Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 · PDF fileintinya pembelajaran pada abad ke-21...

14
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 15 ASESMEN PADA ABAD KE-21 (Perspektif Asesmen Otentik (Authentic Assessment) dalam Kurikulum 2013) Masrukhin 1 Abstract Human resource quality from measurement result that developed by Human Development Index (HDI), Program for International Student Assessment (PISA), Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS), show low result. This the result want toes be our stepping to does repair and direction change in national education development, therefore several solutions that can on the market: (1) national education program design development, want always involve school element, government and user society; (2) study system standardization and system assessment in every education program execution; (3) authentic evaluation (authentic assessment) in curriculum 2013, can to measures good cognate aspect, affective and psychomotor; (4) curriculum development should responsive global era in 21 st century; (5) welfare enhanced and also private. Keywords: quality, human resource, curriculum, and authentic assessment. A. Pendahluan Sumber daya manusia (SDM) bermutu merupakan faktor terpenting dan modal pembangunan nasional dalam menghadapi era global, berdasarkan pengalaman di banyak negara menunjukkan, sumber daya manusia yang berkualitas lebih penting daripada sumber daya alam yang melimpah, akan tetapi, beberapa decade terakhir ini, daya saing bangsa Indonesia di tengah bangsa-bangsa lain masih memperihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator-indikator pengukuran indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) Indonesia menempati rangking 121 dari 187 negara, IPM Indonesia naik 3 peringkat pada tahun 2012 dibandingkan tahun sebelumnya yang menempati posisi 124 dari 187 negara di dunia, nilai Indeks Pembangunan Manusia Indonesia (IPM) ini dilihat atas dasar dari pembangunan manusia pada kelas menengah. 2 Agar sumber daya manusia Indonesia berkualitas, maka faktor terpenting yang perlu diperhatikan dalam pembangunan nasional adalah pendidikan, penyelenggaran program pendidikan berkualitas perlu memperhatinkan pada dua aspek yaitu sistem pembelajarannya dan sistem penilaiannya. Penilaian merupakan komponen penting dalam dunia pendidikan, untuk meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan upaya peningkatan kualitas sistem pembelajaran dan kualitas penilaiannya, sistem pembelajaran 1 Dosen STAIN Kudus dan Peneliti di Lembaga Kajian el-Kasyaf. 2 Warta Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM),18 Maret 2013, http://.www.wartaekonomi.co.id

Transcript of Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 · PDF fileintinya pembelajaran pada abad ke-21...

Page 1: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 · PDF fileintinya pembelajaran pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan ... ada beberapa ciri asesmen pada abad ke-21,

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

15

ASESMEN PADA ABAD KE-21

(Perspektif Asesmen Otentik (Authentic Assessment) dalam Kurikulum 2013)

Masrukhin1

Abstract

Human resource quality from measurement result that developed by Human

Development Index (HDI), Program for International Student Assessment (PISA), Trends

in International Mathematics and Science Study (TIMMS), show low result. This the result

want toes be our stepping to does repair and direction change in national education

development, therefore several solutions that can on the market: (1) national education

program design development, want always involve school element, government and user

society; (2) study system standardization and system assessment in every education

program execution; (3) authentic evaluation (authentic assessment) in curriculum 2013,

can to measures good cognate aspect, affective and psychomotor; (4) curriculum

development should responsive global era in 21st century; (5) welfare enhanced and also

private.

Keywords: quality, human resource, curriculum, and authentic assessment.

A. Pendahluan

Sumber daya manusia (SDM) bermutu merupakan faktor terpenting dan modal

pembangunan nasional dalam menghadapi era global, berdasarkan pengalaman di banyak

negara menunjukkan, sumber daya manusia yang berkualitas lebih penting daripada

sumber daya alam yang melimpah, akan tetapi, beberapa decade terakhir ini, daya saing

bangsa Indonesia di tengah bangsa-bangsa lain masih memperihatinkan. Hal ini dapat

dilihat dari beberapa indikator-indikator pengukuran indeks pembangunan manusia (IPM)

atau Human Development Index (HDI) Indonesia menempati rangking 121 dari 187

negara, IPM Indonesia naik 3 peringkat pada tahun 2012 dibandingkan tahun sebelumnya

yang menempati posisi 124 dari 187 negara di dunia, nilai Indeks Pembangunan Manusia

Indonesia (IPM) ini dilihat atas dasar dari pembangunan manusia pada kelas menengah.2

Agar sumber daya manusia Indonesia berkualitas, maka faktor terpenting yang

perlu diperhatikan dalam pembangunan nasional adalah pendidikan, penyelenggaran

program pendidikan berkualitas perlu memperhatinkan pada dua aspek yaitu sistem

pembelajarannya dan sistem penilaiannya. Penilaian merupakan komponen penting dalam

dunia pendidikan, untuk meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan upaya

peningkatan kualitas sistem pembelajaran dan kualitas penilaiannya, sistem pembelajaran

1 Dosen STAIN Kudus dan Peneliti di Lembaga Kajian el-Kasyaf. 2Warta Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM),18 Maret 2013,

http://.www.wartaekonomi.co.id

Page 2: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 · PDF fileintinya pembelajaran pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan ... ada beberapa ciri asesmen pada abad ke-21,

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

16

yang baik, akan menghasilkan kualitas belajar yang baik, kualitas pembelajaran tersebut

dapat dilihat dari hasil penilaian.

