KATA PENGANTAR - disbun.sulselprov.go.iddisbun.sulselprov.go.id/files_download/LAKIP APBD...
Transcript of KATA PENGANTAR - disbun.sulselprov.go.iddisbun.sulselprov.go.id/files_download/LAKIP APBD...
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan melimpahkan
rahmat dan karunia Nya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) Tahun 2013 Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dapat diselesaikan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan
perwujudan pertanggungjawaban Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
Anggaran 2013.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Perkebunan Provinsi
Sulawesi Selatan ini berisi tentang Perencanaan Strategi yang meliputi Visi dan Misi
serta tujuan dan sasaran Pembangunan kedepan. Disamping itu juga menguraikan
Akuntabilitas Kinerja meliputi kebijakan, program dan kegiatan yang dilaksanakan
pada tahun 2013.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Perkebunan Provinsi
Sulawesi Selatan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan bahan
pertimbangan dalam pelaksanaan pembangunan Perkebunan yang akan datang.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan LAKIP ini di
ucapkan Terima Kasih.
Makassar, Maret 2014
Kepala Dinas
DR.Ir.BURHANUDDIN MUSTAFA, MS.
Pangkat : Pembina Utama Madya
NIP : 19540508 198203 1 008
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 disusun untuk
memenuhi kewajiban Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan sesuai Inpres No 7 Tahun
1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan mengacu kepada
Pedoman Penyusunan LAKIP yang diterbitkan oleh LAN-RI Tahun 2003. Penyusunan Lakip Tahun
2013 Dinas Perkebunan ini merujuk pada Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perkebunan
Provinsi Sulawesi SelatanTahun 2008-2013.
Tujuan Pembangunan Perkebunan dirumuskan sebagai berikut :
a. Meningkatkan produksi/produktivitas dan kualitas komoditas perkebunan dengan
berbasis kakao yang memiliki keunggulan kompetitif untuk meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat perkebunan.
b. Meningkatkan usaha agribisnis perkebunan untuk menunjang ketersediaan input
produksi dalam rangka mendukung peningkatan pengolahan hasil produk perkebunan.
c. Meningkatkan kerjasama usaha untuk mendorong pengembangan kemitraan dalam
rangka memperkuat akses kelembagaan masyarakat perkebunan dan memperluas
jaringan pasar.
Sedangkan sasaran pembangunan perkebunan yang ingin dicapai kedepan (2013) dirumuskan
sebagai berikut :
a. Meningkatnya produksi dan kualitas kakao 300.000 Ton pada tahun 2013.
b. Meningkatnya produksi komoditas unggulan perkebunan 258 960 Ton.
c. Meningkatnya luas areal tanaman perkebunan 740.000 Ha.
d. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja 1.049.800 KK.
e. Meningkatnya perolehan devisa melalui peningkatan volume ekspor perkebunan 300.000
Ton dengan nilai eksport sebesar US $ 650.500.000/Tahun.
f. Meningkatnya pendapatan petani perkebunan yang berbasis kakao Rp.50 juta/Ha/Tahun.
Adapun sasaran yang ditetapkan dan merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) pada
Perjanjian Kinerja (PK) antara Kepala Dinas Perkebunan dengan Gubernur Sulawesi Selatan
tahun 2013, adalah sebagai berikut :
1. Produksi dan Produktivitas Kakao mencapai 300.000 Ton
dengan indikator sasaran :
Persentase peningkatan produksi sebesar 26,80%
2. Produksi Komoditas Unggulan Perkebunan mencapai 258.905 Ton
dengan indikator sasaran :
Persentase peningkatan produksi komoditas unggulan 3,74%
3. Luas areal tanaman perkebunan mencapai 740.000 Ha
dengan indikator sasaran :
Persentase peningkatan luas Areal komoditas perkebunan sebesar 1,36%
4. Penyerapan tenaga kerja mencapai 1.049.8000 KK
dengan indikator sasaran :
Persentase peningkatan penyerapan tenaga kerja perkebunan sebesar 1,09%
5. Pendapatan Petani berbasis kakao sebesar RP. 50.000.000/Ha
dengan indikator sasaran :
Persentase peningkatan pendapatan petani berbasis kakao sebesar 33,99%
6. Volume ekspor mencapai 300.000 Ton
dengan indikator sasaran :
Persentase peningkatan Volume Ekspor sebesar 5,02%
7. Nilai ekspor sebesar 650.500.000 US$.
dengan indikator sasaran :
Persentase peningkatan Nilai Ekspor sebesar 8,40%
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap indikator kinerja, outcome menunjukkan bahwa
secara umum Kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013 memperlihatkan
hasil yang baik.
Proses pencapaian sasaran tersebut, pada tahun 2013 dilaksanakan melalui 8 program dengan
21 kegiatan.
Dari 8 Program tersebut, 6 program merupakan Program Pokok yaitu : 1). Peningkatan
Ketahanan Pangan Perkebunan, 2). Pengembangan Agribisnis, 3). Peningkatan Produksi Usaha
Daerah, 4). Pemulihan Produksi dan kwalitas Kakao SulSel, 5). Pembinaan Kelembagaan Petani,
6). Peningkatan Kualitas Bahan Baku Tembakau, dan 2 program lainnya merupakan Program
Penunjang yaitu : Program Pelayanan administrasi Perkantoran dan Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur.
Dari 21 kegiatan tersebut, 15 kegiatan merupakan kegiatan pokok sedangkan 6 kegiatan lainnya
merupakan kegiatan penunjang.
Yang merupakan kegiatan pokok adalah : 1). Pembinaan Terhadap Pengembangan Tebu Rakyat,
2). Pengembangan Bibit dan Pembibitan Komoditi Unggulan Perkebunan, 3). Pembinaan
Peningkatan Mutu dan Pengembangan Pengolahan hasil Perkebunan, 4). Pembinaan dan
Penyediaan Sarana dan Prasarana Produksi Perkebunan, 5). Promosi Hasil Produksi Perkebunan
, 6). Pengembangan Statistik dan sistem Informasi Perkebunan, 7). Pengamatan, Peramalan
Hama, Penyakit dan Gulma Tanaman Perkebunan, 8). Pembinaan Pengendalian Organisme
Pengganggu Tanaman dan Gangguan Usaha Perkebunan, 9). Pengelolaan Kebun Bibit Dinas,
10). Pengawasan, Pengujian Mutu dan Sertifikasi Benih Perkebunan, 11). Pembinaan Petani
terhadap Kakao Lestari, 12).Pembinaan Usaha Perkebunan dan Pengembangan Kemitraan
Usaha, 13). Pendampingan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani, 14). Peningkatan
Pengetahuan dan Keterampilan Petani,Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani dan
Asosiasi Komoditi, 15). Peningkatan Kualitas Tembakau,
Sedangkan yang merupakan kegiatan Penunjang adalah : 1). Penyediaan Jasa administrasi
Keuangan, 2). Pelayanan Barang dan Jasa Administrasi Perkantoran, 3). Koordinasi
Penyelenggaraan Perencanaan Pembangunan Perkebunan, 4). Pembinaan dan Pengembangan
Kehumasan, 5). Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional, 6). Pembangunan/Rehabilitasi
Gedung Kantor.
Berdasarkan Analisis capaian kinerja terhadap program dan kegiatan maka diperoleh
capaian kinerja sebesar 96,33%, dengan perincian sebagai berikut :
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan, dengan 1 kegiatan mencapai 98,71%.
2. Program Pengembangan Agribisnis, dengan 7 kegiatan mencapai 92,95%
3. Program Peningkatan Produksi Usaha Daerah, dengan 2 kegiatan mencapai 99,07%.
4. Program Pemulihan Produksi dan Kualitas Kakao Sulawesi selatan, dengan 1 kegiatan
mencapai 100,00%.
5. Program Pembinaan Kelembagaan Petani, dengan 3 kegiatan mencapai 98,23%.
6. Program Peningkatan Kualitas Bahan Baku Tembakau, dengan 1 kegiatan mencapai
96,05%.
7. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran (Program Penunjang), dengan 4 kegiatan
mencapai 96,60%.
Sedangkan analisis terhadap sasaran diperoleh Capaian kinerja sebesar 62,789% dengan
perincian sebagai berikut :
1. Produksi dan kualitas Kakao sebesar 300.000 Ton.
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :
Persentase peningkatan produksi kakao sebesar 26,80%
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 48,72%
2. Produksi Komoditas Unggulan sebesar 258.905 Ton.
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :
Persentase peningkatan produksi komoditas unggulan sebesar 3,74%.
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 90,10%
3. Luas Areal Tanaman Perkebunan mencapai 740.000
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran yakni :
Persentase peningkatan luas areal sebesar 1,36%.
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 113,33%
4. Penyerapan Tenaga Kerja mencapai 1.049.800 KK
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :
Persentase peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 1,09%
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 90,82%
5. Pendapatan Petani Berbasis Kakao sebesar Rp 50.000.000/Ha
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :
Persentase penurunan Pendapatan Petani berbasis kakao sebesar 33,99%
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 21,34%
6. Volume Ekspor mencapai 300.000 Ton.
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :
Persentase peningkatan volume Ekspor komoditas perkebunan sebesar 5,02%
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 37,94%
7. Nilai Ekspor sebesar 650.500.000 US $
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran yakni :
Persentase peningkatan Nilai ekspor sebesar 8,40%.
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 37,22%.
Dengan demikian maka Pencapaian Sasaran Kinerja tahun 2013 mencapai 62,78%.
Faktor-faktor yang mendukung kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dalam
mencapai keberhasilan kegiatan sehingga tercapai indikator sesuai yang diharapkan antara lain:
1. Sumberdaya Manusia jajaran lingkup Dinas Perkebunan yang potensial.
2. Animo masyarakat/petani perkebunan cukup tinggi dalam menerima/ menyerap
teknologi yang dianjurkan.
3. Kesiapan dan Tanggung jawab petugas lapangan dalam melaksanakan tugasnya.
4. Ketersediaan dana yang cukup memadai.
5. Adanya dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak (instansi terkait) dalam setiap
kegiatannya.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan Sub Sektor Perkebunan di Sulawesi Selatan telah memperlihatkan
peranan yang cukup berarti, hal ini ditandai dengan meningkatnya kontribusi terhadap
Perekonomian Sulawesi Selatan, terutama peranannya terhadap ekspor. Keberhasilan
dan kemajuan Pembangunan yang dapat dicapai tersebut merupakan implementasi dari
Pola Pembangunan Perkebunan yang selama ini dilaksanakan dengan kegiatan Pokok
Intensifikasi, Diversifikasi, Rehabilitasi dan Ekstensifikasi yang didukung dengan adanya
kebijakan Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan.
Secara nasional sub Sektor Perkebunan memberikan kontribusi peningkatan
Devisa Negara dan PDRB terbesar di luar Minyak dan Gas Bumi serta penyerap tenaga
kerja yang cukup besar. Sehubungan dengan Strategi dan Kebijakan Pembangunan
Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, maka Sasaran Pembangunan Perkebunan adalah
memulihkan Produksi dan Kualitas Kakao 300.000 Ton, hingga tahun 2013, serta
terbentuknya kawasan Agribisnis Perkebunan yang utuh disebut dengan Pusat
Pengembangan Perkebunan di setiap lokasi Pengembangan dan Sentra-Sentra Produksi
dengan azas kebersamaan ekonomi masyarakat/kerakyatan. Dengan demikian Petani
Perkebunan sebagai anggota masyarakat melalui kelembagaan
petani/assosiasi/koperasi, mempunyai peluang untuk memanfaatkan potensi ekonomi
baik dalam kegiatan “On Farm” maupun pada kegiatan “Off Farm” seperti Pengolahan
Hasil, Pemasaran dan lain-lain.
