Kasus Skandal KPU vs KPK Dalam Perspektif Akuntan

15
1.Kasus Mulyana dalam Perspektif Etika Salah satu kasus yang menyita perhatian publik Indonesia pada awal bulan April ini adalah kasus Mulyana W Kusumah, anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diduga melakukan tindakan usaha penyuapan terhadap auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Ditinjau dari setting teori keagenan (agency theory), ada tiga pihak utama yang terlibat dalam kasus ini, yaitu (1) pihak pemberi kerja berperan sebagai principal, dalam hal ini adalah rakyat Indonesia yang direpresentasikan oleh pemerintah Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), (2) pihak penerima kerja untuk menjalankan tugas berperan sebagai agen, dalam hal adalah KPU, dan (3) pihak independen, dalam hal ini adalah BPK sebagai auditor, yang perannya diharapkan sebagai pihak independen, berintegritas, dan kredibel, untuk meyakinkan kepada dua pihak sebelumnya, yaitu pemerintah dan DPR sebagai pemberi kerja, dan KPU sebagai penerima kerja. Berdasar setting teori keagenan di atas dan mencuatnya kasus Mulyana W Kusumah, maka pertanyaan yang muncul adalah, etiskah tindakan ketiga pihak tersebut? Artikel ini mencoba menganalisa dan menyimpulkannya dalam perspektif teori etika. Etika sebagaimana dinyatakan Socrates bahwa yang dimaksud dengan tindakan etis adalah tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai kebenaran. Benar dari sisi cara, teknik, prosedur, maupun dari sisi tujuan yang akan dicapai. Dalam praktik hidup sehari-hari, teoritisi di bidang etika menjelaskan bahwa dalam kenyataannya, ada dua pendekatan mengenai etika ini, yaitu pendekatan deontological dan pendekatan teleological. Pada pendekatan deontological, perhatian dan fokus perilaku dan tindakan manusia lebih pada bagaimana orang melakukan usaha (ikhtiar) dengan sebaik-baiknya dan mendasarkan pada nilai-nilai kebenaran untuk mencapai tujuannya. Dari teori etika, profesi pemeriksa (auditor), apakah auditor keuangan publik seperti kasus keuangan KPU maupun auditor keuangan swasta, seperti pada keuangan perusahaan-perusahaan, baik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta maupun tidak, diatur dalam sebuah aturan yang disebut sebagai kode etik profesi akuntan. Dalam kode etik profesi akuntan ini diatur berbagai masalah, baik masalah prinsip yang harus melekat pada diri