Namun dalam realitasnya implementasi penilaian dalam dunia pendidikan

seringkali dilakukan kurang memperhatikan kualitas instrumen penilaiannya, baik dilihat

dari keterandalan soal dilihat dari validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran serta

pengecoh soal, disamping itu juga instrumen yang dikembangkan belum mampu

mengukur kemampuan siswa yang sebenarnya (the real mirror) pada aspek kognitif,

afektif dan psikomotor.

Hasil tes dari berbagai macam tes matematika dan sains yang telah dilakukan oleh

Program for International Student Assessment (PISA) maupun Trends in International

Mathematics and Science Study (TIMMS) hasil-hasil ujian siswa-siswi sekolah menengah

di Indonesia masih memprihatinkan, selalu masuk dalam peringkat-peringkat terendah.3

Lebih lanjut data PISA 2012 hasilnya Indonesia menempati urutan di bawah negara

Malaysia dan Vietnam, dan TIMMS 2011, mutu pembelajaran matematika di Indonesia

tak kunjung membaik, pada tahun 2000, hasil siswa Indonesia dalam PISA pertama itu

pada peringkat ke-39 dari 41 negara peserta, hanya lebih baik pada saat itu Peru dan Brazil

di bawah Indonesia, sekarang sudah melejit ke atas4, hasil tersebut menjadi cermin kita

dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang berkualitas, oleh karena itu kita perlu

memperbaiki sistem pembelajaran untuk mempersiapkan siswa-siswa kita dan juga

perbaikan sistem kegiatan asesmen dan evaluasi yang sesuai dan relevan dengan tujuan

pendidikan nasional.

B. Permasalahan

Sehubungan dengan kondisi kualitas pembelajaran dan lulusan pendidikan di

Indonesia yang masih rendah dan memprihatinkan, maka penulis tertarik membahas

tentang bagaimanakah asesmen pada abad ke-21 dalam perspektif asesmen otentik

(authentic assessment) pada kurikulum 2013? Kajian tentang asesmen pada abad ke-21

diharapkan kita dapat sedini mungkin mempersiapkan sistem pembelajaran, asesmen dan

evaluasi yang relevan dengan perkembangan global, sehingga sumber daya manusia

Indonesia mampu bersaing secara kompetitif dan komparatif di era global.

C. Landasan Teoritis

1. Asesmen pada Abad ke-21

Sebelum kita membicarakan tentang asesmen pada abad ke-21, ada baiknya kita

mengetahui terlebih dahulu tentang pembelajaran abad ke-21, berkaitan dengan hal

3 Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung , 2014,

hlm. 181. 4 Iwan Pranoto, Kasmaran Bermatematika, Kompas Desember 2013.

Page 3: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 · PDF fileintinya pembelajaran pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan ... ada beberapa ciri asesmen pada abad ke-21,

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

17

tersebut, maka dapat dilihat pada gambar 1 tentang pelangi pengetahuan dan ketrampilan

abad ke-21 dibawah ini.

Gambar 1. Framework for 21st century learning5

Gambar tersebut dipublikasi oleh Partnership of 21st Century Skill yang merupakan

suatu lembaga pendidikan yang berpusat di Tucson, Arizona, Amerika Serikat. Pada

intinya pembelajaran pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan

kompetitif yang diperlukan pada abad ke-21 yang berfokus pada pengembangan

pengetahuan, sikap dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thingking skills)

misalnya:

1. Kurikulum inti dan tema pada abad 21 (core subjects and 21st century themes) yaitu:

a). Kesadaran global (global awareness); b). Bebas buta tentang keuangan, ekonomi

bisnis, dan kewirausahaan (financial, economic business and entrepreneurial literacy);

c). Bebas buta tentang kewarganegaraan (civic literacy), and d). Bebas buta tentang

kesehatan (health literacy).

2. Belajar dan ketrempilan berinovasi (Leaning and innovation skills) yaitu: a).

kreativitas dan inovasi (creativity and innovation); b). Berpikir kritis (critical thinking)

dan pemecahan masalah (problem solving); c). Keterampilan berkomunikasi

(communication skills) dan kerjasama (collaboration).

5 June St. Clair Atkinson, Teacher Evaluation Process, Public School of North Carolina State Board of

Education Departemen of Public Instruction. Tucson, Arizona, Amerika Serikat, 2009, hlm.13. Catatan: 3Rs

meliputi reading (membaca), writi ng (menulis) dan arithmetic (berhitung). 4C meliputi: Critical thinking

(berpikir kritis), Communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi), dan creativity (kreativitas).

