Kasus Tga Mut
-
Upload
mutia-sesunan -
Category
Documents
-
view
70 -
download
2
Transcript of Kasus Tga Mut
![Page 1: Kasus Tga Mut](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557202294979599169a3102c/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN KASUS
DATA DASAR
IDENTIFIKASI
Seorang bayi perempuan, usia 13 hari, berat badan 3700 gram, panjang badan 43 cm,
beralamat di Jl. Balap Sepeda Lr Muhajirin No.1523 Lorong Pakjo IB I Palembang , dirawat
di bagian IKA RSMH Palembang tanggal 5 Oktober 2011 pukul 09.30 WIB.
ANAMNESIS:
Keluhan Utama: Sesak napas
Keluhan Tambahan: Terlihat biru di bibir
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Bayi lahir di RSMH, SC atas indikasi letak sungsang ditolong SpOG dari ibu G1P0A0 hamil
cukup bulan, lahir langsung menangis, A/S ? BBL 3300 gram. Riwayat ibu demam disangkal,
ketuban pecah sebelum waktunya disangkal dan ketuban kental, hijau, bau busuk disangkal.
Sejak lahir bayi terlihat biru di bibir. Sesak (-). Sering berhenti saat menyusu (+). 10 hari
smrs bayi batuk (+), pilek (+), demam (-), sesak (+). menetek sebentar-sebentar (+). BAK
dirasakan berkurang. Bayi dibawa berobat ke SpA dan dilakukan echocardiografi. Hasil
echocardiografi TGA dengan PFO dan PDA. Bayi dirujuk ke RSMH MRS.
Riwayat Kehamilan:
Ibu penderita rajin kontrol ke bidan 8x selama kehamilan, selama hamil ibu penderita tidak
pernah demam maupun perdarahan, riwayat imunisasi TT (-), memelihara hewan peliharaan
(-). Selama hamil ibu penderita tidak pernah mengkonsumsi jamu maupun obat-obatan yang
bukan berasal dari tenaga kesehatan.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat penyakit seperti ini pada keluarga disangkal
Riwayat Keluarga:
Ayah IbuNama A. S N.PUsia 35 thn 30 thnPendidikan terakhir S1 D3Pekerjaan Swasta IRT
2
![Page 2: Kasus Tga Mut](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557202294979599169a3102c/html5/thumbnails/2.jpg)
Riwayat Sosial Ekonomi:
Sosial ekonomi keluarga cukup.
Riwayat Makanan
ASI : Lahir – sekarang (on demand)
Riwayat Perkembangan
Perkembangan sesuai umur.
Riwayat Imunisasi
Penderita belum pernah diimunisasi
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum:
BB 3700 gram, PB 43 cm, LK 35 cm
Aktifitas : Hipoaktif Nadi : 160x/menit Anemia (-)
Reflek isap : Lemah Pernafasan : 64x/menit Ikterik (-)
Tangis : Lemah Suhu : 37,0 C Dispneu (+)
Sianosis (+)
Keadaan Spesifik:
Kepala : Normocephali, pernafasan cuping hidung (-), pupil bulat isokor, RC +/+ normal,
wajah dismorfik (-), fontanela anterior bulging (-). Sianosis mukosa bibir dan
lidah (+).
Thoraks : Simetris, retraksi (-) IC, SC
Paru: vesikuler (+) normal, rbhn (+), wheezing (-)
Jantung:
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba, thrill (-)
Auskultasi: BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik (+) grade
III/6 di ICS II-III linea parasternalis sinistra.
