Kasus Tga Mut

17
LAPORAN KASUS DATA DASAR IDENTIFIKASI Seorang bayi perempuan, usia 13 hari, berat badan 3700 gram, panjang badan 43 cm, beralamat di Jl. Balap Sepeda Lr Muhajirin No.1523 Lorong Pakjo IB I Palembang , dirawat di bagian IKA RSMH Palembang tanggal 5 Oktober 2011 pukul 09.30 WIB. ANAMNESIS: Keluhan Utama: Sesak napas Keluhan Tambahan: Terlihat biru di bibir Riwayat Perjalanan Penyakit: Bayi lahir di RSMH, SC atas indikasi letak sungsang ditolong SpOG dari ibu G 1 P 0 A 0 hamil cukup bulan, lahir langsung menangis, A/S ? BBL 3300 gram. Riwayat ibu demam disangkal, ketuban pecah sebelum waktunya disangkal dan ketuban kental, hijau, bau busuk disangkal. Sejak lahir bayi terlihat biru di bibir. Sesak (-). Sering berhenti saat menyusu (+). 10 hari smrs bayi batuk (+), pilek (+), demam (-), sesak (+). menetek sebentar-sebentar (+). BAK dirasakan berkurang. Bayi dibawa berobat ke SpA dan dilakukan echocardiografi. Hasil echocardiografi TGA dengan PFO dan PDA. Bayi dirujuk ke RSMH MRS. Riwayat Kehamilan: 2

Transcript of Kasus Tga Mut

Page 1: Kasus Tga Mut

LAPORAN KASUS

DATA DASAR

IDENTIFIKASI

Seorang bayi perempuan, usia 13 hari, berat badan 3700 gram, panjang badan 43 cm,

beralamat di Jl. Balap Sepeda Lr Muhajirin No.1523 Lorong Pakjo IB I Palembang , dirawat

di bagian IKA RSMH Palembang tanggal 5 Oktober 2011 pukul 09.30 WIB.

ANAMNESIS:

Keluhan Utama: Sesak napas

Keluhan Tambahan: Terlihat biru di bibir

Riwayat Perjalanan Penyakit:

Bayi lahir di RSMH, SC atas indikasi letak sungsang ditolong SpOG dari ibu G1P0A0 hamil

cukup bulan, lahir langsung menangis, A/S ? BBL 3300 gram. Riwayat ibu demam disangkal,

ketuban pecah sebelum waktunya disangkal dan ketuban kental, hijau, bau busuk disangkal.

Sejak lahir bayi terlihat biru di bibir. Sesak (-). Sering berhenti saat menyusu (+). 10 hari

smrs bayi batuk (+), pilek (+), demam (-), sesak (+). menetek sebentar-sebentar (+). BAK

dirasakan berkurang. Bayi dibawa berobat ke SpA dan dilakukan echocardiografi. Hasil

echocardiografi TGA dengan PFO dan PDA. Bayi dirujuk ke RSMH MRS.

Riwayat Kehamilan:

Ibu penderita rajin kontrol ke bidan 8x selama kehamilan, selama hamil ibu penderita tidak

pernah demam maupun perdarahan, riwayat imunisasi TT (-), memelihara hewan peliharaan

(-). Selama hamil ibu penderita tidak pernah mengkonsumsi jamu maupun obat-obatan yang

bukan berasal dari tenaga kesehatan.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat penyakit seperti ini pada keluarga disangkal

Riwayat Keluarga:

Ayah IbuNama A. S N.PUsia 35 thn 30 thnPendidikan terakhir S1 D3Pekerjaan Swasta IRT

2

Page 2: Kasus Tga Mut

Riwayat Sosial Ekonomi:

Sosial ekonomi keluarga cukup.

Riwayat Makanan

ASI : Lahir – sekarang (on demand)

Riwayat Perkembangan

Perkembangan sesuai umur.