description

etika profesi

Transcript of Kasus Skandal KPU vs KPK Dalam Perspektif Akuntan

Page 1: Kasus Skandal KPU vs KPK Dalam Perspektif Akuntan

1.Kasus Mulyana dalam Perspektif EtikaSalah satu kasus yang menyita perhatian publik Indonesia pada awal bulan April ini adalah kasus Mulyana W Kusumah, anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diduga melakukan tindakan usaha penyuapan terhadap auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Ditinjau dari setting teori keagenan (agency theory), ada tiga pihak utama yang terlibat dalam kasus ini, yaitu (1) pihak pemberi kerja berperan sebagai principal, dalam hal ini adalah rakyat Indonesia yang direpresentasikan oleh pemerintah Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), (2) pihak penerima kerja untuk menjalankan tugas berperan sebagai agen, dalam hal adalah KPU, dan (3) pihak independen, dalam hal ini adalah BPK sebagai auditor, yang perannya diharapkan sebagai pihak independen, berintegritas, dan kredibel, untuk meyakinkan kepada dua pihak sebelumnya, yaitu pemerintah dan DPR sebagai pemberi kerja, dan KPU sebagai penerima kerja. Berdasar setting teori keagenan di atas dan mencuatnya kasus Mulyana W Kusumah, maka pertanyaan yang muncul adalah, etiskah tindakan ketiga pihak tersebut? Artikel ini mencoba menganalisa dan menyimpulkannya dalam perspektif teori etika.Etika sebagaimana dinyatakan Socrates bahwa yang dimaksud dengan tindakan etis adalah tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai kebenaran. Benar dari sisi cara, teknik, prosedur, maupun dari sisi tujuan yang akan dicapai. Dalam praktik hidup sehari-hari, teoritisi di bidang etika menjelaskan bahwa dalam kenyataannya, ada dua pendekatan mengenai etika ini, yaitu pendekatan deontological dan pendekatan teleological. Pada pendekatan deontological, perhatian dan fokus perilaku dan tindakan manusia lebih pada bagaimana orang melakukan usaha (ikhtiar) dengan sebaik-baiknya dan mendasarkan pada nilai-nilai kebenaran untuk mencapai tujuannya.Dari teori etika, profesi pemeriksa (auditor), apakah auditor keuangan publik seperti kasus keuangan KPU maupun auditor keuangan swasta, seperti pada keuangan perusahaan-perusahaan, baik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta maupun tidak, diatur dalam sebuah aturan yang disebut sebagai kode etik profesi akuntan. Dalam kode etik profesi akuntan ini diatur berbagai masalah, baik masalah prinsip yang harus melekat pada diri auditor, maupun standar teknis pemeriksaan yang juga harus diikuti oleh auditor, juga bagaimana ketiga pihak melakukan komunikasi atau interaksi. Dinyatakan dalam kode etik yang berkaitan dengan masalah prinsip bahwa auditor harus menjaga, menjunjung, dan menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas, seperti bertanggungjawab (responsibilities), berintegritas (integrity), bertindak secara objektif (objectivity) dan menjaga independensinya terhadap kepentingan berbagai pihak (independence), dan hati-hati dalam menjalankan profesi (due care). Dalam konteks kode etik profesi akuntan inilah, kasus Mulyana W Kusumah bisa dianalisis, apakah tindakan mereka (ketiga pihak), melanggar etika atau tidak.Sumber: tugas-2-ump-2009.htmlPEMBAHASANDari kasus yang dipaparkan di atas jelas bahwa independensi masih merupakan isu yang besar. Auditor Indonesia memiliki norma akuntan yang menjadi patokan resmi dalam berpraktek yaitu SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik) yang disusun oleh IAI. Di antara standar itu pertama, auditor harus memiliki keahlian teknis, independen dalam sikap mental serta kemahiran profesional dengan cermat dan seksama. Kedua, auditor juga wajib menemukan ketidakberesan, kecurangan, manipulasi dalam suatu pengauditan.Hal yang paling ditekankan dalam SPAP adalah betapa esensialnya kepentingan publik yang harus dilindungi sifat independensi dan kejujuran seorang auditor dalam berprofesi. Namun, tidak dapat diketahui dimana fungsi dan etika pengauditan yang secara teknik dapat mendeteksi

Page 2: Kasus Skandal KPU vs KPK Dalam Perspektif Akuntan

jika ada penyelewengan pada sistem pemerintahan baik untuk penyusunan anggaran maupun aktivitas keuangan lainnya. Publik seakan dikelabui dengan berbagai informasi dari hasil audit yang selalu wajar-wajar saja. Penyelewengan tidak menjadi halangan untuk tetap dianggap suatu kewajaran bagi auditor dengan jaminan sejumlah upeti dari pasien yang bersangkutan. Tanpa mengacu pada kode etik maka hal tersebut bukan merupakan sebuah malpraktek bagi auditor.Kode etik Standar Profesi Akuntan Publik lebih menekankan sikap independen bagi auditor publik (ekstern) yang memeriksa apakah suatu laporan keuangan badan usaha komersial disusun berdasarkan Standar Akuntansi Indonesia dalam suatu audit yang bersifat umum. Dalam pengauditan laporan keuangan usaha komersial auditor diharuskan bebas dari intervensi manajemen, pemilik, kreditur atas suatu entitas usaha dalam menentukan opini auditor. Dia harus mewakili kepentingan publik (pemilik saham dan lain-lain) secara seimbang dalam menilai kewajaran suatu laporan. Sikap independensi penting untuk menopang profesionalisme auditor dalam suatu penugasan khusus seperti audit investigasi kegiatan tertentu seperti dalam pengauditan dugaan korupsi di KPU. Keahlian teknis akan tak bermakna tanpa independensi dan kejujuran.Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik. Dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Pulik 101 ’Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang diterapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta dan independen dalam penampilan.Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik. Sikap mental independen tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance). Sebagai contoh seorang auditor yang mengaudit suatu perusahaan dan ia menjabat sebagai direktur perusahaan tersebut, meskipun ia telah menggunakan keahliannya dengan jujur namun sulit untuk mengharapkan masyarakat mempercayainya sebagai seorang yang independen.Kasus di atas menunjukan bahwa independensi akuntan publik Indonesia masih mudah terganggu. Mental melayu sebagai kaum inlander masih terbawa hingga ke etika pemeriksaan. Badan pemerintah dan Badan independen yang berfungsi sebagai pemeriksa jelas mengecewakan.Dalam kasus tersebut yang harus dilakukan auditor BPK adalah melakukan audit sesuai dengan standar teknik dan prosedur pemeriksaan, auditor BPK harus bisa secara cermat, objektif, dan benar mengungkapkan bagaimana aliran dana tersebut masuk ke KPU dan bagaimana dana tersebut dikeluarkan atau dibelanjakan. Dengan teknik dan prosedur yang juga telah diatur dalam profesi akuntan, pasti akan terungkap hal-hal negatif, termasuk dugaan korupsi kalau memang terjadi.Terdapat empat hal yang menggangu independensi akuntansi public yaitu: (1) akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest dengan klien, (2) mengaudit pekerjaan akuntan publik sendiri, (3) berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien dan (4) bertindak sebagai penasihat (advocate) dari klien. Akuntan publik akan terganggu independensi jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan manajemen atau karyawan dengan kliennya. Mutual interest

