/sembako, usaha minimarket, usaha kerajinan kayu dan cukli, dan
pedagang pakaian
3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi
sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha minimarket, usaha
pedagang perhiasan, usaha kerajinan perhiasan, usaha rental mobil, usaha pedagang
pakaian, usaha toko kelontong/sembako, usaha wisata belanja, usaha jasa benkel motor,
usaha kerajinan kayu dan cukli
4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ dari
yang tertinggi berturut-turut adalah usaha perhiasan, usaha perhotelan, usaha
minimarket, usaha kerajinan kayu dan cukli, usaha jasa bengkel motor, usaha pedagang
perhiasan, usaha wisata belanja, usaha toko kelontong/sembako, usaha rental mobil dan
usaha pedagang pakaian
5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ, dari
yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha kerajinan perhiasan, usaha perhotelan, usaha
jasa bengkel motor, kerajinan kayu dan cukli, usaha pedagang perhiasan, usaha wisata
belanja, usaha pedagang pakaian, usaha toko kelontong/sembako, usaha rental mobil,
dan usaha minimarket
6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha pedagang perhiasan, usaha kerajinan
perhiasan, usaha jasa bengkel motor, usaha pedagang pakaian, usaha jasa rental mobil,
usaha minimarket, usaha toko kelontong/sembako, usaha kerajinan kayu/cukli, dan
usaha wisata belanja.
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara
relativ dari yang tertinggi berturut-turut adalah pedagang perhiasan, usaha
perhotelan, usaha kerajinan perhisan (mutiara, emas, perak), usaha jasa rental
mobil, usaha wisata belanja, usaha minimarket, usaha kerajinan kayu dan cukli,
usaha toko kelontong/sembako, usaha pedagang pakaian, dan usaha jasa bengkel
motor.
Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kota Mataram:
1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang
tertinggi secara berturut-turut adalah usaha pedagang perhiasan, usaha perhotelan,
usaha kerajinan perhiasan, usaha jasa bengkel motor, usaha jasa rental mobil, usaha
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-69
minimarket, usaha toko kelontong/sembako, usaha pedagang pakaian, usaha wisata
belanja, dan usaha kerajinan kayu dan cukli
2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari
yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha pedagang perhiasan, usaha kerajinan
perhiasan, usaha kerajinan kayu dan cukli, usaha perhotelan, usaha toko
kelontong/sembako, usaha jasa rental mobil, usaha wisata belanja, usaha jasa bengkel
motor, usaha pedagang pakaian dan usaha minimarket
3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara
relativ dari yang tertinggi adalah usaha pedagang perhiasan, usaha kerajinan perhiasan,
usaha kerajinan kayu dan cukli, usaha jasa rental mobil, usaha perhotelan, usaha jasa
bengkel motor, usaha minimarket, usaha pedagang pakaian, usaha toko
kelontong/sembako dan usaha wisata belanja
4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang
tertinggi adalah usaha perhotelan, usaha pedagang perhiasan, usaha rental mobil, usaha
kerajinan perhiasan, usaha toko kelontong/sembako, usaha kerajinan kayu dan cukli,
usaha jasa bengkel motor, usaha minimarket, usaha wisata belanja, dan usaha pedagang
pakaian
5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah
secara berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha kerajinan perhiasan, usaha
kerajinan kayu dan cukli, usaha pedagang perhiasan, usaha jasa bengkel motor, usaha
minimarket, usaha toko kelontong/sembako, usaha jasa rental mobil, usaha pedagang
pakaian, dan usaha wisata belanja
6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha pedagang perhiasan, usaha kerajinan
perhiasan, usaha bengkel motor, usaha pedagang pakaian, usaha jasa rental mobil, usaha
minimarket, usaha toko kelontong/sembako, usaha kerajinan kayu/cukli, dan usaha
wisata belanja.
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensi secara
relativ dari yang tertinggi berturut-turut adalah pedagang perhiasan, usaha
perhotelan, usaha kerajinan perhisan (mutiara, emas, perak), usaha jasa rental
mobil, usaha jasa bengkel motor, usaha kerajinan kayu dan cukli, usaha minimarket,
usaha pedagang pakaian dan usaha wisata belanja. Berdasarkan prospek dan
potensi KPJU terbaik dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kerajinan dan Pedagang Perhiasan. Salah satu sentra produksi dan perdagangan
emas, perak dan mutiara di Kota Mataram adalah Desa/ Kecamatan Sekarbela.
Jumlah penduduk di Sekarbela mencapai 40 ribu jiwa, hampir separuh
penduduknya membuka usaha kreatif yaitu usaha kerajinan emas dan mutiara. Ada
sekitar 70 pengusaha toko perhiasan emas dan mutiara di sekitar sekarbela. Karena
potensinya tersebut, pemkot Mataram telah memfasilitasi bagi pengrajin dan
pedagang perhiasan dengan membangun Mataram Craft Centre (MCC) di kelurahan
Pagesangan di atas lahan 3,1 are dengan 25 lokal berukuran 4,5 x9 m untuk
pedagang emas, perak dan mutiara. Sedangkan nilai ekspor dalam bentuk kerajinan
perhiasan keberbagai negara seperti Jepang, Uni Emirat Arab, Malaysia dan
Hongkong mencapai US $ 37,770 (data tahun 2006) . Produk-produk mutiara air
tawar Lombok mulai mendapat pesaing mutiara dari produk Cina. Beberapa
pedagang luar kota yang biasa mengambil mutiara ke Lombok mulai berpaling ke
produk mutiara Cina di karenakan harganya lebih murah. Untuk mengatasi hal ini,
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-70
baik para bembudidaya maupun pengrajin perhiasan mutiara haruslah menekankan
aspek kualitas, model yang mempunyai banyak pilihan dan pelayanan yang prima,
agar para konsumen tidak berpaling ke produk-produk Cina.
Usaha Perhotelan. Pengembangan kepariwisataan saat ini semakin penting, tidak
hanya meningkatkan penerimaan devisa negara akan tetapi juga dalam rangka
memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan. Pada tahun 2011,
banyaknya usaha akomodasi di Mataram sebanyak 74 hotel dengan jumlah kamar
2.025 kamar, di antara usaha atau 12 % nya merupakan hotel yang diklasifikasikan
sebagai hotel berbintang dengan jumlah kamar 770 kamar. Sementara itu, jumlah
usaha akomodasi lainya tercatat sebanyak 64 usaha dengan jumlah kamar 1.255
kamar. Jumlah rata-rata wisatawan yang datang menginap di usaha akomodasi
(hotel bintang dan hotel melati) sebesar 223.588 wisatawan dengan rincian 215.927
wisatawan nusantara dan 7.661 wisatawan mancanegara. Hal ini tidak dapat
dilepaskan dari dukungan pemerintah melalui program Visit Lombok and Sumbawa
Year 2012 yang lalu dan Visit Lombok and Sumbawa Year 2015 yang akan datang.
Pencanangan program tersebut oleh Pemda Provinsi dan pemda Kabupaten sejak
2008 bagi para pelaku wisata merupakan pertanda komitmen pemerintah dalam
mendukung berkembangnya pariwisata sebagai tindak lanjut dari disertakannya NTB
secara umum dan Kota Mataram sebagai ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat dan
dalam koridor 5 program MP3EI yaitu sebagai pintu gerbang pariwisata dan
penghasil pangan nasional.
Gambar V-9. Peta Kuadran KPJU Unggulan Kota Mataram
Ker. Perhiasan (Mutiara,
Emas, Perak)
Pedagang Perhiasan
Hotel
Bengkel Motor
Ker. Kayu dan Cukli
Pedagang Pakaian
Wisata Belanja Rental Mobil Minimarket
Toko Kelontong/Sembako
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5
Potensi
Prospek
Peta Kwadran KPJU Unggulan Kota Mataram
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-71
5.3.10. Kota Bima
Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan
bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor
usaha UMKM di setiap kecamatan di Kota Bima yang disajikan pada Lampiran
5.2.10. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan
dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per sektor usaha
untuk tingkat Kota Bima. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda,
ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan Kota Mataram yang mempunyai
nilai skor tertinggi, seperti disajikan pada Lampiran 5.2.20.
Berdasarkan hasil FGD yang dilaksanakan BAPPEDA Kota Bima, maka analisis AHP
menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan
KPJU unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor
usaha seperti disajikan pada Tabel V-39. Pada Tabel V-39 dapat dilihat bahwa bobot
atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan
penciptaan lapangan kerja adalah sektor tanaman pangan dan tujuan daya saing
daerah dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kabupaten Bima adalah sektor
perindustrian. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing
tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU
unggulan UMKM maka sektor usaha Tanaman Pangan merupakan prioritas
pertama. Sektor/sub sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya
berturut-turut adalah perindustrian, perdagangan, peternakan,
perikanan,perkebunan, angkutan, pariwisata, jasa, kehutanan dan penggalian.
Tabel V-39. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kota Bima
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot) Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3276)
Penciptaan
Lapangan Kerja
(0,3100)
Peningkatan Daya
Saing Produk
(0,3624)
Tanaman Pangan 0,2163 0,1666 0,0790 0,1512 1
Perindustrian 0,0549 0,1181 0,1817 0,1204 2
Perdagangan 0,2009 0,1201 0,0359 0,1161 3
Peternakan 0,0672 0,0844 0,1741 0,1113 4
Perikanan 0,1126 0,1290 0,0939 0,1109 5
Perkebunan 0,0587 0,1182 0,0897 0,0884 6
Angkutan 0,1207 0,0604 0,0358 0,0712 7
Pariwisata 0,0209 0,0411 0,1185 0,0625 8
Jasa 0,0339 0,0293 0,1135 0,0613 9
Kehutanan 0,0367 0,0776 0,0491 0,0539 10
Penggalian 0,0771 0,0553 0,0288 0,0528 11
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya
(Tabel V-39), analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi
UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-40.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-72
Tabel V-40. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kota Bima
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
Padi dan Palawija Sayuran
1 Padi Sawah 0,2117 1 Cabe 0,1765
2 Jagung 0,1917 2 Kacang Panjang 0,1688
3 Kacang Kedelei 0,1756 3 Bayam 0,1226
4 Kacang Tanah 0,1724 4 Tomat 0,1042
5 Kacang Hijau 0,0932 5 Terong 0,1024
Buah-Buahan Perkebunan
1 Sawo 0,1955 1 Jambu Mete 0,2560
2 Mangga 0,1362 2 Kopi 0,2018
3 Srikaya 0,1144 3 Kelapa 0,1792
4 Pisang 0,1066 4 Kemiri 0,1784
5 Pepaya 0,1059 5 Asam 0,0727
Peternakan Perikanan
1 Sapi 0,1815 1 Penangkapan ikan di Laut 0,2408
2 Kerbau 0,1750 2 Budidaya Rumput Laut 0,1458
3 Kuda 0,1674 3 Penangkapan bukan Ikan di
Laut 0,1336
4 Kambing 0,1640 4 Budidaya Ikan di Tambak 0,1287
5 Kambing 0,1399 5 Penyebaran Bibit diperairan
umum 0,0855
Industri Perdagangan
1 Tenun 0,1604 1 Toko Kelontong 0,1724
2 Pengolahan Hasil Perikanan 0,1471 2 Pedagang Hasil Pertanian 0,1655
3 Meubel Kayu 0,1296 3 Hotel 0,1412
4 Pengolahan Hasil Pertanian 0,1285 4 Rumah Makan 0,0950
5 Kue 0,1007 5 Toko Onderdil Sepeda Motor 0,0947
Jasa-jasa Angkutan
1 Bengkel Motor 0,1622 1 AKDP 0.3953
2 Warnet 0.1442 2 Truk 0.1371
3 Bengkel Mobil 0.1324 3 Cidomo 0.1317
4 Penyewaan Alat Pesta 0.1190 4 Angkutan Pedesaan 0.1188
5 Percetakan 0.1160 5 Ojek 0.0857
Penggalian Kehutanan
1 Pasir 0.1806 1 Lebah Madu 0.2182
2 Sirtu 0.1691 2 Kayu Jati 0.1900
3 Batu Hias 0.1297 3 Kayu Sengon 0.1479
4 Batu Kali/Batu Gunung 0,1256 4 Kayu Mahoni 0,1456
5 Kerikil/koral 0,1113 5 Sarang Burung Walet 0,1305
Pariwisata
1 Wisata Pantai 0,3113
2 Hotel Bintang 0,2532
3 Wisata Budaya 0,1794
4 Wisata Alam 0,1052
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-73
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
No Sektor Usaha/
KPJU
Skor-
Terbo
bot
5 Wisata Religi 0,0833
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan unggulan daerah
dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan
menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau
prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-39) serta hasil skor KPJU unggulan setiap
sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel V-40).
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan
pada Tabel V-41. Pada Tabel V-41 dapat dilihat bahwa dari 5 (lima) KPJU unggulan
lintas sektor usaha terdapat masing-masing 2 KPJU pada sektor pertanian dan
perdagangan yang menduduki rangking 1, 5 dan 3, 4, yaitu padi sawah dan jagung
serta toko kelontong dan pedagang hasil pertanian. Hasil lengkap berupa rangking
atau urutan KPJU unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot
masing-masing KPJU dapat dilihat pada Tabel V-41.
Tabel V-41. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kota Bima
No Sektor/Sub sektor
Usaha KPJU Skor Terbobot
1 Padi Palawija Padi Sawah 0,0379
2 Perindustrian Tenun 0,0319
3 Perdagangan Toko Kelontong 0,0299
4 Perdagangan Pedagang Hasil Pertanian 0,0287
5 Padi Palawija Jagung 0,0275
6 Perindustrian Pengolahan Hasil Perikanan 0,0266
7 Peternakan Sapi 0,0266
8 Perkebunan Jambu Mete 0,0255
9 Perdagangan Hotel 0,0245
10 Angkutan AKDP 0,0243
Apabila dikaji lebih dalam dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, pada sektor
pertanian terdapat 4 KPJU (Padi sawah, budidaya jagung,budidaya ternak sapi,
jambu mete), pada sektor perdagangan terdapat 3 KPJU yaitu took kelontong,
pedagang hasil pertanian, dan hotel. Pada sektor perindustrian terdapat 2 KPJU yaitu
tenun dan pengolahan hasil pertanian dan 1 KPJU terdapat pada sektor angkutan.