Abdomen : Datar, lemas, hepar just palpable, lien tidak teraba, umbilikus: layu (-), bau
(-), pus (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, pucat (-), clubbing finger/jari tabuh (-), CRT < 3 detik
Genitalia & anus: Dalam batas normal
Punggung : Dalam batas normal
3
![Page 3: Kasus Tga Mut](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557202294979599169a3102c/html5/thumbnails/3.jpg)
RINGKASAN DATA DASAR
Seorang bayi perempuan usia 13 hari dengan berat badan 3700 gram, datang ke
RSMH dengan keluhan utama sesak napas dan keluhan tambahan terlihat biru di bibir. Bayi
lahir di RSMH, SC atas indikasi letak sungsang ditolong SpOG dari ibu G1P0A0 hamil cukup
bulan, lahir langsung menangis, BBL 3300 gram. Sejak lahir bayi terlihat biru terutama di
bibir. Sering berhenti saat menyusu (+). Sesak (-). 10 hari smrs bayi batuk (+), pilek (+),
demam (-), sesak (+). Bayi dibawa berobat ke SpA dan dilakukan echocardiografi. Hasil
echocardiografi TGA dengan PFO dan PDA. Bayi dirujuk ke RSMH dan MRS.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum aktifitas hipoaktif, refleks isap
lemah, tangis lemah, nadi 160x/menit, pernafasan 64x/menit, suhu 37°C, terdapat dispneu.
Pada keadaan spesifik didapatkan tidak ada nafas cuping hidung. Terdapat sianosis pada
mukosa bibir dan lidah. Pada pemeriksaan thorak terdapat retraksi intercostal dan subcostal,
pada auskultasi jantung terdengar BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, serta bising sistolik
grade III/6 di ICS II-III linea parasternalis sinistra. Pada pemeriksaan pulmo didapatkan suara
napas vesikuler, terdapat ronkhi basah halus nyaring. Hepar teraba just palpable. Pada
ekstremitas tidak ditemukan kelainan.
ANALISA AWAL
Dari anamnesis diketahui bahwa penderita datang dengan keluhan utama sesak napas
dan keluhan tambahan terlihat biru. Terdapat riwayat tampak biru di bibir sejak lahir dan
sering berhenti saat menyusu. Sesak napas dirasakan 10 hari smrs disertai batuk dan pilek.
Penyebab penderita sesak napas dan terlihat biru di bibir dipikirkan karena (1) sesak napas
bisa disebabkan karena kelainan kongenital sistem respirasi (hernia diafragma, kista paru, dll)
maupun kelainan kongenital pada jantung (PJB sianotik dan non sianotik), infeksi sistem
respirasi (bronkopneumonia); (2) Biru di bibir dapat disebabkan karena kelainan jantung
bawaan ataupun gangguan pada sistem respirasi. Adanya riwayat sesak napas disertai
menetek yang sebentar-sebentar pada bayi dapat disebabkan oleh decompensatio cordis.
Sedangkan riwayat bayi batuk (+), pilek (+) dan disertai sesak napas (+) dapat disebabkan
oleh infeksi sistem respirasi seperti bronkopneumonia.
Pada pemeriksaan fisik tanda vital ditemukan takikardia dan takipneu. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan sianosis sentral di mukosa bibir dan lidah. Pada pemeriksaan
thorax ditemukan retraksi intercostalis dan subcostal, dan bising sistolik pada auskultasi
jantung, serta ronkhi basah halus nyaring pada auskultasi paru.
4
![Page 4: Kasus Tga Mut](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557202294979599169a3102c/html5/thumbnails/4.jpg)
Adanya keluhan sesak napas dan riwayat sering berhenti saat menyusu, serta dari
pemeriksaan fisik ditemukan takikardi dan takipneu, maka dipikirkan penderita ini
mengalami decompensatio cordis. Karena terdapat riwayat terlihat biru di bibir sejak lahir,
yang didukung dari pemeriksaan fisik berupa sianosis sentral serta adanya bising jantung,
maka dipikirkan penderita mengalami decompensatio cordis yang disebabkan oleh penyakit
jantung bawaan (PJB) sianotik.