Page 3: Kasus Skandal KPU vs KPK Dalam Perspektif Akuntan

terjadi jika akuntan publik berhubungan dengan audit committee yang ada di perusahaan, sedangkan conflict intetrest jika akuntan publik berhubungan dengan manajemen.Terkait persoalan auditor nakal dapat dianalisis dari dua sisi. Perilaku itu apakah merupakan kesengajaan ataukah keterpaksaan? Bila yang melatarbelakangi kesengajaan, ini mungkin karena adanya peluang dengan memanfatkan posisinya sebagai pihak penilai kewajaran laporan keuangan. Mungkin juga adanya iming-iming amplop tebal. Selain itu lemahnya sanksi hukuman bila auditor melakukan penyelewengan (paling hanya dicabut izinnya tanpa adanya sanksi hukum yang lebih keras. Misalnya kurungan penjara atau denda cukup besar).Tetapi bila yang melatarbelakangi keterpaksaan, berarti auditor itu memiliki ketergantungan terhadap klien. Misalnya proporsi total pendapatan Kantor Akuntan Publik milik auditor itu sebagian besar berasal dari satu perusahaan atau kelompok perusahaan.Harapan ke depan untuk akuntan publik sebagai auditor eksternal, tetap menjaga sikap independensi secara konsisten dan meningkatkan profesionalisme. Sikap ini perlu dijaga untuk menghindari keterlibatan akuntan dari kasus keuangan. Sebenarnya di Indonesia sudah ada aturan atau regulasi sebagai salah satu solusi mengatasi penyelewengan akuntan publik. Adanya Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik pasal 6 ayat 4 yang mengatur bahwa satu Kantor Akuntan Publik maksimum 5 tahun berturut-turut boleh memeriksa klien yang sama. Selain itu menunjukkan tendensi agar akuntan masih bisa menjaga independensinya. Hubungan yang semula antara auditor dan auditee, bisa menjadi hubungan konsultansi yang tidak menutup kemungkinan akhirnya bisa menjadi hubungan atasan dan karyawan. Ini bisa merupakan media bagi auditor untuk melaksanakan malapraktik. Untuk meningkatkan profesionalisme sebagai akuntan eksternal, mereka harus mempu untuk mempersempit expectation gap yang muncul pada pemakai laporan keuangan atas profesinya.Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor ternyata berkurang. Bahkan kepercayaan masyarakat dapat juga menurun disebabkan oleh keadaan yang oleh mereka yang berpikiran sehat dianggap akan mempengaruhi independensi tersebut. Untuk menjadi independen, ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya, apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Auditor harus mengelola praktiknya dalam semangat persepsi independensi dan aturan yang ditetapkan untuk mencapai derajat independensi dalam melaksanakan pekerjaannya.