Bila dilihat dari komposisi KPJU unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan
bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kota Bima masih berbasis pada sektor
pertanian yang meliputi sub sektor padi palawija, peternakan, dan perkebunan serta
sektor perdagangan.
KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian
tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-74
ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus
Group Discussion antar stakeholder.
Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan Kedudukan KPJU unggulan
lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap
KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.
Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian
untuk prospek Kurang, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala
penilaian untuk potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).
Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan
pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program
pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat
persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat
ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan
masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber
daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap
pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat
kabupaten /kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan
prospek, disajikan pada Tabel V-42.
Seperti dapat dilihat pada Tabel V-42, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10
(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha budidaya komoditas padi sawah,
budidaya kerajinan tenun, usaha perdagangan hasil pertanian, usaha pengolahan
hasil perikanan, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas jambu
mete, usaha perhotelan dan usaha angkutan kota dalam provinsi (AKDP) mempunyai
prospek yang lebih baik dibandingkan usaha toko kelontong dan usaha budidaya
komoditas jagung. Pada aspek potensi, maka ke sepuluh KPJU unggulan relativ
sama potensial satu dengan yang lain.
Tabel V-42. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di KotaBima Sektor/ Sub
sektor KPJU Ungulan Lintas Sektor Rata-rata Skor Katagori
Prospek Potensi Prospek Potensi
Padi Palawija Padi Sawah 3,2212 3,7179 Baik Tinggi
Perindustrian Tenun 3,1427 3,7917 Baik Tinggi
Perdagangan Toko Kelontong 2,8333 3,2639 Cukup Tinggi
Perdagangan Pedagang Hasil Pertanian 3,1806 3,4306 Baik Tinggi
Padi Palawija Jagung 2,7906 3,1351 Cukup Tinggi
Perindustrian Pengolahan Hasil Perikanan 3,0256 3,1207 Baik Tinggi
Peternakan Sapi 3,0000 3,3985 Baik Tinggi
Perkebunan Jambu Mete 3,0513 3,3974 Baik Tinggi
Perdagangan Hotel 3,0385 3,0769 Baik Tinggi
Angkutan AKDP 3,0053 3,1656 Baik Tinggi
Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai
skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU
Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-10.
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-75
Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kota Bima:
1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi berturut
turut adalah usaha kerajinan tenun, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha AKDP,
usaha pedagang hasil pertanian, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya
ternak sapi, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya komoditas jagung,
usaha toko kelontong, dan usaha perhotelan
2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah
berturut-turut adalah usaha kerajinan tenun, usaha budidaya komoditas padi sawah,
usaha pedagang hasil pertanian, usaha perhotelan, usaha pengolahan hasil perikanan,
usaha budidaya jambu mete, usaha budidaya ternak sapi, usaha AKDP, usaha toko
kelontong dan usaha budidaya komoditas jagung.
3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi
sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha AKDP, usaha budidaya ternak sapi,
usaha perhotelan, usaha budidaya padi sawah, usaha pedagang hasil pertanian, usaha
pengolahan hasil perikanan, usaha budidaya jambu mete, usaha toko kelontong, dan
usaha budidaya komoditas jagung
4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ dari
yang tertinggi berturut-turut adalah usaha komoditas budidaya sawah, usaha budidaya
ternak sapi, usaha kerajinan tenun, usaha perhotelan, usaha perdagangan hasil
pertanian, usaha AKDP, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha toko kelontong, usaha
budidaya jambu mete, dan usaha budidaya komoditas jagung
5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ, dari
yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha AKDP, usaha perhotelan, usaha pengolahan
hasil perikanan, usaha budidaya ternak sapi, usaha kerajinan tenun, usaha budidaya
komoditas jambu mete, usaha toko kelontong, usaha pedagang hasil pertanian, usaha
budidaya komoditas padi sawah, dan usaha budidaya komoditas jagung.
6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha komoditas jagung, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha
budidaya jambu mete, usaha toko kelontong, usaha budidaya ternak sapi, usaha
pedagang hasil pertanian, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha perhotelan,
usaha kerajinan tenun dan usaha AKDP
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara
relativ dari yang tertinggi ke terendah adalah, usaha budidaya komoditas padi sawah,
usaha pedagang hasil pertanian, usaha kerajinan tenun, usaha budidaya komoditas
jambu mete, usaha perhotelan, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha AKDP,
usaha budidaya ternak sapi, usaha toko kelontong, dan usaha budidaya komoditas
jagung.
Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-
faktor di bawah ini dimana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kota Bima:
1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang
tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha
budidaya komoditas padi sawah, usaha kerajinan tenun, usaha pedagang hasil pertanian,
usaha toko kelontong, usaha perhotelan, usaha AKDP, usaha pengolahan hasil perikanan,
usaha budidaya ternak sapi, dan usaha budidaya komoditas jagung
2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari
yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha kerajinan tenun, usaha budidaya
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-76
komoditas padi sawah, usaha pedagang hasil pertanian, usaha perhotelan, usaha
pengolahan hasil perikanan, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya
ternak sapi, usaha AKDP, usaha toko kelontong, dan usaha budidaya komoditas jagung
3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara
relativ dari yang tertinggi adalah usaha toko kelontong, usaha pedagang hasil pertanian,
usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha kerajinan tenun, usaha pedagang hasil
pertanian, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jambu
mete, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha pengolahan
hasil perikanan, usaha AKDP, dan usaha perhotelan
4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang
tertinggi adalah usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya komoditas padi
sawah, usaha kerajinan tenun, usaha pedagang hasil pertanian, usaha budidaya
komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha toko kelontong, usaha pengolahan
hasil perikanan, usaha AKDP, dan usaha perhotelan
5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah
secara berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha budidaya ternak sapi, usaha
pedagang hasil peritanian, usaha budidaya komoditas padi sawah dan jagung, usaha
budidayan komoditas jambu mete, usaha AKDP, usaha kerajinan tenun, usaha
pengolahan hasil perikanan, dan usaha toko kelontong.
6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara
berturut-turut adalah usaha kerajinan tenun, budidaya ternak sapi, usaha budidaya
komoditas padi sawah, usaha budidaya jambu mete, usaha toko kelontong, usaha
pengolahan hasil perikanan, usaha perhotelan, usaha AKDP, dan usaha budidaya
komoditas jagung.
Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensi secara
relativ dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah usaha kerajinan
tenun, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya ternak sapi, usaha
pedagang hasil pertanian, usaha budidaya jambu mete, usaha toko kelontong, usaha
AKDP, usaha budidaya komoditas jagung, usaha pengolahan hasil perikanan, dan
usaha perhotelan. Berdasarkan aspek prospek dan potensi KPJU yang terbaik berikut
dapat dijelaskan profil Industri kerajinan dan budidaya padi sawah dan budidaya
ternak sapi.
Industri Kerajinan Tenun. Kerajinan tenun atau dalam bahasa Mbojo dikenal
dengan “Muna ro Medi” merupakan industri kerajinan rumah tangga yang secara
tradisional sudah membudaya pada sebagian masyarakat Kota Bima. Produknya
berupa kain ikat dan kain yang ditenun secara manual. Produk kerajinan ini
mempunyai pasar yang terbatas dan konsumennya antara lain adalah wisatawan.
Menurut daftar Dinas Koperindag Kota Bima, di akhir tahun 2011 terdapat 1.500
pengrajin tenun di seluruh wilayah Kota Bima. Mereka tersebar di beberapa
kelurahan Ntobo, Rabadompu Barat, Rabadompu Timur, Oi Fo,o, Nitu, Lelamase,
Kumbe, dan Nungga. Dari 1.500 pengrajin tenun ini, terbentuk 170 kelompok
pengrajin, dengan pembagian berdasarkan lokasi. Kendala utama pengrajin tenun
Kota Bima terkait mutu hasil tenunan serta kuantitas hasil produksi yang belum
mencapai angka massal, guna memenuhi pesanan dari luar daerah. Adapun bentuk
kepedulian pemkot Bima terhadap pengrajin tenun adalah dengan program bantuan
dana bergulir kepada 1.500 pengrajin akan mendaptkan bantuan modal KUR sebesar
Rp. 2,5 juta dengan bunga kembalianya 1 tahun hanya 14 %, bantuan fasilitas
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-77
bahan baku, serta pembinaan dan pelatihan keterampilan, yang salah satunya
adalah pelatihan penggunaan zat pewarna alam. Dukungan dari pemerinta kota Bima
lainya adalah adanya program kebijakan penggunaan kain tenun ikat untuk pakaian
pegawai negeri sipil (PNS) lingkup Pemkot Bima.
Budidaya Padi Sawah. Padi merupakan bahan pangan utama masyarakat Kota
Bima. Lahan tanam padi terdapat di hampir seluruh kawasan pertanian kota Bima.
Produksi tahun 2011 sebesar 38.018 ton atau naik sekitar 4,94 % dari tahun
sebelumnya sekitar 36.139 ton. Dari tahun ke tahun produksi padi di Kota Bima
mengalami peningkatan kecuali produksi tahun 2010 yang mengalami penurunan
sebesar 1.14 %. Program unggulan untuk meningkatkan produksi pertanian,
khususnya padi dibangunnya jaringan irigasi tersier yang akan mengairi lahan
persawahan seluas 200 ha, pengadaan alat dan mesin pertanian seperti traktor,
pompa air, alat penanganan pasca panen berupa power treser dan mesin
penggilingan padi.
Budidaya Ternak Sapi. Populasi sapi di kota Bima tahun 2011 sekitar 21.034 ekor.
Disamping itu, untuk mendukung program Pijar dan Bumi Sejuta Sapi (BSS) NTB, di
Kota Bima dibangun beberapa sarana dan prasarana penunjang pembangunan
peternakan seperti pengadaan obat-obatan dan vaksin, rehabilitasi rumah potong
hewan (RPH), pasar daging yang memenuhi standar, pembangunan poskewan,
pembangunan pos Inseminasi Buatan (IB) dan beberapa kegiatan peningkatan SDM
petugas, serta pemberian bantuan modal kepada petani peternak dengan
meneruskan program BSS di Kota BIMA.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-78
Gambar V-10. Peta Kwadran KPJU Kota Bima
5.4. Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Provinsi
KPJU unggulan tingkat provinsi terdiri dari KPJU unggulan per sektor ekonomi dan
KPJU unggulan lintas sektor. Penetapan KPJU unggulan tersebut, sesuai dengan
Metodologi yang telah dikemukakan merupakan agregasi dari KPJU unggulan per
sektor dan lintas sektor tingkat kabupaten/kota tersebut yang ditetapkan dengan
menggunakan metode Borda.
Hasil KPJU unggulan ditentukan oleh kriteria dan sub-kriteria yang ditetapkan
sebelumnya, dan penentuan kriteria tersebut dilandasi oleh Tujuan dari penetapan
KPJU unggulan UMKM, yaitu: (a) Penciptaan lapangan kerja, (b) Pertumbuhan
ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh
keseragaman dan konsistensi dalam proses penetapan KPJU unggulan, maka bobot
setiap Tujuan dan bobot setiap Kriteria yang digunakan pada semua
kabupaten/kota adalah sama. Adapun bobot 3 (tiga) pada sektor ekonomi pada
tingkat provinsi berdasarkan Tujuan dan bobot 11(sebelas) Kriteria yang digunakan
secara berurutan berdasarkan nilai skor-terbobot pada setiap aspek ekonomi
disajikan pada Tabel V-43.
Tabel V-43. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Padi Sawah
Tenun
Toko Kelontong
Pedagang Hasil
Pertanian
Jagung
Peng
Hasil Perikanan
Sapi Jambu Mente Hotel
AKDP
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5
Potensi
Prospek
Peta Kwadran KPJu Unggulan Kota Bima
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-79
No. Aspek Bobot
1 Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
1.1. Penciptaan Lapangan Kerja 0,3544
1.2. Peningkatan Daya Saing Daerah/Produk 0,3253
1.3. Pertumbuhan Ekonomi 0,3203
2. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kecamatan
2.1. Jangkauan pasar 0,3802
2.2. Ketersediaan input, sarana produksi atau usaha 0,2683
2.3. Jumlah unit usaha, rumah tangga usaha, produksi, luas areal
atau populasi KPJU yang ada 0,2029
2.4. Kontribusi terhadap perekonomian kecamatan 0,1485
3. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota
3.1 Ketersediaan pasar 0,1452
3.2. Keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan 0,1019
3.3. Sarana produksi dan usaha 0,1002
3.4. Teknologi 0,0987
3.5. Penyerapan tenaga kerja 0,0983
3.6 Manajemen usaha 0,0898
3.7. Sumbangan terhadap perekonomian daerah 0,0794
3.8. Bahan baku 0,0753
3.9 Aspek sosial budaya (termasuk ciri khas / karakteristik daerah) 0,0739
3.10. Harga / nilai tambah 0,0721
3.11 Aksesibilitas dan kebutuhan modal 0,0652
Berdasarkan hasil KPJU unggulan per sektor di setiap kabupaten/kota, rangking
pertama KPJU unggulan per sektor/sub sektor pada tingkat provinsi adalah sebagai
berikut; usaha budidaya padi sawah (padi dan palawija), usaha budidaya cabe rawit
(sayuran), usaha budidaya mangga (buah-buahan), usaha budidaya jambu mete
(perkebunan), usaha budidaya sapi (peternakan), usaha budidaya rumput laut
(perikanan), usaha budidaya lebah madu (kehutanan), penggalian batu bangunan
(pertambangan), industri tenun (perindustrian), usaha rumah makan (perdagangan),
wisata pantai/bahari (pariwisata), jasa koperasi serba usaha (jasa) dan jasa angkutan
kota dalam provinsi (AKDP) (angkutan). Adapun 5 (lima) KPJU unggulan secara
berurutan berdasarkan nilai skor-terbobot pada setiap sektor/sub sektor ekonomi
disajikan pada Tabel V-44.
