Kasus CG

18
1

description

coorporate governance

Transcript of Kasus CG

Page 1: Kasus CG

1

Page 2: Kasus CG

2

Kronologi Permasalahan

Pada Januari 2010 Matahari Putra Prima melakukan pendandatanganan sales purchase

agreement dengan PT CVC Capital Partner. CVC akan melakukan akuisisi terhadap anak

perusahaan MPP yakni Matahari Department Store dengan total kepemilikan sebesar 90,76%

melalui anak perusahaanya yakni Meadow Asia Company Limited. Kemudian pada 5 Maret

2010, Matahari Putra Prima berniat menggelar RUPS dengan agenda persetujuan penjualan

saham tersebut. MAC mengalokasikan Rp 7,16 triliun untuk membeli 90,76 persen saham

Matahari Putra Prima di Matahari Department Store. MPP akan menerima pembayaran

tunai sebesar Rp. 5.28 triliun, piutang sebesar Rp. 1 triliun, 20% saham biasa MAC, 20,72%

saham preferen MAC, dan 8 juta warrant dengan total transaksi sebesar Rp. 7,16 triliun. Selain

membeli saham MPP yang ada pada MDS, MAC juga berencana membeli saham Pasific Asia

Holding Ltd sebesar 7,24% sehingga total kepemilikan saham MAC pada MDS adalah sebesar

80%.

Sementara seperti kita ketahui dari profil perusahaan diatas, MAC merupakan

perusahaan patungan (joint venture) antara Matahari Putra Prima dan CVC Capital Partners.

Dimana MPP memiliki kepemilikan saham sebesar 20% pada MAC dan CVC memiliki

kepemilikan sebesar 80%. Hal ini tentu mengindikasikan adanya insider trading yang dilakukan

oleh MPP dan juga terindikasi adanya praktek korporasi guna menaikan harga saham MDS.

Untuk indikasi pertama, sebelumnya perlu diketahui insider trading adalah aktifitas

perdagangan saham ataupun sekuritas tertentu oleh individu yang mempunyai akses tentang

informasi non publik dari perusahaan tersebut. Dengan kata lain, perdagangan efek perusahaan

yang dilakukan oleh orang yang dikategorikan sebagai orang dalam. Individu tersebut

melakukan aktifitas trading dengan memanfaatkan informasi yang sebetulnya tidak bisa diakses

oleh publik. Seorang investor dengan akses informasi dari dalam yang sebetulnya tidak dapat

diakses publik, bisa mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan investor lain.

Dan investor lain yang tidak memperoleh informasi tersebut tentu akan merasa dirugikan.

Page 3: Kasus CG

3

Selanjutnya indikasi kedua adanya praktek korporasi yakni praktek “penggorengan

saham” guna menaikan harga saham MDS, dapat dilihat dari adanya lonjakan kenaikan harga

saham MDS yang tidak wajar dari akhir 2009 sampai Februari 2010, sejak adanya desas-desus

mengenai penjualan saham MDS kepada MAC. Dampak dari transaksi ini, harga saham

MDS naik dari Rp.

50/lembar ke tingkat harga Rp. 1350/lembar pada tanggal 22 Januari 2010, beberapa hari

sebelum MPP mengumumkan penjualan saham MDS kepada MAC. Dari lonjakan yang sangat

signifikan tersebut Bursa Efek Indonesia mencurigai adanya kebocoran berita mengenai

penjualan saham MDS kepada MAC.

Kemudian berkaitan pula dengan kasus penjualan saham MDS kepada MAC tersebut,

para pengamat mengindikasikan adanya perlakuan yang tidak setara untuk setiap

pemegang saham MPP, pemegang saham mayoritas dirasa yang paling diuntungkan dalam

penjualan tersebut terutama PT. Multipolar Tbk yang memegang saham terbesar (50,01%) MPP.

PT. Multipolar Tbk merupakan anak usaha dari Lipo Group. Hasil penjualan MDS

menghasilkan dana tunai sebesar Rp. 5,28 triliun yang selanjutnya akan digunakan untuk

melunasi hutang kepada PT. Multipolar Tbk sebesar Rp. 3,4 triliun dan sisanya sebesar Rp. 1,88

triliun akan di gunakan untuk membayar dividen para pemegang sahamnya dimana

dividen untuk Multipolar sebesar 50,01% ( Rp. 940,1 jt) dan sisanya dibagikan untuk para

pemegang saham minoritas yakni PT. Star Pasific dan juga publik.