Page 4: Kasus Skandal KPU vs KPK Dalam Perspektif Akuntan

Ekspektasi Masyarakat Terhadap Bisnis dan Akuntansi

LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Terjadinya krisis keuangan yang disebabkan skandalkeuangan oleh berbagai perusahaan

besar di dunia menyebabkan perubahan padapersepsi mayarakat terhadap nilai serta perilaku

etika perusahaan. Pembentukankomite audit dan komite etika yang berisikan oleh individu di

luar perusahaan, pembentukannilai code of conduct perusahaanserta peningkatan nilai pelaporan

perusahaan untuk meningkatkan integritasadalah berbagai upaya yang dilakukan perusahaan

untuk menumbuhkan kembalikepercayaan publik tersebut.

Pada lingkup yanglebih kecil, skandal keuangan mengakibatkan adanya jurang kepercayaan

(expectation gap) antara persepsimasyarakat mengenai laporan keuangan oleh akuntan serta

laporan audit olehauditor dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan keuangan perusahaan .

Terjadinyajurang kepercayaan tersebut pada akhirnya akan berujung pada aturan yang lebihketat,

hukuman yang lebih besar serta penyelidikan tentang integritas,independensi dan peranan profesi

akuntan dan auditor.

1.2 Tujuan dan Manfaat Makalah

Tujuan dan manfaat dari makalah iniadalah

a. Mengetahui apa yang dilakukan lingkungan bisnisuntuk memenuhi ekpektasi publik tersebut

b. Mengetahui apa yang dilakukan profesi Akuntandan Auditor untuk memenuhi ekspektasi publik

tersebut

Perubahan ekpektasi publik terhadap bisnis pada gilirannyamelahirkan sebuah mandat

baru bagi dunia usaha. Milton Friedman (1970) memberikanpandangan bahwa bisnis hadir untuk

Page 5: Kasus Skandal KPU vs KPK Dalam Perspektif Akuntan

melayani masyarakat umum, bukan sebaliknya.Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa perusahaan

didalam sistem pasar bebas,melalui eksekutif perusahaan, bertanggung jawab kepada pemegang

saham dalambentuk menghasilkan laba tetapi harus menyelaraskan hal tersebut dengan

aturandasar yang ada dalam masyarakat. Kedua hal tersebut kemudian diwujudkan dalambentuk

aturan hukum dan aturan etika. Hal tersebut menjadikan ukuran kinerjaperusahaan tidak hanya

terlihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkanlaba tetapi juga bagaimana perusahaan

dapat selaras dengan aturan hukum danetika yang diharapkan oleh publik.

Perubahan ekpektasi publik terhadap bisnis juga akanmempengaruhi ekpektasi publik

terhadap peran akuntan. Trade Off antara akuntan sebagai bagian dari perusahaan dan

sebagaipenjaga kepentingan publik bisa dikatakan sulit. Pada satu sisi, akuntansebagai bagian

dari perusahaan diharapkan mampu dalam memenuhi tanggungjawabnya sebagai karyawan

dalam sebuah perusahaan, sisi lainnya adalah publikmengharapkan agar akuntan juga tetap

profesional dan memegang teguh nilai-nilaiobjektifitas, Integritas dan kerahasiaan untuk

melindungi kepentingan publik.

2. Pembahasan

Hubungan salingketergantungan antara perusahaan dan masyarakat mulai menjadi pokok

perhatianpada dekade 80’ an. Perusahaan kemudianmenanggapi harapan masyarakat, baik

sebagai shareholdermaupun sebagai stakeholder denganmenghadirkan;

a. Menghadirkan konsep tata kelola perusahaan yangbaik (good corporate governance) melalui

pembentukan sistem pengendalianinternal untuk menjamin tercapainya tujuan perusahaan dalam

menghasilkan labadan melindungi hak-hak pemegang saham

b. Membuat serangakaian code of conduct sebagaipedoman bagi internal perusahaan dalam

hubungannya dengan para stakeholder seperti karyawan, pemerintahdan masyarakat umum.

