Kasus Piedmont University

37
KASUS PIEDMONT UNIVERSITY Sistem Pengendalian Manajemen RANI MARDIANI (0112U408) SERLY NURUL H (0112U144) KELAS : E

description

piedmont

Transcript of Kasus Piedmont University

Page 1: Kasus Piedmont University

KASUS PIEDMONT UNIVERSITY

Sistem Pengendalian Manajemen

RANI MARDIANI (0112U408)SERLY NURUL H (0112U144)

KELAS : E

Page 2: Kasus Piedmont University

RINGKASAN KASUS

Piedmont University selama beberapa tahun mengalami penurunan pendaftaran mahasiswa baru dan biaya yang terus meningkat, hal ini berakibat pada terjadinya krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1984. Kesulitan keuangan yang timbul karena krisis keuangan ini memaksa pihak universitas untuk menggunanakan dana “sumbangan kuasi” untuk menutup defisitnya. Pihak rektorat mengambil tindakan yang agresif untuk menanggulangi masalah ini, yaitu dengan cara:

• meningkatkan biaya kuliah,• menghentikan perekrutan karyawan dan staf pengajar,• serta meminimalisir biaya operasi.

Page 3: Kasus Piedmont University

Tindakan yang diambil membuahkan hasil ketika

pada tahun 1986 dihasilkan sedikit surplus

operasi. Tahun yang sama alumni Piedmont

University, Malcom, yang telah bekerja sebagai

partner perusahaan konsultasi manajemen

bersedia secara sukarela untuk meneliti keadaan

di Piedmont dan memberikan rekomendasi untuk

penyelesaian masalah yang dialami Piedmont.

Page 4: Kasus Piedmont University

Dalam laporannya yang selesai dibuat tahun 1987, Malcom mengusulkan untuk melakukan beberapa perubahan diantaranya penambahan perekrutan karyawan dan aktivitas pencarian dana, namun usulan yang sangat tidak diduga adalah reorganisasi Piedmont University menjadi beberapa pusat laba. Malcom mengusulkan agar para dekan dari tiap fakultas menyerahkan anggaran yang meliputi pendapatan dan pengeluaran. Usulan tersebut mengakibatkan adanya pergeseran tanggung jawab dan prosedur baru untuk mengkreditkan pendapatan ke pusat-pusat laba yang menghasilkan dan membebankan pengeluaran ke pusat-pusat laba yang bertanggung jawab.

Page 5: Kasus Piedmont University

Namun, usulan ini tidak serta merta diterima dalam sidang universitas yang dihadiri rektor dan jajarannya serta para dekan. Faktor-faktor yang menjadi alasan penolakan antara lain:

- Pembebanan biaya administrasi pusat kepada tiap fakutas sesuai biaya relatif masing-masing.

- Otoritas rektor yang terlalu besar untuk menentukan aloksi besarnya pemberian dan sumbangan kepada tiap fakultas.

- Pembebanan iuran olahraga bagi mahasiswa yang menggunanakan fasilitas olahraga kampus.

Page 6: Kasus Piedmont University

- Pembebanan biaya pemeliharaan kepada masing-masing fakultas atas pekerjaan yang dilakukan departemen pemeliharaan pusat.

- Pembebanan biaya pemakaian komputer pada pengguna untuk menutup biaya perawatan.dan pembebanan biaya bagi setiap mahasiswa dan staf pengajar yang menggunakan perpustakaan universitas.

- Kelima hal tersebut yang memberatkan usulan penggunaan pusat-pusat laba untuk menangani kasus di Piedmont.

Page 7: Kasus Piedmont University

PEMBAHASAN

Masalah yang terjadi di Piedmont University sebenarnya juga pernah dialami oleh universitas-universitas yang lain. Pemecahan yang dianggap paling relevan untuk menangani krisis keuangan adalah dengan menaikan biaya kuliah bagi mahasiswa. Namun, hal ini juga menjadi dilema tersendiri dikarenakan banyak pula universitas lain dengan kondisi keuangan yang lebih stabil mampu untuk menawarkan biaya kuliah yang lebih rendah.