Permasalahan yang lain adalah adanya unsur leverage buyout (pembelian saham dengan

menggunakan dana pinjaman) mengenai sumber dana tunai untuk membeli MDS yang sebesar

Rp. 3.25 triliun. Setelah dilakukan penelusuran, dana sebesar Rp. 3.25 triliun itu ternyata berasal

dari dana pinjaman pada bank CIMB Niaga dan Standard Chartered yang diajukan MDS,

jaminan terhadap kedua bank tersebut adalah saham MDS sendiri sebesar 98% yang akan dibeli

oleh MAC. Selanjutnya, dana hasil pinjaman yang diperoleh Matahari Department Store

direncanakan untuk dipinjamkan kepada MAC untuk membeli saham MDS pada saat yang

bersamaan.

Page 4: Kasus CG

4

Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh MPP

1. Pelanggaran Regulasi

Menurut analisa pengamat, Yanuar berpendapat bahwa yang terjadi dalam penjualan

saham MDS kepada MAC adalah manipulasi pasar dan perdagangan orang dalam, menipu

dengan melibatkan pembiayaan perbankan atas transaksi fiktif. Berdasarkan ketentuan dalam

UU Nomor 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dalam kasus ini terdapar sejumlah unsur pidana, yaitu

unsur menipu (Pasal 90), unsur transaksi semu (Pasal

91) unsur orang dalam (Pasal 95), unsur transaksi orang dalam (Pasal 96), dan unsur

keuntungan pihak tertentu (Pasal 92). Menurut Yanuar, transaksi ini terjadi antar

pemegang saham yang dibiayai utang emiten ke perusahaan pemegang saham dan emiten

mengambil utang ke Bank CIMB Niaga dan Standard Chartered. Yanuar menganjurkan

agar Bapepam segera melakukan gelar perkara atas tidak terpenuhinya unsur menipu Pasal

91, transaksi semu dan persekongkolan untuk membentuk harga. Dan kemudian Pasal 92

terkait informasi orang dalam yang melibatkan kecurigaan transaksi orang dalam (Pasal 95-

96) secara terbuka di publik. Kemudian juga terdapat beberapa pelanggaran dalam Undang-

Undang No.

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas antara lain :

Pasal 3 Ayat 2 mengenai pemisahan antar kepentingan pemegang saham dengan dengan

kegiatan perseroan, guna melindungi kepentingan pemegang saham minoritas.

Pasal 84 Ayat 1 mengenai setiap satu saham memiliki satu hak suara kecuali anggaran

dasar menentukan lain. Jadi setiap pemegang saham kecuali saham preferen berhak atas

hak suaranya dalam RUPS.

Pasal 86 Ayat 1 yang berbunyi “RUPS dapat dilangsungkan jika dalam RUPS lebih dari

1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau

diwakili, kecuali

Page 5: Kasus CG

5

Undang-Undang dan/atau anggaran dasar menentukan jumlah

kuorum yang lebih besar”

Pasal 52 Ayat 1 mengenai hak-hak pemegang saham

2. Pelanggaran Standar

Karena Indonesia mengadopsi standar corporate governance dari OECD maka

pelanggaran standar yang dilakukan adalah terhadap prinsip- prinsip OECD terutama pada

prinsip ketiga yang berisi bahwa :

“Tatakelola perusahaan harus mampu memberikan kesetaraan perlakuan terhadap seluruh

pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing. Seluruh

pemegang saham harus mendapatkan ganti rugi apabila terjadi kecurangan atau

penghilangan hak-haknya.”

Dari prinsip tersebut tentunya MPP telah melakukan pelanggaran yang jelas karena telah

dengan terbuka melakukan insider trading yang tentu telah menghilangkan hak-hak pemegang

saham minoritas. Insider Trading sendiri telah secara dijelas dilarang dalam prinsip III B OECD,

“Insider trading and abusive self-dealing should be prohibited.”