1.2. Gambaran Umum Data Organisasi
Pemerintah Daerah bersama DPRD Provinsi Sulawesi Selatan menetapkan
peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan nomor 10 tahun 2009, tanggal 19 januari
2009, tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi
Sulawesi Selatan sbb :
Tugas dan Fungsi
Dinas Perkebunan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan dibidang
perkebunan berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Dinas Perkebunan mempunyai fungsi :
� Perumusan kebijakan teknis dibidang perkebunan meliputi pengembangan dan
pembinaan usaha perkebunan, sarana prasarana perkebunan, perlindungan
perkebunan, dan pasca panen dan sistem informasi perkebunan
� Penyelenggaraan pelayanan dalam bidang perkebunan yang meliputi
pengembangan dan pembinaan usaha perkebunan, sarana prasarana
perkebunan, perlindungan perkebunan dan pasca panen dan sistem informasi
perkebunan
� Pembinaan dan penyelenggaraan tugas dibidang perkebunan yang meliputi
pengembangan dan pembinaan usaha perkebunan, sarana prasarana
perkebunan, perlindungan perkebunan, dan pasca panen dan sistem informasi
perkebunan
� Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
1.3. Susunan Organisasi
Susunan Organisasi Dinas Perkebunan terdiri dari :
� Kepala Dinas
� Sekretariat
� Bidang
� Sub Bagian
� Seksi
� UPTD
� Jabatan Fungsional
� Sekretariat terdiri atas :
a. Sub Bagian Program
b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
c. Sub Bagian Keuangan
� Bidang Pengembangan dan Pembinaan Usaha Perkebunan terdiri atas :
a. Seksi Pembinaan Tanaman Tahunan
b. Seksi Pembinaan Tanaman Semusim
c. Seksi Kerjasama dan Kelembagaan Usaha
� Bidang Prasarana dan Sarana Perkebunan terdiri atas :
a. Seksi Perbenihan
b. Seksi Alat dan Mesin
c. Seksi Pupuk dan Pestisida
� Bidang Perlindungan terdiri atas :
a. Seksi Pengamatan dan Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman.
b. Seksi Pengendalian OPT dan Gangguan Usaha.
c. Seksi Konservasi Lahan dan Pemanfaatan Air.
� Bidang Pasca Panen dan Sistem Informasi terdiri atas :
a. Seksi Pengolahan Hasil
b. Seksi Pemasaran Hasil
c. Seksi Statistik dan Sistem Informasi
� Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelolaan Kebun terdiri atas :
a. Kasubag Tata Usaha
b. Seksi Teknis, Bahan Tanaman dan Produksi
c. Seksi Pengolahan, Pemasaran dan Pengembangan Usaha
� Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Proteksi Tanaman dan Pengawasan,
Pengujian Mutu Benih Perkebunan (BPTP2MB) terdiri atas :
a. Kasubag Tata Usaha
� Jabatan Fungsional.
a. Penyuluh Perkebunan
b. Pengawas OPT
c. Pengawas Benih Tanaman
d. Arsiparis
e. Pustakawan
1.4. Aspek Keuangan
Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan yang telah ditetapkan
melalui program-program strategis yang telah disusun maka setiap Tahun Anggaran
dialokasikan dana pembangunan untuk membiayai kegiatan Pembangunan Perkebunan
dan kegiatan operasional yang dialokasikan melalui dana APBD.
� Alokasi Anggaran Pembangunan Perkebunan Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp.
46.274.048.335 yang terdiri dari :
� Belanja Tidak Langsung Rp. 16.462.776.285
� Belanja Langsung Rp. 29.811.272.050
1.5. Lingkungan Strategis
Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan adalah faktor SDM Aparatur. Adapun
jumlah aparatur/PNSD yang dipekerjakan pada Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi
Selatan tahun 2013 adalah sebanyak 231 orang dengan uraian sebagai berikut :
Sebaran PNSD lingkup Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan menurut golongan dan jenis
kelamin :
No
Golongan/
Ruang
A B C D JUMLAH
TOTAL P W P W P W P W P W
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1.
2.
3.
4.
I
II
III
IV
1
7
8
9
-
4
4
7
1
27
31
5
-
9
38
4
1
9
11
1
-
9
9
-
1
2
7
1
-
7
18
-
4
45
57
16
-
29
69
11
4
74
126
27
Jumlah 2
5
1
5 64 51 23 18 11 24 125 110 231
Sebaran PNSD lingkup Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan menurut pendidikan
No
Tingkat
Pendidikan
Klasifikasi Pendidikan Jenis Kelamin
Ket.
K NK Jumlah P W Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
S3
S2
S1
S M
SLTA
SLTP
SD
2
9
74
2
27
-
-
-
11
58
5
42
3
2
2
20
132
7
69
3
2
2
11
59
2
44
3
2
-
9
70
4
25
-
-
2
20
129
6
69
3
2
K = Kejuruan
NK= Non
Kejuruan
P = Pria
W = Wanita
Jumlah 114 121 235 125 110 231
II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Dokumen Rencana Strategi memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategis (cara
mencapai tujuan dan sasaran)
2.1. V i s i
Visi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan adalah merupakan penjabaran
dari visi Provinsi Sulawesi Selatan dan visi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sbb :
Berdasarkan Garis-Garis Besar Haluan Pembangunan Daerah (GBHD) dan Program
Pembangunan Daerah (Propeda) Propinsi Sulawesi Selatan ditegaskan bahwa visi
Sulawesi Selatan sampai Tahun 2028 adalah sbb :
“ SULAWESI SELATAN MENJADI WILAYAH TERKEMUKA DI INDONESIA
MELALUI PENDEKATAN KEMANDIRIAN LOKAL YANG BERNAFASKAN KEAGAMAAN “
Bahwa dengan memperhatikan kewenangan otonomi Provinsi Sulawesi Selatan
sesuai UU Nomor 32 Tahun 2004 dan PP 25 Tahun 2000, serta memperhatikan analisis
perkembangan lingkungan strategis, maka dirumuskan visi Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan 2008 - 2013 sebagai berikut :
“ Sulawesi Selatan Sebagai Provinsi Sepuluh Terbaik Dalam Pelayanan Hak
Dasar Yang Didukung Kelembagaan Pemerintah Yang Terpercaya “
Sejalan dengan kedua rumusan visi tersebut di atas dan dengan memperhatikan
tugas pokok dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Perda
Nomor 9 tahun 2001 tanggal 31 Januari 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dirumuskan Visi sebagai berikut :
“TERWUJUDNYA SULAWESI SELATAN SEBAGAI WILAYAH PERKEBUNAN
TERKEMUKA BERBASIS KAKO“
Masyarakat perkebunan adalah seluruh petani yang terlibat dalam pengelolaan
usahatani perkebunan baik Perkebunan Rakyat maupun Perkebunan Besar dan Stake
Holder lainnya yang dibina melalui wadah kelompok tani, yang diharapkan dari
kelompok tani tersebut dapat bergabung bersama-sama kelompok tani lainnya dan
membangun kelembagaan ekonomi secara komprehensif sehingga terbentuk apa yang
disebut Koperasi Primer/Sekunder, melalui koperasi ini petani dibina menjadi petani
maju dan mandiri.
Maju dan mandiri adalah kemampuan pengetahuan dan keterampilan SDM petani
perkebunan sudah meningkat dan sudah dapat mentransformasikan dan menerapkan
teknologi dengan baik serta dengan biaya sendiri, tanpa bantuan dari pemerintah.
Dengan demikian maka petani yang sudah dibina melalui kelompok dan telah menjadi
anggota koperasi diharapkan telah mempunyai kemampuan untuk dapat bermitra
dengan perusahaan (industri) pada setiap kawasan sentra komoditas unggulan.
Selanjutnya petani dapat mengintegrasikan dirinya kedalam industri dan dapat
memperoleh saham dari perusahaan industri. Demikian pula sebaliknya perusahaan
industri menanamkan sahamnya kepada petani, sehingga keuntungan yang diperoleh
dapat dibagi secara patungan. Dengan demikian, maka integrasi antara on farm dan off
farm akan lebih mudah dilaksanakan.
2.2. M i s i
� Mengembangkan Perkebunan yang maju, produktif dan berkualitas melalui
penguatan komoditi unggulan berbasis kakao.
� Mengembangkan usaha agribisnis perkebunan yang utuh dari hulu sampai hilir
untuk mendukung industri berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
� Memberdayakan kelembagaan perkebunan untuk mendorong akses penguatan
usaha perkebunan melalui kerjasama dan kemitraan usaha.
� Mengembangkan teknologi untuk mendukung peningkatan produktivitas dan nilai
tambah dari produk perkebunan yang berbasis keunggulan kompetitif.
2.3. Tujuan
Sejalan dengan visi dan misi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, maka tujuan
Pembangunan Perkebunan ke depan dirumuskan sebagai berikut :
a. Meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas komoditi perkebunan yang
berbasis kakao dengan mengembangkan keunggulan kompetitif untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
b. Meningkatkan usaha agribisnis perkebunan untuk menunjang ketersediaan input
produksi dalam rangka mendukung peningkatan pengolahan hasil produk
perkebunan.
c. Meningkatkan kerjasama usaha untuk mendorong pengembangan kemitraan dalam
rangka memperkuat akses kelembagaan masyarakat perkebunan dan memperluas
jaringan pasar.
2.4. Sasaran
Mengacu pada Visi, Misi dan tujuan Dinas serta memperhatikan potensi, kondisi
lingkungan strategi, maka sasaran Pembangunan Perkebunan yang ingin dicapai hingga
tahun 2013 adalah sebagai berikut :
a. Meningkatnya produksi dan kualitas kakao 300.000 Ton pada tahun 2013.
b. Meningkatnya produksi komoditas unggulan perkebunan 258.905 Ton pada tahun
2013.
c. Meningkatnya luas areal tanaman perkebunan 740.000 Ha pada tahun 2013.
d. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja 1.049.800 KK pada tahun 2013.
e. Meningkatnya pendapatan petani yang berbasis kakao mencapai 50.000.000/Ha.
f. Meningkatnya volume eksport mencapai 300.000 Ton pada tahun 2013.
g. Meningkatnya nilai eksport 650.500.000 US $ pada tahun 2013.
Adapun sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2013 dan merupakan Indikator Kinerja Utama
(IKU) pada Perjanjian Kinerja (PK) antara Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan
dengan Gubernur Sulawesi Selatan (Lampiran 9) adalah sebagai berikut :
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
1. Volume Produksi Komoditas Unggulan
Perkebunan mencapai 300.000 Ton
2. Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan
258.905 Ton
3. Luas Areal Tanaman 740.000 Ha
4. Penyerapan Tenaga Kerja 1.049.800 KK
5. Pendapatan Petani berbasis Kakao
sebesar Rp. 50.000.000/Ha
6. Volume Ekspor Komoditi Perkebunan
mencapai 300.000 Ton
7. Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan
sebesar 650.500.000 US $
Persentase peningkatan produksi kakao
26,80%
Persentase peningkatan produkti Komoditas
Unggulan 3,74%
Persentase peningkatan luas areal
perkebunan 1,36%
Persentase peningkatan penyerapan tenaga
kerja 1,09%
Persentase peningkatan pendapatan petani
berbasis kakao 33,99%
Persentase peningkatan volume eksport
perkebunan 5,07 %
Persentase Peningkatan Volume ekspor
Perkebunan 8,40%
2.5. Strategi (Cara Untuk Mencapai Tujuan dan Sasaran)
Untuk mencapai Tujuan Sasaran yang telah ditetapkan, maka dilakukan penetapan
Strategi melalui penentuan Agenda dan Kebijakan, Program dan Kegiatan.
Agenda dan Kebijakan
Dalam mewujudkan visi dan misi perkebunan, ditetapkan agenda utama sebagai
berikut :
1. Agenda 2 : Peningkatan dan Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat
Kebijakan : Peningkatan Produksi Pertanian dan Pengembangan Agribisnis
Pedesaan
2. Agenda 3 : Perwujudan Keunggulan Lokal Untuk Memicu Laju Pertumbuhan
Perekonomian
a. Kebijakan : Pusat Pelayanan
3. Agenda 6 : Penguatan Kelembagaan Masyarakat
a. Kebijakan : Aktualisasi dan revitalisasi nilai-nilai budaya lokal
4. Agenda 7 : Penguatan kelembagaan Pemerintah
a. Kebijakan : - Peningkatan kinerja SKPD
- Peningkatan kemampuan pengelolaan keuangan dan asset daerah.