Page 4: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 · PDF fileintinya pembelajaran pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan ... ada beberapa ciri asesmen pada abad ke-21,

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

18

3. Ketrampilan Informasi, media dan teknologi (information, media and technology

skills) yaitu: a). Bebas buta Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau (ICT,

information and communication technology); b). Melek informasi (Information

literacy); c). Melek media (Media literacy).

4. Ketrampilan atau kecakapan hidup dan karir (Life and Career Skills) yaitu: a).

Fleksibel dan adaptif (flexibility and adaptability); b). Inisiatif dan mampu

mengarahkan diri sendiri (Initiative and self-direction); c). Ketrampilan sosial dan

persilangan budaya (social and cross-cultural skills); d). Produktif dan

bertanggungjawab (productivity and accountability); e). Kepemimpinan dan responsif

(Leadership and responsibility).6

Keterampilan kompetitif tersebut dikembangkan berdasarkan visi untuk abad 21st

agar peserta didik menjadi manusia yang sukses dalam percaturan ekonomi global, terkait

dengan penyiapan pembelajar untuk menguasai keterampilan dan kompetensi tersebut,

dalam salah satu publikasinya, lembaga Partnership of 21st Century Skills mengemukakan

ada beberapa ciri asesmen pada abad ke-21, antara lain sebagai berikut :

a. Mendorong berlangsungnya asesmen yang seimbang, termasuk keseimbangan

penggunaan tes baku berkualitas tinggi dengan penggunaan asesmen kelas, baik

formatif maupun sumatif yang efektif;

b. Menekankan kepada adanya umpan balik yang bermanfaat bagi kerja siswa dalam

pembelajaran sehari-hari;

c. Bertumpu kepada pengembangan portofolio dari hasil kerja siswa yang dapat

mengukur penguasaan siswa terhadap berbagai keterampilan yang diperlukan pada

abad ke-21 baik dalam pandangan pendidik maupun dalam pandangan pemberi

kerja nantinya.7

2. Asesmen Otentik dalam Kurikulum 2013

Penilaian otentik atau authentic assessment merupakan penilaian langsung (direct

assessment) dan ukuran langsung8, penilaian otentik lebih sering dinyatakan sebagai

penilaian berbasis kinerja (performance based assessment), penilaian alternative

(alternative assessment) atau penilaian kinerja (performance assessment).

Ada beberapa ahli yang membedakan dalam penggunaan istilah penilaian otentik

dengan penilaian kinerja, seperti Marzano (1994), sementara Stiggins (1987) dan Mueller

(2006) menggunakan kedua istilah tersebut secara sinonim. Istilah alternative assessment

digunakan sebagai alternative dari penilaian yang biasa digunakan (tradisional

assessment), Istilah direct assessment digunakan karena penilaian otentik menyediakan

6 Ibid.., hlm. 13-14. 7 Ismet Basuki dan Hariyanto, op.cit., 177-178. 8Mueller, J., Authentic Assessment. North Central, 2006, hlm. 1. tersedia:

http://jonatan,muller,faculty.noctri.edu/toolbox/wahtisist.htm

Page 5: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 · PDF fileintinya pembelajaran pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan ... ada beberapa ciri asesmen pada abad ke-21,

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

19

lebih banyak bukti langsung dari penerapan ketrampilan dan pengetahuan. Pendapat

serupa dikemukakan oleh Richard J. Stiggins (1987), bahkan Stiggins menekankan

keterampilan dan kompetensi spesifik, untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan

yang sudah dikuasai, dengan pernyataan : “performance assessment call upon the

examinee to demonstrate specific skills and competencies, tha is, to apply the skills and

knowledge they have mastered”.9

Pada prinsipnya penilaian otentik memiliki karakteristik yang berbeda dengan

penilaian tradisional. Sebagaimana Nurhadi mengemukakan bahwa karakteristik authentic

assesment adalah sebagai berikut: 1). Melibatkan pengalaman nyata (involves real-world

experience); 2). Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; 3).

Mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi; 4). Yang diukur keterampilan

dan performansi, bukan mengingat fakta; 5). Berkesinambungan; 6). Terintegrasi; 7).