Riwayat Imunisasi

Penderita belum pernah diimunisasi

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum:

BB 3700 gram, PB 43 cm, LK 35 cm

Aktifitas : Hipoaktif Nadi : 160x/menit Anemia (-)

Reflek isap : Lemah Pernafasan : 64x/menit Ikterik (-)

Tangis : Lemah Suhu : 37,0 C Dispneu (+)

Sianosis (+)

Keadaan Spesifik:

Kepala : Normocephali, pernafasan cuping hidung (-), pupil bulat isokor, RC +/+ normal,

wajah dismorfik (-), fontanela anterior bulging (-). Sianosis mukosa bibir dan

lidah (+).

Thoraks : Simetris, retraksi (-) IC, SC

Paru: vesikuler (+) normal, rbhn (+), wheezing (-)

Jantung:

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis tidak teraba, thrill (-)

Auskultasi: BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik (+) grade

III/6 di ICS II-III linea parasternalis sinistra.

Abdomen : Datar, lemas, hepar just palpable, lien tidak teraba, umbilikus: layu (-), bau

(-), pus (-), bising usus (+) normal

Ekstremitas : akral hangat, pucat (-), clubbing finger/jari tabuh (-), CRT < 3 detik

Genitalia & anus: Dalam batas normal

Punggung : Dalam batas normal

3

Page 3: Kasus Tga Mut

RINGKASAN DATA DASAR

Seorang bayi perempuan usia 13 hari dengan berat badan 3700 gram, datang ke

RSMH dengan keluhan utama sesak napas dan keluhan tambahan terlihat biru di bibir. Bayi

lahir di RSMH, SC atas indikasi letak sungsang ditolong SpOG dari ibu G1P0A0 hamil cukup

bulan, lahir langsung menangis, BBL 3300 gram. Sejak lahir bayi terlihat biru terutama di

bibir. Sering berhenti saat menyusu (+). Sesak (-). 10 hari smrs bayi batuk (+), pilek (+),

demam (-), sesak (+). Bayi dibawa berobat ke SpA dan dilakukan echocardiografi. Hasil

echocardiografi TGA dengan PFO dan PDA. Bayi dirujuk ke RSMH dan MRS.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum aktifitas hipoaktif, refleks isap

lemah, tangis lemah, nadi 160x/menit, pernafasan 64x/menit, suhu 37°C, terdapat dispneu.

Pada keadaan spesifik didapatkan tidak ada nafas cuping hidung. Terdapat sianosis pada

mukosa bibir dan lidah. Pada pemeriksaan thorak terdapat retraksi intercostal dan subcostal,

pada auskultasi jantung terdengar BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, serta bising sistolik

grade III/6 di ICS II-III linea parasternalis sinistra. Pada pemeriksaan pulmo didapatkan suara

napas vesikuler, terdapat ronkhi basah halus nyaring. Hepar teraba just palpable. Pada

ekstremitas tidak ditemukan kelainan.

ANALISA AWAL

Dari anamnesis diketahui bahwa penderita datang dengan keluhan utama sesak napas

dan keluhan tambahan terlihat biru. Terdapat riwayat tampak biru di bibir sejak lahir dan

sering berhenti saat menyusu. Sesak napas dirasakan 10 hari smrs disertai batuk dan pilek.

Penyebab penderita sesak napas dan terlihat biru di bibir dipikirkan karena (1) sesak napas

bisa disebabkan karena kelainan kongenital sistem respirasi (hernia diafragma, kista paru, dll)

maupun kelainan kongenital pada jantung (PJB sianotik dan non sianotik), infeksi sistem

respirasi (bronkopneumonia); (2) Biru di bibir dapat disebabkan karena kelainan jantung

bawaan ataupun gangguan pada sistem respirasi. Adanya riwayat sesak napas disertai

menetek yang sebentar-sebentar pada bayi dapat disebabkan oleh decompensatio cordis.

Sedangkan riwayat bayi batuk (+), pilek (+) dan disertai sesak napas (+) dapat disebabkan

oleh infeksi sistem respirasi seperti bronkopneumonia.

Pada pemeriksaan fisik tanda vital ditemukan takikardia dan takipneu. Pada

pemeriksaan fisik ditemukan sianosis sentral di mukosa bibir dan lidah. Pada pemeriksaan

thorax ditemukan retraksi intercostalis dan subcostal, dan bising sistolik pada auskultasi

jantung, serta ronkhi basah halus nyaring pada auskultasi paru.

