Kasus Panjang SJS Pada Mata

download Kasus Panjang SJS Pada Mata

of 26

Transcript of Kasus Panjang SJS Pada Mata

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    1/26

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dijelaskan pertama kali pada tahun 1922, Sindrom Stevens-Johnson

    merupakan hipersensitivitas yang dimediasi kompleks imun yang merupakan

    ekspresi berat dari eritema multiforme. Sindrom Stevens-Johnson SSJ!

    ektodermosis erosiva pluriorifisialis, sindrom mukokutaneaokular, eritema

    multiformis tipe "ebra, eritema multiforme mayor, eritema bulosa maligna!

    adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel#bula, dapat disertai purpura

    yang mengenai kulit, selaput lendir orifisium, dan mukosa kelopak mata dengan

    keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk "am$ah,2%%2!.

    &enyebab pasti dari SSJ saat ini belum diketahui namun ditemukan

    beberapa hal yang memi'u timbulnya SSJ seperti obat-obatan atau infeksi virus.

    mekanisme terjadinya sindroma pada SSJ adalah reaksi hipersensitif terhadap $at

    yang memi'unya.

    SSJ mun'ul biasanya tidak lama setelah obat disuntik atau diminum, dan

    besarnya kerusakan yang ditimbulkan kadang tak berhubungan langsung dengan

    dosis, namun sangat ditentukan oleh reaksi tubuh pasien. (eaksi hipersensitif

    sangat sukar diramal, paling diketahui jika ada ri)ayat penyakit sebelumnya dan

    itu kadang tak disadari pasien, jika tipe alergi tipe 'epat yang seperti syok

    anafilaktik jika 'epat ditangani pasien akan selamat dan tak bergejala sisa, namun

    jika SSJ akan membutuhkan )aktu pemulihan yang lama dan tidak segera

    menyebabkan kematian seperti syok anafilaktik.

    *leh beberapa kalangan disebut sebagai eritema multiforme mayor tetapi

    terjadi ketidak setujuan dalam literatur. Sebagian besar penulis dan ahli

    berpendapat bah)a sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik

    +! merupakan penyakit yang sama dengan manifestasi yang berbeda. Dengan

    alasan tersebut, banyak yang menyebutkan SSJ#+. SSJ se'ara khas mengenai

    kulit dan membran mukosa. alaupun presentasi minor dapat timbul tetapi gejala

    signifikan dari membran mukosa oral, nasal, mata, vaginal, uretral,

    gastrointestinal dan saluran napas ba)ah dapat terjadi selama perjalanan penyakit.

    /kut sertanya gastrointestinal dan respiratori dapat berlanjut menjadi nekrosis. SSJ

    1

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    2/26

    merupakan kelainan sistemik yang serius dengan potensi morbiditas berat dan

    mungkin kematian. 0esalahan diagnosis sering terjadi pada penyakit ini.

    1.2 Tujuan Penulisan

    engetahui gambaran SJS se'ara umum

    engetahui gambaran manifestasi SJS pada mata

    emberikan informasi dan menambah referensi manifestasi mata pada

    kasus SJS dan bagaimana tatalaksana a)al sebagai dokter umum.

    Sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut, khususnya yang berkaitan

    dengan penyaki SJS.

    2

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    3/26

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi SSJ

    Sindrom Stevens-Johnson, biasanya disingkatkan sebagai SSJ, adalah

    reaksi buruk yang sangat ga)at terhadap obat. fek samping obat ini

    mempengaruhi kulit, terutama selaput mukosa. Juga ada versi efek samping ini

    yang lebih buruk, yang disebut sebagai nekrolisis epidermis toksik toik

    epidermal ne'rolysis#+!. 3da juga versi yang lebih ringan, disebut sebagai

    eritema multiforme ! 3dithan,2%%4!.