Tabel V-44. KPJU Unggulan per Sektor Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat
No Sektor-Sub sektor Usaha
/ KPJU
Skor
Terbo
bot
No Sektor-Sub sektor Usaha/
KPJU
Skor
Terbo
bot
Padi dan Palawija Sayuran
1 Padi Sawah 11,8856 1 Cabe Rawit 6,6489
2 Jagung 9,5859 2 Kacang Panjang 4,3821
3 Kacang Tanah 2,2783 3 Bawang Merah 3,8780
4 Kacang Kedelai 2,0152 4 Kangkung 2.7399
5 Kacang Hijau 1,0615 5 Tomat 2,3314
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-80
No Sektor-Sub sektor Usaha
/ KPJU
Skor
Terbo
bot
No Sektor-Sub sektor Usaha/
KPJU
Skor
Terbo
bot
Buah-Buahan Perkebunan
1 Mangga 7,8200 1 Jambu Mete 7,2360
2 Pisang 5,5882 2 Kelapa 6,2905
3 Rambutan 2,5093 3 Tembakau Virginia 2,8082
4 Manggis 1,8736 4 Kopi 2,7171
5 Sawo 1,8259 5 Tembakau Rakyat 0,9074
Peternakan Perikanan
1 Sapi 9,0168 1 Budidaya Rumput Laut 6,6331
2 Ayam Buras 3,4461 2 Penangkapan Ikan di Laut (
Tongkol, Tuna, Cakalang) 5,4148
3 Kambing 3,4031 3 Budidaya Ikan di Tambak (
Bandeng, Udang Windu) 4,2475
4 Kerbau 2,6363 4 Budidaya Ikan di Kolam
(Karper, Nila, Patin, Gurami) 1,0597
5 Kuda 2,4449 5 Budidaya Non Ikan di Laut 0,9976
Kehutanan Pertambangan
1 Lebah Madu 7,2036 1 Batu Bangunan 5,3513
2 Jati 3,6638 2 Kerikil/koral 5,1162
3 Sengon Alam 3,3808 3 Batu Kapur/ Gamping 2,8432
4 Rotan 2,7970 4 Sirtu 2,7006
5 Bambu 2,3421 5 Batu Apung 1,7205
Perindustrian Perdagangan
1 Tenun 2,2858 1 Rumah Makan 3,2084
2 Meubel Kayu 2,1490 2 Pedagang Hasil Perikanan 2,4743
3 Pengolahan Hasil Perikanan 1,6030 3 Toko Kelontong/ Sembako 2,2717
4 Gerabah 1,5087 4 Hasil Perkebunan 2,1935
5 Kerajinan Perhiasan (Mutiara,
Emas,Perak) 1,3639 5 Pedagang Hasil Peternakan 2,1183
Pariwisata Jasa-Jasa
1 Wisata Pantai/Bahari 8,3762 1 Bengkel Motor 4,9251
2 Wisata Budaya 3,6344 2 Jasa Keuangan/Simpan
pinjam (Koperasi) 3,6896
3 Wisata Alam 2,4562 3 Penggilingan Padi 1,8348
4 Hotel 1,5910 4 Kost-Kostan 1,7949
5 Biro Perjalanan Wisata 1,5439 5 Penjahit 1,7176
Angkutan
1 AKDP 4,8954
2 Travel 4,3920
3 Angkutan Pedesaan 3,9279
4 Cidomo 2,2260
5 Pick Up 2,1854
KPJU unggulan lintas sektor di tingkat provinsi merupakan hasil agregasi KPJU
Lintas sektor pada setiap kabupaten/kota, yang mencakup 103 KPJU 13 sektor/sub
sektor. Dengan metoda Borda, maka hasil nilai skor-terbobot dan urutan KPJU
unggulan lintas sektor setiap kabupaten/kota adalah sebagai berikut, urutan 10
Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
V-81
(sepuluh) KPJU dengan skor terbobot tertinggi sebagai KPJU unggulan lintas sektor
di tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah : usaha budidaya padi sawah, usaha
budidaya jagung, wisata pantai, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya
peternakan sapi, usaha komoditas tenun, usaha penangkapan ikan dilaut
(Tongkol, tuna Cakalang) usaha budidaya jambu mete, budidaya buah mangga,
dan budidaya cabai rawit. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan 10 KPJU
lintas sektor berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat pada
Tabel V-45.
Tabel V-45. KPJU Unggulan Lintas Sektor Tingkat Provinsi,Menurut Urutan Nilai skor terbobot atau Urutan Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat
No Sektor/Sub
sektor KPJU Unggulan Skor-Terbobot
1 Padi Palawija Padi Sawah 1.7033
2 Padi Palawija Jagung 1.3737
3 Pariwisata Wisata Pantai/Bahari 0.8794
4 Perikanan Budidaya Rumput Laut 0.6381
5 Peternakan Sapi 0.5885
6 Perindustrian Tenun 0.5512
7 Perikanan Penangkapan Ikan di Laut ( Tongkol,
Tuna, Cakalang) 0.5209
8 Perkebunan Jambu Mete 0.5054
9 Buah-Buahan Mangga 0.5043
10 Sayuran Cabe Rawit 0.4374
11 Perkebunan Kelapa 0.4135
12 Perikanan Budidaya Ikan di Tambak ( Bandeng,
Udang Windu) 0.4086
13 Pariwisata Wisata Budaya 0.3816
14 Buah-Buahan Pisang 0.3604
15 Jasa Bengkel Motor 0.3334
16 Padi Palawija Kacang Tanah 0.3265
17 Perdagangan Rumah Makan 0.3232
18 Padi Palawija Kacang Kedelai 0.2888
19 Sayuran Kacang Panjang 0.2826
20 Perindustrian Meubel Kayu 0.2591
Berdasarkan urutan ke 20 KPJU lintas sektor seperti tertuang pada Tabel V-45,
maka 40% dari total KPJU didominasi oleh sub sektor tanaman pangan (padi
palawija, sayuran, dan buah-buahan), 15% sub sektor perikanan, 10% masing-
masing di sektor pariwisata, perindustrian, dan perkebunan, 5% masing-masing di
sektor jasa, perdagangan dan sub sektor peternakan.
Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor
V-1
BAB VI. ANALISIS KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR
6.1. Analisis Prospek dan Potensi
Bagian ini menyajikan analisis prospek dan potensi dari 10 KPJU unggulan lintas
sektor Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan melakukan pemetaan berdasarkan
aspek Potensi dan Prospek dari KPJU tersebut untuk berkembang di Provinsi NTB.
Hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dilakukan dengan
menggunakan skala Prospek Kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), dan skala
penilaian Potensi dari yang terendah Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5)
dapat dilihat pada Tabel VI-1.
Tabel VI-1. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Nusa Tenggara Barat berdasarkan potensi dan prospeknya
Sektor/ Sub
sektor
KPJU Ungulan Lintas
Sektor
Rata-rata Skor Katagori
Prospek Potensi Prospek Potensi
Padi Palawija Padi Sawah 4,17 3,67 Sangat Baik Tinggi
Padi Palawija Jagung 3,83 3,33 Baik Tinggi
Pariwisata Wisata Pantai/Bahari 3,33 4,00 Baik Tinggi
Perikanan Budidaya Rumput Laut 3,83 4,50 Baik Sangat Tinggi
Peternakan Sapi 3,50 3,50 Baik Tinggi
Perindustrian Tenun 2,83 2,83 Cukup Sedang
Perikanan
Penangkapan Ikan di
Laut ( Tongkol, Tuna,
Cakalang)
2,83 4,00 Cukup Tinggi
Perkebunan Jambu Mete 3,67 2,83 Baik Sedang
Buah-Buahan Mangga 2,83 3,17 Cukup Tinggi
Sayuran Cabe Rawit 2,33 3,17 Cukup Tinggi
Penilaian dari sisi prospek usaha mencakup faktor Kesesuaian dengan kebijakan
Pemda, Prospek pasar, Minat Investor, Dukungan & Program Pembangunan Infra
Strukutur Usaha, Resiko terhadap lingkungan, dan Tingkat persaingan. Sementara
itu penilaian aspek potensi mencakup faktor jumlah unit usaha, kesesuaian dengan
budaya dan keterampilan masyarakat, penguasaan masyarakat terhadap teknologi
dan pengelolaan usaha, ketersediaan sumber daya alam, insentif harga produk, dan
daya serap pasar domestik. Hasil pemetaan berdasarkan penilaian ini disajikan pada
Gambar 6.1.
6.2. Analisis Kwadran
Peta kwadran I, II, III, dan IV mengikuti pola huruf S dimana KPJU pada kwadran I
memiliki potensi dan prospek tinggi, pada kwadran II memiliki prospek tinggi namun
kurang potensial, pada kwadran III memiliki potensi tinggi tapi kurang prospektif,
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-2
dan pada kuadran IV memiliki potensi dan prospek rendah. Berdasarkan penilaian
potensi dan prospek tersebut maka ke 10 KPJU unggulan lintas sektor tersebar di 4
kwadran. Pada kwadran I terdapat KPJU padi sawah dan budidaya rumput laut;
Kwadran II terdapat pemeliharaan sapi, dan usaha tani jagung, dan jambu mete;
Kwadran III terdapat KPJU wisata pantai/bahari, penangkapan ikan di laut, usaha
tani cabe rawit, dan buah mangga; dan Kwadran IV terdapat industri kerajinan
tenun.
Gambar VI-1. Peta Kwadran 10 KPJU Unggulan Lintas Sektor NTB
Budidaya Padi Sawah.
KPJU ini muncul pada kuadran I karena bagi sebagian besar masyarakat (petani)
NTB padi dianggap masih memiliki prospek sangat baik dengan potensi tinggi. Hal ini
tidak terlepas dari intervensi pemerintah pusat dan daerah yang menempatkan NTB
sebagai salah satu daerah lumbung pangan nasional. Dengan demikian berbagai
bantuan program dan subsidi tetap diberikan, sementara jaminan pasar dan harga
dilakukan pemerintah melalui Bulog yang berperan sebagai stabilisator pasar beras.
Untuk komoditas beras, pemerintah memiliki target ganda (twin target) dalam
pengembangannya yaitu mencapai dan mempertahankan swasembada pada satu sisi
dan menyediakannya dengan harga murah pada sisi lain. Keadaan ini membawa
implikasi pemerintah selalu mengawasi dengan ketat pergerakan harga beras melalui
Padi Sawah
Jagung
Wisata Pantai/Bahari
Budidaya Rumput Laut
Sapi
Tenun Penangkapan Ikan di
Laut
Jambu Mete
Mangga
Cabe Rawit
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5
Potensi
Prospek
Peta Kwadran 10 KPJU Unggulan Lintas Sektor NTB
Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor
V-3
ceiling price, dan bagi petani itu berarti beras bukanlah komoditas yang bisa
diandalkan untuk meningkatkan kemakmuran terlebih bagi petani kecil yang
memiliki lahan kurang dari 0,25 ha. Oleh karena itu dalam jangka panjang, jika ingin
meningkatkan kemakmuran petani, maka Pemda harus berani keluar dari perangkap
NTB sebagai salah satu lumbung pangan, dan memfasilitasi berkembangnya
komoditas pertanian bernilai tinggi (high value agricultural products). Namun dalam
jangka pendek, di tengah sempitnya lahan petani, yang perlu dilakukan adalah
meningkatkan produktivitas padi melalui penyediaan benih bermutu (beberapa hasil
penelitian mahasiswa Fakultas Pertanian Unram menemukan banyak benih padi
berlabel yang digunakan petani memiliki produktivitas rendah karena berbagai
faktor), meningkatkan kualitas penerapan intensifikasi terutama melalui system
organik karena diperkirakan akumulasi bahan anorganik dari pupuk kimia sudah
sangat tinggi di dalam tanah, serta perluasan dan peningkatan sistem usaha tani
padi secara terpadu.
Budidaya Jagung
KPJU ini berada di kuadran I yang memiliki prospek baik dan potensi tinggi. Hal ini
didukung oleh pelaksanaan program unggulan provinsi PIJAR (Sapi, Jagung, dan
Rumput Laut), yaitu dengan mengembangkan agribisnis jagung di NTB yang dalam
lima tahun (2009-2013) mentargetkan peningkatkan produktivitas dan profitabilitas,
meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber
daya sosial budaya yang ada, membentuk dan menerapkan sistem agribisnis jagung
yang tepat, dan muaranya menjadikan NTB sebagai provinsi sentra produksi jagung
di tanah air. Produksi jagung Nusa Tenggara Barat pada tahun 2011 sebesar 456.916
ton lebih tinggi dari target produksi yang telah ditetapkan sebesar 407.000 ton
(Angka Sementara BPS Tahun 2011) atau sebesar 112,03 % dari target produksi
tahun 2011. Namun demikian untuk bisa meningkatkan prospeknya menjadi lebih
tinggi lagi maka pemerintah perlu memfasilitasi pembangunan industri pengolahan
jagung baik sebagai bahan pangan maupun untuk pakan ternak sehingga dapat
meningkatkan prospek pasar. Selain itu dukungan dan pembangunan infrastruktur
termasuk teknologi tepat guna perlu diperbanyak untuk meningkatkan nilai tambah
dan efisiensi produk. Dari berbagai diskusi kelompok terarah (Focus Group
Discussion, FGD 1 dan 2) selama penelitian terungkap bahwa petani umumnya
menjual hasil panen jagungnya ke pembeli dalam bentuk jagung tongkol sehingga
tidak dapat menikmati nilai tambah dari proses pengolahan.