Program Dan Kegiatan
Program
A. Program yang terkait dengan Peningkatan & Pemerataan Kesejahteraan
Masyarakat :
� Program Peningkatan Ketahanan Pangan.
B. Program yang terkait dengan Perwujudan Keunggulan Lokal
� Program Pemulihan Produksi dan Kualitas Kakao Sul-Sel
� Program Pengembangan Agribisnis
C. Program yang terkait dengan Penguatan Kelembagaan Masyarakat
� Program Pengembangan Kelembagaan Petani
D. Program yang terkait dengan penguatan kelembagaan pemerintah
� Program Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Keuangan dan Asset daerah
� Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
� Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Kegiatan
A. Program yang terkait dengan Peningkatan & Pemerataan Kesejahteraan
Masyarakat
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
a. Pengembangan tanaman pangan pada areal perkebunan
B. Program yang terkait dengan Perwujudan Keunggulan Lokal
1. Program Pemulihan Produksi dan Kualitas Kakao Sul-Sel
a. Kegiatan rehabilitasi tanaman kakao.
b. Pembinaan Kakao lestari
C. Program Pengembangan agribisnis
a. Akselerasi Pengembangan kapas
b. Pengendalian organisme penggangu tanaman
c. Pengamatan, Peramalan Hama Penyakit dan Gulma Tanaman Perkebunan
d. Pengembangan Statistik dan Sistem Informasi Perkebunan
e. Promosi Atas Hasil Produksi Perkebunan Unggulan Daerah
f. Pengadaan bibit dan Pembibitan Komoditi Unggulan Perkebunan
g. Pembinaan Peningkatan Mutu dan Pengembangan Pengolahan Hasil
Perkebunan
h. Pembinaan dan Penyediaan Sarana dan prasarana perkebunan
i. Akselerasi komoditi unggulan
D. Program yang terkait dengan Penguatan Kelembagaan Masyarakat
1. Program Pengembangan Kelembagaan Petani
a. Penumbuhan kelompok tani dan gabungan kelompok tani
b. Pendampingan kelompok tani dan gabungan kelompok tani
c. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani, kelompok tani,
gabungan kelompok tani (Gapoktan) serta assosiasi petani & assosiasi
komoditi
d. Sekolah lapang
e. Pembinaan usaha perkebunan dan pengembangan kemitraan usaha
E. Program yang terkait dengan Penguatan Kelembagaan Pemerintah
1. Program Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Keuangan Dan Asset
Daerah
a. Pengelolaan Kebun Bibit Dinas
b. Pengawasan, pengujian dan sertifikasi benih
F. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
a. Penyediaan jasa administrasi keuangan
b. Pelayanan barang dan jasa administrasi
c. Koordinasi penyelenggaraan perencanaan pembangunan perkebunan
d. Pembinaan aparatur dan pengembangan kehumasan
III. AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan Tingkat Pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Indikator
kinerja kegiatan yang akan ditetapkan dikategorikan ke dalam kelompok :
� Input (Masukan)
� Output (Keluaran)
� OutComes (Hasil)
Khususnya untuk indikator kinerja Benefit (manfaat) dan Infacts (Dampak) belum
dapat diukur. Hal ini disebabkan pengukuran kedua indikator tersebut tidak dapat
dilaksanakan hanya pada satu kegiatan saja, akan tetapi erat kaitannya dengan kegiatan
lainnya. Selain itu juga untuk melihat hal tersebut di atas dibutuhkan waktu yang lama
(jangka panjang).
� Evaluasi dan Analisis Kinerja Tahun 2013
� Evaluasi Kinerja
Berdasarkan Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2013 maka dilakukan evaluasi
terhadap indikator sasaran outcome dalam rangka memberikan penjelasan lebih
lanjut terhadap hal-hal yang mendukung keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
kegiatan sbb:
A. Sasaran Produksi kakao mencapai 300.000 Ton.
Produksi komoditas Kakao yang dicapai pada periode Desember 2013 sebesar 146.163
ton. Dengan demikian maka sasaran untuk mencapai produksi kakao sebesar 300.000
ton, hanya mencapai 48,72%.
Kontribusi produksi tersebut per kabupaten dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 1. Produksi Kakao perkebupaten, tahun 2013
NO KABUPATEN PRODUKSI 2013
TON %
1. Luwu 26.899 18,40
2. Luwu Utara 14.289 9,77
3. Luwu Timur 16.220 11,09
4. Palopo 2.815 1,92
5. Tana Toraja 881 0,60
6. Toraja Utara 1.442 0,98
7. Bone 15.664 10,71
8. Soppeng 13.564 9,28
9. Wajo 10.140 6,94
10. Sinjai 1.647 1,13
11. Bulukumba 5.188 3,55
12. Selayar 150 0,10
13. Bantaeng 2.090 1,43
14. Jeneponto 10 0,007
15. Takalar 24 0,016
16. Gowa 1.665 1,14
17. Maros 671 0,45
18. Pangkep 49 0,03
19. Barru 948 0,64
20. Pinrang 14.108 9,65
21. Sidrap 11.017 7,53
22. Enrekang 6.829 4,67
J U M L A H 146.163 100,00
*angka sementara posisi November 2013
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa kontribusi produksi terbesar berasal dari kabupaten
Luwu yakni sebesar 26.899 ton (18,40%) dan yang terkecil berasal dari kabupaten Jeneponto
yakni hanya sebesar 10 ton (0,007%).
Untuk melihat perkembangan produksi kakao 5 (lima) tahun terakhir (2009 s/d 2013) di
Sulawesi Selatan sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel 2. Perkembangan Produksi Kakao 5 (lima) tahun terakhir (2009-2013)
*angka sementara posisi November 2013
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa secara umum produksi kakao selama 5 tahun
terakhir. Produksi kakao selawesi selatan pada periode 2009-2011 terjadi pertumbuhan rata-
rata sebesar 9,45% pertahun, dimana pada tahun 2009 produksi kakao sebesar 164.443 ton
menjadi 172.083 ton mengalami peningkatan sebesar 4,65%, pada tahun 2011 mengalami
peningkatan 14,30%, pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 10,22% dan pada tahun
2013 kembali mengalami penurunan sebesar 30.424 ton (17,22%) Hal ini disebabkan antara
lain :
a. Adanya anomali iklim/cuaca yang tidak mendukung peningkatan Produksi kakao
utamanya di kabupaten Luwu Utara, Bantaeng, Bone, Bulukumba, Luwu Timur,
Tana Toraja.
NO
KABUPATEN
PRODUKSI (TON)
2009 2010 2011 2012 2013
1. Luwu Utara 31.667 33.900 40.602 27.250 14.289
2. Luwu 27.846 29.830 31.980 27.980 26.899
3. Bone 20.803 23.803 25.567 20.199 15.664
4. Luwu Timur 19.709 19.939 25.175 25.175 16.220
5. Pinrang 15.321 13.829 15.881 15.653 14.108
6. Soppeng 11.014 12.200 12.702 13.564 13.564
7. Wajo 8.176 8.690 9.880 9.938 10.140
8. Sidrap 6.327 6.015 6.090 10.480 11.017
9. Bulukumba 4.520 4.628 6.026 6.102 5.188
10. Enrekang 3.917 4.100 6.751 6.751 6.829
11. Sinjai 3.396 3.596 3.756 1.635 1.647
12. Palopo 2.177 2.369 2.750 2.241 2.815
13. Tana Toraja 2.277 2.200 2.225 2.225 881
14. Bantaeng 2.888 2.157 2.349 2.786 2.090
15. Gowa 1.374 1.847 1.912 2.006 1.665
16. Toraja Utara 1.432 1.450 1.418 1.418 1.442
17. Maros 707 729 726 738 671
18. Barru 544 559 669 690 801
19. Selayar 164 166 158 151 150
20. Pangkep 102 29 34 43 49
21. Jeneponto 57 25 20 43 10
22. Takalar 22 22 24 24 24
J u m l a h 164.443 172.083 196.695 176.587 146.163
b. Serangan hama PBK pada tahun 2013 seluas 60.497,80 Ha (22,45%) dari luas areal
kakao dan penyakit VSD seluas 25.322,72 Ha (9,39%) dari luas areal kakao sulsel.
c. Adanya petani kakao yang belum tersentuh program gernas di kabupaten Luwu
Utara, Luwu Timur dan Pinrang yang beralih ke kelapa sawit dan pencetakan sawah
baru. Luas alih fungsi lahan kakao menjadi kelapa sawit sebesar 13.874 Ha dan
pencetakan sawah seluas 4.958 Ha.
d. Umur tanaman relatif sudah tua dan teknologi budidaya kakao belum diterapkan
oleh petani diantaranya penggunaan benih kakao asalan, diperparah lagi adanya
serangan hama PBK dan VSD.
Adapun usaha-usaha yang telah dilakukan dalam menunjang peningkatan produksi
kakao tersebut antara lain:
a. Tersedianya kebun contoh (demplot) metode pengendalian penyakit VSD kakao
pada kabupaten/kota wilayah pengembangan kakao sebanyak, 40 unit (40 Ha)
pada tahun 2009 dan 14 unit (14 Ha) pada tahun 2010.
b. Tersedianya kebun contoh (demplot) pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao
(PBK) pada Kabupaten/kota wilayah pengembangan Kakao sebanyak 40 unit (40
Ha) pada tahun 2009.
c. Pengadaan Bibit Kakao sambung Pucuk sebanyak 10.000 pohon, tahun pada tahun
2008, 300.000 pohon pada tahun 2009, 715.000 pohon pada tahun 2010, 652.000
pohon pada tahun 2011 dan 550.000 pohon pada tahun 2012, sedangkan pada
tahun 2013 pengadaan bibit kakao sambung pucuk sebesar 852.000 pohon.
d. Terjaminnya kualitas mutu benih kakao melalui pelaksanaan sertifikasi/pengujian
dan pengawasan mutu benih sejak tahun anggaran 2005 sampai sekarang.
e. Melalui program Gernas sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, dengan
dana APBN yang merupakan pendukung utama, telah berhasil merealisir seluas
kurang lebih 109.759 Ha. melalui kegiatan:
- Intensifikasi kakao seluas 37.260 Ha
- Rehabilitasi kakao seluas 57.349 Ha
- Peremajaan kakao seluas 15.150 Ha
f. Terbangunnya Kakao lestari pada tahun 2010 seluas 800Ha (Soppeng 400 Ha dan
Luwu 400 Ha)
Sedangkan outcome kegiatan APBD yang dilaksanakan pada Tahun 2013 untuk
menunjang sasaran meningkatnya produksi dan produktivitas kakao adalah sebagai
berikut :
1. Terwujudnya Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petani terhadap
Produksi dan Kualitas Kakao, melalui kegiatan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan kelompok tani, gapoktan dan asosiasi komoditi (pelatihan
budidaya tanaman perkebunan) jumlah peserta pelatihan sebanyak 600 orang
yang terdiri dari 482 petani laki-laki dan 131 orang petani perempuan yang
berasal dari Kabupaten Wajo dan Kabupaten Soppeng.
2. Meningkatnya Pengetahuan dan Keterampilan Petani, melalui kegiatan
pelatihan pengembangan budidaya tanaman kakao. Jumlah peserta pelatihan
sebanyak 1.200 petani yang terdiri dari 1010 petani Laki-laki dan 190 petani
perempuan yang berasal dari 2 (dua) kabupaten yaitu Wajo 600 petani dan
Soppeng 600 Petani.
3. Meningkatnya Pengetahuan dan Keterampilan Petani, melalui kegiatan
pelatihan peningkatan pengetahuan petani kakao yang dilaksanakan di
Kabupaten Sidrap dengan jumlah peserta 400 petani, yang dibagi 4 kelas terdiri
dari 353 petani laki-laki dan 47 petani perempuan.