PJB sianotik dengan decompensatio cordis pada penderita dapat berupa Transposition
of The Great Artery (TGA), atresia pulmonal, atresia tricuspid, trunkus arteriosus, vetrikel
tunggal atau anomaly total drainase vena pulmonalis. Pada pemeriksaan bunyi jantung
didapatkan Bj I normal, Bj II tunggal dan keras, yang merupakan manifestasi klinis dari TGA
akibat dari posisi antero-posterior dari pembuluh darah besar. Terdapat pula bising sistolik
grade III/6 di ICS II-III linea parasternalis sinistra, yang merupakan gejala dari Persisten
Duktus Arteriosus (PDA) pada bayi. Sehingga dipikirkan kelainan jantung pada penderita
berupa TGA yang disertai PDA. Hal ini didukung oleh pemeriksaan echocardiografi yang
telah dibawa penderita yang menunjukkan hasil TGA dengan PFO dan PDA.
Pada penderita didapatkan pula riwayat batuk pilek yang disertai sesak napas. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan takipneu, pada pemeriksaan thorax didapatkan retraksi
intercostal dan subcostal, dari auskultasi paru didapatkan rbhn. Sehingga dipikirkan
bronkopneumonia pada penderita.
Diagnosis pasti PJB sianotik pada penderita sudah dapat ditegakkan karena sudah
terdapat hasil echocardiografi pada pasien. Tetap diperlukan pemeriksaan penunjang foto
thorax dan elektrocardiografi untuk mendukung diagnosa decompensatio cordis. Pemeriksaan
darah dan foto toraks juga diperlukan untuk mendukung diagnosa bronkopneumonia.
Diperlukan penatalaksanaan untuk decompensatio cordis berupa pemberian oksigen
nasal, pemberian cairan 75-80% kebutuhan rumatan, pemberian medikamentosa berupa
digitalis (digoksin) untuk menambah kekuatan kontraktilitas jantung dan menurunkan
frekuensi denyut jantung, serta pemberian medikamentosa diuretik (furosemid) untuk
megurangi preload. Untuk penatalaksanaan bronkopneumonia diberikan terapi antibiotika
berupa ceftazidime. Selama perawatan dilakukan observasi terhadap tanda vital dan saturasi
oksigen. Setelah kondisi umum membaik direncanakan operasi untuk koreksi TGA pada
penderita sesegera mungkin. Direncanakan dilakukan septostomi atrium dengan balon
(ballon-atrialseptostomy/BAS) untuk membuat defek septum atrium yang besar agar terjadi
pencampuran darah tanpa hambatan. Kemudian dilakukan operasi untuk koreksi berupa atrial
switch (Senning atau Mustard) atau berupa arterial switch operation (ASO).
5
![Page 5: Kasus Tga Mut](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557202294979599169a3102c/html5/thumbnails/5.jpg)
MASALAH AWAL
M1 : Umum
M2 : Decompensatio cordis ec TGA dengan PFO dan PDA
M3 : Bronkopneumonia
RENCANA AWAL
M1 : Umum
R/d : Laboratorium rutin
R/t : Tidak ada
R/p : Tidak ada
M2 : Decompensatio cordis ec TGA dengan PFO dan PDA
R/d : Foto toraks, elektrokardiografi
R/t : - O2 nasal 1 ltr/mnt
- IVFD Dx10 1/5 NS gtt 10x/mnt
- Digoxin 2 x 8 mikrogram
- Furosemide 2 x 4 mg
R/p : Menerangkan kepada orang tua penderita mengenai penyakit pada anaknya,
pemeriksaan, pengobatan dan tindakan, komplikasi serta prognosis apabila
tindakan dilakukan atau tidak
M3 : Bronkopneumonia
R/d :
R/t : - O2 nasal 1 ltr/mnt
- IVFD Dx10 1/5 NS gtt 10x/mnt
- Ceftazidim 2x100 mg
- Stop oral sementara
R/d : Menerangkan kepada orang tua penderita mengenai penyakit pada anaknya,
pemeriksaan, pengobatan dan komplikasi serta prognosis
6
![Page 6: Kasus Tga Mut](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557202294979599169a3102c/html5/thumbnails/6.jpg)
CATATAN KEMAJUAN SELAMA PERAWATAN
Tanggal M Catatan Kemajuan
05/10/11
U=13 hari
M1
M2
UmumS : -O : Laboratorium:
Darah: Hb 17,8 g/dl, Ht 52 vol%, leukosit 17.900/mm3, LED 6 mm/jam, trombosit 341.000/mm3, DC 0/1/3/48/39/9.