4

Page 4: Kasus Tga Mut

Adanya keluhan sesak napas dan riwayat sering berhenti saat menyusu, serta dari

pemeriksaan fisik ditemukan takikardi dan takipneu, maka dipikirkan penderita ini

mengalami decompensatio cordis. Karena terdapat riwayat terlihat biru di bibir sejak lahir,

yang didukung dari pemeriksaan fisik berupa sianosis sentral serta adanya bising jantung,

maka dipikirkan penderita mengalami decompensatio cordis yang disebabkan oleh penyakit

jantung bawaan (PJB) sianotik.

PJB sianotik dengan decompensatio cordis pada penderita dapat berupa Transposition

of The Great Artery (TGA), atresia pulmonal, atresia tricuspid, trunkus arteriosus, vetrikel

tunggal atau anomaly total drainase vena pulmonalis. Pada pemeriksaan bunyi jantung

didapatkan Bj I normal, Bj II tunggal dan keras, yang merupakan manifestasi klinis dari TGA

akibat dari posisi antero-posterior dari pembuluh darah besar. Terdapat pula bising sistolik

grade III/6 di ICS II-III linea parasternalis sinistra, yang merupakan gejala dari Persisten

Duktus Arteriosus (PDA) pada bayi. Sehingga dipikirkan kelainan jantung pada penderita

berupa TGA yang disertai PDA. Hal ini didukung oleh pemeriksaan echocardiografi yang

telah dibawa penderita yang menunjukkan hasil TGA dengan PFO dan PDA.

Pada penderita didapatkan pula riwayat batuk pilek yang disertai sesak napas. Dari

pemeriksaan fisik didapatkan takipneu, pada pemeriksaan thorax didapatkan retraksi

intercostal dan subcostal, dari auskultasi paru didapatkan rbhn. Sehingga dipikirkan

bronkopneumonia pada penderita.

Diagnosis pasti PJB sianotik pada penderita sudah dapat ditegakkan karena sudah

terdapat hasil echocardiografi pada pasien. Tetap diperlukan pemeriksaan penunjang foto

thorax dan elektrocardiografi untuk mendukung diagnosa decompensatio cordis. Pemeriksaan

darah dan foto toraks juga diperlukan untuk mendukung diagnosa bronkopneumonia.

Diperlukan penatalaksanaan untuk decompensatio cordis berupa pemberian oksigen

nasal, pemberian cairan 75-80% kebutuhan rumatan, pemberian medikamentosa berupa

digitalis (digoksin) untuk menambah kekuatan kontraktilitas jantung dan menurunkan

frekuensi denyut jantung, serta pemberian medikamentosa diuretik (furosemid) untuk

megurangi preload. Untuk penatalaksanaan bronkopneumonia diberikan terapi antibiotika

berupa ceftazidime. Selama perawatan dilakukan observasi terhadap tanda vital dan saturasi

oksigen. Setelah kondisi umum membaik direncanakan operasi untuk koreksi TGA pada

penderita sesegera mungkin. Direncanakan dilakukan septostomi atrium dengan balon

(ballon-atrialseptostomy/BAS) untuk membuat defek septum atrium yang besar agar terjadi

pencampuran darah tanpa hambatan. Kemudian dilakukan operasi untuk koreksi berupa atrial

switch (Senning atau Mustard) atau berupa arterial switch operation (ASO).

5

Page 5: Kasus Tga Mut

MASALAH AWAL

M1 : Umum

M2 : Decompensatio cordis ec TGA dengan PFO dan PDA

M3 : Bronkopneumonia

RENCANA AWAL

M1 : Umum

R/d : Laboratorium rutin

R/t : Tidak ada

R/p : Tidak ada

M2 : Decompensatio cordis ec TGA dengan PFO dan PDA

R/d : Foto toraks, elektrokardiografi

R/t : - O2 nasal 1 ltr/mnt

- IVFD Dx10 1/5 NS gtt 10x/mnt

- Digoxin 2 x 8 mikrogram

- Furosemide 2 x 4 mg

R/p : Menerangkan kepada orang tua penderita mengenai penyakit pada anaknya,

pemeriksaan, pengobatan dan tindakan, komplikasi serta prognosis apabila

tindakan dilakukan atau tidak

M3 : Bronkopneumonia

R/d :

R/t : - O2 nasal 1 ltr/mnt

- IVFD Dx10 1/5 NS gtt 10x/mnt

- Ceftazidim 2x100 mg

- Stop oral sementara

R/d : Menerangkan kepada orang tua penderita mengenai penyakit pada anaknya,

pemeriksaan, pengobatan dan komplikasi serta prognosis

6

Page 6: Kasus Tga Mut

CATATAN KEMAJUAN SELAMA PERAWATAN

Tanggal M Catatan Kemajuan

05/10/11

U=13 hari

M1

M2

UmumS : -O : Laboratorium:

Darah: Hb 17,8 g/dl, Ht 52 vol%, leukosit 17.900/mm3, LED 6 mm/jam, trombosit 341.000/mm3, DC 0/1/3/48/39/9.

A : dari hasil laboratorium dalam batas normal

Decompensatio cordis ec TGA dengan PFO dan PDAS : sesak (+)O : KU: Aktifitas : hipoaktif N: 160x/m Anemis (-) Refleks isap: lemah RR: 64x/m Ikterik (-) Tangis : lemah T : 37 C Dispnue (+) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (+) ic, sc Paru : vesikuler normal, rbhn (+), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6

di ICS II-III LPS sinistra. Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar just palpable, lien

tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt < 3” Saturasi O2: 68 % Foto thoraks: Ukuran jantung normal dengan gambaran jantung

berbentuk seperti telur (egg on side), dan mediastinum sempit. Vaskularisasi paru meningkat

Kesan: PJB suspek TGA

Elektrokardiografi: Irama sinus, HR 160x/m, RAD (+), RVH (+) Ekokardiografi:

Situs solitus, AV concordance, VA discordance Balance chamber Arteri pulmonal keluar dari LV Aorta keluar dari RV Terdapat PFO Terdapat PDA 3 mm Tidak ada ASD Fungsi sistolik ventrikel kiri normal Arkus aorta normal

Kesan: TGA dengan PFO + PDA

A : Adanya takikardia dan takipneu menunjukkan gejala decompensatio cordis. Pemeriksaan Bj I normal,Bj II tunggal dan keras menunujukkan kemungkinan TGA. PDA didasarkan atas adanya bising sistolik pada sela iga II-II LPS sinistra. Pada pemeriksaan foto thoraks dan EKG tidak didapatkan pembesaran jantung. Ekokardiografi mengkonfirmasi terdapat TGA dengan PFO dan PDA

7

Page 7: Kasus Tga Mut

M3

P : Observasi tanda vital dan saturasi oksigen. Rencana koreksi TGA bila KU

membaik.

Terapi: - O2 nasal 1 ltr/mnt

- IVFD Dx10 1/5 NS gtt 10x/mnt

- Digoxin 2 x 8 mikrogram

- Furosemide 2 x 4 mg

BronkopneumoniaS : sesak (+)O : KU: Aktifitas : hipoaktif N: 160x/m Anemis (-) Refleks isap: lemah RR: 64x/m Ikterik (-) Tangis : lemah T : 37 C Dispnue (+) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (+) ic, sc Paru : vesikuler normal, rbhn (+), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6

di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar just palpable, lien

tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 68 %A: Terdapat takipneu yang disertai retraksi ic, sc, serta rbhn pada auskultasi paru menunjukkan gejala bronkopneumonia pada pasien ini.

P: memberikan terapi antibiotik untuk bronkopneumonia berupa ceftazidime 2x100mg

6/10/11

U 14 hari

M2 Decompensatio cordis ec TGA dengan PFO dan PDAS : sesak (+)O : KU: Aktifitas : hipoaktif N: 158x/m Anemis (-) Refleks isap: lemah RR: 62x/m Ikterik (-) Tangis : lemah T : 37,2 C Dispnue (+) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (+) Paru : vesikuler normal, rbhn (+), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6

di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar just palpable, lien

tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 70 %A: Secara klinis os masih mengalami decompensatio cordis.P: Rujuk ke RSCM untuk koreksi TGA bila decompensatio cordis telah teratasi.

Melanjutkan terapi O2 nasal 1 ltr/mnt, IVFD Dx10 1/5 NS gtt 10x/m, Digoxin

2 x 8 mikrogram, Furosemide 2 x 4 mg.

8

Page 8: Kasus Tga Mut

M3 BronkopneumoniaS : sesak (+)O : KU: Aktifitas : hipoaktif N: 158x/m Anemis (-) Refleks isap: lemah RR: 62x/m Ikterik (-) Tangis : lemah T : 37,2 C Dispnue (+) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (+) ic, sc Paru : vesikuler normal, rbhn (+), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6

di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar just palpable, lien

tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 70 %A: Os masih sesak, disertai dengan retraksi ic dan sc, menunjukkan bronkopneumonia belum perbaikan

P: Menyelesaikan terapi antibioitik untuk bronkpneumonia

7/10/09

U 15 hari

M2

M3

Decompensatio cordis ec TGA dengan PFO dan PDAS : sesak (+) menurunO : KU: Aktifitas : hipoaktif N: 142x/m Anemis (-) Refleks isap: lemah RR: 58x/m Ikterik (-) Tangis : lemah T : 36,8 C Dispnue (+) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (+) ic Paru : vesikuler normal, rbhn (+), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6

di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar just palpable, lien

tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 71 %A: Secara klinis decompensatio cordis perbaikan terlihat dari frekuensi detak

jantung yang menurun dan sesak yang berkurang.P: Rujuk ke RSCM untuk koreksi TGA bila decompensatio cordis telah teratasi.

Melanjutkan terapi O2 nasal 1 ltr/mnt, IVFD Dx10 1/5 NS gtt 10x/m, Digoxin 2 x 8

mikrogram, Furosemide 2 x 4 mg, A/P 8x5 cc.

BronkopneumoniaS : sesak (+) menurunO : KU: Aktifitas : hipoaktif N: 142x/m Anemis (-) Refleks isap: lemah RR: 58x/m Ikterik (-) Tangis : lemah T : 36,8 C Dispnue (+) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (+) ic Paru : vesikuler normal, rbhn (+), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6

di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar just palpable, lien

9

Page 9: Kasus Tga Mut

8/10/2011

9/10/2011

M2

M3

M2

tidak teraba Ekstremitas: hangat, crt<2” Saturasi O2: 71 %A: Bronkopneumonia menunjukkan perbaikan, terlihat dari sesak dan retraksi

yang semkin berkurang.P: Melanjutkan terapi antibiotic ceftazidime 2x100 mg (iv) Decompensatio cordis ec TGA dengan PFO dan PDAS : sesak (+) minimalO : KU: Aktifitas : aktif N: 138x/m Anemis (-) Refleks isap: sedang RR: 52x/m Ikterik (-) Tangis : sedang T : 37,1 C Dispnue (+) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (+) ic Paru : vesikuler normal, rbhn (+), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6

di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar just palpable, lien

tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 71 %A: Secara klinis decompensatio cordis perbaikan terlihat dari frekuensi detak

jantung yang menurun dan sesak yang berkurang.

P: Rujuk ke RSCM untuk koreksi TGA bila decompensatio cordis telah teratasi.

Melanjutkan terapi O2 nasal 1 ltr/mnt, IVFD Dx10 1/5 NS gtt 10x/m, Digoxin 2 x 8

mikrogram, Furosemide 2 x 4 mg, A/P 8x10 cc.

BronkopneumoniaS : sesak (+) minimalO : KU: Aktifitas : aktif N: 138x/m Anemis (-) Refleks isap: sedang RR: 52x/m Ikterik (-) Tangis : sedang T : 37,1 C Dispnue (+) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (+) ic Paru : vesikuler normal, rbhn (+), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6

di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar just palpable, lien

tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 71 %A: Bronkopneumonia perbaikan.P: Melanjutkan terapi antibiotik ceftazidime 2x100mg

Decompensatio cordis ec TGA dengan PFO dan PDAS : sesak (-) O : KU: Aktifitas : aktif N: 142x/m Anemis (-) Refleks isap: sedang RR: 50x/m Ikterik (-) Tangis : sedang T : 37,0 C Dispnue (-) Sianosis (+)

10

Page 10: Kasus Tga Mut

10/10/2011

12/10/2011

22/10/2011

12/11/2011

U=43 hari

M3

KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (-) Paru : vesikuler normal, rbhn (-), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6

di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar tidak teraba, lien

tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 72 %A: Decompensatio cordis selesai..P: Rujuk ke RSCM untuk koreksi TGA segera.

BronkpneumoniaS : sesak (-) O : KU: Aktifitas : aktif N: 142x/m Anemis (-) Refleks isap: sedang RR: 50x/m Ikterik (-) Tangis : sedang T : 37,0 C Dispnue (-) Sianosis (+) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (+) Thoraks : simetris, retraksi (-) Paru : vesikuler normal, rbhn (-), wh (-) Jantung : BJ I normal, Bj II tunggal dan keras, bising sistolik grade III/6

di ICS II-III LPS sinistra Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar tidak teraba, lien

tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 72 %A: Bronkopneumonia selesaiP: Menyelesaikan antibiotik ceftazidime 2x100mg hari ke 5.

Di RSCM:Dilakukan BAS karena saturasi oksigen rendah dan PDA sudah menutup.

Operasi arterial switch dengan komplikasi minimalEchocardiografi post op: Residual anatomis neo PA mildTerapi : Furosemide 1x3 mg, Aldactone 1x6,25 mg.

Os selesai perawatan di RSCM, pulang dengan terapi Furosemide 1x3 mg, aldactone 1x6,25 mg

Saran : kontrol RSCM 6 bulan setelah operasi

Follow Up Post Operasi

S: Sesak (-). Biru pada bibir (-)O: KU: Aktifitas : aktif N: 128x/m Anemis (-) Refleks isap: kuat RR: 48x/m Ikterik (-) Tangis : kuat T : 37,1 C Dispnue (-) Sianosis (-) KS: Kepala : NCH (-), sianosis oral/sirkum oral (-) Thoraks : simetris, retraksi (-) Paru : vesikuler normal, rbhn (-), wh (-) Jantung : BJ I-II normal, bising (-)

11

Page 11: Kasus Tga Mut

Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas: sianosis (-), akral hangat, crt<2” Saturasi O2: 98 % Status Nutrisi :BB 4300 gr, PB 28 cm

Echocardiograghy- Situs solitus- AV-VA concordance- Balance chamber- Aorta keluar dari LV- Arteri pulmonalis keluar dari RV- Residual neo PA minimal- Fungsi sistolik ventrikel kiri normal- Arkus aorta normal Kesan: Post arterial switch baus. Residual neo minimal

A : Pada TGA terjadi perubahan posisi aorta dan arteri pulmonalis, yaitu aorta keluar dari ventrikel kanan dan terletak di sebelah anterior arteri pulmonalis, sedangkan arteri pulmonalis keluar dari ventrikel kiri terletak di posterior terhadap aorta. Akibatnya aorta menerima darah vena sistemik dan vena kava, atrium kanan, ventrikel kanan, dan darah diteruskan ke sirkulasi sistemik. Sedangkan darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, ventrikel kiri, dan diteruskan ke arteri pulmonalis lalu ke paru. Karena kedua sirkulasi ini terpisah, maka kehidupan dapat terjadi bila terdapat percampuran dari aliran balik paru dan aliran sistemik. Pada neonatus darah dari aorta via duktus arteriosus masuk ke arteri pulmonalis dan dari atrium kiri via foramen oval ke atrium kanan. Biasanya keadaan ini tidak adekuat sehingga bayi akan nampak sianotik.

ASO merupakan jenis operasi yang menjadi pilihan saat ini untuk mengkoreksi TGA. Pada operasi ini arteri koroner ditransplantasi ke arteri pulmonalis, dan bagian proksimal dari arteri besar dihubungkan ke bagian distal akhir dari arteri besar lainnya, sehingga terjadi koreksi secara anatomi. Akibatnya sirkulasi sistemik yang terjadi merupakan sirkulasi sistemik seperti pada bayi normal, sianosis menghilang dan saturasi oksigen naik hingga 98%.

P : Observasi tanda vital dan saturasi oksigen. Rencana echocardiografi ulang satu bulan setelah operasi koreksi

12