4. Meningkatnya Pengetahuan dan Keterampilan Petani, melalui kegiatan
peningkatan produksi dan mutu kakao yang dilaksanakan di Kabupaten Luwu,
Luwu Utara dan Luwu Timur, dengan jumlah petani 1.350 petani yang tersebar
di Kabupaten Luwu sebanyak 450 petani, Luwu Utara 450 petani, Luwu Timur
450 petani. Yang terdiri dari 932 petani laki-laki dan 418 petani perempuan.
5. Meningkatnya Pengetahuan dan Keterampilan Petani, melalui kegiatan
Pelatihan Peningkatan Keterampilan Petani yang dilaksanakan di Kota Palopo
dengan jumlah peserta 700 petani. Terdiri dari 562 petani laki-laki dan 138
petani perempuan.
6. Terlaksananya sosialisasi kakao lestari dalam rangka pemulihan produksi dan
kualitas kakao sul-sel di Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur dan
Kabupaten Luwu, melalui kegiatan pembinaan petani terhadap kakao lestari.
7. Dukungan dana APBN yang sangat menunjang adalah pelaksanaan kegiatan:
Rehabilitasi Tanaman Kakao 6.130 Ha, pada kabupaten : Bone, Luwu, Sinjai,
Bulukumba, Soppeng, Luwu Utara, Luwu Timur.
Produktivitas Kakao yang dicapai dari produksi sebesar 146.163 ton pada periode
Desember 2013 rata-rata sebesar 797 kg/ha.
Kontitribusi produktivitas yang dicapai perkabupaten sebagai berikut :
Tabel 3. Produktifitas Kakao per kabupaten tahun 2013.
NO
KABUPATEN
PRODUKTIVITAS
KAKAO TAHUN 2013
( Kg/Ha )
1. Luwu Utara 766
2. Luwu 936
3. Bone 615
4. Luwu Timur 741
5. Pinrang 910
6. Soppeng 964
7. Wajo 708
8. Sidrap 1.367
9. Bulukumba 900
10. Enrekang 950
11. Sinjai 260
12. Palopo 942
13. Tana Toraja 346
14. Bantaeng 450
15. Gowa 573
16. Toraja Utara 874
17. Maros 550
18. Barru 929
19. Selayar 390
20. Pangkep 350
21. Jeneponto 123
22. Takalar 615
RATA - RATA 797
*angka sementara posisi November 2013
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa Kontribusi produktivitas tertinggi
berasal dari Kabupaten Sidrap sebesar 1.367 kg/ha, Soppeng 964 kg/ha dan Enrekang
sebesar 950 kg/ha. Sedangkan yang terendah berasal dari Kabupaten Jeneponto yaitu
hanya 123 Kg/Ha.
Produktivitas rata-rata yang dicapai tersebut diakibatkan oleh umur tanaman
yang rata-rata sudah melewati umur produktif/tua.
Untuk melihat perkembangan produktivitas kakao selama 5 tahun terakhir
(2009 s/d 2013) perkabupaten sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel 4. Produktivitas Kakao per kabupaten tahun 2013.
*angka sementara posisi November 2013
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa produktivitas rata-rata selama 5 tahun, pada
tahun 2009 ke 2010 terjadi kenaikan sebesar 1,83%, dan pada tahun 2010 ke 2011 terjadi
kenaikan sebesar 7,76%, pada tahun 2011 ke 2012 terjadi penurunan sebesar 4,6%
sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 3,62%. Kenaikan yang menonjol
pada tahun 2009 ke 2010, terjadi pada kabupaten Pinrang, Sidrap, Bone, Gowa dan Lutra.
Kenaikan yang menonjol pada tahun 2010 ke 2011, terjadi pada Kabupaten Luwu Timur,
Luwu Utara, Pinrang, Wajo, Bulukumba, Enrekang, Palopo, Bantaeng dan Barru. Dan
kenaikan yang menonjol pada tahun 2011 ke 2012, terjadi pada Kabupaten Sidrap, Luwu,
Lutra, Sedangkan Kabupaten yang mengalami penurunan produktivitas di tahun 2011 ke
NO
KABUPATEN
PRODUKTIVITAS (KG/HA)
2009 2010 2011 2012 2013
1. Luwu Utara 679,08 708,77 764,03 984 766
2. Luwu 935,34 936,22 967,10 1.028 936
3. Bone 734,08 802,89 842,93 620 615
4. Luwu Timur 692,21 692,30 839,17 452 741
5. Pinrang 899,07 866,15 958,19 958 910
6. Soppeng 971,94 973,51 983,66 964 964
7. Wajo 813,41 790,72 873,18 722 708
8. Sidrap 842,44 931,55 940,10 1.356 1.367
9. Bulukumba 858,34 829,22 966,01 974 900
10. Enrekang 733,28 682,42 949,77 950 950
11. Sinjai 930,41 971,63 993,39 258 260
12. Palopo 895,92 882,97 975,18 990 942
13. Tana Toraja 925,99 894,67 897,18 880 346
14. Bantaeng 541,44 465,07 505,81 600 450
15. Gowa 834,50 901,86 933,59 979 573
16. Toraja Utara 869,99 880,92 861,48 870 874
17. Maros 639,48 636,68 634,06 645 550
18. Barru 654,14 669,46 776,10 801 929
19. Selayar 420,51 424,55 412,53 394 390
20. Pangkep 508,42 226,56 261,54 304 350
21. Jeneponto 622,83 173,91 250,00 259 123
22. Takalar 619,44 628,57 615,38 615 615
J u m l a h 784 798 865 827 797
2012 adalah kabupaten Bone, Lutim, Soppeng, Wajo, Sinjai, Tator dan Selayar. Pada tahun
2012 ke 2013 produktivitas kabupaten yang mengalami penurunan adalah Luwu Utara,
Luwu, Bone, Pinrang, Wajo, Bulukumba, Palopo, Tana Toraja, Bantaeng, Gowa, Toraja Utara,
Maros, Selayar dan Jeneponto, hal ini berakibat dari penurunan produksi pada beberapa
kabupaten.
B. Sasaran Produksi Komoditas Unggulan Perkebunan mencapai 258.905 Ton
Produksi Komoditas Unggulan yang dicapai pada periode Desember 2013 sebesar
233.272 ton. Dengan demikian maka sasaran untuk mencapai produksi Komoditas
Unggulan sebesar 258.905 ton, mencapai 90,10% .
Kontribusi produksi tersebut per kabupaten dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 5. Produksi Komoditi unggulan perkebunan tahun 2013.
NO
KOMODITI UNGGULAN
PRODUKSI 2013
Ton %
1. Kopi 33.075 14,17
2. Jambu Mete 18.480 7,92
3. Lada 5.083 2,18
4. Cengkeh 17.486 7,49
5. Tebu 33.155 19,14
6. Kapas 1.831 0,78
7. Kelapa Sawit 44.662 19,14
8. Kelapa 79.500 34,08
TOTAL 233.272 100,00
*angka sementara posisi November 2013
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa kontribusi produksi terbesar adalah komoditi
kelapa (34,08%) dan yang terkecil komoditi kapas (0,78%). Untuk melihat perkembangan
produksi komoditi unggulan 5 (lima) tahun terakhir (2009-2013) di Sulawesi Selatan
sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 6. Perkembangan Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan 5 (lima) tahun terakhir (2009-
2013).
NO KOMODITI
UNGGULAN
PRODUKSI (TON)
2009 2010 2011 2012 2013
1. KOPI 34.655 36.152 29.088 34.190 33.075
2. JAMBU METE 25.014 25.264 20.598 32.190 18.480
3. LADA 6.765 6.802 4.820 8.943 5.083
4. CENGKEH 21.978 22.155 15.832 17.400 17.486
5. TEBU 29.500 30.650 29.186 32.708 33.155
6. KAPAS 1.735 1.820 1.915 3.524 1.831
7. KELAPA SAWIT 28.820 29.135 31.107 31.108 44.662
8. KELAPA 83.397 85.113 80.788 81.643 79.500
JUMLAH 231.861 237.091 213.334 241.706 233.272
*angka sementara posisi November 2013
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa produksi komoditi unggulan selama 3 tahun
mengalami peningkatan secara siknifikan, namun pada tahun ke 4 (tahun 2011) mengalami
penurunan sebesar 23.757 ton (10,02%), tahun ke 5 (lima) kembali terjadi kenaikan sebesar
2,84% dan pada tahun ke 6 (enam) mengalami penurunan sebesar 69.897 ton (28,91%). Dari 8
(delapan) jenis komoditi tersebut, pada umumnya mengalami penurunan yang signifikan antara
lain Jambu mete 14.246 ton, Kopi 4.506 ton dan Kapas 31.888 ton, Lada 5.036 ton, Kapas 1.693,
Kelapa 2.302 ton, Kelapa Sawit 9.263 ton, namun ada beberapa komoditi yang mengalami
peningkatan antara lain Tebu 447 ton, Cengkeh 86 ton.
Adapun usaha-usaha yang telah dilakukan dalam menunjang peningkatan produksi komoditi
unggulan yang merupakan outcome kegiatan tahun 2013 antara lain :
a. Melalui Dana APBD dengan kegiatan Pengembangan Bibit dan Pembibitan Komoditi
Unggulan Perkebunan.
- Penyedian Bibit Cengkeh sebanyak 97.000 pohon yang dialokasikan pada 15 (lima
belas) kabupaten. Di Kota Palopo 5.000 pohon (100 KK), Toraja Utara 5.000 pohon
(100 KK), Tana Toraja 5.000 pohon (100 KK), Pinrang 10.000 pohon (200 KK),
Sidrap 9.000 pohon (180 KK), Wajo 5.000 pohon (100 KK), Soppeng 10.000 pohon
(200 KK), Sinjai 3.000 pohon (60 KK), Bulukumba 5.000 pohon (100 KK), Bantaeng
7.500 pohon (150 KK), Jeneponto 10.000 pohon (200 KK), Gowa 10.000 pohon
(200 KK), Maros 4.500 pohon (90 KK), Pangkep 3.000 pohon (60 KK), Barru 5.000
pohon (100 KK).
- Penyedian Bibit Pala sebanyak 50.000 pohon yang dialokasikan pada 10 (sepuluh)
kabupaten yaitu Kabupaten Luwu 4.000 pohon (160 KK), Pinrang 5.000 pohon
(200 KK), Wajo 5.000 pohon (200 KK), Soppeng 7.500 pohon (300 KK), Sinjai 5.000
pohon (200 KK) Bulukumba 5.000 pohon (200 KK), Bantaeng 5.000 pohon (200
KK), Selayar 5.000 pohon (200 KK), Gowa 5.000 pohon (200 KK) dan Barru 3.500
pohon (140 KK).
- Penyedian Bibit Karet sebanyak 20.000 pohon yang dialokasikan pada 2 (dua)
Kabupaten yaitu di Kabupaten Bulukumba 18.975 pohon (948 KK) dan Sinjai 1.025
pohon (51 KK).
- Penyedian Bibit Kopi Arabika sebanyak 96.778 pohon yang dialokasikan pada 10
(sepuluh) Kabupaten yaitu di Kabupaten Toraja Utara 15.000 pohon (150 KK),
Tana Toraja 15.000 pohon (150 KK), Enrekang 7.500 pohon (75 KK), Pinrang
10.000 pohon (100 KK), Sidrap 10.000 pohon (100 KK), Soppeng 5.000 pohon (50
KK), Bantaeng 9.278 pohon (93 KK), Jeneponto 10.000 pohon (100 KK), Gowa
7.500 pohon (75 KK), Barru 7.500 pohon (75 KK).
- Penyedian Bibit Kelapa sawit sebanyak 30.000 pohon yang dialokasikan pada 4
(empat) kabupaten yaitu di Kabupaten Luwu Timur 15.000 pohon (750 KK), Luwu
Utara 8.000 pohon (400 KK), Pinrang 2.000 pohon (100 KK) dan Soppeng 5.000
pohon (250 KK).