Wisata Pantai/Bahari
Usaha wisata pantai berada pada kwadran I yang memiliki potensi tinggi dan prospek
baik. Hal ini dipengaruhi oleh program Visit Lombok Sumbawa 2012 yang
menyebabkan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan
nusantara yang mencapai 886.880 orang per tahun pada tahun 2011 atau naik
122,26 % dibanding jumlah kunjungan wisatawan tahun 2010. Untuk lebih
meningkatkan prospeknya maka perhatian terhadap resiko lingkungan dan
pembangunan infrastruktur harus ditingkatkan. Hasil FGD 1 dan 2 (terutama di
Dompu dengan mengambil contoh Pantai LaKey) memunculkan diskusi mengenai
pentingnya ke dua faktor ini bagi peningkatan prospek pariwisata bahari di berbagai
kabupaten.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-4
Budidaya Rumput laut
KPJU ini terletak di kwadran I karena memiliki potensi sangat tinggi dan prospek
baik. Untuk dapat meningkatkan prospeknya menjadi sangat baik maka
pengurangan terhadap resiko lingkungan dan pembangunan infrastruktur yang
mendukung pengembangan industri ini perlu ditingkatkan. Selain itu pengembangan
minapolitan rumput laut perlu diperbanyak untuk lebih banyak lagi menarik
investor. Pada tahun 2011 terdapat 11 kawasan minapolitan rumput laut (Pengantap,
Gerupuk, Awang, Teluk Ekas, Serewe, Kertasari, Labuan Mapin, Terano, Kwangko,
dan Waworada) dengan luas areal 8.483,19 Ha atau baru mencapai 99,22 persen dari
luasan yang ditergetkan. Produksi yang dihasilkan sebanyak 82.954,67 ton atau
82,95 persen dari target 100.000 ton. Demikian pula dengan pembudidaya yang
terlibat baru mencapai 14.633 orang atau 99,15 persen dari target 14.759 orang.
Program minapolitan rumput laut sampai dengan tahun 2011 menyerap 58.580
orang tenaga kerja atau 99,23 persen dari target yang diharapkan dan membentuk
693 wirausaha baru di bidang rumput laut atau 99,00 persen dari 700 wirausaha
yang ditargetkan. Namun demikian, hasil FGD 1 dan 2 (Kabupaten Sumbawa)
memunculkan diskusi bahwa petani rumput laut kesulitan mendapatkan modal
untuk pengembangan usaha karena tidak memiliki agunan. Program Kredit Usaha
Rakyat (KUR) yang tersedia hanya menyediakan plafond kredit maksimum Rp. 5 juta
jika petani tidak memiliki agunan. Bagi sebagian besar petani rumput laut, jumlah
tersebut tidak memadai mengingat tingginya permintaan pasar terhadap rumput
laut. Oleh karena itu untuk menambah permodalan maka petani meminjam pada
pedagang pengumpul dengan bunga tinggi disertai perjanjian untuk menjual panen
rumput lautnya kepada pedagang tersebut. Dalam situasi demikian kehadiran
pedagang pengumpul sangat dominan bagi pengembangan usaha rumput laut. Pada
satu sisi ia merupakan sumber pendanaan bagi petani untuk mengembangkan usaha
dan pada sisi lain memberikan jaminan pasar terhadap hasil panen petani rumput
laut.
Budidaya Ternak Sapi.
Usaha ini berada pada kwadran I dengan potensi tinggi dan prospek baik. Hal ini
tidak lepas dari program pemerintah daerah (PIJAR) yang mencanangkan NTB
sebagai Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS) pada tahun 2013. Dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan peternak maka diberikan bantuan berupa sapi bibit sebanyak 1.110
ekor, sapi pejantan 20 ekor, PSBP 20 ekor dan stimulan kandang kolektif sebanyak
40 unit. Telah pula dilakukan rehabilitasi kandang BIB seluas 12 m2, rehabilitasi
kandang BPT HMT Serading seluas 12 m2; pembuatan mani beku sebanyak 5.810
dosis; pemeliharaan sapi perah 17 ekor, sapi pejantan 10 ekor dan sapi berangus 24
ekor; pembudidayaan hijauan makanan ternak (HMT) seluas 9 hektar dan
pembibitan HMT seluas 20 hektar; pembinaan terhadap 230 kelompok petani
peternak dan pemberian bantuan 6 ekor ternak dan 500 ekor itik; dan pembibitan
sapi bali 300 ekor Namun demikian untuk dapat meningkatkan prospek dan
potensinya maka alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan menyediakan
bibit sapi yang dapat memberikan tambahan bobot badan tinggi per satuan waktu.
Hasil FGD 1 dan 2 memunculkan diskusi bahwa sapi Bali dan Hissar (Sapi
Sumbawa) hanya memberikan tambahan berat badan sangat sedikit atau setara
Rp.1 juta per 4 bulan per ekor sementara jika mengusahakan bibit sapi impor dari
Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor
V-5
Australia (jenis Simental atau Limousine) maka peningkatan bobot badan setara Rp. 1
juta per bulan per ekor. Dengan demikian, jika setiap keluarga peternak dapat
memelihara 3 ekor maka potensi pendapatan yang diterima sekitar Rp. 3 juta per
bulan. Selain itu dari FGD tersebut muncul diskusi agar pemerintah daerah
memfasilitasi tumbuhnya industri peternakan terpadu sehingga industri tidak hanya
menghasilkan daging tapi juga tumbuhnya industri pakan, dan pengolahan produk
ternak lainnya seperti kulit.
Kerajinan Tenun
Meskipun KPJU ini termasuk salah satu usaha unggulan lintas sektor namun ia
berada pada kwadran IV karena hanya memiliki potensi sedang dan prospek cukup.
Dari hasil FGD 1 dan 2 (terutama di Lombok Barat) terungkap banyaknya persoalan
yang membuat industri tenun lokal hanya memiliki prospek cukup antara lain
kecenderungan wisatawan lebih menyukai penggunaan produk casual seperti T-shirt
dengan ciri khas daerah, dan masuknya produk kain tenun daerah lain yang bermotif
lokal (masuknya tenun gedogan dari Jawa dengan motif khas Lombok). Hal ini
sesungguhnya mengikuti pola normal dari industri tekstil pada umumnya. Selain
karena perubahan preferensi konsumen, secara nasional industri tekstil dan produk
tekstil telah melewati masa keemasannya dan sekarang sedang menghadapi
penurunan karena tidak ada dukungan bahan baku, seperti hilangnya perkebunan
dan industri kapas sehingga harus mengimpor bahan baku bahkan produk jadi dari
luar daerah atau luar negeri.
Penangkapan ikan di laut
KPJU ini berada pada kwadran III dengan potensi tinggi namun prospek cukup.
Meskipun pemerintah telah menetapkan NTB dalam Koridor 5 sebagai Pintu Gerbang
Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional melalui sub sektor peternakan dan
perikanan pada Masterplan Percapatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI), prospek penangkapan ikan di laut tidak terlalu baik. Dari hasil
FGD 1 dan 2 terungkap faktor penghambat berkembangnya usaha ini adalah
lemahnya sumber daya manusia di perikanan tangkap. Bantuan kapal besar yang
diberikan pemerintah tidak dapat dimanfaatkan maksimal oleh nelayan karena
terbatasnya keterampilan dan pengalaman mengoperasikan sarana tersebut.
Akibatnya untuk mengoperasiskannya harus mendatangkan tenaga dari Pulau Jawa
yang sudah berpengalaman mengoperasikan kapal-kapal besar sebagai sarana
penangkapan ikan di laut lepas. Oleh karena itu guna meningkatkan prospek usaha
diperlukan peningkatan SDM perikanan sehingga usaha ini bisa memberikan
kontribusi terhadap pendapatan nelayan, dan sekaligus perkembangan ekonomi
daerah sesuai dengan target MP3EI tersebut.
Budidaya Jambu Mete
KPJU ini berada pada kwadran II karena masih memiliki prospek baik dan potensi
sedang. Dari hasil FGD 1 dan 2 (terutama di Dompu, dan Lombok Barat) terungkap
bahwa salah satu faktor penting yang menyebabkan usaha ini hanya memiliki
potensi sedang adalah kurangnya insentif harga yang dinikmati petani. Petani mete
dalam menjual produknya ketika panen sangat tergantung pada sedikit pembeli yang
merupakan jaringan pemasok perusahaan pengolah biji mete, sehingga pasar produk
mete gelondongan lebih bersifat oligopsoni. Akibatnya para pembeli yang jumlahnya
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-6
sedikit tersebut mengunakan kekuatan pasar (market power) yang dimiliki untuk
menekan harga di tingkat petani. Oleh karena itu alternatif yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan prospek dan potensi komoditas ini adalah dengan memfasilitasi
tumbuhnya banyak wirausahan baru di usaha ini terutama di sektor pengolahannya.
Jika industri pengolahan mete berkembang, maka permintaan terhadap mete
gelondongan sebagai bahan baku industri semakin tinggi dan petani mete memiliki
lebih banyak alternatif pembeli. Pada tahun 2009 Dinas Koperasi dan UMKM di
Provinsi NTB berhasil menumbuhkan 7.373 wirausahawan baru (WUB), tahun 2010
sebanyak 17.979 WUB, dan tahun 2011 sebanyak 24.854 WUB. Dalam periode
tersebut WUB yang ditumbuhkan di sektor perdagangan umumnya berupa pedagang
kelontong (sembako), namun tidak diperoleh informasi apakah ada WUB yang
bergerak dalam perdagangan mete. Namun dari keterangan narasumber selama FGD
1 dan 2, para pembeli mete orangnya itu-itu juga.
Budidaya Mangga
KPJU ini berada pada kwadran III karena walaupun memiliki potensi tinggi namun
hanya memiliki prospek cukup. Potensi tinggi tersebut terlihat dari banyaknya
kabupaten yang menghasilkan Mangga (semua kabupaten/kota). Namun dari hasil
FGD 1 dan 2 (terutama di Kabupaten Sumbawa sebagai penghasil mangga terbanyak
di NTB yaitu 33,5 ribu ton per tahun) terungkap bahwa pasar tidak mampu
menyerap produksi mangga ketika musim panen. Pasar lokal yang terbatas dan
minimnya penguasaan jaringan pemasaran keluar Provinsi menyebabkan harga
mangga relatif murah ketika musim panen. Akibatnya transhipment buah mangga
menuju berbagai daerah di Bali dan Jawa telah mendistorsi asal usul produk.
Mangga Madu khas yang banyak dihasilkan daerah ini ketika telah dikirim ke Jawa
dengan harga murah dan dipasarkan ke berbagai tempat kemudian berganti nama
menjadi mangga Manalagi produksi salah sau kabupaten di Jawa. Akibatnya tidak
ada lagi insentif untuk mengembangkan tanaman dan prospek KPJU ini untuk
berkembang relatif terbatas. Oleh karena itu guna meningkatkan prospeknya maka
perlu diupayakan penetrasi pasar baru dengan mempromosikan komoditas ini
sebagai salah satu komoditas unggulan daerah.
Budidaya Cabe Rawit
Munculnya komoditas ini sebagai salah satu dari 10 KPJU Unggulan daerah tidak
pernah terbayangkan sebelumnya oleh Tim Peneliti. Hal ini semacam karunia
terpendam yang ditemukan dengan tidak sengaja (blessing in disguise). Komoditas ini
berada pada kwadran III yang memiliki potensi tinggi namun prospek cukup.
Dikatakan karunia terpendam karena Provinsi NTB terutama Pulau Lombok dikenal
dengan makanan khasnya ayam taliwang dengan pelecing kangkung yang sangat
pedas sehingga menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan pencinta kuliner yang
suka rasa pedas. Meskipun bukan padanan yang tepat dari hakikat Pulau Lombok
sebagai Pulau Cabe, namun image ini sudah menjadi pengetahuan umum wisatawan
sehingga mengapa tidak memanfaatkan image ini sebagai cara promosi murah
namun sangat efektif. Sebagai salah satu KPJU unggulan, pemerintah perlu
mendorong pembangunan industri pengolahannya sehingga menjamin stabilitas
harga produk sehingga tidak merugikan petani saat musim panen. Industri
pengolahan Cabe perlu dibangun terintegrasi untuk menghasilkan produk cabe
bubuk atau saus cabe. Hal ini mengikuti kecenderungan global bahwa industri
Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor
V-7
makanan juga berkembang menuju yang serba instan karena semakin berharganya
waktu bagi para konsumen cabe.
6.3. Analisis Siklus Bisnis (Product Life Cycle) KPJU Unggulan Lintas Sektor
Merujuk kepada konsep Daur Hidup Produk (DHP) suatu industri, DHP dapat
dikatagorikan (1) tahap introduksi, (2) tahap tumbuh, (3) tahap matang dan (4) tahap
menurun. Berdasarkan konsep DHP, ke empat tahapan tersebut didasarkan kepada
perkembangan volume penjualan produk tertentu oleh entitas suatu
perusahaan/industri tertentu menurut periode waktu.
Konsep tersebut tidak dapat sepenuhnya diterapkan untuk KPJU, oleh karena KPJU
berbicara pada tingkat agregat yaitu kelompok industri atau jenis usaha tertentu.
Selain itu salah satu faktor yang menentukan perubahan tahapan pada DHP adalah
faktor persaingan produk terhadap produk sejenis dari perusahaan/industri pesaing
atau adanya produk substitusi. Atas dasar pertimbangan tersebut untuk KPJU
digunakan istilah Daur Hidup Bisnis KPJU, yang dikatagorikan menjadi (1) tahap
Mulai Berkembang, (2) Tahap Berkembang atau Belum Jenuh, (3) Tahap Mulai Jenuh
dan (4) Tahap Sudah Jenuh.
Merujuk kepada konsep/teori Siklus Bisnis, faktor yang mempengaruhi atau
menentukan siklus bisnis bersifat kompleks mencakup faktor mikro dan makro
ekonomi, termasuk faktor ekonomi global dan kebijakan pemerintah. Oleh karena
kompleksitas tersebut, pengkatagorian siklus bisnis KPJU didekati melalui (1)
pendekatan supply – demand, dalam hal ini sejauh mana keseimbangan antara sisi
produksi dan permintaan output suatu bisnis pada KPJU, serta (2) sejauh mana
prospek bisnis KPJU dari sisi kebijakan pemerintah (termasuk dukungan
infrastruktur) , minat investor dan prospek pasar. Informasi ke-dua hal di atas
diperoleh berdasarkan pendapat pemangku kepentingan sebagai narasumber pada
FGD yang dilaksanakan serta penilaian tim peneliti.