Page 8: Kasus Piedmont University

Sehingga bila keputusan kenaikan uang kuliah tidak disertai dengan perbaikan kualitas pendidikan, baik yang menyangkut fasilitas, maupun sistem pembelajaran tentu akan berdampak pada kalahnya persaingan untuk menarik minat mahasiswa baru.

Page 9: Kasus Piedmont University

Perusahaan manufaktur dapat melakukan inspeksi atas produknya sebelum barang tersebut dijual ke pelanggan. Namun, bagi organisasi jasa seperti Piedmont University tidak dapat menilai kualitas produknya sampai jasa tersebut diserahkan. Kualitas organisasi jasa bersifat tidak Departemen pemelihraan Piedmont dapat mengawasi dan memperbaiki ketika ada gedung yang bocor atau kusrsi yang rusak, namun keberhasilan menghasilkan mahasiswa yang mampu dan berhasil terjun ke dunia kerja sangat bergantung pada cara mendidik mahasiswa tersebut.

Page 10: Kasus Piedmont University

Kualitas pendidikan sangat sulit diukur sehingga hanya beberapa organisasi pendidikan yang memiliki sistem pengendalian kualitas formal. Output dari organisasi jasa tidak dapat diukur dengan ukuran fisik, seperti jumlah jam mengajar atau unit. Seseorang dapat mengukur jumlah kerja yang dihabiskan dosen dalam mengajar, namun ini adalah pengukuran input dan bukan output.

Page 11: Kasus Piedmont University

Pengukuran yang terbaik yang bisa digunakan adalah pengukuran efisiensi dosen dalam mendidik mahasiswanya, hal ini sekaligus dapat mengidentifikasi mana dosen yang bekerja secara santai dan mana yang bekerja keras.

Terkait dengan permasalahan yang terjadi di Piedmont University menurut saya ada beberapa langkah yang harus yang ditempuh bersama baik dari pihak universitas maupun untuk masing-masidng fakultas untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Page 12: Kasus Piedmont University

1.Biaya Administrasi Pusat: Malcom menyarankan agar biaya-biaya administrasi tingkat universitas dialokasikan ke pusat-pusat laba sesuai dengan biaya relatif masing-masing. Menurut saya usulan tersebut sulit diterima mengingat biaya administrasi pusat tidak berhubungan erat dengan kepentingan pihak fakultas. Sehingga bila biaya administrasi pusat dibebankan juga kepada pihak fakultas hal ini akan menambah jumlah pengeluaran fakultas. Selain itu pihak fakultas tidak seharusnya bertanggungjawab terhadap pengeluaran yang tidak dapat mereka kendalikan dikarenakan ada di bawah kekuasaan universitas. Hal ini, menurut saya, dapat berdampak pada meningkatnya biaya administrasi pusat, karena pihak universitas merasa”tertolong” dengan adanya bantuan dari pihak fakultas.

Page 13: Kasus Piedmont University

2.Pemberian dan Sumbangan: Permasalahan yang muncul adalah para dekan berpikir otoritas rektor terlalu besar, karena rektor mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pemberian dan sumbangan sesuai kebutuhan fakultas. Menurut saya, pihak fakultas harus membuat rencana anggaran yang meliputi sumber pendapatan dan estimasi pengeluaran yang diserahkan kepada pihak universitas. Kemudian anggaran tersebut diteliti, dan disinkronkan dengan situasi dan kondisi yang terjadi, misalnya dengan melihat jumlah total pemberian dan sumbangan apakah mencukupi untuk dialokasikan sesuai jumlah anggaran yang diajukan fakultas. Untuk menghindari kesalahan wewenang yang dimiliki rektor, keputusan alokasi sumbangan harus diputuskan dalam rapat bersama yang terdiri dari pihak rektorat dan para dekan, serta perwakilan dari pemberi sumbangan, misalnya Perwakilan Orang Tua Mahasiswa (POM) sebagai kontrol bahwa uang yang telah disumbangkan tidak diselewengkan oleh pihak-pihak tertentu.