Dapat digunakan sebagai umpan balik; 8). kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui

siswa dengan jelas.10

1) Alasan Perlunya Penilaian Otentik

Adapun rasionalisasi diperlukannya penilaian otentik dalam pembelajaran yaitu :

(1). keinginan pihak terkait dengan pendidikan (stakeholders pendidikan) untuk menyoroti

sifat-sifat konstruktif dari pembelajaran dan pendidikan; (2). penilaian otentik

mengizinkan peserta didik memilih jalannya sendiri untuk mendemonstrasikan kompetensi

dan ketrampilannya; (3). penilaian otentik mengevaluasi seberapa efektif siswa secara

langsung mampu menerapkan pengetahuannya dalam berbagai jenis dan tugas; (4).

memberikan legitimasi pembelajaran dengan mengaitkannya pada konteks dunia nyata;

(5). memberikan kemungkinan kolaborasi antar-siswa dan kolaborasi lintas kurikulum.11

Pada hakekatnya penilaian otentik (authentic assessment) dilakukan berdasarkan

kinerja siswa dalam menyelesaikan berbagai macam tugas yang diberikan oleh seorang

guru, hal ini dimungkinkan, tugas-tugas yang ada tidak dapat dikerjakan di dalam kelas,

sehingga tugas-tugas tersebut harus dikerjakan di luar pelajaran bahkan di luar sekolah,

bagaimana cara menilai pembelajaran seperti itu?. Sebagaimana Winggins12 mengatakan

orang-orang biasanya menyebutkan pembelajaran berbasis proyek atau project-based

learning, penilaian otentik syarat dengan menilai hasil belajar diantaranya berdasarkan

9 Stiggins, Student-Centered Classroom Assessment, Macmillan College Publishing Company, New

York, 1987, hlm. 34. 10 Nurhadi, op.cit., hlm. 173. 11 Ismet Basuki dan Hariyanto, op.cit., hlm. 169. 12 Winggins, G., Grant Wiggins on Assessment, Edutopia. The George Lucas Educational Founfation

(online), Etopia, Availlable: http://www.gief.org, 2005, hlm.2.

Page 6: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 · PDF fileintinya pembelajaran pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan ... ada beberapa ciri asesmen pada abad ke-21,

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

20

penugasan atau proyek, lebih lanjut Asmawi Zainul13 menekankan perlunya penilaian

kinerja untuk mengukur aspek lain di luar kognitif, yaitu tujuh kemampuan dasar menurut

Howard Gardner yang tidak mungkin dinilai dengan cara-cara yang biasa. Ketujuh

kemampuan dasar tersebut adalah: (1) visual-spatial, (2) bodiy-kinesthetic, (3) musical-

rhythmical, (4) interpersonal, (5) intrapersonal, (6) logical mathematical, (7). Verbal

linguistic. Hanya dua sajalah cara penilaian yang kita lakukan yaitu logical mathematical

dan verbal linguistic.

Fakta empiris mengatakan bahwa sebagian besar guru tidak tertarik dan tidak mau

menggunakan penilaian otentik atau penilaian berbasis kinerja, dengan alasan membuang

waktu dan energi serta terlalu mahal, padahal menilai kinerja dengan tes tertulis termasuk

dalam kategori tidak valid, menurut Wiggins14 merancang dan melaksanakan penilaian

kinerja sangatlah efisien, karena ajeg atau konsisten (reliable), tidak mahal dan tidak

membuang waktu. Standar tidak dapat dibuat tanpa melakukan penilaian berbasis kinerja,

Grant Wiggins (1993) menekankan hal yang lebih unik lagi dengan menekankan perlunya

kinerja secara efektif dan kreatif, yaitu: “…Engaging and worthy problems or questions of

importance, in which students must us knowledge to fashion performance effectively and

creatively. The tasks are either replicas of or analogous to the kinds of problems faced by

adult citizens and consumers of professionals in the field”.15

2) Bentuk Penilaian Otentik

Penilaian otentik dalam pendidikan agama Islam dapat menggunakan berbagai

jenis alat penilaian yaitu : (1) Rubrik/Pemandu Penskoran; (2) Portofolio/e-portofolio; (3)

Tugas Otentik; (4) Penilaian diri (Self Assessment) ; (5) Interviu/Wawancara; (6)

Menceritakan Kembali kisah atau sebuah teks; (7). Contoh penulisan; (8).

Proyek/Pameran; (9). Eksperimen/Demonstrasi; (10). Soal berbentuk tanggapan

terkonstruksi (Constructed response items); (11). Catatan observasi guru; (12). Jurnal/Entri

buku harian; (13). Karya tulis; (14). Kuis lisan; (15). Character map; (16). Graphic

organizer; (17). Check list; (18). Reading Log; (19). Rekaman Video; (20). Rekaman

proses diskusi, dan (21). Anecdotal record.16

Penilaian otentik dapat berbentuk tugas (task) bagi para siswa untuk menampilkan

pengetahuan, ketrampilan dan sikap, dan sebuah kriteria penilaian atau rubrik (rubrics)

yang akan digunakan untuk menilai penampilan berdasarkan tugas tersebut. Dalam

kesempatan ini, penulis akan mengembangkan hanya bentuk tugas otentik dan rubrik

yaitu:

13 Aswani Zaenul, Alternative Assessment. Applied Approach Mengajar di Perguruan Tinggi, Pusat

Antar Universitas untuk peningkatan dan pengembangan aktivitas instruksional. Ditjen Dikti Depdiknas,

Jakarta, 2001, hlm. 7-8. 14 Wiggins, log.cit. 2-3. 15 Winggins Grant, Education Assessment, Jossy Bass, San Francisco, 1998, hlm. 229. 16 Ismet Basuki dan Hariyanto, op.cit., 171-173.