- Penyedian Bibit Kelapa Dalam sebanyak 50.000 pohon yang dialokasikan pada 7
Kabupaten yaitu di Kabupaten Bantaeng 7.700 pohon (308 KK), Selayar 5.200
pohon (208 KK), Jeneponto 7.700 pohon (308 KK), Gowa 10.200 pohon (408 KK),
Pangkep 12.700 pohon (508 KK), Takalar 5.000 pohon (200 KK), Barru 1.500 pohon
(60 KK).
- Penyediadiaan Bibit Jambu Mete sebanyak 30.250 pohon yang dialokasikan pada
3 (tiga) Kabupaten yaitu di Kab. Jeneponto 15.250 pohon (305 KK), Takalar 10.000
pohon (200 KK), Barru 5.000 pohon (100 KK).
b. Dukungan dana APBN yang sangat menunjang adalah pelaksanaan konservasi air dan
antisipasi anomali iklim mendukung perkebunan (pembangunan embung/parit)
sebanyak 12 paket yang tersebar pada 4 kabupaten yaitu di kabupaten Barru 1 paket,
Gowa 3 paket, Tana Toraja 3 Paket dan Toraja Utara 5 paket.
c. Dukungan dana APBN lainnya yang sangat mendukung adalah pengembangan jalan
pertanian sebanyak 8 KM yang terdiri dari Kabupaten Luwu 2 KM, Takalar 2 KM,
Toraja Utara 4 KM.
C. Sasaran Luas Areal Perkebunan mencapai 740.000 Ha.
Luas areal komoditas Perkebunan yang dicapai pada periode Desember 2013 sebesar
838.644 Ha, yang terdiri dari perkebunan rakyat sebesar 680.111 Ha (81,09%),
Perkebunan Besar swasta (PBS) sebesar 142.237 Ha (16,96%) dan PTPN sebesar 16.296
Ha (1,94%).
Dengan demikian maka sasaran untuk mencapai Luas Areal Tanaman Perkebunan sebesar
740.000 Ha, mencapai 113,33%
Dari total areal tersebut, terjadi penurunan sebesar 0,29% dibandingkan periode yang
sama tahun lalu yaitu dari 841.136 Ha menjadi 838.644 Ha. yang didominasi oleh
penurunan areal perkebunan rakyat.
Pada areal perkebunan rakyat yang merupakan kontribusi terbesar dari luas areal 10
komoditi Unggulan, berturut-turut sebagai berikut :
1. Komoditi Kakao yakni seluas 250.658 Ha (29,89%),
2. Komoditi Kelapa seluas 93.963 Ha (11,20%),
3. Komoditi Kopi seluas 73.073 Ha (8,71%),
4. Komoditi Jambu Mete seluas 59.636 Ha (7,11%),
5. Komoditi Cengkeh seluas 49.186 Ha (5,86%),
6. Komditi Lada seluas 13.832 Ha (1,65%),
7. Komoditi Kelapa Sawit seluas 27.411 Ha (3,27%),
8. Komoditi Kapas seluas 1.956 Ha (0,23%),
9. Komoditi Panili seluas 2.999 Ha (0,35%),
10. Komoditi Tebu seluas 2.658 Ha (0,31%).
Sedangkan 23 komoditas Perkebunan Rakyat lainnya hanya dengan luas areal 93.862
Ha (11,19%).
Pada areal Perkebunan Besar Swasta (PBS) yang seluas 142.237 Ha, diusahakan 7
komoditas antara lain : Kelapa 1.613 Ha, Kopi 1.869 Ha, Kakao 7.926 Ha, Jambu Mete
1.404 Ha, Kelapa Sawit 239.594 Ha, Karet 9.858 Ha dan Teh 129 Ha. Sedangkan pada
areal Perkebunan Negara (PTPN) yang seluas 11.887 Ha yang hanya diusahakan 1
komoditas tebu.
Perkembangan luas areal Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan
Perkebunan Negara (PTPN), 5 tahun terkhir sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel 7. Perkembangan luas areal perkebunan rakyat, Perkebunan besar swasta dan
Perkebunan Negara 5 (Lima) tahun terakhir (2009-2013)
No.
PERKEBUNAN
LUAS AREAL ( HA )
2009 2010
2011
2012
2013
1. Perkebunan
Rakyat (PR) 670.798 679.804 690.429 681.352 680.111
2. Perkebunan
Besar Swasta
(PBS )
20.128 20.128
15.208
142.930
142.237
3. Perkebunan
Negara (PTPN) 17.380 17.380 17.801 16.854 16.296
J u m l a h 708.307 717.312 723.438 841.136 838.644
*angka sementara posisi November 2013
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa luas areal 5 tahun terakhir
memperlihatkan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,73%, dimana kenaikan pada tahun
2009 ke 2010 sebasar 1,27%, kenaikan dari tahun 2010 ke 2011 sebesar 0,85% namun
pada tahun 2012 ke 2013 terjadi penurunan sebesar 0,29% yang disebabkan adanya
penurunan areal baik pada perkebunan rakyat, PBS maupun PTPN.
Pada Perkebunan Rakyat memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan luas areal
dari tahun 2009 ke 2010 sebesar 1,34%, dan 2010 ke 2011 sebesar 1,56%, pada tahun
2011 ke 2012 terjadi penurunan areal seluas 1,31% (9.077 ha) dan pada tahun 2012 ke
2013 kembali terjadi penurunan sebesar 0,18% (1.241 ha).
pada Perkebunan Besar Swasta (PBS) mempelihatkan bahwa luas areal dari
dari tahun 2009 ke 2010 tidak terjadi perubahan (0%), dari 2010 ke 2011 terjadi
penurunan sebesar 24,44% (4.920 Ha), dari tahun 2011 ke 2012 terjadi kenaikan sebesar
839,83% (127.722 Ha) dan pada tahun 2012 ke 2013 terjadi penurunan sebesar 0,48%
(693 ha). Kenaikan yang signifikan pada tahun 2011 ke tahun 2012 disebabkan karena
bertambahnya perkebunan besar swasta (PBS) kelapa sawit di Kabupaten Luwu Utara.
Pada Perkebunan Negara (PTPN) memperlihatkan bahwa luas areal dari tahun
2009 ke tahun 2010 tidak terjadi perubahan 0%, dari tahun 2010 ke 2011 terjadi
kenaikan sebesar 2,42% dan dari tahun 2011 ke 2012 terjadi penurunan sebesar 5,32%
(947 ha) sedangkan pada tahun 2012 ke 2013 terjadi penurunan sebesar 3,31% (558 ha).
Adapun usaha-usaha yang dilakukan dalam menunjang potensi luas areal perkebunan
yang merupakan outcome kegiatan 2013 antara lain :
1. Bertambahnya luas areal Kakao sambung pucuk 852 Ha melalui kegiatan Penyediaan
bibit Kakao Sambung pucuk sebanyak 852.000 pohon, yang dialokasikan pada 20
kabupaten/kota yaitu : Luwu Utara 45 ha, Luwu Timur 90 ha, Luwu 45 ha, Toraja
Utara 50 ha, Toraja 50 ha, Enrekang 25 ha, Sidrap 60 ha, Pinrang 75 ha, Barru 25 ha,
Pangkep 5 ha, Maros 5 ha, Gowa 30 Ha, Bantaeng 40 ha, Jeneponto 30 ha,
Bulukumba 70 ha, Bone 25 ha, Soppeng 100 ha, Wajo 40 ha, Selayar 5 ha.
2. Penyedian bibit antara lain : cengkeh sebanyak 97.000 pohon (350 Ha) yang
dialokasikan di Kab. Enrekang, Tator, Toraja Utara, Sinjai, Bantaeng, Bulukumba,
Wajo dan luwu.
• cengkeh 350 Ha (Palopo 18 Ha, Toraja 18 Ha, Toraja Utara 18 Ha, Pinrang 36
Ha, Sidrap 36 Ha, Wajo 18 Ha, Soppeng 36 Ha, Sinjai 18 Ha, Bulukumba 18
Ha, Bantaeng 27 Ha, Jeneponto 36 Ha, Gowa 36 Ha, Maros 16 Ha, Barru 18
Ha),
• karet 42 Ha (Bulukumba 42 Ha),
• pala 400 Ha (Luwu 32 Ha, Pinrang 40 Ha, Wajo 40 Ha, Soppeng 60 Ha, Sinjai
40 Ha, Bulukumba 40 Ha, Bantaeng 40 Ha, Selayar 40 Ha, Gowa 40 Ha, Barru
28 Ha),
• kopi arabika 61 Ha (Toraja Utara 9 Ha, Toraja 9 Ha, Enrekang 5 Ha, Pinrang 6
Ha, Sidrap 6 Ha, Soppeng 4 Ha, Bantaeng 6 Ha, Jeneponto 6 Ha, Gowa 5 Ha,
Barru 5 Ha),
• kelapa sawit 2 Ha (Luwu Timur 1 Ha, Luwu Utara 0,33 Ha, Wajo 0,33 Ha,
Soppeng 0,33 Ha),
• kelapa dalam 407 Ha (Bantaeng 61 Ha, Selayar 81 Ha, Jeneponto 61 Ha,
Takalar 41 Ha, Gowa 41 Ha, Pangkep 81 Ha, Pare-pare 41 Ha),
• jambu mete 109 Ha (Jeneponto 37 Ha, Takalar 36 Ha, Maros 18 Ha, Barru 18
Ha).
3. Perluasan areal tanaman melalui dana APBN khususnya Dirjen Perkebunan dan
Dirjen PSP antara lain :
Pembangunan sumber bahan tanaman 2 ha, bongkar ratoon/rawat ratoon Bone 350
Ha, 250 Ha, Takalar 300 Ha, penanaman kapas di kabupaten Bone 940 Ha, Bantaeng
450 Ha, Bulukumba 1.000 Ha, Soppeng 440 Ha, Wajo 300 Ha, perluasan tanaman
jambu mete 200 ha, Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian,
pengembangan optimasi lahan Pada kabupaten Tana toraja 260 Ha, Toraja Utara 220
Ha, Jeneponto 40 Ha, Pangkep 40 Ha. Perluasan areal di kab. Maros Kakao 50 Ha,
Bantaeng Kopi 50 Ha, Enrekang Kopi 50 Ha, Gowa Kakao 100 Ha, Luwu Pala 50 Ha,
Tator Kopi 50 Ha, Toraja Utara kopi 50 Ha dan Takalar Tebu 100 Ha.
D. Sasaran Penyerapan Tenaga Kerja mencapai 1.049.800 KK
Penyerapan tenaga kerja yang dicapai pada periode Desember 2013 sebanyak
953.446 KK. Dengan demikian maka sasaran Penyerapan Tenaga Kerja sebesar 1.049.800
KK, mencapai 90,82%.
Terjadi penurunan sebesar 30.134 KK (3,06%) dibandingkan periode yang sama tahun
lalu yaitu dari 983.580 menjadi 953.446 KK, yang disebabkan oleh beberapa komoditi
mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja antara lain: Petani Kelapa Dalam, Kelapa
Hibrida Kakao, Jambu Mete, Kapas, Nilam, Jarak, Kemiri, Kapuk, Panili, Sagu, Pinang, kayu
manis, Jahe, Kunyit, Sereh Wangi, Kencur, Temulawak, Lempunyang.
Sedangkan penyerapan tenaga kerja yang terjadi kenaikan adalah penyerapan tenaga
kerja pada komoditi Lada yaitu sebesar 384 KK, dimana pada periode desember 2013
sebanyak 11.564 KK dan pada periode yang sama tahun lalu hanya sebanyak 8.579 KK.
Demikian pula untuk penyerapan tenaga kerja pada komoditi unggulan lainnya.
Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja lima tahun terakhir (2009-2013) sebagaimana
pada tabel berikut .
Tabel 8. Perkembangan penyerapan tenaga kerja 5 (lima) tahun terakhir (2009-2013).
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa Penyerapan Tenaga Kerja dalam empat tahun
terakhir mengalami pertumbuhan rata rata sebesar 0,86%, dimana pada tahun 2009 ke
2010 mengalami kenaikan sebesar 0,66%, tahun 2010 ke 2011 mengalami kenaikan sebesar
0,85% dan pada tahun 2011 ke 2012 mengalami penurunan sebesar 3,47%. Namun pada
tahun kelima terjadi penurunan sebesar 30.134 KK (3,06%), yang didominasi oleh
penurunan tenaga kerja yang bukan komoditi unggulan.