Pada tahap awal pengkatagorian didasarkan kepada selisih skor Kondisi Produksi
dan Kondisi Permintaan. Dalam hal kondisi permintaan, dipertimbangkan juga
apakah pemasaran/penjualan KPJU yang bersangkutan hanya lokal atau di dalam
Provinsi atau sudah di ekspor atau dipasarkan/dijual ke luar Provinsi. Jika Skor
Kondisi Produksi sama atau mendekati Kondisi Permintaan, maka KPJU
dikatagorikan Mulai Jenuh. Jika skor Kondisi Produksi lebih besar dari Kondisi
Permintaan, maka KPJU dikatagorikan Sudah Jenuh, dan jika Kondisi Produksi lebih
kecil Kondisi Permintaan maka KPJU dikatagorikan Belum Jenuh. Jika skor Kondisi
Produksi Produksi jauh lebih kecil dibandingkan Kondisi Permintaan maka
dikatagorikan Mulai Berkembang.
Pengkatagorian berdasarkan selisih (negatif atau positif) skor Produksi dan
Permintaan pada tahap awal kemudian di “refine” atau disesuaikan dengan
memperhatikan prospek bisnis KPJU yang meliputi aspek prospek pasar, minta
investor dan dukungan kebijakan pemerintah (infrastruktur). Sejauh mana prospek
bisnis KPJU yang bersangkutan akan menggeser status atau tahap KPJU, yaitu dari
Mulai Jenuh menjadi Sudah Jenuh atau dari tahap Mulai Jenuh menjadi Belum
Jenuh. Sebagai ilustrasi jika suatu KPJU berdasarkan skor Kondisi Produksi dan
Permintaan adalah sama (tahap Mulai Jenuh), kemudian berdasarkan penilaian
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-8
prospek Bisnisnya adalah Baik atau Sangat Baik, maka tahap Mulai Jenuh di revisi
menjadi tahap Belum Jenuh.
1. Usaha budidaya Padi Sawah.
Hasil penilaian narasumber menunjukkan bahwa nilai skor produksi padi lebih besar
dari permintaanya. Hal ini berarti keberadaan NTB sebagai salah satu daerah surplus
beras telah dikonfirmasi oleh para narasumber dalam penilain tersebut. Usaha
pertanian padi ini pun menurut para narasumber masih memiliki prospek baik
sehingga berdasarkan penilaian ini maka KPJU usaha budidaya padi berada pada
kategori Berkembang. Ditinjau dari statistik produksi pertanian padi sawah (Provinsi
NTB Dalam Angka, 2011) produksi padi pada tahun 2010 menurun dibandingkan
tahun 2009 (- 2,0 persen), walaupun dari tahun 2008 – 2009 terjadi kenaikan (6,20
persen) akan tetapi kenaikannya lebih rendah dibandingkan periode 2007 – 2008
(10,4 persen), dan secara rata-rata selama periode 2006 – 2010 terjadi kenaikan
sebesar rata-rata 3,40 persen per tahun. Di lain pihak, apabila kenaikan penduduk
(rata-rata 1,40 persen per tahun) dan kenaikan jumlah wisatawan yang berkunjung
ke Provinsi NTB (rata-rata 15,76 persen per tahun) berkontribusi terhadap konsumsi
(permintaan) beras, maka secara “kasar” terjadi kenaikan permintaan terhadap
beras. Berdasarkan kondisi ini, maka dapat diduga bahwa pada masa mendatang
usaha budidaya tanaman padi sawah ini diduga akan terus tumbuh. Kondisi ini
diperkuat oleh penilaian narasumber bahwa usaha budidaya tanaman padi ini
mempunyai prospek pasar baik karena dukungan pemerintah pusat dan daerah
dalam bentuk kebijakan harga dan infrastruktur dalam rangka meningkatkan
ketahanan pangan di Provinsi NTB. Surplus ini dapat digunakan sebagai cadangan
pangan yang harus diserap pemerintah daerah dalam rangka stabilisasi harga dan
menggunakannya untuk membantu keluarga miskin dalam rangka program Raskin
atau mendistribusikannya ke daerah lain untuk menjamin ketersediaan beras secara
nasional.
2. Usaha Budidaya Jagung
Seperti halnya tanaman padi. hasil penilaian narasumber menunjukkan bahwa nilai
skor produksi jagung lebih besar dari permintaannya. Hal ini menunjukkan bahwa
pengembangan program agribisnis jagung sebagai salah satu komponen komoditas
unggulan yang ditetapkan pemerintah daerah melalui program PIJAR (pengembangan
sapi, jagung dan rumput laut) telah dikonfirmasi oleh para narasumber dalam
penilain tersebut. Usaha pertanian jagung ini pun menurut pada narasumber
memiliki prospek baik sehingga berdasarkan penilaian ini maka KPJU usaha
budidaya jagung berada pada katagori Berkembang. Data statistik menunjukkan
bahwa walaupun pada periode 2009 – 2010 terjadi penurunan produksi sebesar 19,4
persen, akan tetapi terjadi kecenderungan kenaikan produksi jagung pada periode
2006 – 20010, dengan kenaikan rata-rata per tahun 29,28 persen (Provinsi NTB
Dalam Angka, 2011). Pada tingkat wilayah, konsumsi terhadap produksi jagung
relatif terbatas, hasil produksi berupa jagung pipilan sebagian besar di ekspor ke luar
daerah Provinsi – dan digunakan sebagai bahan baku untuk industri pakan dan
industri lain.
Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor
V-9
Secara umum pada tingkat Nasional kebutuhan bahan baku terhadap jagung pipilan
sebagai bahan industri pakan dan pangan adalah tinggi, dan bahkan untuk
mencukupi kebutuhan industri Indonesia masih mengimpor jagung. Dalam
hubungan ini Kebijakan Pemerintah Daerah mendukung usaha budidaya jagung ini
(dengan skor mendekati Sangat Baik = 4,43). Walaupun demikian dari aspek Prospek
Pasar dan Minat Investor untuk usaha budidaya jagung ini masih dinilai pada
katagori Cukup (skor = 3,1) oleh narasumber. Dengan demikian walaupun dari sisi
perbandingan antara aspek Produksi dan Permintaan usaha budidaya jagung ini
menunjukkan tahap Sudah Jenuh, akan tetapi dengan memperhatikan aspek
dukungan Kebijakan Pemerintah Daerah yang Sangat Baik, diiringi usaha untuk
meningkatkan Pasar dan Minat Investor, pada masa mendatang usaha budidaya
tanaman jagung ini diduga berada pada katagori Tahap Mulai Jenuh.
3. Wisata Pantai/Bahari.
Hasil penilaian narasumber menunjukkan bahwa nilai skor produksi untuk wisata
pantai, seperti perhotelan dan lain-lain, dengan skor permintaan – yang dalam hal ini
ditunjukkan oleh kunjungan wisatawan adalah relatif seimbang. Tingkat hunian
kamar hotel menurut para narasumber relatif tinggi seperti ditunjukkan oleh selisih
jumlah kamar dengan tingkat hunian relatif kecil (selisih 0,07 poin). Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat keseimbangan antara produksi dan permintaan.
Sementara itu dari segi prospek, para narasumber menilai usaha wisata pantai
memiliki prospek baik. Berdasarkan statistik Provinsi NTB Dalam Angka tahun
2011, pada tahun 2010 jumlah Hotel Bintang di Provinsi NTB berjumlah 30 buah
dengan jumlah kamar 2162 unit dan Hotel Melati berjumlah 532 unit dengan jumlah
kamar 5199 unit. Dengan memperhatikan statistik jumlah wisatawan yang terus
meningkat dari tahun ke tahun, yaitu rata-rata 15,67 persen per tahun pada periode
2006-2010, serta perkembangan jumlah Biro dan Agen Perjalanan Wisata yang
meningkat rata-rata 6,4 persen per tahun, maka usaha Wisata Pantai/Bahari ini
termasuk dalam kategori Berkembang. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari dukungan
pemerintah melalui program Visit Lombok and Sumbawa Year 2012 yang lalu.
Pencanangan program tersebut oleh Pemda Provinsi sejak 2008 bagi para pelaku
wisata merupakan pertanda komitmen pemerintah dalam mendukung
berkembangnya pariwisata sebagai tindak lanjut dari disertakannya NTB dalam
koridor 5 program MP3EI yaitu sebagai pintu gerbang pariwisata dan penghasil
pangan nasional. Kesesuainnya dengan kebijakan Pemerintah Daerah, serta Minat
Investor dan Prospek Pasar yang Sangat Baik ini menjadi alasan kuat untuk terus
mengembangkan usaha ini.
4. Usaha Budidaya Rumput Laut
Hasil penilaian narasumber menunjukkan bahwa permintaan terhadap produk
usaha budidaya rumput laut lebih besar dibandingkan dengan produksi, dengan
selisih skor sebesar 0,42 poin namun memiliki prospek baik (skor 3,42).
Berdasarkan penilaian ini maka usaha budidaya rumput laut dapat dikatagorikan
masih pada tahap (Mulai Berkembang). Data statistik menunjukkan bahwa pada
periode 2009 – 2010 terjadi kecenderungan kenaikan produksi rumput laut yang
sangat tinggi, dengan kenaikan rata-rata per tahun 29,28 persen (Provinsi NTB
Dalam Angka, 2011). Pada tingkat wilayah, konsumsi terhadap produksi rumput laut
relatif terbatas karena belum ada industri pengolahan yang mengolah produk ini.
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-10
Hasil produksi berupa rumput laut kering sebagian besar di ekspor atau dijual ke
luar daerah Provinsi. Usaha budidaya rumput laut di Provinsi NTB yang sudah
berkembang adalah di Kabupaten Lombok Tengah dan Sumbawa Barat. Berdasarkan
penilaian narasumber prospek usaha ini sangat baik dari sisi kesesuaiannya dengan
kebijakan pemerintah (skor 4,42) dan dinilai mempunyai prospek pasar yang baik
(skor (3,83), akan tetapi minat investor dinilai relativ masih agak cukup (skor 2,83).
Masih terbatasnya wilayah yang sudah mengusahakan budidaya rumput laut ini
mengindikasikan adanya peluang untuk pengembangan ke daerah lain. Walaupun
menurut para narasumber minat investor relativ rendah, namun dengan
mengadakan promosi yang terus menerus dan dukungan kebijakan yang konsisten
maka usaha ini dapat ditingkatkan menuju fase berkembang.
5. Usaha Budidaya (Pembesaran) Sapi Potong .
Hasil penilaian narasumber menunjukkan bahwa nilai skor produksi usaha
pemeliharaan sapi lebih besar dari permintaannya. Hal ini berarti keberadaan NTB
sebagai salah satu daerah penghasil daging telah dikonfirmasi oleh para narasumber
dalam penilain tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha
pemeliharaan sapi dalam rangka mewujudkan NTB sebagai bumi sejuta sapi pada
tahun 2013 sebagai salah satu komponen komoditas unggulan yang ditetapkan
pemerintah daerah melalui program PIJAR (pengembangan sapi, jagung dan rumput
laut) telah dikonfirmasi oleh para narasumber dalam penilain tersebut. Usaha
pemeliharaan sapi ini pun menurut pada narasumber memiliki prospek baik
sehingga berdasarkan penilaian ini maka KPJU usaha pemeliharaan sapi berada
pada katagori Berkembang. Pada tahun 2010 tercatat populasi sapi di Provinsi NTB
sebanyak 695.951 ekor yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota. Jumlah populasi
ini cenderung meningkat yang dapat diduga dari perkembangan jumlah kelahiran
ternak dengan inseminasi buatan, khususnya Sapi Bali. Pada periode 2006-2010
terjadi kenaikan jumlah kelahiran rata-rata per tahun sebesar 16,32 persen (Provinsi
NTB Dalam Angka, 2011). Dari sisi permintaan, untuk konsumsi lokal ditunjukkan
oleh perkembangan banyaknya pemotongan ternak sapi yang pada periode 2006-
2010 cenderung meningkat rata-rata sebesar 9,71 persen per tahun. Permintaan
terhadap sapi potong juga ditunjukkan oleh banyaknya ternak sapi yang dijual ke
luar Provinsi NTB. Pada tahun 2010 tercatat sebanyak 5601 ekor yang dikirim ke
Provinsi DKI, Kalsel, Kaltim, Kalteng, Sulsel dan Kalbar. Usaha budidaya
(pembesaran) sapi ini mempunyai prospek pasar yang sangat baik, dan minat
investor yang dapat dikatagorikan Cukup Baik. Berdasarkan uraian di atas,
didukung dengan Kebijakan Pemda yang Sangat Baik, maka dapat disimpulkan
bahwa usaha budidaya (pembesaran) sapi potong ini berada pada Tahap
Berkembang.
6. Industri Tenun
Industri tenun di Provinsi NTB merupakan industri kerajinan rumah tangga yang
secara tradisional sudah membudaya pada sebagian masyarakat NTB. Produknya
berupa kain ikat dan kain yang ditenun secara manual. Produk kerajinan ini
mempunyai pasar yang terbatas dan konsumennya antara lain adalah wisatawan.
Menurut penilaian narasumber kondisi produksi industri ini relatif lebih besar
dibandingkan dengan permintaan, dengan selisih skor 0,42 poin. Namun demikian
Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor
V-11
tidak seperti halnya dengan KPJU Unggulan sebelumnya, prospek pasar dan minat
investor terhadap industri ini menurut penilaian narasumber adalah kurang dari
cukup (skor 2,40), demikian juga dengan kesesuaiannya dimana kebijakan
pemerintah daerah yang masih dinilai cukup. Oleh karena itu secara keseluruhan
prospek KPJU ini tergolong rendah. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa industri tenun ini sudah pada Tahap Mulai Jenuh. Jika over supplai tersebut
tidak dapat dipasarkan keluar daerah karena berbagai faktor (kualitas, corak yang
tidak sesuai selera konsumen, dll) maka usaha ini dapat menuju ke Tahap Sudah
Jenuh.
7. Usaha Penangkapan Ikan di Laut.
Data statistik menunjukkan bahwa produksi hasil penangkapan ikan di laut pada
tahun 2010 adalah sebanyak 111.882,4 ton dan pada periode 2006 – 2010
menunjukkan peningkatan yaitu rata-rata 5,67 persen per tahun (Provinsi NTB
Dalam Angka, 2011). Walaupun terjadi kenaikan produksi, hasil penilaian
narasumber menunjukkan bahwa permintaan terhadap produk usaha budidaya
rumput laut lebih besar dibandingkan dengan produksi, dengan selisih skor sebesar
0,50 poin. Penangkapan ikan di laut di NTB dilaksanakan oleh nelayan tradisional
dengan menggunakan sarana penangkapan yang masih terbatas. Dukungan
kebijakan pemerintah daerah serta prospek pasar terhadap usaha ini berdasarkan
penilaian narasumber adalah pada katagori Baik, walaupun dari sisi minat investor
adalah Cukup. Berdasarkan penilaian ini maka usaha penangkapan ikan di laut
dapat dikatagorikan masih pada tahap Mulai Berkembang.