Page 14: Kasus Piedmont University

3. Olahraga: Tim olahraga Piedmont tidak mendapat masukan pendapatan untuk menutupi biaya operasinya. Malcom menyarankan agar setiap mahasiswa yang menggunakan fasilitas olahraga, seperti kolam renang, lapangan tenis, dll dikenai biaya iuran. Namun, hal ini diyakini akan mendapat penolakan keras dari mahasiswa yang dapat berdampak buruk. Menurut saya keberadaan fasilitas olahraga pada awalnya dibangun untuk membantu kelancaran mahasiswa dalam menjalankan aktivitasnya, misalnya bagi mahasiswa yang tergabung dalam tim bola basket, atau renang.

Page 15: Kasus Piedmont University

Jadi menurut saya bila mahasiswa harus dibebani dengan iuran, maka hal itu tidak adil. Uang kuliah yang mereka bayarkan setiap tahunnya adalah juga untuk menikmati fasilitas olahraga tersebut, sehingga tidak perlu dibebankan lagi dengan iuran yang memberatka. Solusi produktif yang bisa saya tawarkan adalah dengan mengajukan dana ke pihak sponsor. Bukan menjadi rahasia di banyak Negara di dunia, sponsor sangat antusias untuk mendanai kegiatan olahraga, hal itu diyakini sebagai cara ampuh pemasaran produk karena masyarakat yang menyukai olahraga sangat banyak.

Page 16: Kasus Piedmont University

Demikian pula di Piedmont, mereka dapat mengajukan kerjasama dengan pihak sponsor dalam kegiata mereka. Hal ini selain membantu keuangan tim juga dapat meningkatkan prestasi tim olahraga Piedmont, karena mereka seolah “dipaksa” untuk tampil bagus supaya sponsor tidak mencabut dananya.

Page 17: Kasus Piedmont University

4.Pemeliharaan: Setiap fakultas memiliki departemen pemeliharaan yang bertanggungjawab untuk pekerjaan pemeliharaan kecil, sedangkan pekerjaan besar ditangani oleh departemen pemeliharaan pusat. Malcom menyarankan agar departemen pemeliharaan pusat membebankan biaya kepada masing-masing fakultas dan pusat laba lainnya. Usulan ini dapat dipertimbangkan apabila pusat laba diberi otoritas untuk menggunakan kontraktor luar bagi pekerjaan pemeliharaannya jika harganya lebih rendah. Namun, kepala departemen pemeliharaan menolak dengan alasan kontraktor luar tidak dapat melakukan tugas sesuai dengan standar mutu yang tinggi yang dituntut oleh Piedmont.

Page 18: Kasus Piedmont University

Menurut saya bila kepala departemen pemeliharaan tetap menolak, maka rencana ini tidak akan dapat terlaksana. Tuntutan standar mutu yang tinggi juga dapat dipenuhi oleh kontaktor luar. Bila pihak departemen pusat merasa khawatir, maka yang perlu dilakukan adalah pengawasan terhadap kerja kontraktor luar, pastikan bahwa mereka melakukan prosedur dan standar yang telah berlaku. Hal ini juga memberikan otonomi pada pihak fakultas untuk mengurus sendiri masalahnya, sehingga bila dirasa harga pemeliharaan yang ditawarkan kontraktor luar lebih murah tidak memberatkan pihak fakultas.

Page 19: Kasus Piedmont University

Dampak lain dapat menumbuhkan kompetisi antara pihak kontraktor luar dengan departemen pemeliharaan pusat untuk menawarkan harga yang paling kompetitif dengan kualitas yang bagus.