Page 7: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 · PDF fileintinya pembelajaran pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan ... ada beberapa ciri asesmen pada abad ke-21,

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

21

a. Tugas otentik

Tugas otentik adalah the authentic tasks are assignment given to students designed

to assess their ability to apply standard-driven knowledge and skills to real-world

challenges. Lebih lanjut Baron’s (Marzano, 1993) mengemukakan lima kriteria task untuk

penilaian otentik yaitu: 1) tugas tersebut bermakna baik bagi siswa maupun bagi guru; 2)

tugas disusun bersama atau melibatkan siswa; 3) tugas tersebut menuntut siswa

menemukan dan menganalisis informasi sama baiknya dengan menarik kesimpulan

tentang hal tersebut; 4) tugas tersebut meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil

dengan jelas; 5) tugas tersebut mengharuskan siswa untuk bekerja atau melakukan.

Tugas-tugas penilain kinerja dapat berbentuk : 1) computer adaptive testing; 2) tes

pilihan ganda diperluas; 3) extended response atau open ended question; 4) group

performance assessment atau individual performance assessment; 5) interviu secara lisan

dari asesor; 6) observasi partisipasif; 7) portofolio; 8) projek, expo atau dokumentasi; 9)

constructed response (siswa perlu mengkonsruk sendiri jawabannya).

b. Rubrics

Kriteria penilaian (Rubrics) merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar criteria

untuk sebuah pekerjaan atau tugas17, secara singkat scoring rubrics terdiri dari beberapa

komponen, yaitu: 1) dimensi; 2) definisi dan contoh; 3) skala; dan 4) standar. Dimensi

akan dijadikan dasar menilai kinerja siswa, definisi dan contoh merupakan penjelasan

mengenai setiap dimensi, skala ditetapkan karena digunakan untuk menilai dimensi,

sedangkan standar ditentukan untuk setiap kategori kinerja.

Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai

suatu rubrics,18 yaitu:

1. Seberapa jauh rubrik tersebut (jelas) berhubungan langsung dengan criteria yang

dinilai?

2. Seberapa jauh rubrik tersebut mencakup keseluruhan standar dimensi kinerja yang

dinilai?

3. Apakah kriteria yang dipilih sudah menggunakan standar yang secara umum berlaku

dalam bidang kinerja yang dinilai?

4. Sejauhmana dimensi dan skala yang digunakan terdefinisi dengan baik?

5. Jika menggunakan skala numerik sejauhmana angka-angka yang digunakan itu

memang secara adil menggambarkan perbedaan dari setiap kategori kinerja?

6. Seberapa jauh selisih skor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda?

7. Apakah rubric yang digunakan dipahami oleh siswa?

8. Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari bias?

17 Aswani Zaenul, op.cit., hlm. 19 18 Aswani Zaenul, op.cit., hlm. 29-30

Page 8: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 · PDF fileintinya pembelajaran pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan ... ada beberapa ciri asesmen pada abad ke-21,

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

22

9. Apakah rubric mudah digunakan, cukup praktis dan mudah diadministrasikannya?.

c. Deskriptor dan Level Kinerja

Penilaian berbentuk rubrik sebaiknya juga menggunakan komponen yang secara

umum digunakan dalam penilaian berbasis kinerja yaitu deskriptor. Deskriptor

mengekspresikan tingkat kinerja siswa pada masing-masing level dari suatu penampilan.

Contohnya: rumusan standar minimal dalam perumusan tujuan pembelajaran khusus,

deskripsi juga digunakan untuk memperjelas harapan atau aspek yang dinilai, selain itu

deskriptor juga membantu penilai (rater) lebih konsisten dan lebih objektif, bagi guru yang

melaksanakan penilaian otentik, descriptor membantu memperoleh umpan balik yang

lebih baik.

d. Perbedaan Penilaian Otentik dan Penilaian Tradisional

Penilaian tradisional merujuk pada ukuran-ukuran yang dipaksakan, seperti tes

pilihan ganda, isian, benar salah, menjodohkan dan bentuk-bentuk serupa lainnya yang

biasa digunakan dalam pendidikan, sedangkan penilaian otentik adalah proses

pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran

yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan,

membuktikan, atau menujukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar

dikuasai dan tercapai.19 Lebih lanjut Hill dan Ruptic 20 menyatakan bahwa asesmen

adalah suatu proses untuk mengumpulkan bukti dan mendokumentasikan pembelajaran

dan pertumbuhan anak.

Pada hakekatnya baik penilaian tradisional maupun penilaian otentik sama-sama

memiliki tujuan esensial berkaitan dengan misi utama sekolah adalah membantu warga

negara produktif. Namun pada implementasinya kedua pandangan tersebut memiliki

strategi dan teknik yang berbeda.