3. Pelanggaran Peraturan

Transaksi penjualan MDS kepada MAC yang syarat akan benturan kepentingan, transaksi

tersebut diatur secara lebih tegas dalam Peraturan Bapepam No.IX.E.1 sebagaimana telah

diperbarui dengan Keputusan Ketua Bapepam LK No: Kep-412/BL/2009. Berdasakan Pasal 1

huruf e peraturan tersebut, benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentngan ekonomis

perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi anggota direksi, anggota dewan komisaris

atau pemegang saham utama yang dapat merugikan perusahaan dimaksud.

Berikut transaksi yang mengandung benturan kepentingan berdasarkan Peraturan

Bapepam No.IX.E.1 yang berkaitan dengan kasus Matahari :

Membeli saham perseroan lain dimana pemegang saham pemegang saham utama,

komisaris atau direksi menjadi pemegang saham atau anggota direksi atau komisaris

Page 6: Kasus CG

6

Memberi pinjaman kepada perusahaan lain dimana direktur, komisaris. Atau pemegang

saham pengendali merupakan pemegang saham, direktur atau komisaris

Memperoleh pinjaman dari perusahaan lain dimana pemegang saham utama, direktur,

komisaris menjadi pemegang saham, direktur, atau komisaris

Apabila kita hubungkan transaksi tersebut dengan kriteria transaksi yang tecantum

dalam peraturan tersebut maka terdapat beberapa hal yang dapat diindikasikan terjadinya

transaksi benturan kepentingan pada penjualan saham MDS. Ada pun beberapa hal yang

dimaksud adalah sebagai berikut:

Penjualan Saham 90.7% MDS oleh MPA kepada MAC dimana

MPA juga memiliki 20% saham MAC.

Perusahaan MDS meminjam dana kepada bank CIMB Niaga dan Standard Chartered sebesar

Rp. 3.25 triliun yang kemudian dipinjamkan kembali pada MAC untuk membeli saham MDS.

Perusahaan MAC memperoleh pinjaman dana dari MDS yang merupakan anak perusahaan

dari perusaahan MPA yang juga merupakan pemilik saham MAC.

Page 7: Kasus CG

7

Penyelesaian Kasus

Kabar rencana penjualan 90,7% saham yang PT. Matahari Department Store yang

dimiliki PT. Matahari Putra Prima kepada PT. Meadow Indonesia, banyak menuai protes

dikalangan masyarakat terkait dengan berbagai kecurangan dan manipulasi yang di duga

dilakukan oleh MPP seperti insider trading dan juga “penggorengan saham” guna menaikan

harga saham Matahari Department Store.

Menganggapi isu tersebut, Bapepam-LK selaku badan pengawas pasar modal di

Indonesia melakukan penyelidikan terhadap transaksi tersebut. Bapepam-LK pun

kemudian menyelenggarakan pertemuan dengan pihak menejemen MPP. Dalam pertemuan itu

Bapepam LK meminta kepada pihak menejemen MPP untuk memberikan penjelasan secara

lebih rinci kepada publik mengenai transaksi yang bernilai triliunan rupiah tersebut.

Setelah pertemuan yang pertama dengan menejemen MPP tersebut, Bapepam LK

kembali meminta kepada pihak menejemen MPP uuntuk memberikan penjelasan

kepada publik mengenai segala bentuk utang yang dimiliki MPP dan juga rencana

penggunaan dana hasil penjualan saham MDS sebesar Rp. 7,16 triliun. Dan kemudian

memperoleh hasil bahwa hasil penjualan tersebut akan digunakan untuk melunasi hutang MPP

kepada PT. Multipolar dan juga untuk membagikan dividen yang sebagian juga mengalir ke PT.

Multipolar.

Selanjutnya karena hasil keterangan tersebut oleh Bapepam-LK dirasa kurang jelas,

Bapepam-LK pun meminta MPP untuk menunda pelaksanaan RUPS dan membuat bussines

plan mengenai penggunaan dana hasil penjualan tersebut dan ditampilkan dalam bentuk public

expose guna menjamin transparansi agar pihak pemegang saham minoritas pun dapat

mengetahui tujuan dari penjualan saham tersebut.

Pada akhirnya Bapepam-LK tetap mengalami kesulitan untuk mengumpulkan bukti-

bukti penyimpangan transaksi penjualan yang dilakukan MDS. Hal tersebut dikarenakan

transaksi yang terjadi dan pihak-pihak yang melakukan hanya sedikit jumlahnya. Walaupun

analisa Bapepam-LK menemukan indikasi transaksi mencurigakan, tetapi untuk melakukan

proses hukum memerlukan bukti yang materiil.

Page 8: Kasus CG

8

Dan kemudian tanggal 26 Maret 2010 dilaksanakanlah RUPS guna membahas rencana

penjualan saham MDS kepada MAC dan semua shareholder menyetujui rencana penjualan

tersebut. PT. Matahari Putra Prima pun secara resmi menjual 90,7% saham PT. Matahari

Department Store kepada PT. Meadow Asia Company.

Dampak dari transaksi penjualan tersebut ternyata meningkatkan performa dari PT.

Matahari Putra Prima dan juga PT. Matahari departemen Store, hal tersebut terlihat pada

income statement MDS tahun 2010 sebagai berikut :

Page 9: Kasus CG
Page 10: Kasus CG

15

Berdasarkan laporan income statement tersebut dapat terlihat bahwa laba bersih dan laba per

saham MDS mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2009, dan kenaikan yang

tejadi hampir 20 kali lipat. Hal tersebut menunjukan bahwa strategi MPP untuk menjual saham

MDS kepada MAC bukanlah keputusan yang buruk bagi MDS.

Page 11: Kasus CG

16

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari pembahasan kasus diatas terlihat bahwa tidak terdapat bukti yang materiil

terhadap kasus transaksi penjualan MDS oleh MPPA yang banyak menuai protes. Namun

transaksi insider trading dan praktek korporasi untuk menaikan saham memanglah sangat

jelas terlihat dalam transaksi tersebut terutama dalam dua transaksi berikut

MPPA menjual saham MDS kepada MAC pada tahun 2010 dimana MAC juga baru dibentuk

pada tahun tersebut dan MPP memiliki 20% kepemilikan terhadap MAC. Pada saat isu

penjualan saham tersebut muncul harga saham MDS melonjak naik.

Dana yang digunakan untuk pembelian saham tersebut adalah dana yang dipinjam oleh MPP

kepada dua bank CIMB Niaga dan Standard Chartered dengan jaminan 90,7% saham MDS,

yang kemudian dana tersebut dipinjamkan kepada MAC untuk membeli saham MDS.

Saran

1. Kepada BAPEPAM-LK dan Bursa Efek Indonesia diharapkan terus mengawasi apabila

terdapat tindak kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan dan memberi sanksi yang tegas

apabila kecurangan tersebut telah terbukti.

2. Kepada Investor agar terus mengawasi dan waspada terhadap operasi perusahaan dan

hendaknya mengajukan keberatan apabila merasa telah terjadi perampasan hak ataupun

tindak kecurangan.

Page 12: Kasus CG

17

DAFTAR PUSTAKA

OECD. 2004. OECD Cor porate Gove rnan ce P rinci ples .

BAPEPAM.2009. Peraturan No.IX.E.1 Tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan,

Jakarta : Departemen Keuangan dan Bapepam RI

Republik Indonesia.2007 . Undang-undang No. 40 Tentang Perseroan Terbatas, Jakarta :

Sekretariat Negara.

Bussines Law Comunity. 2010. Analisis Yuridis Terhadap Kasus Penjualan Saham PT.

Matahari. Diambil dari: http://blc-fhugm.blogspot.co.id/. (24 September 2015).

Fauzi, Abdul Wahid. 2010. Bapepam Turut Periksa Kasus Saham Matahari Diambil dari:

ht t p: / / i nv e s tasi.kont a n. c o.id / n e ws/b a p e p a m - turut - p e riks a- k a su s -s a h a m - mat a h a ri. (24

September 2015).

Hukumonline.com. 2010. Ada Transaksi Afiliasi dalam Penjualan Matahari. Diambil dari:

ht t p: / /ww w .hukumon l ine. c om / b e rita/b aca / l t4b8cd826904 c c / a d a -tr a nsaksi -a filiasi - d a la m

penjualan-matahari. (24 September 2015).

REPUBLIKA.CO.ID. 2010. Bapepam Perlu Gelar Perkara Kasus Matahari Putra Prima.

Diambil dari: http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/10/07/11/124218-

bapepam-perlu-gelar-perkara-kasus-matahari-putra-prima. (24 September 2015).

Matahari Departement Store. 2012. Tentang Matahari. Diambil dari:

http://www.matahari.co.id/about.(24 September 2015).

Page 13: Kasus CG