Page 20: Kasus Piedmont University

5. Pembebanan biaya kepada pengguna komputer dan pemakai jasa perpustakaan menurut saya merupakan keputusan kontra produktif. Seperti halnya fasilitas olahraga, komputer dan perpustakaan merupakan media untuk mempermudah aktivitas mahasiswa maupun staf pengajar, hal ini juga untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Piedmont. Ketersediaan fasilitas komputer dan perpustakaan juga merupakan nilai jual Piedmont untuk menarik mahasiswa baru. Sehingga bila ada pembebanan biaya untuk hal itu tentu akan sangat memberatkan mahasiswa.

Page 21: Kasus Piedmont University

Langkah yang bisa dilakukan adalah dengan menjalin kerjasama dengan Departemen Pendidikan Pusat dan dengan penerbit-penerbit dalam pengadaan buku-buku. Meskipun tidak semua pengadaan buku bergantung pada kerjasama ini, namun dapat mengurangi biaya pengadaan buku-buku perpustakaan. Selain itu langkah lain adalah dengan mengalokasikan pendapatan yang diterima, misalnya dari ikatan alumni atau persatuan orang tua mahasiswa, untuk pengadaan buku-buku baru dan fasilitas komputer.

Page 22: Kasus Piedmont University

6. PerpustakaanUsulan tersebut menyarankan agar setiap mahasiswa dan tenaga pengajar yang menggunakan perpustakaan universitas akan dikenakan biaya ,baik berupa iuran tahunan ,berupa iuran berdasarkan jumlah waktu yang digunakan di perpustakaan atau jumlah buku yang dipinjam.Ada ketidakpuasan dengan pekerjaan administrasi yang diperlukan oleh rencana itu, tetapi hal itu tidak dianggap sama pentingnya seperti beberapa hal lain

Page 23: Kasus Piedmont University

7. Registrasi SilangUsulan tersebut menyarankan agar fakultas dimana mahasiswa tersebut mengambil mata kuliah, akan menerima pembayaran dari fakultas dimana mahasiswa tadi terdaftar.Jumlah yang dibebankan merupakan total uang kuliah semester tersebut dari fakultas dimana mata kuliah tersebut diambil, dibagi dengan jumlah mata kuliah yang biasanya diambil oleh seseorang mahasiswa normal dalam satu semester,dengan penyesuaian terhadap variasi dalam jumlah kredit semesternya.

Page 24: Kasus Piedmont University

KESIMPULAN

Sistem pengendalian manajemen di Piedmont University berbeda dengan organisasi lainnya karena tidak adanya standar yang pasti terhadap kualitas produknya, tidak mempunyai sasaran atas tingkat pengembalian aktiva yang digunakan, dan pengukuran output yang bersifat subjektif. Penggunaan pusat-pusat laba dalam mengatasi masalah krisis keuangan pun mengalami beberapa kendala yang lebih disebabkan karena peran institusi pendidikan sebenarnya adalah untuk memfasilitasi pendidik dan mahasiswa untuk memperoleh pendidikan yang layak, baik dalam bentuk fasilitas perpustakaan, arena olahraga, dan kemudahan mengakses komputer, sehingga apabila pemecahan masalah keuangan adalah dengan membebani mahasiswa dan pendidik maka yang terjadi tujuan yang ingin dicapai tidak dapat terlaksana.

Page 25: Kasus Piedmont University

Pembebanan biaya-biaya ke masing-masing fakultas sebenarnya dapat diterapkan, asalkan biaya-biaya yang dibebankan memang untuk kebutuhan fakutas, sehingga tidak menimbulkan ketidakadilan. Pelaksanaan terhadap model ini perlu penelitian lebih lanjut sehingga tidak terjadi overlapping pembebanan biaya.

Page 26: Kasus Piedmont University

Keputusan-keputusan yang diambil manajemen dari organisasi jasa seperti Piedmont Unversity juga tidak hanya melibatkan pihak internal saja, tetapi juga pihak-pihak eksternal seperti mahasiswa atau undang-undang pendidikan Negara,sehingga keputusan yang diambil tidak hanya menguntungkan secara material bagi universitas namun tetap ada tanggung jawab moral kepada masyarakat.