Menurut pandangan penilaian tradisional (biasa) untuk menjadi warga yang

produktif seseorang harus memiliki sejumlah pengetahuan dan keterampilan tertetu,

sekolah harus membekali siswa dengan sejumlah keterampilan, pengetahuan, dan sikap

yang telah ditetapkan terlebih dahulu untuk menunjang agar setiap warga negara produktif,

penilaian (asesmen) dikembangkan dan dilaksanakan untuk menentukan ketercapaian

kurikulum atau berhasil atau tidaknya melalui serangkaian tes yang telah disiapkan untuk

peserta didik, Sebaliknya penilaian otentik berangkat dari alas an dan praksis yaitu misi

sekolah adalah mengembangkan warga Negara produktif. Untuk menjadi seorang warga

Negara yang produktif, seseorang harus mampu menampilkan sejumlah task yang

bermakna dai dunia sesungguhnya (real mirror). Sekolah mempunyai kewajiban untuk

19 Nurhadi, Kurikulum 2004, PT. Gramedia Widyasarana Indonesia, Jakarta, 2004, hlm. 172. 20Hill, Bonnie Cambel, and Cynthia A. Ruptic, Practical Aspect of Authentic Assessment, Cristopher-

Gordon Publishers, Norwood, 1994, hlm. 8.

Page 9: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 · PDF fileintinya pembelajaran pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan ... ada beberapa ciri asesmen pada abad ke-21,

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

23

membantu siswanya menjadi mahir dalam menampilkan sejumlah tugas yang akan

dikuasai saat mereka lulus, penilaian digunakan untuk menentukan berhasil atau tidaknya

siswa memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap melalui penampilan tugas-tugas

bermakna yang menyerupai tantangan dunia sesunguhnya. Apakah siswa-siswa tersebut

mampu melakukannya?.

Penilaian otentik menggiring kurikulum atau rancangan kurikulum dengan langkah

mundur, yang berarti bahwa setiap guru memiliki kewajiban untuk mendesain tugas-tugas

yang memungkinkan siswa menampilkan apa yang telah dikuasainya, selanjutnya

dikembangkan kurikulum yang memungkinkan siswa menampilkan kinerjanya dengan

baik, pada aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang esensi, penilaian otentik

merupakan pelengkap dari penilaian tradisional, hal ini bisa dilihat pada gambar 2 di

bawah ini.

Gambar 2 Perbedaan Penilaian Tradisional dan Penilaian Otentik

3) Bagaimama Menyiapkan Penilaian Otentik

Penilaian otentik dilakukan dengan cara siswa diminta menampilkan sejumlah

tugas dalam dunia sesungguhnya yang memperlihatkan aplikasi pengetahhuan,

ketrampilan dan sikap yang esensial, adapun langkah-langkah persiapannya dapat dilihat

pada gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3 Diagram Alur Menyiapkan Penilaian Otentik

STANDAR

TUGAS-TUGAS OTENTIK

KRITERIA

RUBRIK

Skor Rujukan Penyesuaian Atau Benchmark Pembelajaran

Traditional Assessment Authentic Assessment

Selecting a response Performing a task

Contrived Real life

Recall/Recognition Construction /Application

Teacher-structured Student-structured

Indirect Evidence Direct Evidence

Page 10: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 · PDF fileintinya pembelajaran pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan ... ada beberapa ciri asesmen pada abad ke-21,

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

24

D. Pembahasan dan Penyelesaian Masalah

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan sumber daya

manusia Indonesia pada abad ke-21, melalui implementasi kurikulum 2013 yaitu:

1. Secara konseptual pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung. Namun dari beberapa pengalaman

negara maju, pendidikan memiliki peran yang sangat strategis. Pendidikan yang

didukung penuh oleh pemerintah dengan memberikan berbagai macam sarana dan

prasarana pengembangan jauh lebih berkualitas, bila dibandingkan penyelenggaraan

pendidikan yang tanpa didukung oleh pemerintah. Oleh karena itu, kerjasama

pengembangan pendidikan dengan melibatkan pengembang sekolah, pemerintah dan

masyarakat pengguna/stakeholders/user/industry sangat menentukan kualitas lulusan.

Sebagaimana hubungan ketiga komponen tersebut dapat digambarkan 4 sebagai

berikut:

Gambar 4. Hubungan antara Sekolah, Pemerintah dan Masyarakat

Pengguna/Stakeholders/User/Industry

Pada gambar 4 diatas menunjukkan hubungan ketiga komponen yang sangat interaktif

dan interdepensi. Kemajuan, kualitas dan daya guna pendidikan sangat ditentukan

oleh kerjasama (collborative), team work, dan tim cerdas yang baik dari ketiga

komponen tersebut. Semakin tinggi ketiga komponen tersebut, dengan

memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing komponen, maka akan

semakin tinggi kemajuan, kualitas dan daya guna program pendidikan yang

dihasilkan.