8. Usaha budidaya Jambu Mete
Data statistik menunjukkan bahwa produksi jambu mete pada tahun 2010 adalah
sebanyak 12.896,5 ton dan selama periode 2008 – 2010 menunjukkan
kecenderungan menurun dengan rata-rata sekitar 20 persen per tahun, walaupun
dari segi luas areal terjadi kecenderungan meningkat dengan rata-rata 2,04 persen
per tahun (Provinsi NTB Dalam Angka, 2011). Pada tingkat wilayah, konsumsi
terhadap produksi biji mete relatif terbatas karena belum ada industri pengolahan
besar yang mengolah produk ini. Hasil produksi berupa biji mete mentah yang
dikeringkan sebagian dijual ke luar daerah Provinsi. Pendapat narasumber
menunjukkan bahwa potensi dan prospek permintaan komoditas jambu mete ini
lebih besar dibandingkan dengan produksi, dengan selisih nilai 0,67 point. Hal ini
dikarenakan jambu mete merupakan salah satu komoditas yang banyak
diperdagangkan secara internasional (internationally tradable goods) sehingga potensi
permintaannya sangat tinggi. Oleh karena itu berdasarkan kondisi ini dapat
disimpulkan bahwa usaha budidaya mete ini masih berada pada kategori Mulai
Berkembang. Hal ini didukung oleh hasil penilaian narasumber terhadap prospek
pasar dari komoditas yang masuk dalam katagori Baik (skor = 3,67), dengan
dukungan dari sisi kebijakan Pemda yang dinilai baik (skor = 3).
9. Usaha Budidaya Mangga
Statistik produksi buah mangga di Provinsi NTB menunjukkan kenaikan dari tahun
ke tahun. Secara rata-rata pada periode 2006 – 2010 produksi mangga meningkat
rata-rata 20,13 persen per tahun. Penilaian narasumber menunjukkan bahwa
produksi mangga lebih tinggi dibanding permintaan domestiknya dengan selisih skor
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-12
sebesar 1,0 poin. Berbeda halnya dengan usaha jambu mete dan kelapa, penilaian
narasumber terhadap prospek pasar komoditas mangga relatif baik (skor = 3,27)
namun minat investor (skor = 2) dan dukungan infrastruktur (skor 2,55) relatif
rendah. Oleh karena itu secara keseluruhan prospek KPJU ini tergolong rendah.
Dengan pertimbangan tersebut, maka dapat diprediksi bahwa usaha budidaya
mangga di NTB ini berada pada tahap Mulai Jenuh. Untuk mengatasi hal tersebut
maka pemasaran hasil produksi mangga tidak lagi hanya mengandalkan pasar lokal
tapi pemerintah daerah harus memfasilitasi dilakukan penetrasi terhadap pasar baru
seperti pemasaran ke luar Provinsi NTB – khususnya ke Bali dan Jawa dengan
mempromosikan keunggulan dari mangga khas Lombok dan Sumbawa untuk
menciptakan diferensiasi produk terhadap persaingan dengan produksi mangga
daerah lain.
10. Usaha Budidaya Cabe Rawit
Produksi cabe NTB terutama cabe besar menunjukkan peningkatan yang cukup
tinggi. Selama periode 2006-2010 produksi cabe meningkat dari 1.825 ton menjadi
5.780 ton atau meningkat rata-rata 34.3 % per tahun, sementara luas areal
meningkat dari 455 hektar menjadi 817 hektar atau hanya meningkat rata-rata 17 %
per tahun. Dengan demikian data tersebut mengindikasikan telah terjadi
peningkatan produktivitas dari KPJU unggulan ini sebesar 17,3 % per tahun (NTB
dalam Angka 2011). Namun di tengah peningkatan produksi dan produktivitas
tersebut hasil penilaian narasumber menunjukkan bahwa produksi cabe NTB masih
lebih rendah dari permintaannya (selisih skor 1,0). Hal ini terlihat dari masih
tingginya permintaan produk cabe olahan dalam bentuk saus dan bubuk cabe yang
di datangkan dari daerah lain. Selain itu para narasumber menilai permintaan
tersebut masih akan tetap tinggi dan stabil sepanjang tahun. Sejalan dengan hal
tersebut para narasumber mengatakan bahwa prospek KPJU ini tergolong baik
seperti terlihat dari skor untuk prospek pasar rata-rata 3,0, kesesuaian dengan
kebijakan pemerintah (skor 3,58), minat investor (skor 3,0), dan dukungan
infrastruktur (skor 3,0). Berdasarkan penilaian tersebut maka KPJU ini berada pada
kategori Mulai Berkembang. Yang diperlukan kemudian adalah menjamin stabilitas
harga komoditas dengan memfasilitasi berdirinya industria pengolahan cabe menjadi
saus dan bubuk cabe sehingga petani dapat terhindar dari turunnya harga ketika
musim panen.
6.4. Analisis Inflasi KPJU Unggulan
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-
menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya
likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, dan akibat adanya
ketidak lancaran distribusi barang. Inflasi merupakan indikator untuk melihat
tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung
secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat
sebagai penyebab meningkatnya harga.
Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor
V-13
Penyebab inflasi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu (1) tarikan permintaan
(demand pull inflation) yang dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar yang terkait
dengan permintaan terhadap barang dan jasa yang berakibat bertambahnya
permintaan terhadap faktor-faktor produksi sehingga meningkatkan harga. Kelompok
ke – 2 adalah desakan biaya (cost push inflation) akibat adanya kelangkaan produksi
dan/atau kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada
perubahan yang meningkat secara signifikan, sehingga memicu kenaikan harga.
Sehubungan dengan itu penetapan KPJU Unggulan berkaitan dengan penyebab
inflasi adalah dalam hal penyebab ke 2 yaitu desakan biaya (cost push inflation).
Perkembangan laju inflasi di Nusa Tenggara Barat antara tahun 2005-2011
menunjukkan fluktuasi yang relatif tinggi (volatile) dengan kecenderungan menurun.
Hal ini berkaitan dengan fluktuasi produksi di sektor makanan melalui pengaruh
fluktuasi produksi padi, jagung, kedele, dan produk pertanian lainnya termasuk
peternakan dan perikanan. Jika produksi komoditas pertanian ini turun maka harga
bahan makanan naik tajam sehingga memberikan kontribusi besar pada peningkatan
harga secara keseluruhan. Hal ini terlihat pada tahun 2010 ketika laju inflasi
Provinsi mencapai 10,08 %, inflasi di kelompok makanan mencapai 20,12% yang
menunjukkan kelompok makanan merupakan kontributor terbesar terhadap inflasi
Provinsi. Laju inflasi NTB tahun 2005-2011 disajikan pada Gambar 6.2.1.
Sumber: BPS Provinsi NTB, 2011
Gambar VI-2. Laju Inflasi Tahunan NTB Tahun 2005-2011 (%)
Penurunan produksi bahan makanan yang tidak diimbangi dengan persediaan dari
impor telah memacu inflasi. Selama periode 2009-2011 laju inflasi di NTB
memperlihatkan fluktuasi cukup tajam. Pada 2009 terjadi laju inflasi sebesar 3,44
persen, menurun tajam dari 13,01 persen pada tahun 2008. Pada tahun 2010
17.72
4.17
8.76
13.01
3.44
10.08
6.55
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Laju Inflasi NTB Tahun 2005-2011 (%)
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-14
lonjakan inflasi terjadi hingga 10,08 persen. Naiknya harga sejumlah komoditas
pertanian seperti cabai merah, umbi-umbian dan ikan segar menjadi faktor utama.
Selain itu musim dan cuaca yang kurang bersahabat sehingga panen tembakau di
NTB dinilai gagal dan cukup signifikan menyumbang pada tingginya inflasi. Namun
demikian pada tahun 2011 laju inflasi berhasil diturunkan menjadi 6,55 persen.
Penetapan KPJU Unggulan diharapkan mampu mendorong investasi dan
berkembangnya usaha pada KPJU yang diunggulkan, yang pada akhirnya berdampak
kepada lebih tersedianya komoditas, produk atau jasa dari KPJU Unggulan tersebut.
Di antara KPJU Unggulan Lintas Sektor di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), maka
KPJU yang termasuk dalam kelompok komoditas dalam perhitungan inflasi adalah
seperti dapat dilihat pada Tabel VI.2, KPJU Unggulan termasuk pada:
1) Kelompok Bahan Makanan padi-padian, umbi-umbian, komoditas beras, jagung
pipilan (101001 dan 101006), ada 2 (dua) KPJU yaitu usaha budidaya padi sawah dan
jagung.
2) Kelompok bahan makanan daging dan hasilnya-daging sapi (102016), yaitu 1 KPJU
yaitu usaha sapi potong.
3) Kelompok bahan makanan- ikan segar, ada 2 KPJU yaitu Penangkapan Ikan di Laut
cakalang, tongkol dan tuna (103017, 103081, 103084) dan Budidaya Ikan di Tambak (
Bandeng – 103004 dan, Udang Windu - 103085).
4) Kelompok bahan makanan – sayur sayuran , ada 2 KPJU yaitu usaha budidaya kacang
panjang (106033) dan usaha budidaya jagung manis (106 075)
5) Kelompok bahan makanan kacang-kacangan, terdapat 3 KPJU yaitu usaha budidaya
kacang kedele (107003), kacang tanah (107006), dan usaha perkebunan jambu
mete/kacang mete (107005).
6) Kelompok bahan makanan buah-buahan , yaitu kelapa muda (108028) untuk KPJU
usaha perkebunan kelapa dan pisang (108019 untuk KPJU usaha budidaya pisang.
7) Kelompok bahan makanan bumbu-bumbuan – cabe rawit (109030) yaitu 1 KPJU yaitu
usaha budidaya cabe rawit.
8) Kelompok bahan makanan Lemak dan minyak – Kelapa (110001) untuk KPJU usaha
perkebunan kelapa.
9) Kelompok makanan jadi (201000) terdapat 1 KPJU yaitu adalah usaha
restoran/rumah makan.
10) Kelompok Rekreasi (604000) terdapat 2 KPJU yaitu wisata pantai/baharí dan wisata
budaya.
11) Kelompok Sarana dan Penunjang Transportasi (703016 dan 703017) terdapat 1 KPJU
yaitu usaha jasa bengkel motor
Tabel VI-2. KPJU Unggulan Lintas Sektor urutan 1s/d 20 Penyumbang Inflasi
Sektor/Sub
sektorKPJU
Urutan KPJU Ungulan
Lintas Sektor
Kelompok Komoditas
Penyumbang Inflasi
Padi Palawija Padi Sawah Padi-padian, umbi-umbian dan
hasilnya – beras (101001)
Padi Palawija Jagung
Padi-padian, umbi-umbian dan
hasilnya – jagung pipilan
(101006), jagung manis
(106075)
Pariwisata Wisata Pantai/Bahari Rekreasi (604027)
Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor
V-15
Sektor/Sub
sektorKPJU
Urutan KPJU Ungulan
Lintas Sektor
Kelompok Komoditas
Penyumbang Inflasi
Perikanan Budidaya Rumput Laut -
Peternakan Sapi Daging dan Hasilnya – daging
sapi (102016)
Perindustrian Tenun
Perikanan
Penangkapan Ikan di
Laut ( Tongkol, Tuna,
Cakalang)
Ikan segar – Cakalang, tongkol,
tuna (103017, 103081,
103084)
Perkebunan Jambu Mete Kacang-kacangan – kacang
mete (107005)
Buah-Buahan Mangga -
Sayuran Cabe Rawit Bumbu-bumbuan – caberawit
(109030)
Perkebunan Kelapa
Buah-buahan – kelapa muda
(108028) dan Lemak/minyak
(110001)
Perikanan
Budidaya Ikan di
Tambak ( Bandeng,
Udang Windu)
Ikan segar – ( 103004, 103085)
Pariwisata Wisata Budaya Rekreasi (604027)
Buah-Buahan Pisang Buah-buahan, pisang (108019)
Jasa Jasa keuangan (Koperasi
sp) -
Padi Palawija Kacang Tanah Kacang-kacangan, kacang
tanah (107006)
Perdagangan Rumah Makan Makanan jadi (201000)
Jasa Bengkel Motor Sarana dan penunjang
transport (703016-17)
Padi Palawija Kacang Kedelai Kacang-kacangan, kacang
kedele (107003)
Sayuran Kacang Panjang Sayur-sayuran, kacang panjang
(106033)
Seperti dapat dilihat pada Tabel VI-2 di atas, kecuali 3 (tiga) KPJU Unggulan yaitu
Budidaya Rumput Laut, usaha budidaya buah-buahan mangga, serta usaha jasa
keuangan simpan pinjam (koperasi), 17 KPJU Unggulan Lintas Sektor yang lain
merupakan penyumbang langsung terhadap inflasi. Diantara ke 17 KPJU Unggulan
tersebut, kecuali KPJU Unggulan wisata pantai/baharí dan wisata budaya serta
usaha jasa bengkel motor, serta rumah makan, selebihnya adalah pada Kelompok
Bahan Makanan.
KPJU pada sektor pariwisata yaitu wisata pantai dan wisata bahari dapat
menyebabkan inflasi secara tidak langsung. Hal ini karena dengan berkembangnya
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
V-16
sektor pariwisata dapat berdampak kepada permintaan terhadap jasa perhotelan dan
pada kelompok bahan makanan seperti ikan segar, buah-buahan dan sayur-sayuran.
Selain itu KPJU Unggulan yang termasuk pada kelompok bahan makanan seperti
daging, ikan, dan yang lain dapat memberikan pengaruh terhadap inflasi kelompok
makanan jadi, seperti produk olahan daging sapi, dan beragam jenis makanan jadi
yang lain.