Page 27: Kasus Piedmont University

Masalah yang terjadi di Piedmont University sebenarnya juga pernah dialami oleh universitas yang lain. Pemecahan yang dianggap relevan untuk menangani krisis keuangan adalah dengan menaikan biaya kuliah bagi mahasiswa. Namun, hal ini juga menjadi masalah tersendiri dikarenakan banyak universitas lain dengan kondisi keuangan yang lebih stabil mampu untuk menawarkan biaya kuliah yang lebih rendah. Sehingga bila keputusan kenaikan uang kuliah tidak disertai dengan perbaikan kualitas pendidikan, baik yang menyangkut fasilitas, maupun sistem pembelajaran tentu akan berakibat pada kalahnya persaingan untuk menarik minat mahasiswa baru.

Page 28: Kasus Piedmont University

Output dari organisasi jasa tidak dapat diukur dengan ukuran fisik, seperti jumlah jam mengajar atau unit. Seseorang dapat mengukur jumlah kerja yang dihabiskan dosen dalam mengajar, namun ini adalah pengukuran input dan bukan output. Pengukuran yang terbaik yang bisa digunakan adalah pengukuran efisiensi dosen dalam mendidik mahasiswanya, hal ini sekaligus dapat mengidentifikasi mana dosen yang bekerja secara santai dan mana yang bekerja keras.

Page 29: Kasus Piedmont University

Bagaimana seharusnya setiap masalah yang dijelaskan di atas diselesaikan?

Biaya administrasi pusatMenurut kami biaya administrasi pusat tidak berhubungan erat dengan kepentingan pihak fakultas. Sehingga bila biaya administrasi pusat dibebankan juga kepada pihak fakultas hal ini akan menambah jumlah pengeluaran fakultas. Selain itu pihak fakultas tidak seharusnya bertanggungjawab terhadap pengeluaran yang tidak dapat mereka kendalikan dikarenakan ada di bawah kekuasaan universitas. Administrasi harus bertanggung jawab atas biaya universitas dan belum termasuk biaya dari fakultas.

Pemberian dan SumbanganPermasalahan yang muncul adalah para dekan berpikir otoritas rektor terlalu besar, menurut kami pihak fakultas harus membuat rencana anggaran yang meliputi sumber pendapatan dan estimasi pengeluaran untuk diserahkan kepada pihak universitas. Kemudian anggaran tersebut diteliti, dan dicocokan dengan situasi dan kondisi. Untuk menghindari kesalahan wewenang yang dimiliki rektor, keputusan alokasi sumbangan harus diputuskan dalam rapat bersama yang terdiri dari pihak rektorat dan para dekan, serta perwakilan dari pemberi sumbangan .

Page 30: Kasus Piedmont University

AtletikTim atletik Piedmont tidak menghasilkan pendapatan yang untuk menutupi biaya operasi departemen atletik. Menurut kami keberadaan fasilitas olahraga pada awalnya dibangun untuk membantu kelancaran kegiatan mahasiswa dalam menjalankan aktivitasnya. Jadi jika mahasiswa harus dibebani dengan iuran, maka hal itu tidak adil. Karena uang kuliah yang mereka bayarkan setiap tahun adalah untuk menikmati fasiltas olahraga tersebut, sehingga tidak perlu dibebankan lagi dengan iuran yang memberatkan. Dari kami memberikan saran untuk mencari dana tambahan dari sponsor-sponsor.

