EKMA 4478 - Analisis Kasus Bisnis Modul 6 : Analisis Kasus Pengelolaan dan Penilaian Kinerja
Kasus Penilaian Kinerja
-
Upload
nikkynya-piug -
Category
Documents
-
view
248 -
download
33
description
Transcript of Kasus Penilaian Kinerja
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Ringkasan Kasus
Marcus Singh salah satu peneliti ekonomi di Kantor Penelitian dan Evaluasi di
kota Newport, Oregon. Dia berusia empat puluh tahun dan telah bekerja di kota
Newport sepuluh tahun terakhir. Selama bekerja, Singh dianggap oleh supervisornya
sebagai pekerja diatas rata-rata. Namun, karena kecilnya ukuran departemen dan
dekatnya hubungan kerja antara pekerja dan manajemen, evaluasi formal dari karyawan
dianggap tidak perlu.
Victor Popelmill sebagai direktur departemen menyadari bahwa kinerja karyawan
seharusnya dievaluasi secara formal dan objektif, atas dasar tersebut Dia mengeluarkan
instruksi melalui memorandum kepada semua kepala unit untuk secara formal
mengevaluasi kinerja bawahannya dengan copy formulir penilaian kinerja yang baru
sebagai lampirannya. Garth Fryer, kepala Kantor Peneliti dan Evaluasi yang juga sebagai
atasan Singh dan lima peneliti ekonomi lainnya ( Jason Taft, Susan Mussman, Richard
Gels, Marsha Fetzer, Juan Ortiz) dan satu sekretaris, Connie Millar. Fryer mengizinkan
bawahannya untuk memberikan input dalam proses penilaian, setiap peneliti diminta
melengkapi penilaian diri dan sebuah penilaian sesama. Setelah dikumpulkan Fryer
menyelesaiakan penilaian final dan resmi dari setiap peneliti. Sebelum mengirim formulir
ke kantor Popelmill, Fryer mengulas dan menjelaskan rating penilaian kepada masing –
masing peneliti. Semua peneliti menandatangani dan setuju atas ratingnya.
Seminggu setelah mengumpulkan penilaian ke kantor Direktur, Fryer menerima
memorandum dari Popelmill yang intinya diadakan evaluasi kembali dari penilaian
kinerja tersebut karena dirasa terlalu tinggi, Fyer diminta lebih kritis dan obyektif dalam
menilai bawahannya.
Singkat cerita setalah evaluasi ulang dilakukan, dan hasilnya dikirimkan ke kantor
Popelmill, Singh tidak terima atas penilaian dirinya yang diturunkan satu peringkat di
setiap kategori dari penilaian sebelumnya, dia merasa tidak adil apalagi rekannya “Taft”
1
yang bekerja untuk perusahaan kurang dari 2 tahun dan masih berumur 24 tahun, dalam
pandangan Singh adalah juniornya mandapat penilaian “luar biasa” dimana ini satu
tingkat diatas hasil penilaian kinerja Singh sekarang. Selain itu kenaikan gaji
diberlakukan umum tanpa melihat hasil dari penilaian kinerja, yaitu US$ 1.200.
Dampak dari kekecewaannya, Singh menolak untuk berbicara kepada Garth
Fryer sejak mereka mendiskusikan hal tersebut, berkomunikasi hanya melalui Connie
Millar atau tulisanya. Singh telah kehilangan semua motivasi dan komplain secara kesal
terhadap rekan-rekanya tentang penilaianya yang tidak adil. Sementara dia melaporkan
untuk bekerja pukul 8 pagi tepat dan tidak akan pulang sebelum jam 5 sore setiap
harinya, dia diamati menghabiskan seluruh waktu hanya dengan membaca Koran dan
buku saat bekerja.
1.2. Identifikasi Masalah
Dalam kasus penilaian kinerja ini sebenarnya masalah bermula saat Kantor
Penelitian dan Evaluasi tidak melakukan evaluasi penilaian kinerja karyawan secara
formal, namun kelompok kami mengidentifikasi beberapa masalah yang penting, yaitu:
1. Fyer sebagai Kepala Kantor Peneliti dan Evaluasi mengizinkan bawahannya
untuk memberikan input dalam proses penilaian diri dan juga penilaian
terhadap sesama karyawan, ini berarti menyalahi aturan karena penilaian
bukan dilakukan oleh Fyer sendiri sebagai atasan langsung.
2. Dilakukannya evaluasi penilaian ulang hanya karena hasil yang didapat saat
penilaian pertama terlalu tinggi, hal ini seharusnya bisa dihindari, apalagi para
peneliti sudah berdiskusi dan menandatangani hasil dari penilaian kerja yang
pertama.
3. Evaluasi ulang yang dilakukan (penilaian kinerja yang kedua) dilakukan oleh
Fyer dengan sewenang-wenang, tidak didasarkan pada indikator-indikator
tertentu sebagai dasar penilaian kinerja yang semestinya.
4. Singh merasa hasil penilaian yang kedua (hasil penilaian final) tidak adil
karena dalam setiap ketegori penilaiannya diturunkan 1 peringkat oleh
atasannya.