Adapun usaha-usaha yang dilakukan dalam menunjang potensi penyerapan tenaga kerja
yang merupakan output kegiatan 2013 adalah:
a. Pengadaan Bibit kakao sambung Pucuk sebanyak 852.000 pohon pada kegiatan
Pembinaan Petani Terhadap Kakao Lestari.
b. Pengembangan Pembibitan komoditi unggulan Perkebunan (Cengkeh, Karet, Pala, Kopi
Arabika, Kelapa sawit, Kelapa dan Jambu Mete).
c. Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian, pengembangan optimasi lahan Pada
kabupaten Tana toraja 260 Ha, Toraja Utara 220 Ha, Jeneponto 40 Ha, Pangkep 40 Ha
melalui dana APBN (dirjen PSP).
d. Perluasan areal komoditi Jambu Mete di Kabupaten Pangkep melalui dana APBN (dirjen
Perkebunan).
e. Penanaman kapas di kabupaten Bone 940 Ha, Bantaeng 450 Ha, Bulukumba 1.000 Ha,
Soppeng 440 Ha, Wajo 300 Ha.
E. Sasaran Pendapatan Petani Berbasis Kakao sebesar Rp. 50.000.000/Ha
Pendapatan petani berbasis Kakao yang dicapai pada periode Desember 2013 sebesar
Rp.10.670.044/Ha. Dengan demikian maka sasaran Pendapatan Petani Berbasis Kakao
sebesar Rp. 50.000.000/Ha, hanya mencapai 21,34%.
Terjadi penurunan sebesar Rp. 3.404.651/Ha (24,19%) dibandingkan periode yang
sama tahun lalu yaitu dari Rp. 14.074.695/Ha menjadi Rp 10.670.044/Ha.
NO
U R A I A N
T A H U N
2009 2010 2011 2012 2013
1. Penyerapan
Tenaga
Kerja
( KK )
1.003.745 1.010.367 1.018.993 983.580 953.446
Perkembangan Pendapatan Petani enam tahun terakhir (2009-2013) sebagaimana
pada tabel berikut.
Tabel 9. Perkembangan pendapatan petani berbasis kakao 5 (lima) tahun terakhir (2009-2013).
NO
U R A I A N
T A H U N
2009 2010 2011 2012 2013
1. Pendapatan
Petani
Berbasis
Kakao
(Rp/ Ha)
13.672.449 15.609.563 21.668.840 14.074.695 10.670.044
*angka sementara posisi November 2013
Pada tabel di atas memperlihatkan pendapatan petani berbasis kakao dalam tiga
tahun pertama mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 26,50%, namun pada dua tahun
terakhir dimana pada tahun 2009 ke 2010, kenaikan sebesar 14,17%, tahun 2010 ke 2011
kenaikan sebesar 38,82%, tahun 2011 ke 2012 penurunan sebesar 35,05% dan tahun 2012
ke 2013 terjadi penurunan sebesar 24,19%.
Kenaikan pendapatan yang siknifikan pada tahun 2009 dipengaruhi oleh peningkatan
produksi dan kenaikan harga rata-rata kakao petani dari Rp. 16.181/kg menjadi Rp.
23.979/kg. Demikian pula pada tahun 2009 ke 2010, kenaikan harga dari Rp.23.979/kg
menjadi Rp.26.500/kg. Selanjutnya pada tahun 2010 ke 2011, kenaikan pendapatan
dipengaruhi oleh peningkatan produksi kakao walaupun harga rata-rata kakao tidak
mengalami peningkatan harga. Pada tahun 2011 ke 2012, terjadi penurunan pendapatan
sebesar Rp.7.592.165/Ha (35,04%), selanjutnya pada tahun 2012 ke 2013 terjadi
penurunan pendapatan sebesar 3.404.651/Ha (24,19%) yang diakibatkan oleh penurunan
produksi dan harga yang turut menurun.
Adapun usaha-usaha yang dilakukan dalam menunjang peningkatan pendapatan
petani berbasis Kakao yang merupakan outcome kegiatan tahun 2013 antara lain :
a. Bertambahnya pengetahuan dan pemahaman petani tentang SNI dan jaminan mutu
pada komoditi kakao dan kopi di Kabupaten Soppeng dengan jumlah petani 75 orang
dan Kabupaten Enrekang 75 orang petani melalui kegiatan pembinaan peningkatan
mutu dan pengembangan pengolahan hasil perkebunan mengalami penurunan rata-rata
29,62%.
b. Peningkatan produksi dan mutu kakao melalui kegiatan Peningkatan Pengetahuan dan
Keterampilan Petani, Kelompok Tani, Gabungan kelompok tani, Assosiasi Komoditi
sebanyak 1.350 orang di kabupaten Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur.
c. Pelatihan pengembangan budidaya kakao melalui kegiatan Peningkatan Pengetahuan
dan Keterampilan Petani, Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani, Assosiasi Komoditi
sebanyak 600 orang di Kabupaten Wajo dan Soppeng.
F. Sasaran Volume Eksport komoditas Perkebunan mencapai 300.000 Ton.
Volume ekspor komoditas perkebunan yang dicapai pada periode Desember 2013
sebesar 113.822 Ton. Dengan demikian maka sasaran Volume Ekspor sebesar 300.000 Ton,
hanya mencapai 37,94%.
Terjadi peningkatan sebesar 20.615 Ton (22,11%) dibandingkan periode yang sama tahun
lalu yaitu dari 93.207 Ton menjadi 113.822 Ton.
Perkembangan Volume Ekspor komoditas Perkebunan lima tahun terakhir (2009-2013)
sebagaimana pada tabel berikut .
Tabel 10. Perkembangan Volume ekspor komoditas Perkebunan 5 (lima) tahun terakhir
(2009-2013).
NO
U R A I A N
T A H U N
2009 2010 2011 2012 2013
1. Perkembangan
Volume Ekspor
Komoditas
Perkebunan
(Ton)
214.174 196.848 214.186 93.207 113.822
*angka sementara posisi November 2013
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa Volume ekspor komoditas perkebunan
dalam tiga tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar17,34%, tahun 2009
ke 2010 mengalami penurunan sebesar 8,09%, tahun 2010 ke 2011 terjadi kenaikan
sebesar 56,48% dan tahun 2011 ke 2012 terjadi penrunan sebesar 22,11%. Penurunan Nilai
Ekspor komoditas perkebunan yang siknifikan ditahun 2008 ke 2009 dipengaruhi oleh
penurunan nilai ekspor Kopi Arabika dari 5.209 Ton menjadi 4.323 Ton, Kopi Robusta dari
146 Ton menjadi 36 Ton dan Mete Gelondong dari 283 Ton menjadi 223 Ton. Demikian
pula pada tahun 2009 ke 2010, penurunan volume ekspor : Tetes Gula dari 20.141 Ton
menjadi 11.297 Ton, Karet dari 6.628 Ton menjadi 6.360 Ton, Batang Kelapa dari 21,3 Ton
menjadi tidak ada (0), Biji Jarak dari 11,3 Ton menjadi tidak ada (0), Kunyit dari 18,4 Ton
menjadi tidak ada (0),
Namun demikian beberapa Volume ekspor komoditas perkebunan yang mengalami
kenaikan. Pada tahun 2008 ke 2009, volume ekspor Mete Kupas meningkat sebesar
1.647Ton, Batang Kelapa meningkat sebesar 21 Ton, Biji Jarak meningkat sebesar 11 Ton.
Demikian pula pada tahun 2009 ke 2010, volume ekspor Biji Kakao meningkat
sebesar 498 Ton, Kakao Butter meningkat sebesar 1.439 Ton, Kakao cake meningkat
sebesar 2.559 Ton, Kakao Powder meningkat sebesar 1.229 ton dan Mete Kupas meningkat
sebesar 886 Ton.
Pada tahun 2010 ke 2011, volume ekspor biji Kakao menurun sebesar 65,71% yakni
151.571.514 ton menjadi 52.053.652 ton. Namun komoditi yang meningkat volume
ekspornya antara lain : Kopi Arabika meningkat sebesar 80,08%, Kopi Robusta meningkat
366,67%, Kelapa meningkat 2.821%, Pala 100%, Kulit Kemiri 100% dan gagang Cengkeh
100%.
Sedangkan pada tahun 2011 ke 2012, terjadi penurunan volume ekspor sebesar 120.979
Ton (56,48 %), yang didominasi oleh penurunan volume ekpor dari :
• Kelapa dari 350.560 ton menjadi 0 ton
• Mete Gelondongan dari 557.546 ton menjadi 0 ton.
• Robusta dari 252.000 ton menjadi 192.670 ton
• Kakao Butter dari 5.749.800 ton menjadi 4.648.880 ton
• Kakao Liquer dari 2.600.000 ton menjadi 400.000 ton
• Kakao Mass dari 4.940.060 ton menjadi 2 .200.000 ton
• Kakao Powder dari 4.332.725 ton menjadi 3.715.100 ton
• Kakao Residu dari 133.892 ton menjadi 0 ton
Namun beberapa volume ekspor komoditi perkebunan yang meningkat antara lain
• Kopi Arabika dari 1.444.938 ton menjadi 4.746.660 ton
• Gagang Cengkeh dari 109.320 ton menjadi 331.665 ton
• Lada dari 0 ton menjadi 55.352 ton
• Kakao Shell dari 18.130 ton menjadi 69.839 ton
• Kakao Press Cake dari 0 tonmenjadi 32.100 ton
• Mete Kupas dari 2.445.000 ton menjadi 2.467.456 ton
Selanjutnya pada tahun 2012 ke 2013, volume ekspor mengalami kenaikan sebesar
22,11% yakni 93.207 ton menjadi 113.822 ton, adapun komoditi yang nilai ekspornya
meningkat adalah :
• Biji kakao dari 46.461,918 ton menjadi 60.405,777 ton,
• Cengkeh dari 0 menjadi 12.000 ton,
• Kulit mete dari 0 menjadi 1.017,070 ton,
• Merica dari 15.000 ton menjadi 38.640 ton,
• Mete gelondongan dari 0 menjadi 144.000 ton,
• Minyak nilam dari 0 menjadi 0.500 ton,
• Minyak wijen dari 0 menjadi 6.000 ton,
• Pinang dari 0 menjadi 22.550 ton,
• Kakao butter dari 4.369,238 ton menjadi 4.923,600 ton,
• Kakao cake dari 381.230 menjadi 742.000 ton,
• Kakao liquer dari 200.000 ton menjadi 1.225.478 ton,
• Kakao mass dari 2.040.000 ton dan 2.200.000 ton,
• Kakao residu dari 0 mejadi 255.800 ton,
• Ampas kelapa dari 0 menjadi 51.245 ton,
• Kulit mete dari 0 menjadi 50.700 ton,
• Mete kupas dari 1.837,339 menjadi 3.082,899,
• Minyak palm dari 0 menjadi 92.274 ton,
• Minyak wijen dari 0 menjadi 11.400 ton,
• Tetes gula dari 10.058,401 ton menjadi 29.408,590.
Namun ada beberapa komoditi yang mengalami penurunan antara lain :
• Kopi arabika dari 4.397,340 ton menjadi 2.381,914 ton,
• Kopi robusta dari 192.670 ton menjadi 76.800 ton,
• Gagang cengkeh dari 331.665 ton menjadi 84.000 ton,
• Kapok dari 45.000 ton menjadi 28.560 ton,
• Wijen dari 38.000 ton menjadi 0,
• Kakao powder dari 3.476,700 ton menjadi 3.402,178 ton,
• Kakao shell dari 69.839 ton menjadi 49.987 ton,
• Arang tempurung dari 326.387 ton menjadi 41.593 ton,
• Tempurung kelapa dari 574.167 ton menjadi 19.698 ton,
• Karet dari 4.435.200 ton menjadi 4.047,670 ton.