Page 6: Kasus Skandal KPU vs KPK Dalam Perspektif Akuntan

3. Belajar dari Kasus Enron dan WorldCom

A. Kasus Enron

Sudut Pandang Perusahaan

Parapemegang saham enron kehilangan investasi sebesar $ 74 miliar ($ 450 miliar-$45miliar

diakibatkan oleh kecurangan) selama 4 tahun sebelum akhirnya Enrondinyatakan bangkrut. Para

pemegang saham akhirnya hanya mendapatkan sebesar $11.2 miliar melalui kompensasi

kerugian. Dalam hal ini dan Enron lalai dalammelindungi kepentingan pemegang saham, antara

lain melalui pelanggran etikaantara lainnya:

a. Dewan Direksi Enron tidak memiliki nilaiketerbukaan kepada para pemegang sahamnya. CEO

Enron sebelum Kenneth Lay,Jeffrey Skilling memberikan perintah bagi para eksekutif

perusahaan untuk terusmencari cara-cara untuk menutupi posisi utang perusahaan guna

mengelabuiekspektasi pemegang saham dan wall street.

b.Manajemen mengorbankan kejujuran demi nama baikdan reputasi mereka sebagai eksekutif

perusahaan paling terhormat dan palingsukses di Amerika serta kompensasi finansial mereka.

Ketika mereka mulaimengetahui bahwa beberapa dari lini bisnis mereka dan nilai saham mereka

mulaimengalami penurunan, mereka tidak jujur menyampaikannya kepada pemegang sahamserta

karyawan yang juga sebagai pemegang saham. Pada persidangan pada tahun2006, hakim

memutuskan bahwa CEO Enron kala itu, Kenneth Lay bersalah dengan menyatakanbahwa

“perusahaan sedang dalam puncaknya” kepada publik dan pemegang sahamketika akhirnya lay

mulai menyadari bahwa krisis keuangan Enron sudah tidakbisa dikendalikan lagi.

Page 7: Kasus Skandal KPU vs KPK Dalam Perspektif Akuntan

Untuk dapatmelindungi kepentingan stakeholder,dewan direksi Enron membuat

serangkaian nilai-nilai etika yang termaktub dalam “Enron’s Code of Ethics” sebagaipanduan

bagi segenap direksi, manajer dan karyawan baik pada induk perusahaanEnron, Anak perusahaan

maupun afiliasinya, dalam melindungi kepentingan stakeholderseperti karyawan perusahaan,

regulator danpemerintah, masyarakat sebagaikonsumen serta alam dan lingkungan. Tetapi,

tujuan dari “Enron’s Code of Ethics” itu tidak tercapai karena adanya berbagaipelanggaran

etika, antara lain;

a. Enron gagal dalam melindungi kepentingankaryawan

Salah satu nilaietika dalam “Enron’s Code of Ethics” adalahintegritas (integrit)y, dalam

halini, Enron berjanji untuk mengatakan hal yang sebenar-benarnya kepada yangmembutuhkan.

Dana pensiun karyawan enron diinvestasikan dalam bentuk saham, dansaham yang digunakan

adalah saham enron. Ketika akhirnya manajemen enron mulaimenyadari bahwa nilai saham

mereka semakin merosot, pihak manajemen mengatakanhal yang sebaliknya dan melarang

penjualan saham oleh dana pensiun. Akibatnyaadalah, dana pensiun karyawan kemudian

mengalami kerugian yang besar danakhirnya nasib dana pensiun karyawan kedepan mengalami

ketidak pastian. Danapensiun sebesar $ 2 miliar akhirnya hilang dan hanya tergantikan sebesar $

85juta dari kompensasi kerugian.

b. Enron gagal melindungi kepentingan masyarakat

Salah satu nilaietika dalam “Enron’s Code of Ethics”adalah exellence, dalam hal ini,Enron

berjanji untuk meningkatkat pelayanan melalui mutu kinerja kepada stakeholder sebagai cara

untukmeningkatkan reputasi mereka. Tujuan dari nilai etika ini tidak tercapai karenaadanya

kecurangan yang dilakukan para pelaku pemasaran Enron. Pada juni 2001,terjadi 38 pemadaman

Page 8: Kasus Skandal KPU vs KPK Dalam Perspektif Akuntan

listrik bergilir di California yang sebagian besardiakibatkan oleh para pemasar enron guna

menaikkan daya tawar mereka dalammeningkatkan harga pelayanan listrik, bahkan sampai 20x

lipat.

Sudut Pandang Akuntan/Auditor

Berdasarkankode etik IAI independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang

akuntanuntuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya. Setiapakuntan

harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan dan pengaruhyang tidak layak.