A : dari hasil laboratorium dalam batas normal
Decompensatio cordis ec TGA dengan PFO dan PDAS : sesak (+)O : KU: Aktifitas : hipoaktif N: 160x/m Anemis (-) Refleks isap: lemah RR: 64x/m Ikterik (-) Tangis : lemah T : 37 C Dispnue (+) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (+) ic, sc Paru : vesikuler normal, rbhn (+), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6
di ICS II-III LPS sinistra. Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar just palpable, lien
tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt < 3” Saturasi O2: 68 % Foto thoraks: Ukuran jantung normal dengan gambaran jantung
berbentuk seperti telur (egg on side), dan mediastinum sempit. Vaskularisasi paru meningkat
Kesan: PJB suspek TGA
Elektrokardiografi: Irama sinus, HR 160x/m, RAD (+), RVH (+) Ekokardiografi:
Situs solitus, AV concordance, VA discordance Balance chamber Arteri pulmonal keluar dari LV Aorta keluar dari RV Terdapat PFO Terdapat PDA 3 mm Tidak ada ASD Fungsi sistolik ventrikel kiri normal Arkus aorta normal
Kesan: TGA dengan PFO + PDA
A : Adanya takikardia dan takipneu menunjukkan gejala decompensatio cordis. Pemeriksaan Bj I normal,Bj II tunggal dan keras menunujukkan kemungkinan TGA. PDA didasarkan atas adanya bising sistolik pada sela iga II-II LPS sinistra. Pada pemeriksaan foto thoraks dan EKG tidak didapatkan pembesaran jantung. Ekokardiografi mengkonfirmasi terdapat TGA dengan PFO dan PDA
7
![Page 7: Kasus Tga Mut](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557202294979599169a3102c/html5/thumbnails/7.jpg)
M3
P : Observasi tanda vital dan saturasi oksigen. Rencana koreksi TGA bila KU
membaik.
Terapi: - O2 nasal 1 ltr/mnt
- IVFD Dx10 1/5 NS gtt 10x/mnt
- Digoxin 2 x 8 mikrogram
- Furosemide 2 x 4 mg
BronkopneumoniaS : sesak (+)O : KU: Aktifitas : hipoaktif N: 160x/m Anemis (-) Refleks isap: lemah RR: 64x/m Ikterik (-) Tangis : lemah T : 37 C Dispnue (+) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (+) ic, sc Paru : vesikuler normal, rbhn (+), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6
di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar just palpable, lien
tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 68 %A: Terdapat takipneu yang disertai retraksi ic, sc, serta rbhn pada auskultasi paru menunjukkan gejala bronkopneumonia pada pasien ini.
P: memberikan terapi antibiotik untuk bronkopneumonia berupa ceftazidime 2x100mg
6/10/11
U 14 hari
M2 Decompensatio cordis ec TGA dengan PFO dan PDAS : sesak (+)O : KU: Aktifitas : hipoaktif N: 158x/m Anemis (-) Refleks isap: lemah RR: 62x/m Ikterik (-) Tangis : lemah T : 37,2 C Dispnue (+) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (+) Paru : vesikuler normal, rbhn (+), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6
di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar just palpable, lien
tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 70 %A: Secara klinis os masih mengalami decompensatio cordis.P: Rujuk ke RSCM untuk koreksi TGA bila decompensatio cordis telah teratasi.
Melanjutkan terapi O2 nasal 1 ltr/mnt, IVFD Dx10 1/5 NS gtt 10x/m, Digoxin
2 x 8 mikrogram, Furosemide 2 x 4 mg.