2. Pengembangan standarisasi sistem pembelajaran dan sistem asesmen dalam setiap

pelaksanaan program pendidikan yang berbasis siswa (students-based learning, and

assessment system), baik pada saat awal pengembangan kurikulum, proses

implementasi kurikulum, asesmen, dan evaluasi. Siswa menjadi pusat pembelajaran

(student centered), bukan pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered).

Pembelajaran yang terpusat pada siswa dengan berfungsi sebagai kurikulum pengiring

(nuturen crriculum), diharapkan dapat meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan

oleh siswa, seperti misalnya: academic content, critical thinking, caring and creative.

Sekolah

Pemerintah/Decision Maker Masyarakat Pengguna/

Stakeholders/User/Industry

Page 11: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 · PDF fileintinya pembelajaran pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan ... ada beberapa ciri asesmen pada abad ke-21,

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

25

Disamping itu juga standarisasi kompetensi guru yang telah ditetapkan yaitu:

kompetensi kepribadian, profesional, pedagogik, dan sosial dan juga asesmen guru

dalam kegiatan pembelajaran. Modifikasi proses tersebut dapat dilihat pada gambar 5

di bawah ini.

Gambar 5. Peta Konsep Sistem Pembelajaran Berbasis Siswa dan Asesmen 21

3. Penilian otentik (authentic assessment) merupakan suatu cara untuk mengukur

kemampuan siswa sesuai dengan apa yang dimiliki atau sesuai dengan kenyataan (the

real mirror), melalui berbagai macam bentuk tes dan non tes seperti bentuk tugas dan

portofolio.

Ada beberapa hal yang patut dicatat sehubungan dengan implementasi

kurikulum 2013 di Indonesia, antara lain yaitu:

a. Amerika Serikat justru cenderung mengembangkan asesmen sumatif berskala besar

yang berarti ada ujian yang berlaku untuk seluruh Negara (widestate test) yang

identik dengan ujian nasional yang dilaksanakan di Indonesia.

b. Mengingat keterampilan penguasaan TIK merupakan prasyarat keberhasilan

menghadapi abad ke-21, hilangnya mata pelajaran TIK dalam kurikulum 2013

merupakan kemunduran, tidak bias hal itu cukup diserahkan kepada guru masing-

masing bidang studi atau guru kelas karena banyak guru-guru di Indonesia yang

justru gagap TIK.

21 National Education Association, Teacher Assessment and Evaluation: The National Education

Association’s Framework for Transforming Education Systems to Support Effective Teaching and Improve

Student Learning, NW. Washington, DC. 2003, hlm.1

Concept Map for Students-Based Learning and Assesment System

Student Standards Teacher Standards

Rich, Meaningful

Curriculum

Adequate

Learning Resource

Productive

Structure and

Climate

Teacher Preparation

and Licensure

New Teacher

Introduction and

Support

Job-Embedded PD

Assessment of

Teacher Practice

Licensure

Teacher and

Learning Process

Assessment of

Student Learning

Student Learning :

Academic Content

Critical Thinking

Caring and

Creative

Page 12: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 · PDF fileintinya pembelajaran pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan ... ada beberapa ciri asesmen pada abad ke-21,

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

26

c. Asesmen tetap berupa asesmen formatif maupun asesmen sumatif.

d. Asesmen pada abad ke-21 sesuai dengan indikasi dalam butir –butir rekomendasi

maupun arahan di atas, lebih difokuskan kepada asesmen otentik yang mengukur

baik aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

e. Keterampilan untuk menyusun rubrik serta kecakapan menerapkan pembelajaran

yang diakses dengan portofolio merupakan salah satu tugas dan kewajiban poko

guru22.

Diantara beberapa kelebihan penilaian otentik dalam penerapan kurikulum

2013 antara lain: (1). Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan

ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013; (2). Penilaian

tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam

rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain; (3).

Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,

memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam

pengaturan yang lebih autentik; (4). Penilaian autentik sangat relevan dengan

pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar

atau untuk mata pelajaran yang sesuai; (5). Penilaian autentik sering dikontradiksikan

dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis normatif, pilihan ganda,

benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat; (6). Tentu saja, pola

penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim

digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik; (7). Penilaian autentik dapat

dibuat oleh guru sendiri, guru secara team teaching, atau guru bekerjasama dengan

peserta didik; (8). Penilaian autentik akan mampu menilai siswa pada aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor.

4. Pengembangan kurikulum yang ada hendaknya menyeseuaikan dengan perkembangan

kurikulum global pada abad ke-21, diharapkan siswa dapat mampu bersaing secara

kompetitif dan komparatif di era global, yaitu: a). Kurikulum inti dan tema pada abad

21 (core subjects and 21st century themes); b). Belajar dan ketrampilan berinovasi

(Leaning and innovation skills); c). Ketrampilan Informasi, media dan teknologi

(information, media and technology skills); d). Ketrampilan atau kecakapan hidup dan

karir (Life and Career Skills).

