Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

23
PENGKAJIAN KLIEN DIABETES MELITUS Bapak Salim Obama 58 tahun seorang bapak dari 3 orang anak, sudah 10 hari dirawat di ruang penyakit dalam seubah rumah sakit. Saat ini berat badan pak Obama 52 kg dengan tingggi badan 165 cm, tampak pucat dan lemah. Hasil wawancara ditemukan bahwa sebelum sakit BB pak Obama mengalami penurunan drastis dari 80 kg dalam waktu dua bulan. Selain itu pak Obama mengalami sering kencing, mudah lapar dan haus. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 148/90 mmHg, nadi 98 x/menit, kulit pucat dan ada penurunan sensasi raba, suhu, dan rasa sakit pada telapak kaki. Hasil pemeriksaaan lab : gula darah puasa 230 mg/dl, gula darah 2 jam setelah makan 408 mg/dol, trigliserida 200 mg/dl, HbA1C 7. Klien mendapat terapi regular insulin 3 x 10 unit. No Nama Data Normal Interpretasi 1. BMI TB : 165 cm BB : 52 kg BMI : 19 18-25 Normal 2. TD 148/90 mmHg 110-120/60- 80 mmHg Hipertensi 3. HR 98x/menit 60-80 x/menit Takikardia 4. Kulit Pucat Pucat (-) Abnormal 5. Suhu tubuh Menurun 36,8°C-37°C Abnormal 6. Gula darah puasa 230 mg/dl 60-110 mg/dl Abnormal (Hiperglikemia

description

DM

Transcript of Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

Page 1: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

PENGKAJIAN KLIEN DIABETES MELITUS

Bapak Salim Obama 58 tahun seorang bapak dari 3 orang anak, sudah 10 hari dirawat di ruang

penyakit dalam seubah rumah sakit. Saat ini berat badan pak Obama 52 kg dengan tingggi badan

165 cm, tampak pucat dan lemah. Hasil wawancara ditemukan bahwa sebelum sakit BB pak

Obama mengalami penurunan drastis dari 80 kg dalam waktu dua bulan. Selain itu pak Obama

mengalami sering kencing, mudah lapar dan haus. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan tekanan

darah 148/90 mmHg, nadi 98 x/menit, kulit pucat dan ada penurunan sensasi raba, suhu, dan rasa

sakit pada telapak kaki. Hasil pemeriksaaan lab : gula darah puasa 230 mg/dl, gula darah 2 jam

setelah makan 408 mg/dol, trigliserida 200 mg/dl, HbA1C 7. Klien mendapat terapi regular

insulin 3 x 10 unit.

No Nama Data Normal Interpretasi

1. BMI TB : 165 cm

BB : 52 kg

BMI : 19

18-25 Normal

2. TD 148/90 mmHg 110-120/60-80

mmHg

Hipertensi

3. HR 98x/menit 60-80 x/menit Takikardia

4. Kulit Pucat Pucat (-) Abnormal

5. Suhu tubuh Menurun 36,8°C-37°C Abnormal

6. Gula darah puasa 230 mg/dl 60-110 mg/dl Abnormal

(Hiperglikemia)

7. Gula darah 2 jam

setelah makan

408 mg/dl 65-140mg/dl Abnormal

(Hiperglikemia)

8. trigliserida 200 mg/dl 10-150mg/dl Abnormal

9. HbA1C 7 4-6 Abnormal

Biodata klien

Nama : Tn. Salim Obama

Alamat : -

Usia : 58 Tahun

Page 2: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

Jenis Kelamin                                     : Pria.

Pendidikan terakhir                             : -

Bahasa Sehari-hari yg Digunakan      : -

Status Pernikahan                               : Kawin

Jenis Pekerjaan                         : -

Hal ini perlu ditanyakan untuk mengkaji aktivitasnya

Pengkajian

Keluhan utama

Klien menyatakan sering sering kencing (poliuria), mudah lapar (poliphagi) dan haus

(polidipsia ). Klien menyatakan berat badannya menurun drastis 28 kg dibandingkan sebelum

sakit.

Riwayat Kesehatan saat ini

- Poliuria

- Polidipsia

- Poliphagi

- Penurunan BB 28 kg dalam waktu 2 bulan

- Klien tampak lemah dan pucat

- Klien menyatakan ada penurunan sensasi raba, suhu, dan rasa sakit pada telapak kaki

- Klien mendapat terapi regular insulin 3 x 10 unit.