Adapun usaha yang dilakukan dalam menunjang peningkatan volume ekspor komoditi
perkebunan yang merupakan outcome kegiatan tahun 2013 melalui dana APBN yaitu
• Pengadaan alat peningkatan mutu kopi untuk ekspor berupa : Alat Pengolahan kopi 1
unit di kabupaten Tana Toraja, di kabupaten Bone 1 unit, kabupaten Bulukumba 1 unit,
kabupaten sindereng rappang 1 unit (dirjen P2HP).
• Pengadaan alat untuk peningkatan kakao fermentasi 3 unit, masing-masing 1 unit pada
kabupaten Wajo, Soppeng, Luwu Utara (dirjen P2HP).
• Pengadaan alat agroindustri kelapa berupa alat pengolahan minyak kelapa 2 unit pada
kabupaten selayar 1 unit, kabupaten jeneponto 1 unit.
• Pengadaan alat agroindustri perkebunan mete masing-masing 1 unit pada kabupaten
Maros dan Pangkajene.
G. Sasaran Nilai Eksport Komoditas Perkebunan mencapai 650.500.000. US $.
Nilai ekspor komoditas perkebunan yang dicapai pada periode Desember 2013
sebesar 242.126.141 US$. Dengan demikian maka sasaran Nilai Ekspor sebesar 650.500.000
US $, hanya mencapai 37,22%.
Terjadi peningkatan sebesar 19.388.988 US $ (26,37%) dibandingkan periode yang sama
tahun lalu yaitu dari 222.737.153 US$ menjadi 242.126.141 US $.
Perkembangan Nilai Ekspor komoditas Perkebunan lima tahun terakhir (2009-2013)
sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 11. Pekembangan Nilai ekspor komoditas Perkebunan 5 (lima) tahun terakhir (2009-
2013).
NO
U R A I A N
T A H U N
2009 2010 2011 2012 2013
1. Perkembangan
Nilai Ekspor
Komoditas
Perkebunan (US
$ )
425.619.717 526.658.696 642.558.000 222.737.153
242.126.141
*angka sementara posisi November 2013
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa Nilai ekspor komoditas perkebunan dalam
empat tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 10,89%, dimana pada
tahun 2009 ke 2010 mengalami kenaikan sebesar 23,74%, sedangkan pada tahun 2010 ke
2011 mengalami kenaikan sebesar 22,01% dan pada tahun 2012 ke 2013 terjadi
peningkatan sebesar 8,70%. Peningkatan Nilai Ekspor komoditas perkebunan pada tahun
2009 dipengaruhi oleh kenaikan nilai ekspor Biji Kakao dari 299.125.532 US $ menjadi
364.066.100 US $, Kakao Powder dari 6.784.270 menjadi 9.738.626 US $.
Demikian pula pada tahun 2009 ke 2010, peningkatan Nilai ekspor Biji Kakao dari
364.066.100 US $ menjadi 11.297 US $, Kakao Butter dari 15.426.885 US $, menjadi
24.184.113 US $, Kakao Cake dari 264.630 US $ menjadi 9.023.382 US $, Kakao Powder dari
9.738.626 US $ menjadi 18.515.861 US $, Mete Kupas dari 8.228.989 US $ menjadi
12.591.282 US $, Mete Gelondong dari 156.272 US $ menjadi 659.554 US $, Kopi Arabika
dari 15.299.963 US $ menjadi 25.319.263 US $ dan Kopi Robusta dari 54.000 US $ menjadi
119.340 US $.
Selanjutnya pada tahun 2010 ke 2011, peningkatan nilai ekspor hasil industri Kakao
Liquer dari 6.6991.562 menjadi 8.625.000 US $, hasil industri Kakao Mass dari 2.734.989 US
$ menjadi 19.547.052 US $, hasil industri Kakao Shell dari 0,00 menjadi 156.750 US $, hasil
industri Kakao Processing dari 0,00 menjadi 23.255 US $, hasil industri Mete Kupas dari
12.591.282 US $ menjadi 16.559.571 US $, hasil industri Tetes Gula dari 1.218.000 US $
menjadi 3.599.391 US $, hasil industri Arang Kelapa dari 3.680 US $ menjadi 149.306 US $,
hasil industri Batok Kelapa dari 0,00 menjadi 39.557 US $, Kopi Robusta dari 119.340 US $
menjadi 833.844 US $, Kelapa dari 3.150 US $ menjadi 74.173 US $, Pala dari 0,00 menjadi
11.205 US $, Kulit Kemiri dari 0,00 menjadi 13.148 US $ dan Gagang Cengkeh dari 0,00
menjadi 160.912 US $.
Sedangkan pada tahun 2011 ke 2012 mengalami penurunan nilai ekspor sebesar
419.820.847 US $ (65,34%) yang didominasi oleh penurunan nilai ekspor hasil industri
antara lain :
• Kakao Butter dari 24.084.524 US $ menjadi 13.261.474 US $
• Kakao Liquer dari 8.625.000 US $ menjadi 1.135.020 US $
• Kakao Mass dari 18.727.565 US $ menjadi 6.685.063 US $
• Kakao Powder dari 16.190.205 US $ menjadi 14.128.504 US $
• Kakao Cake dari 1.888.380 US $ menjadi 1.392.162 US $
Namun demikian beberapa nilai ekspor komoditi perkebunan yang meningkat antara lain :
• Kopi Arabika dari 9.504.209 US $ menjadi 28.682.263 US $.
• Kopi Robusta dari 814.630 US $ menjadi 1.462.375 US $
• Gagang Cengkeh dari 160.912 US $ menjadi 1.276.992 US $
• Lada dari 0 US $ menjadi 295.328 US $
• Gambir dari 0 US $ menjadi 68.100 US $
Pada tahun 2012 ke 2013 mengalami kenaikan nilai ekspor sebesar 242.126.141 US $
(37,22%) antara lain :
• Kakao butter dari 11.878.266,34 US $ menjadi 27.366.835,12 US $
• Kakao mass dari 6.155.048,60 US $ menjadi 12.865.451,70 US $
• Kakao residu dari 0 menjadi 79.656 US $
• Ampas kelapa dari 0 menjadi 34.571 US $
• Kulit mete dari 0 menjadi 5.712 US $
• Mete kupas dari 12.612.739,99 US $ menjadi 17.602.009,68 US $
• Minyak palm dari 0 menjadi 36.909,60 US $
• Minyak wijen dari 0 menjadi 586.460,60 US $
• Tetes gula dari 2.079.889,62 menjadi 8.341.309 US $
• Biji kakao dari 106.752.200,75 US $ menjadi 138.801.300,79 US $
• Cengkeh dari 0 menjadi 178.490 US $
• Kapok dari 10.050 menjadi 11.641 US $
• Kulit mete dari 0 menjadi 936.798,56 US $
• Merica dari 134.250 US $ menjadi 428.831,62 US $
• Mete gelondongan dari 0 menjadi 158.400 US $
• Minyak nilam dari 0 menjadi 12.452,66 US $
• Minyak wijen dari 0 menjadi 314.000 US $
• Pinang dari 0 menjadi 10.220 US $
Adapun beberapa komoditi yang mengalami penurunan nilai ekspor antara lain :
• Wijen dari 21.800 US $ menjadi 0
• Gagang cengkeh dari 1.276.992,10 US $ menjadi 248.400 US $
• Kopi robusta dari 1.462.375,30 US $ menjadi 174.800,74 US $
• Kopi arabika dari 27.000.204,56 US $ menjadi 11.005.891,48 US $
• Kakao cake dari 1.245.762,60 US $ menjadi 960.912,20 US $
• Kakao powder dari 13.347.769,23 US $ menjadi 7.486.092,49 US $
• Kakao shell dari 37.922,88 US $ menjadi 27.392,88 US $
• Arang tempurung dari 128.568,96 US $ menjadi 16.845 US $
• Tempurung kelapa dari 245.244,81 US $ menjadi 6.229,20 US $
• Karet dari 14.508.950,40 US $ menjadi 10.674.295,82 US $
Analisis Kinerja Tahun 2013
A. Analisis Kinerja atas pencapaian program dan kegiatan
Pencapaian kinerja kegiatan terhadap program tahun 2013 diperoleh capaian sebesar
96,36% (Lampiran 3) yang ditandai dengan keberhasilan indikator-indikator program
sebagai berikut :
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Program ini didukung oleh satu kegiatan yakni : a). Pembinaan terhadap
pengembangan tebu rakyat.
Persentase capaian kinerja program dari kegiatan tersebut mencapai 92,00%.
2. Program Pengembangan Agribisnis.
Program ini didukung oleh tujuh kegiatan yakni : a). Pengembangan Bibit dan
Pembibitan Komoditi Unggulan Perkebunan, b). Pembinaan Peningkatan Mutu dan
Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan, c). Pembinaan dan penyediaan Sarana
dan Prasarana Produksi Perkebunan, d). Promosi atas Hasil Produksi Perkebunan
Unggulan Daerah, e). Pengembangan Statistik dan Sistem Informasi Perkebunan, f).
Pengamatan, Peramalan Hama, Penyakit dan Gulma tanaman Perkebunan, g).
Pembinaan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman dan Gangguan Usaha
Perkebunan
Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut mencapai 99,29%
3. Program Peningkatan Produksi Usaha Daerah.
Program ini didukung oleh dua kegiatan yakni : a). Pengelolaan Kebun Bibit Dinas, b).
Pengawasan, Pengujian Mutu dan Sertifikasi Benih Perkebunan.
Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut mencapai 96,86%.
4. Program Pemulihan Produksi dan Kualitas Kakao Sulawesi Selatan.
Program ini didukung oleh satu kegiatan yakni : a). Pembinaan Petani terhadap Kakao
Lestari.
Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut rata-rata mencapai 99,00%.
5. Program Pembinaan kelembagaan Petani dan Usaha Perkebunan.
Program ini didukung oleh tiga kegiatan yakni : a). Pembinaan Usaha Perkebunan dan
Pengembangan Kemitraan Usaha, b). Pendampingan Kelompok Tani dan Gabungan
Kelompok Tani, c). Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petani, Kelompok
Tani dan Gabungan Kelompok Tani dan Assosiasi Komoditi.
Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut mencapai 100,00%.
6. Program Peningkatan Kualitas Bahan Baku Tembakau.
Program ini didukung oleh satu kegiatan yakni : a). Peningkatan Kualitas Tembakau.
Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut rata-rata mencapai 95,00%.
7. Program Pelayanan Admistrasi Perkantoran.
Program ini didukung oleh empat kegiatan yakni : a). Penyediaan Jasa Admistrasi
Keuangan, b). Pelayanan Barang dan Jasa Administrasi Perkantoran, c). Koordinasi
Penyelenggaraan Perencanaan Pembangunan Perkebunan, d). Pembinaan Aparatur
dan Pengembangan Kehumasan.
Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut rata-rata mencapai 98,75%.
8. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.
Program ini didukung oleh dua kegiatan yakni : a). Pengadaan Kendaraan
Dinas/Operasional, b). Pembangunan/Rehabilitasi Gedung Kantor.
Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut rata-rata mencapai 90,00%.
Dari 8 program yang dilaksanakan tersebut, 1 program diantaranya yang mencapai
kinerja 100%, sedangkan 7 program lainnya capaian kinerjanya rata-rata mencapai
95,84%. Capaian Kinerja terendah adalah Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Aparatur yaitu hanya mencapai 90,00% dan Program Peningkatan Ketahanan Pangan
yaitu hanya mencapai 92,00%.
B. Analisis Kinerja Terhadap Pencapaian Sasaran.
Pencapaian kinerja kegiatan terhadap sasaran tahun 2013 diperoleh capaian sebesar 62,78%
(Lampiran 5) yang ditandai dengan keberhasilan indikator-indikator sasaran sebagai berikut :
8. Produksi dan kualitas Kakao sebesar 300.000 Ton.
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :
Persentase peningkatan produksi kakao sebesar 26,80%
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 48,72%
2. Produksi Komoditas Unggulan sebesar 258.905 Ton.
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :
Persentase peningkatan produksi komoditas unggulan sebesar 3,74%.