    Sindrom Steven-Johnson SSJ! merupakan suatu kumpulan gejala klinis

    erupsi mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit vesikulobulosa,

    mukosa orifisium serta mata disertai gejala umum berat. Sinonimnya antara lain 5

    sindrom de 6riessinger-(endu, eritema eksudativum multiform mayor, eritema

    poliform bulosa, sindrom muko-kutaneo-okular, dermatostomatitis, dll.

    Sindrom Stevens-Johnson pertama diketahui pada 1922 oleh dua dokter,

    dr. Stevens dan dr. Johnson, pada dua pasien anak laki-laki. +amun dokter

    tersebut tidak dapat menentukan penyebabnya 3dithan,2%%4!.

    2.2 Etilgi SSJ

    1. *bat-obatan dan keganasan merupakan penyebab utama pada pasien

    de)asa dan usia lanjut.

    2. 0asus pediatrik lebih banyak berhubungan dengan infeksi daripada

    keganasan atau reaksi obat. Jarang pada anak usia 7 tahun atau

    diba)ahnya, karena imunitas belum berkembang sepenuhnya.

    7. +S3/D oksikam dan sulfonamid merupakan penyebab utama di negara-

    negara 8arat. Di 3sia imur allopurinol merupakan penyebab utama.

    . *bat seperti sulfa, fenitoin atau penisilin telah diresepkan kepada lebih

    dari dua pertiga pasien dengan SSJ.:. ;ebih dari setengah pasien dengan SSJ melaporkan adanya infeksi saluran

    napas atas.

    4. mpat kategori etiologi adalah infeksi, reaksi obat, keganasan dan

    idiopatik.

    2.! "aktr Pre#is$sisi SSJ

    8erdasarkan kasus yang terdaftar dan diobservasi kejadian SSJ terjadi 1-

    7 kasus per satu juta penduduk setiap tahunnya. SSJ juga telah dilaporkan lebih

    3

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    4/26

    sering terjadi pada ras 0aukasia. alaupun SSJ dapat mempengaruhi orang dari

    semua umur, tampaknya anak lebih rentan. ampaknya juga perempuan sedikit

    lebih rentan daripada laki-laki Siregar, 2%%!.

    2.% Patfisilgi SSJ

    SSJ merupakan kelainan hipersensitivitas yang dimediasi kompleks

    imun yang disebabkan oleh obat-obatan, infeksi virus dan keganasan. 3khir-akhir

    ini kokain dimasukkan dalam daftar obat yang dapat menyebabkan SSJ. Sampai

    dengan setengah dari total kasus, tidak ada etiologi spesifik yang telah

    diidentifikasi.

    SSJ sering dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe // sitolitik!

    menurut

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    5/26

    alaupun tidak sepenuhnya relevan dengan praktek keadaan ga)at

    darurat, penelitian terhadap patofisiologi SSJ#+ dapat memberikan kesempatan

    pemeriksaan untuk membantu diagnosis selain untuk membantu pasien yang

    memiliki resiko.

    2.& E$i#e'ilgi SSJ

    /nsidens SSJ dan + diperkirakan 2-7? per juta populasi setiap tahun di

    ropa dan 3merika Serikat. @mumnya terdapat pada de)asa.

    &redominansi kasus pada ras 0aukasia telah dilaporkan dan rasio

    pria5)anita adalah 251. 0ebanyakan pasien berusia antara 2%-% tahun, akan tetapi

    pernah dilaporkan terjadi kasus pada bayi berusia 7 bulan.

    2.( )ejala Klinis SSJSSJ dan + biasanya mulai dengan gejala prodromal berkisar antara 1-1

    hari berupa demam, malaise, batuk, kori$al, sakit menelan, nyeri dada, muntah,

    pegal otot dan atralgia yang sangat bervariasi dalam derajat berat dan kombinasi

    gejala tersebut. 0emudian pasien mengalami ruam datar ber)arna merah pada

    muka dan batang tubuh, sering kali kemudian meluas ke seluruh tubuh dengan

    pola yang tidak rata. Daerah ruam membesar dan meluas, sering membentuk

    lepuh pada tengahnya. 0ulit lepuh sangat longgar, dan mudah dilepas bila

    digosok. Se'ara khas, proses penyakit dimulai dengan infeksi nonspesifik saluran

    napas atas.