2
5. Tidak ada komunikasi yang cukup antara Singh dan Fyer setelah Singh
merasa kecewa dengan hasil penilaiannya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Rekomendasi Pemecahan Masalah
Dari masalah tersebut, kelompok kami mempunyai pemikiran hal tersebut
sebenarnya bisa dihindari dengan cara penilaian kinerja dari awal dilakukan oleh Fyer
selaku atasan langsung dan tidak dilakukan sewenang-wenang tanpa dasar pengukuran
tertentu, namun kelompok kami merekomendasikan beberapa alternatif pemecahan
masalah, adapun rekomendasi dari kelompok kami yang dapat digunakan perusahaan
adalah sbb:
1. Dialakukan penilaian ulang yang ketiga (revisi), namun kali ini penilaian
dilakukan berdasarkan kriteria kinerja karyawan yang sebenarnya dan juga
penyesuaian kompensasi dari hasil penilaian (kenaikan gaji).
2. Membatalkan hasil penilaian ulang yang kedua, dan menggunakan hasil
penilaian yang pertama dengan penyesuaian kompensasi (kenaikan gaji).
3. Dilakukan pertemuan antara pihak manajemen perusahaan dan seluruh
karyawan untuk berkomunikasi dan berdiskusi hasil penilaian kinerja tersebut,
penjelasan dari manajemen perusahaan dan jawaban juga masukan dari para
karyawan, sehingga karyawan merasa penilaian dilakukan secara terbuka dan
diperhatikan oleh perusahaan.
4. Manajemen perusahaan, bisa melalui Fyer sebagai atasan langsung
memberikan motivasi kepada Singh dan meyakinkan bahwa hal tersebut tidak
akan terjadi lagi, beri Singh tanggungjawab lebih sehingga Singh kembali
termotivasi untuk bekerja juga merasa memberikan kontribusi lebih terhadap
perusahaan.
2.2. Implementasi Rekomendasi
Dari empat rekomendasi pemecahan masalah yang kelompok kami rumuskan,
kami memilih, rekomendasi yang terakhir untuk solusi pemecahan masalah, yaitu:
“Manajemen perusahaan, melalui Fyer sebagai atasan langsung memberikan motivasi
kepada Singh dan meyakinkan bahwa hal tersebut tidak akan terjadi lagi, beri Singh
4
tanggungjawab lebih sehingga Singh kembali termotivasi untuk bekerja juga merasa
memberikan kontribusi lebih terhadap perusahaan”, dengan pertimbangan:
1. Rekomendasi pertama dan kedua akan semakin menunjukan ketidak
profesionalan perusahaan kepada karyawan, selain itu membuat karyawan
semakin bingung dan merasa dipermainkan oleh perusahaan, mengingat
penilaian kinerja merupakan hal sangat penting dan sensitive bagi karyawan,
karena itulah kami tidak memilih rekomendasi tersebut.
2. Inti dari permasalahan ini sebenarnya ada pada rasa kecewa Singh terhadap
penilaian kinerja dirinya yang dianggap tidak adil, yang membuat Singh malas
bekerja, jadi kita harus focus terhadap cara yang bisa membuat Singh kembali
semangat kerja kembali.
3. Karyawan tipe pekerja diatas rata-rata seperti Singh, ketika mengalami
kekecewaan menurut kelompok kami sebenarnya hanya butuh komunikasi,
motivasi dan kepastian dari atasan untuk bisa kembali bekerja sebagaimana
mestinya.
5
BAB III
KESIMPULAN
Dari empat rekomendasi pemecahan masalah yang kelompok kami rumuskan, kami
memilih rekomendasi yang terakhir untuk solusi pemecahan masalah, yaitu: “Manajemen
perusahaan, melalui Fyer sebagai atasan langsung memberikan motivasi kepada Singh dan
meyakinkan bahwa hal tersebut tidak akan terjadi lagi, beri Singh tanggungjawab lebih sehingga
Singh kembali termotivasi untuk bekerja juga merasa memberikan kontribusi lebih terhadap
perusahaan”. Dengan pertimbangan seperti yang sudah kami sebutkan di Bab Pembahasan.
Dari kasus tersebut dapat kita rumuskan bahwa proses penilaian kinerja, khususnya
interaksi antara karyawan dan manajer, adalah penentu kunci yang mempengaruhi
motivasi dan produktifitas karyawan, sehingga untuk tahun depan penilaian kinerja harus
dilakukan oleh atasan langsung, bukan dilakukan oleh masing-masing individu, tentu saja
juga harus berdasarkan pada kriteria pekerjaan yang sebenarnya dari masing-masing
karyawan, hal ini dapat dibantu dengan indikator-indikator yang lebih menunjukan kinerja
karyawan tersebut, contoh untuk kategori “kuantitas pekerjaan” bisa diukur dengan
indikator jobdesc masing-masing karyawan dijumlahkan dengan pekerjaan tambahan yang
diberikan oleh atasan, untuk kategori “kualitas pekerjaan” bisa diukur dengan indikator
persentase pekerjaan yang diselesaikan dijumlahkan dengan ide dan improvement oleh
masing-masing karyawan.
Penilaian terhadap sesama karyawan juga sebenarnya adalah sebuah kesalahan
karena:
1. Setiap orang akan melihat orang lain secara berbeda.
2. Ada konflik pribadi yang membuat penilaian kinerja kepada temannya tidak
obyektif.
3. Bisa terjadi pendapat yang berbenturan antara setiap karyawan.
6