Page 31: Kasus Piedmont University

Pemeliharaan

Setiap fakultas mempunyai departemen pemeliharaan yang bertanggungjawab untuk memelihara bagian kampusnya dan untuk pekerjaan pemeliharaan kecil, sedangkan pekerjaan besar dilakukan sesuai permintaan fakultas oleh departemen pemeliharaan pusat. Menurut kami jika kepala departemen pemeliharaan itu tetap menolak pada usulan tersebut, maka rencana ini tidak akan dapat terlaksana. Tuntutan standar mutu yang tinggi juga dapat dipenuhi oleh kontaktor luar. Bila pihak departemen pusat merasa khawatir, maka yang perlu dilakukan adalah pengawasan terhadap kerja kontraktor luar. Hal ini juga memberikan otonomi pada pihak fakultas untuk mengurus sendiri masalahnya, sehingga bila dirasa harga pemeliharaan yang ditawarkan kontraktor luar lebih murah tidak memberatkan pihak fakultas. Dampak lain dapat menumbuhkan kompetisi antara pihak kontraktor luar dengan departemen pemeliharaan pusat untuk menawarkan harga yang paling kompetitif dengan kualitas yang bagus.

Page 32: Kasus Piedmont University

KomputerKomputer merupakan media untuk mempermudah aktivitas mahasiswa maupun staf pengajar, hal ini juga untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Piedmont. Ketersediaan fasilitas komputer juga merupakan nilai jual Piedmont untuk menarik mahasiswa baru. Sehingga jika ada pembebanan biaya untuk hal itu tentu akan memberatkan mahasiswa. Solusinya adalah dengan mengalokasikan pendapatan yang diterima, misalnya dari ikatan alumni atau orang tua mahasiswa, untuk pengadaan fasilitas komputer.

Page 33: Kasus Piedmont University

Perpustakaan

Permasalahannya adalah setiap mahasiswa dan tenaga pengajar yang menggunakan perpustakaan universitas akan dikenakan biaya,baik berupa iuran tahunan, berupa iuran berdasarkan jumlah waktu yang digunakan di perpustakaan atau jumlah buku yang dipinjam. Hal ini hampir sama dengan permasalahan yang ada di komputer. Solusinya adalah dengan menjalin kerjasama dengan Departemen Pendidikan Pusat dan dengan penerbit-penerbit dalam pengadaan buku-buku. Meskipun tidak semua pengadaan buku bergantung pada kerjasama ini, namun dapat mengurangi biaya pengadaan buku-buku perpustakaan. Program menggalakkan donasi juga sangat membantu.

Page 34: Kasus Piedmont University

Registrasi silangUsulan ini menyarankan agar fakultas dimana mahasiswa tersebut mengambil mata kuliah, akan menerima pembayaran dari fakultas dimana mahasiswa tersebut mendaftar. Menurut kami solusi mengenai registrasi silang, sebaiknya tidak dikenakan biaya, jika tingkatan mata kuliah yang diambil hampir sama.

Page 35: Kasus Piedmont University

Apakah Anda melihat masalah-masalah lain dengan diperkenalkannya pusat laba? Jika ya, bagaimana

Anda akan mengatasinya?

Munculnya risiko tak terduga (pemogokan staf, ketidakpuasan mahasiswa, kekecewaan fakultas, reputasi universitas). Oleh karena itu solusinya adalah untuk memiliki tanggung jawab yang terpusat.

Page 36: Kasus Piedmont University

Apakah alternatif dari pendekatan pusat laba di atas?

• Tingkat kelulusan• Jumlah perolehan beasiswa nasional dan

internasional, penghargaan dan akreditasi• Survei kepuasan mahasiswa• Tren jumlah dalam pendaftaran

Fungsi dukungan harus dianalisis berdasarkan biaya historis dan biaya tersebut dibandingkan dengan biaya secara umum. Piedmont harus fokus pada bidangnya yaitu akademik.

Page 37: Kasus Piedmont University

Bila diasumsikan bahwa sebagian besar masalah tersebut dapat diselesaikan dengan memuaskan, apakah Anda akan merekomendasikan gagasan pusat laba ini untuk diterapkan, dan bukannya alternatif lain tersebut?

Pendekatan pusat laba dapat disebut tepat tetapi tidak harus pada pendekatan laba semata. Laba harus diukur sebagai pencapaian tujuan universitas, karena ini adalah organisasi jasa. Namun manajemen keuangan masih harus menjadi prioritas. Solusi yang tepat karena itu adalah untuk menerapkan teknik-teknik manajemen.