8
![Page 8: Kasus Tga Mut](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557202294979599169a3102c/html5/thumbnails/8.jpg)
M3 BronkopneumoniaS : sesak (+)O : KU: Aktifitas : hipoaktif N: 158x/m Anemis (-) Refleks isap: lemah RR: 62x/m Ikterik (-) Tangis : lemah T : 37,2 C Dispnue (+) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (+) ic, sc Paru : vesikuler normal, rbhn (+), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6
di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar just palpable, lien
tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 70 %A: Os masih sesak, disertai dengan retraksi ic dan sc, menunjukkan bronkopneumonia belum perbaikan
P: Menyelesaikan terapi antibioitik untuk bronkpneumonia
7/10/09
U 15 hari
M2
M3
Decompensatio cordis ec TGA dengan PFO dan PDAS : sesak (+) menurunO : KU: Aktifitas : hipoaktif N: 142x/m Anemis (-) Refleks isap: lemah RR: 58x/m Ikterik (-) Tangis : lemah T : 36,8 C Dispnue (+) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (+) ic Paru : vesikuler normal, rbhn (+), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6
di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar just palpable, lien
tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 71 %A: Secara klinis decompensatio cordis perbaikan terlihat dari frekuensi detak
jantung yang menurun dan sesak yang berkurang.P: Rujuk ke RSCM untuk koreksi TGA bila decompensatio cordis telah teratasi.
Melanjutkan terapi O2 nasal 1 ltr/mnt, IVFD Dx10 1/5 NS gtt 10x/m, Digoxin 2 x 8
mikrogram, Furosemide 2 x 4 mg, A/P 8x5 cc.
BronkopneumoniaS : sesak (+) menurunO : KU: Aktifitas : hipoaktif N: 142x/m Anemis (-) Refleks isap: lemah RR: 58x/m Ikterik (-) Tangis : lemah T : 36,8 C Dispnue (+) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (+) ic Paru : vesikuler normal, rbhn (+), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6
di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar just palpable, lien
9
![Page 9: Kasus Tga Mut](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557202294979599169a3102c/html5/thumbnails/9.jpg)
8/10/2011
9/10/2011
M2
M3
M2
tidak teraba Ekstremitas: hangat, crt<2” Saturasi O2: 71 %A: Bronkopneumonia menunjukkan perbaikan, terlihat dari sesak dan retraksi
yang semkin berkurang.P: Melanjutkan terapi antibiotic ceftazidime 2x100 mg (iv) Decompensatio cordis ec TGA dengan PFO dan PDAS : sesak (+) minimalO : KU: Aktifitas : aktif N: 138x/m Anemis (-) Refleks isap: sedang RR: 52x/m Ikterik (-) Tangis : sedang T : 37,1 C Dispnue (+) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (+) ic Paru : vesikuler normal, rbhn (+), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6
di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar just palpable, lien
tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 71 %A: Secara klinis decompensatio cordis perbaikan terlihat dari frekuensi detak
jantung yang menurun dan sesak yang berkurang.
P: Rujuk ke RSCM untuk koreksi TGA bila decompensatio cordis telah teratasi.
Melanjutkan terapi O2 nasal 1 ltr/mnt, IVFD Dx10 1/5 NS gtt 10x/m, Digoxin 2 x 8
mikrogram, Furosemide 2 x 4 mg, A/P 8x10 cc.
BronkopneumoniaS : sesak (+) minimalO : KU: Aktifitas : aktif N: 138x/m Anemis (-) Refleks isap: sedang RR: 52x/m Ikterik (-) Tangis : sedang T : 37,1 C Dispnue (+) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (+) ic Paru : vesikuler normal, rbhn (+), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6
di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar just palpable, lien
tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 71 %A: Bronkopneumonia perbaikan.P: Melanjutkan terapi antibiotik ceftazidime 2x100mg
Decompensatio cordis ec TGA dengan PFO dan PDAS : sesak (-) O : KU: Aktifitas : aktif N: 142x/m Anemis (-) Refleks isap: sedang RR: 50x/m Ikterik (-) Tangis : sedang T : 37,0 C Dispnue (-) Sianosis (+)
10
![Page 10: Kasus Tga Mut](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557202294979599169a3102c/html5/thumbnails/10.jpg)
10/10/2011
12/10/2011
22/10/2011
12/11/2011
U=43 hari
M3
KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (-) Paru : vesikuler normal, rbhn (-), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6
di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar tidak teraba, lien
tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 72 %A: Decompensatio cordis selesai..P: Rujuk ke RSCM untuk koreksi TGA segera.
BronkpneumoniaS : sesak (-) O : KU: Aktifitas : aktif N: 142x/m Anemis (-) Refleks isap: sedang RR: 50x/m Ikterik (-) Tangis : sedang T : 37,0 C Dispnue (-) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (-) Paru : vesikuler normal, rbhn (-), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6
di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar tidak teraba, lien
tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 72 %A: Bronkopneumonia selesaiP: Menyelesaikan antibiotik ceftazidime 2x100mg hari ke 5.
Di RSCM:Dilakukan BAS karena saturasi oksigen rendah dan PDA sudah menutup.
Operasi arterial switch dengan komplikasi minimalEchocardiografi post op: Residual anatomis neo PA mildTerapi : Furosemide 1x3 mg, Aldactone 1x6,25 mg.
Os selesai perawatan di RSCM, pulang dengan terapi Furosemide 1x3 mg, aldactone 1x6,25 mg
Saran : kontrol RSCM 6 bulan setelah operasi
Follow Up Post Operasi
S: Sesak (-). Biru pada bibir (-)O: KU: Aktifitas : aktif N: 128x/m Anemis (-) Refleks isap: kuat RR: 48x/m Ikterik (-) Tangis : kuat T : 37,1 C Dispnue (-) Sianosis (-) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (-) Thoraks : simetris, retraksi (-) Paru : vesikuler normal, rbhn (-), wh (-) Jantung : BJ I-II normal, bising (-)
11
![Page 11: Kasus Tga Mut](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082410/557202294979599169a3102c/html5/thumbnails/11.jpg)
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas: sianosis (-), akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 98 % Status Nutrisi :BB 4300 gr, PB 28 cm
Echocardiograghy- Situs solitus- AV-VA concordance- Balance chamber- Aorta keluar dari LV- Arteri pulmonalis keluar dari RV- Residual neo PA minimal- Fungsi sistolik ventrikel kiri normal- Arkus aorta normal Kesan: Post arterial switch baus. Residual neo minimal
A : Pada TGA terjadi perubahan posisi aorta dan arteri pulmonalis, yaitu aorta keluar dari ventrikel kanan dan terletak di sebelah anterior arteri pulmonalis, sedangkan arteri pulmonalis keluar dari ventrikel kiri terletak di posterior terhadap aorta. Akibatnya aorta menerima darah vena sistemik dan vena kava, atrium kanan, ventrikel kanan, dan darah diteruskan ke sirkulasi sistemik. Sedangkan darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, ventrikel kiri, dan diteruskan ke arteri pulmonalis lalu ke paru. Karena kedua sirkulasi ini terpisah, maka kehidupan dapat terjadi bila terdapat percampuran dari aliran balik paru dan aliran sistemik. Pada neonatus darah dari aorta via duktus arteriosus masuk ke arteri pulmonalis dan dari atrium kiri via foramen oval ke atrium kanan. Biasanya keadaan ini tidak adekuat sehingga bayi akan nampak sianotik.
ASO merupakan jenis operasi yang menjadi pilihan saat ini untuk mengkoreksi TGA. Pada operasi ini arteri koroner ditransplantasi ke arteri pulmonalis, dan bagian proksimal dari arteri besar dihubungkan ke bagian distal akhir dari arteri besar lainnya, sehingga terjadi koreksi secara anatomi. Akibatnya sirkulasi sistemik yang terjadi merupakan sirkulasi sistemik seperti pada bayi normal, sianosis menghilang dan saturasi oksigen naik hingga 98%.
P : Observasi tanda vital dan saturasi oksigen. Rencana echocardiografi ulang satu bulan setelah operasi koreksi
12