5. Tidak adanya diskriminasi gaji guru baik negeri maupun swasta. Hal ini dikarenakan

sama-sama memiliki tugas dan kewajiban yang sama, yakni mencerdaskan kehidupan

bangsa. Tingkat kesejahteraan guru akan mampu meningkatkan profesionalitas guru

dalam mengajar. Gaji guru yang sekarang ada masih sangat kecil dan jauh bila

dibandingkan dengan profesi-profesi lainnya dan juga dengan negara-negara yang

lain, terlebih guru swasta.

22 Ismet Basuki dan Hariyanto, op.cit., 180-181.

Page 13: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 · PDF fileintinya pembelajaran pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan ... ada beberapa ciri asesmen pada abad ke-21,

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

27

E. Kesimpulan

Ada beberapa kesimpulan yang bisa kita ambil dari apa yang dibahas berkaitan

dengan asesmen pada abad ke-21 dalam perspektif asesmen otentik (authentic

assessment) pada kurikulum 2013, yaitu:

1. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dari berbagai macam instrumen pengukuran

yang dikembangkan oleh Human Development Index (HDI), Program for

International Student Assessment (PISA), Trends in International Mathematics and

Science Study (TIMMS), dan lain-lain. Hendaklah kita jadikan cermin untuk

melakukan perbaikan dan perubahan arah dalam pembangunan pendidikan nasional;

2. Kualitas pendidikan sangat ditentukan kerjasama sekolah, pemerintah dan masyarakat

pengguna/stakeholders/user/industry;

3. Standarisasi sistem pembelajaran dan sistem asesmen dalam setiap pelaksanaan

program pendidikan yang berbasis siswa (students-based learning, and assessment

system) dan juga standarisasi guru dalam kompetensi kepribadian, profesional,

pedagogik, dan sosial serta asesmen guru dalam kegiatan pembelajaran;

4. Penilian otentik (authentic assessment) yang diimplementasikan pada kurikulum 2013

sesuai dengan perkembangan abad ke-21, dengan indikator dalam butir –butir

instrumen mampu mengukur baik aspek kognitif, afektif dan psikomotor;

5. Pengembangan kurikulum yang ada hendaknya merespon dengan perkembangan

kurikulum global pada abad ke-21;

6. Tidak adanya diskriminasi gaji guru baik negeri maupun swasta dan juga

mempertimbangkan tingkat kesejahteraan hidup guru dalam melaksanakan tugas dan

kewajiban.

DAFTAR PUSTAKA

Aswani Zaenul, Alternative Assessment. Applied Approach Mengajar di Perguruan

Tinggi, Pusat Antar Universitas untuk peningkatan dan pengembangan aktivitas

instruksional. Ditjen Dikti Depdiknas, Jakarta, 2001.

Hill, Bonnie Cambel, and Cynthia A. Ruptic, Practical Aspect of Authentic Assessment,

Cristopher-Gordon Publishers, Norwood, 1994.

Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung

, 2014.

Iwan Pranoto, Kasmaran Bermatematika, Kompas Desember 2013.

June St. Clair Atkinson, Teacher Evaluation Process, Public School of North Carolina

State Board of Education Departemen of Public Instruction. Tucson, Arizona,

Amerika Serikat, 2009, hlm.13. Catatan: 3Rs meliputi reading (membaca), writing

Page 14: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 · PDF fileintinya pembelajaran pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan ... ada beberapa ciri asesmen pada abad ke-21,

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 2, Desember 2014

28

(menulis) dan arithmetic (berhitung). 4C meliputi: Critical thinking (berpikir

kritis), Communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi), dan creativity

(kreativitas).

Mueller, J., Authentic Assessment. North Central, 2006, tersedia :

http://jonatan,muller,faculty.noctri.edu/toolbox/wahtisist.htm

Marzano, R. J., et al. Assessing Student Outcomes : Performance Assessment Using the

Five Dimensions of Learning Model, Association for Supervision and Curriculum

Development, Alixandria, 1994.

National Education Association, Teacher Assessment and Evaluation: The National

Education Association’s Framework for Transforming Education Systems to

Support Effective Teaching and Improve Student Learning, NW. Washington, DC.

2003.

Nurhadi, Kurikulum 2004, PT. Gramedia Widyasarana Indonesia, Jakarta, 2004.

Stiggins, Student-Centered Classroom Assessment, Macmillan College Publishing

Company, New York, 1987.

Winggins, G., Grant Wiggins on Assessment, Edutopia. The George Lucas Educational

Founfation (online), Etopia, Availlable: http://www.gief.org, 2005.

Winggins Grant, Education Assessment, Jossy Bass, San Francisco, 1998.

Warta Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM),18 Maret 2013,

http://.www.wartaekonomi.co.id.