Berdasarkan data BPS, laju inflasi “tahun ke tahun” – yaitu persentase perubahan
IHK bulan November 2012 terhadap IHK bulan November 2011 di Provinsi NTB
(gabungan Kota Mataram dan Kota Bima) adalah 5,15%, dengan kontributor utama
pendorong inflasi adalah kelompok kacang-kacangan yang mengalami peningkatan
indeks harga 19%, daging dan hasil-hasilnya 17,25%, sementara kelompok padi-
padian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami penurunan indeks harga -2,82% dan
bumbu-bumbuan -8,57%. Akan tetapi berdasarkan laju inflasi tahun kalender bulan
November 2012 yaitu persentase perubahan IHK bulan November 2012 terhadap IHK
bulan Desember 2011 maka laju inflasi gabungan adalah 3,49% dan kelompok
kacang-kacangan mengalami kenaikan indeks harga 18,05%, daging dan hasilnya
12,65%, sementara kelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya mengalami
indeks harga -4,31, sayur-sayuran -19,36%, dan bumbu-bumbuan -21,45 (BPS NTB,
2012)1.
Berdasarkan perubahan IHK bulan November 2012 terhadap IHK bulan sebelumnya,
gabungan Kota Mataram dan Bima Provinsi Nusa Tengga Barat mengalami deflasi
sebesar 0,03 persen. Deflasi tersebut terjadi karena adanya penurunan indeks pada
Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan sebesar 0,01 persen;
Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar sebesar 0,01 persen;
Kelompok Sandang sebesar 0,18 persen dan Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,19
persen. Pada periode ini kelompok yang mengalami kenaikan indeks harga konsumen
adalah pada Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,22
persen; Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah raga sebesar 0,07 persen dan
Kelompok Kesehatan sebesar 0,03 persen.
Kelompok komoditas yang memberikan andil/sumbangan terhadap deflasi pada
bulan November 2012 adalah yaitu Kelompok Sandang sebesar 0,01 persen;
Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan sebesar 0,01 persen dan
Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,06 persen. Sedangkan kelompok yang
memberikan sumbangan inflasi adalah Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok &
Tembakau sebesar 0,05 persen; Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan
bakar sebesar 0,00 persen; Kelompok Kesehatan sebesar 0,00 persen dan Kelompok
Pendidikan, Rekreasi & Olah raga sebesar 0,00 persen.
Sehubungan dengan laju inflasi pada bulan November 2012, yaitu perubahan IHK
bulan November 2012 terhadap IHK bulan sebelumnya, dikaitkan dengan
komoditas/produk KPJU Unggulan Lintas Sektor adalah sebagai berikut. Pada
Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi tertinggi adalah pada kelompok buah-buahan
sebesar 2,65 persen dimana salah satu komoditasnya merupakan komoditas KPJU
Unggulan usaha budidaya pisang dan kelapa muda yang merupakan komoditas
1 Berita Resmi Statistik No. 75/12/52/Th. VI, 3 Desember 2012. Inflasi Gabungan Kota
Mataram dan Kota Bima Bulan November 2012
Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor
V-17
KPJU Unggulan usaha perkebunan kelapa. Kemudian laju inflasi tertinggi berikutnya
adalah produk usaha pada KPJU usaha sapi potong yang produknya berupa daging
sapi yang mengalami kenaikan inflasi sebesar 2,40 persen. Menempati urutan ke-
tiga tertinggi laju inflasi untuk kelompok bahan makanan adalah sayur-sayuran
yaitu sebesar 1,89 persen yang mana didalamnya adalah komoditas dari KPJU usaha
budidaya kacang panjang dan usaha budidaya jagung manis. Untuk sub kelompok
padi-padian, mengalami inflasi sebesar 0,15 persen dan pada sub kelompok ini
termasuk di dalamnya komoditas dari KPJU yaitu usaha budidaya padi sawah dan
jagung. Selain kelompok Bahan Makanan yang memberikan andil terhadap inflasi
adalah kelompok makanan jadi, yang dalam hal ini merupakan salah satu dari
produk KPJU usaha restoran/rumah makan yang mengalami inflasi sebesar 0,32
persen. Demikian juga pada sub-kelompok Sarana dan Penunjang transportasi
mengalami inflasi sebesar 0,51 persen yang didalamnya termasuk produk jasa dari
KPJU Unggulan usaha jasa bengkel motor.
Pada periode November 2012, kelompok komoditas bahan makanan yang mengalami
deflasi 2012 adalah Ikan segar sebesar 3,52 persen, dan pada sub kelompok ini
termasuk di dalamnya komoditas dari KPJU penangkapan Ikan di Laut (cakalang,
tongkol dan tuna) dan KPJU Budidaya Ikan di Tambak (Bandeng dan, Udang Windu).
Sub-kelompok bahan makanan yang juga mengalami deflasi adalah kacang-kacangan
sebesar 0,16 persen yang didalamnya adalah komoditas dari KPJU usaha budidaya
kacang kedele, kacang tanah dan usaha perkebunan jambu mete/kacang mete.
Sub kelompok bahan makanan yang juga mengalami deflasi adalah lemak dan
minyak sebesar 0,03 persen dimana salah satu komoditasnya adalah dari KPJU
usaha perkebunan kelapa.
Kesimpulan dan Rekomendasi
VII-1
BAB VII. KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
7.1 Kesimpulan
Penetapan KPJU Unggulan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat
dilandasi tujuan untuk (i) penciptaan lapangan kerja, (ii) pertumbuhan ekonomi, dan
(iii) peningkatan daya saing produk, masing-masing dengan tingkat kepentingan
0,3100; 0,3276 dan 0,3624. Berdasarkan tujuan tersebut ditetapkan 11 kriteria yang
digunakan untuk menetapkan KPJU Unggulan yang masing-masing dengan tingkat
bobot kepentingan yang berbeda, dengan urutan sebagai berikut yaitu Ketersediaan
Pasar (0,1254), manajemen usaha (0.1148) Harga (0.1142), Sumbangan
perekonomian (0.1116), Modal (0.0900) Penyerapan tenaga kerja ( 0.0897), teknologi
(0.0805), Tenaga kerja terampil (0.0753), Saprodi (0.0746), bahan Baku (0.0648),
Sosial Budaya (0.05292). Kriteria yang digunakan untuk menyaring KPJU tingkat
Kecamatan untuk menjadi kandidat KPJU pada tingkat Kabupaten adalah (1)
ketersediaan input/sarana produksi atau usaha (0,2683), (2) jangkauan pasar
(0,2422), (3) jumlah unit usaha/ produksi/ luas areal (0,2254), (4) kontribusi
terhadap perekonomian kecamatan (0,2685).
Berdasarkan kriteria dan tingkat kepentingannya, terpilih KPJU Unggulan
Kabupaten/Kota yang mempunyai skor terbobot tertinggi yaitu:
(1) Kabupaten Lombok Barat : padi sawah pada sub sektor tanaman pangan
(padi/palawija), kangkung pada sub sektor sayur-sayuran, manggis pada sub
sektor buah-buahan, kelapa pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub
sektor peternakan, Budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, mahoni
pada sub sektor kehutanan, marmer pada sektor Penggalian, kerajinan
furnitur pada sektor industri, rumah makan pada sektor perdagangan, wisata
pantai pada sektor pariwisata, jasa salon pada sektor jasa, dan jasa angkutan
travel pada sektor transportasi.
(2) Kabupaten Lombok Tengah : padi sawah pada sub sektor tanaman pangan
(padi/palawija), cabe pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor
buah-buahan, kelapa pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub sektor
peternakan, Budidaya Ikan kolam pada sub sektor perikanan, sengon alam
pada sub sektor kehutanan, batu kapur/ gamping pada sektor Penggalian,
kerajinan kethak pada sektor industri, perdagangan hasil kerajinan pada
sektor perdagangan, wisata pantai/bahari pada sektor pariwisata, jasa bengkel
motor pada sektor jasa, dan usaha travel pada sektor angkutan.
(3) Kabupaten Lombok Timur : jagung pada sub sektor tanaman pangan
(padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
VII-2
sektor buah-buahan, tembakau Virginia pada sub sektor perkebunan, sapi
pada sub sektor peternakan, Budidaya rumput laut pada sub sektor
perikanan, sarang burung walet pada sub sektor kehutanan, pasir batu (sirtu)
pada sektor Penggalian, industri gerabah pada sektor industri, pedagang hasil
perkebunan pada sektor perdagangan, wisata pantai/bahari pada sektor
pariwisata, jasa bengekel motor pada sektor jasa, dan angkutan pick Up pada
sektor angkutan.
(4) Kabupaten Sumbawa : padi sawah pada sub sektor tanaman pangan
(padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub
sektor buah-buahan, jambu mete pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub
sektor peternakan, Budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, lebah
madu pada sub sektor kehutanan, krikil/koral pada sektor Penggalian,
industri olahan rumput laut pada sektor industri, pedagang hasil pertanian
pada sektor perdagangan, wisata pantai pada sektor pariwisata, jasa
Penggilingan Padi sektor jasa, dan angkutan pedesaan di sektor angkutan.
(5) Kabupaten Dompu : jagung pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija),
bawang merah pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor buah-
buahan, jambu mete pada sub perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan,
Budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, pohon jati pada sub sektor
kehutanan, batu bangunan pada sektor Penggalian, industri tenun pada sektor
industri, pedagang hasil pertanian pada sektor perdagangan, wisata pantai
pada sektor pariwisata, koperasi serba usaha pada sektor jasa, dan angkutan
desa pada sektor angkutan.
(6) Kabupaten Bima : padi sawah pada sub sektor tanaman pangan
(padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, sawo pada sub
sektor buah-buahan, jambu mete pada sub sektor perkebunan, peternakan
sapi pada sub sektor peternakan, budidaya bandeng pada sub sektor
perikanan, rotan pada sub sektor kehutanan, pasir batu (sirtu) pada sektor
Penggalian, industri garam rakyat pada sektor industri, pedagang hasil
peternakan pada sektor perdagangan, wisata religi pada sektor pariwisata, jasa
penjahit pada sektor jasa, dan angkutan kota dalam provinsi (AKDP) pada
sektor angkutan.
(7) Kabupaten Sumbawa Barat : padi sawah pada sektor tanaman pangan
(padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub
sektor buah-buahan, kelapa pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub
sektor peternakan, budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, rotan
pada sub sektor kehutanan, pasir kerikil pada sektor Penggalian, industri
meubel pada sektor industri, pedagang hasil pertanian pada sektor
perdagangan, wisata budaya pada sektor pariwisata, jasa kost-kostan pada
sektor jasa, dan travel pada sektor transportasi.
(8) Kabupaten Lombok Utara : jagung pada sub sektor tanaman pangan
(padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, pisang pada sub
sektor buah-buahan, kelapa pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub
sektor peternakan, penangkapan ikan dilaut pada sub sektor perikanan, lebah
madu pada sub sektor kehutanan, batu pada sektor Penggalian, industri
kerajinan bambu pada sektor industri, rumah makan pada sektor
Kesimpulan dan Rekomendasi
VII-3
perdagangan, wisata pantai/bahari pada sektor pariwisata, jasa laundry pada
sektor jasa, dan jasa angkutan laut pada sektor angkutan.
(9) Kota Mataram : padi sawah pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija),
kangkung pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor buah-
buahan, ayam buras pada sub sektor peternakan, budidaya Ikan kolam pada
sub sektor perikanan, kerajinan perhiasan mutiara, emas dan perak pada
sektor industri, perdagangan perhiasan pada sektor perdagangan, wisata
belanja pada sektor pariwisata, jasa bengkel motor pada sektor jasa, dan
angkutan taxi pada sektor angkutan.
(10) Kota Bima : padi sawah pada sub sektor tanaman pangan
(padi/palawija), cabe pada sub sektor sayuran, sawo pada sub sektor buah-
buahan, jambu mete pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub sektor
peternakan, penangkapan ikan di laut pada sub sektor perikanan, tenun pada
sektor industry, took kelontong pada sektor perdagangan, bengkel motor pada
sektor jasa, AKDP pada sektor angkutan, pasis pada sektor penggalian, lebah
madu pada sub sektor kehutanan, dan wisata pantai pada sektor pariwisata.
(11) KPJU Unggulan persektor/sub sektor Provinsi Nusa Tenggara Barat yang
mempunyai skor terbobot tertinggi yaitu; padi sawah pada sektor padi
palawija, cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor
buah-buahan, jambu mete pada sektor kehutanan, sapi pada sektor
peternakan, budidaya rumput laut pada sektor perikanan, lebah madu pada
sektor kehutanan, batu banggunan pada sektor Penggalian, industri tenun
pada sektor perindustrian, rumah makan pada sektor perdagangan, wisata
pantai/ bahari pada sektor pariwisata, bengkel motor pada sektor jasa dan
angkutan kota dalam provinsi (AKDP) pada sektor angkutan.
Agregasi dan pengolahan lebih lanjut terhadap KPJU tingkat Kabupaten/Kota dapat
disimpulkan pada tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat diperoleh 10 KPJU unggulan:
usaha budidaya padi sawah, usaha budidaya jagung, wisata pantai/bahari, usaha
budidaya rumput laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha kerajinan tenun, usaha
penangkapan ikan dilaut, usaha budidaya jambu mete, usaha budidaya buah
mangga, dan usaha budidaya cabe rawit.
7.2 Rekomendasi
7.2.1 Umum
Secara umum rekomendasi untuk pengembangan UMKM-KPJU Unggulan di Provinsi
Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut:
1. Hasil 10 KPJU Unggulan lintas sektor di Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah
mengakomodir komoditas unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu PIJAR (Sapi,
Jagung, dan Rumput Laut). Selanjutnya dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025), koridor Bali-Nusa Tenggara,
tema pembangunanya adalah pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan
nasional. Koridor ini terdiri atas 4 Pusat Ekonomi yaitu; Denpasar, Lombok, Kupang
dan Mataram dengan 3 kegiatan ekonomi utama: pariwisata, perikanan dan
peternakan. Dengan demikian, ke 10 KPJU Unggulan lintas sektor di Provinsi Nusa
Tenggara Barat juga telah sesuai dengan tema pembangunan MP3EI. Dalam
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
VII-4
mengembangkan 10 KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/kota bekerjasama dengan Pemerintah Pusat untuk
mendapatkan dukungan investasi, teknis dan lainnya dalam mengembangkan KPJU
unggulan tersebut.