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 90,10%
3. Luas Areal Tanaman Perkebunan mencapai 740.000
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran yakni :
Persentase peningkatan luas areal sebesar 1,36%.
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 113,33%
4. Penyerapan Tenaga Kerja mencapai 1.049.800 KK
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :
Persentase peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 1,09%
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 90,82%
5. Pendapatan Petani Berbasis Kakao sebesar Rp 50.000.000/Ha
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :
Persentase penurunan Pendapatan Petani berbasis kakao sebesar 33,99%
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 21,34%
6. Volume Ekspor mencapai 300.000 Ton.
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :
Persentase peningkatan volume Ekspor komoditas perkebunan sebesar 5,02%
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 37,94%
7. Nilai Ekspor sebesar 650.500.000 US $
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran yakni :
Persentase peningkatan Nilai ekspor sebesar 8,40%.
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 37,22%.
Dengan demikian maka Pencapaian Sasaran Kinerja tahun 2013 mencapai 62,78%.
3.3 Akuntabilitas Keuangan
Total Dana APBD yang dikelolah oleh Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi
Selatan dalam Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp. 46.274.048.335 yang terdiri dari:
Belanja Tak langsung sebesar Rp. 16.462.776.285 dan Belanja langsung sebesar Rp.
29.811.272.050.
Khusus untuk belanja tidak langsung dialokasikan untuk belanja pegawai Dinas
Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013 sebanyak 231 orang.
Sedangkan untuk Belanja Langsung dialokasikan untuk biaya operasional 21 (dua puluh)
kegiatan dari 8 program. Keseluruhannya dapat diukur kinerjanya dengan tingkat
keberhasilan pencapaian kinerja program dan kegiatan.
Realisasi untuk Belanja Tidak langsung mencapai 98,05% (Rp. 16.142.044.362) dan
Belanja Langsung mencapai 95,47% (Rp. 28.459.972.450).
Dengan demikian maka sisa anggaran total sebesar Rp. 1.672.031.523,- yang terdiri dari
belanja tidak langsung sebesar Rp. 320.731.923 dan belanja langsung sebesar Rp.
1.351.299.600.
Sisa anggaran yang terbesar pada Belanja Tidak Langsung adalah anggaran tambahan
penghasilan, tunjangan beras, tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan
fungsional.
Untuk lebih jelasnya realisasi penggunaan dana dapat dilihat pada lampiran 6.
IV. P E N U T U P
Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan yang
terkait dengan Akuntabilitas Kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013
sebagai berikut :
1. Secara umum pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Perkebunan telah
diselenggarakan secara optimal dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada tanpa
mengabaikan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pada umumnya kegiatan yang dilaksanakan di tahun 2013 ini mengacu pada Renstra Dinas
Perkebunan 2008-2013, ditambah dengan kegiatan yang berdasarkan kebijakan yang ada.
3. Dalam pencapaian sasaran pada umumnya tidak mencapai Indikator Kinerja yang
diharapkan.
4. Pengukuran capaian sasaran untuk Tahun 2013 sebagian besar dilakukan pada Indikator
Kinerja Outcome (hasil).
5. Keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan Program antara Lain :
� Untuk mendukung Program Swasembada Gula Nasional telah dilakukan Peningkatan
Akselerasi Produksi dan Produktivitas Tebu di Sulawesi Selatan telah dilakukan kegiatan
perbaikan tanaman tebu melalui Bongkar Ratoon seluas 900 Ha di Kab. Gowa, Takalar,
dan Bone. Dengan membantu memberikan sarana produksi dan alat-alat pertanian dan
bantuan bibit unggul dan kultur jaringan.
� Untuk mendukung perbaikan peningkatan produksi dan produktivitas kakao masih tetap
dilanjutkan kegiatan perbaikan tanaman kakao melalui kegiatan Rehabilitasi tanaman
kakao seluas 6.160 Ha. Pada kabupaten Bulukumba, Sinjai, Luwu Utara, Bone, dengan
membantu Bibit dan Sarana produksi.
� Akselerasi Pengembangan Kapas tetap dilanjutkan dengan mengembangkan tanaman
kapas seluas 3.100 Ha pada kabupaten Bantaeng, Bulukumba, Bone, Soppeng dan Wajo
.
� Pengembangan usaha perkebunan melibatkan pengusaha investor swasta dengan
membangun perkebunan kelapa sawit di kabupaten Wajo oleh pengusaha swasta
dengan telah dilakukan penandatanganan MOU antara pengusaha PT. Sumber Utama
Sejahtera dan PT. Sinar Reksa Kencana dengan petani peserta kelapa sawit dengan
sistem bagi hasil (60%:40%) disaksikan oleh Bapak Gubernur Sulawesi Selatan
dilanjutkan penanaman perdana kelapa sawit oleh Bapak Gubernur Sulawesi Selatan
pada tanggal 21 Mei 2013 di kabupaten Wajo.
� Untuk mendukung perbaikan peningkatan produksi dan produktivitas kopi masih tetap
dilanjutkan dengan kegiatan perbaikan tanaman kopi melalui kegiatan intensifikasi
tanaman kopi seluas 300 Ha pada kabupaten Toraja dan Toraja Utara dengan membantu
sarana produksi.
� Meningkatnya rendemen/kadar gula tebu dari rata-rata 6,5% pada tahun 2012 menjadi
7,51% pada tahun 2013 yang disebabkan karena selain penggunaan Varietas unggul dan
manajemen tebang yang lebih baik, juga karena berkurangnya serangan hama tikus dan
penggerek batang yang dikendalikan dengan sistem gropyokan dan penggunaan
feromonsex. Hal ini berdampak pada peningkatan produksi gula dan pendapatan petani
tebu rakyat
� Sejak Tahun 2013, pengendalian hama penyakit tanaman perkebunan diarahkan pada
Penggunaan Agens Pengendali Hayati dan Pestisida Nabati dengan mengurangi
penggunaan pestisida kimia, Agens Pengendali Hayati berupa Fero PBK pada kakao,
Fero-Rhino pada kelapa, Fero-TAB pada Tebu mampu menekan perkembangan hama
35-80 persen dan tidak berdampak negatif baik terhadap musuh alami, hewan ternak,
manusia, lingkungan dan air karena bersifat non persistensi sehingga dapat
mempertahankan sistem pertanian berkelanjutan.
� Pada Pameran Agro & food Expo pada tanggal 23-26 Mei di Jakarta Dinas Perkebunan
mendapatkan Juara ketiga (3)
� Penyerahan sertifikat Identifikasi geografis 2 kabupaten (Tana Toraja, Toraja Utara dan
Enrekang yaitu Kopi Arabika Toraja dan Kopi Arabika Kalosi) pada tanggal 19 februari
2013 di Kabupaten Enrekang.
� Pengembangan Agroindustri kelapa Kab. Jeneponto Gapoktan Abadi Jaya, Sertifikasi
Pangan Organik (kopi arabika), Kopi Berasan menjadi kopi bubuk gapoktan Aroma
Kambutatoa Kec. Rumbia Kab. Jeneponto, Agroindustri Jambu Mete.
� UPTD Balai Proteksi tanaman Pengawasan Pengujian Mutu Benih Perkebunan
(BPTP2MBP), Dinas Perkebunan dapat memberikan kontribusi terhadap penerimaan
Retribusi Pendapatan asli Daerah (PAD) senilai Rp. 901.932.500 (100,22%) dari target
Rp. 900.000.000,- . Melalui pengawasan dan pengujian mutu benih dengan menerbitkan
950 lembar sertifikasi/surat keterangan mutu benih kakao, cengkeh, pala, karet, jambu
mete, kopi, kelapa sawit, kelapa dalam dan tebu. Dengan demikian maka akan
memberikan dampak terhadap semakin berkurangnya peredaran benuh yang illegal
sehingga hal ini akan memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi perkebunan dan pada
akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani perkebunan.
� Telah memfasilitasi bibit kakao sambung pucuk sebanyak 850.000 pohon (850 ha) yang
diberikan kepada petani secara cuma-cuma sekitar 8.500 KK pada seluruh
kabupaten/kota. Demikian juga bibit komoditi unggulan yang dibagikan kepada petani
secara gratis yang siap salur yaitu cengkeh 97.000 pohon (1.840KK) yang dialokasikan
pada kabupaten pada 15 Kabupaten yaitu Toraja Utara, Tana Toraja, Pinrang, Sidrap,
Wajo, Soppeng, Sinjai, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Gowa, Maros, Pangkep, Barru
dan Kota Palopo. Pala 50.000 Pohon (2.000 KK) yang dialokasikan pada kabupaten Luwu,
Pinrang, Wajo, Soppeng, Sinjai, Bulukumba, Bantaeng, Selayar, Gowa dan Barru . Karet
20.000 pohon (999 KK) yang dialokasikan pada kabupaten Bulukumba dan Sinjai. Kopi
Arabika 96.778 Pohon (968 KK) yang dialokasikan di Kabupaten Tana Toraja, Toraja
Utara, Enrekang, Pinrang, Sidrap, Soppeng, Bantaeng, Jeneponto, Gowa dan Barru.
Kelapa Sawit 30.000 Pohon (1.250 KK) yang dialokasikan pada kabupaten Luwu Timur,
Luwu Utara, Pinrang dan Soppeng. Kelapa 50.000 Pohon (2.000 KK) yang dialokasikan
pada kabupaten Bantaeng, Selayar, Jeneponto, Gowa, Pangkep, Takalar, Barru. Jambu
Mete 30.250 pohon (605 KK) yang dialokasikan pada Kabupaten Jeneponto, Takalar,
Barru.
6. Permasalahan/hambatan yang masih berpengaruh dalam pelaksanaan program dan
kegiatan antara lain :
� Target produksi kakao 300.000 ton pada tahun 2013 tidak tercapai disebabkan antara
lain adanya anomaly iklim/cuaca yang kurang mendukung, adanya kegiatan atau
rehabilitasi kakao yang sebahagian besar menebang batang utama, relatif
mempengaruhi produksi kakao, adanya serangan Hama PBK seluas 98.983,99 Ha dan
penyakit VSD seluas 44.586 Ha pada tahun 2013 serta pembiayaan Gernas kakao
setiap tahunnya tidak optimal sesuai yang diharapkan
� Produktitivitas Komoditi Perkebunan belum optimal bila dibandingkan potensi
Produksi, dimana rata-rata produktifitas komoditi perkebunan masih dibawah 1
Ton/Ha/Thn.
� Mutu hasil produksi Perkebunan belum optimal dimana sarana pengolahan hasil
produksi perkebunan masih terbatas
� Harga komoditas kakao berfluktuasi, dimana apabila harga rendah petani kurang
memelihara tanaman kakao yang berakibat pada produktivitasnya juga menurun.
7. Upaya mengatasi masalah/hambatan yang masih berpengaruh dalam pelaksanaan
program dan kegiatan antara lain :
� Tetap mengupayakan usaha pengendalian hama dan penyakit tanaman perkebunan
dengan melakukan pembinaan yang berkelanjutan antara lain dengan pengendalian
melalui pemangkasan, sanitasi dan pemupukan, selain itu dilakukan aplikasi fungisida
dan pemberian agensi hayati jamur trichoderma.
• Upaya peningkatan produksi dan produktifitas komoditi perkebunan dilakukan
melalui kegiatan Intensifikasi, Peremajaan, Rehabilitasi dan pemeliharaan yang
intensif serta menggunakan sumber bahan tanaman yang unggul.
• Meningkatkan pengadaan bibit kakao sambung pucuk.
• Untuk meningkatkan kualitas/mutu hasil perkebunan dilakukan upaya penyediaan
sarana pengolahan yang memadai dan pembinaan peningkatan mutu yang intensif
pada petani agar petani dapat menikmati nilai tambah yang diperoleh dari
peningkatan mutu.
• Meningkatkan kemitraan antara Gapoktan dengan pengusaha industry/pengolahan
hasil kakao.
(PR/H23.6)