Riwayat Kesehatan masa lalu

- Sebelumnya (2 bulan yang lalu) berat badan klien 80 kg.

- Tanyakan kepada klien apakah klien mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan

dengan kelenjar pankreas

Riwayat Penyakit Keluarga

Klien tidak menyebutkan dalam keluarganya ada yang menderita penyakit yang sama.

Hal-hal yang perlu dikaji pada klien :

1. Aktivitas atau istirahat

Cepat lelah

Page 3: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

Lemas

Sulit Bergerak / berjalan

Kram otot

Tonus otot menurun

2. Sirkulasi

Peningkatan frekuensi denyut jantung

Kulit pucat

Hipertensi

Kesemutan pada ekstremitas

Ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama

3. Eliminasi

Peningkatan frekuensi buang air kecil (poliuria)

Diare

4. Makanan / Cairan

Poliphagi ( mudah lapar )

Polidipsia ( mudah haus )

5. Neurosensori

Penurunan sensasi raba dan rasa sakit pada telapak kaki.

Gangguan penglihatan/mata kabur (retinopati)

Neuropati

6. Nyeri / Kenyamanan

Rambut rontok, perubahan suasana hati

Abdomen tegang

7. Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)

8. Seksualitas

Gangguan reproduksi

Penurunan libido

Gangguan ereksi

Pola Hidup

Pola Aktivitas & Lingkungan

Page 4: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

- Tanyakan bagaimana kondisi lingkungan tempat klien tinggal dan bekerja

- Tanyakan kepada klien setelah menderita penyakit DM ini apakah aktivitasnya menjadi

terbatas atau terganggu.

Pola Hubungan

Tanyakan kepada klien apakah kondisi klien saat ini mengganggu dirinya dan

hubungannya dengan orang sekitarnya. Dan tanyakan juga apakah keluarga memahami

kondisi klien saat ini.

Pola persepsi & Konsep Diri

Tanyakan kepada klien apakah klien dapat menerima keadaan penyakit yang dialaminya

dengan baik atau tidak.

Pola Praktik Kesehatan

Tanyakan kepada klien apakah klien rutin berolahraga dan jenis olahraga apa yang biasa

dilakukan

Gaya Hidup

Tanyakan bagaimana pola & jenis makanan yang sering dikonsumsi. Apa klien sering

makan di luar rumah. Bagaimana pola & jenis minuman yang dikonsumsi. Dan tanyakan

juga apakah klien mengkonsumsi rokok atau alkohol.

Pengkajian Psikosial

Pola Penanggulangan Stress

- Tanyakan klien sering merasa cemas dengan kondisinya saat ini?

- Tanyakan kepada klien/ keluarga, bagaimana cara klien dalam menghadapi kondisinya

saat ini.

Pengkajian Spiritual

Kaji bagaimana perasaan klien terhadap keadaannya saat ini: apakah ia memiliki

keyakinan bahwa ia dapat sembuh dan sejauh mana keinginannya untuk sembuh. Selain

itu tanyakan pada klien bagaimana dia melakukan praktik keagamaan

Pengkajian Sosial-Ekonomi

- Tanyakan kepada klien dan keluarga, apakah klien selalu mengkonsumsi makanan yang

bergizi&seimbang.

- Tanyakan kepada keluarga klien , apakah klien sering berdialog atau bercerita pada

keluarga mengenai kondisinya saat ini.

Page 5: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

Dampak masalah terhadap bio-psikososial

- Tanyakan kepada klien, apakah karena kondisi klien yang sering kencing, mengakibatkan

klien malas minum

Pengkajian Pengetahuan

Menanyakan kepada klien pernah mendapatkan penyuluhan dari puskesmas / RS tentang

penyakitnya.

Pemeriksaan TTV

Nadi : 98 x/menit

Tekanan Darah : 148/90 mmHg

Tinggi Badan : 165 cm

Berat Badan : 52 kg

Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

Keadaan umum :

Tampak lemah dan pucat.

2. Palpasi

Keadaan umum :

Nadi/ HR : 98x/mnt

suhu tubuh menurun

Penurunan sensasi raba

3. Perkusi

Tidak dilakukan perkusi

4. Auskultasi

Tanda Vital :

TD : 148/90 mmHg

Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan darah

Page 6: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

Tes Toleransi Glukosa darah

Diagnosa DM diindikasikan oleh peningkatan secara nyata kadar glukosa serum;

obesitas & infeksi dapat menyebabkan intoleransi glukosa.