    ;esi mukokutaneus berkembang 'epat. 0elompok lesi yang berkembang

    akan bertahan dari 2- minggu. ;esi tersebut bersifat nonpruritik. (i)ayat demam

    atau perburukan lokal harus dipikirkan ke arah superinfeksi, demam dilaporkan

    terjadi sampai >:? dari seluruh kasus.

    =ejala pada membran mukosa oral dapat 'ukup berat sehingga pasien

    tidak dapat makan dan minum. &asien dengan gejala genitourinari dapat memberikeluhan disuria. (i)ayat penyakit SSJ atau eritema multiforme dapat ditemukan.

    (ekurensi dapat terjadi apabila agen yang menyebabkan tidak tereliminasi atau

    pasien mengalami pajanan kembali.

    &ada +, bagian kulit yang luas mengelupas, sering hanya dengan

    sentuhan halus. &ada banyak orang, 7% persen atau lebih permukaan tubuh hilang.

    Daerah kulit yang terpengaruh sangat nyeri dan pasien merasa sangat sakit dengan

    panas-dingin dan demam. &ada beberapa orang, kuku dan rambut rontok

    3dithan, 2%%4!.

    5

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    6/26

    0ehilangan kulit dalam + serupa dengan luka bakar yang ga)at dan

    sama-sama berbahaya.

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    7/26

    7

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    8/26

    2. 0elainan selaput lendir di orifisium

    a. 0elainan sering terjadi pada mukosa mulut 1%%?!, disusul pada

    lubang alat genitalia :%?!, jarang pada lubang hidung dan anus

    masing-masing >? dan ?!.b. =ejala pada mukosa mulut berupa eritema, edema, vesikel # bula

    yang gampang pe'ah sehingga timbul erosi, ekskoriasi dan krusta

    kehitaman, terutama pada bibir. Juga dapat timbul

    pseudomembran. ;esi terdapat pada traktus respiratorius bagian

    atas, faring dan esofagus.

    '. Stomatitis pada mulut dapat menyebabkan pasien sulit menelan.

    d. &seudomembran pada faring menyebabkan pasien sukar bernapas.

    e. alaupun beberapa ahli menyarankan adanya kemungkinan SSJ

    tanpa lesi pada kulit tetapi sebagian besar per'aya bah)a lesi

    mukosa saja tidak 'ukup untuk menegakkan diagnosis. 8eberapa

    ahli menyebut kasus yang tanpa lesi kulit sebagai atipikal atau

    inkomplit.

    8

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    9/26

    7. 0elainan ata

    Aang paling sering adalah konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat

    berupa konjungtivitis purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea,

    iritis, iridosiklitis.

    konjungtivitis

    simblefaron

    9

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    10/26

    2.* Diagnsa SSJ

    Diagnosa ditujukan terhadap manifestasi yang sesuai dengan trias

    kelainan kulit, mukosa, mata, serta hubungannya dengan faktor penyebab yang

    se'ara klinis terdapat lesi berbentuk target, iris atau mata sapi, kelainan pada

    mukosa, demam. Selain itu didukung pemeriksaan laboratorium antara lain

    pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan imunologik, biakan kuman serta uji

    resistensi dari darah dan tempat lesi, serta pemeriksaan histopatologik biopsi kulit.

    3nemia dapat dijumpai pada kasus berat dengan perdarahan, leukosit biasanya

    normal atau sedikit meninggi, terdapat peningkatan eosinofil. 0adar /g= dan /g

    dapat meninggi,

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    11/26

    11

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    12/26

    2., Pe'eriksaan Penunjang SSJ

    a. &emeriksaan ;aboratorium 5

    idak ada pemeriksaan laboratorium selain biopsi yang dapat menegakkan

    diagnosis SSJ.