2. KPJU Unggulan seyogyanya dituangkan atau dikukuhkan kedalam bentuk ketentuan
hukum (SK Gubernur/Bupati/Walikota), atau dituangkan di dalam RPJM
Provinsi/Kabupetan/Kota atau Renstra SKPD Terkait, sehingga bersifat mengikat dan
menjadi acuan bagi semua pihak/pemangku kepentingan untuk mengembangkan
KPJU Unggulan yang telah diidentifikasi. Agar supaya program dan pengembangan
tersebut lebih mengikat dan berkesinambungan.
3. Pengembangan KPJU Unggulan perlu dilakukan melalui pendekatan Klaster yang
terintegrasi menurut rantai nilai dari hulu ke hilir, dengan didukung oleh infrastruktur
dan sarana transportasi dan infrastruktur ekonomi dan kelembagaan, serta sistem
informasi pasar bagi KPJU Unggulan. Sebagai illustrasi, pengembangan peternakan
sapi, diikuti juga dengan pengembangan industri pakan, fasilitasi perdagangan antar
pulau, dan juga indutri pengolahannya.
4. Perlu dikembangkan informasi tentang Profil Investasi serta Penyusunan Lending
Model (model pembiayaan) bagi UMKM untuk pengembangan KPJU Unggulan.
Inisiatif penyusunan Lending Model tersebut dapat berasal dari Kemeterian Teknis
terkait, perbankan, asosiasi dan lainnya.
5. Salah satu aspek strategis dalam pengembangan KPJU Unggulan untuk UMKM adalah
peningkatan akses dan pengembangan atau jangkauan pasar. Kebijakan dan program
yang telah dilaksanakan dalam rangka memfasilitasi akses dan pengembangan pasar
produk UMKM perlu lebih ditingkatkan, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan
faktor penentu dan pendorong (determinant/driver factor) akses dan pengembangan
pasar, antara lain pemenuhan terhadap persyaratan mutu, kemasan, dan waktu
delivery, harga, serta ketersediaan modal kerja untuk memenuhi volume pemesanan.
Sehubungan dengan itu maka:
a. Program pelatihan yang disertai dengan pendampingan yang selama ini sudah
dilaksanakan oleh Dinas dan Instansi Terkait perlu lebih diintensifkan. Program
tersebut meliputi;
i. Aspek kewirausahaan, sehingga SDM/pelaku usaha lebih mandiri dan
kreatif dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya.
ii. Aspek teknik dan teknologi produksi, sehingga produksi lebih efisien serta
mutu dan kemasan produk lebih meningkat
iii. Aspek manajemen usaha, khususnya pemasaran dan keuangan, sehingga
dapat mendukung peningkatan akses pengusaha terhadap pasar dan
sumber pembiayaan usaha (perbankan).
b. Pengembangan jejaring usaha antar UMKM, serta pengembangan dan penguatan
kelembagaan pelaku usaha UMKM pada KPJU Unggulan untuk meningkatkan
efisiensi biaya transaksi usaha dan pemasaran bersama.
c. Peningkatan sarana dan prasrana pemasaran bagi UMKM KPJU Unggulan serta
pengembangan sistem informasi untuk peluang pasar bagi KPJU Unggulan.
d. Pengembangan program kemitraan atau penguatan lebih lanjut program
kemitraan yang selama ini sudah terbentuk antara UMKM KPJU Unggulan dengan
Usaha Menengah/Besar terkait.
Kesimpulan dan Rekomendasi
VII-5
6. Untuk lebih meningkatkan efektifitas dan kesinambungan program pendampingan
bagi UMKM KPJU Unggulan, maka:
a. Kelembagaan pendamping seperti Business Development Service (BDS) atau
Inkubator Bisnis UMKM yang sudah ada perlu lebih meningkatkan peran dan
fungsinya dengan dukungan Perguruan Tinggi dan Instansi terkait.
b. Kerja sama antara Pemerintah Daerah dengan Perguruan Tinggi di daerah dengan
yang sudah berlangsung selama ini perlu lebih ditingkatkan dan dikembangkan.
Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya dharma Pengabdian Masyarakat, serta
program kurikuler seperti PKL, KKN atau kegiatan ko-kurikuler lain perlu lebih
dikembangkan untuk program pendampingan bagi UMKM KPJU Unggulan.
7. Untuk menumbuh-kembangkan wirausaha baru, program yang telah dirintis oleh
Kemeterian Koperasi dan UKM perlu lebih dikembangkan untuk usaha KPJU
ungggulan. Sehubungan dengan ini, sasaran calon pelaku usaha adalah Sarjana yang
baru lulus dari Perguruan Tinggi Daerah melalui tahapan rekruitmen/seleksi yang
lebih ditekankan pada aspek kepribadian dan motivasi calon, pendidikan/pelatihan
tambahan (terutama pada aspek wirausaha dan keterampilan teknis serta usaha),
serta penyediaan fasilitas kredit permodalan/pembiayaan dengan skim dana bergulir.
8. UMKM pada bisnis KPJU Unggulan memerlukan peningkatan akses kepada sumber
pembiayaan, dan untuk itu diperlukan program dan upaya antara lain:
a. Pengembangan atau penguatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau Lembaga
Pembiayaan Alternatif (LPA) yang sudah ada, khususnya dari aspek kelembagaan
dan permodalan.
b. Penyertaan Pemerintah Daerah yang lebih intensif dalam bentuk penyertaan dana
jaminan pembiayaan UMKM pada Bank Pembangunan Daerah.
c. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada BUMN dan BUM-Daerah
perlu lebih diintensifkan dan diintegrasikan sehingga lebih efektif bagi
pengembangan UMKM KPJU Unggulan,
d. Program sertifikasi tanah perlu dilanjutkan, khususnya bagi pelaku usaha UMKM
pada KPJU Unggulan yang belum memperoleh.
9. Secara spesifik lembaga Perbankan perlu lebih intensif untuk meningkatkan akses
pembiayaan untuk KPJU Unggulan bagi UMKM, antara lain melalui:
a. Peningkatan dan perluasan jaringan pelayanan disertai peningkatan kemampuan
SDM dalam hal memahami karakter UMKM khususnya pada bisnis KPJU
Unggulan
b. Penambahan dan perluasan jangkauan pelayanan Konsultan Keuangan Mitra
Bank (KKMB), melalui revitalisasi peran dan peningkatan pelatihan bagi KKMB
c. Pengembangan inovasi dan skim pembiayaan/ penyaluran kredit yang berbeda
untuk masing-masing KPJU Unggulan. Hal ini didasarkan atas perbedaan
karakteristik usaha antar KPJU Unggulan dan antara skala mikro, kecil dan
menengah. Seyogyanya dipertimbangkan untuk memberikan flesibilitas jangka
waktu pengembalian pinjaman yang disesuaikan dengan karakteristik usaha
KPJU Unggulan khususnya pada KPJU Sektor Pertanian tanaman pangan,
perkebunan dan peternakan, karena adanya perbedaan waktu siklus produksi/
siklus usaha
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
VII-6
7.2.2 Khusus
Secara khusus rekomendasi kebijakan untuk pengembangan KPJU Unggulan di
Provinsi Nusa Tenggara Timur tersajikan dalam Tabel VII-1.
Tabel VII-1. Rekomendasi Untuk Masing-masing KPJU Unggulan Lintas Sektor di Provinsi Nusa Tenggara Barat
No.
KPJU Unggulan Lintas Sektor
Faktor Kelemahan/Ancaman
Kebijakan/Action Plan
(Time Frame/TF)
Pelaksana
1.
Padi Sawah
Produktivitas cenderung stagnan, bahkan pada musim tertentu menurun sebagai akibat kualitas benih yang
rendah
Akumulasi bahan anorganik dalam tanah sangat tinggi
Dalam jangka panjang, beras bukanlah komoditas yang bisa diandalkan untuk meningkatkan kemakmuran petani
yang sebagian besar memiliki lahan sempit
Menurunnya luas lahan sawah
Pengawasan terhadap peredaran benih berlabel perlu ditingkatkan
Usahatani terpadu yang dapat memanfaatkan limbah tanaman dan ternak
menjadi pupuk (TF1)
Mendukung kegiatan penelitian untuk menemukan komoditas pertanian bernilai
tinggi yang yang memiliki prospek pasar dan sesuai dengan Agroklimat
Kebijakan pembatasan
konversi lahan pertanian (TF2)
Dinas Pertanian Tanaman Pangan, dan Dinas Perdagangan
Dinas Pertanian Tanaman Panagan, Dinas perindustrian
Bappeda, Dinas Pertanian Tanaman Panagan, BPTP,
Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum
2.
Jagung
Oligopsony di pasar
output yang menyebabkan harga jual produk rendah
Terbatasnya industri pengolahan sehingga
diperlukan bantuan untuk pengolahan hasil (Post Harvest Technology)
Memfasilitasi
tumbuhnya pedagang hasil pertanian
Pembangunan industri
pengolahan jagung baik sebagai bahan pangan maupun untuk pakan ternak sehingga dapat meningkatkan prospek pasar (TF1)
Dinas Pertanian
Tanaman Pangan, Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi dan UMKM, Perbankan
Dinas Perindustrian,
BPTP
Kesimpulan dan Rekomendasi
VII-7
No.
KPJU Unggulan Lintas Sektor
Faktor Kelemahan/Ancaman
Kebijakan/Action Plan
(Time Frame/TF)
Pelaksana
Dukungan dan
pembangunan infrastruktur termasuk teknologi tepat guna perlu diperbanyak untuk meningkatkan
nilai tambah dan efisiensi produk (TF2).
Dinas
Perindustrian, BPTP
3.
Wisata Pantai/Bahari
Minimnya perhatian
terhadap risiko
lingkungan (sosial, keamanan, dan kebersihan)
Lambannya pembangunan
infrastruktur
Penyuluhan
terhadap
keamanan dan kebersihan pantai (TF1)
Pembangunan infrastruktur
menuju kawasan wisata dan fasilitas di kawasan wisata pantai (TF2)
Dinas
Pariwisata dan
Dinas Kebersihan.
Dinas Pariwisata;
Pertambangan dan energi; Pekerjaan Umum
Budidaya
Rumput Laut
Kurangnya perhatian
terhadap risiko
lingkungan.
Pembangunan
infrastruktur yang
mendukung
pengembangan industri.
Terbatasnya akses modal
untuk pengembangan
usaha karena ketiadaan
agunan
Pengembangan
minapolitan rumput laut
belum maksimal
Penyuluhan
terhadap
kebersihan pantai
untuk keberhasilan
budidaya rumput
laut(TF1)
Pembangunan
infrastruktur dan
industri pengolahan
budidaya rumput
laut (TF2)
Plafond KUR untuk
petani tanpa
agunan
ditingkatkan (saat
ini maks Rp. 5
jt/usaha)
Perluasan areal
mina politan suatu
kabupaten untuk
rumput laut (TF2)
Dinas Perikanan
dan Dinas
Kebersihan.
Dinas Perikanan,
dinas
perindustrian
Perbankan, Dinas
Koperasi & UMKM,
Dinas Perikanan
dan Bappeda
4.
Sapi
Penyediaan bibit
sapi unggul (limousine, simental).
Penyediaan bibit
sapi yang dapat memberikan tambahan bobot badan tinggi per satuan waktu
Bappeda, Dinas
Peternakan
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat
VII-8
No.
KPJU Unggulan Lintas Sektor
Faktor Kelemahan/Ancaman
Kebijakan/Action Plan
(Time Frame/TF)
Pelaksana
Industri Pengolahan
hasil sapi
(TF1)
Menghasilkan pakan buatan untuk memenuhi kebutuhan jika dilakukan pergantian sapi bibit
Penumbuhan industri peternakan terpadu sehingga industri tidak hanya menghasilkan
daging tapi juga tumbuhnya
industri pengolahan daging dan pengolahan kulit (TF2).
Dinas Peternakan dan Dinas Perindustrian
5.
Tenun
Penggunaan yang
semakin menurun.
Masuknya kain
tenun dari luar NTB.
Bahan baku yang berasal dari impor
Peningkatan
pemakaian kain tenun NTB seperti untuk seragam (TF1).
Memberikan
pelatihan untuk motif dan corak yang sedang diminati pasar (TF1)
Membantu
menyediakan bahan baku (TF2)
Dinas
Perindustrian, Dinas Pendidikan dan Pemerintah Kota/Kabupaten dan Provinsi.
Dinas
Perindustrian.
Dinas Perindustrian dan Dinas Perdagangan
Dinas Perindustrian dan Dinas Perdagangan
6. Penangkapan Ikan di Laut (Tongkol, Tuna, Cakalang)
Lemahnya sumber daya manusia di perikanan tangkap.
Pelatihan untuk kader nelayan di perikanan tangkap (TF1).
Dinas Perikanan.
7.
Jambu Mete
Harga jual kurang
menarik.
Jumlah pengolah/pedagang
yang masih kurang.
Program informasi
pasar dan
peningkatan kualitas (TF1).
Peningkatan
pengolah (TF2)
Dinas
Perkebunan
dan Dinas Perdagangan
Dinas
Perkebunan dan Dinas Koperasi dan UKM
8.
Mangga Terbatasnya pasar.
Peningkatan
pasar melalui (TF1)
Dinas
Perkebunan dan Dinas
Kesimpulan dan Rekomendasi
VII-9
No.
KPJU Unggulan Lintas Sektor
Faktor Kelemahan/Ancaman
Kebijakan/Action Plan
(Time Frame/TF)
Pelaksana
Image produk NTB
yang dirubah.
Promosi produk mangga NTB ke Bali dan Jawa (TF2)
Perdagangan.
Dinas Perkebunan dan Dinas Perdagangan.
9.
Cabe Rawit
Kurangnya Pengolahan cabe rawit
Pengolahan cabe rawit sehingga dapat dipasarkan lebih luas.
Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian.