Kasus Hepatitis B

21
ASUHAN GIZI PADA PASIEN HEPATITIS B Kelompok 8 : Shift 2 Ade Restiana G1H013004 Fitria Dwi Utami G1H013011 Naadiny Hani Afifah G1H013016 Devi Oktaviani G1H013018 Dwi Putri Indriany G1H013029 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

description

Kasus Nutritional Care Process

Transcript of Kasus Hepatitis B

Page 1: Kasus Hepatitis B

ASUHAN GIZI

PADA PASIEN HEPATITIS B

Kelompok 8 :

Shift 2

Ade Restiana G1H013004

Fitria Dwi Utami G1H013011

Naadiny Hani Afifah G1H013016

Devi Oktaviani G1H013018

Dwi Putri Indriany G1H013029

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

PURWOKERTO

Page 2: Kasus Hepatitis B

2015

Page 3: Kasus Hepatitis B

BAGIAN I

ASSESMENT

A. Client History

Kategori Data Data Standar

Pembanding

Client History

(CH)

CH-1.1.1 (Age = 40 tahun)

CH-1.1.2 (Gender = Perempuan)

CH-1.1.3 (Ethnicity = suku Jawa)

CH-2.1.4 (Excretory = BAB)

CH-2.1.5 (Gastrointestinal =

Penyakit hati, hepatitis B,

BAB keluarnya lambat,

mual)

CH-2.1.13 (Respiratory = Sesak

nafas)

CH-3.1.6 (Occupation = Pensiunan

buruh)

CH-3.1.7 (Religion = Islam)

Kesimpulan :

1. Ny. C berusia 40 tahun beragama Islam mempunyai penyakit hepatitis B.

2. Keluhan yang dialami pasien adalah BAB keluarnya lambat, sesak nafas, dan mual

disebabkan oleh perbesaran organ hati yang ditandai dengan nyeri abdomen kuadran

kanan atas.

3. Pekerjaan pasien adalah pensiunan buruh.

B. ANTROPOMETRI

Data berdasarkan pasien tanggal 2 Juni sebelum masuk rumah sakit.

Kategori Data Data Standar Pembanding

Anthropometric

Measurement (AD)

AD-1.1.1 (Height = 146 cm)

Page 4: Kasus Hepatitis B

AD-1.1.2 (Weight = 52 kg)

AD-1.1.7 LILA aktual 21,5

Berdasar perhitungan,

persentile= LILA aktualLILApersentile

=21,529,9

× 100 %

= 71,9 % (gizi kurang)

Keterangan :

Gizi baik : ≥ 85 %

Gizi kurang: ≥70-<85 %

Gizi buruk : < 70 %

(Anggraeni, 2012)

Kesimpulan :

1. BB pasien sebelum masuk rumah sakit 52 kg, TB pasien 146 cm, karena data BB

aktual pasien tidak diketahui maka status gizi pasien ditentukan melalui persentile

LLA. Status gizi pasien dikategorikan gizi kurang (Anggraeni, 2012).

C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA

Kategori Data Data Standar Pembanding

Biochemical

Data (BD)

BD-1.4.2 (Alanine

aminotransferase/SGPT

= 31µ/l (normal))

Normal: 5-35 µ/mL

(Kemenkes, 2011)

BD-1.4.3 (Aspartate

aminotransferase/SGOT

=70µ/l (tinggi))

Nilai normal : 5 – 35 U/L

(Kemenkes, 2011)

BD-1.7.5 (Total cholesterol = 84

mg/dl (normal))

Normal : <200 mg/dl

(Adam, 2006)

BD-1.10.1(Hemoglobin= 9,9g/dL

(rendah))

Wanita normal: 12-16 g/dL

(Kemenkes, 2011)

BD-1.10.2 (Hematocrit= 29,0%

(rendah))

Wanita normal: 35%-45%

(Kemenkes, 2011)

BD-1.11.1 (Albumin= 2,2 gr/dl

(rendah))

Dewasa : 3,5-5,0 g/dl

(Kemenkes, 2011)

Kesimpulan:

Page 5: Kasus Hepatitis B

1. Pasien mempunyai kadar Hb, HMT, dan albumin rendah sedangkan kadar SGPT

normal dan SGOT tinggi hal tersebut disebabkan karena terjadi penumpukan

urobilinogen yang menandakan terjadi gangguan fungsi hepar (Price, 2003).

2. Kadar kolesterol total normal.

D. PEMERIKSAAN FISIK

Kategori Data Data Standar Pembanding

Focused Physical

Finding (PD)

PD-1.1.9 (Vital Signs =

nadi 96x/menit(normal)

Respirasi 29x/menit(normal)

Tensi 120/80mmHg (normal)

Menurut Bonewit-West,

(2011)

Nadi normal 80 kali/menit,

respirasi 16 kali/menit,

Menurut NHBPEP,2003

Tensi <120/ 80 mmHg

Kesimpulan : Pasien memiliki tensi, nadi,dan respirasi normal .

E. ASUPAN GIZI

Hasil Recall 24 jam diet : Rumah Sakit

Tanggal : 5 juni 2013

Diet RS : TETP/nasi/per oral

Kategori Data Data Standar Pembanding

Food History FH -1.1.1(Total energy intake

=802 kkal (56,40%))

(defisit berat)

FH-1.5.2.1(Total protein intake =

37.9 gram (61,03%))

(defisit berat)

FH-1.5.1.1 (Total fat intake =31,7

gram (80,27%))

(defisit ringan)

FH-1.5.3.1(Total carbohydrate

intake = 92,1 gram

(45,04%)) (defisit

Menurut perhitungan

kebutuhan energi dengan

rumus Mifflin (Matthew

et al., 2012)

Energi = 1421,76 kkal

Protein =62,1 gram

Lemak = 39,49 gram

Karbohidrat =204,48

gram

Page 6: Kasus Hepatitis B

berat)

FH-1.2.2.5 (Food variety=

komsumsilaukhewani,

lauknabati, danbuah-

buahan)

Kesimpulan :

1. Asupan makan pasien secara keseluruhan kurang dari kebutuhan ditandai dengan

asupan energi 802 kkal tingkat energi sebesar 56,40% (defisit berat), protein37.9

gram tingkat protein sebesar 61,03% (defisit berat), lemak sebesar 31,7 gram tingkat

energi 80,27% (defisit ringan) sedangkan asupan karbohidrat sebesar 92,1 gram dan

tingkat energinya 45,04% (defisit berat). Hal tersebut berdasarkan standar tingkat

asupan menurut (Depkes RI, 1996).

Diatas kebutuhan 120%

Normal 90-119%

Defisit ringan 80-89%

Defisit sedang 70-79%

Defisit berat <70%

Page 7: Kasus Hepatitis B

Pembahasan:

Pasien berinisial Ny. C berusia 40 tahun mempunyai penyakit hepatitis

B.Keluhan yang dialami pasien adalah BAK, BAB keluarnya lambat, sesak nafas, dan

mual. Aktivitas pasien hanya membersihkan rumah.Pasien memiliki masalah

gastrointestinal yaitu mual dan konstipasi. Pasien didiagnosis dokter menderita Hepatitis

B merupakan infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit akut

maupun kronik dan secara potensial merupakan infeksi hati yang mengancam nyawa

disebabkan oleh virus hepatitis B (WHO, 2012).

Data antropometri Ny. C BB sebelum masuk rumah sakit 52 kg, TB pasien 146

cm, karena data BB aktual pasien tidak diketahui maka status gizi pasien ditentukan

melalui persentile LLA, dengan rumus persentildiperolehLILA sebesar 71,9 % (gizi

kurang),dan data biokimia diperoleh bahwa pasien mempunyai kadar Hb, HMT, dan

albumin rendah (Hipoalbuminemia) yaitu kadar albumin serum < 2,2 mg/dL.Albumin

serumakan meningkat pada keadaan : pasca infus albumin, dan dehidrasi (peningkatan

hemoglobin dan hematokrit).Sedangkan albumin serum akan menurun pada keadaan: (a)

gangguan sintesa albumin (penyakit hati, alcoholism, malabsorbsi, starvasi penyakit

kronis), (b) kehilangan albumin (sindroma nefrotic, luka bakar, dll.), (c) status gizi jelek,

akibat rasio albumin dan globulin rendah (peradangan kronik, penyakit kolagen,

kakeksia, infeksi berat).Sedangkan kadar SGPT normal dan SGOT tinggi menandakan

terjadi gangguan fungsi hepar dan kadar kolesterol total pasien normal (Kemenkes,

2011).

Asupan makan pasien yaitu makan utama 3x sehari dengan lauk yang sering

dikonsumsi ikan 3x sehari, ayam 3x sehari, daging 3x seminggu, dengan lauk nabati

hanya tempe 3 kali sehari dengan pengolahan digoreng dan mengkonsumsi sayuran

kangkung, daun singkong, kubis dan wortel. Pada saat masuk rumah sakit karena kondisi

pasien yang mual sehingga secara keseluruhan asupan makan pasien kurang dari

kebutuhan ditandai dengan tingkat energi defisit berat, protein defisit sedang, lemak

defisit sedang, dan karbohidrat defisit berat dibandingkan menurut perhitungan

kebutuhan energi dengan rumus Mifflin yang dibahas oleh Matthew, et al., (2012) dapat

diketahui kebutuhan energi pasien adalah 1421,76 kkal, kebutuhan protein 62,1 gram,

kebutuhan lemak adalah 39,49 gram, dan kebutuhan karbohidrat adalah 204,48 gram.

Page 8: Kasus Hepatitis B

Pola makan pasien sehari-harinya sebelum masuk rumah sakit pasien sering

mengonsumsi makanan dengan pengolahan digoreng. Ketidaksiapan pasien untuk

merubah pola makan pada saat dirumah sakit berkaitan dengan perilaku yang tidak

mendukung mengenai makanan, zat gizi dan topik mengenai gizi ditandai dengan pola

makan pasien yang mengonsumsi makanan dengan pengolahan digoreng. Selain

didiagnosa hepatitis B pasien juga didiagnosa oleh dokter menderita Fatty liver gejala

awal yang dapat menimbulkan masalah pada organ hati dan gangguan fungsi hati, fatty

liver merupakan pembengkakan hati yang disebabkan oleh adanya penimbunan lemak

yang berlebihan dididalam sel-sel hati. Pasien juga sering mengonsumsi makanan yang

digoreng-goreng dan aktivitas fisik yang kurang menyebabkan banyaknya timbunan

lemak didalam hati yang menyebabkan pasien mengalami fatty liver. Pemeriksaan data

biokimia pasien didapati pasien mempunyai kadar Hb, HMT, dan albumin rendah

sedangkan SGOT tinggi menandakan terjadi gangguan fungsi hepar (Arief, 2012).

Pasien juga didiagnosa menderita hipoalbumin yaitu dimana kadar albumin

didalam hati rendah. Perubahan nilai biokimia yang dialami pasien berkaitan dengan

disfungsi organ hati ditandai dengan kadar albumin pasien yang rendah. Gangguan

fungsi hati yang dialami oleh pasien menyebabkan rasa mual, rasa ingin muntah

sehingga asupan oral pasien tidak dapat terpenuhi dengan baik dirumah sakit. Asupan

oral inadekuat menyebabkan adanya peningkatan kebutuhan gizi.

Page 9: Kasus Hepatitis B

Integrasi Data

Sumber:

Price, SA dan Wilson, Lorraine MC. 2006. Patofisiologi Clinical Concepts of Desiase

Process, Edisi 6, Vol 2.

Fatty Liver

Disfungsi organ hati

SGOT tinggi, Hb rendah, HMT rendah, dan

Albumin rendah

Suka konsumsi makanan yang

digoreng

Kurang pengetahuan tentang gizi

Pemilihan makanan yang

salah

Hepatitis B Pembesaran organ hati

Nyeri pada abdomen kuadran kanan atas

Mual

Penurunan asupan makanan

Asupan Makan Inadekuat

Perubahan Nilai Lab terkait gizi

Page 10: Kasus Hepatitis B

Bagian II

Diagnosis

Problem Etiologi Symptoms

(NI-2.1) Inadekuat

asupan oral

Berkaitan dengan

Peningkatan kebutuhan gizi,

adanya penyakit katabolik

(fatty liver)

Ditandai dengan tingkat asupan

gizi rendah, Energi 56,40%

(defisit berat), protein sebesar

61,03% (defisit berat), lemak

sebesar 80,27% (defisit ringan),

dan karbohidrat sebesar 45,04%

(defisit berat).

NI-2.1

Inadekuat asupan oral berkaitan dengan peningkatan kebutuhan gizi, adanya penyakit

katabolik (fatty liver) ditandai dengan tingkat asupan gizi rendah, Energi 56,40%

(defisit berat), protein sebesar 61,03% (defisit berat), lemak sebesar 80,27% (defisit

ringan), dan karbohidrat sebesar 45,04% (defisit berat).

(NC-2.2) Perubahan

nilai laboratorium

terkait gizi

Berkaitan dengan

pembesaran organ hati

Ditandai dengan kadar albumin

2,2 g/dl; kadar SGOT =70µ/l ; Hb

= 9,9 g/dL ; HMT= 29,0 %

NC-2.2

Perubahan Nilai Laboratorium terkait gizi berkaitan dengan pembesaran organ hati

ditandai dengan kadar albumin 2,2 g/dl; kadar SGOT =70µ/l ; Hb = 9,9 g/dL ; HMT=

29,0 %

(NB-1.7)

Pemilihan makanan

yang salah

Berkaitan dengan Kurang

paparan pengetahuan

tentang gizi

Ditandai dengan kebiasaan

konsumsi makanan yang di

goreng

NB-1.7

Pemilihan makanan yang salah berkaitan dengan kurang paparan pengetahuan tentang

gizi ditandai dengan kebiasaan konsumsi makanan yang di goreng.

Page 11: Kasus Hepatitis B

Bagian III

Intervensi Gizi

1. Perencanaan

a. Terapi Diet

Jenis diet : TETP

Bentuk makanan : Lunak

Frekuensi pemberian : 3x makanan lengkap dan 3x selingan

Cara pemberian : Oral

b. Tujuan Diet

1. Memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi

2. Membantu mengembalikan fungsi hati dan mencegah kerusakan hati lebih

lanjut.

c. Syarat dan Prinsip Diet

1. Makanan tinggi KH untuk mempertahankan BB dan menaikan BB

2. Protein masa akut diberikan 1,5 g/kg BB/hari bernilai biologis tinggi,

sekitar 62,1 gram (Fung, 2000).

3. Lemak 25%, sekitar 39,49 gram (Fung, 2000).

4. Makanan mudah cerna, tidak merangsang, dan tidak menimbulkan gas.

5. Makanan diberikan bertahap, sesuai dengan nafsu makan dan faal hati,

porsi sesuaikebutuhanpasien.

d. Perhitungan Kebutuhan Gizi

Tinggi ideal berdasarkan tinggi lutut

Berat Badan Ideal menurut Marcin et al., (2007):

BBI = (TB - 100) - (TB - 100) x 10%

= (146 - 100) - (146 - 100) x 10%

= 46– 4,6

= 41,4 kg

BEE = 10 (BBA ) +6.25(TB) +5 (Usia )-161

=10 (41,46) +6.25(146)+5(40 tahun)-161

Page 12: Kasus Hepatitis B

= 740,5kkal

TEE = BEE x IF x AF

= 740,5 kkalx 1,6 x 1,2

= 1421,76 kkal

Keterangan:

IF (Injury Factor) = 1,6 (hepatitis B)

AF (Activity Factor) = 1,2 (bedrest)

Protein (gram) = 1,5 g/kg BB

= 1,5 g/kg x 41,4 kg

= 62,1 gram

= 248,4 kkal

Lemak 25 % dari total kebutuhan energi

Lemak = 25 % x1421,76 kkal

= 355,44kkal/9

= 39,49 gram

Karbohidrat (total kebutuhan energi ˗ protein – lemak)

Karbohidrat = 1421,76 kkal – 248,4 kkal – 355,44 kkal

= 1421,76 kkal – 248,4 kkal – 355,44 kkal

= 817,92 kkal/4

= 204,48 gram

Page 13: Kasus Hepatitis B

e. Rencanan Monitoring Evaluasi

Anamnesis Yang diukur Pengukuran Evaluasi

Asupan Sisa makanan Setiap hari 75 % tidak ada sisa

(Murwarni, 2001)

Pemeriksaan

fisik

Frekuensi nafas

Frekuensi BAB

Normal respirasi 16

kali/menit

Normal sehari 1

kali dan lancar

f. Rencana Konseling

1. Tema : Tatalaksana gizi pada penyakit hepatitis B, hipoalbuminemia,

dan fatty liver.

2. Media : Leaflet daftar makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

untuk pasien hepatitis, leaflet daftar makanan penukar dan

food model

3. Sasaran : Pasien dan keluarga

4. Tempat : Ruang inap pasien

5. Waktu : 15 menit

6. Metode : Tanya jawab dan motivasi

7. Isi materi :

Penjelasan mengenai perubahan pola makan yang lebih sehat.

Penjelasan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan serta

disesuaikan dengan kondisi penyakit hepatitis B.

2. Implementasi

Rekomendasi diet

Implementasi Energi (kal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr)

Rekomendasidiet 1461 66,09 40 215

Kebutuhan 1421,76 62,1 39,49 204,48

% Asupan 102,75% 106,42% 101,29% 105,14%

Page 14: Kasus Hepatitis B
Page 15: Kasus Hepatitis B

Daftar Pustaka

Adam, J., 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid III. Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Anggraeni, A. C. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Graha Ilmu. Jakarta.

Arief, S., 2012. Hepatitis Virus. In: Juffrie, M., et al., ed. Buku Ajar Gastroenterologi-

Hepatologi. 3rd ed. Jakarta.

Bonewit-Wist. 2011. Clinical Procedures for Medical Assistants. Elsevier Learn : English.

Departemen Kesehatan. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Depkes:

Jakarta.

Dorland, W.A., 2002. Kamus Kedokteran Dorland 29th ed. EGC: Jakarta.

Franco, E., et al., 2012. Hepatitis B: Epidemiology and Prevention in Developing Countries.

World Journal of Hepatology. Vol.4: 74-80.

Fung EB. 2000. Estimating energy expenditure in critically ill adults and children. AACN

Clin Issues. Nov;11(4). Halaman 480-97.

Kemenkes. 2011. Pedoman Pemeriksaan Biokimia. Kemenkes. Jakarta.

Marcin JP, Kallas HJ, Dimand RJ. 2007. Nutriton and Metabolic Support.

http:/pedsccm/wustle.edu/English/nutripage/nutri11.html. Diakses pada tanggal 9

November 2015.

Matthew Sena MD, et al. 2012. A comparison of predictive equations of energy expenditure

and measured energy expenditure in critically ill patients. Journal of Critical Care.

Volume (27). Halaman 321.e5–321.e12.

Murwani. R. 2001. Penentuan Sisa Makanan Pasien Rawat Inap Dengan Metode Taksiran

Visual Comstock di RSUP Dr. Sardjito. Tesis. UGM. Yogyakarta.

NHBPEP (National High Blood Pressure Education Program). 2003. Working Grup Report

on High Blood Pressure. Am J Obstet Gyncl 183:51.

Price, SA dan Wilson, Lorraine MC. 2006. Patofisiologi Clinical Concepts of Desiase

Process. Edisi 6. Vol (2).

Page 16: Kasus Hepatitis B

World Health Organization, 2012. Hepatitis B. Available from:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs204/en. Diakses pada tanggal 8 November

2015.