    1) &emeriksaan darah lengkap dapat menunjukkan jumlah leukosit yang

    normal atau leukositosis yang nonspesifik. ;eukositosis yang nyata

    mengindikasikan kemungkinan infeksi bakteri berat. 0alau terdapat

    eosinofilia kemungkinan karena alergi.

    2) 0ultur jaringan kulit dan darah telah disetujui karena insidensi infeksi

    bakteri yang serius pada aliran darah dan sepsis yang menyebabkan

    peningkatan morbiditas dan mortalitas.

    7! /munofluoresensi banyak membantu membedakan sindrom Steven

    Johnson dengan panyakit kulit dengan lepuh subepidermal lainnya.

    ! 0ultur darah, urin dan jaringan pada luka diindikasikan ketika

    di'urigai adanya infeksi.

    b. &emeriksaan (adiologi5

    6oto rontgen thorak dapat menunjukkan adanya pneumonitis ketika di'urigai

    se'ara klinis. 3kan tetapi foto rontgen rutin biasa tidak diindikasikan.

    '. &emeriksaan "istopatologi5

    =ambaran histopatologik sesuai dengan eritema multiforme, bervariasi dari

    perubahan dermal yang ringan sampai nekrolisis epidermal yang menyuluruh.

    0elainan berupa 5

    1! /nfiltrate sel mononu'lear di sekitar pembuluh-pembuluh darah dermis

    superfi'ial.

    2! dema dan ekstravasasi sel darah merah di dermis papiler.

    3) Degenerasi hidropik lapisan basalis sampai terbentuk vesikel

    subepidermal.

    ! +ekrosis sel epidermal dan kadang-kadang di adneksa.

    :! Spongiosis dan edema intrasel epidermis.

    12

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    13/26

    2.1- Penatalaksanaan SSJ

    *bat yang tersangka sebagai kausanya segera dihentikan, termasuk jamu

    dan $at aditif lainnya. Jika keadaan umum pasien SSJ baik dan lesi tidak

    menyeluruh 'ukup diobati dengan prednisone 7%-% mg sehari. 0alau keadaan

    umunya buruk dan lesi menyeluruh harus diobati se'ara tepat dan 'epat dan

    pasien harus dira)at-inap. &engggunaan obat kortikosteroid merupakan tindakan

    life-saving, dapat digunakan deksametason se'ara intravena dengan dosis

    permulaan -4 : mg sehari. &ada umumnya masa krisis dapat diatasi dalam

    beberapa hari. 3gar lebih jelas, maka berikut ini diberikan 'ontoh. Seorang pasien

    SSJ yang berat, harus segera di ra)at-inap dan diberikan deksametason 4 : mg

    iv. 8iasanya setelah beberapa hari 2-7 hari!, masa krisis telah teratasi, keadaanmembaik dan tidak timbul lesi baru, sedangkan lesi lama tampak mengalami

    involusi. Dosisnya segera diturunkan se'ara 'epat, setiap hari diturunkan : mg,

    setelah dosis men'apai : mg sehari lalu diganti dengan tablet kortikosteroid,

    misalnya prednisone, yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 2% mg sehari,

    sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 1% mg kemudian obat tersebut

    dihentikan. Jadi lama pengobatan kira-kira 1% hari.

    Selain deksametason dapat digunakan pula metilprednisolon dengan dosis

    setara. 0elebihan metilprednisolon ialah efek sampingnya lebih sedikit

    dibandingkan dengan deksametason karena termasuk golongan kerja sedang,

    sedangkan deksametason termasuk golongan kerja lama, namun harganya lebih

    mahal. 0arena pengobatan dengan kortikosteroid dalam )aktu singkat pemakaian

    kedua obat tersebut tidak banyak perbedaan mengenai efek sampingnya. Tapering

    off hendaknya dilakukan 'epat karena umumnya penyebab SSJ ialah eksogen

    alergi!, jadi berbeda dengan penyakit autoimun endogen!, misalnya pemfigus.