Dalamkasus Enron, Andersen melanggar independensinya sebagai auditor

Independendengan bekerja sama dengan klien untuk melakukan kecurangan dan

tidakmengungkapkan kenyataan sebenarnya.

Integritasmerupakan kualitas yang menjadikan timbulnya kepercayaan masyarakat

dan tantangannilai tertinggi bagi akuntan dalam menguji semua keputusannya,

yangmengharuskannya jujur dan terus terang dalam batasan objek pemeriksaan.

Objektivitasmerupakan suatu keyakinan, kualitas yang memberikan nilai bagi

pelayanan ataujasa akuntan. Ini merupakan ciri yang membedakan profesi akuntan dengan

profesilainnya. Prinsip ini menetapkan suatu kewajiban bagi akuntan untuk tidakmemihak, jujur

secara intelektual dan bebas dari konflik kepentingan.

Andersen dalam kasus Enron sudah sangat jelas tidak mempertahankanintegritas dan

objektivitas, karena tidak ingin melepaskan Enron sebagai klienterbesarnya dan mendapatkan fee

yang besar dan membiarkan salah saji materialyang diketahuinya menjadi semakin berkembang

dan tidak diungkapkan.

Page 9: Kasus Skandal KPU vs KPK Dalam Perspektif Akuntan

B. Kasus WorldCom

SudutPandang Perusahaan

WorldCom gagaldalam melindungi kepentingan para pemegang sahamnya ketika CEO

WorldCom, BernieEbbers, melakukan pelanggaran etika bisnis, dengan cara menekan CFO

ScottSulivan untuk mencatatkan jumlah yang bukan sebenarnya dalam neraca gunamengelabui

investor dan wallstreet serta memudahkan merekan dalam menerimapendanaan dari kreditor. Hal

itu terlihat Ketika akhirnya skandal itu mulaitercium, harga saham WorldCom anjlok sebesar 94

% pada januari 2002 dari harga$ 62 pada tahun 1999 serta macetnya pembayaran utang

WorldCom kepadakreditornya.

Manajemen WorldCom,akibat pelanggaran dalam hal etika diatas, menyebabkan

WorldCom gagal dalammelindungi kepentingan stakeholder

a. WorldCom gagal dalam melindungi kepentingan karyawandan masyarakat dalam hal

kesejahteraannya. Dana pensiun Worldcom serta banyakdana pensiun masyarakat diinvestasikan

dalam bentuk saham WorldCom. ketikaakhirnya WorldCom dinyatakan bangkrut, maka Dana

Pensiun karyawan yangditanamkan dalam saham perusahaan kemudian mengalami penurunan

nilai yangsignifikan

b. WorldCom gagal dalam hal kepatuhannya terhadaphukum. Manajemen WorldCom dianggap tidak

mempunyai nilai kejujuran dimatapenegak hukum. WorldCom membohongipenegak hukum

dengan menghancurkan dokumen-dokumen pendukung skandal tersebutserta memberi

keterangan palsu di pengadilan. Tidak adanya nilai kejujurandiatas menjadi pelengkap

pelanggaran etika yang dilakukan oleh manajemenWorldCom.

Page 10: Kasus Skandal KPU vs KPK Dalam Perspektif Akuntan

SudutPandang Akuntan/Auditor

Setiappraktisi tidak boleh terlibat dalam setiap bisnis, pekerjaan, atau aktivitasyang

dapat mengurangi integritas, objektivitas,dan reputasi profesi yang dapatmengakibatkan

pertentangan dngan jasa professional yang diberikannya. Pelanggarandalam hal nilai-bilai

tersebut dianggap mencederai nilai-nilai etika profesiakuntan. Dalam kasus WorldCom, terjadi

bentuk pelanggaran integritas,objektivitas, serta reputasi profesi . Dalam hal ini, CFO WorlCom,

ScottSullivan mendapatkan tekanan dari CEO WorldCom, Bernard Ebbers, untuk

mencatatkanbeban yang semakin tidak terkendali kedalam pos investasi guna meningkatkannilai

neraca perusahaan. Nilai aset dalam neraca juga digelembungkan dengancara meningkatkan pos

penerimaan dari"corporate unallocated revenue accounts". Hal ini berakibat padamasyarakat,

investor dan kreditor dalam hal pengambilan keputusan.