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

1. Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa darah puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/L), pada kasus gula darah klien

230 mg/dl.

3. Glukosa darah dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi

75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl, pada kasus gula darah klien

408 mg/dl.

2. Pemeriksaan Urine

Berat Jenis Urine

Peningkatan berat jenis urine kemungkinan diakibatkan kelebihan ADH/glukosuria

Page 7: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional1. Gangguan kenyamanan b.d

gangguan pola eliminasi

DO : sering kencing, sering haus

DS :

pola eliminasi kembali normal

Mandiri :

Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV secara intermiten atau secara kontinu. Seperti bolus IV diikuti dengan tetesan yang kontinu melalui alat pompa kira-kira 5-10 UI/jam sampai glukosa darah mencapai 250 mg/dl.

Monitor kadar gula darah

Observasi tanda-tanda hipoglikemia (perubahan tingkat kesadaran, nadi cepat, sakit kepala, gemetar),

Ciptakan lingkungan yang hangat (lihat dari suhu)

Kolaborasi :

insulin reguler memiliki awitan cepat dan dapat membantu memindahkan glukosa kedalam sel. Pemberian melaui IV merupakan jalur rute pilihan utama karena absorpsi dari jaringan subkutan mungkin tidak menentu.

mengetahui penurunan atau peningkatan kadar gula darah akibat penggantian cairan atau terapi insulin.

karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi( gula darah akan berkurang, dan sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemi dapat terjadi)

Rangasangan yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa ketidaknyamanan.

Page 8: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

KOLABORASI :

Awasi pemeriksaan laboratorium contoh elktrolit , BUN , kreatinin

Peninggian BUN , kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal

2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d DO : penurunan berat badan drastis

DS : -

Tupan : Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya

Tupen : Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat

Timbang berat badan sesuai indikasi,

Gunakan daftar penukar bahan makanan untuk mempermudah penyusun hidangan.

Libatkan keluarga dalam memotivasi klien untuk mau makan

Ajarkan dan berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.

mengidentifikasi adanya penurunan BB terkait dengan intake nutrisi

meningkatkan rasa keterlibatannya ; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi klien.

Pasien cenderung mengalamiluka/ perdarahan gusi dan rasa

Page 9: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

Kolaborasi :

Ikuti diet yang telah ditentukan dokter. Makan dengan teratur sesuai dengan jumlah dan pembagian makanan yang dirancang oleh ahli gizi bersama anda.

Berikan larutan glukosa, misalnya dekstrosa dan setengah salin normal.

tidak enak yang dapat menambah aoreksia

Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan membawa gula darah kira-kira 250 mg/dl, dengan metabolisme karbohidrat mendekati normal.

3. Kurang Pengetahuan Tupan : Mandiri :

Page 10: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

Klien dapat melaksanakan Tupen : Berikan Edukasi mengenai :

Pengetahuan tentang patofisiologi DM

Komplokasi dan pencegahan komplikasi

Diet Olah raga/ latihan jasmani

Hindari stress baik stress fisik maupun psikis,

Diskusikan topik-topik utama, seperti :- Apakah kadar glukosa normal

itu dan bagaimana hal tersebut dibandingkan dengan kadar gula darah pasien, tipe DM yang dialami pasien, hubungan antara kekurangan insulin dengan kadar gula darah yang tinggi

- ajarkan cara penyuntikan insulin secara mandiri

- beri tahu klien tempat

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko kardiovaskuler.

stress akan menyebabkan up take glukosa ke dalam sel menurun dan dapat memperparah keadaan hiperglikemia pasien

- Memberikan pengetahuan dasar di mana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup

Page 11: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

penyuntikan insulin yang benar

- Rasional terjadinya serangan ketoasidosis

- Komplikasi penyakit akut dan kronis meliputi gangguan penglihatan (retinopati), perubahan dalam neurosensori dan kardiovaskuler, perubahan fungsi ginjal dan hati

Tinjau kembali pemberian insulin oleh pasien sendiri dan perawatan terhadap peralatan yang digunakan. Berikan kesempatan kepada pasie n untuk mendemonstrasikan ulang prosedur tersebut.

Diskusikan rencana diet dan cara untuk melakukan makan di luar rumah.

Tekankan pentingnya

- Pengetahuan tentang faktor pencetus dapat membantu untuk menghindari timbulnya serangan tersebut

- Kesadaran tentang apa yang terjadi membantu pasien untuk lebih konsisten terhadap perawatannya dan mencegah awitan komplikasi tersebut

Mengidentifikasikan pemahaman dan kebenaran dari prosedur atau masalah yang potensial dapat terjadi.

Kesadaran tentang

Page 12: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

pemeriksaan gula darah setiap hari, waktu dan dosis obat, diet, aktivitas, perasaan/sensasi dan peristiwa dalam hidup

pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program

Membantu dalam menciptakan gambaran nyata dari keadaan pasien untuk melakukan kontrol penyakitnya dengan lebih baik dan meningkatkan perawatan diri.

Page 13: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

PENGOBATAN PADA DIABETES MELITUS TIPE II

Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar, olahraga yang teratur, dan

obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin. Pada diabetes tipe 2, diberikan obat melalui

oral maupun berupa suntikan yaitu suntik insulit bila diperlukan. Tujuan utama dari pengobatan

diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula

darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin mendekati kisaran yang

normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang adalah

semakin berkurang.

Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet. Seseorang yang

obesitas yang menderita diabetes tipe II tidak akan memerlukan pengobatan jika mereka

menurunkan berat badannya dan berolah raga secara teratur. Tetapi kebanyakan penderita merasa

kesulitan menurunkan berat badan dan melakukan olah raga yang teratur. Karena itu biasanya

diberikan terapi sulih insulin atau obat hipoglikemik per-oral.

Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita tidak boleh terlalu banyak makan

makanan manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur. Penderita diabetes cenderung

memiliki kadar kolesterol yang tinggi, karena itu dianjurkan untuk membatasi jumlah lemak

jenuh dalam makanannya. Tetapi cara terbaik untuk menurunkan kadar kolesterol adalah

mengontrol kadar gula darah dan berat badan. Semua penderita hendaknya memahami

bagaimana menjalani diet dan olah raga untuk mengontrol penyakitnya. Mereka harus

memahami bagaimana cara menghindari terjadinya komplikasi.

Jenis Obat Hiperglikemik Oral ( OHO )

OHO saat ini terbagi dalam  2 kelompok:

1. Obat yang memperbaiki kerja insulin

2. Obat yang meningkatkan produksi insulin

Berdasarkan cara kerja, OHO dibagai menjadi 3 golongan :

1. Memicu produksi insulin : Sulfonilurea, Golongan Glinid ( Meglitinide )

Page 14: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

2. Meningkatkan kerja insulin (sensitivitas terhadap insulin) : Biguanid, Tiazolidinedion,

Rosiglitazone (Avandia)

3. Penghambat enzim alfa glukosidase

Berikut beberapa jenis pengobatan spesifik untuk diabetes melitus tipe 2:

Sulfonylureas

Sulfonylurea menstimulasi sel-sel beta dalam pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin.

Obat ini juga membantu sel-sel dalam tubuh menjadi lebih baik dalam mengelola insulin. Pasien

yang paling baik merespon sulfonylurea adalah pasien DM tipe 2 berusia di bawah 40 tahun,

dengan durasi penyakit kurang dari lima tahun sebelum pemberian obat pertama kali, dan kadar

gula darah saat puasa kurang dari 300 mg/dL (16,7 mmol/L).

Untuk mengontrol kadar gula darah

secara adekuat, obat ini sebaiknya

diberikan 20-30 menit sebelum

makan. Beberapa jenis obat yang

mengandung sulfonylurea antara lain

chlorpropamide (Diabinese),

tolazamide (Tolinase),

acetohexamide, glipizide (Glucotrol),

tolbutamide (Orinase), glimepiride

(Amaryl), glyburide (DiaBeta, Micronase), glibenclamide, dan gliclazide.

Untuk meningkatkan manfaatnya, sulfonylureas bisa dikombinasikan dengan insulin dalam

jumlah kecil atau dengan obat diabetes lain seperti metformin atau thiazolidinedione. Beberapa

studi terhadap pasien diabetes melitus tipe 2 melaporkan, kombinasi insulin dengan dua jenis

sulfonylurea yakni chlorpropamide atau glipizide, bisa mencapai kontrol glukosa yang lebih baik

dalam jangka waktu lama dibandingkan hanya dengan insulin.

Sulfonylurea sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil atau menyusui, dan pasien-pasien

yang elergi terhadap obat golongan sulfa. Efek samping utama obat ini adalah kenaikan berat

badan, dan retensi air.

Page 15: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

Meglitinida

Meglitinida juga termasuk jenis obat diebetes yang bekerja dengan menstimulasi sel-sel beta di

pankreas untuk memproduksi insulin. Yang termasuk golongan Meglitinides adalah repaglinida

(Prandin), nateglinida (Starlix), dan mitiglinida. Obat ini bisa digunakan sebagai monoterapi atau

dikombinasikan dengan metformin.

Efek samping umum golongan meglinitide adalah diara dan sakit kepala. Sama dengan

sulfnylurea, repaglinida memilki risiko pada jantung. Jenis yang lebih baru, seperti nateglinida,

memiliki risiko sama namun lebih kecil.

Metformin (Biguanida)

Metformin merupakan obat yang cara

kerjanya terutama menurunkan glukosa darah

dengan menekan produksi glukosa yang

diproduksi hati dan mengurangi resistensi

insulin. Metformin bisa digunakan sebagai

monoterapi atau dikombinsikan dengan

sulfonylurea.

Metformin juga tidak terlepas dari efek

samping. Misalnya rasa metalik, masalah pada gastrointestinal termasuk neusa dan diare.

Metformin juga mengurangi penyerapan vitamin B1 dan asam folat, yang sangat penting

mencegah gangguan jantung. Ada laporan ditemukannya asidosis laktat, kondisi yang berpotensi

mengncam jiwa, khususnya pada mereka yang memiliki faktor risiko. Namun analisis kesluruhan

menyebutkan tidak ada risiko metformin yang lebih besar dibandingkan obat diabetes tipe 2 lain.

Thiazolidinedione

Thiazolidinedione (sering juga disebut TZDs atau glitazone) berfungsi memperbaiki sensitivitas

insulin dengan mengaktifkan gen-gen tertentu yang terlibat dalam sintesa lemak dan

metabolisme karbohidrat. Thiazolidinedione tidak menyebabkan hipoglikemia jika digunakan

Page 16: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

sebagai terapi tunggal, meskipun mereka seringkali diberikan secara kombinasi dengan

sulfonylurea, insulin, atau metformin.

Alpha-Glucosidase Inhibitors

Alpha-glucosidase inhibitor, termsuk di dalamnya acarbose (Precose, Glucobay) dan miglitol

(Glyset) memilki cara kerja mengurangi kadar glukosa dengan menginterfensi penyerapan sari

pati dalam usus. Acarbose cenderung menurunkan kadar insulin setelah makan, yang merupakan

keuntungan khusus obat ini, karena kadar insulin yang tinggi setelah makan berkaitan dengan

pengingkatan risiko penyakit jantung.

Efek samping yang paling sering dikeluhkan adalah produksi gas dalam perut dan diare,

khususnya setelah konsumsi makanan tinggi kandungan karbohidrat yang menyebabkan

sepertiga pasien berhenti menggunakan obat ini. Medikasi obat ini dilakukan saat makan. Obat

ini juga kemungkinan mempengaruhi penyerapan zat besi.

Insulin

Untuk pasien yang tidak bisa mengontrol diabetes dengan diet atau pengobatan oral, kombinasi

insulin dan obat-obatan lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan pilihan sementara,

misalnya selama kehamilan. Namun, pada psien dengan diabetes melitus tipe 2 yang memburuk,

maka penggantian insulin total menjadi suatu kebutuhan. Ada beberapa bentuk insulin yang

tersedia atau tengah dalam penelitian.

NPH yang merupakan insulin standar.

Long-acting insulin (insulin glargine, ultralente insulin) yang menstimulasi sekresi insulin

alami. Para ahli banyak menganjurkan insulin jenis ini.

Insulin lispro dan insulin aspart yang merupakan fast-acting insulins. Diberikan sebelum

makan, dan aksi pendeknya mengurangi risiko hipoglikemia sesudahnya. Stud pada pasien

diabetes melitus tipe 2, insulin lispro bisa memperbaiki kualitas hidup dan risiko

hipoglikemia dibandingkan insulin reguler, meski dalam hal kontrol gula darah tidak ada

perbedaan.

Investigative oral insulin kini tengah mendapat perhatian sebagai pengganti insulin. Beberapa

diberikan secara inhaler atau oral spray yang diserap di cheek lining (Oralin). Pemberian secara

Page 17: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II

oral kemungkinan bisa mengurangi komplikasi jantung dibandingkan insulin injeksi. Namun

studi pada tikus melaporkan adanya masalah pada hati dan meningkatnya kadar triglis

Page 18: Kasus IV Diabetes Mellitus Tipe II