    8ila tapering off tidak lan'ar hendaknya dipikirkan faktor lain. ungkinantibiotik yang sekarang diberikan menyebabkan alergi sehingga masih timbul

    lesi baru. 0alau demikian harus diganti dengan antibiotik lain. 0emungkinan lain

    kausanya bukan alergi obat, tetapi infeksi pada sebagian ke'il kasus!. Jadi kultur

    darah hendaknya dikerjakan.

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    14/26

    &ada )aktu penurunan dosis kortikosteroid sistemik dapat timbul miliaria

    kristalina yang sering disangka sebagai lesi baru dan dosis kortikosteroid

    dinaikkan lagi, yang seharusnya tetap diturunkan.

    Dengan dosis kortikosteroid setinggi itu, maka imunitas pasien akan

    berkurang, karena itu harus diberikan antibioti' untuk men'egah terjadinya

    infeksi, misalnya bronkopneumonia yang dapat menyebabkan kematian.

    3ntibiotik yang dipilih, hendaknya yang jarang menyebabkan alergi, berspektrum

    luas, bersifat bakterisidal, dan tidak atau sedikit nefrotoksik. "endaknya antibiotik

    yang akan diberikan jangan yang segolongan atau yang rumusnya mirip dengan

    antibiotik yang diduga menyebabkan alergi untuk men'egah sensitisasi silang.

    *bat yang memenuhi syarat tersebut, misalnya siprofloksasin 2 %% mg iv.0lindamisin, meskipun tidak berspektrum luas sering digunakan karena juga

    efektif bagi kuman anaerob, dosisnya 2 4%% mg iv sehari. *bat lain juga dapat

    digunakan misalnya seftriakson dengan dosis 2 gram iv sehari 1 1. "endaknya

    diingat obat tersebut akan memberikan sensitisasi silang dengan amoksisilin

    karena keduanya termasuk antibiotik beta laktam. @ntuk mengurangi efek

    samping kortikosteroid diberikan diet yang miskin garam dan tinggi protein,

    karena kortikosteroid bersifat katabolik. Setelah seminggu diperiksa pula kadar

    elektrolit dalam darah. 8ila terdapat penurunan 0 dapat diberikan 0

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    15/26

    1. 8ila telah diobati dengan kortikosteroid dengan dosis adekuat setelah 2

    hari belum ada perbaikan. Dosis adekuat untuk SSJ 7% mg

    deksametason sehari dan + % mg sehari.

    2. 8ila terdapat purpura generalisata.7. Jika terdapat leukopenia.

    entang kemungkinan terjadinya polisitemia tidak perlu dikha)atirkan

    karena pemberian darah untuk transfusi hanya selama 2 hari. "b dapat naik

    sedikit, namun 'epat turun.

    &ada kasus dengan purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin tahun

    empat, tgl lahir 5 &asuruan, 1 Juli 19>9

    3lamat 5 amanan %4#1: 0epulungan - =empol

    &ekerjaan 5 /bu (umah angga

    Status 5 Sudah enikah

    ed-reg 5 2:-7-%

    anggal &emeriksaan 5 %: 3gustus 2%1:

    !.2 ANA0NESA

    o 0eluhan @ tama

    8er'ak-ber'ak merah di seluruh tubuh sejak 2 hari lalu

    o (i)ayat penyakit sekarang

    o &asien dtg ke /=D (S@D 8angil dengan ber'ak-ber'ak merah

    diseluruh tubuh. 8er'ak kemerahan dimulai sejak 7 hari yang

    lalu setelah dira)at inap dari sebuah (S karena abis memakan

    obat yang diberi dari (S namun tiba-tiba menyebar hinggakeseluruh tubuh.

    o 3)alnya, bibir mulai bengkak dan pe'ah-pe'ah sejak 2 hari

    yang lalu sebelum ke /=D, kemudian diikuti badan terasa panas

    dan tenggorokan terasa sakit.

    o 0emudian diikuti mata terasa perih dan kemerahan sejak 2 hari

    yang lalu.

    o 3)alnya dimulai dengan mata kiri disertai gatal, kemudian mata

    kanannya mengalami hal yg sama keesokan harinya.

    o ata seperti terasa berair

    o ata terasa 'ekot-'ekot

    o &andangan sedikit kabur

    o 0elopak mata terasa berat dan sulit membuka mata

    17

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    18/26

    o ata seperti tertutup oleh kotoran.

    o (i)ayat penyakit dahulu

    o (i)ayat alergi obat E makanan tidak ada

    o idak ada darah tinggio idak ada ken'ing manis

    o belum pernah mengalami seperti ini sebelumnya.

    o (i)ayat pengobatan

    Sebelumnya pasien pernah di ba)a ke (S karena punya penyakit

    ginjal dan diberi antibiotik, obat penambah darah.

    o (i)ayat penyakit keluarga

    idak ada keluarga yang mengalami sakit mata seperti ini

    !.! PE0E/IKSAAN "ISIK

    Status )eneralis

    0eadaan @mum 5 ampak sakitB ;emah

    0esadaran 5

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    19/26

    parasternal tidak ada, pulsasi epigastrial tidak ada, sternal

    lift tidak ada, thrill tidak ada

    &erkusi 5 8atas kanan jantung /

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    20/26

    - dema -#- -#-

    - Sianosis -#- -#-

    - &u'at H#H H#H

    - otorik :#: :#:

    - Sensorik H#H H#H

    - &erabaan dingin -#- -#-

    - "iperpigmentasi H#H H#H

    Status $t6al'lg7

    Fisus natural 5

    F*D 5 4#2% bed position!

    F*S 5 4#2% bed position!

    Segmen anterior 5

    D S

    N. Seg'en Anterir D S

    1. Pal$e5ra #an Silia He'at'a

    E#e'a 8 8

    Benjlan

    20

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    21/26

    Eki'sis

    Ektr$in

    Entr$in

    Lag$6tal'us

    Ptsis Sikatriks

    Pseu#$tsis

    Blefars$as'e

    2.Knjungti9a

    Pal$e5ra

    "likel

    Pa$il

    Sikatriks

    Pene5alan

    knjungti9a

    !. Knjungti9a Bul5i

    P:I

    :I 8 8Benjlan

    Sekret 8 8

    %. Sklera

    Ikterus

    :r$us alienu'

    Benjlan

    Hi$ere'i e$isklera

    &. Krnea

    Jerni6

    Defek

    Infiltrat

    :r$us alienu' E#e'a

    (.

    Ka'era kuli

    Anterir; Bilik

    0ata #e$an

    Dala' 8 8

    Hife'a

    Hi$$in

    "lare;

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    22/26

    !.& DIA)NSA BANDIN)

    )ejala

    Knjungti9itis

    iral Bakteri Alergi

    )atal

    Hi$ere'i

    :ngjungti9al

    Inje

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    23/26

    !.* PENATALAKSANAAN

    Tera$i U'u'

    o *2 nasal 7- lpmo /F6D +a

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    24/26

    BAB I

    PE0BAHASAN

    8erdasarkan gambaran klinis kejadian diatas, maka dapat dipastikan pada

    pasien ini mengalami Steven Jhonson Sindrome SJS!.&atogenesis SJS sampai

    saat ini belum jelas )alaupun sering dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas

    tipe /// reaksi kompleks imun! dan reaksi hipersensitivitas lambat delayed-type

    hypersensitivity rea'tions, tipe /F!.

    anifestasi SJS tersering pada mata dapat berupa konjungtivitis,

    konjungtivitas kataralis , blefarokonjungtivitis, iritis, iridosiklitis, simblefaron,

    kelopak mata edema dan sulit dibuka, pada kasus berat terjadi erosi dan perforasi

    kornea yang dapat menyebabkan kebutaan.

    0elainan pada kulit berupa lesi eritema yang dapat timbul mendadak dan

    tersebar se'ara simetris. ata merah dengan demam dan kelemahan umum dan

    nyeri pada sendi merupakan keluhan penderita dengan sindrom Steven-Johnson.

    &ada keadaan lanjut, kelainan yang terjadi pada mukosa mata dapat

    menurunkan daya penglihatan. +amun, pada pasien ini hanya ditemukan gejala

    mata merah dengan sekret mukopurulen juga disertai penurunan tajam

    penglihatan.&engobatan konjungtivitis pada sindroma Steven-Jhonson ini biasanya

    bersifat simptomatik yaitu dengan pengobatan berupa kortikosteroid sistemik dan

    infus 'airan. &engobatan lokal pada matanya sendiri dapat berupa pembersihan

    sekret yang timbul, midriatika, steroid topikal dan men'egah simblefaron.

    Aang terpenting &enanganan Sindrom Steven Johnson dapat dilakukan

    dengan memberi terapi 'airan dan elektrolit, serta kalori dan protein se'ara

    parenteral pada penderita dengan keadaan umum berat. 0arena dengan

    24

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    25/26

    penanganan umum yang lebih baik maka Sindroma Steven Jhonson mampu

    ditangani.

    BAB

    KESI0PULAN

    Sindrom Steven-Johnson SSJ! merupakan suatu kumpulan gejala klinis

    erupsi mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit vesikulobulosa,

    mukosa orifisium serta mata disertai gejala umum berat. tiologi SJS sukar

    ditentukan dengan pasti, karena penyebabnya berbagai faktor, )alaupun pada

    umumnya sering berkaitan dengan respon imun terhadap obat.

    &atogenesis SJS sampai saat ini belum jelas )alaupun sering dihubungkan

    dengan reaksi hipersensitivitas tipe /// reaksi kompleks imun! dan reaksi

    hipersensitivitas lambat delayed-type hypersensitivity rea'tions, tipe /F!.

    anifestasi SJS pada mata dapat berupa konjungtivitis, konjungtivitas kataralis ,

    blefarokonjungtivitis, iritis, iridosiklitis, simblefaron, kelopak mata edema dan

    sulit dibuka, pada kasus berat terjadi erosi dan perforasi kornea yang dapat

    menyebabkan kebutaan.

    Diagnosis banding dari Sindrom Steven Johnson ada 2 yaitu Toxic

    Epidermolysis Necroticans" Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (Ritter

    disease) dan konjungtivitis membranosa atau pseudomembranosa.

    &enanganan Sindrom Steven Johnson dapat dilakukan dengan memberi

    terapi 'airan dan elektrolit, serta kalori dan protein se'ara parenteral pada

    penderita dengan keadaan umum berat. &emberian antibiotik spektrum luas,

    selanjutnya berdasarkan hasil biakan dan uji resistensi kuman dari sediaan lesikulit dan darah. &enggunaan steroid sistemik masih kontroversi, ada yang

    mengganggap bah)a penggunaan steroid sistemik pada anak bisa menyebabkan

    penyembuhan yang lambat dan efek samping yang signifikan, namun ada juga

    yang menganggap steroid menguntungkan dan menyelamatkan nya)a.

    25

  • 7/26/2019 Kasus Panjang SJS Pada Mata

    26/26

    DA"TA/ PUSTAKA

    Djuanda, 3dhi. 2%%9.#lm! $enyakit %!lit dan %elamind. 0elima. Jakarta. 8alai

    &enerbit 60@/. "al 147-14:.

    Siregar, (.S. 2%%. &tlas 'erwarna Saripati $enyakit %!lit. Jakarta. =